karakteristik kawasan tamansari watercastle sebagai ... · menjadi tempet membeli tiket untuk masuk...

8
Seminar Ikatan Peneliti Lingkungan Binaan Indonesia (IPLBI) 1, B 053-060 https://doi.org/10.32315/sem.1.b053 Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 | B 053 Sekolah Tinggi Teknologi Cirebon, Universitas Indraprasta, Universitas Trisakti ISBN 978-602-17090-6-1 E-ISBN 978-602-17090-4-7 Karakteristik Kawasan Tamansari Watercastle sebagai Warisan Budaya Kraton Yogyakarta Riana Viciani G 1 , Himasari Hanan 2 1 Program Magister, Jurusan Rancang Kota, Fakultas Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK), ITB. 2 Dosen Program Magister, Jurusan Rancang Kota, Fakultas Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK), ITB. Korespondensi: [email protected] Abstrak Kawasan Tamansari Watercastle merupakan cagar budaya Kota Yogyakarta yang berada dalam Jeron Beteng Kraton. Kawasan ini dibangun oleh Sri Sultan Hamengku Buwana I pada tahun 1758 M dan difungsikan sebagai tempat peristirahatan, pertahanan, spiritual dan perkebunan. Fungsi kawasan Tamansari yang sangat penting bagi Kraton, membuat Sultan menyediakan hunian pada sekitar Pesanggrahan Tamansari untuk Abdi Dalem yang menjaga dan mengurus Tamansari, dengan status tanah magersari (hak guna tanah) dan pada saat itu permukiman penduduk mulai berkembang pada sekitar pesanggrahan Tamansari. Tingginya pemanfaatan lahan pada Kawasan Pesanggrahan Tamansari, membuat kawasan ini kehilangan identitas dan penurunan kualitas fisik. Tujuan penelitian adalah membahas mengenai karakteristik kawasan Pesanggrahan Tamansari, potensi dan permasalahan dalam perkembangan kawasan sebagai wujud dari warisan budaya kraton, metodologi yang digunakan adalah metode deskriptif dengan penjabaran pada aktifitas, makna dan karakter kawasan. Hasil yang diperoleh adalah Pesanggarahan Tamansari kehilangan karakter sebagai daerah pelesiran sultan, karena berada pada area permukiman padat. Kata-kunci : karakteristik, Magersari, Tamansari Watercastle Pendahuluan Warisan budaya merupakan sesuatu benda, adat istiadat atau pola prilaku yang harus dijaga dan dilestarikan, hal ini sejalan dengan pernyataan Artha (2004) yang menyatakan bahwa warisan budaya (cultural heritage) merupakan perangkat-perangkat simbol kolektif yang diwariskan oleh generasi-generasi sebelumnya dapat berupa fisik, pola prilaku dan pandangan hidup. Warisan budaya yang memiliki nilai penting, salah satunya adalah Kawasan Tamansari Watercastle yang merupakan bangunan bekas istana air dan menjadi bagian dari Jeron Beteng Kraton Yogyakarta. Bangunan ini menghadap kearah barat dan membujur ketimur dari bagian barat daya sampai dengan sisi tenggara Kraton, dibangun oleh Sri Sultan Hamengku Buwana I pada tahun 1758 M (Hadiyanta, 2012). Kawasan Pesanggarahan Tamansari secara administratif berada pada Kecamatan Kraton, Kelurahan Patehan yaitu pada RW 08, 09 dan 10. Komplek Pesanggrahan Tamansari memiliki 59 gugusan bangunan yang memiliki konfigurasi yang saling terkait dengan luas 36,666 ha, namun kini gugusan yang tersisa hanya 21 buah gugusan bangunan dengan luas kawasan 10 ha (Hadiyanta, 2012). Hilangnya gugusan bangunan terjadi oleh beberapa faktor yaitu faktor internal seperti adanya gempa bumi pada tahun 1867 dan yang terbesar pada tahun 2006, sehingga menyebabkan sebagain bangunan Pesanggrahan Tamansari hancur serta adanya faktor eksternal seperti setelah terjadi gempa, sebagian area Pesanggarah yang hancur dan mulai bermunculan hunian penduduk.

Upload: hoangminh

Post on 08-Mar-2019

231 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Karakteristik Kawasan Tamansari Watercastle sebagai ... · Menjadi tempet membeli tiket untuk masuk Tamansari dan kantor kepengurusan Tamansari ... batik, tari dan peristirahatan

Seminar Ikatan Peneliti Lingkungan Binaan Indonesia (IPLBI) 1, B 053-060 https://doi.org/10.32315/sem.1.b053

Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 | B 053

Sekolah Tinggi Teknologi Cirebon, Universitas Indraprasta, Universitas Trisakti

ISBN 978-602-17090-6-1 E-ISBN 978-602-17090-4-7

Karakteristik Kawasan Tamansari Watercastle sebagai

Warisan Budaya Kraton Yogyakarta

Riana Viciani G1, Himasari Hanan2

1 Program Magister, Jurusan Rancang Kota, Fakultas Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK),

ITB. 2 Dosen Program Magister, Jurusan Rancang Kota, Fakultas Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan

(SAPPK), ITB.

Korespondensi: [email protected]

Abstrak

Kawasan Tamansari Watercastle merupakan cagar budaya Kota Yogyakarta yang berada dalam

Jeron Beteng Kraton. Kawasan ini dibangun oleh Sri Sultan Hamengku Buwana I pada tahun 1758 M

dan difungsikan sebagai tempat peristirahatan, pertahanan, spiritual dan perkebunan. Fungsi

kawasan Tamansari yang sangat penting bagi Kraton, membuat Sultan menyediakan hunian pada

sekitar Pesanggrahan Tamansari untuk Abdi Dalem yang menjaga dan mengurus Tamansari, dengan

status tanah magersari (hak guna tanah) dan pada saat itu permukiman penduduk mulai

berkembang pada sekitar pesanggrahan Tamansari. Tingginya pemanfaatan lahan pada Kawasan

Pesanggrahan Tamansari, membuat kawasan ini kehilangan identitas dan penurunan kualitas fisik.

Tujuan penelitian adalah membahas mengenai karakteristik kawasan Pesanggrahan Tamansari,

potensi dan permasalahan dalam perkembangan kawasan sebagai wujud dari warisan budaya kraton,

metodologi yang digunakan adalah metode deskriptif dengan penjabaran pada aktifitas, makna dan

karakter kawasan. Hasil yang diperoleh adalah Pesanggarahan Tamansari kehilangan karakter

sebagai daerah pelesiran sultan, karena berada pada area permukiman padat.

Kata-kunci : karakteristik, Magersari, Tamansari Watercastle

Pendahuluan

Warisan budaya merupakan sesuatu benda, adat istiadat atau pola prilaku yang harus dijaga dan

dilestarikan, hal ini sejalan dengan pernyataan Artha (2004) yang menyatakan bahwa warisan

budaya (cultural heritage) merupakan perangkat-perangkat simbol kolektif yang diwariskan oleh

generasi-generasi sebelumnya dapat berupa fisik, pola prilaku dan pandangan hidup. Warisan

budaya yang memiliki nilai penting, salah satunya adalah Kawasan Tamansari Watercastle yang

merupakan bangunan bekas istana air dan menjadi bagian dari Jeron Beteng Kraton Yogyakarta.

Bangunan ini menghadap kearah barat dan membujur ketimur dari bagian barat daya sampai

dengan sisi tenggara Kraton, dibangun oleh Sri Sultan Hamengku Buwana I pada tahun 1758 M

(Hadiyanta, 2012). Kawasan Pesanggarahan Tamansari secara administratif berada pada Kecamatan

Kraton, Kelurahan Patehan yaitu pada RW 08, 09 dan 10. Komplek Pesanggrahan Tamansari

memiliki 59 gugusan bangunan yang memiliki konfigurasi yang saling terkait dengan luas 36,666 ha,

namun kini gugusan yang tersisa hanya 21 buah gugusan bangunan dengan luas kawasan 10 ha

(Hadiyanta, 2012). Hilangnya gugusan bangunan terjadi oleh beberapa faktor yaitu faktor internal

seperti adanya gempa bumi pada tahun 1867 dan yang terbesar pada tahun 2006, sehingga

menyebabkan sebagain bangunan Pesanggrahan Tamansari hancur serta adanya faktor eksternal

seperti setelah terjadi gempa, sebagian area Pesanggarah yang hancur dan mulai bermunculan

hunian penduduk.

Page 2: Karakteristik Kawasan Tamansari Watercastle sebagai ... · Menjadi tempet membeli tiket untuk masuk Tamansari dan kantor kepengurusan Tamansari ... batik, tari dan peristirahatan

Karakteristik Kawasan Tamansari Watercastle sebagai Warisan Budaya Kraton Yogyakarta

B 054 | Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017

Permukiman penduduk pada sekitar Pesanggrahan Tamansari berkembang bada abad ke XIX, pada

saat itu permukiman yang ada bersifat ngidung atau magersari. Magersari merupakan hak sewa

lahan yang diberikan oleh pihak sultan kepada abdi dalem atas pengabdiannya. Bentuk ruang

magersari adalah membangun tempat bermukim mengelilingi sebuah pusat kekuasaan Kraton

(Wiryomartono,1995). Masyarakat yang tinggal pada kawasan magersari disebut sebagai masyarakat

magersari yang memiliki kewajiban untuk menaati perintah Kraton dan ketentuan sewa lahan

terdapat pada serat kekancingan yang mengatur mengenai kepemilikan lahan yang tidak boleh

diperjualbelikan dan ketentuan bangunan hunian harus mengikuti aturan Kraton. Kebijakan

magersari yang diberikan oleh pihak Kraton pada saat ini juga berlaku bagi masyarakat yang masih

memiliki keturunan abdi dalem, dengan menunjukan silsilah keturunan dalam keluarga, sehingga

membuat sewa lahan dengan status magersari semakin meningkat dan menyebabkan terjadinya

perkembangan permukiman padat yang cenderung mengurangi estetika dan kelestarian Kawasan

Pesanggrahan Tamansari. Peningakatan permukiman juga menyebabkan alih fungsi kepemilikian

lahan dengan status magersari, dimana berdasarkan data Badan Pertanahan Kota Yogyakarta Tahun

2014, ± 50% tanah pada Kawasan Pesanggrahan Tamansari memiliki serfitifikat tanah sah atas

kepemilikian pribadi, yang artinya tanah tersebut dapat dikembangkan oleh pemilik tanpa mengikuti

aturan dan ketentuan dari pihak Kraton.

Tingginya pemanfaatan lahan pada Kawasan Pesanggrahan Tamansari, membuat kawasan ini

kehilangan identitas dan penurunan kualitas fisik, selain itu ketidakpedulian masyarakat dalam

menjaga dan merawat kawasan Tamansari membuat kawasan ini semakin terpendam diantara

permukiman padat penduduk dan yang tersisa hanya nilai sejarah tanpa adanya kontribusi dalam

menciptakan tempat yang lebih berkarakter, sehingga untuk menciptakan kawasan yang memilki

karakteristik yang kuat perlu adanya kajian terkait makna suatu tempat yang dapat diperoleh

dengan strategi placemaking. Placemaking adalah proses mengubah ruang (space) menjadi suatu

tempat (place) yang memiliki makna (Trancik, 1986). Pendekatan placemaking dilakukan dengan

mengaitkan karakterisitik, potensi dan permasalahan yang berkembang pada kawasan

Pesanggrahan Tamansari dengan indikator placemaking yaitu form, image dan Activity. Tujuannya

adalah untuk meilihat karakteristik kawasan yang berkembang, sehingga diketahui tindakjut dalam

peningkatan kualitas Pesanggarahan Tamansari, karakteristik yang dibahas menonjolkan sifat

kawasan cagar budaya sebagai tangible (berwujud), dimana penurunan kualitas fisik yang menjadi

fokus dalam kaitannya dengan ruang perkotaan (urban heritage).

Metode Penelitian

Paradigma atau pandangan penulis dalam penelitian ini adalah Konstruktivisme sosial (social-

constructivism), dimana peneliti berusaha untuk mengandalkan sebanyak mungkin pandangan

partisipan tentang situasi yang diteliti. Makna-makna subjektif ini sering kali dinegosiasi secara sosial

dan historis (Creswell, 2008). Metode yang digunakan adalah metode kualitatif, dengan sifat

penelitian deskriptif yaitu penelitian yang memberikan gambaran menyeluruh dan jelas terhadap

situasi sosial yang diteliti, komparatif berbagai peristiwa dari situasi sosial satu dengan situasi sosial

lainnya (Sugiyono, 2007). Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah narrative research,

dimana strategi dalam penelitian ini adalah menyelidiki kehidupuna sosail individu dan meminta

beberapa kelompok untuk meceritakan kehidupan mereka, sehingga informasi yang diperoleh

merupakan hasil temuan lapangan yang akan dikaji lebih lanjut oleh peneliti.

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini primer (observasi dan wawancara).

Observasi dilakukan pada pagi, siang sore dan malam hari, sedengkan wawancara secara purposive

sampling.

Page 3: Karakteristik Kawasan Tamansari Watercastle sebagai ... · Menjadi tempet membeli tiket untuk masuk Tamansari dan kantor kepengurusan Tamansari ... batik, tari dan peristirahatan

Riana Viciani G

Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 | B 055

Metode Analisis Data

Metodelogi analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode analisis kualitatif dengan

menghubungkan beberapa analisis placemaker, yang akan lebih jelas dilihat pada Tabel berikut ini.

Hasil dan Pembahasan

Hasil dan pembahasan pada penelitian ini diindentifikiasi berdasarkan kondisi Pesanggrahan

Tamansari yang berkembang diantaranya dari bentuk, makna dan aktivitas yang berkembang.

Adapun hasil pembahasanya sebagai berikut.

1. Karakteristik Pesanggrahan Tamansari

Karakteristik kawasn pesanggarahan Tamansari pada saat ini sangat jauh jika dibandingkan dengan

fungsi awal kawasan Tamansari pada saat dibangun, dimana terjadinya penurunan kualitas fisik

bangunan akibat adanya permukiman padat, dan sebagian bangunan pesanggrahan tidak

dimanfaatkan. Berikut adalah penjabaran karakteristik bangunan dan penilaian kawasan.

Tabel 1. Metode Analisis Data yang digunakan dalam Penelitian

Komponen Penelitian

Variabel Data yang

dibutuhkan

Teknik Pengambila

n Data

Teknik Analisis

Hasil

A. Rumusan Komponen

Placemaking

Komponen Karakteristik

kawasan

Pembentuk karakteristik kawasan (Bentuk,

Aktivitas dan Makna)

Studi Literatur (Buku, Jurnal

dan Kajian terdahulu)

Content

Analysis

Variabel, dan Indikator

Placemaking

B. Karakteristik Kawasan Pesanggrahan

Tamansari

Bentuk Kawasan

Karakteristik bangunan pesanggrahan

tamansari Penggunaan

Lahan Intensitas

sirkulasi

Observasi Lapangan

Visual Mapping

Karakteristik

dan bentuk kawasan

Makna

Kawasan

Kemudahan dalam mendaptakn informasi

Akses pada perkembangan kawasan

Observasi Lapangan

Wawancara

Deskriptif Mengetahui makna suatu

tempat

Aktivitas Kawasan

Jenis aktivitas Pola sebaran

aktivitas Perekonomian Event atau

kegiatan

buadaya

Observasi Lapangan

Behavior Mapping

Pola aktivitas

yang berkembang

pada kawasan

C. Karakteristik Pesanggrahan Tamansari

yang terbentuk

Membandingk

an kondisi eksisting dengan

kondisi Tamansari

pada zaman dahulu

Kondisi tamansari saat ini

Kondisi Tamansari Zaman dahulu

Observasi Lapangan

Studi Literature

Deskriptif

Pola perubahan kawasan,

faktor

penyebab perubahan Kawasan

Page 4: Karakteristik Kawasan Tamansari Watercastle sebagai ... · Menjadi tempet membeli tiket untuk masuk Tamansari dan kantor kepengurusan Tamansari ... batik, tari dan peristirahatan

Karakteristik Kawasan Tamansari Watercastle sebagai Warisan Budaya Kraton Yogyakarta

B 056 | Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017

Tabel 2. Karakteristik Kawasan Pesanggrahan Tamansari

No Karakteristik

Tamansari Fungsi Bangunan Pemanfaatan Bangunan Penilaian Kawasan

1 a. Gapura

Panggung

Pintu Gerbang

bertingkat menuju

perkebunan buah-

buahan dan sayuran

Bangunan menjadi pintu

utama masuk kawasan

Tamansari, kualitas

bangunan masih terawat

dengan baik

Karakteristik bangunan masih

sama seperti awal dibangun

hanya saja penambahan

pagar pada bagian depan

bangunan

b. Gerbang

Tematen

Tempat piket jaga

(pecaosan) abdi dalem

Menjadi tempet membeli

tiket untuk masuk

Tamansari dan kantor

kepengurusan Tamansari

Kondisi bangunan masih

terawat dengan baik karena

dimanfaatkan sebagai kantor

pengurusan Tamansari dan

tempat pembelian tiket

masuk

c. Gedong

Sekawan

Gedong ini berjumlah 4

dengan ukuran 5.50 x

6.50 m difungsikan

sebagai pelayanan

makanan ringan bagi

sultan

Bangunan hanya diajadikan

sebagai spot foto

wisatawan.

kondisi bangunan tidak

terawat dengan baik,

sebagaian didinding

bangunan ditumbuhi lumut.

d. Umbul

Binangun

Merupakan kolam

renang tempat mandi

sultan dan kerabat.

Kolam juga merupakan spot

foto yang menarik, namun

pada malam hari diberikan

pencahayan.

Kondisi bangunan masih

terawat dengan baik, hanya

saja bagian saluran sudah

tidak berfungsi.

2 Gapura Agung Gapura ini dahulunya

merupakan pintu masuk

kawasan,

Gapura dibatasi oleh pagar

permukiman penduduk dan

hanya dapat dimanfaatkan

bagian depan saja

Sebagain bangunan gapura

tidak mendapat pencahaya

dan menjadi bagian dari

permukiman penduduk, dan

struktur bangunan ditopang

oleh besi.

3 Margi Inggil Jalan menuju kawasan

segaran, dan tempat

penambatan perahu

Bangunan hanya

merupakan area yang

dilewati oleh pengunjung.

Akses menuju bangunan

berada diantara permukiman

penduduk, sehingga sulit

diketahui keberadaanya.

4 a. Gedong

Carik

Menjalankan kegiatan

kesektretariatan dan

kepentingan birokrasi

Bangunan jarang

dimanfaatakan wisatawan

karena kondisi dalam

bangunan yang gelap

Gerbang bangunan

merupakan pintu masuk pada

permukiman warga dan parkir

kendaraan.

b. Pasean

Ledoksari

Tempat peristirahatan

sultan dan istri

Bangunan juga jarang

dimanfaatakn wisatawan

karena terhimpit

permukiman dan akses

menuju kawasan yang sulit

Sebagain bangunan rusak dan

hampir tidak terawat dengan

baik.

5 Pulo Kenanga Bangunan ini

merupakan bangunan

tertinggi dan dahulu

berada diantara segaran

(danau buatan)

difungsikan sebagai

tempat untuk kerajinan

batik, tari dan

peristirahatan

Spot yang paling disenangi

pengunjung untuk foto,

Karena pada bangunan ini

dapat melihat view

Tamasari secara

keseluruhan

Bagian bangunan rusak dan

tidak terawat dengan baik,

bahkan bangunan dijadikan

tempat bermain bola pada

sore hari.

Atap bangunan sudah runtuh

dan belum mengalami

pembugaran.

6 Sumur

Gumuling

Tempat spiritual, berupa

masjid bawah tanah

Spot yang paling diminati

untuk berfoto pada mimbar

sumur gumuling

Sebagaian bangunan

tertimbun tanah, karena

kondisi kontruksi bangunan

yang berada dalam tanah.

Page 5: Karakteristik Kawasan Tamansari Watercastle sebagai ... · Menjadi tempet membeli tiket untuk masuk Tamansari dan kantor kepengurusan Tamansari ... batik, tari dan peristirahatan

Riana Viciani G

Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 | B 057

2. Aktivitas Pesanggrahan Tamansari

dikembangkan sebagai pariwisata budaya.

Gambar 1. Karakteristik Bangunan Pesanggrahan Tamansari

2. Aktivitas Pesanggrahan Tamansari

Aktivitas atau kegiatan pada kawasan pesanggrahan Tamasari berkembang pada pukul 09.00 –

16.00, selain waktu ini tidak ada aktivitas dominan yang berkembang. Berikut adalah penjabaran

aktivitas jika ditinjau dari dua pelaku aktivitas yaitu pengunjung dan warga setempat. Kegiatan

pada Pesanggrahan Tamansari hanya terjadi pada pagi sampai sore hari, dan pada malam hari

tidak ada kegiatan yang dilakukan, namun jika ditinjau dari potensi yang dimiliki kawasan ini dapat

dikembangkan sebagai pariwisata budaya.

Gapura Pangung

Gapura Agung

Margi Inggil

Penilaian kualitas bangunan ini berdasarkan

kondisi observasi terhadap kualitas fisik dan

pemanfaatan

Gd. Ledokasri

Gd. Carik

Pulo Kenanga

Umbul Binangun

Gerbang Tematen

Umbul Binangun

Pintu Masuk Umbul

Binangun

1

5

6

3

2

1

4

Bangunan Pesanggrahan Tamansari

Kawasan Terbangun

3

4

2

1 1

5 6

Page 6: Karakteristik Kawasan Tamansari Watercastle sebagai ... · Menjadi tempet membeli tiket untuk masuk Tamansari dan kantor kepengurusan Tamansari ... batik, tari dan peristirahatan

Karakteristik Kawasan Tamansari Watercastle sebagai Warisan Budaya Kraton Yogyakarta

B 058 | Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017

Gambar 2. Aktivitas yang terbentuk pada Kawasan Pesanggrahan Tamansari

Page 7: Karakteristik Kawasan Tamansari Watercastle sebagai ... · Menjadi tempet membeli tiket untuk masuk Tamansari dan kantor kepengurusan Tamansari ... batik, tari dan peristirahatan

Riana Viciani G

Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 | B 059

3. Makna Pesanggrahan Tamansari

Perubahan makna pada kawasan pesanggrahan Tamansari terlihat dari dominasi fungsi dan

pemanfaatan ruang yang ada pada kawasan, dimana jika diidentifikasi banyak terjadi perubahan

fungsi lahan dan minimnya pengawasan, sehingga Tamansari kehilangan identitas ruang sebagai

kawasan berserjarah, jika ditinjau lebih lanjut perubahan makna ruang ini terjadi karena beberapa

faktor berikut :

Tamansari dibangun dengan fungsi : Perkebunan, Spiritual,

Pertahanan, dan Rekreasi

1758 M

Ruang pada tamansari memiliki

konfigurasi yang saling terhubung

Kawasan juga sebagai pusat pengairan bagi Jeron Beteng

Kraton

Area masuk pesanggrahan Tamansari berada pada sisi

barat (tanpa perahu) & sisi utara (dengan perahu)

Sultan memerintah membangun

kampung untuk pangeran, krabat dan abdi dalem

Permukiman mengelilingi kawasan Pesanggrahan dan

berada diluar benteng Tamansari

10 Juli 1867 & 27 Mei 2006

Terjadi gempa pada tahu 1867 dan menghancurkan bangunan Tamansari & mulai bermunculan

permukiman

Tamansari mengalami 3 kali pembugaran yaitu 1966 (Sultan X), 2004 (WMF), 2009 (Dinas

Kebudayaan)

Beberapa bangunan Tamansari

tidak dapat diselamatkan karena tertutup oleh hunian penduduk

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Gambar 4 Faktor dan tahapan perubahan Kawasan Pesanggrahan Tamansari

Penggunaan Lahan Sirkulasi Pejelan kaki dan Kendaraan

Gambar 3. Penggunaan Lahan dan Sirkulasi pada Kawasan Pesanggrahan Tamansari

40%

20%

25 %

5%

3% 2%

10%

Page 8: Karakteristik Kawasan Tamansari Watercastle sebagai ... · Menjadi tempet membeli tiket untuk masuk Tamansari dan kantor kepengurusan Tamansari ... batik, tari dan peristirahatan

Karakteristik Kawasan Tamansari Watercastle sebagai Warisan Budaya Kraton Yogyakarta

B 060 | Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017

Kesimpulan

Kawasan Tamansari mulai kehilangan karakter kawasan sebagai pelesiran raja, hal ini terlihat dari

bentuk fisik bangunan yang berubah dan tidak terawat dengan baik, tingginya aktivitas hunian yang

cenderung merusak kawasan dan hilangnya makna kawasan sebagai kawasan bersejarah, serta

adanya perubahan makna ruang yang terjadi karena perubahan fungsi bangunan. Identitas

Tamansari sebagai area pelesiran raja semakin berkurang, namun karakter ini dapat diperkuat

dengan mengempangangan potensi kawasan sebagai kawasan pariwisata budaya. Ruang-ruang

Tamansari menjadi peranan penting bagi adanya saksi sejarah dan tentunya di perkuat dengan

karakter kawasan yang ada, selain itu masyarakat dapat menjadi bagian penting dalam

pengembangan kegiatan pariwisata, yaitu sebagai produsen dan melakukan kegiatan promosi.

Daftar Pustaka

Artha, T.A. dkk. (2004). Jejak Masa Lalu. Sejuta Warisan Budaya. Kunci Ilmu. Yogyakarta

Creswell, J.W. (2008). Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches. California:

Sage Publications, Inc.

Hadiyanta, Ign. & Eka. (2012). Menguak Keangungan Tamansari. Yogyakarta: Sumber Aksara.

Prof. DR. Lexy J. & Moleong, M.A. (2008). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Sugiyono, Prof. Dr.( 2007). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: ALFABETA.

Trancik, R. (1967). Finding Lost Space. Theories of Urban Design. Van Nostrand Reinhold Company. New York

Wiryomartono, A. & Bagoes, P. (1995). Seni Bangunan dan Seni Bina Kota di Indonesia. Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama.

Tamansari Zaman Dahulu Tamansari Sekarang

Perubahan fungsi ruang terlihat pada

bangunan yang telah hilang, dimana pada masa ini pesanggrahan difungsikan sebagai tempat pelesiran raja. Pintu masuk bangunan

juga berada pada arah utara dan barat. Suasana kawasan masih dikeliling oleh perkebunan

Bangunan Pesanggrahan berada diantara permukiman padat penduduk, sebagain

pesanggrahan digunakan sebagai hunian penduduk dan bebrapa gugus bangunan terlah hilang. Pintu masuk pesanggrahan berada

pada sisi Timur yang dahulu merupakan area belakang

Gambar 5 Makna Ruang pada Pesanggrahan Tamansari