klasifikasi diabetic foot ulcers

3
Klasifikasi diabetic foot ulcers Hasil pada evaluasi kaki dapat membantu dalam menentukan rencana terapi. Jika ditemukan ulkus, karakteristik ulkus tersebut harus digambarkan, seperti ukurannya,kedalamannya, tampilannya,dan lokasinya. Ada banyak sistem klasifikasi sebagai metode standar yang dapat digunakan untuk membantu mendeskripsikan ulkus. Sistem klasifikasi ini berdasarkan variasi dari manifestasi klinis. Salah satu sistem klasifikasi yang popular adalah sistem klasifikasi wagner ulcer, dimana sistem ini menggambarkan kedalaman lukanya dan luasnya jaringan yang mengalami nekrosis. Beberapa penulis telah menemukan kekurangan dari sistem ini, dimana sistem ini hanya menggambarkan kedalaman dari luka dan tampilan dari lukanya, tetapi tidak menunjukkan munculnya tanda-tanda iskemia dan infeksi. The university of Texas System merupakan sistem klasifkasi lain yang menggambarkan kedalaman lukanya dan juga menunjukan terdapatnya infeksi dan iskemia. Luka dengan grade dan stage yang berat tidak dapat sembuh tanpa perbaikan pembuluh darah atau amputasi. Wagner Ulcer Clasiffication System Grade Lesion 1 Superficial diabetic ulcer 2 Ulcer extension involving ligament, tendon, joint capsule, or fascia with no abscess or osteomyelitis 3 Deep ulcer with abscess or osteomyelitis 4 Gangrene to portion of forefoot 5 Extensive gangrene of foot University of Texas Wound Clasiffication Stage Description Stage A No infection or ischemia

Upload: ananda-dewa

Post on 19-Jan-2016

67 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

sf

TRANSCRIPT

Page 1: Klasifikasi Diabetic Foot Ulcers

Klasifikasi diabetic foot ulcers

Hasil pada evaluasi kaki dapat membantu dalam menentukan rencana terapi. Jika ditemukan ulkus, karakteristik ulkus tersebut harus digambarkan, seperti ukurannya,kedalamannya, tampilannya,dan lokasinya. Ada banyak sistem klasifikasi sebagai metode standar yang dapat digunakan untuk membantu mendeskripsikan ulkus. Sistem klasifikasi ini berdasarkan variasi dari manifestasi klinis.

Salah satu sistem klasifikasi yang popular adalah sistem klasifikasi wagner ulcer, dimana sistem ini menggambarkan kedalaman lukanya dan luasnya jaringan yang mengalami nekrosis. Beberapa penulis telah menemukan kekurangan dari sistem ini, dimana sistem ini hanya menggambarkan kedalaman dari luka dan tampilan dari lukanya, tetapi tidak menunjukkan munculnya tanda-tanda iskemia dan infeksi.

The university of Texas System merupakan sistem klasifkasi lain yang menggambarkan kedalaman lukanya dan juga menunjukan terdapatnya infeksi dan iskemia. Luka dengan grade dan stage yang berat tidak dapat sembuh tanpa perbaikan pembuluh darah atau amputasi.

Wagner Ulcer Clasiffication SystemGrade Lesion1 Superficial diabetic ulcer

2 Ulcer extension involving ligament, tendon, joint capsule, or fasciawith no abscess or osteomyelitis

3 Deep ulcer with abscess or osteomyelitis

4 Gangrene to portion of forefoot

5 Extensive gangrene of foot

University of Texas Wound ClasifficationStage Description Stage A No infection or ischemiaStage B Infection presentStage C Infection presentStage D Infection and ischemia present

Grading DescriptionGrade 0 Epithelialized woundGrade 1 Superficial woundGrade2 Wound penetrates to tendon or capsuleGrade 3 Wound penetrates to bone or joint

Berbagai teknik terapi

Page 2: Klasifikasi Diabetic Foot Ulcers

Penanganan diabetic foot ulcers mempunyai beberapa aspek. offloading dan debridement merupakan hal yang penting untuk proses penyembuhan dari diabetic foot ulcers. Tujuan dari offloading adalah me-redistribusikan tekanan dari lokasi ulkus dan pressure point yang mempunyai resiko untuk meluas ke area sekitar. Ada beberapa metode pressure relief, yaitu total contact casting, half shoes, removable cast walker, wheelchair, dan crutches. Ada beberapa kelebihan dan kekurangan pada setiap teknik, dan faktor-faktor seperti keadaan lukanya, kebutuhan beberapa kali penilaian, timbulnya infeksi, harus dipertimbangkan dalam memilih teknik mana yang menguntungkan pasien.

Untuk ulkus yang terbuka, sebaiknya dilakukan debridement jika terdapat jaringan yang nekrosis. Pada debridement luka, pengangkatan kalus akan membantu mengurangi pressure point pada lokasi kalus tersebut. Pengangkatan jaringan yang nekrosis juga membantu mengurangi koloni bakteri pada luka. Pengangkatan luka ini juga dapat membantu dalam mengumpulan spesimen untuk kultur dan pemeriksaan kedalaman luka pada ulkus.

Penutupan luka merupakan komponen penting pada penanganan diabetic foot ulcers. Ada banyak teknik penutupan luka yang digunakan untuk menangani luka. Setiap teknik penutupan luka ini mempunyai keuntungan tersendiri, tergantung luka dari si pasien. Salah satu contoh, penggunaan saline soaked gauze menguntungkan karena secara harga tidak mahal, atraumatik, dan menciptakan keadaan yang lembab untuk luka. Alginate foam menguntungkan karena sangat absorbent dan dapat membantu mengurangi resiko terjadinya maserasi pada luka yang bereksudat. Pada prinsipnya, penutup luka yang ideal adalah penutup luka yang dapat menciptakan suasana lembab untuk luka, dapat menyerap eksudat pada luka, dan tidak menimbulkan resiko infeksi. Inspeksi luka dan penggantian perban untuk menutup luka harus sering dilakukan.

Jika terdapat infeksi pada luka, pemilhan teknik penanganan luka harus berdasarkan hasil kultur. Kuretase jaringan dari dasar ulkus setelah debridement akan mendapatkan hasil yang akurat. Pada kasus infeksi pada luka yang dalam, spesimen yang didapatkan secara aseptic saat pembedahan akan mendapat hasil yang lebih optimal.

Gram positif -cocci merupakan patogen yang sering ditemukan pada diabetic foot ulcers. Pada luka yang kronik ataupun pada luka yang sudah pernah ditangani, sering juga ditemukan beberapa bakteri yang bertumbuh, seperti gram negatif- rod atau anaerob. Seperti contoh, pseudomonas sering ditemukan pada luka yang ditangani dengan perban basah. Bakteri anaerob sering ditemukan pada ulkus dengan nekrosis atau ulkus yang dalam. Organisme resisten antibiotik seperti staphylococcus resisten methicillin sering ditemukan pada pasien yang sebelumnya menjalani terapi antibiotik atau pasien dengan riwayat pernah dirawat di rumah sakit.