kegawatdaruratan pada penerbangan pesawat terbang komersil

18
KEGAWATDARURATAN PADA PENERBANGAN PESAWAT TERBANG KOMERSIL Drew C. Peterson, M.D., Christian Martin-Gill, M.D., M.P.H., Francis X. Guyette, M.D., M.P.H., Adam Z. Tobias, M.D., M.P.H., Catherine E. McCharty, B.S., Scott T. Harrington, M.D., Theodore R. Delbridge, M.D., M.P.H. Abstrak Di setiap belahan dunia ini ada sebanyak2,75 juta penumpang penerbangan pesawat terbang komersil. Ketika terjadi kegawatdaruratan pada penerbangan, akses untuk melakukan tindakan pertolongan sangat terbatas. Disini peneliti membeberkan tindakan kegawatdaruratan pada pesawat beserta hasil. Metode Peneliti mengkaji catatan panggilan kegawatdaruratan dari 5 maskapai penerbangan domestic dan internasional sejak tanggal 1 januari 2008 hingga oktober 2010. Peneliti menggolongkan masalah kegawatdaruratan dan tipe pemberian bantuan. Peneliti menetapkan bahwa insiden dan factor yang berhubungan dengan pengalihan jadwal penerbangan, transport ke rumah sakit, dan pendaftarn masuk rumah sakit, dan peneliti menetapkan insidensi kematian. Hasil

Upload: mario-alexander

Post on 20-Oct-2015

54 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

G

TRANSCRIPT

Page 1: Kegawatdaruratan Pada Penerbangan Pesawat Terbang Komersil

KEGAWATDARURATAN PADA PENERBANGAN PESAWAT TERBANG

KOMERSIL

Drew C. Peterson, M.D., Christian Martin-Gill, M.D., M.P.H., Francis X. Guyette, M.D.,

M.P.H., Adam Z. Tobias, M.D., M.P.H., Catherine E. McCharty, B.S., Scott T. Harrington,

M.D., Theodore R. Delbridge, M.D., M.P.H.

Abstrak

Di setiap belahan dunia ini ada sebanyak2,75 juta penumpang penerbangan pesawat

terbang komersil. Ketika terjadi kegawatdaruratan pada penerbangan, akses untuk melakukan

tindakan pertolongan sangat terbatas. Disini peneliti membeberkan tindakan kegawatdaruratan

pada pesawat beserta hasil.

Metode

Peneliti mengkaji catatan panggilan kegawatdaruratan dari 5 maskapai penerbangan

domestic dan internasional sejak tanggal 1 januari 2008 hingga oktober 2010. Peneliti

menggolongkan masalah kegawatdaruratan dan tipe pemberian bantuan. Peneliti menetapkan

bahwa insiden dan factor yang berhubungan dengan pengalihan jadwal penerbangan, transport ke

rumah sakit, dan pendaftarn masuk rumah sakit, dan peneliti menetapkan insidensi kematian.

Hasil

Sebanyak 11.920 panggilan kasus kegawatdaruratan ke penerbangan pusat kesehatan (1

panggilan kegawatdaruratan per 604). Kasus terbanyak adalah sinkop atau presinkop (37,4%

kasus), gejala pernafasan (12,1%), dan muntah dan mual (9,5%). Ahli medis penumpang

menyediakan bantuan medis pada kegawatdaruratan penerbangan sebanyak 48,1% dan aircraft

diversion sebnyak 7,3%. Sebanyak 10. 914 pasien yang mengikuti follow up setelah

penerbangan, 25,8% dilarikan ke rumah sakit oleh petugas kegawatdaruratn medis, 8,6%

berhasil dirawat di rumah sakit dan 0,3% meninggal. Pemicu yang paling banyak untuk dirawat

Page 2: Kegawatdaruratan Pada Penerbangan Pesawat Terbang Komersil

dirumah sakit adalah stroke (odds ratio, 3.36%; 95% confidence interval[CI], 1.88 to 6.03),

gangguan pernafasan (odds ratio, 2.13; 95% CI, 1.48 to 3.06), dan gangguan kardiak (odds ratio,

1.95%; 95% CI,1.37 to 2.77).

Kesimpulan

Banyaknya kasus yang berhubungan dengan kegawatdaruratan berhubungan dengan

sinkop, gangguan pernafasan, atau gangguan pencernaan. Sedikit kasus kegawatdaruratan

penerbangan pada diversion aircraft atau kematian. Satu dari empat penumpang yang memiliki

masalah kegawatdaruratan pada saat penerbangan akan menjalani evaluasi kesehatan di rumah

sakit.

Maskapai penerbangan komersil menyediakan sekitar 2,75 juta penumpang di seluruh

dunia. Ketika terjadi kasus kegawatdaruratan di penerbangan, akses untuk melakukan tindakan

penyelamatan terbatas. Tim medis dan beberapa ahli medis profesional lain sering menerima

panggilan untuk menolong ketika perjalanan walaupun dengan latihan atau pengalaman yang

terbatas. Maskapai penerbangan bekerjas sama dengan institusi kesehatan untuk untuk mengirim

bantuan dari panggilan pusat kesehatan ke personel maskapai penerbangan, yang bertujuna untuk

meningkatkan kualitas penyediaan layanan kesehatan penumpang.

Ada keterbatasan informasi pada saat kejadian dan karakteristik dari kegawatdaruratan

saat penerbangan. Meskipun pada penelitian sebelumnya telah menggolongkan insidensi,

kategori gangguan, rerata aiarcraft diversion, dan akses menuju sumber, banyak yang telah

menggunakan informasi yang didapatkan dari setiap maskapai penerbangan dan mempunyai

hasil yang buruk pada pasien.

Peneliti melakukan penelitian pada kegawatdaruratan penerbangan dengan menyertakan

maskapai penerbangan komersil, menggolongkan bantuan saat kejadian yang telah disediakan

kru penerbangan dan penumpang laindan mengidentifikasi hasil pada saat kejadian, termasuk

ambulan untuk transport menuju rumah sakit dan pendaftaran saat masuk rumah sakit. pada

temuan peneliti, peeneliti menyarankan pendekatan praktis pada tindakan pertolongan pertama

pada kegawatdaruratan untuk tim medis yang di pangigilpada saat kejadian.

Page 3: Kegawatdaruratan Pada Penerbangan Pesawat Terbang Komersil

METODE

Pengumpulan data

Peneliti meninjau ulang rekaman dari semua panggilan ke pusat kesehatan dari 5

maskapai penerbangan domestic dan internasional yang menunjukan rata-rata 10% dari volume

penumpang pesawat terbang di seluruh dunia dari 1 Januari 2008 hingga 31 oktober 2010. Pusat

komunikasi menyediakan konsultasi dengan menggunakan radio atau dengan telepon satelit. Ini

terletak di akademi pusat kesehatan dan dipegawai oleh ahli medis kegawatdaruratan yang telah

dilatih di telemedicine dan manajemen kegawatdaruratan penerbangan.

Ringkasan narative dari setiap kejadian telah direkam, dan data kategorikal telah

dimasukkan ke elektronik database (Excel 2007, Microsoft). Data terdiri dari permasalahan

medis, asal penerbangan dan tujuan, fase penerbangan (pada saat maskapai di bandara, pada saat

di landasan, pada saat terbang, dan pendaratan), ketersediaan bantuan pada saat di pesawat, dan

pengggunaan medikasi atau alat medis. Pada kasus yang banyak lebih dari satu penumpang

memberikan batuan kesehatan, seseorang yang mempunyai level tertinggi dari latihan akan

drekam. Setelah setiap kejadian, personel dari pusat komunikasi menetukan apakah pasien harus

dibawa kerumah sakit atau tidak dan penempatan dari departemen kegawatdaruratan. Hasil

variable mengumpulkan termasuk dialihkan atau tidakknya penerbangan, dikirim kerumah sakit

atau tidak, dan apabila dikirim, bagaimana pembagiannya dari departemen kegawatdaruratan

rumah sakit. peneliti menyisihkan kejadian yang tidak terjadi pada saat proses penerbangan

seperti pemeriksaan penumpang sebelum penerbangan atau kegawatdaruratan sebelum pesawat

lepas landas atau mendarat.

Dua peneliti terdahulu telah meninjau gangguan primer tersering pada database

elektronik dan mengkategorikan berdasarkan sistem tubuh, penyakit bawaan atau keduanya

(table 1). Sebagai contoh, peneliti menggolongkan kehilangan kesadaran, atau kepala terasa

ringan sebagai sinkop atau presinkop. Dengan cara yang sama, peneliti menggolongkan nyeri

dada, berdebar-debar, atau kerusakan pacemaker sebagai gangguan kardiak. Cardiac arrest

dipisahkan pada golongan yang berbeda. Penulis abstrak peneliti menggunakan form yang

terstandarisasi, kasus yang telah ditunjuk pada golongan yang tidak menentu kepada kedua

penulis terdahulu dengan consensus.

Page 4: Kegawatdaruratan Pada Penerbangan Pesawat Terbang Komersil

Peneliti mengunakan rekaman asal dan tujuan yang telah terjadwal dari setiap

penerbangan untuk menentukan jarak penerbangan dan apakah merupakan penerbangan

domestic atau internasional. Untuk menentukan jumlah keseluruhan dari penumpang selama

masa studi peneliti, peneliti memperoleh data statistic dari department transportasi Amerika,

dilampirkan oleh komunikasi personel dengan maskapai penerbangan. Peneliti menentukan

apakah defibrillator external otomatis telah digunakan dan data factor klinis yang terkumpu

(kehilangan kesadaran, penurunan pulsasi, syok dan kembalinya pulsasi) melewati tinjauan dari

rekaman narrative pada kasus tersebut. Institusi dari universitas Pittsburgh menunjau penelitian

dan mengeluarkan syarat untuk lembar persetujuan. Peneliti kedua menjamin untuk kelengkapan

dan keakuratan dari data.

Analisis Statistik

Peneliti menentukan frekuensi dari setiap kategori masalah medis, tipe pesawat terbang,

penggunaan defibrillator eksternal otomatis, ketersediaan bantuuan medis pada saat

penerbangan, dan jarak penerbangan. Peneliti melaporkan data deskriptif

Page 5: Kegawatdaruratan Pada Penerbangan Pesawat Terbang Komersil

untuk variable kontinyu dan persentase untuk variable kategorikal. Peneliti menunjukan analisis

univariabel dari hubungan antara factor diatas dan hasil spesifik dari pasien, menggunakan 2

sampel t-test untuka variable kontinyu dari usia dan chi-square test untuk variable kategorikal.

Selanjutnya peneliti menunjukan analisi multivariable, menggunakan regresi logistic untuk

mengidentifikasi factor yang berhubungan dengan hasil yang spesifik selama mengontrol untuk

untuk faktor lain yang peneliti temukan mempunyai hubungan pada univariabel analisis (tabel2).

Semua P values yang dilaporkan ada dua sisi; P value yang kurang dari 0,05 di pertimbangkan

untuk mengindikasi statistic yang signifikan. Peneliti menggunakan software SPSS, dengan versi

19.0 (IBM), untuk menganalisa.

Page 6: Kegawatdaruratan Pada Penerbangan Pesawat Terbang Komersil

HASIL

Karakteristik dari kegawatdaruratn medis dan hasil

Pusat komunikasi menerima panggilan sekitar 11.920 kegawatdaruratan pada saat

penerbangan diantara 744 juta penumpang maskapai penerbangan selama masa penelitian, untuk

rata-rata dari 16 kegawat daruratan medis per 1 juta penumpang. Ada sebanyak 7.198.118

penerbangan termasuk maskapai penerbangan selama penelitian, selama kejadian di 1 kegawat

daruratan penerbangan per 604 penerbangan. Usia penumpang dengan kegawatdaruratan saat

penerbangan berkisar 14 hari sampai 100 tahun (mean, 48±21tahun). Masalah medis paling

banyak adalah sinkop atau pre sinkop (37,4%), masalah pernafasan (12,1%), dan mual atau

muntah (9,5%) (tabel1), dengan beberapa variasi maskapai penerbangan.

Page 7: Kegawatdaruratan Pada Penerbangan Pesawat Terbang Komersil

aircraft diversion terjadi pada 875 dari 11.920 kasus (7,3%); sisanya pesawat mendarat sesuai

jadwal tujuannya. Data follow up setelah penerbangan tersedia untuk 10.914 penyumpang

dengan kegawatdaruratan pada saat penerbangan (91,6%) (fig.1). Sebanyak 3402 penumpang

(31,2%), kegawatdaruratan bisa cukup teratasi sebelum mendarat jadi ahli medis di mintai

pertolongan untuk menolong penumpang. Dari 7508 pasien yang meminta bantuan dari tim

medis pada saat penerbangan maupun pendaratan, 2804 (37,3%) telah dikirim menuju

departemen kegawatdaruratan rumah sakit. Setelah itu, 901 pasien (8,6% dari itu untuk yang

mengikuti follow up data telah tersedia datanya) yang telah disetujui untuk menuju rumah sakit

atau meninggalkan departemen kegawatdaruratan terhadap bantuan kesehatan. Pada

penambahan cardiac arrest, masalah medis yang berkaitan dengan tingginya rata2 dari

pendaftaran rumah sakit seperti gejala seperti stroke (23,5%), maslaah obstetric atau ginekologi

(23,4%), dan gangguan kardiak (21,0%). Dari 36 kematian yang teridentifikasi, 30 terjadi pada

saat penerbangan. Mean dari usia penumpang yang meninggal yaitu usia 59±21 tahun (range, 1

bulan hingga 92 tahun). Dari 61 kasus obstetric atau ginekologi pada penelitian, kebanyakan

(60,7%) terjadi pada wanita hamil yang usia kelahirannya kurang dari 24 minggu dengan

kemungkinan untuk keguguran (seperti perdarahan vagina), termasuk 7 dari 11 kasus obstetri

atau ginekologi . 11 kasus (18,0%) melibatkan wanita yang usia kandungannya di atas 24

minggu.

Page 8: Kegawatdaruratan Pada Penerbangan Pesawat Terbang Komersil

Penyedia bantuan medis ketika penerbangan

Bantuan medis pada saat penerbangan telah disediakan oleh ahli medis (48,1%), perawat

(20,1%), penyedia bantuan kegawatdaruratan (4,4%), atau ahli kesehatan lainnya (3,7%). Rata-

rata pengalihan jadwal penerbangan dan hospitalisasi dibedakan berdasarkan tipe dari relawan

medis. Rata-rata pada pengalihan jadwal penerbangan berdasarkan pada penyedia (dari yang

tertinggi hingga terendah) telah ditinjau oleh ahli medis, 9,4% (95% confidence interval[CI], 8,7

ke 10,2), penyedia bantuan kegawatdaruratan, 9,3% (95% CI, 6,8 hingga 11,7), perawat 6,2%

(95% CI, 5,2 hingga 7,2); dan kru pesawat hanya, 3,8% (95% CI, 3,1 hingga 5,4). Rata-rata

perawatan di rumah sakit berdasarkan penyedia yang telah ditinjau: penyedia bantuan

kegawatdaruratan 10,2% (95% CI, 7,5 hingga 12,9); ahli medis 9,3% (95% CI, 8,5 hingga 10,0);

perawat 8,7% (95% CI, 7,5 hingga 9,8); kru pesawat hanya 4,7% (95% CI, 3,9 hingga 5,6). Pada

multivariable analisa, faktor yang mempunyai hubungan yang kuat dengan perubahan jadwal

penerbangan adalah penggunaan defibrilato otomatis pada saat penerbangandan bantuan pada

saat penerbangan oleh penyedia bantuan kegawatdaruratan sebagai penyedia yang mempunyai

level tinggi (table2). Perawatan pasien dirumah sakit berhubungan dengan kemungkinan stroke,

gangguan pernafasan dan gangguan kardiak.

Admisitrasi perawatan

Pengobatan teratur selama penerbangan tercantum pada table s2 pada lampiran tambahan.

Kebanyakan pengobatan yang digunakan tersedia di Federal Aviation Administration (FAA)-

memrintahkan menggunakan alat bantuan kegawatdaruratan, yang mungkin disediakan oleh

individu di maskapai penerbangan. Beebrapa pengobatan telah diatur sendiiri dari dari ebebrapa

penumpang atau pasien itu sendiri. Yang paling sering digunakan untuk perawatan dan

pengobatan adalah oxygen 49,9% , intravena salin 0,9% sebanyak 5,2%, dan aspirin 5,0%.

Diantara 1136 penumpang dengan kegawatdaruratan pada saat penerbangan berhubungan

dengan mual atau muntah dan penggunaan anti emetic sebanyak 1 dari 109 penumpang (0,9%)

yang telah mengkonsumsi antiemetic mempunyai hasil (5,4%) daripada yang tidak

mengkonsumsi antiemetic (p=0,04). Rata-rata pada kasus pengalihan jadwal penerbangan tidak

Page 9: Kegawatdaruratan Pada Penerbangan Pesawat Terbang Komersil

berbeda signifikan bergantung pada apakah penggunaan albuterol pada kasus gangguan

pernafasan atau apakah penggunaan nitroglycerin pada gangguan kardiak.

Penggunaan AED

AED telah digunakan pada 137 pasien dengan kegawatdaruratan penerbangan (1,3%).

Diantara 134 pasien (97,8%) , masalah gangguan yang paling banyak adalah sinkop atau

presinkop (41,0%) dan nyeri dada (29,4%); 84 pasien (62,7%) mengalami kehilangan kesadaran.

AED digunakan pada 24 kasus henti jantung dan syok 5 kasus. Kembalinya sirkulasi spontan

terjadi pada 1 pasien yang menerima defibrillasi dan 8 pasien lainnya ketika digunakan AED

tidak terindikasi AED. Semua pasien kecuali 1 pasien dengan kembalinya sirkulasi spontan dapat

bertahan cukup lama untuk di bawa ke rumah sakit.

Page 10: Kegawatdaruratan Pada Penerbangan Pesawat Terbang Komersil

DISKUSI

Pada dasar dari data peneliti, peneliti mengestimasi ada 44.000 kegawatdaruratan pada

penerbangan terjadi pada setiap tahunnya di seluruh dunia. Kegawatdaruratan yang terjadi pada

maskapai penerbangan komersil, meskipun jarang terjadi ketika dipertimbangakan paad per

penumpang, yang terjadi sehari-hari; ahli medis dan penyedia kesehatan lainnya sering

mendapatakan panggilan untuk melakukan pertolongan pada penumpang. Pengetahuan dasar dari

kegawatdaruratan pada saat penerbangan dan kewaspadaan darpenyebaba kegawatdaruratan

dapatnmembuat mereka menjadi penolong yang bertindak efektif. Alat bantuan

kegawatdaruratan telah tersedia di setiap maskapai penerbangan komersil tyang telah di regulasi

FAA biasanya cukup untuk mengatasi masalah serius. Banyak maskapai penerbangan yang

mempunyai memperbaiki kualitas dari alat bantuan kegawatdaruratan, meningkatkan opsi

perawatan. Kegawatdaruratan penerbangan yang seling terjadi adalah keterbatsan pasien untuk

menangani keluhannya sendiri atau secara efektif di evaluasi dan diperlakukan tanpa gangguan

rute penerbangan. Penyakit yang adalah yang paling sering dan jarang terjadi kematian.

Meskipun FAA tidak memrluakn konsultasi dengan ahli medis pada saat

kegawatdaruratan penerbangan, kerjasama maskapai penerbangan dengan penyedia bantuan

kesehatan tertentu secara konsisten menyediakan ahli medis. Konsultasi dengan dokter pada saat

kejadian dapat dilakukan komunikasi langsung dengan anggota kru penerbangan dan ahli

kesehatan pada saat penerbangan melalui proses berantai termasuk menyertakan pilot pada

proses tersebut. Pada pengalaman peneliti, gangguan penumpang bisa sering diatur dengan cara

bekerjasama dengan filght attendant, yang mengetahui secara benar bagaimana cara mengunakan

alat yang tersedia dan cara penggunaanya. Ketika dibutuhkan evaluasi atau intervensi yang

melampaui keampuan penumpang, flight attendant mungkin akan memanggil atau mencari ahli

medis yang professional selama penerbanagan. Banyak maskapai penerbangan yang

membutuhkan konsultasi dengan ahli medis sebelum menggunakan emergency kit. Penyedia

layanan kesehatan dan konsultasi dari dokter yang mempunyai keterbiasaan dengan

Page 11: Kegawatdaruratan Pada Penerbangan Pesawat Terbang Komersil

lingkungannya, sumber medis yang tersedia , pengetahuan pasien tentang kesehatan, dan

kewaspadaan dari operasional maskapai penerbangan.

Penelitian ini, sinkop, gangguan pernafasan, mual atau muntah, dan gangguan kardiak

merupakan masalah yang searing terjadi selama penerbanangan. Gangguan kardiak yang

berpotensiu mepunyai jumlah yang relative pada kasus kegawatdarurtan penerbangan. Banyak

yang bisa diatasi dengan cara perawatan sederhana seperti focus pada penggalian riwayat

penyakit hingga perawatan yang pasti tersedia. Aspirin, nitrates, dan oksigen tersedia pada kotak

medis. Pasien dengan angina atau nyeri dada dapat diberikan perawatan dan di kirim ke ambulan

pada saat pendaratan. Pada kasus seperti IMA atau dysrithmia dapat di monitoring dengan AED.

Gangguan obstetric jarang ditemukan sebagai kasus kegawatdaruratan penerbanagn.

Kasus ganguan obstetric atau ginekologi yang paling banyak terjadi pada wanita hamil atau usia

kehamilan kurang dari 24 minggu. Kasus henti jantung pada saat penerbangan dapat diatasi

dengan penggunaan AED dan ephinefrin yang tersedia di kotak medis. Rata- rata penumpang

yang dapat bertahan setelah henti jantung dari 14 hingga 55% , dengan rata-rat tertinggi dari

pasien yang mendapat ventricular fibrillasi. Kematian diantara seluruh pasien dengan kegawat

daruratan penerbangan sebanyak 0,3%. Yang konsisten dengan laporan rata-rata sebelumnya.

Tantangan tersering dalam menyediakan pelayanan kesehatan adalah keterbatasan

tempat dan alat bantuan. Pada keadaan yang tidak biasa, dokter dan ahli kesehatan lainnyabisa

mempercayakan apa hal yang terbaik yang mereka ketahui, termasuk membuat diagnose tertentu.

Dokter dan penyedia kesehatan lainnya mungkin akan di panggil oleh kru untuk kasus yang lebih

serius.

Pada dasar temuan peneliti, peneliti percaya bahwa penumpang maskapai penerbangan

yang berperan sebagai ahli kesehatan profesiona seharusnya bisa waspada kepada peran

potensial mereka sebagai relawan kegawatdaruratan penerbangan. Peneliti juga menganjurkan

sistem bantuan kegawatdaruratabn penerbangan, termasuk pelayanan dari rumah sakit

sesudahnya untuk petunjuk intervensi yang lebih baik pada poplasi tersebut.

Page 12: Kegawatdaruratan Pada Penerbangan Pesawat Terbang Komersil

DAFTAR PUSTAKA

1. Cummins RO, Scubach JA. Frequency and types of medical emergencies among

commercial air travelers. JAMMA 1989;261: 1295-9.

2. Passenger numbers to reach 2.75 billion by 2011. Internasional Air Transport

Asosciation, 2012 (http://www.iata.org/pressroom/pr/pages/2007-24-10-01.aspx).

3. Sand M, Bechara FG, Sand D. Surgical and Medical Emergencies on Board European

Aircraft: a retrospective study of 10189 cases. Crit care 2009; 13: R3.

4. Moore BR, Ping JM, Claypool DW. Pediatrics emergencies on US-based Commercial

Airline. Pediatr emerg care 2005; 21:725-9.

5. Hordinsky JR, George MH. Response Capability during Civil Air Carrier Inflight

Medical Emergencies. Aviat Space Environ Med. 1989;60:1211-4.

6. Aviation of Medical Asistance Act of 1998, Pub,L. 105-170, 112 Stat. 47 (1998).

7. ACOG comiteee opinion No: 443: air travel during pregnancy. Obstet Gynecol 2009;

114: 954-5.

8. O’Rourke MF, Donaldson E, Geddes JS. Airlines Cardiac Arrest Program, Circulaton

1997;96:2849-53.

9. Shepherd B, Macpherson D, Edwards CM. In-Flight Emergencies : playing the good

Samaritan. JR Soc Med 2006;99:628-31.

10. Delaune EF III, Lucas RH, IIIig P.In-Flight medical events and aircraft diversion: one

airline’s experience. Aviat Space Environ Med 2003; 74: 62-8.