kerajaan islam di jawa

Download Kerajaan Islam Di Jawa

If you can't read please download the document

Upload: priliansyah-maruf-nur

Post on 21-Dec-2015

11 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Kerajaan Islam Di Jawa

TRANSCRIPT

Kerajaan Islam di JawaKerajaan Demak

Kerajaan Demak berdiri bersamaan dengan melemahnya posisi raja Majapahit. Hal ini memberi peluang kepada penguasa-penguasa di pesisir untuk mendirikan pusat-pusat kekuasaan yang independen. Di bawah pimpinan Sunan Ampel dan Walisongo, sepakat mengangkat Raden Fatah menjadi raja petama kerajaan Demak. Fatah Syukur, Sejarah Peradaban Islam,(Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2009), hlm.205 Ia mendapat gelar Senopati Jinbun Ngabdurrahman Panembahan Palembang Sayidin Panataagama. Raden Fatah dalam menjalankan pemerintahannya, terutama dalam berbagai permasalahan agama dibantu oleh para wali. Sebelumnya, Demak yang masih bernama Bintoro merupakan daerah vassal (kekuasaan) Majapahit yang diberikan Raja Majapahit kepada Raden Fatah. Daerah ini semakin lama semakin berkembang menjadi daerah yang ramai dan pusat perkembangan agama Islam yang diselenggarakan para wali.Masa kekuasaan pemerintahan Raden Fatah berlangsung kira-kira akhir abad ke-15 M hingga awal abad ke-16 M.disebutkan bahwa Raden Fatah adalah anak seorang Raja Majapahit dari seorang ibu muslim keturunan Campa. Samsul Munir, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Amzah, 2009), hlm.335-336 Raden Fatah diasuh oleh Aria Damar putera Raja Majapahit istri pertama. Setelah dewasa ia disuruh pergi berguru ke Jawa (Jawa Timur). Disana ia mendapatkan pendidikan yang berharga, sampai ia dinikahkan dengan puteri Raden Rahmat, baru setelah itu ia disuruh ke Bintoro dan membangun kekuasaan di sana. Fatah Syukur, Sejarah Peradaban Islam, hlm. 205Raden Fatah merupakan raja pertama Demak yang sangat berjasa dalam pengembangan agama Islam di daerah kekuasaannya. Ia digantikan oleh anaknya yang bergelar Pati Unus (Adipati Yunus) yang terkenal dengan sebutan pangeran Sabrang Lor. Ketika ia menggantikan kedudukan ayahnya, Pati Unus baru berumur 17 tahun pada tahun 1507 M. Setelah ia menduduki jabatan sebagai raja, ia merencanakan suatu serangan terhadap Malaka. Semangat perangnya semakin memuncak ketika Malaka ditaklukkan oleh Portugis tahun 1511 M. Serangan yang dilakukannya mengalami kegagalan karena kerasnya arus ombak dan kuatnya pasukan Portugis sehingga akhirnya ia kembali ke Demak tahun 1513 M.Sepeninggal Pati Unus, digantikan oleh Sultan Trenggono yang dilantik oleh Sunan Gunungjati dengan gelar Sultan Ahmad Abdul Arifin. Sultan Trenggono memerintah tahun 1514-1546 M. Pada masa ini agama Islam berkembang sampai ke Kalimantan Selatan. Samsul Munir, Sejarah Peradaban Islam, hlm.336 Penaklukan Sunda Kelapa berakhir tahun 1527 M yang dilakukan oleh pasukan gabungan Demak dan Cirebon dibawah pimpinan Fadhilah Khan. Majapahit dan Tuban jatuh ke bawah kekuasaan kerajaan Demak diperkirakan pada tahun 1527 M itu juga. Selanjutnya pada tahun 1529, Demak berhasil menundukkan Madiun, Blora (1530), Surabaya (1531), Pasuruan (1535), dan antara tahun 1541-1542 M. Lamongan, Blitar, Wirasaba, dan Kediri (1544). Palembang dan Banjarmasin mengakui kekuasaan Demak. Sementara daerah Jawa Tengah bagian selatan sekitar Gunung Merapi, Pengging, dan Pajang berhasil dikuasai berkat pemuka Islam, Syekh Siti Jenar dan Sunan Tembayat. Pada tahun 1546 M, dalam penyerbuan ke Blambangan, Sultan Trenggono terbunuh. Ia digantikan adiknya, Prawoto. Masa pemerintahannya tidak berlangsung lama karena terjadi pemberontakan oleh adipati-adipati sekitar kerajaan Demak. Sultan Prawoto sendiri kemudian dibunuh oleh Arya Penangsang pada tahun 1549 M. Dengan demikian kerajaan Demak berakhir, dan dilanjutkan oleh kerajaan Pajang di bawah Jaka Tingkir yang berhasil membunuh Aya Penangsang. Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), hlm.211-212 Kerajaan Pajang

Kerajaan Islam Pajang merupakan kelanjutan dari Kerajaan Islam Demak. Kerajaan Pajang didirikan oleh Jaka Tingkir yang berasal dari Pengging. Ia adalah menantu Sultan Trenggono yang diberi kekuasaan di Pajang. Setelah ia mengambil alih kekuasaan dari tangan Arya Penangsang pada tahun 1546 M, seluruh kebesaran kerajaan dipindahkan ke Pajang, dan ia bergelar Sultan Hadiwijaya.Pada masa pemerintahan Sultan Hadiwijaya, ia berusaha memperkuat wilayah kekuasaannya ke pedalaman kearah timur sampai ke Madiun. Setelah itu ia menaklukkan Blora pada tahun 1554 M, dan Kediri pada tahun 1577 M. Pada tahun 1581 M ia mendapat pengakuan raja di Jawa sebagai raja Islam. Pada masa pemerintahannya kesusastraan dan kesenian keraton yang sudah maju di Demak dan Jepara lambat laun dikenal pedalaman Jawa. Demikian pula juga pengaruh Islam semakin kuat di pedalaman Jawa.Sepeninggal Sultan Hadiwijaya pada tahun 1587 M kedudukannya digantikan oleh Aria Penggiri, anak Sunan Prawoto, sementara anak Sultan Hadiwijaya, yaitu Pangeran Benowo diberi kekuasaan di Jipang. Akan tetapi, ia mengadakan pemberontakan kepada Aria Pengging dengan mendapat bantuan dari Senopati Mataram. Usahanya tersebut berhasil dan ia mendapat tanda terima kasih dari Senopati berupa hak atas warisan ayahnya. Akan tetapi, ia menolak tawaran tersebut dan hanya meminta pusaka Kerajaan Pajang berada di bawah perlindungan Mataram, yang kemudian menjadi daerah kekuasaan Mataram. Samsul Munir, Sejarah Peradaban Islam, hlm.336-337Kerajaan Mataram

Awal dari Kerajaan Mataram adalah ketika Sultan Adiwijaya dari Pajang meminta bantuan kepada Ki Pamanahan yang berasal dari daerah pedalaman untuk menghadapi dan menumpas pemberontakan Aria Penangsang. Sebagai hadiah atasnya, Sultan kemudian menghadiahkan daerah Mataram kepada Ki Pamanahan yang menurunkan raja-raja Mataram Islam kemudian. Pada tahun 1577 M, Ki Gede Pamanahan menempati istana barunya di Mataram. Dia digantikan oleh puteranya, Senapati, tahun 1584 M dan dikukuhkan oleh Sultan Pajang. Senapati lah yang dipandang sebagai Sultan Mataram pertama, setelah Pangeran Benawa, anak Sultan Adiwijaya, menawarkan kekuasaan atas pajang kepada Senapati. Meskipun Senapati menolak dan hanya meminta pusaka kerajaan, diantaranya Gong Kiai Skar Dlima, Kendali Kiai Macan Guguh, dan Pelana Kiai Jatayu, namun dalam tradisi Jawa, penyerahan benda-benda pusaka itu sama artinya dengan penyerahan kekuasaan.Senapati kemudian berkeinginan menguasai juga semua raja bawahan Pajang, tetapi ia tidak mendapat pengakuan dari para penguasa Jawa Timur sebagai pengganti Raja Demak dan kemudian Pajang. Melalui perjuangan berat, peperangan demi peperangan, barulah ia berhasil menguasai sebagian daripadanya.Senapati meninggal dunia tahun 1601 M, dan digantikan oleh puteranya Sedang Ing Krapyak yang memerintah sampai tahun 1613 M. Sedang Ing Krapyak diganti oleh puteranya, Sultan Agung, yang melanjutkan usaha ayahnya. Pada tahun 1619 M, seluruh Jawa Timur praktis sudah berada di bawah kekuasaannya. Di masa pemerintahan Sultan Agung inilah kontak-kontak bersenjata antara kerajaan Mataram dengan VOC mulai terjadi. Pada tahun 1630 M, Sultan Agung menetapkan Amangkurat I sebagai putera mahkota. Sultan Agung wafat tahun 1646 M dan dimakamkan di Imogiri. Ia digantikan oleh putera mahkota. Masa pemerintahan Amangkurat I hampir tidak pernah reda dari konflik. Dalam setiap konflik, yang tampil sebagai lawan adalah merekan yang didukung oleh para ulama yang bertolak dari keprihatinan agama. Tindakan pertama pemerintahannya adalah menumpas pendukung Pangeran Alit dengan membunuh banyak ulama yang dicurigai. Ia yakin ulama dan santri adalah bahaya bagi tahtanya. Sekitar 5000-6000 ulama beserta keluarganya dibunuh (1647 M). Amangkurat I bahkan merasa tidak memerlukan titel Sultan. Pada tahun 1677 M dan 1678 M pemberontakan para ulama muncul kembali dengan tokoh spiritual Raden Kajoran. Pemberontakan-pemberontakan seperti itulah yang mengakibatkan runtuhnya Kraton Mataram. Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, hlm. 214-215 Kesultanan Cirebon

Kesultanan Cirebon adalah kerajaan Islam pertama di Jawa Barat. Kerajaan ini didirikan oleh Sunan Gunungjati. Diawal abad ke-16, Cirebon masih merupakan sebuah daerah kecil di bawah kekuasaan Pakuan Pajajaran. Raja Pajajaran hanya menempatkan seorang juru labuhan disana, bernama Pangeran Walangsungsang, seorang tokoh yang mempunyai hubungan darah dengan raja Pajajaran. Dia berhasil memajukan Cirebon ketika sudah masuk Islam. Disebutkan Tome Pires, Islam sudah ada di Ciebon sekitar 1470-1475 M, akan tetapi orang yang berhasil meningkatkan status Cirebon menjadi sebuah kerajaan adalah Syarif Hidayatullah, pengganti Pangeran Walasungsang dan sekaligus keponakannya. Dialah pendiri dinasti raja-raja Cirebon dan kemudian Banten.Setelah Cirebon resmi menjadi sebuah kerajaan Islam yang bebas dari kekuasaan Pajajaran, Syarif Hidayatullah berusaha meruntuhkan Kerajaan Pajajaran yang masih, mengembangkan Islam ke daerah-daerah lain di Jawa Barat seperti Majalengka, Kuningan, Kawali (Galuh) Sunda Kelapa, Banten. Dasar bagi pengembangan Islam dan perdagangan kaum muslimin di Banten diletakkan oleh sunan gunung jati tahun 1524 M atau 1525 M. Setelah syarif hidayatullah wafat, ia diganti oleh Pangeran Ratu atau Panembahan Ratu. Dia wafat tahun 1650 M, diganti oleh puteranya yang bergelar panembahan Gerilya. Ketuhan kerajaan Cirebon sebagai salah satu kerajaan hanya sampai Pangeran Gerilya, sepeninggalnya sesuai dengan kehendaknya sendiri, Cirebon dipimpinoleh dua puteranya Martawijaya (Samsuddin) dan Kartawijaya (Badruddin). Fatah Syukur, Sejarah Peradaban Islam, hlm. 208 Kerajaan Banten

Kerajaan Islam Banten didirikan oleh Sunan Gunungjati. Setelah Sunan Gunungjati menaklukkan Banten pada tahun 1525 M, ia kembali ke Cirebon, dan kekuasaannya diserahkan kepada anaknya yaitu Sultan Hasanuddin. Hasanuddin kemudian menikahi putri Demak dan diresmikan menjadi Panembahan Banten pada tahun 1552 M. Ia meneruskan usaha-usaha ayahnya dalam meluaskan wilayah Islam, yaitu ke Lampung dan daerah sekitarnya di Sumatera Selatan, setelah sebelumnya tahun 1527 M menaklukkan Sunda Kelapa.Pada tahun 1568 M, ketika kekuasaan Demak beralih ke Pajang, Sultan Hasanuddin Memerdekakan Banten. Oleh karena itu, ia dianggap sebagai raja Islam pertama dari Banten. Ketika ia meninggal pada tahun 1570 M, kedudukannya digantikan oleh putranya yaitu Pangeran Yusuf. Pangeran Yusuf menaklukkan Pakuan pada tahun 1579 M, sehingga banyak para bangsawan Sunda yang masuk Islam. Setelah Pangeran Yusuf meninggal pada tahun 1580 M, ia digantikan oleh puteranya, yaitu Maulana Muhammad yang masih muda. Maulana Muhammad bergelar Kanjeng Ratu Banten. Selama ini kekuasaan dipegang oleh Qadhi bersama empat pembesar istana lainnya. Maulana Muhammad meninggal pada tahun1596 M dalam usia 25 tahun. Setelah itu kedudukannya digantikan oleh anaknya yang masih kecil bernama Abdul Mufakhir Mahmud Abdul Qadir. Ia memerintah secara resmi pada tahun 1638 M. Pada masa Sultan Abdul Fatah yang bergelar Sultan Ageng Tirtayasa terjadi beberapa kali peperangan antara Banten dengan VOC karena Sultan Ageng Tirtayasa anti Belanda. Sikapnya yang anti Belanda itu mendapat dukungan dari seorang alim berpengaruh, yaitu Syekh Yusuf yang berasal dari Makassar. Peperangan itu baru berakhir dengan perdamaian pada tahun 1659 M. Sikap anti Belanda ini tidak disetujui oleh anaknya, yaitu Abdul Kahar yang bergelar Sultan Haji, ia lebih suka bekerja sama dengan Belanda. Samsul Munir, Sejarah Peradaban Islam, hlm. 338-339