kasus

Upload: amalliapradistha

Post on 06-Jan-2016

216 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

contoh kasus

TRANSCRIPT

KasusKasus yang akan dibahas disini diambil dari sebuah kejadian yang saya alami secara langsung ketika saya masih duduk di bangku SMP dan kakak saya SMA. Saya bersekolah di Jakarta dengan jarak rumah ke sekolah yang cukup jauh dan situasi jalanan yang selalu penuh di pagi hari.Saya pergi ke sekolah bersama-sama dengan kakak dan kedua orang tua saya yang berangkat untuk bekerja. Suatu pagi saya dan kakak saya terlambat untuk pergi ke sekolah, biasanya jika sudah terlambat, saya dan kakak saya akan meminta untuk tidak usah masuk sekolah karena takut akan dimarahi oleh guru, tetapi ibu saya tidak akan mengizinkan kami untuk tidak masuk ke sekolah, karena itu perjalanan untuk menuju sekolah tetap dilanjutkan.Ketika tiba di sekolah, saya dan kakak saya sudah terlambat sekitar 30 menit dan ibu saya yang tetap mengharuskan kami untuk tetap sekolah. Setelah itu yang terjadi adalah saya dan kakak saya turun dari mobil, lalu kakak saya menutup pintu mobil dengan sangat keras, napasnya memendek, muka yang kemerah-merahan, dan berjalan dengan sangat cepat ke arah sekolah. Begitu juga dengan saya yang sampai tiba di sekolah napas saya semakin cepat dan saya mulai berkeringat dikarenakan takut akan dimarahi oleh guru karena datang terlambat. Setelah pulang dari sekolah, ibu saya akan mendatangi saya dan kakak saya untuk meminta maaf dan menjalankan situasi sebaik mungkin.

PembahasanDalam makalah ini kasus diatas akan dibahas dengan tiga pendekatan teoritis oleh para ahli.1. Teori kognitif (Schachter)Menurut schachter ada dua faktor penentu munculnya emosi yaitu faktor fisiologis dan kognisi dengan adanya stimulus coding yaitu pemberian label kepada setiap pengalaman yang membangkitkan emosi. Proses muncul emosi yaitu dikarenakan adanya stimulus dari luar, lalu terjadi perubahan fisiologis, lalu persepsi dan interpretasi terhadap situasi yang sudah di coding bangkit sehingga muncul emosi yang bersifat subjektif.Jika kita analisa pada contoh kasus diatas, stimulus dari luar yang memicu emosi kakak saya adalah kemacetan yang terjadi dan pendapat ibu saya yang mengatakan harus tetap masuk sekolah, lalu terjadi perubahan fisiologis yang ditandai dengan napas memendek, muka memerah, dan kondisi fisik yang lebih kuat dibandingkan sebelumnya. Setelah itu, muncul persepsi bahwa ibu saya tidak memahami ketakutannya dan juga interpretasi bahwa ia akan terlambat lagi dan mendapat hukuman seperti yang pernah dialaminya dulu sehingga muncul emosi yang bersifat subjektif tersebut.

Terdapat 3 preposisi Schachter yang jika kita analisa pada contoh kasus diatas termasuk ke dalam preposisi apabila kita merasakan suatu rangsangan, dan mengetahui alasan terjadi rasa tersebut, maka kita tidak perlu mencari informasi tentang rasa yang dialami.

2. Teori ahli terdahulu (Gross)Model modalitas emosi Gross menjelaskan bahwa sistem munculnya emosi adalah seperti bagan diatas Dimana adanya suatu situasi atau stimulus yang relevan secara psikologis, situasi ini dapat bersifat eksternal maupun internal, kemudian adanya proses kognitif pada individu dimana ia memerhatikan situasi tersebut dan kemudian melakukan appraisal atau penilaian terhadap situasi yang sedang dihadapinya, mulai dari familiaritas situasinya, valance, dan value relevance (Ellsworth & Scherer, 2003, dalam Gross, 2007). Setelah proses kognitif ini baru respon emosional muncul.

Jika kita analisa pada contoh kasus diatas maka situasi pemicu respon emosional kakak saya adalah ketika ia mengalami kemacetan. Ketika kakak saya melihat kemacetan terjadi proses kognitif dan appraisal dimana kakak saya melakukan penilaian akan ancaman bahwa ia akan terlambat dan dimarahi lagi oleh gurunya. Setelah itu ia melakukan appraisal dan menyadari potensi yang mengancamnya barulah muncul respon emosional yang ditandai dengan perubahan raut wajah kakak saya, perubahan fisiologis yang ditandai dengan napas pendek dan memburu dan keringat yang mulai muncul, dan juga perubahan pada perilakunya yang dapat dilihat ketika kakak saya menutup pintu mobil dengan sangat keras dan berjalan dengan sangat cepat.