kajian proses dan nilai estetis batik tulis cilacap …lib.unnes.ac.id/30543/1/2401412015.pdf ·...

72
KAJIAN PROSES DAN NILAI ESTETIS BATIK TULIS CILACAP DI PERUSAHAAN BATIK “RAJASA MAS BATIK” DESA MAOS KIDUL KECAMATAN MAOS KABUPATEN CILACAP SKRIPSI Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Oleh Nama : Sarah Sabrina Mukaddam NIM : 2401412015 Program Studi : Pendidikan Seni Rupa Jurusan : Seni Rupa FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2017

Upload: donhu

Post on 29-May-2019

239 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: KAJIAN PROSES DAN NILAI ESTETIS BATIK TULIS CILACAP …lib.unnes.ac.id/30543/1/2401412015.pdf · Menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil karya ... 7. Para

KAJIAN PROSES DAN NILAI ESTETIS BATIK TULIS

CILACAP DI PERUSAHAAN BATIK “RAJASA MAS

BATIK” DESA MAOS KIDUL KECAMATAN MAOS

KABUPATEN CILACAP

SKRIPSI

Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Nama : Sarah Sabrina Mukaddam

NIM : 2401412015

Program Studi : Pendidikan Seni Rupa

Jurusan : Seni Rupa

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2017

Page 2: KAJIAN PROSES DAN NILAI ESTETIS BATIK TULIS CILACAP …lib.unnes.ac.id/30543/1/2401412015.pdf · Menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil karya ... 7. Para

ii

PERNYATAAN

Dengan ini saya:

Nama : Sarah Sabrina Mukaddam

Jurusan : Seni Rupa

Fakultas : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang

Menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil karya

saya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain, baik sebagian maupun

seluruhnya. Pendapat atau temuan orang yang terdapat dalam skripsi ini dikutip

dan dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang,

Yang membuat pernyataan

Sarah Sabrina Mukaddam

NIM. 2401412015

Page 3: KAJIAN PROSES DAN NILAI ESTETIS BATIK TULIS CILACAP …lib.unnes.ac.id/30543/1/2401412015.pdf · Menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil karya ... 7. Para

iii

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul “Kajian Proses dan Nilai Estetis Batik Cilacap di

Parusahaan Batik “Rajasa Mas Batik””, telah dipertahankan di hadapan Sidang

Panitia Ujian Skripsi Jurusan Seni Rupa, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas

Negeri Semarang, pada:

hari : Senin

tanggal : 21 Agustus 2017

Panitia Ujian

Ketua

Drs. Syahrul Syah Sinaga, M.Hum NIP 196408041991021001______________

Sekretaris

Supatmo, S.Pd. M.Hum NIP 196803071999031001______________

Penguji 1

Dr. Triyanto, M.A. NIP 196701031983031003______________

Penguji II/Pembimbing II

Drs. Purwanto, M.Pd. NIP 195901011981031003______________

Penguji III/Pembiming I

Drs. PC. S. Ismiyanto, M. Pd NIP 195312021986011001______________

Dekan Fakultas Bahasa dan Seni

Prof. Dr. Agus Nuryatin, M.Hum.

NIP 196008031989011001

Page 4: KAJIAN PROSES DAN NILAI ESTETIS BATIK TULIS CILACAP …lib.unnes.ac.id/30543/1/2401412015.pdf · Menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil karya ... 7. Para

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Kamu tidak akan menemukan keindahan sebuah batik hanya dengan

melihatnya saja. Akan ada alasan atas penciptaannya. Bahkan bila kau sudah

mengenalnya lebih dekat, kamu akan menemukan doa dan harapan yang

disematkan begitu tinggi.”

(Sarah Sabrina M)

Skripsi ini Saya persembahkan kepada:

Kedua orang tua Saya tercinta, Bapak

Maksum dan Ibu Hijriah Susiati.

Page 5: KAJIAN PROSES DAN NILAI ESTETIS BATIK TULIS CILACAP …lib.unnes.ac.id/30543/1/2401412015.pdf · Menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil karya ... 7. Para

v

PRAKATA

Tiada kata terindah selain puji dan kata syukur kepada Tuhan semesta

alam, Allah SWT, yang telah melimpahkan berkah, rahmat dan hidayah-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Batik Tulis Rajasa

Mas Desa Maos Kidul Kecamatan Maos: Kajian Proses dan Nilai Estetis”. Skripsi

ini ditulis sebagai salah satu persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan

pada Jurusan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang.

Penulis menyadari tanpa adanya bantuan, dorongan, dan bimbingan dari

berbagai pihak, skripsi ini tidak akan selesai dan tidak berarti apa-apa. Oleh

karena itu penulis menyampaikan rasa terimakasih kepada Drs. Purwanto M,Pd.

selaku dosen pembimbing I dan Drs. Pc. S. Ismiyanto, M.Pd. selaku dosen

pembimbing II yang dengan bersabar memberikan pengarahan kepada penulis

hingga skripsi ini terselesaikan. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan

kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. Fathur Rohman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang

yang telah memberikan fasilitas selama perkuliahan.

2. Prof. Dr. Agus Nuryatin, M.Hum., Dekan Fakultas Bahasa dan Seni

Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan pengesahan skripsi.

3. Drs. Syakir, M.Sn., Ketua Jurusan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni

Universitas Negeri Semarang yang telah membantu kelancaran administrasi.

4. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Seni Rupa yang telah memberikan bekal ilmu

pengetahuan kepada penulis.

5. Bapak, Ibu, adik, serta saudara-saudaraku yang telah banyak memberikan

semangat serta doa kepada penulis agar dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak Tonik Sudarmaji dan Ibu Euis Rohaini yang sudah berkenan

meluangkan waktu dan memberikan informasi kepada penulis selama

penelitian.

Page 6: KAJIAN PROSES DAN NILAI ESTETIS BATIK TULIS CILACAP …lib.unnes.ac.id/30543/1/2401412015.pdf · Menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil karya ... 7. Para

vi

7. Para perajin batik perusahaan batik “Rajasa Mas Batik” yang sudah

meluangkan waktu dan memberikan informasi yang dibutuhkan selama

penelitian.

8. Bapak Wibowono selaku Kepala Desa Maos Kidul beserta stafnya yang

telah memberikan izin penelitian dan memberikan informasi yang

dibutuhkan selama penelitian.

9. Bapak Teguh Priadi selaku Budayawan Kabupaten Cilacap yang telah

memberikan informasi yang dibutuhkan selama penelitian.

10. Sahabat-sahabatku Wastem Aprilyani, Mangesthi Lestari dan teman-teman

kos yang selalu memberikan motivasi dan semangat baik selama

perkuliahan maupun selama proses penyelesaian skripsi.

11. Teman-teman mahasiswa Prodi Pendidikan Seni Rupa Unnes yang telah

membantu dan memberikan motivasi, baik selama perkuliahan maupn

selama proses penyelesain skripsi.

12. Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat penulis sebutkan satu

persatu.

Semoga kebaikan Bapak, Ibu, dan semua pihak mendapatkan limpahan

rahmat dari Tuhan Yang Maha Esa dan dijadikan amal kebaikan yang tiada putus-

putusnya. Harapan penulis, semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan bagi

dunia pendidikan.

Semarang, 19 September 2017

Penulis,

Sarah Sabrina M

Page 7: KAJIAN PROSES DAN NILAI ESTETIS BATIK TULIS CILACAP …lib.unnes.ac.id/30543/1/2401412015.pdf · Menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil karya ... 7. Para

vii

ABSTRAK

Sabrina M, Sarah. 2017. “Kajian Proses dan Nilai Estetis Batik Tulis Cilacap di

Perusahaan Batik “Rajasa Mas Batik” Desa Maos Kidul Kecamatan Maos Kabupaten Cilacap”. Skripsi, Jurusan Seni Rupa, Fakultas Bahasa dan Seni,

Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I: Drs. Purwanto, M.Pd. Pembimbing

II: Drs. PC. S. Ismiyanto, M.Pd. i-xx. 187 hal

Kata kunci: Batik Tulis, Proses Pembuatan, Nilai Estetis

Batik tulis merupakan salah satu hasil kebudayaan masyarakat yang penuh akan

nilai-nilai estetis, khususnya pada unsur motif dan warnanya. Keindahan sebuah

batik tercermin dari proses pembuatannya yang membutuhkan keterampilan

tangan tinggi dan proses yang cukup lama. Kabupaten Cilacap-pun memiliki

kerajinan batik yang cukup poluler di lingkungannya. Permasalahan yang akan

dikaji dalam penelitian ini adalah (1) proses pembutan batik tulis Cilacap di

perusahaan batik “Rajasa Mas Batik”, dan (2) nilai estetis batik tulis Cilacap di perusahaan batik “Rajasa Mas Batik”

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Lokasi penelitian yaitu pada

perusahaan batik “Rajasa Mas Batik” yang bertempat di Jalan Penatusan Timur RT. 09, RW. 01 Desa Maos Kidul, Kecamatan Maos, Kabupaten Cilacap. Teknik

pengumpulan data menggunakan; (1) observasi, (2) wawancara, dan (3) studi

dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan pengumpulan data, reduksi data,

penyajian data, dan verifikasi data/penarikan kesimpulan.

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa proses pembuatan batik

Cilacap yang dikembangkan oleh perusahaan batik “Rajasa Mas Batik” terdiri dari proses pra-pembatikan, processing teknik membatik, dan pasca-pembatikan.

Motif batik Cilacap terinspirasi dari flora dan fauna serta kehidupan yang ada di

lingkungan Kabupaten Cilacap. Batik Cilacap mendapat pengaruh dari batik

pedalaman dan batik pesisiran khususnya pada warna. Motifnya cukup kompleks

pada batik klasik dan sederhana pada batik modernnya, dipengaruhi oleh

semangat kerakyatan, bersifat egaliter, dan dibangun dengan pola kehidupan

agraris.

Saran yang dapat dikemukakan sebagai berikut: (1) Mengembangkan lagi proses

pengolahan kain sebelum dibatik agar kain lebih kuat dan tidak mudah rusak, (2)

Mengembangkan pewarnaan polikromatis pada batik agar lebih bervariatif, (3)

Melestarikan lagi batik Cilacap dengan cara memperluas wilayah pembatikan

tidak hanya di Desa Maos Kidul namun juga di wilayah-wilayah lain di

Kabupaten Cilacap, serta (4) Memberikan sumbangan berupa pengetahuan kepada

masyarakat luas tidak hanya mengenai proses pembuatan batik tapi juga nilai-nilai

estetis batik tulis Cilacap.

Page 8: KAJIAN PROSES DAN NILAI ESTETIS BATIK TULIS CILACAP …lib.unnes.ac.id/30543/1/2401412015.pdf · Menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil karya ... 7. Para

viii

DAFTAR ISI

JUDUL ................................................................................................................ i

PERNYATAAN .................................................................................................. ii

MOTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................................ iii

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iv

PRAKATA .......................................................................................................... v

ABSTRAK .......................................................................................................... vii

DAFTAR ISI .......................................................................................................viii

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................xiii

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................xix

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ............................................................................................. 1

1.2. Rumusan Masalah ........................................................................................ 3

1.3. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 4

1.4. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 4

1.4.1 Secara Teoretis ................................................................................. 4

1.4.2 Secara Praktis ................................................................................... 5

1.5 Sistematika Penulisan Skripsi ..................................................................... 5

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

Page 9: KAJIAN PROSES DAN NILAI ESTETIS BATIK TULIS CILACAP …lib.unnes.ac.id/30543/1/2401412015.pdf · Menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil karya ... 7. Para

ix

2.1 Pengertian Batik ........................................................................................... 7

2.2 Jenis-jenis Batik ........................................................................................... 8

2.2.1 Batik Berdasarkan Teknik Pembuatan ............................................. 8

2.2.2 Batik Berdasarkan Fungsi ................................................................ 10

2.2.3 Batik Berdasarkan Motif .................................................................. 12

2.3 Proses Pembuatan Batik Tulis ..................................................................... 14

2.3.1 Tahap Persiapan ............................................................................... 19

2.3.2 Tahap Menulis atau Mengecap ........................................................ 20

2.3.3 Tahap Pewarnaan ............................................................................. 20

2.3.4 Tahap Menghilangkan Lilin ............................................................. 21

2.4 Estetika Seni Batik ....................................................................................... 22

2.5 Seni Batik dalam Perspektif Estetika Timur ................................................ 26

2.6 Unsur-unsur Estetis pada Batik .................................................................... 31

2.6.1 Warna ............................................................................................... 32

2.6.2 Motif ................................................................................................. 34

2.6.2.1 Motif Hias Geometris ........................................................... 36

2.6.2.2 Motif Hias Binatang ............................................................. 37

2.6.2.3 Motif Hias Tumbuh-tumbuhan ............................................ 38

2.6.2.4 Motif Hias Benda Alam ....................................................... 39

2.7 Prinsip Estetis dalam Seni Batik .................................................................. 42

2.7.1 Irama (Rhytm) ................................................................................... 42

2.7.2 Keserasian dan Kesatuan (Harmony and Unity) .............................. 43

2.7.3 Kesebandingan (Proportion) ............................................................ 44

2.8 Ragam Pola dan Penyusunan Desain ........................................................... 44

2.8.1 Half-Drop .................................................................................... 45

2.8.2 Quarter Drop ............................................................................... 45

2.8.3 Diamond-repeat ........................................................................... 46

2.8.4 Perulangan Paralel ....................................................................... 46

2.8.5 Prulangan Berlawanan ................................................................ 47

BAB 3 METODE PENELITIAN

Page 10: KAJIAN PROSES DAN NILAI ESTETIS BATIK TULIS CILACAP …lib.unnes.ac.id/30543/1/2401412015.pdf · Menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil karya ... 7. Para

x

3.1 Pendekatan Penelitian .................................................................................. 48

3.2 Lokasi dan Sasaran Penelitian ..................................................................... 49

3.2.1 Lokasi Penelitian ......................................................................... 49

3.2.2 Sasaran Penelitian ....................................................................... 50

3.3 Metode Penelitian ........................................................................................ 50

3.3.1 Obeservasi (Observation)............................................................ 50

3.3.2 Wawancara (Interview) ............................................................... 51

3.3.3 Dokumentasi ............................................................................... 52

3.4 Teknik Analisis Data .................................................................................... 52

3.4.1 Pengumpulan Data ...................................................................... 54

3.4.2 Reduksi data (Data Reduction) ................................................... 54

3.4.3 Penyajian Data (Data Display) ................................................... 54

3.4.4 Verifikasi Data (Conclusion Drawing) ....................................... 55

BAB 4 HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................................................ 56

4.2 Batik dalam Kondisi Sosial Budaya Desa Maos Kidul ............................... 61

4.3 Gambaran Umum Perusahaan Batik “Rajasa Mas Batik” ........................... 64

4.3.1 Lokasi Perusahaan Batik “Rajasa Mas Batik” ................................. 64

4.3.2 Pengelolaan Perusahaan Batik “Rajasa Mas Batik” ......................... 67

4.3.2.1 Struktur Organisasi Perusahaan Batik “Rajasa Mas

Batik” ................................................................................ 67

4.3.2.2 Ketenagakerjaan ................................................................. 69

4.3.3 Sarana dan Prasarana yang dimiliki Perusahaan Batik Rajasa

Mas Batik”........................................................................................ 70

4.3.4 Penghargaan Masyarakat terhadap Batik Cilacap/ “Rajasa

Mas Batik”........................................................................................ 78

4.4 Kerajinan Batik Tulis Cilacap di “Rajasa Mas Batik” ................................. 78

4.5 Media Membatik .......................................................................................... 83

4.5.1 Peralatan Membatik.......................................................................... 83

4.5.2 Bahan-bahan Membatik ...................................................................104

Page 11: KAJIAN PROSES DAN NILAI ESTETIS BATIK TULIS CILACAP …lib.unnes.ac.id/30543/1/2401412015.pdf · Menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil karya ... 7. Para

xi

4.6 Proses Membatik ..........................................................................................109

4.6.1 Proses Pra-Pembatikan .....................................................................109

4.6.2 Processing Teknik Membatik ..........................................................117

4.6.2.1 Nyanthing/Ngrengreng.......................................................117

4.6.2.2 Nyolet .................................................................................119

4.6.2.3 Nembok/Ngeblok ................................................................122

4.6.2.4 Medel ..................................................................................123

4.6.2.5 Nglorod ..............................................................................134

4.6.3 Proses Pasca-Pembatikan .................................................................137

4.7 Nilai Estetis Batik Tulis Cilacap ...............................................................138

4.7.1 Nilai Estetis Batik Buntal Galaran .............................................141

4.7.2 Nilai Estetis Batik Ladrang Manis ..............................................147

4.7.3 Nilai Estetis Batik Kembang Ambring ........................................152

4.7.4 Nilai Estetis Batik Sinom Parijotho ............................................156

4.7.5 Nilai Estetis Batik Cebong Kumpul ............................................160

4.7.6 Nilai Estetis Batik Pisang Bali ....................................................165

4.7.7 Nilai Estetis Batik Wijayakusuma ...............................................169

4.7.8 Nilai Estetis Batik Serayuan .......................................................173

4.7.9 Nilai Estetis Batik Sunami ..........................................................178

BAB 5 PENUTUP

5.1 Simpulan ....................................................................................................183

5.2 Saran ..........................................................................................................184

Page 12: KAJIAN PROSES DAN NILAI ESTETIS BATIK TULIS CILACAP …lib.unnes.ac.id/30543/1/2401412015.pdf · Menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil karya ... 7. Para

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Komponen Analisis Data .................................................................... 53

Tabel 4.1 Struktur Organisasi Perusahaan Batik “Rajasa Mas Batik” ................ 68

Page 13: KAJIAN PROSES DAN NILAI ESTETIS BATIK TULIS CILACAP …lib.unnes.ac.id/30543/1/2401412015.pdf · Menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil karya ... 7. Para

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Canting Tulis dan Canting Cap ...................................................... 9

Gambar 2.2 Batik Motif Semen Raja ................................................................. 13

Gambar 2.3 Komponen Batik Pesisiran ............................................................ 14

Gambar 2.4 Spektrum Warna Menurut Goethe ................................................. 33

Gamabr 2.5 Motif Hias Geometris pada Batik................................................... 36

Gambar 2.6 Motif Hias Binatang pada Batik ..................................................... 37

Gambar 2.7 Batik Bermotif Buketan ................................................................. 38

Gambar 2.8 Motif Mega Mendung, Cirebon ..................................................... 39

Gambar 2.9 Bentuk Isen-isen Batik ................................................................... 40

Gambar 2.10 Pola Perulangan Half-Drop .......................................................... 45

Gambar 2.11 Pola Perulangan Quarter-Drop ..................................................... 45

Gambar 2.12 Pola Perulangan Diamond-repeat ................................................. 46

Gambar 2.13 Pola Perulangan Paralel ................................................................ 46

Gambar 2.14 Pola Perulangan Berlawanan ........................................................ 47

Gambar 4.1 Peta Wilayah Kabupaten Cilacap ................................................... 57

Gambar 4.2 Peta Lokasi Pembatikan di Kecamatan Maos ................................ 59

Gambar 4.3 Peta Desa Maos Kidul .................................................................... 60

Gambar 4.4 Batik pada tradisi Jaran Kepang .................................................... 64

Gambar 4.5 Akses Jalan menuju perusahaan batik “Rajasa Mas Batik” ........... 66

Page 14: KAJIAN PROSES DAN NILAI ESTETIS BATIK TULIS CILACAP …lib.unnes.ac.id/30543/1/2401412015.pdf · Menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil karya ... 7. Para

xiv

Gambar 4.6 Denah Lokasi perusahaan batik “Rajasa Mas Batik” ..................... 66

Gambar 4.7 Lokasi perusahaan batik “Rajasa Mas Batik” yang berada di

jalan Penatusan Timur ................................................................... 67

Gambar 4.8 Bagian depan bangunan perusahaan batik “Rajasa Mas Batik” ..

....................................................................................................... 71

Gambar 4.9 Denah bangunan “Rajasa Mas Batik” ............................................ 72

Gambar 4.10 Galeri Perusahaan .......................................................................... 73

Gambar 4.11 Bagian teras perusahaan “Rajasa Mas Batik” sebagai tempat

pembatikan ..................................................................................... 74

Gambar 4.12 Bagian belakang perusahaan batik “Rajasa Mas Batik” ............... 75

Gambar 4.13 Bagian tengah bangunan “Rajasa Mas Batik”, area

pengeringan kain, sekaligus saluran drainase limbah batik .......... 76

Gambar 4.14 Bagian permukaan saluran drainase yang ditutupi dengan

kawat dan besi ............................................................................... 77

Gambar 4.15 Canting klowong dan canting cucuk dua ...................................... 84

Gambar 4.16 Canting penorong dan canting isen .............................................. 85

Gambar 4.17 Wajan dan kompor untuk kegiatan mencanting ........................... 87

Gambar 4.18 Kompor gas untuk kegiatan pewarnaan dan tabung gas elpigi .... 87

Gambar 4.19 Kain spanduk dan kardus dijadikan alas kompor

untuk melindungi lantai dari malam yang menetes ..................... 89

Gambar 4.20 Gawangan yang terbuat dari kayu ............................................... 90

Page 15: KAJIAN PROSES DAN NILAI ESTETIS BATIK TULIS CILACAP …lib.unnes.ac.id/30543/1/2401412015.pdf · Menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil karya ... 7. Para

xv

Gambar 4.21 Gawangan yang terbuat dari bambu ............................................ 91

Gambar 4.22 Kuas dari jeruji digunakan untuk mencolet .................................. 92

Gambar 4.23 Kuas dari kayu untuk mencolet .................................................... 93

Gambar 4.24 Celemek sebagai perlengkapan membatik ................................... 94

Gambar 4.25 Tempat duduk saat membatik di perusahaan batik

“Rajasa Mas Batk” ....................................................................... 95

Gambar 4.26 Malam hasil proses pelorodan yang didaurulang ........................ 97

Gambar 4.27 Lilin gondorukem sebagai bahan campuran malam ..................... 97

Gambar 4.28 Timbangan untuk mengukur bahan-bahan pewarna batik ........... 98

Gambar 4.29 Ember untuk menyeduh bahan-bahan pewarna batik .................. 99

Gambar 4.30 Bak celup untuk proses pewarnaan ..............................................100

Gambar 4.31 Ember untuk merendam air ..........................................................101

Gambar 4.32 Kenceng sebagai wadah pertama merebus kain ...........................102

Gambar 4.33 Panci sebagai wadah kedua untuk merebus kain .........................102

Gambar 4.34 Sarung tangan untuk pelingdung tangan ......................................103

Gambar 4.35 Tongkat untuk mengduk kain pada proses membatik ..................104

Gambar 4.36 Pohon tarum sebagai pewarna alami biru ....................................107

Gambar 4.37 Asam asetat atau cuka sebagai bahan fiksasi ...............................108

Gambar 4.38 Proses merebus kain yang dicampur dengan jerami ....................111

Gambar 4.39 Kain yang selesai direbus dengan jerami .....................................111

Gambar 4.40 Tepung kanji untuk proses pengolahan kain ................................112

Page 16: KAJIAN PROSES DAN NILAI ESTETIS BATIK TULIS CILACAP …lib.unnes.ac.id/30543/1/2401412015.pdf · Menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil karya ... 7. Para

xvi

Gambar 4.41 Tepung kanji yang dicampur dengan air dingin ...........................112

Gambar 4.42 Larutan kanji dicampurkan dengan air mendidih .........................113

Gambar 4.43 Pencampuran kain dengan tepung kanji .......................................113

Gamabr 4.44 Penjemuran kain yang sudah dicampur kanji ...............................114

Gambar 4.45 Pengemplongan kain yang hendak dibatik ...................................115

Gambar 4.46 Proses Nyorek ...............................................................................116

Gambar 4.47 Proses mencanting klowong .........................................................118

Gambar 4.48 Proses mencolet kain menggunakan pewarna sintetis..................120

Gambar 4.49 Proses melorod kain setelah dicolet .............................................121

Gambar 4.50 Kain yang sudah dilorod kembali dicanting menggunakan

canting klowong ..........................................................................122

Gambar 4.51 Proses mengeblok kain menggunakan canting penorong ............123

Gamabr 4.52 Proses penakaran pewarna sintetis untuk mewarna batik ............125

Gambar 4.53 Campuran bahan-bahan pembangkit soga pada Bak II ................125

Gambar 4.54 Campuran bahan-bahan garam warna pada Bk III .......................126

Gambar 4.55 Kain direndam dalam larutan TRO pada Bak I ............................127

Gamabr 4.56 Kain dicelupkan dalam larutan pembagkit warna ........................127

Gambar 4.57 Kain dicelupkan pada larutan gamram diazo ...............................128

Gambar 4.58 Daun tarum ditumbuk dipisahkan dan endapannya .....................130

Gambar 4.59 Pasta Indigo ..................................................................................130

Gambar 4.60 Campuran pasta indigo untuk proses pewarnaan .........................131

Page 17: KAJIAN PROSES DAN NILAI ESTETIS BATIK TULIS CILACAP …lib.unnes.ac.id/30543/1/2401412015.pdf · Menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil karya ... 7. Para

xvii

Gambar 4.61 pewarna alami dicampur dengan air.............................................131

Gambar 4.62 Proses pewarnaan alami batik di

“Rajasa Mas Batik” .......................................................................132

Gambar 4.63 Kain diangin-anginkan .................................................................133

Gamabr 4.64 Kain dicelupkan dalam bak berisi cairan fiksasi ..........................133

Gamabr 4.65 Proses pelorodan dalam pembatan batik di

“Rajasa Mas Batik” .......................................................................134

Gambar 4.66 Mencuci kain setelah dilorod .......................................................135

Gambar 4.67 Malam bekas pelorodan yang menumpuk ....................................136

Gambar 4.68 Malam yang sudah kering setelah dilorod....................................136

Gambar 4.69 Bagian depan kotak kemasan batik “Rajasa Mas Batik” .............137

Gambar 4.70 Bagian samping kotak kemasan batik “Rajasa Mas Batik” .........138

Gambar 4.71 Batik Buntal Galaran ...................................................................141

Gambar 4.72 Bentuk motif pokok (1) batik Buntal Galaran .............................142

Gambar 4.73 Bentuk motif pokok (2) batik Buntal Galaran .............................142

Gambar 4.74 Analisis estetis batik Buntal Galaran...........................................145

Gambar 4.75 Batik Ladrang Manis ...................................................................147

Gambar 4.76 Bentuk motif pokok batik Ladrang Manis ...................................148

Gambar 4.77 Bentuk motif pendukung batik Ladrang Manis ...........................149

Gambar 4.78 Analisis estetis batik Ladrang Manis ...........................................151

Gambar 4.79 Batik Kembang Ambring ..............................................................152

Page 18: KAJIAN PROSES DAN NILAI ESTETIS BATIK TULIS CILACAP …lib.unnes.ac.id/30543/1/2401412015.pdf · Menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil karya ... 7. Para

xviii

Gambar 4.80 Bentuk motif pokok batik Kembang Ambring .............................153

Gambar 4.81 Bentuk motif pendukung batik Kembang Ambring .....................153

Gambar 4.82 Analisis estetis batik Kembang Ambring .....................................155

Gambar 4.83 Batik Sinom Parijotho ..................................................................156

Gambar 4.84 Bentuk motif pokok batik Sinom Parijotho .................................157

Gambar 4.85 Bentuk motif pendukung batik Sinom Parijotho .........................158

Gambar 4.86 Analisis estetis batik Sinom Parijotho .........................................159

Gambar 4.87 Batik Cebong Kumpul ..................................................................160

Gambar 4.88 Bentuk motif pokok batik Cebong Kumpul .................................161

Gambar 4.89 Bentuk motif pendukung batik Cebong Kumpul ..........................162

Gambar 4.90 Analisis estetis batik Cebong Kumpul ..........................................164

Gambar 4.91 Batik Pisang Bali .........................................................................165

Gambar 4.92 Bentuk motif pokok batik Pisang Bali .........................................166

Gambar 4.93 Bentuk motif pendukung batik Pisang Bali .................................166

Gambar 4.94 Analisis estetis batik Pisang Bali .................................................198

Gambar 4.95 Batik Wijayakusuma .....................................................................169

Gambar 4.96 Bunga Wijayakusuma ..................................................................170

Gambar 4.97 Bentuk motif pokok batik Wijayakusuma ....................................171

Gambar 4.98 Analisis estetis batik Wijayakusuma ............................................173

Gambar 4.99 Batik Serayuan .............................................................................173

Gambar 4.100 Bentuk motif pokok batik Serayuan ..........................................174

Page 19: KAJIAN PROSES DAN NILAI ESTETIS BATIK TULIS CILACAP …lib.unnes.ac.id/30543/1/2401412015.pdf · Menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil karya ... 7. Para

xix

Gambar 4.101 Bentuk motif pendukung batik Serayuan ...................................175

Gambar 4.102 Analisis estetis batik Serayuan ...................................................177

Gambar 4.103 Batik Sunami ..............................................................................178

Gambar 4.104 Bentuk motif pokok batik Sunami ..............................................180

Gambar 4.105 Bentuk motif pendukung batik Sunami ......................................180

Gambar 4.106 Analisis estets batik Sunami .......................................................182

Page 20: KAJIAN PROSES DAN NILAI ESTETIS BATIK TULIS CILACAP …lib.unnes.ac.id/30543/1/2401412015.pdf · Menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil karya ... 7. Para

xx

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Instrumen Penelitian

Lampiran 2 Daftar Pegawai Perusahaan Batik “Rajasa Mas Batik”

Lampiran 3 Surat Permohonan Izin Penelitian 1

Lampiran 4 Surat Permohonan Izin Penelitian 2

Lampiran 5 Surat Permohonan Izin Penelitian 3

Page 21: KAJIAN PROSES DAN NILAI ESTETIS BATIK TULIS CILACAP …lib.unnes.ac.id/30543/1/2401412015.pdf · Menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil karya ... 7. Para

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai

macam pulau dari Sabang hingga Merauke. Pada pulau-pulau tersebut tersebar

pula berbagai macam suku yang memiliki tradisi dan budaya yang berbeda-beda.

Tradisi dan budaya itulah yang melahirkan banyaknya karya seni tradisi, misalnya

seni tari, seni ukir, seni pahat, seni lukis dan berbagai seni lainnya. Baru-baru ini

UNESCO selaku organisasi tertinggi dalam bidang kebudayaan di bawah naungan

PBB telah mengeluarkan sertifikat pengakuan terhadap beberapa warisan budaya

Indonesia, salah satunya adalah batik yang dikukuhkan sebagai warisan

kemanusiaan untuk budaya lisan dan nonbendawi (Masterpiece of The Oral and

Intangible Cultural Heritage of Humanity) pada tanggal 2 Oktober 2009. Hari

yang bersejarah tersebut kemudian dijadikan awal Hari Batik di Indonesia.

Beberapa daerah penghasil batik di Indonesia terdapat di Pulau Jawa, antara lain

Solo, Yogya, Pekalongan, Cirebon, Tasikmalaya, Cirebon, dan Salem. Masing-

masing daerah tersebut mempunyai dan menghasilkan batik yang khas.

Salah satu daerah penghasil batik di Jawa Tengah terdapat juga di

Kecamatan Maos. Berdasarkan masyarakat di lingkungan Cilacap, Kecamatan

Maos dikenal sebagai “kampung batik” bagi Kabupaten Cilacap karena adanya

perusahaan-perusahaan pembatikan yang berkontribusi melestarikan dan

Page 22: KAJIAN PROSES DAN NILAI ESTETIS BATIK TULIS CILACAP …lib.unnes.ac.id/30543/1/2401412015.pdf · Menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil karya ... 7. Para

2

mengembangkan batik Cilacap, salah atunya yaitu perusahaan batik “Rajasa Mas

Batik” yang dimiliki oleh Ibu Euis Rohaini.

Keberadaan “Rajasa Mas Batik” mampu memberikan dampak positif bagi

lingkungannya, yakni selain melestarikan budaya membatik, “Rajasa Mas Batik”

juga mampu menekan angka pengangguran, khususnya bagi Ibu-ibu dan anak

perempuan di Desa Maos Kidul. Hal-hal tersebut juga turut membantu

perekonomian masyarakat yang umumnya berprofesi sebagai petani. Perusahaan

ini banyak dikunjungi oleh berbagai kalangan masyarakat, baik yang hanya

sekedar ingin membeli maupun belajar mengenali batik. Walaupun batik Cilacap

sendiri banyak mendapat dukungan dari masyarakat dan pemerintah Kabupaten

Cilacap, namun pada kenyataannya batik Cilacap belum cukup populer di wilayah

luar Kabupaten Cilacap.

Keindahan sebuah batik tulis akan tercermin dari penciptaannya yang

membutuhkan ketekunan dan keterampilan tinggi serta proses yang begitu

panjang dan rumit. Proses pembuatan batik tulispun tidak banyak mengalami

perubahan karena kegiatan membatik merupakan kegiatan tradisional yang terus

dipertahankan agar tetap konsisten sebagaimana asalnya. Walaupun memiliki cara

yang sama di setiap tahapannya, proses pembuatan batik di masa modern

terkadang memiliki perbedaan oleh tangan-tangan pembuatnya. Perbedaan-

perbedaan itu biasanya dilihat dari segi takaran yang disajikan, proses, bahan-

bahan, bahkan teknik yang digunakan, sehingga perbedaan itu akan menghasilkan

sisi unik dari kain batik yang indah dan anggun. Hal di atas menjadi penting untuk

dibahas dikaitkan dengan kebanyakan masyarakat Kabupaten Cilacap yang belum

Page 23: KAJIAN PROSES DAN NILAI ESTETIS BATIK TULIS CILACAP …lib.unnes.ac.id/30543/1/2401412015.pdf · Menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil karya ... 7. Para

3

terlalu banyak mengenali proses pembuatan batik, khususnya masyarakat yang

wilayahnya cukup jauh dari Kecamatan Maos. Sebagian pengunjung “Rajasa Mas

Batik” dapat sekaligus belajar mengenali proses pembuatan batik dalam keadaan

yang begitu dekat, namun hanya dalam konteks secara umum, sehingga

diperlukan pemahaman secara lebih spesifik mengenai proses pembuatan batik

tulis Cilacap khususnya di perusahaan batik “Rajasa Mas Batik”.

Selain mengenali batik dari proses pembuatan, penciptaan suatu karya

batik juga tidak akan lepas dari suatu konsep yang diolah secara matang oleh

penciptanya, baik dari tata susun motif atau warnanya sehingga mampu

menghasilkan karya batik yang dianggap indah. Adapun nilai keindahan karya

seni itu disebut dengan estetika, kajiannya dapat dilihat dari keindahannya secara

visual atau perbentukan fisik suatu karya.

Berdasarkan latar belakang di atas, akhirnya penulis tertantang untuk

melakukan kajian terhadap batik tulis Cilacap di perusahaan batik “Rajasa Mas

Batik” yang ada di Desa Maos Kidul Kecamatan Maos Kabupaten Cilacap,

dengan kajiannya melingkupi proses pembuatan dan nilai estetis. Sehingga

dengan adanya penelitian ini penulis dapat mendedikasikan pengalaman serta

pengetahuan yang berhasil didapatkan sebagai kepentingan masyarakat luas.

1.2 Rumasan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, pokok masalah yang dapat

dimunculkan adalah:

1) Bagaimanakah proses pembuatan batik tulis Cilacap di perusahaan batik

“Rajasa Mas Batik” Desa Maos Kidul Kecamatan Maos Kabupaten Cilacap?

Page 24: KAJIAN PROSES DAN NILAI ESTETIS BATIK TULIS CILACAP …lib.unnes.ac.id/30543/1/2401412015.pdf · Menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil karya ... 7. Para

4

2) Bagaimanakah nilai estetis yang terdapat pada batik tulis Cilacap di

perusahaan batik “Rajasa Mas Batik” Desa Maos Kidul Kecamatan Maos

Kabupaten Cilacap?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1) Mengetahui dan menjelaskan proses pembuatan batik tulis Cilacap di

perusahaan batik “Rajasa Mas Batik” Desa Maos Kidul Kecamatan Maos

Kabupaten Cilacap.

2) Mengetahui dan menjelaskan nilai estetis yang terdapat pada batik tulis

Cilacap di perusahaan batik “Rajasa Mas Batik” Desa Maos Kidul Kecamatan

Maos Kabupaten Cilacap.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat antara lain:

1.4.1 Secara Teoretis

1.4.1.1 Bagi pembaca, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi

mengenai proses pembuatan dan nilai estetis yang ada pada karya seni

batik tulis Cilacap di perusahaan batik “Rajasa Mas Batik” Desa Maos

Kidul Kecamatan Maos Kabupaten Cilacap.

1.4.1.2 Bagi mahasiswa seni rupa, hasil penelitian diharapkan dapat menambah

wawasan dan pengetahuan, serta dapat digunakan sebagai bahan

informasi untuk penelitian lebih lanjut.

Page 25: KAJIAN PROSES DAN NILAI ESTETIS BATIK TULIS CILACAP …lib.unnes.ac.id/30543/1/2401412015.pdf · Menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil karya ... 7. Para

5

1.4.1.3 Bagi jurusan seni rupa Unnes, hasil penelitian dapat dijadikan sebagai

referensi atau sumber pengembang ilmu pengetahuan dan bahan acuan

untuk penelitian selanjutnya.

1.4.2 Secara Praktis

1.4.2.1 Bagi “Rajasa Mas Batik” dan Dinas Pariwisata Kota Cilacap, hasil

penelitian dapat dijadikan sebagai masukan untuk kegiatan pengenalan

dan pelestarian batik Cilacap terutama pada proses pembuatan dan nilai-

nilai estetis.

1.4.2.2 Memberikan tambahan literatur ilmiah kepada para perajin batik untuk

lebih mengenali proses pembuatan dan nilai estetis yang terdapat pada

batik tulis Cilacap di perusahaan batik “Rajasa Mas Batik” Desa Maos

Kidul Kecamatan Maos Kabupaten Cilacap sehingga perajin dapat lebih

meningaktakan kualitas dalam berkarya seni.

1.4.2.3 Bagi masyarakat umum dan perajin batik, hasil penelitian dapat dijadikan

sebagai pedoman peningkatan apresiasi masyarakat umum terhadap batik

sebagai warisan budaya Nusatara.

1.5 Sistematika Penulisan Skripsi

Sistematika penulisan skripsi dapat dijelaskan sebagai berikut.

1.5.1 Bagian Awal

Bagian awal skripsi terdiri dari halaman sampul, halaman judul, halaman

pengesahan, halaman pernyataan, halaman motto dan persembahan,

abstrak, prakata, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, dan daftar

lampiran.

Page 26: KAJIAN PROSES DAN NILAI ESTETIS BATIK TULIS CILACAP …lib.unnes.ac.id/30543/1/2401412015.pdf · Menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil karya ... 7. Para

6

1.5.2 Bagian Isi

Bagian isi terdiri dari lima bab, yaitu pendahuluan, landasan teoretis,

metode penelitian, hasil penelitian, dan penutup.

Bab 1 Pendahuluan yang berisi: latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan

sistematika penelitian.

Bab 2 Landasan Teoritis yang berisi: landasan secara teoretis

tentang variabel yang terdapat pada penelitian ini. Adapun

landasan teori ini diperoleh dari sumber pustaka berupa

buku atau jurnal penelitian yang sudah dilakukan

sebelumnya.

Bab 3 Metode penelitian yang berisi: pendekatan penelitian,

desain penelitian, lokasi dan sasaran penelitian, objek

penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis

data.

Bab 4 Hasil penelitian berupa: uraian proses pembuatan dan nilai

estetika batik tulis Cilacap di perusahaan baik “Rajasa Mas

Batik” Desa Maos Kidul Kecamatan Maos Kabupaten

Cilacap.

Bab 5 Penutup yang berisi: simpulan dan saran.

1.5.3 Bagian Akhir

Bagian akhir dalam skripsi ini berupa daftar pustaka dan lampiran.

Page 27: KAJIAN PROSES DAN NILAI ESTETIS BATIK TULIS CILACAP …lib.unnes.ac.id/30543/1/2401412015.pdf · Menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil karya ... 7. Para

7

BAB II

LANDASAN TEORETIS

2.1 Pengertian Batik

Menurut Tirta (2009) batik adalah sebuah teknik menghias permukaan

tekstil dengan cara menahan pewarna. Teknik menahan warna ini dapat dijumpai

diberbagai benua dan merupakan tahap pencapaian peradaban manusia yang

universal. Di Jawa, membubuhkan cairan lilin panas dilakukan dengan cara

menitikkannya dari sebuah alat untuk membentuk gambar dua dimensi, persis

seperti menulis dengan pena yang berisi tinta. Hasil dari teknik ini dipopulerkan

dengan istilah batik.

Kusrianto (2013:304) mendefinikan batik bukan hanya suatu cara

pembuatan bahan pakaian yang menggunakan malam sebagai teknik perintang

warna, karena jika sekedar menghias kain dengan perintang warna itu juga

definisi dari wax resist dyeing yang ada di mana-mana, bukan hanya di Indonesia

saja, sehingga secara lebih konkret batik diartikan sebagai kain dengan hiasan

yang dibuat dengan wax resist dyeing, yang menggunakan ragam hias khas

budaya Indonesia sebagai busana atau keperluan lainnya. Dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia (2008:146) disebutkan batik merupakan kain bergambar yang

pembuatannya secara khusus dengan menuliskan atau menerakkan malam pada

kain, kemudian diolah melalui proses tertentu. Hamzuri (dalam Rizali, 2003)

mengartikan batik merupakan suatu cara untuk memberi hiasan pada kain dengan

Page 28: KAJIAN PROSES DAN NILAI ESTETIS BATIK TULIS CILACAP …lib.unnes.ac.id/30543/1/2401412015.pdf · Menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil karya ... 7. Para

8

cara menutupi bagian-bagian tertentu dengan menggunakan perintang. Zat

perintang ini disebut lilin atau malam. Kain yang telah selesai digambari dengan

menggunakan malam tersebut kemudian diberi warna dengan cara pencelupan.

Setelah proses pencelupan, malam dihilangkan dengan cara ‘merebus’ kain dan

akhirnya kain itu disebut batik atau batikan berupa beragam motif yang

mempunyai sifat-sifat khusus yang dimiliki oleh batik itu sendiri.

Seni batik merupakan keahlian turun-menurun, yang sejak mulai tumbuh

merupakan salah satu penghidupan yang memberikan lapangan kerja yang cukup

luas bagi masyarakat Indonesia. Seni batik juga merupakan penyaluran-

penyaluran kreasi yang memiliki arti tersendiri, yang kadang dihubungkan dengan

tradisi, kepercayaan, dan sumber-sumber kehidupan yang berkembang dalam

masyarakat (Benito dalam Susanto, 1974:1). Berdasarkan pendapat para ahli di

atas, maka dapat disimpulkan bahwa batik merupakan sebuah teknik menghias

kain dengan cara menahan pewarna menggunakan zat perintang yang disebut

dengan malam pada permukaan kain.

2.2 Jenis-jenis Batik

2.2.1 Batik berdasarkan Teknik Pembuatan

Menurut Musman (2011), teknik pembuatan batik dibagi menjadi dua

macam yaitu batik tulis dan batik cap. Batik tulis dikerjakan menggunakan

canting, yaitu alat yang terdiri dari bejana kuningan atau tembaga yang dilengkapi

dengan sebuah atau beberapa paruh (paruh ganda) untuk mengalirkan malam

(lilin) panas ke permukaan kain (Tirta, 2009:13). Canting dibentuk agar bisa

Page 29: KAJIAN PROSES DAN NILAI ESTETIS BATIK TULIS CILACAP …lib.unnes.ac.id/30543/1/2401412015.pdf · Menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil karya ... 7. Para

9

menampung malam atau lilin, disebut juga dengan canting tulis dan proses

pembuatannya memerlukan keterampilan tangan yang tinggi.

Sementara itu batik cap, alat yang dipakai untuk menghias kain adalah

menggunakan canting cap, yaitu suatu alat dari tembaga yang sudah berbentuk

motif batik. Gustami (2007) mengemukakan istilah batik, yaitu bukan hanya

dipakai menyebut kain yang dihasilkan dengan mempergunakan canting dan

malam saja. Ketika ditemukan teknik membubuhkan malam dengan

mempergunakan cap, yaitu lempengan logam bermotif pada pertengahan abad ke-

19, produksinya disebut pula batik. Dan untuk membedakan keduanya, batik yang

dibuat dengan canting disebut batik tulis dan yang memakai cap disebut batik cap.

Gambar 2.1 Canting Tulis dan Canting Cap

(Sumber: Tirta, 2009)

Canting cap terdiri atas rangkaian alat tembaga yang ditata rumit

berbentuk blok atau kotak, yaitu untuk memindahkan malam panas cair ke atas

sehelai kain dengan sekali tekan (Tirta, 2009:20). Ciri bentuk motif pada batik cap

Page 30: KAJIAN PROSES DAN NILAI ESTETIS BATIK TULIS CILACAP …lib.unnes.ac.id/30543/1/2401412015.pdf · Menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil karya ... 7. Para

10

selalu mengalami pengulangan yang jelas, sehingga gambar nampak berulang

dengan bentuk yang sama dengan ukuran motif relatif besar dibandingkan dengan

batik tulis. Pada batik tulispun motifnya akan tampak rata pada kedua sisi kain

atau dengan kata lain warna pada batik tulis akan tembus bolak-balik (Musman,

dkk. 2011).

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa ada dua macam

jenis batik berdasarkan tekniknya yaitu batik tulis dan batik cap. Batik tulis yaitu

jenis batik yang proses pembuatannya dilakukan dengan media canting tulis,

sedangkan batik cap yaitu jenis batik yang proses pembuatannya dilakukan

dengan media canting cap atau stempel.

2.2.2 Batik berdasarkan Fungsi

Batik umumnya diaplikasikan pada kain dengan berbagai tujuan. Kain

merupakan salah satu perlengkapan hidup manusia yang tidak hanya digunakan

sebagai penutup badan, tapi juga mempunyai fungsi dalam beberapa aspek

kehidupan masyarakat pembuatnya, baik aspek sosial, ekonomi, religi, estetika,

dan lain sebagainya (Kusrianto 2013). Kartiwa (1987) menyebutkan bahwa kain

mempunyai arti sosial dalam kegunaannya untuk menunjang status sosial suatu

kelompok dalam masyarakat. Suatu kain batikpun menjadi lambang status dari

seorang raja dan bangsawan yang membedakannya dari orang kebanyakan atau

rakyat biasa.

Dalam aspek ekonomi kain digunakan sebagai alat tukar untuk memenuhi

kebutuhan lain yang diperlukan. Sistem ini melahirkan adanya kontak bersifat

Page 31: KAJIAN PROSES DAN NILAI ESTETIS BATIK TULIS CILACAP …lib.unnes.ac.id/30543/1/2401412015.pdf · Menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil karya ... 7. Para

11

dinamis yang bertumbuh pada akulturasi budaya dan terjadinya adaptasi unsur-

unsur ragam hias dari luar. Aspek religi juga tampak pada penerapan ragam hias

yang mengandung unsur-unsur perlambang tertentu yang berhubungan dengan

unsur kepercayaan agama tertentu. Aspek estetika tampak dari keterampilan,

ketelitian, ketekunan di dalam menciptakan suatu karya yang dikerjakan dalam

waktu yang lama sehingga melahirkan suatu karya yang indah dan mempesona

baik dalam komposisi, garis, bentuk motif dengan warna, dan keserasian dalam

seluruh komponennya (Kartiwa 1987).

Menurut Tirta (2009), pada abad ke-19 fungsi batik dijadikan sebagai

busana para anggota keluarga keraton yang memiliki arti penting untuk

mendatangkan martabat dan kehormatan seseorang. Kain batik dijadikan juga

sebagai mas kawin dan beberapa desain batik tertentu dikenakan untuk upacara

khusus, seperti upacara perkawinan dan pemakaman. Fungsi lain dari batik juga

digunakan sebagai penolak kejahatan atau penyakit.

Kusrianto (2013) membagi fungsi batik berdasarkan zamannya, yaitu

fungsi batik sebelum modern dan setelah modern. Pada masa sebelum modern

batik difungsikan sebagai jarik, sarung, kemben (penutup dada) dan juga busana

tambahan seperti selendang pundak, selendang gendongan, serta iket atau udeng.

Selain itu terdapat pula batik yang digunakan sebagai busana upacara baik di

keraton maupun saat proses pernikahan. Memasuki masa modern, batik sudah

diubah bentuknya dari yang hanya berbentuk persegi atau persegi panjang

menjadi beragam dan bukan hanya digunakan sebagai busana saja, tetapi juga

sebagai kain perlengkapan rumah, seperti seprai, taplak meja, sarung bantal, tirai,

Page 32: KAJIAN PROSES DAN NILAI ESTETIS BATIK TULIS CILACAP …lib.unnes.ac.id/30543/1/2401412015.pdf · Menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil karya ... 7. Para

12

dan berbagai kerajinan tangan. Batik sebagai surface design atau desain

permukaan, dapat dijadikan berbagai tren busana baik untuk pria maupun wanita.

2.2.3 Batik berdasarkan Motif

Kusrianto (2013:36) menjelaskan motif yang terdapat pada batik dapat

dikenali dan dibedakan menjadi dua, yaitu motif batik pedalaman dan pesisiran.

Motif batik pedalaman disebut juga dengan motif batik klasik karena latar

munculnya yang berada di lingkungan keraton. Sebagaimana dikutip dari H.

Santosa Doellah (dalam Kusrianto, 2013:36), bahwa batik keraton merupakan

wastra batik tradisional, terutama yang tumbuh dan berkembang di keraton-

keraton Jawa. Tata susun ragam hias dan pewarnaannya merupakan paduan antara

matra seni, adad, pandangan hidup dan kepribadian yang melahirkan karya seni,

yaitu lingkungan keraton.

Motif pada batik pedalaman bersifat perlambang dan mengandung filosofi

atas penciptaannya. Menurut Kusrianto (2013) setiap motif batik klasik yang

tercipta senantiasa melambangkan simbol-simbol atau perlambang tertentu yang

ingin digambarkan oleh pembatiknya. Sebagian pola-pola yang ada pada batik

klasik mencerminkan pengaruh Hindu-Jawa yang ada pada zaman Padjajaran dan

Majapahit, hal ini terlihat misalnya pada batik berpola Semen. Adapun motif batik

klasik disusun berdasarkan tiga komponen yang sudah baku, antara lain terdiri

dari komponen utama, komponen pengisi, dan isen-isen.

Page 33: KAJIAN PROSES DAN NILAI ESTETIS BATIK TULIS CILACAP …lib.unnes.ac.id/30543/1/2401412015.pdf · Menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil karya ... 7. Para

13

Gambar 2.2 Batik Motif Semen Raja, Batik Pedalaman atau Keraton, Terdiri dari

Komponen Utama, Pengisi, dan Isen-isen

(Sumber: Kusrianto, 2013)

Batik pesisir disebut sebagai batik non-klasik atau batik modern karena

perwujudannya yang “nyleneh” atau diluar pakem batik Keraton terutama pada

tampilan warna dan motifnya. Seperti halnya batik pedalaman, batik pesisir

berisikan pandangan hidup, filosofi, dan kebudayaan masyarakat yang ada di

pesisir pantai. Karena mendapatkan pengaruh dari berbagai bangsa yang pernah

berinteraksi (melalui jalur perniagaan) menjadikan batik pesisiran lebih luwes,

tidak kaku, dan bernuansa ceria. Salah satu ciri batik pesisir adalah hiasan pinggir

yang kaya akan motif dekoratifnya yang kadang dibuat sangat detail, selain itu

terdapat pula pembagian motif pada batik yang terdiri atas kepala, papan, badan,

tumpal, seret dan juga pinggir. Perbedaan lain antara motif batik pedalaman

dengan motif batik pesisiran adalah dari segi kerumitan motifnya. Batik pesisiran

umumnya menggunakan motif yang lebih sederhana dan beragam (Kusrianto

2013: 212).

Page 34: KAJIAN PROSES DAN NILAI ESTETIS BATIK TULIS CILACAP …lib.unnes.ac.id/30543/1/2401412015.pdf · Menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil karya ... 7. Para

14

Gambar 2.3 Komponen Batik Pesisiran

(Sumber: Kusrianto, 2013)

2.3 Proses Pembuatan Batik Tulis

Proses diartikan sebagai suatu cara, metode, atau teknik mengubah sumber

daya untuk memperoleh suatu hasil (Assauri, 1995). Musman, dkk (2011)

menyebutkan Membatik membutuhkan proses-proses yang cukup rumit dan lama

serta mengharuskan adanya keterampilan tangan yang baik khususnya batik tulis.

Bahan-bahan yang dibutuhkan meliputi: Kain, malam, dan pewarna batik. Kain

yang digunakan dalam membuat batik yaitu berupa kain yang memiliki serat

kapas seperti katun atau mori batik. Adapun alat-alat atau perlengkapan yang

dibutuhkan untuk membuat batik tulis diantaranya: canting tulis, wajan batik,

kompor batik anglo, gawangan atau tempat meletakkan kain, perlengkapan

mewarna, panci, serta kompor besar untuk melepaskan lilin pada kain.

Dalam Tirta (2009) menerakan malam atau lilin berguna sebagai sarana

untuk menghalangi masuknya warna pada kain. Sifatnya yang cair ketika

dipanaskan dan menggumpal ketika dingin membuatnya mudah untuk dibentuk.

Selain malam lebah dan parafin, berbagai malam dapat digunakan untuk

Tumpal

Page 35: KAJIAN PROSES DAN NILAI ESTETIS BATIK TULIS CILACAP …lib.unnes.ac.id/30543/1/2401412015.pdf · Menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil karya ... 7. Para

15

meningkatkan kekenyalan dan kelenturan malam batik dan memiliki proporsi

campuran yang beragam. Terdapat tiga macam malam yang lazim digunakan,

antara lain malam padat dari pohon-pohon sejenis balau dan meranti, gondorukem

atau malam pohon tusam, serta lemak sapi. Untuk menerakan malam pada kain

dibutuhkan sebuah alat yaitu canting atau dalam Bahasa Jawa disebut canthing.

Penggunaan canting menjadi ciri khas pembuatan batik di Indonesia. Canting

sendiri terdiri atas sebuah bejana kuningan atau tembaga yang dilengkapi dengan

sebuah atau beberapa cucuk atau paruh yang berlubang untuk mengalirkan malam

panas ke permukaan kain. Penggunaan canting dengan paruh yang beragam

dikondisikan berdasarkan kebutuhan pembatik dalam membuat motif.

Pewarna yang digunakan dalam membatik ada dua jenis, yaitu pewarna

yang terdiri dari zat alam dan pewarna dari zat sintetis. Seni mewarna bahan

tekstil sudah lazim digunakan di kepulauan Nusantara. Zat warna alami diolah

dari tumbuh-tumbuhan seperti akar, kulit akar, batang, daun, bunga, buah,

maupun getah tumbuhan, sedangkan untuk mengolahnya diperlukan bahan

pembantu seperti tawas, air kapur, tunjung, cuka, dan lain-lain. Bahan utama

direbus dan ditambahkan bahan pembantu untuk memisahkan dan meramu warna.

Variasi tumbuhan dan mutu air memengaruhi nada warna akhir (Ratyaningrum,

2005).

Penggunaan indigo sering digunakan dalam pewarnaan batik. Pewarnaan

indigo disebut juga dengan tarum atau nila karena diolah dari tanaman tarum

dengan warna biru tuanya yang indah, dianggap sebagai warna tertua di pulau

Jawa yang dibawa oleh bangsa India (Tirta, 2009:24). Pemanfaatan daun tarum

Page 36: KAJIAN PROSES DAN NILAI ESTETIS BATIK TULIS CILACAP …lib.unnes.ac.id/30543/1/2401412015.pdf · Menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil karya ... 7. Para

16

sebagai pewarna menuntut proses fermentasi yang panjang dengan berkali-kali

merendam kain pada pewarna selama dan penjemuran hingga kering. Para perajin

batik masing-masing memiliki bahan tambahan untuk meningkatkan fermentasi

dan menghasilkan warna indigo yang cemerlang dan lazimnya diwariskan secara

turun temurun (Tirta, 2009:25).

Warna lain yang umum digunakan dalam batik tradisional selanjutnya

adalah soga atau warna coklat. Warna soga ini diperoleh dari kulit pohon

Pelthoporum Ferrugineum atau pohon soga. Seperti pewarna indigo, pewarnaan

dengan soga juga memerlukan proses yang panjang dan berulang-ulang dengan

peran cahaya matahari yang sangat penting, karena pencelupan soga pada hari

yang cerah biasanya menghasilkan nada warna yang cemerlang, sedangkan di hari

mendung justru nada warna yang dihasilkan menjadi pudar atau kusam. Jenis

pewarna alami lebih banyak memeras tenaga dan proses percobaan yang panjang.

Bahan pewarna itu sendiri harus diramu dengan teliti dan bahan mentahnya

memerlukan jumlah besar untuk bisa diolah (Tirta, 2009:26).

Pewarna sintetis merupakan pewarna buatan dari bahan-bahan kimia dan

tersedia dalam bentuk serbuk, contohnya Napthol, Indigosol, Rapid, dan Remasol.

Pewarnaan ini memerlukan bahan pembantu seperti TRO, coustic soda, garam

diazo, nitrit, HCL, dan lain-lain. Pemakaian pewarna sintetis membutuhkan

keadaan dingin dan suhu panas yang tidak sampai melelehkan lilin juga

menghasilkan nada warna yang beragam dan cerah (Musman, 2011:75).

Terdapat proses persiapan sebelum membatik. Tirta (2009:31)

menerangkan, sebelum dibatik mori diolah terlebih dahulu dengan proses yang

Page 37: KAJIAN PROSES DAN NILAI ESTETIS BATIK TULIS CILACAP …lib.unnes.ac.id/30543/1/2401412015.pdf · Menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil karya ... 7. Para

17

rumit dan lama. Untuk menghilangkan lapisan kanji dari pabrik, mori direndam

dalam air kemudian direbus. Perebusan dapat dilakukan beberapa kali hingga

mori bersih dari kanji. Selanjutnya mori direndam dalam minyak loyor (nabati)

hingga beberapa hari dan dibilas dengan larutan abu sekam padi atau larutan

kapur tohor untuk membilas minyak dengan baik. Barulah mori dijemur hingga

kering. Hasil dari proses ini membuat kain berwarna kekuningan dan agak kaku.

Disebut proses ngetel atau ngloyor dengan tujuan agar malam panas dapat

melekat dengan baik pada permukaan mori tanpa merusak sifat permukaan kain

itu. Selain itu, minyak nabati dapat membuat permukaan mori mampu menyerap

pigmen warna dengan lebih banyak.

Beberapa proses di atas masih belum selesai. Kain masih harus

dikemplongi atau dipukul-pukul dengan pemukul kayu atau yang disebut

kemplongan. Hal ini bertujuan agar kain kembali licin setelah proses ngetel atau

ngloyor. Hasilnya adalah kain yang siap untuk dibatik dengan permukaan yang

cukup halus dan licin.

Dalam Wulandari (2011) dijabarkan, setelah mengolah kain, proses

membatik diperlukan langkah-langkah sebagai berikut: yang pertama adalah

proses nyorek atau membuat desain. Pembuatan desain dilakukan pada kertas

dengan menggunakan skala kemudian memindahkannya pada kain, bisa dengan

cara meniru atau menjiplak dari desain yang ada.

Kedua yaitu proses mbathik atau mencanting klowong untuk membuat

garis besar desain yang telah dibuat dan memberi isen-isen pada bidang-bidang di

antara cantingan klowong. Canting tulis terdiri atas bejana kuningan atau tembaga

Page 38: KAJIAN PROSES DAN NILAI ESTETIS BATIK TULIS CILACAP …lib.unnes.ac.id/30543/1/2401412015.pdf · Menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil karya ... 7. Para

18

yang dilengkapi paruh atau carat untuk mengalirkan malam (lilin) panas ke

permukaan kain. Canting yang digunakan selama proses membatik dapat

dibedakan berdasarkan ukuran carat atau cucuknya, yaitu canting klowong, isen-

isen, cecek, dan tembokan. Goresan yang dihasilkan canting isen sebaiknya lebih

kecil daripada goresan canting klowong, sehingga fungsinya sebagai pengisi

bidang tidak mengalahkan peran garis klowong. Untuk itu digunakan canting

dengan carat yang lebih kecil.

Proses ketiga setelah pencantingan ialah medel, yaitu proses pencelupan

kain yang sudah dibatik ke dalam cairan warna secara berulang-ulang sehingga

mendapatkan warna yang diinginkan (Wulandari, 2011:154). Sehelai kain batik

dinilai berdasarkan kekayaan warnanya dan kematangan nada-nada warna itu.

Semua prosedur pewarnaan kain batik menerapkan teknik air dingin versus air

mendidih dalam proses reaktif panas, dan untuk mencapai kedalaman warna yang

diinginkan, berbagai bahan tambahan dapat digunakan untuk memaksimalkan

daya serap kain (Tirta, 2009:24).

Pewarnaan kain batik dapat dilakukan dengan teknik celup maupun colet.

Pewarnaan dengan teknik colet memungkinkan kain mendapatkan beberapa warna

sekaligus, sedangkan pada teknik celup membutuhkan berkali-kali pencelupan

dengan menggunakan warna yang lebih muda terlebih dahulu. Setelah pewarnaan

maka proses selanjutnya adalah nemboki, yaitu menutup bagian-bagian yang ingin

dipertahankan warnanya dengan menerakan malam atau lilin sebelum kembali

dicelup pada warna berikutnya. Setelah nemboki, kain kemudian dikeroki atau

Page 39: KAJIAN PROSES DAN NILAI ESTETIS BATIK TULIS CILACAP …lib.unnes.ac.id/30543/1/2401412015.pdf · Menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil karya ... 7. Para

19

mbirah, yaitu dengan cara mengerok malam atau lilin pada kain secara hati-hati

menggunakan lempengan logam dan dibilas dengan air bersih.

Proses terakhir dalam membatik ialah nglorod atau melepaskan lilin

dengan cara memasukkan kain ke dalam air mendidih sampai lilin batikan

terlepas, dan proses terakhir dalam membatik adalah finishing. Proses finishing

maksudnya ialah menyiapkan kain menjadi media siap pakai, misalnya dengan

menjahit tepinya, membingkai, memadukan dengan bahan lain, dan sebagainya.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa tahapan dalam proses membatik antara lain yaitu

nyorek, mbathik, medel, nemboki, ngeroki, dan nglorod.

Sementara itu Susanto (1989: 5) menjabarkan proses pembuatan batik

dibagi menjadi beberapa bagian yaitu tahap persiapan yang meliputi proses

mengolah kain agar siap dibatik, tahap menulis atau mengecap, tahap pewarnaan,

dan tahap menghilangkan lilin/pelorodan.

2.3.1 Tahap Persiapan

Tahap persiapan yaitu meliputi proses mengolah kain agar siap dibatik.

Tahap ini dilakukan setelah perlengkapan membatik sudah disiapkan. Kegiatan

pada tahap persiapan antara lain:

1) Nggirah (memcuci kain) atau ngetel, kegiatan mencuci kain dilakukan untuk

memebersihkan kanji yang terdapat pada kain, supaya memiliki daya serap

yang tinggi.

2) Nganji, yakni pemberian kanji ditas kain supaya susunan benang kain tetap

stabil dan menjaga agar malam tidak dapat menembus serat benang sehingga

mudah hilangkan pada proses pelorodan.

Page 40: KAJIAN PROSES DAN NILAI ESTETIS BATIK TULIS CILACAP …lib.unnes.ac.id/30543/1/2401412015.pdf · Menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil karya ... 7. Para

20

3) Ngemplong, yaitu proses menghaluskan atau meratakan permukaan kain.

2.3.2 Tahap Menulis atau Mengecap

Kegiatan menulis atau mengecap kain dengan lilin batik meliputi:

1) Membatik atau mencap klowong, yaitu proses peletakan lilin yang pertama dan

pada kerangka motif yang dibatik.

2) Nerusi yaitu proses membatik mengikuti motif batikan pertama pada bekas

tembusannya, bertujuan agar batik dapat dilihat dari kedua sisi.

3) Nemboki, yaitu penutupan kain setelah diklowong untuk memepertahankan

warana kain setelah dicelup. Proses nemboki biasanya menggunakan canting

bercucuk besar bahkan juga bisa menggunakan kuas karena untuk menutup

bidang yang luas.

4) Biriki, yaitu proses nerusi tembokan agar bagian-bagian itu tertutup.

5) Membironi, merining, dan menutup, kegiatan mbironi dilakukan setelah kain

diwedel dan dikerok atau dilorod. Kegiatan ini bertujuan agar pada tempat-

tempat yang berwarna tidak tertimpa warna lain. Pekerjaan ini dilakukan

ditengah-tengah proses pembuatan kain batik.

2.3.3 Tahap Pewarnaan

Mori batik yang telah ditulis dengan lilin kemudian diwarna pada bagian

yang terbuka. Macam-macam pewarnaan dalam perbuatan batik antara lain:

1. Medel , yaitu memberi warna biru tua pada kain dengan cara dicelupkan.

2. Celupan warna dasar, celupan warna dasar dilakukan untuk batik-batik yang

berwarna, maka batik tersebut tidak diwedel.

Page 41: KAJIAN PROSES DAN NILAI ESTETIS BATIK TULIS CILACAP …lib.unnes.ac.id/30543/1/2401412015.pdf · Menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil karya ... 7. Para

21

3. Mengandung, yaitu menyiram kain batik dengan zat pewarna. Kain diletakkan

terbuka rata di atas papan atau meja kemudian disiram dengan zat pewarna

4. Coletan atau dulitan, pemeberian warna dengan cara dikuas atau dilukis pada

kain yang sudah dibatasi dengan lilin supaya tidak tercecer

5. Menyoga., yaitu memeberi warna cokalt pada kain, yang biasanya dikakukan

pada tahapan terakahir pada proses pewarnaan.

2.3.4 Tahap Menghilangkan Lilin /Pelorodan

Menurut Susanto (1989), yang dimaksud dengan pelorodan yaitu

mencairan lilin atau malam yang masih menempel pada kain. Menghilangkan lilin

batik dapat dilakukan dengan menghilangkan sebagian dan menghilangkan

keselurahan. Menghilangkann lilin sebagian yaitu proses pelepasan lilin pada

tempat-tempat tertentu dengan cara menggaruk lilin dengan alat semacam pisau.

Pekerjaan ini disebut “ngerok” atau “ngerik”. Menghilangkan lilin secara

keseluruhan pada akhir proses pembuatan batik disebut “mbabar” atau

“ngebyok”. Proses menghilakan lilin secara keseluruhan ini dilakukan dengan

memasukkan kain kedalam air mendidih yang diberi soda abu. Kain dibiarkan

sesaat kemudian dibolak-balik dengan maksud agar lilin yang menempel pada

kain dapat tersepas secara keseluruhan. Pekerjaan melorod ini dapat dilakukan

selembar dari selembar dapat pula beberapa sekaligus. Tahap terakhir dalam

pembatikan yaitu nyuci atau membersihkan kain menggunakan air bersih. Batik

yang sudah dilaorod belum tentu sudah bersih seluruhnya, terkadang masih

terdapat sisa-sisa lilin yang masih menempel, sehingga diperlukan proses untuk

mencuci.

Page 42: KAJIAN PROSES DAN NILAI ESTETIS BATIK TULIS CILACAP …lib.unnes.ac.id/30543/1/2401412015.pdf · Menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil karya ... 7. Para

22

2.4 Estetika Seni Batik

Dikutip dari pendapat Hope M. Smith (dalam Triyanto 2013), keindahan

adalah filsafat tentang segala sesuatu yang indah atau ilmu tentang keindahan dan

cita rasa. Mengacu pada pendapat Smith tersebut, keindahan tidak terlepas dari

kebudayaan, karena kebudayaan merupakan penentu corak, typical, gaya hidup

suatu kelompok masyarakat sebagai pendukung dari kebudayaan tersebut. Ia

menambahkan bahwa manusia merupakan makhluk multidimensi yang

mempunyai peran untuk mencipta dan mengamati suatu karya seni sesuai dengan

cita rasa, maka konsep keindahan dan cita rasa ini terbentuk dan mengacu dari

ajaran-ajaran agama dan konsep budaya dari masing-masing kelompok.

Sedangkan estetika sebagai sub dari sistem kebudayaan dalam berkesenian, berisi

tentang (1) nilai-nilai, (2) pedoman, (3) gagasan vital, (4) kepercayaan dan

keyakinan tentang berkesenian.

Lantas, apa yang dimaksud dengan nilai? Dalam bidang filsafat, istilah

nilai sering dipakai sebagai suatu kata benda abstrak yang berarti keberhargaan

(worth) atau kebaikan (goodness). Dalam Dictionory of Sosicology and Related

juga diberikan perumusan tentang value yang telah terperinci lagi, yaitu

kemampuan atau sifat yang dipercaya ada pada suatu benda untuk memuaskan

suatu keinginan manusia (Kartika, 2004:12).

Nilai dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti harga, angka

kepandaian, banyak sedikitnya isi, kadar, mutu, dan sifat-sifat atau hal yang

penting atau berguna bagi kemanusiaan. Menurut Iswidayati dan Triyanto (2007)

nilai disini bukan mengacu pada biji atau angka, akan tetapi nilai merupakan

Page 43: KAJIAN PROSES DAN NILAI ESTETIS BATIK TULIS CILACAP …lib.unnes.ac.id/30543/1/2401412015.pdf · Menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil karya ... 7. Para

23

sesuatu yang bersifat abstrak dan menunjuk pada suatu kualitas tertentu dari suatu

objek yang menarik minat atau perhatian. The Liang Gie (dalam Iswidayati dan

Triyanto :2007) dalam filsafatnya juga menjelaskan bahwa istilah nilai sering

dipakai sebagai suatu kata benda abstrak yang berarti keberhargaan (worth) atau

kebaikan (goodness), selanjutnya ia juga menjelaskan bahwa nilai atau value

merupakan kemampuan yang dipercayakan pada suatu benda untuk memuaskan

keinginan manusia penyebab ketertarikan minat seseorang atau suatu golongan

terhadap benda tersebut.

Sementara itu estetika secara luas mempunyai pengertian tentang semua

pemikiran filosofis dan keindahan yang berkaitan dengan seni. Menurut Webster

(dalam Iswidayati, 2007:4) estetika merupakan gabungan dari ilmu pengetahuan

dan filsafat seni. John Hosper (dalam Iswidayati dan Triyanto, 2007:5)

mendefinisikan estetika sebagai salah satu cabang filsafat yang berkaitan dengan

proses penciptaan karya seni.

Rizali (2003) menyebutkan dalam jurnalnya bahwa estetika berkaitan

dengan nilai indah atau jelek yang diberikan oleh karya seni dan sesuatu yang

indah di alam sehingga akan menimbulkan suatu perasaan, pemahaman, dan

pengalaman. Saat itulah seseorang mengalami perasaan estetika. Untuk

membedakan nilai keindahan dengan jenis nilai lainnya, seperti nilai moral, nilai

ekonomis dan nilai pendidikan, maka nilai yang berhubungan dengan segala

sesuatu yang tercakup dalam pengertian keindahan disebut nilai estetis (Kartika,

2004:14).

Page 44: KAJIAN PROSES DAN NILAI ESTETIS BATIK TULIS CILACAP …lib.unnes.ac.id/30543/1/2401412015.pdf · Menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil karya ... 7. Para

24

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

nilai estetis adalah suatu kadar atau mutu yang diciptakan oleh manusia sehingga

menjadi tolak ukur terhadap keindahan suatu karya seni. Dalam suatu karya seni

terdapat nilai yang terkandung di dalamnya. Nilai tersebut dibedakan menjadi dua,

antara lain nilai intrinsik dan nilai ekstrinsik.

1. Nilai Intrinsik

Kata intrinsik menunjuk pada sesuatu yang ada pada suatu objek. Pada

karya seni, yang dimaksud nilai intrinsik adalah kualitas atau sifat yang memiliki

harga tertentu dan terletak pada bentuk fisiknya (Triyanto, 2013: 17). Adapun

kualitas atau perbentukan fisik yang dimaksud ialah yang dianggap dapat

menimbulkan rasa indah atau pengalaman estetis (Kartika : 2004). Kartika (2004)

menambahkan bahwa nilai intrinsik yang ada dalam seni bersifat mutlak dan

hakiki, yaitu terdapat pada ‘bentuk’nya, dan yang disebut ‘bentuk’ ialah

penyusunan medium inderawi atau ‘permukaan’ suatu karya seni. Maka dapat

disimpulkan bahwa yang disebut dengan nilai intrinsik dalam karya seni yaitu

nilai yang terdapat pada perbentukan fisik suatu karya dan dapat dilihat secara

kasat mata mengenai unsur-unsur estetisnya.

Nilai intrinsik suatu karya dapat dilihat melalui unsur-unsur yang

membentuknya, yaitu berupa unsur dan prinsip rupa atau desain. Menurut Aprilia

(2012), unsur-unsur seni rupa merupakan bagian-bagian dari bentuk yang terlihat

nyata, saling berhubungan satu dengan yang lain, memiliki makna ‘kesatuan’

yang secara keseluruhan menampilkan dan menunjukkan perwujudan bentuk

suatu karya. Dalam perspektif barat, unsur-unsur rupa tersebut dapat meliputi

Page 45: KAJIAN PROSES DAN NILAI ESTETIS BATIK TULIS CILACAP …lib.unnes.ac.id/30543/1/2401412015.pdf · Menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil karya ... 7. Para

25

garis, bidang, raut, warna, nada gelap terang, tekstur, dan ruang. Akan tetapi pada

dasarnya seluruh unsur tersebut tidak semua dapat diterapkan atau dibutuhkan

dalam seni batik, karena batik merupakan karya dua dimensi yang memiliki unsur

dan prinsip tersendiri yang condong kepada perspektf timur.

Unsur-unsur rupa yang membentuk suatu desain batik di antaranya adalah

garis, bidang, raut, dan warna. Susunan antara garis, bidang, dan raut tersebut

kemudian membentuk motif pada desain batik. Penciptaan suatu karya

memerlukan pilihan pengorganisasian untuk menyusun unsur-unsur rupa,

sehingga menimbulkan rasa estetika atau keindahan. Oleh karena itu diperlukan

prinsip-prinsip desain sebagai pedoman penciptaan. Dalam batik, prinsip-prinsip

desain secara khusus dapat diperhitungkan dari segi irama (rhytm), keserasian

(harmony), dan komposisi (compisition) (Aprilia: 2012).

2. Nilai Ekstrinsik

Berlainan dengan nilai intrinsik di atas, maka istilah ekstrensik berarti

sesuatu yang berada di luar atau dibalik objek atau benda. Nilai ekstrinsik ialah

kualitas atau harga yang berada di dalam atau di balik suatu perwujudan fisik.

Kualitas harga yang dimaksud merupakan sesuatu yang tidak konkret, yakni

berupa pengertian, makna, pesan, dan ajaran atau informasi lainnya yang berharga

(Triyanto, 2013). Menurut Kartika (2004:21) nilai ekstrensik adalah nilai yang

tidak hakiki dan tidak langsung menentukan satu karya seni, adapun fungsinya

yaitu untuk mendukung, melengkapi, dan memperkuat kehadiran atau

penyelenggaraan suatu karya seni. Merujuk pada pengertian di atas maka dapat

disimpulkan bahwa nilai ekstrensik suatu karya seni adalah sesuatu yang terdapat

Page 46: KAJIAN PROSES DAN NILAI ESTETIS BATIK TULIS CILACAP …lib.unnes.ac.id/30543/1/2401412015.pdf · Menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil karya ... 7. Para

26

dibalik penciptaan karya seni tersebut, yaitu berupa makna, pesan, dan informasi

lain yang ingin disampaikan penciptanya.

2.5 Seni Batik dalam Perspektif Estetika Timur

Sebuah konsep estetis seni batik tidak dapat disamakan dengan konsep

estetika yang ada di Barat. Kartika (2004) menyebutkan bahwa pandangan

keindahan menurut perspektif barat akan berbeda dengan pandangan keindahan

menurut perspektif timur. Apabila Barat memandang keindahan fisik sebagai

wujud yang sempurna dari suatu karya seni, maka berbeda dengan perkembangan

estetika di negara-negara Timur yang lebih mengutamakan simbol atau

perlambang sebagai wujud karya seni, dan tampaknya pemikiran tersebut sudah

berkembang mulai zaman primitif hingga munculnya berbagai agama sampai era

modern. Estetika Barat bersifat dinamis dengan filosofi dan pemikiran baru,

namun di Timur justru bersifat statis dan dogmatis. Sikap dogmatis ini mengacu

pada sikap atau perilaku masyarakat yang didasari oleh kepercayaan tertentu

dengan sangat kuat sehingga masyarakat tersebut cenderung tidak toleran dan

terbuka dengan keberadaan ataupun pendapat yang berbeda dari orang lain atau

lingkungan sekitarnya.

Sumadijo (dalam Triyanto dan Iswidayati 2007) menyebutkan bahwa,

secara tradisional, bangsa-bangsa di wilayah Timur pada umumnya memiliki

orientasi nilai budaya yang bersifat mistis, magis, kosmis, dan religius. Bangsa

yang berorientasi pada nilai seperti ini secara umum hidup menyatu dengan alam

dan menganggap alam adalah sumber kehidupan yang memiliki kekuatan dan

Page 47: KAJIAN PROSES DAN NILAI ESTETIS BATIK TULIS CILACAP …lib.unnes.ac.id/30543/1/2401412015.pdf · Menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil karya ... 7. Para

27

potensi tertentu yang mempengaruhi kehidupannya. Oleh karena itu mereka akan

berusaha menghindari hal-hal yang berakibat bertentangan dengan alam dan

mengarahkan segala sesuatunya menuju kehidupan yang harmonis dengan alam.

Menurut Kartiwa (1987), seni batik merupakan seni yang bersifat magis-

simbolis yang bersumber dari alam. Bahwa unsur-unsur alam yang mempunyai

kekuatan magis yang dikenal sejak zaman Neolithikum merupakan konsepsi dari

agama atau kepercayaan tradisional masyarakat, sehingga hal tersebut sangat

mempengaruhi kehidupan manusia dalam segala hasil karya yang diciptakannya.

Para ahli menerangkan nilai estetis yang terdapat pada penciptaan seni di

Indonesia merupakan perwujudan berupa simbol mengenai konsep kepercayaan

masyarakatnya.

Gustami (2007:4) mengutarakan bahwa pengalaman estetik nenek moyang

di Indonesia dituntun oleh pengaruh masa Pra-Hindu dan Islam sehingga

menghasilkan perumusan ide dasar dalam penciptaan karya. Kartiwa (1987) juga

berpendapat bahwa ide dasar penciptaan karya seni kriya di Indonesia bukan

hanya tercipta dari masyarakat itu sendiri tapi juga banyak dipengaruhi oleh

hubungan atau kontak dengan bangsa-bangsa di luar wilayah Indonesia, sehingga

saling mempengaruhi berbagai bidang tidak hanya politik, sosial dan ekonomi tapi

juga kebudayaan. Adapun beberapa hasil akulturasi kebudayaan tersebut terdapat

pada unsur-unsur baru ragam hias flora dan fauna yang timbul dalam periode

Hindu-Indonesia, hal itu dihubungkan dengan pandangan agama Hindu terhadap

alam dan isinya serta ornamen-ornamen yang dipakai oleh dewa-dewa agama

Hindu, walau demikian unsur kebudayaan aslinya tidak pernah hilang.

Page 48: KAJIAN PROSES DAN NILAI ESTETIS BATIK TULIS CILACAP …lib.unnes.ac.id/30543/1/2401412015.pdf · Menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil karya ... 7. Para

28

Dalam Triyanto dan Iswidayati (2007:7), mengacu pada pendapat Hope M.

Smith, tentang konsep kebudayaan dan ajaran-ajaran agama yang menentukan

corak keindahan, maka estetika dalam seni batik (yang secara historis bermula di

Jawa), tidak lepas dari konsep estetika menurut pandangan masyarakat Jawa.

Kebudayaan Jawa sebagai bagian dari budaya Nusantara memiliki sistem

pengetahuan, kepercayaan, dan nilai yang khas untuk pedoman masyarakat

pendukungnya. Sistem tersebut disadari maupun tidak telah menjadi sumber yang

melandasi, memotivasi, mengilhami, memengaruhi, dan menjadi standar

masyarakat dalam memenuhi kebutuhan ekspresi seninya. Sebagai subbagian

kebudayaan Nusantara yang bercorak ketimuran, maka orientasi utamanya, secara

tradisional, masih bersifat mistis-religius.

Dalam penguraiannya, secara spesifik oleh Triyanto dan Iswidayati (2007)

menjelaskan bahwa terdapat tiga nilai budaya yang melandasi konsep estetika

Jawa. Tiga sumber nilai budaya tersebut adalah nilai budaya kosmologis,

klasifikasi simbolik, dan orientasi kehidupan orang Jawa. Kosmologis adalah

pengetahuan atau pandangan orang Jawa terhadap alam semesta. Istilah kosmos

atau jagad adalah alam semesta yang teratur. Orang Jawa percaya bahwa segala

sesuatu di dunia ini hakikatnya merupakan kesatuan hidup yang mana

kehidupannya senantiasa berkaitan erat dengan alam semesta. Mereka juga tidak

bisa memisahkan antara yang suci (sakral) dan yang profan. Bagi orang Jawa,

kehidupan alam semesta merupakan sesuatu yang teratur dan bersifat hierarkis

(bertingkat-tingkat). Sifat hierarkis ini tergambar pada tingkatan kedudukan

Page 49: KAJIAN PROSES DAN NILAI ESTETIS BATIK TULIS CILACAP …lib.unnes.ac.id/30543/1/2401412015.pdf · Menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil karya ... 7. Para

29

kehidupan yang melambangkan dunia atas (dunia para dewa dan roh), dunia

tengah (dunia manusia), dan dunia bawah (dunia para setan).

Mengacu pada suatu keyakinan bahwa alam semesta ini diatur oleh sang

penguasa, maka segala gerak alam semesta beserta isinya bergantung pada

kekuatan Tuhan sang pencipta alam sebagai titik pusatnya. Orang Jawa akan

mendapatkan keselamatan dan ketentraman dalam hidup apabila melaksanakan

tugas kewajiban hidupnya dengan berpegang pada aturan Ilahi. Pandangan

kosmologis ini menyiratkan pengertian bahwa alam semesta ini berada dalam

suatu keteraturan dan kesatuan atas semua unsur-unsur yang ada di dalamnya,

sehingga apabila unsur-unsur kosmos tersebut tidak teratur atau rusak, maka

keselarasan atau keseimbangan akan terganggu (Triyanto dan Iswidayati, 2007).

Nilai budaya kedua yaitu klasifikasi simbolik. Dalam hal ini, keindahan itu

terletak pada sesuatu yang diposisikan, diletakkan, atau ditempatkan sesuai

dengan peran, fungsi, atau kategorinya. Apabila sesuatu tersebut tidak

ditempatkan pada peran, fungsi, atau kategorinya, maka akan dianggap jelek atau

tidak layak. Begitu juga dengan karya seni harus dilakukan dengan selayaknya

berdasarkan aspek penataan, penempatan, atau pemanfaatannya agar terasa indah.

Nilai suatu keindahan (kepantasan, kepatutan, atau keelokan) dalam perspektif

budaya Jawa-pun tidak berhenti begitu saja pada aspek intrinsiknya saja, tapi juga

ditentukan oleh bagaimana seni itu dimanfaatkan, diperankan, diposisikan, atau

ditempatkan (Triyanto dan Iswidayati, 2007).

Sementara itu nilai budaya ketiga yang melandasi konsep estetika Jawa

yaitu orientasi kehidupan orang Jawa. Orang Jawa sangat mengedepankan nilai-

Page 50: KAJIAN PROSES DAN NILAI ESTETIS BATIK TULIS CILACAP …lib.unnes.ac.id/30543/1/2401412015.pdf · Menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil karya ... 7. Para

30

nilai harmoni dalam kehidupannya. Nilai keindahan suatu hal atau karya seni

haruslah memperlihatkan nilai harmoni. Selanjutnya nilai harmoni ini menurut

perspektif seseorang yang menikmatinya akan memberi kesan tenang, tentram,

damai, cocok, selaras, serasi, dan seimbang. Karya-karya seni tradisional Jawa

senantiasa menampilkan kesan yang halus, lembut, runtut, rancak, dan sejenisnya.

Hal-hal yang bersifat keras, kasar, mencolok, atau sejenisnya senantiasa dihindari

atau dimanipulasi untuk memperoleh kesan harmoni ini (Triyanto dan Iswidayati,

2007).

Berdasarkan bahasan tersebut, maka dapat dikemukakan bahwa suatu

kesenian akan memperlihatkan keindahannya jika memenuhi tiga aspek. Aspek-

aspek tersebut yaitu keteraturan, penempatan atau pemanfaatan, dan nilai

harmoni.

Menurut Tirta (2009), seni batik adalah salah satu “seni keraton” yang

beberapa diantaranya adalah seni teater wayang purwa, tari-tarian, musik

gamelan, dan puisi. Seni keraton tersebut merupakan sebuah filsafat yang

dilandasi disiplin spiritual. Pengendalian diri, tata cara (etiket) dan keselarasan

(harmoni) memiliki makna yang penting bagi orang Jawa. Konsep halus dan kasar

juga menjadi panduan estetika bagi kesenian dan segala sesuatu yang menciptakan

kontroversi dalam desain atau gaya harus dihindari, karena semua kesenian

sejatinya memiliki landasan filsafat yang sama.

Desain batik berkembang dari berbagai orientasi estetika. Dalam keraton-

keraton di Jawa Tengah, sebuah desain kerap terinspirasi dari ritual. Seperti seni

lain, batik mencakup elemen-elemen meditasi, bahkan bernafas dan konsentrasi

Page 51: KAJIAN PROSES DAN NILAI ESTETIS BATIK TULIS CILACAP …lib.unnes.ac.id/30543/1/2401412015.pdf · Menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil karya ... 7. Para

31

total diperlukan ketika menarik sebuah garis yang rata dan halus dengan

menggunakan canting. Ego harus dikurangi untuk mencapai keselarasan sempurna

dengan teknik atau desain batik, karena sehelai kain batik bermutu tinggi sinonim

dengan keselarasan (harmoni) yang dibuat (Tirta, 2009:49).

Susanto dalam Rohana (2012) menyebutkan munculnya sebuah karya seni

didasari oleh keinginan seniman untuk memvisualkan pengamatan-pengamatan

estetis ke dalam bentuk karya seni atau dapat dikatan merupakan pendekatan

seniman terhadap realitas. Ia adalah hasil persinggungan bahkan pergulatan

kesadaran seniman dengan realitas yang menjadi sasaran obsesinya, tergantung

pengalaman dan objek yang merangsang rasa kreatif seniman/desainer. Realitas

baru atau perwujudan baru menjadi bentuk karya seni yang mimesis tetapi

menjadi deformatif (perubahan bentuk) dengan tujuan dekoratif (bersifat

menghias) sebagaimana kecenderungan seni-seni kriya Indonesia yaitu stilisasi.

Irfa’ina menambahkan, nilai estetika dari sisi bentuk adalah penyusunan elemen-

elemen rupa (garis, bidang, warna) yang harmonis dalam kesatuan wujud yang

indah, ornamentasi motif batik yang unik dan mempunyai kerumitan yang khas,

keseimbangan, repetisi, proporsi, dan komposisi warna yang harmonis.

2.6 Unsur-unsur Estetis pada Batik

Nilai estetis suatu karya seni dapat dilihat berdasarkan unsur intrinsik dan

ekstrinsiknya. Dalam batik, nilai-nilai instrinsik dan ekstrinsik tersebut dapat

dilihat dari unsur warna dan motif.

Page 52: KAJIAN PROSES DAN NILAI ESTETIS BATIK TULIS CILACAP …lib.unnes.ac.id/30543/1/2401412015.pdf · Menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil karya ... 7. Para

32

2.6.1 Warna

Terdapat tatawarna umum yang ada pada batik yaitu kuning, putih, merah,

biru dan hitam. Warna-warna tersebut merupakan karakteristik orang Jawa yang

dianggap memiliki simbol atau lambang pemujaan terhadap dewa. Adapun makna

warna-warna tersebut didasarkan arah mata angin dan masing-masing memiliki

nilai-nilai simbolik, antara lain: putih menandakan arah timur, merah untuk arah

selatan, kuning untuk arah barat, dan hitam untuk arah utara, serta beberapa

perlambang lain menurut tasawuf Jawa (Kartasoejono dalam Kartika 2004).

Menurut Kusrianto (2013:35), pada batik klasik terdapat beberapa warna

yang sering digunakan, antara lain warna coklat, biru tua, dan putih. Warna coklat

merupakan simbol dari warna tanah lempung yang subur, dapat membangkitkan

rasa kerendahan hati, kesederhanaan dan memiliki makna “membumi”. Warna ini

sering ditemukan pada motif kawung, wahyu temurun, semen, dan parang. Warna

biru tua merupakan perwujudan rasa ketenangan, kepercayaan, dan kelembutan

pekerti. Warna biru tua ini sering ditemukan pada motif batik klasik Yogyakarta,

misalnya pada motif Modang. Sedangkan warna putih merupakan perlambangan

dari kesucian, ketentraman hati dan keberanian, serta sifat pemaaf pemakainya.

Salah satu contoh penerapan warna dasar putih adalah pada motif Sidoasih yang

dikenakan pada saat prosesi pernikahan adat Yogya. Ketika muncul pengaruh dari

bangsa-bangsa asing, pewarnaan batik menjadi bervariatif dan banyak

menekankan warna-warna yang lebih cerah dan bernuansa ceria, seperti biru,

hijau, merah muda, kuning, dan sebagainya.

Page 53: KAJIAN PROSES DAN NILAI ESTETIS BATIK TULIS CILACAP …lib.unnes.ac.id/30543/1/2401412015.pdf · Menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil karya ... 7. Para

33

Penataan warna pada batik memiliki karakteristik yang berbeda-beda,

bahkan warnanyapun dapat berbeda padai motif satu dengan motif yang lain. Tirta

(2009) berpendapat bahwa proses pewarnaan merupakan titik kritis suksesnya

pembuatan kain batik yang bermutu. Sehelai kain batik dinilai berdasarkan

kekayaan warnanya dan kematangan nada-nada warna itu. Bahan-bahan yang

diperoleh untuk membuat pewarna alamipun diperoleh dari lingkungan setempat.

Pemanfaatan bahan-bahan secara maksimal menghasilkan pigmen warna yang

indah sekaligus “resep rahasia” bagi sebagian besar pengusaha batik. Sementara

itu pewarna sintetis yang sekarang kerap digunakanpun memiliki karakteristik

yang berbeda pula. Pengolahan batik dengan pewarna sintetis menghasilkan

warna kain yang lebih kuat dan cerah, berbeda sedikit dengan pewarna alami yang

“kalem” dan lembut.

Primer Sekunder Tersier

Gambar 2.4 Spektrum Warna Menurut Goethe

(Sumber: Aprillia, 2012)

Dari pandangan barat, banyak dari para ahli dalam bidang ilmu tentang

warna baik dari segi pigmen atau fisika mengkaji warna dengan beberapa teori

yang dipaparkan, salah satunya adalah Goethe. Oleh Goethe (dalam Aprillia,

2012:60) spektrum warna terdiri dari warna pokok cayaha atau disebut dengan

warna primer, yaitu merah, kuning, dan biru, dalam susunan segitiga warna

Page 54: KAJIAN PROSES DAN NILAI ESTETIS BATIK TULIS CILACAP …lib.unnes.ac.id/30543/1/2401412015.pdf · Menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil karya ... 7. Para

34

(Triad) yang menempatkan warna primer dan campurannya menjadi warna

sekunder dan warna tersier. Sementara itu dalam teori warna pigmen, hitam,

putih, dan abu-abu disebut warna netral.

2.6.2 Motif

Menurut Kusrianto (2013) istilah motif disebut untuk menggambarkan

desain secara keseluruhan dari sebuah kain batik, sebagai contoh penggunaannya

pada motif Sidomukti, motif Parang, motif Pring Sedapur. Sedangkan Susanto

(1980:121) mendefinisikan motif batik sebagai kerangka gambar yang

mewujudkan batik secara keseluruhan. Disebut juga dengan corak batik atau pola

batik yang merupakan suatu dasar atau pola pokok dari suatu pusat rancangan,

terdiri atas unsur bentuk atau objek, proporsi, dan komposisi. Wulandari

(2011:113) menyebutkan motif menjadi pangkalan atau pokok dari suatu pola

yang mengalami proses penyusunan dan diterapkan secara berulang-ulang

sehingga diperoleh sebuah pola atau field.

Menurut Sunaryo (2010:14) motif merupakan unsur pokok sebuah

ornamen. Perwujudan motif umumnya adalah gubahan atas bentuk-bentuk yang

ada di alam atau sebagai representasi alam yang kasat mata. Ada juga yang

merupakan hasil khayalan semata karena bersifat imajinatif, bahkan kadang tidak

dapat dikenali lagi bentuknya. Tirta (2009:52) mengemukakan bahwa motif-motif

yang ada pada batik terinspirasi dari ragam hias yang ada di Nusantara. Adapun

ragam hias pertama yang ditemukan berupa corak-corak geometris yang sudah

digunakan untuk menghias tekstil selama berabad-abad di seluruh dunia. Di Jawa,

desain tersebut merujuk pada lambang-lambang pra-Hindu maupun Hindu dan

Page 55: KAJIAN PROSES DAN NILAI ESTETIS BATIK TULIS CILACAP …lib.unnes.ac.id/30543/1/2401412015.pdf · Menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil karya ... 7. Para

35

ragam hias geometris yang lazim di keraton adalah bentuk-bentuk seperti ceplok

atau ceplokan, kawung, nitik, dan lereng. Bentuk-bentuk itu umumnya merupakan

stilisasi dari hewan-hewan, benda alam, dan tanaman yang memiliki makna

penting bagi orang Jawa.

Menurut Aprillia (2012) dalam penciptaan desain motif, dasar bentuk yang

ada di lingkungan sekitar dapat dijadikan sebagai ide. Misalnya objek-objek yang

natural (susai fakta di alam) dapat digubah menjadi bentuk yang disederhanakan,

atau motif-motif yang sudah ada (tradisional) dapat digubah menjadi motif

modern, dapat pula dua motif dipadukan menjadi motif kontemporer. Pada

beberapa objek yang akan dijadikan motif biasanya digubah dengan beberapa cara

penggubahan, antara lain dengan stilisasi, distorsi, deformasi, dan transformasi.

Penggubahan dengan sitilasasi dilakukan dengan menyederhanakan bentuk

dengan tidak meninggalkan karakter bentuk aslinya. Distorsi dilakukan dengan

menonjolkan karakter atau melebih-lebihkan bentuk objek aslinya. Deformasi

merupakan penggubahan letak komponen pada figur atau objek, dengan kata lain

memisahkan unsur-unsur dengan tidak meninggalkan komposisinya. Sementara

itu transformasi menggabungkan beberapa objek dalam bentuk baru yang menjadi

tidak jelas bentuk asli atau dasarnya Aprillia (2012).

Sunaryo (2010) membagi ragam motif hias yang ada di nusantara menjadi

enam, antara lain: motif hias geometris, motif hias sosok manusia, motif hias

binatang, motif hias tumbuh-tumbuhan, motif hias benda alam, dan motif hias

benda teknologis. Beberapa di antaranya terdapat motif hias yang umum

Page 56: KAJIAN PROSES DAN NILAI ESTETIS BATIK TULIS CILACAP …lib.unnes.ac.id/30543/1/2401412015.pdf · Menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil karya ... 7. Para

36

digunakan di dalam batik, diantaranya yaitu motif hias geometris, binatang,

tumbuhan, dan benda alam.

2.6.2.1 Motif Hias Geometris

Gambar 2.5 Motif Hias Geometris pada Batik

(Sumber: Sunaryo, 2009)

Motif hias geometris menggunakan unsur-unsur rupa seperti garis dan

bidang yang pada umumnya bersifat abstrak, artinya bentuknya tak dapat dikenali

sebagai bentuk objek alam. Motifnya berkembang dari bentuk titik, garis, atau

bidang yang berulang, dari yang sederhana sampai pola yang rumit. Selain bentuk

geometris yang bersifat abstrak murni, motif geometris ada kalanya juga

menggambarkan objek tertentu yang bentuknya sudah digubah sedemikian rupa.

Sejumlah motif geometris nusantara antara lain: meander, pilin, lereng, banji,

kawung, jlamprang, dan tumpal (Sunaryo, 2010:22). Beberapa motif hias

geometris banyak diterapkan pada batik-batik seperti batik parang barong,

parang cantel, kawung, nitik, mabu bronto, truntum, dan lain-lain.

Page 57: KAJIAN PROSES DAN NILAI ESTETIS BATIK TULIS CILACAP …lib.unnes.ac.id/30543/1/2401412015.pdf · Menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil karya ... 7. Para

37

2.6.2.2 Motif Hias Binatang

Gambar 2.6 Motif Hias Binatang pada Batik

(Sumber : Sunaryo, 2009)

Bentuk binatang banyak digunakan dalam menghias kain batik, mulai dari

binatang yang hidup di air, binatang darat, binatang yang dapat terbang atau

bersayap, bahkan binatang yang sifatnya hanya imajinatif atau hasil rekaan

semata. Secara umum binatang yang digambarkan adalah binatang yang ada di

sekitar lingkungan, juga binatang imajinatif yang berkaitan dengan kepercayaan

atau mitologi. Mitologi tersebut dapat terpengaruh dari kepercayaan daerah

setempat atau dari luar (Sunaryo, 2010).

Pada batik klasik, motif binatang pada umumnya memiliki maksud atau

perlambang, seperti motif burung atau unggas yang mewakili arti dunia atas,

dunia roh, atau para dewa. Binatang darat berkaki empat mewakili arti dunia

tengah, dan binatang melata atau binatang air yang mewakili dunia bawah

(Sunaryo, 2010:67). Adapun contoh motif hias binatang yang biasanya terdapat

pada batik adalah garuda, burung Phoenix, rusa, naga, dan lain-lain.

Page 58: KAJIAN PROSES DAN NILAI ESTETIS BATIK TULIS CILACAP …lib.unnes.ac.id/30543/1/2401412015.pdf · Menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil karya ... 7. Para

38

2.6.2.3 Motif Hias Tumbuh-tumbuhan

Gambar 2.7 Batik Bermotif Buketan

(Sumber : Sunaryo, 2010)

Motif hias tumbuh-tumbuhan banyak diterapkan pada benda-benda

Nusantara, begitu pula batik. Motif ini tidak selalu bersifat simbolis karena

penggunaannya banyak ditekankan sebagai keindahan hiasan. Sementara itu motif

kalpataru atau bunga teratai memiliki makna simbolik tersendiri. Adapun motif

hias tumbuhan yang sering digunakan diantaranya adalah bunga, lung, patra, dan

sulur-suluran.

Dalam batik, terdapat banyak motif hias tumbuh-tumbuhan terutama

bunga, misalnya truntum, cempaka, sekar kenanga, sekar jeruk, sekar randu, dan

lain-lain. Walaupun tumbuhan namun pada umumnya berpola geometris. Ragam

hias batik semen sesungguhnya merupakan penggambaran motif tanaman yang

sedangan bersemi, pada batik pesisirpun terdapat rangkaian motif bunga yang

disebut buketan (Sunaryo,2010: 155).

Page 59: KAJIAN PROSES DAN NILAI ESTETIS BATIK TULIS CILACAP …lib.unnes.ac.id/30543/1/2401412015.pdf · Menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil karya ... 7. Para

39

2.6.2.4 Motif Hias Benda Alam

Gambar 2.8 Motif Batik Mega Mendung, Cirebon.

(Sumber : Sunaryo, 2010)

Benda-benda alam yang terdapat dilingkungan sekitarpun banyak

digunakan sebagai motif pada kain batik. Beberapa di antaranya adalah benda-

benda langit seperti matahari, bintang, bulan, dan awan. Ada juga motif bebatuan,

motif air, api, dan gunung (meru). Pada batik Keraton Cirebon, terdapat sebagian

motif batik yang populer yaitu motif mega mendung yang saling merangkai.

Kaitannya dengan keindahan, motif batik klasik harus mengandung

beberapa arti atau perlambang menurut pandangan orang-orang Jawa dan

ornamennyapun harus melahirkan rasa keindahan, yakni indah dalam arti dapat

memberikan perpaduan harmoni antara tatawarna dan susunan bentuk ornamen

lengkap dengan isiannya (Kartika 2004:221). Adapun struktur batik terdiri dari

unsur pola atau motif batik yang disusun berdasarkan pola atau struktur yang

sudah baku. Susunan batik tersebut terdiri atas tiga unsur, yakni:

Page 60: KAJIAN PROSES DAN NILAI ESTETIS BATIK TULIS CILACAP …lib.unnes.ac.id/30543/1/2401412015.pdf · Menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil karya ... 7. Para

40

1) Motif (utama), yaitu unsur pokok pola, berupa gambar-gambar bentuk tertentu

atau disebut ornamen pokok. Bentuk motif ini sering dijadikan sebagai nama

motif batik (Kusrianto 2013:5).

2) Motif pengisi, berupa pola yang dibuat untuk mengisi bidang, bentuknya lebih

kecil dan tidak turut membentuk arti atau jiwa.

3) Isen-isen. Menurut Kartika (2009), isen-isen digunakan untuk memperindah

pola secara keseluruhan, baik ornamen pokok maupun ornamen pengisi berupa

titik-titik, garis-garis maupun gabungan titik dan garis. Isen-isen dalam batik

mempunyai bentuk dan nama tertentu dan jumlahnya banyak, umumnya

berbentuk kecil, berupa titik-titik, garis lengkung, garis lurus, lingkaran-lingkaran,

hingga ke bentuk bunga-bunga kecil (Kusrianto, 2013: 27). Beberapa jenis isen-

isen antara lain cecek, cecek pitu, sisik, ukel, galaran, dan lain-lain.

Gambar 2.9 Bentuk Isen-isen Batik

(Sumber: Kusrianto 2013)

Page 61: KAJIAN PROSES DAN NILAI ESTETIS BATIK TULIS CILACAP …lib.unnes.ac.id/30543/1/2401412015.pdf · Menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil karya ... 7. Para

41

Dalam mendeskripsikan motif maka tidak akan lepas dari beberapa unsur

estetis pembentuknya, antara lain garis, bidang dan raut.

1) Garis

Dalam Aprillia (2012) diartikan bahwa unsur garis pada karya dwimatra

dapat dibagi ke dalam bentuk yang bersifat nyata (kongkret) dan konseptual. Garis

bersifat konkret artinya garis tersebut benar-benar nyata diwujudkan melalui

kesengajaan. Sedangkan garis bersifat konseptual artinya garis tersebut hanya

dapat dirasakan, ada dalam pikiran atau imajinasi, tidak membuat garis

sebagaimana garis dibuat secara sengaja. Contohnya garis yang dirasa ada pada

batas sekeliling suatu benda. Batas antarbidang, batas antarwarna, atau batas

cakrawala.

Garis memiliki dimensi yang memanjang dan mempunyai arah yang

bersifat pendek, panjang, vertikal, horizontal, lurus, melengkung, bergelombang,

zig-zag, dan patah-patah. Pada batik garis secara sengaja diciptakan berdasarkan

pola canting yang membentuk motif, dapat pula secara tidak sengaja tercipta dari

batas raut dan warna. Unsur-unsur yang membentuk motif pada batik akan

menimbulkan keindahan, sebagaimana garis yang dibuat dengan menggunakan

malam dan canting memiliki sifat yang berbeda-beda.

2) Bidang dan Raut

Menurut Aprillia (2012), pengertian bidang dan raut terkadang disamakan

karena dianggap tidak ada perbedaan antara keduanya. Bidang dan raut diartikan

sebagai keluasan permukaan yang datar, memiliki panjang dan lebar, sedangkan

ketebalannya relatif, atau dapat pula dikatakan pipih atau rata. Raut dapat tercipta

Page 62: KAJIAN PROSES DAN NILAI ESTETIS BATIK TULIS CILACAP …lib.unnes.ac.id/30543/1/2401412015.pdf · Menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil karya ... 7. Para

42

dengan cara memberi warna, tekstur, atau unsur yang menunjukkan adanya suatu

bentuk tertentu. Raut dapat dibagi dalam beberapa jenis di antaranya raut

geometris, organis, bersudut (zigzag), dan tak beraturan. Raut geometris,

keluasannya dapat dihitung atau diukur, contohnya segitiga, persegi, dan

lingkaran. Raut organis adalah raut yang dibatasi oleh lengkung bebas dan tidak

dapat diukur. Raut bersudut atau zigzag memiliki sudut atau garis batas yang

bertekuk-tekuk, sementara itu raut tak beraturan merupakan raut yang dibatasi

oleh garis lurus dan garis lengkung bebas.

2.7 Prinsip Estetis dalam Seni Batik

Prinsip-prinsip batik secara modern dapat diapresiasi dan dikaji

berdasarkan prinsip desain. Menurut Aprillia (2012), penciptaan suatu karya tidak

boleh lepas dari penerapan prinsip-prinsip desain yang tepat agar karya terlihat

indah dan nyaman dilihat. Tiap unsur terlihat serasi dan menyatu apabila tiap

unsur disusun dan ditata tepat ukuran, arah, maupun perpaduannya. Dalam Aprilia

(2012) dijabarkan prinsip-prinsip desain tersebut diantaranya dapat diterapkan

pada desain batik, meliputi irama (rhytm), keserasian dan kesatuan (harmony and

unity), dan kesebandingan (proportion).

2.7.1 Irama (Rhytm)

Irama yaitu keberaturan atau perulangan unsur-unsur yang dilakukan

secara teratur atau secara terus menerus. Irama merupakan prinsip desain yang

membentuk suatu gerak yang teratur dan menyatu. Pengulangan yang teratur

dalam desain dapat diciptakan dengan irama repetitif, alternatif, progresif, dan

Page 63: KAJIAN PROSES DAN NILAI ESTETIS BATIK TULIS CILACAP …lib.unnes.ac.id/30543/1/2401412015.pdf · Menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil karya ... 7. Para

43

flowing, melalui garis, bentuk/raut, serta ukuran. Irama repetitif merupakan

pengaturan unsur dalam irama yang sama, berulang secara tetap. Perulangan

alternatif yaitu irama yang mengatur unsur-unsur secara bergantian atau berselisih

agar berkesan tidak menjemukan. Sementara itu irama progresif adalah irama dari

suatu perubahan serta perkembangan suatu unsur, biasanya berkaitan dengan

bentuk, ukuran, atau jarak/ruang. Misalnya pengulangan bentuk oval dari ukuran

kecil hingga berukuran besar dengan jarak sama, atau deretan bidang yang

berukuran sama, tetapi menunjukkan perbedaan jarak atau ruang yang semakin

jauh.

2.7.2 Keserasian dan Kesatuan (Harmony and Unity)

Suatu unsur satu dengan unsur lain dalam satu susunan hendaknya memiliki

keterpaduan dan keselarasan sehingga tercipta bentuk yang harmonis dan serasi.

Prinsip keserasian dalam batik dapat dilihat dari keserasian bentuknya, yaitu

memadukan unsur-unsur yang serupa atau memiliki karakter yang serupa

sehingga dapat mencapai susunan unsur bentuk yang serasi. Perpaduan unsur

tersebut dapat dicapai dengan adanya perbedaan bentuk unsur atau warna.

Misalnya dengan memadukan raut segitiga dengan limas, raut bulat dengan oval,

dan lain-lain. namun dapat juga keserasian itu dicapai dengan menghadirkan

unsur warna seperti di antara warna merah dan biru, dapat dihadirkan warna ungu

sebagai warna campurannya.

Sementara itu, prinsip kesatuan merupakan prinsip desain yang menentukan

terhadap prinsip-prinsip lain, mempunyai keeratan dengan paduan susunan

prinsip-prinsip yang lain. Dalam karya seni rupa, kesatuan tercipta karena terdapat

Page 64: KAJIAN PROSES DAN NILAI ESTETIS BATIK TULIS CILACAP …lib.unnes.ac.id/30543/1/2401412015.pdf · Menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil karya ... 7. Para

44

hubungan antar bagian dan prinsip-prinsip yang menunjukkan pengertian secara

keseluruhan. Artinya kesatuan dipahami sebagai hubungan antar unsur dan

prinsip-prinsipnya saling mengisi, memiliki keterkaitan, dan harmoni antar unsur

atau elemen.

2.7.3 Kesebandingan (Proportion)

Prinsip proporsi disebut dengan kesebandingan antar susunan unsur-unsur

dengan keluasan bidang gambar. Pada desain, unsur-unsur rupa tiap-tiap bagian

memiliki keseimbangan ruang dan ukuran serta memiliki hubungan antar bagian

dan keseluruhan. Oleh karena itu perupa membutuhkan kecermatan dalam

penyusunan, menciptakan hubungan kelasan yang baik dan tepat, serta agar

penempatan unsur tidak membosankan, sehingga dengan demikian akan tercipta

kesebandingan yang tepat antara unsur-unsur dan keluasan bidang. Hal tersebut

apabila ditata dengan baik akan mendapatkan kesan yang serasi dan menarik.

2.8 Ragam Pola dan Penyusunan Desain

Dalam Aprillia (2012) menjabarkan bahwa pola terbentuk karena adanya

perulangan motif, baik dari bentuk alam-benda maupun berupa figur. Pada

umumnya pola-pola digunakan untuk industri perlengkapan rumah-tangga atau

yang berhubungan dengan kebutuhan sehari-hari, salah satunya tekstil. Adapun

penempatan pola-pola tersebut dapat diarahkan secara vertikal, horizontal dan

diagonal, yang masing-masing posisi tersebut dapat diatur (menggunakan motif-

motif yang disusun menjadi pola) melalui perulangan sebagai berikut:

Page 65: KAJIAN PROSES DAN NILAI ESTETIS BATIK TULIS CILACAP …lib.unnes.ac.id/30543/1/2401412015.pdf · Menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil karya ... 7. Para

45

2.8.1 Half-Drop

Penyusunan motif dengan pola perulangan half-drop dilakukan dengan

cara menurunkannya secara paralel setengah tangga, baik secara vertikal atau

horizontal.

Gambar 2.10 Pola Perulangan Half-Drop

(Sumber: Bates dalam Aprillia, 2012)

3. Quarter-Drop

Penempatan dengan quarter-drop sama seperti half-drop, namun

penempatan ini dilakukan dengan menurunkannya seperempat atau seperdelapan,

sehingga pola motif terlihat lebih rumit.

Gambar 2.11 Pola Perulangan Quarter-Drop

(Sumber: Bates dalam Aprillia, 2012)

Page 66: KAJIAN PROSES DAN NILAI ESTETIS BATIK TULIS CILACAP …lib.unnes.ac.id/30543/1/2401412015.pdf · Menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil karya ... 7. Para

46

4. Diamond-repeat

Motif ditempatkan dalam bentuk belah ketupat atau berlian. Adapun motif

yang keluar dari batas bidang berlian akan menjadi pengikat atau penyambung

motif lain di sisi bidang, sehingga berkesan saling bertautan.

Gambar 2.12 Pola Perulangan Diamond-repeat (Sumber: Bates dalam Aprillia, 2012)

5. Perulangan Paralel

Gambar 2.13 Pola Perulangan Paralel

(Sumber: Bates dalam Aprillia, 2012)

Pada pola perulangan paralel, penempatan motif ada dalam deret

perulangan garis yang melintang dan membujur, pada deret bagian atas selalu ada

kaitannya atau bersambung dengan motif pada dereta bawah, demikian pula pada

sisi kanan dan kirinya.

Page 67: KAJIAN PROSES DAN NILAI ESTETIS BATIK TULIS CILACAP …lib.unnes.ac.id/30543/1/2401412015.pdf · Menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil karya ... 7. Para

47

6. Perulangan Berlawanan

Pola perulanga berlawanan menempatkan motif secara bertolakbelakang,

sehingga pada pola berikutnya motifnyapun saling berhadapan.

Gambar 2.14 Pola Perulangan Berlawanan

(Sumber: Kenneth dalam Apillia, 2012)

Page 68: KAJIAN PROSES DAN NILAI ESTETIS BATIK TULIS CILACAP …lib.unnes.ac.id/30543/1/2401412015.pdf · Menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil karya ... 7. Para

183

BAB 5

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, maka dapat

dikemukakan simpulan sebagai berikut.

5.1.1 Proses pembuatan batik Cilacap di perusahaan batik “Rajasa Mas Batik”

cukup sederhana dibandingkan dengan proses pembuatan batik di daerah lain

yang membutuhkan pengerjaan yang cukup rumit dan panjang, baik pada proses

pra-pembatikan, processing teknik membatik, maupun proses pasca-pembatikan.

Pada proses pra-pembatikan batik Cilacap di “Rajasa Mas Batik”, kain yang

hendak dibatik diolah terlebih dahulu dengan cara direbus menggunakan jerami

dan sekam, direndam dalam larutan tepung kanji, dikemplongi, dan dibuat desain

pada permukaan kain. Selanjutnya pada prosessing teknik membatik, kain hanya

dilakukan beberapa proses yang terdiri dari proses nyanthing/ngrengreng, nyolet

(mencolet), nembok/ngeblok, medel, dan nglorod. Sementara itu pada pasca-

pembatikan, kain batik yang sudah jadi dirapikan dengan proses setrika sampai

pengemasan.

5.1.2 Batik Cilacap terinspirasi dari flora dan fauna serta kehidpan yang ada di

lingkungan Kabupaten Cilacap. Memiliki ciri khas pada pewarnaannya yang

menggunakan warna-warna bernada kuat dan pembubuhan motif yang ditata

secara bertumpuk. Batik Cilacap mendapat pengaruh dari batik pedalaman yang

Page 69: KAJIAN PROSES DAN NILAI ESTETIS BATIK TULIS CILACAP …lib.unnes.ac.id/30543/1/2401412015.pdf · Menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil karya ... 7. Para

184

umumnya menggunakan warna soga, putih, dan hitam (biru), dan pengaruh batik

pesisiran terdapat warna motif yang polikromatik (berwarna-warni). Batik Cilacap

memiliki ciri-ciri motif yang cukup kompleks atau rumit khususnya pada batik

klasiknya, dan motif yang sederhana pada batik modernnya, dipengaruhi oleh

semangat kerakyatan, bersifat egaliter, dan dibangun dengan pola kehidupan

agraris.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka perusahaan batik

“Rajasa Mas Batik” perlu:

5.2.1 Mengembangkan lagi proses pengolahan kain sebelum dibatik agar kain

lebih kuat dan tidak mudah rusak.

5.2.2 Mengembangkan pewarnaan polikromatis pada batik agar lebih bervariasi.

5.2.3 Melestarikan lagi batik Cilacap dengan cara memperluas wilayah

pembatikan tidak hanya di Desa Maos Kidul namun juga di wilayah-

wilayah lain di Kabupaten Cilacap.

5.2.4 Memberikan sumbangan berupa wawasan kepada masyarakat luas tidak

hanya mengenai proses pembuatan batik tapi juga nilai-nilai estetis batik

tulis Cilacap.

Page 70: KAJIAN PROSES DAN NILAI ESTETIS BATIK TULIS CILACAP …lib.unnes.ac.id/30543/1/2401412015.pdf · Menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil karya ... 7. Para

185

DAFTAR PUSTAKA

Assauri, Sofyan. 2013. Manajemen Pemasaran. Jakarta: Rajasali Pers.

Bastomi, Suwaji. 1982. Seni Rupa Indonesia Awal Sampai Jaman Kejayaan

Islam. Semarang. IKIP Semarang.

Djoemena, Nian S. 1989. Ungkapan Sehelai Batik: It’s Mystery And Meaning.

Jakarta: Intermasa.

Faisal, Sanapiah. 1990. Penelitian Kualitatif. Malang: Yayasan Asah Asih Asuh

Malang.

Gustami. 2007. Butir-butir Mutiara Estetika Timur; ide Dasar Penciptaan Seni

Kriya Indonesia. Yogyakarta: PRASISTA.

Herusatoto, Budiono. 2008. Banyumas: Sejarah, Budaya, Bahasa, dan Watak.

Yogyakarta: Lkis Yogyakarta.

Iswidayati, Sri. Triyanto. 2007. Estetika Timur. Bahan Ajar. Universitas Negeri

Semarang.

Kartika, Darsono S. 2004. Seni Rupa Modern. Bandung: Rekayasa Sains.

Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Penerbit Rineka

Cipta.

Page 71: KAJIAN PROSES DAN NILAI ESTETIS BATIK TULIS CILACAP …lib.unnes.ac.id/30543/1/2401412015.pdf · Menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil karya ... 7. Para

186

Kontour, Ronny. 2003. Metode Penelitian: Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis.

Jakarta: Penerbit PPM.

Kusrianto, Adi. 2013. Batik : Filosofi, Motif & Kegunaan. Yogyakarta: C.V Andi

OFFSET.

Moleong, Lexy. J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Musman, Asti. Arini, Ambar. 2011. Batik: Warisan Adiluhung Nusantara.

Yogyakarta: G-Media.

Pusat Bahasa. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen

Pendidikan Nasional.

Rizali, Nanang. 2003. “Seni: Estetika, Logika, dan Etika”. Jurnal Wacana Seni

Rupa Vol.3 No.6, Agustus 2003.

Sugiyono, 2012. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta.

Sumarsono, dkk. 2013. Benang Raja Menyimpul Batik Pesisir. Jakarta:

Kepustakaan Populer Gramedia.

Sunaryo, Aryo. 2010. Ornamen Nusantara. Semarang: Dahara Prize.

Suryabrata, Sumadi. 1987. Metodologi Penelitian. Jakarta: CV. Rajawali.

Page 72: KAJIAN PROSES DAN NILAI ESTETIS BATIK TULIS CILACAP …lib.unnes.ac.id/30543/1/2401412015.pdf · Menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil karya ... 7. Para

187

Usman, Andi. 2009. Seni Relief Karya Sutrisno: Kajian Proses Penciptaan, Nilai

Estetis dan Simbolis. Skripsi. Universitas Negeri Semarang.

Tim UNNES. 2014. Pedoman Penulisan Skripsi. Semarang: UNNES Press.

Tirta, Iwan. 2009. Batik Sebuah Lakon. Jakarta: PT Gaya Favorot Press.

Triyanto. 2013. Estetika Barat. Semarang: Universitas Negeri Semarang.

Wibiono, Bambang. 2012. Mengenal Kondisi Beberapa Pengusaha Batik Cilacap.

(Diakses pada 25 Mei 2016, pukul 14:43).

Wulandari, Ari. 2011. Batik Nusantara: Makna Filosofis, Cara Pembuatan, dan

Industri Batik. Yogyakarta: Andi Publisher.