kajian teknis, ekonomis,dan ergonomi dalam proses produksi

26
Kajian Teknis, Ekonomis,dan Ergonomi dalam Proses Produksi Pupuk Ecofert di PT.Pupuk Kaltim Oleh : Dwinanda Budi Utomo (13/348693/TP/10743) M.Reza Kadhafi Perdana (13/346859/TP/10618)

Upload: muhammad-reza-kadhafi-perdana

Post on 18-Jan-2017

35 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kajian Teknis, Ekonomis,dan Ergonomi dalam Proses Produksi

Kajian Teknis, Ekonomis,dan Ergonomi dalam Proses Produksi Pupuk Ecofert di PT.Pupuk Kaltim

Oleh :Dwinanda Budi Utomo (13/348693/TP/10743)

M.Reza Kadhafi Perdana (13/346859/TP/10618)

Page 2: Kajian Teknis, Ekonomis,dan Ergonomi dalam Proses Produksi

PendahuluanLatar Belakang

Tujuan

Manfaat

Pertimbangan secara teknis dapat dilakukan dengan menggunakan analisisekonomis yang sangat penting untuk menentukan alat dan mesin yang sesuaiuntuk digunakan. Dengan melakukan analisis ekonomi maka kita dapatmenentukan umur pakai dari alat mesin dan biaya lainnya yang digunakandalam perawatan serta penggunaan alat dan mesin produksi pupuk Ecofert.

Menganilisis secara teknis,ekonomis, dan ergonomi dalam proses produksi pupuk hayati Ecofert di PT.Pupuk Kalimantan Timur Bontang.

Dapat mengetahui dan menghitung seberapa besar efisiensi dan memberikansolusi dalam upaya peningkatan efisiensi produksi pupuk hayati

Page 3: Kajian Teknis, Ekonomis,dan Ergonomi dalam Proses Produksi

Tinjauan Pustaka Perhitungan analisis biaya operasional sangat

penting untuk mencegah adanya kerugian yang harus ditanggung oleh petani karena kesalahan dalam menentukan biaya operasional dan kesalahan dalam menimbang suatu keputusan yang diambil, karena menghitung kebutuhan sangat sulit dilakukan.Petani harus menentukan apakah membenarkan pembelian peralatan yang mahal.Ia harus menentukan apakah lebih menguntungkan ketika membeli atau menyewa ( Smith, 1976).

 Pengujian mesin, merupakan suatu proses untuk

menyelidiki, mencoba, atau membuktikan, yang memungkinkan kita untuk mengevaluasi atau bahkan menetapkan nilai dari mesin yang diuji. Sedangkan evaluasi merupakan langkah lanjut dari pengujian untuk mengetahui, menilai, dan menetapkan nilai mesin tersebut, bukan hanya didasarkan atas data mesin yang diperoleh, tetapi juga didasarkan atas keterangan-keterangan tentang keadaan lahan, keadaan iklim tanaman, keadaan sosial ekonomi masyarakat, dan lain-lain dari keadaan luar mesin itu sendiri. (Irwanto, 1980).

Page 4: Kajian Teknis, Ekonomis,dan Ergonomi dalam Proses Produksi

Tinjauan PustakaPupuk hayati (biofertilizer) adalah salah satu peralatan yang terbaik dalam pertanian modern. Pupuk hayati juga merupakan salah satu contoh dari perkembangan dari ilmu teknologi pertanian.Pupuk kimia termasuk dalam penyebab terjadinya polusi udara, tanah, dan air.Selain itu penggunaan pupuk kimia secara jangka panjang dapat merusak kesuburan alami tanah dan dapat menyebarkan senyawa-senyawa penyebab kanker.Ilmuwan mengembangkan pupuk hayati untuk menanggulangi resiko yang dihadirkan oleh pupuk kimia ini.Pupuk hayati mengandung mikroorganisme yang telah dikembang biakan sebelumnya dalam media yang berisi nutrisi untuk mikroorganisme tersebut.Tidak semua mikroorganisme dimasukan dalam pupuk hayati, hanya mikroorganisme tertentu yang dapat menambah pertumbuhan dan reproduksi tanaman saja yang dikembangkan dalam pupuk hayati. (Arun K.S, 2007).

Sering kita jumpai dilapangan peralatan-peralatan yang dioperasikan dalam pabrik tidak menunjang kenyamanan pekerja.Bahkan kalau kegiatan pekerja tersebut dilakukan berulang kali dapat berpengaruh kepada fisik pekerja. Disinilah faktor ergonomis dipakai, ergonomi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara manusia dengan elemen-elemen lain dalam suatu sistem, serta profesi yang mempraktekkan teori, prinsip, data, dan metode dalam perancangan untuk mengoptimalkan sistem agar sesuai dengan kebutuhan, kelemahan, dan keterampilan manusia (Abbe O et al, 2008)

Page 5: Kajian Teknis, Ekonomis,dan Ergonomi dalam Proses Produksi

Metodologi PenelitianMetode Interview Metode Observasi

Pengambilan data secara langsungPenelusuran Pustaka

Dapat juga disebut dengan metode wawancara

yang dapat diterapkan dalam pengambilan

data. Metode ini dilakukan dengan cara

mewawancarai secara langsung seluruh pihak

yang terkait dengan kegiatan sehari-hari

perusahaan, misalnya dengan pihak direksi

hingga karyawan yang menangani pengolahan

secara langsung.

Metode ini bersifat mengamati atau meninjau

atau memperhatikan hal-hal yang terkait

dengan kegiatan pengolahan suatu produk

yang terdapat di dalam perusahaan.

Kegiatan yang lebih lanjut dari sekadar

observasi yang menerapkan suatu kegiatan

praktek dengan sistem terjun langsung bagi

mahasiswa agar terlibat secara praktek dalam

pengolahan produk yang diolah.

Data yang diambil pada metode ini biasanya lebih

cenderung bersifat pustaka yang berkaitan dengan

obyek atau masalah yang dipelajari. Penelusuran

pustaka dapat dilakukan dengan melakukan

tinjauan terhadap buku-buku literature, buku

pedoman perusahaan, materi kuliah yang

mendukung dan melengkapi semua data yang

diinginkan.

Page 6: Kajian Teknis, Ekonomis,dan Ergonomi dalam Proses Produksi

Analisis Teknis (Efisiensi Alat)A. Analisis Mesin Fermentor

Pada mesin fermentor ini diperlukan analisis lebih lanjut, analisis ini terkait efisiensi penggunaan alat, hingga kondisi alat.Dengan melakukan analisis ini diharapkan dapat dipertimbangkan penggunaan alat fermentor untuk kedepanya dan member informasi tentang kondisi fermentor saat ini.Analisis ini dilakukan pada 3 unit fermentor saja karena dapat dilihat pada fermentorunit 4 sudah tidak dapat dioperasikan karena kerusakan pada bagian Panel Kontrol.Pada tiap fermentor ini mempunyai standar pemanasan sampai suhu 121oC yaitu dengan waktu hanya 15 menit. Oleh karena itu pada unit 1 efisiensi mesin hanya sebesar 27,78%, unit 2 sebesar 23%, dan unit 3 sebesar 12,6%.

Efisiensi unit 1 = x 100% = x 100% = 27,78 %

Efisiensi unit 2 = x 100% = x 100% = 23 %

Efisiensi unit 3 = x 100% = x 100% = 12,6 %

Page 7: Kajian Teknis, Ekonomis,dan Ergonomi dalam Proses Produksi

Analisis Teknis (Efisiensi Alat)Untuk pemanasan pada unit 1, 2, dan 3 digunakan nilai input yang sama yaitu memasukan air dengan volume 10 liter.

Setelah dilakukan sterilisasi dan dilakukan pendinginan kembali sampai suhu lingkungan diperoleh jumlah air yang berbeda-

beda. Pada unit 1 air yang semula 10 liter menjadi 9,02 liter, unit 2 menjadi 9,75, dan unit 3 sebanyak 84,8 liter. Dari jumlah

ini dapat kita perhitungkan efisiensi pemanasan alat pada unit 1 sebesar 90,2%, unit 2 sebesar 97,5% dan unit 3 sebesar

84,8%. Pada unit 1 seharusnya memiliki efisiensi pemanasan paling tinggi namun kali ini unit 1 ada dibawah unit 2 tapi

masih diatas unit 3. Hal ini mungkin disebabkan oleh kesalahan pengamat saat memasukan air atau banyak air yang terbuang

saat mengeluarkan air melalui lubang output.Namun pada unit 3 yang mengalami kebocoran paling besar tetap memiliki

efisiensi pemanasan yang paling kecil karena banyak air yang menguap ke lingkungan.Dari ketiga nilai efisiensi ini fermentor

unit 2 dan 1 lah yang memiliki efisiensi terbesar/ layak untuk digunakan dengan efisiensi diatas 90%. Pada unit 3 efisiensi

sudah cukup rendah karena lebih dari 15 % volume air hilang pada unit ini dan diperlukan perbaikan untuk tetap

menggunakan alat ini

Efisiensi pemanasan unit 1 = x 100% = x 100% = 90,2 %

Efisiensi pemanasan unit 2 = x 100% = x 100% = 97,5 %

Efisiensi pemanasan unit 3 = x 100% = x 100% = 84,8 %

Page 8: Kajian Teknis, Ekonomis,dan Ergonomi dalam Proses Produksi

Analisis Teknis(Mesin Mixer)B. Analisis Mesin Mixer

Untuk peralatan mixer sendiri masih banyak ampas yang tertinggal oleh karena itu ampas yang tertinggal dapat kita

hitung. Ampas yang tertinggal adalah bahan baku yang hancur karena penyemprotan ataupun yang terkena dinding dan

pengaduk pada mixer. Hal ini menyebabkan bahan baku menempel pada mixer dan tidak bisa digunakan kembali. Pada

mixer unit 1 ampas yang tertinggal rata-rata 3,7 kg tiap produksinya, sedangkan pada unit 2 ampas yang tertinggal

mencapai 10,5 kg tiap produksinya. Dapat dilihat bahwa pada mixer unit 2 ampas yang tertinggal lebih banyak, ini dapat

disebabkan oleh perawatan mixer yang jarang sehingga pada dinding dan pengaduk mixer banyak menempel sedimen dan

mengakibatkan penempelan lebih besar, atau dapat juga karena penyemprotan yang kurang merata oleh operator. Untuk

efisiensi mixer pada unit 1 mencapai 99,54% sedangkan 98,7% untuk unit 2. Hal ini sesuai dengan banyaknya ampas

karena pada lunit 2 lebih banyak ampas daripada unit 1

Rata-rata ampas unit 1 = = = 3,7 kg/produksi

Rata-rata ampas unit 2 = = =10,5 kg/produksi

Efisiensi unit 1 = = = 99,54%

Efisiensi unit 2 = = = 98,7%

Page 9: Kajian Teknis, Ekonomis,dan Ergonomi dalam Proses Produksi

Analisis Teknis(Mesin Mixer)Tanggal Pengamatan 3 – 2- 1016 5 – 2- 1016 6 – 2- 1016

Input Bahan 40 L + 808 Kg

60 L + 1212 Kg

60 L + 1212 Kg

Output Bahan 780 Kg 1226,9 Kg 1247 KgWaktu kerja 100 Menit 110 Menit 142 Menit

Sisa yang tertinggal di mesin

10,5 Kg 5,05 Kg 2,5 Kg

Input Energi 3,4 L 3 L 3 LOutput Energi 2,4 L 2,46 L 2,23 LBahan Bakar Biodiesel Solar Biodiesel

Diketahui mesin mixer tersebut memiliki kapasitas mesin 8.9 HP dan 2600

RPM,untuk mengetahui berapa nilai konsumsi bahan bakar oleh mesin

tersebut sebagai berikut :

Asumsi Effisiensi mesin ~ 75%

P = 8.9 HP = 6,63672886 Kj/s x 3600 s/h = 23892,2239 Kj/h

Ditanya m = … (l/jam)

a.) Bahan bakar Solar (NHV = 43100) b.) Bahan bakar Biodiesel(NHV = 47794,25)

m = 0,74 l/jam m = 0,667 l/ jam

Page 10: Kajian Teknis, Ekonomis,dan Ergonomi dalam Proses Produksi

Analisis Teknis (Kebutuhan Mikrobia)Untuk mencapai target produksi pupuk ecofert 330 ton/tahun pada saat ini atau 1,1 ton/hari produksinya,mikrobia yang diproduksi untuk 1 kali produksi pupuk ecofert dapat menghasilkan 60 L. Sebenarnya angka tersebut cukup berlebihan jika di analisis secara teknis sebagai berikut :

Target Produksi Pupuk Ecofert : 1,1 ton/produksi

Bahan Aktif Keseluruhan : 5% Total Produksi pupuk

: 5% x 1100 kg/produksi

: 55 L/produksi

Bahan aktif masing-masing mikrobia :

:

: 13,75 L/produksi

Page 11: Kajian Teknis, Ekonomis,dan Ergonomi dalam Proses Produksi

Analisis ErgonomiX (30) = X + 0.52 SD

= 1632 + 0.52 x 61 mm = 1600,28 mm (Tinggi dari permukaan tanah ke

lubang inputJangkauan maksimum untuk tinggi fermentor tersebut didepan dengan menghitung selisih antara dimensi jangkauan kedepan dan tebal dada Jangkauan kedepan = 708 – 0,52 SD = 708 – 0,52 x 37 mm = 688,76 mmTebal dada = 212 – 0 SD

= 212 - 0 mm = 212 mm

Jangkauan maksimum untuk tinggi fermentor tersebut = Jangkauan kedepan – tebal dada= 688,76 – 212 mm

= 476,76 mm

Desain Fermentor

Page 12: Kajian Teknis, Ekonomis,dan Ergonomi dalam Proses Produksi

Analisis ErgonomiX (25) = X + 0.67 SD = 1632 + 0.67 x 61 mm = 1591,13 mm (Tinggi dari permukaan tanah ke rak paling atas)X (25) = X + 0.67 SD = 1338 + 0.67 x 55 mm = 1301,15 mm (Tinggi handle)Jangkauan maksimum untuk tinggi rak tersebut didepan dengan menghitung selisih antara dimensi jangkauan kedepan dan tebal dada Jangkauan kedepan = 708 – 0,67 SD = 708 – 0,67 x 37 mm = 683,21 mmTebal dada = 212 – 0 SD= 212 - 0 mm= 212 mmJangkauan maksimum untuk tinggi rak tersebut = Jangkauan kedepan – tebal dada= 683,21 – 212 mm= 471,21 mm

Desain OvenDimensi L adalah :Dimensi Statis : Lebar Telapak tangan pria 95 persentil= X + 1,64 SD= 79 + 1,64 x 5= 87,2 mmDimensi Dinamis : Ditambah dengan 14 % pada saat ditekuk sehingga menjadi : 114 % x 87,2 mm = 99,408mmKemudian ditambah 10 mm untuk ketebalan kaos tangan sehingga didapat : dimensi L = 99,408 + 10 mm = 109, 408 mm.Dimensi W adalah :Ditentukan dari ketebalan jari pria pada ruas kedua, ditambah dengan faktor kelonggaran untuk kaos atau sarung tangan, ditambah faktor kelonggaran bebas = 31 + 1,64 SD = 31 + 1,64 x 2 mm = 34,28 mm

Page 13: Kajian Teknis, Ekonomis,dan Ergonomi dalam Proses Produksi

Analisis ErgonomiDesain Oven

Tampak Depan Tampak Samping

Page 14: Kajian Teknis, Ekonomis,dan Ergonomi dalam Proses Produksi

Analisis ErgonomiDesain Handle Pada Oven

Page 15: Kajian Teknis, Ekonomis,dan Ergonomi dalam Proses Produksi

Analisis ErgonomiTingkat Kebisingan mixer

MIXER LAB. PILOTNo dB1 92 dB2 95 dB3 88 dB4 90 dB5 94 dB6 93 dB7 100 dB8 90 dB9 91 dB10 94 dB

Rerata 92.7 dB

MIXER GUDANG

No dB1 95 dB2 94 dB3 95 dB4 100 dB5 98 dB6 89 dB7 92 dB8 96 dB9 91 dB10 93 dB

Rerata 94.3 dB

jamPEL L 40762,42

82

886,05/)90(

, pada unit 1

jamPEL L 50216,52

82

854,05/)90(

, pada unit 2

Dosis pencemaran unit 1 = 100 % x 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖𝑃𝐸𝐿 = 100 % x 2,1 𝑗𝑎𝑚5,50216 𝑗𝑎𝑚 = 47,65%

Dosis pencemaran unit 2 = 100 % x 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖𝑃𝐸𝐿 = 100 % x 1,3 𝑗𝑎𝑚5,50216 𝑗𝑎𝑚 = 23,62%

Dengan demikian penggunaan peralatan mixer masih aman

Page 16: Kajian Teknis, Ekonomis,dan Ergonomi dalam Proses Produksi

Analisis Teknis (Kebutuhan Mikrobia skala Pabrik)a. Diketauhi :

Dalam satu tahun produksi yang harus didapatkan dari produk pupuk ecofert ini

sebesar 10.000 ton/tahun. Bahan aktif mikrobia yang digunakan dalam 1 kali produksi sebesar

5% dari target produksi.

b. Penyelesaian :

Target Produksi Pupuk Ecofert /tahun : 10.000 ton/tahun

Total Hari Produksi dalam 1 tahun : 300 hari

Target Produksi Pupuk Ecofert /produksi : 33,33 ton/produksi

Bahan Aktif Keseluruhan : 5% x Target Produksi

: 5% x 33330 kg/produksi

: 1666,5 L/produksi

Bahan aktif masing-masing mikrobia :

:

: 416,625 L/produksi

Page 17: Kajian Teknis, Ekonomis,dan Ergonomi dalam Proses Produksi

Analisis Teknis (Kebutuhan Mikrobia skala Pabrik)

Penakaran

LAB(3 Hari)

Fermentor

20 L (4 Hari)

Fermentor

500 L (4 Hari)

Pemanasan di Autoclave

(7 Hari)

Produksi ini tentunya sangat memerlukan beberapa tahap produksi untuk mencapai jumlah 416,625 L. Untuk mendapatkan 416,625 L bahan aktif mikrobia diperlukan 13,7 L medianya sebagai bahan utamanya. Proses ini juga menghabiskan waktu yang cukup lama yaitu sekitar 18 hari untuk proses awal atau start up pabrik berjalan. Namun karena pabrik ini berjalan secara berkelanjutan maka proses mikrobia untuk selanjutnya hanya menghabiskan waktu 8 hari. Proses produksi mikrobia tersebut dijelaskan sebagai berikut :

Gambar 5.1 Diagram Alir Produksi Bahan Aktif skala Pabrik

Page 18: Kajian Teknis, Ekonomis,dan Ergonomi dalam Proses Produksi

Analisis Teknis (Kebutuhan Mikrobia skala Pabrik)

Dalam penambahan produksi skala besar tentunya dibutuhkan juga desain secara skema

dari pabrik tersebut. Pabrik ini memiliki 3 jenis komponen alat utama yaitu Fermentor 20

Liter, Fermentor 500 Liter dan Autoclave 10.000 Liter. Pada seluruh pabrik secara

keseluruhan terdapat 40 unit fermentor 20 L, 40 unit fermentor 500 L dan 3 unit autoclave

10.000 L dengan susunan sebagai berikut :

Gambar fermentor 20L Gambar fermentor 500L Gambar Auttoclave 10.000L

Page 19: Kajian Teknis, Ekonomis,dan Ergonomi dalam Proses Produksi

Skema PabrikTampak Atas

Tampak Samping

30 m

20 m

Page 20: Kajian Teknis, Ekonomis,dan Ergonomi dalam Proses Produksi

Analisis EkonomiDengan skema tersebut tentunya dapat meminimalisir penggunaan lahan secara berlebihan karena

bangunannya yang bertingkat. Pada skema pabrik ini lahan yang diperlukan hanya sekitar 600 (30 m

x 20 m) dengan luas areal bangunan 336 (28 m x 12 m). Secara keseluruhan nilai investasi yang

dibutuhkan untuk membangun dan mengoprasikan pabrik ini sebagai berikut :

No Pengeluaran jumlah harga satuan

1 Autoclave 18 kW (10 m3) 3 Rp 810,000,000.00

2 Fermentor 45 kW (500l) 40 Rp 47,250,000.00

3 Fermentor 15 kW (20l) 40 Rp 20,000,000.00

4 Perpipaan 500 Rp 8,750,000.00

5 Luas tanah (m2) 600 Rp 500,000.00

6 Luas Bangunan (m2) 336 Rp 2,500,000.00

Nilai Investasi :

1.) Biaya Pembangunan

Pengadaan Peralatan :

= Autoclave + Fermentor 20 L + Fermentor 500 L + Perpiaan

= (3 unit x Rp. 810,000,000.00) + (40 Unit x Rp. 20,000,000.00) + ( 40 unit x

Rp 47,250,000.00) + (500 meter x Rp. 8,750,000.00)

= Rp. 9,495,000,000.00

Bangunan dan Lahan :

= Luas Tanah + Luas Bangunan

= 600 x Rp 500,000.00 + 336 x Rp 2,500,000.00

= Rp. 300,000,000.00 + Rp. 840,000,000.00

= Rp. 1,140,000,000.00

Page 21: Kajian Teknis, Ekonomis,dan Ergonomi dalam Proses Produksi

Analisis EkonomiNilai Investasi :

2.) Biaya OperasionalNo Pengeluaran jumlah harga satuan

1 Konsumsi listrik 300 Rp 1,656.00

2 Pekerja 12 Rp 3,500,000.00

Konsumsi Listrik :

= Autoclave 18 kW + Fermentor 45 kW + Fermentor 15 kW x Rp. 1.656 x 300 hari x 24 jam

= (18kW x 3 unit + 45kW x 40 unit + 15kW x 40 unit) x x Rp. 1.656 x 300 hari x 24 jam

= Rp 29,259,532,800.00

Biaya Pekerja :

= Jumlah Pekerja x Biaya kerja per bulan

= 12 orang x Rp 3,500,000.00

= Rp 168,000,000.00

Total Nilai Investasi Awal = Biaya Pembangunan + Biaya Pengoprasian

= Rp 10,635,000,000.00 + Rp 29,259,532,800.00

= Rp. 29,427,532,800.00

Page 22: Kajian Teknis, Ekonomis,dan Ergonomi dalam Proses Produksi

Analisis EkonomiDalam proses pembuatan pupuk ecofert di PT.Pupuk Kalimantan Timur terdapat bahan

pembawa yang berbahan dasar zeolite berbentuk granul. Untuk saat ini PT.Pupuk Kalimantan Timur dalam pengadaan bahan pembawa zeolite tersebut menggunakan metode pembelian zeolite dalam bentuk granul secara langsung. Sebenarnya di samping metode tersebut terdapat metode alternatif lain yaitu dengan melakukan proses penggranulan sendiri bahan zeolite yang masih berbentuk bubuk. Berikut merupakan analisis secara ekonomis perbandingan dari kedua metode tersebut.

Diketahui :

Target Produksi Pupuk Ecofert /tahun : 10.000 ton/tahun

Total Hari Produksi dalam 1 tahun : 300 hari

Target Produksi Pupuk Ecofert /produksi : 33,33 ton/produksi

Bahan Pembawa Zeolite : 95% Target Produksi

: 95% x 33,33 ton/produksi

: 31,66 ton/produksi

: 9500 ton/tahun

Page 23: Kajian Teknis, Ekonomis,dan Ergonomi dalam Proses Produksi

Analisis EkonomiVariable Jumlah Hargaharga satuan zeolit 1 Ton Rp. 900.000Ppn  (10%) Rp.90.000Ongkos kirim Per Ton Rp. 1.000.000total harga zeolit  1 Ton Rp. 1.990.000Listrik  Per kWh Rp. 1.656Mixer 800 liter/jam  (5 Unit) (8jam) 1 Unit Rp. 641.250.000Biaya Pekerja Insinyur (2 Pekerja) 1 orang/ Bulan Rp. 6.000.000Biaya Pekerja Staff (4 Pekerja) 1 orang/ Bulan Rp. 3.500.000

a.) Metode Pembelian Zeolite Berbentuk Granul

1. Biaya Pengadaan Alat dan Bahan :

= (mixer 800 liter/jam) + (harga satuan zeolit/ton + Ppn (10%) + Ongkos kirim)

= ( 5 unit x Rp. 641.250.000) + ((Rp. 900.000 + Rp.90.000 + 1.000.000) x 9.500 ton/tahun)

= Rp. 3.206.250.000 + 18.905.000.000,00

= Rp. 22.111.250.000,00

2. Biaya Operasional :

= Konsumsi Listrik + Biaya Pekerja ( 2 Insinyur dan 4 Staff)

= ((Rp. 1.656 x 5,5 kW x 8 jam x 300 x 5 unit) + (Rp. 1.656 x 1,1 kW x 8 jam x 300 x 5 unit)) + ((Rp. 6.000.000 x

2 Insinyur x 12 bulan) + (Rp. 3.500.000 x 4 Staff x 12 bulan)

= Rp. 131.155.200,00 + Rp. 312.000.000,00

= Rp. 443.155.200,00

Total Pengeluaran dalam setahun :

= Biaya Pengadaan Alat dan Bahan + Biaya Operasional

= Rp. 22.111.250.000,00 + Rp. 443.155.200,00

= Rp. 22.554.405.200,00

Page 24: Kajian Teknis, Ekonomis,dan Ergonomi dalam Proses Produksi

Analisis Ekonomib.) Metode Proses Penggranulan Sendiri bahan Zeolite Bubuk

Total Pengeluaran dalam setahun :

= Biaya Pengadaan Alat dan Bahan + Biaya Operasional

= Rp. 18.268.750.000,00 + Rp. 486.873.600,00

= Rp. 18.755.623.600,00

Variable Jumlah Harga

harga bubuk zeolit 1 Ton Rp. 500.000

Ppn  (10%) Rp.50.000

Ongkos kirim Per Ton Rp. 1.000.000

total harga zeolit  1 Ton Rp. 1.550.000

Listrik  Per kWh Rp. 1.656

Mixer 800 liter/jam  (5 Unit) (8jam) 1 Unit Rp. 641.250.000

Biaya Pekerja Insinyur (2 Pekerja) 1 orang/ Bulan Rp. 6.000.000

Biaya Pekerja Staff (4 Pekerja) 1 orang/ Bulan Rp. 3.500.000

Granulator 8 ton/jam (1 Unit) (4 jam) 1 Unit Rp. 337.500.000 1. Biaya Pengadaan Alat dan Bahan :

= (mixer 800 liter/jam) + (harga satuan zeolit/ton + Ppn (10%) + Ongkos kirim) + (Granulator 8 ton/jam)

= ( 5 unit x Rp. 641.250.000) + ((Rp. 500.000 + Rp.50.000 + 5.000.000) x 9.500 ton/tahun) + ( 1 unit x Rp. 337.500.000 )

= Rp. 3.206.250.000 + 14.725.000.000,00 + Rp. 337.500.000

= Rp. 18.268.750.000,00

2. Biaya Operasional :

= Konsumsi Listrik + Biaya Pekerja ( 2 Insinyur dan 4 Staff)

= ((Rp. 1.656 x 5,5 kW x 8 jam x 300 x 5 unit) + (Rp. 1.656 x 1,1 kW x 8 jam x 300 x 5 unit) + (Rp. 1.656 x 22 kW x 8 jam x

300 x 1 unit)) + ((Rp. 6.000.000 x 2 Insinyur x 12 bulan) + (Rp. 3.500.000 x 4 Staff x 12 bulan)

= Rp. 174.873.600 + Rp. 312.000.000,00

= Rp. 486.873.600,00

Page 25: Kajian Teknis, Ekonomis,dan Ergonomi dalam Proses Produksi

Kesimpulan1. Pada proses inkubasi menggunakan peralatan dan mesin fermentor, dimana tingkat efisiensi fermentor masih relatif rendah pada kisaran

10 % - 25 %

2. Dari sisi ergonomi proses produksi pupuk hayati Ecofert yang sudah berjalan cukup aman karena angka menunjukan masih jauh dibawah

batas maksimum, namun pada sisi desain ada beberapa hal yang perlu didesain ulang yaitu pada alat fermentor dan oven

3. Untuk meningkatkan skala produksi 10.000 ton/tahun pada proses inkubasi dan mixing diperlukan peningkatan kuantitas dan kapasitas

alat,yang di antaranya untuk proses inkubasi diperlukan 40 unit fermentor (20 liter), 40 unit fermentor (500 liter), 3 autoclave kapasitas

10.000 liter dan sistem perpipaan sepanjang 500 m,Sedangkan pada proses mixing dibutuhkan alat granulator dengan kapasitas 8 ton/jam,

mixer 800 kg/jam

4. Pada saat ini PT.Pupuk Kalimantan Timur dalam pengadaan bahan pembawa tersebut masih mendatangkan zolite yang sudah dalam

bentuk granul. Setelah melalui analisis secara ekonomis bila di bandingkan dengan metode bahan zeolite yang di granull sendiri,maka

pembelian zeolite yang sudah berbentuk granul dinilai tidak ekonomis atau tidak efektif. Hal itu jelas terlihat perbandingan beda

biayanya yang cukup jauh,sehingga metode pembelian zeolite bubuk dengan penggranulan sendiri lebih direkomendasikan karena dinilai

lebih ekonomis.

Page 26: Kajian Teknis, Ekonomis,dan Ergonomi dalam Proses Produksi

Terimakasih

Dwinanda Budi Utomo (13/348693/TP/10743)

M.Reza Kadhafi Perdana (13/346859/TP/10618)