kata pengantar - balilatfo.kemendesa.go.id · kata pengantar daerah tertentu adalah dengan daerah...

179

Upload: dinhhuong

Post on 25-May-2019

224 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,
Page 2: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

i

KATA PENGANTAR

Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik

tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana, perbatasan, pulau

kecil dan terluar, serta pasca konflik sesuai dengan ketentuan perundang-

undangan.

Penyusunan buku data dan informasi perkembangan daerah pasca

konflik disusun dengan mengacu pada Peraturan Menteri Desa,

Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia

Nomor 10 Tahun 2016 Tentang Pedoman Pengelolaan Data dan Informasi

Desa, Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, serta Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 7 Tahun 2012 Tentang Penanganan Konflik Sosial.

Data dan informasi daerah pasca konflik yang disajikan dalam buku

ini meliputi perkembangan jumlah, jenis konflik, sepanjang tahun 1997 s/d

tahun 2014 , serta upaya intervensi penanganan konflik yang terjadi pada

Tahun 2014 di Indoneisa. Data yang disajikan merupakan data yang

bersumber dari instansi terkait serta sumber-sumber lain sesuai dengan

kebutuhan dalam kajian perkembangan daerah pasca konflik.

Buku data dan informasi perkembangan daerah pasca konflik ini

diharapkan dapat mendeteksi secara dini konflik yang terjadi serta

mengetahui perkembangan daerah tertentu dalam pemulihan konflik yang

sudah terjadi di Wilayah Indonesia. Demikian buku ini dibuat, semoga

Keberadaan buku ini diharapkan mampu menyampaikan informasi terkini

yang bisa dijadikan sebagai acuan dalam menentukan arah kebijakan

penanganan daerah pasca konflik ataupun pemulihan daerah pasca konflik.

Jakarta, Oktober 2016

Kepala Pusat

Data dan Informasi

Helmiati, SH, M.SI

Page 3: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................. ii

DAFTAR TABEL ........................................................................................... v

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

1.1 Latar Belakang..................................................................... 1

1.2 Maksud dan Tujuan ............................................................. 3

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan ............................................... 3

1.4 Tim Penyusun ...................................................................... 4

BAB II METODOLOGI ................................................................................ 5

2.1 Pengumpulan Data .............................................................. 5

2.2 Pengolahan Data ................................................................. 5

2.3 Analisis dan Penyajian Data ................................................ 7

BAB III DESKRIPSI DAERAH PASCA KONFLIK ........................................ 8

3.1 Daerah Pasca Konflik .......................................................... 9

3.2 Daerah Pasca Konflik di 122 Kabupaten Tertinggal di

Indonsesia ........................................................................... 13

3.3 Daerah Pasca Konflik di Lokasi Desa Berdasarkan

Tipologi Desa Indeks Pembangunan Desa (IPD) ................. 14

3.4 Kawasan Perdesaan di Daerah Pasca Konflik ..................... 15

3.5 Permukiman Transmigrasi di Daerah Pasca Konflik ............ 15

3.6 Kawasan Perkotaan Baru/ Kota Terpadu Mandiri di

Daerah Pasca Konflik .......................................................... 17

BAB IV IDENTIFIKASI SEBARAN DAN KONDISI DAERAH PASCA

KONFLIK......................................................................................... 19

4.1 Daerah Pasca Konflik di Wilayah Sumatera ......................... 22

Page 4: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

iii

4.1.1 Sebaran Daerah Pasca Konflik di Wilayah

Sumatera .................................................................. 22

4.1.2 Dampak Konflik ........................................................ 26

4.1.3 Upaya Penanganan Konflik ...................................... 31

4.2 Daerah Pasca Konflik di Wilayah Jawa ................................ 36

4.2.1 Sebaran Daerah Pasca Konflik ................................. 36

4.2.2 Dampak Konflik ........................................................ 40

4.2.3 Upaya Penanganan Daerah Konflik .......................... 43

4.3 Daerah Pasca Konflik di Wilayah Kalimantan ...................... 48

4.3.1 Sebaran Daerah Pasca Konflik ................................. 48

4.3.2 Dampak Konflik ........................................................ 52

4.3.3 Upaya Penanganan Konflik ...................................... 56

4.4 Daerah Pasca Konflik di Wilayah Sulawesi .......................... 60

4.4.1 Sebaran Daerah Pasca Konflik ................................. 60

4.4.2 Dampak Konflik ........................................................ 64

4.4.3 Upaya Penanganan Konflik ...................................... 68

4.5 Daerah Pasca Konflik di Wilayah Bali dan Nusa Tenggara .. 72

4.5.1 Sebaran Daerah Pasca Konflik ................................. 72

4.5.2 Dampak Konflik ........................................................ 77

4.5.3 Upaya Penanganan Konflik ...................................... 80

4.6 Daerah Pasca Konflik di Wilayah Maluku ............................. 84

4.6.1 Sebaran Daerah Pasca Konflik ................................. 84

4.6.2 Dampak Konflik ........................................................ 87

4.6.3 Upaya Penanganan Konflik ...................................... 90

4.7 Daerah Pasca Konflik di Wilayah Papua .............................. 94

4.7.1 Sebaran Daerah Pasca Konflik ................................. 94

4.7.2 Dampak Konflik ........................................................ 99

4.7.3 Upaya Penanganan Konflik ...................................... 102

BAB IV KESIMPULAN ................................................................................. 106

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 115

Page 5: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

iv

LAMPIRAN ................................................................................................... 117

Page 6: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

v

DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1 Jumlah Kejadian Konflik periode Tahun 1997 s/d 2014 di

122 Kabupaten Tertinggal di Indonesia ............................... 13

Tabel 3. 2 Jumlah Kejadian Konflik Periode 1997 s/d 2014 di Desa

Berdasarkan Tipologi Desa (IPD) ........................................ 14

Tabel 3. 3 Jumlah Kejadian Konflik Periode 1997 s/d 2014 di

Kawasan Perdesaan ........................................................... 15

Tabel 3. 4 Jumlah Kejadian Konflik Periode 1997 s/d 2014 di

Kabupaten Lokasi UPT Bina................................................ 16

Tabel 3. 5 Jumlah Kejadian Konflik Periode 1997 s/d 2014 di

Kabupaten Lokasi UPT Serah ............................................. 17

Tabel 3. 6 Jumlah Kejadian Konflik Periode 1997 s/d 2014 di

Kabupaten Lokasi 48 Kota Terpadu Mandiri ........................ 18

Tabel 4.1 Jumlah Kejadian Berdasarkan Jenis Konflik di Wilayah

Sumatera Periode Tahun 1997-2014 ................................... 22

Tabel 4.2 Persentase Jumlah Kejadian Berdasarkan Jenis Konflik di

Wilayah Sumatera Periode Tahun 1997-2014 ..................... 23

Tabel 4.3 Sebaran Jenis Konflik di Daerah Tertinggal Wilayah

Sumatera Periode Tahun 1997-2014 ................................... 26

Tabel 4.4 Jumlah dan Persentase Dampak Konflik Korban Tewas di

Wilayah Sumatera Tahun 2013 - 2014 ................................ 27

Tabel 4.5 Jumlah dan Persentase Dampak Konflik Korban Cedera di

Wilayah Sumatera Periode Tahun 2013 - 2014 ................... 28

Tabel 4.6 Jumlah dan Persentase Dampak Konflik Korban

Penculikan di Wilayah Sumatera Periode Tahun 2013 -

2014 .................................................................................... 29

Tabel 4.7 Jumlah dan Persentase Dampak Konflik Korban Perkosaan

di Wilayah Sumatera Periode Tahun 2013 - 2014. .............. 30

Tabel 4.8 Jumlah dan Persentase Dampak Konflik Bangunan Rusak

di Wilayah Sumatera Periode Tahun 2013 - 2014 ............... 31

Page 7: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

vi

Tabel 4.9 Jumlah Desa dengan Intevensi Upaya Penanganan Konflik

di Wilayah Sumatera Periode Tahun 2013 dan 2014 ........... 32

Tabel 4.10 Jumlah dan Persentase Desa dengan Intervensi TNI di

Wilayah Sumatera Periode Tahun 2013 - 2014 ................... 33

Tabel 4.11 Jumlah dan Persentase Desa dengan Intervensi Polisi di

Wilayah Sumatera Periode Tahun 2013 - 2014 ................... 34

Tabel 4.12 Jumlah dan Persentase Desa dengan Brimob di Wilayah

Sumatera Periode Tahun 2013 - 2014 ................................. 35

Tabel 4.13 Jumlah dan Persentase Desa dengan Intervensi Sipil di

Wilayah Sumatera Periode Tahun 2013 - 2014 ................... 36

Tabel 4.14 Jumlah Kejadian Berdasarkan Jenis Konflik di Wilayah

Jawa Periode Tahun 1997-2014 .......................................... 37

Tabel 4.15 Persentase Jumlah Kejadian Berdasarkan Jenis Konflik di

Wilayah Jawa Periode Tahun 1997-2014 ............................ 37

Tabel 4.16 Sebaran Jenis Konflik di Daerah Tertinggal Wilayah Jawa

Periode Tahun 1997-2014 ................................................... 40

Tabel 4.17 Jumlah dan Persentase Dampak Konflik Korban Tewas di

Wilayah Jawa Tahun 2013 - 2014 ....................................... 40

Tabel 4.18 Jumlah dan Persentase Dampak Konflik Korban Cedera di

Wilayah Jawa Periode Tahun 2013 - 2014 .......................... 41

Tabel 4.19 Jumlah dan Persentase Dampak Konflik Korban

Penculikan dan Perkosaan di Wilayah Jawa Periode Tahun

2013 - 2014 ......................................................................... 42

Tabel 4.20 Jumlah dan Persentase Dampak Konflik Bangunan Rusak

di Wilayah Jawa Periode Tahun 2013 - 2014 ...................... 43

Tabel 4.21 Jumlah Desa dengan Intevensi Upaya Penanganan Konflik

di Wilayah Jawa Periode Tahun 2013 dan 2014 .................. 44

Tabel 4.22 Jumlah dan Persentase Desa dengan Intervensi TNI di

Wilayah Jawa Periode Tahun 2013 - 2014 .......................... 45

Tabel 4.23 Jumlah dan Persentase Desa dengan Intervensi Polisi di

Wilayah Jawa Periode Tahun 2013 - 2014 .......................... 46

Page 8: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

vii

Tabel 4.24 Jumlah dan Persentase Desa dengan Intervensi Brimob di

Wilayah Jawa Periode Tahun 2013 - 2014 .......................... 47

Tabel 4.25 Jumlah dan Persentase Desa dengan Intervensi Sipil di

Wilayah Jawa Periode Tahun 2013 - 2014 .......................... 48

Tabel 4.26 Jumlah Kejadian Berdasarkan Jenis Konflik di Wilayah

Kalimantan Periode Tahun 1997-2014 ................................ 49

Tabel 4.27 Persentase Jumlah Kejadian Berdasarkan Jenis Konflik di

Wilayah Kalimantan Periode Tahun 1997-2014 ................... 49

Tabel 4.28 Sebaran Jenis Konflik di Daerah Tertinggal Wilayah

Kalimantan Periode Tahun 1997-2014 ................................ 52

Tabel 4.29 Jumlah dan Persentase Dampak Konflik Korban Tewas di

Wilayah Kalimantan Tahun 2013 - 2014 .............................. 53

Tabel 4.30 Jumlah dan Persentase Dampak Konflik Korban Cedera di

Wilayah Kalimantan Periode Tahun 2013 - 2014 ................. 54

Tabel 4.31 Jumlah dan Persentase Dampak Konflik Korban

Penculikan dan Perkosaan di Wilayah Kalimantan Periode

Tahun 2013 - 2014 .............................................................. 55

Tabel 4.32 Jumlah dan Persentase Dampak Konflik Bangunan Rusak

di Wilayah Kalimantan Periode Tahun 2013 - 2014 ............. 55

Tabel 4.33 Jumlah Desa dengan Intevensi Upaya Penanganan Konflik

di Wilayah Kalimantan Periode Tahun 2013 dan 2014 ........ 56

Tabel 4.34 Jumlah dan Persentase Desa dengan Intervensi TNI di

Wilayah Kalimantan Periode Tahun 2013 - 2014 ................. 57

Tabel 4.35 Jumlah dan Persentase Desa dengan Intervensi Polisi di

Wilayah Kalimantan Periode Tahun 2013 - 2014 ................. 58

Tabel 4.36 Jumlah dan Persentase Desa dengan Intervensi Brimob di

Wilayah Kalimantan Periode Tahun 2013 - 2014 ................. 59

Tabel 4.37 Jumlah dan Persentase Desa dengan Intervensi Sipil di

Wilayah Kalimantan Periode Tahun 2013 - 2014 ................. 60

Tabel 4.38 Jumlah Kejadian Berdasarkan Jenis Konflik di Wilayah

Sulawesi Periode Tahun 1997-2014 .................................... 61

Page 9: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

viii

Tabel 4.39 Persentase Jumlah Kejadian Berdasarkan Jenis Konflik di

Wilayah Sulawesi Periode Tahun 1997-2014 ...................... 61

Tabel 4.40 Sebaran Jenis Konflik di Daerah Tertinggal Wilayah Sulawesi

Periode Tahun 1997-2014 ................................................... 64

Tabel 4.41 Jumlah dan Persentase Dampak Konflik Korban Tewas di

Wilayah Sulawesi Tahun 2013 - 2014 ................................. 65

Tabel 4.42 Jumlah dan Persentase Dampak Konflik Korban Cedera di

Wilayah Sulawesi Tahun 2013 - 2014 ................................. 66

Tabel 4.43 Jumlah dan Persentase Dampak Konflik Korban

Penculikan dan Perkosaan di Wilayah Sulawesi Tahun

2013 - 2014 ......................................................................... 67

Tabel 4.44 Jumlah dan Persentase Dampak Konflik Bangunan Rusak

di Wilayah Sulawesi Tahun 2013 - 2014 .............................. 67

Tabel 4.45 Jumlah Desa dengan Intevensi Upaya Penanganan Konflik

di Wilayah Sulawesi Periode Tahun 2013 dan 2014 ............ 68

Tabel 4.46 Jumlah dan Persentase Desa dengan Intervensi TNI di

Wilayah Sulawesi Periode Tahun 2013 - 2014 .................... 69

Tabel 4.47 Jumlah dan Persentase Desa dengan Intervensi Polisi di

Wilayah Sulawesi Periode Tahun 2013 - 2014 .................... 70

Tabel 4.48 Jumlah dan Persentase Desa dengan Intervensi Brimob di

Wilayah Sulawesi Periode Tahun 2013 - 2014 .................... 71

Tabel 4.49 Jumlah dan Persentase Desa dengan Intervensi Sipil di

Wilayah Sulawesi Periode Tahun 1997 - 2014 .................... 72

Tabel 4.50 Jumlah Kejadian Berdasarkan Jenis Konflik di Wilayah Bali

dan Nusa Tenggara Periode Tahun 1997 - 2014 ................. 73

Tabel 4.51 Persentase Sebaran Jenis Konflik di wilayah Bali dan Nusa

Tenggara Periode Tahun 1997 - 2014 ................................. 73

Tabel 4.52 Sebaran Jenis Konflik di Daerah Tertinggal Wilayah Bali

dan Nusa Tenggara ............................................................. 76

Page 10: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

ix

Tabel 4.53 Jumlah dan Persentase Dampak Konflik Korban Tewas di

Wilayah Bali dan Nusa Tenggara Periode Tahun 2013 -

2014 .................................................................................... 77

Tabel 4.54 Jumlah dan Persentase Dampak Konflik Korban Cedera di

Wilayah Bali dan Nusa Tenggara Periode Tahun 2013 -

2014 .................................................................................... 78

Tabel 4.55 Jumlah dan Persentase Dampak Konflik Korban

Penculikan dan Perkosaan di Wilayah Bali dan Nusa

Tenggara Periode Tahun 2013 - 2014. ................................ 79

Tabel 4.56 Jumlah dan Persentase Dampak Konflik Bangunan Rusak

di Wilayah Bali dan Nusa Tenggara Periode Tahun 2013 -

2014 .................................................................................... 79

Tabel 4.57 Jumlah dan Persentase Desa dengan Intevensi Upaya

Penanganan Konflik di Wilayah Bali dan Nusa Tenggara

Periode Tahun 2013 dan 2014 ............................................ 80

Tabel 4.58 Jumlah dan Persentase Desa dengan Intervensi TNI di

Wilayah Bali dan Nusa Tenggara Periode Tahun 2013 -

2014 .................................................................................... 81

Tabel 4.59 Jumlah dan Persentase Desa dengan Intervensi Polisi di

Wilayah Bali dan Nusa Tenggara Periode Tahun 2013 -

2014 .................................................................................... 82

Tabel 4.60 Jumlah dan Persentase Desa dengan Brimob di Wilayah

Bali dan Nusa Tenggara Periode Tahun 2013 - 2014 .......... 82

Tabel 4.61 Jumlah dan Persentase Desa dengan Intervensi Sipil di

Wilayah Bali dan Nusa Tenggara Periode Tahun 2013 -

2014 .................................................................................... 83

Tabel 4.62 Jumlah Kejadian Berdasarkan Jenis Konflik di Wilayah

Maluku Periode Tahun 1997-2014 ...................................... 84

Tabel 4.63 Persentase Jumlah Kejadian Berdasarkan Jenis Konflik di

Wilayah Maluku ................................................................... 84

Page 11: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

x

Tabel 4.64 Sebaran Jenis Konflik di Daerah Tertinggal Wilayah Maluku

Periode Tahun 1997-2014 ................................................... 87

Tabel 4.65 Jumlah dan Persentase Dampak Konflik Korban Tewas di

Wilayah Maluku Periode Tahun 2013 dan Tahun 2014 ....... 88

Tabel 4.66 Jumlah dan Persentase Dampak Konflik Korban Cedera di

Wilayah Maluku Periode Tahun 2013 - 2014 ....................... 88

Tabel 4.67 Jumlah dan Persentase Dampak Konflik Korban

Penculikan dan Perkosaan di Wilayah Maluku Periode

Tahun 2013 - 2014. ............................................................. 89

Tabel 4.68 Jumlah dan Persentase Dampak Konflik Bangunan Rusak

di Wilayah Maluku Periode Tahun 2013 - 2014. .................. 89

Tabel 4.69 Jumlah dan Persentase Desa dengan Intevensi Upaya

Penanganan Konflik di Wilayah Maluku Periode Tahun

2013 dan 2014 .................................................................... 90

Tabel 4.70 Jumlah dan Persentase Desa dengan Intervensi TNI di

Wilayah Maluku Periode Tahun 2013 - 2014 ....................... 91

Tabel 4.71 Jumlah dan Persentase Desa dengan Intervensi Polisi di

Wilayah Maluku Periode Tahun 2013 - 2014 ....................... 92

Tabel 4.72 Jumlah dan Persentase Desa dengan Intervensi Brimob di

Wilayah Maluku Periode Tahun 2013 - 2014 ....................... 93

Tabel 4.73 Jumlah dan Persentase Desa dengan Intervensi Sipil di

Wilayah Maluku Periode Tahun 2013 - 2014 ....................... 93

Tabel 4.74 Jumlah Kejadian Berdasarkan Jenis Konflik di wilayah

Papua Periode Tahun 1997-2014 ........................................ 94

Tabel 4.75 Persentase Sebaran Jenis Konflik di Wilayah Papua

Periode Tahun 1997-2014 ................................................... 95

Tabel 4.76 Sebaran Jenis Konflik di Daerah Tertinggal Wilayah Papua

Tahun 1997-2014 ................................................................ 98

Tabel 4.77 Jumlah dan Persentase Dampak Konflik Korban Tewas di

Wilayah Papua Periode Tahun 2013 - 2014 ........................ 99

Page 12: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

xi

Tabel 4.78 Jumlah dan Persentase Dampak Konflik Korban Cedera di

Wilayah Papua Periode Tahun 2013 - 2014 ........................ 100

Tabel 4.79 Jumlah dan Persentase Dampak Konflik Korban

Penculikan di Wilayah Papua Periode Tahun 2013 - 2014. . 101

Tabel 4.80 Perkembangan Dampak Konflik Bangunan Rusak di

Wilayah Papua Periode Tahun 2013 - 2014 ........................ 101

Tabel 4.81 Jumlah Desa dengan Intevensi Upaya Penanganan Konflik

di Wilayah Papua Periode Tahun 2013 dan 2014 ................ 102

Tabel 4.82 Jumlah dan Persentase Desa dengan Intervensi TNI di

Wilayah Papua Periode Tahun 2013 - 2014 ........................ 103

Tabel 4.83 Jumlah dan Persentase Desa dengan Polisi di Wilayah

Papua Periode Tahun 2013 - 2014 ...................................... 103

Tabel 4.84 Jumlah dan Persentase Desa dengan Intervensi Brimob di

Wilayah Papua Periode Tahun 2013 - 2014 ....................... 104

Tabel 4.85 Jumlah dan Persentase Desa dengan Intervensi Sipil di

Wilayah Papua Periode Tahun 2013 - 2014 ........................ 105

Page 13: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Diagram Alir Metodologi Penyusunan Buku Data dan

Informasi Perkembangan Daerah Pasca Konflik ............. 7

Gambar 3.1 Kategori Daerah Tertentu ............................................... 8

Gambar 4.1 Peta Sebaran Jumlah Kejadian Konflik di Indonesia

Periode Tahun 1997 - 2014 ............................................ 21

Gambar 4. 2 Peta Sebaran Konflik di Wilayah Sumatera Periode

Tahun 1997 - 2014 ......................................................... 25

Gambar 4.3 Peta Sebaran Konflik di Wilayah Jawa Periode Tahun

1997 - 2014 .................................................................... 39

Gambar 4.4 Peta Sebaran Konflik di Wilayah Kalimantan Periode

Tahun 1997 - 2014 ......................................................... 51

Gambar 4.5 Peta Sebaran Konflik di Wilayah Sulawesi Periode

Tahun 1997 - 2014 ......................................................... 63

Gambar 4. 6 Peta Sebaran Daerah Konflik di Wilayah Bali dan Nusa

Tenggara periode Tahun 1997 – 2014 ............................ 75

Gambar 4. 7 Peta Sebaran Daerah Konflik di Wilayah Maluku Tahun

1997 – 2014 .................................................................... 86

Gambar 4. 7 Peta Sebaran Daerah Konflik di Wilayah Papua Tahun

1997 – 2014 .................................................................... 97

Page 14: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jumlah Kejadian Konflik Berdasarkan Jenisnya di

Indonesia Periode Tahun 1997 – 2014 ........................... 118

Lampiran 2. Dampak Konflik di Indonesia Periode tahun 2013 –

2014 ............................................................................... 133

Lampiran 3. Jumlah Desa yang Mengalami Intervensi dalam Upaya

Penanganan Konflik di Indonesia .................................... 147

Lampiran 4. Jumlah Konflik yang Terjadi di Kabupaten Tertinggal di

Indonesia Periode Tahun 1997 - 2014 ............................ 162

Page 15: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan daerah memerlukan sinergitas antara stakeholder

terkait dengan tujuan untuk mencapai hasil pembangunan yang optimal.

Stakeholder terkait pembangunan daerah tersebut meliputi pemerintah,

masyarakat dan sektor swasta. Pembangunan daerah erat kaitannya

dengan karakteristik daerah yang kemudian dapat digunakan untuk

mengetahui potensi daerah tersebut. Potensi yang dimaksud merupakan

potensi yang dimiliki oleh suatu daerah berkaitan dengan sumber daya yang

terdapat di daerah tersebut baik sumber daya alam maupun sumber daya

manusia yang mengelolanya. Pengelolaan potensi daerah dapat

dilaksanakan secara optimal apabila dalam pengelolaannya dilakukan

identifikasi terhadap aspek-aspek ekonomi, sosial, budaya dan lain

sebagainya.

Sesuai Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal,

dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2015 Tentang

Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Desa, Pembangunan Daerah

Tertinggal, dan Transmigrasi, Pusat Data dan Informasi (PUSDATIN),

Badan Penelitian dan Pengembangan, Pendidikan dan Pelatihan dan

Informasi (BALILATFO) mempunyai tugas melaksanakan pembinaan dan

pengelolaan sistem informasi, manajemen data, pelayanan data dan

informasi serta pengembangan sistem dan sumber daya informatika di

bidang desa, pembangunan daerah tertinggal, dan transmigrasi. Daerah

tertentu menjadi salah satu materi yang dibahas.

Pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN

2015–2019) yang memuat Nawacita (9 Agenda Strategi Prioritas Presiden),

Nawacita ketiga yang berbunyi “Membangun Indonesia dari pinggiran

dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam rangka negara

kesatuan" inilah yang menjadi roh atau spirit Kementerian Desa,

Page 16: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

2

Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi. Berdasarkan Nawa Cita

itulah Kementerian Desa, Pembangunan Desa, Daerah Tertinggal dan

Transmigrasi, menelurkan 9 (sembilan) prioritas komponen atau kegiatan

yang disebut Nawa Kerja, salah satu poin yang disebut yaitu pada poin ke-9

terkait save villages di daerah perbatasan dan pulau-pulau terluar dan

terpencil yang termasuk dalam pengembangan daerah tertentu yang pada

akhirnya ditujukan untuk menangani permasalahan maupun meningkatkan

kesejahteraan masyarakat dan pembangunan di desa, daerah tertinggal dan

transmigrasi.

Berdasarkan Fokus Prioritas Kementerian Desa, Pembangunan

Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Tahun 2015–2019, pada poin ke-4

mengenai fokus prioritas pengembangan daerah tertentu, terdiri dari daerah

rawan pangan, daerah perbatasan, daerah rawan bencana dan pasca

konflik, daerah pulau kecil dan terluar. Untuk mendukung fokus prioritas

tersebut, maka kemudian dilaksanakan program terkait perkembangan

daerah tertentu. Program dan kegiatan yang dilaksanakan nantinya akan

diintegrasikan dengan sistem terpadu melalui masukan (input) data dari

Direktorat Jenderal terkait dengan pengembangan daerah tertentu tersebut.

Fokus utama pengembangan daerah tertentu adalah meningkatkan derajat

ketahanan Pemerintah Daerah dan masyarakat dalam hal kerawanan

bencana; menghadapi kerawanan pangan, konflik sosial (bencana sosial);

meningkatkan derajat kesejahteraan masyarakat di daerah tertentu (Pusat

Kegiatan Strategis Nasional), terutama di daerah perbatasan dan pulau kecil

terluar.

Menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 7 tahun 2012 tentang

Penanganan Konflik Sosial, pemulihan pasca konflik adalah serangkaian

kegiatan untuk mengembalikan keadaan dan memperbaiki hubungan yang

tidak harmonis dalam masyarakat akibat Konflik melalui kegiatan

rekonsiliasi, rehabilitasi, dan rekonstruksi.

Pengertian konflik dalam hal ini adalah sebuah pertikaian antara

individu dengan individu lain, kelompok dengan kelompok lain karena

Page 17: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

3

beberapa alasan serta pertikaian menunjukkan adanya perbedaan antara

dua atau lebih individu yang diekspresikan, diingat, dan di alami yang

berupa perselisihan, adanya ketegangan atau munculnya kesulitan-kesulitan

lain diantara dua pihak atau lebih dan sampai kepada tahap di mana pihak-

pihak yang terlibat memandang satu sama lain sebagai penghalang dan

pengganggu tercapainya kebutuhan dan tujuan masing-masing. konflik

dapat terjadi bila mana terdapat perbedaan kebudayaan, adanya

perubahan-perubahan nilai yang begitu cepat, perubahan tersebut dapat

memicu terjadinya konflik sosial, dan adanya perbedaan individu. Setiap

manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian

dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan

pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini

dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani

hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya.

1.2 Maksud dan Tujuan

Kegiatan penyusunan buku data dan informasi daerah tertentu ini

dimaksudkan untuk memberikan kemudahan bagi setiap stakeholders terkait

dalam merumuskan kebijakan, pelaksanaan kebijakan, pemberian

bimbingan teknis dan supervisi di bidang penanganan daerah pasca konflik.

Dengan maksud tersebut, penyusunan buku ini bertujuan untuk

inventirisasi data daerah pasca konflik sekaligus menyajikan informasi yang

berhubungan tentang kejadian konflik yang terjadi, dampak yang diakibatkan

konflik, serta upaya yang dilakukan untuk penanggulangan konflik sehingga

data dan informasi yang disajikan dapat membantu unit teknis dalam

merancang program dan menerapkanya menjadi sebuah kebijakan.

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan

Penyusunan Buku Data dan Informasi Perkembangan Daerah Pasca

Konflik dibatasi pada lingkup yang meliputi sebaran konflik yang terjadi pada

periode 1997 - 2014, dampak konflik dan upaya penanggulangan konfik

Page 18: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

4

yang terjadi pada tahun 2013 dan tahun 2014. Lingkup wilayah kajian

daerah pasca konflik dalam buku ini secara keseluruhan meliputi daerah

pasca konflik di seluruh Wilayah Indonesia yang terbagi atas Wilayah

Sumatera, Wilayah Jawa, Wilayah Kalimantan, Wilayah Sulawesi, Wilayah

Bali dan Nusa Tenggara, Wilayah Maluku dan Wilayah Papua.

1.4 Tim Penyusun

Tim Penyusun Buku Data dan Informasi Perkembangan Daerah

Tertentu terdiri dari:

1. Pengarah Helmiati, SH, M.Si.

2. Penanggung Jawab Ir. Elly Sarikit, MM.

3. Tim Penyusun Anton Tri Susilo, BE, SE.;

Alfandi Pramandaru, S.T.;

Y. Anggri Putra Kurniawan, S.Si.;

Esti Afriyani, S.Sos.;

Ifan Hani Triono, S.Kom.

Page 19: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

BAB II METODOLOGI

5

BAB II

METODOLOGI

Penyusunan Buku Data dan Informasi Perkembangan Daerah

Tertentu melibatkan peran beberapa bidang, baik dalam penyiapan data,

pengumpulan data, pengolahan data, analisis data serta penyajian dalam

bentuk buku, yang meliputi:

2.1 Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dilakukan dalam penyusunan Buku

Perkembangan Daerah Pasca Konflik merupakan pengumpulan data

sekunder. Pengumpulan data sekunder tersebut dilakukan melalui

koordinasi dengan beberapa instansi terkait, terutama Direktorat Jenderal

Pengembangan Daerah Tertentu yang secara langsung berkaitan dengan

kegiatan penyusunan buku ini. Selain unit teknis tersebut, koordinasi dengan

instansi lain juga dilakukan untuk melakukan pengumpulan data lanjutan

maupun data pendukung dalam penyusunan Buku Data dan Informasi

Daerah Pasca Konflik. Beberapa instansi tersebut diantaranya yaitu

Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan

Republik Indonesia untuk mendapatkan data jumlah dan jenis kejadian

konflik di Indonesia serta upaya penanganan konflik yang terdapat dalam

Sistem Nasional Pemantauan Kekerasan (SNPK). Penyusunan Buku Data

dan Informasi Daerah Pasca Konflik ini mengacu pada kode dan data

wilayah administrasi pemerintahan yang dikeluarkan oleh Kementerian

Dalam Negeri Republik Indonesia (Kemendagri).

2.2 Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan melalui verifikasi terhadap data-data

yang telah diperoleh dan kemudian dilakukan konfirmasi dengan unit teknis

di lingkungan Direktorat Jenderal Pengembangan Daerah Tertentu.

Page 20: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

BAB II METODOLOGI

6

Selanjutnya, data dan materi tersebut digunakan sebagai bahan untuk

penyusunan buku ini. Pengolahan data yang dilakukan meliputi layouting,

analisis deskriptif dan editing sesuai dengan metodologi Penyusunan Buku

Perkembangan Daerah Pasca Konflik yang dituangkan dalam bentuk

diagram alir pada gambar 1 berikut. Proses layouting merupakan proses

penyusunan kerangka buku sebagai acuan dalam penyusunan dan

pengolahan data selanjutnya. Data dan informasi yang telah dikumpulkan

kemudian diolah dalam bentuk tabel maupun grafik yang selanjutnya

dilakukan analisis secara deskriptif. Analisis deskriptif yang dilakukan

merupakan salah satu proses pengolahan data yang mengacu pada hasil

olahan data dan kemudian mendeskripsikan data tersebut. Proses

pengolahan data selanjutnya adalah editing, yaitu memeriksa dan meneliti

kembali hasil layout dan analisis data maupun buku secara keseluruhan.

Page 21: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

BAB II METODOLOGI

7

Buku Data dan

Informasi

Perkembangan

Daerah Pasca Konflik

2.3 Analisis dan Penyajian Data

Layout Analisis Deskriptif

Pengolahan Data

Editing

Pengumpulan Data Sekunder

Unit Teknis Internal

Kementerian Desa,

PDT dan

Transmigrasi

Unit Teknis

Eksternal

Kementerian/

Lembaga Terkait

Perkembangan Daerah Tertentu

Daerah Rawan

Pangan

Daerah Pulau

Keci Terluar

Daerah

Perbatasan

Daerah Rawan

Bencana

Daerah Pasca

Konflik

Gambar 2. 1 Diagram Alir Metodologi Penyusunan Buku Data dan Informasi Perkembangan Daerah Pasca Konflik

Page 22: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

BAB II METODOLOGI

8

BAB III

DESKRIPSI DAERAH PASCA KONFLIK

Daerah tertentu terdiri dari 5 (lima) aspek kajian pembahasan, yaitu

daerah rawan pangan, daerah rawan bencana, daerah pasca konflik, daerah

perbatasan dan daerah pulau kecil terluar. Berikut merupakan diagram kategori

dari daerah tertentu:

Daerah Tertentu

Daerah Rawan Pangan

Daerah Rawan

Bencana

Daerah Rawan Konflik

Daerah Perbatasan

Daerah Pulau Kecil dan Terluar

Gambar 3.1 Kategori Daerah Tertentu

Page 23: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

BAB II METODOLOGI

9

Gambar 3.1 di atas menunjukkan tentang kategori daerah tertentu yang

diantaranya yaitu pertama, daerah perbatasan negara yang merupakan bagian

wilayah negara yang terletak pada sisi dalam sepanjang batas wilayah

Indonesia dengan negara lain dan terdapat tiga aspek pokok yang mendasari

karakteristik daerah perbatasan, yaitu sosial ekonomi, pertahanan–keamanan

dan politis. Kedua, daerah pulau kecil dan terluar yaitu pulau dengan luas area

kurang atau sama dengan 2000 km2 (dua ribu kilometer persegi) yang memiliki

titik-titik dasar koordinat geografis yang menghubungkan garis pangkal laut

kepulauan sesuai dengan hukum Internasional dan Nasional, ketiga, daerah

rawan panganyang merupakan daerah dengan kondisi penduduk yang

mengalami kekurangan pangan yang mempunyai karakteristik tertentu yang

meliputi, topografi bergunung ataupun bergunung, berpotensi terjadi bencana,

iklim tidak menentu, curah hujan rendah, kualitas SDM rendah, proporsi

penduduk miskin tinggi dan sebagian besar penduduk bergantung pada sektor

pertanian, serta akses terhadap sarana-prasarana dan permodalan terbatas.

Keempat adalah daerah rawan bencana dimana bencana adalah rangkaian

peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan

masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam

maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa

manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

Dan keempat adalah daerah pasca konflik yang akan dibahas secara rinci

dalam buku ini.

3.1 Daerah Pasca Konflik

Secara garis besar konflik timbul karena adanya ketidaksesuaian

kepentingan antara satu pihak dengan pihak lainnya. Dalam pengertian yang

lebih dalam, konflik muncul karena tiga faktor yaitu faktor yang pertama adalah

Perbedaan Kepentingan. Dalam hal ini terdapat perbedaan pendapat dan juga

kepentingan antara satu pihak dengan pihak lainnya. Kedua, Gap

(Kesenjangan) antara Harapan dengan Kenyataan. Dalam hal ini, konflik dipicu

oleh adanya ketidakpuasan masyarakat; artinya harapan mereka akan sesuatu

tidak dapat dipenuhi secara maksimal dan ketiga karena perebutan sumber

Page 24: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

BAB II METODOLOGI

10

daya yang terbatas. Dalam hal ini beragam pihak melakukan perebutan

sumber daya yang terbatas.

Berdasarkan Rakornas Direktorat Jenderal Pengembangan Daerah

Tertentu khususnya pada aspek penanganan daerah pasca konflik. Kebijakan

penanganan konflik sosial Menurut Undang-Undang Nomor 7 tahun 2012

Tentang Penanganan Konflik Sosial merupakan serangkaian kegiatan yang

dilakukan secara sistematis dan terencana dalam situasi dan peristiwa baik

sebelum, pada saat, maupun sesudah terjadi Konflik yang mencakup

pencegahan konflik, penghentian konflik, dan pemulihan pascakonflik. Hal ini

memberikan makna sebagai berikut, penanganan konflik sosial memerlukan

upaya berkelanjutan untuk membangun persepsi dan cara pandang baru dari

kelompok masyarakat yang berkonflik dan dalam pencegahan konflik sosial

perlu dibutuhkan sistem deteksi dini (early warning system). dan beberapa

penyebab terjadinya konflik sosial diantaranya yaitu :

1. Distorsi kebijakan publik;

2. Patologi birokrasi;

3. Ketimpangan sosial-ekonomi;

4. Perebutan sumber daya dan akses ekonomi;

5. Adat, kebudayaan, dan identitas;

6. Legal justice; dan

7. Distorsi penanganan keamanan

Terkait dengan urgensi pencegahan konflik sosial, untuk mengenali dan

menghindari bentuk-bentuk konflik destruktif dan berbagai dampak buruknya,

pencegahan konflik merupakan instrumen yang lebih baik dan efisien

dibandingkan upaya resolusi konflik dan mencegah permusuhan laten agar

tidak berkembang menjadi manifest, serta menghalangi terjadinya eskalasi dan

kekerasan lanjutan. Dari uraian tersebut terlihat bahwa karakter dasar sistem

pencegahan konflik sosial adalah mobilisasi semua sumber daya untuk

mencegah konflik bergerak menjadi tindak kekerasan.

Definisi konflik lainnya berdasarkan Sistem Nasional Pemantauan

Kekerasan (SNPK) dari Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan

Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia, yang membahas tentang konflik

Page 25: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

BAB II METODOLOGI

11

kekerasan adalah Insiden kekerasan yang merupakan tindakan individu,

antarindividu, kelompok atau antarkelompok yang menyebabkan atau dapat

menyebabkan dampak fisik terhadap manusia (kematian, cedera) atau

kerusakan harta benda. Pengertian konflik adalah peristiwa di mana insiden

kekerasan terjadi karena adanya isu/sengketa yang melatarbelakangi dan

pihak tertentu yang menjadi sasaran. Konflik kekerasan mencakup insiden

berskala kecil (melibatkan individu) dan berskala besar (melibatkan kelompok).

Berdasarkan pemicunya, SNPK membagi konflik sebagai berikut:

1. Konflik Sumber Daya:

Insiden kekerasan yang dipicu oleh sengketa sumber daya alam maupun

sumber daya buatan (lahan, tambang, akses ke mata pencaharian, gaji,

polusi, kerusakan lingkungan).

2. Konflik Tata Kelola Pemerintahan:

Insiden kekerasan dipicu oleh kebijakan atau program pemerintah

(misalnya pelayanan publik, korupsi, subsidi, kenaikan harga,

pemekaran).

3. Konflik Pemilihan dan Jabatan:

Insiden kekerasan yang dipicu oleh persaingan dalam pemilihan atau

jabatan (termasuk pemilihan umum, pemilihan umum kepala daerah,

pemilihan kepala desa, pemilihan jabatan di universitas, lembaga

mahasiswa, partai politik, dan lainnya).

4. Konflik Separatisme:

Insiden kekerasan yang dipicu oleh upaya pemisahan dari Negara

Kesatuan Republik Indonesia.

5. Konflik Identitas:

Insiden kekerasan yang dipicu oleh identitas kelompok (agama, etnis,

suku, gender, geografis, dan yang melibatkan migran/pengungsi,

identitas sekolah, dan antarsuporter olahraga).

6. Konflik Main Hakim Sendiri:

Insiden kekerasan yang dipicu balas dendam atau respon terhadap

ketersinggungan, pencurian, hutang piutang, penghinaan, kecelakaan

Page 26: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

BAB II METODOLOGI

12

lalu lintas, perselingkuhan, termasuk kekerasan terhadap dukun santet

dan lokasi maksiat.

7. Konflik Lainnya:

Insiden konflik yang pemicunya belum diketahui atau tidak dilaporkan

dengan jelas oleh sumber berita.

Pembahasan mengenai dampak konflik yang berdasar data dari SNPK

adalah dampak fisik yang terjadi akibat dari insiden kekerasan diantaranya

adalah:

1. Korban Tewas: jumlah orang yang meninggal dunia akibat dari kekerasan

2. Korban Cedera: Jumlah orang yang kena luka fisik akibat kekerasan yang

menyebabkan babak belur, pingsan, patah tulang atau memerlukan

perawatan di rumah sakit.

3. Diperkosa: Jumlah orang (termasuk perempuan, laki-laki dan anak) yang

diperkosa/dicabuli dalam satu insiden.

4. Diculik: Jumlah orang yang diculik atau disandera dengan paksa

5. Bangunan Rusak: Jumlah bangunan yang rusak akibat kekerasan dalam

bentuk kebakaran, perusakkan berat, pecah kaca dan rusak pintu.

Terkait dengan upaya penanganan konflik dan berdasarkan data dari

SNPK, upaya yang dilakukan diantaranya adalah intervensi. Intervensi adalah

tindakan yang dilakukan oleh pihak ketiga untuk menghentikan kekerasan

dalam satu insiden. Misalnya, jika ada kerusuhan antar-penduduk kampung,

dan polisi datang ke tempat kejadian, membubarkan kerusuhan dan

menangkap beberapa orang, ini adalah sebuah intervensi. Di sini insidennya

adalah kerusuhan dan intervensi dilakukan oleh polisi. Dalam sistem SNPK

informasi tentang sebanyak dua upaya intervensi (penghentian kekerasan) bisa

direkam. Informasi tersebut merupakan:

Pengintervensi: Adalah afiliasi pihak (orang atau kelompok) yang

berupaya untuk menghentikan kekerasan dalam satu insiden. Supaya

informasi tentang afiliasi pengintervensi bisa dicatat dengan cara yang

standar, sistem SNPK mengunakan daftar pengintervensi di mana terdapat

kategori-kategori orang yang melakukan intervensi.

Page 27: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

BAB II METODOLOGI

13

Hasil Intervensi: Hasil dari sebuah intervensi adalah akibat dari upaya

penghentian kekerasan yang dilakukan oleh pengintervensi. Hasil tersebut

dicatat menurut daftar hasil intervensi.

Dengan daftar pengintervensi:

1. Intervensi TNI: Ada upaya penghentian kekerasan dilakukan oleh anggota

Tentara Nasional Indonesia

2. Intervensi Polisi: Ada upaya penghentian kekerasan dilakukan oleh

anggota Polri di tingkat nasional maupun lokal (selain Brimob)

3. Intervensi Brimob: Ada upaya penghentian kekerasan dilakukan oleh

anggota Brimob Polri

4. Intervensi Sipil: Ada upaya penghentian kekerasan dilakukan oleh

tokoh/anggota masyarakat sipil

3.2 Daerah Pasca Konflik di 122 Kabupaten Tertinggal di Indonsesia

Daerah Tertinggal adalah daerah kabupaten yang wilayah serta

masyarakatnya kurang berkembang dibandingkan dengan daerah lain dalam

skala nasional. Sesuai Peraturan Presiden Nomor 131 Tahun 2015 telah

ditetapkan sebanyak 122 Kabupaten Tertinggal 2015-2019.

Berdasarkan data yang didapat sebanyak 6.605 kejadian konflik terjadi

di 122 Kabupaten Tertinggal di wilayah Indonesia. Data secara rinci dapat

dilihat Tabel 3.1 di bawah ini.

Tabel 3. 1 Jumlah Kejadian Konflik periode Tahun 1997 s/d 2014 di 122 Kabupaten Tertinggal di Indonesia

No Wilayah Jumlah Konflik di

Kabupaten Tertinggal

% Jumlah Konflik di Kabupaten

Tertinggal

Jumlah Kabupaten Tertinggal

1 Sumatera 171 2,59 13

2 Jawa 556 8,42 6

3 Kalimantan 477 7,22 12

4 Bali dan Nusa Tenggara 2813 42,59 26

5 Sulawesi 611 9,25 18

6 Maluku 1079 16,33 14

7 Papua 898 13,60 33

Jumlah 6605 100,00 122

Sumber : - Sistem Nasional Pemantauan Kekerasan (SNPK), Kementerian Koordinator Bidang

Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Tahun 2015 - Peraturan Presiden Nomor 131 Tahun 2015 Tentang Penetapan Daerah Tertinggal - Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal, Tahun 2015

Page 28: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

BAB II METODOLOGI

14

Jumlah konflik tertinggi daintara 122 Kabupaten tertinggal di wilayah

Indonesia berada di wilayah Bali dan Nusa Tenggara yaitu sebanyak 2813

(42,59%), dan jumlah terendah berada di wilayah Sumatera yaitu sebanyak

171 (2,59 %).

3.3 Daerah Pasca Konflik di Lokasi Desa Berdasarkan Tipologi Desa

Indeks Pembangunan Desa (IPD)

Tipologi Desa berdasarkan Indeks Pembangunan Desa terbagi atas 3

yaitu desa tertinggal, desa berkembang dan desa mandiri, dengan masing-

masing Jumlah Desa tertinggal yaitu sebanyak 20.432 (27,33%), Desa

berkembang sebanyak 50.763 (68,86 %), Desa mandiri sebanyak 2.898 (3,92

%) Berdasarkan data yang dikumpulkan, jumlah konflik sebanyak 62.080

terjadi di sepanjang tahun 1997 s/d 2014, seperti yang disajikan pada Tabel 3.2

di bawah ini.

Tabel 3. 2 Jumlah Kejadian Konflik Periode 1997 s/d 2014 di Desa Berdasarkan Tipologi Desa (IPD)

Status Desa Berdasrkan IPD 2014 Jumlah Kejadian Konflik Periode 1997 s/d 2014 Status Jumlah Desa %

Tertinggal 20.432 27,33

62.080

Berkembang 50.763 67,91

Mandiri 2.898 3,88

Belum Terklasifikasi (Desa Tanpa ID) 661 0,88

Jumlah 74.754 100,00

Sumber: - Sistem Nasional Pemantauan Kekerasan (SNPK), Kementerian Koordinator Bidang

Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Tahun 2015

- Indeks Pembangunan Desa (IPD), Bappenas, Tahun 2014

- Permendagri Nomor 56 Tahun 2015 tentang Tentang Kode dan Data Wilayah

Administrasi Pemerintahan, Kementerian Dalam Negeri, Tahun 2015

Page 29: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

BAB II METODOLOGI

15

3.4 Kawasan Perdesaan di Daerah Pasca Konflik

Pembangunan kawasan perdesaan diatur dalam Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. Terkait kawasan perdesaaan, merupakan

salah satu kawasan strategis nasional yang memiliki peran penting dalam

mendukung pembangunan nasional. Terdapat 72 kawasan perdesaan pada

tahun 2015 yang diinisiasi oleh Direktorat Jenderal Pembangunan Kawasan

Perdesaan, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan

Transmigrasi di seluruh Indonesia.

Jumlah kejadian konflik tertinggi di kawasan perdesaan terjadi di

Sumatera yaitu sebanyak 1.948 (29,40 %) dengan julmah kawasan perdesaan

sebanyak 13 Kawasan (18,06 %), dan Jumlah kejadian konflik terendah di

wilayah Papua yaitu sebanyak 304 (4,59 %) dengan jumlah kawasan

perdesaan sebanyak 4 kawasan (5,56 %), seperti yang disajikan pada Tabel

3.3 dibawah ini.

Tabel 3. 3 Jumlah Kejadian Konflik Periode 1997 s/d 2014 di Kawasan Perdesaan

No Wilayah Jumlah Kejadian Konflik Periode 1997 s/d 2014

% Jumlah

Kawasan Perdesaan

%

1 Sumatera 1.948 29,40 13 18,06

2 Jawa 1.981 29,90 22 30,56

3 Kalimantan 371 5,60 12 16,67

4 Bali Dan Nusa Tenggara 518 7,82 4 5,56

5 Sulawesi 886 13,37 13 18,06

6 Maluku 617 9,31 4 5,56

7 Papua 304 4,59 4 5,56

Jumlah 6.625 100,00 72 100,00 Sumber: - Sistem Nasional Pemantauan Kekerasan (SNPK), Kementerian Koordinator Bidang

Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Tahun 2015 - Direktorat Jenderal Pembangunan Kawasan Perdesaan, Tahun 2016 - Permendesa PDTT No. 5 tahun 2016 Tentang Pembangunan Kawasan

Perdesaan

3.5 Permukiman Transmigrasi di Daerah Pasca Konflik

Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor

PER.22/MEN/X/2007, Unit Permukiman Transmigrasi (UPT), merupakan

satuan permukiman transmigrasi yang berfungsi sebagai tempat tinggal dan

Page 30: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

BAB II METODOLOGI

16

tempat usaha transmigran yang sejak awal direncanakan untuk membentuk

suatu desa atau bergabung dengan desa setempat. Berdasarkan hasil

pembahasan dan koordinasi antara Pusat Data dan Informasi, Badan

Penelitian dan Pengembangan, Pendidikan dan Pelatihan, dan Informasi,

Sekretariat Direktorat Jenderal Pengembangan Kawasan Transmigrasi,

Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan

Transmigrasi (Direktorat Jenderal Pengembangan Kawasan Transmigrasi),

Direktorat Penataan Persebaran Penduduk dan Direktorat Pembangunan

Permukiman Transmigrasi (Direktorat Jenderal Penyiapan Kawasan dan

Pembangunan Permukiman Transmigrasi) dan Biro Perencanaan Tahun 2016

terdapat 174 permukiman Transmigrasi yang tersebar di beberapa wilayah

Indonesia.

Kejadian konflik tertinggi di Kabupaten yang terdapat Lokasi UPT yaitu

terjadi wilayah Sumatera , yaitu sebanyak 12.901 ( 52,04%), dengan jumlah

UPT sebanyak 47 Lokasi (27,01%), dan jumlah terendah terjadi di wilayah

Papua yaitu sebanyak 855 (3,45%) dengan jumlah UPT sebanyak 8 Lokasi

(4,60%), seperti disajikan pada Tabel 3.4 di bawah ini.

Tabel 3. 4 Jumlah Kejadian Konflik Periode 1997 s/d 2014 di Kabupaten Lokasi UPT Bina

No Wilayah Jumlah Kejadian

Konflik Periode 1997 s/d 2014

% Jumlah

Kabupaten Lokasi UPT

%

1 Sumatera 12.901 52,04 47 27,01

2 Jawa 0 0,00 0 0,00

3 Kalimantan 2.514 10,14 37 21,26

4 Bali dan Nusa Tenggara 1.602 6,46 16 9,20

5 Sulawesi 3.476 14,02 52 29,89

6 Maluku 3.442 13,88 14 8,05

7 Papua 855 3,45 8 4,60

Jumlah 24.790 100,00 174 100,00

Sumber: - Data Sistem Nasional Pemantauan Kekerasan (SNPK), Kementerian

Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Tahun 2015

- Buku Data dan Sebaran Pemukiman Transmigrasi Bina Edisi Desember 2016.

Pusat Data dan Informasi, Badan Penelitian dan Pengembangan, Pendidikan

dan Pelatihan dan Informasi, Kementerian Desa ,Pembangunan Daerah

Tertinggal dan Transmigrasi, Tahun 2016

Page 31: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

BAB II METODOLOGI

17

Sementara, jumlah UPT yang sudah diserahkan kepada Pemerintah

Daerah, pada tahun 2015 sebanyak 18 UPT Serah. Jumlah kejadian konflik

tertinggi terjadi di wilayah Bali dan Nusa Tenggara yaitu sebanyak 765

(51,52%) dengan jumlah lokasi UPT serah sebanyak 3 Lokasi (16,67%) dan

jumlah terendah di wilayah Sumatera yaitu sebanyak 29 (1,95%) dengan

jumlah UPT serah sebanyak 3 lokasi (16,67%), Data secara rinci dapat dilihat

dari Tabel 3.5 dibawah ini.

Tabel 3. 5 Jumlah Kejadian Konflik Periode 1997 s/d 2014 di Kabupaten Lokasi UPT Serah

No Wilayah

Jumlah Kejadian Konflik

Periode 1997 s/d 2014

% Jumlah Lokasi

UPT Serah 2015 %

1 Sumatera 29 1,95 3 16,67

2 Kalimantan 450 30,30 6 33,33

3 Bali dan Nusa Tenggara 765 51,52 3 16,67

4 Sulawesi 177 11,92 5 27,78

5 Maluku 64 4,31 1 5,56

Jumlah 1485 100,00 18 100,00

Sumber: - Data Sistem Nasional Pemantauan Kekerasan (SNPK), Kementerian

Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Tahun 2015

- Buku Data dan Sebaran Pemukinan Transmigrasi Serah Tahun 2015, Pusat Data dan Informasi, Badan Penelitian dan Pengembangan, Pendidikan dan Pelatihan dan Informasi, Kementerian Desa ,Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Tahun 2015

3.6 Kawasan Perkotaan Baru/ Kota Terpadu Mandiri di Daerah Pasca

Konflik

Kota Terpadu Mandiri (KTM) merupakan kawasan transmigrasi yang

dibentuk untuk menjadi pusat pertumbuhan melalui pengelolaan sumber daya

alam yang dimiliki oleh masing-masing daerah. Kota Terpadu Mandiri (KTM)

termasuk dalam kawasan strategis nasional yang berfungsi sebagai daya

dorong bagi pengembangan daerah. Berikut ini merupakan Tabel 3.6 yang

menyajikan data konflik di 48 KTM yang tersebar di Indonesia.

Page 32: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

BAB II METODOLOGI

18

Tabel 3. 6 Jumlah Kejadian Konflik Periode 1997 s/d 2014 di Kabupaten Lokasi 48 Kota Terpadu Mandiri

No Wilayah Jumlah KTM

Jumlah Konflik di Kabupaten yang Terdapat KTM

Jumlah % Jumlah Konflik %

1 Sumatera 17 35,42 679 17,41

2 Kalimantan 11 22,92 687 17,62

3 Sulawesi 12 25,00 802 20,57

4 Bali dan Nusa Tenggara 3 6,25 803 20,60

5 Maluku 2 4,17 552 14,16

6 Papua 3 6,25 376 9,64

Total 48 100,00 3.899 100,00

Sumber: - Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No KEP. 293/MEN/IX/2009

Tentang Penetapan Lokasi Kota Terpadu Mandiri (KTM) di Kawasan Transmigrasi,

Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Tahun 2009

- Data Sistem Nasional Pemantauan Kekerasan (SNPK), Kementerian Koordinator

Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Tahun 2015

Page 33: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

19

BAB IV

IDENTIFIKASI SEBARAN DAN KONDISI DAERAH PASCA KONFLIK

Sebaran daerah konflik di Indonesia berdasarkan data yang

diperoleh dari Sistem Nasional Pemantauanan Kekerasan (SNPK) periode

tahun 1997 – 2014, tersebar di 494 kabupaten (34 provinsi) yang

dikategorikan berdasarkan masing – masing jenis konflik yang terjadi

diantaranya adalah konflik sumber daya, konflik tata kelola pemerintah,

konflik pemilihan dan jabatan, konflik identitas, konflik main hakim sendiri,

konflik separatisme dan konflik lainnya. Jumlah konflik yang paling tinggi

dalam kurun waktu tersebut dilihat dari jenisnya adalah konflik main hakim

sendiri dengan jumlah sebanyak 30.105 (48,49%), dan yang paling rendah

adalah konflik pemilihan dan jabatan dengan jumlah sebanyak 3.713

(5,11%). Data secara rinci dapat dilihat dalam Tabel 4.1 berikut.

Tabel 4.1. Jenis Konflik di Indonesia Periode Tahun 1997 - 2014

Jenis Konflik Jumlah Konflik

Persentase (%)

Konflik Sumber Daya 7.223 11,63

Konflik Tata Kelola Pemerintah 3.721 5,99

Konflik Pemilihan dan Jabatan 3.173 5,11

Konflik Identitas 5.756 9,27

Konflik Main Hakim Sendiri 30.105 48,49

Konflik Separatisme 8.468 13,64

Konflik Lainnya 3.634 5,85

62.080 100,00

Sumber: Data Sistem Nasional Pemantauan Kekerasan (SNPK), Kementerian

Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Tahun

2015

Berdasarkan jumlah konflik yang ada di Indonesia dalam kurun waktu

tahun 1997 – 2014, jumlah konflik yang paling tinggi terjadi di Provinsi Aceh

dengan jumlah 10.541 konflik (17,02%), dan jumlah terendah adalah adalah

Provinsi Sulawesi Barat dengan jumlah 15 konflik (0,02%), seperti disajikan

pada tabel 4.2 di bawah ini.

Page 34: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

20

Tabel 4.2. Jumlah Konflik di Indonesia Periode Tahun 1997 - 2014

No Provinsi Jumlah Kejadian Konflik %

1 Aceh 10.541 16,98

2 Sumatera Utara 7.157 11,53

3 Sumatera Barat 205 0,33

4 Riau 249 0,40

5 Jambi 146 0,24

6 Sumatera Selatan 506 0,82

7 Bengkulu 214 0,34

8 Lampung 1.752 2,82

9 Kepulauan Bangka Belitung 62 0,10

10 Kepulauan Riau 257 0,41

11 Dki Jakarta 4.639 7,47

12 Jawa Barat 1.583 2,55

13 Jawa Tengah 448 0,72

14 D.I. Yogyakarta 196 0,32

15 Jawa Timur 9.943 16,02

16 Banten 707 1,14

17 Bali 114 0,18

18 Nusa Tenggara Barat 2.217 3,57

19 Nusa Tenggara Timur 2.317 3,73

20 Kalimantan Barat 2.980 4,80

21 Kalimantan Tengah 1.272 2,05

22 Kalimantan Selatan 112 0,18

23 Kalimantan Timur 544 0,88

24 Kalimantan Utara 56 0,09

25 Sulawesi Utara 2.001 3,22

26 Sulawesi Tengah 1.901 3,06

27 Sulawesi Selatan 3.204 5,16

28 Sulawesi Tenggara 109 0,18

29 Gorontalo 37 0,06

30 Sulawesi Barat 15 0,02

31 Maluku 2.236 3,60

32 Maluku Utara 958 1,54

33 Papua 2.624 4,23

34 Papua Barat 778 1,25

Jumlah 62.080 100,00

Sumber: Data Sistem Nasional Pemantauan Kekerasan (SNPK), Kementerian Koordinator

Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Tahun 2015

Page 35: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

21

Gambar 4. 1 Peta Sebaran Jumlah Kejadian Konflik di Indonesia Periode Tahun 1997 - 2014

Page 36: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

22

4.1 Daerah Pasca Konflik di Wilayah Sumatera

4.1.1 Sebaran Daerah Pasca Konflik di Wilayah Sumatera

Berdasarkan data dari Sistem Nasional Pemantauan kekerasan

(SNPK), jumlah kejadian konflik di Wilayah Sumatera dalam periode 1997-

2014 sebanyak 21.089 kejadian. Dalam periode tersebut jumlah tertinggi

berada di Provinsi Aceh yaitu sebanyak 10.541 kejadian (49,48%), dan

jumlah terendah berada di Provinsi Bangka Belitung sebanyak 62 kejadian

(0,62%). Data secara rinci dapat dilihat tabel di bawah ini.

Tabel 4.1 Jumlah Kejadian Berdasarkan Jenis Konflik di Wilayah Sumatera Periode Tahun 1997-2014

No Provinsi Konflik Sumber

Daya

Konflik Tata Kelola

Pemerintahan

Konflik Pemilihan

dan Jabatan

Konflik Identitas

Konflik Main

Hakim Sendiri

Konflik Lainnya

Konflik Separatisme

Jumlah Jumlah

(%)

1 Aceh 319 308 521 112 1.072 163 8.046 10.541 49,98

2 Sumatera Utara 1.258 312 197 313 4.814 261 2 7.157 33,94

3 Sumatera Barat 28 16 1 26 131 3 0 205 0,97

4 Riau 47 18 9 15 149 11 0 249 1,18

5 Jambi 34 13 18 18 57 6 0 146 0,69

6 Sumatera Selatan 68 14 14 20 376 14 0 506 2,40

7 Bengkulu 39 10 15 15 128 7 0 214 1,01

8 Lampung 256 108 84 61 1151 92 0 1.752 8,31

9 Bangka Belitung 8 1 1 8 37 7 0 62 0,29

10 Kepulauan Riau 41 19 3 6 175 13 0 257 1,22

Total 2.098 819 863 594 8.090 577 8.048 21.089 100,00

Sumber: Data Sistem Nasional Pemantauan Kekerasan (SNPK), Kementerian Koordinator

Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Tahun 2015

Page 37: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

23

Tabel 4.2 Persentase Jumlah Kejadian Berdasarkan Jenis Konflik di Wilayah Sumatera Periode Tahun 1997-2014

No Provinsi

Konflik Sumber

Daya (%)

Konflik Tata Kelola

Pemerintahan (%)

Konflik Pemilihan

dan Jabatan

(%)

Konflik Identitas

(%)

Konflik Main

Hakim Sendiri

(%)

Konflik Lainnya

(%)

Konflik Separatisme

(%)

1 Aceh 15,20 37,61 60,37 18,86 13,25 28,25 99,98

2 Sumatera Utara 59,96 38,10 22,83 52,69 59,51 45,23 0,02

3 Sumatera Barat 1,33 1,95 0,12 4,38 1,62 0,52 0,00

4 Riau 2,24 2,20 1,04 2,53 1,84 1,91 0,00

5 Jambi 1,62 1,59 2,09 3,03 0,70 1,04 0,00

6 Sumatera Selatan 3,24 1,71 1,62 3,37 4,65 2,43 0,00

7 Bengkulu 1,86 1,22 1,74 2,53 1,58 1,21 0,00

8 Lampung 12,20 13,19 9,73 10,27 14,23 15,94 0,00

9 Bangka Belitung 0,38 0,12 0,12 1,35 0,46 1,21 0,00

10 Kepulauan Riau 1,95 2,32 0,35 1,01 2,16 2,25 0,00

Total 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber: Data Sistem Nasional Pemantauan Kekerasan (SNPK), Kementerian

Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Tahun 2015

Dari tabel di atas, jumlah konflik sumber daya tertinggi di Wilayah

Sumatera terjadi di Provinsi Sumatera Utara yaitu sebanyak 1.258 kejadian

(59,96%) dan jumlah kejadian terendah terjadi di Bangka Belitung yaitu

sebanyak 8 kejadian (0,38%).

Jumlah konflik tata kelola pemerintah tertinggi di Wilayah Sumatera

terjadi di Provinsi Sumatera Utara, yaitu sebanyak 312 kejadian (38,10%)

dan jumlah kejadian terendah berada di Provinsi Bangka Belitung, yaitu

hanya 1 kejadian (0,12%).

Jumlah konflik pemilihan dan jabatan tertinggi di Wilayah Sumatera

terjadi di Provinsi Aceh, yaitu sebanyak 521 kejadian (60,37%) dan jumlah

kejadian terendah terjadi di Provinsi Sumatera Barat dan Bangka Belitung,

yaitu masing-masing hanya 1 kejadian (0,12%).

Jumlah konflik identitas tertinggi di Wilayah Sumatera terjadi di

Provinsi Sumatera Utara, yaitu sebanyak 313 kejadian (52,69%) dan jumlah

kejadian terendah terjadi di Provinsi Kepulauan Riau, yaitu hanya 1 kejadian

(1,01%).

Page 38: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

24

Jumlah konflik main hakim sendiri tertinggi di Wilayah Sumatera

terjadi di Provinsi Sumatera Utara, yaitu sebanyak 4.814 kejadian (59,51%)

dan jumlah kejadian terendah terjadi di Provinsi Bangka Belitung, yatiu

sebanyak 37 kejadian (0,46%).

Jumlah kejadian koflik separatisme tertinggi di Wilayah Sumatera

terjadi di Provinsi Aceh, yaitu sebanyak 8.046 kejadian (99,98%) dan jumlah

terendah terjadi di Provinsi Sumatera Utara, yaitu sebanyak 2 kejadian

(0,02%).

Jumlah kejadian konflik lainnya tertinggi terjadi di Provinsi Sumatera

Utara, yaitu sebanyak 261 kejadian (45,23%) dan jumlah kejadian terendah

terjadi di Provinsi Sumatera Barat, yaitu sebanyak 3 kejadian (0,52%).

Berikut ini merupakan Gambar 4.2 yang menunjukkan sebaran

kejadian konflik di Wilayah Sumatera berdasarkan klasifikasi jumlah konflik

yang terjadi pada periode Tahun 1997-2014.

Page 39: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

25

Gambar 4. 2 Peta Sebaran Konflik di Wilayah Sumatera Periode Tahun 1997 - 2014

Page 40: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

26

Daerah tertinggal dalam sebaran daerah konflik di Wilayah Sumatera

berdasarkan data dari SNPK ada 11 Kabupaten tersebar di 6 provinsi, yaitu

1(satu) kabupaten di Provinsi Aceh, 1(satu) kabupaten di Provinsi Bengkulu,

1(satu) kabupaten di Provinsi Lampung, 3(tiga) kabupaten di Sumatera

Barat, 1(satu) kabupaten di Sumatera selatan, dan 4(empat) kabupaten di

Sumatera Utara, seperti tertera pada tabel berikut.

Tabel 4.3 Sebaran Jenis Konflik di Daerah Tertinggal Wilayah Sumatera Periode Tahun 1997-2014

Provinsi Kabupaten Konflik Sumber

Daya

Konflik Tata Kelola

Pemerintahan

Konflik Pemilihan

dan Jabatan

Konflik Identitas

Konflik Main

Hakim Sendiri

Konflik Lainnya

Konflik Separatisme

Aceh Aceh Singkil 11 3 5 0 6 2 12

Bengkulu Seluma 1 0 3 0 15 0 0

Lampung Lampung Barat 9 2 1 2 17 2 0

Sumatera Barat

Kepulauan Mentawai 1 0 0 0 0 0 0

Pasaman Barat 3 3 0 1 0 1 0

Solok Selatan 1 2 0 0 1 0 0

Sumatera Selatan Musi Rawas 9 4 0 2 21 0 0

Sumatera Utara Nias Barat 0 0 0 0 1 3 0

Nias Utara 2 2 2 0 0 1 0

Nias Selatan 1 0 2 0 0 4 0

Nias 4 0 1 0 3 5 0

Sumber: Data Sistem Nasional Pemantauan Kekerasan (SNPK), Kementerian

Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Tahun 2015

4.1.2 Dampak Konflik

Dampak konflik dalam pembahasan ini adalah dampak fisik yang

terjadi akibat adanya konflik diantaranya adalah jumlah korban tewas,

korban cedera, korban penculikan, korban perkosaan dan bangunan rusak.

Data yang digunakan untuk perhitungan dampak konflik adalah data dari

Sistem Nasional Pemantauan Kekerasan (SNPK).

Page 41: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

27

a. Dampak Konflik Korban Tewas

Perkembangan dampak konflik dengan korban tewas di Wilayah

Sumatera mengalami peningkatan sebesar 134,23%, yaitu sebanyak 111

jiwa pada tahun 2013 dan sebanyak 260 jiwa pada tahun 2015 korban yang

tewas akibat konflik. Data secara rinci dampak konflik korban tewas di

Wilayah Sumatera pada tahun 2013 dan 2014 dapat dilihat dari Tabel 4.4 di

bawah ini.

Tabel 4.4 Jumlah dan Persentase Dampak Konflik Korban Tewas di Wilayah Sumatera Tahun 2013 - 2014

No Provinsi

Tahun 2013 Tahun 2014

Korban Tewas

(%) Korban Tewas

(%)

1 Aceh 6 5,41 63 24,23

2 Sumatera Utara 71 63,96 65 25,00

3 Sumatera Barat 2 1,80 7 2,69

4 Riau 1 0,90 16 6,15

5 Jambi 4 3,60 8 3,08

6 Sumatera Selatan 10 9,01 55 21,15

7 Bengkulu 2 1,80 5 1,92

8 Lampung 15 13,51 30 11,54

9 Kepulauan Bangka Belitung 0 0,00 2 0,77

10 Kepulauan Riau 0 0,00 9 3,46

Jumlah 111 100,00 260 100,00

Sumber: Data Sistem Nasional Pemantauan Kekerasan (SNPK), Kementerian

Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Tahun 2015

Dampak konflik bangunan rusak tahun 2013 tertinggi berada di

Dampak konflik korban tewas tahun 2013 tertinggi berada di Provinsi

Sumatera Utara sebanyak 71 jiwa (63,96%) dan jumlah terendah berada di

Provinsi Riau sebanyak 1 jiwa (0,90%). Dampak konflik korban tewas tahun

2014 tertinggi berada di Provinsi Sumatera Utara sebanyak 65 jiwa (25,00%)

dan jumlah terendah berada di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

sebayak 2 jiwa (0,77%).

Page 42: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

28

b. Dampak Konflik Korban Cedera

Perkembangan dampak konflik dengan korban cedera di Wilayah

Sumatera mengalami peningkatan sebesar 92,05%, yaitu sebanyak 2012

jiwa pada tahun 2013 dan sebanyak 3864 jiwa pada tahun 2015 korban

yang cedera akibat konflik. Data secara rinci dampak konflik korban cedera

di Wilayah Sumatera pada tahun 2013 dan 2014 dapat dilihat dari Tabel 4.5

di bawah ini.

Tabel 4.5 Jumlah dan Persentase Dampak Konflik Korban Cedera di Wilayah Sumatera Periode Tahun 2013 - 2014

No Provinsi

Tahun 2013 Tahun 2014

Korban Cedera

(%) Korban Cedera

(%)

1 Aceh 205 10,19 514 13,30

2 Sumatera Utara 1.514 75,25 1.418 36,70

3 Sumatera Barat 11 0,55 232 6,00

4 Riau 13 0,65 312 8,07

5 Jambi 19 0,94 133 3,44

6 Sumatera Selatan 48 2,39 517 13,38

7 Bengkulu 5 0,25 217 5,62

8 Lampung 169 8,40 180 4,66

9 Kepulauan Bangka Belitung 0 0,00 71 1,84

10 Kepulauan Riau 28 1,39 270 6,99

Jumlah 2.012 100,00 3864 100,00

Sumber: Data Sistem Nasional Pemantauan Kekerasan (SNPK), Kementerian

Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Tahun 2015

Dampak konflik bangunan rusak tahun 2013 tertinggi berada di

Dampak konflik korban cedara tahun 2013 tertinggi berada di Provinsi

Sumatera Utara sebanyak 1.514 jiwa (75,25%) dan jumlah terendah berada

di Provinsi Bengkulu sebanyak 5 jiwa (0,25%). Dampak konflik korban tewas

tahun 2014 tertinggi berada di Provinsi Sumatera Utara sebanyak 1.418 jiwa

(25,00%) dan jumlah terendah berada di Provinsi Kepulauan Bangka

Belitung sebayak 71 jiwa (1,84%).

Page 43: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

29

c. Dampak Konflik Korban Penculikan

Perkembangan dampak konflik korban penculikan di Wilayah

Sumatera mengalami peningkatan sebesar 420,00%, yaitu sebanyak 5 jiwa

pada tahun 2013 dan sebanyak 26 jiwa pada tahun 2014 dampak korban

konflik penculikan. Data secara rinci dampak konflik korban penculikan di

Wilayah Sumatera pada tahun 2013 dan 2014 dapat dilihat dari Tabel 4.6 di

bawah ini.

Tabel 4.6 Jumlah dan Persentase Dampak Konflik Korban Penculikan di Wilayah Sumatera Periode Tahun 2013 - 2014

No Provinsi

Tahun 2013 Tahun 2014

Penculikan (%) Penculikan (%)

1 Aceh 3 60 22 84,62

2 Sumatera Utara 2 40 3 11,54

3 Sumatera Barat 0 0 0 0,00

4 Riau 0 0 1 3,85

5 Jambi 0 0 0 0,00

6 Sumatera Selatan 0 0 0 0,00

7 Bengkulu 0 0 0 0,00

8 Lampung 0 0 0 0,00

9 Kepulauan Bangka Belitung 0 0 0 0,00

10 Kepulauan Riau 0 0 0 0,00

Jumlah 5 100,00 26 100,00

Sumber: Data Sistem Nasional Pemantauan Kekerasan (SNPK), Kementerian

Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Tahun 2015

Dampak konflik korban penculikan tahun 2013 tertinggi berada di

Provinsi Aceh sebanyak 3 jiwa (60%) dan jumlah terendah berada di

Provinsi Sumatera Utara sebanyak 2 jiwa (40%). Dampak konflik korban

penculikan tahun 2014 tertinggi berada di Provinsi Aceh sebanyak 22 jiwa

(84,62%) dan jumlah terendah berada di Provinsi Sumatera Utara sebayak 3

jiwa (11,54%).

d. Dampak Konflik Korban Perkosaan

Perkembangan dampak konflik korban perkosaan di Wilayah

Sumatera mengalami peningkatan sebesar 5.900%, yaitu sebanyak 1 jiwa

Page 44: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

30

pada tahun 2013 dan sebanyak 60 jiwa pada tahun 2014 dampak konflik

korban perkkosaan. Data secara rinci dampak konflik korban perkosaan di

Wilayah Sumatera pada tahun 2013 dan 2014 dapat dilihat dari Tabel 4.7 di

bawah ini.

Tabel 4.7 Jumlah dan Persentase Dampak Konflik Korban Perkosaan di Wilayah Sumatera Periode Tahun 2013 - 2014.

No Provinsi

Tahun 2013 Tahun 2014

Perkosaan (%) Perkosaan (%)

1 Aceh 0 0 55 91,67

2 Sumatera Utara 1 100 5 8,33

3 Sumatera Barat 0 0 0 0

4 Riau 0 0 0 0

5 Jambi 0 0 0 0

6 Sumatera Selatan 0 0 0 0

7 Bengkulu 0 0 0 0

8 Lampung 0 0 0 0

9 Kepulauan Bangka Belitung 0 0 0 0

10 Kepulauan Riau 0 0 0 0

Jumlah 1 100,00 60 100,00

Sumber: Data Sistem Nasional Pemantauan Kekerasan (SNPK), Kementerian

Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Tahun 2015

Dampak konflik korban perkosaan tahun 2013 hanya terjadi di

Provinsi Sumatera Utara sebanyak 1 jiwa (100%). Dampak konflik korban

perkosaan tahun 2014 tertinggi berada di Provinsi Aceh sebanyak 55 jiwa

(91,67%) dan jumlah terendah berada di Provinsi Sumatera Utara sebayak 5

jiwa (8,33%).

e. Dampak Konflik Bangunan Rusak

Perkembangan dampak konflik bangunan rusak di Wilayah Sumatera

mengalami peningkatan sebesar 115,19%, yaitu sebanyak 270 jiwa pada

tahun 2013 dan sebanyak 581 jiwa pada tahun 2014 dampak konflik

bangunan rusak. Data secara rinci dampak bangunan rusak di Wilayah

Sumatera pada tahun 2013 dan 2014 dapat dilihat dari Tabel 4.8 di bawah

ini.

Page 45: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

31

Tabel 4.8 Jumlah dan Persentase Dampak Konflik Bangunan Rusak di Wilayah Sumatera Periode Tahun 2013 - 2014

No Provinsi

Tahun 2013 Tahun 2014

Bangunan rusak

(%) Bangunan

rusak (%)

1 Aceh 25 9,26 79 13,60

2 Sumatera Utara 166 61,48 63 10,84

3 Sumatera Barat 0 0,00 25 4,30

4 Riau 1 0,37 37 6,37

5 Jambi 32 11,85 58 9,98

6 Sumatera Selatan 8 2,96 35 6,02

7 Bengkulu 4 1,48 16 2,75

8 Lampung 22 8,15 203 34,94

9 Kepulauan Bangka Belitung 0 0,00 6 1,03

10 Kepulauan Riau 12 4,44 59 10,15

Jumlah 270 100,00 581 100,00

Sumber: Data Sistem Nasional Pemantauan Kekerasan (SNPK), Kementerian

Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Tahun 2015

Dampak konflik bangunan rusak tahun 2013 tertinggi berada di

Provinsi Sumatera Utara sebanyak 166 jiwa (61,48%) dan jumlah terendah

berada di Provinsi Riau sebanyak 1 jiwa (0,37%). Dampak konflik korban

tewas tahun 2014 tertinggi berada di Provinsi Sumatera Utara sebanyak 203

jiwa (34,94%) dan jumlah terendah berada di Provinsi Kepulauan Bangka

Belitung sebayak 6 jiwa (1,03%).

4.1.3 Upaya Penanganan Konflik

Perkembangan intervensi secara keseluruhan di Wilayah Sumatera

mengalami kenaikan sebesar 127,43% ,yaitu sebanyak 587 desa pada

tahun 2015 dan sebanyak 1.335 desa pada tahun 2014 mengalami

intervensi penaganan konflik baik oleh TNI, Polisi, Brimob, ataupun sipil,

seperti disajikan pada Tabel 4.9 di bawah ini.

Page 46: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

32

Tabel 4.9 Jumlah Desa dengan Intevensi Upaya Penanganan Konflik di Wilayah Sumatera Periode Tahun 2013 dan 2014

No Provinsi

Jumlah Desa dengan Intervensi Upaya Penananganan Konflik

Tahun 2013

% Tahun 2014

%

1 Aceh 80 13,63 139 10,41

2 Sumatera Utara 416 70,87 582 43,60

3 Sumatera Barat 2 0,34 93 6,97

4 Riau 2 0,34 85 6,37

5 Jambi 6 1,02 45 3,37

6 Sumatera Selatan 9 1,53 148 11,09

7 Bengkulu 1 0,17 94 7,04

8 Lampung 66 11,24 67 5,02

9 Kepulauan Bangka Belitung 0 0,00 24 1,80

10 Kepulauan Riau 5 0,85 58 4,34

Jumlah 587 100,00 1.335 100,00

Sumber: Data Sistem Nasional Pemantauan Kekerasan (SNPK), Kementerian

Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Tahun 2015

Pada tahun 2013 jumlah desa dengan intervensi upaya penanganan

konflik tertinggi berada di Provinsi Sumatera Utara, yaitu sebanyak 416

desa(70,87%) dan jumlah terendah di Provinsi Bengkulu yaitu 1 desa

(0,17%). Pada tahun 2014 jumlah desa dengan intervensi upaya

penanganan konflik tertinggi berada di Provinsi Sumatera Utara yaitu

sebanyak 582 desa (43,60%) dan jumlah terendah berada di Provinsi

Kepulauan Bangka Belitung yaitu sebanyak 58 desa (1,80%).

a. Intervensi Tentara Nasional Indonesia (TNI) di Wilayah

Sumatera Periode Tahun 2013-2014

Perkembangan jumlah desa yang mengalami intervensi TNI di

Wilayah Sumatera selama periode tahun 2013 dan tahun 2014 mengalami

kenaikan sebesar 194,74%, yaitu sebanyak 19 desa pada tahun 2014 dan

sebanyak 56 desa pada tahun 2014 yang mengalami intervensi TNI dalam

upaya penanganan konflik, seperti disajikan pada Tabel 4.10 di bawah ni

Page 47: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

33

Tabel 4.10 Jumlah dan Persentase Desa dengan Intervensi TNI di Wilayah Sumatera Periode Tahun 2013 - 2014

No Provinsi

Intervensi TNI (Tahun 2013)

Intervensi TNI (Tahun 2014)

Jumlah Desa

Persentase (%)

Jumlah Desa

Persentase (%)

1 Aceh 6 31,58 15 26,79

2 Sumatera Utara 9 47,37 17 30,36

3 Sumatera Barat 0 0,00 5 8,93

4 Riau 0 0,00 4 7,14

5 Jambi 1 5,26 6 10,71

6 Sumatera Selatan 2 10,53 4 7,14

7 Bengkulu 0 0,00 1 1,79

8 Lampung 1 5,26 3 5,36

9 Kepulauan Bangka Belitung 0 0,00 0 0,00

10 Kepulauan Riau 0 0,00 1 1,79

Jumlah 19 100,00 56 100,00

Sumber: Data Sistem Nasional Pemantauan Kekerasan (SNPK), Kementerian

Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Tahun 2015

Pada tahun 2013 jumlah desa dengan intervensi TNI dalam upaya

penanganan konflik tertinggi berada di Provinsi Sumatera Utara, yaitu

sebanyak 9 desa(47,37%) dan jumlah terendah di Provinsi Jambi dan

Lampung yaitu masing-masing 1 desa (5,26%). Pada tahun 2014 jumlah

desa dengan intervensi TNI dalam upaya penanganan konflik tertinggi

berada di Provinsi Sumatera Utara yaitu sebanyak 17 desa (30,36%) dan

jumlah terendah berada di Provinsi Bengkulu dan Kepulauan Riau yaitu

masing-masing 1 desa (1,79%).

b. Intervensi Polisi

Perkembangan jumlah desa yang mengalami intervensi Polisi di

Wilayah Sumatera selama periode tahun 2013 dan tahun 2014 mengalami

kenaikan sebesar 122,88%, yaitu sebanyak 424 desa pada tahun 2014 dan

sebanyak 945 desa pada tahun 2014 yang mengalami intervensi Polisi

dalam upaya penanganan konflik, seperti disajikan pada Tabel 4.11 di

bawah ini

Page 48: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

34

Tabel 4.11 Jumlah dan Persentase Desa dengan Intervensi Polisi di Wilayah Sumatera Periode Tahun 2013 - 2014

No Provinsi

Intervensi Polisi (Tahun 2013)

Intervensi Polisi (Tahun 2014)

Jumlah Desa

Persentase (%) Jumlah

Desa Persentase (%)

1 Aceh 36 8,49 48 5,08

2 Sumatera Utara 321 75,71 465 49,21

3 Sumatera Barat 0 0,00 66 6,98

4 Riau 2 0,47 67 7,09

5 Jambi 2 0,47 26 2,75

6 Sumatera Selatan 7 1,65 110 11,64

7 Bengkulu 1 0,24 54 5,71

8 Lampung 51 12,03 55 5,82

9 Kepulauan Bangka Belitung 0 0,00 20 2,12

10 Kepulauan Riau 4 0,94 34 3,60

Jumlah 424 100,00 945 100,00

Sumber: Data Sistem Nasional Pemantauan Kekerasan (SNPK), Kementerian

Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Tahun 2015

Pada tahun 2013 jumlah desa dengan intervensi Polisi dalam upaya

penanganan konflik tertinggi berada di Provinsi Sumatera Utara, yaitu

sebanyak 321 desa(75,71%) dan jumlah terendah di Provinsi Bengkulu yaitu

hanya 1 desa (0,24%). Pada tahun 2014 jumlah desa dengan intervensi

Polisi dalam upaya penanganan konflik tertinggi berada di Provinsi Sumatera

Utara yaitu sebanyak 465 desa (49,21%) dan jumlah terendah berada di

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yaitu sebanyak 20 desa (2,12%).

c. Intervensi Brimob

Perkembangan jumlah desa yang mengalami intervensi Brimob di

Wilayah Sumatera selama periode tahun 2013 dan tahun 2014 mengalami

penurunan sebesar 46,67%, yaitu sebanyak 15 desa pada tahun 2014 dan

sebanyak 8 desa pada tahun 2014 yang mengalami intervensi Brimob dalam

upaya penanganan konflik, seperti disajikan pada Tabel 4.12 di bawah ini.

Page 49: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

35

Tabel 4.12 Jumlah dan Persentase Desa dengan Brimob di Wilayah Sumatera Periode Tahun 2013 - 2014

No Provinsi

Intervensi Brimob (Tahun 2013)

Intervensi Brimob (Tahun 2014)

Jumlah desa

Persentase (%)

Jumlah desa

Persentase (%)

1 Aceh 4 26,67 2 25,00

2 Sumatera Utara 7 46,67 2 25,00

3 Sumatera Barat 0 0,00 0 0,00

4 Riau 0 0,00 2 25,00

5 Jambi 1 6,67 2 25,00

6 Sumatera Selatan 0 0,00 0 0,00

7 Bengkulu 0 0,00 0 0,00

8 Lampung 3 20,00 0 0,00

9 Kepulauan Bangka Belitung 0 0,00 0 0,00

10 Kepulauan Riau 0 0,00 0 0,00

Jumlah 15 100,00 8 100,00

Sumber: Data Sistem Nasional Pemantauan Kekerasan (SNPK), Kementerian

Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Tahun 2015

Pada tahun 2013 jumlah desa dengan intervensi Brimob tertinggi

dalam upaya penanganan konflik berada di Provinsi Sumatera Utara, yaitu

sebanyak 7 desa(46,67%) dan jumlah terendah di Provinsi Jambi yaitu

hanya 1 desa (6,67%). Pada tahun 2014 jumlah desa dengan intervensi

Brimob dalam upaya penanganan konflik berada di 4(emapat) provinsi

dengan jumlah yang sama banyak, yaitu di Provinsi Aceh, Sumatera Utara,

Riau, Jambi masing-masing sebanyak 2 desa (25,00%).

d. Intervensi Sipil

Perkembangan jumlah desa yang mengalami intervensi sipil di

Wilayah Sumatera selama periode tahun 2013 dan tahun 2014 mengalami

kenaikan sebesar 152,71%, yaitu sebanyak 129 desa pada tahun 2014 dan

sebanyak 326 desa pada tahun 2014 yang mengalami intervensi sipil dalam

upaya penanganan konflik, seperti disajikan pada Tabel 4.13 di bawah ini.

Page 50: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

36

Tabel 4.13 Jumlah dan Persentase Desa dengan Intervensi Sipil di Wilayah Sumatera Periode Tahun 2013 - 2014

No Provinsi

Intervensi Sipil (Tahun 2013) Intervensi Sipil (Tahun 2014)

Jumlah Desa

Persentase Jumlah

Desa (%)

1 Aceh 34 26,36 74 22,70

2 Sumatera Utara 79 61,24 98 30,06

3 Sumatera Barat 2 1,55 22 6,75

4 Riau 0 0,00 12 3,68

5 Jambi 2 1,55 11 3,37

6 Sumatera Selatan 0 0,00 34 10,43

7 Bengkulu 0 0,00 39 11,96

8 Lampung 11 8,53 9 2,76

9 Kepulauan Bangka Belitung 0 0,00 4 1,23

10 Kepulauan Riau 1 0,78 23 7,06

Jumlah 129 100,00 326 100,00

Sumber: Data Sistem Nasional Pemantauan Kekerasan (SNPK), Kementerian

Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Tahun 2015

Pada tahun 2013 jumlah desa dengan intervensi sipil tertinggi dalam

upaya penanganan konflik berada di Provinsi Sumatera Utara, yaitu

sebanyak 79 desa (61,24%) dan jumlah terendah di Provinsi Kepulauan

Riau yaitu hanya 1 desa (0,78%). Pada tahun 2014 jumlah desa dengan

intervensi sipil tertinggi dalam upaya penanganan konflik berada di Provinsi

Sumatera Utara yaitu sebanyak 98 desa (30,06%) dan jumlah terendah

berada di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yaitu sebanyak 4 desa

(1,23%).

4.2 Daerah Pasca Konflik di Wilayah Jawa

4.2.1 Sebaran Daerah Pasca Konflik

Berdasarkan data dari Sistem Nasional Pemantauanan kekerasan

(SNPK), jumlah kejadian konflik di Wilayah Jawa dalam periode 1997-2014

sebanyak 17.516 kejadian. Dalam periode tersebut jumlah tertinggi berada di

Provinsi Jawa Timur yaitu sebanyak 9.943 kejadian (56,77%), dan jumlah

terendah berada di Provinsi D.I. Yogyakarta sebanyak 196 kejadian (1,12%),

seperti disajikan pada Tabel 4.14 dan Tabel 4.15 di bawah ini.

Page 51: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

37

Tabel 4.14 Jumlah Kejadian Berdasarkan Jenis Konflik di Wilayah Jawa Periode Tahun 1997-2014

No Provinsi Konflik Sumber

Daya

Konflik Tata Kelola

Pemerintah

Konflik Pemilihan

dan Jabatan

Konflik Identitas

Konflik Main

Hakim Sendiri

Konflik Lainnya

Konflik Separatisme

Jumlah

1 Banten 65 54 19 53 479 37 0 707

2 D.I. Yogyakarta 7 5 16 44 108 16 0 196

3 Dki Jakarta 345 126 57 428 3.446 237 0 4.639

4 Jawa Barat 149 67 46 215 1.026 80 0 1.583

5 Jawa Tengah 27 19 32 57 285 28 0 448

6 Jawa Timur 878 327 346 393 7.580 419 0 9.943

Jumlah 1.471 598 516 1.190 12.924 817 0 17.516

Sumber: Data Sistem Nasional Pemantauan Kekerasan (SNPK), Kementerian

Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Tahun 2015

Tabel 4.15 Persentase Jumlah Kejadian Berdasarkan Jenis Konflik di Wilayah Jawa Periode Tahun 1997-2014

No Provinsi

Konflik sumber

daya (%)

Konflik tata kelola

Pemerintah (%)

Konflik pemilihan

dan jabatan

(%)

Konflik Identitas

(%)

Konflik main hakim sendiri

(%)

Konflik lainnya

(%)

Konflik Separatisme

(%)

Jumlah (%)

1 Banten 4,42 9,03 3,68 4,45 3,71 4,53 0,00 4,04

2 D.I. Yogyakarta 0,48 0,84 3,10 3,70 0,84 1,96 0,00 1,12

3 Dki Jakarta 23,45 21,07 11,05 35,97 26,66 29,01 0,00 26,48

4 Jawa Barat 10,13 11,20 8,91 18,07 7,94 9,79 0,00 9,04

5 Jawa Tengah 1,84 3,18 6,20 4,79 2,21 3,43 0,00 2,56

6 Jawa Timur 59,69 54,68 67,05 33,03 58,65 51,29 0,00 56,77

Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 0,00 100

Sumber: Data Sistem Nasional Pemantauan Kekerasan (SNPK), Kementerian

Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Tahun 2015

Dari tabel di atas, jumlah konflik sumber daya tertinggi di Wilayah

Jawa terjadi di Provinsi Jawa Timur yaitu sebanyak 878 kejadian (59,69%)

dan jumlah kejadian terendah terjadi di D.I. Yogyakarta yaitu sebanyak 7

kejadian (0,48%).

Jumlah konflik tata kelola pemerintah tertinggi di Wilayah Jawa terjadi

di Provinsi Jawa Timur, yaitu sebanyak 878 kejadian (54,68%) dan jumlah

kejadian terendah berada di Provinsi D.I. Yogyakarta yaitu sebanyak 5

kejadian (0,84%).

Page 52: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

38

Jumlah konflik pemilihan dan jabatan tertinggi di Wilayah Sumatera

terjadi di Provinsi Jawa Timur, yaitu sebanyak 346 kejadian (67,05%) dan

jumlah kejadian terendah terjadi di Provinsi D.I. Yogyakarta yaitu sebanyak

16 kejadian (3,10%).

Jumlah konflik identitas tertinggi di Wilayah Jawa terjadi di Provinsi

DKI Jakarta yaitu sebanyak 428 kejadian (35,97%) dan jumlah kejadian

terendah terjadi di Provinsi D.I. Yogyakarta yaitu sebanyak 44 kejadian

(3,70%).

Jumlah konflik main hakim sendiri tertinggi di Wilayah Sumatera

terjadi di Provinsi Jawa Timur yaitu sebanyak 7.580 kejadian (58,65%) dan

jumlah kejadian terendah terjadi di Provinsi D.I. Yogyakarta yatiu sebanyak

108 kejadian (0,46%).

Jumlah kejadian konflik lainnya tertinggi di Wilayah Jawa terjadi di

Provinsi Jawa Timur, yaitu sebanyak 419 kejadian (45,23%) dan jumlah

kejadian terendah terjadi di Provinsi D.I. Yogyakarta yaitu sebanyak 16

kejadian (0,52%).

Berikut ini merupakan Gambar 4.3 yang menunjukkan sebaran

kejadian konflik di Wilayah Jawa berdasarkan klasfikasi jumlah konflik yang

terjadi pada periode Tahun 1997-2014.

Page 53: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

39

Gambar 4.3 Peta Sebaran Konflik di Wilayah Jawa Periode Tahun 1997 - 2014

Page 54: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

40

Daerah tertinggal dalam sebaran daerah konflik di Wilayah Jawa

berdasarkan data dari SNPK, terdapat 6 (enam) kabupaten yang tersebar di

2 (dua) provinsi, yaitu 2 (dua) kabupaten di Provinsi Banten dan 4( empat)

kabupaten di Provinsi Jawa Timur, seperti terteta pada Tabel 4.16 berikut.

Tabel 4.16 Sebaran Jenis Konflik di Daerah Tertinggal Wilayah Jawa Periode Tahun 1997-2014

Provinsi Kabupaten Konflik Sumber

Daya

Konflik Tata Kelola

Pemerintahan

Konflik Pemilihan

dan Jabatan

Konflik Identitas

Konflik Main

Hakim Sendiri

Konflik Lainnya

Konflik Separatisme

Banten Lebak 0 4 1 0 6 0 0

Pandeglang 0 5 1 0 1 0 0

Jawa Timur Bondowoso 7 2 4 3 34 2 0

Situbondo 32 7 14 7 146 8 0

Bangkalan 29 18 13 11 117 2 0

Sampang 12 17 8 5 36 4 0

Sumber: Data Sistem Nasional Pemantauan Kekerasan (SNPK), Kementerian

Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Tahun 2015

4.2.2 Dampak Konflik

a. Dampak Konflik Korban Tewas

Perkembangan dampak konflik dengan korban tewas di Wilayah

Jawa mengalami peningkatan sebesar 39,73%, yaitu sebanyak 146 jiwa

pada tahun 2013 dan sebanyak 204 jiwa pada tahun 2014. Data secara rinci

dampak konflik korban tewas di Wilayah Sumatera pada tahun 2013 dan

2014 dapat dilihat dari Tabel 4.17 di bawah ini.

Tabel 4.17 Jumlah dan Persentase Dampak Konflik Korban Tewas di Wilayah Jawa Tahun 2013 - 2014

No Provinsi Tahun 2013 Tahu 2014

Tewas Persentase

(%) Tewas

Persentase (%)

1 Banten 17 11,64 13 6,37

2 D.I. Yogyakarta 6 4,11 7 3,43

3 Dki Jakarta 22 15,07 26 12,75

4 Jawa Barat 35 23,97 91 44,61

5 Jawa Tengah 8 5,48 21 10,29

6 Jawa Timur 58 39,73 46 22,55

Jumlah 146 100,00 204 100,00

Sumber: Data Sistem Nasional Pemantauan Kekerasan (SNPK), Kementerian

Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Tahun

2015.

2014.

Page 55: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

41

Dampak konflik korban tewas pada tahun 2013 tertinggi berada di

Provinsi Jawa Timur sebanyak 58 jiwa (39,73%) dan jumlah terendah

berada di Provinsi Jawa Tengah sebanyak 8 jiwa (5,48%). Dampak konflik

korban tewas pada tahun 2014 tertinggi berada di Provinsi Jawa Barat

sebanyak 91 jiwa (44,61%) dan jumlah terendah berada di Provinsi D.I.

Yogyakarta sebayak 7 jiwa (3,43%).

b. Dampak Konflik Korban Cedera

Perkembangan dampak konflik dengan korban tewas di Wilayah

Jawa mengalami peningkatan sebesar 113,51%, yaitu sebanyak 1540 jiwa

pada tahun 2013 dan sebanyak 3288 jiwa pada tahun 2014 korban yang

cedera akibat konflik. Data secara rinci dampak konflik korban cedera di

Wilayah Jawa pada tahun 2013 dan 2014 dapat dilihat dari Tabel 4.18 di

bawah ini.

Tabel 4.18 Jumlah dan Persentase Dampak Konflik Korban Cedera di Wilayah Jawa Periode Tahun 2013 - 2014

No Provinsi

Tahun 2013 Tahun 2014

Cedera Persentase (%) Cedera Persentase (%)

1 Banten 45 2,92 173 5,26

2 Di Yogyakarta 18 1,17 223 6,78

3 Dki Jakarta 505 32,79 681 20,71

4 Jawa Barat 252 16,36 688 20,92

5 Jawa Tengah 40 2,60 521 15,85

6 Jawa Timur 680 44,16 1002 30,47

Jumlah 1540 100,00 3288 100,00

Sumber: Data Sistem Nasional Pemantauan Kekerasan (SNPK), Kementerian

Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Tahun 2015

Dampak konflik bangunan rusak tahun 2013 tertinggi berada di

Dampak konflik korban cedera tahun 2013 tertinggi berada di Provinsi Jawa

Timur yaitu sebanyak 680 jiwa (44,16%) dan jumlah terendah berada di

Provinsi D.I. Yogyakarta yaitu sebanyak 18 jiwa (1,17%) korban yang cedera

akibat konflik. Dampak konflik korban cedera tahun 2014 tertinggi berada di

Provinsi Jawa Timur yaitu sebanyak 1002 jiwa (30,47%) dan jumlah

terendah berada di Provinsi Banten yaitu sebanyak 173 jiwa (5,26%).

Page 56: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

42

c. Dampak Konflik Korban Penculikan dan Perkosaan

Perkembangan dampak konflik dengan korban penculikan di Wilayah

Jawa mengalami penurunan sebesar 33,33%, yaitu sebanyak 3 jiwa pada

tahun 2013 dan sebanyak 2 jiwa pada tahun 2014. Perkembangan dampak

konflik dengan korban perkosaan di Wilayah Jawa tidak dapat didefinisikan

dengan angka, karena hanya pada tahun 2014 terdapat korban perkosaan

yaitu 1 jiwa (100%). Data secara rinci dampak konflik korban penculikan dan

perkoasaan di Wilayah Jawa pada tahun 2013 dan 2014 dapat dilihat dari

Tabel 4.19 di bawah ini.

Tabel 4.19 Jumlah dan Persentase Dampak Konflik Korban Penculikan dan Perkosaan di Wilayah Jawa Periode Tahun 2013 - 2014

No Provinsi

Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2013 Tahun 2014

Penculikan (%) Penculikan (%) Perkosaan (%) Perkosaan (%)

1 Banten 0 0,00 1 50,00 0 0 0 0,00

2 D.I. Yogyakarta 0 0,00 0 0,00 0 0 0 0,00

3 DKI Jakarta 2 66,67 0 0,00 0 0 0 0,00

4 Jawa Barat 0 0,00 0 0,00 0 0 0 0,00

5 Jawa Tengah 0 0,00 1 50,00 0 0 0 0,00

6 Jawa Timur 1 33,33 0 0,00 0 0 1 100,00

Jumlah 3 100,00 2 100,00 0 0 1 100,00

Sumber: Data Sistem Nasional Pemantauan Kekerasan (SNPK), Kementerian

Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Tahun 2015

Dampak konflik bangunan rusak tahun 2013 tertinggi berada di

Dampak konflik korban penculikan tahun 2013 tertinggi berada di Provinsi

DKI Jakarta yaitu sebanyak 2 jiwa (66,67%) dan jumlah terendah berada di

Provinsi Jawa Timur yaitu 1 jiwa (33,33%). Dampak konflik korban

perkosaan tahun 2014 hanya terjadi di 2 (dua) provinsi, yaitu Provinsi

Banten dan Jawa Tengah yang masing-masing berjumlah 1 jiwa (50%).

Pada tahun 2014 hanya terdapat 1 jiwa (100%) korban perkosaan yaitu di

Provinsi Jawa Timur.

Page 57: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

43

d. Dampak Konflik Bangunan Rusak

Perkembangan dampak konflik dengan bangunan rusak di Wilayah

Jawa mengalami penurunan sebesar 22,61%, yaitu sebanyak 261 unit pada

tahun 2013 dan sebanyak 202 unit pada tahun 2014 bangunan yang rusak

akibat konflik. Data secara rinci dampak konflik bangunan rusak di Wilayah

Jawa pada tahun 2013 dan 2014 dapat dilihat dari Tabel 4.20 di bawah ini.

Tabel 4.20 Jumlah dan Persentase Dampak Konflik Bangunan Rusak di Wilayah Jawa Periode Tahun 2013 - 2014

No Provinsi

2013 2014

Bangunan Rusak

(%) Bangunan

Rusak (%)

1 Banten 7 2,68 7 3,47

2 D.I. Yogyakarta 2 0,77 29 14,36

3 DKI Jakarta 89 34,10 30 14,85

4 Jawa Barat 57 21,84 68 33,66

5 Jawa Tengah 3 1,15 19 9,41

6 Jawa Timur 103 39,46 49 24,26

Jumlah 261 100,00 202 100,00

Sumber: Data Sistem Nasional Pemantauan Kekerasan (SNPK), Kementerian

Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Tahun 2015

Dampak konflik bangunan rusak tahun 2013 tertinggi berada di

Provinsi Jawa Timur yaitu sebanyak 103 unit (39,46%) dan jumlah terendah

berada di Provinsi D.I. Yogyakarta yaitu sebanyak 2 jiwa (0,77%). Dampak

konflik bangunan rusak tahun 2014 tertinggi berada di Provinsi Jawa Barat

yaitu sebanyak 68 jiwa (33,66%) dan jumlah terendah berada di Provinsi

Banten yaitu sebayak 7 jiwa (3,47%).

4.2.3 Upaya Penanganan Daerah Konflik

Perkembangan jumlah desa uang mengalami intervensi dalam

upaya penanganan daerah konflik secara keseluruhan di Wilayah Jawa

mengalami kenaikan sebesar 127,43% ,yaitu sebanyak 587 desa pada

tahun 2015 dan sebanyak 1.335 desa pada tahun 2014 mengalami

intervensi penaganan konflik baik oleh TNI, Polisi, Brimob, ataupun sipil,

seperti disajikan pada Tabel 4.21 di bawah ini.

Page 58: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

44

Tabel 4.21 Jumlah Desa dengan Intevensi Upaya Penanganan Konflik di Wilayah Jawa Periode Tahun 2013 dan 2014

No Provinsi

Jumlah Desa yang Mengalami Intervensi Upaya Penanganan Konflik

Tahun 2013 (%) Tahun 2014 (%)

1 Banten 12 2,29 64 5,24

2 D.I. Yogyakarta 2 0,38 52 4,26

3 DKI Jakarta (*Jumlah Kelurahan) 158 30,10 226 18,51

4 Jawa Barat 66 12,57 275 22,52

5 Jawa Tengah 8 1,52 155 12,69

6 Jawa Timur 279 53,14 449 36,77

Jumlah 525 100,00 1221 100,00

Sumber: Data Sistem Nasional Pemantauan Kekerasan (SNPK), Kementerian

Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Tahun 2015

Pada tahun 2013 jumlah desa dengan intervensi upaya

penanganan konflik tertinggi berada di Provinsi Jawa Timur yaitu

sebanyak 279 desa (53,14%) dan jumlah terendah di Provinsi D.I.

Yogyakarta yaitu sebanyak 2 desa (0,38%). Pada tahun 2014 jumlah

desa dengan intervensi upaya penanganan konflik tertinggi berada di

Provinsi Jawa Timur yaitu sebanyak 449 desa (36,77%) dan jumlah

terendah berada di Provinsi D.I. Yogyakarta yaitu sebanyak 52 desa

(4,26%).

a. Intervensi TNI

Perkembangan jumlah desa yang mengalami intervensi TNI di

Wilayah Jawa selama periode tahun 2013 dan tahun 2014 mengalami

kenaikan sebesar 241,67%, yaitu sebanyak 12 desa pada tahun 2014

dan sebanyak 41 desa pada tahun 2014 yang mengalami intervensi TNI

dalam upaya penanganan konflik, seperti disajikan pada Tabel 4.22 di

bawah ini.

Page 59: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

45

Tabel 4.22 Jumlah dan Persentase Desa dengan Intervensi TNI di Wilayah Jawa Periode Tahun 2013 - 2014

No Provinsi

Intervensi TNI (Tahun 2013)

Intervensi TNI (Tahun 2014)

Jumlah Desa

(%) Jumlah Desa

(%)

1 Banten 0 0,00 0 0,00

2 D.I. Yogyakarta 0 0,00 2 4,88

3 DKI Jakarta (*Jumlah Kelurahan) 2 16,67 5 12,20

4 Jawa Barat 3 25,00 15 36,59

5 Jawa Tengah 1 8,33 7 17,07

6 Jawa Timur 6 50,00 12 29,27

Jumlah 12 100,00 41 100,00

Sumber: Data Sistem Nasional Pemantauan Kekerasan (SNPK), Kementerian

Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Tahun 2015

Pada tahun 2013 jumlah desa dengan intervensi TNI tertinggi dalam

upaya penanganan konflik berada di Provinsi Jawa Timur yaitu sebanyak 6

desa (50,00%) dan jumlah terendah di Provinsi Jawa Tengah yaitu hanya 1

desa (8,33%). Pada tahun 2014 jumlah desa dengan intervensi TNI tertinggi

dalam upaya penanganan konflik berada di Provinsi Jawa Barat yaitu

sebanyak 15 desa (36,59%) dan jumlah terendah berada di Provinsi D.I.

Yogyakarta yaitu sebanyak 2 desa (4,88%).

b. Intervensi Polisi

Perkembangan jumlah desa yang mengalami intervensi Polisi di

Wilayah Jawa selama periode tahun 2013 dan tahun 2014 mengalami

kenaikan sebesar 124,94%, yaitu sebanyak 433 desa pada tahun 2014 dan

sebanyak 974 desa pada tahun 2014 yang mengalami intervensi Polisi

dalam upaya penanganan konflik, seperti disajikan pada Tabel 4.23 di

bawah ini.

Page 60: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

46

Tabel 4.23 Jumlah dan Persentase Desa dengan Intervensi Polisi di Wilayah

Jawa Periode Tahun 2013 - 2014

No Provinsi

Intervensi Polisi (Tahun 2013) Intervensi Polisi (Tahun 2014)

Jumlah Desa

(%) Jumlah

Desa (%)

1 Banten 10 2,31 48 4,93

2 D.I. Yogyakarta 1 0,23 37 3,80

3 DKI Jakarta (*Jumlah Kelurahan) 142 32,79 204 20,94

4 Jawa Barat 50 11,55 201 20,64

5 Jawa Tengah 6 1,39 118 12,11

6 Jawa Timur 224 51,73 366 37,58

Jumlah 433 100,00 974 100,00

Sumber: Data Sistem Nasional Pemantauan Kekerasan (SNPK), Kementerian

Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Tahun 2015

Pada tahun 2013 jumlah desa dengan intervensi Polisi tertinggi

dalam upaya penanganan konflik berada di Provinsi Jawa Timur yaitu

sebanyak 224 desa (51,73%) dan jumlah terendah di Provinsi D.I.

Yogyakarta yaitu hanya 1 desa (0,23%). Pada tahun 2014 jumlah desa

dengan intervensi TNI tertinggi dalam upaya penanganan konflik berada di

Provinsi Jawa Timur yaitu sebanyak 366 desa (37,58%) dan jumlah

terendah berada di Provinsi D.I. Yogyakarta yaitu sebanyak 37 desa

(3,80%).

c. Intervensi Brimob

Perkembangan jumlah desa yang mengalami intervensi Brimob di

Wilayah Jawa selama periode tahun 2013 dan tahun 2014 mengalami

kenaikan sebesar 80,00%, yaitu sebanyak 5 desa pada tahun 2014 dan

sebanyak 9 desa pada tahun 2014 yang mengalami intervensi Brimob

dalam upaya penanganan konflik, seperti yang disajikan pada Tabel 4.24

di bawah ini.

Page 61: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

47

Tabel 4.24 Jumlah dan Persentase Desa dengan Intervensi Brimob di Wilayah Jawa Periode Tahun 2013 - 2014

No Provinsi

Intervensi Brimob (Tahun 2013)

Intervensi Brimob (Tahun 2014)

Jumlah Desa

(%) Jumlah Desa

(%)

1 Banten 0 0,00 0 0,00

2 D.I. Yogyakarta 0 0,00 3 33,33

3 DKI Jakarta (*Jumlah Kelurahan) 0 0,00 0 0,00

4 Jawa Barat 1 20,00 2 22,22

5 Jawa Tengah 0 0,00 1 11,11

6 Jawa Timur 4 80,00 3 33,33

Jumlah 5 100,00 9 100,00

Sumber: Data Sistem Nasional Pemantauan Kekerasan (SNPK), Kementerian

Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Tahun 2015

Pada tahun 2013 jumlah desa dengan intervensi Brimob tertinggi

dalam upaya penanganan konflik berada di Provinsi Jawa Timur yaitu

sebanyak 4 desa (80,00%) dan jumlah terendah di Provinsi Jawa Barat

yaitu sebanyak 2 desa (20,00%). Pada tahun 2014 jumlah desa dengan

intervensi Brimob tertinggi dalam upaya penanganan konflik berada di

Provinsi D.I Yogyakarta dan Jawa Timur yaitu masing-masing sebanyak 3

desa (33,33%) dan jumlah terendah berada di Provinsi Jawa Tengah

yaitu hanya 1 desa (11,11%).

d. Intervensi Sipil

Perkembangan jumlah desa yang mengalami intervensi sipil di

Wilayah Jawa selama periode tahun 2013 dan tahun 2014 mengalami

kenaikan sebesar 58,02%, yaitu sebanyak 131 desa pada tahun 2014

dan sebanyak 207 desa pada tahun 2014 yang mengalami intervensi sipil

dalam upaya penanganan konflik, seperti yang disajikan pada Tabel 4.25

di bawah ini.

Page 62: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

48

Tabel 4.25 Jumlah dan Persentase Desa dengan Intervensi Sipil di Wilayah Jawa Periode Tahun 2013 - 2014

No Provinsi

Intervensi Sipil (Tahun 2013)

Intervensi Sipil (Tahun 2014)

Jumlah Desa

(%) Jumlah Desa

(%)

1 Banten 2 1,53 16 7,73

2 Di Yogyakarta 6 4,58 7 3,38

3 Dki Jakarta 22 16,79 26 12,56

4 Jawa Barat 35 26,72 91 43,96

5 Jawa Tengah 8 6,11 21 10,14

6 Jawa Timur 58 44,27 46 22,22

Jumlah 131 100,00 207 100,00

Sumber: Data Sistem Nasional Pemantauan Kekerasan (SNPK), Kementerian

Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Tahun 2015

Pada tahun 2013 jumlah desa dengan intervensi sipil tertinggi

dalam upaya penanganan konflik berada di Provinsi Jawa Timur yaitu

sebanyak 58 desa (44,27%) dan jumlah terendah di Provinsi Banten yaitu

sebanyak 2 desa (1,53%). Pada tahun 2014 jumlah desa dengan

intervensi sipil tertinggi dalam upaya penanganan konflik berada di

Provinsi Jawa Barat yaitu sebanyak 91 desa (43,96%) dan jumlah

terendah berada di D.I. Yogyakarta yaitu sebanyak 7 desa (3,38%).

4.3 Daerah Pasca Konflik di Wilayah Kalimantan

4.3.1 Sebaran Daerah Pasca Konflik

Berdasarkan data dari Sistem Nasional Pemantauan kekerasan

(SNPK), jumlah kejadian konflik di Wilayah Kalimantan dalam periode 1997-

2014 sebanyak 4.964 kejadian. Dalam periode tersebut jumlah tertinggi

berada di Provinsi Kalimantan Barat yaitu sebanyak 2.980 kejadian

(60,03%), dan jumlah terendah berada di Kalimantan Utara sebanyak 56

kejadian (1,13%), seperti yang disajikan pada Tabel 4.26 dan Tabel 27 di

bawah ini.

Page 63: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

49

Tabel 4.26 Jumlah Kejadian Berdasarkan Jenis Konflik di Wilayah Kalimantan

Periode Tahun 1997-2014

No Provinsi Konflik Sumber

Daya

Konflik Tata Kelola Pemerintah

Konflik Pemilihan

dan Jabatan

Konflik Identitas

Konflik Main

Hakim Sendiri

Konflik Lainnya

Konflik Separatisme

Jumlah

1 Kalimantan Barat 522 202 93 162 1.836 164 1 2.980

2 Kalimantan Selatan 10 3 1 3 94 1 0 112

3 Kalimantan Tengah 242 68 49 192 652 69 0 1.272

4 Kalimantan Timur 60 26 4 34 403 17 0 544

5 Kalimantan Utara 5 9 2 4 32 4 0 56

Jumlah 839 308 149 395 3.017 255 1 4.964

Sumber: Data Sistem Nasional Pemantauan Kekerasan (SNPK), Kementerian Koordinator

Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Tahun 2015

Tabel 4.27 Persentase Jumlah Kejadian Berdasarkan Jenis Konflik di Wilayah

Kalimantan Periode Tahun 1997-2014

No Provinsi

Konflik Sumber

Daya (%)

Konflik Tata Kelola Pemerintah

(%)

Konflik Pemilihan

dan Jabatan

(%)

Konflik Identitas

(%)

Konflik Main

Hakim Sendiri

(%)

Konflik Lainnya

(%)

Konflik Separatisme

(%)

Jumlah (%)

1 Kalimantan Barat 62,22 65,58 62,42 41,01 60,86 64,31 100 60,03

2 Kalimantan Selatan 1,19 0,97 0,67 0,76 3,12 0,39 0,00 2,26

3 Kalimantan Tengah 28,84 22,08 32,89 48,61 21,61 27,06 0,00 25,62

4 Kalimantan Timur 7,15 8,44 2,68 8,61 13,36 6,67 0,00 10,96

5 Kalimantan Utara 0,60 2,92 1,34 1,01 1,06 1,57 0,00 1,13

Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber: Data Sistem Nasional Pemantauan Kekerasan (SNPK), Kementerian Koordinator

Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Tahun 2015

Dari tabel di atas, jumlah konflik sumber daya tertinggi di Wilayah

Kalimantan terjadi di Provinsi Kalimantan Barat yaitu sebanyak 522 kejadian

(65,58%) dan jumlah kejadian terendah terjadi di Kalimantan Utara yaitu

sebanyak 5 kejadian (0,60%).

Jumlah konflik tata kelola pemerintah tertinggi di Wilayah Kalimantan

terjadi di Provinsi Kalimantan Barat yaitu sebanyak 202 kejadian (65,58%)

dan jumlah kejadian terendah berada di Provinsi Kalimantan Selatan yaitu

sebanyak 3 kejadian (0,97%).

Page 64: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

50

Jumlah konflik pemilihan dan jabatan tertinggi di Wilayah Kalimantan

terjadi di Provinsi Kalimantan Barat yaitu sebanyak 93 kejadian (62,42%)

dan jumlah kejadian terendah terjadi di Provinsi Kalimantan Selatan yaitu 1

kejadian (0,67%).

Jumlah konflik identitas tertinggi di Wilayah Kalimantan terjadi di

Provinsi Kalimantan Tengah yaitu sebanyak 192 kejadian (48,61%) dan

jumlah kejadian terendah terjadi di Provinsi Kalimantan Selatan yaitu

sebanyak 3 kejadian (0,76%).

Jumlah konflik main hakim sendiri tertinggi di Wilayah Kalimantan

terjadi di Provinsi Kalimantan Barat yaitu sebanyak 1.836 kejadian (60,86%)

dan jumlah kejadian terendah terjadi di Provinsi Kalimantan Utara yatiu

sebanyak 32 kejadian (1,06%).

Jumlah kejadian konflik lainnya tertinggi di Wilayah Kalimantan terjadi

di Provinsi Kalimantan Barat yaitu sebanyak 164 kejadian (64,31%) dan

jumlah kejadian terendah terjadi di Provinsi Kalimantan Selatan yaitu hanya

1 kejadian (0,39%). Jumlah konflik separatisme yang terjadi fi Wilayah

Kalimantan hanya terjadi di Provinsi Kalimantan Barat yaitu sebanyak 1

kejadian (100%).

Berikut ini merupakan Gambar 4.4 yang menunjukkan sebaran

kejadian konflik di Wilayah Kalimantan berdasarkan klasifikasi jumlah konflik

yang terjadi pada periode Tahun 1997-2014.

Page 65: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

51

Gambar 4.4 Peta Sebaran Konflik di Wilayah Kalimantan Periode Tahun 1997 - 2014

.

Page 66: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

52

Daerah tertinggal dalam sebaran daerah konflik di Wilayah

Kalimantan berdasarkan data dari SNPK ada 11(sebelas) kabupaten

tersebar di 4(empat) provinsi, yaitu 8(delapan) kabupaten di Provinsi

Kalimantan Barat, 1(satu) kabupaten di Provinsi Selatan, 1(satu) kabupaten

di Provinsi Kalimantan Tengah, dan 1(satu) kabupaten di Provinsi

Kalimantan Utara ,seperti pada Tabel 4.28 berikut

Tabel 4.28 Sebaran Jenis Konflik di Daerah Tertinggal Wilayah Kalimantan

Periode Tahun 1997-2014

Provinsi Kabupaten Konflik Sumber

Daya

Konflik Tata Kelola

Pemerintah

Konflik Pemilihan

dan Jabatan

Konflik Identitas

Konflik Main

Hakim Sendiri

Konflik Lainnya

Konflik Separatisme

Kalimantan Barat Bengkayang 5 6 4 8 10 0 0

Kapuas Hulu 7 11 5 1 10 5 0

Kayong Utara 4 4 3 2 2 0 0

Ketapang 24 11 4 0 22 2 0

Landak 12 11 8 4 18 1 0

Sambas 29 15 4 37 48 7 0

Sintang 14 15 4 3 34 2 0

Melawi 5 2 0 0 8 0 0

Kalimantan Selatan Hulu Sungai Utara 0 0 0 0 1 0 0

Kalimantan Tengah Seruyan 9 2 3 2 13 3 0

Kalimantan Utara Nunukan 3 2 1 0 6 1 0

Sumber: Data Sistem Nasional Pemantauan Kekerasan (SNPK), Kementerian Koordinator

Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Tahun 2015

4.3.2 Dampak Konflik

a. Dampak Konflik Korban Tewas

Perkembangan dampak konflik dengan korban tewas di Wilayah

Kalimantan mengalami kenaikan sebesar 1.157,14%, yaitu sebanyak 14 jiwa

pada tahun 2013 dan sebanyak 176 jiwa pada tahun 2014 korban yang

tewas akibat konflik. Data secara rinci dampak konflik korban tewas di

Wilayah Kalimantan pada tahun 2013 dan 2014 dapat dilihat dari Tabel 4.29

di bawah ini.

Page 67: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

53

Tabel 4.29 Jumlah dan Persentase Dampak Konflik Korban Tewas di Wilayah

Kalimantan Tahun 2013 - 2014

No Provinsi

Tahun 2013 Tahun 2014

Korban Tewas

(%) Korban Tewas

(%)

1 Kalimantan Barat 1 7,14 6 3,41

2 Kalimantan Tengah 4 28,57 2 1,14

3 Kalimantan Selatan 1 7,14 13 7,39

4 Kalimantan Timur 7 50 154 87,5

5 Kalimantan Utara 1 7,14 1 0,57

Jumlah 14 100,00 176 100,00

Sumber: Data Sistem Nasional Pemantauan Kekerasan (SNPK), Kementerian

Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Tahun 2015

Dampak konflik korban tewas tahun 2013 tertinggi berada di Provinsi

Kalimantan Tengah sebanyak 4 jiwa (28,57%) dan jumlah terendah berada

di 3(tiga) Provinsi yaitu Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan

Utara yaitu masing-masing sebanyak 1 jiwa (7,14%). Dampak konflik korban

tewas tahun 2014 tertinggi berada di Provinsi Kalimantan Timur yaitu

sebanyak 154 jiwa (87,50%) dan jumlah terendah berada di Provinsi

Kalimantan Utara yaitu hanya 1 jiwa (0,57%).

b. Dampak Konflik Korban Cedera

Perkembangan dampak konflik dengan korban cedera di Wilayah

Kalimantan mengalami kenaikan sebesar 6,57%, yaitu sebanyak 639 jiwa

pada tahun 2013 dan sebanyak 681 jiwa pada tahun 2014 korban yang

cedera akibat konflik. Data secara rinci dampak konflik korban cedera di

Wilayah Kalimantan pada tahun 2013 dan 2014 dapat dilihat dari Tabel 4.30

di bawah ini.

Page 68: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

54

Tabel 4.30 Jumlah dan Persentase Dampak Konflik Korban Cedera di Wilayah

Kalimantan Periode Tahun 2013 - 2014

No Provinsi

Tahun 2013 Tahun 2014

Korban Cedera

Persentase (%)

Korban Cedera

Persentase (%)

1 Kalimantan Barat 73 11,42 99 14,54

2 Kalimantan Tengah 91 14,24 157 23,05

3 Kalimantan Selatan 4 0,63 104 15,27

4 Kalimantan Timur 454 71,05 305 44,79

5 Kalimantan Utara 17 2,66 16 2,35

Jumlah 639 100,00 681 100,00

Sumber: Data Sistem Nasional Pemantauan Kekerasan (SNPK), Kementerian

Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Tahun 2015

Dampak konflik korban cedera tahun 2013 tertinggi berada di

Provinsi Kalimantan Timur yaitu sebanyak 454 jiwa (71,05%) dan jumlah

terendah berada di Provinsi Kalimantan Selatan yaitu sebanyak 4 jiwa

(0,63%). Dampak konflik korban cedera tahun 2014 tertinggi berada di

Provinsi Kalimantan Timur yaitu sebanyak 305 jiwa (44,79%) dan jumlah

terendah berada di Provinsi Kalimantan Utara yaitu sebayak 16 jiwa

(2,35%).

c. Dampak Konflik Korban Penculikan dan Perkosaan

Pada tahun 2013 tidak terdapat korban baik korban penculikan

maupun korban perkosaan. Korban perkosaan di Wilayah Kalimantan hanya

terjadi pada tahun 2014 yaitu sebanyak 6 jiwa. Korban perkosaan yang

terjadi di Provinsi Kalimantan Timur yaitu sebanyak 5 jiwa (83,33%) dan di

Provinsi Kalimantan Selatan yaitu hanya 1 jiwa (16,67%), seperti yang

disajikan pada Tabel 4.31 di bawah ini

Page 69: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

55

Tabel 4.31 Jumlah dan Persentase Dampak Konflik Korban Penculikan dan Perkosaan di Wilayah Kalimantan Periode Tahun 2013 - 2014

No Provinsi

Tahun 2013 Tahun 2013

Korban Penculikan

(%) Tahun 2014

(%) Korban

Perkosaan (%)

Tahun 2014

(%)

1 Kalimantan Barat 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0

2 kalimantan Tengah 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0

3 Kalimantan Selatan 0 0,00 0 0,00 0 0,00 1 16,67

4 Kalimantan Timur 0 0,00 0 0,00 0 0,00 5 83,33

5 Kalimantan Utara 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0

Jumlah 0 0 0 0 0 0 6 100,00

Sumber: Data Sistem Nasional Pemantauan Kekerasan (SNPK), Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Tahun 2015

d. Dampak Konflik Bangunan Rusak

Perkembangan jumlah dan persentase bangunan rusak akibat konflik

yang terjadi di Wilayah Kalimantan mengalami penurunan sebesar 30,16%,

yaitu sebanyak 63 unit pada tahun 2013 dan sebanyak 44 unit pada tahun

2014 bangunan yang rusak akibat konflik. Data secara rinci dampak konflik

bangunan rusak di Wilayah Kalimantan pada tahun 2013 dan 2014 dapat

dilihat dari Tabel 4.32 di bawah ini.

Tabel 4.32 Jumlah dan Persentase Dampak Konflik Bangunan Rusak di Wilayah Kalimantan Periode Tahun 2013 - 2014

No Provinsi

Tahun 2013 Tahun 2014

Bangunan Rusak

(%) Bangunan

Rusak (%)

1 Kalimantan Barat 18 28,57 10 22,73

2 Kalimantan Tengah 15 23,81 7 15,91

3 Kalimantan Selatan 0 0,00 9 20,45

4 Kalimantan Timur 20 31,75 16 36,36

5 Kalimantan Utara 10 15,87 2 4,55

Jumlah 63 100,00 44 100,00

Sumber: Data Sistem Nasional Pemantauan Kekerasan (SNPK), Kementerian

Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Tahun 2015

Dampak konflik bangunan rusak tahun 2013 tertinggi berada di

Provinsi Kalimantan Timur yaitu sebanyak 20 unit (31,75%) dan jumlah

terendah berada di Provinsi Kalimantan Utara yaitu sebanyak 10 unit

(15,87%). Dampak konflik bangunan rusak tahun 2014 tertinggi berada di

Page 70: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

56

Provinsi Kalimantan Timur yaitu sebanyak 16 unit (36,36%) dan jumlah

terendah berada di Provinsi Kalimantan Utara yaitu sebayak w unit (4,55%).

4.3.3 Upaya Penanganan Konflik

Perkembangan jumlah desa yang mengalami intervensi dalam upaya

penanganan daerah konflik secara keseluruhan di Wilayah Kalimantan

mengalami kenaikan sebesar 132,26% ,yaitu sebanyak 124 desa pada

tahun 2013 dan sebanyak 288 desa pada tahun 2014 mengalami intervensi

penaganan konflik baik oleh TNI, Polisi, Brimob, ataupun sipil, seperti yang

disajikan pada Tabel 4.33 di bawah ini.

Tabel 4.33 Jumlah Desa dengan Intevensi Upaya Penanganan Konflik di Wilayah Kalimantan Periode Tahun 2013 dan 2014

No Provinsi

Jumlah Desa yang Mengalami Intervensi Upaya Penanganan Konflik

Tahun 2013 (%) Tahun 2014 (%)

1 Kalimantan Barat 24 19,35 33 11,46

2 Kalimantan Tengah 34 27,42 49 17,01

3 Kalimantan Selatan 1 0,81 34 11,81

4 Kalimantan Timur 57 45,97 164 56,94

5 Kalimantan Utara 8 6,45 8 2,78

Jumlah 124 100,00 288 100,00

Sumber: Data Sistem Nasional Pemantauan Kekerasan (SNPK), Kementerian

Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Tahun

2015.

Pada tahun 2013 jumlah desa yang mengalami intervensi upaya

penanganan konflik tertinggi berada di Provinsi Kalimantan Timur, yaitu

sebanyak 57 desa (45,97%) dan jumlah terendah di Provinsi Kalimantan

Selatan yaitu 1 desa (0,81%). Pada tahun 2014 jumlah desa yang

mengalami intervensi upaya penanganan konflik tertinggi berada di Provinsi

Kalimantan Timur yaitu sebanyak 164 desa (43,60%) dan jumlah terendah di

Provinsi Kalimantan Utara yaitu sebanyak 8 desa (2,78%).

a. Intervensi Tentara Nasional Indonesia (TNI)

Perkembangan jumlah desa yang mengalami intervensi TNI di

Wilayah Kalimantan selama periode tahun 2013 dan tahun 2014 mengalami

Page 71: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

57

kenaikan sebesar 522,22%, yaitu sebanyak 9 desa pada tahun 2014 dan

sebanyak 56 desa pada tahun 2014 yang mengalami intervensi TNI dalam

upaya penanganan konflik, seperti yang disajikan pada Tabel 4.34 di bawah

ini

Tabel 4.34 Jumlah dan Persentase Desa dengan Intervensi TNI di Wilayah Kalimantan Periode Tahun 2013 - 2014

No Provinsi

Intervensi TNI (Tahun 2013)

Intervensi TNI (Tahun 2014)

Jumlah Desa

(%) Jumlah Desa

(%)

1 Kalimantan Barat 1 11,11 0 0

2 Kalimantan Tengah 0 0 1 1,79

3 Kalimantan Selatan 0 0 1 1,79

4 Kalimantan Timur 8 88,89 52 92,86

5 Kalimantan Utara 0 0 2 3,57

Jumlah 9 100,00 56 100,00

Sumber: Data Sistem Nasional Pemantauan Kekerasan (SNPK), Kementerian

Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Tahun 2015

Pada tahun 2013 jumlah desa yang mengalami intervensi TNI

tertinggi dalam upaya penanganan konflik berada di Provinsi Kalimantan

Timur yaitu sebanyak 8 desa (88,89%) dan jumlah terendah di Provinsi

Kalimantan Barat yaitu hanya 1 desa (5,26%). Pada tahun 2014 jumlah desa

yang mengalami intervensi TNI tertinggi dalam upaya penanganan konflik

berada di Provinsi Kalimantan Timur yaitu sebanyak 52 desa (92,86%) dan

jumlah terendah berada di Provinsi Kalimantan Tengah dan Kalimantan

Selatan yaitu masing-masing 1 desa (1,79%).

b. Intervensi Polisi

Perkembangan jumlah desa yang mengalami intervensi Polisi di

Wilayah Sumatera selama periode tahun 2013 dan tahun 2014 mengalami

penurunan sebesar 0,98%, yaitu sebanyak 205 desa pada tahun 2014 dan

sebanyak 203 desa pada tahun 2014 yang mengalami intervensi Polisi

dalam upaya penanganan konflik, seperti yang disajikan pada Tabel 4.35 di

bawah ini.

Page 72: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

58

Tabel 4.35 Jumlah dan Persentase Desa dengan Intervensi Polisi di Wilayah Kalimantan Periode Tahun 2013 - 2014

No Provinsi

Intervensi Polisi (Tahun 2013)

Intervensi Polisi (Tahun 2014)

Jumlah Desa

(%) Jumlah Desa

(%)

1 Kalimantan Barat 18 8,78 26 12,81

2 Kalimantan Tengah 23 11,22 32 15,76

3 Kalimantan selatan 1 0,49 28 13,79

4 Kalimantan Timur 159 77,56 114 56,16

5 Kalimantan Utara 4 1,95 3 1,48

Jumlah 205 100,00 203 100,00

Sumber: Data Sistem Nasional Pemantauan Kekerasan (SNPK), Kementerian

Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Tahun 2015

Pada tahun 2013 jumlah desa yang mengalami intervensi Polisi

tertinggi dalam upaya penanganan konflik terjadi di Provinsi Kalimantan

Timur yaitu sebanyak 159 desa (77,56%) dan jumlah terendah terjadi di

Provinsi Kalimantan Selatan yaitu hanya 1 desa (0,49%). Pada tahun 2014

jumlah desa yang mengalami intervensi Polisi tertinggi dalam upaya

penanganan konflik terjadi di Provinsi Kalimantan Timur yaitu sebanyak 114

desa (56,16%) dan jumlah terendah terjadi di Provinsi Kalimantan Utara

yaitu sebanyak 3 desa (1,48%).

c. Intervensi Brimob

Perkembangan jumlah desa yang mengalami intervensi Brimob di

Wilayah Kalimamtan selama periode tahun 2013 dan tahun 2014 mengalami

kenaikan sebesar 1.400%, yaitu hanya 1 desa pada tahun 2014 dan

sebanyak 15 desa pada tahun 2014 yang mengalami intervensi Brimob

dalam upaya penanganan konflik, seperti yang disajikan pada Tabel 4.36 di

bawah ini.

Page 73: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

59

Tabel 4.36 Jumlah dan Persentase Desa dengan Intervensi Brimob di Wilayah Kalimantan Periode Tahun 2013 - 2014

No Provinsi

Intervensi Brimob (Tahun 2013)

Intervensi Brimob (Tahun 2014)

Jumlah Desa

(%) Jumlah Desa

(%)

1 Kalimantan Barat 0 0 0 0

2 Kalimantan Tengah 0 0 1 6,67

3 Kalimantan Selatan 0 0 0 0

4 Kalimantan Timur 1 100 12 80

5 Kalimantan Utara 0 0 2 13,33

Jumlah 1 100,00 15 100,00

Sumber: Data Sistem Nasional Pemantauan Kekerasan (SNPK), Kementerian

Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Tahun 2015

Pada tahun 2013 hanya di Provinsi Kalimantan Timur yang

mengalami intervensi Brimob dalam upaya penanganan konflik yaitu hanya 1

desa (100%). Pada tahun 2014 jumlah desa yang mengalami intervensi

Brimob tertinggi dalam upaya penanganan konflik terjadi di Provinsi

Kalimantan Timur yaitu sebanyak 12 desa (80%) dan jumlah terendah

berada di Provinsi Kalimantan Tengah yaitu hanya 1 desa (6,67%).

d. Intervensi Sipil

Perkembangan jumlah desa yang mengalami intervensi sipil di

Wilayah Kalimantan selama periode tahun 2013 dan tahun 2014 mengalami

penurunan sebesar 4,11%, yaitu sebanyak 73 desa pada tahun 2014 dan

sebanyak 70 desa pada tahun 2014 yang mengalami intervensi sipil dalam

upaya penanganan konflik, seperti disajikan pada Tabel 4.37 di bawah ini

Page 74: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

60

Tabel 4.37 Jumlah dan Persentase Desa dengan Intervensi Sipil di Wilayah Kalimantan Periode Tahun 2013 - 2014

No Provinsi

Intervensi Sipil (Tahun 2013)

Intervensi Sipil (Tahun 2014)

Jumlah Desa (%) Jumlah Desa (%)

1 Kalimantan Barat 5 6,85 7 10,00

2 Kalimantan Tengah 11 15,07 15 21,43

3 Kalimantan Selatan 0 0,00 5 7,14

4 Kalimantan Timur 53 72,60 42 60,00

5 Kalimantan Utara 4 5,48 1 1,43

Jumlah 73 100,00 70 100,00

Sumber: Data Sistem Nasional Pemantauan Kekerasan (SNPK), Kementerian

Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Tahun 2015

Pada tahun 2013 jumlah desa yang mengalami intervensi sipilI

tertinggi dalam upaya penanganan konflik terjadi Kalimantan Timur yaitu

sebanyak 53 desa (72,60%) dan jumlah terendah terjadi di Provinsi

Kalimantan Utara yaitu sebanyak 4 desa (5,48%). Pada tahun 2014 jumlah

desa yang mengalami intervensi sipil tertinggi dalam upaya penanganan

konflik terjadi di Provinsi Kalimantan Timur yaitu sebanyak 42 desa (60%)

dan jumlah terendah terjadi di Provinsi Kalimantan Utara yaitu hanya 1 desa

(1,43%).

4.4 Daerah Pasca Konflik di Wilayah Sulawesi

4.4.1 Sebaran Daerah Pasca Konflik

Berdasarkan data dari Sistem Nasional Pemantauan kekerasan

(SNPK), jumlah kejadian konflik di Wilayah Sulawesi dalam periode 1997-

2014 sebanyak 7.267 kejadian. Dalam periode tersebut jumlah tertinggi

berada di Provinsi Sulawesi Selatan yaitu sebanyak 3.204 kejadian

(44,09%), dan jumlah terendah berada di Provinsi Sulawesi Barat sebanyak

15 kejadian (0,21%), seperti disajikan pada Tabel 4.38 dan Tabel 4.39 di

bawah ini.

Page 75: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

61

Tabel 4.38 Jumlah Kejadian Berdasarkan Jenis Konflik di Wilayah Sulawesi

Periode Tahun 1997-2014

No Provinsi Konflik sumber

daya

Konflik tata kelola

Pemerintah

Konflik pemilihan

dan jabatan

Konflik Identitas

Konflik main hakim sendiri

Konflik lainnya

Konflik Separatisme

Jumlah

1 Gorontalo 11 4 4 5 10 3 0 37

2 Sulawesi Barat 1 5 5 0 4 0 0 15

3 Sulawesi Selatan

377 318 320 645 1.191 353 0 3.204

4 Sulawesi Tengah

212 249 141 574 513 212 0 1.901

5 Sulawesi Tenggara

17 24 8 21 30 9 0 109

6 Sulawesi Utara 306 111 157 274 745 408 0 2.001

Jumlah 924 711 635 1.519 2.493 985 0 7.267

Sumber: Data Sistem Nasional Pemantauan Kekerasan (SNPK), Kementerian

Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Tahun 2015

Tabel 4.39 Persentase Jumlah Kejadian Berdasarkan Jenis Konflik di Wilayah

Sulawesi Periode Tahun 1997-2014

No Provinsi Konflik sumber

daya

Konflik tata kelola

Pemerintah

Konflik pemilihan

dan jabatan

Konflik Identitas

Konflik main hakim sendiri

Konflik lainnya

Konflik Separatisme

Jumlah

1 Gorontalo 1,19 0,56 0,63 0,33 0,40 0,30 0,00 0,51

2 Sulawesi Barat 0,11 0,70 0,79 0,00 0,16 0,00 0,00 0,21

3 Sulawesi Selatan

40,80 44,73 50,39 42,46 47,77 35,84 0,00 44,09

4 Sulawesi Tengah

22,94 35,02 22,20 37,79 20,58 21,52 0,00 26,16

5 Sulawesi Tenggara

1,84 3,38 1,26 1,38 1,20 0,91 0,00 1,50

6 Sulawesi Utara 33,12 15,61 24,72 18,04 29,88 41,42 0,00 27,54

Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 0,00 100,00

Sumber: Data Sistem Nasional Pemantauan Kekerasan (SNPK), Kementerian

Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Tahun 2015

Dari tabel di atas, jumlah konflik sumber daya tertinggi di Wilayah

Sulawesi terjadi di Provinsi Sulawesi Selatan yaitu sebanyak 377 kejadian

(40,80%) dan jumlah kejadian terendah terjadi di Provinsi Sulawesi Barat

yaitu hanya 1 kejadian (0,11%).

Jumlah konflik tata kelola pemerintah tertinggi di Wilayah Sulawesi

terjadi di Provinsi Sulawesi Selatan yaitu sebanyak 318 kejadian (44,73%)

Page 76: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

62

dan jumlah kejadian terendah berada di Provinsi Sulawesi Barat yaitu

sebanyak 5 kejadian (0,70%).

Jumlah konflik pemilihan dan jabatan tertinggi di Wilayah Sulawesi

terjadi di Provinsi Sulawesi Selatan yaitu sebanyak 320 kejadian (50,39%)

dan jumlah kejadian terendah terjadi di Provinsi Gorontalo yaitu sebanyak 4

kejadian (0,63%).

Jumlah konflik identitas tertinggi di Wilayah Sulawesi terjadi di

Provinsi Sulawesi Selatan, yaitu sebanyak 645 kejadian (42,46%) dan

jumlah kejadian terendah terjadi di Provinsi Gorontalo yaitu sebanyak 5

kejadian (0,33%).

Jumlah konflik main hakim sendiri tertinggi di Wilayah Sulawesi

terjadi di Provinsi Sulawesi Selatan yaitu sebanyak 1.191 kejadian (47,77%)

dan jumlah kejadian terendah terjadi di Provinsi Sulawesi Barat yatiu

sebanyak 4 kejadian (0,16%).

Jumlah kejadian konflik lainnya tertinggi di Wilayah Sulawesi terjadi

di Provinsi Sulawesi Utara, yaitu sebanyak 408 kejadian (41,42%) dan

jumlah kejadian terendah terjadi di Provinsi Gorontalo yaitu sebanyak 3

kejadian (0,30%).

Berikut ini merupakan Gambar 4.5 yang menunjukkan sebaran

kejadian konflik di Wilayah Sulawesi berdasarkan klasfikasi jumlah konflik

yang terjadi pada periode Tahun 1997-2014

Page 77: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

63

Gambar 4.5 Peta Sebaran Konflik di Wilayah Sulawesi Periode Tahun 1997 - 2014

Page 78: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

64

Daerah tertinggal dalam sebaran daerah konflik di Wilayah Sulawesi

berdasarkan data dari SNPK ada 11 Kabupaten tersebar di di 5 (lima)

provinsi, yaitu 3 (tiga) kabupaten di Provinsi Gorontalo, 1 (satu) kabupaten di

Provinsi Sulawesi Barat, 1(satu) kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan, 7

(tujuh) kabupaten di Provinsi Sulawesi Tengah dan 2 (dua) kabupaten di

Provinsi Sulawesi Tenggara, seperti pada Tabel 4.40 berikut.

Tabel 4.40 Sebaran Jenis Konflik di Daerah Tertinggal Wilayah Sulawesi Periode

Tahun 1997-2014

Provinsi Kabupaten Konflik Sumber

Daya

Konflik Tata Kelola

Pemerintah

Konflik Pemilihan

dan Jabatan

Konflik Identitas

Konflik Main

Hakim Sendiri

Konflik Lainnya

Konflik Separatisme

Gorontalo Boalemo 4 0 0 0 1 0 0

Pohuwato 1 0 0 0 0 1 0

Gorontalo Utara 1 0 0 0 0 0 0

Sulawesi Barat Polewali Mandar 0 1 0 0 1 0 0

Sulawesi Selatan Jeneponto 9 7 16 0 18 4 0

Sulawesi Tengah Donggala 24 15 12 11 25 6 0

Parigi Moutong 14 22 10 22 34 7 0

Sigi 25 13 7 49 56 14 0

Tojo Una-una 5 8 5 10 2 4 0

Toli-toli 5 15 23 3 10 2 0

Banggai Kepulauan 1 16 2 1 6 2 0

Buol 5 16 8 8 10 2 0

Sulawesi Tenggara Bombana 5 1 0 0 0 2 0

Konawe 1 2 0 0 0 1 0

Sumber: Data Sistem Nasional Pemantauan Kekerasan (SNPK), Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Tahun 2015

4.4.2 Dampak Konflik

a. Dampak Konflik Korban Tewas

Perkembangan dampak konflik korban tewas di Wilayah Sulawesi

mengalami kenaikan sebesar 25,35%, yaitu sebanyak 71 jiwa pada tahun

2013 dan sebanyak 89 jiwa pada tahun 2014 korban yang tewas akibat

konflik. Data secara rinci dampak konflik korban tewas di Wilayah Sumatera

pada tahun 2013 dan 2014 dapat dilihat dari Tabel 4.41 di bawah ini.

Page 79: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

65

Tabel 4.41 Jumlah dan Persentase Dampak Konflik Korban Tewas di Wilayah

Sulawesi Tahun 2013 - 2014

No Provinsi

2013 2014

Korban Tewas

(%) Korban Tewas

(%)

1 Sulawesi Utara 16 22,54 20 22,47

2 Sulawesi Tengah 9 12,68 14 15,73

3 Sulawesi Selatan 44 61,97 45 50,56

4 Sulawesi Tenggara 2 2,82 7 7,87

5 Gorontalo 0 0,00 2 2,25

6 Sulawesi Barat 0 0,00 1 1,12

Jumlah 71 100,00 89 100,00

Sumber: Data Sistem Nasional Pemantauan Kekerasan (SNPK), Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Tahun 2015

Dampak konflik korban tewas tahun 2013 tertinggi berada di Provinsi

Sulawesi Selatan yaitu sebanyak 44 jiwa (61,97%) dan jumlah terendah

berada di Provinsi Sulawesi Tenggara yaitu sebanyak 2 jiwa (2,82%).

Dampak konflik korban tewas tahun 2014 tertinggi berada di Provinsi

Sulawesi Selatan yaiu sebanyak 45 jiwa (50,56%) dan jumlah terendah

berada di Provinsi Sulawesi Barat yaitu hanya 1 jiwa (1,12%).

b. Dampak Konflik Korban Cedera

Perkembangan dampak konflik korban cedera di Wilayah Sulawesi

mengalami kenaikan sebesar 3%, yaitu sebanyak 1.068 jiwa pada tahun

2013 dan sebanyak 1100 jiwa pada tahun 2014 korban yang tewas akibat

konflik. Data secara rinci dampak konflik korban tewas di Wilayah Sulawesi

pada tahun 2013 dan 2014 dapat dilihat dari Tabel 4.42 di bawah ini.

Page 80: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

66

Tabel 4.42 Jumlah dan Persentase Dampak Konflik Korban Cedera di Wilayah

Sulawesi Tahun 2013 - 2014

No Provinsi

Tahun 2013 Tahun 2014

Korban Cedera

(%) Korban Cedera

(%)

1 Sulawesi Utara 275 25,75 383 34,82

2 Sulawesi Tengah 155 14,51 79 7,18

3 Sulawesi Selatan 618 57,87 484 44,00

4 Sulawesi Tenggara 20 1,87 116 10,55

5 Gorontalo 0 0,00 26 2,36

6 Sulawesi Barat 0 0,00 12 1,09

Jumlah 1.068 100,00 1100 100,00

Sumber: Data Sistem Nasional Pemantauan Kekerasan (SNPK), Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Tahun 2015

Dampak konflik korban cedera tahun 2013 tertinggi berada di

Provinsi Sulawesi Selatan yaitu sebanyak 618 jiwa (57,87%) dan jumlah

terendah berada di Provinsi Sulawesi Tenggara yaitu sebanyak 20 jiwa

(20%). Dampak konflik korban cedera tahun 2014 tertinggi berada di

Provinsi Sulawesi Selatan yaiu sebanyak 484 jiwa (44,00%) dan jumlah

terendah berada di Provinsi Sulawesi Barat yaitu sebanyak 12 jiwa (1,09%).

c. Dampak Konflik Korban Penculikan dan Perkosaan

Perkembangan dampak konflik korban penculikan di Wilayah

Sulawesi tidak dapat terdefinisikan dengan angka, karena pada tahun 2013

tidak terdapat korban penculikan sedangkan pada tahun 2014 sebanyak 4

jiwa korban penculikan. Sementara dampak korban perkosaan menurut data

SNPK tidak ada korban di periode tahun 2013-2014. Data secara rinci

dampak konflik korban penculikan dan perkosaan di Wilayah Sulawesi pada

tahun 2013 dan 2014 dapat dilihat dari Tabel 4.43 di bawah ini.

Page 81: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

67

Tabel 4.43 Jumlah dan Persentase Dampak Konflik Korban Penculikan dan

Perkosaan di Wilayah Sulawesi Tahun 2013 - 2014

No Provinsi

2013 2014 2013 2014

Penculikan (%) Penculikan (%) Perkosaan (%) Perkosaan (%)

1 Sulawesi Utara 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00

2 Sulawesi Tengah

0 0,00 4 100 0 0,00 0 0,00

3 Sulawesi Selatan

0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00

4 Sulawesi Tenggara

0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00

5 Gorontalo 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00

6 Sulawesi Barat 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00

Jumlah 0 0,00 4 100,00 0 0,00 0 0,00

Sumber: Data Sistem Nasional Pemantauan Kekerasan (SNPK), Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Tahun 2015

Dampak konflik korban penculikan dan perkosaan hanya terdapat

korban penculikan pada tahun 2014 yang terjadi di Provinsi Sulawesi

Tengah yaitu sebanyak 4 jiwa (100%).

d. Dampak Konflik Bangunan Rusak

Perkembangan dampak konflik bangunan rusak di Wilayah Sulawesi

mengalami kenaikan sebesar 20,11%, yaitu sebanyak 348 unit pada tahun

2013 dan sebanyak 278 unit pada tahun 2014 bangunan rusak akibat konflik.

Data secara rinci dampak bangunan rusak di Wilayah Sulawesi pada tahun

2013 dan 2014 dapat dilihat dari Tabel 4.44 di bawah ini.

Tabel 4.44 Jumlah dan Persentase Dampak Konflik Bangunan Rusak di

Wilayah Sulawesi Tahun 2013 - 2014

No Provinsi

Tahun 2013 Tahun 2014

Bangunan Rusak

(%) Bangunan

Rusak (%)

1 Sulawesi Utara 87 25,00 93 33,45

2 Sulawesi Tengah 81 23,28 51 18,35

3 Sulawesi Selatan 179 51,44 108 38,85

4 Sulawesi Tenggara 0 0,00 24 8,63

5 Gorontalo 1 0,29 2 0,72

6 Sulawesi Barat 0 0,00 0 0,00

Jumlah 348 100,00 278 100,00

Sumber: Data Sistem Nasional Pemantauan Kekerasan (SNPK), Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Tahun 2015

Page 82: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

68

Dampak konflik bangunan rusak tahun 2013 tertinggi berada di

Provinsi Sulawesi Selatan yaitu sebanyak 179 unit (51,44%) dan jumlah

terendah berada di Provinsi Gorontalo yaitu hanya 1 unit (0,29%). Dampak

konflik bangunan rusak tahun 2014 tertinggi berada di Provinsi Sulawesi

Selatan yaiu sebanyak 108 unit (38,85%) dan jumlah terendah berada di

Provinsi Gorontalo yaitu sebanyak 2 unit (0,72%).

4.4.3 Upaya Penanganan Konflik

Perkembangan jumlah desa yang mengalami intervensi dalam upaya

penanganan daerah konflik secara keseluruhan di Wilayah Sulawesi

mengalami penurunan sebesar 12,54% ,yaitu sebanyak 311 desa pada

tahun 2013 dan sebanyak 272 desa pada tahun 2014 mengalami intervensi

penaganan konflik baik oleh TNI, Polisi, Brimob, ataupun sipil, seperti yang

disajikan pada Tabel 4.45 di bawah ini.

Tabel 4.45 Jumlah Desa dengan Intevensi Upaya Penanganan Konflik di

Wilayah Sulawesi Periode Tahun 2013 dan 2014

No Provinsi

Jumlah Desa yang Mengalami Intervensi Upaya Penananganan Konflik

Tahun 2013 (%) Tahun 2014 (%)

1 Sulawesi Utara 67 21,54 115 42,28

2 Sulawesi Tengah 65 20,90 49 18,01

3 Sulawesi Selatan 177 56,91 67 24,63

4 Sulawesi Tenggara 2 0,64 25 9,19

5 Gorontalo 0 0,00 14 5,15

6 Sulawesi Barat 0 0,00 2 0,74

Jumlah 311 100,00 272 100,00

Sumber: Data Sistem Nasional Pemantauan Kekerasan (SNPK), Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Tahun 2015

Pada tahun 2013 jumlah desa dengan intervensi upaya penanganan

konflik tertinggi berada di Provinsi Sulawesi Selatan, yaitu sebanyak 177

desa (56,91%) dan jumlah terendah di Provinsi Sulawesi Tenggara yaitu

sebanyak 2 desa (0,64%). Pada tahun 2014 jumlah desa dengan yang

mengalami intervensi upaya penanganan konflik tertinggi berada di Provinsi

Page 83: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

69

Sumatera Utara yaitu sebanyak 115 desa (42,28%) dan jumlah terendah di

Provinsi Sulawesi Barat yaitu sebanyak 2 desa (0,74%).

a. Intervensi Tentara Nasional Indonesia (TNI)

Perkembangan jumlah desa yang mengalami intervensi TNI di

Wilayah Sulawesi selama periode tahun 2013 dan tahun 2014 mengalami

penurunan sebesar 24,24%, yaitu sebanyak 33 desa pada tahun 2014 dan

sebanyak 25 desa pada tahun 2014 yang mengalami intervensi TNI dalam

upaya penanganan konflik, seperti yang disajikan pada Tabel 4.46 di bawah

ini.

Tabel 4.46 Jumlah dan Persentase Desa dengan Intervensi TNI di Wilayah

Sulawesi Periode Tahun 2013 - 2014

No Provinsi

Intervensi TNI (Tahun 2013)

Intervensi TNI (Tahun 2014)

Jumlah Desa

(%) Jumlah Desa

(%)

1 Sulawesi Utara 3 9,09 10 40,00

2 Sulawesi Tengah 15 45,45 5 20,00

3 Sulawesi Selatan 15 45,45 7 28,00

4 Sulawesi Tenggara 0 0,00 2 8,00

5 Gorontalo 0 0,00 1 4,00

6 Sulawesi Barat 0 0,00 0 0,00

Jumlah 33 100,00 25 100,00

Sumber: Data Sistem Nasional Pemantauan Kekerasan (SNPK), Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Tahun 2015

Pada tahun 2013 jumlah desa yang mengalami intervensi TNI

tertinggi dalam upaya penanganan konflik terjadi di Provinsi Sulawesi tengah

dan Sulawesi Selatan yaitu masing-masing sebanyak 15 desa (45,45%) dan

jumlah terendah terjadi di Provinsi Sulawesi Utara yaitu sebanyak 3 desa

(9,09%). Pada tahun 2014 jumlah desa yang mengalami intervensi TNI

tertinggi dalam upaya penanganan konflik terjadi di Provinsi Sulawesi Utara

yaitu sebanyak 10 desa (40%) dan jumlah terendah berada di Provinsi

Gorotalo yaitu hanya 1 desa (4%)

Page 84: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

70

b. Intervensi Polisi

Perkembangan jumlah desa yang mengalami intervensi Polisi di

Wilayah Sulawesi selama periode tahun 2013 dan tahun 2014 mengalami

kenaikan sebesar 9,77%, yaitu sebanyak 215 desa pada tahun 2014 dan

sebanyak 194 desa pada tahun 2014 yang mengalami intervensi Polisi

dalam upaya penanganan konflik, seperti yang disajikan pada Tabel 4.47 di

bawah ini.

Tabel 4.47 Jumlah dan Persentase Desa dengan Intervensi Polisi di Wilayah

Sulawesi Periode Tahun 2013 - 2014

No Provinsi

Intervensi Polisi (Tahun 2013)

Intervensi Polisi (Tahun 2014)

Jumlah Desa

(%) Jumlah Desa

(%)

1 Sulawesi Utara 48 22,33 82 42,27

2 Sulawesi Tengah 38 17,67 34 17,53

3 Sulawesi Selatan 128 59,53 48 24,74

4 Sulawesi Tenggara 1 0,47 19 9,79

5 Gorontalo 0 0,00 9 4,64

6 Sulawesi Barat 0 0,00 2 1,03

Jumlah 215 100,00 194 100,00

Sumber: Data Sistem Nasional Pemantauan Kekerasan (SNPK), Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Tahun 2015

Pada tahun 2013 jumlah desa yang mengalami intervensi Polisi

tertinggi dalam upaya penanganan konflik terjadi di Provinsi Sulawesi

Selatan yaitu sebanyak 128 desa (59,53%) dan jumlah terendah terjadi di

Provinsi Sulawesi Tenggara yaitu hanya 1 desa (0,47%). Pada tahun 2014

jumlah desa yang mengalami intervensi Polisi tertinggi dalam upaya

penanganan konflik terjadi di Provinsi Sulawesi Utara yaitu sebanyak 82

desa (42,27%) dan jumlah terendah berada di Provinsi Sulawesi Barat yaitu

sebanyak 2 desa (1,03%).

c. Intervensi Brimob

Perkembangan jumlah desa yang mengalami intervensi Brimob di

Wilayah Sulawesi selama periode tahun 2013 dan tahun 2014 mengalami

penurunan sebesar 45,45%, yaitu sebanyak 11 desa pada tahun 2014 dan

sebanyak 6 desa pada tahun 2014 yang mengalami intervensi Brimob dalam

Page 85: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

71

upaya penanganan konflik, seperti yang disajikan pada Tabel 4.48 di bawah

ini.

Tabel 4.48 Jumlah dan Persentase Desa dengan Intervensi Brimob di Wilayah

Sulawesi Periode Tahun 2013 - 2014

No Provinsi

Intervensi Brimob (Tahun 2013)

Intervensi Brimob (Tahun 2014)

Jumlah Desa

(%) Jumlah Desa

(%)

1 Sulawesi Utara 2 18,18 2 33,33

2 Sulawesi Tengah 1 9,09 2 33,33

3 Sulawesi Selatan 8 72,73 2 33,33

4 Sulawesi Tenggara 0 0,00 0 0,00

5 Gorontalo 0 0,00 0 0,00

6 Sulawesi Barat 0 0,00 0 0,00

Jumlah 11 100,00 6 100,00

Sumber: Data Sistem Nasional Pemantauan Kekerasan (SNPK), Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Tahun 2015

Pada tahun 2013 jumlah desa yang mengalami intervensi Brimob

tertinggi dalam upaya penanganan konflik terjadi di Provinsi Sulawesi

Selatan yaitu sebanyak 8 desa (72,73%) dan jumlah terendah terjadi di

Provinsi Sulawesi Tengah yaitu hanya 1 desa (9,09%). Pada tahun 2014

intervensi Brimob dalam upaya penganganan konflik terdapat di 3 (tiga)

provinsi dengan jumlah desa yang sama yaitu masin-masing sebanyak 3

desa (33,33%) yang terjadi di Provinsi Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah,

Sulawesi Selatan.

d. Intervensi Sipil

Perkembangan jumlah desa yang mengalami intervensi sipil di Wilayah

Sulawesi selama periode tahun 2013 dan tahun 2014 mengalami penurunan

sebesar 9,62%, yaitu sebanyak 52 desa pada tahun 2014 dan sebanyak 47

desa pada tahun 2014 yang mengalami intervensi sipil dalam upaya

penanganan konflik, seperti disajikan pada Tabel 4.49 di bawah ini.

Page 86: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

72

Tabel 4.49 Jumlah dan Persentase Desa dengan Intervensi Sipil di Wilayah

Sulawesi Periode Tahun 1997 - 2014

No Provinsi

Intervensi Sipil (Tahun 2013)

Intervensi Sipil (Tahun 2014)

Jumlah Desa

(%) Jumlah Desa

(%)

1 Sulawesi Utara 14 26,92 21 44,68

2 Sulawesi Tengah 11 21,15 8 17,02

3 Sulawesi Selatan 26 50,00 10 21,28

4 Sulawesi Tenggara 1 1,92 4 8,51

5 Gorontalo 0 0,00 4 8,51

6 Sulawesi Barat 0 0,00 0 0,00

Jumlah 52 100,00 47 100,00

Sumber: Data Sistem Nasional Pemantauan Kekerasan (SNPK), Kementerian

Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Tahun 2015

Pada tahun 2013 jumlah desa yang mengalami intervensi sipil

tertinggi dalam upaya penanganan konflik terjadi di Provinsi Sulawesi

Selatan yaitu sebanyak 26 desa (50%) dan jumlah terendah terjadi di

Provinsi Sulawesi Tenggara yaitu hanya 1 desa (1,92%). Pada tahun 2014

jumlah desa yang mengalami intervensi sipil tertinggi dalam upaya

penanganan konflik terjadi di Provinsi Sulawesi Selatan yaitu sebanyak 10

desa (21,28%) dan jumlah terendah berada di Provinsi Sulawesi Tenggara

dan Gorontalo yaitu masing-masing sebanyak 4 desa (8,51%).

4.5 Daerah Pasca Konflik di Wilayah Bali dan Nusa Tenggara

4.5.1 Sebaran Daerah Pasca Konflik

Berdasarkan data dari Sistem Nasional Pemantauan kekerasan

(SNPK), jumlah kejadian konflik di Wilayah Nusa Tenggara dan Bali dalam

periode 1997-2014 sebanyak 4.648 kejadian. Dalam periode tersebut jumlah

tertinggi berada di Provinsi Nusa Tenggara Timur yaitu sebanyak 2.317

kejadian (49,85%), dan jumlah terendah berada di Provinsi Bali sebanyak

114 kejadian (2,45%), seperti disajikan pada Tabel 4.50 dan Tabel 4..51 di

bawah ini.

Page 87: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

73

Tabel 4.50 Jumlah Kejadian Berdasarkan Jenis Konflik di Wilayah Bali dan

Nusa Tenggara Periode Tahun 1997 - 2014

No Provinsi Konflik sumber

daya

Konflik tata kelola

Pemerintahan

Konflik pemilihan

dan jabatan

Konflik Identitas

Konflik main hakim sendiri

Konflik lainnya

Konflik Separatisme

Jumlah

1 Bali 8 4 11 8 63 8 0 114

2 Nusa Tenggara Barat 321 378 239 252 929 98 0 2.217

3 Nusa Tenggara Timur 621 215 138 248 792 283 20 2.317

Jumlah 962 597 388 508 1.784 389 20 4.648

Sumber: Data Sistem Nasional Pemantauan Kekerasan (SNPK), Kementerian Koordinator

Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Tahun 2015

Tabel 4.51 Persentase Sebaran Jenis Konflik di wilayah Bali dan Nusa

Tenggara Periode Tahun 1997 - 2014

No Provinsi Konflik Sumber Daya (%)

Konflik Tata Kelola

Pemerintahan (%)

Konflik Pemilihan

dan Jabatan

(%)

Konflik Identitas

(%)

Konflik Main

Hakim Sendiri (%)

Konflik Lainnya

(%)

Konflik Separatisme

(%)

Jumlah (%)

1 Bali 2,08 0,67 2,84 1,57 3,53 2,06 0,00 2,45

2 Nusa Tenggara Barat 33,37 63,32 61,60 49,61 52,07 25,19 0,00 47,70

3 Nusa Tenggara Timur 64,55 36,01 35,57 48,82 44,39 72,75 100 49,85

Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber: Data Sistem Nasional Pemantauan Kekerasan (SNPK), Kementerian Koordinator

Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Tahun 2015

Dari tabel di atas, jumlah konflik sumber daya tertinggi di Wilayah

Bali dan Nusa Tenggara terjadi di Provinsi Nusa Tenggara Timur yaitu

sebanyak 621 kejadian (64,55%) dan jumlah kejadian terendah terjadi di

Provinsi Bali yaitu sebanyak 20 kejadian (2,08%).

Jumlah konflik tata kelola pemerintah tertinggi di Wilayah Bali dan

Nusa Tenggara terjadi di Provinsi Nusa Tenggara Barat yaitu sebanyak 378

kejadian (63,32%) dan jumlah kejadian terendah berada di Provinsi Bali

yaitu sebanyak 4 kejadian (0,67%).

Jumlah konflik pemilihan dan jabatan tertinggi di Wilayah Bali dan

Nusa Tenggara terjadi di Provinsi Nusa Tenggara Barat yaitu sebanyak 239

kejadian (61,60%) dan jumlah kejadian terendah terjadi di Provinsi Bali yaitu

sebanyak 11 kejadian (2,84%).

Page 88: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

74

Jumlah konflik identitas tertinggi di Wilayah Bali dan Nusa Tenggara

terjadi di Provinsi Nusa Tenggara Barat yaitu sebanyak 252 kejadian

(49,61%) dan jumlah kejadian terendah terjadi di Provinsi Bali yaitu

sebanyak 8 kejadian (1,57%).

Jumlah konflik main hakim sendiri tertinggi di Wilayah Bali dan Nusa

Tenggara terjadi di Provinsi Nusa Tenggara Barat yaitu sebanyak 929

kejadian (52,07%) dan jumlah kejadian terendah terjadi di Provinsi Bali yatiu

sebanyak 63 kejadian (3,53%).

Jumlah kejadian separatisme di Wilayah Wilayah Bali dan Nusa

Tenggara hanya terjadi di Nusa Tenggara Timur yaitu sebanyak 20 (100%).

Jumlah kejadian konflik lainnya tertinggi di Wilayah Wilayah Bali dan Nusa

Tenggara terjadi di Provinsi Nusa Tenggara Timur, yaitu sebanyak 283

kejadian (72,75%) dan jumlah kejadian terendah terjadi di Provinsi Bali yaitu

sebanyak 8 kejadian (2,06%).

Berikut ini merupakan Gambar 4.6 yang menunjukkan sebaran

kejadian konflik di Wilayah Bali dan Nusa Tenggara berdasarkan klasfikasi

jumlah konflik yang terjadi pada periode Tahun 1997-2014

Page 89: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

75

Gambar 4. 6 Peta Sebaran Daerah Konflik di Wilayah Bali dan Nusa Tenggara periode Tahun 1997 – 2014

Page 90: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

76

Daerah tertinggal dalam sebaran daerah konflik di Wilayah Bali dan

Nusa Tenggara berdasarkan data dari SNPK ada 25 (dua puluh lima)

Kabupaten tersebar di 2 (dua) provinsi, yaitu 8 (delapan) kabupaten di

Provinsi Nusa tenggara Barat dan 17 (tujuh belas) kabupaten di Provinsi

Nusa Tenggara Timur, seperti pada Tabel 4.52 berikut

Tabel 4.52 Sebaran Jenis Konflik di Daerah Tertinggal Wilayah Bali dan Nusa

Tenggara

Provinsi Kabupaten

Konflik

Sumber

Daya

Konflik Tata

Kelola

Pemerintah

Konflik

Pemilihan

dan

Jabatan

Konflik

Identitas

Konflik

Main

Hakim

Sendiri

Konflik

Lainnya

Konflik

Separatisme

Nusa

Tenggara

Barat Dompu 24 58 34 46 49 2 0

Kab. Bima 46 50 46 63 138 14 0

Lombok Barat 28 35 17 19 64 7 0

Lombok Tengah 40 47 35 36 127 7 0

Lombok Timur 29 37 19 20 79 11 0

Lombok Utara 7 4 4 2 12 0 0

Sumbawa 72 26 16 13 160 27 0

Sumbawa Barat 22 5 6 0 15 1 0

Nusa

Tenggara

Timur Alor 12 6 4 24 38 19 0

Belu 9 11 13 21 25 10 14

Ende 29 10 4 9 23 7 0

Kab.Kupang 46 17 4 21 79 20 1

Manggarai 48 15 6 5 14 7 0

Manggarai Barat 39 3 8 0 18 1 0

Manggarai Timur 34 9 7 2 10 0 0

Nagekeo 19 1 1 1 5 1 0

Rote Ndao 13 3 4 12 19 6 0

Sumba Barat 13 1 1 5 13 4 0

Sumba Barat Daya 18 4 10 1 4 0 0

Sumba Tengah 0 0 1 0 0 2 0

Sumba Timur 5 4 9 3 14 5 0

Timor Tengah Selatan 26 10 11 4 17 8 0

Timor Tengah Utara 28 22 15 12 39 13 3

Lembata 16 11 7 2 18 3 0

Sabu Raijua 13 3 1 0 7 1 0

Sumber: Data Sistem Nasional Pemantauan Kekerasan (SNPK), Kementerian Koordinator

Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Tahun 2015

Page 91: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

77

4.5.2 Dampak Konflik

a. Dampak Konflik Korban Tewas

Perkembangan dampak konflik dengan korban tewas di Wilayah Bali

dan Nusa Tenggara mengalami penurunan sebesar 45,33%, yaitu sebanyak

41 jiwa pada tahun 2013 dan sebanyak 75 jiwa pada tahun 2014. Data

secara rinci dampak konflik korban tewas di Wilayah Bali dan Nusa

Tenggara pada tahun 2013 dan 2014 dapat dilihat dari Tabel 4.53 di bawah

ini.

Tabel 4.53 Jumlah dan Persentase Dampak Konflik Korban Tewas di Wilayah

Bali dan Nusa Tenggara Periode Tahun 2013 - 2014

No PROVINSI

2013 2014

Korban Tewas

(%) Korban Tewas

(%)

1 Bali 0 0,00 4 9,76

2 Nusa Tenggara Barat 47 62,67 22 53,66

3 Nusa Tenggara Timur 28 37,33 15 36,59

Jumlah 75 100,00 41 100,00

Sumber: Data Sistem Nasional Pemantauan Kekerasan (SNPK), Kementerian

Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Tahun 2015

Dampak konflik korban tewas tahun 2013 tertinggi berada di Provinsi

Nusa Tenggara Barat yaitu sebanyak 47 jiwa (62,67%) dan jumlah terendah

berada di Provinsi Nusa Tenggara Timur yaitu sebanyak 28 jiwa (37,33%).

Dampak konflik korban tewas tahun 2014 tertinggi berada di Provinsi Nusa

Tenggara Barat yaiu sebanyak 22 jiwa (53,66%) dan jumlah terendah

berada di Provinsi Bali yaitu sebanyak 4 jiwa (9,76%).

b. Dampak Konflik Korban Cedera

Perkembangan dampak konflik dengan korban cedera di Wilayah

Bali dan Nusa Tenggara mengalami penurunan sebesar 27,96%, yaitu

sebanyak 819 jiwa pada tahun 2013 dan sebanyak 590 jiwa pada tahun

2014. Data secara rinci dampak konflik korban cedera di Wilayah Bali dan

Nusa Tenggara pada tahun 2013 dan 2014 dapat dilihat dari Tabel 4.54 di

bawah ini.

Page 92: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

78

Tabel 4.54 Jumlah dan Persentase Dampak Konflik Korban Cedera di Wilayah

Bali dan Nusa Tenggara Periode Tahun 2013 - 2014

No PROVINSI

2013 2014

korban cedera

(%) korban cedera

(%)

1 Bali 1 0,12 110 18,64

2 Nusa Tenggara Barat 646 78,88 304 51,53

3 Nusa Tenggara Timur 172 21,00 176 29,83

Jumlah 819 100,00 590 100,00

Sumber: Data Sistem Nasional Pemantauan Kekerasan (SNPK), Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Tahun 2014

Dampak konflik korban cedera tahun 2013 tertinggi berada di

Provinsi Nusa Tenggara Barat yaitu sebanyak 646 jiwa (78,88%) dan jumlah

terendah berada di Provinsi Bali yaitu hanya 1 jiwa (0,12%). Dampak konflik

korban cedera tahun 2014 tertinggi berada di Provinsi Nusa Tenggara Barat

yaiu sebanyak 304 jiwa (51,53%) dan jumlah terendah berada di Provinsi

Bali yaitu sebanyak 110 jiwa (18,64%).

c. Dampak Konflik Korban Penculikan dan Perkosaan

Perkembangan dampak konflik dengan korban penculikan di Wilayah

Bali dan Nusa Tenggara mengalami penurunan sebesar 100%, yaitu

sebanyak 2 jiwa pada tahun 2013 dan tidak ada korban penculikan pada

tahun 2014. Perkembangan dampak konflik korban perkosaan di Wilayah

Bali dan Nusa Tenggara mengalami penurunan sebesar 100%, yaitu

sebanyak 77 jiwa pada tahun 2013 dan tidak terdapat korban perkoasaan

pada tahun 2014. Data secara rinci dampak konflik korban penculikan dan

perkosaan di Wilayah Bali dan Nusa Tenggara pada tahun 2013 dan 2014

dapat dilihat dari Tabel 4.55 di bawah ini.

Page 93: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

79

Tabel 4.55 Jumlah dan Persentase Dampak Konflik Korban Penculikan dan Perkosaan di Wilayah Bali dan Nusa Tenggara Periode Tahun 2013 - 2014.

No PROVINSI

Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2013 Tahun 2014

Penculikan (%) Penculikan (%) Perkosaan (%) Perkosaan (%)

1 Bali 0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

2 Nusa Tenggara Barat 2 100 0,00 0,00 77,00 100 0,00 0,00

3 Nusa Tenggara Timur 0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

Jumlah 2 100,00 0,00 0,00 77,00 100,00 0,00 0,00

Sumber: Data Sistem Nasional Pemantauan Kekerasan (SNPK), Kementerian

Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Tahun 2015

Dampak konflik korban penculikan di Wilayah Bali dan Nusa

Tenggara hanya terjadi pada tahun 2013 yaitu di Provinsi Nusa Tenggara

Barat sebanyak 2 jiwa (100%). Dampak konflik korban perkosaan di Wilayah

Bali dan Nusa Tenggara hanya terjadi pada tahun 2013 yaitu di Provinsi

Nusa Tenggara Barat yaitu sebanyak 77 jiwa (100%).

d. Dampak Konflik Bangunan Rusak

Perkembangan dampak konflik bangunan rusak di Wilayah Bali dan

Nusa Tenggara mengalami kenaikan sebesar 84,66%, yaitu sebanyak 802

unit pada tahun 2013 dan sebanyak 123 unit pada tahun 2014 bangunan

rusak akibat konflik. Data secara rinci dampak konflik bangunan rusak di

Wilayah Bali dan Nusa Tenggara pada tahun 2013 dan 2014 dapat dilihat

dari Tabel 4.56 di bawah ini.

Tabel 4.56 Jumlah dan Persentase Dampak Konflik Bangunan Rusak di Wilayah Bali – Nusa Tenggara Periode Tahun 2013 - 2014

No PROVINSI

2013 2014

Bangunan Rusak

(%) Bangunan

Rusak (%)

1 Bali 0 0,00 14 11,38

2 Nusa Tenggara Barat 575 71,70 74 60,16

3 Nusa Tenggara Timur 227 28,30 35 28,46

Jumlah 802 100,00 123 100,00

Sumber: Data Sistem Nasional Pemantauan Kekerasan (SNPK), Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Tahun 2015

Page 94: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

80

Dampak konflik bangunan rusak tahun 2013 tertinggi berada di

Provinsi Nusa Tenggara Barat yaitu sebanyak 575 unit (71,70%) dan jumlah

terendah berada di Provinsi Nusa Tenggara Timur yaitu sebanyak 227 unit

(28,30%). Dampak konflik bangunan rusak tahun 2014 tertinggi berada di

Provinsi Nusa Tenggara Barat yaiu sebanyak 74 unit (60,16%) dan jumlah

terendah berada di Provinsi Bali yaitu sebanyak 14 unit (11,38%).

4.5.3 Upaya Penanganan Konflik

Perkembangan jumlah desa yang mengalami intervensi dalam upaya

penanganan daerah konflik secara keseluruhan di Wilayah Bali dan Nusa

Tenggara mengalami penurunan sebesar 38,08% ,yaitu sebanyak 302 desa

pada tahun 2013 dan sebanyak 187 desa pada tahun 2014 mengalami

intervensi penaganan konflik baik oleh TNI, Polisi, Brimob, ataupun sipil,

seperti disajikan pada Tabel 4.57 di bawah ini.

Tabel 4.57 Jumlah dan Persentase Desa dengan Intevensi Upaya Penanganan Konflik di Wilayah Bali dan Nusa Tenggara Periode Tahun 2013 dan 2014

No Provinsi

Jumlah Desa dengan Intervensi Upaya Penananganan Konflik

Tahun 2013 (%) Tahun 2014 (%)

1 Bali 0 0,00 33 17,65

2 Nusa Tenggara Barat 254 84,11 125 66,84

3 Nusa Tenggara Timur 48 15,89 29 15,51

Jumlah 302 100,00 187 100,00

Sumber: Data Sistem Nasional Pemantauan Kekerasan (SNPK), Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Tahun 2015

Pada tahun 2013 jumlah desa dengan intervensi upaya penanganan

konflik tertinggi berada di Provinsi Nusa Tenggara Barat, yaitu sebanyak 254

desa (84,11%) dan jumlah terendah di Provinsi Nusa Tenggara Timur yaitu

sebanyak 48 desa (15,89%). Pada tahun 2014 jumlah desa dengan yang

mengalami intervensi upaya penanganan konflik tertinggi berada di Provinsi

Nusa Tenggara Barat yaitu sebanyak 125 desa (66,84%) dan jumlah

terendah di Provinsi Bali yaitu sebanyak 33 desa (17,65%).

Page 95: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

81

a. Intervensi Tentara Nasional Indonesia (TNI)

Perkembangan jumlah desa yang mengalami intervensi TNI di

Wilayah Bali dan Nusa Tenggara selama periode tahun 2013 dan tahun

2014 mengalami penurunan sebesar 38,10%, yaitu sebanyak 21 desa pada

tahun 2013 dan sebanyak 13 desa pada tahun 2014 yang mengalami

intervensi TNI dalam upaya penanganan konflik, seperti disajikan pada

Tabel 4.58 di bawah ini.

Tabel 4.58 Jumlah dan Persentase Desa dengan Intervensi TNI di Wilayah Bali dan Nusa Tenggara Periode Tahun 2013 - 2014

No PROVINSI

Intervensi TNI (Tahun 2013)

Intervensi TNI (Tahun 2014)

Jumlah Desa

(%) Jumlah

Desa (%)

1 Bali 0 0,00 0 0,00

2 Nusa Tenggara Barat 14 66,67 9 69,23

3 Nusa Tenggara Timur 7 33,33 4 30,77

Jumlah 21 100,00 13 100,00

Sumber: Data Sistem Nasional Pemantauan Kekerasan (SNPK), Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Tahun 2015

Pada tahun 2013 jumlah desa yang mengalami intervensi TNI

tertinggi dalam upaya penanganan konflik terjadi di Provinsi Nusa Tenggara

Barat yaitu sebanyak 14 desa (66,67%) dan jumlah terendah terjadi di

Provinsi Nusa tenggara Timur yaitu sebanyak 7 desa (33,33%). Pada tahun

2014 jumlah desa yang mengalami intervensi TNI tertinggi dalam upaya

penanganan konflik terjadi di Provinsi Nusa Tenggara Barat yaitu sebanyak

9 desa (69,23%) dan jumlah terendah berada di Provinsi Nusa Tenggara

Timur yaitu sebanyak 4 desa (30,77%).

b. Intervensi Polisi

Perkembangan jumlah desa yang mengalami intervensi Polisi di

Wilayah Bali dan Nusa Tenggara selama periode tahun 2013 dan tahun

2014 mengalami kenaikan sebesar 27,87%, yaitu sebanyak 183 desa pada

tahun 2014 dan sebanyak 132 desa pada tahun 2014 yang mengalami

intervensi Polisi dalam upaya penanganan konflik, seperti disajikan pada

Tabel 4.59 di bawah ini.

Page 96: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

82

Tabel 4.59 Jumlah dan Persentase Desa dengan Intervensi Polisi di Wilayah Bali dan Nusa Tenggara Periode Tahun 2013 - 2014

No PROVINSI

Intervensi Polisi (Tahun 2013)

Intervensi Polisi (Tahun 2014)

Jumlah Desa

(%) Jumlah Desa

(%)

1 Bali 0 0,00 25 18,94

2 Nusa Tenggara Barat 154 84,15 86 65,15

3 Nusa Tenggara Timur 29 15,85 21 15,91

Jumlah 183 100,00 132 100,00

Sumber: Data Sistem Nasional Pemantauan Kekerasan (SNPK), Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Tahun 2015

Pada tahun 2013 jumlah desa yang mengalami intervensi Polisi

tertinggi dalam upaya penanganan konflik terjadi di Provinsi Nusa Tenggara

Barat yaitu sebanyak 154 desa (84,15%) dan jumlah terendah terjadi di

Provinsi Nusa Tenggara Timur yaitu sebanyak 29 desa (15,85%). Pada

tahun 2014 jumlah desa yang mengalami intervensi Polisi tertinggi dalam

upaya penanganan konflik terjadi di Provinsi Nusa Tenggara Barat yaitu

sebanyak 86 desa (65,15%) dan jumlah terendah berada di Provinsi Nusa

Tenggara Timur yaitu sebanyak 21 desa (15,91%).

c. Intervensi Brimob

Perkembangan jumlah desa yang mengalami intervensi Brimob di

Wilayah Sulawesi selama periode tahun 2013 dan tahun 2014 mengalami

penurunan sebesar 25,00%, yaitu sebanyak 12 desa pada tahun 2013 dan

sebanyak 9 desa pada tahun 2014 yang mengalami intervensi Brimob dalam

upaya penanganan konflik, seperti disajikan pada Tabel 4.60 di bawah ini.

Tabel 4.60 Jumlah dan Persentase Desa dengan Brimob di Wilayah Bali dan Nusa Tenggara Periode Tahun 2013 - 2014

No PROVINSI Intervensi Brimob (Tahun 2013) Intervensi Brimob (Tahun 2014)

Jumlah Desa (%) Jumlah Desa (%)

1 Bali 0 0,00 0 0,00

2 Nusa Tenggara Barat 8 66,67 9 100,00

3 Nusa Tenggara Timur 4 33,33 0 0,00

Jumlah 12 100,00 9 100,00

Sumber: Data Sistem Nasional Pemantauan Kekerasan (SNPK), Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Tahun 2015

Page 97: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

83

Pada tahun 2013 jumlah desa yang mengalami intervensi Brimob

tertinggi dalam upaya penanganan konflik terjadi di Provinsi Nus Tenggara

Barat yaitu sebanyak 8 desa (66,67%) dan jumlah terendah terjadi di

Provinsi Nusa tenggara Timur yaitu sebanyak 4 desa (33,33%). Pada tahun

2014 intervensi Brimob dalam upaya penganganan konflik hanya terjadi di

Provinsi Nusa Tenggara Barat yaitu sebanyak 9 desa (100%).

d. Intervensi Sipil

Perkembangan jumlah desa yang mengalami intervensi sipil di

Wilayah Bali dan Nusa Tenggara selama periode tahun 2013 dan tahun

2014 mengalami penurunan sebesar 61,63%, yaitu sebanyak 86 desa pada

tahun 2013 dan sebanyak 33 desa pada tahun 2014 yang mengalami

intervensi sipil dalam upaya penanganan konflik, seperti disajikan pada tabel

di bawah ini.

Tabel 4.61 Jumlah dan Persentase Desa dengan Intervensi Sipil di Wilayah Bali dan Nusa Tenggara Periode Tahun 2013 - 2014

No PROVINSI

Intervensi Sipil (Tahun 2013)

Intervensi Sipil (Tahun 2014)

Jumlah Desa

(%) Jumlah

Desa (%)

1 Bali 0 0,00 8 24,24

2 Nusa Tenggara Barat 78 90,70 21 63,64

3 Nusa Tenggara Timur 8 9,30 4 12,12

Jumlah 86 100,00 33 100,00

Sumber: Data Sistem Nasional Pemantauan Kekerasan (SNPK), Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Tahun 2015

Pada tahun 2013 jumlah desa dengan intervensi sipil tertinggi

dalam upaya penanganan konflik berada di Provinsi Nusa tenggara Timur

yaitu sebanyak 78 desa (90,70%) dan jumlah terendah di Provinsi Nusa

Tenggara Timur yaitu sebanyak 8 desa (9,30%). Pada tahun 2014 jumlah

desa dengan intervensi sipil tertinggi dalam upaya penanganan konflik

berada di Provinsi Nusa Tenggara Barat yaitu sebanyak 21 desa

(63,64%) dan jumlah terendah berada di Nusa Tenggara Timur yaitu

sebanyak 4 desa (12,12%).

Page 98: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

84

4.6 Daerah Pasca Konflik di Wilayah Maluku

4.6.1 Sebaran Daerah Pasca Konflik

Berdasarkan data dari Sistem Nasional Pemantauan kekerasan

(SNPK), jumlah kejadian konflik di Wilayah Maluku dalam periode 1997-

2014 sebanyak 3.194 kejadian. Dalam periode tersebut jumlah kejadian di

Maluku yaitu sebanyak 2.236 kejadian (70,01%), dan jumlah kejadian di

Provinsi Maluku Utara sebanyak 958 kejadian (29,99%). Data sepesifiknya

dapat dilihat tabel di bawah ini.

Tabel 4.62 Jumlah Kejadian Berdasarkan Jenis Konflik di Wilayah Maluku Periode Tahun 1997-2014

No Provinsi Konflik sumber

daya

Konflik tata kelola

Pemerintah

Konflik pemilihan

dan jabatan

Konflik Identitas

Konflik main hakim

sendiri

Konflik lainnya

Konflik Separatisme

Jumlah

1 Maluku 366 162 179 1.030 315 156 28

2.236

2 Maluku Utara

73 165 191 238 234 57 0 958

Jumlah 439 327 370 1.268 549 213 28 3.194

Sumber: Data Sistem Nasional Pemantauan Kekerasan (SNPK), Kementerian Koordinator

Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Tahun 2015

Tabel 4.63 Persentase Jumlah Kejadian Berdasarkan Jenis Konflik di Wilayah Maluku

No Provinsi

Konflik Sumber

Daya (%)

Konflik Tata Kelola Pemerintah

(%)

Konflik Pemilihan

dan Jabatan (%)

Konflik Identitas

(%)

Konflik Main Hakim

Sendiri (%)

Konflik Lainnya

(%)

Konflik Separatisme

(%)

Jumlah (%)

1 Maluku 83,37 49,54 48,38 81,23 57,38 73,24 100,00 70,01

2 Maluku Utara

16,63 50,46 51,62 18,77 42,62 26,76 0,00 29,99

Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber: Data Sistem Nasional Pemantauan Kekerasan (SNPK), Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Tahun 2015

Dari tabel di atas, jumlah kejadian konflik sumber daya yang terjadi di

Provinsi Maluku lebih lebih besar dibandingkan jumlah kejadian di Provinsi

Maluku Utara, yaitu sebanyak 366 kejadian (83,37%) di Provinsi Maluku,

sedangkan di Provinsi Maluku Utara sebanyak 73 kejadian (16,63%).

Jumlah kejadian konflik tata kelola pemerintah yang terjadi di

Provinsi Maluku Utara lebih lebih besar dibandingkan jumlah kejadian di

Page 99: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

85

Provinsi Maluku, yaitu sebanyak 165 kejadian (50,46%) di Provinsi Maluku

Utara, sedangkan di Provinsi Maluku sebanyak 162 (49,54%) kejadian.

Jumlah kejadian konflik pemilihan dan jabatan yang terjadi di Provinsi

Maluku Utara lebih lebih besar dibandingkan jumlah kejadian di Provinsi

Maluku, yaitu sebanyak 191 kejadian (51,62%) di Provinsi Maluku Utara,

sedangkan di Provinsi Maluku sebanyak 179 (48,38%) kejadian.

Jumlah kejadian konflik identitas yang terjadi di Provinsi Maluku lebih

lebih besar dibandingkan jumlah kejadian di Provinsi Maluku Utar, yaitu

sebanyak 1.030 kejadian (81,23%) di Provinsi Maluku, sedangkan di

Provinsi Maluku Utara sebanyak 238 kejadian (18,77%).

Jumlah kejadian konflik main hakim sendiri yang terjadi di Provinsi

Maluku lebih lebih besar dibandingkan jumlah kejadian di Provinsi Maluku

Utara, yaitu sebanyak 315 kejadian (57,38%) di Provinsi Maluku, sedangkan

di Provinsi Maluku Utara sebanyak 234 (42,62%) kejadian.

Jumlah kejadian konflik lainnya yang terjadi di Provinsi Maluku lebih

lebih besar dibandingkan jumlah kejadian di Provinsi Maluku Utara, yaitu

sebanyak 156 kejadian (73,24%) di Provinsi Maluku, sedangkan di Provinsi

Maluku Utara sebanyak 57 (26,76%) kejadian. Jumlah kejadian konflik

separatisme hanya terjadi di Provinsi Maluku yaitu sebanyak 28 kejadian

(100%).

Berikut ini merupakan Gambar 4.7 yang menunjukkan sebaran

kejadian konflik di Wilayah Maluku berdasarkan klasfikasi jumlah konflik

yang terjadi pada periode Tahun 1997-2014.

Page 100: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

86

Gambar 4. 7 Peta Sebaran Daerah Konflik di Wilayah Maluku Tahun 1997 – 2014

Page 101: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

87

Daerah tertinggal dalam sebaran daerah konflik di Wilayah Maluku

berdasarkan data dari SNPK ada 13(tiga belas) Kabupaten tersebar di

2(dua) provinsi, yaitu 8(delapan) kabupaten di Provinsi Maluku, dan 5(lima)

kabupaten di Provinsi Maluku Utara, seperti tertera pada Tabel 4.64 berikut.

Tabel 4.64 Sebaran Jenis Konflik di Daerah Tertinggal Wilayah Maluku Periode Tahun 1997-2014

Provinsi Kabupaten Konflik Sumber

Daya

Konflik Tata Kelola

Pemerintah

Konflik Pemilihan

dan Jabatan

Konflik Identitas

Konflik Main

Hakim Sendiri

Konflik Lainnya

Konflik Separatisme

Maluku Buru 31 9 8 19 6 5 0

Buru Selatan 6 1 2 22 3 1 1

Maluku Barat Daya 3 3 0 1 1 0 0

Maluku Tengah 165 24 55 200 48 22 4

Seram Bagian Barat 23 13 13 52 8 5 1

Maluku Tenggara Barat 7 6 7 8 4 0 0

Kepulauan Aru 5 7 9 11 8 2 0

Seram Bagian Timur 3 12 20 18 3 0 0

Maluku Utara Halamahera Barat 9 17 11 17 5 2 0

Halmahera Selatan 6 12 10 19 5 3 0

Halamahera Timur 3 3 3 3 0 0 0

Kepulauan Sula 0 5 14 7 5 1 0

Morotai 3 9 11 6 4 1 0

Sumber: Data Sistem Nasional Pemantauan Kekerasan (SNPK), Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Tahun 2015

4.6.2 Dampak Konflik

a. Dampak Konflik Korban Tewas

Perkembangan dampak konflik dengan korban tewas di Wilayah

Maluku mengalami kenaikan sebesar 150%, yaitu sebanyak 12 jiwa pada

tahun 2013 dan sebanyak 75 jiwa pada tahun 2014. Data secara rinci

dampak konflik korban tewas di Wilayah Maluku pada tahun 2013 dan 2014

dapat dilihat dari Tabel 4.65 di bawah ini.

Page 102: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

88

Tabel 4.65 Jumlah dan Persentase Dampak Konflik Korban Tewas di Wilayah Maluku Periode Tahun 2013 dan Tahun 2014

No Provinsi

Tahun 2013 Tahun 2014

Korban Tewas

(%) Korban Tewas

(%)

1 Maluku 9 75,00 24 80,00

2 Maluku Utara 3 25,00 6 20,00

Jumlah 12 100,00 30 100,00

Sumber: Data Sistem Nasional Pemantauan Kekerasan (SNPK), Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Tahun 2014

Dampak konflik korban tewas tahun 2013 di Provinsi Maluku lebih

besar dibandingkan di Provinsi Maluku Utara, yaitu sebanyak 9 jiwa (75%) di

Provinsi Maluku dan sebanyak 3 jiwa (25%) korban yang tewas akibat

konflik di Provinsi Maluku Utara. Pada tahun 204, dampak konflik korban

tewas di Maluku lebih besar dibandingkan di Provinsi Maluku Utara, yaitu

sebanyak 24 jiwa (80%) di Provinsi Maluku dan sebanyak 6 jiwa (20%)

korban yang tewas akibat konflik di Provinsi Maluku Utara.

b. Dampak Konflik Korban Cedera

Perkembangan dampak konflik dengan korban cedera di Wilayah

Maluku mengalami kenaikan sebesar 44,24%, yaitu sebanyak 278 jiwa pada

tahun 2013 dan sebanyak 401 jiwa pada tahun 2014. Data secara rinci

dampak konflik korban cedera di Wilayah Maluku pada tahun 2013 dan 2014

dapat dilihat dari Tabel 4.66 di bawah ini.

Tabel 4.66 Jumlah dan Persentase Dampak Konflik Korban Cedera di Wilayah Maluku Periode Tahun 2013 - 2014

No Provinsi

2013 2014

Korban Cedera

(%) Korban Cedera

(%)

1 Maluku 149 53,60 225 56,11

2 Maluku Utara 129 46,40 176 43,89

Jumlah 278 100,00 401 100,00

Sumber: Data Sistem Nasional Pemantauan Kekerasan (SNPK), Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Tahun 2015

Page 103: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

89

Dampak konflik korban tewas tahun 2013 di Provinsi Maluku lebih

besar dibandingkan di Provinsi Maluku Utara, yaitu sebanyak 149 jiwa

(53,60%) di Provinsi Maluku dan sebanyak 129 jiwa (46,40%) korban yang

cedera akibat konflik di Provinsi Maluku Utara. Pada tahun 204, dampak

konflik korban cedera di Maluku lebih besar dibandingkan di Provinsi Maluku

Utara, yaitu sebanyak 225 jiwa (56,11%) di Provinsi Maluku dan sebanyak

176 jiwa (43,89%) korban yang cedera akibat konflik di Provinsi Maluku

Utara.

c. Dampak Konflik Korban Penculikan dan Perkosaan

Menurut sumber data, pada periode tahun 2013-2014 tidak terdapat

korban penculikan dan perkosaan di Wilayah Maluku.

Tabel 4.67 Jumlah dan Persentase Dampak Konflik Korban Penculikan dan Perkosaan di Wilayah Maluku Periode Tahun 2013 - 2014.

No Provinsi

2013 2014 2013 2014

korban penculikan

(%) korban

penculikan (%)

korban perkosaan

(%) korban

perkosaan (%)

1 Maluku 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00

2 Maluku Utara 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00

Jumlah 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00

Sumber: Data Sistem Nasional Pemantauan Kekerasan (SNPK), Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Tahun 2015

d. Dampak Konflik Bangunan Rusak

Perkembangan dampak konflik bangunan rusak di Wilayah Maluku

mengalami kenaikan sebesar 37,61%, yaitu sebanyak 109 unit pada tahun

2013 dan sebanyak 150 jiwa pada tahun 2014. Data secara rinci dampak

konflik bangunan rusak di Wilayah Maluku pada tahun 2013 dan 2014 dapat

dilihat dari Tabel 4.68 di bawah ini.

Tabel 4.68 Jumlah dan Persentase Dampak Konflik Bangunan Rusak di Wilayah Maluku Periode Tahun 2013 - 2014.

No Provinsi 2013 2014

Bangunan Rusak

(%) Bangunan

Rusak (%)

1 Maluku 69 63,30 118 78,67

2 Maluku Utara 40 36,70 32 21,33 Jumlah 109 100,00 150 100,00

Sumber: Data Sistem Nasional Pemantauan Kekerasan (SNPK), Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Tahun 2015

Page 104: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

90

Dampak konflik bangunan rusak tahun 2013 di Provinsi Maluku lebih

besar dibandingkan di Provinsi Maluku Utara, yaitu sebanyak 69 unit

(63,30%) di Provinsi Maluku dan sebanyak 40 unit (36,70%) bangunan yang

rusak akibat konflik di Provinsi Maluku Utara. Pada tahun 2014, dampak

konflik bangunan rusak di Provinsi Maluku lebih besar dibandingkan di

Provinsi Maluku Utara, yaitu sebanyak 118 unit (78,67%) di Provinsi Maluku

dan sebanyak 32 unit (21,33%) bangunan yang rusak akibat konflik.

4.6.3 Upaya Penanganan Konflik

Perkembangan jumlah desa yang mengalami intervensi dalam upaya

penanganan daerah konflik secara keseluruhan di Wilayah Maluku

mengalami kenaikan sebesar 19,33% ,yaitu sebanyak 119 desa pada tahun

2013 dan sebanyak 142 desa pada tahun 2014 mengalami intervensi

penaganan konflik baik oleh TNI, Polisi, Brimob, ataupun sipil, seperti

disajikan pada Tabel 4.69 di bawah ini.

Tabel 4.69 Jumlah dan Persentase Desa dengan Intevensi Upaya Penanganan Konflik di Wilayah Maluku Tenggara Periode Tahun 2013 dan 2014

No Provinsi

Jumlah Desa dengan Intervensi Upaya Penananganan Konflik

Tahun 2013 (%) Tahun 2014 (%)

1 Maluku 58 48,74 81 57,04

2 Maluku Utara 61 51,26 61 42,96

Jumlah 119 100,00 142 100,00

Sumber: Data Sistem Nasional Pemantauan Kekerasan (SNPK), Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Tahun 2015

Pada tahun 2013, jumlah desa dengan intervensi upaya penanganan

konflik di Provinsi Maluku Utara lebih besar dibandingkan di Provinsi Maluku,

yaitu sebanyak 61 desa (51,26%) di Provinsi Maluku Utara dan sebanyak 58

desa (48,74%) mengalami intervensi dalam upaya penanganan konflik di

Provinsi Maluku Utara. Pada Tahun 2014, jumlah desa dengan intervensi

upaya penanganan konflik di Provinsi Maluku lebih besar dibandingkan di

Provinsi Maluku Utara, yaitu sebanyak 81 desa (57,04%) di Provinsi Maluku

Page 105: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

91

dan sebanyak 61 desa (42,96%) mengalami intervensi dalam upaya

penanganan konflik di Provinsi Maluku Utara.

a. Intervensi Tentara Nasional Indonesia (TNI)

Perkembangan jumlah desa yang mengalami intervensi TNI di

Wilayah Maluku selama periode tahun 2013 dan tahun 2014 mengalami

penurunan sebesar 52,94%, yaitu sebanyak 17 desa pada tahun 2013 dan

sebanyak 26 desa pada tahun 2014 yang mengalami intervensi TNI dalam

upaya penanganan konflik, seperti disajikan pada Tabel 4.70 di bawah ini.

Tabel 4.70 Jumlah dan Persentase Desa dengan Intervensi TNI di Wilayah Maluku Periode Tahun 2013 - 2014

No Provinsi Intervensi TNI (Tahun 2013) Intervensi TNI (Tahun 2014)

Jumlah Desa (%) Jumlah Desa (%)

1 Maluku 12 70,60 21 80,77

2 Maluku Utara 5 29,40 5 19,23

Jumlah 17 100,00 26 100,00

Sumber: Data Sistem Nasional Pemantauan Kekerasan (SNPK), Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Tahun 2015

Pada tahun 2013, jumlah desa yang mengalami intervensi TNI di

Provinsi Maluku lebih besar dibandingkan di Provinsi Maluku Utara, yaitu

sebanyak 12 desa (70,60%) di Provinsi Maluku dan sebanyak 5 desa

(29,40%) yang mengalami intervensi TNI dalam penanganan konflik di

Provinsi Maluku Utara. Pada tahun 2014, jumlah desa yang mengalami

intervensi TNI di Provinsi Maluku lebih besar dibandingkan di Provinsi

Maluku Utara, yaitu sebanyak 21 desa (80,77%) di Provinsi Maluku dan

sebanyak 5 desa (19,23%) yang mengalami intervensi TNI dalam

penanganan konflik di Provinsi Maluku Utara.

b. Intervensi Polisi

Perkembangan jumlah desa yang mengalami intervensi Polisi di

Wilayah Maluku selama periode tahun 2013 dan tahun 2014 mengalami

kenaikan sebesar 19,18%, yaitu sebanyak 73 desa pada tahun 2013 dan

sebanyak 87 desa pada tahun 2014 yang mengalami intervensi Polisi dalam

upaya penanganan konflik, seperti disajikan pada Tabel 4.71 di bawah ini.

Page 106: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

92

Tabel 4.71 Jumlah dan Persentase Desa dengan Intervensi Polisi di Wilayah Maluku Periode Tahun 2013 - 2014

No Provinsi

Intervensi Polisi (Tahun 2013)

Intervensi Polisi (Tahun 2014)

Jumlah Desa (%) Jumlah Desa (%)

1 Maluku 34 46,58 48 55,17

2 Maluku Utara 39 53,42 39 44,83

Jumlah 73 100,00 87 100,00

Sumber: Data Sistem Nasional Pemantauan Kekerasan (SNPK), Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Tahun 2014

Pada tahun 2013, jumlah desa yang mengalami intervensi Polisi di

Provinsi Maluku Utara lebih besar dibandingkan di Provinsi Maluku, yaitu

sebanyak 39 desa (53,42%) di Provinsi Maluku Utara dan sebanyak 34 desa

(29,40%) yang mengalami intervensi Polisi dalam penanganan konflik di

Provinsi Maluku. Pada tahun 2014, jumlah desa yang mengalami intervensi

Polisi di Provinsi Maluku lebih besar dibandingkan di Provinsi Maluku Utara,

yaitu sebanyak 48 desa (55,17%) di Provinsi Maluku dan sebanyak 39 desa

(44,83%) yang mengalami intervensi Polisi dalam penanganan konflik di

Provinsi Maluku Utara.

c. Intervensi Brimob

Perkembangan jumlah desa yang mengalami intervensi Brimob di

Wilayah Maluku selama periode tahun 2013 dan tahun 2014 mengalami

penurunan sebesar 33,33%, yaitu sebanyak 6 desa pada tahun 2013 dan

sebanyak 4 desa pada tahun 2014 yang mengalami intervensi Brimob dalam

upaya penanganan konflik, seperti disajikan pada Tabel 4.72 di bawah ini.

Page 107: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

93

Tabel 4.72 Jumlah dan Persentase Desa dengan Intervensi Brimob di Wilayah Maluku Periode Tahun 2013 - 2014

No Provinsi

Intervensi Brimob (Tahun 2013)

Intervensi Brimob (Tahun 2014)

Jumlah Desa

(%) Jumlah Desa

(%)

1 Maluku 2 33,33 1 25,00

2 Maluku Utara 4 66,67 3 75,00

Jumlah 6 100,00 4 100,00

Sumber: Data Sistem Nasional Pemantauan Kekerasan (SNPK), Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Tahun 2015

Pada tahun 2013, jumlah desa yang mengalami intervensi Brimob di

Provinsi Maluku lebih besar dibandingkan di Provinsi Maluku Utara, yaitu

sebanyak 4 desa (66,67%) di Provinsi Maluku Utara dan sebanyak 2 desa

(33,33%) yang mengalami intervensi Brimob dalam penanganan konflik di

Provinsi Maluku. Pada tahun 2014, jumlah desa yang mengalami intervensi

Brimob di Provinsi Maluku Utara lebih besar dibandingkan di Provinsi

Maluku, yaitu sebanyak 3 desa (75,00%) di Provinsi Maluku Utara dan hanya

1 desa (25,00%) yang mengalami intervensi Brimob dalam penanganan

konflik di Provinsi Maluku.

d. Intervensi Sipil

Perkembangan jumlah desa yang mengalami intervensi sipil di

Wilayah Maluku selama periode tahun 2013 dan tahun 2014 mengalami

kenaikan sebesar 8,70%, yaitu sebanyak 23 desa pada tahun 2013 dan

sebanyak 25 desa pada tahun 2014 yang mengalami intervensi sipil dalam

upaya penanganan konflik, seperti disajikan pada Tabel 4.73 di bawah ini.

Tabel 4.73 Jumlah dan Persentase Desa dengan Intervensi Sipil di Wilayah Maluku Periode Tahun 2013 - 2014

No Provinsi

Intervensi Sipil (Tahun 2013)

Intervensi Sipil (Tahun 2014)

Jumlah Desa

(%) Jumlah Desa

(%)

1 Maluku 10 43,48 11 44,00

2 Maluku Utara 13 56,52 14 56,00

Jumlah 23 100,00 25 100,00

Sumber: Data Sistem Nasional Pemantauan Kekerasan (SNPK), Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Tahun 2015

Page 108: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

94

Pada tahun 2013, jumlah desa yang mengalami intervensi sipil di

Provinsi Maluku Utara lebih besar dibandingkan di Provinsi Maluku, yaitu

sebanyak 13 desa (56,52%) di Provinsi Maluku Utara dan sebanyak 10 desa

(43,48%) di Provinsi Maluku yang mengalami intervensi sipil dalam

penanganan konflik. Pada tahun 2014, jumlah desa yang mengalami

intervensi sipil di Provinsi Maluku Utara lebih besar dibandingkan di Provinsi

Maluku, yaitu sebanyak 14 desa (56,00%) di Provinsi Maluku Utara dan

sebanyak 11 desa (44,00%) di Provinsi Maluku yang mengalami intervensi

sipil dalam penanganan konflik.

4.7 Daerah Pasca Konflik di Wilayah Papua

4.7.1 Sebaran Daerah Pasca Konflik

Berdasarkan data dari Sistem Nasional Pemantauan kekerasan

(SNPK), jumlah kejadian konflik di Wilayah Papua dalam periode 1997-2014

sebanyak 8.218 kejadian. Dalam periode tersebut jumlah kejadian di Provinsi

Papua yaitu sebanyak 3.030 kejadian (36,87%), dan jumlah kejadian di

Provinsi Maluku Utara sebanyak 5.188 kejadian (63,13%), seperti disajikan

pada Tabel 4.74 dan Tabel 4.75 di bawah ini.

Tabel 4.74 Jumlah Kejadian Berdasarkan Jenis Konflik di wilayah Papua Periode Tahun 1997-2014

No Provinsi Konflik sumber

daya

Konflik tata kelola

Pemerintah

Konflik pemilihan

dan jabatan

Konflik Identitas

Konflik main hakim sendiri

Konflik lainnya

Konflik Separatisme

Jumlah

1 Papua 451 270 202 258 1.117 381 351 3.030

2 Papua Barat 765 498 346 479 1.875 594 631 5.188

Jumlah 1.216 768 548 737 2.992 975 982 8.218

Sumber: Data Sistem Nasional Pemantauan Kekerasan (SNPK), Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Tahun 2015

Page 109: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

95

Tabel 4.75 Persentase Sebaran Jenis Konflik di Wilayah Papua Periode Tahun 1997-2014

No Provinsi

Konflik sumber

daya (%)

Konflik tata kelola

Pemerintah (%)

Konflik pemilihan

dan jabatan

(%)

Konflik Identitas

(%)

Konflik main hakim sendiri

(%)

Konflik lainnya

(%)

Konflik Separatisme

(%)

Jumlah (%)

1 Papua 37,09 35,16 36,86 35,01 37,33 39,08 35,74 36,87

2 Papua Barat 62,91 64,84 63,14 64,99 62,67 60,92 64,26 63,13

Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber: Data Sistem Nasional Pemantauan Kekerasan (SNPK), Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Tahun 2015

Dari tabel di atas, jumlah kejadian konflik sumber daya yang terjadi di

Provinsi Papua Barat lebih lebih besar dibandingkan jumlah kejadian di

Provinsi Papua, yaitu sebanyak 765 kejadian (62,91%) di Provinsi Papua

Barat, sedangkan di Provinsi Papua yaitu sebanyak 765 kejadian (37,09%).

Jumlah kejadian konflik tata kelola pemerintah yang terjadi di Provinsi

Papua Barat lebih lebih besar dibandingkan jumlah kejadian di Provinsi

Papua, yaitu sebanyak 498 kejadian (64,84%) di Provinsi Papua Barat,

sedangkan di Provinsi Papua yaitu sebanyak 270 kejadian (35,16%).

Jumlah kejadian konflik pemilihan dan jabatan yang terjadi di Provinsi

Papua Barat lebih lebih besar dibandingkan jumlah kejadian di Provinsi

Papua, yaitu sebanyak 346 kejadian (63,14%) di Provinsi Papua Barat,

sedangkan di Provinsi Papua sebanyak 202 kejadian (36,86%).

Jumlah kejadian konflik identitas yang terjadi di Provinsi Papua Barat

lebih lebih besar dibandingkan jumlah kejadian di Provinsi Papua, yaitu

sebanyak 479 kejadian (64,99%) di Provinsi Papua Barat, sedangkan di

Provinsi Papua yaitu sebanyak 258 (35,01%) kejadian.

Jumlah kejadian konflik main hakim sendiri yang terjadi di Provinsi

Papua Barat lebih lebih besar dibandingkan jumlah kejadian di Provinsi

Papua, yaitu sebanyak 1.875 kejadian (62,67%) di Provinsi Papua Barat,

sedangkan di Provinsi Papua yaitu sebanyak 1.117 (37,33%) kejadian.

Jumlah kejadian konflik lainnya yang terjadi di Provinsi Papua Barat

lebih besar dibandingkan jumlah kejadian di Provinsi Papua, yaitu sebanyak

Page 110: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

96

594 kejadian (60,92%) di Provinsi Papua Barat, sedangkan di Provinsi

Papua yaitu sebanyak 381 kejadian (39,08%).

Jumlah kejadian konflik separatisme yang terjadi di Provinsi Papua

Barat lebih besar dibandingkan di Provinsi Papua, yaitu sebanyak 631

kejadian (64,26%) di Provinsi Barat, sedangkan di Provinsi Papua yaitu

sebanyak 351 kejadian (35,74%)

Berikut ini merupakan Gambar 4.7 yang menunjukkan sebaran

kejadian konflik di Wilayah Papua berdasarkan klasfikasi jumlah konflik yang

terjadi pada periode Tahun 1997-2014.

Page 111: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

97

Gambar 4. 8 Peta Sebaran Daerah Konflik di Wilayah Papua Tahun

1997 – 2014

Page 112: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

98

Daerah tertinggal dalam sebaran daerah konflik di Wilayah Papua

berdasarkan data dari SNPK ada 32 (tiga puluh dua) kabupaten tersebar di 2

(dua) provinsi, yaitu 27 (dua puluh tujuh) kabupaten di Provinsi Papua dan 5

(lima) kabupaten di Provinsi Papua Barat, seperti pada Tabel 4.76 berikut.

Tabel 4.76 Sebaran Jenis Konflik di Daerah Tertinggal Wilayah Papua Tahun 1997-2014

Provinsi Kabupaten Konflik Sumber

Daya

Konflik Tata Kelola Pemerintah

Konflik Pemilihan

dan Jabatan

Konflik Identitas

Konflik Main

Hakim Sendiri

Konflik Lainnya

Konflik Separatisme

Papua Merauke 15 11 8 5 81 37 13

Jayawijaya 2 18 25 13 29 3 20

Nabire 9 15 9 7 18 3 2

Sorong 10 13 7 3 35 6 7

Kepulauan Yapen

0 2 4 0 1 0 13

Biak Numfor 9 3 3 0 20 9 3

Paniai 0 0 1 2 4 1 18

Puncak Jaya 0 5 6 0 0 0 119

Boven Digoel 1 1 0 0 2 0 1

Mappi 0 0 0 0 1 0 0

Asmat 0 3 2 0 6 1 0

Yahukimo 2 3 3 0 3 1 2

Pegunungan Bintang

0 2 0 0 0 0 0

Tolikara 0 3 9 0 5 0 1

Sarmi 1 1 0 0 0 1 11

Keerom 4 7 7 1 8 1 8

Waropen 0 1 1 0 0 0 0

Supiori 0 1 1 0 0 0 1

Mamberamo Raya

1 0 1 1 0 1 4

Nduga 0 1 1 0 1 0 0

Lanny Jaya 0 0 1 1 1 0 15

Mamberamo Tengah

0 1 2 0 0 0 0

Yalimo 0 4 0 0 1 0 0

Puncak 0 0 4 0 1 0 10

Dogiyai 0 2 6 1 2 0 1

Intan Jaya 0 1 3 1 0 2 1

Page 113: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

99

Provinsi Kabupaten Konflik Sumber

Daya

Konflik Tata Kelola Pemerintah

Konflik Pemilihan

dan Jabatan

Konflik Identitas

Konflik Main

Hakim Sendiri

Konflik Lainnya

Konflik Separatisme

Deiyai 1 3 2 0 0 0 3

Jumlah Konflik di Papua 55 101 106 35 219 66 253

Papua Barat Raja Ampat 7 4 1 0 5 0 0

Sorong Selatan 5 10 9 0 7 1 0

Teluk Bintuni 3 2 0 1 2 1 2

Teluk Wondana

3 3 1 0 1 0 5

Tambrauw 1 1 0 0 1 0 0

Jumlah Konflik di Papua Barat

19 20 11 1 16 2 7

Sumber: Data Sistem Nasional Pemantauan Kekerasan (SNPK), Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Tahun 2015

4.7.2 Dampak Konflik

a. Dampak Konflik Korban Tewas

Perkembangan dampak konflik dengan korban tewas di Wilayah

Papua mengalami kenaikan sebesar 8,33%, yaitu sebanyak 84 jiwa pada

tahun 2013 dan sebanyak 91 jiwa pada tahun 2014. Data secara rinci

dampak konflik korban tewas di Wilayah Papua pada tahun 2013 dan 2014

dapat dilihat dari Tabel 4.77 di bawah ini.

Tabel 4.77 Jumlah dan Persentase Dampak Konflik Korban Tewas di Wilayah

Papua Periode Tahun 2013 - 2014

No Provinsi 2013 2014

Korban Tewas (%) Korban Tewas (%)

1 Papua 77 91,67 88 96,7

2 Papua Barat 7 8,33 3 3,3

Jumlah 84 100,00 91 100,00

Sumber: Data Sistem Nasional Pemantauan Kekerasan (SNPK), Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Tahun 2015

Dampak konflik korban tewas tahun 2013 di Provinsi Papua lebih

besar dibandingkan di Provinsi Papua Barat, yaitu sebanyak 77 jiwa

(91,67%) di Provinsi Papua dan sebanyak 7 jiwa (8,33%) korban yang tewas

akibat konflik di Provinsi Papua Barat. Pada tahun 2014, dampak konflik

korban tewas di Papua lebih besar dibandingkan di Provinsi Papua Barat,

Page 114: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

100

yaitu sebanyak 88 jiwa (96,7%) di Provinsi Papua dan sebanyak 3 jiwa

(3,3%) korban yang tewas akibat konflik di Provinsi Papua Barat.

b. Dampak Konflik Korban Cedera

Perkembangan dampak konflik dengan korban cedera di Wilayah

Papua mengalami kenaikan sebesar 102,51%, yaitu sebanyak 479 jiwa

pada tahun 2013 dan sebanyak 970 jiwa pada tahun 2014. Data secara rinci

dampak konflik korban cedera di Wilayah Papua pada tahun 2013 dan 2014

dapat dilihat dari Tabel 4.78 di bawah ini.

Tabel 4.78 Jumlah dan Persentase Dampak Konflik Korban Cedera di Wilayah

Papua Periode Tahun 2013 - 2014

No Provinsi 2013 2014

Korban Cedera (%) Korban Cedera (%)

1 Papua 395 82,46 760 78,35

2 Papua Barat 84 17,54 210 21,65

Jumlah 479 100,00 970 100,00

Sumber: Data Sistem Nasional Pemantauan Kekerasan (SNPK), Kementerian

Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Tahun 2015

Dampak konflik korban tewas tahun 2013 di Provinsi Papua lebih

besar dibandingkan di Provinsi Papua Barat, yaitu sebanyak 395 jiwa

(82,46%) di Provinsi Papua dan sebanyak 84 jiwa (17,54%) korban yang

cedera akibat konflik di Provinsi Papua Barat. Pada tahun 2014, dampak

konflik korban tewas di Papua lebih besar dibandingkan di Provinsi Papua,

yaitu sebanyak 760 jiwa (78,35%) di Provinsi Papua dan sebanyak 210 jiwa

(21,65%) korban yang cedera akibat konflik di Provinsi Papua Barat

c. Dampak Konflik Korban Penculikan dan Perkosaan

Perkembangan dampak konflik dengan korban penculikan di Wilayah

Papua tidak mengalami penurunan ataupun kenaikan, karena sama-sama

berjumlah 2 jiwa pada tahun 2013 maupun pada tahun 2014 . Menurut

sumber data yang dikumpulkan, dampak korban perkosaan tidak terjadi di

Wilayah Papua baik pada taun 2013 maupun tahun 2014. Data secara rinci

dampak konflik korban penculikan dan perkosaan di Wilayah Papua pada

tahun 2013 dan 2014 dapat dilihat dari Tabel 4.79 di bawah ini.

Page 115: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

101

Tabel 4.79 Jumlah dan Persentase Dampak Konflik Korban Penculikan di

Wilayah papua Periode Tahun 2013 - 2014.

No Provinsi Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2013 Tahun 2014

Penculikan (%) Penculikan (%) Perkosaan (%) Perkosaan (%)

1 Papua 2 100,00 0 0,00 0 0 0 0

2 Papua Barat

0 0,00 2 100,00 0 0 0 0

Jumlah 2 100,00 2 100,00 0 0 0 0

Sumber: Data Sistem Nasional Pemantauan Kekerasan (SNPK), Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Tahun 2015

Dampak konflik korban penculikan pada tahun 2013 hanya terjadi di

Provinsi Papua yaitu sebanyak 2 jiwa (100%). Dampak konflik korban

perkosaan pada tahun 2014 hanya terjadi di Provinsi Papua Barat yaitu

sebanyak 2 jiwa (100%).

d. Dampak Konflik Bangunan Rusak

Perkembangan dampak konflik bangunan rusak di Wilayah Papua

mengalami kenaikan sebesar 46,72%, yaitu sebanyak 137 unit pada tahun

2013 dan sebanyak 201 jiwa pada tahun 2014. Data secara rinci dampak

konflik bangunan rusak di Wilayah Papua pada tahun 2013 dan 2014 dapat

dilihat dari Tabel 4.80 di bawah ini.

Tabel 4.80 Perkembangan Dampak Konflik Bangunan Rusak di Wilayah

Papua Periode Tahun 2013 - 2014

No Provinsi Tahun 2013 Tahun 2014

Bangunan Rusak (%) Bangunan Rusak (%)

1 Papua 106 77,37 117 58,21

2 Papua Barat 31 22,63 84 41,79

Jumlah 137 100,00 201 100,00

Sumber: Data Sistem Nasional Pemantauan Kekerasan (SNPK), Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Tahun 2015

Dampak konflik bangunan rusak tahun 2013 di Provinsi Papua lebih

besar dibandingkan di Provinsi Papua Barat, yaitu sebanyak 106 unit

(77,37%) di Provinsi Papua dan sebanyak 31 unit (22,63%) bangunan yang

rusak akibat konflik di Provinsi Papua Barat. Pada tahun 2014, dampak

konflik bangunan rusak di Provinsi Papua lebih besar dibandingkan di

Provinsi Papua Barat, yaitu sebanyak 117 unit (58,21%) di Provinsi Papua

dan sebanyak 84 unit (41,79%) bangunan yang rusak akibat konflik.

Page 116: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

102

4.7.3 Upaya Penanganan Konflik

Perkembangan jumlah desa yang mengalami intervensi dalam upaya

penanganan daerah konflik secara keseluruhan di Wilayah Papua

mengalami kenaikan sebesar 61,07% ,yaitu sebanyak 131 desa pada tahun

2013 dan sebanyak 211 desa pada tahun 2014 mengalami intervensi

penaganan konflik baik oleh TNI, Polisi, Brimob, ataupun sipil, seperti

disajikan pada Tabel 4.81 di bawah ini

Tabel 4.81 Jumlah Desa dengan Intevensi Upaya Penanganan Konflik di

Wilayah Papua Periode Tahun 2013 dan 2014

No Provinsi

Jumlah Desa dengan Intervensi Upaya Penananganan Konflik

Tahun 2013 (%) Tahun 2014 (%)

1 PAPUA 94 71,76 133 63,03

2 PAPUA BARAT 37 28,24 78 36,97

Jumlah 131 100,00 211 100,00

Sumber: Data Sistem Nasional Pemantauan Kekerasan (SNPK), Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Tahun 2015

Pada tahun 2013, jumlah desa dengan intervensi upaya penanganan

konflik di Provinsi Papua lebih besar dibandingkan di Provinsi Papua Barat,

yaitu sebanyak 94 desa (71,76%) di Provinsi Papua dan sebanyak 37 desa

(28,24%) mengalami intervensi dalam upaya penanganan konflik di Provinsi

Papua Barat. Pada Tahun 2014, jumlah desa dengan intervensi upaya

penanganan konflik di Provinsi Papua lebih besar dibandingkan di Provinsi

Papua Barat, yaitu sebanyak 133 desa (63,03%) di Provinsi Papua dan

sebanyak 78 desa (36,97%) mengalami intervensi dalam upaya

penanganan konflik di Provinsi Papua Barat.

a. Intervensi Tentara Nasional Indonesia (TNI)

Perkembangan jumlah desa yang mengalami intervensi TNI di

Wilayah Papua selama periode tahun 2013 dan tahun 2014 mengalami

kenaikan sebesar 175,00%, yaitu sebanyak 12 desa pada tahun 2013 dan

sebanyak 33 desa pada tahun 2014 yang mengalami intervensi TNI dalam

upaya penanganan konflik, seperti disajikan pada Tabel 4.82 di bawah ini.

Page 117: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

103

Tabel 4.82 Jumlah dan Persentase Desa dengan Intervensi TNI di Wilayah

Papua Periode Tahun 2013 - 2014

No Provinsi

Intervensi TNI (Tahun 2013)

Intervensi TNI (Tahun 2014)

Jumlah Desa (%) Jumlah Desa (%)

1 Papua 8 66,67 18 54,55

2 Papua Barat 4 33,33 15 45,45

Jumlah 12 100,00 33 100,00

Sumber: Data Sistem Nasional Pemantauan Kekerasan (SNPK), Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Tahun 2015

Pada tahun 2013, jumlah desa yang mengalami intervensi TNI di

Provinsi Papua lebih besar dibandingkan di Provinsi Papua Barat, yaitu

sebanyak 8 desa (66,67%) di Provinsi Papua dan sebanyak 4 desa

(33,33%) yang mengalami intervensi TNI dalam penanganan konflik di

Provinsi Papua Barat. Pada tahun 2014, jumlah desa yang mengalami

intervensi TNI di Provinsi Papua lebih besar dibandingkan di Provinsi Papua

Barat, yaitu sebanyak 18 desa (54,55%) di Provinsi Papua dan sebanyak 15

desa (45,45%) yang mengalami intervensi TNI dalam penanganan konflik di

Provinsi Papua Barat.

b. Intervensi Polisi

Perkembangan jumlah desa yang mengalami intervensi Polisi di

Wilayah Papua selama periode tahun 2013 dan tahun 2014 mengalami

kenaikan sebesar 42,70%, yaitu sebanyak 89 desa pada tahun 2013 dan

sebanyak 127 desa pada tahun 2014 yang mengalami intervensi TNI dalam

upaya penanganan konflik, seperti disajikan pada Tabel 4.83 di bawah ini.

Tabel 4.83 Jumlah dan Persentase Desa dengan Polisi di Wilayah Papua

Periode Tahun 2013 - 2014

No Provinsi

Intervensi Polisi (Tahun 2013)

Intervensi Polisi (Tahun 2014)

Jumlah Desa (%) Jumlah Desa (%)

1 Papua 63 70,79 85 66,93

2 Papua Barat 26 29,21 42 33,07

Jumlah 89 100,00 127 100,00

Sumber: Data Sistem Nasional Pemantauan Kekerasan (SNPK), Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Tahun 2015

Page 118: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

104

Pada tahun 2013, jumlah desa yang mengalami intervensi Polisi di

Provinsi Papua lebih besar dibandingkan di Provinsi Papua Barat, yaitu

sebanyak 63 desa (70,79%) di Provinsi Papua dan sebanyak 26 desa

(29,21%) yang mengalami intervensi Polisi dalam penanganan konflik di

Provinsi Papua Barat. Pada tahun 2014, jumlah desa yang mengalami

intervensi Polisi di Provinsi Papua lebih besar dibandingkan di Provinsi

Papua Barat, yaitu sebanyak 85 desa (66,93%) di Provinsi Papua dan

sebanyak 42 desa (33,07%) yang mengalami intervensi Polisi dalam

penanganan konflik di Provinsi Papua Barat.

c. Intervensi Brimob

Perkembangan jumlah desa yang mengalami intervensi Brimob di

Wilayah Papua selama periode tahun 2013 dan tahun 2014 mengalami

kenaikan sebesar 100%, yaitu sebanyak 9 desa pada tahun 2013 dan

sebanyak 18 desa pada tahun 2014 yang mengalami intervensi Briomb

dalam upaya penanganan konflik, seperti disajikan pada Tabel 4.84 di

bawah ini.

Tabel 4.84 Jumlah dan Persentase Desa dengan Intervensi Brimob di Wilayah Papua Periode Tahun 2013 - 2014

No Provinsi

Intervensi Brimob (Tahun 2013) Intervensi Brimob (Tahun

2014)

Jumlah Desa

(%) Jumlah

Desa (%)

1 Papua 8 88,89 15 83,33

2 Papua Barat 1 11,11 3 16,67

Jumlah 9 100,00 18 100,00

Sumber: Data Sistem Nasional Pemantauan Kekerasan (SNPK), Kementerian

Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Tahun 2015

Pada tahun 2013, jumlah desa yang mengalami intervensi Brimob di

Provinsi Papua lebih besar dibandingkan di Provinsi Papua Barat, yaitu

sebanyak 8 desa (88,89%) di Provinsi Papua dan hanya 1 desa (11,11%)

yang mengalami intervensi Brimob dalam penanganan konflik di Provinsi

Papua Barat. Pada tahun 2014, jumlah desa yang mengalami intervensi

Brimob di Provinsi Papua lebih besar dibandingkan di Provinsi Papua Barat,

yaitu sebanyak 15 desa (83,33%) di Provinsi Papua dan sebanyak 3 desa

Page 119: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

105

(16,67%) yang mengalami intervensi Brimob dalam penanganan konflik di

Provinsi Papua Barat.

d. Intervensi Sipil

Perkembangan jumlah desa yang mengalami intervensi sipil di

Wilayah Papua selama periode tahun 2013 dan tahun 2014 mengalami

kenaikan sebesar 57,14%, yaitu sebanyak 21 desa pada tahun 2013 dan

sebanyak 33 desa pada tahun 2014 yang mengalami intervensi sipil dalam

upaya penanganan konflik, seperti disajikan pada Tabel 4.85 di bawah ini.

Tabel 4.85 Jumlah dan Persentase Desa dengan Intervensi Sipil di Wilayah Papua Periode Tahun 2013 - 2014

No Provinsi

Intervensi Sipil (Tahun 2013)

Intervensi Sipil (Tahun 2014)

Jumlah Desa (%) Jumlah Desa (%)

1 Papua 15 71,43 15 45,45

2 Papua Barat 6 28,57 18 54,55

Jumlah 21 100,00 33 100,00

Sumber: Data Sistem Nasional Pemantauan Kekerasan (SNPK), Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Tahun 2015

Pada tahun 2013, jumlah desa yang mengalami intervensi sipil di

Provinsi Papua lebih besar dibandingkan di Provinsi Papua Barat, yaitu

sebanyak 15 desa (71,43%) di Provinsi Papua dan sebanyak 6 desa

(28,57%) yang mengalami intervensi sipil dalam penanganan konflik di

Provinsi Papua Barat. Pada tahun 2014, jumlah desa yang mengalami

intervensi sipil di Provinsi Papua lebih besar dibandingkan di Provinsi Papua

Barat, yaitu sebanyak 15 desa (45,45%) di Provinsi Papua dan sebanyak 18

desa (54,55%) yang mengalami intervensi sipil dalam penanganan konflik di

Provinsi Papua Barat.

Page 120: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

106

BAB V

KESIMPULAN

Berdasarkan uraian mengenai penyusunan Buku Perkembangan

Daerah Tertentu dengan focus kajian daerah pasca konflik, maka dapat

disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Berdasarkan data dari Sistem Nasional Pemantauan Kekerasan periode

Tahun 1997 - 2014 (SNPK – Kementerian Koordinator Bidang

Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia), cakupan

data angka konflik yang terjadi di Indonesia ada di 34 Provinsi dengan

jumlah sebaran 494 kabupaten.

2. Terkait dengan daerah tertinggal yang ada di Indonesia, berdasarkan

data dari SNPK, jumlah daerah konflik yang termasuk dalam daerah

tertinggal ada 112 kabupaten yang tersebar di 23 provinsi.

3. Berdasarkan data dari dari Sistem Nasional Pemantauan Kekerasan

(SNPK- Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan

Kebudayaan Republik Indonesia ) selama periode 1997-2014 terjadi

kejadian konflik sebanyak 62.080 kejadian. Kejadian konflik tersebut

berdasarkan jenisnya antara lain konflik sumber daya (7.227 kejadian),

konflik tata kelola pemerintah (3.721 kejadian), konflik pemilihan dan

jabatan (3.173 kejadian), konflik identitas (5.756 kejadian), konflik main

haim sendiri (30.105 kejadian), konflik separatisme (8.465 kejadian) dan

konflik lainnya (3.634 kejadian).

4. Selama periode tersebut, jumlah kejadian konflik sumber daya tertinggi

terjadi di Wilayah Sumatera yaitu sebanyak 2.098 kejadian. Jumlah

kejadian konflik tata kelola pemerintah tertinggi terjadi di Wilayah

Sumatera yaitu sebanyak 819 kejadian. Jumlah kejadian konflik

pemilihan dan jabatan tertinggi terjadi di Wilayah Sumatera yaitu

sebanyak 863 kejadian. Jumlah kejadian konflik identitas tertinggi terjadi

di Wilayah Sumatera yaitu sebanyak 1.519 kejadian. Jumlah kejadian

Page 121: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

107

konflik main haikm sendiri tertinggi terjadi di Wilayah Jawa yaitu

sebanyak 12.924 kejadian. Jumlah kejadian konflik separatisme tertinggi

terjadi di Wilayah Papua yaitu sebanyak 8.048 kejadian. Jumlah kejadian

konflik lainnya tertinggi terjadi di Wilayah Sulawesi yaitu sebanyak 985

kejadian.

5. Dampak fisik dari konflik diantaranya yaitu korban tewas, cedera,

penculikan dan perkosaan serta bangunan rusak.

6. Pada Tahun 2013, Wilayah Jawa memiliki jumlah dampak konflik korban

tewas tertinggi yaitu sebanyak 144 jiwa. Jumlah dampak konflik korban

cedera tertinggi terjadi di Wilayah Sumatera yaitu sebanyak 2.012 jiwa.

Jumlah dampak konflik korban penculikan tertingi terjadi di Wiayah

Sumatera yaitu sebanyak 5 jiwa. Jumlah dampak konflik korban

perkosaan tertinggi terjadi di Wilayah Bali dan Nusa Tenggara yaitu

sebanyak 77 jiwa. Jumlah dampak konflik bangunan rusak tertinggi

terjadi di Wilayah Sulawesi yaitu sebanyak 348 unit.

7. Pada Tahun 2014, Wilayah Sumatera memiliki jumlah dampak konflik

korban tewas tertinggi yaitu sebanyak 260 jiwa. Jumlah dampak konflik

korban cedera tertinggi terjadi di Wilayah Sumatera yaitu sebanyak

3.864 jiwa. Jumlah dampak konflik korban penculikan tertingi terjadi di

Wiayah Sumatera yaitu sebanyak 26 jiwa. Jumlah dampak konflik korban

perkosaan tertinggi terjadi di Wilayah Sumatera yaitu sebanyak 60 jiwa.

Jumlah dampak konflik bangunan rusak tertinggi terjadi di Wilayah

Sumatera yaitu sebanyak 581 unit.

8. Dalam upaya penanganan konflik berdasarkan data dari Sistem Nasional

Pemantauan Kekerasan (SNPK), tindakan yang dilakukan diantaranya

adalah adalah adanya intervensi Kemanusiaan dan negosiasi politik

yang merupakan tahap kedua setelah de-eskalasi konflik yang terjadi,

dimana intervensi merupakan tindakan yang dilakukan oleh pihak ketiga

untuk menghentikan kekerasan dalam satu insiden, yaitu intervensi

Tentara Nasional Indonesia (TNI), Intervensi Polisi, Intervensi Brimob

dan Intervensi Sipil.

Page 122: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

108

9. Pada Tahun 2013, Jumlah desa yang mengalami intevensi TNI tertinggi

terjadi di Wilayah Sulawesi yaitu sebanyak 33 desa. Jumlah desa yang

mengalami intevensi Polisi tertinggi terjadi di Wilayah Jawa yaitu

sebanyak 433 desa. Jumlah desa yang mengalami intevensi Brimob

tertinggi terjadi di Wilayah Sumatera yaitu sebanyak 15 desa. Jumlah

desa yang mengalami intevensi Brimob tertinggi terjadi di Wilayah

Sumatera yaitu sebanyak 129 desa.

10. Pada Tahun 2014, Jumlah desa yang mengalami intevensi TNI tertinggi

terjadi di Wilayah Sumatera yaitu sebanyak 56 desa. Jumlah desa yang

mengalami intevensi Polisi tertinggi terjadi di Wilayah Sumatera yaitu

sebanyak 147 desa. Jumlah desa yang mengalami intevensi Brimob

tertinggi terjadi di Wilayah Papua yaitu sebanyak 18 desa. Jumlah desa

yang mengalami intevensi Brimob tertinggi terjadi di Wilayah Sumatera

yaitu sebanyak 326 desa.

11. Selama periode tahun 1997-2014 jumlah kejadian konflik berdasarkan

jenisnya di Wilayah Indonesia adalah sebagai berikut:

a) Konflik Sumber Daya, yaitu di Wilayah Sumatera sebanyak 2.098

kejadian (26,39%), di Wilayah Jawa sebanyak 1.471 kejadian

(18,51%), di Wilayah Kalimantan sebanyak 839 kejadian (10,55%), di

Wilayah Sulawesi sebanyak 924 kejadian (11,62%), di Wilayah Bali

dan Nusa Tenggara sebanyak 962 kejadian (12,10%), di Wilayah

Maluku sebanyak 439 kejadian (5,52 %), di Wilayah Papua sebanyak

1.216 kejadian (15,30%). Total seluruh Wilayah Indonesia yaitu

sebanyak 7.223 kejadian.

b) Konflik Tata Kelola Pemerintah, yaitu di Wilayah Sumatera sebanyak

819 kejadian (19,84%), di Wilayah Jawa sebanyak 598 kejadian

(14,49%), di Wilayah Kalimantan sebanyak 308 kejadian (7,46%), di

Wilayah Sulawesi sebanyak 597 kejadian (14,46%), di Wilayah Bali

dan Nusa Tenggara sebanyak 711 (17,22%), di Wilayah Maluku

sebanyak 327 kejadian (7,92%), di Wilayah Papua sebanyak 768

Page 123: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

109

kejadian (18,60%). Total seluruh Wilayah Indonesia yaitu sebanyak

3.721 kejadian.

c) Konflik Pemilihan dan Jabatan, yaitu di Wilayah Sumatera sebanyak

863 kejadian (24,88%), di Wilayah Jawa sebanyak 516 kejadian

(14,87%), di Wilayah Kalimantan sebanyak 149 kejadian (4,30%), di

Wilayah Sulawesi sebanyak 635 kejadian (18,30%), di Wilayah Bali

dan Nusa Tenggara sebanyak 388 kejadian (11,18%), di Wilayah

Maluku sebanyak 370 kejadian (10,67%), di Wilayah Papua

sebanyak 548 kejadian (15,80%). Total seluruh Wilayah Indonesia

yaitu sebanyak 3.173 kejadian.

d) Konflik Identitas, yaitu di Wilayah Sumatera sebanyak 594 kejadian

(9,56%), di Wilayah Jawa sebanyak 1.190 kejadian (19,16%), di

Wilayah Kalimantan sebanyak 395 kejadian (6,36%), di Wilayah

Sulawesi sebanyak 1.519 kejadian (24,46%), di Wilayah Bali dan

Nusa Tenggara sebanyak 508 kejadian (8,18%), di Wilayah Maluku

sebanyak 1.268 kejadian (20,42%), di Wilayah Papua sebanyak 737

kejadian (11,87%). Total seluruh Wilayah Indonesia yaitu sebanyak

5.756 kejadian.

e) Konflik Main Hakim Sendiri, yaitu di Wilayah Sumatera sebanyak

8.090 kejadian (25,40%), di Wilayah Jawa sebanyak 12.924 kejadian

(40,58%), di Wilayah Kalimantan sebanyak 3.017 kejadian (9,47%),

di Wilayah Sulawesi sebanyak 2.493 kejadian (7,83%), di Wilayah

Bali dan Nusa Tenggara sebanyak 1.784 kejadian (5,60%), di

Wilayah Maluku sebanyak 549 (1,72%), di Wilayah Papua sebanyak

2.992 kejadian (9,39%). Total seluruh Wilayah Indonesia yaitu

sebanyak 30.105 kejadian.

f) Konflik Separatisme, yaitu di Wilayah Sumatera sebanyak 8.048

kejadian (88,64%), di Wilayah Jawa tidak ada kejadian, di Wilayah

Kalimantan 1 kejadian (0,01%), di Wilayah Sulawesi tidak ada

kejadian, di Wilayah Bali dan Nusa Tenggara sebanyak 20 kejadian

(0,22%), di Wilayah Maluku sebanyak 28 kejadian (0,31%), di

Page 124: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

110

Wilayah Papua sebanyak 982 kejadian (10,82%). Total seluruh

Wilayah Indonesia yaitu sebanyak 8.468 kejadian.

g) Konflik Lainnya, yaitu di Wilayah Sumatera sebanyak 577 kejadian

(13,70%), di Wilayah Jawa sebanyak 817 (19,40%), di Wilayah

Kalimantan 255 kejadian (6,06%), di Wilayah Sulawesi sebanyak 985

(23,39%), di Wilayah Bali dan Nusa Tenggara sebanyak 389

(9,24%), di Wilayah Maluku sebanyak 213 kejadian (5,06%), di

Wilayah Papua sebanyak 975 kejadian (23,15%). Total seluruh

Wilayah Indonesia yaitu sebanyak 3.634 kejadian.

12. Jumlah korban dampak konflik yang terjadi di Wilayah Indonesia pada

Tahun 2013 adalah sebagai berikut:

a) Dampak Konflik Korban Tewas, yaitu di Wilayah Sumatera

sebanyak 111 jiwa (21,64%), di Wilayah Jawa sebanyak 146

(28,46%), di Wilayah Kalimantan sebanyak 14 jiwa (2,73%), di

Wilayah Sulawesi sebanyak 71 jiwa (13,84%), di Wilayah Bali

dan Nusa Tenggara sebanyak 75 jiwa (14,62%), di Wilayah

Maluku sebanyak 12 jiwa (2,34%), di Wilayah Papua sebanyak

84 jiwa (16,37%). Total seluruh Wilayah Indonesia yaitu

sebanyak 508 jiwa.

b) Dampak Konflik Korban Cedera, yaitu di Wilayah Sumatera

sebanyak 2.012 jiwa (29,44%), di Wilayah Jawa sebanyak 1.540

jiwa (22,53%), di Wilayah Kalimantan sebanyak 639 jiwa

(9,35%), di Wilayah Sulawesi sebanyak 1.068 jiwa (15,63%), di

Wilayah Bali dan Nusa Tenggara sebanyak 819 jiwa (11,98%), di

Wilayah Maluku sebanyak 278 jiwa (4,07%), di Wilayah Papua

sebanyak 479 jiwa (7,01%). Total seluruh Wilayah Indonesia

yaitu sebanyak 6.530 jiwa.

c) Dampak Konflik Korban Penculikan, yaitu di Wilayah Sumatera

sebanyak 5 jiwa (41,67%), di Wilayah Jawa sebanyak 3 jiwa

(25,00%), di Wilayah Kalimantan tidak terdapat korban

penculikan, di Wilayah Sulawesi tidak terdapat korban

Page 125: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

111

penculikan, di Wilayah Bali dan Nusa Tenggara sebanyak 2 jiwa

(16,67 %), di Wilayah Maluku tidak terdapat korban penculikan,

di Wilayah Papua sebanyak 2 jiwa (16,67 %). Total seluruh

Wilayah Indonesia yaitu sebanyak 12 jiwa.

d) Dampak Konflik Korban Perkosaan, yaitu di Wilayah Sumatera 1

jiwa (1,28%), di Wilayah Jawa tidak terdapat korban , di Wilayah

Kalimantan tidak terdapat korban, di Wilayah Sulawesi tidak

terdapat korban, di Wilayah Bali dan Nusa Tenggara sebanyak

77 jiwa (98,72%), di Wilayah Maluku tidak terdapat korban, di

Wilayah Papua tidak terdapat korban. Total seluruh Wilayah

Indonesia yaitu sebanyak 78 jiwa.

e) Dampak Konflik Bangunan Rusak, yaitu di Wilayah Sumatera

sebanyak 25 unit (1,43%), di Wilayah Jawa sebanyak 261 unit

(14,96%), di Wilayah Kalimantan sebanyak 63 unit (3,61%), di

Wilayah Sulawesi sebanyak 348 unit (19,94%), di Wilayah Bali

dan Nusa Tenggara sebanyak 802 unit (45,96%), di Wilayah

Maluku sebanyak 109 unit (6,25%), di Wilayah Papua sebanyak

137 unit (7,85%). Total seluruh Wilayah Indonesia yaitu

sebanyak 1.975 jiwa.

13. Jumlah korban dampak konflik yang terjadi di Wilayah Indonesia pada

Tahun 2014 adalah sebagai berikut:

f) Dampak Konflik Korban Tewas, yaitu di Wilayah Sumatera

sebanyak 260 jiwa (29,18%), di Wilayah Jawa sebanyak 204

jiwa (22,90%), di Wilayah Kalimantan sebanyak 176 jiwa

(19,75%), di Wilayah Sulawesi sebanyak 89 jiwa (9,99%), di

Wilayah Bali dan Nusa Tenggara sebanyak 41 jiwa (4,60%), di

Wilayah Maluku sebanyak 30 jiwa (3,37%), di Wilayah Papua

sebanyak 91 jiwa (10,21%). Total seluruh Wilayah Indonesia

yaitu sebanyak 741 jiwa.

g) Dampak Konflik Korban Cedera, yaitu di Wilayah Sumatera

sebanyak 3.864 jiwa (35,47%), di Wilayah Jawa sebanyak 3.288

Page 126: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

112

jiwa (30,18%), di Wilayah Kalimantan sebanyak 681 jiwa

(6,25%), di Wilayah Sulawesi sebanyak 1.100 jiwa (10,10%), di

Wilayah Bali dan Nusa Tenggara sebanyak 590 jiwa (5,42%), di

Wilayah Maluku sebanyak 401 jiwa (3,68%), di Wilayah Papua

sebanyak 970 jiwa (8,90%). Total seluruh Wilayah Indonesia

yaitu sebanyak 10.853 jiwa.

h) Dampak Konflik Korban Penculikan, yaitu di Wilayah Sumatera

sebanyak 26 jiwa (76,47%), di Wilayah Jawa sebanyak 2 jiwa

(5,88%), di Wilayah Kalimantan tidak terdapat korban

penculikan, di Wilayah Sulawesi sebanyak 4 jiwa (11,76%), di

Wilayah Bali dan Nusa Tenggara tidak terdapat korban

penculikan, di Wilayah Maluku tidak terdapat korban penculikan,

di Wilayah Papua sebanyak 2 jiwa (5,88 %). Total seluruh

Wilayah Indonesia yaitu sebanyak 34 jiwa.

i) Dampak Konflik Korban Perkosaan, yaitu di Wilayah Sumatera

sebanyak 60 jiwa (89,55 %), di Wilayah Jawa 1 jiwa (1,49 %), di

Wilayah Kalimantan 1 jiwa (8,96%), di Wilayah Sulawesi tidak

terdapat korban, di Wilayah Bali dan Nusa Tenggara tidak

terdapat korban, di Wilayah Maluku tidak terdapat korban, di

Wilayah Papua tidak terdapat korban. Total seluruh Wilayah

Indonesia yaitu sebanyak 62 jiwa

j) Dampak Konflik Bangunan Rusak, yaitu di Wilayah Sumatera

sebanyak 79 unit (7,34 %), di Wilayah Jawa sebanyak 202 unit

(18,76%), di Wilayah Kalimantan sebanyak 44 unit (4,09%), di

Wilayah Sulawesi sebanyak 278 unit (25,81%), di Wilayah Bali

dan Nusa Tenggara sebanyak 123 unit (11,42%), di Wilayah

Maluku sebanyak 150 unit (13,93%), di Wilayah Papua

sebanyak 201 unit (18,66%). Total seluruh Wilayah Indonesia

yaitu sebanyak 1.577 jiwa

14. Jumlah desa yang mengalami intervensi dalam penanganan konflik di Wilayah

Indonesia pada tahun 2013 sebagai berikut:

Page 127: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

113

a) Intervensi Tentara Nasional Indonesia (TNI), yaitu di Wilayah

Sumatera sebanyak 19 desa (16,38%), di Wilayah Jawa

sebanyak 12 desa (10,34%), di Wilayah Kalimantan sebanyak 2

desa (1,72%), di Wilayah Sulawesi sebanyak 33 desa (28,45%),

di Wilayah Bali dan Nusa Tenggara 21 desa (18,10%), di

Wilayah Maluku sebanyak 17 desa (14,66%), di Wilayah Papua

sebanyak 12 desa (10,34%). Total seluruh Wilayah Indonesia

yaitu sebanyak 116 desa.

b) Intervensi Polisi, yaitu di Wilayah Sumatera sebanyak 424 desa

(28,12%), di Wilayah Jawa sebanyak 433 desa (28,71%), di

Wilayah Kalimantan sebanyak 91 desa (6,03%), di Wilayah

Sulawesi sebanyak 215 desa (14,26%), di Wilayah Bali dan

Nusa Tenggara 183 desa (12,14%), di Wilayah Maluku sebanyak

73 desa (4,84%), di Wilayah Papua sebanyak 89 desa (5,90%).

Total seluruh Wilayah Indonesia yaitu sebanyak 1.508 desa.

c) Intervensi Brimob, yaitu di Wilayah Sumatera sebanyak 15 desa

(25,86%), di Wilayah Jawa sebanyak 5 desa (8,62%), di Wilayah

Kalimantan tidak terjadi intervensi Brimob, di Wilayah Sulawesi

sebanyak 11 desa (18,97%), di Wilayah Bali dan Nusa Tenggara

12 desa (20,69%), di Wilayah Maluku sebanyak 6 desa

(10,34%), di Wilayah Papua sebanyak 9 desa (15,52%). Total

seluruh Wilayah Indonesia yaitu sebanyak 58 desa.

d) Intervensi Sipil, yaitu di Wilayah Sumatera sebanyak 129 desa

(30,94%), di Wilayah Jawa sebanyak 75 desa (17,99%), di

Wilayah Kalimantan sebanyak 31 desa (7,43%), di Wilayah

Sulawesi sebanyak 52 desa (12,47%), di Wilayah Bali dan Nusa

Tenggara 86 desa (20,62%), di Wilayah Maluku sebanyak 23

desa (5,52%), di Wilayah Papua sebanyak 21 desa (5,04%).

Total seluruh Wilayah Indonesia yaitu sebanyak 417 desa.

15. Jumlah desa yang mengalami intervensi dalam penanganan konflik di Wilayah

Indonesia pada tahun 2014 sebagai berikut:

Page 128: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

114

a) Intervensi Tentara Nasional Indonesia (TNI), yaitu di Wilayah

Sumatera sebanyak 56 desa (27,32%), di Wilayah Jawa

sebanyak 41 desa (20,00%), di Wilayah Kalimantan sebanyak 11

desa (5,37%), di Wilayah Sulawesi sebanyak 25 desa (12,20%),

di Wilayah Bali dan Nusa Tenggara 13 desa (6,34%), di Wilayah

Maluku sebanyak 26 desa (12,68%), di Wilayah Papua sebanyak

33 desa (16,10%). Total seluruh Wilayah Indonesia yaitu

sebanyak 205 desa.

b) Intervensi Polisi, yaitu di Wilayah Sumatera sebanyak 147 desa

(31,55%), di Wilayah Jawa sebanyak 115 desa (24,68%), di

Wilayah Kalimantan sebanyak 44 desa (9,44%), di Wilayah

Sulawesi sebanyak 72 desa (15,45%), di Wilayah Bali dan Nusa

Tenggara 39 desa (8,37%), di Wilayah Maluku sebanyak 19

desa (4,08%), di Wilayah Papua sebanyak 30 desa (6,44%).

Total seluruh Wilayah Indonesia yaitu sebanyak 46 desa.

c) Intervensi Brimob, yaitu di Wilayah Sumatera sebanyak 8 desa

(13,79%), di Wilayah Jawa sebanyak 9 desa (15,52%), di

Wilayah Kalimantan sebanyak 4 desa (6,90%), di Wilayah

Sulawesi sebanyak 6 desa (10,34%), di Wilayah Bali dan Nusa

Tenggara 9 desa (15,52%), di Wilayah Maluku sebanyak 4 desa

(6,90%), di Wilayah Papua sebanyak 18 desa (31,03%). Total

seluruh Wilayah Indonesia yaitu sebanyak 58 desa.

d) Intervensi Sipil, yaitu di Wilayah Sumatera sebanyak 326 desa

(44,60%), di Wilayah Jawa sebanyak 197 desa (26,95%), di

Wilayah Kalimantan sebanyak 70 desa (9,58%), di Wilayah

Sulawesi sebanyak 47 desa (6,43%), di Wilayah Bali dan Nusa

Tenggara 33 desa (4,51%), di Wilayah Maluku sebanyak 25

desa (3,42%), di Wilayah Papua sebanyak 33 desa (4,51%).

Total seluruh Wilayah Indonesia yaitu sebanyak 731 desa.

Page 129: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

115

DAFTAR PUSTAKA

Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi (Jakarta: LPFE Universitas

Indonesia, 2004) h.151

Trijono, Lambang (2007). Pembangunan sebagai Perdamaian, Rekonstruksi

Indonesia Pasca-Konflik, Jakarta: the Padi Institute dan Yayasan Obor

Indonesia

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007 Tentang

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN)

Tahun 2005-2025. Sekretariat Negara. Jakarta.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2012 Tentang

Penanganan Konflik Sosial. Sekretariat Negara. Jakarta.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi,

2015. Data Kawasan Perdesaan. 2015. Jakarta: Kementerian Desa,

Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi,

2015. Data Kota Terpadu Mandiri. 2015. Jakarta: Kementerian Desa,

Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi,

2015. Data Permukiman Transmigrasi Bina. 2015. Jakarta:

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan

Transmigrasi.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi,

2015. Data Permukiman Transmigrasi Serah. 2015. Jakarta:

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan

Transmigrasi.

Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manuisia dan Kebudayaan,

2014. Data Sistem Nasional Pemantauan kekerasan, diakses dari

http://www.snpk-indonesia.com/.

Page 130: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

116

Republik Indonesia, 2010. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5

Tahun 2010 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014. Sekretariat Kabinet RI.

Jakarta.

Republik Indonesia, 2015. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)

2015-2019. Sekretariat Kabinet RI. Jakarta.

Republik Indonesia, 2015, Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah

Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 6 Tahun

2015 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementarian Desa,

Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi. Sekretariat

Kabinet RI. Jakarta.

Republik Indonesia, 2016. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah

Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 10 Tahun

2016 tentang Pedoman Pengelolaan Data dan Informasi Desa,

Daerah Tertinggal dan Transmigrasi . Sekretariat Kabinet RI.

Jakarta.

Republik Indonesia, 2015. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 56

Tahun 2015 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi

Pemerintahan. Sekretariat Kabinet RI. Jakarta.

Republik Indonesia, 2015. Peraturan Presiden Nomor 131 Tahun 2015

tentang Penetapan Daerah Tertinggal Tahun 2015-2019.

Sekretariat Kabinet RI. Jakarta.

Page 131: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

117

LAMPIRAN

Page 132: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

118

Lampiran 1. Jumlah Kejadian Konflik Berdasarkan Jenisnya di Indonesia Periode Tahun 1997 – 2014

Provinsi Kabupaten Konflik

sumber daya

Konflik tata kelola

Pemerintah

Konflik pemilihan

dan jabatan

Konflik Identitas

Konflik main hakim sendiri

Konflik lainnya

Konflik Separatisme

ACEH Aceh Barat 19 19 19 7 59 5 241

Aceh barat Daya 15 8 21 1 17 5 224

Aceh Besar 24 11 22 18 71 11 627

Aceh Jaya 5 7 11 1 6 1 299

Aceh selatan 12 21 20 4 17 2 676

Aceh Singkil 11 3 5 0 6 2 12

Aceh Tamiang 15 8 7 1 33 2 148

Aceh Tengah 5 17 11 2 21 4 63

Aceh Tenggara 9 10 29 2 22 3 20

Aceh Timur 31 16 32 7 60 12 1.324

Aceh Utara 40 31 92 8 151 34 1.635

Banda Aceh 22 44 30 13 127 25 161

Bener Meriah 6 5 13 1 6 3 87

Bireuen 16 20 49 25 102 23 909

Gayo Lues 8 4 3 0 5 0 28

Langsa 21 7 23 6 63 2 45

Lhokseumawe 16 28 56 4 164 16 382

Nagan Raya 13 16 10 2 23 1 156

Pidie 21 16 44 8 89 8 723

Pidie jaya 3 9 13 2 13 1 256

Sabang 1 3 4 0 4 2 8

Simuelue 0 2 2 0 5 0 2

Subulussalam 6 3 5 0 8 1 20

Jumlah Konflik di Provinsi Aceh 319 308 521 112 1.072 163 8.046

Sumatera Utara

Asahan 38 20 15 3 92 7 0

Batu bara 13 6 8 1 60 6 0

Dairi 11 2 5 3 15 0 0

Deli serdang 336 31 11 24 987 42 0

Gunungsitoli 6 3 1 0 2 1 2

Humbang Hasundutan 7 2 5 0 10 1 0

Karo 32 7 9 1 89 3 0

Binjai 36 5 15 6 124 10 0

Medan 300 110 44 209 2.340 91 0

Tanjung Balai 4 14 1 1 29 1 0

Labuhan Batu 20 5 4 2 53 12 0

Page 133: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

119

Provinsi Kabupaten Konflik

sumber daya

Konflik tata kelola

Pemerintah

Konflik pemilihan

dan jabatan

Konflik Identitas

Konflik main hakim sendiri

Konflik lainnya

Konflik Separatisme

Labuhan Batu selatan 13 1 0 0 15 1 0

Labuhan Batu Utara 26 4 1 0 32 2 0

Langkat 68 19 11 12 185 12 0

Mandailing Natal 13 6 4 2 11 1 0

Nias 4 0 1 0 3 5 0

Nias Barat 0 0 0 0 1 3 0

Nias Selatan 1 0 2 0 0 4 0

Nias Utara 2 2 2 0 0 1 0

Padang Lawas 23 1 4 2 5 2 0

Padang Lawas Utara 13 2 0 0 7 1 0

Padangsidimpuan 5 8 6 4 17 4 0

Pakpak Bharat 1 0 3 1 3 0 0

Pematang Siantar 84 19 10 25 278 21 0

Samosir 10 3 2 0 5 2 0

Serdang Bedagai 27 7 4 3 160 5 0

Sibolga 4 3 11 2 17 1 0

Simalungun 94 12 4 8 149 12 0

Tapanuli Selatan 9 6 1 2 7 1 0

Tapanuli Tengah 33 4 7 1 30 3 0

Tapanuli Utara 9 3 5 0 14 2 0

Tebing Tinggi 13 3 0 1 63 3 0

Toba Samosir 3 4 1 0 11 1 0

Jumlah Konflik di Provinsi Sumatera Utara 1.258 312 197 313 4.814 261 2

Sumatera Barat

Agam 1 0 0 0 3 0 0

Bukittinggi 0 2 0 1 6 0 0

Dharmas Raya 4 2 0 2 15 1 0

Kepulauan Mentawai 1 0 0 0 0 0 0

Lima Puluh Kota 2 0 1 1 2 0 0

Padang 9 4 0 16 72 1 0

Padang Panjang 0 0 0 0 4 0 0

Padang Pariaman 0 2 0 0 6 0 0

Pariaman 1 0 0 2 1 0 0

Pasaman 2 0 0 0 1 0 0

Pasaman Barat 3 3 0 1 0 1 0

Payakumbuh 0 0 0 0 2 0 0

Pesisir Selatan 1 0 0 0 3 0 0

Sawah Lunto 1 0 0 0 0 0 0

Page 134: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

120

Provinsi Kabupaten Konflik

sumber daya

Konflik tata kelola

Pemerintah

Konflik pemilihan

dan jabatan

Konflik Identitas

Konflik main hakim sendiri

Konflik lainnya

Konflik Separatisme

Sijunjung 1 0 0 1 5 0 0

Solok 0 0 0 1 4 0 0

Solok 1 0 0 1 2 0 0

Solok Selatan 1 2 0 0 1 0 0

Tanah Datar 0 1 0 0 4 0 0

Jumlah Konflik di Provinsi Sumatera Barat 28 16 1 26 131 3 0

Riau Bengkalis 1 2 2 1 11 4 0

Dumai 5 1 2 1 15 1 0

Indragiri Hilir 3 0 1 0 4 1 0

Indragiri Hulu 5 0 0 0 4 0 0

Kampar 5 4 1 5 12 0 0

Kuantan Singingi 6 0 0 1 7 0 0

Pekanbaru 8 7 1 4 71 3 0

Pelalawan 6 0 0 1 5 0 0

Rokan Hilir 3 3 2 1 10 0 0

Rokan Hulu 3 1 0 1 7 2 0

Siak 2 0 0 0 3 0 0

Jumlah Konflik di Provinsi Riau 47 18 9 15 149 11 0

Jambi Batang Hari 4 1 0 1 2 0 0

Bungo 8 0 2 2 13 2 0

Jambi 3 7 1 5 23 3 0

Kerinci 1 0 12 1 2 1 0

Merangin 1 1 0 5 2 0 0

Muaro Jambi 1 0 1 0 0 0 0

Sarolangun 6 0 1 0 4 0 0

Sungai Penuh 1 0 0 1 1 0 0

Tanjung Jabung Barat 0 2 0 0 4 0 0

Tanjung Jabung Timur 1 0 0 0 0 0 0

Tebo 8 2 1 3 6 0 0

Jumlah Konflik di Provinsi Jambi 34 13 18 18 57 6 0

Sumatera Selatan

Banyu Asin 1 0 1 0 10 0 0

Empat Lawang 2 0 1 0 6 0 0

Lahat 4 0 0 0 11 0 0

Lubuk Linggau 6 0 3 1 32 1 0

Muara Enim 6 0 1 0 23 2 0

Musi Banyuasin 2 0 2 0 7 0 0

Page 135: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

121

Provinsi Kabupaten Konflik

sumber daya

Konflik tata kelola

Pemerintah

Konflik pemilihan

dan jabatan

Konflik Identitas

Konflik main hakim sendiri

Konflik lainnya

Konflik Separatisme

Musi Rawas 9 4 0 2 21 0 0

Ogan Ilir 7 3 0 0 9 0 0

Ogan Komering Ilir 7 2 1 1 9 3 0

Ogan Komering Ulu 3 0 0 0 23 1 0

Ogan Komering Ulu Selatan 0 0 0 0 4 0 0

Ogan Komering Ulu Timur 1 3 0 0 7 0 0

Pagar Alam 1 0 0 0 1 1 0

Palembang 15 2 5 16 203 5 0

Prabumulih 4 0 0 0 10 1 0

Jumlah Konflik di Provinsi Sumatera Selatan 68 14 14 20 376 14 0

Bengkulu Bengkulu 24 3 3 7 44 0 0

Bengkulu selatan 4 1 0 1 9 2 0

Bengkulu Tengah 1 1 1 0 7 0 0

Bengkulu Utara 4 2 4 2 15 1 0

Kaur 1 0 0 1 3 1 0

Kepahiang 3 1 0 1 4 0 0

Lebong 1 0 2 0 2 1 0

MukoMuko 0 1 1 3 5 0 0

Rejanglebong 0 1 1 0 24 2 0

Seluma 1 0 3 0 15 0 0

Jumlah Konflik di Provinsi Bengkulu 39 10 15 15 128 7 0

Lampung Bandar Lampung 92 37 26 23 452 48 0

Lampung Barat 9 2 1 2 17 2 0

Lampung selatan 15 8 6 10 135 13 0

Lampung Tengah 10 10 4 8 106 3 0

Lampung Timur 9 11 1 1 131 4 0

Lampung Utara 18 11 3 9 127 3 0

Mesuji 36 2 4 1 16 0 0

Metro 3 6 0 3 17 2 0

Pesawaran 8 7 5 0 21 5 0

Pringsewu 3 4 6 1 42 2 0

Tanggamus 11 0 6 0 24 4 0

Tulang Bawang 21 8 8 0 20 3 0

Tulang Bawang Barat 6 1 8 1 22 2 0

Way Kanan 15 1 6 2 21 1 0

Jumlah Konflik di Provinsi Lampung 256 108 84 61 1.151 92 0

Page 136: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

122

Provinsi Kabupaten Konflik

sumber daya

Konflik tata kelola

Pemerintah

Konflik pemilihan

dan jabatan

Konflik Identitas

Konflik main hakim sendiri

Konflik lainnya

Konflik Separatisme

Kepulauan Bangka Belitung

Bangka 3 0 0 0 10 1 0

Bangka Barat 0 0 0 0 1 0 0

Bangka Selatan 1 1 0 2 5 3 0

Bangka Tengah 1 0 1 1 1 1 0

Belitung 1 0 0 1 5 1 0

Belitung Timur 0 0 0 0 1 0 0

Pangkal Pinang 2 0 0 4 14 1 0

Jumlah Konflik di Kepulauan Bangka Belitung

8 1 1 8 37 7 0

Kepulauan Riau

Batam 35 8 2 6 156 13 0

Bintan 1 0 0 0 3 0 0

Karimun 3 2 0 0 4 0 0

Kepulauan Anambas 0 2 0 0 0 0 0

Lingga 0 0 0 0 3 0 0

Natuna 0 0 0 0 0 0 0

Tanjung Pinang 2 7 1 0 9 0 0

Jumlah Konflik di Kepulauan Riau 41 19 3 6 175 13 0

DKI Jakarta Jakarta Barat 72 7 1 59 819 33 0

Jakarta Pusat 99 56 34 144 1.126 52 0

Jakarta Selatan 35 28 13 111 504 47 0

Jakarta Timur 66 15 7 86 514 55 0

Jakarta Utara 73 19 2 28 482 50 0

Kepulauan seribu 0 1 0 0 1 0 0

Jumlah Konflik di Provinsi DKI Jakarta 345 126 57 428 3.446 237 0

Jawa Barat Bandung 2 0 0 2 4 0 0

Bandung 2 3 2 6 23 3 0

Bandung Barat 1 1 1 0 1 2 0

Banjar 0 1 0 0 2 1 0

Ciamis 4 0 0 2 17 1 0

Cianjur 1 1 3 1 3 0 0

Cimahi 0 0 0 1 3 0 0

Cirebon 3 0 1 18 51 7 0

Cirebon 5 4 3 11 25 5 0

Garut 2 0 1 0 2 0 0

Indramayu 2 2 0 1 16 0 0

Karawang 13 1 5 18 45 5 0

Kuningan 0 0 2 0 6 0 0

Page 137: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

123

Provinsi Kabupaten Konflik

sumber daya

Konflik tata kelola

Pemerintah

Konflik pemilihan

dan jabatan

Konflik Identitas

Konflik main hakim sendiri

Konflik lainnya

Konflik Separatisme

Majalengka 1 0 0 0 2 0 0

Purwakarta 2 1 0 6 18 1 0

Subang 2 2 4 7 24 1 0

Sukabumi 1 2 0 6 8 0 0

Sukabumi 0 0 0 4 2 1 0

Sumedang 0 0 0 2 4 0 0

Tasikmalaya 0 0 1 4 11 0 0

Tasikmalaya 0 1 2 6 23 3 0

Bekasi 15 9 9 17 142 9 0

Bekasi 37 14 2 21 217 18 0

Bogor 38 15 3 49 217 7 0

Bogor 18 10 7 33 160 16 0

Jumlah Konflik di Provinsi Jawa Barat 149 67 46 215 1.026 80 0

Jawa Tengah

Banjarnegara 1 0 0 0 0 0 0

Banyumas 2 0 1 1 14 0 0

Batang 1 4 0 1 3 0 0

Blora 0 0 1 0 1 1 0

Boyolali 1 0 1 1 18 0 0

Brebes 0 0 0 1 4 1 0

Cilacap 0 0 1 3 10 1 0

Demak 0 0 1 1 19 2 0

Grobogan 1 0 0 2 7 1 0

Jepara 0 1 1 2 7 0 0

Karang Anyar 0 0 0 0 3 0 0

Kebumen 2 0 1 1 0 0 0

Kendal 2 0 1 3 5 1 0

Klaten 0 0 1 1 7 0 0

Kudus 0 0 0 3 10 1 0

Magelang 1 1 2 0 6 1 0

Magelang 0 1 1 2 3 1 0

Pati 1 0 2 0 9 3 0

Pekalongan 0 0 0 0 16 1 0

Pekalongan 3 0 0 1 8 0 0

Pemalang 1 0 0 0 2 0 0

Purbalingga 0 0 0 1 5 0 0

Purworejo 0 0 0 0 3 0 0

Rembang 2 1 0 1 11 3 0

Page 138: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

124

Provinsi Kabupaten Konflik

sumber daya

Konflik tata kelola

Pemerintah

Konflik pemilihan

dan jabatan

Konflik Identitas

Konflik main hakim sendiri

Konflik lainnya

Konflik Separatisme

Salatiga 0 0 1 2 3 0 0

Semarang 5 2 2 11 47 8 0

Semarang 0 0 2 3 8 0 0

Sragen 1 1 1 0 5 0 0

Sukoharjo 0 3 3 3 10 1 0

Surakarta 1 0 4 9 31 1 0

Tegal 0 1 2 2 0 0 0

Tegal 0 1 1 1 2 0 0

Temanggung 1 1 0 1 5 0 0

Wonogiri 0 2 2 0 3 0 0

Wonosobo 1 0 0 0 0 1 0

Jumlah Konflik di Provinsi Jawa Tengah 27 19 32 57 285 28 0

DIY Bantul 2 0 1 8 26 4 0

Gunung Kidul 0 1 1 0 11 2 0

Yogyakarta 3 0 7 16 25 6 0

Kulonprogo 0 2 0 0 2 2 0

Sleman 2 2 7 20 44 2 0

Jumlah Konflik di Provinsi D.I. Yogyakarta 7 5 16 44 108 16 0

Jawa Timur Bangkalan 29 18 13 11 117 2 0

Banyuwangi 38 8 19 16 352 29 0

Batu 7 1 2 0 30 5 0

Blitar 39 5 2 6 231 5 0

Blitar 3 4 2 12 47 5 0

Bojonegoro 19 8 8 29 127 28 0

Bondowoso 7 2 4 3 34 2 0

Gresik 27 8 16 6 278 7 0

Jember 40 20 17 14 185 8 0

Jombang 37 8 8 10 157 21 0

Kediri 37 6 5 8 248 19 0

Kediri 4 3 3 9 66 6 0

Lamongann 13 11 16 35 167 17 0

Lumajang 19 6 5 5 55 2 0

Madiun 6 4 4 10 60 10 0

Madiun 12 1 6 15 47 8 0

Magetan 4 4 4 2 34 3 0

Malang 31 12 11 17 482 22 0

Malang 68 12 20 15 597 23 0

Page 139: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

125

Provinsi Kabupaten Konflik

sumber daya

Konflik tata kelola

Pemerintah

Konflik pemilihan

dan jabatan

Konflik Identitas

Konflik main hakim sendiri

Konflik lainnya

Konflik Separatisme

Mojokerto 22 6 8 6 190 12 0

Mojokerto 8 1 2 1 80 8 0

Nganjuk 6 3 5 9 116 13 0

Ngawi 13 7 3 10 80 3 0

Pacitan 4 1 0 0 14 1 0

Pamekasan 21 19 19 5 89 4 0

Pasuruan 9 3 2 5 65 5 0

Pasuruan 42 12 12 7 328 13 0

Ponorogo 10 4 7 5 80 6 0

Probolinggo 23 9 11 5 145 14 0

Probolinggo 16 4 7 4 130 9 0

Sampang 12 17 8 5 36 4 0

Sidoarjo 43 19 13 27 597 24 0

Situbondo 32 7 14 7 146 8 0

Sumenep 15 21 17 6 109 8 0

Surabaya 122 35 37 41 1.804 29 0

Trenggalek 1 4 4 3 22 2 0

Tuban 25 7 7 13 107 13 0

Tulungagung 14 7 5 11 128 21 0

Jumlah Konflik di Provinsi Jawa Timur 878 327 346 393 7.580 419 0

Banten Kota Cilegon 3 6 2 0 5 0 0

Kota Serang 1 2 1 2 8 0 0

Lebak 0 4 1 0 6 0 0

Pandeglang 0 5 1 0 1 0 0

Serang 11 2 1 4 16 0 0

Tangerang 19 13 3 25 219 13 0

Tangerang Selatan 13 3 5 14 88 12 0

Tangerang 18 19 5 8 136 12 0

Jumlah Konflik di Provinsi Banten 65 54 19 53 479 37 0

Bali Badung 6 2 1 1 20 2 0

Bangli 1 0 0 0 1 0 0

Buleleng 0 0 4 0 1 1 0

Denpasar 5 2 2 3 25 2 0

Gianyar 0 0 0 1 7 0 0

Jembrana 2 0 2 0 3 1 0

Karangasem 6 0 0 1 2 0 0

Klungkung 0 0 0 0 0 0 0

Page 140: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

126

Provinsi Kabupaten Konflik

sumber daya

Konflik tata kelola

Pemerintah

Konflik pemilihan

dan jabatan

Konflik Identitas

Konflik main hakim sendiri

Konflik lainnya

Konflik Separatisme

Tabanan 0 0 2 2 4 2 0

Jumlah Konflik di Provinsi Bali 20 4 11 8 63 8 0

Nusa Tenggara Barat

Bima 46 50 46 63 138 14 0

Bima 21 65 36 31 133 12 0

Dompu 24 58 34 46 49 2 0

Lombok Barat 28 35 17 19 64 7 0

Lombok Tengah 40 47 35 36 127 7 0

Lombok Timur 29 37 19 20 79 11 0

Lombok Utara 7 4 4 2 12 0 0

Mataram 32 51 26 22 152 17 0

Sumbawa 72 26 16 13 160 27 0

Sumbawa Barat 22 5 6 0 15 1 0

Jumlah Konflik di Provinsi Nusa Tenggara Barat

321 378 239 252 929 98 0

Nusa Tenggara Timur

Alor 12 6 4 24 38 19 0

Belu 9 11 13 21 25 10 14

Ende 29 10 4 9 23 7 0

Flores Timur 58 11 2 20 19 3 0

Kota Kupang 128 53 23 97 398 161 2

Kupang 46 17 4 21 79 20 1

Lembata 16 11 7 2 18 3 0

Manggarai 48 15 6 5 14 7 0

Manggarai Barat 39 3 8 0 18 1 0

Manggarai Timur 34 9 7 2 10 0 0

Nagekeo 19 1 1 1 5 1 0

Ngada 37 9 3 1 4 3 0

Rote Ndao 13 3 4 12 19 6 0

Sabu Raijua 13 3 1 0 7 1 0

Sikka 30 12 4 8 28 9 0

Sumba Barat 13 1 1 5 13 4 0

Sumba Barat Daya 18 4 10 1 4 0 0

Sumba Tengah 0 0 1 0 0 2 0

Sumba Timur 5 4 9 3 14 5 0

Timor Tengah Selatan 26 10 11 4 17 8 0

Timor Tengah Utara 28 22 15 12 39 13 3

Jumlah Konflik di Provinsi Nusa Tenggara Timur

621 215 138 248 792 283 20

Page 141: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

127

Provinsi Kabupaten Konflik

sumber daya

Konflik tata kelola

Pemerintah

Konflik pemilihan

dan jabatan

Konflik Identitas

Konflik main hakim sendiri

Konflik lainnya

Konflik Separatisme

Kalimantan Barat

Bengkayang 5 6 4 8 10 0 0

Kapuas Hulu 7 11 5 1 10 5 0

Kayong Utara 4 4 3 2 2 0 0

Ketapang 24 11 4 0 22 2 0

Kubu Raya 57 15 4 9 179 20 0

Landak 12 11 8 4 18 1 0

Melawi 5 2 0 0 8 0 0

Pontianak/Mempawah 93 29 16 13 356 37 1

Pontianak/Mempawah 230 56 20 54 1.061 75 0

Sambas 29 15 4 37 48 7 0

Sanggau 10 15 3 5 24 3 0

Sekadau 8 1 2 0 12 3 0

Singkawang 24 11 16 26 52 9 0

Sintang 14 15 4 3 34 2 0

Jumlah Konflik di Provinsi Kalimantan Barat 522 202 93 162 1.836 164 1

Kalimantan Tengah

Barito Selatan 0 1 2 1 5 2 0

Barito Timur 6 2 2 0 5 0 0

Barito Utara 12 8 3 1 20 6 0

Gunung Mas 11 6 1 0 10 0 0

Kapuas 17 7 4 23 30 2 0

Katingan 9 5 1 10 15 3 0

Kotawaringin Barat 24 5 10 32 66 4 0

Kotawaringin Timur 58 4 5 62 166 8 0

Lamandau 5 4 1 2 6 0 0

Murung Raya 5 4 10 2 2 0 0

Palangka Raya 81 16 6 49 296 39 0

Pulang Pisau 2 3 1 8 11 1 0

Seruyan 9 2 3 2 13 3 0

Sukamara 3 1 0 0 7 1 0

Jumlah Konflik di Provinsi Kalimantan Tengah

242 68 49 192 652 69 0

Kalimantan Selatan

Balangan 0 0 1 0 0 0 0

Banjar 0 0 0 0 5 0 0

Banjarbaru 1 0 0 0 9 0 0

Banjarmasin 4 3 0 2 64 1 0

Barito Kuala 0 0 0 0 1 0 0

Page 142: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

128

Provinsi Kabupaten Konflik

sumber daya

Konflik tata kelola

Pemerintah

Konflik pemilihan

dan jabatan

Konflik Identitas

Konflik main hakim sendiri

Konflik lainnya

Konflik Separatisme

Hulu Sungai Selatan 0 0 0 0 3 0 0

Hulu Sungai Tengah 0 0 0 0 7 0 0

Hulu Sungai Utara 0 0 0 0 1 0 0

Kota Baru 0 0 0 0 0 0 0

Tabalong 1 0 0 0 0 0 0

Tanah Bumbu 2 0 0 0 0 0 0

Tanah Laut 2 0 0 1 4 0 0

Tapin 0 0 0 0 0 0 0

Jumlah Konflik di Provinsi Kalimantan Selatan

10 3 1 3 94 1 0

Kalimantan Timur

Balikpapan 14 2 0 15 75 7 0

Berau 4 0 0 0 3 0 0

Bontang 1 0 0 1 8 2 0

Kutai Barat 1 1 0 0 3 0 0

Kutai Kertanegara 10 3 1 2 27 1 0

Kutai Timur 1 1 0 0 2 0 0

Paser 3 1 0 0 3 0 0

Penajam Paser Utara 5 1 0 1 2 0 0

Samarinda 21 17 3 15 280 7 0

Jumlah Konflik di Provinsi Kalimantan Timur 60 26 4 34 403 17 0

Kalimantan Utara

Bulungan 1 0 0 0 3 0 0

Malinau 0 0 0 0 0 0 0

Nunukan 3 2 1 0 6 1 0

Tana Tidung 0 1 0 0 0 0 0

Tarakan 1 6 1 4 23 3 0

Jumlah Konflik di Provinsi Kalimantan Utara 5 9 2 4 32 4 0

Sulawesi Utara

Bitung 9 6 2 4 31 21 0

Bolaang Mongondow 22 4 17 28 26 2 0

Bolaang Mongondow Selatan 4 3 0 1 6 1 0

Bolaang Mongondow Timur 12 8 2 8 11 1 0

Bolaang Mongondow Utara 4 8 3 0 6 1 0

Kepulauan Sangihe 1 2 5 2 5 1 0

Kepulauan Talaud 1 3 5 0 2 2 0

Kotamobagu 13 12 25 8 26 7 0

Manado 158 32 33 153 467 285 0

Minahasa 27 8 23 17 69 48 0

Minahasa selatan 20 9 14 30 34 16 0

Page 143: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

129

Provinsi Kabupaten Konflik

sumber daya

Konflik tata kelola

Pemerintah

Konflik pemilihan

dan jabatan

Konflik Identitas

Konflik main hakim sendiri

Konflik lainnya

Konflik Separatisme

Minahasa Tenggara 12 4 11 15 11 2 0

Minahasa utara 17 3 4 3 40 19 0

Siau Tagolandang Biaro 1 4 4 3 4 0 0

Tomohon 5 5 9 2 7 2 0

Jumlah Konflik di Provinsi Sulawesi Utara 306 111 157 274 745 408 0

Sulawesi Tengah

Banggai 30 32 17 25 62 27 0

Banggai Kepulauan 1 16 2 1 6 2 0

Buol 5 16 8 8 10 2 0

Donggala 24 15 12 11 25 6 0

Morowali 8 11 5 17 8 3 0

Palu 87 71 44 119 277 73 0

Parigi Moutong 14 22 10 22 34 7 0

Poso 8 30 8 309 23 72 0

Sigi 25 13 7 49 56 14 0

Tojo Una-una 5 8 5 10 2 4 0

Toli-toli 5 15 23 3 10 2 0

Jumlah Konflik di Provinsi Sulawesi Tengah 212 249 141 574 513 212 0

Sulawesi Selatan

Bantaeng 4 7 4 0 14 1 0

Barru 4 0 1 0 3 1 0

Bone 24 15 17 29 57 16 0

Bulukumba 30 17 43 6 31 9 0

Enrekang 2 5 7 2 3 3 0

Gowa 29 7 26 22 56 2 0

Jeneponto 9 7 16 0 18 4 0

Kepulauan Selayar 3 1 0 0 2 0 0

Luwu 16 7 23 17 21 7 0

Luwu Timur 9 6 8 3 10 2 0

Luwu Utara 2 1 1 39 11 3 0

Makassar 132 179 88 463 773 242 0

Maros 11 4 5 2 17 4 0

Palopo 9 21 11 38 74 38 0

Pangkajene dan Kepulauan 12 2 2 1 2 3 0

Pare - Pare 3 7 9 1 16 3 0

Pinrang 11 4 5 2 14 2 0

Sidenreng Rappang 13 5 16 5 10 1 0

Sinjai 7 10 13 7 10 2 0

Page 144: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

130

Provinsi Kabupaten Konflik

sumber daya

Konflik tata kelola

Pemerintah

Konflik pemilihan

dan jabatan

Konflik Identitas

Konflik main hakim sendiri

Konflik lainnya

Konflik Separatisme

Soppeng 5 1 4 1 8 0 0

Takalar 20 3 10 1 13 3 0

Tana Toraja 3 3 4 3 7 2 0

Toraja Utara 5 1 1 2 3 1 0

Wajo 14 5 6 1 18 4 0

Jumlah Konflik di Provinsi Sulawesi Selatan 377 318 320 645 1.191 353 0

Sulawesi Tenggara

Bau-bau 0 5 1 8 9 0 0

Bombana 5 1 0 0 0 2 0

Buton 0 3 0 0 1 0 0

Buton Utara 0 1 0 0 1 0 0

Kendari 8 7 4 7 13 5 0

Kolaka 1 0 0 1 1 0 0

Kolaka Utara 0 1 1 0 0 0 0

Konawe 1 2 0 0 0 1 0

Konawe Selatan 0 0 0 0 1 0 0

Konawe Utara 1 1 1 0 0 0 0

Muna 1 2 1 5 3 0 0

Wakatobi 0 1 0 0 1 1 0

Jumlah Konflik di Provinsi Sulawesi Tenggara

17 24 8 21 30 9 0

Sulawesi Barat

Majene 0 1 0 0 0 0 0

Mamasa 0 1 1 0 0 0 0

Mamuju 0 2 3 0 3 0 0

Mamuju Utara 1 0 1 0 0 0 0

Polewali Mandar 0 1 0 0 1 0 0

Jumlah Konflik di Provinsi Sulawesi Barat 1 5 5 0 4 0 0

Gorontalo Boalemo 4 0 0 0 1 0 0

Bone Bolango 2 1 0 0 0 0 0

Gorontalo 2 1 0 0 0 0 0

Gorontalo 1 2 4 5 9 2 0

Gorontalo Utara 1 0 0 0 0 0 0

Pohuwato 1 0 0 0 0 1 0

Jumlah Konflik di Provinsi Gorontalo 11 4 4 5 10 3 0

Maluku Ambon 102 66 43 659 208 110 22

Buru 31 9 8 19 6 5 0

Buru Selatan 6 1 2 22 3 1 1

Kepulauan Aru 5 7 9 11 8 2 0

Page 145: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

131

Provinsi Kabupaten Konflik

sumber daya

Konflik tata kelola

Pemerintah

Konflik pemilihan

dan jabatan

Konflik Identitas

Konflik main hakim sendiri

Konflik lainnya

Konflik Separatisme

Maluku Barat Daya 3 3 0 1 1 0 0

Maluku Tengah 165 24 55 200 48 22 4

Maluku Tenggara 12 11 19 29 17 5 0

Maluku Tenggara Barat 7 6 7 8 4 0 0

Seram Bagian Barat 23 13 13 52 8 5 1

Seram Bagian Timur 3 12 20 18 3 0 0

Tual 9 10 3 11 9 6 0

Jumlah Konflik di Provinsi Maluku 366 162 179 1.030 315 156 28

Maluku Utara

Halamahera Barat 9 17 11 17 5 2 0

Halamahera Timur 3 3 3 3 0 0 0

Halmahera Selatan 6 12 10 19 5 3 0

Halmahera Tengah 5 6 15 8 3 0 0

Halmahera Utara 16 12 10 55 15 6 0

Kepulauan Sula 0 5 14 7 5 1 0

Morotai 3 9 11 6 4 1 0

Ternate 24 87 99 117 179 43 0

Tidore Kepulauan 7 14 18 6 18 1 0

Jumlah Konflik di Provinsi Maluku Utara 73 165 191 238 234 57 0

Papua Asmat 0 3 2 0 6 1 0

Biak Numfor 9 3 3 0 20 9 3

Boven Digoel 1 1 0 0 2 0 1

Deiyai 1 3 2 0 0 0 3

Dogiyai 0 2 6 1 2 0 1

Intanjaya 0 1 3 1 0 2 1

Jayapura 81 38 26 14 102 26 20

Kota Jayapura 82 64 41 32 329 144 42

Jayawijaya 2 18 25 13 29 3 20

Keerom 4 7 7 1 8 1 8

Kepulauan Yapen 0 2 4 0 1 0 13

Lanny Jaya 0 0 1 1 1 0 15

Mamberamo Raya 1 0 1 1 0 1 4

Mamberamo Tengah 0 1 2 0 0 0 0

Mappi 0 0 0 0 1 0 0

Merauke 15 11 8 5 81 37 13

Mimika 211 43 16 150 273 101 35

Nabire 9 15 9 7 18 3 2

Nduga 0 1 1 0 1 0 0

Page 146: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

132

Provinsi Kabupaten Konflik

sumber daya

Konflik tata kelola

Pemerintah

Konflik pemilihan

dan jabatan

Konflik Identitas

Konflik main hakim sendiri

Konflik lainnya

Konflik Separatisme

Paniai 0 0 1 2 4 1 18

Pegunungan Bintang 0 2 0 0 0 0 0

Puncak 0 0 4 0 1 0 10

Puncakjaya 0 5 6 0 0 0 119

Sarmi 1 1 0 0 0 1 11

Supiori 0 1 1 0 0 0 1

Tolikara 0 3 9 0 5 0 1

Waropen 0 1 1 0 0 0 0

Yahukimo 2 3 3 0 3 1 2

Yalimo 0 4 0 0 1 0 0

Jumlah Konflik di Provinsi Papua 419 233 182 228 888 331 343

Papua Barat

Kota Sorong 22 24 13 27 194 44 1

Sorong 10 13 7 3 35 6 7

Fakfak 5 13 14 3 16 2 1

Kaimana 4 3 2 0 11 2 1

Manokwari 11 55 23 20 88 11 11

Raja Ampat 7 4 1 0 5 0 0

Sorong Selatan 5 10 9 0 7 1 0

Tambrauw 1 1 0 0 1 0 0

Teluk Bintuni 3 2 0 1 2 1 2

Teluk Wondana 3 3 1 0 1 0 5

Jumlah Konflik di Provinsi Papua Barat 71 128 70 54 360 67 28

Sumber: Data Sistem Nasional Pemantauan Kekerasan (SNPK), Kementerian Koordinator

Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Tahun 2015.

Page 147: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

133

Lampiran 2. Dampak Konflik di Indonesia Periode tahun 2013 – 2014

Provinsi Kabupaten

Korban Tewas

Korban Cedera

Korban Penculikan

Korban Perkosaan

Bangunan Rusak

Tahun 2013

Tahun 2014

Tahun 2013

Tahun 2014

Tahun 2013

Tahun 2014

Tahun 2013

Tahun 2014

Tahun 2013

Tahun 2014

Aceh Simeulue 0 12 0 5 1

Aceh Singkil 0 2 2 4 0 0 0 0 2 0

Aceh Selatan 1 3 0 17 0 0 0 2 0 0

Aceh Tenggara 1 6 0 11 0 0 0 1 2 2

Aceh Timur 0 6 2 42 2 5 0 3 1 5

Aceh Tengah 0 2 6 8 0 0 0 4 0 3

Aceh Barat 0 1 13 31 0 0 0 5 1 3

Aceh Besar 1 6 13 21 0 0 0 5 0 1

Pidie 1 3 21 53 0 0 0 4 1 6

Bireuen 0 9 14 44 0 3 0 0 1 12

Aceh Utara 1 12 25 53 0 10 0 5 3 16

Aceh Barat Daya 0 2 5 12 1 0 0 0 0 1

Gayo Lues 1 0 2 6 0 0 0 1 0 0

Aceh Tamiang 0 1 8 13 0 0 0 1 0 7

Nagan Raya 0 1 12 8 0 0 0 3 3 0

Aceh Jaya 0 2 3 7 0 0 0 0 0 2

Bener Meriah 0 1 0 3 0 0 0 1 0 3

Pidie Jaya 0 1 18 15 0 0 0 2 2 0

Banda Aceh 0 2 18 37 0 1 0 5 5 5

Sabang 1 10 0 0 0

Langsa 0 1 16 31 0 3 0 4 2 1

Lhokseumawe 0 0 20 65 0 0 0 4 2 11

Subulussalam 0 1 7 11 0 0 0 0 0 0

Jumlah Dampak Konflik di Provinsi Aceh

6 63 205 514 3 22 0 55 25 79

Sumatera Utara Mandailing Natal 0 1 1 1 0 0 0 0 2 1

Tapanuli Selatan 1 0 1 4 0 0 0 0 10 0

Tapanuli Tengah 0 0 2 4 0 0 0 0 0 0

Tapanuli Utara 1 1 0 2 0 0 0 0 0 0

Toba Samosir 0 0 1 5 0 0 0 0 0 0

Labuhan Batu 3 1 12 16 0 0 0 0 0 1

Asahan 2 0 14 20 0 0 0 0 2 0

Simalungun 1 3 34 52 0 0 0 0 6 0

Dairi 0 7 2 16 0 0 0 5 5 0

Karo 1 1 11 15 0 0 0 0 1 1

Deli Serdang 14 16 323 346 2 1 1 0 67 36

Langkat 6 2 28 46 0 0 0 0 9 3

Nias Selatan 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1

Humbang Hasundutan

0 1 4 2 0 0 0 0 0 0

Page 148: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

134

Provinsi Kabupaten

Korban Tewas

Korban Cedera

Korban Penculikan

Korban Perkosaan

Bangunan Rusak

Tahun 2013

Tahun 2014

Tahun 2013

Tahun 2014

Tahun 2013

Tahun 2014

Tahun 2013

Tahun 2014

Tahun 2013

Tahun 2014

Pakpak Bharat 0 0 10 9 0 0 0 0 0 0

Samosir 0 0 1 2 0 0 0 0 1 1

Serdang Bedagai 2 3 58 23 0 0 0 0 0 0

Batu Bara 2 0 9 19 0 0 0 0 1 2

Padang Lawas Utara

1 0 2 7 0 0 0 0 1 1

Padang Lawas 2 1 23 1 0 0 0 0 5 0

Labuhan Batu Selatan

1 1 6 4 0 0 0 0 0 0

Labuhan Batu Utara

0 2 1 5 0 0 0 0 1 0

Nias Utara 0 1 2 3 0 0 0 0 0 0

Nias Barat 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0

Sibolga 0 0 1 3 0 0 0 0 0 0

Tanjung Balai 0 0 3 3 0 0 0 0 0 0

Pematang Siantar 3 2 221 76 0 0 0 0 5 2

Tebing Tinggi 0 0 24 17 0 0 0 0 0 1

Medan 29 18 681 672 0 1 0 0 44 9

Binjai 2 2 27 29 0 1 0 0 5 4

Padangsidimpuan 0 0 9 13 0 0 0 0 1 0

Gunungsitoli 0 1 1 3 0 0 0 0 0 0

Jumlah Dampak Konflik di Provinsi Sumatera Utara

71 65 1514 1418 2 3 1 5 166 63

Sumatera Barat Kepulauan Mentawai

1 0 0 0 0

Pesisir Selatan 1 3 0 0 0

Kab Solok 0 16 0 0 1

Sijunjung 1 8 0 0 2

Tanah Datar 0 6 0 0 0

Padang Pariaman 0 9 0 0 1

Agam 0 3 0 0 0

Lima Puluh Kota 0 3 0 0 11

Pasaman 0 3 0 0 0

Solok Selatan 0 5 0 0 0

Dharmas Raya 0 1 1 45 0 0 0 0 0 1

Pasaman Barat 1 0 0 4 0 0 0 0 0 1

Padang 0 3 7 103 0 0 0 0 0 6

Kota Solok 0 3 0 0 0

Sawah Lunto 0 0 0 0 0

Padang Panjang 0 4 0 0 0

Bukittinggi 0 0 3 8 0 0 0 0 0 0

Payakumbuh 0 4 0 0 0

Page 149: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

135

Provinsi Kabupaten

Korban Tewas

Korban Cedera

Korban Penculikan

Korban Perkosaan

Bangunan Rusak

Tahun 2013

Tahun 2014

Tahun 2013

Tahun 2014

Tahun 2013

Tahun 2014

Tahun 2013

Tahun 2014

Tahun 2013

Tahun 2014

Pariaman 1 5 0 0 2

Jumlah Dampak Konflik di Provinsi Sumatera Barat

2 7 11 232 0 0 0 0 0 25

Riau Kuantan Singingi 1 2 0 13 0 0 0 0 0 19

Indragiri Hulu 0 0 11 12 0 0 0 0 1 1

Indragiri Hilir 3 5 0 0 1

Pelalawan 0 12 0 0 1

S I A K 0 9 0 0 0

Kampar 0 1 0 44 0 0 0 0 0 1

Rokan Hulu 4 21 1 0 2

Bengkalis 0 22 0 0 5

Rokan Hilir 4 13 0 0 1

Pekanbaru 0 2 2 135 0 0 0 0 0 3

D U M A I 0 26 0 0 3

Jumlah Dampak Konflik di Provinsi Riau

1 16 13 312 0 1 0 0 1 37

Jambi Kerinci 1 7 0 0 15

Merangin 1 9 0 0 1

Sarolangun 4 2 13 4 0 0 0 0 0 26

Batang Hari 0 1 0 12 0 0 0 0 30 0

Muaro Jambi 1 0 0 0 0

Tanjung Jabung Timur

0 0 0 0 0

Tanjung Jabung Barat

0 0 0 4 0 0 0 0 1 1

Tebo 0 1 4 16 0 0 0 0 1 9

Bungo 0 27 0 0 1

Jambi 0 0 2 49 0 0 0 0 0 3

Sungai Penuh 1 5 0 0 2

Jumlah Dampak Konflik di Provinsi Jambi

4 8 19 133 0 0 0 0 32 58

Sumatera Selatan Ogan Komering Ulu

0 3 0 27 0 0 0 0 0 0

Ogan Komering Ilir 0 5 1 29 0 0 0 0 0 2

Muara Enim 2 9 1 26 0 0 0 0 0 0

Lahat 3 13 0 0 7

Musi Rawas 4 6 22 33 0 0 0 0 4 12

Musi Banyuasin 2 10 0 0 2

Banyu Asin 0 3 1 9 0 0 0 0 0 0

Ogan Komering Ulu Selatan

1 3 0 1 0 0 0 0 0 0

Ogan Komering Ulu Timur

1 0 10 11 0 0 0 0 2 4

Ogan Ilir 0 1 0 16 0 0 0 0 0 1

Page 150: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

136

Provinsi Kabupaten

Korban Tewas

Korban Cedera

Korban Penculikan

Korban Perkosaan

Bangunan Rusak

Tahun 2013

Tahun 2014

Tahun 2013

Tahun 2014

Tahun 2013

Tahun 2014

Tahun 2013

Tahun 2014

Tahun 2013

Tahun 2014

Empat Lawang 0 1 1 11 0 0 0 0 0 1

Palembang 2 15 12 266 0 0 0 0 2 5

Prabumulih 1 16 0 0 0

Pagar Alam 0 3 0 0 0

Lubuk Linggau 3 46 0 0 1

Jumlah Dampak Konflik di Provinsi Sumatera Selatan

10 55 48 517 0 0 0 0 8 35

Bengkulu Bengkulu Selatan 1 16 0 0 2

Rejang Lebong 2 1 2 30 0 0 0 0 0 1

Bengkulu Utara 0 0 0 28 0 0 0 0 2 2

Kaur 0 9 0 0 0

Seluma 0 0 0 18 0 0 0 0 1 1

Mukomuko 1 11 0 0 0

Lebong 0 6 0 0 0

Kepahiang 0 0 0 8 0 0 0 0 1 0

Bengkulu Tengah 0 19 0 0 0

Bengkulu 0 2 3 72 0 0 0 0 0 10

Jumlah Dampak Konflik di Provinsi Bengkulu

2 5 5 217 0 0 0 0 4 16

Lampung Lampung Barat 0 0 1 5 0 0 0 0 0 1

Tanggamus 0 2 4 7 0 0 0 0 0 39

Lampung Selatan 3 8 17 22 0 0 0 0 1 1

Lampung Timur 2 5 20 18 0 0 0 0 2 36

Lampung Tengah 0 5 13 20 0 0 0 0 10 114

Lampung Utara 2 2 6 15 0 0 0 0 1 0

Way Kanan 0 0 5 4 0 0 0 0 0 2

Tulang Bawang 3 0 29 5 0 0 0 0 1 0

Pesawaran 0 0 1 3 0 0 0 0 0 0

Pringsewu 0 2 12 4 0 0 0 0 0 0

Mesuji 3 4 9 12 0 0 0 0 2 9

Tulang Bawang Barat

0 0 11 2 0 0 0 0 3 0

Bandar Lampung 2 2 37 59 0 0 0 0 1 1

Kota Metro 0 0 4 4 0 0 0 0 1 0

Jumlah Dampak Konflik di Provinsi Lampung

15 30 169 180 0 0 0 0 22 203

Kepulauan Bangka Belitung

Bangka 0 13 0 0 0

Belitung 0 8 0 0 0

Bangka Barat 0 4 0 0 0

Bangka Tengah 0 5 0 0 3

Bangka Selatan 2 8 0 0 2

Page 151: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

137

Provinsi Kabupaten

Korban Tewas

Korban Cedera

Korban Penculikan

Korban Perkosaan

Bangunan Rusak

Tahun 2013

Tahun 2014

Tahun 2013

Tahun 2014

Tahun 2013

Tahun 2014

Tahun 2013

Tahun 2014

Tahun 2013

Tahun 2014

Belitung Timur 0 3 0 0 0

Pangkal Pinang 0 30 0 0 1

Jumlah Dampak Konflik di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

0 2 0 71 0 0 0 0 0 6

Kepulauan Riau Karimun 0 11 0 0 1

Bintan 0 0 5 4 0 0 0 0 0 0

Lingga 0 3 0 0 0

Kepulauan Anambas

0 1 0 0 0

B A T A M 8 228 0 0 57

Tanjung Pinang 0 1 23 23 0 0 0 0 12 1

Jumlah Dampak Konflik di Provinsi Kepulauan Riau

0 9 28 270 0 0 0 0 12 59

Banten Pandeglang 1 3 0 0 2

Lebak 3 9 0 0 0

Tangerang 6 4 8 35 0 1 0 0 4 0

Serang 0 0 1 35 0 0 0 0 0 3

Kota Tangerang 2 5 18 41 0 0 0 0 2 1

Kota Cilegon 0 10 0 0 1

Kota Serang 0 0 4 11 0 0 0 0 0 0

Kota Tangerang Selatan

9 0 14 29 0 0 0 0 1 0

Jumlah Dampak Konflik di Provinsi Banten 17 13 45 173 0 1 0 0 7 7

D.I. Yogyakarta Kulon Progo 0 0 0 3 0 0 0 0 0 1

Bantul 0 3 2 50 0 0 0 0 2 2

Gunung Kidul 0 0 1 11 0 0 0 0 0 2

Sleman 6 3 15 108 0 0 0 0 0 19

Kota Yogyakarta 0 1 0 51 0 0 0 0 0 5

Jumlah Dampak Konflik di Provinsi Di D.I. Yogyakarta

6 7 18 223 0 0 0 0 2 29

DKI Jakarta Kepulauan Seribu

Jakarta Selatan 4 9 95 122 0 0 0 0 1 5

Jakarta Timur 9 6 96 84 0 0 0 0 48 23

Jakarta Pusat 3 5 175 280 0 0 0 0 36 1

Jakarta Barat 6 1 102 149 2 0 0 0 3 0

Jakarta Utara 0 5 37 46 0 0 0 0 1 1

Jumlah Dampak Konflik di Provinsi DKI Jakarta

22 26 505 681 2 0 0 0 89 30

Jawa Barat Bogor 7 8 32 23 0 0 0 0 2 0

Sukabumi 0 2 2 14 0 0 0 0 0 0

Cianjur 0 3 0 0 2

Bandung 3 1 1 2 0 0 0 0 0 0

Page 152: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

138

Provinsi Kabupaten

Korban Tewas

Korban Cedera

Korban Penculikan

Korban Perkosaan

Bangunan Rusak

Tahun 2013

Tahun 2014

Tahun 2013

Tahun 2014

Tahun 2013

Tahun 2014

Tahun 2013

Tahun 2014

Tahun 2013

Tahun 2014

Garut 1 1 0 0 1

Tasikmalaya 0 1 9 16 0 0 0 0 26 1

Ciamis 1 5 3 23 0 0 0 0 0 0

Kuningan 1 9 0 0 0

Cirebon 3 15 8 69 0 0 0 0 8 25

Majalengka 0 3 0 0 0

Sumedang 0 9 0 0 1

Indramayu 0 2 21 20 0 0 0 0 0 1

Subang 1 6 3 19 0 0 0 0 0 3

Purwakarta 2 25 0 0 1

Karawang 1 18 3 80 0 0 0 0 0 24

Bekasi 4 5 69 16 0 0 0 0 13 0

Bandung Barat 0 1 0 4 0 0 0 0 0 0

Bogor 2 0 19 23 0 0 0 0 0 0

Sukabumi 0 1 2 8 0 0 0 0 0 0

Bandung 0 6 8 55 0 0 0 0 0 2

Cirebon 1 5 0 63 0 0 0 0 0 1

Bekasi 5 5 43 53 0 0 0 0 4 1

Depok 6 5 28 89 0 0 0 0 4 1

Cimahi 1 3 0 0 0

Tasikmalaya 1 0 1 54 0 0 0 0 0 4

Banjar 0 4 0 0 0

Jumlah Dampak Konflik di Provinsi Jawa Barat

35 91 252 688 0 0 0 0 57 68

Jawa Tengah Cilacap 0 1 3 29 0 0 0 0 0 1

Banyumas 0 0 0 25 0 0 0 0 0 0

Purbalingga 1 5 0 0 0

Banjarnegara 1 0 0 0 0

Kebumen 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Purworejo 0 4 0 0 0

Wonosobo 0 0 0 0 0

Magelang 1 0 0 8 0 0 0 0 1 0

Boyolali 1 23 0 0 0

Klaten 1 8 0 0 0

Sukoharjo 0 3 0 17 0 0 0 0 1 0

Wonogiri 0 5 0 0 0

Karanganyar 0 3 0 0 0

Sragen 1 7 0 0 0

Grobogan 0 1 2 10 0 0 0 0 1 0

Blora 0 0 0 4 0 0 0 0 0 0

Page 153: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

139

Provinsi Kabupaten

Korban Tewas

Korban Cedera

Korban Penculikan

Korban Perkosaan

Bangunan Rusak

Tahun 2013

Tahun 2014

Tahun 2013

Tahun 2014

Tahun 2013

Tahun 2014

Tahun 2013

Tahun 2014

Tahun 2013

Tahun 2014

Rembang 0 21 0 0 0

Pati 0 12 0 0 1

Kudus 0 0 1 15 0 0 0 0 0 0

Jepara 0 8 0 0 5

Demak 0 25 1 0 0

Semarang 2 12 0 0 0

Temanggung 0 0 1 7 0 0 0 0 0 0

Kendal 1 0 5 14 0 0 0 0 0 0

Batang 1 1 3 9 0 0 0 0 0 0

Pekalongan 1 41 0 0 0

Pemalang 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0

Tegal 0 1 2 1 0 0 0 0 0 0

Brebes 0 11 0 0 4

Magelang 1 0 1 8 0 0 0 0 0 0

Surakarta 0 2 1 77 0 0 0 0 0 6

Salatiga 0 5 0 0 0

Semarang 1 4 7 77 0 0 0 0 0 2

Pekalongan 0 0 11 22 0 0 0 0 0 0

Tegal 0 0 3 5 0 0 0 0 0 0

Jumlah Dampak Konflik di Provinsi Jawa Tengah

8 21 40 521 0 1 0 0 3 19

Jawa Timur Pacitan 0 1 3 5 0 0 0 0 0 0

Ponorogo 2 0 6 12 0 0 0 0 1 0

Trenggalek 0 0 4 5 0 0 0 0 0 0

Tulungagung 2 0 25 9 0 0 0 0 15 3

Blitar 0 2 20 21 0 0 0 0 0 0

Kediri 0 1 4 16 0 0 0 0 0 3

Malang 3 7 32 34 0 0 0 0 1 0

Lumajang 1 1 7 11 0 0 0 0 2 0

Jember 3 1 32 22 1 0 0 0 11 0

Banyuwangi 1 2 29 40 0 0 0 0 12 3

Bondowoso 0 0 3 2 0 0 0 0 0 0

Situbondo 1 1 20 29 0 0 0 0 2 1

Probolinggo 7 1 25 30 0 0 0 0 2 5

Pasuruan 7 4 38 87 0 0 0 0 2 8

Sidoarjo 4 3 52 73 0 0 0 0 22 2

Mojokerto 2 2 13 34 0 0 0 0 0 0

Jombang 0 0 10 36 0 0 0 0 0 9

Nganjuk 0 1 1 3 0 0 0 0 0 0

Madiun 1 0 10 5 0 0 0 0 0 0

Page 154: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

140

Provinsi Kabupaten

Korban Tewas

Korban Cedera

Korban Penculikan

Korban Perkosaan

Bangunan Rusak

Tahun 2013

Tahun 2014

Tahun 2013

Tahun 2014

Tahun 2013

Tahun 2014

Tahun 2013

Tahun 2014

Tahun 2013

Tahun 2014

Magetan 2 0 3 2 0 0 0 0 2 0

Ngawi 0 0 5 16 0 0 0 0 3 0

Bojonegoro 0 0 20 15 0 0 0 0 0 2

Tuban 0 1 17 17 0 0 0 0 1 1

Lamongan 0 1 28 32 0 0 0 0 5 0

Gresik 2 1 37 55 0 0 0 0 0 0

Bangkalan 0 1 24 12 0 0 0 0 2 1

Sampang 0 4 10 12 0 0 0 0 0 2

Pamekasan 1 3 16 21 0 0 0 0 2 1

Sumenep 12 1 24 25 0 0 0 0 7 4

Kediri 0 0 4 13 0 0 0 0 0 0

Blitar 0 0 13 4 0 0 0 0 0 0

Malang 1 0 33 24 0 0 0 1 2 2

Probolinggo 0 1 19 23 0 0 0 0 2 1

Pasuruan 1 0 10 10 0 0 0 0 3 0

Mojokerto 0 0 3 6 0 0 0 0 0 0

Madiun 0 0 5 9 0 0 0 0 2 1

Surabaya 5 6 70 232 0 0 0 0 2 0

Batu 0 5 0 0 0

Jumlah Dampak Konflik di Provinsi Jawa Timur

58 46 680 1.002 1 - -

1 103 49

Kalimantan Barat Sambas 0 2 0 0 14

Bengkayang 1 2 0 0 0

Landak 0 0 1 2 0 0 0 0 0 1

Pontianak 0 0 0 4 0 0 0 0 0 0

Sanggau 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0

Ketapang 0 1 5 8 0 0 0 0 0 2

Sintang 0 0 1 3 0 0 0 0 2 0

Kapuas Hulu 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1

Sekadau 0 0 0 0 2

Kayong Utara 0 0 0 0 0

Kubu Raya 1 2 7 8 0 0 0 0 1 1

Pontianak 0 1 53 67 0 0 0 0 1 3

Singkawang 0 0 2 3 0 0 0 0 0 0

Jumlah Dampak Konflik di Provinsi Kalimantan Barat

1 6 73 99 0 0 0 0 18 10

Kalimantan Tengah Kotawaringin Barat 0 1 12 15 0 0 0 0 1 0

Kotawaringin Timur 0 1 27 55 0 0 0 0 2 4

Kapuas 2 0 3 6 0 0 0 0 0 0

Barito Selatan 0 2 0 0 0

Page 155: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

141

Provinsi Kabupaten

Korban Tewas

Korban Cedera

Korban Penculikan

Korban Perkosaan

Bangunan Rusak

Tahun 2013

Tahun 2014

Tahun 2013

Tahun 2014

Tahun 2013

Tahun 2014

Tahun 2013

Tahun 2014

Tahun 2013

Tahun 2014

Barito Utara 0 0 5 9 0 0 0 0 0 0

Sukamara 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0

Lamandau 0 5 0 0 0

Seruyan 2 6 0 0 0

Katingan 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1

Pulang Pisau 0 0 1 3 0 0 0 0 0 0

Gunung Mas 0 1 0 0 1

Barito Timur 0 0 1 4 0 0 0 0 0 0

Murung Raya 0 9 0 0 10

Palangka Raya 0 0 26 56 0 0 0 0 1 2

Jumlah Dampak Konflik di Provinsi Kalimantan Tengah

4 2 91 157 0 0 0 0 15 7

Kalimantan Selatan Tanah Laut 6 5 0 0 1

Kab Banjar 0 6 0 0 0

Barito Kuala 1 0 0 0 0

Hulu Sungai Tengah

0 9 0 1 0

Hulu Sungai Utara 1 0 0 0 0

Tabalong 0 0 0 0 0

Tanah Bumbu 0 2 3 0 0 0 0 0 0 0

Banjarmasin 0 4 1 76 0 0 0 0 0 7

Banjar Baru 0 8 0 0 1

Jumlah Dampak Konflik di Provinsi Kalimantan Selatan

1 13 4 104 0 0 0 1 0 9

Kalimantan Timur Paser 0 0 3 1 0 0 0 0 1 0

Kutai Barat 2 3 0 0 0

Kutai Kartanegara 0 0 9 16 0 0 0 0 0 10

Kutai Timur 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0

Berau 2 0 0 2 0 0 0 0 0 0

Penajam Paser Utara

0 0 1 2 0 0 0 0 0 0

Balikpapan 0 3 31 59 0 0 0 0 1 2

Samarinda 0 0 104 210 0 0 0 0 2 3

Bontang 0 0 1 11 0 0 0 0 0 0

Jumlah Dampak Konflik di Provinsi Kalimantan Timur

2 5 149 305 0 0 0 0 5 15

Kalimantan Utara Bulungan 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0

Tana Tidung 0 0 0 0 0

Nunukan 0 0 3 1 0 0 0 0 0 2

Tarakan 1 0 14 14 0 0 0 0 9 0

Jumlah Dampak Konflik di Provinsi Kalimantan Utara

3 9 303 603 0 0 0 0 18 22

Page 156: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

142

Provinsi Kabupaten

Korban Tewas

Korban Cedera

Korban Penculikan

Korban Perkosaan

Bangunan Rusak

Tahun 2013

Tahun 2014

Tahun 2013

Tahun 2014

Tahun 2013

Tahun 2014

Tahun 2013

Tahun 2014

Tahun 2013

Tahun 2014

Bali Jembrana 0 0 0 6 0 0 0 0 0 0

Tabanan 0 0 0 12 0 0 0 0 0 0

Badung 0 0 0 38 0 0 0 0 0 4

Gianyar 0 0 0 6 0 0 0 0 0 0

Bangli 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0

Karang Asem 0 1 0 5 0 0 0 0 0 1

Buleleng 0 0 0 3 0 0 0 0 0 6

Denpasar 0 3 1 39 0 0 0 0 0 3

Jumlah Dampak Konflik di Provinsi Bali

0 4 1 110 0 0 0 0 0 14

Nusa Tenggara Barat Lombok Barat 2 0 34 23 0 0 10 0 0 7

Lombok Tengah 8 1 19 14 0 0 5 0 2 5

Lombok Timur 3 3 42 29 1 0 11 0 9 8

Sumbawa 8 5 152 32 0 0 14 0 488 7

Dompu 6 1 51 35 0 0 8 0 30 23

Bima 6 8 113 93 0 0 13 0 28 19

Sumbawa Barat 2 3 12 2 0 0 2 0 0 0

Lombok Utara 1 0 2 10 0 0 1 0 0 0

Mataram 9 1 95 23 0 0 10 0 5 1

Bima 2 0 126 43 1 0 3 0 13 4

Jumlah Dampak Konflik di Provinsi Nusa Tenggara Barat

47 22 646 304 2 0 77 0 575 74

Nusa Tenggara Timur Sumba Barat 0 1 0 5 0 0 0 0 0 1

Sumba Timur 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0

Kupang 3 1 17 17 0 0 0 0 0 12

Timor Tengah Selatan

1 0 4 6 0 0 0 0 0 1

Timor Tengah Utara

1 3 17 13 0 0 0 0 0 6

Belu 2 0 7 4 0 0 0 0 6 1

Alor 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0

Lembata 0 1 0 9 0 0 0 0 0 3

Flores Timur 5 1 22 7 0 0 0 0 140 5

Sikka 1 1 9 4 0 0 0 0 1 2

Ende 0 0 0 3 0 0 0 0 1 0

Ngada 0 0 0 4 0 0 0 0 0 0

Manggarai 0 0 3 4 0 0 0 0 0 0

Rote Ndao 1 1 1 2 0 0 0 0 0 0

Manggarai Barat 1 0 12 0 0 0 0 0 1 0

Sumba Tengah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Sumba Barat Daya 12 3 25 3 0 0 0 0 70 3

Page 157: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

143

Provinsi Kabupaten

Korban Tewas

Korban Cedera

Korban Penculikan

Korban Perkosaan

Bangunan Rusak

Tahun 2013

Tahun 2014

Tahun 2013

Tahun 2014

Tahun 2013

Tahun 2014

Tahun 2013

Tahun 2014

Tahun 2013

Tahun 2014

Nagekeo 0 0 1 5 0 0 0 0 0 0

Manggarai Timur 0 1 2 5 0 0 0 0 1 0

Sabu Raijua 0 0 0 13 0 0 0 0 0 0

Kota Kupang 1 1 52 69 0 0 0 0 7 1

Jumlah Dampak Konflik di Provinsi Nusa Tenggara Timur

28 15 172 176 0 0 0 0 227 35

Sulawesi Utara Bolaang Mongondow

3 0 28 69 0 0 0 0 20 6

Minahasa 1 2 9 28 0 0 0 0 2 31

Kepulauan Sangihe 1 2 0 0 0

Kepulauan Talaud 0 0 2 1 0 0 0 0 0 0

Minahasa Selatan 2 3 32 23 0 0 0 0 28 16

Minahasa Utara 1 1 5 16 0 0 0 0 0 1

Bolaang Mongondow Utara

0 1 0 0 0

Siau Tagulandang Biaro

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Minahasa Tenggara

2 1 18 4 0 0 0 0 21 1

Bolaang Mongondow Selatan

0 2 0 0 0

Bolaang Mongondow Timur

1 0 47 4 0 0 0 0 4 0

Manado 4 10 125 219 0 0 0 0 11 36

Bitung 2 1 5 9 0 0 0 0 0 1

Tomohon 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0

Kotamobagu 0 0 4 4 0 0 0 0 1 1

Jumlah Dampak Konflik di Provinsi Sulawesi Utara

16 20 275 383 0 0 0 0 87 93

Sulawesi Tengah Banggai Kepulauan 0 0 3 1 0 0 0 0 0 1

Banggai 1 0 26 20 0 0 0 0 5 10

Morowali 0 0 2 2 0 0 0 0 0 2

Poso 1 8 9 4 0 4 0 0 4 2

Donggala 0 0 4 3 0 0 0 0 0 6

Toli-Toli 1 2 0 0 1

Buol 1 0 2 5 0 0 0 0 1 15

Parigi Moutong 0 0 27 2 0 0 0 0 9 2

Tojo Una-Una 0 0 1 0 0 0 0 0 0 5

Sigi 2 2 10 3 0 0 0 0 28 1

Palu 4 3 71 37 0 0 0 0 34 6

Jumlah Dampak Konflik di Provinsi Sulawesi Tengah

9 14 155 79 0 4 0 0 81 51

Sulawesi Selatan Kepulauan Selayar 3 0 0 0 0

Bulukumba 3 0 4 3 0 0 0 0 4 2

Page 158: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

144

Provinsi Kabupaten

Korban Tewas

Korban Cedera

Korban Penculikan

Korban Perkosaan

Bangunan Rusak

Tahun 2013

Tahun 2014

Tahun 2013

Tahun 2014

Tahun 2013

Tahun 2014

Tahun 2013

Tahun 2014

Tahun 2013

Tahun 2014

Bantaeng 1 1 2 2 0 0 0 0 0 1

Jeneponto 2 3 1 2 0 0 0 0 4 0

Takalar 4 0 7 0 0 0 0 0 1 0

Gowa 6 1 23 42 0 0 0 0 4 2

Sinjai 0 1 6 3 0 0 0 0 0 1

Maros 1 1 12 1 0 0 0 0 0 0

Pangkajene Dan Kepulauan

0 1 1 15 0 0 0 0 0 0

Barru 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0

Bone 1 2 16 9 0 0 0 0 1 0

Soppeng 1 2 0 0 0

Wajo 0 1 3 4 0 0 0 0 4 0

Sidenreng Rappang

2 1 7 4 0 0 0 0 1 9

Pinrang 0 0 6 4 0 0 0 0 0 0

Enrekang 0 7 0 0 0

Luwu 2 5 52 16 0 0 0 0 3 1

Tana Toraja 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0

Luwu Utara 3 2 21 11 0 0 0 0 1 18

Luwu Timur 0 1 1 4 0 0 0 0 0 0

Toraja Utara 1 1 1 2 0 0 0 0 0 0

Makassar 15 19 422 299 0 0 0 0 141 66

Pare-Pare 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0

Palopo 1 0 24 59 0 0 0 0 15 8

Jumlah Dampak Konflik di Provinsi Sulawesi Selatan

44 45 618 484 0 0 0 0 179 108

Sulawesi Tenggara Buton 0 21 0 0 2

Muna 1 1 0 6 0 0 0 0 0 6

Konawe 0 1 0 0 4

Kolaka 0 1 0 0 0

Konawe Selatan 0 1 0 0 0

Bombana 0 6 0 0 4

Wakatobi 0 2 0 0 1

Kolaka Utara 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0

Buton Utara 1 0 0 0 1

Konawe Utara 0 0 0 0 1

Kendari 1 4 14 63 0 0 0 0 0 3

Bau-Bau 0 1 5 15 0 0 0 0 0 2

Jumlah Dampak Konflik di Provinsi Sulawesi Tenggara

2 7 20 116 0 0 0 0 0 24

Gorontalo Boalemo 1 1 0 0 1

Page 159: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

145

Provinsi Kabupaten

Korban Tewas

Korban Cedera

Korban Penculikan

Korban Perkosaan

Bangunan Rusak

Tahun 2013

Tahun 2014

Tahun 2013

Tahun 2014

Tahun 2013

Tahun 2014

Tahun 2013

Tahun 2014

Tahun 2013

Tahun 2014

Kab Gorontalo 0 2 0 0 0

Pohuwato 0 3 0 0 0

Bone Bolango 0 2 0 0 0

Gorontalo Utara 0 0 0 0 0

Kota Gorontalo 0 1 0 18 0 0 0 0 1 1

Jumlah Dampak Konflik di Provinsi Gorontalo

0 2 0 26 0 0 0 0 1 2

Sulawesi Barat Majene 0 0 0 0 0

Polewali Mandar 0 0 0 0 0

Mamasa 0 1 0 0 0

Mamuju 1 8 0 0 0

Mamuju Utara 0 3 0 0 0

Jumlah Dampak Konflik di Provinsi Sulawesi Barat

0 1 0 12 0 0 0 0 0 0

Maluku Ambon 1 3 73 54 0 0 0 0 19 29

Buru 2 5 2 4 0 0 0 0 0 0

Buru Selatan 0 0 8 1 0 0 0 0 1 0

Kepulauan Aru 0 1 11 3 0 0 0 0 16 0

Maluku Tengah 6 6 49 44 0 0 0 0 26 77

Maluku Tenggara 0 0 2 1 0 0 0 0 5 1

Maluku Tenggara Barat

0 0 0 0 0

Seram Bagian Barat

0 9 3 112 0 0 0 0 1 9

Seram Bagian Timur

0 0 1 5 0 0 0 0 0 0

Tual 0 0 0 1 0 0 0 0 1 2

Jumlah Dampak Konflik di Provinsi Maluku

9 24 149 225 0 0 0 0 69 118

Maluku Utara Halmahera Barat 0 0 6 2 0 0 0 0 26 3

Halmahera Selatan 0 1 2 6 0 0 0 0 0 5

Halmahera Tengah 2 3 0 0 1

Halmahera Timur 0 1 0 0 2

Halmahera Utara 0 1 9 57 0 0 0 0 3 13

Kepulauan Sula 0 0 2 13 0 0 0 0 0 2

Pulau Morotai 0 0 2 3 0 0 0 0 2 0

Ternate 3 1 94 88 0 0 0 0 7 6

Tidore Kepulauan 0 1 14 3 0 0 0 0 2 0

Jumlah Dampak Konflik di Provinsi Maluku Utara

3 6 129 176 0 0 0 0 40 32

Papua Barat Fakfak 0 0 6 8 0 2 0 0 1 7

Kaimana 1 1 2 0 0 0

Teluk Wondama 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1

Page 160: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

146

Provinsi Kabupaten

Korban Tewas

Korban Cedera

Korban Penculikan

Korban Perkosaan

Bangunan Rusak

Tahun 2013

Tahun 2014

Tahun 2013

Tahun 2014

Tahun 2013

Tahun 2014

Tahun 2013

Tahun 2014

Tahun 2013

Tahun 2014

Manokwari 2 0 26 54 0 0 0 0 21 33

Sorong Selatan 0 1 0 0 0 0 0 0 2 14

Kab Sorong 2 0 4 11 0 0 0 0 2 1

Raja Ampat 0 13 0 0 3

Tambrauw 0 1 0 0 0

Kota Sorong 2 1 48 121 0 0 0 0 4 25

Jumlah Dampak Konflik di Provinsi Papua Barat

7 3 84 210 0 2 0 0 31 84

Papua Merauke 0 1 27 37 0 0 0 0 5 3

Jayawijaya 5 2 59 66 0 0 0 0 18 6

Kab Jayapura 4 0 8 18 0 0 0 0 1 2

Nabire 17 0 38 9 0 0 0 0 4 2

Kepulauan Yapen 1 2 1 3 0 0 0 0 0 1

Biak Numfor 1 0 3 1 0 0 0 0 0 0

Paniai 0 4 3 16 0 0 0 0 13 3

Puncak Jaya 12 10 8 11 0 0 0 0 9 1

Mimika 18 43 92 435 0 0 0 0 33 38

Boven Digoel 0 0 0 0 4

Mappi 0 1 0 0 0

Asmat 0 1 0 0 3

Yahukimo 2 1 6 10 0 0 0 0 1 1

Pegunungan Bintang

0 12 0 0 6

Tolikara 1 0 0 0 0 0 0 0 0 5

Keerom 0 2 0 0 27

Mamberamo Raya 0 1 0 0 0

Nduga 0 0 1 4 0 0 0 0 0 0

Lanny Jaya 1 12 0 19 0 0 0 0 0 2

Mamberamo Tengah

0 0 0 0 2

Yalimo 0 0 0 0 8

Puncak 11 4 2 0 0

Dogiyai 1 6 0 0 0

Intan Jaya 0 0 0 26 0 0 0 0 1 0

Deiyai 0 1 0 0 0

Kota Jayapura 4 12 131 95 0 0 0 0 10 14

Jumlah Dampak Konflik di Provinsi Papua

77 88 395 760 2 0 0 0 106 117

Grand Total Dampak Konflik 510 750 6.816 11.481 12 34 78 62 1.983 1.598

Sumber: Data Sistem Nasional Pemantauan Kekerasan (SNPK), Kementerian Koordinator

Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Tahun 2015.

Page 161: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

147

Lampiran 3. Jumlah Desa yang Mengalami Intervensi dalam Upaya Penanganan Konflik di Indonesia

Provinsi Kabupaten Intervensi TNI Intervensi Polisi Intervensi Brimob Intervensi Sipil

Tahun 2013

Tahun 2014

Tahun 2013

Tahun 2014

Tahun 2013

Tahun 2014

Tahun 2013

Tahun 2014

Aceh Simeulue 2 3 0 0

Aceh Singkil 1 0 1 0 0 0 0 2

Aceh Selatan 0 0 1 0 0 0 2 3

Aceh Tenggara 0 0 0 0 0 0 1 0

Aceh Timur 0 1 0 5 0 1 2 4

Aceh Tengah 0 0 1 2 0 0 1 1

Aceh Barat 0 0 3 1 0 0 2 6

Aceh Besar 0 0 3 0 0 0 1 0

Pidie 0 3 4 9 0 0 1 3

Bireuen 0 3 5 6 0 0 1 13

Aceh Utara 0 2 3 6 0 0 9 10

Aceh Barat Daya 0 0 0 0 0 0 0 3

Gayo Lues 0 0 0 0 0 0 0 0

Aceh Tamiang 0 1 3 2 0 0 0 2

Nagan Raya 2 0 2 0 1 0 0 1

Aceh Jaya 0 0 0 1 0 0 0 2

Bener Meriah 0 0 0 0 0 0 0 0

Pidie Jaya 0 1 1 0 2 0 1 2

Banda Aceh 0 0 5 4 0 0 3 5

Sabang 0 1 0 1

Langsa 2 0 4 4 0 0 4 6

Lhokseumawe 0 2 0 4 0 1 4 7

Subulussalam 1 0 0 0 1 0 2 3

Jumlah Intervensi di Provinsi Aceh

6 15 36 48 4 2 34 74

Sumatera Utara Mandailing Natal 0 0 2 0 0 0 0 0

Tapanuli Selatan 0 0 0 0 0 0 0 0

Tapanuli Tengah 0 0 0 1 0 0 0 0

Tapanuli Utara 0 0 0 1 0 0 0 0

Toba Samosir 0 0 0 1 0 0 0 0

Labuhan Batu 0 0 4 3 0 0 1 1

Asahan 0 0 4 6 0 0 2 0

Simalungun 1 1 9 9 0 0 3 5

Dairi 0 0 0 2 1 0 0 2

Page 162: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

148

Provinsi Kabupaten Intervensi TNI Intervensi Polisi Intervensi Brimob Intervensi Sipil

Tahun 2013

Tahun 2014

Tahun 2013

Tahun 2014

Tahun 2013

Tahun 2014

Tahun 2013

Tahun 2014

Karo 0 0 1 4 0 0 3 2

Deli Serdang 0 5 68 120 0 1 23 29

Langkat 1 1 1 14 0 0 2 2

Nias Selatan 0 0 0 0 0 0 0 0

Humbang Hasundutan

0 0 2 1 0 0 0 0

Pakpak Bharat 1 0 0 0 0 0 0 0

Samosir 0 0 0 0 0 0 0 0

Serdang Bedagai 0 0 8 10 0 0 6 0

Batu Bara 0 0 5 5 1 0 0 0

Padang Lawas Utara

0 0 0 0 0 0 0 1

Padang Lawas 0 0 0 0 0 0 0 0

Labuhan Batu Selatan

0 0 0 0 0 0 0 0

Labuhan Batu Utara

0 0 0 0 0 0 2 1

Nias Utara 0 0 1 0 0 0 1 0

Nias Barat 0 0 0 0 0 0 0 0

Sibolga 0 0 0 1 0 0 0 0

Tanjung Balai 0 0 2 0 0 0 1 0

Pematang Siantar 0 2 19 22 1 0 9 11

Tebing Tinggi 0 0 2 4 0 0 4 0

Medan 6 8 179 245 4 1 19 40

Binjai 0 0 10 16 0 0 2 3

Padangsidimpuan 0 0 3 0 0 0 1 1

Gunungsitoli 0 0 1 0 0 0 0 0

Jumlah Intervensi di Provinsi Sumatera Utara

9 17 321 465 7 2 79 98

Sumatera Barat Kepulauan Mentawai

0 0 0 1

Pesisir Selatan 0 3 0 0

Kab Solok 0 4 0 2

Sijunjung 0 3 0 1

Tanah Datar 0 3 0 0

Padang Pariaman 0 1 0 0

Agam 0 1 0 0

Lima Puluh Kota 1 4 0 0

Pasaman 0 1 0 1

Solok Selatan 0 0 0 0

Dharmas Raya 0 0 0 7 0 0 0 2

Page 163: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

149

Provinsi Kabupaten Intervensi TNI Intervensi Polisi Intervensi Brimob Intervensi Sipil

Tahun 2013

Tahun 2014

Tahun 2013

Tahun 2014

Tahun 2013

Tahun 2014

Tahun 2013

Tahun 2014

Pasaman Barat 0 0 0 0 0 0 0 1

Padang 0 3 0 33 0 0 1 11

Kota Solok 0 1 0 1

Sawah Lunto 0 0 0 0

Padang Panjang 0 3 0 0

Bukittinggi 0 0 0 0 0 0 0 2

Payakumbuh 0 1 0 0

Pariaman 1 1 0 1

Jumlah Intervensi di Provinsi Sumatera Barat

0 5 0 66 0 0 2 22

Riau Kuantan Singingi 0 0 0 2 0 0 0 1

Indragiri Hulu 0 0 1 2 0 0 0 0

Indragiri Hilir 0 2 0 0

Pelalawan 0 4 1 0

S I A K 0 1 0 0

Kampar 0 1 0 6 0 1 0 1

Rokan Hulu 1 4 0 0

Bengkalis 1 6 0 2

Rokan Hilir 0 3 0 0

Pekanbaru 0 1 1 34 0 0 0 5

D U M A I 0 3 0 3

Jumlah Intervensi di Provinsi Riau

0 4 2 67 0 2 0 12

Jambi Kerinci 1 2 0 2

Merangin 0 0 1 0

Sarolangun 0 1 0 3 1 1 1 0

Batang Hari 0 0 0 1 0 0 0 0

Muaro Jambi 0 1 0 1

Tanjung Jabung Timur

0 0 0 0

Tanjung Jabung Barat

0 0 1 0 0 0 0 0

Tebo 1 1 1 4 0 0 1 1

Bungo 0 2 0 5

Jambi 0 2 0 12 0 0 0 2

Sungai Penuh 1 1 0 0

Jumlah Intervensi di Provinsi Jambi

1 6 2 26 1 2 2 11

Sumatera Selatan Ogan Komering Ulu

0 0 0 12 0 0 0 2

Ogan Komering Ilir 0 0 1 3 0 0 0 3

Page 164: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

150

Provinsi Kabupaten Intervensi TNI Intervensi Polisi Intervensi Brimob Intervensi Sipil

Tahun 2013

Tahun 2014

Tahun 2013

Tahun 2014

Tahun 2013

Tahun 2014

Tahun 2013

Tahun 2014

Muara Enim 0 1 1 5 0 0 0 4

Lahat 0 6 0 2

Musi Rawas 1 0 1 4 0 0 0 4

Musi Banyuasin 0 1 0 0

Banyu Asin 0 0 1 5 0 0 0 1

Ogan Komering Ulu Selatan

0 1 0 0 0 0 0 0

Ogan Komering Ulu Timur

1 0 0 2 0 0 0 1

Ogan Ilir 0 0 0 6 0 0 0 0

Empat Lawang 0 0 1 1 0 0 0 2

Palembang 0 2 2 43 0 0 0 8

Prabumulih 0 7 0 3

Pagar Alam 0 0 0 0

Lubuk Linggau 0 15 0 4

Jumlah Intervensi di Provinsi Sumatera Selatan

2 4 7 110 0 0 0 34

Bengkulu Bengkulu Selatan 0 3 0 4

Rejang Lebong 0 0 0 11 0 0 0 5

Bengkulu Utara 0 1 0 7 0 0 0 6

Kaur 0 2 0 3

Seluma 0 0 1 4 0 0 0 2

Mukomuko 0 2 0 3

Lebong 0 0 0 4

Kepahiang 0 0 0 3 0 0 0 1

Bengkulu Tengah 0 5 0 3

Bengkulu 0 0 0 17 0 0 0 8

Jumlah Intervensi di Provinsi Bengkulu

0 1 1 54 0 0 0 39

Lampung Lampung Barat 0 0 0 0 0 0 0 0

Tanggamus 0 0 0 3 0 0 1 0

Lampung Selatan 0 0 6 9 0 0 1 2

Lampung Timur 1 1 10 10 0 0 0 2

Lampung Tengah 0 0 6 4 1 0 2 0

Lampung Utara 0 0 6 1 0 0 0 0

Way Kanan 0 0 1 1 0 0 0 0

Tulang Bawang 0 0 3 0 0 0 1 1

Pesawaran 0 0 0 2 0 0 1 0

Pringsewu 0 0 2 3 0 0 1 0

Page 165: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

151

Provinsi Kabupaten Intervensi TNI Intervensi Polisi Intervensi Brimob Intervensi Sipil

Tahun 2013

Tahun 2014

Tahun 2013

Tahun 2014

Tahun 2013

Tahun 2014

Tahun 2013

Tahun 2014

Mesuji 0 1 1 1 1 0 0 0

Tulang Bawang Barat

0 0 2 1 0 0 0 1

Bandar Lampung 0 1 13 18 1 0 3 3

Kota Metro 0 0 1 2 0 0 1 0

Jumlah Intervensi di Provinsi Lampung

1 3 51 55 3 0 11 9

Kepulauan Bangka Belitung

Bangka 0 9 0 0

Belitung 0 1 0 2

Bangka Barat 0 0 0 0

Bangka Tengah 0 0 0 2

Bangka Selatan 0 4 0 0

Belitung Timur 0 0 0 0

Pangkal Pinang 0 6 0 0

Jumlah Intervensi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitug

0 0 0 20 0 0 0 4

Kepulauan Riau Karimun 1 3 0 0

Bintan 0 0 0 0 0 0 0 0

Lingga 0 2 0 0

Kepulauan Anambas

0 0 0 0

B A T A M 0 27 0 22

Tanjung Pinang 0 0 4 2 0 0 1 1

Jumlah Intervensi di Provinsi Kepulauan Riau

0 1 4 34 0 0 1 23

Banten Pandeglang 0 0 0 0

Lebak 0 3 0 1

Tangerang 0 0 3 12 0 0 0 1

Serang 0 0 1 9 0 0 0 7

Kota Tangerang 0 0 4 8 0 0 2 6

Kota Cilegon 0 4 0 0

Kota Serang 0 0 0 3 0 0 0 0

Kota Tangerang Selatan

0 0 2 9 0 0 0 1

Jumlah Intervensi di Provinsi Banten

0 0 10 48 0 0 2 16

D.I. Yogyakarta Kulon Progo 0 0 0 0 0 0 0 0

Bantul 0 0 0 6 0 0 0 3

Gunung Kidul 0 0 0 4 0 0 0 0

Sleman 0 1 1 14 0 2 1 2

Page 166: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

152

Provinsi Kabupaten Intervensi TNI Intervensi Polisi Intervensi Brimob Intervensi Sipil

Tahun 2013

Tahun 2014

Tahun 2013

Tahun 2014

Tahun 2013

Tahun 2014

Tahun 2013

Tahun 2014

Kota Yogyakarta 0 1 0 13 0 1 0 5

Jumlah Intervensi di Provinsi D.I. Yogyakarta

0 2 1 37 0 3 1 10

Dki Jakarta Kepulauan Seribu

Jakarta Selatan 1 1 28 36 0 0 3 5

Jakarta Timur 1 2 24 20 0 0 6 4

Jakarta Pusat 0 1 56 85 0 0 4 4

Jakarta Barat 0 1 24 45 0 0 1 2

Jakarta Utara 0 0 10 18 0 0 0 2

Jumlah Intervensi di Provinsi DKI Jakarta

2 5 142 204 0 0 14 17

Jawa Barat Bogor 1 0 5 10 0 0 2 0

Sukabumi 0 2 0 5 0 0 0 1

Cianjur 0 1 0 0

Bandung 0 0 1 3 0 0 0 0

Garut 0 1 0 0

Tasikmalaya 0 0 1 5 0 0 0 0

Ciamis 0 0 0 11 0 0 1 0

Kuningan 1 4 0 0

Cirebon 0 3 3 25 0 0 1 7

Majalengka 2 2 0 0

Sumedang 0 3 0 1

Indramayu 0 1 1 9 0 0 0 2

Subang 0 1 2 12 0 0 0 3

Purwakarta 0 10 0 3

Karawang 0 0 1 23 0 0 1 9

Bekasi 1 0 9 3 1 0 0 2

Bandung Barat 0 0 0 2 0 0 0 0

Bogor 0 0 6 10 0 0 4 4

Sukabumi 0 0 0 1 0 0 1 1

Bandung 0 1 3 7 0 0 0 3

Cirebon 0 2 1 17 0 1 0 2

Bekasi 0 0 7 9 0 0 2 3

Depok 1 0 10 17 0 1 0 10

Cimahi 0 0 0 0

Tasikmalaya 0 2 0 10 0 0 0 5

Banjar 0 1 0 1

Jumlah Intervensi di Provinsi Jawa Barat

3 15 50 201 1 2 12 57

Page 167: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

153

Provinsi Kabupaten Intervensi TNI Intervensi Polisi Intervensi Brimob Intervensi Sipil

Tahun 2013

Tahun 2014

Tahun 2013

Tahun 2014

Tahun 2013

Tahun 2014

Tahun 2013

Tahun 2014

Jawa Tengah Cilacap 0 0 1 4 0 0 1 0

Banyumas 0 0 1 5 0 0 0 3

Purbalingga 1 2 0 0

Banjarnegara 0 0 0 0

Kebumen 0 1 0 1 0 0 0 0

Purworejo 0 0 0 1

Wonosobo 0 0 0 0

Magelang 0 0 0 1 0 0 0 1

Boyolali 0 10 0 0

Klaten 0 3 0 1

Sukoharjo 0 0 0 4 0 0 0 0

Wonogiri 0 1 0 1

Karanganyar 0 0 0 0

Sragen 0 0 0 2

Grobogan 1 0 1 4 0 0 0 2

Blora 0 0 0 1 0 0 0 0

Rembang 1 7 0 1

Pati 1 4 0 1

Kudus 0 0 0 2 0 0 0 1

Jepara 0 3 0 0

Demak 0 10 0 1

Semarang 0 4 0 3

Temanggung 0 0 1 0 0 0 0 0

Kendal 0 1 0 5 0 0 0 0

Batang 0 1 0 2 0 0 0 0

Pekalongan 0 3 1 1

Pemalang 0 0 0 1 0 0 0 0

Tegal 0 0 0 1 0 0 0 1

Brebes 0 1 0 0

Magelang 0 0 0 1 0 0 0 1

Surakarta 0 1 0 8 0 0 0 3

Salatiga 0 4 0 1

Semarang 0 0 1 22 0 0 0 3

Pekalongan 0 0 1 3 0 0 0 1

Tegal 0 0 0 1 0 0 0 0

Jumlah Intervensi di Provinsi Jawa Tengah

1 7 6 118 0 1 1 29

Page 168: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

154

Provinsi Kabupaten Intervensi TNI Intervensi Polisi Intervensi Brimob Intervensi Sipil

Tahun 2013

Tahun 2014

Tahun 2013

Tahun 2014

Tahun 2013

Tahun 2014

Tahun 2013

Tahun 2014

Jawa Timur Pacitan 0 0 1 2 0 0 0 0

Ponorogo 0 0 5 4 0 0 1 1

Trenggalek 0 0 1 2 0 0 1 0

Tulungagung 0 0 7 4 0 0 1 2

Blitar 0 1 8 9 0 0 1 1

Kediri 0 0 2 5 0 1 0 2

Malang 0 0 7 16 0 0 2 3

Lumajang 0 1 6 4 0 0 0 0

Jember 0 0 9 2 0 0 3 1

Banyuwangi 1 0 10 9 2 0 2 3

Bondowoso 0 0 1 0 0 0 0 1

Situbondo 0 1 6 6 0 0 1 3

Probolinggo 0 0 14 13 0 0 3 4

Pasuruan 0 1 17 32 0 0 5 4

Sidoarjo 0 1 12 24 0 0 0 3

Mojokerto 0 0 1 7 0 0 1 3

Jombang 0 0 2 14 0 0 1 2

Nganjuk 0 0 0 0 0 0 0 0

Madiun 0 0 0 1 0 0 1 0

Magetan 0 0 2 1 0 0 0 0

Ngawi 0 0 3 3 0 0 2 1

Bojonegoro 0 0 5 3 0 0 2 0

Tuban 1 0 8 3 0 0 1 2

Lamongan 1 0 5 9 1 0 4 3

Gresik 1 2 17 24 0 0 0 2

Bangkalan 0 1 10 5 0 0 1 4

Sampang 0 0 5 2 0 0 0 4

Pamekasan 0 0 6 12 0 1 1 2

Sumenep 0 0 4 6 0 1 2 3

Kediri 0 1 0 1 0 0 0 1

Blitar 0 0 2 1 0 0 0 0

Malang 0 0 10 7 0 0 6 1

Probolinggo 1 2 3 4 0 0 0 3

Pasuruan 0 0 2 5 0 0 1 1

Mojokerto 0 0 0 4 0 0 0 0

Madiun 0 1 2 3 0 0 0 1

Surabaya 0 0 30 119 1 0 2 7

Page 169: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

155

Provinsi Kabupaten Intervensi TNI Intervensi Polisi Intervensi Brimob Intervensi Sipil

Tahun 2013

Tahun 2014

Tahun 2013

Tahun 2014

Tahun 2013

Tahun 2014

Tahun 2013

Tahun 2014

Batu 1 1 0 0

Jumlah Intervensi di Provinsi Jawa Timur 6 12 224 366 4 3 45 68

Kalimantan Barat Sambas 0 0 0 0

Bengkayang 0 2 0 0

Landak 0 0 0 0 0 0 0 1

Pontianak 0 0 0 3 0 0 0 0

Sanggau 0 0 0 0 0 0 0 0

Ketapang 0 0 1 1 0 0 0 1

Sintang 1 0 0 1 0 0 1 1

Kapuas Hulu 0 0 0 0 0 0 0 0

Sekadau 0 0 0 0

Kayong Utara 0 0 0 0

Kubu Raya 0 0 2 3 0 0 0 1

Pontianak 0 0 12 16 0 0 4 2

Singkawang 0 0 3 0 0 0 0 1

Jumlah Intervensi di Provinsi Kalimantan Barat

1 0 18 26 0 0 5 7

Kalimantan Tengah

Kotawaringin Barat

0 0 2 5 0 0 4 1

Kotawaringin Timur

0 0 8 8 0 0 3 4

Kapuas 0 0 1 0 0 0 0 0

Barito Selatan 0 1 0 0

Barito Utara 0 0 2 0 0 0 0 0

Sukamara 0 0 0 2 0 0 0 0

Lamandau 0 0 0 0

Seruyan 0 1 0 0

Katingan 0 0 0 0 0 0 0 0

Pulang Pisau 0 0 0 1 0 0 0 0

Gunung Mas 0 0 0 0

Barito Timur 0 0 1 1 0 0 0 0

Murung Raya 0 2 0 0

Palangka Raya 0 1 6 14 0 1 4 10

Jumlah Intervensi di Provinsi Kalimantan Tengah

0 1 23 32 0 1 11 15

Kalimantan Selatan

Tanah Laut 1 1 0 1

Kab Banjar 0 0 0 0

Barito Kuala 0 0 0 0

Hulu Sungai 0 6 0 1

Page 170: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

156

Provinsi Kabupaten Intervensi TNI Intervensi Polisi Intervensi Brimob Intervensi Sipil

Tahun 2013

Tahun 2014

Tahun 2013

Tahun 2014

Tahun 2013

Tahun 2014

Tahun 2013

Tahun 2014

Tengah

Hulu Sungai Utara 0 0 0 0

Tabalong 0 0 0 0

Tanah Bumbu 0 0 0 0 0 0 0 0

Banjarmasin 0 0 1 17 0 0 0 3

Banjar Baru 0 4 0 0

Jumlah Intervensi di Provinsi Kalimantan Selatan

0 1 1 28 0 0 0 5

Kalimantan Timur Paser 0 0 1 0 0 0 0 1

Kutai Barat 0 0 0 0

Kutai Kartanegara 0 0 2 5 0 0 1 2

Kutai Timur 0 0 0 1 0 0 0 0

Berau 0 1 0 2 0 0 0 0

Penajam Paser Utara

0 0 0 0 0 0 0 0

Balikpapan 0 0 5 24 0 0 2 6

Samarinda 1 5 37 79 0 1 8 32

Bontang 0 1 0 3 0 0 0 1

Jumlah Intervensi di Provinsi Kalimantan Timur

1 7 45 114 0 1 11 42

Kalimantan Utara Bulungan 0 0 0 1 0 0 1 0

Tana Tidung 0 0 0 0

Nunukan 0 0 1 0 0 0 0 0

Tarakan 0 2 3 2 0 2 3 1

Jumlah Intervensi di Provinsi Kalimantan Utara

0 2 4 3 0 2 4 1

Bali Jembrana 0 0 0 0 0 0 0 0

Tabanan 0 0 0 2 0 0 0 2

Badung 0 0 0 8 0 0 0 4

Gianyar 0 0 0 5 0 0 0 2

Bangli 0 0 0 0 0 0 0 0

Karang Asem 0 0 0 1 0 0 0 0

Buleleng 0 0 0 0 0 0 0 0

Denpasar 0 0 0 9 0 0 0 0

Jumlah Intervensi di Provinsi Bali

0 0 0 25 0 0 0 8

Nusa Tenggara Barat

Lombok Barat 0 0 6 8 1 0 7 2

Lombok Tengah 0 1 3 3 0 0 3 1

Page 171: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

157

Provinsi Kabupaten Intervensi TNI Intervensi Polisi Intervensi Brimob Intervensi Sipil

Tahun 2013

Tahun 2014

Tahun 2013

Tahun 2014

Tahun 2013

Tahun 2014

Tahun 2013

Tahun 2014

Lombok Timur 2 1 17 8 1 1 4 2

Sumbawa 1 1 22 15 0 1 11 5

Dompu 2 1 20 11 4 2 4 2

Bima 4 4 22 20 0 4 17 5

Sumbawa Barat 0 0 1 0 0 0 1 0

Lombok Utara 0 0 0 5 0 0 0 0

Mataram 2 1 28 7 0 0 11 1

Bima 3 0 35 9 2 1 20 3

Jumlah Intervensi di Provinsi Nusa Tenggara Barat

14 9 154 86 8 9 78 21

Nusa Tenggara Timur

Sumba Barat 0 0 0 1 0 0 0 0

Sumba Timur 0 0 0 1 0 0 0 0

Kupang 0 0 3 5 1 0 1 0

Timor Tengah Selatan

0 1 0 0 0 0 1 1

Timor Tengah Utara

1 0 4 1 0 0 0 1

Belu 1 1 1 1 0 0 0 0

Alor 0 0 0 0 0 0 0 0

Lembata 0 0 0 1 0 0 0 0

Flores Timur 2 0 6 0 1 0 1 1

Sikka 0 0 1 1 1 0 0 0

Ende 0 0 0 0 0 0 0 0

Ngada 0 0 0 0 0 0 0 0

Manggarai 1 0 1 1 0 0 0 0

Rote Ndao 0 0 0 0 0 0 0 0

Manggarai Barat 0 0 1 0 0 0 1 0

Sumba Tengah 0 0 1 0 0 0 0 0

Sumba Barat Daya

2 0 2 1 1 0 0 0

Nagekeo 0 0 0 0 0 0 0 0

Manggarai Timur 0 1 0 1 0 0 0 0

Sabu Raijua 0 0 1 0 0 0 1 0

Kota Kupang 0 1 8 7 0 0 3 1

Jumlah Intervensi di Provinsi Nusa Tenggara Timur

7 4 29 21 4 0 8 4

Sulawesi Utara Bolaang Mongondow

0 0 4 7 0 1 1 0

Minahasa 1 0 1 5 0 0 1 3

Kepulauan Sangihe

0 0 0 0

Page 172: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

158

Provinsi Kabupaten Intervensi TNI Intervensi Polisi Intervensi Brimob Intervensi Sipil

Tahun 2013

Tahun 2014

Tahun 2013

Tahun 2014

Tahun 2013

Tahun 2014

Tahun 2013

Tahun 2014

Kepulauan Talaud 0 0 1 0 0 0 0 0

Minahasa Selatan 0 1 7 1 0 0 1 0

Minahasa Utara 0 0 1 3 0 0 0 1

Bolaang Mongondow Utara

0 0 0 0

Siau Tagulandang Biaro

0 0 0 0 0 0 0 0

Minahasa Tenggara

1 1 6 4 1 0 0 0

Bolaang Mongondow Selatan

0 0 0 1

Bolaang Mongondow Timur

1 0 1 0 0 0 2 0

Manado 0 8 24 59 0 1 9 16

Bitung 0 0 1 1 0 0 0 0

Tomohon 0 0 0 1 0 0 0 0

Kotamobagu 0 0 2 1 1 0 0 0

Jumlah Intervensi di Provinsi Sulawesi Utara

3 10 48 82 2 2 14 21

Sulawesi Tengah Banggai Kepulauan

0 0 1 0 0 0 0 0

Banggai 1 1 4 6 0 0 3 2

Morowali 0 0 0 0 0 0 1 1

Poso 1 1 2 1 0 0 1 0

Donggala 0 0 1 3 0 0 0 0

Toli-Toli 0 0 0 0

Buol 0 0 3 2 0 1 2 0

Parigi Moutong 1 2 3 3 0 0 1 0

Tojo Una-Una 0 0 0 0 0 0 0 1

Sigi 5 0 8 2 0 1 0 1

Palu 7 1 16 17 1 0 3 3

Jumlah Intervensi di Provinsi Sulawesi Tengah

15 5 38 34 1 2 11 8

Sulawesi Selatan Kepulauan Selayar

0 0 0 0

Bulukumba 1 0 2 0 0 0 1 1

Bantaeng 0 0 0 0 0 0 1 0

Jeneponto 0 0 0 0 0 0 1 0

Takalar 1 0 4 0 0 0 0 0

Gowa 0 1 5 3 0 0 1 2

Sinjai 0 0 0 0 0 0 0 0

Maros 0 0 2 0 0 0 1 0

Page 173: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

159

Provinsi Kabupaten Intervensi TNI Intervensi Polisi Intervensi Brimob Intervensi Sipil

Tahun 2013

Tahun 2014

Tahun 2013

Tahun 2014

Tahun 2013

Tahun 2014

Tahun 2013

Tahun 2014

Pangkajene Dan Kepulauan

0 0 0 0 0 0 0 0

Barru 0 0 0 0 0 0 0 1

Bone 0 0 4 3 0 0 1 1

Soppeng 0 0 0 0

Wajo 0 0 0 2 0 0 0 0

Sidenreng Rappang

1 0 0 1 1 1 0 0

Pinrang 0 0 2 0 0 0 1 0

Enrekang 0 2 0 3

Luwu 0 1 1 12 1 1 2 2

Tana Toraja 0 0 1 0 0 0 0 0

Luwu Utara 2 0 7 8 2 0 0 0

Luwu Timur 0 0 1 1 0 0 0 0

Toraja Utara 0 0 0 1 0 0 0 0

Makassar 8 0 94 0 3 0 10 0

Pare-Pare 0 1 0 1 0 0 0 0

Palopo 2 4 3 16 1 0 4 3

Jumlah Intervensi di Provinsi Sulawesi Selatan

15 7 128 48 8 2 26 10

Sulawesi Tenggara

Buton 0 0 0 0

Muna 0 0 0 2 0 0 1 0

Konawe 1 1 0 0

Kolaka 0 1 0 0

Konawe Selatan 0 0 0 0

Bombana 0 1 0 0

Wakatobi 0 1 0 0

Kolaka Utara 0 0 0 0 0 0 0 0

Buton Utara 0 0 0 0

Konawe Utara 0 1 0 0

Kendari 0 1 1 6 0 0 0 2

Bau-Bau 0 0 0 6 0 0 0 2

Jumlah Intervensi di Provinsi Sulawesi Tenggara

0 2 1 19 0 0 1 4

Gorontalo Boalemo 0 0 0 0

Kab Gorontalo 0 0 0 0

Pohuwato 0 0 0 0

Bone Bolango 0 1 0 0

Gorontalo Utara 0 0 0 0

Page 174: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

160

Provinsi Kabupaten Intervensi TNI Intervensi Polisi Intervensi Brimob Intervensi Sipil

Tahun 2013

Tahun 2014

Tahun 2013

Tahun 2014

Tahun 2013

Tahun 2014

Tahun 2013

Tahun 2014

Kota Gorontalo 0 1 0 8 0 0 0 4

Jumlah Intervensi di Provinsi Gorontalo

0 1 0 9 0 0 0 4

Sulawesi Barat Majene 0 0 0 0

Polewali Mandar 0 0 0 0

Mamasa 0 0 0 0

Mamuju 0 1 0 0

Mamuju Utara 0 1 0 0

Jumlah Intervensi di Provinsi Sulawesi Barat

0 0 0 2 0 0 0 0

Maluku Ambon 7 11 20 32 0 0 8 5

Buru 0 0 0 0 0 0 0 1

Buru Selatan 1 0 0 0 1 0 1 0

Kepulauan Aru 0 0 2 0 0 0 0 0

Maluku Tengah 3 7 8 10 1 0 1 3

Maluku Tenggara 1 0 3 1 0 0 0 0

Maluku Tenggara Barat

1 0 0 1

Seram Bagian Barat

0 1 0 3 0 1 0 1

Seram Bagian Timur

0 0 0 0 0 0 0 0

Tual 0 1 1 2 0 0 0 0

Jumlah Intervensi di Provinsi Maluku

12 21 34 48 2 1 10 11

Maluku Utara Halmahera Barat 1 0 2 1 1 0 2 0

Halmahera Selatan

0 0 1 2 0 0 0 1

Halmahera Tengah

0 2 0 0

Halmahera Timur 0 0 0 0

Halmahera Utara 0 4 3 6 0 1 0 1

Kepulauan Sula 0 0 0 1 0 0 0 0

Pulau Morotai 0 1 1 0 0 0 2 2

Ternate 4 0 29 24 2 2 9 9

Tidore Kepulauan 0 0 3 3 1 0 0 1

Jumlah Intervensi di Provinsi Maluku Utara

5 5 39 39 4 3 13 14

Papua Merauke 0 0 1 2 0 0 3 2

Jayawijaya 2 1 7 5 2 0 1 0

Kab Jayapura 1 0 2 4 0 0 1 0

Nabire 1 0 3 5 1 0 0 0

Kepulauan Yapen 0 0 0 0 0 0 0 0

Page 175: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

161

Provinsi Kabupaten Intervensi TNI Intervensi Polisi Intervensi Brimob Intervensi Sipil

Tahun 2013

Tahun 2014

Tahun 2013

Tahun 2014

Tahun 2013

Tahun 2014

Tahun 2013

Tahun 2014

Biak Numfor 0 0 1 0 0 0 0 0

Paniai 0 0 0 0 0 0 0 1

Puncak Jaya 0 0 0 0 0 0 0 0

Mimika 1 14 34 51 3 12 7 7

Boven Digoel 1 1 0 0

Mappi 0 0 0 1

Asmat 0 1 0 0

Yahukimo 0 0 2 1 1 0 0 1

Pegunungan Bintang

0 0 0 0

Tolikara 0 0 0 0 0 0 0 0

Keerom 0 2 1 0

Mamberamo Raya 0 0 0 0

Nduga 0 1 0 0 0 0 0 0

Lanny Jaya 0 0 0 0 0 0 0 0

Mamberamo Tengah

0 0 0 0

Yalimo 0 0 0 0

Puncak 0 0 0 0

Dogiyai 0 0 0 0

Intan Jaya 0 0 0 1 0 2 0 0

Deiyai 0 0 0 0

Kota Jayapura 3 1 12 13 1 0 2 4

Jumlah Intervensi di Provinsi Papua

8 18 63 85 8 15 15 15

Papua Barat Fakfak 0 1 2 3 0 0 1 0

Kaimana 0 0 0 1

Teluk Wondama 0 0 0 0 0 0 0 0

Manokwari 2 7 10 8 0 1 2 3

Sorong Selatan 0 1 0 0 0 1 1 0

Kab Sorong 0 0 1 1 1 0 0 2

Raja Ampat 0 1 0 1

Tambrauw 0 0 0 0

Kota Sorong 2 6 13 29 0 1 2 11

Jumlah Intervensi di Provinsi Papua Barat

4 15 26 42 1 3 6 18

Grand Total 116 205 1.508 2.662 58 58 417 731

Sumber: Data Sistem Nasional Pemantauan Kekerasan (SNPK), Kementerian Koordinator

Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Tahun 2015.

Page 176: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

162

Lampiran 4. Jumlah Konflik yang Terjadi di Kabupaten Tertinggal di Indonesia Periode Tahun 1997 - 2014

Provinsi Kabupaten Konflik Sumber

Daya

Konflik Tata Kelola Pemerintah

Konflik Pemilihan

dan Jabatan

Konflik Identitas

Konflik Main

Hakim Sendiri

Konflik Lainnya

Konflik Separatisme

Jumlah

Aceh Aceh Singkil 11 3 5 0 6 2 12 39

Banten Lebak 0 4 1 0 6 0 0 11

Pandeglang 0 5 1 0 1 0 0 7

Bengkulu Seluma 1 0 3 0 15 0 0 19

Gorontalo Boalemo 4 0 0 0 1 0 0 5

Pohuwato 1 0 0 0 0 1 0 2

Gorontalo Utara 1 0 0 0 0 0 0 1

Jawa Timur Bangkalan 29 18 13 11 117 2 0 190

Bondowoso 7 2 4 3 34 2 0 52

Sampang 12 17 8 5 36 4 0 82

Situbondo 32 7 14 7 146 8 0 214

Kalimantan Barat Bengkayang 5 6 4 8 10 0 0 33

Kapuas Hulu 7 11 5 1 10 5 0 39

Kayong Utara 4 4 3 2 2 0 0 15

Ketapang 24 11 4 0 22 2 0 63

Landak 12 11 8 4 18 1 0 54

Sambas 29 15 4 37 48 7 0 140

Sintang 14 15 4 3 34 2 0 72

Melawi 5 2 0 0 8 0 0 15

Kalimantan Selatan Hulu Sungai Utara 0 0 0 0 1 0 0 1

Kalimantan Tengah Seruyan 9 2 3 2 13 3 0 32

Kalimantan Utara Nunukan 3 2 1 0 6 1 0 13

Lampung Lampung Barat 9 2 1 2 17 2 0 33

Maluku Buru 31 9 8 19 6 5 0 78

Buru Selatan 6 1 2 22 3 1 1 36

Maluku Barat Daya 3 3 0 1 1 0 0 8

Maluku Tengah 165 24 55 200 48 22 4 518

Seram Bagian Barat 23 13 13 52 8 5 1 115

Maluku Tenggara Barat 7 6 7 8 4 0 0 32

Kepulauan Aru 5 7 9 11 8 2 0 42

Seram Bagian Timur 3 12 20 18 3 0 0 56

Maluku Utara Halamahera Barat 9 17 11 17 5 2 0 61

Page 177: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

163

Provinsi Kabupaten Konflik Sumber

Daya

Konflik Tata Kelola Pemerintah

Konflik Pemilihan

dan Jabatan

Konflik Identitas

Konflik Main

Hakim Sendiri

Konflik Lainnya

Konflik Separatisme

Jumlah

Halmahera Selatan 6 12 10 19 5 3 0 55

Halamahera Timur 3 3 3 3 0 0 0 12

Kepulauan Sula 0 5 14 7 5 1 0 32

Morotai 3 9 11 6 4 1 0 34

NTB Dompu 24 58 34 46 49 2 0 213

Kab. Bima 46 50 46 63 138 14 0 357

Lombok Barat 28 35 17 19 64 7 0 170

Lombok Tengah 40 47 35 36 127 7 0 292

Lombok Timur 29 37 19 20 79 11 0 195

Lombok Utara 7 4 4 2 12 0 0 29

Sumbawa 72 26 16 13 160 27 0 314

Sumbawa Barat 22 5 6 0 15 1 0 49

NTT Alor 12 6 4 24 38 19 0 103

Belu 9 11 13 21 25 10 14 103

Ende 29 10 4 9 23 7 0 82

Kab.Kupang 46 17 4 21 79 20 1 188

Manggarai 48 15 6 5 14 7 0 95

Manggarai Barat 39 3 8 0 18 1 0 69

Manggarai Timur 34 9 7 2 10 0 0 62

Nagekeo 19 1 1 1 5 1 0 28

Rote Ndao 13 3 4 12 19 6 0 57

Sumba Barat 13 1 1 5 13 4 0 37

Sumba Barat Daya 18 4 10 1 4 0 0 37

Sumba Tengah 0 0 1 0 0 2 0 3

Sumba Timur 5 4 9 3 14 5 0 40

Timor Tengah Selatan 26 10 11 4 17 8 0 76

Timor Tengah Utara 28 22 15 12 39 13 3 132

Lembata 16 11 7 2 18 3 0 57

Sabu Raijua 13 3 1 0 7 1 0 25

Papua Biak Numfor 9 3 3 0 20 9 3 47

Jayawijaya 2 18 25 13 29 3 20 110

Keerom 4 7 7 1 8 1 8 36

Kepulauan Yapen 0 2 4 0 1 0 13 20

Mappi 0 0 0 0 1 0 0 1

Page 178: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

164

Provinsi Kabupaten Konflik Sumber

Daya

Konflik Tata Kelola Pemerintah

Konflik Pemilihan

dan Jabatan

Konflik Identitas

Konflik Main

Hakim Sendiri

Konflik Lainnya

Konflik Separatisme

Jumlah

Merauke 15 11 8 5 81 37 13 170

Nabire 9 15 9 7 18 3 2 63

Paniai 0 0 1 2 4 1 18 26

Puncakjaya 0 5 6 0 0 0 119 130

Tolikara 0 3 9 0 5 0 1 18

Yahukimo 2 3 3 0 3 1 2 14

Boven Digoel 1 1 0 0 2 0 1 5

Asmat 0 3 2 0 6 1 0 12

Pegunungan Bintang 0 2 0 0 0 0 0 2

Sarmi 1 1 0 0 0 1 11 14

Waropen 0 1 1 0 0 0 0 2

Supiori 0 1 1 0 0 0 1 3

Mamberamo Raya 1 0 1 1 0 1 4 8

Nduga 0 1 1 0 1 0 0 3

Lanny Jaya 0 0 1 1 1 0 15 18

Mamberamo Tengah 0 1 2 0 0 0 0 3

YALIMO 0 4 0 0 1 0 0 5

PUNCAK 0 0 4 0 1 0 10 15

DOGIYAI 0 2 6 1 2 0 1 12

INTAN JAYA 0 1 3 1 0 2 1 8

DEIYAI 1 3 2 0 0 0 3 9

Kab. Sorong 10 13 7 3 35 6 7 81

Papua Barat Raja Ampat 7 4 1 0 5 0 0 17

Sorong Selatan 5 10 9 0 7 1 0 32

Teluk Bintuni 3 2 0 1 2 1 2 11

Teluk Wondana 3 3 1 0 1 0 5 13

Tambrauw 1 1 0 0 1 0 0 3

Sulawesi Barat Polewali Mandar 0 1 0 0 1 0 0 2

Sulawesi Selatan Jeneponto 9 7 16 0 18 4 0 54

Sulawesi Tengah Donggala 24 15 12 11 25 6 0 93

Parigi Moutong 14 22 10 22 34 7 0 109

Sigi 25 13 7 49 56 14 0 164

Tojo Una-una 5 8 5 10 2 4 0 34

Toli-toli 5 15 23 3 10 2 0 58

Page 179: KATA PENGANTAR - balilatfo.kemendesa.go.id · KATA PENGANTAR Daerah tertentu adalah dengan daerah yang memiliki karakteristik tertentu, seperti daerah rawan pangan, rawan bencana,

165

Provinsi Kabupaten Konflik Sumber

Daya

Konflik Tata Kelola Pemerintah

Konflik Pemilihan

dan Jabatan

Konflik Identitas

Konflik Main

Hakim Sendiri

Konflik Lainnya

Konflik Separatisme

Jumlah

Banggai Kepulauan 1 16 2 1 6 2 0 28

Buol 5 16 8 8 10 2 0 49

Sulawesi Tenggara Bombana 5 1 0 0 0 2 0 8

Konawe 1 2 0 0 0 1 0 4

Sumatera Barat Kepulauan Mentawai 1 0 0 0 0 0 0 1

Pasaman Barat 3 3 0 1 0 1 0 8

Solok Selatan 1 2 0 0 1 0 0 4

Sumatera Selatan Musi Rawas 9 4 0 2 21 0 0 36

Sumatera Utara Nias Barat 0 0 0 0 1 3 0 4

Nias Utara 2 2 2 0 0 1 0 7

Nias Selatan 1 0 2 0 0 4 0 7

Nias 4 0 1 0 3 5 0 13

Sumber: Data Sistem Nasional Pemantauan Kekerasan (SNPK), Kementerian Koordinator

Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Tahun 2015.