komunikasi kelompok fix klp 1
TRANSCRIPT
SISTEM KOMUNIKASI KELOMPOK
Disusun Oleh:
KELOMPOK 1
FAISAL FADLAN 0910352050
AGUNG RACHMADI 1110352002
MAFAZA 1110352009
PUTRI SUKMA DERI 1110352018
A. MELATI HIRERA GUCCI 1110352023
INDAH ANDIKA OCTAVIA 1110353005
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
SISTEM KOMUNIKASI KELOMPOK
Kelompok dan pengaruhnya terhadap komunikasi
I. Klasifikasi Kelompok
KELOMPOK PRIMER DAN SEKUNDER
Charles Horton Cooley pada tahun 1909 (dalam Jalaludin Rakhmat, 1994)
mengatakan bahwa kelompok primer adalah suatu kelompok yang anggota-
anggotanya berhubungan akrab, personal, dan menyentuh hati dalam asosiasi dan
kerja sama. Sedangkan kelompok sekunder adalah kelompok yang anggota-
anggotanya berhubungan tidak akrab, tidak personal, dan tidak menyentuh hati kita.
Jalaludin Rakhmat membedakan kelompok ini berdasarkan karakteristik
komunikasinya, sebagai berikut:
a. Kualitas komunikasi pada kelompok primer bersifat dalam dan meluas.
Dalam, artinya menembus kepribadian kita yang paling tersembunyi,
menyingkap unsur-unsur backstage (perilaku yang kita tampakkan dalam
suasana privat saja). Meluas, artinya sedikit sekali kendala yang
menentukan rentangan dan cara berkomunikasi. Pada kelompok sekunder
komunikasi bersifat dangkal dan terbatas.
b. Komunikasi pada kelompok primer bersifat personal, sedangkan kelompok
sekunder nonpersonal.
c. Komunikasi kelompok primer lebih menekankan aspek hubungan daripada
aspek isi, sedangkan kelompok primer adalah sebaliknya.
d. Komunikasi kelompok primer cenderung ekspresif, sedangkan kelompok
sekunder instrumental.
e. Komunikasi kelompok primer cenderung informal, sedangkan kelompok
sekunder formal.
KELOMPOK KEANGGOTAAN DAN KELOMPOK RUJUKAN
Theodore Newcomb (1930) melahirkan istilah kelompok keanggotaan
(membership group) dan kelompok rujukan (reference group). Kelompok
keanggotaan adalah kelompok yang anggota-anggotanya secara administratif dan
fisik menjadi anggota kelompok itu. Sedangkan kelompok rujukan adalah kelompok
yang digunakan sebagai alat ukur (standard) untuk menilai diri sendiri atau untuk
membentuk sikap.
Menurut teori, kelompok rujukan mempunyai tiga fungsi: fungsi komparatif,
fungsi normatif, dan fungsi perspektif. Saya menjadikan Islam sebagai kelompok
rujukan saya, untuk mengukur dan menilai keadaan dan status saya sekarang
(fungsi komparatif. Islam juga memberikan kepada saya norma-norma dan sejumlah
sikap yang harus saya miliki-kerangka rujukan untuk membimbing perilaku saya,
sekaligus menunjukkan apa yang harus saya capai (fungsi normatif). Selain itu,
Islam juga memberikan kepada saya cara memandang dunia ini-cara mendefinisikan
situasi, mengorganisasikan pengalaman, dan memberikan makna pada berbagai
objek, peristiwa, dan orang yang saya temui (fungsi perspektif). Namun Islam bukan
satu-satunya kelompok rujukan saya. Dalam bidang ilmu, Ikatan Sarjana Komunikasi
Indonesia (ISKI) adalah kelompok rujukan saya, di samping menjadi kelompok
keanggotaan saya. Apapun kelompok rujukan itu, perilaku saya sangat dipengaruhi,
termasuk perilaku saya dalam berkomunikasi.
KELOMPOK DESKRIPTIF DAN KELOMPOK PRESKIPTIF
John F. Cragan dan David W. Wright (1980:45) dari Illinois State Unversity,
membagi kelompok pada dua kategori : deskriptif dan preskriptif. Kategori deskriptif
menunjukkan klasifikasi kelompok dengan melihat proses pembentukannya secara
alamiah. Kelompok preskriptif mengklasifikasikan kelompok menurut langkah-
langkah rasional yang harus dilewati oleh anggota kelompok untuk mencapai
tujuannya.
Untuk kelompok deskriptif, dapat dikelompokkan berdasarkan tujuannya.
Kelompok sepintas (casual groups) dibentuk hanya semata-mata untuk
membina hubungan manusiawi yang hangat. Kelompok katarsis dimaksud untuk
melepaskan tekanan batin atau frustasi anggota – anggotanya. Kelompok belajar
Kelompok sepintas
Kelompok katarsis
Kelompok belajar
Kelompok pembuat kebijaksanaan
Kelompok aksi
tentu dibentuk untuk menambah informasi. Kelompok pembuat kebijaksanaan dan
kelompok aksi kedua-duanya dibentuk untuk menyelesaikan tugas berupa
perumusan kebijakan atau tindakan.
Ketika pada tahun 1960-an muncul kelompok pertemuan (encounter group)
dan kelompok penyadar (consciousness-raising group), klasikasi di atas tidak lagi
memadai. Kelompok pertemuan lahir di dunia psikiatri, dibentuk untuk pencerahan
intrapersonal, untuk pertumbuhan kesehatan mental. Termasuk ke dalamnya T-
groups, kelompok terapi, dan kelompok sensitivitas. Kelompok penyadar lahir di
dunia politik, dibentuk untuk menimbulkan kesadaran identitas sosial-politi yang
baru.
Akhir-akhir ini, dengan melihat tujuan, ukuran, dan pola komunikasi, para ahli
komunitas kelompok meringkasnya menjadi tiga kelompok saja : kelompok tugas,
kelompok pertemuan, dan kelompok penyadar. Kelompok tugas bertujuan
memecahkan masalah, kelompok pertemuan menjadikan diri mereka sebagai acara
pokok, dan kelompok penyadar mempunyai “tugas” utama menciptakan identitas
sosial politik yang baru.
Kelompok preskriptif meliputi enam format kelompok, yaitu diskusi meja
bundar, symposium, diskusi panel, forum, kolokuium, prosedur parlementer.
Pengaruh Kelompok pada Perilaku Komunikasi
Perubahan perilaku terjadi karena pengaruh sosial (social influence). Ada tiga
macam pengaruh kelompok, yaitu :
Konformitas
Menurut Kiesler dan Kiesler (1969), konformitas adalah perubahan perilaku atau
kepercayaan menuju (norma) kelompok sebagai akibat tekanan kelompok, yang real
atau yang dibayangkan. Penelitian tentang konformitas dilakukan oleh Moore (1921),
Sherif (1935) dan Solomon E. Asch (1959).
Faktor-faktor yang mempengaruhi konformitas :
- Faktor Situasional :
Kejelasan situasi
Semakin tidak jelas dan semakin tidak berstruktur situasi yang kita hadapi,
makin besar kecendrungan kita untuk mengikuti kelompok.
Konteks situasi
Ada situasi yang menghargai konformitas, dan ada juga situasi yang
mendorong kemandirian.
Cara menyampaikan penilaian
Umumnya, bila individu harus menyatakan responsnya secara terbuka, ia
cendrung melakuka konformitas dari pada kalau ia dapat mengungkapkannya
secara rahasia.
Karakteristik sumber pengaruh
Ukuran kompok
Tingkat kesepakatan kelompok.
- Faktor Personal : usia, jenis kelamin, stabilitas emosional,
otoritarianisme, kecerdasan, motivasi, dan harga diri.
Fasilitasi Sosial
Prestasi individu yang meningkat karena di saksikan kelompok di sebut
Allport sebagai fasilitasi sosial. Fasilitasi menunjukkan kelancaran atau peningkatan
kualitas kerja karena di tonton kelompok. Kelompok mempengaruhi pekerjaan
sehingga terasa menjadi “lebih ringan”.
Fasilitasi sosial sebetulnya bukan istilah yang tepat karena dalam beberapa
hal, kehadiran kelompok malah menghambat pelaksanaan kerja. Kehadiran
kelompok bersifat fasilitatif jika pekerjaan yang dilakukan berupa pekerjaan
keterampilan yang sederhana. Sebaliknya, kelompok mempersukar pekerjaan bila
pekerjaan itu berkenaan dengan nalar dan penilaian.
Robert Zajonc (1965) mencoba menjelaskan teori “drive”. Menurut teori ini
kehadiran orang lain-dianggap-menimbulkan efek pembangkit energy pada perilaku
individu. Efek ini terjadi pada berbagai situasi sosial, bukan hanya di depan orang
yang menggairahkan kita. Energi yang meningkatkan akan mempertinggi
kemungkinan di keluarkannya respons yang dominan. Respon dominan adalah
perilaku yang kita kuasai. Bila respons dominan ini adalah respon yang benar, terjadi
peningkatan prestasi. Bila respon yang dominan ini adalah respon yang salah,
terjadi penurunan prestasi. Untuk pekerjaan yang mudah, respon dominan adalah
respon yang benar.
Polarisasi
Ada anggapan yang kuat bahwa dalam kelompok, individu menjadi kurang
berani, kurang kreatif dan kurang inovatif. Kelompok cenderung untuk menghindari
resiko. Anggapan ini kemudian di permasalahkan oleh Stoner (1961). Ia menemukan
bahwa ketika orang lebih berani ketika mereka berada dalam kelompok daripada
ketika mereka sendirian. Gejala ini kemudian di kenal sebagai geseran resiko (risky
shift).
Bila sebelum diskusi kelompok para anggota mempunyai sikap agak
mendukung tindakan tertentu, setelah diskusi mereka akan lebih kuat lagi
mendukung tindakan itu. Sebaliknya, bila sebelum diskusi para anggota kelompok
agak menentang tindakan tertentu, setelah diskusi mereka akan menentangnya
lebih keras lagi.
Jadi, yang ada adalah kecendrungan ke arah posisi yang ekstrem.banyak
eksperimen menunjukkan bahwa setelah beberapa kali diskusi kelompok, sikap
anggota kelompok menjadi lebih ekstrim.
Polarisasi mengandung beberapa implikasi yang negative. Pertama,
kecendrungan kearah ekstrimisme menyebabkan peserta komunikasi menjadi lebih
jauh dari dunia nyata; karena itu, makin besar peluang bagi mereka untuk berbuat
kesalahan. Produktivitas kelompok tertentu menurun. Gejala ini di sebut dengan
groupthink. Groupthink adalah proses pengambilan keputusan yang terjadi pada
kelompok yang sangat kohesif dimana anggota-anggota berusaha mempertahankan
konsesus kelompok sehingga kemampuan kritisnya menjadi tidak efektif lagi.
Kedua, polarisasi akan mendorong ektrimisme dalam kelompok politik atau
sosial. Kelompok seperti ini biasanya menarik anggota-anggota yang memiliki
pandangan yang sama. Ketika mereka berdiskusi, pandangan yang sama ini
semakin di pertegas sehingga mereka makin yakin akan kebenarannya.
II. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keefektifan Kelompok
A. Faktor Situasional: Karakteristik Kelompok
Ukuran kelompok
Kita dapat membedakan dua macam tugas kelompok: tugas koatif dan tugas
interaktif. Pada tugas koatif, masing-masing anggota bekerja sejajar dengan yang
lainnya, tetapi tidak berinteraksi. Pada tugas korelatif, anggota-anggota berinteraksi
secara terorganisasi untuk menghasilkan produk, keputusan atau penilaian tunggal.
Pada tugas koatif, jumlah anggota berkorelasi positif dengan pelaksanaan tugas:
yakni makin banyak anggota, makin besar jumlah pekerjaan yang di selesaikan. Bila
satu orang dapat mengangkat setumpuk kayu bakar dalam 10 jam, sepuluh orang
dapat mengangkatnya dalam satu jam. Tetapi, bila mereka sudah mulai berinteraksi,
keluaran secara keseluruhan akan berkurang.
Faktor lain yang mempengaruhi hubungan antara prestasi dan ukuran
kelompok adalah tujuan kelompok. Bila tujuan kelompok memerlukan kegiatan
konvergen (mencapai satu pemecahan yang benar), hanya di perlukan kelompok
kecil supaya sangat produktif, terutama bila tugas yang di lakukan hanya
membutuhkan sumber, keterampilan, dan kemampuan yang terbatas. Bila tugas
memerlukan kegiatan yang divergen (gagasan kreatif), di perlukan jumlah anggota
kelompok yang lebih besar.
Hasil kelompok juga di tentukan oleh distribus partisipasi anggotanya. Dari
segi komunikasi, makin besar kelompok, makin besar kemungkinan sebagian besar
anggota tidak mendapat kesempatan berpartisipasi. Makin banyak jumlah anggota,
makin sedikit tersedia peluang untuk berinteraksi dengan anggota lainnya dalam
jarak tertentu. Akibatnya, sejumlah orang tidak mendapat kesempatan berinteraksi.
Jaringan kelompok
Lima macam jaringan komunikasi
Dalam hubungannya dengan prestasi kelompok, Leavitt menemukan bahwa
roda- yang paling memusat dari seluruh jaringan komunikasi-menghasilkan
kelompok yang tercepat dan terorganisasi. Kelompok lingkaran- paling tidak
memusat- adalah yang paling lambat dalam memecahkan masalah. Lingkaran
cendrung melahirkan sejumlah besar kesalahan. Shaw menambahkan bahwa
kelompok roda hanya efektif bila mereka memecahkan persoalan yang mudah. Bila
masalahnya kompleks, kelompok lingkaran yang lebih cepat.penelitian penelitian
berikutnya menemukan pola komunikasi yang paling efektif: yaitu, pola semua
saluran. Karena pola semua saluran tidak terpusat pada satu orang peminpin, pola
ini juga memberikan kepuasan kepada anggota-anggotanya, dan yang paling cepat
menyelesaikan tugas bila tugas itu berkenaan dengan masalah sukar. Pola roda
adalah pola komunikasi yang memberika kepuasan paling rendah.
Kohesi Kelompok ( Group Cohesiveness)
Didefinisikan sebagai kekuatan yang mendorong anggota kelompok untuk
tetap tinggal dalam kelompok, dan mencegahnya meninggalkan kelompok. kohesi
diukur dari (1) ketertarikan anggota secara interpersonal pada satu sama lain, (2)
ketertarikan anggota pada kegiatan dan fungsi kelompok, dan (3) sejauh mana
anggota tertarik pada kelompok sebagai alat untuk memuaskan kebutuhan
personalnya.
Kohesif erat kaitannya dengan kepuasan. dari suatu penelitian menemukan
makin kohesif kelompok yang diikuti, makin besar tingkat kepuasan anggota.
penelitian lain mengemukakan bahwa kohesi kelompok berkaitan erat dengan
produktivitas, morel dan efisiensi komunikasi. dalam kelompok kohesif anggota
merasa aman dan terlindungi. karena itu komunikasi menjadi bebas, lebih terbuka
dan lebih sering.
Beberapa implikasi komunikasi dalam kelompok yang kohesif (Bettinghaus, 1973)
1. Devian akan ditentang dengan keras, komunikator akan dengan mudah
berhasil memperoleh dukungankelompok jika gagasannya sesuai dengan
mayoritas anggota kelompok.
2. Kelompok yang lebih kohesif lebih mungkin dipengaruhi persuasi. ada
tekanan ke arah uniformitas dalam pendapat, keyakinan dan tindakan.
3. Harus memperhitungakan distribusi komunikasi diantara anggota kelompok.
4. Dalam situasi pesaan tampak merupakan ancman kepada kelompok,
kelompok yang lebih kohesif akan lebih cendrung menolak pesan
dibandingkan dengan kelompok kohesi rendah.
5. Komunikator dapat eningkatkan kohesi kelompok agar kelompok mampu
menolak pesan yaang bertentangan.
Kepemimpinan
Didefinisikan sebagai komunikasi yang secara positif mempengaruhi
kelompok untuk bergerak ke arah tujuan kelompok. kepemimpinan adalah faktor
yang paling menentukan keefektifan komunikasi kelompok.
Ada tiga gaya kepemimpinan yaitu : otoriter, demokratis, dan laissez faire.
kepemimpinan otoriter ditandai dengan keputusan dan kebijakan yang seluruhnya
ditentukan oleh pemimpin. kepemimpinan demokratis menampilkan pemimpin yang
mendorong dan membantu anggota kelompok untuk membicarakan dan
memutuskan semua kebijakan. kepemimpinan laissez faire memberika kebebasan
penuh baagi kelompok untuk mengambil keputusan individual dengan partisipasi
pemimpin yaang minimal.
Menurut Gibb, kepemimpinan demokratis paling efektif bila : (1) tidak ada
anggota kelompok yang merasa dirinya lebih mampu mengatasi persoalan daripada
kelompok lain, (2) bila metode komunikasi yang tepaat belum diketahui, (3) bila
semua anggota kelompok berusaha mempertahankan hak individual mereka.
Sebaliknya kepemimpinan otoriter efektif bila : (1) kecepatan dan efisiensi pekerjaan
lebih penting daripada perundingan, dan (2) situasinya begitu baru sehingga mereka
tidak tahu apa yang harus ereka lakukan dan memerlukan pengarahan dari
pemimpin.
B. Faktor Personal : Karakteristik Anggota Kelompok
Cragan dan Wright menyebutkaan dua dimensi interpersonal yang
mempengaruhi keefektifan kelompok : kebutuhan interpersonal dan proses
interpersonal.
a. Kebutuhan Interpersonal
Schultz merumuskan teori FIRO. menurut teori ini orang memasuki kelompok
karena didirong oleh tiga kebutuhan interpersonal : inclusion (ingin masuk, menjadi
bagian dari kelompok), control (ingin mengendalikan orang lain dalam suatu tatanan
hierarkis), dan affection (ingin memperoleh keakrababan emosional dari anggota
kelompok yang lain).
b. Tindak Komunikasi
Satuan komunikasi yang berupa pernyataan, pertanyaan, pendapat atau
isyarat disebut sebagai tindak komunikasi. Bales mengembangkan sistem kategori
untuk menganaalisis tindakan komunikasi yaang dikenal dengan IPA. ia membagi
tindak komunikasi paada dua kelas besar : hubungan tugas dan hubungan sosial
emosional. kelas ini dibagi lagi menjadi positif, netral dan negatif.
c. Peranan
Peranan dimainkan oleh anggota kelompok dapat membantu penyelesaian
tugas kelompok, memelihara suasana emosional yang baik, atau hanya
menampilkan kepentingan individu saja. Ada tiga kelompok peranan yaitu :
1. Peranan Tugas Kelompok
Tugas kelompok ialah memecahkan masalah atau melahirkan
gagasangagasan baru. Peranan tugas berhubungan dengan upaya
memudahkan dan mengkoordinasi kegiatan yang yang menunjang
tercapainya tujuan kelompok. Setiap anggota boleh saja menjalankan lebih
dari satu peranan dalam komunikasi kelompok.
a. Initiator – Contributor
Menyarankan atau mengusulkan kepada kelompok gagasan-gagasan
baru atau cara baru yang berkenaan dengan masalah atau tujuan
kelompok.
b. Information seeker (pencari informasi)
Meminta penjelasan saran yang diajukan ditinjau dari kecermatannya,
otoritasnya, dan fakta yang berkenan dengan masalah yang
dibicarakan
c. Opinion seeker (pencari pendapat)
Bukan hanya menanyakan fakta atau kasus, tetapi juga penjelasan
mengenai nilai yang relevan dengan usaha kelompok atau nilai-nilai
yang mendasari saran yang diajukanatau saran alternatif.
d. Information giver (pemberi informasi)
Memberikan fakta atau generalisasi yang “otoritatif ”, atau
menghubungkan pengalamannya sendiri dengan masalah kelompok
e. Opinion giver (pemberipendapat)
Menyatakan pendapatnya yang relevan dengan saran yang diajukan
atau saran alternatif.
f. Elaborator (penjabar)
Menjabarkan saran-saran dengan contoh-contoh atau dengan makna
yang lebih luas, memberikan dasar rasional dari saran yang sudah
dibuat, dan berusaha menyimpulkan konsekuensi gagasan atau saran
itu jika diambil oleh kelompok
g. Summarizer (penyimpul)
Mengumpulkan gagasan, saran, dan komentar anggota kelompok dan
keputusan kelompok untuk membantu menentukan dimana posisi
kelompok dalam proses berpikir atau tindakannya
h. Coordinator – integrator (pemadu)
Memperjelas hubungan di antara berbagai gagasan dan saran,
berusaha mengambil gagasan – gagasan pokok dari kontribusi
anggota dan memadukannya menjadi keseluruhan yang bermakna.
i. Orienter (pengarah)
Posisi kelompok dalam hubungannya dengan tujuan kelompok, titik
tolak arah atau tujuan yang disepakati
j. Disagree (pembantah)
Memberikan pandangan yang berbeda, mengajukan bantahan,
menunjukkan kesalahan fakta atau penalaran.
k. Evaluator – critic (evaluator kritikus)
Mengukur prestasi kelompok berdasarkan serangkaian standar kerja
kelompok dalam konteks tugas kelompok.
l. Energizer (pendorong)
Mendorong kelompok untuk bertindak atau mengambil keputusan
m. Procedural – technician (petugasteknik)
Melayani keperluan kelompok untuk melaksanakan tugas rutin
n. Recorder (pencatat)
Menuliskan saran, keputusan kelompok, dan produk diskusi
2. Peranan pemeliharaan kelompok
Di bawah ini adalah daftar peranan yang dimaksudkan untuk memelihara
hubungan emosional di antara anggota-anggota kelompok.
a. Encourager (penggalak)
Memuji, menyetujui, dan menerima kontribusi anggota yang lain.
b. Harmonizer (wasit)
Melerai pertikaian di antara anggota – anggota yang lain, berusaha
mendamaikan perbedaan, mengurangi ketegangan pada situasi konflik
melalui kata-kata lelucon atau kata-kata yang menentramkan
c. Compromiser (kompromis)
Bekerja dari dalam konflik yang melibatkan gagasan atau posisi.
d. Gatekeeper and expediter (penjaga gawang)
Berusaha membuka saluran komunikasi dengan mendorong partisipasi
yang lain atau dengan mengusulkan aturan komunikasi
e. Standard setter or ego ideal (pembu ataturan)
Menetapkan kriteria kelompok dalam menjalankan fungsinya atau
menggunakan kriteria dalam menjalankan fungsinya atau
menggunakan kriteria dalam menilai kualitas proses kelompok
f. Group observer and commentator (pengamat kelompok)
Menyimpan catatan berbagai aspek proses kelompok dan memberikan
data tersebut berikut penafsirannya untuk dipakai oleh kelompok dalam
menilai prosedurnya
g. Follower (pengikut)
Mengikuti gerakan kelompok, secara pasif menerima gagasan yang
lain, berfungsi sebagai pendengar dalam pengambilan keputusan
3. Peranan Individual
Usaha anggota kelompok untuk memuaskan kebutuhan individual yang tidak
relevan dengan tugas kelompok, yang berpusat pada individu.
a. Aggressor
Berbuat macam-macam, contoh merendahkan status yang lain,
menolak nilai, tindakan atau perasaan yang lain.
b. Blocker (penghambat)
Cenderung bersikap negatif, selalu menolak, menentang, tanpa alasan
yang kuat, dan berusaha mempertahankan atau membuka kembali
persoalan yang sudah ditolak oleh kelompok
c. Recognition seeker (pencari muka)
Berusaha dengan berbagai cara menarik perhatian orang, sering
dengan membual, melaporkan kehebatan kepribadiannya, bertindak
dengancara yang tidak biasa
d. Self consessor (pengungkap diri)
Menggunakan kesempatan yang disediakan oleh kelompok untuk
mengungkapkan perasaan, wawasan, ideologi yang bersifat pribadi
dan tidak ada sangkut pautnya dengan kelompok
e. Playboy
Ketidakacuhannya terhadap prroses kelompok dengan sinisme,
bermain-main, dan acuh tak acuh.
f. Dominator
Menegaskan otoritas dan superioritasnya ketika mengendalikan
kelompok atau anggota-anggota tertentu.
g. Help seeker
Menarik simpati dari anggota kelompok yang lain atau dari seluruh
kelompok dengan mengungkapkan rasa tidak aman, kebingungan,
atau ketidaktahuan
h. Special interest pleader (sponsor kepentingan khusus)
berbicara atas nama “orang kecil”, mayarakat, kaum ibu.
III. Bentuk – bentuk komunikasi kelompok
A. Komunikasi Kelompok Deskriptif
Para ahli komunikasi kelompok menunjukkan ada tiga kategori kelompok
yang besar, yaitu :
a. Kelompok tugas : Model Fisher
Aubrey fisher meneliti tindak komunikasi kelompok tugas menemukan
bahwa kelompok melewati empat tahap :orientasi, konflik, pemunculan,
dan peneguhan. Pada tahap pertama, setiap anggota berusaha saling
mengenal, saling menangkap perasaan orang lain. Tindakan pada tahap
miniumumnya menunjukkan persetujuan ,mempersoalkan pernyataan,
berusaha memperjelas informasi.
Pada tahap kedua, terjadi peningkatan perbedaan antara anggota.
Masing-masing berusaha mempertahankan posisinya. Tindakan komunikasi
pada tahap ini kebanyakan berupa pernyataan tidak setuju, dukungan pada
pendirian masing-masing. Pada tahap ketiga, orang mengurangi tingkat
polarisasi dan perbedaan pendapat. Disini anggota yang menentang usulan
tertentu menjadi bersikap tidak jelas. Tindak komunikasi umumnya berupa
usulan-usulan ambigu.
Pada tahap keempat, para anggota memperteguh konsesus kelompok .
Mereka mulai memberikan komentar tentang kerjasama yang baik dalam
kelompok dan keputusan yang diambil oleh kelompok. Pernyataan umumnya
bersifat positif dan melepaskan ketegangan.
b. Kelompok Pertemuan : Model Bennis dan Shepherd
Kelompok pertemuan ini dapat membantu pertumbuhan diri, tetapi juga
dapat mempercepat penghancuran diri. Ada dua tahap model yang
dikemukakan Bennis dan Shepherd, yaitu :
1. Tahap satu : Ketergantungan Otoritas
Contoh: bila dua belas orang berkumpul melingkar dan saling melihat
secara kaku selama beberapa menit seorang anggota segera memecahkan
ketegangan humor. Tidak lama kemudian seseorang terganggu, ia marah
karena pemimpinnya menolak memberikan pengarahan dan menyusun acara
sehingga muncul pemimpin baru. Sub fase satu ditandai dengan harapan
bahwa pelatih akan segera mengambil alih pimpinan. Ketika ternyata ini tidak
terjadi subfase kedua dimulai dengan terbentuknya koalisi diantara beberapa
anggota, dan menyerang pelatih karena tidak mau memimpin.
2. Tahap dua : Kebergantungan satu sama lain
Pada periode kehidupan kelompok pertemuan ketika banyak orang
mengalami pertumbuhan diri; namun ini ketika emosi dikuras habis , dan
dalam beberapa hal menimbulkan kerusakan emosional pada individu. Pada
sub fase inilah instruktur diperlukan, terutama orang yang mempunyai
keahlian dibidang psikologi klinis. Intensi emosional ini akhirnya menimbulkan
katarsis dan kelompok pada umumnya merasakan keakraban dan
kebergantungan satu sama lain.
c. Kelompok Penyadar : Model Chesebro, Cragan, dan Mc Cullough
Ada empat tahap perkembangan kelompok penyadar:
1. Tahap satu : Kesadaran diri akan identitas baru
Untuk menimbulkan kesadaran diri, orang-orang yang berkumpul di
dalam kelompok harus terdiri atas orang-orang yang mempunyai
karakteristik yang menjadi dasar pembentukan kelompok. Pada
kelompok feminis, semua anggotanya harus perempuan. Pada
kelompok homoseksual, semua anggotanya harus homoseksual.
2. Tahap dua : Identitas kelompok melalui polarisasi
Mereka mulai membagi dunia pada kelompok “kita” dan kelompok
“mereka”. Pada gerakan homoseksual, kelompok “kita” adalah orang-
orang yang homoseksual, dan “mereka” adalah mengacu pada
masyarakat yang heteroseksual.
3. Tahap ketiga : Menghubungkan diri dengan kelompok revolusioner
lainnya
Bagaimana hubungan mereka dengan kelompok tertindas lainnya
yang sedang melancarkan revolusi kebudayaan. Tetapi, pada
kelompok lain biasanya mereka merumuskan tindakan nyata yang
harus dilakukan untuk mencapai cita-cita kelompok.
B. Komunikasi Kelompok Prespektif
Berbagai komunikasi pada kelompok ini menurut formatnya dapat
diklasifikasikan pada dua kelompok besar: privat danpublic (terbatas dan
terbuka). Kelompok pertemuan (kelompok terapi), kelompok belajar, panitia,
konferensi (rapat) adalah kelompok privat, panel, wawancara terbuka, forum,
simposium, termasuk kelompok publik. Di sini kita akan mempergunakan format
diskusi dari Cragan dan Wright (1980):meja bundar, simposium, diskusi panel,
macam-macam forum, kolokium, dan prosedur parlementer.
Komunikasi Organisasi
Definisi Komunikasi Organisasi
Everet M.Rogers dalam bukunya Communication in Organization,
mendefinisikan organisasi sebagai suatu sistem yang mapan dari mereka yang
bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama, melalui jenjang kepangkatan, dan
pembagian tugas.
Robert Bonnington dalam buku Modern Business: A Systems Approach,
mendefinisikan organisasi sebagai sarana dimana manajemen mengoordinasikan
sumber bahan dan sumber daya manusia melalui pola struktur formal dari tugas-
tugas dan wewenang. Dapat dikatakan bahwa organisasi merupakan suatu paduan
dari bagian-bagian yang satu sama lain saling bergantung. Dalam komunikasi
organisasi akan erat kaitannya dengan suatu kekuasaan, arus pesan, dan perilaku
karena melibatkan jumlah orang yang tidak sedikit dalam setiap organisasinya.
Menurut Gold Haber, Komunikasi organisasi adalah arus pesan dalam suatu
jaringan yang sifat hubungannya saling bergantungan satu sama lain. Arus pesan
yang digunakan bersifat: vertikal, horizontal, dan diagonal.
Komunikasi Organisasi adalah pengiriman dan penerimaan berbagai pesan
organisasi di dalam kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi
(Wiryanto, 2005). Komunikasi formal adalah komunikasi yang disetujui oleh
organisasi itu sendiri dan sifatnya berorientasi kepentingan organisasi. Isinya berupa
cara kerja di dalam organisasi, produktivitas, dan berbagai pekerjaan yang harus
dilakukan dalam organisasi. Misalnya: memo, kebijakan, pernyataan, jumpa pers,
dan surat-surat resmi. Adapun komunikasi informal adalah komunikasi yang disetujui
secara sosial. Orientasinya bukan pada organisasi, tetapi lebih kepada anggotanya
secara individual.
Secara fungsional, komunikasi organisasi dapat didefinisikan sebagai
pertunjukan dan penafsiran pesan di antara unit-unit komunikasi yang merupakan
bagian dari suatu organisasi tertentu. Komunikasi organisasi dapat terjadi kapanpun,
setidaknya satu orang yang menduduki suatu jabatan dalam suatu organisasi akan
menafsirkan suatu pertunjukkan.
Sedangkan secara tradisional, komunikasi organisasi cenderung dianggap
menekankan kegiatan penanganan pesan yang terkandung dalam suatu “batas
organisasional (organizational boundary)”. Dalam hal ini komunikasi organisasi
dipandang dari suatu perspektif interpretif (subjektif) adalah proses penciptaan
makna atas interaksi yang merupakan organisasi.
Hal yang membedakan komunikasi organisasi dengan lainnya adalah adanya
hierarki. Hierarki adalah prinsip-prinsip pengaturan dimana orang diberikan urutan
diatas atau dibawah orang lain.
Teori Komunikasi Organisasi
1) Teori Informasi Organisasi
Teori Komunikasi Organisasi dikemukakan oleh Karl Weick (1995). Karl
Weick mengembangkan sebuah pendekatan untuk menggambarkan proses dimana
organisasi mengumpulkan, mengelola dan menggunakan informasi yang mereka
terima.
Fokus utama penelitian Weick adalah pada pertukaran informasi yang terjadi
dalam organisasi dan bagaimana anggota mengambil langkah untuk memahami hal
ini. Weick percaya bahwa “orgaanisasi berbicara pada dirinya sendiri”. Maksud dari
pernyataan tersebut adalah anggota-anggota organisasi adalah penting dalam
penciptaan dan pemeliharaan makna pesan.
Weick melihat organisasi sebagai sebuah sistem yang mengambil sebuah
informasi yang membingungkan atau ambigu dari lingkungannya dan membuat
informasi tersebut menjadi masuk akal. Oleh karenanya, menurut Teori Informasi
Organisasi, organisasi akan berevolusi selama mereka masih berusaha untuk
memahami diri mereka dan lingkungannya.
Weick pertama kali memperkenalkan pendekatan teoritis yang menjelaskan
bagaimana organisasi memahami dan menggunakan informasi dalam bukunya The
Social Psyhology Organizing (1969). Ia kemudian memperbarui teorinya untuk
mengklarifikasikan kebingungan yang mungkin muncul (1995).
Teorinya berfokus pada proses yang dilalui organisasi dalam usaha untuk
memahami semua informasi yang membombardir mereka tiap harinya. Weick
mengatakan, “organisasi dan lingkungan mereka berubah begitu cepatnya sehingga
sangat tidak realistis untuk menunjukkan seperti apa mereka saat ini, karena mereka
tidak akan tetap seperti itu nantinya.”(1969).
Fokus dari teori organisasi adalah pengkomunikasian informasi yang penting
bagi suksesnya sebuah oraginsasi. Sangat jarang bahwa seseorang atau satu
departemen dalam sebuah organisasi mempunyai semua informasi penting untuk
menyelesaikan suatu proyek. Tugas pemrosesan informasi tidak dilaksankan hanya
dengan melakukan perolehan informasi, bagian tersulit adalah dalam mengartikan
dan mendistribusikan informasi yang didapatkan.
Asumsi dasar teori informasi organisasi :
1. Organisasi manusia ada dalam sebuah lingkungan informasi.
Asumsi ini menyatakan bahwa organisasi bergantung pada informasi agar
dapat berfungsi dengan efektif dan mencapai tujuan mereka. Weick (1979)
memandang konsep lingkungan informasi sebagi sesuatu y6ang berbeda dari
lingkungan fisik dimana organisasi berada. Ia menyatakan bahwa lingkungan
informasi ini diciptakan oleh anggota organisasi.
2. Informasi yang diterima sebuah organisasi berbeda dalam hal
ketidakjelasannya.
Asumsi Yang diajukan oleh Weick berfokus pada ambiguitas yang ada dalam
informasi. Pesan-pesan berbeda dalam hal sejauh mana mereka dapat dipahami.
Sebuah organisasi harus menentukan mana anggota yang lebih mengetahui atau
berpengalaman dalam berurusan dengan informasi penting yang didapatkan.
Sebuah rencana untuk memahami informasi harus disusun. Pesan-pesan, menurut
teori Weick, sering kali tidak jelas. Ketidakjelasan merujuk pada pesan yang rumit,
tidak pasti, dan tidak dapat di prediksi.
3. Organisasi manusia terlibat di dalam pemprosesan informasi untuk mengurangi
ketidakjelasan informasi.
Asumsi ini menyatakan bahwa organisasi mulai dalam aktifitas kerjasama
untuk mebuat informasi yang diterima dapat lebih dipahami. Weick melihat proses
mengurangi ketidakjelasan sebagi sebuah aktifitas bersama diantara anggota
organisasi. Ini bukan hanya merupakan tanggung jawab dari seseorang saja untuk
mengurangi ketidakjelasan. Sebaliknya, ini adalah sebuah proses yang mungkin
melibatkan beberapa anggota organisasi.
2) Teori Budaya Organisasi
Teori Budaya Organisasi dikemukakan oleh Clifford Geertz, Michael
Pacanowsky dan Nick O’Donnell-Trujillo. Untuk memahami kehidupan organisasi
melampaui budaya termasuk nilai-nilai, kisah, tujuan, praktik, dan filosofi
perusahaan. Michael Pacanowsky, dan Nick O’Donnell-Trujillo (1982,1990)
mengonseptualisasikan teori budaya organisasi. Pacanowsky dan Nick O’Donnell-
Trujillo merassa bahwa organisasi dapat paling baik dipahami dengan menggunakan
lensa budaya, sebuah ide yang mulanya dikenukakan oleh seorang antropolog
bernama Clifford Geertz.
Dalam hal ini budaya tidak mengacu pada keanekaragaman ras, etnis, dan
latar belakang individu. Menurut Pacanowsky dan O’Donnell-Trujillo budaya adalah
suatu cara hidup di dalam sebuah organisasi. Budaya organisasi mencakup iklim
atau atmosfer emosional dan psikologis. Hal ini mencakup semangat kerja
karyawan, sikap, dan tingkat produktifitas (schrodt, 2002). Budaya organisasi juga
mencakup semua simbol (tindakan, rutinitas, percakapan, dst) dan makna-makna
yang dilekatkan orang pada simbol-simbol ini. Makna dan pemahaman budaya
dicapai melalui interaksi yang terjadi antar karyawan dan pihak menejemen.
Pacanowsky dan O’Donnell-Trujillo percaya bahwa budaya organisasi
“mengindikasikan apa yang mnyusun dunianya ingin diselidiki”. Dengan kata lain,
budaya organisasi adalah esensi dari kehidupan organisasi. Mereka mengadopsi
pendekatan interpretasi sombolik yang dikemukakan oleh Clifford Geertz (1973)
dalam model teoritis mereka. Clifford Geertz menyatakan bahwa orang-orang adalah
“yang tergantung di dalam jaringan kepentingan”. Clifford Geertz menggambarkan
jaringan kepentingan seperti jaring laba-laba. Clifford Geertz menggunakan
gambaran mengenai laba- laba bukan tanpa tujuan. Ia yakin budaya seperti sebuah
jaring yang dipintal oleh laba-laba. Maksudnya, jaring ini memiliki desain yang rumit,
dan tiap jaring berbeda dengan yang lainnya.
Asumsi dasar Teori Budaya Organisasi:
1. Anggota-anggota organisasi menciptakan dan mempertahankan perasaan
yang dimiliki bersama mengenai realitas organisasi, yang berakibat pada
pemahaman yang lebih baik mengenai nila-nilai sebuah organisasi.
2. Penggunaan dan interpretasi simbol sangat penting dalam budaya organisasi.
3. Budaya bervariasi dalam organisasi-organisasi yang berbeda, dan interpretasi
tindakan dalam budaya ini juga beragam.
3) Toeri Penstrukturan Adaptif
Anthony Giddens, seorang sosiolog pertama kali mempresentasikan teori
penstrukturan adaptif pada tahun 1979. Dalam penelitiannya, Giddens
mendeskripsikan bagaimana institusi sosial dan organisasi, misalnya diproduksi,
direproduksi, dan ditransformasi melalui penggunaan aturan-aturan sosial. Giddens
memandang struktur sosial sebagai pedang bermata dua, struktur dan aturan yang
diciptakan membatasi perilaku seseorang. Akan tetapi, aturan yang sama juga
membuat seseorang mampu memahami dan berinteraksi denagn orang lain.
Aturan-aturan ini dapat dinyatakan secara eksplisit (seperti prosedur
penyampaian keluhan yang dijabarkan di dalam buku panduan karyawan) atau
dipelajari secara implisit ( seperti menghormati satu sama lain dengan menberikan
kesempatan pada tiap anggota kelompok untuk menyuarakan pendapatnya).
Dalam teori penstrukturan adaptif, Giddens (1984) menyatakan bahwa kunci
dari memahami komunikasi yang terjadi di dalam organisasi adalah dengan
mempelajari struktur yang berfungsi sebagai pondasi mereka. Ia membuat
perbedaan antara konsep sistem dan struktur.
Istilah sistem merujuk pada organisasi itu sendiri dan perilaku yang
dilaksanakan oleh organisasi ini untuk mencapai tujuannya. Istilah struktur merujuk
pada aturan-aturan dan sumber daya yang digunakan para anggotanya untuk
menciptakan dan mempertahankam sistem, dan juga untuk mengarahkan perilaku
mereka.
Penstrukturan dalam kelompok atau organisasi dideskripsikan sebagai
“proses dimana sistem diproduksi dan direproduksi melalui pemakaian aturan dan
sumber daya oleh anggota-anggota” (Poole, seibold, dan McPhee,1996).
Penstrukturan memberikan pondasi yang berguna untuk mempelajari
dampak yang dimiliki oleh aturan dan sumber daya terhadap keputusan kelompok
dan komunikasi organisasi. Penstrukturan bersifat komunikatif: “berbicara adalah
tindakan. Jika struktur benar-benar diproduksi melalui interaksi, maka komunikasi
lebih dari sekedar pengantar tindakan; komunikasi adalah tindakan” (Modaff dan
DeWine, 2002).
Asumsi dasar Teori Penstrukturan Adaptif adalah sebagai berikut :
1. Kelompok dan organisasi diproduksi dan direproduksi melalui penggunaan
aturan dan sumber daya.
2. Aturan komunikasi berfungsi baik sebagai medium untuk maupun hasil akhir dari
interaksi.
3. Struktur kekuasaan ada di dalam organisasi dan menuntun proses pengambilan
keputusan dengan menyediakan informasi mengenai bagaimana untuk
mencapai tujuan kita dengan Cara ayang terbaik.
DAFTAR PUSTAKA
Rakhmat, Jalaluddin. 2008. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
http://ekalasmawati.blogspot.com/2012/04/komunikasi-organisasi.html (diunduh
tanggal 24 Oktober 2013)