kesiapan profesi akuntansi dalam menghadapi mea khususnya penerapan free flow labor
DESCRIPTION
Kesiapan Profesi Akuntansi dalam menghadapi MEA khususnya penerapan Free Flow LaborTRANSCRIPT
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI....................................................................................................................................i
ABSTRAK.....................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1
I.1 Latar Belakang...................................................................................................................1
I.2 Rumusan Masalah..............................................................................................................4
I.3 Tujuan Penelitian................................................................................................................4
BAB II LANDASAN TEORI..........................................................................................................5
II.1 Masyarakat Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community) 2015.............................5
II.1.1 Sejarah Singkat ASEAN Economic Community.......................................................5
II.1.2 ASEAN Economi Community Blueprint...................................................................9
II.1.3 ASEAN Economic Community Scorecard..............................................................11
II.2 Pasar Tunggal dan Basis Produksi AEC..........................................................................13
II.3 Arus Bebas Tenaga Kerja Terampil (Free Flow of Skilled Labor)..................................14
II.4 Profesi Akuntansi.............................................................................................................16
II.4.1 Perkembangan Profesi Akuntansi di Indonesia.......................................................16
II.4.2 Kode Etik Profesi Akuntansi...................................................................................17
II.4.3 Profesi Akuntansi di Indonesia................................................................................20
i | L i n g k u n g a n B i s n i s & H u k u m K o m e r s i a l
BAB III PEMBAHASAN..............................................................................................................24
III.1 Kesiapan Profesi Akuntansi di Indonesia dalam Menghadapi
Free Flow of Skilled Labor..............................................................................................24
III.2 Tantangan Profesi Akuntansi di Indonesia dalam menghadapi AEC khususnya Free
Flow of Skilled Labor.......................................................................................................33
BAB IV PENUTUP.......................................................................................................................38
IV.I Kesimpulan.......................................................................................................................38
IV.2 Saran.................................................................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................iv
ii | L i n g k u n g a n B i s n i s & H u k u m K o m e r s i a l
ABSTRAK
Pasar tunggal dan basis produksi ASEAN Economic Community (AEC) terdiri dari 5
elemen inti yaitu free flow of goods, free flow of service, free flow of investment, free flow of
skilled labor. Arus bebas tenaga kerja terampil telah disepakati dalam 8 sektor yaitu tenaga kerja
dokter, dokter ahli, bidan, perawat, arsitek, pariwisata, dan akuntansi. Kedelapan sektor ini dapat
bebas masuk dan keluar dari satu negara anggota ASEAN ke negara anggota ASEAN lainnya
untuk mendapatkan pekerjaan tanpa adanya hambatan dinegara yang dituju.
Dalam menghadapi free flow of skilled labor ini, negara Indonesia telah menetapkan
beberapa strategi-strategi yaitu berupa adanya Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) yang mengatur
kode etik dan standar untuk anggota akuntan di Indonesia, tersedianya pendidikan strata 1 dan
pendidikan profesi akuntansi di Indonesia, disediakannya sertifikat Chartered Accountant (CA)
untuk meningkatkan profesionalisme akuntan, dan menerapkan strategi baik itu dari segi
regulasi, kompetensi, dan komitmen pribadi profesi akuntansi. Namun, dalam menjalankan
strategi-strategi tersebut, masih terdapat tantangan yang dihadapi oleh profesi akuntansi yaitu
dengan kurangnya kemampuan berbahasa inggris, lambatnya penerapan IFRS dibandingkan
negara anggota ASEAN lainnya, serta masih kurangnya jumlah tenaga kerja akuntan di
Indonesia.
Kata kunci : Masyarakat Economi ASEAN, ASEAN Economic Community, Free Flow of Skilled
Labor, Arus Bebas Tenaga Kerja Terampil, Profesi Akuntansi.
iii | L i n g k u n g a n B i s n i s & H u k u m K o m e r s i a l
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Dalam rangka menjaga stabilitas politik dan kemanan regional ASEAN,
meningkatkan daya saing kawasan secara keseluruhan di pasar dunia, dan mendorong
pertumbuhan ekonomi, mengurangi kemiskinan serta meningkatkan standar hidup penduduk
Negara Anggota ASEAN, seluruh Negara Anggota ASEAN sepakat untuk mewujudkan integrasi
ekonomi yaitu ASEAN Economic Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)
yang diharapkan tercapai mulai tahun 2015. Hal ini dilakukan agar daya saing ASEAN
meningkat serta mampu bersaing dengan negara China dan India untuk menarik investasi asing.
Penanaman modal asing wilayah ini sangat dibutuhkan untuk meningkatkan lapangan pekerjaan
dan meningkatkan kesejahteraan. (BBC, 2014)
ASEAN bergerak disebuah lingkungan yang makin terhubung dalam jejaring global
yang sangat terkait satu dengan yang lain, dengan pasar yang saling bergantung dan industri
yang mendunia. Agar pelaku usaha ASEAN dapat bersaing secara global, guna menjadikan
ASEAN lebih dinamis sebagai pemasok dunia, dan untuk memastikan bahwa pasar domestik
tetap menarik bagi investasi asing, maka pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke 23 ASEAN
di Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam 9-10 Oktober 2013, para pimpinan negara anggota
ASEAN dalam pernyataannya menyepakati untuk memperdalam integrasi ASEAN melampaui
batas-batas ASEAN Economic Community (AEC).
1 | L i n g k u n g a n B i s n i s & H u k u m K o m e r s i a l
Pembentukan ASEAN sebagai suatu pasar tunggal dan basis produksi akan membuat
ASEAN lebih kompetitif dengan mekanisme dan langkah-langkah baru guna memperkuat
pelaksanaan inisiatif-inisiatif ekonomi yang ada, mempercepat integrasi kawasan di sektor-
sektor prioritas, memfasilitasi pergerakan para pelaku usaha, tenaga kerja terampil dan berbakat,
dan memperkuat mekanisme kelembagaan ASEAN. (Burmansyah, 2014)
Pasar tunggal dan basis produksi ASEAN Economic Community terdiri dari 4 elemen
inti yaitu sebagai berikut:
1. Arus Bebas Barang (Free Flow of Goods)
2. Arus Bebas Jasa (Free Flow of Service)
3. Arus Bebas Investasi (Free Flow of Investment)
4. Arus Bebas Tenaga Kerja Terampil (Free Flow of Skilled Labor)
Arus bebas tenaga kerja terampil (free flow of skilled labor) diatur dalam AFAS moda
4 tentang fasilitasi pergerakan penyedia jasa tenaga kerja professional (movement of professional
services providers), kemudian dituangkan ke dalam pasal 5 AFAS yang berbunyi “setiap negara
anggota dapat mengakui pendidikan atau pengalaman yang didapat, sesuai dengan persyaratan,
ataupun lisensi atau sertifikat yang diberikan oleh negara anggota lainnya, guna memberikan
atau sertifikat terhadap pensuplai jasa”. Pengakuan semacam ini dapat didasarkan atas perjanjian
atau pengaturan ataupun dapat diberikan oleh mereka sendiri.
Dalam perkembangannya, berdasarkan mandat AFAS tersebut, ASEAN
Coordinating Committee on Services (CCS) merintis perundingan Mutual Recognition
Agreements (MRA) pada KTT ASEAN ke 7, tanggal 5 November 2001 di Bandar Seri Begawan,
Brunei Darussalam. Pembahasan tenaga kerja dalam MRA dibatasi pada pengaturan khusus
2 | L i n g k u n g a n B i s n i s & H u k u m K o m e r s i a l
tenaga kerja terampil dan tidak terdapat pembahasan mengenai tenaga kerja tidak terampil.
Beberapa MRA yang telah disepakati oleh ASEAN adalah sebagai berikut:
1. MRA on Engineering Services, tanggal 9 Desember 2005 di Kuala Lumpur.
2. MRA on Nursing Services, tanggal 8 Desember 2006 di Cebu, Filipina.
3. ASEAN MRA on Architectural Services, 19 November 2007 di Singapura.
4. Framework Arrangement for The Mutual Recognition of Surveying
Qualifications, tanggal 19 November 2007 di Singapura.
5. MRA on Medical Practitioners, tanggal 26 Februari 2009 di Cha-am,
Thailand.
6. MRA on Dental Practitioners, tanggal 26 Februari 2009 di Cha-am, Thailand.
7. MRA Framework on Accountancy Services, tanggal 26 Februari 2009 di Cha-
am, Thailand.
Arus bebas tenaga kerja terampil sementara ini, baru 8 sektor yang disepakati salah
satunya adalah profesi akuntansi. Profesi akuntansi di Indonesia menurut Ketua Institut Akuntan
Publik Indonesia, Tarko Sunaryo, mengakui ada kekhawatiran karena banyak pekerja muda yang
belum menyadari adanya kompetisi yang semakin ketat. Selain kemampuan Bahasa Inggris yang
kurang, kesiapan mereka juga sangat tergantung pada mental. Banyak yang belum siap kalau
mereka bersaing dengan akuntan luar negeri. Hal inilah yang menjadi acuan untuk mengangkat
topik “Kesiapan Profesi Akuntansi dalam Menghadapi ASEAN Economic Community
(AEC) khususnya pada Penerapan Free Flow of Skilled Labor”.
3 | L i n g k u n g a n B i s n i s & H u k u m K o m e r s i a l
I.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah berdasarkan latar belakang diatas adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kesiapan profesi akuntansi di Indonesa dalam menghadapi free
flow of skilled labor (arus bebas tenaga kerja terampil)?
2. Bagaimana tantangan profesi akuntansi di Indonesia dalam menghadapi AEC
khususnya pada bagian free flow of skilled labor?
I.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian berdasarkan rumusan masalah diatas adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana kesiapan profesi akuntansi di Indonesa dalam
menghadapi free flow of skilled labor (arus bebas tenaga kerja terampil)
2. Untuk mengetahui bagaimana tantangan profesi akuntansi di Indonesia dalam
menghadapi AEC khususnya pada bagian free flow of skilled labor.
4 | L i n g k u n g a n B i s n i s & H u k u m K o m e r s i a l
BAB II
LANDASAN TEORI
II.1 Masyarakat Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community) 2015
II.1.1 Sejarah Singkat ASEAN Economic Community
Berdasarkan (Burmansyah, 2014), Sejak dibentuk pada tahun 1967 ASEAN tak
sekedar dimaksudkan sebagai blok politik untuk menghadang penyebaran komunisme di
kawasan Asia Tenggara, namun juga didesain sebagai kerjasama antarnegara dalam sebuah
kawasan yang mengarah pada pembentukan blok ekonomi yang terintegrasi.
Memasuki periode pertengahan tahun 1970-an, negara-negara anggota ASEAN telah
meletakkan kerjasama ekonomi sebagai salah satu agenda utama yang perlu dikembangkan. Pada
awalnya kerjasama ekonomi difokuskan pada program-program pemberian preferensi
perdagangan (preferential trade), usaha patungan (joint venture), dan skema saling melengkapi
(complementation scheme) antar pemrintah negara-negara anggota maupun pihak swasta di
kawasan ASEAN.
Sejumlah kerjasama bidang ekonomi yang dilaksanakan ASEAN, diantaranya
ASEAN Industrial Projects Plan (1976), Preferential Tariff Arrangement (1977), ASEAN
Industrial Complementation Scheme (1981), ASEAN Industrial Joint-Ventures Scheme (1983),
dan Enhanced Preferential Trading Arrangement (1987).
Pasca Perang Dingin, ASEAN semakin agresif membuat kesepakatan-kesepakatan
ekonomi yang bertujuan menciptakan integrasi ekonomi kawasan. Kesepakatan yang cukup
5 | L i n g k u n g a n B i s n i s & H u k u m K o m e r s i a l
menonjol dan kelak menjadi cikal bakal pembentukan ASEAN Economic Community (AEC)
adalah kesepakatan Common Effective Prefential Tariff-ASEAN Free Trade Area (CEPT-
AFTA).
AFTA merupakan kerangka awal kerjasama regional ASEAN yang disepakati para
kepala negara/pemerintahan negara-negara ASEAN pada bulan Januari tahun 1992 dalam
ASEAN Summit IV di Singapura melalui penandatanganan “Singapore Declaration and
Agreement for Enhancing ASEAN Economic Coorperation”. Kesepakatan merealisasikan AFTA
ini dilakukan dalam sebuah skema yang disebut “Common Effective Preferential Tariffs-CEPT”
yang disepakati tahun 1992, dan diperkenalkan pada Januari 1993, kemudian diberlakukan mulai
1 Januari 1994. Inti dari skema ini ada pada realisasi tarif yang efektif, rendah dan berlaku umum
pada kisaran 0-5% untuk seluruh perdagangan antar ASEAN. Kerangka waktu pelaksanaan
skema ini semula 15 tahun, akan tetapi kemudian dipercepat menjadi 10 tahun 2003. Jadi
semenjak tahun 2000, untuk sekitar 90% lini tarif, tingkat tarifnya berada pada 0-5%. Sampai
tahun 2002, jumlah produk yang masih dikenai tarif diatas 5% hanya tinggal 3,8% atau 1.683
dari 44.060 pos tarif dalam daftar inklusif (inclusion list). CEPT tidak bersifat sukarela tetapi
wajib. Begitu produk sudah dipilih berdasar sector untuk masuk ke dalam CEPT, maka semua
negara harus mematuhinya. Sektor-sektor yang dicakap adalah manufaktur, barang modal dan
produk pertanian.
Dalam perkembangannya, meski AFTA mampu meningkatkan volume dan nilai
perdagangan di negara-negara ASEAN namun iklim perdagangan intra ASEAN tidak
meningkatkan volume dan nilai perdagangan di negara-negara ASEAN namum iklim
perdagangan intra ASEAN tidak meningkat secara signifikan. Hal ini terlihat dari rata-rata
pertumbuhan ekspor intra ASEAN dibanding dengan rata-rata ekspor ASEAN ke ekstra kawasan
6 | L i n g k u n g a n B i s n i s & H u k u m K o m e r s i a l
sejak 1993-2004 masing-masing mencapai 11% dan 10%. Namun demikian, dilihat proporsinya,
ekspor intra ASEAN jauh lebih sedikit (20%) dibandingkan dengan ekspor ke ekstra ASEAN
yang mencapai 80% dari total ekspor ASEAN. Demikian pula pada sisi impor, rata-rata
pertumbuhan impor intra ASEAN mencapai 10%. Sementara itu, impor dari kawasan luar
ASEAN mencapai 8% dengan pangsa mencapai 80% dari total impor ASEAN. Keadaan ini
menunjukkan bahwa meski tarif telah jauh turun, tapi masih jauh dari memadai untuk menjadi
satu pasar tunggal. Karena itu, para pemimpin negara-negara ASEAN menilai bahwa AFTA
sudah tidak mencukupi lagi untuk mencapai integrasi ekonomi ASEAN.
Dalam kaitan tersebut, para pemimpin ASEAN berpandangan perlunya satu bentuk
kerjasama baru yang dapat memperdalam integrasi ASEAN. Keinginan ini ditegaskan 5 tahun
kemudian (1997) ASEAN Summit ke 5 yang diselenggarakan di Kuala Lumpur, Malaysia
menyepakati ASEAN Vision 2020 yang bertujuan:
a. Menciptakan kawasan ekonomi ASEAN yang stabil, makmur dan meiliki
daya saing tinggi yang ditandai dengan arus lalu lintas barang, jasa-jasa dan
investasi yang bebas, arus lalu lintas modal yang lebih bebas, pembangunan
ekonomi yang merata serta mengurangi kemiskinan dan kesenjangan sosial-
ekonomi.
b. Mempercepat liberalisasi perdagangan di bidang jasa.
c. Meningkatkan pergerakan tenaga professional dan jasa lainnya secara bebas
dikawasan.
Pada KTT ke 6 tahun 1998 di Hanoi, Vietnam para kepala nnegara dan pemerintahan
ASEAN, mengesahkan Hanoi Plan or Action/HPA, sebagai langkah awal merealisasikan visi
7 | L i n g k u n g a n B i s n i s & H u k u m K o m e r s i a l
ASEAN 2020. Tiga tahun berselang (2001) KTT ASEAN ke 7 di Bandar Seri Begawan-Brunie,
menyepakati penyusunan Roadmap for Integration of ASEAN (RIA).
Upaya mengintegrasikan ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis produksi mencapai
puncaknya pada KTT ASEAN ke 9 tahun 2003 di Bali Indonesia, dengan disahkannya Bali
Concord II (Declaration of ASEAN Concord II) yang menyetujui pembentukan ASEAN
Community, yang terdiri dari ASEAN Political Security Community. ASEAN Economic
Community dan ASEAN Social Culture Community, serta Initiative for ASEAN Integration
(IAI).
Pada Agustus 2006, bertempat di Kuala Lumpur, Malaysia, pertemuan para menteri
ekonomi ASEAN bersepakat mengembangkan ASEAN Economic Community Blueprint, sebagai
panduan pelaksanaan AEC, yang memuat jadwal stategis dan tenggat waktu pelaksanaannya.
Melalui AEC Blueprint, pelaksanaan AEC dipercepat dari sebelumnya tahun 2020 menjadi 2015.
AEC Blueprint sendiri ditandatangani bersamaan dengan pengesahan Piagam
ASEAN, 20 November 2007 pada KTT ke 13 ASEAN di Singapura. AEC dibangun dalam
empat pilar utama yaitu sebagai berikut:
1. Single Market and Production Base
Dengan terbukanya komunitas ekonomi ASEAN pada akhir tahun 2015 akan
menjadikan ASEAN sebagai satu entitas pasar. Setiap negara menjadi pemain
yang dapat menawarkan berbagai barang dan jasa kepada seluruh masyarakat
ASEAN. Selain itu, setiap negara harus memiliki basis produksi yang kuat
dan berkualitas. Singel market and production base memiliki 5 elemen utama
yaitu bebas barang, jasa, investasi, aliran modal, dan tenaga kerja terampil.
8 | L i n g k u n g a n B i s n i s & H u k u m K o m e r s i a l
2. High Competitiveness
AEC memberikan peluang untuk meningkatkan daya saing setiap negara yang
terlibat sekaligus kawasan. Tidak diragukan bahwa kerjasama dan kolaborasi
kawasan dapat menjadi kekuatan untuk mendongkrak competitive advantage
dan menjadi magnet bagi dunia global.
3. Equitable Growth
Meski dalam berbisnis selalu ada persaingan, ASEAN Economic Community
adalah upaya bersama untuk mensejahterakan semua anggotanya. “Oleh
karena itu dalam ASEAN Economic Community tidak boleh ada gap yang
terlalu antara satu negara dengan negara lain. Semuanya harus sejahtera”.
4. Economic Integration to The Global Economy
Membentuk sebuah komunitas ekonomi bukannlah upaya untuk
mengasingkan diri dari dunia global. Sebaliknya, komunitas ekonomi ASEAN
ditujukan untuk mengintegrasikan ekonomi kawasan dengan ekonomi global
dengan harapan mampu menawarkan diri dengan nilai yang lebih tinggi.
II.1.2 ASEAN Economi Community Blueprint
AEC Blueprint merupakan masterplan bagi pembentukan AEC 2015 sebagai pasar
tunggal dan basis produksi yang harus memberikan perlakuan yang sama atas produk, jasa,
investasi, dan tenaga kerja professional yang berasal dari negara anggota ASEAN. Sedangkan
untuk aliran modal akan dikurangi hambatannya. Meski masih terdapat pengecualian dan
hambatan-hambatan (khususnya dalam aliran uang dan modal), dan bagi negara anggota ASEAN
yang belum siap untuk meliberalisasi sector jasa mereka dapat memilih menunda pembukaan
sector tersebut (Formula ASEAN minus X). Namun, tujuan strategis dan komitmennya adalah
9 | L i n g k u n g a n B i s n i s & H u k u m K o m e r s i a l
menyingkirkan semua bentuk hambata dan pengecualian perdagangan. Dengan kata lain mulai 1
Januari 2015, ASEAN akan diliberalisasi sepenuhnya.
Untuk mencapai target implementasi AEC 2015 para menteri ekonomi ASEAN
dalam pertemuan di bulan Agustus 2006 di Kuala Lumpur, Malaysia mengesahkan penerapan
Scorecard (kartu penilaian) sebagai mekanisme untuk mengukur kemajuan dan hambatan
implementasi AEC 2015. Disamping itu Scorecard juga dimaksudkan untuk menerapkan disiplin
pada anggota ASEAN agar secara sungguh-sungguh melaksanakan target-target yang telah
ditetapkan didalam AEC Blueprint (Cetak Biru AEC).
Untuk mefasilitasi integrasi ke pasar tunggal dan basis produksi dengan lebih cepat,
Masyarakat Ekonomi ASEAN memfokuskan wilayah khusus bagi sektor-sektor integrasi
prioritas. Ada 12 sektor integrasi prioritas yaitu: produk-produk berbasis pertanian, otomotif,
elektronik, perikanan, produk berbasis karet, tekstil dan pakaian, produk berbasis kayu,
perjalanan udara, e-ASEAN, kesehatan, pariwisata, dan logistik. Sektor-sektor ini merupakan
yang paling diminati anggota ASEAN, dan menjadi tempat mereka berkompetisi satu sama lain.
Gagasannya adalah jika sektor-sektor ini diliberalisasi penuh, sektor-sektor ini akan berintegrasi
(menyatu), anggota ASEAN akan mengembangkan keunggulan wilayah di sektor-sektor ini
dengan menarik investasi dan perdagangan didalam ASEAN (contohnya dengan saling
melakukan outsourching), serta membantu mengembangkan produk-produk “buatan ASEAN”.
Tujuan utama dari Cetak Biru AEC adalah bagaimana liberalisasi yang dijalankan
dengan semangat kompetisi yang tinggi dan integrasi penuh dalam perekonomian global. Dalam
kaitan itu, maka AEC mengarahkan dibuatnya kebijakan bersama diantara negara-negara
anggota ASEAN.
10 | L i n g k u n g a n B i s n i s & H u k u m K o m e r s i a l
Untuk itu, maka ASEAN berencana mendirikan jaringan transportasi yang
terintegrasi (udara, laut, dan darat), mengembangkan sistem Information and Communication
Technologies (ICT) yang terintegrasi, dengan mengundang pihak swasta untuk memmbiayai
pembangunan infrastuktur tersebut melalui skema kerjasama Public-Private Partnership (PPP).
Sementara itu untuk mengatasi disparitas pembangunan diantara negara-negara
anggota ASEAN, serta antara ASEAN dengan kawasan lain, dan juga mengurangi kesenjangan
antara usaha kecil dan besar, maka disusun sebuah program Initiative for ASEAN Integration
(IAI). IAI adalah program pemberian bantuan teknis dan pengembangan kapasitas kepada pelaku
usaha ASEAN, terutama kepada pelaku usaha kecil dan menengah agar dapat menselaraskan diri
dengan perkembangan-perkembangan baru dari kebijakan pengintegrasian ASEAN.
Namun jika dilihat lebih cermat, rancangan IAI sangat bersifat teknis untuk
percepatan liberalisasi, sehingga tidak memberikan arah yang jelas bagi pelaku usaha kecil
menemukan peran pentingnya dalam perekonomian yang integrasi. Misalnya pada bagian
promosi kerjasama pertanian tidak ada usaha untuk meningkat produksi dan pendapatan petani,
tetapi justru dipusatkan pada hubungan dan jaringan yang mengusulkan kebutuhan pelaku usaha
besar sektor pertanian untuk dapat berkonglomerasi. Pelaku-pelaku ekonomi besar akan berada
pada posisi untuk mengambil keuntungan dari kebijakan dan proyek-proyek yang diperhitungkan
didalam cetak biru tersebut. (Burmansyah, 2014)
II.1.3 ASEAN Economic Community Scorecard
Salah satu agenda penting pertemuan Menteri Ekonomi ASEAN yang dilaksanakan
pada bulan Agustus 2006 di Kuala Lumpur, Malaysia yaitu disepakatinya Declaration on
ASEAN Economic Community Blueprint, ditandatangani pada tanggal 20 November 2007. Cetak
11 | L i n g k u n g a n B i s n i s & H u k u m K o m e r s i a l
Biru AEC memuat jadwal strategis untuk masing-masing pilar yang disepakati dengan target
waktu yang terbagi dalam empat fase, yaitu tahun 2008-2009, 2010-2011, 2012-2013, dan 2014-
2015. Salah satu topik utama yang dibahas mendalam adalah mekanisme AEC Scorecard.
Instrumen ini bertujuan untuk menegakkan pencapaian Cetak Biru AEC, sekaligus sebagai alat
komunikasi public mengenai kemajuan dan hambatan ASEAN dalam mewujudkan AEC 2015.
Pemantauan AEC melibatkan pemeriksaan kemajuan pelaksanaan komitmen AEC
dan tindakan yang telah diidentifikasi di daerah dan tingkat nasional. Langkah-langkah AEC
diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Memberikan indikasi kualitatif dan kuantitatif dari ratifikasi, adopsi dan
transposisi menjadi hukum nasional, peraturan dan prosedur administratif
kewajiban yang telah disepakati, dan komitmen dalam jangka waktu yang
ditentukan sebagaimana tercantum dalam Cetak Biru AEC.
b. Pelaksanaan track perjanjian/komiten dan pencapaian tonggak dalam Jadwal
Strategis AEC, dan
c. Berfungsi sebagai indikator statistik pada ASEAN Economic Community.
Pemantauan AEC menggunakan mekanisme Scorecard tekah dimulai sejak tahun
2008 dan dilaporkan secara teratur untuk para pemimpin ASEAN. Hal ini dilakukan dalam 4 fase
: 2008-2009, 2010-2011, 2012-2013, dan 2014-2015. Dalam rangka memantau kemajuan
implementasi AEC maka ASEAN menyusun Baseline Report (ABR) yang berperan sebagai
Scorecard dengan indikator kinerja utama yang akan dilaporkan setiap tahunnya oleh Sekjen
ASEAN kepada para menteri dan kepala negara/pemimpin negara ASEAN.
12 | L i n g k u n g a n B i s n i s & H u k u m K o m e r s i a l
Dalam perkembangan lainnya, para menteri ASEAN juga sepakat untuk melakukan
sejumlah penyempurnaan terhadap sistem penilaian yang diterapkan, seperti kekhususan langkah
dalam pencapaian AEC 2015, akurasi penilaian melalui proses check and recheck baik kepada
setiap negara anggota maupun kepada komite dan kelompok-kelompok kerja ASEAN yang
menangani isu-isu spesifik, serta kemungkinan dilakukannya penilaian oleh pihak independen.
Penerapan scorecard merupakan respon ASEAN untuk memastikan bahwa empat pilar AEC
berjalan dengan baik sehingga ASEAN dapat segera mengintegrasikan dirinya ke dalam
perekonomian global pada tahun 1 Januari 2015. (Burmansyah, 2014)
II.2 Pasar Tunggal dan Basis Produksi AEC
ASEAN bergerak disebuah lingkungan yang makin terhubung dalam jejaring global
yang sangat terkait satu dengan yang lain, dengan pasar yang saling bergantung dan industri
yang mendunia. Agar pelaku usaha ASEAN dapat bersaing secara global, guna menjadikan
ASEAN lebih dinamis sebagai pemasok dunia, dan untuk memastikan bahwa pasar domestik
tetap menarik bagi investasi asing, maka pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke 23 ASEAN
di Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam 9-10 Oktober 2013, para pimpinan negara anggota
ASEAN dalam pernyataannya menyepakati untuk memperdalam integrasi ASEAN melampaui
batas-batas ASEAN Economic Community (AEC).
Guna mengintegrasikan dirinya ke dalam perekonomian global secara penuh, ASEAN
menempuh dua pendekatan yaitu pendekatan konheren menuju hubungan ekonomi eksternal
melalui Perjanjian Perdagangan Bebas (Free Trade Area/FTA) dan kemitraan ekonomi yang
lebih erat (Closer Economic Partnership/CEP) dan partisipasi yang lebih kuat dalam jejaring
pasokan global. Perluasan partisipasi ASEAN dalam proses integrasi dengan perekonomian
13 | L i n g k u n g a n B i s n i s & H u k u m K o m e r s i a l
global diyakini dapat menjadikannya sebagai basis produksi dan pasar tunggal yang dinamis dan
berdaya saing tinggi.
Dalam kaitan itu, maka ASEAN harus tunduk sepenuhnya pada prinsip-prinsip
ekonomi yang terbuka, berorientasi keluar (outward looking), inklusif dan perekonomian yang
didorong oleh pasar (market driven economy), yang konsisten dengan aturan-aturan multilateral
serta taat kepada sistem berbasis aturan (rule based system) bagi kepatuhan efektif dan
pelaksanaan komitmen-komitmen ekonomi.
Pembentukan ASEAN sebagai suatu pasar tunggal dan basis produksi akan membuat
ASEAN lebih kompetitif dengan mekanisme dan langkah-langkah baru guna memperkuat
pelaksanaan inisiatif-inisiatif ekonomi yang ada, mempercepat integrasi kawasan di sektor-
sektor prioritas, memfasilitasi pergerakan para pelaku usaha, tenaga kerja terampil dan berbakat,
dan memperkuat mekanisme kelembagaan ASEAN. (Burmansyah, 2014)
Pasar tunggal dan basis produksi ASEAN Economic Community terdiri dari 4 elemen
inti yaitu sebagai berikut:
1. Arus Bebas Barang (Free Flow of Goods)
2. Arus Bebas Jasa (Free Flow of Service)
3. Arus Bebas Investasi (Free Flow of Investment)
4. Arus Bebas Tenaga Kerja Terampil (Free Flow of Skilled Labor)
II.3 Arus Bebas Tenaga Kerja Terampil (Free Flow of Skilled Labor)
Ketika AEC diberlakukan, maka warga negara ASEAN dapat keluar dan masuk dari
satu negara ke negara lain untuk mendapatkan pekerjaan tanpa adanya hambatan dinegara yang
tuju. Lalu lintas tenaga kerja ini diatur dalam AFAS moda 4 tentang fasilitasi pergerakan
14 | L i n g k u n g a n B i s n i s & H u k u m K o m e r s i a l
penyedia jasa tenaga kerja professional (movement of professional services providers), kemudian
dituangkan ke dalam pasal 5 AFAS yang berbunyi “setiap negara anggota dapat mengakui
pendidikan atau pengalaman yang didapat, sesuai dengan persyaratan, ataupun lisensi atau
sertifikat yang diberikan oleh negara anggota lainnya, guna memberikan atau sertifikat terhadap
pensuplai jasa”. Pengakuan semacam ini dapat didasarkan atas perjanjian atau pengaturan
ataupun dapat diberikan oleh mereka sendiri.
Dalam perkembangannya, berdasarkan mandat AFAS tersebut, ASEAN
Coordinating Committee on Services (CCS) merintis perundingan Mutual Recognition
Agreements (MRA) pada KTT ASEAN ke 7, tanggal 5 November 2001 di Bandar Seri Begawan,
Brunei Darussalam. Pembahasan tenaga kerja dalam MRA dibatasi pada pengaturan khusus
tenaga kerja terampil dan tidak terdapat pembahasan mengenai tenaga kerja tidak terampil.
Selanjutnya, pada tahun 2003, CSS membentuk Ad-hoc Expert Group on MRA di bawah
Business Service Working Group melakukan perundingan sektor-sektor jasa, kemudian CSS juga
membentuk Healthcare Sectoral Working Group dibulan Maret 2004 untuk melakukan
perundingan sektor pelayanan jasa kesehatan. Beberapa MRA yang telah disepakati oleh
ASEAN adalah sebagai berikut:
8. MRA on Engineering Services, tanggal 9 Desember 2005 di Kuala Lumpur.
9. MRA on Nursing Services, tanggal 8 Desember 2006 di Cebu, Filipina.
10. ASEAN MRA on Architectural Services, 19 November 2007 di Singapura.
11. Framework Arrangement for The Mutual Recognition of Surveying
Qualifications, tanggal 19 November 2007 di Singapura.
12. MRA on Medical Practitioners, tanggal 26 Februari 2009 di Cha-am,
Thailand.
15 | L i n g k u n g a n B i s n i s & H u k u m K o m e r s i a l
13. MRA on Dental Practitioners, tanggal 26 Februari 2009 di Cha-am, Thailand.
14. MRA Framework on Accountancy Services, tanggal 26 Februari 2009 di Cha-
am, Thailand.
15. MRA on Good Manufacturing Practice (GMP) Inspection of Manufacturers
of Medicinal Products, tanggal 10 April 2009 di Pattaya, Thailand.
Sementara ini, baru 8 sektor yang disepakati. Namun ke depan, akan ada banyak
tambahan sektor-sektor baru yang akan dibuat dalam MRA. Bahkan tidak menutup kemungkinan
pada perkembangannya seluruh sektor akan diliberisasi sepenuhnya. (Burmansyah, 2014).
II.4 Profesi Akuntansi
Pada saat ini yang dapat disebut sebagai akuntan adalah mereka yang lulus dari
pendidikan Strata satu (S1) program studi akuntansi dan telah memperoleh gelar profesi akuntan
melalui pendidikan profesi akuntansi. Akuntan adalah sebutan dan gelar profesional yang
diberikan kepada seorang sarjana yang telah menempuh pendidikan di fakultas ekonomi
jurusanakuntansi pada suatu universitas atau perguruan tinggi dan telah lulus Pendidikan Profesi
Akuntansi (PPAk). (Triani, 2015)
II.4.1 Perkembangan Profesi Akuntansi di Indonesia
Praktik akuntansi di Indonesia di mulai sejak zaman VOC (1642). Akuntan-akuntan
Belanda itu kemudian mendominasi akuntan di perusahaan perusahaan yang juga di monopoli
penjajahan hingga abad 19. Pada masa pendudukan Jepang, pendidikan akuntansi hanya
diselenggarakan oleh Departemen Keuangan berupa kursus ajun akuntansi di Jakarta. Pesertanya
saat itu 30 orang termasuk Prof. Soemardjo dan Prof. Hadibroto. Bersama empat akuntan lulusan
16 | L i n g k u n g a n B i s n i s & H u k u m K o m e r s i a l
pertama FEUI dan enam lulusan Belanda, Prof. Soemardjo merintis pendirian Ikatan Akuntan
Indonesia (IAI) tanggal 23 Desember 1957.
Pada tahun yang sama pemerintah melakukan nasionalisasi perusahaan perusahaan
milik Belanda. Hal ini menyebabkan akuntan-akuntan Belanda kembali ke negerinya dan sejak
saat itu para akuntan Indonesia semakin berkembang. Perkembangan itu semakin pesat setelah
Presiden meresmikan kegiatan pasar modal 10 Agustus 1977 yang membuat peranan akuntansi
dan laporan keuangan menjadi penting. Bulan Januari 1977 Menteri Keuangan mengeluarkan
Surat Keputusan Nomor 43/1977 Tentang Jasa Akuntan menggantikan Kepmenkeu 763/1986.
Selain mewajibkan akuntan publik memiliki sertifikat akuntan publik, juga akuntan publik asing
diperbolehkan praktik di Indonesia sepanjang memenuhi persyaratan. (Oktavia, 2005)
Melihat kondisi profesi akuntansi dan peranannya di Indonesia sampai saat ini, maka
profesi akuntan memiliki beberapa keunggulan:
1. Kemudahan dalam memasuki dan meraih peluang kerja.
2. Kesempatan untuk meningkatkan kualitas profesi melalui jenjang pendidikan
S-2 dan S-3 serta pendidikan profesi berkelanjutan.
3. Keleluasaan dalam menentukan pilihan profesi (akuntan publik, akuntan
manajemen, akuntan pemerintah, akuntan pendidik).
II.4.2 Kode Etik Profesi Akuntansi
(Triani, 2015) Setiap orang yang memiliki gelar akuntan, wajib mentaati kode etik
dan standar akuntan, terutama para akuntan publik yang sering bersentuhan kepada masyarakat
dan kebijakan pemerintah. Kewajiban mentaati terhadap kode etik ini telah di ataur dalam
Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 17 Tahun 2008. Peraturan ini mewajibkan akuntan
17 | L i n g k u n g a n B i s n i s & H u k u m K o m e r s i a l
akuntan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan Standar Profesional Akuntan Publik
(SPAP) dan kode etik yang berlaku. Pengetahuan kode etik akuntan ini akan didapatkan pada
saat pendidikan profesi. Dalam masa pendidikan, seorang akuntan dibekali pengetahuan untuk
senantiasa menjaga kode etik profesi dalam setiap tindakana sebagai seorang akuntan
profesional.
Menurut Ward et al. (1993) etika sebagai sebuah proses, yaitu proses penentuan yang
kompleks tentang apa yang harus dilakukan dalam situasi tertentu. Hardjoeno (2002) membagi
jenis etika menjadi empat kelompok yaitu etika normatif, etika peraturan, etika situasi, dan
relativisme. Pengelompokan etika normatif dan jenis etika tersebut, juga terdapat dalam
multidimensional ethics scale (Cohen et al., 1993) yang mengembangkan atas empat dimensi
yaitu dimensi justice/reltivist, dimensi egoism, dimensi utilitarium, dan dimensi contractualism.
Setiap profesi yang memberikan pelayanan jasa pada masyarakat harus memiliki kode
etik yang merupakan seperangkat prinsip-prinsip moral dan mengatur tentang perilaku
professional. Di dalam kode etik terdapat muatan-muatan etik ayang pada dasarnya bertujuan
untuk melindungi masyarakat dari kemungkinan dirugikan oleh kelalaian baik secara disengaja
atupun tidak disengaja dari kaum profesional. Kedua, kode etik juga bertujuan melindungi
keluruhan profesi tersebut dari perilaku-perilaku buruk orang-orang tertentu yang mengaku
dirinya profesional (Keraf, 1998). Etika profesi akuntan di Indonesia diatur dalam Kode Etik
Akuntan Indonesia. Di Indonesia, penegakkan kode etik dilaksanakan oleh sekurang-kurangnya
enam unit organisasi yaitu: Kantor Akuntan Publik, unit Peer Review Kompartemen Akuntan
Publik-IAI, Badan Pengawas Profesi Kompartemen Akuntan Publik-IAI, Dewan Pertimbangan
Profesi IAI, dan Departemen Keuangan RI dan BPKP.
18 | L i n g k u n g a n B i s n i s & H u k u m K o m e r s i a l
Akuntan profesional diharuskan untuk mematuhi prinsip-prinsip fundamental sebagai
berikut:
a. Integritas, Akuntan profesional harus bersikap jujur dalam semua hubungan
profesional dan bisnis.
b. Objektivitas, Akuntan profesional tidak boleh membiarkan hal-hal yang biasa
terjadi, tidak boleh membiarkan terjadinya benturan kepentingan, atau tidak
boleh mempengaruhi pihak lain secara tidak pantas yang dapat
mengesampingkan pertimbangan profesional atau pertimbangan bisnis.
c. Kompetensi dan sikap kehati-hatian profesional, akuntan profesional memiliki
kewajiban yang berkesinambungan untuk memelihara pengetahuan dan
keahlian profesional pada suatu tingkat dimana klien atau pemberi kerja
menerima jasa profesional yang kompeten yang didasarkan pada pelatihan,
perundang-undangan, dan teknik terkini.
d. Kerahasian, Akuntan profesional harus menghormati kerahasian informasi
yang diperoleh sebagai hasil dari hubungan bisnis dan dan tidak boleh
mengungkapkan informasi apapun kepada pihak ketiga tanpa ada izin yang
tepat dan spesifik kecuali terdapat hak professional untuk mengungkapkan.
e. Profesional, Akuntan profesional harus mematuhi hukum dan perundang-
undangan yang relevan dan harus menghindari semua tindakan yang dapat
mendeskreditkan profesi.
Kode etik akuntan Indonesia memuat delapan prinsip etika yang harus dipenuhi
antara lain: tanggungawab profesi, kepentingan publik, integritas, obyektivitas, kompetensi dan
kehati-hatian profesional, kerahasian, perilaku profesional, standar teknis. (Triani, 2015)
19 | L i n g k u n g a n B i s n i s & H u k u m K o m e r s i a l
II.4.3 Profesi Akuntansi di Indonesia
Profesi-profesi dalam bidang akuntansi yang terdapat di Indonesia yaitu sebagai
berikut:
1. Profesi Akuntan Publik
Akuntan publik adalah akuntan profesional yang menjual jasanya kepada masyarakat
umum, terutama dalam bidang pemeriksaan terhadap laporan keuangan yang dibuat
oleh kliennya. Pemeriksaan tersebut terutama ditujukan untuk memenuhi kebutuhan
para kreditur, investor, calon kreditur, calon investor, dan instansi pemerintah (terutama
instansi pajak). Di samping itu akuntan public juga menjual jasa lain kepada
masyarakat seperti konsultan pajak, konsultasi bidang manajemen, penyusunan sistem
akuntansi dan penyusunan laporan keuangan.
Untuk berpraktik sebagai akuntan publik, seseorang harus memenuhi persyaratan
pendidikan dan pengalaman kerja tertentu. Akuntan publik harus telah lulus dari
jurusan akuntansi fakultas ekonomi atau mempunyai ijazah disamakan, telah mendapat
gelar akuntan dari Panitia Ahli Pertimbangan Persamaan Ijazah Akuntan, dan mendapat
ijin praktik dari Menteri Keuangan. Profesi akuntan publik ini mempunyai ciri yang
berbeda dengan profesi lain (seperti profesi dokter dan pengacara). Profesi dokter dan
pengacara dalam menjalankan keahliannya memperoleh honorarium dari kliennya, dan
mereka berpihak kepada kliennya. Profesi akuntan publik memperoleh honorarium dari
kliennya dalam menjalankan keahliannya, namun demikian akuntan publik harus
independen, tidak memihak pada kliennya, karena yang memanfaatkan jasa akuntan
publik terutama adalah pihak lain selain kliennya. Oleh karena itu, independensi
20 | L i n g k u n g a n B i s n i s & H u k u m K o m e r s i a l
akuntan dalam melaksanakan keahliannya merupakan hal yang pokok, meskipun
akuntan tersebut dibayar oleh kliennya karena jasa yang diberikannya tersebut.
Di Indonesia, penggunaan gelar akuntan terdaftar diatur oleh undang-undang No.34
Tahun 1954. Persyaratan menjadi seorang akuntan publik terdaftar diatur oleh Menteri
Keuangan, terakhir dengan Keputusan No.43 tahun 1997. Akuntan publik yang
profesional adalah mereka yang kompeten dalam melakukan audit atas laporan
keuangan perusahaan domestik dan multinasional dengan sistem manual atau berbasis
teknologi informasi. Kantor akuntan publik juga harus mempunyai kompetensi di
bidang review dan kompilasi.
2. Profesi Akuntan Pemerintah
Akuntan pemerintah adalah akuntan profesional yang bekerja di instansi pemerintah
yang tugas pokoknya melakukan pemeriksaan terhadap pertanggungjawaban keuangan
yang disajikan oleh unit-unit organisasi dalam pemerintah atau pertanggung jawaban
keuangan yang ditujukan kepada pemerintah. Meskipun terdapat banyak akuntan yang
bekerja di instansi pemerintah, namun umumnya yang disebut akuntan pemerintah
adalah akuntan yang bekerja di Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
(BPKP) dan Badan Pemeriksaan Keuangan (BAPEKA), dan instansi pajak. BPKP
adalah instansi pemerintah yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden
Republik Indonesia dalam bidang pengawasan keuangan dan pembangunan yang
dilaksanakan oleh pemerintah. Akuntan yang bekerja di BPKP mempunyai tugas pokok
melaksanakan pemeriksaan terhadap laporan keuangan instansi pemerintah, proyek-
proyek pemerintah, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah
21 | L i n g k u n g a n B i s n i s & H u k u m K o m e r s i a l
(BUMD), dan perusahaan perusahaan swasta yang pemerintah mempunyai penyertaan
modal yang besar di dalamnya.
BAPEKA adalah unit organisasi dibawah Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), yang
tugasnya melakukan pemeriksaan terhadap pertangungjawaban Presiden dan aparat
dibawahnya kepada dewan tersebut. Instansi pajak adalah unit organisasi di bawah
Departemen Keuangan yang tugas pokoknya adalah mengumpulkan beberapa jenis
pajak yang dipungut oleh pemerintah. Tugas pokok akuntan yang bekerja di instansi
pajak adalah memeriksa pertanggungjawaban keuangan masyarakat wajib pajak kepada
pemerintah dengan tujuan memverifikasi apakah kewajiban pajak telah dihitung oleh
wajib pajak sesuai dengan pasal-pasal yang tercantum dan undang-undang pajak yang
berlaku.
3. Profesi Akuntan Manajemen Perusahaan
Profesi akuntan Manajemen perusahaan disebut juga sebagai akuntan intern yang
bekerja pada sebuah perusahaan dan berpartisipasi dalam mengambil keputusan
mengenai investasi jangka panjang (capital budgeting), menjalankan tugasnya sebagai
akuntan yang mengatur pembukuan dan pembuatan ikhtisar ikhtisar keuangan, atau
membuat (mendesain) sistem akuntansi perusahaan.
Profesi ini meliputi analisis dari struktur organisasi, guna mencapai tingkat keefektifan
dan efisiensi dari perusahaan tersebut. Peranan akuntan manajemen sangatlah besar
karena dapat membantu manajemen menginterprestasikan data akuntansi yang ada
dalam suatu perusahaan, dalam hal ini profesionalisme akuntan sangat menentukan
untuk mencarikan jalan keluar di dalam menghadapi kesulitan yang sedang di alami
22 | L i n g k u n g a n B i s n i s & H u k u m K o m e r s i a l
oleh perusahaan. Akuntan manajemen perlu memiliki kemampuan dalam bidang
komunikasi dan manajemen, sehingga dapat berperan dalam proses pengambilan
keputusan.
4. Profesi Akuntan Pendidik
Akuntan pendidik adalah profesi akuntan yang memberikan jasa berupa pelayanan
pendidikan akuntansi kepada masyarakat melalui lembaga-lembaga pendidik yang ada,
guna melahirkan akuntan-akuntan yang terampil dan professional. Profesi akuntan
pendidik sangat dibutuhkan bagi kemajuan profesi akuntansi itu sendiri karena ditangan
merekalah para calon-calon akuntan dididik. Akuntan pendidik harus dapat melakukan
transfer of knowledge kepada mahasiswanya, memiliki tingkat pendidikan yang tinggi
dan menguasai pengetahuan bisnis dan akuntansi, teknologi informasi dan mampu
mengembangkan pengetahuannya melalui penelitian.
23 | L i n g k u n g a n B i s n i s & H u k u m K o m e r s i a l
BAB III
PEMBAHASAN
III.1 Kesiapan Profesi Akuntansi di Indonesia dalam Menghadapi Free Flow of
Skilled Labor
Profesi Akuntan di Indonesia diatur dalam Undang-undang Nomor 34 Tahun 1953
tentang Pemakaian Gelar “Akuntan” (Accountant). Sebagai profesi, akuntan memiliki asosiasi
yaitu Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). IAI sebagai asosiasi yang menaungi akuntan di seluruh
Indonesia, IAI memiliki tanggung jawab untuk menjamin anggota yang berhimpun di ranah
keprofesian senantiasa memiliki kompetensi, integritas, serta kredibilitas. Maka IAI menetapkan
kode etik dan standar untuk para akuntan.
Negara juga mengatur profesi Akuntan sesuai peruntukannya pada sektor tertentu
dalam undang-undang, yaitu:
a. Undang-undang No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal
b. Undang-undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas
c. Undang-undang No. 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan
d. Undang-undang No. 28 Tahun 2007 Tentang Perubahan Ketiga Atas
e. Undang-undang No. 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan
f. Undang-undang No. 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian
g. Undang-undang No. 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara
24 | L i n g k u n g a n B i s n i s & H u k u m K o m e r s i a l
h. Undang-undang No. 2 Tahun 2011 Tentang Partai Politik
i. Undang-undang No. 5 Tahun 2011 Tentang Akuntan Publik
Selain itu, negara juga membina akuntan dan jasa penilai yang telah teregister
(Akuntan dan Jasa Penilai Publik) melalui lembaga dibawah Kementerian Keuangan yaitu Pusat
Pembinaan Akuntan dan Jasa Penilai (PPAJP). PPAJP adalah satu unit dibawah naungan
Sekretariat Jendral Departemen Keuangan yang melaksanakan tugas selaku pembina dan
pengawas profesi Akuntan Publik dan Penilai Publik. Secara umum tugas dan fungsi PPAJP
adalah:
a. Merumuskan kebijakan pembinaan profesi Akuntan Publik dan Penilai Publik
dengan penyusunan peraturan perundang-undangan di bidang profesi Akuntan
Publik dan Penilai Publik.
b. Pengembangan dan pengawasan jasa Akuntan Publik dan Penilai Publik meliputi
register akuntan, perizinan, pemeriksaan, pengenaan saksi administratif, dan
pengembangan profesi.
c. Penyajian Informasi Akuntan, Akuntan Publik, Kantor Akuntan Publik, Penilai
Publik, dan Kantor Penilai Publik.
Standar akuntansi di Indonesia memakai Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK). PSAK adalah kerangka acuan dalam prosedur yang berkaitan dengan penyajian laporan
keuangan. PSAK saat ini menjadi peraturan yang mengikat, agar pengertian yang ada menjadi
tidak bias pada suatu pos laporan keuangan. PSAK menjadi standar yang digunakan dalam
menyusun laporan keuangan perusahaan yang memiliki akuntabilitas publik signifikan. PSAK
dikeluarkan oleh IAI.
25 | L i n g k u n g a n B i s n i s & H u k u m K o m e r s i a l
Dewan Standar Akuntansi Keuangan yang merupakan bagian khusus dalam Ikatan
Akuntan Indonesia dalam hal standar akuntansi telah memulai proses konvergensi PSAK dengan
International Financial Reporting Standards (IFRS) sejak 2009 dan diharapkan selesai sebelum
awal tahun 2012. IFRS merupakan standar yang dipakai oleh dunia internasional dan diharapkan
dengan mengadopsi IFRS, Indonesia akan mendapatkan manfaat dari meningkatnya kredibilitas
pasar modal Indonesia di mata investor global, meluasnya pasar investasi lintas batas negara, dan
meningkatkan efisiensi alokasi modal. Sasaran konvergensi IFRS tahun 2012 adalah merevisi
PSAK agar secara material sesuai dengan IFRS versi 1 Januari 2009 yang berlaku efektif 1
Januari 2012.
Sampai saat ini, ada 658 lembaga pendidikan jenjang strata 1 akuntansi yang
terakreditasi oleh Badan Akreditasi Nasional – Perguruan Tinggi (BAN-PT). Namun,
penyelenggara pendidikan profesi akuntan sebagai kelanjutan dari pendidikan strata 1 hanya ada
di 37 perguruan tinggi (2008). Inilah yang menyebabkan minimnya akuntan profesional dan
sangat sedikitnya jumlah akuntan publik yang teregister ke Kementerian Keuangan. Selain pada
pendidikan di perguruan tinggi, akuntan juga memiliki beberapa sertifikasi untuk menunjang
karirnya. Untuk meningkatkan profesionalisme akuntan maka IAI meluncurkan sertifikasi
Chartered Accountant (CA). CA akan menjadi pengakuan kepada akuntan terutama anggota IAI
yang mememuhi kualifikasi dan selaras dengan panduan Asosiasi Akuntan Dunia atau
International Federation of Accountant (IFAC). CA ini memiliki pendidikan yang berkelanjutan
meliputi 4 tahapan (1 tahapan awal dan 3 tahapan utama) sesuai International Education
Standards (IES) yang ditetapkan oleh IFAC yaitu:
a. Entry level (IES 1).
26 | L i n g k u n g a n B i s n i s & H u k u m K o m e r s i a l
b. Pendidikan formal (IES 1) meliputi akuntansi, keuangan, dan pengetahuan yang
terkait; pengetahuan organisasi dan bisnis; serta pengetahuan dan kompetensi di
bidang teknologi informasi.
c. Akuntan memiliki keahlian intelektual, teknikal dan fungsional, personal,
interpersonal dan komunikasi, serta organisasi dan manajemen bisnis (IES 3).
Selain itu akuntan juga memahami nilai, etika dan sikap profesional (IES 4).
d. Akuntan Profesional memiliki identitas sebagai anggota IAI, ketaatan terhadap
kode etik (IES 4), pengalaman praktik keprofesian (IES 5), kapabilitas dan
kompetensi (IES 6), kepatuhan menjaga kompetensi melalui Pendidikan Profesi
Berkelanjutan (PPL) (IES 7).
Adapun strategi sarjana akuntansi untuk menghadapi free flow of skilled labor yang
dikemukan (Wakhyudi, 2014) yaitu sebagai berikut: Strategi diperlukan untuk menjawab
tantangan dikelompokkan dalam tiga bagian, yaitu regulasi, standar kompetensi, dan komitmen
pribadi.
1. Kebijakan Pemerintah (Regulasi)
PMK 25/PMK.01/2014 tersebut juga mengatur tentang persyaratan akuntan asing yang
akan berpraktik di Indonesia. Di pasal 7 disebutkan, warga negara asing dapat
mengajukan registrasi di Indonesia setelah adanya saling pengakuan antara pemerintah
Indonesia dengan pemerintah asal negara akuntan asing tersebut.Ini sejalan dengan
semangat pasar bebas ASEAN, dimana jasa akuntan memang akan bersaing bebas di
regional Asia Tenggara. Tentunya Kemenkeu harus membuat sejumlah parameter agar
persaingan di dalam negeri tetap menguntungkan akuntan lokal.
27 | L i n g k u n g a n B i s n i s & H u k u m K o m e r s i a l
Dengan adanya PMK tentang Akuntan Beregister Negara, profesi akuntan professional
mempunyai dasar hukum yang sinkron antara profesi dan regulasi. Dengan begitu,
seorang calon akuntan memiliki kejelasan di dalam proses menjadi akuntan profesional
dengan memenuhi standar yang sesuai dengan kualifikasi dan kompetensinya. IAI telah
mempersiapkan diri menghadapi era baru ini dan melaksanakan amanah PMK. Salah
satunya adalah dengan peluncuran Chartered Accountant (CA) yang telah dilakukan
tahun 2012. Tahun ini telah dilaksanakan ujian CA pertama pada Juni 2014.
Secara rinci, kebijakan Pemerintah terkait dengan MEA meliputi program Standar
Nasional Indonesia (SNI) , p rogram Indonesia National Single Window (INSW) , dan
program Pemberian tax holiday dan tax allowance, yaitu sebagai berikut:
a. Pemberlakuan UU Nomor 5 tahun 2011 tentang Akuntan Publik
b. Penetapan PMK Nomor 25/ PMK.01/2014 tentang Akuntan Beregister Negara
c. Menelaah dan menyusun naskah akademis RUU tentang Pelaporan Keuangan
d. Pengawasan atas importasi barang impor yang wajib SNI
e. Pengawasan dan penelitian keabsahan dokumen Surat Keterangan Asal (SKA)
f. Perbaikan kewenangan pemungutan dengan penetapan jenis pungutan daerah
g. Merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang
pajak daerah dan retribusi daerah
h. Kawasan Pelayanan Pabean Terpadu (KPPT) atau Customs Advance Trade
System (CATS) di Pelabuhan Tanjung Priok
i. KPPT atau Cikarang Dry Port
j. Membangun portal Indonesia National Single Window(INSW)
28 | L i n g k u n g a n B i s n i s & H u k u m K o m e r s i a l
k. Membangun Sistem TPS Online dan Auto Gate System di Pelabuhan Tanjung
Priok
l. Membangun Integrated Cargo Release System (i-care)
m. Prioritas alokasi pengeluaran barang modal
n. Meningkatkan pengeluaran infrastruktur
o. Menyusun mekanisme implementasi Public Private Partnership (PPP)
p. Pemberian tax holiday dan tax allowance
2. Standar Kompetensi Lulusan Sarjana Akuntansi
Di sektor akuntansi, Ketua Institut Akuntan Publik Indonesia, Tarko Sunaryo, mengakui
ada kekhawatiran karena banyak pekerja muda yang belum menyadari adanya kompetisi
yang semakin ketat.Selain kemampuan Bahasa Inggris yang kurang, kesiapan mereka
juga sangat tergantung pada mental. Banyak yang belum siap kalau mereka bersaing
dengan akuntan luar negeri.Untuk itu perlu ditetapkan standar kompetensi lulusan sarjana
akuntansi sebagai berikut:
Kompetensi Utama:
a. Mampu menyusun laporan keuangan perusahaan jasa, dagang, dan manufaktur
sesuai dengan standar akuntansi;
b. Mampu menganalisis informasi keuangan untuk kebutuhan internal perusahaan;
c. Mampu mendesain sistem akuntansi manual dan berbasis teknologi informasi;
d. Mampu mendesain Kertas Kerja Audit dan melakukan pengauditan laporan
keuangan;
e. Mampu menyusun dan menganalisis laporan keuangan sektor publik;
29 | L i n g k u n g a n B i s n i s & H u k u m K o m e r s i a l
f. Mampu menghitung, melaporkan, dan menyetorkan pajak sesuai peraturan
perpajakan;
g. Mampu melakukan riset/menulis karya ilmiah;
Kompetensi Pendukung:
a. Mampu belajar secara mandiri dan berkelanjutan (longlife learner);
b. Mampu menganalisis studi kasus akuntansi dengan pendekatan kuantitatif dan
kualitatif;
c. Mampu menyampaikan pendapat secara jelas baik secara lisan maupun tulisan
serta menghargai pendapat orang lain (communication skills);
d. Mampu bekerja dalam tim untuk menyelesaikan kasus (working in team skills);
e. Kreatif dan inovatif dalam memberikan solusi terhadap studi kasus (problem
solving and creative skills);
f. Terampil dalam mengaplikasi berbagai teknologi dalam penyelesaian masalah
akuntansi pada berbagai entitas;
g. Menghayati dan mengamalkan tujuan hidup untuk kesejahteraan bersama yang
berlandaskan pada nilai-nilai kehidupan (ethical skill);
Kompetensi Lainnya:
a. Mampu berbahasa Indonesia dan Inggris dengan baik dan benar;
b. Berkemampuan mengendalikan diri, memiliki intergritas dan disiplin tinggi;
c. Beriman, berakhlak mulia dan cinta tanah air;
d. Memahami estetika, etika sosial dan akademik;
e. Adaptif dan cepat tanggap/peduli terhadap lingkungan;
30 | L i n g k u n g a n B i s n i s & H u k u m K o m e r s i a l
f. Mampu membangun jejaring dan kerjasama di bidang akuntansi;
3. Komitmen
Komitmen pribadi lulusan sarjana akuntansi menghadapi MEA 2015 adalah sebagai
berikut:
a. Menjelang kelulusan kuliah, pastikan untuk mencari tahu dengan pasti ingin
dibawa ke mana gelar S.E. yang akan disandingkan di belakang nama lulusan.
Lulusan jurusan akuntansi saja akan mendapat gelar S.E. saja jika tidak
mengambil pendidikan profesi akuntan.
b. Pemahaman bahasa Inggris pasif dan aktif menjadi keunggulan tersendiri
pasalnya bahasa Inggris sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam
dokumen-dokumen bisnis termasuk pencatatan dan pelaporan keuangan.
c. Ikuti program pelatihan kerja di kampus. Program ini biasanya dilakukan oleh
perguruan tinggi sebagai pemantapan pemahaman kerja setelah
diselenggarakannya wisuda sarjana. Di sini, akan dilatih bagaimana cara membuat
lamaran kerja, kiat menghadapi tes psikologi dan wawancara, sikap wibawa di
hadapan Human Resources Department (HRD) atau user, dan jenjang karier.
d. Pahami pekerjaan yang cocok dengan lulusan tersebut namun jangan sekali-kali
menutup peluang untuk bekerja dengan bidang yang bertentangan dengan gelar
yang dimaksud. Tentunya ini adalah langkah akhir jika sebelumnya lamaran di
bidang akuntansi tidak diterima. Tidak jarang seorang lulusan akuntansi
berprofesi sebagai staf marketing, manajer customer service, dan lain-lain.
Sebaliknya, lulusan teknik informatika bisa bekerja sebagai teller atau manajemen
31 | L i n g k u n g a n B i s n i s & H u k u m K o m e r s i a l
risiko di sebuah bank. Jadi, perlu ilmu-ilmu terapan sebagai nilai tambah
keunikan yang dimiliki.
e. Mencari perusahaan tidak harus yang memiliki gedung kantor menjulang tinggi
dan berada di kawasan niaga elite. Tidak ada jaminan jenjang karier yang cerah
hanya dengan memandang suatu identitas fisik. Carilah setidaknya perusahaan
yang bonafide dan memang secara nyata menjamin kesejahteraan karier ke depan.
Jadikan awal bekerja sebagai pengalaman kerja yang menarik dan mengasah
kemampuan di dunia pekerjaan yang sesungguhnya. Dari sinilah para lulusan
sarjana akuntansi harus dapat membuktikan kemampuan akuntansi dan kontribusi
maksimal untuk perusahaan. Perlu diketahui bahwa perusahaan besar lebih
banyak yang menyukai calon pegawai lulusan akuntansi yang memiliki
pengalaman kerja, lain halnya dengan program Management Training (MT) yang
memerlukan tenaga yang masih segar (fresh graduated).
f. Ilmu pajak sangat diperlukan oleh perusahaan. Sebagai lulusan akuntansi,
perpajakan sangat berkaitan erat. Oleh karena itu, jangan ragu untuk
memantapkan ilmu ini dengan mengambil program brevet pajak A, B, atau C
sesuai dengan keperluan. Jika masih buta pajak, kesempatan untuk dapat diterima
oleh perusahaan menjadi berkurang. Brevet pajak banyak diselenggarakan oleh
perguruan tinggi dan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).
g. Akuntansi dapat dikatakan juga sebagai teknologi. Akuntansi kontemporer
menggunakan sistem terpadu untuk menjalankan siklus akuntansi secara otomatis,
tepat, dan akurat. Lulusan akuntansi harus mahir menggunakan sistem akuntansi
yang sudah banyak diciptakan dalam bentuk software.
32 | L i n g k u n g a n B i s n i s & H u k u m K o m e r s i a l
h. Jika memutuskan untuk harus bekerja sesuai dengan latar belakang pendidikan
akuntansi yaitu sebagai akuntan sebagai keputusan mutlak, pastikan harus
mencoba menjadi auditor junior (eksternal) terlebih dahulu di Kantor Akuntan
Publik terpandang. KAP selalu selektif dalam menyaring calon auditor yang
betul-betul kompeten dalam lingkup auditing. Oleh itu, mengambil pendidikan
profesi akuntan menjadi hal yang harus dilakukan sebagai nilai tambah.
Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk) banyak diselenggarakan oleh berbagai
universitas atau institusi pendidikan lainnya. Bekerja sebagai auditor memerlukan
ketelitian dalam memeriksa laporan keuangan klien. Semakin baik kinerjanya,
kesempatan untuk menjadi auditor senior ada di depan mata. Kendati demikian,
semakin tinggi jabatan auditor, semakin besar tanggung jawab dan cobaan yang
harus dihadapi. Seorang auditor wajib jujur, tekun, dan teliti. Kesalahan fatal
ataupun kecurangan dalam mengungkapkan disclosure akan membawa kepada
permasalahan/tuntutan hukum.
III.2 Tantangan Profesi Akuntansi di Indonesia dalam menghadapi AEC khususnya
Free Flow of Skilled Labor
Dalam masa liberalisasi jasa akuntan dalam ASEAN Economic Community, akuntan
Indonesia dinilai memiliki risiko untuk menghadapi tantangan yang sulit dalam bersaing dengan
akuntan dari negara ASEAN lain, walaupun dari profesi-profesi yang diatur dalam Mutual
Recognition Agreement (MRA) AEC 2015 akuntan merupakan salah satu yang paling kompetitif
(Makmur Keliat, 2013). Hal ini disebabkan ada tiga hal yang mendasari akuntan Indonesia akan
menghadapi tantangan yang berat yaitu penguasaan bahasa Inggris, penerapan IFRS, dan
kurangnya jumlah akuntan.
33 | L i n g k u n g a n B i s n i s & H u k u m K o m e r s i a l
1. Penguasaan bahasa Inggris tenaga kerja terampil.
Penguasaan bahasa Inggris tenaga kerja terampil di Indonesia secara keseluruhan
hanya berkisar 44 persen. Ini bisa dipahami karena Indonesia bukan negara yang
memakai bahasa Inggris sebagai bahasa resmi maupun bahasa pengantar utama dalam
pendidikan seperti di Singapura dan Malaysia. Namun, dalam ASEAN Economic
Community kemampuan berbahasa Inggris adalah modal utama dalam bersaing
dalam pasar tenaga kerja. Akuntan Indonesia sendiri tidak jauh berbeda
kemampuannya dalam penguasaan bahasa Inggris dengan tenaga kerja terampil
Indonesia secara keseluruhan. Dalam The ASEAN Federation of Accountants (AFA)
training and development analysis bahwa akuntan Indonesia masuk dalam minoritas
akuntan ASEAN yang lebih memilih pelatihan dalam bahasa mereka sendiri dari pada
bahasa Inggris. Padahal mayoritas akuntan ASEAN lebih memilih pelatihan dalam
bahasa Inggris. Hal ini berarti bahwa akuntan Indonesia masih menjadikan bahasa
Inggris sebagai kendala dalam memahami suatu hal.
2. Penerapan IFRS atau International Financial Reporting Standards
Penerapan IFRS atau International Financial Reporting Standards di Indonesia masih
termasuk terlambat. Padahal negara-negara ASEAN seperti Singapura, Malaysia, dan
Filipina telah jauh kedepan dalam penerapan IFRS (IAI, 2013). Masalah utama dalam
penerapan IFRS adalah belum adanya kesadaran dari para akuntan Indonesia untuk
memuktakhirkan keilmuannya (Mahendra Siregar, 2013). Kendala dan tantangan lain
adalah interpretasi serta kendala bahasa dalam mengadopsi IFRS oleh para akuntan
yang hampir tanpa filter (Indra Bastian, 2011). Padahal, konvergensi terhadap
Internasional Financial Reporting Standards (IFRS) membawa dampak yang luas
34 | L i n g k u n g a n B i s n i s & H u k u m K o m e r s i a l
terhadap pengembangan akuntansi di Indonesia, baik secara praktik maupun
akademik. Konvergensi ini memengaruhi pakem teori akuntansi di Indonesia, yang
berdampak pada perubahan dalam penyusunan laporan keuangan entitas (Indra
Bastian, 2011).
3. Kurangnya jumlah akuntan.
Indonesia saat ini membutuhkan minimal 200 ribu orang berprofesi sebagai akuntan
publik untuk mendukung kinerja perekonomian nasional, sebab idealnya jumlah
akuntan publik sebesar 0.1 persen dari jumlah penduduk (Mulyadi Setiakusuma,
2013). Data Jumlah Akuntan ASEAN tahun 2010 di masing-masing negara
menyebutkan, yang menjadi anggota IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) hampir 10.000.
Hal ini jauh tertinggal dengan Malaysia (27.292), Filipina (21.599), Singapura
(23.262), dan Thaiand (51.737). Jumlah akuntan publik di Indonesia juga tidak kalah
memprihatinkan dibandingkan dengan negara tetangga. Dengan hanya bermodal
1.000 orang akuntan publik pada tahun 2012, Indonesia tertinggal jauh dengan
Malaysia sebanyak 2.500 akuntan publik, Filipina sebanyak 4.941 akuntan publik,
dan Thailand sebanyak 6.000 akuntan publik.
Indonesia sebagai negara yang pertumbuhan ekonominya relatif stabil beberapa tahun
terakhir justru rasionya sangat timpang dengan negara ASEAN lain. Bahkan secara jumlah saja
Malaysia, Thailand, dan Singapura yang memiliki jumlah penduduk yang jauh lebih sedikit
memiliki jumlah akuntan yang jauh labih banyak dari Indonesia.
Secara ideal, rasio jumlah akuntan di Indonesia berada di rata-rata rasio akuntan
negara ASEAN lain. Rasio minimnya profesi akuntan di Indonesia dikhawatirkan akan dapat
menghambat laju pertumbuhan ekonomi. Apalagi penerapan kawasan Perdagangan Bebas
35 | L i n g k u n g a n B i s n i s & H u k u m K o m e r s i a l
ASEAN (AFTA) pada 2015 mewajibkan adanya landasan transparansi pengelolaan keuangan
secara berkesinambungan. IAI mencatat bahwa ada 226.780 lembaga baik pemerintah maupun
swasta yang memerlukan laporan keuangan wajar tanpa pengecualian (WTP) sebagai indikator
transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan. Berikut ini merupakan rasio jumlah
akuntan dengan penduduk di negara Indonesia dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya
(Malaysia, Brunei, Thailand dan Singapura):
Negara Jumlah Penduduk Jumlah Akuntan RasioIndonesia 237.641.326 9.628 1 : 24.682Malaysia 28.300.000 27.292 1 : 1.037Brunei 399.000 81 1 : 4.926
Thailand 66.280.000 51.737 1 : 1.281Singapura 5.076.700 23.262 1 : 218
Sumber : Departemen Kajian dan Aksi Stategis BEM FEUI (2013)
Melihat bahwa rasio jumlah akuntan dengan penduduk Indonesia yang jauh dari rata-
rata rasio jumlah akuntan negara-negara ASEAN first tier maka sangat terbuka kemungkinan
untuk akuntan dari luar masuk ke Indonesia. Walaupun gaji akuntan Indonesia adalah yang
paling rendah. Namun, tak menutup kemungkinan dengan kapabilitas yang lebih tinggi akuntan
dari luar Indonesia akan digaji berbeda dengan akuntan Indonesia, yakni lebih tinggi sesuai
dengan gaji rata-rata di negara asal.
Ini cukup mengkhawatirkan karena hal ini bisa mengacaukan pasar tenaga kerja
akuntan apabila tidak ada langkah kongkrit dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas akuntan
Indonesia. Karena rata-rata akuntan dari luar negeri merupakan akuntan-akuntan tersertifikasi
maka akuntan Indonesia akan menjadi bawahan di negeri sendiri. Maka langkah untuk
mengakselerasi jumlah akuntan-akuntan yang tersertifikasi khususnya akuntan publik adalah
langkah yang penting pula. IAI telah meluncurkan CA yang memberikan kesempatan kepada
36 | L i n g k u n g a n B i s n i s & H u k u m K o m e r s i a l
akuntan Indonesia untuk tersertifikasi. Tinggal kesadaran tiap akuntan Indonesia untuk mau
mengikuti sertifikasi terutama mengikuti pelatihan berkelanjutan secara berkelanjutan.
37 | L i n g k u n g a n B i s n i s & H u k u m K o m e r s i a l
BAB IV
PENUTUP
IV.I Kesimpulan
Beberapa hal yang dipersiapkan profesi akuntansi di Indonesia untuk menghadapi
free flow of skilled labor adalah sebagai berikut:
a. Adanya IAI (Ikatan Akuntansi Indonesia) yang merupakan asosiasi yang
menaungi seluruh akuntan di Indonesia. IAI pula yang mengatur kode etik dan
standar dalam akuntansi.
b. Membina akuntan dan jasa penilai yang telah teregister (Akuntan dan Jasa
Penilai Publik) melalui lembaga dibawah Kementerian Keuangan yaitu Pusat
Pembinaan Akuntan dan Jasa Penilai (PPAJP).
c. Merevisi PSAK secara terus menerus sehingga secara material sesuai dengan
IFRS.
d. Menyediakan 658 lembaga pendidikan jenjang strata 1 akuntansi yang
terakreditasi oleh Badan Akreditasi Nasional – Perguruan Tinggi (BAN-PT).
dan pendidikan profesi akuntan sebagai kelanjutan dari pendidikan strata 1
sebanyak 37 perguruan tinggi (2008).
e. Meningkatkan profesionalisme akuntan dengan meluncurkan sertifikasi
Chartered Accountant (CA).
f. Menerapkan strategi regulasi, standar kompetensi, dan komitmen pribadi.
38 | L i n g k u n g a n B i s n i s & H u k u m K o m e r s i a l
Meskipun dengan diadakan beberapa hal yang telah disiapkan pemerintah agar
profesi akutansi dapat menghadapi free flow of skilled labor, namun masih terdapat beberapa
tantangan yang akan dihadapi profesi akuntansi itu sendiri yaitu:
a. Penguasaan bahasa inggris oleh tenaga kerja terampil profesi akuntansi yang
masih minim.
b. Penerapan IFRS yang masih tergolong lambat dibanding negara ASEAN
lainnya.
c. Kurangnya jumlah tenaga kerja profesi akuntansi.
IV.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, yang dapat disarankan untuk mencapai penerapan
ASEAN Economic Community adalah sebagai berikut:
1. Melakukan survey terhadap tenaga kerja profesi akuntansi di Indonesia yang
masuk dalam kategori tenaga kerja terampil dan tenaga kerja tidak terampil.
Kemudian menerapkan strategi-strategi untuk meningkatkan skill dari masing-
masing kategori tenaga kerja.
2. Melakukan perbandingan antara prosedur dan peraturan dalam tenaga kerja
profesi akuntansi di negara ASEAN lainnya dengan negara Indonesia agar
dapat mengetahui apa yang menjadi penyebab ketinggalannya Indonesia dan
mulai diberlakukannya strategi baru untuk mampu mengimbangi negara
ASEAN lainnya.
39 | L i n g k u n g a n B i s n i s & H u k u m K o m e r s i a l
DAFTAR PUSTAKA
Apriyanti, S. (2015). Kaitan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 dengan Kualitas Tenaga
Kerja Indonesia dalam Pendidikan dan Kemampuan Berbahasa Asing.
Arifin, S. (2008). Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015; Memperkuat Sinergi ASEAN di Tengah
Kompetisi Global. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
BBC, B. B. (2014, Agustus 27). British Broadcasting Corpporation (BBC) Indonesia. Retrieved
from
http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2014/08/140826_pasar_tenaga_kerja_ae
c
Berutu, I. D. (2013). ASEAN Economy Community (AEC) 2015.
Burmansyah, E. (2014). Rezim Baru ASEAN : Memahami Rantai Pasokan dan Masyarakat
Ekonomi ASEAN. Jakarta: Pustaka Sempu dan Resistance and Alternatives to
Globalization.
Kesiapan Skilled Labor Indonesia dalam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015 :
Studi Tenaga Profesi Akuntan, Arsitek, dan Dokter. (2013). Departemen Kajian dan Aksi
Strategis BEM FEUI.
Menuju ASEAN Economic Community 2015. (2010). Departemen Perdagangan Republik
Indonesia.
Oktavia, M. (2005). Analisis Faktor-Faktor yang Memotivasi Pemilihan Karier bagi Mahasiswa
Akuntansi.
iv | L i n g k u n g a n B i s n i s & H u k u m K o m e r s i a l
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 25/PMK.01/2014 tentang Akuntan
Beregister Negara. (n.d.). Menteri Keuangan Republik Indonesia.
Triani, N. N. (2015). Kesiapan Profesi Akuntan di Indonesia dalam Menghadapi Masyarakat
Ekonomi ASEAN.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 34 Tahun 1954 Tentang Pemakaian Gelar Akuntan.
(1954). Jakarta: Presiden Republik Indonesia.
Wakhyudi. (2014). Kesiapan Sarjana Akuntansi Indonesia dalam Menghadapi Mayarakat
Ekonomi ASEAN (MEA) 2015.
v | L i n g k u n g a n B i s n i s & H u k u m K o m e r s i a l