kewirausahaan
DESCRIPTION
bvvvvvvvvvvvTRANSCRIPT
MAKALAH KEWIRAUSAHAANPengembangan Sikap Mandiri dalam Kewirausahaan
Oleh:
Kelompok IV
1. Ayu Dara Kharisma (13222011)
2. Delta Amelia (13222023)
3. Dewi Sundari (13222029)
4. Evitia Yuliani (13222039)
Dosen Pembimbing:
DR. H. Zainal Berlian, D
Asisten Dosen:
Novia Ballianie, M.Pd.I
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
2015
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam menjalani kehidupan, manusia harus terus berjuang untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun seiring dengan pertambahan
penduduk dan dunia yang kian padat, manusia dituntut untuk dapat bersaing
dalam dunia bisnis agar dapat bersaing di era yang serba canggih ini. Banyak
orang bersaing dalam berwirausaha, sayangnya negara Indonesia sebagian
besar hanya menjadi konsumen bagi perusahaan luar. Hal itu menunjukkan
bahwa warga Indonesia telah memperkaya negara luar. Oleh karena itu
perlunya pemikiran yang kreatif, inovatif dan kemandirian bagi bangsa
Indonesia untuk menjalani bisnis dan menjadi seorang wirausahawan.
Setiap orang pasti punya pikiran, tapi hanya sedikit yang punya ide,
sehingga dalam berwirausaha diperlukan pengetahuan sehingga
ide-ide/gagasan yang kreatif dan inovatif dapat memunculkan bentuk-bentuk
wirausaha yang terus aktual dan memiliki trend dalam kebutuhan konsumen.
Sebelum memulai berwirausaha maka seseorang perlu mengetahui atau
menambah pemahamannya tentang berwirausaha, agar dalam pelaksanaannya
seseorang tidak salah dalam membuat keputusan. Mereka harus dibekali
pengetahuan tentang berwirausaha agar mampu memilih wirausaha apa yang
akan mereka tekuni.1
Manusia yang bermental wirausaha mempunyai kemampuan untuk
mencapai tujuan dan kebutuhan hidupnya. Disamping kemauan keras,
manusia yang bersikap mental wirausaha mempunyai keyakinan yang kuat
atas kekuatan yang ada pada dirinya. Kita haruus menyadari dan mensyukuri
bahwa tuhan telah member modal kepada kita berupa akal dan pikiran, sikap,
mental, tenaga, kemauan dan sebaggainya. Semua kelebihan yang dimiliki
harus dimanfaakan dan ditingkatkan untuk hal-hal positif dalam hidup.2
1 Limbong B, Kewirausahaan, di akses dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/12345 6789/18808/3/Chapter%20II.pdf, pada tanggal 29 September 2015 pukul 19.10 WIB.
2 Endang Supardi, Modul Kewirausahaan: Kiat Mengembangkan Sikap Mandiri, di akses dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/1234567/18808/3/Chaper20 II.pdf, pada tanggal 29 September 2015 pukul 19.20 WIB.
Seseorang dikatakan mandiri apabila orang tersebut dapat melakukan
keinginan dengan baik tanpa adanya ketergantungan pihak lain dalam
mengambil keputusan atau bertindak, termasuk mencukupi kebutuhan
hidupnya tanpa adanya ketergantungan ddengan pihak lain. Kemandirian
merupakan sifat mutlak yang harus dimiliki oleh seorang wirausaha.
Dikarenakan sifat kemandirian merupakan salah satu sikap yang harus
dimiliki oleh seorang wirausaha, oleh karena itulah makalah ini dibuat agar
memberikan pengetahuan tentang cara untuk mengembangkan sikap mandiri
dalam diri seseorang yang akan berwirausaha.
B. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui sikap mandiri dalam berwirausaha.
2. Mengetahui cara untuk mengembangkan sikap mandiri dalam
berwirausaha.
PEMBAHASAN
A. Wirausaha dan Kewirausahaan
Pengertian pengetahuan menurut kamus Bahasa Indonesia adalah segala
sesuatu yang diketahui. Wirausahawan secara umum adalah orang-orang yang
mampu menjawab tantangan-tantangan dan memanfaatkan peluang-peluang
yang ada, ide adalah hal yang utama.3
Wirausaha adalah seseorang yang bebas dan memiliki kemampuan
untuk hidup mandiri dalam menjalankan kegiatan usahanya atau bisnisnya
atau hidupnya. Ia bebas merancang, menentukan mengelola, mengendalikan
semua usahanya. Kewirausahaan merupakan sikap mental dan jiwa yang
selalu aktif atau kreatif berdaya, bercipta, berkarsa dan bersahaja dalam
berusaha dalam rangka meningkatkan pendapatan dalam kegiatan usahanya.4
Wirausaha (enterpreneur) adalah seseorang yang membayar harga
tertentu untuk produk tertentu, untuk kemudian dijualnya dengan harga yang
tidak pasti, sambil membuat keputusan tentang upaya mencapai dan
memanfaatkan sumber-sumber daya, dan menerima risiko.5
Kewirausahaan sebagaimana dikemukakan di atas disimpulkan secara
umum merupakan harmonisasi antara kreativitas yang menciptakan ide-ide
dengan pertimbangan peluang maupun resiko dan keinovasian dalam
menerapkan ide-ide kreatif menjadi suatu bentuk barang dan jasa yang
mempunyai nilai jual bagi wirausahawan. Membangun kewirausahaan berarti
membangun atau menciptakan sesuatu yang baru. Kehidupan entrepreneur
adalah kehidupan yang sangat ditentukan oleh pasar karena di situlah
enterpreneur dan masyarakat bertemu dan berinteraksi untuk saling
memperkenalkan dan menjual barang dan jasa dan untuk saling menemukan
kebutuhan akan barang dan jasa oleh masyarakat pembeli.
Kewirausahaan mempelajari tentang nilai, kemampuan, dan perilaku
seseorang dalam berkreasi dan berinovasi, oleh sebab itu objek studi
kewirausahaan adalah nilai-nilai dan kemampuan (ability) seseorang yang
3Limbong B, Kewirausahaan, di akses dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/12345 6789/18808/3/Chapter%20II.pdf, pada tanggal 29 September 2015 pukul 19.10 WIB.
4 Ibid.5 Ibid.
diwujudkan dalam bentuk prilaku. Dengan sendirinya kreativitas dan inovasi
merupakan suatu hal yang esensial bagi setiap pelaku dalam kewirausahaan di
mana setiap proses perkembangan usaha mulai dari tahap awal sampai pada
tahap penurunan dibutuhkan pemikiran kreatif dan inovatif terhadap produk
yang dihasilkan. Tujuannya agar suatu usaha dapat terus menghasilkan
keuntungan sehingga dapat bersaing dengan mengikuti selera pasar
(konsumen) untuk perkembangan suatu usaha terutama di bidang usaha kecil
dan menengah yang mempunyai kapital kecil. Oleh karena itu, wirausaha
memerlukan ide-ide kreatif dan inovatif agar dapat efisien dan efektif dalam
setiap tahapan. Tujuannya guna menekan penggunaan biaya yang bermuara
kepada penekanan biaya produksi sehingga produk dapat dijual di pasar
dengan harga terjangkau oleh konsumen.6
B. Definisi Kemandirian
Sikap adalah sebagai suatu kesiapan mental atau emosional dalam
beberapa jenis tindakan pada suatu yang tepat. Sedangkan menurut Slameto
(2003) sikap merupakan sesuatu yang dipelajari dan bagaimana individu
bereaksi terhadap situasi serta menentukan apa yang dicari individu dalam
kehidupan. Kemandirian berasal dari kata mandiri yang berarti berdiri sendiri,
tidak tergantung kepada orang lain. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(1996:625) kemandirian adalah "keadaan dapat berdiri sendiri tanpa
tergantung pada orang lain". 7
Kemandirian yang diwujudkan melalui tingkah laku menunjukkan sikap
mandiri atau tingkah laku mandiri. Robert Tai dkk (2007: 27) menyatakan
"Autonomous learning is the seed of scientific research". Kemandirian belajar
merupakan dasar bagi penelitian ilmiah. Sementara itu Hermann Holstein
(1987:6) mengartikan "Mandiri sebagai bekerja sendiri (berswakarsa)".
Sedangkan Suharsimi Arikunto (1990:108) mengemukakan "Membantu siswa
untuk mandiri berarti menolong mereka dari bantuan orang lain". Jadi dalam
6 Endang Supardi, Modul Kewirausahaan: Kiat Mengembangkan Sikap Mandiri, di akses dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/1234567/18808/3/Chaper20 II.pdf, pada tanggal 29 September 2015 pukul 19.20 WIB.
7 Rhenald Kasal, Wirausaha Muda Mandiri, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2010, hal 22.
melakukan aktifitas menekankan pada kebebasan melakukan sesuatu secara
langsung, bebas dari rasa takut.8
Kemandirian seseorang tidak ditandai dengan usia, tetapi salah satunya
ditengarai oleh perilakunya. Dengan begitu, mungkin saja terjadi anak yang
berusia lebih muda dapat lebih mandiri (untuk ukuran seusianya), sementara
yang lebih tua belum tentu memiliki hal yang sama.
Dimensi kepribadian seseorang selalu dipengaruhi atau dikendalikan
faktor internal dan faktor eksternal. Bagi sebagian orang, kekuatannya selalu
tergantung pada dirinya sendiri tetapi bagi orang lain kekuatannya tidak
tergantung pada dirinya sendiri melainkan faktor eksternal seperti orang lain,
nasib, keberuntungan atau kebetulan. Dikatakan sikap mandiri apabila orang
tersebut mampu mendewasakan dirinya sendiri, dan apabila berhasil
mendewasakan dirinya sendiri akan mampu membentuk pendapat atau
pandangannya sendiri tentang masalah atau peristiwa yang terjadi dalam
lingkungannya.9
Dengan memiliki kemampuan dalam menghadapi masalah dan
peristiwa tersebut maka individu akan mampu pula membentuk pandangan
yang paling baik bagi orang lain. Orang yang selalu mengandalkan kekuatan
yang ada pada dirinya sendiri disebut juga mempunyai keinginan untuk
menguasai dan mengendalikan tindakan-tindakan sendiri dengan tidak
mengharapkan bantuan atau pengaruh orang lain.
Sikap mandiri adalah kemampuan seseorang berdiri sendiri dalam
segala aspek kehidupannya. Dengan demikian individu yang berdiri di atas
kaki sendiri akan mengambil inisiatif, mengatasi sendiri kesulitan-
kesulitannya dan ingin melakukan hal-hal oleh dirinya sendiri. Tanda-tanda
dari sikap sendiri adalah pengambilan inisiatif, mencoba mengatasi rintangan-
rintangan dalam lingkungannya, mencoba mengarahkan tingkah laku ke arah
yang sempurna, memperoleh kepuasan dari bekerja, dan mencoba
mengerjakan sendiri tugas-tugas rutinnya.10
8 Rhenald Kasal, Wirausaha Muda Mandiri, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2010, hal 22.
9 Ibid.10 Basrowi, Kewirausahaan untuk Perguruan Tinggi, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2005, hal
37.
C. Sikap Mandiri dalam Berwirausaha
Perilaku kemandirian menunjukkan bahwa wirausaha selalu
mengembalikan perbuatannya sebagai tanggung jawab pribadi. Dia
mementingkan otonomi dalam bertindak, pengambilan keputusan dan
pemilihan berbagai kegiatan dalam mencapai tujuan. Ketergantungan pada
orang lain merupakan sesuatu yang bertentangan dengan kata hatinya. Dia
lebih senang bekerja sendiri, menentukan dan memilih cara kerja yang sesuai
dengan dirinya. Dia dapat saja bekerja dalam kelompok selama mendapat
kebebasan bertindak pengambilan keputusan, ini berarti dia lebih senang
memegang kendali kelompok kerja, menentukan tujuan kelompok serta
memilih alternative perilaku.11
Apabila masyarakat dengan sikap mental kewirausahaan telah
terbentuk, maka setiap orang minimal akan dapat menghidupi dirinya dan
keluarganya, kemudian masyarakat sekitarnya dan pada akhirnya menolong
bangsa dan umat manusia. Untuk itulah sikap mental wirausaha diperlukan
untuk dapat menghadapi tantangan dunia yang semakin penuh persaingan.
Sesuai dengan inti dari jiwa kewirausahaan yaitu kemampuan untuk
menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda melalui berfikir kreatif dan
bertindak inovatif untuk menciptakan peluang dalam menghadapi tantangan
hidup, maka seorang wirausaha harus mempunyai kemampuan kreatif dalam
mengembangkan ide dan pikirannya terutama dalam menciptakan peluang
usaha yang digelutinya tanpa harus bergantung pada orang lain.
Seorang wirausaha dituntut untuk dapat selalu menciptakan hal-hal baru
dengan jalan mengkombinasikan sumber-sumber yang ada di lingkungan
sekitarnya, mengembangkan teknologi baru, menemukan pengetahuan baru,
menemukan cara baru untuk menghasilkan barang dan jasa yang baru yang
lebih efisien, memperbaiki produk dan jasa yang sudah ada, dan menemukan
cara baru untuk memberikan kepuasan konsumen. Oleh karena itu, seorang
11 Ibid.
wirausaha hendaknya mandiri dan tidak bergantung pada orang lain agar ia
dapat lebih berkreasi dan berinovasi dengan kemampuannya.12
Seseorang dikatakan mandiri apabila orang tersebut dapat melakukan
keinginan dengan baik tanpa adanya ketergantungan pihak lain dalam
mengambil keputusan atau bertindak, termasuk mencukupi kebutuhan
hidupnya tanpa adanya ketergantungan ddengan pihak lain. Kemandirian
merupakan sifat mutlak yang harus dimiliki oleh seorang wirausaha. Pada
prinsipnya seorang wirausaha harus memiliki sikap mandiri dalam memenuhi
kegiatan usahanya. Apabila masyarakat dengan sikap mental kewirausahaan
telah terbentuk, maka setiap orang minimal akan dapat menghidupi dirinya
dan keluarganya, kemudian masyarakat sekitarnya dan pada akhirnya
menolong bangsa dan umat manusia. Untuk itulah sikap mental wirausaha
diperlukan untuk dapat menghadapi tantangan dunia yang semakin penuh
persaingan.
Agar menjadi wirausahawan yang berhasil diperlukan suatu tekad yang
kuat dan mampu membaca peluang pasar. Beberapa wirausahawan yang
sukses di bidangnya seperti Bill Gates, Henry Ford, Ducan Symne, Sosro,
Tirto Utomo dan lain-lain. Pada awalnya mereka adalah wirausahawan kecil
yang kemudian berhasil dalam usahanya berkat kemampuannya memilih dan
mengelola bidang usaha yang digelutinya. Keberhasilan itu dapat diraih
karena karakteristik wirausaha yang melekat pada dirinya.
Sikap untuk tidak menggantungkan keputusan akan apa yang harus
dilakukan kepada orang lain dan mengerjakan sesuatu dengan kemampuan
sendiri-sendiri sekaligus berani mengambil risiko dalam bisnis merupakan
bentuk kemandirian dari seorang wirausahawan. Ciri-ciri manusia mandiri
adalah manusia yang menjalankan atau memiliki sifat: bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, kemerdekaan batin, keutamaan, kasih sayang
terhadap sesama manusia, keadilan, realistis. Realistis berarti kenyataan.
Kunci keberhasilan wirausaha terletak pada sikap mandiri dan ide-
idenya yang realistis. Seorang wirausaha harus memiliki kemampuan untuk
bersikap mandiri. Dalam melaksanakan fungsinya seorang wirausaha harus
12 Suharyadi Nugroho Arisantyanto, Kewirausahaan Membangun Usaha , Salemba Empat, Jakarta, 2007, hal 54.
selalu percaya pada diri sendiri, selalu percaya pada ide dan kemampuan
sendiri dan tidak bisa dipengaruhi oleh pendapat orang lain. Seorang
wirausaha yang ingin berhasil dalam menjalankan usahanya selalu didasarkan
pada hal-hal sebagai berikut.13
1. Menjalankan pekerjaannya berdasarkan:
a. Bakat yang dimilikinya
b. Kemampuan yang dimilikinya
c. Penuh keyakinan dan sungguh-sungguh bekerja
2. Tidak dipengaruhi oleh pekerjaan orang lain. Adapun ciri-ciri dari
manusia yang mandiri yaitu:
a. Memiliki potensi untuk berpretasi
b. Mampu menolong dirinya di dalam mengatasi permasalahan
hidupnya.
c. Mampu mengatasi kemiskinan lahir-batin.
3. Berpikir secara realistis
Berpikir secara realistis adalah cara berpikir yang sesuai dengan
akal sehat, seorang wirausaha yang realistis dapat mengembangkan
seseorang menuju kesuksesan. Orang tersebut memiliki pemikiran yang
lebih maju, baik untuk memecahkan masalah, berusaha lebih baik. Selalu
berusaha intropeksi diri untuk menutupi kekurangan sehingga
menimbulkan sikap optimis dan kemandirian.14
Pola pikir yang realistis memiliki sifat-sifat: toleransi, fleksibel,
kreatif, dan mampu berhubungan dengan lingkungan masyarakat.
Dengan sifat-sifat tersebut, seorang wirausaha yang realistis dapat
dengan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan dan kebutuhan
sehingga bisa menimbulkan inisiatif dan kreativitas. Kekuatan seorang
berwirausaha berasal dari tindakannya sendiri dan ide-ide yang realistis
dan bukan dari tindakan orang lain.15
13 Rhenald Kasal, Wirausaha Muda Mandiri, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2010, hal 22.
14 Mulyadi Nitisusastro, Perilaku Konsumen dalam Perspektif Kewirausahaan, Alfabeta, Bandung, 2014, hal 19.
15 Ibid.
Dengan adanya sikap yang mandiri dan realistis berarti wirausaha
itu akan dapat : 16
a. Menetralkan kegiatan usahanya atas kemampuan sendiri.
b. Mengetahui kesempatan, kecakapan dan kemampuan sendiri.
c. Mengetahui dan menyadari kekurangan dirinya.
d. Memantapkan modal dan kekuatan secara mandiri.
Seorang wirausaha yang realistis memiliki sifat-sifat toleransi,
fleksibel, kreatif, dan mampu berhubungan banyak dengan lingkungan
masyarakat secara realistis, seorang wirausaha di dalam menjalankan
bisnisnya harus: percaya pada diri sendiri, percaya pada nasib sendiri.
D. Pengembangan Sikap Mandiri dalam Berwirausaha
Pembentukan sikap mandiri memiliki 6 kekuatan mental yang dapat
membangun kepribadian yang kuat, antara lain:
1. Berkemauan Keras
Kemauan keras dapat diartikan adanya komitmen yang tinggi dalam
diri seorang sehingga tidak akan pernah menyerah sebelum berhasil
memperoleh cita-citanya. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk
menumbuhkan keyakinan yang kuat dalam jiwa kita adalah sebagai
berikut.
a. Kita harus mengenal diri kita sendiri sebagai makhluk yang memiliki
kelemahan tetapi memperoleh anugerah kekuatan dari Tuhan untuk
mengatasi kelemahan kita.
b. Kita harus percaya kepada diri sendiri bahwa kita memiliki potensi
yang tidak kurang kuatnya dengan yang dimiliki orang lain.
c. Kita harus mengetahui dengan jelas terhadap tujuan-tujuan serta
kebutuhan kita dimana kita bisa mendapatkannya,bagaimana cara
mendapatkannya serta kapan dan beberapa lama target waktu untuk
mencapainya.17
2. Kejujuran dan Tanggung Jawab16 Rhenald Kasal, Wirausaha Muda Mandiri, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2010,
hal 23.17Suharyadi Nugroho Arisantyanto, Kewirausahaan Membangun Usaha, Salemba Empat,
Jakarta, 2007, hal 55
Manusia yang bersikap mental wirausaha memiliki sifat kejujuran
dan tanggung jawab. Salah satu kunci keberhasilan seseorang dalam
berusaha dan berwirausaha adalah kepercayaan dari orang lain terhadap
dirinya. Agar seseorang menaruh simpati dan kepercayaan orang lain
dalam berusaha, maka ia harus memiliki sifat kejujuran dan tanggung
jawab ini. Banyak orang yang tidak dapat dipercaya oleh orang lain, baik
dibidang usaha maupun karier oleh karena mereka tidak jujur dan tidak
memiliki rasa tanggung jawab.
Adapun beberapa hal yang berkaitan dengan kejujuran dan tanggung
jawab yang harus dimiliki oleh seorang yang berwirausaha yaitu sebagai
berikut:
a. Mendidk diri sendiri sehingga memiliki moral yang tinggi. Dengan
perkataaan lain, kita hendaknya belajar untuk bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa; belajar untuk memperoleh kemerdekaan batin;
belajar untuk mementingkan keutamaan; belajar untuk mematuhi
hokum-hukum yang berlaku; dan belajar untuk berlaku adil kepada
sesama manusia.
b. Melatih disiplin diri sendiri (self-descpline). Mustahil bagi kita begitu
saja menjadi manusia jujur dan bertanggung jawab, apabila kita tidak
membina kepribadian kita. Rasa tanggung jawab dapat ditumbuhkan
di dalam diri kita melalui latihan disiplin. Dengan melatih disiplin diri
sendiri, maka kita akan memperoleh ketabahan, keuletan dan
keteraturan tingkah laku dan perbuatan kita.
c. Berorientasi kepada tujuan dan kebutuhan hidup. Dalam setiap
kegiatan dan usaha kita, kita harus selalu ingat akan tujuan dan
kebutuhan hidup kita. Setiap kegiatan dan usaha selalu kita lihat
manfaatnya bagi tercapainya tujuan atau terpenuhinya kebutuhan kita.
Dengan berorientasi pada tujuan disertai pengenalan akan manfaat
setiap usaha dan kegiatan kita, maka hal ini akan menarik minat kita,
dan minat yang kuat akan memancing kemauan kita untuk berbuat
lebih lanjut.18
18 Suharyadi Nugroho Arisantyanto, Kewirausahaan Membangun Usaha , Salemba Empat, Jakarta, 2007, hal 56.
Hal semacam ini terlebih-lebih kita rasakan pada lapangan-lapangan
kerja itu, faktor kejujuran dan tanggung jawab mendapatkan sorotan dan
penilaian yang serius dari pihak manajer atau pemilik perusahaan.
Pendeknya dunia pekerjaan akan menolak sifat-sifat semacam itu. Akan
lebih untung manusia yang dalam usahanya untuk mengubah nasib mau
berusaha mengubah diri untuk memiliki sifat-sifat kejujuran dan tanggung
jawab, sehingga akhirnya ia percaya kepada dirinya sendiri dan dipercaya
oleh orang lain.
3. Ketahanan Fisik dan Mental
Manusia yang bersikap mental wirausaha memiliki ketahanan fisik
dan mental. Sering kita mendengar adanya manusia-manusia yang mudah
menyerah terhadap tantangan dan permasalahan hidup. Mereka tidak mau
maju dan bahkan gagal sebelum mulai. Sayang sekali, orang-orang
semacam itu ada yang tidak menyadari, bahwa darinya telah menjadi
budak kemiskinan pribadinya dan bahkan merasa dirinya lebih berharga,
terhormat dan bergengsi. Seandainya mereka menyadari akan halnya atau
dapat mengenal diri, tentunya mereka akan merasa malu dan bermotivasi
lebih besar untuk menebus kegagalannya dengan usaha wirausaha yang
berhasil.19
Itulah sekelumit gambaran tentang pribadi yang kurang kuat. Bagi
mereka yang menyadari akan kelemahan pribadinya sekalipun, belum
tentu mereka menjadi putus asa. Inilah peristiwa kematian sebelum
meninggal dunia. Lain lagi halnya dengan orang-orang yang bersikap
pantang mundur atau pantang menyerah kepada keadaan, maka merak ini
lebih mending daripada mereka yang digambarkan sebelumnya.20
Namun sayang di antara mereka yang bersemangat baja ini ada yang
hanya sekedar mampu bertahan pada keadaan dan prestasi yang telah ada.
Yang lebih diharapkan yaitu sikap pantang menyerah terhadap keadan dan
prestasi yang ada, untuk lebih maju mencapai pada saat sekarang. Untuk
19 Mulyadi Nitisusastro, Perilaku Konsumen dalam Perspektif Kewirausahaan, Alfabeta, Bandung, 2014, hal 21.
20 Ibid.
itu kita harus memiliki semangat dan tahan uji dari setiap tantangan dan
penderitaan, baik lahir maupun batin.
4. Ketekunan dan Keuletan untuk Bekerja Keras
Manusia wirausaha memiliki ketekunan dan keuletan dalam bekerja
dan berusaha. Kemajuan dan suksesnya hidup tidak dapat datang dengan
sendirinya. Kemajuan dan sukses harus diperoleh melalui usaha dan
bekerja keras. Banyak orang yang tidak suka untuk bekerja keras, mereka
lebih suka bermalas-malasan dengan penuh harapan akan memperoleh
kemajuan dan prestasi hidup. Ada pula sebagian orang yang tidak mau
bekerja keras tetapi ingin maju dan berprestasi dengan meminjam tenaga
dan prestasi oang lain. Ada lagi orang yang ingin maju dan berhasil
mengeruk harta dengan jalan mencuri, baik secara kasar mencuri maupun
secara halus seperti korupsi, manipulasi dan sebagainya.21
Profil manusia yang baru digambarkan ini jelas tidak termasuk
kategori manusia wirausaha karena buktinya mereka justru memiliki sifat-
sifat tergantung kepada keadaan, mereka tergantung kepada kesempatan
dalam kesempitan, mereka tergantung kepada tenaga dan presentasi orang
lain. Ini tidak berarti, bahwa manusia wirausaha tidak tergantung kepada
hal-hal lain semacam itu, namun manusia wirausaha lebih mengutamakan
kekuatan pribadinya sendiri dalam usaha mencari kemajuan dan
kesuksesan hidup. Oleh karena itu manusia wirausaha harus mau dan
mampu untuk bekerja keras dan berjerih payah. Lihatlah bangsa yang
maju, rakyatnya pasti suka bekerja keras. Tentulah bekerja keras inipun
bukan asal bekerja.
Kita masih melihat-lihat jenis pekerjaannya. Kemajuan dan
kesuksesan hidup baru dapat kita capai apabila kita mampu dan mau
bekerja keras dengan menggunakan berbagai potensi pribadi kita, baik
potensi akal kita. Potensi akal harus sama-sama kita manfaatkan untuk
jerih payah mencapai sukses. Oleh karena itu manusia wirausaha
disamping mampu memanfaatkan akal secara intetejen, juga
21Limbong B, Kewirausahaan, di akses dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/12345 6789/18808/3/Chapter%20II.pdf, pada tanggal 29 September 2015 pukul 19.10 WIB.
memfungsikan akalnya secara intensif untuk memecahkan berbagai
macam persoalan yang ia hadapi.22
5. Pemikiran yang Konstruktif
Pengertian berpikir sebagai sebuah proses dimana representasi
mental baru dibentuk melalui transformasi informasi dengan interaksi yang
komplek atribut-atribut mental seperti penilaian, abstraksi, logika,
imajinasi, dan pemecahan masalah. Berpikir konstruktif, adalah
membangun kesadaran yang bersifat membina, membangun dan
memperbaiki, sehingga kita tidak tenggelam dalam situasi pesimis dan
ketakutan yang beralasan.23
Adanya kemampuan berpikir konstruktif, akan membantu kita
terbiasa untuk memiliki pola kerja yang efisien, karena kita terbiasa
memiliki goal setting untuk melakukan aktivitas, tertutama aktivitas
tertentu yang membutuhkan perhatian ekstra. Sehingga waktu, tenaga,
pikiran dan materi yang dikeluarkan untuk pencapaian tujuan tertentu, bisa
lebih dimaksimalkan.
6. Kepercayaan Diri
Kepercayaan diri atau self confidence merupakan suatu paduan sikap
dan keyakinan seseorang dalam menghadapi suatu tugas atau pekerjaan.
Dalam praktek, kepercayaan diri tersebut merupakan sikap dan keyakinan
untuk memulai, melakukan, dan menyelesaikan suatu tugas atau pekerjaan
yang harus dihadapi.24
Kepercayaan diri adalah sifat internal pribadi seseorang dan bersifat
sangat relatif, baik antara seseorang dengan orang lain ataupun pada
seseorang, tetapi beda tugas atau pekerjaan yang dihadapinya. Seseorang
mungkin mempunyai kepercayaan diri yang besar untuk melakukan suatu 22Endang Supardi, Modul Kewirausahaan: Kiat Mengembangkan Sikap Mandiri, di akses
dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/1234567/18808/3/Chaper20 II.pdf, pada tanggal 29 September 2015 pukul 19.20 WIB.
23Suharyadi Nugroho Arisantyanto, Kewirausahaan Membangun Usaha , Salemba Empat, Jakarta, 2007, hal 57.
24 Endang Supardi, Modul Kewirausahaan: Kiat Mengembangkan Sikap Mandiri, di akses dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/1234567/18808/3/Chaper20 II.pdf, pada tanggal 29 September 2015 pukul 19.20 WIB.
pekerjaan, misalnya mengendarai sebuah mobil, tetapi kepercayaan dirinya
mungkin akan hilang jika dia dipaksa untuk menerbangkan sebuah
pesawat jet tempur. Seseorang mungkin mempunyai kepercayaan diri yang
tinggi dalam menulis, tetapi kepercayaan dirinya berkurang jika dia harus
menyampaikannya dalam suatu seminar. Sebaliknya, ada juga orang yang
mempunyai diri yang mantap jika berpidato, namun sering mengalami
kesulitan atau bimbang dan ragu jika harus menulis suatu teks.
Kepercayaan diri juga bersifat dinamis, seseorang yang semula
mempunyai kepercayaan diri yang tinggi untuk mengendarai mobil,
kemudian berkurang karena makin tua atau setelah mengalami suatu
kecelakaan lalu lintas.25
Usia atau kondisi kesehatan seseorang dapat mempengaruhi tingkat
kepercayaan diri yang bersangkutan. Secara umum orang yang makin tua,
terutama yang telah melewati setengah umur, makin berkurang
kepercayaan dirinya dalam kegiatan yang bersifat keterampilan fisik
seperti mengendarai mobil, meniti, melompat, memanjat, dan kegiatan lain
yang sejenis, namun sebaliknya, usia yang makin lanjut makin memberi
ke-percayaan diri yang tinggi untuk mengatasi berbagai masalah nonfisik
walaupun mungkin relatif kompleks. Hal ini mungkin disebabkan oleh
pengalamannya yang cukup banyak dan jiwanya yang relatif lebih matang
dalam menghadapi berbagai cobaan dan masalah.26
Dalam upaya meningkatkan kepercayaan diri, seseorang harus
berusaha sebanyak dan sesering mungkin membuat sukses. Untuk itu
sebaiknya seseorang harus sering melatih diri secara bertahap dan periodik
atau secara teratur untuk menghindari kegagalan. Tingkat kesulitan yang
dihadapi hendaknya tidak melonjak dalam arti terlalu jauh dari
kemampuan. Kemampuan dan kepercayaan diri memang saling berkaitan,
mungkin seseorang mampu menyelesaikan suatu pekerjaan yang sulit
apabila dia pernah menyelesaikan pekerjaan yang serupa yang pernah
diselesaikannya, dengan tingkat kesulitan yang sama atau hampir sama.
Tingkat kepercayaan seseorang akan meningkat atau bertambah jika sering
25 Ibid, hal 25.26 Ibid.
dihadapkan pada penyelesaian pekerjaan-pekerjaan yang tingkat
kesulitannya bertambah, dan dia mampu meyelesaikannya dengan baik.
Kepercayaan diri seseorang banyak ditentukan oleh kemampuan
untuk memulai, melaksanakan, dan menyelesaikan suatu pekerjaan dengan
baik dalam arti baik perencanaannya, sistematikanya, teknis
pelaksanaannya, efisiensi waktu, biaya dan tenaga, serta baik hasil akhir
yang diperoleh. Jika seseorang dapat memulai, melaksanakan, dan
menyelesaikan suatu pekerjaan dengan tertib, cekatan, mantap, dan lancar,
maka hal itu menunjukkan bahwa dia dapat mengerjakan pekerjaan
tersebut dengan penuh kepercayaan diri. Selain itu, faktor ketenangan,
ketekunan, dan kegairahan dalam mengerjakan sutau pekerjaan, secara
langsung ataupun tidak, dapat menunjukkan kepercayaan diri seseorang.27
Kepercayaan diri yang kurang atau yang labil dapat meyebabkan
cara kerja yang canggung, tersendat-sendat dan tidak memuaskan. Dalam
upaya, menghindari, mencegah atau berkurangnya kepercayaan diri, maka
seseorang harus pandai memilih pekerjaan atau cara memyelesaikan
pekerjaan yang dihadapinya. Janganlah terlalu bernafsu untuk melakukan
“loncatan jauh” dalam waktu singkat apabila kemampuan ataupun
pengalamannya berada di luar batas kemampuannya.28
Hendaknya hal ini jangan ditafsirkan sebagai sesuatu yang
menakutkan (discourage) seseorang yang berambisi untuk mencapai
sukses yang besar, memang benar ambisi yang besar sangat diperlukan
untuk dapat mecapai sukses, tetapi hendaknya kemampuan seseorang yang
dikembangkan melalui latihan-latihan dan pengalaman diri. Cara
mengembangkan rasa percaya kepada diri sendiri yaitu :
a. Hendaknya sikap lahiriah Anda membuktikan betapa besar rasa
percaya Anda kepada diri sendiri.
b. Mengembangkan rasa percaya kepada diri sendiri dengan bersikap
seimbang.
27Limbong B, Kewirausahaan, di akses dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/12345 6789/18808/3/Chapter%20II.pdf, pada tanggal 29 September 2015 pukul 19.10 WIB.
28 Ibid
c. Kembangkanlah rasa percaya kepada diri sendiri dengan melakukan
pekerjaan sebaik-baiknya.
d. Kembangkanlah rasa percaya diri sendiri dengan sering mengulangi
perkataan yang memberi keberanian dan ketabahan kepada diri
sendiri.
e. Kembangkanlah rasa percaya kepada diri sendiri dengan bersikap
jujur.
f. Kembangkanlah rasa percaya kepada diri sendiri dengan
memperbaiki cara bicara Anda.
g. Kembangkanlah rasa percaya kepada diri sendiri dengan menggauli
orang-orang yang memiliki rasa percaya kepada diri sendiri.
h. Kembangkanlah rasa percaya kepada diri sendiri dengan membuat
pilihan yang baik.
i. Kembangkanlah rasa percaya kepada diri sendiri dengan renungan
dan konsentrasi.29
KESIMPULAN
Sikap mandiri adalah kemampuan seseorang berdiri sendiri dalam segala
aspek kehidupannya. Perilaku kemandirian menunjukkan bahwa wirausaha selalu
mengembalikan perbuatannya sebagai tanggung jawab pribadi. Adapun hal-hal
yang perlu dikembangkan demi terciptanya sikap mandiri dalam diri seorang
wirausahawan yaitu dengan meningkatkan serta mengembangkan berkemauan
29 Ibid.
keras, kejujuran dan tanggung jawab, ketahanan fisik dan mental, ketekunan dan
keuletan untuk bekerja keras, pemikiran yang konstruktif dan kepercayaan diri.
DAFTAR PUSTAKA
Arisantyanto, S.N. 2007. Kewirausahaan Membangun Usaha. Jakarta: Salemba Empat.
Basrowi. 2005. Kewirausahaan untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Kasal, R. 2010. Wirausaha Muda Mandiri. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Limbong, B. 2010. Kewirausahaan. Tersedia: http://repository.usu.ac.id/bitstre am/123456789/18808/3/Chapter%20II.pdf. (Di akses pada tanggal 29 September 2015 pukul 19.10 WIB).
Nitisusastro, M. 2014. Perilaku Konsumen dalam Perspektif Kewirausahaan. Bandung: Alfabeta.
Supardi, E. 2004. Modul Kewirausahaan: Kiat Mengembangkan Sikap Mandiri. Tersedia:http://repository.usu.ac.id/bitstream/1234567/18808/3/Chaper20II.pdf. (Di akses pada tanggal 29 September 2015 pukul 19.20 WIB).