kliping media cetak -...

23

Upload: dinhlien

Post on 29-Aug-2019

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

KLIPING MEDIA CETAK KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN RUANG LAUT No.

Tanggal

Media

Berita

1. 12 April 2018 Kompas KKP Dorong Industri Patin RI Rebus Pasar Global

2. 12 April 2018 Harian Seputar Indonesia Sepasang Pohon Kayu Bakau di Pantai Jadi Awal Sejarah

3. 12 April 2018 Harian Seputar Indonesia Sampah Penuhi Pantai Bau

4. 12 April 2018 Tabloid AgroIndonesia Menghapus Kekhawatiran Petani Garam Lokal

5. 12 April 2018 Tabloid Agroindonesia Gillnet Millenium Bahayakan Hiu dan Penyu

6. 12 April 2018 bisnis.com Ikan Capungan Banggai Masuk Satwa Dilindungi

7. 12 April 2018 beritagar.id Hiu paus Susi dipasangi tag satelit

8. 12 April 2018 infonawacita.com WF Temukan 20 Penyu Mati Di Pesisir Paloh Akibat Hal Ini

9. 11 April 2018 antaranews.com Penyu mati keracunan di Paloh rata-rata usia muda

10. 9 April 2018 merdeka.com 21 Penyu di Perairan Paloh mati keracunan tar aspal

11. 9 April 2018 tabloidjubi.com Puluhan penyu mati di Kalbar diduga keracunan aspal

12. 9 April 2018 tribunnews.com 21 Ekor Penyu Mati di Pesisir Pantai Paloh, Pemicunya Bikin Miris

13. 11 April 2018 jawapos.com Harga Beli PT Garam Lebih Rendah

14. 11 April 2018 indopos.co.id Saingi Impor, Pemerintah Diminta Serius Lakukan Industrialisasi Garam

15. 11 April 2018 merdeka.com Abrasi di Bali disebabkan kerusakan 12 persen terumbu karang

Penyusun

Tim Humas

Mengetahui, a.n Kepala Bagian Humas dan Kerjasama

Ka. Sub Bagian Humas

Hery Gunawan Daulay

Berikut kami sampaikan Ringkasan Pemberitaan PRL 12 April 2018 Media Cetak dan Online No Media Judul Ringkasan

1 Kompas KKP Dorong Industri Patin RI Rebus Pasar Global

Pemulihan lingkungan Teluk Balikpapan, Kalimantan Timur, yang tercemar minyak mentah akan memakan waktu cukup lama Selama itu, Nelayan pesisir dan pembudidaya Kepiting kehilangan penghasilan. Bagi warga, pasokan ikan dan Kepiting hanya sedikit terganggu karena Balikpapan bukan penghasil utama.

Yosmianto, Kepala Dinas Pangan, Pertanian, dan Perikanan Balikpapan, menyebut 162 perahu Nelayan pesisir tidak bisa beroperasi. Wilayan Nelayan pesisir ini sekitar pantai dan sungai, bukan Nelayan yang mencari ikan di laut

2 Harian Seputar Indonesia

Sepasang Pohon Kayu Bakau di Pantai Jadi Awal Sejarah

Sejarah berdirinya Kabupaten Pasangkayu berasal dari sepasang batang pohon kayu bakau atau mangrove yang berdiri sejak ratusan tahun lalu dan masih berdiri tegak hingga saat ini.

3 Harian Seputar Indonesia

Sampah Penuhi Pantai Bau

Foto atas) Warga berjalan di antara hamparan sampah yang menutupi Pantai Matahari Terbit di kawasan Sanur, Denpasar, Bali, kemarin. (Foto bawah) Wisatawan dan warga setempat turun dari perahu transportasi Sanur-Nusa Penida di pantai yang tercemar sampah di Pantai Sanur, Denpasar, Bali, Selasa (10/4). Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Denpasar menyatakan sampah tersebut merupakan sampah kiriman siklus musiman dari Januari hingga Oktober dengan volume mencapai 10 ton per hari.

4 Tabloid AgroIndonesia

Menghapus Kekhawatiran Petani Garam Lokal

Petani garam lokal tak perlu khawatir lagi dengan kedatangan garam impor, pasalnya, industri pengolah garam berkomitmen melakukan penyerapan garam hasil produksi dalam negeri sebanyak 1.430.000 ton pada tahun 2018. Komitmen itu dituangkan dalam penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara industri pengolah garam dengan petani garam lokal yang difasilitasi oleh Kementerian Perindustrian.

5 Tabloid Agroindonesia

Gillnet Millenium Bahayakan Hiu dan Penyu

Guru Besar Ilmu Teknologi Penangkapan Ikan, Institut Pertanian Bogor, Ari Purbayanto mengingatkan jaring insang (gillnet millennium) yang direkomendasikan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) sebagai pengganti Cantrang malah membahayakan hiu dan penyu. Direktur Jenderal Perikanan Tangkap, KKP, Sjarief Widjaja sendiri memastikan bahwa gillnet millennium termasuk ramah lingkungan. Menurutnya, alat penangkap ikan ini disesuaikan dengan target penangkapan ikan penerima bantuan yakni ikan- ikan pelagis.

6 bisnis.com Ikan Capungan Banggai Masuk Satwa Dilindungi

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menetapkan ikan capungan Banggai (Banggai cardinalfish) sebagai jenis dilindungi secara terbatas.

Penetapan tersebut diperkuat dengan terbitnya Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: 49/KEPMEN-

KP/2018 telah menetapkan ikan capungan Banggai (Banggai cardinalfish) sebagai jenis dilindungi secara terbatas.

http://industri.bisnis.com/read/20180412/99/783694/ikan-capungan-banggai-masuk-satwa-dilindungi

7 beritagar.id Hiu paus Susi dipasangi tag satelit

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) untuk pertama kalinya memasangkan tag satelit SPLASH finmount ke seekor hiu paus (Rhyncodon typus) di Kaimana, Papua Barat, pada awal Maret 2018. Ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan survei untuk mempelajari pola migrasi hiu paus yang terancam punah. Tujuannya, agar bisa meningkatkan perlindungan dan pengelolaannya di Indonesia.

https://beritagar.id/artikel/sains-tekno/hiu-paus-susi-dipasangi-tag-satelit

8 infonawacita.com WF Temukan 20 Penyu Mati Di Pesisir Paloh Akibat Hal Ini

World Wide Fund for Nature (WWF) Indonesia mengungkapkan telah menemukan kejadian Luar Biasa (KLB) yang terjadi di pesisir Paloh, Kabupaten Sambas, Provinsi Kalimantan Barat.

Setidaknya dalam kurun waktu 2 bulan terakhir ditemukan 20 penyu dalam keadaan mati. https://infonawacita.com/astaga-wwf-temukan-20-penyu-mati-di-pesisir-paloh-akibat-hal-ini/

9 antaranews.com Penyu mati keracunan di Paloh rata-rata usia muda

Marine Species Conservation Coordinator for WWF Indonesia, Dwi Suprapti menyatakan, penyu yang ditemukan mati karena keracunan tar aspal di pesisir Pantai Paloh, Kabupaten Sambas, rata-rata usia muda.

"Total sebanyak 21 ekor penyu mati diduga karena keracunan tar aspal, dan didominasi penyu muda," kata Dwi Suprapti di Pontianak. https://www.antaranews.com/berita/700383/penyu-mati-keracunan-di-paloh-rata-rata-usia-muda

10 merdeka.com 21 Penyu di Perairan Paloh mati keracunan tar aspal

Berdasarkan hasil nekropsi yang dilakukan pada lima sampel penyu yang terdiri dari empat penyu hijau, dan satu penyu sisik, terdapat empat penyu positif terdapat endapan tar aspal pada organ tubuh penyu sehingga kuat indikasi kematian penyu disebabkan karena menelan tar aspal https://www.merdeka.com/peristiwa/21-penyu-di-perairan-paloh-mati-keracunan-tar-aspal.html

11 tabloidjubi.com Puluhan penyu mati di Kalbar diduga keracunan aspal

Sebanyak 21 Penyu hijau dan sisik mati sepanjang bulan Februari hingga April 2018, yang diduga karena keracunan sejenis tar aspal di kawasan perairan Pantai Paloh, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat.

http://tabloidjubi.com/artikel-15261-puluhan-penyu-mati-di-kalbar-diduga-keracunan-aspal.html

12 tribunnews.com 21 Ekor Penyu Mati di Pesisir Pantai Paloh, Pemicunya Bikin Miris

Sebanyak 21 ekor penyu ditemukan mati di pesisir Pantai Paloh Kabupaten Sambas sepanjang bulan Februari - April 2018.

http://www.tribunnews.com/regional/2018/04/09/21-ekor-penyu-mati-di-pesisir-pantai-paloh-pemicunya-bikin-miris

13 jawapos.com Harga Beli PT Garam Lebih Rendah

Kontrak jual beli garam antara PT Garam (Persero) dengan masyarakat pada Maret lalu tidak terpenuhi. Dari target 2.000 ton garam, hanya skitar 100 ton garam rakyat yang dibeli PT Garam. https://www.jawapos.com/radarmadura/read/2018/04/11/64131/harga-beli-pt-garam-lebih-rendah

14 indopos.co.id Saingi Impor, Pemerintah Diminta Serius Lakukan Industrialisasi Garam

Pemerintah melalui Kementerian Perindustrian telah mendata kebutuhan garam industri untuk tahun ini sebesar 3,7 juta ton. Untuk memenuhi jumlah tersebut, diputuskan diperoleh dengan cara impor. Hal ini menuai polemik. http://www.indopos.co.id/read/2018/04/11/134400/saingi-impor-pemerintah-diminta-serius-lakukan-industrialisasi-garam

15 merdeka.com Abrasi di Bali disebabkan kerusakan 12 persen terumbu karang

Terumbu karang di Bali, adalah salah satu tempat wisata favorit yang banyak dikunjungi wisatawan domestik dan mancanegara. Suarjana, juga menjelaskan, penyebab terjadinya kerusakan terumbu karang ada banyak faktor. https://www.merdeka.com/peristiwa/abrasi-di-bali-disebabkan-kerusakan-7200-hektare-terumbu-karang.html

KLIPING MEDIA CETAK

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN RUANG LAUT

Bagian Kerjasama Humas dan Pelayanan

Media : Kompas Tanggal : 12 April 2018

Halaman : 21

Judul : KKP Dorong Industri Patin RI Rebus Pasar Global

Ringkasan : Pemulihan lingkungan Teluk Balikpapan, Kalimantan Timur, yang tercemar minyak mentah akan memakan waktu cukup lama Selama itu, Nelayan pesisir dan pembudidaya Kepiting kehilangan penghasilan. Bagi warga, pasokan ikan dan Kepiting hanya sedikit terganggu karena Balikpapan bukan penghasil utama.

Yosmianto, Kepala Dinas Pangan, Pertanian, dan Perikanan Balikpapan, menyebut 162 perahu Nelayan pesisir tidak bisa beroperasi. Wilayan Nelayan pesisir ini sekitar pantai dan sungai, bukan Nelayan yang mencari ikan di laut

KLIPING MEDIA CETAK

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN RUANG LAUT

Bagian Kerjasama Humas dan Pelayanan

Media : Harian Seputar Indonesia Tanggal : 12 April 2018

Halaman : 5

Judul : Sepasang Pohon Kayu Bakau di Pantai Jadi Awal Sejarah

Ringkasan : Sejarah berdirinya Kabupaten Pasangkayu berasal dari sepasang batang pohon kayu bakau atau mangrove yang berdiri sejak ratusan tahun lalu dan masih berdiri tegak hingga saat ini.

KLIPING MEDIA CETAK

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN RUANG LAUT

Bagian Kerjasama Humas dan Pelayanan

Media : Harian Seputar Indonesia Tanggal : 12 April 2018

Halaman : 16

Judul : SAMPAH PENUHI PANTAI BAU

Ringkasan : Foto atas) Warga berjalan di antara hamparan sampah yang menutupi Pantai Matahari Terbit di kawasan Sanur, Denpasar, Bali, kemarin. (Foto bawah) Wisatawan dan warga setempat turun dari perahu transportasi Sanur-Nusa Penida di pantai yang tercemar sampah di Pantai Sanur, Denpasar, Bali, Selasa (10/4). Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Denpasar menyatakan sampah tersebut merupakan sampah kiriman siklus musiman dari Januari hingga Oktober dengan volume mencapai 10 ton per hari.

KLIPING MEDIA CETAK

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN RUANG LAUT

Bagian Kerjasama Humas dan Pelayanan

Media : Tabloid AgroIndonesia Tanggal : 12 April 2018

Halaman : 23

Judul : Menghapus Kekhawatiran Petani Garam Lokal

Ringkasan : Petani garam lokal tak perlu khawatir lagi dengan kedatangan garam impor, pasalnya, industri pengolah garam berkomitmen melakukan penyerapan garam hasil produksi dalam negeri sebanyak 1.430.000 ton pada tahun 2018. Komitmen itu dituangkan dalam penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara industri pengolah garam dengan petani garam lokal yang difasilitasi oleh Kementerian Perindustrian.

KLIPING MEDIA CETAK

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN RUANG LAUT

Bagian Kerjasama Humas dan Pelayanan

Media : Tabloid Agroindonesia Tanggal : 12 April 2018

Halaman : 6

Judul : Gillnet Millenium Bahayakan Hiu dan Penyu

Ringkasan : Guru Besar Ilmu Teknologi Penangkapan Ikan, Institut Pertanian Bogor, Ari Purbayanto mengingatkan jaring insang (gillnet millennium) yang direkomendasikan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) sebagai pengganti Cantrang malah membahayakan hiu dan penyu. Direktur Jenderal Perikanan Tangkap, KKP, Sjarief Widjaja sendiri memastikan bahwa gillnet millennium termasuk ramah lingkungan. Menurutnya, alat penangkap ikan ini disesuaikan dengan target penangkapan ikan penerima bantuan yakni ikan- ikan pelagis.

Ikan Capungan Banggai Masuk Satwa Dilindungi 12 April 2018

Banggai Cardinal Fish - KKP Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menetapkan ikan capungan Banggai (Banggai cardinalfish) sebagai jenis dilindungi secara terbatas. Penetapan tersebut diperkuat dengan terbitnya Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: 49/KEPMEN-KP/2018 telah menetapkan ikan capungan Banggai (Banggai cardinalfish) sebagai jenis dilindungi secara terbatas. Perlindungan terbatas Banggai Cardinalfish (BCF) berdasarkan tempat dan waktu tertentu, yakni hanya di wilayah Kepulauan Banggai, Sulawesi Tengah, dan hanya pada bulan Februari-Maret dan Oktober-November. Artinya diluar wilayah tersebut ikan BCF boleh ditangkap oleh nelayan. Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut, Brahmantya Satyamurti Poerwadi mengatakan hal tersebut sudah sesuai rekomendasi dari badan periset yang sudah meneliti ikan BCF. "Hal ini sesuai dengan hasil rekomendasi LIPI dan Badan Riset Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (BRSDM KP) yang menyebutkan bahwa pada bulan tersebut BCF mengalami puncak musim pemijahan,” katanya dalam keterangan resmi, Kamis (12/4). Menurutnya, BCF merupakan jenis ikan hias air laut endemik Indonesia. Ikan tersebut pertama kali ditemukan di perairan laut Pulau Banggai pada tahun 1920. Selanjutnya, diketahui bahwa penyebaran endemik sangat terbatas dan sebagian besar berada di Kabupaten Banggai Kepulauan dan Banggai Laut Provinsi Sulawesi Tengah. Meskipun endemik, akibat pelepasan pada jalur pedagangan sebagai ikan hias, populasi introduksi BCF telah dapat ditemukan di lokasi lainnya, antara lain di perairan Luwuk, Bitung, Ambon, Kendari, Teluk Palu, dan Gilimanuk. Berdasarkan hasil penelitian, BCF di kepulauan Banggai memiliki struktur genetika tertinggi dan memiliki corak warna yang khas, dibanding jenis di luar kepulauan Banggai. Namun perdagangan BCF sebagai ikan hias telah mengakibatkan kerusakan mikrohabitat alhasil terjadi penurunan kepadatan populasi BCF di habitat alaminya. Sementara itu, Lembaga konservasi dunia (IUCN) telah memasukan BCF ke dalam daftar merah dengan kategori spesies yang terancam punah (EN). COP CITES ke-17 pun telah membuat sebuah keputusan yang mewajibkan Indonesia untuk mengimplementasikan upaya konservasi dan pengelolaan untuk memastikan perdagangan internasional dapat dilakukan dengan mempertimbangkan prinsip yang berkelanjutan serta melaporkan kemajuan dari upaya yang telah dilakukan pada pertemuan ke-30 Animal Committee CITES pada 2018.

“Selain untuk menjaga kepentingan keberlanjutan kegiatan perikanan nasional, juga sebagai bukti bahwa Indonesia berkomitmen dalam menjaga sumberdaya hayati dan lingkungannya agar BCF ini dapat dimanfaatkan secara lestari sampai ke generasi berikutnya”, kata Brahmantya. Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut, Direktur Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut, Andi Rusandi menambahkan bahwa BCF hidup berasosiasi dengan bulu babi dan anemon, sehingga upaya pengelolaannya perlu dilakukan secara terintegrasi. Menurutnya, dukungan pemerintah daerah dalam upaya perlindungan BCF akan sangat besar pengaruhnya. Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah, katanaya, telah melakukan pencadangan Kawasan Konservasi Pesisir, dan Pulau-Pulau Kecil (KKP3K) Daerah Kabupaten Banggai, Kabupaten Banggai Kepulauan, dan Kabupaten Banggai Laut (disingkat KKP3K Daerah BANGGAI DALAKA) dengan luas kawasan mencapai 869.059,94 ha. "Dalam waktu dekat, KKP bersama Pemprov Sulteng berkomitmen menyelesaikan penyusunan Rencana Pengelolaan dan Zonasi KKP3K Daerah Banggai Dalaka sebagai acuan bagi pengelola dakam melaksanakan kegiatan perlindungan, peestarian, pemulihan, pemanfaatan (berkelanjutan) sumber daya kelautan dan perikanan, dalam konteks siklus pengelolaan adaptif, agar target-target pengelolaan kawasan konservasi dapat tercapai”. tutupnya. http://industri.bisnis.com/read/20180412/99/783694/ikan-capungan-banggai-masuk-satwa-dilindungi

Hiu paus Susi dipasangi tag satelit

Kamis, 12 April 2018

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) untuk pertama kalinya memasangkan tag satelit

SPLASH finmount ke seekor hiu paus (Rhyncodon typus) di Kaimana, Papua Barat, pada awal Maret

2018. Ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan survei untuk mempelajari pola migrasi hiu paus

yang terancam punah. Tujuannya, agar bisa meningkatkan perlindungan dan pengelolaannya di

Indonesia.Hiu paus betina berukuran 6,2 meter tersebut kemudian diberi nama Susi sebagai bentuk

apresiasi Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti dalam membangun sektor maritim

Indonesia. Berkat pemasangan alat tag, kini masyarakat dapat melacak pergerakan hiu paus Susi

melalui laman khusus ini.Dalam pelaksanaannya, KKP bekerja sama dengan Conservation

International (CI) Indonesia, Pemerintah Daerah Kabupaten Kaimana, dan Balai Besar Taman

Nasional Teluk Cenderawasih (BBTNTC)Menurut catatan KKP, hiu paus di Indonesia didominasi oleh

kelamin jantan muda. Perbandingan rasio hiu paus jantan dan betina terpaut jauh, yakni 40 : 1.

Penjelasan ilmiah mengenai fakta ini masih sedikit.Namun, para ahli berasumsi hiu paus betina lebih

banyak menghabiskan waktu di perairan dalam sehingga jarang muncul ke permukaan. Sebaliknya,

yang lebih banyak muncul di permukaan adalah hiu paus jantan.Dikutip dari Antaranews.com (6/4),

saat membuka Simposium Nasional Hiu dan Pari Indonesia, Rabu (28/3), Menteri Susi menuturkan

pengalamannya waktu kecil. Di Pangandaran, Jawa Barat, kata Susi, kedatangan hiu paus menjadi

pertanda bahwa musim ikan akan tiba.Tapi kini ikan hiu dipandang sebagai komoditas yang memiliki

nilai jual tinggi. Sehingga semakin banyak yang ditangkap untuk diperjualbelikan, baik di dalam negeri

maupun untuk sebagai komoditas ekspor.Hal tersebut, membuat hiu semakin hari tidak kelihatan

sehingga kalangan nelayan juga kerap menjadi susah mencari tahu kapan waktu yang tepat untuk

menangkap stok ikan dalam jumlah yang banyak.Eksploitasi hiu di Indonesia pada umumnya

dilakukan di daerah-daerah potensial pelepasan anakan hiu, yaitu di kawasan terumbu karang, di

perairan pantai yang dangkal, atau wilayah estuari di mana perairan tersebut merupakan tempat

mencari makan.Hal ini dapat menyebabkan terjadinya penurunan populasi hiu dan pari secara cepat

dan memerlukan waktu lama untuk pulih kembali. Maka tidak mengherankan hiu paus telah masuk

dalam daftar Apendiks II Convention on International Trade of Endangered Species.

Menurut laman conservation.org, hiu paus merupakan ikan terbesar di laut dengan panjang badan

mencapai 18 meter dan berat hingga 30 ton. Hiu paus memiliki kemampuan menyelam hingga 1.500

meter di bawah permukaan air.

Meski besar, namun ia termasuk hewan jinak baik kepada manusia maupun hewan laut lainnya. Hiu paus hanya memiliki gigi yang berukuran 6mm dan tidak setajam jenis hiu lainnya.

Gigi mereka yang tidak tajam sehubungan karena hiu paus hanya memakan ikan kecil dan plankton. Badannya juga sering kali ditumpangi oleh ikan remora yang mencari perlindungan terhadapnya.

Di Indonesia, hiu paus dikenal juga dengan sebutan hiu totol. Penamaan ini muncul karena fisik hiu paus dipenuhi pola totol-totol di seluruh kulitnya. Layaknya sidik jari manusia, masing-masing individu hiu paus dipastikan memiliki pola totol-totol yang berbeda.

Spesies ini dapat ditemukan di seluruh Indonesia, seperti Aceh, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, Kalimantan Timur, Maluku dan Papua Barat.

https://beritagar.id/artikel/sains-tekno/hiu-paus-susi-dipasangi-tag-satelit

WF Temukan 20 Penyu Mati Di Pesisir Paloh Akibat Hal Ini

12/04/2018

WWF Indonesia temukan penyu mati di pesisir Paloh (Foto: WWF Indonesia)

INFONAWACITA.COM – World Wide Fund for Nature (WWF) Indonesia mengungkapkan telah menemukan kejadian Luar Biasa (KLB) yang terjadi di pesisir Paloh, Kabupaten Sambas, Provinsi Kalimantan Barat.

Setidaknya dalam kurun waktu 2 bulan terakhir ditemukan 20 penyu dalam keadaan mati.

WWF Indonesia bersama tim Flying Vet Indonesia, BPSPL Pontianak, dan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Barat, telah melakukan nekropsi pada 7 bangkai penyu tersebut.

Berdasarkan hasil nekropsi, ditemukan material berwarna hitam pekat menyerupai tar aspal pada saluran pencernaan.

“Ada indikasi penyu-penyu tersebut mengalami keracunan berat dan mengakibatkan kematian,” ujar Dwi Suprapti seperti yang diinformasikan laman Facebook WWF Indonesia pada Kamis (12/4/2018).WWF Indonesia bersama tim Flying Vet Indonesia juga melakukan observasi cepat kondisi pantai dan perairan pesisir Paloh dan menemukan sampah plastik di sepanjang garis pantai serta cemaran material hitam dan padat seperti yang ditemukan pada pencernaan penyu-penyu tersebut.

Pencemaran Laut Menghawatirkan Dalam waktu terpisah, WWF Indonesia dan tim Flying Vet Indonesia juga menemukan penyu yang terdampar hidup namun dalam keadaan kritis.Walaupun dengan tindakan perawatan, namun penyu tersebut akhirnya mati. Setelah dilakukan nekropsi, diketahui bahwa terdapat gumpalan makroplastik pada lambung yang menyumbat saluran cerna sehingga penyu tersebut mati akibat malnutrisi.

“Sobat, cemaran terhadap laut Indonesia semakin mengkhawatirkan! Jadilah #TemanTamanLaut dan bantu mengawasi kawasan perairan dan pesisir di Indonesia.

https://infonawacita.com/astaga-wwf-temukan-20-penyu-mati-di-pesisir-paloh-akibat-hal-ini/

Penyu mati keracunan di Paloh rata-rata usia muda

Rabu, 11 April 2018 08:51 WIB

Seorang petugas BKSDA (Balai Konvervasi Sumber Daya Alam) Kalimantan Barat mengawasi Penyu Hijau (Chelonia Mydas) yang bertelur di Pantai Tanjung Kemuning, Kecamatan Paloh, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat. (ANTARA/Nur R Fajar)

Pontianak (ANTARA News) - Marine Species Conservation Coordinator for WWF Indonesia, Dwi Suprapti menyatakan, penyu yang ditemukan mati karena keracunan tar aspal di pesisir Pantai Paloh, Kabupaten Sambas, rata-rata usia muda.

"Total sebanyak 21 ekor penyu mati diduga karena keracunan tar aspal, dan didominasi penyu muda," kata Dwi Suprapti di Pontianak, Rabu.

Ia menjelaskan, penyu-penyu tersebut mati dalam kondisi akut atau mendadak, diduga karena terkontaminasi material yang berwarna aspal, dan penyu itu keracunan yang terjadi pada habitat pakannya.

"Kami sudah survei melalui udara atau drone, tetapi tidak menemukan sumber pencemaran tar aspal tersebut. Tetapi sebelumnya kami menemukan gumpalan hitam yang melekat di sampah-sampah seperti botol," ungkapnya.

Menurut dia, dari hasil pantauan di lapangan, pihaknya banyak menemukan partikel aspal yang melekat di sampah-sampah di pesisir Pantai Paloh.

Sementara itu, tercatat sebanyak 21 penyu hijau dan sisik mati sepanjang bulan Februari hingga April 2018, yang diduga karena keracunan sejenis tar aspal di kawasan perairan Pantai Paloh, Kabupaten Sambas, Kalbar.

Sebelumnya, BKSD Kalbar, mencatat jumlah penyu yang bertelur di kawasan pesisir Pantai Paloh memprihatinkan lantaran berkurang drastis.

Kepala Kantor Seksi Konservasi Wilayah III Singkawang, BKSDA Kalbar, Dani Arief Wahyudi mengatakan, jumlah penyu baik penyu hijau dan sisik yang bertelur di sepanjang pesisir Pantai Paloh berkurang drastis.

Data BKSDA Kalbar, mencatat jumlah penyu yang naik atau bertelur di Pantai Paloh sepanjang tahun 2015, tercatat sebanyak 30 ekor, kemudian di tahun 2016 mengalami kenaikan menjadi sebanyak 120 ekor, dan tahun 2017 sebanyak 140 ekor.

"Tetapi dari Februari hingga April 2018, baru tercatat dua penyu yang naik untuk bertelur ke kawasan pesisir Pantai Paloh," ungkapnya.

https://www.antaranews.com/berita/700383/penyu-mati-keracunan-di-paloh-rata-rata-usia-muda

21 Penyu di Perairan Paloh mati keracunan tar aspal

Senin, 9 April 2018 11:40

"Penyu-penyu yang mati karena keracunan tar aspal tersebut ditemukan di sepanjang pantai pendaratan penyu di luar kwasan TWA (Taman Wisata Alam) Tanjung Belimbing," ujar Kepala BKSDA Kalbar, Sadtata Noor Adirahmanta di Pontianak, Senin (9/4), seperti diberitakan Antara.

Sadtata menambahkan, gumpalan tar aspal dan sampah dengan volume cukup banyak di pinggir pantai ditemukan tim ketika patroli.

"Berdasarkan hasil nekropsi yang dilakukan pada lima sampel penyu yang terdiri dari empat penyu hijau, dan satu penyu sisik, terdapat empat penyu positif terdapat endapan tar aspal pada organ tubuh penyu sehingga kuat indikasi kematian penyu disebabkan karena menelan tar aspal itu," ungkapnya.

Ia menambahkan, kejadian penyu mati di sepanjang pesisir Pantai Paloh, tidak hanya terjadi baru-baru ini, dalam kurun waktu dua bulan, di bulan Februari-Maret 2018, ditemukan totalnya sebanyak 21 bangkai penyu dan tiga di antaranya telah dilakukan nekropsi.

Menurut dia, BKSDA Kalbar akan mengambil tindak lanjut, antara lain mengumpulkan data dan informasi terkait asal-usul tar aspal dan sampah yang mencemari perairan sekitar pesisir Paloh, dan aksi bersih-bersih pantai bersama para pihak, bahkan jika dipandang perlu akan dilakukan penelitian Iebih lanjut terkait kualitas air laut dan uji kimia sampel cairan hitam yang diduga aspal tersebut.

Dalam kesempatan itu, Kepala BKSDA Kalbar juga menyampaikan pesan kepada masyarakat Kalbar untuk Iebih peduli terhadap kelestarian penyu maupun satwa-satwa liar lainnya.

Pantai sepanjang 63 kilometer di Pesisir Paloh merupakan habitat pendaratan terbesar penyu di Kalbar. Tidak hanya populasi penyu yang saat ini terancam, bahkan habitat penyu pun ikut terancam dengan adanya aktivitas konversi lahan untuk berbagai peruntukan seperti pengembangan dan pembangunan wilayah.

"Kami harapkan dengan kepedulian kita akan konservasi penyu, kelestarian penyu akan terwujud. Hal ini mengingat penyu saat ini berstatus Apenddix I CITES yang berarti keberadaannya di alam terancam punah, dan juga masuk ke dalam daftar satwa dilindungi berdasarkan PP 7/1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa. Namun demikian pemberian status perlindungan saja tidak cukup, jika tidak diiringi dengan tindakan nyata dalam melakukan upaya-upaya konservasi," ujarnya.

Salah satu upaya nyata yang pihaknya lakukan adalah adanya program pelestarian penyu melalui 'Suaka Penyu', di mana sarpras pendukungnya telah dibangun oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan melalui BKSDA Kalbar di TWA Tanjung Belimbing, Paloh. Diharapkan dengan adanya Suaka Penyu tersebut kegiatan-kegiatan pelestarian penyu baik yang berada di dalam kawasan konservasi (TWA Tanjung Belimbing) maupun di luar kawasan konservasi dapat saling bersinergi.

"Terkait pengelolaan suaka penyu tersebut, dalam waktu dekat Balai KSDA Kalbar, akan mengundang berbagai pihak diantaranya Pemerintah Kabupaten Sambas, perguruan tinggi, instansi terkait, mitra konservasi serta masyarakat Kecamatan Paloh untuk ngobrol membahas pelaksanaan program suaka penyu ke depan," katanya.

BKSDA Kalbar membuka line telepon 08115776767 atau melalui 0561-735635 untuk pengaduan tumbuhan dan satwa liar. [rhm]

https://www.merdeka.com/peristiwa/21-penyu-di-perairan-paloh-mati-keracunan-tar-aspal.html

Puluhan penyu mati di Kalbar diduga keracunan aspal

Senin, 09 April 2018

Penggunaan sebagian atau seluruh materi dalam portal berita ini tanpa seijin redaksi tabloidjubi.com akan dilaporkan kepada pihak berwenang sebagai tindakan pelanggaran terhadap Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang HAK CIPTA dan/atau UU RI Nomor 19 Tahun 2016 atas perubahan UU RI Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE)

Papua No. 1 News Portal | Jubi ,

Paloh, Kalbar, Jubi - Sebanyak 21 Penyu hijau dan sisik mati sepanjang bulan Februari hingga April 2018, yang diduga karena keracunan sejenis tar aspal di kawasan perairan Pantai Paloh, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat.

"Penyu-penyu yang mati karena keracunan tar aspal tersebut ditemukan di sepanjang pantai pendaratan penyu di luar kwasan TWA (Taman Wisata Alam) Tanjung Belimbing," kata Kepala BKSDA Kalbar, Sadtata Noor Adirahmanta di Pontianak, Senin (9/4/2018).

Ia menjelaskan, pada saat patroli, tim juga menemukan beberapa gumpalan tar aspal dan sampah dalam jumlah yang cukup banyak di pinggir pantai.

"Berdasarkan hasil nekropsi yang dilakukan pada lima sampel penyu yang terdiri dari empat penyu hijau, dan satu penyu sisik, terdapat empat penyu positif terdapat endapan tar aspal pada organ tubuh penyu sehingga kuat indikasi kematian penyu disebabkan karena menelan tar aspal itu," ungkapnya.

Kata dia, kejadian penyu mati di sepanjang pesisir Pantai Paloh, tidak hanya terjadi baru-baru ini, dalam kurun waktu dua bulan, di bulan Februari-Maret 2018, ditemukan totalnya sebanyak 21 bangkai penyu dan tiga di antaranya telah dilakukan nekropsi.

Menurut dia, BKSDA Kalbar akan mengambil tindak lanjut, antara lain mengumpulkan data dan informasi terkait asal-usul tar aspal dan sampah yang mencemari perairan sekitar pesisir Paloh, dan aksi bersih-bersih pantai bersama para pihak, bahkan jika dipandang perlu akan dilakukan penelitian Iebih lanjut terkait kualitas air laut dan uji kimia sampel cairan hitam yang diduga aspal tersebut.

Dalam kesempatan itu, Kepala BKSDA Kalbar juga menyampaikan pesan kepada masyarakat Kalbar untuk Iebih peduli terhadap kelestarian penyu maupun satwa-satwa liar lainnya.

Pantai sepanjang 63 kilometer di Pesisir Paloh merupakan habitat pendaratan terbesar penyu di Kalbar. Tidak hanya populasi penyu yang saat ini terancam, bahkan habitat penyu pun ikut terancam dengan adanya aktivitas konversi lahan untuk berbagai peruntukan seperti pengembangan dan pembangunan wilayah.

"Kami harapkan dengan kepedulian kita akan konservasi penyu, kelestarian penyu akan terwujud. Hal ini mengingat penyu saat ini berstatus Apenddix I CITES yang berarti keberadaannya di alam terancam punah, dan juga masuk ke dalam daftar satwa dilindungi berdasarkan PP 7/1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa. Namun demikian pemberian status perlindungan saja tidak cukup, jika tidak diiringi dengan tindakan nyata dalam melakukan upaya-upaya konservasi," ujarnya.

Salah satu upaya nyata yang pihaknya lakukan adalah adanya program pelestarian penyu melalui "Suaka Penyu", di mana sarana prasarana pendukungnya telah dibangun oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan melalui BKSDA Kalbar di TWA Tanjung Belimbing, Paloh.

Diharapkan, dengan adanya Suaka Penyu tersebut kegiatan-kegiatan pelestarian penyu baik yang berada di dalam kawasan konservasi (TWA Tanjung Belimbing) maupun di luar kawasan konservasi dapat saling bersinergi.

"Terkait pengelolaan suaka penyu tersebut, dalam waktu dekat Balai KSDA Kalbar, akan mengundang berbagai pihak diantaranya Pemerintah Kabupaten Sambas, perguruan tinggi, instansi terkait, mitra konservasi serta masyarakat Kecamatan Paloh untuk ngobrol membahas pelaksanaan program suaka penyu ke depan," katanya. (*)

http://tabloidjubi.com/artikel-15261-puluhan-penyu-mati-di-kalbar-diduga-keracunan-aspal.html

21 Ekor Penyu Mati di Pesisir Pantai Paloh, Pemicunya Bikin Miris

Senin, 9 April 2018 14:21 WIB

TRIBUNNEWS.COM, PONTIANAK - Sebanyak 21 ekor penyu ditemukan mati di pesisir Pantai Paloh Kabupaten Sambas sepanjang bulan Februari - April 2018.

Peristiwa ini ditetapkan sebagai kejadian luar biasa.

Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Bella

TRIBUNNEWS.COM, PONTIANAK - Sebanyak 21 ekor penyu ditemukan mati di pesisir Pantai Paloh Kabupaten Sambas sepanjang bulan Februari - April 2018.

Peristiwa ini ditetapkan sebagai kejadian luar biasa.

"Satu saja satwa dilindungi mati maka kita sudah harus waspada, apalagi ini sekali jalan langsung menemukan 10 ekor, dan dalam kurun waktu dua bulan sudah mencapai 21 ekor, harus segera dilakukan tindakan," kata Kepala BKSDA Kalimantan Barat, Sadtata Noor.

Dalam jumpa pers yang dilakukaan oleh BKSDA pada Senin (09/04) Sadtata menyampaikan dugaan penyebab kematian penyuh tersebut akibat keracunan material aspal.

"Berdasarkan hasil nekropsi yang dilakukan pada 5 sampel penyu yang terdiri dari 4 penyu hijau dan 1 jenis penyu sisik, terdapat 4 penyu positif terdapat endapan aspal pada organ tubuh penyu. Terhadap hasil nekropsi tersebut indikasi kematian penyu disebabkan karena menelan aspal, " paparnya.

BKSDA akan segera melakukan berbagai upaya antara lain menelusuri asal dari aspal yang menjadi penyebab kematian para penyu.

"Dalam beberapa waktu ke depan, BKSDA Kalimantan Barat telah merencanakan beberapa langkah tindak lanjut, antara lain mengumpulkan data dan informasi terkait asal-usul aspal dan sampah yang mencemari perairan sekitar Pesisir Paloh," katanya.

Juga akan melakukan aksi bersih-bersih pantai bersama para pihak, bahkan jika dipandang perlu akan dilakukan penelitian lebih lanjut terkait kualitas air laut dan uji kimia sample cairan hitam yang diduga aspal tersebut, " kata Sadtata.

http://www.tribunnews.com/regional/2018/04/09/21-ekor-penyu-mati-di-pesisir-pantai-paloh-pemicunya-bikin-miris

Harga Beli PT Garam Lebih Rendah Radar Kediri, 11 Apr 2018 Kontrak jual beli garam antara PT Garam (Persero) dengan masyarakat pada Maret lalu tidak terpenuhi. Dari target 2.000 ton garam, hanya skitar 100 ton garam rakyat yang dibeli PT Garam. Menurut aksesor PT Garam Ali Mahdi, rendahnya capaian pembelian garam rakyat tersebut akibat rendahnya harga beli PT Garam di Madura. Dia menjelaskan, saat ini standar harga garam Rp 2.500 per kilogram. PT Garam membeli garam rakyat dengan harga Rp 2.300 per kilogram. Akibatnya, kata Ali Mahdi, masyarakat lebih banyak menjual garam kepada pihak swasta. Pasalnya, garam rakyat dibeli perusahaan swasta dengan harga Rp 2.400 per kilogram. ”Normalnya, harga garam rakyat Rp 2.500 per kilogram. Tapi, PT Garam membeli dengan harga Rp 2.300 per kilogram. Dampaknya, masyarakat lebih banyak menjual garam ke swasta,” jelasnya. Selain karena harga, Ali Mahdi menyebut faktor lain yang membuat masyarakat menjual garam ke swasta. Yakni, persediaan garam semakin minim. ”Jadi, wajar karena persediaan menipis, pemilik garam akan lebih mementingkan keuntungan,” ungkapnya. Beberapa waktu lalu Direktur Utama (Dirut) PT Garam Budi Sasongko menjelaskan, pihaknya membeli gram rakyat Rp 2.300 per kilogram. Meski begitu, dia mengaku tidak keberatan dengan minimnya penjualan garam dari masyarakat. Sebab, dia memperkirakan musim produksi garam tahun ini akan datang lebih awal. ”Persaingan harga itu wajar. Yang jelas, kami sudah berusaha memberikan harga yang pantas. Kami tetap berusaha mencukupi kebutuhan garam karena tahun ini dipastikan musim produksi garam akan datang lebih awal,” katanya. https://www.jawapos.com/radarmadura/read/2018/04/11/64131/harga-beli-pt-garam-lebih-rendah

Saingi Impor, Pemerintah Diminta Serius Lakukan Industrialisasi Garam

Indo Pos, 11 Apr 2018 Pemerintah melalui Kementerian Perindustrian telah mendata kebutuhan garam industri untuk tahun ini sebesar 3,7 juta ton. Untuk memenuhi jumlah tersebut, diputuskan diperoleh dengan cara impor. Hal ini menuai polemik. Polemik tersebut juga dipicu dengan kehadiran Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 9 Tahun 2018 tentang Tata Cara Pengendalian Impor Komoditas Perikanan dan Komoditas Pergaraman sebagai Bahan Baku dan Bahan Penolong Industri pada 15 Maret 2018. Tentu wacana agar Indonesia bisa melakukan industriliasi garam di negeri sendiri menguat. Guru Besar Bidang Teknik Rekayasa Lingkungan Universitas Indonesia Misri Gozan, menilai, pemerintah harus serius jika ingin melakukan hal tersebut. Hal ini juga menjadi ulasannya, bedah buku Hikayat Si Induk Bumbu: Jalan Panjang Swasembada Garam. Dia menyebut pemanfaatan teknologi menjadi kuncinya. "Untuk menyaingi garam impor syaratnya pemerintah harus serius melakukan Industrialisasi garam. Produksi massal dengan memanfaatkan teknologi menjadi salah satu kuncinya," ucap Misri. Dia menyebut, untuk menjamin swasembada garam, ada banyak hal yang harus disiapkan pemerintah dewasa ini. "Mulai dari deregulasi perizinan, infrastruktur untuk industri garam, hingga penggunaan teknologi untuk diversifikasi produk," ungkap Misri. Selain itu, masih kata dia, faktor cuaca menjadi satu hal yang juga diperhitungkan. Dirinya mencontohkan antara Australia dengan Indonesia. Contohnya, dari segi udara saja, kita berbeda dengan Australia. Di Indonesia butuh waktu yang lama untuk penguapan air laut, karena udara di Indonesia sudah dipenuhi air. Di Australia prose penguapan cepat," jelas Misri. Dia juga mengingatkan, di Indonesia, konsumen tersebar memang berasal dari garam industri. Tapi sampai sekarang kualitas garam masih belum memenuhi spesifikasi untuk kebutuhan industri itu sendiri. "Fakta yang tak boleh dipungkiri adalah bahwa konsumen terbesar garam dalam negeri berasal dari garam industri. Sementara, sampai sekarang prduksi garam dalam negeri masih belum bisa memenuhi spesifikasi kebutuhan garam industri," kata Misri. Sementara, dalam acara yang digelar Universitas Diponegoro itu, Ketua Pusat Unggulan Inovasi (PUI) Garam Nasional Makhfud Efendy, mengatakan permasalahan lain yang sampai saat ini belum diselesaikan adalah data garam yang masih simpang siur. "Selain dihadapkan pada permasalahan teknologi, Kita dihadapkan pada permasalahan akses data dan informasi garam," pungkas Makhfud. http://www.indopos.co.id/read/2018/04/11/134400/saingi-impor-pemerintah-diminta-serius-lakukan-industrialisasi-garam

Abrasi di Bali disebabkan kerusakan 12 persen terumbu karang Rabu, 11 April 2018 22:00

Merdeka.com - Kepala Dinas Badan Lingkungan Hidup (BLH) Provinsi Bali, Gede Suarjana mengungkapkan kerusakan terumbu karang di seluruh Bali sudah mencapai 12 persen dari luasan 7.200 hektare.

Terumbu karang di Bali, adalah salah satu tempat wisata favorit yang banyak dikunjungi wisatawan domestik dan mancanegara. Suarjana, juga menjelaskan, penyebab terjadinya kerusakan terumbu karang ada banyak faktor. Pertama, mulai dari perubahan suhu air yang diakibatkan oleh efek global warming. Kedua, Pencemaran atau limbah lingkungan yang datang dari darat atau lumpur sungai. Ketiga lapisan minyak yang kemungkinan terjadi dari limbah kapal laut, dan para perenang atau Snorkeling pemula yang tidak memperhatikan terumbu karang saat mereka di sekitar terumbu karang. "Mari kita mawas diri, karena terumbu karang ini sangat berguna sekali bagi kehidupan kita," tuturnya. Suarjana juga memaparkan akibat kerusakan terumbu karang tersebut, dampak alaminya adalah terjadinya abrasi di seluruh pantai di Bali. Saat ini, pantai yang telah mengalami abrasi di Bali mencapai 181,7 KM. "Tingkat abrasi kita sangat tinggi sekali, sudah hampir 181,7 KM. Tetapi yang sudah parah itu 87,1 KM. Mulai, dari Denpasar, Baduang, Pantai Candidase di Karangasem, Jembrana Cupel, dan Buleleng, kemudian klungkung, dan masih ada lainnya," ungkapnya. Menurut Suarjana, yang harus diketahui terumbu karang kegunaannya juga bisa menyerap Gas Rumah Kaca (GRK) yang kemudian mengasilkan CO2 atau zat kapur yang dapat mengurangi penyebab pemanasan global, selain itu untuk menjaga ekosistem di laut. "Kalau mati, tidak akan bisa menyerap CO2, dan di samping itu keanekaragaman hayati kita pastinya berkurang," ujarnya. Masyarakat diharpakan untuk tidak sembarangan membuang sampah atau limbah. Selain itu, para perusahaan pengelolah limbah juga harus memperhatikan hal tersebut. "Saya juga menginginkan, para instansi yang menangani terumbu karang buatlah unit-unti percontohan atau pengelolaan terumbu karang yang baik. Kemudian, dana-dana CSR (perusahaan) yang menggunakan pantai, buatlah terumbu karang (buatan). Kemudian pusat (Pemerintah) curahkan APBN-nya untuk membuat terumbu karang," paparnya. [cob] https://www.merdeka.com/peristiwa/abrasi-di-bali-disebabkan-kerusakan-7200-hektare-terumbu-karang.html