kajian efektivitas penyusunan perencanaan pembangunan daerah di kalimantan

170

Upload: pkp2aiiilansamarinda

Post on 05-Dec-2014

22.282 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

Kajian Internal PKP2A III LAN Tahun 2009

TRANSCRIPT

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan207+xiv, 2009

Perpustakaan Nasional RI: Data Katalog Dalam Terbitan (KDT)

ISBN 978-979-1176-26-2

UNDANG-UNDANG HAK CIPTA NO. 19 TAHUN 2002Pasal 72

(1) Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2), dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,- (lima miliar rupiah).

(2) Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah).

Dr. Meiliana, SE., MM (Peneliti Utama)

Drs. Andi Taufik, M.Si (Peneliti)Said Fadhil, S.IP (Peneliti)Windra Mariani, SH (Peneliti)

Andi Wahyudi, S.IP (Pembantu Peneliti)Fani Heru, SE (Pembantu Peneliti)Tri Noor Aziza, SP (Pembantu Peneliti)Betha Miranti Andalina, S.IP (Pembantu Peneliti)

Rustan A, SP (Koordinator)

Maria AP Sari, S.Sos. (Sekretariat)Lany Erinda Ramdhani, S.Sos (Sekretariat)Fajar Iswahyudi, SE (Sekretariat)Tri Wahyuni, SH (Sekretariat)Dewi Sartika, SE (Sekretariat)

Diterbitkan Oleh :Pusat Kajian dan Pendidikan dan Pelatihan Aparatur III (PKP2A III)LAN Samarinda

KATA PENGANTAR

Pemerintah Kabupaten/Kota memiliki kewenangan yang besar untuk mengelola dan menggerakkan sumber daya yang ada dalam rangka mewujudkan visi daerahnya dan menciptakan kesejahteraan rakyatnya. Ini merupakan implikasi dari diterapkannya otonomi yang ditumpukan kepada kabupaten/kota sejak tahun 2004. Dalam melaksanakan pembangunan daerah, UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanan Pembangunan Nasional dan PP No. 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah telah memberikan dasar hukum dan acuan bagi daerah untuk mengelola sumber daya tersebut melalui perencanaan pembangunan daerah. Selain itu, PP No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota juga telah memberikan batasan kewenangan kabupaten/kota dalam urusan perencanaan dan pengendalian pembangunan daerah.

Dalam pelaksanaan pembangunan daerah, tahapan perencanaan menjadi salah satu proses yang penting, karena hasil pembangunan yang baik senantiasa didahului oleh perencanaan yang baik pula. Kajian ini mengulas proses perencanaan pembangunan daerah yang difokuskan pada penyusunan RKPD Kabupaten di tujuh kabupaten di Kalimantan, yaitu Kabupaten Kutai Barat, Berau, Kotabaru, Kotawaringin Timur, Barito Timur, Sanggau dan Bengkayang. Dimana proses perencanaan pembangunan tersebut dilihat dari aspek proses, substansi, dan partisipasi publik. Kemudian aspek dampak sebagai hasil dari implementasi pembangunan akan dikaji secara khusus dalam kajian yang lain.

Dengan terlaksananya kajian ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung turut mendukung kegiatan ini, terutama kepada para Bupati dan Kepala Bappeda beserta seluruh staf Kabupaten Kutai Barat, Berau, Kotabaru, Kotawaringin Timur, Barito Timur, Sanggau dan Bengkayang yang telah memberikan fasilitasi Pelaksanaan FGD (Focus Group Disscusion) bagi Tim Peneliti dan juga atas kebaikan hati dan kerjasama yang baik sehingga kami bisa memperoleh akses data berkaitan dengan dokumen rencana pembangunan daerah. Juga terima kasih kepada seluruh SKPD di tujuh kabupaten tersebut yang telah ikut berpartisipasi dan memberikan informasi yang bermanfaat kepada Tim Peneliti baik melalui forum FGD maupun interview secara langsung.

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

i

Akhirnya dengan selesainya kajian ini kami berharap bahwa hasil kajian ini bisa memberikan manfaat bagi daerah dalam penyusunan perencanaan pembangunan yang menjadi lebih baik pada masa mendatang, dan juga bagi semua pihak yang memiliki perhatian terhadap isu-isu pembangunan. Terima kasih!

Samarinda, Oktober 2009

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

ii

KATA PENGANTAR .................................................................................................................DAFTAR ISI ................................................................................................................................DAFTAR TABEL ........................................................................................................................DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................................RINGKASAN EKSEKUTIF .....................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .........................................................................................B. Perumusan Masalah ..............................................................................C. Kerangka Berpikir ..................................................................................D. Tujuan .........................................................................................................E. Ruang Lingkup .........................................................................................F. Waktu dan Tahapan Penelitian ..........................................................

BAB II KERANGKA KONSEPTUAL PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH ..............................................................................................................A. Pengertian Perencanaan Pembangunan .......................................B. Kewenangan Kabupaten/Kota Dalam Perencanaan

Pembangunan ..........................................................................................C. Pendekatan Perencanaan Pembangunan .....................................D. Mekanisme Perencanaan Pembangunan Daerah ......................E. Efektivitas Perencanaan Pembangunan ........................................

BAB III PROSES PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DI DAERAH .......................................................................................................A. Kabupaten Kutai Barat ..........................................................................B. Kabupaten Berau ....................................................................................C. Kabupaten Kotabaru .............................................................................D. Kabupaten Kotawaringin Timur .......................................................E. Kabupaten Barito Timur ......................................................................F. Kabupaten Sanggau ...............................................................................G. Kabupaten Bengkayang .......................................................................

BAB IV EFEKTIFITAS PENYUSUNAN PERENCANAANPEMBANGUNAN DI DAERAH ............................................................A. Proses Penyusunan Rencana Pembangunan Daerah ...............

...............................................................................................

iiiiv

viiviii

1133555

77

11162127

3333476184

106127155

173173

DAFTAR ISI

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

iii

B. Prioritas dalam Perencanaan Pembangunan Daerah C. Partisipasi Masyarakat dalam Proses Perencanaan

Pembangunan Daerah ..........................................................................D. Aturan Hukum Perencanaan Pembangunan Daerah ................E. Kendala dalam Proses Penyusunan Perencanaan

Pembangunan Daerah ..........................................................................F. Sinkronisasi RKPD dengan RTRW ...................................................G. Efektifitas Penyusunan Perencanaan Pembangunan

Daerah .........................................................................................................

BAB V PENUTUP ...........................................................................................................A. Kesimpulan ...............................................................................................B. Saran ............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................

.............. 175

181184

187190194

201201202

204

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

iv

Tabel 1.1 Lokus KajianTabel 2.1 Urusan Kabupaten/Kota dalam Bidang Perencanaan

PembangunanTabel 2.2 Alternatif Pendekatan PerencanaanTabel 3.1 Letak Geografis dan Luas Wilayah Kabupaten Kutai Barat

Menurut Kecamatan Tahun 2007Tabel 3.2 Daftar Usulan Pembangunan Sarana/Prasarana Fisik dan

Non Fisik Hasil Musrenbang Kampung Barong Tongkok Tahun 2009

Tabel 3.3 Jadwal Kegiatan Pokok Perencanaan Program dan Penganggaran Daerah Kab. Kubar Tahun Anggaran 2010

Tabel 3.4 Luas Wilayah Kecamatan di Kabupaten BerauTabel 3.5 Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Berau

Tahun 1997-2007Tabel 3.6 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Berau Atas

Dasar Harga Berlaku (PDRB-ADHB) Tahun 2004-2007Tabel 3.7 Penduduk Kabupaten Kotabaru 2004Tabel 3.8 Persentase Penduduk Usia Kerja Menurut Kegiatan Utama

Kabupaten KotabaruTabel 3.9 PDRB ADHB Kabupaten Kotabaru (Milyar Rp)Tabel 3.10 Pertumbuhan PDRB Kabupaten Kotabaru Per SektorTabel 3.11 Ringkasan Perkiraan Kerangka Makro Ekonomi Kabupaten

Kotabaru Tahun 2006-2010Tabel 3.12 Program dan Kegiatan Pembangunan Infrastruktur

Penunjang Pembangunan Kabupaten KotabaruTabel 3.13 Wilayah Administrasi Kabupaten Kotawaringin TimurTabel 3.14 Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Kabupaten Kotawaringin

Timur Tahun 2007Tabel 3.15 Luas wilayah dan Jumlah penduduk Kabupaten Bartim Tahun

2007Tabel 3.16 Kecamatan Dalam Wilayah Kabupaten Sanggau Tahun 2007Tabel 3.17 Pertumbuhan Pendapatan Regional dan Angka Perkapita

Atas Dasar Harga Konstan 2000 Kabupaten Sanggau Tahun 2004 – 2006

Tabel 3.18 Arah kebijakan pembangunan Kabupaten Sanggau Tahun 2009

513

2034

37

40

4849

49

6364

656566

79

84 85

106

127130

146

DAFTAR TABEL

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

v

Tabel 3.19 Contoh Matriks Program dan Kegiatan Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Sanggau Tahun 2009

Tabel 3.10 Kecamatan Dalam Wilayah Kabupaten BengkayangTabel 3.11 Batas Kemampuan (Kapasitas) Fiskal Pemerintah Kabupaten

BengkayangTabel 4.1 Perbandingan Program Prioritas Pembangunan DaerahTabel 4.2 Isu-Isu Dalam Pembangunan DaerahTabel 4.3 Aturan Hukum Daerah yang Berkaitan dengan Penyusunan

Perencanaan Pembangunan di DaerahTabel 4.4 Pencantuman PP No. 8 Tahun 2008 sebagai Konsideran dalam

Dokumen RKPD 2009

151

156163

177180186

187

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

vi

Gambar 1.1 Aspek Efektivitas Perencanaan PembangunanGambar 1.2 Tahapan PenelitianGambar 2.1 Posisi Strategis Bappeda Dalam Penyusunan Perencanaan

Pembangunan DaerahGambar 2.2 Pola 'S shape' dalam Penyusunan Perencanaan PembangunanGambar 3.1 Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Kutai Barat Atas

Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2007Gambar 3.2 Alur Pelaksanaan Musrenbang di Kabupaten Barito TimurGambar 3.3 Agenda Program dan Kegiatan Penyusunan Perencanaan

Pembangunan Daerah Kabupaten Sanggau Tahun 2010Gambar 3.4 Alur Pikir Perencanaan Pembangunan Kabupaten

BengkayangGambar 4.1 Model Hubungan RTRW dengan RPJPD dan RJPMDGambar 4.2 Model Hubungan Interaksi Pemerintah, Masyarakat dan

DPRD dalam Musrenbang

46

12

2636

117134

162

192198

DAFTAR GAMBAR

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

vii

RINGKASAN EKSEKUTIF

Keberhasilan pemerintah daerah dalam melaksanakan pembangunan akan terlihat dari sejauh mana perubahan yang terjadi setelah program dan kegiatan pembangunan daerah tersebut diimplementasikan. Namun demikian, pembangunan yang baik juga didahului oleh proses perencanaan yang baik pula. Karena pembangunan merupakan serangkaian proses panjang yang dimulai dari perencanaan, implementasi, monitoring dan evaluasi. Perencanaan pembangunan daerah bisa dilihat dari 2 (dua) aspek yaitu aspek proses penyusunan rencana pembangunan dan aspek isi rencana pembangunan yang akan diimplementasikan (Moeljarto Tjokrowinoto, 1993). Dalam kajian ini, dua aspek tersebut di-breakdown lagi menjadi 4 (empat) aspek yaitu aspek proses, partisipasi, substansi, dan dampak.

Aspek Proses, proses perencanaan pembangunan dilihat dari jadwal penyusunan perencanaan, instansi yang terlibat dalam penyusunan perencanaan, alat koordinasi yang digunakan, serta tahapan-tahapan yang dilalui. Aspek Substansi, dilihat apakah perencanaan pembangunan sudah mempertimbangkan faktor-faktor seperti gender sensitive, conflict sensitive, prinsip pro poor, pro job, pro lingkungan, pro investment. Aspek Partisipasi Publik, dilihat sejauh mana peran masyarakat dilibatkan dalam proses perencanaan pembangunan. Aspek Dampak, dilihat sejauh mana perubahan yang terjadi dalam rangka pencapaian target, tujuan dan sasaran pembangunan yang telah ditetapkan. Berkaitan tentang aspek dampak akan dikaji secara khusus dalam kajian lain, sehingga untuk kajian ini akan difokuskan pada aspek proses, partisipasi dan substansi penyusunan perencanaan pembangunan daerah, secara spesifik adalah RKPD Kabupaten.

Penyusunan perencanaan pembangunan daerah telah diatur dengan UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan PP No. 8 Tahun 2007 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah. Dalam skala daerah juga telah diamanatkan oleh UU No. 25 Tahun 2004 pasal 27 ayat (2) bahwa tata cara penyusunan RPJP Daerah, RPJM Daerah, Renstra-SKPD, RKPD, Renja-SKPD dan pelaksanaan Musrenbang Daerah diatur dengan Peraturan Daerah (Perda). Sehingga tiga peraturan perundangan tersebut menjadi landasan hukum dan acuan bagi proses perencanaan pembangunan daerah.

Kewenangan kabupaten/kota dalam Perencanaan dan Pengendalian Pembangunan Daerah menurut PP No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

viii

Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota adalah (1) Perumusan Kebijakan; (2) Bimbingan, Konsultasi dan Koordinasi; dan (3) Monitoring dan Evaluasi (Monev). Kewenangan tersebut dilaksanakan oleh Bappeda sebagai sebuah SKPD yang memiliki posisi strategis dalam mengkoordinasikan proses perencanaan pembangunan daerah.

Pendekatan yang digunakan dalam penyusunan Perencanaan Pembangunan Daerah sesuai dengan PP No. 8 Tahun 2008 adalah menggunakan pendekatan (1) Politik; (2) Teknokratik; (3) Partisipatif; (4) Atas-bawah (top down), dan (5) Bawah-atas (bottom up). Pendekatan politik tercermin dari dituangkannya visi dan misi kepala daerah terpilih ke dalam dokumen RPJM Daerah, selanjutnya RPJM Daerah tersebut merupakan acuan bagi penyusunan RKPD. Pendekatan teknokratik bisa dilakukan dengan pelibatan tenaga ahli atau konsultan dalam proses penyusunan rencana pembangunan. Untuk itu, penggunaan naskah akademik bisa dimungkinkan sebagai upaya untuk menghasilkan rencana pembangunan yang relevan dengan kemampuan dan kebutuhan daerah. Pendekatan partisipatif dan bawah atas (bottom up) tercermin proses penyerapan yang melibatkan masyarakat dan aparat pemerintahan di tingkat desa/kelurahan dan kecamatan sehingga perencanaan yang dihasilkan bisa mengakomodasi kepentingan masyarakat di tingkat bawah. Sedangkan pendekatan atas bawah (top down) merupakan peran dari Bappeda yang menyusun rancangan awal rencana pembangunan daerah.

Dari 7 (tujuh) daerah sampel kajian berkaitan dengan penyusunan RKPD yaitu Kabupaten Kutai Barat, Berau, Kotabaru, Kotawaringin Timur, Barito Timur, Sanggau dan Bengkayang, ternyata hanya 2 daerah saja yang telah memiliki Perda tentang tata cara penyusunan perencanaan pembangunan daerah. Yaitu Kabupaten Kotabaru yang telah memiliki Perda No. 14 Tahun 2005, dan Kabupaten Sanggau yang telah memiliki Perda No. 5 Tahun 2008. Di Kabupaten Berau tata cara mengenai penyusunan perencanaan pembangunan daerah justru dituangkan ke dalam Peraturan Bupati (Perbup), bukan Perda. Sedangkan daerah lain bahkan belum memiliki Perda tersebut.

Dalam penyusunan RKPD, dari proses penyerapan aspirasi masyarakat melalui forum Musrenbang yang dimulai sejak awal bulan Januari di tingkat desa/kelurahan ternyata ada beberapa forum insiatif yang dilakukan daerah, yaitu:1. Adanya forum “Kumpul Warga” di lingkungan RT sebelum dilakukan Musrenbang

Desa/Kelurahan (Kab. Kotim)2. Pertemuan atau diskusi instansi/SKPD serumpun sebelum Forum SKPD untuk

mensinkronkan program kerja agar tidak terjadi overlapping (Kab. Kotim, Berau, Kotabaru)

Di satu sisi inisiatif tersebut memiliki nilai positif bagi proses pelaksanaan perencanaan pembangunan daerah, yaitu pertama bisa mempermudah pelaksanaan

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

Musrenbang karena materi sudah dibahas dalam forum inisiatif tersebut. Dan kedua bisa memberi kesempatan masyarakat yang tidak terlibat dalam Musrenbang Desa/Kelurahan untuk menyampaikan aspirasinya dalam forum Kumpul Warga. Namun di sisi lain menambah banyak kegiatan dalam proses perencanaan pembangunan daerah sehingga tidak efisien baik dari aspek waktu maupun anggaran. Dan menjadikan pelaksanaan Musrenbang hanya menjadi formalitas karena sudah dibahas sebelumnya dalam forum-forum tersebut.

Partisipasi masyarakat yang dilakukan melalui forum Musrenbang dalam penyusunan RKPD cukup baik terlihat dari kehadiran dalam Musrenbang. Namun usulan masyarakat dalam RKPD melalui Musrenbang lebih dominan usulan proyek-proyek fisik, sedikit sekali usulan yang sifatnya non fisik seperti pemberdayaan masyarakat, pengembangan ekonomi dan sebagainya. Di sisi lain realisasi usulan masyarakat dalam RKPD masih minim sehingga hal ini mengakibatkan apatisme dan menurunnya antusias masyarakat untuk mengikuti proses perencanaan pembangunan melalui forum Musrenbang pada masa berikutnya.

Beberapa program prioritas yang secara umum menjadi perhatian utama di semua daerah dan tertuang dalam dokumen RKPD mencakup sektor pendidikan, kesehatan, perekonomian rakyat, infrastruktur dan tata kelola pemerintahan yang baik. Kemudian dari program prioritas yang telah ditetapkan daerah bisa diklasifikasikan ke dalam kelompok isu-isu yang pro terhadap pertumbuhan, kemiskinan, ketenagakerjaan, lingkungan, investasi, gender sensitive serta conflict sensitive. Dari program dan pengklasifikasian isu tersebut terlihat bahwa fokus dan prioritas pembangunan di masing-masing daerah juga beragam. Namun secara umum isu pertumbuhan merupakan isu utama yang dijadikan prioritas di semua daerah yaitu melalui program pengembangan usaha kecil menengah dan koperasi, atau dengan sebutan ekonomi kerakyatan dan sejenisnya. Hal ini menunjukkan bahwa pembangunan daerah masih menganggap pertumbuhan sebagai prioritas penting yang harus segera diwujudkan di daerah.

Isu-isu yang berkaitan dengan pemberantasan kemiskinan, penanganan pengangguran atau ketenagakerjaan serta lingkungan juga mendapat mendapat perhatian di sebagian besar daerah. Program dan kegiatan pembangunan yang pro poor terlihat menjadi perhatian di Kabupaten Kubar, Berau, Kotabaru, Barito Timur dan Sanggau. Walaupun persoalan kemiskinan selama ini dipecahkan dari berbagai aspek seperti aspek kesehatan, pendidikan, infrastruktur dan sebagainya namun dalam hal ini program dan kegiatan yang secara langsung dan eksplisit menjadi perhatian utama dan secara langsung tercermin dalam program pembangunan di beberapa daerah tersebut. Program yang pro job juga terlihat di kabupaten Kubar, Berau, Kotabaru, Barito Timur dan Sanggau. Sedangkan program yang pro

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

x

lingkungan terlihat di Kabupaten Kubar, Kotabaru, Barito Timur, Kotawaringin Timur dan Bengkayang. Persoalan lingkungan merupakan persoalan yang cukup menonjol di wilayah Kalimantan, namun ternyata belum semua daerah menjadikan isu tersebut sebagai prioritas dalam perencanaan pembangunan di daerahnya. Selanjutnya sebagai pendukung pertumbuhan daerah yaitu program-program yang pro investasi ternyata hanya terlihat secara eksplisit di Kabupaten Kotabaru, Barito Timur dan Sanggau. Kemudian untuk isu-isu yang gender sensitive dan conflict sensitive hanya menjadi perhatian di sedikit daerah.

Masih sedikit daerah yang menjadikan isu-isu tersebut sebagai mainstream dalam perencanaan pembangunan daerah. Kabupaten Berau menjadi isu gender sebagai mainstream dalam perencanaan pembangunan daerahnya. Sehingga pembangunan yang dilakukan oleh berbagai sektor harus memperhatikan faktor kesetaraan gender. Kemudian Kabupaten Sanggau jauh lebih luas, yaitu dengan dituangkannya enam prinsip pengarusutamaan sebagai landasan operasioanl pembangunan daerah, yaitu pengarusutamaan partisipasi masyarakat, pengarusutamaan pembangunan berkelanjutan, pengarusutamaan gender, pengarusutamaan tata kelola kepemerintahan yang baik (good governance), pengarusutamaan pengurangan kesenjangan antar wilayah dan percepatan pembangunan daerah tertinggal, dan pengarusutamaan desentralisasi dan otonomi daerah.

Beberapa kendala terkait proses penyusunan RKPD yang terjadi adalah:1. Minimnya sosialisasi rencana penyusunan RKPD kepada masyarakat2. Masyarakat menjadi apatis dan enggan terlibat aktif dalam perencanaan

pembangunan daerah karena usulan masyarakat seringkali tidak bisa direalisasikan akibat terjadinya pemotongan/pemangkasan berbagai usulan yang masuk.

3. Terjadi perubahan/tambahan kegiatan yang sebelumnya tidak masuk dalam usulan SKPD.

4. Tidak ada koordinasi dan sinkronisasi antara program yang dibiayai dana community development dari perusahaan dengan program yang dibiayai APBD (Kab. Kubar)

5. Pelaksanaan proses perencanaan membutuhkan proses yang cukup panjang karena adanya tupoksi yang saling bersinggungan antar SKPD (Kab. Berau, Bengkayang)

6. SKPD sering terlambat/tidak tepat waktu dalam menyampaikan Renja dan daftar prioritas kegiatan kepada Bappeda sebagai bahan Musrenbang Kabupaten

7. Pelaksanaan forum SKPD dan Musrenbang Kabupaten terlalu singkat sedangkan bahan yang harus dibahas cukup banyak

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

xi

8. Besarnya usulan yang masuk seringkali lebih merupakan keinginan, bukan kebutuhan daerah. Sehingga harus dilakukan pemilahan dan skala prioritas terhadap usulan-usulan yang masuk

9. RKPD yang telah ditetapkan, terkadang belum digunakan sebagai pedoman oleh SKPD dalam menyusun rencana kerjanya

10.Banyak instansi yang berdasarkan hasil pemeriksaan Inspektorat yang dilakukan belum memiliki Renstra (Kab. Bengkayang)

11.Belum disetujuinya RTRW Provinsi oleh Pemerintah Pusat sehingga penyusunan perencanaan pembangunan daerah menjadi terhambat (Kab. Kubar dan Berau)

Dari hasil penggalian data di lapangan dan analisis disimpulkan bahwa penyusunan RKPD di beberapa daerah secara umum masih kurang efektif karena beberapa alasan:1. Dari aspek proses. Alokasi waktu pelaksanaan Musrenbang sebagai bagian

penting penyusunan RKPD sangat singkat, sedangkan agenda yang dibahas banyak sehingga Musrenbang yang dilakukan untuk menyerap aspirasi masyarakat cenderung hanya bersifat formalitas untuk memenuhi persyaratan formal perencanaan pembangunan. Selain itu aktor yang terlibat dalam tahapan proses perencanaan pembangunan sering berganti-ganti mulai dari awal hingga akhir, sehingga sering kurang memahami pembahasan isu dan substansi pada tahapan sebelumnya.

2. Dari aspek partisipasi. Partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan melalui forum Musrenbang cukup tinggi tetapi usulan-usulan dari masyarakat sering tidak bisa diakomodir dan diimplementasikan dalam RKPD sehingga keterlibatan masyarakat hanya sebagai formalitas (benign neglect) bahwa proses perencanaan telah melibatkan masyarakat. Hal ini menyebabkan masyarakat enggan dan apatis terhadap proses penyusunan rencana pembangunan untuk masa berikutnya.

3. Dari aspek prioritas. Kegiatan-kegiatan yang diusulkan menjadi prioritas dalam rencana pembangunan mudah berubah dan bahkan bisa dipangkas pada tahapan/proses tingkat selanjutnya. Dan juga persepsi para aktor tentang prioritas usulan berbeda-beda sehingga prioritas menurut masyarakat bisa dianggap bukan prioritas oleh aktor yang lain.

4. Dari aspek normatif (aturan hukum). Masih banyak daerah yang belum memiliki Peraturan Daerah (Perda) tentang tata cara penyusunan perencanaan pembangunan daerah sesuai amanat UU No. 25 Tahun 2004 Pasal 27 Ayat (2). Dari beberapa daerah sampel kajian hanya Kabupaten Kotabaru dan Kabupaten Sanggau yang telah memiliki Perda tersebut. Selain itu masih banyak daerah belum menggunakan PP No. 8 Tahun 2008 sebagai konsiderans dalam dokumen

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

xii

RKPD, artinya belum menggunakan PP tersebut sebagai pedoman penyusunan RKPD, kecuali Kabupaten Kotabaru dan Kabupaten Sanggau. Padahal PP tersebut telah terbit sebelum dokumen RKPD di beberapa daerah disahkan. Fenomena ini menunjukkan masih minimnya sosialisasi peraturan perundangan mengenai perencanaan pembangunan daerah, serta kurang aktifnya para perencana pembangunan di daerah dalam mengupdate peraturan perundangan terkait.

Selanjutnya disarankan beberapa hal yang harus dilakukan daerah berkaitan dengan proses penyusunan RKPD, yaitu:1. Alokasi waktu pelaksanaan penyusunan RKPD perlu diperpanjang, berkaitan

dengan pelaksanaan Musrenbang perlu agenda yang jelas berisi a. Arahan Bupatib. Arahan DPRDc. Penyampaian aspirasi perwakilan masyarakatd. Pembahasan materi dengan melibatkan legislatif

2. Aktor yang mengikuti penyusunan RKPD haruslah continues (tidak berganti-ganti) dan mengikuti proses perencanaan dari awal hingga akhir urutan kegiatan

3. Dilakukan penyusunan Perda tentang tata cara penyusunan perencanaan pembangunan daerah bagi daerah yang belum memilikinya dan dilakukan sosialisasi PP No. 8 Tahun 2008

4. Perlunya sosialisasi rencana penyusunan RKPD melalui media disertai agenda kegiatan yang jelas agar masyarakat berpartisipasi dalam kegiatan tersebut;

5. Pemandu Musrenbang perlu lebih aktif dalam menstimulus peserta sehingga usulan yang masuk lebih luas dan komprehensif berdasar prioritas kebutuhan masyarakat, bukan hanya usulan proyek-proyek fisik yang berdasar keinginan semata;

6. Transparansi dalam alokasi dana pembangunan yang dianggarkan untuk masing-masing SKPD, sehingga setiap SKPD bisa menyusun usulan program yang sesuai dengan kuota anggaran yang ada;

7. Perlu adanya pelibatan Legislatif dalam proses penyusunan RKPD dari awal termasuk dalam Musrenbang untuk meningkatkan fungsi kontrol dan sekaligus mendapatkan dukungan penganggaran terhadap hasil perencanaan pembangunan daerah;

8. Meningkatkan koordinasi dan sinergi dengan forum-forum Rembug Warga serta program community development di luar forum resmi RKPD;

9. Perlunya penyempurnaan instrumen perencanaan pembangunan di daerah, khususnya untuk meminimalisir munculnya kemungkinan pengaruh dari kepentingan-kepentingan pragmatis dan politis dalam penyusunan program pembangunan daerah.

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

xiii

10.Kemudian saran bagi pemerintah pusat agar segera menyelesaikan pembahasan dan persetujuan RTRW Provinsi sehingga proses penyusunan perencanaan pembangunan daerah tidak terhambat.

Akhirnya diharapkan selalu ada perbaikan yang secara terus menerus dilakukan dalam penyusunan perencanaan pembangunan daerah dengan melakukan berbagai kombinasi pendekatan yang ada. Proses tersebut diharapkan bisa mengakomodasikan berbagai aspirasi masyarakat dan juga mewujudkan rencana pembangunan daerah (RKPD) yang relevan dengan kebutuhan dan kemampuan daerah dalam rangka mewujudkan visi daerah yang telah dirumuskan.

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

xiv

BAB I PENDAHULUAN

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

1

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

2

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

3

- Jadual- Instansi- Alat koordinasi- Tahapan

- Gender sensitive- Conflict sensitive- Pro-poor- Pro-lingkungan- Pro-investasi

Output, outcome, impact, benefit

- Dis-engagement- Benign neglect

Efektivitasperencanaan

pembangunan

Proses

Subtansi

Partisipasi

Dampak

Gambar 1.1.Aspek Efektivitas Perencanaan Pembangunan

Pada kajian ini akan dilihat aspek proses, substansi dan partisipasi publik dalam perencanaan pembangunan daerah. Sedangkan terhadap dampak implementasi perencanaan pembangunan akan dilakukan dalam kajian yang lain.

Menurut PP No. 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, perencanaan pembangunan daerah adalah suatu proses penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan di dalamnya, guna pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya yang ada dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial dalam suatu lingkungan wilayah/daerah dalam jangka waktu tertentu. Sedangkan pelaksanaan tugas dan fungsi perencanaan pembangunan berada di bawah tanggung jawab Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda). Maka Bappeda memilik peran yang strategis dalam penyusunan perencanaan pembangunan di daerah.

Efektivitas proses penyusunan perencanaan pembangunan bisa dilihat dari sejauh mana proses penyusunan perencanaan pembangunan tersebut memenuhi kaidah normatif yang ada. Serta sejauh mana pencapaian visi, misi, target dan sasaran pembangunan bisa tercapai.

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

4

D. TujuanKajian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana proses

penyusunan perencanaan pembangunan daerah, isu-isu yang dijadikan pertimbangan serta peran masyarakat dalam proses penyusunan perencanaan pembangunan daerah di wilayah Kalimantan. Selanjutnya bisa dihasilkan rekomendasi kebijakan dalam penyusunan perencanaan pembangunan di daerah.

E. Ruang LingkupKajian ini dilakukan dengan mengambil wilayah/lokus di daerah

Kalimantan yang mencakup empat propinsi, yaitu Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat. Pengambilan sampel dalam kajian/penelitian ini menggunakan metode random, dengan sampel untuk masing-masing propinsi adalah sebagai berikut:

Tabel 1.1.Lokus Kajian

No Wilayah Sampel1

Kalimantan Timur

1. Kabupaten Kutai Barat2. Kabupaten Berau

2

Kalimantan Selatan

3. Kabupaten Kota Baru3

Kalimantan Tengah

4.

Kabupaten Kota Waringin Timur5.

Kabupaten Barito Timur4 Kalimantan Barat 6. Kabupaten Sanggau

7. Kabupaten Bengkayang

Penelitian ini lebih difokuskan pada proses penyusunan perencanaan pembangunan tahunan yaitu Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) kabupaten di Kalimantan. Sedangkan dampak dari implementasi rencana pembangunan tahunan tersebut perlu dilakukan kajian tersendiri pada masa mendatang setelah implementasi perencanaan dilakukan.

F. Waktu dan Tahapan PenelitianPelaksanaan kajian ini dilakukan selama satu tahun pada tahun 2009

dikonsentrasikan pada proses pembuatan perencanaan pembangunan di daerah, dengan tahapan sebagai berikut :a. Tahapan I : Persiapan penelitian yang meliputi penyusunan proposal

penelitian yang meliputi penetapan lokus dan sampel penelitian, penyusunan instrumen penelitian (questionnaire),

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

5

penyempurnaan desain penelitian (research design), serta persiapan administratif lainnya seperti pembentukan dan konsolidasi tim, penyusunan rencana survei lapangan, dan sebagainya.

b. Tahapan II : Kegiatan pengumpulan dan penggalian data-data di lapangan melalui kuesioner, wawancara dan pengumpulan data-data sekunder dari responden maupun dari sumber lain.

c. Tahapan III : Kegiatan analisis dan interpretasi terhadap data-data yang diperoleh dari lapangan. Jika masih diperlukan dan memungkinkan, data aktual yang terolah perlu dilakukan klarifikasi ulang ke lokus penelitian untuk memperoleh akurasi informasi, sehingga analisis dapat dijamin lebih akurat.

d. Tahapan IV : Penyusunan laporan awal hasil penelitian yang disertai rekomendasi bagi para pengambil kebijakan berkaitan dengan permasalahan dalam perencanaan pembangunan di daerah.

e. Tahapan V : Presentasi publik terhadap hasil penelitian untuk mendapatkan input dari berbagai pihak baik aktor yang terlibat dalam perencanaan pembanguan daerah maupun ahli/pakar dibidang perencanaan pembangunan

f. Tahapan VI : Penyusunan laporan akhir hasil penelitian tahun pertama.

Tahapan-tahapan penelitian tersebut bisa digambarkan dalam diagram alir sebagai berikut :

Gambar 1.2.Tahapan Penelitian

PERSIAPANPENELITIAN

PENGUMPULANDATA

ANALISIS DANINTERPRETASI

DATA

PENYUSUNANLAPORAN

AKHIR

PRESENTASIPUBLIK

PENYUSUNANLAPORAN AWAL

Laporan akhir penelitian tersebut akan diberikan kepada pihak-pihak yang berkompeten dalam proses pengambilan keputusan dalam perencanaan pembangunan daerah, lembaga penelitian, serta daerah-daerah di Kalimantan terutama yang menjadi lokus dalam kajian ini. Selanjutnya laporan ini akan dijadikan bahan dalam melakukan penelitian pada tahun berikutnya.

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

6

Dari praktek proses perencanaan pembangunan daerah yang dijadikan daerah sampel dalam kajian ini secara umum menunjukkan kemiripan proses sejak dimulai dari Musrenbang di tingkat yang paling bawah, yaitu Musrenbang Desa/Kelurahan hingga Musrenbang Kabupaten. Namun di beberapa daerah terdapat kegiatan lain yang merupakan inisiatif dari daerah yang bersangkutan. Inisiatif tersebut antara lain seperti pertemuan pra Forum SKPD yang dilakukan oleh beberapa instansi yang serumpun. Pertemuan ini dalam rangka koordinasi dan sinkronisasi program kegiatan untuk mencegah terjadinya overlapping terhadap program kegiatan yang diusulkan oleh kecamatan maupun desa/kelurahan. Selengkapnya praktek proses perencanaan pembangunan di daerah akan diuraikan di bawah ini.

A. Kabupaten Kutai Barat

A.1. Gambaran Umum Kabupaten Kutai BaratKabupaten Kutai barat dengan ibukota Sendawar merupakan

pemekaran dari wilayah sebelumnya yaitu Kabupaten Kutai yang telah ditetapkan berdasarkan Undang-Undang nomor 47 Tahun 1999, dengan luas

2sekitar 31.628,70 km . Secara geografis Kabupaten Kutai Barat terletak o o oantara 113 48'49” sampai dengan 116 32'43” Bujur Timur serta diantara 1

o31'05” Lintang Utara dan 1 09'33” Lintang Selatan. Adapun wilayah yang menjadi batas Kabupaten Kutai Barat adalah sebagai berikut:· Sebelah utara : Kabupaten Malinau dan Serawak· Sebelah timur : Kutai Kartanegara· Sebelah Selatan : Kabupaten Penajam Paser Utara· Sebelah Barat : Propinsi Kalimantan Tengah dan Propinsi Kalimantan

BaratDengan luas wilayah kurang lebih 15% dari luas propinsi

Kalimantan Timur, Kabupaten Kutai Barat terbagi menjadi 21 Kecamatan dan 223 Kampung. Daerah kabupaten Kutai Barat didominasi topografi bergelombang, dari kemiringan landai sampai curam dengan ketinggian

BAB III PROSES PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DI DAERAH

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

33

berkisar antara 0-1.500 meter diatas permukaan laut dengan kemiringan antara 0-60 persen. Daerah dataran rendah pada umumnya dijumpai dikawasan danau dan kawasan sepanjang DAS (Daerah Aliran Sungai). Sedangkan daerah perbukitan dan pegunungan memiliki ketinggian rata-rata lebih dari 1.000 meter diatas permukaan laut dengan kemiringan 30% terdapat dibagian barat laut, yang berbatasan langsung dengan wilayah Malaysia.

Secara spesifik wilayah berbukit dan bergunung dijumpai di bagian hulu Sungai Mahakam, terutama di Kecamatan Long Bagun, Long Pahangai, dan Long Apari. Kondisi wilayah dengan topografi tersebut berpotensi menimbulkan bahaya alami berupa gerakan tanah baik dalam volume besar (longsor) ataupun volume kecil (tanah retak). Besar kecilnya volume gerakan tanah tersebut dipengaruhi oleh besarnya curah hujan, jenis tanah, serta besar kemiringan lereng. Berdasarkan peta bahaya lingkungan yang

No Kecamatan

Luas Wilayah

(Km2)

Jumlah Penduduk

Kepadatan Ruta/ Km2

Pddk/Km2

(1) (2) (3)

(4)

(5)

(6)

1 Bongan 2.274,40

8.429

0,96

3,71

2 Jempang 654,40

10.290

5,19

15,72

3 Penyinggahan 271,90

3.874

4,02

14,25

4 Muara Pahu 496,68

8.715

4,32

17,55

5 Muara Lawa 444,50

5.652

3,04

12,72

6 Damai 1.750,43

8.838

1,33

5,05

7 Barong Tongkok

492,21

19.357

10,32

39,33

8 Melak 287,87

10.201

8,69

35,44

9 Long Iram 1.462,01

7.705

1,48

5,27

10 Long Hubung 530,90

8.294

3,57

15,62

11 Long Bagun 4.175,25

8.812

0,48

2,11

12 Long Pahangai 3.420,40

4.772

0,38

1,40

13 Long Apari 5.490,70

4.405

0,22

0,80

14 Bentian Besar 886,60

3.247

0,90

3,66

15 Linggang Bigung

699,30

14.109

5,65

20,18

16 Siluq Ngurai 2.015,58 5.146 0,68 2,5517 Nyuatan 1.740,70 6.363 1,26 3,6618 Sekolaq Darat 165,46 5.996 10,99 36,2419 Manor Bulatn 867,70 8.432 2,75 9,7220 Tering 1.804,16 9.857 1,45 5,4621 Laham 1.697,75 2.420 0,33 1,43

Jumlah 31.628,70 164.914 1,40 5,21

Tabel 3.1.Letak Geografis dan Luas Wilayah Kabupaten Kutai Barat Menurut Kecamatan

Tahun 2007

Sumber: Kutai Barat Dalam Angka Tahun 2007

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

34

dikeluarkan oleh BAKOSURTANAL tahun 1999, sebagian besar Kabupaten Kutai Barat potensial terjadi bahaya longsor karena mempunyai jenis tanah dengan tekstur berlempung, curah hujan yang tinggi, dan kemiringan lereng yang besar.

Kondisi morfologi yang khas dari Kabupaten Kutai Barat secara tidak langsung akan menghambat perkembangan kegiatan perkotaan. Hal tersebut disebabkan karena adanya faktor penghambat alami berupa kemiringan lereng yang menyebabkan luasan lahan untuk menampung kegiatan perkotaan menjadi berkurang. Untuk memecahkan keterisolasian wilayah yang disebabkan arena kondisi morfologi wilayah maka pemerintah Kabupaten Kutai Barat membagi Kabupaten Kutai Barat menjadi 3 wilayah pembangunan yaitu Wilayah Pembangunan Hulu Riam, Wilayah Pembangunan Dataran Tinggi, dan Wilayah Pembangunan Dataran Rendah.

Selain menimbulkan masalah, kondisi yang dimiliki oleh Kutai Barat juga membawa manfaat, yaitu Kutai Barat memiliki banyak obyek wisata baik yang telah berkembang maupun yang berpotensi untuk dikembangkan. Adapun obyek yang sudah berkembang dan telah memiliki sarana prasarana antar lain adalah wisata danau jempang yang menawarkan keindahan alam serta wisata budaya adat Datah Bilang (Long Hubung), yang menawarkan berbagai upacara adat dan arsitektur rumah adat dayak.

Jumlah penduduk Kabupaten Kutai Barat pada tahun 2007 mencapai 167.706 jiwa. Di mana Kecamatan yang memiliki jumlah penduduk terbesar adalah Kecamatan Barong Tongkok yaitu sebesar19.960 jiwa atau sekitar 11,90 persen dari total populasi penduduk Kutai Barat. Sedangkan Kecamatan dengan jumlah penduduk paling sedikit adalah Kecamatan Laham yaitu sebesar 2.420 jiwa (1,44 %). Dibandingkan dengan data penduduk Kabupaten Kutai Barat pada tahun 2006 yang tercatat sebesar 164.914 jiwa, maka laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Kutai Barat per tahun adalah sebesar 1.69 persen.

Pembangunan Sumber Daya manusia Kutai Barat yang diukur dengan indikator Index Pembangunan Manusia (IPM) tahun 2002 menunjukkan angka 67.8 yang lebih rendah dari rata-rata IPM Propinsi Kalimantan Timur yang mencapai 69.9. Hal yang sama terjadi pada indeks melek huruf yang menunjukkan angka paling rendah dibanding Kutai Kartanegara, Kutai Barat maupun rata-rata Propinsi Kalimantan Timur. Hal ini menunjukkan bahwa upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia, masih merupakan masalah penting yang harus dihadapi oleh Kabupaten Kutai Barat.

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

35

Struktur ekonomi Kabupaten Kutai Barat dapat dilihat melalui kontribusi sektor-sektor produksi yang membentuk nilai PDRBnya. Sepanjang tahun 2007, Sektor Pertambangan dan Penggalian masih menjadi sektor unggulan di Kabupaten Kutai Barat dikarenakan kontribusinya yang cukup besar. Ditahun 2007 Sektor Pertambangan dan Penggalian menyumbang 47,52 persen bagi nilai PDRB Kabupaten Kutai Barat. Sektor kedua yang dapat diandalkan adalah sektor Bangunan/konstruksi dengan kontribusi sebesar 19,13 persen. Sektor yang dapat diandalkan berikutnya adalah Sektor Pertanian dengan andil sebesar 18,48 persen. Namun jika dilihat lagi, dua dari tiga sektor yang diandalkan di Kabupaten Kutai Barat adalah sektor primer yang masih sangat tergantung dengan sumber daya alam yang terdapat di Kabupaten Kutai Barat. Oleh karena itu Pemerintah Daerah Kabupaten Kutai Barat harus dapat mengembangkan sektor-sektor yang lain agar perekonomian di wilayahnya tidak bergantung pada kondisi alam yang ada.

Distribusi Persentase PDRB Atas Dasar Harga Berlaku

Menurut Lapangan Usaha Tahun 2007

47.52%

19.13%

18.48% 6.00%

3.27%

2.03%

1.85%

1.53%

0.18%

3.57%

Pertambangan dan Penggalian

Bangunan/Kost

Pertanian

Perdagangan, Hotel dan

RestoranJasa-Jasa

Persewaan dan Jasa

PerusahaanIndustri Pengolahan

Pengangkutan dan

TelekomunikasiListrik, Gas dan Air Minum

Other

Gambar 3.1.Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Kutai Barat Atas Dasar Harga Berlaku

Menurut Lapangan Usaha Tahun 2007

Nilai Pendapatan Domestik Regional Bruto per kapita merupakan ukuran rata-rata nilai tambah bruto yang diciptakan oleh masing-masing penduduk akibat adanya aktifitas ekonomi sedangkan Pendapatan per kapita merupakan gambaran rata-rata pendapatan yang diterima oleh masing-masing penduduk sebagai keikutsertaannya dalam proses produksi. Pada tahun 2007 PDRB per kapita Kabupaten Kutai Barat mencapai 23,42 juta rupiah dan besarnya pendapatan regional per kapita Kabupaten Kutai Barat adalah 8,10 juta.

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

36

A.2. Proses Penyusunan RKPD di Kabupaten Kutai BaratPada dasarnya penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah

(RKPD) Kabupaten Kutai Barat sama dengan daerah lainnya, dimana perencanaan diawali dengan penyerapan aspirasi kebutuhan masyarakat melalui Musrenbang Desa. Di Kabupaten Kutai Barat, desa lebih dikenal dengan istilah kampung, yang terbagi ke dalam 21 kecamatan dengan jumlah 223 kampung. Pelaksanaan Musrenbang Kampung mundur dari jadwal kegiatan pokok perencanaan program dan penganggaran daerah Kabupaten Kutai Barat tahun 2010 yang sudah dibuat. Jika di jadwal Musrenbang Kampung seharusnya dilaksanakan pada bulan Januari 2009, namun pada pelaksanaannya bergeser menjadi Minggu I dan II Maret 2009.

Adapun pihak-pihak yang terlibat dalam penyusunan perencanaan masing-masing kampung adalah Ketua RT, tokoh masyarakat, kepala adat, BPK serta aparat kampung. Pelaksanaan Musrenbang Kampung ini dimoderasi oleh pihak kecamatan, dimana sebelumnya pihak kecamatan sudah mendapat pelatihan dari Bappeda Kutai Barat mengenai perencanaan partisipatif. Contoh daftar usulan perencanaan yang diajukan oleh salah satu kampung yang akan dibahas dalam Musrenbang Kecamatan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 3.2.Daftar Usulan Pembangunan Sarana/Prasarana Fisik dan Non Fisik

Hasil Musrenbang Kampung Barong Tongkok Tahun 2009 No Usulan Proyek Fisik

Skala Prioritas

Lokasi

Keterangan

(1) (2) (3)

(4)

(5)

1. Pembuatan Parit Sepanjang Jalan Gajah Mada Sampai Jalan Ahmad Yani

Sangat Mendesak

Jln Umum RT IV

Dibangun Baru

2. Kantor Kepala Kampung Yang Baru

Jangka Menengah

-

Dibangun Baru

3. Pengusulan Mobil Pemadam Kebakaran

Sangat Mendesak

Wilayah RT V

Baru

4. a. Parit sepanjang 1 Km

b. Koperasi Simpan Pinjam

c. Pendidikan

Sangat Mendesak

Sangat Mendesak

Sangat Mendesak

RT III

RT III

RT III

Dibangun Baru

Dibangun Baru

Dibangun Baru

5. a. Pengadaan bak sampah

b. Tiga ruas jalan parit

c. Semenisasi tiga (3) ruas jalan

Sangat Mendesak

Sangat Mendesak

Sangat Mendesak

RT XV

RT XV

RT XV

Dibangun Baru

Dibangun Baru

Dibangun Baru

6. a. Proyek air bersihb. Parit jalan porosc. Gorong/Jembatand. Pengaspalan jalan

Barong Tongkok-Asae. Pembangunan jalan Lay-

Busur

Sangat MendesakSangat MendesakSangat MendesakSangat Mendesak

Sangat Mendesak

RT VIRT VIRT VIRT VI

RT VI

Dibangun BaruDibangun BaruDibangun BaruDibangun Baru

Dibangun Baru

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

37

Daftar usulan yang sudah dibuat dan telah disepakati dalam Musrenbang Kampung, kemudian dibawa ke Musrenbang Kecamatan untuk dibahas kembali. Musrenbang Kecamatan ini sendiri dilaksanakan pada Minggu ke III bulan Maret 2009, dimana Musrenbang Kecamatan ini difasilitasi oleh Bappeda Kabupaten Kutai Barat dengan mengerahkan 60 stafnya yang disebar pada 21 kecamatan. Karena besarnya rata-rata anggaran perencanaan yang diajukan oleh kampung, maka melalui Musrenbang Kecamatan ini dilakukan pemilihan program berdasarkan skala prioritas. Adapun hasil dari Musrenbang baik kampung maupun tingkat kecamatan sudah terdokumentasi dengan baik, seperti sudah adanya berita acara disetiap Musrenbang.

Sesuai dengan visi yang dimiliki Kabupaten Kutai Barat, yaitu tercapainya Masyarakat Kutai Barat yang sejahtera, cerdas, sehat dan produktif berbasiskan ekonomi kerakyatan. Maka visi pembangunan jangka menengah ini lebih ditekankan pada upaya meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat Kutai Barat ke tingkat kehidupan yang lebih sejahtera dan lebih maju dibandingkan kondisi saat ini. Dalam rangka mencapai tingkat kesejahteraan itu, Pemerintah Kutai Barat menegakkan tiga pilar pembangunan yaitu: pendidikan, kesehatan dan ekonomi kerakyatan yang berbasis kampung, dimana pengembangan ekonomi kerakyatan disini berfungsi sebagai “motor penggerak” atau sebagai Leading Sector. Kandungan makna dari visi tersebut merupakan aktualisasi dan implementasi dari kondisi psikologis dan karakter masyarakat yang religius, mempunyai nilai tradisional dan kearifan lokal yang peduli terhadap kelestarian lingkungan dengan semangat kegotongroyongan yang tinggi untuk dapat mencapai tujuan bersama.

Untuk mencapai visi diatas, maka Kabupaten Kutai Barat melakukan tujuh misi sebagai berikut:

f. Peningkatan badan jalan Yos Sudarso

Sangat Mendesak

RT VI

Dibangun Baru

7. Pendirian gedung posyandu Sangat Mendesak RT X Dibangun Baru

8. a. Semenisasi gang Melati/Kodim

b. Semenisasi gang Kapolres

c. Rehab parit simpang tiga belintut

Sangat Mendesak

Sangat MendesakSangat Mendesak

RT IV

RT IVRT IV

Dibangun Baru

Dibangun BaruDibangun Baru

9. Mengususlkan pembukaan badan jalan lingkungan

Sangat Mendesak RT IX Dibangun Baru

Sumber: Hasil Musrenbang Kampung Barong Tongkok Tahun 2009

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

38

1. Meningkatkan mutu SDM: pendidikan, kesehatan, agama, kepastian hukum, pemuda, olah raga dan pemberdayaan peran perempuan;

2. Mewujudkan sistem pemerintahan yang efektif, efisien, responsif dan bertanggung jawab;

3. Memfasilitasi terciptanya pertumbuhan ekonomi dan lapangan kerja bagi masyarakat lokal dengan cara menciptakan iklim ekonomi yang kondusif dan pola kemitraan dalam mendukung pengembangan ekonomi kerakyatan yang berbasiskan kampung;

4. Mewujudkan infrastruktur untuk mengatasi keterisolasian wilayah fisik dan komunikasi;

5. Memfasilitasi pendirian dan operasional lembaga penelitian yang hasilnya digunakan untuk kepentingan pemerintah, pendidikan, ekonomi dan masyarakat;

6. Mengembangkan hubungan antar-etnik yang harmonis dan kehidupan masyarakat yang damai dan kondusif;

7. Pengelolaan sumber daya alam (SDA) yang berbasiskan kelestarian lingkungan untuk kepentingan ekonomi, pendidikan dan pariwisata.

Visi dan misi diatas menjadi dasar dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten (RPJMD) Kutai Barat, yang menjadi dasar bagi daerah untuk membuat Rencana Kerja Pemerintah Daerah yang berisi tentang kondisi umum dan permasalahan daerah, visi, misi dan prioritas pembangunan daerah; kerangka ekonomi makro dasar serta arah kebijakan dan program pembangunan daerah yang akan dilaksanakan selama setahun ke depan.

Dalam PP Nomor 8 Tahun 2008 pada pasal 18 disebutkan bahwa Musrenbang RKPD dilaksanakan oleh Bappeda setiap tahun dalam rangka membahas Rancangan RKPD tahun berikutnya. Sebagaimana yang dilakukan oleh daerah lainnya, rancangan RKPD ini biasanya dibahas dalam suatu forum yang bernama forum SKPD, di Kabupaten Kutai Barat sendiri forum ini baru berjalan di tahun 2009. Sebelum tahun 2009, masing-masing SKPD membuat rencana kerja berdasarkan Restra SKPD, kemudian masing-masing rencana kerja SKPD tersebut diserahkan kepada Bapeda untuk kemudian dipilah berdasarkan skala prioritas, sehingga sering terjadi ketidakterpaduan rencana kerja antar SKPD. Belum terlaksanannya forum SKPD ini salah satunya dikarenakan belum adanya Peraturan Bupati Kutai Barat yang mengatur tentang Tata Cara Perencanaan Pembangunan Daerah. Melihat hal tersebut, maka pada tahun 2009 Bappeda mencoba untuk mengadakan forum SKPD yang bertujuan untuk memadukan rancangan

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

39

kerja antar SKPD dan rancangan pembangunan kecamatan. Namun upaya ini belum berjalan maksimal. Saat dilakukan wawancara kebeberapa SKPD, mereka menilai bahwa pelaksanaan forum SKPD ini belum efektif, karena SKPD belum terlalu dilibatkan dalam penentuan program/kegiatan atau dengan kata lain peran Bappeda masih dominan dalam menentukan program/kegiatan yang masuk dalam skala prioritas. Ironisnya lagi masih ada salah satu SKPD yang belum tahu bahwa forum tersebut pada tahun ini (2009) sudah berjalan. Mungkin karena baru sekali melaksanakan, maka koordinasi yang dilakukan oleh Bappeda Kutai Barat belum maksimal.

No Kegiatan Dokumen yang Dihasilkan Waktu PelaksanaanPenanggung

Jawab Pelaksana

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

I PENYELENGGARAAN MUSRENBANG TAHUN 2009 UNTUK PENYUSUNAN RKPD TAHUN 2010

1

Musrenbang Kampung Tahun 2009

Dokumen Rencana Kerja Kampung yang terdiri dari prioritas kegiatan pembangunan skala kampung

Januari Minggu I dan II Maret

Aparat Kampung

Perangkat Kampung dan Kecamatan

2

Musrenbang Kecamatan Tahun 2009

Daftar prioritas kegiatan pembangunan di wilayah kecamatan yang akan dibahas pada forum SKPD

Februari Minggu III Maret

Camat Kecamatan difasilitasi oleh Bappeda

3

Forum Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja-SKPD) Tahun 2009

1.

Rancangan Renja SKPD

2.

Prioritas kegiatan yang sudah dipilah menurut sumber pendanaan

Februari Minggu IV Maret

Kepala Bappeda

Kepala-Kepala Bidang, Sekretaris,Kepala Sub Bidang dan Kepala Sub Bagian Bappeda

4

Penyusunan Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja-SKPD) Tahun 2009

Renja SKPD Tahun 2009

Maret Minggu IV Kepala Bappeda

5

Musrenbang Kabupaten/Penjaringan aspirasi masyarakat Tahun 2009

1.

Penetapan arah kebijakan, prioritas pembangunan dan plafon/pagu dana, baik berdasarkan fungsi/SKPD

2.

Daftar prioritas kegiatan yang sudah dipilah berdasarkan sumber pembiayaan dari APBD Kabupaten; APBD Pripinsi; APBN dan sumber pendanaan lainnya

3. Daftar usulan kebijakan/regulasi pada tingkat pemerintah Kabupaten, Propinsi dan/atau Pusat

Maret Minggu IV Kepala Bappeda

II PASCAMUSRENBANG TAHUN 2009

Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Tahun 2010- Penyusunan Rancangan

Awal RKPD Tahun 2010- Pemaduserasian

Rancangan RKPD Tahun 2010

- Penyusunan Draft Final RKPD Tahun 2010

RKPD Tahun 2010 Mei Minggu I-IV

Kepala Bappeda

Kepala-Kepala Bidang, Sekretaris, Kepala Sub Bidang dan Kepala Sub Bagian Bappeda

Tabel 3.3.Jadwal Kegiatan Pokok Perencanaan Program dan Penganggaran

Daerah Kab. Kutai Barat, Tahun Anggaran 2010

Sumber: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Kutai Barat

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

40

Berdasarkan jadwal kegiatan perencanaan program dan penganggaran daerah Kabupaten Kutai Barat diatas maka dapat dilihat bahwa setelah dilakukan forum SKPD, proses perencanaan dilanjutkan dengan Musrenbang Kabupaten, dimana dalam Musrenbang ini Bappeda sebagai tim pelaksana mencoba kembali untuk menyatukan antara usulan SKPD dan usulan kecamatan. Hasil dari Musrenbang Kabupaten adalah (1) Penetapan arah kebijakan, prioritas pembangunan dan plafon/pagu dana, baik berdasarkan fungsi/SKPD, (2) Daftar prioritas kegiatan yang sudah dipilah berdasarkan sumber pembiayaan dari APBD Kabupaten; APBD Pripinsi; APBN dan sumber pendanaan lainnya dan, (3) Daftar usulan kebijakan/regulasi pada tingkat pemerintah Kabupaten, Propinsi dan/atau Pusat Dalam Musrenbang Kabupaten, keikutsertaan Dewan mulai terlibat, dimana biasanya dewan mengajukan usulan-usulan tambahan walaupun tidak begitu banyak.

Sedangkan penyusunan draft final RKPD sendiri dilakukan pasca Musrenbang Kabupaten, tepatnya di minggu keempat bulan mei. Hal ini agak berbeda dengan daerah lainnya, dimana draft final RKPD sudah bisa dihasilkan pada saat Musrenbang Kabupaten. Adapun yang melaksanakan finalisasi draft RKPD Kabupaten Kutai Barat adalah Kepala-Kepala Bidang, Sekretaris, Kepala Sub Bidang dan Kepala Sub Bagian Bappeda

Mengenai pos anggaran, Bapeda membuat prediksi anggaran dengan melihat trend APBD yang didapat Kabupaten Kutai Barat pada tahun-tahun sebelumnya. Estimasi anggaran tersebut didasarkan pada perkembangan pendanaan APBD selama tiga tahun terakhir yaitu tahun 2005 – 2007 yang bersumber dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan dan Sisa Perhitungan Anggaran. Perkembangan anggaran dari tahun 2005 – 2007 menunjukan peningkatan rata-rata 12,92 %. Peningkatan terjadi pada Pos Pendapatan Asli Daerah (PAD) yaitu meningkat rata-rata 35,34 % meliputi pajak daerah dan bagian laba BUMD pendapatan lain-lain dan peningkatan juga terjadi pada Pos Dana Perimbangan selama periode tahun 2005 – 2007 sebesar 10,21 %.

Proses penyusunan dokumen RKPD Tahun 2009 mengacu pada RKP dan alokasi pagu indikatif sesuai Surat Edaran Bersama Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas dan Menteri Dalam Negeri Nomor : 0259/M.PPN/I/2005 dan 050/166/SJ tanggal 20 Januari 2005 perihal Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Musrenbang Tahun 2005. Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Kutai Barat Tahun 2009 disusun dengan sistematika sebagai berikut :

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

41

Bab I. PendahuluanBab ini menguraikan tentang Latar Belakang Dasar Hukum, Maksud dan Tujuan serta Proses dan Sistematika dari Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2009.

Bab II. Rancangan Kerangka Ekonomi DaerahBab ini menguraikan tentang Kondisi Ekonomi, Perkembangan PDRB Sektoral, Pertumbuhan Ekonomi, Struktur Ekonomi, PDRB Per Kapita dan Pendapatan Per Kapita serta Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi.

Bab III. Prioritas PembangunanBab ini memuat Prioritas Program berdasarkan Isu-Isu Strategis.

Bab IV. Rencana Kerja dan PendanaanBab ini menguraikan rencana kerja dan prioritas pembangunan yang dijabarkan pada masing-masing bidang pembangunan yang selanjutnya dijabarkan lagi dalam bentuk program, kegiatan, pagu indikatif serta instansi penanggung jawab (Matrik RKPD) dan estimasi pendanaan pembangunan APBD tahun 2009.

Bab V. Kondisi Umum, Sasaran, Arah Kebijakan, Program PembangunanBab ini menguraikan Kondisi Umum, Sasaran, Arah Kebijakan, Program Pembangunan yang meliputi Bidang Sumberdaya Manusia, Bidang Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah, Bidang Ekonomi Kerakyatan dan Pertanian dalam arti luas, Bidang Umum Pemerintahan dan Bidang Penunjang lainnya yang menitik beratkan pada peran APBD Kabupaten Kutai Barat Tahun Anggaran 2009.

Bab VI. PenutupBab ini mengemukakan harapan-harapan atas keberadaan Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2009. Agar dapat dijadikan acuan oleh Dinas/Badan/Lembaga/kantor/ Satuan Kerja Perangkat Daerah dalam pelaksanaan berbagai rencana kegiatan pada tahun tersebut.

Dalam penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah, Kabupaten Kutai Barat melakukan penentuan prioritas yang merupakan suatu upaya untuk mendahulukan dan atau mengutamakan sesuatu yang dianggap lebih penting untuk dilakukan dibanding yang lain. Hal-hal yang

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

42

perlu dipahami dan diperhatikan dalam menentukan kriteria prioritas, yaitu:· Adanya pemahaman terhadap situasi dan kondisi yang melandasi

perlunya ditetapkan prioritas tersebut;· Kemampuan dalam merancang berbagai alternatif yang dapat dilakukan

pada tahun anggaran yang bersangkutan;· Pengidentifikasian berbagai konsekuensi dari implikasi dari setiap

alternatif yang akan dipilih;· Pembuatan keputusan tindakan terbaik untuk dilaksanakan pada tahun

anggaran yang bersangkutan;

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Kutai Barat tahun 2009 sebagai dokumen perencanaan pembangunan Kabupaten untuk jangka waktu 1 tahun kedepan disusun dengan maksud untuk memperhatikan dan menyelaraskan berbagai aspirasi dari seluruh potensi pembangunan di Kabupaten Kutai Barat agar terjadi kesinambungan dalam perencanaan program, kegiatan dan anggaran serta pelaksanaannya menjadi sinergis, koordinatif dan melengkapi satu dengan lainnya di dalam satu pola sikap dan pola tindak.

A.3. Prioritas Perencanaan Pembangunan di Kabupaten Kutai BaratBerbagai permasalahan yang bersifat struktural sudah berlangsung

dalam jangka lama, jauh sebelum terbentuknya Kabupaten Kutai Barat. Dengan demikian maka permasalahan tersebut memerlukan perhatian dan penanganan yang serius serta senantiasa mengupayakan perbaikan ke arah yang lebih baik secara bertahap, terencana, konsisten dan berkelanjutan, yang berorientasi ke pada terwujudnya kesejahteraan masyarakat Kutai Barat. Isu-isu strategis dan permasalahan mendasar yang masih dihadapi oleh Kabupaten Kutai Barat yang selanjutnya merupakan perhatian utama dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Tahun 2009 adalah:· Kualitas SDM yang relatif masih rendah sebagai dampak dari rendahnya

derajat kesehatan dan pendidikan di Kutai Barat.· Terbatasnya pelayanan infrastruktur dan telekomunikasi seiring dengan

terbatasnya infrastruktur jalan, jembatan, sarana dan prasarana perhubungan darat, sungai dan udara.

· Terbatasnya Sarana dan Prasarana Dasar Sosial lainnya.· Terbatasnya Produk Unggulan Daerah yang Kompetitif.· Pembangunan Daerah Perbatasan dan Terpencil.· Pertumbuhan Penduduk dan Tenaga Kerja.

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

43

· Masalah Kemiskinan.· Penurunan Kualitas Lingkungan.

Penetapan Prioritas Pembangunan Tahun Anggaran 2009, harus berdasarkan pada kondisi riil dan kebutuhannya yang nyata, isu-isu strategis yang berkembang di masyarakat, dan kecenderungan ke depan dengan mempertimbangkan kekuatan (strenght), kelemahan (weakness), peluang (opportunity) dan tantangan (Threats) untuk mencapai target kinerja atau tingkat pelayanan yang akan dicapai pada tahun 2009. Prioritas utama pembangunan jangka menengah Kabupaten Kutai Barat adalah:1. Pembangunan Sumber Daya Manusia dan Kelembagaan.2. Pembangunan Ekonomi Kerakyatan.3. Pembangunan Infrastruktur.4. Pembangunan Adat Budaya Lokal.5. Pembangunan Pelestarian Lingkungan Hidup.

Mengacu dan memperhatikan prioritas utama pembangunan jangka menengah, serta mengingat ketersediaan sumber daya yang terbatas, dan mempertimbangkan keberhasilan pelaksanaan pembangunan yang telah dicapai pada tahun-tahun sebelumnya, juga dengan memperhatikan berbagai masalah dan tantangan yang ada dan masih akan dihadapi pada pelaksanaan pembangunan mendatang, maka prioritas pembangunan tahun anggaran 2009 sebagai berikut:1. Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia dengan titik berat pada

peningkatan kualitas lembaga pendidikan, kesehatan dan pelayanan keagamaan.

2. Pengembangan dan Pemberdayaan Kelembagaan Pengelolaan SDM, Ekonomi Kerakyatan dan Infrastruktur.

3. Pembangunan Prasarana dan Sarana Dasar Sosial Ekonomi Masyarakat Kampung.

4. Pembangunan dan pengembangan infrastruktur dalam rangka membuka dan meningkatkan akses daerah dari keterisolasian wilayah, pada kecamatan dan kampung, daerah perbatasan/pedalaman dan daerah terpencil serta daerah yang memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi pusat pertumbuhan ekonomi.

5. Penanganan dan upaya-upaya lanjutan terhadap penanggulangan kemiskinan.

6. Pengembangan ekonomi kerakyatan yang berbasis pembangunan pertanian dan usaha bersama kampung (UBK).

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

44

7. Usaha-Usaha Produktif dan UKM (kerajinan, industri rumah tangga) sehingga mampu menghasilkan produk unggulan daerah yang kompetitif.

8. Perwujudan penyelenggaraan kepemerintahan daerah yang baik (Good Governance).

9. Peningkatan dan perbaikan kualitas lingkungan hidup terutama Sumber Daya Alam Tanah, Air (sungai, danau, dan mata air) cagar alam hutan dan lingkungan tambang.

10. Pengembangan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha.11. Pengembangan Seni Budaya dan Pariwisata.12. Pengembangan hubungan antar etnik dan pemberdayaan adat budaya

lokal.

A.4. Partisipasi Masyarakat dalam Penyusunan RKPD di Kabupaten Kutai Barat

Keberhasilan perencanaan pembangunan sangat bergantung kepada peranan pemerintah dan masyarakat dimana keduanya harus mampu menciptakan sinergi. Tanpa melibatkan masyarakat, pemerintah tidak akan dapat mencapai perencanaan secara optimal Perencanaan pembangunan hanya akan menciptakan produk-produk baru yang kurang berarti bagi masyarakat karena tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Keterlibatan masyarakat dalam penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Kutai Barat secara proporsional cukup baik, hal ini terlihat dari partipasi masyarakat dalam Musrenbang kampung, masyarakat antusias dalam menyampaikan kebutuhan yang akan dimasukkan dalam perencanaan kampung. Selain itu partisipasi masyarakat ini juga terlihat dari daftar hadir Musrenbang Kecamatan tahun 2009, salah satunya yaitu Kecamatan Barong Tongkok. Dari 21 kampung yang ada hanya 2 kampung yang tidak hadir. Dari masing-masing kampung ini diwakili oleh petinggi kampung, BPK serta kepala adat.

Walaupun partisipasi masyarakat Kabupaten Kutai Barat dinilai sudah cukup baik, namun pemerintah tetap harus memberi perhatian terhadap keterlibatan masyarakat dengan cara memberikan informasi maupun data yang akurat kepada masyarakat, mengenai arah kebijakan dan prioritas pembangunan Kabupaten Kutai Barat. Selain itu masyarakat juga perlu dibina dan dipersiapkan untuk dapat merumuskan sendiri permasalahan yang dihadapi serta merencanakan langkah-langkah yang diperlukan, sehingga dalam proses Musrenbang kampung masyarakat dapat secara konseptual menyusun usulan program dan kegiatan.

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

45

A.5. Kendala-Kendala dalam Penyusunan RKPD di Kabupaten Kutai BaratJika dilihat dari pelaksanaannya maka proses penyusunan

perencanaan pembangunan daerah Kutai Barat dirasakan masih belum efektif. Hal ini dikarenakan beberapa hal, antara lain belum adanya Peraturan Daerah yang mengatur tentang tata cara perencanaan pembangunan tahunan daerah. Padahal dalam UU Nomor 25 Tahun 2004, pada pasal 27 ayat (2) sangat jelas disebutkan bahwa ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyusunan RPJP Daerah, RPJM Daerah, Renstra-SKPD, RKPD, Renja-SKPD dan pelaksanaan Musrenbang Daerah diatur dengan Peraturan Daerah.

Peraturan Daerah ini harusnya dimiliki oleh Kabupaten Kutai Barat agar daerah memiki perencanaan yang terpadu, dimana mekanisme, prosedur dan tahapan perencanaan serta pelaksanaannya dapat berjalan dengan baik. Tidak adanya payung hukum di Kutai Barat juga menyebabkan belum maksimalnya pelaksanaan Forum SKPD, padahal forum ini sudah ditetapkan dalam PP nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, namun baru dilaksanakan pemerintah daerah Kabupaten Kutai Barat di tahun 2009, itu pun belum semua SKPD yang terlibat dalam forum tersebut.

Selain itu, beberapa SKPD merasa masih adanya pengaruh politik dalam proses perencanaan daerah, dimana perencanaan yang sudah dibuat oleh masing-masing SKPD dan diserahkan kepada Bapeda, ada beberapa yang mengalami distorsi, padahal kegiatan tersebut tidak masuk dalam usulan SKPD. Akibatnya banyak program dan kegiatan pembangunan yang diusulkan oleh SKPD yang dibuat berdasarkan tinjauan akademik serta kebutuhan dimasyarakat pada akhirnya tidak dimasukkan kedalam perencanaan daerah. Hal ini mengindikasikan bahwa ada pesan sponsor terhadap perencanaan yang telah dibuat.

Kabupaten Kutai Barat merupakan daerah yang kaya akan sumber daya alam, ini berimplikasi terhadap banyaknya pihak swasta yang berinvestasi di daerah, misalnya seperti perusahaan batu bara dan kayu. Perusahaan ini biasanya memiliki dana community development, yang peruntukkannya adalah bagi pengembangan daerah sekitarnya. Keberadaan dana community development ini sedianya sangat diharapkan oleh Pemerintah Kabupaten Kutai Barat sebagai penunjang tambahan bagi pembangunan di daerah, baik fisik maupun non fisik. Namun pada pelaksanaannya banyak perusahaan yang tidak mau menyampaikan peruntukan dana community development yang mereka miliki, bahkan setiap

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

46

dilakukan perencanaan pembangunan, banyak dari mereka yang tidak hadir walaupun sudah berkali-kali diundang. Pengikut sertaan swasta dalam proses perencanaan ini sangat diharapkan untuk menghindari terjadinya tumpang tindih pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah daerah dan pihak swasta. Selain itu jika pihak swasta mau duduk bersama pemerintah daerah dalam proses perencanaan, maka pemerintah dapat menginformasikan kepada pihak swasta apa saja yang dapat mereka sumbang dalam rangka pelaksanaan pembangunan daerah sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

B. Kabupaten BerauB.1. Gambaran Umum Kabupaten Berau

Kabupaten Berau berada di bagian utara Propinsi Kalimantan Timur dengan luas wilayah 34.127 Km2 yang meliputi luas daratan dan lautan . Letak daerah ini berada tidak jauh dari Garis Khatulistiwa dengan posisi berada antara 116° sampai dengan 119° Bujur Timur dan 1° sampai dengan 2°33' Lintang Utara. Keadaan topografi Kabupaten Berau bervariasi berdasarkan bentuk relief, kemiringan lereng dan ketinggian dari permukaan laut. Wilayah daratan tidak terlepas dari gugusan bukit dan perbukitan yang terhampar di seluruh wilayah kecamatan. Berbagai tipe hutan utama yang biasanya terdapat di Pulau Kalimantan, terdapat di Kabupaten Berau. Hutan bakau, hutan rawa dan rawa gambut dijumpai di sepanjang pesisir dan muara sungai Berau. Hutan dipterokarpa dataran rendah tersebar dan bercampur dengan hutan kerangas dan hutan kapur dataran rendah. Di atas ketinggian 1000 m dpl (diatas permukaan laut) hutan dipterokarpa digantikan oleh hutan pegunungan rendah dan pada puncak tertinggi gunung Mantan (2457 m dpl) terdapat hutan yang selalu diliputi awan.

Pada tahun 2002 Kabupaten Berau terdiri atas 9 kecamatan dengan jumlah Desa sebanyak 91 Desa dan 7 kelurahan. Sedangkan pada tahun 2004 terjadi penambahan 2 kecamatan baru yang merupakan pemekaran dari kecamatan lama, yaitu Kecamatan Maratua dan Kecamatan Tubaan. Pada tahun 2005 terjadi lagi pemekaran 2 kecamatan yaitu Kecamatan Biatan dan Kecamatan Batu Putih. Sampai dengan tahun 2007 jumlah kecamatan di Kabupaten Berau sebanyak 13 kecamatan.

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

47

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa proporsi luas wilayah kecamatan relatif tidak merata. Kecamatan dengan luas wilayah terkecil adalah Kecamatan Tanjung Redeb sebesar ,07 % dari total luas kabupaten. Sedangkan kecamatan dengan persentase luas terbesar adalah Kecamatan Kelay sebesar 17,98 %. Hampir semua kecamatan tersebut dapat ditempuh dengan menggunakan transportasi darat, sedangkan satu kecamatan yaitu Kecamatan Maratua hanya bisa ditempuh dengan menggunakan transportasi air karena letaknya terpisah dengan pulau utama. Kecamatan dengan jarak terjauh dari ibu kota kabupaten adalah Kecamatan Biduk-Biduk. Sedangkan kecamatan dengan jarak terdekat dengan ibu kota kabupaten adalah Kecamatan Tanjung Redeb yang sekaligus sebagai ibu kota kabupaten.

Penduduk Kabupaten Berau dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan yang cukup berarti. Jumlah penduduk pada tahun 2005 sebanyak 157.453 jiwa dan pada tahun 2006 meningkat menjadi 160.399 jiwa. Pada Tahun 2007 jumlahnya menjadi 164.501 jiwa. Dilihat dari jumlah penduduk Kabupaten Berau maka dapat diketahui bahwa laju pertumbuhan penduduk pada tahun 2007 adalah sebesar 2,56 % dimana mengalami peningkatan dari 1,87 % pada tahun 2006. Pertumbuhan ini merupakan pertumbuhan total yang meliputi pertumbuhan alami karena kelahiran dan kematian serta migrasi netto yang diperoleh dari pengurangan migrasi keluar dengan migrasi masuk ke Kabupaten Berau selama kurun waktu satu tahun.

No Nama Kecamatan Luas Wilayah (km2)

(1)

(2)

(3)

1.

Kelay

6.134,60

2.

Talisayan

1.798,00

3.

Tabalar

2.373,45

4.

Biduk-Biduk

3.002,99

5.

Pulau Derawan

3.858,96

6.

Maratua

4.118,80

7. Sambaliung 2.403,86

8. Tanjung Redeb 23,76

9. Gunung Tabur 1.987,02

10. Segah 5.166,40

11. Teluk Bayur 175,70

12. Batu Putih 1.651,42

13. Biatan 1.432,04

Tabel 3.4.Luas Wilayah Kecamatan di Kabupaten Berau

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Berau

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

48

Berdasarkan hasil penghitungan PDRB atas dasar nilai konstan perekonomian Kabupaten Berau sangat didominasi oleh sektor-sekor ekonomi yang berbasis pada sumber daya alam (SDA), terutama dari sector pertambangan dan penggalian. Dari total PDRB Kabupaten Berau, sekitar 40 persennya berasal dari sector pertambangan dan penggalian. Diikuti oleh sector pertanian sebesar 21,95 persen, industri pengolahan 13,73 persen; perdagangan, hotel dan restoran 12,59 persen; angkutan dan komunikasi 6,93 persen; jasa-jasa 3,08 persen; bangunan 1,03 persen; keuangan, persewaan dan jasa 0,58 persen; serta sector listrik, gas dan air minum dengan kontribusi terkecil yaitu 0,12 persen. PDRB Kabupaten Berau dihitung atas dasar harga berlaku adalah sebagaimana table berikut ini:

Tahun Jumlah Penduduk Laju Pertumbuhan

(1)

(2)

(3)

1997

104.607

4,88

1998

107.188

2,47

1999

109.366

2,03

2000

118.096

7,98

2001

125.571

6,33

2002

131.059

4,37

2003

136.628

4,66

2004 146.451 6,85

2005 157.453 7,51

2006 160.399 1,87

2007 164.501 2,56

Tabel 3.5.Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk

Kabupaten Berau Tahun 1997-2007

Sumber: Berau Dalam Angka Tahun 2008

Tabel 3.6.Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Berau

Atas Dasar Harga Berlaku (PDRB-ADHB)Tahun 2004-2007

No Lapangan

Usaha

Tahun

2004

2005 2006 2007

(1)

(2)

(3)

(4) (5) (6)

1

Pertanian

705.730,77

755.099,63 792.838,06 831.888,03

2

Pertambangan dan Penggalian

755.153,75

1.369.120,17 1.496.464,26 1.638.768,92

3

Industri Pengolahan

481.179,42

517.567,29 584.757,32 642.697,61

4 Listrik dan Air Bersih

5.564,63 6.186,11 7.156,99 8.675,56

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

49

Pertumbuhan perekonomian Kabupaten Berau tahun 2007 dihitung berdasarkan harga konstan tahun dasar 2000 tumbuh sebesar 5,95% persen terjadi kenaikan dibanding pertumbuhan ekonomi ditahun 2006 sebesar 5,08 persen. Pertumbuhan ekonomi tahun 2007 masih dibawah target sebesar 6,2% (target menurut KUA 2007). Belum tercapainya target disebabkan karena industri pengolahan terutama PT Kiani Kertas belum beroperasi secara optimal, adanya penurunan PDRB di sektor jasa-jasa, dan penurunan PDRB di sector pertanian sub sektor kehutanan.

B.2. Proses Penyusunan RKPD di Kabupaten BerauDalam penyelenggaraan pembangunan daerah, diperlukan adanya

perencanaan pembangunan daerah yang tidak terpisahkan dari sistem perencanaan pembangunan propinsi dan nasional yang dilaksanakan dalam koridor perencanaan pembangunan partisipatif. Dengan melihat pertimbangan tersebut maka Kabupaten Tanjung Redeb telah menghasilkan Peraturan Bupati Berau Nomor 3 Tahun 2008 tentang Tata Cara Perencanaan Pembangunan Tahunan Daerah yang merupakan turunan dari Undang-Undang nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Peraturan Bupati Berau Nomor 3 Tahun 2008 menguraikan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan pembangunan tahunan daerah yang terdiri dari :1. Tata cara musyawarah perencanaan pembangunan tahunan ;2. Tata cara pelaksanaan forum SKPD3. Tata cara penyusunan renja SKPD ;4. Tata cara evaluasi kinerja ;5. Tata cara penyusunan RKPD ;6. Tata cara penyusunan Kebijakan Umum APBD ;7. Tata cara penyusunan Rancangan APBD ;8. Tata cara penyusunan Perubahan APBD Tahun Berjalan ;

5 Bangunan 37.888,95 41.776,93 43.415,15 52.515,99

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran

448.064,95 474.935,58 503.993,07 562.863,57

7 Pengangkutan & Komunikasi

289.008,20 309.916,23 339,467,75 378.996,64

8 Keuangan dan Jasa Perusahaan

22.179,00 23.796,68 25.878,10 28.596,48

9 Jasa-Jasa 146.918,82 159.039,26 176.440,98 198.154,92

Jumlah PDRB 3.385.579,63 3.657.437,88 3.970.411,68 4.343.157,72

Sumber: BPS Kabupaten Berau 2007

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

50

9. Jadwal dan bagan alur perencanaan pembangunan tahunan 10. Formulir kelengkapan perencanaan pembangunan tahunan daerah.

Kabupaten Berau mencoba membuat perencanaan dengan pola bottom up, dimana Musrenbang Desa dan Musrenbang Kecamatan merupakan cara pemerintah Kabupaten untuk menyerap aspirasi masyarakat dari bawah (bottom). Melalui Musrenbang Desa, masing-masing desa membuat program kegiatan yang berdasarkan urutan prioritas dengan melihat kriterianya yaitu:a. Kegiatan yang berkaitan dengan RPJMb. Kegiatan darurat / kegiatan yang sangat diperlukan oleh masyarakat,

walaupun diluar visi misi BupatiMinggu pertama Januari tahun 2008 BAPEDA mulai mengedarkan

surat ke desa-desa yang ada di Kabupaten Berau sebagai himbauan untuk membuat perencanaan yang akan dibahas dalam Musrenbang Desa, sedangkan pelaksana Musrenbang Desanya sendiri dimulai minggu kedua sampai dengan minggu keempat Januari 2008. Hasil dari Musrenbang Desa dibawa ke Musrenbang Kecamatan yang dilaksanakan pada bulan Februari. Dalam Musrenbang Kecamatan dibahas dan disepakati hasil-hasil Musrenbang Desa serta ditetapkannya prioritas kegiatan pembangunan di tingkat kecamatan yang belum tercakup dalam prioritas kegiatan pembangunan desa. Selain itu dalam Musrenbang Kecamatan juga dilakukan klasifikasi atas prioritas kegiatan pembangunan kecamatan sesuai dengan fungsi SKPD kabupaten. Musrenbang Kecamatan ini dikawal oleh Bapeda sebagai narasumber, SKPD dan anggota anggota DPRD sesuai daerah pemilihan kecamatan masing-masing.

Karena adanya perubahan organisasi dan struktur berdasarkan PP No. 41 Tahun 2004, maka Kabupaten Berau mencoba menyikapi perubahan tersebut dengan melakukan Pra Forum SKPD setelah Musrenbang Kecamatan dan sebelum Forum SKPD. Pra Forum ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya over lapping perencanaan program kegiatan yang dibuat oleh masing-masing SKPD, selain itu pra forum SKPD ini dibuat sebagai upaya untuk memadu serasikan antara usulan kecamatan dan rencana kerja tahunan daripada SKPD, serta mencari suatu kesepakatan bersama berkaitan prioritas pembangunan tahun 2010. Jika ada adu argumentasi mengenai prioritas program kegiatan antara SKPD, maka Bapeda mencoba menjembatani perbedaan tersebut dengan tetap berpegangan pada RPJP, RPJM, serta isu-isu faktual.

Dalam Pra Forum SKPD penyusunan perencanaan dibagi menjadi 3 kategori kelompok pembahasan yaitu: bidang ekonomi, bidang sosial dan

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

51

budaya, serta bidang pembangunan dan pengembangan fisik dan prasarana, dimana masing-masing SKPD dibagi kedalam bidang tersebut. Masing-masing kelompok bidang melakukan verifikasi prioritas program dan kegiatan pembangunan hasil Musrenbang Kecamatan oleh delegasi kecamatan untuk memastikan prioritas dari kecamatan sudah tercantum serta menyusun bahan masukan untuk penyempurnaan Rencana Kerja SKPD.

Hasil dari Pra Forum SKPD dibawa dan dibahas dalam Forum SKPD, dimana dilakukan pemaparan tentang rancangan awal RKPD dan informasi tentang alokasi anggaran indikatif SKPD yang bersumber dari APBD kabupaten oleh Bapeda kabupaten. Selain itu kepala SKPD juga melakukan pemaparan yang masing-masing isinya menyangkut hal-hal berikut:1. Kriteria untuk menyeleksi prioritas program dan kegiatan

pembangunan ; 2. Evaluasi kinerja pelaksanaan Renja SKPD pada tahun sebelumnya ; 3. Prioritas program dan kegiatan pembangunan menurut rancangan Renja

SKPD kabupaten; 4. Informasi tentang kebutuhan anggaran untuk melaksanakan prioritas

program dan kegiatan SKPD serta sumber pendanaannya ; 5. Informasi mengenai prioritas program/kegiatan provinsi dan

kementerian/lembaga yang terkait ; 6. Pemaparan pelaku pembangunan (unsur masyarakat/dunia

usaha/lembaga non pemerintah) untuk mendukung program/kegiatan SKPD terkait.

Keluaran yang dihasilkan dalam Forum SKPD adalah Rancangan Kerja SKPD yang memuat kerangka regulasi dan kerangka anggaran SKPD, selain itu forum ini juga mengeluarkan daftar prioritas program dan kegiatan menurut sumber pendanaan (APBD kabupaten, APBD provinsi, dan APBN/HPLN) yang disusun menurut kecamatan dan desa/kelurahan yang dituangkan dalam formulir B-3. Selanjutnya, prioritas program dan kegiatan tersebut diinformasikan kepada masing-masing kecamatan oleh delegasi kecamatan .

Musrenbang Kabupaten Berau menurut rencana akan dilaksanakan pada bulan Maret setelah pelaksanaan Forum SKPD. Ada tiga tujuan yang akan dicapai dalam kegiatan Musrenbang Kabupaten ini. Pertama, Penyempurnaan Rencana Kerja Perangkat Daerah (RKPD). Karena dalam proses Musrenbang Kabupaten ini turut diundang beberapa pihak yang di harapkan dapat mendapatkan umpan balik atas susunan awal RKPD. Kedua, untuk mendapatkan rincian rancangan awal kerangka anggaran yang

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

52

merupakan rencana kegiatan pengadaan barang maupun jasa yang perlu dibiayai oleh APBD untuk mencapai tujuan pembangunan. Dan diharapkan dalam forum ini terdapat titik temu dan masukan dalam upaya menyeimbangkan anggaran belanja aparat dengan beban kegiatan lengkap dengan sumber pembiayaannya. Ketiga, untuk mendapatkan rincian rancangan awal kerangka regulasi yang merupakan rencana kegiatan melalui pengaturan yang mendorong partisipasi masyarakat maupun lembaga terkait lainnya untuk mencapai tujuan pembangunan. Kehadiran pihak legislatif diharapkan dapat memberikan masukan dan bantuannya untuk menyusun regulasi-regulasi yang dianggap perlu dalam rangka mengawal pembangunan.

Hasil keluaran riil dari proses Musrenbang Kabupaten adalah daftar prioritas program dan kegiatan pembangunan dan alokasi anggaran indikatif yang berdasarkan progam dan SKPD serta alokasi dana desa, daftar prioritas program dan kegiatan pembangunan yang sudah dipilah berdasarkan sumber pembiayaan dari APBD kabupaten, APBD provinsi, APBN, dan sumber pendanaan lainnya dan daftar usulan kebijakan/regulasi yang diperlukan pada tingkat pemerintah kabupaten.

Peserta dalam kegiatan ini adalah delegasi dari Kecamatan, delegasi dari forum SKPD dan wakil dari kelompok-kelompok masyarakat yang memiliki kegiatan pada cakupan Kabupaten. Turut hadir dalam kegiatan ini adalah Kepala SKPD kabupaten, anggota DPRD kabupaten, anggota DPRD provinsi yang berasal dari daerah pemilihan kabupaten, LSM yang bekerja dalam skala kabupaten, perguruan tinggi, perwakilan Bapeda provinsi, tim penyusun RKPD, tim penyusun Renja SKPD, Tim Anggaran Pemerintah Daerah.

B.3. Prioritas Perencanaan Pembangunan di Kabupaten BerauVisi Kabupaten Berau untuk tahun 2006-2010 adalah: “Menjadikan

Kabupaten Berau sebagai daerah unggulan dibidang agribisnis dan tujuan wisata mandiri dan religius menuju masyarakat sejahtera”. Pemahaman terhadap visi tersebut adalah sebagai berikut:1. Agribsinis: adalah aktivitas perencanaan dan pendayagunaan potensi

pertanian dalam arti luas, yaitu pertanian, kehutanan, perikanan dan peternakan serta kelautan dengan kekayaan mega bio diversity-nya merupakan potensi strategis yang dijadikan sebagai dasar landasan, acuan bagi kebijakan pembangunan ekonomi di bidang industri dan ekowisata pada tahun 2006-2010.

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

53

2. Wisata: adalah aktivitas perencanaan dan pendayagunaan kekayaan sumber daya alam pesisir, laut maupun darat baik yang berupa biofisik, maupun sosial budaya sebagai aset wisata yang bernilai tambah ekonomi, ilmu pengetahuan dan budaya secara berkelanjutan.

3. Mandiri: adalah berdiri sendiri, yaitu kondisi dimana daerah dapat memenuhi kebutuhan pembangunan dengan mendayagunakan potensi yang dimiliki daerah secara optimal.

4. Religius: adalah beriman dan taat, yaitu kondisi dimana masyarakat dapat mengamalkan nilai-nilai agama yang dianut dan agama dapat mewarnai seluruh aktivitas kehidupan sehingga dapat menjadi kontrol pembangunan daerah sehingga terjadi keselarasan dan keharmonisan dalam pembangunan.

5. Sejahtera: adalah wujud kehidupan masyarakat yang dicita-citakan dengan terpenuhinya semua kebutuhan batiniah dan lahiriah yang selaras, seimbang dan dinamis dalam tatanan pembangunan peradaban manusia seutuhnya

Dalam rangka mewujudkan visi Kabupaten Berau yang dijabarkan kedalam 8 misi dan serta menjawab isu strategis dan permasalahan yang mendesak, maka misi mengembangkan dan meningkatkan sentra-sentra produksi Pertanian dalam arti luas; Memanfaatkan SDA secara berkelanjutan dan berwawasan lingkungan sebagai modal pembangunan” serta Meningkatkan kualitas SDM melalui pendidikan dan kesehatan” diharapkan dapat menjadi penggerak untuk pelaksanaan misi-misi yang lainnya.

Sehubungan dengan hal tersebut maka tema yang diangkat dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Berau tahun 2009 adalah : “Efektivitas Penanggulangan Kemiskinan dan Pemenuhan Kebutuhan Dasar menuju masyarakat Sejahtera”. Tema tersebut merupakan motto penggerak pembangunan di tahun 2009 serta percepatan langkah dan strategi pembangunan yang ditetapkan, yakni:1. Strategi peningkatan kapasitas yang diarahkan untuk mengembangkan

kemampuan kapasitas aparatur dan ekonomi daerah agar dapat memanfaatkan sumberdaya lokal secara bijaksana dan berkelanjutan

2. Strategi perluasan kesempatan yang diarahkan untuk menciptakan keadaan ekonomi, sosial, politik dan budaya yang memungkinkan setiap anggota masyarakat memperoleh kesempatan dan hak-hak dasar serta hidup yang layak

3. Strategi penataan kemitraan yang diarahkan membangun dan mengembangkan hubungan kesetaraan perusahaan besar dan kecil,

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

54

eksekutif dan legislatif, pemerintah dan swasta, kaya dan miskin, laki dan perempuan yang saling menguntungkan, serta pemberdayaan masyarakat dalam kemitraan dan kemandirian.

Arah kebijakan di tahun 2009 yang melatarbelakangi Program Prioritas dan Program khusus diharapkan dapat memberikan nilai strategis dalam keberhasilan pembangunan. Serta disesuaikan dengan misi yang menjadi acuan pemerintah Kabupaten Berau saat ini. Pemerintah Kabupaten Berau telah menetapkan arah kebijakan serta program prioritas dan program khusus sesuai RPJMD tahun 2006-2010, yaitu sebagai berikut:1. Revitalisasi Perekonomian Daerah2. Pengembangan dan Peningkatan Kawasan Sentra-Sentra Produksi

pertanian Dalam Arti Luas3. Pembangunan Sumber Daya Manusia4. Pengembangan dan Peningkatan Infrastruktur Pendukung5. Sosial Budaya6. Pengelolaan Sumberdaya Alam yang Berkelanjutan7. Pengembangan Hukum dan HAM Serta Mewujudkan Pemerintahan yang

Bersih dan Berwibawa dengan Mengutamakan Kepentingan Publik8. Dukungan Terhadap Pelaksanaan Pemilu 2009

Berdasarkan RKPD tahun 2009, situasi dan kondisi Kabupaten Berau setelah diberlakukannya otonomi daerah jauh lebih baik dan lebih maju terutama secara fisik infrastruktur, dimana pembangunan telah menyentuh seluruh bidang dan secara nyata dapat dirasakan oleh masyarakat. Namun daripada itu masih diperlukan tindak lanjut dari permasalahan pembangunan Kabupaten Berau, antara lain :pengangguran dan kemiskinan; disparitas antar daerah, antar desa/kelurahan, antar desa/kelurahan dan kota, antar sektor dan pelaku ekonomi; kualitas sumberdaya manusia yang belum memadai; belum terkelolanya potensi sumberdaya alam secara optimal, terbatasnya infrasturktur dan prasarana dasar ekonomi, rendahnya daya saing daerah dan belum disetujuinya rencana tata ruang wilayah.

Revitalisasi perekonomian Kabupaten Berau dilakukan melalui upaya pembangunan pertanian dan kelautan sebagai basis perekonomian daerah. untuk mewujudkan pertanian dan kelautan sebagai basis ekonomi daerah, pembangunan pertanian diarahkan melalui peningkatan efisiensi, modernisasi dan nilai tambah serhingga mampu bersaing di pasar lokal dan internasional. Pembangunan pertanian merupakan strategis dan harus mendapatkan prioritas karena berkaitan dengan pembangunan pedesaan

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

55

dan pulau-pulau kecil, pengentasan kemiskinan dan keterbelakangan dan ketahanan pangan.

Secara garis besar kegiatan pembangunan yang akan dilaksanakan oleh Kabupaten Berau adalah sebagai berikut:1. Peningkatan kualitas sumber daya manusia yang bertujuan untuk

memberikan perhatian luas pada upaya peningkatan aksebilitas dan kualitas pendidikan dan kesehatan. Aksesibilitas peningkatan kualitas pendidikan dilaksanakan melalui program-program antara lain: pendidikan anak usia dini, wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun. Pendidikan non formal, peningkatan mutu pendidikan dan tenaga pendidikan, manajemen layanan pendidikan, penunjang pendidikan, pengembangan budaya baca dan pembinaan perpustakaan.

2. Pembangunan dibidang kesehatan diarahkan untuk peningkatan akses pelayanan dasar kesehatan dan peningkatan derajat kesehatan.

3. Peningkatan pemuda dan Olah Raga, diarahkan untuk pembinaan organisasi kepemudaan cabang olah raga serta terselenggaranya kompetisi olah raga. Sasaran-sasaran ini akan dicapai dengan program- program antara lain: peningkatan peran serta kepemudaan, serta pembinaan dan pemasyarakatan olah raga

4. Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, dengan sasaran terbinanya organisasi perempuan serta penguatan kelembagaan pengarusutamaan gender dan perlindungan anak dilaksanakan melalui program peningkatan peran serta dan kesetaraan gender dalam pembangunan dan penguatan kelembagaan pengarusutamaan gender dan anak.

5. Peningkatan dan pengembangan sentra-sentra produksi pertanian dalam arti luas dengan melaksanakan program-program sebagai berikut: peningkatan kesejahteraan petani, peningkatan ketahanan pangan pertanian/perkebunan, peningkatan pemasaran hasil produksi pertanian/perkebunan, peningkatan penerapan teknologi pertanian/perkebunan, peningkatan produksi pertanian/perkebunan, pemberdayaan penyuluh pertanian, pencegahan dan penanggulangan penyakit ternak, peningkatan produksi hasil peternakan, peningkatan penerapan teknologi peternakan, pemanfaatan potensi sumber daya hutan, rehabilitasi hutan dan lahan, perlindungan dan konservasi sumber daya hutan, pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir, pengembangan budidaya perikanan dan pengembangan perikanan tangkap

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

56

6. Penanganan kemiskinan dengan prioritas pembiayaan pendidikan, pelayanan kesehatan, fasilitas pemukiman, jaminan kepastian hukum atas pertanahan dan jaminan kebutuhan dasar masyarakat serta peningkatan kemampuan kelembagaan partisipatif masyarakat dengan tujuan pemerataan pendidikan bagi keluarga miskin

7. Perencanaan pembangunan diarahkan dalam rangka sinkronisasi dan koordinasi perencanaan Daerah, Propinsi dan Pusat; Meningkatnya kemampuan aparat perencana dan tersedianya dokumen perencanaan pembangunan. Prioritas program yang akan dilaksanakan adalah:- Optimalisasi penyusunan data/informasi/dokumen perencanaan

pembangunan- Sinkronisasi dokumen dalam upaya keterpaduan antara

perencanaan daerah, propinsi dan pusat- Peningkatan kapasitas SDM aparat perencana- Penyediaan produk perencanaan pembangunan daerah di bidang

ekonomi, sosial budaya, serta prasarana wilayah8. Revitalisasi Perekonomian Daerah dalam rangka pengembangan UKM

dan Koperasi; pengembangan agropolitan dan jaringan infrastruktur antara sentra pertanian dan pusat-pusat pertumbuhan; pengembangan diversifikasi ekonomi pedesaan, serta pengembangan sektor riil dari yang berskala kecil dan menengah dilaksanakan melalui program pengembangan infrastruktur pedesaan, penciptaan iklim UKM yang kondusif, pengembangan kewirausahaan dan keunggulan kompetitif UKM, peningkatan kualitas kelembagaan koperasi, pengembangan industri kecil dan menengah, pengembangan sentra-sentra industri potensial, peningkatan penerapan teknologi pertanian, pemasaran hasil produksi pertanian serta optimalisasi pengelolaan dan pemasaran produksi perikanan

9. Pengembangan dan peningkatan infrastruktur pendukung, terutama percepatan pembangunan infrastruktur dalam angka penyediaan jaringan listrik dan sarana air bersih; pemeliharaan, peningkatan dan pembangunan jalan dan jembatan; perbaikan lingkungan dan pemukiman; pembangunan jalan usaha tani; pembangunan sarana dan prasarana air pedesaan, pemeliharaan saluran primer, sekunder dan tersier serta saluran pembawa/pembuang; pelaksanaan kelanjutan p e m b a n g u n a n / p e n g e m b a n ga n b a n d a ra , p e l a b u h a n l a u t , dermaga/jembatan pendarat; peningkatan kinerja pengelolaan persampahan; serta kesiagaan dan pencegahan bahaya kebakaran

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

57

10. Peningkatan dan pengembangan objek wisata dan keragaman budaya. Upaya untuk meningkatkan pembangunan sektor pariwisata dilaksanakan dengan sasaran tertatanya objek-objek wisata alam serta rehabilitasi situs peninggalan sejarah; terbangunnya mesium batubara, miniatur rumah-rumah adat dan diaroma masyarakat kabupaten Berau; terbinanya kesenian daerah dan keragaman budaya lokal; terbinanya paguyuban dan lembaga adat; pemasaran objek-objek wisata; serta terselenggaranya even-even budaya.

11. Peningkatan kemampuan kelembagaan partisipatif masyarakat dengan sasaran dalam rangka penguatan kelembagaan pedesaan dan kelembagaan mikro pedesaan serta peningkatan peran masyarakat dalam upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang dilaksanakan dengan program-program antara lain:- Pengembangan sistem pendukung usaha bagi usaha mikro kecil

menengah- Peningkatan keberdayaan masyarakat pedesaan- Pengembangan lembaga ekonomi pedesaan- Partisipasi masyarakat dalam membangun desa- Pengembangan kecamatan

12. Pengembangan Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM) serta peningkatan sarana aparatur penyelenggaraan pemerintahan umum. Untuk pengembangan hukum dan HAM serta peningkatan sarana aparatur penyelenggaraan pemerintahan umum dengan tujuan terjaminnya kepastian umum bagi pejabat/pegawai di lingkungan pemkab Berau, tersusunnya Rancangan peraturan Perundang-undangan yang disusun/dibahas serta terlaksananya penyuluhan hukum bagi masyarakat. Sedangkan peningkatan sarana aparatur bertujuan tersedianya kendaraan dinas dan operasional dilingkungan pemerintah kabupaten, pengadaan tanah untuk program pembangunan dan pengamanan aset pemda, tersusunnya buku standarisasi barang dan jasa, etrlaksananya inventarisasi aset pemda dalam mendukung tersedianya data aset pemda, terlaksananya akuntabilitas kinerja instansi pemerintah daerah, sertifikasi keahlian pelaksanaan Keppres 80 tahun 2003 tentang pengadaan barang dan jasa

13. Pengembangan ketenagakerjaan yang dilaksanakan melalui program peningkatan kesempatan tenaga kerja serta perlindungan dan pengembangan lembaga ketenagakerjaan

14. Dukungan pelaksanaan pemilu 2009. Dalam rangka persiapan pelaksanaan pemilu tahun 2009 agar sejalan dengan kebijakan

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

58

pemerintah pusat dan sesuai dengan peraturan perundangan, maka perlu terupdatenya data base partai politik, koordinasi forum diskusi politik dalam rangka pemilu 2009, sosialisasi peraturan perUUan pemilu, penyediaan dana bantuan bagi partai politik, operasional pengfamanan pelaksanaan pemilu 2009, operasional KPUD Kabupaten Berau, pembinaan terhadap organisasi masa, partai politik, serta pembinaan persatuan dan kesatuan bangsa. Dukungan pelaksanaan pemilu dilaksanakan dengan program pendidikan politik masyarakat serta program pemeliharaan kantrantibmas dan pencegahan tindak kriminal

Sangat disadari bahwa Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) tahun 2009 yang merupakan dokumen induk perencanaan pembangunan tahunan ini belum sempurna, melainkan masih banyak memiliki kelemahan, karena memang belum mampu menampung seluruh aspirasi masyarakat Kabupaten Berau yang sedang berkembang. Meskipun memiliki keterbatasan dan kelemahan namun diyakini dapat memberikan landasan berpijak dalam menyusun anggaran dan melaksanakan kebijakan dan program pembangunan di Kabupaten Berau.

B.4. Partisipasi Masyarakat dalam Penyusunan RKPD di Kabupaten BerauKeterlibatan warga masyarakat dalam penyusunan rencana kerja

pemerintah daerah sesungguhnya merupakan suatu cara untuk membahas incentive material yang mereka butuhkan melalui pembangunan. Dengan perkataan lain, keterlibatan warga masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan merupakan insentif moral sebagai “paspor” mereka untuk mempengaruhi lingkup makro yang lebih tinggi, yakni tempat dibuatnya keputusan-keputusan yang sangat menentukan bagi keberlangsungan hidup mereka di kemudian hari.

Kabupaten Berau telah mematangkan proses perencanaannya dalam bentuk Peraturan Bupati. Yang didalamnya terdapat prosedur, mekanisme, jadwal hingga teknis perencanaan yang telah disusun dengan rapi. Diharapkan dalam setiap proses perencanaan dapat berjalan dengan baik jika ditinjau dari proses, mekanisme dan partisipasi masyarakat dalam proses perencanaan.

Khusus mengenai keterlibatan masyarakat dalam proses perencanaan dari Musrenbang Desa/kelurahan sampai dengan Musrenbang tingkat kabupaten, keterlibatan masyarakat cukup tinggi secara proporsional. Karena bentuk dan banyaknya partisipasi masyarakat yang dilibatkan dalam setiap tahapan proses perencanaan berbeda.

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

59

Partisipasi masyarakat yang cukup tinggi terlihat ketika proses Musrenbang Desa/kelurahan. Yang memang dalam tahap Musrenbang Desa/kelurahan masyarakat diberikan ruang yang cukup luas untuk aktif dalam memberikan input terhadap proses perencanaan. Partisipasi masyarakat terlihat dengan tingginya tingkat kehadiran masyarakat dalam tahapan Musrenbang Desa/kelurahan yang biasanya dilaksanakan dalam bentuk rapat.

Kondisi ini tercipta dikarenakan kesadaran dari setiap masyarakat di tingkat desa/kelurahan akan fungsi dan peran sertanya dalam proses perencanaan. Dan ditunjang oleh adanya apresiasi dan penghargaan yang diberikan oleh pihak desa/kelurahan kepada masyarakat. Seperti penyediaan tempat yang representatif untuk pelaksanaan rapat, data dan informasi, alat bantu rapat dan partisipasi aktif dari pihak desa/kelurahan dalam rapat tersebut.

Walaupun demikian masyarakat di tingkat desa/kelurahan di Kabupaten Berau memiliki sedikit rasa pesimistis atas hasil dari proses Musrenbang Desa/kelurahan yang mereka lakukakan bersama. Output/dokumen perencanaan yang mereka hasilkan seakan menjadi sia-sia karena kebutuhan-kebutuhan yang mereka perjuangkan tidak masuk atau gagal di tahapan Musrenbang-Musrenbang selanjutnya. Menurut beberapa narasumber hal ini dikarenakan adanya perbedaan persepsi skala prioritas dalam menentukan program maupun kegiatan dalam setiap rapat Musrenbang dan adanya perbedaan antara program/kegiatan yang diusulkan dengan kebijakan umum arah pembangunan Kabupaten Berau.

Fungsi penting untuk mengatasi kondisi ini berada di pihak pengurus desa/kelurahan yang hendaknya dapat memberikan informasi maupun data yang akurat kepada masyarakat. Mengenai bagaimana proses kelanjutan hasil Musrenbang, arah kebijakan pembangunan Kabupaten Berau dan prioritas pembangunan. Sehingga dalam proses Musrenbang Desa/kelurahan masyarakat dapat secara konseptual menyusun usulan program dan kegiatan.

B.5. Kendala-Kendala dalam Penyusunan RKPD di Kabupaten BerauSeperti halnya dengan Propinsi, Kabupaten dan Kota pada

umumnya di Indonesia, APBD Kabupaten Berau juga sangat tergantung dengan APBN atau transfer (Dana Perimbangan) berupa Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil SDA, Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), dan Bagi Hasil Pajak/Bantuan Keuangan dari Propinsi Kaltim. Tidak selarasnya informasi mengenai dana perimbangan yang didapat oleh daerah

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

60

dengan jadwal perencanaan menjadi kendala bagi Kabupaten Berau dalam membuat perencanaan. Hal ini menyebabkan perencanaan yang dibuat oleh daerah tidak maksimal, karena dibuat hanya berdasarkan asumsi pendapatan dari tahun sebelumnya, padahal sebagaimana dijelaskan diatas sebagian besar pembangunan daerah itu dibiayai oleh dana perimbangan dari pusat.

Kurang terkonsepnya perencanaan ditingkat desa/kelurahan juga menjadi kendala dalam proses perencanaan daerah. Masyarakat desa/kelurahan merasa usulan yang mereka buat setiap tahunnya hanya bersifat formalitas saja. Karena banyak usulan program maupun kegiatan hasil dari tahapan Musrenbang Desa/kelurahan yang digagalkan dalam proses Musrenbang selanjutnya. Sebagai salah satu dampaknya sulan-usulan yang di sampaikan oleh masyarakat terkesan hanya pengulangan dari usulan tahun sebelumnya yang digagalkan.

Selain itu, diberlakukannya PP 41 Tahun 2004 tentang Organisasi Pemerintah Daerah berdampak terhadap berubahnya peta organisasi pemerintah yang ada di Kabupaten Berau. Namun perubahan kelembagaan tersebut ternyata tidak diikuti dengan pembagian kewenangan serta urusan yang jelas. Hal ini menyebabkan Tupoksi yang dimiliki masing-masing SKPD masih saling bersinggungan, kurang jelas dan tabrakan. Sehingga pelaksanaan proses perencanaan membutuhkan proses yang cukup panjang.

C. Kabupaten Kotabaru

C.1. Gambaran Umum Kabupaten KotabaruKabupaten Kotabaru adalah sebuah daerah yang terletak di tengah-

tengah wilayah Republik Indonesia dan yang merupakan bagian dari Provinsi Kalimantan selatan. Dengan kondisi alamnya yang terdiri dari lautan, daratan, dan kepulauan, membuat daerah ini kaya akan sumber daya alam dan wisata potensial untuk dikembangkan bagi kemajuan daerah.

2Kabupaten Kotabaru memiliki luas wilayah 9.422.56 km dan merupakan kabupaten terluas di Kalimantan Selatan. Sebagian wilayahnya terdiri dari beberapa pulau. Ada 45 pulau besar dan kecil di antaranya Pulau Laut, Pulau Sebuku, Pulau Kunyit, Pulau Sewangi, dan lain-lain. Secara administratif, Kabupaten Kotabaru terbagi menjadi 18 kecamatan dan 195 kelurahan/desa.

Secara geografis Kabupaten Kotabaru terletak di sisi tenggara Propinsi Kalimantan Selatan dengan ibukota Kotabaru yang di Pulau Laut

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

61

Utara. Berdasarkan garis batas koordinatnya, posisi Kabupaten Kotabaru terletak di antara 2°20'--4°56' Lintang Selatan dan, 115029'-116030' Bujur Timur. Batas Wilayah Kabupaten Kotabaru sebelah utara Propinsi Kalimantan Timur, sebelah timur Selat Makassar, sebelah selatan Laut Jawa, dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kabupaten Balangan, dan Kabupaten Tanah Bumbu.

Kabupaten Kotabaru dipengaruhi oleh dua musim, yakni musim kemarau dengan suhu udara maksimum rata-rata antara 30,5°C - 32;9°C dan musim hujan dengan suhu udara minimum rata-rata antara 22,7°C - 24,7°C. Penyinaran matahari yang tinggi menyebabkan tingginya intensitas penguapan sehingga selalu terdapat awan aktif dan udara yang penuh sehingga menyebabkan seringkali turun hujan. Kabupaten Kotabaru memiliki rata-rata curah hujan berkisar antara 0,9-13,5 mm dengan jumlah hari hujan berkisar antara 5-28 hari/tahun.

Topografi wilayah daratan Kabupaten Kotabaru bagian timur pada umumnya merupakan daerah pantai, dan bagian selatan sampai utara sebagian besar merupakan jalur pegunungan yakni pegunungan Meraius yang memanjang sampai ke wilayah Propinsi Kalimantan Timur. Keadaan wilayah yang medannya bergelombang sampai terjal terdapat di Pulau Laut bagian tengah.

Pemanfaatan wilayah Kotabaru menurut topografinya terbagi menjadi 8,55% dikembangkan usaha tambak ikan karena merupakan daerah rawa dan pantai dengan ketinggian 0-7 m, 17,75% wilayah dengan ketinggian 7-25 m digunakan sebagai sawah, 66,08% wilayah dengan ketinggian 25-500 m digunakan untuk pertanian lahan kering, perkebunan, dan ladang. Sisanya sekitar 6,94% merupakan wilayah yang sulit untuk diolah dengan ketinggian mencapai 500-1000 m, sedangkan wilayah dengan ketinggian lebih dari 1000 m digunakan sebagai kawasan lindung. Kawasan hutan di Kotabaru mencapai 449.117,067 ha terdiri dari kawasan hutan produksi tetap 55,6%, hutan lindung dan cagar 41,5%, hutan produksi terbatas 2,5%, dan hutan produk konversi 0,3%.

Penduduk Kabupaten Kotabaru pada tahun 2005 sejumlah 260.093 2jiwa, dengan tingkat kepadatan 27.60 jiwa/km . dilihat berdasarkan

kecamatan, jumlah penduduk terbesar ada di Kecamatan Pulau Laut Utara dengan jumlah penduduk 73.884 jiwa, disusul kecamatan pamukan utara sebanyak 20.630 jiwa. sedangkan jumlah penduduk paling sedikit dikecamatan pelumpang barat dengan jumlah penduduk hanya 4.741 jiwa. ukuran jumlah penduduk tentu lebih bermakma jika dikaitkan dengan luas

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

62

wilayahnya. Perbandingan antara jumlah penduduk dengan luas wilayah akan menggambarkan kepadatan penduduk di wilayah tersebut. Jika dilihat dari kepadatan penduduk, kacamatan yang paling padat penduduknya

2adalah kecamatan pulau sembilan dengan kepadatan 1.097 jiwa/km , sedangkan yang paling jarang penduduknya adalah kecamatan hampang

2dengan kepadatan 5 jiwa/km . Dari jumlah dan tingkat kepadatan penduduk terlihat tingkat penyebaran penduduk di kabupaten kotabaru tidak merata dan ketidak merataan sebaran penduduk ini merupakan penyebab terhambatnya pembangunan di suatu daerah. Sedangkan suku bangsa di Kotabaru cukup baragam yang paling banyak adalah suku Banjar dan Bugis, juga terdapat suku Jawa, Dayak, Melayu, Sunda, Madura dan lain-lain.

No. Kecamatan Luas (km2)

Jumlah

Desa

(buah)

Penduduk

(jiwa)

Kepadatan

(orang/km2)No. Kecamatan

Luas

(km2)

Jumlah

Desa

(buah)

Penduduk

(jiwa)

Kepadatan

(orang/km2)

1 Pulau Laut Utara 159.30 21* 71,077 446.18 10 Kelumpang Hilir 281.20 8 14,696 52.26

2 Pulau Laut Selatan 485.19 15 17,282 35.62 11 Kelumpang Barat 589.15 6 4,461 7.02

3 Pulau Laut Barat 398.82 21 17,722 44.44 12 Pamukan Selatan 391.87 11 13,042 33.28

4 Pulau Laut Timur 642.81 14 13,065 20.32 13 Pamukan Utara 1,228.47 17 21,245 17.29

5 Pulau Laut Tengah 337.64 7 8,123 24.06 14 Surgai Durian 1,042.38 7 7,436 7.04

6 Kelumpang Selatan 279.66 9 9,177 32.48 15 Sampanahan 488.89 10 9,049 18.51

7 Kelumpang Utara 279.45 7 5,825 20.84 16 Hampang 1,684.64 7 8,560 5.08

8 Kelumpang Tengah 349.29 12 11,634 29.62 17 Pulau Sebuku 225.50 8 6,288 27.88

9 Kelumpang Hulu 553.44 10 12,050 22.59 18 Pulau Sembilan 4.76 5 5,570 160.24

3,485.60 195 165,955 26.87Total

Tabel 3.7.Penduduk Kabupaten Kotabaru 2004

Keterangan : * diantaranya ada 4 buah kelurahanSumber : Bappeda Kabupaten Kotabaru

Lesunya dunia usaha dan rendahnya investasi baru berdampak pada rendahnya pertumbuhan lapangan kerja baru. Di sisi lain. Jumlah pencari kerja terus bertambah seiring dengan laju pertumbuhan penduduk. Demikian pula laju pertumbuhan penduduk usia produktif yang siap bersaing mengisi peluang pasar kerja. Tampaknya tidak terlepas dari kecenderungan terus meningkatnya tamatan lembaga-lembaga pendidikan formal. Kondisi semacam ini memberikan imbas yang cukup berat bagi ketenagakerjaan di Kotabaru. Hal ini tercermin dari Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) yang 10.12% pada tahun 2004. Dari 59.26% penduduk usia kerja yang sudah bekerja tahun 2004 didominasi oleh tenaga kerja sektor pertanian 55.52%, pertambangan 5.94%, industri 7.43%, konstruksi 2.81%. perdagangan 15.34 %, transportasi 5.57% dan jasa 7.32%. Sebagian besar warga kotabaru bekerja di sektor kelautan dan perikanan serta sebagian lagi di sektor agraris, jasa, perdagangan dan industri serta pertambangan.

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

63

Kondisi ekonomi daerah secara umum dapat ditunjukkan oleh beberapa indikator ekonomi seperti angka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Investasi, Inflasi, pajak dan retribusi, pinjaman dan pelayanan bidang ekonomi. Besaran nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ini secara nyata mampu memberikan gambaran mengenai nilai tambah bruto yang dihasilkan unit-unit produksi pada suatu daerah dalam periode tertentu. Lebih jauh, perkembangan besaran nilai PDRB merupakan salah satu indikator yang dapat dijadikan ukuran untuk menilai keberhasilan pembangunan suatu daerah, atau dengan kata lain pertumbuhan ekonomi suatu daerah dapat tercermin melalui pertumbuhan nilai PDRB.

Dilihat dari besaran nilai PDRB, Kotabaru termasuk kabupaten yang mempunyai potensi ekonomi yang relatif besar di propinsi Kalimantan Selatan. Bahkan meskipun lima kecamatan (setui, kusan hulu, kusan hilir, sungai loban dan batu licin). Yang dulunya merupakan bagian kabupaten kotabaru, dan kini telah berdiri sendiri menjadi kabupaten tanah bumbu, PDRB kabupaten Kotabaru masih menempati urutan ke dua terbesar setelah kabupaten Banjarmasin dengan menyumbang 17.75 % terhadap total PDRB Propinsi Kalimantan Selatan. Pertumbuhan ekonomi kabupaten kotabaru tahun 2005 sebesar 5.09% dengan Nilai PDRB kotabaru berdasarkan atas dasar Harga berlaku pada tahun 2005 mencapai 3.846.04 milyar, sedangkan PDRB atas dasar harga konstatn mencapai 2.848,76 milyar rupiah. Sedangkan rata-rata pertumbuhan ekonomi tahun 2001-2005 jika dengan pertambangan sebesar 6.51% per tahun sedangkan tanpa pertambangan sebesar 6.18% per tahun.

Kegiatan Utama

Laki-laki

Perempuan

Total

(1)

(2)

(3)

(4)

Bekerja 84.42

31.11

59.26

Belum/tidak bekerja

9.14

11.23

10.12

Sekolah 5.36

4.79

2.09

Mengurus rumah tangga 0.44 52.56 25.04

Lainnya 0.65 0.32 0.49

Total 100.00 100.00 100.00

Tabel 3.8.Persentase Penduduk Usia Kerja Menurut Kegiatan Utama

Kabupaten Kotabaru

Sumber : BPS Kabupaten Kotabaru

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

64

Perekonomian Kabupaten Kotabaru mempunyai prospek yang cukup bagus. dilihat dari rata-rata tingkat pertumbuhan ekonomi tahun 2001 – 2005 mencapai 6.18% per tahun yang lebih tinggi dari pertumbuhan nasional. Pertumbuhan ini lebih didorong oleh tingginya tingkat pertumbuhan sektor-sektor yang mempunyai kontribusi besar terhadap struktur ekonomi Kabupaten Kotabaru yaitu sektor Pertanian dan sektor pertambangan yang masing-masing pertumbuhan rata-rata tumbuh sebesar 5.77% per tahun dan 8.77% per tahun.

Sektor 2001 2002 2003 2004 2005

(1) (2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Pertanian

1.236,58

1.416,44

1.497,03

1.633,25 1.799,35

Pertambangan & galian

440,72

554,57

638,88

714,55 840,39

Industri pengolahan

234,58

268,30

291,41

310,44 339,61

Listrik. gas. & air bersih

5,42

6,14

6,93

7,59

8,36

Konstruksi

132,20

151,43

175,02

191,75 235,83

Perdagangan. hotel. & restoran

408,60

469,35

534,95

600,90 656,85

Transportasi & komunikasi

271,39

313,55

344,02

377,37 458,50

Keuangan 16,29 22,62 38,79 48,42 61,81

Jasa-jasa 125,93 148,59 173,65 201,92 261,38

PDRB dengan Sub Sektor Pertambangan tanpa Migas 2.871,71 3.350,99 3.700,69 4.086,20 4.662,07

PDRB tanpa Sub Sektor Pertambangan tanpa Migas 2.444,06 2.812,22 3.079,91 3.392,35 3.846,04

Tabel 3.9.PDRB ADHB Kabupaten Kotabaru (Milyar Rp)

Sumber : BPS Kotabaru

Sektor

Pertumbuhan Saat Ini

Proyeksi Pertumbuhan

2002

2003

2004

2005

2006 2007 2008 2009 2010

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7) (8) (9) (10)

Pertanian

4.4%

5.8%

5.6%

5.0%

5.4% 4.8% 4.6% 4.4% 4.2%

Pertambangan Dan Penggalian

11.1%

7.9%

6.8%

8.8%

4.0% 5.7% 6.3% 5.6% 5.3%

Industri Pengolahan

3.5%

4.0%

2.4%

1.4%

4.6% 3.8% 3.7% 3.6% 3.4%

Listrik, Gas & Air Bersih

4.9%

5.5%

5.3%

5.1%

4.9% 5.1% 5.2% 6.2% 8.3%

Konstruksi

7.2%

7.7%

7.5%

7.3%

7.2% 7.3% 5.3% 8.8% 8.0%

Perdagangan, Hotel & Restoran

7.9%

6.5%

5.3%

4.6%

6.0% 5.1% 5.6% 6.0% 7.0%

Pengangkutan & Komunikasi

5.0% 5.7% 5.5% 5.4% 5.7% 8.8% 8.9% 8.2% 7.6%

Keuangan 23.7% 62.9% 19.7% 9.0% 17.81% 22.76% 24.90% 35.67% 26.15%

Jasa-Jasa 8.64% 9.21% 8.99% 8.95% 7.20% 8.77% 8.87% 8.68% 10.44%

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

6.37% 6.73% 5.87% 5.69% 5.55% 5.90% 5.99% 6.21% 6.17 %

PDRB Tanpa Sub Sektor Pertambangan Tanpa Migas

5.49% 6.51% 5.70% 5.09% 5.89% 5.95% 5.92% 6.33% 6.34%

Tabel 3.10.Pertumbuhan PDRB Kabupaten Kotabaru Per Sektor

Sumber : BPS Kotabaru

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

65

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2003 tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah Tugas penyusunan dan pengaturan di bidang kelembagaan ini dilaksanakan oleh Bagian Organisasi pada Sekretariat Daerah. Susunan kelembagaan daerah tersebut adalah sebagai berikut:a. Sekretariat Daerah. terdiri dari 1 orang Sekretaris Daerah. 3 orang

Asisten Sekretaris Daerah. dan 10 Bagian. yaitu:1. Asisten Tata Praja2. Asisten Perekonomian dan Pembangunan3. Asisten Administrasi Umum4. Bagian Tata Pemerintahan 5. Bagian Pemerintahan Desa6. Bagian Hukum dan Perundang-undangan7. Bagian Organisasi8. Bagian Ekonomi dan Ketahanan Pangan 9. Bagian Pembangunan10. Bagian Kesra dan Pemberdayaan Perempuan11. Bagian Umum12. Bagian Keuangan13. Bagian Perlengkapan & Arsip Daerah

b. Sekretariat DPRD. terdiri 1 orang Sekretaris DPRD dan 4 orang Kepala Bagian. sebagai berikut :1. Sekretaris DPRD2. Bagian Perlengkapan3. Bagian Humas dan Hukum4. Bagian Persidangan dan Risalah 5. Bagian Tata Usaha

Tabel 3.11.Ringkasan Perkiraan Kerangka Makro Ekonomi Kabupaten Kotabaru

Tahun 2006-2010

No Indikator 2006 2007 2008 2009 2010

(1) (2)

(3) (4)

(5)

(6) (7)

1 Laju Inflasi

9.27

9.3

9.32

9.34 9.37

2 Pertumbuhan Ekonomi

5.89%

5.95%

5.92%

6.33% 6.34%

3 ICOR

3.43

3.36

3.38

3.34 3.37

4 Investasi (Jutaan Rp)

1.815.214

2.023.523

2.254.681

2.515.251 2.803.223

5 Pendapatan Perkapita (Ribuan Rp)

19.453.93 21.157.47 22.999,42 25.031,63 27.217,09

Sumber : BPS Kotabaru

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

66

c. Lembaga Teknis Daerah. terdiri dari 4 Badan dan 5 Kantor. sebagai berikut : 1. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah2. Badan Pengawasan Daerah 3. Badan Kepegawaian Daerah4. Badan Kependudukan. Catatan Sipil & Keluarga Berencana5. Kantor Informasi. Komunikasi dan Data Elektronik6. Kantor Perbendaharaan Umum dan Kas Daerah7. Kantor Pengelola Pasar8. Kantor Tata Kota9. Kantor Satuan Polisi Pamongpraja

d. Dinas Daerah. terdiri dari 14 Dinas sebagai berikut : 1. Dinas Pendidikan2. Dinas Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial3. Dinas Pertanian dan Peternakan4. Dinas Kehutanan dan Perkebunan5. Dinas Kelautan dan Perikanan6. Dinas Pekerjaan Umum7. Dinas Perhubungan8. Dinas Pendapatan9. Dinas Pertambangan dan Energi10. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi11. Dinas Lingkungan Hidup dan Penanaman Modal12. Dinas Perindustrian. Perdagangan dan Koperasi13. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata14. Dinas Kesatuan Bangsa. Perlindungan dan Pemberdayaan

Masyarakat

C.2. Proses Penyusunan RKPD di Kabupaten KotabaruPembangunan Daerah pada dasarnya merupakan pembangunan

keseluruhan aspek dan potensi daerah untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan bersama. Dalam melakukan pembangunan, tentunya ada upaya yang terencana dan bukan semata-mata didasarkan pada kepentingan individu maupun golongan. Ada tiga komponen dasar yang menjadi pilar pembangunan di Kabupaten Kotabaru, yaitu 1) Pemerintah Daerah. Pemerintah daerah melalui instansi yang ditunjuk mempunyai tugas untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat dan diberikan kewenangan untuk mengelola sumber daya yang ada. Untuk itu Pemerintah Daerah

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

67

melalui Bappeda sebagai instansi yang diberikan kewenangan untuk mengelola sumber ekonomi daerah terus meningkatkan kapasitas dan kemampuan dalam menjalankan tugas tersebut. 2) Masyarakat. Masyarakat merupakan pilar yang sangat penting didalam mendorong pembangunan daerah di Kabupaten Kotabaru. Tujuan yang akan dicapai dalam pembangunan adalah kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan, sehingga tentu saja masyarakat mempunyai hak dan kewajiban di dalam upaya pembangunan. 3) Swasta. Sektor swasta merupakan mitra pemerintah di dalam melaksanakan pembangunan daerah di Kotabaru, karena melalui swasta, banyak membantu tugas-tugas pemerintah di dalam mengembangkan sumber daya ekonomi menjadi lebih cepat lagi. Swasta memberikan sumbangsih didalam neraca keuangan daerah melalui investasi yang ditanamkan dan bergeraknya roda perekonomian yang bisa melibatkan masyarakat untuk turut serta di dalamnya.

Dalam perencanaan pembangunan di Kabupaten Kotabaru, pemerintah daerah telah memberi batasan-batasan yang harus ditaati oleh berbagai pihak agar rencana yang telah dibuat bisa terlaksana dengan baik. Rencana yang telah dibuat oleh pemerintah Kabupaten Kotabaru tentu saja tetap mengacu pada rencana pembangunan di tingkat provinsi dan merupakan sumber yang melengkapi keberhasilan perencanaan di tingkat nasional. Kabupaten Kotabaru telah mengeluarkan regulasi yang diatur dalam Peraturan Daerah (Perda) yaitu Perda No. 14 Tahun 2005 tentang Tata Cara Penyusunan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupten Kotabaru. Perda tersebut merupakan pelaksanaan amanat dari UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Dalam pasal 27 ayat (2) UU No. 25 Tahun 2004, dikatakan bahwa: ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyusunan RPJP Daerah, RPJM Daerah, Renstra- SKPD, RKPD, Renja-SKPD dan pelaksanaan Musrenbang Daerah diatur dengan Peraturan Daerah. Pemerintah Kabupaten Kotabaru memberikan respon yang cepat didalam menjabarkan amanat Undang-Undang tersebut, terbukti dalam satu tahun setelah berlakunya Undang-Undang tersebut sudah dibuatkan Perdanya. Dalam pasal 7 Perda No.14 Tahun 2005 yang termasuk dalam tahapan perencanaan pembangunan daerah di Kabupaten Kotabaru meliputi :a. Penyusunan rencana;b. Penetapan rencana;c. Pengendalian pelaksanaan rencana, dan;d. Evaluasi pelaksanaan rencana.

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

68

Selanjutnya untuk penyusunan RPJP Daerah di Kabupaten Kotabaru melalui urutan kegiatan:a. Penyiapan rancangan awal rencana pembangunan;b. Musyawarah pembangunan daerah, dan;c. Penyusunan rancangan akhir rencana pembangunan.

Untuk penyusunan RPJM Daerah dan RKPD Kabupaten Kotabaru dilakukan melalui urutan kegiatan:a. Penyiapan rancangan awal rencana pembangunan;b. Penyiapan rancangan rencana kerja;c. Musyawarah perencanaan pembangunan, dan;d. Penyusunan rancangan akhir rencana pembangunan.

RPJMD Kabupaten Kotabaru dimulai pada tahun 2006-2010, sehingga tahun depan merupakan akhir dari RPJMD dan akan diikuti dengan pembuatan RPJMD Kabupaten yang baru. RKPD tahun 2010 disusun sebagai bagian implementasi dari RPJMD Tahun 2006-2010 yang dipayungi Perda No. 1 Tahun 2006 tentang RPJM Kabupaten Kotabaru tahun 2006-2010 dan direvisi dengan Perda No. 20 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kabupaten Kotabaru No. 01 Tahun 2006 tentang RPJM Kabupaten Kotabaru tahun 2006-2010. Revisi yang dilakukan sebagai akibat dari tidak adanya besaran kuantitatif dari target sehingga menyulitkan untuk menentukan target menjadi lebih presisi. Rancangan awal RPJMD Kabupaten Kotabaru disiapkan oleh Kepala Bappeda, sebagai visi, misi dan program Kepala Daerah kedalam strategi Pembangunan Daerah, kebijakan umum, program prioritas Kepala Daerah dan arah kebijakan keuangan daerah.

Langkah selanjutnya adalah penyiapan rancangan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD). Sekali lagi Kepala Bappeda menyiapkan rancangan awal RKPD sebagai penjabaran dari RPJMD. RKPD ini merupakan salah satu Dokumen Perencanaan Tahunan Daerah berfungsi sebagai input untuk penyusunan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2009 dan menjadi acuan dalam penyusunan RAPBD Kabupaten Kotabaru tahun 2009. RKPD Kabupaten Kotabaru tahun 2009 berisi kebijakan pembangunan baik yang terkait dengan kebijakan pendanaan melalui APBN, APBD Provinsi dan APBD Kabupaten Kotabaru maupun yang diarahkan untuk mendorong partisipasi masyarakat dalam pembangunan.

Setelah adanya rancangan awal RPJMD dan rancangan awal RKPD, maka hal selanjutnya dilakukan Bappeda adalah mengkoordinir SKPD yang ada untuk menyiapkan Rencana Kerja SKPD yang mengacu pada rancangan

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

69

awal RKPD yang telah dibuat. Bahan Rencana Kerja SKPD didapat dari adanya Musyawarah Perencangan Pembangunan (Musrenbang) yang dimulai dari tingkat Desa, Kecamatan kemudian SKPD dan akhirnya dilakukan di tingkat Kabupaten. Mengacu pada Surat Bupati Kabupaten Kotabaru tertanggal 30 Desember 2008, maka pelaksanaan Musrenbang di tingkat Desa dilaksanakan pada bulan Januari 2009 dan di tingkat Kecamatan dilaksanakan pada bulan Februari 2009.

Dalam pelaksanaan Musrenbang Desa, Bappeda telah menyiapkan panduan Musrenbang Desa, yang nantinya akan menjadi acuan pada saat Desa melaksanakan Musrenbang di tingkat Desa. Pada tahun 2009 telah ditetapkan bahwa Musrenbang Desa merupakan forum musyawarah tahun 2009 yang dilaksanakan secara partisipatif oleh para pihak yang berkepentingan untuk mengatasi permasalahan desa dan pihak yang akan terkena dampak hasil musyawarah untuk menyepakati rencana kegiatan tahun 2010. Dalam pelaksanaannya Musrenbang Desa harus memperhatikan rencana-rencana pembangunan desa yang akan dilaksanakan. Rencana ini harus juga melihat hasil kinerja pada tahun sebelumnya, serta memperhatikan berbagai masukan dari berbagai sumber dan juga peserta dengan melihat kondisi riil yang sedang dihadapi di desa tersebut. Sumber yang dijadikan rujukan dalam pelaksanaan Musrenbang Desa antara lain adalah Camat dan pejabat yang ada di Kecamatan, Kepala Desa, Badan Perwakilan Desa (BPD), dan sumber lain yang mempunyai kepentingan dengan pembangunan di desa. Sedangkan peserta yang hadir merupakan pihak yang memiliki hak pengambilan keputusan dalam Musrenbang Desa melalui pembahasan yang disepakati bersama. Peserta terdiri dari perwakilan masyarakat yang berada di desa, seperti: ketua RT/RW; kepala dusun, tokoh agama, ketua adat, wakil kelompok perempuan, wakil kelompok pemuda, organisasi masyarakat, pengusaha, kelompok tani/nelayan, komite sekolah dan lain-lain. Pada pelaksanaan Musrenbang Desa, pihak Kecamatan memberikan bantuan untuk konsumsi masing-masing sebesar Rp. 250.000. Namun ada syarat yang harus dilengkapi oleh desa agar bantuan tersebut bisa dicairkan. Syarat yang harus ada adalah melengkapi berkas administrasi yang terdiri dari 5 form yang harus diisi dan diserahkan pada saat akhir pelaksanaan Musrenbang Desa. Kelima form yang harus dilengkapi oleh desa adalah sebagai berikut:1. Berita Acara Musrenbang Desa (Form D.1)2. Daftar Hadir Musrenbang Desa (Form D.2)3. Daftar Kegiatan Prioritas Tahun 2010 yang dilaksanakan sendiri oleh

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

70

Desa (Biaya Swadaya, Gerbangdes atau Kerjasama Pihak Ketiga). (Form D.3)

4. Daftar Kegiatan Prioritas yang diusulkan ke Kecamatan (Biaya APBD Kabupaten). (Form D.4)

5. Daftar Delegasi Desa pada Musrenbang Kecamatan 2009 (Form D.5)

Untuk Musrenbang Kecamatan, pihak Bappeda juga telah membuat panduan yang menjadi acuan Kecamatan dalam melaksanakan Musrenbang Kecamatan. Yang dimaksud sebagai Musrenbang Kecamatan 2009 adalah forum musyawarah tingkat kecamatan tahun 2009 untuk mendapatkan masukan kegiatan prioritas dari desa dan menyepakati rencana kegiatan lintas desa pada tahun 2010. dalam hal pelaksanaannya, Musrenbang Kecamatan harus memperhatikan rencana pembangunan Kecamatan dengan mempertimbangkan hasil kinerja kegiatan tahun lalu serta mendengarkan masukan dari berbagai sumber dan peserta Musrenbang Kecamatan. Sumber-sumber yang dijadikan acuan dalam Musrenbang Kecamatan antara lain adalah Camat, anggota DPRD Kabupaten, para pejabat dari Dinas/Badan/Kantor yang terkait. Peserta yang hadir dalam Musrenbang Kecamatan adalah pihak yang berkepentingan dengan kegiatan prioritas dari desa untuk mengatasi permasalahan di wilayah kecamatan serta pihak-pihak yang berkaitan dengan atau terkena dampak hasil musyawarah. Peserta terdiri dari perwakilan masyarakat yang berada di desa, seperti: ketua RT/RW; kepala dusun, tokoh agama, ketua adat, wakil kelompok perempuan, wakil kelompok pemuda, organisasi masyarakat, pengusaha, kelompok tani/nelayan, komite sekolah dan lain-lain.

Pada Kecamatan yang bisa melengkapi berkas administrasi, maka akan diberikan bantuan sebesar Rp. 2.000.000 sebagai bantuan biaya konsumsi, namun biaya tersebut belum termasuk pajak. Syarat administratif yang harus diserahkan kepada Bappeda pada akhir pelaksanaan Musrenbang Kecamatan antara lain adalah:1. Berita Acara Musrenbang Kecamatan (Form K.1).2. Daftar Hadir Musrenbang Kecamatan (Form K.2).3. Daftar Kegiatan Prioritas 2010 yang diusulkan ke Kabupaten (Biaya

APBD Kabupaten). (Form K.3)4. Daftar Delegasi Kecamatan pada Musrenbang Kecamatan 2009 (Form

K.4).Selain itu berkas yang harus diserahkan pihak Kecamatan adalah

form D.1 sampai D.5 yang dihasilkan dan diserahkan Desa kepada Kecamatan. Sebelum masuk kedalam pelaksanaan Musrenbang Kabupaten,

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

71

hasil dari Musrenbang Desa dan Kecamatan di serahkan Kepada Bappeda dan oleh Bappeda dibagi kedalam sebuah forum yang dinamakan forum SKPD. Dimana nantinya masing-masing SKPD akan mendapatkan hasil dari Musrenbang Desa dan Kecamatan, serta akan melakukan pemilihan prioritas kegiatan yang akan dilaksanakan pada tahun 2010. forum SKPD terbagi menjadi tiga forum, yaitu: forum ekonomi, sosial budaya dan infrastruktur. Proses seleksi termasuk cutting (pemotongan/pembatalan) sebuah kegiatan yang diajukan oleh Desa dan Kecamatan dilakukan oleh SKPD. Setelah SKPD menyelesaikan proses tersebut maka, hasilnya diserahkan kepada Bappeda untuk dilakukan finalisasi kegiatan sesuai dengan kemampuan anggaran daerah. Namun sebelum itu, terlebih dahulu dilakukan Musrenbang di tingkat Kabupaten.

Musrenbang Kabupaten yang dilaksanakan di Kabupaten Kotabaru dilaksanakan pada bulan Maret. Pada tahun 2009, Musrenbang Kabupaten tersebut fokus kepada percepatan pembangunan kualitas sumber daya manusia, pertumbuhan ekonomi dan penanggulangan kemiskinan. Pelaksanaan Musrenbang Kabupaten dihadiri oleh seluruh SKPD di lingkup Pemerintah Kabupaten Kotabaru, seluruh Camat dan Kepala Desa/Lurah yang ada di Kotabaru. Musrenbang Kabupaten diharapkan dapat menjadi forum untuk menyeleksi dengan ketat kegiatan prioritas yang akan diusulkan melalui sumber pendanaan sendiri dan sumber pendanaan yang lain yaitu APBD Provinsi, APBN serta dari program Community Development (CD) ataupun program Corporate Social Responsibility (CSR) dari perusahaan yang ada di Kabupaten Kotabaru.

C.3. Prioritas Perencanaan Pembangunan di Kabupaten KotabaruPenyusunan RKPD merupakan hasil tindak lanjut dari pelaksanaan

Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Daerah yang dilaksanakan dari tingkat Desa, Kecamatan dan Kabupaten yang merupakan implementasi dari sistem perencanaan Bottom Up. Pada dasarnya penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Kotabaru bertujuan untuk mewujudkan sinergitas antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan pembangunan antarwilayah, antarsektor pembangunan, antar tingkat pemerintah serta mewujudkan efisiensi alokasi sumber daya dalam pembangunan daerah.

Sebelum itu, perlu dijelaskan juga dasar perencanaan pembangunan daerah di Kabupaten Kotabaru adalah impelemnentasi dari visi dan misi daerah yang kemudian dijabarkan kedalam rencana pembangunan yang berkelanjutan. Visi pembangunan Kabupaten Kotabaru

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

72

adalah “Terwujudnya pembangunan Kabupaten Kotabaru yang berkelanjutan menuju masyarakat yang demokratis, religius, adil dan sejahtera”. Visi tersebut mengandung pengertian bahwa Kabupaten Kotabaru dalam periode pembangunan lima tahun ke depan akan mengerahkan dan memanfaatkan segenap sumberdaya untuk mewujudkan masyarakat religius yang sejahtera dalam bingkai tata pemerintahan dan pelayanan publik yang adil dan demokratis.

Berdasarkan Visi Pembangunan Daerah Kabupaten Kotabaru di atas ditetapkan 5 (lima) Misi Pembangunan Daerah Kabupaten Kotabaru 2006-2010, yaitu:a. Melanjutkan dan meningkatkan jangkauan serta kualitas pelayanan

kesehatan dan pendidikan serta mengembangkan kehidupan beragama untuk menciptakan SDM yang sehat, beriman, bertaqwa, berakhlak mulia, cerdas, memiliki etos kerja tinggi, sedisiplin, serta memiliki daya saing secara global.

b. Meningkatkan upaya pembangunan dan perekonomian rakyat yang berbasis pertanian dan perikanan, memacu dan meningkatkan pembangunan industri berbasis SDA sebagai komoditas unggulan, usaha perdagangan dan industri pariwisata yang berskala nasional dan internasional sehingga terbuka kesempatan kerja dan kesempatan berusaha yang adil dan merata untuk kasejahteraan seluruh masyakakat.

c. Melanjutkan dan meningkatkan serta terus menyempurnakan berbagal sarana dan prasarana pernupnjang pembangunan baik di perkotaan maupun di perdesaan sehingga tercipta perkotaan dan perdesaan yang maju serta hubungan kota-desa yang saling sinergis dalam konsep agropolitan.

d. Mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa serta bebas KKN dan dapat memberikan pengayoman dan pelayanan yang prima kepada masyarakat serta menjamin tegaknya supremasi hukum yang berkeadilan dan perindungan hak asasi manusia.

e. Meningkatkan kesadaran yang tinggi pada seluruh lapisan masyarakat terhadap kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup guna terjaminnya pembangunan yang berkelanjutan.

Dalam menentukan pembangunan daerah di Kabupaten Kotabaru terdapat kebijakan dasar yang menjadi acuan dalam menyusun rencana pembangunan yaitu, kebijakan umum pembangunan yang pada tahun ini melanjutkan dari kebijakan pembangunan dari tahun sebelumnya yang merupakan cerminan dari pelaksanaan RPJMD Kabupaten Kotabaru 2006-

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

73

2010. disamping itu juga terdapat kebijakan untuk memantapkan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan pada kawasan strategis dan cepat tumbuh (Pembangunan Pusat Kawasan Bisnis Kotabaru, Pembangunan Kawasan Terpadu S2TS (Sebelimbingan, Stagen, Tarjun, Serongga), Pembangunan Kota Terpadu Mandiri (KTM) Sengayam, Pembangunan Kawasan Pesisir (Tanjung Samalantakan dan sekitarnya, Pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus /KEK Mekarputih/Lontar., Pembangunan Kawasan industri (pertambangangan Pulau Sebuku), Pembangunan Kawasan Agroindustri Pariwisata Pulau Laut dan Kelumpang. Pembangunan Kawasan Pulau-Pulau kecil (Gugusan Pulau Sembilan, Pulau Lari Larian dan sekitarnya), Pembangunan Pengelolaan Kawasan Lindung (Sebatung dan Meratus), Pembangunan Kawasan Agropolitan (Berangas) dan Terminal Agribisnis (Magalau).

Disamping itu yang termaktub di dalam kerangka kebijakan umum daerah adalah Pembangunan yang Pro Poor, Pro Job, dan Pro Growth (Pembangunan berpihak pada penanggulangan kemiskinan, peningkatan kesempatan kerja dan pertumbuhan) dengan didukung SDM yang profesional, data yang akurat dan iklim usaha/suasana keamanan yang kondusif. Terakhir, juga terdapat tiga agenda kebijakan umum daerah yaitu pemberdayaan kecamatan sebagai SKPD yang mengelola kegiatan dan anggaran, mendukung dan mensukseskan pelaksanaan pemilu baik pemilu Legislatif dan pemilu Presiden, serta peningkatan peran masyarakat setempat dan swasta dalam pelaksanaan pembangunan.

Mengacu pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah yang mengalami perubahan sebagaimana Permendagri No.59 tahun 2007 tentang Perubahan atas Permendagri Nomor : 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, untuk mengejar dan mewujudkan visi dan misi tersebut perlu adanya prioritas dan sasaran pembangunan Kabupaten Kotabaru Tahun Anggaran 2009. Ada 7 (Tujuh) Prioritas dan Sasaran Pembangunan Kabupaten Kotabaru yaitu :1. Peningkatan penanggulangan kemiskinan

Data tahun 2007 jumlah keluarga miskin di Kabupaten Kotabaru sebanyak 19.515 Rumah Tangga atau sebanyak. 68.911 orang maka perlu adanya penanganan khusus untuk mengentaskan kemiskinan tersebut, dimana sasaran prioritas yang hendak dicapai adalah sebagai berikut : a. Peningkatan koordinasi dan sinkronisasi perencanaan, pelaksanaan

dan pengawasan program dan kegiatan penanggulangan kemiskinan

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

74

(Gerbangdes, Gerbangmastaskin, PNPM Mandiri, Keluarga Harapan, SKPD, Community Development/ CSR dan sebagainya).

b. Pemantapan indikator dan pendataan kemiskinan.c. Penurunan rumah tangga miskin (4000 Rumah tangga).d. Peningkatan penanganan penyandang cacat, orang miskin, orang

terlantar dan lainnya.

2. Peningkatan akses pendidikan yang berkualitasKeberhasilan pembangunan sangat ditentukan oleh Sumber Daya manusia sebagai pelaksana pembangunan. Pembangunan akan berhasil jika kualitas Sumberdaya manusianya handal. Salah satu sarana untuk mengingatkan kualitas manusia adalah dengan pendidikan, karena dengan pendidikan kecerdasan dan keterampilan manusia dapat meningkat. Adapun yang akan dicapai dalam prioritas ini adalah sebagai berikut : a. Bebas Buta Huruf / Buta Aksarab. Peningkatan paud, percepatan tuntas wajar 9 tahun dan

menengah.c. Peningkatan pengendalian pelaksanaan bebas SPP s/d SLTAd. Peningkatan pemenuhan prasarana dan sarana pendidikan s/d SLTAe. Peningkatan mutu tenaga pendidik dan siswaf. Pembinaan pendidikan tinggi

3. Peningkatan akses kesehatan yang berkualitasPembangunan kesehatan juga merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dan pembangunan ekonomi serta berperan penting terhadap penanggulangan kemisikinan bagi pembangunan masyarakat. Sasaran yang hendak dicapai dalam prioritas ini adalah sebagai berikut: a. Penanggulangan penyakit menular dan Gizi burukb. Pe n i n g k a t a n p e n g e n d a l i a n p e l a k s a n a a n b e b a s b i aya

pengobatan jalan di Puskesmas.c. Peningkatan pemenuhan prasarana dan sarana (polindes/pos

siaga/poskendes, pustu dan puskesmas perawatan).d. Peningkatan pembinaan dan pemenuhan tenaga kesehatane. Peningkatan pembinaan pelaksanaan KBf. Peningkatan pembangunan Rumah Sakit Tipe B di Kotabaru dan Tipe

C di Serongga.

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

75

4. Peningkatan pemberdayaan masyarakat melalui revitalisasi pertanian, perikanan, kehutanan dan koperasi.Sektor pertanian merupakan penopang utama ekonomi Kotabaru sempai saat ini, tercermin dari sumbangan sektor pertanian terhadap pembentukan output PDRB mencapai 36,39 % sedangkan jumlah tenaga kerja yang bekerja di sektor pertanian sebesar 59,18 %. Dengan kondisi semacam ini perhatian pemerintah terhadap pelaku di sektor ini sangat diharapkan. Kebijakan pemerintah dalam pembangunan pertanian yang mencakup sub sektor tanaman bahan makanan, peternakan, perikanan, perkebunan dan kehutanan, bukan merupakan kebijakan tunggal (monopolicy) namun harus holistic policy, baik secara vertikal maupun horizontal, ini berarti dibutuhkan integrasi maupun sinkronisasi program baik antar tingkatan pemerintahan maupun koordinasi antar lembaga/unit satuan kerja dan dunia usaha beserta organisasi profesi yang lain.Sasaran yang akan dicapai adalah sebagai berikut : a. Perluasan / Percetakan sawah (2000 – 2500 Ha)b. Pengembangan komoditi unggulan (padi, jagung, kedelai,

pisang)c. Pengembangan sapi/kerbau dan unggas.d. Peningkatan pembangunan PPI.e. Peningkatan pengembangan perikanan budidaya dan pembinaan

perikanan tangkap.f. Pengembangan pembibitan pertanian, perkebunan, perikanan dan

kehutanan).g. Pengembangan Hutan Rakyath. Pengembangan kebun rakyat dengan komoditi unggulan (kelapa

sawit, karet, coklat, kelapa, gaharu dan jarak).i. Pengembangan agribisnis perdesaanj. Pengembangan dan penguatan kelembagaan koperasi dan UMKM

5. Peningkatan implementasi Good GovernancePemerintahan yang bersih, efektif dan efisien merupakan upaya untuk mewujudkan tata pemerintah yang baik (good governance), dengan tidak m e n i n g ga l ka n p r i n s i p – p r i n s i p d a s a r m a n a j e m e n m u l a i perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan yang diwarnai dengan prinsip transparansi akuntabilitas, efektifitas, dan efisiensi, yang akan menjamin kelancaran, keserasian dan keterpaduan tugas dan fungsi penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan. Untuk itu diperlukan langkah–langkah kebijakan yang terarah pada

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

76

sistem perencanaan pembangunan, perubahan kelembagaan dan sistem ketatalaksanaan kualitas sumber daya manusia aparatur serta sistem pengawasan dan pemeriksaan yang efektif. Sasaran yang akan dicapai adalah sebagai berikut : a. Peningkatan sistem perencanaan dan penganggaran berbasis

kinerja serta tertib pelaporannya.b. Peningkatan sistem pengawasan dan penerapan hukumc. Peningkatan pelaksanaan pelayanan satu atapd. Penguatan kelembagaan dan reformasi birokrasi Pemkab

Kotabarue. Penigkatan kualitas SDM aparaturf. Peningkatan penerimaan daerah, penerimaan pemerintah dan devisag. Peningkatan pembinaan keagamaan dan organisasi sosial

kemasyarakatan h. Peningkatan dan pengamanan aset daerahi. Pembangunan perumahan PNS secara bertahapk. Pemberdayaan SKPD Kecamatan dalam pengelolaan kegiatan d a n

anggaran.l. Peningkatan peran masyarakat / lembaga desa dalam

pembangunanm. Peningkatan efektivitas implementasi bebas KTP, akte dan

bantuan kematian.n. Pemantapan data base dan teknologi informasio. Peningkatan pelaksanaan Penelitian dan pengembanganp. Pemantapan pelaksanaan pemiluq. Peningkatan Penelitian dan Pengembangan

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

77

6. Peningkatan pembinaan investasi, perdagangan, penyerapan tenaga kerja dan pengelolaan sumber daya alam berwawasan lingkungan.Penciptaan iklim lingkungan usaha yang sehat akan mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi dan pada gilirannya memacu kegiatan investasi. Sasaran yang akan dicapai dari prioritas tersbut adalah sebagai berikut: a. Peningkatan pembinaan investasi bidang industri berbasis sumber

bahan baku lokal (Agroindustri dan industri pertambangan).b. Peningkatan pembinaan eksport dan perdagangan lokal / dalam

negeri.c. Peningkatan pembinaan tenaga kerja, pencari kerja dan

penempatannya.d. Peningkatan pembinaan pengelolaan hutan alam dan hutan

tanamane. Peningkatan pembinaan rehabilitasi dan reklamasi lahanf. Peningkatan pembinaan pengelolaan sumber daya kelautan /

perikanan g. Peningkatan pembinaan pembinaan sumber daya tambang

mineral dan migas.h. Peningkatan pembinaan penanggulangan dan penanganan

mitigasi bencanai. Peningkatan penanggulangan kegiatan ilegal (logging, fishing,

mining)j. Peningkatan pengelolaan kawasan lindung dalam mendukung

pemanfaatan jasa lingkungan dan perlindungan perubahan iklim.

7. Peningkatan pembangunan infrastruktur penunjang pembangunan.Infrastruktur merupakan pemicu pembangunan suatu wilayah serta sebagai roda penggerak pertumbuhan ekonomi dan pendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat. Kegiatan sektor transportasi merupakan tulang punggung pola distribusi baik barang maupun penumpang. Infrastruktur lainnya seperti kelistrikan dan irigasi merupakan salah satu aspek terpenting untuk meningkatkan produktivitas sektor produksi. Ketersediaan jaringan air bersih serta pengelolaan dan peningkatan layanan public yang dikelola oleh pemerintah seperti prasarana kesehatan, pendidikan, sarana transportasi dan sarana olahraga secara berkelanjutan sangat menentukan tingkat kesejahteraan masyarakat. Sasaran yang akan

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

78

dicapai dari prioritas peningkatan pembangunan infrastruktur penunjang pembangunan adalah sebagai berikut : a. Penyediaan air bersih (perkotaan dan pedesaan) dan sarana irigasib. Penyediaan listrik dan bahan bakar nabati di pedesaan serta

pembangunan power plant c. Pembangunan jalan lingkar Pulau Laut, pelabuhan Ferry Pulau Laut -

Pulau. Sebuku, pelabuhan Papaan dan bandara Gt. Syamsir Alam.d. Pembangunan perkantoran pemkab dan perumahan PNS di

Sebelimbingan.e. Pembangunan prasarana dan sarana olahraga.

Tabel 3.12.Program dan Kegiatan Pembangunan Infrastruktur Penunjang Pembangunan

Kabupaten Kotabaru

No Program Kegiatan Ket

(1) (2) (3) (4)

01 Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Kebinamarga an

Pengadaan Alat-alat Berat Pekerjaan UmumPembuatan/ pembangunan halaman parkir alat

berat dan jalan masuk

Pengadaan alat-alat laboratorium dan bengkel

Rehabilitasi / Pemeliharaan alat -alat berat

Pemeliharaan Rutin workshop Didnas PU Kotab aru

Pengadaan Peralatan dan Perlengkapan Keselamatan operator alat berat

02 Program Pengembangan Dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa dan Jaringan Pengairan Lainnya

Perencanaan Pembangunan Jaringan Irigasi

Perencanaan Pembangunan reservoir

Pembangunan Pintu Air

Rehab/pemeliharaan jaringan irigasi (pendamping biaya umum DAK)

Rehab/pemeliharaan jaringan irigasi (DAK)

Monitoring, evaluasi dan pelaporan

03 Program Penyediaan Dan Pengelolaan Air Baku

Pembangunan Prasarana Pengambi lan dan Saluran Pembawa

04

Program Pengembangan, Pengelolaan Dan Konservasi Sungai, Danau Dan Sumber Daya Air Lainnya.

Pemeliharaan dan rehabilitasi embung dan bangunan penampung air lainnya

05

Program Pengendalian Banjir

Peningkatan pembersihan dan pengerukan sungai

Pembangunan prasarana pengaman pantai

06

Program Rehabilitasi Pemeliharaan Jalan Dan Jembatan

Pemeliharaan Jalan

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

79

f. Pembangunan jalan akses menuju poros Serongga perbatasan Kalimantan Selatan.

g. Pembangunan jalan poros desa – kota Kecamatanh. Pembangunan prasarana pariwisata (antara lain: Siring laut)i. Pembangunan prasarana ekonomi perkotaan (Kotabaru,

Serongga dan Sengayam).j. Penataan Tata Ruang dan Pertanahan pada kawasan strategis serta

penataan batas wilayah (Kabupaten/Provinsi).k. Penataan dan Rehabilitasi Kawasan pemukiman.

08 Program Pembangunan Wilayah Strategis Dan Cepat Tumbuh

Kegiatan Perencanaan Pengembangan Infrastruktur Kegiatan Pembangunan / Peningkatan Infrastruktur

Kegiatan Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan

09 Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan

Kegiatan Penat aan Lingkungan Permukiman Penduduk Perdesaan.

Kegiatan Pembangunan Jalan dan Jembatan

Perdesaan

Kegiatan Rehabilitasi / Pemeliharaan Jalan Beton Perdesaan.

Pembangunan infrastruktur Perkotaan

Kegiatan Pembangunan Jalan Beton Perdesaan.

10 Program Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (Rth)

Pemeliharaan ruang terbuka hijau (RTH)

11 Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Minum Dan Air Limbah

Penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan persampahan

Peningkatan operasi dan pemeliharaan p rasarana dan sarana persampahan

Monitoring,evaluasi dan pelaporan

12 Monitoring, Evaluasi Dan Pelaporan

Kegiatan Peningkatan pembangunan sarana dan prasarana olahraga

13 Program Pembangunan Prasarana Dan Fasilitas Perhubungan

Perencanaan Pembanguna n Prasarana dan Fasilitas Perhubungan

Penyusunan norma, kebijakan, standar dan prosedur bidang perhubungan

Sosialisasi Kebijakan di Bidang Perhubungan

14 Program Rehabilitasi Dan Pemeliharaan Prasarana Dan Fasilitas LLAJ

Rehabilitasi/Pemeliharaan

termianl/pelabuhan

15 Program Peningkatan Pelayanan Angkutan

Kegiatan pengendalian disiplin pengoperasian angkutan umum di jalan raya

Pengembangan sarana dan prasarana pelayanan jasa angkutan

16 Program Pembangunan Sarana Dan Prasarana Perhubungan

Pembangunan Gedung Terminal

Pembangunan Fasilitas Pendukung Sarana dan Prasarana Perhubungan

Sumber: Bappeda Kabupaten Kotabaru

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

80

Berikut adalah contoh tabel program dan kegiatan pembangunan infrastruktur penunjang pembangunan:

Pada pelaksanaan Musrenbang Kabupaten di Kabupaten Kotabaru, untuk tahun 2009 telah selesai dilaksanakan pada bulan Maret. Hasil usulan yang didapat mulai dari tingkat Desa, Kecamatan dan SKPD telah diakomodir sebanyak 2.710 kegiatan dengan jumlah dana Rp. 2.517 triliun. Pada kenyataannya kemampuan Kabupaten Kotabaru untuk membiayai perencanaan pembangunan daerah tidaklah cukup. Dana yang bersumber dari APBD sangat terbatas dibandingkan dengan jumlah usulan yang masuk, yakni hanya sekitar Rp. 749,2 Milyar. Untuk itu perlu adanya prioritas usulan yang benar-benar mendesak yang akan dibiayai dalam kegiatan pembangunan daerah.

C.4. Partisipasi Masyarakat dalam Penyusunan RKPD di Kabupaten Kotabaru

Masyarakat mempunyai peran penting dalam penyusunan perencanaan pembangunan daerah di Kabupaten Kotabaru. Mulai dari Musrenbang Desa kemudian dilanjutkan dengan Musrenbang Kecamatan, masyarakat telah mempunyai porsi yang besar untuk bisa ikut berpartisipasi di dalam perencanaan di tingkat desa dan kecamatan. Masyarakat di tingkat desa dan kecamatan dapat memberikan kontribusinya dengan menjadi peserta dalam Musrenbang Desa dan Musrenbang Kecamatan. Peserta memiliki hak pengambilan keputusan dalam Musrenbang Desa dan Musrenbang Kecamatan melalui pembahasan yang disepakati bersama. Peserta terdiri dari perwakilan masyarakat yang berada di desa dan kecamatan, seperti: ketua RT/RW; kepala dusun, tokoh agama, ketua adat, wakil kelompok perempuan, wakil kelompok pemuda, organisasi masyarakat, pengusaha, kelompok tani/nelayan, komite sekolah dan lain-lain. Asumsinya, hasil dari Musrenbang Desa merupakan perwujudan kesepakatan segenap komponen masyarakat desa. Dengan demikian tidak ada dikemudian hari yang merasa tidak dilibatkan dalam proses perencanaan pembangunan daerah di tingkat desa.

Namun pada kenyataannya pelibatan masyarakat tidak lah sejalan dengan kuantitas hasil Musrenbang yang digunakan sebagai prioritas kegiatan dalam perencanaan pembangunan. Hanya sekitar 10% saja yang bisa disetujui sebagai kegiatan dari seluruh hasil Musrenbang Desa dan Kecamatan se- Kabupaten Kotabaru. Usulan yang diajukan di tingkat Desa dan Kecamatan akan diseleksi lagi di tingkat SKPD. Biasanya SKPD sudah mempunyai prioritas kegiatan yang akan dilakukan pada setiap tahunnya,

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

81

dan lebih sering mengesampingkan usulan murni dari Desa dan Kecamatan. Sehingga ada kecenderungan dari tahun ke tahun tingkat kualitas partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan semakin menyusut. Sehingga Musrenbang Desa dan Kecamatan oleh beberapa pihak di Desa dan Kecamatan dianggap sebagai ceremony tahunan saja, yang harus dilakukan sebagai kewajiban dalam rangka memenuhi amanat peraturan perundangan.

C.5. Kendala-kendala dalam Penyusunan RKPD di Kabupaten KotabaruMeskipun terdapat aturan yang telah dijadikan acuan dalam

pelaksanaan pembangunan daerah di Kabupaten Kotabaru, namun tetap saja masih terdapat gap (kesenjangan) antara perencanaan dengan implementasi di lapangan. Kendala klasik dalam pelaksanaan perencanaan pembangunan di Kabupaten Kotabaru adalah kurangnya dana/anggaran. Saat ini sumber daya manusia yang berkompeten untuk merencanakan kegiatan mulai dari tingkat Desa, kecamatan bahkan sampai SKPD masih terbatas. Usulan yang muncul dalam Musrenbang seringkali bukanlah daftar kebutuhan yang urgen dan menjadi prioritas di Desa dan kecamatan. Saat ini usulan yang muncul adalah daftar permintaan, yang terkadang tidak sinkron dengan pencapaian rancangan rencana kegiatan yang mengacu pada RPJMD Kabupaten Kotabaru. Sehingga pada saat dikumpulkan dalam hasil usulan di tingkat Kabupaten, yang muncul adalah list yang tidak bisa ditampung dalam kegiatan karena anggarannya tidak mencukupi.

Untuk tahun 2009 saja jumlah usulan yang muncul pada Musrenbang Kabupaten adalah 2.710 dengan jumlah anggaran yang mungkin terserap adalah Rp. 2,517 triliun. Bisa dibayangkan dengan kemampuan daerah yang hanya mempunyai anggaran sebanyak Rp. 749,2 Milyar, maka itu menjadi suatu permasalahan tersendiri. Saat ini sebagai solusi untuk mengurangi jumlah usulan kegiatan, maka usulan kegiatan tersebut di kembalikan ke SKPD untuk dilakukan pemangkasan. Tentu saja upaya pengurangan usulan tersebut di dasarkan kepada prioritas yang betul-betul penting saja. Yang mengetahui seberapa penting kegiatan tersebut hanya SKPD yang tahu. Sehingga memang sekarang ini masih menggunakan list usulan dari SKPD.

Bappeda juga mempunyai PR (Pekerjaan Rumah) untuk sedikit menguras tenaga kembali ke Kecamatan, untuk membantu memangkas kegiatan yang tidak bisa dilakukan pada tahun tersebut. Pekerjaan Bappeda untuk kembali turun ke Kecamata sebenarnya merupakan kegiatan yang tidak efisien. Pekerjaan yang bisa dilakukan dalam satu kali ternyata pada

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

82

kenyataannya dilakukan beberapa kali. Kedepan, Bappeda mempunyai solusi untuk memberikan batasan usulan kepada Kecamatan dengan plafon anggaran sebesar Rp. 5 Milyar. Sehingga diharapkan nantinya pada saat Musrenbang Kabupaten, tidak terjadi lagi penggelembungan anggaran akibat list usulan yang sangat banyak. Dengan anggaran yang dibatasi, akan membuat Kecamatan berpikir ulang untuk membuat usulan kegiatan dan diharapkan akan benar-benar muncul kegiatan yang menjadi kebutuhan pembangunan di Kecamatan sesuai dengan skala prioritas yang dibuat oleh kecamatan.

Selain anggaran, kendala yang muncul adalah SKPD yang tidak bisa tepat waktu dalam mengumpulkan daftar prioritas kegiatan sebagai bahan Musrenbang di Kabupaten. Untuk kendala tersebut, inisiatif Bappeda adalah mendatangi SKPD yang belum mengumpulkan daftar kegiatan sebagai bahan Musrenbang Kabupaten. Seharusnya SKPD bertindak disiplin dan menaati jadwal yang sudah dibuat oleh Bappeda sebagai koordinator pengumpul bahan Musrenbang Kabupaten, sehingga tidak mengganggu jadwal yang sudah direncanakan.

Masalah lain yang muncul adalah akibat sering tidak bisa dilaksanakannya kegiatan yang sudah diusulkan oleh Desa dan kecamatan. Sehingga sering muncul dalam usulan baik di Desa dan kecamatan adalah usulan kegiatan yang sama dari tahun ke tahun. Ini menunjukkan tidak efektifnya Musrenbang yang dilaksanakan. Masyarakat pada akhirnya akan apatis dan menganggap kegiatan Musrenbang hanya semacam rutinitas saja.

Disamping untuk terus membenahi kualitas usulan, dan memperbanyak usulan dari Desa dan kecamatan yang bisa direalisasikan, masalah sumber daya manusia juga perlu diperhatikan. Saluran yang dibuka untuk bisa memberikan masukan dalam Musrenbang belum dimanfaatkan sepenuhnya oleh masyarakat. Disamping itu perlu dukungan dari masyarakat yang duduk sebagai anggota dewan yang mewakili kecamatan di seluruh wilayah Kabupaten Kotabaru. Mereka perlu lebih concern terhadap kebutuhan di wilayah yang diwakilinya. Namun pada kenyataaannya sangat sedikit anggota dewan yang bersedia turun kebawah untuk mendampingi masyarakat dalam Musrenbang baik di Desa dan Kecamatan. Alasan yang muncul adalah pada akhirnya pembahasan mengenai usulan kegiatan akan dibahas di DPRD, sehingga para anggota dewan lebih senang untuk membahasnya di lingkup dewan saja, tanpa harus tahu proses perencanaan di bawah.

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

83

D. Kabupaten Kota Waringin Timur

D.1. Gambaran Umum Kabupaten Kotawaringin TimurKabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) beribukota di Sampit,

merupakan kabupaten yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959 tentang penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan, termasuk Kabupaten Kotawaringin Timur. Kabupaten ini merupakan yang terbesar di Kalimantan Tengah. Sejak tahun 2001 terjadi pemekaran wilayah Kabupaten Kotawaringin Timur menjadi 3 (tiga) Kabupaten yaitu Kabupaten Katingan, Kabupaten Seruyan, serta Kabupaten induk yaitu Kabupaten Kotawaringin Timur.

Kabupaten Kotawaringin Timur secara astronomis terletak antara 111° 0' 50” - 113° 0' 46” Bujur Timur dan 0° 23' 14” - 3° 32' 54” Lintang Selatan dengan luas wilayah 16.496,00 km2. Pada tahun 2007 Kabupaten Kotawaringin Timur tercatat memiliki jumlah penduduk sebesar 322.081

2jiwa, sehingga kepadatan penduduk rata-rata adalah 19,52 Jiwa/km .Kabupaten Kotawaringin Timur memiliki 13 kecamatan dan 150

Desa/Kelurahan dimana pemerataan pembangunan dilakukan sesuai spesifikasi dan potensi masing-masing Desa/Kelurahan.

Tabel 3.13.Wilayah Administrasi Kabupaten Kotawaringin Timur

No Kecamatan Luas Wilayah (km2)

Jumlah Desa/Kelurahan

1 Mentaya Hilir Selatan

318,00

8

2 Pulau Hanaut

619,00

6

3 Mentaya Hilir Utara

723,00

7

4 Mentawa Baru/Ketapang

357,50

7

5 Baamang

591,00

4

6 Kota Besi

2.177,00

13

7 Cempaga

1.241,00

8

8 Parenggean

1.774,00

23

9 Mentaya Hulu

3.380,00

30

10 Antang Kalang 2.975,00 30

11 Seranau 547,50 4

12 Cempaga Hulu 1.183,00 6

13 Teluk Sampit 610,00 4

JUMLAH 16.496,00 150

Sumber Data : Kabupaten Kotawaringin Timur dalam Angka 2007/2008

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

84

Visi dan Misi Kabupaten Kotawaringin TimurBerdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang

Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Kepala Daerah terpilih wajib menyusun Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). Dasar dari dokumen daerah ini adalah visi dan misi Kepala Daerah terpilih yang merupakan janji yang harus diwujudkan. Kemudian ditambah dengan aspirasi dari masyarakat sehingga rencana pembangunan daerah

Tabel 3.14.Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk

Kabupaten Kotawaringin Timur Tahun 2007

No Kecamatan

Luas Wilayah (km2)

Jumlah Penduduk (jiwa)

Kepadatan Penduduk (jiwa/km2)

1 Mentaya Hilir Selatan

318,00

21.796

68,54

2 Pulau Hanaut 619,00

19.060

30,79

3 Mentaya Hilir Utara

723,00

12.315

17,04

4 Mentawa Baru/Ketapang

357,50

65.555

183,77

5 Baamang 591,00

39.975

67,90

6 Kota Besi 2.177,00

27.044

12,43

7 Cempaga 1.241,00

19.036

15,34

8 Parenggean 1.774,00

25.725

14,50

9 Mentaya Hulu 3.380,00

29.588

8,75

10 Antang Kalang 2.975,00

26.959

9,06

11 Seranau 547,50 11.359 20,76

12 Cempaga Hulu 1.183,00 14.934 12,62

13 Teluk Sampit 610,00 8.421 13,80

16.496,00 321.767 19,52

Tahun 2006 312.442 18,96

Tahun 2005 304.638 18,49

Sumber: Kotawaringin Timur dalam Angka 2007/2008, diolah

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

85

Kecamatan Mentaya Hulu merupakan kecamatan dengan wilayah 2paling luas yaitu 3.380,00 km yang dihuni sebanyak 29.588 jiwa. Sedangkan

Kecamatan Mentawa Baru/Ketapang merupakan Kecamatan dengan 2penduduk terpadat yaitu 65.555 jiwa dengan luas wilayah 357,50 km .

Wilayah Kecamatan Mentawa Baru/Ketapang juga merupakan pusat pemerintahan Kabupaten Kotawaringin Timur dimana kepadatan penduduk wilayah Kecamatan Mentawa Baru/Ketapang adalah 183,77

2jiwa/km . Luas wilayah masing-masing kecamatan dan distribusi penduduk seperti pada tabel berikut :

merupakan perencanaan yang partisipatif dan menyentuh kebutuhan masyarakat.

Visi Pembangunan Kabupaten Kotawaringin Timur tahun 2006-2010 adalah:“Terwujudnya Masyarakat Kotim Yang Madani, Berkompetensi dan Mandiri, Adil dan Sejahtera Dalam Suasana Agamis, Aman, Kebersamaan dan Kesetaraan”. Visi pembangunan daerah Kabupaten Kotawaringin Timur ini memiliki arti terciptanya masyarakat yang memiliki kesadaran dan ketaatan yang tinggi pada hukum, memiliki SDM yang berkualitas yang mampu mengangkat harkat, martabat dan kesejahteraan, menerapkan norma-norma dan ajaran agama, selalu menciptakan kondisi sosial yang kondusif, serta mengutamakan kebersamaan dan kesetaraan seluruh lapisan masyarakat dalam menikmati hasil pembangunan. Visi pembangunan Kabupaten Kotawaringin Timur juga sejalan dengan visi pembangunan daerah Provinsi Kalimantan Tengah yaitu ”Kalimantan Tengah Yang Maju, Mandiri dan Adil”. Motto Kabupaten Kotawaringin Timur adalah Habaring Hurung, berasal dari bahasa dayak, yang berarti bahandep/gotong royong dalam pita berwarna kuning bagian atas dan warna putih bagian bawah.

Untuk mewujudkan visi tersebut, dirumuskan beberapa misi sebagai langkah upaya mencapai visi kabupaten yang telah ditetapkan. Kemudian guna mewujudkan visi dan misi pembangunan daerah tersebut, diuraikan dan dijabarkan pula strategi dan arah kebijakan yang akan dilaksanakan dalam mencapai target tujuan pembangunan daerah pada tahun 2006 – 2010. Misi, strategi dan arah kebijakan Kabupaten

1Kotawaringin Timur tahun 2006-2010 dirumuskan sebagai berikut :

1 RPJMD Kabupaten Kotawaringin Timur Tahun 2005-2010, Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur, 2006

Misi 1 : Menjadikan Kabupaten Kotawaringin Timur sebagai pusat pembentukan dan pengembangan SDM berbasiskan imtaq, sains dan teknologi serta kearifan budaya lokal

Strategi Arah Kebijakan

“Gerbang Manasai” (Gerakan Pengembangan Masyarakat Agamis yang Bersatu, Amanah dan Sejahtera)

1) Meningkatkan dan memantapkan kerukunan hidup antar umat beragama sehingga tercipta suasana kehidupan yang harmonis dan saling menghormati dalam semangat kemajemukan melalui dialog antar umat beragama dan pelaksanaan pendidikan agama.

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

86

2) Meningkatkan kualitas hidup beragama melalui pembangunan sarana dan prasarana ibadah dan ritual semua agama secara proporsional dan mendorong kemandirian masyarakat di dalam membiayai kegiatan-kegiatan.

3) Peningkatan pemahaman ilmu pengetahuan dan teknologi yang seimbang dengan pengetahuan agama sehingga dampak destruktif dapat dihindari.

4) Meningkatkan kapasitas intelektual dan moral untuk mempertahankan dan menyebarluaskan nilai universal termasuk kedamaian, penegakan hukum, solidaritas.

5) Pengembangan kurikulum pendidikan formal maupun informal disesuaikan dengan kebutuhan pasar tenaga kerja dengan melaksanakan berbagai pelatihan dan bimbingan kepada masyarakat, melalui kerja sama dengan berbagai lembaga pendidikan swasta maupun pemerintah, baik lokal, regional maupun nasional.

6) Peningkatan akses dan perluasan kesempatan Pendidikan Anak Usia Dini (PADU); pendidikan dasar 9 tahun (SD/MI dan SMP/MTs), pendidikan lanjutan/kejuruan (SLA/MA/SMK) dan perguruan tinggi melalui pembangunan, pemerataan pemanfaatan berbagai fasilitas pendidikan, pengembangan model layanan, pedoman, kurikulum dan bahan ajar serta tenaga pendidik.

7) Peningkatan mutu pendidikan guna menciptakan situasi belajar yang menyenagkan, menumbuhkan sikap kerja keras, mandiri, kreatif, inovatif dan demokratis melalui penyempurnaan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dan memenuhi kebutuhan bisnis/pangsa pasar, Pendidikan Kecakapan Hidup (PKH), inovasi program Bridging Course dan Billingual; kualifikasi, kompetensi dan professional tenaga pendidik.

8) Pengembangan keterpaduan pola MPMBS dengan pola school grant untuk sekolah level menengah dan lanjutan yang potensial sehingga mampu mengembangkan diri dengan optimalisasis potensi sekolah dan pendidikan.

9) Meningkatkan managemen pendidikan di tingkat sekolah dan daerah dengan memperkuat kemampuan dan professional kepala sekolah dan pengelola pendidikan tingkat kabupaten, pemberdayaan dewan pendidikan melalui serangkaian pengembangan kapasitas.

10) Pengembangan kemitraan pendidikan secara tripartid antara masyarakat, swasta dan pemerintah dalam pengembangan akses perluasan dan kualitas pendidikan khususnya bagi anak yang kurang mampu dan berpotensi.

11) Meningkatkan kemampuan akademik dan professional serta meningkatkan kesejahteraan tenaga kependidikan sehingga

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

87

tenaga pendidik mampu berfungsi secara optimal yang pada akhirnya mampu menghasilkan siswa yang berkualitas.

12) Pengembangan pengetahuan dan teknologi yang berpijak pada basis moralitas dan etika yang kukuh.

13) Peningkatan mutu, distribusi dan keterjangkauan pelayanan kesehatan termasuk pembiayaan, sumberdaya dan managemen kesehatan.

14) Peningkatan kerjasama lintas sektor dalam rangka memenuhi hak-hak hidup sehat melalui program kesehatan.

15) Pemberdayaan keluarga dan masyarakat melalui peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku keluarga/masyarakat dalam perawatan dan pengasuhan usia dini, health seeking care dan kewaspadaan dan kesiagaan dalam menanggulangi masalah kesehatan.

16) Peningkatan mutu sumber daya manusia dan lingkungan dengan paradigma sehat, peningkatan mutu lembaga dan pelayanan kesehatan, pengembangan Jaminan Pemerliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM), dan peningkatan ketahanan sosial masyarakat dan kepedulian terhadap lansia, pensiuanan, penyandang cacat dan masalah sosial, peningkatan kualitas penduduk, pengawasan penggunaan obat psikotropika.

17) Peningkatan kedudukan dan peranan perempuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara serta peningkatan kualitas dan kemadirian organisasi perempuan.

18) Peningkatan usaha pembibitan dan pembinaan olah raga prestasi, pengembangan iklim kondusif bagi pengembangan generasi muda, pengembangan minat dan semangat kewirausahaan di kalangan generasi muda, dan perlindungan bagi generasi muda dari narkoba.

Misi 2 : Menjadikan Perekonomian Daerah Kotawaringin Timur yang Kuat dan Mandiri Bertumpu pada Ekonomi Kerakyatan yang Modern dan Berdaya Saing

Strategi Arah Kebijakan

“Gerbang Mentaya” (Gerakan Pengembangan Masyarakat Ekonomis, Tangguh dan Berjaya)

1) Penguatan institusi perekonomian rakyat dan mendorong tumbuhnya lembaga-lembaga pendukung di luar sistem pemerintah yang berfungsi merancang strategi pembangunan pedesaan melalui pengembangan industri kecil, agribisnis dan agroindustri, agribisnis dan agroindustri, pembentukan pusat informasi dan pusat kajian bisnis rakyat.

2) Mengembangkan sistem ekonomi kerakyatan yang berbasis potensi lokal dengan sistem agribisnis terpadu sebagai usaha pengganti di sektor kehutanan/perkayuan.

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

88

3) Peningkatan efisiensi produksi, kualitas produksi dan akses pemasaran sektor andalan daerah (pertanian, perikanan, perkebunan, kehutanan, pertambangan, perdagangan dan industri) melalui fasilitasi, subsidi dan teknikal assitance bagi usaha-usaha ekonomi kecil menengah.

4) Perlindungan usaha kecil/masyarakat dengan model subsidi menurun ataupun subsidi silang (cross subsidy) terutama terhadap penguasaan pemanfaatan ruang (melalui land management) dari usaha besar dengan marginal profit kepada usaha kecil atau kebutuhan sosial lainnya.

5) Pembinaan dan penyediaan permodalan serta jaminan usaha untuk menciptakan iklim yang memungkinkan masyarakat berkembang, memperkuat potensi atau merubah potensi menjadi peluang.

6) Peningkatan akses penduduk miskin pada sumberdaya ekonomi dalam rangka perbaikan dan meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan.

7) Peningkatan produktifitas budidaya pertanian.8) Peningkatan pengembangan sarana dan prasarana dalam rangka

peningkatan produksi dan produktifitas tanaman pangan dan hortikultura.

9) Peningkatan pembinaan kewirausahaan di bidang pertanian.10) Pembinaan dan pemantapan kelembagaan petani.11) Peningkatan populasi dan produktifitas ternak.12) Peningkatan produktifitas perikanan.13) Peningkatan produksi dan produktifitas tanaman perkebunan.14) Peningkatan pengelolaan sumber daya hutan dan lahan secara

optimal.15) Peningkatan upaya pelestarian sumber daya hutan, tanah dan air

serta lahan kritis rehabilitasi hutan dan lahan.16) Peningkatan pengelolaan lingkungan hidup dan sumber daya

alam.17) Pengembangan dan pembinaan pengelolaan hutan dan

pemanfaatan hutan.18) Peningkatan dan pengembangan keterkaitan antara industri

kecil, industri menengah dan industri besar dalam pola kemitraan usaha.

19) Penumbuhan wirausaha baru, industri kecil dan menengah secara terpadu.

20) Peningkatan informasi usaha dan perdagangan dalam rangka pemantapan dan perluasan pasar serta penanaman modal.

21) Pembinaan dan peningkatan perlindungan terhadap konsumen.22) Peningkatan pembinaan penambang bahan galian golongan C

dan B.

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

89

23) Peningkatan dan pembinaan usaha mikro, kecil dan menengah serta koperasi melalui penguatan modal usaha, pemasaran, kemitraan, penguasaan teknologi dan manajemen usaha.

24) Pembinaan dan peningkatan perluasan lapangan kerja.25) Mengembangkan sistem ketahanan pangan yang berbasis pada

keragaman sumber daya bahan pangan, kelembagaan dan budaya lokal dalam rangka menjamin tersedianya pangan dan nutrisi dalam jumlah dan mutu yang dibutuhkan dalam tingkat harga yang terjangkau dengan mempertahankan peningkatan pendapatan petani dan nelayan, serta peningkatan produksi yang diatur dengan Undang-Undang.

26) Peningkatan kualitas tenaga kerja.27) Peningkatan pembangunan dan pengembangan pariwisata.28) Peningkatan pelestarian, pembinaan dan pengembangan seni

dan budaya.29) Penguatan daya saing produk-produk lokal di pasar domestik dan

global melalui invensi, inovasi, dan teknologi untuk Usaha Mikro Kecil Menengah (UKM) dalam kerangka pengembangan kawasan andalan strategis dan cepat tumbuh.

30) Optimalisasi sektor agribisnis dan agro industri menjadi leading sector, dengan menempatkan dalam sebuah jaringan kegiatan yang utuh, terintegrasi dalam siklus industri hulu (backward lingkage) dengan industri hilir, pemasaran dan sektor jasa (forward lingkage).

31) Fasilitasi dalam mengembangkan kontak dagang dan investasi melalui delegasi perdagangan industri ke luar negeri.

32) Revitalisasi hubungan industri tripartit dalam menciptakan dan memanfaatkan struktur lapangan usaha dan perluasan lapangan kerja berdasarkan kekuatan dan potensi ekonomi lokal.

33) Menggali potensi-potensi peningkatan PAD untuk menempatkan fiskal daerah pada posisi berdaya, mandiri dan tangguh melalui penelitian, restrukturisasi dan reorientasi kelembagaan pemerintah.

34) Peningkatan PAD melalui sosialisasi pajak dan retribusi daerah untuk merubah dan memperbaiki serta meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat dan petugas pungut.

35) Kerjasama dan konsolidasi regional dan nasional dalam pembagian dasar pajak dan retribusi, perhitungan dan distribusi pendapatan daerah melalui bagi hasil.

36) Peningkatan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah serta merubah orientasi sistem manajemen pembiayaan pembangunan dari APBD oriented menjadi global financing scheme.

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

90

Misi 3 : Menjadikan integritas wilayah Kotawaringin Timur dalam ekonomi ruang dan keterhubungan fungsional

Strategi Arah Kebijakan 1) Pemantapan fungsi pelayanan sesuai RTRW Kabupaten

Kotawaringin Timur yang mempunyai keterkaitan sosial, ekonomi dan administrasi dengan mendorong berfungsinya Kota Sampit sebagai pusat pelayanan kota regional, Parenggean sebagai pusat pelayanan perkebunan dan kehutanan, Bagendang sebagai pusat pelayanan kawasan khusus industri dan pengangkutan dan Ujung Pandaran sebagai pusat pengembangan wilayah pesisir.

2) Mendorong tumbuhnya partisipasi masyarakat secara sistematis dalam perencanaan dan pengendalian tata ruang serta pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan.

3) Penciptaan sistem insentif dan disentif dan koordinasi lintas sektor dan kepentingan dalam pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan.

4) Pembuatan peta potensi sektor unggulan dan komoditas unggulan berdasarkan sebaran geografis yang mendorong terbentuknya aglomerasi infrastruktur ekonomi.

5) Pengembangan wilayah tertinggal secara terpadu berbasiskan Komunitas Adat Terpencil (KAT).

6) Pengembangan desa sebagai pusat pertumbuhan melalui pengembangan kota agribisnis, agro industri dan agropolitan.

7) Pengembangan wilayah pesisir dan laut secara terpadu melalui program MCRM, PEMP.

8) Pengembangan infrastruktur perdesaan.9) Pengembangan kawasan strategis dan prioritas yang dapat

menumbuhkan ekonomi perkotaan, keseimbangan sosial dan lingkungan hidup serta pendapatan masyarakat dan kota.

10) Peningkatan kemampuan sumberdaya manusia dan kelembagaan untuk pembangunan perkotaan dalam rangka peningkatan mutu manajemen lahan perkotaan.

11) Pengembangan manajemen lahan perkotaan berbasis GIS untuk mendorong pengembangan wilayah, kebijakan stabilitas harga tanah dan peningkatan PAD.

12) Pengembangan keterpaduan sistem jaringan prasarana jalan dengan kebijakan tata ruang wilayah yang merupakan acuan pengembangan wilayah dan meningkatkan keterpaduannya dengan sistem jaringan prasarana lainnya.

13) Peningkatan jalan strategis (jalan nasional, propinsi dan kabupaten) dalam rangka pengembangan wilayah, peningkatan distribusi barang dan jasa, dan interkoneksi dan interaksi sosial, ekonomi dan politik antar regional melalui kerjasama strategis dalam pembiayaan dan bantuan teknis.

“Gerbang Petak Danum” (Gerakan Pengembangan Pertumbuhan Kota dan Desa yang Harmoni, Aspiratif dan Merata)

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

91

14) Peningkatan jlaan perkotaan yang diarahkan pada perluasan wilayah kota dan mendorong terwujudnya kota satelit yang memiliki akses yang kuat secara fungsional antar pusat kota dan bagian wilayah Kota Sampit lainnya.

15) Peningkatan jalan pedesaan dalam rangka meningkatkan akses terhadap pemenuhan kebutuhan dasar, interaksi sosial dan ekonomi.

16) Pembangunan jembatan penyeberangan yang menghubungkan Kota Sampit dan Mentaya Seberang untuk menunjang pengembangan transportasi darat.

17) Pengembangan angkutan umum yang melayani jalur transportasi darat melalui pengembangan trayek-trayek angkutan dalam kota, luar kota dan antar daerah.

18) Pengembangan terminal sebagai titik pergantian moda dan naik turunnya penumpang dalam kota dan luar kota/daerah.

19) Pengembangan jaringan transportasi sungai yang diprioritaskan pada pelayanan interaksi antar sub pusat pelayanan dengan kluster-kluster pemukiman.

20) Penataan drainase dan pengendalian banjir kota melalui perencanaan, pembangunan dan pemeliharaan.

21) Pembangunan irigasi sesuai dengan rencana induk irigasi untuk meningkatkan produktifitas hasil pertanian dan pemantapan kompetensi wilayah agropolitan serta fungsi pelayanan dalam rencana tata ruang wilayah.

22) Peningkatan pembangunan air bersih untuk memenuhi kebutuhan dasar, melalui restrukturisasi dan reorientasi PDAM, eksplorasi dan pengendalian mutu air bawah tanah.

23) Peningkatan kapasitas pembangunan listrik dan telekomunikasi pedesaan dan perkotaan dalam rangka mendorong peningkatan ekonomi ruang wilayah.

24) Pembangunan fasilitas perdagangan regional dan lokal yang berfungsi sebagai pusat koleksi dan distribusi hasil produksi pertanian, perkebunan, perikanan, kehutanan dan industri kecil.

25) Pemantapan dan peningkatan kerjasama pengembangan pelabuhan multi purpose khususnya CPO dan peti kemas di Bagendang sebagai outlet terbesar di Kalimantan Tengah.

26) Pengembangan pelabuhan udara H. Hasan untuk mendukung pengembangan Kota Sampit sebagai pusat jasa dan bisnis.

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

92

Misi 4: Menjadikan masyarakat Kotawaringin Timur yang demokratis, tertib hukum, hidup dalam kebersamaan

Strategi

1) Reinventing governance melalui reorganisasi dan restrukturisasi birokrasi pemerintah dalam rangka meningkatkan fungsi pelayanan dan pembangunan.

2) Reorientasi program pembangunan daerah melalui perencanaan yang matang dengan prioritas terciptanya peluang berusaha bagi masyarakat melalui efisiensi dan efektifitas belanja pembangunan.

3) Peningkatan kinerja aparatur dengan mendorong peningkatan wawasan dan ketrampilan aparatur melalui pendidikan dan pelatihan.

4) Peningkatan inovasi dan rancang bangun program-program pembangunan yang lebih berkualitas, efektif dan membuka peluang bagi peran serta masyarakat.

5) Peningkatan penelitian dan pengkajian sebagai dasar perencanaan dan penetapan kebijakan.

6) Peningkatan system koordinasi aparatur pemerintah yang lebih efisien dan efektif serta tanggap terhadap aspirasi masyarakat khususnya dalam menghadapi perkembangan global.

7) Pemeliharaan ketertiban dan keamanan melalui law enforcement pada tingkat yang tolerable bagi keamanan suatu investasi.

8) Perbaikan peraturan tentang perijinan dalam upaya meningkatkan investasi di daerah.

9) Penciptaan iklim birokrasi yang mendorong tumbuhnya etika tata laksana pemerintahan yang cooperative, efektif, efisien, transparan dan akuntabel dalam penyelenggaraan pelayanan public.

10) Menciptakan pemerintahan yang bebas dari KKN melalui peningkatan kesejahteraan aparatur, system pengawasan yang menjamin akuntabilitas, transparansi dan perbaikan kinerja aparatur.

11) Pembangunan masyarakat melalui harmonisasi dan integrasi keberagaman etnis untuk saling percaya, hidup rukun dan berkeadilan.

12) Penegakan hukum secara adil melalui perbaikan sistem hukum yang profesional, bersih dan berwibawa.

13) Meningkatkan akses terhadap perlindungan hak-hak sipil dengan penegakan supremasi hukum secara tegas, adil dan tidak diskriminatif.

14) Penggalian kearifan lokal dan hukum-hukum adat untuk memperkaya sistem hukum dan kerangka kelembagaan hukum.

“Gerbang Mandau Telabang” (Gerakan Pengembangan Masyarakat yang Demokratis, Berdaulat, Tertib dan Berkeadilan serta Menjunjung Tinggi Harkat dan Martabat Bangsa)

Arah Kebijakan

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

93

15) Penciptaan iklim yang mendorong partisipasi masyarakat dalam menjaga ketertiban, kesadaran hukum dan HAM.

16) Peningkatan pendidikan dan budaya politik masyarakat demi terciptanya demokratisasi politik dan kesadaran politik dalam menempatkan hak dan kewajiban masyarakat.

17) Mendorong tumbuhnya forum dialog pertukaran gagasan antar budaya secara alamiah, terbuka dan demokratis, memahami perbedaan dan persamaan demi terwujudnya ketertiban dan kesatuan bangsa.

18) Peningkatan peran serta masyarakat dalam kehidupan politik, pemerintahan dan pembangunan daerah.

19) Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mentaati dan mematuhi hukum serta meningkatkan profesionalisme aparat dalam rangka menjalankan hukum secara konsisten, berkeadilan, menghargai hak asasi manusia, dalam kerangka penegakan supremasi hukum.

20) Pengembangan sistem ketentraman dan ketertiban umum yang mantap dan terpadu.

21) Peningkatan pengelolaan kearsipan dan dokumentasi daerah.

Visi, Misi, Strategi dan Arah Kebijakan yang telah ditetapkan tersebut dituangkan dalam RPJM Daerah Kabupaten Kotawaringin Timur Tahun 2005-2010, dimana RPJM Daerah tersebut ditetapkan dengan Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2006. Padahal menurut UU Nomor 25 Tahun 2004 pasal 19 ayat (3) RPJM Daerah ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah paling lambat 3 (tiga) bulan setelah Kepala Daerah dilantik. Sehingga berdasarkan UU tersebut maka RPJM Daerah Kabupaten Kotawaringin Timur seharusnya cukup ditetapkan dengan Peraturan Bupati Kotawaringin Timur, bukan dengan Peraturan Daerah sebagaimana saat ini.

Perencanaan pembangunan diawali dengan kesiapan dokumen. Pada tahun 2005 mulai disusun draft RPJM Daerah dan RPJP Daerah. Dokumen-dokumen yang diperlukan diperoleh dari berbagai SKPD yang terkait sehingga bahan yang dibutuhkan lengkap. 3 (tiga) hal yang menjadi perhatian Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur yaitu :1. Kemiskinan2. Infrastruktur (jalan dan jembatan)3. Pendidikan dan Kesehatan

Selanjutnya, masing-masing SKPD mempersiapkan Renstra berdasarkan RPJM dan RPJP.

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

94

D.2. Proses Penyusunan RKPD di Kabupaten Kotawaringin TimurProses pelaksanaan Musrenbang pada Kabupaten Kotawaringin

Timur dilakukan dengan berdasar pada UU Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Pendekatan yang digunakan adalah secara politik, bottom up, top down dan partisipatif, serta demokratik dimana proses Musrenbang dilakukan secara demokratis. Pendekatan politik memandang bahwa kepala daerah (Bupati) adalah proses penyusunan rencana, karena rakyat memilihnya berdasarkan program-program pembangunan yang ditawarkan oleh kepala daerah tersebut pada saat mencalonkan diri. Pendekatan secara bottom up dilakukan mulai dari tingkat terendah menurut jenjang pemerintahan yaitu Desa/Kelurahan. Pendekatan top down dilakukan menurut jenjang pemerintahan yang diselaraskan melalui musyawarah baik di tingkat Nasional, Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan, dan Desa/Kelurahan. Dan pendekatan partisipatif dilakukan dengan melibatkan semua pihak yang berkepentingan (stakeholders) terhadap pembangunan. Pelibatan tersebut dimaksudkan untuk mendapatkan aspirasi dan menciptakan rasa memiliki. Pendekatan partisipatif ini biasanya terjadi langsung saat Musrenbang dilakukan pada tiap tingkatan baik Desa/Kelurahan, Kecamatan, maupun Kabupaten.

Sebelum Musrenbang Desa/Kelurahan dilakukan, pada tiap RT/RW dilakukan ”kumpul warga” yang membahas apa saja yang bisa diusulkan pada Musrenbang Desa/Kelurahan. Hasil ”kumpul warga” tersebut direkap dan dijadikan acuan pada saat Musrenbang Desa/Kelurahan.

Untuk pelaksanaan Musrenbang Desa/Kelurahan, terlebih dahulu pihak Kecamatan akan mengedarkan surat yang berisi agar setiap Desa/Kelurahan melakukan Musrenbang Desa/Kelurahan pada bulan Januari dan agar disusun berdasarkan skala prioritas, serta hasilnya agar disampaikan kepada Kecamatan sebagai bahan Musrenbang di tingkat Kecamatan.

Menanggapi surat edaran tersebut, selanjutnya pada bulan Januari diselenggarakan Musrenbang oleh pihak Desa/Kelurahan. Pada Musrenbang Desa/Kelurahan ini dilibatkan berbagai unsur masyarakat seperti wakil-wakil dari kelompok, dusun dan tokoh masyarakat, serta unsur yang terkait lainnya di Desa. Pelibatan masyarakat dalam Musrenbang Desa/Kelurahan merupakan upaya penyerapan aspirasi masyarakat sebagai obyek dan subyek pembangunan. Sebagai obyek pembangunan berarti bahwa pembangunan diperuntukkan kepada masyarakat, sedangkan sebagai subyek pembangunan berarti bahwa masyarakat ikut terlibat dalam proses perencanaan dan penyelenggaraan pembangunan.

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

95

Pelaksanaan Musrenbang Desa/Kelurahan dilakukan dengan melibatkan Kecamatan sebagai pembina dan pendamping. Beberapa SKPD yang memiliki struktur atau wakil di tingkat Desa/Kelurahan juga turut terlibat dan memberikan usulan yang terkait dengan lingkungan setempat, seperti Dinas Pendidikan melalui sekolah-sekolah yang ada di Desa/Kelurahan setempat dan Dinas Kesehatan melalui Puskesmas Pembantu (Pustu) yang ada di tingkat Desa/Kelurahan. Disamping itu, pada penyelenggaraan Musrenbang Desa/Kelurahan tidak jarang pihak Bappeda turut menghadiri, hanya saja hingga saat ini sifatnya masih terbatas pada daerah perkotaan.

Hasil Musrenbang Desa/Kelurahan selanjutnya dibawa ke tingkat Kecamatan dan dijadikan sebagai bahan penyelenggaraan Musrenbang Kecamatan yang dilaksanakan pada bulan Februari (sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan oleh Bappeda). Pada Musrenbang Kecamatan, beberapa SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah), anggota DPRD, aparat Desa/Kelurahan, tokoh masyarakat, dan LSM turut hadir dan terlibat di dalamnya. Pihak SKPD terlibat langsung agar terjadi dialog dan tanya jawab dengan masyarakat mengenai rencana pembangunan yang akan diusulkan. SKPD atau instansi yang turut terlibat pada Musrenbang Kecamatan biasanya merupakan instansi teknis seperti Dinas Pekerjaan Umum (PU), Dinas Kehutanan dan Perkebunan, Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan melalui Puskesmas yang ada di tingkat Kecamatan serta Badan Pemberdayaan Masyarakat (BPM) sebagai fasilitator. Pada Musrenbang Kecamatan, usul-usul dari SKPD yang belum terakomodir dalam Musrenbang Desa/Kelurahan juga turut dibahas. Namun ada juga SKPD yang tidak terlibat dalam Musrenbang Kecamatan seperti Badan Lingkungan Hidup (BLH). Dalam menentukan perencanaan pembangunan, BLH mengadakan pertemuan secara internal yang membahas prioritas apa yang akan dijalankan. Hasil pertemuan tersebut berupa rencana instansi. Rencana instansi ini selanjutnya pada saat Musrenbang Kabupaten disesuaikan dengan pagu anggaran dan rencana kecamatan dimana kesemuanya disesuaikan dengan pagu anggaran yang tersedia. Contoh adalah masalah persampahan dimana akan dilakukan pengadaan tempat sampah, rencana alat pemadam (usulan kelompok Masyarakat Peduli Api).

Hasil Musrenbang Kecamatan tersebut selanjutnya dibuatkan berita acara yang memuat beberapa hal yang menjadi prioritas (berdasarkan kesepakatan dengan masyarakat yang terlibat pada penyelenggaraan Musrenbang Kecamatan). Salah satu cara yang digunakan untuk menentukan prioritas adalah berdasarkan skala prioritas yang

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

96

disampaikan oleh masing-masing Desa/Kelurahan (berdasarkan hasil Musrenbang Desa/Kelurahan). Selanjutnya skala prioritas tersebut direkap oleh pihak Kecamatan sesuai tingkat prioritas di tingkat Kecamatan.

Hasil Musrenbang Kecamatan dibawa ke tingkat Kabupaten sebagai bahan Musrenbang Kabupaten. Namun sebelum dibawa ke Musrenbang Kabupaten, hasil Musrenbang Kecamatan tersebut dibawa oleh masing-masing SKPD yang terkait untuk selanjutnya dibahas terlebih dahulu secara internal dan selanjutnya dibahas dalam forum SKPD. Forum SKPD ini diadakan untuk mensinergikan Rencana Kerja (Renja) yang dibuat oleh SKPD dengan yang diinginkan oleh masyarakat.

Hal yang berpengaruh dalam menentukan program prioritas dan akan dibahas pada forum SKPD adalah :1. Pelaksanaan lanjutan, dan2. Program dari kecamatan dan masyarakat.

Forum SKPD difasilitasi oleh Bappeda dan dihadiri oleh Dinas dan LTD serta Kecamatan. Dalam forum ini setiap kecamatan mempresentasikan program prioritas masing-masing kecamatan dan instansi teknis diberikan kesempatan untuk memberikan tanggapan terhadap program-program yang diusulkan oleh kecamatan untuk dilakukan sinkronisasi dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah serta visi-misi daerah yang tertuang dalam RPJM Daerah sesuai dengan lingkup masing-masing SKPD. Hasil forum SKPD selanjutnya menjadi rancangan awal Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) yang akan dibawa ke Forum Musrenbang Kabupaten.

Selain Forum SKPD, ada beberapa instansi/bidang yang juga memiliki forum/musyawarah kelompok tersendiri. Seperti bidang pertanian dimana ada forum Kontak Tani Andalan (KTNA) yang salah satunya dihadiri oleh Badan Ketahanan Pangan. Kelompok ini membahas isu bidang pertanian di Indonesia dan program yang diajukan pada Musrenbang Kabupaten biasanya sama dengan program bidang pertanian di Kabupaten lain. Sedangkan pada bidang kesehatan ada lokakarya mini yang melibatkan seluruh unsur kesehatan dari Dinas Kesehatan hingga Puskesmas Pembantu.

Dari penyelenggaraan Forum SKPD tersebut bisa diketahui bahwa SKPD/instansi teknis melaksanakan sinkronisasi usulan program dari kecamatan dengan visi dan misi daerah berdasarkan sektor yang ditanganinya serta disesuaikan dengan ketersediaan anggaran yang dialokasikan. Pada Musrenbang Kabupaten, pagu indikatif telah dibagi per-instansi/SKPD. Berdasarkan pagu indikatif tersebut, SKPD menentukan

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

97

beberapa program sesuai yang diusulkan secara bottom up. Pada forum ini juga terjadi pembahasan antar SKPD yang saling terkait menangani suatu sektor yang sama. Misalnya masalah gizi buruk yang dibahas bersama antara Dinas Kesehatan dengan Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Pertanian.

Hasil pembahasan dari Forum SKPD selanjutnya dibahas dalam Musrenbang Kabupaten dimana pada forum ini dilakukan pemaparan oleh instansi teknis dan ditanggapi oleh kecamatan, sehingga terjadi sinergi program-program yang diusulkan secara top down dan bottom up. Seperti pada bidang Perhubungan dimana pembangunan dermaga lebih banyak diusulkan oleh pihak Desa (bottom up) sedangkan untuk lalu lintas angkutan jalan diusulkan oleh SKPD (top down).

Musrenbang Kabupaten pada dasarnya merupakan rancangan akhir RKPD, dan dilaksanakan pada bulan Maret setiap tahunnya. Hasil Musrenbang Kabupaten tersebut selanjutnya akan menjadi bahan Musrenbang lanjutan yaitu tingkat provinsi dimana akan dilakukan pemilahan terhadap program-program pembangunan. Bila menurut ruang lingkup dan pembiayaan ada program yang menjadi kewenangan provinsi maka akan diambil alih oleh Pemerintah Provinsi. Demikian pula untuk proses selanjutnya hingga sampai pada Musrenbang Nasional, sehingga tidak terjadi tumpang tindih dari tingkat Nasional hingga Desa/Kelurahan.

D.3. Prioritas Perencanaan Pembangunan di Kabupaten Kotawaringin Timur

Penyusunan program pembangunan tahunan daerah disusun dengan menggunakan 5 (lima) pendekatan, yaitu pendekatan politik, teknokratik, partisipatif, atas-bawah (top down) dan bawah-atas (bottom up). RKPD sebagai salah satu rencana pembangunan daerah maka dalam penyusunannya juga menggunakan dokumen RPJMD sebagai acuan karenanya substansi RKPD dan RJPMD haruslah mempunyai keterkaitan. Pemerintah Kotawaringin Timur telah menetapkan prioritas untuk masa pembangunan 5 tahun (2005-2010) yang dituangkan dalam RPJMD yang mana prioritas ini dijadikan acuan dalam penyusunan RKPD. Kesembilan prioritas tersebut yaitu :1. Peningkatan Pelayanan Umum2. Peningkatan Ketertiban dan Keamanan3. Pemberdayaan Perekonomian Daerah4. Perbaikan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Pelestarian Lingkungan

Hidup

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

98

5. Pembangunan Perumahan dan Fasilitasi Umum7. Pengembangan Pariwisata dan Budaya8. Peningkatan Kualitas Pendidikan9. Peningkatan Perlindungan Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat

9 (sembilan) program prioritas pembangunan daerah tersebut merupakan program yang mendesak untuk segera dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi riil di daerah dan harus bisa diwujudkan dalam jangka waktu 5 tahun. Program prioritas itu kemudian diturunkan ke dalam program kerja pembangunan daerah tahunan.

Prioritas pembangunan daerah untuk tahun 2009 seperti tertuang 2dalam dokumen RKPD 2009 adalah sebagai berikut :

1. Peningkatan akses dan kualitas pendidikan Prioritas kegiatan pembangunan pendidikan yang akan dilaksanakan :?Pemerataan dan perluasan akses pelayanan pendidikan melalui

penyediaan sarana dan prasarana serta tenaga pendidik/guru untuk semua jenjang pendidikan, khususnya bagi pencapaian target pelaksanaan penuntasan Pendidikan Wajib Belajar 9 (Sembilan) tahun;

?Peningkatan kualitas tenaga pendidik dan kependidikan melalui pembinaan dan pengembangan kompetensi tenaga pendidik dan kependidikan melalui pendidikan dan pelatihan serta sertifikasi bagi guru; dan

?Pengembangan sekolah menengah kejuruan guna memenuhi kebutuhan tenaga yang memiliki keahlian dan terampil yang sesuai dengan tuntutan pembangunan dan dunia kerja.

Tahapan dalam menentukan prioritas tidak sama antara bidang satu dan bidang lainnya. Untuk bidang pendidikan, tidak hanya program fisik yang diperhatikan tetapi juga program non fisik. Perencanaan untuk program non fisik lebih besar dari program fisik misalnya program beasiswa karena hal ini terkait dengan kemiskinan. Bila kemiskinan di suatu daerah besar maka beasiswa pendidikan yang diberikan akan besar pula. Program lainnya yang diperhatikan yaitu berkenaan dengan kurangnya jumlah guru, kurangnya mutu guru karena mengajar di luar bidang keahlian yang dikuasainya, dan sebagainya.

2 Dikutip dari RKPD Kabupaten Kotawaringin Timur tahun 2009

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

99

2. Peningkatan pelayanan dan kualitas kesehatan masyarakat Prioritas kegiatan tahun 2009 :?Peningkatan pelayanan dan kualitas kesehatan masyarakat dilakukan

melalui pelayanan kesehatan gratis bagi masyarakat di Puskesmas;?Peningkatan pelayanan kesehatan bagi masyarakat sampai daerah

terpencil;?Peningkatan pemerataan obat; ?Fogging, vaksinasi, peningkatan surveillance, dan obat pendamping,

serta pemberantasan penyakit menular; ?Penyuluhan gizi, cara hidup dan lingkungan sehat; ?Pelayanan gratis ibu hamil dan penanganan persalinan bagi

masyarakat kurang mampu; ?Pemberian insentif bagi tenaga kesehatan, dan pengangkatan tenaga

kontrak; dan ?Diklat bagi tenaga kesehatan.

Prioritas perencanaan pembangunan di bidang kesehatan pada dasarnya adalah menyelesaikan permasalahan sehingga bukan berdasarkan keinginan masyarakat, seperti pemberian makanan tambahan sebagai salah satu cara mencegah terjadinya kasus gizi buruk, maupun penempatan tenaga kesehatan di Desa untuk meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat di daerah terpencil, bukan dengan cara pembangunan Puskesmas Pembantu (Pustu). Secara keseluruhan, perencanaan pembangunan yang dibuat untuk bidang kesehatan 75% adalah menyelesaikan masalah yang terjadi di masyarakat dan 25% untuk pembangunan fisik. Dari 75% tersebut, 70% – 80% dilakukan di wilayah perkotaan karena masalah kesehatan sebagian besar terjadi di wilayah perkotaan seperti demam berdarah. Cara –cara yang dilakukan antara lain penyemprotan, pembagian abate, penyuluhan, sosialisasi, dan sebagainya.

3. Peningkatan dan Pembangunan InfrastrukturPrioritas yang dilaksanakan pada tahun 2009 : ?Peningkatan dan pembangunan infrastruktur dilakukan melalui

peningkatan, pemeliharaan, dan pembangunan jalan dan jembatan (lingkungan, dan Kabupaten);

?Pembangunan infrastruktur air bersih pedesaan; ?Kebersihan dan penataan kota; ?Pengembangan dan pengelolaan jaringan irigasi rawa dan jaringan

pengairan lainnya.

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

100

Usulan infrastruktur dibuat secara berkelanjutan seperti jalan dimana setiap tahun dilakukan pengaspalan jalan secara bertahap.

4. Pengembangan Ekonomi Kerakyatan Kegiatan pembangunan yang dilakukan :?Revitalisasi perkebunan dan pertanian;?Pengembangan perkebunan serta penyediaan bibit karet, kelapa, dan

nilam;?Penyuluhan perkebunan, pertanian, dan perikanan;?Konsolidasi kawasan buah-buahan dan sayur-sayuran;?Pengembangan dan pembinaan teknis padi dan palawija;?Pengembangan sentra pembibitan ayam buras, sapi potong;?Penyebaran dan pengembangan ternak dengan pola ranch mini;?Pengembangan/pelayanan informasi pasar;?Pembangunan pasar desa;?Sosialisasi pemanfaatan sumber-sumber permodalan dan skim

kredit;?Pembuatan jalan usaha tani dan cetak sawah;?Intensifikasi lahan pertanian;?Pengembangan usaha tani dan penunjangan Penguatan Modal Usaha

Kelompok (PMUK);?Peningkatan dan pengembangan jaringan usaha koperasi/KUD;?Promosi dan pameran produk UMKM;?Diklat, bintek, dan magang, bagi Industri Kecil Menengah (IKM);?Pengawasan dan pengendalian sumber daya kelautan dan perikanan;?Optimalisasi pengelolaan dan pemasaran hasil perikanan; dan?Pengawasan kelancaran distribusi BBM.

5. Antisipasi serta Penanggulangan Bencana Banjir dan Kebakaran Lahan dan Hutan. Kegiatan prioritas yang diprogramkan adalah :?Pemeliharaan saluran drainase Kota Sampit;?Reboisasi dan penghijauan;?Pencegahan dan pengendalian kebakaran hutan;?Penanggulangan bencana dengan memberdayakan Satlak

Penanggulangan Bencana; dan?Penataan ruang terbuka hijau.

Disamping 5 (lima) bidang tersebut, ada penekanan-penekanan lain yang perlu mendapat perhatian sebagai pendukung kebijakan dari

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

101

Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Provinsi. Perlu diperhatikan pula kesinambungan pembangunan yang merupakan kelanjutan dari program tahun sebelumnya atau pun memuat program yang belum terakomodir pada tahun sebelumnya. Beberapa program tersebut antara lain :1. Kelanjutan program Mamangun dan Mahaga Lewu yang telah dimulai

dari tahun 2008;2. Kelanjutan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) dan

Program Percepatan Daerah Tertinggal dan Khusus (P2DTK);3. Kelanjutan program CWSHP;4. Penanganan masalah-masalah sosial seperti penyandang cacat, gepeng,

anak terlantar, dan orang jompo; dan5. Penyiapan data penduduk menghadapi Pemilu 2009.

Berbagai program prioritas dan isu-isu strategis yang telah dituangkan dalam dokumen rencana pembangunan daerah tersebut selanjutnya memerlukan komitmen dari pemerintah daerah dan juga berbagai pihak (stakeholder) dalam implementasinya. Karena tanpa dukungan yang kuat dari para stakeholder dan implementasi yang bagus maka semua program pembangunan hanya tinggal dokumen perencanaan dan sulit untuk bisa efektif mencapai tujuan dan sasaran seperti yang diharapkan. Maka setelah selesainya implementasi rencana program pembangunan 2009 atau pada tahun 2010 seharusnya sudah bisa dilihat seberapa besar perubahan yang terjadi sebagai hasil dari implementasi program-program tersebut. Perubahan yang diharapkan antara lain adalah perbaikan di bidang pendidikan, kesehatan masyarakat, infrastruktur, ekonomi kerakyatan, dan antisipasi serta penanggulangan bencana banjir dan kebakaran lahan dan hutan.

Pada tahun 2009 diadakan evaluasi terhadap program RPJP yaitu melihat sejauh mana program-program telah terlaksana dan berapa program yang belum dijalankan. Selanjutnya karena ada Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, maka pada tahun 2010 akan dilakukan evaluasi terhadap RPJMD sesuai SKPD masing-masing. RKPD disinergikan dengan Dinas/Instansi terkait.

D.4. Partisipasi MasyarakatUntuk memenuhi aspirasi masyarakat maka proses penyusunan

perencanaan pembangunan dilakukan dengan melibatkan masyarakat yaitu melalui forum Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) dalam berbagai tingkatan. Pada Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

102

Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah disebutkan bahwa Musrenbang adalah forum antar pemangku kepentingan dalam rangka menyusun rencana pembangunan daerah.

Selama ini peran masyarakat cukup bagus dan telah memberi banyak masukan bagi Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur. Namun salah satu faktor yang menentukan tingkat partisipasi masyarakat adalah geografis, di mana untuk wilayah perkotaan dan pedesaan berbeda.

Pada tingkat RT/RW telah lama dipersiapkan dan sering dirapatkan hal-hal apa saja yang akan diusulkan pada Musrenbang Desa/Kelurahan untuk pembangunan di tingkat RT/RW. Beberapa hal yang disarankan yaitu :1. Boleh saja pembangunan pesat dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten

namun harus tetap memperhatikan kebutuhan masyarakat bawah seperti jalan dan sistem pengairan (drainase), dimana jangan sampai terjadi di satu sisi pembangunan membawa dampak baik namun di sisi lain berdampak pada kerusakan lingkungan seperti air yang keruh yang mengganggu kesehatan masyarakat.

2. Perlu dipertegas tentang perijinan pembukaan lahan. Dimana perlu ada pembagian wewenang yang tegas antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

3. Perlu dilakukan kajian tentang laporan yang disampaikan oleh masing masing RT/RW pada Musrenbang Desa/Kelurahan serta tindaklanjutnya.

Pada Musrenbang Kecamatan juga terlihat bahwa yang diusahakan terwujud adalah program-program yang sifatnya berasal dari aspirasi masyarakat.

D.5. Kendala-kendala dalam Penyusunan RKPD di Kabupaten Kotawaringin Timur

Kendala dalam perencanaan pembangunan dapat berasal dari berbagai arah seperti masyarakat dan pemerintah. Secara umum, Kecamatan merasakan kendala-kendala dalam proses penyusunan perencanaan pembangunan yang terjadi di Kabupaten Kotawaringin Timur antara lain:- Minimnya sosialisasi kegiatan Musrenbang berakibat pada kurangnya

dukungan dan aspirasi masyarakat terhadap hal-hal yang akan diusulkan pada Musrenbang;

- Aspirasi yang disampaikan oleh masyarakat lebih banyak bersifat fisik daripada non fisik seperti kemasyarakatan, sosial budaya. Hal ini

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

103

disinyalir karena kurangnya pemahaman masyarakat akan pentingnya hal non fisik tersebut;

- Terbatasnya tempat, waktu dan dana untuk mengadakan pertemuan pertemuan RT/RW atau warga karena berbagai kendala seperti aktivitas kerja warga yang tinggi, dan sebagainya.

Namun kendala tersebut sebenarnya terjadi bukan karena keinginan masyarakat melainkan karena kurangnya sosialisasi akan waktu pelaksanaan (terkait dengan tingkat aktivitas warga) Musrenbang sehingga penyampaian aspirasi menjadi terhambat. Dan bila setelah proses Musrenbang berjalan secara berkelanjutan, warga yang mengetahui hal tersebut baik dari media cetak seperti koran maupun media elektronik biasanya akan datang langsung untuk menyampaikan aspirasi mereka baik ke Desa/Kelurahan maupun langsung datang ke Bappeda. Dalam hal ini, Kepala Desa//Lurah bersikap meneruskan aspirasi.

Di satu sisi partisipasi masyarakat pada saat Musrenbang baik tingkat Desa/Kelurahan maupun Kecamatan cukup baik. Namun hasil dari Musrenbang Desa yang dibawa sebagai bahan pada Musrenbang Kecamatan sebagian besar masih bersifat pembangunan fisik sedangkan untuk program-program bidang peternakan, pertanian, dan sejenisnya belum pernah diusulkan oleh masyarakat (bottom up). Untuk program fisik (infrastruktur) tersebut, Desa/Kelurahan mengalami kesulitan dalam hal menentukan anggaran karena ketidaktahuan dan tidak adanya pemberitahuan mengenai pagu anggaran sehingga belum bisa diperkirakan berapa program yang bisa diusulkan. Untuk Kecamatan pun demikian. Akibatnya setelah menjadi dokumen rencana pembangunan baru diketahui bahwa ada Kecamatan yang mendapatkan anggaran besar dan sebaliknya ada yang memperoleh anggaran kecil sehingga pemerataan pembangunan tidak tercapai.

Mengingat hal tersebut selalu terjadi, Pemerintah Kabupaten berusaha mencari solusi dimana bila saat Musrenbang Kabupaten program-program seperti bidang peternakan, pertanian, dan sejenisnya dibahas oleh SKPD (top down) terkait maka setelahnya akan disampaikan ke masyarakat melalui pihak Kecamatan maupun Desa/Kelurahan hingga diketahui oleh masyarakat.

Untuk bidang perkebunan kendala yang biasanya dihadapi adalah sebagian besar dana bersumber dari APBD, dan wajib sharing minimal 10% (Contoh. Dana Alokasi Khusus (DAK)). Sedangkan untuk APBN hanya digunakan untuk program yang sifatnya tugas pembantuan. Untuk tugas

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

104

pembantuan hampir 95% bersifat fisik dan wajib sharing dengan pimpinan daerah (Muspida). Dari kajian yang dilakukan Departemen Pertanian, ada kemungkinan tugas pembantuan tersebut dihapus dan masuk ke dalam Dana Alokasi Khusus (DAK). Namun belum jelas kapan akan dilaksanakan dan apakah akan terjadi tumpang tindih dengan APBD serta bagaimana juknisnya. Tahun lalu (2008) dana tugas pembantuan boleh digunakan untuk sarana prasarana tetapi tahun ini tidak diperbolehkan lagi oleh Pemerintah Pusat.

Kendala lain yang dirasakan (Studi kasus Desa Eka Bahurui) oleh masyarakat yaitu bukan pada proses Musrenbang tetapi pada realisasi program-program yang diusulkan. Dari usulan-usulan yang diajukan pada tahun 2003 hingga tahun 2007, baru pada tahun 2008 dan tahun 2009 ada realisasi program yang diusulkan oleh Desa Eka Bahurui, dimana pada tahun 2009 mendapatkan pembangunan Balai Desa oleh Kecamatan.

Selama ini masyarakat sering kali dijanjikan tentang realisasi program yang diusulkan dalam Musrenbang tetapi pada kenyataannya tidak pernah terwujud. Oleh karenanya pihak Desa mengusulkan agar memperoleh pemerataan dalam hal realisasi program dimana setiap tahun minimal masing-masing Desa terlaksana 1 program.

Kendala lain yang dirasakan oleh tokoh masyarakat adalah tentang cara memilih dan menyeleksi usulan yang masuk dari masyarakat. Karena pelaksanaan forum SKPD dan Musrenbang Kabupaten tidak efektif sebab waktu pelaksanaan hanya 1 (satu) hari sedangkan bahan yang harus dibahas cukup banyak, dan setiap Kecamatan harus memilih 3 (tiga) program yang dianggap prioritas. Hal ini bisa menimbulkan bias dalam menentukan prioritas apabila program prioritas yang dipilih tidak sesuai dengan aspirasi yang menjadi prioritas warga pada saat pelaksanaan Musrenbang.

Disisi lain, selama ini dalam penentuan perencanaan kurang memperhatikan proses secara bertahap karena kecenderungan penentuan perencanaan dilakukan berdasarkan konsep perebutan yaitu berdasarkan wilayah atau per-instansi/SKPD yang kemudian diturunkan per-bidang dan hasilnya dalam bentuk kegiatan-kegiatan. Akibatnya rencana pembangunan yang diambil selama ini kurang bagus karena tidak murni bottom up.

Dalam hal penyampaian dokumen (Renja SKPD), ada beberapa SKPD yang terlambat menyampaikan dokumen ke Bappeda. Salah satu cara yang digunakan oleh Bappeda adalah dengan melakukan jemput bola. Sehingga penyampaian dokumen Kabupaten Kotawaringin Timur ke Provinsi Kalimantan Tengah tidak pernah terlambat.

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

105

E. Kabupaten Barito Timur

E.1. Gambaran Umum Kabupaten Barito TimurKabupaten Barito Timur (Bartim) beribukota di Tamiang Layang,

merupakan kabupaten baru yang berdiri sejak tahun 2002, dibentuk berdasarkan UU No. 5 Tahun 2002. Pada tahun 2003 mulai dipimpin oleh Bupati hasil pemilihan DPRD, dan pada tahun 2008 dimulai babak baru yaitu pemerintah baru (Bupati) hasil pemilihan rakyat secara langsung. Kabupaten Barito Timur secara astronomis terletak antara 1°2' dan 2°5'

2Lintang Selatan, 114° dan 115° Bujur Timur dengan luas wilayah 3.834 km . Pada tahun 2007 tercatat memiliki jumlah penduduk sebesar 88.750 jiwa,

2sehingga kepadatan penduduk rata-rata adalah 23 Jiwa/km .Kabupaten ini memiliki 9 kecamatan yaitu Benua Lima, Dusun

Timur, Awang, Patangkep Tutui, Dusun Tengah, Pematang Karau, Paju Epat, Raren Batuah dan Paku. Kecamatan Dusun Timur rmerupakan kecamatan

2dengan wilayah paling luas yaitu 868 km yang dihuni penduduk sejumlah 17.686 jiwa. Di wilayah ini juga pusat pemerintahan Kabupaten Barito Timur berada. Sedangkan Kecamatan Dusun Tengah memiliki penduduk

2terpadat yaitu 24.918 jiwa dengan luas wilayah 549 km , dimana kepadatan 2penduduk di wilayah kecamatan ini adalah 45 jiwa/km . Luas wilayah

masing-masing kecamatan dan distribusi penduduk seperti pada tabel berikut:

Tabel 3.15.Luas wilayah dan Jumlah penduduk Kabupaten Bartim Tahun 2007

KecamatanLuas Wilayah

2(km )

Jumlah Penduduk

(jiwa)

Kepadatan Penduduk 2

(jiwa/km )

Benua Lima 258

5.718

22,16

Dusun Timur 868

17.686

20,38

Awang 203

5.510

27,14

Patangkep Tutui 255

5.783

22,68

Dusun Tengah 549

24.918

45,39

Pematang Karau 579

11.497

19,86

Paju Epat 664

3.600

5,42

Raren Batuah 186 6.790 36,51

Paku 272 7.248 26,65

Total 3.834 88.750 23,15

Tahun 2006 87.082 22,71

Tahun 2005 83.863 21,87

Sumber: Barito Timur dalam Angka 2007, diolah

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

106

Visi dan Misi Kabupaten BartimVisi dan misi calon Kepala Daerah merupakan janji yang harus

diwujudkan apabila terpilih menjadi kepala daerah nantinya. Visi dan misi tersebut akan dijadikan sebagai dokumen daerah (RPJMD), artinya visi dan misi kepala daerah menjadi rujukan dalam penyusunan rencana pembangunan di daerah. Di sisi lain, masyarakat memiliki aspirasi yang perlu diakomodir oleh pemerintah daerah sehingga aspirasi masyarakat perlu dimasukkan dalam rencana pembangunan daerah. Karena efektivitas pembangunan daerah tidak cukup hanya karena didukung oleh sumber daya yang melimpah, tetapi juga banyak faktor lain yang mempengaruhi, diantaranya adalah perencanaan yang partisipatif dan menyentuh kebutuhan masyarakat.

Visi pembangunan Kabupaten Bartim tahun 2008-2013 adalah: “Masyarakat yang sejahtera, berkualitas, memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) serta iman dan taqwa (imtaq) menuju gumi jari janang kalalawah”. Gumi jari janang kalalawah merupakan motto Kabupaten Bartim yang memiliki arti daerah yang subur makmur dan sejahtera untuk selama-lamanya.

Untuk mewujudkan visi tersebut, dirumuskan beberapa misi sebagai langkah upaya mencapai visi kabupaten yang telah ditetapkan dan diuraikan dalam rincian tujuan. Misi dan tujuan pembangunan Kabupaten

3Bartim tahun 2008-2013 dirumuskan sebagai berikut :

3 Dikutip dari RKPD Kabupaten Kotawaringin Timur tahun 2009

Misi 1: Memacu dan memperkuat ekonomi kerakyatan

Tujuan Sasaran

1. Mengembangkan ekonomi kerakyatan yang bertumpu pada pertanian agrobisnis dan agroindustri

a. Meningkatkan produktivitas dan kualitas , kontinuitas produksi sektor pertanian mendukung pengembangan agroindustri

b.

Meningkatkan teknologi pertanian dari teknologi tradisional ke tekonologi modern

c.

Berfungsinya lembaga-lembaga ekonomi masyarakat mendorong pengembangan sektor pertanian

d. Meningkatkan kualitas sumber daya petanie. Meningkatkan jiwa kewirausahaan petani

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

107

4. Mengembangkan tingkat pemenuhan kebutuhan sandang, pangan, papan, kesehatan dan pendidikan

a. Terpenuhinya secara kuantitas, kontinuitas, dan kualitas kebutuhan pangan bagi masyarakat di wilayah terpencil dan terisolasi

b.

Menurunnya ketergantungan masyarak at akan kebutuhan pangan beras

c.

Meningkatnya kesadaran masyarakat akan gizi seimbang

d.

Terpenuhinya kebutuhan pelayanan di bidang perumahan bagi masyarakat miskin

e.

Terpenuhinya kebutuhan pelayanan dasar di bidang kesehatan bagi penduduk miskin

5.

Membuka dan memfasilitasi peluang kerjasama perdagangan antar daerah dan antar pulau

a.

Meningkatkan jumlah dan jenis produk lokal yang diperdagangkan antar daerah dan pulau

b. Meningkatkan jumlah pedagang antar daerah dan pulau

f. Berkembangnya industri - industri pengolahan

hasil pertanian g.

Tersedianya fasilitas kredit yang terjangkau oleh petani

2. Memberdayakan sumber daya ekonomi yang produktif, home industri, koperasi, usaha kecil dan menengah dalam iklim usaha yang kondusif

a.

Meningkatkan kualitas SDM Koperasi dan UMKM melalui peningkatan ketrampilan teknis dan manajemen pengusaha dan pengelola usaha

b.

Tersedianya fasilitas kredit khusus pengembangan Koperasi dan UMKM

c.

Meningkatkan Koperasi yang aktif

d.

Meningkatkan penyerapan tenaga kerja pada usaha Koperasi dan UMKM

e.

Meningkatkan jumlah koperasi dan UMKM yang mendukung pengembangan agribisnis dan agroindustri

f.

Terwujudnya pelayanan perijinan terpadu

g.

Meningkatnya kontribusi Koperasi dan UMKM terhadap retribusi daerah

3. Mengembangkan hubungan kerja yang produktif antar pelaku ekonomi

a. Meningkatkan jumlah koperasi usaha mikro dan usaha kecil yang bermitra dengan usaha menengah dan usaha besar di bidang pemasaran dan permodalan

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

108

Misi 2 : Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang sadar iptek dan memiliki imtaq

c. Tersedianya prasarana dan sarana pendukung pelaksanaan tugas dan administrasi pendidikan yang memadai pada unit-unit kerja di lingkungan penyelenggara pendidikan

d. Meningkatnya ketersediaan prasarana laboratorium dan fasilitas pendukungnya pada jenjang pendidikan SLTP dan SLTAMeningkatnya kuantitas dan kualitas fasilitas serta e. mutu pendidikan yang ada agar layak bagi proses belajar mengajar

f. Meningkatkan kualitas pendidikan melalui upaya peningkatan kualitas tenaga pengajar, serta perbaikan mutu pembelajaranMeningkatkan relevansi pendidikan dengan dunia g.kerja sesuai dengan potensi sumberdaya alam kabupaten Bartim melalui pengembangan sekolah-sekolah kejuruan

Tujuan Sasaran

1. Mewujudkan peningkatan pengamalan ajaran agama, terwujudnya kerukunan inter dan antar umat beragama serta antar umat beragama dengan pemerintah

a. Meningkatkan prasarana dan sarana peribadatanb. Meningkatkan prasarana dan sarana pendidikan

pada lembaga-lembaga pendidikan agamac. Meningkatkan kerukunan antar umat beragamad. Meningkatkan partisipasi lembaga keagamaan

dalam pelaksanaan pembangunane. Meningkatkan jumlah dan kualitas masyarakat

yang melaksanakan ibadah naik hajif.

Meningkatkan jumlah dan kualitas kegiatan perayaan-perayaan hari besar agama

2. Mewujudkan perlindungan anak dan pemberdayaan perempuan

a.

Meningkatkan perlindungan terhadap anak dan perempuan

b.

Menurunkan kesenjangan perempuan dan laki -lakic.

Meningkatkan kompetensi perempuan

d.

Menurunkan tindak kekerasan terhadap anak dan perempuan

3. Meningkatkan pelayanan pendidikan dasar, menengah dan perguruan tinggi

a.

Meningkatkan kuantitas dan kualitas faislitas pembelajaran pada sekolah-sekolah

b.

Meningkatkan jumlah

fisik sarana dan prasarana bangunan sekolah

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

109

dan sungai serta memperhatikan kesejahteraan pekerja kesehatan

d. Terlaksananya pengobatan secara cuma -cuma pada tingkat puskesmas termasuk biaya administrasi

e. Terlaksananya pe mberian bantuan makanan tambahan secara rutin untuk meningkatkan

standar gizi kesehatan ibu dan balitaf. Terwujudnya pembangunan rumah sakit Tipe C di

Kabupaten Bartim g. Meningkatkan kesadaran masyarakat terutama

generasi muda atas bahaya narkotika, psikotropi ka dan obat-obatan terlarang lainnya

h. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pola hidup sehat dan pengelolaan lingkungan sehat

I. Terjaminnya ketersediaan obat -obatan di setiap puskesmas, pustu, dan poliklinik hingga wilayah pedesaan

h. Tersedianya beasiswa secara rutin bagi masyarakat yang kurang mampu untuk pemerataan kesempatan dan partisipasi mengenyam pendidikan

I. Tersedianya rumah baca dan perpustakaan keliling baik melalui darat maupun sungai

j. Meningkatnya ketrampilan kerja remaja yang tidak melanjutkan pendidikan pada jenjang pendidikan SLTA

k. Berkembangnya sistem monitoring dan evaluasi terhadap lembaga pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah dan swasta untuk menjamin terselenggaranya proses belajar mengajar yang efisien, efektif dan inovatif

l. Meningkatnya pelayanan pendidikan luar se kolahm. Berkembangnya lembaga penelitian untuk

menunjang pelaksanaan program pembangunan agribisnis dan agroindustri

4. Meningkatkan kualitas a. Meningkatkan jangkauan dan mutu pelayanan pelayanan kesehatan kesehatan bagi masyarakat

b. Meningkatnya pemerataan pelay anan kesehatan yang berkualitas

c. Tersedianya puskesmas keliling baik melalui darat

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

110

5. Meningkatkan pelayanan sosial dan memperkuat lembaga-lembaga sosial

a. Meningkatnya pembangunan sarana dan

prasarana lembaga-lembaga sosial

b.

Meningkatnya peranan lembaga-lembaga

sosial dalam pelaksanaan pembangunan

c. Meningkatnya partisipasi masyarakat menciptakan keamanan di lingkungan

d. Meningkatnya partisipasi masyarakat memelihara lingkungan

e.

Meningkatnya pemberian bantuan jaminan sosial bagi masyarakat

f.

Meningkatnya upaya pelestar ian dan pemeliharaan nilai-nilai budaya dan sejarah di Kabupaten Bartim

6. Membina generasi muda dan olahraga, partisipasi pemuda di bidang pembangunan, ekonomi, budaya, sosial dan ilmu pengetahuan

a.

Meningkatnya pembinaan dan pemberdayaan generasi muda dan olah raga

b. Meningkatnya partisipasi pemuda dalam pembangunan

c. Terhindarnya pemuda dari bahaya miras dan narkoba

d. Menurunnya jumlah kenakalan remaja dan pemuda

e. Meningkatnya partisipasi pemuda dalam pemeliharaan kesenian dan kebudayaan daerah

f. Meningkatnya jumlah pemuda tenaga terampilg. Meningkatnya pengetahuan remaja tentang

kesehatan reproduksi remaja (KRR)

7. Mengendalikan jumlah dan laju pertumbuhan penduduk termasuk imigrasi dari luar daerah melalui sistem administrasi kependudukan yang handal

a. Meningkatnya kualitas pelayanan administrasi kependudukan dan pencatatan sipil

b.

Meningkatnya pelayanan pelaksanaan keluarga berencana

c.

Meningkatnya kesadaran masyarakat akan keluarga berencana

j. Tersedianya tenaga dokter di setiap puskesmas k. Meningkatnya kesadaran masyarakat akan

perilaku hidup sehat.

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

111

dan langka yang Berkurangnya kegiatan pertambangan tanpa ijin d.dilindungi, termasuk (PETI) dan kegiatan kegiatan illegal logging serta -cagar alam dan cagar kegiatan lainnya yang merusak lingkungan dan budaya

pencemaran air

Misi 4: Membangun dan meningkatkan infrastruktur daerah

Misi 3: Mengelola sumber daya alam secara berkelanjutan

Tujuan Sasaran 1. Meningkatkan

pengelolaan sumber daya alam yang bertanggung jawab dengan memelihara kelestarian alam serta daya dukung nya agar bermanfaat bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat dari generasi ke generasi sesuai dengan kewenangan daerah

a.

Teridentifikasinya kawas an-kawasan pengembangan potensi sumberdaya alam

b.

Terkelolanya potensi sumberdaya alam yang berpihak kepada peningkatan kesejahteraan masyarakat

c.

Meningkatnya kualitas pengelolaan potensi sumberdaya alam dan lingkungan secara berkelanjutan

d.

Meningkatnya penataan ruang

2. Meningkatkan pengawasan dan perlindungan terhadap eksploitasi hasil hutan, tambang dan satwa liar

a. Meningkatnya fungsi kawasan hutan lindungb. Meningkatnya fungsi hutan sebagai pengat ur

kualitas dan kuantitas aliran airc. Meningkatnya areal hutan tanaman industri

(HTI)

Tujuan Sasaran 1. Membangun infrastruktur jalan

dan jembatan antar kecamatan dan antar desa serta antar kawasan-kawasan potensial pertanian

a.

Meningkatnya jangkauan jaringan transportasi darat hingga ke wilayah pedesaan

2. Meningkatkan koordinasi dan optimalisasi secara terencana dan terpadu dalam pemeliharaan jalan, jembatan, dermaga penyeberangan

a.

Meningkatnya kualitas jalan darat hingga ke wilayah pedesaan

b. Meningkatnya koordinasi antar pemerintah kabupaten dengan pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten tetangga melakukan

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

112

sungai serta terminal angkutan pemeliharaan dan pembangunan jalan darat negara, provinsi dan kabupaten

c. Meningkatnya kualitas dan kuantitas terminal

d. Meningkatnya kualitas dan kuantitas jembatanan dermaga

3. Mengembangkan irigasi dan a. Tersedianya jaringan irigasi untuk mengelola pengairan untuk

meningkatkan produktivitas pertanian

mengoptimalkan pertanian b. Terpeliharanya fungsi jaringan irigasi untuk meningkatkan produktivitas pertanian

4. Membangun dan a. Meningkatnya kualitas dan kuantitas jaringan meningkatkan infrastruktur infrastruktur pemukiman, jalan lingkungan, pemukiman jaringan listrik, jaringan komunikasi, air

bersih, drainase, dan pengggulangan banjir

5. Mengembangkan fasilitas Tersedianya de rmaga di kota kecamatan a.dermaga yang sulit dijangkau dengan jalan darat

6. Meningkatkan fasilitas lalu a. Meningkatnya fasilitas layanan lalu lintas lintas darat, dan jalan darat penyeberangan sungai b. Meningkatnya fasilitas layanan angkutan

sungai7. Menggerakkan dan

mendorong sektor swasta untuk ikut mengembangkan infrastruktur, baik dalam bentuk kemitraan maupun investasi murni serta menggerakkan partisipasi masyarakat pengadaan dan pemeliharaan infrastruktur

a. Meningkatnya partisipasi swasta untuk pengadaan dan pemeliharaan infrastruktur

b.

Meningkatnya partisipasi masyarakat untuk pengadaan dan pemeliharaan infrastruktur

8. Melaksanakan efisiensi dan optimalisasi pada setiap pos anggaran baik yang berasal dari APBN, APBD dan bantuan luar negeri dalam pembangunan infrastruktur

a.

Meningkatnya pengawasan terhadap penggunaan anggaran pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur

b. Meningkatnya jumlah anggaran yang terserap pada setiap pos pemeliharaan dan pengembangan infrastruktur

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

113

Misi 5 : Mewujudkan pemerintahan yang bersih, profesional, transparan dan bertanggung jawab

Tujuan Sasaran 1. Menata dan meningkatkan

kapasitas kelembagaan dan menyempurnakan sistem organisasi serta manajemen Pemerintahan Kabupaten Barito Timur yang lebih profesional, efisien dan efektif

a.

Meningkatnya efisiensi birokrasi b.

Meningkatnya transparansi dan akuntabilitas kinerja pemerintah

c.

Meningkatnya tertib administrasi pemerintahan dan kualitas pelayanan masyarakat

d.

Meningkatnya kerjasama daerah

e. Meningkatnya informasi dan komunikasi manajemen pemerintahan dan akses pemanfaatannya

2. Meningkatkan produktivitas sosok kerja aparatur pemerintah

a. Meningkatnya kualitas SDM aparat b.

Meningkatnya kemampuan pengelolaan keuangan dan kekayaan daerah

3. Menegakkan supremasi hukum

dan meningkatkan pendayagunaan aparatur pemerintah

a.

Menurunnya kasus pelanggaran hukum

b.

Menurunnya gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat

4. Meninjau kembali perda yang tidak relevan dan mengajukan perda baru yang berpihak pada

a. Dihasilkannya perda-perda baru yang berpihak kepada kepentingan masyarakat dan pengusaha

kepentingan pengembangan b. Meningkatnya kesadaran masyarakat dan dan kesejahteraan masyarakat

pengusaha untuk memenuhi kewajiban-kewajiban membayar pajak dan retribusi

c. Meningkatnya kesadaran dan partisipasi masyarakat dan pengusaha menjaga fungsi -fungsi kawasan sesuai dengan peruntukannya

5. Meningkatkan dan Meningkatnya sarana dan prasarana a.menyediakan sarana dan penunjang pemerintahan di tingkat prasarana penunjang desa/kelurahan, kecamatan, dan kabupaten pemerintahan dari tingkatan b. Meningkatnya kuantitas dan kualitas kabupaten, kecamatan, pelayanan pemerintahan di tingkat desa dan kelurahan dan desa kelurahan, kecamatan dan kabupaten

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

114

6. Meningkatkan fungsi kemitraan kerja yang seimbang dan harmonis dengan legislatif

a. Meningkatnya kemitraan dan kerjasama antara legislatif dan eksekutif

b.

Meningkatnya fungsi legislatif

7. Memelihara ketertiban dan keamanan masyarakat dan wilayah yang dilandasi kesadaran dan tanggung jawab, serta meningkatkan partisipasi politik masyarakat dalam menggunakan hak dan kewajibannya dalam bidangpolitik.

a.

Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pembangunan

b.

Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam menciptakan ketertiban dan keamanan

c. Meningkatnya partisipasi masyarakat laki -laki dan perempuan dalam bidang politik

Visi, misi, tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan tersebut dituangkan dalam RPJM Daerah Kabupaten Bartim Tahun 2008-2013, dimana RPJM daerah tersebut ditetapkan dengan Peraturan Daerah Nomor 17 Tahun 2008. Padahal menurut UU Nomor 25 Tahun 2004 pasal 19 ayat (3) RPJM Daerah ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah paling lambat 3 (tiga) bulan setelah Kepala Daerah dilantik. Sehingga berdasarkan UU tersebut maka RPJM Daerah Kabupaten Bartim seharusnya cukup ditetapkan dengan Peraturan Bupati Bartim, bukan dengan Perda.

E.2. Proses Penyusunan RKPD di Kabupaten Barito TimurProses pelaksanaan Musrenbang dimulai dari tingkat

desa/kelurahan. Musrenbang tingkat desa/kelurahan dilaksanakan pada bulan Januari setiap tahun dengan melibatkan berbagai unsur masyarakat seperti tokoh masyarakat, agama, pemuda. Pelibatan masyarakat dalam Musrenbang Desa/Kelurahan merupakan upaya penyerapan aspirasi masyarakat sebagai obyek dan subyek pembangunan. Sebagai obyek pembangunan berarti bahwa pembangunan diperuntukkan kepada masyarakat, sedangkan sebagai subyek pembangunan berarti bahwa masyarakat ikut terlibat dalam proses perencanaan dan penyelenggaraan pembangunan.

Pelaksanaan Musrenbang Desa/kelurahan dilakukan dengan melibatkan kecamatan sebagai pembina dan pendamping. Selain itu, proses penyelenggaraan Musrenbang Desa/kelurahan juga melibatkan Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa sebagai fasilitator. Namun keterlibatan BPMD dalam Musrenbang Desa/Kelurahan mengambil sampel sebanyak 2 desa dalam setiap kecamatan. Pada saat ini terdapat 10 kecamatan dan 103 desa/kelurahan di Kabupaten Bartim. Dengan demikian ada sekitar 20

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

115

desa/kelurahan yang menjadi sampel dalam pendampingan Musrenbang Desa/kelurahan. Hasil Musrenbang Desa/kelurahan selanjutnya dibawa ke tingkat kecamatan dalam waktu 1 minggu dan dijadikan sebagai bahan penyelenggaraan Musrenbang Kecamatan.

Musrenbang Kecamatan dilaksanakan pada bulan Februari hingga awal Maret dengan difasilitasi oleh Bappeda dan diikuti oleh beberapa instansi teknis yaitu Dinas PU, Badan PMD, Dinas Kehutanan dan Perkebunan, Dinas Kesehatan serta Dinas Pendidikan. Dalam forum ini dilakukan pemilahan dan prioritasi terhadap usulan program dari desa/kelurahan berdasarkan aspirasi masyarakat. Hasil dari Musrenbang Kecamatan selanjutnya dijadikan bahan oleh masing-masing SKPD terkait untuk melakukan penyusunan Rencana Kerja (Renja) SKPD, selain juga bahan dari bidang-bidang di lingkungan SKPD yang bersangkutan. Di tingkat SKPD dilakukan pemilahan terhadap usulan program berdasarkan urgensi/prioritas dan kewenangan yang dimiliki oleh SKPD. Hasil pemilahan di tingkat SKPD tersebut menjadi Rencana Kerja (Renja) SKPD.

Renja SKPD selanjutnya dimusyawarahkan pada forum SKPD yang difasilitasi oleh Bappeda dan dihadiri oleh Dinas dan LTD serta kecamatan. Dalam forum ini setiap kecamatan mempresentasikan program prioritas masing-masing kecamatan dan instansi teknis diberikan kesempatan untuk memberikan tanggapan terhadap program-program yang diusulkan oleh kecamatan untuk dilakukan sinkronisasi dengan RPJM Daerah serta visi-misi daerah yang tertuang dalam RPJM Daerah sesuai dengan lingkup masing-masing SKPD. Hasil forum SKPD selanjutnya menjadi rancangan awal RKPD yang akan dibawa ke Forum Musrenbang Kabupaten.

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

116

Dari proses tersebut bisa diketahui bahwa SKPD/instansi teknis melaksanakan sinkronisasi usulan program dari kecamatan dengan visi dan misi daerah berdasarkan sektor yang ditanganinya serta disesuaikan dengan ketersediaan anggaran yang dialokasikan. Sehingga SKPD mempunyai peran yang strategis dalam mensinkronkan visi misi daerah yang harus dicapai (top down) dengan aspirasi masyarakat di tingkat bawah (bottom up).

Upaya untuk meningkatkan kinerja SKPD dalam rangka perbaikan pelayanan publik melalui anggaran dilakukan dengan menaikkan pagu anggaran indikatif maksimal 20% yaitu bahwa untuk tahun anggaran berikutnya setiap SKPD diberikan batasan kenaikan anggaran maksimal sebesar 20% dari tahun anggaran sebelumnya.

Hasil pembahasan dari Forum SKPD selanjutnya dibahas dalam Musrenbang Kabupaten yang mana dalam forum ini dilakukan pemaparan oleh SKPD/instansi teknis dan ditanggapi oleh kecamatan. Musrenbang Kabupaten pada dasarnya adalah rancangan akhir RKPD. Hasil Musrenbang Kabupaten tersebut selanjutnya akan menjadi bahan Musrenbang lanjutan yaitu tingkat provinsi dimana akan dilakukan pemilahan terhadap program-program pembangunan yang menurut ruang lingkup dan pembiayaannya menjadi kewenangan provinsi maka akan diambil alih oleh pemerintah provinsi.

Musrenbang

Desa/Kelurahan

Musrenbang Kecamatan

Forum SKPD

Musrenbang Kabupaten

Beberapa desa difasilitasi oleh BPMD

Difasilitasi oleh Bappeda dan diikuti beberapa instansi teknis: Dinas PU, Din Kesehatan, Din Pendidikan, Dishutbun & BPMD

Paparan program prioritas oleh masing-masing kecamatan, ditanggapi oleh instansi teknis

Paparan program instansi teknis ditanggapi oleh kecamatan

Gambar 3.2.Alur Pelaksanaan Musrenbang di Kabupaten Barito Timur

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

117

E.3. Prioritas Perencanaan Pembangunan di Kabupaten Barito TimurPenyusunan program pembangunan daerah, menurut PP No. 8

tahun 2008, disusun dengan menggunakan beberapa pendekatan, yaitu pendekatan politik, teknokratik, partisipatif, atas-bawah (top down) dan bawah-atas (bottom up). RKPD sebagai salah satu rencana pembangunan daerah maka dalam penyusunannya juga menggunakan dokumen RPJMD sebagai acuan karenanya substansi RKPD dan RJPMD haruslah mempunyai keterkaitan. Pemerintah Kabupaten Bartim telah menetapkan prioritas untuk masa pembangunan 5 tahun (2008-2013) yang dituangkan dalam RPJMD yang mana prioritas ini dijadikan acuan dalam penyusunan RKPD.

Sebagai daerah baru yang masih memiliki berbagai keterbatasan baik keterbatasan infrastruktur, SDM dan kemampuan keuangan daerah, Kabupaten Bartim mengangkat 4 (empat) isu/permasalahan strategis yang

4mendesak untuk diselesaikan . Isu strategis tersebut adalah:1. Perekonomian daerah masih didominasi oleh sektor pertanian yang

masih bersifat subsisten, walaupun sektor pertanian memberikan kontribusi terhadap PDRB antara 2002-2007 rata-rata 53,28%. Pertanian yang bersifat subsisten yaitu kondisi dimana hasil pendapatan petani dari kegiatan pertanian hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari saja sehingga para petani tidak memiliki sisa lebih untuk meningkatkan kualitas hidupnya.

2. Masih rendahnya kualitas sumber daya manusia. 3. Prasarana dan sarana perhubungan dan jaringan listrik belum mampu

menjangkau semua wilayah permukiman penduduk4. Belum dikelolanya sumber daya alam dan fungsi kawasan secara optimal

dan berkelanjutan.5. Belum terciptanya tata pemerintahan yang baik (good governance).

Kemudian 5 (lima) prioritas yang dituangkan dalam RPJMD Kabupaten Bartim tahun 2008-2013, seperti yang telah diuraikan pada visi misi Kabupaten Bartim 2008-2013 diatas adalah :1. Program Peningkatan ekonomi kerakyatan. 2. Program peningkatan kualitas SDM3. Peningkatan pengelolaan dan pemanfaatan SDA4. Peningkatan infrastruktur pembangunan daerah5. Peningkatan kualitas pelayanan aparatur pemerintah

Artinya bahwa 5 (lima) program prioritas pembangunan daerah dan juga isu-isu strategis tersebut merupakan program yang mendesak

4 RPJMD Kabupaten Barito Timur Tahun 2008-2013, Pemerintah Kabupaten Barito Timur, 2008, hal. IV-1

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

118

untuk segera dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi riil di daerah dan harus bisa diwujudkan dalam jangka waktu 5 tahun sampai tahun 2013 mendatang. Program prioritas itu kemudian diturunkan ke dalam program kerja pembangunan daerah tahunan yang dituangkan dalam RKPD.

Program prioritas pembangunan daerah untuk tahun 2009 seperti 5tertuang dalam dokumen RKPD 2009 adalah sebagai berikut:

1. Peningkatan Ekonomi Kerakyatan. Untuk meningkatkan ekonomi kerakyatan tersebut diarahkan pada penciptaan lapangan kerja dan pengurangan kemiskinan dalam kerangka pembangunan berkelanjutan. Pada prioritas ini diletakkan pada upaya-upaya pokok yaitu:a. Memperkuat kelembagaan ekonomi untuk meningkatkan

kepastian usaha mengarah pada terciptanya mekanisme pasar yang berkeadilan bagi terwujudnya landasan perekonomian yang berdaya saing dan berdaya tinggi.

b. Meningkatkan investasi, mendorong basis produksi ekspor non migas serta memperkuat ketahanan pangan dengan menggerakkan sektor industri yang didukung pemanfaatan potensi sumber daya alam secara berkelanjutan, termasuk industri yang berbasis sumber daya alam, seperti agro, kehutanan, perkebunan, perairan, pertambangan dan sumber daya mineral.

c. Menjaga stabilitas peningkatan penerimaan keuangan daerah dan meningkatkan ketahanan sektor keuangan yang mampu mengenali dan mencegah terjadinya krisis.

d. Meningkatkan pertumbuhan melalui pemerataan kesejahteraan dan perluasan kesempatan berusaha untuk memenuhi kebutuhan pokok masyarakat terutama bagi penduduk miskin.

e. Mengembangkan usaha skala mikro, kecil, menengah dan koperasi sebagai tulang punggung sistem ekonomi kerakyatan dan memperluas partisipasi masyarakat dalam pembangunan.

f. Menyediakan sarana dan prasarana penunjang pembangunan ekonomi dan menciptakan iklim yang kondusif bagi peningkatan investasi daerah.

g. Memanfaatkan sumber daya alam (SDA) di daerah dengan tetap memperhatikan prinsip keberlanjutan dan kelestarian lingkungan.

5 Dikutip dari RKPD Kabupaten Barito Timur tahun 2009

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

119

2. Peningkatan Kualitas SDM. Prioritas peningkatan kualitas SDM ini dilakukan melalui peningkatan akses, pemerataan, relevansi dan mutu pelayanan sosial dasar terutama pendidikan dan kesehatan. a. Pembangunan pendidikan, diprioritaskan pada peningkatan

kualitas dan revelansi pendidikan dengan memberikan perhatian pada akses dan pemerataan pendidikan di semua jenis, jalur dan jenjang pendidikan terutama untuk menuntaskan wajib belajar sembilan tahun, antara lain dapat diukur dengan meningkatkanya angka partisipasi pendidikan, menurunnya angka putus sekolah, menurunnya angka buta aksara, meningkatnya rata-rata lama sekolah dan meningkatnya proporsi peserta didik yang lulus ujian akhir nasional.

b. Pembangunan kesehatan, diprioritaskan pada peningkatan pemerataan, keterjangkauan dan mutu pelayanan kesehatan dan gizi masyarakat, terutama bagi penduduk miskin dan masyarakat rentan serta penduduk daerah terpencil dan perbatasan. Upaya tersebut dilakukan melalui peningkatan promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat, peningkatan mutu lingkungan sehat, peningkatan upaya kesehatan masyarakat, pencegahan dan pemberantasan penyakit, perbaikan gizi masyarakat, peningkatan sumber daya kesehatan termasuk peningkatan kualitas dan pemerataan tenaga kesehatan, penyediaan dan pengendalian obat, pengawasan obat dan makanan, peningkatan kebijakan dan manajemen kesehatan termasuk pegembangan sistem informasi kesehatan.

c. Pembangunan pemuda, diarahkan untuk meningkatkan kualitas pemuda melalui partisipasi pemuda dalam berbagai bidang pembangunan, serta pembangunan sikap keteladanan, kemandirian, akhlak mulia dan disiplin di dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pembangunan olahraga diarahkan untuk meningkatkan budaya olah raga, kesehatan jasmani dan mental masyarakat, membentuk watak dan kepribadian, disiplin dan sportivitas tinggi, meningkatkan prestasi olahraga dalam kaitannya dengan pembangunan sosial dan ekonomi, yang mampu membangkitkan rasa kebanggaan nasional.

d. Pembangunan kependudukan dan keluarga berencana, diprioritaskan untuk pengendalian jumlah dan laju pertumbuhan penduduk melalui peningkatan kualitas pelayanan KB,

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

120

pemberdayaan dan ketahanan keluarga, peningkatan kualitas kesehatan reproduksi remaja, dan penguatan kelembagaan dan jaringan KB untuk menyerasikan kebijakan kependudukan dan menata administrasi kependudukan dalam mendukung perencanaan dan pelaksanaan pembangunan berkelanjutan.

3. Peningkatan Pengelolaan dan Pemanfaatan SDA. Terpulihnya kondisi sumber daya alam dan lingkungan hidup yang rusak, mencegah kerusakan yang lebih parah, terjaganya sumber daya alam dan lingkungan hidup yang masih baik serta peningkatan kualitas lingkungan hidup melaui perbaikan faktor-faktor pemicu kerusakan. Upaya-upaya diprioritaskan pada:a. Pemanfaatan potensi sumber daya alam secara efisien dan

optimal dalam mendukung perekonomian daerah melalui penerapan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan

b. Perlindungan dan konservasi sumber daya alam agar kualitas dan daya dukungnya tetap terjaga

c. Pengembangan sistem pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup berdasarkan prinsip-prinsip transparansi, partisipasi dan akuntabilitas, penegakan hukum dan perlindungan lingkungan global

d. Peningkatan kualitas dan akses informasi sumber daya alam dan lingkungan hidup dalam mendukung perencanaan pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan hidup

e. Peningkatan potensi sumber daya alam dan fungsi lingkungan hidup melalui kegiatan penelitian, pengkajian, observasi, rehabilitasi dan peningkatan keragaman melalui teknologi ramah lingkungan.

4. Peningkatan Infrastruktur Pembangunan Daerah. infrastruktur merupakan permasalahan umum di berbagai daerah di Kalimantan. Maka di Kabupaten Bartim, pelayanan sarana dan prasrana melalui peningkatan kapasitas dan kualitas pelayanan infrastruktur, peran pemerintah daerah dan BUMD dalam program pemeliharaan dan pengembangan infrastruktur merupakan salah satu prioritas dalam pembangunan daerah. pembangunan infrastruktur akan meningkatkan akses di dalam dan antar kabupaten, dalam rangka memperlancar transportasi angkutan barang dan manusia. Dalam jangka panjang, peningkatan sarana dan prasarana dasar seperti ini akan membawa dampak lanjutan yaitu pengembangan ekonomi daerah. prioritas

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

121

pembangunan ini diletakkan pada upaya-upaya pokok sebagai berikut:a. Meningkatkan penataan ruang dan pengelolaan pertanahan yang

didukung penegakan hukum yang adil dan transparan dengan mempertimbangkan hak masyarakat adat/hak ulayat , menyempurnakan sistem pendaftaran tanah, pemberian ijin dan status ruang yang mudah diakses oleh masyarakat, meningkatkan keserasian tata ruang dan pemanfaatan tanah dengan potensi wilayah dan ekosistemnya, dan pemnafaatan rencana tata ruang sebagai acuan dan perangkat koordinasi pembangunan antar daerah dan sektor

b. Mendorong pengembangan wilayah strategis dan cepat tumbuh terutama pada wilayah-wilayah yang mempunyai potensi SDA dan lokasi strategis untuk dikembangkan sebagai wilayah pertumbuhan antara lain dengan memfasilitasi pengembangan kawasan, mendorong industri pengolahan bahan baku dengan insentif yang tepat, mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan, serta meningkatkan kerjasama pembangunan dengan daerah-daerah tetangga

c. M e n g e m b a n g k a n p e r k o t a a n d a n p e r d e s a a n m e l a l u i pengendalian pertumbuhan kota-kota disertai dengan upaya u n t u k m e n g o r e k s i e k s t e r n a l i t a s n e g a t i f ya n g a d a s e p e r t i kemacetan lalu lintas dan polusi yang menurunkan kualitas perkotaan, pengembangan kota-kota menengah dan kota-kota kecil, p e n i n g k a t a n s i n e r g i ya n g s a l i n g m e l e n g k a p i a n t a ra kawasan perkotaan dan perdesaan dengan fokus pada peningkatan produktivitas dan pemberdayaan masyarakat desa dan penyediaan saran prasaran dasar, pengurangan kesenjangan pembangunan antara perkotaan dan perdesaan

d. Melakukan berbagai upaya guna meningkatkan ketersediaan kebutuhan dasar masyarakat di wilayah-wilayah yang masih tertinggal atau terpencil, terutama wilayah yang dihuni oleh komunitas adat terasing, sehingga tidak terjadi kesejangan yang lebar, dan merehabilitasi wilayah-wilayah yang rusak akibat konflik horisontal maupun vertikal agar kehidupan sosial, politik, ekonomi dan budaya masyarakat dapat pulih kembali dan sejajar dengan masyarakat lainnya

e. Memacu pengembangan di wilayah perbatasan agar masyarakat setempat menikmati hasil pembangunan seperti halnya masyarakat di daerah lain agar tidak tidak terjadi kesenjangan antara wilayah

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

122

perbatasan dengan wilayah tetangga yang lebih maju, serta untuk menghindari terjadinya konflik antar daerah

f. Mendorong percepatan pengembangan wilayah baik wilayah cepat tumbuh dan strategis, wilayah tinggal maupun wilayah perbatasan melalui program transmigrasi yang merupakan salah satu instrumen yang sangat penting terutama pada wilayah-wilayah yang memerlukan mobilitas tenaga kerja.

5. Peningkatan Kualitas Pelayanan Aparatur Pemerintah. Dalam rangka memberikan pelayanan publik yang baik, maka peningkatan kualitas pelayanan publik merupakan prioritas mengingat bahwa kabupaten ini merupakan kabupaten baru. Isu strategis ini difokuskan pada kebijakan pokok sebagai berikut:a. Meningkatkan kapasitas sumber daya manusia aparatur pada

semua tatanan struktur dan teknis fungsional melalui diklat struktural dan teknis, serta tugas belajar

b. Mendorong pengembangan kapasitas organisasi pemerintah daerah yang didasari oleh prinsip ramping struktur namun kaya fungsi sesuai PP Nomor 8 Tahun 2002

c. Memperkuat basis hukum pelaksanaan kebijakan Pemerintah Daerah dalam berbagai bidang pembangunan

d. Menggali potensi sumber daya pendapatan daerah yang tidak mempunyai efek negatif terhadap kesejahteraan masyarakat

e. Mengelola keuangan daerah berdasarkan prinsip ekonomis, efisiensi dan efektivitas

f. Melaksanakan perencanaan pembangunan daerah yang didasarkan pada tuntutan kebutuhan pengembangan berbagai sektor pembangunan daerah

g. Memperkuat terlaksananya prinsip akuntabilitas dalam seluruh siklus kebijakan penyelenggaraan pemerintah daerah

h. Mengkoordinasikan pengembangan potensi ekonomi daerah untuk kesejahteraan masyarakat melalui pemberdayaan seoptimal mungkin seluruh lembaga-lembaga teknis daerah

i. Menciptakan lingkungan yang kondusif bagi perkembangan daerah kecamatan di wilayah kabupaten

j. Memperkuat penyebaran informasi kebijakan daerah kepada masyarakat

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

123

Berbagai program prioritas dan isu-isu strategis yang telah dituangkan dalam dokumen rencana pembangunan daerah tersebut selanjutnya memerlukan komitmen dari pemerintah daerah dan juga berbagai pihak (stakeholder) dalam implementasinya. Karena tanpa dukungan yang kuat dari para stakeholder dan implementasi yang bagus maka semua program pembangunan hanya tinggal dokumen perencanaan dan sulit untuk bisa efektif mencapai tujuan dan sasaran seperti yang diharapkan. Maka setelah selesainya implementasi rencana program pembangunan 2009 atau pada tahun 2010 seharusnya sudah bisa dilihat seberapa besar perubahan yang terjadi sebagai hasil dari implementasi program-program tahunan tersebut. Serta setelah tahun 2013 maka seharusnya sudah bisa dilihat perubahan yang terjadi sebagai hasil pembangunan 5 tahunan (2008-2013). Perubahan yang diharapkan antara lain adalah perbaikan di bidang ekonomi, kualitas SDM, pengelolaan dan pemanfaat SDA, perbaikan infrastruktur serta kualitas pelayanan aparatur.

Dokumen RKPD 2009 yang telah disusun oleh Kabupaten Bartim memiliki sistematika yang berbeda dengan ketentuan pada PP No.8 Tahun 2008. Hal ini mengingat bahwa PP tersebut masih relatif baru yang ditetapkan dan diuandangkan pada tanggal 4 Februari 2008. Sedangkan penyusunan RKPD 2009 mulai dilaksanakan pada bulan Januari 2008. Sistematika RKPD Kabupaten Bartim tersebut adalah sebagai berikut:Bab I : PendahuluanBab II : Rancangan Kerangka Ekonomi dan Keuangan DaerahBab III : Prioritas Pembangunan DaerahBab IV : Program dan Rencana KerjaBab V : Ringkasan PendanaanBab VI : Penutup

Sedangkan menurut PP No. 8 Tahun 2008, sistematika RKPD paling sedikit mencakup:a. Pendahuluanb. Evaluasi pelaksanaan RKPD tahun laluc. Rancangan kerangka ekonomi daerah beserta kerangka pendanaand. Prioritas dan sasaran pembangunan daerahe. Rencana program dan kegiatan prioritas daerah

Sehingga kalau beberapa hal yang belum tercakup dalam dokumen RKPD 2009 tersebut adalah evaluasi terhadap pelaksanaan RKPD tahun sebelumnya serta sasaran sasaran pembangunan daerah. Sasaran pembangunan daerah pada dokumen RPJM Daerah Kabupaten Bartim 2008-2013 sebenarnya sudah tertuang seperti yang telah dicantumkan di atas,

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

124

sehingga untuk dokumen RKPD bisa di-breakdown dari RJPM tersebut menjadi sasaran tahunan. Namun demikian pada dokumen RKPD tersebut dituangkan juga upaya-upaya pokok dalam masing-masing prioritas.

E.4. Partisipasi Masyarakat dalam Penyusunan RKPD di Kabupaten Barito Timur

Untuk mewujudkan partisipasi masyarakat sebagai pemangku kepentingan dalam penyusunan rencana pembangunan daerah maka pelibatan masyarakat dilakukan melalui forum Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang). Masyarakat terdiri atas warga biasa, tokoh-tokoh masyarakat seperti tokoh agama dan adat serta kelompok-kelompok kepentingan dan kelompok profesional. PP No. 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah mengartikan Musrenbang adalah forum antar pemangku kepentingan dalam rangka menyusun rencana pembangunan daerah.

Dimulai dari Musrenbang di tingkat desa/kelurahan, dimana keterlibatan unsur masyarakat dalam musyawarah ini adalah dalam rangka mengusulkan berbagai program/kegiatan yang dibutuhkan. Semua usulan yang masuk dibahas dalam Musrenbang Desa/kelurahan untuk menentukan prioritas kegiatan mana yang didahulukan beserta pendanaannya. Dalam pembangunan di desa, pendanaan pembangunan bisa diperoleh dari beberapa sumber yaitu swadaya masyarakat, dana ADD (khusus untuk desa), dan dana pembangunan dari APBD. Usulan kegiatan yang dibahas dalam Musrenbang merupakan usulan kegiatan yang akan didanai dari APBD kabupaten. Dalam forum ini beberapa desa difasilitasi oleh BPMD Kabupaten.

Hasil-hasil Musrenbang yang berupa usulan-usulan tersebut akan dibawa ke Musrenbang Kecamatan untuk dibahas dalam rangka koordinasi dan sinkronisasi dengan desa/kelurahan lain dalam wilayah kecamatan. Usulan kegiatan besar yang tidak mampu dibiayai oleh desa/kelurahan menjadi beban pemerintah di tingkat atasnya. Dalam Musrenbang Kecamatan, unsur masyarakat yang terlibat berasal dari perwakilan desa/kelurahan yang telah ditentukan dari hasil Musrenbang Desa/kelurahan.

Pelibatan masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan daerah melalui Musrenbang sejak di tingkat desa/kelurahan ini telah mampu menyerap dan mewujudkan aspirasi masyarakat yang menyentuh secara langsung terhadap kebutuhan masyarakat. Sebagai contoh adalah

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

125

usulan pengadaan bibit karet. Usulan ini kemudian ditindaklanjuti oleh SKPD terkait yaitu Dinas Pertanian, sehingga kesulitan petani karet dalam pengadaan bibit pohon karet bisa diselesaikan. Usulan-usulan lain yang masuk dalam kegiatan Musrenbang antara lain adalah usulan-usulan pembangunan fisik, seperti infrastruktur dasar dan fasilitas fisik lain.

E.5. Kendala-kendala dalam Perencanaan Pembangunan di Kabupaten Barito Timur

Kendala-kendala dalam proses penyusunan perencanaan pembangunan yang terjadi di Kabupaten Bartim adalah seringkali usulan Rencana Kerja (Renja) dari SKPD terlambat, tidak disampaikan ke Bappeda secara tepat waktu. Untuk menyiasati hal ini maka Bappeda menyusun RKPD sementara dengan berdasar pada data-data dari Kecamatan (Musrenbang Kecamatan) dan setelah berkas dilengkapi, maka Bappeda akan melakukan penyesuaian sesuai yang diusulkan SKPD.

Untuk menjamin akuntabilitas penyelenggaraan proses penyusunan perencanaan pembangunan melalui tahapan Musrenbang dari tingkat desa/kelurahan hingga musenbang tingkat kabupaten perlu didukung dengan data-data yang akurat, yaitu selain dari dokumen hasil Musrenbang juga catatan-catatan, seperti notulensi, untuk melihat sejauh mana aspirasi masyarakat yang telah diusulkan bisa diakomodir dalam perencanaan pembangunan. Hal ini untuk menciptakan transparansi proses penyusunan perencanaan pembangunan daerah.

Dari ringkasan tersebut bisa dilihat bahwa dalam penyusunan perencanaan pembangunan daerah ada perpaduan antara pendekatan dari bawah (bottom up) yang menampung aspirasi masyarakat dan pendekatan dari atas (top down) berdasarkan acuan dari RPJMD. Sebagaimana tertuang dalam PP No. 8 Tahun 2008 pasal 17 ayat (2) yang berbunyi bahwa RKPD merupakan penjabaran dari RPJMD. Sedangkan RKPD sendiri merupakan hasil proses panjang yang diawali dari Musrenbang Desa/Kelurahan, Musrenbang Kecamatan, Forum SKPD, dan Musrenbang Kabupaten. Perpaduan pendekatan tersebut merupakan upaya untuk mengoptimalkan pencapaian hasil pembangunan secara lebih efektif sesuai dengan kebutuhan masyarakat serta visi misi daerah.

Sedangkan Bappeda memiliki peran sebagai pembina, fasilitator dan pengendali dalam proses penyusunan perencanaan pembangunan di daerah. Maka lembaga ini ikut bertanggung jawab apabila terjadi keterlambatan dalam proses penyusunan rencana pembangunan, seperti keterlambatan beberapa SKPD dalam menyampaikan usulan Renja kepada

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

126

Bappeda. Karena proses penyusunan perencanaan pembangunan saling berkaitan antara satu instansi dengan instansi yang lain baik dari sisi materi maupun waktu. Sehingga keterlambatan yang terjadi pada satu instansi akan berpengaruh terhadap ketepatan waktu penyelesaian dokumen perencanaan pembangunan daerah.

F. Kabupaten Sanggau

F.1. Gambaran Umum Kabupaten SanggauKabupaten Sanggau merupakan daerah terluas ke - 4 (12,47 %) dari

Kabupaten/Kota di Propinsi Kalimantan Barat serta terletak di tengah-tengah dan berada pada bagian utara daerah Propinsi Kalimantan Barat, dengan luas daerah 12.857,70 km² dan kepadatan penduduk rata-rata 30

ojiwa per Km². Kabupaten Sanggau yang terletak diantara 1 1” Lintang Utara o o odan 0 35” Lintang Selatan serta diantara 109 45” dan 111 11” Bujur Timur

dibatasi oleh Malaysia Timur (Serawak) di sebelah utara, Kabupaten Ketapang di sebelah selatan, Kabupaten Sekadau di sebelah timur dan kabupaten landak di sebelah barat.

Kabupaten Sanggau yang merupakan bagian dari Propinsi Kalimantan Barat pada awalnya mempunyai luas wilayah 18.302 km². Namun, pada tahun 2003 diterbitkan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2003 Tentang Pembentukan Kabupaten Melawi dan Kabupaten Sekadau di Propinsi Kalimantan Barat, Kabupaten Sanggau pecah menjadi dua, yakni Kabupaten Sanggau dan Kabupaten Sekadau, dengan luas wilayah baru 12.857,70 km². Dari kelanjutan Undang-Undang tersebut, maka Kabupaten Sanggau yang sebelumnya dibagi atas 22 kecamatan, setelah pemekaran mempunyai wilayah yang baru dengan 15 kecamatan.

Tabel 3.16.Kecamatan Dalam Wilayah Kabupaten Sanggau Tahun 2007

NoNama

KecamatanLuas Wilayah

Jumlah Desa / Kelurahan

Jumlah Penduduk (Jiwa) Laki-laki

Perempuan

Jumlah

123456789

KapuasMukokParinduBontiMeliauTayan HilirTayan HuluBalaiToba

123.424

119.480

59.390

29.719

135.932

57.52440.563

463.61641.521

25

8

14

9

18

151112

7

39.026

8.306

14.032

9.644

21.585

14.36913.99111.005

6.114

39.177

7.992

15.027

9.168

19.529

13.25213.48510.504

5.391

78.203

16.298

29.059

18.812

41.114

27.62127.47621.50911.505

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

127

Pada umumnya Kabupaten Sanggau merupakan daerah dataran tinggi yang berbukit dan berawa-rawa yang dialiri oleh beberapa sungai, di antaranya Sungai Kapuas, Sungai Sekayam, Sungai Mengkiang, Sungai Kambing, dan Sungai Tayan. Iklim Kabupaten Sanggau secara umum beriklim tropis dengan rata-rata hari hujan tertinggi 48 hari, terjadi pada bulan Januari. Sedangkan hari hujan terendah selama 12 hari. Rata-rata tinggi curah hujan terbesar 651 mm yang terjadi pada bulan Januari, sedangkan yang terendah sebesar 126 mm terjadi pada bulan Agustus.

Berdasarkan Tabel di atas, penduduk Kabupaten Sanggau pada akhir tahun 2007 berjumlah 382.594 jiwa dengan rincian penduduk laki-laki 194.503 jiwa, perempuan sebanyak 188.091 jiwa yang menyebar di 15

2kecamatan. Kepadatan penduduk adalah 30 jiwa per Km yang penyebarannya tidak merata antara kecamatan satu dengan kecamatan lainnya. Kecamatan Kapuas merupakan kecamatan yang padat penduduknya dan urutan pertama dibandingkan dengan kepadatan kecamatan lainnya dengan jumlah penduduk sebanyak 78.203 jiwa. Sedangkan kecamatan yang terkecil jumlah penduduknya adalah kecamatan Noyan dengan jumlah penduduk sebanyak 9.663 jiwa.

Kabupaten Sanggau merupakan kabupaten yang sangat potensial dan strategis karena kedudukannya secara geografis yang dapat menjadi salah satu pemicu perkembangan pembangunan daerahnya. Adapun nilai letak strategis Kabupaten Sanggau tersebut yaitu:a. Terletak di tengah-tengah Propinsi Kalimantan Barat yang berbatasan

dengan 4 (empat) Kabupaten yaitu : Kabupaten Sekadau, Kabupaten Ketapang, Kabupaten Landak dan Kabupaten Bengkayang.

b. Dilalui jalan lintas trans Kalimantan yaitu mulai dari Kalimantan Barat; Kota Pontianak melewati Tayan – Sosok – Pusat Damai – Kapuas sampai Kalimantan Tengah – Kalimantan Selatan – Kalimantan Timur Serawak dan Brunei Darussalam. Lintas trans Kalimantan ini direncanakan akan dibangun jalan kereta api.

101112131415

SekayamEntikongBeduwaiKembayanJangkangNoyan

149.737

26.25142.70056.130

154.98783.059

10

55

1111

5

13.588

6.5435.214

12.70013.404

4.982

13.378

6.5405.074

12.41512.478

4.681

26.966

13.08310.28825.11525.882

9.663

Jumlah 1.548.033 166 194.503 188.091 382.594

Sumber : BPS, Kabupaten Sanggau Dalam Angka 2008

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

128

c. Terletak pada jalur lintas Kabupaten Sekadau, Kabupaten Sintang, Kabupaten Melawi dan Kabupaten Kapuas Hulu.

d. Berbatasan langsung dengan luar negeri yaitu Negara Malaysia Timur (Serawak) dan telah memiliki pelabuhan darat internasional yaitu Pos Lintas Batas Entikong.

e. Dilewati jalur Sungai Kapuas yang terpanjang di Indonesia. Jalur Sungai Kapuas ini juga dilewati Kabupaten - Kabupaten di bagian timur Kalimantan Barat.

f. Termasuk dalam wilayah atau Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) yang semula adalah Kapet Sanggau sekarang menjadi Kapet Khatulistiwa karena bertambahnya wilayah Kabupaten Bengkayang, Singkawang dan Pontianak.

Visi Kabupaten Sanggau yaitu, “Pembangunan yang bertumpu pada pemanfaatan sumber daya daerah dan pada tahun 2010 menjadikan daerah Kabupaten Sanggau sebagai pusat agribisnis/ agroindustry, perdagangan yang maju, pertambangan yang ramah lingkungan serta peningkatan pendapatan asli daerah (PAD)”. Guna mewujudkan visi tersebut, kabupaten sanggau memiliki misi (1) Mewujudkan kesejahteraan rakyat, (2) Pemberdayaan masyarakat dan seluruh kekuatan ekonomi daerah, (3) Mewujudkan pembangunan yang lebih merata, (4) Mewujudkan mutu sumber daya manusia, (5) Mengupayakan tetap terjaganya stabilitas politik, ekonomi dan pertahanan keamanan serta tegaknya supremasi hukum dan perlindungan hak asasi manusia, dan (6) Mengoptimalkan peran dan fungsi aparatur pemerintah agar tertib dan berwibawa dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Kabupaten sanggau memiliki 3 (tiga) sektor basis yang memiliki peran besar dalam menunjang perekonomiannya yaitu sektor pertanian, industri pengolahan (terdapat 9 pabrik CPO dan karet), serta pertambangan dan penggalian. Namun, dengan melihat potensi, peluang, dan prospek ke depan maka sektor pertambangan dan penggalian (jika telah dieksploitasi kandungan bauksit di Tayan) akan merupakan sektor basis yang sangat dominan. Selain ketiga sektor basis ini juga sangat diperlukan pengembangan sektor non basis lainnya (sektor sekunder dan tersier) melalui peningkatan sarana dan prasarana penunjang serta sosialisasi potensi daerah.

PDRB Perkapita merupakan salah satu indikator yang dapat mencerminkan tingkat kemakmuran daerah. PDRB perkapita Kabupaten Sanggau selama 3 (tiga) tahun terakhir menunjukkan peningkatan, dimana

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

129

hal ini dapat menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakatnya yang cenderung meningkat.

No Keterangan 2004 2005 2006 1. PDRB Atas Dasar Harga Pasar

1.997.447,87 (7,95)

2.064.292,07 (3,35)

2.234.132,30 (8,23)

2. Penyusutan

138.023,65

(7,95)

142.642,58

(3,35)

154.378,54

(8,23)

3. PDRN Atas Dasar Harga Pasar

1.859.424,23

(7,95)

31.337,24

(3,35)

33.958,81

(8,23)

4. Pajak Tak Langsung

30.361,21

(7,95)

31.377,24

(3,35)

33.958,81

(8,23)

5.PDRB Perkapita(Rupiah)

5.424.575,05(3,05)

5.547.263,49(2,26)

5.922.953,94(6,77)

6.Pendapatan Regional Perkapita (Rupiah)

4.967.283,37(3,05)

5.079.629,17(2,26)

5.423.648,93(6,77)

Tabel 3.17.Pertumbuhan Pendapatan Regional dan Angka Perkapita

Atas Dasar Harga Konstan 2000 Kabupaten Sanggau Tahun 2004 – 2006

Sumber : Kantor Statistik Kabupaten Sanggau, 2007 ( ) : Pertumbuhan PDRB Per Kapita

Untuk mencapai hasil pembangunan yang diharapkan diperlukan prioritas pembangunan terhadap potensi utama yang dimiliki oleh daerah sehingga potensi yang dimiliki dapat diolah seoptimal mungkin. Dengan pengelolaan yang optimal terhadap potensi yang ada, diharapkan akan meningkatkan tingkat pendapatan daerah yang akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat karena tingkat pendapatannya meningkat.

F.2. Proses Penyusunan RKPD di Kabupaten SanggauDalam menciptakan keterpaduan pembangunan, secara umum

kebijakan dan upaya yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Sanggau antara lain (1) Dengan selalu mengupayakan terwujudnya mekanisme perencanaan dari bawah (Bottom Up) untuk menjaring aspirasi masyarakat antara lain dengan melakukan Musrenbang Desa, Musrenbang Kecamatan, Musrenbang Kabupaten, Musrenbang Propinsi dan Musrenbang Nasional, dan (2) Dalam menuangkan suatu upaya kegiatan pembangunan dari tahun ke tahun berdasarkan rencana jangka panjang dan rencana jangka menengah berupa POLDAS, PROPEDA, dan RENSTRA (Top Down Planning).

Kabupaten Sanggau telah menerbitkan Peraturan Daerah (PERDA) No. 5 Tahun 2008 Tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Daerah Kabupaten Sanggau, dimana dasar dikeluarkannya PERDA tersebut

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

130

adalah untuk melaksanakan amanat dari pasal 27 ayat (2) Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Meskipun pelaksanaan amanat undang-undang tersebut terlambat hingga beberapa tahun namun, dengan keluarnya payung hukum tentang tata cara penyusunan RPJP Daerah, RPJM Daerah, Renstra-SKPD, RKPD, Renja-SKPD dan pelaksanaan Musrenbang Daerah tersebut mekanisme perencanaan pembangunan daerah di Kabupaten Sanggau baik secara prosedural, tahapan, dan pelaksanaannya diharapkan dapat berjalan dengan baik dan dapat menghasilkan suatu perencanaan pembangunan daerah yang berkualitas. PERDA Kabupaten Sanggau No. 5 Tahun 2008 tersebut memuat ketentuan tentang :1. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)

a. Rancangan awal RPJPD Kabupatenb. Musrenbang penyusunan rencana pembangunan jangka panjang

daerahc. Rancangan akhir RPJPD Kabupatend. Penetapan dan pengacuan RPJPD Kabupaten

2. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)a. Rancangan awal RPJMD Kabupatenb. Rencana strategis satuan kerja perangkat daerahc. Musrenbang penyusunan rencana pembangunan jangka menengah

daerahd. Penetapan RPJMD Kabupaten

3. Rencana pembangunan Tahunana. Rencana kerja pemerintah daerahb. Rencana kerja satuan kerja perangkat daerahc. Musrenbang tahunand. Penetapan rencana kerja pemerintah daerah

Masa jabatan Bupati Sanggau berlangsung pada periode 2003 – 2008 (Desember 2008) dan dimulai dengan periode baru oleh bupati terpilih pada 2009 – 2014 sehingga kondisi ini menjadikan RPJMD kabupaten sanggau sebagai penjabaran visi, misi, dan program kepala daerah terpilih belum dimiliki padahal rencana kerja pemerintah daerah untuk tahun anggaran 2010 harus segera disusun. Oleh karenanya, pada penyusunan RKPD Tahun 2010 masih bertumpu pada RPJMD bupati terdahulu untuk kemudian dilakukan penyesuaian dengan RPJMD bupati terpilih nantinya, sedangkan pada RKPD Tahun 2011 dan seterusnya dijabarkan dari RPJMD bupati terpilih (2009 – 2014).

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

131

Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Sanggau dimulai dengan penyusunan rancangan awal RKPD oleh Bappeda. Rancangan awal RKPD tersebut merupakan penjabaran RPJMD Kabupaten yang memuat rancangan kebijakan umum, prioritas pembangunan kabupaten, rancangan kerangka ekonomi makro (disusun bersama instansi terkait), dan pagu indikatif. Selain itu, rancangan awal RKPD tersebut dirumuskan dengan memperhatikan evaluasi kinerja pembangunan dari periode sebelumnya, baik dalam capaian makro dan sektoral maupun capaian sasaran yang ditetapkan dalam RPJMD kabupaten serta perkiraan kondisi masyarakat di tahun rencana.

Rancangan awal RKPD tersebut selanjutnya dibahas bersama dalam Rapat Satuan Kerja Perangkat Daerah untuk mendapatkan persetujuan, akhir dari rapat/ forum tersebut selanjutnya dituangkan dalam Surat Edaran Bersama (SEB) antara Bappeda kabupaten dan SKPD yang menangani Bidang Keuangan yang memuat pagu indikatif masing-masing SKPD. Rancangan awal RKPD dan pagu indikatif tersebut menjadi pedoman bagi SKPD untuk menyusun Rencana Kerja SKPD (Renja-SKPD).

Renja-SKPD tersebut paling sedikit memuat kebijakan (mencakup indikasi langkah-langkah dan kegiatan-kegiatan pembangunan daerah yang dilaksanakan SKPD) dan program pembangunan daerah (mencakup kegiatan dalam kerangka regulasi dan kegiatan dalam kerangka investasi dan layanan publik oleh pemerintah daerah) sebagai penjabaran Renja-SKPD sesuai dengan tugas, fungsi, dan kewenangannya.

Berangkat dari Renja-SKPD yang telah disusun, Bappeda menyusun kembali rancangan RKPD yang memuat prioritas pembangunan kabupaten, rancangan ekonomi makro, program dan kegiatan pembangunan baik dalam lingkup satuan kerja perangkat daerah, lintas satuan kerja perangkat daerah, kewilayahan, dan lintas kewilayahan. Rancangan RKPD inilah nantinya yang akan digunakan sebagai bahan Musrenbang Tahunan kabupaten.

Musrenbang Tahunan Kabupaten Sanggau telah ditetapkan dalam Peraturan Daerah (PERDA) No. 5 Tahun 2008 Tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Daerah Kabupaten Sanggau untuk dilaksanakan paling lambat pada akhir Bulan Maret tahun berkenaan setelah penyelenggaraan Musrenbang Desa/ Kelurahan, Musrenbang Kecamatan, dan Forum SKPD Kabupaten Sanggau. Musrenbang Tahunan Kabupaten Sanggau pada dasarnya diselenggarakan dalam rangka membahas rancangan RKPD dan Renja-SKPD untuk tahun berikutnya dan diikuti oleh seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah. Hasil Musrenbang Tahunan Kabupaten digunakan sebagai bahan penyempurnaan rancangan RKPD

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

132

menjadi rancangan akhir RKPD, yang akan digunakan sebagai dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk periode ditahun berikutnya. Rancangan akhir RKPD tersebut oleh Bappeda disusun dan disampaikan kepada Bupati paling lambat minggu pertama Bulan Mei, serta ditetapkan dengan Peraturan Bupati paling lambat pertengahan Bulan Mei dan digunakan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah untuk menyesuaikan Renja – SKPD.

Proses perencanaan pembangunan daerah Kabupaten Sanggau secara umum telah berjalan baik dan sesuai. Baiknya proses ini juga dikarenakan keterlibatan pihak legislatif yang juga turut dilibatkan pada Musrenbang baik di tingkat desa, kecamatan, hingga kabupaten. Meskipun demikian, penetapan akhir atau kebijakan akhir dari yang diusulkan dan direncanakan dalam Musrenbang harus diperhadapkan pada keterbatasan keuangan daerah, faktor kebijakan, serta faktor politis lainnya. Dalam proses penyusunan rencana kerja pemerintah daerah ini, aspirasi dan keinginan masyarakat yang bisa tertampung hanya sekitar 10 – 20 %. Adapun agenda penyusunan perencanaan pembangunan daerah Kabupaten Sanggau dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

133

Mu

sren

ban

g

Tin

gkat

Des

a

Min

ggu

Ke-

2B

ula

n J

anu

ari 2

009

Mu

sren

ban

g

Tin

gkat

Kec

amat

an

10 –

23

Feb

ruar

i 200

9

Foru

m S

KPD

Ka

bu

pat

en

3 –

4 M

aret

200

9

Mu

sren

ban

g

Kab

up

aten

11 –

12 M

aret

Mu

sren

ban

gR

PJM

D 2

009

-18

–20

Mar

et

Sosi

alis

asi

Pem

ban

gun

an

Mar

et 2

009

Mu

sren

ban

gR

PJP

2005

-20

2511

–13

Mei

200

9

Mu

sren

ban

g

Nas

ion

al

Ap

ril 2

009

Mu

sren

ban

g R

egio

nal

Ap

ril 2

009

Mu

sren

ban

g

Pro

vin

si

1 –

3 A

pri

l 200

9

Foru

m S

KPD

Pr

ovi

nsi

27 –

30 M

aret

Pen

etap

an

RKP

D 2

010

20 M

ei 2

009

Ga

mb

ar

3.3

. A

gen

da

Pro

gram

dan

Keg

iata

n P

eny

usu

nan

Per

enca

naa

n P

emb

angu

nan

Dae

rah

Kab

up

aten

San

ggau

Tah

un

20

10

Sum

ber

: B

AP

PED

A K

ab

up

ate

n S

an

gg

au

, 20

09

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

134

Setelah penetapan RKPD tahun 2010 tersebut nantinya akan ditindaklanjuti dengan penyusunan RKA SKPD 2010 dan penyampaian RAPBD 2010 yang dilangsungkan pada Bulan Agustus 2009. Agenda dan program perencanaan pembangunan Kabupaten Sanggau ini secara konsisten dilaksanakan dan berlaku setiap tahunnya dengan penjadwalan yang telah terencana sejak Bulan Januari hingga Mei (untuk penetapan RKPD dengan Peraturan Bupati). Jika didefinisikan, Rencana kerja pemerintah daerah (RKPD) adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk periode 1 (satu) tahun yaitu dimulai pada Bulan Januari dan berakhir pada Bulan Desember. Berdasarkan Peraturan Bupati Sanggau No. 62 Tahun 2008 Tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Sanggau Tahun 2009, dapat diketahui bahwa RKPD terdiri dari 1 (satu) buah buku dengan 5 (lima) bab, yaitu :a. Bab I Pendahuluan;b. Bab II Tema dan Prioritas Pembangunan Tahun Selanjutnya;

Memuat kondisi umum dengan pencapaian pada tahun sebelumnya dan perkiraan tahun berjalan, tema pembangunan tahun selanjutnya dan pengarusutamaan dalam pembangunan, dan prioritas-prioritas pembangunan tahun selanjutnya.

c. Bab III Kerangka Ekonomi Makro dan Pembiayaan Pembangunan;Memuat rancangan kerangka ekonomi makro, antara lain termasuk didalamnya arah kebijakan prioritas pembangunan rencana kerja dan pendanaannya. Disamping itu, RKPD yang direncanakan menjadi pedoman bagi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dalam menyusun Rencana Kerja SKPD, dan juga menjadi pedoman bagi Pemerintah Daerah dalam menyusun Rancangan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah (RAPBD)

d. Bab IV Kaidah Pelaksanaan;Memuat ketentuan bahwa dalam rangka penyusunan RAPBD tahun anggaran selanjutnya, (1) Pemerintah menggunakan RKPD sebagai bahan pembahasan kebijakan umum dan prioritas anggaran di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, (2) SKPD menggunakan RKPD tahun selanjutnya dalam melakukan pembahasan Rencana Kerja dan Anggaran SKPD dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, (3) SKPD membuat laporan kinerja triwulan dan tahunan atas pelaksanaan rencana kerja dan anggaran yang berisi uraian tentang keluaran kegiatan dan indikator kinerja masing-masing program, dan (4) Laporan kinerja menjadi masukan dan bahan pertimbangan bagi analisis dan evaluasi usulan anggaran tahun berikutnya yang diajukan oleh SKPD yang bersangkutan

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

135

e. Bab V Penutup; danf. Lampiran Matriks Program Pembangunan Prioritas.

Dapat disimpulkan, bahwa proses perencanaan rencana kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Sanggau telah cukup baik dan memenuhi ketentuan normatif secara sistematis. Selain itu, tidak terdapat kendala teknis yang berarti dalam pelaksanaan Musrenbang. Keaktifan BAPPEDA (melalui tim kerja penyusunan RKPD) dalam menjalankan perannya dalam proses penyusunan perencanaan pembangunan daerah Kabupaten Sanggau juga sangat tinggi agar dapat dihasilkan perencanaan pembangunan daerah dalam bentuk Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Sanggau yang berkualitas dan akomodatif. Setelah proses penyusunan RKPD telah selesai, kemudian dilanjutkan dengan penetapan Peraturan Bupati Tentang RKPD Kabupaten Sanggau. Dokumen RKPD inilah yang menjadi acuan atau dasar penyusunan KUA, PPAS, RAPBD dan APBD Kabupaten Sanggau.

F.3. Prioritas Perencanaan Pembangunan di Kabupaten SanggauTujuan RKPD Kabupaten Sanggau disusun adalah untuk

mewujudkan visi dan misi kepala daerah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sedangkan target dan sasaran yang hendak dicapai dari implementasi RKPD tersebut adalah sinkronisasi perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan evaluasi pembangunan di Kabupaten Sanggau.

Dalam menentukan pembangunan daerah di kabupaten Sanggau terdapat dua kebijakan dasar yang menjadi acuan dalam menyusun rencana pembangunan Kabupaten Sanggau yaitu :1. Kebijakan Umum : secara umum kebijakan dan upaya pembangunan

daerah Kabupaten Sanggau dilakukan melalui mekanisme perencanaan dari bawah (bottom up) mulai dari Musrenbang ditingkat Desa/ Kelurahan serta Musrenbang ditingkat Kecamatan, untuk kemudian disesuaikan dalam Forum SKPD dan Musrenbang Kabupaten (top down).

2. Kebijakan spasial : dalam menentukan kebijakan pembangunan Kabupaten Sanggau telah dibagi 3 (tiga) perwilayahan pembangunan, yaitu :lSub wilayah pembangunan I meliputi Kecamatan Kapuas, Mukok,

Parindu, Bonti, dan Kecamatan Jangkang dengan pusat pertumbuhan di Kota Sanggau.

lSub wilayah pembangunan II meliputi Kecamatan Sekayam, Entikong,

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

136

Noyan, Beduwai, dan Kecamatan Kembayan dengan pusat pertumbuhan di Kota Entikong.

lSub wilayah pembangunan III meliputi Kecamatan Tayan Hilir, Tayan Hulu Toba, Meliau, dan Kecamatan Balai dengan pusat pertumbuhan di Kota Tayan.

Berdasarkan RKPD Kabupaten Sanggau tahun 2009 disebutkan bahwa dalam lima tahun terakhir (2002 - 2007) kondisi Kabupaten Sanggau baik dibidang ekonomi, sosial, budaya, politik, dan keamanan menunjukkan ke arah yang semakin baik dan kondusif. Meskipun demikian, terdapat beberapa masalah yang memerlukan penanganan serius dikabupaten sanggau antara lain, infrastruktur yang kurang memadai, kesenjangan sosial ekonomi yang masih dirasakan khususnya di pelosok daerah, berbagai masalah yang timbul di wilayah perbatasan negara, dan potensi daerah yang belum dimanfaatkan secara optimal.

Secara umum, ada 4 (empat) sektor yang perlu dikedepankan guna memacu perekonomian Kabupaten Sanggau yaitu, pertanian, industri, perdagangan, dan dunia usaha. Keempat sektor ini dinilai paling banyak memberikan sumbangan terhadap pencapaian visi dan misi Kabupaten Sanggau. Meskipun demikian terdapat berbagai permasalahan yang perlu dipecahkan melalui program-program pembangunan daerah kedepannya. Permasalahan-permasalahan dalam bidang ekonomi tersebut adalah :1. Kegiatan perekonomian yang dijalankan masih merupakan ekonomi

biaya tinggi karena mahalnya biaya produksi, sedangkan harga produk yang dihasilkan masih relatif rendah

2. Penguasaan IPTEK yang terbatas, mengakibatkan rendahnya produktivitas dan kualitas produk, terutama yang dikelola masyarakat. Pertanian masih sangat tergantung pada alam, belum ada rekayasa teknologi. Demikian pula dengan pengelolaan berbagai hasil pertanian dan produk industri

3. Kurangnya sarana informasi usaha/ bisnis untuk membaca peluang pasar dalam rangka pemasaran produk potensial Kabupaten Sanggau

4. Belum didukung oleh kebijakan dibidang keuangan seperti permodalan yang murah, mudah, dan cukup bagi pelaku ekonomi di daerah

5. Masih kurangnya kemitraan yang baik antara pemerintah/ swasta dengan pelaku ekonomi dalam pengelolaan dan pemasaran produk yang dihasilkan

6. Prosedur perizinan yang masih rumit, terutama dibidang pertambangan

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

137

7. Belum adanya industri dibidang agro sebagai pengolah hasil-hasil pertanian

8. Belum adanya peraturan perundang-undangan yang dapat menunjang pelaksanaan pembangunan ekonomi yang baik, kebijakan yang selalu berubah-ubah dan kurangnya insentif baik fiskal maupun non fiskal

9. Belum dikembangkannya produk potensial Kabupaten Sanggau terutama yang dapat memanfaatkan potensi pasar produk Agro di dalam dan di luar negeri

10. Kurangnya sarana promosi sebagai sarana penunjang atas hasil-hasil industri dan kerajinan yang ada

Selain dibidang ekonomi, Tahun 2009 Kabupaten Sanggau juga menghadapi masalah dan tantangan diberbagai sektor lainnya. Khusus di sektor pendidikan, permasalahan yang dihadapi di tahun 2009 antara lain, (1) penuntasan program wajib belajar 9 tahun yang masih rendah, (2) sarana dan prasarana belajar mengajar yang masih minim, (3) Tenaga pengajar, khususnya guru bidang studi yang masih kurang, (4) profesionalisme tenaga pengajar masih rendah, (5) masih kurangnya peran serta dan kepedulian masyarakat akan pendidikan, (6) masih tingginya siswa lulusan SD yang tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, (7) aksessibilitas masyarakat untuk mendapatkan pendidikan dibeberapa wilayah yang masih sulit. Selanjutnya di sektor kesehatan, masalah yang dihadapi pada tahun 2009 antara lain :1. Masih terbatasnya sarana dan prasarana kesehatan untuk menjangkau

seluruh masyarakat2. Program KB yang masih rendah3. Kesadaran masyarakat untuk hidup sehat masih rendah4. Perlindungan terhadap hak hidup yang layak bagi kaum perempuan dan

anak masih rendah5. Masalah gizi kurang dan gizi buruk6. Persebaran tenaga medis dan para medis yang belum merata dan

menjangkau seluruh wilayah kabupaten7. Disparitas status kesehatan dan gizi antar tingkat sosial ekonomi, antar

kawasan, dan antar perkotaan dan perdesaan8. Akses terhadap fasilitas kesehatan yang berkualitas belum memadai

terutama bagi masyarakat miskin dan yang tinggal di daerah terpencil9. Rendahnya kemampuan masyarakat untuk pembiayaan kesehatan atau

biaya pengobatan yang masih dirasa cukup tinggi

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

138

Masyarakat Kabupaten Sanggau juga mengalami berbagai permasalahan yang diakibatkan ketidakstabilan perekonomian nasional. Berbagai permasalahan dan tantangan yang masih dihadapi Kabupaten Sanggau Tahun 2009 antara lain sebagai berikut, (1) angka indeks kemiskinan masyarakat Kabupaten Sanggau termasuk pada penggolongan menengah atas, (2) Pendapatan masyarakat yang masih rendah, (3) masih tingginya angka kemiskinan, (4) daya beli masyarakat rendah, (5) kurangnya program pembangunan dalam penciptaan lapangan kerja yang mengacu pada spesifikasi dan potensi daerah (agroindustri, agropolitan), (6) persebaran penduduk yang tidak merata, sehingga menyulitkan pembinaan, (7) pemukiman penduduk yang menyebar sampai ketempat terpencil yang sulit dijangkau oleh pelayanan umum.

Memasuki Tahun 2009, Kabupaten Sanggau juga masih akan menghadapi permasalahan dalam pemerataan pembangunan yaitu antara lain :1. Masih lambatnya pengembangan sistem infrastruktur dasar seperti

transportasi, sumberdaya air, energi, dan listrik2. Belum adanya keseimbangan pembangunan perkotaan dan perdesaan3. Terbatasnya SDM yang berkualitas di daerah perdesaan4. Adanya kesenjangan tingkat kesejahteraan antar sub wilayah

pembangunan5. Penataan administrasi kependudukan, sarana, dan prasarana perdesaan

Selain itu, terkait posisi Kabupaten Sanggau yang berbatasan langsung dengan negara lain (Malaysia) terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi terkait pembangunan perbatasan dan juga daerah tertinggal antara lain :1. Terbatasnya sarana dan prasarana dasar (transportasi, pendidikan,

kesehatan, air bersih, dan listrik)2. Masih terdapatnya wilayah yang belum dapat dijangkau dengan

transportasi darat3. Rendahnya tingkat kesejahteraan masyarakat perbatasan dengan

pendapatan perkapita Rp 4,46 juta/ tahun4. Rentan terhadap infiltrasi, keterbatasan sarana dan prasarana dalam hal

pengawasan dan pengamanan wilayah5. Rendahnya kualitas SDM (rata-rata hanya tamat SD)6. Sarana dan prasarana pemukiman belum memadai7. Pembangunan dilakukan secara parsial8. Belum ada payung hukum dalam pengelolaan kawasan perbatasan

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

139

Berdasarkan pencapaian beberapa sektor pembangunan pada tahun-tahun sebelumnya yang cukup baik dan menunjukkan kemajuan, maka ditetapkan Tema Pembangunan Tahun 2009, Prioritas-Prioritas Pembangunan pada Tahun 2009 serta Kegiatan-Kegiatan Pokok yang harus dilaksanakan pada Tahun 2009. Tema Pembangunan Tahun 2009 Kabupaten Sanggau dalam rangka menghadapi berbagai permasalahan yang sedang dihadapi dan akan dihadapi adalah “Mendorong upaya peningkatan kualitas masyarakat dibidang pendidikan, kesehatan, budaya, dan kesejahteraan ekonomi sebagai sumberdaya untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan”.

Dalam menyusun prioritas-prioritas pembangunan setiap tahunnya terdapat beberapa pertimbangan yang senantiasa menjadi perhatian Pemerintah Kabupaten Sanggau yaitu sebagai berikut :1. Memiliki dampak yang signifikan terhadap pencapaian sasaran-sasaran

pembangunan sesuai dengan tema pembangunan, terutama sasaran yang terukur sehingga langsung dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat

2. Penting, dibutuhkan, dan mendesak untuk segera dilaksanakan3. Merupakan tugas pemerintah sebagai pelaku utama (sedapat mungkin

dalam rentang kendali pemerintah untuk mewujudkannya), dan4. Realistis untuk dilaksanakan

Beberapa permasalahan-permasalahan yang telah diurai tersebut diatas perlu diatasi dan menjadi prioritas pembangunan daerah. Namun, mengingat ketersediaan sumberdaya yang terbatas, serta mengacu kepada tema pembangunan pada tahun 2009, prioritas-prioritas pembangunan terfokus pada upaya penyelesaian permasalahan krusial dan mendesak yang berdampak luas bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Akibatnya, tentu tidak semua permasalahan akan terakomodir di dalam prioritas pembangunan tahun ini dan mungkin akan diakomodir/ dimasukkan pada perencanaan pembangunan tahun-tahun berikutnya, mengingat pertimbangan urgensinya serta ketersediaan anggaran/ sumberdaya yang ada. Adapun Prioritas Pembangunan Kabupaten Sanggau Tahun 2009 sebagai berikut :1. Prioritas Peningkatan Aksessibilitas Pelayanan Pendidikan yang

Berkualitas, dilaksanakan melalui kerangka arah kebijakan sebagai berikut :a. Meningkatkan perluasan dan pemerataan Wajib Belajar Pendidikan

Dasar 9 Tahun ke seluruh wilayah Kabupaten Sanggau

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

140

b. Meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan sehingga terjangkau bagi penduduk hingga daerah terpencil

c. Meningkatkan kualitas dan relevansi pendidikan yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat

d. Meningkatkan jumlah dan mutu guru di semua jenjang pendidikane. Meningkatkan pendidikan menengah jalur formal dan non formal

kejuruanf. Meningkatkan perluasan pendidikan anak usia dini dalam rangka

membina, menumbuhkan dan mengembangkan seluruh potensi anak usia dini secara optimal agar memiliki kesiapan untuk memasuki jenjang pendidikan selanjutnya

g. Menurunkan kesenjangan partisipasi pendidikan dengan memberikan akses yang lebih besar kepada masyarakat kurang mampu dan masyarakat daerah tertinggal

h. Mengembangkan sistem evaluasi, akreditasi, dan sertifikasi termasuk sistem pengujian dan penilaian pendidikan dalam rangka menyelenggarakan pendidikan

i. Menyempurnakan manajemen dengan meningkatkan otonomi dan desentralisasi pengelolaan pendidikan kepada satuan pendidikan dalam menyelenggarakan pendidikan secara efektif dan efisien, transparan, bertanggungjawab, dan akuntabel

j. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan pendidikan termasuk dalam pembiayaan, penyelenggaraan serta dalam peningkatan mutu layanan pendidikan yang meliputi perencanaan, pengawasan, dan evaluasi program pendidikan

2. Prioritas Peningkatan Derajat Kesehatan Masyarakat, ditempuh melalui arah kebijakan pembangunan kesehatan pada :a. Perbaikan/ pembangunan sarana prasarana pelayanan kesehatan

dasar dan rujukan rumah sakitb. Pencegahan dan pemberantasan penyakit Malaria, Filariasis,

Demam Berdarah, HIV/ AIDS, TB Paru, Diare.c. Peningkatan kuantitas dan kualitas tenaga kesehatand. Pengembangan sistem jaminan kesehatan terutama bagi penduduk

miskine. Peningkatan kesadaran masyarakat dengan sosialisasi kebutuhan

sanitasi dasar dan lingkungan sehat dan pola hidup sehatf. Pemerataan dan peningkatan kualitas fasilitas kesehatan dasar

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

141

g. Upaya penurunan angka kematian Ibu dan Bayi dengan Gerakan Sayang Ibu, pembentukan Poskesdes di tingkat Desa dengan Bidan Desa

h. Peningkatan pendidikan Gizi Masyarakat dan surveilance giziI. Pembangunan kependudukan dan keluarga kecil berkualitas

Selain itu, kebijakan pembangunan kependudukan dan keluarga,diarahkan untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk serta meningkatkan keluarga berkualitas dengan :a. Mengendalikan tingkat kelahiran penduduk program Keluarga

Berencana (KB)b. Peningkatan KIE bagi pasangan usia subur tentang kesehatan

reproduksic. Meningkatkan kualitas kesehatan reproduksi remaja dalam rangka

menyiapkan kehidupan berkeluarga yang lebih baik, serta pendewasaan usia perkawinan melalui upaya peningkatan pemahaman kesehatan reproduksi remaja

d. Meningkatkan pemberdayaan dan ketahanan keluarga dalam kemampuan pengasuhan dan tumbuh kembang anak

e. Peningkatan pendapatan keluarga khususnya bagi Keluarga Pra Sejahtera-1 dan peningkatan kualitas lingkungan keluarga

3. Prioritas Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat, ditempuh melalui beberapa prioritas pembangunan yaitu Prioritas Pengentasan Kemiskinan dengan cara :a. Meningkatkan pelayanan dasar kepada penduduk miskin melalui

peningkatan akses air bersih, pelayanan kesehatan, pendidikan dan perbaikan gizi

b. Peningkatan pembangunan pedesaan mengenai penataan administrasi kependudukan, sarana, dan prasarana pedesaan (transportasi, telekomunikasi, listrik, dll)

c. Pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam dan pelestarian lingkungan hidup

d. Pembentukan lembaga-lembaga keuangan mikro sehingga sampai tingkat kecamatan yang memberikan kemudahan akses modal dan aset usaha

e. Pemenuhan hak masyarakat miskin terhadap perumahan yang layak huni dan sanitasi yang sehat

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

142

f. Peningkatan kemampuan dan partisipasi masyarakat miskin dalam perumusan kebijakan publik

g. Peningkatan kualitas pelayanan dan bantuan dasar kesejahteraan sosial bagi PMKS maupun bagi korban bencana alam

Prioritas Peningkatan Kesempatan Kerja, melalui arah kebijakan :a. Penyempurnaan peraturan ketenagakerjaan dengan target

tersedianya peraturan yang mengatur pemberian pesangon pekerja dan penyempurnaan sistem jaminan sosial pekerja

b. Peningkatan fungsi dan revitalisasi Balai Latihan Kerja (BLK) menjadi lembaga pelatihan berbasis kompetensi dengan target terwujudnya Balai Latihan Kerja Entikong

c. Konsolidasi program-program penciptaan kesempatan kerja dengan target terkonsolidasinya program-program penciptaan kesempatan kerja

d. Penguatan kelembagaan badan penyelenggara TKI dengan target terselenggaranya proses rekruitmen calon TKI dengan baik

Prioritas Peningkatan Investasi yang ditempuh dengan arah kebijakanmencakup :a. Perbaikan sistem pelayanan investasi dan kepastian usaha bagi

investorb. Dorongan pemerintah bagi investor yang bergerak dibidang

pengembangan potensi daerahc. Dukungan kebijakan dan fasilitasi pemerintah kabupaten serta

terbukanya peluang pembiayaan investasi dan lembaga keuangan daerah

d. Menyusun profil investasi disektor perkebunan besar serta sektor pertambangan dan energi, sekaligus mempromosikannya untuk menarik investasi berskala luas

e. Mempercepat perbaikan dan pembangunan infrastruktur dasar khususnya di perkotaan dan kawasan tertinggal/ perdesaan

f. Pengembangan pariwisata dan pembinaan investasi asingg. Promosi penanaman modal daerah

4. Prioritas Meningkatkan Pemberdayaan Masyarakat dan Seluruh Kekuatan Ekonomi Daerah, meliputi beberapa agenda yaitu peningkatan peran serta masyarakat melalui peningkatan prakarsa dan peran aktif semua lapisan masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan secara

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

143

terpadu dan berkelanjutan, serta pemberdayaan fakir miskin, penyandang cacat, dan kelompok rentan sosial lainnya. Agenda selanjutnya adalah peningkatan kualitas perempuan, anak, pemuda, dan olahraga dengan cara :a. Meningkatkan keterlibatan (partisipasi) perempuan dalam proses

politik dan jabatan publikb. Meningkatkan kampanye anti kekerasan terhadap perempuan dan

anak dan peningkatan kesejahteraan dan perlindungan anakc. Meningkatkan peran serta pemuda dalam pembangunan sosial,

politik, ekonomi, budaya, dan agamad. Meningkatkan potensi pemuda dalam kewirausahaan, kepeloporan,

dan kepemimpinan dalam pembangunane. Meningkatkan sarana dan prasarana olahraga untuk mendukung

pembinaan dan prestasi olahraga.Agenda lainnya adalah pemberdayaan koperasi dan usaha mikro, kecil, dan menengah; peningkatan industri;

5. Revitalisasi Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, dan Pertambangan Energi, mencakup agenda revitalisasi pertanian; revitalisasi perkebunan dan kehutanan, serta revitalisasi pertambangan dan sumberdaya mineral.

6. Prioritas Meningkatkan Pemerataan Pembangunan, ditempuh melalui upaya percepatan pembangunan infrastruktur; serta pengurangan ketimpangan wilayah (diantaranya melalui perencanaan pembangunan serta pembangunan kewilayahan yang sinkron dan konsisten dengan Rencana Tata Ruang)

7. Prioritas Peningkatan Ketahanan Budaya dan Keimanan, ditempuh melalui arah kebijakan yaitu diantaranya penguatan sarana, prasarana, kualitas dan kuantitas pendidikan agama; fasilitasi apresiasi dan dialog keragaman budaya; serta meningkatkan pengembangan dan pelestarian seni dan budaya daerah, serta pelestarian sejarah, museum dan kepurbakalaan sebagai daya tarik wisata.

8. Prioritas Meningkatkan Sumberdaya Aparatur dan Pelayanan Publik, ditempuh melalui berbagai langkah yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan peningkatan sumberdaya aparatur dan pelayanan publik melalui:

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

144

a. Meningkatkan ketersediaan dan kapasitas sumberdaya aparatur pemerintah daerah

b. Penerapan sistem pola karier yang jelas dan konsistenc. Restrukturisasi pembagian kewenangan dan Tupoksi jika terjadi

disefisiensi dan duplikasid. Meningkatkan kesejahteraan pegawaie. Menuntaskan penanggulangan penyalahgunaan kewenangan dalam

bentuk praktek-praktek KKNf. Meningkatkan kualitas penyelenggaraan administrasi pemerintahan

daerah berdasarkan prinsip Good Governanceg. Meningkatkan keberdayaan masyarakat dalam penyelenggaraan

pembangunan daerah dan pengawasan terhadap pemerintahan daerah

h. Memperbaiki sistem birokrasi pemerintahani. Menata kelembagaan pemerintah daerah secara proporsional sesuai

dengan kewenangan dan kebutuhan daerah

9. Prioritas Pembangunan Wilayah Perbatasan dan Daerah Tertinggal, merupakan upaya pengembangan wilayah untuk mendukung pemenuhan hak dasar dan mengurangi kesenjangan melalui kegiatan pokok : percepatan pembangunan prasarana dan sarana diwilayah tertinggal dan perbatasan; pengembangan ekonomi wilayah baik di wilayah tertinggal maupun wilayah perbatasan; peningkatan keamanan dan kelancaran lalu lintas orang dan barang diwilayah perbatasan; peningkatan kapasitas kelembagaan pemerintah daerah; serta program pembangunan terpadu dalam rangka meningkatkan fungsi pelayanan sarana dan prasarana Kota Entikong (diantaranya melalui peningkatan fungsi PPLB, perdagangan, jalan kota, perumahan, kawasan industri)

Berdasarkan uraian tersebut diatas secara umum dapat disimpulkan bahwa sebagian besar tantangan dan masalah yang dihadapi Kabupaten Sanggau Tahun 2009 telah coba dipecahkan, dibenahi, dan ditingkatkan melalui arah kebijakan umum dalam prioritas perencanaan pembangunan yang tertuang pada Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Sanggau Tahun 2009. Jika diuraikan secara sederhana antara masalah yang dihadapi di tahun 2009 dengan arah kebijakan pembangunan tahun 2009 sebagai berikut :

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

145

Tabel 3.18.Arah kebijakan pembangunan Kabupaten Sanggau Tahun 2009

No Sektor/ Lingkup

Tantangan/ Masalah Tahun

2009

Arah Kebijakan Umum dalam Prioritas

Pembangunan 2009

1 Pendidikan 7

10

2 Kesehatan 9

14

3

Ekonomi, Investasi, dan Kesejahteraan masyarakat

18

18

4

Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan

11

24

5 Pemberdayaan Masyarakat

9

19

6 Pemerataan Pembangunan

5

20

7Ketahanan Budaya dan Keimanan

5

11

8Sumberdaya Aparatur dan Pelayanan Publik

11 9

9Pembangunan Perbatasan dan daerah tertinggal

8 5

Sumber : Dokumen RKPD Kabupaten Sanggau, 2009 (setelah dianalisis)

Berdasarkan arah kebijakan umum yang menjadi prioritas pembangunan Tahun 2009 di Kabupaten Sanggau dapati disimpulkan bahwa substansi dari perencanaan pembangunannya yaitu pendidikan; kesehatan; budaya; kesejahteraan dan pemerataan ekonomi; partisipasi dan pemberdayaan masyarakat; pertanian dalam pengertian luas; pemerataan pembangunan; serta good governance. Kesemua substansi dalam perencanaan pembangunan tersebut harus dapat diwujudkan dan menjadi landasan umum bagi instansi terkait dalam menjalankan rencana kerja mereka.

Selanjutnya dalam melaksanakan pembangunan yang tertuang dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD), terdapat 6 (enam) prinsip pengarusutamaan menjadi landasan operasional bagi seluruh aparatur daerah, yaitu :a. Pengarusutamaan partisipasi masyarakat

Dimana pelaksanaan berbagai kegiatan pembangunan harus mempertimbangkan partisipasi masyarakat dalam arti luas. Para jajaran pengelola kegiatan pembangunan dituntut peka terhadap aspirasi masyarakat. Dengan demikian, akan tumbuh rasa memiliki yang pada gilirannya mendorong masyarakat berpartisipasi aktif

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

146

b. Pengarusutamaan pembangunan berkelanjutanPelaksanaan pembangunan juga dituntut untuk mempertimbangkan pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup. Langkah-langkah membangun harus bermanfaat tidak hanya untuk generasi sekarang tetapi juga bagi keberlanjutan pembangunan generasi-generasi berikutnya

c. Pengarusutamaan genderPada dasarnya hak asasi manusia tidak membedakan perempuan dan laki-laki. Strategi pengarusutamaan gender ditujukan untuk mengurangi kesenjangan gender diberbagai bidang kehidupan dan pembangunan. Perempuan dan laki-laki menjadi mitra sejajar dan memiliki akses, kesempatan, dan kontrol serta memperoleh manfaat dari pembangunan yang adil dan setara

d. Pengarusutamaan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance)Tata kepemerintahan yang baik melibatkan 3 (tiga) pilar yaitu, pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat. Ketiga unsur tersebut harus bersinergi untuk membangun tata kepemerintahan yang baik dilembaga-lembaga penyelenggara negara (good public governance), dunia usaha (good corporate governance), dan berbagai kegiatan masyarakat. Terbangunnya tata kepemerintahan yang baik tercermin dari berkurangnya tingkat korupsi, makin banyaknya keberhasilan pembangunan diberbagai bidang, dan terbentuknya birokrasi pemerintahan yang profesional dan berkinerja tinggi.

e. Pengarusutamaan pengurangan kesenjangan antar wilayah dan percepatan pembangunan daerah tertinggalPelaksanaan kegiatan pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat di seluruh wilayah indonesia secara merata. Oleh karena masih signifikannya perbedaan pembangunan antara daerah yang sudah relatif maju dengan daerah lainnya yang relatif masih tertinggal, maka diperlukan pemihakan dalam berbagai aspek pembangunan oleh seluruh sektor terkait secara terpadu untuk percepatan pembangunan antar wilayah.

f. Pengarusutamaan desentralisasi dan otonomi daerahMengingat kegiatan pembangunan lebih banyak dilakukan ditingkat daerah, maka peran pemerintah daerah perlu terus semakin ditingkatkan. Sejalan dengan itu, maka kegiatan pembangunan lebih berdayaguna dan berhasil guna melalui pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah termasuk pendesentralisasian pelayanan-pelayanan

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

147

kementerian/ lembaga yang sebenarnya sudah dapat dan layak dikelola oleh daerah guna mendekatkan pelayanan dan hasil-hasil pembangunan demi kesejahteraan masyarakat.

Pada saat penelitian dilakukan, telah berlangsung Musrenbang Kabupaten Sanggau Tahun 2009 untuk membahas Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Tahun 2010. Hal ini menunjukkan komitmen pemerintah kabupaten untuk melaksanakan secara konsisten agenda perencanaan pembangunan yang telah disusun sebelumnya. Dalam notulensi/ rumusan Musrenbang Kabupaten Sanggau Tahun 2009 terdapat beberapa kesimpulan yaitu :a. Tingkat pertumbuhan ekonomi tahun 2007 sebesar 5, 48 % jika

dibandingkan dengan tingkat ekonomi tahun 2006 sebesar 8,23 % maka tingkat pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan sebesar 2,75 %. Namun, laju inflasi pada tahun 2007 mengalami kenaikan yang signifikan, dari angka 6,40 % pada tahun 2006 menjadi 9,50 %. Kenaikan inflasi lebih dari 48 % ini merupakan dampak langsung dari kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga jual bahan bakar minyak yang juga mendorong kenaikan harga jual barang dan jasa dimasyarakat secara luas. Jika dibandingkan dengan tingkat inflasi Kalimantan Barat secara keseluruhan angka inflasi Kabupaten Sanggau masih rendah dari inflasi Provinsi Kalimantan Barat sebesar 11,19 %

b. Dari usulan 15 kecamatan yang merupakan hasil Musrenbang Kecamatan yang mencerminkan bottom up planning dari masyarakat serta dipadukan dengan renja SKPD yang merupakan top down policy dalam forum SKPD tahun 2009 untuk perencanaan program pembangunan Tahun 2010, telah menggambarkan adanya sinkronisasi, saling menunjang dan terkait sehingga terwujud perencanaan program yang terpadu satu sama lain, yang dapat dilihat dari hasil pembahasan dalam diskusi teknis

c. Usulan program/ kegiatan lebih diprioritaskan pada kegiatan pembangunan yang menyentuh kepentingan masyarakat banyak sesuai dengan kondisi dan situasi dilapangan dalam upaya mendukung pertumbuhan, peningkatan pendapatan, dan kesejahteraan masyarakat

d. Pembangunan di bidang fisik dan prasarana menitikberatkan pada peningkatan prasarana transportasi dalam rangka mengurangi ketertinggalan daerah, serta menjangkau daerah terpencil dalam rangka mendukung peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Bidang ekonomi kerakyatan dan pertanian menitikberatkan pada

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

148

ketahanan pangan, pengembangan agribisnis, agroindustri, dan industri penunjang lainnya dengan menggunakan bahan baku lokal serta penerapan teknologi tepat guna. Sedangkan untuk bidang pengembangan sumberdaya manusia menitikberatkan pada peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) melalui sektor pendidikan dan sektor kesehatan serta sektor penunjang lainnya yang saling mendukung dan sinergis

e. Agar dapat terjadi pertumbuhan perekonomian yang sinergis maka diharapkan kepada perusahaan-perusahaan besar yang ada agar dapat mengikutsertakan perusahaan menengah, kecil, dan koperasi sebagai mitra usaha serta melalui program community development agar dapat ikut berpartisipasi aktif pada pembangunan SDM di wilayah kerjanya masing-masing. Hal ini diharapkan agar pembangunan dibidang fisik dan prasarana, ekonomi, serta SDM dapat terlaksana secara selaras sehingga akan menumbuhkan sinergi positif dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan di daerah

f. Perencanaan program yang telah disusun dalam Musrenbang Kabupaten Sanggau Tahun Anggaran 2009 telah mencakup seluruh sektor dengan penekanan pada penanganan skala prioritas, sehingga dapat mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi seperti yang direncanakan. Dalam perencanaan program pembangunan tahun 2009 juga telah diupayakan dari berbagai sektor dan investasi dunia usaha untuk meningkatkan upaya pengentasan kemiskinan, membuka daerah terisolir, termasuk pembangunan prasarana transportasi, ekonomi dan penciptaan lapangan kerja dan peluang usaha khususnya di desa-desa pedalaman/ tertinggal. Hal tersebut dilakukan untuk mengurangi kesenjangan antara daerah perkotaan dan pedesaan.

g. Dari hasil pembahasan selama penyelenggaraan Musrenbang, sebagian dari perencanaan/ program pembangunan merupakan program penunjang yang akan dilaksanakan dengan menggunakan dana swadaya masyarakat maupun investasi dunia usaha/ swasta.

h. Dalam rangka mendorong percepatan pembangunan dibidang ekonomi serta peningkatan taraf hidup masyarakat maka di Kabupaten Sanggau akan diprioritaskan pengembangan dan pembangunan dibidang infrastruktur, sumberdaya manusia, sumberdaya alam, dan kelembagaan sehingga Kabupaten Sanggau dapat menjadi pusat pertumbuhan yang nantinya diharapkan mampu memacu pertumbuhan daerah-daerah di sekitarnya.

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

149

i. Setelah dipilah dan diselaraskan antara usulan program dari kecamatan dan kebijakan Pemerintah Kabupaten Sanggau yang dipadukan dengan kemampuan penganggaran, serta berdasarkan skala prioritas yang secara khusus dapat menyentuh kebutuhan masyarakat banyak maka kebutuhan dana untuk tahun 2010 terdiri dari sumber dana perimbangan sebesar ± Rp 576,28 M yang ditunjang dengan sumber PAD sebesar ± Rp 19,48 M ditambah dengan sumber dana APBD Provinsi, dan APBN dan sumber lain pendapatan daerah yang sah ± Rp 22,09 M sehingga diperkirakan volume APBD TA 2010 ± Rp 635,13 M

Dari hasil pembahasan tersebut, telah dihasilkan usulan program/ rencana untuk Tahun 2010 yang meliputi bidang fisik dan prasarana, bidang ekonomi kerakyatan dan pertanian, dan bidang pengembangan sumber daya manusia. Usulan tersebut selanjutnya disusun kembali dan dibahas oleh Tim Pengarah Musrenbang Kabupaten bersama ketua forum SKPD dan para peserta Musrenbang Kabupaten, terkait dalam rangka penajaman program/ skala prioritas sesuai dengan kebutuhan dan ketersediaan dana untuk pelaksanaannya yang dituangkan dalam format yang telah tersedia sebagai bahan penyusunan program pembangunan Tahun Anggaran 2010 baik yang dibiayai melalui APBD Kabupaten, APBD Provinsi, APBN, maupun sumber dana lainnya yang sah. Adapun format/ matriks Program dan Kegiatan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Sanggau, yang dikutip dari RKPD Tahun 2009 sebagai berikut.

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

150

Ko

de

Pro

gram

Ind

ikat

or

Keg

iata

n

Ind

ikat

or

Kel

uar

an

Pagu

Ind

ikat

if T

ahu

n 2

009

Loka

si

Keg

iata

nK

etK

eran

gka

Keg

iata

nK

eran

gka

Reg

ula

siA

PB

D

Kab

up

aten

AP

BD

P

rovi

nsi

AP

BN

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

Bad

an L

ingk

un

gan

Hid

up

, K

eber

sih

an, d

an P

emad

am

Keb

akar

an

4.96

4.91

7.92

5

Pro

gram

pen

ingk

atan

kes

iaga

an

dan

pen

cega

han

Bah

aya

keb

akar

an

Pen

ingk

atan

p

elay

anan

p

enan

ggu

lan

gan

b

ahay

a ke

bak

aran

Ber

kura

ngn

ya

resi

ko d

an

keru

gian

aki

bat

ke

bak

aran

438.

778.

000

Pro

gram

pen

gelo

laan

are

al

pem

akam

an

Pem

ban

gun

an

sara

na

dan

p

rasa

ran

a p

emak

aman

Pen

ataa

n

kub

ura

n/

mak

am

70.0

00.0

00

Pro

gram

Pel

ayan

an

Ad

min

istr

asi P

erka

nto

ran

934.

944.

000

Pro

gram

pen

ingk

atan

sar

ana

dan

pra

sara

na

apar

atu

r

449.

990.

925

Pro

gram

pen

ingk

atan

dis

iplin

ap

arat

ur

36.8

00.0

00

Pro

gram

pen

ingk

atan

kap

asit

as

sum

ber

day

a ap

arat

ur

31.0

00.0

00

Pro

gram

pen

ingk

atan

p

enge

mb

anga

n s

iste

m

pel

apo

ran

cap

aian

kin

erja

dan

ke

uan

gan

69.7

75.0

00

Pro

gram

pen

gem

ban

gan

kin

erja

p

enge

lola

an p

ersa

mp

ahan

1.03

7.99

5.00

0

Pro

gram

pen

gen

dal

ian

p

ence

mar

an d

an p

eru

saka

n

lingk

un

gan

hid

up

Pe

man

tau

an

kual

itas

air

dan

p

emb

angu

nan

si

stem

info

rmas

i ku

alit

as li

ngk

un

gan

h

idu

p

Terb

inan

ya p

eran

se

rta

mas

yara

kat

dal

am

per

lind

un

gan

dan

ko

nse

rvas

i su

mb

erd

aya

alam

1.40

5.63

5.00

0

Ta

be

l 3

.19

.C

on

toh

Mat

rik

s P

rogr

am d

an K

egia

tan

Ren

can

a K

erja

Pem

erin

tah

Dae

rah

Kab

up

aten

San

ggau

Tah

un

20

09

Uru

san

: W

ajib

Lin

gku

nga

n H

idu

pSK

PD

: B

adan

Lin

gku

nga

n H

idu

p, K

eber

sih

an, d

an P

emad

am K

ebak

aran

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

151

Pro

gram

Per

lind

un

gan

dan

ko

nse

rvas

i su

mb

erd

aya

alam

Pen

ingk

atan

per

an

sert

a m

asya

raka

t d

alam

p

erlin

du

nga

n d

an

kon

serv

asi

sum

ber

day

a al

am

Te

rbin

anya

per

an

sert

a m

asya

raka

t d

alam

p

erlin

du

nga

n d

an

kon

serv

asi

sum

ber

day

a al

am

50.0

00.0

00

Pro

gram

pen

ingk

atan

p

enge

nd

alia

n p

olu

si

Pen

gujia

n k

adar

p

olu

si li

mb

ah p

adat

d

an li

mb

ah c

air

Ters

edia

nya

dat

a ku

alit

as a

ir s

un

gai

di k

abu

pat

en

san

ggau

seb

anya

k 20

sam

pel

80.0

00.0

00

Pro

gram

Pen

gelo

laan

Ru

ang

Terb

uka

Hija

u (

RTH

)

360.

000.

000

Peny

usu

nan

ke

bija

kan

m

anaj

emen

p

erta

man

an

Terl

aksa

nan

ya

per

enca

naa

n

per

tam

anan

50.0

00.0

00

Pen

ataa

n R

uan

g Te

rbu

ka H

ijau

(R

TH)

Ters

edia

nya

tam

an

dan

tu

gu s

eban

yak

2 lo

kasi

150.

000.

000

Pem

elih

araa

n

Ru

ang

Terb

uka

H

ijau

(R

TH)

Terp

elih

aran

ya

tam

an, t

ugu

, bah

u

jala

n, d

an d

rain

ase

sert

a te

rtat

anya

p

emak

aman

dal

am

kota

san

ggau

u

ntu

k 24

loka

si

160.

000.

000

Pen

gen

dal

ian

pen

cem

aran

dan

p

eru

saka

n li

ngk

un

gan

hid

up

Pen

gen

dal

ian

p

ence

mar

an a

ir

sun

gai

Terl

aksa

nan

ya

pen

gen

dal

ian

p

ence

mar

an a

ir

sun

gai

250.

000.

000

Peny

usu

nan

d

atab

ase

lingk

un

gan

hid

up

ka

was

an

per

bat

asan

250.

000.

000

Sum

ber

: R

enca

na

Ker

ja P

emer

inta

h D

aer

ah

(R

KP

D)

Ka

bu

pa

ten

Sa

ng

ga

u T

ah

un

20

09

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

152

Dalam penentuan program prioritas, SKPD-SKPD telah melalukan tahapan-tahapan dan pengkajian secara mendalam berdasarkan kebutuhan yang paling mendesak sesuai dengan kemampuan keuangan daerah. Selain itu, penentuan program prioritas tersebut juga telah melalui konsultan dimana dari hasil pengkajian tersebut diperoleh program-program unggulan. Hal ini menjadikan tidak semua kebutuhan masyarakat hasil Musrenbang dapat terpenuhi dikarenakan terbentur pada ketersediaan anggaran pembangunan. Selain persoalan anggaran tersebut, hal lain yang juga mempengaruhi program prioritas pembangunan tersebut adalah pengaruh kebijakan/ politis yang saling tarik menarik, terbatasnya jumlah bantuan dari pemerintah pusat untuk merangkul perencanaan pembangunan yang ada, serta kendala penyesuaian antara kebutuhan SKPD dan kebutuhan yang diharapkan masyarakat.

Oleh karenanya, BAPPEDA turut serta dalam setiap Musrenbang yang diadakan baik ditingkat Desa/ Kelurahan, Kecamatan, hingga Kabupaten sebagai pengarah dan telah menjelaskan secara detail kondisi keuangan daerah seperti apa dan diharapkan melalui Musrenbang tersebut tidak dihasilkan program pembangunan yang melewati APBD daerah. Namun, tetap saja pihak kecamatan belum berani untuk menyusun usulan prioritas kegiatan pembangunan karena takut mengecewakan masyarakat. Sehingga pada saat Musrenbang Kecamatan Tahun 2009 tersebut menghasilkan usulan perencanaan pembangunan sebesar ± Rp 1,8 Triliun sedangkan kemampuan APBD Kabupaten Sanggau hanya sekitar Rp 635 Miliar. Oleh karenanya, perlu disusun usulan prioritas yang dianggap paling mendesak. Secara komposisi dari APBD Kabupaten sebesar Rp 635 Miliar tersebut, anggaran pembangunan hanya berkisar ± Rp 300 Miliar, sedangkan sisanya untuk membiayai belanja tidak langsung dikarenakan bertambahnya jumlah pegawai serta kenaikan gaji dan tunjangan pegawai.

F.4. Partisipasi Masyarakat dalam Penyusunan RKPD di Kabupaten Sanggau

Penyusunan perencanaan pembangunan di Kabupaten Sanggau turut melibatkan secara aktif masyarakat melalui forum Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) yang diadakan mulai dari tingkat desa (untuk mengakomodir usulan dari masyarakat desa), ditingkat kecamatan (untuk mengakomodir dan menyesuaikan usulan ditingkat desa dengan usulan program ditingkat kecamatan), serta ditingkat kabupaten (untuk menyelaraskan dan mengharmonisasi hasil Musrenbang Kecamatan dengan Renja SKPD). Unsur masyarakat yang terlibat dalam penyusunan

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

153

rencana pembangunan daerah yaitu tokoh masyarakat, tokoh agama, LSM, organisasi pengusaha, dan organisasi kemasyarakatan.

Meskipun demikian, dari hasil Musrenbang tersebut aspirasi masyarakat yang bisa sampai dan diakomodasi dalam RKPD Kabupaten Sanggau berkisar antara 10 – 20 % saja. Oleh karenanya, untuk menampung aspirasi yang tidak tertampung tersebut, telah terdapat wadah atau forum yang dibuka oleh pemerintah daerah. Beberapa diantaranya yaitu, penetapan APBDes (dimana dalam menetapkan APBDes tersebut juga melalui forum-forum musyawarah antara masyarakat desa, BPD, dan Pemerintah Desa). Di Kabupaten Sanggau juga terdapat Program PNPM Mandiri sebanyak 3 (tiga) wilayah. Meskipun Program PNPM Mandiri ini terbatas pada cakupan wilayah dan dana yang terbatas namun, dengan adanya program ini setidak-tidaknya dapat menampung aspirasi/ usulan masyarakat yang tidak tertampung dalam APBD dikarenakan dalam penentuan program/ kegiatan dilakukan penggalian gagasan melalui Musyawarah Desa.

Aspirasi masyarakat juga ditampung melalui proposal-proposal yang masuk ke SKPD baik dalam bentuk permohonan maupun yang sifatnya pemecahan masalah. Selanjutnya aspirasi masyarakat tersebut di sinkronisasi dengan usulan/ aspirasi yang berasal dari Musrenbang dan kemudian dibahas melalui forum SKPD.

F.5. Kendala-Kendala Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Sanggau

Meskipun dalam proses penyusunan RKPD Kabupaten Sanggau telah berjalan dengan baik, namun terdapat beberapa masalah yang ditemukan yaitu terkadang usulan program dari bawah atau masyarakat (bottom up) seringkali berdasarkan keinginan semata dan bukan merupakan kebutuhan/ skala prioritas pembangunan yang mendesak untuk dipenuhi. Akibatnya, usulan yang ditawarkan sangat banyak dan melampaui ketersediaan anggaran pembangunan daerah. Selain itu, juga dapat membawa pengaruh buruk pada timbulnya konflik kepentingan antar warga masyarakat. Oleh karena itu, perlu disampaikan kepada masyarakat untuk mementingkan kepentingan bersama serta memprioritaskan pada usulan rencana pembangunan yang mendesak sesuai dengan kemampuan anggaran daerah.

Kendala lain yang dihadapi dalam penyusunan RKPD Kabupaten Sanggau adalah lambatnya data/ usulan rencana kerja yang disampaikan oleh SKPD ke BAPPEDA sehingga menghambat koordinasi ditingkat

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

154

kabupaten. Oleh karenanya diperlukan upaya tegas dengan mengingatkan SKPD agar menyampaikan usulan tepat waktu sehingga memudahkan koordinasi lebih lanjut dalam rangka penyusunan rancangan awal RKPD.

Adapun kendala utama dari penyusunan RKPD Kabupaten Sanggau adalah implementasi atau pengawalan usulan dari tingkat Musrenbang Desa hingga Musrenbang Kabupaten yang terkendala pada ketersediaan anggaran pembangunan daerah dan pengaruh kekuatan politis pada saat pembahasan RAPBD nantinya. Proses perencanaan pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah daerah secara bertahap dan telah melalui proses penjaringan yang panjang, terkadang harus dimentahkan pada pembahasan ditingkat yang lebih tinggi hanya dalam waktu yang cukup singkat. Oleh karenanya, keterlibatan pihak eksekutif maupun legislatif secara bersama dalam proses penjaringan usulan perencanaan pembangunan daerah, mulai dari tingkat yang paling bawah hingga ke tingkat penetapan nantinya perlu galakkan dan dikawal secara aktif dengan disertai komitmen bersama untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan meningkatkan pembangunan di Kabupaten Sanggau secara bersama-sama.

G. Kabupaten Bengkayang

G.1. Gambaran Umum Kabupaten BengkayangKabupaten Bengkayang merupakan kabupaten baru yang dibentuk

berdasarkan UU No.10 Tahun 1999. Peresmian Kabupaten Bengkayang dan pelantikan bupatinya dilaksanakan di Jakarta pada Tanggal 27 April 1999. Secara geografis, Kabupaten Bengkayang terletak diantara 0 derajat, 33 menit Lintang Utara dan 0 derajat, sampai 1 derajat, 30 menit Lintang Utara serta serta diantara 108 derajat, 39 menit, 0 derajat Bujur Timur sampai dengan 110 derajat 10 menit dan 0 derajat Bujur Timur. Secara administratif, Kabupaten Bengkayang memiliki batas-batas administrasi sebagai berikut:lSebelah Utara : Berbatasan dengan kecamatan Selakau, Tebas,

Sambas, Sejangkung dan Sajingan Besar (Kabupaten Sambas)

lSebelah Selatan : Berbatasan dengan Serawak, Malaysia Timur (Negara Malaysia) dan Kecamatan Sekayam (Kabupaten Sanggau)

lSebelah Timur : Berbatasan dengan Kecamatan Sungai Kunyit, Toho (Kabupaten Pontianak), serta Kecamatan Menjalin, Mempawah Hulu, Manyuke dan Air Besar (Kabupaten Landak)

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

155

lSebelah Barat : Berbatasan dengan Laut Natuna dan Pemerintahan Kota Singkawang

Secara keseluruhan luas wilayah Kabupaten Bengkayang adalah 2sebesar 5.396, 30 km atau sekitar 3,68 persen dari total luas wilayah di

Propinsi Kalimantan Barat. Hal ini menjadikan Kabupaten Bengkayang sebagai kabupaten dengan cakupan wilayah terkecil di Kalimantan Barat. Dilihat dari masing-masing kecamatan, Jagoi Babang nerupakan kecamatan

2yang paling luas di Kabupaten Bengkayang dengan 655 km atau sekitar 12, 14 persen dari luas Kabupaten Bengkayang keseluruhan dan kecamatan dengan wilayah terkecil adalah Kecamatan Capkala dengan luas wilayah

2sebesar 46, 35 km atau hanya sekitar 0,86 persen dari total Kabupaten Bengkayang.

Berdasarkan proyeksi akhir tahun 2006, penduduk Kabupaten Bengkayang berjumlah 211.883 jiwa dengan rincian penduduk laki-laki 109.109 jiwa, perempuan sebanyak 102.774 jiwa yang menyebar di 17 kecamatan. Berdasarkan data tersebut, dapat dihitung rasio jenis kelamin Kabupaten Bengkayang pada akhir tahun 2006 adalah 106, ini berarti bahwa jika ada 106 penduduk laki-laki maka terdapat 100 penduduk perempuan. Penduduk Kabupaten Bengkayang termasuk dalam kelompok usia muda (dibawah 20 tahun) yaitu sebesar 48,68 persen.

Tabel 3.10. Kecamatan Dalam Wilayah Kabupaten Bengkayang

No Nama Kecamatan Luas Wilayah

(Km2)

Jumlah Penduduk (Jiwa) Tahun 2006

12345678910111213141516

Sungai RayaCapkalaSamalantanMonteradoBengkayangTeriakSungai Betung

LedoSuti Semarang

LumarSanggau Ledo

SeluasJagoi BabangSidingSungai Raya KepulauanTujuh Belas

75,85 46,35

420,50

291,00

167,04

231,51

205,95

481,75

280,84

275,21

392,50

506,50655,00563,30394,00221,00

19.728

7.373

16.36

7

24.93

8

18.536

12.127

8.81714.25

54.8205.918

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

156

Untuk menentukan kebijakan pembangunan, Kabupaten Bengkayang telah membagi 3 wilayah pendekatan pembangunannya yaitu :1. Wilayah Pendekatan Pembangunan I (Wilayah Utara) meliputi 7

kecamatan yaitu Kecamatan Sungai Raya, Sungai Raya Kepulauan, Capkala, Monterado, Samalantan, Lembah Bawang, dan Sungai Betung.

2. Wilayah Pendekatan Pembangunan II (Wilayah Tengah) meliputi 6 kecamatan yaitu Kecamatan Bengkayang, Teriak, Lumor, Ledo, Sanggau Ledo, dan Tujuh Belas.

3. Wilayah Pendekatan Pembangunan III (Wilayah Selatan) meliputi 4 kecamatan yaitu Kecamatan Seluas, Jagoi Babang, Suti Semarang, dan Siding.

Pembangunan Kabupaten Bengkayang bertumpu pada visi dan misi Kabupaten Bengkayang. Adapun visi Kabupaten Bengkayang yaitu “Terwujudnya masyarakat Kabupaten Bengkayang yang Sejahtera, Demokratis, dan Berkeadilan Menuju Masyarakat Madani yang Berwawasan Lingkungan”. Sedangkan misi yang diemban untuk meraih visi tersebut ditempuh dengan :1. Mewujudkan pengamalan Pancasila secara konsekuen dalam kehidupan

masyarakat dengan meningkatkan mutu keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

2. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pemberdayaan ekonomi lokal, serta meningkatkan fasilitas dan kualitas pelayanan umum.

3. Mendorong masyarakat untuk meningkatkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.

4. Menciptakan dan memelihara kondisi keamanan dan ketertiban dan menjunjung tinggi supremasi hukum.

17

Lembah Bawang

188,00

11.218

14.346

7.163

7.14023.12

011.33

94.678

Jumlah 5.396,30211.8

83

Sumber : BPS Kabupaten Sanggau, 2007

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

157

5. Mengembangkan kehidupan yang demokratis dengan mengembangkan dan meningkatkan efektivitas, fungsi dan partisipasi organisasi kemasyarakatan, kelompok profesi, dan lembaga swadaya masyarakat dalam kehidupan bernegara.

6. Meningkatkan pengawasan dan akuntabilitas7. Meningkatkan kompetensi dan profesionalisme aparatur Negara.8. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pemberdayaan

ekonomi lokal serta meningkatkan fasilitas dan kualitas pelayanan umum.

9. Meningkatkan kompetensi dan profesionalisme aparatur pemerintah.10. Mengembangkan daerah perbatasan sebagai beranda depan Negara

Kesatuan Republik Indonesia melalui pengembangan pusat pertumbuhan ekonomi berbasis Sumber Daya Alam dan pengembangan sektor unggulan.

11. Menjadikan Kabupaten Bengkayang sebagai kawasan yang menarik untuk investasi dan penanaman modal.

G.2. Proses Penyusunan RKPD di Kabupaten BengkayangSecara normatif, penetapan Rencana Kerja Pemerintah Daerah

(RKPD) Kabupaten Bengkayang Tahun 2009 sesuai dengan yang termuat dalam Peraturan Bupati No 36 Tahun 2008 Tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Bengkayang Tahun 2009, belum memasukkan PP No. 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah ke dalam konsideran mengingatnya, padahal Peraturan Bupati tersebut dikeluarkan pada Bulan Mei Tahun 2008, sedangkan PP 8 Tahun 2008 tersebut dikeluarkan pada Bulan Februari 2008. Urgensi dimasukkannya PP 8 Tahun 2008 tersebut sangat penting dikarenakan ketentuan mengenai perencanaan pembangunan daerah secara lebih teknis diatur dengan jelas, dan akan lebih meningkatkan kualitas RKPD yang dihasilkan dengan memasukkan PP 8 Tahun 2008 tersebut sebagai landasannya.

Dokumen Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) merupakan rencana pembangunan tahunan daerah yang wajib disusun oleh setiap daerah dengan maksud, (1) Untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan pembangunan, (2) Sebagai pedoman dalam penyusunan Rencana Kerja (Renja) Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) setiap tahunnya, (3) Sebagai pedoman dalam penyusunan kebijakan umum APBD (KUA) dan Prioritas

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

158

dan Plafond Anggaran Sementara (PPAS) yang menjadi dasar dalam penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja daerah (APBD).

Sejalan dengan maksud tersebut diatas, maka penyusunan rencana kerja pemerintah daerah dilaksanakan dengan tujuan sebagai berikut :1. Menjabarkan kegiatan pembangunan masa mendatang berdasarkan visi,

misi, nilai, dan arahan kebijakan serta strategi dasar yang termaktub dalam rencana pembangunan jangka menengah kabupaten bengkayang tahun 2006 – 2010

2. Sebagai dokumen kerja bagi pemerintah daerah dalam melaksanakan urusan pemerintah daerah yang terdiri dari 25 urusan wajib dan 8 urusan pilihan

3. Terakumulasinya perencanaan pembangunan tahun anggaran 2009 yang bersifat taktis strategis yang akan digunakan sebagai bahan rujukan keberhasilan pelaksanaan pembangunan, dan pelayanan yang dilaksanakan pemerintah daerah dimana termuat program dan kegiatan, berikut sasaran yang terukur, indikator kinerja, dan perkiraan anggaran serta penanggungjawab atau pelaksana program

Proses penyusunan RKPD Kabupaten Bengkayang dimulai dari tahapan sebagai berikut: penyusunan rancangan awal, penyusunan rancangan RKPD dengan menggunakan Renja SKPD, Musrenbang penyusunan RKPD, penyusunan rancangan akhir RKPD, dan penetapan RKPD dengan Peraturan Bupati. Dalam Peraturan Bupati No. 36 Tahun 2008 disebutkan RKPD Kabupaten Bengkayang memegang peranan penting dikarenakan :1. RKPD Kabupaten Bengkayang merupakan penjabaran dari rencana

pembangunan jangka menengah Kabupaten Bengkayang Tahun 2006 – 2010, yang memuat rancangan kerangka ekonomi daerah, prioritas pembangunan daerah, rencana kerja dan pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah daerah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat

2. RKPD Kabupaten Bengkayang merupakan: (1) pedoman bagi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Bengkayang dalam menyusun Rencana Kerja SKPD Kabupaten Bengkayang, dan (2) pedoman bagi Pemerintah Kabupaten Bengkayang dalam menyusun Rancangan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah (RAPBD) Kabupaten Bengkayang

3. Dalam rangka penyusunan RAPBD Kabupaten Bengkayang, Pemerintah Kabupaten Bengkayang menggunakan RKPD Kabupaten Bengkayang

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

159

yang telah disusun sebagai bahan pembahasan kebijakan umum dan prioritas anggaran di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

4. Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Bengkayang menggunakan RKPD Kabupaten Bengkayang dalam melakukan pembahasan rencana kerja dan anggaran SKPD dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Bengkayang setiap tahunnya disusun dengan tahapan secara lebih rinci sebagai berikut :a. Penyiapan rancangan awal RKPD

RKPD merupakan penjabaran RPJM daerah dalam rangka mencapai sasaran pembangunan jangka menengah daerah. Rancangan awal RKPD disusun dengan memperhatikan :1. Hasil analisis kemampuan keuangan (fiscal capacity) yang terdiri dari

pendapatan daerah, alokasi belanja daerah, sumber dan penggunaan pembiayaan disertai dengan asumsi yang mendasarinya sebagai dasar dalam pengalokasian dana pada setiap rencana kerja

2. Prioritas pembangunan daerah yang disinkronisasikan dengan prioritas pembangunan pada RKP tingkat pemerintahan diatasnya untuk mencapai sasaran hasil pembangunan pada RPJM Daerah, yang direncanakan akan dicapai pada tahun rencana berkenaan

3. Penjabaran Rencana Kerja SKPD untuk mencapai sasaran hasil pembangunan

4. Memperhatikan perkiraan maju anggaran untuk mengetahui pagu indikatif bagi setiap SKPD dalam melaksanakan program dan kegiatan pada tahun rencana berkenaan. Secara umum biaya pembangunan diutamakan untuk memenuhi pelayanan kepada masyarakat dalam hal pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM), serta mengoptimalkan pembangunan potensi dan keunggulan daerah yang dicapai melalui kerangka regulasi dan kerangka pendanaan daerah

b. Penyiapan rancangan Renja SKPDPenyiapan rancangan Renja SKPD merupakan tanggung jawab Kepala SKPD yang memuat kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan yang dilaksanakan langsung oleh Pemerintah Daerah serta yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat. Rancangan Renja SKPD digunakan sebagai bahan masukan dalam penyusunan Rancangan RKPD

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

160

c. Penyusunan rancangan RKPD1. Rancangan RKPD merupakan integrasi dari Rancangan Awal RKPD

dengan rancangan Renja SKPD, yang penyusunannya menjadi tanggungjawab Kepala BAPPEDA dan menjadi masukan utama dalam Musrenbang Tahunan Daerah

2. Rancangan RKPD sudah memuat rancangan kerangka ekonomi daerah, prioritas pembangunan daerah, rencana kerja, dan pendanaannya yang bersifat indikatif

3. Setiap prioritas pembangunan daerah disusun untuk mencapai sasaran hasil pembangunan jangka menengah daerah yang terukur dan dapat dikenali indikatornya. Dalam penetapan prioritas pembangunan dilakukan dengan memperhatikan isu-isu masalah strategis atas pengaruh internal dan eksternal

d. Musrenbang Tahunan Daerah1. Merupakan rangkaian kegiatan yang dimulai dari Musrenbang

Kelurahan/ Desa, Musrenbang Kecamatan, Forum SKPD, dan Musrenbang Tahunan Kabupaten/ Kota, forum SKPD Provinsi, dan Musrenbang Provinsi

2. Merupakan forum konsultasi dengan para pemangku kepentingan pembangunan untuk membahas prioritas pembangunan, rencana kerja pembangunan, mengalokasikan anggaran pada setiap rencana kerja, lokasi kegiatan, dan SKPD yang bertanggung jawab dalam pelaksanaannya

3. Merupakan komitmen para pemangku kepentingan pembangunan yang menjadi masukan dalam penyempurnaan Rancangan RKPD

e. Penyusunan Rancangan Akhir RKPDPenyusunan Rancangan Akhir RKPD merupakan tanggung jawab Kepala BAPPEDA dengan masukan utama hasil kesepakatan Musrenbang Tahunan Daerah untuk disampaikan kepada Kepala Daerah dan selanjutnya diproses untuk ditetapkan dalam Peraturan Kepala Daerah

f. Penetapan peraturan kepala daerah tentang RKPDRKPD yang telah disempurnakan, selanjutnya ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah dan digunakan sebagai :1. Pedoman penyempurnaan Rancangan Renja SKPD dan bahan

penyusunan RKA SKPD2. Pedoman penyusunan Kebijakan Umum APBD (KUA) dan Prioritas

dan Plafond Anggaran Sementara (PPAS) sebagai dasar dalam penyusunan RAPBD

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

161

Secara umum dapat dituliskan bahwa, Bappeda sebagai leading sektor perencanaan melakukan akumulasi semua usulan program yang berasal dari Musrenbang baik ditingkat Kelurahan/ Desa dan Kecamatan ke dalam rancangan RKPD, kemudian dilakukan pembahasan atas usulan tersebut dalam Musrenbang tingkat kabupaten (setelah Bappeda menggelar forum SKPD sebelumnya), untuk selanjutnya disusun rancangan akhir RKPD yang nantinya ditetapkan dalam Peraturan Bupati serta menjadi dasar penyusunan Renja SKPD.

Alur pikir dalam penyusunan perencanaan pembangunan daerah Kabupaten Bengkayang tahun 2009 adalah sebagai berikut :

Gambar 3.4.Alur Pikir Perencanaan Pembangunan Kabupaten Bengkayang

Pem

erin

tah

Dae

rah

Visi, Misi, dan

Program

RPJP RPJM

Renstra

Renja

RKP

RPJP RPJM

RKPD

Visi, Misi, dan Program

Renstra

Renja

Pedoman

Memperhatikan

Penyerasian Melalui Musrenbang

Pedoman

Pedoman

Pedoman

Penjabaran

Acuan

Penjabaran

Pem

erin

tah

Pu

sat

Sumber : RPJMD Kabupaten Bengkayang 2006 - 2010

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

162

RPJMD Kabupaten Bengkayang Tahun 2006 – 2010 sesuai yang termuat dalam Peraturan Bupati No. 2 Tahun 2006 telah direvisi dengan Peraturan Bupati No 6 Tahun 2008 Tentang Perubahan Atas Peraturan Bupati Bengkayang Nomor 2 Tahun 2006 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kabupaten Bengkayang Tahun 2006 – 2010. Adanya revisi RPJMD ini guna lebih mengarahkan pembangunan kabupaten bengkayang secara lebih terarah menuju tercapainya rencana pembangunan 5 (lima) tahun mendatang yang menggambarkan visi, misi, dan program kepala daerah, yang penyusunannya memperhatikan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Provinsi dan Nasional. Disamping itu, dalam menyusun perencanaan pembangunan Kabupaten Bengkayang juga mengacu pada kesiapan anggaran yang masih berada dalam batas kemampuan (fiskal) pemerintah kabupaten bengkayang yang telah diproyeksikan besarnya dalam rangka mendukung RPJMD Kabupaten Bengkayang Tahun 2006 hingga Tahun 2010.

Tabel 3.11. Batas Kemampuan (Kapasitas) Fiskal Pemerintah Kabupaten Bengkayang

Uraian

2006

2007

2008

2009 2010

Kapasitas Fiskal

(Penerimaan Umum –

Belanja Pegawai Daerah

Kemampuan Keuangan Daerah

155.030.784.187

195.179.394.898

240.472.863.375 308.900.114.855 392.077.476.924,50

Sumber : RPJM Pemerintah Kabupaten Bengkayang Periode 2006 – 2010

Batas kemampuan (fiskal) Pemerintah Kabupaten Bengkayang selama periode 2006 – 2010 akan menjadi acuan dalam menetapkan prioritas dan plafond anggaran sementara (PPAS) untuk setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang selanjutnya menjadi acuan dalam penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) SKPD sebagai dasar RAPBD. Disamping batas kemampuan (kapasitas) fiskal, dalam menetapkan PPAS juga didasarkan pada kebijakan umum APBD (KUA) yang telah disepakati dengan DPRD.

Secara sistematis, dalam dokumen Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Bengkayang menggunakan pola baku yang terstruktur sebagai berikut :

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

163

BAB I : PENDAHULUANBab ini memuat latar belakang (yang menjelaskan tentang visi dan misi daerah, gambaran kondisi umum di daerah dan isu dan masalah mendesak). Maksud dan tujuan penyusunan RKPD serta proses dan sistematika penyusunan RKPD

BAB II : RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAHBab ini akan menguraikan tentang kondisi ekonomi makro, arah kebijakan belanja dan arah kebijakan pendapatan

BAB III : PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAHBab ini akan mengemukakan prioritas pembangunan yang menjadi pokok acuan dalam kegiatan pembangunan kabupaten bengkayang yang mengacu pada rencana pembangunan jangka menengah kabupaten bengkayang

BAB IV : RENCANA KERJA DAN PENDANAANBab ini menguraikan rencana kerja pemerintah daerah yang dijabarkan melalui program dan kegiatan strategis sesuai bidang urusan pemerintahan daerah dan pendanaannya yang bersifat indikatif

BAB V : RINGKASAN PENDANAANBab ini memuat plafond anggaran per unit organisasi SKPD yang dipilah menurut sumber pembiayaan dari APBD Kabupaten, APBD Provinsi, dan APBN

BAB VI : PENUTUPBab ini memuat kesimpulan dan saran-saran

G.3. Prioritas Perencanaan Pembangunan di Kabupaten BengkayangDalam penjelasan RPJMD Kabupaten Bengkayang dikatakan

bahwa, pembangunan sebagai suatu proses guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat, hendaknya diselenggarakan berdasarkan demokrasi dengan prinsip-prinsip kebersamaan, berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan serta kemandirian, dimana diperlukan suatu perencanaan pembangunan yang disusun secara sistematis, terarah, terpadu, menyeluruh, dan tanggap terhadap perubahan.

Perencanaan pembangunan daerah Kabupaten Bengkayang disusun berdasarkan kebutuhan masyarakat dalam rangka menggerakkan pembangunan daerah. Kebutuhan-kebutuhan tersebut tentunya disesuaikan dengan ketersediaan/ kemampuan fiskal daerah, oleh karenanya diperlukan prioritas-prioritas pembangunan yang menjadi

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

164

perhatian utama dalam perencanaan pembangunan daerah. Adapun prioritas pembangunan Kabupaten Bengkayang secara mendasar yaitu :1. Memenuhi belanja aparatur daerah2. Pemeliharaan fasilitas infrastruktur daerah terutama jalan, jembatan,

irigasi, gedung sekolah dan puskesmas3. Peningkatan infrastruktur4. Peningkatan sumber daya aparatur yang diarahkan pada penigkatan

pendidikan/ketrampilan dan peningkatan pelayanan kepada masyarakat

5. Pengembangan ekonomi kerakyatan yang ditetapkan pada pembangunan sektor pertanian (tanaman pangan, perikanan, peternakan dan perkebunan)

Selain itu, Pengembangan kawasan andalan khususnya percepatan pembangunan kawasan perbatasan juga menjadi perhatian utama kabupaten yang berbatasan dengan Negara Malaysia ini, perencanaan pembangunan dititikberatkan pada pengembangan pusat pertumbuhan ekonomi kawasan strategis yang ditempuh dengan cara, (1) menyusun Rancangan Umum Tata Ruang Wilayah Jagoi Babang dan sekitarnya, (2) mensinergikan pembangunan antar wilayah antar Negara tetangga (Malaysia Timur), (3) meningkatkan ekonomi masyarakat dan pelaku dunia usaha, (4) menciptakan iklim yang kondusif, (5) membangun dan meningkatkan sarana dan prasarana penunjang (transportasi dan komunikasi) untuk membuka isolasi daerah, (6) membangun kawasan Border Development Center sesuai dengan Master Plan yang telah disusun.

Banyaknya usulan dari masyarakat dalam Musrenbang menunjukkan perhatian dan harapan masyarakat dalam rangka pembangunan di Kabupaten Bengkayang. Namun, banyaknya usulan tersebut kemudian diperhadapkan pada ketersediaan anggaran daerah yang minim serta pengaruh kebijakan yang berpengaruh, menjadikan perlunya disusun skala prioritas berdasarkan analisa kebutuhan yang paling mendesak serta kemampuan program tersebut dalam mendorong pengembangan sektor lain secara langsung maupun tidak langsung (trickle down effect).

Untuk urusan-urusan wajib, Pemerintah Kabupaten Bengkayang menetapkan skala prioritas dengan mengacu pada Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang ada. Meskipun demikian, diakui bahwa standar baku untuk menentukan program prioritas tersebut tidak ada, hanya menyesuaikan akan kebutuhan, aspirasi, serta analisa SKPD saja. Oleh

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

165

karenanya, disinilah fungsi dari Rencana Strategis (Renstra) SKPD dalam memberikan pedoman dan penentuan program prioritas ke depannya.

Selama ini, hasil dari program-program prioritas dalam perencanaan pembangunan daerah yang telah disusun dapat dipahami oleh masyarakat (dikarenakan adanya penjelasan oleh Bappeda dalam Musrenbang akan keterbatasan keuangan pembangunan daerah) dan terbukti tidak adanya gejolak penolakan dari masyarakat.

Dalam rangka penyusunan RKPD Kabupaten Bengkayang Tahun 2009, terdapat masalah dan tantangan yang menjadi prioritas dalam pelaksanaan pembangunan Tahun 2009 antara lain, belum memadainya sarana dan prasarana transportasi, belum optimalnya akses masyarakat terhadap pelayanan dan mutu pendidikan, belum optimalnya akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan, masih rendahnya produktivitas dan kualitas komoditi produk unggulan bidang pertanian dan perkebunan, belum memadainya kualitas perumahan dan kawasan permukiman, belum terwujudnya pemerataan dan peningkatan pembangunan diwilayah perbatasan, pedalaman, pesisir, dan kepulauan, belum terkelolanya lingkungan hidup secara memadai, belum berkembangnya usaha kecil dan menengah, dan masih kurangnya profesionalisme aparatur.

Berdasarkan masalah dan tantangan utama tersebut, maka ditetapkan sasaran dan prioritas pembangunan daerah di Tahun 2009 sesuai yang termuat dalam RKPD Kabupaten Bengkayang yaitu :1. Tersedianya sarana dan prasarana transportasi secara memadai yang

dilaksanakan antara lain melalui :a. Program pembangunan jalan dan jembatanb. Program rehabilitasi/ pemeliharaan jalan dan jembatanc. Program pembangunan prasarana dan fasilitas perhubungand. Program pengendalian dan pengamanan lalu lintas

2. Meningkatnya akses masyarakat terhadap pelayanan dan mutu pendidikan yang dilaksanakan antara lain melalui :a. Program pendidikan anak usia dinib. Program wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahunc. Program pendidikan menengah

3. Meningkatnya akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan, yang dilaksanakan antara lain melalui :a. Program pengadaan, peningkatan, dan perbaikan sarana dan

prasarana puskesmas, puskesmas pembantu, dan jaringannyab. Program obat dan perbekalan kesehatan

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

166

c. Program pengadaan, peningkatan, dan perbaikan sarana dan prasarana rumah sakit

d. Program pencegahan dan penanggulangan penyakit menulare. Program perbaikan gizi masyarakat

4. Meningkatnya produktivitas dan kualitas produk komoditi unggulan bidang pertanian/ perkebunan yang didukung oleh pengairan memadai melalui :a. Program peningkatan produksi pertanian dan perkebunanb. Program hasil pemasaran hasil produksi pertanian dan perkebunanc. Program pengembangan dan pengelolaan jaringan irigasi, rawa, dan

jaringan pengairan lainnyad. Program peningkatan ketahanan pangane. Program pencegahan dan penanggulangan penyakit peternakanf. Program pengembangan budidaya perikanan

5. Meningkatnya kualitas perumahan dan kawasan pemukiman yang memenuhi syarat, yang dilaksanakan antara lain melalui :a. Program lingkungan sehat perumahanb. Program pengembangan perumahanc. Program penyediaan dan pengelolaan air baku

6. Terwujudnya percepatan pembangunan di wilayah perbatasan dalam suatu sistem wilayah pengembangan ekonomi yang terintegrasi dan strategis, dilaksanakan antara lain melalui :a. Program pengembangan wilayah perbatasanb. Program kerjasama pembangunanc. Program perencanaan pengembangan wilayah strategis dan cepat

tumbuh7. Meningkatnya pengelolaan lingkungan hidup, yang dilaksanakan antara

lain melalui :a. Program pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan

hidupb. Program pengembangan kinerja pengelolaan persampahanc. Program pengendalian banjir

8. Berkembangnya perdagangan, usaha kecil dan menengah (UKM), yang dilaksanakan antara lain melalui :a. Program pengembangan kewirausahaan dan keunggulan kompetitif

usaha kecil dan menengahb. Program pembinaan pedagang kaki lima dan asongan

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

167

9. Meningkatnya profesionalisme aparatur, yang dilaksanakan antara lain melalui :a. Program pembinaan dan pengembangan aparaturb. Program peningkatan kapasitas sumberdaya aparaturc. Program peningkatan sarana dan prasarana aparaturd. Program peningkatan pengembangan sistem pelaporan, capaian

kinerja, dan keuangane. Program penataan dan penyempurnaan kebijakan sistem

pengawasan

Disamping itu, dalam RKPD Kabupaten Bengkayang setiap tahunnya juga turut menyertakan program-program peningkatan kapasitas dan pemberdayaan lainnya yang menyentuh dimensi sosial, moral, serta kelembagaan seperti, peningkatan peran serta dan kesetaraan gender dalam pembangunan; pemberdayaan fakir miskin, Komunitas Adat Terpencil (KAT) dan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) lainnya, pengembangan seni dan kebudayaan, serta pengembangan iklim usaha.

G.4. Partisipasi Masyarakat Dalam Penyusunan RKPD di Kabupaten Bengkayang

Dalam dokumen RKPD Kabupaten Bengkayang pada salah satu kesimpulannya disebutkan bahwa mekanisme penyusunan RKPD dilaksanakan dengan memperhatikan seluruh aspirasi pemangku kepentingan pembangunan melalui penyelenggaraan Musrenbang tahunan yang dilaksanakan secara berjenjang dari Musrenbang Kelurahan/ Desa, Musrenbang Kecamatan, Forum SKPD/ Gabungan SKPD Kabupaten, Musrenbang Kabupaten, Forum SKPD/ Gabungan SKPD Provinsi, Musrenbang Provinsi, dan Musrenbang Nasional.

Tingkat partisipasi masyarakat dalam penyusunan perencanaan pembangunan daerah kabupaten bengkayang setiap tahunnya sangat tinggi dan berperan aktif. Hal ini dikarenakan ingin memperjuangkan kebutuhan diwilayahnya yang perlu untuk dipenuhi dalam pembangunan kedepannya. Adapun masyarakat yang hadir dalam setiap pelaksanaan Musrenbang diantaranya, tokoh pemuda, tokoh masyarakat, tokoh agama, seluruh RT, LSM, unsur akademis, organisasi pengusaha, dan organisasi kemasyarakatan. Selain itu, dalam setiap Musrenbang yang diadakan turut pula pihak Legislatif terlibat didalamnya. Keterlibatan pihak legislatif ini diharapkan dapat turut membantu dalam pengawalan usulan masyarakat

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

168

dari tingkat bawah tersebut hingga sampai kepada tahapan pembahasan dan penetapan RKPD nantinya.

Dalam setiap pelaksanaan Musrenbang yang dihadiri oleh seluruh lapisan masyarakat dan juga pihak legislatif, pihak Bappeda turut mengambil peran sebagai pengarah dalam Musrenbang tersebut dengan terlebih dahulu memberikan penjelasan dan pemahaman kepada masyarakat akan arti penting dari Musrenbang ini serta menekankan serinci mungkin ketersediaan anggaran pembangunan daerah yang ada, dimana tentunya akan berpengaruh pada besaran usulan masyarakat yang bisa tertampung dalam RKPD nantinya ketika telah ditetapkan. Melalui arahan Bappeda inilah masyarakat bisa memaklumi dan memahami realitas yang dihadapi terkait usulan yang tidak dimasukkan nantinya kedalam RKPD. Kenyataan ini ternyata tidak menurunkan minat dan keaktifan masyarakat dalam setiap pelaksanaan Musrenbang setiap tahunnya dikarenakan harapan yang tinggi dari masyarakat untuk dapat dipenuhi dalam perencanaan pembangunan tahun depannya.

Secara umum realisasi aspirasi masyarakat yang dapat tertampung dalam RKPD berkisar antara 30 – 40 %. Total usulan dari Musrenbang ditingkat kelurahan/desa, dan tingkat kecamatan secara kuantitas jumlahnya akan berkurang akibat penyesuaian-penyesuaian yang dilakukan, sehingga meskipun prioritas ditingkat kecamatan tetapi belum tentu ditingkat SKPD dan Kabupaten menjadi prioritas. Pada saat Musrenbang Kabupaten, SKPD menyampaikan program prioritas tersebut kepada Kecamatan, sehingga Kecamatan yang nantinya akan menyampaikan ke bawah hingga ke tingkat Kelurahan/ Desa untuk selanjutnya disampaikan kepada masyarakat. Dari hasil tersebut, dengan kisaran 30 – 40 % usulan yang dimasukkan dalam RKPD biasanya masyarakat menerima dan memahaminya.

G.5. Kendala-Kendala dalam Penyusunan RKPD di Kabupaten BengkayangKabupaten Bengkayang secara geografis terbagi atas wilayah

pedalaman, wilayah kepulauan, dan wilayah terpencil dan perbatasan. Kondisi ini menjadikan pelaksanaan dan kelancaran pelaksanaan Musrenbang terkadang terhambat, dimana jarak yang harus ditempuh cukup jauh dan kondisi infrastruktur yang masih cukup minim. Selain itu, ketersediaan sarana dan prasarana penyelenggaraan Musrenbang yang masih terbatas juga menjadi faktor penghambat kelancaran Musrenbang yang sedang dilaksanakan. Namun, Pemerintah Kabupaten Bengkayang telah berupaya untuk melengkapi kekurangan-kekurangan yang ada demi

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

169

menjamin terlaksananya Musrenbang sebagai wadah aspirasi masyarakat terhadap kebutuhan pembangunan diwilayahnya secara optimal.

Kendala lain yang dihadapi dalam rangka penyusunan RKPD Kabupaten Bengkayang adalah peran aktif SKPD yang masih kurang dalam memberikan rancangan Renja SKPD-nya, bahkan Bappeda harus menjemput bola kemasing-masing SKPD untuk meminta Renja SKPD-nya. Hal ini menunjukkan bahwa SKPD belum memahami arti penting rancangan RKPD serta rancangan Renja SKPD, padahal dalam menyusun rancangan RKPD diperlukan integrasi dari Rancangan Awal RKPD dengan rancangan Renja SKPD. Diakui bahwa, penyusunan Renja SKPD kurang penting dikarenakan penyusunannya diawal tahun yang bertepatan dengan pemeriksaan, sehingga konsentrasi SKPD lebih banyak kepada persiapan menghadapi pemeriksaan dibanding fokus pada penyusunan Renja.

Sebagaimana diketahui, untuk menyusun Renja SKPD diperlukan Renstra SKPD sebagai pedoman dan dalam rangka melengkapi penyusunan RKPD nantinya. Namun, masih banyak instansi di Kabupaten Bengkayang berdasarkan hasil pemeriksaan Inspektorat yang dilakukan belum memiliki Renstra yang jelas. Keadaan ini terjadi dikarenakan adanya anggapan bahwa, baik dokumen Renstra, Renja, dan RKPD sebagai dokumen formalitas yang tidak begitu penting. Dari sini timbul pertanyaan, bahwa bagaimana Renja SKPD bisa tiba-tiba disusun jika Renstra sebagai pedomannya tidak dimiliki. Selanjutnya jika Renstra belum dimiliki, bagaimana kemudian hubungan antara Renja SKPD dengan RPJMD bisa termaknai dengan baik. Kondisi ini tentunya harus diperbaiki, dengan mengingatkan SKPD tentang arti pentingnya dokumen Renstra, RKPD, dan Renja SKPD serta kaitan dan hubungan diantaranya terhadap RPJMD Kabupaten Bengkayang sebagai bahan perencanaan pembangunan daerah secara terintegrasi dan komprehensif.

Kendala umum yang biasanya terjadi dalam setiap penyusunan RKPD juga terjadi di Kabupaten Bengkayang, yaitu keterbatasan anggaran pembangunan yang dimiliki oleh pemerintah daerah untuk dapat memenuhi semua usulan yang ada. Oleh karenanya, hanya program-program prioritas saja yang dapat dipenuhi dan dapat memberikan efek pada pengembangan sektor-sektor yang lainnya, baik secara langsung maupun tidak langsung. Selain masalah keuangan daerah, juga sangat berpengaruh tekanan politis/ kebijakan pimpinan daerah untuk menyelenggarakan program-program pembangunan yang dianggap urgent untuk diselenggarakan terlebih dahulu.

Di Kabupaten Bengkayang terdapat satu bagian di Sekretariat Daerah dengan nomenklatur Bidang Ekonomi Pembangunan (Ekbang) yang

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

170

memiliki tugas dan peran seperti Bappeda. Keadaan ini menyebabkan biasanya terjadi overlapping tupoksi serta sikap saling menunggu satu sama lain dalam pelaksanan tugas, yang tentunya dapat berakibat pada terhambatnya kelancaran tugas perencanaan pembangunan. Penegasan tupoksi masing-masing sangat diperlukan agar keberadaan Bappeda sebagai leading sektor perencanaan pembangunan cukup kuat dan dapat melaksanakan tugasnya dengan lebih optimal.

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Bengkayang yang telah ditetapkan, terkadang belum digunakan sebagai pedoman oleh SKPD dalam menyusun rencana kerjanya. Sehingga timbul kesan bahwa SKPD tidak memperdulikan hasil Musrenbang yang telah dilaksanakan dan menyusun sendiri rencana kerja SKPD-nya. Disini peran Bappeda harus diperkuat dan SKPD harus patuh pada ketentuan yang telah ditetapkan oleh Bappeda melalui seluruh rangkaian perencanaan pembangunan yang ada. Selain itu, juga perlu diberikan pemahaman bahwa RKPD juga harus menjadi pedoman dalam penyusunan Kebijakan Umum Anggaran (KUA), prioritas dan plafond anggaran (PPA) sebagai dasar dalam penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) Kabupaten Bengkayang.

Uraian proses penyusunan perencanaan pembangunan di beberapa daerah tersebut menunjukkan bahwa secara umum ada kesamaan proses yang ditempuh, hal ini karena dasar hukum yang digunakan adalah sama yaitu UU No. 25 Tahun 2004. Namun ada beberapa variasi atau inisiatif daerah yang berbeda dengan daerah yang lain, yaitu adanya pertemuan instansi serumpun yang dilakukan sebelum pertemuan Forum SKPD. Juga ditemukan di beberapa daerah ternyata masih belum mengetahui adanya peraturan perundangan yang baru yaitu PP No. 8 tahun 2007 sehingga PP tersebut tidak dijadikan dasar dalam penyusunan rencana pembangunan daerah. Kendala yang dihadapi daerah juga bervariasi karena karakteristik masing-masing daerah yang berbeda-beda. Pembahasan lebih lanjut mengenai berbagai fenomena praktek perencanaan di daerah akan dibahas pada bab selanjutnya.

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

171

BAB V PENUTUP

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

201

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

202

Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan

203

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2002, Ringkasan Eksekutif Kajian Efektifitas Perencanaan Pembangunan Melalui Musbang Dan UDKP, Kantor Litbang dengan Pusat Kajian STPDN, d i u n d u h d a r i http://www.bandung.go.id/images/ragaminfo/musbang_dan_udkp.pdf tanggal 8 Januari 2009

Anonim, 2006, Triple Track Strategy: Upaya Mengurangi Pengangguran dan Kemiskinan diakses dari http://www.presidensby.info/index.php/topik/ 2006/12/21/44.html tanggal 31 Agustus 2009

Anonim, 2007, Profil Kabupaten Bengkayang (Bumi Sebalo), Bengkayang: Bappeda Kabupaten Bengkayang

Anonim, 2008, Data Pokok Profil Daerah Kabupaten Sanggau Tahun 2008, Sanggau: Bappeda Kabupaten Sanggau

Anonim, 2009, Daftar Usulan Pembangunan Sarana/Prasarana Fisik dan Non Fisik Hasil Musrenbang Kampung Barong Tongkok Tahun 2009, Kabupaten Kutai Barat

Anonim, Profil Kabupaten Kotabaru tahun 2006, Kotabaru: Bappeda Kabupaten Kotabaru

Bryant, Coralie & White, Louise G., 1987, Manajemen Pembangunan Untuk Negara Berkembang, Jakarta: LP3ES

Anonim, Kabupaten Barito Timur dalam Angka 2007, Tamiang Layang: Bappeda dan BPS Kabupaten Barito Timur

Anonim, Kabupaten Bengkayang Dalam Angka 2008, Bengkayang: Bappeda dan BPS Kabupaten Bengkayang

Djohani, Rianingsih, 2008, Panduan Penyelenggaraan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa, Bandung: FPPM

Kabupaten Berau Dalam Angka Tahun 2008, Tanjungredeb: Bappeda dan BPS Kabupaten Berau

Kabupaten Kotabaru Dalam Angka Tahun 2007-2008, Kotabaru: Bappeda dan BPS Kabupaten Kotabaru

Kartasasmita, Ginandjar, 1997, Administrasi Pembangunan, Perkembangan Pemikiran dan Praktiknya di Indonesia, Jakarta: LP3ES diunduh dari http://www.ginandjar.com/publications.asp tanggal 24 Juli 2008

Kotawaringin Timur Dalam Angka 2007/2008, Sampit: Bappeda dan BPS Kabupaten Kotawaringin Timur

Kuncoro, Mudrajad, 2004, Otonomi Dan Pembangunan Daerah, Reformasi, Perencanaan, Strategi Dan Peluang, Jakarta: Penerbit Erlangga

Kuncoro, Mudrajat, 2006, Ekonomika Pembangunan: Teori, Masalah dan Kebijakan, Yogyakarta: UPP STIM YKPN, Ed.4

Kutai Barat Dalam Angka Tahun 2007, Sendawar: Bappeda dan BPS Kabupaten Kutai Barat

Kutai Barat Dalam Angka Tahun 2008, Sendawar: Bappeda dan BPS Kabupaten Kutai Barat

Muluk, Saeful, 2008, Panduan Penyelenggaraan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Kelurahan, Bandung: FPPM

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Kotabaru tahun 2009, Kotabaru: Bappeda Kabupaten Kotabaru

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Barito Timur Tahun 2009, Tamiang Layang: Bappeda Kabupaten Barito Timur

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Berau Tahun 2008, Tanjungredeb: Bappeda Kabupaten Berau

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Berau Tahun 2009, Tanjungredeb: Bappeda Kabupaten Berau

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Kotabaru Tahun 2008, Kotabaru: Bappeda Kabupaten Kotabaru

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Kutai Barat Tahun 2009, Sendawar: Bappeda Kabupaten Kutai Barat

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Kotawaringin Timur Tahun 2005 – 2010, Sampit: Bappeda Kabupaten Kotawaringin Timur

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Pemerintah Kabupaten Berau 2006-2010, Tanjungredeb: Bappeda Kabupaten Berau

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Pemerintah Kabupaten Kutai Barat 2006-2011, Sendawar: Bappeda Kabupaten Kutai Barat

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJMD) Kabupaten Barito Timur Tahun 2008-2013, Tamiang Layang: Bappeda Kabupaten Barito Timur

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJMD) Kabupaten Kotabaru tahun 2006-2010, Kotabaru: Bappeda Kabupaten Kotabaru

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) 2005 – 2025 Kabupaten Kotawaringin Timur, Sampit: Bappeda Kabupaten Kotawaringin Timur

Riyadi & Supriadi B., Deddy, 2005, Perencanaan Pembangunan Daerah, Strategi Menggali Potensi dalam Mewujudkan Otonomi Daerah, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, Cet-3

Rusmadi, dkk, 2006-a, Membangun Perencanaan Partisipatif di Desa, Samarinda: C-Force

Rusmadi, dkk, 2006-b, Membangun Prakarsa Publik, Samarinda: C-ForceSetyanto, Widya P., 2008, Panduan Penyelenggaraan Musyawarah Perencanaan

Pembangunan Kecamatan, Bandung: FPPMSolihin, Dadang, 2005, Perencanaan Pembangunan Daerah: Konsep, Strategi,

T a h a p a n , d a n P r o s e s , d i u n d u h d a r i http://www.slideshare.net/DadangSolihin/perencanaan-pembangunan-daerah-konsep-strategi-tahapan-dan-proses/ tanggal 14 Juli 2008.

Suherman, Nandang & Muluk, Saeful, 2008, Panduan Penyelenggaraan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Kabupaten/Kota, Bandung: FPPM

Suherman, Nandang, 2008, Panduan Penyelenggaraan Forum SKPD, Bandung: FPPMSumarto, Hetifah Sj., 2009, Inovasi, Partisipasi dan Good Governance: 20 Prakarsa

Inovatif dan Partisipasi di Indonesia, Jakarta: Yayasan Obor, Ed.2Tjokroamidjojo, Bintoro, 1995, Pengantar Administrasi Pembangunan, Jakarta:

LP3ES, Cet-17Tjokrowinoto, Moeljarto, 1993, Politik Pembangunan, Sebuah Konsep, Arah dan

Strategi, Yogyakarta: Tiara Wacana, Cet-2Tjokrowinoto, Moeljarto, 1996, Pembangunan, Dilema dan Tantangan, Yogyakarta:

Pustaka PelajarTodaro, Michael P., 2000, Pembangunan Ekonomi 1, Jakarta: Bumi Aksara, Ed. 5, Cet.1

(Terj)

Peraturan Perundang-UndanganUndang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang

Nasional Tahun 2005-2025Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan

NasionalPeraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan

Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota

Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah

Peraturan Daerah Kabupaten Barito Timur No. 17 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Barito Timur Tahun 2008-2013

Peraturan Daerah Kabupaten Kotabaru No. 1 Tahun 2006 tentang RPJM Kabupaten Kotabaru tahun 2006-2010

Peraturan Daerah Kabupaten Kotabaru No. 14 Tahun 2005 tentang Tata Cara Penyusunan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Kotabaru

Peraturan Daerah Kabupaten Kotabaru No. 20 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kabupaten Kotabaru No. 01 Tahun 2006 tentang RPJM Kabupaten Kotabaru tahun 2006-2010.

Peraturan Daerah Kabupaten Sanggau No. 2 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Sanggau Tahun 2006 – 2008

Peraturan Bupati Bengkayang No. 36 Tahun 2008 tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Bengkayang Tahun 2009

Peraturan Bupati Bengkayang No. 6 Tahun 2008 tentang Perubahan Atas Peraturan Bupati Bengkayang No. 2 Tahun 2006 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kabupaten Bengkayang Tahun 2006 – 2010

Peraturan Bupati Berau No. 3 Tahun 2008 tentang Tata Cara Perencanaan Pembangunan Tahunan Daerah

Peraturan Bupati Kotabaru No. 28 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Kotabaru

Peraturan Bupati Kotawaringin Timur No. 283 Tahun 2008 tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Kotawaringin Timur Tahun 2009

Peraturan Bupati Sanggau No. 5 Tahun 2008 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Daerah Kabupaten Sanggau

Peraturan Bupati Sanggau No. 62 Tahun 2008 tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Sanggau Tahun 2009

Surat KabarKaltim Post, “RTRWP Tak Selesai Tahun Ini”, Edisi 16 September 2009 hal. 8Kaltim Post, “Samarinda Layak Semrawut”, Edisi 30 September 2009, hal 27