kata pengantar - bappeda.jembranakab.go.idbappeda.jembranakab.go.id/download/lp2kd kabupaten...
TRANSCRIPT
i
KATA PENGANTAR
Om Swastiastu
Dengan memanjatkan rasa puji syukur kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, akhirnya
penyusunan buku Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah (LP2KD)
Kabupaten Jembrana untuk tahun 2018 telah selesai disusun.
Dalam rangka percepatan penanggulangan kemiskinan khususnya di Kabupaten
Jembrana perlu dilakukan langkah-langkah strategis secara terpadu, menyeluruh dan
berkelanjutan yang dapat berdampak terhadap penurunan angka kemiskinan secara
signifikan dan hal tersebut merupakan salah satu indikator yang sangat penting dalam
penentuan keberhasilan pembangunan di setiap daerah khususnya di Kabupaten Jembrana.
Berawal dari hal tersebut, maka pemantauan program-program pelaksanaan
penanggulangan kemiskinan yang telah dan sedang berjalan menjadi mutlak dan penting
untuk dilakukan. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan Laporan Pelaksanaan
Penanggulangan Kemiskinan Daerah (LP2KD) Kabupaten Jembrana Tahun 2018 ini masih
jauh dari kesempurnaan dan banyak kekurangan dikarenakan keterbatasan data, personil
dan waktu yang terbatas. Tetapi kami berusaha untuk menyelesaikan laporan ini sebaik
mungkin guna penyempurnaan proses perencanaan pembangunan, arah kebijakan dan
pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan pada tahun mendatang di
Kabupaten Jembrana.
Semoga Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah (LP2KD)
Kabupaten Jembrana ini dapat bermanfaat bagi seluruh stakeholders, pemangku
kepentingan dan lintas sektor lainnya.
Om Santi, Santi, Santi Om
Jembrana, Oktober 2018
Kepala Bappeda Litbang Kabupaten Jembrana, Selaku Sekretaris TKPKD Kabupaten Jembrana
Ir. I Ketut Swijana, M.T.
Pembina Utama Muda NIP. 19611001 198702 1 002
ii
RINGKASAN EKSEKUTIF
Laporan Pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan di Daerah (LP2KD)
Kabupaten Jembrana merupakan sebuah laporan yang disusun oleh Tim Koordinasi
Penanggulangan Kemiskinan Daerah, dalam hal ini disusun oleh TKPKD Kabupaten Jembrana.
Adapun tujuan disusunnya laporan ini adalah sebagai bentuk penyampaian informasi
mengenai program penanggulangan kemiskinan yang dilaksanakan di Kabupaten Jembrana,
mengingat TKPKD merupakan mitra kerja Tim Nasional Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan (TNP2K), yang diharapkan dari TKPKD adalah mampu melakukan proses
perencanaan, penganggaran serta mampu memantau dan mengkoordinasikan program
penanggulangan kemiskinan di daerah.
LP2KD ini memberikan gambaran mengenai capaian kondisi pembangunan pada
berbagai sektor terkait, serta menginformasikan komitmen Pemerintah Daerah (Kabupaten
Jembrana) dalam upaya menurunkan tingkat kemiskinan sesuai target penurunan yang
sudah ditetapkan baik oleh Pemerintah Pusat maupun oleh Pemerintah Propinsi Bali.
Dengan demikian dari LP2KD ini diharapkan sebagai bahan masukan kepada stakeholder
yang terkait dalam penanggulangan kemiskinan utamanya nanti pada jajaran Tim Koordinasi
Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) Kabupaten Jembrana mengenai langkah-
langkah yang sudah dilakukan paling sedikit dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir
maupun selanjutnya dalam penyusunan program penanggulangan kemiskinan di tahun-
tahun mendatang.
Secara umum kebijakan dan program/kegiatan pembangunan di Kabupaten Jembrana
selama 5 tahun terakhir (2012-2017) sudah berhasil menurunkan jumlah penduduk miskin
dari (5,74%) menjadi (5,38%). Dari 5 (lima) sektor pembangunan yang paling terkait dengan
pengentasan kemiskinan yaitu Ketenagakerjaan, Pendidikan, Kesehatan, Infrastruktur dan
iii
Ketahanan Pangan, beberapa diantaranya capaian indikatornya sudah cukup baik dengan
didukung oleh kondisi riil dilapangan. Namun demikian, Kabupaten Jembrana masih
memerlukan kebijakan, strategi dan program yang lebih tepat serta melakukan pendekatan
dari segi sosial budaya karena masyarakatnya masih perlu didorong untuk lebih produktif
dan lebih partisipatif terhadap kebijakan dan progam-program pemerintah. Selain itu juga
melakukan evaluasi terhadap kondisi dilapangan agar memperoleh gambaran riil dalam
rangka penyusunan rencana yang tepat dan pelaksanaan yang efektif dan efisien merupakan
langkah untuk mencapai kondisi yang lebih baik.
Sebagai bahan evaluasi dan masukan, LP2KD ini masih memerlukan beberapa
penyempurnaan karena dalam penyusunannya mengalami beberapa hambatan terutama
dari segi SDM dan kurang berfungsinya unit pendataan, evaluasi dan pelaporan hasil
kegiatan program SKPD serta fungsi koordinasi penanggulangan kemiskinan sesuai Peraturan
Menteri Dalam Negeri No. 42 Tahun 2010, tentang Tim Koordinasi Penanggulangan
Kemiskinan Provinsi dan Kabupaten/Kota. Dalam penyusunan LP2KD selanjutnya perlu
penyempurnaan data-data indikator masing-masing SKPD terkait dan memastikan
pentingnya memahami keberadaan dan partisipasi SKPD dalam TKPKD Kabupaten Jembrana
yang terbentuk baik secara fungsi maupun organisatoris.
Demikian ringkasan laporan ini disampaikan untuk maklum dan dipedomani
sebagaimana mestinya.
Jembrana, Oktober 2018
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 iv
DAFTAR ISI
ISI HALAMAN
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i
RINGKASAN EKSEKUTIF ................................................................................................ ii-iii
DAFTAR ISI ................................................................................................................... iv-vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................ x
BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2 Gambaran Umum Kabupaten Jembrana ........................................................... 5
1.3 Maksud Dan Tujuan ............................................................................................ 6
1.4 Landasan Hukum ................................................................................................ 7
1.5 Sistematika Penulisan ......................................................................................... 7
BAB II. KONDISI KEMISKINAN .................................................................................... 9
2.1 Gambaran Geografis ........................................................................................... 9
2.2 Gambaran Demografis ....................................................................................... 11
2.3 Kondisi Kemiskinan Daerah ................................................................................ 15
2.3.1 Bidang Kemiskinan dan Ketenagakerjaan ............................................ 17
2.3.2 Bidang Kesehatan ................................................................................ 35
2.3.3 Bidang Pendidikan ............................................................................... 52
2.3.4 Bidang Infrastruktur Dasar ................................................................... 65
2.3.5 Bidang Ketahanan Pangan ................................................................... 72
BAB III. TINJAUAN ANGGARAN BELANJA UNTUK PENANGGULANGAN
KEMISKINAN DI DAERAH ............................................................................................
79
3.1 Komposisi Penerimaan Anggaran Daerah ......................................................... 80
3.2 Distribusi Anggaran Belanja Menurut Fungsi .................................................... 81
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 v
3.3 Komposisi Anggaran Belanja Sektoral ................................................................ 83
3.4 Efektifitas Perkembangan APBD Kabupaten Jembrana ..................................... 85
3.5 Anggaran Belanja Bidang Kemiskinan ................................................................ 86
3.5.1 Anggaran Belanja Sektor Ketenagakerjaan .......................................... 87
3.5.2 Anggaran Belanja Sektor Pendidikan ................................................... 90
3.5.3 Anggaran Belanja Sektor Kesehatan .................................................... 93
3.5.4 Anggaran Belanja Sektor Infrastruktur Dasar ...................................... 97
3.5.5 Anggaran Belanja Sektor Ketahanan Pangan ...................................... 100
BAB IV. KEBIJAKAN DAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI DAERAH 103
4.1 Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan ............................................................. 103
4.2 Strategi Penanggulangan Kemiskinan ................................................................ 105
4.3 Program Dan Kegiatan Penanggulangan Kemiskinan ........................................ 106
4.3.1 Kelompok Program Bantuan Sosial Terpadu Berbasis Individu dan Keluarga ..............................................................................................
107
4.3.2 Kelompok Program Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Pemberdayaan Masyarakat .................................................................
108
4.3.3 Kelompok Program Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Usaha Ekonomi Mikro dan Kecil .....................................................................
109
4.3.4 Kelompok Program Lainnya ................................................................ 109
4.4 Penanganan Pengaduan Masyarakat ................................................................ 110
BAB V. KOORDINASI, PENGENDALIAN DAN PELAKSANAAN PROGRAM
PENANGGULANGAN KEMISKINAN ..........................................................................
112
5.1 Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan ............................................................ 112
5.1.1 Koordinasi di Tingkat Daerah ............................................................... 114
5.1.2 Koordinasi dengan Pusat .................................................................... 115
5.2 Permasalahan Dalam Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan ........................ 117
5.3 Langkah-langkah Percepatan Penanggulangan Kemiskinan .............................. 118
5.4 Pelaksanaan Program/Kegiatan Tahun 2017 ..................................................... 118
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 vi
5.5 Pengendalian Pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan ................... 119
5.5.1 Program Penanggulangan Kemiskinan Terpadu Berbasis Rumah Tangga/Keluarga .................................................................................
119
5.5.2 Program Penanggulangan Kemiskinan Terpadu Berbasis Kelompok Masyarakat .........................................................................................
119
5.5.3 Program Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Usaha Mikro dan Kecil .....................................................................................................
120
5.5.4 Program Penanggulangan Kemiskinan Pro Rakyat Lainnya (Inisiatif Daerah) ...............................................................................................
120
BAB VI. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ............................................................... 121
6.1 Prioritas Intervensi Sektoral Dan Wilayah ......................................................... 121
6.2 Implikasi Penyesuaian Program Dan Anggaran Belanja .................................... 122
6.3 Rencana Koordinasi Dan Pengendalian Pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan ........................................................................................................
124
LAMPIRAN
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 vii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Pembagian wilayah Administrasi kabupaten Jembrana Tahun 2017 11
2.2 Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten Jembrana Tahun 2017 12 2.3 Penduduk Kabupaten Jembrana Tiap Kecamatan Berdasarkan Jenis Kelamin
Tahun 2017 12
2.4 Penduduk Kabupaten Jembrana Menurut Kelompok Umur Jenis Kelamin Tahun 2017
13
2.5 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, dan Kepadatan Penduduk di Kabupaten Jembrana Berdasarkan Kecamatan, 2017
14
2.6 Jumlah Penduduk Kelompok Umur Muda, Produktif dan Tua Berdasarkan Jenis Kelamin
15
2.7 Perkembangan Penduduk Miskin 2009-2017 Kabupaten Jembrana 17 2.8 Perkembangan Penduduk Miskin 2010-2017 BPS 18 3.1 Perkembangan Penerimaan daerah (%) Kabupaten Jembrana 2012-2017 81 3.2 Distribusi Anggaran Belanja Menurut Bidang Kemiskinan 86 3.3 Belanja Sektor Ketenagakerjaan Menurut Sumber Pembiayaan. 87
3.4 Belanja Sektor Pendidikan Menurut Sumber Pembiayaan. 90
3.5 Belanja Kesehatan Menurut Sumber Pembiayaan di Kabupaten Jembrana. 93
3.6 Anggaran Belanja Bidang Infrastruktur Menurut Sumber Pembiayaan di
Kabupaten Jembrana.
97
3.7 Anggaran Belanja Bidang Ketahanan Pangan Menurut Sumber Pembiayaan
di Kabupaten Jembrana.
100
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman 1.1 Gambaran Umum Kabupaten Jembrana. 5
2.1 Peta Administrasi Kabupaten Jembrana 10 2.2 Perkembangan Persentase Penduduk Miskin (%) Kabupaten Jembrana Tahun
2010– 2017 19
2.3 Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin Kabupaten Jembrana Tahun 2009– 2017
21
2.4 Posisi Relatif Persentase Penduduk Miskin (%) Provinsi Bali 2017 22 2.5 Posisi Relatif Tingkat Kemiskinan (%) Kabupaten Jembrana 2017 23
2.6 Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin Per Kecamatan 2012-2017 25
2.7 Analisis Tingkat Kemiskinan Per Kecamatan 2011-2016. 26 2.8 Perkembangan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Kabupaten Jembrana Tahun
2010-2017 27
2.9 Posisi Relatif Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Provinsi Bali 2017 28 2.10 Perkembangan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Kabupaten Jembrana Tahun
2010-2017 29
2.11 Posisi Relatif Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Provinsi Bali 2017 30 2.12 Perkembangan Tingkat Pengangguran Terbuka (%) Kabupaten Jembrana tahun
2010-2017 32
2.13 Posisi Relatif Tingkat Pengangguran Terbuka (%) Provinsi Bali 2017 33 2.14 Analisis Prioritas Intervensi Bidang Kabupaten Jembrana Tahun 2010-2017 34 2.15 Perkembangan Angka Kematian Bayi (AKB) per 1.000 KH 36 2.16 Perkembangan AKBA Kab. Jembrana. 37 2.17 Perkembangan Angka Kematian Ibu (AKI) per 100.000 Kelahiran. 39 2.18 Perkembangan Prevalensi Balita Gizi Buruk (%) Kab. Jembrana. 41 2.19 Perkembangan Rasio Bidan Kab. Jembrana. 42 2.20 Perkembangan Rasio Dokter Kab. Jembrana. 43 2.21 Perkembangan Jarak Puskesmas Terdekat Kab. Jembrana 44 2.22 Perkembangan Penduduk dengan Keluhan Kesehatan. 45 2.23 Perkembangan Penduduk dengan Pengobatan Sendiri Kab. Jembrana. 46 2.24 Perkembangan Kelahiran Ditolong Tenaga Kesehatan Terlatih (%) Kab.
Jembrana. 48
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 ix
2.25 Perkembangan Angka Kesakitan 50 2.26 Analisis Prioritas Intervensi Bidang Kesehatan terhadap Tingkat Kemiskinan
Kab. Jembrana. 51
2.27 Perkembangan APK SD/MI Kabupaten Jembrana. 53 2.28 Perkembangan APK SMP/MTs Kabupaten Jembrana. 54 2.29 Perkembangan APK SMA/MA Kabupaten Jembrana. 54 2.30 Perkembangan APM SD/MI Kabupaten Jembrana. 56 2.31 Perkembangan APM SMP/MTs Kabupaten Jembrana. 56 2.32 Perkembangan APM SMA/MA Kabupaten Jembrana. 57 2.33 Perkembangan Angka Buta Huruf (%) Kabupaten Jembrana. 58 2.34 Perkembangan Angka Putus Sekolah SD (%) Kabupaten Jembrana. 60 2.35 Perkembangan Angka Putus Sekolah SMP (%) Kabupaten Jembrana. 60 2.36 Perkembangan Angka Putus Sekolah SMA (%) Kabupaten Jembrana. 61 2.37 Analisis Prioritas APK terhadap Tingkat Kemiskinan Kab. Jembrana. 62 2.38 Analisis Prioritas APM terhadap Tingkat Kemiskinan 63 2.39 Analisis Prioritas Angka Putus Sekolah Terhadap Tingkat Kemiskinan. 64 2.40 Perkembangan Rumah Tangga dengan Sanitasi Layak. 66 2.41 Perkembangan Rumah Tangga dengan Air Minum Layak (%) Kab. Jembrana. 67 2.42 Perkembangan Proporsi Desa dengan Akses Jalan R4 (%) Kab. Jembrana. 69 2.43 Perkembangan Proporsi Rumah Tangga dengan Akses Listrik (%) Kab.
Jembrana. 70
2.44 Analisis Prioritas Bidang Infrastruktur Dasar Terhadap Tingkat Kemiskinan. 71 2.45 Perkembangan Harga Beras (Rp.) 73 2.46 Perkembangan Harga Bahan Kebutuhan Pokok Utama. 74 2.47 Perkembangan Luas Panen dan Produksi Padi di Kab. Jembrana. 75 2.48 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Jembrana. 77 2.49 Analisis Prioritas Bidang Ketahanan Pangan. 78 3.1 Perkembangan Penerimaan Daerah Kabupaten Jembrana. 80 3.2 Perkembangan Distribusi Anggaran Belanja Menurut Fungsi Kabupaten
Jembrana. 82
3.3 Perkembangan Distribusi Anggaran Belanja (%) Menurut Fungsi Kabupaten Jembrana.
83
3.4 Anggaran Belanja Sektor. 84 3.5 Analisis Efektivitas Perkembangan APBD Terhadap Tingkat Kemiskinan
Kabupaten Jembrana 85
3.6 Perkembangan Anggaran Belanja Ketenagakerjaan 88 3.7 Analisis Efektivitas Anggaran Belanja Ketenagakerjaan dengan Tingkat
Pengangguran Kab. Jembrana. 89
3.8 Perkembangan Anggaran Belanja Sektor Pendidikan 91
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 x
3.9 Analisis Efektivitas Anggaran Belanja PendidikanTerhadap APK dan APM SD/MI 92 3.10 Analisis Efektivitas Anggaran Belanja PendidikanTerhadap APK dan APM
SMP/MTs 92
3.11 Analisis Efektivitas Anggaran Belanja PendidikanTerhadap APK dan APM SMA/MA
93
3.12 Perkembangan Anggaran Belanja Kesehatan. 94 3.13 Analisis Efektivitas Anggaran Belanja Kesehatan. 96 3.14 Analisis Perkembangan Anggaran Belanja Infrastruktur Kab. Jembrana. 98 3.15 Analisis Efektivitas Anggaran Bidang Infrastruktur Terhadap Indikator
Infrastruktur 99
3.16 Analisis Perkembangan Anggaran Belanja Bidang Ketahanan Pangan. 100 3.17 Analisis Efektivitas Anggaran Bidang Ketahanan Pangan Terhadap Tingkat
Kemiskinan dan Produksi Padi Kab. Jembrana. 101
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Semua Kabupaten/Kota maupun Provinsi memiliki tujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakatnya melalui pembangunan sosial dan program
penanggulangan kemiskinan. Masing-masing memiliki strategi dalam mempercepat
penanggulangan kemiskinan. Kemiskinan sebagai masalah sosial, merupakan sumber
utama kelemahan bagi setiap orang untuk melakukan partisipasi disegala bidang
kehidupan. Masalah kemiskinan hampir dihadapi oleh semua negara yang mengalami
ketidakseimbangan antara pertumbuhan penduduk dan ekonomi disamping indikasi
pengelolaan negara dan sumber daya yang belum optimal. Oleh karenanya masalah
kemiskinan bersifat multi dimensional sehingga memerlukan penangganan oleh
semua pihak baik pemerintah, masyarakat maupun dunia usaha. Sebagai salah satu
indikator utama keberhasilan pembangunan, maka penanggulangan kemiskinan
merupakan salah satu tugas pokok Pemerintah dengan melakukan pendekatan
strategi dan program penanggulangan secara tepat, terpadu dan terkoordinasi
dengan pelaksanaan secara bertahap, terencana, dan berkesinambungan yang
meliputi semua aspek kehidupan masyarakat dan negara.
Upaya penanggulangan kemiskinan adalah sesuai amanat Undang-Undang
Dasar dan terkait juga dengan kesepakatan MDGs yang telah diintegrasikan dalam
rencana pembangunan nasional jangka pendek maupun menengah. Program MDGs
yang terdiri dari 8 Goals, 18 Target dan 67 Indikator ini menitikberatkan pada upaya
pengentasan kemiskinan, kelaparan, perhatian terhadap masalah kesehatan,
pendidikan, ketidaksetaraan gender dan kelestarian lingkungan. Tahun 2015 telah
berlalu, maka berakhirlah salah satu program pembangunan dunia yang di kenal
dengan Milenium Depelopment Goals (MDGs), 15 tahun telah berlalu sejak
digulirkannya skema Pembangunan Abad Millenium atau Millenium Development
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 2
Goals (MDGs) yang digagas oleh PBB pada tahun 2000 dan berakhir pada tahun 2015.
Sebagai penggantinya maka diluncurkan suatu sistim pembangunan baru yang
bernama Sustainable Depelopment Goals (SDGs).
Dengan demikian SDGs menjadi acuan target yang harus dicapai dalam
pelaksanaan pembangunan nasional maupun daerah. Ada 17 kesepakatan dalam
SDGs yaitu salah satunya adalah Pengentasan segala bentuk kemiskinan di semua
tempat. Dengan pertimbangan bahwa kemiskinan masih menjadi problem di
berbagai negara di dunia ini, maka “penghilangan kemiskinan dan kelaparan” pada
2030 menjadi “tulang punggung” dari tujuan agenda pembangunan berkelanjutan.
Kemiskinan yang menjadi tujuan utama MDGs kembali menjadi tujuan utama dalam
SDGs. Selain karena kemiskinan dan kelaparan masih sebagai problem dunia,
menjadikan penghapusan kemiskinan sebagai tujuan utama diarahkan untuk
menjamin keberlanjutan capaian MDGs. Persoalan kemiskinan ditempatkan dalam
kerangka multidimensi, yakni melihat kemiskinan dari berbagai dimensi dan
memandang penyebab kemiskinan dari berbagai sisi. Dalam Outcome Document
Transforming Our World: The 2030 Agenda For Sustainable Development tujuan
mengakhiri kemiskinan menjadi tujuan “utama” dari 17 tujuan yang disepakti dalam
SDGs. Tujuan pertama dari 17 tujuan SDGs adalah “Mengakhiri Kemiskinan dalam
Segala Bentuk Di Mana Pun” (End poverty in all its forms everywhere). Tujuan utama
tersebut harus menjadi tema pembangunan, agenda utama dan berkelanjutan yang
melatari berbagai tujuan pembangunan lainnya seperti infrastruktur, pariwisata,
pangan dan energi dan lain-lain. Di dalam RPJPN 2005-2025, masalah kemiskinan
dilihat dalam kerangka multidimensi, karenanya kemiskinan bukan hanya
menyangkut ukuran pendapatan, melainkan karena menyangkut beberapa hal antara
lain: (i) kerentanan dan kerawanan orang atau masyarakat untuk menjadi miskin; (ii)
menyangkut ada/tidak adanya pemenuhan hak dasar warga dan ada/tidak adanya
perbedaan perlakuan seseorang atau kelompok masyarakat dalam menjalani
kehidupan secara bermartabat.
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 3
Target penanggulangan kemiskinan nasional sangat bergantung pada
komitmen, kemampuan, program dan kegiatan penanggulangan kemiskinan di
daerah sehingga disamping dukungan kebijakan dan pembiayaan dari pusat, juga
tetap mengacu dalam hal prinsip, strategi dan program pusat agar terjadi kesatuan
pemahanan dan langkah penanggulangan kemiskinan dalam pencapaian target. Dan
dalam rangka lebih mengefektifkan pelaksanaan program penanggulangan
kemiskinan dimasing-masing Daerah (Propinsi dan Kabupaten/Kota) maka dibentuk
Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) sesuai Perpres Nomor
15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan yang tugas dan
fungsinya mengacu pada Permendagri No. 42 Tahun 2010 tentang Tim Koordinasi
Penanggulangan Kemiskinan Propinsi dan Kabupaten/Kota yaitu melakukan
koordinasi, pengendalian dan evaluasi dalam perencanaan, pelaksanaan dan
pemantauan penanggulangan kemiskinan didaerah. Namun di Kabupaten Jembrana
tugas dan fungsi koordinasi penangulangan kemiskinan masih dilaksanakan secara
lintas sektoral karena TKPKD terbentuk tahun 2012 dan secara organisasi masih
melakukan pengakomodasian.
Terhadap pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan di daerah
(Kabupaten/Kota), TKPKD Kabupaten Jembrana memiliki kewajiban tugas/fungsi
untuk menyusun laporan hasil koordinasi, pengendalian, pemantauan dan evaluasi.
Di Kabupaten Jembrana program pengentasan kemiskinan telah berjalan seiring
dengan pelaksanaan kegiatan pembangunan daerah. Upaya yang dilakukan juga tidak
terlepas dari prinsip dan strategi penanggulangan kemiskinan nasional yang
dipedomani oleh TNP2K. Dalam rangka melaksanakan strategi percepatan
penganggulangan kemiskinan, dilaksanakan program penanggulangan kemiskinan
bersasaran (targeted program). Program – program penanggulangan kemiskinan
dilakukan dengan mensasarkan langsung kepada mereka yang tergolong miskin dan
dekat miskin. Program penanggulangan kemiskinan kepada mereka yang
membutuhkan diharapkan akan jauh lebih efektif dalam upaya penanggulangan
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 4
kemiskinan. Adapun prinsip dan strategi serta kelompok program yang diterapkan
adalah :
1. Mengurangi beban hidup melalui subsidi biaya pendidikan, kesehatan dan
bantuan-bantuan sosial lainnya (kelompok program bantuan sosial terpadu
berbasis keluarga).
2. Peningkatan kemampuan dan pendapatan masyarakat miskin melalui
pemberdayaan usaha kelompok masyarakat (kelompok program pemberdayaan
masyarakat).
3. Pemberdayaan/Penguatan Usaha Mikro dan Usaha Kecil dibidang permodalan,
pemasaran, kelembagaan dan manajemen (kelompok program pemberdayaan
usaha ekonomi mikro dan kecil).
4. Membentuk sinergi kebijakan dan program pemerintahan yang baik melalui
program-program pro rakyat dan partisipatif yang dapat meningkatkan kegiatan
ekonomi dan kesejahteraan masyarakat (kelompok program lainnya).
Sehubungan dengan tugas dan fungsi TKPK tersebut, maka dilakukan
penyusunan Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah (LP2KD) Kab.
Jembrana tiap akhir tahun.
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 5
1.2 Gambaran Umum Kabupaten Jembrana
Gambar 1.1 Gambaran Umum Kabupaten Jembrana
Jembrana sebagai salah satu Kabupaten di Bali dengan luas 841,80 km² (14,93%
dari luas Pulau Bali) hampir sebagian wilayahnya berupa kawasan hutan lindung
seluas 32.974,7 Ha (+ 39,17%). Daerah kepemerintahan di Kabupaten Jembrana saat
ini terbagi menjadi 5 (lima) kecamatan, yakni Kecamatan Melaya, Negara, Jembrana,
Mendoyo dan Pekutatan. Negara sebagai ibukota Kabupaten Jembrana. Jika dilihat
dari luas wilayah, Kecamatan Mendoyo memiliki wilayah yang terluas yakni 294,49
km2 atau 34,98% dari luas wilayah Jembrana. Selanjutnya diikuti oleh Melaya 197,19
km2 (23,42%),Pekutatan 129,65 km2 (15,40%), Negara 126,50 km2 (15,03%) dan
Jembrana 93,97 km2 (11,16%). Sedangkan kawasan budidaya seluas 30.877,85 Ha
(36,68%). Dilihat dari penduduknya, berdasarkan data Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Kabupaten Jembrana selama 5 (lima) tahun terakhir terjadi
perkembangan dari jumlah 317.117 jiwa (2012) menjadi 324.247 jiwa (2017). Dengan
potensi sumber daya alam terbatas dan kualitas SDM masih relatif rendah dengan
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 6
rata-rata lama sekolah 7,6 tahun, maka dari segi pendapatan dan pembangunan
daerahnya pun masih ketinggalan dibanding Kabupaten lain di Bali khususnya di Bali
Bagian Tengah yang memiliki sumber penghasilan dari sektor pariwisata.
Ketimpangan demikian tentu sangat berpengaruh terhadap perkembangan dan
penanggulangan kemiskinan masing-masing daerah Kabupaten/Kota sehingga
memerlukan peran lebih besar dari Pemerintah Provinsi (TKPKD Propinsi) dalam
mengatur dan mengalokasikan sumber daya Bali untuk pembangunan Bali yang lebih
adil dan merata sebagai keseluruhan dalam rangka Ajeg Bali.
Dengan tingkat kemiskinan Kabupaten Jembrana yang masih relatif cukup tinggi
maka upaya penanggulangan kemiskinan perlu terus ditingkatkan dan peran TKPKD
agar lebih efektif mencapai target minimal di bawah 4%. Untuk mencapai upaya
penurunan tersebut, maka semua pihak perlu dilibatkan terutama masyarakat di
kantong-kantong kemiskinan yang masih tinggi dan secara sikap mental maupun
kultural kurang responsif terhadap program.
1.3 Maksud Dan Tujuan
Maksud disusunnya Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Derah
(LP2KD) Tahun 2018 ini adalah untuk mendapatkan gambaran mengenai sejauh mana
capaian pelaksanaan, pengendalian dan capaian program-program percepatan
penanggulangan kemiskinan sesuai kelompok bidang dan indikator-indikatornya baik
dari sisi perencanaan, pelaksanaan program maupun anggaran belanja di Kabupaten
Jembrana.
Sedangkan tujuan yang ingin dicapai yaitu :
• Mengetahui kinerja TKPKD Kabupaten Jembrana dalam menyelenggarakan tugas
koordinasi penanggulangan kemiskinan dan pengendalian pelaksanaan program
penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Jembrana.
• Mengetahui tentang pelaksanaan kebijakan (program, anggaran dan regulasi)
penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Jembrana.
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 7
• Mengetahui keberhasilan pencapaian penanggulangan kemiskinan di daerah.
1.4 Landasan Hukum
Landasan hukum yang digunakan sebagai dasar penyusunan Laporan
Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah (LP2KD) Kabupaten Jembrana yaitu
sebagai berikut :
1. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Pasal 34;
2. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional (RPJP) Tahun 2005 – 2025;
3. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015–2019;
4. Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2010 tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas
Pembangunan Nasional Tahun 2010;
5. Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang
Berkeadilan;
6. Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010, tentang Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan;
7. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 42 Tahun 2010, tentang Tim Koordinasi
Penanggulangan Kemiskinan Provinsi dan Kabupaten/Kota.
8. Surat Keputusan Bupati Jembrana Nomor 324/BAPPEDA dan PM/2013, tentang
Pembentukan Tim Koodinasi Penanggulangan Kemiskinan Kabupaten Jembrana.
1.5 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan
Daerah (LP2KD), sebagai berikut :
BAB I . PENDAHULUAN
Menguraikan tentang latar belakang, maksud dan tujuan, landasan hukum, dan
sistematika penulisan.
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 8
BAB II. KONDISI KEMISKINAN
Berisikan uraikan tentang perkembangan jumlah penduduk miskin dan indeks
kemiskinan serta kaitan dengan indikator bidang (ketenagakerjaan, kesehatan,
pendidikan, infrastruktur dan ketahanan pangan).
BAB III. TINJAUAN ANGGARAN BELANJA UNTUK PENANGGULANGAN
KEMISKINAN
Menguraikan komposisi anggaran belanja sektoral, anggaran belanja sektoral
menurut sumber pembiayaan, anggaran belanja sektoral menurut mata anggaran,
anggaran belanja sektoral menurut jenis program yang dibiayai, serta relevansi dan
efektivitas anggaran penanggulangan kemiskinan.
BAB IV. KEBIJAKAN DAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI DAERAH
Menguraikan kebijakan, strategi, program dan kegiatan penanggulangan kemiskinan.
BAB V. KOORDINASI DAN PENGENDALIAN PELAKSANAAN PROGRAM
PENANGGULANGAN KEMISKINAN
Menguraikan tentang koordinasi penanggulangan kemiskinan, permasalahan
pelaksanaan koordinasi penanggulangan kemiskinan, pengendalian pelaksanaan
program penanggulangan kemiskinan, penanganan pengaduan masyarakat dan
pelaksanaan kegiatan tahun 2017.
BAB VI. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Berisi uraian prioritas target, intervensi bidang/sektoral dan wilayah, implikasi
penyesuaian program dan anggaran belanja, dan rencana koordinasi dan
pengendalian pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan.
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 9
BAB II
KONDISI KEMISKINAN
2.1. Gambaran Geografis
Luas wilayah Kabupaten Jembrana secara keseluruhan adalah 841,80 Km²
atau 14,93 % dari luas Provinsi Bali, terluas kedua setelah Kabupaten Buleleng.
Dengan luasan daerah yang demikian merupakan potensi yang sangat baik khususnya
di sektor pertanian maupun sektor-sektor lain seperti perkebunan, perikanan,
industri maupun perdagangan. Kabupaten Jembrana terdiri dari beberapa pulau,
yakni bagian dari pulau Bali itu sendiri, Pulau Kalong dan Pulau Burung. Pulau Kalong
dan Pulau Burung terletak di bagian barat Pulau Bali. Secara geografis, Kabupaten
Jembrana terletak pada posisi titik koordinat 80 09' 58" - 80 28' 02" LS dan 1140 26'
28" - 1150 51' 28" BT dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :
a. Sebelah utara : Kabupaten Buleleng
b. Sebelah timur : Kabupaten Tabanan
c. Sebelah selatan : Samudera Indonesia
d. Sebelah barat : Selat Bali
Secara administrasi Kabupaten Jembrana dibagi atas 5 (lima) wilayah
kecamatan, 41 desa dan 10 kelurahan, 246 banjar dinas dan 64 desa adat. Dari 5
(lima) kecamatan yang ada di Kabupaten Jembrana, yang terluas adalah Kecamatan
Mendoyo. Rincian luas masing-masing kecamatan, yaitu sebagai berikut:
a. Kecamatan Melaya : 197,19 km2
b. Kecamatan Negara : 126,60 km2
c. Kecamatan Jembrana : 93,97 km2
d. Kecamatan Mendoyo : 294,49 km2
e. Kecamatan Pekutatan : 129,65 km2
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 10
Gambar 2.1
Peta Administrasi Kabupaten Jembrana
Sumber : RTRW Kabupaten Jembrana 2012-2032
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 11
Tabel 2.1
Pembagian Wilayah Administrasi Kabupaten Jembrana
Tahun 2017
No. Pembagian Wilayah Administrasi Jumlah
1 Jumlah Kecamatan 5
2 Jumlah Desa/Kelurahan 41/10
3 Jumlah Banjar Dinas 253
4 Jumlah Desa Adat (Desa Pakraman) 64
5 Jumlah Penduduk 324.247
6 Kepadatan Per Km2 327
7 Luas Wilayah 841,80 Km2
8 Perbandingan Laki-Perempuan ( Sex ratio) 98,48%
Sumber : BPS Kab. Jembrana
2.2. Gambaran Demografis
Jumlah penduduk Kabupaten Jembrana pada Tahun 2017 adalah 324.247 jiwa
terdiri dari laki-laki 162.207 jiwa dan perempuan 162.040 jiwa. Perbandingan
penduduk laki-laki dengan perempuan (Sex Ratio) di Kabupaten Jembrana pada
tahun 2017 mencapai 100%. Adapun jumlah penduduk Kabupaten Jembrana dalam
kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir sesuai pada tabel berikut:
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 12
Tabel 2.2
Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten Jembrana
Tahun 2010 – 2017
Sumber: Buku Agregat Semester II Th 2017 Kabupaten Jembrana
Sedangkan persebaran penduduk Tahun 2017 di semua kecamatan yaitu sebagai
berikut:
Tabel 2.3
Penduduk Kabupaten Jembrana Tiap Kecamatan Berdasarkan
Jenis Kelamin Tahun 2017
Sumber : Buku Agregat Semester II Th 2017 Kabupaten Jembrana
No Tahun Jumlah Penduduk Sex Rasio
1 2010 307.804 99.80
2 2011 311.573 99.80
3 2012 317.117 99.80
4 2013 321.008 99.80
5 2014 320.260 100.08
6 2015 311.995 100
7 2016 322.256 100
8 2017 324.247 100
No Kecamatan Laki-Laki Perempuan Jml Pddk %
1 Negara 48.187 47.222 95.409 29,42
2 Mendoyo 35.253 35.565 70.818 21,84
3 Pekutatan 15.631 15.803 31.434 9,69
4 Melaya 31.822 31.728 63.550 19,60
5 Jembrana 31.314 31.722 63.036 19,44
Total 162.207 162.040 324.247 100,00
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 13
Dengan jumlah penduduk sebesar 324.247 jiwa dan luas wilayah 841,80 km2,
Kepadatan Penduduk mencapai 325 Jiwa/km2. Jumlah penduduk tertinggi
terkonsentrasi di Kecamatan Negara yang mencapai 29,42% dari total jumlah
penduduk. Kepadatan penduduknya mencapai hampir 3 kali lipat kepadatan
penduduk Kabupaten Jumlah penduduk terendah ada di Kecamatan Pekutatan hanya
9,69% dari total jumlah penduduk Kabupaten dengan jumlah penduduk 31,434 jiwa.
Struktur Usia penduduk di Kabupaten Jembrana berdasarkan jenis kelamin dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.4
Penduduk Kabupaten Jembrana Menurut Kelompok Umur
Jenis Kelamin Tahun 2017
Kelompok
Umur Laki-laki Perempuan Jumlah %
00-04 10.752 9.940 20.692 6,38
05-09 14.256 13.196 27.452 8,47
10-14 13.204 12.596 25.800 7,96
15-19 13.654 12.795 26.449 8,16
20-24 12.565 11.868 24.433 7,54
25-29 11.367 11.506 22.873 7,05
30-34 11.653 11.882 23.535 7,26
35-39 13.196 13.004 26.200 8,08
40-44 12.482 12.712 25.194 7,77
45-49 12.843 12.458 25.301 7,80
50-54 10.336 10.954 21.290 6,57
55-59 8.334 8.824 17.158 5,29
60-64 6.171 6.121 12.292 3,79
65-69 4.650 4.869 9.519 2,94
70-74 2.725 3.484 6.209 1,91
75+ 4.019 5.831 9.850 3,04
TOTAL 162.207 162.040 324.247 100,00
Sumber : Buku Agregat Semester II Th 2017 Kabupaten Jembrana
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 14
Dilihat dari tabel 2.4, jumlah penduduk Kabupaten Jembrana pada usia
produktif 15 s/d 64 tahun cukup tinggi sebanyak 224.725 orang mencapai 69,31%
dari total jumlah penduduk dan ini merupakan potensi Sumber Daya Manusia untuk
pembangunan di Kabupaten Jembrana sehingga memerlukan pengelolaan yang baik
agar betul-betul menjadi sumber daya yang produktif dan bermanfaat bagi
pembangunan khususnya di Kabupaten Jembrana.
Untuk laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Jembrana tahun 2015 sesuai
dengan data Jembrana Dalam Angka 2017 yaitu (0,6671) dan dengan tingkat
kepadatan penduduk menurut data BPS dengan 325 jiwa/km2. Jumlah kepadatan
penduduk terbanyak terdapat di wilayah Kecamatan Negara yaitu 650 jiwa/km2 ,
kemudian terbanyak ke 2 yaitu Kecamatan Jembrana dengan 578 jiwa/km2 , dimana
wilayah dengan penduduk dengan kepadatan yang tinggi tersebut kemungkinan
terdapat penduduk miskin yang tinggi pula.
Tabel 2.5
Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, dan Kepadatan Penduduk di
Kabupaten Jembrana Berdasarkan Kecamatan, 2017
Sumber : BPS
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 15
Tabel 2.6
Jumlah Penduduk Kelompok Umur Muda, Produktif
Dan Tua Berdasarkan Jenis Kelamin
KELOMPOK UMUR LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH
n % n % n %
USIA MUDA (0 – 14 THN) 38.212 11,78 35.732 11,02 73.944 22,80
USIA PRODUKTIF (15 - 64 TAHUN) 112.601 34,73 112.124 34,58 224.725 69,31
USIA TUA (>=65 THN) 11.394 3,51 14.184 4,37 25.578 7,89
TOTAL KABUPATEN 162.207 50,03 162.040 49,97 324.247 100,00
Sumber : Buku Agregat Semester II Th 2017 Kabupaten Jembrana
Dilihat dari tabel 2.6 kelompok usia produktif 15-64 tahun menempati
kelompok umur dengan persentase tertinggi di Kabupaten Jembrana yaitu dengan
69,31%, ini merupakan salah satu indikator dalam penentuan sasaran
program/kegiatan penanggulangan kemiskinan untuk lebih menyasar ke usia
produktif.
2.3. Kondisi Kemiskinan Daerah
Kemiskinan adalah ketidakmampuan yang dialami oleh seseorang dalam
memenuhi kebutuhan dasar yang minimum untuk hidup layak yang disebabkan oleh
banyak faktor. Oleh karenanya kemiskinan adalah suatu kondisi yang memiliki
dimensi kompleks dengan berbagai karakteristik sesuai potensi geografis
wilayah/daerah dan sosiologisnya. Upaya pemberdayaan masyarakat melalui peran
aktif masyarakat itu sendiri dalam mewujudkan pemenuhan kebutuhan hidup,
meningkatkan kesejahteraan sosial – ekonomi serta memperkukuh martabatnya
yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah dalam upaya penanggulangan kemiskinan.
Sasaran penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Jembrana dilaksanakan dengan
menggunakan data BPS yaitu BDT 2015 dan data Buku Merah yang keluarkan oleh
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 16
Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Jembrana setiap tahunnya
yang ditetapkan dengan Keputusan Bupati Jembrana tentang Penetapan Jumlah
Keluarga Miskin. Data BDT 2015 Kabupaten Jembrana terdapat 59.008 Jiwa dengan
40% status kesejahteraan terendah dan bukan merupakan data riil kemiskinan. Data
BDT yang diolah oleh Sekretariat TNP2K kemudian digunakan oleh Kementerian
Sosial untuk seluruh program penanggulangan kemiskinan secara nasional. Secara
nasional terdapat satu pusat data terpadu yang digunakan yaitu data yang terdapat
di Kementerian Sosial. Kemudian data kemiskinan Pemerintah Daerah Kabupaten
Jembrana terdapat 10.326 jiwa penduduk miskin atau sekitar 3.283 KK miskin dengan
jumlah total penduduk 323.211 jiwa atau 90.552 KK. Prosentase kemiskinan
berdasarkan jumlah penduduk Kabupaten Jembrana adalah sebesar 3,4%.
Dengan demikian kondisi kemiskinan dan faktor-faktor yang mempengaruhi
harus dapat dijelaskan berdasarkan analisis terhadap capaian indikator hasil
pembangunan secara keseluruhan terutama yang meliputi bidang-bidang yang secara
representatif dapat menggambarkan kondisi kemiskinan didaerah antara lain :
2.3.1 Bidang Kemiskinan dan Ketenagakerjaan.
2.3.2 Bidang Kesehatan.
2.3.3 Bidang Pendidikan.
2.3.4 Bidang Infrastruktur Dasar.
2.3.5 Bidang Ketahanan Pangan.
Terhadap indikator-indikator yang dicapai dalam program pembangunan bidang-
bidang tersebut kemudian dilakukan analisis untuk memperoleh gambaran tentang
perkembangan kondisi yang mendukung kemajuan pencapaian penanggulangan kemiskinan.
Adapun analisis yang dilakukan terhadap masing-masing bidang tersebut diatas adalah
sebagai berikut :
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 17
2.3.1 Bidang Kemiskinan dan Ketenagakerjaan.
Analisis dalam bidang kemiskinan dan ketenagakerjaan meliputi 4 (empat)
indikator utama yang merupakan tolak ukur dari pada keberhasilan pelaksanaan
program penanggulangan kemiskinan khususnya maupun pembangunan pada
umumnya yaitu :
2.3.1.1 Tingkat Kemiskinan (P0).
2.3.1.2 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1).
2.3.1.3 Indeks Keparahan Kemiskinan (P2).
2.3.1.4 Tingkat Pengangguran.
2.3.1.1 Tingkat Kemiskinan (P0).
Data perkembangan jumlah penduduk miskin di Kabupaten Jembrana selama
8 (delapan) tahun terakhir dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut :
Tabel 2.7
Perkembangan Penduduk Miskin 2009 – 2017 Kabupaten Jembrana.
No
Tahun
Jumlah Penduduk Jumlah Penduduk
Miskin
Persentase
KK JIWA KK JIWA KK JIWA
1. 2009 83.257 304.956 3.943 11.561 4,7 % 3,8%
2. 2010 83.880 307.804 5.597 17.623 6,7% 5,7%
3. 2011 85.025 311.573 5.935 18.872 7,0% 6,1%
4. 2012 86.685 317.117 5.308 16.885 6,1% 5,3%
5. 2013 89.159 321.008 4.683 14.872 5,3% 4,6%
6. 2014 87.678 320.260 4.049 12.900 4,6% 4,0%
7. 2015 87.892 311.995 3.737 11.703 4,3% 3,8%
8. 2016 89.501 321.474 3.607 11.311 4,0% 3,5%
9. 2017 90.552 323.211 3.283 10.326 3,6% 3,2%
Sumber : Dinas PMD Kabupaten Jembrana Tahun 2018.
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 18
Data jumlah penduduk miskin Kabupaten Jembrana adalah berdasarkan data
dari Pemerintah Kabupaten Jembrana yang setiap tahunnya melaksanakan
pendataan/coklit KK Miskin dengan menggunakan 14 (empat belas) indikator.
Sementara data BPS yang diolah oleh TNP2K (BDT 2015) dijadikan sebagai data
pembanding. Mengingat ada 2 (dua) macam sumber data yang dapat
menimbulkan kerancuan sebagai bahan analisis dan tidak jarang antara
perencanaan pusat dan daerah dalam implementasi kegiatan dilapangan
memunculkan sasaran berbeda yang menyebabkan terjadi permasalahan dan
kecemburuan sosial dimasyarakat. Data BPS berdasarkan data PPLS 2011 dan
kemudian PBDT 2015 yang dikumpulkan 3 (tiga) tahun sekali dengan metoda yang
berbeda juga menyulitkan untuk melakukan perbandingan setiap tahunnya. Untuk
kepentingan analisa terkait dengan kondisi kemiskinan yang menggunakan standar
secara nasional dari TNP2K maka digunakan data yang bersumber dari Pemerintah
Kabupaten Jembrana karena data yang diperoleh merupakan hasil
pendataan/coklit setiap tahunnya sehingga memenuhi unsur perkembangan
secara time series (tahun seri).
Tabel 2.8 Perkembangan penduduk miskin 2010 – 2017 BPS
No
Tahun
Proyeksi Jumlah
Penduduk
(Ribu Jiwa)
Jumlah Penduduk
Miskin
Persentase
JIWA JIWA (000) JIWA (%)
1. 2010 262.800 21,30 8,11
2. 2011 264.400 17,60 6,56
3. 2012 266.200 15,30 5,74
4. 2013 268.000 14,92 5,56
5. 2014 269.800 15,78 5,83
6. 2015 271.600 15,83 5,84
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 19
7. 2016 273.300 14,53 5,33
8. 2017 274.900 14,78 5,38
Sumber : BPS Kabupaten Jembrana.
Gambar 2.2
Sumber : BPS & TNP2K
Tingkat kemiskinan di Kabupaten Jembrana memiliki kecenderungan fluktuatif
kemungkinan diakibatkan oleh momentum survey yang dilaksanakan oleh BPS
memakai tolok ukur pengeluaran yang terkait belanja makanan. Faktor umum
yang mempengaruhi fluktuasi ini adalah faktor inflasi, sedang faktor yang secara
khusus mempengaruhi fluktuasi ini adalah faktor tradisi yang menyebabkan
meningkatnya pengeluaran tertentu pada momentum hara raya keagamaan.
Pengeluaran mayoritas penduduk yang beragama Hindu meningkat signifikan
bertepatan pada saat hari raya Nyepi, Galungan dan Kuningan, sebagai contoh
Susenas yang dilaksanakan bulan Maret yang berdekatan dengan hari raya Nyepi,
Galungan dan Kuningan, menunjukkan pengeluaran untuk belanja makanan yang
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 20
tinggi. Implikasinya hasil Susenas akan serta merta menyebabkan meningkatnya
angka Garis Kemiskinan. Situasi ini sebenarnya bersifat sementara, setelah hari
raya pengeluaran penduduk akan kembali normal dan pada pelaksanaan Susenas
berikutnya akan diperoleh data yang real.
Perkembangan jumlah penduduk miskin Kabupaten Jembrana sampai dengan
2017 sedikit berbeda antara 2 (dua) sumber data, dimana berdasarkan data BPS
yang diolah oleh TNP2K dari tahun 2010–2017 terjadi penurunan secara bertahap
walaupun terjadi peningkatan di tahun 2014 dan 2015. Sementara berdasarkan
data Pemerintah Kabupaten Jembrana terdapat peningkatan di tahun 2010 dan
2011 untuk kemudian menurun secara bertahap sampai tahun 2017. Peningkatan
dalam 2 (dua) periode tahun tersebut disebabkan karena adanya kondisi ekonomi
masyarakat dan isu-isu kenaikan harga BBM yang memicu inflasi dan penurunan
daya beli. Persentase tingkat kemiskinan hampir sejalan dengan perkembangan
jumlah penduduk miskin. Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan jumlah
penduduk tidak selalu diikuti peningkatan jumlah penduduk miskin. Hal ini
disebabkan karena adanya upaya-upaya untuk menekan jumlah penduduk miskin
melalui program dan kegiatan baik itu dari pusat maupun daerah yang menyasar
langsung ke target penduduk miskin.
Penurunan tingkat kemiskinan di Kabupaten Jembrana tidak lagi bersifat
drastis, karena sudah makin mendekati akumulasi penduduk miskin yang
jumlahnya didominasi penduduk miskin yang bersifat struktural, penduduk usia
lanjut dan penyandang disabilitas. Kemiskinan yang masih tersisa diantaranya
adalah kemiskinan absolut pada kondisi mengkristal (hard rock poverty) yang
terdiri dari orang lanjut usia serta para disabilitas yang sudah tidak mampu
memenuhi kebutuhan dasar hidupnya.
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 21
Gambar 2.3
Sumber data : Dinas PMD Kab. Jembrana Tahun 2018.
Meskipun mengalami keterbatasan pada potensi ekonomi, namun angka
kemiskinan di Kabupaten Jembrana mengalami penurunan akibat sikap mental
masyarakat yang mulai berubah dengan mendukung seluruh program pemerintah
baik itu pusat dan daerah. Kendati demikian, diperlukan upaya yang lebih intensif
bagi Pemerintah Kabupaten Jembrana untuk menurunkan tingkat kemiskinan agar
tidak mengalami peningkatan jumlah penduduk miskin tahun berikutnya.
Selain itu perubahan iklim yang cukup signifikan pada tahun ini menjadi
salah satu tantangan berat untuk menjaga kondisi ekonomi agar lebih stabil.
Kabupaten Jembrana telah berupaya meningkatkan sektor pertanian dalam arti
luas (tanaman pangan, peternakan, perikanan dan perkebunan) sehingga tujuan
untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat tercapai stabilitas yang baik.
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 22
Gambar 2.4
Persentase tingkat kemiskinan Kabupaten Jembrana dibandingkan dengan
kabupaten/kota di Provinsi Bali menempati urutan ke 4 terbesar di Provinsi Bali
setelah Kabupaten Karangasem, Kabupaten Klungkung, Kabupaten Buleleng. Dimana
masih diatas rata-rata Provinsi Bali dan sudah dibawah persentase tingkat kemiskinan
di Indonesia. Provinsi Bali merupakan provinsi dengan tingkat kemiskinan terendah
ke-2 di seluruh Indonesia setelah DKI Jakarta.
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 23
Gambar 2.5
Sumber : Dinas PMD Kab. Jembrana Tahun 2018.
Tingkat Kemiskinan per Kecamatan Kab. Jembrana, menunjukkan bahwa
Kec. Melaya adalah tertinggi sedangkan Kecamatan Pekutatan berada di bawah
rata-rata Kabupaten. Ketidakstabilan capaian indikator kemiskinan ini sangat
dipengaruhi oleh kondisi ekonomi masyarakat. Selain itu, perlambatan penurunan
tingkat kemiskinan di daerah juga disebabkan karena kondisi kemiskinan sudah
mendekati kronis (hardrock poverty) yang sulit ditanggulangi dalam jumlah yang
cukup banyak. Oleh karena itu perlu ada evaluasi kebijakan dan program serta
upaya dari berbagai pihak terkait untuk mengambil langkah-langkah yang lebih
terkoordinasi dalam mempercepat mengurangi kemiskinan di Kabupaten
Jembrana baik dari segi kebijakan maupun program/kegiatannya yang tepat dan
terarah kepada sasaran.
Permasalahan efektivitas penurunan tingkat kemiskinan perlu dilihat
terutama dari segi kebijakan/program yang dilaksanakan selama ini sepertinya
perlu penajaman yang dimulai dengan melakukan analisis kondisi kemiskinan
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 24
secara tepat sehingga program pengentasan kemiskinan menjadi tepat sasaran
dan lebih efektif.
Agar dapat dilakukan analisis secara tepat harus dimulai dari pendataan
KK miskin yang didasari koordinasi dan kesatuan pemahaman dari stakeholder
tentang KK miskin lalu dilakukan pengelompokan dan pengolahan data KK miskin
sesuai kriteria/klaster yang sama agar dapat dilakukan program yang tepat. Setiap
program yang ditujukan untuk penanggulangan kemiskinan berbeda, tergantung
pada kualitas dan karakteristik kemiskinan dalam rangka pemberian program
bantuan/pemberdayaan. Target penurunan KK miskin yang ditetapkan oleh TKPKD
Kabupaten Jembrana sebesar 200 KK miskin tiap tahun atau setara dengan 800
jiwa penduduk miskin. Hal ini tentu tidak terlepas dari upaya peningkatan ekonomi
dan sosial masyarakat serta program penanggulangan kemiskinan yang fokus pada
penanggulangan masalah yang terkait dengan kriteria KK miskin khususnya yang
menyangkut perumahan.
Angka tingkat kemiskinan tahun 2017 Kabupaten Jembrana di atas rata-
rata Provinsi Bali yaitu 4,25 persen. Kabupaten Jembrana memerlukan upaya yang
lebih keras untuk melakukan sinkronisasi program-program kemiskinan agar
terarah, efektif dan tepat sasaran baik itu dengan Provinsi Bali maupun dengan
Pemerintah Pusat dan bantuan-bantuan dari Kabupaten/Kota lainnya baik berupa
hibah dan bantuan lainnya yang mendukung pengentasan kemiskinan. Untuk
mengatasi kendala terbatasnya pendanaan, Kabupaten Jembrana memerlukan
upaya yang lebih keras untuk mengakses sumber daya program percepatan
penurunan jumlah penduduk miskin disamping melakukan upaya bagaimana
meningkatkan peran masyarakat untuk mendukung program-program
pengentasan kemiskinan.
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 25
Gambar 2.6
Sumber : Dinas PMD Kab. Jembrana Tahun 2018.
Jumlah penduduk miskin masing-masing Kecamatan di Kabupaten
Jembrana tahun 2017 menunjukkan penurunan di seluruh kecamatan dengan
besaran yang berbeda-beda. Secara jumlah, penurunan terbanyak terjadi di
Kecamatan Melaya sebesar 271 jiwa dengan jumlah penduduk miskinnya
sebanyak 2.676 jiwa. Kemudian penurunan kedua terbesar terdapat di Kecamatan
Jembrana sebesar 261 jiwa dengan jumlah penduduk miskin sebesar 1.931 jiwa.
Kecamatan Mendoyo terjadi penurunan penduduk miskin sebesar 221 jiwa
dengan jumlah penduduk miskin sebesar 2.531 jiwa. Kecamatan Negara terjadi
penurunan penduduk miskin sebesar 197 jiwa dengan jumlah penduduk miskin
sebesar 2.758 jiwa dan terakhir Kecamatan Pekutatan terjadi penurunan
penduduk miskin sebesar 31 jiwa dengan jumlah penduduk miskin sebesar 434
jiwa.
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 26
Gambar 2.7
Sumber : Dinas PMD Kab. Jembrana Tahun 2018.
Persentase tingkat kemiskinan terendah berada di Kecamatan Pekutatan yaitu
sebesar 1,4 persen, kemudian Kecamatan Negara sebesar 2,9 persen, Kecamatan
Jembrana sebesar 3.1 persen, Kecamatan Mendoyo 3,6 persen dan Kecamatan
Melaya 4,2 persen.
2.3.1.2 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)
Indikator indeks kedalaman kemiskinan (P1) merupakan ukuran rata-rata
kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis
kemiskinan. Penurunan nilai indeks Kedalaman Kemiskinan mengindikasikan bahwa
rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung makin mendekati garis
kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga semakin
menyempit. Indeks kedalaman kemiskinan yang menjadi ukuran penting bagi
pemerataan tingkat kesejahteraan masyarakat antar wilayah khususnya antar
Kabupaten/Kota. Adapun gambaran indeks kedalaman kemiskinan dimaksud adalah
sebagai berikut :
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 27
Gambar 2.8
Sumber : BPS, TNP2K
Indikator indeks kedalaman kemiskinan Kabupaten Jembrana
menunjukkan perkembangan dengan penurunan yang cukup baik selama 5 (lima)
tahun terakhir. Meskipun perkembangannya menunjukkan kondisi lebih baik
namun masih memungkinkan terjadinya fluktuasi karena tidak bisa terlepas dari
pengaruh perkembangan kondisi sosial ekonomi secara umum akibat kebijakan
pusat maupun daerah serta perbedaan potensi antar wilayah.
Perkembangan dari tahun 2010 – 2017, secara umum menunjukkan
indeks kedalaman kemiskinan (P1) Kabupaten Jembrana sudah mengalami
perbaikan, diatas posisi rata-rata Propinsi Bali (0,68%). Untuk tahun 2017,
Kabupaten Jembrana mengalami kenaikan indeks kedalaman kemiskinan yakni
sebesar 0,33 point. Kemampuan ekonomi wilayah/daerah tidak banyak
berpengaruh terhadap penurunan indeks kedalaman kemiskinan. Kendati
demikian, masih diperlukan upaya dari Pemerintah Provinsi Bali untuk
menyeimbangkan pembangunan di seluruh kabupaten/kota di Bali sehingga tidak
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 28
memperlebar jurang kemiskinan. Kabupaten Jembrana menempati urutan ke 2
setelah Kabupaten Karangasem dalam indeks kedalaman kemiskinan, ini berarti di
Kabupaten Jembrana kesenjangan pengeluaran antar penduduk miskin semakin
besar.
Gambar 2.9
2.3.1.3 Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)
Indikator Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) mengindikasikan bahwa rata-
rata pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin menjauhi garis kemiskinan
dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga semakin melebar. Selain itu
juga menunjukkan gambaran kondisi kemiskinan yang menjadi ukuran pula bagi
tingkat kemiskinan atau indikator kesejahteraan masyarakat di suatu wilayah.
Adapun gambaran kondisi keparahan kemiskinan di Kabupaten Jembrana adalah
sebagai berikut :
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 29
Gambar 2.10
Sumber : BPS, TNP2K
Perkembangan indikator indeks keparahan kemiskinan di Kabupaten
Jembrana dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2017 menunjukkan fluktuasi dari
angka (0,17) di tahun 2010 menjadi (0,19) tahun 2017. Meskipun tidak bisa
dihindari kondisinya berfluktuasi karena tergantung dari pada kebijakan, kondisi
sosial, politik, ekonomi, alam dan kondisi umum lainnya. Untuk memperbaiki
kondisi ini tentu semua pihak perlu memahami dan ikut berperan dalam semua
aspek yang mendukung perbaikan indikator.
Upaya maupun kebijakan dan program yang telah diterapkan selama ini
di Kabupaten Jembrana yang bertujuan untuk meringankan beban hidup
masyarakat, meningkatkan kemampuan dan pendapatan masyarakat miskin,
mengembangkan dan menjamin keberlangsungan usaha mikro dan kecil serta
membentuk sinergi program dan kebijakan penanggulangan kemiskinan.
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 30
Gambar 2.11
Posisi relatif Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Kabupaten Jembrana
merupakan tertinggi di Provinsi Bali, kondisi ini naik hampir 2 kali lipat dari tahun
2016 dengan nilai kenaikan sebesar 0,11 point menjadi 0,19 di tahun 2017. Faktor-
faktor yang memengaruhi penurunan jumlah penduduk miskin antara lain
pembagian beras untuk rakyat miskin, peningkatan upah, pertumbuhan ekonomi
yang stabil, penurunan tingkat pengangguran, serta harga beras yang relatif stabil
tentunya menjadi faktor yang menjadikan Indeks Keparahan Kemiskinan di
Kabupaten Jembrana meningkat. Peranan komoditas makanan terhadap garis
kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditas bukan makanan
(perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan).
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 31
2.3.1.4 Tingkat Pengangguran.
Pembangunan berhasil jika tujuan pembangunan bisa tercapai. Salah
satu tujuan pembangunan adalah pemerataan kesempatan kerja bagi seluruh
penduduk. Manusia sebagai salah satu faktor pembangunan harus dimaksimalkan
potensinya agar bisa lebih berdaya guna dan berhasil guna untuk berperan serta
dalam pembangunan di segala bidang. Beberapa indikator yang bisa digunakan
untuk memantau perkembangan kondisi ketenagakerjaan di Kota Malang adalah
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
serta persentase penduduk yang bekerja menurut lapangan pekerjaan.
Sebagai indikator utama yang terkait langsung dengan kondisi
kemiskinan, maka tingkat pengangguran terbuka di Kabupaten Jembrana menurut
data BPS yang sesuai gambar 2.11, menunjukkan kemajuan yang sangat berarti.
Meskipun perkembangannya mengalami sedikit fluktuasi namun sudah
menunjukkan adanya perbaikan indikator selama kurang lebih 7 (tujuh) tahun dari
angka 2,54% tahun 2010 menjadi 0,67% tahun 2017. Namun, berdasarkan data
BPS pada tahun 2017, angka pengangguran terbuka mengalami penurunan yang
sangat signifikan dari tahun 2015 yakni sebesar 0,92%. Kondisi ini sudah lebih baik
dari tahun sebelumnya, ini karena pembukaan lapangan kerja sudah semakin
banyak dan semangat berwirausaha pada angkatan kerja di Kabupaten Jembrana
kian meningkat, dan juga adanya program Job Fair atau Bursa Kerja dari
Pemerintah Kabupaten Jembrana melalui Dinas Penanaman Modal Pelayanan
Terpadu Satu Pintu Dan Tenaga Kerja yang berfokus untuk mengurangi
pengangguran. Kondisi ini harus tetap dipertahankan dan ditingkatkan mengingat
indikator pengangguran merupakan indikator utama dalam menilai kemiskinan.
Upaya penciptaan lapangan kerja baru maupun mendorong angkatan kerja untuk
berwirausaha dengan memberikan bantuan lunak untuk permodalan maupun
bantuan peralatan kerja serta pemasaran produk yang dihasilkan masih harus
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 32
tetap dilakukan, dan pelatihan-pelatihan yang telah disediakan di Balai Latihan
Kerja Kabupaten Jembrana.
Gambar 2.12
Sumber : Kabupaten Jembrana Dalam Angka 2018
Pada kurun waktu 2010-2017 menunjukkan efektivitas penurunan
angka tingkat pengangguran Kabupaten Jembrana cukup baik walaupun adanya
fluktuasi. Kondisi ini menggambarkan bahwa kebijakan sektor ketenagakerjaan di
Jembrana sudah berjalan dengan baik. Tentunya harus tetap di tingkatkan dan
memerlukan evaluasi menyeluruh untuk tetap menekan angka pengangguran di
Kabupaten Jembrana.
Tingkat pengangguran terbuka Kabupaten Jembrana menempati posisi
ke 3 terendah setelah Kabupaten Badung dan Kabupaten Bangli dan berada di
bawah rata-rata Propinsi Bali 1,48 persen dan masih berada di bawah rata-rata
nasional 5,5 persen. Kondisi ini harus tetap mendapatkan perhatian dari
Pemerintah Kabupaten Jembrana untuk meningkatkan lagi efektivitas program
dan kegiatan pada sektor ketenagakerjaan, dan melakukan pembukaan
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 33
kesempatan kerja dengan membuka bursa kerja dan Job Fair yang lebih intensif
dengan kerjasama dengan para penyedia kerja di Kabupaten Jembrana.
Gambar 2.13
Sumber : BPS
2.3.1.5 Analisis Prioritas Bidang Kemiskinan dan Ketenagakerjaan.
Analisis prioritas bidang kemiskinan dan ketenagakerjaan, nampak
perkembangan indikator tingkat kemiskinan adalah sejalan dengan
perkembangan indikator indeks kedalaman kemiskinan dan keparahan
kemiskinan karena adanya peningkatan dari tahun sebelumnya. Dengan
demikian juga menunjukkan keterkaitan yang mengarah pada kenaikan
persentase kondisi kemiskinan. Hanya saja fluktuasi perkembangan indikator
tingkat kemiskinan tidak selalu sama dengan indikator indeks kedalaman dan
keparahan kemiskinan.
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 34
Begitu juga dengan tingkat pengangguran terbuka meskipun pengaruhnya
cukup kuat terhadap tingkat kemiskinan, ternyata perkembangannya tidak selalu
diimbangi oleh penurunan angka kemiskinan. Angka kemiskinan cenderung
menurun sama dengan angka pengangguran. Penurunan angka pengangguran
yang sangat signifikan pada tahun 2017 tidak di ikuti dengan penurunan angka
kemiskinan. Ini berarti bahwa faktor pengangguran belum memiliki pengaruh
banyak terhadap kondisi kemiskinan. Meskipun gambar analisis menunjukkan
perkembangan yang sejalan, namun indikator kedalaman dan keparahan
kemiskinan yang berfluktuasi rupanya masih perlu mendapat perhatian karena
masih ada masyarakat yang hidup dalam kondisi kurang atau tidak layak. Caranya
adalah dengan meningkatkan porsi pembangunan bagi mereka sehingga tidak
menambah kesenjangan baru. Kemudian indikator tingkat partisipasi angkatan
kerja pada tahun 2017 sejumlah 78,62 persen dan tingkat kesempatan kerja
99,33 persen dimana ini merupakan capaian tertinggi oleh Kabupaten Jembrana
dan ini sejalan dengan turunnya tingkat pengangguran terbuka.
Gambar 2.14
Sumber : BPS TNP2K
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 35
2.3.2 Bidang Kesehatan.
Indikator Kesehatan baik secara kolektif maupun tersendiri memiliki relevansi
langsung maupun tidak langsung terhadap tingkat kemiskinan. Pelayanan kesehatan di
Kabupaten Jembrana didukung pula oleh peningkatan sarana prasarana yang ada, baik
infrastruktur maupun alat kesehatan. Program yang dijalankan oleh pemerintah
daerah antara lain pembangunan puskesmas rawat inap, rehabilitasi puskesmas,
akreditasi puskesmas, pelayanan rujukan jaminan persalinan, program JKN, pelayanan
POSBINDU penyakit tidak menular, pembelian mesin pendingin untuk kamar jenasah,
pembelian genset, serta pembelian ALKES untuk ICU, rawat inap, dan OK.
Pada hakikatnya pembangunan kesehatan bertujuan untuk mencapai
kemampuan hidup sehat bagi seluruh rakyat agar dapat meningkatkan derajat
kesehatan. Adalah relevan apabila perbaikan derajat kesehatan masyarakat dibarengi
pula oleh ketersediaan fasilitas kesehatan seperti rumah sakit dan puskesmas. Rumah
sakit yang ada di Jembrana pada tahun 2017 ada 4 unit yang terdiri dari 3 rumah sakit
swasta dan 1 rumah sakit pemerintah. Selain rumah sakit, Puskesmas juga merupakan
prasarana kesehatan yang tidak kalah penting. Jembrana sendiri memiliki 10 unit
puskesmas dan 44 puskesmas pembantu. Sedangkan puskesmas keliling ada 10 unit
dan posyandu ada 331 unit. Upaya lain yang dilakukan pemerintah sejauh ini dalam
pelayanan kesehatan masyarakat adalah melalui program Keluarga Berencana (KB).
Program KB merupakan suatu usaha langsung yang ditujukan untuk mengurangi
tingkat kelahiran terutama melalui program penggunaan alat kontrasepsi secara
konsisiten dan berkesinambungan. Disamping juga bertujuan untuk membangun
keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera dalam rangka usaha pembinaan dan
peningkatan mutu SDM. Apabila dilihat dari cara metode kontrasepsi peserta KB aktif
lebih memilih untuk menggunakan suntikan yakni sebanyak 24.833 pengguna.
Beberapa indikator bidang kesehatan yang dianalisis terkait dengan tingkat
kemiskinan di Kabupaten Jembrana antara lain.
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 36
2.3.2.1 Angka Kematian Bayi (AKB) per 1.000 KH.
Gambar 2.15
Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Jembrana 2017
Indikator angka kematian bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate Kabupaten
Jembrana seperti terlihat pada gambar 2.14, mengalami perkembangan yang
berfluktuasi sejak tahun 2010 sampai tahun 2017 dan mengalami puncaknya
pada tahun 2011 sebesar 14,08/1.000 kelahiran hidup . Hal ini disebabkan bukan
karena faktor teknis semata-mata melainkan juga faktor kondisi sosial ekonomi,
geografis dan demografis sehingga sulit mendapat penanganan. Namun mulai
tahun 2011 sampai 2015 secara berangsur-angsur mengalami penurunan.
Namun pada tahun 2017, AKB kembali mengalami peningkatan sebesar 1,4 point
menjadi 10,40/1.000 kelahiran hidup yaitu jumlah kematian bayi sebesar 48
orang dari jumlah kelahiran hidup yaitu 4.605 orang. Kendatipun target SDG’s
pada point ke 3 sudah tercapai namun peningkatan AKB ini memerlukan
perhatian serius. Untuk itu diperlukan upaya yang lebih keras dengan
mengefektifkan pelayanan terhadap ibu hamil dan pada masa nifas. Kebijakan
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 37
Pemerintah Kabupaten Jembrana dengan mendekatkan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat dengan membuka kembali Puskesmas Pembantu yang
beberapa tahun lalu sempat tidak aktif serta memperpanjang waktu pelayanan di
puskesmas serta adanya fasilitas di Puskesmas Rawat Inap memang dirasa sangat
efektif tentu juga harus diimbangi dengan peningkatan kualitas pelayanan.
2.3.2.2 Angka Kematian Balita (AKBA) per 1.000 KH.
Perkembangan AKBA Kabupaten Jembrana juga menunjukkan perkembangan
hampir sejalan dengan AKB dengan fluktuasi yang hampir sama pula seperti
terlihat pada gambar 2.15 berikut.
Gambar 2.16
Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Jembrana 2017
Tahun 2013 sebesar 7,62/1.000 dimana jumlah kematian balita sebesar 29
orang dari jumlah kelahiran hidup yaitu 4.342 orang, kelahiran hidup dan tahun
2014 meningkat menjadi 8,8/1.000 kelahiran hidup dari jumlah kematian balita
sebesar 41 orang dari jumlah kelahiran hidup sebesar 4.671 orang pada tahun
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 38
2015 yaitu 7,5/1.00 kelahiran hidup dimana jumlah kematian balitanya sebesar
36 orang dari jumlah kaelahiran hidup sebesar 4.804 orang mengalamai
penurunan dari tahun sebelumnya, tahun 2016 sebesar 9,6/1.000 kelahiran
hidup dimana jumlah kematian balita sebesar 46 orang dari jumlah kelahiran
hidup sebesar 4.748 orang mmengalami peningkatan dari tahun sebelumnya,
dan tahun 2017 sebesar 11,1/1.000 kelahiran hidup dimana kematian balita
sebesar 51 orang dari jumlah kelahiran hidup sebesar 4.605 orang. Hal ini
menunjukkan kebijakan/program yang diarahkan kepada balita masih perlu
ditingkatkan efektifitasnya utamanya dalam hal penentuan sasaran kegiatannya
sehingga angka kematian balita dapat ditekan sekecil mungkin.
Strategi dan usaha untuk mendukung upaya penurunan kematian bayi dan
balita antara lain adalah meningkatkan kebersihan (hygiene) dan sanitasi di
tingkat individu, keluarga, dan masyarakat melalui penyediaan air bersih,
meningkatkan perilaku hidup sehat, serta kepedulian terhadap kelangsungan dan
perkembangan dini anak; pemberantasan penyakit menular, meningkatkan
cakupan imunisasi dan, meningkatkan pelayanan kesehatan reproduksi
termasuk pelayanan kontrasepsi dan ibu, menanggulangi gizi buruk, kurang
energi kronik dan anemi, serta promosi pemberian ASI ekslusif dan pemantauan
pertumbuhan.
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 39
2.3.2.3 Angka Kematian Ibu (AKI) per- 100.000 KH.
Gambar 2.17
Sumber : Statistik Sektoral Kabupaten Jembrana.
Indikator Angka Kematian Ibu atau Maternal Mortality Rate dapat
menggambarkan status gizi dan kesehatan ibu serta keadaan sosial, ekonomi,
lingkungan, fasilitas dan tingkat pelayanan prenatal. Perkembangan antar waktu
AKI di Kabupaten Jembrana selain mengalami fluktuasi juga menunjukkan
kecenderungan terus meningkat dari angka 42,80 tahun 2014 hingga mencapai
145,70 per 100.000 kelahiran hidup tahun 2015 yang merupakan angka tertinggi
dan kembali menunjukkan trend menurun di tahun 2016 sebesar 104,50 per
100.000 kelahiran hidup kemudian pada tahun 2017 kembali mengalami
kenaikan menjadi 108,60 per 100.000 kelahiran hidup. Hal ini harus mendapat
perhatian yang sangat serius dari SKPD terkait, sehingga dapat dicari solusi
penanganan masalah.
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 40
2.3.2.4 Prevalensi Gizi Buruk pada Balita (%).
Upaya yang telah dilakukan untuk meningkatkan status gizi
masyarakat antara lain melalui Upaya Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) yang
bertujuan untuk meningkatkan mutu konsumsi pangan sehingga berdampak
pada status gizi masyarakat. Peningkatan gizi diarahkan pada peningkatan
intelektualitas, produktivitas dan prestasi kerja serta penurunan angka
gangguan, terutama gizi kurang dan buruk. Kegiatan yang dilakukan antara
lain pada Dinas Kesehatan Kabupaten Jembrana yaitu pelacakan kasus gizi
buruk, pemantauan status gizi balita, pemantauan pertumbuhan balita
dan pemberian makan tambahan pada balita gizi buruk.
Dari hasil pelacakan kasus gizi buruk pada tahun 2013 jumlah kasus 3
kasus (0.02 %) tahun 2014 ada 9 kasus (0,04 %) dan tahun 2015 ditemukan 6
kasus gizi buruk (0,02 %) tahun 2016 terdapat 5 kasus (0,02 %) dari jumlah
balita yaitu 22.367 orang, tahun 2017 sebanyak 6 kasus dari jumlah balita
sebanyak 19.426 (0,03 %) peningkatan dari tahun sebelumnya karena jumlah
balitanya lebih kecil sebagai pembaginya, sumuanya telah ditangani dengan
baik.
Analisis status gizi buruk pada balita dapat menggambarkan secara
langsung kondisi sosial ekonomi masyarakat. Berdasarkan data Dinas
Kesehatan Kabupaten Jembrana, perkembangan antar waktu status gizi buruk
pada balita di Kabupaten Jembrana dalam tahun terakhir mengalami kenaikan
0,01%. Meskipun mengalami penurunan namun upaya-upaya menekan kasus
balita gizi buruk masih tetap harus ditingkatkan. Upaya yang telah dilakukan
selama melalui program Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) yang
bertujuan meningkatkan mutu konsumsi pangan yang berdampak pada
perbaikan status gizi masyarakat khususnya balita mulai menunjukkan hasil
yang cukup signifikan karena telah diimbangi dengan penajaman sasaran
kegiatan.
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 41
Indikator gizi buruk pada balita akan mengarah pada kondisi ketahanan
pangan dalam upaya perbaikan gizi keluarga (UPGK).
Gambar 2.18
Sumber : Profil Dinas Kesehatan Tahun 2017
2.3.2.5 Rasio Bidan per 100.000 Penduduk.
Upaya Kesehatan dapat berdaya guna dan berhasil guna bila
pemenuhan sumber daya tenaga, pembiayaan dan sarana kesehatan dapat
memadai dan seimbang dengan kebutuhan. Di Kabupaten Jembrana kebijakan di
bidang kesehatan terus didorong secara berkelanjutan. Berbagai kebijakan
dilakukan oleh Pemerintah Daerah, diantaranya memberikan subsidi biaya
kesehatan. Disamping subsidi biaya kesehatan, Pemerintahan Daerah juga
mempersiapkan sarana dan prasarana yang dapat mendukung kegiatan yang
dilakukan.
Salah satu sumber daya kesehatan selain tersedianya sarana
pelayanan kesehatan dan sumber pembiayaan kesehatan telah pula disediakan
tenaga kesehatan yang meliputi dokter, bidan, perawat dana lain-lain.
Ketersediaan antara fasilitas fisik dengan tenaga kesehatan merupakan bagian
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 42
yang saling melengkapi yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat.
Gambar 2.19
Sumber : Profil Dinas Kesehatan Tahun 2017
Perkembangan rasio bidan Kabupaten Jembrana menunjukkan peningkatan
dari pada tahun 2010 sebesar 45,08 menjadi 218,05 per 100.000 penduduk pada
tahun 2017. Yang berarti ada 218 bidan yang menangani setiap 100.000
penduduk, jumlah ini lebih baik dari tahun sebelumnya yang diharapkan dengan
meningkatnya rasio bidan setiap tahunnya dapat meningkatkan pelayanan
kepada masyarakat yang membutuhkan, meningkatkan mutu dan pemerataan
pelayanan kesehatan maka upaya dititik beratkan pada pelayanan kesehatan
dasar sebagai upaya terpadu yang diselenggarakan melalui Puskesmas.
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 43
2.3.2.6 Rasio Dokter Per 100.000 Penduduk.
Gambar 2.20
Sumber : Profil Dinas Kesehatan Tahun 2017
Perkembangan rasio Dokter Kabupaten Jembrana menunjukkan peningkatan
bertahap dari tahun 2010 sampai 2017. Pada tahun 2015 rasio Dokter mengalami
penurunan sampai pada angka 27,98/100.000 penduduk kemudian meningkat
kembali pada tahun 2017 menjadi 42,20/100.000 penduduk. Ini menunjukkan
bahwa jumlah Dokter Umum dan Spesialis di Kabupaten Jembrana meningkat
yang tentunya diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan pelayanan kepada
masyarakat
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 44
2.3.2.7 Jarak Puskesmas Rata-Rata (km).
Gambar 2.21
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Jembrana Tahun 2018
Untuk sementara data untuk tahun 2010,2012 dan 2013 tidak tersedia.
Kendati demikian, berdasarkan kebijakan Pemerintah Kabupaten Jembrana
untuk mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dengan membuka
kembali Puskesmas Pembantu diyakini jarak rata-rata ke Puskesmas akan
semakin dekat mengingat sebaran Puskesmas Pembantu hingga mencapai di
pelosok desa.
2.3.2.8 Penduduk dengan Keluhan Kesehatan (%).
Angka penduduk dengan keluhan kesehatan cukup fluktuatif pada
beberapa tahun terakhir. Setelah sempat mengalami peningkatan hingga
mencapai 38,03% di tahun 2015 kemudian menurun di tahun 2016 ke angka
29,86%. Pada tahun 2017 tidak tersedianya data sehingga tidak mengetahui
jumlah persentase penduduk dengan keluhan kesehatan di Kabupaten Jembrana.
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 45
Gambar 2.22
Sumber : BPS, TNP2K, Dinas Kesehatan
Namun jika dibandingkan angka tahun 2016 dengan 2017, angka penduduk
dengan keluhan kesehatan mengalami peningkatan yang cukup signifikan.
Diduga kondisi ini disebabkan pengaruh cuaca atau kemungkinan lingkungan
yang kurang bersih yang tidak menentu sehingga berdampak negatif terhadap
kondisi kesehatan masyarakat. Kebijakan dengan mendekatkan pelayanan
kesehatan dengan membuka kembali Puskesmas Pembantu dan memperpanjang
jam kerja Puskesmas masih sangat efektif dilakukan namun harus disertai dengan
peningkatan kualitas pelayanan. Namun untuk kejelasan, diperlukan analisis yang
mendalam mengingat sektor kesehatan merupakan sektor pembangunan
prioritas di Kabupaten Jembrana. Kemungkinan penyebabnya adalah kondisi
kesehatan masyarakat yang sudah membaik akibat meningkatnya kesadaran
masyarakat yang tercatat berobat ke pelayanan kesehatan yang sudah semakin
dekat dengan lokasi pemukiman penduduk.
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 46
2.3.2.9 Penduduk dengan Pengobatan Sendiri (%).
Untuk data penduduk dengan pengobatan sendiri pada tahun 2015-2017
menggunakan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Jembrana yang
menggunakan metode berbeda dalam penghitungannya, sehingga didapatkan
data yang berbeda dengan BPS.
Gambar 2.23
Sumber : BPS, TNP2K, Dinas Kesehatan
Nampak perkembangan angka pengobatan sendiri penduduk Kabupaten
Jembrana pada tahun 2017 mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari
tahun 2016. Namun pada tahun 2014, telah mencapai titik terendah sesuai data
dari BPS. Hal ini diduga disebabkan karena fasilitas kesehatan milik pemerintah
baik itu Puskesmas dan Puskesmas Pembantu makin dekat dengan lokasi
penduduk sehingga kesadaran berobat ke pusat pelayanan kesehatan tersebut
meningkat. Kondisi ini diduga disebabkan oleh kualitas kesehatan penduduk
semakin baik. Namun untuk kejelasannya masih diperlukan analisis yang lebih
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 47
mendalam. Dari segi kesehatan sebetulnya masyarakat di Bali dan Kabupaten
Jembrana khususnya cukup dimanjakan dengan adanya kebijakan/program JKN.
Indikator angka penduduk dengan pengobatan sendiri di Kabupaten
Jembrana perkembangannya fluktuatif dan kecenderungan menurun. Tahun
2014 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yakni 37,73% menjadi
32,45%, angka tersebut masih berada di bawah rata-rata Nasional (61,05%) dan
Provinsi Bali (46,11%). Kondisi pengobatan sendiri oleh penduduk di Kabupaten
Jembrana sangat tergantung pada kemampuan ekonomi dan kesadaran akan
kesehatan, tetapi dapat juga karena tersedianya layanan kesehatan yang
disubsidi Pemerintah Kabupaten Jembrana selama ini. Secara kumulatif
perkembangan penduduk dengan pengobatan sendiri Kabupaten Jembrana
2010-2014 cenderung menurun yang mencapai puncaknya pada tahun 2012
pada angka 46,02%. Setelah itu, terjadi trend penurunan hingga tahun 2014
menunjukkan angka 32,45%. Hal ini dapat menggambarkan kondisi masyarakat
yang mulai mendukung program dan kebijakan/program pemerintah di bidang
peningkatan fasilitas kesehatan. Selain itu untuk mewujudkan masyarakat sehat,
Promosi Kesehatan memegang peran yang sangat penting. Upaya ini dilakukan
melalui penyuluhan dan keberhasilannya tergantung dari adanya perubahan
perilaku masyarakat yang juga dipengaruhi oleh adat dan kebiasaan setempat.
Upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari,
oleh, untuk dan bersama masyarakat agar dapat menolong dirinya sendiri serta
mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat sesuai sosial
budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan
kesehatan. Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di rumah tangga
merupakan salah satu strategi untuk menggerakkan dan memperdalam anggota
rumah tangga untuk hidup bersih dan sehat. Melalui upaya ini setiap rumah
tangga diberdayakan agar tahu, mau dan mampu menolong dirinya sendiri di
bidang kesehatan dengan mengupayakan lingkungan sehat, mencegah dan
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 48
menanggulangi masalah-masalah kesehatan yang dihadapi serta memanfaatkan
pelayanan kesehatan yang ada. Setiap rumah tangga juga digerakkan untuk
berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakatnya dan
mengembangkan upaya kesehatan bersumber masyarakat.
2.3.2.10 Kelahiran ditolong Tenaga Terlatih (%).
Gambar 2.24
Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Jembrana 2017
Perkembangan kelahiran atau persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
terlatih sedikit mengalami fluktuasi namun kurang menunjukkan kemajuan
indikator yang berarti dan mengalami penurunan di tahun 2017. Cakupan
pertolongan persalinan yang ditangani oleh tenaga kesehatan pada tahun 2013
sebanyak 4.610 orang atau 94,95%, pada tahun 2014 pertolongan oleh tenaga
kesehatan 4.696 orang atau 103,00%, pada tahun 2015 jumlah persalinan 4.677
atau 101,9%, dan tahun 2016 jumlah persalinan ditolong tenaga kesehatan
sebesar 4.787 atau 97,8% sedangkan tahun 2017 pelayanan pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan sebesar 4.604 orang dan jumlah persalinan
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 49
yaitu 5.009 orang atau 91,9%. Dilihat perkembangan pertolongan persalinan oleh
Nakes dari tahun ke tahun yaitu tahun 2014 sampai dengan tahun 2017
mengalami penurunan dan capaiannya sudah baik, pada umumnya dengan
kesadaran tinggi masyarakat, didukung oleh pelayanan kesehatan khususnya
pertolongan persalinan yang baik serta teknologi yang memadai, pertolongan
persalinannya cenderung ke sarana kesehatan pemerintah atau praktek bidan
atau dokter SPOG swasta atau ditolong oleh tenaga kesehatan.
2.3.2.11 Angka Kesakitan (Morbiditas).
Perkembangan antar waktu angka kesakitan Kabupaten Jembrana
berdasarkan data beberapa tahun terakhir mengalami fluktuasi. Dan pada tahun
2014 kembali mengalami peningkatan yang sangat tajam menjadi 53,60%.
Kondisi ini diduga disebabkan karena pengaruh cuaca yang tidak menentu
sehingga kondisi kesehatan masyarakat cenderung mengalami penurunan.
Kondisi ini masih terus berlanjut hingga di tahun 2016 mencapai 57,80%.
Sedangkan angka kesakitan di Kabupaten Jembrana dari tahun 2012
sampai tahun 2016 terus mengalami fluktuasi ini karena penggunaan jumlah
penduduk yang berbeda pada tahun 2011 dipakai penduduk yang bersumber
dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil selanjutnya disepakati menggunakan
data penduduk dari BPS sehingga terjadi perbedaan jumlah penduduk dimana
jumlah penduduk proyeksi BPS lebih kecil dari jumlah penduduk dari Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil sebagai pembaginya akan mendapakan
presentase yang lebih besar disamping jumlah kunjungan ke sarana Puskesmas
meningkat karena program JKBM/JKN semakin dimanfaatkan oleh masyarakat.
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 50
Gambar 2.25
Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab. Jembrana Tahun 2017
Secara Keseluruhan perkembangan Angka Kesakitan sesuai data BPS-
TNP2K, memiliki kecenderungan negatif. Hal ini menunjukkan bahwa
kebijakan/program inovatif di bidang kesehatan yang dilaksanakan di Kabupaten
Jembrana belum dirasa cukup efektif guna membangun kesadaran masyarakat
untuk menerapkan pola hidup bersih dan sehat. Kemudian juga karena adanya
perbedaan penggunaan data jumlah penduduk antara BPS dan Pemerintah
Daerah tentang jumlah penduduk sebagai pembaginya yang mendapakan
presentase yang lebih besar disamping jumlah kunjungan ke sarana Puskesmas
meningkat karena program JKBM/JKN semakin dimanfaatkan oleh masyarakat.
2.3.2.12 Analisis Prioritas Bidang Kesehatan.
Adalah analisis indikator utama bidang kesehatan yang memilki relevansi
kuat terhadap tingkat kemiskinan. Berikut adalah prioritas intevensi bidang
kesehatan.
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 51
Gambar 2.26
Dari indikator utama bidang kesehatan yang dianalisis, ternyata
keseluruhannya sejalan dengan perkembangan dengan angka kemiskinan di
Kabupaten Jembrana yang mengalami peningkatan. Kendati demikian AKB, AKBA dan
AKI relatif masih cukup tinggi sehingga masih diperlukan penanganan yang intensif
sehingga indikator AKB, AKBA dan AKI harus tetap menjadi prioritas bidang untuk
mendapat perhatian karena memiliki keterkaitan dengan tingkat kemiskinan. Dari
analisis dan pembahasan prioritas bidang Kesehatan, maka indikator yang masih
bermasalah adalah indikator AKB, AKBA dan AKI.
Dari indikator variabel atau pendukung yang dianalisis, ternyata yang memiliki
korelasi positif adalah indikator Rasio Dokter dan Rasio Bidan. Jadi dalam hal ini,
indikator peningkatan Rasio Dokter dan Rasio Bidan tidak berpengaruh terhadap
penurunan AKB, AKBA dan AKI maupun tingkat kemiskinan. Disamping indikator AKB,
AKBA dan AKI, maka masih perlu diperhatikan adanya faktor lain yang terkait langsung
dengan indikator AKB, AKBA dan AKI seperti faktor status kesehatan, lingkungan hidup
dan keluarga/rumah tangga.
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 52
2.3.3 Bidang Pendidikan
Bidang pendidikan sebagai urusan wajib pelayanan dasar dalam program
penanggulangan kemiskinan. Unsur pendidikan memegang peranan penting dalam
mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas yang memiliki semangat dan
kemampuan untuk menciptakan kemakmuran bagi dirinya sendiri, alam dan
lingkungannya. Oleh karena itu pemerataan akses dan kualitas pendidikan menjadi
sangat penting bagi masyarakat termasuk wajib belajarnya dalam rangka persaingan
yang lebih adil dan bermartabat. Hal ini sangat relevan dengan upaya mengatasi
masalah kemiskinan yang merupakan akibat dari kesenjangan dan mengacu kepada
salah satu tujuan SDGs yaitu mengenai pendidikan berkualitas pada tujuan goal ke 4.
Dan sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar 1945 bahwa merupakan kewajiban
Pemerintah untuk menyelenggarakan pendidikan yang didukung oleh masyarakat
dalam menyediakan berbagai fasilitas infrastruktur, tenaga, anggaran dan program
yang tepat, efektif dan memadai.
Banyak yang beranggapan bahwa bangsa yang mempunyai sumber daya manusia
(SDM) yang berkualitas akan lebih mampu bersaing dalam memasarkan barang dan
jasa yang dihasilkannya, sehingga dengan sendirinya akan menguasai perekonomian
dunia. Dalam kaitan ini, salah satu komponen yang berkaitan langsung dengan
peningkatan SDM adalah pendidikan. Oleh sebab itu kualitas SDM harus diupayakan
untuk selalu ditingkatkan melalui pendidikan yang berkualitas, demi tercapainya
keberhasilan pembangunan. Permasalahannya adalah pembangunan SDM memiliki
keterkaitan erat pada akses penyediaan fasilitas pendidikan meliputi gedung sekolah,
tenaga pengajar (guru/dosen), kelengkapan literatur (buku-buku) dan sarana
penunjang pendidikan lainnya. Hanya saja, segala bentuk upaya peningkatan
pendidikan selalu terganjal dengan beragam kendala. Sarana pendidikan seperti
bangunan fisik (gedung sekolah) yang ideal tentunya merupakan dambaan bagi semua
lapisan masyarakat untuk dapat menikmatinya. Jembrana pada tahun 2017 memiliki
182 Sekolah Dasar Negeri dan 3 Sekolah Dasar Swasta yang tersebar di seluruh
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 53
kecamatan. Sedangkan SMP hanya terdiri dari 18 sekolah negeri dan 7 sekolah swasta.
Untuk sekolah SMA memiliki 7 sekolah negeri dan 7 sekolah swasta. Sedangkan untuk
sekolah kejuruan memiliki 5 sekolah kejuruan negeri dan 5 sekolah kejuruan swasta.
Indikator penting yang terkait dengan tolak ukur penyelenggaraan pendidikan
diantaranya adalah :
2.3.3.1 Angka Partisipasi Kasar (APK) SD/MI, SLTP/MTs dan SLTA/MA.
Indikator Angka Partisipasi Kasar (APK) menunjukkan jumlah siswa yang
ditampung dibanding dengan jumlah penduduk usia sekolah pada tingkat
sekolah yang bersangkutan di Kabupaten Jembrana. Indikator ini dapat
menggambarkan partisipasi dalam rangka pemerataan memperoleh kesempatan
pendidikan dasar bagi semua. Untuk mengetahui perkembangan indikator angka
partisipasi kasar tersebut dapat dilihat pada gambar sebagai berikut :
Gambar 2.27
Sumber : Kabupaten Jembrana Dalam Angka 2018
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 54
Gambar 2.28
Sumber : Kabupaten Jembrana Dalam Angka 2018
Gambar 2.29
Sumber : Kabupaten Jembrana Dalam Angka 2018
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 55
APK yang tinggi menunjukkan tingginya tingkat partisipasi sekolah, tanpa
memperhatikan ketepatan usia sekolah pada jenjang pendidikannya. Jika nilai
APK mendekati atau lebih dari 100 persen menunjukkan bahwa ada penduduk
yang sekolah belum mencukupi umur dan atau melebihi umur yang seharusnya.
Hal ini juga dapat menunjukkan bahwa wilayah tersebut mampu menampung
penduduk usia sekolah lebih dari target yang sesungguhnya. Dari ketiga gambar
Angka Partisipasi Kasar (APK) di Kabupaten Jembrana tersebut, terlihat bahwa
indikator pendidikan dari segi Angka Partisipasi Kasar (APK) di tingkat SD/MI,
SMP/MTs dan SMA/MA menunjukkan adanya penurunan dari tahun
sebelumnya. Secara keseluruhan dari segi APK Kabupaten Jembrana sudah
mencapai perkembangan yang baik. Hal ini disebabkan bidang pendidikan di
Kabupaten Jembrana menjadi salah satu prioritas kebijakan pembangunan baik
dalam rangka peningkatan sarana dan prasarana pendidikan maupun kualitas
SDM melalui program wajib belajar 9 tahun dan rintisan wajib belajar 12 tahun.
2.3.3.2 Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA.
Indikator Angka Partisipasi Murni (APM) tingkat SD/MI, SLTP/MTs dan
SLTA/MA menunjukkan banyaknya siswa diserap sesuai usia sekolah pada tingkat
pendidikan bersangkutan di Kabupaten Jembrana. Indikator APM sangat penting
karena menunjukkan partisipasi mengikuti pendidikan dalam rangka wajib
belajar pada usia sekolah bersangkutan. Kewajiban mana merupakan hak
memperoleh pendidikan dan oleh karenanya adalah kewajiban pemerintah
menyelenggarakan pendidikan guna mempertinggi harkat dan martabat serta
melepaskan diri dari kemiskinan dan ketertinggalan. Perkembangan antar waktu
APM SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA Kabupaten Jembrana telah mengalami
kemajuan yang cukup signifikan. Hal ini disebabkan karena adanya peningkatan
pembangunan fasilitas pendidikan dalam rangka program wajib belajar tersebut.
Perkembangan Indikator APM dapat dilihat pada gambar sebagai berikut :
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 56
Gambar 2.30
Sumber : Kabupaten Jembrana Dalam Angka 2018
Gambar 2.31
Sumber : Kabupaten Jembrana Dalam Angka 2018
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 57
Gambar 2.32
Sumber : Kabupaten Jembrana Dalam Angka 2018
Angka Partisipasi Murni (APM) adalah persentase jumlah anak pada
kelompok usia sekolah tertentu yang sedang bersekolah pada jenjang pendidikan
yang sesuai dengan usianya terhadap jumlah seluruh anak pada kelompok usia
sekolah yang bersangkutan Bila APK digunakan untuk mengetahui seberapa
banyak penduduk usia sekolah yang sudah dapat memanfaatkan fasilitas
pendidikan di suatu jenjang pendidikan tertentu tanpa melihat berapa usianya,
maka Angka Partisipasi Murni (APM) mengukur proporsi anak yang bersekolah
tepat waktu. Bila seluruh anak usia sekolah dapat bersekolah tepat waktu, maka
APM akan mencapai nilai 100. Secara umum, nilai APM akan selalu lebih rendah
dari APK karena nilai APK mencakup anak diluar usia sekolah pada jenjang
pendidikan yang bersangkutan. Selisih antara APK dan APM menunjukkan
proporsi siswa yang terlambat atau terlalu cepat bersekolah.
Ketiga indikator APM untuk SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA Kabupaten
Jembrana menunjukkan fluktuasi dalam 5 tahun terakhir. APM SD/MI dan
SMA/MA pada tahun 2017 mengalami kenaikan yang berarti sudah membaik dari
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 58
tahun sebelumnya, sedangkan APM SMP/MTs menunjukkan penurunan yang
cukup banyak. Hal ini disebabkan bahwa Kebijakan dan program dibidang
pendidikan yang telah dilakukan di Kabupaten Jembrana sudah menunjukkan
kemajuan. Tentunya untuk Dinas terkait yaitu Dinas Pendidikan Kabupaten
Jembrana agar terus meningkatkan sasaran program maupun kegiatan sehingga
APM dapat meningkat atau lebih baik setiap tahunnya.
2.3.3.3 Angka Buta Huruf.
Untuk melihat pencapaian indikator dasar yang telah dicapai oleh suatu
daerah, karena membaca merupakan dasar utama dalam memperluas ilmu
pengetahuan. Angka Buta Huruf merupakan indikator penting untuk melihat
sejauh mana penduduk suatu daerah terbuka terhadap pengetahuan.
Gambar 2.33
Sumber : Kabupaten Jembrana Dalam Angka 2018
Indikator Angka Buta Huruf menunjukkan kondisi penduduk yang tidak
dapat menikmati pemerataan pendidikan sehingga dianggap memiliki
kemampuan kurang untuk mengakses sumber daya dalam rangka
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 59
pengembangan diri, lingkungan dan pemenuhan kebutuhan hidup. Angka
tersebut didapatkan melalui perhitungan angka melek huruf dikurangi dengan
100%.
Indikator Angka Buta Huruf menunjukkan bagian masyarakat yang
tidak dapat mengakses informasi melalui pengenalan (baca dan tulis) huruf
sehingga kurang memiliki daya dalam mengembangkan diri dan lingkungan
hidupnya. Adapun upaya penuntasan Buta Huruf penduduk di Kabupaten
Jembrana menunjukkan hasil yang cukup baik dengan penurunan Angka Buta
Huruf yang efektif sejalan dengan program pendidikan yang telah dilaksanakan.
Tingkat melek huruf yang tinggi (atau tingkat buta huruf rendah) menunjukkan
adanya sebuah sistem pendidikan dasar yang efektif dan/atau program
keaksaraan yang memungkinkan sebagian besar penduduk untuk memperoleh
kemampuan menggunakan kata-kata tertulis dalam kehidupan sehari-hari dan
melanjutkan pembelajarannya.
2.3.3.4 Angka Putus Sekolah (APS).
Perkembangan indikator Angka Putus Sekolah (APS) Kabupaten
Jembrana sejak setahun terakhir menunjukkan kemunduran dengan adanya
angka putus sekolah baik itu SD, SMP dan SMA pada tahun 2016. Ini diperlukan
penanganan yang serius oleh Dinas Pendidikan, Kepemudaan dan Olahraga
agar bisa ditangani di tahun-tahun berikutnya. Sehingga dapat mengurangi
angka putus sekolah dan dapat mencari permasalahan yang terjadi di lapangan.
Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya putus sekolah salah satunya
adalah faktor budaya dan kemiskinan berpengaruh besar terhadap angka putus
sekolah, karena menyebabkan para orang tua enggan untuk menyekolahkan
anaknya ke jenjang lebih tinggi. Maka dari itu tentunya sasaran program dan
kegiatan yang lebih terfokus kepada hal tersebut sehingga angka putus sekolah
di Kabupaten Jembrana dapat teratasi.
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 60
Gambar 2.34
Sumber : Dinas Pendidikan, Kepemudaan dan Olahraga 2017.
Gambar 2.35
Sumber : Dinas Pendidikan, Kepemudaan dan Olahraga 2017.
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 61
Gambar 2.36
Sumber : Dinas Pendidikan, Kepemudaan dan Olahraga 2017.
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 62
2.3.3.5 Analisis Prioritas Bidang Pendidikan
2.3.3.5.1 Analisis Prioritas Angka Partisipasi Kasar (APK) terhadap Tingkat
Kemiskinan.
Gambar 2.37
Perkembangan ketiga indikator APK SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA
pada dasarnya sejalan dengan kenaikan angka kemiskinan secara
keseluruhan, meskipun perkembangan angka kemiskinan dan APK
berfluktuasi. Walaupun perkembangannya sejalan ke dimana angka
kemiskinan naik dan APK terjadi penurunan, namun APK dapat menjadi
prioritas bidang pendidikan karena rata-rata indikatornya terjadi penurunan.
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 63
2.3.3.5.2 Analisis Prioritas Angka Partisipasi Murni (APM) terhadap Tingkat
Kemiskinan.
Nampak bahwa APM SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA secara
keseluruhan perkembangannya tidak sejalan dengan tingkat kemiskinan
dimana terdapat korelasi negatif antara peningkatan APM dengan penurunan
angka kemiskinan. Jadi dari segi APM masih terdapat peluang untuk menjadi
prioritas guna mencapai tingkat optimal terutama pada SMP/MTs yang
APMnya turun sebesar 2,16 point menjadi 93,07% .
Gambar 2.38
Berdasarkan hasil analisis prioritas bidang pendidikan diatas, maka
prioritas intervensi bidang ditujukan pada indikator utama APM SMP/MTs
yang masih belum optimal capaiannya. Untuk meningkatkan APM SMP/MTs
tentu dengan meningkatkan jumlah sekolah atau ruang kelas serta fasilitas
lain yang dapat meningkatkan kualitas penyelenggaraan/pelayanan
pendidikan dan lain-lain sehingga disamping meningkatkan daya tampung dan
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 64
daya saing/eksistensi pendidikan juga sekaligus menormalkan rasio
siswa/kelas dalam rangka peningkatan kualitas belajar.
2.3.3.5.3 Analisis Prioritas Angka Putus Sekolah (APS) Terhadap Kemiskinan.
Perkembangan Angka Putus Sekolah (APS) tidak sejalan dengan tingkat
kemiskinan yang meningkat. Sebagian besar kejadian putus sekolah terdapat
pada tingkatan SMP dan SMA walapun tahun 2016 terjadi penurunan tingkat
putus sekolah. Jadi Angka Putus Sekolah (APS) masih perlu menjadi prioritas
pembangunan bidang Pendidikan di Kabupaten Jembrana.
Gambar 2.39
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 65
2.3.4 Bidang Infrastruktur Dasar
Pada bidang Infrastruktur dasar, penanganan program penanggulangan
kemiskinan dengan memperhatikan kebutuhan dasar manusia seperti sanitasi layak,
ketersediaan air bersih/air minum layak, desa dengan akses jalan R4 dan akses listrik
rumah tangga. Sarana air bersih adalah kebutuhan dasar yang sangat vital, akses pada
air bersih juga merupakan indikator kondisi kemiskinan, dengan akses air bersih sekitar
97% maka dapat dikatakan bahwa penduduk miskin di Kabupaten Jembrana telah
menggunakan akses air bersih untuk meningkatkan taraf hidupnya. Dari indikator
tersebut tentunya dapat meningkatkan kesehatan rumah tangga dan meningkatkan
aktivitas perekonomian masyarakat, meningkatkan kualitas pendidikan dan
pemenuhan layanan kesehatan. Infrastruktur dasar merupakan salah satu indikator
penilaian desa tertinggal, dimana di Kabupaten Jembrana sudah tidak ada desa
tertinggal. Infratruktur menjadi sarana utama yang menghubungkan satu wilayah
dengan wilayah lainnya dalam rangka meningkatkan aktivitas ekonomi.
Untuk bidang infrastruktur dasar, beberapa indikator yang dianalisis terkait
dengan kondisi kemiskinan antara lain :
1. Proporsi Rumah Tangga dengan Sanitasi Layak (%).
2. Proporsi Rumah Tangga dengan Air Minum Layak (%).
3. Proporsi Desa Dengan Akses Jalan R4 (%)
4. Rumah Tangga Akses Listrik (%).
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 66
Adapun analisis yang perlu dilakukan terhadap indikator tersebut adalah sebagai
berikut :
2.3.4.1 Proporsi Rumah Tangga dengan Sanitasi Layak (%).
Gambar 2.40
Sumber data : Profil Dinas Kesehatan 2017
Sanitasi Layak yang dianalisis disini adalah merupakan data rumah tangga
dengan kepemilikian jamban pada profil Dinas Kesehatan Kabupaten
Jembrana. Kondisi sanitasi layak masih perlu dikembangkan pada pengertian
yang lebih luas kepada masyarakat karena masih banyak yang tidak peduli
terhadap sanitasi dalam kaitan dengan kelestarian lingkungan hidup. Sejumlah
SKPD sudah memulai kegiatan sosialisasi dan pembinaan secara terpadu
untuk mewujudkan kelestarian lingkungan dengan penurunan angka
pencemaran. Sejumlah indikator keberhasilan SKPD yang terkait menangani
lingkungan hidup sudah mulai ditetapkan.
Tentunya hal ini untuk mengurangi gejala memburuknya indikator
sanitasi, berupa kelestarian lingkungan dalam arti luas, yang memiliki dampak
pelan namun pasti pada penurunan sumber daya dan pada akhirnya akan
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 67
meningkatkan kemiskinan. Oleh karena itu sanitasi dalam arti yang lebih luas
seharusnya menjadi indikator utama keberhasilan pembangunan.
Perkembangan indikator Rumah Tangga dengan Sanitasi layak Kabupaten
Jembrana sejalan dengan tingkat Propinsi dan Nasional. Hal ini menunjukkan
kemajuan pembangunan infrastruktur dasar baik dari pusat maupun daerah
memiliki kebijakan yang sama.
2.3.4.2 Proporsi Rumah Tangga dengan Air Minum Layak (AML).
Data Rumah Tangga dengan AML yang dianalisis adalah berupa data
Rumah Tangga dengan sumber air minum yang berasal dari sumur gali
terlindung, sumur gali dengan pompa, sumur bor dengan pompa dan
perpipaan baik itu PDAM maupun BPSPAM yang ada pada Profil Dinas
Kesehatan Kabupaten Jembrana.
Gambar 2.41
Sumber data : Profil Dinas Kesehatan 2017
Persentase Rumah Tangga dengan Air Minum Layak (%) mengalami
perkembangan yang cukup berarti. Pada tahun 2014, proporsi rumah tangga
dengan air minum layak masih pada angka 58,33% meningkat signifikan pada
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 68
tahun 2015 di angka 95,66%. Kemudian pada tahun 2016 kembali mengalami
peningkatan di angka 97,00 % dan tahun 2017 menjadi 97,76% yang berarti
sudah semakin baik.
Hal ini menunjukkan kondisi lingkungan di Kabupaten Jembrana cukup
menunjang untuk tersedianya sumber air minum yang layak. Namun
kebutuhan air di Kabupaten Jembrana untuk kepentingan lainnya yang cukup
vital sudah mencapai ambang kritis karena sumber-sumber air yang ada
sebagian besar tersalur ke perumahan, dan adanya perubahan iklim yang
sangat menganggu perkiraan musim. Akibatnya banyak sawah yang dulunya
tergantung pada pengairan teknis (irigasi) namun sekarang berubah menjadi
sawah tadah hujan sehingga mengganggu pola tanam.
2.3.4.3 Proporsi Desa Dengan Akses Jalan R4 (%)
Jalan merupakan sarana vital dalam mendukung aktivitas
perekonomian suatu wilayah. Kemudahan akses yang ditimbulkan oleh
ketersediaan jalan secara otomatis akan memberi dampak positif bagi
kelangsungan transaksi perekonomian. Menurut data dari Dinas Pekerjaan
Umum panjang jalan Kabupaten Jembrana pada tahun 2017 adalah 1.176,72
km yang terdiri jalan nasional 71,92 km, jalan provinsi 28,87 km dan jalan
kabupaten sepanjang 1.075,93 km.
Jembrana sebagai wilayah perlintasan bagi kendaraan-kendaraan yang
berasal dari Pulau Jawa yang akan ke Denpasar melalui Pelabuhan Gilimanuk
maka kondisi jalan merupakan hal harus diperhatikan. Apabila dilihat dari
kondisi jalan 52,49% kondisinya baik, 13,30% kondisinya sedang dan kondisi
rusak 14,71% serta kondisi rusak berat sebesar 19,49%.
Perkembangan desa dengan Akses Jalan R4 sudah mencapai maksimal
(100%) sehingga tidak menjadi permasalahan, kecuali peningkatan kualitas
akses jalannya. Data 2015 menggunakan data Kabupaten Jembrana Dalam
Angka 2016 dan data 2014 menggunakan Indikator proporsi panjang jaringan
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 69
jalan dalam kondisi baik (%) di RPJMD 2016 urusan Pekerjaan Umum. Untuk
data tahun 2016 menggunakan pengolahan data dari jenis permukaan yaitu
data jalan yang sudah di aspal.
Gambar 2.42
Sumber : Jembrana Dalam Angka 2018
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 70
2.3.4.4 Proporsi Rumah Tangga Dengan Akses Listrik (%).
Gambar 2.43 Perkembangan Proporsi Rumah Tangga dengan Akses Listrik (%) Kab.
Jembrana.
Sumber : TNP2K & Jembrana Dalam Angka 2017
Data TNP2K sampai tahun 2014 menunjukkan Rumah Tangga dengan
Akses Listrik di Kabupaten Jembrana menurun dari tahun sebelumnya yang
sudah mencapai angka maksimal, kendati angkanya tidak terlalu signifikan
(0,03). Kemudian pada tahun 2015 data diolah menggunakan data Jembrana
Dalam angka 2017 indikator yang digunakan adalah jumlah pelanggan rumah
tangga dibagi dengan total pelanggan listrik dibagi dengan 100% didapat
angka 91,21%.
Namun secara umum, sebagian besar rumah tangga di Kabupaten
Jembrana sudah teraliri aliran listrik.
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 71
2.3.4.5 Analisis Prioritas Bidang Infrastruktur Dasar.
Gambar 2.44 Analisis Prioritas Bidang Infrastruktur Dasar Terhadap Tingkat Kemiskinan.
Dari ke empat indikator bidang infrastruktur dasar yang dianalisis, maka
hanya 3 (tiga) indikator yang masih merupakan faktor kemiskinan yaitu
Proporsi Rumah Tangga dengan Sanitasi Layak, Proporsi Rumah Tangga
dengan Air Minum Layak dan Proporsi rumah Tangga dengan Akses Listrik.
Dari ketiga indikator tersebut nampak memiliki perkembangan yang sejalan
dengan perkembangan tingkat kemiskinan. Jadi dengan perbaikan Proporsi
Rumah Tangga dengan Sanitasi Layak, Proporsi Rumah Tangga dengan Air
Minum Layak dan Proporsi rumah Tangga dengan Akses Listrik maka
korelasinya adalah terhadap penurunan tingkat kemiskinan.
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 72
2.3.5 Bidang Ketahanan Pangan. Beberapa tahun ke depan pertanian masih tetap menjadi tumpuan
perekonomian Jembrana. Tidak sedikit kalangan praktisi yang beranggapan bahwa
pertanian bisa menjadi pilar pendukung bagi perekonomian Bali secara umum. Kendati
demikian, sektor pertanian juga dihadapkan pada banyak kendala. Salah satunya
adalah mengenai penyesuaian dan penggunaan lahan yang semakin lama beralih
fungsi menjadi lahan bukan pertanian yaitu diantaranya untum kawasan permukiman,
kawasan industri dan perdagangan serta kawasan wisata. Selain penurunan jumlah
lahan khususnya pertanian sawah permasalahan lainnya adalah penurunan jumlah
pekerja di sektor pertanian dimana terjadi penurunan minat terhadap profesi
dimaksud terutama pada generasi muda.
Sebagian besar petani di Jembrana mempunyai kegiatan pokok di sub sektor
pertanian tanaman pangan yakni padi-padian, palawija dan hortikultura. Produksi
tanaman pangan pada kenyataannya merupakan sektor usaha yang dikelola dengan
manajemen yang sangat sederhana dan hasil yang diperoleh biasanya cukup untuk
menjamin pemenuhan kebutuhan sendiri. Beberapa komoditas tanaman pangan yang
ada di Jembrana, antara lain padi, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, kedelai dan
kacang hijau. Beberapa indikator yang digunakan untuk menganalisis kondisi bidang
ketahanan pangan terkait dengan kondisi kemiskinan di Kabupaten Jembrana antara
lain :
1. Harga Beras (Rp).
2. Harga 6 (enam) Jenis Bahan Kebutuhan Pokok Utama (Rp).
3. Luas Panen (Ha) dan Produksi Padi (Ton).
4. Pertumbuhan Ekonomi (%).
Perkembangan harga beras (%) adalah besarnya persentase (%) perubahan harga
beras terhadap harga tetap suatu tahun tertentu. Perkembangan Harga Kebutuhan
Pokok Utama adalah besarnya perubahan harga beberapa bahan kebutuhan pokok
utama dari waktu ke waktu. Ada 6 komoditi utama yang terdapat pada data Kabupaten
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 73
Jembrana dalam Angka 2018 yang akan diolah. Luas Panen dan Produksi Padi adalah
perkembangan luas panen dan produksi padi di suatu wilayah dalam selang waktu
tertentu. Pertumbuhan ekonomi (%) adalah persentase pertumbuhan produksi barang
dan jasa di suatu wilayah perekonomian dalam selang waktu tertentu yang dinilai atas
dasar harga tetap suatu tahun tertentu. Adapun analisis perkembangan indikator
bidang ketahanan pangan tersebut adalah sebagai berikut :
2.3.5.1 Analisis Perkembangan Harga Beras (Rp)
Gambar 2.45
Sumber : Kabupaten Jembrana Dalam Angka 2018
Perkembangan harga beras di Kabupaten Jembrana dari tahun 2007 sampai
dengan tahun 2017 hampir pasti meningkat setiap tahunnya. Pada tahun
2017 meningkat sebanyak Rp. 250,00 dari tahun 2016. Banyak faktor yang
mempengaruhi harga beras di Kabupaten Jembrana mulai dari cuaca yang
tidak menentu sehingga mempengaruhi siklus tanam padi, adanya permainan
harga, peralihan lahan sawah menjadi permukiman dan masih banyak faktor
lainnya.
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 74
2.3.5.2 Perkembangan Harga Kebutuhan Pokok (Rp)
Gambar 2.46
Sumber : Kabupaten Jembrana Dalam Angka 2018
Dalam analisis bidang ketahanan pangan terkait dengan
perkembangan harga maka harga bahan kebutuhan pokok utama terutama
beras terus meningkat tanpa mengalami fluktuasi. Sedangkan perkembangan
harga kebutuhan pokok utama pada tahun 2014-2017 mengalami
peningkatan berdasarkan data BPS Kabupaten Jembrana menggunakan rata-
rata eceran harga bahan pokok yaitu Beras, Daging Sapi, Daging Ayam, Telur
Ayam, Minyak Goreng, Gula Pasir, Cabe Rawit, Cabe Merah, Bawang Merah
dan Bawang Putih.
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 75
2.3.5.3 Luas Panen dan Produksi Padi.
Data pokok tanaman pangan yang dikumpulkan adalah luas panen dan
produktivitas (hasil per hektar). Produksi tanaman pangan merupakan hasil
perkalian antara luas panen dengan produktivitas. Jenis data tanaman pangan
yang dikumpulkan mencakup padi dan palawija (jagung, kedelai, kacang
tanah, ubi kayu dan ubi jalar). Pengumpulan data luas panen dilakukan setiap
bulan oleh Mantri Pertanian/Kepala Cabang Dinas Kecamatan (KCD) dan
dilaporkan dengan formulir Statistik Pertanian (SP). Pengumpulan data
dilakukan dengan pendekatan area kecamatan di seluruh wilayah Indonesia.
Pengumpulan luas panen di tingkat kecamatan tersebut didasarkan pada hasil
pengumpulan data dari seluruh desa/ kelurahan di kecamatan bersangkutan.
Gambar 2.47
Sumber : Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Jembrana 2018
Data perkembangan luas panen dan produksi padi pada tahun 2017
meningkat dari tahun 2016. Untuk luas panen padi meningkat sebesar 1.143
Ha dari tahun 2016 menjadi 10.614 Ha di tahun 2017, sedangkan produksi
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 76
padi meningkat sebesar 2.537 Ton dari tahun 2016 menjadi 63.312 Ton di
tahun 2017. Perkembangan luas panen produksi padi di Kabupaten Jembrana
selama 5 (lima) tahun terakhir mengalami fluktuasi. Fluktuasi ini sangat
tergantung pada curah hujan yang tidak merata setiap tahun di samping
adanya pembukaan lahan sawah baru maupun alih fungsi lahan sawah
menjadi non sawah. Guna mendukung program ketahanan pangan, kondisi ini
harus tetap mendapatkan perhatian serius dari Dinas terkait untuk tetap
menjaga ketahanan pangan di Kabupaten Jembrana.
Perkembangan Luas Panen dan Produksi Padi di Kabupaten Jembrana
tidak mengalami peningkatan yang cukup berarti bahkan bisa dikatakan
cenderung mengalami penurunan, baik poduksi padi maupun luas sawah.
Kondisi ini diduga akan terus berlanjut mengingat efektivitas perkembangan
Luas Panen Padi akan terbentur oleh batasan potensi lahan yang tidak
berkembang bahkan cenderung menurun karena dampak pembangunan yang
mau tidak mau akan menyebabkan alih fungsi lahan.
2.3.5.4 Pertumbuhan Ekonomi.
Selama 2010-2017 laju perekonomian Kabupaten Jembrana
berflutktuasi pada kisaran angka 5-6 % kendatipun sempat turun pada tahun
2010 hingga mencapai angka 4,57%. namun di tahun 2017 sudah kembali
meningkat menjadi 5,31%. Kondisi demikian disebabkan karena kurang
berkembangnya investasi di Kabupaten Jembrana sehingga faktor yang
mendorong pertumbuhan ekonomi lebih banyak mengandalkan kekuatan
ekonomi lokal yang sudah ada, lebih banyak di sektor pertanian, kehutanan
dan perikanan. Akibatnya potensi ekonomi kurang bergerak dan ditinggalkan
oleh tenaga kerja ke luar daerah seperti bekerja di sektor pariwisata yang
berada di Ibukota Provinsi Bali. Oleh karena itu merupakan tugas utama
seluruh stakeholder pembangunan di Kabupaten Jembrana baik yang ada di
dalam maupun di luar untuk mengupayakan hadirnya investor di Kabupaten
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 77
Jembrana. Untuk meningkatkan efektivitas pertumbuhan, maka diperlukan
berbagai upaya/terobosan agar investasi di Kabupaten Jembrana bisa
berkembang serta menyiapkan masyarakat untuk menerima investor dengan
baik. Kabupaten Jembrana lebih banyak mengandalkan sektor ekonomi
primer (sebagai pendukung pariwisata Bali) sehingga pertumbuhan
ekonominya rendah.
Gambar 2.48
Sumber : Kabupaten Jembrana Dalam Angka 2018.
2.3.5.5 Analisis Prioritas Bidang Ketahanan Pangan.
Dari tiga indikator hanya perkembangan Harga Beras, Harga Bahan
Kebutuhan Pokok Utama dan Pertumbuhan Ekonomi menunjukkan
keterkaitan yang cukup jelas dengan perkembangan Tingkat Kemiskinan.
Namun kenaikan tingkat kemiskinan tentu memiliki kaitan dengan terus
meningkatnya harga-harga bahan kebutuhan pokok utama dan harga beras.
Meskipun demikian selain Ketahanan Pangan dan Ekonomi tidaklah mustahil
bahwa masih ada faktor penentu lain yang mempengaruhi kondisi kemiskinan
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 78
yang antara lain menyangkut masalah sikap mental yang perlu mendapatkan
intervensi pembinaan secara terus menerus.
Gambar 2.49
Kenaikan tingkat kemiskinan terjadi disaat terjadinya penurunan
tingkat pertumbuhan ekonomi dari 5,96% menjadi 5,31%. Pengendalian harga
bahan makanan ini menjadi penting mengingat akan sangat mempengaruhi
tingkat daya beli masyarakat. Jadi mengacu pada hasil analisis prioritas bidang
ketahanan pangan tersebut, maka harga beras, pertumbuhan ekonomi dan
harga bahan kebutuhan pokok utama yang merupakan faktor dasar
pengentasan kemiskinan perlu memerlukan perhatian khusus di dalam
pembangunan daerah yang dilandasi oleh pembangunan lingkungan dan
ditunjang oleh pembangunan sosial budaya masyarakat agar berkelanjutan.
Tapi disisi lain indikator Produksi Padi dan Luas Panen mengalami peningkatan
yang cukup signifikan sehingga indikator tersebut belum cukup untuk
membantu untuk dalam penurunan angka kemiskinan.
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 79
BAB III
TINJAUAN ANGGARAN BELANJA
UNTUK PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI DAERAH
Pemerintah Kabupaten Jembrana terus berkomitmen dalam melaksanakan
prioritas penanggulangan kemiskinan. Kebijakan ini diimplementasikan dalam
program dan kegiatan yang dilaksanakan beserta alokasi anggaran, baik itu anggaran
yang bersumber dari Pemerintah Pusat maupun Daerah. Secara global anggaran
tersebut meningkat dari tahun ke tahun. Penjabaran anggaran pendapatan & belanja,
komposisi serta proporsinya akan diulas untuk menjelaskan kontribusinya terhadap
penanggulangan kemiskinan. Analisis anggaran belanja penanggulangan kemiskinan
adalah analisis terhadap alokasi dan manajemen anggaran belanja publik dalam bidang
atau sektor (urusan pemerintah) yang berkaitan dengan penanggulangan kemiskinan.
Analisis terutama mengacu kepada anggaran belanja pemerintah (pusat maupun
daerah) meskipun keterkaitan antara anggaran pemerintah dengan anggaran non-
pemerintah tetap perlu diperhatikan karena untuk mendorong keterlibatan pihak non-
pemerintah, khususnya swasta dalam pendanaan pelayanan publik. Adapun analisis
dilakukan terhadap realisasi anggaran dari APBD dan APBN sebagai berikut :
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 80
3.1 Komposisi Penerimaan Anggaran Daerah.
Gambar 3.1
Sumber : Ringkasan APBD 2017
Perkembangan Penerimaan Anggaran Daerah Kabupaten Jembrana Tahun
2017 seperti terlihat pada gambar 3.1 adalah sebagian besar 68,84% berasal dari dana
perimbangan sisanya 10,92% dari PAD dan 20,24% dari Pendapatan yg sah. Secara
persentase perkembangan penerimaan daerah selama 5 (lima) tahun dari 2012–2017
seperti terlihat pada tabel 3.1 menunjukkan perkembangan yang hampir stabil
meskipun dari segi volume penerimaan terus meningkat. Setelah selama 5 (lima) tahun
struktur penerimaan anggaran tidak ada perubahan signifikan, namun pada tahun 2013
mulai terjadi perubahan dalam struktur penerimaan daerah. Sebenarnya Penerimaan
Daerah Kabupaten Jembrana dari sumber pendapatan asli daerah (PAD) dan Pemerintah
Propinsi/Pemerintah Daerah Lain secara persentase peningkatannya cukup signifikan,
namun karena besarannya masih relatif kecil, maka secara komposisi belum memadai
untuk dapat berperan besar dalam pembangunan daerah. Sedangkan dari dana
perimbangan (Pusat) meskipun perannya dominan, namun pada tahun terakhir justru
mengalami penurunan.
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 81
Tabel 3.1
Perkembangan Penerimaan Daerah (%) Kab. Jembrana 2012 – 2017
Sumber Penerimaan
2012 2013 2014 2015 2016 2017
PAD (%) 7,13 8,57 8,50 8,92 9,3 10,92
Pusat (%) 79,22 69,95 66,54 65,04 69,3 68,84
Lain-lain (%) 13,65 21,47 24,96 26,04 21,4 20,24
3.2 Distribusi Anggaran Belanja Menurut Fungsi.
Secara umum anggaran belanja Pemerintah Kabupaten Jembrana pada APBD
Tahun 2017 sebesar Rp. 1.139.911.621.635 (Satu trilyun seratus tiga puluh sembilan
milyar sembilan ratus sebelas juta enam ratus dua puluh satu ribu enam ratus tiga puluh
lima rupiah), yang terdiri dari belanja tidak langsung Rp. 575.436.679.857 (Lima ratus
tujuh puluh lima milyar empat ratus tiga puluh enam juta enam ratus tujuh puluh
sembilan ribu delapan ratus lima puluh tujuh rupiah) dan belanja langsung Rp.
564.474.941.777 (Lima ratus enam puluh empat milyar empat ratus tujuh puluh empat
juta sembilan ratus empat puluh satu ribu tujuh ratus tujuh puluh tujuh rupiah). Dari
besaran APBD tersebut, 3,44% merupakan anggaran untuk upaya penanggulangan
kemiskinan yang tentunya jika dilihat masih sangat kecil dibandingkan dengan proporsi
APBD. Perlunya pemanfaatan dana APBD untuk menggelar program Padat Karya di
daerah-daerah, guna mendongkrak pendapatan masyarakat kelas bawah di Kabupaten
Jembrana. Hal itu diperlukan, mengingat pemanfaatan dana APBD untuk program padat
karya hingga saat ini masih sangat minim. Padahal, program padat karya yang
melibatkan masyarakat dalam jumlah banyak dinilai dapat mengurangi angka
pengangguran, serta membantu menurunkan angka kemiskinan dan kesenjangan di
Kabupaten Jembrana.
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 82
Gambar 3.2
Sumber : APBD 2017
Distribusi anggaran belanja langsung menurut fungsi di Kabupaten Jembrana
Tahun 2017 dimana bidang pelayanan umum mendapat porsi anggaran 28,41% yang
meningkat sebanyak 10,69% dari tahun 2016. Porsi anggaran berikutnya diproyeksikan
untuk sektor kesehatan 17,15% yang turun dari tahun 2016 sebanyak 1,96% dan sektor
pendidikan yang naik sangat signifikan sebanyak 14,85% dari tahun 2016 menjadi
21,12%, disusul oleh sektor ekonomi yang turun sebanyak 0,4% dari tahun 2016 menjadi
7,38% di tahun 2017, lingkungan hidup yang turun sebanyak 2,57% menjadi 2,20% di
tahun 2017, pariwisata dan kebudayaan meningkat sebanyak 3,98% menjadi 6,64% di
tahun 2017, perlindungan sosial tetap di angka 1,79%, perumahan dan fasilitas umum
yang turun cukup signifikan sejumlah 25,7% menjadi 13,91% di tahun 2017 serta
ketentraman dan ketertiban meningkat 1,12% dari tahun 2016 menjadi 1,40% tahun
2017. Distribusi anggaran tahun 2017 mengalami perubahan pada peningkatan
pelayanan umum, pendidikan, pariwisata dan budaya, dan ketertiban dan ketentraman.
Distribusi anggaran demikian tentu akan lebih efektif jika perlindungan sosial terutama
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 83
peningkatan di bidang sosial budaya yang menangani masalah kemiskinan yang belum
optimal di Kabupaten Jembrana.
Gambar 3.3
Sumber : APBD 2017
3.3 Komposisi Anggaran Belanja Sektoral
Analisis komposisi anggaran belanja sektor dalam APBD untuk melihat proporsi
kebijakan distribusi anggaran belanja sesuai sektor atau urusan pemerintahan untuk
belanja langsung dapat dilihat pada gambar 3.4. Terlihat komposisi alokasi anggaran
belanja langsung sektor sesuai dengan distribusi anggaran belanja menurut fungsi
mengalami perubahan. Alokasi pada sektor pelayanan umum sebesar 29%. Kemudian
anggaran sektor pendidikan 21%. Anggaran sektor kesehatan 17%, anggaran untuk
sektor pariwisata dan budaya 7%.
Anggaran untuk sektor lingkungan hidup 2%. Sedangkan anggaran untuk sektor
ekonomi mengalami penurunan menjadi 7%. Ketiga sektor yang mendapat alokasi
anggaran cukup besar (Pelayanan Umum, Kesehatan,Pendidikan, Perumahan dan
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 84
Fasilitas Umum) adalah terkait dengan pembangunan di bidang sosial dasar dan
infrastruktur. Kondisi ini tentunya harus mendapatkan perhatian lebih, mengingat
sektor lainnya juga memegang peranan penting dalam rangka penanggulangan
kemiskinan. Kedepan alokasi anggaran bidang ekonomi dan lingkungan hidup yang
merupakan salah satu pilar kesejahteraan perlu ditingkatkan.
Gambar 3.4
Sumber data : APBD 2017
Keseluruhan anggaran belanja langsung dan tidak langsung sektor berjumlah Rp.
1.139.911.621.635,67. Hal ini menunjukkan alokasi anggaran APBD Kabupaten
Jembrana terjadi perbaikan efektivitas meskipun dari segi jumlah APBD Kabupaten
Jembrana tergolong masih kurang memadai untuk alokasi anggaran yang efektif dan
seimbang.
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 85
3.4 Efektifitas Perkembangan APBD Kabupaten Jembrana.
Analisis perkembangan APBD sebagai sumber daya pembangunan dilakukan
untuk melihat efektitifitasnya terhadap capaian indikator sasaran pembangunan.
Relevansi antara perkembangan APBD dengan tingkat kemiskinan sebagai salah satu
capaian indikator utama.
Gambar 3.5
Sumber data : APBD 2017, DPMD 2018
Perkembangan APBD dari tahun 2012-2017 Kabupaten Jembrana setiap tahun
mengalami peningkatan, dan kemiskinan mengalami penurunan yang mengikuti
perkembangan APBD. Untuk angka kemiskinan merupakan data yang berasal dari Dinas
Pemberdayaan Masyarakat Dan Desa Kabupaten Jembrana yang setiap tahun
melakukan pendataan/coklit keluarga miskin. Efektivitas penurunan tingkat kemiskinan
selama 5 tahun dari angka 5,74% pada tahun 2012 menjadi 3,20% tahun 2017. Hal ini
menunjukkan bahwa efektivitas perkembangan APBD Kabupaten Jembrana selama 5
tahun terakhir cukup signifikan dalam mendukung perkembangan pencapaian tujuan
pembangunan khususnya di bidang penanggulangan kemiskinan. Upaya yang telah
dilakukan untuk menurunkan angka kemiskinan masih perlu dievaluasi efektifitas
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 86
pengalokasian anggaran, utamanya yang bersentuhan langsung untuk program
penanggulangan kemiskinan.
3.5 Anggaran Belanja Bidang Kemiskinan.
Analisis perkembangan anggaran belanja khusus untuk bidang yang terkait
dengan kemiskinan dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.2
Distribusi Anggaran Belanja Menurut Bidang Kemiskinan
Bidang Anggaran (Rp.000)/Tahun
2012 2013 2014 2015 2016 2017
Ketenagakerjaan 447.307 1.554.274 1.821.865 1.373.450 1.143.645 1.200.302
Pendidikan 276.952.313 42.995.666 330.642.174 349.589.628 39.574.736 240.749.623
Kesehatan 86.497.586 59.603.951 111.511.314 122.897.812 120.551.032 195.472.952
Infrastruktur Dasar 60.864.857 74.812.887 104.872.490 115.282.808 249.873.580 158.618.147
Ketahanan Pangan 6.269.525 8.779.464 8.054.362 19.976.426 6.750.240 6.277.481
Jumlah 431.031.588 187.746.242 556.902.205 609.120.124 417.893.233 602.318.505
APBD 728.713.041 740.996.448 823.266.678 896.958.259 1.083.886.940 1.139.911.621
Sumber data : APBD 2017
Alokasi anggaran belanja langsung dan tidak langsung yang terkait bidang
kemiskinan mengalami peningkatan khususnya bidang Pendidikan. Dalam proporsi
anggaran yang disajikan di atas, anggaran yang cukup besar pada alokasi anggaran
pendidikan. Hal ini tidak terlepas dari komitmen Pemerintah Kabupaten Jembrana untuk
membenahi sejumlah infratruktur pendidikan melalui pembangunan runag kelas baru,
rehabilitasi ruang kelas, ruang guru, laboratorium sekolah (TK,SD,SMP), peningkatan
kualitas pendidikan melalui penyediaan sarana pendukung pembelajaran. Kondisi ini tidak
terlepas dari keinginan Pemernitah Kabupaten Jembrana untuk meningkatkan kualitas
dan fasilitas pendidikan di Kabupaten Jembrana. Anggaran ketenagakerjaan mengalami
kenaikan, anggaran tersebut digunakan untuk memberikan pelatihan kepada masyarakat
Jembrana untuk meningkatkan kapasitas SDM individu disamping juga untuk memberikan
bantuan peralatan kerja. Diharapkan mereka dapat membuka lapangan kerja sendiri.
Selanjutnya masing-masing anggaran belanja bidang dapat dianalisis berdasarkan
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 87
sumber, perkembangan, alokasi/distribusi dan efektivitas terhadap pencapaian indikator
utama bidang.
3.5.1 Anggaran Belanja Sektor Ketenagakerjaan.
3.5.1.1 Sumber Anggaran.
Tabel 3.3
Belanja Sektor Ketenagakerjaan Menurut Sumber Pembiayaan.
Sumber Pembiayaan Total (Rp) Persentase
(%)
Pemerintah 1.200.302.000,00 0,11
1. Pemerintah Pusat - -
2. Pemerintah Provinsi - - 3. Pemerintah Kabupaten (APBD) - -
4. Hibah - -
Total Sektor 602.318.505.000,00 52,84 Jumlah Total APBD 1.139.911.621.635,67 100
Sumber : APBD 2017
Anggaran bidang ketenagakerjaan seluruhnya berasal dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah yang besarnya 0,11% dari total APBD
Kabupaten Jembrana. Hal ini memerlukan perhatian bagi Pemerintah
Kabupaten Jembrana karena anggaran belanja ketenagakerjaan mendukung
program ketenagakerjaan dalam rangka mengatasi masalah ketimpangan
antara pertumbuhaan tenaga kerja dan kesempatan kerja yang semakin
berkurang maupun pengangguran.
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 88
3.5.1.2 Perkembangan Anggaran Ketenagakerjaan.
Gambar 3.6
Sumber : APBD 2017
Perkembangan Anggaran Belanja Sektor Ketenagakerjaan pada
tahun terakhir mengalami kenaikan anggaran dari tahun sebelumnya.
Dengan kondisi ini diharapkan memiliki pengaruh terhadap kinerja
pemerintah di bidang ketenagakerjaan yang terkait dengan perluasan
kesempatan kerja, ekonomi, kesejahteraan dan penanggulangan
kemiskinan. Oleh karena itu ke depan sektor ketenagakerjaan tetap
menjadi prioritas pembangunan.
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 89
3.5.1.3 Efektivitas Anggaran
Gambar 3.7
Sumber : APBD 2017, BPS
Dilihat dari tingkat pengangguran, pada tahun 2015 sudah
menurun dari tahun sebelumnya sedangkan dari sisi anggaran
mengalami penurunan yang cukup banyak. Pada tahun 2016 data
pengangguran dari BPS tidak ada. Artinya penurunan anggaran sektor
ketenagakerjaan sudah berbanding lurus dengan angka pengangguran.
Hal ini disebabkan karena pembukaan lapangan kerja baru di
Kabupaten Jembrana cukup minim akibat dari arus investasi yang tidak
cukup deras. Selain itu, banyak tenaga kerja potensial yang lebih
memilih daerah-daerah yang memiliki lapangan pekerjaan yang lebih
luas, utamanya di Kota Denpasar dan Kabupaten Badung sehingga tidak
terlacak saat pendataan. Oleh karena itu perlu mengembangkan
diversifikasi program ketenagakerjaan menjadi salah satu prioritas
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 90
upaya dalam penanggulangan kemiskinan dan meningkatkan
kesejahteraan.
3.5.2 Anggaran Belanja Sektor Pendidikan
3.5.2.1 Sumber Pembiayaan.
Pada tabel 3.4, terlihat Anggaran Belanja Sektor Pendidikan
dibiayai dari dana APBD yaitu 21,12% dari total APBD. Dan 52,84%
dari total belanja sektor yang merupakan persentase terbesar dari
seluruh sektor.
Tabel 3.4
Belanja Sektor Pendidikan Menurut Sumber Pembiayaan
Sumber Pembiayaan Total (Rp.) Persentase
(%)
Pemerintah : 240.749.623.688,92 21,12
1. Pemerintah Pusat/ Kemendiknas - -
2. Pemerintah Provinsi - -
3. Pemerintah Kabupaten (APBD) - -
4 . Hibah - -
Total Sektor 602.318.505.000,00 52,84
Jumlah Total APBD 1.139.911.621.635,67 100
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 91
3.5.2.2 Perkembangan Anggaran Belanja Pendidikan
Gambar 3.8
Sumber : APBD 2017
Kabupaten Jembrana tidak mengedepankan sistem prosentase
dalam hal penganggaran namun lebih kepada sistem kebutuhan,
utamanya bidang pendidikan. Jika itu memang dibutuhkan oleh
pendidikan di Kabupaten Jembrana untuk meningkatkan infrastruktur
dan peningkatan fasilitas pendidikan maupun peningkatan kualitas
pendidikan, anggaran tentunya akan dialokasikan.
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 92
3.5.2.3 Efektivitas Anggaran Pendidikan
Gambar 3.9
Sumber : APBD 2017 dan Jembrana Dalam Angka 2018
Gambar 3.10
Sumber : APBD 2017 dan Jembrana Dalam Angka 2018
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 93
Gambar 3.11
Sumber : APBD 2017 dan Jembrana Dalam Angka 2018
Analisis efektivitas anggaran pendidikan terhadap peningkatan
kualitas pendidikan baik terhadap pengelola, pendidik maupun output
pendidikan masih perlu dilakukan dengan dukungan data indikator yang
memadai dari Dinas Pendidikan.
3.5.3 Anggaran Belanja Sektor Kesehatan
3.5.3.1 Sumber Pembiayaan.
Tabel 3.5
Belanja Kesehatan Menurut Sumber Pembiayaan di Kabupaten Jembrana.
Sumber Pembiayaan Total (Rp.) Persentase %
Pemerintah 195.472.952.450,00 17,15
1 Pusat/APBN/Depkes/DAK - -
2 APBD Provinsi - -
3 APBD Kabupaten - -
Total Sektor 602.318.505.000,00 52,84
Total APBD 1.139.911.621.635,67 100
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 94
Pembiayaan di bidang kesehatan dibiayai bersama-sama oleh
pemerintah kabupaten, pemerintah provinsi dan pemerintah pusat.
Disamping itu, Pemerintah daerah mengupayakan pengembangan
sumber dana yang tidak hanya dari pemerintah saja namun juga
menjangkau sumber dana dari non pemerintah.
3.5.3.2 Perkembangan Anggaran Belanja Kesehatan
Jumlah anggaran belanja kesehatan tahun 2017 mengalami
perbaikan dari 19,11% menjadi 17,15% yang menurun sebanyak
1,96% dari tahun 2016.
Gambar 3.12
Sumber : APBD 2017
Berbagai perbaikan terhadap derajat kesehatan, upaya dan
sarana kesehatan telah dicapai sebagai hasil pembangunan
kesehatan sejalan dengan perbaikan kondisi umum dan perbaikan
keadaan sosial dan ekonomi masyarakat Jembrana. Dari uraian
tersebut disimpulkan bahwa penyelenggaraan program
pembangunan kesehatan di Kabupaten Jembrana telah dilaksanakan
berdasarkan Visi, Misi dan Strategi yang telah ditetapkan sehingga
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 95
juga berdampak pada pembangunan secara sektoral. Bagaimanapun,
perkembangan kesehatan tetap merupakan kebutuhan masyarakat
yang selalu ditingkatkan secara terus menerus searah dengan
pembangunan daerah. Dampak yang ditimbulkan oleh pelaksanaan
program kesehatan adalah meningkatnya derajat kesehatan yang
ditunjukkan dari tercapainya indikator derajat kesehatan.
Analisis untuk menilai sejauh mana anggaran dapat menjawab
permasalahan baik dalam jangka pendek, jangka menengah maupun
jangka panjang. Anggaran sektor kesehatan lebih banyak diarahkan
untuk memperluas akses pelayanan kesehatan dengan merenovasi
Puskesmas Pembantu dan meningkatkan kelas Puskesmas menjadi
Puskesmas rawat inap. Upaya peningkatan kelas rumah sakit dari tipe
C ke tipe B dilakukan secara bertahap dengan membangun berbagai
fasilitas kesehatan. Kebutuhan dokter spesialis sesuai persyaratan
untuk peningkatan tipe rumah sakit juga belum sepenuhnya
dilaksanakan sehingga cukup banyak pasien yang harus dirujuk ke
rumah sakit dengan tipe yang lebih baik. Ke depannya, kondisi ini
harus menjadi perhatian serius sehingga masyarakat dapat
menikmati pelayanan kesehatan yang lebih baik.
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 96
3.5.3.3 Efektivitas Anggaran Kesehatan
Gambar 3.13
Analisis Efektivitas Anggaran Belanja Kesehatan
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 97
Efektivitas anggaran kesehatan terhadap indikator utama sektor
kesehatan ternyata mengalami penurunan dan trendnya ke arah negatif
karena anggaran tidak sejalan dengan angka penurunan nilai indikator. Tidak
banyak indikator mengalami kenaikan ke arah lebih baik, lebih banyak
mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya, semoga indikator ini
mendapat perhatian yg serius oleh para pemangku kepentingan.
3.5.4 Anggaran Belanja Sektor Infrastruktur Dasar.
3.5.4.1 Sumber Pembiayaan.
Tabel 3.6
Anggaran Belanja Bidang Infrastruktur Menurut Sumber Pembiayaan di
Kabupaten Jembrana
Sumber Pembiayaan Total (Rp) Persentase %
Pemerintah 158.618.147.000,00 13,91
1 Pemerintah Pusat - -
2. Pemerintah Provinsi - -
3 Pemerintah Kabupaten (APBD) - -
Total Sektor 602.318.505.000,00 52,84
Jumlah Total APBD 1.139.911.621.635,67 100
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 98
3.5.4.2 Perkembangan Anggaran Belanja.
Gambar 3.14
Sumber : APBD 2017
Perkembangan anggaran belanja bidang pembangunan
infrastruktur di Kabupaten Jembrana cukup fluktuatif. Namun pada
tahun 2017 mengalami penurunan, hal ini karena anggaran yang
didapatkan di distribusi ke sektor lain yang perlu juga mendapatkan
perhatian seperti sektor pendidikan dan sektor kesehatan yang
mendapatkan prioritas lebih.
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 99
3.5.4.3 Efektivitas Anggaran Bidang Infrastruktur.
Gambar 3.15
Analisis Efektivitas Anggaran Bidang Infrastruktur Terhadap
Indikator Infrastruktur
Efektivitas anggaran belanja bidang infrastruktur sejalan dengan
perkembangan indikator infrastruktur dasar yang dicapai. Walaupun
dengan adanya penurunan anggaran yang cukup signifikan pada tahun
2017, itu tidak berpengaruh terhadap peningkatan untuk infrastruktur
sanitasi layak dan air minum layak kecuali untuk jalan R4 yang belum
ada data dari dinas terkait.
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 100
3.5.5 Anggaran Belanja Sektor Ketahanan Pangan.
3.5.5.1 Anggaran Belanja Ketahanan Pangan Menurut Sumber Pembiayaan.
Tabel 3.7
Anggaran Belanja Bidang Ketahanan Pangan Menurut Sumber
Pembiayaan di Kabupaten Jembrana.
Sumber Pembiayaan Total (Rp) Persentase
%
Pemerintah 6.277.481.000,00 0,55
1. Pemerintah Pusat/TP - -
2. Pemerintah Provinsi - -
3. Pemerintah Kabupaten (APBD) - -
Total Sektor 602.318.505.000,00 52,84
Jumlah Total APBD 1.139.911.621.635,67 100
3.5.5.2 Perkembangan Anggaran Belanja Ketahanan Pangan.
Gambar 3.16
Sumber : APBD 2017
Perkembangan anggaran belanja bidang ketahanan pangan dari
tahun ke tahun berfluktuasi, tahun 2015 meningkat sangat signifikan
karena perhitungan menggunakan anggaran dari SKPD yang
menangani ketahanan pangan. Tahun 2017 anggaran belanja bidang
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 101
ketahanan pangan menurun dari tahun tahun 2016. Diharapkan
dengan menurunnya anggaran ketahanan pangan, tidak akan
merubah sasaran untuk bidang kemiskinan.
3.5.5.3 Efektivitas Anggaran Bidang Ketahanan Pangan
Gambar 3.17
Analisis Efektivitas Anggaran Bidang Ketahanan Pangan Terhadap
Tingkat Kemiskinan dan Produksi Padi Kab. Jembrana.
Sumber : APBD 2017
Sumber : Jembrana Dalam Angka 2018
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 102
Perkembangan anggaran untuk tahun 2017 menunjukkan trend
menurun terhadap Luas Panen dan Produksi Padi. Untuk Luas Panen
dan Produksi Padi data yang digunakan masih data terakhir tahun
2015 sesuai dengan data Jembrana Dalam Angka 2018. Kendati
demikian, Penurunan produksi padi berbanding lurus dengan tingkat
kemiskinan. Dari kondisi ini dapat diduga penurunan produksi padi
berpengaruh signifikan dengan tingkat kemiskinan. Walapun terjadi
peningkatan luas lahan, pertanian harus menjadi perhatian serius
mengingat ketahanan pangan sangat dipengaruhi oleh luasan lahan.
Kondisi saat ini, kelestarian ketahanan pangan menghadapi
berbagai ancaman oleh kepentingan berbagai pihak baik
perkembangan penduduk yang semakin membutuhkan perumahan
(alih fungsi lahan), lemahnya pengendalian dari pihak yang
berwenang serta perkembangan bisnis.
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 103
BAB IV
KEBIJAKAN DAN PROGRAM
PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI DAERAH
4.1 Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan
Pengentasan kemiskinan merupakan salah satu dari pada tujuan pembangunan
nasional maupun daerah yang dilaksanakan melalui kebijakan, strategi dan program
penanggulangan kemiskinan secara terkoordinasi dari tingkat pusat hingga daerah.
Penanggulangan kemiskinan daerah Kabupaten Jembrana telah terintegrasikan dalam
kebijakan pembangunan daerah yang tertuang mulai dari Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2016-2021 hingga implementasinya dalam Rencana
Kerja Tahunan Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Jembrana. Kebijakan
penanggulangan kemiskinan daerah Kabupaten Jembrana adalah sesuai dengan Visi
Pembangunan dalam RPJMD Kabupaten Jembrana yaitu :
""Terwujudnya Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia yang Unggul dan
Berdaya saing Dalam Rangka Optimalisasi Pemanfaatan sumber Daya menuju
Masyarakat Jembrana yang Sejahtera "
dengan Misi sebagai berikut :
1. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang profesional berdaya saing
yang unggul.
2. Mengoptimalkan pemanfaatkan sumber daya ekonomi dan sumber daya alam.
3. Melakukan berbagai inovasi, dan jiwa entrepreneur masyarakat berbasis
Research dengan pemanfaatan kemajuan IPTEK.
Sejalan dengan visi dan misi tersebut di atas, maka kebijakan penanggulangan
kemiskinan di Kabupaten Jembrana yang seharusnya dituangkan lebih lanjut kedalam
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD) Kabupaten Jembrana 2016–2021
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 104
atau Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Kabupaten Jembrana adalah
diarahkan pada permasalahan pokok kemiskinan yaitu :
(1) kurangnya kesempatan kerja/berusaha;
(2) rendahnya kemandirian dan kemampuan;
(3) rendahnya partisipasi dan kualitas sumberdaya masyarakat miskin; dan
(4) lemahnya jaminan atau perlindungan sosial.
Berdasarkan atas permasalahan tersebut maka kebijakan penanggulangan
kemiskinan didaerah yang mengacu pada kebijakan pusat adalah :
1. Peningkatan pendapatan penduduk miskin melalui perluasan kesempatan
(promoting opportunity), dimana pemerintah bersama swasta dan masyarakat
menciptakan kesempatan kerja dan berusaha bagi masyarakat miskin dengan
mewujudkan iklim usaha dan kebijakan makro ekonomi yang berpihak pada
orang miskin, mendorong peningkatan UMKMK maupun pertanian dan kegiatan
produktif serta bursa pengiriman tenaga kerja dalam maupun luar negeri.
2. Peningkatkan kemampuan dan kemandirian masyarakat miskin serta penguatan
kelembagaannya (capacity building) melalui Pemberdayaan Masyarakat
(community empowerment), dimana pemerintah bersama dengan swasta dan
masyarakat memberdayakan masyarakat miskin agar mampu mengembangkan
prakarsa membangun dirinya dan lingkungannya secara lebih baik bagi
kemajuan mereka sendiri dengan bekerja dan berusaha secara lebih produktif
serta berpartisipasi dalam berbagai aspek baik ekonomi, sosial, politik,
menyalurkan aspirasi, mengidentifikasi masalah dan kebutuhannya sebagai
bentuk dari pada perencanaan partisipatif dan Pro Poor.
3. Peningkatan pemberdayaan perempuan dan anak, dimana pemerintah
mengajak swasta dan masyarakat untuk meningkatkan peran perempuan dan
kualitas anak melalui pendidikan (formal maupun non formal), kesehatan,
kesetaraan gender, akses ekonomi dan keuangan produktif.
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 105
4. Perlindungan sosial (social protection), yakni pemerintah melalui kebijakan
publik mengajak sektor swasta dan masyarakat memberikan jaminan
perlindungan dan rasa aman bagi masyarakat miskin terutama orang yang
secara fungsi tidak bisa dikembangkan lagi (sampai batas tertentu) seperti
orang jompo, anak terlantar, cacat dan kelompok masyarakat miskin yang
disebabkan oleh bencana, krisis ekonomi dan konflik sosial.
5. Pengurangan beban pengeluaran penduduk miskin melalui peningkatan akses
pada pelayanan dasar terutama pada akses pangan, perumahan, dukungan
layanan pendidikan, kesehatan dan infrastruktur yang berkualitas.
4.2 Strategi Penanggulangan Kemiskinan
Strategi penanggulangan kemiskinan yang bertitik fokus pada pemberdayaan
masyarakat pada dasarnya menempatkan masyarakat sebagai pelaku utama
pembangunan. Oleh karena itu maka memerlukan strategi pendekatan sebagai berikut:
a. Meningkatkan pendapatan penduduk miskin melalui peningkatan kemampuan
pengelolaan, memperoleh peluang dan keberpihakan, kemudahan memperoleh
aksesibilitas terhadap pembiayaan usaha ekonomi sekala mikro sehingga masyarakat
miskin menjadi lebih produktif.
b. Mengurangi beban pengeluaran penduduk miskin melalui penyediaan dan
pemenuhan kebutuhan dasar, seperti pendidikan, kesehatan, infrastruktur dan
lingkungan yang mempermudah/mendukung kegiatan sosial ekonomi sesuai tingkat
produktivitasnya.
Berdasarkan strategi pendekatan tersebut maka sasaran penanggulangan kemiskinan
adalah sesuai dengan kelompok umur sebagai berikut :
1. Kelompok usia sekolah/belum produktif ( umur < 18 tahun ).
2. Kelompok usia kerja/produktif ( umur 18 – 60 tahun ).
3. Kelompok usia lanjut/tidak produktif ( umur > 60 tahun ).
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 106
Namun berdasarkan kebijakan penanggulangan kemiskinan tersebut diatas,
maka strategi yang lebih komprehensif dalam penanggulangan kemiskinan dan juga
mengacu pada strategi pusat yang telah digarisknan adalah sebagai berikut :
1. Melakukan pengurangan beban pengeluaran masyarakat miskin dengan
memprioritaskan bantuan program pada masyarakat miskin yang terkena
langsung dampak bencana, krisis ekonomi maupun konflik sosial serta dengan
program pro rakyat antara lain : peningkatan sarana dan prasarana
pendidikan, revitalisasi sekolah-sekolah, bantuan biaya pendidikan,
pembebasan biaya kesehatan dasar dan pengembangan infrastruktur dasar
serta reformasi birokrasi/penyelenggaraan pemerintahan yang efektif dan
efisien.
2. Meningkatkan kemampuan dan produktivitas serta pendapatan masyarakat
miskin melalui pemberdayaan dengan membentuk kelompok dan pemberian
pembinaan, fasilitasi, pendampingan, serta konsultasi pada kelompok sasaran.
3. Mengembangkan dan menjamin keberlanjutan usaha mikro dan kecil melalui
pengembangan sentra-sentra industri dan pertanian pendukung industri
pariwisata Bali sehingga masyarakat (miskin) lebih berperan sesuai potensi
yang ada.
4. Melakukan sinergi kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan
dengan kebijakan ekonomi makro yang berpihak pada orang miskin.
4.3 Program Dan Kegiatan Penanggulangan Kemiskinan
Berdasarkan kebijakan dan strategi penanggulangan kemiskinan tersebut
dan mengacu kepada kelompok program penanggulangan kemiskinan secara nasional,
maka program dan kegiatan yang relevan dengan upaya penanggulangan kemiskinan
yang telah dilaksanakan di Kabupaten Jembrana tahun 2017 yaitu sebagai berikut :
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 107
4.3.1 Kelompok program bantuan sosial terpadu berbasis individu dan keluarga,
bertujuan untuk melakukan pemenuhan hak dasar, pengurangan beban hidup
dan perbaikan kualitas hidup masyarakat miskin, seperti :
1. Pelatihan dan Bahan usaha Ekonomi Produktif (UEP) untuk KUBE
2. Bantuan Beras bagi Lanjut Usia Miskin
3. Bantuan Beras bagi Anak Terlantar dalam Panti Asuhan
4. Bantuan Peralatan Sekolah bagi Anak Keluarga Miskin
5. Beras Sejahtera (Rastra)
6. Beras bagi Penyandang Cacat
7. Pemberian sembako kepada masyarakat kabupaten
8. Bantuan Kursi Roda bagi Penyandang Cacat
9. Bantuan Tongkat Ketiak bagi Penyandang Cacat
10. Bantuan Peralatan Sekolah untuk Penyandang Cacat
11. Bantuan Alat Pendengaran bagi Penyandang Cacat
12. Paket Sembako untuk Korban bencana dan PMKS lainnya
13. Sembako bagi anggota Veteran dalam rangka Kemerdekaan RI
14. Sembako bagi anggota Veteran dalam rangka HUT RI
15. Pemberian Program Indonesia Pintar (PIP)
16. Pelayanan KIE
17. Pelayanan Pemasangan Kontrasepsi KB
18. Pelayanan MOP
19. Pertemuan Kerja Kampung KB
20. Pertemuan Forum Musyawarah
21. Loka Karya Mini Tk Kampung KB
22. Pemberian Tambahan Makanan dan Vitamin
23. Pelayanan pemeliharaan kesehatan lansia
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 108
4.3.2 Kelompok program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan
masyarakat, bertujuan untuk mengembangkan potensi dan memperkuat
kapasitas kelompok, seperti :
1. Penanggulangan Kemiskinan Terpadu.
2. Penilaian kelas Pokmas.
3. Penyediaan Air Minum Berbasis Masyarakat.
4. Fasilitasi dan stimulasi pembangunan Perumahan masyarakat kurang
mampu.
5. Pembangunan sarana dan prasarana lingkungan Perumahan.
6. Penyediaan Sarana Air Bersih dan Sanitasi Dasar Terutama Bagi Masyarakat
Miskin.
7. Pembangunan sarana dan Prasarana air minum.
8. Peningkatan Sarana dan Prasarana Perikanan Budidaya.
9. Penyediaan Rehabilitasi Sarana Prasarana Pengelolaan Mutu dan
Pemasaran Hasil Perikanan.
10. Pengadaan Jukung Nelayan Bahan Fiber (Sudah termasuk Mesin).
11. Pengadaan Bahan Alat Tangkap Ikan untuk kelompuk Nelayan (jaring).
12. Pengadaan Alat Bantu Penangkapan Ikan unuk Kelompok Nelayan (serok).
13. Pengdaan Keselamatan Awak kapal/Nelayan (life jacket).
14. Perencanaan Pengadaan Jukung Nelayan Bahan Fiber (sudah termasuk
mesin).
15. Pengawasan Pengadaan Jukung Nelayan Bahan Fiber (sudah termasuk
mesin).
16. Pengembangan Media Promosi dan Informasi Sadar Hidup Sehat.
17. Pembinaan/Lomba kelompok UPPKS Tk. Prov Bali.
18. Bimbingan Managemen Usaha bagi Perempuan dlm mengelola usaha.
19. Pengadaan Peralatan Pendidikan dan Keterampilan Bagi Pencari Kerja
20. Pengadaan Bahan dan Materi Pendidikan dan Keterampilan Kerja
21. Pendidikan dan Pelatihan Keterampilan Bagi Pencari Kerja
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 109
22. Pengembangan Standarisasi Kompetensi Kerja dan Pelatihan Kerja.
23. Pengembangan Standarisasi Kompetensi Kerja dan Pelatihan Kerja Binalatas
(PNBP).
4.3.3 Kelompok program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan
usaha ekonomi mikro dan kecil, bertujuan untuk memberikan akses dan
penguatan ekonomi bagi pelaku usaha ekonomi mikro dan kecil, seperti :
1. Pembinaan dan Pengembangan Usaha kelompok masyarakat dan Lembaga
ekonomi perdesaan.
2. Pembinaan BUMDes.
3. Penyelenggaraan Pembinaan Industri rumah Tangga, Industri Kecil dan
Industri Menengah.
4. Fasilitasi bagi Industri Kecil dan Menengah terhadap pemanfaatan Sumber
daya.
5. Pengembangan dan Pelayanan Teknologi Industri.
6. Pemanfaatan pekarangan untuk pengembangan pangan.
7. Penanganan Pasca Panen dan Pengolahan Hasil Pertanian.
8. Pengembangan Intensifikasi tanama padi, palawija.
9. Peningkatan Insentif dan disinsentif bagi petani/kelompok tani.
10. Penyediaan sarana produksi pertanian/perkebunan.
11. Pengadaan sarana dan prasarana teknologi pertanian/perkebunan tepat
guna.
12. Penyuluhan Penerapan Teknologi pertanian/perkebunan tepat guna.
13. Pengembangan Agribisnis Peternakan.
4.3.4 Kelompok Program Lainnya
1. Peningkatan produksi, produktivitas dan mutu produk perkebunan, produk
pertanian
2. Pembinaan Pengelolaan Pasar Desa
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 110
4.4 Penanganan Pengaduan Masyarakat
Penanganan pengaduan masyarakat yang mencakup kegiatan penerimaan,
pencatatan, penelahaan, penyaluran, tindak lanjut, pemantauan dan pengarsipan di
Kab. Jembrana secara umum sudah terlaksana sesuai dengan Undang-Undang Nomor
25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik, bahwa penyelenggara pelayanan publik
berkewajiban menyediakan sarana pengaduan dengan tenaga pelaksana yang
kompeten dalam pengelolaan pengaduan dengan mengedepankan azas penyelesaian
yang cepat dan tuntas. Tetapi khusus terkait dengan penanggulangan kemiskinan
penanganan pengaduan masyarakat dapat dilakukan dengan datang langsung ke
Sekretariat TKPKD Kabupaten Jembrana di Kantor Bappeda Litbang Kabupaten
Jembrana atau menghubungi nomor telepon Sekretariat TKPKD Jembrana di nomor
(0365) 41067. Pengaduan juga dapat disampaikan dengan mengirimkan SMS (Short
Message Services) ke nomor 08123870870 atau melalui call center di nomor (0365)
41210, website : www.jembranakab.go.id. Pengaduan juga dapat disampaikan
langsung kepada SKPD pemegang program yang rutin melakukan monitoring dan
evaluasi berjalannya program kerja masing-masing SKPD.
Mekanisne penanganan pengaduan mulai dari perumusan dan penyiapan
penanganan aspirasi dan pengaduan, kampanye penanganan aspirasi dan pengaduan,
serta perumusan dan penyiapan bahan sosialisasi dan kampanye tentang perlunya
pendampingan masyarakat dalam penyampaian pengaduan. Namun demikian sampai
saat ini belum terdapat pengaduan masyarakat terkait dengan penanggulangan
kemiskinan yang disampaikan secara resmi kepada Pemerintah Kabupaten/SKPD di
Kabupaten Jembrana. Kondisi ini diakibatkan oleh penerimaan masyarakat terhadap
program-program penanggulangan kemiskinan yang dijalankan oleh Pemerintah
Kabupaten Jembrana sudah cukup baik atau dapat juga karena masyarakat belum
cukup menerima sosialisasi terkait saluran pengaduan tersebut. Ke depan, masyarakat
harus tetap mendapatkan advokasi untuk melakukan pengaduan jika ada program-
program penanggulangan kemiskinan yang dirasa belum efektif. Hal ini berguna untuk
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 111
menjamin kualitas program agar efektif, efisien dan tepat sasaran sehingga kualitas
pelayanan publik dapat terus ditingkatkan.
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 112
BAB V
KOORDINASI, PENGENDALIAN DAN PELAKSANAAN PROGRAM
PENANGGULANGAN KEMISKINAN
5.1 Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan
Agar pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan bisa berjalan dan
berhasil menurunkan tingkat kemiskinan, maka sangat membutuhkan adanya
keterpaduan dan sinergisitas antar stakeholder yang terlibat, baik di tingkat daerah
maupun di tingkat pusat. Keterpaduan dan sinergisitas ini akan terwujud bila terdapat
koordinasi yang baik dan berkelanjutan.
Dengan pertimbangan bahwa kemiskinan masih menjadi problem di berbagai
negara di dunia ini, maka “penghilangan kemiskinan dan kelaparan” pada 2030
menjadi “tulang punggung” dari tujuan agenda pembangunan berkelanjutan.
Kemiskinan yang menjadi tujuan utama MDGs kembali menjadi tujuan utama dalam
SDGs. Selain karena kemiskinan dan kelaparan masih sebagai problem dunia,
menjadikan penghapusan kemiskinan sebagai tujuan utama diarahkan untuk
menjamin keberlanjutan capaian MDGs. Persoalan kemiskinan ditempatkan dalam
kerangka multidimensi, yakni melihat kemiskinan dari berbagai dimensi dan
memandang penyebab kemiskinan dari berbagai sisi. Dalam Outcome Document
Transforming Our World: The 2030 Agenda For Sustainable Development tujuan
mengakhiri kemiskinan menjadi tujuan “utama” dari 17 tujuan yang disepakti dalam
SDGs. Tujuan pertama dari 17 tujuan SDGs adalah “Mengakhiri Kemiskinan dalam
Segala Bentuk Di Mana Pun” (End poverty in all its forms everywhere). Tujuan utama
tersebut harus menjadi tema pembangunan, agenda utama dan berkelanjutan yang
melatari berbagai tujuan pembangunan lainnya seperti infrastruktur, pariwisata,
pangan dan energi dan lain-lain.
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 113
Di dalam RPJPN 2005-2025, masalah kemiskinan dilihat dalam kerangka
multidimensi, karenanya kemiskinan bukan hanya menyangkut ukuran pendapatan,
melainkan karena menyangkut beberapa hal antara lain: (i) kerentanan dan kerawanan
orang atau masyarakat untuk menjadi miskin; (ii) menyangkut ada/tidak adanya
pemenuhan hak dasar warga dan ada/tidak adanya perbedaan perlakuan seseorang
atau kelompok masyarakat dalam menjalani kehidupan secara bermartabat. Sasaran
Global Kemiskinan menurut SDGs, yaitu :
1. Pada tahun 2030, mengentaskan kemiskinan ekstrim bagi semua orang di mana
pun, di mana ukuran yang digunakan sekarang adalah mereka yang hidup dengan
pendapatan kurang dari $ 1,25 perhari
2. Pada tahun 2030, mengurangi setidaknya separuh proporsi dari laki-laki,
perempuan dan anak-anak segala umur yang hidup dalam kemiskinan dalam segala
dimensi menurut definisi nasional
3. Di tingkat nasional mengimplementasikan sistem dan ukuran perlindungan sosial
yang tepat bagi semua level dan pada tahun 2030 sudah mencapai cakupan yang
cukup substansial terhadap yang miskin dan rentan
4. Pada tahun 2030, memastikan bahwa semua laki-laki dan perempuan, terutama
mereka yang miskin dan rentan, memiliki hak yang sama terhadap sumber-sumber
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 114
ekonomi, juga terhadap pelayanan dasar, kepemilikan dan kontrol atas tanah dan
bentuk-bentuk kekayaan lainnya, warisan, sumber daya alam, teknologi baru yang
layak dan pelayanan finansial, termasuk keuangan mikro
5. Pada tahun 2030, membangun ketahanan masyarakat miskin dan mereka yang
berada dalam kondisi rentan, dan mengurangi kerentanan mereka terhadap
kejadian ekstrim yang terkait iklim dan guncangan ekonomi, sosial dan lingkungan
dan bencana.
6. Memastikan mobilisasi sumber daya yang signifikan dari berbagai sumber, termasuk
melalui kerjasama pembangunan yang diperluas, dalam rangka menyediakan alat-
alat yang cukup dan mudah diprediksi oleh negara-negara berkembang, khususnya
negara-negara kurang berkembang, untuk mengimplementasikan program dan
kebijakan yang dapat mengakhiri kemiskinan dalam semua dimensinya
7. Menciptakan kerangka kerja kebijakan pada level nasional, regional dan
internasional, yang berdasarkan pada strategi pembangunan yang berpihak pada
yang miskin dan gender sensitive, untuk mempercepat investasi dalam aksi-aksi
pengentasan kemiskinan
Namun pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan agar lebih
terkoordinasi dari tingkat pusat hingga daerah, maka baru tahun 2010 dengan
keluarnya Peraturan Presiden Nomor 15 tentang Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan yang ditindak lanjuti dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 42
tahun 2010 tentang Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Propinsi dan
Kabupaten/Kota, di tingkat pusat dibentuk Tim Nasional Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan (TNP2K) dan di tingkat daerah dibentuk Tim Koordinasi Penanggulangan
Kemiskinan Propinsi dan Kabupaten/Kota (TKPKD). Tim ini memiliki fungsi dan tugas
mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawalan dan pemantauan serta pelaporan
hasil pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan yang di daerah disebut LP2KD.
5.1.1 Koordinasi di Tingkat Daerah
Kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan di Kabupaten
Jembrana selama sepuluh tahun terakhir telah berjalan sesuai dengan visi dan
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 115
misi pembangunan dalam RPJMD Kab. Jembrana, hanya saja secara
terkoordinasi masih perlu ditingkatkan atau dimantapkan sesuai dengan
Peraturan Presiden Nomor 15 tahun 2010 tentang Percepatan
Penanggulangan Kemiskinan dan pembentukan Tim Koordinasi
Penanggulangan Kemiskinan Kabupaten Jembrana sesuai Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 42 tahun 2010 tentang Tim Koordinasi Penanggulangan
Kemiskinan Propinsi dan Kabupaten/Kota. Khusus untuk Kabupaten
Jembrana, TKPKD baru terbentuk pada tahun 2013 melalu Surat Keputusan
Bupati Jembrana Nomor 324/Bappeda PM/2013 Tentang Pembentukan Tim
Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Kabupaten Jembrana.
Koordinasi antar dan intern SKPD Kabupaten Jembrana melalui rapat-
rapat perencanaan, pelaksanaan, pengendalian sampai dengan evaluasi
pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan dan pengarahan dari
pimpinan daerah kepada SKPD pada rapat koordinasi dan apel koordinasi tiap
hari Senin tentang kebijakan, program kerja dan target capaian kinerja
termasuk pengentasan kemiskinan terkait dengan keberlanjutan pencapaian
SDGs dan peningkatan kesejahteraan masyarakat Jembrana. Dengan upaya-
upaya yang dilakukan tersebut memang tidak dapat dipungkiri bahwa di
Kabupaten Jembrana terdapat kemajuan baik hasil pembangunan fisik
maupun kondisi kehidupan masyarakatnya. Sedangkan koordinasi dengan
Propinsi, sebelumnya memang terbatas, dan sekarang intensitas koordinasi
mulai ada peningkatan melalui rapat koordinasi kemiskinan di Bappeda
Provinsi Bali.
5.1.2 Koordinasi dengan Pusat
Koordinasi pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan
Kabupaten Jembrana dengan Pemerintah Pusat selama ini sudah berjalan
dengan baik, koordinasi dengan pusat lebih sering melalui Provinsi Bali atau
fasilitasi dari Provinsi Bali terkait penyerahan data-data kemiskinan. Hal ini
untuk mensinkronkan dan mensinergikan kebijakan-kebijakan dan program
dari pusat dengan daerah disamping karena terbatasnya sumber daya di
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 116
Kabupaten Jembrana dalam penanggulangan kemiskinan sehingga perlu
proaktif mengakses ke pusat.
Semenjak pemerintahan era reformasi dan otonomi daerah
digulirkan, Jembrana memang telah banyak melakukan inovasi kebijakan dan
program pembangunan yang mengarah pada penerapan prinsip-prinsip
pemerintahan yang baik (good governance), termasuk dalam upaya
penurunan tingkat kemiskinan. Jembrana juga telah lebih dahulu bahkan
menjadi pelopor dalam melakukan strategi penanggulangan kemiskinan
melalui peningkatan pendapatan/daya beli dan pengurangan beban
pengeluaran masyarakat melalui bebas biaya pendidikan dan kesehatan, bea
siswa hingga ke perguruan tinggi, perbaikan sarana prasarana infrastruktur
perkotaan dan pedesaan maupun bantuan dana bergulir kepada kelompok
masyarakat (pokmas) dan Koperasi-UKM, pemetaan KK miskin (by name, by
adress dan by problems) serta penyelenggaraan pemerintahan yang bebas
pungli dan lain-lain.
Inovasi kebijakan pembangunan di Kabupaten Jembrana tidaklah
terlepas dari kapasitas seorang pimpinan (Bupati) yang memiliki kemampuan
dan keberanian melahirkan dan menerapkan ide-ide yang dapat dipandang
strategis sehingga hampir selama 10 tahun Kabupaten Jembrana menjadi
obyek yang dikunjungi oleh lebih dari dua ribu rombongan studi banding dari
berbagai Instansi Pemerintah Kabupaten/Kota, Propinsi dan Pemerintah Pusat
(Kementerian/Lembaga) serta para akademisi/Perguruan Tinggi
Negeri/Swasta dari seluruh pelosok tanah air. Bahkan munculnya program
SAPA dari Kemenkopmk yang bergerak dibidang fasilitasi, koordinasi dan
evaluasi kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan pusat dan
daerah adalah terinspirasi juga oleh konsep kebijakan inovasi pengentasan
kemiskinan di Kabupaten Jembrana. Jadi dapat dikatakan bahwa
hubungan/koordinasi antara pemerintah pusat dengan Kabupaten Jembrana
sudah terjalin secara timbal balik dan cukup intensif.
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 117
5.2 Permasalahan Dalam Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan
Dalam melakukan koordinasi penanggulangan kemiskinan di daerah Kabupaten
Jembrana, beberapa permasalahan yang sering dihadapi antara lain :
1. Masih ada perbedaan data dan persepsi diantara stakeholder terkait, khususnya
dalam hal menginterpretasikan masyarakat/penduduk miskin dan rumah
tangga/KK miskin yang menjadi sasaran program/kegiatan baik secara
konsepsional maupun praktek di lapangan termasuk perbedaan fokus/orientasi
pada penanggulangan kemiskinan.
2. Perwakilan stakohelder terkait dalam koordinasi penanggulangan kemiskinan
seringkali berganti-ganti dan kurang memahami permasalahan, padahal
permasalahan yang dikoordinasikan merupakan kelanjutan dari koordinasi dan
sinkronisasi pada rapat-rapat sebelumnya sehingga kemajuan koordinasi sering
terhambat oleh informasi yang kurang pas akibat perwakilan SKPD yang datang
berganti-ganti.
3. Masih adanya ego sektoral pada beberapa SKPD terkait sehingga program dan
kegiatan yang dilaksanakan berpotensi tumpang tindih dan kurang efektif.
4. Belum optimalnya koordinasi antar lembaga di pemerintah, dunia usaha, LSM
dan masyarakat madani dalam bermitra dan bekerjasama dalam
penanggulangan kemiskinan serta penciptaan lapangan kerja.
5. Perlu adanya verifikasi dan validasi data BDT 2015
6. Masih adanya kurang pemahaman bahwa penanggulangan kemiskinan sebagai
salah satu upaya untuk mencapai tujuan pembangunan nasional maupun
daerah sehingga tidak dapat memberikan akses dan respon yang memadai.
7. TKPKD yang terbentuk belum sepenuhnya dapat berfungsi secara aktif dan
partisipatif.
8. Belum semua SKPD mengetahui atau mencatat secara berkesinambungan data
indikator program/kegiatannya sehingga sulit mengevaluasi kinerja dan
keberhasilan SKPD dalam mendukung pencapaian tujuan pembangunan daerah
khususnya dalam hal penanggulangan kemiskinan daerah.
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 118
5.3 Langkah-Langkah Percepatan Penanggulangan Kemiskinan
Tingkat kemiskinan yang masih cukup tinggi dan masalah kemiskinan
merupakan hambatan yang sangat signifikan terhadap perkembangan hasil
pembangunan serta target pencapaian MDGs tahun 2015 dan keberlanjutan SDGs,
maka perlu ada langkah-langkah percepatan penanggulangan kemiskinan di masing-
masing daerah. Adapun langkah-langkah percepatan yang dilakukan di Kabupaten
Jembrana antara lain :
1. Melakukan pemantapan koordinasi, sinkronisasi dan sinergi perencanaan,
pelaksanaan program, penetapan sasaran dan target, monitoring dan evaluasi.
2. Melakukan survey pencocokan dan penelitian (coklit) KK miskin setiap awal tahun
untuk memperoleh data perkembangan jumlah riil di lapangan.
3. Melakukan perencanaan partisipatif dan pro poor serta pengintegrasian
perencanaan pada setiap desa kedalam perencanaan pembangunan daerah.
4. Melakukan verivali terhadap data BDT 2015, sehingga mendapatkan data yang
pasti untuk dapat mensinergikan program dan kegiatan penanggulangan
kemiskinan.
5. Melakukan fasilitasi penyusunan RPJMDes, pelaksanaan dan monitoring
BUMDes.
6. Melanjutkan program pro rakyat seperti pendidikan dan kesehatan bersubsidi,
pemberian beasiswa dan bedah rumah untuk keluarga miskin serta peningkatan
Sumber Daya Manusia.
7. Meningkatkan kelestarian lingkungan serta membatasi alih fungsi lahan
produktif.
5.4 Pelaksanaan Program/Kegiatan Tahun 2017
Pelaksanaan penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Jembrana mengacu
pada 4 (empat) kelompok program Nasional yaitu :
1) Kelompok program bantuan sosial terpadu berbasis keluarga.
2) Kelompok Program Pemberdayaan Kelompok Masyarakat.
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 119
3) Kelompok Program Permberdayaan Usaha Mikro dan Kecil.
4) Kelompok Program Pro Rakyat Lainnya.
Adapun rencana dan realisasi program dan kegiatan pelaksanaan penanggulangan
kemiskinan Kabupaten Jembrana tahun 2017 sebagai terlampir.
5.5 Pengendalian Pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan
5.5.1 Program Penanggulangan Kemiskinan Terpadu Berbasis Rumah
Tangga/Keluarga.
Pengendalian penanggulangan kemiskinan terpadu berbasis rumah
tangga di Kabupaten Jembrana untuk masing-masing kegiatan sampai pada
lokasi sasaran tahun 2017 seperti Program Pemberdayaan Fakir Miskin,
Komunitas Adat Terpencil (KAT) dan Penyandang Masalah Kesejahteraan
Sosial (PMKS) lainnya, Program Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan
Sosial, Program Pemberdayaan Kelembagaan Kesejahteraan Sosial, Program
Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun, Program KB, Program Perbaikan Gizi
masyarakat dan Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Lansia.
Pengendaliannya dilaksanakan oleh Tim dari SKPD terkait yang tergabung
dalam TKPKD dengan melibatkan pihak kecamatan, Kepala Desa dan Kepala
Dusun setempat dan dilaksanakan oleh SKPD pelaksana dengan melibatkan
petugas kesehatan sampai di tingkat puskesmas maupun poskesdes
setempat.
5.5.2 Program Penanggulangan Kemiskinan Terpadu Berbasis Kelompok
Masyarakat
Pengendalian penanggulangan kemiskinan terpadu berbasis komunitas
juga dilaksanakan secara terpadu dan sinergis, dengan melibatkan
stakeholders sampai ke tingkat desa dan dusun maupun SKPD pelaksana.
Tahun 2017 kegiatan pemberdayaan masyarakat miskin melalui monitoring
dan pembinaan dan BUMDes, pemberdayaan masyarakat dengan
pendampingan dan Program Pengembangan Perumahan dalam pelaksanaan
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 120
pengendaliannya telah melibatkan peran serta aktif masyarakat dan faskab
sampai ditingkat desa maupun dusun setempat.
5.5.3 Program Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Usaha Mikro dan Kecil
Pengendalian program penanggulangan kemiskinan terpadu berbasis
Usaha Mikro dan Kecil diarahkan kepada kelompok-kelompok usaha baik
kelompok pengusaha kecil, Koperasi maupun masyarakat miskin yang
dilaksanakan secara terpadu antara pihak pemerintah mulai SKPD terkait di
Kabupaten, tingkat Kecamatan, dan Desa serta Dusun dengan melibatkan
pihak perbankan serta CSR.
5.5.4 Program Penanggulangan Kemiskinan Pro Rakyat Lainnya
Pengendalian program penanggulangan kemiskinan pro
rakyat/inisiatif daerah yang telah dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten
Jembrana dilakukan secara selektif dengan melibatkan SKPD terkait baik di
tingkat Kabupaten, pihak sekolah, pihak kecamatan dan aparat desa
setempat. Disamping itu informasi dari warga masyarakat di sekitar lokasi
tempat tinggal masyarakat yang menjadi sasaran program/kegiatan juga
dijadikan bahan pertimbangkan.
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 121
BAB VI
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Penurunan angka kemiskinan sebagai salah satu target pembangunan sangat
memerlukan kebijakan dan program pembangunan yang berkelanjutan. Selain itu, program
pembangunan yang dilakukan hendaknya secara menyeluruh dan berkeseimbangan antara
pembangunan sumber daya manusia dan sumber daya alam yang keduanya juga sama-sama
menjadi indikator kemiskinan. Selama ini, prioritas pembangunan lebih banyak
mengedepankan pada sumber daya manusianya, sedangkan sumber daya alam
mendapatkan porsi yang kurang seimbang. Untuk itulah, ke depannya pembangunan
hendaknya mewujudkan keseimbangan antara pembangunan sumber daya manusia dengan
sumber daya alam. Jika tidak, sumber daya alam yang tidak lestari akan dapat memicu
kemiskinan masa kini ataupun masa depan.
6.1 Prioritas Intervensi Sektoral Dan Wilayah
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya maka
dapat disimpulkan, bahwasanya prioritas intervensi sektoral dan wilayah yang dapat
ditempuh kedepan seyogyanya diarahkan agar lebih fokus kepada :
• Bidang Kemiskinan dengan menggunakan tingkat kemiskinan sebagai indikator
utama meskipun belum didukung tingkat pengangguran tiap Kecamatan
sebagai indikator pendukung, maka prioritas intervensi wilayah seyogyanya
dilakukan terhadap Kecamatan Melaya, sedangkan kecamatan lainnya yaitu,
Negara, Jembrana, Pekutatan dan Mendoyo prioritas selanjutnya baik
perbaikan di bidang pendidikan, kesehatan, infrastruktur, ekonomi dan lain-
lain.
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 122
• Bidang Pendidikan dengan menggunakan indikator APM, APK, APS, Angka Buta
Huruf yang masih cukup berfluktuasi dan cenderung ke arah positif, tentunya
dari Dinas atau SKPD terkait untuk tetap memperhatikan hal ini agar kualitas
pendidikan di Kabupaten Jembrana menjadi lebih baik, dengan harapan jika
indikator-indikator tersebut menunjukkan hasil baik tentunya dapat secara
tidak langsung berindikasi dalam pengentasan kemiskinan.
• Bidang Infrastruktur Dasar belum didukung data Kecamatan. Namun secara
indikator mengenai Proporsi Rumah Layak Huni dan Sanitasi Layak masih perlu
ditingkatkan.
• Bidang Ketahanan Pangan yang ditunjukkan oleh indikator utama Hasil produksi
padi/gabah dengan indikator pendukung Luas Panen cukup mendukung
terhadap program penanggulangan kemiskinan, namun perkembangan harga
bahan kebutuhan pokok yang kurang terkendali dan pertumbuhan ekonomi
Jembrana yang kurang memadai menghambat penanggulangan kemiskinan.
6.2 Implikasi Penyesuaian Program Dan Anggaran Belanja
Sebagai konsekuensi dari prioritas intervensi sektoral dan wilayah yang lebih
fokus kepada meningkatkan pendapatan penduduk miskin dan mengurangi beban
pengeluaran penduduk miskin, maka implikasi terhadap penyesuaian program dan
anggaran belanja, kedepan agar seluruhnya bersinergi menuju pada sasaran :
• Bidang kemiskinan dan ketenagakerjaan, peningkatan anggaran yang
dialokasikan selama ini kurang signifikan menekan angka kemiskinan di
Kabupaten Jembrana walau lebih rendah dari angka nasional, namun masih
diatas rata-rata Provinsi Bali. Oleh karena itu kedepan perlu adanya
penyesuaian anggaran yang lebih berpihak pada bidang penanggulangan
kemiskinan. Penyesuaian anggaran agar difokuskan pada pembiayaan program-
program yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat melalui investasi,
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 123
pemberdayaan masyarakat, PPKB, peningkatan kualitas dan akses tenaga kerja
yang lebih siap bersaing karena angka pengangguran Jembrana lebih kecil dari
pada Propinsi;
• Bidang kesehatan, anggaran yang dialokasikan dari APBD terus meningkat
secara signifikan dari tahun ke tahun, walaupun sudah berhasil menyumbang
pencapaian AKB lebih rendah dari rata-rata provinsi maupun nasional namun
masih perlu disesuaikan kembali pengalokasiannya ke program-program yang
lebih efektif menyasar dan mengurangi angka kesakitan dan kematian bayi
serta peningkatan kualitas pelayanan, sehingga kedepan indikator dan
penanganan kesehatan di Kabupaten Jembrana dapat meningkat yang
didukung oleh data indikator Kesehatan yang lebih memadai.
• Bidang Pendidikan yang sudah menyerap anggaran cukup besar dari APBD
selama 5 tahun terakhir terbukti cukup berhasil mencapai indikator pendidikan
lebih baik dari Propinsi maupun Nasional.
• Bidang Infrastruktur, selama 5 tahun terakhir sudah mendapat porsi yang cukup
besar dari APBD. Penyesuaian kedepan perlu diarahkan pada pembiayaan
program-program untuk pemerataan pemenuhan rumah layak huni dan air
minum layak.
• Bidang Ketahanan Pangan, selama ini potensi Jembrana cukup mendukung dari
segi produksi padi/beras meskipun anggaran masih dibawah 1% dari seluruh
APBD. Kedepan perlu lebih disesuaikan baik dari sisi peningkatan anggaran
maupun program dan kegiatan yang dilaksanakan selama ini sehingga potensi
ketahanan pangan bisa dipertahankan.
LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 124
6.3 Rencana Koordinasi Dan Pengendalian Pelaksanaan Program Penanggulangan
Kemiskinan
Belum tercapainya target penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Jembrana
secara kuantiatif maupun kualitatif maka mengharuskan Kabupaten Jembrana untuk
melakukan upaya-upaya yang lebih intensif dalam percepatan penanggulangan
kemiskinan sehingga maksimal tahun 2017 mencapai angka minimal dibawah 5%.
Mengingat kondisi kemiskinan yang bersifat multi dimensi, maka memerlukan
rencana koordinasi, sinkronisasi dan pengendalian pelaksanaan program
penanggulangan kemiskinan dengan yang langkah-langkah ditempuh sebagai berikut:
• Meningkatkan kuantitas dan kualitas koordinasi antar stakeholders terkait,
khususnya SKPD yang tergabung dalam TKPKD Kabupaten Jembrana, sehingga
perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian program penanggulangan
kemiskinan semakin efektif.
• Mengupayakan ketersediaan anggaran untuk menunjang peningkatan kinerja
TKPKD Kabupaten Jembrana melalui APBD dan sumber lain hingga tahun 2017.
• Mengembangkan kerja sama dengan kalangan profesional, dunia usaha
(pemilik modal) dan tokoh-tokoh masyarakat lokal/lembaga lain dalam
program-program penanggulangan kemiskinan sebagai upaya gerakan
bersama.
2017
S/D BULAN DESEMBER 2017
I. PROGRAM BANTUAN SOSIAL TERPADU BERBASIS KELUARGA
Rumah Tangga
No. KEGIATAN LOKASI SASARAN TARGET/VOLUME Sasaran (RTS) VOLUME/SASARAN APBN APBD. Prop APBD .Kab. TOTAL BIAYA FISIK SKPD
yang diLibatkan (Rp.) (Rp.) (Rp.) (Rp.) % Rp. %
1 Program Pemberdayaan Fakir Miskin, Komunitas Adat Terpencil
(KAT) dan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS)
lainnya kegiatan pengadaan sarana dan prasarana pendukung usaha
bagi keluarga miskin
- Belanja Pelatihan dan Bahan usaha Ekonomi Kab.Jembrana KUBE 10 paket 10 paket 200.000.000 200.000.000 100,00 200.000.000 100,00 Dinas Sosial
Produktif (UEP) untuk KUBE
2 Program Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial
Kegiatan peningkatan kwalitas pelayanan, sarana dan
prasarana rehabilitasi kesejahteraan sosial bagi PMKS- Beras bagi lanjut usia miskin Kab.Jembrana KK Miskin usia 60 th keatas 15.600 paket 15.600 paket 1.195.194.000 1.195.194.000 100,00 1.195.194.000 100,00 Dinas Sosial
- Beras bagi anak terlantar dalam panti asuhan Kab.Jembrana anak terlantar yg ada di panti 200 paket 200 paket 109.450.000 109.450.000 100,00 109.450.000 100,00 Dinas Sosial
- Peralatan sekolah bagi anak keluarga miskin Kab.Jembrana anak keluarga miskin 255 paket 255 paket 89.250.000 89.250.000 100,00 89.250.000 100,00 Dinas Sosial
- Beras Sejahtera (Rastra) Kab.Jembrana KK Miskin 9.941 KPM 9.941 KPM 2.863.008.000,00 - 2.863.008.000 100,00 2.863.008.000 100,00 Dinas Sosial
Kegiatan Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial bagi
penyandang PMKS
- Beras bagi penyandang cacat untuk 74 orang Kab.Jembrana Penyandang disabilitas/cacat 888 paket 888 paket 66.600.000 66.600.000 100,00 66.600.000 100,00 Dinas Sosial
- Pemberian sembako kepada masyarakat kabupaten Kab.Jembrana Penyandang disabilitas/cacat 150 paket 150 paket 30.000.000 30.000.000 100,00 30.000.000 100,00 Dinas Sosial
- Kursi Roda bagi penyandang cacat Kab.Jembrana Penyandang disabilitas/cacat 49 paket 49 paket 147.000.000 147.000.000 100,00 147.000.000 100,00 Dinas Sosial
- Tongkat Ketiak bagi penyandang cacat Kab.Jembrana Penyandang disabilitas/cacat 10 paket 10 paket 7.500.000 7.500.000 100,00 7.500.000 100,00 Dinas Sosial
- Paket Peralatan Sekolah bagi anak cacat Kab.Jembrana Penyandang disabilitas/cacat 110 paket 110 paket 55.000.000 55.000.000 100,00 55.000.000 100,00 Dinas Sosial
- Alat Pendengaran bagi penyandang cacat Kab.Jembrana Penyandang disabilitas/cacat 3 buah 3 buah 3.000.000 3.000.000 100,00 3.000.000 100,00 Dinas Sosial
3 Program Pemberdayaan Kelembagaan Kesejahteraan Sosial
Kegiatan Peningkatan Kwalitas SDM Kesejahteraan Sosial Masyarakat
- Pengadaan Paket Sembako untuk Korban bencana dan Kab.Jembrana Korban bencana 150 paket 150 paket 37.500.000 37.500.000 100,00 37.500.000 100,00 Dinas Sosial
PMKS lainnya
Kegiatan Pelestarian Nilai-nilai Tonggak Sejarah Kepahlawanan- Pengadaan Sembako bagi anggota Veteran dalam
rangka Kab.Jembrana veteran 149 paket 149 paket 74.500.000 74.500.000 100,00 74.500.000 100,00 Dinas Sosial
Kemerdekaan RI- Pengadaan Sembako bagi anggota Veteran dalam
rangka Kab.Jembrana veteran 73 paket 73 paket 73.000.000 73.000.000 100,00 73.000.000 100,00 Dinas Sosial
HUT RI
4 Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun
kegiatan :
- Pemberian Program Indonesia Pintar (PIP) Kab.Jembrana SD 196 Sekolah 184 Sekolah 2,646 Siswa 1.190.700.000 1.190.700.000 51,00 596.025.000 50,06 Dinas Pendidikan, Kepemudaan dan Olahraga
SMP Kls 7 dan 8 35 Sekolah 22 Sekolah 900 Siswa 675.000.000 675.000.000 54,00 364.500.000 54,00 Dinas Pendidikan, Kepemudaan dan Olahraga
SMP Kls 9 544 siswa 204.000.000 204.000.000 54,00 110.160.000 54,00 Dinas Pendidikan, Kepemudaan dan Olahraga
6 Program KB
- Pelayanan KIE Kab.Jembrana PUS (pasangan usia subur) 1 unit 787.120.000 787.120.000 83,13 654.321.000 83,13 Dinas PPPA PPKB
- Pelayanan Pemasangan Kontrasepsi KB Kecamatan Masyarakat PUS Masyarakat PUS 51.995.000 51.995.000 96,62 50.238.500 96,62 Dinas PPPA PPKB
- Pelayanan MOP Kecamatan Pria PUS MOP 40 Pria PUS 20.000.000 20.000.000 67,50 13.500.000 67,50 Dinas PPPA PPKB
7 Pelayanan kontrasepsi KB
- Pertemuan Kerja Kampung KB PUS (pasangan usia subur) 2.600.000 2.600.000 100,00 2.600.000 100,00 Dinas PPPA PPKB
- Pertemuan Forum Musyawarah 2.600.000 2.600.000 100,00 2.600.000 100,00 Dinas PPPA PPKB
- Loka Karya Mini Tk Kampung KB 2.600.000 2.600.000 100,00 2.600.000 100,00 Dinas PPPA PPKB
8 Program Perbaikan Gizi masyarakat
kegiatan:
- Pemberian Tambahan Makanan dan Vitamin Kab. Jembrana anak dan balita miskin 375 paket 90 kk 375 paket 196.905.000 196.905.000 100,00 196.905.000 100,00 Dinas Kesehatan
9 Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Lansia
- Pelayanan pemeliharaan kesehatan lansia Kab. Jembrana masyarakat lansia 10 kit 10 kit 49.615.000 49.615.000 100,00 49.615.000 100,00 Dinas Kesehatan
Jumlah 4.932.708.000 - 3.201.429.000 8.134.137.000 92,25 6.994.066.500 85,98
PROGRAM KEGIATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
KABUPATEN JEMBRANA TAHUN
sumber anggaran REALISASI
KEUANGAN
II. PROGRAM BERBASIS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Rumah Tangga
No. KEGIATAN LOKASI SASARAN TARGET/VOLUME Sasaran (RTS) VOLUME/SASARAN APBN APBD. Prop APBD .Kab. TOTAL BIAYA FISIK SKPD
yang diLibatkan (Rp.) (Rp.) (Rp.) (Rp.) % Rp. %
1 Program Peningkatan Partisipasi Dalam
Membangun Desa
kegiatan :
- Penanggulangan Kemiskinan Terpadu Kab. Jembrana KK Miskin 120 Buku KK Miskin 120 Buku KK Miskin 141.245.000 141.245.000 96,65 136.506.632 96,65 Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
- Penilaian kelas Pokmas Kab. Jembrana pokmas 1500 klp 1500 klp 28.525.800 28.525.800 97,38 27.777.900 97,38 Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
- Penyediaan Air Minum Berbasis Masyarakat Kab. Jembrana kelompok 10 Kelompok 50 Orang 10 Kelompok 22.225.000 22.225.000 97,57 21.685.665 97,57 Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
2 Program Pengembangan Perumahan
- Fasilitasi dan stimulasi pembangunan Perumahan 5 kecamatan Masyarakat 200 KK 7 orang 200 KK - 4.153.094.900 4.153.094.900,00 100,00 4.072.493.300,00 98,06 Dinas PU
masyarakat kurang mampu 1 tim
- Pembangunan sarana dan prasarana lingkungan 5 kecamatan Masyarakat 30 km 5 orang 30 km 3.956.739.030 3.956.739.030,00 100,00 3.657.796.000,00 92,44 Dinas PU
Perumahan 1 tim
3 Program Lingkungan Sehat Perumahan
- Penyediaan Sarana Air Bersih dan Sanitasi 5 kecamatan Masyarakat 439 M2 5 orang 439 M2 - - 89.514.900 89.514.900,00 15,00 15.592.050,00 17,42 Dinas PU
Dasar Terutama Bagi Masyarakat Miskin 1 tim
4 Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Minum dan
Air Limbah
- pembangunan sarana dan Prasarana air minum 5 kecamatan Masyarakat 35 km 7 orang 35 km - - 5.965.442.625 5.965.442.625,00 90,00 4.477.481.235,00 75,06 Dinas PU
1 tim
5 Program Pengembangan Budidaya Perikanan
- Peningkatan Sarana dan Prasarana Perikanan Budidaya Kab. Jembrana Pokdakan 29 paket 29 paket - - 1.255.600.500,00 1.255.600.500 98,12 1.232.034.408 98,12 Dinas Perhubungan, Kelautan dan Perikanan
6 Program Optimalisasi Pengelolaan dan Pemasaran Produksi
Perikanan
- Penyediaan Rehabilitasi Sarana Prasarana Pengelolaan Kab. Jembrana Pokdakan 20 buah 20 buah 99.536.900 99.536.900 90,20 89.784.000 90,20 Dinas Perhubungan, Kelautan dan Perikanan
Mutu dan Pemasaran Hasil Perikanan
7 Program Pengembangan Perikanan Tangkap
Pengembangan Sarana/Prasarana Perikanan Tangkap. 2.015.125.100 2.015.125.100 96,54 1.945.498.781 96,54 Dinas Perhubungan, Kelautan dan Perikanan
- Pengadaan Jukung Nelayan Bahan Fiber (Sudah termasuk Kab. Jembrana 58 unit 30 orang 29 KUB - Dinas Perhubungan, Kelautan dan Perikanan
Mesin)
- Pengadaan Bahan Alat Tangkap Ikan untuk kelompuk NelayanKab. Jembrana 58 unit 30 orang 29 KUB - Dinas Perhubungan, Kelautan dan Perikanan
(jaring)
- Pengadaan Alat Bantu Penangkapan Ikan unuk Kelompok Kab. Jembrana 58 unit 30 orang 29 KUB - Dinas Perhubungan, Kelautan dan Perikanan
Nelayan (serok)
- Pengdaan Keselamatan Awak kapal/Nelayan (life jacket) Kab. Jembrana 500 buah 30 orang 500 Nelayan - Dinas Perhubungan, Kelautan dan Perikanan
- Perencanaan Pengadaan Jukung Nelayan Bahan Fiber Kab. Jembrana 1 paket 30 orang 29 KUB - Dinas Perhubungan, Kelautan dan Perikanan
(sudah termasuk mesin)
- Pengawasan Pengadaan Jukung Nelayan Bahan Fiber Kab. Jembrana 1 paket 30 orang 29 KUB - Dinas Perhubungan, Kelautan dan Perikanan
(sudah termasuk mesin)
8 Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
- Pengembangan Media Promosi dan Informasi Sadar Kab. Jembrana masyarakat di Posyandu, 61 Desa, 10 Posyandu, siswa, kader 120.777.500 120.777.500 36,60 23.717.900 19,64 Dinas Kesehatan
Hidup Sehat Sekolah, dan Masyarakat 205 Sekolah, 3 Radio dan posyandu dan
Umum 40 Siswa anak balita
9 Program Promosi Kesehatan Ibu, Bayi dan Anak Melalui Klp
di Masyarakat
- Pembinaan /Lomba kelompok UPPKS Tk. Prov Bali Br. Taman, Batuagung 1.750.000 3.000.000 4.750.000 100,00 4.750.000 100,00 Dinas PPPA PPKB
10 Program Peningkatan Peran Serta dan Kesetaraan Gender dlm
Pembangunan
- Bimbingan Managemen Usaha bagi Perempuan dlm Kab. Jembrana Kelompok P2WKSS 5 kelompok Kelompok P2WKSS 9.839.400 9.839.400 100,00 9.839.400 100,00 Dinas PPPA PPKB
mengelola usaha
11 Program Peningkatan Kualitas dan Produktifitas Tenaga Kerja
- Pengadaan Peralatan Pendidikan dan Keterampilan Bagi Kab. Jembrana pencari kerja 13 paket 260 peserta 52 orang KK Miskin 16 orang KK Miskin 219.000.000 219.000.000 76,92 175.300.000 80,05 PMPTSPTK
Pencari Kerja
- Pengadaan Bahan dan Materi Pendidikan dan Keterampilan Kerja Kab. Jembrana pencari kerja 13 paket 260 peserta 52 orang KK Miskin 16 orang KK Miskin 216.500.000 216.500.000 100,00 201.754.000 93,19 PMPTSPTK
- Pendidikan dan Pelatihan Keterampilan Bagi Pencari Kerja Kab. Jembrana pencari kerja 13 paket 260 peserta 52 orang KK Miskin 16 orang KK Miskin 494.630.000 494.630.000 100,00 448.332.500 90,64 PMPTSPTK
12 Program Peningkatan Kompetensi Tenaga Kerja dan Produktivitas
- Pengembangan Standarisasi Kompetensi Kerja dan Kab. Jembrana pencari kerja 5 paket 80 peserta 16 orang KK Miskin 80 peserta 277.018.000 277.018.000 100,00 266.738.800 96,29 PMPTSPTK
Pelatihan Kerja
- Pengembangan Standarisasi Kompetensi Kerja dan Kab. Jembrana pencari kerja 6 paket 96 peserta 19 orang KK Miskin 96 peserta 659.138.000 659.138.000 100,00 592.940.000 89,96 PMPTSPTK
Pelatihan Kerja Binalatas (PNBP)
Jumlah 937.906.000 - 18.790.796.655 19.728.702.655 88,61 17.400.022.571 88,20
sumber anggaran REALISASI
KEUANGAN
III. PROGRAM PEMBERDAYAAN USAHA EKONOMI MIKRO DAN KECIL
Rumah Tangga
No. KEGIATAN LOKASI SASARAN TARGET/VOLUME Sasaran (RTS) VOLUME/SASARAN APBN APBD. Prop APBD .Kab. TOTAL BIAYA FISIK SKPD
yang diLibatkan (Rp.) (Rp.) (Rp.) (Rp.) % Rp. %
1 Program Pengembangan Lembaga Ekonomi
Pedesaan
- Pembinaan dan Pengembangan Usaha kelompokKab. Jembrana Pokmas 253 Pokmas 253 kelompok 16.446.000 16.446.000 90,05 14.809.100 90,05 Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
masyarakat dan Lembaga ekonomi perdesaan
- Pembinaan BUMDes Kab. Jembrana BUMDes 40 BUMDes 78 orang 40 BUMDes 48.108.500 48.108.500 97,74 47.021.279 97,74 Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
2 Program Pengembangan Sistem Pendukung Usaha
bagi UMKM
- Kegiatan : Penyelenggaraan Pembinaan Industri rumahDesa/Kelurahan UMKM 300 orang 300 orang 241.254.000 241.254.000 70,91 53.940.000 22,36 DISPERINDAGKOP
Tangga, Industri Kecil dan Industri Menengah
3 Program pengembangan Industri Kecil dan Menengah 156.995.000 156.995.000 68,00 107.847.200 68,69 DISPERINDAGKOP
- Kegiatan : Fasilitasi bagi Industri Kecil dan MenengahKab. Jembrana IKM 25 IKM 25 IKM
terhadap pemanfaatan Sumber daya
4 Program Peningkatan kemampuan teknologi industri
- Kegiatan : Pengembangan dan Pelayanan TeknologiDesa/kelurahan IKM 75 IKM 75 IKM 182.610.000 182.610.000 80,00 141.836.300 77,67 DISPERINDAGKOP
Industri
5Program Peningkatan Ketahanan Pangan Pertanian
Perkebunan
- Pemanfaatan pekarangan untuk pengembangan pangan Kab.Jembrana
Kelompok Wanita Tani Kab.
Jembrana 5 kecamatan
Kelompok Wanita
Tani 5 kecamatan 95.752.000 95.752.000 100,00 91.983.650 96,06 Dinas Pertanian dan Pangan
- Penanganan Pasca Panen dan Pengolahan Hasil Pertanian Kab.Jembrana
Kelompok Tani/Subak Abian di
Kab. Jembrana
26 kelompok Tani/Subak
Abian
Kelompok
Tani/Subak Abian
26 kelompok Tani/Subak
Abian 237.571.800 237.571.800 100,00 237.350.800 99,91 Dinas Pertanian dan Pangan
- Pengembangan Intensifikasi tanama padi, palawija Kab.Jembrana
Kelompok Tani/Subak di Kab.
Jembrana
600 Ha padi dan 200 Ha
Kedelai
Kelompok
Tani/Subak
600 Ha padi dan 200 Ha
Kedelai 1.231.686.800 1.231.686.800 100,00 1.176.753.120 95,54 Dinas Pertanian dan Pangan
6 Program Peningkatan Kesejahteraan Petani
- Peningkatan Insentif dan disinsentif bagi petani/kelompok tani Kab.Jembrana
Kelompok Tani/Subak di Kab.
Jembrana 10.000 Ha
Kelompok
Tani/Subak 10.000 Ha - - - Dinas Pertanian dan Pangan
7 Program Peningkatan Produksi
- Penyediaan sarana produksi pertanian/perkebunan Kab.Jembrana
Kelompok Tani/Subak Abian di
Kab. Jembrana 11 Kelompok Tani
Kelompok
Tani/Subak Abian 11 Kelompok Tani 589.470.600 589.470.600 85,00 393.514.800 66,76 Dinas Pertanian dan Pangan
8 Program Peningkatan Penerapan Teknologi
Pertanian/Perkebunan
- Pengadaan sarana dan prasarana teknologi Kab.Jembrana Kelompok Tani Tembakau 4 Kelompok Tani Tembakau
Kelompok Tani
Tembakau 4 Kelompok Tani Tembakau 530.444.834 530.444.834 100,00 519.427.585 97,92 Dinas Pertanian dan Pangan
pertanian/perkebunan tepat guna
- Penyuluhan Penerapan Teknologi Kab.Jembrana Kelompok di Kab. Jembrana 5 Kelompok Kelompok di 5 Kelompok 129.664.600 129.664.600 100,00 120.367.000 92,83 Dinas Pertanian dan Pangan
pertanian/perkebunan tepat guna Kab. Jembrana
9 Program Peningkatan Produksi Hasil Peternakan
- Pengembangan Agribisnis Peternakan Kab.Jembrana
Kelompok Tani Ternak Kambing,
Babi
20 Kelompok Kambing dan
6 Kelompok Babi Kelompok Ternak
20 Kelompok Kambing dan 6
Kelompok Babi 4.000.458.000 4.000.458.000 99,00 3.192.387.800 79,80 Dinas Pertanian dan Pangan
Jumlah - - 7.460.462.134 7.460.462.134 90,89 6.097.238.634 81,73
sumber anggaran REALISASI
KEUANGAN
IV. PROGRAM - PROGRAM LAINNYA
Rumah Tangga
No. KEGIATAN LOKASI SASARAN TARGET/VOLUME Sasaran (RTS) VOLUME/SASARAN APBN APBD. Prop APBD .Kab. TOTAL BIAYA FISIK SKPD
yang diLibatkan (Rp.) (Rp.) (Rp.) (Rp.) % Rp. %
1 Program Peningkatan Ketahanan Pangan Pertanian
Perkebunan
- Peningkatan produksi, produktivitas dan mutu produk Kab. Jembrana pembangunan irigasi air 23 Subak Subak 23 Subak 3.930.142.000 3.930.142.000 100,00 3.855.036.360 98,09 Dinas Pertanian dan Pangan
perkebunan, produk pertanian tanah di subak-subak
se Kabupaten Jembrana
2 Program Pengembangan Lembaga Ekonomi
Kegiatan :
- Pembinaan Pengelolaan Pasar Desa Kab. Jembrana Pasar Desa 10 Unit 30 orang 10 Unit 7.580.000 7.580.000 94,29 7.147.222 94,29 Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
Jumlah - - 3.937.722.000 3.937.722.000 97,15 3.862.183.582 98,08
REKAPITULASI PER KLASTER PERSENTASE (%)
KLASTER I 20,72
KLASTER II 50,25
KLASTER III 19,00
KLASTER IV 10,03
100
Kepala Bappeda Litbang
Kab. Jembrana
Ir. I Ketut Swijana, M.T
Pembina Utama Muda
Nip. 19611001 198702 1 002
KEUANGAN
APBD
PROPINSI
APBD
KABUPATEN
APBN TOTAL
sumber anggaran REALISASI
39.261.023.789Rp
3.937.722.000Rp
TOTAL
87,5034.353.511.287 39.261.023.789 33.390.409.789 - 5.870.614.000
REALISASI %
8.134.137.000Rp
19.728.702.655Rp
7.460.462.134Rp