klasifikasi karies menurut icdas

26
TUGAS KKS GIGI DAN MULUT Pembimbing: Drg. Billy Sujatmiko Oleh: Okta Kurniawan Saputra 04114705045 Periode: 2 Desember 2013-19 Desember 2013 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2013

Upload: fatimah-zuhra-zakaria

Post on 18-Oct-2015

846 views

Category:

Documents


49 download

TRANSCRIPT

  • TUGAS KKS GIGI DAN MULUT

    Pembimbing:

    Drg. Billy Sujatmiko

    Oleh:

    Okta Kurniawan Saputra

    04114705045

    Periode: 2 Desember 2013-19 Desember 2013

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS SRIWIJAYA

    2013

  • Bercak Putih (White Spot Lesion)

    Bercak putih atau white spot adalah lesi awal yang akan terlihat secara

    mikroskopis, namun kemudian akan terlihat jelas di email.

    Ciri dan Karakteristik

    Kehilangan translusensi normal dari enamel dengan bercak putih, secara

    partikular ketika terdehidrasi.

    Permukaan rusak/retak di bagian fit dan fissure secara particular.

    Peningkatan porositas secara partikular di permukaan bawah yg berpotensi

    meningkatkan noda.

    Penurunan densitas permukaan bawah, terdetek secara radiografik atau

    transiluminasi.

    Potensi utk remineralisasi dg peningkatan resisten terhadap perubahan

    asam selanjutnya secara partikular (remineralisasi treatments).

    Etiologi

    Distimulasi oleh bakteri tertentu dan produk-produknya.

    Manifestasi Klinis

    Kelanjutan dari white spot adalah terjadinya peningkatan porositas yang mampu

    menambah jumlah stain (noda) dan akan menjadi kecoklatan, bila dibiarkan akan

    berlanjut terbentuknya kavitas, lalu kerusakan pulpa yang irreversible.

    Karies

    Karies gigi merupakan kerusakan jaringan keras gigi yang disebabkan oleh

    asam yang ada dalam karbohidrat melalui perantaraan mikroorganisme yang

    terdapat dalam saliva. Karies ini juga merupakan proses kronis regresif yang

    dimulai dengan larutnya mineral email akibat terganggunya keseimbangan email

    dan sekelilingnya yang disebabkan oleh pembentukan asam microbial dari

    substrat sehingga timbul destruksi komponen organic dan terjadi kavitas.

    Karies adalah kerusakan yang terbatas pada jaringan gigi mulai dari email gigi

    hingga menjalar ke dentin. Proses karies ditandai dengan terjadinya demineralisasi

    pada jaringan keras gigi, diikuti dengan kerusakan bahan organiknya. Proses ini

    ditandai timbulnya white spot pada permukaan gigi. White spot merupakan bercak

  • putih pada permukaan gigi. Penjalaran karies mula-mula terjadi pada email. Bila

    tidak segera dibersihkan dan ditambal, karies akan menjalar ke bawah hingga

    sampai ke ruang pulpa yang berisi saraf dan pembuluh darah, sehingga

    menimbulkan rasa sakit dan akhirnya gigi tersebut bisa mati.

    Klasifikasi

    Karies memiliki kedalaman yang berbeda. Derajat keparahannya

    dikelompokan menjadi:

    a. Karies pada email

    Biasanya tidak menimbulkan rasa sakit, namun bila ada rangsangan yang

    berasal dari makanan atau minuman yang dingin akan terasa linu.

    b. Karies pada dentin

    Ditandai dengan adanya rasa sakit apabila tertimbun sisa makanan.

    Apabila sisa makanan disingkirkan maka rasa sakit akan berkurang.

    c. Karies pada ke pulpa

    Gigi terasa sakit terus menerus sifatnya tiba tiba atau muncul dengan

    sendirinya. Rasa sakit akan hilang sejenak apabila diberi obat pengurang

    rasa sakit.

    Menurut ICDAS, karies diklasifikasikan :

    1. D1, terlihat lesi putih pada permukaan gigi saat kering

    2. D2, terlihat lesi putih pada permukaan gigi saat basah

    3. D3, karies mencapai email

    4. D4, karies hampir menyerang dentin (mencapai DEJ)

    5. D5, karies menyerang dentin

  • 6. D6, karies menyerang pulpa

    Iritasi pulpa

    Iritasi pulpa adalah suatu keadaan dimana lapisan enamel gigi mengalami

    kerusakan sampai batas dentino enamel junction

    Gejala-gejala :

    Kadang-kadang ngilu bila makan/ minum dingin,manis,asam dan bila sikat

    gigi

    Rasa ngilu akan hilang bila rangsangan dihilangkan

    Pemeriksaan objektif :

    Terlihat karies yang kecil

    Dengan sonde : tidak memberi reaksi, tetapi kadang-kadang terasa sedikit

    Tes thermis : dengan chlor etil terasa ngilu, bila rangsang dihilangkan

    biasanya rasa ngilu juga hilang

    Therapi :diberi tumpatan sesuai indikasinya

    Hyperemi pulpa

    Hyperemi pulpa merupakan lanjutan dari iritasi pulpa. Hyperemi

    pulpa adalah suatu keadaan dimana lapisan dentin mengalami kerusakan , terjadi

    sirkulasi darah bertambah karena terjadi pelebaran pembuluh darah halus di dalam

    pulpa.Pulpa terdiri dari saluran pembuluh darah halus, urat-urat syaraf,dan saluran

    lympe

    Gejala :

    Terasa lain jika terkena makanan/ minuman manis,asam panas dan dingin.

    Makanan / minuman dingin lebih ngilu daripada makanan / minuman panas

    Kadang-kadang sakit kalau kemasukan makanan

    Pemeriksaan objektif :

    Terlihat karies media atau propunda

    Bila di tes dengan chlor etil terasa ngilu

  • Di test dengan sonde kadang terasa ngilu,kadang tidak

    Perkusi tidak apa-apa

    Therapi :

    bila ada karies media ditambal sesuai indikasinya,bila mahkota cukup baik.

    Bila karies propunda dilakukan pulpa capping , bila mahkotanya baik

    Pulpitis Reversible

    Pulpitis reversible merupakan proses inflamasi ringan yang apabila

    penyebabnya dihilangkan maka inflamasi menghilang dan pulpa akan kembali

    normal. Faktor-faktor yang menyebabkan pulpitis reversible, antara lain stimulus

    ringan atau sebentar seperti karies insipient, erosi servikal, atau atrisi oklusal,

    sebagian besar prosedur operatif, kuretase periodontium yang dalam dan fraktur

    email yang menyebabkan tubulus dentin terbuka.

    Gejala

    Pulpitis reversible bersifat asimtomatik dapat disebabkan karena karies yang

    baru muncul dan akan kembali normal bila karies dihilangkan dan gigi direstorasi

    dengan baik, apabila ada gejala (bersifat simtomatik) biasanya berbentuk pola

    khusus. Aplikasi stimulus dingin atau panas, dapat menyebabkan rasa sakit yang

    tajam. Jika stimulus ini dihilangkan, nyeri akan segera reda. Stimulus panas dan

    dingin menimbulkan nyeri yang berbeda pada pulpa normal. Ketika panas

    diaplikasikan pada gigi dengan pulpa yang tidak terinflamasi, respon awal yang

    langsung terjadi (tertunda), namun jika stimulus panas ditingkatkan maka

    intensitas nyeri akan meningkat. Sebaliknya, jika stimulus dingin diberikan, pulpa

    normal akan segera terasa nyeri dan menurun jika stimulus dingin dipertahankan.

    Berdasarkan observasi hal ini, respon dari pulpa sehat maupun terinflamasi

    tampaknya sebagian besar disebabkan oleh perubahan dalam tekanan intrapulpa.

    Pulpitis Irreversible

    Pulpitis irreversible merupakan inflamasi parah yang tidak akan bisa pulih

    walaupun penyebabnya dihilangkan dan lambat atau cepat pulpa akan menjadi

  • nekrosis. Pulpa irreversible ini seringkali merupakan akibat atau perkembangan

    dari pulpa reversible. Dapat pula disebabkan oleh kerusakan pulpa yang

    parah akibat pengambilan dentin yang luas selama prosedur operatif, trauma atau

    pergerakan gigi dalam perawatan ortodontic yang menyebabkan terganggunya

    aliran darah pulpa.

    Gejala

    Pada awal pemeriksaan klinik pulpitis irreversibel ditandai dengan suatu

    paroksisme (serangan hebat), rasa sakit dapat disebabkan oleh hal berikut:

    perubahan temperatur yang tiba-tiba, terutama dingin; bahan makanan manis ke

    dalam kavitas atau pengisapan yang dilakukan oleh lidah atau pipi; dan sikap

    berbaring yang menyebabkan bendungan pada pembuluh darah pulpa. Rasa sakit

    biasanya berlanjut jika penyebab telah dihilangkan, dan dapat datang dan pergi

    secara spontan, tanpa penyebab yang jelas. Rasa sakit seringkali dilukiskan oleh

    pasien sebagai menusuk, tajam atau menyentak-nyentak, dan umumnya adalah

    parah. Rasa sakit bisa sebentar-sebentar atau terus-menerus tergantung pada

    tingkat keterlibatan pulpa dan tergantung pada hubungannya dengan ada tidaknya

    suatu stimulus eksternal. Terkadang pasien juga merasakan rasa sakit yang

    menyebar ke gigi di dekatnya, ke pelipis atau ke telinga bila bawah belakang yang

    terkena. Menentukan lokasi nyeri pulpa lebih sulit dibandingkan nyeri pada

    periapikal/periradikuler dan menjadi lebih sulit jika nyerinya semakin

    intens.Stimulus eksternal, seperti dingin atau panas dapat menyebabkan nyeri

    berkepanjangan.

    Nyeri pada pulpitis irreversible berbeda dengan pulpa yang normal atau sehat.

    Sebagai contoh, aplikasi panas pada inflamasi ini dapat menghasilkan respon yang

    cepat dan aplikasi dingin, responnya tidak hilang dan berkepanjangan. Walaupun

    telah diklaim bahwa gigi dengan pulpitis irreversible mempunyai ambang

    rangsang yang rendah terhadap stimulasi elektrik, menurut Mumford ambang

    rangsang persepsi nyeri pada pulpa yang terinflamasi dan tidak terinflamasi

    adalah sama.

  • Nekrosis Pulpa

    Nekrosis pulpa adalah matinya pulpa, dapat sebagian atau seluruhnya,

    tergantung pada seluruh atau sebagian yang terlibat. Nekrosis, meskipun suatu

    inflamasi dapat juga terjadi setelah jejas traumatic yang pulpanya rusak sebelum

    terjadi reaksi inflamasi. Nekrosis ada dua jenis yaitu koagulasi dan likuifaksi

    (pengentalan dan pencairan). Pada jenis koagulasi, bagian jaringan yang dapat

    larut mengendap atau diubah menjadi bahan solid. Pengejuan adalah suatu bentuk

    nekrosis koagulasi yang jaringannya berubah menjadi masa seperti keju, yang

    terdiri atas protein yang mengental, lemak dan air. Nekrosis likuefaksi terjadi bila

    enzim proteolitik mengubah jaringan menjadi massa yang melunak, suatu cairan

    atau debris amorfus. Pulpa terkurung oleh dinding yang kaku, tidak mempunyai

    sirkulasi daerah kolateral, dan venul serta limfatiknya kolaps akibat meningkatnya

    tekanan jaringan sehingga pulpitis irreversible akan menjadi nekrosis likuifaksi.

    Jika eksudat yang dihasilkan selama pulpitis irreversible diserap atau didrainase

    melalui kavitas karies atau daerah pulpa yang tebuka ke dalam rongga mulut,

    proses nekrosis akan tertunda; pulpa di daerah akar akan tetap vital dalam jangka

    waktu yang cukup lama. Sebaliknya, tertutup atau ditutupnya pulpa yang

    terinflamasi mengakibatkan proses nekrosis pulpa yang cepat dan total serta

    timbulnya patosis periapikal.

  • Gejala

    Gejala umum nekrosis pulpa :

    1. Simptomnya sering kali hampir sama dengan pulpitis irreversible

    2. Nyeri spontan atau tidak ada keluhan nyeri tapi pernah nyeri spontan.

    3. Sangat sedikit/ tidak ada perubahan radiografik

    4. Mungkin memiliki perubahan-perubahan radiografik defenitif seperti

    pelebaran jaringan periodontal yang sangat nyata adalah kehilangan lamina dura

    5. Perubahan-perubahan radiografik mungkin jelas terlihat

    6. Lesi radiolusen yang berukuran kecil hingga besar disekitar apeks dari

    salah satu atau beberapa gigi, tergantung pada kelompok gigi.

    Keluhan subjektif :

    1. Gigi berlubang, kadang-kadang sakit bila kena rangsangan panas

    2. Bau mulut (halitosis)

    3. Gigi berubah warna.

    Pemeriksaan objektif :

    1. Gigi berubah warna, menjadi abu-abu kehitam-hitaman

    2. Terdapat lubang gigi yang dalam

    3. Sondenasi,perkusi dan palpasi tidak sakit

    4. Biasanya tidak bereaksi terhadap tes elektrik dan termal. Kecuali pada

    nekrosis tipe liquifaktif.

  • 5. Bila sudah ada peradangan jaringan periodontium, perkusi,palpasi dan

    sondenasi sakit.

    Periodontitis

    Periodontitis adalah seperangkat peradangan penyakit yang mempengaruhi

    periodontium yaitu jaringan yang mengelilingi dan mendukung gigi. Periodontitis

    melibatkan hilangnya progresif dari tulang alveolar di sekitar gigi dan jika tidak

    diobati dapat menyebabkan melonggarnya jaringan periodontium serta

    kehilangan gigi. Merupakan suatu penyakit jaringan penyangga gigi yaitu yang

    melibatkan gingiva, ligamen periodontal, sementum, dan tulang alveolar karena

    suatu proses inflamasi. Inflamasi berasal dari gingiva (gingivitis) yang tidak

    dirawat, dan bila proses berlanjut maka akan menginvasi struktur di bawahnya

    sehingga akan terbentuk poket yang menyebabkan peradangan berlanjut dan

    merusak tulang serta jaringan penyangga gigi, akibatnya gigi menjadi goyang dan

    akhirnya harus dicabut. Karekteristik periodontitis dapat dilihat dengan adanya

    inflamasi gingiva, pembentukan poket periodontal, kerusakan ligamen periodontal

    dan tulang alveolar sampai hilangnya sebagian atau seluruh gigi.

  • Gejala

    Periodontitis kronis bisa terdiagnosis secara klinis dengan mendeteksi

    perubahan inflamasi kronis pada marginal gingival, kemunculan poket periodontal

    dan kehilangan perlekatan secara klinis. Penyebab periodontal ini besifat kronis,

    kumulatif, progresif dan bila telah mengenai jaringan yang lebih dalam akan

    menjadi irreversible. Secara klinis pada mulanya terlihat peradangan jaringan

    gingiva disekitar leher gigi dan warnanya lebih merah daripada jaringan gingiva

    sehat. Pada keadaan ini sudah terdapat keluhan pada gusi berupa perdarahan

    spontan atau perdarahan yang sering terjadi pada waktu menyikat gigi.

    Bila gingivitis ini dibiarkan melanjut tanpa perawatan, keadaan ini akan

    merusak jaringan periodonsium yang lebih dalam, sehingga cement enamel

    junction menjadi rusak, jaringan gingiva lepas dan terbentuk periodontal poket.

    Pada beberapa keadaan sudah terlihat ada peradangan dan pembengkakan dengan

    keluhan sakit bila tersentuh.

    Bila keparahan telah mengenai tulang rahang, maka gigi akan menjadi goyang dan

    mudah lepas dari soketnya.

    Persarafan Gigi dan Mulut

    Nervus sensori pada rahang dan gigi berasal dari cabang nervus cranial ke-

    V atau nervus trigeminal pada maksila dan mandibula. Persarafan pada daerah

    orofacial, selain saraf trigeminal meliputi saraf cranial lainnya, seperti saraf

    cranial ke-VII, ke-XI, ke-XII.

    a. N. Opthalmicus

  • Cabang terkecil dari ganglion gasseri keluar dari cranium melalui fissura

    orbitalis superior.Inervasi struktur di dalam; orbita, dahi, kulit kepala, sinus

    frontalis, palpebra superior.

    b. N. Maksila

    N. Maxillaris keluar dari cranium melalui foramen rotundum fossa pterygopalatina terus berjalan melalui fissura orbitalis inferior ke anterior

    canalis infra orbitalis.

    Cabang N. Maxillaris

    Saraf Lokasi Inervasi

    1. 1. n. pharyngeus

    2. n. palatinus

    mayus

    3. n. palatinus

    minor

    4. n. nasopalatinus

    5. n. nasalis

    superior

    n. palatinus

    mayus

    keluar mell

    foramen palatinus

    mayor

    mucoperiosteum palatal molar &

    premolar RA & beranastomosis dg n.

    nasopalatinal

    n. nasopalatinus

    keluar dari kanalis

    nasopalatinus

    mucoperiosteum palatal regio gigi

    anterior RA (caninus ka-ki)

  • 2. N. Alveolaris

    Superior Posterior

    semua akar gigi molar ke-2, 3 & akar

    gigi molar 1 kec. Akar mesiobukal

    3. N. Alveolaris

    Superior Medius

    gigi premolar 1 & 2 & akar

    mesiobukal gigi molar 1 RA

    4. N. Alveolaris

    Superior Anterior

    gigi insisivus sentral & lateral,

    caninus, membran mukosa labial,

    periosteum, alveolus semua pada

    satu sisi RA

    V. N. Infra orbitalis

    Keluar melalui

    foramen infra

    orbitalis.

    palpebra inferior, sisi lateral hidung &

    labium oris superior

    c. N. Mandibula

    Cabang terbesar keluar dari ganglion gasseri. Dari cranium keluar melalui

    foramen ovale membentuk 3 cabang; n. buccalis longus, n. Lingualis, n.

    alveolaris inferior

    Cabang awal yang menuju ke mandibula adalah nervus alveolar inferior.

    Nervus alveolaris inferior terus berjalan melalui rongga pada mandibula di

    bawah akar gigi molar sampai ke tingkat foramen mental. Cabang pada gigi

    ini tidaklah merupakan sebuah cabang besar, tapi merupakan dua atau tiga

    cabang yang lebih besar yang membentuk plexus dimana cabang pada inferior

    ini memasuki tiap akar gigi.

    Selain cabang tersebut, ada juga cabang lain yang berkonstribusi pada

    persarafan mandibula. Nervus buccal, meskipun distribusi utamanya

    pada mukosa pipi, saraf ini juga memiliki cabang yang biasanya di

    distribusikan ke area kecil pada gingiva buccal di area molar pertama. Namun,

    dalam beberapa kasus, distribusi ini memanjang dari caninus sampai ke molar

    ketiga. Nervus lingualis, karena terletak di dasar mulut, dan memiliki cabang

    mukosa pada beberapa area mukosa lidah dan gingiva. Nervus mylohyoid,

    terkadang dapat melanjutkan perjalanannya pada permukaan bawah otot

    mylohyoid dan memasuki mandibula melalui foramen kecila pada kedua sisi

  • midline. Pada beberapa individu, nervus ini berkontribusi pada persarafan dari

    insisivus sentral dan ligament periodontal.

    Cabang N. Mandibularis

    Saraf Lokasi Inervasi

    I. N. Buccalis

    longus

    Berjalan diantara kedua

    caput m. pterygoideus

    externus menyilang ramus

    dan masuk ke pipi melalui

    m. buccinators

    membran mukosa bukal,

    mucoperiosteum lateral gigi

    molar atas dan bawah

    II. N. Lingualis

    Berjalan ke bawah

    superfisial dari m.

    pterygoideus internus

    berlanjut kelingual apeks

    gigi molar ke-3 RB. Masuk

    ke basis lidah melalui dasar

    2/3 anterior lidah,

    mucoperiosteum & membran

    mukosa lingual

  • mulut

    III. N. Alveolaris

    Inferior

    Cabang terbesar N. Mandibularis. Turun dibalik m.

    pterygoideus externus disebelah posterior-lateral n.lingualis,

    berjalan antara ramus mandibula & ligamentum

    sphenomandibularis masuk ke canalis mandibula.

    Bersama arteri alveolaris inferior berjalan di dalam canalis

    mandibula & mengeluarkan percabangan untuk inervasi geligi

    RB dan keluar melalui foramen mentale

    Cabang N.

    Alveolaris Inferior

    1. n. Mylohyoideus m. Mylohyoideus, venter anterior

    m. digastrici di dasar mulut.

    2. r. Dentalis brevis

    molar, premolar, proc. Alveolaris

    & periosteum, membran mukosa

    bukal

    3. r. Mentalis kulit dagu, membran mukosa

    labium oris inferior

    4. r. Incisivus gigi incisivus sentral-lateral,

    caninus

    ANTIBIOTIK

    Pemilihan antibiotik harus dilakukan dengan hati-hati. Sering terjadi salah

    pemahaman bahwa semua infeksi harus diberikan antibiotik, padahal tidak semua

    infeksi perlu diberikan antibiotik. Pada beberapa situasi, antibiotik mungkin tidak

    banyak berguna dan justru bisa menimbulkan kontraindikasi. Untuk

    menentukannya, ada 3 faktor yang perlu dipertimbangkan. Yang pertama adalah

    keseriusan infeksi ketika pasien datan ke dokter gigi. Jika pasien datang dengan

    pembengkakan yang ringan, progress infeksi yang cepat, atau difuse celulitis,

    antibiotik bisa ditambahkan dalam perawatan. Faktor yang kedua adalah jika

    perawatan bedah bisa mencapai kondisi adekuat. Pada banyak situasi ekstraksi

    bisa menyebabkan mempercepat penyembuhan infeksi. Pada keadaan lain,

    pencabutan mungkin saja tidak bisa dilakuakan. Sehingga, terapi antibiotik sangat

  • perlu dilakukan untuk mengontrol infeksi sehingga gigi bisa dicabut.

    Pertimbangan yang ketiga adalah keadaan pertahanan tubuh pasien. Pasien yang

    muda dan dengan kondisi sehat memiliki antibodi yang baik, sehingga

    penggunaan antibiotik bisa digunakan lebih sedikit. Di sisi lain, pasien dengan

    penurunan pertahanan tubuh, seperti pasien dengan penyakit metablik atau yang

    melakukan kemoterapi pada kanker, mungkin memerlukan antibiotik yang cukup

    besar walaupun infeksinya kecil.

    Indikasi penggunaan antibiotik :

    1. Pembengkakan yang berproges cepat

    2. Pembengkakan meluas

    3. Pertahanan tubuh yang baik

    4. Keterlibatan spasia wajah

    5. Pericoronitis parah

    6. Osteomyelitis

    Kontra indikasi penggunaan antibiotik :

    1. abses kronik yang terlokalisasi

    2. abses vestibular minor

    3. soket kering

    4. pericoronitis ringan

    Penisilin masih menjadi drug of choice yang sensitif terhadap

    organisme Streptococcus (aerobik dan anaerobik), dimana bakteri ini paling

    banyak ditemukan dan efektif melawan bakteri anaerobik spektrum luas.

    Untuk pasien yang alergi penisilin, bisa digunakan clarytromycin dan

    clindamycin. Cephalosporin dan cefadroxil sangat berguna untuk infeksi yang

    lebih luas. Cefadroxil diberikan dua kali sehari dan cephalexin diberikan

    empat kali sehari. Tetracycline, terutama doxycycline adalah pilihan yang baik

    untuk infeksi yang ringan. Metronidazole dapat berguna ketika hanya terdapat

    bakteri anaerob.

    Pada umumnya antibiotik harus terus diminum hingga 2 atau 3 hari setelah

    infeksi hilang, karena secara klinis biasanya seorang pasien yang telah dirawat

  • dengan pengobatan antibiotik maupun pembedahan akan mengalami

    perbaikan yang sangat dramatis dalam penampakan gejala di hari ke-2, dan

    terlihat asimptomatik di hari ke-4. Maka dari itu, antibiotik harus tetap

    diminum hingga 2 hari setelahnya (total sekitar 6 atau 7 hari).

    Dalam situasi tertentu dimana tidak dilakukan pembedahan (contohnya

    endodontik atau ekstraksi), maka resolusi dari infeksi akan lebih lama

    sehingga antibiotik harus tetap diminum hingga 9 10 hari. Penambahan

    beberapa administrasi obat antibiotik juga dapat dilakukan untuk infeksi yang

    tidak sembuh dengan cepat.

    ANTIBIOTIKA DALAM KEHAMILAN

    Kehamilan akan mempengaruhi pemilihan antibiotik. Umumnya penisilin

    dan sefalosporin dianggap sebagai preparat pilihan pertama pada kehamilan,

    karena pemberian sebagian besar antibiotik lainnya berkaitan dengan peningkatan

    risiko malformasi pada janin. Bagi beberapa obat antibiotik, seperti eritromisin,

    risiko tersebut rendah dan kadang-kadang setiap risiko pada janin harus

    dipertimbangkan terhadap keseriusan infeksi pada ibu.

    Beberapa jenis antibiotika dapat menyebabkan kelainan pada janin. Hal ini

    terjadi karena antibiotika yang diberikan kepada wanita hamil dapat

    mempengaruhi janin yang dikandungnya melalui plasenta. Antibiotika yang

    demikian itu disebut teratogen. Definisi teratogen adalah suatu obat atau zat yang

    menyebabkan pertumbuhan janin yang abnormal.

    Daftar Obat Antibiotik yang Aman dan Berbahaya untuk Ibu

    Hamil/Kehamilan & Menyusui :

    Lactation Risk Categories Pregnancy Risk Categories

  • L1 (safest)

    L2 (safer)

    L3 (moderately safe)

    L4 (possibly hazardous)

    L5 (contraindicated)

    A (controlled studies show no risk)

    B (no evidence of risk in humans)

    C (risk cannot be ruled out)

    D (positive evidence of risk)

    X (contraindicated in pregnancy)

    Antibiotika [contents]

    Amoxicillin Larotid, Amoxil Approved B L1

    Aztreonam Azactam Approved B L2

    Cefadroxil Ultracef, Duricef Approved B L1

    Cefazolin Ancef, Kefzol Approved B L1

    Cefotaxime Claforan Approved B L2

    Cefoxitin Mefoxin Approved B L1

    Cefprozil Cefzil Approved C L1

    Ceftazidime Ceftazidime, Fortaz,

    Taxidime Approved B L1

    Ceftriaxone Rocephin Approved B L2

    Ciprofloxacin [more] Cipro Approved C L3

    Clindamycin Cleocin Approved B L3

    Erythromycin E-Mycin, Ery-tab, ERYC,

    Ilosone Approved B

    L1

    L3 early

    postnatal

    Fleroxacin - Approved - NR

  • Gentamicin Garamycin Approved C L2

    Kanamycin Kebecil, Kantrex Approved D L2

    Moxalactam Moxam Approved - NR

    Nitrofurantoin Macrobid Approved B L2

    Ofloxacin Floxin Approved C L2

    Penicillin - Approved B L1

    Streptomycin Streptomycin Approved D L3

    Sulbactam - Approved - NR

    Sulfisoxazole Gantrisin, Azo-Gantrisin Approved C L2

    Tetracycline Achromycin, Sumycin,

    Terramycin Approved D L2

    Ticarcillin Ticarcillin, Ticar,

    Timentin Approved B L1

    Trimethoprim/sulfametho

    xazole Proloprim, Trimpex Approved C L3

    OBAT KUMUR

    Obat kumur merupakan larutan atau cairan yang digunakan untuk membilas

    rongga mulut dengan sejumlah tujuan antara lain untuk menyingkirkan bakteri

    perusak, bekerja sebagai penciut, untuk menghilangkan bau tak sedap,

    mempunyai efek terapi dan menghilangkan infeksi atau mencegah karies gigi.

  • Obat kumur dikemas dalam dua bentuk yakni dalam bentuk kumur dan spray.

    Untuk hampir semua individu obat kumur merupakan metode yang simpel dan

    dapat diterima untuk pengobatan secara topikal dalam rongga mulut.

    Komposisi yang terkandung dalam obat kumur

    Hampir semua obat kumur mengandung lebih dari satu bahan aktif dan

    hampir semua dipromosikan dengan beberapa keuntungan bagi pengguna.Masing-

    masing obat kumur merupakan kombinasi unik dari senyawa-senyawa yang

    dirancang untuk mendukung higiena rongga mulut. Beberapa bahan-bahan aktif

    beserta fungsinya secara umum dapat dijumpai dalam obat kumur, antara lain:

    a) Bahan antibakteri dan antijamur, mengurangi jumlah mikroorganisme

    dalam rongga mulut, contoh: hexylresorcinol, chlorhexidine, thymol,

    benzethonium, cetylpyridinium chloride, boric acid, benzoic acid,

    hexetidine, hypochlorous acid

    b) Bahan oksigenasi, secara aktif menyerang bakteri anaerob dalam rongga

    mulut dan busanya membantu menyingkirkan jaringan yang tidak sehat,

    contoh: hidrogen peroksida, perborate

    c) Astringents (zat penciut), menyebabkan pembuluh darah lokal

    berkontraksi dengan demikian dapat mengurangi bengkak pada jaringan,

    contoh: alkohol, seng klorida, seng asetat, aluminium, dan asam-asam

    organik, seperti tannic, asetic, dan asam sitrat

    d) Anodynes, meredakan nyeri dan rasa sakit, contoh: turunan fenol, minyak

    eukaliptol, minyak watergreen

    e) Bufer, mengurangi keasaman dalam rongga mulut yang dihasilkan dari

    fermentasi sisa makanan, contoh: sodium perborate, sodium bicarbonate

    f) deodorizing agents (bahan penghilang bau), menetralisir bau yang

    dihasilkan dari proses penguraian sisa makanan, contoh: klorofil

    g) deterjen, mengurangi tegangan permukaan dengan demikian menyebabkan

    bahan-bahan yang terkandung menjadi lebih larut, dan juga dapat

    menghancurkan dinding sel bakteri yang menyebabkan bakteri lisis. Di

  • samping itu aksi busa dari deterjen membantu mencuci mikroorganisme ke

    luar rongga mulut, contoh: sodium laurel sulfate

    Beberapa bahan inaktif juga terkandung dalam obat kumur, antara lain:

    a. Air, penyusun persentasi terbesar dari volume larutan

    b. Pemanis, seperti gliserol, sorbitol, karamel dan sakarin

    c. Bahan pewarna

    d. Flavorings agents (bahan pemberi rasa).

    OBAT-OBATAN SEDATIF

    Kebanyakan obat-obatan sedatif dikategorikan dalam satu dari tiga kelompok

    utama, yaitu: Benzodiazepin, neuroleptik dan agonis a2- adrenoseptor. Obat-

    obatan ini lebih sering di klasifikasikan sebagai jenis anestesi intravena, terutama

    propofol dan ketamin, juga digunakan sebagai obat sedatif dengan dosis

    subanestetik. Anestesi inhalasi juga sering digunakan sebagai sedatif dalam kadar

    subanestetik.

    a. BENZODIAZEPIN

    Benzodiazepin diklasifikasi berdasarkan lama kerja obat, yaitu sebagai

    lama kerja panjang (diazepam), lama kerja sedang (temazepam), lama kerja

    pendek (midazolam).

    b. DIAZEPAM

    Diazepam adalah golongan benzodiazepin pertama yang tersedia untuk

    penggunaan parenteral. Tidak larut dalam air dan pada awalnya

    diformulasikan dalam propylene glikol, yang sangat iritan untuk vena dan

    dihubungkan dengan peningkatan insidens dari tromboflebitis. Suatu emulsi

    lemak (diazemuls) ditingkatkan/ditemukan selanjutnya. Kedua formasi

    tersebut disediakan dalam ampul 2 ml yang terdiri dari 5 mg/ml. Diazepam

    juga tersedia untuk oral yaitu tablet atau sirup dengan 100% bioavibilitas dan

    larutan rectal dan supositoria. Eliminasi waktu paru 20-50 jam, tetapi

    metabolit-metabolit aktif diproduksi termasuk desmetil diazepam dengan

    waktu paru 36-200 jam, clearance menurun pada disfungsi hepar.

    Dosis

  • Premedikasi : 10 mg oral 1-1,5 jam sebelum operasi

    Sedasi : 5-15 mg IV perlahan-lahan, peningkatan bolus 1-2 mg.

    Status epileptikus : 2 mg, diulang setiap menit sampai kejang berhenti.

    Dosis

    Maksimal 20 mg.

    Terapi intensif : Tidak cocok untuk infus, dosis bolus IV 5-10 mg/4 jam.

    c. MIDAZOLAM

    Midazolam adalah suatu derivat imidazoensodiazepinedan cincin imidazol

    yang mencapai kelarutan air pada pH < 4. Pada pH darah, obat tersebut

    menjadi lebih larut lemak dan mempenetrasi otak dengan cepat dengan onset

    sedasi dalam 90 detik dan efek puncak pada 2-5 menit. Tersedia dalam vial

    50 ml terdiri dari 1 mg/ml dan tablet 15 mg dan bioavailabilitas 44%.

    Midazolam melewati metabolisme oksidatif hepatik dan memiliki waktu paru

    1 jam dan meskipun aktif secara biologik, obat tersebut penting hanya

    sesudah pemanjangan waktu infus pada pasien dengan kelainan ginjal.

    Midazolam lebih potensial 1,5-2 kali dari diazepam dan memiliki

    farmakokinetik yang lebih baik untuk digunakan sebagai suatu sedatif

    intravena jangka pendek.

    Dosis

    Premedikasi : 15 mg oral atau 5 mg IM, anak > 6 bulan 70-100 g/kg

    Sedasi : 2-7 mg IV (lebih tua : < 4 mg)

    Terapi intensif : IV 0,03-1 mg/kg/j

    d. TEMAZEPAM

    Golongan benzodiazepin ini hanya tersedia bentuk oral, namun digunakan

    lebih luas sebagai suatu obat premedikasi karena sifat anxiolitiknya.

    Pemberian secara oral absorpsinya sempurna tapi membutuhkan waktu

    sampai dengan 2 jam untuk mencapai konsentrasi puncak di plasma.

    Metabolisme berlangsung di hepar lewat konjugasi dengan glukoronidase dan

  • tidak ada produksi metabolit yang penting. Memiliki eliminasi waktu paru

    relatif lama 8-15 jam. Dosis 20 mg efektif dalam 1-2 jam dan bertahan sekitar

    2 jam, dengan gejala siksa mengantuk. Toleransi dan ketergantungan jarang

    terjadi pada pemakaian lama dari temazepam, ditujukan secara luas sebagai

    suatu hipnotik.

    e. LORAZEPAM

    Obat ini tersedia untuk penggunaan parenteral dan oral, tetapi tidak

    digunakan secara rutin sebagai sedatif IV karena dibatasi oleh aksi dari onset

    yang pelan. Metabolisme oleh glukoronidasi dengan eliminasi waktu paru 15

    jam dan durasi yang lebih panjang dibandingkan temazepam. Jika digunakan

    untuk premedikasi, dosis 2-4 mg diberikan malam sebelumnya atau pada

    permulaan hari pembedahan. Amnesia adalah suatu tanda yang menyertai

    pemberian obat ini.

    Saat ini lorazepam IV merupakan drug of choice pada penanganan status

    epileptikus, karena memiliki durasi yang lebih panjang untuk aksi

    antilepilepsi dibanding diazepam. Juga bisa digunakan untuk penanganan

    serangan akut panik yang berat, baik secara IM/IV dengan dosis 25-30 g/kg

    (dosis biasa 1,5-2.5 mg). Jalur IM hanya digunakan jika tidak ada jalur lain

    yang tersedia.

    EFEK SAMPING

    Efek samping dari benzodiazepin tergantung dosis dan dapat diprediksi

    dari efek farmakodinamiknya. Oversedasi, depresi ventilasi, ketidakstabilan

    hemodinamik dan obstruksi jalan napas dapat terjadi pada kelebihan dosis

    yang tidak diperhatikan dan lebih sering terjadi pada orang tua atau pasien

    dengan kondisi yang lemah.

    f. FLUMAZENIL

  • Flumazenil adalah suatu kompetitif antagonis berafinitas tinggi untuk

    semua ligand reseptor benzodiazepin. Obat ini secara cepat melawan semua

    efek benzodiazepin di CNS dan juga efek berbahaya yang berpotensi muncul

    melawan efek fisiologis termasu depresi respirasi dan kardiovaskuler dan

    obstruksi jalan napas.

    Flumazenil memiliki sangat sedikit aktivitas intrinsik pada dosis tinggi dan

    ditoleransi dengan baik dengan efek samping minimal.

    Flumazenil secara cepat dibersihkan dari plasma den dimetabolisme oleh

    hati. Flumazenil memiliki waktu paruh eliminasi yang sangat singkat yaitu

    kurang dari 1 jam. Lama kerja tergantung pada dosis yang diberikan dan

    identitas dan dosis agonis. Berkisar antara 20 menit sampai 2 jam untuk

    potensi resedasi jika agonis memiliki waktu paruh yang lebih panjang, yang

    mengharuskan suatu periode observasi tertutup.

    Dosis dan pemberian

    Flumazenil tersedia untuk penggunaan IV dalam ampul 5 ml terdiri dari

    100 g/ml. Dosis efektif yang biasa digunakan adalah 0,2-1 mg diberikan

    dalam bentuk 0,1-0,2 mg bolus dan diulang tiap interval 1 menit. Dosis untuk

    pasien koma tidak boleh lebih dari 2 mg.

    TREPANASI

    Tujuan trepanasi adalah menciptakan drainase melalui saluran akar atau

    melalui tulang untuk mengalirkan sekret luka serta mengurangi rasa sakit. Jika

    timbul abses alveolar akut, berarti infeksi telah meluas dari saluran akar melalui

    periodontal apikalis sampai ke dalam tulang periaapeks. Nanah dikelilingi oleh

    tulang pada apeks gigi dan tidak dapat mengalir keluar. Pada stadium ini belum

    tampak pembengkakan. Perasaan sangat nyeri terutama bila ditekan sehingga

    untuk menghilangkannya perlu segera dilakukan drainase. Untuk itu dapat dipakai

    dua cara:

    1. Trepanasi melalui saluran akar

    Usaha awal untuk memperoleh drainase adalah membuka saluran akar lebar-

    lebar sampai melewati foramen apikalis dan saluran akar dibiarkan terbuka

    beberap hari supaya sekret dapat mengalir keluar. Kedalam kavum pulpa

  • dimasukkan kapas yang longgar agar sisa makanan tidak menutup jalan

    drainase. Setiap hari kapas diganti dan saluran dibersihkan dengan larutan

    garam fisiologis atau NaCl 0,5% bila sekret pus tidak ada lagi. Dalam hal ini,

    Schroeder (1981) menganjurkan terapi alternatif, yaitu pemberian preparat

    antibiotik kortikosteroid dan menutup saluran dengan oksida seng eugenol.

    Setelah rasa sakit berkurang, dan drainase telah berhenti, saluran akar

    dipersarafi dengan sempurna dan diisi dengan bahan pengisi saluran akar.

    2. Trepanasi di daerah apeks akar

    Trepanasi melalui tulang dikenal dengan nama fistulasi apikal.

    OBAT ANALGETIK

    Obat Analgesik terbagi atas 2, yaitu :

    a. Golongan Steroid

    Contoh : Hidrokortison, Deksametason, Prednisone

    b. Golongan AINS (non steroid)

    Contoh : Parasetamol, Aspirin, Antalgin/Metampiron,

    AsamMefenamat, Ibuprofen

    Mekanisme Kerja

    No. Golongan Obat Mekanisme Kerja

    1. Steroid Menghambat enzim fosfolipase A2 sehingga tidak

    terbentuk asam arakhidonat. Tidak adanya asam

    arakhidonat berarti tidak terbentuknya

    prostaglandin.

    2. AINS (Non Steroid) Menghambat enzim siklooksigenase (cox-1 dan

    cox-2) ataupun menhambat secara selektif cox-2

    saja sehingga tidak terbentuk mediator-mediator

    nyeri yaitu prostaglandin dan tromboksan

    Pemakaian NSAID

    Abses gigi sering kali dapat menimbulkan rasa nyeri. Nyeri gigi yang muncul

    akibat keradangan salah satunya disebakan oleh adanya infeksi dentoalveolar

  • yaitu masuknya mikroorganisme patogen ke dalam tubuh melalui jaringan

    dentoalveolar (Sukandar & Elisabeth, 1995). Untuk mengatasi hal tersebut

    biasanya melalui pendekatan farmakologis dengan pemberian obat analgesik

    untuk meredakan rasa nyeri dengan efek analgesiknya kuat dan cepat dengan

    dosis optimal. Pasien dengan nyeri akut memerlukan obat yang dapat

    menghilangkan nyeri dengan cepat, efek samping dari obat lebih dapat ditolerir

    daripada nyerinya (Rahayu, 2007).

    Gambar . Mekanisme aksi NSAIDs (non streroidal antiinflammatory drugs)

    Obat anti inflamasi non steroid (non streroidal antiinflammatory drugs/

    NSAIDs) adalah golongan obat yang terutama bekerja perifer dan memiliki

    aktivitas penghambat radang dengan mekanisme kerja menghambat biosintesis

    prostaglandin melalui penghambatan aktivitas enzim siklooksigenase. Efek

    analgesik yang ditimbulkan ini menghambat sintesis prostaglandin sehingga dapat

    menyebabkan sensitisasi reseptor nyeri terhadap stimulasi mekanik dan kimiawi.

    Prostaglandin dapat menimbulkan keadaan hiperalgesia kemudian mediator

    kimiawi seperti bradikini dan histamin merangsangnya dan menimbulkan nyeri

    yang nyata.

    Efek analgesik NSAIDs telah kelihatan dalam waktu satu jam setelah

    pemberian per-oral. Sementara efek antiinflamasi telah tampak dalam waktu satu-

    dua minggu pemberian, sedangkan efek maksimalnya timbul bervariasi dari 1-4

    minggu. Setelah pemberiannya peroral, kadar puncaknya di dalam darah dicapai

  • dalam waktu 1-3 jam setelah pemberian, penyerapannya umumnya tidak

    dipengaruhi oleh adanya makanan.

    Asam mefenamat digunakan sebagai analgesik; sebagai antiinflamasi,

    asam mefenamat kurang efektif dibandingkan dengan aspirin. Asam mefenamat

    terikat sangat kuat pada protein plasma. Oleh karena itu, interaksi terhadap obat

    antikoagulan harus diperhatikan. Efek samping pada saluran cerna sering timbul

    misalnya dispepsia dan gejala iritasi lain terhadap mukosa lambung. Dosis asam

    mefenamat adalah 2-3 kali 250-500 mg sehari.