kajian ekonomi regional jakarta - bi.go.id file2 kajian ekonomi regional jakarta triwulan i-2008...
TRANSCRIPT
1
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
Kajian Ekonomi RegionalJakarta
Triwulan I - 2008
2
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah Subhanahuwata»ala yang telah
melimpahkan rahmat-Nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional
(KER) Jakarta yang secara rutin triwulanan dilakukan dapat diselesaikan. BukuKajian Ekonomi Regional berisi potret perkembangan ekonomi dan perbankan di
Jakarta yang di era otonomi daerah keberadaannya dirasakan semakin penting.
Tujuan dari penyusunan buku laporan triwulanan ini adalah untuk memberikaninformasi kepada stakeholder tentang perkembangan ekonomi dan perbankan di
Jakarta, dengan harapan informasi tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu
sumber referensi bagi pembuat kebijakan, akademisi, masyarakat, dan pihak-pihaklainnya yang membutuhkan dan memiliki perhatian terhadap perkembangan
ekonomi di Jakarta.
Cakupan kajian di dalam buku KER cukup luas, yaitu meliputi kajian perkembanganekonomi regional, inflasi, perbankan, keuangan daerah, perkembangan
kesejahteraan dan outlook perekonomian satu triwulan ke depan. Berdasarkan
asesmen pada triwulan I-2008, pertumbuhan ekonomi Jakarta melambat, inflasimeningkat tinggi, fungsi intermediasi perbankan dan kegiatan lembaga keuangan
non bank tumbuh relatif lambat. Sementara itu, perbaikan kesejahteraan
masyarakat belum cukup optimal.
Kami menyadari bahwa publikasi ini masih belum sempurna. Masih banyak hal
yang harus dilakukan untuk menyempurnakan dan meningkatkan kualitas kajian
buku ini. Untuk itu masukan dan terutama supply data terkini, serta kritik dansaran yang membangun sangat kami harapkan. Selanjutnya, pada kesempatan
ini kami juga mengucapkan banyak terima kasih dan penghargaan yang setinggi-
tingginya kepada semua pihak yang telah membantu penerbitan buku ini.
Jakarta, 30 April 2008
BIRO KEBIJAKAN MONETER
Hendar
Kata Pengantar
3
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
Daftar Isi
halaman 5
halaman 13
halaman 13
halaman 23
halaman 37
halaman 43
halaman 43
halaman 44
halaman 51
halaman 55
halaman 55
halaman 61
halaman 64
halaman 64
halaman 65
halaman 68
halaman 71
halaman 72
halaman 73
halaman 75
halaman 79
halaman 79
halaman 82
halaman 83
halaman 84
halaman 84
RINGKASAN EKSEKUTIF
BAB I. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL
Sisi Permintaan
Sisi Penawaran
BOKS I : PERMASALAHAN DAN PROSPEK INDUSTRI TPT
BAB II. PERKEMBANGAN INFLASI JAKARTA
Inflasi Jakarta Triwulan I-2008
Inflasi Berdasarkan Kelompok
Inflasi Berdasarkan Inflasi Inti dan Non Inti
BAB III. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN LKNB
Intermediasi Perbankan
Resiko Kredit Perbankan
Resiko Likuiditas Perbankan
Resiko Pasar
Kredit UMKM (Lokasi Proyek)
Pasar Keuangan
BAB IV. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
Transaksi RTGS
Transaksi Kliring
Transaksi Tunai
BAB V. KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Ketenagakerjaan
Upah
Kemiskinan
Indeks Kesengsaraan
Indeks Pembangunan Manusia
4
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi :Biro Kebijakan MoneterBiro Kebijakan MoneterBiro Kebijakan MoneterBiro Kebijakan MoneterBiro Kebijakan MoneterDirektorat Riset Ekonomi dan Kebijakan MoneterDirektorat Riset Ekonomi dan Kebijakan MoneterDirektorat Riset Ekonomi dan Kebijakan MoneterDirektorat Riset Ekonomi dan Kebijakan MoneterDirektorat Riset Ekonomi dan Kebijakan MoneterBank IndonesiaGedung Sjafruddin Prawiranegara Lt. 18Kompleks Bank IndonesiaJl MH Thamrin No. 2 JakartaPh. 021-381-8868, 381-8199Fax. 021-386-4929, 345-2489Email : BKM [email protected] site : www.bi.go.id
halaman 86
halaman 91
halaman 91
halaman 93
halaman 97
halaman 97
halaman 110
halaman 117
halaman 121
BOKS II : RASIO GINI
BAB VI. KEUANGAN DAERAH
Perkembangan Keuangan Daerah
Prioritas Program Pembangunan
BAB VII. OUTLOOK KONDISI EKONOMI DAN INFLASI
Pertumbuhan Ekonomi
Inflasi
BAB VIII. KESIMPULAN DAN USULAN TINDAK LANJUT
LAMPIRAN
5
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
Ringkasan Eksekutif
Beberapa indikator makro ekonomi regional di Jakarta pada triwulan I 2008Beberapa indikator makro ekonomi regional di Jakarta pada triwulan I 2008Beberapa indikator makro ekonomi regional di Jakarta pada triwulan I 2008Beberapa indikator makro ekonomi regional di Jakarta pada triwulan I 2008Beberapa indikator makro ekonomi regional di Jakarta pada triwulan I 2008
menunjukkan perkembangan yang melambat dan tingkat inflasi relatif tinggimenunjukkan perkembangan yang melambat dan tingkat inflasi relatif tinggimenunjukkan perkembangan yang melambat dan tingkat inflasi relatif tinggimenunjukkan perkembangan yang melambat dan tingkat inflasi relatif tinggimenunjukkan perkembangan yang melambat dan tingkat inflasi relatif tinggi.Perlambatan beberapa indikator makro antara lain tercermin pada angkaperlambatan pertumbuhan ekonomiΩ; perkembangan indikator kesejahteraan yangbelum optimal; dan perkembangan kegiatan di sektor keuangan baik bank maupunnon bank yang masih menunjukkan tren yang melambat. Akselerasi pertumbuhanekonomi di Jakarta agak tertahan di triwulan I 2008. Perekonomian Jakarta, ditengah-tengah pelemahan ekonomi global dan tekanan harga-harga beberapakomoditas di pasar internasional, tumbuh sedikit lebih rendah dibandingkan dengantriwulan sebelumnya, walaupun masih lebih tinggi dibandingkan dengan triwulanyang sama pada tahun sebelumnya. Namun demikian kualitas pertumbuhanekonomi masih tetap belum seperti yang diharapkan karena pertumbuhan ekonomilebih didorong oleh pertumbuhan konsumsi sementara investasi tumbuh relatifrendah. Hal ini juga tercermin di sisi penawaran, sektor yang tumbuh tinggi adalahsektor yang relatif padat modal sehingga penyerapan tenaga kerja terbatas dandisertai adanya kesenjangan pendapatan. Inflasi di triwulan laporan (q-t-q) masihcukup tinggi, dan secara tahunan meningkat. Inflasi inti dan non inti menghadapitekanan kenaikan harga yang cukup kuat, baik dari sisi internal maupun eksternal(imported inflation). Kegiatan di sektor keuangan, khususnya fungsi intermediasiperbankan menunjukkan perkembangan dan kinerja yang sedikit melambat namundisisi pembayaran non tunai perkembangannya membaik. Sementara itu beberapaindikator kesejahteraan mengalami sedikti perbaikanΩ dan sebagian mengalamipenurunan; pengangguran sedikit menurun; kemiskinan sedikit menurun; upahriil agak terganggu karena inflasi yang tinggi; kesenjangan meningkat dan indekskesengsaraan dipengaruhi oleh inflasi yang tinggi memburuk.
Perkembangan Makro RegionalDari sisi permintaan, perekonomian Jakarta pada triwulan I 2008 tumbuh sekitarDari sisi permintaan, perekonomian Jakarta pada triwulan I 2008 tumbuh sekitarDari sisi permintaan, perekonomian Jakarta pada triwulan I 2008 tumbuh sekitarDari sisi permintaan, perekonomian Jakarta pada triwulan I 2008 tumbuh sekitarDari sisi permintaan, perekonomian Jakarta pada triwulan I 2008 tumbuh sekitar
6,3%, sedikit melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (6,6%)6,3%, sedikit melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (6,6%)6,3%, sedikit melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (6,6%)6,3%, sedikit melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (6,6%)6,3%, sedikit melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (6,6%).Perlambatan pertumbuhan ini terutama didorong oleh perlambatan pertumbuhan
konsumsi dan investasi yang tumbuh rendah. Sementara itu kegiatan ekspor-
impor mengalami perlambatan, khususnya ekspor yang perlambatannya lebih besardibandingkan dengan impor.
6
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
Konsumsi diperkirakan tumbuh 8,5 %, turun dibandingkan dengan triwulanKonsumsi diperkirakan tumbuh 8,5 %, turun dibandingkan dengan triwulanKonsumsi diperkirakan tumbuh 8,5 %, turun dibandingkan dengan triwulanKonsumsi diperkirakan tumbuh 8,5 %, turun dibandingkan dengan triwulanKonsumsi diperkirakan tumbuh 8,5 %, turun dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya (10,0%). sebelumnya (10,0%). sebelumnya (10,0%). sebelumnya (10,0%). sebelumnya (10,0%). Faktor yang mempengaruhi perlambatan pertumbuhan
konsumsi antara lain adalah daya beli masyarakat yang masih tumbuh terbatasdan keyakinan konsumen terhadap kondisi perekonomian relatif stagnan. Disisi
lain tekanan inflasi di triwulan laporan mengalami peningkatan. Perlambatan
pertumbuhan konsumsi tersebut dikonfirmasi oleh hasil survei Bank Indonesia dansurvei Badan Pusat statistik BPS. Survei konsumen dan survei penjualan eceran
Bank Indonesia, serta survei tendensi konsumen BPS mengindikasikan bahwa
konsumsi masyarakat agak melambat. Namun demikian, perlambatan konsumsiini agak tertahan oleh masih cukup tingginya pembelian barang-barang konsumsi
yang tergolong durable goods, terutama oleh golongan penduduk berpenghasilan
menengah ke atas dan juga masih tingginya dukungan pembiayaan baik dari bankmaupun non bank.
Investasi diperkirakan tumbuh sebesar 8,3%, melambat dibandingkan triwulan IVInvestasi diperkirakan tumbuh sebesar 8,3%, melambat dibandingkan triwulan IVInvestasi diperkirakan tumbuh sebesar 8,3%, melambat dibandingkan triwulan IVInvestasi diperkirakan tumbuh sebesar 8,3%, melambat dibandingkan triwulan IVInvestasi diperkirakan tumbuh sebesar 8,3%, melambat dibandingkan triwulan IV
2007 (9,1%).2007 (9,1%).2007 (9,1%).2007 (9,1%).2007 (9,1%). Iklim investasi yang belum optimal, kondisi infrastruktur yang masih
terbatas serta perkembangan ekonomi global yang melambat menjadi beberapafaktor yang menghambat perkembangan investasi di triwulan laporan. Namun
demikian, terlepas dari kendala-kendala yang dihadapi tersebut, Pemerintah Daerahtetap berupaya untuk memperbaiki iklim investasi melalui langkah-langkah nyata,
seperti sistem pelayanan satu atap yang ditujukan untuk memberikan kemudahan
penyelesaian ijin dunia usaha dan sekaligus untuk mengurangi ekonomi biayatinggi. Perlambatan pertumbuhan investasi tersebut terutama terjadi pada investasi
non bangunan. Beberapa prompt indikator yang mengkonfirmasi perlambatan
pertumbuhan investasi non bangunan tersebut a.l. adalah perlambatanpertumbuhan impor barang modal dan penurunan penggunaan kapasitas industri
(SKDU). Selain itu berdasarkan hasil liaison yang dilaksanakan oleh Direktorat
Stastistik dan Moneter Bank Indonesia memperlihatkan bahwa banyak perusahaanyang masih mengalami excess capacity sehingga belum memandang perlu untuk
melakukan investasi secara besar-besaran. Sementara itu, untuk investasi bangunan
diperkirakan masih tumbuh tinggi, walaupun melambat. Penjualan semen danpendaftaran truk dan alat berat masih meningkat cukup tinggi.
Perlambatan pertumbuhan di sisi permintaan, khususnya konsumsi dan investasiPerlambatan pertumbuhan di sisi permintaan, khususnya konsumsi dan investasiPerlambatan pertumbuhan di sisi permintaan, khususnya konsumsi dan investasiPerlambatan pertumbuhan di sisi permintaan, khususnya konsumsi dan investasiPerlambatan pertumbuhan di sisi permintaan, khususnya konsumsi dan investasi
diikuti oleh perlambatan pertumbuhan pada beberapa sektor ekonomi utama,diikuti oleh perlambatan pertumbuhan pada beberapa sektor ekonomi utama,diikuti oleh perlambatan pertumbuhan pada beberapa sektor ekonomi utama,diikuti oleh perlambatan pertumbuhan pada beberapa sektor ekonomi utama,diikuti oleh perlambatan pertumbuhan pada beberapa sektor ekonomi utama,
yaitu sektor keuangan, perdagangan, industri, bangunan, dan jasa-jasayaitu sektor keuangan, perdagangan, industri, bangunan, dan jasa-jasayaitu sektor keuangan, perdagangan, industri, bangunan, dan jasa-jasayaitu sektor keuangan, perdagangan, industri, bangunan, dan jasa-jasayaitu sektor keuangan, perdagangan, industri, bangunan, dan jasa-jasa. Khususdi sektor industri, selain mengalami perlambatan pertumbuhan karena
7
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
melambatnya permintaan juga dihadapkan pada tekanan kenaikan biaya produksi
sebagai akibat dari kenaikan harga BBM dunia dan kenaikan harga bahan baku/
mentah. Secara keseluruhan perekonomian Jakarta di triwulan I - 2008 masihtumbuh cukup tinggi namun kualitas pertumbuhan masih mengalami tekanan.
Sektor yang tumbuh relatif tinggi merupakan sektor yang padat modal, sementara
sektor ekonomi yang mampu menyerap tenaga kerja lebih banyak tumbuh rendah.
Sektor industri sedikit mengalami perlambatan dari 4,5% pada triwulan sebelumnyaSektor industri sedikit mengalami perlambatan dari 4,5% pada triwulan sebelumnyaSektor industri sedikit mengalami perlambatan dari 4,5% pada triwulan sebelumnyaSektor industri sedikit mengalami perlambatan dari 4,5% pada triwulan sebelumnyaSektor industri sedikit mengalami perlambatan dari 4,5% pada triwulan sebelumnya
menjadi 4,4%.menjadi 4,4%.menjadi 4,4%.menjadi 4,4%.menjadi 4,4%. Faktor yang mempengaruhi perlambatan pertumbuhan di sektor
industri antara lain adalah permintaan domestik yang melambat dan biaya produksi
yang meningkat sejalan dengan kenaikan BBM dan kenaikan harga bahan bakudipasar internasional. Selain perkembangan sektor industri yang terbatas juga
dipengaruhi oleh ketatnya persaingan pasar di luar negeri. Permintaan domestik
masih dapat dipenuhi dengan meningkatkan penggunakan kapasitas yang sudahada, bahkan banyak perusahaan yang masih mengalami excess capacity.
Sektor perdagangan hotel dan restoran pada triwulan I 2008 tumbuh sebesarSektor perdagangan hotel dan restoran pada triwulan I 2008 tumbuh sebesarSektor perdagangan hotel dan restoran pada triwulan I 2008 tumbuh sebesarSektor perdagangan hotel dan restoran pada triwulan I 2008 tumbuh sebesarSektor perdagangan hotel dan restoran pada triwulan I 2008 tumbuh sebesar
7,0% (y-o-y), melambat dibandingkan dengan triwulan IV-2007 (7,4%).7,0% (y-o-y), melambat dibandingkan dengan triwulan IV-2007 (7,4%).7,0% (y-o-y), melambat dibandingkan dengan triwulan IV-2007 (7,4%).7,0% (y-o-y), melambat dibandingkan dengan triwulan IV-2007 (7,4%).7,0% (y-o-y), melambat dibandingkan dengan triwulan IV-2007 (7,4%).Perlambatan pertumbuhan yang terjadi di sektor perdagangan diindikasikan oleh
perlambatan pertumbuhan beberapa prompt indikator seperti arus bongkar muat
di pelabuhan Tanjung Priok, konsumsi listrik sektor bisnis seperti mal, pasar, tokodan pusat bisnis lainnya serta survei penjualan eceran. Adapun faktor utama yang
menyebabkan sektor ini tumbuh melambat adalah daya beli masyarakat yang
terganggu.
Sektor pengangkutan dan komunikasi diperkirakan tumbuh sedikit meningkatSektor pengangkutan dan komunikasi diperkirakan tumbuh sedikit meningkatSektor pengangkutan dan komunikasi diperkirakan tumbuh sedikit meningkatSektor pengangkutan dan komunikasi diperkirakan tumbuh sedikit meningkatSektor pengangkutan dan komunikasi diperkirakan tumbuh sedikit meningkat
(15,0%) dibandingkan dengan triwulan IV-2007 (14,6%). (15,0%) dibandingkan dengan triwulan IV-2007 (14,6%). (15,0%) dibandingkan dengan triwulan IV-2007 (14,6%). (15,0%) dibandingkan dengan triwulan IV-2007 (14,6%). (15,0%) dibandingkan dengan triwulan IV-2007 (14,6%). Pendorong masih
tingginya pertumbuhan di sektor ini terutama adalah kebutuhan masyarakat akankomunikasi dan mobilitas yang tinggi. Kedua komponen tersebut sudah mengarah
menjadi kebutuhan pokok masyarakat modern yang mobilitasnya meningkat.
Sektor keuangan sebagai sektor unggulan di Jakarta juga mengalami perlambatanSektor keuangan sebagai sektor unggulan di Jakarta juga mengalami perlambatanSektor keuangan sebagai sektor unggulan di Jakarta juga mengalami perlambatanSektor keuangan sebagai sektor unggulan di Jakarta juga mengalami perlambatanSektor keuangan sebagai sektor unggulan di Jakarta juga mengalami perlambatan
pertumbuhan yaitu dari 4,7% pada triwulan IV-2007 menjadi 3,9%. pertumbuhan yaitu dari 4,7% pada triwulan IV-2007 menjadi 3,9%. pertumbuhan yaitu dari 4,7% pada triwulan IV-2007 menjadi 3,9%. pertumbuhan yaitu dari 4,7% pada triwulan IV-2007 menjadi 3,9%. pertumbuhan yaitu dari 4,7% pada triwulan IV-2007 menjadi 3,9%. Faktor yangmempengaruhi perlambatan di sektor ini diperkirakan adalah nilai tambah di
sektor keuangan yang relatif menurun sejalan dengan perlambatan pertumbuhan
perekonomian nasional dan dunia. Kegiatan mediasi perbankan menunjukkanpertumbuhan yang melambat, demikian juga kegiatan usaha di sektor lembaga
keuangan non bank. Pembiayaan konsumen menunjukkan tren pertumbuhan yang
melambat. Hal yang sama juga terjadi di pasar modal, kinerja di pasar modal
8
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
mengalami koreksi sehingga IHSG turun dari 2.745,8 pada akhir bulan Desember
2007 menjadi 2.447 pada akhir Maret 2008.
Perkembangan Inflasi RegionalPerkembangan harga beberapa komoditas di Jakarta pada triwulan I 2008Perkembangan harga beberapa komoditas di Jakarta pada triwulan I 2008Perkembangan harga beberapa komoditas di Jakarta pada triwulan I 2008Perkembangan harga beberapa komoditas di Jakarta pada triwulan I 2008Perkembangan harga beberapa komoditas di Jakarta pada triwulan I 2008
menghadapi tekanan yang cukup berat sehingga inflasi meningkat cukup tinggi.menghadapi tekanan yang cukup berat sehingga inflasi meningkat cukup tinggi.menghadapi tekanan yang cukup berat sehingga inflasi meningkat cukup tinggi.menghadapi tekanan yang cukup berat sehingga inflasi meningkat cukup tinggi.menghadapi tekanan yang cukup berat sehingga inflasi meningkat cukup tinggi.
Inflasi di triwulan laporan mencapai 3,5% (q-t-q) dan secara tahunan 7,7% (y-o-
y), naik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (1,6%, q-t-q) dan (6,0%, y-o-y). Faktor penyebab utama peningkatan inflasi di Jakarta adalah gangguan pasokan
pada beberapa komoditas kelompok bahan makanan dan minyak tanah; importedinflation, yaitu kenaikan harga yang dipengaruhi oleh kenaikan harga beberapakomoditas di pasar internasional, seperti gandum, kedelai, CPO dan kenaikan
harga emas yang kenaikannya pararel dengan kenaikan harga minyak dunia; dan
kenaikan harga produk turunan yang menggunakan bahan baku yang diimpor.Kenaikan inflasi di triwulan laporan bersumber dari kenaikan baik inflasi inti 7,1%
maupun dan non inti (8,4%). Pada triwulan sebelumnya, Inflasi inti tercatat sebesar
5,1% (y-o-y) sedangkan inflasi non inti 7,4%. Namun demikian, peningkatan inflasiinti di triwulan laporan bukan disebabkan oleh menguatnya terkanan permintaan,
melainkan lebih disebabkan oleh meningkatnya biaya-biaya pada komoditas yang
tergolong inti sebagai dampak kenaikan harga beberapa komoditas di pasarinternasional. Sementara itu, tingginya inflasi non inti tidak hanya disebabkan
oleh gejolak harga pada beberapa komoditas volatile, namun juga dipengaruhi
oleh kenaikan harga pada beberapa komoditas administrasi, terutama minyaktanah yang pasokannya dibatasi sejalan dengan program konversi.
Perkembangan Perbankan dan Pasar KeuanganPerkembangan kegiatan usaha perbankan dan kegiatan usaha lembaga keuanganPerkembangan kegiatan usaha perbankan dan kegiatan usaha lembaga keuanganPerkembangan kegiatan usaha perbankan dan kegiatan usaha lembaga keuanganPerkembangan kegiatan usaha perbankan dan kegiatan usaha lembaga keuanganPerkembangan kegiatan usaha perbankan dan kegiatan usaha lembaga keuangan
non bank di Jakarta sampai dengan akhir bulan Februari 2008 menunjukkannon bank di Jakarta sampai dengan akhir bulan Februari 2008 menunjukkannon bank di Jakarta sampai dengan akhir bulan Februari 2008 menunjukkannon bank di Jakarta sampai dengan akhir bulan Februari 2008 menunjukkannon bank di Jakarta sampai dengan akhir bulan Februari 2008 menunjukkan
perlambatan.perlambatan.perlambatan.perlambatan.perlambatan. Kegiatan penghimpunan dana masyarakat dan disisi lain penyaluran
kredit oleh kantor bank yang berlokasi di Jakarta secara triwulanan menurun.
Sumber penurunan penghimpunan dana terutama adalah penurunan simpananmilik individual dan milik BUMN. Faktor yang mempengaruhi antara lain adalah
peningkatan kebutuhan transaksi tunai di awal tahun. Sementara itu faktor yang
mempengaruhi penurunan outstanding kredit antara lain adalah peningkatanpelunasan dan disisi lain undisbursed loan cukup tinggi. Dengan perkembangan
9
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
tersebut maka rasio penyaluran kredit terhadap dana yang dihimpun bank (LDR)
di Jakarta meningkat dari 67,5% pada akhir Desember 2007 menjadi 69,6% pada
akhir Februari 2008, dan di atas angka LDR Nasional 67,8%. Peningkatan LDRtersebut diikuti dengan performance kredit yang relatif baik dibandingkan dengan
periode waktu yang sama pada tahun sebelumnya, sebagaimana tercermin pada
angka NPLs Gross yang rendah. Perkembangan performance kredit tersebutdipengaruhi antara lain oleh berlanjutnya langkah-langkah restrukturisasi kredit
terhadap beberapa debitor besar dan penyaluran kredit yang lebih berhati-hati.
Secara keseluruhan, resiko likuiditas dan resiko pasar masih dapat tertangani denganbaik. Sementara itu, kegiatan usaha lembaga keuangan non bank, khususnya
pembiayaan konsumen juga menunjukkan perlambatan pertumbuhan. Hal yang
sama juga tercermin pada perlambatan kinerja di pasar modal yang tidak terlepasdari kelesuan pasar keuangan global sebagai dampak lanjutan dari krisis sub primemortgage di Amerika.
Perkembangan Sistem PembayaranPerkembangan kegiatan sistem pembayaran di wilayah DKI Jakarta baik non tunaiPerkembangan kegiatan sistem pembayaran di wilayah DKI Jakarta baik non tunaiPerkembangan kegiatan sistem pembayaran di wilayah DKI Jakarta baik non tunaiPerkembangan kegiatan sistem pembayaran di wilayah DKI Jakarta baik non tunaiPerkembangan kegiatan sistem pembayaran di wilayah DKI Jakarta baik non tunai
maupun tunai meningkat, namun masih dalam batas-batas normalmaupun tunai meningkat, namun masih dalam batas-batas normalmaupun tunai meningkat, namun masih dalam batas-batas normalmaupun tunai meningkat, namun masih dalam batas-batas normalmaupun tunai meningkat, namun masih dalam batas-batas normal. Dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya, transaksi pembayaran non tunai dengan
menggunakan sarana BI Real Time Gross Settlement (RTGS) dan sarana kliringmenunjukkan jumlah dan nilai transaksi yang meningkat. Sumber yang
mempengaruhi peningkatan transaksi RTGS terutama adalah peningkatan transaksi
dari luar Jakarta ke Jakarta. Kondisi ini diperkirakan dipengaruhi oleh antara lainpeningkatan pendapatan yang terjadi di luar Jawa sebagai dampak dari perbaikan
harga beberapa komoditas perkebunan yang berdampak pada peningkatan
permintaan barang kebutuhan hidup di daerah-daerah dimaksud. Datamenunjukkan bahwa NTP di Luar Jawa meningkat lebih baik. Sementara itu, faktor
yang mempengaruhi peningkatan transaksi kliring antara lain adalah bertambah
luasnya wilayah yang terhubung sistem kliring nasional dan juga karenadiberlakukannya daftar hitam nasional sehingga mampu meningkatkan efisiensi
dan keamanan dalam bertransaksi. Kepercayaan masyarakat terhadap transaksi
non tunai meningkat. Data menunjukkan bahwa dalam empat triwulan terakhirtrend transaksi kliring meningkat. Sementara itu, untuk transaksi tunai diperkirakan
relatif normal. Faktor yang mempengaruhi relatif stabilnya transaksi tunai lebih
terkait dengan siklus perekonomian yang relatif normal di awal tahun. Pada triwulanlaporan, temuan uang palsu juga relatif rendah.
10
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
Perkembangan Kesejahteraan MasyarakatPertumbuhan ekonomi DKI Jakarta yang masih cukup tinggi pada triwulan I 2008Pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta yang masih cukup tinggi pada triwulan I 2008Pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta yang masih cukup tinggi pada triwulan I 2008Pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta yang masih cukup tinggi pada triwulan I 2008Pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta yang masih cukup tinggi pada triwulan I 2008
diperkirakan masih belum cukup signifikan memperbaiki beberapa indikatordiperkirakan masih belum cukup signifikan memperbaiki beberapa indikatordiperkirakan masih belum cukup signifikan memperbaiki beberapa indikatordiperkirakan masih belum cukup signifikan memperbaiki beberapa indikatordiperkirakan masih belum cukup signifikan memperbaiki beberapa indikator
kesejahteraan masyarakat di Jakarta. kesejahteraan masyarakat di Jakarta. kesejahteraan masyarakat di Jakarta. kesejahteraan masyarakat di Jakarta. kesejahteraan masyarakat di Jakarta. Indikator kesejahteraan tersebut antara lainadalah ketenagakerjaan, angka kemiskinan, upah/gaji, angka indeks kesengsaraan
(misery indeks) dan kualitas hidup sebagaimana tercermin pada indeks
pembangunan manusia (IPM). Angka pengangguran di DKI menurun, dari 14,3%pada tahun 2006 menjadi 12,57% pada tahun 2007 namun masih lebih tinggi
dibandingkan dengan tingkat pengangguran nasional (9,1%). Persentase tingkat
kemiskinan sedikit mengalami penurunan, yaitu turun dari 4,6% menjadi 4,5%.Faktor yang mempengaruhi masih relatif rendahnya perbaikan kedua indikator
kesejahteraan dimaksud antara lain adalah kinerja perekonomian Jakarta yang
walaupun tumbuh tinggi namun kualitas pertumbuhannya belum optimal. Hal inijuga berdampak pada meningkatnya kesenjangan pendapatan sebagaimana
tercermin pada peningkatan angka gini rasio dari 0,269 pada tahun 2005 menjadi
0,336 pada 2007 (Maret). Demikian pula indikator-indikator kesejahteraan lain,seperti indeks kesengsaraan yang sejalan dengan inflasi yang meningkat pada
triwulan I 2008 diperkirakan memburuk. Untuk indeks pembangunan manusia
diperkirakan mengalami perbaikan antara lain dipengaruhi oleh pertumbuhanekonomi yang masih tinggi dan alokasi anggaran untuk program pendidikan dan
jaminan sosial yang meningkat.
Perkembangan Keuangan DaerahAngka sementara realisasi APBD 2007 di sisi penerimaan maupun pengeluaranAngka sementara realisasi APBD 2007 di sisi penerimaan maupun pengeluaranAngka sementara realisasi APBD 2007 di sisi penerimaan maupun pengeluaranAngka sementara realisasi APBD 2007 di sisi penerimaan maupun pengeluaranAngka sementara realisasi APBD 2007 di sisi penerimaan maupun pengeluaran
lebih rendah dari yang dianggarkan. lebih rendah dari yang dianggarkan. lebih rendah dari yang dianggarkan. lebih rendah dari yang dianggarkan. lebih rendah dari yang dianggarkan. Realisasi penerimaan mencapai 92,2% dari
total anggaran Rp 20,68 triliun. Pada pos pengeluaran realisasinya lebih rendah
(86,8%), namun lebih tinggi dibandingkan penyerapan pada tahun sebelumnya(85,64%). Lebih rendahnya realisasi penerimaan antara lain disebabkan oleh tidak
tercapainya perolehan pajak dan retribusi, lebih rendahnya realisasi dana hibah
dari pemerintah pusat dan lebih rendahnya penerimaan dana dari pengelolaanrumah sakit. Sementara itu faktor yang mempengaruhi lambatnya penyerapan
belanja antara lain adalah lambatnya pengesahan RAPBD 2007 dan proses Pilkada
(April - Agustus 2007) sehingga belanja daerah, khususnya belanja modal agakterhambat. Sisa lebih anggaran 2007 diperkirakan mencapai Rp 1,0 - Rp 1,8 triliun
dan akan dipakai untuk tahun 2008.
11
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
Outlook Pertumbuhan Ekonomi dan InflasiPada triwulan II-2008 pertumbuhan ekonomi di Jakarta diperkirakan sedikitPada triwulan II-2008 pertumbuhan ekonomi di Jakarta diperkirakan sedikitPada triwulan II-2008 pertumbuhan ekonomi di Jakarta diperkirakan sedikitPada triwulan II-2008 pertumbuhan ekonomi di Jakarta diperkirakan sedikitPada triwulan II-2008 pertumbuhan ekonomi di Jakarta diperkirakan sedikit
melambat.melambat.melambat.melambat.melambat. Perekonomian diproyeksikan tumbuh pada kisaran angka 6,2% (y-o-y),
sedikit melambat dibandingkan dengan periode sebelumnya. Perlambatan tersebutterutama dipengaruhi oleh kondisi konsumsi dan kegiatan investasi yang mengalami
sedikit tekanan. Konsumsi menurun dipengaruhi oleh daya beli yang belum berubah
signifikan, ekspektasi konsumen yang melemah, inflasi yang masih menghantui dandari sisi pemerintah dipengaruhi oleh belanja pemerintah yang masih rendah. Investasi
sejalan dengan pelemahan ekonomi domestik diperkirakan masih tumbuh rendah,
walaupun di sisi lain tingkat suku bunga masih cukup rendah. Sementara itu kegiatanekspor dipengaruhi oleh permintaan dunia yang relatif stagnan tumbuh relatif stabil.
Di sisi lain, impor dipengaruhi oleh tingginya ketergantungan pada impor, baik impor
dari provinsi lain maupun impor dari provinsi di luar DKI diperkirakan masih tumbuhtinggi.
Inflasi di Jakarta (q-t-q) pada triwulan II-2008 diperkirakan lebih rendahInflasi di Jakarta (q-t-q) pada triwulan II-2008 diperkirakan lebih rendahInflasi di Jakarta (q-t-q) pada triwulan II-2008 diperkirakan lebih rendahInflasi di Jakarta (q-t-q) pada triwulan II-2008 diperkirakan lebih rendahInflasi di Jakarta (q-t-q) pada triwulan II-2008 diperkirakan lebih rendah
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Secara triwulanan angka inflasi
diperkirakan mencapai 0,7% (q-t-q) dan secara tahunan 7,8% (y-o-y). Penurunaninflasi di triwulan II-2008 diperkirakan berasal dari menurunnya tekanan inflasi
kelompok bahan makanan seiring dengan datangnya panen dan keberhasilanprogram stabilisasi harga pangan yang dilakukan pada triwulan I-2008. Harga
bahan pokok seperti beras, minyak goreng, gula pasir dan tepung terigu yang
sempat meningkat tajam pada triwulan I-2008 mulai menunjukkan kecenderunganmenurun di triwulan II-2008. Namun demikian, kewaspadaan tetap harus dilakukan
terutama terkait dengan kenaikan harga beras di pasar internasional, sesedikit
mungkin kebocoran harus dihindari. Selain itu, juga perlu dicermati kemungkinanpedagang menaikkan harga beras dimaksud.
12
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
halaman ini sengaja dikosongkan
13
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
BAB I. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL
Pada triwulan I 2008, di tengah-tengah pelemahan ekonomi global dan tekananharga-harga beberapa komoditas di pasar internasional, perekonomian DKI Jakartadiperkirakan tumbuh 6,3% (y-o-y), sedikit melambat dibandingkan denganpertumbuhan triwulan IV-2007 (6,6%). Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomimasih didorong oleh konsumsi disusul oleh investasi. Faktor yang mempengaruhiperlambatan konsumsi antara lain adalah daya beli masyarakat yang belummembaik secara cukup signifikan dan di sisi lain laju inflasi meningkat. Dari sisiinvestasi perlambatan dipengaruhi oleh iklim investasi, masalah infrastruktur danperkembangan ekonomi global yang kurang mendukung. Kegiatan ekspor tumbuhlebih rendah sedangkan impor tumbuh sedikit melambat. Sementara itu, di sisipenawaran perlambatan pertumbuhan terjadi pada hampir semua sektor, kecualipada sektor pertambangan, listrik, dan transportasi dan komunikasi. Perlambatanpertumbuhan disertai investasi yang tumbuh terbatas, terutama pada sektor padatkarya, seperti sektor industri berdampak pada kualitas pertumbuhan ekonomibelum optimal. Hal ini antara lain tercermin pada penyerapan tenaga kerja yangrendah, yang disertai dengan kemiskinan dan kesenjangan pendapatan.
A. SISI PERMINTAANPerekonomian Jakarta pada triwulan I 2008 tumbuh sekitar 6,3%, sedikit melambatPerekonomian Jakarta pada triwulan I 2008 tumbuh sekitar 6,3%, sedikit melambatPerekonomian Jakarta pada triwulan I 2008 tumbuh sekitar 6,3%, sedikit melambatPerekonomian Jakarta pada triwulan I 2008 tumbuh sekitar 6,3%, sedikit melambatPerekonomian Jakarta pada triwulan I 2008 tumbuh sekitar 6,3%, sedikit melambat
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (6,6%) (Tabel I. 1)dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (6,6%) (Tabel I. 1)dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (6,6%) (Tabel I. 1)dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (6,6%) (Tabel I. 1)dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (6,6%) (Tabel I. 1). Perlambatanpertumbuhan ini terutama didorong oleh perlambatan pertumbuhan konsumsi
dan investasi yang tumbuh rendah. Sementara itu kegiatan ekspor-impor
mengalami perlambatan, khususnya ekspor yang perlambatannya lebih besardibandingkan dengan impor.
Tabel I.1Pertumbuhan Ekonomi Jakarta (% y-o-y)
DKI Q1-2007 Q2-2007 Q3-2007* Q4-2007* 2007* Q1-2008*
Konsumsi 7,9 8,7 9,5 10,0 9,0 8,5
Investasi 5,3 5,3 7,1 9,1 6,7 8,3
Ekspor 0,4 -0,5 8,2 10,4 4,5 7,2
Impor 8,5 10,0 11,1 19,5 12,3 19,1
P D R BP D R BP D R BP D R BP D R B 6,26,26,26,26,2 6,36,36,36,36,3 6,46,46,46,46,4 6,66,66,66,66,6 6,46,46,46,46,4 6,36,36,36,36,3
* angka sementara
14
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
1. KonsumsiPada triwulan I 2008, konsumsi tumbuh 8,5 %, melambat dibandingkan denganPada triwulan I 2008, konsumsi tumbuh 8,5 %, melambat dibandingkan denganPada triwulan I 2008, konsumsi tumbuh 8,5 %, melambat dibandingkan denganPada triwulan I 2008, konsumsi tumbuh 8,5 %, melambat dibandingkan denganPada triwulan I 2008, konsumsi tumbuh 8,5 %, melambat dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya (10,0%). triwulan sebelumnya (10,0%). triwulan sebelumnya (10,0%). triwulan sebelumnya (10,0%). triwulan sebelumnya (10,0%). Faktor yang mempengaruhi perlambatan
pertumbuhan konsumsi antara lain adalah daya beli masyarakat yang masihtumbuh terbatas dan keyakinan konsumen terhadap kondisi perekonomian yang
relatif stagnan. Disisi lain tekanan inflasi di triwulan laporan mengalami
peningkatan.
Perlambatan pertumbuhan konsumsi tersebut dikonfirmasi oleh hasil survei BankPerlambatan pertumbuhan konsumsi tersebut dikonfirmasi oleh hasil survei BankPerlambatan pertumbuhan konsumsi tersebut dikonfirmasi oleh hasil survei BankPerlambatan pertumbuhan konsumsi tersebut dikonfirmasi oleh hasil survei BankPerlambatan pertumbuhan konsumsi tersebut dikonfirmasi oleh hasil survei Bank
Indonesia dan survei Badan Pusat Statistik.Indonesia dan survei Badan Pusat Statistik.Indonesia dan survei Badan Pusat Statistik.Indonesia dan survei Badan Pusat Statistik.Indonesia dan survei Badan Pusat Statistik. Survei konsumen dan survei penjualan
eceran Bank Indonesia, serta survei tendensi konsumen BPS mengindikasikan bahwa
konsumsi masyarakat agak melambat. Namun demikian, perlambatan konsumsiini agak tertahan oleh masih cukup tingginya pembelian barang-barang konsumsi
yang tergolong durable goods, terutama oleh golongan penduduk berpenghasilan
menengah ke atas dan masih tingginya dukungan pembiayaan baik dari bankmaupun non bank.
Grafik I.1Survei Penjualan Eceran
Grafik I.2Indeks Konsumsi Komoditi non Makanan
(BPS)
Grafik I.3Indeks Tendensi Konsumen (BPS)
Grafik I.4Indeks Keyakinan Konsumen (SK√ BI)
65,067,98
132,5123,88
144,7123,7
130,2125,65
87,485,59
Pakaian
Perumahan
Pendidikan
Transportasi
Kesehatan
Q4 - 2007Q1 - 2008
Sumber : BPS0 20 40 60 80 100 120 140 160
0
2
4
6
8
9
12%, y-o-y %, y-o-y
403020100102030405060
g.PDRB Konsumsi Jktg.Indeks spe (rhs)
2006 2007 20081 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
0
2
4
6
8
10
12 125120115110105100959085
80
*perkiraan BPS
Indeks ITK
g.PDRB Konsumsi JktEkspektasi ITK BPS (rhs)
%, y-oy
III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I*
2003 2004 2005 2006 2007 2008
g.PDRB Konsumsi JktIndeks KeyakinanKonsumen (rhs)
50
60
707580
9095
85
65
55
Indeks%, y-o-y
0
2
4
6
8
10
12
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 31 2 3 4 5 6 7 8 9 101112
2006 2007 2008
15
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
Grafik I.5Indeks Keyakinan Konsumen (SK√ BI)
Grafik I.6Indeks Keyakinan Konsumen (SK√ BI)
Walaupun secara keseluruhan pertumbuhan konsumsi mengalami sedikitWalaupun secara keseluruhan pertumbuhan konsumsi mengalami sedikitWalaupun secara keseluruhan pertumbuhan konsumsi mengalami sedikitWalaupun secara keseluruhan pertumbuhan konsumsi mengalami sedikitWalaupun secara keseluruhan pertumbuhan konsumsi mengalami sedikit
perlambatan pertumbuhan, namun demikian konsumsi barang tahan lama yangperlambatan pertumbuhan, namun demikian konsumsi barang tahan lama yangperlambatan pertumbuhan, namun demikian konsumsi barang tahan lama yangperlambatan pertumbuhan, namun demikian konsumsi barang tahan lama yangperlambatan pertumbuhan, namun demikian konsumsi barang tahan lama yang
tergolong barang mewah, seperti mobil, motor dan elektronik masih tumbuh relatiftergolong barang mewah, seperti mobil, motor dan elektronik masih tumbuh relatiftergolong barang mewah, seperti mobil, motor dan elektronik masih tumbuh relatiftergolong barang mewah, seperti mobil, motor dan elektronik masih tumbuh relatiftergolong barang mewah, seperti mobil, motor dan elektronik masih tumbuh relatif
tinggitinggitinggitinggitinggi (grafik I.7 - 9). Peningkatan penjualan kedua produk tersebut bahkan melesat
di bulan Februari, namun pada bulan Maret pertumbuhannya melambat.
Perkembangan yang hampir sama juga terjadi pada konsumsi BBM Rumah tangga.
% (YoY) % (YoY)
44,5
55,5
66,5
77,5
88,5
9
-15
-10
-5
0
5
10
15
2006 20071 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112
g.PDRB Konsumsi Jktg.Kons Premium (rhs)
Grafik I.7Pendaftaran Mobil di Jakarta
Grafik I.8Pendaftaran Motor di Jakarta
% %
0123456789
2006 20071 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112
-40
-30
-20
-10
0
10
20
30
40g.PDRB Konsumsi Jktg.Indeks Keyakinan Konsumen (rhs)
% %
0123456789
2006 20071 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112
-100
-50
0
50
100
150
200
250g.PDRB Konsumsi Jktg.Penghasilan saat ini (rhs)g. Pembelian durable goods (rhs)g.Ketersediaan Lap. Kerja (rhs)
%,y-o-y
0
2
4
6
8
10
12
0
5
10
15
20
25
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
Indeks
2006 2007 2008
g.PDRB Konsumsi JktIndeks Kondisi EkonomiSaat Ini (rhs)
Grafik I.9Pertumbuhan Penjualan Elektronik
Grafik I.10Konsumsi BBM Rumah Tangga
%, y-o-y %, y-o-y
4
5
6
7
8
9
10
-15-10
-50
5101520
25
2006 2007 20081 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3
g.PDRB Konsumsi Jktg.Kons BBm RT (rhs)
%, y-o-y %, y-o-y
-30
-20
-10
0
10
20
3040
50
4
5
6
7
8
9
10
11
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3
2006 2007 2008
g.PDRB Konsumsi Jktg.Penjualan Elektronik (rhs)
16
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
Masih tingginya konsumsi masyarakat, terutama untuk pembelian beberapaMasih tingginya konsumsi masyarakat, terutama untuk pembelian beberapaMasih tingginya konsumsi masyarakat, terutama untuk pembelian beberapaMasih tingginya konsumsi masyarakat, terutama untuk pembelian beberapaMasih tingginya konsumsi masyarakat, terutama untuk pembelian beberapa
komoditas komoditas komoditas komoditas komoditas durabledurabledurabledurabledurable tersebut tidak terlepas dari cukup besarnya strata masyarakat tersebut tidak terlepas dari cukup besarnya strata masyarakat tersebut tidak terlepas dari cukup besarnya strata masyarakat tersebut tidak terlepas dari cukup besarnya strata masyarakat tersebut tidak terlepas dari cukup besarnya strata masyarakat
yang tergolong berpenghasilan menengah ke atas di DKI Jakarta. yang tergolong berpenghasilan menengah ke atas di DKI Jakarta. yang tergolong berpenghasilan menengah ke atas di DKI Jakarta. yang tergolong berpenghasilan menengah ke atas di DKI Jakarta. yang tergolong berpenghasilan menengah ke atas di DKI Jakarta. Berdasarkansurvei AC Nielsen, persentase penduduk di DKI Jakarta yang penghasilannya
menengah ke atas (di atas Rp 2 juta) jumlahnya mencapai 29%, jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan provinsi lain di Indonesia (tabel I. 2). Sebagai perbandingandi wilayah Botabek untuk strata yang sama jumlahnya hanya 7%. Sementara itu,
daya beli masyarakat yang berpenghasilan di bawah strata diperkirakan hanya
tumbuh terbatas dan kurang cukup mampu mengakselerasi pertumbuhankonsumsi secara keseluruhan. Terbatasnya peran dari strata bawah ini antara lain
disebabkan oleh terbatasnya kenaikan UMP dan kenaikan riil upah buruh informal
yang bahkan masih tumbuh negatif (Grafik I.11 - I.12).
Grafik I.12Upah Buruh Informal
Grafik I.13Survei Konsumen - BI
Tabel I. 2Strata Penghasilan
Penghasilan(Rp ribu)
A1 > 3.000 13
A2 2.000 - 3.000 16
B 1.500 - 2.000 20
C1 1.000 - 1.500 25
C2 700 - 1.000 18
D 500 - 700 4
E < 500 3
Sumber : AC Nielsen, 2007
Jakarta (%)Strata
Grafik I.11Perkembangan UMP
Rp / bulan
-
300.000
600.000
900.000
1.200.000
1.500.000
1.800.000
2006 2007 2008
837.000746.500
661.613
972.605819.100
900.560
568.193516.840447.654506.500448.500390.000
Banten (growth 12,1%)DKI Jakarta (growth 8%)Jawa Barat (growth 9,9%)Jawa Timur (growth 12,9%)
%, y-o-y %, y-o-y
0
2
4
6
8
10
12
2005 2006 2007 200811121 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3
-12
-10
-8
-6
-4
-2
0
2
4g.Konsumsi Jkt (lhs)g.Upah Buruh Bangunan
g.Upah Potong Rambutg.Upah PembantuRumah Tangga
%, y-o-y Indeks
0
2
4
6
8
10
12
50
60
70
80
90
100
110
2006 2007 20081 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3
g.PDRB Konsumsi JktIndeks Penghasilansaat ini (rhs)
17
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
Sementara itu, dukungan pembiayaan dari bank maupun non bank walaupun masihSementara itu, dukungan pembiayaan dari bank maupun non bank walaupun masihSementara itu, dukungan pembiayaan dari bank maupun non bank walaupun masihSementara itu, dukungan pembiayaan dari bank maupun non bank walaupun masihSementara itu, dukungan pembiayaan dari bank maupun non bank walaupun masih
tumbuh tinggi, namun pertumbuhannya melambat.tumbuh tinggi, namun pertumbuhannya melambat.tumbuh tinggi, namun pertumbuhannya melambat.tumbuh tinggi, namun pertumbuhannya melambat.tumbuh tinggi, namun pertumbuhannya melambat. Outstanding kredit konsumsi
yang disalurkan tumbuh melambat, yaitu dari 28% (y-o-y) pada akhir triwulan IV2007 menjadi 22 % pada akhir Februari 2008 atau Rp 84,5 triliun (Grafik I.14). Hal
yang sama juga terjadi pada pembiayaan lembaga keuangan non bank pada triwulan
I 2008 yang pertumbuhan penyaluran pembiayaannya melambat (grafik I.15).
Grafik I.14Kredit Konsumsi Berdasarkan Lokasi
Proyek
Grafik I.15Pembiayaan LKNB
2. InvestasiPada triwulan I-2008, investasi diperkirakan tumbuh sebesar 8,3%, melambatPada triwulan I-2008, investasi diperkirakan tumbuh sebesar 8,3%, melambatPada triwulan I-2008, investasi diperkirakan tumbuh sebesar 8,3%, melambatPada triwulan I-2008, investasi diperkirakan tumbuh sebesar 8,3%, melambatPada triwulan I-2008, investasi diperkirakan tumbuh sebesar 8,3%, melambat
dibandingkan triwulan IV 2007 (9,1%).dibandingkan triwulan IV 2007 (9,1%).dibandingkan triwulan IV 2007 (9,1%).dibandingkan triwulan IV 2007 (9,1%).dibandingkan triwulan IV 2007 (9,1%). Iklim investasi yang belum kondusif, kondisiinfrastruktur yang masih terbatas serta perkembangan ekonomi global yang
melambat menjadi beberapa faktor yang menghambat perkembangan investasi
di triwulan laporan. Namun demikian, terlepas dari kendala-kendala yang dihadapitersebut, Pemerintah Daerah tetap berupaya untuk memperbaiki iklim investasi
melalui langkah-langkah nyata, seperti sistem pelayanan satu atap yang ditujukan
untuk memberikan kemudahan penyelesaian ijin dunia usaha, sekaligus untukmengurangi ekonomi biaya tinggi.
Perlambatan pertumbuhan investasi tersebut terutama terjadi pada investasi nonPerlambatan pertumbuhan investasi tersebut terutama terjadi pada investasi nonPerlambatan pertumbuhan investasi tersebut terutama terjadi pada investasi nonPerlambatan pertumbuhan investasi tersebut terutama terjadi pada investasi nonPerlambatan pertumbuhan investasi tersebut terutama terjadi pada investasi non
bangunan. bangunan. bangunan. bangunan. bangunan. Beberapa prompt indikator yang mengkonfirmasi perlambatan
pertumbuhan investasi non bangunan tersebut antara lain perlambatanpertumbuhan impor barang modal dan penurunan penggunaan kapasitas industri
(SKDU). Selain itu berdasarkan hasil liaison yang dilaksanakan oleh Direktorat
Stastistik dan Moneter Bank Indonesia memperlihatkan bahwa banyak perusahaan
%, y-o-y %, y-o-y
g.PDRB Konsumsi Jktg.kredit konsumsi Jkt (rhs)
3
4
5
6
78
9
1011
0
10
20
30
40
50
60
2005 2006 2007 20081 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3
%, y-o-y %, y-o-y
0
2
4
6
8
10
12
-20
0
20
40
60
80
100
2005 2006 2007 20081 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3
g.PDRB Konsumsi Jkt (lhs)g.Total Pembiayaang.Leasingg.Pembiayaan Konsumen
18
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
yang masih mengalami excess capacity sehingga memandang belum perlu untuk
melakukan investasi secara besar-besaran. Sementara itu, untuk investasi bangunan
diperkirakan masih tumbuh tinggi, walaupun melambat. Penjualan semen danpendaftaran truk dan alat berat masih meningkat cukup tinggi. Secara phisik,
beberapa proyek yang pembangunan sedang berjalan antara lain adalah
pembangunan 21 Tower rumah susun sederhana milik (Rusunami) di wilayah DKIJakarta (di Pulau Gebang 6 menara, Cengkareng 10 menara dan Kemayoran 5
menara). Dari pihak swasta antara lain berupa rencana untuk membangun
apartemen antara lain Grand Karting, Kelapa Gading Square dan MediteraniaMarina, serta properti retail seperti Jembatan Pasar Pagi - ITC Mangga Dua, Pulo
Gadung Central Business dan Pluit Junction. Peninggian tol Sedyatmo yang dimulai
Maret 2008 dengan nilai investasi Rp 260 miliar diperkirakan turut menyumbangbesaran investasi di Jakarta.
Grafik I.16Nilai Impor Barang Modal
Grafik I.17Pendaftaran Truk dan Alat Berat
Grafik I.18Impor Barang Modal Utama Terimbang
Grafik I.19Konsumsi Semen Jakarta
%, y-o-y %, y-o-y
g.PDRB Investasi Jktg.Volum Tertimbang ImporBrg Modal (rhs)
0
2
4
6
8
10
12
-150-100-50050100150200250300
2005 2006 2007 20081 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3
%, y-o-y %, y-o-y
2
3
456
78
910
-60
-40
-20020
4060
80100
2006 2007 20081 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3
g.PDRB Investasi Jktg.Pick Up, Truk, Alat Berat,Truk Tanki [baru] (rhs)
y-o-y (%)
-80-60-40-20
020406080
100120140
2006 2007 20081 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2
Machinery & Transport EQPPower GeneratingTelecommunicationParticels Industries
%, y-o-y %, y-o-y
0
2
4
6
8
10
12
-60
-40
-20
0
20
40
60
80
1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3
2005 2006 2007 2008
g.PDRB Investasi Jktg.Kons Semen Jkt(rhs)
Dari sisi survei, perlambatan investasi tercermin dari hasil survei SKDU, SPE, danDari sisi survei, perlambatan investasi tercermin dari hasil survei SKDU, SPE, danDari sisi survei, perlambatan investasi tercermin dari hasil survei SKDU, SPE, danDari sisi survei, perlambatan investasi tercermin dari hasil survei SKDU, SPE, danDari sisi survei, perlambatan investasi tercermin dari hasil survei SKDU, SPE, dan
liaison. liaison. liaison. liaison. liaison. Indeks Saldo Bersih Tertimbang ekspektasi kegiatan usaha (SKDU) menurun.
19
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
Hasil survei penjualan eceran juga menunjukkan bahwa indeks penjualan eceran
bahan konstruksi melambat pertumbuhannya. Kondisi tersebut ditambah dengan
hasil liaison yang menunjukkan bahwa banyak perusahaan masih mengalami excesscapacity sehingga investasi dianggap belum mendesak.
Grafik I.20Ekspektasi Kegiatan Usaha
Grafik I.21Survei Penjualan Eceran
Sumber : SKDU Jakarta
Indeks SBT
0
10
20
30
40
Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
2005 2006 2007 2008
Ekspektasi Kegiatan Dunia UsahaSituasi Kegiatan Dunia Usaha
%, y-o-y %, y-o-y
0123456789
10
-60
-40-20
020
4060
80100
2006 2007 20081 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3
g.PDRB Investasi Jkt (lhs)g.Bhn konstruksi
Sementara itu, dari sisi pembiayaan, dukungan pembiayaan yang berasal dari pasarSementara itu, dari sisi pembiayaan, dukungan pembiayaan yang berasal dari pasarSementara itu, dari sisi pembiayaan, dukungan pembiayaan yang berasal dari pasarSementara itu, dari sisi pembiayaan, dukungan pembiayaan yang berasal dari pasarSementara itu, dari sisi pembiayaan, dukungan pembiayaan yang berasal dari pasar
modal, pemerintah daerah dan dana sendiri diperkirakan tumbuh melambat,modal, pemerintah daerah dan dana sendiri diperkirakan tumbuh melambat,modal, pemerintah daerah dan dana sendiri diperkirakan tumbuh melambat,modal, pemerintah daerah dan dana sendiri diperkirakan tumbuh melambat,modal, pemerintah daerah dan dana sendiri diperkirakan tumbuh melambat,
namun pembiayaan perbankan diperkirakan masih tumbuh relatif tinggi.namun pembiayaan perbankan diperkirakan masih tumbuh relatif tinggi.namun pembiayaan perbankan diperkirakan masih tumbuh relatif tinggi.namun pembiayaan perbankan diperkirakan masih tumbuh relatif tinggi.namun pembiayaan perbankan diperkirakan masih tumbuh relatif tinggi.Pembiayaan investasi yang berasal dari pasar modal walaupun cukup tinggi namun
pertumbuhannya melambat. Sampai dengan akhir bulan Maret 2008 ini tercatat
IPO saham baru Rp 1,55 triliun oleh 5 emiten dan obligasi Rp 8,7 triliun oleh 11emiten. Pembiayaan pemerintah daerah diperkirakan masih rendah karena
pengesahan APBD yang tertunda. Investasi yang berasal dari dana sendiri di awal
tahun relatif rendah, terutama ditengah-tengah perekonomian domestik dan globalyang tumbuh melambat. Namun, kredit (berdasarkan lokasi proyek) untuk
membiayai investasi yang berlokasi di Jakarta masih tumbuh cukup tinggi (34,6%).
Di tengah-tengah perkembangan investasi yang belum menggembirakan, upaya-Di tengah-tengah perkembangan investasi yang belum menggembirakan, upaya-Di tengah-tengah perkembangan investasi yang belum menggembirakan, upaya-Di tengah-tengah perkembangan investasi yang belum menggembirakan, upaya-Di tengah-tengah perkembangan investasi yang belum menggembirakan, upaya-
upaya memacu investasi terus dilakukan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.upaya memacu investasi terus dilakukan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.upaya memacu investasi terus dilakukan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.upaya memacu investasi terus dilakukan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.upaya memacu investasi terus dilakukan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Beberapa
kebijakan dan langkah riil yang sudah dilakukan antara lain adalah : pembukaan
pelayanan satu atap, proses perizinan usaha akan dipersingkat dari sebelumnya 196hari menjadi 38 hari, keringanan fiskal seperti pengurangan bea masuk,
meningkatkan networking dengan sepuluh besar investor asing untuk mensejajarkan
Jakarta sebagai service city dengan kota-kota besar lain di ASEAN. Selain itu,sustainabilitas pasokan energi dijaga, khususnya ketersediaan energi listrik. Upaya-
20
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
upaya yang pro investasi terus ditingkatkan mengingat sumber investasi terbesar di
DKI sekitar 87,8% berasal dari investasi swasta non fasilitas, 3,6% berasal dari PMA/
PMDN, dan yang berasal dari pemerintah hanya sekitar 9,4%.
3. Kegiatan Ekspor-ImporEkspor dari Jakarta pada triwulan I-2008 diperkirakan tumbuh melambat (7,2%),Ekspor dari Jakarta pada triwulan I-2008 diperkirakan tumbuh melambat (7,2%),Ekspor dari Jakarta pada triwulan I-2008 diperkirakan tumbuh melambat (7,2%),Ekspor dari Jakarta pada triwulan I-2008 diperkirakan tumbuh melambat (7,2%),Ekspor dari Jakarta pada triwulan I-2008 diperkirakan tumbuh melambat (7,2%),
lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (10,4%).lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (10,4%).lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (10,4%).lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (10,4%).lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (10,4%). Faktor yangmempengaruhi perlambatan tersebut adalah melambatnya perdagangan antar
daerah yang dipengaruhi oleh perlambatan pertumbuhan ekonomi nasional.
Sementara itu, di tengah-tengah perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia, eksporke luar negeri masih tumbuh cukup tinggi, khususnya untuk produk manufaktur.
Peningkatan ekspor ke luar negeri ini terjadi baik di sisi nilai maupun volume (Grafik
I.25 - 27).
Grafik I.22IPO Saham dan Obligasi
Grafik I.23Kredit Investasi Berdasarkan Lokasi Proyek
Rp miliar
02.0004.0006.0008.000
10.00012.00014.00016.00018.00020.000
2007 20081 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
ObligasiSahamPasar Modal
%, y-o-y %, y-o-y
23456789
101112
-10
0
10
20
30
40
50
60
2005 2006 2007 20081 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3
g.PDRB Investasi Jktg.kredit investasi Jkt (rhs)
Grafik I.24Perkembangan Nilai Ekspor
Grafik I.25Perkembangan Volume Ekspor
Jutaan USD %, y-o-y
0100200300400500600700800900
1.000
-30-20-10010203040506070
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2
2006 2007 2008
Total Eksporg.Total Ekspor (rhs)
Juta Kg %, y-o-y
0
50
100
150
200
250300
350
400
2006 2007 20081 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2
-40
-20
0
20
40
60
80
100Total Eksporg.Total Ekspor (rhs)
21
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
Dilihat dari kelompok komoditasnya, ekspor yang berasal dari Jakarta masihDilihat dari kelompok komoditasnya, ekspor yang berasal dari Jakarta masihDilihat dari kelompok komoditasnya, ekspor yang berasal dari Jakarta masihDilihat dari kelompok komoditasnya, ekspor yang berasal dari Jakarta masihDilihat dari kelompok komoditasnya, ekspor yang berasal dari Jakarta masih
didominasi oleh ekspor produk manufaktur.didominasi oleh ekspor produk manufaktur.didominasi oleh ekspor produk manufaktur.didominasi oleh ekspor produk manufaktur.didominasi oleh ekspor produk manufaktur. Kondisi ini tidak terlepas dari besarnyapangsa sektor industri di dalam pembentukan struktur ekonomi. Dukungan
infrastruktur yang relatif lebih memadai dibandingkan dengan daerah lainnya
menjadikan Jakarta menarik bagi industri sebagai tempat untuk didirikan danberoperasi. Nilai ekspor produk manufaktur Jakarta mencapai 92% dari total nilai
ekspor. Komoditi utama ekspor produk manufaktur antara lain adalah produkbarang kimia, mesin dan perlengkapan transportasi, pakaian, alas kaki, dan barang-
barang manufaktur lainnya.
Impor Jakarta pada triwulan I-2008 masih pada level yang cukup tinggi 19,1%,Impor Jakarta pada triwulan I-2008 masih pada level yang cukup tinggi 19,1%,Impor Jakarta pada triwulan I-2008 masih pada level yang cukup tinggi 19,1%,Impor Jakarta pada triwulan I-2008 masih pada level yang cukup tinggi 19,1%,Impor Jakarta pada triwulan I-2008 masih pada level yang cukup tinggi 19,1%,
namun sedikit melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (19,5%).namun sedikit melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (19,5%).namun sedikit melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (19,5%).namun sedikit melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (19,5%).namun sedikit melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (19,5%).Faktor utama yang mempengaruhi masih tingginya peningkatan impor antara
lain adalah permintaan domestik yang masih tinggi. Di sisi domestik, Jakarta menjadi
Grafik I.26Pertumbuhan Nilai Ekspor Komponen
Utama Jakarta
Grafik I.27Komposisi Ekspor Jakarta
%, y-o-y
-40
-20
0
20
40
60
80
100
2005 2006 20072 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2
2008
Manufactured GoodsMachinary and Transport Eq.
Chemical ProductClothing and Footwear
Manufaktur92,0%
Tambang0,0%
Pertanian8,0%
Grafik I.28Nilai Impor Jakarta
Grafik I.29Perkembangan Volume Impor Jakarta
Juta USD %, y-o-y
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
2005 2006 2007 20082 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 1012 2
Total Impor Jakartag. Total impor Jkt (rhs)
-30-20-10010203040506070
%, y-o-y
-80-60-40-20
020406080
100
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2
2006 2007 2008
g.Konsumsig.Bahan Bakug.Barang Modal
22
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
pengimpor yang cukup besar dari daerah/provinsi lain, terutama didukung oleh
daya beli penduduk Jakarta yang relatif lebih tinggi. Sementara itu, impor yang
berasal dari negara lain juga relatif besar, baik dari sisi nilai maupun volume.
Komposisi impor dari negara lain, baik menurut nilai maupun volumenya, masihKomposisi impor dari negara lain, baik menurut nilai maupun volumenya, masihKomposisi impor dari negara lain, baik menurut nilai maupun volumenya, masihKomposisi impor dari negara lain, baik menurut nilai maupun volumenya, masihKomposisi impor dari negara lain, baik menurut nilai maupun volumenya, masih
didominasi oleh impor bahan baku.didominasi oleh impor bahan baku.didominasi oleh impor bahan baku.didominasi oleh impor bahan baku.didominasi oleh impor bahan baku. Faktor yang mempengaruhi tingginya impor
bahan baku terutama adalah tingginya ketergantungan penggunaan bahan baku
impor di dalam proses produksi sebagian besar industri di Indonesia. Akibatnya,kenaikan permintaan domestik memberikan dampak peningkatan pada impor
kebutuhan bahan baku. Pada beberapa kelompok industri, seperti di industri kimia
misalnya, ketergantungan pada impor bahan baku yang tinggi juga menjadi salahsatu penyebab terhambatnya ekspansi di kelompok industri ini. Hal ini diperparah
dengan kecenderungan harga bahan baku yang cenderung meningkat.
Grafik I.30Komposisi Nilai Impor
Grafik I.31Komposisi Volume Impor
Barang Modal40,6% Bahan Baku
53,6%
Konsumsi5,8%
Konsumsi0,2%
Bahan Baku82,5%
Barang Modal17,3%
Kegiatan perdagangan internasional DKI Jakarta dari waktu ke waktu terus diKegiatan perdagangan internasional DKI Jakarta dari waktu ke waktu terus diKegiatan perdagangan internasional DKI Jakarta dari waktu ke waktu terus diKegiatan perdagangan internasional DKI Jakarta dari waktu ke waktu terus diKegiatan perdagangan internasional DKI Jakarta dari waktu ke waktu terus di
upayakan untuk ditingkatkan yang antara lain dilakukan melalui perbaikanupayakan untuk ditingkatkan yang antara lain dilakukan melalui perbaikanupayakan untuk ditingkatkan yang antara lain dilakukan melalui perbaikanupayakan untuk ditingkatkan yang antara lain dilakukan melalui perbaikanupayakan untuk ditingkatkan yang antara lain dilakukan melalui perbaikan
infrastruktur pendukungnya. infrastruktur pendukungnya. infrastruktur pendukungnya. infrastruktur pendukungnya. infrastruktur pendukungnya. Upaya tersebut antara lain adalah penambahan
fasilitas pelabuhan Tanjung Priok, penyelesaian Car Port Koja dan perbaikan akseske Tanjung Priok. Terminal peti kemas di Jakarta International Container Terminal
(JICT) yang selama ini terjadi penumpukan selama 2 - 5 hari, khususnya pada hari-
hari sibuk, telah mengalami penambahan fasilitas sehingga pelayanan kontainerdapat diselesaikan dalam waktu satu hari. Sementara itu perbaikan akses tol ke
Tanjung Priok akan ditangani dengan menyediakan jalan tol sepanjang 12 km.
23
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
B. SISI PENAWARANPerlambatan pertumbuhan di sisi permintaan, khususnya konsumsi dan investasi
diikuti oleh perlambatan pertumbuhan pada beberapa sektor ekonomi utama,
yaitu sektor keuangan, perdagangan, industri, bangunan, dan jasa-jasa. Khususdi sektor industri, selain mengalami perlambatan pertumbuhan karena
melambatnya permintaan juga dihadapkan pada tekanan kenaikan biaya produksi
sebagai akibat dari kenaikan harga BBM dunia dan kenaikan harga bahan baku/mentah. Secara keseluruhan perekonomian Jakarta di triwulan I - 2008 masih
tumbuh cukup tinggi namun kualitas pertumbuhan masih mengalami tekanan.
Sektor yang tumbuh relatif tinggi merupakan sektor yang padat modal, sementarasektor ekonomi yang mampu menyerap tenaga kerja lebih banyak tumbuh
rendah.
Pertanian 0,4 -0,6 1,4 2,6 0,9 1,4 0,0
Pertambangan -0,6 1,4 0,9 0,2 0,5 1,5 0,0
Industri 4,2 5,2 4,8 4,5 4,7 4,4 0,7
Listrik 5,3 5,2 4,8 5,5 5,2 6,0 0,1
Bangunan 7,5 7,5 7,7 7,8 7,6 7,5 0,8
Perdagangan 7,0 6,9 6,9 7,4 7,0 7,0 1,4
Pengangkutan 14,9 14,6 14,3 14,6 14,6 15,0 1,3
Keuangan 4,4 4,1 4,4 4,7 4,4 3,9 1,2
Jasa-jasa 5,8 5,7 6,3 6,4 6,1 6,3 0,8
PDRB 6,2 6,3 6,4 6,6 6,4 6,3 6,3
Tabel I. 3Produk Domestik Regional Bruto Jakarta
DKI Q1-2007 Q2-2007 Q3-2007* Q4-2007* 2007* Q1-2008*
* angka sangat sementara
KontribusiQ1-2008
1. IndustriPada triwulan I 2008, sektor industri sedikit mengalami perlambatan dari 4,5%Pada triwulan I 2008, sektor industri sedikit mengalami perlambatan dari 4,5%Pada triwulan I 2008, sektor industri sedikit mengalami perlambatan dari 4,5%Pada triwulan I 2008, sektor industri sedikit mengalami perlambatan dari 4,5%Pada triwulan I 2008, sektor industri sedikit mengalami perlambatan dari 4,5%
pada triwulan sebelumnya menjadi 4,4%.pada triwulan sebelumnya menjadi 4,4%.pada triwulan sebelumnya menjadi 4,4%.pada triwulan sebelumnya menjadi 4,4%.pada triwulan sebelumnya menjadi 4,4%. Faktor yang mempengaruhi perlambatanpertumbuhan di sektor industri antara lain adalah permintaan domestik yang
melambat dan biaya produksi yang meningkat sejalan dengan kenaikan BBM dan
kenaikan harga bahan baku dipasar internasional. Selain itu, perkembangan sektorindustri yang terbatas juga dipengaruhi oleh ketatnya persaingan pasar di luar
negeri. Permintaan domestik masih dapat dipenuhi dengan meningkatkan
penggunakan kapasitas yang sudah ada, bahkan banyak perusahaan yang masihmengalami excess capacity.
24
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
Perkembangan hasil survei mendukung bahwa sektor industri tumbuh terbatas.Perkembangan hasil survei mendukung bahwa sektor industri tumbuh terbatas.Perkembangan hasil survei mendukung bahwa sektor industri tumbuh terbatas.Perkembangan hasil survei mendukung bahwa sektor industri tumbuh terbatas.Perkembangan hasil survei mendukung bahwa sektor industri tumbuh terbatas.
Hasil survei SKDU menunjukkan bahwa penggunaan kapasitas oleh industri-industri
di Jakarta masih pada level yang relatif tinggi (77,9%), sementara itu peningkatanproduksi melalui peningkatan/penambahan kapasitas produksi (investasi) jumlahnya
masih relatif terbatas1 .
1 Berdasarkan hasil liaison menunjukkan bahwa respon dunia usaha relatif beragam. Sebagian produsen berpendapat bahwainvestasi belum perlu dilakukan karena kapasitas masih cukup, sebagian produsen akan melakukan investasi namun sifatnyareplacement, terdapat pula produsen yang menambah investasi untuk mendekatkan produk ke pasar. Secara umum lebihbanyak pengusaha yang menunda untuk berinvestasi di semester I 2008. Pengusaha umumnya «wait and see» terhadapperkembangan pasar di dalam negeri.
Tabel I. 4Penggunaan Kapasitas, Jakarta
INDUSTRI PENGOLAHANINDUSTRI PENGOLAHANINDUSTRI PENGOLAHANINDUSTRI PENGOLAHANINDUSTRI PENGOLAHAN 70,0970,0970,0970,0970,09 73,9373,9373,9373,9373,93 74,8774,8774,8774,8774,87 77,3377,3377,3377,3377,33 77,9677,9677,9677,9677,96 78,8978,8978,8978,8978,89 74,8074,8074,8074,8074,80 77,2977,2977,2977,2977,29A. Industri Non Migas
1. Makanan, minuman dan tembakau 70,00 78,44 85,38 81,92 75,45 81,08 79,38 72,092. Tekstil, barang kulit dan alas kaki 75,47 75,64 72,42 83,57 80,78 78,36 80,00 81,003. Barang kayu dan hasil hutan lainnya 73,00 71,67 85,00 75,00 100,00 75,00 75,00 100,004. Kertas dan barang cetakan 73,67 82,00 71,60 58,33 86,00 81,60 59,33 75,005. Kimia dan barang dari karet 71,32 72,84 70,20 75,45 77,87 76,84 73,99 77,526. Semen dan barang galian bukan loga, 72,50 69,67 - 77,50 - 85,00 86,00 90,007. Logam dasar, besi dan baja 65,40 85,40 76,13 77,14 69,83 82,33 69,80 92,508. Alat angkutan, mesin dan peralatannya 61,40 61,33 70,29 69,50 74,50 77,57 72,13 76,569. Barang Lainnya 55,00 75,38 84,00 78,33 79,17 80,50 20,00 69,00
B. Industri Migas1. Pengilangan minyak bumi2. Gas alam cair
LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIHLISTRIK, GAS DAN AIR BERSIHLISTRIK, GAS DAN AIR BERSIHLISTRIK, GAS DAN AIR BERSIHLISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 86,0086,0086,0086,0086,00 94,7094,7094,7094,7094,70 78,2278,2278,2278,2278,22 65,5065,5065,5065,5065,50 85,5185,5185,5185,5185,51 90,7790,7790,7790,7790,77 84,5084,5084,5084,5084,50 58,5058,5058,5058,5058,50TOTAL SELURUH SEKTORTOTAL SELURUH SEKTORTOTAL SELURUH SEKTORTOTAL SELURUH SEKTORTOTAL SELURUH SEKTOR 72,8572,8572,8572,8572,85 76,1576,1576,1576,1576,15 76,8476,8476,8476,8476,84 78,5878,5878,5878,5878,58 79,0679,0679,0679,0679,06 80,380,380,380,380,3 75,5975,5975,5975,5975,59 77,9177,9177,9177,9177,91
2006 2007KAPASITAS UTILISASI
1 2 3 4 1 2 3 4
Grafik I.32Penggunaan Kapasitas
%
JakartaNasional
60
65
70
75
80
85
I-2006 II-2006 III-2006 IV-2006 I-2007 II-2007 III-2007 IV-200772.9 76.2 76.8 78.6 79.1 80.3 75.6 77.969.2 65.0 66.3 71.4 71.5 73.1 71.8 73.3
25
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
Indikasi pertumbuhan di sektor industri yang belum terlalu pesat juga tercerminIndikasi pertumbuhan di sektor industri yang belum terlalu pesat juga tercerminIndikasi pertumbuhan di sektor industri yang belum terlalu pesat juga tercerminIndikasi pertumbuhan di sektor industri yang belum terlalu pesat juga tercerminIndikasi pertumbuhan di sektor industri yang belum terlalu pesat juga tercermin
pada peningkatan indeks produksi yang menunjukkan tren yang menurun,pada peningkatan indeks produksi yang menunjukkan tren yang menurun,pada peningkatan indeks produksi yang menunjukkan tren yang menurun,pada peningkatan indeks produksi yang menunjukkan tren yang menurun,pada peningkatan indeks produksi yang menunjukkan tren yang menurun,
konsumsi listrik industri dan konsumsi BBM industri yang terbataskonsumsi listrik industri dan konsumsi BBM industri yang terbataskonsumsi listrik industri dan konsumsi BBM industri yang terbataskonsumsi listrik industri dan konsumsi BBM industri yang terbataskonsumsi listrik industri dan konsumsi BBM industri yang terbatas. Beberapa industribesar di Jakarta, seperti industri kimia, industri mesin, dan industri tekstil
memperlihatkan bahwa indeks produksinya menunjukkan perlambatan
pertumbuhan. Sementara itu perkembangan pemakaian listrik dan BBM olehindustri di Jakarta juga masih dalam batas yang wajar dan tumbuh relatif terbatas.
Sub sektor industri yang diperkirakan masih tumbuh tinggi adalah industri onderdilSub sektor industri yang diperkirakan masih tumbuh tinggi adalah industri onderdilSub sektor industri yang diperkirakan masih tumbuh tinggi adalah industri onderdilSub sektor industri yang diperkirakan masih tumbuh tinggi adalah industri onderdilSub sektor industri yang diperkirakan masih tumbuh tinggi adalah industri onderdil
kendaraan, industri aki, dan industri peralatan listrik, sedangkan sub sektor yangkendaraan, industri aki, dan industri peralatan listrik, sedangkan sub sektor yangkendaraan, industri aki, dan industri peralatan listrik, sedangkan sub sektor yangkendaraan, industri aki, dan industri peralatan listrik, sedangkan sub sektor yangkendaraan, industri aki, dan industri peralatan listrik, sedangkan sub sektor yang
mengalami perlambatan adalah industri makanan, kimia dan tekstil.mengalami perlambatan adalah industri makanan, kimia dan tekstil.mengalami perlambatan adalah industri makanan, kimia dan tekstil.mengalami perlambatan adalah industri makanan, kimia dan tekstil.mengalami perlambatan adalah industri makanan, kimia dan tekstil. Industri yangtetap tumbuh antara lain adalah industri onderdil kendaraan, industri aki, dan
industri elektronik yang meningkat sejalan dengan tetap tingginya penjualan
kendaraan bermotor dan elektronik. Pertumbuhan penjualan kendaraan bermotorsedan dan jeep pada triwulan I 2008 mencapai 26,4% sedangkan pertumbuhan
Grafik I.33Indeks Produksi Industri
Grafik I.35Indeks Produksi Mesin
Grafik I.34Indeks Produksi Kimia
Grafik I.36Indeks Produksi Tekstil
Sumber : CEIC
%, y-o-y %, y-o-y
0
1
2
3
4
5
6
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3-15
-10
-5
0
5
10
15
20
2005 2006 2007 2008
g.PDRB Industri Jktg.Industrial ProductionIndex(rhs)
IPI Kimia %, y-o-y
-20
0
20
40
60
80
100
050
100150200250
300350
400IPI Kimiag.IPI Kimia (rhs)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1
2005 2006 2007 2008
IPI Mesin %, y-o-y
0
50
100
150
200
250
300
350
-60
-40
-20
0
20
40
60
80
2005 2006 2007 20081 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1
IPI Mesing.IPI Mesin (rhs)
%, y-o-yIPI Tekstil
-40
-30-20-1001020304050
0
20
40
60
80
100
120
140
12345678910 11 12 12345678910 11 12 12345678910 11 12 1
2005 2006 2007 2008
IPI Tekstilg.IPI Tekstil (rhs)
26
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
penjualan elektronik mencapai rata-rata 40%. Sementara itu perlambatan padaindustri makanan dan kimia disebabkan oleh kenaikan harga bahan baku.
Dari sisi pembiayaan, trend pembiayaan perbankan di sektor industri Jakarta relatifDari sisi pembiayaan, trend pembiayaan perbankan di sektor industri Jakarta relatifDari sisi pembiayaan, trend pembiayaan perbankan di sektor industri Jakarta relatifDari sisi pembiayaan, trend pembiayaan perbankan di sektor industri Jakarta relatifDari sisi pembiayaan, trend pembiayaan perbankan di sektor industri Jakarta relatif
terbatas, dengan kualitas kredit yang belum sesuai yang diharapkan meskipun trennyaterbatas, dengan kualitas kredit yang belum sesuai yang diharapkan meskipun trennyaterbatas, dengan kualitas kredit yang belum sesuai yang diharapkan meskipun trennyaterbatas, dengan kualitas kredit yang belum sesuai yang diharapkan meskipun trennyaterbatas, dengan kualitas kredit yang belum sesuai yang diharapkan meskipun trennya
membaik. membaik. membaik. membaik. membaik. Outstanding kredit lokasi proyek di sektor industri Jakarta pada posisiakhir bulan Februari Rp 58,05 triliun, meningkat tipis 2,23 % (y-oy). Peningkatan
tersebut diikuti dengan penurunan resiko resiko kredit di sektor industri walaupunmasih tergolong tinggi sebagaimana tercermin pada besaran NPLs (7,5%).
Grafik I.37Pemakaian Listrik Industri
Grafik I.38Perkembangan BBM Industri
%, y-o-y%, y-o-y
-20
-10
0
10
20
30
0
1
2
3
4
5
6g.PDRB Industri Jktg.Kons Listrik Industri (rhs)
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2006 2007 2008
%, y-o-y %, y-o-y
-80-70-60-50-40-30-20-100102030
0
1
2
3
4
5
6
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2006 2007 2008
g.PDRB Industri Jkt g.Kons. BBM Industri (rhs)
Grafik I.39Kredit Lokasi Proyek Sektor Industri
Grafik I.40NPLs Kredit Industri
0
1
2
3
4
5
6%, y-o-y %, y-o-y
-20
-10
0
10
20
30
40
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2006 2007 2008
g.PDRB Industri Jktg.kredit Industri (rhs)
Rp miliar %
0246
81012141618
0
5.000
10.000
15.000
20.000
25.000Nominal NPL IndustriJakartaNPL Industri Jakarta (rhs)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2
2006 2007 2008
2. Perdagangan, Hotel dan RestoranSektor perdagangan hotel dan restoran pada triwulan I 2008 tumbuh sebesarSektor perdagangan hotel dan restoran pada triwulan I 2008 tumbuh sebesarSektor perdagangan hotel dan restoran pada triwulan I 2008 tumbuh sebesarSektor perdagangan hotel dan restoran pada triwulan I 2008 tumbuh sebesarSektor perdagangan hotel dan restoran pada triwulan I 2008 tumbuh sebesar
7,0% (y-o-y), melambat dibandingkan dengan triwulan IV-2007 (7,4%).7,0% (y-o-y), melambat dibandingkan dengan triwulan IV-2007 (7,4%).7,0% (y-o-y), melambat dibandingkan dengan triwulan IV-2007 (7,4%).7,0% (y-o-y), melambat dibandingkan dengan triwulan IV-2007 (7,4%).7,0% (y-o-y), melambat dibandingkan dengan triwulan IV-2007 (7,4%).Perlambatan pertumbuhan yang terjadi di sektor perdagangan diindikasikan oleh
27
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
perlambatan pertumbuhan beberapa prompt indikator seperti arus bongkar muat
di pelabuhan Tanjung Priok, konsumsi listrik sektor bisnis seperti mal, pasar, toko
dan pusat bisnis lainnya serta survei penjualan eceran (grafik I.42 - 45). Adapunfaktor utama yang menyebabkan sektor ini tumbuh melambat adalah daya beli
masyarakat yang terganggu.
Grafik I.41Jumlah Arus Bongkar Muat Tj. Priok (CEIC)
Grafik I.43Konsumsi Listrik Sektor Bisnis
Grafik I.42Jumlah Arus Bongkar Muat Pelabuhan
Sunda Kelapa (PT Pelindo II)
Grafik I.44Survei Penjualan Eceran
Ribu ton %
600
1100
1600
2100
2600
3100
-30-20
-100
10
203040
50
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2006 2007
g_loaded (rhs)g_unloaded (rhs)Unloaded Loaded
Ribu ton %, y-o-y
-40
-30
-20
-10
0
10
20
30
-
100
200
300
400
500
600
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2006 2007
loadedunloaded
g.loaded (rhs)g.unloaded (rhs)
%, y-o-y%, y-o-y
(10)
0
10
20
30
0123456789
2006 2007 2008
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
g.PDRB Perdagangan Jktg.Kons Listrik Bisnis (rhs)
%,y-o-y %,y-o-y
44,5
55,5
66,5
77,5
88,5
9
-40
-20
0
20
40
60
80
2005 2006 2007 200812345678910 11 12 12345678910 11 12 12345678910 11 12 123
Pertumbuhan yang relatif stagnan juga terjadi di sub sektor hotel dan restoran,Pertumbuhan yang relatif stagnan juga terjadi di sub sektor hotel dan restoran,Pertumbuhan yang relatif stagnan juga terjadi di sub sektor hotel dan restoran,Pertumbuhan yang relatif stagnan juga terjadi di sub sektor hotel dan restoran,Pertumbuhan yang relatif stagnan juga terjadi di sub sektor hotel dan restoran,
antara lain tercermin pada jumlah kunjungan wisatawan mancanagera danantara lain tercermin pada jumlah kunjungan wisatawan mancanagera danantara lain tercermin pada jumlah kunjungan wisatawan mancanagera danantara lain tercermin pada jumlah kunjungan wisatawan mancanagera danantara lain tercermin pada jumlah kunjungan wisatawan mancanagera dan
tingkat hunian hoteltingkat hunian hoteltingkat hunian hoteltingkat hunian hoteltingkat hunian hotel. Jumlah wisman yang masuk melalui bandara Sukarno Hatta
tumbuh moderat, demikian pula jumlah penumpang yang masuk melaluiPelabuhan Tanjung Priok. Sementara itu tingkat hunian hotel di wilayah Jakarta
relatif turun. Walaupun keamanan dan perekonomian domestik semakin
membaik, namun ternyata hal tersebut belum diikuti dengan perbaikan signifikandi dua sub sektor ini.
28
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
Dukungan di sisi pembiayaan pada sektor perdagangan, hotel dan restauranDukungan di sisi pembiayaan pada sektor perdagangan, hotel dan restauranDukungan di sisi pembiayaan pada sektor perdagangan, hotel dan restauranDukungan di sisi pembiayaan pada sektor perdagangan, hotel dan restauranDukungan di sisi pembiayaan pada sektor perdagangan, hotel dan restauran
menunjukkan perlambatan pertumbuhan dan menunjukkan perlambatan pertumbuhan dan menunjukkan perlambatan pertumbuhan dan menunjukkan perlambatan pertumbuhan dan menunjukkan perlambatan pertumbuhan dan perfomanceperfomanceperfomanceperfomanceperfomance kredit yang membaik. kredit yang membaik. kredit yang membaik. kredit yang membaik. kredit yang membaik.
Outstanding kredit lokasi proyek yang disalurkan di sektor ini walaupun
pertumbuhannya melambat namun cukup tinggi dibandingkan dengan periodewaktu yang sama tahun sebelumnya. Pada posisi akhir Februari 2008, jumlah
kredit yang disalurkan mencapai Rp 58,5 triliun, naik 25,4 % (y-o-y). Sementara
itu, performance kredit yang tercermin pada NPLs terus menunjukkan trenperbaikan (3,7%).
3. KeuanganSektor keuangan sebagai sektor unggulan di Jakarta juga mengalami perlambatanSektor keuangan sebagai sektor unggulan di Jakarta juga mengalami perlambatanSektor keuangan sebagai sektor unggulan di Jakarta juga mengalami perlambatanSektor keuangan sebagai sektor unggulan di Jakarta juga mengalami perlambatanSektor keuangan sebagai sektor unggulan di Jakarta juga mengalami perlambatan
pertumbuhan yaitu dari 4,7% pada triwulan IV-2007 menjadi 3,9%. pertumbuhan yaitu dari 4,7% pada triwulan IV-2007 menjadi 3,9%. pertumbuhan yaitu dari 4,7% pada triwulan IV-2007 menjadi 3,9%. pertumbuhan yaitu dari 4,7% pada triwulan IV-2007 menjadi 3,9%. pertumbuhan yaitu dari 4,7% pada triwulan IV-2007 menjadi 3,9%. Faktor yang
mempengaruhi perlambatan di sektor ini diperkirakan adalah nilai tambah di sektor
keuangan yang relatif menurun sejalan dengan perlambatan pertumbuhanperekonomian nasional dan dunia. Kegiatan mediasi perbankan menunjukkan
pertumbuhan yang melambat, demikian juga kegiatan usaha di sektor lembaga
Grafik I.45Arus wisatawan mancanegara
Grafik I.47Kredit Lokasi Proyek Sektor Perdagangan
Grafik I.46Tingkat Hunian Hotel di Jakarta
Grafik I.48Perkembangan NPLs
Ribuan orang Ribuan orang
30
50
70
90
110
130
1
2.6
4.2
5.8
7.4
9
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2
2006 2007 2008
Kedatangan di Empat Pintu Utama Jakarta
Kedatangan di Tanjung Priok(rhs)
% Hari
45
50
55
60
65
70
1,5
2
2,5
3
3,5
4
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1
2006 2007 2008
Tingkat hunian hotel JakartaLama tinggal turis di Jakarta (rhs)
%, y-o-y %, y-o-y
44,5
55,5
66,5
77,5
88,5
-50510152025303540
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2006 2007 2008
g.PDRB Perdagangan Jktg.kredit Perdagangan (rhs)
Rp miliar %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2
2006 2007 2008
0
2
4
6
8
10
12
0
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000
6.000Nominal NPL Perdagangan JakartaNPL Perdagangan Jakarta (rhs)
29
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
keuangan non bank. Pembiayaan konsumen menunjukkan tren pertumbuhan yang
melambat. Hal yang sama juga terjadi di pasar modal, kinerja di pasar modal
mengalami koreksi sehingga IHSG turun dari 2.745,8 pada akhir bulan Desember2007 menjadi 2.447 pada akhir Maret 2008.
Grafik I.49Perkembangan NTB Bank di Jakarta
Grafik I.50Perkembangan kegiatan LKBB
Rp. Triliun %, y-o-y
-60
-40
-20
0
20
40
60
80
02468
101214161820
1 2 3 4 1 2 3 4
2006 2007
Nilai Tambah Brutog.NTB (rhs)
Rp Triliun %, y-o-y
0
20
40
60
80
100
120
9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1
2005 2006 2007 2008
Total Pembiayaang.Total Pembiayaan
0
10
20
30
40
50
60
Grafik I.51Perkembangan Persewaan Kantor
Grafik I.52Pembangunan Apartemen di Jakarta
meter 2
Sumber : CII, diolah
2.000.000
2.500.000
3.000.000
3.500.000
4.000.000
I
2007II
2007III
2007IV
2007I
2008
Unit Terpakai 3.356.300Unit Tersedia 3.860.000
Unit
Sumber : CII, diolah
2006 2007 2007 2007 2007 2008IV I II III IV I
20.000
30.000
40.000
50.000
60.000
70.000Unit Tersedia 59.663Unit Terjual 40.571
Jakarta DPK Rp Miliar 619.880,0 660.507,0 682.106,6 751.465,7 726.694,7Pertumbuhan (%, y-o-y) 8,7 14,3 16,7 21,8 18,6Kredit Lokasi Bank Rp Miliar 396.151,0 428.747,0 450.661,2 507.496,3 505.913,9Pertumbuhan (%, y-o-y) 16,6 21,3 21,8 28,1 30,1Kredit Lokasi Proyek Rp Miliar 287.524,0 309.920,0 325.169,0 361.763,9 361.764,9Pertumbuhan (%, y-o-y) 12,1 15,4 25,2 28,8 29,6LDR (%) 63,9 64,9 66,1 67,5 69,6NPL (%) 6,6 6,1 6,0 4,1 4,3
Tabel I. 5Perkembangan Kegiatan Bank
Uraian
* s.d. Februari 2008
2007
1 2 3 4* 1*
2008
30
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
5. BangunanSektor bangunan pada triwulan I-2008 tumbuh melambat dibandingkan denganSektor bangunan pada triwulan I-2008 tumbuh melambat dibandingkan denganSektor bangunan pada triwulan I-2008 tumbuh melambat dibandingkan denganSektor bangunan pada triwulan I-2008 tumbuh melambat dibandingkan denganSektor bangunan pada triwulan I-2008 tumbuh melambat dibandingkan dengan
Triwulan IV-2007 (7,8%), namun masih pada level yang tinggi (7,5%). Triwulan IV-2007 (7,8%), namun masih pada level yang tinggi (7,5%). Triwulan IV-2007 (7,8%), namun masih pada level yang tinggi (7,5%). Triwulan IV-2007 (7,8%), namun masih pada level yang tinggi (7,5%). Triwulan IV-2007 (7,8%), namun masih pada level yang tinggi (7,5%). Faktor
yang mempengaruhi perlambatan pertumbuhan di sektor bangunan antara lainadalah daya beli masyarakat yang terganggu, walaupun dukungan pembiayaan
masih tinggi.
Sebagai informasi, walaupun pertumbuhan di sektor ini sedikit melambat, namunSebagai informasi, walaupun pertumbuhan di sektor ini sedikit melambat, namunSebagai informasi, walaupun pertumbuhan di sektor ini sedikit melambat, namunSebagai informasi, walaupun pertumbuhan di sektor ini sedikit melambat, namunSebagai informasi, walaupun pertumbuhan di sektor ini sedikit melambat, namun
masih banyak pembangunan proyek-proyek properti yang berlanjut. masih banyak pembangunan proyek-proyek properti yang berlanjut. masih banyak pembangunan proyek-proyek properti yang berlanjut. masih banyak pembangunan proyek-proyek properti yang berlanjut. masih banyak pembangunan proyek-proyek properti yang berlanjut. Proyek-proyekbesar gedung perkantoran swasta yang saat ini dalam tahap pembangunan antara
lain adalah Menara karya Rasuna, Satrio Tower, One Walter Monginsidi, Grand
Indonesia, dan Talavera. Pembangunan apartemen yang sedang berlangsung antaralain adalah Grove Rasuna Said, Pallazo Boutique Residence, Monaco Residence
dan Pearl Garden, proyek retail yang sedang dibangun adalah Kalibata Plaza, Bellaze
de Heritage dan Gajahmada Square. Pembangunan tower rusun oleh swasta diKelapa Gading, Kemayoran, Kuningan dan Pulo Gebang mulai dilakukan pada
awal tahun 2008. Kementrian perumahan rakyat juga menargetkan akan
membangun 14 tower di Kelapa Gading dan 3 rusun di Kalimalang.
Untuk proyek infrastruktur di Jakarta, perkembangannya sebagian masihUntuk proyek infrastruktur di Jakarta, perkembangannya sebagian masihUntuk proyek infrastruktur di Jakarta, perkembangannya sebagian masihUntuk proyek infrastruktur di Jakarta, perkembangannya sebagian masihUntuk proyek infrastruktur di Jakarta, perkembangannya sebagian masih
terkendala. terkendala. terkendala. terkendala. terkendala. Kendala yang dihadapi pembangunan di Jakarta antara lain
menyangkut pembebasan lahan sehingga beberapa proyek sampai dengan triwulanI 2008 diperkirakan belum sepenuhnya terealisasi. Proyek-proyek yang sedang
dan akan berjalan antara lain adalah program Banjir Kanal Timur (terkendala
pembebasan lahan), pengadaan busway (dalam tahap pembangunan koridor VIII-X), rencana pembangunan 3000 unit rumah susun, peningkatan Pasar Tanah
Abang, pembangunan JORR2 dan pembuatan lima taman di Jakarta Selatan.
Grafik I.53Kredit Lokasi Proyek Sektor Bangunan
Grafik I.54NPLs Sektor Bangunan
%, y-o-y %, y-o-y
2006 2007 20081 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
0
10
20
30
40
50
60
70
6
6,4
6,8
7,2
7,6
8g.PDRB Bangunan Jktg.kredit Bangunan (rhs)
Rp miliar %
0
500
1.000
1.500
2.000
2.500
0
2
4
6
8
10
12
14
16
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10111 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2
2006 2007 2008
Nominal NPL Bangunan JakartaNPL Bangunan Jakarta (rhs)
31
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
Sementara itu proyek infrastruktur yang dibiayai non APBD antara lain adalah
proyek monorail, dan proyek Jalur lingkar Utara.
Walaupun pertumbuhan di sektor bangunan sedikit melambat, namun trenWalaupun pertumbuhan di sektor bangunan sedikit melambat, namun trenWalaupun pertumbuhan di sektor bangunan sedikit melambat, namun trenWalaupun pertumbuhan di sektor bangunan sedikit melambat, namun trenWalaupun pertumbuhan di sektor bangunan sedikit melambat, namun tren
pertumbuhan pembiayaan perbankan di sektor bangunan yang berlokasi di Jakartapertumbuhan pembiayaan perbankan di sektor bangunan yang berlokasi di Jakartapertumbuhan pembiayaan perbankan di sektor bangunan yang berlokasi di Jakartapertumbuhan pembiayaan perbankan di sektor bangunan yang berlokasi di Jakartapertumbuhan pembiayaan perbankan di sektor bangunan yang berlokasi di Jakarta
meningkat dan dibarengi dengan resiko yang menurun. meningkat dan dibarengi dengan resiko yang menurun. meningkat dan dibarengi dengan resiko yang menurun. meningkat dan dibarengi dengan resiko yang menurun. meningkat dan dibarengi dengan resiko yang menurun. Outstanding kredit untuk
membiayai sektor bangunan yang berlokasi di Jakarta pada posisi akhir Februari
2008 Rp 19,16 triliun, naik 49,5 % (y-o-y). Sementara itu resiko kredit di sektorbangunan sebagaimana tercermin pada besaran NPLs trennya relatif turun (2,9%).
Kemudahan memperoleh kredit uang muka rusun bagi PNS diperkirakan turut
mendorong sektor bangunan yang masih meningkat cukup tinggi.
6. Sektor Pengangkutan dan KomunikasiPada triwulan I-2008, sektor pengangkutan dan komunikasi diperkirakan tumbuhPada triwulan I-2008, sektor pengangkutan dan komunikasi diperkirakan tumbuhPada triwulan I-2008, sektor pengangkutan dan komunikasi diperkirakan tumbuhPada triwulan I-2008, sektor pengangkutan dan komunikasi diperkirakan tumbuhPada triwulan I-2008, sektor pengangkutan dan komunikasi diperkirakan tumbuh
sedikit meningkat (15,0%) dibandingkan dengan triwulan IV-2007 (14,6%).sedikit meningkat (15,0%) dibandingkan dengan triwulan IV-2007 (14,6%).sedikit meningkat (15,0%) dibandingkan dengan triwulan IV-2007 (14,6%).sedikit meningkat (15,0%) dibandingkan dengan triwulan IV-2007 (14,6%).sedikit meningkat (15,0%) dibandingkan dengan triwulan IV-2007 (14,6%).Pendorong masih tingginya pertumbuhan di sektor ini terutama adalah kebutuhan
masyarakat akan komunikasi dan mobilitas yang tinggi. Kedua komponen tersebut
sudah mengarah menjadi kebutuhan pokok masyarakat modern yang mobilitasnyameningkat.
Peningkatan pertumbuhan sub sektor komunikasi tercermin dari jumlah pelangganPeningkatan pertumbuhan sub sektor komunikasi tercermin dari jumlah pelangganPeningkatan pertumbuhan sub sektor komunikasi tercermin dari jumlah pelangganPeningkatan pertumbuhan sub sektor komunikasi tercermin dari jumlah pelangganPeningkatan pertumbuhan sub sektor komunikasi tercermin dari jumlah pelanggan
seluler yang terus meningkat. seluler yang terus meningkat. seluler yang terus meningkat. seluler yang terus meningkat. seluler yang terus meningkat. Jumlah pelanggan seluler pertumbuhannya masihtinggi, di atas 40% (y-o-y). Faktor yang mempengaruhi antara lain adalah perilaku
masyarakat yang sudah memasukkan sarana komunikasi sebagai kebutuhan pokok
(gaya hidup). Di sisi lain, inovasi layanan serta persaingan ketat di bisnis seluler danregulasi yang lebih mendukung menjadikan harga lebih menarik dan terjangkau.
Grafik I.55Perkembangan Telepon Seluler
Grafik I.56Jumlah Penumpang KA Jabodetabek
Sumber : CEIC dan Pers Release
Juta pelanggan %, y-o-y
0102030405060708090
100
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 40
10
20
30
40
50
60
70
2005 2006 2007
Cellular (telkomsel + Indosat+ProXL)g.Cellular (rhs)
Sumber : BPS
Ribu orang %
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
14000
-10
-5
0
510
15
20
25
30
1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2
2006 2007 2008
Penumpang KA Jabodetabekg.Penumpang KA Jabodetabek (rhs)
32
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
Indikasi peningkatan sub sektor transportasi darat dan udara antara lain tercerminIndikasi peningkatan sub sektor transportasi darat dan udara antara lain tercerminIndikasi peningkatan sub sektor transportasi darat dan udara antara lain tercerminIndikasi peningkatan sub sektor transportasi darat dan udara antara lain tercerminIndikasi peningkatan sub sektor transportasi darat dan udara antara lain tercermin
pada perkembangan beberapa prompt indikatorpada perkembangan beberapa prompt indikatorpada perkembangan beberapa prompt indikatorpada perkembangan beberapa prompt indikatorpada perkembangan beberapa prompt indikator. Pertumbuhan jumlah penumpang
kereta api Jabodetabek dan pesawat udara di triwulan laporan meningkat.Transportasi kereta api diperkirakan meningkat sejalan dengan penambahan 5
trayek baru KA Jabotabek jurusan Jakarta Bekasi, dan penambahan trayek baru
KA Ciujung Semi Express dalam jalur ganda jurusan Jakarta Serpong. Sementarajalur Jakarta-Bogor akan semakin intensif dengan akan segera datangnya
penambahan 56 gerbong eks KRL Jepang, yang nantinya diharapkan akan
menambah operasi kereta di jalur tersebut sebanyak 20 perjalanan per hari.
Sementara itu, untuk transportasi dengan menggunakan bus, Trans Jakarta telahSementara itu, untuk transportasi dengan menggunakan bus, Trans Jakarta telahSementara itu, untuk transportasi dengan menggunakan bus, Trans Jakarta telahSementara itu, untuk transportasi dengan menggunakan bus, Trans Jakarta telahSementara itu, untuk transportasi dengan menggunakan bus, Trans Jakarta telah
menambah jumlah armadanya, yang diharapkan dapat menarik minat penumpangmenambah jumlah armadanya, yang diharapkan dapat menarik minat penumpangmenambah jumlah armadanya, yang diharapkan dapat menarik minat penumpangmenambah jumlah armadanya, yang diharapkan dapat menarik minat penumpangmenambah jumlah armadanya, yang diharapkan dapat menarik minat penumpang
kembali.kembali.kembali.kembali.kembali. Sebanyak 87 unit bus baru akan segera memperkuat 4 armada dari 7
armada yang sudah beroperasi, yaitu koridor IV (Pulo Gadung-Dukuh Atas), koridorV (Kampung Melayu-Ancol), VI (Ragunan-Halimun) dan VII (Kampung Melayu-
Kampung Rambutan). Sebelumnya hanya sebanyak 62 unit busway berbahan bakar
gas (BBG) dan 30 bus gandeng telah dioperasikan untuk melayani Koridor I - VII.Sedangkan koridor VIII sampai koridor X belum dapat dioperasikan karena masih
dalam proses penyelesaian pembangunan halte dan Jembatan PenyeberanganOrang (JPO).
Pertumbuhan di sub sektor angkutan udara tercermin pada peningkatanPertumbuhan di sub sektor angkutan udara tercermin pada peningkatanPertumbuhan di sub sektor angkutan udara tercermin pada peningkatanPertumbuhan di sub sektor angkutan udara tercermin pada peningkatanPertumbuhan di sub sektor angkutan udara tercermin pada peningkatan
penumpang udara melalui bandara Sukarno Hattapenumpang udara melalui bandara Sukarno Hattapenumpang udara melalui bandara Sukarno Hattapenumpang udara melalui bandara Sukarno Hattapenumpang udara melalui bandara Sukarno Hatta. Pada bulan Januari dan Februari
jumlah penumpang, baik domestik maupun asing di Bandara Sukarno Hatta
Grafik I.57Jumlah Penumpang Udara di Bandara
Sukarno Hatta
Grafik I.58Jumlah Penumpang Tanjung Priok
Sumber : BPS
g.Pnpg Soeka Domestik(rhs)g.Pnpg Soeka Int.(rhs)
Pnpg Soeka DomestikPnpg Soeka Internasional
Ribu orang %
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
-20
-10
0
10
20
30
40
50
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2
2006 2007 2008
Sumber : CEIC dan Pers Release
Ribu orang %
1 2 3 4 5 6 7 8 910 1112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2
2006 2007 2008
-80
-60
-40
-20
0
20
40
60
05
101520253035404550
Angkutan Laut Tanjung Priokg.Pnpng. Tnjg. Priok (rhs)
33
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
meningkat, bahkan di bulan Februari pertumbuhannya di atas 20%, dan khususuntuk penumpang domestik bahkan tumbuh lebih dari 40%. Banyaknya hari libur
di triwulan ke I 2008 serta keseriusan pemerintah untuk mendorong penerbangan
yang aman dan tarif yang terjangkau menjadi faktor pendorong tumbuhnyaangkutan udara. Sementara itu, angkutan laut tumbuh relatif terbatas. Jumlah
penumpang penyeberangan yang melalui Tanjung Priok maupun Sunda Kelaparelatif turun. Faktor yang mempengaruhi penurunan dimaksud terutama adalah
adanya alternatif angkutan udara dengan biaya yang terjangkau.
Peningkatan di sub sektor transportasi juga terindikasi dari peningkatan konsumsiPeningkatan di sub sektor transportasi juga terindikasi dari peningkatan konsumsiPeningkatan di sub sektor transportasi juga terindikasi dari peningkatan konsumsiPeningkatan di sub sektor transportasi juga terindikasi dari peningkatan konsumsiPeningkatan di sub sektor transportasi juga terindikasi dari peningkatan konsumsi
BBM.BBM.BBM.BBM.BBM. Konsumsi BBM untuk transportasi meningkat dari 559.853,6 KL pada bulantriwulan IV 2007 menjadi 561.761,53 kL pada triwulan I 2008. Jenis BBM yang
terbesar di konsumsi adalah premium (474.687,9 KL) diikuti solar (87.028,6 KL).
Grafik I.59Angkutan Barang Tanjung Priok
Grafik I.60Konsumsi BBM sektor Transportasi Jakarta
Ribu ton %
0
100
200
300
400
500
600
700
800
-30-20-10010203040506070
2006 2007 20081 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2
Angkutan Laut Tanjung Priokg.Brg Tnjg. Priok (rhs)
g.Kons. BBM Transport (rhs)g.PDRB Transport Jkt
%, y-o-y %, y-o-y
02
4
6
8
1012
1416
-20
-15
-10-50
510
15
20
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3
2006 2007 2008
Grafik I.61Kredit Lokasi Proyek Sektor Transportasi
Grafik I.62NPLs Sektor Transportasi
%, y-o-y %, y-o-y
8
910
1112
1314
1516
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2006 2007
g.PDRB Transport Jktg.Kredit Pengangkutan (rhs)
-20
0
20
40
60
80
100Rp miliar %
0
500
1.000
1.500
2.000
2.500
0
2
4
6
8
10
12
14
16
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10111 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2
2006 2007 2008
Nominal NPL Transport JakartaNPL Transport Jakarta (rhs)
34
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
Dari sisi pembiayaan, dukungan pembiayaan perbankan terhadap sektor iniDari sisi pembiayaan, dukungan pembiayaan perbankan terhadap sektor iniDari sisi pembiayaan, dukungan pembiayaan perbankan terhadap sektor iniDari sisi pembiayaan, dukungan pembiayaan perbankan terhadap sektor iniDari sisi pembiayaan, dukungan pembiayaan perbankan terhadap sektor ini
menunjukkan perkembangan yang meningkat. menunjukkan perkembangan yang meningkat. menunjukkan perkembangan yang meningkat. menunjukkan perkembangan yang meningkat. menunjukkan perkembangan yang meningkat. Outstanding kredit yang disalurkan
perbankan pada posisi akhir bulan Februari 2008 tercatat sebesar Rp 28,6 triliun,naik 85,2 %. Peningkatan kredit ini diikuti dengan kualitas kredit yang relatif
membaik (NPLs sebesar 1%).
7. ListrikKinerja sektor listrik diperkirakan tumbuh sebesar 6,0 % (y-o-y), sedikit meningkatKinerja sektor listrik diperkirakan tumbuh sebesar 6,0 % (y-o-y), sedikit meningkatKinerja sektor listrik diperkirakan tumbuh sebesar 6,0 % (y-o-y), sedikit meningkatKinerja sektor listrik diperkirakan tumbuh sebesar 6,0 % (y-o-y), sedikit meningkatKinerja sektor listrik diperkirakan tumbuh sebesar 6,0 % (y-o-y), sedikit meningkat
dibandingkan dengan triwulan IV-2007 sebesar 5,5%. dibandingkan dengan triwulan IV-2007 sebesar 5,5%. dibandingkan dengan triwulan IV-2007 sebesar 5,5%. dibandingkan dengan triwulan IV-2007 sebesar 5,5%. dibandingkan dengan triwulan IV-2007 sebesar 5,5%. Terhambatnya pasokan batu
bara PLTU Muara Karang dan PLTU Tanjung Priok - yang memasok listrik ke Jakarta
dan sekitarnya - terpaksa mengganti gas dengan solar. Hal ini mengakibatkankonsumsi BBM sektor listrik meningkat relatif tinggi. Sementara itu, kenaikan harga
bahan bakar minyak (BBM) non subsidi mendorong industri yang sebelumnya
memakai generator sendiri beralih ke listrik PLN, sehingga beban puncak di Jakartadan sekitarnya sejak November naik dari 4.000 MW menjadi 4.800 MW. Secara
keseluruhan kenaikan ini untuk sementara belum dapat dipenuhi oleh PLN daerah
operasi Jakarta Tangerang.
Grafik I.63Penjualan Listrik PLN Distribusi DKI
Jakarta dan Tangerang
Grafik I.64Konsumsi BBM sektor Listrik Jakarta dan
Tangerang
% %
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011 12-5
0
5
10
15
20
25
-15
-10
-5
0
5
10
15g.PDRB Listrik Bntng.Kons Listrik (rhs)
2006 2007
% %
0
1
2
3
4
5
6
7
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112
2006 2007
g.PDRB Listrik Jktg.Kons. BBM Listrik (rhs)
-100-50050100150200250300
350
Pembiayaan di sektor listrik relatif meningkat, dengan kualitas kredit yang membaik.Pembiayaan di sektor listrik relatif meningkat, dengan kualitas kredit yang membaik.Pembiayaan di sektor listrik relatif meningkat, dengan kualitas kredit yang membaik.Pembiayaan di sektor listrik relatif meningkat, dengan kualitas kredit yang membaik.Pembiayaan di sektor listrik relatif meningkat, dengan kualitas kredit yang membaik.
Meskipun jumlah kredit di sektor ini relatif kecil, namun pertumbuhannya relatiftinggi (61,3%), dengan outstanding kredit per Februari 2008 Rp 4,97 triliun. Kualitas
kredit sektor listrik relatif bagus, dengan NPLs sebesar 1%.
35
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
8. Sektor Jasa-JasaPertumbuhan sektor jasa-jasa pada triwulan I-2008 sedikit melambat (6,3%),Pertumbuhan sektor jasa-jasa pada triwulan I-2008 sedikit melambat (6,3%),Pertumbuhan sektor jasa-jasa pada triwulan I-2008 sedikit melambat (6,3%),Pertumbuhan sektor jasa-jasa pada triwulan I-2008 sedikit melambat (6,3%),Pertumbuhan sektor jasa-jasa pada triwulan I-2008 sedikit melambat (6,3%),
dibandingkan dengan triwulan IV-2007 (6,4%).dibandingkan dengan triwulan IV-2007 (6,4%).dibandingkan dengan triwulan IV-2007 (6,4%).dibandingkan dengan triwulan IV-2007 (6,4%).dibandingkan dengan triwulan IV-2007 (6,4%). Faktor yang mempengaruhi
perlambatan pertumbuhan di sektor ini terutama adalah sedikit menurunnya daya
beli. Hal tersebut diperkirakan membuat konsumen mengalihkan belanja sebagianpenghasilannya di jasa-jasa hiburan, seperti bioskop, diskotik, griya pijat dan lainnya,
untuk keperluan pokok lainnya.
Alokasi pendapatan untuk hiburan diperkirakan lebih didorong oleh kalanganAlokasi pendapatan untuk hiburan diperkirakan lebih didorong oleh kalanganAlokasi pendapatan untuk hiburan diperkirakan lebih didorong oleh kalanganAlokasi pendapatan untuk hiburan diperkirakan lebih didorong oleh kalanganAlokasi pendapatan untuk hiburan diperkirakan lebih didorong oleh kalangan
menengah ke atas, yang konsumsinya relatif stabil.menengah ke atas, yang konsumsinya relatif stabil.menengah ke atas, yang konsumsinya relatif stabil.menengah ke atas, yang konsumsinya relatif stabil.menengah ke atas, yang konsumsinya relatif stabil. Hal ini tercermin dari masih
maraknya pertunjukan showbiz artis mancanegara pada triwulan I 2008 yang masih
dipadati oleh penonton. Sedikitnya terdapat 8 artis mancanegara yang melakukankonser di Jakarta (Jakartaconcerts.com).
Grafik I.65Kredit Lokasi Proyek Sektor Listrik
Grafik I.66NPLs Sektor Listrik
%, y-o-y %, y-o-y
5 6 7 8 9 1011 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3
2006 2007 2008
-80-60
-40-20
020
406080
0
1
2
3
4
5
6
7g.PDRB Listrik Jktg.kredit Listrik (rhs)
Rp miliar %
0100200300400500600700800900
024681012141618
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011 1 2 3 4 5 6 7 8 910 1112 1 2
2006 2007 2008
Nominal NPL Listrik JakartaNPL Listrik Jakarta (rhs)
1 Bioskop 170 168 167 159 192
2 Bola Sodok 107 156 164 158 169
3 Diskotek 96 95 97 94 98
4 Griya Pijat 215 206 221 218 220
5 Karaoke 174 161 175 171 177
6 Musik Hidup 184 154 173 173 174
TotalTotalTotalTotalTotal 946946946946946 940940940940940 997997997997997 973973973973973 10301030103010301030
Tabel I. 6 Perkembangan Jumlah Tempat Hiburan
Juni Des Juni Des Jun2005 2005 2006 2006 2007
Sumber : Dinas Pariwisata DKI Jakarta, Juni 2007
No. Jenis Usaha
Grafik I.67Perkembangan Sarana Hiburan di DKI Jakarta
100
120
140
160
180
200
220
2005 2005 2006 2006 2007Juni Des Juni Des Jun
Bioskop Bola Sodok Karaoke
36
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
Kredit sektor jasa menunjukkan peningkatan, dengan resiko kredit yang minimal.Kredit sektor jasa menunjukkan peningkatan, dengan resiko kredit yang minimal.Kredit sektor jasa menunjukkan peningkatan, dengan resiko kredit yang minimal.Kredit sektor jasa menunjukkan peningkatan, dengan resiko kredit yang minimal.Kredit sektor jasa menunjukkan peningkatan, dengan resiko kredit yang minimal.
Outstanding kredit hingga Februari 2008 mencapai Rp 90,5 triliun, tumbuh sekitar
21,4 % (yoy). Resiko kredit yang terlihat dari NPLs kredit trennya selalu di bawahbatas minimal (<5%).
Grafik I.68Kredit Lokasi Proyek Sektor Jasa
Grafik I.69NPLs Sektor Jasa
%,y-o-y %,y-o-y
4
4,5
5
5,5
6
6,5
7
05101520253035404550
g.PDRB Jasa Jktg.Kredit Jasa-jasa (rhs)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3
2006 2007 2008
Nominal NPL Jasa Jakarta NPL Jasa Jakarta (rhs)
Rp miliar %
2000
3000
4000
5000
6000
7000
8000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10111 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2
2006 2007 2008
00,511,522,533,544,55
37
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
BOKS I :PERMASALAHAN DAN PROSPEK INDUSTRI TPT2
Industri TPT merupakan salah satu primadona di sektor industri yangIndustri TPT merupakan salah satu primadona di sektor industri yangIndustri TPT merupakan salah satu primadona di sektor industri yangIndustri TPT merupakan salah satu primadona di sektor industri yangIndustri TPT merupakan salah satu primadona di sektor industri yang
ditetapkan pemerintah untuk dijadikan sebagai produk unggulanditetapkan pemerintah untuk dijadikan sebagai produk unggulanditetapkan pemerintah untuk dijadikan sebagai produk unggulanditetapkan pemerintah untuk dijadikan sebagai produk unggulanditetapkan pemerintah untuk dijadikan sebagai produk unggulan. Perhatian
pemerintah terhadap sektor ini cukup besar, antara lain diwujudkan dalambentuk pembiayaan restrukturisasi mesin dan infrastruktur industri sejak
tahun 2007 dan rencananya akan berlanjut di tahun 2008 sampai dengan
lima tahun ke depan. Peningkatan kapasitas dan efisiensi diharapkanmemperbaiki kualitas produk TPT yang pada gilirannya dapat mendorong
kinerja ekspor dan dapat menjadi tuan rumah di pasar dalam negeri. Untuk
mencapai hal tersebut tidaklah mudah, apalagi di tahun 2008 ini terdapattanda-tanda akan adanya pelemahan di pasar ekspor maupun pasar
domestik. Pelemahan di pasar ekspor terkait dengan pelemahan ekonomi
di Amerika yang masih belum terlepas dari dampak krisis subprime mortgage.Sementara itu, kondisi di pasar domestik disamping dipengaruhi oleh
permintaan yang diperkirakan melemah, juga disebabkan oleh pasar yangmasih terdistorsi oleh banyaknya produk impor ilegal. Perang terhadap ilegal
impor perlu dilakukan untuk menggairahkan produsen di dalam negeri dan
disisi lain meningkatkan potensi pendapatan negara dari pajak.
PendahuluanVolume Neraca Perdagangan Volume Neraca Perdagangan Volume Neraca Perdagangan Volume Neraca Perdagangan Volume Neraca Perdagangan (Trade Balance)(Trade Balance)(Trade Balance)(Trade Balance)(Trade Balance) TPT TPT TPT TPT TPT33333 sampai dengan Oktober sampai dengan Oktober sampai dengan Oktober sampai dengan Oktober sampai dengan Oktober
2007 menunjukkan pola yang tidak berubah. 2007 menunjukkan pola yang tidak berubah. 2007 menunjukkan pola yang tidak berubah. 2007 menunjukkan pola yang tidak berubah. 2007 menunjukkan pola yang tidak berubah. SITC 26-Serat Tekstil dan
Sisanya menunjukkan negatif Trade Balance. Disisi lain, SITC 65 (Benangtenun, kain tekstil, dan hasil-hasilnya) dan SITC 84 (pakaian) masih
menunjukkan positif trade balance. Trade Balance SITC 84-Pakaian Jadi
2 Kondisi Terkini TPT Kondisi Terkini TPT Kondisi Terkini TPT Kondisi Terkini TPT Kondisi Terkini TPT yang ditulis ini merupakan gambaran dari hasil Liaison di bulan Januari 2008 yang mewawancaraidua pelaku ekonomi di Dirjen ILMTA (Industri Logam, Mesin, Tekstil, dan Aneka) dan API (Asosiasi PertekstilanIndonesia). Hasil Liaison ini lebih menggambarkan kondisi secara tahunan di 2008. Liaison dilakukan dalam rangkacounter cek data/informasi dari 25 perusahaan di industri TPT yang telah dilakukan wawancara di tahun 2007.
3 TPT mempunyai pangsa ekspor terbesar setelah Peralatan Listrik (rata-rata tahun 2000-2007*) sebesar 14%. Disamping, mempunyai peranan yang signifikan, penyerapan terhadap TK terutama di industri midstream (misalnyagarment) juga cukup signifikan.
38
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
sempat melonjak pada tahun 2004 yang merupakan reaksi dari pembebasan
kuota akhir Desember 2004. Selanjutnya, pembebasan kuota Tekstil
menambah parah bagi daya saing Indonesia di pasar dunia bahkan di pasardomestik mengingat kualitas yang dihasilkan berasal dari teknologi yang
usang. Disisi lain kompetitor menawarkan harga yang lebih murah yang di
tengah melonjaknya harga minyak dunia berdampak pada perubahan polapilihan konsumsi.
Grafik Boks I.1Volume Trade Balance TPT
[Ribu Ton]Pembebasan KuotaJanuari 2005 sejak 40
26-Serat Tekstil dan Sisa-sisanya65-Benang Tenun, Kain Tekstildan Hasil-Hasilnya84-Pakaian
(1.000)(500)
-500
1.0001.5002.0002.5003.0003.500
2003 2004 2005 2006 2007*
Sementara itu, konsumsi domestik pakaian jadi beberapa tahun terakhir iniSementara itu, konsumsi domestik pakaian jadi beberapa tahun terakhir iniSementara itu, konsumsi domestik pakaian jadi beberapa tahun terakhir iniSementara itu, konsumsi domestik pakaian jadi beberapa tahun terakhir iniSementara itu, konsumsi domestik pakaian jadi beberapa tahun terakhir ini
lebih banyak dipenuhi dari impor ilegal (sekitar 76%)lebih banyak dipenuhi dari impor ilegal (sekitar 76%)lebih banyak dipenuhi dari impor ilegal (sekitar 76%)lebih banyak dipenuhi dari impor ilegal (sekitar 76%)lebih banyak dipenuhi dari impor ilegal (sekitar 76%). Pemenuhan konsumsipakaian domestik yang berasal dari produksi domestik mencapai sekitar 26%
dan selebihnya merupakan impor legal (3%). Dua tahun sebelum
diberlakukan pembebasan kuota (tahun 2003 dan 2004) terjadi lonjakanimpor legal Pakaian Jadi, namun setelah tahun 2004, import legal menurun
Tabel Boks I. 1Konsumsi, Produksi, Ekspor Impor Pakaian Jadi
PDB Konsumsi RT Domestik (juta USD) 102.076 101.552 131.527 159.914 171.382 185.605 231.495 285.714
Total Konsumsi (2,5% PDB Kon. RT) 2.552 2.539 3.288 3.998 4.285 4.640 5.787 7.143
Price (USD/kg) 4,5 4,1 3,7 4,1 4,6 4,9 5,1 5,5
Konsumsi (Ton) 567.092 619.217 888.695 975.087 931.425 946.965 1.134.781 1.298.701
Exports Oriented (Ton) 456.913 458.855 400.599 396.564 3.603.738 399.738 445.770 499.262
Production (Ton) 913.826 917.710 1.001.497 793.127 3.917.106 666.231 742.950 768.096
Domestic Oriented (Ton) 456.913 458.855 600.898 396.564 313.368 266.492 297.180 268.834
Import Legal (Ton) 17.014 14.353 16.815 267.116 306.292 38.008 35.222 38.744
Import Ilegal (Ton) 93.164 146.009 270.981 311.408 311.764 642.465 802.380 991.124
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007*
Sumber: BI, Depperin, BPS diolah
39
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
tajam dan impor ilegal mengalami kenaikan. Meningkatnya konsumsi Pakaian
Jadi ilegal yang diduga berasal dari Cina antara lain disebabkan oleh harga
yang lebih murah karena hilangnya pajak sebesar 27,5% (Bea masuk 15%;PPn 10%; dan PPh 2,5%) yang semestinya dibayarkan dan biaya produksi
yang relatif tidak sebesar di Indonesia. Kemampuan pesaing menghasilkan
produk dengan harga yang kompetitif terkait dengan penggunaan teknologiyang modern dan efisiensi biaya produksi terutama biaya energi.
EvaluasiPada Liaison tahun 2007 telah mewawancarai 25 perusahaan yang beradaPada Liaison tahun 2007 telah mewawancarai 25 perusahaan yang beradaPada Liaison tahun 2007 telah mewawancarai 25 perusahaan yang beradaPada Liaison tahun 2007 telah mewawancarai 25 perusahaan yang beradaPada Liaison tahun 2007 telah mewawancarai 25 perusahaan yang berada
dalam sub sektor industri tekstil dan alas kaki yang umumnya mempunyaidalam sub sektor industri tekstil dan alas kaki yang umumnya mempunyaidalam sub sektor industri tekstil dan alas kaki yang umumnya mempunyaidalam sub sektor industri tekstil dan alas kaki yang umumnya mempunyaidalam sub sektor industri tekstil dan alas kaki yang umumnya mempunyai
permasalahan yang serupa.permasalahan yang serupa.permasalahan yang serupa.permasalahan yang serupa.permasalahan yang serupa. Permasalahan dimaksud antara lain adalah
permesinan yang telah usang berakibat pada kemampuan berproduksi yangtidak maksimal; pembiayaan yang sulit dari perbankan; dan daya beli di
sektor hilir (industri garment) yang melemah, serta maraknya impor ilegal.
Hal ini berdampak pada beberapa perusahaan di upstream berusaha untukmemperbesar pasar ekspornya yang harga jualnya sekitar USD14/kg lebih
tinggi dibanding pasar domestik yang hanya sebesar USD 5,5/kg. Dalam
kondisi yang tidak menguntungkan tersebut bagi sejumlah perusahaan diindustri TPT, menurut API marginmarginmarginmarginmargin yang diperoleh berada pada kisaran rata-
rata dan cenderung menipis. API mengemukakan perusahaan yang
memproduksi Finishing/Kain Celup memperoleh margin sebesar: 20-30%;Pakaian Jadi: 8-12%; Weaving dan Spinning, masing-masing 5-7%.
Grafik Boks I.2Share Terhadap Total Komsumsi
Pakaian Jadi
Grafik Boks I.3Share Pakaian Jadi Terhadap Total
Impor TPT
84-Pakaian65-Benang Tenun, Kain Tekstil dan Hasil-Hasilnya26-Serat Tekstil dan Sisa-sisanya
%
0102030405060708090
100
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007*
%
0102030405060708090
100
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007*Domestic Product Import Legal Import Ilegal
Sumber: BI, Depperin, BPS diolah
40
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
Melalui program restrukturisasi permesinan dan infrastruktur industri TPTrestrukturisasi permesinan dan infrastruktur industri TPTrestrukturisasi permesinan dan infrastruktur industri TPTrestrukturisasi permesinan dan infrastruktur industri TPTrestrukturisasi permesinan dan infrastruktur industri TPT ditahun 2007, sejumlah perusahaan dapat berpartisipasi dalam bentuk
pembiayaan skim I dan II yang telah teralisir sbb:
Tabel Boks I. 2Restrukturiasi Skim I dan II
Skim I 175 128,31 78 Spinning (56% Total Plafond) Jawa Barat 60% - Pembelian Mesin Menambah Kapasitas
Jenis pembiayaan di sekitar 73% Garment (14% Total Plafond) Jawa Tengah 27% NISP - Pembangunan Genset Efisiesnsi
atas Rp2 miliar-Rp5 Finishing (12% Total Plafond) Banten 7% BCA - Pembangunan Limbah Efisiesnsi
miliar 54,3% Kniting (10% Total Plafond) DKI dan Sekitarnya 6% Citibank Perluasan penyaluran
merupakan Weaving (8% Total Plafond) UOB kredit perbankan
Skim II 80 24.99 14 PMDN dan - DKI dan Sekitarnya 57% BNI - Pembelian Mesin Jahit Menambah TK
Jenis pembiayaan sekitar 31,2] 45,7% PMA Jawa Tengah 13% BRI
Rp100 juta-Rp2 Banten 17% Bank Mandiri
miliar Jawa Barat 14%
Plafon(miliar Rp)
Realisasi(Miliar Rp)
Jmlh Perusahaan
Status Jenis Industri Daerah Bank Investasi Tujuan
Sumber: Depperin
Berdasarkan evaluasi Depperin selama bulan berjalan, dari total 92
perusahaan yang menerima Skim I (78 perusahaan) dan II (14 perusahaan),
telah tejadi penambahan TK sebanyak 4,000 orang, peningkatan penyalurankredit perbankan sebesar Rp625 miliar, peningkatan produksi 10-15%,
penambahan kapasitas 5%, terutama terjadi di industri Garment/Pakaian
Jadi (informasi dari API): kapasitas utilisasi spinning dan weaving sebesar70% termasuk dihitung mesin tua yang 30% dan kapasitas utilisasi Pakaian
Jadi sebesar 95%), dan penghematan biaya energi 6-8%.
PenutupProspek industri TPT ke depan masih dihadapkan pada permasalahanProspek industri TPT ke depan masih dihadapkan pada permasalahanProspek industri TPT ke depan masih dihadapkan pada permasalahanProspek industri TPT ke depan masih dihadapkan pada permasalahanProspek industri TPT ke depan masih dihadapkan pada permasalahan
kemungkinan resesi ekonomi sebagai dampak dari perlambatankemungkinan resesi ekonomi sebagai dampak dari perlambatankemungkinan resesi ekonomi sebagai dampak dari perlambatankemungkinan resesi ekonomi sebagai dampak dari perlambatankemungkinan resesi ekonomi sebagai dampak dari perlambatan
pertumbuhan ekonomi US dan untuk pasar di dalam negeri dihadapkanpertumbuhan ekonomi US dan untuk pasar di dalam negeri dihadapkanpertumbuhan ekonomi US dan untuk pasar di dalam negeri dihadapkanpertumbuhan ekonomi US dan untuk pasar di dalam negeri dihadapkanpertumbuhan ekonomi US dan untuk pasar di dalam negeri dihadapkan
pada permasalahan masih tingginya ilegal impor. pada permasalahan masih tingginya ilegal impor. pada permasalahan masih tingginya ilegal impor. pada permasalahan masih tingginya ilegal impor. pada permasalahan masih tingginya ilegal impor. Sebagaimana diketahuisebagian besar ekspor Pakaian Jadi ditujukan ke US dan sisanya ke Uni Eropa.
Dalam jangka pendek dapat diprakirakan bahwa pelemahan pertumbuhan
ekonomi di US dan beberapa negara di Uni Eropa dapat menjadi penghambat
41
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
peningkatan volume ekspor. Sementara itu mengharapkan absorsi di pasardomestik juga dihadapkan pada tantangan yang cukup berat mengingat
pasar yang terbatas dan maraknya impor ilegal. Namun demikian, dalam
jangka panjang melalui program restrukturisasi permesinan dan infrastrukturdiharapkan industri TPT ke depan akan lebih mampu bersaing dari sisi
teknologi, kualitas, dan efisiensi dibandingkan produk sejenis di negara lain.
Di pasar domestik perbaikan-perbaikan tersebut apabila juga didukung olehkomitmen pemerintah untuk memerangi dan menindak tegas importir ilegal,
maka produsen tekstil di dalam negeri diperkirakan akan semakin
berkembang. Dampak positif lainnya adalah penyerapan tenaga kerja dansumbangan nilai tambah sektor ini meningkat.
42
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
halaman ini sengaja dikosongkan
43
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
BAB II. PERKEMBANGAN INFLASI JAKARTA
Perkembangan harga beberapa komoditas di Jakarta pada triwulan I 2008Perkembangan harga beberapa komoditas di Jakarta pada triwulan I 2008Perkembangan harga beberapa komoditas di Jakarta pada triwulan I 2008Perkembangan harga beberapa komoditas di Jakarta pada triwulan I 2008Perkembangan harga beberapa komoditas di Jakarta pada triwulan I 2008
menghadapi tekanan yang cukup berat sehingga inflasi meningkat cukup tinggi.menghadapi tekanan yang cukup berat sehingga inflasi meningkat cukup tinggi.menghadapi tekanan yang cukup berat sehingga inflasi meningkat cukup tinggi.menghadapi tekanan yang cukup berat sehingga inflasi meningkat cukup tinggi.menghadapi tekanan yang cukup berat sehingga inflasi meningkat cukup tinggi.Inflasi di triwulan laporan mencapai 3,5% (q-t-q) dan secara tahunan 7,7% (y-o-y),naik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (1,6%, q-to-q) dan (6,0%, y-o-y).Faktor penyebab utama peningkatan inflasi di Jakarta adalah gangguan pasokanpada beberapa komoditas kelompok bahan makanan dan minyak tanah; importedinflation, yaitu kenaikan harga yang dipengaruhi oleh kenaikan harga beberapakomoditas di pasar internasional, seperti gandum, kedelai, CPO dan kenaikan hargaemas yang kenaikannya paralel dengan kenaikan harga minyak dunia; dan kenaikanharga produk turunan yang menggunakan bahan baku yang diimpor di atas.
A. INFLASI JAKARTA TRIWULAN I-2008Kestabilan harga di Jakarta pada triwulan I-2008 menurun dibandingkan denganKestabilan harga di Jakarta pada triwulan I-2008 menurun dibandingkan denganKestabilan harga di Jakarta pada triwulan I-2008 menurun dibandingkan denganKestabilan harga di Jakarta pada triwulan I-2008 menurun dibandingkan denganKestabilan harga di Jakarta pada triwulan I-2008 menurun dibandingkan dengan
triwulan sebelumnyatriwulan sebelumnyatriwulan sebelumnyatriwulan sebelumnyatriwulan sebelumnya. Inflasi di Jakarta pada triwulan I-2008 sebesar 3,5% (q-t-q), lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi triwulan sebelumnya sebesar 1,6%
maupun triwulan yang sama tahun 2006 sebesar 1,9%. Walaupun, kestabilan
harga di Jakarta memburuk, namun masih relatif lebih baik dibandingkan denganinflasi nasional maupun dengan provinsi tetangganya Banten. Inflasi di Jakarta
pada triwulan I-2008 lebih rendah dibandingkan dengan Banten (4,5%) namun
lebih tinggi dibandingkan dengan Jawa Barat (2,8%). Secara tahunan inflasi diJakarta pada triwulan I-2008 adalah 7,7% (y-o-y) lebih tinggi dibandingan dengan
triwulan sebelumnya 6,0%. Demikian pula secara tahunan inflasi di Jakarta lebih
tinggi dibandingkan Jabar (7,0%) namun masih lebih rendah dibandingkan denganBanten (9,0%).
Secara umum, faktor-faktor penyebab tekanan inflasi pada triwulan I-2008Secara umum, faktor-faktor penyebab tekanan inflasi pada triwulan I-2008Secara umum, faktor-faktor penyebab tekanan inflasi pada triwulan I-2008Secara umum, faktor-faktor penyebab tekanan inflasi pada triwulan I-2008Secara umum, faktor-faktor penyebab tekanan inflasi pada triwulan I-2008
antara lain adalah :antara lain adalah :antara lain adalah :antara lain adalah :antara lain adalah :
- Gangguan pasokan pada beberapa komoditas kelompok bahan makanan danminyak tanah
- imported inflation, yaitu kenaikan harga di pasar internasional pada beberapa
komoditas penting seperti gandum, kedelai, CPO dan kenaikan harga emas
yang pararel dengan kenaikan harga BBM dunia
- Kenaikan harga produk turunan yang menggunakan bahan baku yang diimpor.
44
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
Grafik II.1Inflasi Jakarta (q-t-q)
Grafik II.2Inflasi Jakarta (y-o-y)
B. INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK1. Inflasi Triwulanan (q-t-q)Kenaikan harga tertinggi pada triwulan ini terjadi pada kelompok pakaian (5,4%)Kenaikan harga tertinggi pada triwulan ini terjadi pada kelompok pakaian (5,4%)Kenaikan harga tertinggi pada triwulan ini terjadi pada kelompok pakaian (5,4%)Kenaikan harga tertinggi pada triwulan ini terjadi pada kelompok pakaian (5,4%)Kenaikan harga tertinggi pada triwulan ini terjadi pada kelompok pakaian (5,4%)
diikuti oleh bahan makanan (5,1%) dan pakaian (5,0%).diikuti oleh bahan makanan (5,1%) dan pakaian (5,0%).diikuti oleh bahan makanan (5,1%) dan pakaian (5,0%).diikuti oleh bahan makanan (5,1%) dan pakaian (5,0%).diikuti oleh bahan makanan (5,1%) dan pakaian (5,0%). Kenaikan harga yang terjadi
pada kelompok pakaian terutama berasal dari kenaikan harga emas perhiasan(44,40%) yang disebabkan oleh kenaikan harga komoditas tersebut di pasar
internasional. Pada kelompok bahan makanan, peningkatan harga tertinggi terjadi
pada komoditas tempe (48,0%) yang disebabkan oleh kenaikan harga kedelai,minyak goreng (31,21%) yang disebabkan oleh kenaikan harga di pasar internasional
sehingga pasokan di dalam negeri terganggu, cabe merah (13,78%) dan bayam
(19,24%) yang keduanya disebabkan oleh terganggunya pasokan. Pada kelompokmakanan jadi, kenaikan harga tertinggi terjadi pada roti-rotian (mendekati 50,0%)
karena kenaikan harga tepung terigu, bubur kacang hijau (28,2%), dan produk-
produk yang menggunakan bahan baku tepung terigu (mie dan hamburger).
Sementara itu, berdasarkan sumbangannya, maka sumbangan terhadap inflasiSementara itu, berdasarkan sumbangannya, maka sumbangan terhadap inflasiSementara itu, berdasarkan sumbangannya, maka sumbangan terhadap inflasiSementara itu, berdasarkan sumbangannya, maka sumbangan terhadap inflasiSementara itu, berdasarkan sumbangannya, maka sumbangan terhadap inflasi
tertinggi pada triwulan laporan terjadi pada kelompok perumahan (1,1%), bahantertinggi pada triwulan laporan terjadi pada kelompok perumahan (1,1%), bahantertinggi pada triwulan laporan terjadi pada kelompok perumahan (1,1%), bahantertinggi pada triwulan laporan terjadi pada kelompok perumahan (1,1%), bahantertinggi pada triwulan laporan terjadi pada kelompok perumahan (1,1%), bahan
makanan (1,0%) dan makanan jadi (0,9%)makanan (1,0%) dan makanan jadi (0,9%)makanan (1,0%) dan makanan jadi (0,9%)makanan (1,0%) dan makanan jadi (0,9%)makanan (1,0%) dan makanan jadi (0,9%). Sumbangan tersebut dihitung dariperkalian kenaikan harga dengan bobot nilai konsumsi dari masing-masing
kelompok barang. Besarnya kelompok barang di dalam memberikan sumbangan
terhadap inflasi pada periode laporan akan sangat tergantung pada besarnya bobotnilai konsumsi dan laju inflasi dari kelompok barang masing-masing. Kelompok
perumahan yang memiliki bobot sebesar 31,1% dengan kenaikan sebesar 3,6%
NasionalBantenJakartaJabar
Sumber : BPS
% (q-t-q)
0
1
2
3
4
III-2006 IV-2006 I-2007 II-2007 III-2007 IV-2007 I-2008*3,44,53,52,8
2,12,01,61,8
2,33,21,82,5
0,2-1,00,5-0,3
1,92,01,91,1
2,42,52,11,9
1,21,81,21,3
Nasional 17,1 6,6 6,5 5,8 7,0 6,6 8,2Banten 16,1 7,7 7,3 5,6 6,9 6,3 9,0Jakarta 16,1 6,0 5,7 6,0 6,5 6,0 7,7Jabar 19,6 5,3 4,9 5,1 5,3 5,3 7,0
Sumber : BPS
% (y-o-y)
0
4
8
12
16
20
2005 2006 I-2007 II-2007 III-2007 IV-2007 I-2008*
45
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
memberikan kontribusi sebesar 1,1% terhadap inflasi, kelompok bahan makanan
yang memiliki bobot sebesar 19,3% dengan kenaikan harga 5,1% memberikan
kontribusi terhadap inflasi 1,0%. Sementara itu, kelompok makanan jadi denganbobot 16,3% dan dengan kenaikan harga 5,4% memberikan sumbangan terhadap
inflasi sebesar 0,9%.
Tabel II.1Komoditi Dengan Kenaikan
Harga Tertinggi
Bahan Makanan
Kelompok Komoditi
Sumber : BPS, diolah
Tempe 47,99 20,73 0,65Cabe Merah 13,78 28,77 0,45Minyak Goreng 31,21 11,20 1,14Nangka Muda -3,23 63,83 0,07Bayam 19,24 40,99 0,22Mie 22,12 17,55 1,29Hamburger 17,28 15,00 0,09Roti Manis 38,46 14,89 0,62Roti Tawar 52,78 14,58 0,47Bubur Kacang Hijau 28,20 13,64 0,21Besi Beton 49,96 38,65 0,18Emas Perhiasan 44,40 16,48 1,78Pasta Gigi 14,89 12,68 0,29Rekreasi 12,97 12,97 0,11Accu 50,53 33,80 0,02
Inflasi (%) Bobot(%)QtQ YoY
Makanan Jadi
PerumahanPakaianKesehatanPendidikanTransportasi
Grafik II.3Inflasi Berdasarkan Kelompok
%(q-t-q)
IHK 1,9 0,5 1,8 1,6 3,5Bhn Makanan 4,7 -0,2 2,4 4,1 5,1Mknn jadi 1,1 0,9 0,6 2,7 5,4Perumahan 2,4 1,0 1,6 -0,3 3,6Pakaian 0,4 0,2 2,0 5,4 5,0Kesehatan 1,6 0,3 0,9 1,1 3,3Pendidikan 0,1 0,0 9,0 0,1 -0,1Transportasi 0,1 0,4 0,3 0,2 0,6
Sumber : BPS
0,0
2,0
4,0
6,0
8,0
10,0
Q1-2007 Q2-2007 Q3-2007 Q4-2007 Q1-2008
Tabel II. 2Komoditi Dengan Sumbangan
Inflasi Tertinggi
Bahan Makanan
Kelompok Komoditi
Sumber : BPS, diolah
Bawang Merah 0,74 107,15 0,01Tahu Mentah 0,14 27,59 0,01Kelapa 0,10 32,08 0,00Tomat Sayur 0,06 31,67 0,00Tempe 0,06 10,14 0,01
Roti Tawar 0,13 29,73 0,00Rokok Kretek Filter 0,09 5,49 0,02Kue Basah 0,08 25,90 0,00Roti Manis 0,08 14,63 0,01Mie 0,04 3,89 0,01
Sewa Rumah 0,04 1,12 0,04Emas Perhiasan 0,27 17,37 0,02Parfum 0,01 6,34 0,00Buku Gambar 0,00 22,22 0,00Bensin 0,03 1,10 0,03
Q-t-Q Bobot(%)Kontribusi Inflasi
Makanan Jadi
PerumahanPakaianKesehatanPendidikanTransportasi
Grafik II.4Sumbangan Inflasi Berdasarkan Kelompok
0,0
1,0
2,0
3,0
4,03,5
1,0 0,91,1
0,30,1 0,0
0,1
IHKBhn
Makanan
Mknn jadiPerumahan
PakaianKesehatan
PendidikanTransportasi
46
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
Komoditi beras sebagai komoditi dengan bobot tertinggi (23%) dalam kelompokKomoditi beras sebagai komoditi dengan bobot tertinggi (23%) dalam kelompokKomoditi beras sebagai komoditi dengan bobot tertinggi (23%) dalam kelompokKomoditi beras sebagai komoditi dengan bobot tertinggi (23%) dalam kelompokKomoditi beras sebagai komoditi dengan bobot tertinggi (23%) dalam kelompok
bahan makanan, pada triwulan laporan hanya sedikit meningkat (0,11%, q-t-q).bahan makanan, pada triwulan laporan hanya sedikit meningkat (0,11%, q-t-q).bahan makanan, pada triwulan laporan hanya sedikit meningkat (0,11%, q-t-q).bahan makanan, pada triwulan laporan hanya sedikit meningkat (0,11%, q-t-q).bahan makanan, pada triwulan laporan hanya sedikit meningkat (0,11%, q-t-q).
Pasokan beras pada triwulan I-2008, walaupun tidak signifikan, mengalami sedikitpenurunan akibat belum datangnya masa panen. Pada bulan Januari dan Februari,
pasokan beras domestik menurun tidak disebabkan oleh karena adanya kerusakan
jalan atau banjir tetapi lebih diakibatkan oleh sumber padi dari daerah Jawa Baratbelum panen. Jawa Barat merupakan daerah pemasok padi terbesar ke PIBC
yaitu sekitar 60%.
Meskipun demikian pasokan beras ke PIBC tetap stabil, antara lain sebagai hasilMeskipun demikian pasokan beras ke PIBC tetap stabil, antara lain sebagai hasilMeskipun demikian pasokan beras ke PIBC tetap stabil, antara lain sebagai hasilMeskipun demikian pasokan beras ke PIBC tetap stabil, antara lain sebagai hasilMeskipun demikian pasokan beras ke PIBC tetap stabil, antara lain sebagai hasil
dari upaya pemerintah melalui pengadaan beras impordari upaya pemerintah melalui pengadaan beras impordari upaya pemerintah melalui pengadaan beras impordari upaya pemerintah melalui pengadaan beras impordari upaya pemerintah melalui pengadaan beras impor. Rata-rata pasokan berasdi Pasar Beras Cipinang disertai dengan beras impor telah menghasilkan stok beras
pada triwulan I dengan rata-rata penggunaan untuk kebutuhan 7,4 hari. Jumlah
pasokan beras ke PIBC yang pada bulan Januari dan Februari sempat hanyaberjumlah 46.000 ton dan 40.000 ton, pada bulan Maret meningkat menjadi
49.000 ton, lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah beras yang dikeluarkan
sebesar 43.000 ton. Pada bulan Januari harga beras sempat meningkat hingga Rp5.900 per kg namun secara keseluruhan harga beras pada triwulan I rata-rata
berkisar seharga Rp 5.200 per kg.
Dalam triwulan laporan tersebut beberapa komoditas di kelompok bahan makananDalam triwulan laporan tersebut beberapa komoditas di kelompok bahan makananDalam triwulan laporan tersebut beberapa komoditas di kelompok bahan makananDalam triwulan laporan tersebut beberapa komoditas di kelompok bahan makananDalam triwulan laporan tersebut beberapa komoditas di kelompok bahan makanan
di luar beras yaitu sayur-sayuran dan buah-buahan juga meningkatdi luar beras yaitu sayur-sayuran dan buah-buahan juga meningkatdi luar beras yaitu sayur-sayuran dan buah-buahan juga meningkatdi luar beras yaitu sayur-sayuran dan buah-buahan juga meningkatdi luar beras yaitu sayur-sayuran dan buah-buahan juga meningkat. Terganggunya
produksi dan saluran distribusi akibat banjir menyebabkan pasokan sayur yang
sebagian berasal dari Jateng dan Jatim harus melewati jalan yang lebih jauh. Selainitu, hujan juga menyebabkan sebagian dari sayuran membusuk.
Grafik II.5Perkembangan Harga Beras di PIBC
Grafik II.6Pemasukan dan Pengeluaran Beras di PIBC
Sumber : www.biro adms perekonomian DKI Jakarta
2.500
3.0003.500
4.000
4.500
5.000
5.500
6.000
6.500
2006 2007 20081 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 37 8 9 10 1112
Rata-Rata Harga Beras PIBC
Ton
Sumber : Biro Adms Perekonomian DKI Jakarta
-
20.000
40.000
60.000
80.000
100.000
Pemasukan
Pengeluaran
Okt-07 Nov-07 Des-07 Jan-08 Feb-08 Mar-08
34.220 51.573 55.734 46.057 40.094 49.680
33.304 53.053 50.360 53.923 43.220 43.560
47
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
Pasokan sayur-sayuran ke pasar induk Kramat Jati yang terhambat pada triwulanPasokan sayur-sayuran ke pasar induk Kramat Jati yang terhambat pada triwulanPasokan sayur-sayuran ke pasar induk Kramat Jati yang terhambat pada triwulanPasokan sayur-sayuran ke pasar induk Kramat Jati yang terhambat pada triwulanPasokan sayur-sayuran ke pasar induk Kramat Jati yang terhambat pada triwulan
yang lalu, pada triwulan I-2008 masih mengalami gangguanyang lalu, pada triwulan I-2008 masih mengalami gangguanyang lalu, pada triwulan I-2008 masih mengalami gangguanyang lalu, pada triwulan I-2008 masih mengalami gangguanyang lalu, pada triwulan I-2008 masih mengalami gangguan. Pasokan turun dari
29 ribu ton menjadi 28 ribu ton sehingga harga sayur-mayur meningkat mencapairata-rata 25%. Peningkatan tertinggi terjadi pada cabe merah yang meningkat
hingga 28%. Sementara itu pasokan buah-buahan ke pasar Induk Kramat Jati di
triwulan I-2008 juga menurun dari 32 ribu ton menjadi 22,5 ribu ton, namundemikian hal ini belum menyebabkan terjadinya kenaikan karena persediaan buah-
buahan di pasar tradisional masih mencukupi.
Harga bahan makanan yang meningkat secara mencolok di triwulan I-2008 adalahHarga bahan makanan yang meningkat secara mencolok di triwulan I-2008 adalahHarga bahan makanan yang meningkat secara mencolok di triwulan I-2008 adalahHarga bahan makanan yang meningkat secara mencolok di triwulan I-2008 adalahHarga bahan makanan yang meningkat secara mencolok di triwulan I-2008 adalah
tepung terigu yang harganya meningkat sebesar 35%.tepung terigu yang harganya meningkat sebesar 35%.tepung terigu yang harganya meningkat sebesar 35%.tepung terigu yang harganya meningkat sebesar 35%.tepung terigu yang harganya meningkat sebesar 35%. Kenaikan tersebut
disebabkan oleh naiknya harga gandum impor terkait dengan pembatasan produksi
gandum oleh Amerika dan Kanada. Kenaikan komoditi tersebut meskipun tidaklangsung berkontribusi pada inflasi, namun membawa dampak secara tidak
langsung melalui kenaikan harga kelompok makanan yang menggunakan tepung.
Kenaikan harga makanan jadi yang tertinggi terjadi pada roti tawar yang meningkat52%, roti manis 38% dan mie 22%.
Sementara itu kenaikan harga kacang kedelai dari Rp 3.400 per kg menjadi RpSementara itu kenaikan harga kacang kedelai dari Rp 3.400 per kg menjadi RpSementara itu kenaikan harga kacang kedelai dari Rp 3.400 per kg menjadi RpSementara itu kenaikan harga kacang kedelai dari Rp 3.400 per kg menjadi RpSementara itu kenaikan harga kacang kedelai dari Rp 3.400 per kg menjadi Rp
7.500 per kg menyebabkan kenaikan harga tempe meningkat rata-rata 47%.7.500 per kg menyebabkan kenaikan harga tempe meningkat rata-rata 47%.7.500 per kg menyebabkan kenaikan harga tempe meningkat rata-rata 47%.7.500 per kg menyebabkan kenaikan harga tempe meningkat rata-rata 47%.7.500 per kg menyebabkan kenaikan harga tempe meningkat rata-rata 47%.
Kenaikan harga ini berdampak pada penurunan produksi tempe. Di Jakartatercatat tidak kurang dari 234 pengrajin tempe diberitakan gulung tikar. Untuk
mengatasi hal tersebut, pemerintah telah mengeluarkan kebijakan pembebasan
bea masuk impor kedelai dan subsidi pembelian kedelai kepada pengusahatempe.
Grafik II.7Pasokan vs Kebutuhan Beras di DKI Jakarta
Ton
Pasokan Harian 1,470 1,596 1,845 1,438 1,544 1,508
Kebutuhan Harian 2,500 2,500 2,500 2,500 3,000 3,000
0
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000
Q4-2006 Q1-2007 Q2-2007 Q3-2007 Q4-2007 Q1-2008
Tabel II. 3Kapasitas Ketersediaan Beras
di DKI Jakarta
Q4-2006 1.470 44.033 2.500 17,61
Q1-2007 1.596 37.849 2.500 15,14
Q2-2007 1.845 38.667 2.500 15,47
Q3-2007 1.438 32.056 2.500 12,82
Q4-2007 1.544 26.265 3.000 8,76
Q1-2008 1.508 22.241 3.000 7.41
Sumber : Dinas Indagkop DKI Jakarta, diolah
Ton PasokanHarian
Rata-rataStok Harian
KebutuhanHarian
Kapasitas(hari)
48
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
Harga hewan ternak potong meningkat sebesar 6% disebabkan oleh antara lainHarga hewan ternak potong meningkat sebesar 6% disebabkan oleh antara lainHarga hewan ternak potong meningkat sebesar 6% disebabkan oleh antara lainHarga hewan ternak potong meningkat sebesar 6% disebabkan oleh antara lainHarga hewan ternak potong meningkat sebesar 6% disebabkan oleh antara lain
oleh kenaikan harga daging sapi dan ayam. oleh kenaikan harga daging sapi dan ayam. oleh kenaikan harga daging sapi dan ayam. oleh kenaikan harga daging sapi dan ayam. oleh kenaikan harga daging sapi dan ayam. Kenaikan daging sapi yang pada
bulan Februari sempat mencapai angka Rp 70.000 per kg dari harga semula Rp55.000 per kg terjadi karena kenaikan harga produsen. Terkait dengan kenaikan
harga tersebut, pedagang daging se Jakarta Banten mendesak pemerintah untuk
menghapus praktik monopoli serta menurunkan harga daging sapi impor dansapi lokal karena para pedagang tidak dapat meningkatkan harga jual daging sapi
terlalu tinggi, khawatir tidak laku. Sementara itu, peningkatan harga daging ayam
potong dipengaruhi oleh penurunan produksi ayam sebesar 30% di bulan Januari2008. Penurunan produksi tersebut sengaja dilakukan peternak di Jakarta dan
Jabar karena kenaikan harga pakan ternak dan biaya perawatan ternyata tidak
dapat mengangkat harga ayam ras yang mengakibatkan peternak rugi.
Harga minyak goreng meningkat sebesar 26% sebagai akibat dari kelangkaanHarga minyak goreng meningkat sebesar 26% sebagai akibat dari kelangkaanHarga minyak goreng meningkat sebesar 26% sebagai akibat dari kelangkaanHarga minyak goreng meningkat sebesar 26% sebagai akibat dari kelangkaanHarga minyak goreng meningkat sebesar 26% sebagai akibat dari kelangkaan
pasokan minyak goreng di pasaran yang terkait langsung dengan kenaikan hargapasokan minyak goreng di pasaran yang terkait langsung dengan kenaikan hargapasokan minyak goreng di pasaran yang terkait langsung dengan kenaikan hargapasokan minyak goreng di pasaran yang terkait langsung dengan kenaikan hargapasokan minyak goreng di pasaran yang terkait langsung dengan kenaikan harga
CPO di pasar internasionalCPO di pasar internasionalCPO di pasar internasionalCPO di pasar internasionalCPO di pasar internasional. Di pasar tradisional Jakarta, harga minyak goreng curah
pada bulan Maret 2008 sempat mencapai Rp 14.000, lebih mahal dari pada minyakgoreng bermerek sehingga mendorong sebagian masyarakat beralih menggunakan
minyak goreng bermerek. Dalam triwulan laporan, paket kebijakan fiskal pemerintahbelum mampu mengembalikan harga minyak goreng pada level semula. Oleh karena
Tabel II. 4Operasi Pasar Murah Minyak Goreng Januari √ Maret 2008 di Jakarta
Tanggal Lokasi Jumlah Distributor
Non Subsidi (Rp 8.000)Non Subsidi (Rp 8.000)Non Subsidi (Rp 8.000)Non Subsidi (Rp 8.000)Non Subsidi (Rp 8.000)
19 Februari 2008 Kelurahan Kb Melati Tn Abang 5.000 lt PT Salim Invomas Pratama
27 Februari 2008 Kelurahan Kali Anyer Jakbar 5.000 lt PT Salim Invomas Pratama
28 Februari 2008 Kelurahan PengilinganJakarta Timur 5.000 lt PT Salim Invomas Pratama
4 Maret 2008 Kelurahan Kebon Bawang Jakarta Utara 5.000 lt PT Wimar Internasional
17 Maret 2008 Kantor Dinas Perindag Jakarta Utara 5.000 lt PT Salim Invomas Pratama
18 Maret 2008 Kelurahan Cipinang Besar Jakarta Timur 5.000 lt PT Wimar Internasional
24 Maret 2008 Kecamatan Palmerah Jakarta Barat 5.000 lt PT Wimar Internasional
Subsidi (Rp 9.000)Subsidi (Rp 9.000)Subsidi (Rp 9.000)Subsidi (Rp 9.000)Subsidi (Rp 9.000)
14 Maret 2008 Keluarahan Pondok Pinang Jakarta Selatan 10.000 lt PT Wimar Internasional
25 Maret 2008 Rusun Angke Tambora Jakarta Barat 10.000 lt MIKIE
25 Maret 2008 Keluaraha Tugu Jakarta Utara 13.483 lt MIKIE
25 Maret 2008 Johar Baru Jakarta Pusat 13.483 lt SMART
25 Maret 2008 Ciracas Jakarta Timur 13.483 lt MIKIE
26 Maret 2008 Duri Kosambi Cengkareng 10.000 lt SMART
Sumber : Dinas Perinda DKI Jakarta, diolah
49
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
itu kebijakan pemerintah (pemda) lebih diarahkan kepada pemberian subsidi minyak
goreng yang ditujukan bagi masyarakat miskin melalui kegiatan operasi pasar.
Operasi pasar minyak goreng murah dilakukan dalam bentuk minyak goreng nonOperasi pasar minyak goreng murah dilakukan dalam bentuk minyak goreng nonOperasi pasar minyak goreng murah dilakukan dalam bentuk minyak goreng nonOperasi pasar minyak goreng murah dilakukan dalam bentuk minyak goreng nonOperasi pasar minyak goreng murah dilakukan dalam bentuk minyak goreng non
subsidi dan minyak goreng subsidisubsidi dan minyak goreng subsidisubsidi dan minyak goreng subsidisubsidi dan minyak goreng subsidisubsidi dan minyak goreng subsidi. Untuk minyak goreng non subsidi, pemerintahbekerjasama dengan distributor menyediakan minyak goreng bermerek seharga
Rp 8.000, lebih murah dibandingkan dengan harga di pasar yang mencapai Rp
13.000. Pelaksanaan operasi pasar dilakukan di tujuh kelurahan, masing-masingkelurahan mendapat jatah 5.000 liter. Sementara itu, untuk operasi pasar minyak
goreng bersubsidi akan dilakukan di 267 kelurahan dengan jatah per kelurahan
sebanyak 13.483 liter atau total 3,6 juta liter. Operasi pasar akan dilakukan padaMaret hingga Agustus 2008. Pada periode pertama operasi dilakukan mulai dari
tanggal 25 Maret sampai 25 April 2008 dengan besaran subsidi Rp 2.500 per liter.
Masyarakat dapat membeli minyak goreng seharga Rp. 10.000 per liter, lebihmurah dibandingkan dengan harga pasar Rp 12.500 per liter.
Grafik II.8Perkembangan Pasokan Sayur
Grafik II.9Perkembangan Harga Sembako
Ton
0
20000
40000
60000
80000
10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2006 2007
Beras Sayuran Buah
Rp
2.000
4.000
6.000
8.000
10.000
12.000
2007 2008Juni Juli Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb
Minyak goreng curahGula pasir
Tepung teriguMinyak tanah.
Tabel II. 5Pasokan Sayur Mayur
Triwulan I-IV 2007 dipasar Induk*
Pasar Induk Beras
Cipinang (PIBC)
- Beras (ton) 37.849 38.667 32.056 26.265 22.241
Pasar Induk Kramat Jati
- Sayuran (ton) 36.367 35.951 35.841 29.096 28.117
- Buah (ton) 32.408 31.091 35.940 32.896 22.536
*) Departemen Perdagangan, diolah
2007
I II III IV I
2008
Tabel II. 6Harga Sembako pada Triwulan III-IV 2007
Beras 5.444 5.864 7,71Hewan Ternak Potong 58.432 62.061 6,21Sayur Mayur 14.732 18.460 25,30Buah Buahan 9.055 9.000 -0,61Gula Pasir 6.717 6.683 -0,51Minyak Goreng Curah 9.326 11.757 26,06Tepung Terigu 5.173 7.009 35,48Minyak Tanah 3.689 4.657 26,23
Sumber : Biro Adms Perekonomian Propinsi DKI Jakarta
Rata-rataIII-2007
Rata-rataIV-2007
Perubahan(%)
Komoditas
50
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
2. Inflasi Tahunan (y-o-y)Dilihat secara tahunan, inflasi DKI Jakarta dan pada triwulan I-2008 sebesar 7,7%Dilihat secara tahunan, inflasi DKI Jakarta dan pada triwulan I-2008 sebesar 7,7%Dilihat secara tahunan, inflasi DKI Jakarta dan pada triwulan I-2008 sebesar 7,7%Dilihat secara tahunan, inflasi DKI Jakarta dan pada triwulan I-2008 sebesar 7,7%Dilihat secara tahunan, inflasi DKI Jakarta dan pada triwulan I-2008 sebesar 7,7%
(y-o-y), naik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (6,0%)(y-o-y), naik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (6,0%)(y-o-y), naik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (6,0%)(y-o-y), naik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (6,0%)(y-o-y), naik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (6,0%). Tekanan harga
tertinggi terjadi pada kelompok pakaian, bahan makanan dan makanan jadi.Kenaikan pada kelompok pakaian berasal dari tingginya kenaikan harga emas
perhiasan sebesar 44,4%. Pada kelompok bahan makanan kenaikan harga tertinggi
terjadi pada komoditas sayur mayur, daging dan telur. Sedangkan pada kelompokmakanan jadi kenaikan harga berasal dari harga roti dan mie instan.
Grafik II.10Inflasi berdasarkan kelompok
barang (y-o-y)
Grafik II.11Kontribusi per kelompok barang dalam
Inflasi y-o-y
Secara tahunan, sumbangan terhadap inflasi tertinggi terjadi pada kelompok bahanSecara tahunan, sumbangan terhadap inflasi tertinggi terjadi pada kelompok bahanSecara tahunan, sumbangan terhadap inflasi tertinggi terjadi pada kelompok bahanSecara tahunan, sumbangan terhadap inflasi tertinggi terjadi pada kelompok bahanSecara tahunan, sumbangan terhadap inflasi tertinggi terjadi pada kelompok bahan
makanan (2,3%), perumahan (1,9%) dan makanan jadi (1,6%)makanan (2,3%), perumahan (1,9%) dan makanan jadi (1,6%)makanan (2,3%), perumahan (1,9%) dan makanan jadi (1,6%)makanan (2,3%), perumahan (1,9%) dan makanan jadi (1,6%)makanan (2,3%), perumahan (1,9%) dan makanan jadi (1,6%). Sumbangantersebut dihitung dari kenaikan harga dikali dengan bobot nilai konsumsi dari
bahan makanan (19,3%), perumahan (31,1%) dan makanan jadi (16,3%).
Kelompok pakaian dan pendidikan, meskipun mengalami kenaikan harga tertinggitetapi karena bobotnya rendah (5,8% dan 6,2%) maka kelompok tersebut bukan
merupakan penyumbang utama inflasi. Sebaliknya kelompok perumahan meskipun
mengalami kenaikan yang relatif rendah namun karena bobotnya cukup tinggi(31,1%) maka kelompok tersebut memberikan sumbangan bagi inflasi di Jakarta.
Jenis barang yang memberikan kontribusi inflasi tertinggi secara y-o-y dapat dilihat
tabel II.7.
IHK 5,7 5,9 6,5 6,0 7,7Bhn Makanan 11,9 12,7 12,7 11,4 11,8Mknn jadi 3,7 3,9 4,2 5,4 9,8Perumahan 5,7 6,2 7,1 4,8 6,1Pakaian 5,0 3,7 5,1 8,2 13,1Kesehatan 4,6 2,9 3,1 4,0 5,7Pendidikan 7,0 6,5 9,0 9,1 8,9Transportasi 0,5 0,7 1,0 0,9 1,4
(y-o-y, %)
Sumber : BPS
0
5
10
15
20
Q1-2007 Q2-2007 Q3-2007 Q4-2007 Q1-2008 0
2
4
6
8
10
7,66
2,291,60 1,89
0,750,21 0,250,56
IHKBhn
Makanan
Mknn jadiPerumahan
PakaianKesehatan
PendidikanTransportasi
51
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
C. INFLASI BERDASARKAN INFLASI INTI DAN NON INTIKenaikan inflasi IHK pada triwulan I-2008 sebesar 7,7% , naik dari 6,0% padaKenaikan inflasi IHK pada triwulan I-2008 sebesar 7,7% , naik dari 6,0% padaKenaikan inflasi IHK pada triwulan I-2008 sebesar 7,7% , naik dari 6,0% padaKenaikan inflasi IHK pada triwulan I-2008 sebesar 7,7% , naik dari 6,0% padaKenaikan inflasi IHK pada triwulan I-2008 sebesar 7,7% , naik dari 6,0% pada
triwulan sebelumnya. triwulan sebelumnya. triwulan sebelumnya. triwulan sebelumnya. triwulan sebelumnya. Kenaikan inflasi bersumber dari kenaikan baik inflasi inti
7,1% maupun dan non inti (8,4%). Pada triwulan sebelumnya, Inflasi inti tercatatsebesar 5,1% (y-o-y) sedangkan inflasi non inti 7,4%. Namun demikian,
peningkatan inflasi inti di triwulan laporan bukan disebabkan oleh menguatnya
terkanan permintaan, melainkan lebih disebabkan oleh meningkatnya biaya-biayapada komoditas yang tergolong inti sebagai dampak kenaikan harga beberpa
komoditas di pasar internasional. Komoditi inti yang meningkat harganya tersebut
antara lain roti tawar, roti manis dan kue-kue. Sementara, itu meningkatnya hargaemas perhiasan dipengaruhi oleh adanya kenaikan harga emas yang pararel dengan
kenaikan harga minyak dunia.
Tingginya inflasi non inti tidak hanya disebabkan oleh gejolak harga pada beberapaTingginya inflasi non inti tidak hanya disebabkan oleh gejolak harga pada beberapaTingginya inflasi non inti tidak hanya disebabkan oleh gejolak harga pada beberapaTingginya inflasi non inti tidak hanya disebabkan oleh gejolak harga pada beberapaTingginya inflasi non inti tidak hanya disebabkan oleh gejolak harga pada beberapa
komoditas volatile, namun juga dipengaruhi oleh kenaikan harga pada beberapakomoditas volatile, namun juga dipengaruhi oleh kenaikan harga pada beberapakomoditas volatile, namun juga dipengaruhi oleh kenaikan harga pada beberapakomoditas volatile, namun juga dipengaruhi oleh kenaikan harga pada beberapakomoditas volatile, namun juga dipengaruhi oleh kenaikan harga pada beberapa
komoditas administrasi.komoditas administrasi.komoditas administrasi.komoditas administrasi.komoditas administrasi. Pada komoditas volatile penyebab kenaikan harga terutama
adalah gangguan pasokan. Komoditas dimaksud antara lain adalah bawang merah,
cabe, tahu dan tempe mengalami kenaikan rata-rata sebesar 25%. Sementara ituharga minyak goreng (curah) meskipun beberapa sempat menyentuh harga Rp
14.000 per kg, dengan operasi pasar, masyarakat dapat membeli dengan harga
Rp 8.000 per kg.
Tabel II. 7 Komoditas Penyumbang Inflasi (y-o-y) Tertinggi di Jakarta
No. Komoditas Inflasi (%) Kontribusi (%) No. Komoditas Inflasi (%) Kontribusi (%)
1 Minyak Tanah 49.06 0.83 11 Kontrak Rumah 1.82 0.19
2 Emas Perhiasan 44.40 0.59 12 Sewa Rumah 5.31 0.19
3 Minyak Goreng 31.21 0.29 13 Roti Manis 38.46 0.19
4 Nasi 9.92 0.28 14 Telur Ayam Ras 34.24 0.18
5 Biaya Keamanan 90.00 0.27 15 Roti Tawar 52.78 0.17
6 Daging Ayam Ras 22.45 0.27 16 Akademi/Perguruan
Tinggi 10.24 0.16
7 Tahu Mentah 66.19 0.26 17 Rokok Kretek Filter 10.28 0.15
8 Bawang Merah 76.20 0.25 18 Mie Kering Instant 42.89 0.14
9 Mie 22.12 0.25 19 Slta 19.82 0.14
10 Tempe 47.99 0.23 20 Sekolah Dasar 19.25 0.13
JumlahJumlahJumlahJumlahJumlah 5.165.165.165.165.16
52
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
Sementara itu, pada kelompok administrasi kenaikan harga terutama terjadi padaSementara itu, pada kelompok administrasi kenaikan harga terutama terjadi padaSementara itu, pada kelompok administrasi kenaikan harga terutama terjadi padaSementara itu, pada kelompok administrasi kenaikan harga terutama terjadi padaSementara itu, pada kelompok administrasi kenaikan harga terutama terjadi pada
komoditas minyak tanah, sejalan dengan program konversi sehingga pasokankomoditas minyak tanah, sejalan dengan program konversi sehingga pasokankomoditas minyak tanah, sejalan dengan program konversi sehingga pasokankomoditas minyak tanah, sejalan dengan program konversi sehingga pasokankomoditas minyak tanah, sejalan dengan program konversi sehingga pasokan
dibatasi.dibatasi.dibatasi.dibatasi.dibatasi. Pada triwulan ini program konversi minyak tanah ke gas sudah mencapai
95% dan sisanya akan dikonversi bulan April 2008. Pada triwulan ini harga minyaktanah mencapai Rp 5.000 atau meningkat sebesar 26%. Di beberapa tempat
pada bulan Maret minyak tanah bahkan dijual seharga Rp 8.300 per liter. Dengan
perkembangan inflasi menurut kelompok tersebut maka inflasi inti dan non intimemberikan kontribusi masing-masing sebesar 4,3% dan 3,4%.
Grafik II.12Inflasi Inti dan Non Inti
Grafik II.13Sumbangan Inflasi Inti dan Non Inti
Grafik II.14Perkembangan Harga Beberapa Komoditi
dalam Inflasi Inti
Grafik II.15Perkembangan Harga Beberapa Komoditi
dalam Inflasi Non Inti
(%) yoy
2
7
12
17
22
27
32
2005 2006 2007 20081 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3
IHK Jakarta 7,7Inflasi Inti 7,1Inflasi Non Inti 8,4
(%)
0
5
10
15
20
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3
2006 2007 2008
Inflasi Non Inti 3,40Inflasi Inti 4,26
Sumber : SPH2008
%
Emas PerhiasanMieGula PasirAyam Goreng
-4
-2
0
2
4
6
8
10
6 7 8 9 10 11 12 1 2 32007
Sumber : SPH
%
-20
-10
0
10
20
30
40
6 7 8 9 10 11 12 1 2 320082007
BerasDaging ayam rasMinyak gorengTelur ayam ras
53
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
Berbeda dengan harga minyak tanah, harga BBM Pertamax di Jakarta meningkatBerbeda dengan harga minyak tanah, harga BBM Pertamax di Jakarta meningkatBerbeda dengan harga minyak tanah, harga BBM Pertamax di Jakarta meningkatBerbeda dengan harga minyak tanah, harga BBM Pertamax di Jakarta meningkatBerbeda dengan harga minyak tanah, harga BBM Pertamax di Jakarta meningkat
8,7% dibanding dengan harga pada triwulan sebelumnya.8,7% dibanding dengan harga pada triwulan sebelumnya.8,7% dibanding dengan harga pada triwulan sebelumnya.8,7% dibanding dengan harga pada triwulan sebelumnya.8,7% dibanding dengan harga pada triwulan sebelumnya. Kenaikan ini terutamadipengaruhi oleh kenaikan harga minyak dunia. Harga BBM Pertamax di Jakarta
yang pada penghujung tahun 2007 masih berkisar Rp 7.400 per liter, kini meningkat
menjadi Rp 8.100 per liter. Sementara itu harga Pertamax Plus dan Pertamax Dexmeningkat hingga masing-masing per liternya menjadi Rp 8.300 dan Rp 9.100.
Pada triwulan ini beberapa Pada triwulan ini beberapa Pada triwulan ini beberapa Pada triwulan ini beberapa Pada triwulan ini beberapa administered priceadministered priceadministered priceadministered priceadministered price seperti tarif air minum dan angkutan seperti tarif air minum dan angkutan seperti tarif air minum dan angkutan seperti tarif air minum dan angkutan seperti tarif air minum dan angkutan
umum tidak mengalami kenaikan yang berartiumum tidak mengalami kenaikan yang berartiumum tidak mengalami kenaikan yang berartiumum tidak mengalami kenaikan yang berartiumum tidak mengalami kenaikan yang berarti. Tarif air minum di DKI Jakarta,
sejak kenaikan terakhir sebesar 10,05% pada tahun 2007 yang lalu, hingga kinitidak mengalami kenaikan, namun demikian pihak penyelenggara sudah
mengusulkan kenaikan sebesar 30%. Kenaikan administered price tersebut
kalaupun terealisasi diperkirakan tidak akan memberikan dampak yang signifikan
Tabel II. 8Tarif Parkir
Golongan I (sedan dan jeep)Golongan I (sedan dan jeep)Golongan I (sedan dan jeep)Golongan I (sedan dan jeep)Golongan I (sedan dan jeep)1 Jam pertama Rp. 1.500 Rp. 3.0001 Jam berikutnya Rp. 1.500 Rp. 1.500
Golongan II (bus-dan truk)Golongan II (bus-dan truk)Golongan II (bus-dan truk)Golongan II (bus-dan truk)Golongan II (bus-dan truk)1 Jam pertama Rp. 1.500 Rp. 3.0001 Jam berikutnya Rp. 1.500 Rp. 3.000
Golongan III (sepeda motor)Golongan III (sepeda motor)Golongan III (sepeda motor)Golongan III (sepeda motor)Golongan III (sepeda motor)1 Jam pertama Rp. 500 Rp. 7501 Jam berikutnya Rp. 500 Rp. 750
Sumber : *) Pergub No. 86 - 2006
Tarif BaruTarif Lama
*) Harga Tanpa Subsidi
Tabel II. 10Perilaku Barang Berdasarkan Inti dan Non Inti
DKI IV-2007 Meningkat Menurun
Kelompok Inflasi Bahan Makanan : TERIGU, Makanan Jadi : mie, roti tawar,
Inti roti manis, nasi, bubur, PERUMAHAN : besi beton, TELEVISI
PAKAIAN : emas,
Kelompok Cabe Merah, bayam, anggur, TAHU MENTAH, TEMPE, Mie
Volatile Food kering instan, BERAS, daging ayam ras, daging sapi Bawang putih, bawang merah
Kelompok
Administered Minyak tanah -
Price
* s.d. bulan Maret 2008 Sumber : BPS, diolah
Tabel II. 9Harga BBM di Jakarta
Premium 4.500 4.500 4.500 4.500 6.964 0,00
Pertamax Plus 7.800 7.750 7.750 8.300 8.300 6,41
Pertamax 7.450 7.400 7.500 8.100 8.100 8,72
Pertamax Dex 8.600 8.700 8.400 9.100 9.100 5,81
Minyak Tanah 2.000 2.000 2.000 2.000 7.736 0,00
Minyak Solar 4.300 4.300 4.300 4.300 7.780 0,00
JenisDes Jan Feb Mar Mar*
2008 I-08/IV-07(%)
2007
54
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
mengingat jumlah penduduk yang berlangganan hanya mencapai 7% dari seluruh
penduduk DKI.
Sementara itu, rencana kenaikan tarif Transjakarta sebesar 42,8% dari Rp 3.500Sementara itu, rencana kenaikan tarif Transjakarta sebesar 42,8% dari Rp 3.500Sementara itu, rencana kenaikan tarif Transjakarta sebesar 42,8% dari Rp 3.500Sementara itu, rencana kenaikan tarif Transjakarta sebesar 42,8% dari Rp 3.500Sementara itu, rencana kenaikan tarif Transjakarta sebesar 42,8% dari Rp 3.500
menjadi Rp 5.000 sebagaimana diusulkan Pemprov DKI Jakarta pada triwulan inimenjadi Rp 5.000 sebagaimana diusulkan Pemprov DKI Jakarta pada triwulan inimenjadi Rp 5.000 sebagaimana diusulkan Pemprov DKI Jakarta pada triwulan inimenjadi Rp 5.000 sebagaimana diusulkan Pemprov DKI Jakarta pada triwulan inimenjadi Rp 5.000 sebagaimana diusulkan Pemprov DKI Jakarta pada triwulan ini
masih belum terealisasimasih belum terealisasimasih belum terealisasimasih belum terealisasimasih belum terealisasi. Tarif angkutan umum antar kota antar provinsi (AKAP)
tidak mengalami kenaikan. Sementara itu tarif angkutan laut dalam negeri tidak
mengalami perubahan mengingat baru saja mengalami kenaikan sebesar 30%pada triwulan IV-2007. Justru tarif kereta api Jakarta Bandung mengalami
penurunan rata-rata 30% untuk mengantisipasi penurunan jumlah penumpang.
Dengan telah beroperasinya tol Cipularang, jumlah keterisian kereta apiParahyangan dan Argo Gede hanya berkisar 25 - 35%.
Tabel II. 11Tarif Kereta Api Jakarta Bandung
Argo GedeArgo GedeArgo GedeArgo GedeArgo GedeEksekutif 65.000 45.000
ParahyanganParahyanganParahyanganParahyanganParahyanganEksekutif 50.000 35.000Bisnis 30.000 20.000Bisnis Anak 24.000 16.000
Sumber : PT KAI
Janis KA 2007 Mar-8
Pada triwulan ini kenaikan tarif tol relatif terbatas. Pada triwulan ini kenaikan tarif tol relatif terbatas. Pada triwulan ini kenaikan tarif tol relatif terbatas. Pada triwulan ini kenaikan tarif tol relatif terbatas. Pada triwulan ini kenaikan tarif tol relatif terbatas. Kenaikan tarif tol Cikampek
dan Tol Sedyatmo sebesar 14% ditunda. Ruas tol Jakarta Tangerang, Tol dalam
Kota dan Tol Jagorawi telah mengalami kenaikan rata-rata sebesar 20,82% ditriwulan sebelumnya. Sementara itu, untuk tarif listrik, meskipun pemerintah
sebelumnya telah mengijinkan PLN untuk memberlakukan tarif insentif dan
disinsentif kepada pelanggan, namun realisasinya ditunda menunggu hasilsosialisasi dari masyarakat. Dengan ketentuan yang baru, seorang pelanggan harus
membayar tarif listrik sebesar 1,6 kali lipat apabila pemakaiannya melebihi 80%
angka patokan. Sebaliknya seorang pelanggan akan menerima diskon 20% jikapemakaian listriknya dibawah 80% angka patokan.
55
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
BAB III. PERKEMBANGAN PERBANKAN1 DAN LKNB
Perkembangan kegiatan usaha perbankan dan kegiatan usaha Lembaga KeuanganPerkembangan kegiatan usaha perbankan dan kegiatan usaha Lembaga KeuanganPerkembangan kegiatan usaha perbankan dan kegiatan usaha Lembaga KeuanganPerkembangan kegiatan usaha perbankan dan kegiatan usaha Lembaga KeuanganPerkembangan kegiatan usaha perbankan dan kegiatan usaha Lembaga Keuangan
Non Bank (LKNB) di Jakarta sampai dengan akhir bulan Februari 2008 menunjukkanNon Bank (LKNB) di Jakarta sampai dengan akhir bulan Februari 2008 menunjukkanNon Bank (LKNB) di Jakarta sampai dengan akhir bulan Februari 2008 menunjukkanNon Bank (LKNB) di Jakarta sampai dengan akhir bulan Februari 2008 menunjukkanNon Bank (LKNB) di Jakarta sampai dengan akhir bulan Februari 2008 menunjukkan
perlambatan.perlambatan.perlambatan.perlambatan.perlambatan. Kegiatan penghimpunan dana masyarakat dan penyaluran kreditoleh kantor bank yang berlokasi di Jakarta secara triwulanan menurun. Sumberpenurunan penghimpunan dana terutama adalah penurunan simpanan milikindividual dan milik BUMN. Faktor yang mempengaruhi antara lain adalahpeningkatan kebutuhan transaksi tunai di awal tahun. Sementara itu faktor yangmempengaruhi penurunan outstanding kredit antara lain adalah peningkatanpelunasan dan undisbursed loan cukup tinggi. Dengan perkembangan tersebutmaka rasio penyaluran kredit terhadap dana yang dihimpun bank (LDR) di Jakartameningkat dari 67,5% pada akhir Desember 2007 menjadi 69,6% pada akhirFebruari 2008, di atas angka LDR Nasional 67,8%. Peningkatan LDR tersebutdiikuti dengan performance kredit yang relatif baik dibandingkan dengan periodewaktu yang sama pada tahun sebelumnya, sebagaimana tercermin pada angkaNPLs Gross yang rendah. Perkembangan performance kredit tersebut dipengaruhiantara lain oleh berlanjutnya langkah-langkah restrukturisasi kredit terhadapbeberapa debitor besar dan penyaluran kredit yang lebih berhati-hati. Secarakeseluruhan, resiko likuiditas dan resiko pasar masih dapat tertangani denganbaik. Sementara itu, kegiatan usaha lembaga keuangan non bank, khususnyapembiayaan konsumen juga menunjukkan perlambatan pertumbuhan. Hal yangsama juga tercermin pada perlambatan kinerja di pasar modal yang tidak terlepasdari kelesuan pasar keuangan global sebagai dampak lanjutan dari krisis sub primemortgage di Amerika.
A. INTERMEDIASI PERBANKANPenghimpunan dana perbankan (DPK) dan di sisi lain penyaluran kredit perbankanPenghimpunan dana perbankan (DPK) dan di sisi lain penyaluran kredit perbankanPenghimpunan dana perbankan (DPK) dan di sisi lain penyaluran kredit perbankanPenghimpunan dana perbankan (DPK) dan di sisi lain penyaluran kredit perbankanPenghimpunan dana perbankan (DPK) dan di sisi lain penyaluran kredit perbankan
di Jakarta pada posisi akhir Februari 2008 menunjukkan jumlah yang menurun,di Jakarta pada posisi akhir Februari 2008 menunjukkan jumlah yang menurun,di Jakarta pada posisi akhir Februari 2008 menunjukkan jumlah yang menurun,di Jakarta pada posisi akhir Februari 2008 menunjukkan jumlah yang menurun,di Jakarta pada posisi akhir Februari 2008 menunjukkan jumlah yang menurun,
terutama pada komponen DPK. terutama pada komponen DPK. terutama pada komponen DPK. terutama pada komponen DPK. terutama pada komponen DPK. Penghimpunan DPK walaupun pertumbuhan
tahunannya cukup tinggi namun outstandingnya dan pertumbuhan triwulannya
turun. Faktor yang mempengaruhi penurunan tersebut antara lain adalah
1 Data yang disajikan dan dianalisis adalah data yang didasarkan pada kegiatan kantor bank yang berlokasi di wilayah Jakarta,bukan data menurut kriteria lokasi proyek. Fokusnya adalah untuk mengetahui perkembangan kegiatan kantor bank yangberlokasi di Jakarta, termasuk resiko-resiko yang dihadapi bank di Jakarta. Sumber data berasal dari Direktorat Perizinan danInformasi Perbankan.
56
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
peningkatan kebutuhan tunai nasabah inividual dan BUMN sebagaimana tercermin
pada penurunan simpanan milik ke dua kelompok nasabah dimaksud. Selain itu
diduga juga dipengaruhi oleh semakin banyaknya outlet berinvestasi di instrumenfinansial lain. Di sisi penyaluran kredit juga terjadi penurunan outstanding kredit,
walaupun tidak sebesar penurunan DPK. Faktor yang mempengaruhi penurunan
tersebut antara lain adalah meningkatnya pelunasan kredit dan di sisi lainpersetujuan kredit baru masih banyak yang belum sepenuhnya direalisasikan,
sebagaimana tercermin pada undisbursed loan yang cukup tinggi
1. Penghimpunan Dana MasyarakatPenghimpunan dana pihak ketiga oleh perbankan di Jakarta sampai denganPenghimpunan dana pihak ketiga oleh perbankan di Jakarta sampai denganPenghimpunan dana pihak ketiga oleh perbankan di Jakarta sampai denganPenghimpunan dana pihak ketiga oleh perbankan di Jakarta sampai denganPenghimpunan dana pihak ketiga oleh perbankan di Jakarta sampai dengan
Februari 2008 relatif tumbuh lambat, dan tren pertumbuhan tahunan akselerasinyaFebruari 2008 relatif tumbuh lambat, dan tren pertumbuhan tahunan akselerasinyaFebruari 2008 relatif tumbuh lambat, dan tren pertumbuhan tahunan akselerasinyaFebruari 2008 relatif tumbuh lambat, dan tren pertumbuhan tahunan akselerasinyaFebruari 2008 relatif tumbuh lambat, dan tren pertumbuhan tahunan akselerasinya
melambat (Grafik III. 1 dan 2)melambat (Grafik III. 1 dan 2)melambat (Grafik III. 1 dan 2)melambat (Grafik III. 1 dan 2)melambat (Grafik III. 1 dan 2). Secara triwulanan penghimpunan DPK tumbuh
lebih rendah (-3,3%) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (10,2%). Dengan
perkembangan ini maka pertumbuhan penghimpunan DPK s.d. Februari 2008mencapai -3,3% (y-t-d) dan secara tahunan (y-o-y) tumbuh 17,8%, melambat
dibandingkan triwulan sebelumnya (21,8%, y-o-y). Perlambatan penghimpunan
dana di triwulan I terjadi di ketiga komponen DPK (giro, deposito dan tabungan).
Dalam triwulan laporan, perlambatan penghimpunan DPK (q-t-q) terjadi padaDalam triwulan laporan, perlambatan penghimpunan DPK (q-t-q) terjadi padaDalam triwulan laporan, perlambatan penghimpunan DPK (q-t-q) terjadi padaDalam triwulan laporan, perlambatan penghimpunan DPK (q-t-q) terjadi padaDalam triwulan laporan, perlambatan penghimpunan DPK (q-t-q) terjadi pada
pertumbuhan giro, tabungan, deposito. pertumbuhan giro, tabungan, deposito. pertumbuhan giro, tabungan, deposito. pertumbuhan giro, tabungan, deposito. pertumbuhan giro, tabungan, deposito. Outstanding giro turun cukup tinggi -
12.1%, dari Rp 221,9 triliun pada Desember 2008 menjadi Rp 195,0 triliun pada
bulan Februari 2008. Pada periode waktu yang sama tabungan turun -0,5% dandeposito hanya tumbuh tipis (0,7%). Penurunan simpanan giro dan deposito berasal
dari simpanan milik individual dan dana BUMN yang terutama dipengaruhi oleh
Jakarta DPK Rp Miliar 619.880,0 660.507,0 682.106,6 751.465,7 726.694,7
Pertumbuhan (%, y-o-y) 8,7 14,3 16,7 21,8 18,6
Kredit Lokasi Bank Rp Miliar 396.151,0 428.747,0 450.661,2 507.496,3 505.913,9
Pertumbuhan (%, y-o-y) 16,6 21,3 21,8 28,1 30,1
LDR (%) 63,91 64,91 66,07 67,53 69,62
NPL (%) 6,6 6,1 6,0 4,1 4,3
Tabel III. 1Beberapa Indikator Perbankan Jakarta
Uraian
*) s.d. Februari 2008**) Sejak Triwulan 1 2007, termasuk KUMKM di Banten
2007
1 2 3 4* 1*
2008
57
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
peningkatan kebutuhan kas nasabah. Sementara itu, pertumbuhan DPK deposito
yang relatif lambat (0,7%) diduga dipengaruhi oleh imbal hasil yang cenderung
menurun sejalan dengan bunga SBI rendah dan juga outlet investasi di pasarkeuangan yang semakin beragam, seperti pasar modal, reksadana, insurance linked,
dan lainnya.
Walaupun deposito tumbuh relatif lambat namun struktur atau komposisi danaWalaupun deposito tumbuh relatif lambat namun struktur atau komposisi danaWalaupun deposito tumbuh relatif lambat namun struktur atau komposisi danaWalaupun deposito tumbuh relatif lambat namun struktur atau komposisi danaWalaupun deposito tumbuh relatif lambat namun struktur atau komposisi dana
pihak ketiga (DPK) perbankan di DKI Jakarta relatif tidak berubah, sehingga depositopihak ketiga (DPK) perbankan di DKI Jakarta relatif tidak berubah, sehingga depositopihak ketiga (DPK) perbankan di DKI Jakarta relatif tidak berubah, sehingga depositopihak ketiga (DPK) perbankan di DKI Jakarta relatif tidak berubah, sehingga depositopihak ketiga (DPK) perbankan di DKI Jakarta relatif tidak berubah, sehingga deposito
tetap memiliki porsi tertinggi (Grafik III. 3-4). tetap memiliki porsi tertinggi (Grafik III. 3-4). tetap memiliki porsi tertinggi (Grafik III. 3-4). tetap memiliki porsi tertinggi (Grafik III. 3-4). tetap memiliki porsi tertinggi (Grafik III. 3-4). Simpanan dalam bentuk deposito
tercatat sebesar Rp 408,6 triliun (56,2%), diikuti giro Rp 195,0 triliun (26,8%) dantabungan Rp 123,0 triliun (16,9%). Porsi simpanan deposito tersebut meningkat
seiring dengan pertumbuhan negatif giro dan tabungan. Faktor yang
mempengaruhi porsi deposito di dalam komposisi DPK tetap tinggi, antara laindikarenakan deposan masih menganggap deposito masih menguntungkan
(walaupun imbal hasil menurun), dengan pertimbangan faktor keamanan, faktor
konservativ dan kemungkinan faktor teknis yang lebih terkait dengan jatuh tempodeposito. Sementara itu, aktivitas bisnis yang tinggi di Jakarta berpengaruh pada
tingginya porsi simpanan dalam bentuk giro yang melampaui porsi simpanan dalam
bentuk tabungan.
Tingginya Tingginya Tingginya Tingginya Tingginya outstandingoutstandingoutstandingoutstandingoutstanding DPK di DKI Jakarta, walaupun di triwulan laporan sedikit DPK di DKI Jakarta, walaupun di triwulan laporan sedikit DPK di DKI Jakarta, walaupun di triwulan laporan sedikit DPK di DKI Jakarta, walaupun di triwulan laporan sedikit DPK di DKI Jakarta, walaupun di triwulan laporan sedikit
menurun, menunjukkan bahwa kepercayaan masyarakat terhadap perbankanmenurun, menunjukkan bahwa kepercayaan masyarakat terhadap perbankanmenurun, menunjukkan bahwa kepercayaan masyarakat terhadap perbankanmenurun, menunjukkan bahwa kepercayaan masyarakat terhadap perbankanmenurun, menunjukkan bahwa kepercayaan masyarakat terhadap perbankan
tinggi. tinggi. tinggi. tinggi. tinggi. Hal ini tidak terlepas dari upaya terus menerus untuk mengarahkan kegiatan
perbankan beroperasi dengan memperhatikan azas-azas prudential sehinggakepercayaan masyarakat dapat dijaga. Di sisi lain layanan perbankan semakin
meningkat dan inovatif, seperti layanan SMS banking, Internet banking, dan produk
Grafik III.1Perkembangan DPK Jakarta
Grafik III.2Perkembangan Komponen DPK Jakarta
Triliun Rp %
nominal(lhs) g(q-t-q)g(y-t-d) g(y-o-y)
440
460
480
500
520
540
560
580
-5
0
5
10
15
20
25
2005 2006 2007 20081 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1*
%, y-o-y
0
5
10
15
20
25
30
35
40
2007 20081 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2
GiroTabunganDeposito
58
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
Grafik III.3Komposisi DPK Bank Umum Jakarta
Grafik III.4Kepemilikan DPK Bank di Jakarta
jasa lainnya sehingga pendapatan yang tidak hanya tergantung dari kredit, yaitu
fee based income. Berdasarkan kepemilikannya, 46,2% DPK perbankan dimiliki
oleh nasabah individul, 35,1% dimiliki oleh perusahaan bukan lembaga keuanganswasta. Sementara dana milik pemerintah daerah di bawah 1%.
2. Penyaluran KreditPerkembangan ekonomi di triwulan I yang melambat diperkirakan berpengaruhPerkembangan ekonomi di triwulan I yang melambat diperkirakan berpengaruhPerkembangan ekonomi di triwulan I yang melambat diperkirakan berpengaruhPerkembangan ekonomi di triwulan I yang melambat diperkirakan berpengaruhPerkembangan ekonomi di triwulan I yang melambat diperkirakan berpengaruh
terhadap pertumbuhan penyaluran kredit oleh perbankan Jakartaterhadap pertumbuhan penyaluran kredit oleh perbankan Jakartaterhadap pertumbuhan penyaluran kredit oleh perbankan Jakartaterhadap pertumbuhan penyaluran kredit oleh perbankan Jakartaterhadap pertumbuhan penyaluran kredit oleh perbankan Jakarta. Pada triwulan
laporan, dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi global yang melambat dan
tekanan kenaikan harga beberapa komoditas di pasar internasional, perekonomiandomestik diperkirakan mengalami perlambatan pertumbuhan. Perlambatan
pertumbuhan perekonomian domestik tersebut diantaranya juga mempengaruhi
kinerja dunia usaha. Di sektor perbankan, hal ini antara lain tercermin padapenurunan outstanding kredit modal kerja yang turun dari Rp 287,9 triliun di
Grafik III.5Perkembangan Kredit Jakarta
Grafik III.6Perkembangan Kredit Modal Kerja (y-o-y)
Triliun Rp
-
100
200
300
400
500
600
700
800DepositoTabunganGiro
2005 2006 2007 20081 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2
Triliun Rp.
0
100
200
300
400
500
600
700
2006 2007 2007 200811 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1
Sektor Swasta LainnyaBU Non Keuangan Milik SwastaBU Non Keuangan Milik NegaraPemerintah DaerahLembaga Keuangan Lainnya:
Rp triliun %
0
100
200
300
400
500
600
(10,0)(5,0)0,05,010,015,020,025,030,035,0
2005 2006 2007 20081 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1*
Total (LHS)Q-to-QY-o-YY-to-date
%Triliun rupiah
0
50
100
150
200
250
300
350
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2
2006 2007 2008
-10-50510152025303540
Modal KerjagModal Kerja (y-o-y, rhs)gModal Kerja (y-to-d, rhs)
59
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
akhir Desember 2007 menjadi Rp 279,7 triliun di akhir bulan Februari 2008, atau
turun -2,85%. Penurunan outstanding modal kerja tersebut melebihi jumlahkenaikan kredit investasi dan konsumsi yang hanya naik tipis sehingga secara
keseluruhan outstanding kredit turun - 0,31% turun menjadi Rp 505,9 triliun. Di
sisi sektoral perlambatan pertumbuhan kredit tersebut tercermin pada perlambatanpertumbuhan kredit di sektor perdagangan (-11,7%).
Walaupun Walaupun Walaupun Walaupun Walaupun outstandingoutstandingoutstandingoutstandingoutstanding kredit modal kerja turun, namun demikian kredit modal kredit modal kerja turun, namun demikian kredit modal kredit modal kerja turun, namun demikian kredit modal kredit modal kerja turun, namun demikian kredit modal kredit modal kerja turun, namun demikian kredit modal
kerja masih mendominasi kredit perbankan di Jakarta (Grafik III. 6)kerja masih mendominasi kredit perbankan di Jakarta (Grafik III. 6)kerja masih mendominasi kredit perbankan di Jakarta (Grafik III. 6)kerja masih mendominasi kredit perbankan di Jakarta (Grafik III. 6)kerja masih mendominasi kredit perbankan di Jakarta (Grafik III. 6). OutstandingKredit modal kerja per Februari 2008 sebesar Rp 279,7 triliun (55,3%), diikuti
oleh kredit investasi Rp 118,7 triliun (23,5%) dan kredit konsumsi Rp 107,5 triliun
(21,3%) (Grafik III.7). Tingginya kredit modal kerja dan kredit investasi yangdisalurkan oleh perbankan di DKI Jakarta tersebut tidak terlepas dari pengaruh
DKI Jakarta sebagai pusat kegiatan bisnis dan jasa terbesar. Secara sektoral hal ini
dikonfirmasi oleh tingginya kredit yang disalurkan oleh perbankan di sektorperdagangan, jasa dunia usaha dan industri.
Grafik III.7Perkembangan Kredit Investasi
Grafik III.8Perkembangan Kredit Konsumsi
%Triliun rupiah
0
20
40
60
80
100
120
140
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 22006 2007 2008
InvestasigInvestasi (y-o-y, rhs)gInvestasi (y-to-d, rhs)
-10-505101520253035
%Triliun rupiah
0
20
40
60
80
100
120
-10-505101520253035
2006 2007 20081 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2
KonsumsigKonsumsi (y-o-y, rhs)gKonsumsi (y-to-d, rhs)
2007 1 220.779 92.057 83.315 396.151 2,4 -2,8 -1,1 0,4
2 238.747 99.958 90.043 428.748 8,14 8,58 8,08 8,23
3 248.773 105.575 96.313 450.661 4,20 5,62 6,96 5,11
4 287.872 115.037 104.588 507.496 15,72 8,96 8,59 12,61
2008 1* 279.672 118.726 107.516 505.914 (2,85) 3,21 2,80 (0,31)
Tabel III. 2Perkembangan Kredit Jenis Penggunaan (q-to-q)
Tw
* data Februari 2008
MK Invest. Kons. Total MK Invest. Kons. Total
Kredit (Miliar Rp) Pertumbuhan (%)Tahun
60
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
Grafik III.9Perkembangan Kredit Sektor Ekonomi (1)
Grafik III.10Perkembangan Kredit Sektor Ekonomi (2)
Searah dengan perkembangan kredit di sisi penggunaan, secara sektoral kreditSearah dengan perkembangan kredit di sisi penggunaan, secara sektoral kreditSearah dengan perkembangan kredit di sisi penggunaan, secara sektoral kreditSearah dengan perkembangan kredit di sisi penggunaan, secara sektoral kreditSearah dengan perkembangan kredit di sisi penggunaan, secara sektoral kredit
yang disalurkan oleh perbankan di Jakarta terkonsentrasi di sektor industri,yang disalurkan oleh perbankan di Jakarta terkonsentrasi di sektor industri,yang disalurkan oleh perbankan di Jakarta terkonsentrasi di sektor industri,yang disalurkan oleh perbankan di Jakarta terkonsentrasi di sektor industri,yang disalurkan oleh perbankan di Jakarta terkonsentrasi di sektor industri,
perdagangan, dan jasa dunia usahaperdagangan, dan jasa dunia usahaperdagangan, dan jasa dunia usahaperdagangan, dan jasa dunia usahaperdagangan, dan jasa dunia usaha. Ketiga sektor tersebut, yaitu sektor industri(Rp 124,0 triliun), sektor perdagangan (Rp 75,4 triliun) dan sektor jasa dunia usaha
(Rp 78,6 triliun) secara bersama-sama memiliki porsi kredit sebesar 55,0% dari
total kredit, dan selanjutnya diikuti sektor lain-lain yang sebagian besar merupakankredit konsumsi Rp 10,6 triliun (21,3%). Di triwulan laporan, beberapa sektor
utama yang memperoleh kredit cukup besar, kecuali di sektor industri, outstandingkreditnya menurun (y-o-y) (Grafik III. 9-10).
%, y-o-y
-5,00,05,0
10,015,020,025,030,035,040,045,0
2006 2007
IndustriPerdaganganJasa DULain-Lain
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011
%, y-o-y
-40-20
020406080
100120140
PertambanganKonstruksiPengk, perg, komPertanian
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011
2006 2007
2007 1 113.585 61.146 58.351 83.345 -2,0 1,7 5,0 -0,4
2 114.505 67.960 64.864 90.083 0,81 11,14 11,16 8,08
3 114.798 74.725 69.710 96.347 0,26 9,95 7,47 6,95
4 120.872 84.830 78.641 104.623 5,29 13,52 12,81 8,59
2008 1* 124.004 75.356 78.684 107.550 2,59 (11,17) 0,05 2,80
Tabel III. 3Perkembangan Kredit Sektoral (q-to-q)
Tw
* data s.d Februari
Industri Perdag. Jasa DU Lain-lain Industri Perdag. Jasa DU Lain-lain
Kredit (Miliar Rp) Pertumbuhan (%)Tahun
Kegiatan intermediasi perbankan di triwulan I 2008 secara keseluruhanKegiatan intermediasi perbankan di triwulan I 2008 secara keseluruhanKegiatan intermediasi perbankan di triwulan I 2008 secara keseluruhanKegiatan intermediasi perbankan di triwulan I 2008 secara keseluruhanKegiatan intermediasi perbankan di triwulan I 2008 secara keseluruhan
menunjukkan perlambatan, meskipun rasio pinjaman terhadap DPK (LDR)menunjukkan perlambatan, meskipun rasio pinjaman terhadap DPK (LDR)menunjukkan perlambatan, meskipun rasio pinjaman terhadap DPK (LDR)menunjukkan perlambatan, meskipun rasio pinjaman terhadap DPK (LDR)menunjukkan perlambatan, meskipun rasio pinjaman terhadap DPK (LDR)
meningkat. meningkat. meningkat. meningkat. meningkat. Namun demikian, peningkatan LDR perbankan di Jakarta dari 67,5%
menjadi 69,56% pada akhir bulan Februari 2008 (Grafik III.11) belummencerminkan kinerja perbankan yang membaik. Peningkatan LDR lebih
61
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
disebabkan oleh penurunan outstanding DPK (-3,3%) yang lebih tinggi
dibandingkan dengan penurunan outstanding kredit (-0,31%). Kinerja perbankan
di triwulan ini menurun sejalan dengan fase perlambatan pertumbuhanperekonomian nasional.
Grafik III.11LDR Perbankan Jakarta
Grafik III.12LDR Kredit Lokasi Proyek Jakarta
Sementara itu, LDR dengan menggunakan kredit berdasarkan lokasi proyekSementara itu, LDR dengan menggunakan kredit berdasarkan lokasi proyekSementara itu, LDR dengan menggunakan kredit berdasarkan lokasi proyekSementara itu, LDR dengan menggunakan kredit berdasarkan lokasi proyekSementara itu, LDR dengan menggunakan kredit berdasarkan lokasi proyek22222
menunjukan angka rasio LDR yang lebih rendah (Grafik III. 12).menunjukan angka rasio LDR yang lebih rendah (Grafik III. 12).menunjukan angka rasio LDR yang lebih rendah (Grafik III. 12).menunjukan angka rasio LDR yang lebih rendah (Grafik III. 12).menunjukan angka rasio LDR yang lebih rendah (Grafik III. 12). Pada posisi akhir
bulan Januari 2008, penghitungan LDR dengan menggunakan jumlah kredit
berdasarkan lokasi proyek di Jakarta 49,20%, naik tipis dibandingan dengan posisipada akhir bulan Desember 2007 (48,14%). Jumlah kredit untuk membiayai proyek
yang berlokasi di Jakarta pada posisi akhir Januari 2008 adalah Rp 357,5 triliun,
lebih rendah dibandingkan dengan jumlah kredit yang disalurkan oleh perbankandi DKI pada posisi yang sama Rp 502,0 triliun. Artinya, sebanyak Rp 145,5 triliun
kredit yang disalurkan oleh perbankan di Jakarta digunakan untuk membiayai
proyek yang berlokasi di luar Jakarta.
B. RESIKO KREDIT PERBANKANStabilitas makro ekonomi yang relatif terjaga namun disertai kinerja di sektor mikroStabilitas makro ekonomi yang relatif terjaga namun disertai kinerja di sektor mikroStabilitas makro ekonomi yang relatif terjaga namun disertai kinerja di sektor mikroStabilitas makro ekonomi yang relatif terjaga namun disertai kinerja di sektor mikroStabilitas makro ekonomi yang relatif terjaga namun disertai kinerja di sektor mikro
yang masih belum bergerak secara cukup optimal menyebabkan ruang gerak untukyang masih belum bergerak secara cukup optimal menyebabkan ruang gerak untukyang masih belum bergerak secara cukup optimal menyebabkan ruang gerak untukyang masih belum bergerak secara cukup optimal menyebabkan ruang gerak untukyang masih belum bergerak secara cukup optimal menyebabkan ruang gerak untuk
meningkatkan peran perbankan terbatas. meningkatkan peran perbankan terbatas. meningkatkan peran perbankan terbatas. meningkatkan peran perbankan terbatas. meningkatkan peran perbankan terbatas. Insentif untuk mendorong agar sektorriil bergerak perlu terus diberikan, baik yang berasal dari Bank Indonesia maupun
Pemerintah. Untuk memacu perkembangan di sektor riil, Bank Indonesia secara
2 Kredit berdasarkan lokasi proyek adalah kredit yang disalurkan di suatu daerah atau wilayah tertentu, tempat dimana lokasiproyek yang dibiayai kredit tersebut berada tanpa memperhatikan asal daerah/wilayah kantor bank yang membiayai.
%
50
55
60
65
70
75
2006 2007 20081 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2
JakartaBanten
%
0
40
80
120
160
200JakartaBanten
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2
2006 2007 2008
62
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
berhati-hati memberikan sinyal bahwa kebijakan di sektor moneter akan tetap berhati-
hati yang disesuaikan dengan kapasitas perekonomian yang ada. Hal ini tercermin
dari kebijakan Bank Indonesia yang secara berhati-hati menjaga BI rate agar tetapdalam koridor. Namun demikian, secara mikro, untuk memacu fungsi intermediasi,
Bank Indonesia melonggarkan beberapa ketentuan perbankan dengan harapan dapat
mendorong perbankan lebih ekspansif. Namun demikian, kondisi internal daneksternal yang kurang menguntungkan menyebabkan akselerasi pertumbuhan
perekonomian belum sesuai harapan yang pada giirannya juga berdampak pada
kegiatan perbankan. Dalam triwulan laporan tersebut, resiko kredit perbankan secaraagregat menurun. Salah satu indikator penurunan tingkat resiko tercermin pada
NPLs gross bank yang cukup rendah3 dan masih dalam batas aman rasio NonPerforming Loan, yaitu di bawah 5%. Berdasarkan tolok ukur ini maka NPL grossperbankan di DKI Jakarta per Februari 2008 relatif rendah, yaitu sebesar 4,28%
(Grafik III.13). Perbaikan tersebut terutama bersumber dari semakin membaiknya
performance kredit investasi yang tren NPLs-nya menurun. Faktor yangmempengaruhi perbaikan diantaranya adalah semakin intensifnya penagihan kredit
bermasalah dan upaya restrukturisasi kredit nasabah-nasabah besar.
3 NPLs pada beberapa Bank besar menurun yang dipengaruhi oleh keberhasilan restrukturisasi dan pelunasan hutang olehsebagian debitur besar.
Grafik III.13NPLs Perbankan Jakarta
Grafik III.14NPLs Jenis Penggunaan
Triliun Rp %
(50)
50
150
250
350
450
550
2005 2006 20071 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011
0
2
4
6
8
10
12Jakarta NPL Jkt (rhs)
%
0
5
10
15
20
25
2006 20071 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Modal KerjaInvestasiKonsumsi
Walaupun kinerja kredit investasi membaik, namun demikian NPLs kredit investasiWalaupun kinerja kredit investasi membaik, namun demikian NPLs kredit investasiWalaupun kinerja kredit investasi membaik, namun demikian NPLs kredit investasiWalaupun kinerja kredit investasi membaik, namun demikian NPLs kredit investasiWalaupun kinerja kredit investasi membaik, namun demikian NPLs kredit investasi
masih relatif lebih tinggi dibandingkan dengan NPLs kredit modal kerja danmasih relatif lebih tinggi dibandingkan dengan NPLs kredit modal kerja danmasih relatif lebih tinggi dibandingkan dengan NPLs kredit modal kerja danmasih relatif lebih tinggi dibandingkan dengan NPLs kredit modal kerja danmasih relatif lebih tinggi dibandingkan dengan NPLs kredit modal kerja dan
konsumsi.konsumsi.konsumsi.konsumsi.konsumsi. NPLs kredit investasi perbankan di Jakarta per Februari 2008 adalah
5,3% dari outstanding kredit Rp 118,7 triliun, diikuti oleh kredit konsumsi dengan
63
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
NPLs 4,91% dari outstanding kredit Rp 107,5 triliun, dan NPLs kredit modal kerja
relatif rendah 3,37% dari outstanding kredit Rp 279,7 triliun (Grafik III. 14). Rasio
NPLs kredit investasi yang lebih tinggi antara lain disebabkan risk profile yanglebih tinggi, diantaranya adalah berjangka waktu cukup panjang, kinerjanya
dipengaruhi oleh sensitifitas usaha yang dibiayai terhadap shock perekonomian
dan sangat dipengaruhi oleh daya saing dari produk terhadap kompetitor, terutamadi kelompok manufaktur. Hal ini sebagaimana tercermin pada tingginya NPLs di
kelompok investasi, terutama investasi lainnya (6,22%). NPLs kredit modal kerja
menunjukkan angka yang relatif rendah yang antara lain dipengaruhi oleh cashflow dunia usaha yang masih baik. Sementara itu NPLs kredit konsumsi relatif
stagnan pada level yang relatif masih aman. Terjaganya NPLs kredit konsumsi antara
lain disebabkan oleh jaminan pembayaran pada kredit ini lebih terjaga, baik dalambentuk jaminan natura maupun jaminan (kepastian) pembayaran yang berasal
dari penghasilan debitur.
Grafik III.15NPLs Sektor Ekonomi (1)
Grafik III.16NPLs Sektor Ekonomi (2)
%
-3
2
7
12
17
22
2006 2007 20081 2 3 4 5 6 7 8 9 1011 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2
Industri Pengolahan Perdg, Rest, dan HotelJasa Dunia Usaha Lain-Lain
%
Pert., Perb., & Alat Pert.PertambanganKonstruksiPeng., Pergd., dan Kom.
0
24
68
1012
1416
2006 2007 20081 2 3 4 5 6 7 8 9 1011 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2
Di sisi sektoral, relatif terjaganya NPLs perbankan di DKI Jakarta antara lain tercerminDi sisi sektoral, relatif terjaganya NPLs perbankan di DKI Jakarta antara lain tercerminDi sisi sektoral, relatif terjaganya NPLs perbankan di DKI Jakarta antara lain tercerminDi sisi sektoral, relatif terjaganya NPLs perbankan di DKI Jakarta antara lain tercerminDi sisi sektoral, relatif terjaganya NPLs perbankan di DKI Jakarta antara lain tercermin
pada relatf rendah dan terjaganya NPLs di di sektor perdagangan, jasa dunia usahapada relatf rendah dan terjaganya NPLs di di sektor perdagangan, jasa dunia usahapada relatf rendah dan terjaganya NPLs di di sektor perdagangan, jasa dunia usahapada relatf rendah dan terjaganya NPLs di di sektor perdagangan, jasa dunia usahapada relatf rendah dan terjaganya NPLs di di sektor perdagangan, jasa dunia usaha
dan sektor lain-lain, walaupun NPLs di sektor industri relatif masih tinggi (Grafikdan sektor lain-lain, walaupun NPLs di sektor industri relatif masih tinggi (Grafikdan sektor lain-lain, walaupun NPLs di sektor industri relatif masih tinggi (Grafikdan sektor lain-lain, walaupun NPLs di sektor industri relatif masih tinggi (Grafikdan sektor lain-lain, walaupun NPLs di sektor industri relatif masih tinggi (Grafik
III. 15√16)III. 15√16)III. 15√16)III. 15√16)III. 15√16). Pada posisi bulan Februari 2008, NPLs kredit perbankan di sektor sektorperdagangan, jasa dunia usaha dan sektor lain-lain masing-masing 3,7%; 1,7%
dan 4,9%. Sementara itu, NPLs di sektor industri 7,5%. Tingginya NPLs di sektor
industri antara lain disebabkan oleh risk profile di sektor ini relatif lebih tinggidibandingkan dengan sektor ekonomi lainnya. Namun demikian, melalui upaya-
upaya intensif dan produktif oleh perbankan, maka beberapa debitur bermasalah
dapat melunas ataupun merestruktirisasi hutang-hutangnya sehingga dapat
64
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
menekan NPLs di sektor ini, sebagaimana tercermin dari penurunan NPLs sektor ini
(7,5%) dibandingkan dengan periode waktu yang sama tahun sebelumnya (9,9%).
C. RESIKO LIKUIDITAS PERBANKANKemampuan bank di dalam memenuhi kewajiban yang jatuh tempo merupakanKemampuan bank di dalam memenuhi kewajiban yang jatuh tempo merupakanKemampuan bank di dalam memenuhi kewajiban yang jatuh tempo merupakanKemampuan bank di dalam memenuhi kewajiban yang jatuh tempo merupakanKemampuan bank di dalam memenuhi kewajiban yang jatuh tempo merupakan
poin penting dalam pengelolaan likuiditaspoin penting dalam pengelolaan likuiditaspoin penting dalam pengelolaan likuiditaspoin penting dalam pengelolaan likuiditaspoin penting dalam pengelolaan likuiditas. Pengelolaan likuiditas yang baik dan
benar sangat diperlukan karena jika tidak akan dihadapkan pada resiko-resiko
yang akan berdampak pada kontinyuitas usaha bank sebagai lembaga pengelolaresiko. Resiko likuiditas adalah suatu kemampuan untuk mengakomodasi jatuh
tempo kewajiban dan penarikan serta pembiayaan pertumbuhan aktiva dan untuk
memenuhi kewajiban pada tingkat harga pasar yang layak. Dari sisi pemenuhankewajiban terhadap dana pihak ketiga, maka komposisi dana pihak ketiga yang
berhasil dihimpun perbankan dapat dijadikan sebagai salah satu indikator besar
kecilnya resiko likuiditas yang ditanggung oleh perbankan. Melihat struktur danapihak ketiga perbankan di Jakarta, maka porsi dana jangka pendek memiliki
outstanding yang cukup besar, baik dalam bentuk giro maupun deposito. Kondisi
ini menyebabkan perbankan relatif berhati-hati dalam meningkatkan aktiva berupakredit, dan kredit yang disalurkan lebih didominasi pada kredit modal kerja yang
berjangka waktu pendek. Kredit konsumsi outstanding-nya juga cukup tinggikarena dianggap lebih aman. Sementara itu kredit investasi pertumbuhannya relatif
lambat karena sifatnya yang jangka panjang, exposure risk yang lebih besar dan
jika tidak berhati-hati dapat berpotensi menimbulkan mismatch. Kehati-hatianBank juga tercermin pada LDR yang tumbuh relatif lambat, CAR yang relatif tinggi
dan di sisi lain asset bank yang likuid (termasuk dalam bentuk SBI) masih cukup
tinggi. Secara keseluruhan, memperhatikan perilaku bank di dalam mengelolaasset sekarang ini dipandang masih tetap di dalam koridor prinsip kehati-hatian
dan kondisi likuiditas perbankan dipandang relatif masih terjaga.
D. RESIKO PASARSebagai lembaga intermediasi salah satu resiko yang juga dihadapi bank adalahSebagai lembaga intermediasi salah satu resiko yang juga dihadapi bank adalahSebagai lembaga intermediasi salah satu resiko yang juga dihadapi bank adalahSebagai lembaga intermediasi salah satu resiko yang juga dihadapi bank adalahSebagai lembaga intermediasi salah satu resiko yang juga dihadapi bank adalah
resiko pasar.resiko pasar.resiko pasar.resiko pasar.resiko pasar. Resiko pasar adalah fluktuasi nilai asset yang disebabkan oleh
perubahan harga-harga pasar dan yields. Bagi bank resiko itu terutama tercermin
pada suku bunga dan sebagian pada nilai tukar. Untuk suku bunga, perbankandiuntungkan oleh relatif fleksibelnya suku bunga DPK, sementara suku bunga
kredit relatif rigid untuk turun namun fleksibel untuk naik. Kondisi ini menyebabkan
spread bunga masih cukup terjaga, walaupun bank tetap berhati-hati menyalurkan
65
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
kreditnya. Kondisi lainnya adalah tingkat suku bunga SBI yang masih lebih tinggi
dibandingkan suku bunga DPK sehingga menjadi alternatif investasi yang aman
bagi perbankan untuk mengalokasikan kelebihan likuiditasnya. Dengan pola yangmasih seperti ini, maka fluktuasi tingkat bunga secara keseluruhan masih dapat
dihadapi oleh perbankan dengan resiko terbesar hanya berupa kemungkinan
turunnya keuntungan (dengan catatan pengelolaan bank tetap benar). Sementaraitu resiko yang terkait dengan nilai tukar, pada saat ini relatif lebih terukur. Beberapa
ketentuan perbankan, seperti pembatasan exposure valas (PDN) dan aturan yang
ketat bagi bank melakukan pinjaman luar negeri mengurangi resiko fluktuasi nilaitukar yang akan dihadapi oleh perbankan. Selain itu, dukungan Bank Indonesia
dan Pemerintah untuk menjaga nilai tukar juga mampu mengurangi tekanan resiko
yang berasal dari pergerakan nilai tukar.
E. KREDIT UMKM (LOKASI PROYEK)OutstandingOutstandingOutstandingOutstandingOutstanding kredit mikro, kecil dan menengah (MKM) di Jakarta dalam triwulan kredit mikro, kecil dan menengah (MKM) di Jakarta dalam triwulan kredit mikro, kecil dan menengah (MKM) di Jakarta dalam triwulan kredit mikro, kecil dan menengah (MKM) di Jakarta dalam triwulan kredit mikro, kecil dan menengah (MKM) di Jakarta dalam triwulan
laporan (posisi akhir Februari 2008) menurun dibandingkan dengan posisi akhirlaporan (posisi akhir Februari 2008) menurun dibandingkan dengan posisi akhirlaporan (posisi akhir Februari 2008) menurun dibandingkan dengan posisi akhirlaporan (posisi akhir Februari 2008) menurun dibandingkan dengan posisi akhirlaporan (posisi akhir Februari 2008) menurun dibandingkan dengan posisi akhir
DesemberDesemberDesemberDesemberDesember. Outstanding kredit UMKM di Jakarta pada akhir bulan Februari 2008tumbuh -3,3% (y-t-d) menjadi Rp 110,9 triliun, turun dibandingkan dengan posisi
akhir Desember 2007 (Rp 115,3 triliun) (Grafik II.17 - 18). Penurunan disebabkanoleh rendahnya ekspansi kredit MKM di Jakarta. Dengan perkembangan kredit
tersebut, porsi kredit MKM di Jakarta dibandingkan dengan kredit MKM Nasional
sedikit menurun, yaitu pada kisaran angka 21,0 - 22,0% dari total MKM nasionalyang memiliki outstanding Rp 525,0 triliun. Sementara itu proporsi kredit MKM di
DKI Jakarta terhadap total kredit yang disalurkan di Jakarta (31 - 33%) relatif lebih
rendah dibandingkan dengan proporsi yang sama di provinsi lain. Relatif rendahnyaproporsi kredit MKM di Jakarta dibandingkan dengan proporsi MKM di provinsi
lain, antara lain dipengaruhi oleh : pertama, kondisi riil bahwa Jakarta sebagai
pusat kegiatan bisnis berskala nasional sehingga jumlah kredit bank lebihdidominasi oleh debitur coorporate, kedua adalah ketidaktahuan MKM tentang
adanya fasilitas kredit4 , dan ketiga, disebabkan oleh MKM yang memang tidak
membutuhkan kredit.
4 Berdasarkan penelitian Bank Indonesia dengan SEM Institute terhadap 255 orang responden yang berasal dari pejabatpemerintah, perbankan, asosiasi usaha kecil dan peguruan tinggi didapatkan informasi bahwa hanya 54,72% UMKM yangmengetahui adanya fasilitas kredit. Dari persentase tersebut hanya 33,46% yang pernah mengajukan kredit. Sementara itu,faktor penghambat akses UMKM untuk mendapatkan kredit adalah faktor prosedur (43,86%), persyaratan berat (43,61%),jaminan (43,37%), bunga tinggi (38,07%) dan keharusan membuat studi kelayakan (35,18%). Di dalam survei tersebutsebanyak 28,19% menyatakan tidak membutuhkan kredit.
66
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
Pada triwulan laporan (s.d Februari 2008),Pada triwulan laporan (s.d Februari 2008),Pada triwulan laporan (s.d Februari 2008),Pada triwulan laporan (s.d Februari 2008),Pada triwulan laporan (s.d Februari 2008), ekspansi bersih penyaluran kredit MKMekspansi bersih penyaluran kredit MKMekspansi bersih penyaluran kredit MKMekspansi bersih penyaluran kredit MKMekspansi bersih penyaluran kredit MKM
di Jakarta minus, dan tidak termasuk di dalam sepuluh daerah yang mengalamidi Jakarta minus, dan tidak termasuk di dalam sepuluh daerah yang mengalamidi Jakarta minus, dan tidak termasuk di dalam sepuluh daerah yang mengalamidi Jakarta minus, dan tidak termasuk di dalam sepuluh daerah yang mengalamidi Jakarta minus, dan tidak termasuk di dalam sepuluh daerah yang mengalami
ekspansi MKM terbesar (tabel III.4). ekspansi MKM terbesar (tabel III.4). ekspansi MKM terbesar (tabel III.4). ekspansi MKM terbesar (tabel III.4). ekspansi MKM terbesar (tabel III.4). Selama periode bulan Januari s.d Februari
2008 ekspansi kredit MKM di Jakarta tumbuh negatif. Faktor yang mempengaruhirendahnya ekspansi kredit MKM di Jakarta antara lain adalah pertumbuhan
ekonomi pada triwulan I 2008 yang diperkirakan melambat.
Grafik III.17Proporsi Kredit UMKM
Grafik III.18Pertumbuhan Kredit
Rp triliun
-
100,0
200,0
300,0
400,0
500,0
600,0
2006 2007 20081 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2
UMKM Nasional UMKM Jakarta 22,0%%, y-o-y
-
5
10
15
20
25
30
35
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2
2006 2007 2008
g Kredit UMKM Jakarta 16,9%g Total Kredit Jakarta 30,2%
Tabel III. 4Ekspansi Kredit MKM Lokasi Proyek 10 Propinsi Terbesar (miliar rupiah)
Jan+Feb Tw I Tw II Tw III Tw IV Akumulasi Jan+Feb2007 2007 2007 2007 2007 2007 2008
1. Jawa Barat 249,2 1.314,2 4.509,4 4.545,3 3.711,1 14.080,0 936,3
2. Sumatra Utara -290,2 197,8 1.769,2 1.838,2 1.155,8 4.960,9 670,2
3. Jawa Tengah 102,1 901,5 2.577,7 3.498,1 1.952,4 8.929,8 634,1
4. Sulawesi Selatan -729,4 -304,5 1.245,9 1.099,0 741,5 2.782,0 563.7
5. Riau -10,6 269,0 1.076,7 869,6 486,7 2.702,1 407,4
6. Lampung 340,2 520,6 695,4 619,7 445,7 2.281,4 394,1
7. Banten -8,5 421,6 1.348,9 1.994,3 719,1 4.484,0 383,5
8. Sumatra Selatan -170,3 74,3 808,3 847,5 344,4 2.074,5 371,3
9. Nanggroe Aceh
Darussalam 113,0 210,5 577,2 586,2 440,0 1.814,0 345,5
10. Lain-lain -242,4 -46,4 113,4 184,7 56,0 307,7 303,4
Total 10 PropinsiTotal 10 PropinsiTotal 10 PropinsiTotal 10 PropinsiTotal 10 Propinsi -646,9-646,9-646,9-646,9-646,9 3.394,63.394,63.394,63.394,63.394,6 14.031,414.031,414.031,414.031,414.031,4 15.311,715.311,715.311,715.311,715.311,7 9.556,99.556,99.556,99.556,99.556,9 42.294,642.294,642.294,642.294,642.294,6 4.073,24.073,24.073,24.073,24.073,2
Propinsi LainnyaPropinsi LainnyaPropinsi LainnyaPropinsi LainnyaPropinsi Lainnya -2.730,0-2.730,0-2.730,0-2.730,0-2.730,0 2.926,32.926,32.926,32.926,32.926,3 14.342,114.342,114.342,114.342,114.342,1 16.290,616.290,616.290,616.290,616.290,6 20.324,720.324,720.324,720.324,720.324,7 53.883,653.883,653.883,653.883,653.883,6 -3.222,7-3.222,7-3.222,7-3.222,7-3.222,7
Net Ekspansi Kredit MKMNet Ekspansi Kredit MKMNet Ekspansi Kredit MKMNet Ekspansi Kredit MKMNet Ekspansi Kredit MKM -3.376,9-3.376,9-3.376,9-3.376,9-3.376,9 6.320,96.320,96.320,96.320,96.320,9 28.373,528.373,528.373,528.373,528.373,5 31.602,231.602,231.602,231.602,231.602,2 29.881,529.881,529.881,529.881,529.881,5 96.178,296.178,296.178,296.178,296.178,2 850,5850,5850,5850,5850,5
Net Ekspansi
67
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
Walaupun ekspansi tumbuh negatif, namun dari sisi level, kredit MKM di JakartaWalaupun ekspansi tumbuh negatif, namun dari sisi level, kredit MKM di JakartaWalaupun ekspansi tumbuh negatif, namun dari sisi level, kredit MKM di JakartaWalaupun ekspansi tumbuh negatif, namun dari sisi level, kredit MKM di JakartaWalaupun ekspansi tumbuh negatif, namun dari sisi level, kredit MKM di Jakarta
memiliki memiliki memiliki memiliki memiliki outstandingoutstandingoutstandingoutstandingoutstanding yang tertinggi (pangsa 21,0 yang tertinggi (pangsa 21,0 yang tertinggi (pangsa 21,0 yang tertinggi (pangsa 21,0 yang tertinggi (pangsa 21,0 - 22,0%) dibandingkan dengan22,0%) dibandingkan dengan22,0%) dibandingkan dengan22,0%) dibandingkan dengan22,0%) dibandingkan dengan
provinsi lain (Tabel III.2). provinsi lain (Tabel III.2). provinsi lain (Tabel III.2). provinsi lain (Tabel III.2). provinsi lain (Tabel III.2). Kredit MKM di Jakarta pada posisi akhir bulan Februari2008 sebesar Rp 110,9 triliun (21,1%), menyusul kemudian adalah Jawa Barat
(Rp 825,3 triliun, 15,7%), Jawa Timur (Rp 63,4 triliun, 12,1%), dan Jawa Tengah
(Rp 52,2 triliun, 9,9%). Tingginya outstanding MKM di Jakarta adalah merupakanfenomena yang normal, terutama mengingat Jakarta sebagai pusat kegiatan
ekonomi di Indonesia menjadi daya tarik pelaku ekonomi pada berbagai ukuran
(size) untuk beraktifitas di Jakarta.
Dari sisi penggunaan, sebagian besar kredit MKM digunakan untuk konsumsi danDari sisi penggunaan, sebagian besar kredit MKM digunakan untuk konsumsi danDari sisi penggunaan, sebagian besar kredit MKM digunakan untuk konsumsi danDari sisi penggunaan, sebagian besar kredit MKM digunakan untuk konsumsi danDari sisi penggunaan, sebagian besar kredit MKM digunakan untuk konsumsi dan
modal kerja, sementara untuk investasi relatif rendah. modal kerja, sementara untuk investasi relatif rendah. modal kerja, sementara untuk investasi relatif rendah. modal kerja, sementara untuk investasi relatif rendah. modal kerja, sementara untuk investasi relatif rendah. Berdasarkan outstandingdata MKM nasional, kredit MKM untuk konsumsi memiliki porsi 51,5%, modal
kerja 39,8%, dan yang digunakan untuk investasi hanya 8,7% dari totaloutstanding Rp 525,0 triliun. Sementara itu, di sisi sektoral hal ini tercermin pada
tingginya outstanding MKM pada sektor lain-lain (51,9%) dan di sektor
perdagangan (25,8%).
Dari sisi kinerja, kredit MKM cukup baik, sebagaimana tercermin pada kinerjaDari sisi kinerja, kredit MKM cukup baik, sebagaimana tercermin pada kinerjaDari sisi kinerja, kredit MKM cukup baik, sebagaimana tercermin pada kinerjaDari sisi kinerja, kredit MKM cukup baik, sebagaimana tercermin pada kinerjaDari sisi kinerja, kredit MKM cukup baik, sebagaimana tercermin pada kinerja
MKM di level nasional dan lebih baik dari kinerja kredit non MKMMKM di level nasional dan lebih baik dari kinerja kredit non MKMMKM di level nasional dan lebih baik dari kinerja kredit non MKMMKM di level nasional dan lebih baik dari kinerja kredit non MKMMKM di level nasional dan lebih baik dari kinerja kredit non MKM. Kinerja kredit
Tabel III. 5Outstanding Kredit MKM Lokasi Proyek 10 Propinsi Terbesar (miliar rupiah)
Feb Tw I Tw II Tw III Tw IV Jan Feb Pangsa Pertumb. Pertumb.2007 2007 2007 2007 2007 2008 2008 (Y-o-y) (y-to-d)
1. DKI Jakarta 94.859,5 96.860,4 99.434,0 104.145,5 115.329,2 113.258,0 110.895,9 21,12 16,91 -3,8
2. Jawa Barat 67.523,3 68.634,0 73.143,4 77.688,7 81.399,7 81.099,5 82.336,0 15,68 21,94 1,2
3. Jawa Timur 51.700,1 52.708,5 56.554,3 60.464,4 63.511,4 62.440,3 63.374,8 12,07 22,58 -0,2
4. Jawa Tengah 42.596,0 43.510,5 46.088,2 49.586,3 51.538,7 51.273,1 52.172,8 9,94 22,48 1,2
5. Sumatera Utara 21.289,7 21.782,3 23.551,4 25.389,6 26.545,4 26.497,0 27.215,6 5,18 27,83 2,5
6. Banten 17.476,1 17.911,4 19.260,3 21.254,6 21.973,7 21.961,4 22.357,2 4,26 27,93 1,7
7. Sulawesi Selatan 13.847,2 14.276,9 15.522,7 16.621,8 17.363,3 17.203,9 17.927,0 3,41 29,46 3,2
8. Bali 10.840,9 11.069,6 11.680,0 12.098,4 12.884,8 12.710,9 12.963,8 2,47 19,58 0,6
9. Riau 9.680,3 9.968,1 11.044,8 11.914,4 12.401,2 12.365,9 12.808,5 2,44 32,32 3,3
10. Lampung 9.048,7 11.069,6 11.680,0 12.098,4 12.884,8 11.248,0 11.492,9 2,19 27,01 -10,8
Total 10 PropinsiTotal 10 PropinsiTotal 10 PropinsiTotal 10 PropinsiTotal 10 Propinsi 338.861,8338.861,8338.861,8338.861,8338.861,8 347.791,3347.791,3347.791,3347.791,3347.791,3 367.959,0367.959,0367.959,0367.959,0367.959,0 391.262,0391.262,0391.262,0391.262,0391.262,0 415415415415415.....832,4832,4832,4832,4832,4 410410410410410.....057,9057,9057,9057,9057,9 413413413413413.....544,6544,6544,6544,6544,6 78,7778,7778,7778,7778,77 22,0422,0422,0422,0422,04 -0,6-0,6-0,6-0,6-0,6
Propinsi LainnyaPropinsi LainnyaPropinsi LainnyaPropinsi LainnyaPropinsi Lainnya 85.757,685.757,685.757,685.757,685.757,6 8.6525,98.6525,98.6525,98.6525,98.6525,9 9.4731,89.4731,89.4731,89.4731,89.4731,8 103.031,0103.031,0103.031,0103.031,0103.031,0 108108108108108.....342,1342,1342,1342,1342,1 108108108108108.....586,9586,9586,9586,9586,9 111111111111111.....480,4480,4480,4480,4480,4 21,2321,2321,2321,2321,23 29,9929,9929,9929,9929,99 2,92,92,92,92,9
Total Kredit MKM NasTotal Kredit MKM NasTotal Kredit MKM NasTotal Kredit MKM NasTotal Kredit MKM Nas 424.619,4424.619,4424.619,4424.619,4424.619,4 434.317,2434.317,2434.317,2434.317,2434.317,2 462.690,7462.690,7462.690,7462.690,7462.690,7 494.293,0494.293,0494.293,0494.293,0494.293,0 524524524524524.....174,5174,5174,5174,5174,5 518518518518518.....644,8644,8644,8644,8644,8 525525525525525.....025,0025,0025,0025,0025,0 23,6523,6523,6523,6523,65 0,20,20,20,20,2
Baki Debet
68
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
MKM dengan menggunakan NPLs sebagai ukuran kinerjanya, per akhir Februari
2008 semakin membaik dengan NPLs gross MKM 3,88% dan net-nya 1,84% dari
total MKM, turun dibandingkan dengan triwulan-triwulan sebelumnya. NPLs grossMKM tersebut masih di bawah angka NPLs gross non MKM yang tercatat 4,37%.
Faktor yang mempengaruhi angka NPLs di sektor MKM relatif rendah antara lain
adalah resiko di sektor ini yang relatif lebih terukur, MKM lebih kuat dalammenghadapi shock dan komitmen dari pelaku MKM dalam pengembalian kredit
cukup tinggi. Sebagian besar MKM merupakan jenis kredit konsumsi dan modal
kerja.
F. PASAR KEUANGANSeperti juga pada lembaga keuangan bank, pertumbuhan sumber pembiayaanSeperti juga pada lembaga keuangan bank, pertumbuhan sumber pembiayaanSeperti juga pada lembaga keuangan bank, pertumbuhan sumber pembiayaanSeperti juga pada lembaga keuangan bank, pertumbuhan sumber pembiayaanSeperti juga pada lembaga keuangan bank, pertumbuhan sumber pembiayaan
yang berasal dari beberapa lembaga lain di luar bank juga melambat yang berasal dari beberapa lembaga lain di luar bank juga melambat yang berasal dari beberapa lembaga lain di luar bank juga melambat yang berasal dari beberapa lembaga lain di luar bank juga melambat yang berasal dari beberapa lembaga lain di luar bank juga melambat (GrafikΩ II.19 -
22). . . . . Pembiayaan yang berasal dari lembaga keuangan non bank, seperti kartukredit, pembiayaan konsumen dan leasing menunjukkan pertumbuhan yang
melambat. Outstanding pembiayaan melalui leasing, sampai dengan akhir Februari
2008 mencapai Rp 36,9 triliun, pembiayaan konsumen mencapai Rp 68,7 triliun,sementara kartu kredit hanya sebesar Rp 1,4 triliun. Sementara itu, walaupun
IHSG dan nilai kapitalisasi pasar menurun, namun demikian sumber pembiayaan
yang berasal dari pasar modal dalam bentuk Initial Public Offering (IPO) sahamsampai dengan akhir bulan Maret 2008 masih cukup tinggi, yaitu RpΩ1,5 triliun
yang berasal dari 5 emiten. Sedangkan, penjualan Obligasi swasta RpΩ8,7 triliun
yang berasal dari 11 emiten.
Faktor utama yang mempengaruhi perlambatan kegiatan lembaga keuangan bukanFaktor utama yang mempengaruhi perlambatan kegiatan lembaga keuangan bukanFaktor utama yang mempengaruhi perlambatan kegiatan lembaga keuangan bukanFaktor utama yang mempengaruhi perlambatan kegiatan lembaga keuangan bukanFaktor utama yang mempengaruhi perlambatan kegiatan lembaga keuangan bukan
bank antara lain adalah perekonomian yang diperkirakan tumbuh melambatbank antara lain adalah perekonomian yang diperkirakan tumbuh melambatbank antara lain adalah perekonomian yang diperkirakan tumbuh melambatbank antara lain adalah perekonomian yang diperkirakan tumbuh melambatbank antara lain adalah perekonomian yang diperkirakan tumbuh melambat
Perekonomian yang melambat berdampak pada penurunan aktifitas ekonomimasyarakat. Sejalan dengan perkembangan ekonomi yang melambat tersebut,
kebutuhan pembiayaan oleh dunia usaha dan masyarakat menjadi menurun. Hal
ini tercermin pada respon sektor keuangan baik bank maupun non bank melaluiperlambatan kegiatannya, walaupun IPO di pasar modal masih tinggi. Khusus di
pasar modal, masih tingginya kegiatan IPO juga dipengaruhi oleh adanya sinyal
positif pemerintah untuk memberikan insentif fiskal bagi perusahaan yang akango public.
69
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
Perkembangan di pasar keuangan, khususnya di pasar modal perlu dicermati.Perkembangan di pasar keuangan, khususnya di pasar modal perlu dicermati.Perkembangan di pasar keuangan, khususnya di pasar modal perlu dicermati.Perkembangan di pasar keuangan, khususnya di pasar modal perlu dicermati.Perkembangan di pasar keuangan, khususnya di pasar modal perlu dicermati.
Perlambatan kinerja pasar modal dalam dua bulan terakhir dipengaruhi oleh
perlambatan kinerja pasar keuangan dunia sebagai rentetan dari dampak gejolakyang diakibatkan subprime mortgage di Amerika. Hampir seluruh bursa regional
mengalami tekanan sehingga indeksnya terkoreksi. IHSG yang pada posisi bulan
Desember 2007 mencapai 2.745,8 turun menjadi 2.447,0. Penurunan iniberdampak pada turunnya nilai kapitalisasi pasar dari Rp 1.988,3 triliun menjadi
Rp 1.802,1 triliun.
Grafik III.19Perolehan Dana Pasar Modal
Grafik III.20Kapitalisasi Pasar Modal
Grafik III.21Pembiayaan Konsumen LKNB
Grafik III.22Pertumbuhan Pembiayaan Konsumen LKNB
Rp miliar
02.0004.0006.0008.000
10.00012.00014.00016.00018.00020.000
2007 20081 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
ObligasiSahamPasar Modal
Rp triliun %, y-o-y
0
500
1000
1500
2000
2500
0
20
40
60
80
100
120
2004 2005 2006 2007 20081 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 111 3 5 7 9 111 3
KapitalisasigKapitalisasi (rhs)
Rp triliun Rp triliun
0
20
40
60
80
100
120
2005 2006 2007 200891011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2
0
0,5
1
1,5
2
2,5Total PembiayaanLeasing
Cons. FinancingCredit Card (RHS)
%, y-o-y
-60-40
-20
0
20
40
60
80
100
2005 2006 2007 20089 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2
g.Total Pembiayaang.Leasingg.Credit Cardg.Pemb. Kons.
70
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
halaman ini sengaja dikosongkan
71
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
BAB IV. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
Pada triwulan I 2008, perkembangan kegiatan sistem pembayaran di wilayah DKIPada triwulan I 2008, perkembangan kegiatan sistem pembayaran di wilayah DKIPada triwulan I 2008, perkembangan kegiatan sistem pembayaran di wilayah DKIPada triwulan I 2008, perkembangan kegiatan sistem pembayaran di wilayah DKIPada triwulan I 2008, perkembangan kegiatan sistem pembayaran di wilayah DKI
Jakarta baik non tunai maupun tunai meningkat, namun masih dalam batas-batasJakarta baik non tunai maupun tunai meningkat, namun masih dalam batas-batasJakarta baik non tunai maupun tunai meningkat, namun masih dalam batas-batasJakarta baik non tunai maupun tunai meningkat, namun masih dalam batas-batasJakarta baik non tunai maupun tunai meningkat, namun masih dalam batas-batas
normalnormalnormalnormalnormal. Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, transaksi pembayaran nontunai dengan menggunakan sarana BI Real Time Gross Settlement (RTGS) dansarana kliring menunjukkan jumlah dan nilai transaksi yang meningkat. Sumberyang mempengaruhi peningkatan transaksi RTGS terutama adalah peningkatantransaksi dari luar Jakarta ke Jakarta. Kondisi ini diperkirakan dipengaruhi olehantara lain peningkatan pendapatan yang terjadi di luar Jawa sebagai dampakdari perbaikan harga beberapa komoditas perkebunan yang berdampak padapeningkatan permintaan barang kebutuhan hidup di daerah-daerah dimaksud.Data menunjukkan bahwa NTP di luar Jawa meningkat lebih baik. Sementara itu,faktor yang mempengaruhi peningkatan transaksi kliring antara lain adalahbertambah luasnya wilayah yang terhubung sistem kliring nasional dan juga karenadiberlakukannya daftar hitam nasional sehingga mampu meningkatkan efisiensidan keamanan dalam bertransaksi, kepercayaan masyarakat terhadap transaksinon tunai meningkat. Data menunjukkan bahwa dalam empat triwulan terakhirtren transaksi kliring meningkat. Sementara itu, untuk transaksi tunai diperkirakanrelatif normal. Faktor yang mempengaruhi relatif stabilnya transaksi tunai lebihterkait dengan siklus perekonomian yang relatif normal di awal tahun. Pada triwulanlaporan, temuan uang palsu diperkirakan juga relatif rendah.
Penyelesaian transaksi non tunai di triwulan I 2008 meningkat, sementara transaksiPenyelesaian transaksi non tunai di triwulan I 2008 meningkat, sementara transaksiPenyelesaian transaksi non tunai di triwulan I 2008 meningkat, sementara transaksiPenyelesaian transaksi non tunai di triwulan I 2008 meningkat, sementara transaksiPenyelesaian transaksi non tunai di triwulan I 2008 meningkat, sementara transaksi
tunai perbankan dengan Bank Indonesia diperkirakan melambat. tunai perbankan dengan Bank Indonesia diperkirakan melambat. tunai perbankan dengan Bank Indonesia diperkirakan melambat. tunai perbankan dengan Bank Indonesia diperkirakan melambat. tunai perbankan dengan Bank Indonesia diperkirakan melambat. Penyelesaian
transaksi dengan memanfaatkan BI RTGS masih berada pada level yang tinggi,
naik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Peningkatan ini semakinmenempatkan penggunaan RTGS mendominasi pembayaran non tunai yang nilai
nominalnya mencapai lebih dari 95% dari total nilai transaksi non tunai. Selebihnya
adalah transaksi non tunai dengan menggunakan sarana kliring yang trendtransaksinya, walaupun lambat, menunjukkan peningkatan. Sementara itu,
kegiatan transaksi tunai antara perbankan dengan Bank Indonesia turun, khususnya
untuk transaksi outflow. Faktor penyebabnya adalah rendahnya faktor yang menjadipemicu permintaan kas oleh bank ke Bank Indonesia dan di sisi lain transaksi non
tunai semakin meningkat.
72
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
A. TRANSAKSI RTGSPenyelesaian transaksi non tunai dengan menggunakan sarana RTGS menunjukkanPenyelesaian transaksi non tunai dengan menggunakan sarana RTGS menunjukkanPenyelesaian transaksi non tunai dengan menggunakan sarana RTGS menunjukkanPenyelesaian transaksi non tunai dengan menggunakan sarana RTGS menunjukkanPenyelesaian transaksi non tunai dengan menggunakan sarana RTGS menunjukkan
perkembangan yang cukup pesat dan secara pasti menggeser transaksi kliringperkembangan yang cukup pesat dan secara pasti menggeser transaksi kliringperkembangan yang cukup pesat dan secara pasti menggeser transaksi kliringperkembangan yang cukup pesat dan secara pasti menggeser transaksi kliringperkembangan yang cukup pesat dan secara pasti menggeser transaksi kliring
(Tabel IV.1).(Tabel IV.1).(Tabel IV.1).(Tabel IV.1).(Tabel IV.1). Tingginya transaksi RTGS dikarenakan penyelesaian transaksi dapatdilakukan seketika dan resiko settlement-nya kecil. Dua hal ini merupakan prasyarat
penyelesaian di bidang pembayaran yang kedudukannya menjadi penting bagi
perekonomian yang bergerak cepat, dimana efisensi, kecepatan dan keamanansudah menjadi persyaratan wajib (Grafik IV.1 - 2). Faktor lain adalah adanya
ketentuan yang mewajibkan bahwa transaksi non tunai dengan jumlah minimal
tertentu wajib dilaksanakan dengan menggunakan RTGS.
Perkembangan penyelesaian rata-rata harian transaksi BI RTGS pada triwulan IPerkembangan penyelesaian rata-rata harian transaksi BI RTGS pada triwulan IPerkembangan penyelesaian rata-rata harian transaksi BI RTGS pada triwulan IPerkembangan penyelesaian rata-rata harian transaksi BI RTGS pada triwulan IPerkembangan penyelesaian rata-rata harian transaksi BI RTGS pada triwulan I
2008 meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.2008 meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.2008 meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.2008 meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.2008 meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Nilai transaksi RTGSnaik 20,2% menjadi Rp 150,3 triliun per hari dan dari sisi volume naik 11,5%
menjadi sebanyak 20.064 transaksi per hari. Peningkatan ini terjadi baik yang
berasal dari transaksi dari Jakarta ke luar Jakarta maupun dari Jakarta ke Jakarta.Penyebab peningkatan volume maupun nilai nominal transaksi berasal dari
berbagai sumber, seperti dari transaksi pengelolaan moneter, transaksi antar
nasabah dan transaksi di pasar uang antar bank (PUAB). Berdasarkan data yangterekam, proporsi penggunaan sistem RTGS paling banyak dilakukan oleh nasabah
bank.
Grafik IV.1Perkembangan Transaksi RTGS Harian
RTGS (Rp Miliar) 90.109 116.053 141.770 141.242 125.104 150.341
Dari Jakarta 68.005 89.391 109.905 107.819 97.524 111.485
ke Jakarta(f-t) 11.585 14.244 17.973 18.702 13.894 19.220
ke Luar Jakarta(f) 56.421 75.147 91.932 89.116 83.630 92.265
Ke Jakarta 22.104 26.662 31.865 33.424 27.580 38.856
dari Luar Jakarta(t) 22.104 26.662 31.865 33.424 27.580 38.856
RTGS (Volume) 14.640 16.211 17.826 19.406 17.991 20.064
Dari Jakarta 8.151 9.067 9.928 10.661 9.562 9.895
ke Jakarta(f-t) 2.455 2.722 3.110 3.236 2.423 1.974
ke Luar Jakarta(f) 5.696 6.345 6.818 7.426 7.139 7.921
Ke Jakarta 6.490 7.144 7.898 8.744 8.428 10.169
dari Luar Jakarta(t) 6.490 7.144 7.898 8.744 8.428 10.169
Q3 Q4 Q2 Q3 Q4 Q1
2006 2007 2008
Tabel IV. 1Transaksi RTGS Harian Rp triliun Volume/ribuan
2007 2008Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
-20406080
100120140160180
10
12
14
16
18
20
22Nilai Volume (rhs)
73
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
B. TRANSAKSI KLIRINGPada triwulan I 2008 penyelesaian rata-rata transaksi harian melalui kliring di JakartaPada triwulan I 2008 penyelesaian rata-rata transaksi harian melalui kliring di JakartaPada triwulan I 2008 penyelesaian rata-rata transaksi harian melalui kliring di JakartaPada triwulan I 2008 penyelesaian rata-rata transaksi harian melalui kliring di JakartaPada triwulan I 2008 penyelesaian rata-rata transaksi harian melalui kliring di Jakarta
menunjukkan peningkatan, walaupun relatif rendah (Tabel IV. 2). menunjukkan peningkatan, walaupun relatif rendah (Tabel IV. 2). menunjukkan peningkatan, walaupun relatif rendah (Tabel IV. 2). menunjukkan peningkatan, walaupun relatif rendah (Tabel IV. 2). menunjukkan peningkatan, walaupun relatif rendah (Tabel IV. 2). Rata-rata harian
nilai nominal transaksi kliring di triwulan I 2008 Rp 3,2 triliun, meningkat sebesar2,56% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (Rp 3,1 triliun). Sementara itu,
rata-rata harian jumlah warkat kliring juga meningkat namun dengan persentase
yang lebih rendah (0,20%) menjadi 198.919 lembar warkat. Peningkatanpenggunaan transaksi melalui kliring merupakan fenomena yang logis. Disamping
mempertimbangkan aspek ekonomis, maka dengan semakin luasnya wilayah yang
terhubung dengan sistem kliring nasional dan juga karena diberlakukannya daftarhitam nasional merupakan faktor utama yang memicu penggunaan kliring
meningkat. Secara keseluruhan upaya Bank Indonesia untuk mendorong
masyarakat lebih banyak melakukan transaksi non tunai (less cash society/LCS)tampaknya mulai membuahkan hasil.
Ke depan penyelesaian transaksi melalui kliring diperkirakan masih akan meningkat.Ke depan penyelesaian transaksi melalui kliring diperkirakan masih akan meningkat.Ke depan penyelesaian transaksi melalui kliring diperkirakan masih akan meningkat.Ke depan penyelesaian transaksi melalui kliring diperkirakan masih akan meningkat.Ke depan penyelesaian transaksi melalui kliring diperkirakan masih akan meningkat.
Faktor yang mempengaruhi, selain perkembangan perekonomian juga dipengaruhi
oleh implementasi Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) danditerapkannya daftar hitam nasional. Coverage SKNBI pada saat ini sudah mencakup
lebih dari 95% nilai transaksi kliring per hari. Dengan SKNBI tersebut penyelesaian
kliring dapat dilaksanakan dengan lebih baik, terutama dilihat dari sisi kecepatandan keakuratan pembayaran. Selain itu risiko kegagalan settlement akan dapat
dikurangi. Gambaran awal dari peningkatan penggunaan transaksi kliring dapat
dilihat pada perkembangan baik dilihat dari nilai nominal maupun volume melaluikliring yang trennya meningkat.
Grafik IV.2Rata-rata Harian Transaksi Kliring
Miliar rupiah Ribuan lembar
-
500
1.000
1.500
2.0002.500
3.000
3.500
4.000
2006 2007 20081 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3
0
50
100
150
200
250Nominal JktVol (rhs)
Tabel IV. 2Rata-rata Harian Transaksi Kliring
2006 1 149.564 2.235.1692 177.479 1.953.7183 176.950 2.586.2904 188.975 2.780.473
20071 158.162 2.105.1102 189.459 2.759.0943 196.663 2.998.2944 198.518 3.094.510
2008 1 198.919 3.173.572
Nominal(jutaan rupiah)Volume
74
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
Melalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI), keuntungan yang diperolehMelalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI), keuntungan yang diperolehMelalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI), keuntungan yang diperolehMelalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI), keuntungan yang diperolehMelalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI), keuntungan yang diperoleh
cukup luas. cukup luas. cukup luas. cukup luas. cukup luas. Masyarakat, perbankan dan perekonomian secara makro memperoleh
keuntungan dimaksud. Bagi masyarakat di seluruh wilayah Indonesia yangmelakukan penyelesaian transaksi melalui kliring nantinya dapat melakukan
transaksi transfer dana pada hari yang sama sepanjang sistem internal bank peserta
sudah sepenuhnya terhubung (fully online). Bagi perbankan, SKNBI akanmenciptakan efisiensi biaya pencetakan dan handling warkat, efisiensi SDM dan
peralatan penunjang lainnya. Pengintegrasian juga akan meningkatkan efesiensi
pengelolaan likuiditas bank karena bank cukup memonitor satu posisi transaksikliring secara nasional. Secara makro, transmisi arus dana melalui SKNBI secara
real time dan otomatis akan mempercepat peredaran kembali uang (velocity ofmoney) sehingga mampu mendorong aktivitas ekonomi masyarakat, dan padagilirannya diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Kualitas kliring di Jakarta pada triwulan I 2008 masih relatif baik (Tabel IV. 3).Kualitas kliring di Jakarta pada triwulan I 2008 masih relatif baik (Tabel IV. 3).Kualitas kliring di Jakarta pada triwulan I 2008 masih relatif baik (Tabel IV. 3).Kualitas kliring di Jakarta pada triwulan I 2008 masih relatif baik (Tabel IV. 3).Kualitas kliring di Jakarta pada triwulan I 2008 masih relatif baik (Tabel IV. 3).
Persentase rata-rata harian tolakan kliring terhadap total rata-rata harian kliring,baik dari sisi jumlah warkat maupun nilai transaksi relatif rendah, bahkan persentase
jumlah warkat kliring yang ditolak menurun. Persentase rata-rata harian nilai
nominal dan volume cek dan BG yang ditolak masing-masing adalah 0,47% dan0,26%, lebih kurang hampir sama dibandingkan dengan triwulan sebelumnya
0,42% dan 0,27%.
Terkait dengan upaya untuk meningkatkan kualitas kliring, Bank IndonesiaTerkait dengan upaya untuk meningkatkan kualitas kliring, Bank IndonesiaTerkait dengan upaya untuk meningkatkan kualitas kliring, Bank IndonesiaTerkait dengan upaya untuk meningkatkan kualitas kliring, Bank IndonesiaTerkait dengan upaya untuk meningkatkan kualitas kliring, Bank Indonesia
memberlakukan penerbitan daftar hitam nasional penarik Cek dan atau bilyetmemberlakukan penerbitan daftar hitam nasional penarik Cek dan atau bilyetmemberlakukan penerbitan daftar hitam nasional penarik Cek dan atau bilyetmemberlakukan penerbitan daftar hitam nasional penarik Cek dan atau bilyetmemberlakukan penerbitan daftar hitam nasional penarik Cek dan atau bilyet
Tabel IV. 3Rata-rata Harian Penarikan Cek/BG Kosong
2006 1 11.818 585 2.235.169 149.564 0,53 0,39
2 14.772 658 1.953.718 177.479 0,76 0,37
3 13.232 657 2.586.290 176.950 0,51 0,37
4 15.126 722 2.780.473 188.975 0,54 0,38
2007 1 14.193 642 2.105.110 158.162 0,67 0,41
2 12.368 605 2.759.094 189.459 0,45 0,32
3 14.479 480 2.998.294 196.663 0,48 0,24
4 12.926 537 3.094.510 198.518 0,42 0,27
2008 1 14.943 514 3.173.572 198.919 0,47 0,26
Nominal Volume Nominal Volume Nominal Volume(juta Rupiah) (lembar) (juta Rupiah) (lembar) (%) (%)
Penarikan Cek/BG Kosong Kliring Total Persentase
75
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
giro kosong.giro kosong.giro kosong.giro kosong.giro kosong. Latar belakang dari dikeluarkannya ketentuan ini adalah mengingat
bahwa penggunaan instrumen cek dan atau bilyet giro sebagai alat pembayaran
di Indonesia masih diminati, namun disisi lain masih terdapat praktik penarikancek dan atau bilyet giro kosong yang dapat mempengaruhi kepercayaan
masyarakat. Sementara itu penerapan sanksi daftar hitam penarik cek dan atau
bilyet giro kosong serta pemberlakuannya cakupan wilayah kliring lokal belumcukup efektif menurunkan tingkat pencairan cek dan atau bilyet giro kosong
sehingga perlu diterapkan prinsip self assesment agar penatausahaan daftar hitam
dapat dilakukan dengan lebih akurat. Oleh karena itu, dalam rangka melindungidan menjaga kepercayaan masyarakat atas penarikan cek dan/atau bilyet kosong,
Bank Indonesia mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia No 8/29/PBI/2006 tentang
daftar hitam nasional penarik cek dan/atau bilyet giro kosong yang berlaku efektifper 1 Juli 2007.
C. TRANSAKSI TUNAIPada triwulan I 2008, perkembangan transaksi tunai antara perbankan dan BankPada triwulan I 2008, perkembangan transaksi tunai antara perbankan dan BankPada triwulan I 2008, perkembangan transaksi tunai antara perbankan dan BankPada triwulan I 2008, perkembangan transaksi tunai antara perbankan dan BankPada triwulan I 2008, perkembangan transaksi tunai antara perbankan dan Bank
Indonesia dibandingkan dengan transaksi pada triwulan sebelumnya menurunIndonesia dibandingkan dengan transaksi pada triwulan sebelumnya menurunIndonesia dibandingkan dengan transaksi pada triwulan sebelumnya menurunIndonesia dibandingkan dengan transaksi pada triwulan sebelumnya menurunIndonesia dibandingkan dengan transaksi pada triwulan sebelumnya menurun.Dari sisi uang yang keluar, faktor yang mempengaruhi penurunan transaksi tunai
antara perbankan dengan Bank Indonesia adalah berkurangnya kebutuhan tunaimasyarakat berbarengan dengan berakhirnya perayaan hari besar keagamaan dan
berkurangnya libur panjang. Selain itu juga dipengaruhi oleh meningkatnya
transaksi non tunai. Transaksi tunai masyarakat sebagian besar dapat dipenuhidana bank. Hal ini menyebabkan permintaan dana tunai dari bank ke Bank
Indonesia turun, sebagaimana tercermin pada penurunan transaksi out flow. Dari
sisi inflow, penurunan transaksi tunai selain dipengaruhi oleh peningkatan transaksinon tunai juga dipengaruhi antara lain oleh adanya ketentuan penyetoran uang
kartal ke Bank Indonesia yang hanya diperuntukan untuk uang yang tidak layak
edar (UTLE).
Di triwulan laporan tersebut, rata-rata harian transaksi Di triwulan laporan tersebut, rata-rata harian transaksi Di triwulan laporan tersebut, rata-rata harian transaksi Di triwulan laporan tersebut, rata-rata harian transaksi Di triwulan laporan tersebut, rata-rata harian transaksi inflowinflowinflowinflowinflow turun dan turun dan turun dan turun dan turun dan outflowoutflowoutflowoutflowoutflowmengalami penurunan yang lebih tinggi sehingga menyebabkan terjadinya mengalami penurunan yang lebih tinggi sehingga menyebabkan terjadinya mengalami penurunan yang lebih tinggi sehingga menyebabkan terjadinya mengalami penurunan yang lebih tinggi sehingga menyebabkan terjadinya mengalami penurunan yang lebih tinggi sehingga menyebabkan terjadinya netnetnetnetnetinflowinflowinflowinflowinflow (Grafik IV. 3 - 4) (Grafik IV. 3 - 4) (Grafik IV. 3 - 4) (Grafik IV. 3 - 4) (Grafik IV. 3 - 4). Rata-rata harian uang yang masuk ke Bank Indonesia
pada triwulan I 2008 sebesar Rp 182,2 miliar, dan pada saat yang bersamaan rata-rata harian uang yang keluar hanya sebesar Rp 163,1 miliar sehingga secara
harian rata-rata terjadi net inflow sebesar Rp 19,0 miliar. Jumlah rata-rata netinflow harian di triwulan I 2008 tersebut baru sekali terjadi dalam kurun waktu 2tahun terakhir.
76
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
Secara umum, penurunan kegiatan transaksi tunai antara Bank Indonesia denganSecara umum, penurunan kegiatan transaksi tunai antara Bank Indonesia denganSecara umum, penurunan kegiatan transaksi tunai antara Bank Indonesia denganSecara umum, penurunan kegiatan transaksi tunai antara Bank Indonesia denganSecara umum, penurunan kegiatan transaksi tunai antara Bank Indonesia dengan
perbankan dan disisi lain terjadinya peningkatan transaksi non tunai merupakanperbankan dan disisi lain terjadinya peningkatan transaksi non tunai merupakanperbankan dan disisi lain terjadinya peningkatan transaksi non tunai merupakanperbankan dan disisi lain terjadinya peningkatan transaksi non tunai merupakanperbankan dan disisi lain terjadinya peningkatan transaksi non tunai merupakan
kondisi yang dikehendaki.kondisi yang dikehendaki.kondisi yang dikehendaki.kondisi yang dikehendaki.kondisi yang dikehendaki. Dengan meningkatnya penggunaan transaksi non tunaimenunjukkan bahwa upaya Bank Indonesia untuk mendorong masyarakat lebih
banyak melakukan transaksi non tunai (less cash society/LCS) yang lebih efisien
dan aman ternyata dapat berjalan dengan baik. Peningkatan penggunaan transaksinon tunai tersebut juga dapat dijadikan sebagai cerminan kemajuan suatu daerah
ataupun negara, terutama dalam hal menilai efisiensi dan intensitas aktifitas
perekonomian. Sementara itu, dari sisi bank Indonesia, dengan meningkatnyapenggunaan transaksi non tunai, maka biaya pencetakan uang dan biaya logistik
pengedaran uang dapat ditekan.
Grafik IV.3Rata-rata Harian Arus Uang Tunai
BI Jakarta
Grafik IV.4Net Arus Uang Tunai BI Jakarta
Terkait dengan kebijakan sistem pembayaran tunai, maka sejak triwulan II-2006Terkait dengan kebijakan sistem pembayaran tunai, maka sejak triwulan II-2006Terkait dengan kebijakan sistem pembayaran tunai, maka sejak triwulan II-2006Terkait dengan kebijakan sistem pembayaran tunai, maka sejak triwulan II-2006Terkait dengan kebijakan sistem pembayaran tunai, maka sejak triwulan II-2006
Bank Indonesia menerapkan uji coba ketentuan setoran bayar bagi perbankan diBank Indonesia menerapkan uji coba ketentuan setoran bayar bagi perbankan diBank Indonesia menerapkan uji coba ketentuan setoran bayar bagi perbankan diBank Indonesia menerapkan uji coba ketentuan setoran bayar bagi perbankan diBank Indonesia menerapkan uji coba ketentuan setoran bayar bagi perbankan di
wilayah KBI dan Kantor Pusat, yaitu penyetoran uang kartal ke Bank Indonesiawilayah KBI dan Kantor Pusat, yaitu penyetoran uang kartal ke Bank Indonesiawilayah KBI dan Kantor Pusat, yaitu penyetoran uang kartal ke Bank Indonesiawilayah KBI dan Kantor Pusat, yaitu penyetoran uang kartal ke Bank Indonesiawilayah KBI dan Kantor Pusat, yaitu penyetoran uang kartal ke Bank Indonesia
hanya untuk uang yang tidak layak edar (UTLE).hanya untuk uang yang tidak layak edar (UTLE).hanya untuk uang yang tidak layak edar (UTLE).hanya untuk uang yang tidak layak edar (UTLE).hanya untuk uang yang tidak layak edar (UTLE). Uji coba penerapan ketentuan ini
telah menyebabkan turunnya jumlah aliran uang baik inflow ataupun outflow di
Kantor Pusat. Perkembangan penyelesaian transaksi tunai antar BI dan Perbankansecara tahunan menunjukkan jumlah yang menurun.
Sementara itu, walaupun hubungan antara transaksi tunai antara Bank IndonesiaSementara itu, walaupun hubungan antara transaksi tunai antara Bank IndonesiaSementara itu, walaupun hubungan antara transaksi tunai antara Bank IndonesiaSementara itu, walaupun hubungan antara transaksi tunai antara Bank IndonesiaSementara itu, walaupun hubungan antara transaksi tunai antara Bank Indonesia
dengan perbankan dikaitkan dengan temuan uang palsu belum diteliti, namundengan perbankan dikaitkan dengan temuan uang palsu belum diteliti, namundengan perbankan dikaitkan dengan temuan uang palsu belum diteliti, namundengan perbankan dikaitkan dengan temuan uang palsu belum diteliti, namundengan perbankan dikaitkan dengan temuan uang palsu belum diteliti, namun
demikian data menunjukkan bahwa rasio temuan uang palsu terhadap uang kertasdemikian data menunjukkan bahwa rasio temuan uang palsu terhadap uang kertasdemikian data menunjukkan bahwa rasio temuan uang palsu terhadap uang kertasdemikian data menunjukkan bahwa rasio temuan uang palsu terhadap uang kertasdemikian data menunjukkan bahwa rasio temuan uang palsu terhadap uang kertas
yang diedarkan relatif rendahyang diedarkan relatif rendahyang diedarkan relatif rendahyang diedarkan relatif rendahyang diedarkan relatif rendah. Rata-rata rasio temuan uang palsu terhadap uang
yang diedarkan selama triwulan I 2008 (0,0000014), naik tipis dibandingkan dengan
Rp Milliar/hari
2006 2007 20081 2 3 4 1 2 3 4 1
-50
100150200250300350400450
OutflowInflow
Rp Milliar/hari
Net Outflow
2006 2007 20081 2 3 4 1 2 3 4 1
(50)
-
50
100
150
200
250
77
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
triwulan sebelumnya (0,0000005). Sedangkan, dilihat per Kantor Koordinator
Bank Indonesia, temuan uang palsu yang cukup besar adalah di Kantor Bank
Indonesia Pusat dan Kantor Koordinator Bank Indonesia Surabaya. Di Kantor PusatBank Indonesia, rata-rata temuan uang palsu selama triwulan I 2008 mencapai
34,41% dari total temuan uang palsu, naik dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya (28,81%) namun masih lebih rendah dibandingkan dengan temuandi Kantor Koordinator KBI Surabaya (35,49%). Sementara itu, dibandingkan dengan
negara lain, terutama di negara-negara maju, temuan uang palsu di Indonesia
termasuk lebih rendah.
Grafik IV.5Rasio Temuan Uang Palsu Terhadap Uang
Diedarkan
Grafik IV.6Persentasi Uang Palsu di DKI Terhadap
Total Uang Palsu
Lembar
0,0000000
0,0000005
0,0000010
0,0000015
0,0000020
0,0000025
3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2005 2006 2007 2008
Rasio Uang Palsu TerhadapUang Diedarkan
%
2005 2006 2007 20083 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
0
20
40
60
80
100KPBIDi Luar KPBI
78
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
halaman ini sengaja dikosongkan
79
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
BAB V. KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta yang masih cukup tinggi pada triwulan I 2008diperkirakan tetap belum cukup signifikan memperbaiki beberapa indikatorkesejahteraan masyarakat di Jakarta. Indikator kesejahteraan tersebut antara lainadalah ketenagakerjaan, angka kemiskinan, upah/gaji, angka indeks kesengsaraan(misery indeks) dan kualitas hidup sebagaimana tercermin pada indekspembangunan manusia (IPM). Angka pengangguran di DKI menurun, dari 14,3%pada tahun 2006 menjadi 12,57% pada tahun 2007 namun masih lebih tinggidibandingkan dengan tingkat pengangguran nasional (9,1%). Persentase tingkatkemiskinan sedikit mengalami penurunan, yaitu dari 4,6% menjadi 4,5%. Faktoryang mempengaruhi masih relatif rendahnya perbaikan kedua indikatorkesejahteraan dimaksud antara lain adalah kinerja perekonomian Jakarta yangwalaupun tumbuh tinggi namun kualitas pertumbuhannya belum optimal. Hal inijuga berdampak pada meningkatnya kesenjangan pendapatan sebagaimanatercermin pada peningkatan angka gini rasio dari 0,269 pada tahun 2005 menjadi0,336 pada 2007 (Maret). Demikian pula indikator-indikator kesejahteraan lain,seperti indeks kesengsaraan yang sejalan dengan inflasi yang meningkat padatriwulan I 2008 diperkirakan memburuk. Untuk indeks pembangunan manusiadiperkirakan mengalami perbaikan antara lain dipengaruhi oleh pertumbuhanekonomi yang masih tinggi dan alokasi anggaran untuk program pendidikan danjaminan sosial yang meningkat.
A. KETENAGAKERJAANJumlah angkatan kerja dan jumlah orang yang bekerja di DKI Jakarta sampaiJumlah angkatan kerja dan jumlah orang yang bekerja di DKI Jakarta sampaiJumlah angkatan kerja dan jumlah orang yang bekerja di DKI Jakarta sampaiJumlah angkatan kerja dan jumlah orang yang bekerja di DKI Jakarta sampaiJumlah angkatan kerja dan jumlah orang yang bekerja di DKI Jakarta sampai
dengan Agustus meningkat yang disertai dengan penurunan tingkatdengan Agustus meningkat yang disertai dengan penurunan tingkatdengan Agustus meningkat yang disertai dengan penurunan tingkatdengan Agustus meningkat yang disertai dengan penurunan tingkatdengan Agustus meningkat yang disertai dengan penurunan tingkat
pengangguran terbuka (Grafik V.1). pengangguran terbuka (Grafik V.1). pengangguran terbuka (Grafik V.1). pengangguran terbuka (Grafik V.1). pengangguran terbuka (Grafik V.1). Pada posisi Agustus 2007 jumlah angkatan
kerja di DKI Jakarta mencapai 4,40 juta jiwa, meningkat dibandingkan dengankondisi Agustus 2006 (4,12 juta jiwa). Penyerapan tenaga kerja meningkat cukup
tinggi, dari 3,53 juta jiwa menjadi 3,84 juta jiwa. Kombinasi perkembangan
dua hal yang positif ini menyebabkan tingkat pengangguran terbuka turuncukup tinggi, dari 14,3% pada posisi Agustus 2006 menjadi 12,6% pada posisi
Agustus 2007.
80
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
Grafik V.1Angkatan Kerja dan Penduduk Bekerja
Grafik V.2Angka Pengangguran Terbuka
(%)
DKI Jakarta 14,3 12,6Banten 18,9 15,8Sumatera 11,8 12,6Jawa 10,6 10,4Bali dan NT 6,4 5,5Kallimantan 8,3 7,9Sulawesi 10,7 9,9Papua 8,6 8,7Nasional 10,3 9,1
Sumber : BPS(Posisi Agustus)
8
10
12
14
16
18
20
2006 2007
Ribuan orang
-
5001.000
1.500
2.000
2.500
3.0003.500
4.000
4.500
5.000
2005 2006 2007
Angkatan Kerja Bekerja Menganggur
Tabel V. 2Tenaga Kerja berdasarkan Status
Pekerjaan di DKI Jakarta
Formal
1. Berusaha di bantu buruh tetap 188.900 233.400
2. Buruh/Karyawan 2.213.530 2.319.900
Informal
1. Berusaha sendiri 726.210 841.220
2. Berusaha dibantu buruh tidak
tetap 165.640 171.150
3. Pekerja bebas 97.660 95.660
4. Pekerja tak di bayar 139.870 181.610
Status Pekerjaan Agt. 2006 Agt. 2007
Sumber BPS
Tabel V. 1Jumlah Tenaga Kerja Berdasarkan Sektor
di DKI Jakarta
Pertanian 22.543 19.940 0,6 0,5 (11,5)Pertambangan 9.410 8.310 0,3 0,2 (11,7)Industri 556.086 708.640 15,7 18,4 27,4Listrik 12.733 12.090 0,4 0,3 (5,0)Konstruksi 162.717 167.000 4,6 4,3 2,6Perdagangan 1.404.854 1.435.740 39,8 37,4 2,2Transportasi 295.724 369.270 8,4 9,6 24,9Keuangan 233.238 287.130 6,6 7,5 23,1Jasa 834.494 834.820 23,6 21,7 0,0Total 3.531.799 3.842.940 100,0 100,0 8,8
2006 2007 2006 2007 2008
Jumlah TenagaKerjaLapangan
Share Pertumbuhan
Sumber BPS, Sakernas, Agustus 2007
Fenomena perkembangan ketenagakerjaan di Jakarta berdasarkan survei BPSFenomena perkembangan ketenagakerjaan di Jakarta berdasarkan survei BPSFenomena perkembangan ketenagakerjaan di Jakarta berdasarkan survei BPSFenomena perkembangan ketenagakerjaan di Jakarta berdasarkan survei BPSFenomena perkembangan ketenagakerjaan di Jakarta berdasarkan survei BPS
terakhir cukup menarik. terakhir cukup menarik. terakhir cukup menarik. terakhir cukup menarik. terakhir cukup menarik. Di tengah-tengah lambatnya pertumbuhan investasi, sekor
industri pengolahan mampu menyerap tenaga kerja cukup tinggi, yaitu meningkat27,4% menjadi 708,6 ribu tenaga kerja. Sektor transportasi meningkat 24,9%
menjadi 369,3 ribu tenaga kerja. Sektor keuangan meningkat 23,1% menjadi
287,1 ribu tenaga kerja. Sementara itu sektor penyerap tenaga kerja terbesar,
81
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
yaitu perdagangan hanya tumbuh 2,2% (1.435,7 ribu tenaga kerja) (Grafik V.1).
Salah satu faktor penyebab masih tingginya peningkatan penyerapan tenaga kerja
di sektor industri di Jakarta antara lain disebabkan oleh berkembangnya sektorindustri terkait dengan masih tingginya konsumsi masyarakat terutama terhadap
barang-barang durable, seperti mobil, kendaraan bermotor, onderdil alat
transportasi, dan barang-barang elektronika. Sebagian dari industri yangmenghasilkan produk dimaksud berlokasi di Jakarta sehinga peningkatan
permintaan direspon oleh sebagian besar industri dengan cara meningkatkan
penggunaan kapasitas yang dalam implementasinya juga menambah tenaga kerja.Sementara itu, pertumbuhan penyerapan tenaga kerja yang tinggi pada sektor-
sektor di luar industri adalah merupakan fenomena yang wajar, yaitu dipengaruhi
oleh aktifitas perekonomian yang meningkat.
Pada posisi bulan Agustus 2007 meskipun angka persentase pengangguran diPada posisi bulan Agustus 2007 meskipun angka persentase pengangguran diPada posisi bulan Agustus 2007 meskipun angka persentase pengangguran diPada posisi bulan Agustus 2007 meskipun angka persentase pengangguran diPada posisi bulan Agustus 2007 meskipun angka persentase pengangguran di
Jakarta turun, namun demikian dibandingkan dengan persentase angkaJakarta turun, namun demikian dibandingkan dengan persentase angkaJakarta turun, namun demikian dibandingkan dengan persentase angkaJakarta turun, namun demikian dibandingkan dengan persentase angkaJakarta turun, namun demikian dibandingkan dengan persentase angka
pengangguran nasional (9,75%) masih lebih tinggi (Grafik V. 2). pengangguran nasional (9,75%) masih lebih tinggi (Grafik V. 2). pengangguran nasional (9,75%) masih lebih tinggi (Grafik V. 2). pengangguran nasional (9,75%) masih lebih tinggi (Grafik V. 2). pengangguran nasional (9,75%) masih lebih tinggi (Grafik V. 2). Tingginya tingkat
pengangguran di Jakarta antara lain disebabkan oleh karakteristik perekonomiandi Jakarta yang didominasi oleh sektor-sektor ekonomi yang padat modal dan
teknologi. Akibatnya, walaupun pertumbuhan ekonominya tinggi namunpenyerapan tenaga kerjanya relatif terbatas. Ketersediaan lapangan kerja formal
tumbuh terbatas padahal struktur tenaga kerja hampir 64,82% merupakan
tenaga kerja buruh/karyawan (Tabel V.2). Faktor yang lain adalah merupakanpermasalahan klasik, yaitu tingginya tingkat urbanisasi di Jakarta sebagai wilayah
yang terbuka. Dugaan yang lain adalah bahwa meskipun sebagian dari
masyarakat Jakarta tidak memiliki pekerjaan, namun demikian sebagian dari
Tabel V. 4Angkat Gini Ratio
1 DKI Jakarta 0,322 0,269 0,336
2 Banten 0,330 0,356 0,365
3 Jawa Barat 0,289 0,336 0,344
4 Jawa Tengah 0,284 0,306 0,326
5 Jogyakarta 0,367 0,415 0,366
6 Jawa Timur 0,311 0,356 0,337
7 Sumatera Utara 0,268 0,303 0,305
8 Sulawesi Selatan 0,301 0,353 0,37
9 Nasional 0,329 0,363 0,364
Provinsi 2002 2005 2007
Sumber BPS
Tabel V. 3Jumlah Tenaga Kerja berdasarkan
Pendidikan di Jakarta
Sumber BPS, Sakernas, Februari 2006
2005 2006 2005 2006Lapangan Jumlah Share (%)
Tidak Sekolah 4.279 3.885 0,1 0,1
Tidak Tamat SD 100.196 85.470 2,8 2,4
SD 510.606 522.353 14,3 14,8
SLP 632.910 579.921 17,8 16,4
SLA 1.912.635 1.911.410 53,6 54,1
Diploma 187.912 198.840 5,3 5,6
Universitas 216.794 229.920 6,1 6,5
3.565.331 3.531.799 100,0 100,0
82
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
masyarakat dimaksud memiliki dan mengelola asset yang mampu menghasilkan
uang.
Dengan memperhatikan perkembangan ekonomi terkini, pada triwulan-triwulanDengan memperhatikan perkembangan ekonomi terkini, pada triwulan-triwulanDengan memperhatikan perkembangan ekonomi terkini, pada triwulan-triwulanDengan memperhatikan perkembangan ekonomi terkini, pada triwulan-triwulanDengan memperhatikan perkembangan ekonomi terkini, pada triwulan-triwulan
mendatang perkembangan ketenagakerjaan di Jakarta diperkirakan akanmendatang perkembangan ketenagakerjaan di Jakarta diperkirakan akanmendatang perkembangan ketenagakerjaan di Jakarta diperkirakan akanmendatang perkembangan ketenagakerjaan di Jakarta diperkirakan akanmendatang perkembangan ketenagakerjaan di Jakarta diperkirakan akan
menghadapi tantangan yang lebih beratmenghadapi tantangan yang lebih beratmenghadapi tantangan yang lebih beratmenghadapi tantangan yang lebih beratmenghadapi tantangan yang lebih berat. Faktor utama yang mempengaruhinya
terutama adalah pertumbuhan ekonomi domestik dan global yang melambat.
Perekonomian global yang melambat, yang antara lain dipengaruhi oleh kenaikanharga BBM, memburuknya perekonomian global dan kenaikan beberapa harga
komoditas, berpengaruh terhadap perlambatan pertumbuhan perekonomian
domestik. Beberapa sektor ekonomi diperkirakan akan mengalami tekanan, sepertisektor perdagangan, sektor industri pengolahan, keuangan dan jasa perusahaan.
Kondisi ini akan memberikan pengaruh yang kurang baik bagi ketenagakerjaan di
Jakarta pada triwulan-triwulan mendatang.
B. UPAHUpah yang diterima tenaga kerja pada umumnya meningkat, namun demikianUpah yang diterima tenaga kerja pada umumnya meningkat, namun demikianUpah yang diterima tenaga kerja pada umumnya meningkat, namun demikianUpah yang diterima tenaga kerja pada umumnya meningkat, namun demikianUpah yang diterima tenaga kerja pada umumnya meningkat, namun demikian
peningkatan upah terutama lebih dirasakan oleh pekerja pada level menengahpeningkatan upah terutama lebih dirasakan oleh pekerja pada level menengahpeningkatan upah terutama lebih dirasakan oleh pekerja pada level menengahpeningkatan upah terutama lebih dirasakan oleh pekerja pada level menengahpeningkatan upah terutama lebih dirasakan oleh pekerja pada level menengah
ke atas karena base salary-nya relatif sudah tinggi.ke atas karena base salary-nya relatif sudah tinggi.ke atas karena base salary-nya relatif sudah tinggi.ke atas karena base salary-nya relatif sudah tinggi.ke atas karena base salary-nya relatif sudah tinggi. Survei Human Resources
Development Club (HRD Club) menunjukkan bahwa kenaikan gaji manajerial di
sektor formal pada berbagai level jabatan mendekati angka 15% (Grafik I.11 -13 dan tabel I.2). Sementara itu, untuk golongan masyarakat berpenghasilan
relatif subsisten kenaikan pendapatannya relatif kurang signifikan untuk mampu
mendorong peningkatan konsumsi. Hal ini tercermin pada peningkatan upahburuh informal, Upah Minimum Provinsi (UMP), yang kurang cukup kuat
mengimbangi kenaikan harga-harga. Peningkatan pendapatan pada berbagai
level pekerjaan kurang memberikan dampak pada pengurangan disparitaspendapatan, sebagaimana tercermin pada angka gini ratio 2007 (0,336) yang
meningkat dibandingkan tahun 2005 (0,269). Ke depan, disamping upaya
menjaga kestabilan harga dioptimalkan, kebijakan pengupahan ada baiknya lebihdiarahkan pada upaya untuk dapat mengerem disparitas yang semakin membesar.
Kebijakan tersebut antara lain dapat dilakukan melalui pengaturan peningkatan
gaji yang lebih rendah untuk level yang lebih tinggi namun di sisi lain kenaikanupah pada low level tetap dalam batas-batas normal dan mampu meredam
ekspektasi terhadap inflasi.
83
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
C. KEMISKINAN1
Persentase jumlah penduduk miskin di Jakarta masih relatif lebih rendahPersentase jumlah penduduk miskin di Jakarta masih relatif lebih rendahPersentase jumlah penduduk miskin di Jakarta masih relatif lebih rendahPersentase jumlah penduduk miskin di Jakarta masih relatif lebih rendahPersentase jumlah penduduk miskin di Jakarta masih relatif lebih rendah
dibandingkan dengan persentase jumlah penduduk miskin nasional (Grafik V. 3.).dibandingkan dengan persentase jumlah penduduk miskin nasional (Grafik V. 3.).dibandingkan dengan persentase jumlah penduduk miskin nasional (Grafik V. 3.).dibandingkan dengan persentase jumlah penduduk miskin nasional (Grafik V. 3.).dibandingkan dengan persentase jumlah penduduk miskin nasional (Grafik V. 3.).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Jakarta, pada tahun 2007 persentasependuduk miskin di DKI Jakarta hanya 4,5% dari total jumlah penduduk DKI Jakarta.
Persentase penduduk miskin tersebut turun setelah sempat meningkat pada tahun
2006 (4,6%). Penurunan ini searah dengan penurunan jumlah penduduk miskinnasional yang turun dari 39,30 juta jiwa (17,8%) pada tahun 2006 menjadi 37,17
juta jiwa (16,6%) pada tahun 2007. Faktor utama yang menyebabkan tingkat
kemiskinan menurun adalah perekonomian yang membaik. Selain itu jugadipengaruhi oleh upaya pemerintah untuk mengurangi kemiskinan (pro poor)melalui pelaksanaan program-program yang terkait dengan jaring pengaman sosial.
Grafik V.3Angka Penduduk Miskin
Cukup banyak program-program yang dilaksanakan pemerintah daerah sebagaiCukup banyak program-program yang dilaksanakan pemerintah daerah sebagaiCukup banyak program-program yang dilaksanakan pemerintah daerah sebagaiCukup banyak program-program yang dilaksanakan pemerintah daerah sebagaiCukup banyak program-program yang dilaksanakan pemerintah daerah sebagai
implementasi kebijakan implementasi kebijakan implementasi kebijakan implementasi kebijakan implementasi kebijakan pro poorpro poorpro poorpro poorpro poor. . . . . Program tersebut antara lain adalah program
pengurangan beban pengeluaran keluarga miskin yang terdiri dari Program BantuanOperasional Sekolah, Program Bantuan Operasional Pendidikan dan Keluarga
Miskin, penyediaan beras raskin, pemakaman gratis dan perbaikan lingkungan
kumuh. Selanjutnya bantuan modal usaha, antara lain dalam bentuk penyalurandana bergulir Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PPMK) dan program
pelatihan. Sumber lain adalah kontribusi dari pihak swasta (CommunityDevelopment Program), lembaga donor dan perbankan.
Tabel V. 5Strata Penghasilan
A1 > 3.000 13 2
A2 2.000-3.000 16 5
B 1.500 - 2.000 20 11
C1 1.000 -1.500 25 23
C2 700 - 1.000 18 32
D 500 - 700 4 17
E < 500 3 11
Strata Penghasilan Jakarta Botabek(Ribu Rp) % %
Sumber : AC Nielsen, 2007
(%)
DKI 3,2 4,3 4,6 4,5
Banten 13,7 18,4 17,6 17,4
Nasional 16,7 16,0 17,8 16,6
0,0
5,0
10,0
15,0
20,0
2004 2005 2006 2007
84
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
D. INDEKS KESENGSARAANKondisi di triwulan I 2008, dipengaruhi oleh kenaikan tingkat inflasi yang cukupKondisi di triwulan I 2008, dipengaruhi oleh kenaikan tingkat inflasi yang cukupKondisi di triwulan I 2008, dipengaruhi oleh kenaikan tingkat inflasi yang cukupKondisi di triwulan I 2008, dipengaruhi oleh kenaikan tingkat inflasi yang cukupKondisi di triwulan I 2008, dipengaruhi oleh kenaikan tingkat inflasi yang cukup
tinggi diperkirakan meningkatkan angka tinggi diperkirakan meningkatkan angka tinggi diperkirakan meningkatkan angka tinggi diperkirakan meningkatkan angka tinggi diperkirakan meningkatkan angka misery indexmisery indexmisery indexmisery indexmisery index (indeks kesengsaraan) (Grafik (indeks kesengsaraan) (Grafik (indeks kesengsaraan) (Grafik (indeks kesengsaraan) (Grafik (indeks kesengsaraan) (Grafik
V.4)V.4)V.4)V.4)V.4). Misery index yang dihitung dengan cara menjumlahkan persentase tingkatpengangguran terbuka dengan tingkat inflasi pertama kali dikenalkan oleh Arthur
Okun. Indeks ini mengasumsikan bahwa tingkat pengangguran yang tinggi dan
tingkat inflasi yang memburuk akan menciptakan biaya sosial dan ekonomi suatunegara. Berdasarkan indikator misery index, kondisi kesejahteraan masyarakat pada
triwulan I 2008 diperkirakan menurun, sejalan dengan laju inflasi yang cukup
tinggi (Grafik V.4).
2 Indeks ini dikembangkan pada tahun 1990 oleh ekonom Pakistan Mahbub ul Haq, dan telah digunakan sejak tahun 1993oleh UNDP pada laporan tahunannya. Nilai IPM menunjukkan pencapaian rata-rata pada sebuah negara dalam tiga dimensidasar pembangunan manusia, yakni: 1. Usia yang panjang dan sehat, yang diukur dengan angka harapan hidup, 2. Pendidikan,yang diukur dengan dengan tingkat baca tulis dengan pembobotan dua per tiga; serta angka partisipasi kasar denganpembobotan satu per tiga, 3. Standar hidup yang layak, yang diukur dengan produk domestik bruto (PDB) per kapita padaparitas daya beli dalam mata uang Dollar AS.
E. INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIAIndeks pembangunan manusia (IPM) adalah gabungan dari nilai yang menunjukkanIndeks pembangunan manusia (IPM) adalah gabungan dari nilai yang menunjukkanIndeks pembangunan manusia (IPM) adalah gabungan dari nilai yang menunjukkanIndeks pembangunan manusia (IPM) adalah gabungan dari nilai yang menunjukkanIndeks pembangunan manusia (IPM) adalah gabungan dari nilai yang menunjukkan
tingkat kemiskinan, kemampuan baca tulis, pendidikan,tingkat kemiskinan, kemampuan baca tulis, pendidikan,tingkat kemiskinan, kemampuan baca tulis, pendidikan,tingkat kemiskinan, kemampuan baca tulis, pendidikan,tingkat kemiskinan, kemampuan baca tulis, pendidikan, harapan hidup, dan faktor-harapan hidup, dan faktor-harapan hidup, dan faktor-harapan hidup, dan faktor-harapan hidup, dan faktor-
faktor lainnya di sebuah negara atau wilayah administratif tertentufaktor lainnya di sebuah negara atau wilayah administratif tertentufaktor lainnya di sebuah negara atau wilayah administratif tertentufaktor lainnya di sebuah negara atau wilayah administratif tertentufaktor lainnya di sebuah negara atau wilayah administratif tertentu2 (Grafik V. 5 (Grafik V. 5 (Grafik V. 5 (Grafik V. 5 (Grafik V. 5 ----- 6). 6). 6). 6). 6).
Indeks ini dapat digunakan untuk membandingkan human development antarasatu negara dengan negara lainnya ataupun membandingkan human developmentantara satu provinsi ataupun kota dengan provinsi ataupun lain di dalam satu
wilayah negara. Terdapat tiga kriteria IPM, yaitu IPM tinggi dengan angka indeks
Grafik V.4Indeks Kesengsaraan
Tabel V. 6Pengeluaran Penduduk Miskin
Keterangan Kota Desa
Kebutuhan dasar MakananKebutuhan dasar MakananKebutuhan dasar MakananKebutuhan dasar MakananKebutuhan dasar MakananBeras 15,5 22,0Telur, Daging & Susu 4,44 3,36Kebutuhan lainnya 49 46,35
Kebutuhan dasar bukan MakananKebutuhan dasar bukan MakananKebutuhan dasar bukan MakananKebutuhan dasar bukan MakananKebutuhan dasar bukan MakananPerumahan 7,37 8,05Listrik 4,06 2,35Pendidikan 1,73 1,02Transportasi 2,58 1,58Kebutuhan lainnya 15,32 15,29TotalTotalTotalTotalTotal 100100100100100 100100100100100
Sumber : BPS, diolah
(Persen)(Persen)(Persen)(Persen)(Persen)
2006 2007 2008Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
-
5
10
15
20
25
30
NasionalJakarta
85
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
di atas 0,800, IPM sedang dengan batas angka IPM 0,500 - 0,799, dan IPM rendah
dengan nilai di bawah 0,500. Angka IPM Indonesia dan kebanyakan provinsi di
Indonesia pada saat ini masuk dalam kategori IPM sedang. Khusus untuk di Jakarta,data terakhir menunjukkan bahwa IPM Provinsi Jakarta lebih baik dibandingkan
dengan IPM Provinsi Banten dan juga IPM Provinsi lain di Indonesia. Sementara itu
berdasarkan release terakhir dari UNDP, IPM Indonesia pada tahun 2007 adalah0,728 meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya 0,711. Peringkat IPM
Indonesia sedikit membaik, yaitu meningkat menjadi rangking 108 (sebelumnya
108), namun demikian IPM Indonesia lebih rendah dibandingkan dengan IPMnegara tetangga, yaitu Malaysia (0,811), Thailand (0,781), Filipina (0,771), dan
Vietnam (0,733).
Grafik V.5IPM Provinsi DKI Jakarta
74,0
75,0
76,0
77,0
2002 2003 2004 2005*
Indeks pembangunan manusia di Provinsi DKI Jakarta berdasarkan data terakhirIndeks pembangunan manusia di Provinsi DKI Jakarta berdasarkan data terakhirIndeks pembangunan manusia di Provinsi DKI Jakarta berdasarkan data terakhirIndeks pembangunan manusia di Provinsi DKI Jakarta berdasarkan data terakhirIndeks pembangunan manusia di Provinsi DKI Jakarta berdasarkan data terakhir
menunjukkan adanya perbaikan, walaupun masih tetap dalam kategori sedangmenunjukkan adanya perbaikan, walaupun masih tetap dalam kategori sedangmenunjukkan adanya perbaikan, walaupun masih tetap dalam kategori sedangmenunjukkan adanya perbaikan, walaupun masih tetap dalam kategori sedangmenunjukkan adanya perbaikan, walaupun masih tetap dalam kategori sedang.IPM Provinsi DKI Jakarta meningkat tipis dari 0,7615 pada tahun 2004 menjadi
0,7675 pada tahun 2005. Dengan memperhatikan perkembangan angka harapan
hidup, indeks pendidikan dan indeks daya beli, diperkirakan indeks pembangunanmanusia tahun 2007 searah dengan perekonomian yang bertumbuh dan
meningkatnya alokasi belanja untuk jaring pengaman sosial mengalami perbaikan,
walaupun peningkatannya terkait dengan kapasitas yang ada masih terbatas.
86
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
BOKS II :RASIO GINI
PendahuluanRasio Gini merupakan ukuran kemerataan tingkat pendapatan yang dihitungRasio Gini merupakan ukuran kemerataan tingkat pendapatan yang dihitungRasio Gini merupakan ukuran kemerataan tingkat pendapatan yang dihitungRasio Gini merupakan ukuran kemerataan tingkat pendapatan yang dihitungRasio Gini merupakan ukuran kemerataan tingkat pendapatan yang dihitung
dengan membagi luas antara garis diagonal dan kurva lorenz dengan luasdengan membagi luas antara garis diagonal dan kurva lorenz dengan luasdengan membagi luas antara garis diagonal dan kurva lorenz dengan luasdengan membagi luas antara garis diagonal dan kurva lorenz dengan luasdengan membagi luas antara garis diagonal dan kurva lorenz dengan luas
segi tiga di bawah garis diagonalsegi tiga di bawah garis diagonalsegi tiga di bawah garis diagonalsegi tiga di bawah garis diagonalsegi tiga di bawah garis diagonal. Nilai Rasio Gini terletak antara 0 dan 1,nilai Rasio Gini yang mendekati 0 maka tingkat ketimpangan pendapatan
sangat rendah, artinya distribusi pendapatan merata, dan apabila nilainya
mendekati 1 maka tingkat ketimpangan pendapatan tinggi.
Tabel Boks II. 1Ilustrasi Penghitungan Gini Ratio
0,25 0,10 0,25 0,25 0,10 0,0250,20 0,20 0,45 0,70 0,10 0,0700,15 0,30 0,60 1,05 0,10 0,1050,10 0,40 0,70 1,30 0,10 0,1300,08 0,50 0,78 1,48 0,10 0,1480,07 0,60 0,85 1,63 0,10 0,1630,05 0,70 0,90 1,75 0,10 0,1750,05 0,80 0,95 1,85 0,10 0,1850,03 0,90 0,98 1,93 0,10 0,1930,02 1,00 1,00 1,98 0,10 0,1981,001,001,001,001,00 1.3921.3921.3921.3921.392
Y σX (cumulative) σY (cumulative) σYi-1 + σYi (A) σXi-1 + σXi (B) A*B
Grafik Boks II.1Kurva lorenz
Gini coefficient
Perfect distribution linesometimes called 45 degree line
Gini Index
100%
100%The cumulative share of peoplefrom lower income
Lorenze curve
Cum
ulat
ive
shar
eof
inco
me
earn
ed
G = 1 -ΣN
i = 1(σ Y
i - 1 + σ Y
i ) (σ X
i - 1 + σ X
i ) = 0.392
87
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
Tingkat ketimpangan pendapatan menurut Bank Dunia terpusat pada 40%Tingkat ketimpangan pendapatan menurut Bank Dunia terpusat pada 40%Tingkat ketimpangan pendapatan menurut Bank Dunia terpusat pada 40%Tingkat ketimpangan pendapatan menurut Bank Dunia terpusat pada 40%Tingkat ketimpangan pendapatan menurut Bank Dunia terpusat pada 40%
penduduk berpendapatan rendahpenduduk berpendapatan rendahpenduduk berpendapatan rendahpenduduk berpendapatan rendahpenduduk berpendapatan rendah. Tingkat ketimpangan pendapatan
penduduk digambarkan oleh porsi pendapatan yang diterima kelompok initerhadap seluruh pendapatan penduduk, yang digolongkan sebagai berikut:
1. Memperoleh <12%, maka ketimpangan pendapatan dianggap tinggi.
2. Memperoleh 12-17%, maka tingkat ketimpangan pendapatan dianggap
sedang.
3. Memperoleh >17%, maka tingkat ketimpangan pendapatan dianggap
rendah.
Perkembangan Rasio Gini IndonesiaPerkembangan angka Rasio Gini Indonesia dalam tiga tahun terakhir relatifPerkembangan angka Rasio Gini Indonesia dalam tiga tahun terakhir relatifPerkembangan angka Rasio Gini Indonesia dalam tiga tahun terakhir relatifPerkembangan angka Rasio Gini Indonesia dalam tiga tahun terakhir relatifPerkembangan angka Rasio Gini Indonesia dalam tiga tahun terakhir relatif
berfluktuasiberfluktuasiberfluktuasiberfluktuasiberfluktuasi. Pada tahun 2005 indeks gini tercatat 0,36, naik dibandingkantahun 2004 (0,32). Peningkatan ini lebih disebabkan oleh berkurangnya
porsi pendapatan yang diterima oleh 40% penduduk berpendapatan
rendah, yaitu dari 20,80% menjadi 18,81%. Di sisi lain, persentasependapatan yang dinikmati oleh 20% penduduk berpenghasilan tertinggi
menjadi semakin meningkat, yaitu dari 42,07% menjadi 44,78%. Faktor
yang mempengaruhi peningkatan kesenjangan ini diduga adalah dampakkenaikan BBM yang menyebabkan kelompok 40% penduduk
berpenghasilan rendah terpukul. Selanjutnya pada tahun 2006, sejalan
dengan berkurangnya dampak kenaikan BBM maka kesenjangan kembalimenurun (Tabel 1). Namun demikian, memasuki tahun 2007 kesenjangan
kembali meningkat, bahkan lebih tinggi, yaitu dari 0,33 pada tahun 2006
menjadi 0,37 pada tahun 2007. Fenomena yang menarik adalah terjadinya
Tabel Boks II. 2Perkembangan Rasio Gini di Indonesia
40 % terendah 20,92 20,57 20,80 18,81 19,75 19,10
40 % menengah 36,89 37,10 37,13 36,40 38,10 36,11
20 % teratas 42,19 42,33 42,07 44,78 42,15 44,79
Gini Ratio 0,33 0,32 0,32 0,36 0,33 0,37
Kelompok Penduduk 2002 2003 2004 2005 2006 2007
Sumber : BPS
88
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
shifting dari sebagian penduduk di kelompok 40% menengah ke kelompok20% teratas.
Kondisi yang terjadi pada tahun 2007 tersebut diduga dipengaruhi olehKondisi yang terjadi pada tahun 2007 tersebut diduga dipengaruhi olehKondisi yang terjadi pada tahun 2007 tersebut diduga dipengaruhi olehKondisi yang terjadi pada tahun 2007 tersebut diduga dipengaruhi olehKondisi yang terjadi pada tahun 2007 tersebut diduga dipengaruhi oleh
kualitas pertumbuhan ekonomi yang masih belum optimalkualitas pertumbuhan ekonomi yang masih belum optimalkualitas pertumbuhan ekonomi yang masih belum optimalkualitas pertumbuhan ekonomi yang masih belum optimalkualitas pertumbuhan ekonomi yang masih belum optimal. Walaupun
perekonomian tumbuh cukup tinggi (6,3%) namun pertumbuhan lebihdidorong oleh konsumsi dan peningkatan ekspor komoditas primer,
sementara investasi tumbuh rendah. Di sisi sektoral, pertumbuhan tinggi
lebih terjadi di sektor-sektor yang padat modal sehingga tidak menyeraptenaga kerja dalam jumlah banyak (sektor pengangkutan dan komunikasi,
sektor perdagangan, sektor keuangan dan sektor bangunan). Sementara
itu, sektor industri dan pertanian tumbuh relatif terbatas. Fenomena bahwakualitas pertumbuhan ekonomi belum optimal, tercermin dari adanya korelasi
positif dengan Rasio Gini Indonesia dengan pertumbuhan ekonomi, paling
tidak dalam tiga tahun terakhir (Grafik Boks II.2).
Grafik Boks II.2Pertumbuhan Ekonomi dan Rasio Gini
4,0
4,5
5,0
5,5
6,0
6,5
2002 2003 2004 2005 2006 20070,280,290,300,310,320,330,340,350,360,370,38
0,33
0,360,37
0,330,320,32
4,38
4,72
5,03
5,68
6,33
5,48
PDB Nasional (%,yoy)Gini Ratio (aksis kanan)
Tabel Boks II.3Strata Penghasilan Penduduk
A1 > 3.000 13 2
A2 2.000-3.000 16 5
B 1.500 - 2.000 20 11
C1 1.000 -1.500 25 23
C2 700 - 1.000 18 32
D 500 - 700 4 17
E < 500 3 11
Strata Penghasilan Jakarta Botabek(Ribu Rp) % %
Sumber : AC Nielsen, 2007
Peningkatan ketimpangan pendapatan juga terjadi hampir di sebagian besarPeningkatan ketimpangan pendapatan juga terjadi hampir di sebagian besarPeningkatan ketimpangan pendapatan juga terjadi hampir di sebagian besarPeningkatan ketimpangan pendapatan juga terjadi hampir di sebagian besarPeningkatan ketimpangan pendapatan juga terjadi hampir di sebagian besar
provinsi di Indonesia. provinsi di Indonesia. provinsi di Indonesia. provinsi di Indonesia. provinsi di Indonesia. Dinamika perkembangan angka rasio gini akan sangat
tergantung pada struktur perekonomian, strata penghasilan penduduk dantentunya kualitas pertumbuhan ekonomi di masing-masing daerah. Sebagai
contoh di DKI Jakarta, angka rasio gini-nya meningkat cukup tajam, yaitu
dari 0,27 pada tahun 2005 menjadi 0,34 pada tahun 2007. Peningkatanketimpangan ini dipengaruhi oleh kualitas pertumbuhan ekonomi yang
belum optimal, pertumbuhan ekonomi lebih ditopang oleh konsumsi, dan
89
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
di sisi sektoral, pertumbuhan tinggi terjadi pada sektor-sektor yang nontradable, seperti sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan,
sektor jasa, serta sektor perdagangan. Data juga menunjukkan bahwa
perekonomian DKI lebih didorong oleh penduduk yang berpenghasilanmenengah ke atas (Tabel Boks II.3).
Sumber : Hasil Susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional) BPS
Tabel Boks II. 4Gini Rasio per Provinsi
1 NAD 21,56 *) 39,06 *) 39,39 *) 0,299 *) 23,80 39,60 36,60 0,272 Sumatera Utara 20,27 38,18 41,55 0,33 22,34 37,33 40,33 0,313 Sumatera Barat 21,45 39,31 39,24 0,30 21,62 37,65 40,73 0,314 Riau 22,88 38,39 38,73 0,28 21,19 37,79 41,03 0,325 Jambi 20,98 38,89 40,12 0,31 21,95 37,50 40,55 0,316 Sumatera Selatan 21,60 36,91 41,49 0,31 21,70 37,74 40,57 0,327 Bengkulu 20,08 34,69 45,23 0,35 20,33 37,01 42,66 0,348 Lampung 18,82 33,56 47,62 0,38 17,94 34,66 47,40 0,399 Kep, Bangka Belitung 21,57 41,57 36,85 0,28 25,03 38,88 36,09 0,2610 Kep, Riau 22,32 43,31 34,37 0,27 23,05 36,69 40,26 0,3011 DKI Jakarta 20,64 47,92 31,44 0,27 19,51 35,34 45,15 0,3412 Jawa Barat 19,59 38,30 42,11 0,34 20,08 36,26 43,66 0,3413 Jawa Tengah 22,31 36,52 41,17 0,31 20,97 37,48 41,55 0,3314 DI Yogyakarta 15,41 32,66 51,93 0,42 18,98 35,73 45,28 0,3715 Jawa Timur 19,79 34,67 45,54 0,36 19,84 38,34 41,82 0,3416 Banten 18,79 36,36 44,85 0,36 18,66 36,44 44,91 0,3717 Bali 20,12 34,97 44,90 0,33 19,58 38,28 42,14 0,3318 Nusa Tenggara Barat 21,69 36,79 41,51 0,32 21,13 36,66 42,21 0,3319 Nusa Tenggara Timur 19,91 35,60 44,50 0,35 20,40 34,70 44,90 0,3520 Kalimantan Brat 21,98 36,19 41,83 0,31 21,36 38,99 39,66 0,3121 Kalimantan Tengah 22,32 39,94 37,74 0,28 22,32 38,17 39,51 0,3022 Kalimantan Selatan 22,45 41,04 36,51 0,28 19,99 36,70 43,31 0,3423 Kalimantan Timur 19,78 39,06 41,16 0,32 21,13 36,19 42,68 0,3324 Sulawesi Utara 20,03 39,27 40,70 0,32 21,19 37,57 41,24 0,3225 Sulawesi Tengah 21,85 38,07 40,08 0,30 20,88 39,09 40,04 0,3226 Sulawesi Selatan 19,55 35,51 44,94 0,35 18,57 36,91 44,52 0,3727 Sulawesi Tenggara 18,91 35,43 45,66 0,36 19,38 37,45 43,18 0,3528 Gorontalo 19,87 35,75 44,38 0,36 28,64 33,69 47,67 0,3929 Sulawesi Barat 21,97 36,15 41,88 0,3130 Maluku 24,53 38,07 37,40 0,26 20,87 37,43 41,70 0,3331 Maluku Utara 24,69 37,72 37,59 0,26 20,39 36,81 42,80 0,3332 Papua Barat 21,08 40,40 38,52 0,3033 Papua 17,14 35,69 47,17 0,39 16,07 34,34 49,59 0,41
INDONESIAINDONESIAINDONESIAINDONESIAINDONESIA 18,8118,8118,8118,8118,81 36,4036,4036,4036,4036,40 44,7844,7844,7844,7844,78 0,360,360,360,360,36 19,1019,1019,1019,1019,10 36,1136,1136,1136,1136,11 44,7944,7944,7944,7944,79 0,360,360,360,360,36
No Propinsi40% of
populationwith lowest
income
40%of population withmoderate
income
20%of population with
highestincome
GiniRatio
40%of population with
lowestincome
40%of population withmoderate
income
20%of population with
highestincome
GiniRatio
2006 2007
90
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
Kesimpulan dan usulan kebijakanSebagai penutup, walaupun menurut kriteria Bank Dunia ketimpangan diSebagai penutup, walaupun menurut kriteria Bank Dunia ketimpangan diSebagai penutup, walaupun menurut kriteria Bank Dunia ketimpangan diSebagai penutup, walaupun menurut kriteria Bank Dunia ketimpangan diSebagai penutup, walaupun menurut kriteria Bank Dunia ketimpangan di
Indonesia masih tergolong rendah, yaitu 40% penduduk berpenghasilanIndonesia masih tergolong rendah, yaitu 40% penduduk berpenghasilanIndonesia masih tergolong rendah, yaitu 40% penduduk berpenghasilanIndonesia masih tergolong rendah, yaitu 40% penduduk berpenghasilanIndonesia masih tergolong rendah, yaitu 40% penduduk berpenghasilan
rendah masih menikmati porsi pendapatan lebih besar dari 17%, yaiturendah masih menikmati porsi pendapatan lebih besar dari 17%, yaiturendah masih menikmati porsi pendapatan lebih besar dari 17%, yaiturendah masih menikmati porsi pendapatan lebih besar dari 17%, yaiturendah masih menikmati porsi pendapatan lebih besar dari 17%, yaitu
19,10% namun demikian upaya-upaya untuk memperkecil angka rasio gini19,10% namun demikian upaya-upaya untuk memperkecil angka rasio gini19,10% namun demikian upaya-upaya untuk memperkecil angka rasio gini19,10% namun demikian upaya-upaya untuk memperkecil angka rasio gini19,10% namun demikian upaya-upaya untuk memperkecil angka rasio gini
perlu dilakukanperlu dilakukanperlu dilakukanperlu dilakukanperlu dilakukan. Upaya tersebut antara lain dapat dilakukan melalui perbaikan
kualitas pertumbuhan ekonomi dengan cara mendorong peningkatan peraninvestasi melalui perbaikan-perbaikan iklim investasi, terutama di sektor-
sektor yang tradable dan menyerap banyak tenaga kerja yang disertai dengan
perbaikan akses pasar. Upaya yang lain adalah membenahi pengelolaanjaminan pengaman sosial, perlu dicarikan metode ataupun pola redistribusi
pendapatan yang lebih adil untuk mengurangi ketidakmerataan. Di bidang
pengupahan, antara lain perlu diatur agar persentase peningkatan gajipekerja pada level yang lebih tinggi lebih rendah namun di sisi lain kenaikan
upah pada low level tetap dalam batas-batas normal dan mampu meredam
ekspektasi terhadap inflasi.
91
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
BAB VI. KEUANGAN DAERAH
APBD 2007 di sisi penerimaan maupun pengeluaran lebih menunjukkan realisasiyang relatif beragam. Realisasi penerimaan mencapai 92,2% dari total anggaranRp 20,68 triliun. Pada pos pengeluaran realisasinya lebih rendah (86,8%), namunlebih tinggi dibandingkan penyerapan pada tahun sebelumnya (85,64%). Lebihrendahnya realisasi penerimaan antara lain disebabkan oleh tidak tercapainyaperolehan pajak dan retribusi, lebih rendahnya realisasi dana hibah dari pemerintahpusat dan lebih rendahnya penerimaan dana dari pengelolaan rumah sakit.Sementara itu APBD 2008 telah disahkan dengan Perda No. 2/2008 pada tanggal18 Maret 2008. Besaran APBD 2008 relatif realistis dengan nilai yang tidak terpautbesar (sedikit turun) dengan realisasi 2007, sehingga diharapkan realisai APBD2008 dapat lebih optimal.
A. PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAHRealisasi APBD DKI Jakarta tahun 2007 cukup tinggi, sementara besaran APBDRealisasi APBD DKI Jakarta tahun 2007 cukup tinggi, sementara besaran APBDRealisasi APBD DKI Jakarta tahun 2007 cukup tinggi, sementara besaran APBDRealisasi APBD DKI Jakarta tahun 2007 cukup tinggi, sementara besaran APBDRealisasi APBD DKI Jakarta tahun 2007 cukup tinggi, sementara besaran APBD
2008 yang telah disetujui relatif realistis dengan perbandingan yang tidak terpaut2008 yang telah disetujui relatif realistis dengan perbandingan yang tidak terpaut2008 yang telah disetujui relatif realistis dengan perbandingan yang tidak terpaut2008 yang telah disetujui relatif realistis dengan perbandingan yang tidak terpaut2008 yang telah disetujui relatif realistis dengan perbandingan yang tidak terpaut
jauh dengan realisasi APBD 2007. jauh dengan realisasi APBD 2007. jauh dengan realisasi APBD 2007. jauh dengan realisasi APBD 2007. jauh dengan realisasi APBD 2007. Angka sementara realisasi APBD DKI Jakarta
hingga triwulan IV 2007 mencapai 92,2%, meskipun demikian turun tipisdibandingkan dengan pencapaian pada periode waktu yang sama tahun 2006
(92,9%). Pengeluaran belanja diperkirakan pencapaiannya relatif masih belum
optimal (86,8%) namun naik tipis dibandingkan pencapaian pada periode waktuyang sama tahun 2006 (85,6%). Sementara itu, APBD 2008 besarannya relatif
tidak jauh berbeda dengan realisasi di 2007.
Tabel VI. 1APBD DKI Jakarta dan Realisasi Hingga Triwulan IV 2006 dan Triwulan IV 2007*
* Angka perkiraan BI hingga Desember 2007 (Sumber : Anedoktal info)
Anggaran Realisasi Tw % Anggaran Realisasi Tw %2006 IV 2006 2007 IV 2007*
Lapangan
Jakarta
Pendapatan Asli Daerah 8.666,8 7.771,8 89,7 10.084,3 9.484,3 94,1
Dana Perimbangan 6.661,0 6.459,9 97,0 7.572,1 7.445,9 98,3
Belanja Administrasi dan Ops 11.974,8 10.993,4 91,8 13.929,1 12.675,5 91,0
Belanja Modal 5.828,2 4.348,6 74,6 6.142,7 5.368,7 87,4
Belanja Lain-lain
(Miliar Rupiah)
92
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
a. Realisasi Pendapatan APBD 2007Realisasi pendapatan sementara APBD 2007 sampai dengan triwulan IV 2007Realisasi pendapatan sementara APBD 2007 sampai dengan triwulan IV 2007Realisasi pendapatan sementara APBD 2007 sampai dengan triwulan IV 2007Realisasi pendapatan sementara APBD 2007 sampai dengan triwulan IV 2007Realisasi pendapatan sementara APBD 2007 sampai dengan triwulan IV 2007
diperkirakan telah mencapai 92,2%. diperkirakan telah mencapai 92,2%. diperkirakan telah mencapai 92,2%. diperkirakan telah mencapai 92,2%. diperkirakan telah mencapai 92,2%. Pencapaian realisasi pendapatan daerah yang
lebih rendah dari jumlah yang dianggarkan tersebut (Rp 20,68 triliun) antara laindisebabkan oleh tidak tercapainya pencapaian penerimaan pajak dan retribusi,
lebih rendahnya realisasi dana hibah dari pemerintah pusat yang hanya terealisasi
Rp 100 milyar, lebih rendahnya penerimaan pengelolaan RSUD (Rumah Sakit UmumDaerah) sejalan dengan pencabutan Perda No. 10 dan 11 tentang perubahan
sejumlah RSUD dari swadana menjadi BLU (Badan Layanan Umum).
Dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, proporsi PAD dan DanaDibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, proporsi PAD dan DanaDibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, proporsi PAD dan DanaDibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, proporsi PAD dan DanaDibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, proporsi PAD dan Dana
perimbangan terhadap total penerimaan relatif hampir sama, walaupun di tahunperimbangan terhadap total penerimaan relatif hampir sama, walaupun di tahunperimbangan terhadap total penerimaan relatif hampir sama, walaupun di tahunperimbangan terhadap total penerimaan relatif hampir sama, walaupun di tahunperimbangan terhadap total penerimaan relatif hampir sama, walaupun di tahun
2007 keduanya agak menurun (Grafik VI.1)2007 keduanya agak menurun (Grafik VI.1)2007 keduanya agak menurun (Grafik VI.1)2007 keduanya agak menurun (Grafik VI.1)2007 keduanya agak menurun (Grafik VI.1). Penurunan tersebut sifatnya relatif,
antara lain dikarenakan pos lain-lain penerimaan yang sah di tahun 2007 ini
meningkat cukup tinggi, yaitu dianggarkan sebesar Rp 653,1 miliar. Mulai tahun2008 DAU DKI Jakarta tidak akan diberikan lagi dikarenakan DKI dianggap telah
mampu memenuhi kebutuhan fiskalnya. Berdasarkan UU No.33/2004 tentang
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, mulai tahun 2008DAU dialokasikan dalam formula murni (non hold harmless). Konsekuensinya,
daerah yang memiliki kapasitas fiskal lebih, mendapatkan DAU yang lebih kecildari tahun sebelumnya atau tidak memperoleh sama sekali, untuk dialihkan ke
daerah miskin (balancing). Untuk tahun 2008 Pemprov DKI memperoleh dana
penyesuaian DAU sebesar 25% dari total DAU 2007.
Grafik VI.1Proporsi PAD dan Dana Perimbangan dalam
Penerimaan Daerah
Grafik VI.2Proporsi Belanja Pegawai dan Belanja
Modal dalam Belanja Daerah
%
Pendapatan AsliDaerah
Dana Perimbangan
2004 2005 2006 200720
30
40
50
60
70
80
55,71 55,93 57,02 55,08
44,18 42,52 42,26 41,36
%
Belanja Pegawai,Kantor,Pemeliharaan dll
Belanja Modal
20
30
40
50
60
70
80
2004 2005 2006 2007
37,53 36,66 52,70 66,48
26,47 30,75 47,30 29,32
93
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
b. Realisasi Belanja APBD 2007Realisasi belanja daerah hingga triwulan IV 2007 diperkirakan mencapai 86,8%,Realisasi belanja daerah hingga triwulan IV 2007 diperkirakan mencapai 86,8%,Realisasi belanja daerah hingga triwulan IV 2007 diperkirakan mencapai 86,8%,Realisasi belanja daerah hingga triwulan IV 2007 diperkirakan mencapai 86,8%,Realisasi belanja daerah hingga triwulan IV 2007 diperkirakan mencapai 86,8%,
naik tipis dibandingkan realisasi pada periode waktu yang sama tahun sebelumnyanaik tipis dibandingkan realisasi pada periode waktu yang sama tahun sebelumnyanaik tipis dibandingkan realisasi pada periode waktu yang sama tahun sebelumnyanaik tipis dibandingkan realisasi pada periode waktu yang sama tahun sebelumnyanaik tipis dibandingkan realisasi pada periode waktu yang sama tahun sebelumnya
yang mencapai 85,4%. yang mencapai 85,4%. yang mencapai 85,4%. yang mencapai 85,4%. yang mencapai 85,4%. Pada pos belanja administrasi dan operasional, realiasibelanja terbesar sampai dengan triwulan IV 2007 berturut-turut terjadi pada belanja
pegawai, belanja barang dan jasa, dan belanja pemeliharaan. Sementara itu, pada
pos belanja modal diperkirakan realisasinya belum optimal (sekitar 82,0%).Penyebab utama rendahnya realisasi belanja modal terutama adalah keterlambatan
pengesahan RAPBD 2007 yang baru dilakukan pada bulan Mei 2007 dan adanya
proses pemilihan gubernur yang baru (April - Agustus 2007). Hal ini menyebabkanpelaksanaan dropping anggaran terhambat dan demikian pula proses tender proyek
menjadi tertunda.
c. APBD 2008APBD 2008 yang telah disahkan pada dengan Perda No. 2/2008 tanggal 18 MaretAPBD 2008 yang telah disahkan pada dengan Perda No. 2/2008 tanggal 18 MaretAPBD 2008 yang telah disahkan pada dengan Perda No. 2/2008 tanggal 18 MaretAPBD 2008 yang telah disahkan pada dengan Perda No. 2/2008 tanggal 18 MaretAPBD 2008 yang telah disahkan pada dengan Perda No. 2/2008 tanggal 18 Maret
2008. 2008. 2008. 2008. 2008. Besaran APBD 2008 disetujui sekitar Rp 20,59 triliun. Angka ini relatif terpaut
sedikit dengan realisasi 2007. Apabila hambatan teknis dapat diminimalisir,diperkirakan realisasi anggaran 2008 dapat lebih optimal. Dengan disahkan APBD
2008 tersebut, tender proyek yang sempat tertunda dapat mulai dilaksanakan.
Program-program prioritas untuk transportasi, seperti penyempurnaan Busway,persiapan MRT (Mass Rapid Transport), penanganan banjir seperti pembangunan
BKT, normalisasi sungai dan pembangunan waduk serta berbagai program
unggulan lainnya dapat mulai ditenderkan kembali. Sementara itu, peningkatangaji PNS sebesar 20% yang akan diambil dari APBD ditunda hingga 2009.
Pendapatan dari pajak niscaya dapat lebih tinggi pada tahun ini. Pendapatan dari pajak niscaya dapat lebih tinggi pada tahun ini. Pendapatan dari pajak niscaya dapat lebih tinggi pada tahun ini. Pendapatan dari pajak niscaya dapat lebih tinggi pada tahun ini. Pendapatan dari pajak niscaya dapat lebih tinggi pada tahun ini. Hal ini antara lain
didorong oleh peningkatan penjualan kendaraan bermotor yang sampai dengan
triwulan I 2008 saja penjualan mobil naik hampir 35%. Pajak kendaraan bermotorcukup penting di dalam mendongkrak pendapatan asli daerah, bahkan memiliki
porsi yang terbesar di dalam PADS.
B. PRIORITAS PROGRAM PEMBANGUNANRencana pembangunan daerah dituangkan dalam RPJP (Rencana PembangunanRencana pembangunan daerah dituangkan dalam RPJP (Rencana PembangunanRencana pembangunan daerah dituangkan dalam RPJP (Rencana PembangunanRencana pembangunan daerah dituangkan dalam RPJP (Rencana PembangunanRencana pembangunan daerah dituangkan dalam RPJP (Rencana Pembangunan
Jangka Panjang), RPJM (Rencana Pembangunan Jangka Menengah), dan RKPJangka Panjang), RPJM (Rencana Pembangunan Jangka Menengah), dan RKPJangka Panjang), RPJM (Rencana Pembangunan Jangka Menengah), dan RKPJangka Panjang), RPJM (Rencana Pembangunan Jangka Menengah), dan RKPJangka Panjang), RPJM (Rencana Pembangunan Jangka Menengah), dan RKP
(Rencana Kerja Pembangunan). (Rencana Kerja Pembangunan). (Rencana Kerja Pembangunan). (Rencana Kerja Pembangunan). (Rencana Kerja Pembangunan). Pada awal masa jabatan, Gubernur DKI Jakartaterpilih menyusun RPJMD DKI Jakarta 2007-2012, untuk mensinergikan program-
94
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
program pembangunan dengan pelaksanaan RPJP DKI Jakarta 2005-2025. RPJMD
merupakan penjabaran visi1 dan misi2 Jakarta.
Pemda DKI Jakarta menetapkan 10 isu strategis yang akan menjadi prioritasPemda DKI Jakarta menetapkan 10 isu strategis yang akan menjadi prioritasPemda DKI Jakarta menetapkan 10 isu strategis yang akan menjadi prioritasPemda DKI Jakarta menetapkan 10 isu strategis yang akan menjadi prioritasPemda DKI Jakarta menetapkan 10 isu strategis yang akan menjadi prioritas
kebijakan pembangunan daerah.kebijakan pembangunan daerah.kebijakan pembangunan daerah.kebijakan pembangunan daerah.kebijakan pembangunan daerah. Prioritas program tersebut disebut sebagaiprogram dedicated yang bersifat multi years, yaitu kegiatan yang waktu
penyelesaiannya lebih dari 1 tahun anggaran, berbentuk fisik, dalam satu kesatuan
fungsi dan satu kesatuan kontrak. Beberapa kegiatan program dedicated dalamAPBD 2007-2012 tersebut diantaranya :
a. Pengendalian banjir,
b. Pengembangan perhubungan dan transportasi berbasis rel, jaringan jalan,
busway maupun sub way,
c. Peningkatan kualitas lingkungan hidup,
d. Peningkatan kualitas kebutuhan dasar masyarakat,
e. Pengembangan kawasan ekonomi terpadu,
f. Program pemberdayaan mayarakat kelurahan (PPMK),
g. Pelestarian seni dan budaya,
h. Pembinaan olahraga dan pemuda,
i. Pembangunan sosial dan,
j. Penerapan good governance.
Arah kebijakan keuangan daerah diarahkan sesuai visi jangka panjang JakartaArah kebijakan keuangan daerah diarahkan sesuai visi jangka panjang JakartaArah kebijakan keuangan daerah diarahkan sesuai visi jangka panjang JakartaArah kebijakan keuangan daerah diarahkan sesuai visi jangka panjang JakartaArah kebijakan keuangan daerah diarahkan sesuai visi jangka panjang Jakarta
yang akan menjadi yang akan menjadi yang akan menjadi yang akan menjadi yang akan menjadi service cityservice cityservice cityservice cityservice city di Indonesia. di Indonesia. di Indonesia. di Indonesia. di Indonesia. Arah kebijakan ini diharapkan dapatmendorong pembangunan yang berkelanjutan, menyediakan pelayanan mendasar
bagi masyarakat dan meminimalkan resiko fiskal. Secara garis besar, arah kebijakan
keuangan dari sisi pendapatan dan pengeluaran adalah sebagai berikut :
1 Jakarta yang nyaman dan sejahtera untuk semua.2 (a) Membangun tata pemerintahan yang baik dengan menerapkan kaidah-kaidah ≈Good Governance∆, (b) Melayani masyarakat
dengan prinsip pelayanan Prima, (c) Memberdayakan masyarakat dengan prinsip pem-berian Otoritas pada masyarakat untukmengenali permasalahan yang dihadapi dan mengupayakan pemecahan yang terbaik pada tahapan perencaraan, pelaksanaan,pengawasan dan pengendalian pem-bangunan, (d) Membangunan sarana dan prasana kota yang menjamin kenyaman,dengan memperhatikan prinsip pembangunan yang berkelanjutan, (e) Menciptakan lingkungan kehidupan kota yang dinamisdalam mendorong pertumbuhan dan kesejahteraan.
95
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
Tabel VI. 2Arah Kebijakan Keuangan Daerah
Pendapatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) 1. mengoptimalkan peningkatan penerimaan daerah dari
PAD maupun dana perimbangan,
2. Efisiensi pengelolaan APBD,
3. meningkatkan sumber penerimaan daerah melalui
intensifikasi dan ekstensifikasi PAD dan bagi hasil pajak,
4. meningkatkan kontribusi penerimaan dari BUMD,
5. menghapuskan pungutan retribusi.
Dana Perimbangan Mengoptimalkan penerimaan bagi hasil pajak dari Pajak
Penghasilan (PPh), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), dan
Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).
Pendapatan Daerah Lain yang Sah Upaya memperoleh bantuan Dana Kontinjensi/Penyeimbang
dan hibah dari Pemerintah Pusat.
Pengeluaran Prioritas untuk Program Dedicated namun pemenuhannya
tidak harus lebih besar dari alokasi belanja lainnya.
Pembiayaan 1. menciptakan pembiayaan yang less risky,
2. menyediakan dana darurat bencana,
3. menyediakan pembiayaan dari dana cadangan,
4. penyertaan modal dalam BUMD,
5. merintis penerbitan obligasi daerah.
Jenis Arah Kebijakan
Sumber : RPJM DKI Jakarta 2007-2012
96
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
halaman ini sengaja dikosongkan
97
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
BAB VII. OUTLOOK KONDISI EKONOMI DAN INFLASI
A. PERTUMBUHAN EKONOMIPada triwulan II-2008 pertumbuhan ekonomi di Jakarta diperkirakan sedikitPada triwulan II-2008 pertumbuhan ekonomi di Jakarta diperkirakan sedikitPada triwulan II-2008 pertumbuhan ekonomi di Jakarta diperkirakan sedikitPada triwulan II-2008 pertumbuhan ekonomi di Jakarta diperkirakan sedikitPada triwulan II-2008 pertumbuhan ekonomi di Jakarta diperkirakan sedikit
melambat.melambat.melambat.melambat.melambat. Perekonomian diproyeksikan tumbuh pada kisaran angka 6,2%(y-o-y), sedikit melambat dibandingkan dengan periode sebelumnya. Perlambatantersebut terutama dipengaruhi oleh kondisi konsumsi dan kegiatan investasi yangmengalami sedikit tekanan. Konsumsi menurun dipengaruhi oleh daya beli yangbelum berubah signifikan, ekspektasi konsumen yang melemah, inflasi yang tetaptinggi dan dari sisi pemerintah dipengaruhi oleh belanja pemerintah yang masihrendah. Investasi sejalan dengan pelemahan ekonomi domestik diperkirakan masihtumbuh rendah, walaupun di sisi lain tingkat suku bunga masih cukup rendah.Sementara itu kegiatan ekspor dipengaruhi oleh permintaan dunia yang relatifstagnan tumbuh relatif stabil. Di sisi lain, impor dipengaruhi oleh tingginyaketergantungan pada impor, baik impor dari provinsi lain maupun impor dariprovinsi di luar DKI diperkirakan masih tumbuh tinggi.
Pertumbuhan ekonomi Jakarta pada triwulan II-2008 diperkirakan masih didorongPertumbuhan ekonomi Jakarta pada triwulan II-2008 diperkirakan masih didorongPertumbuhan ekonomi Jakarta pada triwulan II-2008 diperkirakan masih didorongPertumbuhan ekonomi Jakarta pada triwulan II-2008 diperkirakan masih didorongPertumbuhan ekonomi Jakarta pada triwulan II-2008 diperkirakan masih didorong
oleh Konsumsi dan Investasi, walaupun pertumbuhannya melambatoleh Konsumsi dan Investasi, walaupun pertumbuhannya melambatoleh Konsumsi dan Investasi, walaupun pertumbuhannya melambatoleh Konsumsi dan Investasi, walaupun pertumbuhannya melambatoleh Konsumsi dan Investasi, walaupun pertumbuhannya melambat. Pertumbuhandi kedua komponen permintaan domestik ini melambat terutama dipengaruhi
pertumbuhan perekonomian yang melambat dan ekspektasi konsumen maupun
dunia usaha yang melemah. Sementara itu kegiatan ekspor dipengaruhi olehpermintaan dunia yang relatif stabil dan impor dipengaruhi oleh tingginya
ketergantungan pada impor diperkirakan masih tumbuh tinggi.
Tabel VII.1Pertumbuhan Ekonomi dan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi
DKI Q1-2007 Q2-2007 Q3-2007* Q4-2007* 2007* Q1-2008* Q2-2008p
Konsumsi 7,9 8,7 9,5 10,0 9,0 8,5 8,3
Investasi 5,3 5,3 7,1 9,1 6,7 8,3 8,1
Ekspor 0,4 -0,5 8,2 10,4 4,5 7,2 6,9
Impor 8,5 10,0 11,1 19,5 12,3 19,1 19,2
P D R B 6,2 6,3 6,4 6,6 6,4 6,3 6,2
* angka sementarap proyeksi BI
98
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
1. Sisi PermintaanKonsumsi pada triwulan II-2008 diperkirakan sedikit melambat dibandingkanKonsumsi pada triwulan II-2008 diperkirakan sedikit melambat dibandingkanKonsumsi pada triwulan II-2008 diperkirakan sedikit melambat dibandingkanKonsumsi pada triwulan II-2008 diperkirakan sedikit melambat dibandingkanKonsumsi pada triwulan II-2008 diperkirakan sedikit melambat dibandingkandengan triwulan sebelumnya dengan laju pertumbuhan sebesar 8,3% (y-o-y)dengan triwulan sebelumnya dengan laju pertumbuhan sebesar 8,3% (y-o-y)dengan triwulan sebelumnya dengan laju pertumbuhan sebesar 8,3% (y-o-y)dengan triwulan sebelumnya dengan laju pertumbuhan sebesar 8,3% (y-o-y)dengan triwulan sebelumnya dengan laju pertumbuhan sebesar 8,3% (y-o-y).Perlambatan pertumbuhan konsumsi dapat dilihat dari beberapa indikator, sepertiprompt, hasil survei, dan informasi anekdotal yang menunjukkan bahwa konsumsi
diperkirakan melambat, walaupun masih tumbuh cukup tinggi. Hasil survei
menunjukkan bahwa pertumbuhan konsumsi juga melemah, antara lain adalahindeks ekspektasi konsumen dan indeks tendensi konsumen. Indeks ekspektasi
konsumen menunjukkan bahwa pada triwulan I-2008 konsumsi menurun.
Penurunan terjadi baik pada komponen kondisi lapangan kerja, penghasilanmaupun kondisi ekonomi. Sementara itu indeks tendensi konsumen oleh BPS masih
berada pada level sekitar 102,7 yang mencerminkan bahwa kondisi perekonomian
berada pada fase yang masih baik, namun menurun. Indikator lainnya yaitupenjualan apartemen yang pada triwulan II-2008 diperkirakan masih tumbuh
sebesar 6,4%.
Grafik VII.3IndeksTendensi Konsumen
Grafik VII.4Prospek Penjualan Apartemen
Grafik VII.1Indeks Ekspektasi Konsumen
Grafik VII.2Komponen Indeks Ekspektasi Konsumen
50,0
70,0
90,0
110,0
130,0
150,0
2005 2006 2007 20087 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2
Ekspektasi 6 bulan kedepan
Indeks
50
70
90
110
130
150
2005 2006 2007 20087 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2
Ekspektasi Kondisi EkonomiEkspektasi Lap. KerjaEkspektasi 6 bulan kedepan
EkspektasiTendensi
Konsumen
Sumber : BPS
III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I*
2003 2004 2005 2006 2007 2008
70
80
90
100
110
120
130
140
Sumber : CII, diolah
Unit
20.000
30.000
40.000
50.000
60.000
70.000
IV I II III IV I II
Unit Tersedia 62.541Unit Terjual 43.154
2006 2007 2008 2008p
99
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
Kenaikan daya beli juga sebagian terhambat mengingat sebagian perusahaan padaKenaikan daya beli juga sebagian terhambat mengingat sebagian perusahaan padaKenaikan daya beli juga sebagian terhambat mengingat sebagian perusahaan padaKenaikan daya beli juga sebagian terhambat mengingat sebagian perusahaan padaKenaikan daya beli juga sebagian terhambat mengingat sebagian perusahaan pada
tahun 2008 tidak menaikkan gaji karyawannya.tahun 2008 tidak menaikkan gaji karyawannya.tahun 2008 tidak menaikkan gaji karyawannya.tahun 2008 tidak menaikkan gaji karyawannya.tahun 2008 tidak menaikkan gaji karyawannya. Dari laporan Jamsostek, di DKI
Jakarta terdapat sekitar 5.847 perusahaan dari 117 ribu perusahaan di seluruhIndonesia yang mengikuti Jamsostek. Dari data tersebut terdapat 40% perusahaan
yang tidak pernah menaikkan gajinya sebagaimana tercermin dari jumlah iuran
yang tidak pernah naik.
Investasi pada triwulan II-2008 diperkirakan sedikit melambat dibandingkan denganInvestasi pada triwulan II-2008 diperkirakan sedikit melambat dibandingkan denganInvestasi pada triwulan II-2008 diperkirakan sedikit melambat dibandingkan denganInvestasi pada triwulan II-2008 diperkirakan sedikit melambat dibandingkan denganInvestasi pada triwulan II-2008 diperkirakan sedikit melambat dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya, dengan laju pertumbuhan 8,1%triwulan sebelumnya, dengan laju pertumbuhan 8,1%triwulan sebelumnya, dengan laju pertumbuhan 8,1%triwulan sebelumnya, dengan laju pertumbuhan 8,1%triwulan sebelumnya, dengan laju pertumbuhan 8,1%. Perlambatan ini terkait
dengan kondisi perekonomian nasional dan ekspektasi dunia usaha terhadap
prospek perekonomian yang masih cenderung menunggu, meskipun di sisi lainsuku bunga sudah mulai turun. Sementara itu investasi pemerintah pada triwulan
II-2008 dipastikan mulai tumbuh, mengingat realisasi masih pada tahap tender.
Investasi yang bersifat multiyears berupa proyek prasarana masih tetap berjalan,antara lain proyek Banjir Kanal Timur, jalur busway koridor VIII - X yang
jangkauannya meliputi Jakarta dan Banten.
Walaupun peningkatan investasi masih relatif terbatas, namun demikian di tahunWalaupun peningkatan investasi masih relatif terbatas, namun demikian di tahunWalaupun peningkatan investasi masih relatif terbatas, namun demikian di tahunWalaupun peningkatan investasi masih relatif terbatas, namun demikian di tahunWalaupun peningkatan investasi masih relatif terbatas, namun demikian di tahun
2008 ini investasi diperkirakan masih tumbuh positif, khususnya investasi bangunan2008 ini investasi diperkirakan masih tumbuh positif, khususnya investasi bangunan2008 ini investasi diperkirakan masih tumbuh positif, khususnya investasi bangunan2008 ini investasi diperkirakan masih tumbuh positif, khususnya investasi bangunan2008 ini investasi diperkirakan masih tumbuh positif, khususnya investasi bangunan.
Beberapa proyek yang terkait dengan investasi bangunan tersebut antara lain adalah
berlanjutnya pembangunan properti oleh pemerintah daerah, apartemen sertaretail sector. Sementara itu proyek yang terkait dengan investasi non bangunan
yang berupa mesin-mesin dan peralatan diperkirakan masih tumbuh terbatas.
Pembangunan properti oleh pemerintah daerah masih cukup marak.Pembangunan properti oleh pemerintah daerah masih cukup marak.Pembangunan properti oleh pemerintah daerah masih cukup marak.Pembangunan properti oleh pemerintah daerah masih cukup marak.Pembangunan properti oleh pemerintah daerah masih cukup marak. Proyek-proyektersebut antara lain adalah pembangunan rusun 1000 tower yang tersebar diseluruh
DKI Jakarta yaitu di wilayah Marunda, Karet Tengsin, Pulo Jahe dan Rawa Bebek.
Pembangunan appartemen oleh pihak swasta antara lain Taman Rasuna NorthTower, Marbella Kemang Residence dan Nirwana Boutique Residence. Untuk
properti retail, pada triwulan II-2008 di Jakarta terdapat beberapa proyek yang
sedang diselesaikan, antara lain Blok M Square, Rasuna Episentrum, GandariaMain Street. Sementara itu investasi dalam bentuk mesin dan peralatannya,
peningkatannya relatif masih terbatas yang antara lain disebabkan oleh masih
relatif belum optimalnya pertumbuhan pasar domestik dan luar negeri. Kenaikanpermintaan oleh sebagian besar industri masih direspon melalui peningkatan
penggunaan kapasitas.
Ke depan, sejalan dengan semangat pemerintah yang semakin pro investasi danKe depan, sejalan dengan semangat pemerintah yang semakin pro investasi danKe depan, sejalan dengan semangat pemerintah yang semakin pro investasi danKe depan, sejalan dengan semangat pemerintah yang semakin pro investasi danKe depan, sejalan dengan semangat pemerintah yang semakin pro investasi dan
bisnis, investasi diperkirakan akan dapat dipacu lebih tinggi. bisnis, investasi diperkirakan akan dapat dipacu lebih tinggi. bisnis, investasi diperkirakan akan dapat dipacu lebih tinggi. bisnis, investasi diperkirakan akan dapat dipacu lebih tinggi. bisnis, investasi diperkirakan akan dapat dipacu lebih tinggi. Semangat pemerintah
100
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
tersebut antara lain tercermin pada beberapa produk Peraturan Pemerintah yang
dihasilkan yang antara lain juga ditujukan untuk mendukung peningkatan investasi,
seperti :
(1). Ketentuan yang mendasar bagi pelaksanaan kegiatan investasi dengan yangdikeluarkan Pemerintah pusat seperti UU penanaman modal pada bulan Mei
2007.
(2). Inpres No. 3/2006 tentang paket kebijakan perbaikan iklim investasi danperaturan selanjutnya yang mengeluarkan wewenang bagi pemda untuk
mengeluarkan ijin investasi penanaman modal bagi PMDN sepanjang
ketentuannya mengacu kepada ketentuan investasi BKPM.
(3). Peraturan Presiden 4/2006 tentang Penataaan dan Pembinaan Pasar Moderndan Toko Modern yang memberikan peluang kepada investor asing untuk
masuk ke bisnis eceran dan lokal. Peraturan ini diharapkan memacu
pertumbuhan bisnis eceran dan lokal di kota besar seperti Jakarta.
(4). Perda DKI Jakarta No 2/2002 tentang Perpasaran Swasta yang diperkuat
dengan Perpres Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan
Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan Toko Modern yang menerangkanbahwa pembentukan pasar modern harus disesuaikan dengan tata ruang.
(5). Peraturan Menkeu No. 39/PMK01/2006 tentang Proyek Infrastruktur
memberikan jaminan kepada investor yang bergerak di bidang infrastruktur,termasuk proyek monorail di DKI Jakarta.
(6). PP No. 1/2007 tanggal 4 Januari 2007 tentang pemberian insentif bagi usaha
baru maupun perluasan usaha yang dilakukan pada 15 kelompok industri.
Sementara itu Perda yang berpeluang hambatan investasi antara lain :
(1). Izin Mendirikan Bangunan (IMB) bagi bangunan berlantai 8 ke atas harusmelalui pemeriksaan konstruksi bawah bangunan oleh pakar geoteknik.
Diperkirakan ketentuan ini menghambat pembangunan properti mengingat
pakar geoteknik yang berlisensi di Jakarta sangat langka.
(2). Kepmendagri No 24 tahun 2006 yang mengharuskan pemda menyediakan
layanan satu atap bagi pengurusan investasi. Meskipun pelaksanaannya paling
lambat bulan Juli 2007, namun ketentuan ini belum efektif karena kesiapandikhawatirkan akan mempengaruhi pendapatan daerah dari sektor perijinan
dan kekurangsiapan sumber daya manusia.
101
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
Pada tahun 2008 pemerintah melalui kementrian koordinator bidang perekonomian
berencana mengeluarkan paket kebijakan baru rencana tindak yang merupakan
kelanjutan dari inpres No. 6 tahun 2007. Sebelumnya, inpres No 6 th 2007 tersebutmerupakan tindak lanjut inpres No 3 tahun 2003.
Ekspor pada triwulan II-2008 diperkirakan tetap tumbuh, walaupun dengan lajuEkspor pada triwulan II-2008 diperkirakan tetap tumbuh, walaupun dengan lajuEkspor pada triwulan II-2008 diperkirakan tetap tumbuh, walaupun dengan lajuEkspor pada triwulan II-2008 diperkirakan tetap tumbuh, walaupun dengan lajuEkspor pada triwulan II-2008 diperkirakan tetap tumbuh, walaupun dengan lajupertumbuhan yang melambat (6,9%).pertumbuhan yang melambat (6,9%).pertumbuhan yang melambat (6,9%).pertumbuhan yang melambat (6,9%).pertumbuhan yang melambat (6,9%). Perlambatan pertumbuhan ekspor Banten
dipengaruhi oleh pasar internasional yang relatif tumbuh terbatas dan pasar dalamnegeri yang walaupun membaik namun belum tumbuh cukup signifikan.
Sementara itu, impor di triwulan II-2008 diperkirakan tumbuh lebih tinggi denganSementara itu, impor di triwulan II-2008 diperkirakan tumbuh lebih tinggi denganSementara itu, impor di triwulan II-2008 diperkirakan tumbuh lebih tinggi denganSementara itu, impor di triwulan II-2008 diperkirakan tumbuh lebih tinggi denganSementara itu, impor di triwulan II-2008 diperkirakan tumbuh lebih tinggi dengan
laju pertumbuhan sebesar 19,2%laju pertumbuhan sebesar 19,2%laju pertumbuhan sebesar 19,2%laju pertumbuhan sebesar 19,2%laju pertumbuhan sebesar 19,2%. Faktor yang mempengaruhi peningkatan impor,baik impor yang berasal dari provinsi lain (domestik) maupun impor dalam rangka
perdagangan internasional terutama adalah tingginya ketergantungan DKI Jakarta
terhadap produk dari provinsi lain maupun dari luar negeri.
Pertumbuhan ekspor dan impor diperkirakan akan semakin baik karena didukungoleh disempurnakannya fasilitas pelabuhan tanjung priok, penambahan terminal
peti kemas di Jakarta International Container Terminal (JICT) serta penghapusanbiaya tambahan (surchage) dalam terminal handling charge (THC) sebesar US$ 25
sampai US$ 40 per kontainer. Selama ini biaya terminal terdiri dari container
handling charge dan surcharge yang keseluruhannya sebesar US$ 90 sampaiUS$145.
2. Sisi PenawaranRespon di sisi sektoral terhadap peningkatan disisi permintaan tercermin padaRespon di sisi sektoral terhadap peningkatan disisi permintaan tercermin padaRespon di sisi sektoral terhadap peningkatan disisi permintaan tercermin padaRespon di sisi sektoral terhadap peningkatan disisi permintaan tercermin padaRespon di sisi sektoral terhadap peningkatan disisi permintaan tercermin pada
perlambatan pertumbuhan beberapa sektor ekonomi utama. perlambatan pertumbuhan beberapa sektor ekonomi utama. perlambatan pertumbuhan beberapa sektor ekonomi utama. perlambatan pertumbuhan beberapa sektor ekonomi utama. perlambatan pertumbuhan beberapa sektor ekonomi utama. Sektor-sektorekonomi utama yang tumbuh melambat antara lain adalah sektor perdagangan;
sektor keuangan, sewa dan jasa perusahaan; sektor industri; sektor transportasi
dan komunikasi; dan sektor bangunan.
Pertanian 0,4 -0,6 1,4 2,6 0,9 1,4 1,3
Pertambangan -0,6 1,4 0,9 0,2 0,5 1,5 1,4
Industri 4,2 5,2 4,8 4,5 4,7 4,4 4,3
Tabel VII. 2 Pertumbuhan Ekonomi dan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi
Q1-2007 Q2-2007 Q3-2007* Q4-2007* 2007* Q1-2008* Q2-2008p
** angka sangat sementarap proyeksi BI
102
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
Sektor IndustriSektor industri diperkirakan tumbuh relatif melambat dengan perkiraan lajuSektor industri diperkirakan tumbuh relatif melambat dengan perkiraan lajuSektor industri diperkirakan tumbuh relatif melambat dengan perkiraan lajuSektor industri diperkirakan tumbuh relatif melambat dengan perkiraan lajuSektor industri diperkirakan tumbuh relatif melambat dengan perkiraan laju
pertumbuhan sebesar 4,3%.pertumbuhan sebesar 4,3%.pertumbuhan sebesar 4,3%.pertumbuhan sebesar 4,3%.pertumbuhan sebesar 4,3%. Sub sektor yang diperkirakan memacu pertumbuhan
adalah industri mesin/alat angkut, elektronik dan industri tekstil walaupun terjadiperlambatan pada industri alas kaki. Industri mesin dan alat angkut meningkat
sejalan dengan peningkatan pasar ekspor maupun lokal. Sementara itu industri
kecil seperti industri kue, roti dan mie diperkirakan mengalami perlambatan akibatdari kenaikan harga bahan baku tepung terigu yang mencapai 35%. Demikian
pula pengrajin tahu dan tempe yang merupakan bagian dari industri kecil, sebagian
sudah gulung tikar karena tidak sanggup untuk membeli bahan baku kacangkedelai yang harganya naik dari Rp3.400/kg menjadi Rp 7.500 per kg. Di Jakarta
tercatat tidak kurang dari 234 pengrajin tempe gulung tikar.
Sektor BangunanSektor Bangunan diperkirakanSektor Bangunan diperkirakanSektor Bangunan diperkirakanSektor Bangunan diperkirakanSektor Bangunan diperkirakan tumbuh tinggi namun melambat (7,4%)tumbuh tinggi namun melambat (7,4%)tumbuh tinggi namun melambat (7,4%)tumbuh tinggi namun melambat (7,4%)tumbuh tinggi namun melambat (7,4%).
Perlambatan tersebut seiring dengan perlambatan pertumbuhan permintaan
domestik. Namun demikian, beberapa proyek besar tetap akan berlanjut di tahun2008, baik di sub sektor perumahan, apartemen, office sektor, retail sektor dan
infrastruktur. Dari sisi pemerintah, Pemda DKI juga akan melanjutkan
pembanguan 1.000 tower di DKI Jakarta. Sementara itu, beberapa proyekinfrastruktur yang akan dikerjakan pada triwulan II-2008 adalah penyelesaian
tiga jembatan layang yaitu jembatan layang Roxi, Martadinata dan Yos Sudarso
serta terowongan jalan Angkasa dan Jl. Iskandar Muda yang keseluruhannyamenelan biaya Rp 347 miliar.
Listrik 5,3 5,2 4,8 5,5 5,2 6,0 5,9
Bangunan 7,5 7,5 7,7 7,8 7,6 7,5 7,4
Perdagangan 7,0 6,9 6,9 7,4 7,0 7,0 6,7
Pengangkutan 14,9 14,6 14,3 14,6 14,6 15,0 14,9
Keuangan 4,4 4,1 4,4 4,7 4,4 3,9 3,8
Jasa-jasa 5,8 5,7 6,3 6,4 6,1 6,3 6,2
PDRB 6,2 6,3 6,4 6,6 6,4 6,3 6,2
Tabel VII. 2 Pertumbuhan Ekonomi dan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi (lanjutan)
Q1-2007 Q2-2007 Q3-2007* Q4-2007* 2007* Q1-2008* Q2-2008p
** angka sangat sementarap proyeksi BI
103
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
Sumber : CII, diolah
Tabel VII. 3Pembangunan Properti di DKI Jakarta
Office SectorOffice SectorOffice SectorOffice SectorOffice Sector CBD The Energy
CBD The City Tower
CBD Bakri Towers
CBD Cyber 2
CBD Menara DEA
Outside CBD Treva TB Simatpg
Outside CBD Menara 165
Outside CBD Pluit Junction Butique Office
Appartment SectorAppartment SectorAppartment SectorAppartment SectorAppartment Sector Kuningan Taman Rasuna North Tower
Kuningan Hampton Park
Kemang Marbella Kemang Residence
Kemang Kemang Village
Kemang Nirwana Boutique Residence
Retal SectorRetal SectorRetal SectorRetal SectorRetal Sector Kebayoran Blok M Square
Kuningan Rasuna Episentrum
Kebayoran Gandaria Main Street
Jakarta Utara Galeria Glodok
Jenis Lokasi Nama
Gambar VII.1Proyek Jalur Busway
Gambar VII.2Proyek Banjir Kanal Timur
Wilayah
DKI Jakarta
Banjir Kanal TimurPembangunan megaproyek yang masih berlangsung pada tahun 2008 antara lain
adalah Proyek Banjir Kanal Timur dan Proyek Jalur Busway. Proyek Banjir KanalTimur yang direncanakan proses pembebasan tanahnya selesai tahun 2007
104
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
menghadapi kendala proses pembebasan tanah. Untuk mengatasi masalah itu,
wapres Jusuf Kalla telah menyarankan agar Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
menerapkan Perpres No 36/2005 untuk membebaskan lahan BKT. Diharapkanproses pembebasan tanahnya selesai pertengahan tahun 2008 sehingga BKT dapat
berfungsi pada pertengahan tahun 2009.
BuswayPekerjaan jalan koridor busway VII-X senilai Rp 350 miliar saat ini tengahdilengkapi dengan pembangunan 63 Halte Busway, 27 jembatan penyeberangan
orang (JPO) yang dilengkapi empat sky walk paid area (SWPA) untuk melayani
10 koridor busway. Dengan SWPA, jumlah pesinggungan antar koridorbertambah sehingga menjadi 17 titik, maka penumpang semakin mendapat
kemudahan untuk berpindah antar koridor. Pembangunan tersebut direncanakan
akan menyerap biaya sebesar Rp 365 miliar dengan target penyelesaianJuni 2008.
Rusun, Apartemen dan Pusat BelanjaPerumnas membangun 21 Tower rumah susun sederhana milik (Rusunami) diPerumnas membangun 21 Tower rumah susun sederhana milik (Rusunami) diPerumnas membangun 21 Tower rumah susun sederhana milik (Rusunami) diPerumnas membangun 21 Tower rumah susun sederhana milik (Rusunami) diPerumnas membangun 21 Tower rumah susun sederhana milik (Rusunami) di
wilayah DKI Jakarta. wilayah DKI Jakarta. wilayah DKI Jakarta. wilayah DKI Jakarta. wilayah DKI Jakarta. Rusunami yang konstruksinya sebagian sudah dimulai tahun
2007 berlokasi di :
1. Pulau Gebang (6 menara) telah memasuki tahap penyelesaian dengan telahdibangunnya 2 dari 15 lantai yang direncanakan.
2. Cengkareng (10 menara) memasuki tahap pisik (fondasi)
3. Kemayoran (5 menara) memasuki tahap pemasangan tiang pertama
Pembangunan rumah susun akan bertambah sekitar 15.000 unit dengan adanya
komitmen pembangunan rusun oleh Agung Podomoro group sebanyak 6.000unit, Gapura Prima sebanyak 8.000 unit dan PT Bakri Development Tbk sebanyak
3.000 unit.
Disisi swasta, beberapa apartemen yang akan dibangun Disisi swasta, beberapa apartemen yang akan dibangun Disisi swasta, beberapa apartemen yang akan dibangun Disisi swasta, beberapa apartemen yang akan dibangun Disisi swasta, beberapa apartemen yang akan dibangun antara lain adalah TamanRasuna North Tower, Hampton Park, Marbella Kemang Residence, Kemang Village
dan Nirwana Boutique Residence. Sementara itu pembangunan perkantoran oleh
swasta dalam triwulan II-2008 adalah The Energy, The City Tower, Bakri Towers,Cyber 2, Menara DEA, Treva TB Simatupang, Menara 165 dan Pluit Junction Butique
Office. Pembangunan oleh pemerintah melanjutkan pembangunan blok A yang
105
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
telah sukses tahun 2007 adalah dengan membangun Blok B di pasar Tanah Abang
pada areal seluas 1,2 Ha yang menampung kios 5,689 kios.
Jalan TolPembangunan JORR 2 yang melintas Bandara Sukarno Hatta - Tanjung Prioksepanjang 122,6 km dengan nilai proyek sekitar Rp 5 triliun direncanakan dimulai
tahun 2008 dan selesai tahun 2010 yang terdiri dari
1. Bandara - Kunciran 15,2 km
2. Kunciran - Serpong 11,2 km
3. Serpong - Cinere 10,1 km
4. Cinere - Jagorawi 14,6 km, Jagorawi - Cibitung 25,4km
5. Cibitung - Cilincing 33,9 km.
Jika tol tersebut selesai maka pengendara dari luar kota yang akan menuju ke
Bandara Sukarno Hatta tidak perlu harus lewat tol dalam kota.
Proyek pembangunan Jalan Tol dalam kota diperkirakan segera terealisasi setelah
adanya persetujuan dari Departemen Pekerjaan Umum dan kantor Menko
Perekonomian. Proyek ini sebagian besar akan dibiayai PT Jakarta Toal RoadDevelopment (JTD) dengan anggaran sebesar 23 trilyun dan diperkirakan selesai
2010. Pelaksananya tahun 2008 akan dilakukan tender bekerjasama dengan Pemda
DKI. Ke enam rus tol tersebut adalah :
1. Kampung Melayu - Kemayoran (9,7 km)
2. Kampung Melayu - Duri Pulo (11,4 km)
3. Casablanca - Pasar Minggu (9,6 km)
4. Pulo Gebang - Kemayoran (10,8 km)
5. Kemayoran - Rawa Buaya (22,8 km)
6. Ulujami - Tanah Abang ( 8,3 km)
Rehabilitasi InfrastrukturSedangkan perbaikan infrastruktur yang bersifat rehabilitasi pada tahun 2008 akan
dilakukan perbaikan terhadap 424.000 meter jalan yang terdiri dari :
- Perbaikan jalan darurat Rp 6 miliar
106
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
- Perbaikan jalan rusak ringan sebesar Rp 6,8 miliar
- Perbaikan jalan rusah berat sebesar Rp 56 miliar.
Khusus untuk kerusakan jalan tol Bandara yang rusak akibat banjir Februari 2008
justru menimbulkan investasi di bidang infrastruktur berupa perbaikan danpelebaran Jalur Tol Sediatmo sepanjang 12 km dari Pluit menuju Kamal dengan
nilai investasi Rp 260 miliar. Proyek tersebut dimulai Maret 2008 dan diperkirakan
akan selesai selama 12 bulan.
Mass Rapid TransportationPembangunan MRT dengan biaya seluruhnya Rp 8,3 trilyun dengan pembiayaan
dari JBIC akan dimulai pada akhir tahun 2008 dan beroperasi tahun 2014 dengan
pembangunan 2 tahap yang terdiri dari:
Tahap 1 Jalur Lebak Bulus - Dukuh Atas yang terdiri dari
a. Jalur di atas tanah : Lebak Bulus - Senayan (11,2 km)
b. Jalur di bawah tanah : Senayan - Dukuh Atas (3,1 km)
Tahap 2 Jalur Dukuh Atas - Kota
a. Jalur bawah tanah Dukuh Atas - Harmoni
b. Jalur di atas kali Ciliwung Harmoni - Kota
Proyek Monorel yang telah dimulai tahun 2007, pada tahun 2008 akan dimulai
kembali dengan diselesaikannya proses administrasi peminjaman dari perusahaan
Jakarta Monorail kepada Bank Rakyat Indonesia, bank Mandiri, Bank NegaraIndonesia, Konsorsium Bank DKI dan beberapa bank swasta. Jika selesai maka
monorail akan memiliki 2 lintasan yaitu :
1. Jalur hijau (green line) melalui Kp melayu, Casablanca, Tanah Abang, H. Sabeni,Jatibaru, Cideng Roxi (14,3 km)
2. Jalur biru (blue line) melalui HR Rasuna Said, Gatot Subroto, Sudirman, Senayan,
Kompleks DPR/MPR, S Parman, Kiapang-Pejompongan, Dukuh Atas.
Pemda Jakarta sangat menaruh perhatian terhadap pembangunan Monorail,mengingat proyek ini dapat mengurangi kemacetan, juga karena sebagian besar
(52%) saham PT Jakarta Monorail dimiliki oleh Jakarta Propertindo milik Pemda
DKI Jakarta. Pembangunan KA Bandara yang semula diperkirakan menelan biayasebesar Rp 2,2 triliun ternyata meningkat menjadi sebesar Rp 3,8 triliun akan
107
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
dikerjakan oleh PT Railink yang dimiliki oleh PT KA 40% dan PT Angkasa Pura II
sebesar 60%. Meskipun demikian, proyek ini akan tetap berjalan pembangunannya
mulai bulan Maret 2008 dan diharapkan selesai Juni 2009.
Sektor PerdaganganSektor Perdagangan Hotel dan Restoran walaupun diperkirakan tumbuh melambatSektor Perdagangan Hotel dan Restoran walaupun diperkirakan tumbuh melambatSektor Perdagangan Hotel dan Restoran walaupun diperkirakan tumbuh melambatSektor Perdagangan Hotel dan Restoran walaupun diperkirakan tumbuh melambatSektor Perdagangan Hotel dan Restoran walaupun diperkirakan tumbuh melambat
namun diperkirakan masih tumbuh cukup tinggi, 6,7%.namun diperkirakan masih tumbuh cukup tinggi, 6,7%.namun diperkirakan masih tumbuh cukup tinggi, 6,7%.namun diperkirakan masih tumbuh cukup tinggi, 6,7%.namun diperkirakan masih tumbuh cukup tinggi, 6,7%. Pertumbuhan yang masih
tinggi terjadi baik di sub sektor perdagangan besar maupun perdagangan kecil.Indikasi pertumbuhan yang masih tinggi disektor ini antara lain tercermin pada
terjadinya peningkatan arus perdagangan besar yaitu arus barang di pelabuhan.
Peningkatan arus barang terjadi didukung oleh selesainya pembangunan dermagabaru di JICT yang dilengkapi 2 buah crane yang dapat melayani kapal besar
berbobot mati sampai 5.000 ton, serta penambahan kapasitas Pelabuhan Tanjung
Priuk yaitu 2 buah crane di dermaga utara. Untuk mengantisipasi kebutuhanbongkar muat kapal yang terus meningkat, Pemda DKI membangun Pelabuhan
Tanjung Priok tahap II pada lahan seluas 3000 Ha. Jakarta International Container
Terminal (JICT) merencanakan untuk berinvestasi sebesar Rp 1,5 Triliun sejak tahun2008 sampai 2010 untuk membangun dermaga petikemas tambahan dalam
menyelesaikan masalah kepadatan isian dan penumpukan (yard occupancy ratio)yang terjadi sejak akhir tahun 2007.
Grafik VII.5Office sector di DKI Jakarta
Grafik VII.6Retail Sector di DKI Jakarta
meter2
Sumber : CII, diolah
2.000.000
2.500.000
3.000.000
3.500.000
4.000.000
4.500.000Unit Terpakai 3.496.148Unit Tersedia 4.032.289
2007 2008 2008pI II III IV I II
Sumber : CII, diolah
20.000
1.020.000
2.020.000
3.020.000
80828486889092949698100
2006 2007 2008 2008pIV I II III IV I II
Occupation Rate 88,5Unit Tersedia 62.541
Untuk mendukung sektor perdagangan kecil, sebanyak 100 kios Blok A dan 200Untuk mendukung sektor perdagangan kecil, sebanyak 100 kios Blok A dan 200Untuk mendukung sektor perdagangan kecil, sebanyak 100 kios Blok A dan 200Untuk mendukung sektor perdagangan kecil, sebanyak 100 kios Blok A dan 200Untuk mendukung sektor perdagangan kecil, sebanyak 100 kios Blok A dan 200
kios di Blok B yang saat ini tengah dibangun, akan diserahkan kepada koperasikios di Blok B yang saat ini tengah dibangun, akan diserahkan kepada koperasikios di Blok B yang saat ini tengah dibangun, akan diserahkan kepada koperasikios di Blok B yang saat ini tengah dibangun, akan diserahkan kepada koperasikios di Blok B yang saat ini tengah dibangun, akan diserahkan kepada koperasi
dengan pembebasan biaya sewa selama 2 tahundengan pembebasan biaya sewa selama 2 tahundengan pembebasan biaya sewa selama 2 tahundengan pembebasan biaya sewa selama 2 tahundengan pembebasan biaya sewa selama 2 tahun. Penyerahan kios ini merupakan
108
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
bagian dari program pemerintah perempuan Keluarga sehat dan sejahtera.Sementara itu di sektor perdagangan tradisional yang sempat mengalami kesulitan
akibat menjamurnya minimarket tahun 2006, diperkirakan akan kembali tumbuh.
Hal ini sejalan dengan dikeluarkannya kebijakan pemerintah melalui InstruksiGubernur DKI Jakarta No. 115 tahun 2006 yang sejak tahun 2007 melarang
pembukaan minimarket baru di wilayah DKI Jakarta.
Sektor ListrikSektor listrik diperkirakan melambat secara sebesar 5,9%. Sektor listrik diperkirakan melambat secara sebesar 5,9%. Sektor listrik diperkirakan melambat secara sebesar 5,9%. Sektor listrik diperkirakan melambat secara sebesar 5,9%. Sektor listrik diperkirakan melambat secara sebesar 5,9%. Pasokan listrik dikawasan Ibu Kota masih belum mencukupi kebutuhan karena dari kebutuhan
4.500 MW, saat ini baru dapat terpenuhi sekitar 2.000 MW melalui Pembangkit
Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) Tanjung Priok dan PLTGU Muara Karang, JakartaUtara. PLTGU Muara Karang diperkirakan akan meningkatkan kinerjanya dengan
telah ditinggikannya tanggul di sekitar lokasi yang sempat roboh terkena banjir,
serta ditambahkanya pasokan gas dari British Petrolium dengan pipa gas GrissikMuara Tawar yang akan selesai April 2008. Selama ini PLTGU Muara Karang
hanya berproduksi 400 MW dari kapasitasnya 700 MW karena terbatasnya
pasokan gas.
Sumber : Warta Kota
Tabel VII. 4Pasar Tradisional dan Pasar Modern di DKI Jakarta
Jakarta Pusat 39 HypermartHypermartHypermartHypermartHypermart Super Alfa 35
Jakarta Timur 33 Giant 12
Jakarta Selatan 28 Makro 15
Jakarta Barat 27 Hypermart 15
Jakarta Utara 24 Hero 90
Superindo 38
Super MarketSuper MarketSuper MarketSuper MarketSuper Market Matahari Supermarket 67
Matahari 83
Alfa Gudang Rabat 35
Ramayana Bazar 35
Mini MarketMini MarketMini MarketMini MarketMini Market Ramayana Dept Store 38
Indomart 758
Alfamart 425
Starmart 38
Total Pasar TradisionalTotal Pasar TradisionalTotal Pasar TradisionalTotal Pasar TradisionalTotal Pasar Tradisional 151151151151151 Total Pasar ModernTotal Pasar ModernTotal Pasar ModernTotal Pasar ModernTotal Pasar Modern 16841684168416841684
Pasar Tradisional Pasar Modern
Nama Lokasi Jumlah Jenis Nama Jumlah
109
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
Sementara itu sub sektor gas tahun 2008 diperkirakan semakin meningkat sejalanSementara itu sub sektor gas tahun 2008 diperkirakan semakin meningkat sejalanSementara itu sub sektor gas tahun 2008 diperkirakan semakin meningkat sejalanSementara itu sub sektor gas tahun 2008 diperkirakan semakin meningkat sejalanSementara itu sub sektor gas tahun 2008 diperkirakan semakin meningkat sejalan
dengan program pemerintah konversi minyak tanah ke gas.dengan program pemerintah konversi minyak tanah ke gas.dengan program pemerintah konversi minyak tanah ke gas.dengan program pemerintah konversi minyak tanah ke gas.dengan program pemerintah konversi minyak tanah ke gas. Untuk mendukung
program tersebut, Dinas Pertambangan DKI Jakarta telah mendistribusikan secaragratis 1,5 juta kompor dan gas 3 kg.
Sub Sektor air juga mengalami peningkatan sejalan dengan program perbaikanSub Sektor air juga mengalami peningkatan sejalan dengan program perbaikanSub Sektor air juga mengalami peningkatan sejalan dengan program perbaikanSub Sektor air juga mengalami peningkatan sejalan dengan program perbaikanSub Sektor air juga mengalami peningkatan sejalan dengan program perbaikan
oleh pengelola air minum.oleh pengelola air minum.oleh pengelola air minum.oleh pengelola air minum.oleh pengelola air minum. Mitra kerja PAM Jaya yaitu PAM Lyonnaise Jaya (Palyja)
berkomitmen untuk membangun 7.000 sambungan dan 51 kios air bersih padatahun 2008. Hal ini untuk mendukung program 100 gubernur DKI Jakarta, dengan
menyediakan kios air yang menjual air labih murah yaitu sebesar Rp 1.050 per
meter. Target selanjutnya adalah penyediaan air bersih yang siap diminum danpenyediaan air bagi gedung tinggi (700 gedung) di Jakarta. Sampai akhir tahun
2008 ditargetkan sebanyak 15.000 keluarga miskin di Jakarta akan mendapatkan
pelayanan instalasi air bersih dari dua operator PAM Jaya yaitu PT TPJ dan Palyja,yang merupakan program Output Base Aid (OBA) dari World Bank
Sektor PengangkutanSektor Pengangkutan diperkirakan masih akan tumbuh tinggi (14,9%) walaupunSektor Pengangkutan diperkirakan masih akan tumbuh tinggi (14,9%) walaupunSektor Pengangkutan diperkirakan masih akan tumbuh tinggi (14,9%) walaupunSektor Pengangkutan diperkirakan masih akan tumbuh tinggi (14,9%) walaupunSektor Pengangkutan diperkirakan masih akan tumbuh tinggi (14,9%) walaupun
pertumbuhannya melambat. pertumbuhannya melambat. pertumbuhannya melambat. pertumbuhannya melambat. pertumbuhannya melambat. Di sub sektor transportasi, pertumbuhan yang masih
tinggi tersebut berasal dari komponen angkutan udara dan angkutan kereta api.
Kinerja angkutan udara meningkat sejalan dengan adanya tambahan routepenerbangan dari Jakarta dan tambahan jumlah armada oleh beberapa perusahaan
penerbangan. Kinerja angkutan kereta api meningkat sejalan dengan adanya
tambahan 5 trayek baru KA Jabotabek jurusan Jakarta Bekasi, dan penambahantrayek baru KA Ciujung Semi Express dalam jalur ganda jurusan Jakarta Serpong.
Kereta api Ekonomi AC Jakarta Bogor yang beru diluncurkan bulan Februari 2008,
diperkirakan akan mendapat tanggapan yang sangat baik dari masyarakat sehinggaakan meningkatkan kinerja sektor transportasi pada triwulan ini. Dengan adanya
tambahan kereta tersebut sebanyak 20 perjalanan, maka setiap hari jalur Jakarta
akan dilayani oleh 180 perjalanan kereta ekonomi.
Sementara itu, kinerja angkutan darat Busway diperkirakan sedikit meningkatSementara itu, kinerja angkutan darat Busway diperkirakan sedikit meningkatSementara itu, kinerja angkutan darat Busway diperkirakan sedikit meningkatSementara itu, kinerja angkutan darat Busway diperkirakan sedikit meningkatSementara itu, kinerja angkutan darat Busway diperkirakan sedikit meningkat
dengan penambahan jumlah jalur busway dan penambahan armada busway daridengan penambahan jumlah jalur busway dan penambahan armada busway daridengan penambahan jumlah jalur busway dan penambahan armada busway daridengan penambahan jumlah jalur busway dan penambahan armada busway daridengan penambahan jumlah jalur busway dan penambahan armada busway dari
212 unit menjadi 329 unit.212 unit menjadi 329 unit.212 unit menjadi 329 unit.212 unit menjadi 329 unit.212 unit menjadi 329 unit. Sebanyak 62 unit busway berbahan bakar gas (BBG)dan 30 bus gandeng yang berkapasitas 180 penumpang telah dioperasikan untuk
koridor V (Kampung Melayu - Ancol). Sementara itu jalur busway koridor VIII-X
melewati perumahan mewah Pondok Indah saat ini tengah dilengkapi fasilitas
110
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
halte dan penyeberangan orang sehingga direncanakan dapat beroperasi pada
bulan Juni 2008. Angkutan Bajaj BBG akan meningkat dengan telah dikeluarkan
ijin prinsip bagi 4.750 Bajaj BBG pada bulan Maret 2008.
Sub sektor komunikasi dipastikan juga masih meningkat cukup tinggi. Sub sektor komunikasi dipastikan juga masih meningkat cukup tinggi. Sub sektor komunikasi dipastikan juga masih meningkat cukup tinggi. Sub sektor komunikasi dipastikan juga masih meningkat cukup tinggi. Sub sektor komunikasi dipastikan juga masih meningkat cukup tinggi. Faktoryang mempengaruhi peningkatan sub sektor ini adalah kebutuhan sarana
komunikasi yang sudah mengarah menjadi kebutuhan primer dan disisi lain
operator telekomunikasi relatif kompetitif dan inovatif sehingga mampu menekanbiaya.
B. INFLASIInflasi di Jakarta (q-t-q) pada triwulan II-2008 diperkirakan lebih rendahInflasi di Jakarta (q-t-q) pada triwulan II-2008 diperkirakan lebih rendahInflasi di Jakarta (q-t-q) pada triwulan II-2008 diperkirakan lebih rendahInflasi di Jakarta (q-t-q) pada triwulan II-2008 diperkirakan lebih rendahInflasi di Jakarta (q-t-q) pada triwulan II-2008 diperkirakan lebih rendah
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Secara triwulanan angka inflasi
diperkirakan mencapai 0,7% (q-t-q) dan secara tahunan 7,8% (y-o-y). Penurunan
inflasi di triwulan II-2008 diperkirakan berasal dari menurunnya tekanan inflasikelompok bahan makanan seiring dengan datangnya panen dan keberhasilan
program stabilisasi harga pangan yang dilakukan pada triwulan I-2008. Harga
bahan pokok seperti beras, minyak goreng, gula pasir dan tepung terigu yangsempat meningkat tajam pada triwulan I-2008 mulai menunjukkan kecenderungan
menurun di triwulan II-2008.
Grafik VII.7Outlook Inflasi (q-t-q)
Grafik VII.8Outlook Inflasi (y-o-y)
(Outlook,%)
Sumber : BPS
0,0
2,0
4,0
6,0
8,0
10,0
Q2-2007 Q3-2007 Q4-2007 Q1-2008 Q2-2008IHK 0,5 1,8 1,6 3,5 0,7Bhn Makanan -0,2 2,4 4,1 5,1 -0,2Mknn jadi 0,9 0,6 2,7 5,4 1,1Perumahan 1,0 1,6 -0,3 3,6 1,3Pakaian 0,2 2,0 5,4 5,0 0,2Kesehatan 0,3 0,9 1,1 3,3 0,4Pendidikan 0,0 9,0 0,1 -0,1 0,0Transportasi 0,4 0,3 0,2 0,6 0,5 Transportasi 0,7 1,0 0,9 1,4 1,5
(y-o-y, %)
Sumber : BPS
0
5
10
15
20
Q2-2007 Q3-2007 Q4-2007 Q1-2008 Q2*-2008IHK 5,9 6,5 6,0 7,7 7,8Bhn Makanan 12,7 12,7 11,4 11,8 11,8Mknn jadi 3,9 4,2 5,4 9,8 10,1Perumahan 6,2 7,1 4,8 6,1 6,4Pakaian 3,7 5,1 8,2 13,1 13,1Kesehatan 2,9 3,1 4,0 5,7 5,8Pendidikan 6,5 9,0 9,1 8,9 8,9
111
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
Walaupun inflasi diperkirakan relatif terkendali, namun demikian beberapa halWalaupun inflasi diperkirakan relatif terkendali, namun demikian beberapa halWalaupun inflasi diperkirakan relatif terkendali, namun demikian beberapa halWalaupun inflasi diperkirakan relatif terkendali, namun demikian beberapa halWalaupun inflasi diperkirakan relatif terkendali, namun demikian beberapa hal
tetap harus diwaspadai. tetap harus diwaspadai. tetap harus diwaspadai. tetap harus diwaspadai. tetap harus diwaspadai. Hal tersebut antara lain adalah menyangkut ketersediaan
pasokan beras dan peningkatan harga pada barang yang harganya diatur olehpemerintah. Beberapa pengamat mengkhawatirkan ketersedian stok beras dan
memandang hal ini perlu untuk dicermati antara lain mengingat harga beras dipasarinternasional meningkat. Hal ini dikhawatirkan dapat memicu pedagang turut
menaikkan harga beras ataupun terjadi kebocoran stok beras ke pasar internasional.
Tabel VII. 5 Perkembangan Harga Rata-Rata Beberapa Komoditas Makanan
IIIII BerasBerasBerasBerasBeras
1 IR-I kg 5.658 5.750 5.621 6.221
2 IR-II kg 5.150 5.388 5.456 5.838
3 IR-III kg 4.764 5.144 5.221 5.436
4 IR-42 kg 5.598 6.247 6.361 6.984
5 Muncul I kg 5.733 6.305 6.417 6.389
6 Setra kg 6.583 6.998 7.076 6.726
IIIIIIIIII Hewan Ternak PotongHewan Ternak PotongHewan Ternak PotongHewan Ternak PotongHewan Ternak Potong
1 Daging Sapi Has kg 54.396 61.464 61.639 63.079
2 Dagin Sapi Bistik kg 52.592 51.425 52.165 56.000
3 Daging Sapi Murni kg 50.717 49.698 49.867 54.264
4 Ayam Boiler/Potong kg 17.573 14.403 14.980 18.077
5 Telur ayam ras kg 10.020 10.738 10.775 12.600
6 Ikan bandeng kg 19.947 20.556 19.943 19.907
7 Ikan kembung kg 15.828 15.700 16.897 16.416
8 Ikan Mas kg 13.871 14.484 14.758 14.782
No Komoditi Satuan Des Jan Feb Mar
Grafik VII.9Perkembangan Beberapa Barang Pokok
Grafik VII.10Perkembangan Harga Beras PIBC
Rp
2.000
4.000
6.000
8.000
10.000
12.000
2007 2008Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb
Minyak goreng curahGula pasirTepung teriguMinyak tanah.
Sumber : www.biro adms perekonomian DKI Jakarta
2.5003.000
3.5004.000
4.5005.000
5.5006.000
6.500
2006 2007 2008
Rata-Rata Harga Beras PIBC
7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
112
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
Sementara itu, walaupun pada triwulan I 2008 harga pada beberapa kebutuhanSementara itu, walaupun pada triwulan I 2008 harga pada beberapa kebutuhanSementara itu, walaupun pada triwulan I 2008 harga pada beberapa kebutuhanSementara itu, walaupun pada triwulan I 2008 harga pada beberapa kebutuhanSementara itu, walaupun pada triwulan I 2008 harga pada beberapa kebutuhan
pokok seperti beberapa komoditi sayur mayur dan minyak goreng meningkat,pokok seperti beberapa komoditi sayur mayur dan minyak goreng meningkat,pokok seperti beberapa komoditi sayur mayur dan minyak goreng meningkat,pokok seperti beberapa komoditi sayur mayur dan minyak goreng meningkat,pokok seperti beberapa komoditi sayur mayur dan minyak goreng meningkat,
namun pada triwulan II-2008 diperkirakan akan kembali ke arah yang lebih normal.namun pada triwulan II-2008 diperkirakan akan kembali ke arah yang lebih normal.namun pada triwulan II-2008 diperkirakan akan kembali ke arah yang lebih normal.namun pada triwulan II-2008 diperkirakan akan kembali ke arah yang lebih normal.namun pada triwulan II-2008 diperkirakan akan kembali ke arah yang lebih normal.
Pemerintah secara aktif telah melakukan upaya untuk mendorong harga kembalikearah normal yang antara lain dilakukan dengan cara melakukan perbaikan di
sisi supply dan perbaikan saluran distribusi.
Faktor penentu perkiraan inflasi tahun 2008.Faktor penentu perkiraan inflasi tahun 2008.Faktor penentu perkiraan inflasi tahun 2008.Faktor penentu perkiraan inflasi tahun 2008.Faktor penentu perkiraan inflasi tahun 2008.
1. Kenaikan harga beras sejak bulan Desember tahun lalu diperkirakan padatriwulan kedua akan relatif normal seiring dengan meningkatnya pasokan beras
ke Jakarta yang antara lain dipengaruhi oleh datangnya musim panen, bahkan
Operasi stabilisasi harga beras (OSHB) sejak bulan April dihentikan karenadatangnya musim panen. Namun demikian, kewaspadaan tetap harus di
dilakukan terutama terkait dengan kenaikan harga beras di pasar internasional,
sesedikit mungkin kebocoran harus dihindari. Selain itu, juga perlu dicermatikemungkinan pedagang menaikkan harga beras dimaksud.
2. Kenaikan harga kedelai pada triwulan I-2008 diperkirakan akan mulai menurun
sehingga mengakibatkan kembali turunnya harga tempe dan tahu di DKI Jakarta,
Tabel VII. 5 Perkembangan Harga Rata-Rata Beberapa Komoditas Makanan (lanjutan)
IIIIIIIIII Sayur MayurSayur MayurSayur MayurSayur MayurSayur Mayur1 Cabe merah keriting kg 16.644 13.859 21.654 19.8662 Cabe merah TW kg 16.500 15.238 22.867 16.9663 Cabe rawit merah kg 14.642 14.530 24.563 25.9324 Cabe rawit hijau kg 11.590 8.019 15.123 15.9745 Bawang merah kg 11.320 11.395 11.992 13.5446 Kentang kg 6.120 6.290 6.004 6.0887 Tomat sayur kg 3.000 3.000 3.000 3.2208 Kelapa kg 3.130 3.035 3.169
IVIVIVIVIV Buah-buahanBuah-buahanBuah-buahanBuah-buahanBuah-buahan1 Apel kg 9.128 9.000 9.000 9.0002 Jeruk kg 7.843 8.018 8.005 8.0303 Pisang Ambon pasang 2.500 2.500 2.500 2.500
VVVVV Pabrikan/OlahanPabrikan/OlahanPabrikan/OlahanPabrikan/OlahanPabrikan/OlahanGula pasir kg 6.588 6.638 6.610 6.800Minyak goreng curah kg 9.255 10.557 10.713 14.000Tepung terigu kg 5.212 6.477 7.207 7.343Minyak tanah. liter 3.831 5.202 4.269 4.500
No Komoditi Satuan Des Jan Feb Mar
Sumber : Biro Adms Perekonomian DKI Jakarta
113
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
walaupun harganya tidak serendah pada periode-periode sebelum harga kedelai
naik.
3. Kenaikan harga tepung terigu sebesar 100% telah mengakibatkan kenaikan
harga di triwulan I-2008 tetapi berangsur-angsur akan turun seiring denganmenurunnya harga tepung.
4. Kebijakan stabilisasi harga pangan pemerintah terhadap komoditi pangan pokok
seperti beras, minyak goreng, kedelai, terigu dan daging.
Kebijakan stabilisasi harga pangan diterapkan pemerintah terhadap komoditiKebijakan stabilisasi harga pangan diterapkan pemerintah terhadap komoditiKebijakan stabilisasi harga pangan diterapkan pemerintah terhadap komoditiKebijakan stabilisasi harga pangan diterapkan pemerintah terhadap komoditiKebijakan stabilisasi harga pangan diterapkan pemerintah terhadap komoditi
pangan pokok seperti beras, minyak goreng, kedelai, terigu dan daging.pangan pokok seperti beras, minyak goreng, kedelai, terigu dan daging.pangan pokok seperti beras, minyak goreng, kedelai, terigu dan daging.pangan pokok seperti beras, minyak goreng, kedelai, terigu dan daging.pangan pokok seperti beras, minyak goreng, kedelai, terigu dan daging. Pada
bulan Februari 2008 pemerintah mengeluarkan kebijakan stabilisasi harga
pangan untuk meredam harga komoditi pokok seperti beras, minyak goreng,terigu dan kedelai. Pada mulanya kebijakan stabilisasi harga pangan ditujukan
untuk menurunkan harga dan mengembalikan harga kepada level semula. Tujuan
akhirnya adalah untuk mengendalikan inflasi. Akan tetapi, penurunan hargatersebut tidak efektif mengingat harga beberapa komoditi tersebut dipengaruhi
oleh harga minyak mentah dunia. Oleh karena itu maka program stabilisasiharga pangan difokuskan untuk membantu masyarakat berpenghasilan rendah
untuk tetap dapat membeli bahan makanan pokok sesuai dengan kemampuan
mereka.
Tabel VII. 6Daftar Kebijakan Stabilisasi Harga Pangan
1. Beras Penurunan Bea Masuk Meningkatkan stok beras di daerah untuk
Beras dari Rp 550/kg mencegah kenaikan harga beras. Namun
menjadi Rp 450 per kg kebijakan inimenyebabkan harga gabah petani
turun Rp 100 per kg.
2. Operasi Stabilitas Harga
Beras (OSHG) Dilakukan penjualan beras Masyarakat dapat membeli beras dengan harg
murah kepada masyarakat murah di pasar tradisional
untuk mengatasi keku-
rangan pasokan beras
3. Beras Raskin Tambahan alokasi raskin Meningkatkan kesejahteraan rakyat miskin
dari 10 kg menjadi 15 kg
per KK per bulan
4. Minyak Goreng Subsidi Rp 2.500 per kg Dengan subsidi, masyarakat yang memiliki kartu dapat
serta pembebesan PPN 10% memperoleh migor lebih murah PPN dilakukan dengan
asumsi harga Rp 8.000 per kg.
No Komoditi Kebijakan Dampak
114
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
Pemerintah mengantisipasi kebutuhan minyak goreng bagi masyarakat denganPemerintah mengantisipasi kebutuhan minyak goreng bagi masyarakat denganPemerintah mengantisipasi kebutuhan minyak goreng bagi masyarakat denganPemerintah mengantisipasi kebutuhan minyak goreng bagi masyarakat denganPemerintah mengantisipasi kebutuhan minyak goreng bagi masyarakat dengan
melakukan operasi pasar minyak goreng. melakukan operasi pasar minyak goreng. melakukan operasi pasar minyak goreng. melakukan operasi pasar minyak goreng. melakukan operasi pasar minyak goreng. Operasi pasar murah dilakukan dalambentuk minyak goreng non subsidi dan minyak goreng subsidi. Untuk minyak
goreng non subsidi, pemerintah bekerjasama dengan distributor menyediakan
minyak goreng bermerek seharga Rp 8.000 dengan pelaksanaan di tujuh kelurahanyang menyebar di seluruh wilayah DKI Jakarta, masing-masing 5.000m liter. Untuk
operasi pasar minyak goreng bersubsidi, dilakukan di 267 kelurahan diseluruh
DKI Jakarta dengan masing-masing mendapatkan jatah sebanyak 13.483 literdengan nilai subsidi sebesar Rp 12.500 per liter. Dengan demikian maka masyarakat
dapat membeli minyak goreng seharga Rp. 10.000 per liter, lebih murah
dibandingkan dengan harga pasar Rp 12.500 per liter.
Dari sisi Dari sisi Dari sisi Dari sisi Dari sisi administered priceadministered priceadministered priceadministered priceadministered price, kenaikan harga beberapa komoditas perlu diwaspadai, kenaikan harga beberapa komoditas perlu diwaspadai, kenaikan harga beberapa komoditas perlu diwaspadai, kenaikan harga beberapa komoditas perlu diwaspadai, kenaikan harga beberapa komoditas perlu diwaspadai.
Beberapa komoditas yang harganya di atur oleh pemerintah dan diperkirakan
akan dinaikkan tarifnya diantaranya adalah :
1. Kenaikan tarif PAM Jaya. Usulan PT PAM Lyonaisse Jaya (Palyja) dan PT ThamesPam Jaya (TPJ) untuk menaikan tarif air minum sebesar 30%, walaupun usulan
diperkirakan tidak akan disetujui tetap perlu diwaspadai karena Badan Regulator
PAM Jaya sebagai lembaga yang berwenang untuk mengusulkan kenaikan tarifair minum mengisyaratkan bahwa tarif air minum di DKI Jakarta seharusnya
naik sejak semester II-2007 sebesar 10%.
Tabel VII. 6Daftar Kebijakan Stabilisasi Harga Pangan (lanjutan)
5. Kedelai Penghapusan Bea Masuk Harga kedelai turun dari Rp 8.000 menjadi Rp 6.000.10%, PPh turun dari 2,5% Ratusan pengrajin tempe di Jakarta yang telah tutupmenjadi 0,5% dan BLT diharapkan dapat kembali beroperasikepada pengrajin tempe
6. Terigu Penghapusan BeaMasuk TeriguPPN ditanggung pemerintah.
7. Daging Enam perbaikan tata niaga Harga Daging sapi mulai menurun dari Rp 8.000 menjadidaging : 1. pedagang bisa kualitas daging oleh Deptan.Rp 55.000.membeli langsung Pemda DKI telah mengkoordinasikan2. pedagang bekerjasama supply daging di Jakarta melalui PD Darmajaya.dengan ADDI 3. Dibuka jalurtransportasi darat dari WITke WIB 4. pengawasankualitas daging oleh Deptan
No Komoditi Kebijakan Dampak
115
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
2. Kenaikan tarif busway di Jakarta sudah diusulkan Gubernur untuk mengalami
penyesiaian dari Rp 3.500 menjadi antara Rp 5.000-Rp 6.000, mengingat
kebutuhan subsidi Rp 500 miliar (10 koridor) hanya disetujui Rp 227 miliar.
3. Pada triwulan ini diperkirakan terjadi kenaikan tarif tol Cikampek dan TolSedyatmo sebesar 14% yang pada bulan Januari telah tertunda karena
memerlukan proses sosialisasinya. Sementara itu ruas tol Jakarta Tangerang,
Tol dalam Kota dan Tol Jagorawi telah mengalami kenaikan rata-rata sebesar20,82%.
4. Pada triwulan II-2008 program konversi minyak tanah ke gas sudah mencapai
100% Dengan demikian maka pada bulan Mei 2008 minyak tanah akan dijualtanpa subsidi sesuai dengan harga keekonomiannya yaitu berkisar antara
Rp 8.700 - 9.000 per liter. Semetara itu jika bahan bakar premium dan solar
akan dikenakan tarif tanpa subsidi seperti pada bahan bakar untuk industri,maka diperkirakan harga premium akan menjadi Rp 7.000 per liter sedangkan
solar seharga Rp 7.800 per liter.
Kenaikan harga barang yang diatur harganya oleh pemerintah di atas perluKenaikan harga barang yang diatur harganya oleh pemerintah di atas perluKenaikan harga barang yang diatur harganya oleh pemerintah di atas perluKenaikan harga barang yang diatur harganya oleh pemerintah di atas perluKenaikan harga barang yang diatur harganya oleh pemerintah di atas perlu
diwaspadai, terutama kenaikan tarif jasa angkutan laut dan tarif buswaydiwaspadai, terutama kenaikan tarif jasa angkutan laut dan tarif buswaydiwaspadai, terutama kenaikan tarif jasa angkutan laut dan tarif buswaydiwaspadai, terutama kenaikan tarif jasa angkutan laut dan tarif buswaydiwaspadai, terutama kenaikan tarif jasa angkutan laut dan tarif busway. Kenaikantarif untuk kedua item dimaksud dikhawatirkan kan mendorong laju inflasi di
sektor transportasi dan pada giliranya dikhawatirkan juga akan meningkatkan
biaya pada dunia usaha, termasuk di sektor manufaktur dan jasa logistik.
Dari sisi core inflation, terdapat beberapa hal yang patut diwaspadai, antara lainDari sisi core inflation, terdapat beberapa hal yang patut diwaspadai, antara lainDari sisi core inflation, terdapat beberapa hal yang patut diwaspadai, antara lainDari sisi core inflation, terdapat beberapa hal yang patut diwaspadai, antara lainDari sisi core inflation, terdapat beberapa hal yang patut diwaspadai, antara lain
yang berasal dari kenaikan gaji karyawan secara umum sebesar 13,58% danyang berasal dari kenaikan gaji karyawan secara umum sebesar 13,58% danyang berasal dari kenaikan gaji karyawan secara umum sebesar 13,58% danyang berasal dari kenaikan gaji karyawan secara umum sebesar 13,58% danyang berasal dari kenaikan gaji karyawan secara umum sebesar 13,58% dan
kenaikan UMPkenaikan UMPkenaikan UMPkenaikan UMPkenaikan UMP. Kenaikan gaji karyawan di Jakarta (13,6%) dan kenaikan UMP
Tabel VII. 7 Perkembangan Harga BBM
Premium 4.500 4.500 4.500 4.500 6.964 0,00
Pertamax Plus 7.800 7.750 7.750 8.300 8.300 6,41
Pertamax 7.450 7.400 7.500 8.100 8.100 8,72
Pertamax Dex 8.600 8.700 8.400 9.100 9.100 5,81
Minyak Tanah 2.000 2.000 2.000 2.000 7.736 0,00
Minyak Solar 4.300 4.300 4.300 4.300 7.780 0,00
*) Harga Tanpa Subsidi
JenisDes Jan Feb Mar Mar*
2007 2008 I-08/IV-07(%)
116
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
DKI (9,95%) diperkirakan akan meningkatkan tekanan inflasi dari sisi permintaan
dan sebagian produsen merespon dengan cara kenaikan harga produknya. Upah
buruh yang tercermin dari UMP di Jakarta meningkat dari Rp 819.000 menjadi Rp.900.560. Selain upah buruh pabrik, upah buruh pelabuhan juga meningkat rata-
rata 5% dari Rp 48.300 per hari menjadi Rp 50.300 per hari. Sementara itu upah
tukang derek naik dari Rp. 55.545 per hari menjadi Rp 57.085 per hari dan upahmandor dari Rp 64.740 per hari menjadi Rp 65.390 per hari, keseluruhannya akan
terjadi pada triwulan II-2008.
Grafik VII.11Upah Minimum Regional
Grafik VII.12Perbandingan UMP dan KHL
Rp / bulan
-
300.000
600.000
900.000
1.200.000
1.500.000
1.800.000
2006 2007 2008
837.000746.500
661.613
972.605819.100
900.560
568.193516.840447.654506.500448.500390.000
Banten (growth 12,1%)DKI Jakarta (growth 8%)Jawa Barat (growth 9,9%)Jawa Timur (growth 12,9%)
Rp 000 / bulan
-
300
600
900
1.200
1.500
2006 2007 2008
819901
973831
9921.055
Upah Minimum Propinsi (UMP)Kehidupan Hidup Layak (KHL)
117
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
BAB VIII. KESIMPULAN DAN USULAN TINDAK LANJUT
Diwarnai oleh perkembangan ekonomi domestik dan dunia yang melambat sebagai
dampak dari memburuknya perekonomian global dan di tengah-tengah tekanan
kenaikan harga minyak dunia, serta kenaikan harga beberapa komoditas pokokyang penting, cukup memberikan pengaruh terhadap perkembangan
perekonomian DKI Jakarta. Berdasarkan hasil kajian ekonomi regional DKI Jakarta
di triwulan I 2008, beberapa kesimpulan yang dapat diambil antara lain adalah :
1. Pada triwulan I 2008, ekpansi perekonomian Provinsi DKI Jakarta menunjukkanperlambatan pertumbuhan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, namun
masih tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan periode waktu yang sama
pada tahun sebelumnya. Terganggunya daya beli masyarakat yang antara lainberasal dari tingginya angka inflasi dan belum terealisasinya sebagian kenaikan
pendapatan menjadi faktor utama pertumbuhan konsumsi yang tumbuh
melambat, walaupun di sisi lain dukungan pembiayaan dari sektor keuanganmasih cukup tinggi.
2. Terbatasnya pertumbuhan investasi menyebabkan pengangguran dan jumlah
kemiskinan belum dapat berkurang secara signifikan. Sementara itu disisisektoral, sektor ekonomi yang tumbuh tinggi adalah sektor yang padat modal.
Kondisi ke dua hal tersebut menyebabkan kualitas pertumbuhan belum optimal
dan turut berkontribusi terhadap peningkatan kesenjangan pendapatan (ginirasio). Di triwulan I, kondisi kesejahteraan juga tertekan oleh tingginya inflasi
di triwulan laporan, yang antara lain akan tercermin pada peningkatan indeks
kesengsaraan.
3. Seperti juga pada triwulan sebelumnya, tantangan pembangunan ekonomi di
Jakarta terutama terletak pada upaya peningkatan peran investasi, terutama
disektor tradable guna menggerakan pertumbuhan ekonomi lebih berkualitas,disamping meningkatkan level pertumbuhan yang masih di bawah sasaran.
4. Laju inflasi mengalami tekanan, yang disebabkan oleh meningkatnya importedinflation dan gangguan pasokan minyak tanah dan beberapa komoditas sayur-
sayuran. Imported inflation berasal dari kenaikan harga BBM dan kenaikanharga beberapa komoditas pokok di pasar internasional seperti kedelai, gandum
dan CPO. Kenaikan komoditas ini juga berdampak pada kenaikan harga produk
118
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
turunannya, seperti tempe, roti, mie dan lainnya. Komoditas emas juga melonjak
pararel dengan perkembangan harga minyak dunia.
5. Tantangan ekonomi ke depan, di 2008 relatif berat. Faktor eksternal sangat
berperan antara lain berupa masih berlanjutnya tanda-tanda pelemahananekonomi Amerika sebagai dampak lanjutan dari kasus subprime morgage yang
dikhawatirkan akan berdampak pada perekonomian Indonesia karena
permintaan terhadap beberapa komoditas unggulan akan terganggu.Perekonomian Indonesia juga akan terganggu oleh kenaikan beberapa produk
bahan baku makanan, seperti kedelai dan gandum di pasar internasional, serta
kenaikan beberapa komoditas primer internasional, seperti minyak bumi.
Usulan tindak lanjut :
1. Terkait dengan pertumbuhan ekonomi :
a. peningkatan daya saing kota Jakarta untuk menarik minat investasi di Jakarta
dan juga investasi di daerah lain di luar Jakarta dengan jalan mengoptimalkanpelayanan perizinan satu atap, dan perbaikan infrastruktur.
b. Sesuai dengan karakteristik Jakarta, sebaiknya investasi diarahkan pada sektor
yang padat teknologi dan dibarengi dengan implementasi tata ruang yangkonsisten dan jika diperlukan merevitalisasi tata ruang yang selama ini
dilanggar. Jakarta harus dijadikan sebagai pintu gerbang investasi, walaupun
investasi kemungkinan dilakukan di daerah lain. Jakarta sebagai ibukotanegara dan juga menjadi pusat kegiatan bisnis dan jasa, termasuk banyak
dijadikan sebagai kantor pusat perusahaan-perusahaan harus menjadi kota
yang nyaman dan memberi kemudahan bagi penduduknya, terutama bagiinvestor dan ekspatriat. Terwujudnya kondisi ini dapat menjadi signal positif
bagi investor tidak saja di Jakarta, tetapi juga di provinsi lain di Indonesia.
Industri ataupun calon investor baru di industri yang padat karya danmemberikan upah minimal pada karyawannya sebaiknya direlokasi/diarahkan
ke luar wilayah Jakarta. Hal ini akan menjadikan Jakarta lebih manusiawi
dan beban sosial dapat berkurang.
2. Terkait dengan inflasi :
a. Perlunya pelaksanaan secara konsisten kebijakan di bidang pangan dan
menjamin kelancaran pasokan. Khusus untuk komoditas beras, kenaikan
119
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
harga beras di pasar internasional perlu diwaspadai, stok yang cukup perlu
dijaga dan kebocoran diminimalisir sekecil mungkin. Selain itu, perilaku
pedagang dalam menentukan harga beras perlu dicermati secara seksama.Pemerintah disamping menjaga stok juga perlu lebih intensif melakukan
monitoring terhadap arus komoditas beras dan komoditas pokok lainnya.
b. Perlunya pemerintah mengimplementasikan sanksi tegas terhadap pungutan
liar pada komoditas pokok (sembako), baik pada saat produksi, distribusi,dan barang sudah di pasar.
c. Perlunya percepatan pembangunan rusunawa dan pada saat yang bersamaan
mendisiplinkan penggunaan tata ruang. Percepatan pembangunan rusunawayang terjangkau juga akan dapat membantu upaya pengendalian harga di
kelompok perumahan yang kontribusi inflasinya cukup tinggi. Untuk menjaga
agar target pemilik rusunawa sesuai dengan sasaran, maka hal-hal yangmenyangkut kepemilikan diatur, termasuk didalamnya mengatur maksimal
kepemilikan.
3. Terkait dengan kesejahteraan masyarakat :
a. Kualitas pertumbuhan ekonomi ditingkatkan, antara lain dengan caramemacu investasi.
b. kebijakan fiskal yang mampu memberi dampak pada redistribusi pendapatan
yang lebih merata sehinggga kesenjangan pendapatan dapat ditekan.
c. Di bidang pengupahan, untuk memperlambat peningkatan kesenjanganpendatan, ada baiknya di atur agar peningkatan gaji untuk level yang lebih
tinggi persentase kenaikannya lebih rendah namun di sisi lain kenaikan upah
pada low level tetap dalam batas-batas normal dan mampu meredamekspektasi terhadap inflasi.
120
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
halaman ini sengaja dikosongkan
121
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
LAMPIRAN
Tabel lampiran 1.Indikator Makro Terpilih Propinsi DKI Jakarta
Atas Dasar Harga Berlaku Rp Triliun 97,87 107,30Atas Dasar Harga Konstan Rp Triliun 61,32 64,93Per Kapita Rp Juta 10,8 11,7Pertumbuhan Ekonomi (%) 5,5 5,9
Indikator DKI Jakarta Satuan Periode
PDRB 2006 2007
Sumber : BPS
Atas dasar y-o-y (Mar-Mar) (%) 7,3 9,0Atas dasar m-t-m (Feb-Mar) (%) 0,2 0,9Atas dasar y-t-d (Jan-Mar) (%) 2,0 4,5
Inflasi Mar-07 Mar-08
Jumlah Penganggur orang 636.847 641.355Angka Pengangguran (%) 18,9 13,27
Pengangguran Ags-06 Ags-07
Jumlah Penduduk Miskin orang 830.500 886.100Angka Kemiskinan (%) 8,9 9,1
Kemiskinan Jul-05 Mar-07
Tabel lampiran 2.Produk Domestik Regional Bruto DKI Jakarta
Menurut Sektor Atas Dasar Harga Berlaku
Pertanian 403.030,9 439.377,6 490.492,8 566.862,4
Pertambangan 1.361.204,6 1.959.329,1 2.417.628,8 2.636.093,1
Industri 59.905.260,8 69.293.543,4 79.886.690,1 90.385.035,5
Listrik 4.232.489,2 4.802.935,6 5.305.823,0 6.021.390,2
Bangunan 38.106.294,9 45.570.840,5 56.071.975,3 63.335.753,7
Perdagangan 75.369.360,2 87.662.728,9 100.672.147,0 115.610.263,4
Pengangkutan 28.325.866,3 35.482.039,2 44.151.000,2 52.481.240,1
Keuangan 119.578.484,1 133.225.957,2 149.469.482,1 162.070.348,1
Jasa-jasa 48.279.532,0 55.423.501,4 63.119.567,7 72.832.612,0
PDBPDBPDBPDBPDB 375.561.523,0375.561.523,0375.561.523,0375.561.523,0375.561.523,0 433.860.252,9433.860.252,9433.860.252,9433.860.252,9433.860.252,9 501.584.806,9501.584.806,9501.584.806,9501.584.806,9501.584.806,9 565.939.598,6565.939.598,6565.939.598,6565.939.598,6565.939.598,6
Sektor 2004 2005 2006 2007*
Sumber : BPS
122
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
Tabel lampiran 3.Produk Domestik Regional Bruto DKI JakartaMenurut Sektor Atas Dasar Harga Konstan
Pertanian 287.574,0 290.598,6 293.485,1 296.188,9
Pertambangan 987.491,7 915.977,0 933.061,3 937.342,5
Industri 48.707.025,6 51.177.799,9 53.646.724,4 56.155.162,9
Listrik 1.848.696,4 1.977.201,8 2.075.804,2 2.183.805,8
Bangunan 27.475.877,8 29.094.579,9 31.166.114,0 33.541.021,8
Perdagangan 58.848.582,5 63.492.894,4 67.684.399,4 72.446.207,7
Pengangkutan 20.559.712,7 23.290.708,9 26.612.846,9 30.494.832,4
Keuangan 87.294.377,2 90.870.316,5 94.280.865,3 98.428.384,5
Jasa-jasa 32.515.484,3 34.160.466,5 36.012.329,1 38.198.792,5
PDBPDBPDBPDBPDB 278.524.822,2278.524.822,2278.524.822,2278.524.822,2278.524.822,2 295.270.543,6295.270.543,6295.270.543,6295.270.543,6295.270.543,6 312.705.629,7312.705.629,7312.705.629,7312.705.629,7312.705.629,7 332.681.738,9332.681.738,9332.681.738,9332.681.738,9332.681.738,9
Sektor 2004 2005 2006 2007*
Sumber : BPS *) proyeksi BI
Tabel lampiran 4.Indeks Harga Konsumen Propinsi DKI Jakarta
Jan-05 116,94 110,33 116,37 124,24 113,39 109,95 118,77 114,54
Feb-05 117,31 110,08 117,01 125,18 113,69 110,03 118,77 114,58
Mar-05 119,41 110,21 118,89 126,03 114,75 111,05 119,33 123,57
Apr-05 119,87 109,52 119,42 127,31 115,39 111,19 119,43 123,99
Mei-05 120,54 110,39 120,16 128,42 115,61 111,73 119,43 123,99
Jun-05 121,25 111,75 121,93 128,65 116,15 111,84 119,45 124,17
Jul-05 121,83 113,46 122,16 128,78 116,46 112,89 120,6 124,17
Ags-05 122,57 113,56 122,61 130,12 116,58 112,99 123,39 124,41
Sep-05 123,38 113,81 124,72 130,44 117,5 113,58 125,48 124,97
Okt-05 133,17 120,56 129,43 138,26 120,28 114,93 126,26 157,87
Nov-05 134,47 122,21 131,78 139,18 120,43 115,12 126,26 159,7
Des-05 134,55 121,2 132,1 139,62 121,08 116,37 126,26 159,73
Jan-06 136,90 128,98 133,82 140,61 122,51 118,53 126,29 159,62
Feb-06 137,58 131,42 134,11 140,88 124,81 119,44 124,11 159,76
Mar-06 137,64 130,80 134,44 141,11 124,86 119,46 124,06 160,15
Apr-06 137,53 129,26 134,77 141,26 125,68 120,52 124,14 160,15
Mei-06 137,94 129,67 134,99 141,65 127,17 121,69 124,14 160,36
Jun-06 138,10 129,65 135,39 141,89 126,62 121,80 124,66 160,48
Jul-06 138,34 130,37 135,55 142,15 126,21 121,80 124,72 160,51
Ags-06 139,24 132,14 135,78 142,64 126,93 122,02 129,17 160,45
Sep-06 139,77 132,77 135,79 143,00 127,38 122,68 132,65 160,41
Okt-06 140,55 135,31 135,78 143,18 129,10 122,40 132,65 161,12
Nov-06 140,82 136,14 135,92 143,42 130,60 122,91 132,66 160,37
Des-06 142,66 139,80 137,95 145,68 130,53 122,95 132,66 160,85
IHK Bahan Makanan Perumahan Pakaian Kesehatan Pendidikan TransportasiMakanan Jadi
123
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan I-2008
Tabel lampiran 4.Indeks Harga Konsumen Propinsi DKI Jakarta (lanjutan)
Jan-07 143,69 142,95 138,98 146,47 129,54 123,42 132,66 160,92
Feb-07 145,14 145,60 139,34 149,00 129,97 124,87 132,73 160,88
Mar-07 145,44 146,32 139,41 149,19 131,05 124,94 132,73 160,96
Apr-07 145,81 146,43 140,16 149,56 131,94 125,08 132,73 161,24
Mei-07 146,08 145,75 140,14 150,68 132,76 125,13 132,73 161,42
Jun-07 146,18 146,08 140,64 150,72 131,27 125,32 132,73 161,56
Jul-07 147,14 147,74 140,63 151,18 132,31 125,77 138,37 161,57
Ags-07 148,35 147,95 141,20 153,97 132,57 125,97 141,30 161,56
Sep-07 148,88 149,61 141,48 153,13 133,92 126,50 144,63 161,97
Okt-07 150,34 154,28 142,02 152,89 138,32 127,80 144,72 162,95
Nov-07 149,98 153,61 142,68 151,97 138,80 127,85 144,72 162,34
Des-07 151,27 155,74 145,34 152,69 141,17 127,85 144,72 162,34
Jan-08 154,85 158,06 151,38 158,17 145,95 129,49 144,56 163,34
Feb-08 155,30 161,46 152,31 156,55 146,54 130,90 144,56 164,34
Mar-08 156,58 163,65 153,14 158,26 148,18 132,08 144,56 163,24
IHK Bahan Makanan Perumahan Pakaian Kesehatan Pendidikan TransportasiMakanan Jadi
Sumber : BPS