kasus diare

41
1 Tugas Case Rumah Sakit Kasus IV Kelompok III Annisya Harfan, S.Farm Feni Rahayu Gusti, S.Farm Maryorie Rosa, S.Farm Narita, S.Farm Nyayu Novianti, S.Farm Rahmad Abdillah, S.Farm Tasia Amelia, S.Farm Yeli Pandu Gustia, S.Farm PROGRAM PROFESI APOTEKER

Upload: yeli

Post on 30-Oct-2015

151 views

Category:

Documents


16 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kasus diare

1

Tugas Case Rumah Sakit

Kasus IV

Kelompok IIIAnnisya Harfan, S.Farm

Feni Rahayu Gusti, S.FarmMaryorie Rosa, S.Farm

Narita, S.FarmNyayu Novianti, S.Farm

Rahmad Abdillah, S.FarmTasia Amelia, S.Farm

Yeli Pandu Gustia, S.Farm

PROGRAM PROFESI APOTEKERFAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS ANDALASPADANG

Page 2: Kasus diare

2

2012

Page 3: Kasus diare

3

DAFTAR ISI

Halaman

Pendahuluan..................................................................................................................... 1

1. Pengertian......................................................................................................... 12. Etiologi............................................................................................................. 13. Patofisiologi...................................................................................................... 14. Gejala Fisik....................................................................................................... 15. Pemeriksaan Fisik............................................................................................. 16. Pemeriksaan Laboratorium............................................................................... 17. Penatalaksanaan................................................................................................ 1

Ilustrasi kasus................................................................................................................... 1

Kerasionalan Obat........................................................................................................... 1

Analisa Data Laboratorium............................................................................................ 1

Tinjauan Fisika kimia...................................................................................................... 1

Tinjauan Farmaseutika................................................................................................... 1

Tinjauan Biologi............................................................................................................... 1

Tinjaun Farmakologi......................................................................................................... 1

Page 4: Kasus diare

4

PENDAHULUAN

1. Pengertian

Diare adalah suatu kondisi dimana terjadi peningkatan frekuensi dan penurunan

konsistensi pengeluaran feses dibandingkan dengan kondisi normal. Diare akut biasanya

berlangsung <14 hari, diare persisten berlangsung >14 hari. Diare kronis terjadi >30 hari

(Dipiro 2008).

Kebanyakan kasus diare akut disebabkan oleh infeksi, dapat berupa infeksi virus,

bakteri, atau protozoa dan biasanya infeksi ini dapat berhenti dengan sendirinya.

Meskipun infeksi virus sering disertai dengan gastroenteritis akut, namun infeksi bakteri

dapat juga terjadi pada beberapa kasus diare akut (Dipiro, 2008).

Pada umumnya diare dapat berhenti dengan sendirinya, dalam jangka watu 72

jam. Namun pada bayi, anak-anak, lansia, dan pada kondisi tubuh yang lemah, hal ini

dapat menyebabkan resiko yang serius serta kematian. Pasien pada kelompok ini dapat

mengalami ketidakseimbangan air, elektrolit, dan asam-basa tubuh, serta berpotensial

mengalami gagal jantung dan kematian (Dipiro, 2008).

2. Etiologi

Beberapa penyebab terjadinya diare (Hoan, 2006)

a. Virus, antara lain oleh rotavirus dan adenovirus. Virus melekat pada sel-sel mukosa

usus sehingga kapasitas resorpsi menurun.

b. Bakteri, bakteri membentuk enterotoksin yang dapat diresorpsi ke dalam darah dan

menimbulkan gejala seperti demam, nyeri, kejang.

c. Parasit, protozoa Entamoeba histolytica dan Giardia lambia

d. Diare akibat penyakit, misalnya colitis ulcerosa, Irretable Bowel Syndrome (IBS),

kanker kolon. Dapat juga disebabkan oleh alergi terhadap makanan/minuman, protein

susu sapi serta intoleransi laktosa.

e. Obat-obatan, seperti antibiotik spektrum luas dan sitostatika.

f. Keracuna makanan.

Page 5: Kasus diare

5

3. Patofisologi

Terdapat 4 mekanisme patofisiologi terjadinya gangguan keseimbangan air dan

elektrolit yang menyebabkan diare, yaitu (Dipiro, 2008):

a. Perubahan transpor ion aktif yang disebabkan oleh penurunan absorpsi natrium dan

peningkatan sekresi klorida.

b. Perubahan motilitas usus

c. Peningkatan osmolaritas luminal

d. Peningkatan tekanan hidrostatik jaringan

Mekanisme tersebut sebagai dasar pengelompokan diare secara klinis, yaitu:

a. Secretory diarrhea, terjadi ketika senyawa yang strukturnya mirip (contoh:

Vasoactive Intestinal Peptide [VIP] atau toksin bakteri) meningkatkan sekresi atau

menurunkan absorpsi air dan elektrolit dalam jumlah besar.

b. Osmotic diarrhea, terjadi bila ada bahan yang tidak dapat diserap meningkatkan

osmolaritas dalam lumen yang menarik air dari plasma sehingga terjadi diare

c. Exudative diarrhea, disebabkan oleh penyakit infeksi saluran pencernaan yang

mengeluarkan mukus, protein atau darah ke dalam saluran cerna.

d. Gangguan motilitas usus

Hiperperistaltik mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap

makanan, sehingga timbul diare, sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan

mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare

pula.

Sebagai akibat diare baik akut maupun kronis akan terjadi :

a. kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan terjadinya gangguan

keseimbangan asam basa (asidosis metabolic dan hipokalemia).

b. Gangguan gizi sebagai akibat kelaparan (masukan makanan kurang, pengeluaran

bertambah)

c. Hipoglikemia

d. Gangguan sirkulasi darah

Page 6: Kasus diare

6

4. Gejala Klinis

a. Mual, muntah, nyeri abdominal, sakit kepala, demam, kedinginan, dan perasaan tidak

enak badan.

b. Tinja cair dan mungkin disertai lender dan atau darah

c. Adanya intermitten periumbilical atau nyeri pada kuadran kanan bawah disertai kram

dan bunyi pada perut.

d. Pada diare kronis dapat terjadi penurunan berat badan, anoreksia, dan lemas.

5. Pemeriksaan Fisik

Pada penderita diare dapat dilakukan pemeriksaan fisik abdomen untuk mendeteksi

hiperperistaltik dengan borborygmi (bunyi pada lambung). Pemeriksaan turgor kulit

dapat dilakukan utuk memperkirakan status cairan tubuh.

6. Pemeriksaan Laboratorium

a. Pemeriksaan pada feses termasuk mikroorganisme, darah, lendir, lemak, osmolalitas,

pH, konsentrasi elektrolit dan mineral.

b. Tes kit untuk mendeteksi virus gastrointestinal, terutama sekali rotavirus.

c. Frekuensi dan volume BAB

d. Visualisasi secara endoskopi dan biopsi pada kolon dapat dilakukan untuk

memastikan adanya penyakit lainnya seperti colitis dan kanker

7. Penatalaksanaan

a. Pencegahan

Pencegahan diare pada dasarnya harus ditujukan pada peningkatan

kebersihan, khususnya mencuci tangan dengan bersih sebelum makan dan mengolah

makan. Makanan dimasak hingga matang dan disimpan pada tempat yang tertutup.

Hindari mengkonsumsi susu sapi jika bayi mengalami intoleransi laktosa.

Page 7: Kasus diare

7

b. Tujuan

Jika usaha preventif tidak berhasil dan terjadi diare, maka tujuan dari terapi

yang dilakukan adalah:

Mengatur diet,

Mencegah ketidakseimbangan air, elektrolit dan asam-basa tubuh,

Meredakan gejala

Mencecah penyakit sekunder yang disebabkan diare

Diare merupakan suatu bentuk pertahanan tubuh dari bahaya atau

mikroorganisme patogen. Oleh karena itu respon terapi yang diharapkan bukan lah

menghentikan diare sesegera mungkin.

c. Terapi Farmakologi

Antimotilitas

Loperamid dan derivat apium. Berkhasiat obstipasi kuat dengan mengurangi

peristaltik. Loperamid lebih banyak digunakan karena tidak mempengaruhi SSP,

sedangkan derivat opium dapat menyebabkan adiksi.

Adsorben

Arang aktif, kaolin dan pektin, digunakan untuk meringankan gejala, tetapi

kerjanya tidak spesifik, sehingga dapat mengabsorpsi nutrisi dan obat lainnya.

Penggunaan bersamaan dengan obat lain akan mengurangi bioavalabilitasnya.

Antibiotik

Antibiotik dapat menyembuhkan diare jika organisme penyebab diare sensitif

terhadap antibiotik tersebut. Namun penggunaanya sangat terbatas.

Sedian lactobacillus

Sedian lactobacillus diharapkan dapat mengganti mikroflora normal. Hal ini

diduga dapat mengembalikan fungsi usus dan menghambat pertumbuhan

Page 8: Kasus diare

8

mikroorganisme patogen. Kelompok probiotik yang terdiri dari Lactobacillus dan

Bifidobacteria atau Saccharomyces boulardii, bila mengalami peningkatan

jumlahnya di saluran cerna akan memiliki efek yang positif karena berkompetisi

untuk nutrisi dan reseptor saluran cerna. Syarat penggunaan dan keberhasilan

mengurangi/menghilangkan diare harus diberikan dalam jumlah yang adekuat.

Page 9: Kasus diare

9

ILUSTRASI KASUS

Seorang anak perempuan usia 4 tahun dengan berat badan 8 kg, dengan keluhan utama muntah

dan mencret sejak sehari sebelum masuk rumah sakit. Demam tidak ada, tapi muntah setiap

makan dan minum. Pemeriksaan terhadap feses pasien didapatkan adanya lendir serta tidak ada

ampas dan darah.

Hasil pemeriksaan lab adalah sebagai berikut;

HB (10.6) => (12,0 – 14,0 g/dl

leukosit (11.000/mm3) => 5000– 10000/μl

trombosit 356/mm3 => 150.000 – 400.000/μl

Terapi yang didapatkan adalah sbb:

Di IGD

- IVFD 2A 60tts,

- Vomina 3x2 cth,

- Spectrem 2x1 cth,

- Zinc 1x1 tab,

- Oralit 3x1.

Di bangsal anak

- IVFD 2A 12tts,

- Vomina 3x2 cth,

- Spectrem 2x1 cth,

- Zinc 1x1 tab

- Oralit 3x1

Saat pulang pasien dibekalkan obat sbb :

- IVFD 2A 12 tts,

- Vomina 3x2 cth,

- Spectrem 2x1 cth,

Page 10: Kasus diare

10

- Zinkid 1x1 tab,

- Lacto B 2x1 sach

- Oralit bila muntah.

Pembahasan :

- Anak ini diduga penyakit diare akut,

- dengan umur 4 tahun dan BB 8 kg, diduga anak ini juga mengidap gizi buruk karena

BB nya sangat enteng.

- Dilihat dari fesesnya : ada lendir tapi tidak berampas dan berdarah.

- Hasil pemeriksaan lab nya : normal, kecuali pada leukosit nya (11.000/mm3) yang

normal nya 5000-10.000/mm3 => diduga anak tersebut ADA INFEKSI.

- Di IGD

diberi infus 2A (dekstrosa dan NaCl) untuk menaikkan dan meningkatkan elektrolit

tubuh anak yang kondisi pada saat dibawa sangat lemah.

Diberi Vomina (domperidone) untuk muntah / mual

Diberi antibiotik Spectrem (kombinasi sulfametaksazol dan trimetropin).

Diberi zinc

- Adalah zinc yang merupakan salah satu zat gizi mikro yang penting untuk pertumbuhan

dan kesehatan anak. Komposisi dan jumlah zinc menurun dalam jumlah besar bila anak

terserang diare.

- Nah, untuk menggantikan zinc yang hilang selama diare. Anak dapat di berikan tablet zinc

untuk menjaga agar anak tetap sehat. Zinc biasa disebut dengan Seng adalah mikronutrien

esensial, artinya walaupun dibutuhkan tubuh hanya dalam jumlah yang sedikit tetapi zinc

sangat berperan penting bagi normalnya fungsi tubuh.

Page 11: Kasus diare

11

ANALISA DATA LABORATORIUM

Nama Nilai Normal Hasil Pemeriksaan Keterangan

Hb 12,0 – 14,0 g/dl 10,6 g/dl

Leukosit 5000– 10000/μl 11000 /mm3

Trombosit 150000 – 400000/μl 356/mm3

Page 12: Kasus diare

12

TINJAUAN FISIKA KIMIA

1. IVFD 2A

Dengan kandungan: dekstrosa 2,5%; NaCl 0,45%

GLUCOSI NATRII CHLORIDI INFUNDIRILIUM

Infus intravenus Glukosa Natrium Klorida

Infus intravenus glukosa natrium klorida mengandung glukosa anhidrat dan natrium

klorida. Kadar glukosa, C6H12O6, tidak kurang dari 95% dan tidak lebih dari 105,0% dari

jumlah yang tertera pada etiket. Kadar natrium klorida, NaCl, tidak kurang dari 95% dan

tidak lebih dari 105,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.

Pemerian Larutan jernih; tidak berwarna, atau kuning jerami pucat

Identifikasi :

a. Jika dipanaskan dengan larutan Kalium Tembaga (II) tartrat P., terbentuk endapan

merah

b. Menunjukkan reaksi Natrium dan Klorida. Natrium:

a) Basahi senyawa natrium dengan asam klorida P, bakar pada sebatang kawat

platina dalam nyala bunsen, nyala berwarna kuning

b) Asamkan larutan garam natrium dengan asam asetat P, saring jika perlu,

tambahkan larutan magnesium uranil asetat berlebih, terbentuk hablur

kuning

c) Pada larutan garam natrium, tambahkan larutan kalium antimonat P,

terbentuk hablur putih perlahan-lahan.

Klorida:

a) Panaskan larutan klorida dengan asam sulfat P dan mangan (IV) oksida P, terjadi

klor yang memutihkan kertas lakmus P basah dan terjadi warna biru pada kertas

kanji iodida P.

Page 13: Kasus diare

13

b) Pada larutan klorida tambahkan larutan perak nitrat P, terbentuk endapan putih

yang tidak larut dalam asam nitrat P. Endapan larut dalam amonia encer P setellah

sebelumnya dicuci dengan air, tambahkan asam nitrat P, terbentuk endapan lagi.

Keasaman-Kebasaan pH 3,5 sampai 5,5

Syarat infus intravenus Memenuhi syarat infus intravenus

Pirogen Memenuhi uji pirogenitas

Penetapan Kadar :

Natrium klorida. Sejumlah volume infus intravenus yang diukur seksama setara

dengan 100mg natrium klorida, titrasi dengan perak nitrat 0,1 N menggunakan indikator

kalium kromat P. 1ml perak nitrat 0,1 setara dengan 5,844 mg NaCl.

Glukosa. Seumlah voume infus intravenus yang diukur seksama setara dengan 2-5

g glukosa anhidrat, tambahkan 0,2 ml amonia encer P dan air secukupnya hingga 100,0

ml, campur baik, biarkan selama 30 menit. Tetapkan rotasi optik menggunakan tabung-2

dm. Rotasi yang diperoleh pada skala dikalikan 0,9477, menunjukkan jumlah glukosa

dalam volume infus intravenus yang digunakan.

Penyimpanan Dalam wadah dosis tunggal, jernih, tidak berwarna, pada suhu tidak lebih

dari 25o

Penandaan Pada etiket harus juga tertera : Kadar dalam milimol per liter.

a. Natrium Klorida (NaCl)

Rumus Molekul : NaCl

BM : 58,44

Pemerian : tidak berwarna atau serbuk hablur putih; tidak berbau;

rasa asin; bentuk hablur heksahedral

Kelarutan : Larut dalam 2,8 bagian air dan Larut dalam 2,7 bagian

air mendidih; sukar larut dalam etanol; larut dalam 10

Page 14: Kasus diare

14

bagian gliserol P

Stabilitas : Stabil dalam bentuk larutan. Larutan stabil dapat

menyebabkan pengguratan partikel dari tipe gelas.

Sterilisasi : Sterilisasi dengan autoklaf atau filtrasi.

pH : 6,7 – 7,3 (Exipient hal 672)

Wadah : penyimpanan Dalam wadah tertutup baik

Keasaman-kebasaan Larutkan 50 g dalam 200 ml air bebas karbondioksida P,

tambahkan 10 tetes larutan biru bromotimol P. Jika larutan berwarna kuning, untuk

merubah menjadii warna hijau biru diperlukan tidak lebih dari 1,0 ml natrium hidroksida

0,02 N. Jika larutan berwarna hijau atau biru, untuk merubah menjadi warna kuning

diperlukan tidak lebih dari 3,12 ml asam klorida 0,02 N.

Susut Pengeringan Tidak lebiih dari 0,5%

Penetapan Kadar Timbang seksama 250mg, larutkan dalam 50ml air. Titrasi dengan

perak nitrat 0,1 N menggunakan indikator larutan kalium kromat P. 1 mg perak nitrat 0,1

N setara dengan 5,844 mg NaCl

Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik

b. Dextrosa

Nama umum : Dextrose

Nama kimia : D-glucose monohydrate

Rumus kimia : C6H12O6.H2O

Berat molekul : 198,17

Pemerian : Hablur tidak bewarna, serbuk hablur atau serbuk

Page 15: Kasus diare

15

granul putih, tidak berbau dan rasa manis

Kelarutan : Mudah larut dalam air, sangat mudah larur dalam

air mendidih,larut dalam etnol mendidih, sukar larut

dalam etanol.

Identifikasi :

Tambahkan beberapa tetes larutan (1 dalam 20) pada 5 mL tembaga

(II)tartrat alkali LP panas sehingga terbentuk endapan merah tembaga

oksida

Warna larutan

Larutkan 25 gr dalam air hingga 50 mL, warna larutan tidak lebih intensif

dari larutan yang dibuat sebagai berikut : Campur 1 mL kobal (II) klorida

LK, 3 mL besi (III) klolrida LK dan 2 mL tembaga (II) sulfat LK dengan

air hingga 10 mL. Encerkan 3 mL lrutan dengan air hingga 50 mL.

Bandingkan warna dengan mengamati larutan tegak lurus dari atas pada

alas dasar warna putih dalam tabung pembanding warna yang selaras

Rotasi optik

Bernilai antara +52,6 dan +53,2, dihitung terhadap zat anhidrat, lakukan penetapan

menggunakan larutan yang mengandung 10 gram zat dan 0,2 mL ammonium hidroksida

6 N per 100 mL.

Keasaman

Larutkan 5 gram dalam 50 mL air bebas karbondioksida P, tambahkan fenoftalein LP,

dan titrasi dengan natrium hidroksida 0,02 N LV hingga terjadi warna merah muda :

diperlukan tidak lebih dari 0,3 mL untuk titrasi.

Sisa pemijaran : Tidak lebih dari 0,1 %

Wadah dan penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

2. SPECTREM

Page 16: Kasus diare

16

Mengandung: sulfametoksazole dan trimetoprim

a. Sulfametoksazole

Nama Umum : Sulfamethoxazolum

Nama Kimia : 2,4-Diamino-5-(3,4,5-trimetoksibenzil) pirimidina-2,4-diamin

Sinonim : Sulfametoxazol, Sulfamethoxazolum, Sulfametoksazolas

Rumus molekul : C10H11N3O3S

Berat Molekul : 253, 28

Penetapan Kadar : sulfametoksazol mengandung tidak kurang dari 99,0% dan

tidak lebih dari 101,0% C10H11N3O3S dihitung terhadap zat

yang telah dikeringkan.

Pemerian : serbuk hablur, putih sampai hampir putih, tidak berbau , serbuk

kristal

Kelarutan : praktis tidak larut dalam air, dalam eter dan kloroform, mudah

larut dalam aseton, dan dalam larutan NaOH encer, agak sukar

larut dalam etanol.

Titik Lebur : 168-172 oC

Identifikasi :

Spektrum serapan inframerah zat yang telah didispersikan dalam kalim bromida P,

menunjukkan spectrum yang sama dengan pembanding

Page 17: Kasus diare

17

Spektrum UV Sulfametoksazol dalam NaOH P menunjukkan panjang gelombang

maksimum 257 nm

Larutkan lebih kurang 100 mg dalam 2 ml HCl p, tambahkan 3 ml larutan natrium

nitirit P, dan 1 mL larutan NaOH P yang berisi 10mg 2-naftol P, akan terbentuk

endapan merah jingga

Tablet Kotrimoksazol (Sulfametoksazol dan Trimetroprim )

Sulfametoksazol mengandung C10H11N3O3S dan trimetroprim mengandung C14H18N4O3

tidak kurang dari 93 % dan tidak lebih dari 107% dari jumlah yang tertera pada etiket.

b. Trimetoprim

Nama Umum : Trimethoprim

Nama Kimia : 2,4-Diamino-5-(3,4,5-trimetoksibenzil) pirimidina-2,4-

diamin.

Sinonim : Trimethoprimum, Trimethoxyprim

Page 18: Kasus diare

18

Rumus molekul : C14H18N4O3

Berat Molekul : 290,32

Penetapan Kadar : trimetroprim mengandung tidak kurang dari 98,5% dan

tidak lebih dari 101,0% C14H18N4O3 dihitung terhadap

zat yang telah dikeringkan.

Pemerian : hablur atau serbuk hablur, putih sampai krem, tidak

berbau, serbuk kristal

Kelarutan : sangat sukar larut dalam air, larut dalam benzilalkohol,

agak sukar larut dalam kloroform dan dalam metanol,

sangat sukar larut dalam etanol dalam aseton, praktis

tidak larut dalam eter dan dalam karbon tetraklorida

Titik Lebur : 199-203 oC

Identifikasi :

Spektrum serapan inframerah larutan dalam kloroform P (1 dalam 100)

menunjukkan spectrum yang sama dengan pembanding

Spektro UV

Dengan menimbang lebih kurang 100 mg zat, masukkan kedalam labu 100 mL,

kemudian larutkan dalam 25 mL etanol P. Encerkan secara kuantitatif dan

bertahap dengan larutan NaOH P ( 1 dalam 250) hingga diperoleh larutan (1

dalam 50.000). Trimetropin dapat diamati dengan Spectro UV pada panjang

gelombang maksimum 287 nm

Page 19: Kasus diare

19

3. VOMINA

Mengandung: domperidone

Nama Umum : Domperidone

Nama Kimia : 5-kloro-1-{1-[3-(2-oxo-2,3-dihidro-1H-benzimidazol-1

yl)propil]piperidin-4-yl}-1,3 dihidro-2H-benzimidazol-2-one

Sinonim : Domperidona, Domperidonas, Domperidoni, Domperidonum

Rumus molekul : C22H24ClN5O2

Berat Molekul : 425,9

Penetapan Kadar : domperidon mengandung tidak kurang dari 99,0% dan

tidak lebih dari 101,0% C10H11N3O3S dihitung terhadap zat

yang telah dikeringkan.

Pemerian : serbuk putih sampai hampir putih

Kelarutan : praktis tidak larut dalam air, sedikit larut dalam etanol (96%)

dan metanol, larut dalam dimetilformamida

Titik Lebur : 244-248 oC

Identifikasi :

Spektrum serapan inframerah

Thin layer kromatography (TLC)

4. ZINK

Nama Umum : Seng Sulfat Monohidrat (Zinc Sulphate Monohydrate)

Page 20: Kasus diare

20

Sinonim : Zinc Sulfate, Zinc Sulphate

Rumus molekul : ZnSO4,H2O

Berat Molekul : 179,5

Penetapan Kadar : mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 101,0%

ZnSO4,H2O

Pemerian : serbuk hablur, putih sampai hampir putih, tidak berwarna, kristal

transparan, tidak berbau, rasa sepat mirip logam

Kelarutan : sangat mudah larut dalam air, praktis tidak larut dalam etanol

(95%) P, mudah larut dalam gliserol P.

Titik Lebur : 419.53 oC

Identifikasi :

Analisa untuk Zink

Tambahkan hidrogen sulfide dan natrium asetat P kedalam larutan garam zink

maka akan terbentuk endapan putih, yang tidak larut dalam asam asetat P, tetapi

larut dalam HCl 3 N

5. LACTO B

Mengandung: vitamin B1, vitamin B2, vitamin C, vitamin B6, niacin

a. Thiamini Hydrochloridium

Tiamina Hidroklorida

Vitamin B1

Tiamina hidroklorida mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 101,0% C12H17ClN4OS.HCl

Page 21: Kasus diare

21

Pemerian Hablur atau serbuk hablur, putih; bau khas lemah. Jika bentuk anhidrat terpapar udara dengan cepat menyerap air lebih kurang 4%. Melebur pada suhu lebih kurang 248o disertai penguraian.

Kelarutan mudah larut dalam air, sukar larut dalam etanol (95%) P, praktis tidak larut dalam eter P dan dalam benzen P, larut dalam gliserol P.

Identifikasi :

a. Spektrum IR zat yang telah dikeringkan pada suhu 108o selama 2 jam dan didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan maksimum serapan hanya pada panjang gelombang yang sama seperti pada tiamina hidroklorida PK

b. Larutan 2% b/v menunjukkan reaksi klorida:a) Panaskan larutan klorida dengan asam sulfat P dan mangan (IV) oksida

P, terjadi klor yang memutihkan kertas lakmus P basah dan terjadi warna biru pada kertas kanji iodida P.

b) Pada larutan klorida tambahkan larutan perak nitrat P, terbentuk endapan putih yang tidak larut dalam asam nitrat P. Endapan larut dalam amonia encer P setellah sebelumnya dicuci dengan air, tambahkan asam nitrat P, terbentuk endapan lagi.

Keasaman-kebasaan pH larutan 1% b/v, 2,7 sampai 3,4

Susut Pengeringan Tidak lebih dari 5%; pengeringan dilakukan pada suhu 105o

selama 2 jam menggunakan 500 mg.

Penetapan kadar

Larutan uji lebih kurang 25 mg yang ditimbang seksama, larutkan dalam asam klorida P 2% v/v, encerkan dengan asam klorida P 2% v/v secukupnya hingga 500 ml, campur. Encerkan 5,0 ml secara bertahap dengan asam klorida P 2% v/v secukupnya hingga diperoleh larutan dengan kadar 0,2 µg per ml.

Pada masing-masing 3 tabung 40 ml atau lebih, pipet 5ml larutan baku. Pada masing-masing dari 2 tabung tersebut tambahkan dengan cepat sambil dikocok 3 ml larutan pengoksidasi dan dalam waktu 30 detik tambahkan 20,0 ml isobutanol P. Campur kuat-kuat selama 90 detik dengan cara mengocok tabung yang telah disumbat, atau dengan mengalirkan udara ke dalam campuran. Gunakan tabung lain sebagai blanko, sebagai pengganti larutan pengoksidasi tambahkan 3 ml natrium hidroksida 3,5 N dan kerjakan dengan cara yang sama. Pada masing-masing 3 tabung 40 ml atu lebih yang lain, pipet 5 ml larutan uji dan dilakukan hal yang sama dengan larutan baku. Pada setiap tabung tambahkan 2,0 ml etanol mutlak P, goyangkan selama beberapa

Page 22: Kasus diare

22

detik, biarkan memisah, enap-tuangkan atau ambil lebih kurang 10 ml lapisan isobuutanol yang jernih, masukkan dalam sel flurometer. Ukur fluoresensi menggunakan fluorometer yang cocok, yang mempunyai filter pertama dengan tranmisi pada maksimum 365 nm dan filter kedua dengan transmisi pada maksimum 435 nm. Hitung jumlah mg C12H17ClN4OS.HCl dengan rumus:

125 C (A-b) (S-d)

C adalah kadar tiamina hidroklorida PK dalam µg per ml larutan pembanding.

Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya

Khasiat dan Penggunaan Antineuritikum, komponen vitamin B kompleks

b. Riboflavinum

RiboflavinaVitamin B2

Riboflavina mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 102,0%

C17H20N4O6 dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.

Pemerian Serbuk hablur, kuning sampai kuning jingga, bau lemah, rasa agak pahit

Kelarutan Sangat sukar larut dalam air, dalam etanol (95%) P dan dalam larutan natrium klorida; isotonis, praktis tidak larut dalam kloroform P dan dalam eter P, sangat mudah larut dalam larutan alkali encer.

Page 23: Kasus diare

23

Identifikasi Larutan 1 mg dalam 100 ml air, dilihat dengan cahaya yang diteruskan larutan berwarna kuning pucat kehijauan, berfluorosensi hijau kuning intensif, yang dengan penambahan asam mineral atau alkali fluoresensi hilang.

Suhu lebur Lebih kurang 280o

Penetapan Kadar

Larutan uji lebih kurang 50 mg yang ditimbang seksama, masukkan ke dalam labu ukur 1000 ml yang berisi lebih kurang 50 ml air. Tambahkan 5 ml asam asetat P dan air secukupnya hingga lebih kurang 800 ml. Panaskan di atas tangas uap terlindung dari cahaya sambil sering dikocok hingga larut. Dinginkan hingga suhu 25o, encerkan dengan air secukupnya hingga 1000 ml, campur. Encerkan bertahap larutan ini dengan air secukupnya pada waktu pengujian disesuaikan dengan kapasitas fluorometer.

Larutan pembanding Dengan cara yang sama buat larutan pembandng mengandung riboflavina PK yang ditimbang secara seksama setara dengan zat uji.

Cara Ukur intensitas fluorosensi dengan fluorometer pada lebih kurang 530 nm (dapat juga menggunakan pada lebih kurang 444 nm). Setelah pembacaan, tambahkan lebih kurang 10 mg natrium hidrosulfit P, aduk dengan batang kaca hingga larut dan ukur segera serapan larutan ini. Perbedaan kedua hasil serapan ini menunnjukkan intensitas fluorosensi terhadap larutan pembanding. Dengan cara yang sama, ukur intensitas fluorosensi larutan uji pada kurang lebih 530 nm, sebelum dan setelah penambahan natrium hidrosulfit P. Hitung jumlah dalam ug per ml C17H20N4O6 dalam larutan uji dengan rumus:

C ( IuIs )

C adalah kadar riboflavina PK dalam ug per ml larutan pembanding, Iu adalah fluorosensi terkoreksi dari larutan uji, Is adalah flurosensi terkoreksi dari larutan pembanding

Penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya

Khasiat dan Penggunaan Komponen vitamin B kompleks

c. Pyridoxini Hydrochloridium

Piridoksina Hidroklorida

Page 24: Kasus diare

24

Vitamin B6

Piridoksina hidroklorida mengandung tidak kurang dari 98% C8H11NO3HCl, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.

Pemerian Hablur putih atau tidak berwarna, atau serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa asin.

Kelarutan Mudah larut dalam air, sukar larut dalam etanol (95%) P, praktis tidak larut dalam eter P.

Identifikasi :

a. Spektrum serapan IR zat yang didispersikan dalam parafin cair P menunjukkan maskimum hanya pada panjang gelombang yang sama seperti pada piridoksin hidroklorida P.

b. Masukkan ke dalam 2 tabung kimia masing-masing 1 ml larutan yang mengandung 100 µg dan 2 ml larutan natrium asetat P 20% b/v. Pada tabung pertama tambahkan 1 ml larutan asam borat 4% b/v, campur. Dinginkan kedua tabung hingga suhu lebih kurang 20o. Pada masing-masing tabung tambahkan dengan cepat 1 ml larutan siklorokininklorimida P 0,5% b/v dalam etanol (95%) P. Dalam tabung tabung pertama terjadi warna biru, yang segera memucat setelah beberapa menit berubah menjadi merah. Dalam tabung kedua tidak terjadi warna biru.

c. Pada 2 ml larutan 0,5% b/v tambahkan 0,5 ml larutan fosfowolframat P, terbentuk endapan putih.

d. Menunjukkan reaksi klorida.

Penetapan Kadar Timbang seksama 400 mg, larutkan dalam campuran 100 ml asam asetat glasial P dan 10 ml larutan raksa (II) asetat P, hangatkan sedikit hingga larut. Dinginkan hingga suhu kamar, tambahkan 2 tetes larutan kristal violet P dan titrasi dengan asam perklorat 0,1 N. Lakukan penetapan blanko. 1 ml asam perkloran 0,1 N setara dengan 20,56 mg C8H11NO3HCl

Penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya

Khasiat dan Penggunaan Komponen vitamin B kompleks

d. Acidum Nicotinum

Asam NikotinatNiasina

Page 25: Kasus diare

25

Asam Nikotinat mengandung tidak kurang dari 99,0% C6H5NO2 dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.Pemerian Habur atau serbuk hablur putih; putih atau putih kekuningan; tidak berbau atau berbau lemak; rasa agak asam

Kelarutan Larut dalam 55 bagian air, mudah larut dalam air mendidih dan dalam etanol (95%) P mendidih, praktis tidak larut dalam eter P, larut dalam larutan alkali hidroksida

Identifikasi :

a. Panaskan 1 bagian dengan 4 bagian natrium karbonat anhidrat P, terbentuk piridina yang dapat dikenali dari baunya

b. Pada 2 ml larutan 0,1% b/v tambahkan 6 ml larutan sianogen bromida P dan 1 ml larutan anilina P 2,5% v/v terbentuk warna kuning emas

c. Didihkan 20 mg dengan 5 ml larutan natrium hidroksida P, tidak terbentuk amonia (perbedaan dengan nikotinamida)

Keasaman-kebasaan pH larutan 1,3% b/v 3,0 sampai 3,5

Penetapan Kadar Timbang seksama 300 mg, larutkan dalam 50 ml air bebas karbondioksida P, titrasi dengan natrium hidroksida 0,1 N bebas karbonat, menggunakan indikator larutan merah fenol P. 1 ml natrium hidroksida 0,1 N setara dengan 12,31 mg C6H5NO2

Penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat

Khasiat dan Penggunaan Antipelagra, vasodilator

6. ORALIT

Page 26: Kasus diare

26

Nama Obat Tepat

Indikasi

Tepat

Obat

Tepat

Pasien

Tepat

Dosis

Waspada

Efek

Samping

Keterangan

IGD IVFD 2A v v v v

Vomina Tidak diberikan, diganti dengan metoklorpramide

Spectrem v v v v

Zink

Oralit Tidak diberikan

Bangsal

anak

IVFD

vomina

spectrem

zinc

oralit Tidak diberkan

Pulang IVFD tidak diberikan pada

saat pulang

Vomina

Spectrem

Zinkid

Lacto B

TINJAUAN FARMASEUTIKA

1. VOMINA (MIMS ed 11;20) K

Komposisi : Domperidone

Indikasi : Terapi simtomatik untuk dispepsia fungsional, mual dan muntah akut,

mual dan muntah akibat penggunaan levodopa dan bromokriptin

Page 27: Kasus diare

27

selama > 12 minggu

Dosis : Dispepsia fungsional ,dws dan lnjut usia 10-20 mg 3x/hr prn, 10-20

mg sebelum tidur (hs , horra somni) lama terapi max 12 minggu.mual

muntah levodova dan bromokriptin dewasa dan lanjud usia 10-20

mg/hr dgn interval tiap 4-8 jam. Anak mual dan muntah akibat

kemoterapi dan radiologi 0,2 mg/kgbb/hr dgn interval tiap 4-8 jam

PO : Diminum 15-30 mnt sblm makan

Peringatan : Gangguan fungsi hati dan ginjal, penggunaan jangka lama, hamil dan

laktasi

IO : Bromokriptin, obat muskarinik, analgesik opiat, antasida

2. SPECTREM (MIMS ed 11;238) K

Komposisi : Kotrimoksazole (sulfaMETOKSAZOLE 200mg , trimetoprim 40mg)

Indikasi : Infeksi saluran nafas, sal kemih kelamin, GI, kulit, infeksi lain

Dosis : Anak usia 6-12thn 2x1 2sdt; Anak usia 2-5thn 2x1 1sdt

PO : Bersama makanan

Peringatan : Pasien dengan defisiensi asam folat, status gizi buruk atau defisiensi

G6DP. Pasien lanjut usia dan pasien dengan fungsi ginjal menurun

IO : PABA & anastesi lokal tipe prokain; mengurangi efek obat. Highly

bound drug: meningkatkan efek obat. Metotreksat, warfarin, sulfonil

urea.

3. ZINC B

Komposisi : Tiap tablet dispersibel mengandung zinc sulfate 54,9 mg setara

dengan zinc 20 mg

Indikasi : Tablet Zinc dispersibel digunakan untuk melengkapi pengobatan diare

pada anak. Pengunaannya selalu disertai dengan oralit. Pengobatan

diare ditujukan untuk pencegahan atau pengobatan dehidrasi

(menggunakan oralit) dan pencegahan gangguan nutrisi

Page 28: Kasus diare

28

(menggunakan mineral Zinc). Pemberian suplementasi Zinc dapat

menurunkan insiden diare 2-3 bulan ke depan.

Dosis : anak-anak < 6 bulan = 10 mg (1/2 tablet)/hari

anak-anak > 6 bulan = 20 mg (1 tablet)/hari

KI : mineral Zinc

IO : Pemberian bersama mineral besi, kalium, tembaga dapat menurunkan

absorbsi mineral Zinc. Pemberian bersama asam amino L-Histidine,

L-Cisteine, dan L-Methionine dapat meningkatkan absorbsi mineral

Zinc.

4. LACTO-B

Komposisi : 1x1010 CFU/gram (Lactobacillus acidhophilus, Bifidobacterium

longun, Strepcoccus termophillus) Energi 3,4 kalori, karbohidrat 0,6

gram, protein 0,02 gram, lemak total 0,1 gram, vitamin C 10 mg,

vitamin B1 0,5 mg, vitamin B2 0,5 mg, vitamin B6 0,5 mg, niacin 2

mg

Indikasi : Lactic acid bakteerial menghasilkan asma organik yang menghambat

bakteri merugikan, sehingga dapat membanttu memperbaiki

ketidakseimbangan flora usus pada diare, lactobacilli menghasilkan

enzim beta galaktosidase untuk menghidrolisa laktosa menjadi

glukosa dan galaktosa, lakto-B dapat mengurangi lactose intolerance

(diare akibat mengkonsumsi susu formula yg mengandung laktosa ),

vitamin B dapat membantu keseimbangan flora usus

Dosis : Untuk anak 1-3 tahun 1 sachet/hari

Untuk anak <1th 2 sachet/hari

PO Dapat diberikan bersamaan dengan makanan bayi dan susu formula

Page 29: Kasus diare

29

Sumber :

British National Formulary, (2009). British National Formulary (56 th edisi). London: Royal Pharmaceutical Society of Great Britain.

Reynolds, J.E.F (Ed). (2007). Martindale: The Complete Drug Reference. (Edisi 35). London: Pharmaceutical Press.

Anonim. (1995). Farmakope Indonesia edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.