karakteristik - repository.ugm.ac.id hidayat.pdf · proceeding,seminarnasionalkebumianke-11...

14
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11 PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA 5 – 6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA 842 KARAKTERISTIK BEACH ROCKS DI PANTAI SADRANAN, KECAMATAN TEPUS, KABUPATEN GUNUNGKIDUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Muhammad Hidayat 1 Anastasia Dewi Titisari 2 * 1 Departemen Teknik Geologi, Universitas Gadjah Mada 2* Departemen Teknik Geologi, Universitas Gadjah Mada *corresponding author: [email protected] ABSTRAK Tidak seperti pantai lain di sepanjang pantai selatan Pulau Jawa, di pantai Sadranan, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul dapat dijumpai beach rocks. Beach rocks merupakan batuan sedimen yang belum terkonsolidasi ataupun yang sudah terkonsolidasi yang terdiri dari campuran endapan berukuran butir kerikil sampai pasir yang disemen oleh mineral karbonat dan terbentuk di sepanjang garis pantai. Oleh karenanya, istilah beach rocks umumnya dipakai untuk endapan yang berumur Kuarter. Mengacu pada peta geologi regional Lembar Surakarta – Giritontro (Surono et al., 1992), beach rocks di sepanjang pantai Sadranan dimasukkan ke dalam Formasi Wonosari – Punung yang berumur Miosen Tengah sampai Miosen Atas. Pantai selatan Jawa dikenal dengan ombaknya yang besar, menyebabkan proses abrasi menjadi sangat intensif sehingga keterdapatan beach rocks di Pantai Sadranan menjadi menarik untuk diteliti karakteristiknya. Singkapan di lapangan menunjukkan beach rocks pantai Sadranan tersebar secara setempat-setempat, sejajar dengan garis pantai. Beach rocks tersebut memperlihatkan warna putih kekuningan, dengan ukuran butir bervariasi dari kerikil sampai pasir, sortasi sedang, bentuk butiran subangular-subrounded, struktur kompak, dengan butiran yang berukuran kasar disusun oleh pecahan cangkang fosil dan koral, sedangkan butiran yang berukuran pasir kasar sampai pasir sedang didominasi oleh fosil yang berbentuk subrounded. Hasil pengamatan petrografi, memperlihatkan beach rocks bertekstur grain supported dengan fragmen yang berukuran lebih dari 2 mm didominasi oleh pecahan cangkang fosil dan koral, dan butiran yang berukuran pasir didominasi oleh Baculogypsina sphaerulata. Penelitian ini merupakan studi tahap awal dari penelitian karakteristik beach rocks pantai Sadranan yang akan dilanjutkan dengan penelitian lebih detail pada karakteristik geokimianya. Kata Kunci : beach rocks, karakteristik, pantai sadranan, baculogypsina sphaerulata 1. Pendahuluan Formasi Wonosari-Punung telah banyak menjadi subjek penelitian geologi, diantaranya penelitian-penelitian mengenai : perkembangan Formasi Wonosari pada kala Miosen (Lokier 1999), fasies terumbu Formasi Wonosari (Siregar et al., 2004), sekuen stratigrafi dan diagenesa batuan karbonat Formasi Wonosari (Jauhari & Toha, 2005), lingkungan pengendapan batuan karbonat Formasi Wonosari daerah timur Pacitan (Mukti et al., 2005), paleo-reef Punung (Premonowati et al., 2012), batugamping merah Formasi Wonosari- Punung di daerah Ponjong (Titisari & Atmoko, 2015, Atmoko et al., 206), dan batugamping merah Formasi Wonosari-Punung di pantai Siung (Titisari & Hendrawan, 2017). Namun penelitian mengenai beach rocks yang dijumpai di pantai Sadranan Formasi Wonosari- Punung belum pernah menjadi subjek penelitian geologi. Beach rocks yang dijumpai di pantai Sadranan tersebar secara setempat-setempat, sejajar dengan garis pantai dan berdimensi luas sekitar 10-30 m 2 . Pantai selatan Jawa dikenal dengan ombaknya yang besar, menyebabkan proses abrasi menjadi sangat intensif sehingga keterdapatan beach rocks di Pantai Sadranan menjadi menarik untuk diteliti karakteristiknya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik petrografi beach rocks pantai

Upload: voquynh

Post on 10-Aug-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KARAKTERISTIK - repository.ugm.ac.id Hidayat.pdf · proceeding,seminarnasionalkebumianke-11 perspektifilmukebumiandalamkajianbencanageologidiindonesia …

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA

5 – 6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA

842

KARAKTERISTIK BEACH ROCKS DI PANTAI SADRANAN, KECAMATAN TEPUS,KABUPATEN GUNUNGKIDUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Muhammad Hidayat1

Anastasia Dewi Titisari2*1Departemen Teknik Geologi, Universitas Gadjah Mada2*Departemen Teknik Geologi, Universitas Gadjah Mada

*corresponding author: [email protected]

ABSTRAKTidak seperti pantai lain di sepanjang pantai selatan Pulau Jawa, di pantai Sadranan, Kecamatan Tepus,Kabupaten Gunungkidul dapat dijumpai beach rocks. Beach rocks merupakan batuan sedimen yangbelum terkonsolidasi ataupun yang sudah terkonsolidasi yang terdiri dari campuran endapan berukuranbutir kerikil sampai pasir yang disemen oleh mineral karbonat dan terbentuk di sepanjang garis pantai.Oleh karenanya, istilah beach rocks umumnya dipakai untuk endapan yang berumur Kuarter. Mengacupada peta geologi regional Lembar Surakarta – Giritontro (Surono et al., 1992), beach rocks disepanjang pantai Sadranan dimasukkan ke dalam Formasi Wonosari – Punung yang berumur MiosenTengah sampai Miosen Atas. Pantai selatan Jawa dikenal dengan ombaknya yang besar, menyebabkanproses abrasi menjadi sangat intensif sehingga keterdapatan beach rocks di Pantai Sadranan menjadimenarik untuk diteliti karakteristiknya. Singkapan di lapangan menunjukkan beach rocks pantaiSadranan tersebar secara setempat-setempat, sejajar dengan garis pantai. Beach rocks tersebutmemperlihatkan warna putih kekuningan, dengan ukuran butir bervariasi dari kerikil sampai pasir,sortasi sedang, bentuk butiran subangular-subrounded, struktur kompak, dengan butiran yangberukuran kasar disusun oleh pecahan cangkang fosil dan koral, sedangkan butiran yang berukuranpasir kasar sampai pasir sedang didominasi oleh fosil yang berbentuk subrounded. Hasil pengamatanpetrografi, memperlihatkan beach rocks bertekstur grain supported dengan fragmen yang berukuranlebih dari 2 mm didominasi oleh pecahan cangkang fosil dan koral, dan butiran yang berukuran pasirdidominasi oleh Baculogypsina sphaerulata. Penelitian ini merupakan studi tahap awal dari penelitiankarakteristik beach rocks pantai Sadranan yang akan dilanjutkan dengan penelitian lebih detail padakarakteristik geokimianya.Kata Kunci : beach rocks, karakteristik, pantai sadranan, baculogypsina sphaerulata

1. PendahuluanFormasi Wonosari-Punung telah banyak menjadi subjek penelitian geologi, diantaranya

penelitian-penelitian mengenai : perkembangan Formasi Wonosari pada kala Miosen (Lokier1999), fasies terumbu Formasi Wonosari (Siregar et al., 2004), sekuen stratigrafi dandiagenesa batuan karbonat Formasi Wonosari (Jauhari & Toha, 2005), lingkunganpengendapan batuan karbonat Formasi Wonosari daerah timur Pacitan (Mukti et al., 2005),paleo-reef Punung (Premonowati et al., 2012), batugamping merah Formasi Wonosari-Punung di daerah Ponjong (Titisari & Atmoko, 2015, Atmoko et al., 206), dan batugampingmerah Formasi Wonosari-Punung di pantai Siung (Titisari & Hendrawan, 2017). Namunpenelitian mengenai beach rocks yang dijumpai di pantai Sadranan Formasi Wonosari-Punung belum pernah menjadi subjek penelitian geologi.

Beach rocks yang dijumpai di pantai Sadranan tersebar secara setempat-setempat, sejajardengan garis pantai dan berdimensi luas sekitar 10-30 m2. Pantai selatan Jawa dikenal denganombaknya yang besar, menyebabkan proses abrasi menjadi sangat intensif sehinggaketerdapatan beach rocks di Pantai Sadranan menjadi menarik untuk diteliti karakteristiknya.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik petrografi beach rocks pantai

Page 2: KARAKTERISTIK - repository.ugm.ac.id Hidayat.pdf · proceeding,seminarnasionalkebumianke-11 perspektifilmukebumiandalamkajianbencanageologidiindonesia …

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA

5 – 6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA

843

Sadranan dan merupakan tahapan awal dari penelitian karakteristik beach rock pantaiSadranan yang pada tahapan penelitian berikutnya akan dilanjutkan lebih detail padapenelitian karakteristik geokimianya.

1.1. Lokasi penelitianLokasi penelitian berada di wilayah sekitar Kecamatan Tepus, Kabupaten

Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta di pantai Sadranan (Gambar 1). Lokasipenelitian dapat dicapai melalui jalur darat menggunakan kendaraan bermotor melaluiJalan Wonosari menuju pantai Sadranan yang berjarak ±70 km dari Kota Yogyakarta.

1.2. Geologi regional1.2.1. FisiografiVan Bemmelen (1949) membagi Jawa bagian timur dan Madura menjadi 7 zona

fisiografi, yaitu Zona Pegunungan Selatan, Zona Solo, Zona Kendeng, ZonaRandublatung, Zona Rembang, Dataran Aluvial Jawa Utara, dan Gunungapi Kuarter.Dari ke tujuh zona tersebut, zona yang paling relevan dengan daerah penelitian adalahZona Pegunungan Selatan.

Zona Pegunungan Selatan merupakan suatu blok yang terangkat dan termiringkan kearah selatan. Zona ini membentang mulai dari Pantai Parangtritis di sebelah barat hinggaSemenanjung Blambangan di sebelah timur. Zona Pegunungan Selatan dibatasi olehgawir yang kompleks di sebelah utara dan Samudera Hindia di sebelah selatan. LebarZona Pegunungan Selatan sekitar 25 km (selatan Blitar) hingga 55 km (selatan Surakarta)(Van Bemmelen, 1949).

Van Bemmelen (1949) membagi Zona Pegunungan Selatan menjadi 3 subzona, yaituSubzona Utara, Subzona Tengah, dan Subzona Selatan. Subzona Utara merupakan lajur -lajur pegunungan yang tersusun oleh batuan volkanik berelief kuat, yang terdiri dari lajurBaturagung, lajur Panggung, lajur Plopoh, dan lajur Kambengan. Subzona Tengahmerupakan suatu dataran tinggi di daerah Wonosari dan Baturetno. Subzona Selatantersusun oleh batugamping yang membentuk bentang alam kars atau biasa disebutsebagai Gunung Sewu. Subzona Gunung Sewu dibatasi oleh gawir – gawir erosi dibagian selatan dan berbatasan langsung dengan Samudera Hindia. Sementara, SubzonaGunung Sewu di bagian utara berbatasan dengan Cekungan Wonosari, CekunganBaturetno, dan lajur Panggung. Subzona Gunung Sewu didominasi oleh batuan karbonatFormasi Wonosari-Punung yang membentuk perbukitan kars dengan orientasi timuttenggara – barat barat laut. Mengacu pada pembagian zona dan subzona tersebut, daerahpenelitian dapat dikategorikan dalam Zona Pegunungan Subzona Selatan, subzoneGunung Sewu bagian selatan.

1.2.2. StratigrafiMenurut Toha et al. (1994), stratigrafi regional daerah Pegunungan Selatan dari tua ke

muda adalah Formasi Kebo-Butak, Formasi Besole, Formasi Mandalika, Formasi Semilir,Formasi Nglanggran, Formasi Sambipitu, Formasi Oyo, Formasi Jaten, Formasi Wuni,Formasi Nampol, Formasi Wonosari-Punung dan Formasi Kepek. Urut - urutan stratigrafipenyusun Zona Pegunungan Selatan dapat dilihat pada Gambar 2.

Mengacu pada peta geologi regional Lembar Surakarta – Giritontro (Surono et al.,1992), formasi batuan yang berasosiasi dengan kondisi di Pantai Sradanan dan sekitarnyaadalah Formasi Wonosari – Punung. Formasi ini terusun oleh 2 fasies, yaitu fasieskarbonat dan fasies klastika. Fasies karbonat tersusun oleh batugamping terumbu,batugamping bioklastik, batugamping pasiran, dan napal. Fasies karbonat diendapkanpada lingkungan paparan pada umur Miosen Tengah – Miosen Akhir (N9 – N16). Fasiesklastika tersusun oleh perselingan batupasir tufan, batupasir gampingan, batulanau, dan

Page 3: KARAKTERISTIK - repository.ugm.ac.id Hidayat.pdf · proceeding,seminarnasionalkebumianke-11 perspektifilmukebumiandalamkajianbencanageologidiindonesia …

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA

5 – 6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA

844

serpih. Fasies klastika berumur Miosen Akhir (N15) dan terendapkan pada paleobatimetrineritik luar (Sartono, 1964).

1.2.3. Struktur geologi

Menurut Sudarno (1997), struktur geologi yang berkembang di Pegunungan Selatanterdiri dari 4 pola, yaitu pola Meratus, pola Sunda, pola Jawa, dan pola antitetik Meratus.Pola antitetik Meratus merupakan kelompok struktur – struktur geologi yang memilikiorientasi barat laut – tenggara. Struktur – struktur ini sebagian besar berupa sesar geserdekstral yang terbentuk akibat gaya kompresi pada umur Pliosen. Sedangkan mengacupada peta Lembar Surakarta – Giritontro (Surono et al., 1992), tidak ada struktur geologiregional yang berkembang mempengaruhi daerah penelitian (Gambar 3).

1.3. Geologi daerah penelitianDaerah penelitian merupakan terletak di pantai Selatan Pulau Jawa. Jika mengacu

pada peta geologi regional lembar Surakarta – Giritontro (Surono, dkk. 1992) (Gambar 3)yang berskala 1:100.000, daerah penelitian terpetakan sebagian dari Formasi Wonosari-Punung. Dengan melihat pola-pola sumbu secara yang ada secara geomorfologi padaGambar 3, daerah penelitian bisa dikelompokkan ke dalam daerah yang berlereng landai.

2. Metode Penelitian2.1.Bahan atau materi penelitian

Materi yang akan diteliti adalah singkapan beach rocks di Pantai Sradanan dansekitarnya, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul. Sampel beach rocks yangdiambil dari lapangan akan dianalisis petrografis.

2.2.Prosedur penelitianPenelitian dapat dibagi menjadi 4 tahapan penelitian yaitu :

2.2.1. Tahap pendahuluanPada tahap ini dilakukan studi pustaka dengan mempelajari landasan teori yangmendukung penelitian ini, mencari informasi mengenai penelitian-penelitian yangpernah dilakukan di daerah Gunungkidul, mencari peta geologi daerah Sadranandan mengadakan peta topografi serta peta rupa bumi daerah penelitian yang akandigunakan sebagai peta dasar dalam pekerjaan lapangan, dan melakukanreconnaissance pada lokasi penelitian.

2.2.2. Tahap pekerjaan lapanganPada tahapan ini dilakukan pembuatan parit atau horizontal – vertical section(sedalam ± 1 m, lebar ±1 m, dan panjang ±5 m) dan memanjang lateral ke arahlaut sebanyak 2 buah. Pada puritan tersebut dilakukan pengambilan sampel,measurement stratigraphy dan pembuatan kolom stratigrafi. Pengambilan sampelmerepresentasikan beach rocks di sepanjang parit.

2.2.3. Tahap pemrosesan dan analisis dataPada tahap ini dilakukan analisis sampel beach rocks untuk mendapatkankarakteristik beach rocks, baik analisis data lapangan maupun analisis datalaboratorium.a. Analisis data lapangan

Pada tahapan ini dilakukan analisis dari data yang telah dikumpulkan saatberada di lapangan, yaitu data singkapan beach rocks, sampel batuan beachrocks, dan kolom stratigrafi beach rocks.

b. Analisis laboratoriumPada tahapan ini dilakukan analisis dari sampel yang telah dikumpul daripekerjaan lapangan di laboratorium, yaitu analisis data petrografi untuk dapat

Page 4: KARAKTERISTIK - repository.ugm.ac.id Hidayat.pdf · proceeding,seminarnasionalkebumianke-11 perspektifilmukebumiandalamkajianbencanageologidiindonesia …

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA

5 – 6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA

845

menjelaskan karakteristik beach rocks berdasarkan identifikasi tekstur batuandan mineral penyusunnya.

2.2.4. Tahap integrasi hasil analisisPada tahap ini dilakukan sintesa dan integrasi hasil analisis singkapan, sampelbatuan, kolom stratigrafi, dan analisis petrografi dari beach rocks untuk dapatmenjelaskan karakteristik beach rocks di daerah penelitian.

3. DataData geologi yang diperoleh berasal dari dua buah parit yang dibuat secara horizontal –

vertical section. Parit-parit tersebut yaitu parit AB dan parit CD.3.1. Parit AB

Memiliki koordinat 455863/9099624. Dengan dimensi panjang 5 m, lebar 1 m, dankedalaman 80 cm. Kolom stratigrafi parit AB dapat dilihat pada Gambar 4. Diperolehdua buah lapisan antara lain :

3.1.1. Endapan pasir karbonatan (sampel MH-a)Hasil identifikasi petrologi pada endapan pasir karbonatan menunjukkan warnakuning keputihan, berukuran butir fragmen 2 mm dan matrik 1 mm, bentuk butirsubangular, tidak terkonsolidasi, dengan ketebalan 70 cm. Butiran penyusunendapan tersebut adalah fragmen batugamping (30%) dan material cangkang fosil(40%), material pasir batugamping (30%) (Gambar 5.1).Hasil pengamatan petrografi pada sampel MH-a menunjukkan warna coklat (ppl)dan kuning kecoklatan (xpl), ukuran butir 1-2 mm, tidak terkonsolidasi. Komposisifragmen skeletal fragmen (40%) dan kalsit (23,33%), micrite (10%), dan sparite(16,67%) (Gambar 5.2 dan 5.3)

3.1.2. Sparse Biomicrite (Folk,1962) (beach rocks) (sampel MH-b)

Identifikasi petrologi pada sampel MH-b menunjukkan warna kuning keputihan,berukuran butir fragmen 4 mm dan massa dasar kurang dari 1 mm, bentuk butirsubangular, kemas terbuka. Struktur masif. Komposisi fragmen batugamping(10%) dan material cangkang fosil (20%), mineral kalsit (40%) dan material pasirbatugamping (30%) (Gambar 6.1 dan 6.2)Analisis petrografi menunjukkan warna coklat kekuningan (ppl dan xpl), ukuranbutir kurang dari 1-4 mm, hubungan antar butir grain supported dengan tipeporositas interpartikel. Komposisi fragmen skeletal fragmen (20%) dan pasirbatugamping (16,67%), micrite (33,33%) dan sparite (30%) (Gambar 6.3 dan 6.4)

3.2. Parit CDMemiliki koordinat 455813/9099597. Dengan dimensi panjang 5 m, lebar 1 m, dankedalaman 70 cm. Kolom stratigrafi parit CD ditunjukkan pada Gambar 7. Diperolehdua buah lapisan antara lain :

3.2.1. Endapan pasir karbonatan (sampel MH-g)Analisis petrologi menunjukkan warna kuning keputihan, berukuran butir fragmen2 mm dan massa dasar 1 mm, bentuk butir subangular, tidak terkonsolidasi,dengan ketebalan 70 cm. Komposisi fragmen batugamping (20%) dan materialcangkang fosil (40%), material pasir batugamping (40%) (Gambar 8.1)Analisis petrografi menunjukkan warna coklat kekuningan (ppl) dan kuningkecoklatan (xpl), ukuran butir 1-3 mm, tidak terkonsolidasi dan tidak memiliki tipeporositas. Komposisi fragmen skeletal fragmen (36,67%) dan pasir batugamping(13,33%), micrite (20%), dan sparite (20%) (Gambar 8.2 dan 8.3)

Page 5: KARAKTERISTIK - repository.ugm.ac.id Hidayat.pdf · proceeding,seminarnasionalkebumianke-11 perspektifilmukebumiandalamkajianbencanageologidiindonesia …

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA

5 – 6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA

846

3.2.2. Sparse Biomicrite (Folk,1962) (beach rocks) (sampel MH-h)

Analisis petrologi menunjukkan warna kuning keputihan, berukuran butir fragmen4 mm dan massa dasar kurang dari 1 mm, bentuk butir subangular, kemas terbuka.Struktur masif. Komposisi fragmen batugamping (10%) dan material cangkangfosil (20%), mineral kalsit (40%) dan material pasir karbonatan (30%) (Gambar9.1 dan 9.2)Analisis petrografi menunjukkan warna coklat kekuningan (ppl dan xpl), ukuranbutir kurang dari 1-4 mm, hubungan antar butir grain supported dengan tipeporositas interpartikel. Komposisi fragmen skeletal fragmen (20%) dan pasirbatugamping (10%), micrite (35%) dan sparite (35%) (Gambar 9.3 dan 9.4)

4. Hasil dan PembahasanBerdasarkan analisis data singkapan, sampel batuan, kolom stratigrafi dan petrografi dari

masing-masing parit (AB dan CD), dapat didiskusikan hal-hal sebagai berikut :

4.1. Pasir batugampingAnalisis petrologi dan petrografi menunjukkan kelimpahan pasir dengan komposisibatugamping di endapan pasir karbonatan semakin berkurang di parit CD (sampelMH-g), yaitu parit yang berada di sebelah barat. Sedangkan analisis petrologi untukbeach rocks menunjukkan kandungan pasir batugamping yang sama dari kedua parit(sampel MH-a dan MH-g), namun analisis petrografi menunjukkan bahwa kandunganpasir batugamping semakin berkurang di parit CD (sampel MH-g).Hal ini mencirikan bahwa terjadinya pengurangan kandungan pasir berkomposisibatugamping di daerah sebelah barat dari pantai Kerakal karena proses abrasi terjadilebih intensif di bagian barat pantai Kerakal sehingga tidak ada kesempatan bagi pasirberkomposisi batugamping untuk dikembalikan oleh ombak dan diendapkan.

4.2. Komposisi pecahan cangkang fosil (skeletal fragmen)Analisis petrologi menunjukkan bahwa kandungan skeletal fragmen pada sampelendapan pasir karbonatan a dan g memiliki kelimpahan yang sama (40%). Begitu jugakandungan skeletal fragmen pada sampel b dan h (beach rocks) memiliki kelimpahanyang sama (20%). Material cangkang fosil butiran ini didominasi oleh fosilforaminifera besar, yaitu Baculogypsina sphaerulata (Parker & Jones, 1860).Analisis petrografi menunjukkan bahwa kandungan skeletal fragmen pada sampelendapan pasir karbonatan a dan g memiliki kelimpahan yang relatif sama secaraberturut-turut yaitu 40% dan 36,67%. Sedangkan kandungan skeletal fragmen padasampel b dan h (beach rocksi) memiliki kelimpahan yang sama (20%).Hal ini mengindikasikan bahwa pada endapan pasir karbonatan masih berlangsungpenambahan material pecahan cangkang fosil oleh ombak, sedangkan pada beachrocks yang relatif sudah terkonsolidasi, saat proses litifikasi berlangsung juga terjadiproses sortasi butiran sehingga menghasilkan batuan yang butirannya relatif seragam.

4.3. Komposisi semen karbonat (Micrite dan Sparite)Kandungan semen karbonat micrite dan sparite hanya bisa dianalisis secara petrografi.Pada sampel endapan pasir karbonatan MH-a, kelimpahan micrite dan sparite secaraberturut-turut ialah 10% dan 16,67%. Sedangkan pada sampel endapan pasirkarbonatan MH-g, kandungan micrite dan sparite mengalami kenaikan yang tidakbegitu signifikan kelimpahannya secara berturut-turut yaitu 20% dan 20%.Pada sampel beach rocks MH-b, kelimpahan micrite dan sparite secara berturut-turutialah 33,33% dan 30%. Sedangkan pada sampel beach rocks MH-h, kelimpahan

Page 6: KARAKTERISTIK - repository.ugm.ac.id Hidayat.pdf · proceeding,seminarnasionalkebumianke-11 perspektifilmukebumiandalamkajianbencanageologidiindonesia …

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA

5 – 6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA

847

micrite dan sparite secara berturut-turut juga mengalami kenaikan yang tidak begitusignifikan yaitu 35% dan 35%.Kelimpahan semen karbonat yang lebih dominan pada beach rocks mencirikan bahwasemen tersebut berperan besar dalam proses litifikasi menjadi beach rocks. Parit CD(sampel MH-g dan MH-h) memiliki kandungan micrite dan sparite yang lebih tinggidibandingkan parit AB (sampel MH-a dan MH-b). Hal tersebut diinterpretasikanbahwa proses sementasi lebih intensif terjadi di sebelah barat pantai Kerakal.

5. KesimpulanDari hasil analisis data singkapan, sampel batuan, kolom stratigrafi dan petrografi dapat

diambil beberapa kesimpulan antara lain :

1. Proses abrasi terjadi lebih intensif di bagian barat pantai Kerakal sehingga kandunganpasir berkomposisi batugamping lebih sedikit dijumpai karena tidak ada kesempatanbagi material tersebut untuk dikembalikan oleh ombak dan diendapkan.

2. Pada endapan pasir karbonatan terjadi pengkayaan kandungan pecahan cangkang fosildibanding pada beach rocks yang sudah mengalami konsolidasi. Hal tersebutmengindikasikan bahwa pada endapan pasir karbonatan masih berlangsungpenambahan material pecahan cangkang fosil karena aktifitas ombak laut.

3. Yang berperan besar dalam proses litifikasi beach rocks ialah komponen semenkarbonat micrite dan sparite.

AcknowledgementsPenulis mengucapkan terimakasih kepada Departemen Teknik Geologi, Fakultas Teknik,

Universitas Gadjah Mada yang telah memberikan dana hibah untuk membiayai pelaksanaanpenelitian ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada rekan kerja di lapangan LutfianRusdi Daryono yang juga telah berkenan menyumbangkan foto udara yang diambilmenggunakan drone. Terimakasih juga penulis ucapkan kepada M. Zharfan Bimantorosebagai teman kerja di lapangan serta teman berbagi ilmu selama pekerjaan berlangsung.

Daftar PustakaAtmoko, D. D. dan Titisari, A. D. (2015). Genesis of Ponjong Pink Limestone, Gunungkidul,

Special Region of Yogyakarta-Indonesia. Proceeding, Seminar Nasional KebumianKe-8.

Atmoko, D. D. dan Titisari, A. D. (2018). Geochemical Characteristics of Limestone ofWonosari-Punung Formation, Gunungkidul District, Yogyakarta – Indonesia(third-revision). Indonesian Journal on Geoscience

Atmoko, D. D., Titisari A. D. dan Idrus, A. (2016). Mineralogi dan Geokimia BatugampingMerah Ponjong, Gunungkidul, Yogyakarta. Yogyakarta. RISET Geologi danPerkembangan Departemen Teknik Geologi UGM.

Avcioglu, M., Yigitbas, E., Erginal, A.E. (2015). Beachrock formation on the coast ofGökçeada Island and its relation to the active tectonics of the region, northernAegean Sea. Quartenary International Vol. xxx p. 1 – 12.doi:10.1016/j.quaint.2015.10.108.

Page 7: KARAKTERISTIK - repository.ugm.ac.id Hidayat.pdf · proceeding,seminarnasionalkebumianke-11 perspektifilmukebumiandalamkajianbencanageologidiindonesia …

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA

5 – 6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA

848

Berner, R.A., Westrich, R.G., Smith, J., Martens, C. (1978). Inhibiton of AragonitePrecipitation from Supersaturated Seawater, a Laboratory and Field Study.American Journal of Science Vol. 278 p.816 – 837.

Boggs Jr., S. (2009). Petrology of Sedimentary Rock. New York. Cambridge University Press.

Brathwraite, Colin J.R. (2005). Carbonate Sediments and Rocks. Dunbeath. WhittlesPublishing.

Cooper, J.A.G. (1991). Beachrock Formation in Low Latitudes: Implication for CoastalEvolutionary Models. Marine Geology Vol. 98 p. 145 – 154.

Ginsburg, R.N. (1953). Beachrock in South Florida. Journal of Sedimentary Petrology Vol.23 p. 85 – 92.

Gischler, E., Lomando, A.J. (1997). Holocene Cemented Beach Deposits in Belize.Sedimentary Geology Vol. 110 p. 277 – 297.

Hendrawan, A. dan Titisari, A. D. (2017). Genesa Batugamping Merah di Daerah Siung danSekitarnya, Kecamatan Tepus dan Girisubo, Kabupaten Gunungkidul. Proceeding,Seminar Nasional Kebumian Ke-10.

James, N.P., Choquette, P.W. (1983). Limestones – The Sea Floor Diagenetic Environment.Geoscience Canada Vol. 10 p. 162 – 179.

Jauhari, U., Toha. (2005). High resolution sequence stratigraphy and diagenesis in carbonaterocks, Wonosari Formation, Yogyakarta: an outcrop analog for modeling chalkylimestone reservoir distribution. Conference: Thirtieth Annual Convention.

Jones, R.W. (1994). The Challenger Foraminifera. Oxford University Press p.149.Kelletat, D. (2006). Beachrock as Sea-Level Indicator? Remarks from a Geomorphological

Point of View. Journal of Coastal Research Vol. 22 p. 1558 – 1564.

Krumbein, W.E. (2009). Photolithotropic and Chemoorganotrophic Activity of Bacteria andAlgae as Related to Beachrock Formation and Degradation (Gulf of Aqaba, Sinai).Geomicrobiology Journal Vol. 1 p. 139 – 203.

Lokier, S. (1999). The development of the Miocene Wonosari Formation, south central Java.Conference: 27th IPA. Jakarta, Indonesia.

Longman, M.W. (1980). Carbonate Diagenetic Textures from Nearsurface DiageneticEnvironments. AAPG Bulletin, vol. 64, no. 4 p. 461 – 487.

Maxwell, W.G.H. (2008). Lithification of Carbonate Sediments in the Heron Island Reef,Great Barrier Reef. Journal of Geological Society of Australia Vol. 8 p. 217 – 238.

McCutcheon, J., Nothdurft, L., Webb, G.E., Paterson, D., Southam, G. (2016). BeachrockFormation via Microbial Dissolution and Re-Precipitation of Carbonate Minerals.Marine Geology Vol. 382 p. 122-135. doi:10.1016/j.margeo.2016.10.010.

Moore, C.H. (1973). Intertidal Carbonate Cementation in Grand Cayman, West Indies.Journal of Sedimentary Petrology Vol. 43 p. 591 – 602.

Morse, J.W., Mackenzie, F.T. (1990). Geochemistry of Sedimentary Carbonates. New York.Elsevier.

Page 8: KARAKTERISTIK - repository.ugm.ac.id Hidayat.pdf · proceeding,seminarnasionalkebumianke-11 perspektifilmukebumiandalamkajianbencanageologidiindonesia …

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA

5 – 6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA

849

Mucci, A. (1986). Growth Kinetics and Composition of Magnesian Calcite OvergrowthsPrecipitated from Seawater: Quantitative Influence of Orthophosphate Ions.Geochimica et Cosmochimica Acta Vol. 50 p. 2255 – 2265.

Mukti, dkk. (2005). Analisa Fasies dan Lingkungan Pengendapan Formasi WonosariBerdasarkan Jalur MS Sungai Ngrendeng di Kecamatan Tulakan, KabupatenPacitan. Yogyakarta .Departemen Teknik Geologi Fakultas Teknik UGM.

Nichols, G. (2009). Sedimentology and Stratigraphy. Oxford.Wiley-Blackwell.

Neumeier, U. (1999). Experimental Modelling of Beachrock Cementation under MicrobialInfluence. Sedimentary Geology Vol. 126 p. 35 – 46.

Premonowati, B., Pratistho, I. M. 2012. Allostratigraphy of Punung Paleoreef based onLithofacies Distributions, Jlubang Area, Pacitan Region-East Java. IndonesianJournal on Geoscience

Pulunggono, A. dan Martodjojo, P. (1994). Perubahan Tektonik Paleogene-NeogeneMerupakan Peristiwa Tektonik Terpenting di Jawa. Prosiding Geologi danGeotektonik Pulau Jawa Sejak Akhir Mesozoik hingga Kuarter, Universitas GadjahMada p. 253 – 274.

Puri, H.S., Collier, A. (1967). Role of Microorganisms in Formation of Limestones. GulfCoast Association of Geological Societies Transactions Vol. 17 p. 355 – 367.

Russell, R.J., McIntire, W.G. (1965). Southern Hemisphere Beach Rock. The GeographicalReview Vol. 55 p.17 – 45.

Scholle, P. A. & Ulmer-Scholle, D. S. (2003). A Color Guide to the Petrography ofCarbonate Rocks: Grains, Textures, Porosity, Diagenesis. Oklahoma. TheAmerican Association of Petroleum Geologists Tulsa.

Scoffin, T. P. (1987). An Introduction to Carbonate Sediments and Rocks. New York.Chapman and Hall.

Siregar, M. S., Kamtono, Praptisih & Mukti, M. (2004). Reef Facies of the WonosariFormation, South of Central Java. RISET - Geologi dan Pertambangan.

Surono, Toha, B. & Sudarno, I. (1992). Geological Map of the Surakarta - GiritontroQuadrangles, Jawa. Geological Research and Development Centre. Bandung skala1:100.000, 1 lembar.

Surono. (2009). Litostratigrafi Pegunungan Selatan Bagian Timur Daerah IstimewaYogyakarta dan Jawa Tengah. Jurnal Sumber Daya Geologi Vol. 19 p. 209 – 221.

Tucker, M.E. (1991). an Introduction to the Origin of Sedimentary Rocks. London.BlackwellScience Ltd.

Van Bemmelen, R. W. (1970). The Geology of Indonesia: General Geology of Indonesia andAdjacent Archipelagoes. Netherland. The Haque.

Vieira, M.M., Sial, A. N., De Ros, L.F., Morad, S. (2017). Origin of holocene beachrockcements in northeastern Brazil: Evidence from carbon and oxygen isotopes. Journalof South American Earth Sciences vol. 79 p. 401 – 408.

Page 9: KARAKTERISTIK - repository.ugm.ac.id Hidayat.pdf · proceeding,seminarnasionalkebumianke-11 perspektifilmukebumiandalamkajianbencanageologidiindonesia …

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA

5 – 6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA

850

Vousdoukas, M.I., Velegrakis, A.F., Plomaritis, T.A. (2007). Beachrock Occurrence,Characteristics, Formation, Mechanisms, and Impacts. Earth-Science Reviews 85 p.23-46.

Vousdoukas, M.I., Velegrakis, A.F., Karambas, T.V. (2009). Morphology and sedimentologyof a microtidal beach with beachrocks: Vatera, Lesbos, NE Mediterranean:Continental Shelf Research vol. 29 p. 1937 – 1947.

Click or tap here to enter text.

Page 10: KARAKTERISTIK - repository.ugm.ac.id Hidayat.pdf · proceeding,seminarnasionalkebumianke-11 perspektifilmukebumiandalamkajianbencanageologidiindonesia …

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA

5 – 6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA

851

Gambar 1. Peta Indeks lokasi penelitian berdasarkan Peta Administrasi Provinsi DIYogyakarta menggunakan citra satelit Google Maps dibantu dengan hasil pengambilan Fotoudara menggunakan Drone. Foto udara menunjukkan lokasi Parit AB dan Parit CD.

Gambar 2. Stratigrafi regional Pegunungan Selatan (Toha et al., 1994 digambar ulang) danformasi yang berhubungan dengan daerah penelitian yang ditandai dengan kotak berwarnamerah.

ABCD

Page 11: KARAKTERISTIK - repository.ugm.ac.id Hidayat.pdf · proceeding,seminarnasionalkebumianke-11 perspektifilmukebumiandalamkajianbencanageologidiindonesia …

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA

5 – 6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA

852

Gambar 3. Peta geologi pada sebagian daerah dari lembar Surakarta – Giritontro (Surono etal., 1992) dan posisi daerah penelitian.

Page 12: KARAKTERISTIK - repository.ugm.ac.id Hidayat.pdf · proceeding,seminarnasionalkebumianke-11 perspektifilmukebumiandalamkajianbencanageologidiindonesia …

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA

5 – 6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA

853

Gambar 4. Kolom stratigrafi parit AB

Page 13: KARAKTERISTIK - repository.ugm.ac.id Hidayat.pdf · proceeding,seminarnasionalkebumianke-11 perspektifilmukebumiandalamkajianbencanageologidiindonesia …

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA

5 – 6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA

854

Gambar 5. (1) Foto singkapan pasir karbonatan pada parit AB serta posisi sampel MH-a; (2)Fotomikrograf sampel MH-a pada posisi nikol sejajar dan (3) Fotomikrograf sampel MH-apada posisi nikol bersilang. Note: sf = skeletal fragmen; mc = micrite; sp =sparit.

Gambar 6. (1) Foto singkapan beach rocks pada parit AB dan posisi sampel MH-b; (2) Fotoconto setangan sampel MH-b; (3) Fotomikrograf sampel MH-b pada posisi nikol sejajar dan(4) Fotomikrograf sampel MH-b pada posisi nikol bersilang. Note: sf = skeletal fragmen; mc= micrite; sp =sparit.

Page 14: KARAKTERISTIK - repository.ugm.ac.id Hidayat.pdf · proceeding,seminarnasionalkebumianke-11 perspektifilmukebumiandalamkajianbencanageologidiindonesia …

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA

5 – 6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA

855

Gambar 7. Kolom stratigrafi parit CD