kata pengantar - bappeda.jembranakab.go.idbappeda.jembranakab.go.id/download/lp2kd kabupaten...

141

Upload: truongphuc

Post on 21-Jul-2019

231 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

i

KATA PENGANTAR

Om Swastiastu

Dengan memanjatkan rasa puji syukur kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, akhirnya

penyusunan buku Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah (LP2KD)

Kabupaten Jembrana untuk tahun 2018 telah selesai disusun.

Dalam rangka percepatan penanggulangan kemiskinan khususnya di Kabupaten

Jembrana perlu dilakukan langkah-langkah strategis secara terpadu, menyeluruh dan

berkelanjutan yang dapat berdampak terhadap penurunan angka kemiskinan secara

signifikan dan hal tersebut merupakan salah satu indikator yang sangat penting dalam

penentuan keberhasilan pembangunan di setiap daerah khususnya di Kabupaten Jembrana.

Berawal dari hal tersebut, maka pemantauan program-program pelaksanaan

penanggulangan kemiskinan yang telah dan sedang berjalan menjadi mutlak dan penting

untuk dilakukan. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan Laporan Pelaksanaan

Penanggulangan Kemiskinan Daerah (LP2KD) Kabupaten Jembrana Tahun 2018 ini masih

jauh dari kesempurnaan dan banyak kekurangan dikarenakan keterbatasan data, personil

dan waktu yang terbatas. Tetapi kami berusaha untuk menyelesaikan laporan ini sebaik

mungkin guna penyempurnaan proses perencanaan pembangunan, arah kebijakan dan

pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan pada tahun mendatang di

Kabupaten Jembrana.

Semoga Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah (LP2KD)

Kabupaten Jembrana ini dapat bermanfaat bagi seluruh stakeholders, pemangku

kepentingan dan lintas sektor lainnya.

Om Santi, Santi, Santi Om

Jembrana, Oktober 2018

Kepala Bappeda Litbang Kabupaten Jembrana, Selaku Sekretaris TKPKD Kabupaten Jembrana

Ir. I Ketut Swijana, M.T.

Pembina Utama Muda NIP. 19611001 198702 1 002

ii

RINGKASAN EKSEKUTIF

Laporan Pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan di Daerah (LP2KD)

Kabupaten Jembrana merupakan sebuah laporan yang disusun oleh Tim Koordinasi

Penanggulangan Kemiskinan Daerah, dalam hal ini disusun oleh TKPKD Kabupaten Jembrana.

Adapun tujuan disusunnya laporan ini adalah sebagai bentuk penyampaian informasi

mengenai program penanggulangan kemiskinan yang dilaksanakan di Kabupaten Jembrana,

mengingat TKPKD merupakan mitra kerja Tim Nasional Percepatan Penanggulangan

Kemiskinan (TNP2K), yang diharapkan dari TKPKD adalah mampu melakukan proses

perencanaan, penganggaran serta mampu memantau dan mengkoordinasikan program

penanggulangan kemiskinan di daerah.

LP2KD ini memberikan gambaran mengenai capaian kondisi pembangunan pada

berbagai sektor terkait, serta menginformasikan komitmen Pemerintah Daerah (Kabupaten

Jembrana) dalam upaya menurunkan tingkat kemiskinan sesuai target penurunan yang

sudah ditetapkan baik oleh Pemerintah Pusat maupun oleh Pemerintah Propinsi Bali.

Dengan demikian dari LP2KD ini diharapkan sebagai bahan masukan kepada stakeholder

yang terkait dalam penanggulangan kemiskinan utamanya nanti pada jajaran Tim Koordinasi

Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) Kabupaten Jembrana mengenai langkah-

langkah yang sudah dilakukan paling sedikit dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir

maupun selanjutnya dalam penyusunan program penanggulangan kemiskinan di tahun-

tahun mendatang.

Secara umum kebijakan dan program/kegiatan pembangunan di Kabupaten Jembrana

selama 5 tahun terakhir (2012-2017) sudah berhasil menurunkan jumlah penduduk miskin

dari (5,74%) menjadi (5,38%). Dari 5 (lima) sektor pembangunan yang paling terkait dengan

pengentasan kemiskinan yaitu Ketenagakerjaan, Pendidikan, Kesehatan, Infrastruktur dan

iii

Ketahanan Pangan, beberapa diantaranya capaian indikatornya sudah cukup baik dengan

didukung oleh kondisi riil dilapangan. Namun demikian, Kabupaten Jembrana masih

memerlukan kebijakan, strategi dan program yang lebih tepat serta melakukan pendekatan

dari segi sosial budaya karena masyarakatnya masih perlu didorong untuk lebih produktif

dan lebih partisipatif terhadap kebijakan dan progam-program pemerintah. Selain itu juga

melakukan evaluasi terhadap kondisi dilapangan agar memperoleh gambaran riil dalam

rangka penyusunan rencana yang tepat dan pelaksanaan yang efektif dan efisien merupakan

langkah untuk mencapai kondisi yang lebih baik.

Sebagai bahan evaluasi dan masukan, LP2KD ini masih memerlukan beberapa

penyempurnaan karena dalam penyusunannya mengalami beberapa hambatan terutama

dari segi SDM dan kurang berfungsinya unit pendataan, evaluasi dan pelaporan hasil

kegiatan program SKPD serta fungsi koordinasi penanggulangan kemiskinan sesuai Peraturan

Menteri Dalam Negeri No. 42 Tahun 2010, tentang Tim Koordinasi Penanggulangan

Kemiskinan Provinsi dan Kabupaten/Kota. Dalam penyusunan LP2KD selanjutnya perlu

penyempurnaan data-data indikator masing-masing SKPD terkait dan memastikan

pentingnya memahami keberadaan dan partisipasi SKPD dalam TKPKD Kabupaten Jembrana

yang terbentuk baik secara fungsi maupun organisatoris.

Demikian ringkasan laporan ini disampaikan untuk maklum dan dipedomani

sebagaimana mestinya.

Jembrana, Oktober 2018

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 iv

DAFTAR ISI

ISI HALAMAN

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i

RINGKASAN EKSEKUTIF ................................................................................................ ii-iii

DAFTAR ISI ................................................................................................................... iv-vi

DAFTAR TABEL ............................................................................................................. vii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................ x

BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1

1.2 Gambaran Umum Kabupaten Jembrana ........................................................... 5

1.3 Maksud Dan Tujuan ............................................................................................ 6

1.4 Landasan Hukum ................................................................................................ 7

1.5 Sistematika Penulisan ......................................................................................... 7

BAB II. KONDISI KEMISKINAN .................................................................................... 9

2.1 Gambaran Geografis ........................................................................................... 9

2.2 Gambaran Demografis ....................................................................................... 11

2.3 Kondisi Kemiskinan Daerah ................................................................................ 15

2.3.1 Bidang Kemiskinan dan Ketenagakerjaan ............................................ 17

2.3.2 Bidang Kesehatan ................................................................................ 35

2.3.3 Bidang Pendidikan ............................................................................... 52

2.3.4 Bidang Infrastruktur Dasar ................................................................... 65

2.3.5 Bidang Ketahanan Pangan ................................................................... 72

BAB III. TINJAUAN ANGGARAN BELANJA UNTUK PENANGGULANGAN

KEMISKINAN DI DAERAH ............................................................................................

79

3.1 Komposisi Penerimaan Anggaran Daerah ......................................................... 80

3.2 Distribusi Anggaran Belanja Menurut Fungsi .................................................... 81

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 v

3.3 Komposisi Anggaran Belanja Sektoral ................................................................ 83

3.4 Efektifitas Perkembangan APBD Kabupaten Jembrana ..................................... 85

3.5 Anggaran Belanja Bidang Kemiskinan ................................................................ 86

3.5.1 Anggaran Belanja Sektor Ketenagakerjaan .......................................... 87

3.5.2 Anggaran Belanja Sektor Pendidikan ................................................... 90

3.5.3 Anggaran Belanja Sektor Kesehatan .................................................... 93

3.5.4 Anggaran Belanja Sektor Infrastruktur Dasar ...................................... 97

3.5.5 Anggaran Belanja Sektor Ketahanan Pangan ...................................... 100

BAB IV. KEBIJAKAN DAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI DAERAH 103

4.1 Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan ............................................................. 103

4.2 Strategi Penanggulangan Kemiskinan ................................................................ 105

4.3 Program Dan Kegiatan Penanggulangan Kemiskinan ........................................ 106

4.3.1 Kelompok Program Bantuan Sosial Terpadu Berbasis Individu dan Keluarga ..............................................................................................

107

4.3.2 Kelompok Program Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Pemberdayaan Masyarakat .................................................................

108

4.3.3 Kelompok Program Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Usaha Ekonomi Mikro dan Kecil .....................................................................

109

4.3.4 Kelompok Program Lainnya ................................................................ 109

4.4 Penanganan Pengaduan Masyarakat ................................................................ 110

BAB V. KOORDINASI, PENGENDALIAN DAN PELAKSANAAN PROGRAM

PENANGGULANGAN KEMISKINAN ..........................................................................

112

5.1 Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan ............................................................ 112

5.1.1 Koordinasi di Tingkat Daerah ............................................................... 114

5.1.2 Koordinasi dengan Pusat .................................................................... 115

5.2 Permasalahan Dalam Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan ........................ 117

5.3 Langkah-langkah Percepatan Penanggulangan Kemiskinan .............................. 118

5.4 Pelaksanaan Program/Kegiatan Tahun 2017 ..................................................... 118

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 vi

5.5 Pengendalian Pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan ................... 119

5.5.1 Program Penanggulangan Kemiskinan Terpadu Berbasis Rumah Tangga/Keluarga .................................................................................

119

5.5.2 Program Penanggulangan Kemiskinan Terpadu Berbasis Kelompok Masyarakat .........................................................................................

119

5.5.3 Program Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Usaha Mikro dan Kecil .....................................................................................................

120

5.5.4 Program Penanggulangan Kemiskinan Pro Rakyat Lainnya (Inisiatif Daerah) ...............................................................................................

120

BAB VI. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ............................................................... 121

6.1 Prioritas Intervensi Sektoral Dan Wilayah ......................................................... 121

6.2 Implikasi Penyesuaian Program Dan Anggaran Belanja .................................... 122

6.3 Rencana Koordinasi Dan Pengendalian Pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan ........................................................................................................

124

LAMPIRAN

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 vii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Pembagian wilayah Administrasi kabupaten Jembrana Tahun 2017 11

2.2 Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten Jembrana Tahun 2017 12 2.3 Penduduk Kabupaten Jembrana Tiap Kecamatan Berdasarkan Jenis Kelamin

Tahun 2017 12

2.4 Penduduk Kabupaten Jembrana Menurut Kelompok Umur Jenis Kelamin Tahun 2017

13

2.5 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, dan Kepadatan Penduduk di Kabupaten Jembrana Berdasarkan Kecamatan, 2017

14

2.6 Jumlah Penduduk Kelompok Umur Muda, Produktif dan Tua Berdasarkan Jenis Kelamin

15

2.7 Perkembangan Penduduk Miskin 2009-2017 Kabupaten Jembrana 17 2.8 Perkembangan Penduduk Miskin 2010-2017 BPS 18 3.1 Perkembangan Penerimaan daerah (%) Kabupaten Jembrana 2012-2017 81 3.2 Distribusi Anggaran Belanja Menurut Bidang Kemiskinan 86 3.3 Belanja Sektor Ketenagakerjaan Menurut Sumber Pembiayaan. 87

3.4 Belanja Sektor Pendidikan Menurut Sumber Pembiayaan. 90

3.5 Belanja Kesehatan Menurut Sumber Pembiayaan di Kabupaten Jembrana. 93

3.6 Anggaran Belanja Bidang Infrastruktur Menurut Sumber Pembiayaan di

Kabupaten Jembrana.

97

3.7 Anggaran Belanja Bidang Ketahanan Pangan Menurut Sumber Pembiayaan

di Kabupaten Jembrana.

100

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman 1.1 Gambaran Umum Kabupaten Jembrana. 5

2.1 Peta Administrasi Kabupaten Jembrana 10 2.2 Perkembangan Persentase Penduduk Miskin (%) Kabupaten Jembrana Tahun

2010– 2017 19

2.3 Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin Kabupaten Jembrana Tahun 2009– 2017

21

2.4 Posisi Relatif Persentase Penduduk Miskin (%) Provinsi Bali 2017 22 2.5 Posisi Relatif Tingkat Kemiskinan (%) Kabupaten Jembrana 2017 23

2.6 Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin Per Kecamatan 2012-2017 25

2.7 Analisis Tingkat Kemiskinan Per Kecamatan 2011-2016. 26 2.8 Perkembangan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Kabupaten Jembrana Tahun

2010-2017 27

2.9 Posisi Relatif Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Provinsi Bali 2017 28 2.10 Perkembangan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Kabupaten Jembrana Tahun

2010-2017 29

2.11 Posisi Relatif Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Provinsi Bali 2017 30 2.12 Perkembangan Tingkat Pengangguran Terbuka (%) Kabupaten Jembrana tahun

2010-2017 32

2.13 Posisi Relatif Tingkat Pengangguran Terbuka (%) Provinsi Bali 2017 33 2.14 Analisis Prioritas Intervensi Bidang Kabupaten Jembrana Tahun 2010-2017 34 2.15 Perkembangan Angka Kematian Bayi (AKB) per 1.000 KH 36 2.16 Perkembangan AKBA Kab. Jembrana. 37 2.17 Perkembangan Angka Kematian Ibu (AKI) per 100.000 Kelahiran. 39 2.18 Perkembangan Prevalensi Balita Gizi Buruk (%) Kab. Jembrana. 41 2.19 Perkembangan Rasio Bidan Kab. Jembrana. 42 2.20 Perkembangan Rasio Dokter Kab. Jembrana. 43 2.21 Perkembangan Jarak Puskesmas Terdekat Kab. Jembrana 44 2.22 Perkembangan Penduduk dengan Keluhan Kesehatan. 45 2.23 Perkembangan Penduduk dengan Pengobatan Sendiri Kab. Jembrana. 46 2.24 Perkembangan Kelahiran Ditolong Tenaga Kesehatan Terlatih (%) Kab.

Jembrana. 48

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 ix

2.25 Perkembangan Angka Kesakitan 50 2.26 Analisis Prioritas Intervensi Bidang Kesehatan terhadap Tingkat Kemiskinan

Kab. Jembrana. 51

2.27 Perkembangan APK SD/MI Kabupaten Jembrana. 53 2.28 Perkembangan APK SMP/MTs Kabupaten Jembrana. 54 2.29 Perkembangan APK SMA/MA Kabupaten Jembrana. 54 2.30 Perkembangan APM SD/MI Kabupaten Jembrana. 56 2.31 Perkembangan APM SMP/MTs Kabupaten Jembrana. 56 2.32 Perkembangan APM SMA/MA Kabupaten Jembrana. 57 2.33 Perkembangan Angka Buta Huruf (%) Kabupaten Jembrana. 58 2.34 Perkembangan Angka Putus Sekolah SD (%) Kabupaten Jembrana. 60 2.35 Perkembangan Angka Putus Sekolah SMP (%) Kabupaten Jembrana. 60 2.36 Perkembangan Angka Putus Sekolah SMA (%) Kabupaten Jembrana. 61 2.37 Analisis Prioritas APK terhadap Tingkat Kemiskinan Kab. Jembrana. 62 2.38 Analisis Prioritas APM terhadap Tingkat Kemiskinan 63 2.39 Analisis Prioritas Angka Putus Sekolah Terhadap Tingkat Kemiskinan. 64 2.40 Perkembangan Rumah Tangga dengan Sanitasi Layak. 66 2.41 Perkembangan Rumah Tangga dengan Air Minum Layak (%) Kab. Jembrana. 67 2.42 Perkembangan Proporsi Desa dengan Akses Jalan R4 (%) Kab. Jembrana. 69 2.43 Perkembangan Proporsi Rumah Tangga dengan Akses Listrik (%) Kab.

Jembrana. 70

2.44 Analisis Prioritas Bidang Infrastruktur Dasar Terhadap Tingkat Kemiskinan. 71 2.45 Perkembangan Harga Beras (Rp.) 73 2.46 Perkembangan Harga Bahan Kebutuhan Pokok Utama. 74 2.47 Perkembangan Luas Panen dan Produksi Padi di Kab. Jembrana. 75 2.48 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Jembrana. 77 2.49 Analisis Prioritas Bidang Ketahanan Pangan. 78 3.1 Perkembangan Penerimaan Daerah Kabupaten Jembrana. 80 3.2 Perkembangan Distribusi Anggaran Belanja Menurut Fungsi Kabupaten

Jembrana. 82

3.3 Perkembangan Distribusi Anggaran Belanja (%) Menurut Fungsi Kabupaten Jembrana.

83

3.4 Anggaran Belanja Sektor. 84 3.5 Analisis Efektivitas Perkembangan APBD Terhadap Tingkat Kemiskinan

Kabupaten Jembrana 85

3.6 Perkembangan Anggaran Belanja Ketenagakerjaan 88 3.7 Analisis Efektivitas Anggaran Belanja Ketenagakerjaan dengan Tingkat

Pengangguran Kab. Jembrana. 89

3.8 Perkembangan Anggaran Belanja Sektor Pendidikan 91

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 x

3.9 Analisis Efektivitas Anggaran Belanja PendidikanTerhadap APK dan APM SD/MI 92 3.10 Analisis Efektivitas Anggaran Belanja PendidikanTerhadap APK dan APM

SMP/MTs 92

3.11 Analisis Efektivitas Anggaran Belanja PendidikanTerhadap APK dan APM SMA/MA

93

3.12 Perkembangan Anggaran Belanja Kesehatan. 94 3.13 Analisis Efektivitas Anggaran Belanja Kesehatan. 96 3.14 Analisis Perkembangan Anggaran Belanja Infrastruktur Kab. Jembrana. 98 3.15 Analisis Efektivitas Anggaran Bidang Infrastruktur Terhadap Indikator

Infrastruktur 99

3.16 Analisis Perkembangan Anggaran Belanja Bidang Ketahanan Pangan. 100 3.17 Analisis Efektivitas Anggaran Bidang Ketahanan Pangan Terhadap Tingkat

Kemiskinan dan Produksi Padi Kab. Jembrana. 101

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Semua Kabupaten/Kota maupun Provinsi memiliki tujuan untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakatnya melalui pembangunan sosial dan program

penanggulangan kemiskinan. Masing-masing memiliki strategi dalam mempercepat

penanggulangan kemiskinan. Kemiskinan sebagai masalah sosial, merupakan sumber

utama kelemahan bagi setiap orang untuk melakukan partisipasi disegala bidang

kehidupan. Masalah kemiskinan hampir dihadapi oleh semua negara yang mengalami

ketidakseimbangan antara pertumbuhan penduduk dan ekonomi disamping indikasi

pengelolaan negara dan sumber daya yang belum optimal. Oleh karenanya masalah

kemiskinan bersifat multi dimensional sehingga memerlukan penangganan oleh

semua pihak baik pemerintah, masyarakat maupun dunia usaha. Sebagai salah satu

indikator utama keberhasilan pembangunan, maka penanggulangan kemiskinan

merupakan salah satu tugas pokok Pemerintah dengan melakukan pendekatan

strategi dan program penanggulangan secara tepat, terpadu dan terkoordinasi

dengan pelaksanaan secara bertahap, terencana, dan berkesinambungan yang

meliputi semua aspek kehidupan masyarakat dan negara.

Upaya penanggulangan kemiskinan adalah sesuai amanat Undang-Undang

Dasar dan terkait juga dengan kesepakatan MDGs yang telah diintegrasikan dalam

rencana pembangunan nasional jangka pendek maupun menengah. Program MDGs

yang terdiri dari 8 Goals, 18 Target dan 67 Indikator ini menitikberatkan pada upaya

pengentasan kemiskinan, kelaparan, perhatian terhadap masalah kesehatan,

pendidikan, ketidaksetaraan gender dan kelestarian lingkungan. Tahun 2015 telah

berlalu, maka berakhirlah salah satu program pembangunan dunia yang di kenal

dengan Milenium Depelopment Goals (MDGs), 15 tahun telah berlalu sejak

digulirkannya skema Pembangunan Abad Millenium atau Millenium Development

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 2

Goals (MDGs) yang digagas oleh PBB pada tahun 2000 dan berakhir pada tahun 2015.

Sebagai penggantinya maka diluncurkan suatu sistim pembangunan baru yang

bernama Sustainable Depelopment Goals (SDGs).

Dengan demikian SDGs menjadi acuan target yang harus dicapai dalam

pelaksanaan pembangunan nasional maupun daerah. Ada 17 kesepakatan dalam

SDGs yaitu salah satunya adalah Pengentasan segala bentuk kemiskinan di semua

tempat. Dengan pertimbangan bahwa kemiskinan masih menjadi problem di

berbagai negara di dunia ini, maka “penghilangan kemiskinan dan kelaparan” pada

2030 menjadi “tulang punggung” dari tujuan agenda pembangunan berkelanjutan.

Kemiskinan yang menjadi tujuan utama MDGs kembali menjadi tujuan utama dalam

SDGs. Selain karena kemiskinan dan kelaparan masih sebagai problem dunia,

menjadikan penghapusan kemiskinan sebagai tujuan utama diarahkan untuk

menjamin keberlanjutan capaian MDGs. Persoalan kemiskinan ditempatkan dalam

kerangka multidimensi, yakni melihat kemiskinan dari berbagai dimensi dan

memandang penyebab kemiskinan dari berbagai sisi. Dalam Outcome Document

Transforming Our World: The 2030 Agenda For Sustainable Development tujuan

mengakhiri kemiskinan menjadi tujuan “utama” dari 17 tujuan yang disepakti dalam

SDGs. Tujuan pertama dari 17 tujuan SDGs adalah “Mengakhiri Kemiskinan dalam

Segala Bentuk Di Mana Pun” (End poverty in all its forms everywhere). Tujuan utama

tersebut harus menjadi tema pembangunan, agenda utama dan berkelanjutan yang

melatari berbagai tujuan pembangunan lainnya seperti infrastruktur, pariwisata,

pangan dan energi dan lain-lain. Di dalam RPJPN 2005-2025, masalah kemiskinan

dilihat dalam kerangka multidimensi, karenanya kemiskinan bukan hanya

menyangkut ukuran pendapatan, melainkan karena menyangkut beberapa hal antara

lain: (i) kerentanan dan kerawanan orang atau masyarakat untuk menjadi miskin; (ii)

menyangkut ada/tidak adanya pemenuhan hak dasar warga dan ada/tidak adanya

perbedaan perlakuan seseorang atau kelompok masyarakat dalam menjalani

kehidupan secara bermartabat.

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 3

Target penanggulangan kemiskinan nasional sangat bergantung pada

komitmen, kemampuan, program dan kegiatan penanggulangan kemiskinan di

daerah sehingga disamping dukungan kebijakan dan pembiayaan dari pusat, juga

tetap mengacu dalam hal prinsip, strategi dan program pusat agar terjadi kesatuan

pemahanan dan langkah penanggulangan kemiskinan dalam pencapaian target. Dan

dalam rangka lebih mengefektifkan pelaksanaan program penanggulangan

kemiskinan dimasing-masing Daerah (Propinsi dan Kabupaten/Kota) maka dibentuk

Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) sesuai Perpres Nomor

15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan yang tugas dan

fungsinya mengacu pada Permendagri No. 42 Tahun 2010 tentang Tim Koordinasi

Penanggulangan Kemiskinan Propinsi dan Kabupaten/Kota yaitu melakukan

koordinasi, pengendalian dan evaluasi dalam perencanaan, pelaksanaan dan

pemantauan penanggulangan kemiskinan didaerah. Namun di Kabupaten Jembrana

tugas dan fungsi koordinasi penangulangan kemiskinan masih dilaksanakan secara

lintas sektoral karena TKPKD terbentuk tahun 2012 dan secara organisasi masih

melakukan pengakomodasian.

Terhadap pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan di daerah

(Kabupaten/Kota), TKPKD Kabupaten Jembrana memiliki kewajiban tugas/fungsi

untuk menyusun laporan hasil koordinasi, pengendalian, pemantauan dan evaluasi.

Di Kabupaten Jembrana program pengentasan kemiskinan telah berjalan seiring

dengan pelaksanaan kegiatan pembangunan daerah. Upaya yang dilakukan juga tidak

terlepas dari prinsip dan strategi penanggulangan kemiskinan nasional yang

dipedomani oleh TNP2K. Dalam rangka melaksanakan strategi percepatan

penganggulangan kemiskinan, dilaksanakan program penanggulangan kemiskinan

bersasaran (targeted program). Program – program penanggulangan kemiskinan

dilakukan dengan mensasarkan langsung kepada mereka yang tergolong miskin dan

dekat miskin. Program penanggulangan kemiskinan kepada mereka yang

membutuhkan diharapkan akan jauh lebih efektif dalam upaya penanggulangan

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 4

kemiskinan. Adapun prinsip dan strategi serta kelompok program yang diterapkan

adalah :

1. Mengurangi beban hidup melalui subsidi biaya pendidikan, kesehatan dan

bantuan-bantuan sosial lainnya (kelompok program bantuan sosial terpadu

berbasis keluarga).

2. Peningkatan kemampuan dan pendapatan masyarakat miskin melalui

pemberdayaan usaha kelompok masyarakat (kelompok program pemberdayaan

masyarakat).

3. Pemberdayaan/Penguatan Usaha Mikro dan Usaha Kecil dibidang permodalan,

pemasaran, kelembagaan dan manajemen (kelompok program pemberdayaan

usaha ekonomi mikro dan kecil).

4. Membentuk sinergi kebijakan dan program pemerintahan yang baik melalui

program-program pro rakyat dan partisipatif yang dapat meningkatkan kegiatan

ekonomi dan kesejahteraan masyarakat (kelompok program lainnya).

Sehubungan dengan tugas dan fungsi TKPK tersebut, maka dilakukan

penyusunan Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah (LP2KD) Kab.

Jembrana tiap akhir tahun.

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 5

1.2 Gambaran Umum Kabupaten Jembrana

Gambar 1.1 Gambaran Umum Kabupaten Jembrana

Jembrana sebagai salah satu Kabupaten di Bali dengan luas 841,80 km² (14,93%

dari luas Pulau Bali) hampir sebagian wilayahnya berupa kawasan hutan lindung

seluas 32.974,7 Ha (+ 39,17%). Daerah kepemerintahan di Kabupaten Jembrana saat

ini terbagi menjadi 5 (lima) kecamatan, yakni Kecamatan Melaya, Negara, Jembrana,

Mendoyo dan Pekutatan. Negara sebagai ibukota Kabupaten Jembrana. Jika dilihat

dari luas wilayah, Kecamatan Mendoyo memiliki wilayah yang terluas yakni 294,49

km2 atau 34,98% dari luas wilayah Jembrana. Selanjutnya diikuti oleh Melaya 197,19

km2 (23,42%),Pekutatan 129,65 km2 (15,40%), Negara 126,50 km2 (15,03%) dan

Jembrana 93,97 km2 (11,16%). Sedangkan kawasan budidaya seluas 30.877,85 Ha

(36,68%). Dilihat dari penduduknya, berdasarkan data Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil Kabupaten Jembrana selama 5 (lima) tahun terakhir terjadi

perkembangan dari jumlah 317.117 jiwa (2012) menjadi 324.247 jiwa (2017). Dengan

potensi sumber daya alam terbatas dan kualitas SDM masih relatif rendah dengan

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 6

rata-rata lama sekolah 7,6 tahun, maka dari segi pendapatan dan pembangunan

daerahnya pun masih ketinggalan dibanding Kabupaten lain di Bali khususnya di Bali

Bagian Tengah yang memiliki sumber penghasilan dari sektor pariwisata.

Ketimpangan demikian tentu sangat berpengaruh terhadap perkembangan dan

penanggulangan kemiskinan masing-masing daerah Kabupaten/Kota sehingga

memerlukan peran lebih besar dari Pemerintah Provinsi (TKPKD Propinsi) dalam

mengatur dan mengalokasikan sumber daya Bali untuk pembangunan Bali yang lebih

adil dan merata sebagai keseluruhan dalam rangka Ajeg Bali.

Dengan tingkat kemiskinan Kabupaten Jembrana yang masih relatif cukup tinggi

maka upaya penanggulangan kemiskinan perlu terus ditingkatkan dan peran TKPKD

agar lebih efektif mencapai target minimal di bawah 4%. Untuk mencapai upaya

penurunan tersebut, maka semua pihak perlu dilibatkan terutama masyarakat di

kantong-kantong kemiskinan yang masih tinggi dan secara sikap mental maupun

kultural kurang responsif terhadap program.

1.3 Maksud Dan Tujuan

Maksud disusunnya Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Derah

(LP2KD) Tahun 2018 ini adalah untuk mendapatkan gambaran mengenai sejauh mana

capaian pelaksanaan, pengendalian dan capaian program-program percepatan

penanggulangan kemiskinan sesuai kelompok bidang dan indikator-indikatornya baik

dari sisi perencanaan, pelaksanaan program maupun anggaran belanja di Kabupaten

Jembrana.

Sedangkan tujuan yang ingin dicapai yaitu :

• Mengetahui kinerja TKPKD Kabupaten Jembrana dalam menyelenggarakan tugas

koordinasi penanggulangan kemiskinan dan pengendalian pelaksanaan program

penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Jembrana.

• Mengetahui tentang pelaksanaan kebijakan (program, anggaran dan regulasi)

penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Jembrana.

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 7

• Mengetahui keberhasilan pencapaian penanggulangan kemiskinan di daerah.

1.4 Landasan Hukum

Landasan hukum yang digunakan sebagai dasar penyusunan Laporan

Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah (LP2KD) Kabupaten Jembrana yaitu

sebagai berikut :

1. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Pasal 34;

2. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka

Panjang Nasional (RPJP) Tahun 2005 – 2025;

3. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015–2019;

4. Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2010 tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas

Pembangunan Nasional Tahun 2010;

5. Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang

Berkeadilan;

6. Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010, tentang Percepatan Penanggulangan

Kemiskinan;

7. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 42 Tahun 2010, tentang Tim Koordinasi

Penanggulangan Kemiskinan Provinsi dan Kabupaten/Kota.

8. Surat Keputusan Bupati Jembrana Nomor 324/BAPPEDA dan PM/2013, tentang

Pembentukan Tim Koodinasi Penanggulangan Kemiskinan Kabupaten Jembrana.

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan

Daerah (LP2KD), sebagai berikut :

BAB I . PENDAHULUAN

Menguraikan tentang latar belakang, maksud dan tujuan, landasan hukum, dan

sistematika penulisan.

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 8

BAB II. KONDISI KEMISKINAN

Berisikan uraikan tentang perkembangan jumlah penduduk miskin dan indeks

kemiskinan serta kaitan dengan indikator bidang (ketenagakerjaan, kesehatan,

pendidikan, infrastruktur dan ketahanan pangan).

BAB III. TINJAUAN ANGGARAN BELANJA UNTUK PENANGGULANGAN

KEMISKINAN

Menguraikan komposisi anggaran belanja sektoral, anggaran belanja sektoral

menurut sumber pembiayaan, anggaran belanja sektoral menurut mata anggaran,

anggaran belanja sektoral menurut jenis program yang dibiayai, serta relevansi dan

efektivitas anggaran penanggulangan kemiskinan.

BAB IV. KEBIJAKAN DAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI DAERAH

Menguraikan kebijakan, strategi, program dan kegiatan penanggulangan kemiskinan.

BAB V. KOORDINASI DAN PENGENDALIAN PELAKSANAAN PROGRAM

PENANGGULANGAN KEMISKINAN

Menguraikan tentang koordinasi penanggulangan kemiskinan, permasalahan

pelaksanaan koordinasi penanggulangan kemiskinan, pengendalian pelaksanaan

program penanggulangan kemiskinan, penanganan pengaduan masyarakat dan

pelaksanaan kegiatan tahun 2017.

BAB VI. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Berisi uraian prioritas target, intervensi bidang/sektoral dan wilayah, implikasi

penyesuaian program dan anggaran belanja, dan rencana koordinasi dan

pengendalian pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan.

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 9

BAB II

KONDISI KEMISKINAN

2.1. Gambaran Geografis

Luas wilayah Kabupaten Jembrana secara keseluruhan adalah 841,80 Km²

atau 14,93 % dari luas Provinsi Bali, terluas kedua setelah Kabupaten Buleleng.

Dengan luasan daerah yang demikian merupakan potensi yang sangat baik khususnya

di sektor pertanian maupun sektor-sektor lain seperti perkebunan, perikanan,

industri maupun perdagangan. Kabupaten Jembrana terdiri dari beberapa pulau,

yakni bagian dari pulau Bali itu sendiri, Pulau Kalong dan Pulau Burung. Pulau Kalong

dan Pulau Burung terletak di bagian barat Pulau Bali. Secara geografis, Kabupaten

Jembrana terletak pada posisi titik koordinat 80 09' 58" - 80 28' 02" LS dan 1140 26'

28" - 1150 51' 28" BT dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

a. Sebelah utara : Kabupaten Buleleng

b. Sebelah timur : Kabupaten Tabanan

c. Sebelah selatan : Samudera Indonesia

d. Sebelah barat : Selat Bali

Secara administrasi Kabupaten Jembrana dibagi atas 5 (lima) wilayah

kecamatan, 41 desa dan 10 kelurahan, 246 banjar dinas dan 64 desa adat. Dari 5

(lima) kecamatan yang ada di Kabupaten Jembrana, yang terluas adalah Kecamatan

Mendoyo. Rincian luas masing-masing kecamatan, yaitu sebagai berikut:

a. Kecamatan Melaya : 197,19 km2

b. Kecamatan Negara : 126,60 km2

c. Kecamatan Jembrana : 93,97 km2

d. Kecamatan Mendoyo : 294,49 km2

e. Kecamatan Pekutatan : 129,65 km2

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 10

Gambar 2.1

Peta Administrasi Kabupaten Jembrana

Sumber : RTRW Kabupaten Jembrana 2012-2032

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 11

Tabel 2.1

Pembagian Wilayah Administrasi Kabupaten Jembrana

Tahun 2017

No. Pembagian Wilayah Administrasi Jumlah

1 Jumlah Kecamatan 5

2 Jumlah Desa/Kelurahan 41/10

3 Jumlah Banjar Dinas 253

4 Jumlah Desa Adat (Desa Pakraman) 64

5 Jumlah Penduduk 324.247

6 Kepadatan Per Km2 327

7 Luas Wilayah 841,80 Km2

8 Perbandingan Laki-Perempuan ( Sex ratio) 98,48%

Sumber : BPS Kab. Jembrana

2.2. Gambaran Demografis

Jumlah penduduk Kabupaten Jembrana pada Tahun 2017 adalah 324.247 jiwa

terdiri dari laki-laki 162.207 jiwa dan perempuan 162.040 jiwa. Perbandingan

penduduk laki-laki dengan perempuan (Sex Ratio) di Kabupaten Jembrana pada

tahun 2017 mencapai 100%. Adapun jumlah penduduk Kabupaten Jembrana dalam

kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir sesuai pada tabel berikut:

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 12

Tabel 2.2

Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten Jembrana

Tahun 2010 – 2017

Sumber: Buku Agregat Semester II Th 2017 Kabupaten Jembrana

Sedangkan persebaran penduduk Tahun 2017 di semua kecamatan yaitu sebagai

berikut:

Tabel 2.3

Penduduk Kabupaten Jembrana Tiap Kecamatan Berdasarkan

Jenis Kelamin Tahun 2017

Sumber : Buku Agregat Semester II Th 2017 Kabupaten Jembrana

No Tahun Jumlah Penduduk Sex Rasio

1 2010 307.804 99.80

2 2011 311.573 99.80

3 2012 317.117 99.80

4 2013 321.008 99.80

5 2014 320.260 100.08

6 2015 311.995 100

7 2016 322.256 100

8 2017 324.247 100

No Kecamatan Laki-Laki Perempuan Jml Pddk %

1 Negara 48.187 47.222 95.409 29,42

2 Mendoyo 35.253 35.565 70.818 21,84

3 Pekutatan 15.631 15.803 31.434 9,69

4 Melaya 31.822 31.728 63.550 19,60

5 Jembrana 31.314 31.722 63.036 19,44

Total 162.207 162.040 324.247 100,00

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 13

Dengan jumlah penduduk sebesar 324.247 jiwa dan luas wilayah 841,80 km2,

Kepadatan Penduduk mencapai 325 Jiwa/km2. Jumlah penduduk tertinggi

terkonsentrasi di Kecamatan Negara yang mencapai 29,42% dari total jumlah

penduduk. Kepadatan penduduknya mencapai hampir 3 kali lipat kepadatan

penduduk Kabupaten Jumlah penduduk terendah ada di Kecamatan Pekutatan hanya

9,69% dari total jumlah penduduk Kabupaten dengan jumlah penduduk 31,434 jiwa.

Struktur Usia penduduk di Kabupaten Jembrana berdasarkan jenis kelamin dapat

dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.4

Penduduk Kabupaten Jembrana Menurut Kelompok Umur

Jenis Kelamin Tahun 2017

Kelompok

Umur Laki-laki Perempuan Jumlah %

00-04 10.752 9.940 20.692 6,38

05-09 14.256 13.196 27.452 8,47

10-14 13.204 12.596 25.800 7,96

15-19 13.654 12.795 26.449 8,16

20-24 12.565 11.868 24.433 7,54

25-29 11.367 11.506 22.873 7,05

30-34 11.653 11.882 23.535 7,26

35-39 13.196 13.004 26.200 8,08

40-44 12.482 12.712 25.194 7,77

45-49 12.843 12.458 25.301 7,80

50-54 10.336 10.954 21.290 6,57

55-59 8.334 8.824 17.158 5,29

60-64 6.171 6.121 12.292 3,79

65-69 4.650 4.869 9.519 2,94

70-74 2.725 3.484 6.209 1,91

75+ 4.019 5.831 9.850 3,04

TOTAL 162.207 162.040 324.247 100,00

Sumber : Buku Agregat Semester II Th 2017 Kabupaten Jembrana

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 14

Dilihat dari tabel 2.4, jumlah penduduk Kabupaten Jembrana pada usia

produktif 15 s/d 64 tahun cukup tinggi sebanyak 224.725 orang mencapai 69,31%

dari total jumlah penduduk dan ini merupakan potensi Sumber Daya Manusia untuk

pembangunan di Kabupaten Jembrana sehingga memerlukan pengelolaan yang baik

agar betul-betul menjadi sumber daya yang produktif dan bermanfaat bagi

pembangunan khususnya di Kabupaten Jembrana.

Untuk laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Jembrana tahun 2015 sesuai

dengan data Jembrana Dalam Angka 2017 yaitu (0,6671) dan dengan tingkat

kepadatan penduduk menurut data BPS dengan 325 jiwa/km2. Jumlah kepadatan

penduduk terbanyak terdapat di wilayah Kecamatan Negara yaitu 650 jiwa/km2 ,

kemudian terbanyak ke 2 yaitu Kecamatan Jembrana dengan 578 jiwa/km2 , dimana

wilayah dengan penduduk dengan kepadatan yang tinggi tersebut kemungkinan

terdapat penduduk miskin yang tinggi pula.

Tabel 2.5

Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, dan Kepadatan Penduduk di

Kabupaten Jembrana Berdasarkan Kecamatan, 2017

Sumber : BPS

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 15

Tabel 2.6

Jumlah Penduduk Kelompok Umur Muda, Produktif

Dan Tua Berdasarkan Jenis Kelamin

KELOMPOK UMUR LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH

n % n % n %

USIA MUDA (0 – 14 THN) 38.212 11,78 35.732 11,02 73.944 22,80

USIA PRODUKTIF (15 - 64 TAHUN) 112.601 34,73 112.124 34,58 224.725 69,31

USIA TUA (>=65 THN) 11.394 3,51 14.184 4,37 25.578 7,89

TOTAL KABUPATEN 162.207 50,03 162.040 49,97 324.247 100,00

Sumber : Buku Agregat Semester II Th 2017 Kabupaten Jembrana

Dilihat dari tabel 2.6 kelompok usia produktif 15-64 tahun menempati

kelompok umur dengan persentase tertinggi di Kabupaten Jembrana yaitu dengan

69,31%, ini merupakan salah satu indikator dalam penentuan sasaran

program/kegiatan penanggulangan kemiskinan untuk lebih menyasar ke usia

produktif.

2.3. Kondisi Kemiskinan Daerah

Kemiskinan adalah ketidakmampuan yang dialami oleh seseorang dalam

memenuhi kebutuhan dasar yang minimum untuk hidup layak yang disebabkan oleh

banyak faktor. Oleh karenanya kemiskinan adalah suatu kondisi yang memiliki

dimensi kompleks dengan berbagai karakteristik sesuai potensi geografis

wilayah/daerah dan sosiologisnya. Upaya pemberdayaan masyarakat melalui peran

aktif masyarakat itu sendiri dalam mewujudkan pemenuhan kebutuhan hidup,

meningkatkan kesejahteraan sosial – ekonomi serta memperkukuh martabatnya

yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah dalam upaya penanggulangan kemiskinan.

Sasaran penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Jembrana dilaksanakan dengan

menggunakan data BPS yaitu BDT 2015 dan data Buku Merah yang keluarkan oleh

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 16

Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Jembrana setiap tahunnya

yang ditetapkan dengan Keputusan Bupati Jembrana tentang Penetapan Jumlah

Keluarga Miskin. Data BDT 2015 Kabupaten Jembrana terdapat 59.008 Jiwa dengan

40% status kesejahteraan terendah dan bukan merupakan data riil kemiskinan. Data

BDT yang diolah oleh Sekretariat TNP2K kemudian digunakan oleh Kementerian

Sosial untuk seluruh program penanggulangan kemiskinan secara nasional. Secara

nasional terdapat satu pusat data terpadu yang digunakan yaitu data yang terdapat

di Kementerian Sosial. Kemudian data kemiskinan Pemerintah Daerah Kabupaten

Jembrana terdapat 10.326 jiwa penduduk miskin atau sekitar 3.283 KK miskin dengan

jumlah total penduduk 323.211 jiwa atau 90.552 KK. Prosentase kemiskinan

berdasarkan jumlah penduduk Kabupaten Jembrana adalah sebesar 3,4%.

Dengan demikian kondisi kemiskinan dan faktor-faktor yang mempengaruhi

harus dapat dijelaskan berdasarkan analisis terhadap capaian indikator hasil

pembangunan secara keseluruhan terutama yang meliputi bidang-bidang yang secara

representatif dapat menggambarkan kondisi kemiskinan didaerah antara lain :

2.3.1 Bidang Kemiskinan dan Ketenagakerjaan.

2.3.2 Bidang Kesehatan.

2.3.3 Bidang Pendidikan.

2.3.4 Bidang Infrastruktur Dasar.

2.3.5 Bidang Ketahanan Pangan.

Terhadap indikator-indikator yang dicapai dalam program pembangunan bidang-

bidang tersebut kemudian dilakukan analisis untuk memperoleh gambaran tentang

perkembangan kondisi yang mendukung kemajuan pencapaian penanggulangan kemiskinan.

Adapun analisis yang dilakukan terhadap masing-masing bidang tersebut diatas adalah

sebagai berikut :

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 17

2.3.1 Bidang Kemiskinan dan Ketenagakerjaan.

Analisis dalam bidang kemiskinan dan ketenagakerjaan meliputi 4 (empat)

indikator utama yang merupakan tolak ukur dari pada keberhasilan pelaksanaan

program penanggulangan kemiskinan khususnya maupun pembangunan pada

umumnya yaitu :

2.3.1.1 Tingkat Kemiskinan (P0).

2.3.1.2 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1).

2.3.1.3 Indeks Keparahan Kemiskinan (P2).

2.3.1.4 Tingkat Pengangguran.

2.3.1.1 Tingkat Kemiskinan (P0).

Data perkembangan jumlah penduduk miskin di Kabupaten Jembrana selama

8 (delapan) tahun terakhir dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut :

Tabel 2.7

Perkembangan Penduduk Miskin 2009 – 2017 Kabupaten Jembrana.

No

Tahun

Jumlah Penduduk Jumlah Penduduk

Miskin

Persentase

KK JIWA KK JIWA KK JIWA

1. 2009 83.257 304.956 3.943 11.561 4,7 % 3,8%

2. 2010 83.880 307.804 5.597 17.623 6,7% 5,7%

3. 2011 85.025 311.573 5.935 18.872 7,0% 6,1%

4. 2012 86.685 317.117 5.308 16.885 6,1% 5,3%

5. 2013 89.159 321.008 4.683 14.872 5,3% 4,6%

6. 2014 87.678 320.260 4.049 12.900 4,6% 4,0%

7. 2015 87.892 311.995 3.737 11.703 4,3% 3,8%

8. 2016 89.501 321.474 3.607 11.311 4,0% 3,5%

9. 2017 90.552 323.211 3.283 10.326 3,6% 3,2%

Sumber : Dinas PMD Kabupaten Jembrana Tahun 2018.

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 18

Data jumlah penduduk miskin Kabupaten Jembrana adalah berdasarkan data

dari Pemerintah Kabupaten Jembrana yang setiap tahunnya melaksanakan

pendataan/coklit KK Miskin dengan menggunakan 14 (empat belas) indikator.

Sementara data BPS yang diolah oleh TNP2K (BDT 2015) dijadikan sebagai data

pembanding. Mengingat ada 2 (dua) macam sumber data yang dapat

menimbulkan kerancuan sebagai bahan analisis dan tidak jarang antara

perencanaan pusat dan daerah dalam implementasi kegiatan dilapangan

memunculkan sasaran berbeda yang menyebabkan terjadi permasalahan dan

kecemburuan sosial dimasyarakat. Data BPS berdasarkan data PPLS 2011 dan

kemudian PBDT 2015 yang dikumpulkan 3 (tiga) tahun sekali dengan metoda yang

berbeda juga menyulitkan untuk melakukan perbandingan setiap tahunnya. Untuk

kepentingan analisa terkait dengan kondisi kemiskinan yang menggunakan standar

secara nasional dari TNP2K maka digunakan data yang bersumber dari Pemerintah

Kabupaten Jembrana karena data yang diperoleh merupakan hasil

pendataan/coklit setiap tahunnya sehingga memenuhi unsur perkembangan

secara time series (tahun seri).

Tabel 2.8 Perkembangan penduduk miskin 2010 – 2017 BPS

No

Tahun

Proyeksi Jumlah

Penduduk

(Ribu Jiwa)

Jumlah Penduduk

Miskin

Persentase

JIWA JIWA (000) JIWA (%)

1. 2010 262.800 21,30 8,11

2. 2011 264.400 17,60 6,56

3. 2012 266.200 15,30 5,74

4. 2013 268.000 14,92 5,56

5. 2014 269.800 15,78 5,83

6. 2015 271.600 15,83 5,84

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 19

7. 2016 273.300 14,53 5,33

8. 2017 274.900 14,78 5,38

Sumber : BPS Kabupaten Jembrana.

Gambar 2.2

Sumber : BPS & TNP2K

Tingkat kemiskinan di Kabupaten Jembrana memiliki kecenderungan fluktuatif

kemungkinan diakibatkan oleh momentum survey yang dilaksanakan oleh BPS

memakai tolok ukur pengeluaran yang terkait belanja makanan. Faktor umum

yang mempengaruhi fluktuasi ini adalah faktor inflasi, sedang faktor yang secara

khusus mempengaruhi fluktuasi ini adalah faktor tradisi yang menyebabkan

meningkatnya pengeluaran tertentu pada momentum hara raya keagamaan.

Pengeluaran mayoritas penduduk yang beragama Hindu meningkat signifikan

bertepatan pada saat hari raya Nyepi, Galungan dan Kuningan, sebagai contoh

Susenas yang dilaksanakan bulan Maret yang berdekatan dengan hari raya Nyepi,

Galungan dan Kuningan, menunjukkan pengeluaran untuk belanja makanan yang

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 20

tinggi. Implikasinya hasil Susenas akan serta merta menyebabkan meningkatnya

angka Garis Kemiskinan. Situasi ini sebenarnya bersifat sementara, setelah hari

raya pengeluaran penduduk akan kembali normal dan pada pelaksanaan Susenas

berikutnya akan diperoleh data yang real.

Perkembangan jumlah penduduk miskin Kabupaten Jembrana sampai dengan

2017 sedikit berbeda antara 2 (dua) sumber data, dimana berdasarkan data BPS

yang diolah oleh TNP2K dari tahun 2010–2017 terjadi penurunan secara bertahap

walaupun terjadi peningkatan di tahun 2014 dan 2015. Sementara berdasarkan

data Pemerintah Kabupaten Jembrana terdapat peningkatan di tahun 2010 dan

2011 untuk kemudian menurun secara bertahap sampai tahun 2017. Peningkatan

dalam 2 (dua) periode tahun tersebut disebabkan karena adanya kondisi ekonomi

masyarakat dan isu-isu kenaikan harga BBM yang memicu inflasi dan penurunan

daya beli. Persentase tingkat kemiskinan hampir sejalan dengan perkembangan

jumlah penduduk miskin. Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan jumlah

penduduk tidak selalu diikuti peningkatan jumlah penduduk miskin. Hal ini

disebabkan karena adanya upaya-upaya untuk menekan jumlah penduduk miskin

melalui program dan kegiatan baik itu dari pusat maupun daerah yang menyasar

langsung ke target penduduk miskin.

Penurunan tingkat kemiskinan di Kabupaten Jembrana tidak lagi bersifat

drastis, karena sudah makin mendekati akumulasi penduduk miskin yang

jumlahnya didominasi penduduk miskin yang bersifat struktural, penduduk usia

lanjut dan penyandang disabilitas. Kemiskinan yang masih tersisa diantaranya

adalah kemiskinan absolut pada kondisi mengkristal (hard rock poverty) yang

terdiri dari orang lanjut usia serta para disabilitas yang sudah tidak mampu

memenuhi kebutuhan dasar hidupnya.

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 21

Gambar 2.3

Sumber data : Dinas PMD Kab. Jembrana Tahun 2018.

Meskipun mengalami keterbatasan pada potensi ekonomi, namun angka

kemiskinan di Kabupaten Jembrana mengalami penurunan akibat sikap mental

masyarakat yang mulai berubah dengan mendukung seluruh program pemerintah

baik itu pusat dan daerah. Kendati demikian, diperlukan upaya yang lebih intensif

bagi Pemerintah Kabupaten Jembrana untuk menurunkan tingkat kemiskinan agar

tidak mengalami peningkatan jumlah penduduk miskin tahun berikutnya.

Selain itu perubahan iklim yang cukup signifikan pada tahun ini menjadi

salah satu tantangan berat untuk menjaga kondisi ekonomi agar lebih stabil.

Kabupaten Jembrana telah berupaya meningkatkan sektor pertanian dalam arti

luas (tanaman pangan, peternakan, perikanan dan perkebunan) sehingga tujuan

untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat tercapai stabilitas yang baik.

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 22

Gambar 2.4

Persentase tingkat kemiskinan Kabupaten Jembrana dibandingkan dengan

kabupaten/kota di Provinsi Bali menempati urutan ke 4 terbesar di Provinsi Bali

setelah Kabupaten Karangasem, Kabupaten Klungkung, Kabupaten Buleleng. Dimana

masih diatas rata-rata Provinsi Bali dan sudah dibawah persentase tingkat kemiskinan

di Indonesia. Provinsi Bali merupakan provinsi dengan tingkat kemiskinan terendah

ke-2 di seluruh Indonesia setelah DKI Jakarta.

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 23

Gambar 2.5

Sumber : Dinas PMD Kab. Jembrana Tahun 2018.

Tingkat Kemiskinan per Kecamatan Kab. Jembrana, menunjukkan bahwa

Kec. Melaya adalah tertinggi sedangkan Kecamatan Pekutatan berada di bawah

rata-rata Kabupaten. Ketidakstabilan capaian indikator kemiskinan ini sangat

dipengaruhi oleh kondisi ekonomi masyarakat. Selain itu, perlambatan penurunan

tingkat kemiskinan di daerah juga disebabkan karena kondisi kemiskinan sudah

mendekati kronis (hardrock poverty) yang sulit ditanggulangi dalam jumlah yang

cukup banyak. Oleh karena itu perlu ada evaluasi kebijakan dan program serta

upaya dari berbagai pihak terkait untuk mengambil langkah-langkah yang lebih

terkoordinasi dalam mempercepat mengurangi kemiskinan di Kabupaten

Jembrana baik dari segi kebijakan maupun program/kegiatannya yang tepat dan

terarah kepada sasaran.

Permasalahan efektivitas penurunan tingkat kemiskinan perlu dilihat

terutama dari segi kebijakan/program yang dilaksanakan selama ini sepertinya

perlu penajaman yang dimulai dengan melakukan analisis kondisi kemiskinan

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 24

secara tepat sehingga program pengentasan kemiskinan menjadi tepat sasaran

dan lebih efektif.

Agar dapat dilakukan analisis secara tepat harus dimulai dari pendataan

KK miskin yang didasari koordinasi dan kesatuan pemahaman dari stakeholder

tentang KK miskin lalu dilakukan pengelompokan dan pengolahan data KK miskin

sesuai kriteria/klaster yang sama agar dapat dilakukan program yang tepat. Setiap

program yang ditujukan untuk penanggulangan kemiskinan berbeda, tergantung

pada kualitas dan karakteristik kemiskinan dalam rangka pemberian program

bantuan/pemberdayaan. Target penurunan KK miskin yang ditetapkan oleh TKPKD

Kabupaten Jembrana sebesar 200 KK miskin tiap tahun atau setara dengan 800

jiwa penduduk miskin. Hal ini tentu tidak terlepas dari upaya peningkatan ekonomi

dan sosial masyarakat serta program penanggulangan kemiskinan yang fokus pada

penanggulangan masalah yang terkait dengan kriteria KK miskin khususnya yang

menyangkut perumahan.

Angka tingkat kemiskinan tahun 2017 Kabupaten Jembrana di atas rata-

rata Provinsi Bali yaitu 4,25 persen. Kabupaten Jembrana memerlukan upaya yang

lebih keras untuk melakukan sinkronisasi program-program kemiskinan agar

terarah, efektif dan tepat sasaran baik itu dengan Provinsi Bali maupun dengan

Pemerintah Pusat dan bantuan-bantuan dari Kabupaten/Kota lainnya baik berupa

hibah dan bantuan lainnya yang mendukung pengentasan kemiskinan. Untuk

mengatasi kendala terbatasnya pendanaan, Kabupaten Jembrana memerlukan

upaya yang lebih keras untuk mengakses sumber daya program percepatan

penurunan jumlah penduduk miskin disamping melakukan upaya bagaimana

meningkatkan peran masyarakat untuk mendukung program-program

pengentasan kemiskinan.

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 25

Gambar 2.6

Sumber : Dinas PMD Kab. Jembrana Tahun 2018.

Jumlah penduduk miskin masing-masing Kecamatan di Kabupaten

Jembrana tahun 2017 menunjukkan penurunan di seluruh kecamatan dengan

besaran yang berbeda-beda. Secara jumlah, penurunan terbanyak terjadi di

Kecamatan Melaya sebesar 271 jiwa dengan jumlah penduduk miskinnya

sebanyak 2.676 jiwa. Kemudian penurunan kedua terbesar terdapat di Kecamatan

Jembrana sebesar 261 jiwa dengan jumlah penduduk miskin sebesar 1.931 jiwa.

Kecamatan Mendoyo terjadi penurunan penduduk miskin sebesar 221 jiwa

dengan jumlah penduduk miskin sebesar 2.531 jiwa. Kecamatan Negara terjadi

penurunan penduduk miskin sebesar 197 jiwa dengan jumlah penduduk miskin

sebesar 2.758 jiwa dan terakhir Kecamatan Pekutatan terjadi penurunan

penduduk miskin sebesar 31 jiwa dengan jumlah penduduk miskin sebesar 434

jiwa.

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 26

Gambar 2.7

Sumber : Dinas PMD Kab. Jembrana Tahun 2018.

Persentase tingkat kemiskinan terendah berada di Kecamatan Pekutatan yaitu

sebesar 1,4 persen, kemudian Kecamatan Negara sebesar 2,9 persen, Kecamatan

Jembrana sebesar 3.1 persen, Kecamatan Mendoyo 3,6 persen dan Kecamatan

Melaya 4,2 persen.

2.3.1.2 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)

Indikator indeks kedalaman kemiskinan (P1) merupakan ukuran rata-rata

kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis

kemiskinan. Penurunan nilai indeks Kedalaman Kemiskinan mengindikasikan bahwa

rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung makin mendekati garis

kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga semakin

menyempit. Indeks kedalaman kemiskinan yang menjadi ukuran penting bagi

pemerataan tingkat kesejahteraan masyarakat antar wilayah khususnya antar

Kabupaten/Kota. Adapun gambaran indeks kedalaman kemiskinan dimaksud adalah

sebagai berikut :

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 27

Gambar 2.8

Sumber : BPS, TNP2K

Indikator indeks kedalaman kemiskinan Kabupaten Jembrana

menunjukkan perkembangan dengan penurunan yang cukup baik selama 5 (lima)

tahun terakhir. Meskipun perkembangannya menunjukkan kondisi lebih baik

namun masih memungkinkan terjadinya fluktuasi karena tidak bisa terlepas dari

pengaruh perkembangan kondisi sosial ekonomi secara umum akibat kebijakan

pusat maupun daerah serta perbedaan potensi antar wilayah.

Perkembangan dari tahun 2010 – 2017, secara umum menunjukkan

indeks kedalaman kemiskinan (P1) Kabupaten Jembrana sudah mengalami

perbaikan, diatas posisi rata-rata Propinsi Bali (0,68%). Untuk tahun 2017,

Kabupaten Jembrana mengalami kenaikan indeks kedalaman kemiskinan yakni

sebesar 0,33 point. Kemampuan ekonomi wilayah/daerah tidak banyak

berpengaruh terhadap penurunan indeks kedalaman kemiskinan. Kendati

demikian, masih diperlukan upaya dari Pemerintah Provinsi Bali untuk

menyeimbangkan pembangunan di seluruh kabupaten/kota di Bali sehingga tidak

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 28

memperlebar jurang kemiskinan. Kabupaten Jembrana menempati urutan ke 2

setelah Kabupaten Karangasem dalam indeks kedalaman kemiskinan, ini berarti di

Kabupaten Jembrana kesenjangan pengeluaran antar penduduk miskin semakin

besar.

Gambar 2.9

2.3.1.3 Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)

Indikator Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) mengindikasikan bahwa rata-

rata pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin menjauhi garis kemiskinan

dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga semakin melebar. Selain itu

juga menunjukkan gambaran kondisi kemiskinan yang menjadi ukuran pula bagi

tingkat kemiskinan atau indikator kesejahteraan masyarakat di suatu wilayah.

Adapun gambaran kondisi keparahan kemiskinan di Kabupaten Jembrana adalah

sebagai berikut :

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 29

Gambar 2.10

Sumber : BPS, TNP2K

Perkembangan indikator indeks keparahan kemiskinan di Kabupaten

Jembrana dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2017 menunjukkan fluktuasi dari

angka (0,17) di tahun 2010 menjadi (0,19) tahun 2017. Meskipun tidak bisa

dihindari kondisinya berfluktuasi karena tergantung dari pada kebijakan, kondisi

sosial, politik, ekonomi, alam dan kondisi umum lainnya. Untuk memperbaiki

kondisi ini tentu semua pihak perlu memahami dan ikut berperan dalam semua

aspek yang mendukung perbaikan indikator.

Upaya maupun kebijakan dan program yang telah diterapkan selama ini

di Kabupaten Jembrana yang bertujuan untuk meringankan beban hidup

masyarakat, meningkatkan kemampuan dan pendapatan masyarakat miskin,

mengembangkan dan menjamin keberlangsungan usaha mikro dan kecil serta

membentuk sinergi program dan kebijakan penanggulangan kemiskinan.

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 30

Gambar 2.11

Posisi relatif Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Kabupaten Jembrana

merupakan tertinggi di Provinsi Bali, kondisi ini naik hampir 2 kali lipat dari tahun

2016 dengan nilai kenaikan sebesar 0,11 point menjadi 0,19 di tahun 2017. Faktor-

faktor yang memengaruhi penurunan jumlah penduduk miskin antara lain

pembagian beras untuk rakyat miskin, peningkatan upah, pertumbuhan ekonomi

yang stabil, penurunan tingkat pengangguran, serta harga beras yang relatif stabil

tentunya menjadi faktor yang menjadikan Indeks Keparahan Kemiskinan di

Kabupaten Jembrana meningkat. Peranan komoditas makanan terhadap garis

kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditas bukan makanan

(perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan).

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 31

2.3.1.4 Tingkat Pengangguran.

Pembangunan berhasil jika tujuan pembangunan bisa tercapai. Salah

satu tujuan pembangunan adalah pemerataan kesempatan kerja bagi seluruh

penduduk. Manusia sebagai salah satu faktor pembangunan harus dimaksimalkan

potensinya agar bisa lebih berdaya guna dan berhasil guna untuk berperan serta

dalam pembangunan di segala bidang. Beberapa indikator yang bisa digunakan

untuk memantau perkembangan kondisi ketenagakerjaan di Kota Malang adalah

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)

serta persentase penduduk yang bekerja menurut lapangan pekerjaan.

Sebagai indikator utama yang terkait langsung dengan kondisi

kemiskinan, maka tingkat pengangguran terbuka di Kabupaten Jembrana menurut

data BPS yang sesuai gambar 2.11, menunjukkan kemajuan yang sangat berarti.

Meskipun perkembangannya mengalami sedikit fluktuasi namun sudah

menunjukkan adanya perbaikan indikator selama kurang lebih 7 (tujuh) tahun dari

angka 2,54% tahun 2010 menjadi 0,67% tahun 2017. Namun, berdasarkan data

BPS pada tahun 2017, angka pengangguran terbuka mengalami penurunan yang

sangat signifikan dari tahun 2015 yakni sebesar 0,92%. Kondisi ini sudah lebih baik

dari tahun sebelumnya, ini karena pembukaan lapangan kerja sudah semakin

banyak dan semangat berwirausaha pada angkatan kerja di Kabupaten Jembrana

kian meningkat, dan juga adanya program Job Fair atau Bursa Kerja dari

Pemerintah Kabupaten Jembrana melalui Dinas Penanaman Modal Pelayanan

Terpadu Satu Pintu Dan Tenaga Kerja yang berfokus untuk mengurangi

pengangguran. Kondisi ini harus tetap dipertahankan dan ditingkatkan mengingat

indikator pengangguran merupakan indikator utama dalam menilai kemiskinan.

Upaya penciptaan lapangan kerja baru maupun mendorong angkatan kerja untuk

berwirausaha dengan memberikan bantuan lunak untuk permodalan maupun

bantuan peralatan kerja serta pemasaran produk yang dihasilkan masih harus

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 32

tetap dilakukan, dan pelatihan-pelatihan yang telah disediakan di Balai Latihan

Kerja Kabupaten Jembrana.

Gambar 2.12

Sumber : Kabupaten Jembrana Dalam Angka 2018

Pada kurun waktu 2010-2017 menunjukkan efektivitas penurunan

angka tingkat pengangguran Kabupaten Jembrana cukup baik walaupun adanya

fluktuasi. Kondisi ini menggambarkan bahwa kebijakan sektor ketenagakerjaan di

Jembrana sudah berjalan dengan baik. Tentunya harus tetap di tingkatkan dan

memerlukan evaluasi menyeluruh untuk tetap menekan angka pengangguran di

Kabupaten Jembrana.

Tingkat pengangguran terbuka Kabupaten Jembrana menempati posisi

ke 3 terendah setelah Kabupaten Badung dan Kabupaten Bangli dan berada di

bawah rata-rata Propinsi Bali 1,48 persen dan masih berada di bawah rata-rata

nasional 5,5 persen. Kondisi ini harus tetap mendapatkan perhatian dari

Pemerintah Kabupaten Jembrana untuk meningkatkan lagi efektivitas program

dan kegiatan pada sektor ketenagakerjaan, dan melakukan pembukaan

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 33

kesempatan kerja dengan membuka bursa kerja dan Job Fair yang lebih intensif

dengan kerjasama dengan para penyedia kerja di Kabupaten Jembrana.

Gambar 2.13

Sumber : BPS

2.3.1.5 Analisis Prioritas Bidang Kemiskinan dan Ketenagakerjaan.

Analisis prioritas bidang kemiskinan dan ketenagakerjaan, nampak

perkembangan indikator tingkat kemiskinan adalah sejalan dengan

perkembangan indikator indeks kedalaman kemiskinan dan keparahan

kemiskinan karena adanya peningkatan dari tahun sebelumnya. Dengan

demikian juga menunjukkan keterkaitan yang mengarah pada kenaikan

persentase kondisi kemiskinan. Hanya saja fluktuasi perkembangan indikator

tingkat kemiskinan tidak selalu sama dengan indikator indeks kedalaman dan

keparahan kemiskinan.

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 34

Begitu juga dengan tingkat pengangguran terbuka meskipun pengaruhnya

cukup kuat terhadap tingkat kemiskinan, ternyata perkembangannya tidak selalu

diimbangi oleh penurunan angka kemiskinan. Angka kemiskinan cenderung

menurun sama dengan angka pengangguran. Penurunan angka pengangguran

yang sangat signifikan pada tahun 2017 tidak di ikuti dengan penurunan angka

kemiskinan. Ini berarti bahwa faktor pengangguran belum memiliki pengaruh

banyak terhadap kondisi kemiskinan. Meskipun gambar analisis menunjukkan

perkembangan yang sejalan, namun indikator kedalaman dan keparahan

kemiskinan yang berfluktuasi rupanya masih perlu mendapat perhatian karena

masih ada masyarakat yang hidup dalam kondisi kurang atau tidak layak. Caranya

adalah dengan meningkatkan porsi pembangunan bagi mereka sehingga tidak

menambah kesenjangan baru. Kemudian indikator tingkat partisipasi angkatan

kerja pada tahun 2017 sejumlah 78,62 persen dan tingkat kesempatan kerja

99,33 persen dimana ini merupakan capaian tertinggi oleh Kabupaten Jembrana

dan ini sejalan dengan turunnya tingkat pengangguran terbuka.

Gambar 2.14

Sumber : BPS TNP2K

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 35

2.3.2 Bidang Kesehatan.

Indikator Kesehatan baik secara kolektif maupun tersendiri memiliki relevansi

langsung maupun tidak langsung terhadap tingkat kemiskinan. Pelayanan kesehatan di

Kabupaten Jembrana didukung pula oleh peningkatan sarana prasarana yang ada, baik

infrastruktur maupun alat kesehatan. Program yang dijalankan oleh pemerintah

daerah antara lain pembangunan puskesmas rawat inap, rehabilitasi puskesmas,

akreditasi puskesmas, pelayanan rujukan jaminan persalinan, program JKN, pelayanan

POSBINDU penyakit tidak menular, pembelian mesin pendingin untuk kamar jenasah,

pembelian genset, serta pembelian ALKES untuk ICU, rawat inap, dan OK.

Pada hakikatnya pembangunan kesehatan bertujuan untuk mencapai

kemampuan hidup sehat bagi seluruh rakyat agar dapat meningkatkan derajat

kesehatan. Adalah relevan apabila perbaikan derajat kesehatan masyarakat dibarengi

pula oleh ketersediaan fasilitas kesehatan seperti rumah sakit dan puskesmas. Rumah

sakit yang ada di Jembrana pada tahun 2017 ada 4 unit yang terdiri dari 3 rumah sakit

swasta dan 1 rumah sakit pemerintah. Selain rumah sakit, Puskesmas juga merupakan

prasarana kesehatan yang tidak kalah penting. Jembrana sendiri memiliki 10 unit

puskesmas dan 44 puskesmas pembantu. Sedangkan puskesmas keliling ada 10 unit

dan posyandu ada 331 unit. Upaya lain yang dilakukan pemerintah sejauh ini dalam

pelayanan kesehatan masyarakat adalah melalui program Keluarga Berencana (KB).

Program KB merupakan suatu usaha langsung yang ditujukan untuk mengurangi

tingkat kelahiran terutama melalui program penggunaan alat kontrasepsi secara

konsisiten dan berkesinambungan. Disamping juga bertujuan untuk membangun

keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera dalam rangka usaha pembinaan dan

peningkatan mutu SDM. Apabila dilihat dari cara metode kontrasepsi peserta KB aktif

lebih memilih untuk menggunakan suntikan yakni sebanyak 24.833 pengguna.

Beberapa indikator bidang kesehatan yang dianalisis terkait dengan tingkat

kemiskinan di Kabupaten Jembrana antara lain.

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 36

2.3.2.1 Angka Kematian Bayi (AKB) per 1.000 KH.

Gambar 2.15

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Jembrana 2017

Indikator angka kematian bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate Kabupaten

Jembrana seperti terlihat pada gambar 2.14, mengalami perkembangan yang

berfluktuasi sejak tahun 2010 sampai tahun 2017 dan mengalami puncaknya

pada tahun 2011 sebesar 14,08/1.000 kelahiran hidup . Hal ini disebabkan bukan

karena faktor teknis semata-mata melainkan juga faktor kondisi sosial ekonomi,

geografis dan demografis sehingga sulit mendapat penanganan. Namun mulai

tahun 2011 sampai 2015 secara berangsur-angsur mengalami penurunan.

Namun pada tahun 2017, AKB kembali mengalami peningkatan sebesar 1,4 point

menjadi 10,40/1.000 kelahiran hidup yaitu jumlah kematian bayi sebesar 48

orang dari jumlah kelahiran hidup yaitu 4.605 orang. Kendatipun target SDG’s

pada point ke 3 sudah tercapai namun peningkatan AKB ini memerlukan

perhatian serius. Untuk itu diperlukan upaya yang lebih keras dengan

mengefektifkan pelayanan terhadap ibu hamil dan pada masa nifas. Kebijakan

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 37

Pemerintah Kabupaten Jembrana dengan mendekatkan pelayanan kesehatan

kepada masyarakat dengan membuka kembali Puskesmas Pembantu yang

beberapa tahun lalu sempat tidak aktif serta memperpanjang waktu pelayanan di

puskesmas serta adanya fasilitas di Puskesmas Rawat Inap memang dirasa sangat

efektif tentu juga harus diimbangi dengan peningkatan kualitas pelayanan.

2.3.2.2 Angka Kematian Balita (AKBA) per 1.000 KH.

Perkembangan AKBA Kabupaten Jembrana juga menunjukkan perkembangan

hampir sejalan dengan AKB dengan fluktuasi yang hampir sama pula seperti

terlihat pada gambar 2.15 berikut.

Gambar 2.16

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Jembrana 2017

Tahun 2013 sebesar 7,62/1.000 dimana jumlah kematian balita sebesar 29

orang dari jumlah kelahiran hidup yaitu 4.342 orang, kelahiran hidup dan tahun

2014 meningkat menjadi 8,8/1.000 kelahiran hidup dari jumlah kematian balita

sebesar 41 orang dari jumlah kelahiran hidup sebesar 4.671 orang pada tahun

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 38

2015 yaitu 7,5/1.00 kelahiran hidup dimana jumlah kematian balitanya sebesar

36 orang dari jumlah kaelahiran hidup sebesar 4.804 orang mengalamai

penurunan dari tahun sebelumnya, tahun 2016 sebesar 9,6/1.000 kelahiran

hidup dimana jumlah kematian balita sebesar 46 orang dari jumlah kelahiran

hidup sebesar 4.748 orang mmengalami peningkatan dari tahun sebelumnya,

dan tahun 2017 sebesar 11,1/1.000 kelahiran hidup dimana kematian balita

sebesar 51 orang dari jumlah kelahiran hidup sebesar 4.605 orang. Hal ini

menunjukkan kebijakan/program yang diarahkan kepada balita masih perlu

ditingkatkan efektifitasnya utamanya dalam hal penentuan sasaran kegiatannya

sehingga angka kematian balita dapat ditekan sekecil mungkin.

Strategi dan usaha untuk mendukung upaya penurunan kematian bayi dan

balita antara lain adalah meningkatkan kebersihan (hygiene) dan sanitasi di

tingkat individu, keluarga, dan masyarakat melalui penyediaan air bersih,

meningkatkan perilaku hidup sehat, serta kepedulian terhadap kelangsungan dan

perkembangan dini anak; pemberantasan penyakit menular, meningkatkan

cakupan imunisasi dan, meningkatkan pelayanan kesehatan reproduksi

termasuk pelayanan kontrasepsi dan ibu, menanggulangi gizi buruk, kurang

energi kronik dan anemi, serta promosi pemberian ASI ekslusif dan pemantauan

pertumbuhan.

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 39

2.3.2.3 Angka Kematian Ibu (AKI) per- 100.000 KH.

Gambar 2.17

Sumber : Statistik Sektoral Kabupaten Jembrana.

Indikator Angka Kematian Ibu atau Maternal Mortality Rate dapat

menggambarkan status gizi dan kesehatan ibu serta keadaan sosial, ekonomi,

lingkungan, fasilitas dan tingkat pelayanan prenatal. Perkembangan antar waktu

AKI di Kabupaten Jembrana selain mengalami fluktuasi juga menunjukkan

kecenderungan terus meningkat dari angka 42,80 tahun 2014 hingga mencapai

145,70 per 100.000 kelahiran hidup tahun 2015 yang merupakan angka tertinggi

dan kembali menunjukkan trend menurun di tahun 2016 sebesar 104,50 per

100.000 kelahiran hidup kemudian pada tahun 2017 kembali mengalami

kenaikan menjadi 108,60 per 100.000 kelahiran hidup. Hal ini harus mendapat

perhatian yang sangat serius dari SKPD terkait, sehingga dapat dicari solusi

penanganan masalah.

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 40

2.3.2.4 Prevalensi Gizi Buruk pada Balita (%).

Upaya yang telah dilakukan untuk meningkatkan status gizi

masyarakat antara lain melalui Upaya Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) yang

bertujuan untuk meningkatkan mutu konsumsi pangan sehingga berdampak

pada status gizi masyarakat. Peningkatan gizi diarahkan pada peningkatan

intelektualitas, produktivitas dan prestasi kerja serta penurunan angka

gangguan, terutama gizi kurang dan buruk. Kegiatan yang dilakukan antara

lain pada Dinas Kesehatan Kabupaten Jembrana yaitu pelacakan kasus gizi

buruk, pemantauan status gizi balita, pemantauan pertumbuhan balita

dan pemberian makan tambahan pada balita gizi buruk.

Dari hasil pelacakan kasus gizi buruk pada tahun 2013 jumlah kasus 3

kasus (0.02 %) tahun 2014 ada 9 kasus (0,04 %) dan tahun 2015 ditemukan 6

kasus gizi buruk (0,02 %) tahun 2016 terdapat 5 kasus (0,02 %) dari jumlah

balita yaitu 22.367 orang, tahun 2017 sebanyak 6 kasus dari jumlah balita

sebanyak 19.426 (0,03 %) peningkatan dari tahun sebelumnya karena jumlah

balitanya lebih kecil sebagai pembaginya, sumuanya telah ditangani dengan

baik.

Analisis status gizi buruk pada balita dapat menggambarkan secara

langsung kondisi sosial ekonomi masyarakat. Berdasarkan data Dinas

Kesehatan Kabupaten Jembrana, perkembangan antar waktu status gizi buruk

pada balita di Kabupaten Jembrana dalam tahun terakhir mengalami kenaikan

0,01%. Meskipun mengalami penurunan namun upaya-upaya menekan kasus

balita gizi buruk masih tetap harus ditingkatkan. Upaya yang telah dilakukan

selama melalui program Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) yang

bertujuan meningkatkan mutu konsumsi pangan yang berdampak pada

perbaikan status gizi masyarakat khususnya balita mulai menunjukkan hasil

yang cukup signifikan karena telah diimbangi dengan penajaman sasaran

kegiatan.

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 41

Indikator gizi buruk pada balita akan mengarah pada kondisi ketahanan

pangan dalam upaya perbaikan gizi keluarga (UPGK).

Gambar 2.18

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Tahun 2017

2.3.2.5 Rasio Bidan per 100.000 Penduduk.

Upaya Kesehatan dapat berdaya guna dan berhasil guna bila

pemenuhan sumber daya tenaga, pembiayaan dan sarana kesehatan dapat

memadai dan seimbang dengan kebutuhan. Di Kabupaten Jembrana kebijakan di

bidang kesehatan terus didorong secara berkelanjutan. Berbagai kebijakan

dilakukan oleh Pemerintah Daerah, diantaranya memberikan subsidi biaya

kesehatan. Disamping subsidi biaya kesehatan, Pemerintahan Daerah juga

mempersiapkan sarana dan prasarana yang dapat mendukung kegiatan yang

dilakukan.

Salah satu sumber daya kesehatan selain tersedianya sarana

pelayanan kesehatan dan sumber pembiayaan kesehatan telah pula disediakan

tenaga kesehatan yang meliputi dokter, bidan, perawat dana lain-lain.

Ketersediaan antara fasilitas fisik dengan tenaga kesehatan merupakan bagian

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 42

yang saling melengkapi yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat.

Gambar 2.19

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Tahun 2017

Perkembangan rasio bidan Kabupaten Jembrana menunjukkan peningkatan

dari pada tahun 2010 sebesar 45,08 menjadi 218,05 per 100.000 penduduk pada

tahun 2017. Yang berarti ada 218 bidan yang menangani setiap 100.000

penduduk, jumlah ini lebih baik dari tahun sebelumnya yang diharapkan dengan

meningkatnya rasio bidan setiap tahunnya dapat meningkatkan pelayanan

kepada masyarakat yang membutuhkan, meningkatkan mutu dan pemerataan

pelayanan kesehatan maka upaya dititik beratkan pada pelayanan kesehatan

dasar sebagai upaya terpadu yang diselenggarakan melalui Puskesmas.

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 43

2.3.2.6 Rasio Dokter Per 100.000 Penduduk.

Gambar 2.20

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Tahun 2017

Perkembangan rasio Dokter Kabupaten Jembrana menunjukkan peningkatan

bertahap dari tahun 2010 sampai 2017. Pada tahun 2015 rasio Dokter mengalami

penurunan sampai pada angka 27,98/100.000 penduduk kemudian meningkat

kembali pada tahun 2017 menjadi 42,20/100.000 penduduk. Ini menunjukkan

bahwa jumlah Dokter Umum dan Spesialis di Kabupaten Jembrana meningkat

yang tentunya diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan pelayanan kepada

masyarakat

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 44

2.3.2.7 Jarak Puskesmas Rata-Rata (km).

Gambar 2.21

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Jembrana Tahun 2018

Untuk sementara data untuk tahun 2010,2012 dan 2013 tidak tersedia.

Kendati demikian, berdasarkan kebijakan Pemerintah Kabupaten Jembrana

untuk mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dengan membuka

kembali Puskesmas Pembantu diyakini jarak rata-rata ke Puskesmas akan

semakin dekat mengingat sebaran Puskesmas Pembantu hingga mencapai di

pelosok desa.

2.3.2.8 Penduduk dengan Keluhan Kesehatan (%).

Angka penduduk dengan keluhan kesehatan cukup fluktuatif pada

beberapa tahun terakhir. Setelah sempat mengalami peningkatan hingga

mencapai 38,03% di tahun 2015 kemudian menurun di tahun 2016 ke angka

29,86%. Pada tahun 2017 tidak tersedianya data sehingga tidak mengetahui

jumlah persentase penduduk dengan keluhan kesehatan di Kabupaten Jembrana.

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 45

Gambar 2.22

Sumber : BPS, TNP2K, Dinas Kesehatan

Namun jika dibandingkan angka tahun 2016 dengan 2017, angka penduduk

dengan keluhan kesehatan mengalami peningkatan yang cukup signifikan.

Diduga kondisi ini disebabkan pengaruh cuaca atau kemungkinan lingkungan

yang kurang bersih yang tidak menentu sehingga berdampak negatif terhadap

kondisi kesehatan masyarakat. Kebijakan dengan mendekatkan pelayanan

kesehatan dengan membuka kembali Puskesmas Pembantu dan memperpanjang

jam kerja Puskesmas masih sangat efektif dilakukan namun harus disertai dengan

peningkatan kualitas pelayanan. Namun untuk kejelasan, diperlukan analisis yang

mendalam mengingat sektor kesehatan merupakan sektor pembangunan

prioritas di Kabupaten Jembrana. Kemungkinan penyebabnya adalah kondisi

kesehatan masyarakat yang sudah membaik akibat meningkatnya kesadaran

masyarakat yang tercatat berobat ke pelayanan kesehatan yang sudah semakin

dekat dengan lokasi pemukiman penduduk.

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 46

2.3.2.9 Penduduk dengan Pengobatan Sendiri (%).

Untuk data penduduk dengan pengobatan sendiri pada tahun 2015-2017

menggunakan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Jembrana yang

menggunakan metode berbeda dalam penghitungannya, sehingga didapatkan

data yang berbeda dengan BPS.

Gambar 2.23

Sumber : BPS, TNP2K, Dinas Kesehatan

Nampak perkembangan angka pengobatan sendiri penduduk Kabupaten

Jembrana pada tahun 2017 mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari

tahun 2016. Namun pada tahun 2014, telah mencapai titik terendah sesuai data

dari BPS. Hal ini diduga disebabkan karena fasilitas kesehatan milik pemerintah

baik itu Puskesmas dan Puskesmas Pembantu makin dekat dengan lokasi

penduduk sehingga kesadaran berobat ke pusat pelayanan kesehatan tersebut

meningkat. Kondisi ini diduga disebabkan oleh kualitas kesehatan penduduk

semakin baik. Namun untuk kejelasannya masih diperlukan analisis yang lebih

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 47

mendalam. Dari segi kesehatan sebetulnya masyarakat di Bali dan Kabupaten

Jembrana khususnya cukup dimanjakan dengan adanya kebijakan/program JKN.

Indikator angka penduduk dengan pengobatan sendiri di Kabupaten

Jembrana perkembangannya fluktuatif dan kecenderungan menurun. Tahun

2014 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yakni 37,73% menjadi

32,45%, angka tersebut masih berada di bawah rata-rata Nasional (61,05%) dan

Provinsi Bali (46,11%). Kondisi pengobatan sendiri oleh penduduk di Kabupaten

Jembrana sangat tergantung pada kemampuan ekonomi dan kesadaran akan

kesehatan, tetapi dapat juga karena tersedianya layanan kesehatan yang

disubsidi Pemerintah Kabupaten Jembrana selama ini. Secara kumulatif

perkembangan penduduk dengan pengobatan sendiri Kabupaten Jembrana

2010-2014 cenderung menurun yang mencapai puncaknya pada tahun 2012

pada angka 46,02%. Setelah itu, terjadi trend penurunan hingga tahun 2014

menunjukkan angka 32,45%. Hal ini dapat menggambarkan kondisi masyarakat

yang mulai mendukung program dan kebijakan/program pemerintah di bidang

peningkatan fasilitas kesehatan. Selain itu untuk mewujudkan masyarakat sehat,

Promosi Kesehatan memegang peran yang sangat penting. Upaya ini dilakukan

melalui penyuluhan dan keberhasilannya tergantung dari adanya perubahan

perilaku masyarakat yang juga dipengaruhi oleh adat dan kebiasaan setempat.

Upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari,

oleh, untuk dan bersama masyarakat agar dapat menolong dirinya sendiri serta

mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat sesuai sosial

budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan

kesehatan. Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di rumah tangga

merupakan salah satu strategi untuk menggerakkan dan memperdalam anggota

rumah tangga untuk hidup bersih dan sehat. Melalui upaya ini setiap rumah

tangga diberdayakan agar tahu, mau dan mampu menolong dirinya sendiri di

bidang kesehatan dengan mengupayakan lingkungan sehat, mencegah dan

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 48

menanggulangi masalah-masalah kesehatan yang dihadapi serta memanfaatkan

pelayanan kesehatan yang ada. Setiap rumah tangga juga digerakkan untuk

berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakatnya dan

mengembangkan upaya kesehatan bersumber masyarakat.

2.3.2.10 Kelahiran ditolong Tenaga Terlatih (%).

Gambar 2.24

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Jembrana 2017

Perkembangan kelahiran atau persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan

terlatih sedikit mengalami fluktuasi namun kurang menunjukkan kemajuan

indikator yang berarti dan mengalami penurunan di tahun 2017. Cakupan

pertolongan persalinan yang ditangani oleh tenaga kesehatan pada tahun 2013

sebanyak 4.610 orang atau 94,95%, pada tahun 2014 pertolongan oleh tenaga

kesehatan 4.696 orang atau 103,00%, pada tahun 2015 jumlah persalinan 4.677

atau 101,9%, dan tahun 2016 jumlah persalinan ditolong tenaga kesehatan

sebesar 4.787 atau 97,8% sedangkan tahun 2017 pelayanan pertolongan

persalinan oleh tenaga kesehatan sebesar 4.604 orang dan jumlah persalinan

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 49

yaitu 5.009 orang atau 91,9%. Dilihat perkembangan pertolongan persalinan oleh

Nakes dari tahun ke tahun yaitu tahun 2014 sampai dengan tahun 2017

mengalami penurunan dan capaiannya sudah baik, pada umumnya dengan

kesadaran tinggi masyarakat, didukung oleh pelayanan kesehatan khususnya

pertolongan persalinan yang baik serta teknologi yang memadai, pertolongan

persalinannya cenderung ke sarana kesehatan pemerintah atau praktek bidan

atau dokter SPOG swasta atau ditolong oleh tenaga kesehatan.

2.3.2.11 Angka Kesakitan (Morbiditas).

Perkembangan antar waktu angka kesakitan Kabupaten Jembrana

berdasarkan data beberapa tahun terakhir mengalami fluktuasi. Dan pada tahun

2014 kembali mengalami peningkatan yang sangat tajam menjadi 53,60%.

Kondisi ini diduga disebabkan karena pengaruh cuaca yang tidak menentu

sehingga kondisi kesehatan masyarakat cenderung mengalami penurunan.

Kondisi ini masih terus berlanjut hingga di tahun 2016 mencapai 57,80%.

Sedangkan angka kesakitan di Kabupaten Jembrana dari tahun 2012

sampai tahun 2016 terus mengalami fluktuasi ini karena penggunaan jumlah

penduduk yang berbeda pada tahun 2011 dipakai penduduk yang bersumber

dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil selanjutnya disepakati menggunakan

data penduduk dari BPS sehingga terjadi perbedaan jumlah penduduk dimana

jumlah penduduk proyeksi BPS lebih kecil dari jumlah penduduk dari Dinas

Kependudukan dan Catatan Sipil sebagai pembaginya akan mendapakan

presentase yang lebih besar disamping jumlah kunjungan ke sarana Puskesmas

meningkat karena program JKBM/JKN semakin dimanfaatkan oleh masyarakat.

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 50

Gambar 2.25

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab. Jembrana Tahun 2017

Secara Keseluruhan perkembangan Angka Kesakitan sesuai data BPS-

TNP2K, memiliki kecenderungan negatif. Hal ini menunjukkan bahwa

kebijakan/program inovatif di bidang kesehatan yang dilaksanakan di Kabupaten

Jembrana belum dirasa cukup efektif guna membangun kesadaran masyarakat

untuk menerapkan pola hidup bersih dan sehat. Kemudian juga karena adanya

perbedaan penggunaan data jumlah penduduk antara BPS dan Pemerintah

Daerah tentang jumlah penduduk sebagai pembaginya yang mendapakan

presentase yang lebih besar disamping jumlah kunjungan ke sarana Puskesmas

meningkat karena program JKBM/JKN semakin dimanfaatkan oleh masyarakat.

2.3.2.12 Analisis Prioritas Bidang Kesehatan.

Adalah analisis indikator utama bidang kesehatan yang memilki relevansi

kuat terhadap tingkat kemiskinan. Berikut adalah prioritas intevensi bidang

kesehatan.

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 51

Gambar 2.26

Dari indikator utama bidang kesehatan yang dianalisis, ternyata

keseluruhannya sejalan dengan perkembangan dengan angka kemiskinan di

Kabupaten Jembrana yang mengalami peningkatan. Kendati demikian AKB, AKBA dan

AKI relatif masih cukup tinggi sehingga masih diperlukan penanganan yang intensif

sehingga indikator AKB, AKBA dan AKI harus tetap menjadi prioritas bidang untuk

mendapat perhatian karena memiliki keterkaitan dengan tingkat kemiskinan. Dari

analisis dan pembahasan prioritas bidang Kesehatan, maka indikator yang masih

bermasalah adalah indikator AKB, AKBA dan AKI.

Dari indikator variabel atau pendukung yang dianalisis, ternyata yang memiliki

korelasi positif adalah indikator Rasio Dokter dan Rasio Bidan. Jadi dalam hal ini,

indikator peningkatan Rasio Dokter dan Rasio Bidan tidak berpengaruh terhadap

penurunan AKB, AKBA dan AKI maupun tingkat kemiskinan. Disamping indikator AKB,

AKBA dan AKI, maka masih perlu diperhatikan adanya faktor lain yang terkait langsung

dengan indikator AKB, AKBA dan AKI seperti faktor status kesehatan, lingkungan hidup

dan keluarga/rumah tangga.

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 52

2.3.3 Bidang Pendidikan

Bidang pendidikan sebagai urusan wajib pelayanan dasar dalam program

penanggulangan kemiskinan. Unsur pendidikan memegang peranan penting dalam

mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas yang memiliki semangat dan

kemampuan untuk menciptakan kemakmuran bagi dirinya sendiri, alam dan

lingkungannya. Oleh karena itu pemerataan akses dan kualitas pendidikan menjadi

sangat penting bagi masyarakat termasuk wajib belajarnya dalam rangka persaingan

yang lebih adil dan bermartabat. Hal ini sangat relevan dengan upaya mengatasi

masalah kemiskinan yang merupakan akibat dari kesenjangan dan mengacu kepada

salah satu tujuan SDGs yaitu mengenai pendidikan berkualitas pada tujuan goal ke 4.

Dan sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar 1945 bahwa merupakan kewajiban

Pemerintah untuk menyelenggarakan pendidikan yang didukung oleh masyarakat

dalam menyediakan berbagai fasilitas infrastruktur, tenaga, anggaran dan program

yang tepat, efektif dan memadai.

Banyak yang beranggapan bahwa bangsa yang mempunyai sumber daya manusia

(SDM) yang berkualitas akan lebih mampu bersaing dalam memasarkan barang dan

jasa yang dihasilkannya, sehingga dengan sendirinya akan menguasai perekonomian

dunia. Dalam kaitan ini, salah satu komponen yang berkaitan langsung dengan

peningkatan SDM adalah pendidikan. Oleh sebab itu kualitas SDM harus diupayakan

untuk selalu ditingkatkan melalui pendidikan yang berkualitas, demi tercapainya

keberhasilan pembangunan. Permasalahannya adalah pembangunan SDM memiliki

keterkaitan erat pada akses penyediaan fasilitas pendidikan meliputi gedung sekolah,

tenaga pengajar (guru/dosen), kelengkapan literatur (buku-buku) dan sarana

penunjang pendidikan lainnya. Hanya saja, segala bentuk upaya peningkatan

pendidikan selalu terganjal dengan beragam kendala. Sarana pendidikan seperti

bangunan fisik (gedung sekolah) yang ideal tentunya merupakan dambaan bagi semua

lapisan masyarakat untuk dapat menikmatinya. Jembrana pada tahun 2017 memiliki

182 Sekolah Dasar Negeri dan 3 Sekolah Dasar Swasta yang tersebar di seluruh

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 53

kecamatan. Sedangkan SMP hanya terdiri dari 18 sekolah negeri dan 7 sekolah swasta.

Untuk sekolah SMA memiliki 7 sekolah negeri dan 7 sekolah swasta. Sedangkan untuk

sekolah kejuruan memiliki 5 sekolah kejuruan negeri dan 5 sekolah kejuruan swasta.

Indikator penting yang terkait dengan tolak ukur penyelenggaraan pendidikan

diantaranya adalah :

2.3.3.1 Angka Partisipasi Kasar (APK) SD/MI, SLTP/MTs dan SLTA/MA.

Indikator Angka Partisipasi Kasar (APK) menunjukkan jumlah siswa yang

ditampung dibanding dengan jumlah penduduk usia sekolah pada tingkat

sekolah yang bersangkutan di Kabupaten Jembrana. Indikator ini dapat

menggambarkan partisipasi dalam rangka pemerataan memperoleh kesempatan

pendidikan dasar bagi semua. Untuk mengetahui perkembangan indikator angka

partisipasi kasar tersebut dapat dilihat pada gambar sebagai berikut :

Gambar 2.27

Sumber : Kabupaten Jembrana Dalam Angka 2018

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 54

Gambar 2.28

Sumber : Kabupaten Jembrana Dalam Angka 2018

Gambar 2.29

Sumber : Kabupaten Jembrana Dalam Angka 2018

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 55

APK yang tinggi menunjukkan tingginya tingkat partisipasi sekolah, tanpa

memperhatikan ketepatan usia sekolah pada jenjang pendidikannya. Jika nilai

APK mendekati atau lebih dari 100 persen menunjukkan bahwa ada penduduk

yang sekolah belum mencukupi umur dan atau melebihi umur yang seharusnya.

Hal ini juga dapat menunjukkan bahwa wilayah tersebut mampu menampung

penduduk usia sekolah lebih dari target yang sesungguhnya. Dari ketiga gambar

Angka Partisipasi Kasar (APK) di Kabupaten Jembrana tersebut, terlihat bahwa

indikator pendidikan dari segi Angka Partisipasi Kasar (APK) di tingkat SD/MI,

SMP/MTs dan SMA/MA menunjukkan adanya penurunan dari tahun

sebelumnya. Secara keseluruhan dari segi APK Kabupaten Jembrana sudah

mencapai perkembangan yang baik. Hal ini disebabkan bidang pendidikan di

Kabupaten Jembrana menjadi salah satu prioritas kebijakan pembangunan baik

dalam rangka peningkatan sarana dan prasarana pendidikan maupun kualitas

SDM melalui program wajib belajar 9 tahun dan rintisan wajib belajar 12 tahun.

2.3.3.2 Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA.

Indikator Angka Partisipasi Murni (APM) tingkat SD/MI, SLTP/MTs dan

SLTA/MA menunjukkan banyaknya siswa diserap sesuai usia sekolah pada tingkat

pendidikan bersangkutan di Kabupaten Jembrana. Indikator APM sangat penting

karena menunjukkan partisipasi mengikuti pendidikan dalam rangka wajib

belajar pada usia sekolah bersangkutan. Kewajiban mana merupakan hak

memperoleh pendidikan dan oleh karenanya adalah kewajiban pemerintah

menyelenggarakan pendidikan guna mempertinggi harkat dan martabat serta

melepaskan diri dari kemiskinan dan ketertinggalan. Perkembangan antar waktu

APM SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA Kabupaten Jembrana telah mengalami

kemajuan yang cukup signifikan. Hal ini disebabkan karena adanya peningkatan

pembangunan fasilitas pendidikan dalam rangka program wajib belajar tersebut.

Perkembangan Indikator APM dapat dilihat pada gambar sebagai berikut :

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 56

Gambar 2.30

Sumber : Kabupaten Jembrana Dalam Angka 2018

Gambar 2.31

Sumber : Kabupaten Jembrana Dalam Angka 2018

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 57

Gambar 2.32

Sumber : Kabupaten Jembrana Dalam Angka 2018

Angka Partisipasi Murni (APM) adalah persentase jumlah anak pada

kelompok usia sekolah tertentu yang sedang bersekolah pada jenjang pendidikan

yang sesuai dengan usianya terhadap jumlah seluruh anak pada kelompok usia

sekolah yang bersangkutan Bila APK digunakan untuk mengetahui seberapa

banyak penduduk usia sekolah yang sudah dapat memanfaatkan fasilitas

pendidikan di suatu jenjang pendidikan tertentu tanpa melihat berapa usianya,

maka Angka Partisipasi Murni (APM) mengukur proporsi anak yang bersekolah

tepat waktu. Bila seluruh anak usia sekolah dapat bersekolah tepat waktu, maka

APM akan mencapai nilai 100. Secara umum, nilai APM akan selalu lebih rendah

dari APK karena nilai APK mencakup anak diluar usia sekolah pada jenjang

pendidikan yang bersangkutan. Selisih antara APK dan APM menunjukkan

proporsi siswa yang terlambat atau terlalu cepat bersekolah.

Ketiga indikator APM untuk SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA Kabupaten

Jembrana menunjukkan fluktuasi dalam 5 tahun terakhir. APM SD/MI dan

SMA/MA pada tahun 2017 mengalami kenaikan yang berarti sudah membaik dari

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 58

tahun sebelumnya, sedangkan APM SMP/MTs menunjukkan penurunan yang

cukup banyak. Hal ini disebabkan bahwa Kebijakan dan program dibidang

pendidikan yang telah dilakukan di Kabupaten Jembrana sudah menunjukkan

kemajuan. Tentunya untuk Dinas terkait yaitu Dinas Pendidikan Kabupaten

Jembrana agar terus meningkatkan sasaran program maupun kegiatan sehingga

APM dapat meningkat atau lebih baik setiap tahunnya.

2.3.3.3 Angka Buta Huruf.

Untuk melihat pencapaian indikator dasar yang telah dicapai oleh suatu

daerah, karena membaca merupakan dasar utama dalam memperluas ilmu

pengetahuan. Angka Buta Huruf merupakan indikator penting untuk melihat

sejauh mana penduduk suatu daerah terbuka terhadap pengetahuan.

Gambar 2.33

Sumber : Kabupaten Jembrana Dalam Angka 2018

Indikator Angka Buta Huruf menunjukkan kondisi penduduk yang tidak

dapat menikmati pemerataan pendidikan sehingga dianggap memiliki

kemampuan kurang untuk mengakses sumber daya dalam rangka

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 59

pengembangan diri, lingkungan dan pemenuhan kebutuhan hidup. Angka

tersebut didapatkan melalui perhitungan angka melek huruf dikurangi dengan

100%.

Indikator Angka Buta Huruf menunjukkan bagian masyarakat yang

tidak dapat mengakses informasi melalui pengenalan (baca dan tulis) huruf

sehingga kurang memiliki daya dalam mengembangkan diri dan lingkungan

hidupnya. Adapun upaya penuntasan Buta Huruf penduduk di Kabupaten

Jembrana menunjukkan hasil yang cukup baik dengan penurunan Angka Buta

Huruf yang efektif sejalan dengan program pendidikan yang telah dilaksanakan.

Tingkat melek huruf yang tinggi (atau tingkat buta huruf rendah) menunjukkan

adanya sebuah sistem pendidikan dasar yang efektif dan/atau program

keaksaraan yang memungkinkan sebagian besar penduduk untuk memperoleh

kemampuan menggunakan kata-kata tertulis dalam kehidupan sehari-hari dan

melanjutkan pembelajarannya.

2.3.3.4 Angka Putus Sekolah (APS).

Perkembangan indikator Angka Putus Sekolah (APS) Kabupaten

Jembrana sejak setahun terakhir menunjukkan kemunduran dengan adanya

angka putus sekolah baik itu SD, SMP dan SMA pada tahun 2016. Ini diperlukan

penanganan yang serius oleh Dinas Pendidikan, Kepemudaan dan Olahraga

agar bisa ditangani di tahun-tahun berikutnya. Sehingga dapat mengurangi

angka putus sekolah dan dapat mencari permasalahan yang terjadi di lapangan.

Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya putus sekolah salah satunya

adalah faktor budaya dan kemiskinan berpengaruh besar terhadap angka putus

sekolah, karena menyebabkan para orang tua enggan untuk menyekolahkan

anaknya ke jenjang lebih tinggi. Maka dari itu tentunya sasaran program dan

kegiatan yang lebih terfokus kepada hal tersebut sehingga angka putus sekolah

di Kabupaten Jembrana dapat teratasi.

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 60

Gambar 2.34

Sumber : Dinas Pendidikan, Kepemudaan dan Olahraga 2017.

Gambar 2.35

Sumber : Dinas Pendidikan, Kepemudaan dan Olahraga 2017.

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 61

Gambar 2.36

Sumber : Dinas Pendidikan, Kepemudaan dan Olahraga 2017.

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 62

2.3.3.5 Analisis Prioritas Bidang Pendidikan

2.3.3.5.1 Analisis Prioritas Angka Partisipasi Kasar (APK) terhadap Tingkat

Kemiskinan.

Gambar 2.37

Perkembangan ketiga indikator APK SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA

pada dasarnya sejalan dengan kenaikan angka kemiskinan secara

keseluruhan, meskipun perkembangan angka kemiskinan dan APK

berfluktuasi. Walaupun perkembangannya sejalan ke dimana angka

kemiskinan naik dan APK terjadi penurunan, namun APK dapat menjadi

prioritas bidang pendidikan karena rata-rata indikatornya terjadi penurunan.

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 63

2.3.3.5.2 Analisis Prioritas Angka Partisipasi Murni (APM) terhadap Tingkat

Kemiskinan.

Nampak bahwa APM SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA secara

keseluruhan perkembangannya tidak sejalan dengan tingkat kemiskinan

dimana terdapat korelasi negatif antara peningkatan APM dengan penurunan

angka kemiskinan. Jadi dari segi APM masih terdapat peluang untuk menjadi

prioritas guna mencapai tingkat optimal terutama pada SMP/MTs yang

APMnya turun sebesar 2,16 point menjadi 93,07% .

Gambar 2.38

Berdasarkan hasil analisis prioritas bidang pendidikan diatas, maka

prioritas intervensi bidang ditujukan pada indikator utama APM SMP/MTs

yang masih belum optimal capaiannya. Untuk meningkatkan APM SMP/MTs

tentu dengan meningkatkan jumlah sekolah atau ruang kelas serta fasilitas

lain yang dapat meningkatkan kualitas penyelenggaraan/pelayanan

pendidikan dan lain-lain sehingga disamping meningkatkan daya tampung dan

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 64

daya saing/eksistensi pendidikan juga sekaligus menormalkan rasio

siswa/kelas dalam rangka peningkatan kualitas belajar.

2.3.3.5.3 Analisis Prioritas Angka Putus Sekolah (APS) Terhadap Kemiskinan.

Perkembangan Angka Putus Sekolah (APS) tidak sejalan dengan tingkat

kemiskinan yang meningkat. Sebagian besar kejadian putus sekolah terdapat

pada tingkatan SMP dan SMA walapun tahun 2016 terjadi penurunan tingkat

putus sekolah. Jadi Angka Putus Sekolah (APS) masih perlu menjadi prioritas

pembangunan bidang Pendidikan di Kabupaten Jembrana.

Gambar 2.39

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 65

2.3.4 Bidang Infrastruktur Dasar

Pada bidang Infrastruktur dasar, penanganan program penanggulangan

kemiskinan dengan memperhatikan kebutuhan dasar manusia seperti sanitasi layak,

ketersediaan air bersih/air minum layak, desa dengan akses jalan R4 dan akses listrik

rumah tangga. Sarana air bersih adalah kebutuhan dasar yang sangat vital, akses pada

air bersih juga merupakan indikator kondisi kemiskinan, dengan akses air bersih sekitar

97% maka dapat dikatakan bahwa penduduk miskin di Kabupaten Jembrana telah

menggunakan akses air bersih untuk meningkatkan taraf hidupnya. Dari indikator

tersebut tentunya dapat meningkatkan kesehatan rumah tangga dan meningkatkan

aktivitas perekonomian masyarakat, meningkatkan kualitas pendidikan dan

pemenuhan layanan kesehatan. Infrastruktur dasar merupakan salah satu indikator

penilaian desa tertinggal, dimana di Kabupaten Jembrana sudah tidak ada desa

tertinggal. Infratruktur menjadi sarana utama yang menghubungkan satu wilayah

dengan wilayah lainnya dalam rangka meningkatkan aktivitas ekonomi.

Untuk bidang infrastruktur dasar, beberapa indikator yang dianalisis terkait

dengan kondisi kemiskinan antara lain :

1. Proporsi Rumah Tangga dengan Sanitasi Layak (%).

2. Proporsi Rumah Tangga dengan Air Minum Layak (%).

3. Proporsi Desa Dengan Akses Jalan R4 (%)

4. Rumah Tangga Akses Listrik (%).

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 66

Adapun analisis yang perlu dilakukan terhadap indikator tersebut adalah sebagai

berikut :

2.3.4.1 Proporsi Rumah Tangga dengan Sanitasi Layak (%).

Gambar 2.40

Sumber data : Profil Dinas Kesehatan 2017

Sanitasi Layak yang dianalisis disini adalah merupakan data rumah tangga

dengan kepemilikian jamban pada profil Dinas Kesehatan Kabupaten

Jembrana. Kondisi sanitasi layak masih perlu dikembangkan pada pengertian

yang lebih luas kepada masyarakat karena masih banyak yang tidak peduli

terhadap sanitasi dalam kaitan dengan kelestarian lingkungan hidup. Sejumlah

SKPD sudah memulai kegiatan sosialisasi dan pembinaan secara terpadu

untuk mewujudkan kelestarian lingkungan dengan penurunan angka

pencemaran. Sejumlah indikator keberhasilan SKPD yang terkait menangani

lingkungan hidup sudah mulai ditetapkan.

Tentunya hal ini untuk mengurangi gejala memburuknya indikator

sanitasi, berupa kelestarian lingkungan dalam arti luas, yang memiliki dampak

pelan namun pasti pada penurunan sumber daya dan pada akhirnya akan

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 67

meningkatkan kemiskinan. Oleh karena itu sanitasi dalam arti yang lebih luas

seharusnya menjadi indikator utama keberhasilan pembangunan.

Perkembangan indikator Rumah Tangga dengan Sanitasi layak Kabupaten

Jembrana sejalan dengan tingkat Propinsi dan Nasional. Hal ini menunjukkan

kemajuan pembangunan infrastruktur dasar baik dari pusat maupun daerah

memiliki kebijakan yang sama.

2.3.4.2 Proporsi Rumah Tangga dengan Air Minum Layak (AML).

Data Rumah Tangga dengan AML yang dianalisis adalah berupa data

Rumah Tangga dengan sumber air minum yang berasal dari sumur gali

terlindung, sumur gali dengan pompa, sumur bor dengan pompa dan

perpipaan baik itu PDAM maupun BPSPAM yang ada pada Profil Dinas

Kesehatan Kabupaten Jembrana.

Gambar 2.41

Sumber data : Profil Dinas Kesehatan 2017

Persentase Rumah Tangga dengan Air Minum Layak (%) mengalami

perkembangan yang cukup berarti. Pada tahun 2014, proporsi rumah tangga

dengan air minum layak masih pada angka 58,33% meningkat signifikan pada

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 68

tahun 2015 di angka 95,66%. Kemudian pada tahun 2016 kembali mengalami

peningkatan di angka 97,00 % dan tahun 2017 menjadi 97,76% yang berarti

sudah semakin baik.

Hal ini menunjukkan kondisi lingkungan di Kabupaten Jembrana cukup

menunjang untuk tersedianya sumber air minum yang layak. Namun

kebutuhan air di Kabupaten Jembrana untuk kepentingan lainnya yang cukup

vital sudah mencapai ambang kritis karena sumber-sumber air yang ada

sebagian besar tersalur ke perumahan, dan adanya perubahan iklim yang

sangat menganggu perkiraan musim. Akibatnya banyak sawah yang dulunya

tergantung pada pengairan teknis (irigasi) namun sekarang berubah menjadi

sawah tadah hujan sehingga mengganggu pola tanam.

2.3.4.3 Proporsi Desa Dengan Akses Jalan R4 (%)

Jalan merupakan sarana vital dalam mendukung aktivitas

perekonomian suatu wilayah. Kemudahan akses yang ditimbulkan oleh

ketersediaan jalan secara otomatis akan memberi dampak positif bagi

kelangsungan transaksi perekonomian. Menurut data dari Dinas Pekerjaan

Umum panjang jalan Kabupaten Jembrana pada tahun 2017 adalah 1.176,72

km yang terdiri jalan nasional 71,92 km, jalan provinsi 28,87 km dan jalan

kabupaten sepanjang 1.075,93 km.

Jembrana sebagai wilayah perlintasan bagi kendaraan-kendaraan yang

berasal dari Pulau Jawa yang akan ke Denpasar melalui Pelabuhan Gilimanuk

maka kondisi jalan merupakan hal harus diperhatikan. Apabila dilihat dari

kondisi jalan 52,49% kondisinya baik, 13,30% kondisinya sedang dan kondisi

rusak 14,71% serta kondisi rusak berat sebesar 19,49%.

Perkembangan desa dengan Akses Jalan R4 sudah mencapai maksimal

(100%) sehingga tidak menjadi permasalahan, kecuali peningkatan kualitas

akses jalannya. Data 2015 menggunakan data Kabupaten Jembrana Dalam

Angka 2016 dan data 2014 menggunakan Indikator proporsi panjang jaringan

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 69

jalan dalam kondisi baik (%) di RPJMD 2016 urusan Pekerjaan Umum. Untuk

data tahun 2016 menggunakan pengolahan data dari jenis permukaan yaitu

data jalan yang sudah di aspal.

Gambar 2.42

Sumber : Jembrana Dalam Angka 2018

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 70

2.3.4.4 Proporsi Rumah Tangga Dengan Akses Listrik (%).

Gambar 2.43 Perkembangan Proporsi Rumah Tangga dengan Akses Listrik (%) Kab.

Jembrana.

Sumber : TNP2K & Jembrana Dalam Angka 2017

Data TNP2K sampai tahun 2014 menunjukkan Rumah Tangga dengan

Akses Listrik di Kabupaten Jembrana menurun dari tahun sebelumnya yang

sudah mencapai angka maksimal, kendati angkanya tidak terlalu signifikan

(0,03). Kemudian pada tahun 2015 data diolah menggunakan data Jembrana

Dalam angka 2017 indikator yang digunakan adalah jumlah pelanggan rumah

tangga dibagi dengan total pelanggan listrik dibagi dengan 100% didapat

angka 91,21%.

Namun secara umum, sebagian besar rumah tangga di Kabupaten

Jembrana sudah teraliri aliran listrik.

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 71

2.3.4.5 Analisis Prioritas Bidang Infrastruktur Dasar.

Gambar 2.44 Analisis Prioritas Bidang Infrastruktur Dasar Terhadap Tingkat Kemiskinan.

Dari ke empat indikator bidang infrastruktur dasar yang dianalisis, maka

hanya 3 (tiga) indikator yang masih merupakan faktor kemiskinan yaitu

Proporsi Rumah Tangga dengan Sanitasi Layak, Proporsi Rumah Tangga

dengan Air Minum Layak dan Proporsi rumah Tangga dengan Akses Listrik.

Dari ketiga indikator tersebut nampak memiliki perkembangan yang sejalan

dengan perkembangan tingkat kemiskinan. Jadi dengan perbaikan Proporsi

Rumah Tangga dengan Sanitasi Layak, Proporsi Rumah Tangga dengan Air

Minum Layak dan Proporsi rumah Tangga dengan Akses Listrik maka

korelasinya adalah terhadap penurunan tingkat kemiskinan.

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 72

2.3.5 Bidang Ketahanan Pangan. Beberapa tahun ke depan pertanian masih tetap menjadi tumpuan

perekonomian Jembrana. Tidak sedikit kalangan praktisi yang beranggapan bahwa

pertanian bisa menjadi pilar pendukung bagi perekonomian Bali secara umum. Kendati

demikian, sektor pertanian juga dihadapkan pada banyak kendala. Salah satunya

adalah mengenai penyesuaian dan penggunaan lahan yang semakin lama beralih

fungsi menjadi lahan bukan pertanian yaitu diantaranya untum kawasan permukiman,

kawasan industri dan perdagangan serta kawasan wisata. Selain penurunan jumlah

lahan khususnya pertanian sawah permasalahan lainnya adalah penurunan jumlah

pekerja di sektor pertanian dimana terjadi penurunan minat terhadap profesi

dimaksud terutama pada generasi muda.

Sebagian besar petani di Jembrana mempunyai kegiatan pokok di sub sektor

pertanian tanaman pangan yakni padi-padian, palawija dan hortikultura. Produksi

tanaman pangan pada kenyataannya merupakan sektor usaha yang dikelola dengan

manajemen yang sangat sederhana dan hasil yang diperoleh biasanya cukup untuk

menjamin pemenuhan kebutuhan sendiri. Beberapa komoditas tanaman pangan yang

ada di Jembrana, antara lain padi, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, kedelai dan

kacang hijau. Beberapa indikator yang digunakan untuk menganalisis kondisi bidang

ketahanan pangan terkait dengan kondisi kemiskinan di Kabupaten Jembrana antara

lain :

1. Harga Beras (Rp).

2. Harga 6 (enam) Jenis Bahan Kebutuhan Pokok Utama (Rp).

3. Luas Panen (Ha) dan Produksi Padi (Ton).

4. Pertumbuhan Ekonomi (%).

Perkembangan harga beras (%) adalah besarnya persentase (%) perubahan harga

beras terhadap harga tetap suatu tahun tertentu. Perkembangan Harga Kebutuhan

Pokok Utama adalah besarnya perubahan harga beberapa bahan kebutuhan pokok

utama dari waktu ke waktu. Ada 6 komoditi utama yang terdapat pada data Kabupaten

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 73

Jembrana dalam Angka 2018 yang akan diolah. Luas Panen dan Produksi Padi adalah

perkembangan luas panen dan produksi padi di suatu wilayah dalam selang waktu

tertentu. Pertumbuhan ekonomi (%) adalah persentase pertumbuhan produksi barang

dan jasa di suatu wilayah perekonomian dalam selang waktu tertentu yang dinilai atas

dasar harga tetap suatu tahun tertentu. Adapun analisis perkembangan indikator

bidang ketahanan pangan tersebut adalah sebagai berikut :

2.3.5.1 Analisis Perkembangan Harga Beras (Rp)

Gambar 2.45

Sumber : Kabupaten Jembrana Dalam Angka 2018

Perkembangan harga beras di Kabupaten Jembrana dari tahun 2007 sampai

dengan tahun 2017 hampir pasti meningkat setiap tahunnya. Pada tahun

2017 meningkat sebanyak Rp. 250,00 dari tahun 2016. Banyak faktor yang

mempengaruhi harga beras di Kabupaten Jembrana mulai dari cuaca yang

tidak menentu sehingga mempengaruhi siklus tanam padi, adanya permainan

harga, peralihan lahan sawah menjadi permukiman dan masih banyak faktor

lainnya.

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 74

2.3.5.2 Perkembangan Harga Kebutuhan Pokok (Rp)

Gambar 2.46

Sumber : Kabupaten Jembrana Dalam Angka 2018

Dalam analisis bidang ketahanan pangan terkait dengan

perkembangan harga maka harga bahan kebutuhan pokok utama terutama

beras terus meningkat tanpa mengalami fluktuasi. Sedangkan perkembangan

harga kebutuhan pokok utama pada tahun 2014-2017 mengalami

peningkatan berdasarkan data BPS Kabupaten Jembrana menggunakan rata-

rata eceran harga bahan pokok yaitu Beras, Daging Sapi, Daging Ayam, Telur

Ayam, Minyak Goreng, Gula Pasir, Cabe Rawit, Cabe Merah, Bawang Merah

dan Bawang Putih.

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 75

2.3.5.3 Luas Panen dan Produksi Padi.

Data pokok tanaman pangan yang dikumpulkan adalah luas panen dan

produktivitas (hasil per hektar). Produksi tanaman pangan merupakan hasil

perkalian antara luas panen dengan produktivitas. Jenis data tanaman pangan

yang dikumpulkan mencakup padi dan palawija (jagung, kedelai, kacang

tanah, ubi kayu dan ubi jalar). Pengumpulan data luas panen dilakukan setiap

bulan oleh Mantri Pertanian/Kepala Cabang Dinas Kecamatan (KCD) dan

dilaporkan dengan formulir Statistik Pertanian (SP). Pengumpulan data

dilakukan dengan pendekatan area kecamatan di seluruh wilayah Indonesia.

Pengumpulan luas panen di tingkat kecamatan tersebut didasarkan pada hasil

pengumpulan data dari seluruh desa/ kelurahan di kecamatan bersangkutan.

Gambar 2.47

Sumber : Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Jembrana 2018

Data perkembangan luas panen dan produksi padi pada tahun 2017

meningkat dari tahun 2016. Untuk luas panen padi meningkat sebesar 1.143

Ha dari tahun 2016 menjadi 10.614 Ha di tahun 2017, sedangkan produksi

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 76

padi meningkat sebesar 2.537 Ton dari tahun 2016 menjadi 63.312 Ton di

tahun 2017. Perkembangan luas panen produksi padi di Kabupaten Jembrana

selama 5 (lima) tahun terakhir mengalami fluktuasi. Fluktuasi ini sangat

tergantung pada curah hujan yang tidak merata setiap tahun di samping

adanya pembukaan lahan sawah baru maupun alih fungsi lahan sawah

menjadi non sawah. Guna mendukung program ketahanan pangan, kondisi ini

harus tetap mendapatkan perhatian serius dari Dinas terkait untuk tetap

menjaga ketahanan pangan di Kabupaten Jembrana.

Perkembangan Luas Panen dan Produksi Padi di Kabupaten Jembrana

tidak mengalami peningkatan yang cukup berarti bahkan bisa dikatakan

cenderung mengalami penurunan, baik poduksi padi maupun luas sawah.

Kondisi ini diduga akan terus berlanjut mengingat efektivitas perkembangan

Luas Panen Padi akan terbentur oleh batasan potensi lahan yang tidak

berkembang bahkan cenderung menurun karena dampak pembangunan yang

mau tidak mau akan menyebabkan alih fungsi lahan.

2.3.5.4 Pertumbuhan Ekonomi.

Selama 2010-2017 laju perekonomian Kabupaten Jembrana

berflutktuasi pada kisaran angka 5-6 % kendatipun sempat turun pada tahun

2010 hingga mencapai angka 4,57%. namun di tahun 2017 sudah kembali

meningkat menjadi 5,31%. Kondisi demikian disebabkan karena kurang

berkembangnya investasi di Kabupaten Jembrana sehingga faktor yang

mendorong pertumbuhan ekonomi lebih banyak mengandalkan kekuatan

ekonomi lokal yang sudah ada, lebih banyak di sektor pertanian, kehutanan

dan perikanan. Akibatnya potensi ekonomi kurang bergerak dan ditinggalkan

oleh tenaga kerja ke luar daerah seperti bekerja di sektor pariwisata yang

berada di Ibukota Provinsi Bali. Oleh karena itu merupakan tugas utama

seluruh stakeholder pembangunan di Kabupaten Jembrana baik yang ada di

dalam maupun di luar untuk mengupayakan hadirnya investor di Kabupaten

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 77

Jembrana. Untuk meningkatkan efektivitas pertumbuhan, maka diperlukan

berbagai upaya/terobosan agar investasi di Kabupaten Jembrana bisa

berkembang serta menyiapkan masyarakat untuk menerima investor dengan

baik. Kabupaten Jembrana lebih banyak mengandalkan sektor ekonomi

primer (sebagai pendukung pariwisata Bali) sehingga pertumbuhan

ekonominya rendah.

Gambar 2.48

Sumber : Kabupaten Jembrana Dalam Angka 2018.

2.3.5.5 Analisis Prioritas Bidang Ketahanan Pangan.

Dari tiga indikator hanya perkembangan Harga Beras, Harga Bahan

Kebutuhan Pokok Utama dan Pertumbuhan Ekonomi menunjukkan

keterkaitan yang cukup jelas dengan perkembangan Tingkat Kemiskinan.

Namun kenaikan tingkat kemiskinan tentu memiliki kaitan dengan terus

meningkatnya harga-harga bahan kebutuhan pokok utama dan harga beras.

Meskipun demikian selain Ketahanan Pangan dan Ekonomi tidaklah mustahil

bahwa masih ada faktor penentu lain yang mempengaruhi kondisi kemiskinan

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 78

yang antara lain menyangkut masalah sikap mental yang perlu mendapatkan

intervensi pembinaan secara terus menerus.

Gambar 2.49

Kenaikan tingkat kemiskinan terjadi disaat terjadinya penurunan

tingkat pertumbuhan ekonomi dari 5,96% menjadi 5,31%. Pengendalian harga

bahan makanan ini menjadi penting mengingat akan sangat mempengaruhi

tingkat daya beli masyarakat. Jadi mengacu pada hasil analisis prioritas bidang

ketahanan pangan tersebut, maka harga beras, pertumbuhan ekonomi dan

harga bahan kebutuhan pokok utama yang merupakan faktor dasar

pengentasan kemiskinan perlu memerlukan perhatian khusus di dalam

pembangunan daerah yang dilandasi oleh pembangunan lingkungan dan

ditunjang oleh pembangunan sosial budaya masyarakat agar berkelanjutan.

Tapi disisi lain indikator Produksi Padi dan Luas Panen mengalami peningkatan

yang cukup signifikan sehingga indikator tersebut belum cukup untuk

membantu untuk dalam penurunan angka kemiskinan.

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 79

BAB III

TINJAUAN ANGGARAN BELANJA

UNTUK PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI DAERAH

Pemerintah Kabupaten Jembrana terus berkomitmen dalam melaksanakan

prioritas penanggulangan kemiskinan. Kebijakan ini diimplementasikan dalam

program dan kegiatan yang dilaksanakan beserta alokasi anggaran, baik itu anggaran

yang bersumber dari Pemerintah Pusat maupun Daerah. Secara global anggaran

tersebut meningkat dari tahun ke tahun. Penjabaran anggaran pendapatan & belanja,

komposisi serta proporsinya akan diulas untuk menjelaskan kontribusinya terhadap

penanggulangan kemiskinan. Analisis anggaran belanja penanggulangan kemiskinan

adalah analisis terhadap alokasi dan manajemen anggaran belanja publik dalam bidang

atau sektor (urusan pemerintah) yang berkaitan dengan penanggulangan kemiskinan.

Analisis terutama mengacu kepada anggaran belanja pemerintah (pusat maupun

daerah) meskipun keterkaitan antara anggaran pemerintah dengan anggaran non-

pemerintah tetap perlu diperhatikan karena untuk mendorong keterlibatan pihak non-

pemerintah, khususnya swasta dalam pendanaan pelayanan publik. Adapun analisis

dilakukan terhadap realisasi anggaran dari APBD dan APBN sebagai berikut :

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 80

3.1 Komposisi Penerimaan Anggaran Daerah.

Gambar 3.1

Sumber : Ringkasan APBD 2017

Perkembangan Penerimaan Anggaran Daerah Kabupaten Jembrana Tahun

2017 seperti terlihat pada gambar 3.1 adalah sebagian besar 68,84% berasal dari dana

perimbangan sisanya 10,92% dari PAD dan 20,24% dari Pendapatan yg sah. Secara

persentase perkembangan penerimaan daerah selama 5 (lima) tahun dari 2012–2017

seperti terlihat pada tabel 3.1 menunjukkan perkembangan yang hampir stabil

meskipun dari segi volume penerimaan terus meningkat. Setelah selama 5 (lima) tahun

struktur penerimaan anggaran tidak ada perubahan signifikan, namun pada tahun 2013

mulai terjadi perubahan dalam struktur penerimaan daerah. Sebenarnya Penerimaan

Daerah Kabupaten Jembrana dari sumber pendapatan asli daerah (PAD) dan Pemerintah

Propinsi/Pemerintah Daerah Lain secara persentase peningkatannya cukup signifikan,

namun karena besarannya masih relatif kecil, maka secara komposisi belum memadai

untuk dapat berperan besar dalam pembangunan daerah. Sedangkan dari dana

perimbangan (Pusat) meskipun perannya dominan, namun pada tahun terakhir justru

mengalami penurunan.

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 81

Tabel 3.1

Perkembangan Penerimaan Daerah (%) Kab. Jembrana 2012 – 2017

Sumber Penerimaan

2012 2013 2014 2015 2016 2017

PAD (%) 7,13 8,57 8,50 8,92 9,3 10,92

Pusat (%) 79,22 69,95 66,54 65,04 69,3 68,84

Lain-lain (%) 13,65 21,47 24,96 26,04 21,4 20,24

3.2 Distribusi Anggaran Belanja Menurut Fungsi.

Secara umum anggaran belanja Pemerintah Kabupaten Jembrana pada APBD

Tahun 2017 sebesar Rp. 1.139.911.621.635 (Satu trilyun seratus tiga puluh sembilan

milyar sembilan ratus sebelas juta enam ratus dua puluh satu ribu enam ratus tiga puluh

lima rupiah), yang terdiri dari belanja tidak langsung Rp. 575.436.679.857 (Lima ratus

tujuh puluh lima milyar empat ratus tiga puluh enam juta enam ratus tujuh puluh

sembilan ribu delapan ratus lima puluh tujuh rupiah) dan belanja langsung Rp.

564.474.941.777 (Lima ratus enam puluh empat milyar empat ratus tujuh puluh empat

juta sembilan ratus empat puluh satu ribu tujuh ratus tujuh puluh tujuh rupiah). Dari

besaran APBD tersebut, 3,44% merupakan anggaran untuk upaya penanggulangan

kemiskinan yang tentunya jika dilihat masih sangat kecil dibandingkan dengan proporsi

APBD. Perlunya pemanfaatan dana APBD untuk menggelar program Padat Karya di

daerah-daerah, guna mendongkrak pendapatan masyarakat kelas bawah di Kabupaten

Jembrana. Hal itu diperlukan, mengingat pemanfaatan dana APBD untuk program padat

karya hingga saat ini masih sangat minim. Padahal, program padat karya yang

melibatkan masyarakat dalam jumlah banyak dinilai dapat mengurangi angka

pengangguran, serta membantu menurunkan angka kemiskinan dan kesenjangan di

Kabupaten Jembrana.

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 82

Gambar 3.2

Sumber : APBD 2017

Distribusi anggaran belanja langsung menurut fungsi di Kabupaten Jembrana

Tahun 2017 dimana bidang pelayanan umum mendapat porsi anggaran 28,41% yang

meningkat sebanyak 10,69% dari tahun 2016. Porsi anggaran berikutnya diproyeksikan

untuk sektor kesehatan 17,15% yang turun dari tahun 2016 sebanyak 1,96% dan sektor

pendidikan yang naik sangat signifikan sebanyak 14,85% dari tahun 2016 menjadi

21,12%, disusul oleh sektor ekonomi yang turun sebanyak 0,4% dari tahun 2016 menjadi

7,38% di tahun 2017, lingkungan hidup yang turun sebanyak 2,57% menjadi 2,20% di

tahun 2017, pariwisata dan kebudayaan meningkat sebanyak 3,98% menjadi 6,64% di

tahun 2017, perlindungan sosial tetap di angka 1,79%, perumahan dan fasilitas umum

yang turun cukup signifikan sejumlah 25,7% menjadi 13,91% di tahun 2017 serta

ketentraman dan ketertiban meningkat 1,12% dari tahun 2016 menjadi 1,40% tahun

2017. Distribusi anggaran tahun 2017 mengalami perubahan pada peningkatan

pelayanan umum, pendidikan, pariwisata dan budaya, dan ketertiban dan ketentraman.

Distribusi anggaran demikian tentu akan lebih efektif jika perlindungan sosial terutama

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 83

peningkatan di bidang sosial budaya yang menangani masalah kemiskinan yang belum

optimal di Kabupaten Jembrana.

Gambar 3.3

Sumber : APBD 2017

3.3 Komposisi Anggaran Belanja Sektoral

Analisis komposisi anggaran belanja sektor dalam APBD untuk melihat proporsi

kebijakan distribusi anggaran belanja sesuai sektor atau urusan pemerintahan untuk

belanja langsung dapat dilihat pada gambar 3.4. Terlihat komposisi alokasi anggaran

belanja langsung sektor sesuai dengan distribusi anggaran belanja menurut fungsi

mengalami perubahan. Alokasi pada sektor pelayanan umum sebesar 29%. Kemudian

anggaran sektor pendidikan 21%. Anggaran sektor kesehatan 17%, anggaran untuk

sektor pariwisata dan budaya 7%.

Anggaran untuk sektor lingkungan hidup 2%. Sedangkan anggaran untuk sektor

ekonomi mengalami penurunan menjadi 7%. Ketiga sektor yang mendapat alokasi

anggaran cukup besar (Pelayanan Umum, Kesehatan,Pendidikan, Perumahan dan

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 84

Fasilitas Umum) adalah terkait dengan pembangunan di bidang sosial dasar dan

infrastruktur. Kondisi ini tentunya harus mendapatkan perhatian lebih, mengingat

sektor lainnya juga memegang peranan penting dalam rangka penanggulangan

kemiskinan. Kedepan alokasi anggaran bidang ekonomi dan lingkungan hidup yang

merupakan salah satu pilar kesejahteraan perlu ditingkatkan.

Gambar 3.4

Sumber data : APBD 2017

Keseluruhan anggaran belanja langsung dan tidak langsung sektor berjumlah Rp.

1.139.911.621.635,67. Hal ini menunjukkan alokasi anggaran APBD Kabupaten

Jembrana terjadi perbaikan efektivitas meskipun dari segi jumlah APBD Kabupaten

Jembrana tergolong masih kurang memadai untuk alokasi anggaran yang efektif dan

seimbang.

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 85

3.4 Efektifitas Perkembangan APBD Kabupaten Jembrana.

Analisis perkembangan APBD sebagai sumber daya pembangunan dilakukan

untuk melihat efektitifitasnya terhadap capaian indikator sasaran pembangunan.

Relevansi antara perkembangan APBD dengan tingkat kemiskinan sebagai salah satu

capaian indikator utama.

Gambar 3.5

Sumber data : APBD 2017, DPMD 2018

Perkembangan APBD dari tahun 2012-2017 Kabupaten Jembrana setiap tahun

mengalami peningkatan, dan kemiskinan mengalami penurunan yang mengikuti

perkembangan APBD. Untuk angka kemiskinan merupakan data yang berasal dari Dinas

Pemberdayaan Masyarakat Dan Desa Kabupaten Jembrana yang setiap tahun

melakukan pendataan/coklit keluarga miskin. Efektivitas penurunan tingkat kemiskinan

selama 5 tahun dari angka 5,74% pada tahun 2012 menjadi 3,20% tahun 2017. Hal ini

menunjukkan bahwa efektivitas perkembangan APBD Kabupaten Jembrana selama 5

tahun terakhir cukup signifikan dalam mendukung perkembangan pencapaian tujuan

pembangunan khususnya di bidang penanggulangan kemiskinan. Upaya yang telah

dilakukan untuk menurunkan angka kemiskinan masih perlu dievaluasi efektifitas

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 86

pengalokasian anggaran, utamanya yang bersentuhan langsung untuk program

penanggulangan kemiskinan.

3.5 Anggaran Belanja Bidang Kemiskinan.

Analisis perkembangan anggaran belanja khusus untuk bidang yang terkait

dengan kemiskinan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.2

Distribusi Anggaran Belanja Menurut Bidang Kemiskinan

Bidang Anggaran (Rp.000)/Tahun

2012 2013 2014 2015 2016 2017

Ketenagakerjaan 447.307 1.554.274 1.821.865 1.373.450 1.143.645 1.200.302

Pendidikan 276.952.313 42.995.666 330.642.174 349.589.628 39.574.736 240.749.623

Kesehatan 86.497.586 59.603.951 111.511.314 122.897.812 120.551.032 195.472.952

Infrastruktur Dasar 60.864.857 74.812.887 104.872.490 115.282.808 249.873.580 158.618.147

Ketahanan Pangan 6.269.525 8.779.464 8.054.362 19.976.426 6.750.240 6.277.481

Jumlah 431.031.588 187.746.242 556.902.205 609.120.124 417.893.233 602.318.505

APBD 728.713.041 740.996.448 823.266.678 896.958.259 1.083.886.940 1.139.911.621

Sumber data : APBD 2017

Alokasi anggaran belanja langsung dan tidak langsung yang terkait bidang

kemiskinan mengalami peningkatan khususnya bidang Pendidikan. Dalam proporsi

anggaran yang disajikan di atas, anggaran yang cukup besar pada alokasi anggaran

pendidikan. Hal ini tidak terlepas dari komitmen Pemerintah Kabupaten Jembrana untuk

membenahi sejumlah infratruktur pendidikan melalui pembangunan runag kelas baru,

rehabilitasi ruang kelas, ruang guru, laboratorium sekolah (TK,SD,SMP), peningkatan

kualitas pendidikan melalui penyediaan sarana pendukung pembelajaran. Kondisi ini tidak

terlepas dari keinginan Pemernitah Kabupaten Jembrana untuk meningkatkan kualitas

dan fasilitas pendidikan di Kabupaten Jembrana. Anggaran ketenagakerjaan mengalami

kenaikan, anggaran tersebut digunakan untuk memberikan pelatihan kepada masyarakat

Jembrana untuk meningkatkan kapasitas SDM individu disamping juga untuk memberikan

bantuan peralatan kerja. Diharapkan mereka dapat membuka lapangan kerja sendiri.

Selanjutnya masing-masing anggaran belanja bidang dapat dianalisis berdasarkan

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 87

sumber, perkembangan, alokasi/distribusi dan efektivitas terhadap pencapaian indikator

utama bidang.

3.5.1 Anggaran Belanja Sektor Ketenagakerjaan.

3.5.1.1 Sumber Anggaran.

Tabel 3.3

Belanja Sektor Ketenagakerjaan Menurut Sumber Pembiayaan.

Sumber Pembiayaan Total (Rp) Persentase

(%)

Pemerintah 1.200.302.000,00 0,11

1. Pemerintah Pusat - -

2. Pemerintah Provinsi - - 3. Pemerintah Kabupaten (APBD) - -

4. Hibah - -

Total Sektor 602.318.505.000,00 52,84 Jumlah Total APBD 1.139.911.621.635,67 100

Sumber : APBD 2017

Anggaran bidang ketenagakerjaan seluruhnya berasal dari Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah yang besarnya 0,11% dari total APBD

Kabupaten Jembrana. Hal ini memerlukan perhatian bagi Pemerintah

Kabupaten Jembrana karena anggaran belanja ketenagakerjaan mendukung

program ketenagakerjaan dalam rangka mengatasi masalah ketimpangan

antara pertumbuhaan tenaga kerja dan kesempatan kerja yang semakin

berkurang maupun pengangguran.

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 88

3.5.1.2 Perkembangan Anggaran Ketenagakerjaan.

Gambar 3.6

Sumber : APBD 2017

Perkembangan Anggaran Belanja Sektor Ketenagakerjaan pada

tahun terakhir mengalami kenaikan anggaran dari tahun sebelumnya.

Dengan kondisi ini diharapkan memiliki pengaruh terhadap kinerja

pemerintah di bidang ketenagakerjaan yang terkait dengan perluasan

kesempatan kerja, ekonomi, kesejahteraan dan penanggulangan

kemiskinan. Oleh karena itu ke depan sektor ketenagakerjaan tetap

menjadi prioritas pembangunan.

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 89

3.5.1.3 Efektivitas Anggaran

Gambar 3.7

Sumber : APBD 2017, BPS

Dilihat dari tingkat pengangguran, pada tahun 2015 sudah

menurun dari tahun sebelumnya sedangkan dari sisi anggaran

mengalami penurunan yang cukup banyak. Pada tahun 2016 data

pengangguran dari BPS tidak ada. Artinya penurunan anggaran sektor

ketenagakerjaan sudah berbanding lurus dengan angka pengangguran.

Hal ini disebabkan karena pembukaan lapangan kerja baru di

Kabupaten Jembrana cukup minim akibat dari arus investasi yang tidak

cukup deras. Selain itu, banyak tenaga kerja potensial yang lebih

memilih daerah-daerah yang memiliki lapangan pekerjaan yang lebih

luas, utamanya di Kota Denpasar dan Kabupaten Badung sehingga tidak

terlacak saat pendataan. Oleh karena itu perlu mengembangkan

diversifikasi program ketenagakerjaan menjadi salah satu prioritas

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 90

upaya dalam penanggulangan kemiskinan dan meningkatkan

kesejahteraan.

3.5.2 Anggaran Belanja Sektor Pendidikan

3.5.2.1 Sumber Pembiayaan.

Pada tabel 3.4, terlihat Anggaran Belanja Sektor Pendidikan

dibiayai dari dana APBD yaitu 21,12% dari total APBD. Dan 52,84%

dari total belanja sektor yang merupakan persentase terbesar dari

seluruh sektor.

Tabel 3.4

Belanja Sektor Pendidikan Menurut Sumber Pembiayaan

Sumber Pembiayaan Total (Rp.) Persentase

(%)

Pemerintah : 240.749.623.688,92 21,12

1. Pemerintah Pusat/ Kemendiknas - -

2. Pemerintah Provinsi - -

3. Pemerintah Kabupaten (APBD) - -

4 . Hibah - -

Total Sektor 602.318.505.000,00 52,84

Jumlah Total APBD 1.139.911.621.635,67 100

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 91

3.5.2.2 Perkembangan Anggaran Belanja Pendidikan

Gambar 3.8

Sumber : APBD 2017

Kabupaten Jembrana tidak mengedepankan sistem prosentase

dalam hal penganggaran namun lebih kepada sistem kebutuhan,

utamanya bidang pendidikan. Jika itu memang dibutuhkan oleh

pendidikan di Kabupaten Jembrana untuk meningkatkan infrastruktur

dan peningkatan fasilitas pendidikan maupun peningkatan kualitas

pendidikan, anggaran tentunya akan dialokasikan.

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 92

3.5.2.3 Efektivitas Anggaran Pendidikan

Gambar 3.9

Sumber : APBD 2017 dan Jembrana Dalam Angka 2018

Gambar 3.10

Sumber : APBD 2017 dan Jembrana Dalam Angka 2018

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 93

Gambar 3.11

Sumber : APBD 2017 dan Jembrana Dalam Angka 2018

Analisis efektivitas anggaran pendidikan terhadap peningkatan

kualitas pendidikan baik terhadap pengelola, pendidik maupun output

pendidikan masih perlu dilakukan dengan dukungan data indikator yang

memadai dari Dinas Pendidikan.

3.5.3 Anggaran Belanja Sektor Kesehatan

3.5.3.1 Sumber Pembiayaan.

Tabel 3.5

Belanja Kesehatan Menurut Sumber Pembiayaan di Kabupaten Jembrana.

Sumber Pembiayaan Total (Rp.) Persentase %

Pemerintah 195.472.952.450,00 17,15

1 Pusat/APBN/Depkes/DAK - -

2 APBD Provinsi - -

3 APBD Kabupaten - -

Total Sektor 602.318.505.000,00 52,84

Total APBD 1.139.911.621.635,67 100

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 94

Pembiayaan di bidang kesehatan dibiayai bersama-sama oleh

pemerintah kabupaten, pemerintah provinsi dan pemerintah pusat.

Disamping itu, Pemerintah daerah mengupayakan pengembangan

sumber dana yang tidak hanya dari pemerintah saja namun juga

menjangkau sumber dana dari non pemerintah.

3.5.3.2 Perkembangan Anggaran Belanja Kesehatan

Jumlah anggaran belanja kesehatan tahun 2017 mengalami

perbaikan dari 19,11% menjadi 17,15% yang menurun sebanyak

1,96% dari tahun 2016.

Gambar 3.12

Sumber : APBD 2017

Berbagai perbaikan terhadap derajat kesehatan, upaya dan

sarana kesehatan telah dicapai sebagai hasil pembangunan

kesehatan sejalan dengan perbaikan kondisi umum dan perbaikan

keadaan sosial dan ekonomi masyarakat Jembrana. Dari uraian

tersebut disimpulkan bahwa penyelenggaraan program

pembangunan kesehatan di Kabupaten Jembrana telah dilaksanakan

berdasarkan Visi, Misi dan Strategi yang telah ditetapkan sehingga

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 95

juga berdampak pada pembangunan secara sektoral. Bagaimanapun,

perkembangan kesehatan tetap merupakan kebutuhan masyarakat

yang selalu ditingkatkan secara terus menerus searah dengan

pembangunan daerah. Dampak yang ditimbulkan oleh pelaksanaan

program kesehatan adalah meningkatnya derajat kesehatan yang

ditunjukkan dari tercapainya indikator derajat kesehatan.

Analisis untuk menilai sejauh mana anggaran dapat menjawab

permasalahan baik dalam jangka pendek, jangka menengah maupun

jangka panjang. Anggaran sektor kesehatan lebih banyak diarahkan

untuk memperluas akses pelayanan kesehatan dengan merenovasi

Puskesmas Pembantu dan meningkatkan kelas Puskesmas menjadi

Puskesmas rawat inap. Upaya peningkatan kelas rumah sakit dari tipe

C ke tipe B dilakukan secara bertahap dengan membangun berbagai

fasilitas kesehatan. Kebutuhan dokter spesialis sesuai persyaratan

untuk peningkatan tipe rumah sakit juga belum sepenuhnya

dilaksanakan sehingga cukup banyak pasien yang harus dirujuk ke

rumah sakit dengan tipe yang lebih baik. Ke depannya, kondisi ini

harus menjadi perhatian serius sehingga masyarakat dapat

menikmati pelayanan kesehatan yang lebih baik.

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 96

3.5.3.3 Efektivitas Anggaran Kesehatan

Gambar 3.13

Analisis Efektivitas Anggaran Belanja Kesehatan

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 97

Efektivitas anggaran kesehatan terhadap indikator utama sektor

kesehatan ternyata mengalami penurunan dan trendnya ke arah negatif

karena anggaran tidak sejalan dengan angka penurunan nilai indikator. Tidak

banyak indikator mengalami kenaikan ke arah lebih baik, lebih banyak

mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya, semoga indikator ini

mendapat perhatian yg serius oleh para pemangku kepentingan.

3.5.4 Anggaran Belanja Sektor Infrastruktur Dasar.

3.5.4.1 Sumber Pembiayaan.

Tabel 3.6

Anggaran Belanja Bidang Infrastruktur Menurut Sumber Pembiayaan di

Kabupaten Jembrana

Sumber Pembiayaan Total (Rp) Persentase %

Pemerintah 158.618.147.000,00 13,91

1 Pemerintah Pusat - -

2. Pemerintah Provinsi - -

3 Pemerintah Kabupaten (APBD) - -

Total Sektor 602.318.505.000,00 52,84

Jumlah Total APBD 1.139.911.621.635,67 100

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 98

3.5.4.2 Perkembangan Anggaran Belanja.

Gambar 3.14

Sumber : APBD 2017

Perkembangan anggaran belanja bidang pembangunan

infrastruktur di Kabupaten Jembrana cukup fluktuatif. Namun pada

tahun 2017 mengalami penurunan, hal ini karena anggaran yang

didapatkan di distribusi ke sektor lain yang perlu juga mendapatkan

perhatian seperti sektor pendidikan dan sektor kesehatan yang

mendapatkan prioritas lebih.

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 99

3.5.4.3 Efektivitas Anggaran Bidang Infrastruktur.

Gambar 3.15

Analisis Efektivitas Anggaran Bidang Infrastruktur Terhadap

Indikator Infrastruktur

Efektivitas anggaran belanja bidang infrastruktur sejalan dengan

perkembangan indikator infrastruktur dasar yang dicapai. Walaupun

dengan adanya penurunan anggaran yang cukup signifikan pada tahun

2017, itu tidak berpengaruh terhadap peningkatan untuk infrastruktur

sanitasi layak dan air minum layak kecuali untuk jalan R4 yang belum

ada data dari dinas terkait.

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 100

3.5.5 Anggaran Belanja Sektor Ketahanan Pangan.

3.5.5.1 Anggaran Belanja Ketahanan Pangan Menurut Sumber Pembiayaan.

Tabel 3.7

Anggaran Belanja Bidang Ketahanan Pangan Menurut Sumber

Pembiayaan di Kabupaten Jembrana.

Sumber Pembiayaan Total (Rp) Persentase

%

Pemerintah 6.277.481.000,00 0,55

1. Pemerintah Pusat/TP - -

2. Pemerintah Provinsi - -

3. Pemerintah Kabupaten (APBD) - -

Total Sektor 602.318.505.000,00 52,84

Jumlah Total APBD 1.139.911.621.635,67 100

3.5.5.2 Perkembangan Anggaran Belanja Ketahanan Pangan.

Gambar 3.16

Sumber : APBD 2017

Perkembangan anggaran belanja bidang ketahanan pangan dari

tahun ke tahun berfluktuasi, tahun 2015 meningkat sangat signifikan

karena perhitungan menggunakan anggaran dari SKPD yang

menangani ketahanan pangan. Tahun 2017 anggaran belanja bidang

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 101

ketahanan pangan menurun dari tahun tahun 2016. Diharapkan

dengan menurunnya anggaran ketahanan pangan, tidak akan

merubah sasaran untuk bidang kemiskinan.

3.5.5.3 Efektivitas Anggaran Bidang Ketahanan Pangan

Gambar 3.17

Analisis Efektivitas Anggaran Bidang Ketahanan Pangan Terhadap

Tingkat Kemiskinan dan Produksi Padi Kab. Jembrana.

Sumber : APBD 2017

Sumber : Jembrana Dalam Angka 2018

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 102

Perkembangan anggaran untuk tahun 2017 menunjukkan trend

menurun terhadap Luas Panen dan Produksi Padi. Untuk Luas Panen

dan Produksi Padi data yang digunakan masih data terakhir tahun

2015 sesuai dengan data Jembrana Dalam Angka 2018. Kendati

demikian, Penurunan produksi padi berbanding lurus dengan tingkat

kemiskinan. Dari kondisi ini dapat diduga penurunan produksi padi

berpengaruh signifikan dengan tingkat kemiskinan. Walapun terjadi

peningkatan luas lahan, pertanian harus menjadi perhatian serius

mengingat ketahanan pangan sangat dipengaruhi oleh luasan lahan.

Kondisi saat ini, kelestarian ketahanan pangan menghadapi

berbagai ancaman oleh kepentingan berbagai pihak baik

perkembangan penduduk yang semakin membutuhkan perumahan

(alih fungsi lahan), lemahnya pengendalian dari pihak yang

berwenang serta perkembangan bisnis.

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 103

BAB IV

KEBIJAKAN DAN PROGRAM

PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI DAERAH

4.1 Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan

Pengentasan kemiskinan merupakan salah satu dari pada tujuan pembangunan

nasional maupun daerah yang dilaksanakan melalui kebijakan, strategi dan program

penanggulangan kemiskinan secara terkoordinasi dari tingkat pusat hingga daerah.

Penanggulangan kemiskinan daerah Kabupaten Jembrana telah terintegrasikan dalam

kebijakan pembangunan daerah yang tertuang mulai dari Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2016-2021 hingga implementasinya dalam Rencana

Kerja Tahunan Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Jembrana. Kebijakan

penanggulangan kemiskinan daerah Kabupaten Jembrana adalah sesuai dengan Visi

Pembangunan dalam RPJMD Kabupaten Jembrana yaitu :

""Terwujudnya Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia yang Unggul dan

Berdaya saing Dalam Rangka Optimalisasi Pemanfaatan sumber Daya menuju

Masyarakat Jembrana yang Sejahtera "

dengan Misi sebagai berikut :

1. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang profesional berdaya saing

yang unggul.

2. Mengoptimalkan pemanfaatkan sumber daya ekonomi dan sumber daya alam.

3. Melakukan berbagai inovasi, dan jiwa entrepreneur masyarakat berbasis

Research dengan pemanfaatan kemajuan IPTEK.

Sejalan dengan visi dan misi tersebut di atas, maka kebijakan penanggulangan

kemiskinan di Kabupaten Jembrana yang seharusnya dituangkan lebih lanjut kedalam

Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD) Kabupaten Jembrana 2016–2021

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 104

atau Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Kabupaten Jembrana adalah

diarahkan pada permasalahan pokok kemiskinan yaitu :

(1) kurangnya kesempatan kerja/berusaha;

(2) rendahnya kemandirian dan kemampuan;

(3) rendahnya partisipasi dan kualitas sumberdaya masyarakat miskin; dan

(4) lemahnya jaminan atau perlindungan sosial.

Berdasarkan atas permasalahan tersebut maka kebijakan penanggulangan

kemiskinan didaerah yang mengacu pada kebijakan pusat adalah :

1. Peningkatan pendapatan penduduk miskin melalui perluasan kesempatan

(promoting opportunity), dimana pemerintah bersama swasta dan masyarakat

menciptakan kesempatan kerja dan berusaha bagi masyarakat miskin dengan

mewujudkan iklim usaha dan kebijakan makro ekonomi yang berpihak pada

orang miskin, mendorong peningkatan UMKMK maupun pertanian dan kegiatan

produktif serta bursa pengiriman tenaga kerja dalam maupun luar negeri.

2. Peningkatkan kemampuan dan kemandirian masyarakat miskin serta penguatan

kelembagaannya (capacity building) melalui Pemberdayaan Masyarakat

(community empowerment), dimana pemerintah bersama dengan swasta dan

masyarakat memberdayakan masyarakat miskin agar mampu mengembangkan

prakarsa membangun dirinya dan lingkungannya secara lebih baik bagi

kemajuan mereka sendiri dengan bekerja dan berusaha secara lebih produktif

serta berpartisipasi dalam berbagai aspek baik ekonomi, sosial, politik,

menyalurkan aspirasi, mengidentifikasi masalah dan kebutuhannya sebagai

bentuk dari pada perencanaan partisipatif dan Pro Poor.

3. Peningkatan pemberdayaan perempuan dan anak, dimana pemerintah

mengajak swasta dan masyarakat untuk meningkatkan peran perempuan dan

kualitas anak melalui pendidikan (formal maupun non formal), kesehatan,

kesetaraan gender, akses ekonomi dan keuangan produktif.

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 105

4. Perlindungan sosial (social protection), yakni pemerintah melalui kebijakan

publik mengajak sektor swasta dan masyarakat memberikan jaminan

perlindungan dan rasa aman bagi masyarakat miskin terutama orang yang

secara fungsi tidak bisa dikembangkan lagi (sampai batas tertentu) seperti

orang jompo, anak terlantar, cacat dan kelompok masyarakat miskin yang

disebabkan oleh bencana, krisis ekonomi dan konflik sosial.

5. Pengurangan beban pengeluaran penduduk miskin melalui peningkatan akses

pada pelayanan dasar terutama pada akses pangan, perumahan, dukungan

layanan pendidikan, kesehatan dan infrastruktur yang berkualitas.

4.2 Strategi Penanggulangan Kemiskinan

Strategi penanggulangan kemiskinan yang bertitik fokus pada pemberdayaan

masyarakat pada dasarnya menempatkan masyarakat sebagai pelaku utama

pembangunan. Oleh karena itu maka memerlukan strategi pendekatan sebagai berikut:

a. Meningkatkan pendapatan penduduk miskin melalui peningkatan kemampuan

pengelolaan, memperoleh peluang dan keberpihakan, kemudahan memperoleh

aksesibilitas terhadap pembiayaan usaha ekonomi sekala mikro sehingga masyarakat

miskin menjadi lebih produktif.

b. Mengurangi beban pengeluaran penduduk miskin melalui penyediaan dan

pemenuhan kebutuhan dasar, seperti pendidikan, kesehatan, infrastruktur dan

lingkungan yang mempermudah/mendukung kegiatan sosial ekonomi sesuai tingkat

produktivitasnya.

Berdasarkan strategi pendekatan tersebut maka sasaran penanggulangan kemiskinan

adalah sesuai dengan kelompok umur sebagai berikut :

1. Kelompok usia sekolah/belum produktif ( umur < 18 tahun ).

2. Kelompok usia kerja/produktif ( umur 18 – 60 tahun ).

3. Kelompok usia lanjut/tidak produktif ( umur > 60 tahun ).

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 106

Namun berdasarkan kebijakan penanggulangan kemiskinan tersebut diatas,

maka strategi yang lebih komprehensif dalam penanggulangan kemiskinan dan juga

mengacu pada strategi pusat yang telah digarisknan adalah sebagai berikut :

1. Melakukan pengurangan beban pengeluaran masyarakat miskin dengan

memprioritaskan bantuan program pada masyarakat miskin yang terkena

langsung dampak bencana, krisis ekonomi maupun konflik sosial serta dengan

program pro rakyat antara lain : peningkatan sarana dan prasarana

pendidikan, revitalisasi sekolah-sekolah, bantuan biaya pendidikan,

pembebasan biaya kesehatan dasar dan pengembangan infrastruktur dasar

serta reformasi birokrasi/penyelenggaraan pemerintahan yang efektif dan

efisien.

2. Meningkatkan kemampuan dan produktivitas serta pendapatan masyarakat

miskin melalui pemberdayaan dengan membentuk kelompok dan pemberian

pembinaan, fasilitasi, pendampingan, serta konsultasi pada kelompok sasaran.

3. Mengembangkan dan menjamin keberlanjutan usaha mikro dan kecil melalui

pengembangan sentra-sentra industri dan pertanian pendukung industri

pariwisata Bali sehingga masyarakat (miskin) lebih berperan sesuai potensi

yang ada.

4. Melakukan sinergi kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan

dengan kebijakan ekonomi makro yang berpihak pada orang miskin.

4.3 Program Dan Kegiatan Penanggulangan Kemiskinan

Berdasarkan kebijakan dan strategi penanggulangan kemiskinan tersebut

dan mengacu kepada kelompok program penanggulangan kemiskinan secara nasional,

maka program dan kegiatan yang relevan dengan upaya penanggulangan kemiskinan

yang telah dilaksanakan di Kabupaten Jembrana tahun 2017 yaitu sebagai berikut :

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 107

4.3.1 Kelompok program bantuan sosial terpadu berbasis individu dan keluarga,

bertujuan untuk melakukan pemenuhan hak dasar, pengurangan beban hidup

dan perbaikan kualitas hidup masyarakat miskin, seperti :

1. Pelatihan dan Bahan usaha Ekonomi Produktif (UEP) untuk KUBE

2. Bantuan Beras bagi Lanjut Usia Miskin

3. Bantuan Beras bagi Anak Terlantar dalam Panti Asuhan

4. Bantuan Peralatan Sekolah bagi Anak Keluarga Miskin

5. Beras Sejahtera (Rastra)

6. Beras bagi Penyandang Cacat

7. Pemberian sembako kepada masyarakat kabupaten

8. Bantuan Kursi Roda bagi Penyandang Cacat

9. Bantuan Tongkat Ketiak bagi Penyandang Cacat

10. Bantuan Peralatan Sekolah untuk Penyandang Cacat

11. Bantuan Alat Pendengaran bagi Penyandang Cacat

12. Paket Sembako untuk Korban bencana dan PMKS lainnya

13. Sembako bagi anggota Veteran dalam rangka Kemerdekaan RI

14. Sembako bagi anggota Veteran dalam rangka HUT RI

15. Pemberian Program Indonesia Pintar (PIP)

16. Pelayanan KIE

17. Pelayanan Pemasangan Kontrasepsi KB

18. Pelayanan MOP

19. Pertemuan Kerja Kampung KB

20. Pertemuan Forum Musyawarah

21. Loka Karya Mini Tk Kampung KB

22. Pemberian Tambahan Makanan dan Vitamin

23. Pelayanan pemeliharaan kesehatan lansia

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 108

4.3.2 Kelompok program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan

masyarakat, bertujuan untuk mengembangkan potensi dan memperkuat

kapasitas kelompok, seperti :

1. Penanggulangan Kemiskinan Terpadu.

2. Penilaian kelas Pokmas.

3. Penyediaan Air Minum Berbasis Masyarakat.

4. Fasilitasi dan stimulasi pembangunan Perumahan masyarakat kurang

mampu.

5. Pembangunan sarana dan prasarana lingkungan Perumahan.

6. Penyediaan Sarana Air Bersih dan Sanitasi Dasar Terutama Bagi Masyarakat

Miskin.

7. Pembangunan sarana dan Prasarana air minum.

8. Peningkatan Sarana dan Prasarana Perikanan Budidaya.

9. Penyediaan Rehabilitasi Sarana Prasarana Pengelolaan Mutu dan

Pemasaran Hasil Perikanan.

10. Pengadaan Jukung Nelayan Bahan Fiber (Sudah termasuk Mesin).

11. Pengadaan Bahan Alat Tangkap Ikan untuk kelompuk Nelayan (jaring).

12. Pengadaan Alat Bantu Penangkapan Ikan unuk Kelompok Nelayan (serok).

13. Pengdaan Keselamatan Awak kapal/Nelayan (life jacket).

14. Perencanaan Pengadaan Jukung Nelayan Bahan Fiber (sudah termasuk

mesin).

15. Pengawasan Pengadaan Jukung Nelayan Bahan Fiber (sudah termasuk

mesin).

16. Pengembangan Media Promosi dan Informasi Sadar Hidup Sehat.

17. Pembinaan/Lomba kelompok UPPKS Tk. Prov Bali.

18. Bimbingan Managemen Usaha bagi Perempuan dlm mengelola usaha.

19. Pengadaan Peralatan Pendidikan dan Keterampilan Bagi Pencari Kerja

20. Pengadaan Bahan dan Materi Pendidikan dan Keterampilan Kerja

21. Pendidikan dan Pelatihan Keterampilan Bagi Pencari Kerja

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 109

22. Pengembangan Standarisasi Kompetensi Kerja dan Pelatihan Kerja.

23. Pengembangan Standarisasi Kompetensi Kerja dan Pelatihan Kerja Binalatas

(PNBP).

4.3.3 Kelompok program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan

usaha ekonomi mikro dan kecil, bertujuan untuk memberikan akses dan

penguatan ekonomi bagi pelaku usaha ekonomi mikro dan kecil, seperti :

1. Pembinaan dan Pengembangan Usaha kelompok masyarakat dan Lembaga

ekonomi perdesaan.

2. Pembinaan BUMDes.

3. Penyelenggaraan Pembinaan Industri rumah Tangga, Industri Kecil dan

Industri Menengah.

4. Fasilitasi bagi Industri Kecil dan Menengah terhadap pemanfaatan Sumber

daya.

5. Pengembangan dan Pelayanan Teknologi Industri.

6. Pemanfaatan pekarangan untuk pengembangan pangan.

7. Penanganan Pasca Panen dan Pengolahan Hasil Pertanian.

8. Pengembangan Intensifikasi tanama padi, palawija.

9. Peningkatan Insentif dan disinsentif bagi petani/kelompok tani.

10. Penyediaan sarana produksi pertanian/perkebunan.

11. Pengadaan sarana dan prasarana teknologi pertanian/perkebunan tepat

guna.

12. Penyuluhan Penerapan Teknologi pertanian/perkebunan tepat guna.

13. Pengembangan Agribisnis Peternakan.

4.3.4 Kelompok Program Lainnya

1. Peningkatan produksi, produktivitas dan mutu produk perkebunan, produk

pertanian

2. Pembinaan Pengelolaan Pasar Desa

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 110

4.4 Penanganan Pengaduan Masyarakat

Penanganan pengaduan masyarakat yang mencakup kegiatan penerimaan,

pencatatan, penelahaan, penyaluran, tindak lanjut, pemantauan dan pengarsipan di

Kab. Jembrana secara umum sudah terlaksana sesuai dengan Undang-Undang Nomor

25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik, bahwa penyelenggara pelayanan publik

berkewajiban menyediakan sarana pengaduan dengan tenaga pelaksana yang

kompeten dalam pengelolaan pengaduan dengan mengedepankan azas penyelesaian

yang cepat dan tuntas. Tetapi khusus terkait dengan penanggulangan kemiskinan

penanganan pengaduan masyarakat dapat dilakukan dengan datang langsung ke

Sekretariat TKPKD Kabupaten Jembrana di Kantor Bappeda Litbang Kabupaten

Jembrana atau menghubungi nomor telepon Sekretariat TKPKD Jembrana di nomor

(0365) 41067. Pengaduan juga dapat disampaikan dengan mengirimkan SMS (Short

Message Services) ke nomor 08123870870 atau melalui call center di nomor (0365)

41210, website : www.jembranakab.go.id. Pengaduan juga dapat disampaikan

langsung kepada SKPD pemegang program yang rutin melakukan monitoring dan

evaluasi berjalannya program kerja masing-masing SKPD.

Mekanisne penanganan pengaduan mulai dari perumusan dan penyiapan

penanganan aspirasi dan pengaduan, kampanye penanganan aspirasi dan pengaduan,

serta perumusan dan penyiapan bahan sosialisasi dan kampanye tentang perlunya

pendampingan masyarakat dalam penyampaian pengaduan. Namun demikian sampai

saat ini belum terdapat pengaduan masyarakat terkait dengan penanggulangan

kemiskinan yang disampaikan secara resmi kepada Pemerintah Kabupaten/SKPD di

Kabupaten Jembrana. Kondisi ini diakibatkan oleh penerimaan masyarakat terhadap

program-program penanggulangan kemiskinan yang dijalankan oleh Pemerintah

Kabupaten Jembrana sudah cukup baik atau dapat juga karena masyarakat belum

cukup menerima sosialisasi terkait saluran pengaduan tersebut. Ke depan, masyarakat

harus tetap mendapatkan advokasi untuk melakukan pengaduan jika ada program-

program penanggulangan kemiskinan yang dirasa belum efektif. Hal ini berguna untuk

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 111

menjamin kualitas program agar efektif, efisien dan tepat sasaran sehingga kualitas

pelayanan publik dapat terus ditingkatkan.

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 112

BAB V

KOORDINASI, PENGENDALIAN DAN PELAKSANAAN PROGRAM

PENANGGULANGAN KEMISKINAN

5.1 Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan

Agar pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan bisa berjalan dan

berhasil menurunkan tingkat kemiskinan, maka sangat membutuhkan adanya

keterpaduan dan sinergisitas antar stakeholder yang terlibat, baik di tingkat daerah

maupun di tingkat pusat. Keterpaduan dan sinergisitas ini akan terwujud bila terdapat

koordinasi yang baik dan berkelanjutan.

Dengan pertimbangan bahwa kemiskinan masih menjadi problem di berbagai

negara di dunia ini, maka “penghilangan kemiskinan dan kelaparan” pada 2030

menjadi “tulang punggung” dari tujuan agenda pembangunan berkelanjutan.

Kemiskinan yang menjadi tujuan utama MDGs kembali menjadi tujuan utama dalam

SDGs. Selain karena kemiskinan dan kelaparan masih sebagai problem dunia,

menjadikan penghapusan kemiskinan sebagai tujuan utama diarahkan untuk

menjamin keberlanjutan capaian MDGs. Persoalan kemiskinan ditempatkan dalam

kerangka multidimensi, yakni melihat kemiskinan dari berbagai dimensi dan

memandang penyebab kemiskinan dari berbagai sisi. Dalam Outcome Document

Transforming Our World: The 2030 Agenda For Sustainable Development tujuan

mengakhiri kemiskinan menjadi tujuan “utama” dari 17 tujuan yang disepakti dalam

SDGs. Tujuan pertama dari 17 tujuan SDGs adalah “Mengakhiri Kemiskinan dalam

Segala Bentuk Di Mana Pun” (End poverty in all its forms everywhere). Tujuan utama

tersebut harus menjadi tema pembangunan, agenda utama dan berkelanjutan yang

melatari berbagai tujuan pembangunan lainnya seperti infrastruktur, pariwisata,

pangan dan energi dan lain-lain.

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 113

Di dalam RPJPN 2005-2025, masalah kemiskinan dilihat dalam kerangka

multidimensi, karenanya kemiskinan bukan hanya menyangkut ukuran pendapatan,

melainkan karena menyangkut beberapa hal antara lain: (i) kerentanan dan kerawanan

orang atau masyarakat untuk menjadi miskin; (ii) menyangkut ada/tidak adanya

pemenuhan hak dasar warga dan ada/tidak adanya perbedaan perlakuan seseorang

atau kelompok masyarakat dalam menjalani kehidupan secara bermartabat. Sasaran

Global Kemiskinan menurut SDGs, yaitu :

1. Pada tahun 2030, mengentaskan kemiskinan ekstrim bagi semua orang di mana

pun, di mana ukuran yang digunakan sekarang adalah mereka yang hidup dengan

pendapatan kurang dari $ 1,25 perhari

2. Pada tahun 2030, mengurangi setidaknya separuh proporsi dari laki-laki,

perempuan dan anak-anak segala umur yang hidup dalam kemiskinan dalam segala

dimensi menurut definisi nasional

3. Di tingkat nasional mengimplementasikan sistem dan ukuran perlindungan sosial

yang tepat bagi semua level dan pada tahun 2030 sudah mencapai cakupan yang

cukup substansial terhadap yang miskin dan rentan

4. Pada tahun 2030, memastikan bahwa semua laki-laki dan perempuan, terutama

mereka yang miskin dan rentan, memiliki hak yang sama terhadap sumber-sumber

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 114

ekonomi, juga terhadap pelayanan dasar, kepemilikan dan kontrol atas tanah dan

bentuk-bentuk kekayaan lainnya, warisan, sumber daya alam, teknologi baru yang

layak dan pelayanan finansial, termasuk keuangan mikro

5. Pada tahun 2030, membangun ketahanan masyarakat miskin dan mereka yang

berada dalam kondisi rentan, dan mengurangi kerentanan mereka terhadap

kejadian ekstrim yang terkait iklim dan guncangan ekonomi, sosial dan lingkungan

dan bencana.

6. Memastikan mobilisasi sumber daya yang signifikan dari berbagai sumber, termasuk

melalui kerjasama pembangunan yang diperluas, dalam rangka menyediakan alat-

alat yang cukup dan mudah diprediksi oleh negara-negara berkembang, khususnya

negara-negara kurang berkembang, untuk mengimplementasikan program dan

kebijakan yang dapat mengakhiri kemiskinan dalam semua dimensinya

7. Menciptakan kerangka kerja kebijakan pada level nasional, regional dan

internasional, yang berdasarkan pada strategi pembangunan yang berpihak pada

yang miskin dan gender sensitive, untuk mempercepat investasi dalam aksi-aksi

pengentasan kemiskinan

Namun pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan agar lebih

terkoordinasi dari tingkat pusat hingga daerah, maka baru tahun 2010 dengan

keluarnya Peraturan Presiden Nomor 15 tentang Percepatan Penanggulangan

Kemiskinan yang ditindak lanjuti dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 42

tahun 2010 tentang Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Propinsi dan

Kabupaten/Kota, di tingkat pusat dibentuk Tim Nasional Percepatan Penanggulangan

Kemiskinan (TNP2K) dan di tingkat daerah dibentuk Tim Koordinasi Penanggulangan

Kemiskinan Propinsi dan Kabupaten/Kota (TKPKD). Tim ini memiliki fungsi dan tugas

mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawalan dan pemantauan serta pelaporan

hasil pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan yang di daerah disebut LP2KD.

5.1.1 Koordinasi di Tingkat Daerah

Kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan di Kabupaten

Jembrana selama sepuluh tahun terakhir telah berjalan sesuai dengan visi dan

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 115

misi pembangunan dalam RPJMD Kab. Jembrana, hanya saja secara

terkoordinasi masih perlu ditingkatkan atau dimantapkan sesuai dengan

Peraturan Presiden Nomor 15 tahun 2010 tentang Percepatan

Penanggulangan Kemiskinan dan pembentukan Tim Koordinasi

Penanggulangan Kemiskinan Kabupaten Jembrana sesuai Peraturan Menteri

Dalam Negeri Nomor 42 tahun 2010 tentang Tim Koordinasi Penanggulangan

Kemiskinan Propinsi dan Kabupaten/Kota. Khusus untuk Kabupaten

Jembrana, TKPKD baru terbentuk pada tahun 2013 melalu Surat Keputusan

Bupati Jembrana Nomor 324/Bappeda PM/2013 Tentang Pembentukan Tim

Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Kabupaten Jembrana.

Koordinasi antar dan intern SKPD Kabupaten Jembrana melalui rapat-

rapat perencanaan, pelaksanaan, pengendalian sampai dengan evaluasi

pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan dan pengarahan dari

pimpinan daerah kepada SKPD pada rapat koordinasi dan apel koordinasi tiap

hari Senin tentang kebijakan, program kerja dan target capaian kinerja

termasuk pengentasan kemiskinan terkait dengan keberlanjutan pencapaian

SDGs dan peningkatan kesejahteraan masyarakat Jembrana. Dengan upaya-

upaya yang dilakukan tersebut memang tidak dapat dipungkiri bahwa di

Kabupaten Jembrana terdapat kemajuan baik hasil pembangunan fisik

maupun kondisi kehidupan masyarakatnya. Sedangkan koordinasi dengan

Propinsi, sebelumnya memang terbatas, dan sekarang intensitas koordinasi

mulai ada peningkatan melalui rapat koordinasi kemiskinan di Bappeda

Provinsi Bali.

5.1.2 Koordinasi dengan Pusat

Koordinasi pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan

Kabupaten Jembrana dengan Pemerintah Pusat selama ini sudah berjalan

dengan baik, koordinasi dengan pusat lebih sering melalui Provinsi Bali atau

fasilitasi dari Provinsi Bali terkait penyerahan data-data kemiskinan. Hal ini

untuk mensinkronkan dan mensinergikan kebijakan-kebijakan dan program

dari pusat dengan daerah disamping karena terbatasnya sumber daya di

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 116

Kabupaten Jembrana dalam penanggulangan kemiskinan sehingga perlu

proaktif mengakses ke pusat.

Semenjak pemerintahan era reformasi dan otonomi daerah

digulirkan, Jembrana memang telah banyak melakukan inovasi kebijakan dan

program pembangunan yang mengarah pada penerapan prinsip-prinsip

pemerintahan yang baik (good governance), termasuk dalam upaya

penurunan tingkat kemiskinan. Jembrana juga telah lebih dahulu bahkan

menjadi pelopor dalam melakukan strategi penanggulangan kemiskinan

melalui peningkatan pendapatan/daya beli dan pengurangan beban

pengeluaran masyarakat melalui bebas biaya pendidikan dan kesehatan, bea

siswa hingga ke perguruan tinggi, perbaikan sarana prasarana infrastruktur

perkotaan dan pedesaan maupun bantuan dana bergulir kepada kelompok

masyarakat (pokmas) dan Koperasi-UKM, pemetaan KK miskin (by name, by

adress dan by problems) serta penyelenggaraan pemerintahan yang bebas

pungli dan lain-lain.

Inovasi kebijakan pembangunan di Kabupaten Jembrana tidaklah

terlepas dari kapasitas seorang pimpinan (Bupati) yang memiliki kemampuan

dan keberanian melahirkan dan menerapkan ide-ide yang dapat dipandang

strategis sehingga hampir selama 10 tahun Kabupaten Jembrana menjadi

obyek yang dikunjungi oleh lebih dari dua ribu rombongan studi banding dari

berbagai Instansi Pemerintah Kabupaten/Kota, Propinsi dan Pemerintah Pusat

(Kementerian/Lembaga) serta para akademisi/Perguruan Tinggi

Negeri/Swasta dari seluruh pelosok tanah air. Bahkan munculnya program

SAPA dari Kemenkopmk yang bergerak dibidang fasilitasi, koordinasi dan

evaluasi kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan pusat dan

daerah adalah terinspirasi juga oleh konsep kebijakan inovasi pengentasan

kemiskinan di Kabupaten Jembrana. Jadi dapat dikatakan bahwa

hubungan/koordinasi antara pemerintah pusat dengan Kabupaten Jembrana

sudah terjalin secara timbal balik dan cukup intensif.

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 117

5.2 Permasalahan Dalam Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan

Dalam melakukan koordinasi penanggulangan kemiskinan di daerah Kabupaten

Jembrana, beberapa permasalahan yang sering dihadapi antara lain :

1. Masih ada perbedaan data dan persepsi diantara stakeholder terkait, khususnya

dalam hal menginterpretasikan masyarakat/penduduk miskin dan rumah

tangga/KK miskin yang menjadi sasaran program/kegiatan baik secara

konsepsional maupun praktek di lapangan termasuk perbedaan fokus/orientasi

pada penanggulangan kemiskinan.

2. Perwakilan stakohelder terkait dalam koordinasi penanggulangan kemiskinan

seringkali berganti-ganti dan kurang memahami permasalahan, padahal

permasalahan yang dikoordinasikan merupakan kelanjutan dari koordinasi dan

sinkronisasi pada rapat-rapat sebelumnya sehingga kemajuan koordinasi sering

terhambat oleh informasi yang kurang pas akibat perwakilan SKPD yang datang

berganti-ganti.

3. Masih adanya ego sektoral pada beberapa SKPD terkait sehingga program dan

kegiatan yang dilaksanakan berpotensi tumpang tindih dan kurang efektif.

4. Belum optimalnya koordinasi antar lembaga di pemerintah, dunia usaha, LSM

dan masyarakat madani dalam bermitra dan bekerjasama dalam

penanggulangan kemiskinan serta penciptaan lapangan kerja.

5. Perlu adanya verifikasi dan validasi data BDT 2015

6. Masih adanya kurang pemahaman bahwa penanggulangan kemiskinan sebagai

salah satu upaya untuk mencapai tujuan pembangunan nasional maupun

daerah sehingga tidak dapat memberikan akses dan respon yang memadai.

7. TKPKD yang terbentuk belum sepenuhnya dapat berfungsi secara aktif dan

partisipatif.

8. Belum semua SKPD mengetahui atau mencatat secara berkesinambungan data

indikator program/kegiatannya sehingga sulit mengevaluasi kinerja dan

keberhasilan SKPD dalam mendukung pencapaian tujuan pembangunan daerah

khususnya dalam hal penanggulangan kemiskinan daerah.

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 118

5.3 Langkah-Langkah Percepatan Penanggulangan Kemiskinan

Tingkat kemiskinan yang masih cukup tinggi dan masalah kemiskinan

merupakan hambatan yang sangat signifikan terhadap perkembangan hasil

pembangunan serta target pencapaian MDGs tahun 2015 dan keberlanjutan SDGs,

maka perlu ada langkah-langkah percepatan penanggulangan kemiskinan di masing-

masing daerah. Adapun langkah-langkah percepatan yang dilakukan di Kabupaten

Jembrana antara lain :

1. Melakukan pemantapan koordinasi, sinkronisasi dan sinergi perencanaan,

pelaksanaan program, penetapan sasaran dan target, monitoring dan evaluasi.

2. Melakukan survey pencocokan dan penelitian (coklit) KK miskin setiap awal tahun

untuk memperoleh data perkembangan jumlah riil di lapangan.

3. Melakukan perencanaan partisipatif dan pro poor serta pengintegrasian

perencanaan pada setiap desa kedalam perencanaan pembangunan daerah.

4. Melakukan verivali terhadap data BDT 2015, sehingga mendapatkan data yang

pasti untuk dapat mensinergikan program dan kegiatan penanggulangan

kemiskinan.

5. Melakukan fasilitasi penyusunan RPJMDes, pelaksanaan dan monitoring

BUMDes.

6. Melanjutkan program pro rakyat seperti pendidikan dan kesehatan bersubsidi,

pemberian beasiswa dan bedah rumah untuk keluarga miskin serta peningkatan

Sumber Daya Manusia.

7. Meningkatkan kelestarian lingkungan serta membatasi alih fungsi lahan

produktif.

5.4 Pelaksanaan Program/Kegiatan Tahun 2017

Pelaksanaan penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Jembrana mengacu

pada 4 (empat) kelompok program Nasional yaitu :

1) Kelompok program bantuan sosial terpadu berbasis keluarga.

2) Kelompok Program Pemberdayaan Kelompok Masyarakat.

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 119

3) Kelompok Program Permberdayaan Usaha Mikro dan Kecil.

4) Kelompok Program Pro Rakyat Lainnya.

Adapun rencana dan realisasi program dan kegiatan pelaksanaan penanggulangan

kemiskinan Kabupaten Jembrana tahun 2017 sebagai terlampir.

5.5 Pengendalian Pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan

5.5.1 Program Penanggulangan Kemiskinan Terpadu Berbasis Rumah

Tangga/Keluarga.

Pengendalian penanggulangan kemiskinan terpadu berbasis rumah

tangga di Kabupaten Jembrana untuk masing-masing kegiatan sampai pada

lokasi sasaran tahun 2017 seperti Program Pemberdayaan Fakir Miskin,

Komunitas Adat Terpencil (KAT) dan Penyandang Masalah Kesejahteraan

Sosial (PMKS) lainnya, Program Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan

Sosial, Program Pemberdayaan Kelembagaan Kesejahteraan Sosial, Program

Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun, Program KB, Program Perbaikan Gizi

masyarakat dan Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Lansia.

Pengendaliannya dilaksanakan oleh Tim dari SKPD terkait yang tergabung

dalam TKPKD dengan melibatkan pihak kecamatan, Kepala Desa dan Kepala

Dusun setempat dan dilaksanakan oleh SKPD pelaksana dengan melibatkan

petugas kesehatan sampai di tingkat puskesmas maupun poskesdes

setempat.

5.5.2 Program Penanggulangan Kemiskinan Terpadu Berbasis Kelompok

Masyarakat

Pengendalian penanggulangan kemiskinan terpadu berbasis komunitas

juga dilaksanakan secara terpadu dan sinergis, dengan melibatkan

stakeholders sampai ke tingkat desa dan dusun maupun SKPD pelaksana.

Tahun 2017 kegiatan pemberdayaan masyarakat miskin melalui monitoring

dan pembinaan dan BUMDes, pemberdayaan masyarakat dengan

pendampingan dan Program Pengembangan Perumahan dalam pelaksanaan

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 120

pengendaliannya telah melibatkan peran serta aktif masyarakat dan faskab

sampai ditingkat desa maupun dusun setempat.

5.5.3 Program Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Usaha Mikro dan Kecil

Pengendalian program penanggulangan kemiskinan terpadu berbasis

Usaha Mikro dan Kecil diarahkan kepada kelompok-kelompok usaha baik

kelompok pengusaha kecil, Koperasi maupun masyarakat miskin yang

dilaksanakan secara terpadu antara pihak pemerintah mulai SKPD terkait di

Kabupaten, tingkat Kecamatan, dan Desa serta Dusun dengan melibatkan

pihak perbankan serta CSR.

5.5.4 Program Penanggulangan Kemiskinan Pro Rakyat Lainnya

Pengendalian program penanggulangan kemiskinan pro

rakyat/inisiatif daerah yang telah dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten

Jembrana dilakukan secara selektif dengan melibatkan SKPD terkait baik di

tingkat Kabupaten, pihak sekolah, pihak kecamatan dan aparat desa

setempat. Disamping itu informasi dari warga masyarakat di sekitar lokasi

tempat tinggal masyarakat yang menjadi sasaran program/kegiatan juga

dijadikan bahan pertimbangkan.

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 121

BAB VI

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Penurunan angka kemiskinan sebagai salah satu target pembangunan sangat

memerlukan kebijakan dan program pembangunan yang berkelanjutan. Selain itu, program

pembangunan yang dilakukan hendaknya secara menyeluruh dan berkeseimbangan antara

pembangunan sumber daya manusia dan sumber daya alam yang keduanya juga sama-sama

menjadi indikator kemiskinan. Selama ini, prioritas pembangunan lebih banyak

mengedepankan pada sumber daya manusianya, sedangkan sumber daya alam

mendapatkan porsi yang kurang seimbang. Untuk itulah, ke depannya pembangunan

hendaknya mewujudkan keseimbangan antara pembangunan sumber daya manusia dengan

sumber daya alam. Jika tidak, sumber daya alam yang tidak lestari akan dapat memicu

kemiskinan masa kini ataupun masa depan.

6.1 Prioritas Intervensi Sektoral Dan Wilayah

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya maka

dapat disimpulkan, bahwasanya prioritas intervensi sektoral dan wilayah yang dapat

ditempuh kedepan seyogyanya diarahkan agar lebih fokus kepada :

• Bidang Kemiskinan dengan menggunakan tingkat kemiskinan sebagai indikator

utama meskipun belum didukung tingkat pengangguran tiap Kecamatan

sebagai indikator pendukung, maka prioritas intervensi wilayah seyogyanya

dilakukan terhadap Kecamatan Melaya, sedangkan kecamatan lainnya yaitu,

Negara, Jembrana, Pekutatan dan Mendoyo prioritas selanjutnya baik

perbaikan di bidang pendidikan, kesehatan, infrastruktur, ekonomi dan lain-

lain.

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 122

• Bidang Pendidikan dengan menggunakan indikator APM, APK, APS, Angka Buta

Huruf yang masih cukup berfluktuasi dan cenderung ke arah positif, tentunya

dari Dinas atau SKPD terkait untuk tetap memperhatikan hal ini agar kualitas

pendidikan di Kabupaten Jembrana menjadi lebih baik, dengan harapan jika

indikator-indikator tersebut menunjukkan hasil baik tentunya dapat secara

tidak langsung berindikasi dalam pengentasan kemiskinan.

• Bidang Infrastruktur Dasar belum didukung data Kecamatan. Namun secara

indikator mengenai Proporsi Rumah Layak Huni dan Sanitasi Layak masih perlu

ditingkatkan.

• Bidang Ketahanan Pangan yang ditunjukkan oleh indikator utama Hasil produksi

padi/gabah dengan indikator pendukung Luas Panen cukup mendukung

terhadap program penanggulangan kemiskinan, namun perkembangan harga

bahan kebutuhan pokok yang kurang terkendali dan pertumbuhan ekonomi

Jembrana yang kurang memadai menghambat penanggulangan kemiskinan.

6.2 Implikasi Penyesuaian Program Dan Anggaran Belanja

Sebagai konsekuensi dari prioritas intervensi sektoral dan wilayah yang lebih

fokus kepada meningkatkan pendapatan penduduk miskin dan mengurangi beban

pengeluaran penduduk miskin, maka implikasi terhadap penyesuaian program dan

anggaran belanja, kedepan agar seluruhnya bersinergi menuju pada sasaran :

• Bidang kemiskinan dan ketenagakerjaan, peningkatan anggaran yang

dialokasikan selama ini kurang signifikan menekan angka kemiskinan di

Kabupaten Jembrana walau lebih rendah dari angka nasional, namun masih

diatas rata-rata Provinsi Bali. Oleh karena itu kedepan perlu adanya

penyesuaian anggaran yang lebih berpihak pada bidang penanggulangan

kemiskinan. Penyesuaian anggaran agar difokuskan pada pembiayaan program-

program yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat melalui investasi,

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 123

pemberdayaan masyarakat, PPKB, peningkatan kualitas dan akses tenaga kerja

yang lebih siap bersaing karena angka pengangguran Jembrana lebih kecil dari

pada Propinsi;

• Bidang kesehatan, anggaran yang dialokasikan dari APBD terus meningkat

secara signifikan dari tahun ke tahun, walaupun sudah berhasil menyumbang

pencapaian AKB lebih rendah dari rata-rata provinsi maupun nasional namun

masih perlu disesuaikan kembali pengalokasiannya ke program-program yang

lebih efektif menyasar dan mengurangi angka kesakitan dan kematian bayi

serta peningkatan kualitas pelayanan, sehingga kedepan indikator dan

penanganan kesehatan di Kabupaten Jembrana dapat meningkat yang

didukung oleh data indikator Kesehatan yang lebih memadai.

• Bidang Pendidikan yang sudah menyerap anggaran cukup besar dari APBD

selama 5 tahun terakhir terbukti cukup berhasil mencapai indikator pendidikan

lebih baik dari Propinsi maupun Nasional.

• Bidang Infrastruktur, selama 5 tahun terakhir sudah mendapat porsi yang cukup

besar dari APBD. Penyesuaian kedepan perlu diarahkan pada pembiayaan

program-program untuk pemerataan pemenuhan rumah layak huni dan air

minum layak.

• Bidang Ketahanan Pangan, selama ini potensi Jembrana cukup mendukung dari

segi produksi padi/beras meskipun anggaran masih dibawah 1% dari seluruh

APBD. Kedepan perlu lebih disesuaikan baik dari sisi peningkatan anggaran

maupun program dan kegiatan yang dilaksanakan selama ini sehingga potensi

ketahanan pangan bisa dipertahankan.

LP2KD Kabupaten Jembrana 2018 124

6.3 Rencana Koordinasi Dan Pengendalian Pelaksanaan Program Penanggulangan

Kemiskinan

Belum tercapainya target penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Jembrana

secara kuantiatif maupun kualitatif maka mengharuskan Kabupaten Jembrana untuk

melakukan upaya-upaya yang lebih intensif dalam percepatan penanggulangan

kemiskinan sehingga maksimal tahun 2017 mencapai angka minimal dibawah 5%.

Mengingat kondisi kemiskinan yang bersifat multi dimensi, maka memerlukan

rencana koordinasi, sinkronisasi dan pengendalian pelaksanaan program

penanggulangan kemiskinan dengan yang langkah-langkah ditempuh sebagai berikut:

• Meningkatkan kuantitas dan kualitas koordinasi antar stakeholders terkait,

khususnya SKPD yang tergabung dalam TKPKD Kabupaten Jembrana, sehingga

perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian program penanggulangan

kemiskinan semakin efektif.

• Mengupayakan ketersediaan anggaran untuk menunjang peningkatan kinerja

TKPKD Kabupaten Jembrana melalui APBD dan sumber lain hingga tahun 2017.

• Mengembangkan kerja sama dengan kalangan profesional, dunia usaha

(pemilik modal) dan tokoh-tokoh masyarakat lokal/lembaga lain dalam

program-program penanggulangan kemiskinan sebagai upaya gerakan

bersama.

LAMPIRAN

2017

S/D BULAN DESEMBER 2017

I. PROGRAM BANTUAN SOSIAL TERPADU BERBASIS KELUARGA

Rumah Tangga

No. KEGIATAN LOKASI SASARAN TARGET/VOLUME Sasaran (RTS) VOLUME/SASARAN APBN APBD. Prop APBD .Kab. TOTAL BIAYA FISIK SKPD

yang diLibatkan (Rp.) (Rp.) (Rp.) (Rp.) % Rp. %

1 Program Pemberdayaan Fakir Miskin, Komunitas Adat Terpencil

(KAT) dan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS)

lainnya kegiatan pengadaan sarana dan prasarana pendukung usaha

bagi keluarga miskin

- Belanja Pelatihan dan Bahan usaha Ekonomi Kab.Jembrana KUBE 10 paket 10 paket 200.000.000 200.000.000 100,00 200.000.000 100,00 Dinas Sosial

Produktif (UEP) untuk KUBE

2 Program Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial

Kegiatan peningkatan kwalitas pelayanan, sarana dan

prasarana rehabilitasi kesejahteraan sosial bagi PMKS- Beras bagi lanjut usia miskin Kab.Jembrana KK Miskin usia 60 th keatas 15.600 paket 15.600 paket 1.195.194.000 1.195.194.000 100,00 1.195.194.000 100,00 Dinas Sosial

- Beras bagi anak terlantar dalam panti asuhan Kab.Jembrana anak terlantar yg ada di panti 200 paket 200 paket 109.450.000 109.450.000 100,00 109.450.000 100,00 Dinas Sosial

- Peralatan sekolah bagi anak keluarga miskin Kab.Jembrana anak keluarga miskin 255 paket 255 paket 89.250.000 89.250.000 100,00 89.250.000 100,00 Dinas Sosial

- Beras Sejahtera (Rastra) Kab.Jembrana KK Miskin 9.941 KPM 9.941 KPM 2.863.008.000,00 - 2.863.008.000 100,00 2.863.008.000 100,00 Dinas Sosial

Kegiatan Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial bagi

penyandang PMKS

- Beras bagi penyandang cacat untuk 74 orang Kab.Jembrana Penyandang disabilitas/cacat 888 paket 888 paket 66.600.000 66.600.000 100,00 66.600.000 100,00 Dinas Sosial

- Pemberian sembako kepada masyarakat kabupaten Kab.Jembrana Penyandang disabilitas/cacat 150 paket 150 paket 30.000.000 30.000.000 100,00 30.000.000 100,00 Dinas Sosial

- Kursi Roda bagi penyandang cacat Kab.Jembrana Penyandang disabilitas/cacat 49 paket 49 paket 147.000.000 147.000.000 100,00 147.000.000 100,00 Dinas Sosial

- Tongkat Ketiak bagi penyandang cacat Kab.Jembrana Penyandang disabilitas/cacat 10 paket 10 paket 7.500.000 7.500.000 100,00 7.500.000 100,00 Dinas Sosial

- Paket Peralatan Sekolah bagi anak cacat Kab.Jembrana Penyandang disabilitas/cacat 110 paket 110 paket 55.000.000 55.000.000 100,00 55.000.000 100,00 Dinas Sosial

- Alat Pendengaran bagi penyandang cacat Kab.Jembrana Penyandang disabilitas/cacat 3 buah 3 buah 3.000.000 3.000.000 100,00 3.000.000 100,00 Dinas Sosial

3 Program Pemberdayaan Kelembagaan Kesejahteraan Sosial

Kegiatan Peningkatan Kwalitas SDM Kesejahteraan Sosial Masyarakat

- Pengadaan Paket Sembako untuk Korban bencana dan Kab.Jembrana Korban bencana 150 paket 150 paket 37.500.000 37.500.000 100,00 37.500.000 100,00 Dinas Sosial

PMKS lainnya

Kegiatan Pelestarian Nilai-nilai Tonggak Sejarah Kepahlawanan- Pengadaan Sembako bagi anggota Veteran dalam

rangka Kab.Jembrana veteran 149 paket 149 paket 74.500.000 74.500.000 100,00 74.500.000 100,00 Dinas Sosial

Kemerdekaan RI- Pengadaan Sembako bagi anggota Veteran dalam

rangka Kab.Jembrana veteran 73 paket 73 paket 73.000.000 73.000.000 100,00 73.000.000 100,00 Dinas Sosial

HUT RI

4 Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun

kegiatan :

- Pemberian Program Indonesia Pintar (PIP) Kab.Jembrana SD 196 Sekolah 184 Sekolah 2,646 Siswa 1.190.700.000 1.190.700.000 51,00 596.025.000 50,06 Dinas Pendidikan, Kepemudaan dan Olahraga

SMP Kls 7 dan 8 35 Sekolah 22 Sekolah 900 Siswa 675.000.000 675.000.000 54,00 364.500.000 54,00 Dinas Pendidikan, Kepemudaan dan Olahraga

SMP Kls 9 544 siswa 204.000.000 204.000.000 54,00 110.160.000 54,00 Dinas Pendidikan, Kepemudaan dan Olahraga

6 Program KB

- Pelayanan KIE Kab.Jembrana PUS (pasangan usia subur) 1 unit 787.120.000 787.120.000 83,13 654.321.000 83,13 Dinas PPPA PPKB

- Pelayanan Pemasangan Kontrasepsi KB Kecamatan Masyarakat PUS Masyarakat PUS 51.995.000 51.995.000 96,62 50.238.500 96,62 Dinas PPPA PPKB

- Pelayanan MOP Kecamatan Pria PUS MOP 40 Pria PUS 20.000.000 20.000.000 67,50 13.500.000 67,50 Dinas PPPA PPKB

7 Pelayanan kontrasepsi KB

- Pertemuan Kerja Kampung KB PUS (pasangan usia subur) 2.600.000 2.600.000 100,00 2.600.000 100,00 Dinas PPPA PPKB

- Pertemuan Forum Musyawarah 2.600.000 2.600.000 100,00 2.600.000 100,00 Dinas PPPA PPKB

- Loka Karya Mini Tk Kampung KB 2.600.000 2.600.000 100,00 2.600.000 100,00 Dinas PPPA PPKB

8 Program Perbaikan Gizi masyarakat

kegiatan:

- Pemberian Tambahan Makanan dan Vitamin Kab. Jembrana anak dan balita miskin 375 paket 90 kk 375 paket 196.905.000 196.905.000 100,00 196.905.000 100,00 Dinas Kesehatan

9 Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Lansia

- Pelayanan pemeliharaan kesehatan lansia Kab. Jembrana masyarakat lansia 10 kit 10 kit 49.615.000 49.615.000 100,00 49.615.000 100,00 Dinas Kesehatan

Jumlah 4.932.708.000 - 3.201.429.000 8.134.137.000 92,25 6.994.066.500 85,98

PROGRAM KEGIATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN

KABUPATEN JEMBRANA TAHUN

sumber anggaran REALISASI

KEUANGAN

II. PROGRAM BERBASIS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Rumah Tangga

No. KEGIATAN LOKASI SASARAN TARGET/VOLUME Sasaran (RTS) VOLUME/SASARAN APBN APBD. Prop APBD .Kab. TOTAL BIAYA FISIK SKPD

yang diLibatkan (Rp.) (Rp.) (Rp.) (Rp.) % Rp. %

1 Program Peningkatan Partisipasi Dalam

Membangun Desa

kegiatan :

- Penanggulangan Kemiskinan Terpadu Kab. Jembrana KK Miskin 120 Buku KK Miskin 120 Buku KK Miskin 141.245.000 141.245.000 96,65 136.506.632 96,65 Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa

- Penilaian kelas Pokmas Kab. Jembrana pokmas 1500 klp 1500 klp 28.525.800 28.525.800 97,38 27.777.900 97,38 Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa

- Penyediaan Air Minum Berbasis Masyarakat Kab. Jembrana kelompok 10 Kelompok 50 Orang 10 Kelompok 22.225.000 22.225.000 97,57 21.685.665 97,57 Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa

2 Program Pengembangan Perumahan

- Fasilitasi dan stimulasi pembangunan Perumahan 5 kecamatan Masyarakat 200 KK 7 orang 200 KK - 4.153.094.900 4.153.094.900,00 100,00 4.072.493.300,00 98,06 Dinas PU

masyarakat kurang mampu 1 tim

- Pembangunan sarana dan prasarana lingkungan 5 kecamatan Masyarakat 30 km 5 orang 30 km 3.956.739.030 3.956.739.030,00 100,00 3.657.796.000,00 92,44 Dinas PU

Perumahan 1 tim

3 Program Lingkungan Sehat Perumahan

- Penyediaan Sarana Air Bersih dan Sanitasi 5 kecamatan Masyarakat 439 M2 5 orang 439 M2 - - 89.514.900 89.514.900,00 15,00 15.592.050,00 17,42 Dinas PU

Dasar Terutama Bagi Masyarakat Miskin 1 tim

4 Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Minum dan

Air Limbah

- pembangunan sarana dan Prasarana air minum 5 kecamatan Masyarakat 35 km 7 orang 35 km - - 5.965.442.625 5.965.442.625,00 90,00 4.477.481.235,00 75,06 Dinas PU

1 tim

5 Program Pengembangan Budidaya Perikanan

- Peningkatan Sarana dan Prasarana Perikanan Budidaya Kab. Jembrana Pokdakan 29 paket 29 paket - - 1.255.600.500,00 1.255.600.500 98,12 1.232.034.408 98,12 Dinas Perhubungan, Kelautan dan Perikanan

6 Program Optimalisasi Pengelolaan dan Pemasaran Produksi

Perikanan

- Penyediaan Rehabilitasi Sarana Prasarana Pengelolaan Kab. Jembrana Pokdakan 20 buah 20 buah 99.536.900 99.536.900 90,20 89.784.000 90,20 Dinas Perhubungan, Kelautan dan Perikanan

Mutu dan Pemasaran Hasil Perikanan

7 Program Pengembangan Perikanan Tangkap

Pengembangan Sarana/Prasarana Perikanan Tangkap. 2.015.125.100 2.015.125.100 96,54 1.945.498.781 96,54 Dinas Perhubungan, Kelautan dan Perikanan

- Pengadaan Jukung Nelayan Bahan Fiber (Sudah termasuk Kab. Jembrana 58 unit 30 orang 29 KUB - Dinas Perhubungan, Kelautan dan Perikanan

Mesin)

- Pengadaan Bahan Alat Tangkap Ikan untuk kelompuk NelayanKab. Jembrana 58 unit 30 orang 29 KUB - Dinas Perhubungan, Kelautan dan Perikanan

(jaring)

- Pengadaan Alat Bantu Penangkapan Ikan unuk Kelompok Kab. Jembrana 58 unit 30 orang 29 KUB - Dinas Perhubungan, Kelautan dan Perikanan

Nelayan (serok)

- Pengdaan Keselamatan Awak kapal/Nelayan (life jacket) Kab. Jembrana 500 buah 30 orang 500 Nelayan - Dinas Perhubungan, Kelautan dan Perikanan

- Perencanaan Pengadaan Jukung Nelayan Bahan Fiber Kab. Jembrana 1 paket 30 orang 29 KUB - Dinas Perhubungan, Kelautan dan Perikanan

(sudah termasuk mesin)

- Pengawasan Pengadaan Jukung Nelayan Bahan Fiber Kab. Jembrana 1 paket 30 orang 29 KUB - Dinas Perhubungan, Kelautan dan Perikanan

(sudah termasuk mesin)

8 Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

- Pengembangan Media Promosi dan Informasi Sadar Kab. Jembrana masyarakat di Posyandu, 61 Desa, 10 Posyandu, siswa, kader 120.777.500 120.777.500 36,60 23.717.900 19,64 Dinas Kesehatan

Hidup Sehat Sekolah, dan Masyarakat 205 Sekolah, 3 Radio dan posyandu dan

Umum 40 Siswa anak balita

9 Program Promosi Kesehatan Ibu, Bayi dan Anak Melalui Klp

di Masyarakat

- Pembinaan /Lomba kelompok UPPKS Tk. Prov Bali Br. Taman, Batuagung 1.750.000 3.000.000 4.750.000 100,00 4.750.000 100,00 Dinas PPPA PPKB

10 Program Peningkatan Peran Serta dan Kesetaraan Gender dlm

Pembangunan

- Bimbingan Managemen Usaha bagi Perempuan dlm Kab. Jembrana Kelompok P2WKSS 5 kelompok Kelompok P2WKSS 9.839.400 9.839.400 100,00 9.839.400 100,00 Dinas PPPA PPKB

mengelola usaha

11 Program Peningkatan Kualitas dan Produktifitas Tenaga Kerja

- Pengadaan Peralatan Pendidikan dan Keterampilan Bagi Kab. Jembrana pencari kerja 13 paket 260 peserta 52 orang KK Miskin 16 orang KK Miskin 219.000.000 219.000.000 76,92 175.300.000 80,05 PMPTSPTK

Pencari Kerja

- Pengadaan Bahan dan Materi Pendidikan dan Keterampilan Kerja Kab. Jembrana pencari kerja 13 paket 260 peserta 52 orang KK Miskin 16 orang KK Miskin 216.500.000 216.500.000 100,00 201.754.000 93,19 PMPTSPTK

- Pendidikan dan Pelatihan Keterampilan Bagi Pencari Kerja Kab. Jembrana pencari kerja 13 paket 260 peserta 52 orang KK Miskin 16 orang KK Miskin 494.630.000 494.630.000 100,00 448.332.500 90,64 PMPTSPTK

12 Program Peningkatan Kompetensi Tenaga Kerja dan Produktivitas

- Pengembangan Standarisasi Kompetensi Kerja dan Kab. Jembrana pencari kerja 5 paket 80 peserta 16 orang KK Miskin 80 peserta 277.018.000 277.018.000 100,00 266.738.800 96,29 PMPTSPTK

Pelatihan Kerja

- Pengembangan Standarisasi Kompetensi Kerja dan Kab. Jembrana pencari kerja 6 paket 96 peserta 19 orang KK Miskin 96 peserta 659.138.000 659.138.000 100,00 592.940.000 89,96 PMPTSPTK

Pelatihan Kerja Binalatas (PNBP)

Jumlah 937.906.000 - 18.790.796.655 19.728.702.655 88,61 17.400.022.571 88,20

sumber anggaran REALISASI

KEUANGAN

III. PROGRAM PEMBERDAYAAN USAHA EKONOMI MIKRO DAN KECIL

Rumah Tangga

No. KEGIATAN LOKASI SASARAN TARGET/VOLUME Sasaran (RTS) VOLUME/SASARAN APBN APBD. Prop APBD .Kab. TOTAL BIAYA FISIK SKPD

yang diLibatkan (Rp.) (Rp.) (Rp.) (Rp.) % Rp. %

1 Program Pengembangan Lembaga Ekonomi

Pedesaan

- Pembinaan dan Pengembangan Usaha kelompokKab. Jembrana Pokmas 253 Pokmas 253 kelompok 16.446.000 16.446.000 90,05 14.809.100 90,05 Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa

masyarakat dan Lembaga ekonomi perdesaan

- Pembinaan BUMDes Kab. Jembrana BUMDes 40 BUMDes 78 orang 40 BUMDes 48.108.500 48.108.500 97,74 47.021.279 97,74 Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa

2 Program Pengembangan Sistem Pendukung Usaha

bagi UMKM

- Kegiatan : Penyelenggaraan Pembinaan Industri rumahDesa/Kelurahan UMKM 300 orang 300 orang 241.254.000 241.254.000 70,91 53.940.000 22,36 DISPERINDAGKOP

Tangga, Industri Kecil dan Industri Menengah

3 Program pengembangan Industri Kecil dan Menengah 156.995.000 156.995.000 68,00 107.847.200 68,69 DISPERINDAGKOP

- Kegiatan : Fasilitasi bagi Industri Kecil dan MenengahKab. Jembrana IKM 25 IKM 25 IKM

terhadap pemanfaatan Sumber daya

4 Program Peningkatan kemampuan teknologi industri

- Kegiatan : Pengembangan dan Pelayanan TeknologiDesa/kelurahan IKM 75 IKM 75 IKM 182.610.000 182.610.000 80,00 141.836.300 77,67 DISPERINDAGKOP

Industri

5Program Peningkatan Ketahanan Pangan Pertanian

Perkebunan

- Pemanfaatan pekarangan untuk pengembangan pangan Kab.Jembrana

Kelompok Wanita Tani Kab.

Jembrana 5 kecamatan

Kelompok Wanita

Tani 5 kecamatan 95.752.000 95.752.000 100,00 91.983.650 96,06 Dinas Pertanian dan Pangan

- Penanganan Pasca Panen dan Pengolahan Hasil Pertanian Kab.Jembrana

Kelompok Tani/Subak Abian di

Kab. Jembrana

26 kelompok Tani/Subak

Abian

Kelompok

Tani/Subak Abian

26 kelompok Tani/Subak

Abian 237.571.800 237.571.800 100,00 237.350.800 99,91 Dinas Pertanian dan Pangan

- Pengembangan Intensifikasi tanama padi, palawija Kab.Jembrana

Kelompok Tani/Subak di Kab.

Jembrana

600 Ha padi dan 200 Ha

Kedelai

Kelompok

Tani/Subak

600 Ha padi dan 200 Ha

Kedelai 1.231.686.800 1.231.686.800 100,00 1.176.753.120 95,54 Dinas Pertanian dan Pangan

6 Program Peningkatan Kesejahteraan Petani

- Peningkatan Insentif dan disinsentif bagi petani/kelompok tani Kab.Jembrana

Kelompok Tani/Subak di Kab.

Jembrana 10.000 Ha

Kelompok

Tani/Subak 10.000 Ha - - - Dinas Pertanian dan Pangan

7 Program Peningkatan Produksi

- Penyediaan sarana produksi pertanian/perkebunan Kab.Jembrana

Kelompok Tani/Subak Abian di

Kab. Jembrana 11 Kelompok Tani

Kelompok

Tani/Subak Abian 11 Kelompok Tani 589.470.600 589.470.600 85,00 393.514.800 66,76 Dinas Pertanian dan Pangan

8 Program Peningkatan Penerapan Teknologi

Pertanian/Perkebunan

- Pengadaan sarana dan prasarana teknologi Kab.Jembrana Kelompok Tani Tembakau 4 Kelompok Tani Tembakau

Kelompok Tani

Tembakau 4 Kelompok Tani Tembakau 530.444.834 530.444.834 100,00 519.427.585 97,92 Dinas Pertanian dan Pangan

pertanian/perkebunan tepat guna

- Penyuluhan Penerapan Teknologi Kab.Jembrana Kelompok di Kab. Jembrana 5 Kelompok Kelompok di 5 Kelompok 129.664.600 129.664.600 100,00 120.367.000 92,83 Dinas Pertanian dan Pangan

pertanian/perkebunan tepat guna Kab. Jembrana

9 Program Peningkatan Produksi Hasil Peternakan

- Pengembangan Agribisnis Peternakan Kab.Jembrana

Kelompok Tani Ternak Kambing,

Babi

20 Kelompok Kambing dan

6 Kelompok Babi Kelompok Ternak

20 Kelompok Kambing dan 6

Kelompok Babi 4.000.458.000 4.000.458.000 99,00 3.192.387.800 79,80 Dinas Pertanian dan Pangan

Jumlah - - 7.460.462.134 7.460.462.134 90,89 6.097.238.634 81,73

sumber anggaran REALISASI

KEUANGAN

IV. PROGRAM - PROGRAM LAINNYA

Rumah Tangga

No. KEGIATAN LOKASI SASARAN TARGET/VOLUME Sasaran (RTS) VOLUME/SASARAN APBN APBD. Prop APBD .Kab. TOTAL BIAYA FISIK SKPD

yang diLibatkan (Rp.) (Rp.) (Rp.) (Rp.) % Rp. %

1 Program Peningkatan Ketahanan Pangan Pertanian

Perkebunan

- Peningkatan produksi, produktivitas dan mutu produk Kab. Jembrana pembangunan irigasi air 23 Subak Subak 23 Subak 3.930.142.000 3.930.142.000 100,00 3.855.036.360 98,09 Dinas Pertanian dan Pangan

perkebunan, produk pertanian tanah di subak-subak

se Kabupaten Jembrana

2 Program Pengembangan Lembaga Ekonomi

Kegiatan :

- Pembinaan Pengelolaan Pasar Desa Kab. Jembrana Pasar Desa 10 Unit 30 orang 10 Unit 7.580.000 7.580.000 94,29 7.147.222 94,29 Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa

Jumlah - - 3.937.722.000 3.937.722.000 97,15 3.862.183.582 98,08

REKAPITULASI PER KLASTER PERSENTASE (%)

KLASTER I 20,72

KLASTER II 50,25

KLASTER III 19,00

KLASTER IV 10,03

100

Kepala Bappeda Litbang

Kab. Jembrana

Ir. I Ketut Swijana, M.T

Pembina Utama Muda

Nip. 19611001 198702 1 002

KEUANGAN

APBD

PROPINSI

APBD

KABUPATEN

APBN TOTAL

sumber anggaran REALISASI

39.261.023.789Rp

3.937.722.000Rp

TOTAL

87,5034.353.511.287 39.261.023.789 33.390.409.789 - 5.870.614.000

REALISASI %

8.134.137.000Rp

19.728.702.655Rp

7.460.462.134Rp