jurusan pendidikan agama islam fakultas tarbiyah...
TRANSCRIPT
PRINSIP PENDIDIKAN ISLAM PERSPEKTIF HASAN
LANGGULUNG
SKRIPSI
Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan (S.Pd.)
Oleh:
SAMSUL MUN’IM
11111113
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2018
iii
iii
iv
v
HALAMAN MOTO
“Berhati-hatilah, Dengan perkataan dan perbuatan, Jika sudah
melukai hati seseorang, Bagai paku yg sudah menancap pada kayu
walaupun sudah di jabut tetap membekas”
(Hasan Langgulung)
vi
HALAMAN PERSEMABAHAN
Skripsi ini saya persembahan untuk
1. Kedua orang tuaku, bapak SAMSI ibu SUMILAH yang telanh menjadi pahlawan
dan malaikatku, terimakasih untaian do’a yang selalu tercurahkan, segala
pengorbanan yang sungguh akan terbalas kelak disurga, serta nasihat dan
dukungan setiap hari dan jasamu yang tak ternilai dengan segalanya.bapak,ibuk
seorang petani akan tetapi mengingginkanya 3 anaknya menjadi seorang sarjana
semua atas keuletan bapak, ibuk alhamdulillah semuanya yang diinginkaya
tercapai
2. Kakak tercinta KUAT ISMANTO. M.Ag salah satu dosen dari IAIN
PEKALONGAN yang mengginginkan adiknya ini menjadi sarjana atas
dukunganya saya ucapkan terimakasih, sekarang adiknya bener-bener menjadi
seorang sarjana terimakasih atas bantuan material do’a dan lain sebangainya
3. Adeku SUNANDAR ALWI yang telah duluan lulus di UIN JOGJA yang telah
mendukung dan supot saya agar menyelesaikan skripsi yang saya buat
4. Ponakanku TALITA AULIA DEWI dan KHUDAIFAL FATHUL FALAH
penyemangat dan teman bermain yang sangat lucu - lucu
5. Teman teman IAIN salatiga angkatan 2011 dulu kita bersama mengemban ilmu
akan tetapi kelulusan lah yang menjadi pilihan masing” akan tetati semuanya pasti
ada hikmahnya
6. Organisasi MAPALA MITAPASA yang selalu ada buat saya mulai dari senior
sampe adek- adek sampe generasi sekarng pun tetep dihati, karna mapala tidak
akan terlupakan dan terus menjadi keluarga saya sampe kapan pun.
7. Rekan- rekan satu angkatan yang berjuang untuk lulus ,
INTAN,HERI,USMAN,EHWAN dan yang lain kita berproses terlebih dahulu
baru menikmati hasilnya dikelak nanti ,amin
8. Terimakasih kepada dosen pembimbing yang sudi membimbingan mahasiswanya
ini sehingga bisa lulus
9. Terimakasih kepada dosen staf yang berkaitan dengan skripsi karna saya dan
temen” yang lain sudah dibantu atas berjalanya pembuatan skri dan mengurusi
kelulusan keiklasan dan kepercayaanya pada kita terima kasih.
vii
KATA PENGANTAR
بسن هللا الرحون الرحين
الحود هلل رب العالوين وبه نستعين على اهور الدنيا والدين
والصالة والسال م على اشرف اال نبياء والورسلين سيدنا هحود
و على اله وصحبه اجوعين
Puji syukur kehadirat Allah SWT., Tuhan semesta alam yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis berhasil menyelesaikan
skripsi ini. Shalawat serta salam semoga terlimpahkan kepada Baginda Rasulullah
Muhammad SAW., manusia pilihan pembawa rahmat dan pemberi Syafaat di hari
kiamat.
Skripsi yang berjudul “PRINSIP PENDIDIKAN ISLAM PERSPEKTIF
HASAN LANGGULUNG” ini semoga memberi manfaat dan menginspirasi bagi
siapapun dan berkenan meluangkan waktu terbaiknya untuk membaca dan
merenungkannya. karya penulis yang proses penyelesaiannya tidak semudah yang
dibayangkan. Oleh karena itu, penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi
ini tidak semata-mata usaha dari penulis, melainkan atas bantuan dari berbagai
pihak. Dalam hal ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Rektor IAIN (INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI) Salatiga
2. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruandan Ketua Jurusan Pendidikan
Agama Islam (PAI) IAIN Salatiga
3. Terima kasih kepada dosen pembimbing Dr. M. Ghufron, M. Ag. Telah
memberi pengarahan dalam proses penulisan skripsi dan selalu sabar
viii
menuntun agar terselesainya penelitian ini. Seluruh dosen Pendidikan Agama
Islam (PAI) yang telah bersedia memberi bekal ilmu, dan bertukar pikiran
ilmu, penulis menghaturkan terima kasih yang mendalam.
4. Terima kasih kepada keluarga besar Samsi yaitu bapak saya yang selalu
mendukung, mendorong, dan memberi semangat dalam pendidikan umum
maupun Islam, tidak lupa pula Ibu tercinta Sumilah yang selalu mendoakan
saya setiap saat. Kakak saya Kuat Ismanto dan Adik saya Muhammad
Sunandar Alwi yang selalu memberi arahan agar tercapai dan terselesainya
penelitian skripsi ini hanya bisa mengucapkan banyak-banyak terima kasih.
5. Terima kasih kepada seluruh pihak terkait yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu. Terima kasih atas bantuan terhadap penulis dalam
menyelesaikan penelitian ini semoga bermanfaat, amin.
Atas bantuan dan dukungan dari berbagai pihak di atas, penelitian ini dapat
diselesaikan. Penulis hanya bisa berdoa, semoga semua pihak yang terkait dalam
penyusunan skripsi ini senantiasa mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah
SWT. Penulis berharap mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Penulis sangat menyadari bahwa
skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
konstruktif sangat penulis harapkan demi perbaikan skripsi ini.
Salatiga, 13 Maret 2018
Penulis,
Samsul Mun’im
11111113
ix
ABSTRAK
Mun’im, Samsul, 2018, Prinsip Pendidikan IslamPerspektif Hasan Langgulung.
Skripsi. FakultasTarbiyah dan Ilmu Keguruan. Program Studi Pendidikan
Agama Islam.Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. M.
Ghufron, M.Ag.
Kata kunci: Prinsip, Pendidikan, Islam
Pendidikan merupakan modal dasar atau titik sentral yang menjadi subyek
pembangunan, karena pembangunan terutama ditentukan oleh kualitas sumber
daya manusianya, terlebih lagi era sekarang ini sebagai era yang penuh dengan
persaingan. Upaya pengembangan kualitas sumber daya manusia dapat dilakukan
melalui berbagai jalur diantaranya pendidikan.
Penelitian ini merupakan prinsip pendidikan Islam dalam upaya relevansi
pendidikan Islam sekarang. Pertanyaan utama dalam penelitian adalah (1)
Bagaimanakahprinsip pendidikan Islam perspektif Hasan Langgulung?, (2)
Bagaimanakah relevansi pemikiran pendidikan Islam Hasan Langgulung dengan
konteks pendidikan Islam sekarang?. Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka
penelitian ini menggunakan penelitian kepustakaan dan pengumpulan data
dilakukan dengan buku-buku karya Hasan Langgulung dan yang mendekatinya
yang kemudiaan di cari pemikiran tentang prinsip pendidikan Islam.
Hasil penelitian ini bahwa prinsip pendidikan Islam menurut Hasan
Langgulung adalah meningkatkan sumber daya manusia yang dimilikinya dengan
potensi jasmani dan rohani yang ada pada manusia. Bahwa agama menjadi
landasan pendidikan Islam agar terbentuknya insan saleh dan masyarakat
saleh.Pendidikan Islam diera sekarang harus meningkatkan prinsip pendidikan
Islam dengan manajemen pendidikan Islam khususnya kurikulum
pendidikan.Prinsip pendidikan Islam mempunyai masalah yang tidak mungkin
diselesaikanoleh sekelompok masyarakat. Problem utamanyaadalah kualitas
pendidikan rendah, sehingga menghasilkan pendidikankualitas sumber daya
manusia yang rendah. Rendahnya kualitas sumber daya manusia mengimbas
padarendahnya karakter bangsa. Oleh karena itu, masalah pendidikan agamaIslam
menjadi tanggung jawab bersama seluruh elemen bangsa, tidakmemandang suku,
ras dan agama. Untukmengatasi perkembangan zaman pendidikan agama Islam
ditekankanpada tiga fungsi utamanya yaitu fungsi akademik, psikologis,
danfungsi sosial sekaligus secara imbang dan padu. Manusia yang dapat
mengembangkan prinsip pendidikan Islam dapat meningkatkan sumber daya
manusia yang dimilikinya.
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................. i
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ........................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN ...................................... iv
HALAMAN MOTTO ............................................................................ v
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................ vi
KATA PENGANTAR ............................................................................ vii
ABSTRAK ............................................................................................. ix
DAFTAR ISI ........................................................................................... x
BAB I : PENDAHULUAN .............................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................. 3
C. Tujuan Penelitian .............................................................. 4
D. Kegunaan Penelitian .......................................................... 4
E. Metode Penelitian .............................................................. 4
F. Kajian Pustaka .................................................................. 8
G. Penegasan Istilah .............................................................. 10
H. Sistematika Penulisan ....................................................... 12
BAB II :BIOGRAFI HASAN LANGGULUNG ............................ 13
A. Riwayat Hasan Langgulung dan Keluarga ........................ 13
B. Pendidikan ........................................................................ 14
xi
C. Karya ................................................................................ 18
BABIII :PEMIKIRAN PRINSIP PENDIDIKAN
ISLAMHASAN LANGGULUNG ..................................... 21
A. Pengertian Pendidikan Islam ............................................ 21
B. Prinsip Pendidikan Islam .................................................. 24
C. Tujuan Pendidikan Islam .................................................. 27
BAB IV : ANALISISPENDIDIKAN ISLAM MENURUT
HASAN LANGGULUNG DAN RELEVANSI DENGAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI ERA SEKARANG 35
A. Analisis Pemikiran Pendidikan IslamMenurut Hasan
Langgulung ...................................................................... 35
B. Relevansi Pendidikan Islam Menurut Hasan Langgulung
dengan Ranah PendidikanNasional ................................. 41
C. Relevansi Pemikiran Hasan Langgulung dengan
Pendidikan Islam Sekarang .............................................. 66
BAB V : PENUTUP .......................................................................... 61
A. Kesimpulan ....................................................................... 61
B. Saran ................................................................................. 62
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 63
13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pengembangan pendidikan merupakan periotas utama yang harus
ditingkatkan khususnya pendidikan Islam, sehingga dengan demikian dapat
memiliki segala kemampuan yang dibutuhkan dalam pembangunan di segala
bidang. Pendidikan adalah hal penting yang menjadi sorotan semua bangsa,
karena dengan pendidikan dapat diketahui bangsa tersebut bermartabat atau tidak.
Pendidikan banyak mengajarkan kita tentang pentingnya kesadaran diri dalam
berbenah, memperbaiki tingkah laku, mampu mempunyai nalar yang kritis dan
mampu membaca segala perubahan yang sekali waktu dapat terjadi dan menuntut
kita untuk segera berubah dan beranjak dari ketertinggalan.
Apabila dikaitkan dengan pendidikan, maka prinsippendidikan dapat
sebagai kebenaran yang universal sifatnya danmenajadi dasar dalam merumuskan
perangkat pendidikan. Prinsippendidikan diambil dari dasar pendidikan, baik
berupa agamaatau ideologi negara yang dianut. Prinsip pendidikan Islam
jugaditegakkan di atas dasar yang sama dan berpangkal dari pandanganIslam
secara filosofis terhadap jagad raya, manusia, masyarakat,ilmu pengetahuan dan
akhlak.Pandangan Islam terhadap masalah-masalah tersebut, melahirkan berbagai
prinsip dalampendidikan Islam.
Pendidikan merupakan peran strategis dalam pembinaan kepribadian
manusia. Di dalam pendidikan, baik sekolah maupun madrasah, terjadi proses
transformasi yang berlangsung melalui pembelajaran sesuai kurikulum yang
14
berisikan berbagai bidang ilmu pengetahuan dan nilai-nilai yang berlaku di
masyarakat (Muhammad Faturrohman, 2012: 1).
Dalam hal lain Hasan Langgulung mendefinisikan pendidikan Islam
adalah suatu proses spiritual akhlaq yang berusaha membimbing manusia dan
memberinya nilai-nilai prinsip dan teladan ideal dalam kehidupan yang bertujuan
mempersiapkan kehidupan manusia di dunia dan akhirat (Abdul Khaliq dkk,
1999: 12).
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa Hasan Langgulung
memandang pendidikan adalah proses pengajaran yang bertujuan menyeluruh,
baik transformasi pengetahuan, penghayatan dan penyadaran serta pembentukan
sikap atau prilaku. Dengan demikian, tujuan akhir pendidikan menurut Hasan
Langgulung adalah tercapainya berbagai ranah pengetahuan tersebut. Di samping
itu, pendidikan menurutnya adalah proses pengajaran yang dilakukan oleh
manusia kepada manusia, tidak terhadap makhluk hidup yang lain.
Memahami kondisi demikian, maka diperlukan konsep baru tentang
manusia yang mempunyai landasan yang kuat dan jelas, sehingga manusia
dipandang dan ditempatkan secara benar dalam artian sesungguhnya. Untuk itu
diperlukan mengenai prinsip pendidikan Islam yang berkualitas, sehingga
persoalan kritis kemanusiaan khususnya sumber daya manusia sekarang ini
diharapkan mendapat solusi alternatif dalam pemecahan permasalahan khususnya
dalam pendidikan Islam.
15
Berdasarkan penjelasan di ataspendidikan adalah proses pengajaran yang
bertujuan menyeluruh, baik transformasi pengetahuan, penghayatan dan
penyadaran serta pembentukan sikap atau prilaku. Dengan demikian, tujuan akhir
pendidikanadalah tercapainya berbagai ranah pengetahuan tersebut. Di samping
itu, pendidikan menurutnya adalah proses pengajaran yang dilakukan oleh
manusia kepada manusia, tidak terhadap makhluk hidup yang lain.Pada gilirannya
dapat menolong dirinya untuk menghadapi berbagai tantangan hidup di era
modern yang penuh persaingan.
Apabila dikaitkan dengan kontek kontemporer yang masih dalam
pencarian jati dirinya, maka prinsip pendidikan Hasan Langgulung dapat menjadi
keilmuan yang perlu dikritisi bahkan dikaji kembali dalam aplikasinya pada
pendidikan di Indonesia pada umumnya. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti
bermaksud untuk mengetahui lebih jauh tentang relevansi pendidikan sekarang
dengan prinsip pendidikan Islam perspektif Hasan Langgulung.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang masalah di atas, bahwa peneliti dapat
menarik beberapa rumusan masalah diantara lainnya:
1. Bagaimana prinsip pendidikan Islam perspektif Hasan
Langgulung?
2. Bagaimana relevansi pemikiran pendidikan Islam Hasan
Langgulung dengan konteks pendidikan Islam sekarang?
16
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan:
1. Megetahui prinsippendidikan Islam menurut HasanLanggulung.
2. Untuk mengetahui relevansi pemikiran Hasan Langgulung dengan
pendidikan agama Islam diera sekarang.
D. Kegunaaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memberi manfaat, baik dari segi teoritis
maupun praktis yang berguna untuk memberikan sumbangan pelaksanaan
penelitian.
1. Memberikan kontribusi terhadap pengembangan pemikiran
pendidikanIslam.
2. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan mengenai
prinsippendidikan Islamperspektif Hasan Langgulung.
E. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan beberapa metode. Adapun langkah-langkah
yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagaiberikut:
1. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif.
Penelitian kualitatif adalah dimana peneliti melakukan penelitian pustaka
atau library research, yaitu model penelitian yang datanya diperoleh
dilakukan terhadap informasi yang didokumentasikan dalam bentuk tulisan
17
baik dalam bentuk buku, jurnal, artikel, internet maupun yang lainnya
yang memiliki keterkaitan dengan fokus permasalahan yang akan dibahas
(Suharsimi Arikunto, 2005: 244).
2. Sumber Data
Dalam pengambilan dan pengumpulan data penelitian
menggunakan metode dokumentasi. Data berupa buku, artikel, dokumen
dan lain sebagainya. Penelitian ini berisi kutipan-kutipan data untuk
memberi gambaran penyajian laporan (Arikunto, 1987: 135). Sedangkan
data-data tersebut dibagi menjadi dua bagian, yaitu primer dan sekunder.
a. Sumber Data Primer
Sumber data primer adalah sumber data yang paling utama
digunakan dan sesuai dengan permasalahan dalam peneliti ini. Adapun
sumber data primer dalam penelitian ini adalah yaitu terdiri dari karya
Hasan Langgulung di antaranya: Manusia dan Pendidikan Pustaka
Alhusna, Pendidikan dan Peradapan Islam (Suatua Analisa Sosio-
Psikologi) Pustaka Alhusna, Beberapa Pemikiran tentang Pendidikan
Islam PT Al Ma‟arif , Asas-asas Pendidikan Islam Pustaka Alhusna,
Pendidikan Menghadapi Abad ke-21 Pustaka Alhusna, Kretivitas dan
Pendidikan Islam Pustaka Alhusna.
18
b. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder yang berupa sumber-sumber lainnya yang
relevan dengan pembahasan yang baik itu berupa buku-buku majalah,
artikel, makalah, dan hasil-hasil penelitian lainnya. Oleh karena itu sumber
lain akan menjadikan data tambahan dalam penelitian ini seperti buku-
buku, artikel, makalah ataupun yang lainnya yang sekiranya mendekatinya
(Marzuki, 1987: 55-56). Buku karangan Abudin Nata, Filsafat Pendidikan
Islam, Tokoh-tokoh Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia dan
H.A.R. Tilaar, Pendidikan dalam Pembangunan Nasional Menyongsong
Abad XXI.
3. Analisa Data
Analisis data yang digunakan adalah analisis isi (Content Analysis)
yaitu suatu tekhnik penelitian untuk membuat inferensi yang dapat ditiru
(Replicate) dan shahih data dengan mempertimbangkan konteksnya.
Dokumen yang dianalisis yaitu berupa informasi yang didokumentasikan
yang berupa tulisan yang terdapat objek penelitian ini. Maksudnya adalah
tekhnik yang digunakan untuk menarik kesimpulan melalui usaha untuk
menemukan karakristik pesan, yang penggarapannya dilakukan secara
objektif dan sistematik (Sumardi Suryabrata, 1983: 94).
Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif, maka teknik
analisa datanya menggunakan teknik analisa data pustaka, yang mana
metode pustaka adalah cara-cara tertentu yang perlu ditempuh dalam
19
rangka mengumpulkan, menyusun, menyajikan, menganalisis dan
memberikan interpretasi terhadap sekumpulan bahan keterangan yang
berupa buku agar dapat memberikan pengertian dan makna tertentu. Untuk
menganalisis data penulis menggunakan beberapa metode, yaitu:
a. Metode Deskriptif
Metode deskriptif yaitu perumusan filsafat tersembunyi
dideskripsikan sedemikian rupa sehingga terus menerus ada referensi pada
masalah konkret sedetail-detailnya (Anton dan Achmadi, 1994: 112).
Peneliti melakukan analisis data dengan metode deskripsi, yaitu
menggambarkan pemikiran-pemikiran Hasan Langgulung tentang materi
yang terkait dengan penelitian.
b. Metode Analisis
Metode Analisis adalah data yang cara penanganan terhadap obyek
ilmiah dengan jalan memilih-milih antara pengertian yang satu dengan
pengertian yang lain untuk mendapatkan pengertian yang baru
(Sumargono, 1989: 21). Data yang terkumpul selanjutnya penulis analisa
dengan menggunakan teknik analisa data, dengan cara:
1) Kategorisasi
Kategorisasi adalah upaya memilah-milah setiap satuan ke dalam
bagian-bagian yang memiliki kesamaan (Moleong, 2011: 288).
Kategorisasi dilakukan untuk memudahkan peneliti dalam menyatukan
20
data-data tersebut. Peneliti melakukan kategorisasi dengan cara memilah
setiap data yang didapatkan setelah data didapatkan dari dokumen atau
buku-buku terkait peneliti menyatukan kesamaan dengan prinsip
pendidikan Islam perspektif Hasan Langgulung.
2) Sintesis
Sintesis adalah mencari kaitan antara satu kategori dengan kategori
yang lain agar bertemu titik permasalahan (Moleong, 2011: 289). Data
yang telah dikategorikan oleh peneliti kemudian dicari titik temu satu
sama lain dan kemudian disatukan dalam pembahasan yang sama sehingga
menjadi sebuah penjelasan yang utuh prinsip pendidikan Islam perspektif
Hasan Langgulung.
F. Kajian Pustaka
Untuk memastikan orisinilitas kajian ini, sangat penting kiranya
pemaparan beberapa karya ilmiah yang sudah ada. Sehingga dapat menjadi
masukan keadalam kajian pustaka guna memberi referensi dan mempermudah
peneliti untuk mengetahui hal-hal yang belum dibahas oleh peneliti sebelumnya,
karya-karya itu adalah sebagai berikut:
1. Skripsi Fauzi Abdullah, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan
Kalijaga 2009, tentang Stategi Peningkatan Kualitas Sumber Daya
Manusia Berkualitas Menurut Pemikiran Hasan Langgulung (Perspektif
Pendidikan Islam). Seperti yang digambarkan dalam judul skripsi ini,
fokus pembahasannya yaitu bagaimana Hasan Langgulung dalam
21
meningkatkan kualitas sumber daya manusia, namun berbeda dengan
penilitian yang akan peniliti lakukan yaitu lebih fokus pada prinsip dan
relevansi pendidikan Islam Sekarang.
2. Skripsi Chaerul Anwar, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah 2009, yang berjudul Strategi Pendidikan Dalam
Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia (Studi Komparasi Atas
Pemikiran Ki Hajar Dewantoro dengan Hasan Langgulung). Mengulas
bagaimana pendapat kedua tokoh tersebut dan dikomparasikan tentang
penidikan Islam dalam meningkatkan sumber daya manusia. Namun
sangat berbeda dengan penelitian ini yang lebih menitikberatkan pada
prinsip dan relevansi pendidikan Islam sekarang.
3. Skripsi Taufiq, Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah
Surakarta 2014, yang berjudul Pemikiran Pendidikan Islam Menurut
Hasan Langgulung Dalam Perspektif Psikologi. Menjelaskan pendidikan
Islam dari segi psikologinya dan berbeda dengan penelitian yang akan
dilakukan peniliti yaitu perbedaan sudut pandang dari prinsip dan
relevansi pendidikan Islam sekarang.
Dari beberapa uraian karya di atas sedikit sudah disinggung tentang
pemikiran-pemikiran yang muncul dari Hasan Langgulung, oleh karena itu
penelitian ini merupakan pelengkap untuk menelusuri dan mengkaji prinsip
pendidikan Islam perspektif Hasan Langgulung, beberapa karya di atas sangat
penting dijadaikan pendukung dan rujukan dalam penelitian ini.
22
G. Penegasan Istilah
Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekaburan dalam penafsiran
judul, maka perlu dikemukakan maksud dari kata-kata dan istilah yang digunakan
dalam judul penelitian ini. Adapun batasan istilah tersebut adalah sebagai berikut:
1. Prinsip
Prinsip berasal dari bahasa Inggris (principle) yang berarti tempat/titik
permulaan, asas,dasar, dan fondamen. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI), prinsip asas (kebenaran yang menjadi pokok dasarberpikir,
bertindak, dan lain sebagainya). Prinsipdapat diartikan asas atau fondamen
pokok untuk sesuatu ituterwujud. Prinsip pendidikan Islam artinya asas atau
fondamen yang mendasari terbentuknya pendidikan Islam terutama sebagai
sebuah sistem pendidikan yang memiliki karakteristik tersendiri sekaligus
membedakan dengan sistem pendidikan lainnya (Kamrani Buseri, 2014: 285)
Apabila dikaitkan dengan pendidikan, maka prinsippendidikan dapat
sebagai kebenaran yang universal sifatnya danmenjadi dasar dalam
merumuskan perangkat pendidikan. Prinsippendidikan diambil dari dasar
pendidikan, baik berupa agamaatau ideologi negara yang dianut. Prinsip
pendidikan Islam jugaditegakan di atas dasar yang sama dan berpangkal dari
pandanganIslam secara filosofis terhadap jagad raya, manusia,
masyarakat,ilmu pengetahuan dan akhlak. Pandangan Islam terhadapmasalah-
masalah tersebut, melahirkan berbagai prinsip dalampendidikan Islam.
23
2. Pendidikan
Pendidikan Islam sangat penting dan strategis dalam rangka
menanamkan nilai-nilai spiritual Islam, tetapi hal ini baru berupakan sebagian
dari seluruh kerangka pendidikan Islam. Pengertian pendidikan agama Islam
adalah “usaha yang lebihkhusus ditekankan untuk mengembangkan fitrah
keberagaman dan sumber daya insani agar lebih mampu memahami,
menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam”(Achmadi 1987:10).
Sedangkan Hasang Langgulung Pendidikan adalah proses pengajaran yang
bertujuanmenyeluruh, baik transformasi pengetahuan, pengahayatan
danpenyadaran serta pembentukan sikap atau prilaku. Dengan demikian,tujuan
akhir pendidikan menurut Langgulung adalah tercapainya berbagairanah
pengetahuan tersebut. Di samping itu, pendidikan menurutnyaadalah proses
pengajaran yang dilakukan oleh manusia kepada manusia,tidak terhadap
makhluk hidup yang lain.
3. Islam dalam Konteks Pendidikan
Epistemologi Islam dalam konteks pendidikan adalah bagaimana Islam
memberikan dasar pijak dan prinsip prinsip berkenaan dengan isu
memanusiakan manusia menjadi manusia menurut pandangan Islam. Atas
dasar pijak dan prinsip itulah dipadukan dengan pengalaman emprik para
tokoh pendidik muslim akan menelorkan sejumlah gagasan bagaimana
memproses manusia menjadi manusia menurut pandangan Islam, dan atas
24
semua itulah akan menelorkan ilmu pendidikan Islam (Kamreni Buseri, 2014:
15).
H. Sistematika Penulisan
Dalam rangka mempermudah penelitian skripsi, maka peneliti membagi
menjadi lima bab yang dijabarkan menjadi sub-sub bab yang utuh dan integral.
Adapun sistematikanya sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan yang berisikan latar belakang, rumusan masalah,
tujuan penelitian, kegunaan penelitian, metode penelitian,
penegasan istilah dan sistematika penulisan.
BAB II : Biografi Hasan Langgulung yang memuat riwayat keluarga dan
pendidikan, pengabdian dan karya- karya intelektual.
BAB III : Pemikiran prinsip pendidikan Islam Hasan Langgulung yang
dalamnya meliputi pengertian, , dan tujuan pendidikan Islam.
BAB IV : Relevansi pemikiran pendidikan agama Islam dengan konteks
pendidikan Islam diera sekarang, yang di dalamnya berisi analisis
dan hakikat pendidikan Islam, relevansi pendidikan Islam dengan
ranah nasional dengan pemikiran pendidikan Islam perspektif
Hasan Langgulung di era sekarang.
BAB V : Penutup yang meliputi kesimpulan dan saran.
13
BAB II
BIOGRAFI HASAN LANGGULUNG
A. Riwayat Hasan Langgulung dan Keluarga
Dalam mengkaji pemikiran seseorang tentunya tidak cukup
hanyamengetahui gagasan-gagasan atau pemikiran-pemikirannya saja. Akantetapi
juga harus berusaha mengetahui latar belakang hidupnya, perjalananintelektual
dan pendidikannya. Dengan memahami biografi, dapatmengetahui bagaimana
pola pikir seseorang terbentuk. Untuk memahami dan mendalami kepribadian
seseorang dituntut pengetahuan latar belakang lingkungan sosio-kultural di mana
tokoh itu dibesarkan, bagaimana proses pendidikan formal dan informal yang
dialami. Serta watak-watak orang yang ada di sekitarnya (Sartono Kartodirdjo,
2016: 86-87).
Setidaknya ada dua hal sebagai dasar pemahaman biografi kehidupan
seorang tokoh yang sangat penting untuk diperhatikan yaitu, faktor keturunan dan
lingkungan. Faktor keturunan atau keluarga adalah peletak dasar, sedangkan
lingkungan merupakan pengubah dasar-dasar itu menjadi baik atau buruk yang
nantinya akan membentuk dan memunculkan pemikirannya (Dimiyati Mahmud,
1989: 66).
Hasan Langgulung (bukan Hassan, rangkap s) Dalam beberapa bukunya
namanya kadang-kadang ditulis dengan Hassan (rangkap huruf s), antara lain
buku, psikologi dan kesehatan mental di sekolah-sekolah. Menurut penjelasan
Hasan Langgulung, yang benar adalah Hasan (tidak rangkap huruf s). Lahir di
Rappang, Sulawesi Selatan, Indonesia, tanggal 16 Oktober 1934. Data tentang
14
tempat kelahiran Hasan Langgulung terdapat dalam riwayat hidup di bagian akhir
dari buku-bukunya (Hassan Langgulung, 2003: 413)
Dari pasangan Tan Rasula dan Siti Aminah. Nama Hasan Langgulung
sebenarnya adalah sebutan yang diberikan oleh pihak kerajaan Makassar kepada
bapaknya (Tan Rasula), karena kulitnya yang lebih putih di banding orang-orang
Makassar pada umumnya. Hasan Langgulung, biasanya sebutan untuk seekor
kuda yang bulunya berwarna putih bersih (kuda gulung). Akhirnya, sebutan
tersebut menjadi bagian dari namanya, yakni Hasan Langgulung. Jadi, Hasan
Langgulung adalah nama lengkap dan resmi yang dipakainya dalam berbagai
kesempatan, termasuk dalam hal-hal yang berhubungan dengan administrasi
(Hasan Langgulung, 2003: 413).
Pada tanggal 22 September 1972, Hasan Langgulung melepas masa
lajangnya dengan menikahi seorang perempuan bernama Nuraimah Muhammad
Yunus. Pasangan ini dikaruniai dua orang putra dan seorang putri, yaitu Ahmad
Taufiq, Nurul Huda, dan Siti Zakiah. Keluarga ini tinggal di sebuah rumah di
jalan B 28 Taman Bukit, Kajang, Malaysia. Hasan Langgulung meninggal pada
usianya yang ke- 73, tepatnya di Kuala Lumpur pada Sabtu 2 Agustus 2008 Pukul
19.47 waktu setempat. Hasan meninggal dunia karena penyakit stroke dan
dimakamkan di Taman Pemakaman Sentul, Kuala Lumpur (Kawardi, 2000: 140).
B. Pendidikan
Pendidikan dasar diselesaikannya di tempat kelahirannya, Rappang,
Sulawesi Selatan. Setelah menyelesaikan pendidikan dasar, Hasan Langgulung
15
melanjutkan studinya ke tingkat sekolah menengah pertama (SMP) dan sekolah
Islam (SI) di Makassar, tahun 1949-1952. Dengan modal kemauan dan semangat
yang besar, setelah menyelesaikan studinya di Makassar, Hasan Langgulung
berangkat ke Mesir (Hasan Langgulung, 2003: 413).
Hasan Langgulung menceritakan bahwa ketika studi di Mesir dan juga
Amerika adalah atas biaya sendiri, bukan beasiswa dari pemerintah Indonesia.
Hasan Langgulung menyatakan tidak mengetahui secara persis alasan mengapa
pemerintah menutup semua bantuan pendidikan ke luar negeri. Untuk
mendapatkan biaya hidup (living cost) selama di Mesir Hasan Langgulung
mendapatkan honorarium dari sekolah Indonesia di Kairo yang didirikannya.
Hasan Langgulung mengajar di sekolah tersebut dan pernah menjabat sebagai
kepala sekolah tahun 1957-1968.
Pada tahun 1962, Hasan Langgulung berhasil meraih gelar B.A dalam
bidang bahasa Arab dan studi keislaman dari Fakultas Dar al „Ulum, Cairo
University, Mesir. Setahun berikutnya 1963, ia memperoleh gelar Diploma of
Education(General) dari Ein Shams University, Cairo. Tahun 1964, memperoleh
Diploma dalam bidang Sastra Arab Modern dari Institute of Higher Arab Studies,
Arab Leage, Cairo. Tiga tahun berikutnya 1967 Hasan Langgulung mendapatkan
gelas M.A. dalam bidang Psikologi dan Kesehatan Mental Hygiene dari Ein
Shams University, Kairo (Hasan Langgulung, 2003: 413).
Setelah memperoleh gelar M.A dari Ein Shams University, Cairo, Hasan
Langgulung melanjutkan studinya ke University of Georgia, Amerika Serikat dan
16
memperoleh gelar Doctor of Philosophy (Ph.D) dalam bidang kreativitas manusia.
tahun 1971, dengan judul disertasi A Cross Cultural Study of the Child
Conception of Situational Causality in India, Western Samoa, Mexico and United
State. (Hasan Langgulung, 2003: 413).
Selama studi di Amerika, Hasan Langgulung banyak melakukan kegiatan
keilmuan, baik sebagai peneliti maupun pengajar, antara lain sebagai asisten
peneliti pada University of Georgia tahun 1968-1969, asisten peneliti pada
Georgia Studies of Creative Behavior tahun 1969-1970, konsultan psikologi pada
Stanford Research Institute Menlo Park, California tahun 1970, dan menjadi
asisten pengajar pada University of Georgia tahun 1970-1971. Informasi tentang
kegiatan Hasan Langgulung selama studi di Amerika tersebut terdapat dalam
riwayat hidupnya pada halaman terakhir buku-bukunya (Hasan Langgulung, 2003:
413)
Berbagai aktivitas yang dilakukan Hasan Langgulung di Amerika tersebut
menunjukkan adanya pengakuan terhadap kapasitas keilmuan yang dimilikinya.
Bagaimanapun, Hasan Langgulung adalah orang luar yang masuk sebagai
pendatang di lingkungan University of Georgia. Oleh karena itu, tidak mudah bagi
Hasan Langgulung untuk terlibat dalam kegiatan-kegiatan keilmuan apabila tidak
memiliki kelebihan yang menonjol.
Sejak tahun 1971, Hasan Langgulung menjalani kehidupannya sebagai
akademisi di Malaysia. Ia adalah orang yang diserahi tugas membangun dan
mengembangkan jurusan pendidikan hingga menjadi Fakultas Pendidikan di
17
Universitas Kebangsaan Malaysia (UKM). Hasan Langgulung menjadi ketua
jurusan pertama jurusan pendidikan UKM, demikian juga menjadi dekan
pertamanya ketika jurusan tersebut menjadi Fakultas. Tahun 1989, Hasan
Langgulung juga diminta untuk membangun dan mengembangkan Department of
Education International Islamic University Malaysia (IIUM) saat universitas
tersebut didirikan.
Menurut Hasan Langgulung, IIUM didirikan untuk memenuhi kebutuhan
umat Islam terhadap sebuah lembaga pendidikan tinggi Islam bertaraf
internasioal, sehingga dapat mengangkat citra umat Islam di dunia. Oleh karena
itu, universitas ini ditata dan dijalankan dengan standar internasional, baik
kurikulum pendidikannya, mahasiswa, fasilitas, dan tenaga pengajarnya. Hasan
Langgulung akhirnya diangkat sebagai ketua jurusan pertama Departement of
Education IIUM.
Riwayat pendidikan yang pernah dilalui oleh Hasan Langgulung secara
kronologis dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Sekolah Dasar di Rappang Ujung Pandang, tahun 1943-1949.
2. Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Islam di Ujung
Pandang tahun 1949- 1952.
3. B. I. Inggris di Ujung Pandang, tahun 1957-1962.
4. B.A. dalam Islamic Studies dan Fakultas Dar al-Ulum, Cairo
University, 1957-1962.
18
5. Diploma of Education (General), Ein Shams University, Cairo 1963-
1964.
6. Special Diploma of Education (Mental Hygiene), Ein Shams
University, Cairo 1963-1964.
7. M.A. dalam Psikologi dan Kesehatan Mental (Mental Hygiene) Ein
Shams University, Cairo 1967.
8. Ph. D. dalam Psikologi. University of Georgia, Amerika Serikat, tahun
1971.
9. Diploma dalam Sastra Arab Modern dari Institute of Higher Arab
Studies, Arab League, Cairo, 1964.
C. Karya
Hasan Langgulung telah menghasilkan banyak karya ilmiah dengan
menggunakan bahasa Indonesia, bahasa Inggris, maupun bahasa Arab. Yaitu
berupa buku, makalah, terjemahan, dan berbagai artikel yang tersebar di berbagai
majalah di dalam dan di luar Negeri. Tulisannya membahas berbagai macam
persoalan yang berkisar tentang pendidikan, psikologi, filsafat, dan Islam. Di
antara karya-karya tersebut adalah:
1. Thesis: al-Murahiq al-Indonesia: Ittijahatuh Wa Darjat Tawafuq „Indahu.
Tesis M.A. Ein Shams University, Cairo, 1967.
2. Disertasi: A Cross – Cultural Study Of The Child Conception Of
Situasional Causality In India, Western Samoa, Mexico And The United
States, Disertasi Ph.D., University of Georgia, Amerika Serikat, 1971.
19
3. The Ummatic Paradigm for Psychology, dalam,Mizan: Islamic Forum of
Indonesia for World Culture and Civilization,Religion and the Spirit of
World-Peace, Vol.III, No.2, 1990.
4. Asas-Asas Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka Al-Husna Baru, 2003,terbit
pertama tahun 1985.
5. Beberapa Pemikiran tentang Pendidikan Islam, Bandung: PT.AlMa’arif,
1995, ditulis tahun 1979.
6. Kreativitas dan Pendidikan Islam Analisis Psikologi dan Falsafah,Jakarta:
Pustaka A-Husna, 1991.
7. Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologi dan Pendidikan,Jakarta:
Pustaka Al-Husna, 1989, terbit pertama tahun 1984.
8. Pendidikan dan Peradaban Islam, Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1985.
9. Pendidikan Islam dalam Abad 21, (edisi revisi), Jakarta: Pustaka AlHusna
Baru, 2003, ditulis pertama tahun 1988 dan direvisi tahun2002.
10. Pendidikan Islam Suatu Analisa Sosio-Psikologikal, Kuala
Lumpur:Pustaka Antara, 1979.
11. Pengenalan Tamaddun Islam dalam Pendidikan, Kuala Lumpur:Dewan
Bahasa dan Pustaka, 1992.
12. Peralihan Paradigma dalam Pendidikan Islam dan Sains Sosial,Jakarta:
Gaya Media Pratama, 2002.
13. Psikologi dan Kesihatan Mental di Sekolah-Sekolah, Kuala
Lumpur:Penerbit UKM, 1983.
14. Teori-Teori Kesihatan Mental, Selangor: Pustaka Huda, 1983.
20
Hasan Langgulung menerima berbagai macam penghargaan internasional.
Namanya tercatat dalam berbagai buku penghargaan dan beberapa penghargaan
lainnya. Namanya tercatat dalam buku-buku penghargaan di bawah ini:
1. Directry of American Psychologikal Assosiation.
2. Who Is Who In Malaysia.
3. International Who‟s Who of Intellectuals.
4. Who‟a Who In The Word.
5. Directory of Cross-Cultural Research And Researches.
6. Men of Achievment.
7. The International Register Profiles.
8. Who‟s Who In Tho Commonwealth.
9. The International Book of Honour.
10. Directory of American Educational Research Association.
11. Asia‟s Who‟s Who of Men And Women of Achievment And Distinction.
12. Community Leaders of The World.
13. Progressive Personalities In Profile.
21
BAB III
PEMIKIRAN PRINSIP PENDIDIKAN ISLAM HASAN LANGGULUNG
A. Pengertian Pendidikan Islam
Pendidikan dalam pengertian seluas-luasnya muncul dan berkembang
seiring denganditurunkannya al-Qur‟an kepada manusia melalui Nabi Muhammad
SAW. Wahyu pertamasarat dengan spirit bagaimana usaha-usaha pendidikan
dimulai. Dalam kitab suci al-Quran memuat sejumlah dasar umum pendidikan,
maka al-Quran sendiri pada prinsipnya dapat dikatakan sebagai pedoman
normatif-teoritis dalam pelaksanaan pendidikan Islam. Ayat-ayat yang tertuang
dalam al-Qur’an merupakan prinsip dasar yangkemudian diterjemahkan oleh para
ahli menjadi suatu rumusan pendidikan Islam yang dapat mengantarkan pada
tujuan pendidikan yang sebenarnya.
Secara sederhana para ahli pendidikan Islam mencoba mengembangkan
konsep-konsepnya dari kedua sumber ini, yaitu al-Qur’an dan Sunnah sebagai
dasar ideal pendidikan Islam. Dasar ideal ini kemudian yang menjadi akar
pendidikan sebagai sumber nilai kebenaran dan kekuatan. Nilai-nilai yang
dipahami dari al-Qur’an dan Sunnah ini adalah cermin nilai yang universal yang
dapat dioprasionalkan ke berbagai sisi kehidupan umat sekaligus sebagai standar
nilai dalam mengevaluasi jalannya kegiatan pendidikan Islam (Azyumardi Azra,
1999: 7).
Menurut Hasan Langgulung istilah pendidikan yang sudah dijelaskan di
atas tadi bahwa dalam bahasa Inggris adalah education, berasal dari bahasa latin
yaitu educere, yang berarti memasukkan sesuatu, barangkali memasukkan ilmu
22
kekepala seseorang. Dalam hal ini bahwa ilmu adalah proses memasukkan ke
kepala orang, jadi ilmu itu memang memasukkan ilmu ke kepala (Hasan
Langgulung, 1989: 2).
Dalam arti yang lebih luas Hasan Langgulung mengartikan pendidikan
sebagai usaha memindahkan nilai-nilai kebudayaan kepada setiap individu dalam
masyarakat. Dengan kata lain Hasan Langgulung juga mengatakan bahwa
pendidikan suatu tindakan (action) yang diambil oleh suatu masyarakat,
kebudayaan, atau peradaban untuk memelihara kelanjutan hidupnya. Bahwa
pendidikan itu penting bagi manusia dalam menjalani kehidupannya di dunia ini
agar mendapatkan kebahagiaan dan kesejahteraan (Hasan Langgulung, 1989: 28).
Sebagai sebuah proses pemindahan nilai-nilai pada suatu masyarakat
kepada setiap individu yang ada di dalamnya, maka proses pendidikan tersebut
dapat dilakukan dengan macam-macam jalan, yakni; melalui pengajaran, dalam
hal ini berarti pemindahan pengetahuan (knowledge). Melalui latihan dan proses
yang melibatkan seseorang meniru atau mengikuti apa yang diperintahkan oleh
orang lain. Juga dilihat dari sudut pandangan masyarakat, dari segi pandangan
individu dan segi proses antara individu dan masyarakat. (Hasan Langgulung,
1989: 61).
Dari segi pandangan masyarakat, pendidikan berarti pewarisan
kebudayaan dari generasi tua kepada generasi muda, agar hidup masyarakat tetap
berkelanjutan. Dengan kata lain, menurutnya masyarakat mempunyai nilai-nilai
budaya yang ingin disalurkan dari generasi ke generasi agar identitas masyarakat
tersebut tetap terpelihara. Nilai-nilai yang ingin disalurkan itu bermacam-macam,
23
ada yang bersifat intelektual, seni, politik, dan lain-lain (Hasan Langgulung, 2003:
52-58).
Dilihat dari segi individu, pendidikan berarti pembangunan potensi-potensi
yang terpendam dan tersembunyi. Dalam hal ini diibaratkan individu laksana
lautan yang dalam penuh mutiara dan bermacam-macam ikan, tetapi tidak tampak.
Ia masih berada di dasar laut, ia perlu dipancing dan digali supaya dapat menjadi
makanan dan perhiasan bagi manusia. Potensi, bakat ataupun kemampuan
individulah yang dituntun untuk menggali mutiara tersebut dan mengubahnya
menjadi emas dan intan sehingga menjadi kekayaan yang berlimpah untuk
kemakmuran masyarakat (Hasan Langgulung, 2003: 55).
Dalam istilah lain berkenaan dengan pemahaman, tentang pendidikan
dilihat dari individu, pendidikan adalah proses menampakkan (manifestasi) aspek-
aspek yang tersembunyi (latent) pada anak didik. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa kemakmuran suatu masyarakat bergantung kepada kesanggupan
masyarakat tersebut menggarap kekayaan yang terpendam pada setiap
individunya. Dengan kata lain, kemakmuran masyarakat tergantung kepada
keberhasilan pendidikannya dalam menggarap kekayaan yang terpendam pada
setiap individu (Hasan Langgulung, 2003: 56).
Dilihat dari segi proses (transaksi), maka pendidikan itu adalah proses
memberi dan mengambil, antara manusia dan lingkungannya dalam rangka
mengembangkan dan menciptakan ketrampilan-ketrampilan yang diperlukan
untuk merubah dan memperbaiki kondisi-kondisi kemanusiaan dan
lingkungannya. Dalam istilah lain ia katakan sebagai interaksi antara potensi dan
24
budaya, dimana kedua proses ini berjalan sama-sama, isi mengisi antara satu
dengan yang lain (Hasan Langgulung, 2003: 58).
Selanjutnya menurut Hasan Langgulung menjelaskan bahwa pendidikan
itu sangat penting bagi manusia dalam menjalani kehidupannya di dunia ini agar
mendapatkan kebahagiaan dan kesejahteraan. Sebagai sebuah proses pemindahan
nilai-nilai pada suatu masyarakat kepada setiap individu yang ada di dalamnya,
maka proses pendidikan tersebut menurutnya dapat dilakukan dengan macam-
macam jalan, yakni:
a) Melalui pengajaran, dalam hal ini berarti pemindahan pengetahuan
b) Melalui latihan
c) Melalui proses yang melibatkan seseorang meniru atau mengikuti apa
yang diperintahkan oleh orang lain.
Dalam memberikan pengertian terhadap pendidikan, Hasan Langgulung
juga memandangnya dari tiga segi, yakni: dari sudut pandangan masyarakat, dari
segi pandangan individu, dan dari segi proses antara individu dan masyarakat
(Hasan Langgulung, 1986: 61-62).
B. Prinsip Pendidikan Islam
Bahwa pendidikan adalah aktivitas yang bergerak dalam proses pembinaan
kepribadian muslim, maka pendidikan Islam memerlukan dasar yang dijanjikan
landasan kerja. Dengan dasar ini akan memberikan arahan bagi pelaksanaan
pendidikan yang telah diprogramkan. Dalam konteks ini, dasar yang menjadi
acuan pendidikan Islam hendaknya merupakan sumber nilai kebenaran dan
kekuatan yang dapat menghantarkan peserta didik ke arah pencapaian pendidikan.
25
Oleh karena itu, dasar pokok yang terpenting dari pendidikan Islam adalah al-
Quran dan Sunnah (Hasan Langgulung, 2003: 38).
Prinsip pendidikan Islam dapat dilihat dari dua segi yaitu masyarakat dan
individu. Pendidikan individu pada dasarnya beranggapan bahwa manusia diatas
dunia ini mempunyai sejumlah atau beberapa kemampuan yang sifatnya umum
pada setiap manusia sama umumnya dengan kemampuan melihat dan mendengar
tetapi berbeda dalam derajatnya, menurut masing-masing orang seperti halnya
dengan panca indera juga. Ada yang penglihatanya kuat, pendengaranya lemah
dan lain-lain. Dalam hal ini pendidikan didefinisikan sebagai proses untuk
menemukan dan mengembangkan kemampuan ini. Jadi pendidikan adalah proses
menampakan yang tersembunyi pada anak didik.
Dari segi pandangan masyarakat, diakui bahwa manusia memiliki
kemampuan-kemampuan asal dan bahwa anak-anak itu mempunyai benih-benih
segala yang telah dicapai dan dapat dicapai oleh manusia. Ia menekankan pada
kemampuan manusia memperoleh pengetahuan dengan mencarinya pada alam di
luar manusia. Hal ini merupakan proses memasukan wujud di luar seorang pelajar
dan bukanlah proses mengeluarkan apa yang wujud didalam pelajar. Jadi disini
dengan sendirinya pendidikan bermaksud pemindahan kesimpulan penyelidikan
yang seseorang atau tidak perlu melakukan sendiri.
Pendidikan sebagai suatu interaksi yaitu suatu memberi dan mengambil
antara manusia dan lingkungannya. Ia adalah proses dimana manusia
mengembangkan dan menciptakan keterampilan-keterampilan yang diperlukan
untuk merubah dan memperbaiki kondisi-kondisi kemanusian dan lingkungannya.
26
Begitu juga pembentukan sikap yang membimbing usaha-usahanya dalam
membina kembali sifat-sifat kemanusiaan dan jasmaniah (Hasan Langgulung,
1998: 56-57).
Sebagaimana yang sudah dijelaskan diatas bahwa prinsip pendidikan Islam
menurut Hasan Langgulung harus melalui dua pendekatan yaitu dari segi individu
dan masyarakat. Dari pendekatan ini, ia tidak hanya memandang adanya potensi
pada manusia tetapi jauh ia memandang dari segi budaya dan interaksi antara
keduanya.
Pengembangan potensi ini dapat terlihat dalam penciptaan Adam a.s yang
berarti juga anak cucunya, jadi umat manusia seluruhnya sebagaimana firmanNya:
“Tat kala Aku telah membentuknya dan menghembuskan kepada roh KU...”
(Q.S.15:29). Ini berarti antara lain bahwa Tuhan memberi manusia itu berbagai
potensi atau kemampuan yang berkaitan dengan sifat-sifat Tuhan yang disebut al-
Asma al-Husna yang berjumlah sembilan puluh sembilan (Hasan Langgulung,
1998: 59).
Pewaris budaya yang sebenarnya kurang tepat mungkin sebab yang
dimaksudkan adalah unsur luar yang masuk kedalam diri manusia. Sebagai
kebalikan dari unsur manusia yang menonjol keluar seperti pengembangan
potensi. Sangat sulit membayangkan seseorang tanpa lingkungan yang memberi
corak kepada watak dan kepribadiannya. Lingkunganlah yang berusaha
mewariskan nilai-nilai budaya yang dimilikinya. Kepada setiap anggota dengan
tujuan memelihara kepribadian dan identitas budaya tersebut sepanjang jaman.
Sebab budaya dan peradapan itu juga bisa mati seperti manusia. Manusia mati
27
apabila nilai-nilai, norma-norma, dan berbagai unsur lainnya yang dimiliki
berhenti berfungsi, artinya tidak diwariskan lagi kegenerasi dan tidak diamalkan
oleh penganutnya.
Interaksi antara potensi dan budaya dalam kaitanya dengan Islam interaksi
antara potensi dan budaya ini lebih menonjol lagi, sebab baik potensi yang
notabenya adalah ruh Allah yang disebut fitrah hanya orang tuanya yang
menyebabkan ia menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi, jadi fitrah sebagai Din
atau agama yang menjadi tapak tegaknya peradapan Islam. Ibarat dua buah sisi
mata uang, satu sisi lainnya disebut Din, yang satunya berkembang dari dalam
tiap individu sedang yang lainnya dipindahkan dari orang keorang lain, dari
generasi ke generasi jadi bersifat dari luar ke-dalam (Hasan Langgulung, 1998:
63-65).
C. Tujuan Pendidikan Islam
Pendidikan Islam bertujuan untuk membentuk insan kamil (manusia yang
sempurna) yang berkepribadian muslim, perwujudan manusia seutuhnya, takwa
cerdas, baik budi pekertinya, terampil, kuat kepribadiannya, berguna bagi diri
sendiri, agama, keluarga, masyarakat dan negara, serta mampu menjadi khalifah fi
al-ardi yang cakap sesuai bidang masing-masing.
Secara sosial tujuan pendidikan agama Islam adalah membentuk
kepribadian yang utuh dari roh tubuh, dan akal. Di mana identitas individu
tercermin sebagai manusia yang hidup pada lingkungan masyarakat yang plural.
Tujuan sosial pendidikan sangat penting artinya karena manusia sebagai khalifah
di bumi, maka perlu mempunyai kepribadian yang utama dan seimbang.
28
Hasan Langgulung mengatakan bahwa berbicara tujuan pendidikan harus
mengajak kita berbicara tentang tujuan hidup, sebab pendidikan bertujuan untuk
memelihara kehidupan manusia. Oleh karena itu, perbincangan tentang tujuan
juga mengharuskan kita membicarakan sifat-sifat asal manusia menurut
pandangan Islam, sebab pada manusia itulah dicita-citakan sesuatu yang
ditanamkan oleh pendidikan (Hasan Langgulung, 1989: 57-58).
Dengan demikian tujuan pendidikan Islam adalah mengembangkan fitrah
peserta didik, baik ruh, fisik, kemauan, dan akalnya secara dinamis, sehingga akan
terbentuk pribadi yang utuh dan mendukung bagi pelaksanaan fungsinya sebagai
khalifah fi al-ardh. Lebih tegas lagi Hasan Langgulung mengatakan bahwa tujuan
pendidikan Islam harus dirumuskan sebagai arah yang akan dituju manusia secara
esensi supstansial, yakni kesempurnaan hidup sesuai citra bagi penciptaan
manusia (Hasan Langgulung, 1989: 59).
Dalam hubungannya dengan tujuan pendidikan sebagai pemberi nilai,
Hasan Langgulung menegaskan bahwa tujuan pendidikan agama Islam harus
mampu mengakomodasikan tiga fungsi utama dari agama. Pertama, fungsi
spiritual yang berkaitan dengan aqidah dan iman. Kedua, fungsi psikologis yang
berkaitan dengan tingkah laku individual termasuk nilai-nilai akhlak yang
mengangkat derajat manusia ke derajat yang lebih sempurna. Ketiga, fungsi sosial
yang berkaitan dengan aturan-aturan yang menghubungkan manusia dengan
manusia lain atau masyarakat, di mana masing-masing memiliki hak dan
tanggung jawab untuk menyusun masyarakat yang harmonis dan seimbang
(Hasan Langgulung, 1997: 178).
29
Ketiga fungsi tersebut, baik spiritual, psikologis maupun sosial, bila
ditelusuri jelas mengandung nilai-nilai dasar pendidikan. Fungsi spiritual
penanaman akidah dan iman merupakan fondasi, pegangan sekaligus pemberi
arah bagi manusia. Hasan Langgulung mengatakan, “fungsi spiritual bertujuan
memenuhi kebutuhan spiritual manusia dan memberikan arah serta pegangan
dalam kehidupan” (Hasan Langgulung, 1997: 181).
Menurut Hasan Langgulung, berbicara tentang tujuan pendidikan,
khususnya pendidikan Islam, sebenarnya adalah berbicara tentang tujuan hidup
manusia. Sebab, pendidikan hanyalah suatu alat yang digunakan oleh manusia
untuk memelihara kelanjutan hidupnya (survival), baik sebagai individu maupun
sebagai masyarakat (Hasan Langgulung, 2003: 297). Perbincangan tentang tujuan
pendidikan Islam juga berarti mengungkap sifat-sifat asal (nature) manusia
menurut pandangan Islam, sebab pada diri manusialah dicita-citakan sesuatu yang
ditanamkan oleh pendidikan. (Hasan Langgulung, 1989: 33).
Bagi Hasan Langgulung, tujuan tertinggi (ultimate aim) dari pendidikan
Islam adalah terwujudnya manusia yang sempurna, baik sebagai hamba („abid)
maupun sebagai khalifah di muka bumi (khalîfatu Allâh fî al ardl). Hasan
Langgulung secara tegas mengatakan:
Tujuan pendidikan Islam tidak boleh bergeser dari tujuan tertinggi
tersebut, sebab jika bergeser maka kekhususan pendidikan Islam
dibanding dengan model pendidikan yang lain akan hilang. Justu
kelebihan pendidikan Islam di antaranya terletak pada tujuannya yakni
mewujudkan manusia sempurna sebagai hamba yang taat melakukan
pengabdian kepada Allah dan mampu mengemban tugas sebagai khalifah
(Hasan Langgulung, 1898: 34).
30
Dalam kaitan ini, pendidikan Islam dituntut mampu menghasilkan
manusia ideal dengan kriteria beriman dan bertaqwa kepada Allah, memiliki
pengetahuan luas, memiliki mental yang sehat, memiliki fisik yang kuat dan
mampu bersosialisasi dengan manusia lain secara harmonis. Bahwa kriteria
tersebut adalah penjabaran dari kedudukan manusia sebagai „abid dan khalifah.
Manusia ideal dengan kriteria di atas adalah wujud dari pelaksanaan fungsi
pendidikan Islam, baik fungsi spiritual, psikologis maupun sosial. Dari sudut
pandang ajaran Islam perwujudan ketiga fungsi itu dapat disejajarkan dengan
perwujudan akhlak mulia kepada Allah SWT, kepada diri sendiri dan kepada
orang lain. Dalam ajaran Islam, ketiganya harus terintegrasi dalam setiap pribadi
muslim.
Dalam hubungan ini, pendidikan Islam harus berorientasi pada tujuan
tertinggi tersebut. Tujuan umum dan tujuan khusus adalah penjabaran lebih lanjut
dari tujuan tertinggi.
1. Tujuan umum pendidikan Islam
Hasan Langgulung menjelaskan bahwa tujuan umum pendidikan adalah
maksud atau perubahan-perubahan yang dikehendaki oleh pendidikan untuk
mencapainya. Tujuan ini dianggap kurang merata dan lebih dekat dari tujuan
tertinggi, tetapi kurang khusus jika dibanding dengan tujuan khusus (Hasan
langgulung, 1989: 59-60).
Definisi tersebut, tampak masih bersifat umum dan yang dapat digaris
bawahi dari definisi ini adalah bahwa tujuan umum berada di antara tujuan
31
tertinggi dan tujuan tetinggi pendidikan Islam. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa tujuan umum adalah tujuan perantara untuk sampai pada tujuan tertinggi.
Tujuan umum ini nantinya akan dirinci dalam tujuan khusus.
Berdasarkan hasil telaah terhadap buku-bukunya, dalam menjelaskan
tujuan umum pendidikan Islam Hasan Langgulung tidak menunjukkan pendapat
siapa yang diikutinya. Hasan Langgulung juga tidak memberikan analisis atau
komentar terhadap poin-poin yang dikemukakan oleh para pemikir yang
dikutipnya. Hal ini menyebabkan ketidakjelasan posisi Hasan Langgulung.
Namun demikian, dari kutipan-kutipan yang diambilnya dapat disimpulkan bahwa
tujuan umum pendidikan Islam tetap berada dalam bingkai menciptakan manusia
ideal sebagaimana disebutkan terdahulu, yakni memiliki kemampuan memadai
secara spiritual, psikologis dan sosial sehingga dapat menjalankan fungsinya
sebagai „abid dan khalifah.
2. Tujuan khusus pendidikan Islam
Tujuan khusus pendidikan Islam adalah sebagai perubahan-perubahan
yang diinginkan yang merupakan bagian atau termasuk di bawah tiap tujuan
umum pendidikan. Dengan kata lain, gabungan pengetahuan, ketrampilan, pola-
pola tingkah laku, sikap, nilai-nilai dan kebiasaan yang terkandung dalam tujuan
akhir atau tujuan umum pendidikan, yang tanpa terlaksananya maka tujuan akhir
dan tujuan umum juga tidak akan terlaksana dengan sempurna (Hasan
Langgulung, 1989: 63).
32
Definisi tersebut menunjukkan bahwa tujuan khusus pendidikan Islam
merupakan bagian dari tujuan umum. Dalam tujuan khusus, kemampuan yang
diharapkan dijabarkan lebih terperinci. Di samping itu, dalam definisi yang
diberikannya, menunjukkan keterpaduan tujuan pendidikan Islam, baik
pengetahuan (kognitif), penghayatan dan kesadaran terhadap nilai-nilai tertentu
(afektif) maupun ketrampilan dan tingkah laku (psikomotor).
Dengan demikian, dalam pandangan Hasan Langgulung keberhasilan
pendidikan Islam bukan hanya dilihat dari aspek pengetahuan semata (transfer of
knowledge), tetapi yang terpenting adalah tumbuhnya kesadaran dan penghayatan
dalam diri anak didik terhadap nilai-nilai Islam (transfer of values) sehingga akan
termanivestasi dalam tingkah laku sehari-hari. Di samping itu, berdasarkan
definisi yang dikemukakan Hasan Langgulung, pencapaian tujuan khusus oleh
anak didik merupakan indikator keberhasilan pendidikan. Oleh karena itu, dapat
dipahami ketika terwujudnya tujuan khusus pendidikan, maka tujuan-tujuan yang
lain tidak dapat dicapai secara optimal.
Sebagaimana tujuan umum pendidikan Islam, dalam merumuskan tujuan
khusus Hasan Langgulung juga mengutip pendapat para tokoh pendidikan Islam.
Perbedaannya, dalam pembahasan tentang tujuan khusus pendidikan Islam, Hasan
Langgulung menunjukkan pendapatnya sendiri berdasarkan pemikiran para tokoh
yang dikutipnya.
Tujuan khusus pendidikan Islam yang dirumuskan adalah:
33
1. Memperkenalkan kepada generasi muda akan akidah Islam, dasar-
dasarnya, asal-usul ibadat, dan cara-cara melaksanakan dengan benar,
dengan membiasakan mereka berhati-hati mematuhi akidah-akidah
agama dan menjalankan serta menghormati syiar-syiar agama.
2. Menumbuhkan kesadaran yang benar pada diri pelajar terhadap agama
termasuk prinsip-prinsip dan dasar-dasar akidah yang mulia.
3. Menanamkan keimanan kepada Allah pencipta alam, kepada malaikat,
rasul-rasul, kitab-kitab dan hari kiamat berdasar pada faham kesadaran
dan perasaan.
4. Menanamkan iman yang kuat kepada Allah pada diri mereka, perasaan
keagamaan, semangat keagamaan dan akhlak pada diri mereka dan
menyuburkan hati mereka dengan rasa cinta, zikir, taqwa dan takut
kepada Allah.
5. Menumbuhkan minat generasi muda untuk menambah pengetahuan
dalam adab dan pengetahuan keagamaan dan untuk mengikuti hukum-
hukum agama dengan kecintaan dan kerelaan (Hasan Langgulung,
1992: 5-7).
Bila dicermati, rumusan tujuan khusus pendidikan Islam di atas tidak
terlihat secara jelas perbedaannya dengan tujuan umum. Dilihat dari fungsi
pendidikan Islam sebagai pemberi nilai, rumusan tujuan khusus pendidikan Islam
yang dikemukakan Hasan Langgulung tidak keluar dari tiga fungsi yang
dinyatakannya, yaitu fungsi spiritual, fungsi psikologis dan fungsi sosial. Fungsi
spiritual terlihat pada penekanan penanaman akidah dan iman kepada Allah, rasul-
34
rasul, kitab, malaikat maupun hari akhir. Fungsi spiritual ini tampaknya
diletakkan oleh Hasan Langgulung sebagai fungsi utama dan paling penting dalam
pendidikan Islam.
Fungsi psikologis tampak cukup dominan dalam tujuan khusus pendidikan
Islam yang dikemukakan Hasan Langgulung, antara lain menanamkan rasa cinta,
rela, optimisme, membersihkan hati dan sebagainya. Sedangkan fungsi sosial
tidak begitu terlihat. Namun demikian, tetap saja terdapat fungsi sosial dalam
tujuan khusus pendidikan Islam (Hasan Langgulung, 1995: 178).
35
BAB IV
ANALISIS PENDIDIKAN ISLAM MENURUT HASAN LANGGULUNG
DAN RELEVANSI DENGAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DI ERA SEKARANG
A. Analisis Pemikiran Pendidikan Islam Menurut Hasan Langgulung
Pemikiran pendidikan Islam yang secara eksplisitmembedakan dengan
pemikiran lainnya. Mengenai manusia sebagaisubyek dan obyek pendidikan
didasarkan atas pandangan Islam tentangkonsep fitrah, dasar tujuan pendidikan
didasarkan atas nilai-nilai Ilahiyahdan Insaniyah, begitu pula mengenai isi
pendidikan. Di dalammengaplikasikan pemikiran pendidikan Islam tidak harus
mengubahparadigma ideologinya, cukup pada tataran strategi dengan
melakukaninterpretasi nilai-nilai yang terkandung didalamnya.
Sebagai sebuah proses pemindahan nilai-nilai pada suatu masyarakat
kepada setiap individu yang ada di dalamnya, maka proses pendidikan tersebut
menurutnya dapat dilakukan dengan macam-macam jalan, yakni; melalui
pengajaran, dalam hal ini berarti pemindahan pengetahuan (knowledge). Melalui
latihan dan melalui proses yang melibatkan seseorang meniru atau mengikuti apa
yang diperintahkan oleh orang lain (Hasan Langgulung, 1989: 61).
Bahwa pendidikan suatu tindakan (action) yang diambil oleh suatu
masyarakat, kebudayaan, atau peradaban untuk memeliahara kelanjutan hidupnya.
Menurut Hasan Langgulung menjelaskan bahwa pendidikan itu penting bagi
manusia dalam menjalani kehidupannya di dunia ini agar mendapatkan
kebahagiaan dan kesejahteraan (Hasan Langgulung, 1989: 28).
36
Dalam memberikan pengertian terhadap pendidikan, Hasan Langgulung
juga memandangnya dari sudut pandangan masyarakat, dari segi pandangan
individu dan segi proses antara individu dan masyarakat (Hasan Langgulung,
1989: 28).
Dari segi pandangan masyarakat, pendidikan berarti pewarisan
kebudayaan dari generasi tua kepada generasi muda, agar hidup masyarakat tetap
berkelanjutan. Dengan kata lain, menurutnya masyarakat mempunyai nilai-nilai
budaya yang ingin disalurkan dari generasi ke generasi agar identitas masyarakat
tersebut tetap terpelihara. Nilai-nilai yang ingin disalurkan itu bermacam-macam,
ada yang bersifat intelektual, seni, politik, dan lain-lain (Hasan Langgulung, 2003:
52-58).
Dilihat dari segi individu, pendidikan menurut Hasan Langgulung berarti
pembangunan potensi-potensi yang terpendam dan tersembunyi. Dalam hal ini
Hasan Langgulung mengibaratkan individu laksana lautan yang dalam penuh
mutiara dan bermacam-macam ikan, tetapi tidak tampak. Ia masih berada di dasar
laut, ia perlu dipancing dan digali supaya dapat menjadi makanan dan perhiasan
bagi manusia. Potensi, bakat ataupun kemampuan individulah yang dituntun
untuk menggali mutiara tersebut dan mengubahnya menjadi emas dan intan
sehingga menjadi kekayaan yang berlimpah untuk kemakmuran masyarakat
(Hasan Langgulung, 2003: 55).
Dalam istilah lain berkenaan dengan pemahaman, Hasan Langgulung
tentang pendidikan dilihat dari individu, pendidikan adalah proses menampakkan
(manifestasi) aspek-aspek yang tersembunyi (latent) pada anak didik. Dengan
37
demikian dapat dikatakan bahwa kemakmuran suatu masyarakat bergantung
kepada kesanggupan masyarakat tersebut menggarap kekayaan yang terpendam
pada setiap individunya. Dengan kata lain, kemakmuran masyarakat tergantung
kepada keberhasilan pendidikannya dalam menggarap kekayaan yang terpendam
pada setiap individu (Hasan Langgulung, 2003: 56).
Dilihat dari segi proses (transaksi), maka pendidikan itu menurut Hasan
Langgulung adalah proses memberi dan mengambil, antara manusia dan
lingkungannya dalam rangka mengembangkan dan menciptakan ketrampilan-
ketrampilan yang diperlukan untuk merubah dan memperbaiki kondisi-kondisi
kemanusiaan dan lingkungannya.
Dalam istilah lain ia katakan sebagai interaksi antara potensi dan budaya,
dimana kedua proses ini berjalan sama-sama, isi mengisi antara satu dengan yang
lain. Hasan Langgulung juga sepakat dengan tokoh pendidikan lain dalam
menggunakan beberapa istilah dalam bahasa Arab untuk pendidikan. menurut
beliau, kata pendidikan dapat disebut juga dengan ta‟lim (Hasan Langgulung,
2003: 58).
Sebagai sesuatu yang sangat penting (urgen),pendidikan Islam maka
Hasan Langgulung menjelaskan akan fungsi-fungsi pendidikan itu yang
diungkapkan sebagai berikut:
1. Menyiapkan generasi muda untuk memegang peranan-peranan tertentu
dalam masyarakat pada masa yang akan datang. Peranan disini berkaitan
dengan kelanjutan hidup (survival) masyarakat itu sendiri.
38
2. Memindahkan ilmu pengetahuan yang bersangkutan dengan peranan-
peranan tersebut dengan generasi tua kepada generasi muda.
3. Memindahkan nilai-nilai yang bertujuan untuk memelihara keutuhan dan
kesatuan masyarakat yang menjadi syarat mutlak untuk kelanjutan hidup
(survival) suatu masyarakat dan peradaban (Hasan Langgulung, 1989: 60).
Selain itu menurut Hasan Langgulung pendidikan itu merupakan salah
satubidang terapan (applied) yang dimana dikaitkan dengan asas- asas danilmu
pengetahuan. Asas filsafat membimbing dan memberikan arah gunauntuk
menyelaraskan pendidikan (HasanLanggulung,2003: 6-7). Pendidikan menurutnya
memiliki enam asas yang sangatberhubungan erat dan saling melengkapi
diataranya asas- asas tersebutadalah
1. Asas- asas historis (sejarah),
Faktor sejarah dianggap salah satu faktor budaya yangmempengaruhi
filsafat pendidikan baik dalam tujuan maupunsistemnya pada masyarakat juga.
Kepribadian nasional, misalnyamenjadi dasar filsafat pendidikan diberbagai
masyarakat haruslah“berlaku jauh dari masa ke masa lampau” walaupun
sistemnya adalahhasil dari pemerintahan, yang didirikan dengan
sengajamengembangkan dan memperbaiki pola-pola warisan budaya dari
masyarakat. Jika dilihat dari pandangan masyarakat sejarah merupakankekuatan-
kekuatan budaya yang berpengaruh pada kekuatan-kekuatan budaya yang
dibentuk oleh sejarah, identitas nasional itutampak mempengaruhi sistem
pendidikan (Hasan Langgulung, 2003: 6-7).
39
2. Asas- asas sosial
Dengan kerangka budaya darimana pendidikan itu bertolak danbergerak;
memindahkan budaya, memilih, dan mengembangkan.Pendidikan adalah salah
satu bentuk interaksi manusia, yaitu sebuahtindakan social yang dimungkinkan
berlakunya melalui suatu jaringanhubungan dan peranan individu didalamnya
untuk menentukan watakpendidikan disuatu masyarakat.
Aspek sosial pendidikan dapat digambarkan denganmemandang
ketergantungan individu satu sama lain dalam prosesbelajar, makhluk hidup hanya
pada warisan biologis suatu programgenetic bagi tingkah laku makhluk hidup.
Pola- pola diwarisimengajarnya memelihara anaknya, mencari makan, dan
menjagakawasannya. Apa yang perlu diketahui kebanyakan diwariskan melalui
generasi (Hasan Langgulung, 2003: 6-7).
3. Asas- asas ekonomi
Hubungan ekonomi dalam pendidikan selalu erat sejak dahulu. Para ahli
ekonomi dan para tokoh pendidikan telah mengakui pentingnyaperanan yang
dimainkan oleh pendidikan dalam pertumbuhanpengetahuan manusia dan
selanjutnya pentingnya belakangan iniuntuk perkembangan ekonomi. Namun
hanya belakangan inilah suatudisiplin ilmu yang khusus diciptakan.
Dalam bidang ekonomi sangat relevan pendidikan yangbisanya adalah hal-
hal yang berkaitan denganhasilnya, artinya jika modal ditanam sekian banyak,
berapa banyaknanti keuntungan yang diharapkan disitu. Negara-Negara
industrimemerlukan lebih lama untuk belajar, jadi pendidikan memerlukansebuah
40
investasi dan sedangkan di negara-negara membangun waktubelajar itu lebih
sedikit dan tentunya biyaya untuk pendidikan kurang.sebab negara–negara
membangun yang tinggi akan teknologi, inilahyang dinamakan input, dan
outputnya adalah hasil yang diperolehdari akibat pendidikan yang sukar.
4. Asas- asas politik dan administrasi
Memberinya bingkai ideologi (aqidah) dari mana ia bertolakuntuk
mencapai tujuan yang dicita-citakan dan rencana yang telahdibuat. Adanya dua
macam sekolah yaitu sekolah negeri dan sekolahswasta, dengan perbedaan cara
pengontrolan dari pemerintahan danyayasan. Disitulah pangkal dari aspek politik
dan administrative yangberpangkal diberbagai negara kapitalis dan negara-negara
komunis. Dengan kata lain ideologi yang diinginkan dan diterapkan dalamnegara
melalui pendidikan, tetapi pelaksanaanya harusmemperhitungkan aspek-aspek
administrasi supaya bisa berjalandengan baik.
5. Asas- asas psikologis
Memberinya informasi tentang watak pelajar-pelajar, guru-guru, cara-cara
terbaik dalam praktek, pencapaian dan penilaian,pengukuran dan bimbingan. Jadi
hubungan psikologi denganpendidikan adalah bagaimana budaya, keterampilan,
dan nilai-nilaimasyarakat dipindahkan (transmitted), dalam istilah
psikologinyadipelajari (learned) dari generasi itu oleh generasi muda
supayaidentitas masyarakat terpelihara.
41
6. Asas- asas filsafat
Mampu memberi kemampuan memilih yang lebih baik,memberi arah
suatu sistem, mengontronya, dan memberi arah kepadasemua asas-asas yang lain.
B. Relevansi Pendidikan Islam Menurut Hasan Langgulung dalam Konteks
PendidikanNasional Sekarang.
Menjadikan pendidikan Islam sebagai salah satu pendidikanalternatif
membutuhkan paradigma-paradigma baru untukmeningkatkannya, antara lain
peningkatan manajemen pendidikan Islam.Pendidikan Islam di Indonesia telah
berjalan lama dan mempunyai sejarahyang panjang. Namun demikian, dirasakan
pendidikan Islamtersisih dari sistem pendidikan nasional. SKB 3 Menteri 24
Maret 1975yang tersohor itu berusaha mengembalikan ketertinggalan
pendidikanIslam untuk memasuki pendidikan nasional. Pada waktu itutelah
diidentifikasikan berbagai kelemahan pendidikan Islam sepertiterlalu banyaknya
mata pelajaran yang diarahkan, kualitas guru rendah,sarana pendidikan yang
kurang, dan para peserta didik kebanyakan berasaldari keluarga yang kurang
mampu. Hal ini berarti pendidikan Islam belummerupakan alternatif pendidikan
modern.
Tersingkirnya pendidikan Islam dari pendidikannasional, dapat
mengakibatkan jatuhnya pendidikan Islam di dalam duajenis dikotomi atau
dualisme yang artifisial. Pertama ialah dikotomi yangpendidikan yang sekuler dan
pendidikan yang mempunyai ciri khas, dalamhal ini khas keislaman. Selanjutnya
pendidikan agama Islam telahterperangkap dalam dualisme pengelolaan, antara
42
pengelolaan pendidikandi bawah Departemen Pendidikan Nasional dan
Departemen Agama.
Kedua jenis dikotomi atau dualisme yang artifisial tersebut
lebihmemperparah pengembangan pendidikan agama Islam atau
lebihmemurukkan pendidikan agama Islam dari arus perkembangan masyarakatdi
sekitarnya. Keadaan ini membawa usaha untuk meningkatkan mutupendidikan
agama Islam di dalam suatu dilema yang cukup sulit. Pertama,adanya suatu
keinginan yang besar untuk mengadakan modernisasipendidikan agama Islam
yang disebut oleh sebagai kekuatanyang pragmatis di dalam pendidikan agama
Islam. Sedangkan yang keduamerupakan permintaan perubahan dari arus
globalisasi yang tidakterbendung lagi.
Disini pendidikan agama Islam diminta memberikansuatu usaha yang
ekstra cepat dan tepat untuk menanggulanginya karenakalau tidak demikian maka
pendidikan Islam akan kembali pada ortodoksidan tidak dapat mengikuti
perubahan yang didambakan oleh masyarakat. Untuk menelaah masalah ini perlu
adanya kajian tentang visi, misipendidikan Islam di indonesia (Tilaar, 2000:147-
148)
Posisi Pendidikan agama Islam, dalam Undang-Undang Nomor 54tahun
1950 sebagai undang-undang pertama yang mengatur pendidikannasional tidak
memberikan tempat bagi pendidikan keagamaan ataupunterhadap pendidikan
agama yang saat itu diistilahkan dengan pengajaranagama undang-undang ini
cenderung bersikap liberal dengan menyerahkankeikutsertaan siswa dalam
pengajaran kepada keinginan dan persetujuanorang tua.
43
Dalam UU Nomor 4 tahun 1950 tentang Pendidikandan Pengajaran dalam
BAB XII (TENTANG PENGAJARAN AGAMADI SEKOLAH SEKOLAH
NEGERI) Pasal 20 dinyatakan bahwa :
1. Dalam sekolah-sekolah negeri diadakan pelajaran agama; orangtua murid
menetapkan apakah anaknya akan mengikutipelajaran tersebut;
2. Cara menyelenggarakan pengajaran agama di sekolah-sekolahnegeri diatur
dalam peraturan yang ditetapkan oleh MenteriPendidikan, Pengajaran, dan
Kebudayaan, bersama-samadengan Menteri Agama.
Dengan hadirnya UU No 4 Tahun 1950 ini belum mencerminkanharapan
rakyat Indonesia yang mayoritas beragama Islam. Undang-undangini masih
menuai protes dari berbagai kalangan umat Islam. Pada akhirnya lahirlah undang-
undang UUSPN No. 2 Tahun 2003 yang intinyamengenai perubahan undang-
undang ini adalah karena undang pendidikankeagamaan khususnya pendidikan
Islam dikesampingkan. Tidak dipungkiri bahwa undang-undang tahun 1950 masih
diwarnai dengan undang-undang kolonialisme.
Menurut UU nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem PendidikanNasional
dalam BAB IV (SATUAN, JALUR dan JENIS PENDIDIKAN)Pasal 11
mengatakan:
Bahwa Pendidikan keagamaan merupakanpendidikan yang
mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankanperanan yang
menuntut penguasaan pengetahuan khusus tentang ajaranagama yang
bersangkutan (agama Islam).
44
Posisi pendidikan agama Islam diranah pendidikan Nasionalsemakin
terlihat dengan munculnya UU nomor 20 tahun 2003 tentangSistem Pendidikan
Nasional dalam Bagian Kesembilan (PendidikanKeagamaan) Pasal 30
mengatakan bahwa:
1. Pendidikan keagamaan diselenggarakan oleh pemerintah
dan/ataukelompok masyarakat dan pemeluk agama, sesuai dengan
peraturanperundang- undangan.
2. Pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didikmenjadi
anggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran
agamanya dan/atau menjadi ahli ilmu agama.
3. Pendidikan keagamaan dapat diselenggarakan pada jalur
pendidikanformal, nonformal, dan informal.
4. Pendidikan keagamaan berbentuk pendidikan diniyah,
pesantren,pasraman, dan pashbaja samanera dan bentuk lain yang
sejenisnya.
Ketentuan mengenai pendidikan keagamaan sebagaimana dimaksudpada
ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diatur lebih lanjut denganperaturan
pemerintah (Hasbulloh, 2009:287).
Dengan demikian misi adalah perwujudan dari visi. Misi pendidikanagama
Islam adalah mewujudkan nilai-nilai ke-Islaman di dalampembentukan manusia
Indonesia. Manusia Indonesia yang dicita-citakanadalah manusia yang saleh dan
produktif. Abad 21 menuntut keduakualitas manusia semacam ini. Seperti yang
dikemukakan masalah sekarang dalam kehidupan abad 21, agama dan intelek
45
akan saling bertemu. ManusiaIndonesia yang dicita-citakan adalah manusia yang
bertaqwa dan berimansekaligus produktif dengan menguasai ilmu pengetahuan
dan teknologibagi peningkatan taraf hidupnya. Dengan misi ini pendidikan
Islammenjadi pendidikan alternatif.
Apabila pendidikan yang diselenggarakan oleh negara atau olehlembaga-
lembaga pendidikan swasta lainnya cenderung untuk bersifatsekuler atau
mempunyai ciri khas lainnya, maka pendidikan Islamtentunya ingin menonjolkan
nilai-nilai ke-Islaman. Inilah ciri khas daripendidikan Islam sebagaimana dengan
tepat dirumuskan oleh SarkowiSuyuti dalam pendidikan Islam yang mempunyai
tigaciri khas, antar lain:
a. Suatu sistem pendidikan yang didirikan karena didorong olehkeinginan
untuk menonjolkan nilai-nilai Islam.
b. Suatu sistem yang mengajarkan ajaran Islam.
c. Suatu sistem pendidikan Islam yang meliputi kedua hal tersebut.
Dengan demikian, misi pendidikan Islam bukanlah sekedar
untukmenjadikan pendidikan Islam sebagai cagar budaya denganmempertahankan
paham-paham keagamaan tertentu, tetapi sebagai agentof changetanpa
menghilangkan ciri khasnya yaitu ke-Islamannya. Dengandemikian pendidikan
Islam akan responsif terhadap tuntutan masa depan,yaitu bukan hanya mendidik
peserta didik menjadi manusia yang salehtetapi juga produktif (Tilaar, 2000:150-
151).
Dalam menyongsongperkembangan zaman bahwa Perubahan sosial dan
tatanan kehidupan yangmengiringi perjalanan sejarah kehidupan umat manusia
46
merupakansunnah Allah, sehingga tidak mungkin kita menghentikan perubahan
itu.Akibat semakin berkembangnya teknologi informasi mendorongkomunikasi
dan interaksi antar budaya dan peradaban bangsa semakinintensif, maka
globalisasi yang disertai dengan perubahan sosial secaramassif merupakan arus
sejarah yang tidak dapat dielakkan. Sehinggapendidikan harus menghadapi arus
perubahan yang begiu cepat dan sulitdiprediksi (Achmadi, 2010:162-164).
Pendidikan Islam sebagai subsistem pendidikan nasisonal dalamprespektif
global mempunyai masalah yang tidak mungkin diselesaikanoleh sekelompok
masyarakat. Baik kelompok etnis maupun agamatertentu, begitu pula oleh LSM
maupun pemerintah. Problem utamanyaadalah kualitas pendidikan rendah,
sehingga menghasilkan pendidikankualitas SDM yang rendah pula, paling rendah
dibandingkan dengannegara-negara tetangga. Rendahnya kualitas SDM
mengimbas padarendahnya karakter bangsa. Oleh karena itu, masalah pendidikan
agamaIslam menjadi tanggung jawab bersama seluruh elemen bangsa,
tidakmemandang suku, ras dan agama.
C. Relevansi Pemikiran Hasan Langgulung dengan Pendidikan Islam
Sekarang
Di dalam pengembangan pendidikan agama Islam para pakar pemikiran
pendidikan agamaIslam mempunyai gambaran yang mengenai
perkembanganpendidikan agama Islam tersebut. Umumnya mereka beranggapan
bahwapendidikan agama Islam masih menghadapi hambatan yang besar,
ialahsifatnya yang tertutup dan sangat ortodoks dan belum terbuka untukkemajuan
ilmu dan teknologi khusunya pendidikan Islam. Di pihak lain perubahan yang
47
besar sedangterjadi di sekitar pendidikan agama Islam yang mau tidak mau
harusmenghadapi dan mengharuskan mengubah diri agar pendidikan agamaIslam
menjadi salah satu pendidikan alternatif di Indonesia (Tilaar,2000:146-145).
Oleh karena itu pendidikan Islam sangat bagi manusia. Melihat potensi
yang ada pada manusia sangat penting bagi karunia yang diberikan oleh Allah
untuk menjalankan tugasnya sebagai khalifah di muka bumi. Suatu kedudukan
yang istimewa di dalam alam semesta ini. Manusia tidak akan mampu
menjalankan amanahnya sebagai seorang khalifah, tidak akan mampu mengemban
tanggung jawabnya jika kalau ia tidak dilengkapi dengan potensi-potensi tersebut.
Mengemban sebagai sebuah kekuatan dan nilai lebih manusia
dibandingkan makhluk lainnya. Artinya jika kualitas sumber daya manusia
berkualitas maka ia dapat meningkatkan kualitas pendidikan Islam dan dapat
mempertanggung jawabkan amanahnya sebagai khalifah dengan baik. Prinsip
pendidikan Islam dalam kualitas sumber daya manusia tentu tidak cukup dengan
menguasai ilmu pengetahuan dan tehknologi, tetapi juga harus menguasai nilai-
nilai rohani-spiritual yang berupa iman dan taqwa (Hasang Langgulung, 1989:
57).
Pendidikan Islam mengalamitransformasi dalam segala aspek kehidupan
manusia. Proses transformasi itudi karenakan era-globalisasi. Pengertian umum
globalisasimerupakan yang baru masuk kajian dunia universal pada tahun 80-an,
pertama-tama merupakan suatu pengertian sosiologi yang dicetuskan oleh
RonaldRobertson dari University of Pittsburg (Abd Aziz Albone, 2009: 42).
48
Pengaruh globalisasi telah melahirkanbudaya global yang memiskinkan
potensi-potensi budaya asli. Untuk itu timbulupaya menentang globalisasi dengan
melihat kembali peranan keragamanbudaya di masyarakat. Ketika masyarakat
Indonesia dilanda gelombangglobalisasi di dalam dunia yang terbuka dan rata
(flat) maka orang mulaiberbincang dan membandingkan kualitas kehidupan
masyarakat Indonesiadengan bangsa-bangsa lain.
Membandingkannya dengan bangsa yang lain tidakterlepas dari ukuran
atau standar yang digunakan dalam perbandingan itu. Adayang mengambil ukuran
modernisasi yang cenderung menggunakan standarkehidupan Barat, baik dalam
produk barang industri maupun servis.
Duniapendidikan tidak terlepas dari goncangan arus standarisasi tersebut.
Kualitaspendidikan Indonesia dianggap berada di bawah standar dengan
menggunakanstandar dengan epistema politik-kesatuan nasional, epistema sosial
budaya-kohesi sosial dari suatu masyarakat, dan khususnya epistema paedagogik
yaitumengenai kepentingan peserta didik (Tilaar, 2012: x).
Terkait dengan pendidikan, secara umum tantangan yangdihadapi di era-
global ini adalah bagaimana pendidikan khusunya Islam dapatmendidik dan
menghasilkan siswa yang memiliki daya saing tinggi (qualified)atau justru
mandul dalam menghadapi gempuran berbagai kemajuan yangpenuh dengan
kompetisi dalam berbagai sektor, baik sektor riil maupunmoneter (Albone, 2009:
45-46).
Para pakar pemikir pendidikan Islam mempunyai gambaran yang belum
jelas mengenai perkembanganpendidikan khususnya agama Islam. Umumnya
49
mereka beranggapan bahwapendidikan agama Islam masih menghadapi hambatan
yang besar, ialahsifatnya yang tertutup dan sangat ortodoks dan belum terbuka
untukkemajuan ilmu dan teknologi. Di pihak lain perubahan yang besar
sedangterjadi di sekitar pendidikan agama Islam yang mau tidak mau
harusmenghadapi dan mengharuskan mengubah diri agar pendidikan agamaIslam
menjadi salah satu pendidikan alternatif di dunia Indonesia (Tilaar,2000: 146-
145).
Pendidikan Islam sebagai subsistem pendidikan nasional dalam
prespektif global mempunyai masalah yang tidak mungkin diselesaikan
oleh sekelompok masyarakat. Problem utamanyaadalah kualitas pendidikan
rendah, sehingga menghasilkan pendidikankualitas sumber daya manusia yang
rendah. Rendahnya kualitas sumber daya manusia mengimbas padarendahnya
karakter bangsa. Oleh karena itu, masalah pendidikan agamaIslam menjadi
tanggung jawab bersama seluruh elemen bangsa, tidakmemandang suku, ras dan
agama. Untukmengatasi perkembangan zaman pendidikan agama Islam
ditekankanpada:
1. Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia
Mengingat rendahnya kualitas sumber daya manusia bangsa Indonesia,
makadalam menghadapi perubahan sosial sebagai dampak globalisasi,agenda
utama pendidikan ialah pengembangan dan peningkatankualitas sumber daya
manusia baik ditinjau dari nilai ekonomis dan nilai insani.
Nilaiekonomis adalah menjadikan manusia lebih produktif dan
nilainyalebih tinggi secara ekonomis, yang diperoleh melalui penguasaan ilmudan
50
teknologi. Nilai insani sebagai nilai tambah budaya dan imantaqwa yang
menjadikan manusia lebih harkat dan martabatnyakemanusiaan melalui
pendidikan yang sinergis antara pendidikanagama dan ilmu pendidikan non-
agama. Nilai insani tercermin dalam watak bangsa. Oleh karenanyapembangunan
watak bangsa menjadi sangat penting, bahkanmelandasi pengembangan nilai
ekonomis (Achmadi, 2010: 165).
Pembangunan watakbangsa ialah peningkatan kesadaran tanggung jawab
atas eksistensibangsa. Akan tetapi kesadaran nasionalisme yang hanya terfokus
padaeksistensi bangsa sendiri dan tidak memahami eksistensi bangsa-bangsa lain
tidak akan mampu memasuki sistem dunia ataumasyarakat dunia dengan baik.
Bagi umat Islam yang merupakanbagian integral bangsa Indonesia juga harus
memahami eksistensiumat lain.
Oleh karenanya pendidikan watak bangsa perludisinergikan antara
kesadaran religiousitas umat Islam dalam konteksnasional, regional dan global.
Dengan kesadaran semacam itu akanmemotivasi peserta didik untuk lebih maju
dalam rangka kompetisisecara sehat dengan bangsa-bangsa lain dan umat lain
sesama anakbangsa. Tugashidup itu berarti pendidikan mampu mengantarkan
peserta didik yangdalam perspektif Islam menjadi hamba Allah yang dapat
memainkanperanannya sebagai khalifah di bumi (Achmadi, 2010: 166-168).
Manusia adalah makhluk yang diciptakan Allah yang paling sempurna
dengan struktur jasmaniah dan rohaniah terbaik di antara makhluk lainnya.
Muzayyin Arifin mengatakan bahwa dalam struktur jasmaniah dan rohaniah itu
Allah memberikan seperangkat kemampuan dasar yang memiliki kecenderungan
51
berkembang yang menurut aliran psikologi behaviorisme disebut pre potence
reflex (kemampuan dasar yang secara otomatis berkembang) (Muzayyin Arifin,
1993: 88).
Manusia merupakan makhluk yang memiliki kemampuan istimewa dan
menempati kedudukan tertinggi di antara makhluk lainnya yakni menjadi khalifah
(wakil) Tuhan di muka bumi (Q.S. al-Baqarah: 30). Dengan demikian Islam
memandang manusia sangat mulia dengan sumber ajaranya yaitu Al-Qur‟an. Ia
telah memotret manusia dalam bentuknya yang utuh dan menyeluruh.
Kemampuan tersebut kemudian dikenal dengan istilah sumber daya
manusia yang secara konseptual memandang manusia sebagai suatu kesatuan
jasmani dan rohani. Oleh sebab itu sumber daya manusia yang dimiliki bangsa
dapat dilihat sebagai sinergistik antara kualitas rohani dan jasmani yang dimiliki
oleh individu dari warga negara yang bersangkutan.
Kualitas jasmani dan rohani tersebut oleh Emil Salim disebut sebagai
kualitas fisik dan non fisik. Lebih lanjut, wujud kualitas fisik ditampakkan oleh
postur tubuh, kekuatan, daya tahan, kesehatan, dan kesegaran jasmani. Dari
sudut pandang ilmu pendidikan, kualitas non fisik manusia mencakup ranah
(domain) kognitif, afektif, dan psikomotorik. Kualitas ranah kognitif digambarkan
oleh tingkat kecerdasan individu sedangkan kualitas ranah afektif digambarkan
oleh kadar keimanan, budi pekerti, integritas kepribadian, serta ciri-ciri
kemandirian lainnya. Sementara itu kualitas psikomotorik dicerminkan oleh
52
tingkat ketrampilan, produktivitas, dan kecakapan mendayagunakan peluang
berinovasi (Anggan Suhandana, 1997: 151).
Setiap manusia memiliki potensi dasar, para filsof berpendapat tentang
potensi apa yang perlu dikembangkan oleh manusia. Melalui pendekatan historis
Hasan Langgulung menjelaskan bahwa di Yunani kuno satu-satunya potensi
manusia yang harus dikembangkan di kerajaan Sparta adalah potensi
jasmaninya, tetapi sebaliknya di kerajaan Athena yang dipentingkan adalah
kecerdasan otaknya (Hasan Langgulung, 1995: 261-262). Demikian pula
kesimpulan yang diambil oleh Abuddin Nata berdasarkan pendapat para ahli
filsafat pendidikan bahwa, secara umum manusia memiliki dua potensi yaitu
potensi jasmani dan potensi rohani (Abuddin Nata, 1997: 35).
Berbeda dari klasifikasi di atas bahwa beberapa ahli para filsafat
pendidikan menguraikan potensi rohani manusia ke dalam beberapa bagian,
sebagaimana pendapat Hasan Langgulung yang menyatakan bahwa potensi
rohani manusia itu terdiri dari empat unsur pokok yaitu, roh, qalb, nafs dan akal
(Hasan Langgulung, 1988: 270). Klasifikasi potensi dasar manusia diantaranya:
a. Potensi Jasmani
Secara jasmaniah manusia adalah makhluk yang paling berpotensi
untuk dikembangkan dibanding makhluk lainnya. Manusia dianugrahi
rupa dan fisik yang bagus serta memiliki anggota tubuh untuk membantu
dan mempermudah aktivitasnya. Proses penciptaan manusia mulai nutfah
(air mani), kemudian alaqah (segumpal darah), „izam (tulang belakang)
53
dan lahm yang membungkus „izam atau membentuk rangka yang
menggambarkan bentuk manusia, merupakan kesempurnaan manusia
seacara fisik (Abuddin Nata, 1997: 30).
Untuk mengetahui potensi jasmani Abuddin Nata memperkenalkan
kata kunci yang diambil dari Al-Qur‟an yaitu al-basyar. Menurutnya kata
al-basyar dipakai untuk menyebut semua makhluk. Basyar merupakan
bentuk jamak dari akar kata basyarah yang artinya permukaan kulit
kepala, wajah dan tubuh yang menjadi tempat tumbuhnya rambut. Oleh
karena itu kata mubasyarah diartikan musalamah yang artinya
persentuhan antara kulit laki-laki dan kulit perempuan. Disamping itu
kata mubasyarah diartikan sebagai al-liwath atau al-jima‟ yang artinya
persetubuhan (Abuddin Nata, 1997: 30).
Manusia dalam pengertian basyar adalah manusia yang seperti
tampak pada lahiriyah mempunyai bangunan tubuh yang sama. Makan
dan minum dari bahan yang sama yang ada di alam ini, dan oleh
pertumbuhan usianya, kondisi tubuhnya akan menurun, menjadi tua dan
lahirnya ajalnya akan menjemput (Abuddin Nata, 1996: 260).
Sedangkan menurut Hasan Langgulung menyebutkan beberapa hal
mengenai potensi jasmani yang diambil dari Al-Qur‟an yaitu al-basyar.
Al-basyar adalah merupakan bentuk material yang memakan nasi dan
berjalan di jalan-jalan dalam hal ini semua anak Adam sama dan serupa.
54
Kata al-basyar muncul dalam 35 tempat dalam Al-Qur‟an
diantaramya termasuk 25 tempat tentang Rasul-Rasul dan Nabi-Nabi
sebagai manusia (basyar) dengan menegaskan keserupaan, dalam hal ini
ia sebagai manusia dan sifat-sifat kebendaannya diantara mereka Nabi-
Nabi dengan manusia-manusia yang lain (Hasan Langgulung, 2003: 289).
Menurut Zakiah Daradjat memberikan penjelasan lebih rinci
tentang aktifitas lahiriah manusia sebagai kebutuhan pertama atau
disebut primer. Kebutuhan seperti ini makan, minum, seks, dan
sebagainya tidak dipelajari manusia melainkan sudah menjadi fitrah
manusia sejak lahir. Jika kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak terpenuhi,
akan hilanglah keseimbangan fisik. Dalam kebutuhan fisik jasmaniah ini,
manusia tidak berbeda dari makhluk hidup lainnya. Perbedaan hanya
terletak pada cara memenuhi kebutuhan itu (Zakiah Daradjat, 1995: 19-
20).
Ketika keseimbangan fisiknya tidak terjaga, maka tubuh manusia
akan sakit. Sementara dalam ilmu kesehatan menjaga seluruh anggota
tubuh agar berfungsi secara optimal memerlukan gizi, berbagai vitamin,
udara dan kondisi lingkungan yang bersih (Tim Dosen IKIP Malang,
1988: 139-140).
Dari penjelasan di atas bahwa potensi jasmani yang ada pada
manusia merupakan segala daya manusia yang berhubungan dengan
aktifitas fisiknya sekaligus lahiriyah. Karena manusia secara fisik akan
55
tumbuh optimal bila semua anggota tubuh yang dikaruniakan oleh Allah
berfungsi secara baik. Keterkaitan itu membawa implikasi bahwa setiap
manusia harus mampu mengembangkan daya-daya yang berhubungan
dengan eksistensi jasmaniahnya.
b. Potensi Rohani
Manusia merupakan makhluk yang istimewa dibanding makhluk
yang lainnya, karena disamping memiliki dimensi fisik yang sempurna, ia
juga memiliki dimensi roh ini dengan segala potensinya. Jika potensi
jasmani diketahui dari kata basyar, maka untuk mengetahui potensi
ruhani dapat dilihat dari kata al-insan. Kata al-insan mempunyai tiga asal
kata. Pertama, berasal dari kata anasa yang memiliki arti melihat,
mengetahui, dan minta izin. Kedua bersal dari kata nasiya, yang berarti
lupa dan yang ketiga bersal dari kata al-uns yang berarti jinak (Ibn
Manzur, 1968: 306-314).
Manusia sebagai makhluk psikis (al-insan) memiliki potensi seperti
fitrah, qalb, nafs, dan akal. Oleh karena itu, potensi manusia menjadi
makhluk yang tinggi martabatnya (Barmawie Umary, 1989: 21). Menurut
Quraish Shihab menganalisis kata insan hanya terambil dari kata uns
yang berarti jinak dan harmonis. Menurutnya pendapat di atas jika
dipandang dari sudut pandang Al-Qur‟an lebih tepat dari kata nasa-
yanusu (berguncang). Kata insan juga digunakan Al-Qur‟an untuk
56
menunjuk kepada manusia dengan seluruh totalitasnya yaitu jiwa dan
raga (M Quraish Shihab, 1996: 278).
Menurut Hasan Langgulung kata insan bertemu dengan kata ins
dalam pengertian sama dengan pengertian yang sama dengan pengertian
awal yang berlawanan dengan keganasan (tawahhusyi) kemudian masing-
masing mempunyai pengertian khusus yang membedakannya satu sama
lain. Pengertian ins dalam Al-Qur‟an selalu berhadapan dengan al-Jin
yang selalu bermakna kebuasan dan tersembunyi. Sedangkan insan
menurutnya keinsanannya bukan disebabkan karena ia tergolong dalam
golongan ins, bukan juga sekedar manusia yang makan dan berjalan.
Jadi kemanusian (insaniyah) itu mengandung perkembangan
kearah yang dapat memperbolehkan ia mendapat kedudukan khalifah di
bumi, memikul tanggung jawab dan amanah, sebab dialah yang khusus
menerima ilmu, bayan, akal, dan membedakan antara yang baik dan
buruk. Kata insan memiliki ciri khusus yang membedakan ia dari seorang
individu dari jenis manusia atau ins itu (Hasan Langgulung, 2003: 290).
2. Kurikulum Pendidikan
Kurikulum merupakan penuntun bagi guru dalam melakukan tugasnya
sesuai dengan bidang studi serta tingkatan kelas yang dihadapinya. Secara luas
pengertian kurikulum dapat diartikan sebagai “seluruh usaha sekolah untuk
merangsang anak belajar, baik di dalam kelas maupun di halaman sekolah atau di
luar sekolah (Hasan Langgulung, 2003: 38). Sedangkan menurut S. Nasution,
57
sesuatu yang direncanakan sebagai pegangan guna mencapai tujuan pendidikan.
Apa yang direncanakan biasanya bersipat ideal, sesuatu cita-cita tentang manusia
atau warga Negara yang dibentuk. Apa yang dapat diwujudkan dalam kenyataan
disebut kurikulum real (Hasan Langgulung, 2003: 38).
Begitu urgennya kurikulum dalam pendidikan, Hasan Langgulung sebagai
seorang pemikir, ia merasa bertanggung jawab terhadap kemajuan pendidikan
khususnya pendidikan Islam. Baginya kurikulum dapat menentukan dalam
keberhasilan suatu pendidikan. karena itu, baginya kurikulum pendidikan sangat
berbeda dengan pendidikan modern yang sekuler, dimana sebagai penentu
kurikulum itu adalah kekuatan social yang berkuasa pada suatu ketika jamannya,
seperti abad 19 dan 20 sebagai penentu kurikulum adalah ilmu sain dan teknologi
sedangkan pada abad pertengahan adalah agama Kristen, sedangkan sebelumnya
sebagai penentunya seni.
Berbeda halnya dengan pendidikan Islam sebagai penentu arah kurikulum
mulai dari tingkat taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi adalah al-Qur’an
dan Sunnah. Artinya kurikulum pendidikan Islam tetap menjadikan al-Qur’an dan
Sunnah sebagai trust penentu dalam menyusun pendidikan Islam (Hasan
Langgulung, 2003: 39).
Hasan Langgulung menjelaskan lebih rinci bahwa kurikulum pendidikan
Islam itu lebih dulu memahami fungsi agama bagi Islam dalam kehidupan
masyarakat dan individu pada umunya dapat disimpulkan. Fungsi spiritual yang
berkaitan dengan akidah dan iman. Fungsi psikologis yang berkaitan yang
berkaitan dengan tingkahlaku individual termasuk nilai-nilai akhlak yang
58
mengangkat manusia ke derajat yang lebih sempurna. Fungsi sosial yang
berkaitan dengan aturan-aturan yang menghubungkan manusia dengan manusia
lainnya atau masyarakat, karena masing-masing menyadari hak-hak dan tanggung
jawabnya untuk membentuk masyarakat yang harmonis dan seimbang. Ketiga
fungsi agama harus tergambar dalam tujuan pendidikan Islam khususnya
disekolah menengah (Hasan Langgulung, 2003: 39-40).
Dengan demikian jelaslah bahwa kurikulum Hasan Langgulung paling
tidak mencakup 4 point, yaitu:
1. Tujuan yang berasal dari falsafah,
2. Pengetahuan yang berasal dari teori,
3. Cara mengajarkan pengetahuan diambil dari falsafah dan lain-lain, dan
4. Ditentukan melalui penilaian (evaluasi).
Dalam perspektif pendidikan Islam, menurut Hasan Langgulung,
pendidikan harus melatihkan dan membiasakan prilaku abid serta mengarahkan
pikiran, emosi, nafsu dan perasaan peserta didik dan manusia umumnya untuk
sepenuhnya taat dan tunduk terhadap perintah Allah SWT.
Oleh karena itu kurikulum pendidikan Islam, sebagaimana ia mengikuti
pendapat Al-Syaibany adalah sejumlah pengalaman pendidikan, kebudayaan,
sosial, olah raga, dan kesenian yang disediakan oleh sekolah untuk murid, baik
didalam maupun di luar sekolah dengan maksud menolong perkembangan secara
menyeluruh, dan merubah tingkah laku mereka sesuai dengan tujuan pendidikan
(Hasan Langgulung, 1986: 145). Ia berkesimpulan bahwa kurikulum mempunyai
empat unsur utama yaitu :
59
a. Tujuan yang ingin dicapai oleh pendidikan, yaitu orang yang
bagaimana yang ingin diberntuk melalui kurikulum tersebut.
b. Pengetahuan ( knowledge), informasi, data aktifitas, dan pengalaman di
mana kurikulum terbentuk yang lazim disebut mata pelajaran.
c. Metode dan cara mengajar yang dipakai oleh guru, untuk mendorong
murid belajar dan membawa mereka kearah yang dikehendaki oleh
kurikulum.
d. Metode dan cara penelitian yang digunakan untuk mengukur dan
menilai kurikulum serta hasil proses pendidikan yang direncanakan
kurikulum (Hasan Langgulung, 1991: 145-146).
Berkaitan dengan kurikulum, pendidikan harus dimodernisasi dan perlu
berpegang pada causa finalis untuk menjadikan proyeksi kemasa depan, yang
berorientasi pada lima hal:
1) Pendidikan Islam harus mengintegrasikan antara ilmu agama dan
umum agar tidak melahirkan dikhotomi ilmu pengetahuan.
2) Pendidikan Islam harus mencapai sikap toleran dan lapang dada,
terutama dalam perbedaan pendapat dan penafsiran ajaran Islam.
3) Pendidikan Islam harus mengintensifkan pemahaman bahasa asing
sebagai alat untuk menguasai dan mengembangkan ilmu pengetahuan
yang semakin pesat perkembangannya.
4) Pendidikan harus mampu menumbuhkan kemampuan berswadaya dan
mandiri dalam kehidupan.
60
5) Pendidikan harus menumbuhkan etos kerja, mempunyai apresiasi
terhadap kerja, disiplin, jujur berorientasi pada nilai (Soeroyo, 1991:
42).
Dalam mengkonstruk teori pendidikan Islam khusunya kurikulum harus
memanfaatkan pendekatan multi disipliner ini. Dalam beberapa tulisannya tentang
pendidikan Islam, menyoroti pendidikan Islam dengan kacamata psikologi dan
filsafat, juga menggunakan pendekatan historis dan teorinya tentang kesehatan
mental, ia memakai telaah psikologi, tasawuf dan filsafat Islam. (Hasan
Langgulung, 2003: 330).
61
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah diuraikan pokok-pokok permasalahan yang menjadi kajian dalam
penelitian ini bahwa gamabaran tentang prinsip-prinsip pendidikan Islam perspektif
Hasan Langgulung dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Maka dapat
disimpulkan sebagai berikut ini:
1. Prinsip pendidikan Islam menurut Hasan Langgulung adalah meningkatkan
sumber daya manusia yang dimilikinya dengan potensi jasmani dan rohani
yang ada pada manusia. Bahwa agama menjadi landasan pendidikan Islam
agar terbentuknya insan saleh dan masyarakat saleh. Jika orientasinya
pendidikan dalam lembaga sekarang khususnya kurikulum pendidikan
nasional lebih unggul dalam segi kognitif dan psikomotorik sedangkan
pendidikan agama Islam unggul dalam apektif, walaupun sekarang pendidikan
Islam sudah ada yang lebih maju. Oleh karena itu pendidikan harus seimbang
dalam pelaksanaan yang tidak meninggalkan keduanya, agama dan teknologi.
2. Pendidikan Islam diera sekarang harus meningkatkan prinsip pendidikan
Islam dengan manajemen pendidikan Islam.Prinsip pendidikan Islam
mempunyai masalah yang tidak mungkin diselesaikanoleh sekelompok
masyarakat. Problem utamanyaadalah kualitas pendidikan rendah, sehingga
menghasilkan pendidikankualitas sumber daya manusia yang rendah.
Rendahnya kualitas sumber daya manusia mengimbas padarendahnya karakter
62
bangsa. Oleh karena itu, masalah pendidikan agamaIslam menjadi tanggung
jawab bersama seluruh elemen bangsa, tidakmemandang suku, ras dan agama.
Untukmengatasi perkembangan zaman pendidikan agama Islam
ditekankanpada tiga fungsi utamanya yaitu fungsi akademik, psikologis,
danfungsi sosial sekaligus secara imbang dan padu. Manusia yang dapat
mengembangkan prinsip pendidikan Islam dapat meningkatkan sumber daya
manusia yang dimilikinya.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, kiranya akan menjadi tidak pantas jika
penulis mengatakan penelitian ini sudah sempurna. Penulis mengharapkan kritikan
yang membangun untuk lebih memperbaiki kekurangan-kekurangan dari hasil
penelitian ini. Dalam skripsi ini, masih banyak celah bagi orang lain untuk meneliti
Hasan Langgulung dari sudut pandang yang berbeda, sehingga dapat melengkapi
penelitian yang dilakukan penulis.
63
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi. 1987. Ilmu Pendidikan Islam. Salatiga: Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo.
_______, 1992. Islam Paradigma Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta dan Semarang:
Aditya Media dan BP IAIN Walisongo Press.
_______, 1994. Studi Agama di Belanda. Leiden: Program IndonesianNetherlands
Cooperation in Islamic Studies (INIS).
_______, 2010. Ideologi Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Cet.
Kedua (Edisi Revisi).
Albone, Abd Aziz. 2009. Pendidikan Agama Islam dalam Perspektif
Multikulturalisme. Jakarta: Balai Penelitian dan Pengembangan Agama
Jakarta. Cet. Pertama.
Ali, Mohammad Daud. 1997. Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Rajawali Press.
Anton Baker, Achmadi Charis Zubair. 1994. Metode Penelitian Filsafat.
Yogyakarta: Kanisius.
Anshari, Endang Saifuddin. 1976. Pokok-Pokok Pikiran tentang Islam, Jakarta:
Usaha Enterprise.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu PendekatanPraktek.
Jakarta: P.T.Rineka Cipta.
Arifin, M. 1991. Ilmu Pendidikan Islam Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis
Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner, Jakarta: Bumi Aksara.
Depag RI. 2005. Al-Qur‟an dan terjemahannya. Jakarta: C.V. J-ART.
Hadi, Sutrisno. 1981. Metodologi Research. Yogyakarta: Universitas GajahMada.
Hasbulloh. 2009. Dasar-dasar Pendidikan Islam. Jakarta: Rajawali Press. Edisi
revisi.
Ibrahim Saat, 1982. (Ed.), Isu Pendidikan di Malaysia, Kuala Lumpur: Dewan
Bahasa dan Pustaka.
Kartodirdjo, Sartono. Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah. Jakarta:
PT. Gramedia, 1992.
Khumaini, Yusuf. 2012. Studi Keislaman II. Perkuliahan. Salatiga: STAIN
Langgulung, Hasan. 1990. “The Ummatic Paradigm for Psychology”, dalam,
Mizan: Islamic Forum of Indonesia for World Culture and Civilization,
Religion and the Spirit of World-Peace, Vol.III, No.2.
64
_______, Baru, 2003, terbit pertama tahun 1985. Asas-Asas Pendidikan Islam,
Jakarta: Pustaka Al-Husna.
________, 1995, ditulis tahun 1979. Beberapa Pemikiran tentang Pendidikan
Islam, Bandung: PT.Al-Ma’arif.
________, 1991. Kreativitas dan Pendidikan Islam Analisis Psikologi dan
Falsafah, Jakarta: Pustaka A-Husna.
________, 1989, terbit pertama tahun 1984. Manusia dan Pendidikan Suatu
Analisa Psikologi dan Pendidikan, Jakarta: Pustaka Al-Husna.
________, 1985. Pendidikan dan Peradaban Islam, Jakarta : Pustaka Al-Husna.
________, 2003, ditulis pertama tahun 1988 dan direvisi tahun 2002. Pendidikan
Islam dalam Abad 21, (edisi revisi), Jakarta: Pustaka AlHusna Baru.
________, 1979. Pendidikan Islam Suatu Analisa Sosio-Psikologikal, Kuala
Lumpur: Pustaka Antara.
________, 1992. Pengenalan Tamaddun Islam dalam Pendidikan, Kuala Lumpur:
Dewan Bahasa dan Pustaka.
________, 2002. Peralihan Paradigma dalam Pendidikan Islam dan Sains Sosial,
Jakarta: Gaya Media Pratama.
________, 1983. Psikologi dan Kesihatan Mental di Sekolah-Sekolah, Kuala
Lumpur: Penerbit UKM.
________, 1983.Teori-Teori Kesihatan Mental, Selangor: Pustaka Huda.
Marimba, Ahmad D. 1980. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung:
Mizan.
Moleong, Lexy J. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
M Quraish Shihab, 1996. Wawasan Al-Qur‟an, Bandung: Mizan, Cet. III
Nata, Abuddin. 2010. Metodologi Studi Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Nazir, Moh. 1998. Metode Penelitian. Jakarta: Ghaha Indonesia.
Nor Wan Daud, Wan Mohd, 1998. Filsafat dan Prektek Pendidikan Islam Syed
Muhammad Naquib Al-Attas, Bandung : Mizan.
Poerwadarminto. 1982. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: P.T.Balai
Pustaka.
Ramayulis. 2010. Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Kalam Mulia.
Cet. Keenam.
65
Syah, Muhibbin. 2008. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Soemargono, Soegono. 1989. Filsafat Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta: Nur
Cahaya.
Sugiyono. 2011. Metode penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.Bandung:
Alfabeta.
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, 1996. Strategi Belajar Mengajar,
Jakarta : Rineka Cipta.
Suwarno, Wiji . 2006. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Ar-ruzzMedia.
Tilaar. 2000. Paradigma Baru Pendidikan Nasional. Jakarta: Rineka Cipta.
Tilaar. 2012. Standarisasi Pendidikan Nasional: suatu tinjauan kritis. Jakarta:
Rineka Cipta.
Vaizey, Jhon, 1980. Pendidikan di Dunia Modern, Jakarta: Gunung Agung.
66
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 : DAFTAR RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN 2 : LEMBAR KONSULTASI
LAMPIRAN 3 : SKK
67
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DAFTAR PRIBADI
Nama : Samsul mun’im
Alamat : Dusun bulu 03/06 Kel.Kalongan Ungaran Timur kab Semarang
Tempat tanggal lahir : Kab Semarang 20 November 1089
Jenis kelamin : Laki - laki
Kebaangsaan : Indonesia
Agama : Islam
RIWAYAT PENDIDIKAN
1995 - 1997 Tk Wringin Putih -
1997 - 2004 SD Wringin Putih 02 ,Wringin Putih Bergas Kab Semarang
2004 - 2007 SMP Ky Ageng Griri Kusumo Mrangen Demak
2007 - 2010 MA Darul Huda Mayak Tonatan Ponorogo
2011 - 2018 IAIN Salatiga -
68
69
70
71
72