efektivitas pengendalian persediaan obat...

183
EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT METHYLPREDNISOLON INJ 125 MG/2 ML MELALUI METODE ANALISIS ABC, ECONOMIC ORDER QUANTITY (EOQ) DAN REORDER POINT (ROP) DI GUDANG FARMASI RUMAH SAKIT UMUM HAJI MEDAN TAHUN 2015 SKRIPSI OLEH : ASRIL YUSUF PUTRA FAU 1111101000005 PEMINATAN MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN (MPK) PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIFHIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H / 2015 M

Upload: hoanghanh

Post on 07-Feb-2018

229 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT METHYLPREDNISOLON

INJ 125 MG/2 ML MELALUI METODE ANALISIS ABC, ECONOMIC ORDER

QUANTITY (EOQ) DAN REORDER POINT (ROP) DI GUDANG FARMASI RUMAH

SAKIT UMUM HAJI MEDAN TAHUN 2015

SKRIPSI

OLEH :

ASRIL YUSUF PUTRA FAU

1111101000005

PEMINATAN MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN (MPK)

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIFHIDAYATULLAH

JAKARTA

1436 H / 2015 M

Page 2: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

� �

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu

persyaratan memperoleh gelar Strata 1 (S-1) Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan dengan

ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang

berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 16 Juni 2015

Asril Yusuf Putra Fau

Page 3: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

� � �

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI JAKARTA

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN

Skripsi, Juni 2015

Asril Yusuf putra Fau, NIM : 1111101000005

Efektivitas Pengendalian Persediaan Obat Methylprednisolon inj 125 mg/2 ml Melalui

Metode Analisis ABC, Economic Order Quantity (EOQ) dan Reorder Point (ROP) di

Gudang Farmasi Rumah Sakit Umum Haji Medan Tahun 2015

xxiii + (119) halaman, (8) tabel, (6) gambar, (1) grafik, (5) bagan, (9) lampiran

ABSTRAK

Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) bertanggung jawab dalam menyediakan perbekalan

farmasi dengan jumlah yang cukup pada waktu yang dibutuhkan dan dengan biaya yang

serendah-rendahnya, khususnya bagian Gudang Farmasi. Gudang Farmasi RSU Haji Medan

belum optimal dalam melakukan penyediaan obat Methylprednisolon inj 125 mg/2 ml , yaitu

belum adanya keseimbangan antara permintaan dan ketersediaan obat Methylprednisolon inj

125 mg/2 ml sehingga terjadi stock out dan pembelian cito. Untuk itu perlu dilakukan

pengendalian persediaan obat Methylprednisolon inj 125 mg/2 ml di Gudang Farmasi RSU

Haji Medan.

Jenis penelitian adalah operational research untuk mengetahui nilai pemakaian dan

investasi obat, mengetahui jumlah pemesanan optimum dan waktu pemesanan kembali

masing-masing obat Methylprednisolon inj 125 mg/2 ml di Gudang Farmasi Rumah Sakit

Umum Haji Medan. Jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer yang

diperoleh dari wawancara mendalam dan observasi sedangkan data sekunder diperoleh

melalui telaah dokumen terkait penelitian. Informan dari penelitian adalah Kepala Unit

Farmasi, Kepala Bidang Penunjang Medis, Staf Gudang Farmasi, Kepala Bagian Keuangan

dan Koordinator Logistik di RSU Haji Medan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum dilakukan penerapan metode ABC,

Economic Order Quantity (EOQ) dan Reorder point (ROP) diketahui bahwa obat

methylprednisolone inj 125 mg/2 ml mengalami stock out obat dan mengakibatkan kerugian

sebesar Rp 65.790.000. Setelah dilakukan perhitungan dengan menggunakan metode ABC

didapatkan hasil bahwa obat Methylprednisolon inj 125 mg/2 ml merupakan obat kelompok

A dengan nilai investasi tertinggi. Perhitungan dengan metode EOQ didapatkan Jumlah

pemesanan optimum untuk obat Methylprednisolon inj 125 mg/2 ml adalah 49 item dan

perhitungan ROP didapatkan waktu pemesanan kembali untuk obat Methylprednisolon inj

Page 4: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

� �

125 mg/2 ml adalah 116 item. Setelah dilakukan penerapan metode analisis ABC, EOQ dan

ROP di Gudang Farmasi RSU Haji Medan permasalahan stock out obat Methylprednisolon

inj 125 mg/2 ml tidak terjadi lagi. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, disarankan kepada

RSU Haji Medan untuk menerapkan metode ABC, Economic Order Quantity (EOQ) dan

Reorder Point (ROP) ke seluruh jenis obat generik.

Kata Kunci: Pengendalian persediaan, obat Methylprednisolon inj 125 mg/2 ml, analisis

ABC, Economic Order Quantity, Reorder Point

Daftar Bacaan: 36 (1987-2015)

Page 5: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

STATE ISLAMIC UNIVERSITY OF JAKARTA

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES

PUBLIC HEALTH PROGRAM STUDY

HEALTH CARE MANAGEMENT

Skripsi, Juny 2015

Asril Yusuf Putra Fau, NIM : 1111101000005

Inventory Control Effectiveness of Methylprednisolon inj 125 mg/2 ml Drug using ABC

Analysis Method, Economic Order Quantity (EOQ) and Reorder Point (ROP) in

Pharmaceutical Warehouse of Haji Medan Public Hospital 2015

xxiii + (119) pages, (8) tables, (6) pictures, (1) graphic, (5) charts, (9) attachments

ABSTRACT

The Hospital Pharmacy Installation is responsible in providing pharmaceutical supplies

with a sufficient amount of time is needed and the cost of that perfect humility, especially the

pharmaceutical warehouse. Pharmaceutical werehouse of Haji Medan Public Hospital is not

optimal in doing the provision of Methylprednisolon inj 125 mg/2 ml medicine, the demand

and availability of the Methylprednisolon inj 125 mg/2 ml drugs is not balance so the stock

out and cito purchase is happened. So there need to be analyzed about inventory control of

Methylprednisolon inj 125 mg/2 ml drug in pharmaceutical warehouse at Haji Medan Public

Hospital.

The type of this research was operational research to determine the value of drug

consumption and investment, determine the optimum order quantity and reorder time of

Methylprednisolon inj 125 mg/2 ml drug in the pharmaceutical warehouse at Haji Medan

Public Hospital. The primary data was obtained from indepth interviews and observation then

secondary data was obtained by reviewing the related document. The informan in this

research was the Head of Pharmaceuticals Unit, Head of Medical Support, Pharmaceutical

Warehouse Staff, Head of Finance and Coordinator of Logistics at Haji Medan Public

Hospital.

The result showed that prior to the application of the method ABC, Economic Order

Quantity (EOQ) and Reorder point (ROP) is known that the drug methylprednisolone inj 125

mg/2 ml experiencing stock out of medicines and result in a loss of Rp 65.790.000. After

calculation by the ABC, EOQ and ROP method showed that the drug is a drug

Methylprednisolon inj 125 mg/2 ml group A with the highest investment value. Calculation

by the the method of EOQ obtained optimum number of booking for the drug

Methylprednisolon inj 125 mg/ 2 ml are 49 items and calculation by the the method of ROP

Page 6: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

� �

obtained when booking a return to drug Methylprednisolon inj 125 mg/2 ml are 116 items.

After the application of the method ABC, Economic Order Quantity (EOQ) and Reorder

Point (ROP) in pharmaceutical warehouse of Haji Medan Public Hospital the problem of

Methylprednisolon inj 125 mg/2 ml stock out can be solved. Based on these result, it is

recommended to the hospital to implement the ABC method, Economic Order Quantity

(EOQ) and Reorder Point (ROP) to apply the ABC, Economic Oreder Quantity (EOQ) and

Reorder Point (ROP) method to all types of generics.

Keywords : Inventory control, Methylprednisolon inj 125 mg/2 ml medicine, ABC analysis,

Economic Order Quantity, Reorder Point

Bibliography: 36 (1987-2015)

Page 7: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di
Page 8: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di
Page 9: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

ix

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama : Asril Yusuf Putra Fau

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat/Tanggal Lahir : Padangsidimpuan, 21 Juli 1992

Alamat : Jl. Duta Darma VI Blok D7 No.18 Pondok Hijau,

Ciputat, Tangerang Selatan

Agama : Islam

No. Telp : 081375687209

E-mail : [email protected]

Riwayat Pendidikan :

2011-sekarang : Manajemen Pelayanan Kesehatan (MPK), Kesehatan

Masyarakat Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta

2008-2011 : MAN 2 Model Padangsidimpuan

2005-2008 : SMPS Nurul Ilmi Padangsidimpuan

1999-2005 : SDN 200117 Padangsidimpuan

1998-1999 : TK Bhayangkari Padangsidimpuan

Riwayat Organisasi :

2012-2013 : PSDMO BEM FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2013-sekarang : HACAMSA Kesehatan Masyarakat UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

Page 10: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

x

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Segala puji bagi Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyanyang atas

rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di Rumah Sakit

Umum Haji Medan Tahun 2015 dapat diselesaikan. Sholawat dan salam tidak lupa

penulis sampaikan pada baginda Rasulullah Muhammad SAW yang membawa

umatnya ke jalan yang diridhoi oleh Allah SWT.

Skripsi ini merupakan syarat mahasiswa semester VIII (delapan) Program Studi

Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk memperoleh gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat. Dengan pengetahuan, pengarahan dan bimbingan

yang diperoleh selama perkuliahan, penulis dapat menyusun proposal skripsi yang

berjudul “Efektivitas Pengendalian Persediaan Obat Methylprednisolon inj 125

mg/2 ml Melalui Metode Analisis ABC, Economic Order Quantity (EOQ) dan

Reorder Point (ROP) di Rumah Sakit Umum Haji Medan Tahun 2015”

Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kedua orang tua tercinta yang telah memberi semangat, memotivasi serta

doanya.

2. DR. Arif Sumantri. M.Kes sebagai Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan UIN Syarif Hidayatukkah Jakarta.

3. Fajar Ariyanti, M.Kes, Ph. D sebagai Kepala Program Studi Kesehatan

Masyarakat.

4. dr. Yuli Prapancha Satar, MARS dan Febrianti, SP, M.Si selaku pembimbing

Page 11: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

xi

skripsi yang telah memberikan arahan dan bimbingannya.

5. Riastuti Kusuma Wardhani, MKM, Yuli Amran, SKM, MKM dan Milza N

Rosad, MARS selaku penguji sidangskripsi.

6. Segenap bapak / ibu dosen Jurusan Kesehatan Masyarakat yang telah

memberikan ilmu pengetahuan yang sangat berguna bagi penulis dan mahasiswa

pada umumnya.

7. Direktur RSU Haji Medan yang telah memberikan izin penelitian skripsi di RSU

Haji Medan

8. Aziz, Fahri, Misbah yang selalu mendengarkan keluh kesah, memberi semangat

dan masukan, terimakasih

9. dr. Patimah Fitriansyari Hasibuan terimakasih doa, semangat dan dukungannya.

10. Untuk sahabat-sahabat Manajemen Pelayanan Kesehatan (MPK) 2011 dan

seluruh teman-teman Kesmas lainnya.

11. Segenap pihak yang belum disebutkan satu persatu atas bantuan, semangat dan

doanya untuk penulis dalam menyelesaikan magang.

Dengan mengirimkan doa kepada Allah SWT penulis berharap semua kebaikan

yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT. Amin. Terakhir, penulis

berharap semoga Laporan ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca serta

mengharapkan kritik dan saran yang membangun.

Jakarta, Juni 2015

Penulis

Page 12: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i

LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................... ii

ABSTRAK ............................................................................................................... iii

ABSTRACT ............................................................................................................. v

PERNYATAAN PERSETUJUAN ........................................................................ vii

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... viii

RIWAYAT HIDUP PENULIS ............................................................................... ix

KATA PENGANTAR ............................................................................................. x

DAFTAR ISI ............................................................................................................ xii

DAFTAR TABEL ................................................................................................... xvi

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xvii

DAFTAR GRAFIK ................................................................................................. xviii

DAFTAR BAGAN .................................................................................................. xix

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xx

DAFTAR SINGKATAN ......................................................................................... xxi

DAFTAR ISTILAH ................................................................................................ xxiii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

A. Latar Belakang .............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 5

Page 13: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

xiii

C. Pertanyaan Penelitian .................................................................................... 6

D. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 6

1. Tujuan Umum ................................................................................... 6

2. Tujuan Khusus .................................................................................. 7

E. Manfaat Penelitian ........................................................................................ 7

1. Bagi Peneliti ......................................................................................... 7

2. Bagi Rumah Sakit Umum Haji Medan ................................................ 8

3. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Jakarta .................... 8

F. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................. 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 10

A. Rumah Sakit .................................................................................................. 10

B. Pelayanan Instalasi Farmasi Rumah Sakit IFRS) ......................................... 11

C. Manajemen Logistik Rumah Sakit ................................................................ 13

1. Defenisi Manajemen Logistik .............................................................. 13

2. Tujuan dan Ciri Manajemen Logistik .................................................. 14

3. Fungsi Manajemen Logistik ................................................................ 16

a. Fungsi Perencanaan dan Penentuan Kebutuhan ........................ 17

b. Fungsi Penganggaran................................................................. 19

c. Fungsi Pengadaan ...................................................................... 19

d. Fungsi Penerimaan dan Penyimpanan ....................................... 20

e. Fungsi Penyaluran ..................................................................... 22

f. Fungsi Pemeliharaan ................................................................. 23

g. Fungsi Penghapusan .................................................................. 23

h. Pengendalian/Pengawasan ......................................................... 24

4. Peran Manajemen Logistik di Rumah Sakit ........................................ 25

D. Manajemen Persediaan Logistik Rumah Sakit ............................................. 28

1. Fungsi Persediaan ................................................................................ 29

2. Jenis Persediaan ................................................................................... 30

3. Biaya-Biaya Persediaan ....................................................................... 31

E. Pengendalian Persediaan Obat ...................................................................... 33

Page 14: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

xiv

1. Defenisi dan Tujuan Pengendalian Persediaan ................................. 33

2. Metode Pengendalian Persediaan...................................................... 36

a. Analisis ABC ........................................................................... 36

b. Economic Order Quantity (EOQ) ............................................ 42

c. Reorder Point (ROP) ............................................................... 43

F. Kerangka Teori ............................................................................................. 45

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN DEFENISI ISTILAH ........................ 47

A. Kerangka Berfikir ......................................................................................... 47

B. Defenisi Istilah .............................................................................................. 50

BAB IV METODE PENELITIAN ........................................................................ 52

A. Desain Penelitian .......................................................................................... 52

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................................ 52

C. Informan Penelitian Kualitatif ...................................................................... 53

D. Pengumpulan Data ........................................................................................ 54

E. Keabsahan Data............................................................................................. 55

F. Pengolahan Data ........................................................................................... 55

G. Penyajian Data .............................................................................................. 59

BAB V HASIL ......................................................................................................... 60

A. Pengendalian Persediaan Obat Methylprednisolon inj 125 mg/2 ml

Sebelum Penerapan Metode ABC, EOQ dan ROP di Gudang

Farmasi Rumah Sakit Umum Haji Medan .................................................... 60

B. Pengendalian Persediaan Obat Methylprednisolon inj 125 mg/2 ml

dengan Penerapan Metode ABC, EOQ dan ROP di Gudang

Farmasi Rumah Sakit Umum Haji Medan .................................................... 64

1. Sistem Pengelompokan Obat Generik dengan Metode ABC ............ 64

a. Input dari SDM dan Metode ....................................................... 64

b. Proses Pengelompokan Obat Generik Melalui

Metode Analisis ABC ................................................................. 69

c. Output Pengelompokan Obat Generik Melalui

Metode Analisis ABC ................................................................. 75

Page 15: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

xv

2. Perhitungan EOQ Obat Methylprednisolon inj 125 mg/2 ml............ 76

3. Perhitungan ROP Obat Methylprednisolon inj 125 mg/2 ml ............ 82

C. Efektivitas Pengendalian Persediaan Obat Methylprednisolon

inj 125 mg/2 ml Pasca Penerapan Metode ABC, EOQ, dan ROP

di Gudang Farmasi RSU Haji Medan ........................................................... 85

BAB VI PEMBAHASAN ....................................................................................... 87

A. Keterbatasan Penelitian ................................................................................. 87

B. Pengendalian Persediaan Obat Methylprednisolon inj 125 mg/2 ml

Sebelum Penerapan Metode ABC, EOQ dan ROP di Gudang

Farmasi Rumah Sakit Umum Haji Medan .................................................... 87

C. Pengendalian Persediaan Obat Methylprednisolon inj 125 mg/2 ml

dengan Penerapan Metode ABC, EOQ dan ROP di Gudang

Farmasi Rumah Sakit Umum Haji Medan .................................................... 92

1. Sistem Pengelompokan Obat Generik dengan Metode ABC ........... 92

a. Input dari SDM dan Metode ....................................................... 92

b. Proses Pengelompokan Obat Generik Melalui

Metode Analisis ABC ................................................................. 95

c. Output Pengelompokan Obat Generik Melalui

Metode Analisis ABC ................................................................. 108

2. Perhitungan EOQ Obat Methylprednisolon inj 125 mg/2 ml ........... 109

3. Perhitungan ROP Obat Methylprednisolon inj 125 mg/2 ml ............ 111

D. Efektivitas Pengendalian Persediaan Obat Methylprednisolon

inj 125 mg/2 ml Pasca Penerapan Metode ABC, EOQ, dan ROP

di Gudang Farmasi RSU Haji Medan ........................................................... 114

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 118

A. Simpulan ....................................................................................................... 118

B. Saran ............................................................................................................. 119

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 16: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

xvi

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman

Tabel 2.1 Klasifikasi Persediaan .............................................................................. 40

Tabel 3.1 Defenisi Istilah ......................................................................................... 50

Tabel 5.1 Jumlah Tenaga RSU Haji Medan ............................................................ 64

Tabel 5.2 Jumlah Pemakaian dan Nilai Investasi Berdasarkan Kemasan

Obat Generik di Gudang Farmasi Tahun 2014 ......................................... 65

Tabel 5.3 Analisis ABC Berdasarkan Jumlah Pemakaian Obat Generik

Tahun 2014 ............................................................................................... 67

Tabel 5.4 Analisis ABC Berdasarkan Nilai Investasi Obat Generik

Tahun 2014 ............................................................................................... 68

Tabel 5.5 Biaya ATK Dalam Pemesanan Setiap Bulan Gudang Farmasi

RSU Haji Medan ....................................................................................... 77

Tabel 5.6 Total Biaya Perpemesanan di Gudang Farmasi RSU Haji Medan .......... 82

Page 17: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

xvii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar Halaman

Gambar 2.1 Klasifikasi Sediaan Pareto.................................................................... 54

Gambar 2.2 Jumlah Pemesanan Ekonomis .............................................................. 60

Gambar 2.3 Pengendalian Tingkat Pemesanan Kembali ......................................... 63

Gambar 2.4 Pengendalian Tingkat Pemesanan Kembali dengan Safety Stock ....... 64

Gambar 6.1 Pengelompokan Obat Generik Berdasarkan Analisis

ABC Pemakaian Tahun 2014 ............................................................... 100

Gambar 6.2 Pengelompokan Obat Generik Berdasarkan Analisis

ABC Investasi Tahun 2014 .................................................................. 104

Page 18: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

xviii

DAFTAR GRAFIK

Grafik 2.1 Grafik dari Analisis ABC ....................................................................... 55

Page 19: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

xix

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Siklus Manajemen Logistik .................................................................... 17

Bagan 2.2 Logistik di Rumah Sakit ......................................................................... 27

Bagan 2.3 Sistem Perencanaan dan Pengendalian Persediaan ................................. 35

Bagan 2.4 Kerangka Teori ....................................................................................... 46

Bagan 3.1 Kerangka Berfikir ................................................................................... 49

Page 20: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

xx

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Pengajuan Skripsi ke RSU Haji Medan

Lampiran 2 Surat Izin Penelitian di RSU Haji Medan

Lampiran 3 Pedoman Wawancara

Lampiran 4 Pedoman Telaah Dokumen

Lampiran 5 Struktur Organisasi Bagian Pengadaan Logistik RSU Haji

Medan

Lampiran 6 Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSU Haji Medan

Lampiran 7 Matriks Transkrip Hasil Wawancara

Lampiran 8 Tabel Klasifikasi Obat Generik Berdasarkan Analisis ABC

Pemakaian Tahun 2014

Lampiran 9 Tabel Klasifikasi Obat Generik Berdasarkan Analisis ABC

Investasi Tahun 2014

Page 21: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

xxi

DAFTAR SINGKATAN

ATK = Alat Tulis Kantor

Dirjend = Direktorat Jenderal

DPHO = Daftar Palfon Harga Obat

EOQ = Economic Order Quantity

FEFO = First Expired First Out

FIFO = First In First Out

IFRS = Instalasi Farmasi Rumah Sakit

INN = International Nonpropoetary Names

Jamkesmas = Jaminan Kesehatan Masyarakat

Jampersal = Jaminan Persalinan

Kabid = Kepala Bidang

KFT = Komite Farmasi dan Terapi

PBF = Perusahaan Besar Farmasi

Permenkes = Peraturan Menteri Kesehatan

Kepmenkes = Keputusan Menteri Kesehatan

ROP = Reorder Point

RSU = Rumah Sakit Umum

SDM = Sumber Daya Manusia

SIRS = Sistem Informasi Rumah Sakit

Page 22: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

xxii

SOP = Standard Operational Procedure

SP = Surat Pemesanan

TT = Tempat Tidur

Page 23: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

xxiii

DAFTAR ISTILAH

Cito = Pemesanan dilakukan insidental dan harus segera dikirim saat itu

juga

Buffer Stock = Stok penyangga, stok pengaman/safety stock untuk menghindari

kemungkinan terjadinya kekurangan persediaan (stock out)

Defekta = Pendokumentasian/pencatatan mengenai permintaan dan

pengiriman obat dari gudang farmasi ke apotek

Formularium = Dokumen yang berisi daftar obat yang digunakan oleh profesional

kesehatan di rumah sakit

Lead Time = Waktu tunggu pemesanan atau waktu yang diperlukan mulai

pemesanan sampai obat diterima

Obat fast moving = Obat yang perputaran/pergerakannya cepat

Obat moderate = Obat yang perputaran/pergerakannya sedang

Obat slow moving = Obat yang perputaran/pergerakannya lambat

Revenue center = Pusat biaya produksi atau sumber pendapatan

Stock opname = Kegiatan mencocokan kondisi fisik barang gudang dengan kartu

stok

Stock out = Kekosongan stok

User = Pengguna obat (dokter)

Page 24: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Depkes RI (2008) biaya yang diserap untuk penyediaan obat

merupakan komponen terbesar dari pengeluaran rumah sakit. Menurut Suciati

(2006) pelayanan farmasi merupakan revenue center utama rumah sakit. Hal

tersebut dikarenakan lebih dari 90% pelayanan kesehatan di rumah sakit

menggunakan perbekalan farmasi, meliputi obat-obatan, bahan kimia, bahan

radiologi, alat kesehatan habis pakai, alat kedokteran, dan gas medik. Serta

50% dari seluruh pendapatan rumah sakit berasal dari pengelolaan perbekalan

farmasi.

Melihat besarnya kontribusi perbekalan farmasi sebagai sumber pelayanan

penunjang di rumah sakit untuk menjamin kelancaran pelayanan kesehatan,

maka dibutuhkan pengelolaan secara tepat dan penuh tanggung jawab.

Pengelolaan perbekalan farmasi yang efektif dan efisien akan mendukung

mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit (Depkes RI, 2008). Pengelolaan

perbekalan farmasi tidak terlepas dari konsep umum manajemen logistik,

yang unsur-unsurnya meliputi perencanaan, pengadaan, penerimaan,

penyimpanan, pendistribusian yang selamat dan aman, hingga pengendalian

persediaan yang teliti (Aditama, 2000).

1

Page 25: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

2

Salah satu permasalahan dalam manajemen logistik farmasi adalah stock

out obat. Kejadian seperti ini diakibatkan karena tidak terkontrolnya

persediaan obat dan sulit untuk menentukan waktu pemesanan kembali karena

tidak mengetahui jumlah stok yang tersedia. Masalah stock out obat

mengakibatkan sering dilakukannya pemesanan obat secara cito, artinya

pemesanan dilakukan insidental dan harus segera dikirim saat itu juga. Hal ini

tentu menjadi sebuah kerugian karena obat yang dipesan di apotek luar

harganya lebih mahal dibandingkan membeli ke distributor. Hal ini misalnya

yang dialami oleh RSU Haji Surabaya. Berdasarkan hasil penelitian Mellen

dan Pudjiraharjo (2013), RSU Haji Surabaya mengalami stock out pada tahun

2012. Selama Januari-April 2012 terdapat 116 jenis obat yang mengalami

stock out yang mengakibatkan terjadinya kerugian yang dialami oleh RSU

Haji Surabaya, yaitu sebesar Rp 244.023.752.

Menurut John dan Harding (2001) untuk memastikan bahwa pengendalian

persediaan efektif, maka tiga pertanyaan dasar yang harus dijawab adalah apa

yang akan dikendalikan, berapa banyak yang hendak dipesan dan kapan

memesan kembali. Metode Analisis ABC untuk menjawab pertanyaan apa

yang akan dikendalikan dengan mengetahui prioritas obat generik yang

dikelompokan berdasarkan nilai pemakaian obat dan nilai investasi.

Selanjutnya obat generik yang tergolong kelompok A akan dihitung dengan

menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ). Metode EOQ untuk

menjawab pertanyaan berapa banyak yang hendak dipesan dengan mengetahui

Page 26: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

3

jumlah yang akan dipesan (jumlah optimum) agar dapat mengefisiensikan

biaya persediaan obat. Kemudian dihitung dengan menggunakan metode

Reorder Point (ROP) obat yang tergolong kelompok A. Metode ROP untuk

mengetahui waktu pemesanan kembali dengan mengetahui titik pemesanan

kembali sehingga dapat mengatasi kekurangan stok.

Mulyardewi (2010), menyarankan dalam penelitiannya untuk menggunaan

metode ABC Indeks Kritis dalam menetapkan perencanaan obat, serta

mengendalikan persediaan obat yang termasuk kelompok A dengan

menggunakan model EOQ dan ROP agar tidak lagi terjadi kekosongan

persediaan, pembelian cito, dan resep yang dibeli pasien diluar apotek rumah

sakit. Menurut Wahjuni dan Suryawati (1998), metode EOQ yang diterapkan

terhadap klasifikasi obat pada analisis ABC di Instalasi Farmasi yang mereka

teliti, dapat menurunkan total nilai persediaan obat dan memudahkan

pengaturan frekuensi pengadaan obat.

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan pada bulan April-Mei

2015, didapatkan bahwa proses pengendalian persediaan obat di Gudang

Farmasi RSU Haji Medan tidak menggunakan metode khusus. Penentuan

kebutuhan obat yang dilakukan selama ini hanya berdasarkan perkiraan

apoteker saja, serta dengan melakukan stock opname, pencatatan pada kartu

stok dan buku defekta.

Kejadian seperti ini mengakibatkan tidak terkontrolnya persediaan obat

dan sulit untuk menentukan waktu pemesanan karena tidak mengetahui

Page 27: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

4

jumlah stok yang tersedia, sehingga nantinya akan terjadi kekosongan obat di

Rumah Sakit Umum Haji Medan. Berdasarkan data yang diperoleh dari

gudang farmasi RSU Haji Medan, terdapat 193 jenis obat yang pernah dibeli

ke apotik luar pada tahun 2014. Artinya, 193 jenis obat tersebut belum dapat

disediakan dalam jumlah yang diminta pada waktu dibutuhkan oleh unit

sehingga harus dibeli secara cito ke apotik luar RS Umum Haji Medan. Paling

sedikit ada 15 jenis obat dalam satu bulan yang dibeli cito ke apotik luar RS

Umum Haji Medan pada tahun 2014.

Terdapat beberapa jenis obat yang hampir setiap bulan dibeli cito di luar

apotik karena stok obat tidak cukup untuk memenuhi permintaan pasien dan

rata-rata adalah obat generik, salah satunya yaitu Methylprednisolon 125 mg/

2 ml dibeli cito di apotik luar RS yaitu sebanyak 1.700 vial dengan rata-rata

pembelian per bulan sebanyak 142 vial dengan nilai investasi sebesar Rp

65.790.000. Obat Methylprednisolon inj 125 mg/ 2 ml merupakan obat yang

menempati peringkat pertama dalam pengelompokkan obat dengan

menggunakan metode analisis ABC investasi, yang artinya obat

Methylprednisolon 125 mg/ ml merupakan obat dengan nilai pemakaian

paling tinggi dan pemakaian anggaran paling besar, Sehingga obat tersebut

harus memiliki kontrol persediaan yang lebih ketat.

Diharapkan dengan penerapan metode pengendalian tersebut menjadi suatu

solusi untuk meningkatkan pengendalian persediaan sehingga obat dapat

Page 28: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

5

disediakan dengan jumlah dan waktu yang tepat, penggunaan anggaran yang

rendah dan menghindari pemesanan cito dan pembelian ke apotik luar.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan data yang diperoleh dari SIRS RS Umum Haji Medan,

pemesanan obat sering dilakukan secara cito dan dibeli di apotik luar yang

dapat merugikan rumah sakit karena pemesanan di apotek luar mengeluarkan

biaya yang lebih besar dibandingkan dengan memesan langsung ke

distributor. Hal ini terjadi karena adanya kekosongan obat di gudang farmasi

sehingga obat tersebut harus dipesan secara cito sebagai upaya pemenuhan

kebutuhan obat pasien.

Salah satu obat generik yang mengalami cito yaitu obat Methylprednisolon

inj 125 mg/ 2 ml. Obat Methylprednisolon inj 125 mg/ 2 ml menempati

peringkat pertama dalam pengelompokkan obat berdasarkan analisis ABC

investasi. Yang artinya obat Methylprednisolon 125 mg/ ml merupakan obat

dengan nilai pemakaian paling tinggi dan pemakaian anggaran paling besar,

Sehingga obat tersebut harus memiliki kontrol persediaan yang lebih ketat.

Belum pernah dilakukan pengendalian persediaan obat di gudang farmasi

Rumah Sakit Umum Haji Medan melalui metode analisis ABC, Economic

Oreder uantity (EOQ) dan Reorder Point (ROP).

Berdasarkan hal tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul “Efektivitas Pengendalian Persediaan Obat Methylprednisolon

inj 125 mg/ 2 ml Melalui Metode Analisis ABC, Economic Order Quantity

Page 29: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

6

(EOQ), dan Reorder Point (ROP) di Gudang Farmasi Rumah Sakit Umum

Haji Medan Tahun 2015”.

C. Pertanyaan Penelitian

a. Bagaimana pengendalian persediaan obat Methylprednisolon inj 125

mg/ 2 ml sebelum penerapan metode ABC, Economic Order Quantity

(EOQ) dan Reorder Point (ROP) di Gudang Farmasi Rumah Sakit

Umum Haji Medan Tahun 2015?

b. Bagaimana pengendalian persediaan obat Methylprednisolon inj 125

mg/ 2 ml malalui metode ABC, Economic Order Quantity (EOQ) dan

Reorder Point (ROP) di Gudang Farmasi Rumah Sakit Umum Haji

Medan Tahun 2015?

c. Bagaimana efektivitas pengendalian persediaan obat

Methylprednisolon inj 125 mg/ 2 ml pasca penerapan metode ABC,

Economic Order Quantity (EOQ), dan Reorder Point (ROP) di

Gudang Farmasi Rumah Sakit Umum Haji Medan Tahun 2015?

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui efektivitas pengendalian persediaan obat

Methylprednisolon inj 125 mg/ 2 ml di Gudang Farmasi Rumah Sakit

Umum Haji Medan Tahun 2015.

Page 30: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

7

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui pengendalian persediaan obat Methylprednisolon

inj 125 mg/ 2 ml sebelum penerapan metode ABC, Economic

Order Quantity (EOQ) dan Reorder Point (ROP) di Gudang

Farmasi Rumah Sakit Umum Haji Medan Tahun 2015.

b. Mengetahui pengendalian persediaan obat Methylprednisolon

inj 125 mg/ 2 ml malalui metode ABC, Economic Order

Quantity (EOQ) dan Reorder Point (ROP) di Gudang Farmasi

Rumah Sakit Umum Haji Medan Tahun 2015.

c. Mengetahui efektivitas pengendalian persediaan obat

Methylprednisolon inj 125 mg/ 2 ml pasca penerapan metode

ABC, Economic Order Quantity (EOQ), dan Reorder Point

(ROP) di Gudang Farmasi Rumah Sakit Umum Haji Medan

Tahun 2015.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

a. Mendapatkan gambaran nyata pengendalian persediaan

logistik di RS Umum Haji Medan

Page 31: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

8

2. Bagi Rumah Sakit Umum Haji Medan

a. Mengetahui sejauh mana pelaksanaan pengendalian persediaan

obat Methylprednisolon inj 125 mg/ 2 ml di Gudang Farmasi

RS Umum Haji Medan.

b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan

masukan dalam penyusunan kebutuhan obat di Gudang

Farmasi RS Umum Haji Medan.

c. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan

untuk kebijakan dalam pengendalian persediaan obat di

Gudang Farmasi RS Umum Haji Medan.

3. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Jakarta

a. Dapat dijadikan sebagai referensi terkait pengendalian

persediaan obat di rumah sakit.

b. Dapat dijadikan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya

yang terkait dengan pengendalian persediaan obat di rumah

sakit.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini mengenai efektivitas pengendalian persediaan obat

Methylprednisolon inj 125 mg/ 2 ml melalui metode ABC, EOQ dan ROP di

Gudang Farmasi Rumah Sakit Umum Haji Medan. Penelitian dilakukan

Page 32: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

9

selama bulan April-Mei 2015. Penelitian merupakan penelitian operational

research untuk mengetahui nilai pemakaian dan investasi obat, mengetahui

jumlah pemesanan optimum dan titik pemesanan kembali obat

Methylprednisolon inj 125 mg/ 2 ml di Gudang Farmasi Rumah Sakit Umum

Haji Medan. Jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer

yang diperoleh dari wawancara mendalam dan observasi dan data sekunder

melalui telaah dokumen terkait penelitian. Subjek dari penelitian adalah

Kepala Unit Farmasi, Kepala Bagian Penunjang Medis, Staf Gudang Farmasi

dan Kepala Bagian Keuangan dan Koordinator Logistik di Rumah Sakit

Umum Haji Medan.

Page 33: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Rumah Sakit

Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan

pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Pelayanan kesehatan

paripurna adalah kesehatan yang meliputi peningkatan kesehatan (promotif),

pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan

pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara menyeluruh,

terpadu, dan berkesinambungan (UU RS, 2009).

Rumah sakit juga salah satu dari sarana kesehatan tempat

menyelenggarakan upaya kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan

untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, bertujuan menciptakan

derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat (Siregar,2004).

Menurut keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No:

983/Menkes/SK/1992 tugas rumah sakit umum adalah melaksanakan upaya

kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan

upaya penyembuhan dan pemeliharaan yang dilaksanakan secara terpadu

dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan rujukan.

10

Page 34: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

11

Dalam melaksanakan tugasnya, rumah sakit mempunyai berbagai fungsi

yaitu: menyelenggarakan pelayanan medik, pelayanan penunjang medic

nonmedik, pelayanan dan asuhan keperawatan, pelayanan rujukan, pendidikan

dan pelatihan, penelitian dan pengembangan serta administrasi umum dan

keuangan (Depkes RI, 1992).

B. Pelayanan Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)

Tugas utama IFRS adalah pengelolaan mulai dari perencanaan, pengadaan,

penyimpanan, penyiapan, peracikan, pelayanan langsung kepada penderita,

sampai pada pengendalian semua perbekalan kesehatan yang beredar dan

digunakan dalam rumah sakit baik untuk penderita rawat tinggal, rawat jalan,

maupun untuk senua unit termasuk poliklinik rumah sakit (Siregar, 2004).

IFRS juga bertanggung jawab mengembangkan suatu pelayanan farmasi

yang luas dan terkoordinasi dengan baik dan tepat, untuk memenuhi

kebutuhan berbagai bagian / unit diagnosis dan terapi, unit pelayanan

keperawatan, staf medik dan rumah sakit keseluruhan untuk kepentingan

pelayan penderita yang lebih baik.

Pelayanan farmasi RS adalah bagian yang tidak terpisahkan dari system

pelayanan kesehatan RS yang berorientasi kepada pelayanan pasien,

penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik yang

terjangkau bagi semua lapisan masyarakat (Kep menkes, 2004).

Page 35: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

12

Tujuan pelayanan farmasi RS adalah pelayanan yang paripurna sehingga

dapat memberikan obat tepat pasien, tepat dosis, tepat cara pemakaian, tepat

kombinasi, tepat waktu dan tepat harga. Selain itu pasien diharapkan

mendapat pelayanan yang dianggap perlu oleh farmasi sehingga pasien

mendapat pengobatan efektif, efisien, aman, rasional dan terjangkau

(Maimun, 2008). Pelaksanaan pelayanan farmasi terdiri dari 4 pelayanan yaitu

(Purwanti, 2003) :

1. Pelayanan Obat Non Resep

Pelayanan obat non resep merupakan pelayanan kepada pasien yang

ingin melakukan pengobatan sendiri, dikenal dengan swamedikasi.

Obat untuk swamedikasi meliputi obat-obat yang dapat digunakan

tanpa resep yang meliputi obat wajib apotik (OWA), obat bebas

terbatas (OBT) dan obat bebas (OB). Obat wajib apotik terdiri dari

kelas terapi oral kontrasepsi, obat saluran cerna, obat mulut serta

tenggorokan, obat saluran nafas, obat yang mempengaruhi sistem

neuromuskuler, anti parasit dan obat kulit topikal.

2. Pelayanan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)

Apoteker hendaknya mampu menggalang komunikasi dengan tenaga

kesehatan lain, termasuk kepada dokter, termasuk memberi informasi

tentang obat baru atau obat yang sudah ditarik. Apoteker hendaknya

aktif mencari masukan tentang keluhan pasien terhadap obat-obatan

yang dikonsumsi. Selain itu apoteker juga mencatat reaksi atau

Page 36: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

13

keluhan pasien untuk dilaporkan ke dokter, dengan demikian ikut

berpartisipasi dalam pelaporan efek samping obat.

3. Pelayanan Obat Resep

Pelayanan resep sepenuhnya tanggung jawab apoteker pengelola

apotik. Apoteker tidak diizinkan mengganti obat yang ditulis dalam

resep dengan obat lain. Dalam hal pasien tidak mampu menebus obat

yang ditulis dalam resep, apoteker wajib berkonsultasi dengan dokter

untuk pemilihan obat yang lebih terjangkau.

4. Pengelolaan Obat

Kompetensi penting yang harus dimiliki apoteker dalam bidang

pengelolaan obat meliputi kemampuan merancang, membuat,

melakukan pengelolaan obat yang efektif dan efisien. Penjabaran dari

kompetensi tersebut adalah dengan melakukan seleksi, perencanaan,

penganggaran, pengadaan, produksi, penyimpanan, pengamanan

persediaan, perancangan dan melakukan dispensing serta evaluasi

penggunaan obat dalam rangka pelayanan kepada pasien yang

terintegrasi dalam asuhan kefarmasian dan jaminan mutu.

C. Manajemen Logistik Rumah Sakit

1. Definisi Manajemen Logistik

Logistik merupakan suatu ilmu pengetahuan dan atau seni serta proses

mengenai perencanaan dan penentuan kebutuhan pengadaan, penyimpanan,

Page 37: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

14

penyaluran dan pemeliharaan serta penghapusan material/alat-alat. Logistik

adalah bagian dari instansi yang tugasnya adalah menyediakan

bahan/barang yang dibutuhkan untuk kegiatan operasionalnya instansi

tersebut dalam jumlah, kualitas, dan pada waktu yang tepat (sesuai

kebutuhan) dengan harga serendah mungkin (Aditama, 2007). Menurut

Bowersox (1995) manajemen logistik adalah proses pengelolaan yang

strategis terhadap pemindahan dan penyimpanan barang, suku cadang dan

barang jadi dari para suplier, di antara fasilitas-fasilitas perusahaan dan

kepada para pelanggan. Menurut Wolper (1995) dalam Sabarguna (2009),

Manajemen logistik adalah manajemen dan pengendalian barang-barang,

layanan, dan perlengkapan mulai dari akuisisi sampai pada disposisi dan

ada elemen penting yaitu: strategi terpadu untuk menjamin bahwa barang,

jasa dan perlengkapan dibeli dengan biaya total yang terendah; strategi

terkait untuk menjamin bahwa persediaan dan biaya disimpan dipantau dan

dikendalikan secara agresif.

2. Tujuan dan Ciri Manajemen Logistik

Tujuan manajemen logistik menurut Aditama (2000) adalah

menyampaikan barang jadi dan bermacam-macam material dalam jumlah

yang tepat pada waktu dibutuhkan, dalam keadaan yang dapat dipakai, ke

lokasi dimana dibutuhkan, dan dengan total biaya yang terendah. Dalam

bukunya yang berjudul Manajemen Administrasi Rumah Sakit, Aditama

Page 38: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

15

(2000) juga menjelaskan kegiatan logistik secara umum memiliki tiga

tujuan, yaitu:

1. Tujuan Operasional

Adalah agar tersedianya barang, serta bahan dalam jumlah yang

tepat dan mutu yang memadai.

2. Tujuan Keuangan

Meliputi pengertian bahwa upaya tujuan operasional dapat

terlaksana dengan biaya yang serendah-rendahnya.

3. Tujuan Pengamanan

Bermaksud agar persediaan tidak terganggu oleh kerusakan,

pemborosan, penggunaan tanpa hak, pencurian, dan penyusutan

yang tidak wajar lainnya, serta nilai persediaan sesungguhnya

dapat tercermin di dalam sistem akuntansi.

Ciri-ciri utama logistik adalah integrasi berbagai dimensi dan

tuntutan terhadap pemindahan (movement) dan penyimpanan (storage)

yang strategis (Bowersox, 1995). Logistik rumah sakit mempunyai ciri

yang penting untuk dilihat dan diperhitungkan antara lain (Sabarguna,

2005):

a. Spesifik, berarti terkait dengan pelanggan dan profesi tertentu,

seperti obat, film rontgen, dan lain-lain.

Page 39: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

16

b. Harga yang variatif dari yang sangat murah sampai sangat

mahal, seperti lampu CT Scan, sampai kasa steril.

c. Jumlah item yang sangat banyak, maka sering dikelola secara

departemental sesuai pelayanan dan profesi.

3. Fungsi Manajemen Logistik

Di dalam pengelolaan logistik, fungsi-fungsi manajemen logistik

menurut Aditama (2007) dan Subagya (1994) adalah perencanaan,

penganggaran, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian,

pemeliharaan, penghapusan dan pengendalian. Sedangkan menurut Seto

(2004), fungsi-fungsi logistik terdiri dari perencanaan dan penentuan

kebutuhan, penganggaran, pengadaan, penerimaan dan penyimpananan,

penyaluran, pemeliharaan, penghapusan, dan pengawasan. Fungsi-fungsi

tersebut merupakan suatu siklus kegiatan manajemen logistik.

Berikut adalah siklus manajemen logistik yang dapat dijalankan

sebagai berikut:

Page 40: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

17

Bagan 2.1

Siklus Manajemen Logistik

(Seto, 2004)

Berdasarkan gambar diatas dapat diuraikan manajemen logistic merpakan

suatu proses yang terdiri dari:

a. Fungsi Perencanaan dan Penentuan Kebutuhan

Perencanaan merupakan dasar tindakan manajer untuk dapat

menyelesaikan tugas pekerjaanya. Penentuan kebutuhan

merupakan perincian dari fungsi perencanaan menyangkut

proses memilih jenis dan menetapkan dengan prediksi jumlah

kebutuhan persediaan barang/obat perjenis di apotek ataupun di

rumah sakit. Penentuan kebutuhan obat di rumah sakit harus

berpedoman kepada daftar obat essensial, formularium rumah

Page 41: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

18

sakit, standar terapi dan jenis penyakit di rumah sakit, dengan

mengutamakan obat-obat generik (Seto, 2004).

Fungsi perencanaan dan penentuan kebutuhan mencakup

aktivitas menetapkan sasaran-sasaran, pedoman, dan dasar

ukuran penyelenggaraan pengelolaan perlengkapan. Sedangkan,

penentuan kebutuhan merupakan perincian ( detailering) dari

fungsi perencanaan, bilamana diperlukan semua faktor yang

mempengaruhi penentuan kebutuhan harus diperhitungkan

(Aditama, 2000).

Dalam membuat perencanaan pengadaan, terdapat tiga

metode yang dapat digunakan, yaitu:

1) Metode konsumsi, yaitu metode perencanaan yang

didasarkan atas analisis data konsumsi atau pemakaian

perbekalan farmasi periode sebelumnya.

2) Metode epidemiologi, yaitu metode perencanaan yang

didasarkan pada data jumlah kunjungan, jumlah tindakan,

Bed Occupation Rate (BOR), Length of Stay (LOS),

frekuensi penyakit dan standar terapi.

3) Kombinasi metode konsumsi dan metode epidemiologi.

Page 42: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

19

b. Fungsi Penganggaran

Menurut Seto (2004) Fungsi penganggaran adalah

menyangkut kegiatan-kegiatan dan usaha-usaha untuk

merumuskan perincian penentuan kebutuhan dalam satu skala

standar yaitu dengan skala mata uang (dollar, rupiah, dan lain-

lain). Begitu juga menurut Aditama (2007) menambahkan

dengan memperhatikan pengarahan dan pembatasan yang

berlaku terhadapnya.

Beberapa hal penting dalam proses penganggaran

(Awaloeddin, 2001):

1) Penyesuaian rencana pembelian dengan dana yang

tersedia

2) Mengetahui adanya kendala-kendala dan keterbatasan

3) Menentukan umpan balik dari fungsi perencanaan dan

penentuan kebutuhan untuk penyesuaian dan penentuan

rencana aternatif.

c. Fungsi Pengadaan

Fungsi pengadaan adalah usaha-usaha dan kegiatan-kegiatan

untuk memenuhi kebutuhan operasional yang telah ditetapkan di

dalam fungsi perencanaan, penentuan kebutuhan (dengan

Page 43: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

20

peramalan yang baik), maupun penganggaran. Dalam pengadaan

dilakukan proses pelaksanaan rencana pengadaan tersebut.

Pelaksanaan dari fungsi pengadaan dapat dilakukan dengan

pembelian, pembuatan, penukaran ataupun penerimaan

sumbangan (Seto, 2004).

Menurut Kepmenkes No 1197/MENKES/X/2004 tentang

Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit, pengadaan

merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah

direncanakan dan disetujui melalui pembelian, produksi dan

sumbangan/hibah. Pembelian dapat dilakukan secara tender oleh

Panitia Pembelian Barang Farmasi dan secara langsung dari

pabrik/distribusi/pedagang besar farmasi/rekanan.

d. Fungsi Penerimaan dan Penyimpanan

Menurut keputusan Menteri Kesehatan Nomor

1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di

Rumah Sakit, Penerimaan merupakan kegiatan untuk menerima

perbekalan farmasi yang telah diadakan sesuai dengan aturan

kefarmasian, melalui pembelian langsung, tender, konsinyasi

atau sumbangan. Menurut Dirjend Binakefarmasian dan Alar

Kesehatan Kemenkes RI (2010), tujuan penerimaan adalah untuk

menjamin perbekalan farmasi yang diterima sesuai kontrak baik

Page 44: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

21

spesifikasi mutu, jumlah maupun waktu. Semua persedian

farmasi yang sudah diterima dan sudah dilakukan pemeriksaan

harus segera disimpan di dalam sebuah ruang penyimpanan yang

baik dan sesuai dengan standar.

Menurut Subagya (1994), penyimpanan adalah merupakan

kegiatan dan usaha melakukan penyelenggaraan dan pengaturan

obat serta persediaan di dalam ruang penyimpanan. Fungsi dari

penyimpanan adalah menjamin kelangsungan penjadwalan dari

kegiatan-kegiatan yang terjadi sebelumnya dengan pemenuhan

yang setepat-tepatnya. Faktor-faktor yang perlu mendapat

perhatian dalam fungsi penyimpanan adalah:

1) Pemilihan lokasi

2) Barang (Jenis, bentuk barang atau bahan yang disimpan)

3) Pengaturan ruang

4) Prosedur/sistem penyimpanan

5) Penggunaan alat bantu

6) Pengamanan dan keselamatan

Menurut Dirjend Bina kefarmasian dan Alat Kesehatan

Kemenkes RI (2010), metode penyimpanan dapat dilakukan

berdasarkan kelas terapi, menurut bentuk sediaan dan alfabetis

dengan menerapkan prinsip FEFO dan FIFO dan disertai sistem

Page 45: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

22

informasi yang selalu menjamin ketersediaan perbekalan farmasi

sesuai kebutuhan.

e. Fungsi Penyaluran

Proses pemindahan dari satu tempat ke tempat lain atau suatu

kegiatan dan usaha untuk melakukan pengurusan,

penyelenggaraan dan pengaturan pemindahan barang dari suatu

tempat ke tempat lain, yaitu dari tempat penyimpanan ke tempat

pemakainya. Pendisitribusian adalah kegiatan menyalurkan

barang sesuai permintaan, tepat waktu, tepat jumlah serta sesuai

dengan spesifikasinya (Subagya, 1994)

Menurut Subagya (1994), hal-hal yang harus diperhatikan

dalam pendistribusian barang yaitu:

1) Ketepatan jenis dan spesifikasi logistik yang disampaikan

2) Ketepatan nilai logistik yang disampaikan

3) Ketepatan jumlah logistik yang disampaikan

4) Ketepatan waktu penyampaian

5) Ketepatan tempat penyampaian

6) Ketepatan kondisi logistik yang disampaikan

Page 46: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

23

Menurut Seto (2004) khusus menyangkut fungsi penyaluran

untuk farmasi Rumah Sakit, beberapa hal yang dijadikan

pegangan adalah dengan prinsip:

1) Distribusi obat harus aman, efektif dan efisien.

2) Harus menjamin: obat benar bagi penderita tertentu, dosis

yang tepat pada waktu yang ditentukan dan cara

penggunaan yang benar.

f. Fungsi Pemeliharaan

Fungsi pemeliharaan merupakan usaha atau proses kegiatan

untuk mempertahankan kondisi teknis, daya guna dan daya hasil

barang inventaris (Aditama, 2007). Pemeliharaan dapat

dilakukan untuk pemeliharaan pencegahan dan pemeliharaan

kerusakan atau break down.

g. Fungsi Penghapusan

Fungsi Penghapusan merupakan kegiatan dan usaha

pembebasan barang dari pertanggungjawaban yang berlaku.

Dengan kata lain, fungsi penghapusan adalah usaha untuk

menghapus kekayaan (assets) karena kerusahakan yang tidak

dapat diperbaiki lagi, dinyatakan sudah tua dari segi ekonomis

maupun teknis, kelebihan, hilang, susut dan karena hal-hal lain

Page 47: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

24

menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku (Aditama,

2007).

Cara-cara penghapusan yang lazim dilakukan antara lain

(Subagya, 1994): pemanfaatan langsung

(merehabilitasi/merekondisi komponen-komponen yang masih

dapat digunakan kembali dan dimasukkan sebagai barang

persediaan baru), pemanfaatan kembali (meningkatkan nilai

ekonomis dari barang yang dihapus menjadi barang lain,

peindahan atau mutasi, hibah, penjualan/pelelangan, dan

pemusnahan.

h. Fungsi Pengendalian/Pengawasan

Fungsi pengendalian merupakan fungsi inti dari seluruh

fungsi manajemen logistik. Dimana kegiatannya meliputi

pengawasan dan pengamanan keseluruhan pengelolaan logistik.

Dalam fungsi ini terdapat kegiatan pengendalian inventarisasi (

inventory control) dan expediting yang merupakan unsur-unsur

utamanya (Aditama, 2000).

Menurut Subagya (1994) menjelaskan bahwa fungsi

pengendalian mengandung kegiatan:

1) Inventarisasi, menyangkut kegiatan-kegiatan dalam

perolehan data logistik.

Page 48: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

25

2) Pengawasan, menyangkut kegiatan-kegiatan untuk

menetapkan ada tidaknya deviasi-deviasi

penyelenggaraan dari rencana-rencana logistik.

3) Evaluasi, menyangkut kegiatan-kegiatan memonitor,

menilai dan membentuk data-data logistik yang

diperlukan hingga merupakan informasi bagi fungsi

logistik lainnya.

Semua kegiatan dalam siklus logistik harus selalu dilakukan

pengawasan mulai dari fungsi perencanaan, penganggaran,

pengadaan, penerimaan dan penyimpanan, penyaluran,

pemeliharaan, dan penghapusan. Menurut Dirjend

Binakefarmasian dan Alat Kesehatan Kemenkes RI (2010)

tujuan pengendalian adalah agar tidak terjadi kelebihan dan

kekosongan perbekalan farmasi di unit-unit pelayanan.

4. Peran Manajemen Logistik di Rumah Sakit

Manajemen logistik dalam lingkungan rumah sakit didefinisikan

sebagai suatu proses pengolahan strategis terhadap pengadaan,

penyimpanan, pendistribusian serta pemantauan persediaan barang ( stock,

material, supplies, inventory, dan lain-lain) yang diperlukan bagi produksi

Page 49: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

26

jasa rumah sakit. Manajemen logistik harus dilaksanakan secara efisien dan

efektif dimana seluruh barang, bahan, dan peralatan harus dapat disediakan

tepat pada waktu yang dibutuhkan, dalam jumlah yang cukup, serta dengan

mutu yang memadai (Aditama, 2000).

Berdasarkan bidang pemanfaatannya, barang dan bahan yang harus

disediakan di rumah sakit terdiri dari empat kelompok yaitu: persediaan

farmasi, persediaan makanan, persediaan logistik umum dan persediaan

teknik. Namun, biaya rutin terbesar di rumah sakit umumnya terdapat pada

pengadaan persediaan farmasi, yang meliputi (Aditama, 2000):

1. Persediaan obat, mencakup: obat-obatan esensial, non esensial, obat-

obatan yang cepat dan lama terpakai.

2. Persediaan bahan kimia, mencakup: persediaan untuk kegiatan

operasional laboratorium dan produksi farmasi intern, serta kegiatan

non medis.

3. Persediaan gas medik, terkait dengan kegiatan pelayanan bagi pasien

di kamar bedah, ICU atau ICCU.

4. Peralatan kesehatan, yaitu berbagai peralatan yang dibutuhkan bagi

kegiatan perawatan maupun kedokteran yang dapat dikelompokkan

sebagai barang habis pakai dan barang tahan lama atau peralatan

elektronik dan non elektronik. Sebagai ilustrasi, logistik di rumah sakit

dapat dilihat pada bagan berikut.

Page 50: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

27

Sebagai ilustrasi, logistik di rumah sakit dapat dilihat pada bagan

berikut.

Bagan 2.2

Logistik di Rumah Sakit

(Aditama, 2000)

Mutu pelayanan logistik dapat dinilai dari dua hal, yaitu prestasi yang

dicapai dan total biaya yang dikeluarkan. Pengukuran atas prestasi yang

dicapai terkait dengan tersedianya ( availability) barang, kemampuan (

capability) waktu pengantaran dan konsistensi, serta mutu ( quality) usaha.

Biaya logistik berhubungan langsung dengan kebijakan prestasi. Makin

tinggi setiap prestasi tersebut, maka semakin tinggi juga total biaya yang

dikeluarkan. Sehingga, kunci bagi prestasi logistik yang efektif adalah

LOGISTIK

DI RS

Gizi

Umum

Total

Obat

Teknik

Alat

Kesehatan

Mutu

Keseimbangan

Komposisi

Seluruh

Kegiatan

di RS

Inventory

control

Page 51: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

28

mengembangakan usaha yang seimbang antara prestasi pelayanan yang

diberikan dengan biaya yang dikeluarkan (Aditama, 2000).

D. Manajemen Persediaan Logistik Rumah Sakit

Menurut Rangkuti (1996) persediaan adalah sejumlah bahan-bahan,

bagian-bagian yang disediakan dan bahan-bahan dalam proses yang terdapat

dalam perusahaan untuk proses produksi, serta barang-barang jadi/produk

yang disediakan untuk memenuhi permintaan konsumen atau langganan setiap

waktu. Persediaan ini merupakan salah satu unsur yang paling aktif dalam

operasi perusahaan yang secara kontinu diperoleh, diubah kemudian dijual

kembali.

Hidayati (2006) menjelaskan persediaan merupakan sumber daya yang

menganggur ( idle resource) karena belum digunakan dan menunggu proses

lebih lanjut. Persediaan berguna mengantisipasi fluktuasi permintaan,

langkanya pasokan, dan waktu tunggu barang yang dipesan ( lead time).

Selain itu, persediaan mempermudah dan memperlancar jalannya operasional

perusahaan/rumah sakit. Dengan adanya persediaan, gangguan pelayanan

akibat adanya kekurangan barang dapat dihindari.

Manajemen persediaan berusaha mencapai keseimbangan diantara

kekurangan dan kelebihan persediaan dalam suatu periode perencanaan yang

mengandung risiko dan ketidakpastian. Konsep yang ideal dari persediaan

Page 52: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

29

terdiri dari pengadaan suatu produk yang sesuai dengan spesifikasi pelanggan.

Sistem yang demikian tidak akan membutuhkan penumpukan bahan mentah

atau bahan jadi untuk mengantisipasi penjualan di masa depan. Walaupun

sistem ini tidak praktis, namun penting diingat bahwa setiap dollar yang

diinvestasikan dalam persediaan harus ditujukan untuk mencapai suatu tujuan

tertentu (Bowersox. D, 1995).

1. Fungsi Persediaan

Menurut Heizer dan Render (2010), Persediaan dapat melayani

beberapa fungsi yang menambah fleksibilitas bagi operasi perusahaan.

Keempat fungsi persediaan adalah sebagai berikut:

a. Decouple, memisahkan beberapa tahapan dari proses produksi.

Jika persediaan berfluktuasi, persediaan tambahan mungkin

diperlukan untuk melakukan decouple proses produksi dari

pemasok.

b. Melakukan decouple perusahaan dari fluktuasi permintaan dan

menyediakan persediaan barang-barang yang akan memberikan

pilihan bagi pelanggan.

c. Mengambil keuntungan dari diskon kuantitas karena pembelian

dalam jumlah yang besar dan mengurangi biaya pengiriman

barang.

d. Melindungi terhadap inflasi dan kenaikan harga.

Page 53: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

30

2. Jenis Persediaan

Menurut Heizer dan Render (2010), untuk mengakomodasi

fungsi-fungsi persediaan, perusahaan harus memelihara empat jenis

persediaan:

a. Persediaan bahan mentah (raw material invetory) telah dibeli

tapi belum diproses. Persediaan ini digunakan untuk melakukan

decouple pemasok dari proses produksi.

b. Persediaan baran setengah jadi (work in process) adalah

komponen atau bahan mentah yang telah melewati beberapa

proses perubahan, tetapi belum selesai.

c. Persediaan pasokan pemeliharaan/perbaikan/operasi

(Maintenance, Repair, Operating - MRO) unutk menjaga agar

mesin-mesin dan proses-proses tetap produktif. MRO adalah

karena kebutuhan serta waktu untuk pemeliharaan dan perbaikan

dari beberapa perlengkapan tidak diketahui.

d. Persediaan barang jadi adalah produk yang telah selesai dan

tinggal menunggu pengiriman. Barang jadi dapat dimasukkan ke

persediaan karena permintaan pelanggan masih di masa

mendatang tidak diketahui.

Sedangkan menurut Johns dan Harding (2001), jenis pokok sediaan

dalam operasi adalah:

a. Barang jadi

Page 54: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

31

1) Memberikan pelayanan yang cepat bagi pelanggan

2) Mengurangi gejolak fluktuasi keluaran

3) Membantu mengatasi permintaan musiman

4) Memberikan pengaman terhadap kemungkinan kerusakan dan

pemogokan.

b. Barang dalam proses

1) Memisahkan tahapan produksi

2) Memberikan fleksibilitas dalam penjadwalan

3) Memberikan pemingkatan utilisasi mesin

c. Bahan mentah

1) Memisahkan perusahaan dari para pemasoknya

2) Memungkinkan perusahaan untuk meraih manfaat dari

potongan harga karena jumlah pesanan

3) Memberikan perlindungan terhadap inflasi

4) Menyiapkan sediaan strategis bagi barang yang vital

3. Biaya-Biaya persediaan

Menurut Rangkuti (1996), terdapat beberapa variabel biaya yang

harus menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan penentuan

besarnya jumlah persediaan. Biaya-biaya tersebut meliputi:

a. Biaya penyimpanan ( Holding costs atau Carrying costs)

Page 55: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

32

Merupakan biaya yang bersifat variabel terhadap kuantitas

persediaan. Artinya, biaya penyimpanan per periode akan semakin

besar apabila kuantitas barang yang dipesan semakin banyak atau

rata-rata persediaan semakin tinggi. Biaya-biaya yang termasuk

sebagai biaya penyimpanan adalah: Biaya fasilitas-fasilitas

penyimpanan (termasuk penerangan, pendingin ruangan, dan

sebagainya), Biaya modal, Biaya keusangan, Biaya penghitungan

fisik, Biaya asuransi persediaan, Biaya pajak persediaan, Biaya

pencurian, pengrusakan atau perampokan, Biaya penanganan

persediaan, dan sebagainya.

Biaya penyimpanan persediaan biasanya berkisar antara 12

sampai 40 persen dari biaya atau harga barang. Heizer dan Render

(2005) mengungkapkan bahwa biaya penyimpanan persediaan

tahunan adalah 26% dari nilai persediaan per unit per tahun.

b. Biaya pemesanan atau pembelian ( Ordering costs atau

Procurement costs)

Berbeda dengan biaya penyimpanan, biaya pemesanan tidak

naik (konstan) apabila kuantitas pesanan bertambah besar. Namun,

apabila semakin banyak komponen yang dipesan setiap kali pesan,

jumlah pesanan per periode turun, maka biaya pemesanan total pun

akan turun. Hal ini berarti, biaya pemesanan total tahunan adalah

sama dengan jumlah pesanan yang dilakukan setiap periode

dikalikan biaya yang harus dikeluarkan setiap kali pesan.

Page 56: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

33

Komponen biaya pemesanan meliputi: Biaya pemrosesan pesanan

dan biaya ekspedisi, Upah, Biaya telepon, Pengeluaran surat

menyurat, Biaya pengepakan dan penimbangan, Biaya

pemeriksaan penerimaan, Biaya pengiriman, Biaya utang lancar,

dan sebagainya.

c. Biaya penyiapan ( Set-up cost)

Biaya ini terjadi apabila bahan-bahan tidak dibeli, namun

diproduksi sendiri oleh perusahaan. Biasanya perusahaan

manufacture akan menghadapi biaya ini yang meliputi Biaya

mesin menganggur, Biaya penyiapan tenaga kerja langsung, Biaya

penjadwalan, Biaya ekspedisi, dan sebagainya.

d. Biaya kehabisan atau kekurangan bahan ( Shortage costs)

Biaya ini timbul apabila persediaan tidak mencukupi adanya

permintaan bahan. Biaya-biaya tersebut meliputi: Kehilangan

penjualan, Kehilangan langganan, Biaya pemesanan khusus, Biaya

ekspedisi, Selisih harga, Terganggunya operasi, Tambahan

pengeluaran manajerial, dan sebagainya.

E. Pengendalian persediaan Obat

1. Defenisi dan Tujuan Pengendalian Persediaan

Pengendalian persediaan atau kata asingnya adalah Inventory Control,

adalah fungsi managerial yang sangat penting karena persediaan/stok obat

Page 57: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

34

akan memakan biaya yang melibatkan investasi yang besar dalam pos

aktiva lancar. Karena itu perlu dikendalikan dengan efektif dan efisien

(Seto, 2004).

Pengendalian persediaan ( inventory control) merupakan kegiatan yang

dilakukan untuk mengawasi dan mengatur tingkat persediaan yang

optimum agar dapat memenuhi kebutuhan bahan dalam jumlah, mutu, dan

waktu yang tepat serta dengan jumlah biaya yang rendah (Aditama, 2000).

Menurut Depkes RI (2008), pengendalian persediaan adalah suatu kegiatan

untuk memastikan tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai dengan

strategi dan program yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan

dan kekurangan atau kekosongan obat di unit-unit pelayanan.

Pengendalian persediaan bertujuan untuk menciptakan keseimbangan

antara persediaan dan permintaan. Oleh karena itu, hasil stock opname

harus seimbang dengan permintaan yang didasarkan atas satu kesatuan

waktu tertentu, misalnya satu bulan atau dua bulan atau kurang dari satu

tahun (Aditama, 2000). Rangkuti (1996) menyebutkan bahwa sistem

persediaan bertujuan untuk menetapkan dan menjamin tersedianya sumber

daya yang tepat, dalam jumlah dan waktu yang tepat serta dapat

meminimumkan biaya total melalui penentuan apa, berapa, dan kapan

pesanan dilakukan secara optimal. Tujuan lain dari pengendalian

persediaan adalah:

Page 58: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

35

a. Menjaga jangan sampai kehabisan persediaan

b. Agar pembentukan persediaan stabil

c. Menghindari pembelian kecil-kecilan

d. Pemesanan yang ekonomis

Menurut Render dan Stair (2000), sistem pengendalian persediaan

berhubungan erat dengan perencanaan persediaan. Sistem perencanaan dan

pengendalian persediaan terdiri dari komponen-komponen dasar sebagai

berikut.

Bagan 2.3

Sistem Perencanaan dan Pengendalian Persediaan

(render dan Stair, 2000)

Tahap perencanaan (planning) memfokuskan kepada jenis persediaan

yang akan diadakan serta cara memperoleh persediaan tersebut (apakah

membuat atau membeli). Informasi ini kemudian digunakan untuk tahap

selanjutnya, yaitu peramalan (forecasting) permintaan persediaan dan

Perencanaan Persediaan

dan Cara Mempeoleh

Persediaan

Peramalan terhadap

Permintaan

Persediaan

Pengendalian

Tingkat

Persediaan

Umpan Balik terhadap

Perencanaan dan

Peramalan

Page 59: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

36

pengendalian (controlling) tingkat persediaan. Hasil dari pengendalian

tersebut kemudian menjadi umpan balik (feedback) terhadap perencanaan

dan peramalan berdasarkan pengalaman dan pengamatan yang dilakukan.

2. Metode Pengendalian Persediaan

a. Analisis ABC

Penentuan kebijaksanaan pengawasan persediaan yang ketat dan agak

longgar terhadap jenis-jenis bahan yang ada dalam persediaan, maka dapat

digunakan metode analisis ABC. Metode ini menggambarkan Pareto

Analisis, yang menekankan bahwa sebagian kecil dari jenis-jenis bahan

yang terdapat dalam persediaan mempunyai nilai penggunaan yang cukup

besar yang mencakup lebih daripada 60% dari seluruh bahan yang terdapat

dalam persediaan (Assauri, 2004).

Metode ini adalah suatu analisa yang digunakan semata-mata untuk

mengurutkan jumlah pemakaian, kemudian mengelompokkan jenis barang

dalam suatu upaya mengetahui jenis pergerakan obat yang meliputi

berbagai jenis, banyak jumlah serta pola kebutuhan yang berbeda-beda

(Assauri, 2004).

Cara yang dilakukan untuk mengendalikan persediaan dilakukan

dengan klasifikasi ABC atau klasifikasi Pareto. Cara membagi sediaan ke

dalam tiga kelas didasarkan pada nilai penggunaan tahunan. Analisis ABC

Page 60: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

37

menyoroti perbedaan antara efektivitas dan upaya. Penggunaan analisis ini

memungkinkan teridentifikasinya barang yang benar-benar berpengaruh

pada kinerja sediaan, sehingga manajemen yang efektif dapat

berkonsentrasi pada barang yang itemnya sedikit tersebut tanpa

mengabaikan yang lain (Johns dan Harding, 2001).

Menurut Seto (2004), sistem ABC, semua obat dalam persediaan

digolongkan menjadi salah satu dari kategori:

a. Kelompok A mewakili 20% obat dalam persediaan dan 70% total

penjualan.

b. Kelompok B mewakili 30% obat dalam persediaan dan 20% total

penjualan.

c. Kelompok C mewakili 50% obat tapi hanya kira-kira 10% total

penjualan.

Kelompok A merupakan obat yang cepat laku dan dalam beberapa

kasus obat merupakan obat yang sangat mahal. Hanya ada sedikit

kelompok A dalam persediaan apotik. Tetapi karena kelompok tersebut

sangat tinggi permintaannya, merupakan obat yang berputar dengan cepat

(atau karena obat itu sangat mahal), kelompok A merupakan mayoritas

penjualan apotik. Kelompok A seharusnya dimonitor dengan hati-hati,

angka pemesanan ulang dan EOQ-nya seharunya dihitung (Seto, 2004).

Kelompok B dan C merupakan agak lambat lakunya. Kelompok B

mempunyai penjualan rata-rata dan perputaran inventaris. Kelompok C

Page 61: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

38

adalah obat yang paling lambat lakunya, obat produk yang paling kurang

diminta. Karena kelompok B dan C merupakan jumlah yang jauh lebih

besar dan merupakan proporsi penjualan yang lebih kecil, tidak perlu dan

tidak efisien untuk memonitor obat-obat tersebut seketat kelompok A.

Kelompok B dan C biasanya dapat cukup dikendalikan dengan

menggunakan kartu stok gudang dan kartu stok di ruang peracikan dan

penjualan eceran (Seto, 2004).

Pengelola secara periodik seharusnya memonitor kelompok C untuk

menentukan apakah obat tersebut semestinya disingkirkan dari persediaan.

Menyingkirkan kelompok C yang lambat lakunya merupakan metode

praktis mengurangi jumlah obat dan investasi dalam persediaan, tapi

memberikan pengaruh yang kecil pada penjualan dan biaya kehabisan

persediaan (Seto, 2004).

Menurut Heizer dan Render (2010) barang kelas A adalah barang

dengan volume dolar tahunan tinggi yaitu 70%-80% penggunaan uang

secara keseluruhan namun hanya merepresentasikan 15% dari

persediaan total. Barang kelas B barang dengan volume dolar tahunan

yang sedang yaitu 15%-25% penggunaan uang keseluruhan dan 30%

penggunaan persediaan total. Barang dengan volume dolar tahunan yang

kecil adalah kelas C yang hanya merepresentasikan 5% volume tahunan

namun mewakili 55% barang persediaan total.

Page 62: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

39

Menurut Dirjend Binakefarmasian dan Alat Kesehatan (2010), prinsip

utama adalah dengan menempatkan jenis-jenis perbekalan farmasi ke

dalam suatu urutan, dimulai dengan jenis yang memakan anggaran/rupiah

terbanyak.

Urutan langkah adalah sebagai berikut (Dirjend Binakefarmasian dan

Alat Kesehatan, 2010) :

a. Kumpulkan kebutuhan perbekalan farmasi yang diperoleh dari salah

satu metode perencanaan, daftar harga perbekalan farmasi, dan biaya

yang diperlukan untuk tiap nama dagang. Kelompokkan kedalam

jenisjenis/kategori, dan jumlahkan biaya per jenis kategori perbekalan

farmasi.

b. Jumlahkan anggaran total, hitung masing-masing prosentase jenis

perbekalan farmasi terhadap anggaran total.

c. Urutkan kembali jenis- jenis perbekalan farmasi diatas, mulai dengan

jenis yang memakan prosentase biaya terbanyak.

d. Hitung prosentase kumulatif, dimulai dengan urutan 1 dan seterusnya.

e. Identifikasi jenis perbekalan farmasi apa yang menyerap ±70%

anggaran total (biasanya didominasi oleh beberapa jenis perbekalan

farmasi saja).

1) Perbekalan Farmasi kategori A menyerap anggaran 70%

2) Perbekalan Farmasi kategori B menyerap anggaran 20%

Page 63: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

40

3) Perbekalan Farmasi kategori C menyerap anggaran 10%

Tabel 2.1

Klasifikasi Persediaan

Ahli Kelas A Kelas B Kelas C

Item Nilai Item Nilai Item Nilai

Johns dan Harding

(2001) 15% 75% 25% 15% 60% 10%

Heizer dan Render

(2010) 15%

70%-

80% 30%

15%-

25% 55% 5%

Dirjend Binfar dan

Alkes (2010) 70% 20% 10%

Berikut kebijakan-kebijakan yang dapat didasarkan pada analisis ABC

(Heizer dan Render, 2010):

a. Membeli sumber daya harus lebih tinggi pada barang-barang A

dibandingkan dengan barang-barang C.

b. Barang-barang A harus memiliki kontrol persediaan fisik yang lebih

ketat, barang tersebut mungkin ditempatkan dibagian yang lebih

aman akurasi catatan persediaannya untuk barang A harus lebih

sering di verivikasi.

c. Meramalkan barang A memerlukan perhatian yang lebih

dibandingkan barang lainnya.

Adapun perlakuan untuk masing-masing kelas bahan baku yang

dipergunakan di dalam suatu perusahaan tersebut adalah sebagai berikut

(Ahyari, 1987):

Page 64: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

41

a. Kelas A

1) Kuantitas pembelian bahan serta titik pemesanan kembali harus

dilaksanakan dengan perhitungan yang cermat

2) Biaya penyelenggaraan persediaan di dalam perusahaan tersebut akan

diawasi sangat ketat

3) Tingkat persediaan yang diselenggarakan untuk kelas ini disesuaikan

dengan kebutuhan perusahaan untuk pelaksanaan produksi

4) Umumnya, persediaan kelas A mendapat perhatian yang cukup,

mengingat kerusakan atau kehilangan bahan jenis ini dalam jumlah

unit yang kecil akan mengakibatkan terjadinya kerugian perusahaan di

dalam jumlah yang cukup besar.

b. Kelas B

1) Pencatatan yang baik serta pengawasan normal dari penyelenggaraan

persediaan ini akan dapat membuahkan persediaan bahan baku yang

optimal di dalam perusahaan yang bersangkutan.

2) Pengendalian juga tetap diperlukan sehingga perusahaan tidak

menderita kerugian karena penyelenggaraan persediaan yang tidak

sesuai situasi dan kondisi dari perusahaan yang bersangkutan.

c. Kelas C

1) Pada umumnya persediaan kelas C diselenggarakan dengan system

pengendalian sederhana di dalam perusahaan yang bersangkutan

Page 65: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

42

2) Pengawasan tidak akan dilaksanakan seperti kelas B atau A,

melainkan akan diselenggarakan dengan cara yang relatif mudah dan

sederhana.

b. Economic Order Quantity (EOQ)

Teknik pengendalian persediaan merupakan tindakan yang sangat

penting dalam menghitung berapa jumlah optimal tingkat persediaan yang

diharuskan,serta kapan saatnya mulai mengadakan pemesanan kembali

(Rangkuti, 1996). Menurut Render dan Stair (2000), terdapat dua

keputusan fundamental yang harus dibuat ketika melakukan pengendalian

persediaan, yaitu mengenai jumlah persediaan yang harus dipesan dan

kapan melakukan pemesanan.

(EOQ) adalah salah satu teknik kontrol persediaan tertua dan paling

dikenal/teknik ini relatif mudah digunakan, tetapi berdasarkan beberapa

asumsi (Heizer dan Render, 2010) :

a. Jumlah permintaan diketahui, konstan dan independen

b. Penerimaan persediaan bersifat instan dan selesai seluruhnya. Dengan

kata lain persediaan dari sebuah pesanan datang dalam satu kelompok

pada suatu waktu

c. Tidak tersedia diskon kuantitas

d. Biaya variabel hanya biaya untuk penyetelan/pemesanan dan biaya

menyimpan persediaan dalam waktu tertentu

Page 66: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

43

e. Kehabisan persediaan dapat sepenuhnya dihindari jika pemesanan

dilakukan pada waktu yang tepat

Berikut adalah rumus untuk menentukan jumlah pemesanan optimum

menurut Heizer dan Render (2010), Bowersox (2010) dan Buffa (1997)

Rumus:

Keterangan:

Q = Jumlah optimum unit per pesanan (EOQ)

D = Permintaan tahunan dalam unit untuk barang persediaan

S = Biaya pemesanan untuk setiap pesanan

H = Biaya penyimpanan per unit per tahun

c. Reorder Point (ROP)

Render dan Stair (2000) mengungkapkan bahwa setelah menentukan

jumlah pemesanan, masalah kedua yang harus dijawab dalam pengendalian

persediaan adalah kapan diadakan pemesanan kembali. Ketika terdapat

jenis persediaan yang telah mencapai 0, perusahaan akan melakukan

pemesanan kembali untuk mengisi persediaan tersebut. Namun, lead time

atau delivery time yaitu waktu yang dibutuhkan dari saat memesan hingga

Page 67: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

44

pesanan datang, biasanya mencapai beberapa hari atau beberapa minggu.

Sehingga, perlu ditentukan batas minimal tingkat persediaan agar tidak

terjadi kekurangan persediaan melalui perhitungan titik pemesanan kembali

( reoder point).

Reoder point (ROP) atau titik pemesanan kembali adalah batas/titik

dari jumlah persediaan yang ada pada suatu saat dimana pemesanan harus

dilakukan kembali (Rangkuti, 1996). Jadi, ketika pesanan dilakukan ketika

persediaan mencapai ROP, pesanan akan tiba saat persediaan sudah

mencapai 0. Dalam menentukan titik ini harus diperhatikan besarnya

penggunaan selama persediaan yang dipesan belum datang yang ditentukan

oleh dua faktor, yaitu lead time dan tingkat penggunaan rata-rata. Besarnya

penggunaan tersebut dihitung selama waktu lead time, mungkin dapat juga

ditambahkan dengan safety stock (persediaan pengaman) yang biasanya

mengacu kepada kemungkinan terjadinya kekurangan stok selama lead

time. Jadi, besaran ROP adalah hasil perkalian antara jumlah penggunaan

rata-rata dan waktu tunggu pemesanan sebagai berikut (Rangkuti, 1996):

Sedangkan apabila terdapat besaran safety stock menjadi:

Keterangan:

D (Demand) = jumlah permintaan per hari

ROP = d x L

ROP = (d x L) + Safety Stock

Page 68: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

45

L (Lead Time) = waktu tunggu antara pemesanan hingga barang

diterima (hari)

Dimana d dan L adalah konstan

F. Kerangka Teori

Menurut John dan Harding (2001), pengendalian persediaan yang efektif

harus dapat menjawab tiga pertanyaan dasar, yaitu obat apa yang akan

menjadi prioritas untuk dikendalikan, berapa banyak yang harus dipesan dan

kapan seharusnya dilakukan pemesanan kembali.

Berbagai jenis barang yang ada dalam persediaan tidak seluruhnya

memiliki tingkat prioritas yang sama. Sehingga, untuk mengetahui jenis-jenis

barang yang perlu mendapat prioritas dapat digunakan analisis ABC, karena

analisis ini dapat mengklasifikasi seluruh jenis barang berdasarkan tingkat

kepentingannya. Analisis Always-Better Control (ABC) adalah salah satu cara

pengendalian dengan mengurutkan dan mengelompokkan jenis barang. Hal

ini perlu dilakukan untuk memberikan prioritas perhatian pada barang-barang

dengan nilai investasi tinggi dan jumlah pemakaian besar (Rangkuty, 1996).

Menurut Heizer dan Render (2010) metode analisis ABC sangat berguna di

dalam memfokuskan perhatian manajemen terhadap penentuan jenis barang

yang paling penting dan perlu diprioritaskan dalam persediaan, yaitu dengan

mengelompokkan persediaan menjadi 3 kelompok besar yang disebut

kelompok A, B, dan C. Economic Order Quantity (EOQ) adalah sejumlah

Page 69: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

46

persediaan barang yang dapat dipesan pada suatu periode untuk tujuan

meminimalkan biaya dari persediaan barang tersebut.

Selain menentukan jumlah barang yang dipesan, waktu pemesanan

kembali juga perlu diketahui. Menurut John dan Harding (2001), Reorder

Point adalah metode untuk memutuskan kapan mengajukan pemesanan

kembali. Perhitungan ROP juga dapat dilakukan dengan mempertimbangkan

jumlah buffer stock (Heizer dan Reider, 2010).

Bagan 2.4

Kerangka Teori

Sumber : Rangkuty (1996), John dan Harding (2001), Heizer dan Reider (2010).

Persediaan

Analisis ABC

Analisis ABC Pemakaian

Analisis ABC Investasi

Kelompok A:

Methylprednisolon inj 125 mg/2 ml

Kelompok B Kelompok C

Reorder Point

Economic Order Quantity

Page 70: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

47

BAB III

KERANGKA BERPIKIR DAN DEFINISI ISTILAH

A. Kerangka Berpikir

Berdasarkan kerangka teori tersebut, obat merupakan salah satu barang

logistik/persediaan di rumah sakit. Untuk dapat menyediakan obat dengan

jumlah dan waktu yang tepat serta dengan total biaya terendah dibutuhkan

pengelolaan yang efektif dan efisien terhadap obat tersebut. Pengendalian

persediaan bertujuan untuk menyeimbangkan antara permintaan dan

persediaan demi kelancaran proses pelayanan. Menurut Johns dan Harding

(2001), pengendalian persediaan dapat dikatakan efektif apabila dapat

menjawab pertanyaan apa saja obat yang akan dikendalikan dan memerlukan

pengawasan yang lebih ketat serta hati-hati, berapa banyak suatu item obat

tersebut dipesan dan kapan harus dilakukan pemesanan.

Pengendalian persediaan obat menggunakan metode analisis ABC

pemakaian dan analisis ABC investasi dengan pengolahan data pemakaian

jumlah obat generik tahun 2014 dan data harga obat RSU Haji Medan.

Metode ABC digunakan untuk menentukan persediaan obat berdasarkan

kelompok A, B dan C, sehingga didapatkan obat dengan nilai investasi

terbesar yaitu obat Methylprednisolon inj 125 mg/ 2 ml yang harus diawasi

secara ketat dan hati-hati.

47

Page 71: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

48

Selanjutnya menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ) dan

Reorder Point (ROP) untuk menjawab pertanyaan berapa banyak yang harus

dipesan dan waktu pemesanan kembali obat Methylprednisolon inj 125 mg/ 2

ml. Sehingga diketahuinya keefektifan metode ABC, Economic Order

Quantity (EOQ) dan Reorder Point (ROP) dalam pengendalian persediaan

obat Methylprednisolon inj 125 mg/ 2 ml di RSU Haji Medan.

Page 72: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

49

Bagan 3.1

Kerangka Berpikir

Sistem Pengendalian Persediaan Obat Methylprednisolon inj 125 mg/2 ml

Jumlah

Pemakaian Obat

Generik

Data Harga Obat

Generik

ABC

Methylprednisolon

inj 125 mg/ 2 ml

EOQ

ROP

Efektivitas

Pengendalian

Persediaan

SDM

Metode

Input

Proses Output

Sitem Pengelompokkan Obat

Proses perhitungan

jumlah optimum dan

waktu pemesanan

kembali

Page 73: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

50

3.1. Defenisi Istilah

Tabel 3.1

Defenisi Istilah

No Substansi Defenisi Istilah Cara Pengambilan Data Instrumen Hasil Ukur

1 Jumlah

Pemakaian

Obat Generik

Jumlah penggunaan obat generik di gudang

farmasi RSU Haji Medan tahun 2014

Telaah Dokumen Pedoman

Telaah

Dokumen

Informasi mengenai jumlah

pemakaian per item obat

generik tahun 2014

2 Data Harga

Obat Generik

Data biaya yang harus dikeluarkan untuk

memperoleh satu item obat generik

Telaah Dokumen Pedoman

Telaah

Dokumen

Informasi harga obat generik

per satuan jenis di RSU Haji

Medan tahun 2014

3 Analisis

ABC

Pemakaian

Klasifikasi persediaan obat generik

berdasarkan nilai pemakaian dan investasi

selama satu tahun terakhir, yang terbagi

menjadi kelompok A, B, dan C

berdasarkan data pemakaian obat generik

tahun 2014

Jumlah pemakaian obat

generik dikalikan dengan

harga satuan per item obat,

kemudian diurutkan dari

nilai terbesar hingga terkecil

Software

komputer

Klasifikasi persediaan obat

generik berdasarkan nilai

investasi.

A: 70% dari total nilai

investasi

B: 20% dari total nilai

investasi

C: 10% dari total nilai

investasi

4 Methylpredni

solon inj 125

mg/2 ml

Obat kelompok A dengan nilai investasi

tertinggi berdasarkan perhitungan ABC

Metode Analisis ABC Software

komputer

Informasi mengenai nilai

investasi obat

Methylprednisolon inj 125

mg/2 ml

5 Economis

Order

Quantity

EOQ) Obat

Jumlah pemesanan optimum setiap

melakukan pemesanan untuk

mengendalikan persediaan berdasarkan

data pemakaian obat Methylprednisolon inj

Perhitungan menggunakan

rumus: (Heizer dan Render,

2010), (Bowersox, 2010),

Buffa, 1997):

Software

komputer

Jumlah pemesanan ekonomis

per item obat

Methylprednisolon inj 125 mg/

2 ml untuk setiap kali

Page 74: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

51

Methylpredni

solon inj 125

mg/ 2 ml

125 mg/ 2 ml tahun 2014

Q =Jumlah optimum unit

per pesanan (EOQ)

D = Permintaan tahunan

obat

S = Biaya pemesanan obat

untuk setiap pesanan

H = Biaya penyimpanan

obat per unit per tahun

melakukan pemesanan

6 Reorder

Point (ROP)

Obat

Methylpredni

solon inj 125

mg/ 2 ml

Batas minimal stok persediaan sehingga

harus dilakukan pemesanan

kembali/pemesanan ulang berdasarkan data

pemakaian obat Methylprednisolon inj 125

mg/ 2 ml tahun 2014

Perhitungan menggunakan

rumus (Heizer dan Render

(2010) dan (John dan

Harding, 2001):

ROP = (LT x d) + SS

LT = lead time

d = pemakaian rata- rata

SS = Safety Stock/Buffer

Stock

Software

komputer

Waktu dilakukannya

pemesanan kembali

berdasarkan jumlah persediaan

obat Methylprednisolon inj

125 mg/ 2 ml

7 Efektivitas

Pengendalian

Stock Out

Obat

Methylpredni

solon inj 125

mg/ 2 ml

Tidak terjadinya stock out obat

Methylprednisolon inj 125 mg/ 2 ml

dengan penerapan metode ABC, Economic

Order Quantity (EOQ) dan Reorder Point

(ROP)

Wawancara mendalam dan

observasi

Pedoman

wawancara

mendalam

Efektivitas penerapan metode

ABC, ROP dan EOQ dalam

mengatasi stock out obat

Methylprednisolon inj 125 mg/

2 ml

Page 75: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

52

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian dilakukan dengan menggunakan jenis penelitian operational

research yang bertujuan untuk memberikan suatu landasan ilmiah dalam

menyelesaikan persoalan yang menyangkut interaksi dari unsur-unsur guna

kepentingan yang terbaik bagi organisasi secara keseluruhan.

Penelitian ini menggunakan data primer yang dikumpulkan dari wawancara

mendalam kepada beberapa informan dan observasi. Selain itu penelitian

menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Sistem Informasi Rumah Sakit

Umum Haji Medan dan telaah dokumen. Data tersebut untuk menentukan

pengelompokan obat berdasarkan pemakaian dan nilai investasi obat generik.

Hasil yang diperoleh dari analisis tersebut selanjutnya dibuat perhitungan dengan

Economic Order Quantity (EOQ) dan Reorder Point (ROP) agar dapat

menghasilkan persediaan yang optimal.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Gudang Farmasi Rumah Sakit Umum Haji Medan

yang berlokasi di Jalan Rumah Sakit Haji Medan, Sumatera Utara, selama bulan

Mei sampai Juni 2015.

52

Page 76: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

53

C. Informan Penelitian Kualitatif

Informan dalam penelitian ditentukan berdasarkan pengetahuan yang dimiliki

sesuai dengan kebutuhan penelitian dan pengaruh informan serta keterlibatan

informan dalam persediaan obat di RS Umum Haji Medan, yaitu :

1. Kepala Instalasi Farmasi sebagai penanggung jawab pengelolaan

perbekalan farmasi di RS Umum Haji Medan.

2. Kepala Bidang Penunjang Medis yang bertanggung jawab atas

instalasi farmasi sebagai salah satu penunjang medis di RS Umum

Haji Medan.

3. Staf Gudang Farmasi sebagai pelaksana harian kegiatan di Gudang

Farmasi RS Umum Haji Medan.

4. Kepala Bagian Keuangan untuk mengetahui penganggaran obat di

RS Umum Haji Medan.

5. Koordinator Logistik untuk mengetahui penggunaan ATK (Alat

Tulis Kantor) oleh gudang farmasi untuk menghitung biaya dalam

setiap kali melakukan pemesanan obat di Gudang Farmasi RS

Umum Haji Medan.

Dilakukan wawancara mendalam terhadap informan tersebut untuk

mengetahui gambaran proses pengendalian obat di Gudang Farmasi Rumah Sakit

Umum Haji Medan.

Page 77: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

54

D. Pengumpulan Data

1. Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui:

a. Wawancara Mendalam

Wawancara mendalam kepada Kepala Instalasi Farmasi, Kepala

Bidang Penunjang Medis, Staf Gudang Farmasi, Kepala Bagian

Keuangan dan Koordinator Logistik RS Umum Haji Medan mengenai

pengendalian persediaan obat generik di Gudang Farmasi RS Umum

Haji Medan dengan menggunakan pedoman wawancara

b. Observasi

Merupakan pengamatan secara langsung proses pengendalian

persediaan obat di Gudang Farmasi RS Umum Haji Medan .

2. Data sekunder

Data sekunder penelitian ini adalah daftar nama obat generik APBD,

jumlah pemakaian obat generik APBD dan harga obat generik selama satu

periode terakhir mulai bulan Januari-Desember 2014 yang diperoleh dari

Unit Gudang Farmasi dan Sistem Informasi Rumah Sakit. Data jumlah

pemakaian ATK selama tahun 2014 dan harga ATK diperoleh dari

Koordinator Logistik RS untuk menghitung biaya pemesanan obat di

Gudang Farmasi RS Umum Haji Medan. Selain itu data-data lain yang

dibutuhkan diperoleh melalui telaah dokumen (lampiran 2).

Page 78: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

55

E. Keabsahan Data

Untuk menjaga validitas data dan menguji hasil penelitian kualitatif, peneliti

melakukan uji validitas dengan menggunakan triangulasi, yang terdiri dari (Hadi,

dkk, 2000):

1. Triangulasi Sumber

Melakukan pemeriksaan (cross-check) hasil wawancara mendalam

dengan informan yang berbeda, yaitu: Kepala Instalasi Farmasi, Kepala

Bidang Penunjang Medis, Staf Gudang Farmasi, Kepala Bagian Keuangan

dan Koordinator Logistik RS Umum Haji Medan.

2. Triangulasi Metode

Membandingkan data hasil wawancara mendalam dengan observasi

maupun telaah dokumen dengan struktur organisasi, uraian tugas dan

Standard Operational Procedure (SOP).

F. Pengolahan Data

Pengolahan data dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua, yaitu pengolahan

data untuk kualitatif dan pengolahan data untuk penelitian operasional.

1. Pengendalian obat generik di RSU Haji Medan

Pengolahan data primer berupa hasil wawancara mendalam diolah secara

manual sebagai berikut:

Page 79: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

56

a. Hasil wawancara mendalam dalam bentuk rekaman suara

dipindahkan ke dalam bentuk transkrip wawancara lengkap untuk

setiap informan.

b. Transkrip dikelompokkan berdasarkan variabel-variabel yang diteliti.

c. Data yang terdapat dalam transkrip tidak semuanya digunakan dalam

penelitian, untuk itu dilakukan reduksi untuk menghilangkan data-

data yang tidak berhubungan dengan variabel penelitian.

d. Transkrip yang telah direduksi, dituangkan ke dalam matriks

wawancara berdasarkan variabel penelitian, untuk kemudian

ditriangulasi.

e. Transkrip dan matriks wawancara merupakan pedoman untuk

menyajikan hasil penelitian dan dengan menambahkan data-data hasil

observasi dan telaah dokumen.

2. Metode Analisis ABC

Data jumlah pemakaian obat generik APBD dari Bulan Januari hingga

Desember 2014 dilengkapi dengan data harga pembelian per satuan

barang. Kemudian, dicari nilai investasi setiap obat dengan cara

mengalikan jumlah pemakaian dengan harga satuannya. Nilai investasi

tersebut kemudian diurutkan dari yang tertinggi hingga terendah.

Selanjutnya, dihitung persentase dari total nilai investasi keseluruhan dan

dicari persen kumulatifnya berdasarkan persentase nilai investasi tersebut.

Sehingga dapat dikelompokan berdasarkan nilai investasinya:

Page 80: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

57

- Obat Kelompok A dengan persen kumulatif (0-70%)

- Obat Kelompok B dengan persen kumulatif (71-90%)

- Obat Kelompok C dengan persen kumulatif (90-100%).

3. Perhitungan EOQ (Economic Order Quantity) Obat Methylprednisolon

inj 125 mg/ 2 ml

a. Dihitung EOQ dan ROP untuk obat Methylprednisolon inj 125

mg/ 2 ml.

b. Dihitung pemakaian tahunan setiap jenis obat.

c. Dihitung biaya pemesanan obat

d. Dihitung biaya penyimpanan berdasarkan perhitungan Heizer dan

Render (2010), biaya penyimpanan adalah 26% dari harga barang.

e. Angka-angka tersebut dimasukkan ke dalam rumus:

Keterangan:

Q = Jumlah optimum unit per pesanan (EOQ)

D = Permintaan tahunan dalam unit untuk barang

persediaan

S = Biaya penyetelan atau pemesanan untuk setiap

pesanan

H = Biaya penyimpanan per unit per tahun

Page 81: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

58

f. Dari perhitungan tersebut dihasilkan jumlah pemesanan yang

optimum untuk setiap kali pemesanan

4. ROP (Reorder Point) Obat Methylprednisolon inj 125 mg/ 2 ml

a. Dihitung Reorder Point (ROP) setiap jenis obat

Methylprednisolon inj 125 mg/ 2 ml dengan menentukan

permintaan harian, lead time dan safety stock.

b. Dihitung Safety stock dengan mengalikan tingkat pencapaian

kinerja yang diinginkan dengan permintaan obat harian dan lead

time.

c. Angka-angka tersebut dimasukkan ke dalam rumus:

ROP = (d x L) + SS

Keterangan:

ROP = Reorder Point

d = permintaan harian

L = lead time (waktu tunggu)

SS = persediaan pengaman (safety stock)/buffer stock

d. Dari perhitungan tersebut dihasilkan waktu untuk memesan

kembali ketika persediaan obat Methylprednisolon inj 125 mg/ 2

ml sudah mencapai titik tertentu.

Page 82: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

59

G. Penyajian Data

Hasil penelitian disusun dan disajikan dalam bentuk kutipan hasil

wawancara yang dibandingankan dengan teori dan hasil perhitungan analisis

ABC, Economic Order Quantity (EOQ) dan Reorder Point (ROP) yang akan

disajikan dalam bentuk tabel.

Page 83: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

60

BAB V

HASIL

A. Pengendalian Persediaan Obat Methylprednisolon inj 125 mg/2 ml

Sebelum Penerapan Metode ABC, EOQ dan ROP di Gudang Farmasi

Rumah Sakit Umum Haji Medan

Pengendalian yang dilaksanakan Gudang Farmasi Rumah Sakit Umum

Haji Medan adalah:

1. Stock Opname

Stock opname dilakukan setiap 6 bulan sekali untuk mengecek

jumlah barang (fisik) dengan pendataan di komputer, menjamin

kualitas, kuantitas dan terhindar dari kerusakan dan kadaluarsa. Obat

yang mendekati kadaluarsa akan mendapat perhatian khusus untuk

digunakan segera oleh user (dokter) atau obat dikembalikan kepada

PBF (Perusahaan Besar Farmasi) tiga bulan sebelum expired.

Sebagaimana hasil wawancara dengan informan:

“Stock opname itu utk melihat berapa jumlah yang masih ada,

apakah yang di komputer sesuai dengan kondisi kenyataannya. Itu

yang dilakukan 2 kali dalam setahun” (I1)

“Ya setiap 6 bulan, kita hitung jumlah stok yang ada semua

masing-masing obat sisanya berapa, yang di apotik juga di hitung.

Kalau ada yang mendekati kadaluarsa kita lancarkan dulu,

makanya kan kita sistemnya ini FIFO dan FEFO yang baru datang

disimpan di belakang, yang kita beli pertama harus lebih dulu kita

jual” (I3)

Berdasarkan hasil telaah dokumen, hal ini sesuai dengan SOP unit

farmasi. Dalam SOP, Stock opname merupakan kegiatan yang

60

Page 84: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

61

dilakukan setiap 6 bulan sekali untuk mencocokan kondisi fisik barang

yang ada di gudang dengan kartu barang di komputer dan dengan bukti

pembukuan atau dokumen sumber (penerimaan, permintaan,

pengeluaran dan pemeriksaan barang) sehingga bisa diketahui kualitas,

kuantitas dan waktu kadaluarsa dari barang tersebut.

2. Kartu Stok

Kartu stok sebagai pendataan keluar masuknya obat di gudang

farmasi dan buku defekta sebagai pencatatan permintaan, pengiriman

dan sisa stok di gudang farmasi. Dari pencatatan kartu stok dan buku

defekta tersebut maka dapat terlihat berapa jumlah sisa stok yang

tersedia. Berikut adalah kutipan wawancara dengan informan:

“Kalo pengendalian yang kita lakukan biasanya lihat di kartu stok,

obat yang sudah kita pake, kita tandai di kartu stoknya, biar

keliatan mana pemakaiannya” (I1)

“Pengendalian disini ada kartu stock, biasanya obat yang sudah

dipakai dilakukan pemotongan stock di kartunya agar terlihat obat

mana yang sudah mau habis atau yang belum” (I5)

Salah satu bentuk upaya pengendalian persediaan di gudang farmasi

adalah melalui sistem pencatatan. Sistem pencatatan persediaan yang

digunakan adalah melalui kartu stok. Penggunaan kartu stok manual

masih dibutuhkan untuk alasan kemudahan penelusuran barang secara

langsung apabila terjadi kesalahan. Hal ini sesuai pernyataan informan:

“Kita tandai di kartu stoknya, biar kelihatan mana pemakaiannya.

Biar kita juga tahu obatnya mau habis atau masih banyak” (I1)

“Orang gudang ngecek kartu stok tiap hari” (I5)

Page 85: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

62

Berdasarkan keterangan dari Gudang Farmasi RSU Haji Medan,

diperoleh informasi bahwa selisih atau perbedaan jumlah barang antara

kartu stok dengan fisik, pasti ada. Namun, biasanya petugas gudang

diminta untuk menelusuri data selisih selama 1 x 24 jam, agar data

selisih tidak terus berlanjut. Biasanya data selisih disebabkan oleh

kesalahan dalam penjumlahan serta kesalahan dalam pemberian jumlah

obat. Untuk itulah pentingnya dilakukan pengecekan fisik setiap hari

untuk menghitung dan mencocokkan jumlah persediaan antara kartu

agar selisih barang bisa segera ditelusuri.

3. Buku Defekta

Buku defekta merupakan pencatatan mengenai permintaan dan

pengiriman obat dari gudang farmasi ke apotek. Selain itu buku ini juga

digunakan sebagai dasar pemesanan obat. Setiap petugas apotek yang

meminta obat ke gudang farmasi terlebih dahulu mengisi buku defekta.

Setelah itu staf gudang mengambilkan stok yang dibutuhkan dan

mencatat jumlah pengiriman dan sisa stok gudang di buku tersebut.

Melalui wawancara dengan informan, diperoleh informasi sebagai

berikut:

“Kita itu ada data manual juga namanya buku defekta, buku

defekta itu buku pencatatan permintaan barang dari apotik ke

gudang farmasi“ (I1)

“Buku defekta itu permintaan apotik ke gudang, yang diminta

berapa yang dikirim berapa, sisa berapa dicatat disitu” (I5)

Berdasarkan observasi oleh peneliti, dari buku defekta dapat

diketahui sisa stok yang ada di gudang farmasi. Kolom dalam buku

Page 86: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

63

defekta terdiri dari nama obat yang diminta, jumlah permintaan, jumlah

pengiriman dan sisa stok di gudang farmasi.

4. Laporan

Laporan yang dilaporkan oleh Kepala Unit Farmasi kepada Kepala

Bidang Penunjang Medis adalah pembelian obat kepada distributor,

jenis persediaan obat, pemakaian obat dan jatuh tempo pembayaran

perbekalan farmasi kepada distributor. Hal ini sesuai dengan hasil

wawancara berikut:

“Laporan pembelian, obatnya apa saja, pemakaian, jatuh tempo,

obat narkotika, psikotropika” (I1)

“Laporannya itu, terutama pemakaian, jenis-jenis obat, pembelian,

laporan ke dinas, kaya narkotika, kemudian ada pembelian apa

saja, jatuh tempo pembayarannya, itu sebulan sekali. Jadi dari

Kepala Unit Farmasi ke Kabid Penunjang Medis dulu, saya ke

keuangan, itu untuk pembayarannya....” (I5)

Sedangkan yang dilaporkan kepada Kepala Bagian Keuangan oleh

Kepala Unit Farmasi dan Kepala Bidang Penunjang Medis adalah

mengenai pembelian obat kepada distributor, jatuh tempo pembayaran

dan penggunaan obat oleh pasien. Berikut adalah kutipan wawancara

dengan informan:

“Kita laporan jatuh tempo, sama obat yang dipesan” (I1)

“Ya itu saja laporan pemesanan obat, sama laporan jatuh

temponya kapan harus dibayar perdistributor dan pembelian obat

oleh pasien. Kalau kita jatuh temponya rata-rata sebulan” (I5)

Page 87: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

64

B. Pengendalian Persediaan Obat Methylprednisolon inj 125 mg/ 2 ml

dengan Penerapan Metode ABC, EOQ dan ROP di Gudang Farmasi

Rumah Sakit Umum Haji Medan

1. Sistem Pengelompokan Obat Generik dengan Metode ABC

a. Input (masukan) dari SDM dan Metode

Input (masukan) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan untuk

dapat melaksanakan suatu pekerjaan (Azwar, 1996). Input

(masukan) dalam penelitian ini terdiri dari sumber daya manusia

(man) dan metode (method).

1) Sumber Daya Manusia

Sumber Daya Manusia (SDM) salah satu input yang

sangat penting dalam organisasi. Sukses tidaknya suatu

organisasi sangat ditentukan oleh sumber daya manusia

yang memberikan bakat, kerja, kreatifitas dan semangatnya

pada organisasi.

a) Kecukupan dan Kesesuaian tentang pengetahuan dan

pengalaman

Penilaian terhadap kecukupan dan kesesuaian

meliputi kecukupan dalam jumlah, yang pengetahuan

dan keterampilan serta kesesuiaan antara posisi dan

tugas yang didapatkan dengan pendidikan dan

pengalaman.

Tenaga yang dibutuhkan untuk menjalankan

manajemen di Gudang Farmasi adalah : Apoteker,

Page 88: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

65

Asisten Apoteker, Tenaga SMU/Sarjana lainnya.

Menurut Depkes (2005), jumlah tenaga yang tersedia

dalam jumlah yang memadai akan memudahkan

organisasi mencapai tujuan. Berikut ini adalah tabel

yang berisi jenis dan jumlah tenaga yang sebaiknya

tersedia di Gudang Farmasi.

Tabel 5.1 Jumlah dan Jenis Tenaga yang Sebaiknya

Tersedia di Gudang Farmasi

No Jabatan Jenjang Pendidikan Jumlah

Sediaan

SDM

Gudang

Farmasi RSU

Haji Medan

1 Penanggung jawab Unit

Pengelola Obat

Apoteker 1 orang 1 orang

2 Pelaksana Pendistribusian

dan Penyimpanan

Apoteker / sarjana

farmasi / D3 farmasi /

Ass. Apoteker

Dibantu oleh lulusan SMU

Minimal

1 orang

2 orang

3 Pelaksana Pencatatan,

Pelaporan dan Evaluasi

Apoteker / sarjana

farmasi / D3 farmasi /

Ass. Apoteker

Dibantu oleh lulusan SMU

Minimal

1 orang

1 orang

4 Pelaksana penyedia

informasi obat, pelatihan

dan monitoring

penggunaan obat rasional

Apoteker / sarjana

farmasi / D3 farmasi /

Ass. Apoteker

Dibantu oleh lulusan SMU

Minimal

1 orang

1 orang

5 Pelaksana Administrasi

Umum

Adm. Umum

Bendahara

D3 atau SMU Minimal

1 orang

1 orang

Page 89: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

66

Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Haji Medan

memiliki 31 karyawan yang terdiri 4 orang apoteker, 9

orang asisten apoteker dari tenaga medis dan non medis

(Lampiran 6). Berdasarkan Depkes RI (2005) tentang

jumlah dan jenis tenaga yang sebaiknya tersedia di

gudang farmasi maka di gudang Farmasi Rumah Sakit

Umum Haji Medan telah memenuhi syarat.

Dengan jumlah tenaga yang sudah cukup banyak

dan pembagian tugas dan shif yang sesuai dengan jam

kerja dirasakan kebutuhan tenaga di unit farmasi sudah

cukup. Berikut kutipan pernyataan dari hasil

wawancara mendalam dari petugas struktural farmasi

sebagai berikut :

“Untuk SDM di unit farmasi sampai saat ini untuk

pengaturan rawat jalan dan rawat inap

cukup…”(I1)

“Cukup -cukup aja,,,,” (I3)

Rata-rata lama kerja dan pengalaman mereka sudah

cukup lama dan berpengalaman lebih dari 5 tahun.

Seperti pernyataan dari informan sebagai-berikut:

“Variatif…..Jadi ada yang masa kerjanya udah

hampir 10 tahun lebih ya,,, tapi ada juga yang baru-

baru lulus jadi variatif ya..makanya kita benar

benar ngatur jadwalnya…”(I1)

“Pengalaman, ya kalau pengalaman sudah

berpengalaman semuanya, sejauh ini mereka bisa

dan sanggup melakukan pekerjaan perbekalan

farmasi, ..” (I3)

Page 90: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

67

Petugas dibagian pengelolaan obat memiliki latar

belakang pendidikan yang berbeda-beda. Pekerjaan

yang mereka geluti sesuai dengan latar belakang dan

pendidikan mereka dimana hampir semua berasal dari

pendidikan farmasi. Latar belakang beberapa orang di

bagian penunjang yang tidak sesuai tetapi tidak

menghambat jalannya kegiatan kefarmasian, karena

mereka diawasi oleh karyawan lain yang sesuai dan

sudah senior. Seperti pernyataan dari informan

penelitian sebagai berikut :

“Untuk SDM farmasi sendiri itu ada Asisten

apoteker, apoteker yang pasti dan ada beberapa

pegawai penunjang dimana pegawai penunjang ini

dengan latar belakang beraneka ragam ya dalam

artian ada yang bagroun IT,ada yang akuntansi,ada

yang ekonomi, itu hanya sebagai penunjang tapi

mereka hanya sbagai penunjang, tapi mereka tetap

mendapat pelatihan tentang barang barang yang

ada difarmasi” (I1)

“Sesuai, sesuai dengan pengalaman dan pendidikan

mereka” (I3)

Khusus bagian gudang farmasi terdapat 4 orang

yang bertanggung jawab atas pemesanan dan

persediaan obat (lampiran 5).

b) Kesesuaian uraian tugas di bagian SDM

Petugas pengelolaan obat sudah melaksnakan tugas

sesuai dengan uraian tugas masing-masing. Hal ini

sesuai pernyataan dari informan sebagai berikut :

Page 91: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

68

“Ya..Sudah ,sudah berjalan Semua sudah dibagi

sesuai dengan apa namanya, jabatan masing-

masing lah ya…”(I1)

“Oh ya pasti, oh ya kalau kerja sesuai dengan

jobdesk mereka masing -masing, sebelumya masuk

farmasikan mereka udah dikasih tau dulu tentang

jobdesk mereka apa, pekerjaan sesuai dengan

jobdesk yang diberikan”(I3)

Berdasarkan hasil wawancara di atas tentang uraian

tugas dan pelaksanaan tugas kerja maka setiap

karyawan sudah mengerti dan memahami uraian tugas

mereka masing-masing serta bertanggung jawab atas

pekerjaan mereka.

2) Metode

Dalam Standar Operasional Prosedur (SOP) Unit

Farmasi RSU Haji Medan, penentuan kebutuhan didasarkan

kepada data kebutuhan, data prediksi penyakit, jumlah

persediaan barang di gudang, usulan masing-masing unit,

perhitungan pareto (fast moving, moderate dan slow

moving) dan obat essensial.

Namun dalam menentukan fast moving, moderate dan

slow moving belum pernah dilakukan perhitungan

berdasarkan data riil obat baik dari jumlah pemakaian

maupun nilai investasi. Selama ini pengelompokan

persediaan hanya berdasarkan pengalaman saja. Obat yang

sering diminta oleh apotek disebut fast moving dan obat

Page 92: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

69

yang jarang diminta disebut slow moving. Hal ini sesuai

dengan penyataan informan berikut:

“Kita ga ada membuat pengelompokan obat, kita ga

menggunakan analisis ABC. Jadi kita ga ada

mengelompokkan fast moving dan slow moving.

Pengelompokkannya berdasarkan pengalaman aja, obat

yang banyak dan sering keluar berarti fast moving kalau

obat yang jarang dan sedikit dipakai masukin slow

moving” (I1)

“Kita ga ngitung mana yang fast moving dan slow

moving, nah itu tadi berdasarkan pengalaman kita aja

dan juga udah pada tahu kok obat yang paling banyak

dibutuhkan pasien dan yang sering kita pake, Jadi kita

belum menggunakan metode untuk pengelompokkan

obat” (I3)

b. Proses Pengelompokan Obat Generik Melalui Metode Analisis

ABC

Perbekalan farmasi di RSU Haji Medan terdiri dari obat-obatan,

alat kesehatan dan reagen. Dalam penelitian ini, jenis persediaan

yang diteliti adalah obat-obatan khususnya obat generik.

Berdasarkan pengumpulan data mengenai nama obat generik di

RSU Haji Medan, dari 777 nama obat dalam E-Catalogue Obat

Pemerintah Indonesia Provinsi Sumatera Utara tentang Obat

Generik, terdapat 166 jenis obat generik yang digunakan di RSU

Haji Medan.

Obat-obatan tersebut dibedakan menurut kemasan yaitu: tablet,

botol, ampul, vial, kapsul, tube,bungkus, supp, FLS, tbg, dan pot.

Di Gudang Farmasi RSU Haji Medan, penggunaan obat generik

yang paling banyak adalah obat generik dengan kemasan tablet,

Page 93: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

70

yaitu 73 jenis obat dengan jumlah pemakaian sebanyak 665.297

tablet. Sedangkan obat generik yang memiliki nilai investasi

tertinggi adalah dengan kemasan vial sebesar Rp. 357.535.538,00

Berikut adalah jumlah pemakaian dan nilai investasi obat

generik berdasarkan kemasan obat tahun 2014:

Tabel 5.2

Jumlah Pemakaian dan Nilai Investasi Berdasarkan

Kemasan Obat Generik di Gudang Farmasi

Tahun 2014

No Satuan/Kemasan Jumlah

Jenis Obat Pemakaian

Nilai Investasi

(Rp)

1 Tablet 73 665.297 306.641.173

2 Botol 28 44.201 293.916.694

3 Ampul 16 96.133 202.069.605

4 Vial 16 23.621 357.535.538

5 Kapsul 10 233.030 88.463.602

6 Tube 10 5.217 20.42.425

7 Tbg 6 185 20.697.260

8 FLS 3 2.747 16.439.745

9 Supp 2 1.115 4.203.050

10 Bungkus 1 90 1.035.000

11 Pot 1 3.200 17.440.000

Jumlah 166 1.074.836 1.329.384.092

Sumber : Pengolahan data sekunder

Jenis obat yang disediakan di gudang farmasi RSU Haji Medan

ditentukan berdasarkan formularium yang sudah ada. Hal ini sesuai

dengan hasil wawancara dengan informan:

“Penentuan jenis obat kita berdasarkan formularium rumah

sakit. Jadi obat yang kita pakai berdasarkan formularium

Page 94: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

71

disini, biar kita terkontrol pemakaiannya” (I1)

“Kita nyetock obat berdasarkan formularium rumah sakit

juga” (I5)

Penentuan kebutuhan obat di Gudang Farmasi RSU Haji Medan

menggunakan metode konsumsi dan epidemiologi. Metode

konsumsi didasarkan kepada penggunaan obat periode sebelumnya.

Konsumsi obat/kecepatan perputaran obat yaitu fast moving,

moderate dan slow moving. Obat yang tergolong fast moving harus

disediakan lebih banyak. Selain itu yang perlu dipertimbangkan

adalah obat tersebut tergolong essensial atau non-essensial. Obat

yang tergolong essensial harus tersedia di gudang farmasi.

Berdasarkan wawancara dengan informan diperoleh informasi

sebagai berikut:

“Perencanaan obat kita berdasarkan pemakaian sebelumnya

dan perkembangan penyakit yaitu metode konsumsi dan

epidemiologi” (I1)

“Perencanaan kita tentukan berdasarkan pemakaian unit-unit

tahun sebelumnya. Kebutuhan masing-masing unit tergantung

kebutuhan unit tersebut. Kita mengutamakan yang essensial

dulu. Baru yang non essensial. Yang essensial kita harus

utamakan harus tetap ada. Jadi pertimbangan kita dalam

membuat pengusulan obat berdasarkan obat essensial dan obat

fast moving, nah baru kita nentuin untuk obat yang non

essensial” (I3).

Dalam Standar Operasional Prosedur (SOP) Unit Farmasi RSU

Haji Medan, penentuan kebutuhan didasarkan kepada data

kebutuhan, data prediksi penyakit, jumlah persediaan barang di

Page 95: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

72

gudang, usulan masing-masing unit, perhitungan pareto (fast

moving, moderate dan slow moving) dan obat essensial.

Namun dalam menentukan fast moving, moderate dan slow

moving belum pernah dilakukan perhitungan berdasarkan data riil

obat baik dari jumlah pemakaian maupun nilai investasi. Selama ini

pengelompokan persediaan hanya berdasarkan pengalaman saja.

Obat yang sering diminta oleh apotek disebut fast moving dan obat

yang jarang diminta disebut slow moving. Hal ini sesuai dengan

penyataan informan berikut:

“Kita ga ada membuat pengelompokan obat, kita ga

menggunakan analisis ABC. Jadi kita ga ada mengelompokkan

fast moving dan slow moving. Pengelompokkannya berdasarkan

pengalaman aja, obat yang banyak dan sering keluar berarti

fast moving kalau obat yang jarang dan sedikit dipakai masukin

slow moving” (I1)

“Kita ga ngitung mana yang fast moving dan slow moving, nah

itu tadi berdasarkan pengalaman kita aja dan juga udah pada

tahu kok obat yang paling banyak dibutuhkan pasien dan yang

sering kita pake, Jadi kita belum menggunakan metode untuk

pengelompokkan obat” (I5)

Oleh karena itu, untuk menentukan pengelompokan obat,

peneliti melakukan studi analisis ABC. Untuk itu, peneliti

mengumpulkan data mengenai nama obat generik, harga obat

generik dan jumlah pemakaian obat generik selama periode tahun

sebelumnya yaitu tahun 2014. Harga obat generik diambil

berdasarkan e-Catalogue Obat Pemerintah Indonesia dan jumlah

pemakaian berdasarkan permintaan obat generik dari Apotek ke

Gudang Farmasi RSU Haji Medan selama tahun 2014.

Page 96: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

73

Berikut adalah hasil analisis ABC obat generik berdasarkan

jumlah pemakaian tahun 2014:

Tabel 5.3

Analisis ABC Berdasarkan Jumlah Pemakaian

Obat Generik Tahun 2014

Kelompok

Obat

Jumlah

Jenis

Obat

Persentase

Jumlah Jenis

Obat

(%)

Jumlah

Pemakaian

Persentase

Jumlah

Pemakaian

(%)

Kelompok A 22 13,25 745.999 69,41

Kelompok B 29 17,47 220.873 20,55

Kelompok C 115 69,28 107.964 10,04

Total 166 100 1.074.836 100

Sumber: Hasil pengolahan data sekunder

Tabel di atas menunjukan kelompok obat generik berdasarkan

jumlah pemakaian (lampiran 9). Obat generik yang termasuk

kelompok A adalah sebanyak 22 jenis obat atau 13,25% dari

seluruh jenis persediaan obat generik dengan jumlah pemakaian

sebanyak 745.999 item atau 69,41% dari total pemakaian obat

generik di RSU Haji Medan tahun 2014. Obat yang termasuk ke

dalam kelompok A adalah dengan pemakaian yang tinggi (fast

moving). Obat generik yang termasuk kelompok B adalah 29 jenis

obat atau 17,47% dari seluruh jenis persediaan obat generik dengan

jumlah pemakaian sebanyak 220.873 item atau 20,55% dari total

pemakaian obat generik di RSU Haji Medan tahun 2014. Obat yang

termasuk ke dalam kelompok B adalah dengan pemakaian yang

sedang (moderate).

Page 97: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

74

Sedangkan obat generik yang termasuk kelompok C adalah

sebanyak 115 jenis obat atau 6,28% dari seluruh jenis persediaan

obat generik dengan jumlah pemakaian sebanyak 107.964 item atau

10,04% dari total pemakaian obat generik di RSU Haji Medan

tahun 2014. Obat yang termasuk ke dalam kelompok C ini adalah

dengan pemakaian yang rendah (slow moving).

Berikut adalah hasil analisis ABC obat generik berdasarkan nilai

investasi tahun 2014:

Tabel 5.4

Analisis ABC berdasarkan Nilai Investasi

Obat Generik Tahun 2014

Kelompok

Obat

Jumlah

Jenis

Obat

Persentase

Jumlah Jenis

Obat

(%)

Nilai

Investasi

Persentase

Nilai

Investasi

(%)

Kelompok A 26 15,66 931.385.322 69,57

Kelompok B 33 19,88 269.557.806 20,14

Kelompok C 107 64,46 137.800.964 10,29

Total 166 100 1.338.744.092 100

Sumber: Hasil pengolahan data sekunder

Tabel di atas menunjukan kelompok obat generik berdasarkan

nilai investasi (lampiran 10). Obat generik yang tergolong

kelompok A adalah sebanyak 26 jenis obat atau 15,66% dari

seluruh obat generik dengan nilai investasi sebesar Rp.

931.385.322,00 atau 69,57% dari total investasi obat generik di

Gudang Farmasi RSU Haji Medan.

Page 98: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

75

Obat generik yang tergolong kelompok B adalah sebanyak 33

jenis obat atau 19,88% dari seluruh obat generik dengan nilai

investasi sebesar Rp. 269.557.806,00 atau 20,14% dari total

investasi obat generik di Gudang Farmasi RSU Haji Medan.

Sedangkan obat generik yang tergolong kelompok C adalah

sebanyak 107 jenis obat atau 64,46% dari seluruh obat generik

dengan nilai investasi sebesar Rp. 137.800.964,00 atau 10,29% dari

total investasi obat generik di Gudang Farmasi RSU Haji Medan.

c. Output Pengelompokan Obat Generik Melalui Metode Analisis

ABC

Berdasarkan perhitungan metode analisis ABC diketahui bahwa

obat generik yang tergolong kelompok A adalah sebanyak 26 jenis

obat atau 15,66% dari seluruh obat generik dengan nilai investasi

sebesar Rp. 931.385.322,00 atau 69,57% dari total investasi obat

generik di Gudang Farmasi RSU Haji Medan.

Berdasarkan perhitungan metode analis ABC yang termasuk

kelompok A, didapatkan hasil yaitu obat Methylprednisolon inj 125

mg/ 2 ml menempati peringkat pertama dalam pengelompokkan

obat berdasarkan analisis ABC investasi. Yang artinya obat

Methylprednisolon 125 mg/ ml merupakan obat dengan nilai

pemakaian paling tinggi dan pemakaian anggaran paling besar,

Sehingga obat tersebut harus memiliki kontrol persediaan yang

lebih ketat dengan melakukan perhitungan jumlah pemesanan

Page 99: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

76

optimum melalui Economic Order Quantity (EOQ) dan waktu

pemesanan kembali melalui Reorder Point (ROP).

2. Perhitungan EOQ Obat Methylprednisolon inj 125 mg/ 2 ml

Menurut Rangkuti (1996), masing-masing jenis barang membutuhkan

analisis tersendiri untuk mengetahui order size dan order point. Oleh

karena itu, penghitungan economic order quantity dilakukan untuk barang-

barang dalam kelompok A. Obat Methylprednisolon inj 125 mg/ 2 ml

merupakan kategori kelompok A dengan nilai investasi tertinggi

berdasarkan metode ABC.

Dalam pelaksanaan pemesanan obat Methylprednisolon inj 125 mg/ 2

ml di RSU Haji Medan tidak ada perhitungan khusus mengenai jumlah

pemesanan. Jumlah pemesanan tergantung pada pemakaian bulan-bulan

sebelumnya. Sebagaimana hasil wawancara dengan informan berikut ini:

“Kita biasanya mesan Methylprednisolon inj 125 mg/ 2 ml dengan

memperkirakan berdasarkan pemakaian tahun sebelumnya

diperkirakan untuk memesan tahun berikutnya dilihat pemakaian tahun

sebelumnya, biasanya tidak beda jauh kok” (I1)

“Kita tidak menggunakan metode untuk menghitung pemesanan

Methylprednisolon inj 125 mg/ 2 ml, kita biasanya berdasarkan

pemakaian sebelumnya, kalo pada obat tertentu permintaanya banyak

maka akan kita pesan banyak begitu juga kalau pemakaian sedikit

maka akan kita pesan sedikit. Juga kita lihat kalau ada penyakit yang

lagi banyak maka akan kita pesan banyak” (I5)

Hal ini dapat mengakibatkan pemborosan karena akan berisiko

meningkatnya biaya pemesanan jika pemesanan dilakukan dalam jumlah

yang sedikit atau meningkatkan biaya penyimpanan jika jumlah

pemesanan terlalu banyak.

Page 100: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

77

Untuk mengetahui jumlah pemesanan yang optimum dalam setiap kali

melakukan pemesanan obat Methylprednisolon inj 125 mg/ 2 ml di RSU

Haji Medan, dapat diterapkan metode Economic Order Quantity (EOQ).

Rumus untuk menentukan jumlah pemesanan optimum menurut Heizer

dan Render (2010), Bowersox (2010) dan Buffa (1997) adalah sebagai

berikut:

Keterangan:

Q = Jumlah optimum unit per pesan (EOQ)

D = Permintaan tahunan dalam unit untuk barang persediaan

S = Biaya pemesanan untuk setiap pesanan

H = Biaya penyimpanan perunit per tahun

Dalam menghitung besaran jumah pemesanan ekonomis atau Economic

Order Quantity (EOQ) pada setiap kali pesan, dibutuhkan data mengenai

jumlah permintaan per tahun, biaya pemesanan (ordering cost) dan biaya

penyimpanan (carrying cost). Jumlah permintaan per tahun dapat

diketahui berdasarkan hasil telaah dokumen. Biaya pemesanan dan biaya

penyimpanan diperoleh melalui wawancara dengan Bagian Logistik.

Untuk perhitungan komponen-komponen biaya pemesanan, peneliti

mengacu pada (Heizer dan Render (2010).Berikut adalah perhitungan

biaya pemesanan dan biaya penyimpanan:

Page 101: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

78

a. Biaya Pemesanan

Biaya pemesanan mencakup biaya dari persediaan, formulir,

proses pesanan pembelian, dukungan administrasi

1) Biaya Telepon:

Biaya telepon = lama pemesanan (menit) x biaya

telepon/menit

Berdasarkan wawancara dengan informan berikut ini, rata-

rata waktu yang dibutuhkan dalam setiap kali melakukan

pemesanan adalah 5 menit:

“Pesannya dari telpon, kalau waktunya paling 5 menitan

lah udah cukup itu” (I1)

“Paling kira-kira mesannya 5 menit dari telpon, kurang

lebih segitu” (I3)

Distributor tempat pemesanan obat berada di kota Medan

sehingga untuk tarif telepon mengikuti telkom lokal. Tarif

telepon lokal adalah Rp. 250,00 per 2 menit

(www.telkom.co.id). Sehingga tarif telepon per menit adalah

Rp. 125,00.

Maka perhitungannya adalah:

Biaya telepon = lama pemesanan (menit) x biaya telepon/menit

Biaya telepon = 5 menit x Rp.125,00/menit

= Rp. 625,00

Page 102: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

79

Jadi biaya telepon dalam setiap melakukan pemesanan adalah

Rp. 625,00

2) Biaya ATK/Administrasi

ATK yang digunakan oleh bagian gudang farmasi adalah,

Surat Pemesanan (SP) obat, buku tukar faktur, dan pita printer.

Hal ini sesuai dengan wawancara dengan informan berikut ini:

“Paling yang dibutuhkan untuk biaya ATK yaitu: kwitansi,

kertas pelaporan, buku tukar faktur, pita printer, selotip,

strappler. Paling itu aja yang dibutuhkan untuk

administrasi” (I1)

“kwitansi rawat jalan, kertas pelaporan, buku tukar faktur,

pita printer, solatip, strappler, udah kita paling butuh itu

aja” (I5)

Berikut adalah perhitungan biaya ATK dalam pemesanan

setiap bulan Gudang Farmasi RSU Haji Medan.

Tabel 5.5

Biaya ATK Dalam Pemesanan Setiap Bulan Gudang Farmasi

RSU Haji Medan

No Barang Banyak Harga @ Jumlah

1 Surat Pemesanan (SP) 2 box 9.000 18.000

2 Buku tukar faktur 2 buku 7.000 14.000

3 Pita printer 1 pita 30.000 30.000

Total Biaya 62.000

Sumber : Hasil pengolahan data sekunder

Berdasarkan perhitungan tersebut, biaya ATK/administrasi

dalam melakukan pemesanan di gudang farmasi dalam sebulan

adalah Rp. 62.000,00 sehingga biaya pemesanan dalam

setahun (12 bulan) adalah Rp 744.000,00. Selanjutnya untuk

Page 103: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

80

menentukan biaya ATK/administrasi per pemesanan

dibutuhkan jumlah transaksi pemesanan dalam setahun yaitu

tahun 2014. Berdasarkan data yang diperoleh dari sistem

informasi RS di unit gudang farmasi, dalam setahun gudang

farmasi melakukan pemesanan sebanyak 1984 kali pada tahun

2014. Maka biaya ATK/administrasi per pemesanan adalah

biaya pemesanan setahun dibagi dengan jumlah transaksi

pemesanan setahun, yaitu Rp.375,00.

Berdasarkan rincian biaya pemesanan tersebut, maka biaya

pemesanan adalah:

Tabel 5.6

Total Biaya Perpemesanan di Gudang Farmasi

RSU Haji Medan

No Komponen Biaya Pemesanan Biaya/pemesanan (Rp)

1 Biaya telepon 625,00

2 Biaya ATK/Administrasi 375,00

Total biaya per pemesanan 1.000,00

Sumber: Hasil pengolahan data sekunder

b. Biaya penyimpanan

Biaya penyimpanan mencakup biaya terkait menyimpan atau

membawa persediaan selama waktu tertentu. Biaya penyimpanan

menurut Heizer dan Render (2010) adalah 26% dari unit cost

barang. Setelah diketahui jumlah pemakaian obat tahunan, biaya

pemesanan dan biaya penyimpanan, kemudian dilakukan

Page 104: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

81

perhitungan mengenai jumlah pemesanan optimum dalam setiap

kali pemesanan, angka untuk masing-masing obat tersebut

dimasukan ke dalam rumus seperti pada lampiran 10.

Perhitungan EOQ pada obat Methylprednisolon inj 125 mg/ 2

ml:

Obat Methylprednisolon inj 125 mg/ 2 ml, berdasarkan

pengumpulan data dan telaah dokumen diperoleh angka sebagai

berikut:

Jumlah pemakaian tahunan = 8.076

Biaya Pemesanan = Rp. 1.000,00

Biaya Penyimpanan = Rp. 6.760,00

Maka Economic Order Quantity (EOQ) adalah:

Q2 = 2 x 8.076 x 1.000

6.760

Q = 49 vial

Jadi, jumlah pemesanan yang optimal dalam setiap kali

memesan obat Methylprednisolon inj 125 mg/ 2 ml adalah 49

vial.

Kendala yang dirasakan oleh bagian gudang farmasi dalam

menghitung jumlah pemesanan adalah tidak didukung oleh

Page 105: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

82

Sistem Informasi yang memadai, sehingga masih kesulitan untuk

mengetahui dan menghitung jumlah pemakaian obat setiap bulan

atau tahunan. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari informan:

“Kendalanya tidak didukung oleh sistem informasi, masih

serba manual. Jadi agak susah untuk menghitung jumlah

pemakaian obat yang begitu banyak, juga ga ada patokan

untuk menghitungnya karena masih berdasarkan pengalaman

apotekernya” (I1)

“Kita ga bisa prediksi kunjungan pasien kadang ramai

kadang sepi, jadi kondisi ini yang membuat kita kada

kewalahan menghadapinya tidak sesuai perkiraan kita”. (I5)

3. Perhitungan ROP Obat Methylprednisolon inj 125 mg/ 2 ml

Waktu dilakukan pemesanan obat Methylprednisolon inj 125 mg/ 2 ml

di RSU Haji Medan dilakukan setiap bulan, tidak ada jadwal pasti kapan

akan dilakukan pemesanan. Pemesanan akan dilakukan berdasarkan

kebutuhan saja, yaitu dilihat dari jumlah stok yang masih tersedia di

gudang farmasi. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan informan:

“Kita melakukan pemesanan Methylprednisolon inj 125 mg/ 2 ml

tergantung kebutuhan, bisa awal bulan, pertengahan bulan ataupun

akhir bulan. Kita mesan berdasarkan pemakaian obat sebelumnya”.(I1)

“Jadwalnya ga pasti tergantung kebutuhan aja, kalau obat

Methylprednisolon inj 125 mg/ 2 ml udah kosong kita melakukan

pemesanan dan yang mau habis juga kita order, tapi kalau obat yang

cito hari itu juga akan kita pesan” (I3)

“Ga ada jadwal, yang penting sebulan sekali aja. Pokonya kalau diliat

stock udah kosong atau hampir kosong baru kita order lagi” (I5)

Untuk menentukan waktu pemesanan yang ideal untuk setiap obat

Methylprednisolon inj 125 mg/ 2 ml dapat digunakan perhitungan Reorder

Point (ROP). Cara menghitung Reorder Point (ROP) menurut Heizer dan

Render (2010), Johns dan Harding (2001) adalah:

Page 106: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

83

ROP = (d x L) +SS

Keterangan:

ROP = Reorder Point

d = permintaan harian

L = lead time (waktu tunggu)

SS = persediaan pengaman (safety stock)/buffer stock

Sedangkan untuk menentukan safety stock, perlu mempertimbangkan

target pencapaian kinerja (service level). Menurut Assauri (2004), jika

buffer stock/safety stock dengan service level dan standar lead time

diketahui dan bersifat konstan, maka perhitungannya adalah sebagai

berikut:

SS = Z x d x L

Keterangan :

SS = Safety Stock/Buffer stock

Z = Service level

D = Rata-rata pemakaian

L = Lead Time

Menurut informan lead time/waktu tunggu obat paling lama adalah 2

hari. Berikut merupakan kutipan hasil wawancara dengan informan:

Page 107: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

84

“Dua hari paling lama udah nyampe” (I1)

“Kita mesan hari ini, besok udah diantar sama abangnya. Paling

lama 2 hari sudah nyampe” (I3)

“2 hari udah kita terima barangnya” (I5)

Berikut ini perhitungan Reorder Point (ROP) untuk obat

Methylprednisolon inj 125 mg/2 ml:

Jumlah pemakaian tahun 2014 (D) = 8.076 Vial

Lead time (l) = 2 hari

Service level = 95%

Jumlah hari dalam setahun = 365

Maka :

Jumlah pemakaian rata-rata (d) = 8.076 vial/365 hari = 22 vial

Z (95%) = 1,65

Safety Stock (SS) = z x d x l

= 1,65 x 22 x 2

= 72,6 vial atau 72 vial

Jadi safety stock/stokpengaman untuk obat Methylprednisolon inj 125

mg/2 ml adalah 72 vial.

ROP = (d x l) + SS

= (22 x 2) + 72

= 116 vial

Jadi, Reorder Point (ROP) untuk obat Methylprednisolon inj 125 mg/2 ml

adalah 116 vial.

Page 108: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

85

Berdasarkan perhitungan tersebut, artinya pada leadtime/waktu tunggu

selama 2 hari dengan pemakaian rata-rata perhari adalah 22, obat

Methylprednisolon inj 125 mg/2 ml dapat dilakukan pemesanan kembali

ketika stok obat sudah mencapai 116 vial.

Kendala yang dirasakan oleh gudang farmasi dalam menentukan kapan

waktu pemesanan kembali dilakukan adalah tidak adanya perhitungan,

belum adanya sistem informasi yang memadai. Berikut merupakan hasil

wawancara dengan informan:

“Semua masih manual, jadi harus sering ngecek kartu stok. Terkadang

lupa nge cek, eh… ternyata sudah kosong. Yaudah langsung di pesan

karena ga ada buffer stocknya, jadi harus mesan karena stoknya udah

kosong” (I1)

“Terkadang lupa ngecek kartu stok ternyata uda habis, jadi harus

mesan” (I5)

C. Efektivitas Pengendalian Persediaan Obat Methylprednisolon inj 125

mg/ 2 ml Pasca Penerapan Metode ABC, EOQ dan ROP di Gudang

Farmasi RSU Haji Medan

Setelah dilakukan penerepan metode ABC, Economic Order Quantity

(EOQ) dan Reorder Point (ROP) di gudang farmasi Rumah Sakit Umum

Haji Medan pada bulan Juni 2015 didapatkan hasil bahwasanya dengan

menggunakan metode tersebut dapat mengatasi permasalahan stock out

obat sehingga tidak terjadi pembelian secara cito terhadap obat

Methylprednisolon inj 125 mg/ 2 ml. Hal ini berdasarkan hasil wawancara

terhadap informan:

“Kita sudah menerapkan hasil perhitungan dengan metode ABC, EOQ

dan ROP tersebut, ternyatata hasilnya jauh lebih baik. Jadi persediaan

obat kita ga kosong lagi. Penerapannya baru kita coba untuk obat

Page 109: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

86

Methylprednisolon inj 125 mg/2 ml. Untuk bulan ini, kita ga ada cito

untuk obat tersebut” (I1)

“Bulan kemaren kita udah coba pake perhitungan ABC, EOQ dan ROP

ternyata jauh lebih baik kalau dibandingkan dengan metode kita

selama ini yang hanya berdasarkan pengalaman. Untuk bulan kemaren

persediaan kita ada, kita ga ada cito untuk obat Methylprednisolon inj

125 mg/ 2 ml. Bisa jadi masukan untuk kita terapkan untuk semua jenis

obat” (I3)

“Perhitungan ABC, EOQ dan ROP udah kita coba untuk perencanaan

bulan kemaren, tapi Cuma untuk obat Methylprednisolon inj 125 mg/ 2

ml, hasilnya lebih baik kalau dibandingkan dengan perkiraan apoteker.

Untuk bulan kemaren kita tidak cito obat Methylprednisolon inj 125

mg/ 2ml” (I5)

Dengan penerapan metode ABC, Economic Order Quantity (EOQ) dan

Reorder Point (ROP) efektif dalam mengatasi permasalahan stock out obat

Methylprednisolon inj 125 mg/ 2 ml pada bulan Juni 2015 di gudang

farmasi RSU Haji Medan. Hal ini sesuai pernyataan informan:

“Setelah kita coba metode ABC, EOQ dan ROP nya ternyata lebih

efektif dibanding dengan metode yang kita pakai sebelumnya, kita ga

ada cito untuk obat Methylprednisolon inj 125 mg/2 ml bulan kemaren”

(I1)

“Lebih efektif make metode ABC dibanding berdasarkan perkiraan

kita, jadi kita ga rugi keuangannya karena bayar mahal untuk beli

cito” (I3)

“Metode ABC efektif untuk pengendalian persediaan jadi ada

perhitungan yang riil bukan hanya perkiraan saja, jadi dapat

mengatasi stock out obat jadi kita ga cito lagi” (I5)

Page 110: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

87

BAB VI

PEMBAHASAN

A. Keterbatasan Penelitian

Penelitian dilakukan melalui efektivitas pengendalian persediaan obat

Methylprednisolon inj 125 mg/2 ml menggunakan data terkait persediaan

obat generik selama periode tahun 2014 di Rumah Sakit Umum Haji Medan.

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah: penerapan metode ABC, EOQ dan

ROP belum terimplementasikan secara keseluruhan dikarenakan keterbatasan

waktu dan faktor SDM tidak dibahas secara mendalam serta komponen biaya

penyimpanan (biaya gedung, biaya penanganan bahan, biaya pekerja dan

biaya investasi) tidak dihitung secara rinci karena data tidak tersedia sehingga

perhitungan biaya penyimpanan menggunakan teori Heizer dan Render

(2010), yaitu 26% dari harga barang.

B. Pengendalian Persediaan Obat Methylprednisolon inj 125 mg/2 ml

Sebelum Penerapan Metode ABC, EOQ dan ROP di Gudang Farmasi

Rumah Sakit Umum Haji Medan

RSU Haji Medan didukung oleh instalasi farmasi khususnya gudang

farmasi yang bertanggung jawab mengelola dan menyelenggarakan kegiatan

yang mendukung ketersediaan obat dan alat kesehatan di RSU Haji Medan.

Agar ketersediaan obat dapat berjalan dengan baik, yaitu dengan jumlah yang

tepat, disediakan pada waktu yang dibutuhkan dan dengan biaya yang

87

Page 111: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

88

terendah-rendahnya maka unit gudang farmasi RSU Haji Medan berupaya

melakukan pengendalian persediaan.

Menurut Aditama (2000), pengendalian merupakan fungsi inti dalam

manajemen logistik yang kegiatannya meliputi pengawasan dan pengamanan

keseluruhan pengelolaan logistik. Dalam fungsi ini terdapat kegiatan

pengendalian inventarisasi (inventory control) dan expediting yang

merupakan unsur-unsur utamanya. Pengendalian persediaan (inventory

control) merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengawasi dan mengatur

tingkat persediaan yang optimum agar dapat memenuhi kebutuhan bahan

dalam jumlah, mutu, dan waktu yang tepat serta dengan jumlah biaya yang

rendah. Subagya (1994) menjelaskan bahwa fungsi pengendalian

mengandung kegiatan:

1. Inventarisasi, menyangkut kegiatan-kegiatan dalam perolehan data

logistik.

2. Pengawasan, menyangkut kegiatan-kegiatan untuk menetapkan ada

tidaknya deviasi-deviasi penyelenggaraan dari rencana-rencana

logistik.

3. Evaluasi, menyangkut kegiatan-kegiatan memonitor, menilai dan

membentuk data-data logistik yang diperlukan hingga merupakan

informasi bagi fungsi logistik lainnya.

Dari hasil penelitian yang dilakukan di Gudang Farmasi RSU Haji Medan,

diketahui bahwa dalam melakukan pengendalian persediaan obat, dilakukan

berbagai bentuk upaya sebagai berikut:

Page 112: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

89

1. Stock Opname

Menurut Aditama (2000), inventory control bertujuan untuk menciptakan

keseimbangan antara persediaan dan permintaan. Sehingga, hasil stock

opname harus seimbang dengan permintaan yang didasarkan atas satu

kesatuan waktu tertentu, misalnya satu bulan, dua bulan atau kurang dari satu

tahun. Stock opname di gudang farmasi RSU Haji Medan dilaksanakan setiap

6 bulan sekali untuk mengecek dan mencocokan kondisi fisik barang dengan

kartu stok, yang bertujuan untuk menilai dan mengetahui jumlah

aset/kekayaan rumah sakit saat akhir tahun. Hal yang sama juga dilakukan

pada obat Methylprednisolon inj 125 mg/ 2 ml. Pada saat stock opname,

dilakukan pengecekan seluruh persediaan yang ada di gudang dengan

memeriksa fisik barang, menyeleksi atau mencatat expired date obat yang

akan segera kadaluarsa, dan mencocokkan jumlah persediaan antara fisik

dengan kartu stok, Obat yang mendekati kadaluarsa akan diinformasikan

kepada dokter agar digunakan terlebih dahulu atau dikembalikan kepada

distributor. Hal ini sudah sesuai menurut Dirjend Binakefarmasian dan Alat

Kesehatan Kemenkes RI (2010), yaitu stock opname diperlukan untuk

kebutuhan audit dan perencanaan yang wajib dilakukan.

2. Kartu Stock

Pencatatan merupakan salah satu bentuk pengendalian yang dapat

dilakukan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Subagya (1994) dimana salah

satu kegiatan dalam fungsi pengendalian adalah inventarisasi yang

menyangkut kegiatan-kegiatan dalam perolehan data logistik.

Page 113: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

90

Sistem pencatatan persediaan yang dilakukan oleh gudang farmasi RSU

Haji Medan adalah melalui kartu stok. Barang yang diterima dari rekanan

dilakukan pemeriksaan atas kesesuaiannya dengan permintaan dan dibuatkan

Berita Acara Penerimaan Barang (BAPB) kemudian barang disimpan ke

dalam rak-rak penyimpanan dan dilakukan pencatatan ke dalam kartu stok

manual. pengecekan harus dilakukan secara rutin setiap hari untuk

menghitung dan mencocokkan jumlah persediaan antara kartu stok manual

maupun sistem dengan fisik obat, agar tidak terjadi selisih barang.

Penggunaan kartu stok tersebut sesuai dengan teori Rangkuti (1996) yang

menyebutkan bahwa untuk mengendalikan pengeluaran barang dari gudang

diperlukan sistem pengendalian dengan menggunakan kartu-kartu dan surat

pengeluaran barang. Kartu yang dimaksud ialah Kartu Bahan (Material

Ledger Card) atau Lembaran Stok (Stock Ledger Sheets). Kartu ini juga biasa

disebut dengan Kartu Persediaan yang merupakan kartu tambahan untuk

persediaan yang berisi informasi mengenai berapa jumlah barang, kapan

diterimanya suatu barang, kapan dan berapa jumlah yang dikeluarkan, serta

berapa sisa yang tersedia. Pengisian kartu tersebut dilakukan berdasarkan

faktur yang telah disetujui dan dokumen-dokumen pendukung, seperti surat

pesanan, laporan penerimaan barang, dan surat permintaan barang. Selain itu,

diperlukan juga pemeriksaan fisik di gudang secara periodik untuk

mencocokkan saldo barang yang tersedia di gudang dengan saldo pencatatan.

Page 114: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

91

3. Buku Defekta

Menurut Seto (2004), pencatatan dalam persediaan adalah untuk menjamin

obat-obat yang ada dalam persediaan dipergunakan secara efisien. Pencatatan

tersebut meliputi penerimaan, persediaan di gudang dan penerimaan barang

(dagangan), barang pembantu, inventaris dan lain-lain. Begitu juga di Gudang

Farmasi RSU Haji Medan, terdapat buku defekta yang berfungsi pencatatan

mengenai permintaan dan pengiriman obat dari gudang farmasi ke apotek.

Obat yang diminta oleh apotek dicatat dalam buku tersebut, selanjutnya staf

gudang farmasi memeriksa stok yang ada apakah cukup untuk memenuhi

permintaan, setelah itu jumlah obat yang dikirim dan sisa stok yang ada di

gudang farmasi dicatat dalam buku tersebut. Hal ini sesuai dengan Dirjend

Binakefarmasian dan Alat Kesehatan RI (2010) yang menjelaskan bahwa

pencatatan merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk memonitor

transaksi perbekalan farmasi yang keluar dan masuk di lingkungan IFRS.

4. Laporan

Kepala Unit Farmasi setiap bulan melaporkan pembelian obat dan jatuh

tempo pembayaran kepada Kepala Bidang Penunjang Medis, yang

selanjutnya akan diteruskan kepada Kepala Bagian Keuangan. Selain itu

Kepala Unit Farmasi melaporkan jenis persediaan perbekalan farmasi dan

pemakaian perbekalan farmasi.

Page 115: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

92

C. Pengendalian Persediaan Obat Methylprednisolon inj 125 mg/ 2 ml

dengan Penerapan Metode ABC, EOQ dan ROP di Gudang Farmasi

Rumah Sakit Umum Haji Medan

1. Sistem Pengelompokan Obat Generik dengan Metode ABC

a. Input (masukan) dari SDM dan Metode

Input (masukan) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan untuk

dapat melaksanakan suatu pekerjaan (Azwar, 1996). Input

(masukan) dalam penelitian ini terdiri dari sumber daya manusia

(man) dan metode (method).

1) Sumber Daya Manusia

Sumber Daya Manusia (SDM) salah satu input yang sangat

penting dalam organisasi. Sukses tidaknya suatu organisasi

sangat ditentukan oleh sumber daya manusia yang

memberikan bakat, kerja, kreatifitas dan semangatnya pada

organisasi.

a) Kecukupan dan Kesesuaian tentang pengetahuan

dan pengalaman

Penilaian terhadap kecukupan dan kesesuaian

meliputi kecukupan dalam jumlah, yang

pengetahuan dan keterampilan serta kesesuiaan

antara posisi dan tugas yang didapatkan dengan

pendidikan dan pengalaman.

Jumlah SDM di unit farmasi ini saat ini 31

orang, yang terdiri dari 4 orang apoteker, 9 orang

Page 116: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

93

asisten apoteker. Dengan jumlah tenaga yang sudah

cukup banyak dan pembagian tugas dan shif yang

sesuai dengan jam kerja dirasakan kebutuhan tenaga

di unit farmasi sudah cukup.

Petugas dibagian pengelolaan obat memiliki

latar belakang pendidikan yang berbeda-beda.

Pekerjaan yang mereka geluti sesuai dengan latar

belakang dan pendidikan mereka dimana hampir

semua berasal dari pendidikan farmasi. Latar

belakang beberapa orang di bagian penunjang yang

tidak sesuai tetapi tidak menghambat jalannya

kegiatan kefarmasian, karena mereka diawasi oleh

karyawan lain yang sesuai dan sudah senior.

Cukup tidaknya jumlah karyawan ini didasarkan

pada analisa jabatan dan struktur organisasi yang

ada. Meskipun dalam analisis jabatan tersebut

hanya ditetapkan syarat kualitas bukan kuantitas

namun dengan analisis jabatan tersebut kita dapat

menetapkan jumlah karyawan secara tepat dari segi

kuantitas (Handoko, 1996).

Sesuai dengan analisis jabatan dan struktur

organisasi yang ada di unit farmasi RSU Haji

Medan maka satu orang sebagai kepala Unit

Farmasi, 2 orang wakil , 4 orang koordinator,

Page 117: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

94

supervisor dan selebihnya pelaksana. Khusus

bagian gudang / logistik obat terdapat 4 orang yang

bertanggung jawab atas pemesanan dan persediaan

obat. Dengan analisis jabatan dan uraian tugas

maka jumlah yang ada sekarang udah cukup.

b) Kesesuaian uraian tugas di bagian SDM

Petugas pengelolaan obat sudah melaksnakan

tugas sesuai dengan uraian tugas masing-masing.

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan

tentang uraian tugas dan pelaksanaan tugas kerja

maka setiap karyawan sudah mengerti dan

memahami uraian tugas mereka masing-masing

serta bertanggung jawab atas pekerjaan mereka.

2) Metode

Dalam Standar Operasional Prosedur (SOP) Unit

Farmasi RSU Haji Medan, penentuan kebutuhan

didasarkan kepada data kebutuhan, data prediksi penyakit,

jumlah persediaan barang di gudang, usulan masing-

masing unit, perhitungan pareto (fast moving, moderate dan

slow moving) dan obat essensial.

Namun dalam menentukan fast moving, moderate dan

slow moving belum pernah dilakukan perhitungan

berdasarkan data riil obat baik dari jumlah pemakaian

maupun nilai investasi. Selama ini pengelompokan

Page 118: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

95

persediaan hanya berdasarkan pengalaman saja. Obat yang

sering diminta oleh apotek disebut fast moving dan obat

yang jarang diminta disebut slow moving.

Metode pengendalian persediaan yang dilakukan RSU

Haji Medan belum sesuai dengan John dan Harding (2001),

pengendalian persediaan dikatakan efektif harus dapat

menjawab tiga pertanyaan dasar, yaitu obat apa yang akan

menjadi prioritas untuk dikendalikan, berapa banyak yang

harus dipesan dan kapan seharusnya dilakukan pemesanan

kembali.

b. Proses Pengelompokan Obat Generik Melalui Metode Analisis

ABC

Menurut Sabarguna (2005), ciri logistik/persediaan rumah

sakit yaitu: spesifik (obat alkes, film, rontgen, dan lain-lain);

harga yang variatif; dan jumlah item yang sangat banyak. Begitu

juga dengan perbekalan farmasi di RSU Haji Medan memiliki

karakteristik yang berbeda satu sama lain, baik dari jenis obat-

obatan, alat kesehatan dan reagen. Setiap perbekalan farmasi

tersebut berbeda dari segi jumlah kebutuhan per item maupun

harga per item. RSU Haji Medan fokus pada pelayanan kepada

masyarakat menengah ke bawah dengan program khusus

Jamkesmas dan Jampersal, sehingga obat-obat yang sering

digunakan adalah obat generik yang penggunaannya disarankan

oleh pemerintah.

Page 119: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

96

Sebagaimana diatur dalam Permenkes RI Nomor

HK.02/02/Menkes/068/I/2010 tentang Kewajiban Menggunakan

Obat Generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah, obat

generik merupakan obat dengan nama resmi International

Nonpropoetary Names (INN) yang ditetapkan dalam Farmakope

Indonesia atau buku standar lainnya untuk zat berkhasiat yang

dikandungnya. Selain jauh lebih murah, kualitas dan khasiatnya

sama seperti obat bernama dagang (bermerek).

Berdasarkan daftar obat generik yang terdapat E-Catalogue

Obat Pemerintah Indonesia Provinsi Sumatera Utara, obat generik

yang digunakan di RSU Haji Medan adalah sebanyak 166 jenis

obat dari 777 jenis obat yang terdaftar dalam e-katalog tersebut.

Setiap jenis obat tersebut memiliki karakteristik yang berbeda

baik dari jumlah pemakaian maupun harga, yang keduanya

menentukan nilai investasi obat.

Menurut Ahyari (1987), dalam kenyataannnnya akan terdapat

bahan baku yang dipergunakan dalam jumlah unit yang besar

namun nilai rupiah yang kecil, sebaliknya akan terdapat sejumlah

bahan baku dalam nilai rupiah yang tinggi walaupun jumlah unit

fisiknya tidak berapa besar. Berdasarkan hasil perhitungan

mengenai jumlah pemakaian dan nilai investasi berdasarkan

kemasan obat generik di gudang farmasi tahun 2014, terlihat

bahwa obat generik dengan kemasan tablet adalah yang paling

banyak digunakan baik dari jenis obat maupun jumlah pemakaian,

Page 120: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

97

yaitu sebanyak 73 jenis obat dengan jumlah pemakaian sebanyak

665.297 tablet. Namun bukan berarti obat dengan satuan/kemasan

tersebut memiliki nilai investasi yang paling tinggi. Nilai

investasi tertinggi adalah obat dengan satuan/kemasan vial. Obat

tersebut bernilai Rp. 357.535.538,00 walaupun hanya 16 jenis

obat dengan jumlah pemakaian sebanyak 23.621 vial.

Sehingga diperlukan perlakuan yang berbeda terhadap setiap

jenis obat terutama pada obat dengan nilai investasi tinggi. Hal ini

sesuai menurut Heizer dan Reider (2010), apabila bahan

diperlakukan sama rata, maka tindakan tersebut terkadang akan

merugikan perusahaan karena terdapat perbedaan nilai mata uang

dari bahan yang dipergunakan. Oleh sebab itu diperlukan

pengelompokkan obat berdasarkan nilai investasinya agar dapat

menentukkan prioritas persediaan. Untuk menentukkan prioritas

persediaan cara yang paling umum digunakan adalah dengan

analisis ABC.

Penentuan persediaan obat yang dilakukan oleh unit gudang

farmasi RSU Haji Medan berpedoman pada formularium rumah

sakit sebagai dasar penyusunan kebutuhan obat. Namun

permintaan obat di luar formularium masih terjadi. Hal ini

disebabkan adanya kasus penyakit baru yang diderita pasien,

sehingga obatnya belum terdapat pada daftar formularium rumah

sakit. Menurut Seto (2004), penentuan kebutuhan obat di rumah

sakit harus berpedoman kepada daftar obat essensial, formularium

Page 121: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

98

rumah sakit, standar terapi dan jenis penyakit di rumah sakit. Hal

ini menunjukkan bahwa RSU Haji Medan dalam melakukan

penentuan kebutuhan dilakukan sesuai dengan teori menurut Seto

(2004), yaitu dengan menggunakan formularium rumah sakit,

namun belum sepenuhnya dapat terlaksanan dengan baik, karena

masih adanya kasus permintaan obat di luar formularium rumah

sakit.

Berdasarkan hasil wawancara dengan 3 informan yang telah

dilakukan, dalam penentuan kebutuhan di RSU Haji Medan

dilakukan berdasarkan banyaknya jumlah pemakaian pada

periode sebelumnya. Kelompok obat yang tergolong fast moving

akan disediakan dengan jumlah yang lebih banyak, begitupun

sebaliknya, obat yang tergolong slow moving akan disediakan

lebih sedikit. Namun dalam pelaksanaannya untuk menentukan

obat yang fast moving atau slow moving dan obat dengan nilai

investasi tinggi atau nilai investasi rendah tidak ditentukan

menggunakan analisis ABC.

Berikut adalah pengelompokan obat generik menggunakan

analisis ABC pemakaian dan investasi:

1) Analisis ABC Pemakaian

Pada umumnya persediaan terdiri dari berbagai jenis

barang yang sangat banyak jumlahnya. Masing-masing jenis

barang membutuhkan analisis tersendiri untuk mengetahui

besarnya order size dan order point. Namun, berbagai jenis

Page 122: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

99

barang yang ada dalam persediaan tersebut tidak seluruhnya

memiliki tingkat prioritas yang sama. Sehingga, untuk

mengetahui jenis-jenis barang yang perlu mendapat prioritas,

dapat digunakan analisis ABC, karena analisis ini dapat

mengklasifikasi seluruh jenis barang berdasarkan tingkat

kepentingannya (Rangkuti, 1996).

Berdasarkan hasil telaah dokumen berupa data pemakaian

obat generik selama tahun 2014, diperoleh hasil analisis ABC

pemakaian terhadap 166 item obat generik yang tersedia di

gudang yaitu terdapat 22 item atau 13,25% dari total item

obat generik termasuk ke dalam kelompok A dengan

pemakaian tinggi yaitu sebesar 745.999 atau 69,41% dari

total pemakaian obat generik keseluruhan. Kelompok B

terdiri dari 29 item atau 17,47% dari total item obat generik

dengan jumlah pemakaian sedang yaitu sebesar 220.873 atau

20,55% dari total pemakaian obat generik keseluruhan.

Sedangkan, kelompok C terdiri dari 115 item atau 69,28%

dari total item obat generik dengan jumlah pemakaian rendah,

yaitu sebesar 107.964 atau 10,04% dari total pemakaian obat

generik keseluruhan. Hasil analisis ABC pemakaian dapat

digambarkan sebagai berikut.

Page 123: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

100

Gambar 6.1. Pengelompokan Obat Generik Berdasarkan Analisis

ABC Pemakaian Tahun 2014

Hasil analisis ABC pemakaian yang disajikan pada gambar

diatas, diketahui bahwa obat generik yang termasuk kelompok A

(fast moving) hanya 13,25% dari seluruh jenis obat generik yang

diminta oleh apotek, namun obat ini paling banyak diminta oleh

apotek untuk memenuhi kebutuhan obat pasien yaitu sebesar

69,41% dari total pemakaian. Sebagaimana menurut Seto (2004)

Kelompok A merupakan obat yang cepat laku. Meskipun hanya

ada sedikit kelompok A dalam persediaan apotek, tetapi karena

kelompok tersebut sangat tinggi permintaannya, merupakan obat

yang berputar dengan cepat.

Merurut Seto (2004), kelompok B mempunyai penjualan

rata-rata dan perputaran inventaris. Di Gudang Farmasi RSU Haji

Medan, obat yang termasuk kelompok B (moderate) merupakan

jenis obat yang sedang/agak lambat perputarannya, yaitu 17,47%

0

10

20

30

40

50

60

70

%Jumlah item(166 item)

% JumlahPemakaian(1.074.836)

13.25

69.41

17.47 20.55

69.28

10.04

A B C

Page 124: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

101

dari seluruh jenis obat generik yang diminta apotek dan

pemakaian yang sedang juga yaitu sebesar 20,55% dari total

pemakaian.

Sedangkan obat yang termasuk kelompok C (slow moving)

merupakan obat generik yang paling banyak jenisnya, yaitu

69,28% dari seluruh jenis obat generik yang diminta oleh apotek

namun dengan pemakaian yang paling sedikit/jarang digunakan

yaitu hanya 10,04% dari total pemakaian. Sebagaimana menurut

Seto (2004), Kelompok C adalah obat yang paling lambat

lakunya, obat produk yang paling kurang diminta.

Oleh karena itu pengendalian yang dapat dilakukan untuk

masing-masing kelompok adalah:

a) Kelompok A

Dengan memperhatikan persediaan 22 jenis obat yang

tergolong kelompok A, gudang farmasi akan dapat

memenuhi ketersediaan obat sebanyak 69,41%. Artinya,

ketersediaan obat tersebut sangat penting diperhatikan dan

harus selalu tersedia di gudang farmasi karena memiliki

nilai pemakaian yang paling tinggi/sering diminta oleh

apotek. Selain itu pengawasan dan pemantauan fisik

persediaan harus lebih teliti dan ketat.

b) Kelompok B

Dengan memperhatikan 29 jenis obat yang tergolong

kelompok B, gudang farmasi akan dapat memenuhi

ketersediaan obat atau permintaan apotek sebanyak

Page 125: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

102

20,55%. Ketersediaan obat ini cukup penting diperhatikan

setelah obat kelompok A.

Menurut Seto (2004), karena kelompok B merupakan

jumlah yang jauh lebih besar dan merupakan proporsi

penjualan yang lebih kecil, tidak perlu dan tidak efisien

untuk memonitor obat-obat tersebut seketat kelompok A.

Biasanya dapat cukup dikendalikan dengan menggunakan

kartu stok gudang dan kartu stok di ruang peracikan dan

penjualan eceran.

c) Kelompok C

Dengan memperhatikan 115 jenis obat yang tergolong

kelompok C dapat memenuhi ketersediaan obat atau

permintaan obat oleh apotek sebanyak 10,04%.

Penggunaan/permintaan obat ini sedikit namun dengan

jenis yang paling banyak yaitu 69,28% dari seluruh obat

generik yang ada.

Sama seperti kelompok B, menurut Seto (2004), karena

kelompok C merupakan jumlah yang jauh lebih besar dan

merupakan proporsi penjualan yang lebih kecil, tidak perlu

dan tidak efisien untuk memonitor obat-obat tersebut

seketat kelompok A. Biasanya dapat cukup dikendalikan

dengan menggunakan kartu stok gudang dan kartu stok di

ruang peracikan dan penjualan eceran.

Menurut Seto (2004), bahwa pengelola secara periodik

seharusnya memonitor kelompok C untuk menentukan

Page 126: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

103

apakah obat tersebut semestinya disingkirkan dari

persediaan. Menyingkirkan kelompok C yang lambat

lakunya merupakan metode praktis mengurangi jumlah

obat dan investasi dalam persediaan, tapi memberikan

pengaruh yang kecil pada penjualan dan biaya kehabisan

persediaan.

Oleh karena itu, selain menggunakan kartu stok,

diperlukan perhatian khusus terhadap obat yang tidak

berjalan. Perlu diperhatikan jenis persediaan dengan

mengurangi variasi merk obat yang berbeda namun

memiliki kandungan yang sama.

2) Nilai Investasi Obat Generik

Berdasarkan hasil analisis ABC investasi terhadap 166

item obat generik di gudang, diperoleh informasi bahwa

kelompok A terdiri dari 26 item atau 15,66% dari total item

obat generik dengan nilai investasi tinggi sebesar Rp

931.385.322,00 atau mengambil porsi sebesar 69,57% dari

total nilai investasi obat generik keseluruhan. Kelompok B

terdiri dari 33 item atau 19,88% dari total item obat generik

dengan nilai investasi sedang sebesar Rp 269.557.806,00 atau

mengambil porsi sebesar 20,14% dari total nilai investasi

obat generik keseluruhan. Kelompok C terdiri dari 107 item

obat generik atau 64,46% dari total item obat generik dengan

nilai investasi rendah sebesar Rp 137.800.964,00 atau

Page 127: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

104

mengambil porsi 10,29% dari total nilai investasi obat

generik keseluruhan. Hasil analisis ABC investasi dapat

digambarkan sebagai berikut:

Gambar 6.2. Pengelompokan Obat Generik Berdasarkan

Analisis ABC Investasi Tahun 2014

Berdasarkan gambar diatas diketahui bahwa hasil analisis

ABC investasi bahwa obat generik yang termasuk kelompok A

hanya 15,66% dari seluruh jenis obat generik yang diminta oleh

apotek dengannilai investasi tertinggi adalah obat

Methylprednisolon inj 125 mg/2 ml, namun obat ini menyerap

anggaran rumah sakit paling banyak dibandingkan obat generik

lainnya, yaitu sebesar 69,57% dari total penggunaan anggaran

obat generik. Kelompok B 19,88% dari seluruh jenis obat

generik dan menyerap anggaran rumah sakit sebesar 20,14%

dari total nilai investasi. Sedangkan obat yang termasuk

kelompok C merupakan jenis obat yang paling banyak, yaitu

0

10

20

30

40

50

60

70

% Jumlah item(166)

% Investasi(1.338.744.092)

15.66

69.57

19.88 20.14

64.46

10.29

A B C

Page 128: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

105

64,46% dari seluruh jenis obat generik yang diminta oleh

apotek, namun menyerap anggaran paling sedikit, yaitu hanya

10,29% dari total penggunaan anggaran untuk obat generik.

Gagasan analisis ABC adalah untuk membuat kebijkan-

kebijakan persediaan yang memfokuskan persediaan pada

bagian-bagian persediaan yang kritis namun sedikit bukan pada

yang banyak namun spele. Tidaklah realistis jika memantau

barang yang tidak mahal dengan intensitas yang sama dengan

barang yang sangat mahal (Heizer dan Render, 2010).

Penggunaan analisis ini memungkinkan teridentifikasinya

barang yang benar-benar berpengaruh pada kinerja sediaan,

sehingga manajemen yang efektif dapat berkonsentrasi pada

barang yang itemnya sedikit tersebut tanpa mengabaikan yang

lain (Johns dan Harding, 2001).

Oleh karena itu pengendalian yang dapat dilakukan untuk

masing-masing kelompok adalah:

a) Kelompok A

Kelompok A merupakan barang dengan jumlah unit

fisik kecil atau rendah namun jumlah rupiahnya tinggi

(Ahyari, 1987). Pada persediaan obat generik di RSU Haji

Medan, dengan memperhatikan ketersediaan 26 jenis obat

generik yang tergolong A dapat mengoptimalkan

persediaan dan pemakaian anggaran sebesar 69,57%.

Sehingga menurut Heizer dan Render (2010), obat

tersebut harus memiliki kontrol persediaan yang lebih

Page 129: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

106

ketat, akurasi pencatatan yang lebih sering diverifikasi.

Pengawasan fisik dapat dilakukan lebih ketat dan secara

periodik setiap bulan.

Menurut Seto (2004), kelompok A seharusnya

dimonitor dengan hati-hati, angka pemesanan ulang dan

EOQ-nya seharunya dihitung. Sehingga dalam penelitian

ini obat yang termasuk kelompok A dihitung EOQ

(Economic Order Quantity) untuk menentukan jumlah

pemesanan yang ideal dan ROP (Reorder Point) untuk

menentukan waktu yang tepat untuk dilakukan pemesanan

kembali.

b) Kelompok B

Kelompok B merupakan barang dengan jumlah fisik

dan jumlah rupiah yang sedang (Ahyari, 1987). Pada

persediaan obat generik di RSU Haji Medan, dengan

memperhatikan 33 jenis obat yang tergolong kelompok B

dapat mengoptimalkan persediaan dan pemakaian

anggaran sebesar 20,14%. Sehingga obat yang tergolong

kelompok B memerlukan perhatian yang cukup penting

setelah kelompok A. Perlu adanya pengawasan fisik yang

dilakukan secara periodik. Menurut Heizer dan Render

(2010), persediaan yang tergolong kelompok B dapat

dihitung setiap 3 bulan sekali.

Page 130: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

107

c) Kelompok C

Kelompok C merupakan barang dengan jumlah fisik

yang besar atau tinggi namun nilai rupiah yang

rendah/kecil (Ahyari, 1987). Pada persediaan obat generik

di RSU Haji Medan, dengan memperhatikan 107 jenis

obat yang tergolong kelompok C, dapat mengoptimalkan

persediaan dan pemakaian anggaran sebesar 10,29%.

Perlu memperhatikan obat yang tidak berjalan untuk

dikurangi variasi obatnya. Karena obat tersebut

memberikan pengaruh kecil terhadap penjualan dan biaya

kehabisan persediaan. Sejalan dengan pendapat Seto

(2004), bahwa pengelola secara periodik seharusnya

memonitor kelompok C untuk menentukan apakah obat

tersebut semestinya disingkirkan dari persediaan.

Menyingkirkan kelompok C yang lambat lakunya

merupakan metode praktis mengurangi jumlah obat dan

investasi dalam persediaan, tapi memberikan pengaruh

yang kecil pada penjualan dan biaya kehabisan

persediaan.

Sehingga obat yang tergolong kelompok C tidak

memerlukan pengendalian ketat seperti kelompok A dan

B. Pengendalian dan pemantauan tidak ketat, cukup

sederhana di dalam RS tersebut. Namun RS belum

mempunyai perhitungan, sehingga cukup menentukan

safety stock/buffer stock sebagai jumlah minimum stok di

Page 131: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

108

gudang farmasi. Pengawasan juga tidak seperti kelompok

A dan B cukup mengikuti pengawasan yang sudah

dilaksanakan di gudang farmasi selama ini yaitu setiap 6

bulan sekali. Menurut Heizer dan Render (2010),

persediaan yang tergolong kelompok C dapat dihitung

setiap 6 bulan sekali.

c. Output Pengelompokan Obat Generik Melalui Metode Analisis

ABC

Berdasarkan perhitungan metode analis ABC yang termasuk

kelompok A, didapatkan hasil yaitu obat Methylprednisolon inj

125 mg/ 2 ml menempati peringkat pertama dalam

pengelompokkan obat berdasarkan analisis ABC investasi. Yang

artinya obat Methylprednisolon 125 mg/ ml merupakan obat

dengan nilai pemakaian paling tinggi dan pemakaian anggaran

paling besar, sehingga menurut Heizer dan Render (2010), obat

tersebut harus memiliki kontrol persediaan yang lebih ketat,

akurasi pencatatan yang lebih sering diverifikasi. Pengawasan fisik

dapat dilakukan lebih ketat dan secara periodik setiap bulan.

Menurut Seto (2004), kelompok A seharusnya dimonitor dengan

hati-hati, angka pemesanan ulang dan EOQ-nya seharunya

dihitung. Sehingga dalam penelitian ini obat yang termasuk

kelompok A dihitung EOQ (Economic Order Quantity) untuk

menentukan jumlah pemesanan yang ideal dan ROP (Reorder

Page 132: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

109

Point) untuk menentukan waktu yang tepat untuk dilakukan

pemesanan kembali.

2. Perhitungan EOQ Obat Methylprednisolon inj 125 mg/2 ml

Dalam persediaan, biaya yang mempengaruhinya adalah biaya

pemesanan dan biaya penyimpanan. Pemesanan dengan jumlah yang banyak

akan mengurangi biaya pemesanan karena dengan pemesanan dengan

jumlah yang banyak tentunya frekuensi pemesanan akan lebih sedikit.

Namun hal ini akan meningkatkan biaya penyimpanan karena pemesanan

dengan jumlah yang banyak persediaan yang akan disimpan juga lebih

banyak. Sebaliknya, pemesanan dengan jumlah yang sedikit akan

mengurangi biaya penyimpanan karena persediaan yang disimpan di gudang

lebih sedikit, namun akan meningkatkan biaya pemesanan karena frekuensi

pemesanan akan meningkat.

Untuk itu jumlah pemesanan harus dapat meminimalkan biaya

pemesanan dan biaya penyimpanan. Sebagaimana menurut Heizer dan

Render (2010), Bowersox (2010), Sabarguna (2004) dan Johns dan Harding

(2001), bahwa seiring dengan meningkatnya kuantitas yang dipesan, jumlah

pemesanan pertahunnya akan menurun namun biaya penyimpanan akan

meningkat karena jumlah persediaan yang harus diurus lebih banyak.

Sehingga menurut Seto (2004) untuk menentukan jumlah pemesanan yang

ekonomis, harus diusahakan untuk memperkecil biaya-biaya pemesanan dan

biaya-biaya penyimpanan.

Dalam pelaksanaan pemesanan obat Methylprednisolon inj 125 mg/ 2 ml

di Instalasi Farmasi RSU Haji Medan, tidak ada perhitungan khusus

Page 133: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

110

mengenai jumlah pemesanan. Jumlah pemesanan tergantung pada jumlah

permintaan dari apotek. Hal ini berisiko meningkatnya biaya pemesanan jika

pemesanan dilakukan dalam jumlah yang sedikit atau meningkatnya biaya

penyimpanan jika jumlah pemesanan terlalu banyak.

Oleh sebab itu diperlukan perhitungan yang tepat untuk mengetahui

jumlah pemesanan optimum obat Methylprednisolon inj 125 mg/2 ml

yaitu dengan metode Economic Order Quantity (EOQ). Economic Order

Quantity (EOQ) adalah sejumlah persediaan barang yang dipesan pada

suatu periode untuk tujuan meminimalkan biaya dari persediaan barang

tersebut (Sabarguna, 2004). Dua macam biaya yang dipertimbangkan

dalam model EOQ adalah biaya penyimpanan dan biaya pemesanan

(Mardiyanto, 2009). Model persediaan umumnya meminimalkan biaya

total, untuk meminimalkan biaya total persediaan maka dapat dilakukan

dengan cara meminimalkan biaya pemesanan dan biaya penyimpanan.

Perhitungan EOQ dalam penelitian ini digunakan untuk menghitung

jumlah pemesanan optimum obat Methylprednisolon inj 125 mg/2 ml yang

tergolong kelompok A karena obat ini adalah obat yang paling berpengaruh

terhadap biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan obat di

RSU Haji Medan.

Dengan menerapkan metode EOQ untuk menghitung jumlah pemesanan

yang optimum akan membantu manajemen untuk mengambil keputusan

jumlah pemesanan agar tidak terjadi investasi berlebihan yang tertanam

dalam persediaan dan tidak mengalami kekurangan persediaan yang

menyebabkan pelayanan terhenti.

Page 134: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

111

Jumlah pemesanan optimum untuk obat Methylprednisolon inj 125 mg/2

ml, berdasarkan perhitungan, jumlah pemesanan yang paling ekonomis

untuk obat ini adalah sebanyak 49 vial setiap kali pemesanan. Jumlah ini

akan menggunakan biaya pemesanan dan biaya penyimpanan yang paling

sedikit. Jika jumlah pemesanan ditingkatkan, maka akan meningkatkan

biaya penyimpanan karena jumlah persediaan yang banyak. Jika jumlah

pemesanan diturunkan, maka akan meningkatkan biaya pemesanan karena

pemesanan dengan jumlah yang sedikit frekuensi pemesanan akan lebih

meningkat sehingga meningkatkan biaya pemesanan.

Oleh karena itu pemesanan 49 vial untuk obat Methylprednisolon inj 125

mg/2 ml adalah jumlah yang paling ekonomis dalam setiap kali melakukan

pemesanan.

Dalam menjalankan metode EOQ ini yang bertujuan untuk

mendapatkan jumlah pemesanan yang optimum tentunya harus didukung

oleh sistem informasi yang dapat mengetahui jumlah pemakaian setiap

obat setiap periode. Sistem informasi di RSU Haji Medan belum berjalan

secara maksimal sehingga belum bisa memberikan informasi mengenai

jumlah pemakaian setiap obat tersebut. Hal ini menjadi kendala yang

dirasakan oleh gudang farmasi RSU Haji Medan, sehingga jumlah

pemesanan hanya berdasarkan perkiraan.

3. Perhitungan ROP Obat Methylprednisolon inj 125 mg/2 ml

Dalam menentukan waktu pemesanan kembali setiap obat di RSU Haji

Medan tidak menggunakan perhitungan khusus. Obat Methylprednisolon inj

125 mg/2 ml akan dipesan ketika obat tersebut mendekati jumlah stok 0.

Page 135: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

112

Jika stok obatnya sudah mencapai 0, maka pemesanan dilakukan secara cito.

Sehingga tidak jarang permintaan apotek tidak dapat terpenuhi dalam jumlah

yang tepat karena persediaan yang tidak cukup untuk memenuhi permintaan.

Obat harus selalu tersedia setiap saat dibutuhkan. Terputusnya

kemampuan pelayanan terjadi karena persediaan sudah habis. Oleh karena

itu sebelum persediaan habis maka pemesanan barang harus dilakukan. Hal

ini sesuai dengan Anief (2001) yaitu keseimbangan antara persediaan dan

permintaan perlu diciptakan agar kemampuan pelayanan pada pasien

dapat berlanjut. Untuk itu perlu dicari waktu yang tepat, pada saat dimana

pembeliaan harus dilakukan sehingga terjadi keseimbangan antara beban

pekerjaan dan kemampuan memenuhi permintaan sehingga pelayanan tidak

terputus, tetapi persediaan masih dalam batas-batas yang ekonomis.

Untuk mencari waktu yang tepat tersebut dapat dilakukan dengan

perhitungan Reorder Point (ROP). Apabila terjadi lead time (masa

tenggang) maka kita harus menentukan tingkat persediaan minimal sehingga

apabila tingkat ini sudah dicapai, kita harus mengajukan pesanan baru untuk

menjaga jangan sampai terjadi kekosongan dalam stok (Siagian, 1987).

Waktu pemesanan kembali ditetapkan agar persediaan dapat menutupi

kebutuhan persediaan selama masa tenggang/menunggu pesanan tiba.

Menurut Dirjend Binakefarmasian dan Alat Kesehatan Kemenkes RI (2010),

lead time adalah waktu tunggu yang diperlukan mulai pemesanan sampai

obat diterima.

Menurut John dan Harding (2010), keputusan mengenai kapan

mengajukan pemesanan kembali terletak pada dua faktor, yaitu yang

pertama pertimbangan tingkat pemesanan kembali secara langsung

Page 136: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

113

berdasarkan pada pemakaian normal dan yang kedua pertimbangan

sediaan pengaman berdasarkan derajat ketidakpastian dan tingkat

pelayanan yang diminta. Oleh sebab itu perlu dilakukan perhitungan

mengenai buffer stock/safety stock terlebih dahulu agar dapat

menentukan kapan mengajukan pemesanan kembali.

Persediaan pengaman itu merupakan proteksi terhadap 2 jenis

ketidakpastian. Pertama, ketidakpastian mengenai penjualan yang melebihi

ramalan selama periode pengisian kembali. Kedua, adalah ketidakpastian

mengenai keterlambatan (delays) dalam penerimaan pesanan, pengolahan

pesanan, atau keterlambatan transportasi selama pengisian kembali

(Bowersox, 1995).

Selama ini buffer stock yang tersedia di RSU Haji Medan hanya

berdasarkan perkiraan, tidak ada perhitungan khusus. Menurut Rangkuty

(1996), buffer stock adalah persediaan tambahan yang diadakan untuk

melindungi dan menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan bahan

(stock out).

Oleh karena itu waktu pemesanan kembali yang ideal adalah ketika stok

obat mencapai kebutuhan selama waktu tunggu atau permintaan harian rata-

rata dikalikan dengan waktu tunggu. Namun permintaan obat di Gudang

Farmasi RSU Haji Medan berfluktuatif setiap harinya. Sehingga apabila

perhitungan ROP tidak mempertimbangkan safety stock yang berfungsi

sebagai proteksi terhadap kemungkinan peningkatan kebutuhan/permintaan

obat, berisiko terjadinya kekurangan stok (stock out).

Perhitungan safety stock obat Methylprednisolon inj 125 mg/2 ml adalah

72 vial dan Reorder Point-nya adalah 116 vial. Artinya, pemesanan obat

Page 137: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

114

Methylprednisolon inj 125 mg/2 ml akan dilakukakan jika stok obat tersebut

mencapai 116 vial.

Jumlah tersebut merupakan titik/jumlah ideal dilakukannya pemesanan

ulang agar terhidar dari kekurangan stok karena stock out dan terhindar dari

kekurangan stok karena permintaan yang meningkat.

Kendala yang dirasakan oleh gudang farmasi dalam menentukan

waktu pemesanan kembali adalah tidak adanya perhitungan buffer stock

karena belum adanya sistem informasi yang memadai sehingga waktu

pemesanan tergantung dengan kondisi stok yang tersedia di gudang.

D. Efektivitas Pengendalian Persediaan Obat Methylprednisolon inj 125

mg/2 ml Pasca Penerapan Metode ABC, EOQ dan ROP

Dengan berbagai bentuk pengendalian yang dilakukan RSU Hai Medan

selama ini, nyatanya Gudang Farmasi RSU Haji Medan masih mengalami

kekosongan barang (stockout). Penyebab kekosongan tersebut biasanya

disebabkan oleh adanya peningkatan demand (permintaan) dari bagian

farmasi dari biasanya, dikarenakan terdapat kasus atau kondisi khusus di

lapangan. Sehingga, stok yang dimiliki tidak mencukupi kebutuhan tersebut.

Selain itu, kekosongan juga disebabkan oleh adanya perubahan perilaku obat,

dimana obat yang sebelumnya slow moving atau tidak laku tiba-tiba menjadi

fast moving.

Berbagai penyebab kekosongan tersebut tentunya mengakibatkan gudang

farmasi tidak dapat melayani permintaan dan terjadi penolakan permintaan.

Kondisi ini dapat mengakibatkan pemborosan, karena obat yang dibeli ke

Page 138: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

115

apotek luar atau RS lain tentunya mengeluarkan biaya yang lebih besar

dibandingkan dengan membeli ke distributor. Seharusnya menurut Aditama

(2002), barang/bahan yang dibutuhkan untuk kegiatan operasional instansi

harus tersedia dalam jumlah, kualitas, dan pada waktu yang tepat (sesuai

dengan kebutuhan) dengan harga serendah mungkin.

Pembelian cito atau pembelian kecil-kecilan ini tidak sejalan dengan

tujuan pengawasan persediaan yang diungkapkan Rangkuti (1996), yaitu

salah satunya menghindari pembelian kecil-kecilan. Pembelian cito ini juga

akan merugikan karena proses pembelian dilakukan berulang, serta tidak

adanya diskon karena harga yang kita beli sudah merupakan harga jual.

Dalam SOP Unit Farmasi RSU Haji Medan, penentuan kebutuhan

didasarkan kepada data kebutuhan 3 bulan, data prediksi penyakit, jumlah

persediaan barang di gudang, usulan masing-masing unit, perhitungan pareto

(fast moving, moderate dan slow moving) dan obat essensial. Artinya

penentuan kebutuhan menggunakan metode kombinasi, yaitu metode

konsumsi berdasarkan data kebutuhan 3 bulan dan perhitungan pareto (fast

moving, moderate dan slow moving), metode epidemiologi (prediksi

penyakit) dengan memperhatikan sisa stok di gudang farmasi. Dalam

menentukan obat yang tergolong fast moving atau slow moving pun petugas

gudang farmasi tidak melakukan menggunakan perhitungan, melainkan

berdasarkan pengalaman pemesanan/penggunaan obat oleh apotek. Obat yang

sering/banyak diminta tergolong fast moving dan yang tidak sering/banyak

diminta tergolong slow moving.

Page 139: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

116

Metode pengendalian persediaan yang dilakukan RSU Haji Medan selama

ini belum efektif. Berdsarkan hasil telaah dokumen, diperoleh informasi

bahwa pembelian cito obat Methylprednisolon inj 125 mg/ 2 ml yang

dilakukan selama periode tahun 2014 adalah sebanyak 1.700 obat dengan

nilai investasi sebesar Rp. 65.790.000. Terlihat bahwa kerugian biaya yang

ditimbulkan oleh pengendalian persediaan obat Methylprednisolon inj 125

mg/ 2 ml yang dilakukan RSU Haji Medan selama tahun 2014.

Hasil dari perhitungan ABC, Economic Order Quantity (EOQ) dan

Reorder Point (ROP) obat Methylprednisolon inj 125 mg/ 2 ml, didapatkan

jumlah pemesanan yang optimum dan waktu pemesanan kembali. Setelah

dilakukan penerepan metode ABC, Economic Order Quantity (EOQ) dan

Reorder Point (ROP) di gudang farmasi Rumah Sakit Umum Haji Medan

pada bulan Juni 2015 didapatkan hasil bahwasanya dengan menggunakan

metode tersebut dapat mengatasi permasalahan stock out obat sehingga tidak

terjadi pembelian secara cito terhadap obat Methylprednisolon inj 125 mg/ 2

ml.

Penerapan metode ABC, Economic Order Quantity (EOQ) dan Reorder

Point (ROP) efektif dalam mengatasi permasalahan stock out obat

Methylprednisolon inj 125 mg/ 2 ml pada bulan Juni 2015 di gudang farmasi

RSU Haji Medan. Hal ini sesuai dengan John dan Harding (2001),

pengendalian persediaan dikatakan efektif harus dapat menjawab tiga

pertanyaan dasar, yaitu obat apa yang akan menjadi prioritas untuk

dikendalikan, berapa banyak yang harus dipesan dan kapan seharusnya

dilakukan pemesanan kembali.

Page 140: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

117

Menurut Dirjend Binakefarmasian dan Alat Kesehatan Kemenkes RI

(2010), dengan koordinasi dan proses perencanaan untuk pengadaan

perbekalan farmasi secara terpadu diharapkan perbekalan farmasi yang

direncanakan dapat tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan tersedia pada

saat dibutuhkan.

Berdasarkan hasil perhitungan ABC, EOQ dan ROP yang telah diterapkan

di gudang farmasi RSU Haji Medan ternyata lebih efektif jika dibandingkan

dengan metode yang digunakan sebelumnya. Untuk itu perlu penerapan

metode ABC, EOQ dan ROP untuk seluruh obat generik agar pengendalian

persediaan di gudang farmasi RSU Haji Medan efektif yaitu obat apa yang

akan menjadi prioritas untuk dikendalikan, berapa banyak yang harus dipesan

dan kapan seharusnya dilakukan pemesanan kembali.

Page 141: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

118

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Pengendalian/pengawasan persediaan yang dilakukan di gudang

farmasi RSU Haji Medan yaitu melalui stock opname, kartu stok

dan buku defekta. Pengendalian persediaan obat generik belum

menggunakan metode pengendalian khusus, seperti analisis ABC

untuk prioritas persediaan, Economic Order Quantity (EOQ) untuk

menentukan jumlah pemesanan optimum, Reorder Point (ROP)

untuk menentukan waktu pemesanan yang ideal.

2. Hasil perhitungan metode ABC, Economic Order Quantity (EOQ)

dan Reorder Point ROP) menunjukkan bahwa terdapat 26 jenis

(15,66%) obat generik yang tergolong kelompok A, yaitu dengan

penggunaan anggaran sebesar 69,57% dari total penggunaan

anggaran obat generik, Dengan nilai investasi tertinggi adalah obat

Methylprednisolon inj 125 mg/2 ml. Jumlah pemesanan optimum

untuk obat Methylprednisolon inj 125 mg/2 ml adalah 49 item.

Waktu pemesanan kembali untuk obat Methylprednisolon inj 125

mg/2 ml adalah 116 item.

3. Penerapan metode ABC, Economic Order Quantity (EOQ) dan

Reorder Point (ROP) efektif dalam mengatasi permasalahan stock

out obat Methylprednisolon inj 125 mg/ 2 ml di gudang farmasi

RSU Haji Medan.

118

Page 142: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

119

B. Saran

1. Perlu adanya sistem informasi untuk dapat menghasilkan informasi

mengenai jumlah pemakaian setiap obat, baik perbulan, triwulan

atau tahunan, agar memudahkan dalam menyusun kebutuhan

persediaan obat. Seperti penggunaan sistem informasi manajemen

rumah sakit yang terintegrasi ke setiap unit sehingga

mempermudah pengawasan/pengendalian obat-obatan.

2. Perlu diterapkan metode analisis ABC secara keseluruhan terhadap

obat seluruh obat generik untuk memberikan prioritas yang

berbeda terhadap setiap kelompok obat karena obat dengan nilai

investasi tinggi memerlukan sistem pengendalian yang lebih ketat

dibandingkan obat dengan nilai investasi rendah.

3. Perlu diterapkan metode EOQ dan ROP secara keseluruhan obat

generic untuk menghindari terjadinya kekosongan obat karena

selama ini RSU Haji Medan sering mengalami kekosongan obat.

4. Disarankan kepada peneliti lain untuk meneliti tentang faktor-

faktor yang mempengaruhi efektivitas pengendalian persediaan

obat, karena metode ABC, EOQ dan ROP hanya sebagaian kecil

faktor yang mempengaruhi efektifitas obat generic di RSU Haji

Medan

Page 143: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

DAFTAR PUSTAKA Aditama, Tjandra Yoga. 2000. Manajemen Administrasi Rumah Sakit. Jakarta: UI-

Press

Aditama, Tjandra Yoga. 2002. Manajemen Administrasi Rumah Sakit. Edisi 2.

Jakarta: UI-Press

Aditama, Tjandra Yoga. 2007. Manajemen Administrasi Rumah Sakit. Jakarta: UI-

Press Ahyari, Agus. 1987. Manajemen Produksi Pengendalian Produksi. Yogyakarta:

BPFE American Hospotal Association. 2011. AHA Survey on Drug Shortages. America Anief, Moh. 2001. Manajemen Farmasi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press

Assauri, Sofjan. 2004. Manajemen Produksi dan Operasi. Edisi Revisi. Jakarta:

Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Awaloeddin, Arfan. (2001). Penggunaan Analisis ABC untuk Pengendalian

Persediaan Obat Antibiotika di Instalasi Farmasi Studi Kasus di Rumah Sakit

Awal Bros Pekanbaru. Tesis. Depok: Program Pascasarjana Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Indonesia.

Bowersox, Donald. J. 1995. Manajemen Logistik 1. Jakarta: PT. Bumi Aksara Buffa, E. S. 1997. Manajemen Produksi/Operasi 2. Jakarta: Erlangga

Departemen Kesehatan RI (2008) Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit,

Jakarta: Menteri Kesehatan

Dirjen Binakefarmasian dan Alat Kesehatan Kememkes RI. 2010. Pedoman

Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit

Fadhila, Rahmi. 2013. Studi Pengendalian Persediaan Obat Generik Melalui Metode

Analisis ABC, Economic Order Quantity (EOQ) dan Reorder Point (ROP) di

Page 144: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

Gudang Farmasi Rumah Sakit Islam Asshobirin Tahun 2013. Skripsi. Jakarta:

Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Hadi, Ella N., dkk. 2000. Aplikasi Metode Kualitatif dalam Penelitian Kesehatan.

Depok: FKM-UI dengan CIMU-Health The British Council.

Hidayati, Suci & Henmaidi. (2006). Analisis Kinerja Manajemen Persediaan pada PT.

United Tractors, Tbk Cabang Padang. Jurnal Ilmiah Teknik Industri

Heizer, Jay dan Render, Barry. 2010. Manajemen Operasi. Jakarta: Salemba Empat

Johns, D.T dan Harding, H.A. 2001. Manajemen Operasi untuk Meraih Keunggulan

Kompetitif. Jakarta: PPM

Kepmenkes RI Nomor 983/MENKES/SK/1992 tentang Tugas Rumah Sakit Kepmenkes RI Nomor 021/Menkes/SK/I/2011 tentang Rencana Strategis Kemenkes

Tahun 2010-2014

Kepmenkes RI Nomor 092/Menkes /SKII/2012 tentang Harga Eceran Tertinggi Obat

Generik Tahun 2012

Kepmenkes RI Nomor 1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan

Farmasi Rumah Sakit

Mardiyanto, Handono. 2009. Intisari Manajemen Keuangan. Jakarta: Grasindo

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor HK. 02/02/Menkes/068/I/2010 tentang

Kewajiban Menggunakan Obat Generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Pemerintah

Profil RS Umum Haji Medan Tahun 2014

Rangkutty, F. 1996, Manajemen Persediaan: Aplikasi di Bidang Bisnis. Jakarta: PT

Raja Grafindo Persada

Page 145: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

Sabarguna, Boy. S. 2004. Quality Assurance pelayanan Rumah Sakit .Cetakan kedua.

Jakarta.

Sabarguna, Boy. S. 2005. Logistik Rumah Sakit dan Teknik Efisiensi. Yogyakarta:

Konsorsium RSI Jateng – DIY

Sabarguna, Boy. S. 2009. Buku Pegangan Mahasiswa Manajemen Rumah Sakit.

Jakarta: Sagung Seto

Seto, Soerjono., Nita. Yunita., Triana, Lily. 2004. Manajemen Farmasi. Surabaya:

Airlangga University Press

Siagian, P. 1987. Penelitian Operasional Teori dan Praktek. Jakarta : UI-Press

Siregar, Charles. J.P. & Lia Amalia.. 2003. Farmasi Rumah Sakit: Teori dan

Penerapan. Jakarta: ECG

Subagya, M,S. 1994, Manajemen Logistik. Jakarta: CV Haji Masagung

Undang-undang RI Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Undang-undang RI Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit

Valerie, Carien. S. 2011. Perbandingan Metode EOQ (Economic Order Quantity)

dan JIT (Just In Time) terhadap Efisiensi Biaya Persediaan dan Kinerja Non-

Keuangan (Studi Kasus Pada PT Indoto Tirta Mulia). Jurnal Akuntansi.

Universitas Kristen Maranatha

PT.Telkom. 2015. Telkom Lokal. Diakses dari situs www.telkom.co.id

Page 146: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

Lampiran 3

PEDOMAN WAWANCARA

Identitas Responden

Jabatan : Kepala Instaasi Farmasi (Informan 1)

Pertanyaan

1. Bagaimana perencanaan persediaan obat yang diterapkan di RS Umum Haji

Medan?

2. Siapa saja yang terlibat dalam perencanaan/penentuan kebutuhan obat di

gudang farmasi RS Umum Haji Medan?

3. Metode apa yang digunakan dalam perencanaan/penentuan kebutuhan obat di

gudang farmasi RS Umum Haji Medan?

4. Apa saja yang perlu diperhatikan atau dipertimbangkan dalam membuat

kebutuhan obat di Gudang Farmasi RSU Haji Medan?

5. Bagaimana pengendalian persediaan obat yang diterapkan di gudang farmasi

RS Umum Haji Medan?

6. Siapa saja yang terlibat dalam pengendalian persediaan obat di gudang

farmasi RS Umum Haji Medan?

7. Apakah ada metode khusus yang digunakan dalam melakukan pengendalian

persediaan di gudang farmasi RS Umum Haji Medan?

8. Bagaimana sistem pencatatan persediaan obat di Gudang Farmasi RSU Haji

Medan?

9. Apakah dilakukan stock opname? Bagaimana pelaksanaannya?

10. Dalam pengendalian persediaan apakah ada kebijakan mengenai besar stok

minimum, maksimum dan safety stock?

11. Apakah pernah mengalami stock out/over stock di gudang farmasi RS Umum

Haji Medan?

Page 147: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

12. Solusi apa yang dilakukan jika terjadi stock out/over stock di gudang farmasi

RS Umum Haji Medan?

13. Siapa saja yang terlibat dalam penganggaran obat di Instalasi Farmasi?

14. Laporan apa saja yang dilaporkan oleh Instalasi Farmasi kepada Kabid

Penunjang Medis?

15. Bagaimana kendala yang ditemui dalam pengendalian persediaan obat di

Gudang Farmasi RSU Haji Medan?

16. Bagaimana menentukan jenis obat yang harus disediakan di Gudang Farmasi

RSU Haji Medan?

17. Apakah ada kelompok jenis obat di Gudang Farmasi RSU Haji Medan?

Pernahkan dilakukan analisis ABC?

18. Bagaimana kendala dalam menentukan jenis persediaan di Gudang Farmasi

RSU Haji Medan? Apa solusi yang dilakukan?

19. Bagaimana menentukan jumlah pemesanan obat di Gudang Farmasi RSU Haji

Medan?

20. Apa saja yang mempengaruhi jumlah pemesanan obat di Gudang Farmasi

RSU Haji Medan?

21. Pemesanan dilakuakan lewat apa? Berapa waktu yang dibutuhkan dalam

pemesanan?

22. Untuk administrasi, apa saja yang digunakan oleh bagian gudang dalam

melakukan pemesanan?

23. Bagaimana kendala dalam menentukan jumlah pemesanan di Gudang Farmasi

RSU Haji Medan? Apa solusi yang dilakukan selama ini?

24. Kapan jadwal pembelian atau pemesanan dilakukan di Gudang Farmasi RSU

Haji Medan? Bagaimana menentukan waktu pemesanan untuk setiap jenis

obat?

25. Berapa lead time pemesanan obat di Gudang Farmasi RSU Haji Medan?

26. Bagaimana kendala dalam menentukan waktu pemesanan di Gudang Farmasi

RSU Haji Medan? Apa solusi yang dilakukan selama ini?

Page 148: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

27. Apakah jumlah SDM instalasi farmasi sudah cukup? Dan bagaimana

pembagian tugasnya dan lama kerjanya?

28. Apakah metode ABC, EOQ dan ROP efektif dalam mengatasi masalah stock

out obat?

29. Apakah metode ABC, EOQ dan ROP lebih efektif dibandingkan dengan

metode sebelumnya?

Page 149: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

PEDOMAN WAWANCARA

Identitas Responden

Jabatan : Kepala Bidang Penunjang Medis (Informan 2)

Pertanyaan

1. Laporan apa saja yang dilaporkan oleh Ka. Instalasi Farmasi kepada Ka.

Penunjang Medik?

2. Bagaimana kendala yang ditemui dalam pengendalian persediaan obat di

Gudang Farmasi RSU Haji Medan?

3. Bagaimana kendala yang ditemui dalam melakukan pengendalian persediaan

obat di Gudang Farmasi RS Umum Haji Medan ?

Page 150: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

PEDOMAN WAWANCARA

Identitas Responden

Jabatan : Staf Gudang Farmasi (Informan 3)

Pertanyaan

1. Bagaimana perencanaan persediaan obat yang diterapkan di RS Umum Haji

Medan?

2. Siapa saja yang terlibat dalam perencanaan/penentuan kebutuhan obat di

gudang farmasi RS Umum Haji Medan?

3. Metode apa yang digunakan dalam perencanaan/penentuan kebutuhan obat di

gudang farmasi RS Umum Haji Medan?

4. Apa saja yang perlu diperhatikan atau dipertimbangkan dalam membuat

kebutuhan obat di Gudang Farmasi RSU Haji Medan?

5. Bagaimana pengendalian persediaan obat yang diterapkan di gudang farmasi

RS Umum Haji Medan?

6. Siapa saja yang terlibat dalam pengendalian persediaan obat di gudang

farmasi RS Umum Haji Medan?

7. Apakah ada metode khusus yang digunakan dalam melakukan pengendalian

persediaan di gudang farmasi RS Umum Haji Medan?

8. Bagaimana sistem pencatatan persediaan obat di Gudang Farmasi RSU Haji

Medan?

9. Apakah dilakukan stock opname? Bagaimana pelaksanaannya?

10. Dalam pengendalian persediaan apakah ada kebijakan mengenai besar stok

minimum, maksimum dan safety stock?

11. Apakah pernah mengalami stock out/over stock di gudang farmasi RS Umum

Haji Medan?

Page 151: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

12. Solusi apa yang dilakukan jika terjadi stock out/over stock di gudang farmasi

RS Umum Haji Medan?

13. Bagaimana kendala yang ditemui dalam pengendalian persediaan obat di

Gudang Farmasi RSU Haji Medan?

14. Bagaimana menentukan jenis obat yang harus disediakan di Gudang Farmasi

RSU Haji Medan?

15. Apakah ada kelompok jenis obat di Gudang Farmasi RSU Haji Medan?

Pernahkan dilakukan analisis ABC?

16. Bagaimana kendala dalam menentukan jenis persediaan di Gudang Farmasi

RSU Haji Medan? Apa solusi yang dilakukan?

17. Bagaimana menentukan jumlah pemesanan obat di Gudang Farmasi RSU Haji

Medan?

18. Apa saja yang mempengaruhi jumlah pemesanan obat di Gudang Farmasi

RSU Haji Medan?

19. Pemesanan dilakuakan lewat apa? Berapa waktu yang dibutuhkan dalam

pemesanan?

20. Untuk administrasi, apa saja yang digunakan oleh bagian gudang dalam

melakukan pemesanan?

21. Bagaimana kendala dalam menentukan jumlah pemesanan di Gudang Farmasi

RSU Haji Medan? Apa solusi yang dilakukan selama ini?

22. Kapan jadwal pembelian atau pemesanan dilakukan di Gudang Farmasi RSU

Haji Medan? Bagaimana menentukan waktu pemesanan untuk setiap jenis

obat?

23. Berapa lead time pemesanan obat di Gudang Farmasi RSU Haji Medan?

24. Bagaimana kendala dalam menentukan waktu pemesanan di Gudang Farmasi

RSU Haji Medan? Apa solusi yang dilakukan selama ini?

Page 152: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

25. Apakah jumlah SDM instalasi farmasi sudah cukup? Dan bagaimana

pembagian tugasnya dan lama kerjanya?

26. Apakah metode ABC, EOQ dan ROP efektif dalam mengatasi masalah stock

out obat?

27. Apakah metode ABC, EOQ dan ROP lebih efektif dibandingkan dengan

metode sebelumnya?

Page 153: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

PEDOMAN WAWANCARA

Identitas Responden

Jabatan : Kepala Bagian Kuangan (Informan 4)

Pertanyaan

1. Apakah pernah mengalami stockout/over stock di Gudang Farmasi RSU Haji

Medan? Apa penyebabnya?

2. Siapa saja yang terlibat dalam penganggaran obat di Instalasi Farmasi?

3. Bagaimana Anggaran dari RS untuk instalasi farmasi dan bagaimana

penggunaannya?

4. Siapa saja yang terlibat dalam penganggaran obat di Instalasi Farmasi?

5. Laporan apa saja yang dilaporkan kepada Bagian Keuangan?

6. Bagaimana kendala yang ditemui dalam melakukan pengendalian persediaan

obat di Gudang Farmasi RS Umum Haji Medan ?

Page 154: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

PEDOMAN WAWANCARA

Identitas Responden

Jabatan : Koordinator Logistik (Informan 5)

Pertanyaan

1. Bagaimana perencanaan persediaan obat yang diterapkan di RS Umum Haji

Medan?

2. Siapa saja yang terlibat dalam perencanaan/penentuan kebutuhan obat di

gudang farmasi RS Umum Haji Medan?

3. Apakah pernah mengalami stockout/over stock di Gudang Farmasi RSU Haji

Medan? Apa penyebabnya?

4. Solusi apa yang dilakukan jika terjadi stock out/over stock di gudang farmasi

RS Umum Haji Medan?

5. Laporan apa saja yang dilaporkan oleh Instalasi Farmasi kepada Kabid

Penunjang Medis?

6. Pemesanan dilakuakan lewat apa? Berapa waktu yang dibutuhkan dalam

pemesanan?

7. Kapan jadwal pembelian atau pemesanan dilakukan di Gudang Farmasi RSU

Haji Medan? Bagaimana menentukan waktu pemesanan untuk setiap jenis

obat?

8. Berapa lead time pemesanan obat di Gudang Farmasi RSU Haji Medan?

9. Bagaimana kendala dalam menentukan waktu pemesanan di Gudang Farmasi

RSU Haji Medan? Apa solusi yang dilakukan selama ini?

10. Apakah metode ABC, EOQ dan ROP efektif dalam mengatasi masalah stock

out obat?

11. Apakah metode ABC, EOQ dan ROP lebih efektif dibandingkan dengan

metode sebelumnya?

Page 155: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

Lampiran 4

PEDOMAN TELAAH DOKUMEN

1. Data pemakaian obat generik APBD di Gudang Farmasi RSU Haji Medan

selama tahun 2014

2. Data harga obat generik APBD per satuan jenis tahun 2014

3. Laporan harian pengeluaran obat APBD tahun 2014

4. Pembelian obat ke apotik luar RS Umum Haji Medan (cito)

5. Pembelian obat tahun 2014

6. Pengeluaran/pengiriman obat ke apotik tahun 2014

7. Stock Opname obat

8. Surat Pemesanan obat

Page 156: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

Lampiran 5

STRUKTUR ORGANISASI BAGIAN PENGADAAN LOGISTIK RUMAH SAKIT UMUM HAJI MEDAN

Kepala Bagian

Pengadaan Logistik

Tim Pembelian

Kepala Sub Bagian Pengadaan

Logistik Obat dan Alkes

Kepala Sub Bagian Pengadaan

Logistik Obat dan Alkes

Staf Pengadaan

Logistik Investasi

Staf Pengadaan

Logistik Umum

Staf Pengadaan

Logistik Obat

Staf Pengadaan

Logistik Obat

Page 157: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

Lampiran 6

STRIKUTUR ORGANISASI INSTALASI FARMASI

RUMAH SAKIT UMUM HAJI MEDAN

Safrida

Parida Pulungan

Anggi Melindasari

Faisal Masri

Depo Rawat Inap

Zulaiha Nur Nindya Utami

Nurharita Reni Utami

Gusniati Tarihoran

Depo Rawat Jalan

Feri

Bambang H

Ka. Inst Farmasi

Dra. Rahmawaty, Apth

Administrasi

Syaiful Lubis

Sub. Racikan

Dra. Hj. Yulizar, Apth Dra. Hj. Meyni Daulay, Apth

Sub. Gudang Farmasi

Klaim BPJS

Sri Susilawati

Warida Hrp

Rusgianti

Ertika Dewi Siti Khalijah

Madayan Sukri

Hj Nurdantini

Siti Khalijah

M. Syafi’i

Syafrizal

Page 158: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

Lampiran 7

Matriks Transkrip Wawancara

No Pertanyaan Jawaban

Informan 1 Informan 3 Informan 5

1 Bagaimana

perencanaan

persediaan obat yang

diterapkan di RS

Umum Haji Medan?

Penentuan kebutuhan obat disini kita

berdasarkan kartu stok, kita ngecek

kartu stoknya berapa sisanya, kalo udah

mau habis kita pesan lagi. Juga

berdasarkan pemakaian sebelumnya, di

kira-kira aja pemakaiannya.

Berdasarkan pengalaman kita. Kita

juga udah tau ko biasanya obat keluar

berapa, terus yang mau dibutuhkan

berapa. Satu lagi berdasarkan

pemakaian dokter.

Pertama obat kita cek, kan bakalan

ketahuan dari kartu stok. Biasanya juga

ketahuan ko dari obat yang sering keluar,

kadang ada juga yang udah kosong. Obat

yang diminta ranap, rajal atau apotik yang

kosong kita catat, terus kita cek juga obat

yang udah mau habis dari kartu stoknya,

terus abang buat pengusulan obat apa aja

yang dibutuhkan. Kalo jumlahnya dikira-

kira aja, apotekernya juga prediksi obat

yang sering keluar dan berapa yang mau

kita pake, kita ajuin dan dipesan sama orang

logistic, karena kita masih manual jadi

mesti sering liat kartu stok.

Perencanaan yang kita lakukan

berdasarkan stok opname dan

kartu stok. Kalo kita mau mesan

kita liatny dari kartu stok. Di cek

sama orang gudang obat sisanya

berapa. Terus kalo udah kosong

dan hampir kosong kita catat

obat apa aja yang mau di pesan.

Terus kita buat pengusulan obat.

Kita ajuin ke kepala instalasi

kalo setuju di bawa ke bagian

penunjang medis baru di pesan

sama orang logistic dan di bayar

bagian keuangan. Jadi kita masih

manual mesti sering liat kartu

Page 159: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

stoknya.

2 Siapa saja yang terlibat

dalam penentuan

kebutuhan obat di

Gudang Farmasi RSU

Haji Medan?

Apoteker, bagian logistic yang

melakukan pembelian, manajer

penunjang medis dan bagian keuangan.

Kalo yang terlibat itu, kita yang buat

pengusulan obat kemudian kasih ke Ka.

Instalasi, kan ibu itu penanggungjawabnya

sebagai apotekernya, orang logistic,

manajer penunjang medis, bagian

keuangan.

Pastinya orang gudang yang

ditanggung jawab sama

apoteker, bagian logistic yang

melakukan pemesanan

pembelian, bagian keuangan

yang bayar, penunjang medis.

3 Metode apa yang

digunakan dalam

perencanaan/penentuan

kebutuhan obat di

gudang farmasi RS

Umum Haji Medan?

Informan 1 Informan 3

Perencanaan obat kita berdasarkan pemakaian

sebelumnya dan perkembangan penyakit yaitu metode

konsumsi dan epidemiologi.

Kalo metodenya yang ini.. yang konsumsi berdasarkan

pemakaian sebelumnya dan penyakit yang banyak disini itu

apa.

4 Apa saja yang perlu

diperhatikan atau

dipertimbangkan

dalam membuat

kebutuhan obat di

Obat yang paling banyak dibutuhkan kita stok buat jaga-

jaga, obat yang essensial juga kita dahulukan.

Obat fast moving sama essensial menjadi prioritas kita.

Perencanaan kita tentukan berdasarkan pemakaian unit-unit

tahun sebelumnya. Kebutuhan masing-masing unit tergantung

kebutuhan unit tersebut. Kita mengutamakan yang essensial

dulu. Baru yang non essensial. Yang essensial kita harus

Page 160: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

Gudang Farmasi RSU

Haji Medan?

utamakan harus tetap ada. Jadi pertimbangan kita dalam

membuat pengusulan obat berdasarkan obat essensial dan

obat fast moving, nah baru kita nentuin untuk obat yang non

essensial.

5 Bagaimana

pengendalian

persediaan obat yang

diterapkan di Gudang

Farmasi RSU Haji

Medan?

Kalo pengendalian yang kita lakukan biasaanya lihat di

kartu stok, obat yang sudah kita pake, kita tandai di kartu

stoknya, biar keliatan mana pemakaiannya. Biar kita juga

tau obatnya mau habis atau masih banyak, kita biasanya

ngelihatinnya dari kartu stok, orang gudang biasanya

yang ngecek kartu stok. Terus kita juga ada stok opname

namanya, itu fungsinya untuk memantau obat yang udah

dekat kadaluarsanya. Dari situ kita kan tau obat-obat

yang udah kadaluarsa dan bentar lagi kayanya mau

kadaluarsa. Kalo kek kita biasanya 6 bulan sekali kita

cek stok opname. Oh iya, buku defekta juga untuk ini,

untuk orang apotek kalo mau minta obat ke gudang,

misalnya kek gini, kita mau ngamprah minggu ini, kita

catat butuh obat apa aja jumlahnya berapa, nah kita

nulisnya di buku itu, biar orang gudang tau kita minta

apa aja.

Orang gudang ngecek kartu stok tiap hari, kalo ada obat yang

keluar masuk pasti di catatat sama abang, dan kita ada juga

namanya stok opname. Yang megang bapak itu, stok opname

itu untuk mendata keseluruhan obat, kita nge ceknya 3 bulan

sekali, untuk ngecek obat yang mau kadaluarsa, kalo udah

dekat ininya, kita pake dulu yang udah dekat, biar ga sayang

obatnya. Ngikutin yang FIFO FEFO itu lho.. Kalo ini

namanya buku defekta, fungsinya untuk orang apotik kalo

mau minta obat ke kita, jadi kita tau obat aja yang diminta,

jumlahnya berapa, dan kalo kosong kita catat di kartu stok

terus di pesan, gitulah kerjaan abg disini ngecek obat keluar

obat masuk.

6 Siapa saja yang terlibat Kepala instalasi selaku apotekernya, kepala gudang dan Apoteker sama orang gudang.

Page 161: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

dalam pengendalian

persediaan obat di

Gudang Farmasi RSU

Haji Medan?

orang gudang.

7 Apakah ada metode

khusus yang

digunakan dalam

melakukan

pengendalian

persediaan di Gudang

Farmasi RSU Haji

Medan?

Kita ga make metode khusus gitu, kita gunain yang kek

gini, liat dari stock opname. 6 bulan sekali kita cek sama

liat kartu stok.

Oh.. kalo masalah metode, kita ga ada, kita patokannya stock

opname sama kartu stok aja. Jadi kita belum pernah make

metode gituan.

8 Bagaimana sistem

pencatatan persediaan

obat di Gudang

Farmasi RSU Haji

Medan?

Stock opname itu utk melihat berapa jumlah yang masih

ada, apakah yang di komputer sesuai dengan kondisi

kenyataannya. Itu yang dilakukan 2 kali dalam setahun.

Kalo pengendalian yang kita lakukan biasanya lihat di

kartu stok, obat yang sudah kita pake, kita tandai di kartu

stoknya, biar keliatan mana pemakaiannya. Kita itu ada

data manual juga namanya buku defekta, buku defekta

itu buku pencatatan permintaan barang dari apotik ke

gudang farmasi. Laporan pembelian, obatnya apa saja,

Ya setiap 6 bulan, kita hitung jumlah stok yang ada semua

masing-masing obat sisanya berapa, yang di apotik juga di

hitung. Kalau ada yang mendekati kadaluarsa kita lancarkan

dulu, makanya kan kita sistemnya ini FIFO dan FEFO yang

baru datang disimpan di belakang, yang kita beli pertama

harus lebih dulu kita jual. Pengendalian disini ada kartu

stock, biasanya obat yang sudah dipakai dilakukan

pemotongan stock di kartunya agar terlihat obat mana yang

sudah mau habis atau yang belum. Buku defekta itu

Page 162: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

pemakaian, jatuh tempo, obat narkotika, psikotropika. permintaan apotik ke gudang, yang diminta berapa yang

dikirim berapa, sisa berapa dicatat disitu. Laporannya itu,

terutama pemakaian, jenis-jenis obat, pembelian, laporan ke

dinas, kaya narkotika, kemudian ada pembelian apa saja,

jatuh tempo pembayarannya, itu sebulan sekali. Jadi dari

Kepala Unit Farmasi ke Kabid Penunjang Medis dulu, saya

ke keuangan, itu untuk pembayarannya.

9 Apakah dilakukan

stock opname?

Bagaimana

pelaksanaannya?

Stock opname itu utk melihat berapa jumlah yang masih

ada, apakah yang di komputer sesuai dengan kondisi

kenyataannya. Itu yang dilakukan 2 kali dalam setahun.

Ya setiap 6 bulan, kita hitung jumlah stok yang ada semua

masing-masing obat sisanya berapa, yang di apotik juga di

hitung. Kalau ada yang mendekati kadaluarsa kita lancarkan

dulu, makanya kan kita sistemnya ini FIFO dan FEFO yang

baru datang disimpan di belakang, yang kita beli pertama

harus lebih dulu kita jual.

10 Dalam pengendalian

persediaan apakah ada

kebijakan mengenai

buffer stock, stok

minimum dan stok

maksimum?

Disini sih kita nyediain buffer stock tapi ya berdasarkan

pengalaman aja, jumlahnya kira-kira aja, ga ada hitung-

hitungan yang pakai rumus khusus. Kalau stock

minimum dan maksimum kita ga ada tapi ya kalau di

dalam kartu stock sudah terlihat obat mau habis yaa itu

yang dijadiin patokan untuk melakukan pemesanan.

Jadi kita hanya melihat fast moving dan slow moving nya

saja. Yang sering dipake kita sediakan banyak yang tidak ya

yang penting ada saja stoknya. Perkiraan saja, kira-kira yang

sering diresepkan stoknya lebih banyak

11 Apakah pernah Informan 1 Informan 3 Informan 4 Informan 5

Page 163: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

mengalami

stockout/over stock di

Gudang Farmasi RSU

Haji Medan? Apa

penyebabnya?

Obat kadang ga ada di

gudang pas orang apotik

minta obat buat ngamprah,

kita ga bisa memenuhi

jumlah yang diminta,

seadanya aja kita kasih ke

apotik. Kekosonngan obat

pernah kadang sering juga,

penyebabnya biasanya

obat didistributor ga ada,

Bisa juga karena pasien

yang melonjak, kita ga

bisa prediksi pasien

kadang udah rame kadang

sepi. Karena kita buat

perencanaan berdasarkan

Obat disini sering kosong,

kita ga tau salahnya

dimana, diperencanaannya

ato dimana kurang tau juga.

Biasanya obat APBD yang

sering kosong. Kekosongan

obat sering terjadi di sini,

biasanya sih karena dari

distributornya memang

kosong obat juga, mulai

dari bahan bakunya yang

susah atau ada pergantian

distributor, nah itu yang

kadang-kadang infonya kita

belum dapat

karena distributor kosong.

Kita minta obat ke gudang,

tapi sering obat nya kosong

atau tidak sesuai yang kita

minta, jadi orang gudang

ngasih seadanya aja yang ada

di gudang.

Kekosongan obat biasanya

distributornya kosong jadi

kita mesti cari yang lain,

Belum optimalnya

pengupdatean obat juga jadi

masalah, obat yang fast

moving tiba-tiba berubah

kita ga tau, begitu juga

sebaliknya.

Page 164: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

perkiraan kita aja dari

pemakaian sebelumnya,

jadi kalo pasien lagi

melonjak kita yang susah

nyari obat, mau ga mau ya

paksa harus cito lah.

12 Upaya/solusi apa yang

dilakukan jika kedua

hal tersebut terjadi?

Informan 1 Informan 3 Informan 5

Kepala gudang menghubungi

dokternya dulu, dijelasin kalo kita

obat nya lagi kosong, tapi kita ganti

sama yang obat mirip kandungannya.

Kalo dia tetap ngotot paksa kita harus

cari ke Kimia Farma atau K-24.

Pembelian dengan cito mesti kita beli

hari itu juga kalo ga susah urusannya,

kita langsung ngusahain nyari obat di

apotik lain. Obatnya langsung ada

hari itu juga.

Sebisa mungkin harus cari. Misalnya kek kita

cari ke distributor yang lain atau kalau benar-

benar butuh kali beli langsung cito.. obat nya

harus ada kalo ga pasien bisa marah-marah

walaupun harganya tinggi, mau gimana lagi

resiko. Kita telpon distributor, kalo ga ada

juga kita cari ke apotik lain

Kalo obat nya kosong kita

jelasin dulu ke pasien kalo

obatnya kosong,kalo ibunya mau

dia beli diluar aja. Tapi kalo

pasien ga mau beli diluar, yah..

kita harus cari hari itu juga. Kalo

ga pasien marah-marah. Ya

kalau memang kita sedang tidak

ada persamaannya juga, ya kita

pesan cito ke apotik atau ke PBF

juga bisa. Seperti biasanya

mesannya tapi cito biasanya

Page 165: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

cepat nyampenya karena

harganya lebih mahal

13 Siapa saja yang terlibat

dalam penganggaran

obat di Instalasi

Farmasi?

Informan 1 Informan 4

Kepala instalasi dan penunjang medis. Kepala instalasi farmasi yang tahu kebutuhan obat sama

bagian penunjang medis.

14 Laporan apa saja yang

dilaporkan oleh

Instalasi Farmasi

kepada Kabid

Penunjang Medis?

Informan 1 Informan 5

Pembelian obat, jumlah dan harganya berapa, kapan

kadaluarsanya, obat narkotika dan psikotropika.

Laporannya itu, terutama pemakaian, jenis-jenis obat,

pembelian, laporan ke dinas, seperti narkotika, kemudian ada

pembelian apa saja, jatuh tempo pembayarannya, itu sebulan

sekali. Jadi dari kepala unit farmasi ke Kabid Penunjang

Medis dulu, saya ke keuangan, itu untuk pembayarannya.

15 Bagaimana kendala

yang ditemui dalam

pengendalian

persediaan obat di

Gudang Farmasi RSU

Haji Medan?

Informan 1 Informan 2 Informan 3

Kendalanya sih karena obat disini

banyak sekali jadi agak susah dan

butuh waktu yang lama buat

melakukan pengendalian atau

pengawasan. Kaya misalnya

stock opname, kita biasanya

Obat disini banyak kali jadi agak susah dan

butuh waktu yang lama buat melakukan

pengendalian atau pengawasan. Kaya

misalnya stock opname, kita biasanya

melakukannya selama seminggu lebih karena

banyaknya obat itu.

Kadang-kadang orang depo

ranap butuh obat malam hari,

tapi kan kita ga 24 jam jadi

orang apotik ngambil aja

obatnya tapi lupa motong stock

jadi stock otomatis ngga

Page 166: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

melakukannya selama seminggu

lebih karena banyaknya obat itu.

kepotong, tiba-tiba pas lagi

besoknya yang mau dipakai lagi

eeh barangnya kosong tapi

stocknya masih ada

16 Bagaimana

menentukan jenis obat

yang harus disediakan

di Gudang Farmasi

RSU Haji Medan?

Informan 1 Informan 3

Kita ngikutin formularium rumah sakit, kita kasih tau ke

dokternya kita make obat apa aja di sini.

Kita berdasarkan formularium obat sendiri, jadi nanti angket-

angket obat diserahkan sama dokter nanti dokter maunya

make mana dan dokternya juga harus konsisten untuk make

obat itu terus jadi kita ngorder pun sesuai dengan yang dokter

pakai.

17 Apakah ada kelompok

jenis obat di Gudang

Farmasi RSU Haji

Medan? Pernahkan

dilakukan analisis

ABC?

Kalau yang fast moving, slow moving kita belum

pisahkan cuma ya anak apotek dan orang gudang

memang sudah tau mana yang kira-kira slow moving atau

fast moving. Kita ga ada membuat pengelompokan obat,

kita ga menggunakan analisis ABC. Jadi kita ga ada

mengelompokkan fast moving dan slow moving.

Pengelompokkannya berdasarkan pengalaman aja, obat

yang banyak dan sering keluar berarti fast moving kalo

Tidak ada, kita ga pernah hitung, tapi kita sudah tau kira-kira

mana yang sering dipake dan habis. sesuai pengalaman saja,

yang lancar, yang sering habis berati fast moving. Kita ga

ngitung mana yang fast moving dan slow moving, nah itu tadi

berdasarkan pengalaman kita aja dan juga udah pada tau kok

obat yang paling banyak dibutuhkan pasien dan yang sering

kita pake, Jadi kita belum menggunakan metode untuk

pengelompokkan obat.

Page 167: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

obat yang jarang dan sedikit dipakai masukin slow

moving.

18 Bagaimana kendala

dalam menentukan

jenis persediaan di

Gudang Farmasi RSU

Haji Medan? Apa

solusi yang dilakukan?

Kurang koordinasi antara gudang dan orang logistic, jadi

kadang orang logistic kaget obat yang awalnya fast

moving tiba-tiba jadi slow moving. Distributor juga

kadang kosong, jadi kita bingung mau beli kemana, jadi

kita usahain walaupun harganya mahal.

Kadang ada juga masih make obat yang sudah habis padahal

kita udah ngasih tau kalau obat nya udah habis.

19 Bagaimana

menentukan jumlah

pemesanan obat di

Gudang Farmasi RSU

Haji Medan?

Kita lihat rata-rata dari bulan-bulan sebelumnya, nanti

kan ketahuan itu hasilnya berapa, yaudah kita pesan

segitu, kecuali kalau pasien lagi banyak ya kita tambahin

jumlah pesanannya. Kalau perhitungan khusus ga ada,

kita cuma liat dari bulan sebelumnya aja.

Jumlah pesanan diliat dari pemakaian bulan-bulan

sebelumnya, dari situ kita perkirakan jumlah pesanan untuk

bulan berikutnya, biasanya antara bulan sebelumnya tidak

jauh berbeda jumlahnya. Kita ga make perhitungan, kita kira-

kira aja disini bang.

20 Apa saja yang

mempengaruhi jumlah

pemesanan obat di

Gudang Farmasi RSU

Haji Medan?

Jumlah permintaan apotik, kalau banyak dibutuhkan atau

ada penyakit yang sedang banyak butuh obat kita pesan

banyak. Resep dokter juga kita perhatikan, kadang ada

dokter yang suka make obat tertentu.

Permintaan depo kalo banyak kita pesan banyak, terus kalo

pasien banyak, sama kalo ada penyakit yang lagi musim itu

kita mesti hati-hati nyiapin obatnya, sama resep dokter juga

kita pelajari, ada dokter yang make obat tertentu.

Page 168: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

21 Pemesanan dilakukan

lewat apa? Berapa

waktu yang

dibutuhkan dalam

pemesanan?

Informan 1 Informan 3 Informan 5

Kalau masalah pemesanan itu bagian

orang logistic, pesannya dari telpon.

Kalau waktunya paling 5 menitan lah

udah cukup itu.

Kalau masalah pemesanan itu bukan bagian

kita, kerjaan orang logistic itu, dari tlpon

dipesan sama orang itu, ga nyampe lah 10

menit paling 4-5 menit, baru nanti barang

datang dikasih surat pemesanannya.

Kita pesan lewat telpon, surat

pemesanannya nanti dibawa pas

barangnya datang, Paling kira-

kira mesannya 5 menit dari

telpon, kurang lebih segitu.

22 Untuk administrasi,

apa saja yang

digunakan oleh bagian

gudang dalam

melakukan

pemesanan?

Informan 1 Informan 3

Paling yang dibutuhkan untuk biaya ATK yaitu:

kwitansi, kertas pelaporan, buku tukar faktur, pita

printer, selotip, strappler. Paling itu aja yang dibutuhkan

untuk administrasi.

kwitansi rawat jalan, kertas pelaporan, buku tukar faktur, pita

printer, solatip, strappler, udah kita paling butuh itu aja.

23 Bagaimana kendala

dalam menentukan

jumlah pemesanan di

Gudang Farmasi RSU

Haji Medan? Apa

solusi yang dilakukan

selama ini?

Kendalanya tidak didukung oleh sistem informasi, masih

serba manual. Jadi agak susah untuk menghitung jumlah

pemakaian obat yang begitu banyak, juga ga ada patokan

untuk menghitungnya karena masih berdasarkan

pengalaman apotekernya.

Kendalanya kita pas hitung, banyak kali obatnya,sementara

kita masih manual jadi lama waktunya. Kita ga bisa prediksi

kunjungan pasien kadang ramai kadang sepi, jadi kondisi ini

yang membuat kita kadang kewalahan menghadapinya tidak

sesuai perkiraan kita.

Page 169: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

24 Kapan jadwal

pembelian atau

pemesanan dilakukan

di Gudang Farmasi

RSU Haji Medan?

Bagaimana

menentukan waktu

pemesanan untuk

setiap jenis obat?

Informan 1 Informan 3 Informan 5

Sebenarnya jadwal pesan itu awal

bulan sama akhir atau bisa juga

pertengahan bulan, tergantung

butuhnya kapan. Kita lihat dari

pengeluaran sebelumnya, kalau obat

tersebut banyak keluar kita lakukan

lagi pemesanan tapi kalau tidak ada

yang keluar ya kita ga usah pesan

lagi.

Ga ada jadwal, yang penting sebulan sekali

aja. Pokonya kalau dilihat stock udah kosong

atau hampir kosong baru kita order lagi.

Sebenarnya awal bulan atau

akhir bulan. Jadwalnya ga pasti

tergantung kebutuhan aja, kalo

obat udah kosong kita

melakukan pemesanan dan yang

mau habis juga kita order, tapi

kalo obat yang cito hari itu juga

akan kita pesan.

25 Berapa lead time

pemesanan obat di

Gudang Farmasi RSU

Haji Medan?

Dua hari paling lama udah nyampe 2 hari udah kita terima barangnya.

Kita mesan hari ini, besok udah

diantar sama abangnya. Paling

lama 2 hari sudah nyampe.

26 Bagaimana kendala

dalam menentukan

waktu pemesanan di

Gudang Farmasi RSU

Semua masih manual, jadi harus

sering ngecek kartu stok. Terkadang

lupa nge cek, eh… ternyata sudah

kosong. Yaudah langsung di pesan

Terkadang lupa ngecek kartu stok ternyata

uda habis, jadi harus mesan. karena masih

manual kita jadi kita harus sering-sering cek

kartu stock, diliat obatnya sudah limit atau

Kita mesan kapan butuhnya aja,

kadang pas kita butuh distributor

kosong.

Page 170: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

Haji Medan? Apa

solusi yang dilakukan

selama ini?

karena ga ada buffer stocknya, jadi

harus mesan karena stoknya udah

kosong.

belum, kalau limit ya berarti kita harus pesan.

27 Apakah jumlah SDM

instalasi farmasi sudah

cukup? Dan

bagaimana pembagian

tugasnya dan lama

kerjanya?

Informan 1 Informan 3

Untuk SDM di unit farmasi sampai saat ini untuk

pengaturan rawat jalan dan rawat inap cukup. Variatif,Jadi

ada yang masa kerjanya udah hampir 10 tahun lebih ya,

tapi ada juga yang baru-baru lulus jadi variatif ya. Makanya

kita benar benar ngatur jadwalnya. Untuk SDM farmasi

sendiri itu ada Asisten apoteker, apoteker yang pasti dan

ada beberapa pegawai penunjang dimana pegawai

penunjang ini dengan bagroun beraneka ragam ya dalam

artian ada yang bagroun IT,ada yang akuntansi,ada yang

ekonomi, itu hanya sebagai penunjang tapi mereka hanya

sbagai penunjang, tapi mereka tetap mendapat pelatihan

tentang barang barang yang ada difarmasi. Ya..Sudah

,sudah berjalan Semua sudah dibagi sesuai dengan apa

namanya, jabatan masing-masing lah ya.

Cukup-cukup aja, pembagiannya tugas udah ada kok,

sesuai bidang masing-masing. Pengalaman, ya kalau

pengalaman sudah berpengalaman semuanya, sejauh ini

mereka bisa dan sanggup melakukan pekerjaan perbekalan

farmasi. Sesuai, sesuai dengan pengalaman dan pendidikan

mereka. Oh ya pasti, oh ya kalau kerja sesuai dengan

jobdesk mereka masing -masing, sebelumya masuk

farmasikan mereka udah dikasih tau dulu tentang jobdesk

mereka apa, pekerjaan sesuai dengan jobdesk yang

diberikan.

28 Apakah metode ABC,

EOQ dan ROP efektif

Informan 1 Informan 3 Informan 5

Kita sudah menerapkan hasil Bulan kemaren kita udah coba pake Perhitungan ABC, EOQ dan ROP

Page 171: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

dalam mengatasi

masalah stock out

obat?

perhitungan dengan metode ABC,

EOQ dan ROP tersebut, ternyatata

hasilnya jauh lebih baik. Jadi

persediaan obat kita ga kosong lagi.

Penerapannya baru kita coba untuk

obat Methylprednisolon inj 125 mg/2

ml. Untuk bulan ini, kita ga ada cito

untuk obat tersebut.

perhitungan ABC, EOQ dan ROP

ternyata jauh lebih baik kalau

dibandingkan dengan metode kita

selama ini yang hanya berdasarkan

pengalaman. Untuk bulan kemaren

persediaan kita ada, kita ga ada cito

untuk obat Methylprednisolon inj 125

mg/ 2 ml. Bisa jadi masukan untuk

kita terapkan untuk semua jenis obat

udah kita coba untuk perencanaan

bulan kemaren, tapi Cuma untuk obat

Methylprednisolon inj 125 mg/ 2 ml,

hasilnya lebih baik kalau dibandingkan

dengan perkiraan apoteker. Untuk

bulan kemaren kita tidak cito obat

Methylprednisolon inj 125 mg/ 2ml.

29 Apakah metode ABC,

EOQ dan ROP lebih

efektif dibandingkan

dengan metode

sebelumnya?

Setelah kita coba metode ABC, EOQ

dan ROP nya ternyata lebih efektif

dibanding dengan metode yang kita

pakai sebelumnya, kita ga ada cito

untuk obat Methylprednisolon inj 125

mg/2 ml bulan kemaren.

Lebih efektif make metode ABC

disbanding berdasarkan perkiraan kita,

jadi kita ga rugi keuangannya karena

bayar mahal untuk beli cito.

Metode ABC efektif untuk

pengendalian persediaan jadi ada

perhitungan yang riil bukan hanya

perkiraan saja, jadi dapat mengatasi

stock out obat jadi kita ga cito lagi.

Page 172: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

Lampiran 8

Tabel Kelompok Obat Generik berdasarkan Analisis ABC Pemakaian Tahun 2014

No Nama Obat Generik Satuan Jumlah Pemakaian Persentase

(%)

Persentase

Kumulatif

(%)

Kelompok Obat

1 Paracetamol 500 mg tab Tablet 91681 8.53 8.53 A

2 Asam Mefenamat kap 500 mg Kapsul 79403 7.39 15.92 A

3 Ranitidine tab 150 mg Tablet 67874 6.31 22.23 A

4 ISDN tab 5 mg Tablet 55351 5.15 27.38 A

5 Cefadroxil kap 500 mg Kapsul 47003 4.37 31.75 A

6 Ranitidine inj 25 mg/ml Ampul 46411 4.32 36.07 A

7 Metformin kap 850 mg Kapsul 38300 3.56 39.64 A

8 Amlodipin tab 10 mg Tablet 36123 3.36 43.00 A

9 Alprazolam tab 0,5 mg Tablet 30400 2.83 45.83 A

10 Furosemide tab 40 mg Tablet 27000 2.51 48.34 A

11 Bisoprolol tab 5 mg Tablet 25620 2.38 50.72 A

12 Ciprofloxacin tab 500 mg Tablet 25500 2.37 53.09 A

13 Lansoprazol kap 30 mg Kapsul 22131 2.06 55.15 A

14 Antasida tab Tablet 21300 1.98 57.13 A

15 Ringer laktat Botol 20112 1.87 59.01 A

16 Isoniazid tab 100 mg Tablet 18753 1.74 60.75 A

17 Amlodipin 5 mg tab Tablet 16865 1.57 62.32 A

18 Methylprednisolon tab 4 mg Tablet 16478 1.53 63.85 A

19 Cetirizine kap 10 mg Kapsul 15860 1.48 65.33 A

20 Amoxicillin 500 mg Kapsul 15460 1.44 66.77 A

21 Captopril tab 25 mg Tablet 14210 1.32 68.09 A

22 Telmisartan tab 80 mg Tablet 14164 1.32 69.41 A

23 Asam Traneksamat inj Ampul 13919 1.29 70.70 B

24 Furosemide inj 10 mg/ml Ampul 13114 1.22 71.92 B

Page 173: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

25 Amitriptylin tab 25 mg Tablet 12550 1.17 73.09 B

26 Glimepiride tab 1 mg Tablet 11610 1.08 74.17 B

27 Metronidazol tab 500 mg Tablet 9955 0.93 75.09 B

28 Ketorolac 10 mg tab Tablet 9458 0.88 75.97 B

29 Salbutamol tab 2 mg Tablet 9200 0.86 76.83 B

30 Asam Traneksamat 500 mg tab Tablet 9002 0.84 77.67 B

31 Glimepiride tab 2 mg Tablet 8998 0.84 78.51 B

32 Antasida 60 ml syrup Botol 8852 0.82 79.33 B

33 Ketorolac inj 10 mg/ml Ampul 8460 0.79 80.12 B

34 Dexamethasone inj 5 mg/ml Ampul 8320 0.77 80.89 B

35 Allopurinol tab 300 mg Tablet 8265 0.77 81.66 B

36 Methylprednisolon inj 125 mg/2 ml vial 8076 0.75 82.41 B

37 Omeprazole kap 20 mg Tablet 8075 0.75 83.16 B

38 Cotrimoxazol tab 480 mg Tablet 6750 0.63 83.79 B

39 Tramadol kap 50 mg Kapsul 6405 0.60 84.39 B

40 Carbamazepine tab 200 mg Tablet 5905 0.55 84.94 B

41 Diltiazem tab 30 mg Tablet 5902 0.55 85.48 B

42 Rifampicin tab 300 mg Tablet 5703 0.53 86.01 B

43 Cefotaxime inj 1000 mg Vial 5324 0.50 86.51 B

44 Gentamycin inj 40 mg/ml Ampul 4970 0.46 86.97 B

45 Ethambutol tab 500 mg Tablet 4802 0.45 87.42 B

46 Prednison tab 5 mg Tablet 4800 0.45 87.87 B

47 Farsorbid 10 mg Tablet 4700 0.44 88.30 B

48 Ondansentron tab 8 mg Tablet 4655 0.43 88.74 B

49 Propylthiouracyl 100 mg tab Tablet 4600 0.43 89.16 B

50 Salbutamol tab 4 mg Tablet 4300 0.40 89.56 B

51 Pyrazinamide tab 500 mg Tablet 4203 0.39 89.96 B

52 Metoclopramid tab 10 mg Tablet 4100 0.38 90.34 C

53 Ceftriaxon inj 1 gr Vial 3935 0.37 90.70 C

54 Rifampicin tab 450 mg Kapsul 3900 0.36 91.07 C

55 Propranold tab 10 mg Tablet 3800 0.35 91.42 C

Page 174: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

56 Diazepam 2 mg tab Tablet 3700 0.34 91.76 C

57 Allopurinol tab 100 mg Tablet 3603 0.34 92.10 C

58 Candesartan 16 mg Tablet 3424 0.32 92.42 C

59 Captopril tab 50 mg Tablet 3305 0.31 92.72 C

60 Natrium diclofenac tab 25 mg Tablet 3250 0.30 93.03 C

61 Glimepiride tab 3 mg Tablet 3205 0.30 93.33 C

62 Valproat tab SR 500 mg Pot 3200 0.30 93.62 C

63 Metronidazol inf 500 mg/ 100 ml Botol 3090 0.29 93.91 C

64 Eritromisin kapsul 500 mg Kapsul 3008 0.28 94.19 C

65 Valsartan tab 80 mg Tablet 2870 0.27 94.46 C

66 Cefadroxil 125 mg/5 ml syrup Botol 2799 0.26 94.72 C

67 Timolol TM 0,25% Botol 2606 0.24 94.96 C

68 Ondansentron inj 4 mg/2 ml Vial 2452 0.23 95.19 C

69 KSR tab Tablet 2308 0.21 95.40 C

70 Irbesartan tab 300 mg Tablet 2255 0.21 95.61 C

71 Spironolacton 25 mg tab Tablet 2200 0.20 95.82 C

72 Chloramphenicol 1% SM Tube 2048 0.19 96.01 C

73 Ramipril tab 5 mg Tablet 2000 0.19 96.19 C

74 Salbutamol cairan ih 0,1% Vial 1858 0.17 96.37 C

75 Clopidogrel 75 mg tab Tablet 1625 0.15 96.52 C

76 Azitromycin 500 mg Tablet 1600 0.15 96.67 C

77 Candesartan 8 mg Tablet 1578 0.15 96.81 C

78 Tiotropium 18 mcg reffil Kapsul 1560 0.15 96.96 C

79 Irbesartan tab 150 mg Tablet 1500 0.14 97.10 C

80 Dexamethasone tab 05 mg Tablet 1500 0.14 97.24 C

81 Paracetamol syrup 120 mg/ 5 ml Botol 1410 0.13 97.37 C

82 Tamsulosin tab SR 0,4 mg Tablet 1380 0.13 97.50 C

83 NaCl 0,9% 500 ml Fls 1340 0.12 97.62 C

84 Rifampicin tab 600 mg Tablet 1300 0.12 97.74 C

85 Haloperidol tab 1,5 mg Tablet 1300 0.12 97.86 C

86 Glibenklamide tab 5 mg Tablet 1300 0.12 97.99 C

Page 175: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

87 Ciprofloxacin inf 2% Vial 1286 0.12 98.10 C

88 Levofloxacin tab 500 mg Tablet 1176 0.11 98.21 C

89 Loratadine tab 10 mg Tablet 1150 0.11 98.32 C

90 Desoksimetason salep 0,25% Tube 1135 0.11 98.43 C

91 Ketoconazole tab 200 mg Tablet 1053 0.10 98.52 C

92 Nifedipine 10 mg Tablet 1000 0.09 98.62 C

93 Ceftazidime inj 1000 mg Vial 942 0.09 98.71 C

94 WIDA D5-1/4 NS/TM Fls 817 0.08 98.78 C

95 Gemfibrozil 600 mg tab Tablet 800 0.07 98.86 C

96 Ketoprofen tab 100 mg Supp 600 0.06 98.91 C

97 Glucosa inf 5% 500 ml Fls 590 0.05 98.97 C

98 Timolol TM 0,5% Botol 574 0.05 99.02 C

99 Miconazole 2% cream Tube 556 0.05 99.07 C

100 Hidrokortison cream 1% Tube 540 0.05 99.12 C

101 Bisakodil suppositoria 5 mg Supp 515 0.05 99.17 C

102 Domperidone tab 10 mg Tablet 503 0.05 99.22 C

103 Meropenem inj 0,5 g Vial 478 0.04 99.26 C

104 Ulsicral 100 ml Botol 441 0.04 99.30 C

105 Laxadine syrup Botol 440 0.04 99.34 C

106 Aminofillin tab 200 mg Tablet 400 0.04 99.38 C

107 Spiramycin tab 500 mg Tablet 380 0.04 99.42 C

108 Valproat syr 250 mg/ 5 ml Botol 362 0.03 99.45 C

109 Tracium 2,5 ml Ampul 350 0.03 99.48 C

110 Stesolid inj 10 mg/ 2 ml Vial 335 0.03 99.51 C

111 Fenobarbital inj 50 mg/ ml Ampul 300 0.03 99.54 C

112 Valproat tab salut 250 mg Tablet 300 0.03 99.57 C

113 Haloperidol tab 5 mg Tablet 300 0.03 99.60 C

114 Meropenem inj 1 g Vial 298 0.03 99.62 C

115 Cefixime dry syr 100 mg/5 ml Botol 296 0.03 99.65 C

116 Gentarmycin 0,3% OTM Tube 290 0.03 99.68 C

117 Hydrokortison cream 2,5% Tube 264 0.02 99.70 C

Page 176: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

118 Aminofusin L-600 Botol 260 0.02 99.73 C

119 Cendo lyters T. Mata Botol 250 0.02 99.75 C

120 Betametason 0,1% cream Tube 212 0.02 99.77 C

121 Pulmicord respoles Vial 200 0.02 99.79 C

122 Eritromicin syr 200 mg/ 5 ml Botol 160 0.01 99.80 C

123 Amoxicillin syrup 125/ 5 ml Botol 160 0.01 99.82 C

124 Beractant inj 25 mg/ml Vial 105 0.01 99.83 C

125 Triamsinolon asetonid nassal spray 55 mcg Botol 100 0.01 99.84 C

126 Ibuprofen syr Botol 100 0.01 99.85 C

127 Valproat tab SR 250 mg Tablet 100 0.01 99.86 C

128 Lorazepam tab 2 mg Tablet 100 0.01 99.87 C

129 Ofloxacin 200 mg tab Tablet 100 0.01 99.88 C

130 Aminofluid 1000 ml Bag 90 0.01 99.88 C

131 Tutofusin OPS 500 ml Botol 85 0.01 99.89 C

132 Calcii Gluconas inj 100mg/ml Ampul 84 0.01 99.90 C

133 WIDA D5-1/2 NS/TM Botol 80 0.01 99.91 C

134 Ketoconazole cream 2% Tube 72 0.01 99.91 C

135 Gentarmycin 0,3% cream Tube 70 0.01 99.92 C

136 Humulin 30/70 100 UI Vial 60 0.01 99.93 C

137 Seretide discus 100 mcg Tbg 60 0.01 99.93 C

138 Streptomisin serbuk inj 1000 mg/ml Vial 56 0.01 99.94 C

139 Budesonid formoterol inhaler 160/4,5 Tbg 55 0.01 99.94 C

140 EAS Pfimmer Botol 50 0.00 99.95 C

141 Dopamin inj 40 mg/ml Ampul 50 0.00 99.95 C

142 MgSO4 40 ml Ampul 50 0.00 99.96 C

143 Cotrimoxazol DOEN II suspense Tablet 50 0.00 99.96 C

144 Seretide discus 250 mcg Tbg 45 0.00 99.96 C

145 Epinefhrine inj 1 mg Ampul 45 0.00 99.97 C

146 Comafusin Hepar Botol 40 0.00 99.97 C

147 Enoksaparin sodium inj 60 mg/ 0,6 ml Vial 36 0.00 99.98 C

148 Stesolid rectal 5mg/2,5 ml Tube 30 0.00 99.98 C

Page 177: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

149 Amiodaron inj 150 mg/ 3 ml Tablet 30 0.00 99.98 C

150 Humulin R 100 UI/ml Vial 28 0.00 99.98 C

151 Paracetamol drops 100 mg/ml Botol 26 0.00 99.99 C

152 MgSO4 20 ml Ampul 25 0.00 99.99 C

153 Salbutamol inhalasi 100 mcg/dosis Botol 24 0.00 99.99 C

154 Atracurium hameln inj 10 mg/ml Ampul 20 0.00 99.99 C

155 Dobutamin inj 50 mg/ml Ampul 15 0.00 99.99 C

156 Budesonid formoterol inhaler 80/4,5 Tbg 10 0.00 100.00 C

157 Seretide inhaler 50 mcg Tbg 10 0.00 100.00 C

158 Kalbamin 500 ml Botol 10 0.00 100.00 C

159 Amikasin inj 250 mg/ml Vial 10 0.00 100.00 C

160 Zincpro drops 10 mg/ ml Botol 10 0.00 100.00 C

161 Albumin 20% 50 cc Botol 6 0.00 100.00 C

162 Budesonid inhaler 200 mcg/puff Tbg 5 0.00 100.00 C

163 Asering 500 ml Botol 0 0.00 100.00 C

164 Fentanyl 2 ml Ampul 0 0.00 100.00 C

165 Morfin HCL tab SR 10 mg Tablet 0 0.00 100.00 C

166 Morfin HCL tab SR 15 mg Tablet 0 0.00 100.00 C

Page 178: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

Lampiran 9

TABEL KELOMPOK OBAT GENERIK BERDASARKAN ANALISIS ABC INVESTASI TAHUN 2014

No Nama Obat Generik Satuan Jumlah

Pemakaian

Harga

Obat

(Rp)

Nilai

Investasi

(Rp)

Persentase

%

Persentase

Kumulatif

%

Kelompok Obat

1 Methylprednisolon inj 125 mg/2 ml Vial 8076 26,000 209,976,000 15.68 15.68 A

2 Ringer laktat Botol 20112 5,460 109,811,520 8.20 23.89 A

3 Telmisartan tab 80 mg Tablet 14164 6,500 92,066,000 6.88 30.76 A

4 Ranitidine inj 25 mg/ml Ampul 46411 1,190 55,229,090 4.13 34.89 A

5 Asam Traneksamat inj Ampul 13919 3,100 43,148,900 3.22 38.11 A

6 Ketorolac inj 10 mg/ml Ampul 8460 4,250 35,955,000 2.69 40.80 A

7 Metronidazol inf 500 mg/ 100 ml Botol 3090 10,250 31,672,500 2.37 43.16 A

8 Furosemide inj 10 mg/ml Ampul 13114 1,920 25,178,880 1.88 45.05 A

9 Timolol TM 0,25% Botol 2606 9,397 24,488,582 1.83 46.87 A

10 Cefadroxil kap 500 mg Kapsul 47003 519 24,394,557 1.82 48.70 A

11 Meropenem inj 0,5 g Vial 478 47,500 22,705,000 1.70 50.39 A

12 Tiotropium 18 mcg reffil Kapsul 1560 13,867 21,632,941 1.62 52.01 A

13 Antasida 60 ml syrup Botol 8852 2,200 19,474,400 1.45 53.46 A

14 Ciprofloxacin inf 2% Vial 1286 15,000 19,290,000 1.44 54.90 A

15 Ketorolac 10 mg tab Tablet 9458 2,000 18,916,000 1.41 56.32 A

16 Gentamycin inj 40 mg/ml Ampul 4970 3,569 17,737,930 1.32 57.64 A

17 Candesartan 16 mg Tablet 3424 5,145 17,616,480 1.32 58.96 A

18 Valproat tab SR 500 mg Pot 3200 5,450 17,440,000 1.30 60.26 A

19 Bisoprolol tab 5 mg Tablet 25620 669 17,139,780 1.28 61.54 A

20 Meropenem inj 1 g Vial 298 57,000 16,986,000 1.27 62.81 A

21 Ceftazidime inj 1000 mg Vial 942 17,913 16,874,046 1.26 64.07 A

22 Cefotaxime inj 1000 mg Vial 5324 3,150 16,770,600 1.25 65.32 A

23 Valproat syr 250 mg/ 5 ml Botol 362 41,800 15,131,600 1.13 66.45 A

24 Cefadroxil 125 mg/5 ml syrup Botol 2799 5,064 14,174,136 1.06 67.51 A

Page 179: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

25 Dexamethasone inj 5 mg/ml Ampul 8320 1,659 13,802,880 1.03 68.54 A

26 Ceftriaxon inj 1 gr Vial 3935 3,500 13,772,500 1.03 69.57 A

27 Salbutamol cairan ih 0,1% Botol 1858 6,930 12,875,940 0.96 70.53 B

28 Humulin 30/70 100 UI Vial 60 214,000 12,840,000 0.96 71.49 B

29 Amlodipin tab 10 mg Tablet 36123 341 12,317,943 0.92 72.41 B

30 Desoksimetason salep 0,25% Tube 1135 10,309 11,700,715 0.87 73.29 B

31 Valsartan tab 80 mg Tablet 2870 3,900 11,193,000 0.84 74.12 B

32 Aminofusin L-600 Botol 260 42,000 10,920,000 0.82 74.94 B

33 Ulsicral 100 ml Botol 441 24,500 10,804,500 0.81 75.75 B

34 Lansoprazol kap 30 mg Kapsul 22131 473 10,467,963 0.78 76.53 B

35 Aminofluid 1000 ml Bag 90 115,500 10,395,000 0.78 77.30 B

36 Tamsulosin tab SR 0,4 mg Tablet 1380 6,800 9,384,000 0.70 78.00 B

37 Asam Mefenamat kap 500 mg Kapsul 79403 116 9,210,748 0.69 78.69 B

38 Triamsinolon asetonid nassal spray 55 mcg Botol 100 90,000 9,000,000 0.67 79.37 B

39 Ranitidine tab 150 mg Tablet 67874 126 8,552,124 0.64 80.00 B

40 Beractant inj 25 mg/ml Vial 105 81,000 8,505,000 0.64 80.64 B

41 Metformin kap 850 mg Kapsul 38300 214,5 8,215,350 0.61 81.25 B

42 Paracetamol 500 mg tab Tablet 91681 84 7,701,204 0.58 81.83 B

43 Tracium 2,5 ml Ampul 350 21,000 7,350,000 0.55 82.38 B

44 Azitromycin 500 mg Tablet 1600 4,500 7,200,000 0.54 82.91 B

45 Asam Traneksamat 500 mg tab Tablet 9002 770 6,931,540 0.52 83.43 B

46 Ciprofloxacin tab 500 mg Tablet 25500 260 6,630,000 0.50 83.93 B

47 NaCl 0,9% 500 ml Fls 1340 4,935 6,612,900 0.49 84.42 B

48 WIDA D5-1/4 NS/TM Fls 817 8,085 6,605,445 0.49 84.92 B

49 Budesonid formoterol inhaler 160/4,5 Tbg 55 117,600 6,468,000 0.48 85.40 B

50 Seretide discus 100 mcg Tbg 60 105,871 6,352,260 0.47 85.87 B

51 Humulin R 100 UI/ml Vial 28 214,000 5,992,000 0.45 86.32 B

52 Ondansentron inj 4 mg/2 ml Vial 2452 2,400 5,884,800 0.44 86.76 B

53 Ondansentron tab 8 mg Tablet 4655 1,261 5,869,955 0.44 87.20 B

54 Irbesartan tab 300 mg Tablet 2255 2,593 5,847,215 0.44 87.64 B

55 Timolol TM 0,5% Botol 574 9,996 5,737,704 0.43 88.06 B

Page 180: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

56 Clopidogrel 75 mg tab Tablet 1625 3,500 5,687,500 0.42 88.49 B

57 Laxadine syrup Botol 440 12,450 5,478,000 0.41 88.90 B

58 Alprazolam tab 0,5 mg Tablet 30400 180 5,472,000 0.41 89.31 B

59 Seretide discus 250 mcg Tbg 45 119,000 5,355,000 0.40 89.71 B

60 Candesartan 8 mg Tablet 1578 3,255 5,136,390 0.38 90.09 C

61 ISDN tab 5 mg Tablet 55351 80 4,428,080 0.33 90.42 C

62 KSR tab Tablet 2308 1,850 4,269,800 0.32 90.74 C

63 Amoxicillin 500 mg Kapsul 15460 270 4,174,200 0.31 91.05 C

64 Cendo lyters T. Mata Botol 250 15,750 3,937,500 0.29 91.35 C

65 Glimepiride tab 2 mg Tablet 8998 436 3,923,128 0.29 91.64 C

66 Enoksaparin sodium inj 60 mg/ 0,6 ml Vial 36 105,000 3,780,000 0.28 91.92 C

67 Rifampicin tab 300 mg Tablet 5703 640 3,649,920 0.27 92.19 C

68 Methylprednisolon tab 4 mg Tablet 16478 210 3,460,380 0.26 92.45 C

69 Chloramphenicol 1% SM Tube 2048 1,600 3,276,800 0.24 92.70 C

70 Amlodipin 5 mg tab Tablet 16865 192 3,238,080 0.24 92.94 C

71 Rifampicin tab 450 mg Kapsul 3900 829 3,233,100 0.24 93.18 C

72 Glucosa inf 5% 500 ml Fls 590 5,460 3,221,400 0.24 93.42 C

73 Tutofusin OPS 500 ml Botol 85 37,500 3,187,500 0.24 93.66 C

74 Glimepiride tab 1 mg Tablet 11610 265 3,076,650 0.23 93.89 C

75 Cetirizine kap 10 mg Kapsul 15860 186 2,949,960 0.22 94.11 C

76 Eritromisin kapsul 500 mg Kapsul 3008 976 2,935,808 0.22 94.33 C

77 Cefixime dry syr 100 mg/5 ml Botol 296 9,000 2,664,000 0.20 94.53 C

78 Comafusin Hepar Botol 40 64,900 2,596,000 0.19 94.72 C

79 Bisakodil suppositoria 5 mg Supp 515 4,990 2,569,850 0.19 94.91 C

80 EAS Pfimmer Botol 50 51,260 2,563,000 0.19 95.11 C

81 Furosemide tab 40 mg Tablet 27000 94 2,538,000 0.19 95.29 C

82 Irbesartan tab 150 mg Tablet 1500 1,496 2,244,000 0.17 95.46 C

83 Ethambutol tab 500 mg Tablet 4802 455 2,184,910 0.16 95.63 C

84 Albumin 20% 50 cc Botol 6 362,250 2,173,500 0.16 95.79 C

85 Paracetamol syrup 120 mg/ 5 ml Botol 1410 1,496 2,109,360 0.16 95.95 C

86 Pulmicord respoles Vial 200 10,500 2,100,000 0.16 96.10 C

Page 181: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

87 Allopurinol tab 300 mg Tablet 8265 220 1,814,168 0.14 96.24 C

88 Omeprazole kap 20 mg Tablet 8075 216 1,744,200 0.13 96.37 C

89 Miconazole 2% cream Tube 556 3,000 1,668,000 0.12 96.49 C

90 Ketoprofen tab 100 mg Supp 600 2,722 1,633,200 0.12 96.61 C

91 Metronidazol tab 500 mg Tablet 9955 164 1,632,620 0.12 96.74 C

92 Salbutamol inhalasi 100 mcg/dosis Botol 24 66,938 1,606,512 0.12 96.86 C

93 Antasida tab Tablet 21300 74 1,576,200 0.12 96.97 C

94 Propylthiouracyl 100 mg tab Tablet 4600 335 1,541,000 0.12 97.09 C

95 Carbamazepine tab 200 mg Tablet 5905 257 1,517,585 0.11 97.20 C

96 Rifampicin tab 600 mg Tablet 1300 1,154 1,500,200 0.11 97.31 C

97 Amitriptylin tab 25 mg Tablet 12550 117 1,468,350 0.11 97.42 C

98 Hidrokortison cream 1% Tube 540 2,699 1,457,460 0.11 97.53 C

99 Stesolid inj 10 mg/ 2 ml Vial 335 4,000 1,340,000 0.10 97.63 C

100 Glimepiride tab 3 mg Tablet 3205 404 1,294,820 0.10 97.73 C

101 Isoniazid tab 100 mg Tablet 18753 68 1,275,204 0.10 97.83 C

102 Captopril tab 25 mg Tablet 14210 89 1,264,690 0.09 97.92 C

103 Eritromicin syr 200 mg/ 5 ml Botol 160 7,893 1,262,880 0.09 98.01 C

104 Tramadol kap 50 mg Kapsul 6405 195 1,248,975 0.09 98.11 C

105 Ramipril tab 5 mg Tablet 2000 600 1,200,000 0.09 98.20 C

106 Budesonid formoterol inhaler 80/4,5 Tbg 10 110,500 1,105,000 0.08 98.28 C

107 Cotrimoxazol tab 480 mg Tablet 6750 145 978,750 0.07 98.35 C

108 Gentarmycin 0,3% OTM Tube 290 3,353 972,370 0.07 98.43 C

109 Seretide inhaler 50 mcg Tbg 10 95,200 952,000 0.07 98.50 C

110 Pyrazinamide tab 500 mg Tablet 4203 220 924,660 0.07 98.57 C

111 Farsorbid 10 mg Tablet 4700 190 893,000 0.07 98.63 C

112 Diltiazem tab 30 mg Tablet 5902 134 790,868 0.06 98.69 C

113 Atracurium hameln inj 10 mg/ml Ampul 20 39,500 790,000 0.06 98.75 C

114 Hydrokortison cream 2,5% Tube 264 2,798 738,672 0.06 98.81 C

115 Spironolacton 25 mg tab Tablet 2200 320 704,000 0.05 98.86 C

116 Calcii Gluconas inj 100mg/ml Ampul 84 8,300 697,200 0.05 98.91 C

117 Levofloxacin tab 500 mg Tablet 1176 575 676,200 0.05 98.96 C

Page 182: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

118 WIDA D5-1/2 NS/TM Botol 80 8,085 646,800 0.05 99.01 C

119 Spiramycin tab 500 mg Tablet 380 1,574 598,120 0.04 99.05 C

120 Prednison tab 5 mg Tablet 4800 119 571,200 0.04 99.10 C

121 Salbutamol tab 2 mg Tablet 9200 62 570,400 0.04 99.14 C

122 Gemfibrozil 600 mg tab Tablet 800 713 570,400 0.04 99.18 C

123 Fenobarbital inj 50 mg/ ml Ampul 300 1,890 567,000 0.04 99.22 C

124 Kalbamin 500 ml Botol 10 56,300 563,000 0.04 99.27 C

125 Amikasin inj 250 mg/ml Vial 10 50,500 505,000 0.04 99.30 C

126 Valproat tab salut 250 mg Tablet 300 1,680 504,000 0.04 99.34 C

127 Doburan inj 250 mg Vial 15 33,000 495,000 0.04 99.38 C

128 Dopamin inj 40 mg/ml Ampul 50 9,800 490,000 0.04 99.42 C

129 Captopril tab 50 mg Tablet 3305 141 466,005 0.03 99.45 C

130 Budesonid inhaler 200 mcg/puff Tbg 5 93,000 465,000 0.03 99.48 C

131 Natrium diclofenac tab 25 mg Tablet 3250 140 455,000 0.03 99.52 C

132 Stesolid rectal 5mg/2,5 ml Tube 30 14,500 435,000 0.03 99.55 C

133 Amoxicillin syrup 125/ 5 ml Botol 160 2,500 400,000 0.03 99.58 C

134 Metoclopramid tab 10 mg Tablet 4100 96 393,600 0.03 99.61 C

135 Epinefhrine inj 1 mg Ampul 45 8,505 382,725 0.03 99.64 C

136 Salbutamol tab 4 mg Tablet 4300 89 382,700 0.03 99.67 C

137 Amiodaron inj 150 mg/ 3 ml Tablet 30 12,480 374,400 0.03 99.70 C

138 Ibuprofen syr Botol 100 3,674 367,400 0.03 99.72 C

139 Ketoconazole tab 200 mg Tablet 1053 310 326,430 0.02 99.75 C

140 Betametason 0,1% cream Tube 212 1,520 322,240 0.02 99.77 C

141 Allopurinol tab 100 mg Tablet 3603 88 317,064 0.02 99.80 C

142 Propranold tab 10 mg Tablet 3800 79 300,200 0.02 99.82 C

143 Valproat tab SR 250 mg Tablet 100 2,793 279,300 0.02 99.84 C

144 Streptomisin serbuk inj 1000 mg/ml Vial 56 3,832 214,592 0.02 99.85 C

145 Loratadine tab 10 mg Tablet 1150 164 188,600 0.01 99.87 C

146 Gentarmycin 0,3% cream Tube 70 2,660 186,200 0.01 99.88 C

147 Ketoconazole cream 2% Tube 72 2,569 184,968 0.01 99.90 C

148 MgSO4 40 ml Ampul 50 3,500 175,000 0.01 99.91 C

Page 183: EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28895/1/ASRIL... · rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya penyusunan Skripsi di

149 Diazepam 2 mg tab Tablet 3700 45 166,500 0.01 99.92 C

150 Paracetamol drops 100 mg/ml Botol 26 5,460 141,960 0.01 99.93 C

151 Lorazepam tab 2 mg Tablet 100 1,381 138,100 0.01 99.94 C

152 Zincpro drops 10 mg/ ml Botol 10 12,840 128,400 0.01 99.95 C

153 Nifedipine 10 mg Tablet 1000 110 110,000 0.01 99.96 C

154 Dexamethasone tab 05 mg Tablet 1500 64 96,000 0.01 99.97 C

155 Haloperidol tab 1,5 mg Tablet 1300 72 93,600 0.01 99.97 C

156 Domperidone tab 10 mg Tablet 503 170 85,510 0.01 99.98 C

157 Glibenklamide tab 5 mg Tablet 1300 58 75,400 0.01 99.99 C

158 MgSO4 20 ml Ampul 25 2,800 70,000 0.01 99.99 C

159 Ofloxacin 200 mg tab Tablet 100 420 42,000 0.00 100.00 C

160 Aminofillin tab 200 mg Tablet 400 82 32,800 0.00 100.00 C

161 Haloperidol tab 5 mg Tablet 300 100 30,000 0.00 100.00 C

162 Cotrimoxazol DOEN II suspense Tablet 50 65 3,250 0.00 100.00 C

163 Asering 500 ml Botol 0 9,000 - 0.00 100.00 C

164 Fentanyl 2 ml Ampul 0 35,610 - 0.00 100.00 C

165 Morfin HCL tab SR 10 mg Tablet 0 15,620 - 0.00 100.00 C

166 Morfin HCL tab SR 15 mg Tablet 0 22,990 - 0.00 100.00 C