analisis produktivitas bongkar muat general cargo di

43
ANALISIS PRODUKTIVITAS BONGKAR MUAT GENERAL CARGO DI PELABUHAN MAKASSAR SKRIPSI Diajukan guna memenuhi salah satu syarat meraih gelar strata 1 ( S1 ) Sarjana Teknik Perkapalan Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin AHMAD ZULFIKAR ZUHDY D311 10 268 PROGRAM STUDI TEKNIK PERKAPALAN JURUSAN PERKAPALAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN GOWA 2017

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

23 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS PRODUKTIVITAS BONGKAR MUAT GENERAL CARGO DI

ANALISIS PRODUKTIVITAS BONGKAR MUAT GENERAL CARGO

DI PELABUHAN MAKASSAR

SKRIPSI

Diajukan guna memenuhi salah satu syarat meraih gelar strata 1 ( S1 )

Sarjana Teknik Perkapalan Fakultas Teknik

Universitas Hasanuddin

AHMAD ZULFIKAR ZUHDY

D311 10 268

PROGRAM STUDI TEKNIK PERKAPALAN

JURUSAN PERKAPALAN FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS HASANUDDIN

GOWA

2017

Page 2: ANALISIS PRODUKTIVITAS BONGKAR MUAT GENERAL CARGO DI
Page 3: ANALISIS PRODUKTIVITAS BONGKAR MUAT GENERAL CARGO DI
Page 4: ANALISIS PRODUKTIVITAS BONGKAR MUAT GENERAL CARGO DI

ANALISIS PRODUKTIVITAS BONGKAR MUAT GENERAL CARGO

DI PELABUHAN MAKASSAR

OLEH

AHMAD ZULFIKAR ZUHDY

PembimbingI : Dr. Ir. Syarifuddin Dewa, M.Si

PembimbingII : Abdul HarisDjalante, ST. MT

ABSTRAK

Produktivitas bongkar muat di dermaga kapal barang general cargo dalam kurun waktu 5

tahun terakhir mengalami penurunan dimana rata-rata bongkar muat pada tahun 2012 sebesar

17,84 t/g/j dan tahun 2016 sebesar 17,39 t/g/j. tapi pada sisi lain justru arus barang yang

mengalami peningkatan , dari data yang ada bahwa untuk realisasi arus barang pada tahun 2012

sebesar 3.200.552 Ton sedang untuk tahun 2016 sebesar 4.303.801 Ton. Sedangkan untuk

realisasi arus kunjungan kapal general cargo pada tahun 2012 sebanyak 5.625 unit, untuk tahun

2016 sebanyak 5.487 unit. Dari data tersebut seharusnya tingkat produktivitas kapal general

cargo mengalami kenaikan, tapi yang terjadi malah sebaliknya.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa seberapa besar tingkat produktivitas bongkar

muat di terminal kapal general cargo pada pelabuhan Makassar dalam melayani kegiatan

bongkar muat barang untuk tahun sekarang sampai sepuluh tahun ke depan (tahun 2018-2027)

sehingga dapat diketahui apakah tingkat produktivitas bongkar muatnya sudah optimal atau

belum.

Dengan menggunakan analisa regresi berganda dengan variable bebas berapa jumlah

bongkar dan muat barang, diperoleh proyeksi persamaan untuk produktivitas bongkar muat, hasil

proyeksi ini kemudian menjadi input dalam penentuan tingkat produktivitas bongkar muat.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa produktivitas bongkar muat pada tahun 2027 di

dermaga (THSB) sebesar37,29 t/k/j, sedangkan produktivitas di pelabuhan (THSP) sebesar 33,58

t/k/j. berdasarkan standar produktivitas dari pelabuhan Indonesia IV Cab. Makassar untuk kapal

general cargo sebesar 20-24 t/k/j, maka dapat disimpulkan bahwa produktivitas bongkar muat

tidak optimal.

Kata kunci :Produktivitas BongkarMuat, THSP, THSB

Page 5: ANALISIS PRODUKTIVITAS BONGKAR MUAT GENERAL CARGO DI

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala

rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi yang ditulis dapat terselesaikan. Shalawat dan salam

terkhusus kepada baginda teladan sampai akhir zaman, Rasulullah SAW. Didasari bahwa apa

yang disajikan pada tugas akhir ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis

mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Selama proses pengerjaan skripsi ini, penulis telah mendapatkan banyak bantuan dari

berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1. Kedua orang tua tercinta, ayahanda H. Muh. Zuhdy dan ibunda tercinta Hj. Erna

Durahman serta kakakku yakni H. Fadly Zuhdy dan adikku Fawzy, Fauzan, Fiki, Rani,

atas segala doa, dukugan, dan kasih sayang yang tak terkira.

2. Bapak Dr. Ir. Syarifuddin Dewa, M.Si., selaku pembimbing I yang penuh ide-ide dalam

berkonsultasi, sehingga penulisan ini dapat lebih cepat diselesaikan.

3. Bapak Abdul Haris Djalante, ST. MT., selaku pembimbing II yang senantiasa

meluangkan waktu kepada penulis, dalam mengarahkan dan mendorong sehingga

penulisan ini dapat diselesaikan.

4. Bapak Dr. Eng. Suandar Baso, ST, MT., selaku Ketua Departeman Perkapalan Fakultas

Teknik.

Page 6: ANALISIS PRODUKTIVITAS BONGKAR MUAT GENERAL CARGO DI

5. Ibu Dr. Ir. Misliah Idrus, M.STr., selaku ketua Labo Transportasi dengan

kebijaksanaanya telah memberi motivasi yang kuat bagi penulis.

6. Bapak Wahyuddin, ST. MT., selaku penasehat akedemik yang selalu memberikan

arahan, saran dimanapun berada.

7. Seluruh dosen dan staf Jurusan Perkapalan Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin.

8. Bapak Emil, Bapak Ahmad, dan Ibu Tuti selaku karyawan PT Pelindo IV Cabang

Makassar atas segala bantuan dan kerjasamanya yang telah diberikan dalam proses

penyelesaian skripsi ini.

9. Saudari Anugrah Insani, S.Ked. yang telah senantiasa memberikan dukungan, semangat,

dan motivasi sehingga penulis mampu berjuang kembali untuk menyelesaikan skripsi ini.

10. Saudara dan saudariku tercinta Ir. M. Nurcholis Laminula S.T, Drg. Ratna Hadrizaini

Booy, Skg., A. Remi Aprillya Sari, S.Ip., Adhitya Muhammad S.E beserta istri Disfy

Filazaty S.E., Ahmad Akmaltu Mapet S.sos., Hidayat Akbar S.kom., Akp. Erik Saputra

S.H dan Sangngaji S.S.

11. Saudara dan saudariku tercinta Ir. M. Nurcholis Laminula, A. Remi Aprillya sari, Drg.

Ratna Hadrizaini Booy, skg., Adhitya Muhammad beserta istri, Ahmad Akmaltu S.sos,

Hidayat Akbar dan Sangngaji.

12. Saudara Ahmad Resky Satria atas segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis

13. Saudara – Saudaraku Angkatan 2010 (Vortside Crew) atas segala motivasi, bantuan serta

arahan disetiap ruang dan waktu yang tanpa batas yang tiada hentinya diberikan bagi

penulis.

14. Kepada kakak - kakak senior dan adik - adik angkatan yang sudah memberikan

bantuannya

Page 7: ANALISIS PRODUKTIVITAS BONGKAR MUAT GENERAL CARGO DI

15. Kepada teman angkatan SD, SMP, SMA dan teman – teman yang lainnya atas segala

semangat dan dukungannya.

16. Dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang sudah banyak memberi

dukungan dan bantuan selama penulis kuliah di Jurusan Perkapalan Fakultas Teknik.

Akhirnya penulis berharap, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan dapat

menambah wawasan bagi penulis dan bagi pembaca umumnya. Semoga Allah SWT senantiasa

membimbing kita menuju jalan-Nya dan melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya bagi kita

semua.

MAKASSAR, 08 JULI 2017

AHMAD ZULFIKAR ZUHDY

Page 8: ANALISIS PRODUKTIVITAS BONGKAR MUAT GENERAL CARGO DI

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …………………………………………………… i

LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………. ii

ABSTRAK………………………………………………………………. iv

KATA PENGANTAR………………………………………………….. v

DAFTAR ISI……………………………………………………………. viii

DAFTAR TABEL ……………………………………………………… x

DAFTAR GAMBAR …………………………………………………... xi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ………………………………………………. 1

1.2 Rumusan Masalah …………………………………………… 3

1.3 Batasan Masalah …………………………………………….. 3

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian …………………………….. 4

1.5 Sistematika Penulisan………………………………………… 5

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Gambaran Umum Transportasi Laut ……………...……….. 6

2.2 Gambaran Umum Pelabuhan ………………………………. 9

2.3 Alat – Alat Bongkar Muat ………………………………….. 15

2.4 Kinerja Pelayanan Kapal ……………………………………. 23

2.5 Bentuk – Bentuk Kemasan ………….………………………. 30

2.6 Peramalan …………………………………………………... 31

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Sumber Data ………………………………………………… 37

3.2 Lokasi dan Waktu Pengambilan Data …………………….... 37

3.3 Jenis Data ……………………………………………………. 38

3.4 Metode Pengumpulan Data …………………………………. 39

Page 9: ANALISIS PRODUKTIVITAS BONGKAR MUAT GENERAL CARGO DI

3.5 Teknik Analisis Data ………………………………………... 39

3.6 Kerangka Penelitian ………………………………………..... 43

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Pelabuhan Makassar ………………….… 44

4.2 Wilayah Hinterland Pelabuhan Makassar ….………………. 54

4.3 Prediksi Arus Bongkar Muat Barang dan Kunjungan Kapal.. 65

4.4 Perhitungan Kinerja Pelayanan Kapal .……………………… 70

4.5 Tingkat Produktivitas Kapal Barang Bongkar Muat ………… 74

BAB V KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan ……………………………………………………. 80

5.2 Saran …………………………………………………………… 81

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 10: ANALISIS PRODUKTIVITAS BONGKAR MUAT GENERAL CARGO DI

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Fungsi Dan Ukuran Dermaga …………………………..… 45

Tabel 4.2 Klasifikasi Dermaga ………………………………………. 46

Tabel 4.3 Gudang Di Pelabuhan …………………………….………. 49

Tabel 4.4 Lapangan Penumpukan …………………………………... 50

Tabel 4.5 Lapangan Penumpukan …………………………………... 50

Tabel 4.6 Jarak Wilayah Hinterland ……………………………… 58

Tabel 4.7 Jarak dan Muatan wilayah hinterland …..…………. 59

Tabel 4.8 Variabel Bebas Yang Digunakan ……………………….... 60

Tabel 4.9 Potensi Hinterland ………………………………………… 65

Tabel 4.10 Penentuan Dan Teknik Peramalan ……………………….. 66

Tabel 4.11 Kesimpulan Hasil Pengolahan ………………………….... 66

Tabel 4.12 Hasil Ramalan Bongkar Barang …………………………. 67

Tabel 4.13 Kesimpulan Hasil Pengolahan Data ……………………… 68

Tabel 4.14 Hasil Ramalan Muat Barang ……………………………… 68

Tabel 4.15 Kesimpulan Hasil Pengolahan Data ……………………… 69

Tabel 4.16 Hasil Ramalan Kunjungan Kapal ………………………… 69

Tabel 4.17 Jumlah Bongkar, Muat, Dan Kunjungan Kapal ………….. 70

Page 11: ANALISIS PRODUKTIVITAS BONGKAR MUAT GENERAL CARGO DI

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Layout Pelabuhan Makassar …………………………. 52

Gambar 4.2 Sistem Bongkar Muat ………………………………... 52

Gambar 4.3 Tahapan Pekerjaan Bongkar Muat …………………… 53

Page 12: ANALISIS PRODUKTIVITAS BONGKAR MUAT GENERAL CARGO DI

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Melihat perkembangan pelabuhan Indonesia IV Cabang Makassar sebagai ujung

tombak jalur perekonomian di kawasan Indonesia timur maka sudah sepantasnya kalau

menjadi perhatian bagi pemerintah untuk mengembangkan pelabuhan tersebut. Hal ini

merupakan tuntutan untuk lebih meningkatkan kualitas pelayanan dalam menghadapi era

persaingan bisnis yang semakin meningkat. Rencanannya manajemen pelabuhan IV akan

menjadikan pelabuhan Makassar sebagai pelabuhan induk dengan tingkat pelayanan yang

lebih baik.

Pelabuhan Soekarno – Hatta yang berada di Makassar yang merupakan Ibukota

provinsi Sulawesi Selatan adalah pelabuhan kelas utama dalam wilayah kerja pelabuhan

Indonesia terletak pada 05° 08° 00° Lintang selatan dan 119° 24° 02° Bujur Timur.

Pelabuhan Soekarno – Hatta merupakan pintu gerbang bagi kawasan Indonesia bagian timur

dimana aktifitasnya tidak pernah berhenti seiring dengan berjalannya waktu, pelabuhan

Makassar ini juga merupakan alternative bagi daerah lain yang ada di Sul-Sel dalam

melakukan usaha pengiriman hasil komodity ke daerah lain (antarpulau). Produktivitas

bongkar muat di terminal kapal barang (general cargo) dalam kurung waktu 5 tahun terakhir

mengalami penurunan dimana rata-rata bongkar muat pada tahun 2012 sebesar 17,84 t/g/j

dan tahun 2016 sebesar 17,39 t/g/j, tapi pada sisi lain justru arus bongkar muat barang yang

mengalami peningkatan, dari data yang ada bahwa untuk realisasi arus barang pada tahun

2012 sebesar 3.200.552 ton, sedang untuk tahun 2016 sebesar 4.303.801 ton. Sedangkan

Page 13: ANALISIS PRODUKTIVITAS BONGKAR MUAT GENERAL CARGO DI

untuk realisasi arus kunjungan kapal general cargo pada tahun 2012 sebanyak 5.625 unit

untuk tahun 2016 sebanyak 5.487 unit. berdasarkan kondisi tersebut diatas sudah sepatutnya

dilakukan tinjauan terhadap produktivitas bongkar muat kapal general cargo.

Salah satu pendekatan yang lazim digunakan untuk mengetahui seberapa baik

suatu pelabuhan dapat memberikan jasa-jasa pelayanan pelabuhan yang bermutu kepada para

pelanggannya baik terhadap kapal maupun barang adalah mengetahui besarnya indikator

performance pelabuhan atau kinerja pelabuhan. Apabila kinerja pelabuhan membaik, dapat

dikatakan bahwa pelabuhan yang bersangkutan dapat memberikan tingkat pelayanan yang

baik pula kepada para pelanggannya, demikian pula sebaliknya.

Dari peningkatan kinerja pelabuhan ada beberapa kriteria yang harus diperhatikan

diantaranya adalah kinerja pelabuhan tersebut khususnya kinerja fasilitas bongkar muat

kapal. Dimana kinerja fasilitas dari suatu pelabuhan itu sendiri.

Salah satu indikator yang dapat dijadikan sebagai suatu ukuran tingkat kinerja

fasilitas bongkat muat dari suatu pelabuhan adalah standar kineja yang ditetapkan oleh PT.

Pelindo IV Cabang Makassar yang menjadi acuan dalam mencapai target kinerja tersebut,

maka sudah seharusnya pihak pengelola peabuhan melakukan pengkajian dan penelitian

dalam mengukur sudah sejauh mana tingkat kinerja fasilitas B/M yang telah dicapai selama

ini apakah sudah maksimal atau belum, karena semakin baik kinerja suatu pelabuhan maka

akan semakin memiliki nilai kompetitif terhadap pelabuhan yang lain. Tapi jika sebaliknya

maka dapat dipastikan bahwa suatu pelabuhan akan jauh tertinggal dari para kompetitornya.

Melihat kondisi tersebut diatas sebagai langkah awal untuk mengetahui kinerja

Fasilitas Bongkar Muat penulis tertarik untuk mengkaji dan melakukan penelitian mengenai;

Page 14: ANALISIS PRODUKTIVITAS BONGKAR MUAT GENERAL CARGO DI

“Analisis Produktivitas Bongkar Muat General Cargo Di Pelabuhan Makassar”

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusah masalahnya adalah:

1. Bagaimana tingkat produktivitas bongkar muat terminal general kargo di pelabuhan

Makassar saat ini?

2. Bagaimana tingkat produktivitas bongkar muat terminal general kargo 10 tahun yang akan

datang ?

1.3 Batasan Masalah

Untuk menghindari penelitian yang terlalu luas dan untuk memberikan arah yang terfokus

serta mempermudah penyelesaian masalah dengan baik sesuai dengan tujuan yang dicapai,

maka perlu adanya pembatasan masalah sebagai berikut:

1. Yang akan diteliti adalah produktivitas kapal barang dalam hal ini proses bongkar muat

barang di dermaga Pelabuhan Makassar.

2. Penanganan barang yang diteliti hanya dari kapal ke dermaga (cargo during)

1.4 Tujuan dan Manfaat

Adapun tujuan penelitian adalah:

1. Mengetahui tingkat produktivitas bongkar muat di Pelabuhan Makassar saat ini

2. Mengetahui tingkat produktivitas bongkar muat di Pelabuhan Makassar sampai 10 tahun

yang akan datang

Page 15: ANALISIS PRODUKTIVITAS BONGKAR MUAT GENERAL CARGO DI

Adapun manfaat penelitian:

1. Sebagai bahan acuan laporan bagi pihak pengelola pelabuhan dalam mengetahui kinerja

fasilitas bongkar muat barang kapal general cargo selama di pelabuhan

2. Sebagai bahan masukan bagi pihak pengelola pelabuhan mengenai besarnya tingkat

pelayanan terhadap kapal, dalam rangka peningkatan kinerja pelabuhan khususnya

terminal general cargo

1.5 Sistematika Penulisan

Secara garis besar penulis membagi kerangka masalah dalam beberapa bagian yaitu sebagai

berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan

masalah, tujuan dan manfaat penulisan serta sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini berisi tentang teori – teori yang berhubungan dan dapat menyelesaikan masalah

penulisan.

BAB III METODELOGI PENELITIAN

Pada bab ini berisi tentang lokasi penelitian, sumber data, metode pengumpulan data,

jenis data dan cara menganalisis data.

Page 16: ANALISIS PRODUKTIVITAS BONGKAR MUAT GENERAL CARGO DI

BAB IV PEMBAHASAN

Merupakan bab yang berisi pembahasan tentang kinerja fasilitas bongkar muat barang

utamanya pada kapal general cargo dengan mengacu pada standar yang ditetapkan oleh

pelabuhan Indonesia IV Cabang Makassar.

BAB V PENUTUP

Merupakan bab yang berisikan kesimpulan dan saran – saran.

Page 17: ANALISIS PRODUKTIVITAS BONGKAR MUAT GENERAL CARGO DI

BAB II

LANDASAN TEORI

II.1 Gambaran Umum Transportasi Laut

Pulau-pulau di Indonesia hanya bisa tersambung melalui laut-laut diantara pulau-

pulaunya. Laut bukan pemisah, tetapi pemersatu baerbagai pulau, daerah dan kawasan

Indonesia. Hanya melalui perhubungan antar pulau, antar pantai, kesatuan Indonesia dapat

tewujud. Pelayaran yang menghubungan pulau-pulau, adalah urat nadi kehidupan sekaligus

pemersatu bangsa dan negara Indonesia. Sejarah kebesaran Sriwijaya atau Majapahit

menjadi bukti nyata bahwa kejayaan suatu negara di nusantara hanya bisa dicapai melalui

keunggulan laut. Karenanya, pembangunan industry pelayaran nasional sebagai sektor

strategis, perlu diprioritaskan agar dapat meningkatkan daya saing Indonesia di pasar global

karena nyaris seluruh komuditi untuk perdagangan internasional diangkut dengan

menggunakan sarana dan prasarana transportasi laut dan menyeimbangkan pembangunan

kawasan (antara kawasan timur Indonesia dan barat) demi kesatuan Indonesia, karena

daerah terpencil dan kurang berkembang (yang mayoritas berada di kawasan Indonesia

timur yang kaya sumber daya alam) membutuhkan akses ke pasar dan mendapat layanan,

yang seringkali hanya bisa dilakukan dengan transpotasi laut.

Page 18: ANALISIS PRODUKTIVITAS BONGKAR MUAT GENERAL CARGO DI

A. Sejarah Transportasi Laut

Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang memiliki lebih dari 1800 pulau.

Pulau itu dipisahkan oleh laut dan selat sehingga untuk menghubungkan antara pulau satu

dengan yang lainnya dibutuhkan sarana transportasi yang memadai. Kapal laut merupakan

sarana yang penting di dalam aktifitas hubungan antara masyarakat dari pulau yang satu

dengan pulau yang lainnya, hal ini juga menyebabkan bahwa bangsa Indonesia mendapat

julukan sebagai bangsa pelaut karena mereka telah terbiasa mengarungi lautan di wilayah

nusantara.

Bukti-bukti yang menunjukan bahwa bangsa Indonesia telah memafaatkan kapal-kapal

sebagai sarana penting dalam transportasi laut, seperti yang tergambar pada relief-relief

candi Borobudur dalam bentuk perahu pinisi yang dilakukan oleh bangsa makassar di

sulawasi selatan. Teknologi pembuatan kapal di indoesia mengalami perkembangan yang

sangat pesat setelah mendapat pengaruh asing. Dari para pelaut asing itulah Indonesia

mendapat pengetahuan teknologi navigasi dan pelayaran, sehingga akhirnya Indonesia

memiliki industry kapal yang modern.

Industri perkapalan berawal dari sebuah bengkel tempat mereparasi kapal. Kemudian

bengkel itu berkembang menjadi industry yang merancang dan membangun kapal sebagai

sarana transportasi laut, dan dioperasikan oleh PT.Pelayaran laut nasional Indonesia

(PT.PELNI). industry kapal Indonesia dimonitori oleh PT.PAL Indonesia. Perusahaan ini

merupakan sebuah BUMN. Pendiri peusahaan kapala ini telah dirintis sejak tahun 1823,

yaitu pada masa pemerintahan hindia belanda. Ide pendiri pengkel reparasi kapal laut ini

dimunculkan oleh gubernur General Hindia Belanda V.D. Capellen. Nama perusahaan itu

Page 19: ANALISIS PRODUKTIVITAS BONGKAR MUAT GENERAL CARGO DI

aalah NV. Nederlandsch Indische Industrie. Pada tahun 1849, saran perbaikan dan

pemeliharaan kapal mulai terwujud di daerah ujung Surabaya. Namun pada tahun 1893

pemerintah Hindia Belanda mengganti nama menadi Marine Establishment (ME). ME

berfungsi sebagai sebuah pabrik pemeliharaan dan perbaikan kapal. Pada masa pendudukan

jepang. ME tidak berubah fungsi dan tetap menjadi mengkel reparasi dan perbaikan kapal-

kapal angkatan laut tentara jepang dibawah pengawasan Kaigun. Tetapi pada masa perang

kemerdekaan, ME Kembali dikuasai belanda dan baru diserahkan pada Indonesia tanggal 27

Desember 1949. Sejak saat itu nama perusahaan kapal laut tersebut diubah menjadi

penataran angkatan laut (PAL). Pada tahun 1978, status PT.PAL diubah menjadi perusahaan

umum (Perum) PAL. 3 tahun kemudian, yaitu pada tahun 1981 bentuk badan usaha perum

PAL diubah menjadi peseroan dengan pimpinan Prof.Dr. Ing. B.J. Habibie (saat menjabat

sebagai menriste). PT.PAL memproduksi bebagai jenis kapal, mulai dari kapal ikan, kapal

niaga, kapal perang, tugboat, tanker, kapal penumpang dan kapal riset. Kapal riset buatan

PT.PAL adalah kapal Baruna Jaya VIII milik LIPI.

Sementara itu upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam bidang transortasi laut

antara lain merehabilitasi dan meningkatkan kapasitas infrastruktur yang ada, seperti

pengadaan kapal feri dan kapal pengangkut barang, perbaikan pelabuhan-pelabuhan laut,

terminal peti kemas dan dermaga-dermaga. Hal itu bertujuan untuk lebih memperlancar

lalulintas antar pulau, meningkatkan perdagangan domestik dan internasional Indonesia.

Perkembangan transportasi laut pada dewasa ini tidak terlepas dari kemajuan teknologi

tersebut telah membuat bangsa Indonesia dapat memproduksi kapal angkut penumpang

yaitu Palindo jaya 500. Kapal tersebut diluncurkan pertama kali pada bulan Agustus 1995.

Kapal tersebut dibuat untuk menunjang sarana transportasi laut yang lebih cepat dan aman.

Page 20: ANALISIS PRODUKTIVITAS BONGKAR MUAT GENERAL CARGO DI

Dengan demikian, kegiatan transportasi laut akan berdampak dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

II.2 Gambaran Umum Pelabuhan

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2009 Tentang Kepelabuhanan yang

dimaksud dengan pelabuhan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan / atau perairan

dengan batas – batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan

pengusahaan yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, naik turun penumpang,

dan / atau bongkar muat barang, berupa terminal dan tempat berlabuh kapal yang dilengkapi

dengan fasilitas keselamatan dan keamanaan pelayaran dan kegiatan penunjang serta

sebagai tempat perpindahan intra – dan antarmoda transportasi.

A. Jenis Pelabuhan

Indonesia merupakan negara yang terdiri dari beribu – ribu pulau, sehingga Indonesia disebut

negara maritime (kepulauan). Untuk berhubungan antara satu pulau dengan pulau lain

diperlukan sarana transportasi. Salah satunya adalah transportasi air, khususnya laut.

Transportasi laut maksudnya transportasi yang melewati wilayah perairan atau lautan. Dan

prasarana untuk transportasi laut adalah pelabuhan.

Berdasarkan PP No. 69 Tahun 2001, pelabuhan terdiri dari beberapa jenis:

1. Berdasarkan karasteristik alamnya, pelabuhan terbagi atas pelabuhan terbuka dan

pelabuhan tertutup.

2. Dari sudut teknisnya, pelabuhan terdiri atas pelabuhan alam, pelabuhan buatan, dan

pelabuhan semi alam.

Page 21: ANALISIS PRODUKTIVITAS BONGKAR MUAT GENERAL CARGO DI

3. Dari segi pelayanannya, pelabuhan terdiri dari pelabuhan umum (Pelabuhan Indonesia I,

II, III, dan IV) dan pelabuhan khusus.

4. Dari Lingkup pelayarannya, pelabuhan terdiri dari pelabuhan internasional Hub, pelabuhan

internasional, pelabuhan nasional, pelabuhan regional, dan pelabuhan lokal.

5. Berdasarkan tujuan pelayaran perdagangan luar negeri, pelabuhan terbagi atas pelabuhan

ekspor dan pelabuhan impor.

6. Berdasarkan kapal yang diperbolehkan singgah, pelabuhan terdiri atas pelabuhan laut dan

pelabuhan pantai.

7. Berdasarkan kegiatan pelayarannya, pelabuhan terbagi atas pelabuhan samudra, pelabuhan

nusantara, dan pelabuhan pelayaran rakyat.

8. Dan berdasarkan peranannya, pelabuhan terdiri dari pelabuhan transit dan pelabuhan ferry.

B. Peranan dan Fungsi Pelabuhan

Pelabuhan memiliki fungsi sebagai tempat kegiatan pemerintah dan pengusahaan. Jenis

pelabuhan terdiri atas pelabuhan laut dan pelabuhan sungai dan danau. Pelabuhan laut

sebagaimana dimaksud terdiri dari:

1. Pelabuhan Utama Adalah pelabuhan yang fungsi pokoknya melayani kegiatan angkutan

laut dalam negeri dan internasional, alih muat angkutan laut dalam negeri dan internasional

dalam jumlah besar, dan sebagai tempat asal tujuan penumpang dan / atau barang, serta

angkutan penyeberangan dengan jangkauan antar provinsi.

Page 22: ANALISIS PRODUKTIVITAS BONGKAR MUAT GENERAL CARGO DI

2. Pelabuhan Pengumpul Adalah pelabuhan yang fungsi pokoknya melayani kegiatan

angkutan laut dalam negeri, alih muat angkutan laut dalam negeri dalam jumlah menengah,

dan sebagai tempat asal tujuan penumpang dan/ atau barang, serta angkutan penyeberangan

dengan jangkauan pelayanan antar provinsi.

3. Pelabuhan Pengumpan Adalah pelabuhan yang fungsi pokoknya melayani kegiatan

angkutan dalam negeri, alih muat angkutan laut dalam negeri dalam jumlah terbatas,

merupakan pengumpan bagi pelabuhan uta dan pelabuhan pengumpul, dan sebagai tempat

asal tujuan penumpang dan / atau barang, serta angkutan penyeberangan dengan

jangkauan pelayanan provinsi.

Kegiatan dalam pengusahaan pelabuhan terdiri atas penyediaan dan / atau pelayanan jasa

kepelabuhanan dan jasa terkait dengan kepelabuhanan yang meliputi penyediaan dan / atau

pelayanan jasa kapal, penumpang, dan barang. Penyediaan dan / atau pelayanan jasa kapal,

penumpang dan barang terdiri atas:

1. Kegiatan pengusahaan di pelabuhan terdiri atas penyediaan dan / atau pelayanan jasa

kepelabuhanan dan jasa terkait dengan kepelabuhanan.

2. Penyediaan dan / atau pelayanan jasa kepelabuhanan sebagaimana dimaksud diatas

meliputi penyediaan dan / atau pelayanan jasa kapal, penumpang, dan barang.

3. Penyediaan dan / atau pelayanan jasa kapal, penumpang, dan barang sebagaimana

dimaksud terdiri atas:

a) Penyediaan dan / atau pelayanan jasa dermaga untuk bertambat.

b) Penyediaan dan / atau pelayanan pengisian bahan bakar dan pelayanan air bersih.

c) Penyediaan dan / atau pelayanan fasilitas naik turun penumpang dan / atau kendaraan.

Page 23: ANALISIS PRODUKTIVITAS BONGKAR MUAT GENERAL CARGO DI

d) Penyediaan dan / atau pelayanan jasa dermaga untuk pelaksanaan kegiatan bongkar

muat dan petikemas.

e) Penyediaan dan / atau pelayanan jasa gudang dan tempat penimbunan barang, alat

bongkar muat, serta peralatan pelabuhan.

f) Penyediaan dan / atau pelayanan jasa terminal petikemas, curah air, curah kering, dan

Ro – Ro.

g) Penyediaan dan / atau pelayanan jasa bongkar muat barang.

h) Penyediaan dan / atau pelayanan pusat distribusi dan konsolidasi barang; dan / atau

i) Penyediaan dan / atau pelayanan jasa penundaan kapal.

4. Kegiatan jasa terkait dengan kepelabuhanan sebagaimana dimaksud meliputi kegiatan

yang menunjang kelancaran operasional dan memberikan nilai tambah bagi pelabuhan.

Dalam pelabuhan tersebut terdapat terminal yang merupakan suatu kolam sandar dan

tempat kapal bersandar atau tambat, tempat penumpukan, tempat menunggu dan naik

turun penumpang, dan / atau tempat bongkar muat barang. Adapun jenis dari terminal

sebagaimana dimaksud terbagi 2 (dua) jenis yaitu:

a) Terminal Khusus Adalah terminal yang terletak diluar Daerah Lingkungan Kerja dan

Daerah Lingkungan Kepentingan pelabuhan yang merupakan bagian dari pelabuhan

terdekat untuk melayani kepentingan sendiri seuai dengan usaha pokoknya.

b) Terminal untuk kepentingan sendiri Adalah terminal yang terletak di dalam Daerah

Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan pelabuhan yang merupakan

bagian dari pelabuhan untuk melayani kepentingan sendiri sesusai dengan usaha

pokoknya.

Page 24: ANALISIS PRODUKTIVITAS BONGKAR MUAT GENERAL CARGO DI

Terminal Khusus dan Terminal Untuk Kepentingan Sendiri (“TUKS”) dibangun dan

dioperasikan hanya bersifat menunjang kegiatan pokok perusahaan. Pembangunan

pelabuhan hanya bertujuan menunjang usaha pokok dari perusahaan tersebut.

Kegiatan usaha pokok sebagaimana disebutkan diatas adalah”

Pertambangan

Energi

Kehutanan

Pertanian

Perikanan

Industri

Pariwisata

Dok dan galangan kapal

Dilihat dari penempatan lokasi terdapat perbedaan yang mendasar dari Terminal

Khusus dan TUSK. Terminal Khusus terletak di luar Daerah Lingkungan Kerja dan

Daerah Lingkungan Kepentingan pelabuhan laut / sungai dan danau, sehingga untuk itu

Terminal khusus tersebut menjadi bagian dari suatu pelabuhan terdekatnya.

Sedangkan TUSK terletak di dalam Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah

Lingkungan Kepentingan pelabuhan, dengan demikian maka TUSK menjadi satu

kesatuan dengan pelabuhan dimaksud.

Perlu diperhatikan bahwa sebagai akibat dari dibuatnya Terminal Khusus, maka terdapat

konsekuensi sebagai berikut:

Page 25: ANALISIS PRODUKTIVITAS BONGKAR MUAT GENERAL CARGO DI

1. Terminal Khusus tersebut akan menjadi bagian dari pelabuhan terdekat.

2. Wajib memiliki Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan

tertentu; dan Daerah ini akan digunakan untuk kepentingan Lapangan

penumpukan, Tempat kegiatan bongkar muat, Alur pelayaran dan perlintasan

kapal, Olah gerak kapal, Keperluan darurat, dan Tempat labuh kapal.

3. Ditempatkannya instansi pemerintah untuk melaksanakan fungsi keselamtan dan

keamanan pelayaran, serta instansi yang melaksanakan fungsi pemerintahan

sesuai dengan kebutuhan.

4. Terminal khusus sebagaimana dimaksud hanya dapat dibangun dan dioperasikan

apabila:

a. Pelabuhan terdekat tidak dapat menampung kegiatan pokok instansi

pemerintah atau badan usaha.

b. Berdasarkan pertimbangan ekonomis dan teknis operasional akan lebih

efektif dan efisien serta lebih menjamin keselamatan dan keamanan

pelayaran.

II. 3 Alat – alat Bongkar Muat

Untuk mendukung operasi bongkat muat barang pada kapal barang maka perlu

dilengkapi peralatan bongkar muat (cargo handling). Instlasai cargo handling terdiri dari

beberapa peralatan yang saling mendukung. Pada kapal barang, sangat penting untuk

menyediakan peralatan bongkar muat karena akan mempercepat proses bongkar muat

barang dan akan mengurangi biaya tambat di pelabuhan. Alat angkat yang akan digunakan

di kapal direncanakan berdasarkan beban yang akan diangkat guna menentukan SWL alat

angkat yang akan direncanakan.

Page 26: ANALISIS PRODUKTIVITAS BONGKAR MUAT GENERAL CARGO DI

Setiap kapal barang memiliki ruang muat (cargo hold) yang dilengkapi dengan tutup

palka. Konstruksi tutup palka ini harus dibuat kedap air untuk melindungi muatan yang ada

diruang muat. Sedangkan bentuk konstruksi tutup palka harus direncakan dengan tidak

membebani geladak dan tidak mengganggu operasi bongkar muat barang.

A. Peralatan Bongkar Muat

Instalasi cargo handling adalah instalasi memuat dan membongkar muatan dikapal seperti

muatan peti kemas, curah atau cair dan muatan yang dikemasi dalam unit kecil.

Komponen cargo handling meliputi:

1. Derrick boom adalah salah satu instalasi cargo handling yang terdiri dari komponen tiang

agung (mast), batang muat (boom) yang ujung – ujungnya dilengkapi peralatan yang

disebut heel fitting dan head fitting yang dipergunakan untuk tempat menempelnya

batang muat dengan mast dan pada ujung lainnya untuk tempat pemasangan tali span dan

tali muat.

Goose neck bracket adalah tempat pemasangan pena yang berhubungan dengan

heel fitting

Topping bracket adalah tempat pemasangan span block yang berhubungan dengan

peralatan head fitting dan cargo

Winch yaitu winch untuk menggulung tali – tali bongkar muat

Perlengkapan lainnya yang harus dipasang pada saat kegiatan bongkar muat adalah

block, tali, dan hook.

Page 27: ANALISIS PRODUKTIVITAS BONGKAR MUAT GENERAL CARGO DI

Tipe derrick boom yang dikenal adalah swinging derrick dimana memiliki boom

hanya satu pada setiap lubang palka sedangkan tipe lain lain union purchase dimana

setiap lubang palka terdapat dua boom.

Material batang muat (boom) terbuat dari pipa baja dan panjang boom harus sependek

mungkin dengan mempertimbangkan kondisi dibawah ini

a. Perbandingan antara jarak goose neck bracket ke topping bracket dengan panjang

boom adalah 0,6 – 0,8

b. Sudut elevasi pada kondisi tersebut sekitar 25° - 30°

c. Pencapain ujung boom yang keluar dari sisi lambung kapal pada kondisi sudut

elevasi diatas berjarak 3 – 5 meter dari tepi lambung kapal agar muatan yang

diangkat atau diturunkan tidak bergesek dengan lambung.

Untuk kapal – kapal kecil ini diambil 2,5 meter.

d. Posisi ekstrim dari ujung boom pada kondisi kerja harus tidak boleh kurang dari

1/3 panjang lubang palka.

e. Sudut boom pada kondisi kerja terhadap sisi kapal 60°

2. Deck crane merupakan instalasi bongkar muat dimana peralatan ini dapat melayani dua

lubang palka. Peralatan ini mempunyai perbedaan dengan derrick boom yaitu tidak

membutuhkan persiapan pemasangan perlengkapan bongkar muat karena

perlengkapannya sudah menjadi satu kesatuan. Pengoperasiaannya cukup dilakukan oleh

seorang operator dan dapat berputar 360°.

3. Conveyor merupakan peralatan bongkar muat yang banyak dijumpai di pelabuhan

sebagai fasilitas bongkar muat jenis muatan curah.

Page 28: ANALISIS PRODUKTIVITAS BONGKAR MUAT GENERAL CARGO DI

4. Pompa yang dapat melayani muatan curah kering dan cair misalnya semen curah dan

muatan minyak.

5. Pintu ramp merupakan fasilitas bongkar muat untuk muatan kendarann yang

mengangkut penumpang atau kendaraan yang mengangkut peti kemas.

B. Peralatan Bongkar Muat Untuk Kontainer

Pada umumnya proses kerja di Pelabuhan Kontainer dimulai ketika container dari luar

pelabuhan datang diangkut dengan truck, kemudian truck akan menuju Container Yard, di

CY, kontainer akan diturunkan dari truck menggunakan alat bongkar yang ada di CY (Alat :

RTGC, RMGC, Reach stacker, atau Straddle Carrier). Setelah itu truck keluar pelabuhan.

Tahap berikutnya adalah pemuatan kontainer ke kapal laut. Ketika kapal laut yang akan

membawa kontainer tersebut telah bersandar, maka kontainer akan dinaikkan ke truck dengan

alat bongkar yang ada di CY (truck yang digunakan adalah truck khusus yang sudah

disediakan di dalam pelabuhan) kemudian truck akan membawa kontainer menuju Quayside

untuk dimuat ke kapal menggunakan alat bongkar khusus di Quayside (CC,HMC,Crane),

proses ini juga berlaku sebaliknya.

Pelabuhan Kontainer dibagi menjadi 2, yaitu :

1. Container Yard (CY), fungsinya adalah sebagai tempat penumpukan sementara kontainer

yang datang dari luar pelabuhan untuk menunggu muat ke kapal, atau sebaliknya tempat

penumpuk sementara kontainer yang baru dibongkar dari kapal untuk menunggu diambil

truck dari luar pelabuhan.

2. Quayside, fungsinya adalah sebagai tempat bongkar muat kontainer ke kapal laut atau

sebaliknya.

Page 29: ANALISIS PRODUKTIVITAS BONGKAR MUAT GENERAL CARGO DI

Alat yang digunakan di bagian Container Yard :

1. Rubber Tyred Gantry Crane (RTGC), alat yang khusus digunakan di Container Yard,

yang fungsinya bongkar muat dari truck ke container yard atau sebaliknya.

2. Rail Mounted Gantry Crane (RMGC), alat ini hampir mirip dengan RTGC namu yang

membedakan hanya di alat penggeraknya yang menggunakan rel, sedangkan RTGC

menggunakan ban.

3. Straddle Carrier, alat ini lebih mirip dengan RTGC hanya yang membedakan ukurannya

lebih kecil dan bisa bergerak kemana saja dibandingkan dengan RTGC yang geraknya

hanya maju dan mundur.

4. Reach Stalker, alat ini seperti mobil tapi memiliki lengan yang panjang yang bisa

digunakan untuk mengangkut kontainer.

Alat – alat yang digunakan di Quayside :

1. Container Crane, sebuah alat yang biasanya dimensinya paling besar yang berada di

pelabuhan kontainer, mempunyai lengan yang panjangnya bisa selebar bahkan melebihi

dari kapal laut. Alat geraknya munggunakan rel.

2. Harbour Mobile Crane (HMC), bentuknya seperti crane biasanya hanya saja sudah

dirancang khusus supaya memiliki kecepatan bongkar muat kontainer yang tinggi jika

dibandingkan dengan crane biasa.

3. Crane, alat yang sudah menjadi jarang digunakan di pelabuhan kontainer karena

kecepatan bongkar muat yang lambat.

Page 30: ANALISIS PRODUKTIVITAS BONGKAR MUAT GENERAL CARGO DI

II.3.1 Macam – macam Alat Bantu Bongkar Muat

Alat bantu bongkar muat diartikan sebagai alat bantu yang dapat di pakai untuk

kelancaran kegiatan membongkar barang dari kapal ke darat atau sebaliknya. Dengan

adanya alat bantu bongkar – muat yang sesuai dengan jenis barang yang akan di bongkar

atau di muat maka kinerja akan lebih efektif dan efisien.

Alat bantu bongkar muat di bagi dalam dua kelompok yaitu :

1. Kelengkapan alat bantu bongkar – muat pada kapal.

2. Kelengkapan alat bantu bongkar – muat di pelabuhan.

A. Kelengkapan alat bantu bongkar – muat pada kapal.

Kapal dilengkapi dengan beberapa alat yang berfungsi untuk membantu dalam

mempermudah kegiatan bongkar – muat dan juga menjamin keselamatan dari barang

yang di angkutnya. Adapun beberapa alat bantu yang di maksud adalah :

a. Ramp door

Alat ini umumnya terdapat pada jenis kapal RORO ( roll on, roll out), merupakan

jenis kapal yang diperuntukan untuk mengangkut berbagai jenis kendaraan.

b. Crane kapal (Ship Gear)

Letaknya dibagian tengah kapal dan berfungsi untuk mengangkat kargo dari palka

kapal kemudian di pindahka ke dermaga. Lengan dari crane harus panjang guna

mempermudah memindahkan barang dari palka ke dermaga. Sistem pada crane

kapal serupa dengan crane pada umumnya yaitu menggunakan kapal baja, motor

penggerak, dan berbagai ukuran pully sebagai pemindah dayanya.

Page 31: ANALISIS PRODUKTIVITAS BONGKAR MUAT GENERAL CARGO DI

c. Hook Crane

Hook crane terletak pada ujung kabel crane, fungsinya dikaitkan pada beban atau

muatan.

d. Jala – jala kapal

Berfungsi dalam kegiatan bongkar – muat Bag cargo, Box Cargo, dan sebagainya.

Jala tersebut di hamparkan kemudian kargo di letakkan di atas jala – jala. Laju

jala – jala tersebut di tutup dan di kaitkan pada hook crane.

e. Spreader

Guna meningkatkan produktifitas bongkar – muat, spreader tersedia dengan

berbagai kegunaan yaitu spreader untuk petikemas, spreader beam untuk general

cargo, dan clamp untuk curah kering. Dengan menggunakan spreader kecepatan

bongkar – muat akan meningkat namun pada hakekatnya penggunaan spreader

harus sesuai SWL (safety working load) pada setiap crane.

B. Kelengkapan alat bantu bongkar – muat di pelabuhan

Mobile crane

Adalah alat bongkar – muat yang berbentuk truck yang menggendong crane pada

punggungnya, alat ini di gunakan untuk melakukan kegiata bongkar – muat barang

berupa container maupun bag cargo.

Craine kapal

Craine kapal dapat di gunakan dalam melakukan kegiatan stevedoring baik untuk

barang berjenis container maupun bagi cargo, (dengan menggunakan jala – jala).

Page 32: ANALISIS PRODUKTIVITAS BONGKAR MUAT GENERAL CARGO DI

Gantry crane

Kegiatan bongkar muat akan lebih cepat di banding menggunakan mobile crane

maupun crane kapal, karena gantry crane sanggup untuk mengangkut 2 s/d container

ukuran 20 kaki sekaligus.

Level luffing gantry crane

Alat ini berbentuk seperti crane kapal, namun terletak di dermaga. Beberapa

menggunakan rel atau roda sebagai sarana berpindah tempat, alat ini digunakan untuk

berbagai jenis kargo seperti kontainer, bag cargo maupun crane kering (dengan

penambahan alat tertentu)

Forklift

Merupakan alat angkat barang maupun umum / general cargo dengan kapasitas

angkat tertentu dan mempunyai jangkauan pengangkatan yang terbatas.

Top leader

Seperti forklit tetapi mempunyai kemampuan mengangkat petikemas dan mempunyai

jangkauan pengangkatan yang terbatas

Tronton

Adalah truck yang di modifikasi untuk dapat mengangkut petikemas 20 feet dan

mempunyai daya angkut yang terbatas.

II.4 Kinerja Pelayanan Kapal

Kinerja Operasional Pelabuhan merupakan gambaran merupakan dari prestasi / hasil

kerja suatu Pelabuhan dari suatu periode tertentu atau apa yang dicapai dan sebagai dasar

untuk menentukan apa yang akan dilaksanakan kedepan.

Page 33: ANALISIS PRODUKTIVITAS BONGKAR MUAT GENERAL CARGO DI

Sebagai prestasi kerja, maka ia menggambarkan tingkat pelayanan yang diberikan kepada

Costumer, tingkat efesiensi operasi pelayanan yang dapat dihasilkan, tingkat produktivitas

bongkar – muat dan tingkat utilitasi Fasilitas dan Peralatan, sehingga merupakan dasar bagi

semua kebijakan, apakah kebijakan Pengembangan physic (Investasi), Perawatan,

Pengembangan SDM, Pemasaran dll ; namun demikian kenyataannya kurang dimanfaatkan

dalam menentukan berbagai kebijakan baik pada tingkat operasional maupu pada tingkat

pemegang kebijakan, bahkan dalam pengukuran keberhasilan (Key Performace Indicator)

direduksi sehingga mengaburkan maknanya secara utuh.

Pada tingkat operasional dapat dilihat perhatian terhadap kinerja operasional ini hampir

tidak ada. Berdasarkan Temuan Audit, data kinerja ini dianggap sebagai barang yang tidak

bermanfaat, tidak dievaluasi dan tidak ada langkah – langkah yang diprogramkan untuk

memperbaikinya, dan jika tidak Waiting Time menunjukkan angka yang tinggi maka

diupayakan untuk memoles dengan memasukkannya kedalam komponen Postpone Time

(PT), bukan langkah – langkah kongkrit untuk memperbaikinya.

Padahal kinerja pelayanan yang baik merupakan prasyarat bagi berperannya Pelabuhan

sebagai basik logistik sebagaimana yang dicita-citakan dalam Visi Perusahaan. Oleh karena

dalam kinerja yang buruk sulit ada kepastian yang dibutuhkan alam prinsip Just in time

delivery (JIT) dalam konsep logistik.

Page 34: ANALISIS PRODUKTIVITAS BONGKAR MUAT GENERAL CARGO DI

A. Kinerja Operasional Pelabuhan

1) Service Time

Service Time adalah lamanya kapal di Pelabuhan yang dibuat dalam ukuran rata – rata

jam per kapal per periode tertentu (Kpl/jam) dan dirinci untuk berbagai aktivitas baik

selama kapal sandar di dermaga, maupun sebelum dan sesudah sandar.

Kinerja ini menunjukkan lamanya suatu kapal di pelabuhan, tingkat pelayanan yang dapat

diberikan kepada costumer dan tingkat efisiensi operasi yang dihasilkan.

a. Sebelum dan Sesudah Kapal Sandar di Dermaga, dirinci kedalam :

1. Wasting Time (WT) = Kapal menunggu untuk disandarkan

Menunggu karena kelalaian PT. Pelindo disebut WT.

Menunggu karena hal – hal lainnya diluar kelalaian PT. Pelindo,

misalnya barang belum siap di pelabuhan, disebut Postpone Time (PT).

2. Approach Time (AT) = Waktu yang dibutuhkan untuk memasukkan

(Pemandauan / Penundaan Kapal) dari lokasi labuh kapal ke dermaga.

b. Selama kapal di dermaga disebut Berthing Time (BT)

Berthing Time (BT) terdiri dari :

1. Berthing Working Time (BWT) = Selama kegiatan bongkar muat di

dermaga yang dipisah kedalam :

Efectif Time (ET) = benar – benar efektif bekerja.

Idle Time (IT) = waktu yang idle selama kegiatan bongkar muat

misalnya, pergantian shift, alat rusak, dll

Page 35: ANALISIS PRODUKTIVITAS BONGKAR MUAT GENERAL CARGO DI

2. Non Operation Time (NOT) = Waktu yang direncanakan tidak bekerja

misalkan, karena keadaan cuaca, malam hari untuk pelabuhan kecil, dll.

c. Total butir a dan b disebut Turn Round Time (TRT) yaitu kapal di pelabuhan

dimulai semenjak kapal tiba di pintu masuk pelabuhan sampai keluar kembali dari

pelabuhan.

2) Productivity

Produktivitas bongkar muat yang dihasilkan yang diukur dengan rata – rata tonase barang

/ container / curah yang dibongkar – muat dalam satuan jam (Ton/jam,Box/jam).

3) Utilitasi

Tingkat pengguanaan fasilitas dan peralatan pelabuhan yang diukur dengan persentase

penggunaan disbanding kesiapan fasilitas dan peralatan pelabuhan. Indicator terpenting

adalah tingkat penggunaan dermaga yang disebut Berth Occupancy Ratio (BOR), dimana

menurut hasil kajian UNCTAD, BOR 60% untuk non peti kemas dan 45% untuk

Dermaga Peti Kemas, sudah merupakan lampu kuning untuk penambahan dermaga

dengan catatan operasional sudah dilaksanakan dengan efisien.

B. Indikator Performance Pelabuhan

a) Indikator Output

Kinerja Pelayanan Kapal dan Barang dan Produktivitas B/M Barang, indikator

yang erat kaitannya dengan informasi mengenai besarnya throughout lalu lintas

barang (daya lalu) yang melalui suatu peralatan atau fasilitas pelabuhan dalam

periode waktu tertentu.

Page 36: ANALISIS PRODUKTIVITAS BONGKAR MUAT GENERAL CARGO DI

b) Indikator Service (Kinerja Trafik)

Dasarnya merupakan indikator yang erat kaitannya dengan informasi mengenai

lamanya waktu pelayanan kapal selama di dalam daerah lingkungan kerja

pelabuhan.

c) Indikator Utilisasi (Utilisasi Fasilitas Pelabuhan dan Alat Produksi)

Dipakai untuk mengukur sejauh mana fasilitas dermaga dan sarana penunjang

dimanfaatkan secara intensif.

KETENTUAN UMUM INDIKATOR PELAYANAN OPERASIONAL PELABUHAN

1. Kinerja Pelayanan Operasional

Adalah hasi kerja terukur yang dicapai pelabuhan dalam melaksanakan pelayanan

kapal, barang, dan utilisasi fasilitas dan alat, dalam periode waktu satuan tertentu.

2. Indikator Kinerja Pelayanan Operasional

Adalah variabel – variabel pelayanan, penggunaan fasilitas, dan peralatan

pelabuhan.

3. Standar Kinerja Pelayanan Operasional

Adalah standar hasil kerja dari tiap – tiap pelayanan yang harus dicapai oleh

operator terminal / pelabuhan dalam melaksanakan pelayanan jasa kepelabuhanan

termasuk penyediaan fasilitas dan peralatan pelabuhan.

4. Waiting Time (WT) atau Waktu Tunggu Kapal

Adalah jumlah waktu sejak pengajuan permohonan tambat setelah kapal tiba

dilokasi labuh sampai kapal digerakkan menuju tambatan.

5. Approach Time (AT) atau Waktu Pelayanan Pemanduan

Page 37: ANALISIS PRODUKTIVITAS BONGKAR MUAT GENERAL CARGO DI

Adalah jumlah waktu yang terpakai untuk kapal bergerak dari lokasi labuh sampai

ikat tali di tambatan atau sebaliknya.

6. Effective Time (ET) atau Waktu Efektif

Adalah jumlah jam suatu kapal yang benar – benar di gunakan untuk bongkar

muat selama kapal ditambatan.

7. Bert Time (BT)

Adalah jumlah waktu siap operasi tambatan melayani kapal.

8. Kinerja Bongkar Muat yang Diukur Dalam Satuan Box/Crene/Jam

Adalah jumlah barang dalam ton atau M3 yang dibongkar/dimuat dalam periode

waktu satu jam kerja oleh satu gang.

9. Receiving/Delivery

Adalah kecepatan pelayanan penyerahan / penerimaan di terminal petikemas yang

dihitung sejak alat angkut masuk hingga keluar yang tercatat dipintu masuk /

keluar.

10. Bert Occupacy Ratio (BOR) atau Tingkat Penggunaan Dermaga

Adalah perbandingan antara waktu penggunaan dermaga dengan waktu yang

tersedia (dermaga siap beroperasi) dalam perioded waktu tertentu yang

dinyatakan dalam presentase.

11. Shed Occupacy Ratio (SOR) atau Tingkat Penggunaan Gudang

Adalah perbandingan antara jumlah penggunaan ruang penumpukan dengan ruang

penumpukan yang tersedia yang dihitung dengan satuan ton hari atau satuan M3.

Page 38: ANALISIS PRODUKTIVITAS BONGKAR MUAT GENERAL CARGO DI

12. Yard Occupacy Ratio (YOR) atau Tingkat Penggunaan Lapangan Penumpukan

Adalah perbandingan antara jumlah penggunaan ruang penumpukan dengan ruang

penumpukan yang tersedia (siap operasi) yang dihitung dalam satuan ton hari atau

M3.

13. Kesiapaan Operasi Peralatan

Adalah perbandingan antara jumlah peralatan yang siap untuk dioperasikan

dengan jumlah peralatan yang tersedia dalam periode waktu tertentu.

II. 5 Bentuk – Bentuk Kemasan

Didalam menangani kegiatan bongkar / muat yang perlu diperhatikan adalah jenis barang

yang akan di bongkar / muat. Hal ini perlu untuk menetukan peralatan apa yang harus

digunakan dan bagaimana cara menanganinya agar diperoleh produktivitas yang tinggi.

Beberapa pengelompokkan barang kita bedakan sesuai cara penangan masing – masing

yaitu dalam jenis – jenis :

a. Jenis kemasan

1) BreakBulk Cargo merupakan jenis barang yang mempunyai bentuk, berat, maupun

ukuran yang tidak menentu. Sehingga penangannya bisa beberapa macam cara sesuai

dengan berat dan kemasannya.

2) Container Container merupakan alat kemasan barang yang mempunyai bentuk, berat,

maupun ukuran tertentu. Sehingga penangannya membutuhkan peralatan tertentu pula

Page 39: ANALISIS PRODUKTIVITAS BONGKAR MUAT GENERAL CARGO DI

b. Jenis Barang

Merupakan pembagian dari jenis kemasan break bulk cargo yang terdiri dari beberapa

jenis, jenis – jenis ini yang dijadikan patokan dalam menentukan tariff.

1. General cargo mempunyai bentuk, ukuran, maupun kemasan yang tidak tentu

dengan berat pada umumnya kurang dari 5 ton

2. Bag cargo merupakan muatan yang dipadatkan dalam karung atau kantong yang

biasanya mempunyai berat tertentu. Bisa digunakan pallet atau sling atau sling

karung, bisa juga digunakan jala – jala. Untuk karung yang berukuran besar

biasanya digunakan sling dengan ganco. Penanganan Bag cargo biasanya tidak

terlalu sulit dan tidak banyak jenis alat yang digunakan.

3. Dry bulk cargo pada umumnya muatan ini dibongkar / dimuat dengan

menggunakan peralatan khusus dan pelabuhan khusus pula (conveyor). Akan

tetapi beberapa jenis masih memakai decade konvensional yang biasanya bongkar

/ muatnya dilaksanakan dengan menggunakan grab atau hoover yang langsung

dibongkar kedalam truk.

4. Liquid bulk cargo merupakan muatan curah yang berbentuk cair, dimana carar

pembongkaran / pemuatannya dengan menggunakan alat khusus pipa, selang, dan

pompa. Muatan ini biasanya di dalam tangki khusus di dalam kapal, dan

membutuhkan persiapan di dalam tangki sesuai denga jenis muatannya.

Page 40: ANALISIS PRODUKTIVITAS BONGKAR MUAT GENERAL CARGO DI

II.6. Pemalan (forecasting)

II.6.1. Definisi Peramalan

Peramalan (forecasting) adalah seni dan ilmu untuk memperkirakan kejadian di masa

depan, dimana hal ini dilakukan dengan melibatkan pengambilan data di masa lalu dan

menempatkannya ke masa yang akan datang dengan suatu bentuk model matematis atau

bisa juga merupakan prediksi intuisi yang bersifat subjektif atau bisa juga dengan

menggunakan kombinasi model matematika yang disesuaikan dengan pertimbangan yang

baik dari seorang manajer. Peramalan adalah tahap awal, dan hasil ramalan merupakan basis

bagi seluruh tahapan pada perencaan produksi.

Peramalan biasanya diklasifikasikan berdasarkan horizon waktu masa depan yang

dicakupnya. Horizon waktu terbagi kedalam beberapa kategori, yaitu :

Peramalan jangka pendek.

Peramalan jangka menengah.

Peramalan jangka panjang.

Peramalan jangka menengah dan jangka panjang dapat diberikan dari peramalan jangka

pendek dengan melihat tiga hal berikut :

A. Peramalan jangka menengah dan jangka panjang berkaitan dengan permasalahan

yang lebih menyeluruh dan mendukung keputusan manajemen yang berkaitan

dengan perencanaan produk, pabrik, dan proses.

B. Peramalan jangka pendek biasanya menerapkan metodologi yang berbeda

dibandingkan dengan peramalan jangka panjang. Teknik matematika, seperti rata

Page 41: ANALISIS PRODUKTIVITAS BONGKAR MUAT GENERAL CARGO DI

– rata bergerak, penghalusan eksponensial, dan ekstrapolasi kuantitatif yang

berguna untuk meramalkan suatu permasalahan.

C. Sebagaimana mungkin diperkirakan, peramalan jangka pendek cenderung lebih

tepat dibandingkan peramalan jangka panjang. Faktor – faktor yang

mempengaruhi perubahan permintaan berubah setiap hari. Dengan demikian,

sejalan dengan semakin panjangnya horizon waktu, semakin tipis pula ketepatan

peramalan seseorang. Peramalan penjualan harus diperbaharui secara berkala

untuk menjaga nilai integritasnya. Peramalan harus selalu dikaji ulang dan

direvisi setiap pada setiap akhir penjualan.

II.6.2 Jenis Peramalan

Organisasi pada umumnya menggunakan tiga jenis peramalan yang utmana dalam

perencaan operasi masa depan :

A. Peramalan ekonomi (economic forecast) menjelaskan siklus bisnis dengan

memprediksikan tingkat inflasi, ketersediaan uang, dana yang dibutuhkan untuk

membangun perumahan, dan indikator perencaan lainnya.

B. Peramalan teknologi (technological forecast) memperhatikan tingkat kemajuan

teknologi yang dapat meluncurkan produk baru yang menarik, yang

membutuhkan pabrik dan peralatan baru.

C. Peramalan permintaan (demand forecast) adalah proyeksi permintaan untuk

produk atau layanan suatu perusahaan.

Berdasarkan metode, peramalan di bagi menjadi 2 (dua) yaitu :

Peramalan kualitatif

Page 42: ANALISIS PRODUKTIVITAS BONGKAR MUAT GENERAL CARGO DI

Analisis time series merupakan hubungan antara variabel yang dicari

(dependent) dengan variabel yang mempengaruhinya (independent variabel), yang

dikaitkan dengan waktu seperti mingguan, bulanan, triwulan, catur wulan,

semester, atau tahun.

Peramalan kuantitatif

Metode peramalan yang didasarkan kepada hubungan antara variabel yang

diperkirakan dengan variabel lain yang mempengaruhinya tetapi bukan waktu.

Metode time series dibagi menjadi 5 (lima) metode, yaitu :

1. Pendekatan naïf

2. Rata – rata bergerak

3. Penghalusan eksponensial penyesuaian tren

4. Proyeksi tren

5. Analisa regresi

Analisis regresi linier adalah metode statistik yang dapat digunakan untuk mempelajari

hubungan antar sifat permasalahan yang sedang diselidiki. Metode analisis regresi linier dapat

memodelkan antara dua peubah atau lebih. (Tamin, 2000)

Analisa regresi terbagi menjadi 2 yaitu :

A. Analisis Regesi Linier Sederhana

Analisis regresi linier sederhana ini merupakan model dua variabel, dimana salah satu

variabel bebas sudah diketahui dan dianggap memberi akibat terhadap variabel lainnya

yang merupakan variabel terikat.

Menurut Ofyar Z. Tamni ( 2000: 118), Persamaan regresi linear sederhana ialah :

Page 43: ANALISIS PRODUKTIVITAS BONGKAR MUAT GENERAL CARGO DI

Y = A + BX

Dimana :

Y = Peubah tidak bebas

X = Peubah bebas

A = Intersep atau konstanta regresi

B = Koefisien regresi

Parameter A dan B didapatkan dengan persamaan :

𝐵 = Ν Σ 𝑖 𝑋𝑖 𝑌𝑖 − Σ𝑖 𝑋𝑖 . Σ𝑖 𝑌𝑖

𝑁 Σ𝑖 𝑋𝑖2 − Σ𝑖 𝑋𝑖 2

A = Y – BX

B. Analisis Regresi Linier Berganda

Regresi linier berganda adalah tujuan praktis dari model regresi sederhana. Regresi

berganda merupakan metode peramalan sebab akibat dengan lebih dari satu variabel

bebas.

Menurut Ofyar Z. Tamin (2000: 19) persamaannya adalah sebagai berikut :

Y = A + B1X1 + B2X2 + …. + BzXz

Dimana :

Y = Pebuah tidak bebas

X1….Xz = Peubah bebas

A = Konstanta regresi

B1….Bz = Koefisien regres