klasifikasi kapal.pdf

Upload: andiwally

Post on 16-Feb-2018

268 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/23/2019 klasifikasi kapal.pdf

    1/22

    1

    Kajian Pemenuhan Persyaratan KlasifikasiKapal Berbendera Indonesia

    Khafendi*)

    Pusat Penelitian dan pengembangan Perhubungan Laut, KementerianPerhubungan

    Jalan Merdeka Timur N0. 5 Jakarta PusatEmail:

    SARI

    Seiring dengan pelaksanaan azas cabotage (INPRES Nomor 5 Tahun2005) menyebabkan peningkatan jumlah armada nasional dimana

    diperlukan peran lembaga klasifikasi kapal terkait dengan keselamatan

    dan keamanan pelayaran. Dan sesuai dengan Peraturan Menteri

    Perhubungan Nomor KM. 20 Tahun 2006 tentang Kewajiban bagi kapal

    berbendera Indonesia untuk masuk klas pada Biro Klasifikasi Indonesia

    menyatakan bahwa Kapal berbendera Indonesia dengan ukuran

    panjang antar garis tegak depan dan belakang 20 meter atau lebih atautonase kotor GT. 100 atau lebih atau yang digerakkan dengan tenaga

    penggerak utama 250 PK atau lebih wajib diklaskan pada Biro

    Klasifikasi Indonesia.

    Oleh karena itu, sistem dan prosedur pemenuhan persyaratan

    pengklasifikasian kapal berbendera Indonesia perlu dievaluasi untuk

    melihat sejauhmana sistem dan prosedur tersebut diterapkan didalam

    pemberian klasifikasi kapal berbendera Indonesia sehingga dapatdiketahui kendala dan hambatan didalam penerapannya.

    Hasil atau output yang diharapkan diperoleh dalam proses analisis dan

    evaluasi ini, adalah upaya dan langkah-langkah untuk mengatasi

    permasalahan dan kendala didalam penerapan sistem dan prosedur

    pengklasifikasian kapal berbendera Indonesia.

  • 7/23/2019 klasifikasi kapal.pdf

    2/22

    2

    ABSTRACT

    PENDAHULUAN

    Sebagai salah satu moda transportasi dalam sistem transportasi

    nasional, transportasi laut memiliki karakteristik sebagai pengangkutan

    massal dan dapat menjangkau seluruh wilayah Indonesia. Oleh karena itu,

    perlu dikembangkan potensi dan ditingkatkan peranannya sebagai

    penghubung wilayah baik nasional maupun internasional guna menunjang,

    mendorong, dan menggerakkan pembangunan nasional. Akan tetapi

    belakangan ini pelayaran dalam negeri seakan mengalami penurunan

    kepercayaan sebagai akibat banyaknya kecelakaan kapal yang terus terjadi.

    Masalah kecelakaan transportasi sedang menjadi pembahasan mass media

    akhir-akhir ini, termasuk transportasi laut. Kejadian kecelakaan laut tidak

    hanya menimpa kapal tenggelam saja, tetapi juga karena tabrakan kapal.

    Ada 2 aspek yang dapat ditarik dari kejadian kecelakaan kapal, yaitu

    kerugian akibat jiwa dan materi, serta menurunnya kepercayaan masyarakat

    kepada pemerintah selaku regulator dan perusahaan pelayaran selaku

    penyelenggara transportasi laut sekaligus terhadap pelayanan jasa

    transportasi laut itu sendiri. Berdasarkan atas data yang berhasil dihimpun

    dari Ditjen Hubla menyatakan bahwa pada tahun 2002 s.d. 2008 telah terjadi

    676 kecelakaan kapal. Dengan demikian untuk kurun tersebut terjadi rata-

    rata 97 kapal setiap tahun atau setiap minggu terjadi 2 kali kecelakaan kapal.

    Hal ini menunjukkan kinerja keselamatan transportasi laut tidak memuaskan,

    dikarenakan banyak kapal yang belum memperoleh sertifikasi klas karena

    dinilai belum memenuhi persyaratan oleh lembaga klasifikasi kapal nasional

    (BKI). Harian Bisnis Indonesia (30 Januari 2009) memberitakan bahwa BKI

    menangguhkan sekitar 40 % dari 11.974 kapal yang mengajukan

    permohonan untuk klasifikasi kapal karena dinilai belum memenuhi

    persyaratan.

  • 7/23/2019 klasifikasi kapal.pdf

    3/22

    3

    Dalam pasal 3 UU Nomor 17 tahun 2008 dijelaskan bahwa pelayaran

    diselenggarakan dengan tujuan antara lain :

    * Memperlancar arus perpindahan memperlancar arus perpindahan

    orang dan/atau barang melalui perairan dengan mengutamakan

    dan melindungi angkutan di perairan dalam rangka memperlancar

    kegiatan perekonomian nasional;

    * Menciptakan daya saing dengan mengembangkan industri

    angkutan perairan nasional.

    Dengan aturan ini Pemerintah terus berupaya untuk terus

    mengangkat dan menguatkan peran armada nasional. Hal ini dibuktikandengan adanya penerapan asas cabotage dengan tujuan agar dapat

    mengupayakan untuk mengangkat/membangkitkan pelayaran nasional

    akibat keterpurukan dan perannya yang masih kecil dalam angkutan

    luar negeri (hanya berkisar 3%) maupun angkutan dalam negeri (hanya

    berkisar 46%), sedangkan sisanya diangkut oleh kapal-kapal asing. Hal

    mana menunjukkan bahwa kapal-kapal asing mendominasi baik

    angkutan dalam negeri maupun angkutan laut luar negeri

    Sesuai dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM. 20

    Tahun 2006 tentang Kewajiban bagi kapal berbendera Indonesia untuk

    masuk klas pada Biro Klasifikasi Indonesia menyatakan bahwa Kapal

    berbendera Indonesia dengan ukuran panjang antar garis tegak depan

    dan belakang 20 meter atau lebih atau tonase kotor GT. 100 atau lebih

    atau yang digerakkan dengan tenaga penggerak utama 250 PK atau

    lebih wajib diklaskan pada Biro Klasifikasi Indonesia.

    Oleh karena itu, sistem dan prosedur pemenuhan persyaratan

    pengklasifikasian kapal berbendera Indonesia perlu dievaluasi untuk

    melihat sejauhmana sistem dan prosedur tersebut diterapkan didalam

    pemberian klasifikasi kapal berbendera Indonesia sehingga dapat

    diketahui kendala dan hambatan didalam penerapannya.

    Hasil atau output yang diharapkan diperoleh dalam proses analisis dan

    evaluasi ini, adalah upaya dan langkah-langkah untuk mengatasi

  • 7/23/2019 klasifikasi kapal.pdf

    4/22

    4

    permasalahan dan kendala didalam penerapan sistem dan prosedur

    pengklasifikasian kapal berbendera Indonesia. Secara diagram, uraian

    di atas dapat dilihat pada Gambar 1.

  • 7/23/2019 klasifikasi kapal.pdf

    5/22

    5

    Gambar 1. Diagram Alur Pikir Penelitian

    INPRES 5 TAHUN 2005TENTANG AZAS CABOTAGE

    Peningkatan Jumlah Armada Nasional(Kapal Berbendera Indonesia)

    SUBYEK OBYEK METODA

    BKI

    PerusahaanPelayaran

    Adpel

    Sistem danProsedurPengklasifikasianKapal BerbenderaIndonesia

    Analisis Deskriptif

    Analisis CSI

    Kendala dan HambatanPelaksanaan Sistem dan Prosedur

    Analisis dan EvaluasiREKOMENDASI

  • 7/23/2019 klasifikasi kapal.pdf

    6/22

    6

    METODOLOGI

    Pengertian Klasifikasi KapalKlasifikasi kapal adalah salah satu elemen didalam jaringan maritim

    sebagai partner dalam hal keselamatan kapal. Elemen-elemen lain, seperti

    pemilik kapal, awak kapal, galangan kapal, Flag State, Port State, Penjamin

    (asuransi), Institusi finansial dan pencharter adalah pihak-pihak terlibat dan

    memiliki andil dalam jaminan keselamatan kapal.

    Dasar Hukum Kegiatan Klasifikasi Kapal

    Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, pasal 124

    dan 129

    Pasal 124 UU No.17 Tahun 2008 tentang Pelayaran

    Setiap pengadaan, pembangunan, dan pengerjaan kapal

    termasuk perlengkapannya serta pengoperasian kapal di

    perairan Indonesia harus memenuhi persyaratankeselamatan kapal.

    Persyaratan keselamatan kapal sebagaimana dimaksud

    pada ayat (1) meliputi : Material, Kontruksi, Bangunan,

    Permesinan dan perlistrikan, Stabilitas, Tata susunan serta

    perlengkapan termasuk perlengkapan alat penolong dan

    radio, dan Elektronika kapal.

    Pasal 129 UU No.17 Tahun 2008 tentang Pelayaran Kapal berdasarkan jenis dan ukuran tertentu wajib

    diklasifikasikan pada badan klasifikasi untuk keperluan

    persyaratan keselamatan kapal.

    Badan klasifikasi nasional atau badan klasifikasi asing

    yang diakui dapat ditunjuk melaksanakan pemeriksaan dan

    pengujian terhadap kapal untuk memenuhi persyaratan

    keselamatan kapal.

  • 7/23/2019 klasifikasi kapal.pdf

    7/22

    7

    Pengakuan dan penunjukan badan klasifikasi

    sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan oleh

    Menteri.

    Badan klasifikasi yang ditunjuk sebagaimana dimaksud

    pada ayat (2) wajib melaporkan kegiatannya kepada

    Menteri.

    Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2002 tentang Perkapalan.

    Bagian Ketiga tentang Klasifikasi Kapal, Pasal 59 menyatakan bahwa

    :

    Untuk keperluan persyaratan keselamatan kapal, kapalberdasarkan jenis dan ukuran tertentu, wajib diklasifikasikan

    pada badan klasifikasi.

    Badan klasifikasi nasional atau badan klasifikasi asing yang

    diakui dapat ditunjuk untuk melaksanakan pemeriksaan dan

    pengujian terhadap kapal dengan jenis dan ukuran tertentu yang

    berkenaan dengan pemenuhan persyaratan keselamatan kapal.

    Penunjukan dan pengakuan badan klasifikasi sebagaimanadimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) dilakukan oleh Menteri.

    Menteri dapat menggunakan hasil pemeriksaan tersebut dalam

    ayat (2) dalam proses penerbitan sertifikat keselamatan kapal.

    Badan klasifikasi yang melaksanakan kegiatan yang berkaitan

    dengan keselamatan kapal wajib melaporkan kegiatannya

    kepada Menteri.

    Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis dan ukuran kapal yang

    wajib diklasifikasikan, tata cara pemanfaatan hasil pengujian dan

    pemeriksaan yang dilakukan oleh badan klasifikasi dan

    pelaporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), ayat

    (3), ayat (4) dan ayat (5) diatur dengan Keputusan Menteri.

    Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM. 20 Tahun 2006 tanggal 2

    Mei 2006 tentang Kewajiban Bagi Kapal Berbendera Indonesia untuk

    masuk Klas pada Biro Klasifikasi Indonesia.

  • 7/23/2019 klasifikasi kapal.pdf

    8/22

    8

    ANALISIS DAN PEMBAHASAN

    Kegiatan klasifikasi kapal

    Kegiatan klasifikasi adalah pengklasifikasian kapal sesuai dengan

    konstruksi lambung, mesin dan listrik kapal dengan tujuan untuk memberikan

    penilaian terhadap laik tidaknya suatu kapal dapat berlayar. Kapal secara

    teknis terikat oleh banyaknya peraturan yang tujuannya adalah untuk

    menjaga tingkat kelaiklautan kapal tersebut dan diharapkan kapal akan

    berada dalam kondisi tingkat keselamatan yang layak sesuai dengan

    batasan teknis operasional kapal.

    Kelaiklautan kapal menurut UU 17/2008 adalah keadaan kapal yang

    memenuhi persyaratan keselamatan kapal, pencegahan pencemaran

    perairan dari kapal, pengawakan, pemuatan, kesehatan dan kesejahteraan

    awak kapal, serta penumpang dan status hukum kapal untuk berlayar di

    perairan tertentu. Peraturan-peraturan teknis yang mengikat kapal antara lain

    adalah peraturan badan klasifikasi dan peraturan pemerintah flag state

    administration yang biasanya adalah adopsi dari konvensi internasionalseperti Safety Of Life At Sea (SOLAS), Marine Pollution Prevention

    (MARPOL), International Convention on Collision Prevention (COLREG), dan

    banyak lagi konvensi internasional yang diadopsi dari International Maritime

    Organization (IMO). Terkait dengan semua ini, kelaiklautan kapal sangat

    ditentukan oleh kemampuan kapal dalam memenuhi ketentuan yang

    dihasilkan dalam konvensi tersebut, sehingga perlu pengawasan yang

    dilakukan oleh pemerintah atau lembaga klasifikasi kapal yang ditunjuk baiknasional maupun internasional untuk melaksanakan pengklasifikasian kapal.

    Oleh karena itu dalam UU 17/2008 tentang Pelayaran pasal 129

    dijelaskan bahwa :

    * Kapal berdasarkan jenis dan ukuran tertentu wajib diklasifikasikan

    pada badan klasifikasi untuk keperluan persyaratan keselamatan

    kapal.

  • 7/23/2019 klasifikasi kapal.pdf

    9/22

    9

    * Badan klasifikasi nasional atau badan klasifikasi asing yang diakui

    dapat ditunjuk melaksanakan pemeriksaan dan pengujian terhadap

    kapal untuk memenuhi persyaratan keselamatan kapal.

    * Pengakuan dan penunjukan badan klasifikasi sebagaimana dimaksud

    pada ayat (2) dilakukan oleh Menteri.

    * Badan klasifikasi yang ditunjuk sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

    wajib melaporkan kegiatannya kepada Menteri.

    Klasifikasi kapal merupakan kewajiban para pemilik kapal berbendera

    Indonesia sesuai dengan Keputusan Menteri Perhubungan yang menyatakan

    bahwa kapal yang wajib klas mengikuti ketentuan sebagai berikut :Panjang >

    20 m, Tonase > 100 m3, Mesin Penggerak > 100 PK, Yang melakukan

    pelayaran Internasional meskipun telah memiliki Sertifikat dari Biro Klasifikasi

    Asing.

    Lingkup klasifikasi kapal meliputi : Lambung kapal, instalasi mesin,

    instalasi listrik, perlengkapan jangkar,Instalasi pendingin yang terpasang

    permanen dan merupakan bagian dari kapal, Semua perlengkapan dan

    permesinan yang di pakai dalam operasi kapal, Sistem konstruksi dan

    perlengkapan yang menentukan tipe kapal.

    Kelaiklautan kapal(seawo rth iness)

    Sejak kapal mulai dibangun hingga dioperasikan, selalu ada aturan

    yang harus dipatuhi, dan dalam proses pembangunannya ada badan

    independen yang melakukan pengawasan. Pada saat kapal dirancang

    kemudian pemilihan bahan, dan selama proses pembangunannya, selain

    pemilik kapal, pihak galangan kapal, dan pihak pemerintah selaku

    administrator ada pihak klasifikasi yang akan melakukan pengawasan dalam

    rangka pemberian kelas bagi kapal jika selesai dibangun. Ketika kapal

    beroperasi mereka juga akan melakukan survey dan audit atas pelaksanaan

    http://wapedia.mobi/id/Galangan_kapalhttp://wapedia.mobi/id/Pemerintahhttp://wapedia.mobi/id/Pemerintahhttp://wapedia.mobi/id/Galangan_kapal
  • 7/23/2019 klasifikasi kapal.pdf

    10/22

    10

    semua aturan keselamatan yang perlu dipenuhi karena semuanya mesti

    dapat meyakinkan bahwa kapal tetap dalam kondisi laik laut (seaworthiness).

    Klasifikasi kapal wajib dilakukan untuk kepentingan keselamatan

    pelayaran dan sebagai salah satu alat ukur kapal layak atau tidak untuk

    berlayar.

    Persyaratan klasifikasi lebih fokus kepada persyaratan dan kalkulasi

    teknis terhadap suatu konstruksi lambung kapal, stabilitas, permesinan,

    kelistrikan dan sistem penunjang operasi kapal yang lain, seperti sistem

    boiler, sistem kemudi, dll. Peraturan IMOsendiri lebih bertitik berat kepada

    peraturan tentang keselamatan jiwa di laut atau Safety of Life At Sea

    (SOLAS)dan pencegahan pencemaran di laut yang mengacu pada Marine

    Pollution Prevention (MARPOL) serta beberapa peraturan international lain

    yang diadopsi, seperti peraturan garis muat (International Load Line

    Convention/ILLC, 1966), pencegahan tabrakan di laut (Convention on the

    International Regulation for Preventing Collisions at Sea/COLREG), dan

    peraturan yang secara spesifik berlaku untuk type kapal tertentu seperti IGC

    Code (International Gas Carrier Code) untuk kapal-kapal pengangkut gas

    dalam bentuk cair (liquefied gas), IBC Code International Bulk Carrier Code)

    untuk kapal kapal curah, International Safety Management Code (ISM Code),

    International Ship and Port facility Security Code (ISPS Code).

    Kondisi Implementasi Klasifikasi Kapal

    Awal tahun 2005, melalui Instruksi Presiden tentang pemberdayaan

    industri pelayaran nasional, pemerintah mengeluarkan aturan baru bagi

    industri perkapalan yang beroperasi di perairan Indonesia. Arahannya adalah

    agar semua kapal kapal yang beroperasi di wilayah perairan Indonesia wajib

    menggunakan bendera Indonesia. Sepintas aturan tersebut tampak

    sederhana karena yang dimintakan adalah perubahan bendera. Namun

    banyak operator yang belum sepakat oleh karena berdampak pada

    kepemilikan saham terhadap pengoperasian kapal. Meskipun demikian, agar

    asas cabotage ini berjalan dengan sempurna maka semua kapal harus

  • 7/23/2019 klasifikasi kapal.pdf

    11/22

    11

    berbendera Indonesia dan konsekuensinya adalah harus dikelaskan dalam

    klasifikasi kapal dalam negeri.

    Oleh karena itu, pemerintah mengeluarkan aturan untuk semua

    kapal berbendera Indonesia wajib diklasifikasikan pada lembaga klasifikasi

    nasional (BKI). Akan tetapi tidak semua kapal dapat dikalsifikasikan karena

    lembaga klasifikasi ini melihat masih banyaknya kapal yang belum

    memenuhi standar klasifikasi yang dimiliki oleh lembaga tersebut.

    Kondisi penerapan klasifikasi di masing-masing daerah berbeda-

    berbeda meskipun pemerintah tetap mengupayakan agar peraturan

    keselamatan pelayaran dapat diterapkan sebagaimana mestinya. dan karena

    itu, kepada semua pihak terkait seperti perusahaan pelayaran maupun

    asuransi serta galangan kapal untuk secara bersama-sama dapat memiliki

    aturan yang sesuai dengan kondisi peraiaran Indonesia.

    Faktor-faktor yang mempengaruhi Pemenuhan Persyaratan Klasifikasi

    Aspek teknis kelaiklautan kapal

    Kelaiklautan kapal (seaworthiness) pada umumnya secara teknis

    (diluar status hukum dan pengawakannya) ditentukan berdasarkan integritas

    struktur (structural integrity), kekuatan lambung, dan bagaimana atau

    seberapa besarnya kemampuan kerja dari sistem dalam kapal seperti

    misalnya sistem propulsi dan kemudi, permesinan (power generation),

    navigasi & komunikasi, pemadam kebakaran, penangangan awal kecelakaan

    kapal (safety drilling), dll. Acuan digunakan dalam menilai semua hal tersebutadalah sejauh mana kapal mampu memenuhi persyaratan/ peraturan teknis

    klasifikasi kapal (rules of classification)serta persyaratan-persyaratan lainnya

    dari IMO (International Maritime Organization - salah satu bagian dari PBB

    yang memusatkan perhatian di bidang keselamatan dan keamanan serta

    pencegahan pencemaran laut).

    Persyaratan klasifikasi kapal lebih fokus kepada persyaratan dan

    kalkulasi teknis terhadap suatu konstruksi lambung kapal, stabilitas,

  • 7/23/2019 klasifikasi kapal.pdf

    12/22

    12

    permesinan, kelistrikan dan sistem penunjang operasi kapal lainnya, seperti

    boiler system, sistem kemudi, dll. Peraturan IMO lebih bertitik berat kepada

    keselamatan dan keamanan pelayaran melalui peraturan yang dimuat

    didalam konvensi Safety of Life At Sea SOLAS Convention dan

    pencegahan pencemaran di laut yang mengacu pada Marine Pollution

    Prevention - MARPOLdan beberapa peraturan international lain yang telah

    diadopsi antara lain peraturan garis muat (International Load Line

    Convention, 1966), pencegahan tabrakan di laut (Convention on the

    International Regulation for Preventing Collisions at Sea - COLREG), dan

    peraturan yang secara spesifik berlaku untuk type kapal tertentu seperti IGCCode (International Gas Carrier Code) untuk kapal-kapal pengangkut gas

    dalam bentuk cair (liquefied gas), IBC Code (International Bulk Carrier Code)

    untuk kapal kapal curah, IMDG Code (International Maritime Dangerous

    Goods) bagi muatan yang berbahaya dan beracun. Serta ada peraturan-

    peraturan tambahan dari negara tempat kapal tersebut teregister (flag

    administration) seperti Non Convention Vessel Standard (NCVS) yang

    sedang disiapkan oleh pemerintah Indonesia. Semua peraturan dan

    persyaratan kapal diluar persyaratan klasifikasi lebih dikenal dengan

    peraturan statutory.

    Aspek Sumber Daya Manusia

    Kecelakaan kapal tidak hanya berakibat fatal pada kapal, muatan

    dan awak kapal saja. Pada beberapa kondisi, kecelakaan kapal juga

    memberi dampak langsung pada lingkungan, baik laut maupun pesisir, serta

    juga mempengaruhi kinerja industri maritim. Demikian halnya dalam kaitan

    dengan kerugian yang ditimbulkan akibat adanya kecelakaan kapal tidak

    hanya pada kerugian nominal karena ketidakmampuan beroperasinya kapal

    serta hilangnya nilai dari muatan yang di angkut, akan tetapi juga pada

    kerugian yang terkait dengan biaya penanggulangan pencemaran,

    kompensasi terhadap industri maritim yang terganggu tersebut, serta

    kerugian akibat hilangnya kesempatan berusaha akibat pencemaran yang

    diakibatkannya. Oleh karena itu cukup beralasan jika pemerintah melalui

  • 7/23/2019 klasifikasi kapal.pdf

    13/22

    13

    Kementerian perhubungan mengeluarkan kebijakan tersebut diatas sebagai

    salah satu contoh awal yang nantinya akan dapat diteruskan kepada jenis

    kapal lainnya.

    Dari sisi operator, keselamatan pelayaran tidak hanya dilihat dari

    kondisi kapalnya, sebab banyak faktor lain yang memengaruhi. Salah satu

    faktor penting, yakni penerapan sistem perawatan terencana (planned

    maintenance system/PMS). Dalam pelaksanaannya, PMS ditentukan oleh

    kualitas galangan. Artinya, galangan harus memiliki sumber daya manusia

    yang memenuhi kualifikasi dan standar. Untuk menjamin PMS berkualitas,

    pelaksanaannya harus diawasi oleh lembaga klasifikasi yang independen.Dalam hal ini Pemerintah telah menunjuk BKI sebagai lembaga yang

    melakukan klasifikasi bagai kapal-kapal berbendera Indonesia, dan menjadi

    kewajiban bagi mereka untuk mengklaskan kapalnya ke lembaga klasifiksi

    nasional.

    Oleh karena itu yang sangat penting dilakukan adalah perawatan

    kapal dan alat keselamatannya secara reguler dan teratur demi menjaga

    kelaiklautan dan keselamatan kapal. Komitmen perusahaan untuk

    menjalankan sistem keselamatan kapal antara lain tercermin dari audit setiap

    tahun oleh lembaga independen yang mewakili pemerintah, yaitu BKI berupa

    manajemen keselamatan internasional (ISM Code). Dengan sistem

    manajemen keselamatan itu, SDM dapat mengoperasikan kapal dengan

    aman dan dapat melakukan tindakan penyelamatan bila terjadi kecelakaan.

    Semua unsur di atas harus benar-benar sah dan layak berdasarkan

    pemeriksaan yang dilakukan oleh pemeriksa yang ditunjuk oleh pemerintah,

    baik lembaga klasifikasi maupun marine inspector.

    Aspek Regulasi

    Dunia pelayaran nasional dalam beberapa tahun belakangan ini

    terus dikabari tentang berita yang kurang menyenangkan karena banyaknya

    terjadi kecelakaan. Kondisi kecelakaan kapal yang terjadi di tanah air,

    akhirnya memunculkan pertanyaan tentang bagaimana kinerja Marine

    Inspector dan aparat klasifikasi sebagai filter terakhir dalam menentukan

  • 7/23/2019 klasifikasi kapal.pdf

    14/22

    14

    kelaiklautan kapal. Mereka tampaknya telah menerapkan seluruh regulasi

    yang terkait dengan upaya meningkatkan kelaiklautan kapal.

    Marine Inspector telah bekerja sejak dari awal sebuah kapal akan

    dibangun di galangan. Mereka memeriksa apakah konstruksi lambung,

    perlistrikan dan permesinan kapal, serta peralatan lainnya telah memenuhi

    standar keselamatan yang tercantum di dalam Safety of Life at Sea

    (SOLAS). Dalam prakteknya, setiap negara seperti di Indonesia dapat saja

    mendelegasikan pekerjaan yang dilakukan oleh marine inspector kepada

    pihak lain, biasanya kepada klasifikasi negara bersangkutan. Kecuali pada

    negara-negara yang menerapkan flag of convenience, dimanapendelegasian pemeriksaan aspek keselamatan kapal yang mengibarkan

    bendera mereka diberikan kepada klasifikasi asing karena pada umumnya

    tidak memiliki lembaga klasifikasi sendiri.

    Di Indonesia, Kementerian Perhubungan (administration) sebagai

    pihak yang memegang otoritas penerapan SOLAS telah melimpahkan

    pemeriksaan konstruksi lambung, perlistrikan dan permesinan kapal kepada

    lembaga klasifikasi nasional (BKI). Sementara aspek lainnya, seperti instalasi

    radio, kelaikan alat-alat keselamatan di atas kapal, masih menjadi

    kewenangannya dan dilaksanakan oleh marine inspector. Kondisi semacam

    ini yang mungkin oleh operator domestik disebut sebagai multiple

    classification oleh karena pada mulanya kapal diklasifikasi oleh BKI

    kemudian oleh Dephub. Sedangkan di negara lain regulasi atau aturan

    klasifikasi lazimnya dilakukan oleh lembaga klasifikasi terhadap hampir

    seluruh pekerjaan terkait dengan aspek keselamatan kapal oleh karena

    pemerintah negaranya telah melimpahkan kepada lembaga tersebut. Kendati

    telah dilimpahkan kepada klasifikasi, tanggung jawab tetap berada di pihak

    pemerintah. Dan oleh karena itu lembaga ini secara terus menerus diaudit

    untuk tetap mempetahankan kinerjanya.

    Aspek Kelembagaan

    Kasus kecelakaan yang terjadi belakangan ini adalah yang umumnya

    dialami oleh kapal-kapal yang belum mendapatkan klasifikasi. Saat ini kapal-

  • 7/23/2019 klasifikasi kapal.pdf

    15/22

    15

    kapal yang telah terklasifikasi adalah sebanyak 13.346 kapal dengan

    komposisi kapal yang masih aktif sebanyak 5.422 kapal dan yang pasif

    sebanyak 7.926 kapal (Suara Karya, 3 Februari 2010). Hal ini menunjukkan

    bahwa secara kelembagaan peran klasifikasi sebetulnya sudah cukup baik,

    apalagi dengan telah terbentuknya asosiasi lembaga klasifikasi di tingkat

    Asia sehingga seharusnya sudah semakin baik kinerjanya dan menjadi

    harapan masyarakat akan tegaknya peraturan keselamatan dan kelaikalutan

    kapal. Akan tetapi dengan gambaran data di atas dimana sebagian besar

    kapal tidak secara aktif mengkalskan kapalnya pada lembaga klasifikasi

    kapal nasional menunjukkan kurangnya tingkat kepercayaan operator kapalterhadap keberadaan lembaga ini.

    Selanjutnya ada beberapa factor kelemahan yang terindikasikan di

    bawah ini :

    Tingkat pengakuan dari institusi asuransi nasional/domestik dan

    asing kepada lembaga klasifikasi di Indonesia.

    Pengaturan peran lembaga klasifikasi yang diatur dalam PP

    No.51/2002 tentang Perkapalan.

    Penunjukan pemerintah Indonesia terhadap lembaga klasifikasi di

    Indonesia.

    Permenhub No. KM 20/2006 yang mengatur tentang lembaga

    klasifikasi Indonesia.

    Klasifikasi kapal merupakan kewajiban bagi para pemilik kapal

    berbendera Indonesia sesuai dengan Keputusan Menteri Perhubungan.

    Klasifikasi ini meliputi lambung kapal, instalasi listrik, permesinan,

    perlengkapan jangkar serta instalasi pendingin yang terpasang

    permanen dan merupakan bagian dari kapal. Instrumen pengakuan atau

    pemerintah terhadap legalitas kegiatan klasifikasi tampaknya masih

    belum banyak ditaati sehingga menjadi nyata bahwa peusahaan

    pelayaran yang aktif menjalankan peraturan klasifikasi dengan lingkup

    kegiatan seperti dijelaskan diatas presentasenya sangat kecil (40,6%).

  • 7/23/2019 klasifikasi kapal.pdf

    16/22

    16

    Hal ini juga dapat menjadi indikasi kurangnya kepercayaan atau

    pengakuan yang diberikan kepada lembaga klasifikasi. Oleh sebab itu

    maka perlu lembaga ini meningkatkan kinerjanya agar Indonesia dapat

    memiliki suatu badan klasifikasi yang mampu besaing secara

    internasional dan tidak terus menerus mengharapkan bantuan

    pemerintah seperti tertuang dalam ketentuan atau peraturan menteri.

    Dalam kaitan dengan Lembaga Klasifikasi : Lembaga atau Badan

    klasifikasi Indonesia masih belum sempurna sebagai sebuah negara

    maritim. Indonesia belum termasuk sebagai anggota IACS yakni sebuah

    organisasi yang menghimpun lembaga klasifikasi dunia dengan standar

    peraturan dan organisasi tentang industri perkapalan, layaknya seperti

    OPEC di bidang perminyakan, dll. Akibat dari Indonesia belum menjadi

    anggota IACS adalah kapal-kapal berbendera Indonesia akan

    mengalami kendala jika terjadi kerusakan atau hal-hal yang terkait

    dengan kelaiklautan. Kapal-kapal tersebut harus memiliki surat ijin ganda

    dari Negara yang didatangi. Hal ini tentunya menjadi point penting bagi

    berkembangnya kemaritiman Indonesia. Oleh karena itu badan klasifikasinasional mengadakan kerjasama pengklasifikasian dengan klas anggota

    IACS agar kapal berbendera Indonesia tidak mengalami kesulitan namun

    para operator mengeluhkan adanya tambahan biaya dengan sistem dual

    class tersebut. Hal lain adalah lembaga klasifikasi nasional bersama

    dengan negara-negara Asia lainnya membentuk membentuk masyarakat

    klasifikasi sesama negara Asia (Asia Classification Society).

    Untuk mengendalikan keselamatan pelayaran secara internasional

    diatur dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

    International Convention for the Safety of Life at Sea (SOLAS),

    1974, sebagaimana telah disempurnakan: Aturan internasional

    ini menyangkut ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

    Konstruksi (struktur, stabilitas, permesinan dan instalasi

    listrik, perlindungan api, detoktor api dan pemadam

    kebakaran);

    http://id.wikipedia.org/wiki/Internasionalhttp://id.wikipedia.org/wiki/Internasional
  • 7/23/2019 klasifikasi kapal.pdf

    17/22

    17

    Komunikasi radio, keselamatan navigasi

    Perangkat penolong, seperti pelampung, keselamatan

    navigasi.

    Penerapan ketentuan-ketentuan untuk meningkatkan

    keselamatan dan keamanan pelayaran termasuk

    didalamnya penerapan of the International Safety

    Management (ISM) Code dan International Ship and Port

    Facility Security (ISPS) Code).

    International Convention on Standards of Training, Certification

    dan Watchkeeping for Seafarers, tahun 1978 dan terakhir

    dirubah pada tahun 1995.

    International Convention on Maritime Search and Rescue, 1979.

    International Aeronautical and Maritime Search and Rescue

    Manual (IAMSAR)

    PENUTUP

    Beberapa Kesimpulan dari kajian ini sbb:

    1. Data yang terkumpulkan menunjukkan bahwa jumlah kapal yang telah

    terklasifikasi sebanyak 12.546 kapal namun yang sertifikatnya masih

    aktif yaitu 5.244 kapal, sedangkan sebanyak 7.124 kapal yang

    beroperasi di perairan Indonesia telah habis masa aktif sertifikasi

    kelaiklautan yang diperolehnya (yang berlaku selama 5 tahun). Hal inimenunjukkan bahwa sekitar 40,6 % saja terdaftar secara aktif yang

    berarti teraudit dan terpantau oleh badan klasifikasi nasional (BKI).

    2. Kasus-kasus kecelakaan kapal yang belakangan ini terjadi pada

    umumnya dialami oleh kapal yang belum mendapatkan sertifikat

    klasifikasi dari badan klasifiksi yang diakui oleh pemerintah. Padahal

    dengan klasifikasi pemilik kapal dan masyarakat pengguna jasa akan

    dapat mengetahui kekuatan dan stabilitas kapal serta peruntukannya.

  • 7/23/2019 klasifikasi kapal.pdf

    18/22

    18

    Dan klasifikasi kapal merupakan kewajiban bagi setiap pemilik kapal

    dengan ketentuan tertentu.

    3. Gambaran responden terhadap aspek-aspek yang terkait dengan SDM,

    Regulasi dan Kelembagaan menunjukkan masih adanya kelemahan

    pada klasifikasi kapal di Indonesia yakni:

    Aspek SDM : Tingkat kedisiplinan dan kepatuhan para pengguna jasa

    klasifikasi, Pelaksanaan survei secara periodik untuk

    memastikan kapal masih memenuhi, Pengakuan

    masyarakat terhadap pelaksanaan survey dan sertifikasi

    kapal berbendera Indonesia.

    Aspek Regulasi : Pengaturan peran lembaga klasifikasi telah diatur

    dengan baik dalam PP, Keberadaan Inpres No.5/2005

    terhadap peningkatan peran lembaga klasifikasi

    Indonesia, Permenhub No. KM 20/2006 yang mengatur

    tentang lembaga klasifikasi Indonesia.

    Aspek Kelembagaan : Tingkat pengakuan dari institusi asuransi

    nasional/domestik dan asing kepada lembaga klasifikasi

    di Indonesia, Pengaturan peran lembaga klasifikasi yang

    diatur dalam PP No.51/2002 tentang Perkapalan,

    Penunjukan pemerintah Indonesia terhadap lembaga

    klasifikasi di Indonesia, Permenhub No. KM 20/2006

    yang mengatur tentang lembaga klasifikasi Indonesia.

    Hasil kajian ini membrikan beberapa Saran.

    1. Data yang menunjukkan bahwa sekitar 40,6 % saja terdaftar secara

    aktif yang berarti teraudit dan terpantau oleh badan klasifikasi

    nasional, sangat rentan terhadap kejadian kecelakaan kapal,

    sehingga perlu strategi dari pihak yang berwenang untuk

    memberikan sanksi kepada para operator yang tidak mengklaskan

    kapalnya karena adanya risiko terhadap terjadinya kecelakaan

  • 7/23/2019 klasifikasi kapal.pdf

    19/22

    19

    kapal apalagi dengan jumlah yang cenderung meningkat jika

    melihat anga kecelakaan untuk kurun waktu 2000-2009.

    2. Hingga saat ini banyak kapal yang dibangun di galangan yang tidak

    disertifikasi oleh badan klasifikasi yang ditunjuk oleh pemerintah

    dan tidak sesuai dengan standar keselamatan pelayaran. Oleh

    karena itu diharapkan koordinasi dengan antara Kementerian

    Perhubungan dan Kemeterian terkait lainnya untuk lebih

    menegakkan aturan dan yang terkait dengan keselamatan kapal

    dan pengawasan terhadap pelaksanaan pembangunan maupun

    perawatan kapal agar kecelakaan yang terus terjadi dapat

    dikurangi.

    3. Masih banyaknya kelemahan yang ditemukan dari analisis terhadap

    aspek-aspek baik SDM, regulasi maupun kelembagaan klasifikasi

    kapal perlu menjadi masukan untuk lebih memperbaiki kinerja

    masing-masing aspek tersebut agar program pemerintah untuk

    mengurangi angka kecelakaan kapal dapat terealisasi, mengingat

    klasifikasi merupakan bagian integral dari sistem keselametan

    kapal.

    DAFTAR PUSTAKA

    -----, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008,tentang Pelayaran;

    -----, INPRES Nomor 5 Tahun 2005, tentang Pemberdayaan Industri

    Pelayaran Nasional;

    -----,Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2002, tentang Perkapalan;

    -----, Peraturan Menteri Perhubungan No. KM. 20 Tahun 2006 tanggal

    2 Mei 2006, tentang Kewajiban bagi kapal Berbendera Indonesia untuk

    masuk Klas pada BKI;

  • 7/23/2019 klasifikasi kapal.pdf

    20/22

    20

    -----, Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1964, tentang Pendirian BKI;

    -----, Keputusan Dirjen Perhubungan Laut PY.65/1/3-86 tanggal 7 Juli

    1986,tentang Wewenang Pemeriksaan Marka dan Penerbitan Sertifikat

    Garis Muat Kapal Indonesia untuk Pelayaran Dalam Negeri;

    -----, Keputusan Menteri Perhubungan No. KM.78 tahun 1989 tanggal

    4 Desember 1989, tentang Penunjukan Pelayanan Jasa Pemeriksaan

    dan Sertifikasi Peti Kemas kepada PT. (Persero) Biro Klasifikasi Indonesia;

    -----, MAPEL 14 No. 09/PHBL/I/1995 tanggal 17 Januari 1995, tentang

    Penegasan Instruksi Menteri Perhubungan No. IM.8/AL.407/PHB-81

    wajib klasifikasi bagi kapal bendera Indonesia dengan ukuran tertentu;

    -----, MAPEL 15 No. 12 /PHBL/I/1995 tanggal 18 Januari 1995,tentang

    Kapal-kapal dengan Bendera Flag of Convinience yang beroperasi

    terus menerus diperairan Indonesia wajib memiliki kelas BKI;

    -----, Keputusan Dirjen Perhubungan Laut No. PY.68/1/3-95 tanggal 6

    April 1995, tentang Pemberian wewenang kepada BKI untuk

    melaksanakan pemeriksaan Keselamatan Kapal dan Pencegahan

    Pencemaran pada Kapal Barang Berbendera Indonesia dengan Tonase

    Kotor (GT) 500 atau lebih besar yang dikelaskan pada BKI;

    -----, Keputusan Dirjen Perhubungan Laut No. PY.67/1/7-96 tanggal 12

    Juni 1996, tentang Penunjukan BKI sebagai Pelaksana Sertifikasi ISM

    Code atas nama Pemerintah Republik Indonesia;

    -----, Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Laut No.KL.93/1/9-04

    tanggal 3 Maret 2004, tentang Penetapan BKI sebagai Organisasi

    Keamanan yang diakui (RSO) ISPS Code di Bidang Kapal;

    -----, Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Laut No.KL.93/2/2-04tanggal 14 Mei 2004, tentang Pemberian Kewenangan kepada BKI

    untuk menerbitkan Sertifikat Sementara (Short Term Certificate) dan

    Interim Certificate ISSC atas nama Pemerintah Republik Indonesia;

    -----, Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Laut No.KL.93/2/11-04

    tanggal 23 Juni 2004, tentang Penetapan BKI sebagai Organisasi

    Keamanan yang diakui (RSO) ISPS Code di Bidang Pelabuhan;

    -----, Surat Direktur Perkapalan dan Kepelautan No. PY.67/1/7.05

    tanggal 6 April 2005, tentang Otorisasi Pelaksanaan Survey dan

  • 7/23/2019 klasifikasi kapal.pdf

    21/22

    21

    Sertifikasi Annex VI Marpol 73/78 oleh BKI atas nama Pemerintah

    Republik Indonesia;

    -----, Surat Direktur Perkapalan dan Kepelautan No. UM.485/3/13/DII-05

    tanggal 27 Juni 2005, tentang Otorisasi Pelaksanaan Survey dan

    Sertifikasi Condition Assessment Scheme sesuai Annex I Marpol

    73/78;

    -----, Koda Internasional Tentang Keamanan Kapal dan Fasilitas

    Pelabuhan ISPS Code, Humas dan Kerjasama Luar Negeri, Direktorat

    Jenderal Perhubungan Laut, 2003;

    Biro Klasifikasi Indonesia (BKI), http://www.klasifikasiindonesia.com;

    The International Association of Classification Societies (IACS),

    http://www.iacs.org.uk/

    http://www.iacs.org.uk/http://www.iacs.org.uk/
  • 7/23/2019 klasifikasi kapal.pdf

    22/22