analisis klp

29
PEMBAHASAN A. Analisis Situasi Umum Kelurahan Sikumana Dan Analisis Situasi Khusus Rt 08 Rt 09 Dan Rt 10, RW 04, kelurahan sikumana, kecamatan maulafa, Kupang. 1 Analisis Situasi Umum Kelurahan Sikumana 1.1 Keadaan Geografis a. Luas wilayah Kelurahan Sikumana adalah 621 Ha b. Batas-batas wilayah Kelurahan Sikumana sebagai berikut : 1. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Bello 2. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Batuplat 3. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Naikolan dan Kelurahan Oepura 4. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Fatukoa 1.2 Keadaan Demografi Dalam data demografi Kelurahan Sikumana bulan Februari 2012 tercatat jumlah Rukun Warga ada 18 (delapan belas). Rukun Warga (RW) yang terdiri dari : 1. Rukun Tetangga (RT) sebanyak 42 (empat puluh dua) . 2. Jumlah penduduk sebanyak 14.984 Jiwa yang terdiri dari : a. Laki-laki : 7.528 jiwa b. Perempuan : 7.456 jiwa. 1

Upload: rey-nunuhitu

Post on 24-Jul-2015

157 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Analisis KLP

PEMBAHASAN

A. Analisis Situasi Umum Kelurahan Sikumana Dan Analisis Situasi Khusus Rt 08 Rt 09

Dan Rt 10, RW 04, kelurahan sikumana, kecamatan maulafa, Kupang.

1 Analisis Situasi Umum Kelurahan Sikumana

1.1 Keadaan Geografis

a. Luas wilayah Kelurahan Sikumana adalah 621 Ha

b. Batas-batas wilayah Kelurahan Sikumana sebagai berikut :

1. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Bello

2. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Batuplat

3. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Naikolan dan Kelurahan Oepura

4. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Fatukoa

1.2 Keadaan Demografi

Dalam data demografi Kelurahan Sikumana bulan Februari 2012 tercatat

jumlah Rukun Warga ada 18 (delapan belas).

Rukun Warga (RW) yang terdiri dari :

1. Rukun Tetangga (RT) sebanyak 42 (empat puluh dua) .

2. Jumlah penduduk sebanyak 14.984 Jiwa yang terdiri dari :

a. Laki-laki : 7.528 jiwa

b. Perempuan : 7.456 jiwa.

3. Jumlah Kepala Keluarga (KELUARGA) sebanyak 2.431 Kepala Keluarga

yang terdiri dari :

a. KELUARGA Laki-laki : 2.206 KELUARGA

b. KELUARGA Perempuan : 225 KELUARGA

4. Jumlah Kepala Keluarga (KELUARGA) miskin sebanyak 1.290 Kepala

Keluarga yang terdiri dari :

a. KELUARGA Laki-laki : 1.157 KELUARGA

b. KELUARGA Perempuan : 133 KELUARGA

1

Page 2: Analisis KLP

Tabel Distribusi Frekuensi Penduduk Menurut Kelompok Umur di

Kelurahan Sikumana Kecamatan Maulafa Tahun 2012

Kelompok Umur Laki-Laki Perempuan Jumlah %

0-4 731 712 1443 9,63

05-Sep 434 562 996 6,65

Okt-14 656 562 1218 8,13

15-19 758 726 1484 9,9

20-24 659 691 1350 9,01

25-29 772 730 1502 10,02

30-34 768 825 1593 10,63

35-39 657 559 1216 8,12

40-44 586 478 1064 7,1

45-49 652 614 1266 8,45

50-54 408 426 834 5,57

55-59 250 364 614 4,1

>60 197 207 404 2,7

Jumlah 7528 7456 14.984 100

Sumber : Laporan Bulanan Kelurahan Sikumana

Berdasarkan tabel 3.1 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk Kelurahan Sikumana

sebanyak 14.984 jiwa yang terdiri dari laki-laki 7.528 jiwa dan perempuan sebanyak 7.456

jiwa. Distribusi Frekuensi penduduk terbesar berada pada kelompok umur 30-34 dengan

jumlah penduduknya sebanyak 1.593 dengan persentase 10,63 % yang terdiri dari laki-laki 768

jiwa dan perempuan sebanyak 825 jiwa. Sedangkan Distribusi Frekuensi penduduk terkecil

berada pada kelompok umur >60 tahun dengan jumlah penduduk sebanyak 404 dengan

persentase 2,70% yang terdiri dari laki-laki 197 jiwa dan perempuan 207 jiwa.

.2 Analisis Situasi Khusus RW 04 Kelurahan Sikumana

2.1 Keadaan Geografi.

Batas wilayah RW 04 adalah:

a. Sebelah Timur : RT 11

b. Sebelah Barat : RT 01

2

Page 3: Analisis KLP

c. Sebelah Utara : RT 02

d. Sebelah Selatan : RT 07 dan RT 18

.2.2 Keadaan Demografi

Jumlah penduduk RT 08, RT 09 dan RT 10 RW 04 Kelurahan Sikumana tahun 2012

yang tercatat oleh kelompok kami di lapangan adalah sebesar 985 jiwa, yang terdiri atas 496

jiwa laki-laki dan 489 jiwa perempuan dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 190 keluarga ,

yaitu rt 08 sebanyak 47 keluarga rt 09 sebanyak 81 keluarga dan rt 10 sebanyak 62 keluarga.

Rinciannya dapat dilihat pada tabel 3.8 sebagai berikut:

Tabel Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Umur dan Jenis

Kelamin di RW 04 RT 08 , RT 09 dan RT 10 Kelurahan Sikumana

Kecamatan Maulafa Tahun 2012.

Kelompok Umur RT 08 RT 09 RT 10 Jumlah Persen

( % )L P L P L P L P L + P

0-4 13 8 15 14 14 15 42 37 79 8,02

5−9 12 18 20 16 19 28 51 62 113 11,47

10−14 10 11 19 19 21 20 50 50 100 10,15

15-19 14 10 16 28 28 28 58 66 124 12,59

20-24 12 11 29 35 32 24 73 70 143 14,52

25-29 10 16 25 17 16 9 51 42 93 9,44

30-34 8 9 9 7 7 11 24 27 51 5,18

35-39 10 5 8 9 11 13 29 27 56 5,69

40-44 4 6 9 16 9 16 22 38 60 6,09

45-49 9 3 13 16 13 5 35 24 59 5,99

50-54 9 8 16 5 9 6 34 19 53 5,38

55-59 3 5 7 4 4 4 14 13 27 2,74

60-64 3 2 2 1 2 2 7 5 12 1,22

65-69 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,00

70-74 1 2 0 0 2 2 3 4 7 0,71

75 Ke Atas 2 1 1 3 0 1 3 5 8 0,81

Jumlah 120 115 189 190 187 184 496 489 985 100,00

Sumber: Data Primer

3

Page 4: Analisis KLP

Berdasarkan tabel 3.8 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk RW 04 terbanyak berada

pada kelompok umur 20-24 tahun sebanyak 143 jiwa dengan presentase 14,52% dan jumlah

penduduk terkecil berada pada kelompok umur 70-74 tahun atau sebanyak 7 jiwa dengan

presentase sebesar 0,71%.

Jika dilihat dari jenis kelamin maka yang terbanyak adalah penduduk laki-laki dengan jumlah

496 jiwa dan jumlah penduduk perempuan yakni sebesar 489 jiwa.

3. DATA DASAR KESEHATAN KELUARGA

a. Faktor Lingkungan.

Perumahan

Distribusi Frekuensi keluarga berdasarkan letak atau posisi rumah pada RW 04 RT 08,

RT 09 dan RT 10 Kelurahan Sikumana Kecamatan Maulafa dapat dilihat pada tabel 4.6 sebagai

berikut:

Tabel Distribusi Frekuensi Keluarga Berdasarkan Letak Atau Posisi

Rumah Dalam Keluarga Di RW 04 RT 08, RT 09 ,RT 10

Kelurahan Sikumana Kecamatan Maulafa Tahun 2012

Letak Rumah RT 08 RT 09 RT 10 Jumlah

Keluarga

Persen

( % )

Pinggir Jalan 39 60 54 153 80,53

Dekat kali / Sungai 0 8 2 10 5,26

Dekat fasilitas Umum 0 0 0 0 0,00

Jalan Setapak 8 13 6 27 14,21

Jumlah 47 81 62 190 100,00

Sumber: Data Primer

Berdasarkan tabel 4.6 terlihat bahwa di RW 04 jumlah yang terbesar adalah keluarga yang

mempunyai letak rumah di pinggir jalan dengan persentase 80,53% atau sebanyak 153 keluarga

dan jumlah yang terkecil adalah keluarga yang mempunyai letak rumah di dekat kali/sungai

dengan persentase sebesar 5,26% atau 10 keluarga.

4

Page 5: Analisis KLP

Distribusi Frekuensi keluarga berdasarkan jenis bangunan pada RW 04 RT 08, RT 09 dan

RT 10 Kelurahan Sikumana Kecamatan Maulafa dapat dilihat pada diagram 4.7 sebagai berikut:

Tabel Distribusi Frekuensi Keluarga Berdasarkan Jenis Bangunan

dalam Keluarga di RW 04, RT 08, RT 09, RT 10 Kelurahan

Sikumana Kecamatan Maulafa Tahun 2012

Sumber: Data Prime

Berdasarkan tabel 4.7 menunjuKeluargaan bahwa di RW 04 jenis bangunan rumah

yang paling banyak dimiliki oleh keluarga adalah permanen dengan persentase sebesar 64,74

% atau 123 keluarga sedangkan yang paling sedikit adalah darurat dengan persentase sebesar

1,08%.

Tabel Distribusi Frekuensi Keluarga Berdasarkan Kepemilikan Bentuk

Ventilasi di RW 04 RT 08, RT 09, RT 10 Kelurahan Sikumana

Kecamatan MaulafaTahun 2012.

Sumber:

Data Primer

Berdasarkan

Tabel 4.10 dapat dilihat

bahwa seluruh keluarga di RW 04 paling banyak memiliki jenis ventilasi dengan bentuk satu

arah dengan persentase sebesar 66,84% atau 127 keluarga dan yang paling sedikit adalah

keluarga yang tidak memiliki ventilasi sebanyak 15 keluarga dengan persentase sebesar 7,89%.

WC

5

Jenis Bangunan RT 08 RT 09 RT 10 Jumlah

Keluarga

Persen

( % )

Permanen 29 64 30 123 64,74

Semi Permanen 18 16 31 65 34,21

Daraurat O 1 1 2 1,05

Jumlah 47 81 62 190 100,00

Ventilasi RT 08 RT 09 RT 10 Jumlah Persen (

% )

Ada Satu arah 35 46 46 127 66,84

Ada Dua arah 5 28 15 48 25,26

Tidak ada 7 7 1 15 7,89

Jumlah 47 81 62 190 100,00

Page 6: Analisis KLP

Distribusi Frekuensi keluarga berdasarkan kepemilikan jamban di RW 04 RT 08, RT 09

dan RT 10 Kelurahan Sikumana Kecamatan Maulafa dapat dilihat pada tabel 4.12 sebagai

berikut:

Tabel Distribusi Frekuensi Keluarga Berdasarkan Kepemilikan Jamban

di RW 04 RT 08, RT 09, RT 10 Kelurahan Sikumana Kecamatan

Maulafa Tahun 2012.

Kepemilikan

Jamban

RT 08 RT 09 RT 10 Jumlah Persen

( % )

Milik Sendiri 45 68 55 168 88,2

Pemakaian

Bersama

2 12 7 21 11,05

Tidak memiliki 0 1 0 1 0,53

Jumlah 47 81 62 190 100,00

Berdasarkan Tabel 4.12 dapat dilihat bahwa pada RW 04 paling banyak menggunakan

jamban milik sendiri sebanyak 168 keluarga dengan persentase 88,02%, dan yang paling sedikit

adalah keluarga yang tidak memiliki jamban sebanyak 1 keluarga dengan persentase 0,53%.

Distribusi Frekuensi keluarga berdasarkan frekuensi membersihkan jamban di RW 04 RT

08, RT 09 dan RT 10 Kelurahan Sikumana dapat dilihat pada tabel 4.17 sebagai berikut :

Tabel Distribusi Frekuensi Keluarga Berdasarkan Frekuensi

Membersihkan Jamban di RW 04 RT 08, RT 09, RT 10

Kelurahan Sikumana Tahun 2012

6

Frekuensi Pembersihan WC RT 8 RT 9 RT 10 Jumlah

Keluarga

%

Sekali Seminggu 9 14 18 41 21,58

Lebih dari sekali seminggu 30 67 37 134 70,53

2 minggu sekali 2 0 5 7 3,68

Lebih dari 2 minggu sekali 6 0 2 8 4,21

Jumlah 47 81 62 190 100,00

Page 7: Analisis KLP

Sumber: Data Primer

Berdasarkan Tabel 4.17 dapat dilihat bahwa warga di RW 04 paling banyak yang

membersihkan jamban dengan frekuensi lebih dari sekali seminggu dengan persentase 70.53%

atau 134 Keluarga dan yang paling sedikit adalah yang memebersihkan jamban 2 minggu sekali

dengan persentase 3,68 % atau 7 Keluarga.

Tempat Sampah

Distribusi Frekuensi keluarga berdasarkan Kepemilikan Tempat Sampah di RT 08, RT 09

dan RT 10 RW 04 Kelurahan Sikumana dapat dilihat pada tabel 4.18 sebagai berikut :

Tabel Distribusi Frekuensi Keluarga Berdasarkan Kepemilikan

Tempat Sampah di RW 04 RT 08, RT 09, RT 10 Kelurahan

Sikumana Tahun 2012

7

Tempat

Pembuangan

sampah

  RT

08

RT

09

RT

10

Jumlah

Keluarga

%

Ya Bak Sampah

dari kayu/semen

1 6 5 12 6,32

Lubang Sampah 5 9 27 51 26,84

Keranjang 13 17 7 37 19,47

Gardus/dos

bekas

10 10 0 20 10,53

 Tidak 18 39 23 70 36,84

Jumlah 47 81 62 190 100,00

Page 8: Analisis KLP

Sumber: Data Primer

Berdasarkan tabel 4.18 dapat diketahui bahwa RW 04 sebesar 36,84% keluarga tidak

memiliki tempat pembuangan sampah ( TPS ) dan sisanya yakni sebesar 63,16% yang memiliki

tempat sampah. Dari 63,16% keluarga yang memiliki tempat sampah sebanyak 6,32% tempat

sampahnya berupa bak sampah, sebanyak 26,84% tempat sampahnya berupa lubang sampah,

sebanyak 19,47% tempat sampahnya berupa keranjang, dan sisanya sebanyak 10,53%

menggunakan dos bekas.

Tabel Distribusi Frekuensi Keluarga Berdasarkan Jarak TPS diRW

04 RT 08, RT 09 , RT 10 Kelurahan Sikumana Tahun 2012

Sumber:

Data Primer

Berdasarkan tabel 4.19 dapat diketahui bahwa di RW 04 jumlah warga yang memiliki jarak

TPS 10-50 meter sebanyak 3 KK dengan persentase 15,00%,sedangkan sisanya >50 meter

dengan persentase 85,00%.

Distribusi Frekuensi keluarga berdasarkan pemusnahan dan pengelolaan sampah padat di

RW 04 RT 08, RT 09 dan RT 10 Kelurahan Sikumana dapat dilihat pada tabel 4.20 sebagai

berikut :

Tabel Distribusi Frekuensi Keluarga Berdasarkan Pemusnahan Dan

pengeloalaan Sampah Padat di RT 08, RT 09 , RT 10 RW 04

Kelurahan Sikumana Tahun 2012

Sumber:

Data Primer

8

N

O

Jarak TPS RT 08 RT 09 RT 10  

Jumlah

Persen (

% )

1 < 10 Meter 0 0 0 0 0,00

2 10-50 Meter 1 2 0 3 15,00

3 > 50 Meter 15 2 0 17 85,00

Jumlah 16 4 0 20 100,00

Pemusnahan dan

pengelolahan sampah

padat

RT

08

RT

09

RT

10

Jumlah Persen (

% )

Ditanam (Landfill) 2 1 8 11 5,79

Dibakar

(incerneration)

37 71 54 162 85,26

Dijadikan pupuk 5 3 0 8 4,21

Dijual 3 6 0 9 4,74

Jumlah 47 81 62 190 100,00

Page 9: Analisis KLP

Berdasarkan tabel 4.19 dapat diketahui bahwa di RW 04 paling banyak yang melakukan

pemusnahan sampah padat dengan cara di bakar sebanyak 162 Keluarga dengan persentase

85,26% dan yang paling sedikit yang di jadikan pupuk sebanyak8 keluarga dengan persentase

4,21%.

Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL)

Distribusi Frekuensi keluarga berdasarkan Kepemilikan Dan jenis SPAL di RW 04 RT

08, RT 09 dan RT 10 Kelurahan Sikumana dapat dilihat pada tabel 4.20 sebagai berikut:

Tabel 4.21 Distribusi Frekuensi Keluarga Berdasarkan Kepemilikan dan

Jenis SPAL di RW 04 RT 08, RT 09, RT 10 Kelurahan

Sikumana Tahun 2012

Sumber: Data Primer

Berdasarkan tabel 4.21 menunjukan bahwa sebagian besar keluarga di RW 04 dengan

persentase 56,32% 107 KK tidak memiliki SPAL dan sisanya memiliki SPAL dengan jenis

selokan sebesar 18,42%,, resapan sebesar 14,74%, lubang penampungan sebesar 10,53%

Distribusi Frekuensi keluarga berdasarkan Pengolahan dan pemeliharaan SPAL di RT 08,

RT 09 dan RT 10 RW 04 Kelurahan Sikumana dapat dilihat pada tabel 4.20 sebagai berikut:

Tabel 4.22 Distribusi Frekuensi Keluarga Berdasarkan Pengolahan dan

pemeliharaan SPAL di RT 08, RT 09, RT 10 RW 04 Kelurahan

9

SPAL Bentuk SPAL RT 08 RT 09 RT 10 Jumlah Persen

( % )

Ya Selokan 10 16 10 35 18,42

Resapan 5 10 13 28 14,74

Lubang

Penampungan

5 12 4 20 10,53

Tidak   27 43 35 107 56,32

Jumlah 47 47 81 62 190 100

Page 10: Analisis KLP

Sikumana Tahun 2012.

Sumber: Data Primer

Berdasarkan tabel 4.22 menunjukan bahwa sebagian besar keluarga di RW 04 yakni

62,50% keluarga membersihkan SPALnya sedangkan sisanya sebesar 37,50% tidak

membersihkan SPAL.

B. PENENTUAN PRIORITAS MASALAH

Berdasarkan data-data yang diperoleh setelah melakukan pengumpulan dan analisis data,

maka terdapat 3 masalah kesehatan masyarakat penting yang ada di wilayah RW 04 Kelurahan

Sikumana Kecamatan Maulafa Tahun 2012, yaitu:

1. Sampah

a. Ketidak tersediaan Tempat Pembuangan Sampah Sementara

Distribusi Frekuensi keluarga berdasarkan kepemilikan tempat sampah penduduk

Kelurahan Sikumana Kecamatan Maulafa dapat dilihat pada tabel.....di atas. Berdasarkan

tabel tersebut dapat dilihat bahwa pada penduduk RW 04 Kelurahan Sikumana, paling

banyak penduduk tidak memiliki tempat sampah yaitu sebanyak 170 keluarga dengan

persentase 89,47 % dan yang memiliki tempat sampah yaitu sebanyak 20 keluarga

dengan persentase 10,53 %.

b. Mekanisme Pemusnahan Sampah Padat

Distribusi Frekuensi keluarga berdasarkan mekanisme pemusnahan sampah padat yang

dilakukan penduduk pada RW 04 Kelurahan Sikumana Kecamatan Maulafa mengacu

pada tabel di atas. Tabel tersebut menunjukkan bahwa pada penduduk RW 04

10

Pengolahan dan

Pemeliharaan SPAL

RT 08 RT 09 RT 10 Jumlah Persen (

% )

Dibersihkan 20 30 10 60 62,50

Tidak Dibersihkan 12 7 17 36 37,50

Jumlah 32 37 27 96 100,00

Page 11: Analisis KLP

Kelurahan Sikumana Kecamatan Maulafa, mekanisme pemusnahan sampah padat yang

dominan yaitu dengan cara dibakar sebanyak 162 keluarga dengan persentase 85,26 %

dan yang paling sedikit yaitu dijadikan pupuk sebanyak 8 keluarga dengan persentase

4,21 %.

2. SPAL

Distribusi Frekuensi keluarga berdasarkan Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) yang

dimiliki penduduk pada RW 04 Kelurahan Sikumana dapat dilihat pada tabel di atas. Tabel

tersebut menunjukkan bahwa pada penduduk RW 04 Kelurahan Sikumana, secara dominan

masyarakat memiliki SPAL yaitu sebanyak 83 keluarga dengan persentase 43,69 % dan

yang tidak memiliki SPAL sebanyak 107 keluarga dengan persentase 56, 32%.

IV.2.2 Penentuan Prioritas Masalah Bersama Masyarakat dalam Kegiatan Minilokakarya

Masalah-masalah di atas adalah masalah yang dipaparkan saat mini lokakarya kelompok

12 RW 04 Kelurahan Sikumana Kecamatan Maulafa yang dilaksanakan pada hari Selasa, 5 Mei

2012 yang bertempat di Rumah Bapak Ketua RW 04 kelurahan Sikumana.

Metode yang digunakan dalam mini lokakarya ini adalah metode brain storming dimana

mahasiswa, dosen pembimbing lapangan, ketua RW, ketua RT, tokoh masyarakat, tokoh agama

dan masyarakat setempat memberikan pilihan terhadap masalah kesehatan yang ada beserta

alasannya. Kemudian diperoleh suatu konsensus bahwa masalah yang dijadikan sebagai prioritas

masalah di RW 04 Kelurahan Sikumana Kecamatan Maulafa Tahun 2012 adalah masalah

tentang sampah yakni ketidaktersediaan tempat sampah dan mekanisme pemusnahan sampah

padat dengan cara dibakar. Dengan demikian masalah tentang sampah ini menjadi prioritas

masalah yang kemudian akan ditindaklanjuti oleh mahasiswa/i FKM PBL I yang bertugas dalam

wilayah tersebut pada saat PBL II nanti.

Masalah ini diambil untuk ditanggulangi karena sampah memiliki dampak buruk yang

besar terhadap penduduk setempat, antara lain dampak yang bersifat langsung maupun tidak

langsung. Dampak langsung merupakan dampak yang disebabkan karena kontak langsung

dengan sampah, misalnya sampah beracun, sampah yang korosif terhadap tubuh dan sampah

11

Page 12: Analisis KLP

yang mengandung kuman patogen sehingga dapat menimbulkan penyakit. Sedangkan dampak

tidak langsung dapat dirasakan masyarakat akibat proses pembusukan, pembakaran, dan

pembuangan sampah. Dampak tidak langsung lainnya berupa penyakit bawaan vektor yang

berkembang biak dalam sampah. Apabila sampah ditimbun di sembarang tempat maka dapat

menjadi sarang lalat dan tikus, dimana lalat merupakan vektor berbagai penyakit perut,

sedangkan tikus dapat menyebabkan penyakit pes.

IV.3 ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH

IV. 3.1 SAMPAH SEBAGAI PRIORITAS MASALAH

A. PENGERTIAN

Para pakar (ahli) mendefinisihkan sampah sebagai berikut, diantaranya adalah :

1. Notoatmodjo (2003) mendefinisihkan sampah adalah sesuatu bahan atau benda padat

yang sudah tidak digunakan lagi dalam kegiatan manusia, atau benda padat yang sudah

tidak digunakan lagi dalam suatu kegiatan manusia dan dibuang.

2. Menurut definisih WHO sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai,

tidak disenangi, atau sesuatu dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi

dengan sendirinya.

3. Kamus Istilah Lingkungan (1994) sampah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai atau

tidak berharga untuk maksud biasa atau utama dalam pembikinan atau pemakaian barang

rusak atau bercacat dalam pembikinan manufaktur atau materi berkelebihan atau ditolak

atau buangan".

B. JENIS-JENIS SAMPAH

Secara fisik sampah di bagi dalam tiga jenis yakni sampah padat, sampah cair (limbah

cair) dan sampah dalam benntuk gas. Sampah padat (sering disebut sampah saja) dapat dibagi

dalam menjadi beberapa jenis, yakni :

1. Berdasarkan bahan kimia yang terkandung di dalamnya.

Sampah dibagi menjadi :

12

Page 13: Analisis KLP

a. Sampah organik adalah sampah yang mudah membusuk, misalnya sisa-sisa makanan,

daun-daunan, sayuran, buah-buahan, dan lain sebagainya.

b. Sampah an-organik adalah sampah yang umumnya tidak dapat membusuk, misalnya

logam besi, pecahan gelas, plastik dan sebagainya.

2. Berdasarkan dapat tidaknya di bakar.

Sampah dibagi menjadi :

a. Sampah mudah dibakar, misalnya kertas, plastik, karet, kayu,kain bekas dan lain

sebagainya.

b. Sampah yang tidak mudah dibakar, misalnya kaleng-kaleng, bekas, besi/logam, pecahan

gelas/kaca dan sebagainya.

3. Berdasarkan mudah tidaknya membusuk.

a. Sampah mudah membusuk misalnya sisa-sisa makanan, daun-daunan, sayuran, buah-

buahan, daging dan sebagainya.

b. Sampah yang tidak mudah membusuk, misalnya kaleng-kaleng, bekas, besi/logam,

pecahan gelas/kaca dan sebagainya

4. Bersarkan ciri/karakterristik sampah

a. Garbage; adalah sampah yang mudah membusuk dan dapat terurai dengan cepat. Proses

pepmbusukan sering menimbulkan bau busuk. Sampah ini dapat ditemukan di

pemukiman penduduk yang yang berasal dari pengolahan/pembuatan makanan, rumah

makan/restoran, rumah sakit, pasar, hotel, katering makanan dan sebagainya.

b. Rubbish; adalah sampah yang berasal dari perkantoran dan perdagangan. Sampah ini

terdiri dari sampah yang mudah terbakar (seperti : kayu, kertas, plastik, kain, dll), dan

sampah yang tidak mudah terbakar (seperti kaleng, kaca, logam, dll).

c. Ashes; adalah semua sisa-sisa pembakaran dari bahan yang mudah terbakar. Contoh:

hasil pembakaran kayu, batubara, kertas, daun, abu rokok dsb.

d. Dead Animal; yaitu bangkai binatang yang mati karena alam, ditabrak kendaraan, atau

dibuang oleh orang. Contoh : bangkai kuda, bangkai tikus, bangkai kelinci, dsb.

e. Street Sweeping; yaitu sampah yang berasal dari pembersihan jalan, yang terdiri dari

campuran bermacam-macam sampah, daun-daunan, plastik, pecahan kaca, besi, debu dan

sebagainya.

f. Sampah Industri; yaitu sampah yang berasal dari industri dan pabrik-pabrik.

13

Page 14: Analisis KLP

g. Bangkai kendaraan (Abandoned vehicle), adalah bangkai kendaraan seperi mobil, motor,

dan sebagainya.

h. Sampah pembangunan ( contruktion waste); yaitu sampah dari proses pembangunan

gedung, rumah, dan sebagainya, berupa puing-puing bangunan gedung, potongan-

potongan kayu, besi beton, bambu dan sebagainya.

C. Pengelolaan Sampah

Keberadaan sampah sangat erat kaintannya dengan kesehatan karena sampah merupakan

sumber mikroba pathogen dan sebagai breeding place bagi vektor penyakit. Untuk

menghindari gangguan kesehatan sekecil mungkin maka sampah perlu dikelola sebaik

mungkin. Pengelolaan sampah adalah meliputi pengumpulan, pengangkutan, sampai dengan

pemusnahan atau pengolahan sampah sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan

gangguan kesehatan dan lingkungan hidup.

Ada beberapa tahapan dalam pengelolaan sampah padat yang baik, diantaranya :

(1).Tahap Pengumpulan dan Penyimpanan di sumber.

Sampah-sampah yang ada dilokasi sumber (kantor, rumah tangga, hotel, dan sebagainya)

ditempakan dalam tempat penampungan sementara (TPS). Dalam penyimpanan tersebut

sebaiknya tempat sampah basah dan kering dipisahkan dengan maksud untuk memudahkan

pemusnahannya. Tempat penampungan sampah sementara hendaknya memeuhi persyaratan

sebagai berikut :

Konstruksi harus kuat dan tidak bocor.

Memiliki tutup dan mudah dibuka tanpa mengotori tangan.

Ukuran sesuai sehingga mudah diangkut oleh seseorang.

Dari tempat penyimpanan semetara sampah dikumpulkan dalam dipo (rumah sampah).

Dipo yang dimaksud berupa bak besar yang digunakan untuk menampung semua sampah

dari semua sumber yang ada. Untuk membangun suatu dipo harus memenuhi beberapa

persyaratan, yakni :

Dibangun dilokasi dengan ketinggian bangunan setinggi kendaraan pengangkut sampah.

Memiliki dua pintu yakni pintu masuk dan pintu untuk mengambil sampah.

Ventilasi dipo sebaiknya ditutup kawat halus untuk mencegah lalat dan binatang lain

masuk ke dalam dipo.

14

Page 15: Analisis KLP

Ada kran air untuk membersihkan.

Tidak menjadi tempat tinggal atau sarang lalat dan tikus.

Mudah dijangkau masyarakat.

Tahap pengumpulan dan penyimpanan pada sumer menjadi tanggungjawab dari masing-

masing produsen sampah (rumah tangga, kantor, dll).

(2).Tahap pengangkutan.

Mekanisme, sistem adan cara pengangkutan sampah untuk daerah perkotaan adalah

tanggujawab pemerintah setempat, yang didukung oleh parsipasi masyarakat produksi

sampah, khususnya dalam hal pendanaan, sedangkan untuk daerah pedesaan pada umumnya

adalah sampah dapat dikelola oleh masing-masing keluarga tanpa memerlukan tempat

penampungan sementara (TPS) maupun Tempat Penampungan Akhir (TPA). Pada tahap ini

pengangkutan sampah ke TPA dengan menggunakan truk yang disediakan oleh dinas

kebersihan kota.

(3).Tahap pemusnahan.

Pemusnahan dan atau pengelolaan sampah ini dapat dilakukan dengan beberapa metode,

antara lain :

a. Hot Feeding (Makanan Binatang)

Yaitu Garbage atau sisa-sisa makanan yang mudah membusuk itu digunakan untuk

makanan binatang, misalkan : babi, sapi, anjing, kucing, ayam, dan sebagainya. Cara ini

boleh saja dilakukan, namun seyogyanya sisa-sisa makanan itu direbus terlebih dahulu

sebelum diberikan sebagai makanan binatang, tujuannya untuk mencegah penularan penyakit

cacing dan trichinosis ke hewan ternak. Kelemahan Hog Feeding adalah bila tidak higienis,

maka cara ini akan :

menjadi sarana berkembang-biaknya cacing Taenia Saginata dan cacing Taenia Solium

sehingga berakibat terjadinya penyakit Taeniasis.

berkembang-biaknya Trichiuris Trichiura sehingga berakibat terjadinya penyakit

Trichinosis

b. Incineration (Pembakaran)

15

Page 16: Analisis KLP

inceneration merupakan suatu metode pemusnahan sampah dengan cara membakar

sampah secara besar-besaran dengan menggunakan tungku pembakaran. Cara ini relatif

menguntungkan karena :

Volume sampah akan menurun menjadi 1/3 bagian semula.

Tidak memerlukan ruang/tanah yang luas

Tidak dipengaruhi cuaca.

Panas yang dihasilkan dapat dijadikan sumber uap

Pengolahan dapat dilakukan secara terpusat dengan jadwal jam kerja yang dapat diatur

sesuai dengan kebutuhan.

Kerugian dari cara membakar sampah ini adalah :

relatif mahal

dapat menimbulkan kebakaran

adanya kebisingan akibat transportasi kendaraan pengangkut sampah.

c. Landfill (Pengisi Tanah Rendah)

Yaitu membuang sampah di tanah rendah secara sembarangan dan tidak ditimbun tanah

atau lainnya. Cara ini kurang lebih sama seperti DUMPING walaupun ada sedikit perbedaan.

Bila LANDFILL itu dimaksudkan untuk mengisi atau menimbun tanah rendah, maka

DUMPING tidak dimaksudkan untuk mengisi tanah rendah.

kelebihan dari Landfill adalah mampu meninggikan tanah dengan cara yang amat mudah

serta tidak memerlukan adanya teknologi tinggi.

Kelemahan dari cara ini kira-kira sama seperti Dumping, yaitu :

mengganggu estetika

menimbulkan bau yang mengganggu masyarakat.

memudahkan terjadinya bahaya kebakaran

menjadi sarang vektor penyakit

dalam jangka lama menimbulkan leacheate yang akan merugikan kesehatan masyarakat.

d. Sanitary Landfill (Pengisi Tanah Rendah Yang Saniter)

Yaitu mengelola sampah dengan cara menimbun sampah dengan tanah selapis demi

selapis diatasnya. Dengan demikian sampah tidak berada di ruang terbuka dan tentunya tidak

menimbulkan bau dan tidak menjadi sarang binatang pengerat. Cara ini lebih higienis

16

Page 17: Analisis KLP

dibanding cara Landfill. Sanitary lanfill adalah sistim pemusnahan sampah yang paling baik.

Cara ini relatif bermanfaat untuk meninggikan tanah, namun syarat-syarat yang diperlukan

relatif sulit, yaitu :

memerlukan wilayah yang luas

memerlukan tanah untuk menimbun

memerlukan alat-alat besar (truk, forklift, dsb).

Lokasi sanitary landfill yang lama dan sudah tidak dipakai lagi, dapat dimanfaat sebagai

dapat dimanfaatkan sebagai tempat pemukiman, perkantoran dan sebagainya.

e. Composting (Pengomposan)

Yaitu cara pemusnahan sampah dengan cara memanfaatkan proses dekomposisi zat

organik oleh kuman-kuman pembusuk pada kondisi tertentu, proses ini menghasilkan bahan

berupa kompos dan pupuk. Berikut tahap-tahan pembuatan kompos (pupuk) :

Penyortiran/pemisahan benda-benda yang tidak dapat dipakai sebagai pupuk seperti

bahan gelas, plastik, besi dan bahan lainnya yang tidak mudah membusuk.

Pemotongan/penghancuran sampah menjadi partikel-partikel yang lebih misalnya sebesar

kira-kira 5 Cm.

Penyampuran sampah dengan memperhatikan kadar karbon (C) dan nitrogen (N) dengan

perbandingan 1 : 35.

Pemasukan sampah ke lobang/dalam tanah. Sampah dibiarkan terbuka agar terjadi proses

aerobik.

Pembolak-balikan sampah 4-5 kali selama 15- 21 hari dengan maksud gar terjadi proses

aerobik dan terbentuk pupuk dengan baik. Perlu diperhatikan galian tersebut jangan

sampai menjadi tempat bersarang hewan pengerat atau serangga.

f. Discharge To Sewers

Yaitu cara membuang sampah ke dalam saluran air bekas (sistim pembuangan air limbah)

yang terlebih dahulu sampah-sampah tersebut dihaluskan. Metode ini dapat efektif asalkan

sistem pembuangan air limbah memang baik. Kelemahan cara ini adalah :

Mahal biayanya (butuh alat khusus untuk menghaluskan sampah).

17

Page 18: Analisis KLP

Tidak mungkin dilakukan bila sistim pembuangan air kotor buruk (secara tidak resmi

cara ini banyak dilakukan di kota-kota besar seperti Jakarta, Yogyakarta, dan sebagainya,

namun hingga kini tidak ada sanksi yang dijatuhkan).

g. Dumping

Yaitu meletaKeluargaan sampah terhampar begitu saja diatas tanah datar, jurang atau

tempat sampah. Ini adalah cara pembuangan sampah yang amat khas untuk negara-negara

yang sedang berkembang seperti Indonesia, India, Philipina, Vietnam, dan sejenisnya.

Kelemahan dari cara Dumping adalah :

menjadi tempat berkembang-biaknya vektor penyakit.

mengganggu estetika.

menimbulkan bau yang mengganggu masyarakat.

dalam jangka lama akan menghasilkan leacheate yang merugikan kesehatan masyarakat.

bila tidak dikendalikan akan mampu menimbulkan bahaya kebakaran.

Cara Dumping ini terakhir terjadi di Bandung pada tahun 2006, yaitu sampah di timbun

sembarangan karena ketidak-mampuan Pemerintah Daerah mengelola, sehingga akhirnya

muncul desakan dari pemerintah pusat agar dilakukan pengelolaan sampah secara lebih baik

lagi.

h. Dumping In Water

Yaitu sampah dibuang ke dalam air sungai atau laut begitu saja. Akibatnya terjadi

pencemaran pada air dan pendangkalan yang dapat menimbulkan bahaya banjir.

i.Individual Inceneration

Yaitu pembakaran sampah yang dilakukan secara individual di rumah tangga. Kelemahan

dari cara ini adalah:

Menyebabkan kebakaran

Mengotori udara akibat CO, NO serta partikel-partikel lain-lainnya.

j. Daur Ulang (Recycling)

Yaitu pemilahan sampah sesuai keperluannya atau pengolahan kembali bagian-bagian

dari sampah yang masih dapat dipakai atau daur ulang, misalkan logam dikumpulkan sesama

18

Page 19: Analisis KLP

logam, kayu sesama kayu, kertas sesama kertas, plastik sesama plastik, botol sesama botol,

kaca sesama kaca, dan sebagainya lalu dijual untuk diolah kembali atau dimanfaatkan.

Contoh :

botol minuman untuk botol minuman

tulang binatang untuk sisir rambut

kertas untuk pembungkus

kayu untuk mebel

kertas boneka, pelapis kendi

eceng gondok tas

dan sebagainya

Kelebihan cara ini adalah : mempunyai nilai positif di bidang ekonomi.

Kelemahannya adalah : berbahaya untuk kesehatan bila tidak higienis.

k. Reduction

Yaitu sampah dipotong kecil-kecil. Cara ini cukup bermanfaat. Contoh : Garbage

reduction akan menghasilkan lemak

l. Salvaging

Yaitu pemanfaatan sampah bekas yang kira-kira dapat dipakai kembali. Cara ini amat

berbahaya untuk kesehatan bila tidak memperhatikan aspek-aspek kebersihan. Contoh :

kertas bekas pembungkus makanan, sisa sayur untuk dimakan, puntung rokok untuk rokok.

IV.3.2 Alternatif Penyelesaian Masalah

Berdasarkan prioritas masalah yang dipilih oleh masyarakat RW 04 Kelurahan Sikumana

Kecamatan Maulafamaka alternatif penyelesaian masalah tersebut diantaranya :

1. Penyuluhan tentang pembuatan pupuk kompos bagi masyarakat RW 04 Kelurahan

Sikumana.

2. Kerja bakti bersama masyarakat RW 04 Kelurahan Sikumana.

19

Page 20: Analisis KLP

20