kasus diare
TRANSCRIPT
1
Tugas Case Rumah Sakit
Kasus IV
Kelompok IIIAnnisya Harfan, S.Farm
Feni Rahayu Gusti, S.FarmMaryorie Rosa, S.Farm
Narita, S.FarmNyayu Novianti, S.Farm
Rahmad Abdillah, S.FarmTasia Amelia, S.Farm
Yeli Pandu Gustia, S.Farm
PROGRAM PROFESI APOTEKERFAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS ANDALASPADANG
2
2012
3
DAFTAR ISI
Halaman
Pendahuluan..................................................................................................................... 1
1. Pengertian......................................................................................................... 12. Etiologi............................................................................................................. 13. Patofisiologi...................................................................................................... 14. Gejala Fisik....................................................................................................... 15. Pemeriksaan Fisik............................................................................................. 16. Pemeriksaan Laboratorium............................................................................... 17. Penatalaksanaan................................................................................................ 1
Ilustrasi kasus................................................................................................................... 1
Kerasionalan Obat........................................................................................................... 1
Analisa Data Laboratorium............................................................................................ 1
Tinjauan Fisika kimia...................................................................................................... 1
Tinjauan Farmaseutika................................................................................................... 1
Tinjauan Biologi............................................................................................................... 1
Tinjaun Farmakologi......................................................................................................... 1
4
PENDAHULUAN
1. Pengertian
Diare adalah suatu kondisi dimana terjadi peningkatan frekuensi dan penurunan
konsistensi pengeluaran feses dibandingkan dengan kondisi normal. Diare akut biasanya
berlangsung <14 hari, diare persisten berlangsung >14 hari. Diare kronis terjadi >30 hari
(Dipiro 2008).
Kebanyakan kasus diare akut disebabkan oleh infeksi, dapat berupa infeksi virus,
bakteri, atau protozoa dan biasanya infeksi ini dapat berhenti dengan sendirinya.
Meskipun infeksi virus sering disertai dengan gastroenteritis akut, namun infeksi bakteri
dapat juga terjadi pada beberapa kasus diare akut (Dipiro, 2008).
Pada umumnya diare dapat berhenti dengan sendirinya, dalam jangka watu 72
jam. Namun pada bayi, anak-anak, lansia, dan pada kondisi tubuh yang lemah, hal ini
dapat menyebabkan resiko yang serius serta kematian. Pasien pada kelompok ini dapat
mengalami ketidakseimbangan air, elektrolit, dan asam-basa tubuh, serta berpotensial
mengalami gagal jantung dan kematian (Dipiro, 2008).
2. Etiologi
Beberapa penyebab terjadinya diare (Hoan, 2006)
a. Virus, antara lain oleh rotavirus dan adenovirus. Virus melekat pada sel-sel mukosa
usus sehingga kapasitas resorpsi menurun.
b. Bakteri, bakteri membentuk enterotoksin yang dapat diresorpsi ke dalam darah dan
menimbulkan gejala seperti demam, nyeri, kejang.
c. Parasit, protozoa Entamoeba histolytica dan Giardia lambia
d. Diare akibat penyakit, misalnya colitis ulcerosa, Irretable Bowel Syndrome (IBS),
kanker kolon. Dapat juga disebabkan oleh alergi terhadap makanan/minuman, protein
susu sapi serta intoleransi laktosa.
e. Obat-obatan, seperti antibiotik spektrum luas dan sitostatika.
f. Keracuna makanan.
5
3. Patofisologi
Terdapat 4 mekanisme patofisiologi terjadinya gangguan keseimbangan air dan
elektrolit yang menyebabkan diare, yaitu (Dipiro, 2008):
a. Perubahan transpor ion aktif yang disebabkan oleh penurunan absorpsi natrium dan
peningkatan sekresi klorida.
b. Perubahan motilitas usus
c. Peningkatan osmolaritas luminal
d. Peningkatan tekanan hidrostatik jaringan
Mekanisme tersebut sebagai dasar pengelompokan diare secara klinis, yaitu:
a. Secretory diarrhea, terjadi ketika senyawa yang strukturnya mirip (contoh:
Vasoactive Intestinal Peptide [VIP] atau toksin bakteri) meningkatkan sekresi atau
menurunkan absorpsi air dan elektrolit dalam jumlah besar.
b. Osmotic diarrhea, terjadi bila ada bahan yang tidak dapat diserap meningkatkan
osmolaritas dalam lumen yang menarik air dari plasma sehingga terjadi diare
c. Exudative diarrhea, disebabkan oleh penyakit infeksi saluran pencernaan yang
mengeluarkan mukus, protein atau darah ke dalam saluran cerna.
d. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap
makanan, sehingga timbul diare, sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan
mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare
pula.
Sebagai akibat diare baik akut maupun kronis akan terjadi :
a. kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan terjadinya gangguan
keseimbangan asam basa (asidosis metabolic dan hipokalemia).
b. Gangguan gizi sebagai akibat kelaparan (masukan makanan kurang, pengeluaran
bertambah)
c. Hipoglikemia
d. Gangguan sirkulasi darah
6
4. Gejala Klinis
a. Mual, muntah, nyeri abdominal, sakit kepala, demam, kedinginan, dan perasaan tidak
enak badan.
b. Tinja cair dan mungkin disertai lender dan atau darah
c. Adanya intermitten periumbilical atau nyeri pada kuadran kanan bawah disertai kram
dan bunyi pada perut.
d. Pada diare kronis dapat terjadi penurunan berat badan, anoreksia, dan lemas.
5. Pemeriksaan Fisik
Pada penderita diare dapat dilakukan pemeriksaan fisik abdomen untuk mendeteksi
hiperperistaltik dengan borborygmi (bunyi pada lambung). Pemeriksaan turgor kulit
dapat dilakukan utuk memperkirakan status cairan tubuh.
6. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan pada feses termasuk mikroorganisme, darah, lendir, lemak, osmolalitas,
pH, konsentrasi elektrolit dan mineral.
b. Tes kit untuk mendeteksi virus gastrointestinal, terutama sekali rotavirus.
c. Frekuensi dan volume BAB
d. Visualisasi secara endoskopi dan biopsi pada kolon dapat dilakukan untuk
memastikan adanya penyakit lainnya seperti colitis dan kanker
7. Penatalaksanaan
a. Pencegahan
Pencegahan diare pada dasarnya harus ditujukan pada peningkatan
kebersihan, khususnya mencuci tangan dengan bersih sebelum makan dan mengolah
makan. Makanan dimasak hingga matang dan disimpan pada tempat yang tertutup.
Hindari mengkonsumsi susu sapi jika bayi mengalami intoleransi laktosa.
7
b. Tujuan
Jika usaha preventif tidak berhasil dan terjadi diare, maka tujuan dari terapi
yang dilakukan adalah:
Mengatur diet,
Mencegah ketidakseimbangan air, elektrolit dan asam-basa tubuh,
Meredakan gejala
Mencecah penyakit sekunder yang disebabkan diare
Diare merupakan suatu bentuk pertahanan tubuh dari bahaya atau
mikroorganisme patogen. Oleh karena itu respon terapi yang diharapkan bukan lah
menghentikan diare sesegera mungkin.
c. Terapi Farmakologi
Antimotilitas
Loperamid dan derivat apium. Berkhasiat obstipasi kuat dengan mengurangi
peristaltik. Loperamid lebih banyak digunakan karena tidak mempengaruhi SSP,
sedangkan derivat opium dapat menyebabkan adiksi.
Adsorben
Arang aktif, kaolin dan pektin, digunakan untuk meringankan gejala, tetapi
kerjanya tidak spesifik, sehingga dapat mengabsorpsi nutrisi dan obat lainnya.
Penggunaan bersamaan dengan obat lain akan mengurangi bioavalabilitasnya.
Antibiotik
Antibiotik dapat menyembuhkan diare jika organisme penyebab diare sensitif
terhadap antibiotik tersebut. Namun penggunaanya sangat terbatas.
Sedian lactobacillus
Sedian lactobacillus diharapkan dapat mengganti mikroflora normal. Hal ini
diduga dapat mengembalikan fungsi usus dan menghambat pertumbuhan
8
mikroorganisme patogen. Kelompok probiotik yang terdiri dari Lactobacillus dan
Bifidobacteria atau Saccharomyces boulardii, bila mengalami peningkatan
jumlahnya di saluran cerna akan memiliki efek yang positif karena berkompetisi
untuk nutrisi dan reseptor saluran cerna. Syarat penggunaan dan keberhasilan
mengurangi/menghilangkan diare harus diberikan dalam jumlah yang adekuat.
9
ILUSTRASI KASUS
Seorang anak perempuan usia 4 tahun dengan berat badan 8 kg, dengan keluhan utama muntah
dan mencret sejak sehari sebelum masuk rumah sakit. Demam tidak ada, tapi muntah setiap
makan dan minum. Pemeriksaan terhadap feses pasien didapatkan adanya lendir serta tidak ada
ampas dan darah.
Hasil pemeriksaan lab adalah sebagai berikut;
HB (10.6) => (12,0 – 14,0 g/dl
leukosit (11.000/mm3) => 5000– 10000/μl
trombosit 356/mm3 => 150.000 – 400.000/μl
Terapi yang didapatkan adalah sbb:
Di IGD
- IVFD 2A 60tts,
- Vomina 3x2 cth,
- Spectrem 2x1 cth,
- Zinc 1x1 tab,
- Oralit 3x1.
Di bangsal anak
- IVFD 2A 12tts,
- Vomina 3x2 cth,
- Spectrem 2x1 cth,
- Zinc 1x1 tab
- Oralit 3x1
Saat pulang pasien dibekalkan obat sbb :
- IVFD 2A 12 tts,
- Vomina 3x2 cth,
- Spectrem 2x1 cth,
10
- Zinkid 1x1 tab,
- Lacto B 2x1 sach
- Oralit bila muntah.
Pembahasan :
- Anak ini diduga penyakit diare akut,
- dengan umur 4 tahun dan BB 8 kg, diduga anak ini juga mengidap gizi buruk karena
BB nya sangat enteng.
- Dilihat dari fesesnya : ada lendir tapi tidak berampas dan berdarah.
- Hasil pemeriksaan lab nya : normal, kecuali pada leukosit nya (11.000/mm3) yang
normal nya 5000-10.000/mm3 => diduga anak tersebut ADA INFEKSI.
- Di IGD
diberi infus 2A (dekstrosa dan NaCl) untuk menaikkan dan meningkatkan elektrolit
tubuh anak yang kondisi pada saat dibawa sangat lemah.
Diberi Vomina (domperidone) untuk muntah / mual
Diberi antibiotik Spectrem (kombinasi sulfametaksazol dan trimetropin).
Diberi zinc
- Adalah zinc yang merupakan salah satu zat gizi mikro yang penting untuk pertumbuhan
dan kesehatan anak. Komposisi dan jumlah zinc menurun dalam jumlah besar bila anak
terserang diare.
- Nah, untuk menggantikan zinc yang hilang selama diare. Anak dapat di berikan tablet zinc
untuk menjaga agar anak tetap sehat. Zinc biasa disebut dengan Seng adalah mikronutrien
esensial, artinya walaupun dibutuhkan tubuh hanya dalam jumlah yang sedikit tetapi zinc
sangat berperan penting bagi normalnya fungsi tubuh.
11
ANALISA DATA LABORATORIUM
Nama Nilai Normal Hasil Pemeriksaan Keterangan
Hb 12,0 – 14,0 g/dl 10,6 g/dl
Leukosit 5000– 10000/μl 11000 /mm3
Trombosit 150000 – 400000/μl 356/mm3
12
TINJAUAN FISIKA KIMIA
1. IVFD 2A
Dengan kandungan: dekstrosa 2,5%; NaCl 0,45%
GLUCOSI NATRII CHLORIDI INFUNDIRILIUM
Infus intravenus Glukosa Natrium Klorida
Infus intravenus glukosa natrium klorida mengandung glukosa anhidrat dan natrium
klorida. Kadar glukosa, C6H12O6, tidak kurang dari 95% dan tidak lebih dari 105,0% dari
jumlah yang tertera pada etiket. Kadar natrium klorida, NaCl, tidak kurang dari 95% dan
tidak lebih dari 105,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
Pemerian Larutan jernih; tidak berwarna, atau kuning jerami pucat
Identifikasi :
a. Jika dipanaskan dengan larutan Kalium Tembaga (II) tartrat P., terbentuk endapan
merah
b. Menunjukkan reaksi Natrium dan Klorida. Natrium:
a) Basahi senyawa natrium dengan asam klorida P, bakar pada sebatang kawat
platina dalam nyala bunsen, nyala berwarna kuning
b) Asamkan larutan garam natrium dengan asam asetat P, saring jika perlu,
tambahkan larutan magnesium uranil asetat berlebih, terbentuk hablur
kuning
c) Pada larutan garam natrium, tambahkan larutan kalium antimonat P,
terbentuk hablur putih perlahan-lahan.
Klorida:
a) Panaskan larutan klorida dengan asam sulfat P dan mangan (IV) oksida P, terjadi
klor yang memutihkan kertas lakmus P basah dan terjadi warna biru pada kertas
kanji iodida P.
13
b) Pada larutan klorida tambahkan larutan perak nitrat P, terbentuk endapan putih
yang tidak larut dalam asam nitrat P. Endapan larut dalam amonia encer P setellah
sebelumnya dicuci dengan air, tambahkan asam nitrat P, terbentuk endapan lagi.
Keasaman-Kebasaan pH 3,5 sampai 5,5
Syarat infus intravenus Memenuhi syarat infus intravenus
Pirogen Memenuhi uji pirogenitas
Penetapan Kadar :
Natrium klorida. Sejumlah volume infus intravenus yang diukur seksama setara
dengan 100mg natrium klorida, titrasi dengan perak nitrat 0,1 N menggunakan indikator
kalium kromat P. 1ml perak nitrat 0,1 setara dengan 5,844 mg NaCl.
Glukosa. Seumlah voume infus intravenus yang diukur seksama setara dengan 2-5
g glukosa anhidrat, tambahkan 0,2 ml amonia encer P dan air secukupnya hingga 100,0
ml, campur baik, biarkan selama 30 menit. Tetapkan rotasi optik menggunakan tabung-2
dm. Rotasi yang diperoleh pada skala dikalikan 0,9477, menunjukkan jumlah glukosa
dalam volume infus intravenus yang digunakan.
Penyimpanan Dalam wadah dosis tunggal, jernih, tidak berwarna, pada suhu tidak lebih
dari 25o
Penandaan Pada etiket harus juga tertera : Kadar dalam milimol per liter.
a. Natrium Klorida (NaCl)
Rumus Molekul : NaCl
BM : 58,44
Pemerian : tidak berwarna atau serbuk hablur putih; tidak berbau;
rasa asin; bentuk hablur heksahedral
Kelarutan : Larut dalam 2,8 bagian air dan Larut dalam 2,7 bagian
air mendidih; sukar larut dalam etanol; larut dalam 10
14
bagian gliserol P
Stabilitas : Stabil dalam bentuk larutan. Larutan stabil dapat
menyebabkan pengguratan partikel dari tipe gelas.
Sterilisasi : Sterilisasi dengan autoklaf atau filtrasi.
pH : 6,7 – 7,3 (Exipient hal 672)
Wadah : penyimpanan Dalam wadah tertutup baik
Keasaman-kebasaan Larutkan 50 g dalam 200 ml air bebas karbondioksida P,
tambahkan 10 tetes larutan biru bromotimol P. Jika larutan berwarna kuning, untuk
merubah menjadii warna hijau biru diperlukan tidak lebih dari 1,0 ml natrium hidroksida
0,02 N. Jika larutan berwarna hijau atau biru, untuk merubah menjadi warna kuning
diperlukan tidak lebih dari 3,12 ml asam klorida 0,02 N.
Susut Pengeringan Tidak lebiih dari 0,5%
Penetapan Kadar Timbang seksama 250mg, larutkan dalam 50ml air. Titrasi dengan
perak nitrat 0,1 N menggunakan indikator larutan kalium kromat P. 1 mg perak nitrat 0,1
N setara dengan 5,844 mg NaCl
Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik
b. Dextrosa
Nama umum : Dextrose
Nama kimia : D-glucose monohydrate
Rumus kimia : C6H12O6.H2O
Berat molekul : 198,17
Pemerian : Hablur tidak bewarna, serbuk hablur atau serbuk
15
granul putih, tidak berbau dan rasa manis
Kelarutan : Mudah larut dalam air, sangat mudah larur dalam
air mendidih,larut dalam etnol mendidih, sukar larut
dalam etanol.
Identifikasi :
Tambahkan beberapa tetes larutan (1 dalam 20) pada 5 mL tembaga
(II)tartrat alkali LP panas sehingga terbentuk endapan merah tembaga
oksida
Warna larutan
Larutkan 25 gr dalam air hingga 50 mL, warna larutan tidak lebih intensif
dari larutan yang dibuat sebagai berikut : Campur 1 mL kobal (II) klorida
LK, 3 mL besi (III) klolrida LK dan 2 mL tembaga (II) sulfat LK dengan
air hingga 10 mL. Encerkan 3 mL lrutan dengan air hingga 50 mL.
Bandingkan warna dengan mengamati larutan tegak lurus dari atas pada
alas dasar warna putih dalam tabung pembanding warna yang selaras
Rotasi optik
Bernilai antara +52,6 dan +53,2, dihitung terhadap zat anhidrat, lakukan penetapan
menggunakan larutan yang mengandung 10 gram zat dan 0,2 mL ammonium hidroksida
6 N per 100 mL.
Keasaman
Larutkan 5 gram dalam 50 mL air bebas karbondioksida P, tambahkan fenoftalein LP,
dan titrasi dengan natrium hidroksida 0,02 N LV hingga terjadi warna merah muda :
diperlukan tidak lebih dari 0,3 mL untuk titrasi.
Sisa pemijaran : Tidak lebih dari 0,1 %
Wadah dan penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
2. SPECTREM
16
Mengandung: sulfametoksazole dan trimetoprim
a. Sulfametoksazole
Nama Umum : Sulfamethoxazolum
Nama Kimia : 2,4-Diamino-5-(3,4,5-trimetoksibenzil) pirimidina-2,4-diamin
Sinonim : Sulfametoxazol, Sulfamethoxazolum, Sulfametoksazolas
Rumus molekul : C10H11N3O3S
Berat Molekul : 253, 28
Penetapan Kadar : sulfametoksazol mengandung tidak kurang dari 99,0% dan
tidak lebih dari 101,0% C10H11N3O3S dihitung terhadap zat
yang telah dikeringkan.
Pemerian : serbuk hablur, putih sampai hampir putih, tidak berbau , serbuk
kristal
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air, dalam eter dan kloroform, mudah
larut dalam aseton, dan dalam larutan NaOH encer, agak sukar
larut dalam etanol.
Titik Lebur : 168-172 oC
Identifikasi :
Spektrum serapan inframerah zat yang telah didispersikan dalam kalim bromida P,
menunjukkan spectrum yang sama dengan pembanding
17
Spektrum UV Sulfametoksazol dalam NaOH P menunjukkan panjang gelombang
maksimum 257 nm
Larutkan lebih kurang 100 mg dalam 2 ml HCl p, tambahkan 3 ml larutan natrium
nitirit P, dan 1 mL larutan NaOH P yang berisi 10mg 2-naftol P, akan terbentuk
endapan merah jingga
Tablet Kotrimoksazol (Sulfametoksazol dan Trimetroprim )
Sulfametoksazol mengandung C10H11N3O3S dan trimetroprim mengandung C14H18N4O3
tidak kurang dari 93 % dan tidak lebih dari 107% dari jumlah yang tertera pada etiket.
b. Trimetoprim
Nama Umum : Trimethoprim
Nama Kimia : 2,4-Diamino-5-(3,4,5-trimetoksibenzil) pirimidina-2,4-
diamin.
Sinonim : Trimethoprimum, Trimethoxyprim
18
Rumus molekul : C14H18N4O3
Berat Molekul : 290,32
Penetapan Kadar : trimetroprim mengandung tidak kurang dari 98,5% dan
tidak lebih dari 101,0% C14H18N4O3 dihitung terhadap
zat yang telah dikeringkan.
Pemerian : hablur atau serbuk hablur, putih sampai krem, tidak
berbau, serbuk kristal
Kelarutan : sangat sukar larut dalam air, larut dalam benzilalkohol,
agak sukar larut dalam kloroform dan dalam metanol,
sangat sukar larut dalam etanol dalam aseton, praktis
tidak larut dalam eter dan dalam karbon tetraklorida
Titik Lebur : 199-203 oC
Identifikasi :
Spektrum serapan inframerah larutan dalam kloroform P (1 dalam 100)
menunjukkan spectrum yang sama dengan pembanding
Spektro UV
Dengan menimbang lebih kurang 100 mg zat, masukkan kedalam labu 100 mL,
kemudian larutkan dalam 25 mL etanol P. Encerkan secara kuantitatif dan
bertahap dengan larutan NaOH P ( 1 dalam 250) hingga diperoleh larutan (1
dalam 50.000). Trimetropin dapat diamati dengan Spectro UV pada panjang
gelombang maksimum 287 nm
19
3. VOMINA
Mengandung: domperidone
Nama Umum : Domperidone
Nama Kimia : 5-kloro-1-{1-[3-(2-oxo-2,3-dihidro-1H-benzimidazol-1
yl)propil]piperidin-4-yl}-1,3 dihidro-2H-benzimidazol-2-one
Sinonim : Domperidona, Domperidonas, Domperidoni, Domperidonum
Rumus molekul : C22H24ClN5O2
Berat Molekul : 425,9
Penetapan Kadar : domperidon mengandung tidak kurang dari 99,0% dan
tidak lebih dari 101,0% C10H11N3O3S dihitung terhadap zat
yang telah dikeringkan.
Pemerian : serbuk putih sampai hampir putih
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air, sedikit larut dalam etanol (96%)
dan metanol, larut dalam dimetilformamida
Titik Lebur : 244-248 oC
Identifikasi :
Spektrum serapan inframerah
Thin layer kromatography (TLC)
4. ZINK
Nama Umum : Seng Sulfat Monohidrat (Zinc Sulphate Monohydrate)
20
Sinonim : Zinc Sulfate, Zinc Sulphate
Rumus molekul : ZnSO4,H2O
Berat Molekul : 179,5
Penetapan Kadar : mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 101,0%
ZnSO4,H2O
Pemerian : serbuk hablur, putih sampai hampir putih, tidak berwarna, kristal
transparan, tidak berbau, rasa sepat mirip logam
Kelarutan : sangat mudah larut dalam air, praktis tidak larut dalam etanol
(95%) P, mudah larut dalam gliserol P.
Titik Lebur : 419.53 oC
Identifikasi :
Analisa untuk Zink
Tambahkan hidrogen sulfide dan natrium asetat P kedalam larutan garam zink
maka akan terbentuk endapan putih, yang tidak larut dalam asam asetat P, tetapi
larut dalam HCl 3 N
5. LACTO B
Mengandung: vitamin B1, vitamin B2, vitamin C, vitamin B6, niacin
a. Thiamini Hydrochloridium
Tiamina Hidroklorida
Vitamin B1
Tiamina hidroklorida mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 101,0% C12H17ClN4OS.HCl
21
Pemerian Hablur atau serbuk hablur, putih; bau khas lemah. Jika bentuk anhidrat terpapar udara dengan cepat menyerap air lebih kurang 4%. Melebur pada suhu lebih kurang 248o disertai penguraian.
Kelarutan mudah larut dalam air, sukar larut dalam etanol (95%) P, praktis tidak larut dalam eter P dan dalam benzen P, larut dalam gliserol P.
Identifikasi :
a. Spektrum IR zat yang telah dikeringkan pada suhu 108o selama 2 jam dan didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan maksimum serapan hanya pada panjang gelombang yang sama seperti pada tiamina hidroklorida PK
b. Larutan 2% b/v menunjukkan reaksi klorida:a) Panaskan larutan klorida dengan asam sulfat P dan mangan (IV) oksida
P, terjadi klor yang memutihkan kertas lakmus P basah dan terjadi warna biru pada kertas kanji iodida P.
b) Pada larutan klorida tambahkan larutan perak nitrat P, terbentuk endapan putih yang tidak larut dalam asam nitrat P. Endapan larut dalam amonia encer P setellah sebelumnya dicuci dengan air, tambahkan asam nitrat P, terbentuk endapan lagi.
Keasaman-kebasaan pH larutan 1% b/v, 2,7 sampai 3,4
Susut Pengeringan Tidak lebih dari 5%; pengeringan dilakukan pada suhu 105o
selama 2 jam menggunakan 500 mg.
Penetapan kadar
Larutan uji lebih kurang 25 mg yang ditimbang seksama, larutkan dalam asam klorida P 2% v/v, encerkan dengan asam klorida P 2% v/v secukupnya hingga 500 ml, campur. Encerkan 5,0 ml secara bertahap dengan asam klorida P 2% v/v secukupnya hingga diperoleh larutan dengan kadar 0,2 µg per ml.
Pada masing-masing 3 tabung 40 ml atau lebih, pipet 5ml larutan baku. Pada masing-masing dari 2 tabung tersebut tambahkan dengan cepat sambil dikocok 3 ml larutan pengoksidasi dan dalam waktu 30 detik tambahkan 20,0 ml isobutanol P. Campur kuat-kuat selama 90 detik dengan cara mengocok tabung yang telah disumbat, atau dengan mengalirkan udara ke dalam campuran. Gunakan tabung lain sebagai blanko, sebagai pengganti larutan pengoksidasi tambahkan 3 ml natrium hidroksida 3,5 N dan kerjakan dengan cara yang sama. Pada masing-masing 3 tabung 40 ml atu lebih yang lain, pipet 5 ml larutan uji dan dilakukan hal yang sama dengan larutan baku. Pada setiap tabung tambahkan 2,0 ml etanol mutlak P, goyangkan selama beberapa
22
detik, biarkan memisah, enap-tuangkan atau ambil lebih kurang 10 ml lapisan isobuutanol yang jernih, masukkan dalam sel flurometer. Ukur fluoresensi menggunakan fluorometer yang cocok, yang mempunyai filter pertama dengan tranmisi pada maksimum 365 nm dan filter kedua dengan transmisi pada maksimum 435 nm. Hitung jumlah mg C12H17ClN4OS.HCl dengan rumus:
125 C (A-b) (S-d)
C adalah kadar tiamina hidroklorida PK dalam µg per ml larutan pembanding.
Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya
Khasiat dan Penggunaan Antineuritikum, komponen vitamin B kompleks
b. Riboflavinum
RiboflavinaVitamin B2
Riboflavina mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 102,0%
C17H20N4O6 dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
Pemerian Serbuk hablur, kuning sampai kuning jingga, bau lemah, rasa agak pahit
Kelarutan Sangat sukar larut dalam air, dalam etanol (95%) P dan dalam larutan natrium klorida; isotonis, praktis tidak larut dalam kloroform P dan dalam eter P, sangat mudah larut dalam larutan alkali encer.
23
Identifikasi Larutan 1 mg dalam 100 ml air, dilihat dengan cahaya yang diteruskan larutan berwarna kuning pucat kehijauan, berfluorosensi hijau kuning intensif, yang dengan penambahan asam mineral atau alkali fluoresensi hilang.
Suhu lebur Lebih kurang 280o
Penetapan Kadar
Larutan uji lebih kurang 50 mg yang ditimbang seksama, masukkan ke dalam labu ukur 1000 ml yang berisi lebih kurang 50 ml air. Tambahkan 5 ml asam asetat P dan air secukupnya hingga lebih kurang 800 ml. Panaskan di atas tangas uap terlindung dari cahaya sambil sering dikocok hingga larut. Dinginkan hingga suhu 25o, encerkan dengan air secukupnya hingga 1000 ml, campur. Encerkan bertahap larutan ini dengan air secukupnya pada waktu pengujian disesuaikan dengan kapasitas fluorometer.
Larutan pembanding Dengan cara yang sama buat larutan pembandng mengandung riboflavina PK yang ditimbang secara seksama setara dengan zat uji.
Cara Ukur intensitas fluorosensi dengan fluorometer pada lebih kurang 530 nm (dapat juga menggunakan pada lebih kurang 444 nm). Setelah pembacaan, tambahkan lebih kurang 10 mg natrium hidrosulfit P, aduk dengan batang kaca hingga larut dan ukur segera serapan larutan ini. Perbedaan kedua hasil serapan ini menunnjukkan intensitas fluorosensi terhadap larutan pembanding. Dengan cara yang sama, ukur intensitas fluorosensi larutan uji pada kurang lebih 530 nm, sebelum dan setelah penambahan natrium hidrosulfit P. Hitung jumlah dalam ug per ml C17H20N4O6 dalam larutan uji dengan rumus:
C ( IuIs )
C adalah kadar riboflavina PK dalam ug per ml larutan pembanding, Iu adalah fluorosensi terkoreksi dari larutan uji, Is adalah flurosensi terkoreksi dari larutan pembanding
Penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya
Khasiat dan Penggunaan Komponen vitamin B kompleks
c. Pyridoxini Hydrochloridium
Piridoksina Hidroklorida
24
Vitamin B6
Piridoksina hidroklorida mengandung tidak kurang dari 98% C8H11NO3HCl, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
Pemerian Hablur putih atau tidak berwarna, atau serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa asin.
Kelarutan Mudah larut dalam air, sukar larut dalam etanol (95%) P, praktis tidak larut dalam eter P.
Identifikasi :
a. Spektrum serapan IR zat yang didispersikan dalam parafin cair P menunjukkan maskimum hanya pada panjang gelombang yang sama seperti pada piridoksin hidroklorida P.
b. Masukkan ke dalam 2 tabung kimia masing-masing 1 ml larutan yang mengandung 100 µg dan 2 ml larutan natrium asetat P 20% b/v. Pada tabung pertama tambahkan 1 ml larutan asam borat 4% b/v, campur. Dinginkan kedua tabung hingga suhu lebih kurang 20o. Pada masing-masing tabung tambahkan dengan cepat 1 ml larutan siklorokininklorimida P 0,5% b/v dalam etanol (95%) P. Dalam tabung tabung pertama terjadi warna biru, yang segera memucat setelah beberapa menit berubah menjadi merah. Dalam tabung kedua tidak terjadi warna biru.
c. Pada 2 ml larutan 0,5% b/v tambahkan 0,5 ml larutan fosfowolframat P, terbentuk endapan putih.
d. Menunjukkan reaksi klorida.
Penetapan Kadar Timbang seksama 400 mg, larutkan dalam campuran 100 ml asam asetat glasial P dan 10 ml larutan raksa (II) asetat P, hangatkan sedikit hingga larut. Dinginkan hingga suhu kamar, tambahkan 2 tetes larutan kristal violet P dan titrasi dengan asam perklorat 0,1 N. Lakukan penetapan blanko. 1 ml asam perkloran 0,1 N setara dengan 20,56 mg C8H11NO3HCl
Penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya
Khasiat dan Penggunaan Komponen vitamin B kompleks
d. Acidum Nicotinum
Asam NikotinatNiasina
25
Asam Nikotinat mengandung tidak kurang dari 99,0% C6H5NO2 dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.Pemerian Habur atau serbuk hablur putih; putih atau putih kekuningan; tidak berbau atau berbau lemak; rasa agak asam
Kelarutan Larut dalam 55 bagian air, mudah larut dalam air mendidih dan dalam etanol (95%) P mendidih, praktis tidak larut dalam eter P, larut dalam larutan alkali hidroksida
Identifikasi :
a. Panaskan 1 bagian dengan 4 bagian natrium karbonat anhidrat P, terbentuk piridina yang dapat dikenali dari baunya
b. Pada 2 ml larutan 0,1% b/v tambahkan 6 ml larutan sianogen bromida P dan 1 ml larutan anilina P 2,5% v/v terbentuk warna kuning emas
c. Didihkan 20 mg dengan 5 ml larutan natrium hidroksida P, tidak terbentuk amonia (perbedaan dengan nikotinamida)
Keasaman-kebasaan pH larutan 1,3% b/v 3,0 sampai 3,5
Penetapan Kadar Timbang seksama 300 mg, larutkan dalam 50 ml air bebas karbondioksida P, titrasi dengan natrium hidroksida 0,1 N bebas karbonat, menggunakan indikator larutan merah fenol P. 1 ml natrium hidroksida 0,1 N setara dengan 12,31 mg C6H5NO2
Penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat
Khasiat dan Penggunaan Antipelagra, vasodilator
6. ORALIT
26
Nama Obat Tepat
Indikasi
Tepat
Obat
Tepat
Pasien
Tepat
Dosis
Waspada
Efek
Samping
Keterangan
IGD IVFD 2A v v v v
Vomina Tidak diberikan, diganti dengan metoklorpramide
Spectrem v v v v
Zink
Oralit Tidak diberikan
Bangsal
anak
IVFD
vomina
spectrem
zinc
oralit Tidak diberkan
Pulang IVFD tidak diberikan pada
saat pulang
Vomina
Spectrem
Zinkid
Lacto B
TINJAUAN FARMASEUTIKA
1. VOMINA (MIMS ed 11;20) K
Komposisi : Domperidone
Indikasi : Terapi simtomatik untuk dispepsia fungsional, mual dan muntah akut,
mual dan muntah akibat penggunaan levodopa dan bromokriptin
27
selama > 12 minggu
Dosis : Dispepsia fungsional ,dws dan lnjut usia 10-20 mg 3x/hr prn, 10-20
mg sebelum tidur (hs , horra somni) lama terapi max 12 minggu.mual
muntah levodova dan bromokriptin dewasa dan lanjud usia 10-20
mg/hr dgn interval tiap 4-8 jam. Anak mual dan muntah akibat
kemoterapi dan radiologi 0,2 mg/kgbb/hr dgn interval tiap 4-8 jam
PO : Diminum 15-30 mnt sblm makan
Peringatan : Gangguan fungsi hati dan ginjal, penggunaan jangka lama, hamil dan
laktasi
IO : Bromokriptin, obat muskarinik, analgesik opiat, antasida
2. SPECTREM (MIMS ed 11;238) K
Komposisi : Kotrimoksazole (sulfaMETOKSAZOLE 200mg , trimetoprim 40mg)
Indikasi : Infeksi saluran nafas, sal kemih kelamin, GI, kulit, infeksi lain
Dosis : Anak usia 6-12thn 2x1 2sdt; Anak usia 2-5thn 2x1 1sdt
PO : Bersama makanan
Peringatan : Pasien dengan defisiensi asam folat, status gizi buruk atau defisiensi
G6DP. Pasien lanjut usia dan pasien dengan fungsi ginjal menurun
IO : PABA & anastesi lokal tipe prokain; mengurangi efek obat. Highly
bound drug: meningkatkan efek obat. Metotreksat, warfarin, sulfonil
urea.
3. ZINC B
Komposisi : Tiap tablet dispersibel mengandung zinc sulfate 54,9 mg setara
dengan zinc 20 mg
Indikasi : Tablet Zinc dispersibel digunakan untuk melengkapi pengobatan diare
pada anak. Pengunaannya selalu disertai dengan oralit. Pengobatan
diare ditujukan untuk pencegahan atau pengobatan dehidrasi
(menggunakan oralit) dan pencegahan gangguan nutrisi
28
(menggunakan mineral Zinc). Pemberian suplementasi Zinc dapat
menurunkan insiden diare 2-3 bulan ke depan.
Dosis : anak-anak < 6 bulan = 10 mg (1/2 tablet)/hari
anak-anak > 6 bulan = 20 mg (1 tablet)/hari
KI : mineral Zinc
IO : Pemberian bersama mineral besi, kalium, tembaga dapat menurunkan
absorbsi mineral Zinc. Pemberian bersama asam amino L-Histidine,
L-Cisteine, dan L-Methionine dapat meningkatkan absorbsi mineral
Zinc.
4. LACTO-B
Komposisi : 1x1010 CFU/gram (Lactobacillus acidhophilus, Bifidobacterium
longun, Strepcoccus termophillus) Energi 3,4 kalori, karbohidrat 0,6
gram, protein 0,02 gram, lemak total 0,1 gram, vitamin C 10 mg,
vitamin B1 0,5 mg, vitamin B2 0,5 mg, vitamin B6 0,5 mg, niacin 2
mg
Indikasi : Lactic acid bakteerial menghasilkan asma organik yang menghambat
bakteri merugikan, sehingga dapat membanttu memperbaiki
ketidakseimbangan flora usus pada diare, lactobacilli menghasilkan
enzim beta galaktosidase untuk menghidrolisa laktosa menjadi
glukosa dan galaktosa, lakto-B dapat mengurangi lactose intolerance
(diare akibat mengkonsumsi susu formula yg mengandung laktosa ),
vitamin B dapat membantu keseimbangan flora usus
Dosis : Untuk anak 1-3 tahun 1 sachet/hari
Untuk anak <1th 2 sachet/hari
PO Dapat diberikan bersamaan dengan makanan bayi dan susu formula
29
Sumber :
British National Formulary, (2009). British National Formulary (56 th edisi). London: Royal Pharmaceutical Society of Great Britain.
Reynolds, J.E.F (Ed). (2007). Martindale: The Complete Drug Reference. (Edisi 35). London: Pharmaceutical Press.
Anonim. (1995). Farmakope Indonesia edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.