kementerian kelautan dan...
TRANSCRIPT
JURNAL KELAUTAN NASIONALVol. 12, No. 3, Desember 2017
Pendugaan Laju Sedimentasi di Perairan Teluk Benoa - Bali Berdasarkan Citra Satelit Sedimentation Rate in Benoa Bay Coastal Waters – Bali Based on Satellite Imagery
Try Al Tanto, Aprizon Putra, Gunardi Kusumah, A. Riza Farhan, Widodo S. Pranowo, Semeidi Husrin, dan Ilham ....................................
Pengembangan Instrumen Lagrangian GPS Drifter Combined (Gerned) untuk Observasi LautDevelopment of Lagrangian Instrument GPS Drifter Combined (Gerned) for Ocean Observation
Noir P. Purba, Syawaludin A. Harahap, Donny J. Prihadi, Ibnu Faizal, Putri G. Mulyani, Candra A. Fitriadi, Isnan F. Pangestu, Prio D. Atmoko, Adam Alfath, Joshua T. Sitio .......................................................
Penilaian Kerentanan Airtanah Menggunakan Metode Galdit (Studi Kasus : Kawasan Pertanian Garam Pademawu, Madura-Indonesia)Groundwater Vulnerability Assessment Using GALDIT Method (Case Study: Pademawu Salt Pond Area, Madura-Indonesia)
Wisnu Arya Gemilang, Gunardi Kusumah, dan Ulung Jantama Wisha .........................................................................................................................
Analisa Hidro Oseanografi Pulau Liwungan Untuk Studi Kelayakan Struktur Dermaga ApungHydro-Oceanography Analysis of Liwungan Island for The Suitability of Floating Jetty Structure
Agus Sufyan, Rudhy Akhwady, Johan Risandi, dan Nurfitri Syadiah ........................................................................................................................
Dampak Pengangkatan Artefak Bawah Laut Terhadap Kerusakan Terumbu Karang Berdasarkan Indikator Tutupan Impact of Underwater Sea Artefacts Exploration to Coral Reefs Damage Based on The Substrate Closure Indicator
Ofri Johan, Ira Dillenia, Rainer Arif Troa dan Eko Triarso .................
101-107
109-116
117-125
127-139JU
RN
AL
KE
LA
UT
AN
NA
SIO
NA
L V
ol. 1
2, N
o. 1
, Desem
ber 2
01
7, H
al. 1
01
-1
50
9 7 7 1 9 0 7 7 6 7 0 0 6 >
I S SN 1 9 0 7 - 7 6 7X
141-150
VOL. 12, NO. 3, DESEMBER 2017
ISSN 1907 - 767XTerakreditasi
682/AU3/P2MI-LIPI/07/2015Masa berlaku: Agustus 2015 - Agustus 2018
Kementerian Kelautan dan Perikanan Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan PerikananPusat Riset Kelautan
Vol. 12, No. 1, April 2017 ISSN 1907-767X
Terakreditasi (682/AU3/P2MI-LIPI/07/2015) Masa berlaku: Agustus 2015 - Agustus 2018
JURNAL KELAUTAN NASIONAL
Jurnal Kelautan Nasional merupakan publikasi ilmiah di bidang ilmu dan teknologi kelautan dan perikanan. Artikel ilmiah yang disajikan merupakan hasil penelitian orisinil, gagasan konseptual ataupun ulasan ilmiah terkini di bidang ilmu dan teknologi kelautan dan perikanan yang belum pernah dipublikasikan. Jurnal ini merupakan perubahan nama dari Jurnal Riset IPTEK Kelautan, terbit tiga kali dalam setahun pada bulan April, Agustus dan Desember. Jurnal ini telah terakreditasi (682/AU3/P2MI-LIPI/07/2015) yang ditetapkan melalui SK Kepala LIPI No. 818/E/2015 tertanggal 15 Juli 2015, diterbitkan oleh Pusat Riset Kelautan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Pemimpin Redaksi:Dr.-Ing Widodo Setiyo Pranowo
(Oseanografi Terapan - BRSDMKP)
Dewan Redaksi:Dr. Taslim Arifin
(Manajemen Wilayah Pesisir dan Laut - BRSDMKP)Dr. Sri Suryo Sukoraharjo
(Teknologi Kelautan - BRSDMKP))
Bebestari :
Redaksi Pelaksana:Dr. Rinny Rahmania, S.Pi, M.Si.Dr. Marza Ihsan Marzuki, M.T.
Sekretariat: Adi Darmawan, S.Kom.
Sitti Khadijah Nurhapy, M.T
Desain Grafis: Dani Saepuloh, S.KomJoko Subandriyo, S.T
Alamat Redaksi:Pusat Riset kelautan
Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan PerikananGedung BRSDMKP II, Lantai 4
Jl. Pasir Putih II, Ancol Timur, Jakarta 14430Telp. (021) 64700928 Ext. 4135, Faks. (021) 64711654
E-mail: [email protected] OJS : http://ejournal-balitbang.kkp.go.id/index.php/jkn
Prof. Dr. Ir. Yanuar. M.Eng., M.Sc(Teknik Mesin-Mekanika Fluida, Hambatan dan Propulsi
Kapal - Universitas Indonesia)Dr. Ir. Aryo Hanggono, DEA
(Penginderaan Jauh - BRSDMKP))Dr. Agus S. Atmadipoera
(Oseanografi - IPB)Ir. Irsan Soemantri Brodjonegoro, MSCE, Ph.D
(Akustik - ITB)Prof. Ir. Radianta Triatmadja, Ph.D
(Teknik Pantai - UGM)Prof. Ir. Djauhar Manfaat, M.Sc.,Ph.D
(Teknik Perkapalan - ITS)
Prof. Dr. Hartono, DEA, DESS(Penginderaan Jauh - UGM)Prof. Dr. Dietrriech, G. Bengen(Lingkungan Pesisir - IPB)Dr. Ir. Ita Widowati, DEA(Oseanografi - Universitas Diponegoro)Dr. Nugroho Dwi Hananto(Geologi & Geofisika - LIPI)Dr.-Ing. Widjo Kongko(Teknik Pantai - BPPT)Prof. I Ketut Aria Pria Utama(Hidrodinamika - ITS)Prof. Dr. Ir. Mulyono S. Baskoro, M.Sc(Teknologi Perikanan - IPB)
JURNAL KELAUTAN NASIONAL
Vol. 12, No. 3, Desember 2017 ISSN 1907-767X
Terakreditasi (682/AU3/P2MI-LIPI/07/2015) Masa berlaku: Agustus 2015 - Agustus 2018
i
KATA PENGANTAR
Jurnal Kelautan Nasional (JKN) adalah jurnal yang diterbitkan oleh Pusat Riset Kelautan, Badan
Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan. Puji
syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas terbitnya JKN Volume 12, No. 3, Desember 2017, dengan
baik.
Sesuai hasil evaluasi Panitia Penilai Majalah Ilmiah-LIPI, pada tanggal 15 Juli 2015 JKN kembali
memperoleh Sertifikat Akreditasi Majalah Ilmiah Nomor 682/AU3/P2MI-LIPI/07/2015 berdasarkan
Kutipan Keputusan Kepala LIPI Nomor 818/E/2015, yang berlaku sejak Agustus 2015-Agustus 2018.
Atas pencapaian tersebut, tidak lupa kami memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa,
disamping itu kami juga menghaturkan ucapan terima kasih kepada Dewan Redaksi, Redaksi
Pelaksana, Bebestari, Sekretariat dan Design Grafis yang telah meluangkan waktu dan tenaganya
sehingga akreditasi JKN dapat dipertahankan.
Artikel yang diterbitkan dalam Jurnal edisi kali ini sebanyak 5 (lima) artikel yang meliputi:
Pendugaan Laju Sedimentasi Di Perairan Teluk Benoa - Bali Berdasarkan Citra Satelit;
Pengembangan Instrumen Lagrangian GPS Drifter Combined (Gerned) untuk Observasi Laut;
Penilaian Kerentanan Airtanah Menggunakan Metode Galdit (Studi Kasus : Kawasan Pertanian
Garam Pademawu, Madura-Indonesia); Analisa Hidro Oseanografi Pulau Liwungan Untuk Studi
Kelayakan Struktur Dermaga Apung; Dampak Pengangkatan Artefak Bawah Laut Terhadap
Kerusakan Terumbu Karang Berdasarkan Indikator Tutupan Substrat dan Parameter Lingkungan.
Artikel yang terdapat dalam JKN pada edisi ini diharapkan mampu menambah khasanah informasi di
bidang ilmu pengetahuan dan teknologi kelautan dan perikanan Indonesia. Kami sangat
mengharapkan saran dan kritik untuk perbaikan penyusunan jurnal ini ke depan. Semoga jurnal ini
bermanfaat bagi pengembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kelautan dan
perikanan di Indonesia.
Pemimpin Redaksi
JURNAL KELAUTAN NASIONAL
Vol. 12, No. 3, Desember 2017 ISSN 1907-767X
Terakreditasi (682/AU3/P2MI-LIPI/07/2015) Masa berlaku: Agustus 2015 - Agustus 2018
ii
JURNAL KELAUTAN NASIONAL
Vol. 12, No. 3, Desember 2017 ISSN 1907-767X
Terakreditasi (682/AU3/P2MI-LIPI/07/2015) Masa berlaku: Agustus 2015 - Agustus 2018
iii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
Ucapan Terima Kasih
Abstrak
i
iii
v
vii
Pendugaan Laju Sedimentasi di Perairan Teluk Benoa - Bali Berdasarkan Citra
Satelit
Sedimentation Rate in Benoa Bay Coastal Waters – Bali Based on Satellite Imagery
Try Al Tanto, Aprizon Putra, Gunardi Kusumah, A. Riza Farhan, Widodo S.
Pranowo, Semeidi Husrin, dan Ilham …….................................……........................
101-107
Pengembangan Instrumen Lagrangian GPS Drifter Combined (Gerned) untuk
Observasi Laut
Development of Lagrangian Instrument GPS Drifter Combined (Gerned) for Ocean
Observation
Noir P. Purba, Syawaludin A. Harahap, Donny J. Prihadi, Ibnu Faizal, Putri G.
Mulyani, Candra A. Fitriadi, Isnan F. Pangestu, Prio D. Atmoko, Adam Alfath,
Joshua T. Sitio ............................................................................................................
109-116
Penilaian Kerentanan Airtanah Menggunakan Metode Galdit (Studi Kasus :
Kawasan Pertanian Garam Pademawu, Madura-Indonesia)
Groundwater Vulnerability Assessment Using GALDIT Method (Case Study:
Pademawu Salt Pond Area, Madura-Indonesia)
Wisnu Arya Gemilang, Gunardi Kusumah, dan Ulung Jantama
Wisha…………………....…….........................................................................………..
117-125
Analisa Hidro-Oseanografi Pulau Liwungan Untuk Studi Kelayakan Struktur
Dermaga Apung
Hydro-Oceanography Analysis of Liwungan Island for The Suitability of Floating
Jetty Structure
Agus Sufyan, Rudhy Akhwady, Johan Risandi, dan Nurfitri Syadiah…...............
127-139
JURNAL KELAUTAN NASIONAL
Vol. 12, No. 3, Desember 2017 ISSN 1907-767X
Terakreditasi (682/AU3/P2MI-LIPI/07/2015) Masa berlaku: Agustus 2015 - Agustus 2018
iv
Dampak Pengangkatan Artefak Bawah Laut Terhadap Kerusakan Terumbu
Karang Berdasarkan Indikator Tutupan
Impact of Underwater Sea Artefacts Exploration to Coral Reefs Damage Based on The
Substrate Closure Indicator
Ofri Johan, Ira Dillenia, Rainer Arif Troa dan Eko Triarso …..................................
141-150
JURNAL KELAUTAN NASIONAL
Vol. 12, No. 3, Desember 2017 ISSN 1907-767X
Terakreditasi (682/AU3/P2MI-LIPI/07/2015) Masa berlaku: Agustus 2015 - Agustus 2018
v
UCAPAN TERIMA KASIH
Redaksi menyampaikan terima kasih kepada Bebestari yang telah menelaah naskah yang dimuat
pada edisi ini
Dr. Nugroho Dwi Hananto. Pusat Penelitian Oseanografi, LIPI, Jakarta
Nia Naelul Hasanah Ridwan, S.S
Loka Riset Sumber Daya dan Kerentanan Pesisir, Padang
JURNAL KELAUTAN NASIONAL
Vol. 12, No. 3, Desember 2017 ISSN 1907-767X
Terakreditasi (682/AU3/P2MI-LIPI/07/2015) Masa berlaku: Agustus 2015 - Agustus 2018
vi
JURNAL KELAUTAN NASIONAL
Vol. 12, No. 3, Desember 2017 ISSN 1907-767X
Terakreditasi (682/AU3/P2MI-LIPI/07/2015) Masa berlaku: Agustus 2015 - Agustus 2018
vii
No ABSTRAK
1. PENDUGAAN LAJU SEDIMENTASI DI PERAIRAN TELUK BENOA - BALI
BERDASARKAN CITRA SATELIT
UDC: 639.62:551.351.5
Try Al Tanto, Aprizon Putra, Gunardi Kusumah, A. Riza Farhan, Widodo S. Pranowo, Semeidi Husrin, dan
Ilham
Halaman 101-107
Perairan Teluk Benoa Bali memiliki 6 sungai (tukad) yang bermuara pada perairannya. Tukad Mati dan Tukad
Badung adalah 2 sungai terbesar pemberi pasokan sedimen. Pembangunan reklamasi di pelabuhan Benoa dan
pembangunan Jalan Tol melintasi Teluk Benoa diduga meningkatkan sedimentasi. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui kejadian sedimentasi di perairan Teluk Benoa, dan memperoleh kisaran sedimentasi secara
spasial yang terjadi dalam rentang 9 tahun terakhir. Analisis pendugaan sedimentasi dilakukan secara spasial
berupa sebaran pengendapan sedimentasi di dasar perairan dengan menggunakan citra satelit Spot – 6 dan
Landsat 7. Hasil yang diperoleh adalah luasan sedimentasi pada tahun 1997 sebesar 1640,78 ha mengalami
penurunan luasan menjadi 1480,57 ha (tahun 2006) dengan laju perubahan sebesar positif -160,21 ha (-20,03
ha/tahun). Namun, luasan sedimentasi kembali bertambah menjadi 1531,93 ha pada tahun 2012 (laju
perubahan negatif +8,56 ha/tahun), bahkan menjadi 1966,14 ha pada tahun 2015 (laju perubahan negatif
+144,74 ha/tahun).
Kata kunci: : sedimentasi, Teluk Benoa, Bali, citra satelit, analisis spasial, spot-6, landsat-7
2. PENGEMBANGAN INSTRUMEN LAGRANGIAN GPS DRIFTER COMBINED
(GERNED) UNTUK OBSERVASI LAUT
UDC: 639.3:595.384
Noir P. Purba, Syawaludin A. Harahap, Donny J. Prihadi, Ibnu Faizal, Putri G. Mulyani, Candra A. Fitriadi,
Isnan F. Pangestu, Prio D. Atmoko, Adam Alfath, Joshua T. Sitio
Halaman 109-116
Instrumen Lagrangian telah banyak digunakan untuk pengumpulan data arus laut dan observasi di perairan
Indonesia membutuhkan data yang langsung dapat diketahui (real time). Kajian ini menekankan pada
pengembangan GPS Drifter Combined (GERNED) dari sisi desain dan sistem pengukuran. Hasil pengujian
menunjukkan bahwa GERNED dapat digunakan di danau, perairan dangkal, dan laut terbuka. Konstruksi
terdiri dari bahan akrilik, Polyethylene, dan aluminium. Desain konstruksi terdiri dari bagian atas sebagai
penutup dan juga tempat sensor udara dan lampu indikator, bagian tengah yang merupakan pusat mikro-
kontroller, catu daya, sensor-sensor, penyimpanan data manual dan pengiriman data via satelit. Biaya yang
dibutuhkan untuk membuat alat ini sekitar 15.000.000 (lima belas juta rupiah) dengan biaya terbesar adalah
kontrol pengiriman data. Pada bagian bawah merupakan baling-baling statik. Pengujian yang dilakukan di
laboratorium untuk melihat posisi lokasi sudah menunjukkan data yang sama dengan data lapangan sedangkan
untuk pengujian lapangan yang dilakukan di pulau Untung Jawa menunjukkan bahwa arah dan pergerakan
GERNED sama dengan pergerakan float tracking umumnya.
Kata kunci: Instrumen, Lagrangian, GPS Drifter, GERNED, Observasi laut.
JURNAL KELAUTAN NASIONAL
Vol. 12, No. 3, Desember 2017 ISSN 1907-767X
Terakreditasi (682/AU3/P2MI-LIPI/07/2015) Masa berlaku: Agustus 2015 - Agustus 2018
viii
No ABSTRAK
3. PENILAIAN KERENTANAN AIRTANAH MENGGUNAKAN METODE GALDIT
(STUDI KASUS : KAWASAN PERTANIAN GARAM PADEMAWU, MADURA-
INDONESIA)
UDC: 639.2.053.1
Wisnu Arya Gemilang, Gunardi Kusumah, dan Ulung Jantama Wisha
Halaman 117-125
Pencemaran kualitas airtanah di pesisir Pademawu mencapai level yang sangat memprihatinkan. Pemasalahan
utama yaitu tumpang tindih jenis pemanfaatan lahan tambak garam dengan lahan pemukiman yang
berpengaruh terhadap peningkatan degradasi lingkungan. Salah satu dampak negatifnya adalah kerentanan
airtanah di sekitar kawasan pertanian garam. Adanya peningkatan kadar salinitas airtanah menjadi asin di
sumur-sumur di kawasan pemukiman merupakan bukti terjadinya degradasi lingkungan. Penelitian ini
bertujuan untuk menentukan tingkat kerentanan airtanah di pesisir Pademawu. Penilaian tingkat kerentanan
airtanah menggunakan model GALDIT dengan melakukan pengukuran dan perhitungan terhadap enam
parameter GALDIT yang meliputi Groundwater occurrence aquifer type, Hydraulic conductivity, Level above
mean sea level, Distance from coast, Impact of existing intrusion and Aquifer thickness. Tingkat kerentanan
airtanah pesisir Pademawu terbagi menjadi tiga kelas yaitu kerentanan tinggi, menengah dan rendah. Hasil
perhitungan analisis senstitivitas menunjukkan bahwa parameter jarak air tanah terhadap garis pantai (D)
bernilai 74% diinterpretasikan sangat mempengaruhi tingkat kerentanan airtanah. Tingkat kerentanan airtanah
tinggi berada pada area terdekat dengan pantai dan kawasan pertanian garam, berangsur berubah menjadi
rendah ke arah Utara. Pembatasan penggunaan airtanah dan lahan pertanian garam di kawasan pesisir
Pademawu merupakan salah satu langkah tepat mengurangi pengaruh airlaut terhadap kualitas airtanah.
Keywords: Airtanah, GALDIT, kerentanan, Madura, sensitivitas
4. ANALISA HIDRO OSEANOGRAFI PULAU LIWUNGAN UNTUK STUDI
KELAYAKAN STRUKTUR DERMAGA APUNG
UDC: 595.384
Agus Sufyan, Rudhy Akhwady, Johan Risandi, dan Nurfitri Syadiah
Halaman 127-139
Kajian hidro oseanografi digunakan untuk menentukan lokasi penempatan dermaga apung yang sesuai di Pulau
Liwungan Kabupaten Pandeglang-Jawa Barat. Dermaga apung di pulau tersebut nantinya akan digunakan
sebagai pendukung kegiatan wisata bahari. Penggunaan dermaga apung dipilih karena mempunyai beberapa
keunggulan dibandingkan dengan dermaga konvensional, utamanya dari segi biaya dan kemudahan
pemasangan. Akan tetapi, dermaga jenis ini mememerlukan kondisi fisik perairan yang spesifik. Pada studi
ini, dilakukan analisa terhadap faktor fisik perairan yang berpengaruh, yaitu kondisi gelombang dan pasang
surut, melalui pengamatan lapangan dan pemodelan numerik dengan MIKE 21. Gelombang signifikan pada
perairan Liwungan berkisar 1,1- 2 meter dengan rata-rata 1,8 m. Pasang surut mempunyai tinggi tunggang 1,66
meter, dengan tipe pasang surut campuran condong ke harian ganda. Hasil analisa menunjukkan letak perairan
yang sesuai untuk penempatan dermaga apung berada di bagian tenggara Pulau Liwungan dengan dasar
perairan yang relatif lebih curam dengan kemiringan 8,5°. Lokasi tersebut relatif terlindung dari serangan
gelombang dengan tinggi gelombang maksimum pada titik pemasangan dermaga apung hanya 1,35 meter
(periode ulang 25 tahun).
JURNAL KELAUTAN NASIONAL
Vol. 12, No. 3, Desember 2017 ISSN 1907-767X
Terakreditasi (682/AU3/P2MI-LIPI/07/2015) Masa berlaku: Agustus 2015 - Agustus 2018
ix
No ABSTRAK
Kata kunci : Hidro-Oseanografi, Liwungan, dermaga apung, software MIKE 21
5. DAMPAK PENGANGKATAN ARTEFAK BAWAH LAUT TERHADAP KERUSAKAN
TERUMBU KARANG BERDASARKAN INDIKATOR TUTUPAN SUBSTRAT DAN
PARAMETER LINGKUNGAN
UDC: 639.2.081
Ofri Johan, Ira Dillenia, Rainer Arif Troa dan Eko Triarso
Halaman 141-150
Artefak bawah laut yang merupakan bagian dari situs arkeologi maritim yang memiliki nilai sejarah yang
tinggi dan sering ditemukan pada kawasan ekosistem terumbu karang. Keberadaannya mungkin dapat
memberikan dampak positif di bidang pariwisata, namun bagaimana dampaknya terhadap lingkungan belum
dikaji jika dilakukan pengangkatan apabila artefaknya memiliki nilai lebih tinggi yang perlu diselamatkan.
Penelitian ini telah dilakukan pada Situs Kelarik Dalam, Perairan Karang Semapi, Natuna pada tiga waktu
berbeda yaitu tanggal 11 - 22 April 2016, 6 - 11 Mei 2017 dan 7 - 11 September 2017. Penelitian bertujuan
untuk melihat dampak pengangkatan artefak terhadap kondisi terumbu karang disekitarnya sebagai dasar
informasi untuk mengantisipasi rencana pengangkatan artefak secara resmi nanti oleh pemerintah. Penelitian
menggunakan metode transek foto bawah air dengan ukuran 58x44 cm. Garis transek dibentangkan dari titik
nol di lokasi pusat artefak ditemukan dengan membentangkan 4 rol meteran sepanjang 30 m ke semua arah
mata angin yaitu utara, selatan, timur dan barat. Pengambilan foto dilakukan setiap 1 meter kemudian dianalisa
dengna program CPCe dengan menetapkan 30 titik sampel setiap fotonya. Masing-masing transek dibagi 3
zona sesuai jarak dari pusat artefak yaitu 0-10 m (Zona 1), 10-20 m (Zona 2) dan 20-30 m (Zona 3), berturut-
turut mewakili lokasi terdekat, sedang dan terjauh. Data yang dikumpulkan adalah tutupan karang hidup dan
tutupan substrat kategori lain dan jenis karang. Hasil penelitian diperoleh terdapat perbedaan tutupan karang
hidup antara lokasi yang dekat 0-10 m (6,9%), sedang 10-20 m (20,3%) dan terjauh 20-30 m (18,5%). Lokasi
terdekat terdampak oleh aktifitas pengangkatan artefak akibat sering terpapar sedimen dan kekeruhan perairan
dengan lebih jelas lagi ditandai oleh tingginya rubble (26,4%) dan rock (50,4%). Jarak sedang dan terjauh
memiliki tutupan karang yang lebih tinggi dibandingkan lokasi terdekat. Perlu pertimbangan yang bijak untuk
pengangkatan artefak yang ada di kawasan ekosistem terumbu karang dengan memperhatikan dampak
kematian terhadap biota yang ada di sekitarnya termasuk terumbu karang.
Kata kunci: pengangkatan, artefak bawah laut, kerusakan terumbu karang, tutupan substrat,
Kekeruhan.
JURNAL KELAUTAN NASIONAL
Vol. 12, No. 3, Desember 2017 ISSN 1907-767X
Terakreditasi (682/AU3/P2MI-LIPI/07/2015) Masa berlaku: Agustus 2015 - Agustus 2018
x
No ABSTRACT
1. SEDIMENTATION RATE IN BENOA BAY COASTAL WATERS – BALI BASED ON
SATELLITE IMAGERY
UDC: 639.62:551.351.5
Try Al Tanto, Aprizon Putra, Gunardi Kusumah, A. Riza Farhan, Widodo S. Pranowo, Semeidi Husrin, dan
Ilham
Page 101-107
Benoa Bay coastal waters have six rivers estuarine. Tukad Mati and Tukad Badung are two big rivers may
sediment sources to the bay. Reclamation in the port area and highway passing through over the bay are
predicted increasing the sedimentation. This objective research is determining the incidence of sedimentation
in the bay, and obtaining spatially range of sedimentation during 9 years. Analysis have been done by
investigating the spatial sediment deposition using satellite imagery of Spot – 6 and Landsat 7. The results
showing that are sedimentation area in 1997 (1640,78 ha) has been decreased to becoming 1480,57 ha (in
2006). Means that a positive rate change of -160,21 ha (-20,03 ha/year). Thereafter, the sedimentation back
increasingly, it becomes 1531,93 ha in 2012 (a negative rate change to +8,56 ha/year). It even becomes
1966,14 ha in 2015 (a negative rate change to +144,74 ha/year).
Keywords: sedimentation, Benoa Bay, Bali, satellite imagery, spatial analysis, spot-6, landsat-7
2. DEVELOPMENT OF LAGRANGIAN INSTRUMENT GPS DRIFTER COMBINED
(GERNED) FOR OCEAN OBSERVATION
UDC: 639.3:595.384
Noir P. Purba, Syawaludin A. Harahap, Donny J. Prihadi, Ibnu Faizal, Putri G. Mulyani, Candra A. Fitriadi,
Isnan F. Pangestu, Prio D. Atmoko, Adam Alfath, Joshua T. Sitio
Page 109-116
Lagrangian instrument has been widely used for collection data of ocean currents and observations in
Indonesian waters requires data that can be real time. This study emphasizes the development of GPS Drifter
Combined (GERNED) in terms of design and measurement systems. Test results showed that GERNED can
be used in lakes, shallow waters, and open seas. Construction consists of acrylic material, Polyethylene, and
aluminum. The construction design consists of the top as a cover and also the air sensor and indicator lights,
the central part which is the center of the micro-controller, power supply, sensors, manual data storage and
data transmission via satellite. The cost needed about 15,000,000 (fifteen million rupiah) with the highest cost
is the control of data transmission. At the bottom is a static propeller. Testing conducted in the laboratory to
see the location position has shown the same data with field data while for field testing conducted on the island
of Untung Java shows that the direction and movement of GERNED equals the movement of float tracking
generally.
Keywords: Instrument, Lagrangian, GPS Drifter, GERNED, Ocean observation.
JURNAL KELAUTAN NASIONAL
Vol. 12, No. 3, Desember 2017 ISSN 1907-767X
Terakreditasi (682/AU3/P2MI-LIPI/07/2015) Masa berlaku: Agustus 2015 - Agustus 2018
xi
No ABSTRACT
3. GROUNDWATER VULNERABILITY ASSESSMENT USING GALDIT METHOD (CASE
STUDY: PADEMAWU SALT POND AREA, MADURA-INDONESIA)
UDC: 639.2.053.1
Wisnu Arya Gemilang, Gunardi Kusumah, dan Ulung Jantama Wisha
Page 117-125
Pollution of Groundwater quality in Pademawu coastal area is very alarming. The main problem is landuse
overlapping between salt pond and settlement area which influences environment degradation enhancement.
One of negative impacts is groundwater vulnerability in the salt pond area. The salt content enhancement
affects the more saline wells around the settlement area which proves the environment degradation has
occurred. This study aims to determine the groundwater vulnerability level in Pademawu coastal area.
GALDIT method was employed to assess the groundwater vulnerability level by which calculates the six
GALDIT parameters that are groundwater occurrence aquifer type, hydraulic conductivity, level above mean
sea level, distance from coast, impact of existing intrusion and aquifer thickness. The groundwater
vulnerability divided into 3 classes, which are high, moderate, and low vulnerability. The sensitivity analysis
result shows that the distance between groundwater source and the coast (D) has reached 74 %. It
tremendously influences the groundwater vulnerability level. The high level of vulnerability is found in the
area near the coast and salt pond which is deteriorated towards north. The limitation of groundwater
utilization and salt pond area in Pademawu coastal area is one of the precise ways declining the intrusion of
sea water to the groundwater quality condition.
Keywords: Groundwater, GALDIT, vulnerability, Madura, sensitivity
4. HYDRO-OCEANOGRAPHY ANALYSIS OF LIWUNGAN ISLAND FOR THE
SUITABILITY OF FLOATING JETTY STRUCTURE
UDC: 595.384
Agus Sufyan, Rudhy Akhwady, Johan Risandi, dan Nurfitri Syadiah
Page 127-139
Hydro-oceanography analysis was carried out to determine suitable location for a floating jetty in Liwungan
Island, Pandeglang Regency-West Java. The floating jetty will be used to support marine tourism activities.
Floating jetties have advantages compared to conventional jetty (fix jetty), mainly related to the cost factor
and the easiness of installation. However, this typical jetty needs to be placed on a specific area. In this study,
the physical characteristics influencing the suitability, i.e. waves and tides were examined through measuring
campaign and MIKE 21 numerical model. Significant waves ranged 1,1 to 2 m with average of 2 m. Meanwhile,
tidal range is 1,66 m and categorized as mixed tide prevailing semidiurnal. The analysis showed South-East
part of the island is the most suitable area for floating jetties. The area has a better steepness (slope ~8.5°)
and relatively protected from waves attack compared to other part of the island. The possible maximum wave
height, from 25 year return period analysis, on that location is 1,35 m.
Keywords: Hydro-oceanography, Liwungan, Floating Jetty, Software MIKE 21
JURNAL KELAUTAN NASIONAL
Vol. 12, No. 3, Desember 2017 ISSN 1907-767X
Terakreditasi (682/AU3/P2MI-LIPI/07/2015) Masa berlaku: Agustus 2015 - Agustus 2018
xii
No ABSTRACT
5. IMPACT OF UNDERWATER SEA ARTEFACTS EXPLORATION TO CORAL REEFS
DAMAGE BASED ON THE SUBSTRATE CLOSURE INDICATOR
UDC: 639.2.081
Ofri Johan, Ira Dillenia, Rainer Arif Troa dan Eko Triarso
Page 141-150
Underwater artefacts as maritime archaeological site which has historical value and often found in the coral
reef ecosystem. Its existence can have a positive impact in tourism, how the impact toward environmental was
not study yet if it is need to do collection when the value of artifacts is higher which have to save it. This
research was conducted in Kelarik Dalam Site, Semapi Reef Waters of Natuna on three different time that on
April 11 - 22, 2016, Mei 6 - 11, 2017 and September 7 - 11, 2017. The study aims to see the impact artifacts
collection on the coral reef condition on surrounding area as based information to anticipate collecting
artefact plan legally by goverment. The study used underwater photos transect method with 58x44 cm square
size. Each transect divided by 3 according to the distance from the artifact center that is 0-10 m (Zone 1), 10-
20 m (Zone 2) and 20-30 m (Zone 3) as representative of nearest, middle and furthers area respectively. The
data collected were live coral cover, coral species and other substrate cover categories. The results showed
that there was a difference of live coral cover between 0-10m (6.9%), medium distance 10-20m (20,3%) and
farthest distance 20-30m (18,5%). The nearest location is impacted by artificial collection activity due to
frequent exposure to sediment and turbidity of the waters which more clearly explain with have high rubble
(26,4%) and rock (50,4%). Medium and farthest distances have higher coral cover compared to nearby
locations. It needs a wise consideration for the removal of existing artifacts in the coral reef ecosystem.
Keywords: substrate, life coral cover, artifacts, turbidity, dead coral.
PENDUGAAN LAJU SEDIMENTASI DI PERAIRAN TELUK BENOA - BALI BERDASARKAN CITRA SATELIT
Try Al Tanto1, Aprizon Putra1, Gunardi Kusumah1, A. Riza Farhan2, Widodo S. Pranowo2,3,Semeidi Husrin2 dan Ilham1)
ABSTRAK
Perairan Teluk Benoa Bali memiliki 6 sungai (tukad) yang bermuara pada perairannya. Tukad Mati dan Tukad Badung adalah 2 sungai terbesar pemberi pasokan sedimen. Pembangunan reklamasi di pelabuhan Benoa dan pembangunan Jalan Tol melintasi Teluk Benoa diduga meningkatkan sedimentasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kejadian sedimentasi di perairan Teluk Benoa, dan memperoleh kisaran sedimentasi secara spasial yang terjadi dalam rentang 9 tahun terakhir. Analisis pendugaan sedimentasi dilakukan secara spasial berupa sebaran pengendapan sedimentasi di dasar perairan dengan menggunakan citra satelit Spot - 6 dan Landsat 7. Hasil yang diperoleh adalah luasan sedimentasi pada tahun 1997 sebesar 1640,78 ha mengalami penurunan luasan menjadi 1480,57 ha (tahun 2006) dengan laju perubahan sebesar positif -160,21 ha (-20,03 ha/tahun). Namun, luasan sedimentasi kembali bertambah menjadi 1531,93 ha pada tahun 2012 (laju perubahan negatif +8,56 ha/tahun), bahkan menjadi 1966,14 ha pada tahun 2015 (laju perubahan negatif +144,74 ha/tahun).
Kata kunci: Sedimentasi, Teluk Benoa, Bali, citra satelit, analisis spasial, spot-6, landsat-7
ABSTRACT
Benoa Bay coastal waters have six rivers estuarine. Tukad Mati and Tukad Badung are two big rivers may sediment sources to the bay. Reclamation in the port area and highway passing through over the bay are predicted increasing the sedimentation. This objective research is determining the incidence of sedimentation in the bay, and obtaining spatially range of sedimentation during 9 years. Analysis have been done by investigating the spatial sediment deposition using satellite imagery of Spot - 6 and Landsat 7. The results showing that are sedimentation area in 1997 (1640,78 ha) has been decreased to becoming 1480,57 ha (in 2006). Means that a positive rate change of -160,21 ha (-20,03 ha/year). Thereafter, the sedimentation back increasingly, it becomes 1531,93 ha in 2012 (a negative rate change to +8,56 ha/year). It even becomes 1966,14 ha in 2015 (a negative rate change to +144,74 ha/year).
Keywords: sedimentation, Benoa Bay, Bali, satellite imagery, spatial analysis, spot-6, landsat-7
1Loka Riset Sumber Daya dan Kerentanan Pesisir, Kementerian Kelautan dan PerikananJalan Raya Padang - Painan Km.16 Bungus - Kota Padang
2Pusat Riset Kelautan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta3Prodi Teknik Hidrografi, Sekolah Tinggi Teknologi Angkatan Laut, Jakarta
e-mail : [email protected]
Diterima tanggal: 14 Juni 2017 ; diterima setelah perbaikan: 02 Desember 2017 ; Disetujui tanggal: 04 Desember 2017
Pendugaan Laju Sedimentasi di Perairan Teluk Benoa - Bali Berdasarkan Citra Satelit - Try Al Tanto, Aprizon Putra, Gunardi Kusumah, A. Riza Farhan, Widodo S. Pranowo,
Semeidi Husrin dan Ilham 101
SEDIMENTATION RATE IN BENOA BAY COASTAL WATERS – BALI BASED ON SATELLITE IMAGERY
102
JURNAL KELAUTAN NASIONAL, Vol. 12, No 3, Desember 2017, Hal. 101-107
PENDAHULUAN
Undang-Undang RI No. 1 Tahun 2014 tentang perubahan atas UU No. 27 Tahun 2007, disebutkan bahwa wilayah pesisir merupakan daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut. Wilayah pesisir sangat dinamis, dimana dinamika pesisir dapat terjadi secara alami karena pengaruh angin, gelombang, dan arus maupun yang disebabkan campur tangan manusia (Tanto dkk., 2017; Jamalludin dkk., 2016; Muldiyatno dkk., 2016; Risandi dkk., 2015). Pembangunan saat ini banyak diarahkan di daerah pesisir mengingat lahan di daerah kota semakin terbatas, sehingga daerah pesisir menjadi alternatif dialihkannya kegiatan – kegiatan seperti industri, perdagangan, pariwisata, dan sebagainya (Pearson et al., 2016). Hal tersebut menjadikan wilayah pesisir sangat rentan terjadi bencana (Dahuri, 2003).
Kawasan Teluk Benoa berada pada bagian tenggara Pulau Bali, yang merupakan perairan lintas Kabupaten Badung dan Kota Denpasar. Kawasan Teluk Benoa dikelilingi oleh 12 desa/kelurahan (BPS Provinsi Bali, 2012 dalam Sudiarta dkk., 2013). Pada kawasan ini telah terjadi reklamasi pada Pulau Serangan dan pembangunan jalan Tol, perubahan beberapa bagian area Pelabuhan Benoa, serta cukup berkembangnya pembangunan di area pesisir kawasan tersebut. Hal ini dapat memberikan dampak cukup besar pada kawasan perairannya. Sarbidi (2005) mengatakan bahwa pembangunan yang terus menerus dilakukan di wilayah pesisir menimbulkan banyak permasalahan. Pembangunan gedung – gedung tinggi memberikan beban yang berat terhadap tanah. Pengambilan air tanah secara berlebihan menyebabkan tanah semakin rapuh dan akhirnya menyebabkan amblesan tanah atau land subsidence (Gemilang dkk., 2017a). Umumnya perubahan tutupan lahan yang banyak terjadi di wilayah pesisir yang semula merupakan sabuk hijau (greenbelt) berupa pepohonan dan hutan bakau (mangrove) menjadi lahan untuk pertambakkan, pelabuhan, permukiman, dan kawasan industri yang telah menggangu kestabilan ekosistem di daerah pesisir (Dhiaududdin dkk., 2017). Hal tersebut diduga dapat menyebabkan terjadinya degradasi lingkungan dan permasalahan, salah satunya berupa akresi/sedimentasi di dasar perairannya (Wisha dkk., 2015).
Sedimentasi didefinisikan sebagai pengangkutan, melayang (suspensi) atau mengendapnya material fragmental oleh air (Gemilang dkk., 2017b). Menurut Rijn (1993) dalam Rachman dkk. (2016), sedimentasi
adalah masuknya muatan sedimen ke dalam suatu lingkungan perairan tertentu melalui media air dan diendapkan pada lingkungan perairan tersebut. Sedimentasi merupakan akibat dari adanya erosi dan memberikan dampak yang banyak, pada muara sungai pengendapan sedimen akan mengurangi volume efektifnya. Sebagian besar jumlah sedimen dialirkan oleh sungai – sungai yang mengalir ke muara, hanya sebagian kecil yang berasal dari longsoran tebing sungai atau longsoran tebing oleh limpasan permukaan. Pada aliran sungai, partikel dan unsur hara yang larut dalam aliran permukaan akan mengalir ke sungai besar dan muara, sehingga terjadi pendangkalan. Keadaan tersebut mengakibatkan daya tampung sungai dan muara menjadi turun sehingga timbul banjir dan penyuburan air secara berlebihan atau eutrofikasi. Proses sedimentasi menurut Leeder (1983) menghasilkan: 1) Bahan terlarut, semua bahan organik dan an-organik yang terangkut sebagai larutan oleh air yang mengalir; 2) Bahan padat atau bed load, semua bahan kasar dari mineral dan batu yang terangkut di sepanjang dasar sungai; dan 3) Total bahan yang terangkut sungai atau total stream load adalah semua bahan organik dan an-organik yang terangkut lewat sebuah stasiun pengukur dalam bentuk suspensi atau bed load.
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui kejadian sedimentasi di perairan Teluk Benoa Bali serta memperoleh kisaran laju sedimentasi secara spasial yang terjadi dalam rentang beberapa tahun terakhir.
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini dilakukan pada area lokasi kawasan Teluk Benoa Bali (Gambar 2). Dilakukan prasurvei pada bulan April 2016 untuk melihat kondisi awal di lapangan, diantaranya sekitar Pulau Serangan, Tahura, dan kondisi Teluk Benoa secara umum (Gambar 1). Jenis penelitian ini tergolong kepada penelitian kuantitatif dengan pendekatan deskriptif (Wisha dkk., 2014; Pabundu, 2005). Penelitian deskriptif adalah penelitian yang mendeskripsikan suatu gejala, fakta, peristiwa atau kejadian yang sedang atau sudah terjadi. Penelitian kuantitatif merupakan suatu proses menemukan pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai alat menganalisis keterangan mengenai apa yang ingin diketahui (Pabundu, 2005).
Analisis laju sedimentasi di perairan Teluk Benoa Bali dilakukan dengan pendekatan secara spasial
103
Pendugaan Laju Sedimentasi di Perairan Teluk Benoa - Bali Berdasarkan Citra Satelit - Try Al Tanto, Aprizon Putra, Gunardi Kusumah, A. Riza Farhan, Widodo S. Pranowo,
Semeidi Husrin dan Ilham
tanpa memperhatikan perbedaan karakteristik teknis dari SPOT-6 dan Landsat-7 (Parwati and Purwanto, 2017; Carolita et al., 2015). Asumsi laju sedimentasi didasarkan kepada berupa sebaran pengendapan sedimentasi di dasar perairannya (Gemilang dkk., 2017c), yaitu:.
Kompilasi data sekunder time series dari citra Spot – 6 tahun 2006, 2012 dan 2015 dengan resolusi 1,5 x 1,5 m yang diperoleh dari Infrastructure Development of Space Oceanography (INDESO), yaitu suatu proyek pemetaan untuk memperkuat revolusi biru dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan (BALITBANG KP), serta menggunakan citra satelit Landsat 7+ETM perekaman tahun lebih lama (tahun 1997).
Hasil survei lapang dan tabulasi data sekunder digunakan untuk menganalisis kondisi lingkungan kawasan perairan Teluk Benoa berdasarkan training area seluas 7528,55 ha (Gambar 2) dan selanjutnya dianalisis menggunakan SIG untuk menghasilkan informasi sebaran sedimentasi secara time series di kawasan perairan Teluk Benoa. Laju perubahan sedimentasi secara time series diperoleh dari analisis spasial pengendapan sedimentasi
sehingga dapat diketahui luas perubahan yang terjadi pada kawasan tersebut. Analisis laju perubahan secara time series, dijelaskan dalam formula berikut (ENVI Classic help, 2008).
V=(N2-N1)/N1 X 100 %
Keterangan: V = laju perubahan (%)N1 = luas tahun pertama (ha)N2 ꞊ luas tahun ke – n (ha)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil klasifikasi secara spasial dari analisis SIG peta sebaran pengendapan sedimen secara time series di perairan Teluk Benoa Bali adalah sebagai berikut (Tabel 1 dan 2; Gambar 3 dan 4). Kelas untuk pasir yang merupakan kejadian sedimentasi dan pasir yang mengendap di perairan dangkal hasil klasifikasi ditampilkan dengan warna kuning.
Pada tahun 1997, sedimentasi (warna kuning) yang terjadi pada perairan Teluk Benoa Bali adalah seluas 1640,78 ha. Kejadian sedimentasi terlihat pengurangan hingga paa tahun 2006 seluas 1480,57 ha. Hal ini dapat saja terjadi diduga karena adanya bendungan
Gambar 1. Pendangkalan di perairan Teluk Benoa (terlihat saat kondisi air surut), Dokumentasi: LPSDKP (2016)
Figure 1. Silted Up in The Waters of Benoa Bay (seen during low tide conditions),Documentation: LPSDKP (2016)
104
JURNAL KELAUTAN NASIONAL, Vol. 12, No 3, Desember 2017, Hal. 101-107
paa salah satu aliran sungai yang bermuara ke Teluk Benoa, yaitu di Tukad Badung. Berdasarkan informasi dari diskusi yang dilakukan dengan pihak Balai Wilayah Sungai Bali – Penida, Kementerian PUPR di Denpasar, pembangunan bendungan Tukad Badung dilakukan sekitar tahun 1996. Bendungan tersebut digunakan sebagai penghalang sedimen yang berasal dari Sungai/Tukad Badung yang merupakan masukan terbesar sedimentasi di Teluk Benoa. Hal tersebut berkorelasi dengan menurunnya sedimentasi di perairan Teluk Benoa pada rentang beberapa tahun setelah pembangunan tersebut. Artinya sedimentasi yang masuk ke dalam teluk berkurang, sedangkan sedimentasi yang sudah berada di dasar perairannya dapat tergerus oleh arus dan gelombang sehingga menuju luar teluk. Laju pengurangan sedimentasi yang terjadi pada rentang tahun 1997 sampai 2006 adalah -9,76% atau sekitar 160,21 ha yang berarti laju sedimentasi berkurang sebesar 20,03 ha/tahun atau 1,22 % per tahunnya (Gambar 3).
Sedangkan dalam rentang tahun 2006 sampai 2012, kembali terjadi penambahan luasan area sedimentasi di perairan Teluk Benoa sebesar negatif +51,36 ha atau
negatif +3,47%, artinya luasan sedimentasi bertambah pada dasar perairan Teluk Benoa sebesar 8,56 ha/tahun (0,58% per tahun). Hal yang sama juga terjadi dalam rentang tahun 2012 – 2015, terjadi penambahan luasan area sedimentasi di perairannya (Gambar 4) sebesar negatif +434,21 ha atau negatif 28,34 % yang berarti perubahan luasan sedimentasi pada dasar perairan tersebut sebesar negatif 144,74 ha/tahun (9,45% per tahun). Kemungkinan dari kejadian peningkatan luasan area sedimentasi di dasar perairan tersebut dapat terjadi karena adanya kegiatan pengerukan oleh pihak Pelabuhan Benoa (Pelindo 3), demi menjaga alur pelayaran kapal masuk dan keluar teluk. Namun, dalam rentang sekitar tahun 1995 - 1998 juga telah terjadi perubahan secara signifikan daratan di Pulau Serangan, yang awalnya sekitar 111 ha menjadi 481 ha (Darmawan, 2013). Hal tersebut tentunya juga berdampak pada beberapa pantai di sekitarnya teluk, bahkan terhadap teluk sendiri (kejadian abrasi dan sedimentasi). Untuk kejadian sedimentasi, dapat terjadi di dalam teluk sendiri yang diduga berasal dari bahan urugannya.
Gambar 2. Citra Satelit Spot - 6 Kawasan Perairan Teluk Benoa Berdasarkan Training Area.Figure 2. Spot Satellite Image - 6 Benoa Bay Waters Area Based on Training Area.
105
Pendugaan Laju Sedimentasi di Perairan Teluk Benoa - Bali Berdasarkan Citra Satelit - Try Al Tanto, Aprizon Putra, Gunardi Kusumah, A. Riza Farhan, Widodo S. Pranowo,
Semeidi Husrin dan Ilham
Tabel 1. Luasan sebaran sedimentasiTable 1. Extent of Sedimentation Distribution
Tahun
Tutupan perairan 1997 2006 2012 2015Sedimentasi (ha) 1.640,78 1.480,57 1.531,93 1.966,14
Tabel 2. Laju perubahan sebaran sedimentasi Table 2. The Rate of Change of Sedimentation Distribution
Gambar 3. Peta Sebaran Sedimentasi di Perairan Teluk Benoa Bali: (a) Analisis Citra Landsat 7 Tahun 1997 dan (b) Citra Spot - 6 Tahun 2006).
Figure 3. Sedimentation Distribution Map in The Waters of Benoa Bay Bali: (a) Landsat Image Analysis 7 Year 1997 and (b) Spot Image - 6 Year 2006).
Tutupan Perairan Tahun Perubahan (ha) Laju 1997 2006
Sedimentasi 1.640,78 1.480,57 – 160,21 – 9,76%
Tutupan Perairan Tahun Perubahan Laju 2006 2012 Sedimentasi 1.480,57 1.531,93 +51,36 +3,47%
Tutupan Perairan Tahun Perubahan Laju 2012 2015 Sedimentasi 1.531,93 1.966,14 +434,21 +28,34%
106
JURNAL KELAUTAN NASIONAL, Vol. 12, No 3, Desember 2017, Hal. 101-107
KESIMPULAN DAN SARAN
Pendangkalan di perairan Teluk Benoa nyata terjadi, dengan kejadian sedimentasi cukup luas menunjukkan perubahan luasan dari tahun 1997 – 2006 mengalami penurunan seluas positif -160,21 ha, tahun 2006 - 2012 mengalami peningkatan seluas negatif +51,36 ha dan tahun 2012 - 2015 terjadi peningkatan drastis seluas negatif +434,21 ha. Laju sedimentasi secara spasial dari tahun 1997 sampai 2006 terjadi penurunan sebesar positif -20,03 ha/tahun, peningkatan pada rentang tahun 2006 - 2012 sebesar negatif +8,56 ha/tahun dan tahun 2012 - 2015 sebesar negatif +144,74 ha/tahun. Pemetaan sedimentasi secara spasial di kawasan Teluk Benoa menunjukkan bahwa pesatnya pembangunan di kawasan Teluk Benoa selama 10 tahun terakhir dominan lebih memanfaatkan lahan kosong, perairan (Tol dan Pulau Serangan) untuk pembangunan wilayah di kawasan Teluk Benoa, pembangunan yang pesat tersebut berimbas pada pendangkalan perairan laut akibat sedimentasi yang tiap tahun pengalami peningkatan luasan di kawasan perairan Teluk Benoa.
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih Penulis Pertama sampaikan kepada Kepala LRSDKP KKP Bungus sekaligus sebagai Ketua Kelti Sumber Daya dan Kerentanan
Pesisir LRSDKP, atas dukungan dan ikut serta dalam pelaksanaan kegiatan ini. Terimakasih juga kepada Peneliti Senior Pusriskel, Bapak Widodo S. Pranowo atas bimbingan dan koreksi pada tulisan ini, kepada Peneliti Senior Pusriskel, Bapak Semeidi Husrin atas bimbingannya. Serta teman-teman teknisi dan administrasi LRSDKP yang membantu terlaksananya seluruh kegiatan penelitian sampai selesai.
DAFTAR PUSTAKA
[Balitbang KKP] Badan Litbang KKP. (2016). Citra satelit INDESO Project: perekaman tahun 2006, 2012, dan 2015.
[BWS] Balai Wilayah Sungai Bali – Penida. (2016). Informasi pembangunan bendungan di Muara Tukad Badung.
Carolita, I., J. Sitorus, J. Manalu., & D. Wiratmoko. 2015. Growth profile analysis of oil palm by using SPOT 6 the case of North Sumatra. Int. J. Remote Sensing and Earth Sciences 22(1): 21-26.
Dahuri. R., Rais. J., Ginting. S. P., & Sitepu. M. J., (2013). Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Jakarta: Balai Pustaka. 328 hal.
Darmawan, I. G., & Surya. (2013). Pemanfaatan Lahan Pra dan Pascareklamasi di Pulau Serangan.
Gambar 4. Peta Sebaran Sedimentasi di Perairan Teluk Benoa Bali: (a) Analisis Citra Spot - 6 Tahun 2012 dan (b) Analisis Citra Spot - 6 Tahun 2015.
Figure 4. Sedimentation Distribution Map in Teluk Benoa Waters of Bali: (a) Spot Image Analysis - 6 of 2012 and (b) Spot Image Analysis - 6 Year 2015.
107
Pendugaan Laju Sedimentasi di Perairan Teluk Benoa - Bali Berdasarkan Citra Satelit - Try Al Tanto, Aprizon Putra, Gunardi Kusumah, A. Riza Farhan, Widodo S. Pranowo,
Semeidi Husrin dan Ilham
Program Pascasarjana. Tesis. Universitas Udayana.
Dhiaududdin, R., Gemilang, W. A., Wisha, U. J. (2017). Pemetaan Kerentanan Pesisir Pulau Simeulue Dengan Metode CVI (Coastal Vulnerability Index). EnviroScienteae 13(2): 157-170.
[ENVI] Exelis Visual Information Solution Classic help. (2008). ENVI Classic Tutorial: Classfication Method. Software.
Gemilang, W.A., Husrin, S., Wisha, U. J., & Kusumah, G. (2017a). Kerentanan Pesisir Terhadap Bencana Tanah Longsor di Bungus, Sumatera Barat dan Sekitarnya Menggunakan Metode Storie. J. Geosaintek 3(1): 37-44.
Gemilang, W. A., Wisha, U. J., Kusumah, G. (2017b). Distribusi sedimen dasar sebagai identifikasi erosi pantai di Kecamatan Brebes menggunakan analisis granulometri. J. Kelautan 10(1): 54-66.
Gemilang, W.A., Kusumah, G., Wisha, U. J., & Arman, A. (2017c). Laju sedimentasi di Perairan Brebes Jawa Tengah menggunakan metode Isotop 210Pb. J. Geologi Kelautan 15(1): 11-22.
Jamalludin., Fatoni, K. I., Alam, T. M., & Pranowo, W. S. (2016). Identifikasi Banjir Rob Periode 2013 – 2015 Di Kawasan Pantai Utara Jakarta. J. Chart Datum 2 (2): 1-11.
Leeder. M. R. (1982). Sedimentology Process and Product. London: George Allen & Unwin Press. 344 hal.
LPSDKP. (2016). Pendangkalan di perairan Teluk Benoa Bali. Dokumentasi Teknis. Kementerian Kelautan dan Perikanan
LPSDKP. (2016). Kajian Dampak Reklamasi Teluk Benoa Terhadap Ekosistem Laut dan Pesisir. Laporan Akhir Kegiatan Penelitian. Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Muldiyatno, F., Djunarsjah, E., Adrianto, D., & Pranowo, W. S. (2016). Kajian Awal Perubahan Muka Air Sungai untuk Penentuan Datum Peta (Studi Kasus Sungai Musi Palembang). J. Chart Datum 1 (2): 36-42.
Pabundu. T. (2005). Metode Penelitian Geografi. Jakarta: Bumi Aksara. 180 hal.
Parwati, E., & Purwanto, A. D. (2017). Time series analysis of Total Suspended Solid (TSS) using Landsat Data in Berau Coastal Area, Indonesia. Int. J. Remote Sensing and Earth Sciences 14(1): 61-70.
Pearson, S., Windupranata, W., Pranowo, W. S., Putri, A., Ma, Y., Vila-Concejo, A., Fernández, E., Méndez, G., Banks, J., Knights, A. M., Firth, L. B., Breen, B. B., Jarvis, R., Aguirre, J. D., Chen, S., Smith, A. N. H., Steinberg, P., Chatzinikolaou,
E., & Arvanitidis, C. (2016). Conflicts in some of the World harbours: what needs to happen next?. Maritime Studies (2016) 15:10. 23 pages. DOI:10.1186/s40152-016-0049-x.
Rachman, Herlambang Aulia., I Gede Hendrawan, & I Dewa Nurwede Putra. (2016). Studi Transpor Sedimen di Teluk Benoa Menggunakan Pemodelan Numerik. Jurnal Kelautan Trunojoyo: Vol. 9 (No.2).
Risandi, J., Sagala, S.L., & Pranowo, W. S. (2015). Aplikasi model numerik karakteristik gelombang untuk kajian kesesuaian lahan pengembangan budidaya laut di Situbondo, Jawa Timur. J. Kelautan Nasional 10(1): 21-31.
Sarbidi. (2005). Pengaruh ROB Pada Pemukiman Pantai (Kasus Semarang). Makalah dan Presentasi Kerugian pada Bangunan dan Kawasan Akibat Kenaikan Muka Air Laut pada Kota - Kota Pantai di Indonesia, Bandung.
Sudiarta, K., Hendrawan, I. G., Putra, K. S., & Dewantama, I. M. I. (2012). Kajian Modeling Dampak Perubahan Fungsi Teluk Benoa Untuk Sistem Pendukung Keputusan (Decision Support System) Dalam Jejaring KKP Bali. Laporan Teknis. Conservation International Indonesia.
Tanto, T. A., Wisha, U. J, Kusumah, G., Pranowo, W. S., Husrin, S., Ilham, I & Putra, A (2017). Karakteristik Arus Laut Perairan Teluk Benoa – Bali. J. Ilmiah Geomatika 23(1): 37-48.
[USGS] U.S. Geological Survey. (2016). Satelit Landsat 7 ETM: perekaman tahun 1997.
[UU] Undang - Undang RI Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas UU No. 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau - Pulau Kecil.
Wisha, U.J., Husrin, S., Prihantono, J. (2015). HIdrodinamika Perairan Teluk Banten Pada Musim Peralihan (Agustus-September). J. Ilmu Kelautan 20(2): 101-112.
Wisha, U.J., Yusuf, M., & Maslukah, L. (2014). Sebaran muatan padatan tersuspensi dan kelimpahan fitoplankton di perairan muara Sungai Porong Kabupaten Sidoarjo. J. Oseanografi 3(3): 454-461.