karakterisasi dan kuantifikasi senyawa flavonoid …digilib.unila.ac.id/54492/3/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
i
KARAKTERISASI DAN KUANTIFIKASI SENYAWA FLAVONOIDEKSTRAK POLAR DAUN GAMAL KULTIVAR LAMPUNG UTARA
DAN UJI AKTIVITASNYA TERHADAP KUTU PUTIH KAKAO(Planococcus minor)
(Skripsi)
Oleh
AGATA YELIN PASUTRI
JURUSAN BIOLOGIFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNGBANDAR LAMPUNG
2018
ii
ABSTRAK
KARAKTERISASI DAN KUANTIFIKASI SENYAWA FLAVONOIDEKSTRAK POLAR DAUN GAMAL KULTIVAR LAMPUNG UTARA
DAN UJI AKTIVITASNYA TERHADAP KUTU PUTIH KAKAO(Planococcus minor)
OlehAgata Yelin Pasutri
Kakao merupakan salah satu komoditi ekspor non migas yang memiliki prospek cukupcerah. Namun dilihat dari segi mutu, kakao di Indonesia hasilnya kurang memuaskan.Salah satu penyebabnya hama yang berada pada buah kakao yaitu kutu putih (P. minor).Penggunaan insektisida nabati akhir-akhir ini sudah mulai digalakkan. Tanaman gamaldiketahui mengandung senyawa flavonoid yang dapat digunakan sebagai insektisidanabati. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakter dan jumlah senyawa flavonoidyang terkandung dalam serbuk daun gamal yang efektif dalam mematikan P. minordengan cara ekstraksi serbuk daun gamal, bioassay dan analisis spektroskopis. Ekstraksidilakukan dengan cara maserasi bertingkat menggunakan pelarut non polar dan pelarutpolar (metanol dan air). Bioassay ekstrak kasar dilakukan terhadap P. minor pada buahkakao yang sudah direndam dalam ekstrak polar serbuk daun gamal pada tingkatankonsentrasi 0%, 0,04%; 0,08%; 0,12%; dan 0,16%, pengulangan sebanyak 3 kali.Kematian kutu putih diamati pada 24, 48 dan 72 jam setelah perlakuan, dan ditentukannilai LC50 menggunakan analisis probit. Kemudian, dilakukan bioassay isolat murnidengan memakai nilai LC50 ekstrak kasar sebagai nilai tengah. Penentuan karakterisasidan kuantifikasi senyawa flavonoid menggunakan spektrofotometri UV-Vis dan FTIR.Hasil yang diperoleh yaitu senyawa flavonoid yang terkandung dalam serbuk daun gamalKultivar Lampung Utara ( KLU) memiliki ciri-ciri fluoresensi warna biru pada sinar UVdan memiliki panjang gelombang dengan puncak 310 nm yang termasuk kedalamgolongan flavonon dengan gugus fungsi O-H, C=O karbonil, C=C aromatik, dan C-O.Ekstrak metanol serbuk daun gamal KLU memiliki kadar flavonoid sebesar 3,8 mg/Lkuersetin dan kadar fenolik sebesar 3,3 mg/L asam galat. Sedangkan ekstrak air serbukdaun gamal KLU memiliki kadar flavonoid sebesar 6,07 mg/L kuersetin dan kadarfenolik 2,76 mg/L asam galat. Ekstrak kasar serbuk daun gamal KLU lebih efektif dalammematikan hama P. minor dibandingkan dengan ekstrak murni serbuk daun gamal KLUyang dilihat dari nilai LC50 ekstrak kasar sebesar 0,11% sedangkan ekstrak murni sebesar0,27%.
Kata kunci: Kakao, Planococcus minor, flavonoid, daun gamal.
iii
KARAKTERISASI DAN KUANTIFIKASI SENYAWA FLAVONOIDEKSTRAK POLAR DAUN GAMAL KULTIVAR LAMPUNG UTARA
DAN UJI AKTIVITASNYA TERHADAP KUTU PUTIH KAKAO(Planococcus minor)
Oleh
AGATA YELIN PASUTRI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh GelarSARJANA SAINS
Pada
Jurusan BiologiFakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
JURUSAN BIOLOGIFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNGBANDAR LAMPUNG
2018
vi
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Marga Jaya, Kecamatan Gunung
Agung Kabupaten Tulang Bawang Barat pada 11 Maret
1998. Putri pertama dari dua bersaudara buah hati
pasangan Bapak Agus Riyanto dan Ibu Yuni Asih.
Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di
SDN 2 Marga Jaya pada tahun 2009; sekolah
menengah pertama di SMPN 1 Gunung Agung pada
tahun 2012; sekolah menengah atas di SMAN 4 Metro pada tahun 2014. Pada
tahun yang sama penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Biologi, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung melalui jalur
SBMPTN.
Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Bumi Jaya, Kecamatan
Anak Tuha, Kabupaten Lampung Tengah pada bulan Januari-Februari 2017 dan
melaksanakan Kerja Praktik (KP) di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
(BPTP) Lampung pada bulan Juli-Agustus 2017 dengan judul “Kajian
Perbaikan Teknologi Budidaya Tanaman Kakao (Theobroma cacao) dan
Lada (Piper ningrum) pada Lahan Kering Masam Natar”.
vii
MOTTO
“Dan bersabarlah, karena sesungguhnya Allah tiada menyia-nyiakan pahala
orang-orang yang berbuat kebaikan”
{QS. Hud (11:115)}
“Siapapun yang berhenti belajar akan menua, entah itu berumur 20 atau 80
tahun. Siapapun yang terus belajar akan tetap muda”
{Henry Ford}
“Kesuksesan tak pernah dimiliki. Ia disewakan dan itu dibayar setiap hari”
{Rory Vaden}
“Waktumu terbatas jangan menghabiskan dengan mengurusi hidup orang
lain”
{Steve Jobs}
“Jika kamu tidak bisa berlari untuk menggapai kesuksesan, maka
berjalanlah. Jika kamu tidak bisa berjalan maka merangkaklah. Karena
tidak ada yang tidak mungkin bila kamu memiliki tekad”
viii
PERSEMBAHAN
Bismillahirrohmanirrohim
Kuhaturkan kepada Allah SWT atas segala rahmat, karunia, dan hidayah-Nya
serta suri tauladanku Nabi Muhammad SAW yang menjadi pedoman hidup
dalam berikhtiar
Aku persembahkan karya yang sederhana ini kepada:
Ayahanda (Agus Riyanto) dan Ibunda (Yuni Asih) yang telah membesarkanku
dengan penuh cinta dan kasih sayang, mendidik, dan memotivasiku.
Terimakasih atas segala doa dan perjuanganmu yang telah membawaku menuju
kesuksesan. Serta Adikku (Haryo Madu Seno) yang selalu menjadi
penyemangatku dalam keadaan apapun
Almamater tercinta yang turut dalam pembentukan pribadiku menjadi lebih
dewasa dalam berfikir, berucap, dan bertindak
Mungkin hanya inilah yang mampu kubuktikan kepada kalian bahwa aku tak
pernah lupa akan air mata yang jatuh dalam memperjuangkanku, bahwa aku
tak pernah lupa nasihat dan dukungan kalian, bahwa aku tak pernah lupa
segalanya dan selamanya
ix
SANWACANA
Segala Puji bagi Allah Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Karakterisasi dan
Kuantifikasi Senyawa Flavonoid Ekstrak Polar Daun Gamal Kultivar
Lampung Utara dan Uji Aktivitasnya terhadap Kutu Putih Kakao
(Planococcus minor)” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
sarjana Jurusan Biologi di Universitas Lampung. Pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ibu Nismah Nukmal, Ph.D., selaku Pembimbing utama yang dengan
penuh kesabaran telah memberikan bimbingan, saran, nasehat, dan kritik
selama proses penulisan skripsi ini;
2. Ibu Gina Dania Pratami, M.Si., selaku Pembimbing kedua yang dengan
penuh kesabaran telah memberikan bimbingan, saran, nasehat, dan kritik
selama proses penulisan skripsi ini;
3. Ibu Dr. Emantis Rosa, M.Biomed., selaku Pembahas dan Pembimbing
Akademik atas masukan, saran, dan kritik dalam penulisan skripsi ini;
4. DRPM Kemenristek Dikti yang telah membiayai penelitian ini;
5. Bapak Prof. Warsito, S.Si., DEA., Ph.D., selaku Dekan Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung;
x
6. Bapak Drs. M. Kanedi, M.Si., selaku Ketua Jurusan Biologi FMIPA
Universitas Lampung;
7. Ibu Dra. Nurul Utami yang telah membantu dalam melakukan penelitian;
8. Bapak dan Ibu Dosen serta Staff administrasi Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung;
9. Bapak dan Ibu Dosen serta Staff UPT LTSIT Universitas Lampung;
10. Teristimewa kepada keluarga besarku yang telah memberikan motivasi
dan semangat kepada penulis;
11. Rekan-rekan seangkatan Biologi 2014 yang memberikan semangat kepada
penulis;
12. Annisa Gena Saras Agustia, Aprillia Sari, Hona Anjelina Putri, dan
Yayang Anas Persada yang telah menjadi sahabat sekaligus tim selama
penelitian;
13. Sahabat sekaligus saudara, Alfi Oktariani, Evi Kurnia Sari, Angga
Handika, dan Fibria Hadi Sucihno yang selalu memberikan dukungan,
semangat, dan canda tawa kepada penulis;
14. Tim Martha (Mba Preh, Mba Harmini, Chandra Ep, Mba Intan, Mba
Riska, dan Mba Rika) yang selalu menjadi penyemangat bagi penulis;
15. Rekan-rekan peneliti UPT LTSIT yang menjadi pembagi suka duka
selama penelitian;
16. Teman-teman di Asrama Green House (Istiqomah, Mba Lisa Hemas) yang
telah menemani penulis selama masa studi;
17. Semua pihak yang membantu dalam proses perkuliahan dari awal hingga
akhir yang tidak dapat dituliskan satu persatu.
xi
Semoga Allah SWT membalas kebaikan semua pihak yang telah membantu
penulis. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Bandar Lampung, 09 November 2018Penulis,
Agata Yelin Pasutri
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DEPAN .......................................................................................... i
ABSTRAK ...................................................................................................... ii
HALAMAN JUDUL DALAM ...................................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ v
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ vi
MOTTO .......................................................................................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... viii
SANWACANA ............................................................................................... ix
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ....................................................... xii
DAFTAR ISI................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xviii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian .................................................................... 1
B. Tujuan Penelitian.................................................................................. 5
C. Manfaat Penelitian................................................................................ 5
D. Kerangka Pemikiran............................................................................. 6
E. Hipotesis ............................................................................................... 7
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tanaman Gamal (Gliricidia maculata)................................................ 8
1. Klasifikasi Tanaman Gamal ............................................................. 8
xiv
2. Deskripsi Tanaman Gamal ............................................................... 8
3. Penyebaran dan Manfaat Tanaman Gamal....................................... 10
4. Kandungan Tanaman Gamal ............................................................ 11
B. Hama dan Insektisida ........................................................................... 13
C. Hama Penghisap Tanaman Kakao (Planococcus minor) ..................... 14
1. Klasifikasi Planococcus minor......................................................... 14
2. Morfologi dan Daur Hidup Planococcus minor............................... 15
3. Kerugian yang Ditimbulkan Kutu Putih........................................... 16
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian .............................................................. 18
B. Alat dan Bahan ..................................................................................... 18
C. Cara Kerja ............................................................................................ 20
1. Isolasi dan Pemurnian Senyawa Golongan Flavonoid ..................... 20
1.1. Maserasi Bertingkat .................................................................. 20
1.1.1. Ekstrak Metanol.............................................................. 20
1.1.2. Ekstrak Air...................................................................... 21
1.2. Evaporasi .................................................................................. 21
1.3. Kromatografi Lapis Tipis (KLT).............................................. 21
1.4. Fraksinasi Menggunakan Medium Pressure Liquid
Chromatography (MPLC)........................................................ 22
1.5. Fraksinasi Menggunakan Kromatografi Kolom C-18.............. 23
1.6. Spektrofotometri UV-Vis ......................................................... 23
1.6.1. Pembuatan Larutan Standar............................................ 24
1.6.2. Persiapan Analisis Ekstrak ............................................. 26
1.7. Spektrofotometri FTIR ............................................................. 26
2. Bioassay Fraksi Aktif terhadap Hama Planococcus minor.............. 27
3. Analisis Data .................................................................................... 28
4. Diagram Alir Penelitian ................................................................... 28
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Isolasi dan Pemurnian Senyawa Golongan Flavonoid......................... 30
1. Ekstrak Metanol ............................................................................... 30
xv
2. Ekstrak Air ....................................................................................... 33
B. Kuantifikasi Senyawa Flavonoid dan Fenolik Ekstrak Polar Daun
Gamal KLU .......................................................................................... 39
C. Bioassay Fraksi Aktif terhadap Hama Planococcus minor.................. 42
1. Bioassay Ekstrak Kasar Metanol dan Air ........................................ 42
2. Bioassay Ekstrak Murni Air ............................................................. 44
V. KESIMPULAN
A. Kesimpulan .......................................................................................... 51
B. Saran..................................................................................................... 52
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 53
LAMPIRAN.................................................................................................... 58
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Kadar flavonoid ekstrak metanol dan air serbuk daun
gamal KLU .................................................................................................. 40
2. Kadar fenolik ekstrak metanol dan air serbuk daun
gamal KLU .................................................................................................. 41
3. Rata-rata kematian kutu putih (ekor ± sd) setelah diperlakukan
dengan ekstrak kasar dan ekstrak murni air serbuk daun gamal
KLU 72 jam setelah perlakuan.................................................................... 46
4. Rata-rata kematian kutu putih setelah diberi perlakuan dengan
ekstrak kasar dan ekstrak murni air serbuk daun gamal KLU
pada waktu pengamatan berbeda................................................................. 47
5. Nilai LC50 hasil analisis probit ekstrak kasar dan murni air
serbuk daun gamal KLU pada 24-72 jam setelah perlakuan....................... 48
6. Hasil pengamatan bioassay ekstrak kasar metanol serbuk daun
gamal KLU pada hama kutu putih kakao.................................................... 59
7. Hasil pengamatan bioassay ekstrak kasar air serbuk daun
gamal KLU pada hama kutu putih kakao.................................................... 61
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Tanaman gamal ......................................................................................... 9
2. Daun tanaman gamal................................................................................. 9
3. Bunga tanaman gamal............................................................................... 10
4. Struktur senyawa flavonoid ...................................................................... 12
5. Planococcus minor betina......................................................................... 16
6. Dampak kerusakan pada kakao akibat P. minor ....................................... 17
7. Diagram alir penelitian.............................................................................. 29
8. Kromatogram KLT ekstrak kasar metanol serbuk daun gamal
KLU pada panjang gelombang (a) 254 nm (b) 366 nm ............................ 31
9. Kromatogram MPLC ekstrak kasar metanol serbuk daun gamal
KLU .......................................................................................................... 32
10. Kromatogram KLT ekstrak kasar air serbuk daun gamal KLU
pada panjang gelombang (a) 254 nm (b) 366 nm ..................................... 33
11. Kromatogram MPLC ekstrak kasar air serbuk daun gamal
KLU .......................................................................................................... 34
12. Kromatogram KLT dari fraksi 2 hasil MPLC ekstrak air
serbuk daun gamal KLU (a) λ 254 nm AlCl3 (b) λ 366 nm
AlCl3 (c) CeSO4 ........................................................................................ 35
13. Fraksi yang diperoleh dari kromatografi kolom C-18 .............................. 35
14. Fraksi 2 dan 3 hasil kromatografi kolom .................................................. 36
15. Kromatogram KLT fraksi 2 dan 3 kromatografi kolom
(a) λ 254 nm AlCl3 (b) λ 366 nm AlCl3 (c) CeSO4................................... 36
16. Spektrum UV senyawa hasil isolasi.......................................................... 37
xviii
17. Spektrum inframerah hasil isolasi............................................................. 38
18. Kurva kalibrasi larutan standar kuersetin untuk penentuan
kadar flavonoid ......................................................................................... 39
19. Kurva kalibrasi larutan standar asam galat untuk penentuan
kadar fenolik ............................................................................................ 41
20. Hasil analisis probit ekstrak kasar metanol serbuk daun gamal
KLU terhadap kematian hama kutu putih kakao (P. minor)..................... 43
21. Hasil analisis probit ekstrak kasar air serbuk daun gamal KLU
terhadap kematian hama kutu putih kakao (P. minor) .............................. 43
22. Persentase kematian hama kutu putih (P. minor) pada buah
kakao dengan perlakuan ekstrak kasar air serbuk daun gamal
KLU pada konsentrasi dan waktu yang berbeda....................................... 45
23. Persentase kematian hama kutu putih (P. minor) pada buah
kakao dengan perlakuan ekstrak murni air serbuk daun gamal
KLU pada konsentrasi dan waktu yang berbeda....................................... 45
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Tanaman kakao berasal dari hutan tropis Amerika Tengah dan bagian utara
Amerika Selatan (Wahyudi dkk, 2008). Di Indonesia, penanaman kakao pertama
kali dikembangkan pada skala perkebunan tahun 1780 di Minahasa. Kemudian
Ambon serta Seram turut mengembangkan perkebunan kakao ini pada tahun
1858. Namun, perkebunan tersebut terserang hama penggerek buah kakao.
Akibatnya perkebunan kakao pada tahun 1858 kurang berkembang (Rahardjo,
2011).
Harga kakao mengalami lonjakan cukup tinggi pada tahun 1984 sehingga
mendorong negara-negara produsen kakao untuk memperluas areal. Pantai
Gading, Ghana, Malaysia, dan Indonesia merupakan negara utama penghasil
kakao. Pada tahun 1990-1991 produksi kakao dunia mengalami kenaikan sekitar
25% dibandingkan dengan tahun 1984-1985 (Susanto, 1994).
Dilihat dari penambahan luas areal, perkebunan kakao rakyat dan swasta terlihat
memiliki perkembangan yang sangat memuaskan. Penyebaran dan penanaman
kakao terdapat hampir diseluruh wilayah Indonesia. Pada tahun 2013, perkebunan
2
kakao tersebar di 32 provinsi, kecuali provinsi DKI Jakarta (Rukmana &
Yudirachman, 2016).
Kakao menjadi salah satu komoditi ekspor non migas yang memiliki prospek
cukup cerah. Semakin berkembangnya sektor agroindustri, permintaan kakao di
dalam negeri juga semakin meningkat (Susanto, 1994).
Apabila dilihat dari mutu hasil, kakao dari perkebunan rakyat hasilnya kurang
memuaskan (Rahardjo, 2011). Di Provinsi Lampung, perkebunan rakyat memiliki
produktivitas yang rendah dan mutu produk yang dihasilkan belum memenuhi
standar ekspor. Produktivitas rata-rata tanaman kakao di Lampung hanya
mencapai 588,79 kg/ha (Badan Penelitian dan Pengembangan Teknologi, 2008).
Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) telah menyebabkan banyak kerusakan
pada tanaman kakao. Salah satu hama yang berada pada buah kakao yaitu kutu
putih (Planococcus minor). Di Sulawesi Barat, serangan hama kutu putih pernah
terjadi sehingga menurunkan hasil produksi kakao. Pada beberapa sentra
produksi kakao seperti Sulawesi Selatan, Jawa Barat, Lampung, dan lain-lain,
juga sering ditemukan hama kutu putih kakao (Badan Penelitian dan
Perkembangan Perkebunan, 2015).
Kutu putih menghisap buah yang masih muda. Selain ditemukan pada buah, kutu
putih juga menyerang daun muda dan bunga (Pusat Penelitian dan Pengembangan
Perkebunan, 2009). Pada saat masih berupa nimfa muda, kutu putih akan aktif
bergerak untuk berpindah tempat. Ketika telah menemukan tempat yang cocok,
3
kutu akan menetap dan menghisap cairan pada buah. Akibatnya, buah yang telah
dihisap oleh kutu akan berkerut, mengeras dan terhambat pertumbuhannya (Badan
Penelitian dan Perkembangan Perkebunan, 2015). Selain menyebabkan
terhambatnya pertumbuhan buah, kutu putih juga dapat menjadi vektor virus yang
dapat merusak tanaman kakao (Brybroo & Solutions, 2012).
Upaya pengendalian hama dan penyakit tanaman harus dikendalikan secara
terpadu. Penggunaan insektisida sintetik akan membawa dampak yang buruk,
lebih merugikan dibanding manfaat yang dihasilkan. Dampak yang ditimbulkan
insektisida sintetik antara lain timbulnya resistensi hama, munculnya hama
sekunder, dan pencemaran lingkungan (Siswanto & Karmawati, 2012).
Saat ini, petani Indonesia mulai menggunakan insektisida nabati sebagai alternatif
pengganti insektisida sintetik. Insektisida nabati didefinisikan sebagai bahan yang
berasal dari mahluk hidup (tanaman, hewan atau mikroorganisme) yang dapat
menghambat pertumbuhan dan perkembangan atau mematikan hama atau
organisme penyebab penyakit (Sumartini, 2016).
Tanaman gamal merupakan salah satu tanaman yang dinilai dapat digunakan
sebagai bahan insektisida nabati. Daun gamal diketahui mengandung senyawa
aktif seperti flavonoid yang efektif untuk mengendalikan ulat dan hama penghisap
buah (Sudarmo, 2005).
Flavonoid adalah suatu kelompok senyawa fenol yang terdapat dalam hampir
semua tumbuhan. Flavonoid memiliki aktivitas antioksidan, antibakteri, antivirus,
4
antiradang, antialergi dan antikanker. Flavonoid memiliki kerangka dasar karbon
yang terdiri dari 15 atom karbon, dimana dua cincin benzene (C6) terikat pada
suatu rantai propan (C3) sehingga membentuk suatu susunan C6-C3-C6. Susunan
ini dapat menghasilkan tiga jenis struktur, yakni 1,3-diarilpropan atau
neoflavonoid. Senyawa-senyawa flavonoid terdiri dari beberapa jenis tergantung
pada tingkat oksidasi dari rantai propane dari sistem 1,3-diarilpropana (Gafur dkk,
2013).
Analisis kualitatif flavonoid dapat dilakukan dengan menggunakan
spektrofotometri UV-Vis. Spektrum serapan ultra violet dan serapan tampak
merupakan cara tunggal yang paling bermanfaat untuk mengidentifikasi struktur
flavonoid. Metode tersebut juga dapat digunakan untuk melakukan uji secara
kuantitatif untuk menentukan jumlah flavonoid yang terdapat dalam ekstrak
dengan mengukur nilai absorbansinya (Neldawati dkk, 2013).
Beberapa penelitian mengenai daya insektisida serbuk daun gamal sudah
dilakukan. Hasil penelitian Nukmal dkk (2011), diketahui senyawa flavonoid dari
empat jenis ekstrak air serbuk daun gamal bersifat toksik terhadap hama kutu
putih pepaya. Hal ini ditunjukkan dengan nilai LC50;48jam keempat jenis ekstrak
<5% (0,75% - 1,82%) sehingga dapat dikatakan efektif sebagai insektisida nabati
untuk hama kutu putih pepaya (Paracoccus marginatus).
Andriyani (2016) juga melakukan penelitian mengenai kandungan dan toksisitas
daun gamal. Hasil yang diperoleh yaitu ekstrak metanol dan ekstrak air serbuk
daun gamal memiliki daya insektisida terhadap kutu putih pada tanaman kakao
5
(Planococcus minor). Ekstrak metanol dan ekstrak air serbuk daun gamal
mengandung senyawa flavonoid jenis flavon dan struktur jenis senyawanya terdiri
dari kerangka struktural 2-fenil-1,4- benzopiron. Dari penelitian yang telah
dilakukan, dapat diketahui bahwa senyawa flavonoid yang terkandung dalam
serbuk daun gamal dapat digunakan sebagai insektisida nabati tetapi karakter dan
jumlah senyawa flavonoid belum diketahui, untuk itu perlu dilakukan penelitian
untuk mengetahui karakter dan jumlah senyawa flavonoid yang terkandung dalam
serbuk daun gamal agar dapat dikembangkan sebagai bahan dasar insektisida
nabati di masa yang akan datang.
B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakter dan jumlah senyawa flavonoid
yang terkandung dalam serbuk daun gamal (Gliricidia maculata) kultivar
Lampung Utara yang efektif dalam mematikan kutu putih (P. minor) pada
tanaman kakao.
C. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat,
bahwa ekstrak serbuk daun gamal dengan pelarut air dan metanol memiliki daya
insektisida nabati yang efektif dalam mematikan dan mengendalikan populasi
hama kutu putih (P. minor) pada tanaman kakao.
6
D. Kerangka Pemikiran
Kakao merupakan salah satu produk Indonesia yang lebih unggul dibandingkan
negara lain. Keunggulan kakao Indonesia dapat dilihat dari segi kualitas biji yang
apabila dilakukan fermentasi dengan baik dapat mencapai cita rasa yang setara
dengan kakao dari Ghana. Kakao menjadi salah satu penggerak perekonomian
nasional dari hasil perkebunan rakyat. Beberapa wilayah di Indonesia memiliki
lahan potensial yang cukup besar untuk pengembangan kakao sebagai salah satu
tanaman perkebunan. Kakao juga menjadi komoditas ekspor penting di Indonesia
yang berpotensi menjadikan Indonesia sebagai produsen utama kakao dunia. Hal
ini bisa terwujud bila permasalahan utama yang dihadapi perkebunan kakao dapat
diatasi dengan baik.
Inovasi dalam pengembangan tanaman ini sudah banyak dilakukan. Untuk
tanaman kakao, pemberantasan hama menjadi salah satu cara yang paling efektif
dalam meningkatkan hasil produksi. Hingga saat ini, pengendalian hama masih
sangat tergantung dengan insektisida sintetik, karena cara ini mudah
dilaksanakan dan cepat menurunkan populasi hama. Selain itu belum
ditemukan alternatif pengendalian lainnya yang cukup efektif.
Penggunaan insektisida nabati saat ini dapat menjadi pilihan untuk pengendalian
hama. Selain lebih aman terhadap lingkungan, insektisida nabati juga tidak
membutuhkan biaya produksi yang banyak. Daun gamal dinilai dapat dijadikan
sebagai insektisida nabati. Hal ini dapat dilihat dari penelitian-penelitian yang
menggunakan daun gamal sebagai insektisida nabati.
7
Pemurnian ekstrak polar serbuk daun gamal dilakukan dengan cara maserasi
bertingkat agar didapatkan ekstrak yang lebih banyak. Setelah itu dilakukan
bioassay terhadap kutu putih pada buah kakao yang sudah direndam dalam
ekstrak polar serbuk daun gamal dengan tingkatan konsentrasi berbeda. Fraksi
aktif dapat dilihat dari kematian kutu putih pada 24, 48 dan 72 jam setelah
perlakuan, dan ditentukan nilai LC50 nya.
Selanjutnya fraksi aktif dimurnikan dan diujikan terhadap serangga uji hingga
didapatkan isolat murni dan aktif. Isolat murni dan aktif selanjutnya dianalisis
spektroskopis untuk mengetahui karakter dan jumlah senyawa flavonoidnya.
Setelah dilakukan berbagai ekstraksi diharapkan karakter dan jumlah senyawa
flavonoid daun gamal dapat diketahui daya insektisida nabati dalam mematikan
dan mengendalikan populasi hama kutu putih pada tanaman kakao yang nantinya
dapat dikembangkan menjadi insektisida nabati yang lebih ramah lingkungan.
E. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
1. Ekstrak kasar serbuk daun gamal (G. maculata) kultivar Lampung Utara
memiliki daya insektisida yang lebih efektif mematikan hama kutu putih kakao
(P. minor) dibandingkan dengan ekstrak murni serbuk daun gamal kultivar
Lampung Utara.
2. Jenis flavonoid yang terdapat pada ekstrak serbuk daun gamal kultivar
Lampung Utara berasal dari golongan flavonon.
8
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tanaman Gamal (Gliricidia maculata)
1. Klasifikasi Tanaman Gamal
Kementerian Pertanian (2009), mengklasifikasikan tanaman gamal sebagai
berikut :
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Bangsa : Fabales
Suku : Fabaceae
Marga : Gliricidia
Jenis : Gliricidia maculata atau Gliricidia sepium
2. Deskripsi Tanaman Gamal
Tanaman gamal merupakan tanaman dalam golongan Leguminosae. Tanaman
ini dapat tumbuh dengan baik pada dataran rendah dan pada tanah yang kurang
subur (Rukmana, 2005). Tanaman gamal memiliki banyak cabang dan dapat
tumbuh hingga 30 m. Diameter batangnya 15-30 cm. Ketika masih muda
batang akan berwarna hijau dan ketika tua akan berwana putih keabu-abuan
sampai coklat kemerahan dengan bintik berwarna putih (Gambar 1).
9
Gambar 1. Tanaman gamal(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Daun gamal berbentuk oval dengan panjang rata-rata 2-7 cm dan lebar 1-3 cm.
Ujung daunnya berbentuk lancip dan memiliki pangkal yang membulat.
Susunan daun terletak berhadapan seperti pada daun lamtoro (Gambar 2).
Gambar 2. Daun tanaman gamal(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
10
Gamal memiliki bunga berwarna merah muda dan putih (Gambar 3). Bunga
terkumpul pada ujung batang dan berjumlah sekitar 25-50 kuntum.
Gambar 3. Bunga tanaman gamal(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
3. Penyebaran dan Manfaat Tanaman Gamal
Tanaman gamal merupakan tanaman yang didatangkan ke Indonesia pada
tahun 1870. Tanaman ini berasal dari Amerika Tengah. Mulanya tanaman
gamal di Indonesia hanya digunakan sebagai tanaman selang pada perkebunan
di daerah Sumatera dan Jawa (Rukmana, 2005).
Orwa dkk (2009) menyebutkan, kayu gamal dapat digunakan sebagai
konstruksi bangunan, mebel, perabot rumah tangga dan lain-lain karena
memiliki struktur yang kuat dan awet. Bunganya juga baik digunakan untuk
pakan lebah dan dapat pula dimakan setelah dimasak. Daun, biji, dan kulit
batang gamal tidak dapat dikonsumsi karena mengandung zat yang bersifat
racun bagi manusia dan ternak, kecuali ruminansia. Ramuan bahan-bahan dari
11
tanaman gamal dapat digunakan untuk menyembuhkan luka, bisul, memar,
luka bakar, rematik, patah tulang, biang keringat, dan tumor kulit. Nazli dkk
(2011) juga menambahkan, ekstrak daun gamal dapat menghambat
pertumbuhan mikroba dan dapat juga berfungsi sebagai anti mikroba.
4. Kandungan Tanaman Gamal
Kayu gamal memiliki nilai kalori sebesar 4.900 kkal/kg (Orwa dkk, 2009).
Daun gamal merupakan sumber protein dan suplemen pada pakan hijauan
ternak. Komposisi daun gamal terdiri atas: bahan kering 23,0%; protein kasar
25,2%; lemak 4,9% dan Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN) 55,5%. Selain
itu daun gamal juga kaya akan mineral (Rukmana, 2005).
Yuningsih (2010) pada penelitiannya membuktikan bahwa daun gamal
mengandung senyawa aktif kumarin. Diketahui kumarin merupakan senyawa
yang tergolong kedalam flavonoid. Ghasemzadeh & Ghasemzadeh (2011)
mengungkapkan bahwa flavonoid merupakan senyawa metabolit sekunder
dengan struktur polifenol yang terkandung pada tanaman hijau. Flavonoid
disintesis oleh jalur polypropanoid dan membentuk komponen molekul
fenilalanin. Erdman dkk (2005) menambahkan, flavonoid terdiri dari dua
cincin aromatik (A dan B) dan cincin heterosiklik (C) yang berisi satu atom
oksigen (Gambar 4).
12
Gambar 4. Struktur senyawa flavonoid(Sumber: Erdman dkk, 2005)
Menurut Rohyami (2008); Ghasemzadeh & Ghasemzadeh (2011) terdapat
delapan sub kelompok flavonoid yaitu:
1. Flavon (luteonin, apigenin, tangeritin) .
2. Khalkon (lichocalcon dan calcon panduratin A).
3. Flavonol (quercetin, kaemferol, myricetin, isorhamnetin, pachypodol) .
4. Flavanon (hesteretin, naringenin, eriodictyol) .
5. Flavan (katecyn dan epicatecyns).
6. Isoflavon (genistein, daidzein, glycitein) .
7. Antosianidin (cyanidin, delphinidin, malvidin, pelargonidin, peonidin,petunidin).
8. Flavononol (hisperidin dan naragin).
Golongan flavonoid yang biasa ditemukan pada tumbuhan tingkat tinggi adalah
flavon dan flavonol dengan C- dan O-glikosida, isoflavon C- dan O-glikosida,
flavanon C dan O-glikosida, khalkon dengan C- dan O-glikosida, dan
dihidrokhalkon, proantosianidin dan antosianin, auron O-glikosida, dan
dihidroflavonol O-glikosida. Flavonoid sangat menentukan aktivitas kerja
tumbuhan yang merupakan glikosida. Flavonoid bersifat antioksidan dan
merupakan senyawa fenolik terbesar di alam (Rohyami, 2008).
13
B. Hama dan Insektisida
Menurut Hasibuan (2012), hama dapat diartikan sebagai semua organisme yang
mengganggu serta merugikan tanaman yang dibudidaya oleh manusia.
Keberadaan hama dapat mengurangi ketersediaan, mutu atau sumber bahan hayati
(Andriyani, 2016).
Saat ini insektisida menjadi salah satu alat untuk mengurangi dampak dari hama.
Insektisida merupakan semua zat yang dapat digunakan untuk mengendalikan dan
mematikan serangan serangga (Hasibuan, 2012). Tetapi penggunaan insektisida
sintetik menjadi hal yang harus dicermati. Insektisida sintetik dapat menimbulkan
pengaruh yang merugikan. Hama sasaran dapat menjadi resisten oleh insektisida
sintetik. Dampak lain seperti pencemaran lingkungan juga harus menjadi hal
yang diperhatikan. Oleh karena itu, dibutuhkan insektisida yang ramah
lingkungan dan efektif (Andriyani, 2016).
Insektisida nabati adalah alternatif yang dinilai paling baik untuk mengendalikan
hama. Keunggulan dari insektisida nabati telah diungkapkan oleh Sudarmo
(2005) yaitu murah dan mudah dibuat oleh petani, relatif aman terhadap
lingkungan, tidak menyebabkan keracunan pada tanaman, sulit menimbulkan
resistensi hama, dan tentunya menghasilkan produk yang sehat.
Sudarmo (2005) juga menambahkan, insektisida nabati dapat membunuh atau
mengusir serangga hama melalui cara kerja yang unik. Cara kerja dari insektisida
nabati antara lain dapat merusak perkembangan telur, larva, dan pupa, dapat
14
menghambat pergantian kulit, dapat mengganggu komunikasi serangga, dapat
mengurangi nafsu makan dari serangga, dan dapat menghambat reproduksi
seranga betina.
C. Hama Penghisap Tanaman Kakao (Planococcus minor)
Planococcus minor berasal dari Asia Selatan, namun juga ditemukan di pulau
Trinidad di Karibia Selatan. Kutu ini menjadi ancaman serius bagi negara-negara
yang mempunyai keanekaragaman hayati yang rendah seperti Amerika Serikat.
Kutu putih tersebut secara morfologi tidak jauh berbeda dengan kutu putih pada
tanaman jeruk (Planococcus citri). P. minor dapat berkembang baik apabila
mendiami tanaman kakao. Selain itu, P. minor juga dapat dijumpai pada tanaman
lamtoro, kapuk, dan tembakau (Francis dkk, 2012a).
1. Klasifikasi Planococcus minor
Menurut Francis dkk (2012a) klasifikasi kutu putih adalah sebagai berikut:
Kerajaan : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Bangsa : Hemiptera
Suku : Pseudococcidae
Marga : Planococcus
Jenis : Planococcus minor
15
2. Morfologi dan Daur Hidup Planococcus minor
Telur P. minor berwarna kuning, yang dilindungi oleh kantong telur di bawah
ujung tubuh betina dewasa. Pada instar pertama, jenis kelamin antara jantan
dan betina belum dapat dibedakan karena memiliki warna yang sama (Stocks
& Roda, 2012).
P. minor betina tidak memiliki sayap dan memiliki lima tahap pertumbuhan
yaitu telur, nimfa (instar 1, 2 dan 3) dan dewasa. P. minor betina dewasa
berbentuk oval, tidak bersayap, tersegmentasi dengan jelas dan memiliki tiga
pasang kaki dan sepasang antena dengan 8 segmen (Gambar 5).
Telur akan menetas selama 2 -10 hari, kemudian memasuki tahap instar 1
selama 12 hari, selanjutnya instar 2 selama 8 hari dan tahap instar 3 selama 9
hari. Setelah molting P. minor akan berwarna kuning pucat. Namun kemudian
akan berubah menjadi kuning kecoklatan dan kulit mereka akan ditutupi oleh
lapisan lilin berwarna putih (Francis dkk, 2012b). Stocks & Roda (2012)
menambahkan, P. minor betina memiliki ukuran yang lebih besar yaitu 2-3 mm
dibandingkan dengan P. minor jantan yang hanya berukuran 1 mm.
16
Gambar 5. Planococcus minor betina(Sumber: Francis dkk, 2012b)
P. minor jantan memiliki enam tahap pertumbuhan yaitu telur, nimfa (instar 1
dan 2), prepupa, pupa, dan dewasa. Telur akan menetas selama 2-10 hari yang
kemudian memasuki tahap nimfa yakni instar 1 selama 7-14 hari, instar 2
selama 6-16 hari. Setelah melewati tahap instar akhir P.minor jantan
memasuki tahap prepupa selama 4 hari dan selanjutnya memasuki tahap pupa.
Pada tahap pupa individu berkembang dalam kepompong lilin selama 2 hari
yang pada akhirnya memasuki masa dewasa. P. minor jantan dewasa berwarna
merah muda, mempunyai tiga pasang kaki dan satu pasang sayap.
3. Kerugian yang Ditimbulkan Kutu Putih
Aktivitas makan P. minor menyebabkan penurunan hasil tanaman. Kualitas
tanaman atau buah juga turun dikarenakan pertumbuhan buah yang menjadi
kerdil (Gambar 6). Perubahan warna dan kerontokan daun juga merupakan
akibat yang ditimbulkan dari serangan P. minor. Kematian tanaman menjadi
3 mm
17
dampak paling buruk yang disebabkan P. minor. Kutu ini juga diidentifikasi
dapat menjadi vektor virus yang dapat merusak tanaman (Brybroo & Solutions,
2012).
Gambar 6. Dampak kerusakan pada kakao akibat P. minor(Sumber: Dokumentasi pribadi)
Menurut Badan Penelitian dan Perkembangan Perkebunan (2015) ledakan kutu
putih pernah terjadi di daerah Sangir Talaud pada tahun 1990-an. Ledakan ini
menimbulkan kekhawatiran terhadap berkurangnya produksi kakao.
Pengamatan juga pernah dilakukan di daerah Sampaga, Kabupaten Mamuju,
Sulawesi Barat menunjukkan bahwa kutu putih menyerang tanaman kakao
muda dan menyebabkan pertumbuhan kakao terhambat. Kakao juga menjadi
kering dan mempunyai bentuk yang tidak beraturan.
18
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2017 hingga Agustus 2018.
Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian Berbasis Kompetensi Nukmal dkk
dengan judul “Pengembangan Formula Insektisida Nabati dari Senyawa
Flavonoid Ekstrak Polar Daun Gamal (Gliricidia maculata) untuk Mengendalikan
Hama Kutu Putih” pada tahun 2017-2018. Tempat pengambilan daun gamal di
Desa Pekurun, Kecamatan Abung Pekurun, Kabupaten Lampung Utara yang
diambil oleh peneliti sebelumnya. Bioassay dan analisis spektroskopis dilakukan
di Laboratorium Zoologi FMIPA, dan Laboratorium Terpadu dan Sentra Inovasi
Teknologi (LTSIT) Universitas Lampung. Pengambilan hama kutu putih
penghisap buah kakao (P. minor) di Bandar Lampung.
B. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan yaitu timbangan untuk menimbang serbuk daun gamal,
erlenmeyer untuk wadah maserasi, kertas saring untuk menyaring filtrat, Rotary
evaporator untuk mengevaporasi filtrat, corong untuk menyaring filtrat, Freeze
dryer untuk mengeringkan ekstrak, alumunium foil untuk menutup ekstrak,
19
spatula untuk mengambil ekstrak, gelas beker untuk wadah ekstrak, pipet untuk
mengambil larutan, dan hot plate untuk memanaskan plat KLT, lampu UV untuk
pengamatan KLT, Medium Pressure Liquid Chromatography (MPLC) untuk
memurnikan ekstrak, Spektrofotometer UV-Vis dan IR untuk analisis kadar dan
golongan senyawa, corong pisah untuk partisi ekstrak, tabung reaksi untuk
menampung fraksi dari MPLC, kamera untuk dokumentasi, pisau untuk
mengambil buah kakao muda, toples untuk tempat buah kakao beserta kutu
putihnya, kain kassa untuk menutup media uji, gelas plastik untuk wadah media
uji, dan tusuk gigi untuk memindahkan kutu putih.
Bahan yang digunakan yaitu serbuk daun gamal yang sudah tersedia di
laboratorium, pelarut heksana dan diklorometana (DCM) sebagai pelarut
nonpolar, metanol dan akuades sebagai pelarut polar, Plat KLT fluoresensi,
pelarut visualisasi CeSO4, AlCl3, etanol sebagai eluen pada KLT, isopropanol dan
aquapure, sebagai pelarut MPLC, kuersetin, NaOH, NaNO2 sebagai pereaksi pada
penentuan kadar flavonoid, asam galat, folin, NA2CO3 sebagai pereaksi pada
penentuan kadar fenolik, aquabidest sebagai pelarut pada analisis kadar flavonoid
dan fenolik, kolom C-18, kolom sphadex, dan kolom silika digunakan untuk
pemurnian ekstrak, sonic digunakan untuk memisahkan endapan, etil asetat
sebagai pelarut partisi, kutu putih kakao (P. minor) betina dewasa beserta buah
kakao, dan buah kakao muda sebagai media uji.
20
C. Cara Kerja
1. Isolasi dan Pemurnian Senyawa Golongan Flavonoid
1.1. Maserasi Bertingkat
Daun gamal dipisahkan dari senyawa-senyawa yang terkandung
didalamnya menggunakan proses maserasi bertingkat, sehingga dapat
diketahui jenis senyawa yang dapat digunakan sebagai insektisida nabati
(Andriyani, 2016). Hasil proses maserasi sangat tergantung pada sifat
bahan dan sifat pelarut sehingga untuk mendapatkan komponen-komponen
yang terekstrak secara maksimal harus menggunakan pelarut yang tepat
(Susanti dkk, 2012).
1.1.1. Ekstrak Metanol
Sebanyak 1000 gram serbuk daun gamal dimaserasi menggunakan
pelarut heksana sebanyak 5.000 mL. Maserasi dengan pelarut
heksana dilakukan selama 1x24 jam kemudian dipisahkan antara
filtrat dan ampas. Hal ini dilakukan sebanyak 4 kali ulangan yang
bertujuan untuk menarik senyawa-senyawa nonpolar yang
terkandung pada daun gamal.
Setelah itu ampas dimaserasi menggunakan pelarut DCM sebanyak
5.000 mL. Maserasi dengan pelarut DCM dilakukan selama 1x24
jam sebanyak 4 kali ulangan dengan tujuan senyawa-senyawa
nonpolar dan semi polar dapat terangkat.
21
Selanjutnya untuk mendapatkan ekstrak polar (metanol) ampas
dimaserasi menggunakan pelarut metanol sebanyak 5.500 mL.
Maserasi dengan pelarut metanol dilakukan selama 1x24 jam
dengan 4 kali ulangan hingga tidak ada lagi senyawa-senyawa
organik yang dapat ditarik.
1.1.2 Ekstrak Air
Setelah maserasi menggunakan metanol dilanjutkan dengan maserasi
menggunakan air sebanyak 10.000 mL. Ampas sisa penyaringan
ekstrak metanol direndam menggunakan akuades selama 1x24 jam
dengan 4 kali pengulangan hingga didapatkan filtrat air yang
mengandung senyawa-senyawa polar.
1.2. Evaporasi
Filtrat metanol dan filtrat air selanjutnya dievaporasi hingga tidak ada lagi
kandungan pelarutnya. Hasil evaporasi filtrat metanol dan air kemudian
dipekatkan dengan metode rekristalisasi menggunakan freeze dry hingga
membentuk ekstrak kasar dalam bentuk pasta.
1.3. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Eluen digolongkan menurut ukuran kekuatan teradsorpsinya pelarut
atau campuran pelarut tersebut pada adsorben. Suatu pelarut yang
bersifat relatif polar, dapat mengusir pelarut yang relatif tak polar
22
dari ikatannya dengan alumina sehinga pada KLT harus menggunakan
pelarut yang kepolarannya sesuai dengan senyawa yang dicari.
Ekstrak kasar dan air di KLT menggunakan plat KLT silika fluoresensi
(5x2 cm) dengan larutan identifikasi CeSO4 10% dan AlCl315%. Eluen
yang digunakan yaitu heksana dan etanol dengan perbandingan 8:2 dan
1:1.
1.4. Fraksinasi Menggunakan Medium Pressure Liquid Chromatography(MPLC)
Sebelum ekstrak metanol dimurnikan, terlebih dahulu dipartisi
menggunakan etil asetat dan air. Partisi bertujuan untuk memisahkan
senyawa dengan polaritas tinggi dan senyawa dengan polaritas rendah.
Partisi dilakukan dengan mengencerkan ekstrak metanol dengan pelarut,
kemudian dimasukkan ke dalam corong pisah dan ditambah dengan dua
jenis pelarut yang tidak bercampur (etil asetat dan air) dengan
perbandingan 1:1. Kemudian larutan dikocok dan didiamkan hingga
terpisah. Apabila larutan sudah terpisah, pisahkan bagian etil dan air.
Ekstrak yang larut dalam etil dapat langsung di murnikan.
Selanjutnya untuk pemurnian ekstrak metanol dan air dilakukan dengan
cara fraksinasi menggunakan MPLC. Fraksi- fraksi yang sudah didapat
kemudian dikelompokkan berdasarkan warna dan hasil MPLC yang
didapat lalu dievaporasi. Hasil evaporasi dianalisis KLT kembali hingga
didapatkan fraksi aktif kaya flavonoid yang dapat digunakan untuk
23
bioassay. MPLC ekstrak kasar metanol menggunakan pelarut etanol dan
heksana sedangkan untuk ekstrak kasar air menggunakan pelarut
aquapure.
1.5. Fraksinasi Menggunakan Kromatografi Kolom C-18
Fraksi yang didapat dari pemurnian menggunakan MPLC dimurnikan
kembali menggunakan kromatografi kolom C-18. Kolom C-18 dilarutkan
menggunakan air terlebih dahulu, kemudian dimasukkan ke dalam wadah
untuk pemisahan. Fraksi yang mempunyai titik puncak tertinggi pada
MPLC (F2) ditimbang sebanyak 0,2 gram dan dilarutkan ke dalam
aquapure sebanyak 1 mL. Kemudian sampel dimasukkan ke dalam
kolom, tunggu hingga sampel memenuhi kolom. Setelah itu pelarut
dimasukkan sedikit demi sedikit ke dalam kolom. Hasil pemurnian
ditampung menggunakan botol kecil. Pelarut yang digunakan yaitu
aquapure dan metanol 10%. Hasil yang didapatkan dari pemisahan
kemudian di KLT dan dilihat senyawa yang mempunyai nilai Rf yang
sama.
1.6. Spektrofotometri UV-Vis
Analisis dilakukan dengan tahapan pembuatan larutan standar dan
persiapan analisis ekstrak.
24
1.6.1. Pembuatan Larutan Standar
Larutan standar yang digunakan untuk penentuan kadar flavonoid
yaitu larutan standar kuersetin. Sebelum membuat larutan standar
dibuat larutan induk terlebih dahulu. Larutan induk dibuat dengan
menimbang kuersetin sebanyak 2 mg dilarutkan dalam labu ukur
10 mL dengan pelarut akuabides hingga batas miniskus (kadar
kuersetin menjadi 200 mg/L). Kemudian larutan induk diambil
sebanyak 2,5 mL dan dilarutkan dalam labu ukur 10 mL dengan
pelarut akuabides hingga batas miniskus (kadar kuersetin menjadi
100 mg/L).
Larutan standar dibuat dari larutan induk 100 mg/L dengan cara
memipet 0,2 ; 0,5 ; 0,8 ; 1,0 ; 1,2 dan 1,5 mL, dilarutkan ke dalam
10 mL dengan pelarut akuabides (kadar larutan standar menjadi 2 ;
5 ; 8 ; 10 ; 12 dan 15 mg/L). Selain larutan standar, juga terdapat
blanko (konsentrasi 0 mg/L). Blanko dibuat dengan mereaksikan
larutan pereaksi (NaNO2, AlCl3, dan NaOH) tanpa ditambah
kuersetin. Sebanyak 0,5 mL dari masing masing konsentrasi
larutan direaksikan dengan 0,3 mL NaNO2 5% kemudian
didiamkan selama 5 menit. Ditaambahkan sebanyak 0,3 mL AlCl3
10% ke dalam larutan, kemudian didiamkan kembali selama 5
menit. Larutan direaksikan dengan 2 mL NaOH 1 M, kemudian
diencerkan dengan akuabides hingga volume total 10 mL dan
didiamkan 15 menit. Larutan standar diukur absorbansinya pada
25
panjang gelombang 314 nm dengan spektrofotometer UV-Vis.
Kurva standar diperoleh dari hubungan antara konsentrasi kuersetin
(mg/L) dengan absorbansinya.
Sedangkan larutan standar yang digunakan untuk penentuan kadar
fenolik yaitu asam galat. Larutan induk asam galat dibuat dengan
menimbang 4 mg dilarutkan dalam labu ukur 10 mL dengan pelarut
akuabides hingga batas miniskus (kadar asam galat menjadi 400
mg/L). Kemudian larutan induk diambil sebanyak 2,5 mL
dilarutkan dalam labu ukur 10 mL dengan pelarut akuabides hingga
batas miniskus (kadar asam galat menjadi 100 mg/L).
Larutan standar dibuat dari larutan induk 100 mg/L dengan cara
memipet 0,2 ; 0,5 ; 0,8 ; 1,0 ; 1,2 dan 1,5 mL, dilarutkan ke dalam
10 mL dengan pelarut akuabides (kadar larutan standar menjadi 2 ;
5 ; 8 ; 10 ; 12 dan 15 mg/L). Blanko (konsentrasi 0 mg/L) dibuat
dengan mereaksikan larutan pereaksi (folin dan Na2CO3) tanpa
ditambah asam galat. Sebelum larutan standar direaksikan, dibuat
terlebih dahulu larutan stok folin dengan mengambil 2,5 mL folin
dilarutkan dalam labu ukur 25 mL dengan pelarut akuabides hingga
batas miniskus. Sebanyak 5 mL dari masing masing konsentrasi
larutan standar direaksikan dengan ditambah 1 mL folin kemudian
didiamkan selama 5 menit. Ditambahkan sebanyak 4 mL Na2CO3
7,5% ke dalam larutan, kemudian didiamkan kembali selama 90
26
menit. Larutan standar diukur absorbansinya pada panjang
gelombang 747 nm dengan spektrofotometer UV-Vis.
1.6.2. Persiapan Analisis Ekstrak
Ekstrak metanol dan air daun gamal kultivar Lampung Utara
ditimbang masing-masing sebanyak 5 mg. Sampel kemudian
dilarutkan dengan akuabides kedalam labu ukur 5 mL. Sampel
diambil 0,4 mL dari larutan stok lalu dimasukkan ke dalam labu
ukur dan ditambah dengan akuabides sebanyak 3,6 mL, setelah itu
direaksikan dengan cara yang sama dengan pembuatan larutan
standar untuk masing-masing pengujian. Sampel dibuat dengan
tiga ulangan.
Selain digunakan untuk penentuan kadar flavonoid dan fenolik,
spektrofotometri UV-Vis juga digunakan untuk menganalisis panjang
gelombang maksimum pada ekstrak. Persiapan sampel untuk analisis
panjang gelombang yaitu sampel ditimbang sebanyak 0,4 gram kemudian
diencerkan hingga 500x. Kemudian sampel dianalisis dan ditentukan
panjang gelombang maksimum dengan melihat nilai absorbansi pada
ekstrak.
1.7. Spektrofotometri FTIR
Metode spektrofotometri FTIR digunakan dalam menentukan dan
mengidentifikasi berbagai gugus fungi yang terdapat dalam senyawa
27
organik. Gugus fungsi dalam suatu molekul dapat diketahui dari vibrasi
yang menghasilkan daerah frekuensi spesifik pada spektrum FTIR.
Senyawa flavonoid yang dianalisis sebanyak 0,1 g. Sampel dipekatkan
dan diteteskan pada alat kemudian diukur puncak-puncak serapannya
untuk dideteksi gugus-gugus fungsional yang terdapat dalam struktur
senyawa isolat.
2. Bioassay Fraksi Aktif terhadap Hama Planococcus minor
Setiap senyawa yang ditemukan pada tahapan fraksinasi dilakukan bioassay
terhadap hama kutu putih P. minor dan media uji yang digunakan adalah buah
kakao tempat P. minor hidup. Hal ini dilakukan untuk mengetahui senyawa
aktif yang dapat digunakan sebagai insektisida. Bioassay yang dilakukan
adalah uji mortalitas dengan pengaruh residu (residual effect). Uji residu
dilakukan dengan merendam media uji dengan 5 taraf tingkatan konsentrasi
(0%; 0,04%; 0,08%; 0,12% dan 0,16%) (Andriyani, 2016) selama 10 menit, 10
ekor serangga uji (P. minor) betina dewasa yang sudah diaklimasi selama 1
hari sebelum perlakuan diletakkan pada media uji dan dipelihara pada wadah
uji.
Pengamatan mortalitas serangga uji dilakukan pada 24, 48 dan 72 jam setelah
perlakuan. Presentase kematian untuk setiap ekstrak akan dianalisis dengan
program analisis probit untuk menentukan hubungan konsentrasi dengan
kematian serangga. Larutan uji dikatakan efektif bila larutan tersebut
28
memberikan nilai LC50 ≤ 5% (Prijono, 2005). Percobaan ini dilakukan masing-
masing 3 kali ulangan.
3. Analisis Data
Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis menggunakan analisis probit untuk
menentukan nilai LC50 dan uji lanjut dengan Tukey’s digunakan untuk
menentukan larutan yang efektif sebagai insektisida nabati.
4. Diagram Alir Penelitian
Diagram alir penelitian dengan judul “Karakterisasi dan Kuantifikasi Senyawa
Flavonoid Ekstrak Polar Daun Gamal Kultivar Lampung Utara dan Uji
Aktivitasnya terhadap Kutu Putih Kakao (Planococcus minor)” dapat dilihat
pada Gambar 7.
29
Gambar 7. Diagram alir penelitian
Maserasi bertingkat serbuk daungamal
Bioassay ektrak kasar (air & metanol)
Serangga uji Media uji
● Imago P. minor betina ●Buah kakao muda● N = 150, r = 3 ●N = 15, r = 3● Aklimasi 1 hari
Perendaman media uji dengan konsentrasi (0%;0,04%; 0,08%; 0,12% dan 0,16%) selama 10menit lalu dikering anginkan
10 serangga uji diletakkan pada media uji Pengamatan pada 24, 48, dan 72 jam setelah
perlakuan
Senyawa aktif ekstrak polar(metanol dan air) dilakukan
pengujian KLT dan fraksinasimenggunakan MPLC
Analisis spektroskopis untukmenentukan struktur, karakter,dan jumlah senyawa flavonoiddan fenolik yang terkandung
dalam serbuk daun gamal
Bioassay isolat murni pada skala laboratoriummenggunakan nilai LC50 ekstrak kasar sebagai nilaitengah dengan range konsentrasi 2 tingkat keatas
dan 2 tingkat kebawah
Filtrat dievaporasi dan difreeze dry
Ekstrak metanol Ekstrak air
● Heksana ● Heksana● DCM ● DCM● Metanol ● Metanol
● Air
Ekstrak kasar dalam bentukpasta
Pemurnian lanjutan ekstrak (air)menggunakan kolom C-18
Ekstrak murni air
Data dianalisis Probit → Nilai LC50 ekstrak kasar
Data dianalisis menggunakan uji lanjut Tukey’s
52
V. KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Senyawa flavonoid yang terkandung dalam serbuk daun gamal KLU memiliki
ciri-ciri fluorensensi warna biru pada sinar UV dan memiliki panjang
gelombang dengan puncak 310 nm yang termasuk kedalam golongan flavonon
dengan gugus fungsi O-H, C=O karbonil, C=C aromatik, dan C-O.
2. Ekstrak metanol serbuk daun gamal KLU memiliki kadar flavonoid sebesar 3,8
mg/L kuersetin dan kadar fenolik sebesar 3,3 mg/L asam galat. Sedangkan
ekstrak air serbuk daun gamal KLU memiliki kadar flavonoid sebesar 6,07
mg/L kuersetin dan kadar fenolik 2,76 mg/L asam galat.
3. Ekstrak kasar serbuk daun gamal KLU lebih efektif dalam mematikan hama
kutu putih kakao (P. minor) dibandingkan dengan ekstrak murni serbuk daun
gamal KLU yang dilihat dari nilai LC50 ekstrak kasar sebesar 0,11% sedangkan
nilai LC50 ekstrak murni sebesar 0,27%.
52
B. Saran
Ekstrak dari serbuk daun gamal dengan konsentrasi ˂5% sudah efektif dalam
mematikan hama kutu putih kakao. Disarankan untuk peneliti selanjutnya ekstrak
dibuat lebih banyak agar cukup untuk pengujian bioassay dan penelitian dilakukan
dengan mengamati pengaruh ekstrak daun gamal terhadap serangga non target.
53
DAFTAR PUSTAKA
Afriyorawan. 2013. Karakterisasi Senyawa Flavonoid Hasil Isolasi EkstrakMetanol Daun Gamal (Gliricidia maculata). Skripsi. Universitas Lampung.Lampung.
Agnetha, A.Y. 2005. Efek Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum) sebagaiLarvasida Nyamuk Aedes sp. Skripsi. Universitas Brawijaya. Malang.
Akbar, H.R. 2010. Isolasi dan Identifikasi Golongan Flavonoid Daun DandangGendis (Clinacanthus nutans) Berpotensi sebagai Antioksidan. Skripsi.Departemen Kimia, Fakultas MIPA. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Aksah, F. 2016. Perbandingan Daya Racun Isolat Murni Ekstrak Metanol danEkstrak Air Daun Gamal (Gliricidia maculata) terhadap Mortalitas KutuPutih (Pseudococcus cryptus) pada Tanaman Sirsak (Annona muricata).Tesis. Universitas Lampung.
Aminah. 2001. S. rarak, D. metel dan E. prostata sebagai Larvasida Aedesaegypti. Cermin Dunia Kedokteran No.131. Bogor.
Andriyani,R. 2016. Daya Insektisida, Jenis, dan Struktur Isolat Murni EkstrakPolar Serbuk Daun Gamal (Gliricidia Maculata Hbr.) Terhadap Kutu Putih(Planococcus Minor Maskell) Pada Tanaman Kakao (Theobroma Cacao L.)Tesis.Universitas Lampung. Lampung.
Anggraini, A. 2008. Isolasi dan Identifikasi Flavonoid dari Daun Makuto Dewo(Phaleria macrocarpa Boerl.). Makalah Publikasi. UniversitasMuhammadiyah Surakarta. Surakarta.
Apriliyani. 2016. Pengembangan Insektisida Nabati dari Senyawa FlavonoidEkstrak Daun Gamal (Gliricidia maculata, Hbr.) untuk MengendalikanHama Kutu Putih (Planococcus citri, Risso.) pada Tanaman Kopi (Coffearobusta, L.). Tesis. Universitas Lampung. Lampung.
Azizah, D.N., Kumolowati, E., & Faramayuda, F. 2014. Penetapan KadarFlavonoid Metode AlCl3 pada Ekstrak Metanol Kulit Buah Kakao(Theobroma cacao L.). Jurnal Ilmiah Farmasi. Universitas Jenderal AhmadYani. Jawa Barat.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2009. Mengenal TanamanPerkebunan di Lingkungan Sekitar. Perpustakaan Nasional. Jakarta.
54
Badan Penelitian dan Pengembangan Teknologi. 2008. Teknologi BudidayaKakao. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi. Bogor.
Badan Penelitian dan Perkembangan Perkebunan. 2015.Info Tek PerkebunanMedia Bahan Bakar Nabati dan Perkebunan. Pusat Penelitian danPerkembangan Perkebunan. 7 (11). Bogor.
Brybrook, D., & Solutions, V. 2012. Mealybug Management. AustralianGoverment Grape and Wine Research and Development Corporation.http://www.gwrdc.com.au. Diakses pada tanggal 13 November 2017.
Cahyanta, A.N. 2016. Penetapan Kadar Flavonoid Total Ekstrak Daun PareMetode Kompleks Kolorimetri dengan Pengukuran Absorbansi SecaraSpektrofotometri. Jurnal Ilmiah Farmasi. Jurusan Farmasi STIKESBHAMADA Slawi. Jawa Tengah.
Chang, C.Y.M. & Wen, H.C.J. 2002. Estimation of Total Flavonoid Content inPropolis by Two Complymentary Colorimetric Methods. J, Food DrugAnal.
Erdman, J.W., dkk. 2005. Flavonoids and Heart Health: Proceedings of theILSINorth America Flavonoids Workshop. Journal of Nutrition. WashingtonDC.
Francis, A. W., Kairo, M.T.K., & Roda, A.L. 2012a. The Passionvine Mealybug,Planococcus minor (Maskell) (Hemiptera: Pseudococcidae). Journal ofBiological Control. University of Florida. Florida.
Francis, A.W., Kairo, M.T.K., & Roda, A.L. 2012b.Developmental andReproductive Biology of Planococcus minor (Hemiptera: Pseudococcidae)Under Constant Temperatures. Journal of Biological Control. University ofFlorida. Florida.
Gafur, M.A., Isa, I., & Bialangi, N. 2013. Isolasi dan Identifikasi SenyawaFlavonoid Dari Daun Jamblang (Syzygium cumini). Jurnal. UniversitasNegeri Gorontalo. Gorontalo.
Geissman, T.A. 1962. The Chemistry of Flavonoid Compound. Pergamon Press.Oxford.
Ghasemzadeh, A. & Ghasemzadeh, N. 2011. Flavonoids and Phenolic Acids:Role and Biochemical Activity In Plants and Human. Journal of MedicinalPlants Research. 5(31), Pp. 6697-6703. Available Online AtHttp://Www.Academicjournals.Org/JMPR, ISSN 1996-0875©2011Academic Journals DOI: 10.5897/JMPR11.1404. Iran.
Hariyanto, R. A. B., Wahyudi, A. & Nugraheni, Z. V. 2017. PenentuanKandungan Fenolik, Flavonoiddan Aktivitas Antioksidan EkstrakPropolisTrigona sp. Jurnal Sains dan Seni POMITS. Institut TeknologiSepuluh Nopember. Surabaya.
55
Hasibuan, R. 2012. Insektisida Pertanian. Lembaga Penelitian UniversitasLampung. Lampung.
Hernani. 2011. Pengembangan Biofarmaka sebagai Obat Herbal untukKesehatan. Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian. 7 (1): 20-19. Bogor.
Ipandi, I., Triyasmono, L., & Prayitno, B. 2016. Penentuan Kadar Flavonoid Totaldan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Kajajahi (Leucosykecapitellata Wedd.). Jurnal Pharmascience. Universitas LambungMangkurat Banjarmasin. Banjarmasin.
Kementerian Pertanian, Ditjen Peternakan & Keswan. 2009. Keunggulan GamalSebagai Pakan Ternak. BPTU Sembawa. Sumatera Selatan.
Mabry, T.J., Markham, K. R., &Thomas, M.B. 1970. The Systematic andIdentification of Flavonoid. Springer-Verlag. New York. Heldenberg-Berlin.
Nazli, R., Sohail,T., Nawab, B., & Yaqeen, Z. 2011. Antimicrobial PropertyofGliricidia Sepium Plant Extract. Journal Agriculture Resource. 24(1-4).Pakistan.
Neldawati, Ratnawulan, & Gusnedi. 2013. Analisis Nilai Absorbansi dalamPenentuan Kadar Flavonoid untuk Berbagai Jenis Daun Tanaman Obat.Jurnal Berkala Ilmiah Fisika. Universitas Negeri Padang. Padang.
Nukmal, N., Utami, N., & Pratami, G.D. 2011. Isolasi Senyawa Flavonoid dariEkstrak Air Serbuk Daun Gamal (Gliricidia Maculata )dan UjiToksisitasnya terhadap Hama Kutu Putih Pepaya (Paracoccus marginatus).Prosiding Penelitian Hibah Strategi Unila. Universitas Lampung.Lampung. Lampung.
Orwa, C., Mutua, A., Kindt, R. , Jamnadass, R., & Anthony, S. 2009.Agroforestry Database 4.0 : Gliricidia sepium.Http://Www.Worldagroforestry.Org/Sites/Treedbs/Treedatabases.Asp.Diakses pada tanggal 13 November 2017.
Prijono, D. 2005. Pemanfaatan dan Pengembangan Pestisida Nabati. MakalahSeminar Ilmiah. Jurusan Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, UniversitasLampung. Lampung. Lampung.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. 2009. Dinamika Populasi danPengendalian Hama Utama Jarak Pagar. Warta Penelitian danPengembangan Pertanian. 31(5).
Rahardjo, P. 2011. Menghasilkan Benih dan Bibit Kakao Unggul. PenebarSwadaya. Jakarta.
Raini, M. 2007. Toksikologi Pestisida dan Penanganan Akibat KeracunanPestisida. Media Litbang Kesehatan. 17 (3). Departemen Kesehatan.Jakarta.
56
Rijayanti, R.P. 2014. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun ManggaBacang (Mangifera foetida L.) terhadap Staphylococcus aureus Secara InVitro. Naskah Publikasi. Universitas Tanjungpura. Pontianak.
Rimijuna, I., Yenie, E., & Elystia, S. 2017. Pembuatan Pestisida Nabatimenggunakan Metode Ekstraksi dari Kulit Jengkol dan Umbi BawangPutih. Jurnal Fteknik. Universitas Riau. Pekanbaru.
Rivai, H., Widiya, E., Rusdi. 2013. Pengaruh Perbandingan Pelarut Etanol-Airterhadap Kadar Senyawa Fenolat Total dan Daya Antioksidan dari EkstrakDaun Sirsak (Annona muricata L.). Jurnal. Universitas Andalas. Padang
Rohyami, Y. 2008. Penentuan Kandungan Flavonoid dari Ekstrak MetanolDaging Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa Scheff Boerl). JurnalPenelitian & Pengabdian dppm.uii.ac.id. Yogyakarta.
Rukmana, H.R. 2005. Rumput Unggul Hijauan Makanan Ternak. Kanisius.Yogyakarta.
Rukmana, H.R.,& Yudirachman, H.H. 2016. Untung Selangit dari AgribisnisKakao. Lily Publisher. Yogyakarta.
Safitri, I., Nuria, M.C., & Puspitasari, A.D. 2018. Perbandingan Kadar Flavonoiddan Fenolik Total Ekstrak Metanol Daun Beluntas (Pluchea indica L.) padaBerbagai Metode Ekstraksi. Jurnal Inovasi. Universitas Wahid Hasyim.Semarang.
Sejati, A.D. 2012. Penetapan Kadar Flavonoid dan Fenolik Ekstrak Air JintenHitam (Nigella sative L.) dan Uji Sitotoksik pada Sel Kanker PayudaraMCF-7 dari Tiga Daerah : Habasyah, India dan Indonesia. NaskahPublikasi. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.
Sinaga, R. 2009. Uji Efektifitas Insektisida Nabati terhadap Hama Spodopteralitura (Lepidoptera: Noctuidae) pada Tanaman Tembakau (Nicotianatabaccum L.) Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Siregar, R.H. 2010. Isolasi Senyawa Flavonoid dari Ekstrak Metanol Daun Gamal(Gliricidia maculata) dan Uji sebagai Insektisida Nabati terhadap HamaKutu Putih Tanaman Pepaya (Paracoccus marginatus). Skripsi. UniversitasLampung. Lampung.
Siswanto & Karmawati, E. 2012. Pengendalian Hama Utama Kakao(Conopomorpha cramerella dan Helopeltis spp.) dengan Pestisida Nabatidan Agen Hayati. Pusat Penelitian dan Pengembangan PerkebunanIndonesian Center for Estate Crops Research And Development. Bogor.
Stocks, I.C., & Roda, A. 2012. The Passionvine Mealybug, Planococcus minor(Maskell), a New Exotic Mealybug in South Florida (Hemiptera:Pseudococcidae). Florida Department of Agriculture and ConsumerServices, Division of Plant Industry. Florida.
57
Sudarmo, S. 2005. Pestisida Nabati Pembuatan dan Pemanfaatannya. Kanisius.Yogyakarta.
Sukadana, I.M. 2010. Aktivitas Senyawa Flavonoid dari Kulit Akar Awar-awar.Jurnal Kimia 4 (1):63-67. Universitas Udayana. Denpasar.
Sumartini. 2016. Biopestisida untuk Pengendalian Hama dan Penyakit TanamanAneka Kacang dan Umbi. Jurnal IPTEK Tanaman Pangan. Balai PenelitianTanaman Aneka Kacang dan Umbi. Malang.
Susanti, A.D., Ardiana, D., Gumelar, G., & Bening, Y. 2012. Polaritas PelarutSebagai Pertimbangan dalam Pemilihan Pelarut untuk Ekstraksi MinyakBekatul dari Bekatul Varietas Ketan (Oriza sativa glatinosa). SimposiumNasional Rapi Xi Ft Ums. Surakarta.
Suryani, N.C., Permana, D.G.M.,&Jambe, A. 2016. Pengaruh Jenis Pelarutterhadap Kandungan Total Flavonoid dan Aktivitas Antioksidan EkstrakDaun Matoa (Pometia pinnata). Jurnal Ilmu Teknologi dan Pangan.Universitas Udayana. Denpasar.
Susanto, F.X. 1994. Tanaman Kakao Budidaya dan Pengolahan Hasil. Kanisius.Yogyakarta.
Syahputra, E. & Endarto, O. 2012. Aktivitas Insektisida Ekstrak Tumbuhanterhadap Diaphorina citri dan Toxoptera citricidus serta Pengaruhnyaterhadap Tanaman dan Predator. Jurnal Ilmu-ilmu Hayati dan Fisik. BalaiPenelitian Tanaman Jeruk dan Buah Suptropika. Jawa Timur.
Wahyudi T, T.R. Panggabean, & Pujiyanto. 2008. Panduan Lengkap Kakao.Penebar Swadaya. Jakarta.
Wirasuta, I.M.A.G., & Niruri, R. 2006. Buku Ajar Toksikologi Umum. UniversitasUdayana. Bali.
Yulistian, D.P., Utomo, E.P., Ulfa, S.M., & Yusnawan, E. 2015. Studi PengaruhJenis Pelarut terhadap Hasil Isolasi dan Kadar Senyawa Fenolik dalam BijiKacang Tunggak (Vigna unguiculata (L.) Walp) Sebagai Antioksidan.Jurnal Ilmu Kimia. Universitas Brawijaya. Malang.
Yuningsih. 2010. Keberadaan Kandungan Kumarin dalam Daun Gamal(Gliricidia sepium) sebagai Akarisida. Seminar Nasional TeknologiPeternakan dan Veteriner. Balai Besar Penelitian Veteriner. Bogor