kajian pengembangan desa wisata di desa blimbing …
TRANSCRIPT
KAJIAN PENGEMBANGAN DESA WISATA DI DESA BLIMBING
KABUPATEN BONDOWOSO
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
dalam menempuh studi pada
Program Strata 1
Oleh :
DADIKA FAISAL PRADANA
Nomor Induk : 201318884
PROGRAM STUDI DESTINASI PARIWISATA
SEKOLAH TINGGI PARIWISATA BANDUNG
BANDUNG
2017
LEMBAR PENGESAHAN
Bandung, Agustus 2017
Pembimbing II
Tatang Sopian S.Pd., M.Hum.
NIP. 19701009 200605 1 001
Bandung, Agustus 2017
Pembimbing I
Endah Trihayuningtyas S.Sos., MM.Par
NIP. 19640626 199103 2 001
Bandung, Agustus 2017
Menyetujui:
Plh. Kepala Bagian Administrasi Akademik
dan Kemahasiswaan
Sumaryadi, MM.
NIP. 19670211 199303 1 001
Bandung, Agustus 2017
Menyetujui:
Ketua Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung
Dr. Anang Sutono, CHE
NIP. 19650911 199203 1 001
PERNYATAAN MAHASISWA
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :
Nama : Dadika Faisal Pradana
Tempat/Tanggal Lahir : Banyuwangi, 1 Maret 1994
NIM : 201318884
Jurusan : Kepariwisataan
Program Studi : Studi Destinasi Pariwisata
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi yang berjudul:
“KAJIAN PENGEMBANGAN DESA WISATA DI DESA BLIMBING
KABUPATEN BONDOWOSO”
ini adalah merupakan hasil karya dan hasil penelitian saya sendiri, bukan
merupakan hasil penjiplakan, pengutipan, penyusunan oleh orang atau pihak
lain atau cara-cara lain yang tidak sesuai dengan ketentuan akademik yang
berlaku di STP Bandung dan etika yang berlaku dalam masyarakat keilmuan
kecuali arahan dari Tim Pembimbing.
2. Dalam Skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau
dipublikasikan orang atau pihak lain kecuali secara tertulis dengan jelas
dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan sumber, nama
pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
3. Surat Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya, apabila dalam naskah
Skripsi ini ditemukan adanya pelanggaran atas apa yang saya nyatakan di
atas, atau pelanggaran atas etika keilmuan, dan/atau ada klaim terhadap
keaslian naskah ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa
pencabutan gelar yang telah diperoleh karena karya tulis ini dan sanksi
lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di Sekolah Tinggi Pariwisata
Bandung ini serta peraturan-peraturan terkait lainnya.
4. Demikian Surat Pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya untuk
dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Bandung, Agustus 2017
Yang membuat pernyataan,
Materai Rp. 6000,-
Dadika Faisal Pradana
201318884
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
hanya berkat Rahmat dan HidayahNya Skripsi ini dapat rampung tepat waktu.
Skripsi dengan judul Kajian Pengembangan Desa Wisata di Desa
Blimbing Kabupaten Bondowoso sebagai salah satu syarat dalam menempuh
Program Strata 1. Program Studi Destinasi Pariwisata Sekolah Tinggi Pariwisata
Bandung.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih serta
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :
1. Bapak Dr. Anang Sutono, MM, Par., CHE selaku Ketua Sekolah Tinggi
Pariwisata Bandung.
2. Bapak Drs. Alexander Reyaan, MM., selaku Kepala Bagian Administrasi
Akademik dan Kemahasiswaan Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung.
3. Bapak Dr. Heri Sigit Cahyadi, MM., Par selaku Ketua Program Studi
Destinasi Parwisata, Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung.
4. Ibu Endah Trihayuningtyas S.Sos., MM.Par selaku Pembimbing I.
5. Bapak Tatang Sopian S.Pd., M.Hum selaku Pembimbing II.
6. Bapak/Ibu Dosen pengajar Program Studi Destinasi Pariwisata yang telah
memberikan bekal ilmu yang sangat bermanfaat hingga peneliti dapat
menyusun skripsi dan menyelesaikannya tepat waktu.
7. Kedua orang tua saya Bapak Didik Cahyono dan Ibu Eny Yuliati atas doa
dan dukungannya yang tak terbatas.
ii
8. Bapak Kepala Dinas beserta seluruh staff di lingkungan Dinas Pariwisata
Pemuda dan Olahraga Kabupaten Bondowoso atas kemudahan birokrasi
dalam memperoleh data-data yang dibutuhkan.
9. Broto, Cimcim, dan Bule yang selalu menghibur pada saat rasa lelah dan
jenuh melanda.
10. Larasati Tiara Cahyani, adik tercinta yang selalu memberikan doa dan
semangat tanpa kenal lelah.
11. Nisa Arizka Arany sebagai seseorang yang telah memberikan semangat
dan nasehat meskipun terkadang ditunjukkan dengan sedikit amarah dan
emosi yang cukup melatih mental dan kesabaran.
12. Rekan-rekan Mahasiswa/i yang telah memberikan dorongan semangat dan
bantuan berupa materi dan doa sehingga penulisan skripsi ini dapat
terselesaikan tepat waktu, semoga berakhirnya studi di kampus tercinta ini
tidak berarti berakhirnya hubungan persahabatan dan silaturahmi diantara
rekan-rekan sekalian.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki beberapa kekurangan dan
masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu peneliti mengharapkan saran dan kritik
yang sifatnya membangun dari seluruh pihak.
Bandung, Agustus 2017
Peneliti,
iii
ABSTRAK
Sektor pariwisata diharapkan dapat memberikan pemerataan kesempatan berusaha
bagi seluruh masyarakat utamanya masyarakat di kawasan perdesaan yang
seringkali tertinggal pesatnya laju pembangunan. Kabupaten Bondowoso yang
berada dalam status daerah tertinggal memiliki berbagai macam potensi yang
dapat dikembangkan menjadi produk wisata untuk dinikmati oleh wisatawan.
Kebudayaan menjadi salah satu kekayaan yang dimiliki oleh Kabupaten
Bondowoso. Desa Blimbing sebagai tempat lahirnya salah satu kebudayaan asli
Bondowoso telah ditetapkan menjadi sebuah desa wisata sekaligus sebagai
kawasan pariwisata budaya. Hingga saat ini, perkembangan Desa Blimbing
sebagai desa wisata belum menunjukkan peningkatan yang signifikan dan dapat
tergolong lambat sehingga manfaat yang dihasilkan belum benar-benar dirasakan.
Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengembangan yang
telah dilakukan oleh stakeholders serta melihat sejauh mana perkembangan yang
telah terjadi untuk selanjutnya menghasilkan sebuah kajian terkait pengembangan
Desa Blimbing sebagai Desa Wisata. Data yang diperoleh berasal dari hasil
wawancara, observasi menggunakan daftar periksa serta studi dokumen yang
diperoleh dari sumber-sumber yang turut berpengaruh dalam pengembangan Desa
Blimbing sebagai desa wisata. Berbagai kekurangan dalam pengembangan seperti
perencanaan, keterlibatan masyarakat serta infrastruktur yang kurang memadai
menjadi penyebab lambatnya perkembangan Desa Blimbing dan hal tersebut
harus segera dibenahi agar manfaat dari pembangunan sektor pariwisata di Desa
Blimbing dapat segera dirasakan oleh masyarakat.
Kata kunci : Desa wisata, kebudayaan, pengembangan, masyarakat
iv
ABSTRACT
The tourism sector is expected to provide equal distribution of business
opportunities for all the people in rural areas that often lag behind of
development. Bondowoso which is in the status of the disadvantaged areas have a
variety of potential that can be developed into tourist products to be enjoyed by
tourists. Cultural object is one of the potential thing that owned by Bondowoso.
Blimbing Village as the birthplace one of Bondowoso's original culture has been
established into a village tourism as well as a cultural tourism area. The
development of Blimbing Village as a tourist village has not shown a significant
increase and can be classified slowly so that the benefits of the development not
really felt yet. Therefore this study aims to determine the development that has
been done by stakeholders and find the information about which developments
have occurred being a study related to the development of Blimbing Village as a
village tourism. Research data obtained from interviews, observations using
checklists and document obtained from the sources that involved in the
development of Blimbing Village. Lack of development such as planning,
community involvement and inadequate infrastructure are affect the slow progress
of Blimbing Village and should be addressed so that the benefits of tourism
development in Blimbing Village can be immediately felt by the local community.
Keyword : village tourism, culture, development,masyarakat
v
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................... i
ABSTRAK ................................................................................................ iii
ABSTRACT............................................................................................... iv
DAFTAR ISI ............................................................................................ v
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................... 1 1
B. Rumusan dan Batasan Masalah ................................................. 6
1. Rumusan Masalah................................................................. 6
2. Batasan Masalah ................................................................... 7
C. Pertanyaan Penelitian ................................................................. 8 7
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .............................................. 8
1. Tujuan Penelitian…………… ................................................ 8
2. Kegunaan Penelitian…………… ........................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori .......................................................................... 9
1. Konsep Pariwisata ................................................................... 9
2. Konsep Desa Wisata ................................................................ 9
3. Konsep Pengembangan Desa Wisata ....................................... 13
4. Kekuatan Daya Tarik Wisata ................................................... 17
vi
5. Proses Perencanaan Pariwisata Perdesaan................................ 18
6. Keterlibatan Masyarakat Lokal ................................................ 19
7. Tingkat Perkembangan Pariwisata ........................................... 21
B. Kerangka Penelitian ................................................................... 24
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian................................................................. 25
B. Objek Penelitian ........................................................................ 26
C. Populasi dan Sampel .................................................................. 26
D. Metode Pengumpulan Data ........................................................ 27
1. Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 27
2. Alat Pengumpulan Data .......................................................... 29
E. Teknik Analisis Data .................................................................. 30
F. Jadwal Penelitian ........................................................................ 33
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian.......................................................................... 34
1. Profil Desa Blimbing .............................................................. 34
2. Daya Tarik Wisata Desa Blimbing .......................................... 38
3. Proses Perencanaan Pariwisata Perdesaan di Desa Blimbing .. 45
4. Keterlibatan Masyarakat Lokal ............................................... 55
5. Tingkat Perkembangan Pariwisata di Desa Blimbing .............. 62
B. Pembahasan ............................................................................... 67
1. Kekuatan Daya Tarik Wisata Desa Blimbing .......................... 67
2. Proses Perencanaan Pariwisata Perdesaan di Desa Blimbing .. 71
3. Keterlibatan Masyarakat Lokal dalam Pengembangan Desa
vii
Wisata di Desa Blimbing ........................................................ 72
4. Tingkat Perkembangan Pariwisata di Desa Blimbing .............. 73
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................... 76
1. Daya Tarik Wisata Desa Blimbing .......................................... 76
2. Proses Perencanaan Pariwisata Perdesaan di Desa Blimbing .. 76
3. Keterlibatan Masyarakat Lokal dalam Pengembangan Desa
Wisata di Desa Blimbing ........................................................ 77
4. Tingkat Perkembangan Pariwisata di Desa Blimbing .............. 78
B. Saran ......................................................................................... 79
1. Daya Tarik Wisata Desa Blimbing .......................................... 79
2. Proses Perencanaan Pariwisata Perdesaan di Desa Blimbing .. 79
3. Keterlibatan Masyarakat Lokal dalam Pengembangan
Desa Wisata di Desa Blimbing ................................................... 80
4. Tingkat Perkembangan Pariwisata di Desa Blimbing .............. 80
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 81
LAMPIRAN ............................................................................................. 84
viii
Daftar Tabel
Tabel Halaman
1. Jadwal penelitian ........................................................................ 29
2. Sumber Daya Manusia ................................................................ 36
3. Wawancara Pihak Desa tentang Keterlibatan Wisatawan ............ 43
4. Wawancara DISPARPORA tentang Proses Perencanaan
5. Pariwisata Perdesaan di Desa Blimbing ...................................... 48
6. Wawancara Pihak Desa tentang Proses Perencanaan Pariwisata
Perdesaan di Desa Blimbing ....................................................... 54
7. Wawancara DISPARPORA tentang Keterlibatan Masyarakat ..... 57
8. Wawancara Pihak Desa tentang Keterlibatan Masyarkat ............. 59
9. Wawancara Pihak DISPARPORA tentang Perkembangan
Desa Blimbing sebagai Desa Wisata .......................................... 65
10. Wawancara Pihak Desa tentang Perkembangan
Desa Blimbing sebagai Desa Wisata .......................................... 66
ix
Daftar Gambar
Gambar Halaman
1. Kerangka Pemikiran ......................................................................... 20
2. Peta Desa Blimbing .......................................................................... 34
3. Persiapan arak-arakkan menuju Olbu’ Nangger ................................ 39
4. Peletakkan Sesajen di Olbu’ Nangger ............................................... 40
5. Kesenian Ojung (Perang Rotan) ....................................................... 42
6. Kesenian Singo Ulung ...................................................................... 42
7. Gapura Gerbang Desa Blimbing ....................................................... 63
8. Kendaraan Melintasi Jalan Desa ....................................................... 64
9. Ruas Jalan yang Belum Diaspal ........................................................ 64
10. Tahapan Perkembangan Destinasi Pariwisata ................................. 75
x
Daftar Lampiran
Lampiran Halaman
1. Instrumen Penelitian ................................................................... 84 2.
2. Transkrip .................................................................................... 87
3. Axial Coding .............................................................................. 101
4. Selective Coding ......................................................................... 110
5. Turnitin ...................................................................................... 116
6. Surat Penelitian .......................................................................... 117
7. Form Bimbingan ........................................................................ 118
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan sektor pariwisata diharapkan dapat memberikan pemerataan
kesempatan berusaha bagi seluruh masyarakat tanpa terkecuali. Tujuan tersebut
dapat dicapai salah satunya dengan memberdayakan potensi budaya yang ada di
seluruh wilayah Indonesia terutama di kawasan pedesaan yang seringkali tak
tersentuh pesatnya pembangunan. Hingga saat ini besarnya jumlah penduduk
miskin, terbatasnya alternatif lapangan pekerjaan, serta rendahnya produktivitas
tenaga kerja perdesaan masih menjadi permasalahan utama yang dihadapi wilayah
pedesaan. Pada tahun 2007 pemerintah juga telah menetapkan beberapa kebijakan
yang diarahkan untuk pertumbuhan kegiatan ekonomi di pedesaan melalui
kebijakan pembangunan ekonomi nonpertanian diantaranya pengembangan
kawasan agropolitan dan desa-desa pusat pertumbuhan.
Kondisi ketertinggalan laju pembangunan yang terjadi di wilayah pedesaan
tidak hanya terjadi di Indonesia namun juga menjadi masalah dunia. Isu-isu yang
diangkat tidak jauh dari apa yang juga terjadi di wilayah perdesaan di Indonesia
yang menyangkut pada masalah kemiskinan, ketimpangan, serta ketidakadilan
sosial. Di beberapa negara seperti Afrika Selatan, Spanyol, Inggris, Jepang, dan
beberapa negara lain di dunia menggunakan induksi pariwisata untuk
menstimulasi perekonomian di wilayah perdesaan. Beberapa negara termasuk
Indonesia menganggap sektor pariwisata dipercaya dapat membantu mengatasi
lemahnya pertumbuhan ekonomi perdesaan.
2
Menurut Peraturan Presiden (perpres) Nomor 131 Tahun 2015 tentang
Penetapan Daerah Tertinggal Tahun 2015–2019, Kabupaten Bondowoso menjadi
salah satu kabupaten yang mendapat predikat sebagai daerah tertinggal. Salah satu
penyebab Kabupaten Bondowoso menjadi kabupaten tertinggal dikarenakan
Kabupaten Bondowoso secara geografis tidak berada dalam jalur transit dan juga
bukan merupakan jalur ekonomi bisnis. Untuk itu pada tahun 2017 Bupati
Bondowoso telah menetapkan beberapa fokus pembangunan untuk mengatasi
permasalahan tersebut salah satunya adalah pembangunan sektor pariwisata yang
diharapkan akan membantu Kabupaten Bondowoso untuk keluar dari status
daerah tertinggal. Pusat Penelitian dan Pengembangan Pariwisata Kementerian
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif juga menyatakan bahwa sektor pariwisata
menjadi pilihan terbaik dan tercepat dalam meningkatkan pendapatan dan
pendistribusian, serta penyerapan tenaga kerja lokal.
Bentuk dari fokus pembangunan sektor pariwisata tersebut salah satunya
dengan membangun desa wisata. Zakaria dan Suprihardjo (2014:1) dalam
jurnalnya menjelaskan bahwa desa wisata merupakan salah satu bentuk
pengembangan wisata alternatif untuk membangun pedesaan dengan menerapkan
prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan. Berdasarkan pernyataan tersebut
diharapkan dengan pembangunan desa wisata dapat memberikan pemerataan
kesempatan berusaha bagi seluruh masyarakat utamanya masyarakat di pedesaan
yang ada di Kabupaten Bondowoso dan akan membantu Kabupaten Bondowoso
keluar dari status desa tertinggal. Karakteristik khas desa wisata sebagai salah satu
produk wisata pedesaan yang menitik beratkan pada sumber daya lokal
diharapkan mampu mendorong sebuah desa untuk menjadi lebih mandiri dan
3
mampu merevitalisasi perekonomian masyarakat tanpa melupakan kelestarian
lingkungan serta budaya yang dimiliki.
Pernyataan tersebut sejalan dengan yang diungkapkan oleh Putra (2006:3)
dalam jurnalnya yang mengatakan bahwa membangun desa wisata adalah salah
satu alternatif yang dapat memberikan manfaat kepada pemerintah berupa devisa,
serta dapat mewujudkan pemerataan pembangunan sampai ke pelosok desa yang
secara langsung dapat dinikmati untuk meningkatkan kesejahteraan dan
kemakmuran rakyat. Jika dilihat secara kasat mata, beberapa pembangunan serta
pengembangan desa wisata saat ini terkesan seperti tanpa arah sehingga manfaat
yang dirasakan masih sangat jauh dari yang diharapkan. Terbukti Kabupaten
Bondowoso telah membangun beberapa desa wisata akan tetapi belum mampu
membantu Kabupaten Bondowoso untuk keluar dari status daerah tertinggal.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Pariwisata Kementerian
Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif, (2011:3) menjelaskan desa wisata
merupakan salah satu bentuk produk wisata perdesaan sehingga memiliki
karakteristik yang dapat digambarkan melalui kegiatan dan kebiasaan hidup
keseharian masyarakat dan komunitas lokal yang memiliki identitas tersendiri,
hubungan erat dengan alam, serta kontak dengan masyarakat lokal, selain itu
pengelolaan dan pengusahaan pariwisata oleh penduduk lokal juga menjadi hal
yang tak terpisahkan. Dengan penjelasan tersebut berarti dapat disimpulkan
bahwa kegiatan wisata belum dikatakan wisata pedesaan jika yang mengelola
bukan penduduk asli di desa tersebut.
Selanjutnya Zakaria dan Suprihardjo (2014:2) menjelaskan,
Desa wisata adalah suatu wilayah pedesaan yang menawarkan keaslian
baik dari segi sosial budaya, adat–istiadat, keseharian, arsitektur
4
tradisional, struktur tata ruang desa yang disajikan dalam suatu bentuk
integrasi komponen pariwisata, antara lain seperti atraksi, akomodasi dan
fasilitas pendukung.
Berdasarkan pemaparan teori tersebut kebudayaan menjadi salah satu modal
dalam membangun sebuah desa wisata. Hal ini membutuhkan perhatian serius dari
para stakeholder untuk dapat mengemas kebudayaan tersebut menjadi sebuah
produk wisata yang layak untuk dijual kepada wisatawan.
Inskeep, (1991:166) mendefinisikan “village tourism, where the small
groups of tourist stay in or near traditional, often remote village and learn about
village life and the local environtment”. Dalam definisi tersebut dijelaskan bahwa
desa wisata merupakan tempat dimana wisatawan dalam jumlah kecil tinggal di
dalam atau disekitaran kawasan tradisional desa dan belajar mengenai kehidupan
perdesaan serta lingkungan setempat. Berdasarkan, partisipasi wisatawan dalam
aktivitas penduduk lokal menjadi salah satu hal utama dan hal tersebut menjadi
sebuah permasalahan dalam pembangunan kegiatan wisata perdesaan di
Indonesia.
Desa Blimbing sebagai salah satu desa di Kabupaten Bondowoso telah
ditetapkan sebagai desa wisata sekaligus sebagai kawasan wisata budaya.
Penetapan tersebut tertuang pada PERDA Nomor 12 Tahun 2011 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bondowoso tahun 2011-2031. Desa Blimbing
memiliki berbagai macam potensi budaya untuk dikembangkan. Salah satu
potensi tersebut adalah ritual rutin yang disebut Upacara Bersih Desa. Masyarakat
Desa Blimbing secara rutin melaksanakan Upacara Bersih Desa setiap tanggal 15
Sya’ban menjelang Bulan Ramadhan. Upacara tersebut dilaksanakan sebagai
wujud rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan Rahmat serta
5
Rizki yang telah diberikan. Dalam tradisi ini juga ditampilkan Kesenian Singo
Ulung, Kesenian Ojung, dan beberapa tarian tradisional setempat.
Kesenian Singo Ulung merupakan sebuah seni tari yang menggambarkan
asal usul serta sejarah terbentuknya Desa Blimbing yang dipimpin oleh seorang
demang bernama Juk Sengah yang sakti mandraguna. Juk Sengah dibantu oleh
kerabatnya bernama Jasiman dan seekor Singa yang selalu membantunya dalam
bertempur dan mengurus desa, sementara kesenian ojung merupakan sebuah seni
tari yang biasanya disebut sebagai seni untuk ritual memohon diturunkannya
hujan. Dalam kesenian Ojung 2 penari akan menari sambil mencari kesempatan
untuk saling menyabetkan sebilah rotan satu sama lain. Selain itu kehidupan
keseharian masyarakat di Desa Blimbing juga menjadi salah satu potensi
dikarenakan kehidupan masyarakat di Desa Blimbing berbeda dan sangat jarang
ditemui di perkotaan kegiatan tersebut diantaranya adalah kegiatan pertanian
masyarakat yang masih tradisional, seperti masih ditemukannya masyarakat yang
membajak sawah menggunakan bantuan kerbau atau dengan menggunakan
peralatan sederhana seperti cangkul.
Saat ini semakin banyak wisatawan yang berminat untuk mempelajari
Kesenian Singo Ulung. Hal ini memunculkan kekhawatiran terkait kesiapan desa
tersebut untuk menerima kunjungan wisatawan. Berdasarkan informasi yang di
dapatkan dari sebuah LSM lokal yakni Internal Government Watch, minimnya
sarana prasarana menjadi salah satu masalah dalam sektor pariwisata di
Kabupaten Bondowoso, dan hal ini dapat mengakibatkan wisatawan utamanya
wistawan mancanegara enggan untuk datang kembali menikmati pariwisata di
Kabupaten Bondowoso. Akan tetapi pembangunan sarana prasarana secara besar-
6
besaran dalam desa wisata juga tidak diharapkan karena ditakutkan akan
menggeser nilai-nilai tradisional yang menjadi daya tarik wisatawan.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Kepariwisataan Kementerian
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, (2011:49) menjelaskan pembangunan dan
pengembangan harus dibatasi dalam mengembangkan pariwisata di kawasan
perdesaan untuk menjaga dan memperhatikan keaslian serta kelestarian daerah
tersebut. Dalam mengembangkan desa wisata pihak stakeholder terutama
pemerintah dan masyarakat tidak perlu membangun sarana prasarana yang mewah
seperti yang ada di perkotaan akan tetapi cukup dengan mempertahankan keaslian
yang ada dengan kata lain pembangunan yang dilakukan harus tetap
memperhatikan kondisi asli desa tersebut sehingga kebiasaan-kebiasaan
masyarakat yang menjadi daya tarik wisatawan tidak hilang tergusur oleh
pembangunan.
Berdasarkan fenomena dan permasalahan tersebut, peneliti melakukan
penelitian dengan judul Kajian Pengembangan Desa Wisata di Desa Blimbing
Kabupaten Bondowoso.
B. Rumusan dan Batasan Masalah
1. Rumusan Masalah
Desa Blimbing memiliki beragam potensi terutama potensi budaya yang
dapat dimanfaatkan secara maksimal sebagai sumber daya pariwisata.
Desa Blimbing juga telah ditetapkan menjadi desa wisata dan diharapkan
pengembangan Desa Blimbing sebagai desa wisata dapat membantu
Kabupaten Bondowoso untuk keluar dari status daerah tertinggal serta
diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat. Dalam mengkaji
7
pengembangan desa wisata di Desa Blimbing peneliti menggunakan
beberapa indikator yang diambil dari indikator pengembangan pariwisata
perdesaan yang disusun oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan
Kepariwisataan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Kepariwisataan Kementerian Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif, (2011:140) menjelaskan bahwa ada beberapa indikator
yang digunakan untuk mengevaluasi atau mengkaji pengembangan
pariwisata perdesaan yang dalam hal ini adalah desa wisata, indikator-
indikator tersebut antara lain, kekuatan daya tarik wisata, proses
perencanaan pariwisata perdesaan, keterlibatan masyarakat lokal, tingkat
kepuasan masyarakat, tingkat kepuasan wisatawan, tingkat perkembangan
pariwisata perdesaan.
2. Batasan Masalah
Pembatasan masalah dilakukan agar pembahasan serta penelitian yang
dilakukan terfokus dan tidak keluar dari topik yang telah ditetapkan.
Pembatasan masalah juga didasarkan pada keterbatasan peneliti dalam hal
waktu, biaya, serta tenaga. Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji
pengembangan desa wisata di Desa Blimbing Kabupaten Bondowoso.
Dalam prosess mengkaji pengembangan tersebut peneliti menggunakan 4
dari 6 indikator yang telah ditetapkan oleh Pusat Penelitian dan
Pengembangan Kepariwisataan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif. Indikator-indikator yang digunakan tersebut antara lain, kekuatan
daya tarik wisata, proses perencanaan pariwisata perdesaan, keterlibatan
masyarakat lokal, serta tingkat perkembangan pariwisata perdesaan.
8
C. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana kekuatan daya tarik yang dimiliki Desa Blimbing ?
2. Bagaimana proses perencanaan pariwisata perdesaan dalam
pengembangan desa wisata di Desa Blimbing ?
3. Bagaimana keterlibatan masyarakat lokal dalam pengembangan desa
wisata di Desa Blimbing ?
4. Bagaimana tingkat perkembangan pariwisata perdesaan di Desa Blimbing
sebagai desa wisata ?
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Mengetahui kekuatan daya tarik yang dimiliki Desa Blimbing.
b. Mengetahui proses perencanaan pariwisata perdesaan dalam
pengembangan desa wisata di Desa Blimbing.
c. Mengetahui keterlibatan masyarakat lokal dalam pengembangan
desa wisata di Desa Blimbing.
d. Mengetahui tingkat perkembangan pariwisata perdesaan di Desa
Blimbing sebagai desa wisata.
2. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan ajar untuk
memperkaya konsep serta teori terkait pengembangan desa wisata serta
menambah wawasan akan perkembangan pariwisata budaya serta
pariwisata perdesaan di Indonesia. Selain itu diharapkan penelitian ini
dapat dijadikan bahan acuan untuk membangun, mengembangkan serta
mengelola Desa Blimbing sebagai desa wisata secara berkelanjutan.
9
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Konsep Pariwisata
Pariwisata merupakan aktivitas, pelayanan dan produk hasil
industri pariwisata yang mampu menciptakan pengalaman perjalanan bagi
wisatawan, (Muljadi, 2012:7). Berdasarkan teori tersebut pariwisata
dikatakan sebagai kumpulan aktivitas, pelayanan, serta konsumsi produk
yang dihasilkan dari industri pariwisata. Undang-undang no. 10 tahun
2009 mendefinisikan bahwa pariwisata adalah berbagai macam kegiatan
wisata dan didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang di sediakan
oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah. Lebih
rinci UNWTO dalam Suryadana dan Octavia (2015:30) mendefinisikan
pariwisata sebagai aktivitas perjalanan dan tinggal seseorang di luar tempat
tinggal dan lingkungannya selama tidak lebih dari satu tahun berurutan
untuk berwisata, bisnis, atau tujuan lain dengan tidak untuk bekerja di
tempat yang dikunjunginya tersebut.
2. Konsep Desa Wisata
Terjadi banyak salah persepsi terkait definisi desa wisata, banyak
kalangan yang menganggap bahwa desa wisata sama halnya dengan
pariwisata perdesaan. Eurostat dalam Pusat Penelitian dan Pengembangan
Kepariwisataan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (2011:33)
memberikan definisi pariwisata perdesaan “The activities of a person
traveling and staying in rural areas (without mass tourism) other than
10
those of their usual environment for less than one consecutive for leisure,
business and other purposes (excluding the exercise of an activity
remunerated from within the paced visited).” Dari definisi tersebut
disebutkan bahwa pariwisata perdesaan adalah sebuah kegiatan bepergian
menuju daerah perdesaan dan tinggal di daerah perdesaan dan bukan
merupakan perjalanan yang bertujuan untuk mencari pendapatan.
Sementara Inskeep, (1991:166) mendefinisikan “village tourism, where the
small groups of tourist stay in or near traditional, often remote village and
learn about village life and the local environtment”. Dalam definisi
tersebut dijelaskan bahwa desa wisata merupakan tempat dimana
wisatawan dalam jumlah kecil tinggal di dalam atau disekitaran kawasan
tradisional desa dan belajar mengenai kehidupan perdesaan serta
lingkungan setempat.
Desa wisata sendiri merupakan salah satu produk dari pariwisata
perdesaan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Kepariwisataan
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (2011:34) menjelaskan tidak
semua kegiatan pariwisata perdesaan harus dilakukan di dalam desa wisata
akan tetapi desa wisata harus dapat mencerminkan karakteristik wisata
perdesaan karena desa wisata merupakan produk dari wisata perdesaan.
Karakteristik tersebut tentunya memiliki perbedaan dan ciri khas tersendiri
seperti, kegiatannya berlangsung di daerah perdesaan dengan lingkungan
perdesaan sebagai produk utama. Produk tersebut juga dapat digambarkan
melalui kegiatan atau kebiasaan hidup sehari-hari komunitas lokal yang
memiliki identitas tersendiri, kedekatan dengan alam, serta kontak dengan
11
penduduk dari wilayah desa yang dituju. Tidak hanya itu, salah satu
karakteristik yang tidak boleh dilepaskan dari desa wisata sebagai produk
dari wisata perdesaan adalah pengelolaan serta pengusahaan pariwisata
perdesaan oleh penduduk lokal.
Menurut Zakaria dan Suprihardjo (2014:2),
Desa wisata adalah suatu wilayah pedesaan yang menawarkan
keaslian baik dari segi sosial budaya, adat–istiadat, keseharian,
arsitektur tradisional, struktur tata ruang desa yang disajikan dalam
suatu bentuk integrasi komponen pariwisata, antara lain seperti
atraksi, akomodasi dan fasilitas pendukung.
Dalam definisi tersebut desa wisata dinyatakan sebagai sebuah destinasi
yang mengedepankan unsur kebudayaan masyarakat setempat sebagai
sumber daya dalam pariwisata. Hal serupa juga diungkapkan oleh Putra
(2006:7) yang mendefinisikan Desa wisata sebagai suatu wilayah pedesaan
yang menawarkan keseluruhan suasana yang mencerminkan keaslian
pedesaan, baik dari segi sosial budaya, adat–istiadat, keseharian, arsitektur
tradisional, struktur tata ruang desa, serta mempunyai potensi untuk
dikembangkan berbagai komponen kepariwisataan, misalnya : atraksi,
makan, minum, cinderamata, penginapan, dan kebutuhan wisata lainnya.
Nuryanti dalam Pusat Penelitian dan Pengembangan
Kepariwisataan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (2011:34)
memberikan definisi bahwa “desa wisata merupakan suatu bentuk integrasi
antara daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas,
yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu
dengan tata cara dan tradisi yang berlaku”.
12
Dari seluruh definisi yang telah dipaparkan di atas memiliki satu
garis besar yang sama dimana kebiasaan, budaya, serta keaslian suasana di
wilayah perdesaan dijadikan sebagai acuan dalam membangun desa wisata
sebagai salah satu produk dari wisata perdesaan, dengan kata lain desa
wisata diartikan sebagai desa yang menunjukkan tema produk pariwisata
yang diutamakannya, Simanungkalit et al (2017:20)
Tidak semua desa bisa dikatakan sebagai desa wisata. Beberapa
syarat harus terpenuhi untuk dapat menjadi sebuah desa wisata. Syarat-
syarat tersebut menurut Simanungkalit et al (2017:21) adalah sebagai
berikut :
a. Memiliki persyaratan sebagai sebuah destinasi pariwisata
sebagaimana diatur dalam UU No. 10 tahun 2009.
b. Kegiatan berbasis pada sumber daya perdesaan
c. Kegiatan melibatkan partisipasi aktif wisatawan dalam kehidupan
perdesaan
d. Lebih berorientasi pada kegiatan rekreasi luar ruang
e. Sebesar-besarnya mendayagunakan sumber daya manusia lokal
f. Memberikan penghargaan besar pada budaya dan kearifan lokal
g. Menyediakan akses yang memadai baik akses menuju ke destinasi
lain maupun internal di dalam desa wisata itu sendiri
h. Memiliki komunitas yang peduli pada pariwisata
13
3. Konsep Pengembangan Desa Wisata
Menurut Muljadi (2012:67), perencanaan pariwisata harus
diintegrasikan dengan perencanaan dan pengembangan secara keseluruhan
dan perencanaan tersebut di lakukan agar perkembangan pariwisata dapat
dicapai sesuai dengan apa yang telah diharapkan baik dari sisi ekonomi,
sosial, budaya, serta lingkungan. Definisi tersebut memberikan penjelasan
bahwa pengembangan destinasi wisata dalam kasus ini adalah desa wisata
tidak bisa dilepaskan dari perencanaan. Pembangunan dan pengembangan
yang dilakukan tanpa perencanaan dan bersifat spontan hanya akan
memberikan dampak negatif di kemudian hari.
Simanungkalit et al, (2017:20) menjelaskan bahwa ada beberapa
tingkat perkembangan desa wisata yang terbagi menjadi 3 tingkatan :
a. Desa Wisata Embrio
Desa yang mempunyai potensi wisata yang dapat dikembangkan
menjadi desa wisata dan sudah mulai ada gerakan masyarakat atau
desa untuk mengelolanya menjadi desa wisata.
b. Desa Wisata Berkembang
Desa wisata embrio yang sudah dikelola oleh masyarakat dan
pemerintah desa, sudah ada swadaya masyarakat/desa untuk
pengelolaannya, sudah mulai melaksanakan promosi dan sudah ada
wisatawan yang mulai tertarik untuk berkunjung.
c. Desa Wisata Maju
Desa wisata yang sudah berkembang dengan adanya kunjungan
wisatawan secara kontinu dan dikelola secara professional dengan
14
terbentuknya forum pengelola, seperti koperasi atau Badan Usaha
Milik Desa, serta sudah mampu melakukan promosi dan pemasaran
dengan baik.
Jika memperhatikan kondisi saat ini, sudah terjadi beberapa
pergeseran. Secara sadar maupun tidak kegiatan pariwisata perdesaan yang
seharusnya dapat menjadi salah satu sarana dalam melestarikan alam dan
budaya justru menimbulkan dampak akibat kurangnya pengendalian arus
wisatawan yang datang, eksploitasi secara besar-besaran terhadap sumber
daya yang ada sehingga mengarah kepada pembangunan serta
pengembangan pariwisata massal yang dapat merusak lingkungan dan
mengikis kebudayaan lokal. Hal tersebut juga didasari oleh kesalahan
konsep dalam pembangunan desa yang selama ini masih menganut konsep
“membangun desa” bukan “desa membangun”. Pada konsep membangun
desa, pembangunan yang dilakukan terkesan bergantung pada pihak luar,
sementara dalam konsep desa membangun peran masyarakat sebagai tuan
rumah justru sangat penting dan menjadi faktor utama dalam membangun
desa yang berketahanan.
Pembangunan desa wisata yang pada mulanya lebih berorientasi
terhadap greedy tourism dimana memiliki arti sebuah keserakahan yang
hanya mementingkan banyaknya jumlah wisatawan yang datang tanpa
memperhatikan aspek kelestarian dan harus segera diubah menjadi konsep
green tourism yang jauh lebih ramah terhadap lingkungan dan kebudayaan
lokal.
15
Kondisi tersebut akhirnya yang mendorong munculnya konsep
pengembangan desa wisata hijau yang berpegang pada prinsip-prinsip
diantaranya, (Simanungkalit et al, 2017:14) :
a. Mendorong tumbuhnya kegiatan wisata yang ramah dan peduli
terhadap lingkungan
b. Mendorong pengembangan produk pariwisata berbasis pelestarian
c. Mendorong pengembangan produk pariwisata sesuai minat pasar
berbasis pelestarian, misalnya wisata budaya, wisata pusaka, wisata
alam dan wisata kreatif
d. Mendorong tumbuh dan berkembangnya pariwisata berbasis
komunitas
e. Mendorong kepedulian dan tanggung jawab industri pariwisata dan
industri pendukung lainnya dalam penerapan konsep pembangunan
ramah lingkungan
f. Mengoptimalkan pendayagunaan sumber daya lokal
Konsep desa wisata hijau dapat didefinisikan sebagai sebuah
konsep pengembangan yang berbasis pada pemberdayaan komunitas lokal
dengan produk utama yang lebih memperhatikan manfaat ekonomi,
kelestarian lingkungan alam, serta kelestarian budaya setempat. Untuk
mencapai hal tersebut sebuah desa harus memenuhi beberapa persyaratan,
Menurut Simanungkalit et al, (2017:21) persyaratan tersebut diantaranya
adalah sebagai berikut:
a. Memenuhi semua persyaratan sebagai desa wisata
16
b. Memiliki komitmen tinggi pada pengembangan pariwisata berbasis
ekonomi hijau
c. Memiliki forum komunikasi masyarakat yang dapat
mengkomunikasikan pembangunan kepariwisataan dengan seluruh
pemangku kegiatan, dan
d. Memiliki produk-produk pariwisata berbasis pada pelestarian
dengan menghindari jenis wisata massal.
Dengan terpenuhinya persyaratan tersebut, sebuah desa dapat
dikatakan sebagai sebuah desa wisata yang mengedepankan
manfaat ekonomi, kelestarian alam, dan kelestarian budaya atau
desa wisata hijau.
Dalam penelitian ini pengembangan Desa Blimbing sebagai
Desa Wisata akan dilihat melalui 4 indikator pembangunan dan
pengembangan wisata perdesaan yang mengacu pada prinsip-
prinsip pembangunan pariwisata berkelanjutan. Pusat Penelitian
dan Pengembangan Kepariwisataan Kementerian Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif (2011:140), menjelaskan indikator tersebut antara
lain, kekuatan daya tarik yang dimiliki, proses perencanaan
pariwisata perdesaan, keterlibatan masyarakat lokal, serta tingkat
perkembangan pariwisata perdesaan.
17
4. Kekuatan Daya Tarik Wisata
Ada 3 aspek yang akan dikaji dalam indikator ini diantaranya :
a. Jenis daya tarik
wisata perdesaan pada dasarnya adalah pariwisata yang
memunculkan aspek budaya masyarakatnya. Hal tersebut sesuai
dengan kondisi di Desa Blimbing yang memiliki daya tarik utama
berupa kebudayaan. Jenis daya tarik budaya tersebut dibagi
menjadi 3, menurut Suranti dalam Winoyoputri dalam Pusat
Penelitian dan Pengembangan Kepariwisataan Kementerian
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (2011:141) daya tarik tersebut
dapat dikategrikan menjadi daya tarik yang berorientasi pada aspek
perilaku budaya seperti ritual, kesenian, serta keterampilan, daya
tarik yang berorientasi pada aspek ide budaya diantaranya system
keyakinan, nilai, dan norma, lalu yang terakhir adalah daya tarik
budaya yang berorientasi pada aspek material budaya yang
kegiatannya melibatkan peralatan hidup, diantaranya arsitektur,
pakaian, makanan hasil lahan, serta hasil-hasil teknologi.
b. Tingkat keunikan
Dalam aspek ini akan dibahas keunikkan sebuah daya tarik yang
akan dibagi menjadi 3 kategori, yang pertama daya tarik utama
yang dimiliki hanya ada satu-satunya di Indonesia, yang kedua
daya tarik utama yang dimiliki ada beberapa di Indonesia namun
berada di provinsi lain, dan yang terkahir adalah daya tarik wisata
utama yang dimiliki tersebar dimana-mana di Indonesia.
18
c. Skala kepopuleran
Dalam aspek ini akan dibahas mengenai kepopuleran yang akan
dibagi menjadi 4 tingkat atau skala antara lain, skala lokal, skala
regional, skala nasional, dan skala internasional. Untuk
menentukan skala kepopuleran tersebut dapat diindikasikan dengan
jumlah wisatawan yang datang atau daerah asal wisatawan yang
mengkonsumsi daya tarik wisata tersebut.
5. Proses Perencanaan Pariwisata Perdesaan
a. Inisiator pengembangan
Untuk mengetahui siapakah inisiator pengembangan disini dapat
diaukan dengan wawncara serta observasi di lapangan. Hal tersebut
dilakukan untuk melihat siapakah pihak-pihak yang berperan aktif
dalam proses pengembangan Desa Blimbing sebagai desa wisata.
b. Integrasi dengan rencana dan program pemerintah
Dalam aspek ini akan dilihat apakah pengembangan serta
pembangunan desa wisata yang dilakukan sudah sesuai atau
terintegrasi dengan kebijakan pembangunan di daerah tersebut.Hal
ini perlu dilakukan agar pengembangan yang dilakukan sejalan
dengan kebijakkan daerah yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
c. Upaya pelibatan masyarakat dalam perencanaan
Aspek ini menjadi salah satu yang penting untuk diperhatikan
karena konsep desa wisata memandang keterlibatan masyarakat
merupakan salah satu hal utama dalam pembangunan serta
pengembangan sebuah desa wisata. Dalam aspek ini akan dilihat
19
upaya-upaya yang dilakukan pemerintah maupun pengelola desa
wisata dalam mendorong masyarakat untuk lebih berperan aktif
dalam mengembangkan desa wisata.
6. Keterlibatan Masyarakat Lokal
Dalam indikator keterlibatan masyarakat akan dibahas mengenai
proporsi masyarakat yang terlibat dalam pengembangan desa wisata.
Untuk meningkatkan keterlibatan masyarakat perdesaan dalam
mengembangkan kegiatan pariwisata, ada beberapa strategi dan tahapan
yang dapat dilakuka pemerintah. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Kepariwisataan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (2011:215),
menjelaskan beberapa strategi tersebut diantaranya adalah
a. Melaksanakan sosialisasi tentang pariwisata perdesaan ke seluruh
masyarakat secara bertahap, rutin dan kontinyu. Di dalam
sosialisasi tersebut diharapkan pemerintah dapat menjelaskan
tentang apa dan bagaimana pariwisata dikembangkan di daerah
perdesaan termasuk bagaimana sebuah sebuah desa wisata dapat
mengembangkan dirinya secara mandiri serta mengantisipasi
dampak-dampak yang akan timbul dari kegiatan pariwisata yang
berkembang. Selain itu, pemerintah juga diharapkan dapat
memberikan pencerahan terhadap masyarakat terkait bidang-bidang
apa saja yang berpeluang untuk dikembangkan menjadi kegiatan
wisata sehingga masyarakat dapat terlibat secara langsung secara
merata, sebagai contoh masyarakat mengelola kegiatan pertanian
untuk diikuti oleh wisatawan, lalu masyarakat ikut terlibat
20
dalampengelolaan serta penyediaan fasilitas pendukung pariwisata
seperti homestay, warung makan, ojeg, serta pemandu wisata.
b. Melaksanakan pendampingan, pelatihan, serta penyuluhan bagi
masyarakat di berbagai bidang yang berkaitan serta dapat di
manfaatkan menjadi kegiatan pariwisata perdesaan. Bentuk
pendampingan dan pelatihan tersebut dapat mencakup hal-hal yang
berkaitan dengan materi teknis dan substantive terkait
pengembangan produk wisata seperti pelatihan untuk
meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengemas daya tarik
yang dimiliki, pelatihan terkait kemampuan berbahasa serta tata
cara melayani wisatawan sehingga masyarakat dapat
berkomunikasi dengan wisatawan secara baik, dan juga
memberikan pendampingan atau memberikan pengetahuan
terhadap masyarakat terkait sumber-sumber dana sebagai modal
usaha dan cara-cara akses menuju sumber dana tersebut.
c. Memberikan insentif dan kemudahan bagi masyarakat dalam
berbagai hal terkait pengembangan pariwisata yang dapat
membuka jalan bagi masyarakat untuk terlibat lebih banyak dalam
proses pengembangan pariwisata terutama dalam konteks desa
wisata. Sebagai contoh, memberikan kemudahan kepada
masyarakat dalam perijinan, pengajuan modal, penyediaan fasilitas
serta sarana prasarana untuk mendorong minat masyarakat
setempat dalam membangun usaha.
21
d. Menciptakan iklim yang kondusif bagi masyarakat untuk terlibat
dalam pengembangan pariwisata misalnya memberikan jaminan
rasa aman, dan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap
pemerintah serta stakeholders yang terlibat.
e. Membentuk badan atau organisasi masyarakat untuk mengorganisir
kegiatan masyarakat serta sebagai pelindung dan jembatan antara
masyarakat dengan pemerintah atau pihak swasta.
7. Tingkat Perkembangan Pariwisata
Tingkat perkembangan pariwisata dapat digambarkan melalui
product life cycle. Perkembangan berdasarkan model tersebut dilihat dari
jumlah wisatawan seiring dengan berjalannya waktu. Beberapa tingkat
perkembangan tersebut dapat di golongkan menjadi beberapa tahap.
Menurut Butler dalam Gartner dalam Pusat Penelitian dan Pengembangan
Kepariwisataan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (2011:25),
tahap perkembangan tersebut diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Exploration (eksplorasi), dalam tahap ini jumlah wisatawan masih
sangat sedikit dan didominasi oleh wisatawan tipe allocentrics atau
eksplorer serta fasilitas yang ada masih sangat minimal atau bahkan
belum adanya fasilitas yang benar-benar ditujukkan untuk kegiatan
pariwisata. Pada umumnya daya tarik utama yang ada berupa alam
dan budaya yang masih asli.
b. Involvement (keterlibatan), dalam tahap ini sudah mulai
bermunculan investasi dari masyarakat setempat unutk fasilitas
utamanya fasilitas dasar pariwisata. Pada tahap ini juga sudah
22
mulai dilakukan kegiatan promosi yang diikuti oleh investasi
pemerintah terhadap infrastruktur.
c. Development (pengembangan), mulai tampak perkembangan
jumlah kunjungan secara signifikan bahkan seringkali jumlah
wisatawan yang datang melebihi jumlah penduduk setempat serta
mulai bermunculan berbagai macam daya tarik buatan dan diikuti
dengan berkembangnya investasi dari luar secara pesat. Selain itu,
pada tahap ini control dari masyarakat setempat sudah mulai
menurun.
d. Consolidation (penyesuaian), seiring dengan tingkat pertumbuhan
yang mulai melambat, mulai muncul pemikiran untuk mengurangi
seasonality dengan menarik pangsa pasar yang baru. Wisatawan
psychocentris mulai bermunculan untuk datang berkunjung dan
penduduk mulai merasakan pentingnya kegiatan wisata di daerah
mereka.
e. Stagnation (tetap), pada tahap ini jumlah kunjungan tertinggi telah
tercapai demikian pula dengan batas kapasitas. Dalam konteks desa
wisata biasanya desa tersebut mulai menggantungkan pada
repeaters dan tingkat hunian mulai rendah.
f. Decline (berkurang), pada tahap ini jumlah wisatawan yang
berkunjung mulai berkurang. Kegiatan wisata yang berlangsung
juga mulai berkurang bahkan berpindah ke daerah lain sementara
infrastruktur wisata semakin memburuk.
23
g. Rejuvination (perubahan baru), tahap ini biasanya ditandai dengan
mulai munculnya daya tarik baru dari sumber daya alam yang baru.
24
B. Kerangka Pemikiran
Gambar 1
Kerangka Pemikiran
Desa Blimbing Sebagai Desa Wisata
Kriteria Desa Wisata, Simanungkalit et al (2017 :21)
Kajian Pengembangan Desa Blimbing sebagai
Desa Wisata
Pengembangan Desa Wisata, Pusat Penelitian dan Pengembangan Kepariwisataan
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
(2011:140)
Kekuatan Daya
Tarik Wisata
Proses
Perencanaan
Pariwisata
Perdesaan
Keterlibatan
Masyarakat
Lokal
Tingkat
Perkembangan
Pariwisata
25
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui pengembangan desa wisata
di Desa Blimbing yang akan dikaji melalui indikator-indikator pengembangan
desa wisata yang telah di jabarkan pada bab sebelumnya. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif untuk dapat
menggambarkan secara lebih rinci kondisi di lapangan.
Menurut Silalahi (2010:76), penelitian kualitatif didefinisikan sebagai
suatu proses penyelidikan untuk memahami masalah sosial berdasarkan pada
penciptaan gambaran holistik lengkap yang dibentuk dengan kata-kata,
melaporkan pndangan informan secara terperinci, dan disusun dalam sebuah latar
alamiah. Pernyataan tersebut sejalan dengan yang diungkapkan oleh Moeloeng
dalam Purnomo (2015:52) yang mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai
sebuah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang
dialami oleh subjek penelitian secara holistik dengan mendeskripsikan penelitian
dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah
dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.
Berdasarkan penjelasan teori tersebut penelitian kualitatif dapat diartikan
sebagai penelitian yang dalam proses penyajian data serta hasil penelitiannya
mengedepankan pemaparan secara deskriptif melalui kata-kata yang terperinci
akan kejadian atau kondisi yang terjadi di lapangan.
26
B. Obyek Penelitian
Obyek penelitian merupakan variabel penelitian yang berasal dari sebuah
masalah yang muncul yang telah di abstraksikan. Sejalan dengan pernyataan dari
Silalahi (2010:191) yang menjelaskan bahwa fenomena atau masalah peneletian
yang telah diabstraksi menjadi sebuah konsep atau variabel dapat disebut sebagai
objek penelitian. Berdasarkan fenomena serta variabel yang akan dikaji dalam
penelitian ini, peneliti menjadikan pengembangan desa wisata di Desa Blimbing
Kecamatan Klabang Kabupaten Bondowoso sebagai obyek penelitian.
C. Populasi dan Sampel
Gay dan Diehl dalam Silalahi (2010:253) menjelaskan “populasi adalah
jumlah total dari seluruh unit atau elemen dimana penyelidik tertarik”. Dari
pengertian tersebut peneliti memilih populasi berdasarkan ketertarikkan akan
kesesuaian dengan data yang dibutuhkan. Populasi yang telah ditentukan tersebut
nantinya akan menjadi awal ditentukannya sampel (Silalahi, 2010:253). “Populasi
tersebut dapat berupa organisme, orang atau sekelompok orang, masyarakat,
organisasi, benda, objek, peristiwa atau laporan yang semuanya memiliki ciri dan
harus didefinisikan secara spesifik dan tidak secara mendua”, Burns dalam
(Silalahi, 2010:253). Berdasarkan pemaparan teori diatas, populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh stakeholder yang terkait dalam Pengembangan Desa
Blimbing sebagai desa wisata diantaranya Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga
Kabupaten Bondowoso, Pihak Desa Blimbing, serta masyarakat Desa Blimbing.
Sampel terdiri dari beberapa anggota populasi yang dirasa representatif
atau dapat mewakili seluruh populasi. Menurut Arikunto (2006:130), “Sampel
adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti”. Dalam penelitian ini, peneliti
27
menetapkan sebagian stakeholder yang terkait dengan pengembangan Desa
Blimbing sebagai desa wisata, diantaranya Kepala Dinas Pariwisata Pemuda dan
Olahraga Kabupaten Bondowoso, Kepala Seksi ODTW dan Jasa Usaha Pariwisata
Disparpora Kabupaten Bondowoso, Kepala Seksi Pengembangan Sumber Daya
Manusia, Pertunjukkan, dan Atraksi Seni Budaya Disparpora Kabupaten
Bondowoso, Kepala Desa Blimbing, Pemangku Adat Desa Blimbing, dan
masyarakat.
Dalam penelitian ini peneliti menetapkan sampel menggunakan teknik
purposive sampling. Arikunto (2006:134) menjelaskan bahwa teknik purposive
sampling dapat dilakukan karena ada beberapa pertimbangan diantaranya,
keterbatasan waktu, tenaga, dan dana. Pengambilan sampel dengan teknik tersebut
juga harus berdasarkan ciri-ciri dan sifat-sifat maupun karakteristik tertentu yang
dapat menggambarkan atau mewakili ciri-ciri pokok dari populasi. Sejalan dengan
yang di ungkapkan oleh Silalahi (2010:272) yang menjelaskan bahwa teknik
purposive sampling merupakan pemilihan siapa subjek yang berada dalam posisi
terbaik untuk memberikan informasi yang dibutuhkan.
D. Metode Pengumpulan Data
1. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Arikunto (2006:228) menjelaskan bahwa dalam menggunakan
metode observasi sebagai salah satu teknik pengumpulan data,
peneliti dapat melengkapinya dengan format atau blangko
pengamatan sebagai instrument. Dalam penelitian ini, teknik
28
observasi digunakan untuk mendapatkan data secara langsung
mengaenai pengembangan desa wisata di Desa Klabang.
b. Wawancara
Metode wawancara atau in depth interview menurut Silalahi
(2010:312), metode wawancara merupakan metode yang
digunakan untuk mengumpulkan data atau keterangan lisan dari
seseorang yang disebut responden melalui suatu percakapan yang
sistematis dan terorganisasi. Dalam hal ini peneliti menggunakan
metode wawancara untuk mencari informasi terkait pengembangan
desa wisata di Desa Blimbing. Wawancara akan dilakukan kepada
pihak-pihak yang terkait dan dirasa mengerti pengembangan desa
wisata di Desa Blimbing.
c. Studi Dokumentasi
Arikunto (2006:231) menjelaskan bahwa studi dokumentasi dapat
diartikan sebagai sebuah metode pengumpulan data dengan cara
mencari data-data mengenai variabel yang berupa catatan,
transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat,
lengger dan sebagainya. Hal tersebut sangat erat dengan kebutuhan
data sekunder dimana menurut Silalahi (2010:291) mengatakan
bahwa data sekunder merupakan data yang dikumpulkan dari
tangan kedua atau dari sumber-sumber lain yang telah tersedia
sebelum penelitian dilakukan. Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan metode ini untuk menemukan data-data terkait
pengembangan Desa Blimbing sebagai desa wisata yang nantinya
29
akan dicocokkan dengan kondisi di lapangan. Dalam hal ini
dibutuhkan kerja sama antara peneliti dengan stakeholder terkait
dalam pencarian data melalui studi dokumentasi.
2. Alat Pengumpulan Data
a. Daftar Periksa
Dalam penelitian digunakan daftar periksa sebagai
instrumen penelitian untuk mendukung observasi dilapangan.
Daftar periksa juga dapat disebut sebagai pedoman observasi.
Menurut Arikunto (2006:157), pedoman observasi tersebut berisi
daftar jenis kegiatan yang timbul dan akan diamati. Daftar perikasa
dalam penelitian ini berisi variabel dalam penelitian yakni
indikator-indikator pengembangan sebuah desa wisata
b. Pedoman Wawancara
Dalam kegiatan wawancara perlu dibuat suatu daftar
pertanyaan dimana berisi pertanyaan-pertanyaan yang nantinya
diajukan kepada pihak yang dirasa mengerti akan kondisi serta
informasi yang ingin diketahui oleh peneliti. Arikunto (2006:227)
menjelaskan bahwa ada 2 jenis wawancara yakni terstruktur dan
tidak terstruktur, akan tetapi pedoman wawancara yang banyak
digunakan adalah bentuk semi structured, yakni peneliti mula-mula
menanyakan beberapa pertanyaan yang sudah terstruktur,
kemudian dilanjutkan dengan mengajukan pertanyaan untuk
memperdalam informasi yang ingin diketahui.
30
c. Dokumen
Dalam studi dokumentasi peneliti mengumpulkan
dokumen-dokumen terkait variabel penelitian dan dokumen-
dokumen yang berisi tentang informasi-informasi yang dibutuhkan
dalam penelitian. Dokumen atau sumber data sekunder menurut
Silalahi (2010:291) diantaranya adalah artikel-artikel, buku, arsip
organisasi, publikasi pemerintah, data bases, catatan-catatan publik
terkait peristiwa resmi, dan lain sebagainya.
E. Teknik Analisis Data
Menurut Silalahi (2010:319) Analisis data memiliki arti luas yang meliputi
penyederhanaan data dan penyajian data. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan
untuk menjadikan data penelitian yang diperoleh menjadi lebih mudah untuk di
baca dan dimengerti. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik analisis
yang dipaparkan oleh Miles dan Huberman. Menurut Miles dan Huberman dalam
Silalahi (2010:339) menjelaskan “kegiatan analisis terdiri dari tiga alur kegiatan
yang terjadi secara bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikkan
kesimpulan/verifikasi”. Terjadi bersamaan dalam hal ini berarti ketiga proses
kegiatan tersebut menjadi suatu hal yang jalin menjalin dan merupakan proses
siklus selama penelitian. Data dalam penelitian ini adalah data non statistika yang
dirasa sesuai dengan teknik analisis tersebut.
Reduksi data menurut Silalahi (2010:339) menjelaskan bahwa reduksi data
diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan,
pengabstraksian, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan
tertulis di lapangan. Proses reduksi tersebut berlangsung terus-menerus, dalam hal
31
ini peneliti melakukan beberapa hal terkait kegiatan reduksi antara lain, membuat
ringkasan, mengkode, menelusuri tema, membuat gugus-gugus, membuat partisi,
dan menulis memo. Dengan kata lain kegiatan mereduksi data tersebut bertujuan
untuk mempertajam, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu,
dan mengorganisasi data sedemikian rupa hingga kesimpulan-kesimpulan finalnya
dapat ditarik dan diverifikasi (Silalahi, 2010:340)
Penyajian Data menurut Silalahi (2010:340) diartikan sebagai sekumpulan
data yang berisi informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya
penarikkan kesimpuan dan pengambilan tindakan. Data yang disajikan tersebut
dapat memberikan pemahaman atau informasi tentang apa yang sedang terjadi dan
apa yang harus dilakukan selanjutnya lebih jauh menganalisis, mengambil
tindakan, atau mencari data sebagai tambahan untuk meyakinkan kondisi yang
sedang terjadi. Menurut Silalahi (2010:341), penyajian data kualitatif juga dapat
menggunakan matriks, grafik, jaringan dan bagan untuk lebih mempermudah
pembaca dalam memahami demanding harus disajikan dalam bentuk naratif yang
berjumlah puluhan atau bahkan ratusan halaman. Oleh sebab itu sah saja apabila
dalam penelitian kualitatif nanti ditemukan beberapa matriks, grafik, jaringan, dan
bagan dalam proses penyajian datanya.
Kegiatan analisis yang terakhir adalah menarik kesimpulan. Pada saat
proses pengumpulan data, peneliti mulai mencari arti-arti dari benda atau
peristiwa , mencatat keteraturan, pola, penjelasan konfigurasi yang mungkin
terjadi, alur, dan sebagainya. Pada awal pencarian data mungkin kesimpulan belu
terlihat juelas namun semakin hari akan semakin terlihat dan jelas bahkan
kejelasan kesimpulan tersebut terkadang baru muncul pada saat akhir pencarian
32
data. Silalahi (2010:341). Dalam penarikkan kesimpulan data-data yang diperoleh
harus dapat menggambarkan keadaan serta kondisi di lapangan apakah sudah
ideal dan sesuai dengan teori atau masih ada beberapa kondisi yang berlawanan
dengan kondisi ideal yang seharusnya. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif
hanya bersifat sementara sebab masalah serta rumusannya dapat berkembang dan
berubah-ubah.
33
F. Jadwal Penelitian
Tabel 1
Jadwal Penelitian
Kegiatan Februari Maret April Mei Juni Juli
Penyusunan
Usulan
Peneitian
Penyusunan
Rancangan
Penelitian
Pmbuatan
Instrumen
Penelitian
Pencarian
Data di
Lapangan
Pengolahan
dan
Analisis
Data
Penyusunan
Laporan
Presentasi
Hasil
Penelitian
Keterangan : : sudah terlaksana : belum terlaksana
34
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Profil Desa Blimbing
Secara geografis, Desa Blimbing termasuk dalam wilayah
Kecamatan Klabang, Kabupaten Bondowoso, Provinsi Jawa Timur. Desa
Blimbing berada sekitar 20 kilometer di sebelah timur pusat Kabupaten
Bondowoso. Desa Blimbing berbatasan langsung dengan beberapa desa
yang berada dalam satu wilayah di Kecamatan Klabang. Batas-batas
wilayah Desa Blimbing secara administratif adalah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Desa Besuk
Sebelah Selatan : Desa Sukorejo dan Desa Karang Sengon
Sebelah Timur : Desa Karanganyar
Sebelah Barat : Desa Klabang
Gambar 2
Peta Desa Blimbing
Sumber : Kantor Desa Blimbing, 2017
35
Desa Blimbing memiliki luas 1446, 85 Ha yang terbagi menjadi 8
dusun. Masyarakat Desa Blimbing merupakan campuran antara Suku Jawa
dan Suku Madura atau biasa disebut mandalungan. Mata pencaharian
penduduk sebagian besar bekerja sebagai petani dan buruh tani, dan jika
dilihat dari kondisi geografisnya sebagian besar luasan lahan yang ada di
Desa Blimbing merupakan lahan pertanian dan pemukiman yang
menjadikannya desa yang masih asri dan hijau. Padi dan tebu menjadi
komoditas dari sektor pertanian di Desa Blimbing. Hal tersebut ditunjang
oleh lokasi Pabrik Gula yang berada cukup dekat di sebelah Timur Desa
Blimbing tepatnya di Kecamatan Prajekan.
Berdasarkan data profil Desa Blimbing yang diperoleh dari kantor
desa setempat, tingkat pendidikan masyarakat di Desa Blimbing terbilang
masih rendah, hal ini dapat dilihat pada tabel sumber daya manusia dimana
sekitar 706 orang penduduk tidak tamat SD atau bahkan tidak pernah
mengenyam bangku pendidikkan. Jumlah tersebut hampir setengah dari
jumlah penduduk desa secara keseluruhan.
36
Tabel 2
Sumber Daya Manusia
Sumber : Kantor Desa Blimbing, 2017
Karakterisitik masyarakat yang masih tradisional dan menjunjung
tinggi adat budaya lokal menjadikan Desa Blimbing sebagai sebuah desa
yang menyimpan kekayaan budaya. Dalam hal akses hingga saat ini belum
ada angkutan umum yang beroperasi hingga masuk ke dalam Desa
Blimbing. Wisatawan yang berkunjung biasanya datang menggunakan
kendaraan pribadi. Angkutan umum yang beroperasi saat ini hanya melalui
jalan utama Kecamatan Klabang. Kepedulian masyarakat terhadap potensi
No. Uraian Sumber Daya Manusia
(SDM) Jumlah
Satuan
1. Penduduk dan Keluarga
a. Jumlah penduduk laki – laki 992 Orang
b. Jumlah penduduk perempuan 1093 Orang
c. Jumlah Kepala Keluarga 1.535 KK
2. Sumber penghasilan utama penduduk
a. Petani 579 Orang
b. Buruh Tani 658 Orang
c. Buruh Migran Perempuan 9 Orang
d. Buruh Migran Laki – laki 12 Orang
e. Pegawai Negeri Sipil (PNS) 27 Orang
f. Pedagang 44 Orang
g. Peternak 8 Orang
h. Pensiunan TNI / POLRI 11 Orang
i. Lainnya (air, gas, listrik, konstruksi,
perbankan, dll) 269 Orang
3. Tenaga kerja berdasarkan latar belakang
pendidikan
a. Lulusan S-1 ke atas 44 Orang
b. Lulusan SMA 335 Orang
c. Lulusan SMP 216 Orang
d. Lulusan SD 357 Orang
e. Tidak Tamat SD / Tidak
Sekolah 706 Orang
37
kepariwisataan di Desa Blimbing juga menjadi salah satu hal yang perlu
dibangun. Tingkat pendidikkan serta pengetahuan yang rendah terkait
kepariwisataan menjadi salah satu hal pokok yang harus segera diperbaiki
untuk dapat membangun kepedulian masyarakat terkait kegiatan wisata
yang ada di Desa Blimbing.
Terdapat sebuah ritual rutin yang sudah terlaksana sejak sekitar 500
tahun yang lalu dan masih lestari hingga saat ini. Upacara Bersih Desa
dimana masyarakat bersama perangkat desa yang dipimpin oleh pemangku
adat melaksanakan prosesi upacara sedemikian rupa yang tidak berubah
dari dulu awal dilaksanakannya upacara tersebut hingga sekarang.
Masyarakat percaya dan meyakini bahwa dengan melaksanakan upacara
tersebut secara rutin sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan akan
memberikan manfaat keselamatan bagi Desa Blimbing.
Berbagai kesenian dan makanan khas desa menjadi sajian yang
wajib untuk disuguhkan kepada masyarakat dan wisatawan yang turut
terlibat dalam kegiatan tersebut. beberapa masyarakat dari desa lain di
sekitar Desa Blimbing juga turut terlibat dan menyaksikan prosesi upacara
adat tersebut. Beberapa wisatawan juga datang untuk menyaksikan dan
mempelajari adat istiadat Desa Blimbing tersebut.
38
2. Daya Tarik Wisata Desa Blimbing
Desa Blimbing sebagai sebuah desa yang telah ditetapkan sebagai
desa wisata serta kawasan wisata budaya memiliki beberapa kegiatan
wisata yang dapat dinikmati oleh wisatawan yang datang berkunjung.
Salah satu kegiatan yang rutin dilaksanakan adalah kegiatan Upacara
Bersih Desa yang dilaksanakan setiap tahun pada tanggal 13-15 Bulan
Sya’ban. Tradisi tersebut merupakan sebuah kegiatan yang
menggambarkan sebuah sejarah tentang asal-usul Desa Blimbing, serta
sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Upacara
tersebut dikemas menjadi sebuah acara rakyat yang menampilkan berbagai
macam kesenian tradisional khas dari Desa Blimbing diantaranya tarian
Singo Ulung, Ojung, Tari Topeng Konah dan beberapa permainan rakyat.
Masyarakat setempat meyakini bahwa Upacara tersebut memiliki nilai
magis dan sangat sakral dikarenakan ada ketentuan yang harus ditaati
dalam pelaksanaannya.
Pada Hari Pertama pada tanggal 13 Sya’ban diadakan Selametan
Sangger dimana pemangku adat akan memasak dibantu oleh beberapa
warga setempat. Seluruh masyarakat yang terlibat termasuk Komangkoh
(pemangku adat) dilarang berbicara sekaligus mencicipi makanan yang
dimasak, dan pada proses memasak tersebut dilarang ada orang lain yang
masuk melihat kecuali orang-orang yang telah ditunjuk untuk memasak.
Ada beberapa masakkan yang harus dipersiapkan diantaranya Nase’
Lemmak, Jhindul, Nanginang, Bitdheng Ghuluk, Juko’ Sanga’ macem, Lop
kolop pettong macem, dan beberapa masakkan lainnya. Setelah memasak,
39
acara akan dilanjutkan dengan arak-arakan yang diikuti seluruh
masyarakat beserta para penari yang akan tampil menuju Olbe’ Nangger
yakni tempat mata air yang menyuplai kebutuhan air desa khususnya bagi
pertanian, lalu acara akan ditutup dengan penampilan kesenian tradisional
khas Desa Blimbing.
Gambar 3
Persiapan arak-arakkan menuju Olbu’ Nangger
Pada tanggal 14 Sya’ban dilanjutkan dengan Slametan Tanean dan
pembacaan doa oleh Komangkoh dan pada tanggal 15 Sya’ban akan
ditutup dengan acara makan bersama seluruh masyarakat beserta seluruh
wisatawan yang datang. Makanan yang disajikan adalah makanan-
makanan yang telah dimasak pada hari sebelumnya oleh komangkoh
bersama warga. Desa Blimbing juga seringkali mengadakan latihan
kesenian yang biasanya dilaksanakan di Kantor Desa atau dirumah
Komangkoh. Wisatawan yang ingin mempelajari kesenian dari Desa
Sumber : Kantor Desa Blimbing, 2017
40
Blimbing atau sekedar untuk melihat proses masyarakat dalam berlatih
kesenian dapat langsung berkunjung ke Desa Blimbing. Selain itu di Desa
Blimbing Juga terdapat makam Juk Sengah yang berdasarkan cerita
legenda setempat merupakan seorang tokoh yang pertama kali membangun
Desa Blimbing. Budaya keseharian masyarakat desa agraris yang jarang
ditemui di kawasan perkotaan dapat menjadi sebuah aktivitas yang unik
bila dikemas dengan baik.
Aktivitas yang dapat dilakukan oleh wisatawan di Desa Blimbing
sebagian besar berorientasi pada kegiatan luar ruangan. Sebagai contoh
pada saat Upacara Bersih Desa, dalam prosesi arak-arakan sesajen yang
berasal dari hasil bumi, wisatawan akan menyusuri jalan desa, melewati
areal persawahan hingga akhirnya tiba di Olbu’ Nangger dimana lokasi
tersebut merupakan lokasi untuk meletakkan sesajen yang telah dimasak
oleh Komangkoh.
Gambar 4
Peletakkan Sesajen di Olbu’ Nangger
Sumber : Kantor Desa Blimbing, 2017
41
Wisatawan yang datang ke Desa Blimbing biasanya turut terlibat
dalam kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan adat, budaya, serta tradisi
setempat. Sebagai contoh pada saat kegiatan Upacara Bersih Desa
biasanya wisatawan turut serta dan mencoba untuk memainkan kesenian
yang disajikan pada kegiatan tersebut dan mempelajari atau berlatih
tentang adat tradisi serta kesenian yang berkembang di Desa Blimbing
seperti kesenian Singo Ulung dan Ojung. Hingga saat ini belum ada
partisipasi yang berorientasi kepada kehidupan keseharian masyarakat
seperti bertani, berladang, dan tinggal bersama masyarakat untuk
mengikuti ataupun mempelajari pola hidup masyarakat setempat.
42
Gambar 5
Kesenian Ojung (Perang Rotan)
Gambar 6
Kesenian Singo Ulung
Sumber : Kantor Desa Blimbing, 2017
Sumber : Kantor Desa Blimbing, 2017
43
Tabel 3
Wawancara Pihak Desa tentang Keterlibatan Wisatawan
Sumber : Olahan Peneliti, 2017
Kata
Kunci
Wawancara 1
(KADES)
Wawancara 2
(Pemangku Adat)
Wawancara 3
(Masyarakat)
Wawancara 4
(Masyarakat)
Story line
Keterlibatan
wisatawan
dalam
kegiatan
masyarakat
wisatawan yang
datang itu
biasanya pada
saat acara desa
saja, seperti saat
upacara bersih
desa. Pernah ada
wisatawan yang
kesini ikutan
nyoba main
Ojung, ada yang
belajar Topeng
Konah, dan
Singo Ulung
Ya kalau disini itu kan
Singo Ulung yang asli
datangnya dari sini. Kalau
orang yang datang kesini itu
rata-rata ya pengen tahu,
nanti janjian sama saya ikut
latihan. Kalau pas upacara
yang di hari terakhir 15
sya’ban itu ada permainan
tradisional desa, siapapun
yang mau ikut main itu
silahkan, tidak ada larangan,
Cuma untuk kegiatan yang
sakral seperti yang masak-
masak itu memang harus
masyarakat sini
ya kalau ada turis itu
kaya kemarin kesini
itu diajak buat ikutan
permainan desa, ada
juga yang nyoba
buat main Ojung,
ada yang belajar
Topeng Konah. Tapi
ya memang disini
belum ada yang buat
penginapan,
homestay hotel gitu
belum ada. Paling ya
kalo ada yang mau
nginep disini bisa
dirumah sini, di Pak
Kades atau Pak
Tikno. Biasanya
gitu.
masyarakat itu selalu
terbuka kalau ada
yang mau ikut
kesenian disini,
kemarin itu ada turis
dari luar pengen coba
Ojung ya
dipersilahkan. Cuma
memang kalau
untukpenginapan
disini belum ada,
mungkin kalau mau ya
bisa nginep dirumah
saya, atau nginep di
rumah Pak Tikno
biasanya
Wisatawan yang
datang biasanya
ingin belajar secara
langsung kegiatan
kesenian yang ada di
Desa Blimbing
44
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa kegiatan pariwisata di Desa
Blimbing berorientasi pada produk-produk berbasis kebudayaan setempat.
Daya tarik wisata di Desa Blimbing merupakan daya tarik wisata yang
berorientasi pada perilaku budaya yang melibatkan kegiatan berperilaku
seperti, ritual, berkesenian, serta keterampilan. Upacara Bersih Desa
merupakan sebuah ritual yang rutin diselenggarakan sebagai sebuah
tradisi. Kegiatan tersebut juga melibatkan para pelaku kesenian dan
masyarakat di Desa Blimbing.
Kesenian di Desa Blimbing diantaranya, Kesenian Singo Ulung,
Tari Topeng Konah, Tarian Tandhek Bini’, serta Ojung. Masyarakat juga
meyakini bahwa kesenian yang ada di Desa Blimbing tidak hanya
dianggap sebagai hiburan akan tetapi juga mengandung nilai magis dan di
sakralkan. Sebagai contoh masyarkat meyakini jika kesenian tersebut tidak
dijaga atau tidak dilakukan sesuai dengan yang seharusnya akan
mendatangkan bencana bagi Desa Blimbing.
Ritual Upacara Bersih Desa memang tidak hanya ada di Desa
Blimbing, ada beberapa daerah yang juga biasa melaksanakan tradisi
serupa, namun tiap daerah memiliki keunikkan masing-masing. Sebagai
contoh di Desa Blimbing, dalam hal memasak sesajen dan makanan untuk
masyarkat dalam kegiatan tersebut dilakukan oleh Komangkoh (Pemangku
Adat). Untuk dapat menjadi Komangkoh ada beberapa hal yang harus
dipenuhi diantaranya adalah merupakan keturunan dari Juk Sengah dan
memiliki ilmu magis yang diturunkan dari nenek moyang. Kehidupan
masyarakat yang bercampur antara Suku Jawa dan Madura (Mandalungan)
45
memunculkan karakteristik baru. Jika dilihat dari tingkat keunikkannya,
kesenian daya tarik yang ada di Desa Blimbing merupakan sebuah daya
tarik yang hanya dapat ditemui di Kabupaten Bondowoso khususnya di
Desa Blimbing.
3. Proses Perencanaan Pariwisata Perdesaan di Desa Blimbing
Kegiatan pariwisata di Desa Blimbing diinisiasi oleh pemerintah.
Pemerintah melihat potensi yang sangat besar dari Desa Blimbing karena
kebudayaan yang sangat kuat dan terus lestari beratus-ratus tahun hingga
saat ini. Pemerintah sebagai inisiator melihat keunikkan dan karakter Desa
Blimbing yang sangat kuat. Kesenian Singo Ulung yang menjadi salah
satu ikon Kabupaten Bondowoso lahir dan berkembang di Desa Blimbing
meskipun pada saat ini sudah mulai bermunculan beberapa desa dan
sanggar kesenian yang berlatih Kesenian Singo Ulung. Hal ini
dikarenakakan Kesenian Singo Ulung memang telah menjadi ikon
Kabupaten Bondowoso.
Pemerintah sebagai inisiator berpendapat bahwa karakter yang kuat
serta keunikkan yang dimiliki Desa Blimbing dapat dikembangkan
menjadi sebuah daya tarik wisata khususnya yang berorientasi terhadap
kebudayaan lokal. Hal tersebut juga akan meningkatkan keragaman daya
tarik wisata di Kabupaten Bondowoso secara umum. Pemerintah juga
yakin dengan mengembangkan sektor pariwisata akan membantu dalam
memperbaiki kualitas kehidupan masyarakat melalui peningkatan
perekonomian serta peningkatan PADes (Pendapatan Asli Desa).
46
Pemerintah sebagai inisiator melalui Dinas Pariwisata Pemuda dan
Olahraga telah memberikan beberapa insentif sebagai upaya untuk
mendorong pengembangan pariwisata di Desa Blimbing, diantaranya
memfasilitasi masyarakat serta memberikan bimbingan terkait
kepariwisataan kepada masyarakat. Selain itu pemerintah juga
memberikan bantuan berupa peralatan untuk pengembangan kegiatan yang
berkaitan dengan kesenian dan memasukkan Tradisi Upacara Bersih desa
ke dalam calendar of events Kabupaten Bondowoso. Saat ini pemerintah
telah memberikan kewenangan penuh kepada masyarkaat untuk
melanjutkan serta mengelola Desa Blimbing sebagai sebuah desa wisata.
Pemerintah dalam hal ini Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga
Kabupaten Bondowoso telah beberapa kali melakukan pertemuan dengan
pihak Desa Blimbing beserta masyarakat sebagai upaya untuk mendorong
masyarakat agar terus berusaha mengembangkan Desa Blimbing agar
layak menjadi desa wisata. Sebagai stimulan untuk memancing
keterlibatan masyarakat, pihak dinas terkait telah memberikan bantuan
berupa peralatan untuk menunjang kegiatan serta memfasilitasi latihan
bagi masyarakat. Selain itu pihak dinas terakait telah memberikan
kewenangan penuh kepada masyarakat desa untuk mengelola kegiatan
wisata di Desa Blimbing sehingga masyarakat secara langsung akan
menerima manfaat yang dihasilkan.
Upaya pemerintah mendorong masyarakat untuk mengembangkan
kepariwisataan di Desa Blimbing dalam bentuk desa wisata sesuai dengan
Peraturan Daerah Kabupaten Bondowoso nomor 12 tahun 2011 tentang
47
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang menetapkan Desa Blimbing
sebagai desa wisata sekaligus kawasan wisata budaya. Upaya tersebut juga
sebagai bentuk integrasi antara implementasi kerja Dinas Pariwisata
beserta pihak-pihak terkait dengan program pembangunan daerah yang
telah di tetapkan oleh pemerintah daerah. Hingga saat ini Dinas Pariwisata
Pemuda dan Olahraga terus mendorong masyarakat untuk
mengembangkan Desa Blimbing akan tetapi pemerintah dan pihak desa
sebagai pengelola belum membuat perencanaan secara tertulis (dokumen)
terkait target-target yang ingin dicapai sehingga pengembangan serta
pengelolaan yang dilakukan terkesan seadanya dan spontan. Tidak adanya
dokumen terkait perencanaan serta arahan bagi Desa Blimbing untuk
mengembangkan sektor pariwisata menjadi hal yang harus segera ditindak
lanjuti agar pengembangan yang dilakukan dapat berjalan secara efisien.
48
Tabel 4
Wawancara DISPARPORA tentang Proses Perencanaan Pariwisata Perdesaan di Desa Blimbing
Kata Kunci Wawancara 1
(KADIS)
Wawancara 2
(KASI)
Wawancara 3
(KASI)
Story Line
Inisiator
pengembangan
desa wisata
Dari dinas itu
mengusulkan desa-desa
yang punya potensi
untuk dikembangkan
menjadi Desa Wisata.
Kami juga melihat
wisatawan sudah mulai
datang berkunjung. Dan
pihak desa juga setuju.
Kalau berbicara
inisiator ya kami
dari dinas sangat
mendorong,
kami melihat
masyarakat
budayanya
sangat kuat,
kami dan
masyarakat
sama-sama ingin
Desa Blimbing
jadi tujuan
wisata, makanya
sampe di buat
perda itu karena
karakter Desa
Blimbing ini
sudah sangat
kuat, kalau
berbicara Singo
Ulung pasti ya
Desa Blimbing
yang disebut
Sebagai inisiator kami hanya
mendorong serta memfasilitasi.
Inisiator dari
pembangunan serta
pengembangan Desa
Blimbing sebagai desa
wisata adalah pemerintah
melalui Dinas Pariwisata
Pemuda dan Olahraga
Kabupaten Bondowoso
49
Perkembangan
Desa Blimbing
sebagai desa
wisata
kalau dari tingkat
kunjungan belum ada
data resmi yang masuk
dari pihak desa, tapi
setiap upacara bersih
desa itu selalu ramai,
kadang ada turis
mancanegara juga yang
datang
Desa Blimbing
ini tergolong
yang
perkembanganny
a lambat
kaitannya dengan
data kunjungan.
Perkembangannya kalau
dibandingkan dengan desa
wisata yang lain seperti
Lombok Kulon, Alas Somor,
Glingseran itu ya masih lambat.
Data kunjungan belum ada
sampai sekarang.
Desa Blimbing termasuk
dalam salah satu desa
wisata di Kabupaten
Bondowoso yang
perkembangannya lambat.
Belum ada data kunjungan
yang tercatat hingga saat
ini. Hal tersebut didasari
oleh kondisi masyarakat
yang belum terlalu yakin
dengan manfaat yang akan
diperoleh jika mereka
mengembangkan
kepariwisataan di Desa
Blimbing.
Upaya dalam
mendorong
keterlibatan
masyarakat
Kami sebagai
pemerintah hanya bisa
memberi arahan karena
masyarakat setempat
sebagai tuan rumah juga
harus memiliki
kesadaran dan kemauan.
Kami sudah beberapa
kali mengadakan
pertemuan dengan
masyarakat dan
memberikan bantuan
dalam hal promosi.
Disini dinas
sudah
memberikan
berbagai macam
bantuan,
meskipun belum
maksimal karena
kita harus
menetapkan
prioritas. Mana
yang tren
kunjungan dan
penguatan
Kami telah melakukan
pertemuan dengan masyarakat.
Kami juga sudah memfasilitasi
dan diharapkan masyarakat
sadar dan tergerak bahwa
pariwisata jika dikembangkan
dengan baik di Desa Blimbing
akan memberikan manfaat,
pendapatan asli desa juga naik,
nanti juga yang merasakan
masyarakat. Tapi memang
cukup susah untuk meyakinkan
masyarakat dan mendorong
Pemerintah selalu
memberikan dorongan dan
memfasilitasi masyarakat
untuk terus terlibat secara
aktif dalam
mengembangkan Desa
Blimbing sebagai desa
wisata.
50
Kalau desanya terkenal
juga kan masyarakat
juga senang.
embrionya naik
ya kami
prioritaskan
masyarakat disana. Makanya
Desa Blimbing ini bisa dibilang
cukup lambat.
Forum
komunikasi
Kalo forum secara
berkala dan benar-benar
membahas sudah ada
meskipun tidak sering
tapi setiap tahun pasti
ada agendanya.
ya setiap tahun
kami selalu
memfasilitasi,
mengadakan
pertemuan,
utamanya untuk
membahas
pengembangan
pariwisata di
Desa Blimbing.
Hingga saat ini kami masih
rutin kesana diskusi dengan
masyarakat dan perangkat desa
untuk membahas
pengembangan desa kaitannya
dengan pariwisata.
Sudah beberapa kali
dilakukan pertemuan dan
diskusi bersama
masyarakat terkait
pengembangan Desa
Blimbing sebagai desa
wisata.
Pendayagunaan
masyarakat
Kami sudah melakukan
pertemuan untuk
membahas potensi-
potensi yang ada dan
terus membuka
pandangan masyarakat
bahwa dengan
pariwisata itu dampak
ekonomi yang
dihasilkan sangat besar,
sebagai contoh desa
Alas Sumur sudah mulai
maju, sudah ramai
pengunjung.
Kami sudah
beberapa kali
mengadakan
pertemuan dan
selalu
mendorong
masyarakat
untuk terus
mengembangkan
pariwisata di
Desa Blimbing,
tetapi
permasalahannya
masyarakat
Kami sudah memberikan
bantuan berupa peralatan, dan
dana supaya dikelola oleh
masyarakat untuk
mengembangkan seni budaya di
Desa Blimbing sebagai daya
tarik untuk wisatawan.
Pihak dinas telah
melakukan beberapaa kali
pertemuan dengan pihak
desa beserta masyarakat
dan mendorong
masyarakat untuk terus
menggarap dan mengelola
Desa Blimbing. Beberapa
bantuan juga telah
diberikan kepada
masyarakat untuk
pengembangan kegiatan di
Desa Blimbing.
51
belum yakin
kalau pariwisata
ini bisa
memberikan
manfaat nanti ke
depan.
Contohnya saja
sudah ada
Glingseran dan
Alas Somor itu
baru setahun
mereka tingkat
kunjungannya
sudah tinggi.
Komunitas Lokal
dalam
pembangunan
dan
pengembangan
desa wisata
Kalo untuk komunitas
seperti POKDARWIS
belum ada, tapi pemuda
dan masyarakat punya
karang taruna yang juga
menjadi bagian dari
masyarakat yang
mempersiapkan upacara
bersih desa.
Sudah ada, Pak
Sugeng itu sering
kesana ngurusin.
Kalau
POKDARWIS
memang belum,
kami lebih fokus
untuk destinasi
yang alam dulu
untuk
POKDARWIS.
Kalo POKDARWIS belum ada.
Akan tetapi ada karang taruna
dan kelompok seni pimpinan
Pak Tikno yang rutin latihan di
sana. Mereka juga yang selalu
terlibat waktu acara Upacara
Bersih Desa.
Di Desa Blimbing terdapat
beberapa komunitas lokal
diantaranya kelompok seni
dan belum ada
POKDARWIS sebagai
kelompok masyarakat
yang bergerak pada
pengembangan
kepariwisataan
Komitmen dalam
penerapan
prinsip ekonomi
Kalo di Desa Blimbing
kami dari dinas sangat
mendukung, soalnya
Hingga saat ini
kebudayaan di
Desa Blimbing
Ya otomatis jika pariwisata itu
dikembangkan dengan baik,
kebudayaan juga pasti lestari.
Pemerintah terus menjaga
komitmen dalam menjaga
kelestarian budaya dan
52
hijau Singo Ulung, Ojung,
Topeng Konah itu kan
khas Bondowoso, tidak
ada di daerah lain dan
Desa Blimbing sebagai
lahirnya kesenian
tersebut harus aktif
untuk melestarikan. Saat
ini sudah ada beberapa
sanggar kesenian yang
mulai mengajarkan
tarian Singo Ulung.
Salah satunya yang di
Prajekkan. Kalo di Desa
Blimbing sendiri
memang belum ada
sanggar sepertinya tapi
masyarakat sudah rutin
latihan ya buat upacara
bersih desa itu salah
satunya.
ini sudah cukup
kuat, sampai saat
ini juga
masyarakat
masih rutin
mengadakan
Upacara Bersih
Desa. Kami juga
membantu
kegiatan latihan
seni di Desa
Blimbing.
Budaya di Desa Blimbing itu
sudah cukup kuat. Tinggal
bagaimana masyarakat bisa
mengelola seni dan tradisi
disana supaya bisa jadi daya
tarik kegiatan pariwisata
alam yang ada di Desa
Blimbing, untuk itu
pemerintah terus
mendorong masyarakat
untuk terus
mengembangkan
kepariwisataan di Desa
Blimbing. Dengan terus
mendorong masyarakat
untuk terus terlibat secara
aktif dalam pembangunan
serta pengembangan desa
wisata di Desa Blimbing,
pemerintah yakin aka nada
manfaat yang didapat oleh
masyarakat setempat
terutama dari segi
perekonomian.
Penerapan
prinsip
kelestarian
Di desa Blimbing itu
produknya kan budaya,
semakin berkembang
pariwisata disana pasti
juga dampaknya ke
budaya secara langsung
Masyarakat itu
sudah sadar
bahwa kegiatan
mereka itu selalu
mengundang
wisatawan,
makanya kami
ya budaya di Blimbing itu
memang harus dilestarikan.
Dengan terus mendorong
masyarakat untuk
mengembangkan pariwisata,
kami berharap masyarakat
semakin tergerak dan aktif
Dari pihak dinas sebagai
pemegang kebijakkan
selalu menghimbau kepada
masyarakat bahwa
kebudayaan yang menjadi
asset desa harus dijaga dan
dilestarikan.
53
Sumber : Olahan Peneliti, 2017
terus mendukung
tradisi ini supaya
terus
dilestarikan.
terlibat secara langsung untuk
melestarikan apa yang menjadi
daya tarik di Desa Blimbing.
54
Tabel 5
Wawancara Pihak Desa tentang Proses Perencanaan Pariwisata Perdesaan di Desa Blimbing
Sumber : Olahan Peneliti, 2017
Kata Kunci
Wawancara 1
(KADES)
Wawancara 2
(Pemangku Adat)
Wawancara 3
(Masyarakat)
Wawancara 4
(Masyarakat)
Story Line
Forum
komunikasi
Di sini sering
diadakan forum
tapi lebih
membahas
kepentingan desa
secara umum.
Tidak hanya
pariwisata, tetapi
juga budaya,
pembangunan
desa
Kalau saya pribadi
sering bertemu Pak
Sugeng dari dinas,
beliau juga sering
kesini. Tapi biasanya
lebih sering
membahas tentang
kesenian, beliau kan
juga punya
Padepokkan Seni di
Prajekkan. Kadang
juga membahas
bagaimana pariwisata
yang melibatkan
Kesenian Bondowoso
saya ndak tau mas
kalau itu, tapi disini
memang pak tenggih
sering mengadakan
pertemuan. Banyak
hal yang dibahas.
Kadang ya tentang
tani, tentang bersih
desa, tentang
masyarakat dan
permasalahan desa.
kalau acara bersama
masyarakat disini
sering mas. Tapi
untuk yang
membahas
pariwisata itu masih
jarang. Kalau saya
sendiri itu inginnya
ada bantuan buat
membangun gapura
di makam Juk
Sengah itu mas.
Terus di jalan itu di
kasih penunjuk jalan
kalau disini itu Desa
tempat lahirnya
Singo Ulung.
kalau acara bersama
masyarakat disini sering
mas. Tapi untuk yang
membahas pariwisata
itu masih jarang. Kalau
saya sendiri itu
inginnya ada bantuan
buat membangun
gapura di makam Juk
Sengah itu mas. Terus
di jalan itu di kasih
penunjuk jalan kalau
disini itu Desa tempat
lahirnya Singo Ulung.
55
4. Keterlibatan Masyarakat Lokal
Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak desa dan beberapa
masyarakat, keterlibatan masyarakat dalam kegiatan-kegiatan desa
termasuk kegiatan yang berkaitan dengan pariwisata seperti Upacara
Bersih Desa dapat dikatakan 100 persen masyarakat terlibat. Masyarakat
Desa Blimbing menganggap kebudayaan yang ada di Desa Blimbing
hingga saat ini sebagai identitas dan mereka berkomitmen untuk terus
menjaga dan melestarikannya. Hal ini terbukti dari banyaknya masyarakat
mulai dari yang berusia anak-anak, remaja hingga lanjut usia yang masih
berlatih kesenian tradisional. Masyarakat juga meyakini bahwa jika tradisi
yang ada tidak dijaga dan dipertahankan, akan mendatangkan bencana
terhadap kehidupan di Desa Blimbing. Tidak hanya tentang kebudayaan,
kondisi masyarakat agraris yang sangat bergantung terhadap lingkungan
alam juga mendorong masyarakat untuk peduli terhadap kelestarian alam.
Masyarakat yang sebagian besar berprofesi sebagai petani dan buruh tani
berkeyakinan bahwa mata pecaharian mereka sangat bergantung dengan
kondisi alam. Bencana kekeringan dapat berdampak fatal bagi kehidupan
para petani.
Masyarakat juga yakin dengan adanya pariwisata berbasis
kebudayaan yang di kembangkan di desa mereka tidak akan mengganggu
eksistensi kebudayaan yang bertahan hingga saat ini dan justru akan
berdampak positif terhadap kelestarian budaya setempat. Karakter
masyarakat yang sangat berpegang teguh terhadap kebudayaan lokal
meyakinkan bahwa sampai kapanpun tradisi dan budaya yang ada tidak
56
akan pernah kalah terkikis oleh kepentingan-kepentingan yang lainnya.
Penghargaan yang tinggi akan kebudayaan lokal yang dimiliki secara tidak
langsung juga mendorong masyarakat untuk terlibat dalam setiap kegiatan
pariwisata yang ada untuk memastikan bahwa kebudayaan yang dijadikan
sebagai produk wisata tidak menyimpang ataupun mengikis kebudayaan
asli yang ada.
Meskipun tingkat keterlibatan masyarakat dapat dikatakan cukup
tinggi akan tetapi hingga saat ini di Desa Blimbing belum ada komunitas
lokal yang secara khusus dibentuk untuk mengelola serta
mengembangkan kegiatan wisata di desa tersebut. Komunitas lokal yang
ada hingga saat ini adalah komunitas yang berorientasi pada kegiatan
kesenian seperti Komunitas Singo Ulung Bintang Pusaka serta Komunitas
Hadrah.
57
Tabel 6
Wawancara DISPARPORA tentang Keterlibatan Masyarakat
Kata kunci Wawancara 1
(KADIS)
Wawancara 2
(KASI)
Wawancara 3
(KASI)
Story line
Bentuk
pendayagunaan
masyarakat
Di Desa Blimbing yang
keunggulannya pada
kebudayaan otomatis yang
paham betul adalah
masyarakat, dan yang
mengerti juga masyarakat
sehingga kami
memberikan kuasa penuh
kepada masyarakat, kami
hanya mengarahkan. Dan
menurut saya jika
kebudayaan terus
dilestarikan secara
langsung maupun tidak
juga akan baik dampaknya
untuk pembangunan
pariwisata di Desa
Blimbing.
Setiap ada acara di sana,
contohnya upacara bersih
desa, acara-acara kesenian
itu juga masyarakat
langsung yang terlibat.
Kami dari dinas cuma
membantu memberikan
arahan
Masyarakat semuanya kami
dorong sama-sama untuk
melestarikan kebudayaan
yang ada. Singo Ulung ini
identitas Desa Blimbing,
mulai dari latihan hingga
bantuan berupa materi
sudah kami berikan.
Hingga saat ini Dinas
Pariwisata Pemuda
dan Olahraga
mendorong
masyarakat secara
langsung untuk
membangun
pariwisata khususnya
melalui potensi
kebudayaan yang
dimiiki. Sebagai salah
satu identitas
Kabupaten
Bondowoso,
kebudayaan di Desa
Blimbing harus tetap
dijaga dan pihak dinas
berkeyakinan bahwa
masyarakat Desa
Belimbing sendiri
yang lebih mengerti
bagaimana cara untuk
tetap menjaga
kelestarian. Sehingga
58
Sumber : Olahan Peneliti, 2017
dengan kelestarian
yang tetap terjaga
sektor pariwisata akan
dapat terus
berkembang
Komunitas Lokal
dalam
pembangunan dan
pengembangan
desa wisata
Kalo untuk komunitas
seperti POKDARWIS
belum ada, tapi pemuda
dan masyarakat punya
karang taruna yang juga
menjadi bagian dari
masyarakat yang
mempersiapkan upacara
bersih desa.
Sudah ada, Pak Sugeng itu
sering kesana ngurusin.
Kalau POKDARWIS
memang belum, kami
lebih fokus untuk destinasi
yang alam dulu untuk
POKDARWIS.
Kalo POKDARWIS belum
ada. Akan tetapi ada karang
taruna dan kelompok seni
pimpinan Pak Tikno yang
rutin latihan di sana. Mereka
juga yang selalu terlibat
waktu acara Upacara Bersih
Desa.
Di Desa Blimbing
terdapat beberapa
komunitas lokal
diantaranya kelompok
seni dan belum ada
POKDARWIS
sebagai kelompok
masyarakat yang
bergerak pada
pengembangan
kepariwisataan
59
Tabel 7
Wawancara Pihak Desa tentang Keterlibatan Masyarkat
Kata Kunci
Wawancara 1
(KADES)
Wawancara 2
(Pemangku Adat)
Wawancara 3
(Masyarakat)
Wawancara 4
(Masyarakat)
Story Line
Komunitas
lokal yang ada
di Desa
Blimbing
ada disini punya
kelompok hadrah
dan ada komunitas
seni Singo Ulung
Di sini ada
perkumpulan Seni
Singo Ulung Bintang
Pusaka. Itu saya
langsung yang
melatih. Banyak juga
orang dari luar yang
datang belajar, ada
yang cuma nonton pas
waktu latihan
kalau tidak salah
itu ada kelompok
seni Singo
Ulung, ada
hadrah juga.
Kalau di depan
itu tim voli desa
kalau sesuai di profil
desa disini itu ada
kelompok seni yang
Pak Tikno itu, ada
hadrah, ada juga tim
voli.
Di Desa Blimbing terdapat
Komunitas Seni Singo Ulung
Bintang Pusaka, Kelompok
Kesenian Hadrah, akan tetapi
belum dibentuk komunitas
lokal yang khusus untuk
mengelola kegiatan
kepariwisataan di Desa
Blimbing.
jumlah
masyarakat
lokal yang
terlibat dalam
pengembangan
desa wisata
semua masyarakat
terlibat, ada yang
kerja itu kadang
sampe cuti atau
libur. Yang
biasanya ke sawah
itu libur dulu.
seluruh masyarakat
wajib terlibat kalo
tentang tradisi dan
membangun desa, tapi
untuk pembangunan
desa wisata belum
tahu, mungkin hanya
yang bekerja di desa
saja. Kalo untuk
pembangunan Desa
itu kewenangan Pak
tenggi (Kepala Desa)
Kalo jumlahnya
saya kurang tau,
tapi setiap ada
kegiatan apapun
masyarakat disini
selalu terlibat,
apalagi kalo
acaranya
berkaitan dengan
adat tradisi disini
semua pasti terlibat
mas. Mulai dari
yang muda sampe
bapak-bapak disini
itu kalau kegiatan
desa pasti ikut. Sama
seperti kerja bakti
disini juga ramai
pasti
Dalam pengembangan desa
wisata di Desa Blimbing,
masyarakat terlibat sepnuhnya.
Hal ini di dasari juga oleh
bentuk pengembangan produk
wisata di Desa Blimbing yang
berorientasi terhadap
kebudayaan setempat, dimana
kebudayaan merupakan hal
yang sangat dijaga dan di
cintai oleh masyarakat
setempat.
60
Presentase
masyarakat
yang terlibat
dalam
pengembangan
desa wisata
hampir 100 persen
masyarakat
terlibat. Biasanya
ada orang dari
desa lain juga ikut
datang. Ada yang
nonton, ada yang
juga ikut bantu
Ya harus 100 persen
terlibat, dan untuk
pembangunan di sini
saya rasa masyarakat
sudah terlibat, tetapi
juga butuh bimbingan
dari orang-orang yang
lebih paham dengan
pariwisata
ya mungkin
hampir 100
persen
masyarakat
ya 100 %
masyarakat disini
terlibat. Kadang dari
desa lain juga datang
kesini.
100 persen masyarkaat terlibat
dan harus ada bimbingan dan
arahan yang jelas dari pihak-
pihak lain terutama dinas
setempat.
Komitmen
dalam
penerapan
prinsip
ekonomi hijau
ya kalo dari pihak
desa terus sampai
kapanpun akan
mendorong
pelestarian, salah
satunya dengan
membuat
kelompok-
kelompok seni.
ya karena tradisi
disini itu kan sangat
sakral, jadi harus tetap
dilaksanakan.
Contohnya seperti
Ojung itu kan
penarinya harus
sampai mengeluarkan
darah. Pernah dulu
Ojung itu tidak
diadakan dan pernah
penarinya itu tidak
sampai keluar darah
dan pasti langsung
datang bencana,
kekeringan, gagal
panen, selalu ada
bencana kalau tidak
sesuai dengan tradisi
masyarakat itu
hidupnya disini
sebagian besar
tani, bergantung
sama alam mas.
Ya dengan kaya
gitu juga
masyarakat pasti
sadar jangan
sampe disini itu
rusak. Kalo
budayanya
memang sudah
kental dari dulu,
dan masyarakat
juga sampe
sekarang masih
mempertahankan.
kalau menurut saya
di desa ini yang
masih memegang
teguh budayanya.
Karna memang kan
Singo Ulung itu juga
kan lahirnya disini.
Pemerintah juga
sudah menetapkan
kalau disini itu desa
wisata. Kalau
memang nanti desa
ini maju, masyarakat
pasti tetap
menjadikan budaya
disini sebagai aturan
mas. Insyallah tidak
berubah
Pihak desa beserta masyarakat
akan terus mendorong upaya-
upaya pelestarian karena
kehidupan masyarakat
sebagian besar bergantung
pada alam dan budaya sekitar.
61
Sumber : Olahan Peneliti, 2017
Penerapan
prinsip
kelestarian
dari desa selalu
mengingatkan
kepada
masyarakat,
sampai kapan dan
pembangunan
seperti apapun
yang dilakukan
jangan sampai
desa ini lupa
dengan tradisi dan
budaya yang ada.
Kalau di Desa
Blimbing kan
kesenian dan bersih
desa itu yang jadi
unggulan jadi
otomatis kalau mau
jadi pariwisata ya kita
harus
mempertahankan
kesenian dan tradisi
itu sampai kapanpun.
Seperti sekarang ini
kan tradisi itu masih
ada, masih
dipertahankan jangan
sampai nanti beberapa
tahun lagi tradisi itu
sudah hilang.
ya semuanya
yang dilakukan
disini selalu
berusaha
mempertahankan
semuanya biar
tidak hilang mas.
Kalo kesenian itu
disini mulai dari
anak kecil sampe
bapak-bapak itu
ikut latihan. Jadi
kalo budaya
disini terus
dipertahankan
Insyallah
dampaknya juga
bagus buat
pariwisatanya
kalau alam disini
memang masih asri
gini mas.
Masyarakat yang
tani juga kan
bergantungnya sama
alam. Kalau sampe
kekeringan kan ndak
bisa panen juga.
Kalau kaitannya
dengan budaya
sampai saat ini
masih dijaga terus.
Bersih Desa itu saja
kan sudah 500 tahun
lebih mas. Jadi
kalaupun jadi tempat
wisata pasti ya
budaya itu lagi yang
dicari wisatawan
Dari pihak dinas sebagai
pemegang kebijakkan selalu
menghimbau kepada
masyarakat bahwa kebudayaan
yang menjadi asset desa harus
dijaga dan dilestarikan.
62
5. Tingkat Perkembangan Pariwisata di Desa Blimbing
Hingga saat ini belum ada catatan terkait data kunjungan
wisatawan. Namun menurut penuturan masyarakat setempat, wisatawan
yang datang mayoritas berasal dari Kabupaten Bondowoso serta
kabupaten/kota yang berada di sekitaran Kabupaten Bondowoso. Hal ini
mengindikasikan bahwa daya tarik wisata yang ada di Desa Blimbing
belum terlalu dikenal masyarakat secara luas dan jika dilihat dari segi
kepopulerannya baru berkembang dalam skala lokal dan regional.
Infrastruktur jalan juga menjadi hal yang harus diperhatikan selain
daya tarik. Untuk menuju Desa Blimbing, wisatawan dapat melalui jalan
provinsi yang menghubungkan Kabupaten Bondowoso dengan Kabupaten
Situbondo. Wisatawan yang ingin memanfaatkan mode transportasi umum
untuk mencapai Desa Blimbing hanya bisa sampai pintu gerbang desa
dikarenakan belum ada transportasi umum yang beroperasi hingga masuk
ke dalam desa. Untuk dapat masuk ke dalam Desa Blimbing, wisatawan
dapat memanfaatkan jasa ojek yang dapat di jumpai di sekitaran pintu
gerbang masuk menuju Desa Blimbing.
63
Gambar 7
Gapura Gerbang Desa Blimbing
Berdasarkan hasil observasi dilapangan terkait kondisi jalan di
dalam Desa Bimbing ditemukan beberapa titik jalan yang perlu
mendapatkan perbaikkan dan ada beberapa ruas jalan yang belum di aspal..
Ditemukan beberapa titik jalan yang berlubang. Kondisi ini akan
membahayakan pengendara yang melintas di malam hari karena tidak ada
lampu penerangan jalan yang memadai. Selain itu lebar jalan hanya sekitar
3 meter dan tidak memungkinkan untuk dilaui kendaraan besar seperti bus.
Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2017
64
Gambar 8
Kendaraan Melintasi Jalan Desa
Gambar 9
Ruas Jalan yang Belum Diaspal
Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2017
Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2017
65
Tabel 8
Wawancara DISPARPORA tentang Perkembangan Desa Blimbing sebagai Desa Wisata
Sumber : Olahan Peneliti, 2017
Kata Kunci Wawancara 1
(KADIS)
Wawancara 2
(KASI)
Wawancara 3
(KASI)
Story Line
Perkembangan
Desa Blimbing
sebagai desa
wisata
kalau dari tingkat
kunjungan belum
ada data resmi yang
masuk dari pihak
desa, tapi setiap
upacara bersih desa
itu selalu ramai,
kadang ada turis
mancanegara juga
yang datang
Desa Blimbing ini
tergolong yang
perkembangannya
lambat kaitannya
dengan data
kunjungan.
Perkembangannya kalau
dibandingkan dengan
desa wisata yang lain
seperti Lombok Kulon,
Alas Somor, Glingseran
itu ya masih lambat.
Data kunjungan belum
ada sampai sekarang.
Desa Blimbing termasuk dalam
salah satu desa wisata di
Kabupaten Bondowoso yang
perkembangannya lambat. Belum
ada data kunjungan yang tercatat
hingga saat ini. Hal tersebut
didasari oleh kondisi masyarakat
yang belum terlalu yakin dengan
manfaat yang akan diperoleh jika
mereka mengembangkan
kepariwisataan di Desa Blimbing.
66
Tabel 9
Wawancara Pihak Desa tentang Perkembangan Desa Blimbing sebagai Desa Wisata
Sumber : Olahan Peneliti, 2017
Kata Kunci
Wawancara 1
(KADES)
Wawancara 2
(Pemangku Adat)
Wawancara 3
(Masyarakat)
Wawancara 4
(Masyarakat)
Story Line
Perkembangan
Desa Blimbing
sebagai desa
wisata
kalo disini belum
banyak kegiatan,
ya paling yang
datang itu yang
penelitian kaya
adek ini, ada juga
yang datang waktu
acara-acara desa.
Yang keluar justru
banyak, ada yang
sekolah di luar
kota
kalau disini itu turis
datang hanya pas
bersih desa saja, kalau
hari lain mungkin
hanya datang waktu
mau ikut latihan saja.
Kalau data kunjungan
mungkin bisa
ditanyakan di kantor
desa. Masyarakat pasti
senang kalau desanya
jadi tempat wisata
tetapi kan untuk
menjadi seperti itu
butuh proses yang
panjang
Kalau lagi ada
acara bersih
desa itu ramai
mas. Saya juga
ingin Blimbing
itu bisa terkenal
seninya seperti
yang di
Prajekkan itu
kalau kunjungan setau
saya memang musiman
mas. soalnya memang
hanya pas bersih desa itu,
setelah itu ya sepi lagi.
Masyarakat juga
inginnya desa ini bisa
jadi tempat wisata, tapi
bingung juga mas disini
tempa wisatanya sedikit.
Orang sini itu kan juga
pengetahuannya masih
kurang kalo buat
pariwisata. Butuh
bimbingan lagi
Wisatawan datang pada
saat ada acara-acara desa
seperti Upacara bersih
desa. Adapula yang datang
untuk melakukan
penelitian serta belajar
kesenian setempat.
Masyarakat sangat
menerima dan senang
apabila Desa Blimbing
semakin ramai dikunjungi
wisatawan.
67
B. Pembahasan
1. Kekuatan Daya Tarik Desa Blimbing
Sebagai desa yang telah ditetapkan menjadi sebuah desa wisata,
Desa Blimbing memiliki daya tarik berupa kebudayaan lokal. Kebudayaan
yang menjadi daya tarik tersebut merupakan kebudayaan yang berorientasi
pada perilaku budaya yang kegiatan utamanya melibatkan kegiatan
berperilaku, seperti ritual, berkesenian, dan keterampilan. Upacara Bersih
Desa yang dipadukan dengan kesenian tradisional setempat menjadi daya
tarik utama bagi wisatawan yang datang berkunjung. Wisatawan yang
datang berkunjung dapat mempelajari secara langsung kebudayaan yang
ada di Desa Blimbing. Masyarakat sangat terbuka dengan wisatawan yang
ingin terlibat dan mempelajari tradisi-tradisi di Desa Blimbing.
Meskipun Upacara Bersih Desa sudah sangat lazim dilaksanakan di
beberapa daerah di Indonesia terutama di Pulau Jawa, pasti setiap daerah
memiliki keunikkan masing-masing. Di Desa Blimbing, tradisi tersebut
sudah dilaksanakan sejak sekitar 500 tahun lalu dan belum berubah tata
cara pelaksanaannya hingga saat ini. Banyak hal unik yang dapat
ditemukan pada tradisi tersebut, diantaranya adalah larangan untuk
berbicara pada saat memasak sesajen, lalu pada saat pelaksanaan Ojung,
pertarungan baru bisa berakhir pada saat salah satu petarung mengeluarkan
darah dari tubuhnya, masyarakat yakin jika hal tersebut dilanggar maka
akan mendatangkan bencana bagi masyarakat setempat seperti,
kekeringan, gagal panen, dan beberapa hal lain. Kesan magis yang berasal
dari mitos serta kepercayaan terkait sakralnya tradisi tersebut ditambah
68
legenda serta sejarah Desa Blimbing menjadikan tradisi tersebut semakin
unik dan hanya dapat dijumpai di Desa Blimbing.
Hal lain yang menjadi perhatian pada pembahasan terkait daya
tarik adalah skala kepopuleran dari daya tarik tersebut. Meskipun tingkat
keunikkan daya tarik utama di Desa Blimbing dapat dikatakan sangat
tinggi namun skala kepopuleran daya tarik tersebut berada pada skala lokal
dan regional. Hal tersebut dapat diindikasikan dari kunjungan wisata yang
didominasi oleh wisatawan dari kabupaten/kota yang berada di sekitaran
Kabupaten Bondowoso dan wisatawan yang berasal dari dalam Kabupaten
Bondowoso. Peneliti menganggap kurangnya promosi yang dilakukan oleh
pemerintah beserta pihak desa sebagai pengelola menjadi salah satu
penyebab dari kurang populernya daya tarik yang ada di Desa Blimbing.
meskipun daya tarik tari tersebut telah masuk dalam calendar of events
akan tetapi Desa Blimbing belum masuk dalam Tourism Map Kabupaten
Bondowoso serta tidak ditemukannya paket wisata yang mengemas
kegiatan wisata di Desa Blimbing.
Hingga saat ini belum ada pengembangan terkait aktivitas dalam
kehidupan sehari-hari masyarakat yang melibatkan wisatawan, kegiatan
yang melibatkan partisipasi wisatawan hanya terpaku pada kegiatan-
kegiatan desa seperti Upacara Bersih Desa yang hanya dilaksanakan
setahun sekali, padahal ada beberapa aktivitas yang sangat potensial untuk
dikembangkan, sebagai contoh dengan kehidupan masyarakat yang
sebagian besar bergantung pada sektor agraris yakni pertanian padi dan
perkebunan tebu yang sangat jarang ditemukan di kawasan perkotaan
69
dapat dikemas menjadi sebuah aktivitas yang dapat ditawarkan kepada
wisatawan sehingga menambah keragaman aktivitas dan kunjungan
wisatawan tidak hanya terjadi pada saat dilaksanakannya Upacara Bersih
Desa saja.
Dalam membangun serta mengembangkan sebuah destinasi wisata,
tidak bisa hanya mengembangkan daya tarik serta aktivitas saja, melainkan
harus menyeluruh terhadap produk wisata yang ditawarkan. Aksesibilitas
di Desa Blimbing juga perlu dibenahi, infrastruktur jalan dan sarana
transportasi juga harus diperhatikan. Selain untuk mendukung kegiatan
pariwisata di Desa Blimbing, Pembenahan infrastruktur dan sarana
transportasi juga dibutuhkan oleh masyarakat untuk mendukung kegiatan
sehari-sehari. Meskipun pembangunan daerah perdesaan tidak boleh
dilakukan secara besar-besaran karena takut akan menghilangkan
karakteristik aslinya, bukan berarti masyarakat perdesaan dibiarkan dalam
penderitaan karena keterbatasan infrastruktur dan fasilitas.
Sarana akomodasi bagi wisatawan juga harus menjadi hal yang
diperhatikan dalam pengembangan desa wisata. Sarana akomodasi di
dalam Desa Wisata bukan berarti harus membangun hotel dengan fasilitas
mewah dan modern, cukup dengan mendorong serta memberikan
kesempatan kepada masyarakat untuk mengembangkan fasilitas
akomodasi yang sesuai dengan struktur kehidupan dan tempat tinggal
masyarakat setempat. Hal tersebut dilakukan untuk mempertahankan
originalitas dan keaslian karakter perdesaan tersebut. Keaslian akan
memberikan manfaat bersaing bagi produk pariwisata perdesaan dan akan
70
mewujudkan keorisinilan, rasa khas daerah, dan kebanggaan daerah,
Nasikun dalam (Pusat Penelitian dan Pengembangan Kepariwisataan
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, 2011:49) selain itu dengan
memanfaatkan fasilitas dan bangunan yang ada, masyarakat akan
menerima manfaat secara langsung dari pembangunan serta
pengembangan di daerah setempat.
2. Proses Perencanaan Pariwisata Perdesaan di Desa Blimbing
Pemerintah menjadi inisiator dalam pengembangan desa wisata di
Desa Blimbing didasari oleh kuatnya kebudayaan yang ada di Desa
Blimbing dan masih bertahan hingga saat ini. Masyarakat juga turut
berkomitmen untuk terus menjaga dan melestarikan kebudayaan yang
mereka miliki, Di Desa Blimbing seluruh komponen masyarakat mulai
dari anak-anak hingga lanjut usia selalu terlibat dalam kegiatan
kebudayaan di desa contohnya dalam kegiatan Upacara Bersih Desa dan
Latihan-latihan rutin kesenian lokal. Selain itu Desa Blimbing juga
menjadi salah satu tempat lahirnya ikon kebudayaan di Kabupaten
Bondowoso yakni Kesenian Singo Ulung. Pemerintah berpendapat bahwa
karakter kuat dan keunikan yang dimiliki oleh Desa Blimbing dapat
dikembangkan menjadi daya tarik wisata sehingga dapat memberikan
manfaat bagi pembangunan Kabupaten Bondowoso khususnya sebagai
destinasi wisata dan memberikan dampak positif pula bagi masyarakat di
Desa Blimbing. Pemerintah melalui Dinas Pariwisata Pemuda dan
Olahraga Kabupaten Bondowoso telah memberikan kewenangan secara
penuh kepada masyarakat Desa Blimbing untuk mengembangkan dan
71
mengelola kegiatan pariwisata di desa setempat sebagai upaya melibatkan
dan mendayagunakan masyarakat lokal.
Pemerintah telah memberikan beberapa bantuan berupa peralatan
serta bimbingan kepada masyarakat terkait kepariwisataan dan diharapkan
masyarakat dapat tergerak untuk mengembangkan kepariwisataan di Desa
Blimbing. Meskipun masyarakat mengerti akan manfaat dan dampak
positif dari pengembangan kepariwisataan yang dihasilkan, cukup sulit
untuk meyakinkan dan mendorong masyarakat dan pihak desa untuk
mengembangkan kepariwisataan di Desa Blimbing disebabkan tingkat
kunjungan wisatawan yang masih rendah dan manfaat ekonomis yang
belum terasa bagi masyarakat hingga saat ini. Masyarakat juga masih
membutuhkan banyak bimbingan dari pihak-pihak yang mengerti akan
pembangunan dan pengembangan kepariwsiataan. Meskipun pemerintah
beberapa kali melakukan pertemuan dengan masyarakat, akan tetapi belum
pernah dilakukan pelatihan intensif bagi masyarakat terkait bagaimana
langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mengembangkan Desa
Blimbing sebagai desa wisata. Forum komunikasi yang dilakukan pihak
desa juga tidak sepenuhnya membahas kegiatan wisata di Desa Blimbing,
sehingga perkembangan terkait kepariwisataan di Desa Blimbing terkesan
jalan di tempat tanpa adanya perkembangan yang signifikan.
Hingga saat penelitian ini dilakukan, peneliti tidak menemukan
adanya dokumen terkait perencanaan maupun pengembangan Desa
Blimbing sebagai desa wisata, sehingga pengembangan yang dilakukan
bersifat spontan dan tanpa arah yang jelas.
72
3. Keterlibatan Masyarakat Lokal dalam Pengembangan Desa Wisata di
Desa Blimbing
Berdasarkan hasil wawancara bersama pihak-pihak yang berkaitan
dengan pengembangan Desa Blimbing sebagai desa wisata, diperoleh data
bahwa keterlibatan masyarakat dalam hal pelestarian kebudayaan sangat
tinggi. Hampir seluruh masyarakat terlibat dalam keiatan-kegiatan
kebudayaan yang ada, akan tetapi keterlibatan masyarakat tersebut belum
maksimal dalam konteks pengembangan pariwisata di Desa Blimbing.
Ketidakjelasan terkait arah pengembangan serta langkah-langkah yang
harus dilakukan masyarakat dalam mengembangkan pariwisata di Desa
Blimbing menjadi salah satu penghambat dalam perkembangan Desa
Blimbing sebagai Desa Wisata. Hal tersebut juga didasari oleh kondisi di
desa Blimbing yang hingga saat ini belum memiliki pengelolaan yang jelas
dalam artian tidak ada kelompok atau komunitas lokal yang bertugas untuk
melakukan pengelolaan kepariwisataan di Desa Blimbing.
Tidak adanya kelompok pengelola tersebut berakibat pada tidak
adanya struktur organisasi yang memetakan tugas dan pekerjaan yang
harus dilakukan untuk mengembangkan Desa Blimbing. Tidak adanya
kelompok pengelola tersebut di dasari oleh kebijakkan Dinas Priwisata
Pemuda dan Olahraga Kabupaten Bondowoso yang memprioritaskan
pembentukan kelompok pengelola dalam hal ini POKDARWIS untuk
daerah-daerah yang memiliki daya tarik wisata alam seperti di kawasan
pendakian Gunung Raung dan beberapa destinasi wisata di Kabupaten
Bondowoso yang pesat perkembangannya seperti di Kawasan Wisata Batu
Susun Solor. Kebijakan tersebut juga dirasa menghambat perkembangan
73
kepariwisataan di Desa Blimbing, sebab dengan dibangunnya
POKDARWIS akan meningkatkan kesadaran masyarakat akan
pembangunan kepariwisataan serta membantu Desa Blimbing dalam
membangun kepariwisataannya.
Sadar wisata digambarkan sebagai bentuk kesadaran masyarakat
untuk berperan aktif dalam beberapa hal, diantaranya, masyarakat
menyadari peran dan tanggung jawabnya sebagai tuan rumah yang baik
bagi wisatawan yang berkunjung untuk mewujudkan lingkungan dan
suasana yang kondusif sebagaimana tertian dalam slogan sapta pesona,
serta Masyarakat menyadari akan hak dan kebutuhannya untuk menjadi
pelaku wisata, (Rahim 2012:5). Fungsi utama POKDARWIS yang
dikemukakan oleh Putra (2013:10) diantaranya mengembangkan atraksi
wisata, meningkatkan kualitas SDM dalam pengelolaan atraksi wisata,
serta menigkatkan fasilitas wisata.
4. Tingkat Perkembangan Pariwisata Perdesaan di Desa Blimbing
sebagai Desa Wisata
Perkembangan Desa Blimbing sebagai desa wisata tergolong
lambat. Pihak Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten
Bondowoso mengatakan bahwa Desa Blimbing termasuk dalam salah satu
desa wisata yang perkembangannya sangat lambat khususnya jika ditinjau
dari data kunjungan wisatawan. Memang hingga saat ini belum ada data
pasti yang mencatat jumlah kunjungan wistawan dikarenakan tingkat
kunjungan yang masih rendah. Seharusnya pencatatan jumlah kunjungan
wisatawan harus tetap dilakukan sebagai bahan acuan dalam melakukan
74
pengembangan serta mengetahui karakter wisatawan yang datang tanpa
harus menunggu sampai tingkat kunjungan wisatawannya menjadi tinggi.
Infrastruktur yang terdapat di Desa Blimbing juga masih sangat minim dan
butuh pembenahan secara menyeluruh sebagai wujud pembangunan di
Desa Blimbing.
Pembangunan serta pengembangan yang dilakukan di Desa
Blimbing harus tetap mengacu pada konsep pembangunan pariwisata
berkelanjutan, terutama dalam mendukung perkembangan pariwisata
budaya di Indonesia. Berdasarkan data-data yang ditemukan di lapangan,
Desa Blimbing belum sepenuhnya memenuhi kriteria sebagai desa wisata
yang menerapkan prinsip ekonomi hijau dimana ekonomi hijau merupakan
sebuah bentuk pembangunan serta pengembangan salah satunya sektor
pariwisata yang bertumpu pada konsep pengembangan berkelanjutan.
Dampak ekonomi dari kegiatan wisata yang dilakukan belum dirasakan
secara maksimal karena keterlibatan masyarakat yang ada saat ini sebagian
besar masih terfokus pada kegiatan-kegiatan serta kebudayaan lokal
padahal seharusnya kedua hal tersebut harus dapat berjalan bersama-sama.
Selain itu, upaya pengelolaan dirasakan belum maksimal karena tidak ada
pembentukkan komunitas lokal sebagai organisasi yang mengelola Desa
Blimbing sebagai desa wisata. Dalam menentukan tingkat perkembangan
Desa Blimbing peneliti menggunakan Konsep Product Life Cycle yang di
perkenalkan oleh Butler. Berdasarkan kondisi yang telah dijelaskan
sebelumnya, Kondisi Perkembangan Desa Blimbing berada pada tahap
Exploration. Pada tahap tersebut, jumlah wisatawan masih sangat sedikit
75
dan umumnya bertipe allocentrics atau eksplorer, infrastruktur yang masih
minim atau bahkan belum ada, dan daya tarik wisata umumnya adalah
alam dan budaya yang masih asli, Butler dalam Gartner dalam (Pusat
Penelitian dan Pengembangan Kepariwisataan Kementerian Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif, 2011:25-26).
Gambar 10
Tahapan Perkembangan Destinasi Pariwisata
Sumber : Butler dalam Gartner dalam (Pusat Penelitian dan
Pengembangan Kepariwisataan Kementerian
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, 2011:25)
76
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya,
peneliti menarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Kekuatan Daya Tarik Desa Blimbing
Sebagai desa wisata, Desa Blimbing memiliki daya tarik utama
berupa perilaku budaya yang tergambar pada ritual serta kesenian lokal
diantaranya adalah Tradisi Upacara Bersih Desa, Kesenian Singo Ulung,
Kesenian Ojung, Kesenian Tandek Bini’, Kesenian Topeng Konah, dan
Kehidupaan Masyarakat Jawa dan Madura (Mandhalungan) yang berbaur
menjadi satu dalam kehidupan perdesaan. Daya tarik tersebut memiliki
tingkat keunikkan yang sangat tinggi sebab hanya terdapat satu-satunya di
Indonesia. Ditinjau dari skala kepopulerannya daya tarik utama Desa
Blimbing tersebut berada pada skala lokal dan regional. Kegiatan promosi
terkait daya tarik wisata Desa Blimbing tersebut dirasa masih kurang
diperhatikan oleh pemerintah. Selain itu, daya tarik yang dimiliki Desa
Blimbing belum ditunjang dengan infrastruktur, fasilitas, serta akomodasi
yang memadai sehingga menyulitkan wisatawan yang ingin berkunjung ke
Desa Blimbing untuk menikmati daya tarik tersebut.
2. Proses Perencanaan Pariwisata Perdesaan di Desa Blimbing
Inisiator Pengembangan Desa Wisata di Desa Blimbing adalah
pemerintah dengan melibatkan masyarakat sebagai pelaku utama. Upaya
pengembangan Desa Blimbing sebagai desa wisata telah sesuai dengan
77
Perda Nomor 12 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Bondowoso Tahun 2011-2031 yang menyatakan bahwa Desa
Blimbing telah ditetapkan sebagai desa wisata sekaligus sebagai kawasan
wisata budaya namun hingga saat ini belum ada perencanaan yang jelas
terkait pengembangan Desa Blimbing sebagai desa wisata sehingga
pengelolaan yang dilakukan saat ini hanya bersifat spontan tanpa arahan
serta pemetaan target yang ingin dicapai.
3. Keterlibatan Masyarakat Lokal dalam Pengembangan Desa Wisata di
Desa Blimbing
Hampir seluruh masyarakat setempat terlibat dalam kegiatan-
kegiatan di Desa Blimbing terutama dalam kegiatan yang berkaitan dengan
kebudayaan setempat akan tetapi keterlibatan tersebut masih dirasa belum
maksimal dalam artian keterlibatan masyarakat yang terjadi saat ini hanya
terbatas pada kegiatan-kegiatan kebudayaan setempat, sementara hal
teknis dalam pengembangan desa wisata di Desa Blimbing justru terkesan
kurang mendapatkan perhatian. Hal tersebut didasari oleh kurangnya
pengetahuan masyarakat terkait langkah-langkah yang harus dilakukan
dalam mengembangkan sektor pariwisata di Desa Blimbing. Kurangnya
forum-forum yang diadakan untuk membahas pengembangan Desa
Blimbing juga menjadi masalah yang harus diselesaikan oleh pemerintah
dan masyarakat.
Di Desa Blimbing juga tidak ada komunitas lokal yang khusus
dibentuk untuk menjadi pengelola desa wisata dan dengan tidak adanya
organisasi yang bertugas sebagai pengelola tersebut ditambah kurangnya
forum komunikasi yang dilakukan menjadikan masyarakat semakin tidak
78
paham tentang apa yang harus dilakukan untuk mengembangkan Desa
Blimbing ke depannya.
4. Tingkat Perkembangan Pariwisata Perdesaan di Desa Blimbing
sebagai Desa Wisata
Perkembangan Desa Blimbing sebagai desa wisata tergolong
lambat khususnya dalam hal jumlah kunjungan. Kunjungan wisatawan
yang ramai hanya terjadi pada saat penyelenggaraan Upacara Bersih Desa.
Hingga saat ini belum ada data kunjungan yang mencatat dengan pasti
jumlah kunjungan wisatawan yang datang. Sehingga pengukuran
perkembangan pariwisata di Desa Blimbing hanya berdasarkan keterangan
yang diberikan oleh pihak dinas terkait dan masyarakat. Selain itu
infrastruktur yang tersedia juga masih minim sehingga memunculkan
kesimpulan bahwa kegiatan pariwisata di Desa Blimbing belum
memberikan dampak positif bagi pembangunan khususnya dalam hal
ekonomi dan pembangunan infrastruktur desa.
Berdasarkan data-data tersebut, diperoleh kesimpulan bahwa
tingkat perkembangan Desa Blimbing sebagai sebuah desa wisata berada
pada tahap Exploration yang dapat dibuktikan dengan tingkat kunjungan
wisatawan ke Desa Blimbing yang masih rendah, infrastruktur yang sangat
minim, serta daya tarik yang berasal dari kebudayaan asli daerah setempat.
79
B. Saran
Sebagai sebuah desa wisata, masih banyak hal yang harus dibenahi oleh
Desa Blimbing agar pengembangan yang dilakukan sesuai dengan apa yang
diharapkan. Peneliti memberikan beberapa saran terkait hal-hal yang harus segera
dibenahi sehingga Desa Blimbing dapat berkembang menjadi lebih baik dan
memberikan manfaat khususnya bagi masyarakat. Beberapa saran yang diberikan
diantaranya sebagai berikut :
1. Melakukan pengembangan aktivitas dan daya tarik dengan memanfaatkan
kebudayaan serta kehidupan sehari-hari masyarakat setempat seperti
berkebun, bertani dan sebagainya sehingga akan muncul keberagaman
aktivitas dan daya tarik bagi wisatawan. Hal tersebut sebagai upaya
meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan sehingga kunjungan
wisatawan tidak hanya bergantung pada saat Upacara Bersih Desa saja.
Selain itu perlu pula dilakukan kegiatan promosi sebagai bentuk
pemberian informasi terkait eksistensi sektor pariwisata di Desa Blimbing
yang didasarkan pada penelitian terhadap metode-metode pemasaran yang
tepat untuk diterapkan.
2. Pemerintah sebagai inisiator diharapkan dapat meningkatkan intensitas
pertemuan sebagai upaya agar komunikasi antara pemerintah dan
masyarakat dapat terjalin lebih baik sehingga apa yang menjadi keinginan
bersama dapat terwujud. Selain itu diharapkan pemerintah dapat
memberikan pelatihan dan pendampingan kepada masyarakat serta
menciptakan kondisi yang kondusif agar masyarakat semakin terdorong
untuk mengembangkan Desa Blimbing sebagai desa wisata dan tentunya
80
hal tersebut juga harus didukung oleh kemauan masyarakat untuk terlibat
secara aktif dalam mengembangkan Desa Blimbing. selanjutnya yang
tidak kalah pentingnya adalah membuat perencanaan yang jelas terkait
arah dan target yang ingin dicapai dalam mengembangkan Desa Blimbing,
dan turut melibatkan masyarakat dalam proses perumusannya sehingga
masyarakat mengerti dan apa yang menjadi keinginan masyarakat dalam
pengembangan Desa Blimbing sebagai desa wisata dapat tersampaikan.
3. Membentuk organisasi masyarakat yang khusus untuk menangani serta
mengelola kepariwisataan di Desa Blimbing sesuai dengan perencanaan
yang telah dibuat sebelumnya. Organisasi pengelola tersebut juga dapat
menjadi jembatan untuk menjalin komunikasi antara masyarakat lokal dan
pemerintah sebagai inisiator dan pemegang kebijakan.
4. Pembangunan infrastruktur dan fasilitas yang mendukung keseluruhan
kegiatan pariwisata perdesaan di Desa Blimbing sebagai satu kesatuan
produk wisata yang utuh dan baik dengan tetap mempertahankan keaslian
dan kekhasan budaya di Desa Blimbing. lalu tidak kalah pentingnya
membuat catatan data kunjungan secara berkala sebagai inventarisasi data
untuk mengetahui tingkat perkembangan Desa Blimbing dari waktu ke
waktu, serta sebagai acuan dalam merumuskan pengembangan di masa
mendatang.
81
Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Salah Satu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
California Travel and Tourism Commission. 2007. Rural Tourism Strategic Plan.
California
Chusmeru dan Noegroho, Agung. 2010. Potensi Ketengger sebagai Desa Wisata
di Kecamatan Baturraden Kabupaten Banyumas. Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto
Damanik, Janianton dan Webber, Helmut F. Perencanaan Ekowisata. Yogyakarta:
CV Andi.
Development Approach. New York: Van Nostrand Reinhold
Fakultas Pariwisata. 2010. Analisis Pariwisata. nomor 1.volume 10. Universitas
Udayana. Denpasar
Fakultas Pariwisata. 2013. Analisis Pariwisata. nomor 1. Volume 13. Universitas
Udayana. Denpasar
Hawaniar, Mira dan Suprihardjo, Rima Dewi. Kriteria Pengembangan Desa
Slopeng sebagai Desa Wisata di Kabupaten Sumenep. Fakultas Teknik
Sipil dan Perencanaan. Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan. Institut
Teknologi Sepuluh November. Surabaya.
Hidayat, Marceilla. 2011. Strategi Perencanaan dan Pengembangan Objek Wisata
Studi Kasus Pantai Pangandaran Kabupaten Ciamis Jawa Barat.
Hikmahwati, Dian Nita. 2015. Hubungan Komodifikasi Budaya Upacara Bersih
Desa Singo Ulung dengan Kondisi Ekonomi Sosial Budaya Masyarakat
Studi Kasus Padepokan Seni Gema Buana di Desa Prajekan Kidul
Kecamatan Prajekan Kabupaten Bondowoso Jawa Timur. Fakultas
Ekologi Manusia. Institut Pertanian Bogor.
Inskeep, Eduard. 1991. Tourism Planning: An Integrated and Sustainable
Kabupaten Bondowoso. 2011. Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bondowoso tahun 2011-2031.
Bondowoso.
Kementerian Koperasi dan UKM. 2017. Buku Panduan Pengembangan Desa
Wisata Hijau. Jakarta
Lestari, Susi. 2009. Pengembangan Desa Wisata dalam Upaya Pemberdayaan
Masyaraka Studi di Desa Wisata Kembang Arum. 2009. Fakultas Ilmu
Sosial dan Humaniora. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.
Yogyakarta.
82
Muljadi A.J. 2012. Kepariwisataan dan Perjalanan. Jakarta: PT. Rajagrafindo
Persada
Pemerintah Kabupaten Bondowoso. Peraturan Daerah Kabupaten Bondowoso
nomor 12Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Bondowoso Tahun 2011-2031.
Peraturan Presiden. 2015. Nomor 131 Tahun 2015 tentang Penetapan Daerah
Tertinggal Tahun 2015–2019. Jakarta.
Pertiwi, Putu Ratih. 2011. Perencanaan dan Pengembangan Kawasan Pariwisata
Negeri Khayal. Program Pasca Sarjana Kajian Pariwisata. Universitas
Udayana. Denpasar.
Purnomo, Aris Tri Cahyo. 2015. Partisipasi Masyarakat dalam Perencanaan
Pembangunan Desa Wisata di Desa Limbasari Kecamatan Bobotsari
Kabupaten Purbalingga. Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri
Yogyakarta. Yogyakarta
Pusat Penelitian dan Pengembangan Kepariwisataan Kementerian Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif. 2011. Desa dan Budaya dalam Bingkai Pariwisata.
Jakarta. El John Publishing.
Putra, Theofilus Retmana.2013. Peran Pokdarwis dalam Pengembangan Atraksi
Wisata di Desa Wisata Tembi Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul.
Magister Pembangunan Wilayah dan Kota. Universitas Diponegoro.
Semarang.
Putra, Yudha Manggala P. 2016. Wisatawan Eropa Suka Saksikan Singo Ulung
Bondowoso. http://nasional.republika.co.id. Diakses tanggal 22 Februari
2017
Putri, Restyani Ayu et al.. 2013. Perencanaan Pembangunan Desa Wisata
Nongkosawit Kecamatan Gunung Pati Semarang. Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik. Universitas Diponegoro. Semarang
Sastrayuda, Gumelar S. 2010. Hand Out Mata Kuliah Concept Resort and
Leasure, Strategi Pengembangan dan Pengelolaan Resort and Leisure.
Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.
Silalahi, Ulber. 2010. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Refika Aditama
Soetomo. 2013. Pemberdayaan Masyarakat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Suni, Jarno dan Komppula Raija. 2014. International Conference on Rural
Tourism and Regional Development. Rural Tourism as a Facilitator of
Regional Development. Joensuu
Suryadana, M. Liga dan Octavia, Vanny. Pengantar Pemasaran Pariwisata.
Bandung: Alfabeta
83
Yunita, Niken Widya. 2015. Jokowi Teteapkan 122 Kabupaten Ini Daerah
Tertinggal tahun 2015-2019. https://news.detik.com. Diakses tanggal 22
Februari 2017
Zakaria, Faris dan Suprihardjo, Rima Dewi. 2014. Konsep Pengembangan
Kawasan Desa Wisata di Desa Bandungan Kecamatan Pakong Kabupaten
Pamekasan. Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan. Institut Teknologi
Sepuluh November. Surabaya.
84
LAMPIRAN
Lampiran 1
Instrument Penelitian
Daftar Periksa
NO. OBJEK
PENELITIAN ADA/TIDAK
DESKRIPSI
SINGKAT JUMLAH KETERANGAN
1.
Kegiatan wisata
berbasis sumber
daya perdesaan
2.
Pelibatan aktif
wisatawan dalam
kehidupan
perdesaan setempat
3.
Kegiatan yang
berlangsung di luar
ruang
4.
Pendayagunaan
SDM lokal
5.
Akses menuju dan
di dalam desa
6. Daya tarik Desa
Blimbing
7.
Produk berbasis
pelestarian
85
Pedoman Wawancara (in depth interview)
Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Bondowoso
1. Bagaimana upaya dinas dalam mendayagunakan masyarakat lokal untuk
mengembangkan serta mengelola desa wisata di Desa Blimbing?
2. Bagaimana bentuk pendayagunaan masyarakat lokal di Desa Blimbing
berkaitan dengan pengembangan dan pengelolaan desa wisata ?
3. Adakah komunitas lokal yang bergerak dalam pembangunan
kepariwisataan di Desa Blimbing ?
4. Siapakah inisiator pengembangan desa wisata di Desa Blimbing ?
5. Bagaimana upaya yang dilakukan pemerintah dalam mendorong
keterlibatan masyarakat lokal dalam mengembangkan Desa Blimbing
sebagai desa wisata ?
6. Bagaimana perkembangan Desa Blimbing sebagai desa wisata (tingkat
kunjungan, perkembangan daya tarik, aktivitas, serta tanggapan
masyarakat setempat) ?
7. Bagaimana komitmen dinas terhadap penerapan prinsip hijau dalam
pengembangan Desa Blimbing sebagai desa wisata ?
8. Adakah forum komunikasi yang diselenggarakan untuk membahas
pembangunan serta pengembangan kepariwisataan di Desa Blimbing
secara berkala ?
9. Adakah penerapan prinsip kelestarian dalam produk-produk wisata di
Desa Blimbing ?
86
Kepala Desa dan Masyarakat Desa Blimbing
1. Bagaimana upaya stakeholder dalam mendorong keterlibatan wisatawan
untuk turut aktif melakukan kegiatan-kegiatan masyarakat ?
2. Bagaimana bentuk penghargaan masyarakat terutama pengelola terhadap
budaya lokal yang dimiliki, khususnya dalam konteks pengembangan desa
wisata di Desa Blimbing ?
3. Komunitas lokal apa saja yang ada di Desa Blimbing berkaitan dengan
kepariwisataan, terutama dalam konteks pengembangan desa wisata di
Desa Blimbing ?
4. Berapakah jumlah masyarakat lokal yang terlibat dalam pengembangan
desa wisata ?
5. Seberapa besar presentase masyarakat lokal yang terlibat dalam
pengembangan desa wisata di Desa Blimbing ?
6. Bagaimana perkembangan Desa Blimbing sebagai desa wisata (tingkat
kunjungan, perkembangan daya tarik, aktivitas, serta tanggapan
masyarakat setempat) ?
7. Bagaimana komitmen stakeholders terhadap penerapan prinsip hijau
dalam pengembangan Desa Blimbing sebagai desa wisata ?
8. Adakah forum komunikasi yang diselenggarakan untuk membahas
pembangunan serta pengembangan kepariwisataan di Desa Blimbing
secara berkala ?
9. Adakah penerapan prinsip kelestarian dalam produk-produk wisata di
Desa Blimbing ?
87
Lampiran 2
Transkrip
Date : 29 Mei 2017
Location : Kedai kopi “Photokopi”
Interviewee : Kepala Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten
Bondowoso
Interviewer : Dadika Faisal Pradana (Peneliti)
Transcriber : Dadika Faisal Pradana (Peneliti)
Peneliti : Bagaimana upaya dinas dalam mendorong serta mendayagunakan
masyarakat setempat untuk mengelola dan mengembangkan desa
wisata di Desa Blimbing ?
KADIS : Kami sudah melakukan pertemuan untuk membahas potensi-
potensi yang ada dan terus membuka pandangan masyarakat
bahwa dengan pariwisata itu dampak ekonomi yang dihasilkan
sangat besar, sebagai contoh desa Alas Sumur sudah mulai maju,
sudah ramai pengunjung.
Peneliti : Bagaimana bentuk pendayagunaan masyarakat lokal di Desa
Blimbing berkaitan dengan pengembangan dan pengelolaan desa
wisata ?
KADIS : Di Desa Blimbing yang keunggulannya pada kebudayaan
otomatis yang paham betul adalah masyarakat, dan yang mengerti
juga masyarakat sehingga kami memberikan kuasa penuh kepada
masyarakat, kami hanya mengarahkan. Dan menurut saya jika
kebudayaan terus dilestarikan secara langsung maupun tidak juga
akan baik dampaknya untuk pembangunan pariwisata di Desa
Blimbing.
Peneliti : Adakah komunitas lokal yang bergerak dalam pembangunan
kepariwisataan di Desa Blimbing ?
KADIS : Kalo untuk komunitas seperti POKDARWIS belum ada, tapi
pemuda dan masyarakat punya karang taruna yang juga menjadi
bagian dari masyarakat yang mempersiapkan upacara bersih desa.
Peneliti : Siapakah inisiator pengembangan desa wisata di Desa Blimbing ?
KADIS : Dari dinas itu mengusulkan desa-desa yang punya potensi untuk
dikembangkan menjadi Desa Wisata. Kami juga melihat
wisatawan sudah mulai datang berkunjung. Dan pihak desa juga
setuju.
Peneliti : Bagaimana upaya yang dilakukan pemerintah dalam mendorong
keterlibatan masyarakat lokal dalam mengembangkan Desa
Blimbing sebagai desa wisata ?
KADIS : Kami sebagai pemerintah hanya bisa memberi arahan karena
masyarakat setempat sebagai tuan rumah juga harus memiliki
kesadaran dan kemauan. Kami sudah beberapa kali mengadakan
pertemuan dengan masyarakat dan memberikan bantuan dalam
88
hal promosi. Kalau desanya terkenal juga kan masyarakat juga
senang.
Peneliti : Bagaimana perkembangan Desa Blimbing sebagai desa wisata
(tingkat kunjungan, perkembangan daya tarik, aktivitas, serta
tanggapan masyarakat setempat) ?
KADIS : kalau dari tingkat kunjungan belum ada data resmi yang masuk
dari pihak desa, tapi setiap upacara bersih desa itu selalu ramai,
kadang ada turis mancanegara juga yang datang.
Peneliti : Bagaimana komitmen dinas terhadap penerapan prinsip hijau
dalam pengembangan Desa Blimbing sebagai desa wisata ?
KADIS : Kalo di Desa Blimbing kami dari dinas sangat mendukung,
soalnya Singo Ulung, Ojung, Topeng Konah itu kan khas
Bondowoso, tidak ada di daerah lain dan Desa Blimbing sebagai
lahirnya kesenian tersebut harus aktif untuk melestarikan. Saat ini
sudah ada beberapa sanggar kesenian yang mulai mengajarkan
tarian Singo Ulung. Salah satunya yang di Prajekkan. Kalo di
Desa Blimbing sendiri memang belum ada sanggar sepertinya tapi
masyarakat sudah rutin latihan ya buat upacara bersih desa itu
salah satunya.
Peneliti : Adakah forum komunikasi yang diselenggarakan untuk
membahas pembangunan serta pengembangan kepariwisataan di
Desa Blimbing secara berkala ?
KADIS : Kalo forum secara berkala dan benar-benar membahas sudah ada
meskipun tidak sering tapi setiap tahun pasti ada agendanya.
Peneliti : Adakah penerapan prinsip kelestarian dalam produk-produk
wisata di Desa Blimbing?
KADIS : Di desa Blimbing itu produknya kan budaya, semakin
berkembang pariwisata disana pasti juga dampaknya ke budaya
secara langsung.
89
Date : 31 Mei 2017
Location : Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kab. Bondowoso
Interviewee : Kepala Seksi ODTW dan Usaha Jasa Pariwisata DISPARPORA
Interviewer : Dadika Faisal Pradana (Peneliti)
Transcriber : Dadika Faisal Pradana (Peneliti)
Peneliti : Bagaimana upaya dinas dalam mendorong serta mendayagunakan
masyarakat setempat untuk mengelola dan mengembangkan desa
wisata di Desa Blimbing ?
KASI : Kami sudah beberapa kali mengadakan pertemuan dan selalu
mendorong masyarakat untuk terus mengembangkan pariwisata di
Desa Blimbing, tetapi permasalahannya masyarakat belum yakin
kalau pariwisata ini bisa memberikan manfaat nanti ke depan.
Contohnya saja sudah ada Glingseran dan Alas Somor itu baru
setahun mereka tingkat kunjungannya sudah tinggi.
Peneliti : Bagaimana bentuk pendayagunaan masyarakat lokal di Desa
Blimbing berkaitan dengan pengembangan dan pengelolaan desa
wisata ?
KASI : Setiap ada acara di sana, contohnya upacara bersih desa, acara-
acara kesenian itu juga masyarakat langsung yang terlibat. Kami
dari dinas cuma membantu memberikan arahan
Peneliti : Adakah komunitas lokal yang bergerak dalam pembangunan
kepariwisataan di Desa Blimbing ?
KASI : Sudah ada, Pak Sugeng itu sering kesana ngurusin. Kalau
POKDARWIS memang belum, kami lebih fokus untuk destinasi
yang alam dulu untuk POKDARWIS.
Peneliti : Siapakah inisiator pengembangan desa wisata di Desa Blimbing ?
KASI : Kalau berbicara inisiator ya kami dari dinas sangat mendorong,
kami melihat masyarakat budayanya sangat kuat, kami dan
masyarakat sama-sama ingin Desa Blimbing jadi tujuan wisata,
makanya sampe di buat perda itu karena karakter Desa Blimbing
ini sudah sangat kuat, kalau berbicara Singo Ulung pasti ya Desa
Blimbing yang disebut.
Peneliti : Bagaimana upaya yang dilakukan pemerintah beserta pengelola
dalam mendorong keterlibatan masyarakat lokal dalam
mengembangkan Desa Blimbing sebagai desa wisata ?
KASI : Disini dinas sudah memberikan berbagai macam bantuan,
meskipun belum maksimal karena kita harus menetapkan
prioritas. Mana yang tren kunjungan dan penguatan embrionya
naik ya kami prioritaskan.
Peneliti : Bagaimana perkembangan Desa Blimbing sebagai desa wisata
(tingkat kunjungan, perkembangan daya tarik, aktivitas, serta
tanggapan masyarakat setempat) ?
KASI : Desa Blimbing ini tergolong yang perkembangannya lambat
kaitannya dengan data kunjungan.
90
Peneliti : Bagaimana komitmen dinas terhadap penerapan prinsip hijau
dalam pengembangan Desa Blimbing sebagai desa wisata ?
KASI : Hingga saat ini kebudayaan di Desa Blimbing ini sudah cukup
kuat, sampai saat ini juga masyarakat masih rutin mengadakan
Upacara Bersih Desa. Kami juga membantu kegiatan latihan seni
di Desa Blimbing.
Peneliti : Adakah forum komunikasi yang diselenggarakan untuk
membahas pembangunan serta pengembangan kepariwisataan di
Desa Blimbing secara berkala ?
KASI : ya setiap tahun kami selalu memfasilitasi, mengadakan
pertemuan, utamanya untuk membahas pengembangan pariwisata
di Desa Blimbing.
Peneliti : Adakah penerapan prinsip kelestarian dalam produk-produk
wisata di Desa Blimbing?
KASI : Masyarakat itu sudah sadar bahwa kegiatan mereka itu selalu
mengundang wisatawan, makanya kami terus mendukung tradisi
ini supaya terus dilestarikan.
91
Date : 31 Mei 2017
Location : Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kab. Bondowoso
Interviewee : Kepala Seksi Pembinaan SDM, Pertunjukkan dan Atraksi Seni
Budaya
Interviewer : Dadika Faisal Pradana (Peneliti)
Transcriber : Dadika Faisal Pradana (Peneliti)
Peneliti : Bagaimana upaya dinas dalam mendorong serta mendayagunakan
masyarakat setempat untuk mengelola dan mengembangkan desa
wisata di Desa Blimbing ?
KASI : Kami sudah memberikan bantuan berupa peralatan, dan dana
supaya dikelola oleh masyarakat untuk mengembangkan seni
budaya di Desa Blimbing sebagai daya tarik untuk wisatawan.
Peneliti : Bagaimana bentuk pendayagunaan masyarakat lokal di Desa
Blimbing berkaitan dengan pengembangan dan pengelolaan desa
wisata ?
KASI : Masyarakat semuanya kami dorong sama-sama untuk
melestarikan kebudayaan yang ada. Singo Ulung ini identitas
Desa Blimbing, mulai dari latihan hingga bantuan berupa materi
sudah kami berikan.
Peneliti : Adakah komunitas lokal yang bergerak dalam pembangunan
kepariwisataan di Desa Blimbing ?
KASI : Kalo POKDARWIS belum ada. Akan tetapi ada karang taruna dan
kelompok seni pimpinan Pak Tikno yang rutin latihan di sana.
Mereka juga yang selalu terlibat waktu acara Upacara Bersih
Desa.
Peneliti : Siapakah inisiator pengembangan desa wisata di Desa Blimbing ?
KASI : Sebagai inisiator kami hanya mendorong serta memfasilitasi.
Peneliti : Bagaimana upaya yang dilakukan dinas beserta pengelola dalam
mendorong keterlibatan masyarakat lokal dalam mengembangkan
Desa Blimbing sebagai desa wisata ?
KASI : Kami telah melakukan pertemuan dengan masyarakat. Kami juga
sudah memfasilitasi dan diharapkan masyarakat sadar dan
tergerak bahwa pariwisata jika dikembangkan dengan baik di
Desa Blimbing akan memberikan manfaat, pendapatan asli desa
juga naik, nanti juga yang merasakan masyarakat. Tapi memang
cukup susah untuk meyakinkan masyarakat dan mendorong
masyarakat disana. Makanya Desa Blimbing ini bisa dibilang
cukup lambat.
Peneliti : Bagaimana perkembangan Desa Blimbing sebagai desa wisata
(tingkat kunjungan, perkembangan daya tarik, aktivitas, serta
tanggapan masyarakat setempat) ?
KASI : Perkembangannya kalau dibandingkan dengan desa wisata yang
lain seperti Lombok Kulon, Alas Somor, Glingseran itu ya masih
lambat. Data kunjungan belum ada sampai sekarang.
92
Peneliti : Bagaimana komitmen dinas terhadap penerapan prinsip hijau
dalam pengembangan Desa Blimbing sebagai desa wisata ?
KASI : Ya otomatis jika pariwisata itu dikembangkan dengan baik,
kebudayaan juga pasti lestari. Budaya di Desa Blimbing itu sudah
cukup kuat. Tinggal bagaimana masyarakat bisa mengelola seni
dan tradisi disana supaya bisa jadi daya tarik kegiatan pariwisata
Peneliti : Adakah forum komunikasi yang diselenggarakan untuk
membahas pembangunan serta pengembangan kepariwisataan di
Desa Blimbing secara berkala ?
KASI : Hingga saat ini kami masih rutin kesana diskusi dengan
masyarakat dan perangkat desa untuk membahas pengembangan
desa kaitannya dengan pariwisata.
Peneliti : Adakah penerapan prinsip kelestarian dalam produk-produk
wisata di Desa Blimbing?
KASI : ya budaya di Blimbing itu memang harus dilestarikan. Dengan
terus mendorong masyarakat untuk mengembangkan pariwisata,
kami berharap masyarakat semakin tergerak dan aktif terlibat
secara langsung untuk melestarikan apa yang menjadi daya tarik
di Desa Blimbing.
93
Date : 2 Juni 2017
Location : Rumah Kepala Desa
Interviewee : Kepala Desa Blimbing
Interviewer : Dadika Faisal Pradana (Peneliti)
Transcriber : Dadika Faisal Pradana (Peneliti)
Peneliti : Bagaimana upaya pengelola (desa) dalam mendorong keterlibatan
wisatawan untuk turut aktif melakukan kegiatan-kegiatan
masyarakat ?
KADES : wisatawan yang datang itu biasanya pada saat acara desa saja,
seperti saat upacara bersih desa. Pernah ada wisatawan yang
kesini ikutan nyoba main Ojung, ada yang belajar Topeng Konah,
dan Singo Ulung
Peneliti : Bagaimana bentuk penghargaan masyarakat terutama pengelola
terhadap budaya lokal yang dimiliki, khususnya dalam konteks
pengembangan desa wisata di Desa Blimbing ?
KADES : Disini masyarakatnya masih sangat kental budaya dan adatnya.
Apapun kegiatan disini masih berdasarkan ajaran orang tua dulu.
Tradisi disini belum ada yang berubah.
Peneliti : Komunitas lokal apa saja yang ada di Desa Blimbing berkaitan
dengan kepariwisataan, terutama dalam konteks pengembangan
desa wisata di Desa Blimbing ?
KADES : ada disini punya kelompok hadrah dan ada komunitas seni Singo
Ulung.
Peneliti : Berapakah jumlah masyarakat lokal yang terlibat dalam
pengembangan desa wisata ?
KADES : semua masyarakat terlibat, ada yang kerja itu kadang sampe cuti
atau libur. Yang biasanya ke sawah itu libur dulu.
Peneliti : Seberapa besar presentase masyarakat lokal yang terlibat dalam
pengembangan desa wisata di Desa Blimbing ?
KADES : hampir 100 persen masyarakat terlibat. Biasanya ada orang dari
desa lain juga ikut datang. Ada yang nonton, ada yang juga ikut
bantu.
Peneliti : Bagaimana perkembangan Desa Blimbing sebagai desa wisata
(tingkat kunjungan, perkembangan daya tarik, aktivitas, serta
tanggapan masyarakat setempat) ?
KADES : kalo disini belum banyak kegiatan, ya paling yang datang itu yang
penelitian kaya adek ini, ada juga yang datang waktu acara-acara
desa. Yang keluar justru banyak, ada yang sekolah di luar kota.
Peneliti : Bagaimana komitmen desa bersama masyarakat terhadap
penerapan prinsip hijau dalam pengembangan Desa Blimbing
sebagai desa wisata ?
KADES : ya kalo dari pihak desa terus sampai kapanpun akan mendorong
pelestarian, salah satunya dengan membuat kelompok-kelompok
seni.
94
Peneliti : Adakah forum komunikasi yang diselenggarakan untuk
membahas pembangunan serta pengembangan kepariwisataan di
Desa Blimbing secara berkala ?
KADES : Di sini sering diadakan forum tapi lebih membahas kepentingan
desa secara umum. Tidak hanya pariwisata, tetapi juga budaya,
pembangunan desa.
Peneliti : Adakah penerapan prinsip kelestarian dalam produk-produk
wisata di Desa Blimbing?
KADES : dari desa selalu mengingatkan kepada masyarakat, sampai kapan
dan pembangunan seperti apapun yang dilakukan jangan sampai
desa ini lupa dengan tradisi dan buday yang ada.
95
Date : 2 Juni 2017
Location : Rumah Pemangku Adat (komangkoh)
Interviewee : Pemangku Adat (komangkoh)
Interviewer : Dadika Faisal Pradana (Peneliti)
Transcriber : Dadika Faisal Pradana (Peneliti)
Peneliti : Bagaimana upaya pengelola (desa) dalam mendorong keterlibatan
wisatawan untuk turut aktif melakukan kegiatan-kegiatan
masyarakat ?
Komangkoh : Ya kalau disini itu kan Singo Ulung yang asli datangnya dari sini.
Kalau orang yang datang kesini itu rata-rata ya pengen tahu, nanti
janjian sama saya ikut latihan. Kalau pas upacara yang di hari
terakhir 15 sya’ban itu ada permainan tradisional desa, siapapun
yang mau ikut main itu silahkan, tidak ada larangan, Cuma untuk
kegiatan yang sakral seperti yang masak-masak itu memang harus
masyarakat sini.
Peneliti : Bagaimana bentuk penghargaan masyarakat terutama pengelola
terhadap budaya lokal yang dimiliki, khususnya dalam konteks
pengembangan desa wisata di Desa Blimbing ?
Komangkoh : kalau kita disini tidak hanya menghargai, tetapi juga sangat
hormat dengan budaya yang ada, bangga dan senang punya
banyak kesenian. Karna budaya itu saya bisa jalan-jalan ke
Kalimantan, ke Jakarta juga sudah beberapa kali. Kita juga ingin
lebih banyak orang Bondowoso yang belajar kesenian disini.
Makin banyak turis yang datang.
Peneliti : Komunitas lokal apa saja yang ada di Desa Blimbing berkaitan
dengan kepariwisataan, terutama dalam konteks pengembangan
desa wisata di Desa Blimbing ?
Komangkoh : Di sini ada perkumpulan Seni Singo Ulung Bintang Pusaka. Itu
saya langsung yang melatih. Banyak juga orang dari luar yang
datang belajar, ada yang cuma nonton pas waktu latihan
Peneliti : Berapakah jumlah masyarakat lokal yang terlibat dalam
pengembangan desa wisata ?
Komangkoh : seluruh masyarakat wajib terlibat kalo tentang tradisi dan
membangun desa, tapi untuk pembangunan desa wisata belum
tahu, mungkin hanya yang bekerja di desa saja. Kalo untuk
pembangunan Desa itu kewenangan Pak tenggi (Kepala Desa)
Peneliti : Seberapa besar presentase masyarakat lokal yang terlibat dalam
pengembangan desa wisata di Desa Blimbing ?
Komangkoh : Ya harus 100 persen terlibat, dan untuk pembangunan di sini saya
rasa masyarakat sudah terlibat, tetapi juga butuh bimbingan dari
orang-orang yang lebih paham dengan pariwisata.
Peneliti : Bagaimana perkembangan Desa Blimbing sebagai desa wisata
(tingkat kunjungan, perkembangan daya tarik, aktivitas, serta
tanggapan masyarakat setempat) ?
96
komangkoh : kalo disini itu turis datang hanya pas bersih desa saja, kalau hari
lain mungkin hanya datang waktu mau ikut latihan saja. Kalau
data kunjungan mungkin bisa ditanyakan di kantor desa.
Masyarakat pasti senang kalau desanya jadi tempat wisata tetapi
kan untuk menjadi seperti itu butuh proses yang panjang.
Peneliti : Bagaimana komitmen desa bersama masyarakat terhadap
penerapan prinsip hijau dalam pengembangan Desa Blimbing
sebagai desa wisata ?
komangkoh : ya karena tradisi disini itu kan sangat sacral, jadi harus tetap
dilaksanakan. Contohnya seperti Ojung itu kan penarinya harus
sampai mengeluarkan darah. Pernah dulu Ojung itu tidak
diadakan dan pernah penarinya itu tidak sampai keluar darah dan
pasti langsung datang bencana, kekeringan, gagal panen, selalu
ada bencana kalau tidak sesuai dengan tradisi.
Peneliti : Adakah forum komunikasi yang diselenggarakan untuk
membahas pembangunan serta pengembangan kepariwisataan di
Desa Blimbing secara berkala ?
komangkoh : Kalau saya pribadi sering bertemu Pak Sugeng dari dinas, beliau
juga sering kesini. Tapi biasanya lebih sering membahas tentang
kesenian, beliau kan juga punya Padepokkan Seni di Prajekkan.
Kadang juga membahas bagaimana pariwisata yang melibatkan
Kesenian Bondowoso
Peneliti : Adakah penerapan prinsip kelestarian dalam produk-produk
wisata di Desa Blimbing?
komangkoh : Kalau di Desa Blimbing kan kesenian dan bersih desa itu yang
jadi unggulan jadi otomatis kalau mau jadi pariwisata ya kita
harus mempertahankan kesenian dan tradisi itu sampai kapanpun.
Seperti sekarang ini kan tradisi itu masih ada, masih
dipertahankan jangan sampai nanti beberapa tahun lagi tradisi itu
sudah hilang.
97
Date : 5 Juni 2017
Location : Rumah Bapak Suharto
Interviewee : Pak Suharto (Masyarakat)
Interviewer : Dadika Faisal Pradana (Peneliti)
Transcriber : Dadika Faisal Pradana (Peneliti)
Peneliti : Bagaimana upaya masyarakat dalam mendorong keterlibatan
wisatawan untuk turut aktif melakukan kegiatan-kegiatan
masyarakat ?
Suharto : ya kalau ada turis itu kaya kemarin kesini itu diajak buat ikutan
permainan desa, ada juga yang nyoba buat main Ojung, ada yang
belajar Topeng Konah. Tapi ya memang disini belum ada yang
buat penginapan, homestay hotel gitu belum ada. Paling ya kalo
ada yang mau nginep disini bisa dirumah sini, di Pak Kades atau
Pak Tikno. Biasanya gitu.
Peneliti : Bagaimana bentuk penghargaan masyarakat terutama pengelola
terhadap budaya lokal yang dimiliki, khususnya dalam konteks
pengembangan desa wisata di Desa Blimbing ?
Suharto : disini itu masyarakat rela libur kerja, keluar uang ataupun bahan-
bahan masakkan itu yang enting acara-acara adat seperti Bersih
Desa itu tetap berlangsung
Peneliti : Komunitas lokal apa saja yang ada di Desa Blimbing berkaitan
dengan kepariwisataan, terutama dalam konteks pengembangan
desa wisata di Desa Blimbing ?
Suharto : kalau tidak salah itu ada kelompok seni Singo Ulung, ada hadrah
juga. Kalau di depan itu tim voli desa.
Peneliti : Berapakah jumlah masyarakat lokal yang terlibat dalam
pengembangan desa wisata ?
Suharto : Kalo jumlahnya saya kurang tau, tapi setiap ada kegiatan apapun
masyarakat disini selalu terlibat, apalagi kalo acaranya berkaitan
dengan adat tradisi disini.
Peneliti : Seberapa besar presentase masyarakat lokal yang terlibat dalam
pengembangan desa wisata di Desa Blimbing ?
Suharto : ya mungkin hampir 100 persen masyarakat
Peneliti : Bagaimana perkembangan Desa Blimbing sebagai desa wisata
(tingkat kunjungan, perkembangan daya tarik, aktivitas, serta
tanggapan masyarakat setempat) ?
Suharto : Kalau lagi ada acara bersih desa itu ramai mas. saaya juga ingin
Blimbing itu bisa terkenal seninya dan pariwisatanya seperti yang
di Prajekkan itu.
Peneliti : Bagaimana komitmen desa bersama masyarakat terhadap
penerapan prinsip hijau dalam pengembangan Desa Blimbing
sebagai desa wisata ?
Suharto : masyarakat itu hidupnya disini sebagian besar tani, bergantung
sama alam mas. Ya dengan kaya gitu juga masyarakat pasti sadar
98
jangan sampe disini itu rusak. Kalo budayanya memang sudah
kental dari dulu, dan masyarakat juga sampe sekarang masih
mempertahankan.
Peneliti : Adakah forum komunikasi yang diselenggarakan untuk
membahas pembangunan serta pengembangan kepariwisataan di
Desa Blimbing secara berkala ?
Suharto : saya ndak tau mas kalau itu, tapi disini memang pak tenggih
sering mengadakan pertemuan. Banyak hal yang dibahas. Kadang
ya tentang tani, tentang bersih desa, tentang masyarakat dan
permasalahan desa.
Peneliti : Adakah penerapan prinsip kelestarian dalam produk-produk
wisata di Desa Blimbing?
Suharto : ya semuanya yang dilakukan disini selalu berusaha
mempertahankan semuanya biar tidak hilang mas. Kalo kesenian
itu disini mulai dari anak kecil sampe bapak-bapak itu ikut
latihan. Jadi kalo budaya disini terus dipertahankan Insyallah
dampaknya juga bagus buat pariwisatanya.
99
Date : 5 Juni 2017
Location : Rumah Bapak Suharto
Interviewee : Pak Imam (Masyarakat)
Interviewer : Dadika Faisal Pradana (Peneliti)
Transcriber : Dadika Faisal Pradana (Peneliti)
Peneliti : Bagaimana upaya masyarakat dalam mendorong keterlibatan
wisatawan untuk turut aktif melakukan kegiatan-kegiatan
masyarakat ?
Imam : masyarakat itu selalu terbuka kalau ada yang mau ikut kesenian
disini, kemarin itu ada turis dari luar pengen coba Ojung ya
dipersilahkan. Cuma memang kalau untukpenginapan disini
belum ada, mungkin kalau mau ya bisa nginep dirumah saya, atau
nginep di rumah Pak Tikno biasanya.
Peneliti : Bagaimana bentuk penghargaan masyarakat terutama pengelola
terhadap budaya lokal yang dimiliki, khususnya dalam konteks
pengembangan desa wisata di Desa Blimbing ?
Imam : Budaya disini itu sacral mas, jadi masyarakat sendiri pasti
menjaga tradisi di sini. Jadi kalaupun nanti semakin banyak
wisatawan yang datang kesini ya Insyallah masyarakat juga tetep
menjaga, melestarikan, jangan sampe hilang.
Peneliti : Komunitas lokal apa saja yang ada di Desa Blimbing berkaitan
dengan kepariwisataan, terutama dalam konteks pengembangan
desa wisata di Desa Blimbing ?
Imam : kalau sesuai di profil desa disini itu ada kelompok seni yang Pak
Tikno itu, ada hadrah, ada juga tim voli.
Peneliti : Berapakah jumlah masyarakat lokal yang terlibat dalam
pengembangan desa wisata ?
Imam : semua pasti terlibat mas. Mulai dari yang muda sampe bapak-
bapak disini itu kalau kegiatan desa pasti ikut. Sama seperti kerja
bakti disini juga ramai pasti.
Peneliti : Seberapa besar presentase masyarakat lokal yang terlibat dalam
pengembangan desa wisata di Desa Blimbing ?
Imam : ya 100 % masyarakat disini terlibat. Kadang dari desa lain juga
datang kesini.
Peneliti : Bagaimana perkembangan Desa Blimbing sebagai desa wisata
(tingkat kunjungan, perkembangan daya tarik, aktivitas, serta
tanggapan masyarakat setempat) ?
Imam : kalau kunjungan setau saya memang musiman mas. soalnya
memang hanya pas bersih desa itu, setelah itu ya sepi lagi.
Masyarakat juga inginnya desa ini bisa jadi tempat wisata, tapi
bingung juga mas disini tempa wisatanya sedikit. Orang sini itu
kan juga pengetahuannya masih kurang kalo buat pariwisata.
Butuh bimbingan lagi.
Peneliti : Bagaimana komitmen desa bersama masyarakat terhadap
100
penerapan prinsip hijau dalam pengembangan Desa Blimbing
sebagai desa wisata ?
Imam : kalau menurut saya di desa ini yang masih memegang teguh
budayanya. Karna memang kan Siingo Ulung itu juga kan
lahirnya disini. Pemerintah juga sudah menetapkan kalau disini
itu desa wisata. Kalau memang nanti desa ini maju, masyarakat
pasti tetap menjadikan budaya disini sebagai aturan mas.
Insyallah tidak berubah
Peneliti : Adakah forum komunikasi yang diselenggarakan untuk
membahas pembangunan serta pengembangan kepariwisataan di
Desa Blimbing secara berkala ?
Imam : kalau acara bersama masyarakat disini sering mas. Tapi untuk
yang membahas pariwisata itu masih jarang. Kalau saya sendiri
itu inginnya ada bantuan buat membangun gapura di makam Juk
Sengah situ mas. Terus di jalan itu di kasih penunjuk jalan kalau
disini itu Desa tempat lahirnya Singo Ulung.
Peneliti : Adakah penerapan prinsip kelestarian dalam produk-produk
wisata di Desa Blimbing?
Imam : kalau alam disini memang masih asri gini mas. Masyarakat yang
tani juga kan bergantungnya sama alam. Kalau sampe kekeringan
kan ndak bisa panen juga. Kalau kaitannya dengan budaya sampai
saat ini masih dijaga terus. Bersih Desa itu saja kan sudah 500
tahun lebih mas. Jadi kalaupun jadi tempat wisata pasti ya budaya
itu lagi yang dicari wisatawan.
101
Lampiran 3
Axial Coding
Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Bondowoso
No Kata Kunci Wawancara 1
(KADIS)
Wawancara 2
(KABAG)
Wawancara 3
(KASI)
1. Pendaya
gunaan
masyarakat
Kami sudah
melakukan
pertemuan untuk
membahas
potensi-potensi
yang ada dan
terus membuka
pandangan
masyarakat
bahwa dengan
pariwisata itu
dampak ekonomi
yang dihasilkan
sangat besar,
sebagai contoh
desa Alas Sumur
sudah mulai maju,
sudah ramai
pengunjung.
Kami sudah
beberapa kali
mengadakan
pertemuan dan selalu
mendorong
masyarakat untuk
terus
mengembangkan
pariwisata di Desa
Blimbing, tetapi
permasalahannya
masyarakat belum
yakin kalau
pariwisata ini bisa
memberikan manfaat
nanti ke depan.
Contohnya saja
sudah ada
Glingseran dan Alas
Somor itu baru
setahun mereka
tingkat
kunjungannya sudah
tinggi.
Kami sudah
memberikan bantuan
berupa peralatan,
dan dana supaya
dikelola oleh
masyarakat untuk
mengembangkan
seni budaya di Desa
Blimbing sebagai
daya tarik untuk
wisatawan.
2. Bentuk
pendayagunaan
masyarakat
Di Desa Blimbing
yang
keunggulannya
pada kebudayaan
otomatis yang
paham betul
adalah
masyarakat, dan
yang mengerti
juga masyarakat
sehingga kami
memberikan
kuasa penuh
kepada
masyarakat, kami
hanya
Setiap ada acara di
sana, contohnya
upacara bersih desa,
acara-acara kesenian
itu juga masyarakat
langsung yang
terlibat. Kami dari
dinas cuma
membantu
memberikan arahan
Masyarakat
semuanya kami
dorong sama-sama
untuk melestarikan
kebudayaan yang
ada. Singo Ulung ini
identitas Desa
Blimbing, mulai dari
latihan hingga
bantuan berupa
materi sudah kami
berikan.
102
mengarahkan.
Dan menurut saya
jika kebudayaan
terus dilestarikan
secara langsung
maupun tidak
juga akan baik
dampaknya untuk
pembangunan
pariwisata di
Desa Blimbing.
3. Komunitas
Lokal dalam
pembangunan
dan
pengembangan
desa wisata
Kalo untuk
komunitas seperti
POKDARWIS
belum ada, tapi
pemuda dan
masyarakat punya
karang taruna
yang juga
menjadi bagian
dari masyarakat
yang
mempersiapkan
upacara bersih
desa.
Sudah ada, Pak
Sugeng itu sering
kesana ngurusin.
Kalau
POKDARWIS
memang belum,
kami lebih fokus
untuk destinasi yang
alam dulu untuk
POKDARWIS.
Kalo POKDARWIS
belum ada. Akan
tetapi ada karang
taruna dan kelompok
seni pimpinan Pak
Tikno yang rutin
latihan di sana.
Mereka juga yang
selalu terlibat waktu
acara Upacara Bersih
Desa.
4. Inisitor
pengembangan
desa wisata
Dari dinas itu
mengusulkan
desa-desa yang
punya potensi
untuk
dikembangkan
menjadi Desa
Wisata. Kami
juga melihat
wisatawan sudah
mulai datang
berkunjung. Dan
pihak desa juga
setuju.
Kalau berbicara
inisiator ya kami dari
dinas sangat
mendorong, kami
melihat masyarakat
budayanya sangat
kuat, kami dan
masyarakat sama-
sama ingin Desa
Blimbing jadi tujuan
wisata, makanya
sampe di buat perda
itu karena karakter
Desa Blimbing ini
sudah sangat kuat,
kalau berbicara
Singo Ulung pasti ya
Desa Blimbing yang
disebut
Sebagai inisiator
kami hanya
mendorong serta
memfasilitasi.
103
5. Upaya dalam
mendorong
keterlibatan
masyarakat
Kami sebagai
pemerintah hanya
bisa memberi
arahan karena
masyarakat
setempat sebagai
tuan rumah juga
harus memiliki
kesadaran dan
kemauan. Kami
sudah beberapa
kali mengadakan
pertemuan dengan
masyarakat dan
memberikan
bantuan dalam hal
promosi. Kalau
desanya terkenal
juga kan
masyarakat juga
senang.
Disini dinas sudah
memberikan
berbagai macam
bantuan, meskipun
belum maksimal
karena kita harus
menetapkan
prioritas. Mana yang
tren kunjungan dan
penguatan
embrionya naik ya
kami prioritaskan
Kami telah
melakukan
pertemuan dengan
masyarakat. Kami
juga sudah
memfasilitasi dan
diharapkan
masyarakat sadar
dan tergerak bahwa
pariwisata jika
dikembangkan
dengan baik di Desa
Blimbing akan
memberikan
manfaat, pendapatan
asli desa juga naik,
nanti juga yang
merasakan
masyarakat. Tapi
memang cukup
susah untuk
meyakinkan
masyarakat dan
mendorong
masyarakat disana.
Makanya Desa
Blimbing ini bisa
dibilang cukup
lambat.
6. Perkembangan
Desa Blimbing
sebagai desa
wisata
kalau dari tingkat
kunjungan belum
ada data resmi
yang masuk dari
pihak desa, tapi
setiap upacara
bersih desa itu
selalu ramai,
kadang ada turis
mancanegara juga
yang datang
Desa Blimbing ini
tergolong yang
perkembangannya
lambat kaitannya
dengan data
kunjungan.
Perkembangannya
kalau dibandingkan
dengan desa wisata
yang lain seperti
Lombok Kulon, Alas
Somor, Glingseran
itu ya masih lambat.
Data kunjungan
belum ada sampai
sekarang.
7. Komitmen
dalam
penerapan
prinsip
ekonomi hijau
Kalo di Desa
Blimbing kami
dari dinas sangat
mendukung,
soalnya Singo
Ulung, Ojung,
Topeng Konah itu
kan khas
Hingga saat ini
kebudayaan di Desa
Blimbing ini sudah
cukup kuat, sampai
saat ini juga
masyarakat masih
rutin mengadakan
Upacara Bersih
Ya otomatis jika
pariwisata itu
dikembangkan
dengan baik,
kebudayaan juga
pasti lestari. Budaya
di Desa Blimbing itu
sudah cukup kuat.
104
Bondowoso, tidak
ada di daerah lain
dan Desa
Blimbing sebagai
lahirnya kesenian
tersebut harus
aktif untuk
melestarikan. Saat
ini sudah ada
beberapa sanggar
kesenian yang
mulai
mengajarkan
tarian Singo
Ulung. Salah
satunya yang di
Prajekkan. Kalo
di Desa Blimbing
sendiri memang
belum ada
sanggar
sepertinya tapi
masyarakat sudah
rutin latihan ya
buat upacara
bersih desa itu
salah satunya.
Desa. Kami juga
membantu kegiatan
latihan seni di Desa
Blimbing.
Tinggal bagaimana
masyarakat bisa
mengelola seni dan
tradisi disana supaya
bisa jadi daya tarik
kegiatan pariwisata
8. Forum
komunikasi
Kalo forum
secara berkala
dan benar-benar
membahas sudah
ada meskipun
tidak sering tapi
setiap tahun pasti
ada agendanya.
ya setiap tahun kami
selalu memfasilitasi,
mengadakan
pertemuan,
utamanya untuk
membahas
pengembangan
pariwisata di Desa
Blimbing.
Hingga saat ini kami
masih rutin kesana
diskusi dengan
masyarakat dan
perangkat desa untuk
membahas
pengembangan desa
kaitannya dengan
pariwisata.
9. Penerapan
prinsip
kelestarian
Di desa Blimbing
itu produknya kan
budaya, semakin
berkembang
pariwisata disana
pasti juga
dampaknya ke
budaya secara
langsung
Masyarakat itu
sudah sadar bahwa
kegiatan mereka itu
selalu mengundang
wisatawan, makanya
kami terus
mendukung tradisi
ini supaya terus
dilestarikan.
ya budaya di
Blimbing itu
memang harus
dilestarikan. Dengan
terus mendorong
masyarakat untuk
mengembangkan
pariwisata, kami
berharap masyarakat
semakin tergerak
dan aktif terlibat
secara langsung
105
untuk melestarikan
apa yang menjadi
daya tarik di Desa
Blimbing.
106
Pejabat Desa dan Masyarakat Desa Blimbing
No Kata Kunci
Wawancara 1
(KADES)
Wawancara 2
(Pemangku Adat)
Wawancara 3
(Masyarakat)
Wawancara 4
(Masyarakat)
1. Keterlibatan
Aktif
wisatawan
dalam
kehidupan
perdesaan
wisatawan yang
datang itu
biasanya pada
saat acara desa
saja, seperti saat
upacara bersih
desa. Pernah ada
wisatawan yang
kesini ikutan
nyoba main
Ojung, ada yang
belajar Topeng
Konah, dan
Singo Ulung
Ya kalau disini itu
kan Singo Ulung
yang asli datangnya
dari sini. Kalau
orang yang datang
kesini itu rata-rata
ya pengen tahu,
nanti janjian sama
saya ikut latihan.
Kalau pas upacara
yang di hari
terakhir 15 sya’ban
itu ada permainan
tradisional desa,
siapapun yang mau
ikut main itu
silahkan, tidak ada
larangan, Cuma
untuk kegiatan
yang sakral seperti
yang masak-masak
itu memang harus
masyarakat sini
ya kalau ada
turis itu kaya
kemarin kesini
itu diajak buat
ikutan
permainan
desa, ada juga
yang nyoba
buat main
Ojung, ada
yang belajar
Topeng
Konah. Tapi
ya memang
disini belum
ada yang buat
penginapan,
homestay hotel
gitu belum
ada. Paling ya
kalo ada yang
mau nginep
disini bisa
dirumah sini,
di Pak Kades
atau Pak
Tikno.
Biasanya gitu.
masyarakat itu
selalu terbuka
kalau ada yang
mau ikut
kesenian disini,
kemarin itu ada
turis dari luar
pengen coba
Ojung ya
dipersilahkan.
Cuma memang
kalau
untukpenginapan
disini belum ada,
mungkin kalau
mau ya bisa
nginep dirumah
saya, atau nginep
di rumah Pak
Tikno biasanya
2. Bentuk
penghargaa
n terhadap
budaya dan
kearifan
lokal
Disini
masyarakatnya
masih sangat
kental budaya
dan adatnya.
Apapun
kegiatan disini
masih
berdasarkan
ajaran orang tua
dulu. Tradisi
disini belum ada
yang berubah
kalau kita disini
tidak hanya
menghargai, tetapi
juga sangat hormat
dengan budaya
yang ada, bangga
dan senang punya
banyak kesenian.
Karna budaya itu
saya bisa jalan-
jalan ke
Kalimantan, ke
Jakarta juga sudah
beberapa kali. Kita
disini itu
masyarakat
rela libur kerja,
keluar uang
ataupun bahan-
bahan
masakkan itu
yang penting
acara-acara
adat seperti
Bersih Desa itu
tetap
berlangsung
Budaya disini itu
sakral mas, jadi
masyarakat
sendiri pasti
menjaga tradisi
di sini. Jadi
kalaupun nanti
semakin banyak
wisatawan yang
datang kesini ya
Insyallah
masyarakat juga
tetep menjaga,
melestarikan,
107
juga ingin lebih
banyak orang
Bondowoso yang
belajar kesenian
disini. Makin
banyak turis yang
datang.
jangan sampe
hilang
3. Komunitas
lokal yang
ada di Desa
Blimbing
ada disini punya
kelompok
hadrah dan ada
komunitas seni
Singo Ulung
Di sini ada
perkumpulan Seni
Singo Ulung
Bintang Pusaka. Itu
saya langsung yang
melatih. Banyak
juga orang dari luar
yang datang
belajar, ada yang
cuma nonton pas
waktu latihan
kalau tidak
salah itu ada
kelompok seni
Singo Ulung,
ada hadrah
juga. Kalau di
depan itu tim
voli desa
kalau sesuai di
profil desa disini
itu ada
kelompok seni
yang Pak Tikno
itu, ada hadrah,
ada juga tim
voli.
4. jumlah
masyarakat
lokal yang
terlibat
dalam
pengemban
gan desa
wisata
semua
masyarakat
terlibat, ada
yang kerja itu
kadang sampe
cuti atau libur.
Yang biasanya
ke sawah itu
libur dulu.
seluruh masyarakat
wajib terlibat kalo
tentang tradisi dan
membangun desa,
tapi untuk
pembangunan desa
wisata belum tahu,
mungkin hanya
yang bekerja di
desa saja. Kalo
untuk
pembangunan Desa
itu kewenangan
Pak tenggi (Kepala
Desa)
Kalo
jumlahnya
saya kurang
tau, tapi setiap
ada kegiatan
apapun
masyarakat
disini selalu
terlibat,
apalagi kalo
acaranya
berkaitan
dengan adat
tradisi disini
semua pasti
terlibat mas.
Mulai dari yang
muda sampe
bapak-bapak
disini itu kalau
kegiatan desa
pasti ikut. Sama
seperti kerja
bakti disini juga
ramai pasti
5. Presentase
masyarakat
yang terlibat
dalam
pengemban
gan desa
wisata
hampir 100
persen
masyarakat
terlibat.
Biasanya ada
orang dari desa
lain juga ikut
datang. Ada
yang nonton,
ada yang juga
ikut bantu
Ya harus 100
persen terlibat, dan
untuk
pembangunan di
sini saya rasa
masyarakat sudah
terlibat, tetapi juga
butuh bimbingan
dari orang-orang
yang lebih paham
dengan pariwisata
ya mungkin
hampir 100
persen
masyarakat
ya 100 %
masyarakat
disini terlibat.
Kadang dari
desa lain juga
datang kesini.
6. Perkembang
an Desa
Blimbing
sebagai desa
kalo disini
belum banyak
kegiatan, ya
paling yang
kalau disini itu
turis datang hanya
pas bersih desa
saja, kalau hari lain
Kalau lagi ada
acara bersih
desa itu ramai
mas. Saya juga
kalau kunjungan
setau saya
memang
musiman mas.
108
wisata datang itu yang
penelitian kaya
adek ini, ada
juga yang
datang waktu
acara-acara
desa. Yang
keluar justru
banyak, ada
yang sekolah di
luar kota
mungkin hanya
datang waktu mau
ikut latihan saja.
Kalau data
kunjungan
mungkin bisa
ditanyakan di
kantor desa.
Masyarakat pasti
senang kalau
desanya jadi tempat
wisata tetapi kan
untuk menjadi
seperti itu butuh
proses yang
panjang
ingin Blimbing
itu bisa
terkenal
seninya seperti
yang di
Prajekkan itu
soalnya memang
hanya pas bersih
desa itu, setelah
itu ya sepi lagi.
Masyarakat juga
inginnya desa ini
bisa jadi tempat
wisata, tapi
bingung juga
mas disini tempa
wisatanya
sedikit. Orang
sini itu kan juga
pengetahuannya
masih kurang
kalo buat
pariwisata.
Butuh
bimbingan lagi
7. Komitmen
dalam
penerapan
prinsip
ekonomi
hijau
ya kalo dari
pihak desa terus
sampai
kapanpun akan
mendorong
pelestarian,
salah satunya
dengan
membuat
kelompok-
kelompok seni.
ya karena tradisi
disini itu kan
sangat sacral, jadi
harus tetap
dilaksanakan.
Contohnya seperti
Ojung itu kan
penarinya harus
sampai
mengeluarkan
darah. Pernah dulu
Ojung itu tidak
diadakan dan
pernah penarinya
itu tidak sampai
keluar darah dan
pasti langsung
datang bencana,
kekeringan, gagal
panen, selalu ada
bencana kalau tidak
sesuai dengan
tradisi
masyarakat itu
hidupnya
disini sebagian
besar tani,
bergantung
sama alam
mas. Ya
dengan kaya
gitu juga
masyarakat
pasti sadar
jangan sampe
disini itu
rusak. Kalo
budayanya
memang sudah
kental dari
dulu, dan
masyarakat
juga sampe
sekarang
masih
mempertahank
an.
kalau menurut
saya di desa ini
yang masih
memegang teguh
budayanya.
Karna memang
kan Singo Ulung
itu juga kan
lahirnya disini.
Pemerintah juga
sudah
menetapkan
kalau disini itu
desa wisata.
Kalau memang
nanti desa ini
maju,
masyarakat pasti
tetap menjadikan
budaya disini
sebagai aturan
mas. Insyallah
tidak berubah
8. Forum
komunikasi
Di sini sering
diadakan forum
tapi lebih
membahas
kepentingan
Kalau saya pribadi
sering bertemu Pak
Sugeng dari dinas,
beliau juga sering
kesini. Tapi
saya ndak tau
mas kalau itu,
tapi disini
memang pak
tenggih sering
kalau acara
bersama
masyarakat
disini sering
mas. Tapi untuk
109
desa secara
umum. Tidak
hanya
pariwisata,
tetapi juga
budaya,
pembangunan
desa
biasanya lebih
sering membahas
tentang kesenian,
beliau kan juga
punya Padepokkan
Seni di Prajekkan.
Kadang juga
membahas
bagaimana
pariwisata yang
melibatkan
Kesenian
Bondowoso
mengadakan
pertemuan.
Banyak hal
yang dibahas.
Kadang ya
tentang tani,
tentang bersih
desa, tentang
masyarakat
dan
permasalahan
desa.
yang membahas
pariwisata itu
masih jarang.
Kalau saya
sendiri itu
inginnya ada
bantuan buat
membangun
gapura di
makam Juk
Sengah itu mas.
Terus di jalan itu
di kasih
penunjuk jalan
kalau disini itu
Desa tempat
lahirnya Singo
Ulung.
9. Penerapan
prinsip
kelestarian
dari desa selalu
mengingatkan
kepada
masyarakat,
sampai kapan
dan
pembangunan
seperti apapun
yang dilakukan
jangan sampai
desa ini lupa
dengan tradisi
dan budaya yang
ada.
Kalau di Desa
Blimbing kan
kesenian dan bersih
desa itu yang jadi
unggulan jadi
otomatis kalau mau
jadi pariwisata ya
kita harus
mempertahankan
kesenian dan tradisi
itu sampai
kapanpun. Seperti
sekarang ini kan
tradisi itu masih
ada, masih
dipertahankan
jangan sampai
nanti beberapa
tahun lagi tradisi
itu sudah hilang.
ya semuanya
yang dilakukan
disini selalu
berusaha
mempertahank
an semuanya
biar tidak
hilang mas.
Kalo kesenian
itu disini mulai
dari anak kecil
sampe bapak-
bapak itu ikut
latihan. Jadi
kalo budaya
disini terus
dipertahankan
Insyallah
dampaknya
juga bagus
buat
pariwisatanya
kalau alam disini
memang masih
asri gini mas.
Masyarakat yang
tani juga kan
bergantungnya
sama alam.
Kalau sampe
kekeringan kan
ndak bisa panen
juga. Kalau
kaitannya
dengan budaya
sampai saat ini
masih dijaga
terus. Bersih
Desa itu saja kan
sudah 500 tahun
lebih mas. Jadi
kalaupun jadi
tempat wisata
pasti ya budaya
itu lagi yang
dicari wisatawan
110
Lampiran 4
Selective Coding
Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Bondowoso
No Kata Kunci Story line Quotes
1. Pendaya
gunaan
masyarakat
Pihak dinas telah
melakukan beberapaa
kali pertemuan dengan
pihak desa beserta
masyarakat dan
mendorong masyarakat
untuk terus menggarap
dan mengelola Desa
Blimbing. Beberapa
bantuan juga telah
diberikan kepada
masyarakat untuk
pengembangan kegiatan
di Desa Blimbing.
Dalam hal mendorong
pendayagunaan masyarakat di Desa
Blimbing, pemerintah melalui Dinas
Pariwisata telah melakukan
pertemuan dengan warga serta
memberikan himbauan utnuk terus
mengembangkan dan mengelola
Desa Blimbing. selain itu Dinas
Pariwisata Pemuda dan Olahraga
juga telah memberikan beberapa
bantuan untuk dapat menjadi
stimulan supaya masyarakat sadar
akan potensi desa Blimbing dalam
hal pariwisata.
2. Bentuk
pendayaguna
an
masyarakat
Hingga saat ini Dinas
Pariwisata Pemuda dan
Olahraga mendorong
masyarakat secara
langsung untuk
membangun pariwisata
khususnya melalui
potensi kebudayaan
yang dimiiki. Sebagai
salah satu identitas
Kabupaten Bondowoso,
kebudayaan di Desa
Blimbing harus tetap
dijaga dan pihak dinas
berkeyakinan bahwa
masyarakat Desa
Belimbing sendiri yang
lebih mengerti
bagaimana cara untuk
tetap menjaga
kelestarian. Sehingga
dengan kelestarian yang
tetap terjaga sektor
pariwisata akan dapat
terus berkembang
Pihak dinas mendorong masyarakat
secara penuh untuk mengelola
seluruh aspek dalam pengembangan
desa wisata di Desa Blimbing. hal ini
didasari karakteristik masyarakat
yang hingga saat ini masih
memegang teguh tradisi dan lebih
mengerti akan perkembangan
kebudayaan lokal setempat yang
menjadi sumber daya dalam
mengembangkan produk wisata di
Desa Blimbing
3. Komunitas
Lokal dalam
pembanguna
Di Desa Blimbing
terdapat beberapa
komunitas lokal
Hingga saat ini belum ada komunitas
lokal atau kelompok-kelompok
masyarakat yang khusus dibentuk
111
n dan
pengembang
an desa
wisata
diantaranya kelompok
seni dan belum ada
POKDARWIS sebagai
kelompok masyarakat
yang bergerak pada
pengembangan
kepariwisataan
untuk menangani kepariwisataan di
Desa Blimbing. akan tetapi ada satu
kelompok seni lokal yang dipimpin
oleh pemangku dat yang juga turut
terlibat dalam kegiatan-kegiatan
yang berkaitan dengan kegiatan
Kepariwisataan di Dea Blimbing
4. Inisitor
pengembang
an desa
wisata
Inisiator dari
pembangunan serta
pengembangan Desa
Blimbing sebagai desa
wisata adalah
pemerintah melalui
Dinas Pariwisata
Pemuda dan Olahraga
Kabupaten Bondowoso.
Pemerintah melalui Dinas Pariwisata
Pemuda dan Olahraga Kabupaten
Bondowoso menjadi inisiator dalam
pembangunan serta pengembangan
desa wisata di Desa Blimbing.
Pemerintah yakin dengan karakter
Desa Blimbing yang unik dan
memiliki kekhasan dalam segi
budaya dapat memberikan manfaat
bagi masyarakat melalui
pembangunan serta pengembangan
desa wisata dengan produk berupa
kebudayaan lokal setempat.
5. Upaya dalam
mendorong
keterlibatan
masyarakat
Pemerintah selalu
memberikan dorongan
dan memfasilitasi
masyarakat untuk terus
terlibat secara aktif
dalam mengembangkan
Desa Blimbing sebagai
desa wisata.
Upaya yang dilakukan pemerintah
untuk mendorong keterlibatan
masyarakat diantaranya adalah
memberikan pemahaman, bimbingan
secara langsung kepada masyarkat
serta beberapa bantuan berupa
peralatan kesenian untuk memancing
kesadaran atau sebagai stimulant
agar masyarakat setempat tergerak
dan yakin bahwa dengan pariwisata
akan memberikan manfaat yang
positif salah satunya dalam hal
perekonomian desa.
6. Perkembanga
n Desa
Blimbing
sebagai desa
wisata
Desa Blimbing
termasuk dalam salah
satu desa wisata di
Kabupaten Bondowoso
yang perkembangannya
lambat. Belum ada data
kunjungan yang tercatat
hingga saat ini. Hal
tersebut didasari oleh
kondisi masyarakat
yang belum terlalu
yakin dengan manfaat
yang akan diperoleh
jika mereka
mengembangkan
Sebagai desa wisata, Desa Blimbing
menjadi salah satu desa yang
tergolong lambat perkembangannya.
Belum ada upaya untuk melakukan
pencatatan data kunjungan serta
belum tumbuhnya keyakinan serta
kesadaran masyarakat terhadap
manfaat yang dihasilkan jika
masyarakat mengembankan Desa
Bimbing sebagai desa wisata.
112
kepariwisataan di Desa
Blimbing.
7. Komitmen
dalam
penerapan
prinsip
ekonomi
hijau
Pemerintah terus
menjaga komitmen
dalam menjaga
kelestarian budaya dan
alam yang ada di Desa
Blimbing, untuk itu
pemerintah terus
mendorong masyarakat
untuk terus
mengembangkan
kepariwisataan di Desa
Blimbing. Dengan terus
mendorong masyarakat
untuk terus terlibat
secara aktif dalam
pembangunan serta
pengembangan desa
wisata di Desa
Blimbing, pemerintah
yakin aka nada manfaat
yang didapat oleh
masyarakat setempat
terutama dari segi
perekonomian.
Pemerintah terus berkomitmen
dengan cara terus mendorong
keterlibatan masyarkat agar semakin
aktif dalam mengembangkan
kepariwisataan di Desa Blimbing.
Dari upaya tersebut pemerintah terus
meyakinkan masyarakat akan
muncul manfaat terutama dalam hal
ekonomi yang secara langsung dapat
dirasakan oleh masyarkat.
8. Forum
komunikasi
Sudah beberapa kali
dilakukan pertemuan
dan diskusi bersama
masyarakat terkait
pengembangan Desa
Blimbing sebagai desa
wisata.
Sudah beberapa kali diadakan forum
komunikasi bersama masyarakat
namun belum bisa dikatakan sering
9. Penerapan
prinsip
kelestarian
Dari pihak dinas
sebagai pemegang
kebijakkan selalu
menghimbau kepada
masyarakat bahwa
kebudayaan yang
menjadi asset desa
harus dijaga dan
dilestarikan.
Penerapan prinsip kesalahlestarian
yang dilakukan di Desa Blimbing
saat ini baru bersifat himbauan dan
arahan kepada masyarakat. Belum
adanya aturan tegas yang dibuat.
113
Pejabat Desa dan Masyarakat Desa Blimbing
No Kata Kunci
Story Line Quotes
1. Keterlibatan
aktif
wisatawan
dalam
kehidupan
perdesaan
Wisatawan yang datang
biasanya ingin belajar
secara langsung
kegiatan kesenian yang
ada di Desa Blimbing.
Wisatawan terlibat dalam
kegiatan kebudayaan khususnya
pada kegiatan-kegiatan kesenian
terutama dalam acara Upacara
Bersih Desa
2. Bentuk
penghargaan
terhadap
budaya dan
kearifan lokal
Masyarakat akan terus
menjaga kebudayaan
yang lahir dan
berkembang di Desa
Blimbing serta
menjadikan kebudayaan
hal mutlak yang harus
dijaga. Beberapa tradisi
yang sakral serta
karakter masyarakat
yang masih peduli dan
memegang teguh
kebudayaan diharapkan
dapat menjaga eksistensi
kebudayaan.
Masyarakat menganggap
kebudayaan di Desa Blimbing
merupakan identitas yang terus
dijaga. Masyarakat juga
meyakini dengan adanya
pariwisata, kebudayaan yang
ada tidak akan hilang atau
terganggu. Hingga saat ini
loyalitas masyarakat terhadap
kebudayaan setempat masih
sangat tinggi. Hal ini dapat
dibuktikkan dengan perilaku
masyarakat yang rela
mengutamakan kegiatan tradisi
setempat dibandingkan
pekerjaan sehari-hari.
3. Komunitas
lokal yang ada
di Desa
Blimbing
Komunitas Seni Singo
Ulung, seni hadrah,
namun belum ada
komunitas khusus yang
dibuat untuk
pengelolaan pariwisata.
Di Desa Blimbing terdapat
Komunitas Seni Singo Ulung
Bintang Pusaka, Kelompok
Kesenian Hadrah, akan tetapi
belum dibentuk komunitas lokal
yang khusus untuk mengelola
kegiatan kepariwisataan di Desa
Blimbing.
4. Jumlah
masyarakat
lokal yang
terlibat dalam
pengembangan
desa wisata
Seluruh masyarakat
selalu terlibat dalam
setiap kegiatan Desa
Blimbing, terutama
dalam hal kegiatan yang
bersifat tradisi dan
berkaitan dengan
kebudayaan.
Dalam pengembangan desa
wisata di Desa Blimbing,
masyarakat terlibat sepnuhnya.
Hal ini di dasari juga oleh
bentuk pengembangan produk
wisata di Desa Blimbing yang
berorientasi terhadap
kebudayaan setempat, dimana
kebudayaan merupakan hal yang
sangat dijaga dan di cintai oleh
masyarakat setempat.
5. Presentase
masyarakat
100 persen masyarakat
terlibat namun masih
100 persen masyarkaat terlibat
dan harus ada bimbingan dan
114
yang terlibat
dalam
pengembangan
desa wisata
membutuuhkan
bimbingan dari pihak-
pihak yang lebih
mengerti hal-hal yang
berkaitan dengan
pariwisata.
arahan yang jelas dari pihak-
pihak lain terutama dinas
setempat.
6. Perkembangan
Desa Blimbing
sebagai desa
wisata
Wisatawan datang pada
saat ada acara-acara
desa seperti Upacara
bersih desa. Adapula
yang datang untuk
melakukan penelitian
serta belajar kesenian
setepat. Masyarakat
sangat menerima dan
senang apabila Desa
Blimbing semakin ramai
dikunjungi wisatawan.
Wisatawan yang berkunjung
sifatnya musiman terutama pada
saat ada upacara bersih desa.
Dan masyarakat juga berharap
pariwisata di Desa Blimbing
dapat berkembang seperti desa
wisata lain yang sudah
berkembang pesat.
7. Komitmen
dalam
penerapan
prinsip
ekonomi hijau
Pihak desa beserta
masyarakat akan terus
mendorong upaya-upaya
pelestarian karena
kehidupan masyarakat
sebagian besar
bergantung pada alam
dan budaya sekitar.
Masyarakat bersama pihak desa
sebagai pengelola telah
berkomitmen untuk terus
menjaga kelestarian budaya dan
alam di Desa Blimbing. hal ini
didasari oleh kehidupan
masyarakat yang sangat
bergantung dengan alam dan
budaya setempat. Masyarakat
juga yakin jika alam dan budaya
tetap dijaga kelestariannya maka
aka nada manfaat yang
dihasilkan.
8. Forum
komunikasi
Pihak desa telah
melakukan beberapa
kali pertemuan bersama
masyarakat. Akan tetapi
pembahasan yang
dilakukan tidak hanya
berkaitan dengan
kepariwisataan di Desa
Blimbing tetapi
menyangkut hal yang
lain. Untuk forum yang
dilakukan antara
masyaraat dan
masyarakat desa bisa
dikatakan sangat jarang.
Forum komunikasi di Desa
Blimbing yang membahas
kegiatan kepariwisataan dalam
hal ini pengembangan desa
wisata bisa dikatakan sangat
jarang.
9. Penerapan
prinsip
Untuk penerapan
prinsip-prinsip yang
Masyarakat bersama pihak desa
menekankan bahwa
115
kelestarian berkaitan dengan
kelestarian lingkungan
pihak desa dan
masyarakat meyakini
jika budaya dan alam
lestari akan memberikan
manfaat bagi kehidupan
masyarakat, maka dari
itu pihak desa
menghimbau seperti
apapun bentuk
pembangunan dan
pengembangan di desa
harus tetap menjunjung
tinggi kelestarian alam
dan budaya setempat.
bagaimanapun bentuk
pembangunan dan
pengembangan yang dilakukan
harus tetap menjunjung tingi
adat istiadat serta kelestarian di
Desa Blimbing. Jika dilihat dari
keseharian masyarakat, dalam
hal ini masyarakat sudah
menerapkan prinsip kelestarian
budaya dan adat yang berlaku.
116
Lampiran 5
Turnitin
117
Lampiran 6
Surat Penelitian
118
Lampiran 7
Formulir Bimbingan
119
120
121
122
BIODATA
DATA PRIBADI
Nama Lengkap : Dadika Faisal Pradana
Alamat : Perumahan Griya Kembang Permai
Blok N6
Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur
Tempat dan Tanggal Lahir : Banyuwangi, 1 Maret 1994
Telepon : 081221424905
e-mail : [email protected]
Kewarganegaraan : Indonesia
DATA ORANG TUA
Nama Ayah : Didik Cahyono
Nama Ibu : Eny Yuliati
Alamat Orang Tua : Perumahan Griya Kembang Permai
Blok N6
Kabupaten Bondowoso, Jawa
PENDIDIKAN FORMAL
1999-2000 : TK Kemala Bhayangkari Bondowoso
2001-2007 : SD Negeri Dabasah Bondowoso
2007-2010 : SMP Negeri 1 Bondowoso
2010-2013 : SMA Negeri 2 Bondowoso
2013-sekarang : Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung