kepribadian tokoh utama “ketika cinta bertasbih”...

24
Jurnal Artikulasi Vol.12 No.2 Agustus 2011 | 769 KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA “KETIKA CINTA BERTASBIH” EPISODE 1 KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY BERDASARKAN TEORI GOLDON ALLPORT Ika Yoanita Universitas Muhammadiyah Malang Abstrak Novel merupakan prosa fiksi hasil cipta seorang pengarang melalui proses imajinasi dengan tokoh-tokoh rekaan. Tokoh-tokoh tersebut mempunyai kepribadian yang berbeda-beda dan mengemban peranan yang berbeda-beda. Kepribadian memegang peranan yang sangat penting yang akan menentukan karakter seorang tokoh. Demikian pula kepribadian tokoh utama yang digambarkan Habiburrahman El Shirazy dalam novel “Ketika Cinta Bertasbih.” Episode 1 Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh deskripsi yang obyektif tentang kepribadian tokoh utama dalam novel Ketika Cinta Bertasbih Karya Habiburrahman El Shirazy meliputi: (1) Sifat-sifat kepribadian yang muncul dalam novel ”Ketika Cinta Bertasbih” Episode I, (2) Cara pengarang mengungkapkan sifat-sifat kepribadian dalam novel “Ketika Cinta Bertasbih” Episode I. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif yaitu peneliti berusaha menguraikan atau mendeskripsikan objek yang diteliti dengan menggambarkan kepribadian tokoh utama dalam novel “Ketika Cinta Bertasbih.” Episode 1. Sumber data dalam penelitian ini berupa satuan cerita yang terdapat dalam novel “Ketika Cinta Bertasbih” Karya Habiburrahman El Shirazy. Teknik pengolahan data meliputi beberapa kegiatan, yaitu: membaca novel “Ketika Cinta BertasbihEpisode 1 karya Habiburrahman El Shirazy untuk memahami jalan cerita dan maksud pengarang dalam cerita, mencari dan mengelompokkan data, memberi kode pada setiap kelas data pada kelompok data, pada tabel instrument data. Adapun analisis data menggunakan pendekatan tekstual untuk menganalisis kepribadian tokoh utama pada novel “Ketika Cinta Bertasbih” Episode 1 karya Habiburrahman El Shirazy. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepribadian tokoh utama dalam novel Ketika Cinta Bertasbih” Episode 1 karya Habiburrahman El Shirazy meliputi: (a) Sifat-sifat kepribadian sehat yang meliputi hubungan diri yang hangat dengan orang lain, terjaminnya keamanan emosional, memiliki keterampilan-keterampilan dan tugas- tugas, memiliki pemahaman diri, memiliki filsafat hidup yang mempersatukan. (b) cara pengarang mengungkapkan sifat-sifat kepribadian tokoh utama meliputi: pengungkapan pengarang. aksi orang lain, tingkah laku tokoh, dan dialog dengan diri sendiri. PENDAHULUAN Manusia adalah makhluk yang paling sempurna dibandingkan makhluk ciptaan Tuhan yang lainnya. Manusia mempunyai keunggulan dari segi intelektual, cara berpikir serta mempunyai

Upload: lekhanh

Post on 17-Jun-2019

241 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Jurnal Artikulasi Vol.12 No.2 Agustus 2011 | 769

KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA “KETIKA CINTA BERTASBIH” EPISODE 1 KARYA

HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY BERDASARKAN TEORI GOLDON ALLPORT

Ika Yoanita Universitas Muhammadiyah Malang

Abstrak

Novel merupakan prosa fiksi hasil cipta seorang pengarang melalui proses imajinasi dengan tokoh-tokoh rekaan. Tokoh-tokoh tersebut mempunyai kepribadian yang berbeda-beda dan mengemban peranan yang berbeda-beda. Kepribadian memegang peranan yang sangat penting yang akan menentukan karakter seorang tokoh. Demikian pula kepribadian tokoh utama yang digambarkan Habiburrahman El Shirazy dalam novel “Ketika Cinta Bertasbih.” Episode 1

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh deskripsi yang obyektif tentang kepribadian tokoh utama dalam novel Ketika Cinta Bertasbih Karya Habiburrahman El Shirazy meliputi: (1) Sifat-sifat kepribadian yang muncul dalam novel ”Ketika Cinta Bertasbih” Episode I, (2) Cara pengarang mengungkapkan sifat-sifat kepribadian dalam novel “Ketika Cinta Bertasbih” Episode I.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif yaitu peneliti berusaha menguraikan atau mendeskripsikan objek yang diteliti dengan menggambarkan kepribadian tokoh utama dalam novel “Ketika Cinta Bertasbih.” Episode 1. Sumber data dalam penelitian ini berupa satuan cerita yang terdapat dalam novel “Ketika Cinta Bertasbih” Karya Habiburrahman El Shirazy. Teknik pengolahan data meliputi beberapa kegiatan, yaitu: membaca novel “Ketika Cinta Bertasbih” Episode 1 karya Habiburrahman El Shirazy untuk memahami jalan cerita dan maksud pengarang dalam cerita, mencari dan mengelompokkan data, memberi kode pada setiap kelas data pada kelompok data, pada tabel instrument data. Adapun analisis data menggunakan pendekatan tekstual untuk menganalisis kepribadian tokoh utama pada novel “Ketika Cinta Bertasbih” Episode 1 karya Habiburrahman El Shirazy.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepribadian tokoh utama dalam novel “Ketika Cinta Bertasbih” Episode 1 karya Habiburrahman El Shirazy meliputi: (a) Sifat-sifat kepribadian sehat yang meliputi hubungan diri yang hangat dengan orang lain, terjaminnya keamanan emosional, memiliki keterampilan-keterampilan dan tugas-tugas, memiliki pemahaman diri, memiliki filsafat hidup yang mempersatukan. (b) cara pengarang mengungkapkan sifat-sifat kepribadian tokoh utama meliputi: pengungkapan pengarang. aksi orang lain, tingkah laku tokoh, dan dialog dengan diri sendiri.

PENDAHULUANManusia adalah makhluk yang

paling sempurna dibandingkan makhluk

ciptaan Tuhan yang lainnya. Manusia mempunyai keunggulan dari segi intelektual, cara berpikir serta mempunyai

Jurnal Artikulasi Vol.12 No.2 Agustus 2011 | 770

langkah-langkah untuk kehidupannya, karena manusia diberikan kelebihan berupa akal. Setiap manusia pasti mempunyai keinginan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Manusia mempunyai kemampuan berpikir yang berfungsi untuk mengingat kembali apa yang diketahui sebagai tugas dasarnya, kemudian memecahkan masalah-masalah sebagai tugas pokok yang akhirnya membentuk tingkah laku nyata yang sebagai usaha mencapai tujuan yang diinginkan.

Setiap manusia mempunyai kepribadian yang berbeda-beda, sehingga dalam menghadapi setiap masalah, masing-masing individu mempunyai cara untuk menyelesaikannya. Sebagai makhluk sosial, manusia harus mampu berinteraksi dengan lingkungan masyarakat. Kesuksesan seseorang sangat dipengaruhi oleh kepribadian yang dimiliki. Yusuf (2007: 12) mengatakan bahwa, dalam upaya memenuhi kebutuhan atau memecahkan masalah yang dihadapi, ternyata tidak semua individu mampu menampilkannya secara wajar, normal, atau sehat.

Sastra merupakan sebuah gambaran tentang kehidupan nyata yang dituangkan dalam sebuah tulisan setelah memperoleh proses kreatif, imajinasi, dan kontemplasi. Adanya sifat fictionaly (sifat menghayalkan), invention (penemuan atau penciptaan), dan imagination (mengandung kekuatan menyatukan angan untuk mencipta) sebagai hakikat seni sastra (Pradopo, 1994: 35)). Novel digunakan untuk menuangkan relitas kehidupan manusia serta permasalahan-permasalahannya. Sebuah karya sastra bermula dari imajinasi seorang pengarang. menurut Esten (1987: 17) imajinasi adalah daya bayang, daya fantasi, daya khayal, tetapi bukanlah khayalan atau lamunan, ia tetap berpangkal dari kenyataan-kenyataan dan pengalaman-pengalaman. Proses tersebut akan membuat sebuah karya sastra yang baik dan dapat dinikmati oleh

pembacanya. Pengarang akan berusaha menciptakan sebuah cerita dengan tokoh-tokoh yang hidup agar pembaca lebih tersentuh serta mempengaruhi pemikiran dan membuatnya membentuk opini tentang cerita tersebut. Hal ini sejalan dengan pendapat (Luxemburg, 1986:5) mengatakan bahwa sastra merupakan sebuah ciptaan, kreasi, bukan sebuah imitasi.

Melalui sebuah karya sastra, seorang pembaca diajak untuk bisa merasakan peristiwa-peristiwa yang dihadirkan oleh seorang pengarang dengan penuh sublimasi, interpretasi, dan asosiasi terhadap realita kehidupan. Bukan hanya dengan jalan ceritanya, akan tetapi seorang pembaca diajak untuk bisa menikmati karya sastra tersebut dengan tokoh rekaan yang diciptakan. Tokoh- tokoh yang diciptakan mempunyai karakter yang berbeda-beda, sehingga permasalahan yang dihadirkan seorang pengarang semakin kompleks.

Salah satu novel yang menggambarkan tentang kepribadian yang kuat adalah novel yang berjudul “Ketika Cinta Bertasbih” karya Habiburrahman El Shirazy. Novel yang menceritakan tentang perjuangan tokoh Azzam yang kuliah di Mesir, tapi dia berjuang untuk menghidupi ketiga adiknya serta ibunya yang ada di Indonesia sejak Ayahnya meninggal dunia. Pengorbanan besar yang dilakukan oleh Azzam untuk keluarga, dia tidak peduli orang lain memandangnya sebelah mata karena kuliah S-1 belum selesai, padahal sudah sembilan tahun. Kegelisahan anak manusia, kisah cinta yang murni, kepasrahan, jiwa tak mudah menyerah, pengabdian kepada keluarga, menjadi pesan yang disampaikan oleh penggarang.

Ada sesuatu yang menjadi ciri khas dari novel-novel karya Habiburrahman, yaitu pada karakter tokoh-tokohnya yang tidak terlepas dari nilai religi. Mungkin ada yang beranggapan bahwa dalam novel Habiburrahman selalu menampilkan tokoh

Jurnal Artikulasi Vol.12 No.2 Agustus 2011 | 771

yang baik atau lebih tepatnya tokoh yang menyerupai malaikat (selalu terlihat baik), baik dari segi fisik maupun akhlaknya. Namun, Habiburrahman mencoba untuk memberikan gambaran kepada pembaca bahwa di dunia yang semakin kacau ini memang masih ada orang seperti tokoh rekaannya. Walaupun dianggap aneh, langka, mengada-ada, bahkan melangit. Lewat karya sastranya, Habiburrahman ingin mengajak pembaca untuk mempunyai akhlak seperti tokoh rekaan yang dihadirkan.

Novel “Ketika Cinta Bertasbih” episode 1 karya Habiburrahman El Shirazy berbeda dengan novel Ayat-Ayat Cinta dan beberapa karya Habiburrahman yang lain. Hal ini dapat terlihat pada tokoh utama yang mempunyai karakter sempurna yang dapat dilihat dari kemuliaan akhlak serta jiwa entrepreneurship yang dimiliki, dengan kata lain kepribadian yang dimiliki sangat sempurna.

Kamaluddin (dalam Shirazy, 2008:31) mengatakan bahwa jika dalam novel Ayat-Ayat Cinta Habiburrahman mengeksplor tentang santri salaf metropolis dan musafir yang haus ilmu. Maka, dalam novel “Ketika Cinta Bertasbih” episode 1 ini Habiburrahman mengeksplor dengan baik tentang santri salaf metropolis dan musafir yang sadar entrepreneurship.

Setiap individu mempunyai kepribadian, setiap orang mempunyai kepribadian yang berbeda-beda. Yusuf (2007: 12) mengatakan bahwa dalam upaya memenuhi kebutuhan atau memecahkan masalah yang dihadapi, ternyata tidak semua individu mampu menampilkannya secara wajar, normal, atau sehat. Allport (dalam Baihaqi, 2008:84) mengatakan bahwa orang-orang yang sehat bebas dari paksaan-paksaan masa lampau, mereka dibimbing dan diarahkan oleh masa sekarang, oleh intensi-intensi ke arah masa depan dan antisipasi-antisipasi masa depan.

Berdasarkan beberapa pemikiran di atas, peneliti tertarik menerapkan novel “Ketika Cinta Bertasbih” episode 1 ini dijadikan sebagai obyek penelitian karena setelah dibaca beberapa kali, ditemukan keunikan pada tokoh utamanya Sehingga dirumuskan penelitian dengan judul ”Kepribadian Tokoh Utama ‘Ketika Cinta Bertasbih’ episode 1 Karya Habiburrahman El Shirazy (Berdasarkan Teori Goldon Allport) ”.

Penelitian tentang psikologi sastra sudah banyak dilakukan, akan tetapi penelitian psikologi sastra dengan menggunakan teori kepribadian Goldon Allport sepengetahuan peneliti belum pernah dilakukan. Penelitian psikologi sastra yang pernah dilakukan adalah dengan menggunakan teori kepribadian Abraham Maslow oleh Tri Wijayanti (2005) dengan judul ”Konflik Batin Tokoh Utama Dalam Novel Tuhan Ijinkan Aku Menjadi Pelacur Karya Muhiddin M Dahlan: Tinjauan Psikologi Sastra”. Penelitian terdahulu memfokuskan pada beberapa tingkat kebutuhan menurut Abrahams Maslow yang apabila tidak dipenuhi maka akan terjadi deficit need. Penelitian ini meliputi (1) struktur yang membangun novel ”Tuhan Ijinkan Aku Menjadi Pelacur” yang meliputi tema, penokohan, latar dan alur, (2) makna konflik batin tokoh utama yang terkandung dalam novel ”Tuhan Ijinkan Aku Menjadi Pelacur” karya Muhiddin M Dahlan berdasarkan analisis psikologi sastra. Sedangkan penelitian sekarang memfokuskan pada kepribadian yang sehat dan matang.

Jangkauan Masalah

Perwatakan tokoh tidak dapat dilepaskan dari pembicaraan tentang ilmu jiwa atau ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia. Pengarang menampilkan pelaku melalui sifat, sikap, dan tingkah laku. Jatman (dalam Endraswara, 2008:97)

Jurnal Artikulasi Vol.12 No.2 Agustus 2011 | 772

berpendapat bahwa karya sastra dan psikologi memang memiliki pertautan yang erat, secara tak langsung dan fungsional. Pertautan tak langsung, karena baik sastra maupun psikologi memiliki objek yang sama yaitu kehidupan manusia. Psikologi dan sastra memiliki hubungan fungsional karena sama-sama untuk mempelajari keadaan jiwa orang lain, bedanya dalam psikologi gejala tersebut nyata, sedangkan dalam sastra bersifat imajinatif.

Adapun teori kepribadian yang digunakan adalah teori kepribadian Goldon Allport. Dalam teorinya, Allport mengatakan bahwa dorongan yang bersifat konstruktif sangat penting bagi orang-orang yang sehat secara psikologis. Orang yang berkepribadian sehat dan matang selalu melihat ke masa depan dan hidup dalam masa depan, mengejar tujuan-tujuan, harapan-harapan, dan impian-impian secara aktif. Allport (dalam Baihagi, 2008:91) mengatakan bahwa kehidupan orang yang sehat senantiasa dibimbing oleh suatu perasaan adanya maksud yang baik, dedikiasi yang matang, dan komitmen yang kuat.

Allport (dalam Schultz, 1995:30) mengatakan bahwa ada beberapa kriteria kepribadian yang matang, yaitu: (1) perluasan perasaan diri, (2) hubungan diri yang hangat dengan orang-orang lain, (3) keamanan emosional, (4) persepsi realistis, (5) keterampilan-keterampilan dan tugas-tugas, (6) pemahaman diri, (7) filsafat hidup yang mempersatukan. Batasan Masalah

Batasan penelitian ini adalah kepribadian matang yang disampaikan pengarang melalui tokoh utama dalam novel “Ketika Cinta Bertasbih” yang dijadikan objek dalam penelitian ini. Kepribadian tokoh utama tersebut dapat diketahui melalui dialog-dialog antar tokoh atau monolog.

Adapun masalah penelitian kepribadian tokoh utama dalam novel “Ketika Cinta Bertasbih” dibatasi pada aspek berikut: (1) sifat-sifat kepribadian tokoh utama yang terdapat dalam novel “Ketika Cinta Bertasbih” episode 1, (2) cara pengarang mengungkapkan sifat-sifat kepribadian tokoh utama.

Luasnya jangkauan masalah dalam penelitian ini dibatasi pada beberapa pokok pemfokusan masalah berdasarkan teori Goldon Allport. Allport mengatakan bahwa kepribadian dewasa lebih merupakan fungsi dari masa sekarang dan masa yang akan datang daripada masa lampau. Pembatasan ke dua masalah tersebut didasarkan atas pertimbangan bahwa di dalam novel “Ketika Cinta Bertasbih” karya Habiburrahman El Shirazy terdapat sifat-sifat kepribadian matang pada tokoh utama. Jika permasalahan terlalu melebar maka besar kemungkinan hasil yang diperoleh tidak mendalam.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah di atas, maka permasalahan penelitian ini dirumuskan dalam beberapa pertanyaan: 1) Sifat-sifat kepribadian tokoh utama

apakah yang muncul dalam novel ”Ketika Cinta Bertasbih” Episode I karya Habiburrahman El Shirazy?

2) Bagaimanakah cara pengarang mengungkapkan sifat-sifat kepribadian tokoh utama dalam novel “Ketika Cinta Bertasbih” Episode I karya Habiburrahman El Shirazy?

Tujuan penelitian Tujuan penelitian dapat dibagi

menjadi dua, yaitu secara umum dan khusus:

a) Tujuan Umum Secara umum penelitian ini

bertujuan untuk mendeskripsikan secara

Jurnal Artikulasi Vol.12 No.2 Agustus 2011 | 773

objektif sifat-sifat kepribadian tokoh utama yang terdapat dalam novel “Ketika Cinta Bertasbih” Episode 1 karya Habiburrahman El Shirazy b) Tujuan Khusus

Secara khusus penelitian ini bertujuan mendeskripsikan:

1) Sifat-sifat kepribadian tokoh utama yang muncul dalam novel “Ketika Cinta Bertasbih” Episode 1 karya Habiburrahman El Shirazy.

2) Cara pengarang mengungkapkan sifat-sifat kepribadian tokoh utama dalam novel “Ketika Cinta Bertasbih” Episode 1 karya Habiburrahman El Shirazy.

Manfaat Penelitian Secara praktis dan konseptual, manfaat dari penelitian ini antara lain: 1) Penelitian ini diharapkan bermanfaat

sebagai studi interdisipliner antar studi sastra dengan studi-studi yang lain.

2) Bagi pembaca dapat meambah informasi yang meningkatkan wawasan pembaca berkenaan dengan kepribadian yang diungkapkan dalam karya sastra yaitu melalui novel.

3) Sebagai bahan rujukan untuk pendidikan anak agar memiliki kepribadian yang baik dalam keluarga, negara dan A di dalam hidup bermasyarakat.

Penegasan Istilah

Sejumlah istilah yang digunakan dalam menyusun penelitian tertentu perlu diadakan dengan maksud agar diperoleh kejelasan pengertian yang digunakan. Selain itu untuk menghindari kesimpangsiuran pemahaman dan untuk memperoleh kesamaan konsep: a. Novel adalah suatu cerita prosa fiktif

dengan panjang tertentu, yang melukiskan para tokoh, gerak serta adegan kehidupan nyata yang representatif dalam suatu alat atau suatu

keadaan yang agak kacau atau kusut (Sugiarti, 2001:114)

b. Tokoh utama adalah peran utama dalam cerita rekaan ( Muda, 2006:533)

c. Kepribadian adalah bagian dari jiwa yang membangun keberadaan manusia menjadi satu kesatuan, tidak terpecah-belah dalam fungsi-fungsi (Alwisol, 2008:2).

d. Intensi adalah keinginan atau ungkapan (Muda, 2006: 271)

e. Antisipasi adalah perkiraan atau perhitungan sesuatu yang akan terjadi (Muda, 2006: 55)

f. Aspirasi adalah tujuan untuk meraih keberhasilan di masa yang akan datang (Muda, 2006: 65)

g. Represi adalah penekanan (Muda, 2006: 455)

h. Teori Kepribadian Goldon Allport adalah teori psikologi pertumbuhan pada kepribadian yang sehat dan matang (Baihaqi, 2008:80)

i. Ketika Cinta Bertasbih Episode 1 adalah novel religi, dan penuh dengan motivasi yang mencerahkan (Shirazy, 2008:21 )

j. Kepribadian tokoh utama adalah ciri, karakteristik, gaya atau sifat-sifat yang memang khas dikaitkan dengan diri (http:// www.docjax.com)

LANDASAN TEORI

Konsep Kepribadian Sehat Kepribadian merupakan suatu suatu

organisasi yang hanya dimiliki oleh manusia, yang menjadi penentu pemikiran dan tingkahlakunya. Menurut Samsi (1994: 1) mengatakan bahwa setiap individu manusia memiliki kepribadian yang khas, berbeda dengan individu lain.

Pusat kepribadian seseorang adalah intensi-intensi yang sadar dan sengaja, berupa harapan-harapan, aspirasi-aspirasi, dan impian-impian. Tujuan-tujuan ini mendorong kepribadian yang matang dan memberi petunjuk yang paling baik untuk

Jurnal Artikulasi Vol.12 No.2 Agustus 2011 | 774

memahami tingkah laku sekarang. Allport (dalam Schultz, 1995:25) mengatakan bahwa orang-orang yang matang dan sehat tidak cukup puas dengan melaksanakan atau mencapai tingkatan-tingkatan yang sedang atau hanya memadai. Mereka didorong untuk melakukan sedapat mungkin, untuk mencapai tingkat penguasaan dan kemampuan yang tinggi dalam usaha memuaskan motif-motif mereka. Kriteria Kepribadian yang Matang1. Adanya perluasan Perasaan Diri

Allport (dalam Schultz, 1995:30) mengatakan bahwa, suatu aktivitas harus relevan dan penting bagi diri, harus berarti bagi orang lain. Jika melakukan suatu pekerjaan karena percaya bahwa pekerjaan tersebut penting (dengan alasan pekerjaan itu menantang kemampuan-kemampuan atau karena megerjakan pekerjaan itu dengan sebaik-baiknya membuat kita merasa puas), maka hal itu menandakan seorang partisipan yang otentik dalam pekerjaan tersebut. Aktivitas tersebut lebih berarti dari pada sekedar pendapatan yang diperoleh, karena aktivitas tersebut memuaskan kebutuhan-kebutuhan lain juga, misalnya rasa bangga, rasa puas, bahkan preasaan diakui dari orang lain.

Semakin seseorang terlibat sepenuhnya dengan berbagai aktivitas dan dengan beragam orang, dia akan mendapatkan pengalaman yang beragam pula. Semakin seseorang terlibat secara aktif dengan berbagai ide (baik ide-ide yang sama atau ide-ide yang berseberangan), maka semakin juga sehat secara psikologis. Perasaan partisipasi otentik ini berlaku bagi pekerjaan, hubungan dengan keluarga dan teman-teman sepermainan, mengembangkan hobi dan kegemaran, sampai mematangkan keanggotaan kita dalam kegiatan politik dan kegiatan keagamaan.

2. Memiliki Hubungan Diri yang Hangat dengan Orang Lain

Menurut Allport (dalam Baihaqi, 2008: 98) hubungan diri yang hangat dengan orang lain dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu a) kapasitas untuk keintiman, b) kapasitas untuk perasaan terharu.

Tipe kehangatan pertama, orang yang sehat secara psikologis mampu memperlihatkan keintiman (cinta) terhadap orang tua, anak, teman kerja, dan partner secara setia. Apa yang dihasilkan oleh kapasitas untuk keintiman ini adalah suatu perasaan perluasan diri yang berkembang baik. Orang mengungkapkan partisipasi otentik dengan orang yang dicintai dan memperhatikan kesejahteraannya; hal ini sama pentingnya dengan kesejahteraan individu sendiri. Syarat lain bagi kapasitas untuk keintiman ialah suatu perasaan identitas diri yang berkembang dengan baik. Cinta dari orang-orang yang berkepribadian sehat adalah tanpa syarat, tidak melumpuhkan, dan tidak selalu mengikat; lebih memberi sepenuh hati.

Tipe kehangatan yang kedua, adalah perasaan terharu, yaitu suatu pemahaman tentang kondisi dasar manusia dan perasaan kekeluargaan dengan semua bangsa. Orang yang sehat memiliki kapasitas untuk memahami kesakitan-kesakitan, penderitaan-penderitaan, ketakutan-ketakutan, dan kegagalan-kegagalan yang semua itu merupakan ciri kehidupan manusia.

Sebagai hasil kapasitas untuk perasaan terharu, kerpibadian yang matang akan tercerminkan oleh sikap sabar terhadap tingkah laku orang-orang lain, dia tidak akan mencaci, mencela, mengadili, atau menghukum kekeliruan orang; karena dia beranggapan bahwa hal yang keliru adalah manusiawi. Orang yang sehat dapat menerima kelemahan-kelemahan manusia, dan mengetahui bahwa dia memiliki kelemahan-kelemahan yang sama.

3. Keamanan Emosional

Jurnal Artikulasi Vol.12 No.2 Agustus 2011 | 775

Menurut Allport (dalam Baihaqi, 2008:99) keamanan emosional seseorang yang memiliki kepribadian sehat ditandai oleh tiga kualitas, yaitu: penerimaan diri, menerima emosi-emosi manusia, sabar terhadap kekecewaan.

Kualitas yang pertama dan utama adalah adanya penerimaan diri. Kepribadian-kepribadian yang sehat mampu menerima semua segi dari adanya mereka, termasuk kelemahan-kelemahan dan kekeurangan-kekurangan tanpa menyerah secara pasif pada kelemahan dan kekurangan tersebut. Orang-orang yang sehat mampu hidup dengan kondisi dirinya apa adanya dan menurut segi-segi lain dalam kodrat manusia, dengan sedikit konflik dalam diri mereka atau dengan masyarakat sekitar. Mereka berusaha sebaik mungkin, dan dalam proses bekerjanya mereka berusaha memperbaiki dirinya.

Kualitas kedua kepribadian sehat yang memiliki keamanan emosi, adalah mampu menerima emosi-emosi manusia. Mereka bukan tawanan dari emosi-emosi, dan mereka juga tidak berusaha bersembunyi-sembunyi dari emosi-emosi itu. Kepribadian-kepribadian yang sehat mengontrol emosi-emosi mereka sehingga emosi-emosi ini tidak mengganggu aktivitas-aktivitas antarpribadi. Kontrol ini bukan merupakan represi tetapi emosi-emosi diarahkan kembali ke dalam saluran-saluran yang lebih konstruktif.

Kualitas ketiga keamanan emosi orang yang berkepribadian sehat ialah ’sabar terhadap kekecewaan. Hal ini menunjukkan bagaimana seseorang bereaksi terhadap tekanan dari kemauan-kemauan dan terhadap hambatan dari keinginan-keinginan. Orang-orang yang sehat dapat sabar menghadapi kemunduran-kemunduran ini. Mereka menyerahkan diri pada kekecewaan, tetapi mampu memikirkan cara-cara yang berbeda, yang kurang menimbulkan kekecewaan untuk mencapai

tujuan-tujuan yang sama atau tujuan-tujuan subtitusi.

4. Memiliki Persepsi Realistis Orang-orang yang memiliki

kepribadian sehat memandang dunia mereka secara objektif. Jika mereka mencapai keberhasilan, itu sebuah kewajaran atas hasil kerja yang ditekuninya. Jika mereka mendapatkan kegagalan, itu sebuah pengalaman biasa-biasa saja yang tidak harus disesali dengan bermuram-muram. Mereka pantang menyalahkan dunia luar dan mereka mampu menilai sukses atau gagal sebagai sesuatu yang wajar, yang objektif. Orang-orang yang sehat tidak perlu percaya bahwa orang-orang lain atau situasi-situasi sekitarnya, semuanya jahat atau semuanya baik, menurut suatu prasangka pribadi terhadap realitas. Mereka menerima realitas sebagaimana adanya.

5. Memiliki Keterampilan-keterampilan dan Tugas-tugas

Allport menekankan pentingnya pekerjaan dan perlunya menenggelamkan diri sendiri di dalamnya. Keberhasilan dalam pekerjaan menunjukkan perkembangan keterampilan-keterampilan dan bakat-bakat tertentu. Tetapi tidak cukup hanya memiliki keterampilan-keterampilan yang relevan; kita harus menggunakan keterampilan-keterampilan itu secara ikhlas, antusias, melibatkan dan menempatkan diri sepenuhnya dalam pekerjaan kita.

Komitmen orang-orang yang sehat ini begitu kuat sehingga mereka sanggup menenggelamkan semua pertahanan yang berhubungan dengan ego dan dorongan (seperti kebanggaan) ketika mereka terbenam dalam pekerjaannya. Dedikasi terhadap pekerjaann ini ada hubungannya bdengan gagasan tentang tanggung jawab dan dengan kelangsungan hidup yang positif. Menurut Allport (dalam Baihaqi,

Jurnal Artikulasi Vol.12 No.2 Agustus 2011 | 776

2008:102) pekerjaan dan tanggung jawab dapat memberikan arti dan perasaan kontinuitas untuk hidup. Tidak mungkin seseorang mencapai kematangan dan kesehatan psikologis yang positif tanpa melakukan pekerjaan yang penting dan melakukannya dengan dedikasi, komitmen, dan keterampilan-keterampilan.

6. Memiliki Pemahaman Diri

Pengenalan diri yang memadai menuntut pemahaman tentang hubungan (baik persamaan maupun perbedaan) antara gambaran tentang diri yang dimiliki seseorang dengan ’dirinya’ menurut keadaan yang sesungguhnya. Semakin dekat hubungan antar kedua gagasan ini, maka individu juga semakin matang. Hubungan lain yang penting adalah hubungan antara apa yang dipikirkan seseorang tentang diri nya dan apa yang dipikirkan orang-orang lain tentang dirinya itu. Orang yang sehat bisa terbuka pada pendapat orang-orang lain dalam merumuskan suatu gambaran diri yang objektif.

Orang yang memiliki suatu tingkat pemahaman diri yang tinggi atau wawasan diri tidak mungkin memproyeksikan kualitas pribadinya yang negatif kepada orang-orang lain. Orang itu akan menjadi seperti hakim yang seksama terhadap orang-orang lain, dan biasanya dia diterima dengan lebih baik oleh orang-orang lain. Orang yang berkepribadian sehat terdapat suatu korelasi yang tinggi antara tingkat wawasan dirinya dan perasaan humor, yakni tipe humor yang menyangkut persepsi tentang hal-hal aneh dan hal-hal mustahil, serta kemampuan untuk mentertawakan diri sendiri. Humor yang dimaksud adalah tidaklah sembarang humor. Humor yang dimaksud bukanlah humor komik kasar yang menyangkut seks dan agresi; tetapi lebih pada humor-humor cerdas yang mengajak orang berpikir lebih beda dari kelaziman yang umum.

7. Memiliki Filsafat Hidup yang Mempersatukan

Orang-orang yang sehat melihat ke depan, didorong oleh tujuan dan rencana jangka panjang. Orang-orang ini mempunyai suatu perasaan yang kuat dalam menetapkan suatu tujuan, dalam memilih suatu tugas untuk dikerjakan sampai selesai. Allport (dalam Baihaqi, 2008:103) mengatakan bahwa dorongan yang mempersatukan ini sebagai arah, dan lebih kelihatan pada kepribadian-kepribadian yang sehat daripada orang-orang neurotis. Arah itu membimbing semua segi kehidupan seseorang menuju suatu tujuan dan memberikan orang itu suatu alasan untuk hidup. Seseorang mustahil memiliki suatu kepribadian yang sehat kalau dia tak didukung adanya aspirasi-aspirasi dan arah ke masa depan. 2.3 Pengertian Entrepreneurship

Entrepreneurship atau kewirausahaan adalah suatu aktivitas yang dilakukan untuk mendapatkan keuntungan. Kewirausahaan adalah penerapan kreativitas dan keinovasian untuk memecahkan permasalahan dan upaya memanfaatkan peluang-peluang yang dihadapi orang setiap hari. Menurut Dubrin (dalam http://putracenter.wordpress.com) ada tiga hal penting dalam entrepreneurship yaitu: 1. pursuit of opportunities , (entrepreneurship adalah berkenaan dengan mengejar kecenderungan dan perubahan-perubahan lingkungan yang orang lain tidak melihat dan memperhatikannya). 2. innovation, (entrepreneurship mencakup perubahan perombakan, pergantian bentuk, dan memperkenalkan pendekatan-pendekatan baru Yaitu produk baru atau cara baru dalam melakukan bisnis). 3. growth (Pasca entrepreneur mengejar pertumbuhan, mereka tidak puas dengan tetap kecil atau tetap dengan ukuran yang sama. Entrepreneur menginginkan bisnisnya tumbuh dan bekerja keras untuk meraih

Jurnal Artikulasi Vol.12 No.2 Agustus 2011 | 777

pertumbuhan sambil secara berkelanjutan mencari kecenderungan dan terus melakukan innovasi produk dan pendekatan baru . Seorang entrepreneurship yang tinggi memiliki ciri-ciri yang membuat mereka sukses sebagai entrepreneurship. Adapun ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut:

1. Seorang entrepreneur memiliki 'tabungan emosi' dalam menghadapi kesalahan dan kekecewaan karena sikap optimistisnya.

2. Seorang entrepreneur memiliki keinginan yang kuat untuk menentukan nasib mereka sendiri.

3. selalu yakin bahwa di balik setiap situasi selalu ada kesempatan untuk memperbaiki diri dan meningkatkan segala hal.

4. mencakup tanggung jawab pribadi untuk melaksanakan perbaikan tersebut.

5. selalu meragukan kebenaran yang disampaikan para pakar, bahkan hasil riset sering diabaikan. (http://mardhotillah-islamic-deepfeeling.blogspot.com)

Hakikat Novel Novel adalah suatu cerita prosa

fiktif dengan panjang tertentu, yang melukiskan para tokoh, gerak serta adegan kehidupan nyata yang representatif dalam suatu alat atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut (Sugiarti, 2001:114).

Menurut Sumardjo (1986:29), novel dapat dibagi menjadi tiga yaitu novel percintaan, petualangan, dan novel fantasi. Novel percintaan melibatkan peranan tokoh pria dan wanita secara imbang. Novel petualangan sedikit sekali memasukkan peranan wanita. Novel fantasi bercerita tentang hal-hal yang tidak realistik dan serba tidak mungkin dilihat dari pengalaman sehari-hari .

Sedangkan dilihat dari segi isinya, novel dapat dibedakan menjadi novel avontur, novel psikologis, novel detektif, novel sosial, novel politik, dan novel kolektif (Tarigan, 1986:166)

Menurut Suharianto (dalam Sugiarti, 2001:118) mengatakan bahwa berdasarkan isi dan tujuan serta maksud pengarang yang terasakan mendominasi novel yang ditulisnya, novel dapat dibedakan atas: novel bertendens, novel sejarah, novel adat, novel anak-anak, dan novel percintaan.

Unsur Instrinsik Novel Dalam sebuah karya sastra terutama novel, tentunya dibangun oleh unsur ekstrinsik dan unsur instrinsik. Unsur intrinsik yang terdiri atas tema, alur, plot, setting, dan penokohan. Unsur intrinsik merupakan pemahaman sebuah karya sastra yang berasal dari dalam karya sastra atau teksnya. Adapun aspek-aspek instrinsik karya sastra sebagai berikut: (a) tema, (b) latar (setting), (c) alur, (d) sudut pandang, (e) tokoh dan penokohan. a) Tema Tema merupakan ide yang mendasari suatu cerita, tema terbentuk dari sejumlah ide, atau amanat yang disampaikan memalui teks. Tema adalah ide yang mendasari suatu cerita sehingga berperan juga sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya fiksi yang diciptakannya (Aminuddin, 1984). Sedangkan Esten (1987: 22) mengatakan bahwa tema adalah sesuatu yang menjadi pikiran, sesuatu yang menjadi persoalan bagi pengarang. Tema mempunyai dua pengertian, yakni bagi pengarang dan pembaca. Menurut Aminuddin (1987:92) upaya yang dilakukan untuk memahami sebuah tema adalah sebagai berikut: (1) memahami setting dalam prosa fiksi yang dibaca, (2) memahami penokohan dan perwatakannya, (3) memahami satuan peristiwa pokok

Jurnal Artikulasi Vol.12 No.2 Agustus 2011 | 778

pikiran dan tahapan peristiwa, (4) memahami plot, (5) memahami pokok pikiran yang ditampilkannya, (6) mengidentifikasikan tujuan pengarang dalam memaparkan ceritanya dengan bertolak dari pokok pikiran yang ditampilkannya, (7) menafsirkan temanya, kemudian menyimpulkannya dalam satu atau dua kalimat yang diharapkan merupakan ide dasar cerita yang dipaparkan oleh pengarangnya.

Menurut Sugiarti (2001:41) mengatakan bahwa, secara garis besar tema dapat dapat diperinci menjadi dua macam, yaitu: a. Tema tradisional yakni tema yang

berpangkal pada pola-pola lama. Misalnya tentang baik-buruk, tentang salah-benar, tentang pengabdian kepada masyarakat tentang kesulitan-lari ke Tuhan, dan sebagainya.

b. Tema modern ialah tema yang berpangkal pada pola berpikir modern. Misalnya, tentang kenyataan, tentang perlawanan terhadap nasib, tentang pengabdian kepada masyarakat tentang problema kehidupan manusia beserta kompleksitasnya.

Sedangkan tingkatan tema menurut Shipley dalam (Nurgiyantoro, 1995: 80) yaitu: a) Tema tingkat fisik, manusia sebagai

tingkat kejiwaan molekul. Tema karya sastra pada tingkatan ini lebih banyak menyarankan atau ditunjukkan oleh banyaknya aktivitas fisik daripada kejiwaan.

b) Tama tingkat organik, manusia sebagai tingkat kejiwaan protoplasma. Tema karya sastra ini lebih banyak menyangkut atau mempersoalkan masalah seksualitaas.

c) Tema tingkat sosial, manusia sebagai makhluk sosial. Kehidupan bermasyarakat yang merupakan tempat aksi-interaksinya manusia dengan

sesama dan lingkungan alam, mengandung banyak permasalahan, konflik, dan lain-lain menjadi objek pencarian tema.

d) Tema tingkat egoik, manusia sebagai individu. Di samping sebagai makhluk sosial manusia sekaligus juga sebagai makhluk individu yang senantiasa menuntut pengakuan atas hak individualitasnya.

e) Tema tingkat divine, manusia sebagai makhluk tingkat tinggi yang belum tentu setiap manusia mengalami atau mencapainya.

b) Latar (setting) Setting dalam pemahaman sederhana merupakan tempat terjadinya peristiwa yang berupa fisik unsur tempat, waktu dan ruang ataupun peristiwa cerita. Setting adalah latar peristiwa dalam karya fiksi, baik berupa tempat, waktu, maupun peristiwa, serta memiliki fungsi fisikal dan fungsi psikologis (Aminuddin, 1987:67). Setting tidak hanya berfungsi sebagai latar yang bersifat fisikal yang membuat cerita tersebut menjadi hidup dan logis. Secara rinci latar meliputi penggambaran lokasi geografis, termasuk topografi, pemandangan, sampai pada perincian perlengkapan sebuah ruangan, pekerjaan ataupun kesibukan sehari-hari para tokoh. Setting memiliki beberapa fungsi, adapun fungsi setting adalah sebagai berikut: a. Memberikan informasi tentang ruang/

tempat dan waktu terjadinya peristiwa. b. Menciptakan suasana misalnya pagi

menciptakan suasana yang riang, segar, malam menuansakan suasana yang penuh dengan misteri, seperti pembunuhan, perampokan, dan sebagainya.

c. Metafor dari keadaan emosional dan spiritual para tokoh.

d. Memproyeksikan keadaan batin para tokoh, misalnya setting pedesaan menuansakan kesederhanaan,

Jurnal Artikulasi Vol.12 No.2 Agustus 2011 | 779

kegotongroyongan, kepercayaan adanya mistik dan sebagainya.

c) Alur Alur atau plot merupakan rangkaian peristiwa yang saling berkaitan dalam sebuah cerita. Alur adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan- tahapan peristiwa sehingga menjalin suatu cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam suatu cerita (Aminuddin, 1987:83). Sependapat dengan pernyataan di atas, Stanton (2007: 26) mengemukakan bahwa Alur merupakan rangkaian peristiwa-peristiwa dalam sebuah cerita. Berbagai peristiwa dalam suatu cerita merupakan perpaduan antara tindakan-tindakan fisik, misalnya ucapan, gerak- gerik, sedangkan tindakan yang non fisik misalnya: sikap, kepribadian, cara berpikir. Menurut Setyaningsih (dalam Sugiarti, 2001:62) ada beberapaa faktor penting dalam alur cerita antara lain: (1) Intisari alur adalah konflik, konflik

cerita rekaan dapat berupa: a. Konflik eksternal, yakni konflik

antar tokoh atau konflik antar tokoh dalam lingkungannya.

b. Konflik internal, yakni pertentangan antara dua keinginan di dalam diri seorang tokoh. Konflik jenis ini disebut konflik psikologis.

(2) Untuk memancing keingintahuan pembaca akan kelanjutan cerita, pengarang menciptakan suspence tegangan). Tegangan adalah ketidakpastian yang berkepanjangan dan semakin menjadi-jadi. Beberapa sarana yang dapat digunakan untuk menciptakan tegangan antara lain: (a) sorot balik, (b) regangan dan susutan, (c) padahan.

(3) Cerita harus menyakinkan, artinya masuk akal yang harus dinilai berdasarkan ukuran yang ada dalam karya itu sendiri.

(4) Supaya cerita tidak membosankan, perlu adanya kejutan, tetapi hendaknya dalam batas- batas kebolehjadian.

d) Sudut Pandang Posisi pengarang dalam suatu cerita dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu (1) pengarang sebagai pelaku cerita, (2) pengarang sebagai peninjau, (3) pengarang sebagai pengamat yang serba tahu. Pada hakikatnya, sudut pandang merupakan strategi, teknik, atau siasat yang secara sengaja dipilih pengarang untuk mengemukakan gagasan ceritanya (Sugiarti, 2001:105). Menurut Aminuddin (1987:90-91) mengatakan bahwa sudut pandang dapat dibagi menjadi empat, yaitu (1) authoromniscient (orang ketiga), cara ini cara yang biasa dipakai si pengarang menceritakan ceritanya dengan menggunakan kata ”dia” untuk pelakon utama, akan tetapi dia turut hidup dalam pribadi pelakonnya, (2) authorparticipant (pengarang turut mengambil bagian dalam cerita), ada dua kemungkinan, atau pengarang menjadi pelakon utama sehingga ia mempergunakan perkataan ”aku”, main character, atau ia hanya mengambil bagian kecil saja subordinat character, (3) author observer (ini hampir sama dengan cara kesatu) bedanya, pengarang hanya sebagai peninjau, seolah-olah ia tidak dapat mengetahui jalan pikiran pelakonnya, (4) multiple (campur aduk). e) Tokoh dan Penokohan Ada beberapa bentuk penampilan tokoh yang dijadikan sebagai tanda peran tokoh dalam cerita, misalnya: (1) bentuk lahir tokoh, (2) melukiskan jalan pikiran pelakon atau apa yang melintas dalam pikirannya, (3) bagaimana reaksi pelakon terhadap kejadian, (4) pengarang dengan langsung menganalisis watak pelakon, (5) bagaimana pandangan-pandangan pelakon lain dalam suatu cerita terhadap pelakon, (6) pelakon lainnya dalam suatu cerita memperbincangkan keadaan pelakon utama. jadi, dengan memperhatikan karakteristik-

Jurnal Artikulasi Vol.12 No.2 Agustus 2011 | 780

karakteristik tersebut, seorang pembaca akan mendapat kesan tentang segala sesuatu mengenai pelakon. Perwatakan memiliki tiga unsur pokok, yaitu fisiologis (tingkah laku), sosiologis (masyarakat) dan psikologis (pemikiran). Dalam sebuah cerita fiksi, para tokoh memiliki peranan yang berbeda, ada yang peran penting (tokoh utama) dan ada tokoh yang tidak memiliki peranan penting. Untuk memahami suatu tokoh, termasuk tokoh utama dalam prosa fiksi semata-mata ditentukan oleh keseringan muncul dalam setiap peristiwa tetapi lebih pada identitas keterlibatan tokoh dalam setiap peristiwa yang membangun keutuham cerita (Sugiarti, 2001:48) Adapun cara yang dapat digunakan untuk mengenali watak seorang tokoh ( tokoh datar, protagonis, atau antagonis) dapat diketahui melalui beberapa hal, diantaranya (1) melalui apa yang bisa dilakukan/ sepak terjang tokoh, (2) melalui ucapan-ucapan tokoh, (3) melalui pikiran-pikiran tokoh, (4) melalui komentar tokoh lain, (5) melalui penggambaran fisik dan lingkungan tokoh (cara berjalan, cara bicara, pakaian, tempat tinggal, kamar, (6) melalui komentar langsung pencerita. Dalam penggambaran watak tokoh, seorang pengarang dapat melakukannya dengan empat cara, yaitu cara analitik, dramatik, gabungan analitik dan gramatik, dan metode kontekstual (Sugiarti, 2001:95). Cara analitik, apabila seorang pengarang menggambatkan secara langsung mengenai kondisi badan, umur, watak, sifat, perasaan, pandangan hidup, kesukaan, kesopanan, dan sebagainya. Cara dramatik, pengarang menggambarkan secara tidak langsung dalam memberitahukan wujud atau keadaan tokoh. Dalam hal ini, watak disampaikan melalui: (1) pikiran, dialog, dan tingkah laku tokoh, (2) penampilan fisik tokoh, gambaran lingkingan atau tempat tinggal tokoh, (3) sikap tokoh dalam mengahdapi kejadian

atau tokoh lain, (4) tanggapan tokoh lain dalam cerita yang bersangkutan.. Cara gabungan analitik dan dramatik, pengarang menggunakan kedua cara ini untuk menggambarkan watak pelaku dalam cerita. Para pengarang sering menggunakan cara ini agar tidak terkesan mendikte pembaca. Hal ini dilakukan supaya pembaca lebih berpikir kreatif guna memahami watak tokoh yang ada dalam cerita. Metode kontekstual, pengarang menggambarkan watak tokoh melalui bahasa yang digunakan oleh tokoh yang bersangkutan. Ada beberapa jenis perwatakan berdasarkan cara penampilan tokoh dalam cerita fiksi, ditemukan dua macam tokoh, yaitu: (1) tokoh datar (flat character), (2) tokoh bundar (round character) (Sugiarti, 2001:97). Tokoh datar yakni tokoh yang hanya diungkap salah satu segi perwatakannya saja. Jika baik, selalu baik atau sebaliknya jika buruk, selamanya buruk. Watak tokoh datar sedikit sekali berubah, tokoh datar adalah tokoh yang hanya dilihat dari satu atau beberapa sifat yang mirip saja. Tokoh bulat yakni tokoh yang wataknya kompleks, terlihat kekuatan dan kelemahannya. Ia mempunyai watak yang dapat dibedakan dengan tokoh yang lain. Tokoh bulat pada umumnya berfungsi menciptakan konflik batin dalam diri tokoh, hal ini disebabkan oleh karakternya yang kompleks, antara nafsu kebutuhan, kewajiban, antara kesenangan, etika, tanggung jawab, antara cinta dan cita-cita dan sebagainya yang berbaur menjadi satu sehingga masalah yang dihadapi memerlukan perhatian yang lebih. Adapun ditinjau dari segi gerak, dapat dua macam yaitu (a) tokoh statis ialah tokoh yang dari awal sampai akhir tidak mengalami perubahan dalam aspek penokohannya, (b) tokoh dinamis adalah tokoh yang sesuai dengan sifat dinamisnya

Jurnal Artikulasi Vol.12 No.2 Agustus 2011 | 781

mengalami perubahan nasib, tampak adanya perubahan beberapa aspek penokohan. Berbeda dengan apa yang dijabarkan Tarigan (1986:133) menjelaskan bahwa ada beberapa cara yang dapat dipergunakan oleh pengarang untuk melukiskan rupa, watak, atau pribadi para tokoh tersebut, antara lain: a) Physical description

(melukiskan bentuk lahir dari pelakon)

b) Portrayal of thought stream or of concious thought (melukiskan jalan pikiran pelakon atau apa yang terlintas dalam pikirannya)

c) Reaction to events (melukiskan bagaimana reaksi pelakon itu terhadap kejadian- kejadian)

d) Direct author analysis (pengarang dengan langsung menganalisis watak pelakon)

e) Discussion of environment (pengarang melukiskan keadaan sekitar pelakon. Misalnya dengan melukiskan keadaan dalam kamar pelakon pembaca akan dapat kesan apakah pelakon itu orangnya jorok, bersih, rajin, malas, dan sebagainya.

f) Reaction of other about/ to character (pengarang melukiskan bagaimana pendangan-pandangan pelakon lain dalam suatu cerita terhadap pelakon utama itu)

g) Conversation of other about character (pelakon-pelakon lainnya dalam suatu cerita memperbincangkan keadaan pelakon utama, dengan demikian maka secara tidak langsung pembaca dapat kesan tentang segala sesuatu yang mengenai pelakon utama itu)

METODE PENELITIAN

PendekatanPendekatan merupakan seperangkat

wawasan filosofis yang berkaitan dengan hakikat fakta yang akan digarap dan

gambaran yang akan digunakan untuk menangkap dan memahaminya. Keanekaragaman pendekatan yang digunakan lebih banyak ditentukan oleh (1) tujuan dan apa yang diapresiasi lewat teks sastra yang dibacanya (2) kelangsungan apresiasi itu terproses lewat kegiatan bagaimana, dan (3) landasan teori yang digunakan dalam kegiatan apresiasi, maka dalam penelitian pendekatan sangat ditentukan oleh tujuan pengapresiasinya itu sendiri (Aminuddin, 1987:40).

Endraswara (2008:99) mengatakan bahwa psikologi sastra sebagai sebuah disiplin ilmu ditopang oleh tiga pendekatan studi, yaitu (1) pendekatan ekspresif yang mengkaji aspek psikologis penulis, dalam proses kreatif yang terproyeksi lewat karya ciptanya, (2) pendekatan tekstual yang mengkaji aspek psikologis sang tokoh dalam karya sastra, dan (3) pendekatan reseptif pragmatis yang mengkaji aspek psikologis pembaca yang terbentuk setelah melakukan dialog dengan karya sastra yang dinikmatinya, serta proses rekreatif yang ditempuh dalam menghayati teks sastra.

Berdasarkan pada urian di atas, maka pendekatan yang digunakan adalah pendekatan tekstual yang mengkaji aspek psikologis sang tokoh dalam karya sastra. Pendekatan tekstual digunakan dalam mengungkapkan kepribadian tokoh utama “Ketika Cinta Bertasbih” Episode 1 karya Habiburrahman El Shirazy. Metode Penelitian

Metode adalah sistematika konsep-konsep kegiatan yang dipakai untuk memudahkan memecahkan suatu permasalahan yang dihadapi guna untuk mencapai tujuan yang ditentukan. Metode ini mencakup aspek konsep kegiatan, cara kerja, pemahaman objek, sasaran ilmu dan pemecahan masalah. Seperti yang dikemukakan oleh Hamidi (2008:54) bahwa metode merupakan cara yang digunakan oleh peneliti yang disusun secara sistematis,

Jurnal Artikulasi Vol.12 No.2 Agustus 2011 | 782

logis, rasional dan terarah tentang bagaimana pekerjaan sebelum, ketika dan sesudah mengumpulkan data sehingga diharapkan mampu menjawab secara ilmiah perumusan masalah yang telah ditetapkan. Sehingga peneliti tidak merasa kesulitan untuk mencari fakta-fakta dan wujud kebenarannya atas penelitian yang sedang dilakukan.

Berkaitan dengan hal tersebut, metode deskriptif kualitatif sangat cocok digunakan untuk penelitian sastra. Metode deskriptif kualitatif merupakan penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang tua atau perilaku teramati (Moleong, 2007:4). Metode ini merupakan suatu prosedur penelitian yang digunakan untuk memberikan gambaran yang objektif tentang permasalahan penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau kedalaman penghayatan terhadap interaksi antar konsep yang sedang dikaji secara empiris.

Penerapan metode deskriptif kualitatif dalam penelitian ini ditandai oleh (1) data merupakan paparan bahasa yang mengandung nilai dalam cerita novel Ketika Cinta Bertasbih episode 1, (2) peneliti menjadi instrumen kunci (human instrumen), dan (3) bertujuan untuk mendeskripsikan kepribadian tokoh utama dalam novel ”Ketika Cinta Bertasbih” episode 1. Dengan demikian, dalam penelitian bersifat kualitatif, data yang dianalisis berbentuk deskripsi fenomena bukan berupa angka-angka atau kofisien tentang hubungan variable.

Data dan Sumber Data Data

Data adalah hasil pencatatan peneliti, baik yang berupa fakta atau angka (Arikunto, 2006:118). Setiap penelitian memerlukan data, karena data merupakan hal yang sangat berguna untuk mengetahui

hasil penelitian. Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan maka data yang diperoleh adalah kata-kata atau sekuen cerita yang ada dalam novel “Ketika Cinta Bertasbih” episode 1 karya Habiburrahman El Shirazy berdasarkan (1) sifat-sifat kepribadian tokoh utama yang muncul dalam novel “Ketika Cinta Bertasbih” episode 1 karya Habiburrahman El Shirazy (2) cara pengarang mengungkapkan sifat-sifat kepribadian tokoh utama dalam novel ”Ketika Cinta Bertasbih” episode 1 karya Habiburrahman El Shirazy. Sumber Data

Sumber data adalah subjek di mana data dapat diperoleh (Arikunto, 2006:129). Dalam penelitian ini yang dijadikan sumber data adalah novel “Ketika Cinta Bertasbih” episode 1 karya Habiburrahman El Shirazy diterbitkan tahun 2008, penerbit Republika Jakarta, ukuran 20,5x 13,5 cm dengan jumlah halaman 483 lembar. Teknik Penelitian

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini meliputi teknik pengumpulan data dan analisis data. Dalam usaha pengumpulan data, penulis mengumpulkan berbagai referensi yang berhubungan dengan penelitian. Pengumpulan data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu sebagai berikut: 1). Membaca secara berulang-ulang dan

secara keseluruhan novel ”Ketika Cinta Bertasbih” episode 1 karya Habiburrahman El Shirazy.

2). Mengidentifikasi bagian-bagian cerita dalam novel “Ketika Cinta Bertasbih” episode 1 karya Habiburrahman El Shirazy

3). Memberi kode pada setiap kelas data pada kelompok data sesuai dengan tujuan penelitian.

Jurnal Artikulasi Vol.12 No.2 Agustus 2011 | 783

4). Memasukkan data yang diambil dari novel “Ketika Cinta Bertasbih” episode 1 ke dalam tabel yang telah ditentukan.

5). Memeriksa ketepatan data dan menyeleksi data yang sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.

Pengumpulan data ini bertujuan untuk mempermudah proses analisa data sehingga dapat diperoleh pemahaman dan

pengertian yang sesuai dengan permasalahan yang diteliti yaitu kepribadian tokoh utama yang terdapat dalam novel “Ketika Cinta Bertasbih” episode 1 karya Habiburrahman El Shirazy. Adapun tabel yang dapat digunakan untuk menyaring data adalah sebagai berikut:

TabelInstrumen Penjaring Data Kepribadian Tokoh Utama

dalam Novel yang Berjudul “Ketika Cinta Bertasbih” Episode 1 Karya Habiburrahman El Shirazy

Tabel A

No Kode Uraian Data Interpretasi

1 KCB/ PPD1/ 2008:43 Tabel B

No Kode Uraian Data Interpretasi

1 KCB/ PP1/ 2008:41-42 Keterangan tabel A Adapaun kode yang diguanakan adalah sebagai berikut:

a. PPD (adanya perluasan perasaan diri)

b. HDO (memiliki hubungan diri yang hangat dengan orang lain)

c. KE (terjaminnya keamanan emosional)

d. PR (memiliki persepsi realistis) e. MKT (memiliki keterampilan-

keterampilan dan tugas-tugas) f. PD (memiliki pemahaman

diri) g. MPM (memiliki filsafat hidup yang

mempersatukan)

Pemberian kode data di atas dimaksudkan untuk memudahkan dalam pengelompokkan atau pengumpulan data untuk lebih memahami dalam memberikan pengkodeaan data di atas. Berikut ini akan diuraikan maksud dari pengkodeaan tersebut. 1. KCB menunjukkan novel “Ketika

Cinta Bertasbih” yang dijadikan objek penelitian

2. PPD1 menunjukkan data yang digunakan adalah data yang pertama

3. 2008 menujukkan tahun terbit novel yang diteliti

4. angka setelah tahun 2008 merupakan halaman data yang terdapat dalam novel

Jurnal Artikulasi Vol.12 No.2 Agustus 2011 | 784

Keterangan B Adapun kode yang digunakan tabel ke dua adalah sebagai berikut: a. PP (pengungkapan pengarang) b. AOL (aksi orang lain) c. TLT (tingkah laku tokoh) d. DDS (dialog dengan diri sendiri) Pemberian kode data di atas dimaksudkan untuk memudahkan dalam pengelompokkan atau pengumpulan data untuk lebih memahami dalam memberikan pengkodeaan data di atas. Berikut ini akan diuraikan maksud dari pengkodeaan tersebut 1. KCB menunjukkan novel “Ketika Cinta

Bertasbih” yang dijadikan objek penelitian

2. PP1 menunjukkan data yang digunakan adalah data yang pertama

3. 2008 menujukkan tahun terbit novel yang diteliti 4. Angka setelah tahun 2008 merupakan halaman data yang terdapat dalam novel

Keterangan di atas merupakan

contoh agar mudah dalam membaca dan memahami pengelompokkan data. Peneliti hanya memberikan dua contoh dalam membaca kode data. Pada dasarnya cara untuk membaca kode data sama, hanya yang membedakan adalah penggambaran sifat-sifat kepribadian tokoh utama dan penomorannya saja. Teknik Pengolahan Data

Teknik pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menganalisis dan menginterpretasi satuan cerita (data) yang telah dikelompokkan. Pengolahan data bertujuan untuk memahami isi yang terdapat dalam satuan cerita yang dikutip dari novel ”Ketiak Cinta Bertasbih” episode 1 karya Habiburrahman El Shirazy.

Adapun langkah-langkah teknik pengolahan data 1) Mengecek ulang data yang telah

diperiksa sesuai dengan tujuan penelitian yaitu mendeskripsikan secara objektif sifat-sifat kepribadian tokoh utama dan cara pengarang mengungkapkan sifat-sifat kepribadian tokoh utama yang terdapat dalam novel ”Ketika Cinta Bertasbih” episode 1 karya Habiburrahman El Shirazy;

2) Mengklasifikasikan data sesuai dengan sifat-sifat kepribadian tokoh utama yang terdapat dalam novel ”ketika Cinta Bertsabih” episode 1 yang meliputi beberapa aspek, yaitu (a) adanya perluasan diri, (b) memiliki hubungan diri yang hangat dengan orang lain, (c) terjaminnya keamanan emosional, (d) memiliki persepsi realistis, (e) memiliki keterampilan-ketrampilan dan tugas-tugas, (f) memiliki pemahaman diri, (g) memiliki filsafat hidup yang mempersatukan;

3) Menganalisis data dengan cara mengintrespetasikan keterkaitan analisis data yang telah tersedia dengan tujuan penelitian;

4) Memberikan kesimpulan dan penafsiran terhadap pengolahan analisis data, jadi setelah data dianalisis kemudian disimpulkan berdasarkan sifat-sifat kepribadian tokoh utama dan cara pengarang mengungkapkan sifat-sifat kepribadian tokoh utama yang terdapat dalam novel ““Ketika Cinta Bertasbih”” Episode I.

Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini dibagi menjadi tiga tahap kegiatan yang meliputi : (1) tahap persiapan, (2) tahap pelaksanaan,

dan (3) tahap penyelesaian.

Jurnal Artikulasi Vol.12 No.2 Agustus 2011 | 785

a) Tahap Persiapan Kegiatan yang dilakukan dalam

tahap persiapan meliputi : (1) penyusunan rancangan penelitian, (2) studi pustaka, dan (3) pembuatan tabel untuk penjaring data penelitian. b) Tahap Pelaksanaan

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap pelaksanaan meliputi : (1) pengumpulan data, (2) pengolahan data, (3) penafsiran hasil pengolahan data, dan (4) pengumpulan hasil analisis. c) Tahap Penyelesaian Kegiatan yang dilakukan dalam tahap penyelesaian ini meliputi : (1) penulisan penelitian, (2) revisi laporan, dan (3) pengandaan laporan penelitian PEMBAHASAN Sifat-sifat Kepribadian dalam Novel Ketika Cinta Bertasbih Episode 1

Setiap orang mempunyai kepribadian yang berbeda-beda, kepribadian yang dimiliki oleh seseorang tergantung dari kematangan masing-masing individu. Orang yang berkepribadian sehat akan dapat menjalani kehidupan dengan penuh rasa optimis, sedangkan orang yang neoritis akan menjalani kehidupan dengan penuh pesimis dan selalu berpikir negatif. Seperti yang terdapat pada tokoh Azzam dalam novel Ketika Cinta Bertasbih Episode 1. Sifat-sifat kepribadian tokoh utama dijelaskan dalam sub-sub bahasan di bawah ini:

Memiliki Hubungan Diri yang Hangat dengan Orang Lain

Seseorang yang mampu memperluaskan diri akan mudah akrab dengan orang lain, sehingga memiliki hubungan yang hangat dengan setiap orang. Orang yang mempunyai hubungan hangat dengan orang lain akan mempunyai rasa kekeluargaan dan cinta yang hangat terhadap siapa saja. Selain itu mereka yang mempunyai hubungan hangat dengan orang

lain akan mudah diterima di lingkungan tempat tinggal. Penggambaran hubungan hangat dengan orang lain pada tokoh Azzam dalam novel Ketika Cinta Bertasbih dapat diinterpretasikan bahwa tokoh Azzam mempunyai hubungan hangat dengan orang lain. Hal ini dapat dilihat dalam beberapa kutipan peristiwa di bawah ini:

“Assalamu’ alaikum ya Ammu Shabir.” Sapanya dengan nada nyaris sama dengan nada orang mesir asli. Ia sangat kenal nama penjaga itu, meskipun mungkin sang penjaga tidak mengenalnya. “Wa’ alaikumussalam, lahdhah.” Ammu Shabir menjawab tanpa melihat ke asal suara (KCB/ HDO10/ 2008: 172)

Kejadian di atas memberikan gambaran bahwa Azzam mempunyai hubungan hangat dengan seorang penjaga toko buku. Hal tersebut dapat dilihat saat Azzam menyapa seorang penjaga toko yang sudah dikenal walaupun penjaga tersebut tidak mengenal Azzam, bahkan logat bahasa arab Azzam mirip dengan orang Mesir yang asli. Sikap akrab yang diperlihatkan Azzam kepada siapa saja membuatnya dapat diterima semua orang, dari kalangan pejabat sampai kalangan biasa. Sikap tersebut merupakan cerminan dari kepribadian matang yang dimiliki Azzam berupa hubungan hangat dengan orang lain. Terjaminnya Keamanan Emosional

Ia tersenyum sendiri. Entah kenapa tiba-tiba berkelebat pikiran, andai yang berjalan itu adalah dirinya dan Eliana. Alangkah indahnya. Astaghfirullah! Ia beristigfar. Ia merasa apa yang berkelebat dalam pikirannya itu sudah tidak benar (KCB/ KE1/ 2008: 71)

Jurnal Artikulasi Vol.12 No.2 Agustus 2011 | 786

Peristiwa di atas merupakan gambaran bahwa Azzam sadar kalau yang ada di dalam pikirannya sudah tidak benar, Azzam berusaha memperbaiki diri. Seseorang yang memiliki kemanan emosional, tidak akan larut dalam kesalahan, saat tahu bahwa hal tersebut merupakan sesuatu yang tidak benar, maka segera disadari dan berbuat lebih baik atau memperbaiki diri. Hal tersebut juga dilakukan oleh Azzam saat dia membayangkan Eliana, namun akhirnya ia sadar itu merupakan kesalahan. Saat tahu hak tersebut merupakan hal yang tidak benar, maka Azzam langsung beristighfar dan berjanji pada diri sendiri bahwa tidak akan mengulangi perbuatannya. Peristiwa tersebut memberikan gambaran bahwa Azzam mempunyai kepribadian matang berupa keamanan emosional Memiliki Keterampilan-keterampilan dan Tugas-tugas

Di antara orang-orang yang nyaris tak pernah peduli datangnya musim semi itu adalah “Mas Insinyur” Khairul Azzam, dan beberapa orang mahasiswa yang bekerja dengannya. Malam itu di kamarnya yang berada di sebuah apartemen, tepat di samping taman di mana ada dua ekor kucing yang sedang mendendangkan lagu-lagu cinta, ia masih juga belum istirahat dari pekerjaannya. Sementara teman-temannya satu rumah sudah lama larut bermesraan dengan mimpi indahnya masing-masing. (KCB/ MKT2/ 2008: 130)

Kutipan MKT2 di atas, menggambarkan semangat yang dimiliki Azzam pada pekerjaan yang digelutinya. Peristiwa tersebut dapat dilihat pada kutipan di atas, dalam gambaran peristiwa di atas

dapat dilihat bahwa semangat yang dimiliki Azzam terhadap pekerjaannya sangat besar. Azzam tetap berusaha menyelesaikan pekerjaannya dengan baik meskipun sudah larut malam. Peristiwa tersebut menunjukkan bahwa Azzam mempunyai komitmen dan totalitas terhadap pekerjaan yang dilakukan malam itu. Komitmen tersebut sebagai tanda bahwa seseorang yang berkepribadian matang, dalam pekerjaannya akan dapat mencurahkan seluruh waktunya untuk menyelesaikan pekerjaannya dengan baik. Hal tersebut juga terjadi pada Azzam, saat teman-temannya sedang tidur terlelap, Azzam justru sibuk dengan pekerjaannya. Semua dilakukan karena ingin tetap bisa tinggal di Mesir untuk bekerja sambil kuliah. Memiliki Pemahaman Diri

Tapi kini, teman lamanya itu sudah hampir selesai S.2-nya di Cairo University. Dan ia sendiri S.1 saja masih juga belum lulus-lulus, apalagi S.2. furqan lebih dikenal sebagai intelektual muda yang sering diminta menjadi nara sumber di pelbagai kelompok kajian, sedangakan dirinya lebih dikenal sebagai penjual tempe, pembuat bakso dan tukang masak serba bisa, namun tidak juga lulus ujian. (KCB/ PD1/ 2008: 67-68)

Kutipan PD1 di atas memberikan gambaran bahwa Azzam berbeda dengan Furqan. Peristiwa tersebut memberikan gambaran bahwa Furqan sudah sukses dengan kuliahnya sementara Azzam justru sibuk dengan bisnis tempe dan katering sementara kuliahnya dikesampingkan. Sadar akan perbedaan dirinya dengan Furqan, tidak membuat Azzam menjadi putus asa, akan tetapi justru menyadarkan akan perbedaan antara Azzam dan Furqan. Azzam menyadari bahwa

Jurnal Artikulasi Vol.12 No.2 Agustus 2011 | 787

keadaannya sangat jauh berbeda dengan Furqan sejak satu tahun di Mesir. Saat satu tahun di Mesir, Ayahnya Azzam meninggal dan merubah kehidupan Azzam di Mesir sehingga ia terpaksa meninggalkan kuliah untuk konsentrasi dengan bisnisnya. Berbeda dengan Furqan yang merupakan anak seorang konglomerat Jakarta yang tentu saja dapat hidup enak di Mesir sehingga tdak perlu memeras keringat untukbisa bertahan hidup di Mesir.

Sikap Azzam tersebut merupakan gambaran dari kepribadian matang dan mempunyai pemahaman diri yang sadar akan dirinya serta tidak merasa rendah diri dengan keadaan dirinya. Hal tgersebut dikarenakan Azzam berpikir bahwa setiap orang mempunyai keadaan yang berbeda-beda, maka harus bisa menerima dengan lapang dada. Memiliki Filsafat Hidup yang Mempersatukan

Ia tidak ingin menyerah pada kerinduan yang menjadi penghalang kesuksesan. Ia ingin adik-adiknya sukses, dirinya sukses. Semua sukses. Gambaran masa depan jelas. Baru ia akan pulang. (KCB/ MFM1/ 2008: 69)

Penggalan peristiwa di atas menunjukkan bahwa Azzam mempunyai gembaran tentang masa depan. Azzam mempunyai pandangan masa depan yang jelas untuk dirinya serta adik-adiknya yang di indoensia. Seseorang yang mempunyai kepribadian matang, akan mempunyai rencana masa depan yang tepat untuk kelangsungan hidupnya. Sikap tersebut juga dimiliki oleh Azzam. Azzam ingin dirinya dan adik-adiknya sukses, semua bisa sukses baru ia bisa pulang ke Indonesia. Azzam harus berkorban menahan kerinduan kepada keluarganya. Semua itu dilakukannya untuk menata masa depan secara baik agar yang

dikerjakannya selama di Mesir bukanlah hal yang sia-sia. Peristiwa tersebut memberikan gambaran bahwa Azzam memiliki kepribadian matang yang mempunyai gambaran terhadap masa depannya. Cara Pengarang Mengungkapkan Sifat-sifat Kepribadian Matang

Dalam mnggambarkan suatu peristiwa, seorang pengarang menggunakan beberapa cara, antara lain (1) melalui pengungkapan pengarang, (2) melalui aksi orang lain, (3) melalui tingkah laku tokoh, (4) melalui dialog dengan diri sendiri. Berikut ini akan dipaparkan tentang keempat pengungkapan pengarang tersebut dengan beberapa kutipan. Melalui Pengungkapan Pengarang

Azzam lalu meminta diri. Dalam perjalanan ke rumahnya ia meneteskan air mata. Ia berusaha tegar dan sabar. Namun setegar-tegarnya ia adalah manusia biasa yang memiliki airmata. Ia bukan robot yang tidak memiliki perasaan apa-apa. Ia mengusap airmatanya. Ia tidak bisa menyalahkan siapa saja jika ada orang yang meremehnaknnya. Karena memang kenyataannya ia belum juga lulus. Ia berusaha meneguhkan hatinya bahwa hidup ini terus bergulir dan berproses. (KCB/ PP14/ 2008: 127)

Kutipan PP14 di atas, menggambarkan tentang Azzam yang mempunyai pemahaman diri. Dalam peristiwa tersebut, pengarang mengungkapkan perasaan Azzam saat lamarannya sudah didahului oleh sahabatnya, mendengar hal tersebut, Azzam sangat kecewa. Azzam dipandang remeh karena kuliah S-1 belum selesai padahal

Jurnal Artikulasi Vol.12 No.2 Agustus 2011 | 788

sudah sembilan tahun. Azzam tidak menyalahkan jika ada orang yang meremehkannya karena memang apa yang dipikirkan orang tentang dirinya adalah suatu kebenaran. Hal tersebut tidak membuat Azzam berkecil hati, ia berusaha meneguhkan hatinya bahwa hidup terus bergulir dan berproses. Peristiwa tersebut merupakan sikap kepribadian matang yang dimiliki Azzam dan diungkapkan oleh pengarang secara langsung. Melalui Aksi Orang Lain

“benar kata kakak, dia seorang pekerja keras. Wajahnya adalah wajah lelah pekerja keras,” kata gadis itu dalam hati. Gadis itu tak lain adalah Cut Mala, yang hendak menjenguk fadhil kakaknya. (KCB/ AOL9/ 2008: 310)

Kutipan AOL9 di atas, menunjukkan bahwa Cut Mala kagum dengan sosok Azzam yang merupakan pekerja keras. Azzam mencurahkan seluruh waktu dan tenaganya untuk larut dalam pekerjaannya, ia mempunyai komitmen dan tanggung jawab. Ia meras bertanggung jawab untuk membiayai hidupnya dan adik-adiknya di Indonesia karena menjadi tulang punggung keluarga. Semua itu dilakukan Azzam karena ia sudah terbiasa bekerja bahkan cinta dengan pekerjaannya. Peristiwa tersebut memberikan gambaran bahwa Azzam mempunyai kepribadian matang berupa memiliki keterampilan-keterampilan dan tugas-tugas. Melalui Tingkah Laku Tokoh

“Baiklah, sekarang masalah Bantu membantu. Bukan bisnis. Saya ingin murni membantu, jadi saya tidak akan mengharapkan apapun dari Mbak.” (KCB/ TLT2/ 2008: 56)

Kutipan TLT2 di atas, menggambarkan hubungan Azzam dengan orang lain yang hangat yang dapat terlihat saat membantu Eliana tanpa mengharapkan imbalan. Peristiwa tersebut dapat dilihat melalui tingkah laku tokoh, dalam peristiwa tersebut Azzam mau membantu Eliana tanpa mengharapkan imbalan apapun. Hal tersebut dilakukan Azzam karena memiliki hubungan hangat dengannya, sehingga membantu dengan ikhlas. Sikap Azzam tersebut merupakan gambaran kepribadian matang berupa hubungan hangat dengan orang lain. Melalui Dialog Dengan Diri Sendiri

“Allah belum menginjinkan aku menikah. Aku masih harrus memperhatikan adik-adikku sampai gerbang masa depan yang jelas dan cerah. Kalau aku menikah saat ini, perhatianku pada adik-adikku akan berkurang.” (KCB/ DDS4/ 2008: 127)

Kutipan DDS4 di atas menunjukkan bahwa Azzam mengatakan pada dirinya sendiri bahwa Allah belum menginjinkannya menikah karena ia harus memperhatikan adik-adiknya. Azzam berpikir bahwa kegagalannya menikah adalah merupakan rencana Allah agar perhatian terhadap adik-adiknya tidak terpecah. Sikap tersebut menggambarkan bahwa sabar terhadap kekecewaan dan berusaha memperbaiki diri. Walaupun kecewa, tapi Azzam menganggap bahwa itu merupakan hal yang terbaik baginya saat ini. Peristiwa tersebut memperlihatkan bahwa Azzam memiliki kepribadian matang berupa keamanan emosional yang dapat dilihat saat Azzam selalu berpikir positif dan sabar terhadap kekecewaan, Azzam selalu menganggap bahwa dibalik kekecewaannya, selalu ada hikmah dan dapat dilihat melalui dialog dengan diri sendiri.

Jurnal Artikulasi Vol.12 No.2 Agustus 2011 | 789

KESIMPULAN Berdasarkan hasil data yang telah diuraikan pada bab IV diperoleh kesimpulan bahwa tokoh Azzam memiliki sifat-sifat kepribadian matang yang meliputi: (1) memiliki hubungan hangat dengan orang lain, (2) terjaminnya keamanan emosional, (3) memiliki keterampilan-keterampilan dan tugas-tugas, (4) memiliki pemahaman diri, (5) memiliki filsafat hidup yang mempersatukan.

Adapun perwujudan yang diperoleh dari masing-masing sifat kepribadian tokoh utama yang diteliti adalah sebagai berikut: 1) Sifat-sifat kepribadian tokoh utama yang

muncul dalam novel Ketika Cinta Bertasbih adalah sebagai berikut”

a. Memiliki hubungan diri yang hangat dengan orang lain yang dapat dilihat saat Azzam dikenal oleh banyak dan dari semua kalangan. Selain itu, Azzam merupakan orang yang mempunyai rasa empati yang tinggi sehingga jika ada orang yang kesusahan, akan segera ditolong.

b. Terjaminnya keamanan emosional, hal ini dapat dilihat saat Azzam sabar terhadap kekecewaan yang menimpa dirinya. Kesabaran Azzam dapat dilihat saat lamarannya didahului oleh sahabatnya. Mendengar hal tersebut, Azzam berusaha tabah karena belum berjodoh dengan gadis yang dilamarnya. Memiliki keterampilan-keterampilan dan

tugas yang dapat dilihat saat Azzam melakukan pekerjaannya. Saat bekerja, Azzam mempunyai sikap yang penuh tanggung jawab serta komitmen terhadap pekerjaan. Selain itu, Azzam dikenal sebagai orang yang pandai dalam dunia memasak.

d. Memiliki pemahaman diri yang dapat dilihat saat Azzam menyadari posisi dirinya dengan mahasiswa yang lain. Azzam tidak merasa marah saat ada

orang lain yang memandangnya remeh karena kuliah sembilan tahun tapi belum lulus. Mendengar hal tersebut, Azzam tidak sakit hati karena memang keadaannya demikian.

e. Memiliki filsafat hidup yang mempersatukan yang dapat dilihat saat Azzam mempunyai rencana untuk masa depannya dan adik-adiknya. Keputusan tetap berada di Mesir merupakan strategi hidup yang dipilih oleh Azzam untuk masa depammya. Setelah adik-adiknya sukses, dia akan menyelesaikan S-1 dan pulang ke Indonesia.

2) Dalam mengungkapkan kepribadian tokoh utama, pengarang menggunakan empat cara yaitu (a) melalui pengungkapan pengarang secara langsung, (b) melalui aksi orang/ tokoh lain, (c) melalui dialog dengan diri sendiri/ monolog, dan (d) melalui tingkah laku tokoh. Dari pembahasan yang diperoleh, maka dalam mengungkapkan kepribadian tokoh utama, pengarang banyak menggunakan cara pengungkapan pengarang. Sehingga, dalam membaca novel ini pembaca cenderung didekte.

5.2 Temuan Dari kesimpulan di atas, temuan

dalam novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy adalah sebagai berikut:

1) Sifat entreprenuarship yang ditunjukkan pengarang melalui ketekunan tokoh utama dalam bekerja.

2) Rasa tanggungjawab yang ditunjukkan melalui tingkah laku tokoh dalam kehidupan.

5.3 Saran-saran Sesuai dengan hasil yang telah dicapai dapat disarankan beberapa hal sesuai dengan bidang yang dianalisis. Adapun saran-saran yang diberikan adalah sebagai berikut : 1) Pencinta sastra

Jurnal Artikulasi Vol.12 No.2 Agustus 2011 | 790

Pencinta sastra yang baik hendaknya menjadikan novel/roman bukan sebagai bahan hiburan, tetapi ada upaya penggalian nilai-nilai yang terdapat di dalam karya sastra dan menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.

2) Dunia pendidikan Pembelajaran sastra di sekolah hendaknya menekankan metode pembelajaran yang apresiatif dan kreatif yang menuntut siswa terlibat dalam

memahami nilai-nilai di dalam karya sastra yang dipelajari.

3) Peneliti berikutnya Penelitian terhadap karya sastra hendaknya juga memperluas masalah yang diteliti, mengingat penelitian ini terbatas pada konflik batin tokoh utama. Lebih lanjut dapat dikembangkan kajian psikologi sastra pada teori-teori lain yang relevan.

Jurnal Artikulasi Vol.12 No.2 Agustus 2011 | 791

DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin. 1987. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Malang: FPBS IKIP Malang. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rieneke

Cipta. Baihaqi, MIF. 2008 Psikologi Pertumbuhan Kepribadian Sehat Untuk Mengembangkan

Optimisme. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. El Shirazy, Habiburrahman. 2008. Ketika Cinta Bertasbih. Jakarta:Republika. Esten, Mursal. 1987. Kesusastraan Pengantar Teori dan Sejarah. Bandung: Angsa. Endraswara, Suwardi. 2008. Metode Penelitian Psikologi Sastra Teori, Langkah dan

Penerapannya. Jakarta: PT Buku Kita. Http//: mardhotillahislamicdeepfelling.blogspot.com/2009/01/entrepreunership. html (diakses 4 November 2009) Http//: putracenter.wordpress.com/2008/12/23/ definisi- kewirausahaan-entrepreunership-

menurut- para- ahli (diakses 4 November 2009) Http//: rumahbelajarpsikologi.com./ index php/ kepribadian-html (diakses 21 Juli 2009). Http//: www.docjax.com/ documen/ view-html?id=502078x title= A (diakses 16 November

2009) Luxemburg, Jan Van, dkk. 1986. Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta: PT. Gramedia. Moleong, L. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. Muda, Ahmad A. K. 2006. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Dilengkapi Dengan Ejaan yang

Disempurnakan (EYD). Jakarta: Realiti Publisher. Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajahmada Unversity Press. Pradopo, Rachmat Djoko. 1994. Prinsip-prinsip Kritik Sastra. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press. Samsi, Haryanto. 1994. Pengantar Teori Pengukuran Kepribadian. Surakarta: Sebelas Maret

University Press. Schultz, Duane. 1995. Psikologi Pertumbuhan Model-model Kepribadian Sehat. Yogyakarta:

Kanisus.

Jurnal Artikulasi Vol.12 No.2 Agustus 2011 | 792

Stanton, Robert. 2007. Teori Fiksi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset Sugiarti. 2001. Pengetahuan dan kajian Prosa Fiksi. Malang: UMM Sumardjo, Jakob dan Saini K. M. 1986. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: PT Gramedia. Tarigan, Henri Guntur. 1986. Pengajaran Gaya Bahasa. Bandung: Angkasa Wijayanti, Tri. 2005. Konflik Batin Tokoh Utama Dalam Novel Tuhan Ijinkan Aku Menjadi

Pelacur Karya Muhiddin M Dahlan: Tinjauan Psikologi Sastra. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang.

Yusuf, Syamsu dan Juntika Nurihsan. 2007. Teori Kepribadian. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.