kel. 7 tipe tipe negara berdasarkan sejarah
TRANSCRIPT
MAKALAH
TIPE-TIPE NEGARA BERDASARKAN SEJARAH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Negara
Dosen : Dra. Hj. Rabiatul Adawiah, M.Si dan Norlaili Hidayati, S.Pd., M.Pd
Disusun Oleh:
Kelompok 7
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2015
1. Annisa Nasution A1A213034
2. Ariani A1A213071
3. Ayu Wulan Sari A1A213221
4. Hamidah A1A213013
5. Nana Yunita A1A213066
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan makalah yang berjudul “Tipe-Tipe Negara Berdasarkan Sejarah”. Tak
lupa pula penulis menghaturkan syalawat dan salam kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW, sebagai suri teladan umat Islam di dunia.
Penyusunan makalah ini di buat dalam rangka memenuhi salah satu tugas dalam
mempelajari mata kuliah Ilmu Negara. Penulis mengucapkan terimakasih kepada
Ibu Dra. Hj. Rabiatul Adawiah, M.Si dan Norlaili Hidayati, S.Pd., M.Pd yang telah
membimbing penulis pada mata kuliah Ilmu Negara.
Penulis mengucapkan maaf yang sebesar-besarnya jika ada kesalahan dan
kekhilafan pada penulisan makalah ini. Karena itu kritik dan saran dari semua pihak
sangat diharapkan. Akhir kata, semoga makalah ini dapat berguna di masa yang akan
datang sebagai penambah ilmu pengetahuan bagi para pembacanya.
Banjarmasin, 19 Maret 2015
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ............................................................................. 2
D. Manfaat Penulisan ............................................................................... 2
BAB II. PEMBAHASAN ................................................................................ 3
A. Pengertian Tipe Negara....................................................................... 3
B. Tipe Negara Timur Purba / Kuno ...................................................... 3
C. Tipe Negara Yunani Purba/ Kuno....................................................... 4
D. Tipe Negara Romawi Purba/ Kuno .................................................... 6
E. Tipe Negara Abad Pertengahan ......................................................... 9
F. Tipe Negara Fase Modern .................................................................. 10
BAB III. PENUTUP ....................................................................................... 12
A. Kesimpulan ......................................................................................... 12
B. Saran ................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah telah mencatat bahwa setiap zaman mempunyai pemikiran-pemikiran
yang berbeda dan tokoh-tokoh yang berbeda mengenai cerita ketatanegaraan, ketika
kita berbicara pada ranah kenegaraan yang perlu kita ketahui adalah bagaimana
menjadikan masyarakat sejahtera dan makmur, tanpa melepaskan sendi - sendi
keutamaan sebuah negara itu berdiri, dan seperti yang kita ketahui ketika para pendiri
bangsa (The founding fathers) mendesain model Negara Indonesia setelah merdeka
lebih mengedepankan perdebatan mengenai dasar negara, bentuk negara (kesatuan
atau federal), bentuk pemerintahan (kerajaan atau republik) dan ide/ cita Negara yang
sedikit terkait dengan negara hukum dan pemerintahan yang demokrasi semua itu
adalah persyaratan yang urgen dalam sebuah pembangunan negara dan menjadikan
negara itu jelas dari tipe sejarah maupun dari kacamata hukum.
Seperti yang diteorikan oleh George Jellinek dan Jean Bodin bahwa Negara
itu berdaulat yang dimana hukum ada karena adanya negara dan tiada satupun
hukum yang berlaku jika tidak dikehendaki oleh negara. Dari teori tersebut kita bisa
mengulas sebuah konsep bahwa negara itu adalah sistem yang betul –betul berkuasa
terhadap kehidupan seluruh yang ada didalamnya demi mensejahterahkan rakyatnya.
Negara terbentuk atas dasar pemikiran manusia seperti George Jellenik, Jean Bodin,
Rousseau, Diguit, Krabbe dan pemikir-pemikir lainnya, bahkan beberapa Filosof
membuat konsep kemasyarakatan seperti Thales, Socrates, Plato, Aristoteles Dan
lain – lain.
Dinilai dari segi sejarahpun konsep ketatanegaraanpun bermacam-macam
ragam dan tipe pemerintahannya, maka dari itu makalah ini kami buat guna
mempelajari ilmu negara secara universal dilihat dari segi sejarahnya dan dimakalah
ini kami akan menggambarkan tipe – tipe negara untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah ilmu negara.
1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah tentang tipe-
tipe negara berdasarkan sejarah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan tipe negara ?
2. Bagaimana tipe negara Timur Kuno itu ?
3. Bagaimana tipe negara Yunani Kuno ?
4. Bagaimana tipe negara Romawi Kuno ?
5. Bagaimana tipe negara pada abad pertengahan ?
6. Bagaimana tipe negara pada fase modern ?
C. Tujuan Penulisan
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, makalah ini disusun dengan tujuan:
1. Mengetahui pengertian tipe negara
2. Mengetahui tentang tipe negara Timur Kuno
3. Mengetahui tipe negara Yunani Kuno
4. Mengetahui tipe negara Romawi Kuno
5. Mengetahui tentang serba-serbi tipe negara pada abad pertengahan
6. Mengetahui dan memahami tipe negara pada fase modern
D. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan makalah ini diantaranya :
1. Menambah wawasan, pengetahuan dan kajian kepada pembaca, terutama
mengenai tipe-tipe negara berdasarkan sejarah.
2. Menjadi bahan bacaan dan salah satu referensi dalam mempelajari ilmu
negara.
3. Dapat menjadi dasar teoritis tentang ilmu negara yang akan
diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tipe Negara
Yang dimaksud tipe negara ialah suatu penggolongan negara yang tidak
mempunyai batasan-batasan yang tegas, ini berbeda dengan klasifikasi negara atas
bentuk tertentu misal bentuk negara (kesatuan atau federasi dan bentuk pemerintahan
kerajaan atau republik), dimana batasan dan ukuranya cukup tegas sehingga mudah
dikenali. Menurut Prof. Lugeman, tipe negara lebih berkenan dengan struktur batin
pemerintah, hubungan pemerintah dengan warga negaranya, dan mengenai tugas
negara.
B. Tipe Negara Timur Purba / Kuno
Tipe negara timur purba ini bersifat tirani, monarkhi dan teokratis, raja
berkuasa penuh atas segala keputusan atau aturan-aturan yang berlaku di kerajaannya
tanpa adanya pertentangan dari masyarakat, penguasa (raja) berbuat sesuai
kewenangannya, raja merangkap sebagai dewa oleh masyarakat. Kekuasaan raja ini
bersifat absolut (mutlak). Turun temurun dan kepemimpinan raja sampai semur
hidup.
Menurut ahli Barat tipe Negara Timur Purba adalah Tiranie atau Despotie.
Sebagai alasan dikemukakannya bahawa Negara Timur Purba itu diperintah oleh
raja-raja yang berkuasa mutlak dan sewenang-wenang. Pendapat tersebut
sesungguhnya tidak seluruhnya dapat dibenarkan, karena tidak semua Negara Timur
Purba itu tirani. Di Negara Barat pun tidak sedikit yang rajanya bertindak sewenang-
wenang (tiranie).
Menurut Aristoteles sistem monarkhi dapat di bagi 3 yaitu ;
1. Monarkhi Mutlak (absolut): Seluruh kekuasaan dan wewenang tidak terbatas
(kekuasaan mutlak). Perintah raja merupakan undang-undang yang harus
dilaksanakan. Kehendak raja adalah kehendak rakyat. Terkenal ucapan Louias
ke-XIV dari Prancis: L'Etat cest moi (Negara adalah saya).
2. Monarkhi konstitusional ialah Monarkhi, di mana kekuasaan raja itu dibatasi
oleh suatu Konstitusi (UUD). Raja tidak boleh berbuat sesuatu yang
3
bertentangan dengan konstitusi dan segala perbuatannya harus berdasarkan dan
sesuai dengan isi konstitusi.
3. Monarkhi parlementer ialah suatu Monarkhi, di mana terdapat suatu Parlemen
(DPR), terhadap dewan di mana para Menteri, baik perseorangan maupun secara
keseluruhan bertanggung jawab sepenuhnya.
Monarki mutlaklah yang di terapkan Tipe negara Timur Purba.
Tindakan sewenang-wenang daripada seorang raja adalah suatu penyelewengan
yang tidak bisa dipertanggungjawabkan. Karena penyelewengan ini tidak berarti
bahwa tipe daripada Negara Timur Purba itu adalah tirani.
Dari kerajaan di Barat dikenal kalimat yang berbunyi The King can do no
wrong, artinya bahwa raja itu tidak bisa berbuat salah. Kalau raja itu tidak dapat
dipersalahkan atas perbuatannya, siapakah yang harus bertanggung jawab terhadap
rakyat ?
Berdasarkan pandangan-pandangan tersebut di atas, maka tipe negara Timur Purba,
mempunyai ciri-ciri:
a. Bersifat teokratis (keagamaan), dimana suatu pemerintahan yang berdasarkan
keagamaan, biasanya kepala negara dianggap dewa.
b. Bersifat absolut (dispotisme), dimana seluruh putusan raja harus mutlak
dijalankan dan disini pmerintahan tidak disokong oleh rakyat ataupun
golongan.
C. Tipe Negara Yunani Purba/ Kuno
Negara Yunani Kuno mempunyai tipe sebagai Negara kota atau polis. Negara
kota ini mempunyai wilayah sebesar kota yang dilingkari oleh tembok-tembok yang
merupakan benteng pertahanan kalau ada serangan musuh dari luar. Penduduknya
sedikit jumlahnya dan pemerintahannya demokratis.
Pada masa itu warga Negara terbagi kepada tiga golongan yaitu budak,
golongan orang pendatang, dan golongan penduduk asli. Golongan budak, tidak di
anggap sebagai subjek hukum, karena itu tidak mempunyai hak hukum, tidak
memiliki apa-apa bahkan mereka lah yang dimiliki. Yang menarik, meski
demokrasi diterapkan di Negara kota ini, perbudakan dibenarkan dan dianggap
sebagai kenyataan sosial, atau proses alami. Perbudakan menjadi bagian inheren
4
kehidupan masyarakat, sama seperti kaum bangsawan diterima sebagai kewajaran
dalam masyarakat feodalis atau buruh-majikan dalam masyarakat kontemporer
dewasa ini. Golongan pendatang, dianggap ada tetapi tidak mempunyai hak turut
campur tangan dalam pemerintahan. Hak-hak dan milik mereka tetap dihormati.
Golongan yang berhak mengendalikan pemerintahan Negara hanyalah golongan
asli saja. Untuk membicarakan sesuatu tentang hal Negara dan menetapkan suatu
keputusan, rakyat berkumpul bersama raja di lapangan terbuka secara langsung.
Musyawarah berlamgsung tanpa wakil dan bila perlu dengan perdebatan-
perdebatan dan kemudian mengambil keputusan. Gambaran ini memperlihatkan
sebuah bentuk penyelenggaraan Negara yaitu demokrasi langsung.
Dalam susunan pemerintahannya rakyat langsung ikut serta dalam
pemerintahan dan pemerintahan ini merupakan pemerintahan demokrasi langsung.
Untuk melaksanakan demokrasi langsung itu rakyat harus memiliki pengetahuan
yang cukup. Pengetahuan umum itu diajukan kepada rakyat agar rakyat dapat ikut
serta dalam pemerintahan.
Pemerintahan itu diselenggarakan dengan mengumpulkan rakyat di satu
tempat yang disebut eclesia. Dalam rapat itu dikemukakan kebijaksanaan-
kebijaksanaan pemerintah, kesulitan-kesulitan yang dihadapi pemerintah untuk
dipecahkan bersama, mengadakan perbaikan-perbaikan yang perlu diselenggarakan
bersama. Dengan demikian, rakyat dapat ikut serta memecahkan kesulitan-kesulitan
yang dialami oleh pemerintah dengan mengajukan usul-usul dan sebagainya.
Salah satu kebiasaan orang Yunani Kuno adalah membicarakan berbagai
persoalan hidup, termasuk masalah-masalah politik dan Negara. Hal itu disebabkan
beberapa faktor. Pertama, Negara mereka (polis) sering mengalami pertukaran-
pertukaran pemerintahan dari monarki ke aristokrasi, dari politik ini melahirkan
rangsangan-rangsangan untuk timbulnya pemikiran politik. Kedua, yang
menimbulkan rangsangan untuk mendiskusikan persoalan politik adalah adanya
kebebasan bicara, bukan penggunaan kekerasan senjata. Penjelasan suatu masalah
tergantung pada kekuatan argumentasi bukan pedang. Ada kekuatana argumentasi
menyebabkan tumbuhnya daya nalar yang kritis. Ketiga, apa yang disebut Negara
disamakan dengan masyarakat, dan sebaliknya, masyarakat identik dengan Negara.
5
Karen itu lah masalah pergaulan bersama menjadi masalah kenegaraan , dan dengan
sendirinya masalah hidup menjadi masalah Negara. Keempat, cara hidup orang-
orang Yunani pada masa itu menuntut mereka untuk selalu mempertahankan dan
mendiskusikan masalah-masalah yang dihadapi secara bersama-sama.
Dari penjabaran di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tipe Negara Yunani
Kuno ini bersifat Aristokrasi, pemerintahan oleh aristokrat (cendikiawan), tipe ini
mempunyai bentuk negara kota (city state) negaranya kecil hanya satu kota saja dan
dilingkari oleh benteng pertahanan dan penduduknya sedikit, Pemerintahannya
bersifat Demokrasi langsung (musyawarah). Dalam pelaksanaan demokrasi
langsung rakyat diberikan ilmu pengetahuan oleh aristokrat atau filosof
(cendikiawan) tentang cara menjalankan pemerintahan mereka. Jika menjalankan
pemerintahannya biasanya rakyat berkumpul disuatu tempat (acclesia) untuk
membuat suatu keputusan (musyawarah).
Adapun ciri-ciri negara Yunani Kuno, yaitu:
a. berbentuk negara kota (city state)
b. pemerintahannya bersifat demokrasi langsung
c. negara ingin mengadakan autarki (dari kekayaan sendiri)
d. pemerintah dipegang oleh ahli filsafat (filosof / cendikiawan)
Dari hal – hal diatas dapat disimpulkan bahwa ciri utama Negara Yunani
Kuno adalah Negara kota dan demokrasi langsung. Ini berdasarkan pemikiran para
filsuf bahwa manusia adalah zoon politicon sehingga mereka merasa bahwa tidak ada
gunanya jika tidak hidup bermasyarakat. Tidak hanya itu mereka juga
mengutamakan status activus yaitu aktif terlibat dalam urusan pemerintahan, dengan
demikian maka munculah demokrasi langsung di Yunani.
a. Demokrasi langsung dapat muncul di Yunani disebabkan karena:
Yunani pada waktu itu masih merupakan Negara kota.
b. Persoalan dalam Negara belum terlalu kompleks.
D. Tipe Negara Romawi Purba/ Kuno
Tipe Negara Romawi Kuno ini bersifat Imperium, pemerintahannya lebih
mendominasi negara atau bangsa lain (penjajah), Mengeksploitasi sumber daya dari
6
negara yang didominasi, Menguras sumber daya dalam jumlah yang tidak sebanding
dengan jumlah penduduknya jika dibandingkan dengan bangsa-bangsa lain, memiliki
angkatan militer yang besar untuk menegakkan kebijakannya ketika upaya halus
gagal, menyebarkan bahasa, sastra, seni, dan berbagai aspek budayanya ke seluruh
tempat yang berada di bawah pengaruhnya, Menarik pajak bukan hanya dari
warganya sendiri, tapi juga dari orang-orang di negara lain, Mendorong penggunaan
mata uangnya sendiri di negara-negara yang berada di bawah kendalinya.
Pemerintahannya dipegang oleh Caesar yang menerima seluruh kekuasaan
dari rakyat (caesarismus), pemerintahan Caesar ini bersifat mutlak dan mempunyai
undang-undang yang berlaku yang dinamakan Lex Regia.
Pada mulanya tipe negara ini sama dengan tipe negara yunani, tetapi
kemudian perkembanganya ada 4 macam fase masing-masing:
a. Fase kerajaan: dengan ciri khasnya bahwa pemimpin turun-temurun.
b. Fase republik: dimana kepala negaranya dipilih melalui pemilihan.
c. Fase principat : dimana pemimpin dipilih yang terbaik.
d. Fase dominan : dimana kepemimpinan didasarkan pada kewibawaan atau
gazag.
Pemerintah yang pertama kali dalam kerajaan Romawi adalah berbentuk
monarki atau kerajaan. Pemerintahan Monarki ini di damping oleh sebuah
perwakilan yang anggotanya terdiri hanya dari kaum ningrat. Di dalam sistem
pemerintahan ini telah terlihat benih-benih demokrasi, yang kemudian dapat
dilaksanakan setelah raja yang terakhir diusir dari tahtanya. Pada waktu itu terjadi
pertentangan antara kaum ningrat dengan rakyat jelata . pertentangan tersebut dapat
diselesaikan melalui sebuah undang-undang yang terkenal dengan nama undang-
undang dua belas meja. Kemudian pemerintah dipegang oleh kedua orang konsul
yang bersama dengan pemerintah dan undang-undang. Dengan demikian Negara
Romawi telah berubah dari bentuk kerajaan menjadi bentuk demokrasi .
Tipe dari Negara Romawi purba digambarkan sebagai suatu impremium yang
mempunyai wilayah yang luas sekali karena jajahan-jajahannya. Pada saat itu di
Romawi terdapat suatu ajaran yang diperolehnya dari Yunani sebagai hasil dari
proses akulturasi ini timbul karena Yunani pada waktu itu menjadi daerah jajahan
dari Romawi.
7
Akibat dari jajahan itu timbul pertempuran antara dua kebudayaan dari orang-
orang Romawi yang pulang ke negeri asalnya sambil membawa kebudayaan Yunani
yang mereka lihat sendiri untuk dijalankan di Romawi. Ajaran-ajaran yang dibawa
Yunani diantaranya adalah mengenai demokrasi dan kedaulatan rakyat.
Ajaran yang dibawa pulang Yunani itu tidak membawa pengaruh terhadap
susunan pemerintahan di Romawi. Yang ada di Romawi adalah Caesar yang
mempunyai kekuasaan yang besar sekali dan dapat bertindak sekehendak hatinya dan
terkenal sebagai orang tiran. Kedaulatan rakyat yang mereka terima dari kebudayaan
Yunani di konstruksi menjadi paham Caesarismus yaitu suatu paham dimana Caesar
menerima seluruh kekuasaan dari pada rakyat berdasarkan kepercayaan rakyat
kepadanya.
Kekuasaan rakyat yang diserahkan kepada penguasa, yaitu raja, sifatnya tidak
turun temurun, jadi setiap pengangkatan raja baru, rakyat menyerahkan
kekuasaannya kepada raja yang baru diangkat tersebut, dan sesudah itu rakyat tidak
dapat di cabut kembali. Hal inilah yang memberi alasan bagi penguasa untuk
bertindak sebagai diktator.
Setelah rakyat menyerahkan kekuasaannya, maka kini Caesar menjadi wakil
rakyat yang bertindak atas namanya. Perjanjian penyerahan kekuasaan itu diletakkan
dalam Lex Ragia yaitu suatu undang-undang yang memberi hak kepada Caesar untuk
memerintah.
Adapun ciri-ciri Negara Romawi Kuno adalah :
1. Pemerintahan di Romawi dipegang oleh Caesar yang menerima seluruh
kekuasaan dari rakyat atau apa yang dinamakan Caesarismus. Pemerintahan
Caesarismus adalah secara mutlak. Suatu undang-undang di Romawi apa
yang dinamakan Lex Regia;
2. Pemerintahannya lebih mendominasi negara atau bangsa lain (penjajah),
Mengeksploitasi sumber daya dari negara yang didominasi, Menguras sumber
daya dalam jumlah yang tidak sebanding dengan jumlah penduduknya jika
dibandingkan dengan bangsa-bangsa lain;
3. Memiliki angkatan militer yang besar untuk menegakkan kebijakannya ketika
upaya halus gagal, menyebarkan bahasa, sastra, seni, dan berbagai aspek
budayanya ke seluruh tempat yang berada di bawah pengaruhnya.
8
E. Tipe Negara Abad Pertengahan
Setelah jatuhnya imperium Romawi, sejarah pemikiran tentang Negara dan
hukum memasuki zaman baru, yaitu zaman abad pertengahan. Sejalan dengan
runtuhnya peradaban bangsa Romawi, keruntuhan ketatanegaraan pun tidak dapat
dihindari.sebaliknya kekuasaan dari agama Kristen semakin berkembang dan
kemudian menggantikan sistem ketatanegaraan menurut ketentuan gereja.
Menurut penganut-penganut agama Kristen, tidak ada kekuasaan dunia ini
yang harus ditaati secara patuh , karena pertama-pertama yang harus ditaati adalah
perintah Tuhan. Perintah penguasa hanya boleh ditaati apabila perintah itu tidak
bertentangan dengan perintah Tuhan dan sebagai akibat dari pengakuan ini, maka
agama Kristen mendirikan suatu organisasi yang kuat, yaitu organisasi Gereja yang
dikuasai oleh seorang Paus, sebagai wakil tuhan untuk memerintah dunia. Sebagai
akibat lebih lanjut ialah orang, juga pemeluk-pemeluk agama Kristen itu sendiri tidak
mempunyai kebebasan berpikir. Oleh karena segala-galanya harus tunduk kepada
perintah Tuhan dan kalau ada perintah-perintah Tuhan terang, yang boleh
menafsirkan adalah pemimpin-pemimpin Gereja, khususnya Paus.
Negara-negara pada abad pertengahan sudah merupakan country state yang
sifatnya mendua. Dualisme itu disebabkan oleh karena adanya dua macam hak yang
menjadi dasar bagi terbentuknya Negara , yaitu:
1. Hak raja untuk memerintah disebut Rex
2. Hak rakyat yang disebut Regnum.
Tipe Negara abad pertengahan ialah feodalistis berdasarkan hak perseorangan
yang mutlak. Tetapi dalam perkembangannya hak milik tidak lagi mutlak, tetapi hak
milik mempunyai kewajiban untuk mengabdi kepada kepentingan umum. Akibat
kewajiban tersebut, maka timbullah hak-hak rakyat yang dapat membatasi kekuasaan
dari raja yang dikemukakan oleh aliran monarchomachen yang akan mencegah
tindakan sewenang-wenag raja. Perjanjian antara raja dan rakyat yang saling
membatasi diletakkan dan Legas Fundamentalis. Di dalam legas fundamentalis itu
ditentukan hak-hak dan kewajiban dari kedua belah pihak. Jika raja melampaui batas
hak-haknya maka rakyat dapat memberontak, demikian pula sebaliknya jika rakyat
tidak mematuhi pemerintahnya, ia bisa menghukumnya.
9
Dari uraian di atas, maka ciri-ciri Negara pada abad pertengahan adalah,
sebagai berikut :
a) Adanya dualistis, maksudnya ada pertentangan antara penguasa dengan yang
dikuasai, pemilik tanah dengan penyewa tanah, golongan negarawan dan gol
gereja.
b) Adanya feodalisme, disini dimaksudkan adanya pertentangan antara pemilik
tanah dengan penyewa tanah.
c) Securalisme, disini dimaksudkan adanya pertentangan antara golongan
negarawan dan gerejawan.
d) Studen staat, disini dimaksudkan adanya pelapisan-pelapisan dalam masyarakat
yang akhirnya juga menimbulkan pertentangan juga.
Pada teori kenegaraan abad pertengahan ini dijumpai dua aliran yaitu:
1. Ajaran yang merupakan lanjutan dari absolutisme romawi kuno yang dibawakan
oleh Machiavelli dalam bidang politik kemudian dilanjutkan dengan bidang
yuridis atau hukum oleh Jean Bodin mengenai teori kedaulatan.
2. Ajaran kaum monarchomachen yang berdasarkan teori kedaulatan rakyat,
sebelum dibelokan menjadi absolutisme melalui Lex-Regianya ulpianus.
F. Tipe Negara Fase Modern
Ciri utamanya ialah adanya kekuasaan tertinggi bersumber dari rakyat
(kedaulatan rakyat) yang dengan sendirinya menimbulkan pemerintahan (oleh)
rakyat, yaitu Demokrasi dan menggunakan sistem dan lembaga perwakilan.
Pelaksanaannya disalurkan dalam bentuk hukum (negara hukum).
Negara Hukum selalu dibaca DEMOKRATISCHE RECHTSSTAAT. Sistem
ini diberi makna ilmiah oleh J.J. Rousseau bahwa demokrasi saja tidak cukup. Jika
hanya demokrasi, maka peluang untuk absolut demokrasi begitu besar.
Bagaimanapun suara terbanyak akan menjadi absolut dan minoritas akan
selalu tertindas. Demokrasi hanyalah satu bentuk politik, bukan bentuk yuridis. Guna
menjaga akses pelaksanaan demokrasi dalam prinsip kesetaraan (equality), maka
harus ada unsur Negara hukum.
10
Ciri – ciri negara modern adalah :
a) Tipe negara Abad Modern ini berlaku asas demokrasi, yang dimana tampuk
pemerintahannya bercabang dari rakyat;
b) Menganut paham negara hukum, sebagaimana dirumuskan oleh kaum borjuis
illegal yaitu Negara hukum yang demokratis. Menurut ajaran Rousseau jika
hanya demokrasi dalam suatu Negara maka peluang untuk absolute demokrasi
sangat besar sebab bagaimanapun juga suara terbanyak akan absolute dan
minoritas selalu tertindas. Guna menjaga Negara demokrasi yang menimbulkan
kekuasaan absolute maka diberikan unsur Negara hukum yang berfungsi
membatasi Negara demokrasi;
c) Susunan negaranya kesatuan dan didalam Negara hanya ada satu pemerintahan
yaitu, pemerintahan pusat yang mempunyai wewenang tertinggi;
d) Kekuasaan tertinggi bersumber dari rakyat dengan demikian menimbulkan
pemerintahan dari rakyat.
e) Sistem dan lembaga perwakilan
f) Konstitusional yaitu faham yang menghadirkan aspek hukum dalam menjaga
akses pelaksanaan demokrasi atau berdasarkan konstitusionalisme.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tipe negara ialah suatu penggolongan negara yang tidak mempunyai batasan-
batasan yang tegas.
Dari semua tipe-tipe Negara itu terdapat ciri-ciri yang pokok yaitu:
a. Negara timur kuno: teokrasi yang absolut.
b. Negara yunani kuno : Negara kota dan demokrasi langsung.
c. Negara romawi kuno : permulaan berciri primus inter pares kemudian berubah
menjadi raja-raja absolut.
d. Negara abad pertengahan : teokrasi, feudal dan ada dasar dualisme dalam
Negara
e. Negara modern: kedaulatan rakyat, demokrasi, adanya hukum, sistem dan
lembaga perwakilan, berdasarkan konstitualisme.
B. Saran
Ketika sebuah negara menaati hukum sebagai salah satu prinsip negara maka
diharapkan menjadikan negara itu melahirkan sebuah keadilan, dan menghilangkan
sikap dualisme antara rakyat dan pemerintah yang masih menerapkan sistem
tiranisme, konsep Demokrasi harus diberlakukan sepenuhnya demi keselarasan
tunduk pada hukum.
12
DAFTAR PUSTAKA
Huda, Ni’matul. 2012. Ilmu Negara. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Isrok. 2003. Ilmu Negara: Malang: Fakultas Hukum Universitas Brawijaya.
M.Solly Lubis. 1998. Ilmu Negara. Bandung: Penerbit Alumni.
Fathdidin11. 2013. PKn Tipe-Tipe Negara. (Online) tersedia di:
https://fathdidin11.wordpress.com/2013/07/17/pkn-tipe-tipe-negara/. Diakses
Jum’at, 21 Maret 2015.
Saputra, Wahyu. Perkembangan Tipe-Tipe Negara. (Online) tersedia di:
http://www.academia.edu/4713298/PERKEMBANGAN_TIPE-
TIPE_NEGARA . Diakses pada hari Kamis tanggal 19 Maret 2015.
Zein, Ajat. 2010. Tipe-tipe negara. (online) tersedia di: http://ajat-
ajat.blogspot.com/2010/12/tipe-tipe-negara.html . Diakses pada hari Kamis
tanggal 19 Maret 2015.
13