konsep kesehatan kerja

26
KONSEP KESEHATAN KERJA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) perusahaan di Indonesia secara umum diperkirakan termasuk rendah. Pada tahun 2005 Indonesia menempati posisi yang buruk jauh di bawah Singapura, Malaysia, Filipina dan Thailand. Kondisi tersebut mencerminkan kesiapan daya saing perusahaan Indonesia di dunia internasional masih sangat rendah. Indonesia akan sulit menghadapi pasar global karena mengalami ketidakefisienan pemanfaatan tenaga kerja (produktivitas kerja yang rendah). Padahal kemajuan perusahaan sangat ditentukan peranan mutu tenaga kerjanya. Karena itu disamping perhatian perusahaan, pemerintah juga perlu memfasilitasi dengan peraturan atau aturan perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Nuansanya harus bersifat manusiawi atau bermartabat. Keselamatan kerja telah menjadi perhatian di kalangan pemerintah dan bisnis sejak lama. Faktor keselamatan kerja menjadi penting karena sangat terkait dengan kinerja karyawan dan pada gilirannya pada kinerja perusahaan. Semakin tersedianya fasilitas keselamatan kerja semakin sedikit kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja. Di era globalisasi dan pasar bebas WTO dan GATT yang akan berlaku tahun 2020 mendatang, kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa antar negara yang harus

Upload: kyuhrie

Post on 04-Aug-2015

439 views

Category:

Documents


66 download

TRANSCRIPT

Page 1: KONSEP KESEHATAN KERJA

KONSEP KESEHATAN KERJA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kondisi  keselamatan dan kesehatan kerja (K3) perusahaan di Indonesia secara umum

diperkirakan termasuk rendah. Pada tahun 2005 Indonesia menempati posisi yang buruk jauh

di bawah Singapura, Malaysia, Filipina dan Thailand. Kondisi  tersebut mencerminkan

kesiapan daya saing perusahaan Indonesia di dunia internasional masih sangat rendah.

Indonesia akan sulit menghadapi pasar global karena mengalami ketidakefisienan

pemanfaatan tenaga kerja (produktivitas kerja yang rendah). Padahal kemajuan perusahaan

sangat ditentukan peranan mutu tenaga kerjanya. Karena itu disamping perhatian perusahaan,

pemerintah juga perlu memfasilitasi dengan peraturan atau aturan perlindungan Keselamatan

dan Kesehatan Kerja. Nuansanya harus bersifat manusiawi atau bermartabat.                   

Keselamatan kerja telah menjadi perhatian di kalangan pemerintah dan bisnis sejak

lama.  Faktor keselamatan kerja menjadi penting karena sangat terkait dengan kinerja

karyawan dan pada gilirannya pada kinerja perusahaan. Semakin tersedianya fasilitas

keselamatan kerja semakin sedikit kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja.

Di era globalisasi dan pasar bebas WTO dan GATT yang akan berlaku tahun 2020

mendatang, kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan

dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa antar negara yang harus dipenuhi

oleh seluruh negara anggota, termasuk bangsa Indonesia. Untuk mengantisipasi hal tersebut

serta mewujudkan perlindungan masyarakat pekerja Indonesia; telah ditetapkan Visi

Indonesia Sehat 2010 yaitu gambaran masyarakat Indonesia di masa depan, yang

penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, memperoleh pelayanan kesehatan

yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-

tingginya.

Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya

untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan,

sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja

yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.

Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi

pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara menyeluruh,

merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada masyarakat luas.

Page 2: KONSEP KESEHATAN KERJA

Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) di kalangan petugas

kesehatan dan non kesehatan kesehatan di Indonesia belum terekam dengan baik. Jika kita

pelajari angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja di beberapa negara maju (dari beberapa

pengamatan) menunjukan kecenderungan peningkatan prevalensi. Sebagai faktor penyebab,

sering terjadi karena kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas serta keterampilan pekerja

yang kurang memadai. Banyak pekerja yang meremehkan risiko kerja, sehingga tidak

menggunakan alat-alat pengaman walaupun sudah tersedia. Dalam penjelasan undang-

undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan telah mengamanatkan antara lain, setiap

tempat kerja harus melaksanakan upaya kesehatan kerja, agar tidak terjadi gangguan

kesehatan pada pekerja, keluarga, masyarakat dan lingkungan disekitarnya.

Setiap orang membutuhkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuan hidupnya. Dalam

bekerja Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan faktor yang sangat penting untuk

diperhatikan karena seseorang yang mengalami sakit atau kecelakaan dalam bekerja akan

berdampak pada diri, keluarga dan lingkungannya. Salah satu komponen yang dapat

meminimalisir Kecelakaan dalam kerja adalah tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan

mempunyai kemampuan untuk menangani korban dalam kecelakaan kerja dan dapat

memberikan penyuluhan kepada masyarakat untuk menyadari pentingnya keselamatan dan

kesehatan kerja.

B. Permasalahan

Berdasarkan penjelasan pada latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan

dibahas dalam makalah ini adalah bagaimana peran tenaga kesehatan dalam menangani

korban kecelakaan kerja dan mencegah kecelakaan kerja guna meningkatkan kesehatan dan

keselamatan kerja.

C. Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui peran tenaga kesehatan dalam

menangani korban kecelakaan kerja dan mencegah kecelakaan kerja guna meningkatkan

kesehatan dan keselamatan kerja.

Page 3: KONSEP KESEHATAN KERJA

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Kesehatan kerja adalah upaya dari perusahaan untuk mempersiapkan, memelihara

dalam rangka penggunaan tenaga kerja dengan kesehatan sehingga bekerja secara maksimal.

Kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu kesehatan atau kedokteran beserta

praktek agar tenaga kerja memperoleh kesehatan setinggi-tingginya.

Keselamtan kerja adalah berkaitan dengan cara kerja, mesin, peralatan, lingkungan,

sifat dan pekerjaaan.

Keselamatan dan kesehatan kerja difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan upaya

untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja pada

khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat

makmur dan sejahtera. Sedangkan pengertian secara keilmuan adalah suatu ilmu pengetahuan

dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit

akibat kerja.

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) tidak dapat dipisahkan dengan proses produksi

baik jasa maupun industri. Perkembangan pembangunan setelah Indonesia merdeka

menimbulkan konsekwensi meningkatkan intensitas kerja yang mengakibatkan pula

meningkatnya resiko kecelakaan di lingkungan kerja.

Hal tersebut juga mengakibatkan meningkatnya tuntutan yang lebih tinggi dalam

mencegah terjadinya kecelakaan yang beraneka ragam bentuk maupun jenis kecelakaannya.

Sejalan dengan itu, perkembangan pembangunan yang dilaksanakan tersebut maka

disusunlah UU No.14 tahun 1969 tentang pokok-pokok mengenai tenaga kerja yang

selanjutnya mengalami perubahan menjadi UU No.12 tahun 2003 tentang ketenaga kerjaan.

Dalam pasal 86 UU No.13 tahun 2003, dinyatakan bahwa setiap pekerja atau buruh

mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja,

moral dan kesusilaan dan perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat serta nilai-nilai

agama.

Untuk mengantisipasi permasalahan tersebut, maka dikeluarkanlah peraturan

perundangan-undangan di bidang keselamatan dan kesehatan kerja sebagai pengganti

peraturan sebelumnya yaitu Veiligheids Reglement, STBl No.406 tahun 1910 yang dinilai

sudah tidak memadai menghadapi kemajuan dan perkembangan yang ada.

Page 4: KONSEP KESEHATAN KERJA

Peraturan tersebut adalah Undang-undang No.1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja

yang ruang lingkupnya meliputi segala lingkungan kerja, baik di  darat, didalam tanah,

permukaan air, di dalam air maupun udara, yang berada di dalam wilayah kekuasaan hukum

Republik Indonesia.

Undang-undang tersebut juga mengatur syarat-syarat keselamatan kerja dimulai dari

perencanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran, perdagangan, pemasangan, pemakaian,

penggunaan, pemeliharaan dan penyimpanan bahan, barang produk tekhnis dan aparat

produksi yang mengandung dan dapat menimbulkan bahaya kecelakaan.

Walaupun sudah banyak peraturan yang diterbitkan, namun pada pelaksaannya masih

banyak kekurangan dan kelemahannya karena terbatasnya personil pengawasan, sumber daya

manusia K3 serta sarana yang ada. Oleh karena itu, masih diperlukan upaya untuk

memberdayakan lembaga-lembaga K3 yang ada di masyarakat, meningkatkan sosialisasi dan

kerjasama dengan mitra sosial guna membantu pelaksanaan pengawasan norma K3 agar

terjalan dengan baik.

B. Tujuan

a. Perlindungn bagi masyarakat dari bahaya yg timbul dari pekerjaan kita.

b. Memeliharan dan meningkatkan derajat kesehatan pekerja, melindungi dari

gangguan kerja, meningkatkan efisiensi kerja, menempatkan pekerjaaan yang

sesuai dengan kemampuan.

c. Melindungi hak keselamatan pekerja, memelihara sumber prodeksi agar berdaya

guna.

d. Meningkatkn kesehatan tenaga kerja

e. Menempakan pekerja sesuai kemampuan

f. Melindungi tenaga kerja atas keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk

kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi dan produktivitas.

g. Agar tenaga kerja memperoleh derajat kesehatn setinggi-tingginya dengan usaha

preventif kuratif terhadap ganguan kesehatan yang timbul.

h. Pemeliharaan dan peningkatan efisiensi dan daya produktifitas tenaga manusia.

i. Pemberantasan kelelahan kerja dan peningkatan kegairahan kerja.

j. Pemeliharaan dan peningkatan hygieni dan sanitasi perusahaan pada umumnya

seperti kebersihan ruangan-ruangan cara pembuangan sampah pengolaan dsb.

k. Perlindungan bagi masyarakat sekitar suatu perusahaan agar tehindar dari

pengotoran oleh bahan-bahan dari perusahaan yang bersangkutan.

Page 5: KONSEP KESEHATAN KERJA

C. Penyakit Akibat Kerja

a. Golongan fisik

1. Suara yang keras dapat menyebabkan tuli.

2. Suhu tinggi dapat menyebabkan heat stroke, heat cramps, atau hyperpyrexia.

3. Suhu rendah menyebabkan chilblains, trench foot, atau frostbite.

4. Penerangan yang kurang atau yang terlalu terang (menyilaukan) menyebabkan

kelainan penglihatan dan memudahkan terjadinya kecelakaan.

5. Penurunan tekanan udara (dekompressi) yang mendadak dapat menyebabkan

caisson disease.

6. Radiasi dan sinar Roentgent atau sinar radio aktif menyebabkan penyakit-

penyakit darah, kemandulan, kanker kulit dan sebagainya.

7. Sinar infra merah dapat menyebabkan catharfact lensa mata.

8. Sinar ultra violet dapat mnyebabkan conjunctivitis photo electrica.

b. Golongan kimiawi

1. Gas yang menyebabkan keracunan misalnya: CC, HCN, H2S, SQ2.

2. Uap dan logam dapat menyebabkan “metal fume fever”, ataupun keracunan

logam misalnya karena Hg, Pb.

3. Larutan ataupun cairan misalnya H2S04, HC1 dapat menyebabkan keracunan

ataupun dermatosis (penyakit kulit).

4. Debu-debu misalnya debu silica, kapas, asbest ataupun debu logam berat bila

terhirup ke dalam paru-paru menyebabkan pneumoconiosis.

5. Awan atau kabut dan insecticida ataupun fungicida pada penyemprotan

serangga dan hama tanaman dapat menyebabkan keracunan.

c. Golongan penyakit infeksi

Misalnya penyakit anthrax yang disebabkan bakteri Bacillus anthracis pada

penyamak kulit atau pengumpul wool. Penyakit-penyakit infeksi pada karyawan

yang bekerja dalam bidang mikrobiologi ataupun dalam perawatan penderita

penyakit menular.

Page 6: KONSEP KESEHATAN KERJA

d. Golongan fisiologi

Penyakit yang disebabkan karena sikap badan yang kurang baik; karena

konstruksi mesin yang tidak cocok, ataupun karena tempat duduk yang tidak

sesuai.

e. Golongan mental-psikologi

Penyakit yang timbul karena hubungan yang kurang baik antara sesama

karyawan, antara karyawan dengan pimpinan, karena pekerjaan yang tidak cocok

dengan psikis karyawan, karena pekerjaan yang membosankan ataupun karena

upah (imbalan) yang terlalu sedikit sehingga tenaga pikirannya tidak dicurahkan

kepada pekerjaannya melainkan kepada usahausaha pribadi untuk. menambah

penghasilannya.

D. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Kecelakaan Akibat Kerja

a. Faktor Biologis

Lingkungan kerja pada Pelayanan Kesehatan favorable bagi berkembang biaknya

strain kuman yang resisten, terutama kuman-kuman pyogenic, colli, bacilli dan

staphylococci, yang bersumber dari pasien, benda-benda yang terkontaminasi dan

udara. Virus yang menyebar melalui kontak dengan darah dan sekreta (misalnya

HIV dan Hep. B) dapat menginfeksi pekerja hanya akibat kecelakaan kecil

dipekerjaan, misalnya karena tergores atau tertusuk jarum yang terkontaminasi

virus.

Pencegahan :

1. Seluruh pekerja harus mendapat pelatihan dasar tentang kebersihan,

epidemilogi dan desinfeksi.

2. Sebelum bekerja dilakukan pemeriksaan kesehatan untuk memastikan

dalam keadaan sehat badani, punya cukup kekebalan alami untuk bekrja

dengan bahan infeksius, dan dilakukan imunisasi.

3. Pengelolaan limbah infeksius dengan benar.

4. Kebersihan diri dari petugas.

Page 7: KONSEP KESEHATAN KERJA

b. Faktor Kimia

Petugas di laboratorium kesehatan yang sering kali kontak dengan bahan kimia

dan obat-obatan seperti antibiotika, demikian pula dengan solvent yang banyak

digunakan dalam komponen antiseptik, desinfektan dikenal sebagai zat yang

paling karsinogen. Semua bahan cepat atau lambat ini dapat memberi dampak

negatif terhadap kesehatan mereka. Gangguan kesehatan yang paling sering

adalah dermatosis kontak akibat kerja yang pada umumnya disebabkan oleh iritasi

(amoniak, dioksan) dan hanya sedikit saja oleh karena alergi (keton). Bahan toksik

( trichloroethane, tetrachloromethane) jika tertelan, trhirup atau terserap melalui

kulit dapat menyebabkan penyakit akut atau kronik, bahkan kematian. Bahan

korosif (asam dan basa) akan mengakibatkan kerusakan jaringan yang irreversible

pada daerah yang terpapar.

Pencegahan :

1. Material safety data sheet (MSDS) dari seluruh bahan kimia yang ada

untuk diketahui oleh seluruh petugas laboratorium.

2. Menggunakan karet isap (rubber bulb) atau alat vakum untuk mencegah

tertelannyabahan kimia dan terhirupnya aerosol.

3. Menggunakan alat pelindung diri (pelindung mata, sarung tangan,

celemek, jas laboratorium) dengan benar.

4. Hindari penggunaan lensa kontak, karena dapat melekat antara mata dan

lensa.

5. Menggunakan alat pelindung pernafasan dengan benar.

c. Faktor Ergonomi

Ergonomi sebagai ilmu, teknologi dan seni berupaya menyerasikan alat, cara,

proses dan lingkungan kerja terhadap kemampuan, kebolehan dan batasan

manusia untuk terwujudnya kondisi dan lingkungan kerja yang sehat, aman,

nyaman dan tercapai efisiensi yang setinggi-tingginya. Pendekatan ergonomi

bersifat konseptual dan kuratif, secara populer kedua pendekatan tersebut dikenal

sebagai To fit the Job to the Man and to fit the Man to the Job . Sebagian besar

pekerja di perkantoran atau Pelayanan Kesehatan pemerintah, bekerja dalam

posisi yang kurang ergonomis, misalnya tenaga operator peralatan, hal ini

disebabkan peralatan yang digunakan pada umumnya barang impor yang

disainnya tidak sesuai dengan ukuran pekerja Indonesia. Posisi kerja yang salah

Page 8: KONSEP KESEHATAN KERJA

dan dipaksakan dapat menyebabkan mudah lelah sehingga kerja menjadi kurang

efisien dan dalam jangka panjang dapat menyebakan gangguan fisik dan

psikologis (stress) dengan keluhan yang paling sering adalah nyeri pinggang kerja

(low back pain).

d. Faktor Fisik

Faktor fisik di laboratorium kesehatan yang dapat menimbulkan masalah

kesehatan kerja meliputi :

1. Kebisingan, getaran akibat mesin dapat menyebabkan stress dan ketulian.

2. Pencahayaan yang kurang dapat menyebabkan gangguan penglihatan dan

kecelakaan kerja.

3. Suhu dan kelembaban yang tinggi di tempat kerja.

4. Terimbas kecelakaan/kebakaran akibat lingkungan sekitar.

5. Terkena radiasi Khusus untuk radiasi, dengan berkembangnya teknologi

pemeriksaan, penggunaannya meningkat sangat tajam dan jika tidak dikontrol

dapat membahayakan petugas yang menangani.

Pencegahan :

1. Pengendalian cahaya di ruang kerja

2. Pengaturan ventilasi dan penyediaan air minum yang cukup memadai.

3. Menurunkan getaran dengan bantalan anti vibrasi.

4. Pengaturan jadwal kerja yang sesuai.

5. Pelindung mata untuk sinar laser

6. Filter untuk mikroskop

e. Faktor Psikososial Beberapa contoh faktor psikososial yang dapat menyebabkan

stress

1. Pelayanan kesehatan sering kali bersifat emergency dan menyangkut hidup

mati seseorang. Untuk itu pekerja di laboratorium kesehatan di tuntut untuk

memberikan pelayanan yang tepat dan cepat disertai dengan kewibawaan dan

keramahan-tamahan.

2. Pekerjaan pada unit-unit tertentu yang sangat monoton. 

3. Hubungan kerja yang kurang serasi antara pimpinan dan bawahan atau sesama

teman kerja. 

Page 9: KONSEP KESEHATAN KERJA

4. Beban mental karena menjadi panutan bagi mitra kerja di sektor formal

ataupun informal.

E. Kebijakan Pemerintah Tentang Hiperkes

1. Definisi :

cabang dari IKM, yang mempelajari cara-cara pengawasan serta pemeliharaan

kesehatan tenaga kerja dan masyarakat di sekitar perusahaan dan segala

kemungkinan gangguan kesehatan dan keselamatan akibat proses produksi di

perusahaan.

Lapangan kesehatan yg engurusi proses kesehatan secara menyeluruh (kuratif,

preventif,penyesuaian factor manusiawi, hygiene).

2. Tujuan

a. Agar masyarakat pekerja dapat mencapai derajat kesehatan yang setinggi-

tingginya, baik fisik, mental, dan sosialnya.

b. Agar masyarakat sekitar perusahaan terlindung dari bahaya-bahaya

pengotoran oleh bahan-bahan yang berasal dari perusahaan.

c. Agar hasil produksi perusahaan tidak membahayakan kesehatan

masyarakat konsumennya.

d. Agar efisiensi kerja dan daya produktivitas para karyawan meningkat dan

dengan demikian akan meningkatkan pula produksi perusahaan.

e. Sebagai tindakan korektif pada lingkungan.

Hyghiene:agar tenaga kerja terlindung dari resiko kerja( pemantauan).

Kesehatan kerja : pemeliharaan kesehatan, pemberantasan kelelahan kerja,

perlindungan masyarakat sekitar, menciptakan tenaga kerja yang

produktif.

3. Usaha

Meningkatkan moril kerja, meningkatkan dan memelihara kesehatan yang

setinggi-tingginya, mencegah timbulnya gangguan kesehatan.

a. pencegahan dan pemberantasan penyakit dan kecelakaan-kecelakaan

akibat kerja.

b. pemeliharaan dan peningkatan kesehatan tenaga kerja.

c. pemeliharaan dan peningkatan efisiensi dan daya produktifitas tenaga

manusia.

Page 10: KONSEP KESEHATAN KERJA

d. pemberantasan kelelahan kerja dan peningkatan kegairahan kerja.

e. pemeliharaan dan peningkatan hygieni dan sanitasi perusahaan pada

umumnya seperti kebersihan ruangan-ruangan cara pembuangan sampah

pengolaan dsb.

f. perlindungan bagi masyarakat sekitar suatu perusahaan agar tehindar dari

pengotoran oleh bahan-bahan dari perusahaan yang bersangkutan.

g. perlindungan masyarakat luas dari bahay-bahay yg mungkin ditimbulkan

oleh hasil-hasil produksi perusahaan.

Prinsip dasar : pengenalan faktor yg berisiko,penilaian dan

pengendaliannya dikenalkan pd tenaga kerjanya.

4. Ruang lingkup

kesehatan masyarakat : masyarakat umum

hiperkes : tenaga kerja dan masyarakat di sekitarnya, mcegah timbulnya gangguan

kesehatan bagi pekerja, memelihara kesehatn di lingkungan kerja,mmberi

perlindungan bagi pekerja.

hiperkes: ilmu kedokteran kerja, occupational medicine : kesehatan kerja,

keracunan perusahaan, jiwa perusahaan dan keselamatan kerja.

F. Fungsi dan Peran Perawat Hiperkes

a. Definisi

American Association of Occupational Health Nurses mendefenisikan perawat

hiperkes sebagai “Orang yang memberikan pelayanan medis kepada tenaga kerja”.

Sedangkan Departement of Labor (DOL) USA mendefenisikan sebagai “ Orang yang

memberikan pelayanan medis atas petunjuk umum kesehatan kepada si sakit atau

pekerja yang mendapat kecelakaan atau orang lain yang menjadi sakit atau menderita

kecelakaan di tempat kerja.

Seorang perawat hiperkes adalah seseorang yang berijazah perawat dan memiliki

pengalaman/training keperawatan dalam hiperkes dan bekerja melayani kesehatan

tenaga kerja di perusahaan.

Page 11: KONSEP KESEHATAN KERJA

b. Fungsi perawat hiperkes

Fungsi seorang perawat hiperkes sangat tergantung kepada kebijaksanaan

perusahaan dalam hal luasnya ruang lingkup usaha kesehatan, susunan dan jumlah

tenaga kesehatan yang dipekerjakan dalam perusahaan.

Dokter perusahaan biasanya memegang tanggung-jawab dalam menyelenggarakan

kesehatan perusahaan, namun kita ketahui sekarang ini bahwa tidak semua

perusahaan mempekerjakan dokter secara full time. Dalam kondisi seperti ini, maka

perawat yang menjadi lebih banyak melayani aktivitas kesehatan di perusahaan.

Apabila perawat merupakan satu-satunya tenaga kesehatan yang full time di

perusahaan, maka fungsinya adalah :

1. Membantu dokter perusahaan dalam menyusun rencana kerja hiperkes di

perusahaan.

2. Melaksanakan program kerja yang telah digariskan, termasuk administrasi

kesehatan kerja.

3. Memelihara dan mempertinggi mutu pelayanan perawatan/pengobatan.

4. Memelihara alat-alat perawatan, obat-obatan dan fasilitas kesehatan

perusahaan.

5. Membantu dokter dalam pemeriksaan kesehatan sesuai cara-cara yang telah

disetujui.

6. Ikut membantu menentukan kasus-kasus penderita, serta berusaha

menindaklanjuti sesuai wewenang yang diberikan kepadanya.

7. Ikut menilai keadaan kesehatan tenaga kerja dihubungkan dengan faktor

pekerjaan dan melaporkan kepada dokter perusahaan.

8. Membantu usaha perbaikan kesehatan lingkungan dan perusahaan sesuai

kemampuan yang ada.

9. Ikut mengambil peranan dalam usaha-usaha kemasyarakatan : UKS.

10. Membantu, merencanakan dan atau melaksanakan sendiri kunjungan rumah

sebagai salah satu dari segi kegiatannya.

11. Menyelenggarakan pendidikan hiperkes kepada tenaga kerja yang dilayani.

12. Turut ambil bagian dalam usaha keselamatan kerja.

13. Mengumpulkan data-data dan membuat laporan untuk statistic dan evaluasi.

14. Turut membantu dalam usaha penyelidikan kesehatan tenaga kerja.

15. Memelihara hubungan yang harmonis dalam perusahaan.

Page 12: KONSEP KESEHATAN KERJA

16. Memberikan penyuluhan dalam bidang kesehatan.

17. Bila lebih dari satu paramedis hiperkes dalam satu perusahaan, maka pimpinan

paramedis hiperkes harus mengkoordinasi dan mengawasi pelaksanaan semua

usaha perawatan hiperkes.

Menurut Jane A. Le R.N dalam bukunya The New Nurse in Industry, beberapa

fungsi specific dari perawat hiperkes adalah :

1. Persetujuan dan kerjasama dari pimpinan perusahaan/industry dalam membuat

program dan pengolahan pelayanan hiperkes yang mana bertujuan

memberikan pemeliharaan / perawatan kesehatan yang sebaik mungkin kepada

tenaga kerja.

2. Memberikan/ menyediakan primary nursing care untuk penyakit – penyakit

atau korban kecelakaan baik akibat kerja maupun yang bukan akibat kerja

bedasarkan petunjuk- petunjuk kesehatan yang ada.

3. Mengawasi pengangkutan si sakit korban kecelakaan ke rumah sakit , klinik

atau ke kantor dokter untuk mendapatkan perawatan / pengobatan lebih lanjut.

4. Melakukan referral kesehatan dan pencanaan kelanjutan perawatan dan follow

up dengan rumah sakit atau klinik spesialis yang ada.

5. Mengembangkan dan memelihara system record dan report kesehatan dan

keselamatan yang sesuai dengan prosedur yang ada di perusahaan.

6. Mengembangkan dan memperbarui policy dan prosedur servis perawatan.

7. Membantu program physical examination (pemeriksaan fisik) dapatkan data-

data keterangan-keterangan mengenai kesehatan dan pekerjaan. Lakukan

referral yang tepat dan berikan suatu rekomendasi mengenai hasil yang positif.

8. Memberi nasehat pada tenaga kerja yang mendapat kesukaran dan jadilaj

perantara untuk membantu menyelesaikan persoalan baik emosional maupun

personal.

9. Mengajar karyawan praktek kesehatan keselamatan kerja yang baik,dan

memberikan motivasi untuk memperbaiki praktek-praktek kesehatan.

10. Mengenai kebutuhan kesehatan yang diperlukan karyawan dengan obyektif

dan menetapkan program Health Promotion, Maintenance and Restoration.

11. Kerjasama dengan tim hiperkes atau kesehatan kerja dalam mencari jalan

bagaimana untuk peningkatan pengawasan terhadap lingkungan kerja dan

Page 13: KONSEP KESEHATAN KERJA

pengawasan kesehatan yang terus menerus terhadap karyawan yang terpapar

dengan bahan-bahan yang dapat membahayakan kesehatannya.

12. Tetap waspada dan mengikuti standar-standar kesehatan dan keselamatan

kerja yang ada dalam menjalankan praktek-praktek perawatan dan pengobatan

dalam bidang hiperkes ini.

13. Secara periodic untuk meninjau kembali program-program perawatan dan

aktifitas perawatan lainnya demi untuk kelayakan dan memenuhi kebutuhan

serta efisiensi.

14. Ikut serta dalam organisasi perawat (professional perawat) seperti ikatan

paramedic hiperkes, dll.

15. Merupakan tanggung jawab pribadi yang tidak boleh dilupakan dan penting

adalah mengikuti kemajuan dan perkembangan professional (continues

education).

c. Tugas paramedis hiperkes

Secara sistimatis DR. Suma’mur PK, MSc, menggambarkan tugas-tugas

paramedis hiperkes sebagai berikut :

1. Tugas medis teknis yang berhubungan dengan perawatan dan pengobatan

a) Perawatan dan pengobatan penyakit umum

1) menurut petunjuk dokter perusahaan

2) menurut pedoman tertulis (standing orders)

3) rujukan pasien ke rumah sakit

4) mengawasi pasien sakit hingga sembuh

5) menyelenggarakan rehabilitasi

b) Perawatan dan pengobatan pada kecelakaan dan penyakit jabatan

c) Menjalankan pencegahan penyakit menular (vaksinasi, dll)

d) Pemeriksaan kesehatan

1) sebelum bekerja (pre-employment)

2) berkala

3) pemeriksaan khusus

2. Tugas administratif mengenai dinas kesehatan perusahaan

a) Memelihara administrasi ( dinas kesehatan)

b) Mendidik dan mengamati pekerjaan bawahannya

Page 14: KONSEP KESEHATAN KERJA

c) Memelihara catatan-catatan dan membuat laporan

1) catatan perseorangan yang memuat hasil pemeriksaan kesehatan

pekerja

2) laporan mengenai angka kesakitan, kecelakaan kerja

3) laporan pemakaian obat, dll.

3. Tugas sosial dan pendidikan

a) Memberi pendidikan kesehatan kepada pekerja

1) ketrampilan PPPK,

2) pola hidup sehat,

3) pencegahan penyakit yang berhubungan dengan kebiasaan yang

kurang baik

b) Menjaga kebersihan dalam perusahaan

c) Mencegah kecelakaan kerja

Menurut American Association of Occupational Health Nurses, ruang lingkup

pekerjaan perawat hiperkes adalah :

1. Health promotion / Protection

Meningkatkan derajat kesehatan, kesadaran dan pengetahuan tenaga kerja

akan paparan zat toksik di lingkungan kerja.

Merubah faktor life style dan perilaku yang berhubungan dengan resiko

bahaya kesehatan.

2. Worker Health / Hazard Assessment and Surveillance

Mengidentifikasi masalah kesehatan tenaga kerja dan menilai jenis

pekerjaannya .

3. Workplace Surveillance and Hazard Detection

Mengidentifikasi potensi bahaya yang mengancam kesehatan dan keselamatan

tenaga kerja. Bekerjasama dengan tenaga profesional lain dalam penilaian dan

pengawasan terhadap bahaya.

4. Primary Care

Merupakan pelayanan kesehatan langsung terhadap penyakit dan kecelakaan

pada tenaga kerja, termasuk diagnosis keperawatan, pengobatan, rujukan dan

perawatan emergensi.

5. Counseling

Page 15: KONSEP KESEHATAN KERJA

Membantu tenaga kerja dalam memahami permasalahan kesehatannya dan

membantu untuk mengatasi dan keluar dari situasi krisis.

6. Management and Administration

Acap kali sebagai manejer pelayanan kesehatan dengan tanggung-jawab pada

progran perencanaan dan pengembangan, program pembiayaan dan

manajemen.

7. Research

Mengenali pelayanan yang berhubungan dengan masalah kesehatan,

mengenali faktor – faktor yang berperanan untuk mengadakan perbaikan.

8. Legal-Ethical Monitoring

Paramedis hiperkes harus sepenuhnya memahami ruang lingkup pelayanan

kesehatan pada tenaga kerja sesuai perundang-undangan, mampu menjaga

kerahasiaan dokumen kesehatan tenaga kerja.

9. Community Organization

Mengembangkan jaringan untuk meningkatkan pelayanan kepada tenaga kerja

Perawat hiperkes yang bertanggung-jawab dalam memberikan perawatan tenaga kerja

haruslah mendapatkan petunjuk-petunjuk dari dokter perusahaan atau dokter yang

ditunjuk oleh perusahaan. Dasar-dasar pengetahuan prinsip perawatan dan prosedur

untuk merawat orang sakit dan korban kecelakaan adalah merupakan pegangan yang

utama dalam proses perawatan yang berdasarkan nursing assessment, nursing

diagnosis, nursing intervention dan nursing evaluation adalah mempertinggi efisiensi

pemeliharaan dan pemberian perawatan selanjutnya.

Perawat hiperkes mempunyai kesempatan yang besar untuk menerapkan praktek-

praktek standar perawatan secara leluasa. Seorang perawat hiperkes, melalui program

pemeliharaan dan peningkatan kesehatan hendaknya selalu membantu karyawan /

tenaga kerja untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal.

Page 16: KONSEP KESEHATAN KERJA

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sebagai suatu sistem program yang dibuat bagi pekerja maupun pengusaha, kesehatan

dan keselamatan kerja atau K3 diharapkan dapat menjadi upaya preventif terhadap timbulnya

kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja dalam lingkungan kerja. Pelaksanaan

K3 diawali dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja

dan penyakit akibat hubungan kerja, dan tindakan antisipatif bila terjadi hal demikian. Tujuan

dari dibuatnya sistem ini adalah untuk mengurangi biaya perusahaan apabila timbul

kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja.

Peran tenaga kesehatan dalam menangani korban kecelakaan kerja adalah menjadi

melalui pencegahan sekunder ini dilaksanakan melalui pemeriksaan kesehatan pekerja yang

meliputi pemeriksaan awal, pemeriksaan berkala dan pemeriksaan khusus. Untuk mencegah

terjadinya kecelakaan dan sakit pada tempat kerja dapat dilakukan dengan penyuluhan

tentang kesehatan dan keselamatan kerja.

B. Saran

Kesehatan dan keselamatan kerja sangat penting dalam pembangunan karena sakit

dan kecelakaan kerja akan menimbulkan kerugian ekonomi (lost benefit) suatu perusahaan

atau negara olehnya itu kesehatan dan keselamatan kerja harus dikelola secara maksimal

bukan saja oleh tenaga kesehatan tetapi seluruh masyarakat.

Page 17: KONSEP KESEHATAN KERJA

DAFTAR PUSTAKA

Poerwanto, Helena dan Syaifullah. Hukum Perburuhan Bidang Kesehatan dan Keselamatan

Kerja. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005.

Indonesia. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.

Indonesia. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja.

Silalahi, Bennett N.B. [dan] Silalahi,Rumondang.1991. Manajemen keselamatan dan

kesehatan kerja.[s.l]:Pustaka Binaman Pressindo.

Suma'mur .1991. Higene perusahaan dan kesehatan kerja. Jakarta :Haji Masagung

Suma'mur .1985. Keselamatan kerja dan pencegahan kecelakaan. Jakarta :Gunung Agung,

1985

-------------------,1990. Upaya kesehatan kerja sektor informal di Indonesia. [s.]:Direktorat

Bina Peran Masyarakat Depkes RT.