khutbah idul adha 1434 h

6
KHUTBAH IDUL ADHA 1434 H MENELADANI NABI IBRAHIM AS OLEH : AMAN . . . . ! Muslimin dan muslimat Rahimakumullah, Pada saat ini jutaan umat Islam berkumpul di tanah suci mekah dalam rangka melaksanakan ibadah haji. Lantunan talbiyah mereka menggetarkan hati kita, menambah kerinduan kita untuk melihat ka‟bah dan menyaksikan jejak perjuangan Nabi Ibrahim dan Rasulullah Saw. Kita juga menyaksikan Mereka para jama‟ah haji rela menanggalkan pakaian serba mewah, pakaian yang menunjukkan martabat di tengah- tengah masyarakat dan menggantinya dengan pakaian ihram warna putih dan tidak berjahit. Kesemuanya itu dilakukan demi menjunjung tinggi perintah Allah dan Rasul-Nya. Hikmahnya adalah supaya jiwa manusia menyadari bahwa dihadapan Allah memiliki derajat atau status sosial yang sama. Apakah ia seorang kepala negara, orang yang dipertuan atau harajaon, sama-sama memakai pakaian putih yang tidak berjahit. Di sini umat Islam didik untuk belajar mati sebelum mati. Karena seluruh jama‟ah haji diwajibkan memakai pakaian ihram mirip kain kafan dan apada pelaksanaan wukuf di Arafah mereka merasakan seperti di padang mahsyar. Bagi kita yang ditinggalkan mereka, kita ikhlaskan atas kepergiannya, karena mereka adalah milik Allah dan akan kembali kepada Allah. Salah satu sikap syukur tertinggi dari orang beriman adalah dia akan berprinsip bahwa seluruh harta pencariannya atau seluruh anggota keluarganya adalah pemberian Allah dan dia ikhlas di saat Allah mengambil milik-Nya. Kita berdoa kepada Allah, semoga kita menjadi hamba yang pandai bersyukur, dan memang hamba yang pandai bersyukur itu jumlahnya sangat sedikit sekali, sebagaimana firman Allah dalam surah al-A‟raf ayat 10 : Artinya : Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian di

Upload: aman-kadis

Post on 06-Jul-2015

886 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Khutbah idul adha 1434 h

KHUTBAH IDUL ADHA 1434 H

MENELADANI NABI IBRAHIM AS

OLEH : AMAN

.

.

.

.

!

Muslimin dan muslimat

Rahimakumullah,

Pada saat ini jutaan umat Islam

berkumpul di tanah suci mekah dalam

rangka melaksanakan ibadah haji.

Lantunan talbiyah mereka

menggetarkan hati kita, menambah

kerinduan kita untuk melihat ka‟bah

dan menyaksikan jejak perjuangan

Nabi Ibrahim dan Rasulullah Saw.

Kita juga menyaksikan Mereka para

jama‟ah haji rela menanggalkan

pakaian serba mewah, pakaian yang

menunjukkan martabat di tengah-

tengah masyarakat dan menggantinya

dengan pakaian ihram warna putih

dan tidak berjahit. Kesemuanya itu

dilakukan demi menjunjung tinggi

perintah Allah dan Rasul-Nya.

Hikmahnya adalah supaya jiwa

manusia menyadari bahwa dihadapan

Allah memiliki derajat atau status

sosial yang sama. Apakah ia seorang

kepala negara, orang yang dipertuan

atau harajaon, sama-sama memakai

pakaian putih yang tidak berjahit. Di

sini umat Islam didik untuk belajar

mati sebelum mati. Karena seluruh

jama‟ah haji diwajibkan memakai

pakaian ihram mirip kain kafan dan

apada pelaksanaan wukuf di Arafah

mereka merasakan seperti di padang

mahsyar. Bagi kita yang ditinggalkan

mereka, kita ikhlaskan atas

kepergiannya, karena mereka adalah

milik Allah dan akan kembali kepada

Allah. Salah satu sikap syukur

tertinggi dari orang beriman adalah

dia akan berprinsip bahwa seluruh

harta pencariannya atau seluruh

anggota keluarganya adalah

pemberian Allah dan dia ikhlas di

saat Allah mengambil milik-Nya.

Kita berdoa kepada Allah, semoga

kita menjadi hamba yang pandai

bersyukur, dan memang hamba yang

pandai bersyukur itu jumlahnya

sangat sedikit sekali, sebagaimana

firman Allah dalam surah al-A‟raf

ayat 10 :

Artinya : Sesungguhnya Kami

telah menempatkan kamu sekalian di

Page 2: Khutbah idul adha 1434 h

muka bumi dan Kami adakan bagimu

di muka bumi (sumber) penghidupan.

Amat sedikitlah kamu bersyukur.”

Sesungguhnya, sikap syukur

itu bukan untuk Allah, karena Allah

sama sekali tidak bergantung dengan

mahluknya. Kesyukuran yang kita

lakukan pada hakikatnya adalah

untuk kemaslahatan/kebaikan diri kita

sendiri. Kita diperintah menunaikan

ibadah haji dan berqurban, pada

intinya untuk kepentingan kita, bukan

untuk Allah. Allah Swt berfirman

dalam surah an-Naml ayat : 40

Artinya :“Dan barangsiapa

yang bersyukur maka sesungguhnya

dia bersyukur untuk (kebaikan)

dirinya sendiri dan barangsiapa yang

ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku

Maha Kaya lagi Maha Mulia."

Selanjutnya kita sampaikan

salawat dan salam kepada Rasulullah

Saw., insya Allah kita yang

istiqamah mengamalkan sunnahnya

akan mendapat pembelaan dari dari

Rasulullah Saw berupa Syafa‟atnya di

hari kiamat kelak.

Muslimin wa muslimat sidang

idul adha rahimakumullah,

Nabi Ibrahim As diberi gelar

oleh Allah sebagai abul anbiya‟ (bapak

para nabi), ulul „azmi (orang yang sabar

dan teguh pendirian), dan khalilur

rahman (kekasih Allah yang maha

pengasih). Ia dijuluki abul anbiya‟

lantaran telah melahirkan para nabi dan

orang-orang sholeh. Oleh karenanya,

sebagai orang tua, Nabi Ibrahim As

banyak memberi keteladanan kepada

keturunannya termasuk kita umat

Rasulullah Saw. Ada 3 hal sikap

keteladanan dari diri Nabi Ibrahim

As, sehingga beliau sukses

melahirkan keturunan orang-orang

saleh:

1. Nabi Ibrahim tidak pernah

bosan berdo‟a untuk kebahagiaan

dunia dan akhirat. Semula Nabi

Ibrahim As menikah dengan Siti

Sarah dan pernikahan yang cukup

lama tidak ada tanda-tanda ada

keturunan dari Sarah. Selanjutnya

Nabi Ibrahim menikah dengan Siti

Hajar seorang hamba hadiah dar raja

Mesir atas persetujuan Sarah. Nabi

Ibrahim yang sudah lama tidak

meiliki keturunan terus menerus

berdo‟a tanpa rasa bosan sedikitpun.

Do‟a beliau diabadikan dalam Al-

Qur‟an surah as-saffat ayat : 100

Artinya : Ya Tuhanku,

anugrahkanlah kepadaku (seorang

anak) yang termasuk orang-orang

yang saleh.”

Akhirnya do‟a Nabi Ibrahim pun di

kabulkan oleh Allah Swt dengan

lahirnya Nabi Isma‟il dari Siti Hajar

dan Nabi Ishaq dari Siti Sarah. Allah

Swt berfirman dalam surah Ibrahim

ayat 39 :

Artinya : Segala puji bagi Allah

yang telah menganugerahkan kepadaku

di hari tua (ku) Ismail dan Ishaq.

Sesungguhnya Tuhanku, benar-benar

Page 3: Khutbah idul adha 1434 h

Maha Mendengar (memperkenankan)

doa.

Menurut Riwayat Ibn Abbas yang

dikemukakan dalam Tafsir al-Alusiy,

Nabi Ibrahim baru memiliki keturunan

Nabi Isma‟il pada usia 99 tahun dan Nabi

Ishaq lahir Nabi Ibrahim berumur 120

tahun. Dari kisah ini dapat kita ambil

hikmah bahwa kita tidak dibolehkan

berputus asa dalam berdoa untuk

menggapai kebahagiaan dunia akhirat.

Kita terkadang masih kurang sabar dalam

berdoa. Bahkan terkadang kita menuduh

Tuhan itu tidak adil. Mengapa saya yang

selalu salat dan berdoa tidak juga

dikabulkan ? Ternyata masalah ini

pernah dipertanyakan para sahabat

Rasulullah Saw., bahwa doa orang

beriman itu akan dikabulkan oleh Allah

atau akan dijadikannya simpanan di hari

kiamat atau dijadikannya benteng untuk

menolak bala. Rasulullah Saw bersabda :

Artinya : dari Abu Sa'id berkata; Nabi

shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

"Tidaklah seorang muslim yang berdoa

dengan doa yang tidak untuk keburukan dan

tidak untuk memutus tali kekeluargaan,

kecuali Allah akan memberinya tiga

kemungkinan; doanya akan segera dibalas,

menjadikannya sebagai tabungannya di

akhirat, atau ia akan dijauhkan dari

keburukan sebanding dengan doanya, " para

sahabat bertanya, "Jika demikian kita minta

yang lebih banyak, " beliau bersabda: "Allah

memiliki yang lebih banyak." (HR. Imam

Ahmad)

Kaum muslimin wa muslimat

rahimakumullah,

2. Nabi Ibrahim sangat memperhatikan

pendidikan anak- anaknya.

Keteladanan yang kedua atau kunci

sukses Nabi Ibrahim melahirkan

generasi saleh adalah Nabi Ibrahim

berpandangan bahwa masa depan

anak-anaknya sampai dengan

cucunya sangat penting diperhatikan.

Beliau adalah seorang ayah yang

sangat lembut bertutur kata kepada

seluruh anggota keluarganya. Allah

Swt mengabadikan model pendidikan

Nabi Ibrahim dalam keluarga, yang

termkatub dalam surah as-saffat ayat

102 :

Artinya : Maka tatkala anak itu

sampai (pada umur sanggup) berusaha

bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata:

"Hai anakku sesungguhnya aku melihat

dalam mimpi bahwa aku

menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa

pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai

bapakku, kerjakanlah apa yang

diperintahkan kepadamu; insya Allah

kamu akan mendapatiku termasuk orang-

orang yang sabar."

Ayat di atas dapat kita ambil hikmah

bahwa Nabi Ibrahim selalu memanggil

anaknya dengan kalimat “wahai

anakkku”. Ini adalah bahasa pendidikan

dalam keluarga, yang selalu santun

berbicara dengan seluruh anggota

keluarga. Nabi Ibrahim selaku orang tua

dan sekaligus pimpinan tertinggi di

dalam rumah tangga tetap

mengedepankan musyawarah. Sepeti di

gambarkan dalam ayat di atas, Nabi

Ibrahim meminta pendapat dan

Page 4: Khutbah idul adha 1434 h

mendengarkan masukan atau saran dari

anaknya. Begitu juga dengan Nabi

Isma‟il selaku anak, ia sangat patuh

dengan orang tuanya. Di dalam keluarga

Nabi Ibrahim selalu menanamkan nilai-

nilai keimanan kepada seluruh anggota

keluarga, bahkan beliau senantiasa

mendoakan seluruh anggota keluarganya

supaya menjadi hamba Allah yang selalu

menegakkan salat, sebagaimana firman

Allah dalam surah Ibrahim ayat 40 :

Artinya : Ya Tuhanku,

jadikanlah aku dan anak cucuku orang-

orang yang tetap mendirikan shalat, ya

Tuhan kami, perkenankanlah doaku.

Hari ini adalah hari raya qurban,

yang mengandung makna di dalam

kehidupan kita perlu ada pengorbanan,

baik berupa materi maupun non materi.

Apalagi dalam membhina rumah tangga

yang sakinah sebagaimana yang

dilakukan Nabi Ibrahim dan keluarganya.

Di dalam mendidik anak kita perlu

pengorbanan waktu. Kita usahakan

dalam satu hari ada waktu sesaat

berkumpul dengan anggota keluarga,

apakah itu waktu makan malam selasai

Salat Magrib dan baca Al-Qur‟an. Kita

ajak anak kita dan anggota keluarga

untuk selalu gemar membaca Al-Qur‟an.

Mendidik anak juga perlu kesabaran atau

ketekunan. Karena yang kita hadapi

adalah anak-anak yang belum balig atau

anak-anak remaja yang hendak menanjak

dewasa. Kita awasi pergaulan anak-anak

kita, karena saat ini banyak anak remaja

yang terlibat narkoba dan pergaulan

bebas.

Kaum muslimin wa muslimat

rahimakumullah

3. Nabi Ibrahim sangat

bertanggungjawab terhadap

kesejahteraan keluarga

Keteladanan yang ketiga atau

kunci sukses Nabi Ibrahim melahirkan

generasi saleh adalah beliau sangat

bertanggungjawab terhadap masa depan

keluarganya. Demi mencapai

kesejahteraan keluarga, Nabi Ibrahim

rela melakukan musafir atau merantau

dari palestina ke Mesir yang berjarak

ribuan kilometer, memskipun kondisi

alam sangat terik dan tandus. Hal ini

dikemukakan Allah dalam firman-Nya

surah Ibrahim ayat 37 :

Artinya : Ya Tuhan kami,

sesungguhnya aku telah menempatkan

sebahagian keturunanku di lembah yang

tidak mempunyai tanam-tanaman di

dekat rumah Engkau (Baitullah) yang

dihormati, ya Tuhan kami (yang

demikian itu) agar mereka mendirikan

shalat, maka jadikanlah hati sebagian

manusia cenderung kepada mereka dan

beri rezkilah mereka dari buah-buahan,

mudah-mudahan mereka bersyukur.

Rasulullah Saw menyatakan

bahwa seorang yang mencari rejeki halal

untuk menafkahi keluarganya akan

mendapatkan pahala tertinggi di sisi

Allah, sebagaimana Hadis Nabi Saw :

Artinya : Dari Abu Hurairah

ia berkata; Rasulullah shallallahu

'alaihi wasallam bersabda: "Dinar

(harta) yang kamu belanjakan di

Page 5: Khutbah idul adha 1434 h

jalan Allah dan dinar (harta) yang

kamu berikan kepada seorang budak

wanita, dan dinar yang kamu

sedekahkan kepada orang miskin

serta dinar yang kamu nafkahkan

kepada keluargamu. Maka yang

paling besar ganjaran pahalanya

adalah yang kamu nafkahkan kepada

keluargamu." (HR. Imam Muslim)

Begitulah tingginya penghargaan

Islam kepada para pimpinan rumah

tangga dalam menafkahi keluarganya.

Disekeliling kita masih ada

sebahagian Para suami selaku pimpinan

dan penanggungjawab utama dalam

rumah tangga sering duduk di lopo kopi

dan membiarkan isteri tercinta

membanting tulang memenuhi nafkah

keluarga. Kita lebih banyak

membicarakan aib dan mencari-cari

kelemahan saudara-saudara kita di lopo

daripada membahas kelemahan yang ada

dalam diri dan keluarga kita. Inilah yang

disebut gut-gut yang harus dihindari.

Mari kita sama-sama berusaha untuk

meneladi Nabi Ibrahim yang selalu gigih

dalam berdo‟a dan berusaha serta

bertanggungjawab terhadap keluarga dan

umatnya.

Kaum muslimin wa muslimat

rahimakumullah

Sebagai penutup dari khutbah kita kali

ini adalah mari kita sama-sama

mengambil hikmah dari keteladanan

Nabi Ibrahim As, khususnya ibadah

qurban. Karena orang yang berqurban

dengan seekor hewan kurban sangat

dicintai Allah, jiwanya bersih dan dihari

kiamat akan menjadi pembela kita,

sebagaimana sabda Rasulullah Saw :

Arinnya : dari 'Aisyah bahwa

Rasulullah shallallahu 'alaihi

wasallam bersabda: "Tidak ada

amalan yang dilakukan oleh anak

Adam pada hari Nahr (Idul Adhha)

yang lebih dicintai oleh Allah selain

dari pada mengucurkan darah (hewan

kurban). Karena sesungguhnya ia

(hewan kurban) akan datang pada hari

kiamat dengan tanduk, bulu, dan

kukunya. Dan sungguh, darah

tersebut akan sampai kepada (ridha)

Allah sebelum tetesan darah tersebut

jatuh ke bumi, maka bersihkanlah

jiwa kalian dengan berkurban." (HR.

Imam Turmuziy)

Kita berdoa kepada Allah,

semoga amalan qurban kita diterima-

Nya dan bagi yang belum mampu

berqurban kita berdoa semoga di

tahun mendatang kita dapat

meningkatkan jiwa pengorbanan kita.

Begitu juga dengan para

jama‟ah haji kita, semoga mereka

memperoleh haji mabrur dan kita

yang belum mampu untuk berangkat

ke sana, semoga Allah memberikan

keesmpatan untuk mengikuti jejak

baik mereka ke tanah suci. Amin ya

Rabbal alamin.

Page 6: Khutbah idul adha 1434 h

.