kepemimpinan menurut ajaran islam

44
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………. 1 DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………………. 2 BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………….. 3 A.Latar Belakang ……..……………………………………………………… 3 B.Rumusan Masalah …………………………………………………………. 4 C. Tujuan Penulisan Makalah…..…………………………………………….. 5 D.Sistematika Penulisan……………………………………………………… 5 BAB II TEORITIS……………………………………………………………………………….. 7 A. Pengertian Dan Macam-Macam Kepemimpinan…………...…………….. 7 B. Persamaan Dan Perbedaan Kepemimpinan…………………...………….. 11 1. Kepemimpinan Dalam Perspektif Islam……………………...…… 11 2. Kepemimpinan Dalam Perspektif Orientalis Barat……………….. 13 C. Kepemimpinan Rosulullah …………………………………………...….. 14 D. Kepemimpinan Setelah Rasulullah SAW………………………………... 15

Upload: makalah-makalah

Post on 25-Jul-2015

343 views

Category:

Data & Analytics


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: kepemimpinan Menurut Ajaran Islam

DAFTAR ISI

KATA

PENGANTAR……………………………………………………………………………. 1

DAFTAR

ISI…………………………………………………………………………………………. 2

BAB I

PENDAHULUAN……………………………………………………………………….. 3

A.Latar Belakang ……..……………………………………………………… 3

B.Rumusan Masalah …………………………………………………………. 4

C. Tujuan Penulisan Makalah…..…………………………………………….. 5

D.Sistematika Penulisan……………………………………………………… 5

BAB II

TEORITIS……………………………………………………………………………….. 7

A. Pengertian Dan Macam-Macam Kepemimpinan…………...…………….. 7

B. Persamaan Dan Perbedaan Kepemimpinan…………………...………….. 11

1. Kepemimpinan Dalam Perspektif Islam……………………...…… 11

2. Kepemimpinan Dalam Perspektif Orientalis Barat……………….. 13

C. Kepemimpinan Rosulullah …………………………………………...….. 14

D. Kepemimpinan Setelah Rasulullah SAW………………………………... 15

BAB III

PEMBAHASAN ………………………………………………………………….......... 19

A. Ayat Tentang Kepemimpinan …………………………………………… 19

Page 2: kepemimpinan Menurut Ajaran Islam

B. Hadist Tentang Pemimpin Dan Kepemimpinan………………………….. 24

C. Periodesasi Kepemimpinan Menurut Rasulullah SAW…………………... 25

D. Persyaratan Pemimpin Dalam Islam……………………………………… 27

E. Istilah Kontemporer Tentang Kepemimpinan ………………………….… 30

F. Pemecahan Masalah ………………………………………………..…….. 30

BAB IV

KESIMPULAN………………………………………………………………………… 32

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………......... 33

﴾﴿

Page 3: kepemimpinan Menurut Ajaran Islam

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Manusia diciptakan oleh Allah SWT kemuka bumi ini, sebagai khalifah (pemimpin)

dimuka bumi ini, oleh sebab itu maka manusia tidak terlepas dari perannya sebagai

pemimpin, dimensi kepemimpinan merupakan peran sentral dalam setiap upaya pembinaan.

Hal ini telah banyak dibuktikan dan dapat dilihat dalam gerak langkah setiap organisasi.

Peran kepemimpinan begitu menentukan bahkan seringkali menjadi ukuran dalam mencari

sebab-sebab jatuh bangunnya suatu organisasi. Dalam menyoroti pengertian dan hakikat

kepemimpinan, sebenarnya dimensi kepemimpinan memiliki aspek-aspek yang sangat luas,

serta merupakan proses yang melibatkan berbagai komponen didalamnya dan saling

mempengaruhi.

Dewasa ini kita tengah memasuki Era Globalisasi yang bercirikan suatu

interdependensi, yaitu suatu era saling ketergantungan yang ditandai dengan semakin

canggihnya sarana komunikasi dan interaksi. Perkembangan dan kemajuan pesat di bidang

teknologi dan informasi memberikan dampak yang amat besar terhadap proses komunikasi

dan interaksi tersebut. Era globalisasi sering pula dinyatakan sebagai era yang penuh dengan

tantangan dan peluang untuk saling bekerja sama. Dalam memasuki tatanan dunia baru yang

penuh perubahan dan dinamika tersebut, keadaan dewasa ini telah membawa berbagai

implikasi terhadap berbagai bidang kehidupan, termasuk tuntutan dan perkembangan bentuk

komunikasi dan interaksi sosial dalam suatu proses kepemimpinan.

Setiap bangsa, nampaknya dipersyaratkan untuk memiliki kualitas dan kondisi

kepemimpinan yang mampu menciptakan suatu kebersamaan dan kolektivitas yang lebih

dinamik. Hal ini dimaksudkan agar memiliki kemampuan bertahan dalam situasi yang

semakin sarat dengan bentuk persaingan, bahkan diharapkan mampu menciptakan daya saing

dan keunggulan yang tinggi. Begitu pula dalam konteks pergaulan dan hubungan yang lebih

luas, setiap negara-bangsa (nation state) dituntut mampu berperan secara aktif dan positif

baik dalam lingkup nasional, regional maupun internasional.. Namun, harus disadari pula

bahwa dalam setiap proses kepemimpinan, kita akan selalu dihadapkan pada suatu mata

Page 4: kepemimpinan Menurut Ajaran Islam

rantai yang utuh mulai dari yang paling atas sampai tingkat yang paling bawah dan ke

samping. Karena itu, pemahaman serta pengembangan dalam visi dan perspektif

kepemimpinan amat diperlukan dalam upaya mengembangkan suatu kondisi yang mengarah

pada strategi untuk membangun daya saing, khususnya dalam upaya meningkatkan kualitas

dan produktivitas bangsa yang ditandai oleh semangat kebersamaan  dan keutuhan.

Kita sekarang dihadapkan kepada dua dimensi kepemimpinan, antara kepemimpinan

islam, dan kepemimpinan barat, islam telah memberi gambaran nyata akan keberhasilannya

dalam memimpin suatu oraganisasi sebagaimana yang telah dilakukan oleh nabi kita

muhammad saw. Akan tetapi disisi lain orientalis-orientalis barat dengan berbagai teorinya

yang ilmiah mencoba mengalihkan perhatian masyarakat dari kepemimpinan islam, dan

berpaling terhadap kepemimpinan yang ditawarkan oleh orang-orang barat yang jelas-jelas

bertentangan dengan kepemimpinan dalam islam. Walaupun tidak seluruhnya bertentangan

dengan kepemimpinan islam, akan tetapi ini bisa menjadi penyebab bagi ummat untuk

meninggalkan aturan-aturan islam.

B. RUMUSAN MASALAH

Berangkat dari latar belakang masalah diatas, kami mencoba merumuskan masalah

sebagai berikut:

1. Apakah kepemimpinan itu ?

2. Bagaimana kepemimpinan dalam prsfektif islam?

3. Bagaimana kepemimpinan dalam presfektif barat ?

4. Bagaimanakah kepemimpinan Rasululah ?

5. Bagaimanakah kepemimpinan (masa khilafah/masa setelah Nabi), Umar bin Khatab ?

Page 5: kepemimpinan Menurut Ajaran Islam

C. TUJUAN PENULISAN MAKALAH

Sebagian manfaat dan tujuan yang kami utarakan dari pengkajian makalah ini adalah:

1. Mengingatkan kembali kepada seluruh mahasiswa peserta diskusi, akan arti penting

kepemimpinan, agar dapat mengarahkan dan menumbuhkankan jiwa pemimpin yang

mempunyai loyalitas terhadap hukum-hukum Allah SWT.

2. Memaparkan persamaan dan perbedaan tentang kepemimpinan dalam perspektif islam

dan kepemimpinan dalam perspektif barat, sehingga mahasiswa diharapkan mampu

mamahami dan menguasai perbandingan mengenai kelemahan dan kelebihannya, serta

menjadikannya arahan atau cerminan untuk menuju perbaikan bangsa.

3. Mencoba menganalisis bersama-sama permasalahan yang timbul dari model

kepemimpinan yang diterapkan di Indonesia saat ini, sehingga menghasilkan suatu

solusi untuk mengendalikan atau bahkan menuntaskan masalah yang timbul dari model

kepemimpinan tersebut.

4. Mengkaji kembali tentang keistimewaan model kepemimpinan yang berlandaskan wahyu

dari Allah SWT, dengan mensosialisasikan sejarah emas kepemimpinan Rasulullah dan

para Shahabatnya untuk dijadikan teladan bagi seluruh umat muslim. Serta mengikis

habis isme-isme didalam kalangan mahasiswa yang memandang hukum islam dari sisi

buruknya saja, bahwa islam beserta aspek kepemimpinannya berlandaskan pada hukum

yang kejam (hukum orang bar-bar), yang dapat memperbanyak jumlah kalangan

muslim yang phobi terhadap hukum islam itu sendiri.

D. SISTEMATIKA PENULISAN

BAB I terdiri dari pendahuluan, yang dalam permulaannya, kami menguraikan terlebih

dahulu latar belakang dari masalah yang akan kami bahas dalam makalah ini, dengan

menguraikan beberapa permasalahan yang mendasari perlunya kami mengkaji aspek

kepemimpinan ini. Selanjutnya, kami uraikan beberapa rumusan masalah, yang dimaksudkan

untuk mempermudah dalam membahas makalah yang kami sajikan. Dan terakhir dalam Bab I

ini kami memaparkan beberapa tujuan dan sistematika dari penulisan makalah.

Page 6: kepemimpinan Menurut Ajaran Islam

BAB II terdiri dari uraian teoritis dari rumusan masalah yang telah kami sebutkan

sebelumnya. Yaitu beberapa pengertian mengenai kepemimpinan dan macam-macamnya,

yang dikemukakan oleh beberapa tokoh yang secara lugas telah membahas kajian ini dalam

beberapa karyanya. Selanjutnya mengenai persamaan dan perbedaan kepemimpinan dalam

perspektif islam, serta periodesasi kepemimpianannya. Dengan kepemimpinan dalam

perspektif barat serta teori-teori ilmiah dari para orientalis barat. Oleh karena itu pada akhir

bagian tyeoritis ini kami tutup dengan lembar sejarah emas masa kepemimpinan islam masa

Kenabian dan masa setelahnya, untuk cerminan dan keteladan bagi umat untuk senantiasa

memiliki loyalitas pada hokum Allah SWT serta Keislamannya.

BAB III terdiri dari pembahasan dari Bab II bagian teoritis makalah. Dalam bagian ini

kami menguraikan lebih lengkap dengan mengemukakan beberapa pendapat lain yang

bersumber pada al-Quran dan Sunnah Rasulullah SAW.

BAB IV terdiri dari kesimpulan dari pembahasan makalah, yang mengemukakan

ringkasan masalah, serta beberapa pendapat kami atas materi yang kami bahas dalam

makalah ini.

BAB II

TEORITIS

A. Pengertian dan Macam-Macam Kepemimpinan

الرحيم الرحمن الله بسم

�ن ف�إ �م ك م�ن م ر�� األ �ول�ي و�أ س�ول� �الر ط�يع�وا

� و�أ �ه� الل ط�يع�وا� أ �وا ء�ام�ن �ذ�ين� ال &ه�ا ي

� �اأ ي

� �و م ي و�ال �ه� �الل ب �ون� �ؤ م�ن ت �م ت �ن ك �ن إ ول� س� �و�الر �ه� الل �ى �ل إ د&وه� ف�ر� ي ء0 ش� ف�ي �م ع ت �از� �ن ت

: ) النساء 44 و�يال �أ ت ن� ح س�

� و�أ ر7 ي خ� �ك� ذ�ل خ�ر� )59اآل

“Hai orang-orang yang beriman, ta`atilah Allah dan ta`atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di

antara kamu. Kesudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah

ia kepada Allah (Al Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada

Page 7: kepemimpinan Menurut Ajaran Islam

Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik

akibatnya.”(Q.S An-Nisaa: 59)

Rasulullah Saw, adalah tauladan bagi umat dalam segala aspek kehidupan, khususnya

dalam hal kepemimpinan ini beliau adalah sosok yang mencontohkan kepemimpinan

paripurna dimana kepentingan umat adalah prioritas bagi beliau. Maka sangatlah tepat

apabila kita sangat mengidealkan visi dan model kepemimpinan Muhammad SAW (sang

revolusioner yang legendaries, manusia mulia kekasih Allah SWT).

Eggi (2003:12) yang merupakan seorang eksponen generasi muda, mengatakan secara

tajam bahwa dalam sejarah umat manusia belum satupun dapat terwujud sosok pemimpin

sehebat kepemimpinan Rasulullah SAW, iapun melontarkan sejumlah kriteria persyaratan

yang harus ada dalam sosok seorang pemimpin, dari apa yang berusaha ia selami dari

keteladanan kepemimpinan Rasulullah Saw, yaitu:

1. Pemimpin harus dekat dengan tuhan dan konsisten memperjuangkan nilai-nilai dan

ajaran Tuhan yang baik dan luhur.

2. Pemimpin haruslah seorang yang ikhlas (nothing to loose), tanpa mengharap pamrih

kecuali untuk beribadah pada Tuhan melalui pengabdiannya kepada rakyat.

3. Pemimpin harus sosok yang jujur dan adil. Dan khalifah umar bin khaththab merupakan

contoh pemimpin yang mampu membedakan mana kpentingan pribadi dan mana

kepentingan Negara.

4. Pemimpin harus mencintai rakyat dan mendahulukan kepentingannya diatas kepentingan

diri keluarga dan golongannya.

Nampaknya, empat kriteri tersebut masih sangat jauh dari harapan apabila kita melihat

kembali pada realitas yang menindas saat ini.kepemimpinan dijadikan alat untuk

mengeksploitasi rakyat. Padahal Islam memandang kepemimpinan sebagai sebuah beban

(taklif) dan amanah, sehingga orang yang diberikan amanah kepemimpinan, dia harus

mengedepankan pelayanan kepada masyarakat. Karena pemimpin adalah khadimul ummah

(pelayan masyarakat).

Page 8: kepemimpinan Menurut Ajaran Islam

Oleh karena itu, (Hilal: 2005) Sayid al-Wakil mengemukakan pendapatnya, bahwa:

seorang pemimpin harus memiliki sekurang-kurangnya lima syarat, yaitu:

1. Muslim

2. Berilmu

3. Adil

4. Memiliki kemampuan memimpin (skill kepemimpinan)

5. Sehat jasmani sehingga dapat menjalankan tugas-tugasnya.

Dalam kitabnya “Al-Qiyadah wal Jundiyah fil Islam”, Sayid al-Wakil menjelaskan

bahwa al-qiyadah dalam konteks Al-Qur`an, Sunnah, dan Tarikh Islam memiliki empat

pengertian.

Pertama, ro’i. Dalam sebuah hadits riwayat Bukhari dan Muslim disebutkan,

“Setiap kalian adalah pemimpin (ro’i) dan setiap kalian akan dimintai

pertanggungjawabannya. Seorang imam adalah pemimpin (ro’i) dan akan dimintai

pertanggung jawabannya. Seorang suami (rojul) adalah pemimpin terhadap keluarganya,

dan akan dimintai pertanggung jawabannya. Seorang istri adalah pemimpin dalam rumah

suaminya dan akan dimintai pertanggungjawabannya. Seorang pembantu (khadim) adalah

pemimpin terhadap harta majikannya, dan akan dimintai pertanggungjawabaannya. Setiap

kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawabannya.”

Kepemimpinan dalam terminologi ro’i mencakup kepemimpinan negara, masyarakat,

rumah-tangga, kepemimpinan moral; yang mencakup juga kepemimpinan laki-laki maupun

perempuan. Oleh karena itu, tak seorang pun di dunia ini lepas dari tanggung jawab

kepemimpinan, minimal terhadap dirinya sendiri. Setiap orang mengemban amanah, dan

setiap amanah pasti akan dimintai pertanggungjawabannya.

Ro’i berasal dari kata ro’a-yar’a-ro’yan-ri’ayatan (Munawwir, 1997:510). Artinya

kepemimpinan dalam terminologi ro’i menyiratkan pentingnya makna ri’ayah yang artinya

menggembala, memelihara, mengarahkan, dan memberdayakan orang-orang yang

dipimpinnya (ra’iyah).

Page 9: kepemimpinan Menurut Ajaran Islam

Kedua, imam. Artinya pemimpin yang selalu berada di depan. Kata imam seakar

dengan kata amam (di depan). Sehingga dalam terminologi ini, imam adalah pemimpin yang

berfungsi sebagai teladan dan sosok panutan yang membimbing orang-orang yang

dipimpinnya.

Hilal (2005), Ibnul Qoyim telah mengemukakan dalam kajian kepemimpinan, bahwa:

kata imam juga berarti ma`mum. Dengan pengertisan ini, maka seorang pemimpin selain siap

untuk menjadi imam, ia juga harus siap untuk menjadi ma`mum. Imam, selain bertugas

mengarahkan ma’mum, pada saat yang sama ia pun harus siap dikritik dan diingatkan oleh

ma’mum. Dalam shalat berjamaah, ketika imam melakukan kesalahan, ma`mum wajib

mengingatkannya dengan ucapan subhanallah. Dan imam harus siap mendengarkan

peringatan ma`mum.

Ketiga, khalifah. Secara terminologi artinya pengganti kepemimpinan Rasulullah

SAW.

Hilal (2005), Ibnu Khaldun mengatakan bahwa: kepemimpinan dalam terminologi

khalifah juga berarti menyiapkan kepemimpinan berikutnya sesuai dengan aturan syari’ah

demi tercapainya kemashlahat duniawi dan ukhrowi.

Kata khalifah seakar dengan kata khalfun (belakang) (Munawwir, 1997:361). Ini

artinya, seorang pemimpin bukan saja harus mempersiapkan generasi pemimpin

penggantinya, ia juga harus siap melanjutkan kepemimpinan sebelumnya.

Keempat, amir. Artinya pemerintah. Dalam hadits riwayat Bukhari, Ibnu Majah, dan

Imam Ahmad, kita wajib menaati seorang pemimpin (amir) apapun warna kulitnya, bentuk

rupanya, kaya atau miskin, selama pemimpin itu berada dalam bimbingan wahyu Allah Swt.

Kata amir juga berarti ma`mur (yang diperintah). Ini artinya, seorang pemimpin selain

menjalankan fungsi-fungsi pemerintahan, ia juga harus siap diperintah oleh rakyatnya dalam

hal yang mengandung kemaslahatan untuk semua.

Keempat tipe kepemimpinan diatas esensinya terlihat jelas dalam pola kepemimpinan

Rasulullah SAW. dan Khulafaur Rasyidin yang selalu mengedepankan kebenaran, keadilan,

dan kesejahteraan. Hakikat kepemimpinan dalam Islam adalah mengemban amanah rakyat

untuk mencapai keselamatan hidup di dunia dan di akhirat.

Page 10: kepemimpinan Menurut Ajaran Islam

Ketaatan kepada Pemimpin adalah satu pilar pemerintahan dalam Islam. Umar bin

Khaththab berkata, “Tidak ada arti Islam tanpa jamaah, tidak ada arti jamaah tanpa amir

(pemimpin), dan tidak ada arti amir tanpa kepatuhan.” Seorang pemimpin memang harus

memiliki keistimewaan, cerdas, berakhlak mulia, dan bermental baja. Namun, itu semua tidak

ada artinya tanpa adanya loyalitas dari rakyatnya.

Meskipun Islam mewajibkan umatnya agar taat kepada pemimpin, namun ketaatan itu

tidak bersifat mutlak. Hilal (2005) mengemukakan pendapatnya bahwa: Ketaatan rakyat

kepada pemimpin dibatasi oleh beberapa persyaratan, yaitu:

1. Pemimpin dimaksud memiliki komitmen kepada syari’at Islam dengan menerapkannya

dalam kehidupan.

Ali bin Abi Thalib berkata, “Wajib bagi imam (pemimpin) memerintah dengan aturan

yang diturunkan Allah Swt. dan menyampaikan amanah. Apabila ia melaksanakan demikian,

maka wajib bagi rakyat menaatinya.”

2. Pemimpin harus adil.

�ن أ �اس� الن ن� �ي ب �م �م ت ح�ك �ذ�ا و�إ �ه�ا ه ل� أ �ى �ل إ �ات� م�ان

� األ �ؤ�د&وا ت �ن أ �م ك م�ر� �أ ي �ه� الل ��ن إ

: ) النساء ا �ص�ير4 ب م�يع4ا س� �ان� ك �ه� الل ��ن إ �ه� ب �م �ع�ظ�ك ي �ع�م�ا ن �ه� الل ��ن إ ع�د ل� �ال ب �م�وا �ح ك ت

58 )

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada yang berhak

menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia

supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang

sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha

Melihat” (QS An-Nisa`: 58)

Pemimpin dimaksud tidak menyuruh manusia melakukan maksiat. Islam menyuruh kita

melakukan amar ma’ruf nahi munkar. Maka ketika ada pemimpin mengajak dan membiarkan

kemaksiatan merajalela, seperti minuman keras, zina, riba, korupsi, dan bentuk kejahatan

lainnya, maka kita tidak boleh menaatinya. Sebaliknya, kita harus meluruskannya. Laa

thaa’ata limakhuluuqin fii ma’shiyatil khaliq (tidak ada ketaatan kepada pemimpin yang

mengajak maksiat kepada Allah SWT).

Page 11: kepemimpinan Menurut Ajaran Islam

Di masyarakat kita yang paternalistik ini, kadang masyarakat kurang bisa

mengaktualisasikan ketaatan mereka kepada pemimpinnya. Sekelompok orang menindas,

menganiaya, dan meneror kelompok lain atas perintah pemimpinnya. Harus ada gerakan yang

mengingatkan pemimpin zalim seperti itu, dan menyadarkan pengikutnya agar tidak menaati

kemaksiatan yang diperintahkan oleh pemimpinnya.

B. Persamaan dan Perbedaan kepemimpinan

1. Kepemimpinan Dalam Prespektif Islam

Nabi Muhammad SAW merupakan sosok pemimpin yang terkenal dengan kearifannya, sifat

beliau yang menonjol dalam kepemimpinannya, tidak saja di akui oleh orang-orang islam

sendiri tapi juga diakui oleh orang-orang orientalis barat yang nota bene mereka adalah

orang-orang yang menentang islam, hal ini memberi gambaran kepada kita bahwasannya

kepemimpinan dalam islam bukan saja hasilnya hanya dirasakan oleh umat islam itu sendiri ,

akan tetapi dirasakan oleh umat non muslim, Kepemimpinan islam memberikan prospek yang

cerah bagi kelangsungan hidup manusia di Era Globalisasi sekarang ini yang sarat dengan

krisis kepemimpinannya dan dekadensi moral akibat ulah-ulah para penguasa yang tidak

bertanggung jawab. Dan perlu difahami pula bahwasannya seseorang dikatakan sebagai

pemimpin manakala ia benar-benar beriman dan bertaqwa kepa Allah swt, dan inilah yang

membedakan antara kepemimpinan dalam islam dan kepemimpinan menurut teori orang-

orang barat.

Seorang pemimpin dalam islam itu tidak boleh terlepas ciri-ciri berikut ini sebagai pedoman

dalam memilih calon pemimpin masa depan:

1) Setia; Pemimpin dan orang yang dipimpin terikat kesetiaan kepada Allah.

2) Tujuan; Pemimpin melihat tujuan organisasi bukan saja berdasarkan kepentingan

kelompok tetapi juga dalam ruang lingkup tujuan Islam yang lebih luas.

3) Berpegang pada Syariat dan Akhlak Islam; Pemimpin terikat dengan peraturan

Islam, boleh menjadi pemimpin selama ia berpegang pada perintah syariat. Waktu

mengendalikan urusannya ia harus patuh kepada adab-adab Islam, khususnya ketika

berurusan dengan golongan oposisi atau orang-orang yang tak sepaham.

Page 12: kepemimpinan Menurut Ajaran Islam

4) Pengemban Amanah; Pemimpin menerima kekuasaan sebagai amanah dari Allah

yang disertai oleh tanggung jawab yang besar. Qur’an memerintahkan pemimpin

melaksanakan tugasnya untuk Allah dan menunjukkan sikap baik kepada

pengikutnya.

وا م�ر�� و�أ �اة� ك �الز �و�ا و�ء�ات ة� الص�ال� ق�ام�وا

� أ ر ض�� األ ف�ي �اه�م �ن م�ك �ن إ �ذ�ين� ال

: ) الحج م�ور�� األ �ة� ع�اق�ب �ه� �ل و�ل �ر� ك م�ن ال ع�ن� �ه�و ا و�ن وف� م�ع ر� �ال (41ب

“Yaitu orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka, niscaya mereka

mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang ma’ruf dan mencegah

perbuatan yang mungkar… “(QS.22:41).

2. Pemimpin Dalam presfektif Orientalis Barat

Pada dasarnya prinsip kepemimpinan dalam presfektif barat hampir sama dengan

kepemimpinan dalam presfektif islam, untuk mencapai suatu keberhasilan dalam

merealisasikan visi dan misi suatu perkumpulan atau organisasi, akan tetapi sebagai mana di

jelaskan diawal tadi, bahwasannya kepemimpinan dalam islam bukan saja hanya mengurus

masalah duniawi semata akan tetapi berkenaanpula dengan masalah akhirat juga, atau lebih

spesifik lagi berkenaan dengan tanggung jawabnya selaku pemimpin kepada Allah swt,

dalam artian pemimpin dalam islam bukan saja bertanggung jawab ketika didunia tapi ia juga

harus bertanggung jawab membawa umatnya kejalan yang benar yang diridhai oleh Allah

swt, sehingga selamat nanti diakhirat kelak. Berbeda dengan kepemimpinan dalam prespektif

barat, mereka meyatakan bahwasannya seorang pemimpin ialah orang yang mampu

mengendalikan massa, dan mampu menguasai mereka, tanpa menghiraukan penderitaan

anggotanya atau organisasi-organisasi lainnya, yang penting dia merasa senang, walaupun

harus tertawa diatas penderitaan orang lain, seperti yang telah dilakukan oleh pemimpin-

pemipin barat, diantaranya, adolf Hitler, naji, josh.w.bush, dan lain-lain.

Akibat menyerapnya teori-teori kepemimpinana yang dibawa oleh orang-orang barat,

kedalam pemahaman orang-orang muslim, ini mengakibtkan terjadinya, ketimpangan dalam

memahami, ajaran kepemimpinana islam, seperti contoh kasus, boleh tidaknya seorang

wanita menjadi pemimpin, ini merupakan problem yang sangat fundamental, di dalam

Page 13: kepemimpinan Menurut Ajaran Islam

masyarakat kita sekarang, dan ini menjadi tugas kita, untuk kembali meluruskan, pemahaman

tentang kepemimpinan menurut ajaran islam, yang berlandaskan AL-Quran dan sunnah.

C. Kepemimpinan Rasulullah

Sejak manusia berada dipermukaan bumi ini, hasratnya ingin mengetahui segala hukum

dan kodrat alam yang terdapat disekitarnya, besar sekali. Makin dalam ia meneliti, makin

tampak kepadanya kebesaran alam itu, melebihi yang semula. Kelemahan dirinya makin

tampak pula dan keangkuhannya pun makin berkurang.

Demikianlah, Nabi yang membawa Islam itu pun sama pula dengan alam ini. Sejak

bumi ini menerima cahaya Nabi, para ulama berusaha mencari segi-segi kemanusiaan yang

besar daripadanya, mencari nilai-nilai Asma-Allah dalam pemikirannya, dalam akhlaknya,

dalam ilmunya. Dan kalaupun mereka mapu mencapai pengetahuan itu seperlunya, namun

sampai kini pengetahuan yang sempurna belum juga mereka capai. Perjuangan yang mereka

hadapi masih panjang, jaraknya masih jauh, jalannya pun tak berkesudahan.

Kenabian adalah anugrah Tuhan, tak dapat dicapai dengan usaha. Akan tetapi ilmu dan

kebijaksanaan Allah yang berlaku, diberikan kepada orang yang bersedia menerimanya, yang

sanggup memikul segala bebannya. Allah lebih mengetahui dimana risalah-Nya itu akan

ditempatkan. Muhammad SAW sudah dipersiapkan membawa risalah atau misi itu keseluruh

dunia, bagi si hitam dan si putih, bagi si lemah dan si kuat. Ia disiapkan membawa risalah

agama yang sempurna, dan dengannya menjadi penutup bagi para nabi dan rasul, yang hanya

satu-satunya menjadi sinar petunjuk, sekalipun nanti langit akan terbelah, bintang-bintang

akan runtuh dan bumi inipun akan berganti dengan bumi dan angkasa lain.

Kesucian para nabi dalam membawa risalah dan meneruskan amanah wahyu, adalah

masalah yang tak dapat dimasuki oleh kaum cendekiawan. Bagi para nabi, sudah tidak ada

pilihan lain. Mereka menerima risalah dan amanah, dan itu harus disampaikan, sesudah

mereka diberi cap dengan stempel kenabian. Tugas menyampaikan amanah itu sudah menjadi

konsekuensi wajar bagi seorang nabi, yang tak dapat dielakkan. Akan tetapi, tidak selamanya

wahyu itu menyertai para nabi dalam tiap perbuatan dan kata-kata mereka. Mereka juga tidak

bebas dari kesalahan. Bedanya dengan manusia biasa, Allah tidak membiarkan mereka

hanyut dalam kesalahan itu sesudah sekali terjadi, dan kadang mereka segera mendapat

teguran.

Page 14: kepemimpinan Menurut Ajaran Islam

Muhammad SAW telah mendapat perintah Tuhan guna menyampaikan suatu amanah,

dengan tidak dijelaskan jalan yang harus ditempuhnya, baik dalam cara menyampaikan

risalah atau dalam cara mempertahankannya. Pelaksanaannya diserahkan kepadanya, menurut

kemampuan akal, pengetahuan dan kecerdasannya, sebagaimana yang sering dilakukan oleh

kaum cerdik pandai lainnya. Kemudian datang wahyu yang memberikan penjelasan secara

tegas tentang segala sesuatu mengenai Dzat Tuhan, keesaan-Nya, sifat-sifat-Nya serta cara-

cara beribadat. Tetapi tidak demikian tata cara kemasyarakatan, dalam keluarga, tentang desa,

kota, dan tentang Negara, baik yang berdiri sendiri maupun yang terikat oleh Negara-negara

lain.

Disamping itu masih banyak sekali bidang lain yang harus diselidiki sehubungan

dengan kebesaran Nabi SAW sebelum datangnya wahyu. Juga tidak kurang kebesaran itu

yang harus diselidikinya sesudah datangnya wahyu. Ia menjadi utusan Tuhan dan mengajak

orang kepadanya.. Ia menjadi pemimpin umat Islam, menjadi panglima perangnya; ia

menjadi mufti, menjadi hakim dan organisator seluruh jaringan komunikasi dalam hubungan

sesamanya dan antarbangsa. Dalam segala hal beliau dapat menegakkan keadilan. beliau

mempersatukan bangsa-bangsa dan kelompok-kelompok, sesuai dengan yang dapat diterima

akal sehatnya. Ia menjadi lambang kefasihan, yang menyebabkan para ahli dalam bidang itu

harus takluk dan menundukan kepala, mengakui kebesaran dan kedahsyatannya. Akhirnya

beliau melepaskan dunia fana ini dengan rela hati atas pekerjaannya, yang juga sudah

mendapat kerelaan Allah dan kaum Muslimin.

D. Kepemimpinan Setelah Rasulullah SAW

Para sahabat Nabi Muhammad SAW dan salafus shalih sudah lama tiada, namun

keteladanan mereka di tulis oleh tinta emas sehingga menjadi teladan bagi kehidupan umat

Islam generasi berikutnya. Kesalehan mereka sangat luar biasa, tak heran apabila diantara

mereka ada yang sudah di jamin masuk surga, salah satunya yaitu Umar Bin Khatab, dia

seorang pemimpin setelah Rasulullah yang adil dan bijaksana dalam memimpin umat. Beliau

berasal dari kabilah Quraisy dan berasal dari suku Bani Hasyim.

Seperti kita ketahui hampir seluruh kriteria seorang pemimpin beliau miliki, karena di

bawah kepemimpinannya umat hidup sejahtera dan tiada kurang suatu apapun. Dan dia tidak

pernah marah apabila ada seorang rakyat yang mengoreksi apabila ia melakukan kesalahan,

Page 15: kepemimpinan Menurut Ajaran Islam

sebagai contoh ketika beliau diangkat menjadi khalifah setelah Abu Bakar Ash-Shiddiq

beliau berpidato dihadapan rakyatnya, dalam pidatonya beliau mengatakan :

“segala puji bagi Allah penguasa seluruh alam. Salam dan sejahtera semoga Allah

limpahkan atas panutan agung Muhammad Saw. Pada kesempatan ini aku ingin

menyampaikan amanah kepada kamu sekalian wahai kaum muslimin. Kalian semua ibarat

unta yang bertali, untuk itu kalian akan menurut saja kemana orang yang memegang tali itu.

Aku akan membawa kalian semua ke jalan yang benar yang diridhoi Allah Swt. Oleh karena

itu apabila kalian melihat aku melakukan keslahan yang menyimpang dari perintah Allah

dan Rasul-Nya, maka luruskanlah”, setelah berbicara tiba-tiba berdirilah seorang laki-laki

dan berkata, ”wahai umar, aku bersumpah akan meluruskan mu dengan pedangku ini jika

engkau menyimpang”. Mendengar kata-kata itu seorang sahabat lainnya berkata, ”wahai

sahabat janganlah engkau berkata kasar kepada khalifah.” kemudian umar berkata, ”terima

kasih, aku sangat senang kepadamu rupanya diantara rakyat masih ada yang mempunyai

keberanian, aku patut memberikan penghargaan padamu.”

Dari kutipan kisah diatas dapat kita simpulkan bahwa beliau memang seorang yang

bijaksana, karena dia tidak melihat kedudukan seseorang dalam memberi nasihat.

Selain bijaksana beliaupun seorang yang sangat perhatian terhadap rakyatnya, itu

dibuktikan dengan seringnya beliau mengadakan inspeksi mendadak untuk mengetahui

keadaan rakyatnya. Dalam salah satu inspeksinya beliau pernah mendapati seorang ibu dari

sebuah keluarga, yang merebus batu seolah-olah dia kelihatan sedang menanak nasi, karena

tidak punya makanan lagi yang bisa di makan. Hal itu dilakukan untuk menghentikan tangis

anak-anaknya yang kelaparan. Saat itu juga khalifah Umar dengan sigap mengambil gandum

dari baitu Mal untuk mencukupi kebutuhan keluarga itu. Gandum itu beliau panggul sendiri,

walaupun pengawalnya melarang. Beliau berfikir bahwa kejadian ini akibat kelalaian beliau

dalam mengurus umat. Oleh karena itu dia tidak mau apabila tanggung jawabnya dibebankan

pada bawahannya, beliau takut bagaimana nanti beliau mempertanggung jawabkannya

dihadapan Allah Swt kelak pada hari perhitungan.

Disisi lain, dalam masa kepemimpinannya kekuasaan kaum muslimin semakin luas.

Kekuatan politik dan militer umat muslim pada saat itu sangat berkembang pesat dan mampu

melawan kekuatan-kekuatan kufur dan musyrik yang menghalangi meluasnya dakwah islam,

pada masa itu pula wilayah-wilayah yang sebelumnya menolak dakwah islam akhirnya dapat

Page 16: kepemimpinan Menurut Ajaran Islam

ditaklukan dan menjadi bagian dari negara yang dipimpin oleh Umar. Negara-negara yang

berhasil ditundukan itu diantaranya :

Di negri Syam antara lain, Alyarmuk, Basra, Damaskus, Yordania, Bisan, Thobariyah,

Aljabiyah, Palestina, Ramlah, Asqolan, Gaza, Tepi-tepi laut, Baitil maqdis.

Di Afrika yaitu negri Mesir, Iskandariyah, Tripoli barat (Libia), Barqoh.

Di Irak dan Persia, yaitu negri Alqadisiyah, Hirah, seluruh persia, Armenia, Almausil,

delta sungai eufrat dan dajla, Khurasan, Albasrah, Nisabur, Azerbejan, Nahawind,

Ashbahan, Hamadzan dan lain-lain.

Umar sendiri tidak pernah mempunyai rasa takut pada orang-orang yang berkuasa pada

saat itu dan ia pun tak segan-segan untuk meluruskan mereka apabila mereka melakukan

kesalahan. Itulah sedikit mengenai salah seorang sahabat yang dijamin masuk surga yaitu

Umar Ibnu Khattab. Dan beliau merupakan salah satu pemimpin pada masa kepemimpinan

khalifah yang berjalan sesuai dengan manhaj kenabian, periode ini merupakan periode

khulafaur-rasyidun. Berlangsung lebih kurang 40 tahun, yaitu sejak diangkatnya Abu Bakar

Asy-siddiq sebagai khalifah hingga wafatnya khalifah Ali bin Abi Thalib.

Pada akhirnya Umar menemui sang Khaliq pada usia 63 tahun sama seperti sahabat

Abu Bakar dan Rasulullah. Beliau dibunuh ketika beliau akan sholat subuh di mihrab pada

hari rabu, tepatnya tanggal 26 Dzulhijjah tahun 23 Hijriyah, beliau ditikam oleh seorang

majusi yang bernama Abu Lu’luah atau firaus yang berasal dari parsi (satu wilayah di

Romawi). Tetapi dalam keadaan kritis setelah di tikam, ketika diingatkan waktu sholat beliau

segera melaksanakannya. Setelah itu beliau bertanya pada kepada sahabatnya mengenai

orang yang mencoba membunuhnya, dan sahabat pun menjawabnya bahwa orang yang

mencoba membunuh umar yaitu Abu lu’luah Almajusi seorang pelayan Almughirah bin

syu’bah, ketika mendengarnya Umar bahagia dan mengucap ”Alhamdulillah” karena dia

berfikir bahwa yang menjadikan wafatnya ialah orang yang mengaku beriman tetapi ia tidak

pernah bersujud pada Allah. Setelah tiga hari setelah kejadian penikaman itu beliau baru

meninggal, dan akhirnya Khalifah Umar berhasil memimpin umatnya selama 10 tahun 6

bulan 5 hari, dan beliau mempunyai anak sebanyak 13 orang, 9 laki-laki dan 4 orang

perempuan.

Page 17: kepemimpinan Menurut Ajaran Islam

BAB III

PEMBAHASAN

Pemimpin dan kepemimpinan merupakan persoalan keseharian dalam kehidupan

bermasyarakat, berorganisasi / berusaha, berbangsa dan bernegara. Kemajuan dan

kemunduran masyarakat, organisasi, usaha, bangsa dan megara antara lain dipengaruhi oleh

para pemimpinnya. Oleh karena itu sejumlah teori tentang pemimpin dan kepemimpinanpun

bermunculan dan kian berkembang.

Islam sebagai rahmat bagi seluruh manusia, telah meletakkan persoalan pemimpin dan

kepemimpinan sebagai salah satu persoalan pokok dalam ajarannya.

Beberapa pedoman atau panduan telah digariskan untuk melahirkan kepemimpinan yang

diridai Allah swt, yang membawa kemaslahatan, menyelamatkan manusia di dunia dan

akhirat kelak.

Sejarah Islam telah membuktikan pentingnya masalah kepemimpinan ini setelah

wafatnya Baginda Rasul. Para sahabat telah memberi penekanan dan keutamaan dalam

melantik pengganti beliau dalam memimpin umat Islam. Umat Islam tidak seharusnya

dibiarkan tanpa pemimpin. Sayyidina Umar R.A pernah berkata, “Tiada Islam tanpa jamaah,

tiada jamaah tanpa kepemimpinan dan tiada kepemimpinan tanpa taat”.

Pentingnya pemimpin dan kepemimpinan ini perlu dipahami dan dihayati oleh setiap

umat Islam di negeri yang mayoritas warganya beragama Islam ini, meskipun Indonesia

bukanlah negara Islam.

A. Ayat-Ayat Tentang Kepemimpinan

Allah SWT telah memberi tahu kepada manusia, tentang pentingnya kepemimpinan

dalam islam, sebagaimana dalam Al-Quran kita menemukan banyak ayat yang berkaitan

dengan masalah kepemimpinan.

Page 18: kepemimpinan Menurut Ajaran Islam

Mari kita simak dan tadaburi diantaranya! Firman Allah SWT:

· م�ن ف�يه�ا �ج ع�ل� ت� أ �وا ق�ال �يف�ة4 ل خ� ر ض�

� األ ف�ي ج�اع�ل7 Qي �ن إ �ة� �ك ئ م�ال� �ل ل &ك� ب ر� ق�ال� �ذ و�إ

Qي �ن إ ق�ال� �ك� ل �ق�دQس� و�ن �ح�م د�ك� ب Qح� ب �س� ن �ح ن� و�ن الدQم�اء� ف�ك� �س و�ي ف�يه�ا د� �ف س� ي

: ) البقرة �م�ون� �ع ل ت � ال م�ا �م� ع ل� ( 30أ

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak

menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak

menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan

menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan

mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak

kamu ketahui”. (Al Baqarah: 30)

Ayat ini mengisyaratkan bahwa khalifah (pemimpin) adalah pemegang mandat Allah

SWT untuk mengemban amanah dan kepemimpinana langit di muka bumi. Ingat komunitas

malaikat pernah memprotes terhadap kekhalifahan manusia dimuka bumi.

�ن ف�إ �م ك م�ن م ر�� األ �ول�ي و�أ س�ول� �الر ط�يع�وا

� و�أ �ه� الل ط�يع�وا� أ �وا ء�ام�ن �ذ�ين� ال &ه�ا ي

� �اأ ي

� �و م ي و�ال �ه� �الل ب �ون� �ؤ م�ن ت �م ت �ن ك �ن إ ول� س� �و�الر �ه� الل �ى �ل إ د&وه� ف�ر� ي ء0 ش� ف�ي �م ع ت �از� �ن ت

: ) النساء 44 و�يال �أ ت ن� ح س�

� و�أ ر7 ي خ� �ك� ذ�ل )59اآلخ�ر�

” Hai orang-orang yang beriman, ta`atilah Allah SWT dan ta`atilah Rasul (Nya), dan ulil

amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka

kembalikanlah ia kepada Allah SWT (Al Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-

benar beriman kepada Allah SWT dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama

(bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS An-Nisa: 59)

Ayat ini menunjukan ketaatan kepada ulil amri (pemimpin) harus dalam rangka ketaatan

kepada Allah SWT dan rasulnya.

Yahya (2004:14) mengkaji ayat ini dengan berpendapat bahwa Kata “al-amr” dalam

ayat itu artinya: urusan, persoalan, masalah, perintah. Ini menunjukan bahwa pemimpin itu

tugas utamanya dan kesibukan sehari-harinya yaitu mengurus persoalan rakyatnya,

Page 19: kepemimpinan Menurut Ajaran Islam

menyelesaikan problematika dan masalah yang terjadi ditengah tengah masyarakat serta

memiliki wewenang mengatur, memenej dan menyuruh bawahan dan rakyat.

Kata minkum menurut Yahya (2004:14) yang berarti diantara kalian, mengisyaratkan

bahwa pemimpin suatu masyarakat lahir dan muncul dari masyarakat itu sendiri. Pemimpin

merupakan cermin masyarakat yang dipimpinnya serta ia selalu dekat dan bersama dengan

masyarakatnya dalam suka maupun duka.

�ع� · �ب �ت ت و�ال Qح�ق �ال ب �اس� الن ن� �ي ب �م ف�اح ك ر ض�� األ ف�ي �يف�ة4 ل خ� �اك� ن ج�ع�ل �ا �ن إ �اد�او�د� ي

�ه�م ل �ه� الل �يل� ب س� ع�ن &ون� �ض�ل ي �ذ�ين� ال ��ن إ �ه� الل �يل� ب س� ع�ن �ض�ل�ك� ف�ي ه�و�ى ال

: ) ص ح�س�اب� ال �و م� ي وا �س� ن �م�ا ب د�يد7 ش� )26ع�ذ�اب7

” Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka

berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti

hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah SWT. Sesungguhnya orang-

orang yang sesat dari jalan Allah SWT akan mendapat azab yang berat, karena mereka

melupakan hari perhitungan.” (Qs Shad: 26)

Ayat ini mengisyaratkan bahwa: salah satu tugas dan kewajiban utama seorang

khalifah adalah menegakkan supremasi hukum secara Al-Haq. Seorang pemimpin tidak boleh

menjalankan kepemimpinannya dengan mengikuti hawa nafsu. Karena tugas kepemimpinan

adalah tugas fi sabilillah dan kedudukannyapun sangat mulia.

�ا · ن و�اج ع�ل �ن0 ع ي� أ ة� �ق�ر �ا �ن �ات ي Qو�ذ�ر �ا ن و�اج� ز

� أ م�ن �ا �ن ل ه�ب �ا �ن ب ر� �ون� �ق�ول ي �ذ�ين� و�ال

: ) الفرقان �م�ام4ا إ �ق�ين� م�ت �ل (74ل

“Dan orang-orang yang berkata: “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri

kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi

orang-orang yang bertakwa”.. (QS Al Furqan: 74)

Ayat ini mengisyaratkan bahwa: Pada prinsipnya boleh-boleh saja seorang memohon

kepada Allah SWT agar dijadikan pemimpin. Dan karena ia memohon kepada Allah SWT

maka ia harus menjalankan kepemimpinannya sesuai keinginan Allah SWT. Yang dilarang

Page 20: kepemimpinan Menurut Ajaran Islam

adalah meminta kedudukan padahal ia tidak punya kompetensi dan kemampuan dalam

bidang itu.

Yahya (2004:16) menyatakan bahwa: Kalau masyarakat suatu negri bertaqwa, maka

insya Allah yang muncul adalah pemimpin yang bertaqwa pula. Telah menjadi kaidah bahwa

pemimpin adalah cerminan dari orang-orang yang dipimpin secara umum. Jadi kalau mau

pemimpin yang baik maka perbaiki rakyat dan masyarakat. Disinilah perlu adanya pembinaan

dengan pendidikan agama yang dimulai dari keluarga.

ض� · ر� األ ف�ي �ه�م �ف�ن ل �خ ت �س �ي ل �ح�ات� الص�ال �وا و�ع�م�ل �م ك م�ن �وا ء�ام�ن �ذ�ين� ال �ه� الل و�ع�د�

�ه�م ل �ض�ى ت ار �ذ�ي ال �ه�م� د�ين �ه�م ل ��ن Qن �م�ك �ي و�ل �ه�م ل ق�ب م�ن �ذ�ين� ال ل�ف� �خ ت اس �م�ا ك

�ف�ر� ك و�م�ن 4ا ئ ي ش� �ي ب �ون� ر�ك �ش ي ال �ي �ن �د�ون �ع ب ي 4ا م ن� أ خ�و ف�ه�م �ع د� ب م�ن �ه�م �ن �دQل �ب �ي و�ل

: ) النور ق�ون� ف�اس� ال ه�م� �ك� �ئ ول� ف�أ �ك� ذ�ل �ع د� (55ب

” Dan Allah SWT telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan

mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka

berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka

berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya

untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka

berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada

mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah

(janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (Qs An Nur: 55)s

Ayat ini mengisyaratkan bahwa: Al Khilafah atas dasar kebenaran dan keadilan pada

akhirnya akan kembali kepangkuan orang orang beriman dan beramal shaleh. Karena salah

satu sifat seorang pemimpin adalah beriman dan beramal shaleh. Dan tugasnya utamanya

ialah menciptakan keamanan dan menghilangkan rasa takut serta mempasilitasi rakyatnya

untuk beribadah kepada Allah SWT swt secara total

�ف�اء� · ل خ� �م �ك �ج ع�ل و�ي وء� الس& �ك ش�ف� و�ي د�ع�اه� �ذ�ا إ � م�ض ط�ر ال �ج�يب� ي م�ن� أ

: ) النمل ون� �ر� �ذ�ك ت م�ا 4 �يال ق�ل �ه� الل م�ع� �ه7 �ل ئ� أ ر ض�

� )62األ

Page 21: kepemimpinan Menurut Ajaran Islam

” Atau siapakah yang memperkenankan (do`a) orang yang dalam kesulitan apabila ia

berdo`a kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu

(manusia) sebagai khalifah di bumi? Apakah di samping Allah SWT ada tuhan (yang lain)?

Amat sedikitlah kamu mengingati (Nya)” (QS An Naml: 62)

�ل� · �ائ و�ق�ب 4ا ع�وب ش� �م �اك ن و�ج�ع�ل �ى ث ن� و�أ �ر0 ذ�ك م�ن �م �اك �ق ن ل خ� �ا �ن إ �اس� الن &ه�ا ي

� �اأ ي

) �ير7 ب خ� �يم7 ع�ل �ه� الل ��ن إ �م ق�اك ت� أ �ه� الل د� ن ع� �م م�ك ر� ك

� أ ��ن إ ف�وا �ع�ار� �ت )13ل

” Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang

perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling

kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah SWT

ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah SWT Maha

Mengetahui lagi Maha Mengenal”. (QS Al Hujurat: 13)

Ayat ini mengisyaratkan bahwa: seorang pemimpin harus memahami sosiologis dan

antropologis rakyatnya, sehingga ia betul betul memahami watak dan karakter rakyat yang

dipimpinnya.

jadi tugas dari pemimpin tersebut ialah memenej perbedaan dan keragaman rakyatnya

sebagai aset dan kekuatan Negara. Tugas pemimpin bukanlah memaksakan kebersamaan dan

persamaan. Namun, untuk mengelola perbadaan dan keragaman.

Perbedaan suku, ras dan apapun dikalangan rakyat seyogyanya menjadi ladang

kompetisi untuk menjadi mulia dan bertaqwa disisi Allah SWT swt dan yang paling berperan

dalam menciptakan kondisi yang kondusif untuk itu adalah pemimpin.

B. Beberapa Hadits Tentang Pemimpin Dan Kepemimpinan:

Yahya (2004:21) mengemukakan beberapa keterangan yang berkaitan dengan masalah

pemimpin dan kepemimpinan yang diriwayatkan dari Rasulullah SAW:

· , �ن ف�ا �اد�ه� ب ع� م�ن 0 �و م م�ظ ل �ل& ك ه� �ي �ل ا و�ي �أ ي ر ض�

� األ ف�ى الله� ظ�ل& لط�ان� fالس

. - – , ح�اف� و� أ ار� ج� �ن و�ا ر� ك الش& ��ة� ي ع� �الر ع�ل�ى �ى �ع ن ي �ان� و�ك ج ر�

� األ �ه� ل �ان� ك ع�د�ل�

Page 22: kepemimpinan Menurut Ajaran Islam

. , �ة� الو�ال ت ج�ار� �ذ�ا و�ا ر� الص�������ب �ة� ي ع� ���الر و�ع�ل�ى ر� الو�ز ه� �ي ع�ل �ان� ك �م� ظ�ل و� أ

. . �ا �ن �الز ظ�ه�ر� �ذ�ا و�ا الم�و�اش�ي �ك�ت� م�ل �اة� ك �الز �ع�ت م�ن �ذ�ا و�ا م�اء� �الس ق�ح�ط�ت

. �ة� �ن ك و�الم�س الف�ق ر� ظ�ه�ر�

“Pemimpin adalah bayangan Allah SWT dimuka bumi. Kepadanya berlindung orang orang

yang teraniyaya dari hamba hamba Allah SWT, jika ia berlaku adil maka baginya ganjaran,

dan bagi rakyat hendaknya bersyukur. Sebaliknya apabila ia curang (zalim) maka niscaya

dosalah baginya dan rakyatnya hendaklah bersabar. Apabila para pemimpin curang maka

langit tidak akan menurunkan berkahnya. Apabila zina meraja lela, maka kefakiran dan

kemiskinan pun akan merajalela.(HR. ibnu majah dari abdulah bin umar)”

Yahya (2004:22) mengartikan bahwa: Kata “bayangan Allah SWT” mengisyaratkan

bahwa pemimpin adalah perwakilan Allah SWT dimuka bumi ini. Dan juga mengisyaratkan

bahwa pemimpin harus selalu dekat kepada Allah SWT.

Kata “rakyat hendaknya bersyukur” menurutnya mengisyaratkan bahwa wujud

pemimpin yang adil adalah nikmat dari Allah SWT yang patut disyukuri.

Dan kata “rakyat hendaknya bersabar” mengisyaratkan bahwa kelak akan muncul

pemimpin yang tidak becus.

·. , �م ك �ي ع�ل &و ن� �ص�ل و�ي ه�م �ي ع�ل &و ن� �ص�ل و�ت �م �ك f&و ن ب �ح� و�ي �ه�م &و ن ب �ح� ت ن� �ذ�ي ال �م �ك ���م�ت ئ� أ �ار� ي خ�

. , �م �ك �و ن ع�ن �ل و�ي ��ه�م �و ن ع�ن �ل و�ت �م �ك غ�ض�و ن �ب و�ي �ه�م غ�ض�و ن �ب ت ن� �ذ�ي ال �م �ك �م�ت �ئ ا ار� ر���� و�ش�

“sebaik-baik pemimpin diantara kalian ialah pemimpin yang kalian cintai dan mencintai

kalian, kalian mendo’akannya dan merekapun mendo’akan kalian, dan seburuk buruknya

pemimpin diantara kalian ialah pemimpin yang kalian benci dan membenci kalian, kalian

melaknatnyadan mereka pun melaknat kalian”.(HR Muslim dari ‘auf bin malik)

Hadits ini mengisyartkan bahwa: salah satu ciri pemimpin yang baik ialah dicintai dan

dido’akan oleh rakyatnya, dan begitu pula sebaliknya. Diantar ciri pemimpin yang buruk

ialah yang dibenci dan dilaknat oleh rakyatnya, dan begitu pun sebaliknya.

C. Periodesasi Kepemimpinan Menurut Rasulullah SAW

Page 23: kepemimpinan Menurut Ajaran Islam

Rasulullah SAW bersabda:

” akan terjadi diantara kalian kepemimpinan nabi, kemudian kepemimpinan khalifah,

kemudian kepemimpinan raja yang yang menggigit (reprensif) kemudian kepemimpinan raja

yang dictator, kemudian kepemimpinan khilafah yang berjalan sesuai dengan manhaj

kenabian” (HR Ahmad Dari Hudzaifah)

Hadits ini dikuatkan oleh firman Allah SWT

ض� ر� األ ف�ي �ه�م �ف�ن ل �خ ت �س �ي ل �ح�ات� الص�ال �وا و�ع�م�ل �م ك م�ن �وا ء�ام�ن �ذ�ين� ال �ه� الل و�ع�د�

�ه�م ل �ض�ى ت ار �ذ�ي ال �ه�م� د�ين �ه�م ل ��ن Qن �م�ك �ي و�ل �ه�م ل ق�ب م�ن �ذ�ين� ال ل�ف� �خ ت اس �م�ا ك

�ف�ر� ك و�م�ن 4ا ئ ي ش� �ي ب �ون� ر�ك �ش ي ال� �ي �ن �د�ون �ع ب ي 4ا م ن� أ خ�و ف�ه�م �ع د� ب م�ن �ه�م �ن �دQل �ب �ي و�ل

) ق�ون� ف�اس� ال ه�م� �ك� �ئ ول� ف�أ �ك� ذ�ل �ع د� )55ب

“Maka di antara mereka (orang-orang yang dengki itu), ada orang-orang yang beriman

kepadanya, dan di antara mereka ada orang-orang yang menghalangi (manusia) beriman

kepadanya. Dan cukuplah (bagi mereka) Jahannam yang menyala-nyala apinya.” (Qs An

Nuur :55)

Hadits diatas mengisyaratkan bahwa uamt islam akan melalui lima periode atu model

kepemimpinan secara berkesinambungan dan bergantian hingga hari akhir tiba. Yahya

(2004:53) mengatakan bahwa Kelima periode yang dimaksud ialah:

1) Kepemimpinan Nabi : periode ini berlangsung ± 23 tahun, yaitu dari sejak diangkatnya

Rasul SAW sebagai nabi dan rasul hingga wafatnya.

2) Kepemimpinan Khalifah yang berjalan sesuai dengan manhaj kenabian. Periode ini

adalah periode Al-Khulafaur Ar-Rosyidiin. Berlangsung kurang lebih 40 tahun yaitu

sejak diangkatnya Abu Bakar sebagai khalifah hingga wafatnya Ali Bin Abi Thalib

3) Kepemimpinan Raja Yang Menggigit: raja yang menggigit berarti raja yang secara

formalitas keagamaan masih berpegang teguh pada symbol-symbol Islam, Al Quran dan

Sunah namun pada pelaksanaannya sudah jauh melenceng dari nilai-nilai Islam itu

Page 24: kepemimpinan Menurut Ajaran Islam

sendiri. Disini kata menggigit berarti berpegang teguh. Raja yang menggigit berarti juga

bahwa raja tersebut buas dan kejam terhadap rakyat nya. Gigitannya menyakitkan

rakyat. Wallahu a’lam, periode raja yang menggigit ini berlangsung kurang lebih 14

abad, yaitu dari sejak wafatnya khalifah ali sampai runtuhnya kekhalifahan turki usmani

(ottoman) pada tahun 1924.

4) Kepemimpinan Raja Yang Diktator. periode ini berlangsung sejak runtuhnya

Kekhalifahan Turki Usmani hingga sekarang dan entah kapan berakhirnya hanya Allah

SWT yang tahu.

5) Kepemimpinan Khalifah Yang Berjalan Sesuai Dengan Manhaj Kenabian. Periode ini

insya Allah akan mengulangi kembali sistim kepemimpinan Al-Khulafaur Rosyidin,

kita tidak tahu kapan waktunya. Namun kita yakin bahwa prediksi dari rasul pasti benar

dan akan terjadi.

D. Persyaratan Pemimpin Dalam Islam

Yahya (2004:55) mengutarakan persyaratan mengenai pemimpin dalam islam:

1. Adil

1.1. Adil yang merupakan lawan dari dzalim

�ن أ �اس� الن ن� �ي ب �م �م ت ح�ك �ذ�ا و�إ �ه�ا ه ل� أ �ى �ل إ �ات� م�ان

� األ �ؤ�د&وا ت �ن أ �م ك م�ر� �أ ي �ه� الل ��ن إ

: ) النساء ا �ص�ير4 ب م�يع4ا س� �ان� ك �ه� الل ��ن إ �ه� ب �م �ع�ظ�ك ي �ع�م�ا ن �ه� الل ��ن إ ع�د ل� �ال ب �م�وا �ح ك ت

58 )

” Sesungguhnya Allah SWT menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada yang berhak

menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya

kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah SWT memberi pengajaran yang sebaik-

baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah SWT adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”

(Qs An Nisa: 58)

Adil dalam hal ini masih bersisfat umum. Karena bisa saja orang yang non muslim tetapi

memiliki sifat adil, makna tersebut dapat ditangkap melalui ungkapan Umar Bin Khatab: kita

Page 25: kepemimpinan Menurut Ajaran Islam

lebih berhak berlaku adil daripada sang kaisar” dan juga dalam ungkapan rasul mensinyalir

an-najasyi (raja habasah)” sesungguhnya dinegeri itu terdapat raja yang adil”

1.2. Adil yang merupakan lawan dari fasiq

ه�د�وا ش� و�أ وف0 �م�ع ر� ب �ف�ار�ق�وه�ن و

� أ وف0 �م�ع ر� ب ��وه�ن ك م س�� ف�أ ��ه�ن ل ج�

� أ �غ ن� �ل ب �ذ�ا ف�إ

�ه� �الل ب �ؤ م�ن� ي �ان� ك م�ن �ه� ب �وع�ظ� ي �م �ك ذ�ل �ه� �ل ل ه�اد�ة� �الش ق�يم�وا� و�أ �م ك م�ن ع�د ل0 ذ�و�ي

: ) الطالق ج4ا م�خ ر� �ه� ل �ج ع�ل ي �ه� الل �ق� �ت ي و�م�ن اآلخ�ر� � �و م ي )2و�ال

” Apabila mereka telah mendekati akhir iddahnya, maka rujukilah mereka dengan baik atau

lepaskanlah mereka dengan baik dan persaksikanlah dengan dua orang saksi yang adil di

antara kamu dan hendaklah kamu tegakkan kesaksian itu karena Allah SWT. Demikianlah

diberi pengajaran dengan itu orang yang beriman kepada Allah SWT dan hari akhirat.

Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah SWT niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan

ke luar.” (Qs At Thalaq : 2)

Adil dalam pengertian ini bersifat lebih khusus.artinya, hanya dimiliki oleh orang

beriman. Konklusinya, “setiap orang adil (lawan fasiq) pasti adil (lawan dzalim). Namun,

tidak setiap adil pasti adil”. dari sifat adil tersebutjelas, bahwa adil yang dimaksud adalah

(adil) yang merupakan lawan dari fasiq. Yang pada gilirannya akan muncul sifat-sifat mulia

lainnya, seperti: persahabatan, mudah bergaul, gemar silaturrahmi, kerja sama yang baik

dalam mengambil keputusan , lemah-lembut, ibadah, meninggalkan kebencian, anti

kejahatan, dan kekerasaan, anti permusuhan, jauh dari pembicaraan yang tidak manfaat, giat

dan bekerja keras mencari nafkah halal dan sebagainya.

Dengan demikian kita dapat paham bahwa betapa berat persyaratan yang harus

terpenuhi dalam diri seorang pemimpin. Adalah logis dan sangat wajar apabila seseorang

memenuhi criteria itu (atau sebagian dari sifat itu) kita pilih dan kita angkat menjadi imam

kita. Pemimpin seperti itulah yang akan menjadi mediator dan pasilitator kebahagian kita

dunia dan akhirat.

2. Laki-laki:

Rasulullah SAW bersabda “tidak akan bahagia suatu kaum yang dipimpin oleh

wanita”. Hadits ini banyak memunculkan banyak kontroversi, terlebih dikalangan kaum

Page 26: kepemimpinan Menurut Ajaran Islam

feminis, mestinya hadits ini difahami dengan pendekatan iman, jika tidak yang muncul adal

Su-Uddzon kepada Rasulullah SAW. Bagi sorang yang beriman hadits ini sangat jelas dan

gamblang karena mereka yakin bahwa Rasulullah SAW tidak mengucapkan segala sesuatu

berdasarkan hawa nafsu melainkan dengan wahyu.

3. Merdeka (tidak berstatus budak).

Merdeka dari segala belenggu lahir dan bathin. sehingga tidak ada gangguan dan

tekanan dalam melaksanakan tugas kepemimpinannya.

4. Baligh / dewasa

5. Berakal sehat / tidak cacat mental.

Pada era globalisasi dan serba canggih ini pendidikan tinggi dan kecerdasaan

merupakan sebuah keharusan. Seorang tokoh islam pernah berkata: “pemimpin yang korup

akan menyengsarakan rakyat, pemimpin yang bodoh akan menghancurkan rakyat”

6. Bisa menjadi hakim.

Baik dalam penguasaan terhadap ilmu hukum maupun dalam mengambil keputusan

lewat sebuah ijtihad.

7. Punya keahlian militer, persenjataan dan urusan perang.

Salah satu tugas pemimpin adalah menjaga keamaaanan dan melindungi rakyat, karena

itu pemimpin harus mahir dalam bidang militer.

8. tidak cacat fisik

�ه� ل �ون� �ك ي �ى ن� أ �وا ق�ال 4ا �ك م�ل �وت� ط�ال �م �ك ل �ع�ث� ب ق�د �ه� الل ��ن إ &ه�م �ي �ب ن �ه�م ل و�ق�ال�

�ه� الل ��ن إ ق�ال� م�ال� ال م�ن� ع�ة4 س� �ؤ ت� ي �م و�ل ه� م�ن ك� م�ل �ال ب ح�ق&� أ �ح ن� و�ن �ا ن �ي ع�ل م�ل ك� ال

م�ن �ه� ك م�ل �ي �ؤ ت ي �ه� و�الل � م ج�س و�ال � م ع�ل ال ف�ي �س ط�ة4 ب اد�ه� و�ز� �م ك �ي ع�ل اص ط�ف�اه�

: ) البقرة �يم7 ع�ل ع7 و�اس� �ه� و�الل اء� �ش� )247ي

Page 27: kepemimpinan Menurut Ajaran Islam

” Nabi mereka mengatakan kepada mereka: “Sesungguhnya Allah SWT telah mengangkat

Thalut menjadi rajamu”. Mereka menjawab: “Bagaimana Thalut memerintah kami, padahal

kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedang diapun tidak diberi

kekayaan yang banyak?” (Nabi mereka) berkata: “Sesungguhnya Allah SWT telah

memilihnya menjadi rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang

perkasa.” Allah SWT memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan

Allah SWT Maha Luas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui.” (Qs Albaqarah: 247)

ق�و�ي& ال ت� ج�ر �أ ت اس م�ن� ر� ي خ� ��ن إ ه� ج�ر

�أ ت اس �ت� �ب �اأ ي �ح د�اه�م�ا إ �ت ق�ال

: القصص( م�ين�� (26األ

“Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: “Ya bapakku ambillah ia sebagai orang yang

bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk

bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya”. (Qs Al Qashash :26.)

E. Istiah Kontemporer Tentang Pemimpin:

Yang dimaksud adalah gelar yang biasa ditujukan untuk para pemimpin, yaitu: Rais Ad

Daulah (presiden), Malik, Sulthan

1. Pemimpin yang kita dambakan tidak mesti bergelar dengan istilah klasik seperti

khilafah, imam dan lain-lain. Tidak dilarang memakai istilah kontemporer. Karena

yang terpenting bagi rakyat adalah substansi. Apalah arti sebuah nama dan istilah.

2. Apapun nama, gelar dan istilah seorang pemimpin selama membawa pesan

kepemimpinan yang adil, maka itulah pemimpin yang islami. Dan begitupun

sebaliknya. Biar pakai nama Al-Quran atau Hadits, namun prilakunya bobrok, curang,

dzalim maka ia adalah musuh islam.

F. Pemecahan Masalah

Setelah meruntut satu persatu materi diatas, ternyata ada masalah yang muncul, yaitu

mengenai eksistensi kepemimpinan menurut ketentuan hukum islam, apakah permasalahan

yang timbul dinegara Indonesia saat ini adalah konsekuensi dari hilangnya nilai-nilai hukum

islam yang seharusnya sangat kuat kedudukannya dalam hukum Negara kita, yang mayoritas

masyarakatnya adalah beragama islam, ataukah karena sulitnya hukum Negara kita untuk

Page 28: kepemimpinan Menurut Ajaran Islam

tidak berkiblat pada hukum yang diciptakan oleh para orientalis barat, yang notabene jalur

pemikiran dan kebudayaannyapun berbeda jauh dengan bangsa Indonesia.

Untuk itu kami mencoba mengemukakan beberapa alternatif solusi sebagai berikut:

1. Menciptakan kondisi masyarakat yang secara perlahan dapat terarahkan untuk memiliki

semangat perubahan untuk menuju bangsa yang lebih baik dan mempunyai loyalitas yang

tinggi terhadap Islam.

2. Mendidik masyarakat sehingga diharapkan terbentuk pribadi masyarakat yang unggul dan

berkualitas, karena bagaimanapun sosok pemimpin akan bermula dari masyarakat itu

sendiri.

3. Menyadari secara total bahwa perubahan yang telah dilakukan saat ini ternyata masih

sangat jauh dari tujuan yang diharapkan, oleh karena itu masih sangat banyak lagi usaha

yang perlu dilakukan untuk perbaikan-perbaikan lainnya.

4. Siapapun dan dari kelompok manapun sosok pemimpin, seyogyanya dia dapat

meprioritaskan rasa tanggung jawab diatas segalanya, baik terhadap tuhan, masyarakat

yang dipimpinnya, maupun terhadap lawan eksternal (lawan politiknya) dan juga lawan

internal (lawan dari nafsu serakah dalam dirinya untuk berkuasa dan berbuat dzolim).

BAB IV

KESIMPULAN

Sejarah islam mencatat, keberhasilan para pemimpin dikalangan umat islam,

khususnya ketika zaman Rasulullah SAW. Konsep kepemimpinan ini masih menjadi sebuah

tanda tanya besar dikalangan umat islam sendiri, apalagi ditambah dengan, semakin

hilangnya pigur-pigur, dan tokoh-tokoh yang mahir dalam kepemimpinan, perbedaan tersebut

karena di pengaruhi oleh, ajaran-ajaran orng barat yang mencoba untuk mengikis habis,

pemahaman asli umat islam terhadap kepemimpinan.

Seiring dengan bergantinya zaman, maka bergantipulalah sistem kepemimpinan, akan

tetapi bagi umat islam sistem kepemimpinana yang diajarkan oleh Rasulullah SAW dan para

sahabatnyalah, sistem yang paling baik dan akurat, dengan tidak mengenyampingkan sistem-

Page 29: kepemimpinan Menurut Ajaran Islam

sistem baru yang memang itu sejalan dengan yang dicontokan rasul, dan diajarkan didalam

Al-Quran. Akan tetapi kini, banyak umat islam yang mencoba menerapkan sistem baru, yang

bervariasi ragamnya, yang jelas itu tidak sejalan dengan apa yang telah dianjurkan Rasulullah

SAW. Perlu ditekankan disini, bahwa sebuah sistem betapapun baiknya tanpa dijalankan oleh

pemimpin yang baik tentu tidak akan jalan. Seperti saat ini, betapa banyak dan lengkap

perangkat hukum di negara yang kita cintai, namun mengapa semuanya amburadul.

Bukankah semua itu karena tak ada pemimpin yang mumpuni?.

System adalah kata lain dari aturan main. Maka sangat tidak mungkin aturan main yang

dibuat dan cocok untuk bangsa lain dapat dipakai dan diterapkan dalam sebuah Negara yang

telah memiliki system tersendiri. Dan jika kita tetap berharap dan berusaha lebih keras, bukan

suatu keniscayaan apabila suatu saat nanti akan terbentuk suatu pemimpin dan kepemimpinan

yang menjunjung tinggi nilai-nilai hukum Allah yang mendasarkan segala aspek kehidupan

hanya dengan Al-Quran dan As-Sunnah, seperti yang telah dicontohkan oleh Rasulullah

SAW.

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, N. (1990). “Ilmuan Muslim Sepanjang Sejarah“. Bandung: Mizan.

Departemen pendidikan agama republic Indonesia. (2004). “Al-Quran dan Terjemah Al-

Jumanaatul ‘Alii”. Bandung: Jumanaatul ‘Ali IKAPI.

Departemen Pendidikan Nasional Universitas Pendidikan Indonesia. (2003). “Pedoman

Penulisan Karya Ilmiah”. Universitas Pendidikan Indonesia.

Hilal, S. (2005). “Ketaatan Pada Pemimpin“, Rubrik: Taujihat. Dicetak dari PK-Sejahtera

[Online] 33. Tersedia: http://pk-sejahtera.org. Dengan alamat URL: http://pk-

sejahtera.org/article.php?storyid=2844 [7/2/2005].

Husain, H. (2003). “Sejarah Hidup Muhammad“ (cetakan kedua puluh delapan). Bogor:

Litera AntarNusa.

Munawwir, A. (1997). “Kamus AL-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap“. Surabaya:

Pustaka Progresiff.

Page 30: kepemimpinan Menurut Ajaran Islam

Pranata, S. (1996). “Perang Pemikiran”. Message: Laurel Heydir: “Hikmah Dalam

Musibah“. Tersedia:http://www.isnet.org/archivemilis/archive96/sep96/0000.html.

Sudjana, E. (2003). “Visi Pemimpin Masa Depan: Menggagas Politik Berkeadilan”.

Bandung: Penerbit Marja’.

Wahid, A. et.al. (1993). “Kontroversi Pemikiran Islam Di Indonesia”. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Yahya, R. (2004). “Memilih Pemimpin Dalam Perspektif Islam”. Jakarta: Pustaka Nawaitu.