konflik buruh bongkar muat di ... -...
TRANSCRIPT
KONFLIK BURUH BONGKAR MUAT DI PERAIRAN
KAMPUNG BUGIS TANJUNGPINANG
NASKAH PUBLIKASI
Skripsi Diajukan Sebagai Syarat Untuk
Memperoeh Gelar Serjana Bidang Sosiologi
Oleh:
HAIDIR
NIM: 100569201150
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2015
1
ABSTRAK
Pembangunan di Tanjungpinang dinilai sangat pesat dan tentunya akan
menimbulkan lapangan pekerjaan yang baru, dengan demikian agar tidak
tersingkir dari perkembangan pembangunan maka, kita dituntut untuk memiliki
kemampuan untuk menciptakan lapangan pekerjaan dan kreatifitas serta
pendidikan yang tinggi sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada.
Hal ini tentunya akan menimbulkan persaingan diantara kita untuk
mencari pekerjaan yang layak serta menjamin akan masa depan. Oleh karena itu
tidak sedikit dari kita yang tersingkir dari perkembangan pembangunan ini
sehingga membuat mereka yang berpendidikan rendah dan tidak memiliki skill
harus mencari pekerjaan diluar sektor formal untuk menghidupi keluarga mereka
berupa pekerjaan buruh bongkar muat/buruh kasar.
Buruh di Kampung Bugis memiliki kelompok masing-masing setiap
kelompok memegang satu kapal dari luar negeri bahkan ada kelompok yang
memegang dua kapal atau lebih kapal dari luar negeri (Singapura), hal inilah yang
sering menimbulkan konflik, Konflik yang terjadi dilihat dengan menggunakan
teori yang diungkapkan Lewis A. Coser, dimana ada beberapa hal yang berpotensi
menimbulkan konflik, berkaitan dengan kekuasaan, pemenuhan kebutuhan hidup
(sumber daya ekonomi), interaksi baik antar individu dan kelompok serta
solidaritas. Tujuan penelitian yaitu ingin mengetahui penyebab konflik yang
terjadi dalam aktifitas bongkar muat di perairan Kampung Bugis. Penelitian ini
termasuk penelitian pendekatan kualitatif dan jenis deskriptif, pengumpulan data
dilakukan dengan menggunakan metode observasi, wawancara dengan
menggunakan pedoman wawancara (interview guide), dan dokumentasi. Analisis
data dalam penelitian ini menggunakan model Miles & Huberman yaitu reduksi
data, penyajian data, kesimpulan dan verifikasi.
Adapun hasil temuan dalam penelitian menunjukkan ada beberapa hal
yang menjadi potensi konflik pada buruh terkait dengan permasalahan yang
sedang diteliti yaitu, perbedaan akses terhadap kekuasaan, dimana konflik out
group terjadi karena adanya kedekatan dengan pemilik kapal yang ingin
menguasai lahan pekerjaan anggota buruh yang lain hal ini dikarenakan semakin
berkurangnya sumber daya yang menyebabkan rasa ketidakpuasan dan ingin
saling menjatuhkan dan konflik dalam penelitian ini tidak hanya terjadi pada out
group saja tetapi juga terjadi pada in group yang disebabkan oleh sistem
pembagian kerja yang berdampak pada pemberian gaji atau upah.
Kata kunci: konflik buruh
2
ABSTRACT
Tanjungpinang development assessed rapidly and will create new jobs,
then to avoid eliminated from the construction progress, we are required to have
ability to create jobs and creativity with higher education to take advantage of
existing opportunities. This will make a competition among us to find a decent job
and ensure future. Therefore, many people of us who were knocked out of this
development and make them less educated and haven’t skills to look job from
outside of formal sector to meet their needs such as loading and unloading
workers or unskilled laborers.
Laborers in the Kampung Bugis their respective groups and each group
holding a ship from a foreign country there is a group that holds two ships from
overseas (Singapore), which often lead to conflict, conflict viewed using theory
expressed by Lewis A. Coser, where there are some things that could potentially
lead to conflict, with regard to power, subsistence (economic resources), good
interaction between individuals or groups as and solidarity. The purpose of this
research is to know how that conflicts in the loading and unloading activities in
the waters of Kampung Bugis. This research includes the study of qualitative and
descriptive approach, data collection using interview guide and documentation.
Data analysis using a model of Miles & Huberman is reduction data, data
presentation and conclusion or verification.
This result findings there are some things that become a potential conflict
for the workers on the issues under investigation, namely the different access
power, which conflicts out group occurred because the proximity vessel owners
who want to control the land occupation members other workers because of
increasingly reduced caused resources dissatisfaction and wish each other down.
Conflict in this research is not only occur from out group but also in group caused
the division of labor system which affects the salaries or wages.
Keywords : Labor Conflict
3
Konflik Buruh Bogkar Muat Di Perairan
Kampung Bugis Tanjungpinang
A. Pendahuluan
Latar Belakang
Negara Indonesia merupakan negara
yang mempunyai jumlah penduduk
yang padat, dilihat dari sisi positifnya
kepadatan penduduk tersebut dapat
menjadi modal untuk pembanguan
nasional. Pembangunan nasional
dilaksanakan dalam rangka
pembangunan manusia seutuhnya dan
pembangunan masyarakat Indonesia
seluruhnya untuk mewujudkan
masyarakat yang sejahtera, adil dan
makmur yang merata. Pembangunan di
Tanjungpinang dinilai sangat pesat dan
tentunya akan menimbulkan lapangan
pekerjaan yang baru, dengan demikian
agar tidak tersingkir dari
perkembangan pembangunan tersebut
maka kita dituntut untuk memiliki
kemampuan untuk menciptakan
lapangan pekerjaan dan kreatifitas
serta pendidikan yang tinggi sehingga
dapat memanfaatkan peluang yang ada
didalam bidang pekerjaan.
Hal ini tentunya akan menimbulkan
persaingan diantara kita untuk mencari
lahan/lapangan pekerjaan yang dirasa
layak untuk kita serta menjamin akan
masa depan oleh karena itu tidak
sedikit dari kita yang tersingkir akibat
dari perkembangan pembangunan ini
sehingga membuat mereka yang
berpendidikan rendah dan yang tidak
memiliki keahlian atau yang tidak
memiliki skill dibidang tertentu harus
mencari pekerjaan di luar sektor
formal yaitu sektor informal untuk
menghidupi keluarga mereka berupa
pekerjaan buruh bongkar muat/buruh
kasar.
Buruh bongkar muat di perairan
Kampung Bugis tidak hanya
melakukan pekerjaan bongkar muat
kapal yang berasal dari dalam negeri
saja tetapi juga luar negeri yaitu
Singapura, dengan ketentuan bahwa
kapal yang berasal dari dalam negeri
seperti Jakarta, Medan, Pekanbaru dan
lain-lain akan dibongkar di pelabuhan
resmi yaitu Pelabuahan Pelantar II dan
4
Pelabuhan Sri Payung batu 6,
sedangkan kapal-kapal yang berasal
dari luar negei (Singapura) akan
dibongkar di perairan Kampung Bugis
mengingat tidak adanya/belum adanya
pelabuhan resmi untuk kapal yang
berasal dari luar negeri.
Buruh di perairan Kampung Bugis
memiliki kelompok masing-masing,
setiap kelompok memegang satu kapal
yang berasal dari luar negeri
(Singapura) untuk dibongkar bahkan
ada juga kelompok yang memegang
dua atau lebih kapal dari luar negeri
(Singapura), hal ini dikarenakan
adanya kedekatan antara kepala buruh
dengan pemilik kapal, dari kedekatan
inilah sering menimbulkan konflik
karena kelompok buruh sering
menjatuhkan kelompok buruh yang
lain didepan pemilik kapal sehingga
membuat kurangnya kepercayaan
pemilik kapal terhadap kelompok yang
dikucilkan dan membuat masing-
masing kelompok buruh menyimpan
perasaan tidak suka terhadap
kelompok buruh yang lain.
Untuk menghindari konflik ada
beberapa cara yang dapat mereka
lakukan diantaranya ialah dengan
meminjam jasa tenaga buruh dari
kelompok yang lain atau
pendistribusian tenaga kerja, dengan
demikian mereka merasa bahwa apa
yang telah dilakukan telah cukup adil.
Berdasarkan latar belakang masalahan
yang ditemukan diatas, peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian dan
menuangkannya dalam bentuk
penelitian yang berjudul Konflik
Buruh Bongkar Muat Di Perairan
Kampung Bugis Tanjungpinang
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang
masalah yang diuraikan diatas, maka
dapat diambil perumusan masalah
yaitu: “Bagaimana Pembagian Kerja
Yang Telah Ada Diantara Buruh
Senior Dan Junior Dapat
Menimbulkan Konflik”
C. Tujuan Penulisan
5
Tujuan penulis melakukan
penelitian ini adalah untuk mengetahui
penyebab konflik yang terjadi dalam
aktifitas bongkar muat di Perairan
Kampung Bugis Tanjungpinang.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan
kedepannya penelitian ini dapat
menjadi dasar terciptanya asosiasi
buruh bongkar muat di Perairan
Kampung Bugis Tanjungpinang,
sehingga dengan adanya asosiasi ini
dapat mengurangi atau
meminimalisirkan konflik yang terjadi
diantara buruh.
E. Konsep Operasional
Mengacu kepada topik untuk
menciptakan kesamaan pendapat serta
kesatuan pengertian dalam
pembahasan ini maka perlu kiranya
penulis mengemukakan konsep
operasional tentang berbagai istilah
yang dipergunakan dalam penulisan
ini. Adapun konsep tersebut adalah :
1. Konflik
Konflik dalam penelitian ini adalah
pertentangan para anggota buruh in
group dan out group yang melibatkan
buruh itu sendiri dalam pekerjaan
bongkar muat. Konflik yang sering
terjadi adalah konflik horizontal.
Konflik horizontal adalah pertentangan
yang terjadi antara buruh dengan
buruh dikarenakan pembagian gaji dan
kecemburuan sosial seperti saling iri
dalam hal pekerjaan.
2. Potensi Konflik
Potensi konflik bisa terjadi dari
pembagian kerja dan upah, pembagian
kerja yang tidak seimbang seperti
adanya deskriminasi buruh senior
terhadap junior yang nantinya
berdampak pada pendapatan atau gaji.
3. Kohesi internal
Kohesi internal adalah bertambahnya
solidaritas dalam kelompok-dalam ini
dihasilkan dari konflik dengan
kelompok luar. Dalam penelitian ini
6
solidaritas semakin erat diantara
kelompok buruh dimana setiap
kelompok buruh berusaha
mempertahankan agar lahan pekerjaan
mereka tidak jatuh ke tangan
kelompok lain.
4. Buruh Bongkar Muat.
Buruh bongkar muata adalah orang
yang menggunakan tenaga dan
fisiknya untuk memenuhi kebutuhan
hidup karena tidak memiliki skill atau
keahlian dibidang tertentu.
F. Metodelogi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah deskriptif
kualitatif, yakni berupaya menyajikan
gambaran yang terperinci mengenai
suatu situasi khusus di lokasi
penelitian. Berdasarkan pada data-data
yang didapatkan serta pemahaman
yang berkembang di antara para
informan, maka hasil penelitian ini
dianalisis dalam bentuk uraian yang
menggambarkan konflik buruh
Bongkar Muat di Perairan Kampung
Bugis Tanjungpinang.
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di
Kampung Bugis RT 1 RW II Jalan
Bestari yang melibatkan antar anggota
buruh dalam satu group (in-group).
Alasan pengambilan lokasi penelitian
adalah karena selain di sini banyak
terdapat atau tempat menetapnya para
buruh bongkar muat kapal Singapura
serta terdapat adanya ketidaksamaan
dalam proses pembagian pekerjaan
yang berdampak pada pemberian gaji
serta adanya kelompok luar yang
mencoba mengambil lahan pekerjaan
kelompok buruh yang lain.
3. Populasi dan Sampel
Sesuai dengan jenis penelitian bahwa
penelitian kualitatif tidak
menggunakan pendekatan populasi,
tetapi masih mengenal istilah sampel.
Sampel dalam penelitian yang
7
kualitatif lebih kepada pendekatan
secara intensif ke informan yang akan
dijadikan sebagai sumber data dalam
penelitian ini. Dalam penelitian ini
informan merupakan subjek yang
menjadi sumber peneliti dalam
mendapatkan informasi sebagai data
yang diperlukan sesuai dengan
permasalahan dan kebutuhan peneliti.
Penentuan informan dilakukan dengan
menggunakan purposive sampling,
yaitu dipilih dengan pertimbangan dan
tujuan tertentu (Sugiyono, 2009:216).
Berkaitan dengan penelitian konflik
buruh bongkar muat di perairan
Kampung Bugis ini, berjumlah 7
orang, diantaranya adalah 3 orang
buruh senior 3 orang buruh junior
bongkar muat dan 1 orang kepala
buruh, sebagai key informan adalah
kepala buruh.
4. Jenis Data
a. Data Primer
Data primer berupa wawancara
langsung dengan informan penelitian.
Informan dalam penelitian ini yaitu
para buruh
b. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh
dengan cara mengumpulkan data dan
mengambil informasi berupa buku-
buku, internet, foto dan jurnal yang
dianggap relevan dengan masalah
penelitian.
5. Teknik Pengumpulan
Data
Adapun pengumpul data yaitu
berupa observasi, wawancara, dan
dokumentasi.
a. Observasi
Observasi adalah pengamatan
langsung di lokasi penelitian,
observasi diklasifikasikan menjadi dua
cara yaitu cara berperan serta dan tidak
berperan serta. Observasi tanpa peran
serta, pengamat hanya melakukan satu
fungsi yaitu mengadakan pengamatan.
Namun observasi berperan serta,
pengamat melakukan dua fungsi
sekaligus yaitu sebagai pengamat dan
menjadi bagian dari masyarakat yang
8
diamatinya. Dalam penelitian ini yang
diamati tentunya adalah masyarakat,
beserta kesehariannya, seperti
bagaimana mereka bekerja, kegiatan
atau aktivitas untuk mengisi waktu
luang, serta interaksi antar sesama
masyarakat.
b. Wawancara
Wawancara mendalam
merupakan suatu cara mengumpulkan
data atau informasi dengan cara
langsung bertatap muka dengan
informan, dengan maksud
mendapatkan gambaran lengakap
tentang topik yang diteliti. Dalam
penelitian ini, wawancara dilakukan
guna mencari informasi mengenai
konflik buruh bongkar muat di
perairan Kampung Bugis
Tanjungpinang.
c. Dokumentasi
Dokumentasi yang digunakan
sebagai penunjang penelitian penulis,
dimana dalam dokumentasi ini dapat
melihat, mengabadikan gambar
dilokasi penelitian. Dokumentasi ini
juga digunakan untuk mengumpulkan
data-data yang berbentuk cacatan
berupa hasil wawancara, dokumen-
dokumen yang berkaitan dengan
penelitian seperti foto aktifitas buruh
serta kapal yang menjadi sumber
konflik.
6. Teknik Analisis Data
Metode yang digunakan dalam
penulisan ini penulis lebih
menitikberatkan pada analisa secara
kualitatif yaitu dengan menelaah
seluruh data, baik data primer maupun
data sekunder yang kemudian disusun
dan diklasifikasikan, lalu
diinterprestasikan sesuai dengan
pemahaman peneliti.
Dalam menganalisis data yang
diperoleh dari hasil penelitian,
9
digunakan teknik deskriptif analisis.
Dalam prosesnya, Analisis data dalam
penelitian ini menggunakan model
yang dikemukakan oleh Miles dan
Huberman bahwa aktivitas dalam
analisis data kualitatif dilakukan secara
intensif dan berlangsung secara terus
menerus sampai tuntas, sehingga
datanya sudah jenuh. Akitivitas dalam
anilisis data, yaitu reduksi data,
penyajian data, penarikan kesimpulan (
Sugiyono, 2009:246).
G. Sistematika Penulisan
Dalam memberikan gambaran
umum mengenai isi penelitian yang
akan dilakukan ini, perlu dikemukakan
garis besar pembahasan melalui
sistematika penulisan. Sistematika
penulisan ini sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Berisi pendahuluan yang
meliputi latar belakang,
perumusan masalah, tujuan dan
kegunaan penelitian, metode
penelitian yang berisi jenis
penelitian, lokasi penelitian,
jenis data, populasi dan sampel,
teknik dan alat pengumpulan
data, teknik analisis data dan
sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini berisikan teori
konflik dengan literatur yang
berkaitan dengan judul konflik
buruh bongkar muat di perairan
Kampung Bugis
Tanjungpinang.
BAB III GAMBARAN UMUM
LOKASI PENELITIAN
Bab ini berisikan uraian
mengenai gambaran umum
desa Kampung Bugis, kondisi
sosial dan ekonomi penduduk,
sarana dan prasarana
penduduk, jumlah penduduk,
penduduk berdasarkan
kelompok umur, penduduk
berdasarkan jenis pekerjaan,
penduduk berdasarkan
pendidikan Kelurahan
Kampung Bugis.
10
BAB IV HASIL PENELITIAN
DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang uraian
hasil penelitian dan
pembahasan mengenai objek
yang akan diteliti yakni para
buruh.
BAB V KESIMPULAN DAN
SARAN
Penutupan berisi
kesimpulan dari
keseluruhan objek
penelitian yang diteliti dari
hasil penelitian. Peneliti
menguraikan mengenai
kesimpulan dari
keseluruhan hasil penelitian
yang telah dilakukan
D. KERANGKA TEORI
Secara umum, para ilmuwan
sosiologi konflik lahir dari konteks
masyarakat yang mengalami
pergeseran-pergeseran nilai-nilai dan
struktural dan dinamika kekuasaan
dalam negara. Istilah konflik pertama
kali digunakan oleh George Simmel
dalam American Journal Of Sosiology
pada tahun 1903.
Konflik berasal dari kata latin
configure yang berarti saling
memukul. Secara sosiologis konflik
dapat diartikan sebagai suatu proses
sosial antara dua orang atau lebih (bisa
juga kelompok) dimana salah satu
pihak berusaha menyingkirkan pihak
yang lain dengan menghancurkannya
atau membuatnya tidak berdaya.
1. Sumber dan ciri-ciri konflik
Membicarakan tentang konflik pasti
ada saja pada setiap sisi dan lapisan
masyarakat. Konflik tidak harus
ditampakkan pada bentuk perilaku
agresif seperti menduduki rel kereta
api, demonstrasi di jalan, protes
dengan membakar ban-ban bekas
dijalan raya, merusak fasilitas umum
maupun berperang dengan menggelar
pasukan secara besar-besaran dan lain-
lain yang dapat merugikan orang lain.
Perasaan bermusuh atau perasaan tidak
suka pada pihak lain juga termasuk
konflik, atau konflik muncul dalam
bentuk perasaan jengkel atas sesuatu,
ada beberapa hal yang menjadi unsur
dalam permusuhan, yakni perasaan
11
tidak suka atau pihak lain yang tidak
disukai (Susilo, 2008:221).
Konflik sosial tidak hanya berakar
pada ketidakpuasan batin,
kecemburuan, iri hati, kebencian,
masalah perut, masalah tanah, masalah
tempat tinggal, masalah uang,
kekuasaan dan pekerjaan, tetapi emosi
sesaat juga dapat memicu terjadinya
konflik sosial, penyebab konflik sosial
antara lain adanya perbedaan pendapat
yang akan melahirkan bentrokan
antara individu dan kelompok dan
perbedaan kepentingan, perbedaan
kepentingan antara individu maupun
kelompok merupakan salah satu
sumber pertentangan, kepentingan
tersebut antara lain ialah kepentingan
ekonomi. Kecemburuan sosial
merupakan salah satu faktor pencetus
konflik sosial, dalam kehidupan
bermasyarakat ini pasti ada konflik
yang terjadi salah satunya disebabkan
adanya kecemburuan sosial antar
individu.
Menurut Leo Von Wiese dan Howard
Becker (Soekanto, 1989;86)
menyebutkan ada beberapa hal yang
menyebabkan terjadinya konflik
kelompok sosial adalah sebagai
berikut:
a. Perbedaan antar orang
Pada dasarnya setiap orang memiliki
karakteristik yang berbeda, perbedaan
ini mampu menimbukan konflik sosial,
perbedaan pendirian dan perasaan
setiap orang dirasa sebagai pemicu
utama dalam konflik sosial, umumnya
perbedaan pendirian atau pemikiran
lahir karena setiap orang memiliki cara
pandang yang berbeda terhadap
masalah yang sama.
b. Bentrok kepentingan
Perbedaan antar individu maupun
kelompok merupakan sumber lain dari
pertentangan sosial, wujud
kepentingan sosial ada bermacam-
macam; ada kepentingan ekonomi,
politik dan lain sebagainya (Soekanto,
2006:91).
Adapun dampak dari konflik sosial itu
sendiri adalah, setiap konflik sosial
yang terjadi baik konflik vertikal
12
maupun horizontal cendrung berupa
negatif yang umumnya membawa
penderitaan. Menurut Soejono
Soekanto (1989;90), akibat negatif dari
konflik adalah:
a. Jika konflik yang terjadi pada
tubuh suatu kelompok maka
akan menjadi menjadi
keretakan dan keguncangan
dalam kelompok tersebut
Visi dan misi dalam kelompok
menjadi tidak dipandang lagi sebagai
dasar penyatuan. Setiap anggota
berusaha menjatuhkan anggota lain
dalam kelompok yang sama, sehingga
dapat dipastikan kelompok tersebut
tidak akan bertahan dalam waktu yang
lama.
b. Berubahnya kepribadian
individu
Dalam konflik sosial biasanya
membentuk opini yang berbeda,
misalnya orang yang setuju dan yang
tidak mendukung konflik, adapula
yang menaruh simpati kepada kedua
belah pihak, ada pribadi-pribadi yang
tahan menghadapi situasi konflik, akan
tetapi ada yang merasa tertekan,
sehingga menimbulkan penderitaan
(Soekanto, 2006:95). Lewis A. Coser
menggambarkan kondisi-kondisi
dimana konflik secara positif dapat
membantu struktur sosial dan apabila
secara negatif maka akan
memperlemah kerangka masyarakat
(Poloma, 2004:113).
2. Konflik menurut Lewis A. Coser
Konflik dapat memberikan peran
positif atau fungsi positif dalam
masyarakat, sehingga dalam suatu
hubungan sosial tertentu konflik yang
disembunyikan tidak akan
memberikan efek positif (Susan,
2010:60). Konflik yang
disembunyikan tidak berarti stabilitas
kelompok terjamin. Ketidakhadiran
konflik didalam suatu
hubungan/kelompok tidak dapat
dinyatakan sebagai suatu kondisi
stabilitas yang aman-aman saja.
Sebaliknya pihak-pihak tertentu
mungkin mengekspresikan perasaan
benci (hostile feelings) jika mereka
merasa aman dan stabil dalam
hubungan tersebut. Mereka lebih
13
mungkin menghindari suatu tindakan
kebencian jika mereka takut akan
mengakhiri suatu hubungan tersebut.
Salah satu fungsi positif konflik adalah
mengurangi ketegangan didalam
masyarakat, juga mencegah agar
ketegangan tersebut tidak terus
bertambah dan menimbulkan
kekerasan yang mungkin terjadi
perubahan-perubahan, karena konflik
mempunyai dampak yang
menyegarkan pada sistem sosial,
konflik memang tidak mengubah
sistem sosial itu sendiri namun konflik
menciptakan perubahan-perubahan
didalam sistem, dan konsekuensinya
sistem itu bisa lebih efektif.
Disisi lain konflik juga bisa
menghasilkan pembentukan kelompok
yang baru yang terdiri dari orang-
orang atau kelompok-kelompok
(dalam hal ini kelompok buruh) yang
sebelumnya acuh tak acuh atau malah
saling bertentangan apabila para buruh
membentuk suatu organisasi buruh
yang besar untuk membela hak
mereka. Konflik juga dapat membantu
“membersihkan suasana” di dalam
kelompok yang sedang kacau.
(Margaret M. Poloma, 1956:41 dalam
Poloma, 2004:108) seluruh fungsi
positif konflik itu (keuntungan dari
situasi konflik yang memperkuat
struktur) dapat dilihat ketika suatu
kelompok mengalami konflik dengan
out-group.
Konflik membuat anggota kelompok
lebih sadar ikatan mereka dan
meningkatkan partisipasi mereka,
konflik dengan kelompok luar
memiliki pengaruh yang dapat
mengerakan pertahanan kelompok atas
musuh mereka (Susilo, 2008:237).
Lewis A. Coser juga mengatakan
bahwa konflik dengan pihak luar akan
membuat pemantapan batas-batas
struktural. Sebaliknya konflik dapat
mempertinggi integrasi dalam
kelompok. (Coser 1956:92-93)
berpendapat bahwa ”tingkat konsensus
kelompok selama konflik terjadi”
merupakan hubungan timbal balik
paling penting dalam konteks apakah
konflik dapat mempertinggi kohesi
kelompok. Lewis A. Coser
mengatakan bila mana konsensus dasar
14
suatu kelompok lemah, maka ancaman
dari luar akan sangat mudah masuk
dan kelompok akan teracam oleh
perpecahan.
Lewis A Coser mengatakan bahwa
konflik akan menjadi fungsional jika
muncul sebagai reaksi atas perilaku
pihak pengingkar konsensus mengenai
kepentingan dan kesejahteraan umum,
Coser dalam (Jamil, 2002:119).
Singkatnya, bilamana ada konsensus
dasar mengenai nilai-nilai inti yang
ada di dalam kelompok maka konflik
dengan berbagai out-groups dapat
memperkuat kohesi internal suatu
kelompok (Poloma, 2004:119).
Menurut Wallace dan Wolf, Coser
memperlihatkan fungsi konflik
terhadap kohesi kelompok (group
cohesion) yang menjadi perhatian
fungsional struktural, walaupun
demikian Lewis A. Coser tidak berniat
untuk menjadikan tema kohesi
kelompok sebagai perhatian utama.
Bagi Lewis A. Coser kohesi kelompok
hanyalah salah satu konsekuensi dari
fungsi konflik (Wallace dan Wolf,
1995:156 dalam Susan, 2010:61).
Kelompok-kelompok yang bertikai
karena suatu sebab pasti akan berusaha
saling untuk meluapkan rasa
permusuhannya kepada kelompok
yang bersangkutan, untuk mencegah
hal tersebut, Lewis A. Coser kemudian
menjelaskan suatu mekanisme yang
dapat dipakai untuk mempertahankan
kelompok dari kemungkinan konflik
sosial tersebut, yaitu dengan
menggunakan katup penyelamat.
Katup penyelamat (savety valve) dapat
diartikan sebagai jalur keluar yang
meredakan permusuhan, atau
singkatnya dapat kita sebut sebagai
mediator, dengan adanya katup
penyelamat (mediator) tersebut,
kelompok-kelompok yang bertikai
dapat mengungkap penyebab dari
munculnya konflik tersebut.
Katup penyelamat (safety valve) ialah
salah satu mekanisme khusus yang
dapat dipakai untuk mempertahankan
kelompok sosial, katup penyelamat
membiarkan luapan permusuhan
tersalurkan tanpa menghancurkan
seluruh struktur, Lewis A. Coser
melihat katup penyelamat berfungsi
15
sebagai “jalan keluar yang meredakan
permusuhan” yang tanpa itu
hubungan-hubungan diantara pihak-
pihak yang bertentangan akan semakin
tajam (Poloma, 2004:108).
Katup penyelamat (savety valve)
menjalankan fungsi positif untuk
mengatur konflik, oleh karena katup
penyelamat bukan direncanakan atau
ditunjuk untuk menghasilkan
perubahan struktural, maka maka
masalah dasar dari konflik itu sendiri
tidak terpecahkan. Tidak ada satu pun
buruh, misalnya berwenang membuat
kebijakan di tempat kerja, mereka ada
hanya dengan persetujuan pemilik
modal, diatur serta dikendalikan oleh
struktur yang lebih besar (Poloma,
2004:109).
E. GAMBARAN UMUM LOKASI
PENELITIAN
a. Gambaran Umum Desa
Berdasarkan gambaran umum
Kelurahan Tanjung Ayun Sakti dapat
dilihat pada kondisi geografisnya
seperti penjelasan dibawah ini:
1. Kondisi Sosial dan
Ekonomi Penduduk
Jumlah penduduk Kampung Bugis
berdasarkan kategori umur yang
bekerja sebagai buruh bongkar muat
adalah usia usia produktif. Ini
menandakan bahwa sebagian besar
penduduk di kelurahan Kampung
Bugis 1 telah memiliki kemampuan
untuk memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari.
1. Sarana Dan Prasarana
Pendidikan
Akses jalan utama yang berada di
Kampung Bugis berupa jalan beraspal
yaitu dengan panjang jalan utama yang
berasapal sepanjang 3 km, yaitu Jalan
Bestari. Akses jalan ini dimanfaatkan
oleh warga Kampung Bugis 1
khususnya para buruh untuk mencapai
pelabuhan tempat mereka melakukan
pekerjaan bongkar muat dengan
menggunakan kendaraan bermotor,
karena dengan adanya akses tersebut
masyarakat yang bekerja sebagai
buruh yang berada di Kelurahan
Kampung Bugis 1 sangat terbantukan
16
setelah lelah bekerja dan pulang
mereka tidak harus berjalan kaki yang
menempuh jarak sejauh 1 km untuk
sampai kerumah.
2. Penduduk Berdasarkan
Jenis Kelamin
Jumlah penduduk kelurahan kampung
Bugis 1 pada tahun 2014 terdapat
9.362 jiwa, yang terdiri dari 2. 547
kepala keluarga, dengan 5.009 jiwa
adalah penduduk laki-laki dan 4.353
jiwa adalah penduduk perempuan.
Jumlah penduduk tiap tahunnya
mengalami peningkatan terus menerus
dari tahun ketahun sehingga membuat
suatu wilayah mengalami kepadatan
penduduk yang ditunjang dengan
berbagai tempat tinggal selama berada
di Kota Tanjungpinang.
3. Penduduk Berdasarkan
Pendidikan
Jumlah penduduk Kelurahan
Kampung Bugis yang bekerja sebagai
buruh harian lepas adalah rata-rata
berpendidikan yang hampir merata
yaitu tamatan sekolah dasar (SD)
SLTP dan SLTA hal ini dikarenakan
tingkat pemahaman tentang
pendidikan dari orang tua terdahulu
dan kurangnya sosialisasi keluarga
terhadap pendidikan. .
F. Hasil Penelitian dan
Pembahasan
A. Karakteristik Informan
Adapun karakteristik informan yang
diidentifikasi adalah sebagai berikut:
a. Informasi Berdasarkan
Umur
Hasil temuan informan
penelitian adalah berumur antara 21
sampai 29 tahun berjumlah 4 orang
informan, 30 sampai 44 berjumlah 2
informan dan umur antara 45 sampai
59 berjumlah 1 orang informan.
Penentuan umur dalam rentang usia
ini, segaja dilakukan peneliti
17
mengingat usia ini merupakan usia
buruh senior dan junior dimana pada
usia 21 sampai 29 tahun merupakan
usia produktif buruh junior dimana
pada usia ini mereka rentan akan
konflik.
b. berdasarkan lamanya bekerja
Lamanya bekerja dibagi
menjadi 2 bagian yaitu senior dan
junior, senior dalam penelitian ini
adalah buruh yang memang sudah
lama bekerja sehingga memahami
benar seluk-beluk tentang pekerjaan
buruh bongkar muat ini dan junior
dalam penelitian ini adalah orang yang
baru bekerja sebagai buruh bongkar
muat. Sebagaimana dapat dilihat dari
lamanya bekerja informan penelitian
yang dijadikan sumber informasi
penelitian seputar permasalah yang
dikaji.
c. berdasarkan tingkat
pendidikan
Tingkat pendidikan tidak menjadi
acuan seseorang untuk menjadi buruh
bongkar muat, karena didalam
pekerjaan buruh bongkar muat tidak
memerlukan ijazah dan skill dibidang
tertentu, semua buruh dipandang sama
dalam hal pekerjaan sehingga tingkat
pendidikan tidak bisa dijadikan
landasan seorang buruh untuk
mendapatkan posisi yang diingikan.
Buruh yang memiliki tamatan tinggi
sekalipun akan mendapatkan porsi
kerja yang sama sehingga ijazah dan
skill dibidang tertentu dalam pekerjaan
buruh ini tidak dipandang sebagai
sesuatu yang harus diistimewakan.
B. Konflik Buruh Bongkar Muat Di
Perairan Kampung Bugis
Tanjungpinang
Konflik dalam penelitian ini adalah
konflik in group dan out group dimana
konflik in group ini lebih sering terjadi
dikarenakan adanya senioritas yang
berdampak pada pembagian pekerjaan
yang berdampak pada besaran gaji
atau upah yang mereka terima hal ini
yang nantinya akan menyebabkan
timbulnya kecemburuan sosial seperti
rasa saling iri dan ketidakterbukaan
antara sesama anggota in group yang
dapat menyebabkan perpecahan.
18
Sementara disisi lain konflik out group
adalah konflik yang terjadi karena
adanya perebutan lahan pekerjaan
yang membuat in group semakin erat.
Manusia adalah makhluk
konfliktis (homo conflictus) yaitu
makhluk yang terlibat dalam
perbedaan, pertentangan dan
persaingan baik suka rela maupun
terpaksa. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (Poerwadarminta, 1976
dalam Susan, 2010:8) konflik berarti
pertentangan atau percekcokan,
pertentangan itu sendiri bisa muncul
dalam bentuk ide maupun fisik antara
kedua belah pihak yang
berseberangan.
Membicarakan tentang konflik pasti
ada saja pada setiap sisi dan lapisan
masyarakat. Konflik tidak harus
ditampakkan pada bentuk perilaku
agresif seperti menduduki rel kereta
api, demonstrasi di jalan, protes
dengan membakar ban-ban bekas
dijalan raya, merusak fasilitas umum
maupun berperang dengan menggelar
pasukan secara besar-besaran dan lain-
lain yang dapat merugikan orang lain.
Perasaan bermusuh atau perasaan tidak
suka pada pihak lain juga termasuk
konflik, atau konflik muncul dalam
bentuk perasaan jengkel atas sesuatu,
ada beberapa hal yang menjadi unsur
dalam permusuhan, yakni perasaan
tidak suka atau pihak lain yang tidak
disukai (Susilo, 2008:221).
Konflik dalam penelitian ini dibagi
kedalam tiga kelompok yaitu, konflik
pembagian kerja dan upah, kohesi
internal sebagai fungsi konflik serta
egois dan kelompok.
a. Pemberian Gaji
Pada dasarnya setiap pekerjaan pasti
memerlukan pembagian pekerjaan tak
terkecuali pekerjaan buruh bongkar
muat ini. Pembagian kerja yang
dimaksud disini ialah adanya beberapa
anggota buruh yang ditunjuk oleh
kepala buruh untuk melakukan
pekerjaan tertentu hal ini bertujuan
untuk menghemat waktu dan tenaga
dalam pekerjaan, hal ini dilakukan
19
karena berkaitan dengan alam (air
laut).
Seperti yang kita ketahui bahwa
kegiatan manusia sangat bergantung
pada alam (air laut) begitu juga halnya
dengan pekerjaan buruh, pada saat air
laut pasang maka buruh baru dapat
melakukan pekerjaan dan
membongkar barang sebanyak
mungkin hal ini dikarenakan para
buruh tidak dapat melakukan aktifitas
bongkar muat pada saat air laut surut
sehingga buruh dituntut untuk bekerja
sama.
Air laut memainkan peranan
sangat penting dalam hal pemberian
gaji atau upah karena jika air laut surut
maka para buruh tidak melakukan
aktifitas bongkar muat lagi maka
buruh akan pulang dan ketika air laut
pasang kembali maka buruh turun
kembali (menyambung) disini lah
banyak terletak perbedaan pendapatan
atau gaji karena terkadang ada
beberapa buruh yang tidak mau ikut
menyambung dan akan mempengaruhi
gaji atau upah.
b. Terbentuknya solidaritas anggota
buruh
Setiap kegiatan atau pekerjaan
pasti memiliki resiko tidak terkecuali
dengan pekerjaan buruh bongkar muat,
Kampung Bugis merupakan sebuah
desa yang mana penduduknya masih
banyak bekerja sebagai buruh bongkar
muat. Dalam pekerjaan buruh bongkar
muat ini sering kali menimbulkan
perbedaan baik itu perbedaan pendapat
atau argument maupun perbedaan
upah atau gaji sehingga berpotensi
menimbulkan konflik baik itu konflik
antar individu maupun antar kelompok
(konflik horizontal) yang
menyebabkan perpecahan antar
kelompok itu sendiri.
c. Perebutan sumber daya ekonomi
20
Buruh di perairan Kampung
Bugis memiliki kelompok masing-
masing, setiap kelompok memegang
satu kapal yang berasal dari luar negeri
(Singapura) untuk dibongkar bahkan
ada juga kelompok yang memegang
dua atau lebih kapal dari luar negeri
(Singapura), hal ini dikarenakan
adanya kedekatan antara kepala buruh
dengan pemilik kapal, dari kedekatan
inilah sering menimbulkan konflik
karena kelompok buruh sering
menjatuhkan kelompok buruh yang
lain didepan pemilik kapal sehingga
membuat kurangnya kepercayaan
pemilik kapal terhadap kelompok yang
dikucilkan dan membuat masing-
masing kelompok buruh menyimpan
perasaan tidak suka terhadap
kelompok buruh yang lain.
G. Penutup
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil temuan di
lapangan mengenai konflik buruh
bongkar muat di perairan Kampung
Bugis Tanjungpnang diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
Buruh di perairan Kampung Bugis
memiliki kelompok masing-masing,
setiap kelompok memegang satu kapal
yang berasal dari luar negeri
(Singapura) untuk dibongkar bahkan
ada juga kelompok yang memegang
dua atau lebih kapal dari luar negeri
(Singapura), hal ini dikarenakan
adanya kedekatan antara kepala buruh
dengan pemilik kapal, dari kedekatan
inilah sering menimbulkan konflik
karena kelompok buruh sering
menjatuhkan kelompok buruh yang
lain didepan pemilik kapal
menimbulkan konflik.
Konflik yang terjadi tidak hanya
konflik internal (in-group) tetapi juga
konflik dengan kelompok luar (out
group), hal yang menyebabkan konflik
dalam penelitian ini (baik individu,
21
senior dan junior maupun kelompok)
diantaranya adalah sebagai berikut:
Konflik yang terlihat dalam penelitian
ini adalah konflik yang bersumber
pada pembagian kerja dan upah
dimana adanya diskriminasi antara
buruh senior terhadap buruh junior
yang berdampak pada pendapatan atau
gaji, serta fungsi positif konflik dapat
kita lihat ketika kelompok in group
berkonflik dengan kelompok in group
yang menyebabkan meningkatnya
solidaritas diantara in group.
B. Saran
1. Diharapkan masing-masing
individu dapat menjaga
kekompakkan dan buruh
senior mau bekerjasama
dengan buruh junior
sehingga terbentuknya
kerjasama dalam
menjalankan pekerjaan,
kerjasama harus
ditanamkan dalam setiap
jiwa pekerja (buruh)
dengan kerjasama setiap
pekerjaan akan terasa lebih
ringan dan mudah.
2. Diharapkan kepada
kelompok buruh baik in
group maupun out group
tidak saling menyimpan
perasaan iri karena itu
merupakan salah satu
sumber konflik yang
menyebabkan perpecahan
antar kelompok.
3. Diharapkan kepada kepala
buruh agar lebih
memperhatikan buruh
junior, karena dalam
pekerjaan buruh bongkar
muat ini terdapat
ketidakadilan dalam hal
pekerjaan sehingga
berimbas pada pemberian
22
upah yang dirasakan lebih
menguntungkan buruh
senior.
4. Diharapkan kelompok-
kelompok yang bertikai
agar dapat berdamai karena
masing-masing kelompok
mencari nafkah dari
pekerjaan buruh ini.
Artinya setiap kelompok
yang memenangkan konflik
maka kerugian buat
kelompok yang lain,
sehingga menyebabkan
tingkat pengangguran yang
lebih tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Abdulsyani. 2002, Sosiologi Skematika, teori, dan terapan, Jakarta: Pt Bumi
Aksara
Bachtiar, Wardi. Dr. 2006, sosiologi Klasik Dari Comte Hingga Parsons,
Bandung: Pt Remaja Rosdakarya.
Bengolo. 2004, kebudayaan sosialis, , Jakarta: Kencana Prenada Media Grup
Dwi . J Narwoko, Suyanto, Bagong. 2004, Sosiologi Teks Pengantar Dan
Terapan, Edisi ketiga, Jakarta: Kencana
Dwi Susilo, K Rahmad, 2008, 20 Tokoh sosiologi modern, Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media
Golmen, Irving, 2007, Antagonisme Konflik Dan Politik, Jakarta: Pt Bumi Aksara
Hasan, Hamid. Dr. 2009, Pengantar Ilmu Sosial, Sebuah Kajian Pendekatan
Struktural, Jakarta: Pt Bumi Aksara.
Jones, Pip, 2003, Pengantar Teori-Teori Konflik, Jakarta: Yayasan Pustaka Obor
Indonesia
Mukhsin, M Jamil, 2007, Mengelolola Konflik Membangun damai: Teori,
Strategi dan Inflementasi Resolusi Konflik, Semarang: Walisongo
Mediation Center
Nazsir, Nasrullah, M.S, 2008, Teori-Teori Sosiologi, Bandung: Widya Padjajaran
Poloma, M Margaret, 2004, Sosiologi Kontemporer, Jakarta: PT RajaGrapindo
Persada
Soekanto, Soerjono, 1982, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Pt RajaGrafindo
Persada
Sugiyono, 2009, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Susan, Novri, 2009, Sosiologi Konflik dan Isu-isu Kontemporer, Jakarta: Kencana
Prenada Media Grup
Syahrial, syarbaini, Rusdiyanta,. 2009, Dasar-dasar sosiologi, Yogyakarta: graha
ilmu
Sumber lain:
Monografi Kelurahan Kampung Bugis, Kecamatan Tanjungpinang Kota,
Kabupaten Kepulauan Riau Tahun 2014
Ciri Konflik,2010(http://sdm. blogspot.com/2010/04-konflik.html) manajemen-
konflik-definisi-ciri-sumber. Diakses 05 November 2014, 22.13 WIB