kajian terhadap pendapatan petani dan harga tanah di kawasan … · 2015-09-02 · lq diketahui...
TRANSCRIPT
METODE PENELITIAN
Kerangka Pemikiran
Setiap perencanaan pembangunan wilayah memerlukan batasan praktikal
yang dapat digunakan secara operasional untuk mengukur tingkat pengembangan
wilayahnya. Secara praktikal pemahaman filosofis demikian sukar diterapkan
sehinga perlu dicarikan berbagai tolok ukur yang multidimensional.
Indikator adalah ukuran kuantitatif dan atau kualitatif yang
menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah
ditetapkan. Oleh karena itu, indikator kine rja harus mempakan sesuatu yang akan
dihitung dan diukur serta digunakan sebagai dasar untuk menilai atau melihat
tingkat kine rja baik dalam tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, maupun tahapan
setelah kegiatan selesai dan berfbgsi.
Secara umurn indikator kinerja memiliki fungsi untuk (1) memperjelas
tentang apa, berapa dan kapan suatu kegiatan dilaksanakan, (2) menciptakan
konsensus yang dibangun oleh berbagai pihak terkait untuk menghindari
kesalahan interpretasi selama pelaksanaan kegiatanlprogram dan dalam menilai
kinejanya, dan (3) membangun dasar bagi pengukuran, analisis, dan evaluasi
kine j a organisasi (Rustiadi et al. 2005).
Dari berbagai pendekatan yang ada, setidaknya terdapat tiga kelompok
cara dalam menetapkan indikator pembangunan yaitu: (1) indikator berbasis
tujuan pembangunan, (2) indikator berbasis kapasitas sumberdaya, dan (3)
indikator berbasis proses pembangunan.
Berdasarkan indikator berbasis proses pembangunan, struktur proses
pembangunan terdiri dari input, implementasi/proses, output, outcome, benefit,
dan impact (Rustiadi et al. 2005). Keterkaitan antar indikator pembangunan
seperti ditampilkan pada Gambar 1 menunjukkan, pendapatan keluarga
dipengaruhi oleh biofisik wilayah, sumber daya manusia, social capital, dan
infrastruktur.
- Kesejahteraan Masyamkat Manfaat - Indeks Kualitas Hidup (Benefit) - Pernerataan Dan Keadilan
- Sustainability t I - Dampak Eksternal Inter-Regional
Dampak - Dampak langka Panjang
Ketemgan : - Aliran lnformasi .....------ , - - - - - - - - - - a Ruang Lingkup Pembangunan Wilayah
! ! Ruang Lingkup Pembangunan Jangka Panjang
Gambar 1 Keterkaitan antar Indikator Pembangunan Daerah Sumber : Rustiadi et al. (2005)
Berdasarkan kondisi biofisik wilayah Kecamatan Pacet dan Cipanas
berada pada wilayah dataran tinggi beriklim sejuk dengan struktur tanah yang
gembur karena terbentuk dari bahan induk yang berasal dari tuff vulkan gunung
Pangrango, sehingga memiliki keunggulan komparatif untuk pengembangan
wilayah berbasis agribisnis. Berdasarkan potensi ekonominya, dari hasil analisis
LQ diketahui bahwa komoditi pertanian mempakan sektor basis di Kecamatan
Pacet dan Cipanas (Bappeda 2003).
Program pengembangan kawasan agropolitan di Kecamatan Pacet dan
Cipanas dengan program peningkatan sumber daya manusia, sosial capital, dan
pembangunan infrastruktur diharapkan dapat lebih menggali ptensi sumber daya
alarn dan meningkatkan pendapatan petani.Adanya peningkatan pendapatan petani
diharapkan mampu meningkatkan investasi masyarakat (tabungan), meningkatkan
efek multiplier (dampak ganda) sehingga meningkatnya investasi swasta yang
berdampak pada meningkatnya nilai PDRB. Sampai saat ini PDRB dapat
dikatakan sebagai ukuran produktifitas wilayah yang paling umum dan paling
dapat diterima secara luas sebagai standar ukuran pembangunan dalam skala
wilayah maupun negara. Walaupun dianggap memiliki kelemahan PDRB dinilai
sebagai tolok ukur pembangunan yang paling operasional.
Berkaitan dengan pengembangan kawasan agropolitan, pengembangan
infrastruktur di perdesaan selain akan memudaNtan aksesibilitas, menurunkan
biaya transportasi dan meningkatkan pendapatan petani juga bisa meningkatkan
nilai land rent dan meningkatkan expected value dari lahan di masa yang akan
datang. Hal ini bisa mendorong terjadinya proses alih kepemilikan dan alih fungsi
lahan di kawasan-kawasan agropolitan. Karena itu tentunya diperlukan langkah-
langkah untuk mengendalikan proses alih kepemilikan dan alih fungsi lahan di
kawasan agropolitan yang telah mempunyai infrastruktur perkotaan.
Dalam hukum ekonomi pasar sebenarnya alih fungsi lahan berlangsung
dari aktifitas dengan land rent yang lebih rendah ke aktifitas-aktifitas dengan land
rent yang lebih tinggi, dimana land rent diartikan sebagai nilai keuntungan bersih
dari aktifitas pemanfaatan lahan per satuan lahan per satuan luas dalam waktu
tertentu. Karena itu alih fungsi lahan mempakan suatu konsekuensi logis dari
perkembangan potensial land rent di suatu Iokasi dan dapat dipandang sebagai
bagian dari pergeseran-pergeseran dinamika alokasi dan distribusi sumber daya
menuju keseimbangan-keseimbangan baru yang lebih optimal.
Disamping ha1 tersebut di atas dalam pengembangan kawasan agropolitan
di Kecamatan Pacet dan Cipanas dijurnpai adanya infrastruktur yang tidak
dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat, diduga hal ini terjadi karena adanya
gap yang cukup lebar antara aspirasi masyarakat dan program pengembangan
kawasn agropolitan. Dalam proses pembangunan, partisipasi juga menjadi
penting karena keterlibatan berbagai pihak dalam setiap tahapan proses
pembangunan akan menyebabkan rasa kepemilikan mereka terhadap proses
pembangunan cukup tinggi. Karena adanya rasa ikut memiliki tersebut maka
kemauan untuk memperlancar proses pembangunan dan menjaga hasil-hasil
pembangunan pun juga menjadi cukup tinggi.
Pembangunan yang partisipatif selalu ditandai dengan terdapatnya prinsip-
prinsip: keterlibatan masyarakat luas dalam pengelolaan program (sejak
perencanaan hingga evaluasi), negosiasi atau dialog (komunikasi), kerjasama-
kemitraan, pengembangan sikap saling percaya, kesederajatan-kesetaraan, serta
peran aktor-aktif masyarakat. Adapun diagram alir kerangka pemikiran penelitian
disajikan pada Gambar 2.
Latar Belakang : Kebijakan Pembangunan
I -yang urban bias. - Disparitas Perkotaan dan
Perdesaan - Hubungan Perkotaan dan
Perdesaan yang saling memperlemah 1 Pembangunan
Pertanian dan Perdesaan - Sektor Unggulan
Pengembangan Sayuran - Potensi Wilayah
Agropolitan - Kelembagaan Petani
Tujuan Penelitian : I . Pengaruh pengembangan kawasan agropolitan terhadap
pendapatan usahatani petani 2. Pengaruh pengembangan kawasan agropolitan terhadap harga
C t C
Gambar 2 Diagram alir kerangka pemikiran penelitian
Program Pengembangan Inbstruktur dan
Teknologi -
Program Optimalisasi Pemanfaatan
Biofisik Wilayah
Program Peningkatan SDM dan
Penguatan Kelembagaan
Hipotesis
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani adalah peningkatan
produktivitas, penurunan biaya nsahatani dan peningkatan harga. Program
pengembangan kawasan agropolitan diharapkan mampu meningkatkan
pemahaman petani dalam pemilihan komoditi dan teknologi budidaya
sehingga dapat meningkatkan produktivitas pertaniannya. Disamping itu
adanya pembangunan sarana transportasi berpengaruh menekan biaya
transportasi sehingga mampu meningkatkan pendapatan petani.
2. Adanya peningkatan pendapatan petani diharapkan mampu meningkatkan
investasi masyarakat (tabungan), meningkatkan efek multiplier (dampak
ganda) sehingga meningkatnya investasi swasta yang berdampak pada
meningkatnya nilai PDRB.
3. Pembangunan infrastruktur di kawasan agropolitan meningkatkan aksesibilitas
sehingga berpengaruh meningkatkan harga tanah. Meningkatnya harga tanah
dapat mengakibatkan tejadinya alih kepemilikan lahan dan alih fungsi lahan.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di salah satu kawasan agropolitan yang secara
spasial mempunyai keterkaitan dengan perekonomian kota-kota besar.
Merupakan kawasan yang cukup menarik untuk dijadikan studi kasus yaitu
Kecamatan Pacet dan Cipanas di wilayah Kabupaten Cianjur. Kabupaten Cianjur
ini mempunyai kedekatan spasial dengari kota Jakarta, Bogor dan Bandung dan
merupakan daerah yang didominasi oleh wilayah perdesaan dengan sektor
pertanian sebagai sektor unggulan daerah.
Pengambilan data primer dilaksanakan pada Bulan Juli sampai dengan
Agustus 2006, sedangkan pengolahan data dilaksanakan mulai Bulan September
hingga November 2006.
Pengumpulan Data
Metode dan pendekatan studi yang digunakan adalah telaah pustaka dan
sumei lapangan. Telaah pustaka dilakukan untuk mengumpulkan berbagai
informasi yang terkait dengan penelitian. Sumber data sekunder untuk telaah
pustaka dalam penelitian ini adalah dari berbagai buku, makalah, dan laporan
terkait.
Pengumpulan data primer dilakukan melalui survei lapangan dan
wawancara yang dibantu dengan daftar pertanyaan terstruktur (kuisioner) yang
telah dipersiapkan sebelumnya (Lampiran 1).
Data sekunder diperoleh dari studi pustaka maupun data-data yang
diperoleh dari instansi-instansi terkait antara lain Departemen Pertanian, Dinas
Pertanian Kabupaten Cianjur, Dinas Kimpraswil Kabupaten Cianjur, Bappeda
Kabupaten Cianjur, BPS, dan Bakosurtanal.
Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan dua jenis data, yaitu data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dan dikumpulkan langsung dari responden dan
stake holder yang terkait dengan penelitian. Data sekunder, yaitu data yang
diperoleh dari instansi-instansi yang terkait yang telah tersedia dalam bentuk
dokumen, studi literatur maupun peta. Data dan informasi yang digunakan dalam
penelitian ditarnpilkan pada Tabel 1.
Karakteristik pemasaran komoditas pertanian unggulan
Tabel I Aspek, Variabel dan Sumber Data
Akses terhadap lahan
digarap (daki eksisting tahun2006). Jenis dan kavasitas vroduk vane;
I No 1.
- - dihasilkan petani, jenis dan kapasitas kegiatan pengolahan, jenis dan kapasitas kegiatan pemasaran, pelaku pemasaran, karakteristik kelembagaan vemasaran (data
Variabel Luas lahan yang digarap petani, tingkat produksi, penggunaan sarana produksi, tenaga kerja yang dimnakan ver luas lahan vane;
Aspek Keragaan sosial ekonomi usaha tani
- . eksisting tahun 2006). Status lahan vane; dikelola petani,
Sumber Data Responden, Dinas Pertanian
- - sistem pengelolaan lahan dan
Responden, Dinas Pertanian
Responden
topografi, tata guna lahan, infrastruktur
4.
Bappeda Kabupaten Cianjur tahun 2003
Kondisi fisik wilayah
penjualan lahan. Posisi geografis, batas sosial administratif, luas wilayah,
Badan Pusat Statistik (BPS),
I I ekonomi wilayah I Lanjutan Tabel 1 No 5.
~abuvaten Cianiur I
6.
Aspek Variabel
Karakteristik pelayanan wilayah
7.
I Agropolitan(data eksisting 2006). I Kebijakan I Master Plan Kawasan Agropolitan
Kondisi sosial I PDRB, kepadatan penduduk
Jumlah dan jenis fasilitas pelayanan
Bentuk dan tingkat partisipasi masyarakat
Jenis dan jumlah infrastruktur yang telah dibangun dan dampaknya bagi masyarakat petani
pengembangan Kawasan Agropolitan
Pola spasial wilayah
Tingkat kedalaman partisipasi, keterlibatan dalam setiap tahapan pembangunan kawasan dan persepsi yang berkembang (data eksisting 2006). Stmktur penguasaan sarana prasarana penunjang pertanian, dan distribusi manfaat dari nilai tambah yang dihasilkan dari pengembangan infrastmktur kawasan
Responden, Dinas Pertanian, Dinas Kimpraswil, Bappeda Kabupaten Cianjur 1 Bappeda Kabupaten Cianjur tahun 2003
Peta admistrasi wilayah, peta jaringan jalan, dan peta landuse
Penentuan Responden
Bakosurtanal, Bappeda Kabuvaten Cianiur
Untuk mengetahui dampak Kawasan Agropolitan terhadap pendapatan
petani dan harga tanah digunakan data primer yang dilakukan dengan teknik
wawancara dengan menggunakan kuisioner. Populasi responden adalah petani
sayuran di kawasan agropolitan. Kawasan agropolitan yang diteliti meliputi
Kecamatan Pacet dan Cipanas yang terdiri dari 14 desa.
Teknik sampling atau penarikan contoh dalam penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan metode penarikan sample acak Eerlapis (stratified random
sampling). Dalam penarikan sampel acak berlapis wilayah penarikan sample
(populasi) dibagi kedalam subpopulasi yang disebut lapisan atau strata. Bila strata
telah ditentukan kemudian dilakukan penarikan sample secara acak pada masing-
masing strata (Cochran 1991). Jumlah responden pada wilayah sample ialah 89
orang, jumlah responden setiap strata diambil representatif sesuai dengan luas
tanam komoditi sayuran.
Wilayah penarikan sample dibagi menjadi 3 strata yaitu strata 1 (wilayah
inti), strata 2 (wilayah transisi), dan strata 3 (wilayah hinterland). Hal ini
berkaitan dengan penataan ruang kawasan agropolitan yang membagi kawasan
agropolitan menjadi wilayah inti (Desa Pusat Pertumbuhan) yang mencakup Desa
Sindangjaya dan Desa Sukatani, dan wilayah hinterland, yang terdiri dari 12 desa
lainnya. Adanya strata 2 (transisi) adalah untuk mengetahui pengaruh
pengembangan kawasan agropolitan terhadap wilayah hinterland yang berbatasan
atau dekat dengan wilayah inti.
Pembuatan strata dilakukan dengan aplikasi SIG dengan menggunakan
fasilitas buffer. Dalam pembuatan strata tersebut yang dijadikan pusat atau
centroid adalah gedung pengelola kawasan agropolitan. Dasar pemilihan centroid
tersebut adalah karena gedung pengelola kawasan agropolitan ini menjadi pusat
aktifitas penyuluhan dan pelayanan agropolitan di Kecamatan Pacet dan Cipanas.
Jarak antara wilayah inti terhadap pusat adalah 3 km, mencakup desa-desa inti
yaitu Sindangjaya dan Sukatani, jar& wilayah transisi terhadap pusat adalah 6 km
mencakup Desa Ciloto, Sindanglaya, Cipendawa, Ciherang, Ciputri, sedangkan
jarak wilayah hinterland terhadap pusat adalah 9 km mencakup Desa Batulawang,
Sukanagalih, Cibodas dan sebagian Desa Ciputri (Gambar 3).
32
Kabupaen Bogor k a r n a t a Sukarmkmlr
PENARIKAN SAMPLE KECAMATAN PACET DAN CIPANAS
Pararciprnas KABUPATEN CIANJUR mratnsrwlitan
1 0 1 2 K m e5.F
="layah hintmlmd
~i-*rleyahadmitir~ari
Gambar 3 Strata pada wilayah penarikan sample dan sebaran responden di Kecamatan Pacet dan Cipanas Kabupaten Cianjur.
Metode Analisis
Analisis Usahatani
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik usahatani yang
dilakukan oleh petani di kawasan agropolitan. Dalam analisis ini, diidentifikasi
pola tanam yang digunakan dan biaya-biaya yang digunakan untuk keperluan
tenaga keja, benih, pupuk, pestisida dan peralatan. Dengan mengetahui jumlah
biaya-biaya yang harus dikeluarkan persatuan lahan, dan produksinya persatuan
luas maka dapat dihitung besarnya pendapatan.
Tingkat pendapatan yang akan diukur dibatasi hanya pada pendapatan
pertanian saja (on farm), spesifik pada usahatani komoditi sayuran sebagai
komoditi unggulan (sektor basis) pada program pengembangan kawasan
agropolitan di Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur. Tingkat pendapatan petani
dihitung per tahun dengan unit luasan lahan rata-rata yang dimiliki responden di
kawasan agropolitan yaitu 3.000 m2.
Teknologi SIG, Analisis Cross Tab dan Analisis Chisquare
Data tingkat pendapatan petani diinput kedalam data atribut dengan
perangkat SIG untuk mengetahui sebaran tingkat pendapatan petani secara spasial
di kawasan agropolitan Kecamatan Pacet dan Cipanas. Data tingkat pendapatan
petani per haltahun kemudian diklasifikasi menjadi 3 kelas tingkat pendapatan
menggunakan fasilitas query builder dan calculate. Pengelompokan tingkat
pendapatan dilakukan untuk memuda&an interpretasi data karena tingkat
pendapatan petani sangat bewariasi mulai Rp 7.000.000/tahun hingga Rp
50.000.000/tahun (Lampiran 2,3 dan 4)
Untuk mengetahui keterkaitan antara wilayah sampel dengan tingkat
pendapatan petani, dilakukan analisis cross tab. Sedangkan untuk mengetahui
pengamh wilayah sampel terhadap tingkat pendapatan petani digunakan analisis
chi square. Selanjutnya untuk melihat kondisi eksisiting karakteristik usahatani di
wilayah penelitian baik mengenai pola tanam, teknologi budidaya, maupun
persepsi masyarakat terhadap agropolitan dan kaitannya terhadap pendapatan
petani dilakukan analisis deskriptif. Berbagai infomasi ini secara langsung
maupun tidak langsung juga akan melengkapi hasil analisis usahatani yang sudah
dilakukan sebelumnya.
Teknologi SIG Untuk Menghitung Jarak
Untuk mengukur jarak antara lahan responden dengan peubah jarak
terhadap fasilitas, digunakan analisis jarak dengan perangkat SIG dengan fasilitas
ident13 feature within distance (Lampiran 5 dan 6). Data mengenai fasilitas-
fasilitas diperoleh dari Peta Rupa Bumi tahun 1999. Sedangkan untuk
menambahkan data fasilitas terbm seperti gedung pengelola agropolitan, STA
diperoleh berdasarkan hasil survey yang diukur posisinya dengan menggunakan
GPS. Data mengenai lokasi pemukiman diperoleh dari peta land use tahun 2005
yang berasal dari Bapeda Cianjur. Demikian pula dengan peta jaringan jalan
diperoleh dari Bappeda Cianjur. Selanjutnya untuk mengetahui faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap harga tanah digunakan analisis regresi berganda.
Analisis Regresi Berganda untuk Melihat Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Tanah
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari serangkaian
variabel hipotetik yang secara logis berpengaruh terhadap harga tanah. Analisis
ini dilakukan dengan menyusun suatu persamaan dengan lehih dari satu
independent variable. Bentuk persamaan umumnya adalah :
dimana :
Y = Harga tanah (dependent variable)
DO = Koefisien fungsi regresi (intersept)
Xn = Variabel penjelas (independent variable) ditampilkan pada Tabel 2
p n = Koefisien variabel penjelas
Analisis regresi berganda sebagai tools untuk melibat faktor-faktor yang
mempengaruhi harga tanah digunakan dengan asumsi pada independent variable
tidak tejadi muNicolinearity. Jika ternyata setelah dilakukan analisis terjadi
multicolinearity maka akan dilakukan step wise regresion. Data harga tanah yang
digunakan untuk menduga persamaan regresi berganda ini adalah data harga lahan
pertanian (per mZ) yang mempakan data primer hasil wawancam dengan 89
responden di wilayah penarikan sarnple.
Variabel-variabel yang digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi harga tanah disajikan pada Tabel 2. Variabel lain yang lazim
rnem~engaruhi harga tanah untuk peruntukan pemukiman seperti adanya jaringan
listrik, jaringan air bersih, jarak terhadap tempat pembuangan sampah akhir, tidak
digunakan dalam penelitian ini karena sample lahan yang digunakan adalah lahan
pertanian,
Variabel-variabel yang dianggap m e m p e n g d i harga lahan pertanian
seperti jarak terhadap fasilitas pertanian seperti KUD, jarak terhadap fasilitas
ekonomi seperti perbankan, tidak digunakan dalam analisis karena memiliki
korelasi yang tinggi dengan peubah jarak terhadap jalan provinsi dan Pasar
Cipanas. Karena pada umumnya fasilitas-fasiltas tersebut berada disepanjang jalan
provinsi disekitar Pasar Cipanas. Demikian pula jarak terhadap fasilitas sosial
seperti kantor desa, kantor camat, tidak digunakan dalam analisis karena memiliki
korelasi yang tinggi dengan peubah jarak terhadap pemukiman. Jika peubah-
peubah di atas tetap digunakan dalarn analisis maka pada independent variable
akan te jadi multicolinearity. Oleh karena itu untuk mengetahui pengaruh fasilitas
pertanian, ekonomi, dan sosial terhadap harga tanah diwakili oleh tingkat
perkembangan desa atau hirarki wilayah sebagai dummy.
Tabel 2 Variabel-variabel dalam analisis regresi berganda pada fungsi harga ianah
Nama Variabel
Analisis Skaiograrn Untuk Menentukan Tingkat Perkembangan Desa dan Kaitannya dengan Harga Tanah
Analisis skalogram digunakan untuk untuk menentukan hirarki wilayah
dan mengetahui tingkat perkembangan desa di Kecamatan Pacet Dan Cipanas.
Berdasarkan konsep wilayah nodal pusat atau hinterland suatu wilayah dapat
ditentukan berdasarkan jumlah dan jenis fasilitas umum, industri, dan jumlah
penduduknya. Unit wilayah yang mempunyai jumlah dan jenis fasilitas umum
industri, dan jumlah penduduknya dengan kuantitas dan kualitas yang secara
relatif paling lengkap dibandingkan unit wilayah yang lain akan menjadi pusat
atau mempunyai hirarki yang lebih tinggi.
Untuk analisis skalogram ini unit data yang digunakan adalah tingkat desa.
Sedangkan data yang digunakan untuk analisis skalogram adalah data jumlah dan
jenis fasilitas berdasarkan data potensi desa @odes) tahun 2005 (Lampiran 7).
Secara lengkap diagram alir metodologi penelitian yang memuat data-data
dan metode analisis yang digunakan untuk menjawab tujuan penelitian
ditunjukkan pada Gambar 4.
Pengembangan Kawasan ~~ropolitan
Data sekunder : - Peta administrasi - Peta Land Use - Penataan Ruang Kawasan
Wilayah Sampel
I Penarikan Responden I
Pengumpulan Data Primer: pendapatan, pengeluaran dan
faktor-faktor yang mempengaruhinya i
Pengaruh terhadap pendapatan usahatani petani
Pengaruh terhadap harga tanah dan faktor-faktor yang mempengaruhinya
- Pengumpulan Data Primer:
Harga tanah
I
Garnbar 4 Diagram alir metodologi penelitian.
Data sekundcr: Fasilitas, Peta Land Use,
Pcta laringan Jalan
I f
Analisis Regresi Berganda