jurusan akuntansi fakultas ekonomi universitas …lib.unnes.ac.id/29806/1/7211412145.pdf ·...
TRANSCRIPT
ii
PENDETEKSIAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENT
DALAM PERSPEKTIF FRAUD TRIANGLE
(Studi Empiris pada Perusahaan Jasa Sektor Property dan Real Estate yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2015)
SKRIPSI
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Pada Universitas Negeri Semarang
Oleh
Gilang Maulana
NIM 7211412145
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2017
iii
iv
v
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Gilang Maulana
NIM : 7211412145
Tempat, Tanggal Lahir : Bantul, 11 Agustus 1994
Alamat : Desa Jatilawang, Kecamatan Kramat, Kabupaten Tegal
menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya
sendiri, bukan jiplakan karya tulis orang lain, baik sebagian maupun seluruhnya.
Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau
dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Apabila di kemudian hari terbukti skripsi ini
adalah hasil jiplakan dari karya tulis orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Semarang, 29 Maret 2017
Gilang Maulana
NIM 7211412145
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto
”Jika kamu bersungguh-sungguh, kesungguhan itu untuk kebaikanmu sendiri”
(Q.S Al-Ankabut : 6)
“Build your dreams, or someone else will hire you to build theirs”
(Farrah Gray)
Persembahan
1. Ibuku Ayem Lestari dan Ayahku Sudiharso
Rahimahullah yang senantiasa mendidik,
memelihara, serta memenuhi segala kebutuhan untuk
menjadikan putranya sebagai manusia yang
bermanfaat.
2. Kedua Kakakku Candra Hartarianto dan Bagus
Prawiro yang selalu mendukung langkah
perjuanganku.
3. Almamater Universitas Negeri Semarang.
vii
PRAKATA
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam yang telah melimpahkan
hikmah kepada para hamba yang dikehendaki-Nya, karena penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “Pendeteksian Fraudulent Financial
Statement Dalam Perspektif Fraud Triangle (Studi Empiris Perusahaan Jasa
Sektor Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun
2011-2015)”. Shalawat serta salam senantiasa terlimpah kepada Nabi Muhammad
shallahu’alaihi wa salam, keluarga, sahabat, dan para pengikutnya hingga akhir
zaman. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penyusunan skripsi ini mendapat
banyak bantuan, bimbingan, dukungan, semangat, dan doa dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan
terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang
yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menjalani studi S1
di Universitas Negeri Semarang.
2. Dr. Wahyono M.M., Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang
yang telah memberikan pelayanan prima selama penulis menjalani studi S1 di
Fakultas Ekonomi.
viii
3. Drs. Fachrurrozie, M.Si., Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan fasilitas selama penulis
menjalani studi S1 di Jurusan Akuntansi.
4. Drs. Sukirman, M.Si.,CRMP.,QIA., Dosen Pembimbing yang telah berkenan
menelaah, mengarahkan, dan memotivasi selama proses penulisan skripsi ini.
5. Indah Anisykurlillah, S.E., M.Si., Akt., CA, Dosen penguji I yang telah
memberikan saran dan kritik dalam penyempurnaan skripsi ini.
6. Dhini Suryandari, SE., M.Si., Ak, Dosen penguji II yang telah memberikan
saran dan kritik dalam penyempurnaan skripsi ini.
7. Drs. Subowo, M.Si., Dosen Wali Akuntansi C 2012 yang telah memberikan
pengarahan selama penulis menjalani studi di Universitas Negeri Semarang.
8. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang
yang telah mengampu dan membagi pengetahuan selama penulis menjalani
studi di Universitas Negeri Semarang.
9. Seluruh jajaran staf dan karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri
Semarang yang telah membantu proses kegiatan perkuliahan.
10. Seluruh sahabat seperjuangan Ardi Arifianto, Yasin Fadil, Catur Sigit H.,
Rivai Adhi W.H, Gilang Wahyu P., Noor Yudawan P., Nadim Fernando,
Shani Ruri, Ami Rahma Nuari dan Dariningsih yang selalu ada dan telah
mendukung penulis selama menjalani studi.
ix
11. Seluruh keluarga seatap kos One Piece, Yudha Bagus R., Novian Bayu H.,
Nurul Aziz, Mbah Ito, Suprojo dan Kus Dwi Hartanto yang setia berbagi suka
maupun duka selama masa perantauan.
12. Seluruh teman-teman serombel Akuntansi C 2012 yang telah bersama-sama
menjalani studi serta menuntut ilmu di jenjang S1 demi menggapai cita-cita,
harapan, dan berupaya meningkatkan kualitas hidup di masa depan.
Hanya ucapan terima kasih dan doa agar senantiasa apa yang telah dilakukan
mendapatkan balasan yang setimpal dan dicatat sebagai amal baik. Semoga
skripsi ini dapat memberikan manfaat dan kontribusi bagi semua pihak pada
umumnya dan bagi mahasiswa Fakultas Ekonomi pada khususnya.
Semarang, 29 Maret 2017
Penyusun
x
SARI
Maulana, Gilang. 2017. “Pendeteksian Fraudulent Financial Statement Dalam
Perspektif Fraud Triangle (Studi Empiris Perusahaan Jasa Sektor Property dan
Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2015). Skripsi.
Jurusan Akuntansi. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Semarang.
Pembimbing. Drs. Sukirman, M.Si.,CRMP.,QIA.
Kata Kunci : Fraudulent Financial Statement, Fraud Triangle, F-Score Model.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor kecurangan
laporan keuangan dengan analisis fraud triangle yang dikemukakan oleh Donald
R. Cressey (1953). Penelitian ini menganalisis pengaruh variabel pressure dengan
proksi financial stability, external pressure, financial target, opportunity dengan
proksi transaksi pihak istimewa, audit delay, ineffective of monitoring,
rationalization dengan proksi opini audit, dan auditor switching terhadap
fraudulent financial statement.
Sampel yang digunakan adalah perusahaan property dan real estate yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2015, yaitu sebanyak 23
perusahaan. Data yang digunakan adalah berupa data sekunder dari laporan
keuangan dan annual report perusahaan. Metode analisis data menggunakana
analisis statistik deskriptif dan analisis regresi logistik dengan menggunakan
program IBM SPSS Statistic 21.
Hasil nilai Nagelkerke R Square adalah sebesar 0,180 yang berarti bahwa
variabilitas variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen adalah
18%. Sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel-variabel lain diluar model
penelitian ini.
Simpulan penelitian ini menunjukan bahwa variabel financial stability,
external pressure, audit delay, ineffective of monitoring dan opini audit
berpengaruh signifikan terhadap fraudulent financial statement. Kemudian
variabel financial target, transaksi pihak istimewa, dan auditor switching tidak
berpengaruh terhadap fraudulent financial statement. Saran bagi penelitian
selanjutnya agar memiliki informasi objek penelitian yang lebih luas,
mengembangkan pengukuran pada variabel yang sama, serta menambah variabel
lainnya yang berkaitan dengan kecurangan laporan keuangan.
xi
ABSTRACT
Maulana, Gilang. 2017. “Detecting Fraudulent Financial Statement with
Analysis of Fraud Triangle (Empirical Study on Property and Real Estate
Companies Listed in Indonesia Stock Exchange Year 2011 to 2015).” Thesis.
Accounting Major. Faculty of Economics. Semarang State University. Advisor
Drs. Sukirman, M.Si.,CRMP.,QIA.
Keywords: Fraudulent Financial Statement, Fraud Triangle, F-Score Model.
The objective of this research is to analyzed factors of fraudulent financial
statement with fraud triangle that develop by Donald R. Cressey (1953). This
research is to analyzed influence of variable pressure which proxied by financial
stability, external pressure, financial target, opportunity which proxied by special
transactions, audit delay, ineffective of monitoring, rationalization which proxied
by audit opinion, and auditor switching with fraudulent financial statement.
This sample used in this research are 23 companies of property and real
estate sector that listed in Indonesia Stock Exchange on the period 2011-2015.The
type data that used are secondary data, from the financial statement and annual
reports of companies sample. Data testing instrument uses IBM SPSS Statistic 21
software, that consist of descriptive statistics analyzes and logistic regression.
The result of Nagerkerke R Square value is equal to 0,180, which means
that variability of the dependent variable that can be explained by the independent
variable was 18%. While the rest explained by other variables outside the model
of this research.
The conclusions of this research indicated that financial stability, external
pressure, audit delay, ineffective of monitoring and audit opinion variable has
positive influence on the fraudulent financial statement. The research does not
prove that financial target, special transactions and auditor switching has an
influence on the fraudulent financial statement. The suggest for further research in
order to have broader information object of the research to develop measurements
on the same variable, and add other variables which related to fraudulent financial
statement.
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ............................................................................. i
HALAMAN JUDUL ................................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................... iii
PENGESAHAN KELULUSAN .............................................................. iv
PERNYATAAN ........................................................................................ v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................... vi
KATA PENGANTAR .............................................................................. vii
SARI .......................................................................................................... x
ABSTRACT .............................................................................................. xi
DAFTAR ISI ............................................................................................. xii
DAFTAR TABEL .................................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xviii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xix
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
1.1. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................ 12
1.3. Tujuan Penelitian ......................................................................... 13
1.4. Manfaat Penelitian ....................................................................... 14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 15
2.1. Landasan Teori ............................................................................. 15
xiii
2.1.1. Teori Keagenan ................................................................. 15
2.1.2. Konsep Kecurangan........................................................... 17
2.1.3. Teori Segitiga Kecurangan (Fraud Triangle Theory) ...... 19
2.2. Penelitian Terdahulu ..................................................................... 27
2.3. Kerangka Pemikiran Teoritis dan Pengembangan Hipotesis ....... 30
2.3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ............................................. 30
2.3.2. Pengembangan Hipotesis................................................... 42
BAB III METODE PENELITIAN .......................................................... 44
3.1. Jenis dan Desain Penelitian .......................................................... 44
3.2. Populasi dan Sampel ..................................................................... 44
3.3. Variabel Penelitian ....................................................................... 46
3.3.1. Variabel Dependen ............................................................ 47
3.3.2. Variabel Independen .......................................................... 49
3.4. Metode Pengumpulan Data ........................................................... 55
3.5. Metode Analisis Data ................................................................... 55
3.5.1. Analisis Statistik Deskriptif .............................................. 56
3.5.2. Metode Statistik Inferensial ............................................... 56
3.5.3. Pengujian Hipotesis Penelitian ......................................... 58
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................ 63
4.1. Hasil Penelitian ............................................................................ 63
4.1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian .................................. 63
4.1.2. Deskripsi Variabel Penelitian ............................................ 64
xiv
4.1.3. Analisis Statistik Inferensial ............................................. 85
4.2. Pembahasan .................................................................................. 99
4.2.1. Pengaruh financial stability, external pressure,
financial target, transaksi pihak istimewa, audit delay,
ineffective of monitoring, opini audit dan auditor
switching terhadap fraudulent financial statement ........... 99
4.2.2. Pengaruh Financial Stability terhadap
Fraudulent Financial Statement ...................................... 103
4.2.3. Pengaruh External Pressure terhadap
Fraudulent Financial Statement ....................................... 105
4.2.4. Pengaruh Financial Target terhadap
Fraudulent Financial Statement ....................................... 107
4.2.5. Pengaruh Transaksi Pihak Istimewa terhadap
Fraudulent Financial Statement ....................................... 109
4.2.6. Pengaruh Audit Delay terhadap
Fraudulent Financial Statement ....................................... 110
4.2.7. Pengaruh Ineffective of monitoring terhadap
Fraudulent Financial Statement ....................................... 111
4.2.8. Pengaruh Opini Audit terhadap
Fraudulent Financial Statement ....................................... 112
4.2.9. Pengaruh Auditor Switching terhadap
Fraudulent Financial Statement ....................................... 114
xv
BAB V PENUTUP .................................................................................... 117
5.1. Simpulan ...................................................................................... 117
5.2. Saran ............................................................................................ 120
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 122
LAMPIRAN .............................................................................................. 126
xvi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Jenis-jenis Fraud ...................................................................... 18
Tabel 2.2. Penelitian Terdahulu ................................................................ 27
Tabel 3.1. Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria ........................... 45
Tabel 3.2. Daftar Sampel Penelitian ......................................................... 46
Tabel 3.3. Operasionalisasi Variabel Penelitian ....................................... 55
Tabel 4.1. Proses Seleksi Sampel .............................................................. 63
Tabel 4.2. Deskripsi Frekuensi Variabel Fraudulent Financial Statemen 65
Tabel 4.3. Jumlah Perusahaan Fraud dan Non Fraud tahun 2011-2015 .. 65
Tabel 4.4. Analisis Statistik Deskriptif ..................................................... 67
Tabel 4.5. Tabel Distribusi Tingkat Achange ........................................... 67
Tabel 4.6. Deskripsi Variabel Financial Stability terhadap Fraud ........... 68
Tabel 4.7. Analisis Statistik Deskriptif External Pressure ....................... 69
Tabel 4.8. Tabel Distribusi tingkat LEV ................................................... 70
Tabel 4.9. Deskripsi Variabel External Pressure terhadap Fraud ............ 71
Tabel 4.10. Analisis Statistik Deskriptif Financial Target ......................... 71
Tabel 4.11. Tabel Distribusi tingkat ROA .................................................. 72
Tabel 4.12. Deskripsi Variabel Financial Target terhadap Fraud ............. 73
Tabel 4.13. Analisis Statistik Deskriptif Transaksi Pihak Istimewa ........... 74
Tabel 4.14. Tabel Distribusi tingkat RPT ................................................... 74
Tabel 4.15. Deskripsi Variabel Transaksi Pihak Istimewa terhadap Fraud 75
xvii
Tabel 4.16. Analisis Statistik Deskriptif Audit Delay ................................. 76
Tabel 4.17. Tabel Distribusi tingkat ADEL ................................................ 77
Tabel 4.18. Deskripsi Variabel Audit Delay terhadap Fraud...................... 78
Tabel 4.19. Analisis Statistik Deskriptif Ineffective of Monitoring ............ 79
Tabel 4.20. Tabel Distribusi tingkat BDOUT ............................................. 80
Tabel 4.21. Deskripsi Variabel Ineffective of Monitoring terhadap Fraud . 80
Tabel 4.22. Distribusi Frekuensi Opini Audit ............................................. 82
Tabel 4.23. Deskripsi Variabel Opini Audit terhadap Fraud ...................... 83
Tabel 4.24. Distribusi Frekuensi Auditor Switching ................................... 84
Tabel 4.25. Deskripsi Variabel Auditor Switching terhadap Fraud ............ 85
Tabel 4.26. Uji Kelayakan Model (-2LL) Awal ......................................... 86
Tabel 4.27. Uji Kelayakan Model (-2LL) Step 1 ........................................ 86
Tabel 4.28. Perbandingan Nilai (-2LL) Awal dan Akhir ............................ 87
Tabel 4.29. Menilai Kelayakan Model Regresi .......................................... 88
Tabel 4.30. Koefisien Determinasi.............................................................. 88
Tabel 4.31. Correlation Matrix ................................................................... 89
Tabel 4.32. Matrik Klasifikasi Step 0 ......................................................... 90
Tabel 4.33. Matrik Klasifikasi Step 1 ......................................................... 90
Tabel 4.34. Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ............................................. 91
Tabel 4.35. Estimasi Parameter dan Interpretasinya ................................... 92
Tabel 4.36. Ringkasan Hasil Uji Hipotesis ................................................. 99
xviii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Teori Segitiga Kecurangan ..................................................... 20
Gambar 2.2. Kerangka Pemikiran Teoritis ................................................. 42
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Daftar Perusahaan Populasi .................................................. 126
Lampiran 2 Daftar Perusahaan Sampel ..................................................... 127
Lampiran 3 Daftar Perusahaan Property dan Real Estate yang
Mengalami Kerugian selama Periode 2011-2015 .................. 128
Lampiran 4 Daftar Perusahaan Property dan Real Estate yang tidak
Mengungkapkan Data Secara Lengkap
selama Periode 2011-2015 ..................................................... 128
Lampiran 5 Daftar Perusahaan Property dan Real Estate yang
Delisting selama Periode 2011-2015 ..................................... 129
Lampiran 6 Daftar Perusahaan Property dan Real Estate yang Terindikasi
Melakukan Fraudulent Financial Statement selama Periode 2011-2015 ... 129
Lampiran 7 Daftar Financial Stability Perusahaan Sampel ...................... 130
Lampiran 8 Daftar External Pressure Perusahan Sampel ......................... 133
Lampiran 9 Daftar Financial Target Perusahaan Sampel ......................... 136
Lampiran 10 Daftar Transaksi Pihak Istimewa Perusahaan Sampel ........... 139
Lampiran 11 Daftar Jangka Waktu Audit Delay Perusahaan Sampel ......... 142
Lampiran 12 Daftar Ineffective of Monitoring Perusahaan Sampel ............ 144
Lampiran 13 Daftar Opini Audit Perusahaan Sampel ................................. 147
Lampiran 14 Daftar Auditor Switching Perusahaan Sampel ....................... 148
Lampiran 15 Analisis Deskriptif dan Uji Regresi Logistik ....................... 149
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Laporan keuangan perusahaan berperan memberikan informasi keuangan
kepada pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan tersebut. Laporan
keuangan bertujuan memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja
keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan
pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi (IAI, 2015). Oleh karena
itu, para pelaku bisnis harus dapat memberikan informasi yang akurat dan relevan
serta terbebas dari adanya kecurangan yang akan sangat menyesatkan para
pengguna laporan keuangan dalam proses pengambilan keputusan. Sayangnya,
tidak seluruh pelaku bisnis menyadari pentingnya laporan keuangan yang bersih
dan terbebas dari kecurangan.
Pada saat perusahaan publik menerbitkan laporan keuangannya,
sesungguhnya perusahaan tersebut ingin menggambarkan kondisinya dalam
keadaan yang terbaik. Laporan keuangan menyajikan informasi lebih dari sekedar
angka-angka karena seharusnya mencakup informasi yang menyangkut posisi
keuangan dan kinerja perusahaan yang berguna untuk pengambilan keputusan
ekonomi. Hal ini dapat menimbulkan potensi kecurangan pada laporan keuangan
ayang akan menyesatkan investor dan pengguna laporan keuangan yang lain.
Ketika terdapat salah saji material dalam laporan keuangan, maka informasi
tersebut menjadi tidak relevan untuk dipakai sebagai dasar pengambilan
2
keputusan karena analisis yang dilakukan tidak berdasarkan informasi yang
sebenarnya. Kecurangan pelaporan keuangan yang telah dijelaskan dalam SPAP
pada PSA No. 70 seksi 316 (pa 3) yaitu salah saji atau penghilangan secara
sengaja jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan untuk mengelabuhi
pemakai laporan keuangan dalam efek yang timbul adalah ketidaksesuaian
laporan keuangan dalam semua hal yang material dengan prinsip akuntansi
berterima umum. Kecurangan pelaporan keuangan meliputi, pertama manipulasi,
pemalsuan atau perubahan catatan akuntansi atau dokumen pendukungannya yang
menjadi sumber data bagi penyajian laporan keuangan. Kedua representasi yang
salah atau penghilangan dari laporan keuangan peristiwa, transaksi, atau informasi
signifikan. Ketiga salah penerapan secara sengaja prinsip akuntansi yang
berkaitan dengan jumlah klasifikasi, cara pengungkapan.
Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) dalam Report to the
Nations on Occupational Fraud and Abuse (2014) menemukan sekitar 77 %
kecurangan dilakukan oleh individu melalui departemen seperti akuntansi,
operasi, penjualan, eksekutif atau manajemen tingkat atas, layanan konsumen,
pembelian dan keuangan. Selain itu, terjadi peningkatan pada sebagian besar jenis
fraud salah satunya pada kecurangan laporan keuangan sebesar 9,0%, meningkat
dari tahun 2012 yang hanya 7,6% ACFE, 2012). Angka ini tidak terlalu besar jika
dibandingkan dengan penyalahgunaan aset yang mencapai 85,4 %, tetapi
kecurangan laporan keuangan menyebabkan dampak keuangan terbesar. Hal ini
akan mengakibatkan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan tidak
relevan dan tidak dapat diandalkan. Informasi tersebut dapat mempengaruhi
3
pengambilan keputusan pihak eksternal dan internal perusahaan, serta dapat
berpotensi munculnya pihak yang merasa dirugikan.
Menurut Association of Certified Fraud Examiners (ACFE), kecurangan
adalah tindakan penipuan atau kekeliruan yang dibuat oleh seseorang atau badan
yang mengetahui bahwa kekeliruan tersebut dapat mengakibatkan beberapa
manfaat yang tidak baik kepada individu atau entitas atau pihak lain.
Meningkatnya berbagai kasus skandal akuntansi di dunia menyebabkan berbagai
pihak berspekulasi bahwa manajemen telah melakukan kecurangan pada laporan.
Selain itu, Ernst & Young (2003) dalam (Listiana, 2012) juga menemukan bahwa
lebih dari setengah pelaku fraud adalah manajemen. Jika financial statement fraud
memang sebuah masalah yang signifikan, auditor sebagai pihak yang
bertanggungjawab harus dapat mendeteksi aktivitas kecurangan sebelum akhirnya
berkembang menjadi skandal akuntansi yang sangat merugikan. Kasus-kasus
skandal akuntansi dalam beberapa tahun belakangan ini memberikan bukti yang
kuat adanya kegagalan audit yang berdampak pada kerugian para pelaku bisnis.
Walaupun beberapa kasus salah saji yang terjadi belum tentu terkait dengan
masalah kecurangan, tetapi faktor risiko yang berkaitan dengan kecurangan oleh
manajemen terbukti ada.
Saat ini kasus fraud di Indonesia yang perlu menjadi perhatian salah
satunya adalah dari sektor property dan real estate. Perkembangan perusahaan
sektor property dan real estate saat ini didukung oleh modal yang diperoleh dari
investor. Selain itu, bisnis property dan real estate merupakan bisnis yang dikenal
memiliki karakteristik cepat berubah, persaingan ketat, persisten dan kompleks.
4
Oleh karena itu, perusahaan property dan real estate berusaha untuk dapat
menunjukkan kinerja dan kondisi perusahaan yang baik dan selalu bertumbuh
maupun berkembang, sehingga dapat menarik calon investor untuk menanamkan
modalnya ke perusahaan serta membuat investor semakin percaya untuk tetap
berinvestasi. Hal tersebut juga dikarenakan semakin banyaknya pengembang
proyek yang membangun berbagai macam hunian seperti, perumahan, kawasan
apartemen dan lain sebagainya. Semakin berkembangnya suatu sektor, seperti
sektor property dan real estate mendorong adanya kemungkinan terjadi
kecurangan. Menurut Sudaryatmo sebagai ketua Yayasan Lembaga Konsumen
Indonesia terjadi peningkatan pada pengaduan kasus hukum sektor property oleh
konsumen ke Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, dan kasus pada sektor ini
telah berada diurutan kedua setelah sektor keuangan dan perbankan (kompas,
2015). Berdasarkan data Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia terdapat 157
kasus pengaduan sektor property yang ditujukan kepada sekitar 100 pengembang.
Jumlah tersebut melonjak 12,7 persen dari tahun sebelumnya yakni 121 kasus.
Dari keseluruhan kasus terdapat 17 jenis keluhan, seperti pengembang ingkar
janji, keterlambatan serah terima unit bangunan, keterlambatan serah terima
sertifikat, pengembalian dana yang tidak segera diselesaikan, ketersediaan fasilitas
khusus dan umum, perbedaan kualitas, spesifikasi, dan desain tata letak bangunan,
perjanjian pengikatan jual beli, akta jual beli dan hak guna bangunan, iuran
pengelola lingkungan, penjadwalan ulang cicilan, tanah property yang dijual
mengalami sengketa, perbedaan luas selisih bangunan, promo brosur yang tidak
sesuai, keanggotaan Perhimpunan Pemilik dan Penghuni Satuan Rumah Susun,
5
pelayanan yang tidak memuaskan, dan keluhan lainnya. Meningkatnya jumlah
pengaduan, menempatkan sektor property ditempat kedua tertinggi setalah
perbankan atau 13,7 persen dari total sebanyak 1.192 pengaduan (kompas.com,
2015).
Beberapa kasus fraud juga dilakukan oleh beberapa perusahaan besar
pemegang proyek di Indonesia yang terjadi pada PT. Waskita Karya yang
merekayasa laporan keuangan sejak tahun buku 2004-2008, yakni ditemukannya
pencatatan yang tidak sesuai, dimana terdapat kelebihan pencatatan Rp 400 miliar.
Sedangkan kasus-kasus kecurangan pelaporan keuangan yang terjadi di Bursa
Efek Indonesia (BEI) antara lain dijatuhkannya sanksi kepada PT. Bakrie and
Brothers Tbk., PT. Bakrie Sumatra Plantation Tbk., PT. Energi Mega Persada
Tbk., dan PT. Benakat Petrolum Energy Tbk., karena terbukti memoles laporan
keuangannya melalui penyajian laba supaya tampak menguntungkan, dan
berharap publik tertarik membeli saham mereka untuk meningkatkan harga
saham.
Beberapa skandal akuntansi mengenai kecurangan laporan keuangan yang
terjadi di beberapa negara maju dan negara berkembang juga memberikan bukti
bahwa adanya kegagalan audit yang disebabkan karena kurangnya
pengidentifikasian dan pendektesian faktor-faktor risiko yang potensial sehingga
menyebabkan klien audit melakukan kecurangan tersebut. Masalah tersebut juga
terjadi karena adanya kesenjangan komunikasi antara pemakai laporan keuangan
dengan apa yang dipraktikkan oleh auditor independen. Pemakai laporan
keuangan berharap auditor independen tidak hanya menguji kewajaran laporan
6
keuangan saja tetapi auditor independen dapat menemukan semua jenis fraud,
baik yang melekat pada laporan keuangan maupun yang berupa pencurian aset.
Adapun kasus kecurangan yang terjadi di beberapa negara, yaitu:
Tabel 1.1
Kasus kecurangan yang terjadi di beberapa negara
Negara Perusahaan Kasus
Indonesia Sentul City Ditetapkan direktur utama, sebagai
tersangka korupsi, terkait kasus
konversi hutan di Kabupaten Bogor.
Selain itu, tahun 2005 perusahaan ini
digugat pailit oleh konsumennya
Azelia Birrer terkait keterlambatan
serah terima untuk obyek perikatan
jual beli berupa tanah dan bangunan
di klaster R-21, perumahan Sentul
City, Bogor yang telah dibayar lunas
oleh 4 konsumen (Kompas.com,
diakses 25 Juli 2016).
Indonesia PT Kimia Farma Pada 31 Desember 2001 PT Kimia
Farma melakukan kecurangan laporan
keuangan yang berupa salah saji laba
bersih untuk periode 31 Desember
2001. Perusahaan ini juga melakukan
pencatatan ganda atas penjualan dua
unit usaha. Perusahaan ini
memanipulasi data keuangan dan
laporan keuangannya dengan tujuan
untuk menunjukkan keadaan
keuangan perusahaan tetap baik dan
stabil (kompasiana.com, diakses 25
Juli 2016).
Indonesia
Agung Podomoro Land Suap proyek reklamasi Pluit City
Jakarta terhadap anggota Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)
DKI Jakarta senilai Rp 1.140.000.000.
Dalam kasus ini Ariesman Widjaja
selaku direktur Agung Podomoro land
ditetapkan sebagai tersangka dan
dakwa dengan hukuman 3 tahun
penjara serta denda 250 juta.
(kompasiana, diakses 25 Juli 2016)
7
Negara Perusahaan Kasus
Amerika
Serikat
Enron Terdapat hutang perusahaan yang
tidak dilaporkan senilai lebih dari 1
miliar US$ dengan pengungkapan ini
nilai investasi dan laba yang ditahan
berkurang dalam jumlah yang sama.
Penghancuran dokumen yang
berkaitan dengan kebangkrutan Enron
(Kompasiana, diakses 25 Juli 2016).
Amerika
Serikat
Health South
Corporation
Overstated pendapatan hingga US $
1,4 miliar selama empat tahun (Detik
Finance, diakses 25 Mei 2016).
Aemrika
Serikat
Worldcom Total pengeluaran operasional normal
senilai US $ 3,8 miliar yang
seharusnya dicatat sebagai
pengeluaran untuk tahun keuangan
berlangsung, diperlakukan sebagai
investasi dan dihitung untuk bertahun-
tahun. Tahun 2001 memanipulasi
keuntungan US $ 1,3Miliar (Detik
Finance, diakses 25 Juli 2016).
Jepang Kanebo Limited Menggelembungkan keuntungan
sebesar US $ 2 miliar lebih dari lima
tahun periode (The Japan Times,
diakses 25 Juli 2016).
India Satyam Computer
Servces
Overstated nilai piutang semesar US $
100 miliar dan mencatat kewajiban
lebih rendah dari yang seharusnya
sebesar US $ 250 miliar yang
dilakukan untuk kepentingan pribadi
pendiri perusahaan (Mukhsonorofi,
diakses 25 Juli, 2016).
Sumber: Berbagai literatur dan media online
Dari kasus-kasus skandal akuntansi di atas yang terjadi dalam beberapa
tahun belakangan ini memberikan bukti yang kuat adanya kegagalan manajemen
dalam perusahaan yang berdampak kerugian pada para pelaku bisnis. Walaupun
beberapa kasus salah saji yang terjadi belum tentu terkait dengan masalah
kecurangan, tetapi faktor resiko yang berkaitan dengan kecurangan oleh
manajemen terbukti ada. Tindak kecurangan laporan keuangan memungkinkan
8
manajemen untuk memodifikasi laporan keuangan dengan memilih kebijakan atau
metode akuntansi yang dapat menghasilkan angka laba sesuai dengan kebutuhan
manajemen sehingga mendorong timbulnya perilaku menyimpang, yang salah
satu bentuknya adalah manajemen laba.
Pada dasarnya fraud tidak akan muncul bilamana seseorang memiliki
kemampuan dengan disertai kontrol diri yang baik. Wolfe dan Hermanson (2004)
berpendapat bahwa penipuan tidak akan terjadi tanpa orang yang tepat dengan
kemampuan yang tepat untuk melaksanakan setiap detail dari penipuan. Elemen
kemampuan ini dapat digunakan untuk menilai risiko kecurangan, dikarenakan
posisi seseorang dalam organisasi dapat memberikan kemampuan dalam
memafaatkan kesempatan untuk melakukan penipuan, orang yang tepat dengan
kemampuan yang tepat akan cukup cerdas untuk memanfaatkan kelemahan
pengendalian internal, fungsi, akses wewenang untuk keuntungannya, serta orang
yang tepat dan memiliki ego yang kuat, serta keyakinan bahwa dia tidak akan
terdeteksi melakukan kecurangan. Secara umum, kecurangan (fraud) akan selalu
terjadi ketika tidak adanya pencegahan dan pendeteksian sebelumnya. Oleh
karena itu terdapat beberapa cara untuk mendeteksi kecurangan salah satunya
adalah fraud triangle. Cressey (1953) dalam Skousen et al. (2008)
mengemukakan tiga kondisi berupa kerangka untuk mengidentifikasi faktor -
faktor yang mempengaruhi tindakan kecurangan yaitu pressure (tekanan),
opportunity (kesempatan), dan rationalization (rasionalisasi) yang disebut sebagai
fraud triangle.
9
Tekanan adalah motivasi seseorang untuk melakukan penipuan, biasanya
karena beban keuangan. Tekanan juga dapat dikatakan sebagai keinginan atau
intuisi seseorang yang terdesak melakukan kejahatan. Menurut SAS No. 99 dalam
Skousen et al. (2008) terdapat beberapa kondisi terkait dengan tekanan yang
mengakibatkan seseorang untuk melakukan kecurangan yaitu financial stability
(stabilitas keuangan), external pressure (tekanan pihak luar), personal financial
need (kebutuhan keuangan pribadi), financial target (target keuangan). SAS No.
99 mengklasifikasikan opportunity yang mungkin terjadi pada kecurangan laporan
keuangan menjadi tiga kategori. Jenis peluang tersebut termasuk nature of
industry, effective monitoring, dan organizational structure. Rationalization
menurut SAS no.9 merupakan elemen dari fraud triangle yang paling sulit di ukur
karena rasionalisasi adalah sikap yang memperbolehkan seseorang melakukan
kecurangan, dan menganggap tindakannya tersebut tidaklah salah. Mereka yang
terlibat dalam penipuan laporan keuangan mampu merasionalisasi tindakan
penipuan secara konsisten dengan kode etik mereka (Suyanto, 2009). Sehingga
ada beberapa kondisi terkait dengan mersaionalisasikan untuk berbuat kecurangan
diantarnya auditor switchings (pergantian KAP) dan opini audit.
Beberapa peneliti telah menguji faktor-faktor yang mempengaruhi
fraudulent financial statement dan memiliki hasil empiris yang berbeda antara
satu dengan yang lainnya. Skousen et al. (2009) mengembangkan variabel yang
berfungsi sebagai ukuran proksi untuk tekanan, kesempatan, dan rasionalisasi.
Penelitian mengidentifikasi lima proksi pressure dan dua proksi opportunity
yang secara signifikan berhubungan dengan kecurangan. Hasil penelitian
10
menunjukkan pertumbuhan aset yang cepat, peningkatan kebutuhan uang tunai,
dan pembiayaan eksternal yang secara positif berkaitan dengan kemungkinan
terjadinya fraud. Selanjutnya, kepemilikan saham eksternal dan internal serta
kontrol dewan direksi juga terkait dengan peningkatan finacial statement fraud.
Selain itu, dia juga menemukan bahwa ekspansi jumlah anggota independen di
komite audit berhubungan negatif dengan terjadinya kecurangan.
Penelitian yang dilakukan oleh Hasnan et al. (2013) mencoba menguji
faktor-faktor yang termasuk dalam fraud triangle yang terkait dengan kecurangan,
yaitu dengan mengidentifikasi tiga proksi untuk rasionalisasi manajemen, empat
proksi untuk motif manajemen, dan tiga proksi untuk peluang melakukan
kecurangan. Dari penelitiannya didapatkan hasil bahwa: terkait dengan
rasionalisasi, pelanggaran sebelumnya dan pendiri di dewan direksi berhubungan
positif dan signifikan terhadap kecurangan; terkait dengan motif, kesulitan
keuangan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kecurangan, sedangkan
kepemilikan keluarga berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kecurangan;
terkait dengan peluang, ditemukan bukti bahwa multijabatan dewan direksi dan
kualitas audit berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kecurangan.
Sukirman dan Sari (2013) melakukan penelitian terkait faktor-faktor
pembentuk fraud triangle antara perusahaan yang melakukan fraud dan yang
tidak melakukan fraud. Hasil penelitian menunujukkan bahwa financial stability,
external pressure, financial target, dan nature of industry tidak berpengaruh
terhadap fraud. Hanya satu variabel yang berpengaruh terhadap fraud yaitu audit
report yang merupakan proksi dari rasionalisasi. Hal berbeda terjadi pada
11
penelitian yang dilakukan oleh Fimanaya dan Syafruddin (2014) mengenai
analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kecurangan laporan keuangan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa variabel profitabilitas berpengaruh negatif
terhadap kemungkinan kecurangan laporan keuangan. Sedangkan variabel
leverage keuangan, rasio perputaran modal, transaksi pihak istimewa, ukuran
perusahaan audit, rasio persediaan per total aset, pergantian auditor, opini audit,
dan kemampuan going concern tidak berpengaruh signifikan.
Dari beberapa penelitian di atas menunjukkan bahwa masih ada hasil
penelitian yang tidak konsisten dan variabel yang masih jarang diteliti. Atas dasar
ketidakkonsistenan hasil temuan beberapa peneliti sebelumnya dan masih
terdapat variabel yang masih jarang dilakukan dalam penelitian, maka peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh faktor-faktor dalam
perspektif fraud triangle terhadap fraudulent financial statement.
Penelitian mengenai pendeteksian fraudulent financial stataement
sebelumnya pernah dilakukan oleh Martantya Daljono (2013), Sihombing dan
Rahardjo (2014), dan Mafiana Anisya (2015). Namun, penelitian ini berbeda
dengan yang dilakukan Martantya Daljono (2013), Sihombing dan Rahardjo
(2014), dan Mafiana Anisya (2015) dalam beberapa hal. Pertama, penelitian ini
menggunakan Model F-Score sebagai proksi fraudulent financial statement untuk
membedakan perusahaan dalam kelompok sampel fraud dan non fraud.
Kedua, model regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi logistik.
Ketiga, penelitian ini menggunakan delapan variabel proksi independen yaitu
12
financial stability, external pressure, financial target, transaksi pihak istimewa,
audit delay, efffective of monitoring, opini audit dan auditor switching.
Variabel yang merupakan proksi dari pressure adalah financial stability,
external pressure dan financial target. Financial stability merupakan suatu
keadaan yang menggambarkan keuangan perusahaan dalam kondisi tidak stabil.
Variabel ini dapat diukur dengan proksi ACHANGE yang merupakan rasio
perubahan aset selama dua tahun. External pressure merupakan tekanan yang
berlebihan bagi manajemen untuk memenuhi persyaratan atau harapan dari pihak
ketiga. Oleh karena itu external pressure pada penelitian ini diproksikan dengan
rasio leverage (LEV). Rasio leverage dihitung dengan rumus Debt to Assets
Ratio. Return on Asset dijadikan sebagai proksi untuk variabel financial targets
dalam penelitian ini. Return on Asset (ROA) merupakan bagian dari rasio
profitabilitas dalam analisis laporan keuangan atau pengukuran kinerja perusahaan
Opportunity dalam penelitian ini diproksikan dengan tiga variabel yaitu
transaksi pihak istimewa, audit delay dan efffective of monitoring. Transaksi pihak
istimewa diproksikan dengan total piutang pada pihak yang memiliki hubungan
istimewa terhadap total piutang perusahaan, dalam penelitian ini transaksi pihak
istimewa diukur dengan persentase total piutang terhadap jumlah piutang pada
pihak istimewa (RPT%). Audit delay adalah lama waktu penyelesaian audit dari
tanggal penutupan buku sampai diterbitkannya laporan auditor pada tahun t-1.
Sedangkan efffective of monitoring merupakan suatu keadaan perusahaan
dimana terdapat internal control yang baik, sehingga variabel tersebut di ukur
13
dengan menggunakan jumlah perbandingan dewan komisaris dengan komisaris
independen.
Rationalization merupakan merupakan pilar ketiga dari fraud triangle
yang sulit untuk mengukurnya. Variabel yang merupakan proksi dari
rationalization adalah opini audit dan auditor switching. Opini audit merupakan
merupakan bentuk tolerir dari auditor atas manajemen laba sehingga dalam
penelitian ini diukur dengan variabel dummy. Apabila perusahaan yang mendapat
opini wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelas maka diberi kode 1, dan
apabila perusahaan yang mendapat selain opini tersebut maka diberi kode 0.
Auditor switching merupakan pergantian auditor eksternal sebagai upaya untuk
menghilangkan jejak fraud yang ditemukan oleh auditor sebelumnya. Selain
diukur dengan pergantian auditor eksternal.
Variabel proksi tersebut mewakili variabel independen dalam fraud
triangle yaitu tekanan (pressure), kesempatan (opportunity), rasionalisasi
(rationalization). Periode pengamatan yang peneliti lakukan yaitu empat tahun
dari tahun 2011 – 2015 dengan sampel perusahaan jasa sektor property dan real
estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia berturut–turut dalam periode
pengamatan. Peneliti memilih sektor tersebut dikarenakan semakin banyaknya
kasus terkait dengan sektor property seperti yang telah diuraikan sebelumnya.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis melakukan penelitian yang berjudul
“Pendeteksian Fraudulent Financial Statement Dalam Perspektif Fraud
Triangle (Studi Empiris Perusahaan Jasa Sektor Property dan Real Estate
yang terdaftar di BEI tahun 2011-2015)”
14
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, rumusan masalah dalam
penelitian ini sebagai berikut:
1. Apakah probabilitas fraudulent financial statement secara simultan dapat
terprediksi dengan financial stability, external pressure, financial target,
transaksi pihak istimewa, audit delay, efffective of monitoring, opini audit,
dan auditor switching?
2. Apakah probabilitas fraudulent financial statament secara parsial dapat
terprediksi dengan financial stability?
3. Apakah probabilitas fraudulent financial statament secara parsial dapat
terprediksi dengan external pressure?
4. Apakah probabilitas fraudulent financial statament secara parsial dapat
terprediksi dengan financial target?
5. Apakah probabilitas fraudulent financial statament secara parsial dapat
terprediksi dengan transaksi pihak istimewa?
6. Apakah probabilitas fraudulent financial statament secara parsial dapat
terprediksi dengan audit delay?
7. Apakah probabilitas fraudulent financial statament secara parsial dapat
terprediksi dengan efffective of monitoring?
8. Apakah probabilitas fraudulent financial statament secara parsial dapat
terprediksi dengan opini audit?
9. Apakah probabilitas fraudulent financial statament secara parsial dapat
terprediksi dengan auditor switching?
15
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini antara lain:
1. Memperoleh bukti empiris mengenai probabilitas fraudulent financial
statement yang dapat diprediksi dengan financial stability, external
pressure, financial target, transaksi pihak istimewa, audit delat, efffective
of monitoring, opini audit, dan auditor switching.
2. Memperoleh bukti empiris mengenai probabilitas fraudulent financial
statement yang dapat diprediksi dengan financial stability.
3. Memperoleh bukti empiris mengenai probabilitas fraudulent financial
statement yang dapat diprediksi dengan external pressure.
4. Memperoleh bukti empiris mengenai probabilitas fraudulent financial
statement yang dapat diprediksi dengan financial target.
5. Memperoleh bukti empiris mengenai probabilitas fraudulent financial
statement yang dapat diprediksi dengan transaksi pihak istimewa.
6. Memperoleh bukti empiris mengenai probabilitas fraudulent financial
statement yang dapat diprediksi dengan audit delay.
7. Memperoleh bukti empiris mengenai probabilitas fraudulent financial
statement yang dapat diprediksi dengan efffective of monitoring.
8. Memperoleh bukti empiris mengenai probabilitas fraudulent financial
statement yang dapat diprediksi dengan opini audit.
9. Memperoleh bukti empiris mengenai probabilitas fraudulent financial
statement yang dapat diprediksi dengan auditor switching.
16
1.4 Manfaat Penelitian
Sejalan dengan tujuan penelitian di atas, maka kegunaan penelitian ini
dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Bagi Akademik
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi terhadap
pengembangan teori, khususnya dalam bidang akuntansi.
2. Bagi Kantor Akuntan Publik
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan bahan masukan dan
pertimbangan untuk mengambil langkah, tindakan maupun kebijakan
berkaitan dengan pencegahan tindakan kecurangan keuangan.
3. Bagi Perusahaan
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan bahan untuk pengambilan
kebijakan berkaitan dengan pencegahan tindakan kecurangan keuangan
yang dapat berakibat fatal dalam penurunan kinerja perusahaan.
17
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory)
Teori keagenan menyatakan bahwa hubungan keagenan merupakan sebuah
persetujuan di antara dua pihak, yaitu prinsipel (pemilik) dan agen (manajemen),
dimana prinsipel memberikan wewenang kepada agen untuk mengambil
keputusan atas nama prinsipel (Jensen, 1976). Dalam teori keagenan, terdapat
perbedaan kepentingan antara agen dengan prinsipel, sehingga mungkin saja
pihak manajemen tidak selalu melakukan tindakan yang terbaik bagi kepentingan
pemilik. Jensen juga menjelaskan bahwa teori keagenan merupakan cabang dari
game theory yang mempelajari suatu model kontraktual yang mendorong agen
untuk bertindak sesuatu kepada prinsipel saat kepentingan agen bertentangan
dengan kepentingan prinsipel. Prinsipel mendelegasikan pertanggungjawaban atas
pengembalian keputusan kepada agen, dimana wewenang dan tanggungjawab
agen maupun prinsipel diatur dalam kontrak kerja atas persetujuan bersama.
Dalam kenyataannya, wewenang yang diberikan prinsipel kepada agen
sering mendatangkan masalah karena tujuan pemilik berbenturan dengan tujuan
pribadi agen. Dengan kewenangan yang dimiliki, manajemen bisa bertindak
dengan hanya menggantungkan dirinya sendiri dan mengorbankan kepentingan
prinsipel. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan informasi yang dimiliki oleh
keduanya, sehingga menimbulkan adanya asimetri informasi (asymmetric
18
information). Menurut Jensen dan Meckling (1976), asimetri informasi
merupakan suatu kondisi dimana terdapat ketidakseimbangan perolehan informasi
antara pihak manajemen sebagai penyedia informasi dengan pihak pemegang
saham dan stakeholder pada umumnya sebagai pengguna informasi. Akibat
adanya informasi yang tidak seimbang ini, dapat menimbulkan 2 (dua)
permasalahan yang disebabkan adanya kesulitan prinsipal untuk memonitor dan
melakukan kontrol terhadap tindakan-tindakan agen, permasalahan tersebut
adalah:
1. Moral Hazard, yaitu permasalahan yang muncul jika agen tidak
melaksanakan hal-hal yang telah disepakati bersama dalam kontrak kerja.
2. Adverse selection, yaitu suatu keadaan dimana prinsipal tidak dapat
mengetahui apakah suatu keputusan yang diambil oleh agen benar-benar
didasarkan atas informasi yang telah diperolehnya, atau terjadi sebagai
sebuah kelalaian dalam tugas.
Asimetri informasi dan perbedaan kepentingan inilah yang mendorong
manajemen melakukan pengelolaan atau manajemen atas laba, dimana
manajemen selaku agen memanfaatkan adanya asimetri informasi dengan
prinsipel agar kinerja manajemen selalu terihat baik jika dipandang dari laporan
keuangan yang terlihat stabil (smooth).
Sesuai dengan PSAK No.1, tujuan laporan keuangan adalah memberikan
informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang
bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan
keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukan hasil
19
pertannggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang
dipercayakan kepada mereka.
Dalam menyajikan laporan keuangan, prinsip akuntansi yang berlaku
umum (Generally Accepted Accounting Principles) memberikan fleksibilitas
terhadap manajemendalam menentukan metode maupun estimasi yang dapat
digunakan. Dengan adanya fleksibilitas tersebut, maka manajemen akan memiliki
diskresi. Perilaku manajemen tersebut dapat bersifat efisien, dimana diskresi
tersebut digunakan untuk meningkatkan nilai perusahaan dan dinilai positif oleh
pasar. Namun, dilain pihak diskresi tersebut dapat mengarahkan perilaku
manajemen menjadi oportunistik, dimana diskresi tersebut dapat mengarahkan
perilaku manajemen untuk keentingan yang menguntungkannya secara pribadi
tetapi merugikan perusahaan dan pemegang saham secara umum.
Perilaku manajemen yang bersifat oportunistik ini lebih jauh dapat
mendorong kemungkinan dilakukannya kecurangan (fraud) dalam pelaporan
keuangan. Untuk itu diperlukan pihak ketiga yang independen untuk menentukan
apakah informasi yang dicatat dalam laporan keuangan tersebut mencerminkan
dengan tepat peristiwa-peristiwa yang terjadi selama periode akuntansu sesuai
dengan kriteria-kriteria tertentu.
2.1.2 Konsep Kecurangan
Kecurangan merupakan suatu tindakan menyimpang berupa penerapan
perilaku negatif yang sering terjadi di kehidupan masyarakat, termasuk dalam
berbagai bidang pekerjaan. Hal yang mendorong seseorang melakukan
kecurangan biasanya karena adanya hambatan dalam pencapaian suatu tujuan
20
yang dapat dipermudah dengan melakukan tindakan kecurangan tersebut.
Albrecht et al. (2011) mengatakan:
“Fraud is a generic term, and embraces all the multifarious means which
human ingenuity can devise,which are resorted to by one individual, to get
an advantage over another by false representations.”
Berdasarkan pendapat Albrecht et al. (2011) dapat dikatakan bahwa fraud
adalah tindakan bersifat umum dan mencakup beragam makna berupa cara cerdik
seseorang yang dirancang untuk mendapatkan keuntungan dengan penyajian yang
salah.
2.1.3 Tipologi Fraud
The Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) atau Asosiasi
Pemeriksa Kecurangan Bersertifikat, merupakan organisasi profesional bergerak
di bidang pemeriksaan atas kecurangan yang berkedudukan di Amerika Serikat
dan mempunyai tujuan untuk memberantas kecurangan, mengklasifikasikan fraud
dalam beberapa klasifikasi, dan dikenal dengan istilah “ The Fraud Tree” yaitu
sistem klasifikasi mengenai hal-hal yang ditimbulkan oleh kecurangan (Uniform
Occupational Fraud Classification System).
ACFE dalam Tuanakotta (2010) membagi fraud (kecurangan) dalam 3
(tiga) jenis atau tipologi berdasarkan perbuatan yaitu, Corruption (Korupsi), Asset
Missapropriaton (penyalahgunaan aset), dan fraudulent financial (kecurangan
laporan) berikut adalah gambaran dari skema fraud tree.
21
Gambar 2.1.
Fraud Tree Scheme (Skema Pohon Kecurangan)
22
1. Corruption (Korupsi)
Korupsi merupakan Fraud paling sulit dideteksi karena korupsi biasanya
tidak dilakukan oleh satu orang saja tetapi sudah melibatkan pihak lain (kolusi).
Korupsi dibagi menjadi empat bentuk yaitu konflik kepentingan (conflicts of
interest), penyuapan (bribery), penerimaan ilegal (illegal gratuities) dan
pemerasan ekonomi (economic extortion).
a. Konflik kepentingan (conflicts of interest)
Konflik kepentingan terjadi ketika pegawai, manajer, atau eksekutif
meletakkan kepentingan pribadi mereka di atas kepentingan perusahaan, yang
dapat berdampak buruk terhadap keberlangsungan perusahaan.
b. Penyuapan (bribery)
Penyuapan merupakan penawaran, pemberian, penerimaan, atau pengajuan
permohonan atas segala sesuatu yang memiliki nilai untuk memengaruhi tindakan
resmi.
c. Penerimaan ilegal (illegal gratuities)
Penerimaan ilegal sama dengan penyuapan, dalam penerimaan ilegal tidak
ada tujuan untuk memengaruhi keputusan bisnis tertentu, tetapi bertujuan untuk
memberi penghargaan terhadap seseorang karena telah membuat keputusan sesuai
yang diinginkannya. Penerimaan ilegal dibuat setelah perjanjian disetujui.
d. Pemerasan ekonomi (economic extortion)
Pemerasan ekonomi merupakan permintaan pembayaran dalam upaya
membuat keputusan atas keinginan pemasok. Pemerasan ekonomi ini kebalikan
dari tindakan penyuapan.
23
2. Penggelapan Aset (Asset Missapropriation)
Penyimpangan ini meliputi penyalahgunaan atau pencurian aset/harta
perusahaan. Asset missapropriation dalam bentuk penggelapan kas atau cash
missapropriation dilakukan dalam tiga bentuk yaitu skimming, larceny, dan
fraudulent disbursements.
a. Skimming, yaitu tindakan penggelapan kas dari perusahaan sebelum uang
tersebut secara fisik masuk ke perusahaan. Contoh skimming terjadi ketika
pegawai memeperkecil nilai penjualan dan penagihan piutang dengan
mencatat potongan penjualan yang salah atau yang lebih besar dari yang
sebenarnya terjadi, menyalahgunakan pembayaran pelanggan dan menghapus
piutang sebagai “piutang tak tertagih” menggelapkan pembayaran pelanggan
pertama dan kemudian mengurangi akun pelanggan tersebut ketika pelanggan
kedua membayar (penundaan pengakuan pembayaran, yang disebut lapping),
atau bekerja sama dengan pelanggan yang memungkinkan mereka membayar
di luar waktu pembayaran yang disyaratkan.
b. Larceny, yaitu tindakan pencurian kas yang terjadi setelah uang sudah masuk
ke perusahaan.
c. Fraudulent disbursements, yaitu pencurian melalui pengeluaran yang tidak
sah. Fraudulent disbursements terbagi dalam berbagai bentuk yaitu:
1) Billing scheme, yaitu skema dengan menggunakan proses billing atau
pembebanan tagihan sebagai sarananya. Pelaku mendirikan “perusahaan
bayangan” (shell company) yang seolah-olah sebagai vendor perusahaan.
24
2) Payroll scheme, yaitu skema permainan melalui pembayaran gaji.
Dengan cara membuat karyawan fiktif (ghost employee) atau dalam
pemalsuan jumlah gaji atau jumlah jam kerja.
3) Expense reimbursement schemes, yaitu skema pembayaran kembali
biaya-biaya dengan cara menyamarkan jenis pengeluaran sehingga
perusahaan mau mengganti biaya tersebut atas pengeluaran yang tidak
diganti dan pengeluaran yang fiktif.
4) Check tampering, yaitu skema permainan melalui pelmasuan cek. Hal
yang dipalsukan bisa tanda tangan yang memiliki otoritas, atau
endorsement-nya, atau nama kepada siapa cek dibayarkan.
5) Register disibursement adalah pengeluaran yang sudah masuk dalam
cash register yang dilakukan dengan false refund dan false void. False
refund yaitu, penggelapan dengan seolah-olah ada pelanggan yang
mengembalikan barang dan perusahaan memberikan refund. False void,
hampir sama dengan false refund namun yang dipalsukan adalah
pembatalan penjualan.
Selain penggelapan kas, dalam asset missapropriation juga terjadi pada
aset lainnya seperti persediaan dan aset tetap. Modus yang dilakukan dalam
penggelapan aset yang bukan uang tunai atau uang di bank adalah misuse dan
larceny. Misuse adalah penyalahgunaan, misalnya penggunaan kendaraan
bermotor perusahaan atau aset tetap lainnya untuk kepentingan pribadi. Hal ini
sangat umum terjadi sehingga sering kali dianggap biasa dan bukan merupakan
fraud. Contoh: alat transport (mobil, kapal terbang, helikopter) perusahaan atau
25
lembaga pemerintah yang dipakai untuk mengangkut barang-barang pribadi atau
inventaris kantor atau instansi pemerintah yang dipinjam selama seseorang
menjabat (misuse) dan tidak mengembalikannya sesudah ia tidak lagi menjabat
(larceny).
3. Fraudulent Statements (Kecurangan Laporan)
Fraudulent Statements dibagi menjadi dua bentuk, fraud dalam
penyusunan laporan keuangan dan fraud dalam meyusun laporan non-keuangan.
Fraud dalam penyusunan laporan keuangan merupakan fraud yang berupa salah
saji (misstatements baik overstatements maupun understatementsi). Sedangkan
fraud dalam meyusun laporan non-keuangan merupakan fraud yang berupa
penyampaian laporan non-keuangan secara menyesatkan, lebih bagus dari
keadaan yang sebenarnya, dan sering kali merupakan pemalsuan atau
pemutarbalikan keadaan.
Selain itu menurut Zimbleman et.al (2014), jenis-jenis fraud
diklasifikasikan menjadi enam jenis, yang digambarkan dalam tabel berikut ini:
Tabel 2.1.
Jenis-Jenis fraud
Jenis Fraud Pelaku Korban Penjelasan
Employee
embezzlement
Pegawai
dalam
organisasi
Pemilik
perusahaan
Pegawai yang menggunakan
posisinya untuk mengambil
atau mengalihkan asset yang
dimiliki perusahaan
Vendor Fraud Pemasok,
tempat
organisasi
membeli
barang atau
jasa
Organisasi
tempat
pemasok
menjual
arang atau
jasa
Pemasok memberikan tagihan
yang berlebihan atau
menyediakan barang dengan
kualitas rendah atau jumlah
barang lebih sedikit dari yang
disepakati
26
Jenis Fraud Pelaku Korban Penjelasan
Costumer
fraud
Pelanggan
dari
organisasi
Organisasi
yang menjual
kepada
pelanggan
Pelanggan tidak membayar,
membayar terlalu kecil, atau
ingin mendapatkan yang lebih
banyak dari organisasi
melalui penipuan
Management
fraud
Manajemen
perusahaan
Pemegang
saham dan
/atau
pemegang
surat utang
Manajemen memanipulasi
laporan keuangan untuk
membuat perusahaan terlihat
lebih baik daripada yang
seharusnya
Invesment
scams
Perseorangan
Investor Melakukan kebohongan
investasi dengan menanam
modal
Misscellaneous
fraud
Semua
pihak-
tergantung
situasi
Semua pihak-
tergantung
situasi
Setiap kali ada pihak yang
mencoba mengambil
keuntungan dari kepercayaan
orang lain untuk menipu atau
melakukan kecurangan
terhadap orang tersebut
Sumber : Zimbleman et. al (2014)
2.1.4 Teori Segitiga Kecurangan (Fraud Triangle Theory)
Konsep teori ini pertama kali dikemukakan oleh Donald R. Cressey dalam
(Tuanakotta 2012:205) ketika menulis disertasi doktornya dalam bidang sosiologi
tentang para pegawai yang mencuri uang perusahaan (embezzlers). Ia mewancarai
200 orang yang dipenjara karena fraud. Cressey tertarik pada embezzlers yang
disebutnya ”trust violators” atau “pelanggar kepercayaan”, yakni mereka yang
melanggar kepercayaan amanah yang dititipkan kepada mereka. Ia secara khusus
tertarik pada hal-hal yang menyebabkan mereka menyerah kepada godaan. Namun
ia tidak meneliti seseorang yang memang mencari pekerjaan dengan tujuan
mencuri. Penelitiannya diterbitkan dengan judul other People’s Money: A Study in
the Social Psychology of Embezzlement.
27
FRAUD
TRIANGLE
OPPORTUNITY
PRESSURE RATIONALIZATION
Ada tiga elemen Fraud triangle, antara lain: Opportunity (kesempatan),
Pressure (tekanan), dan Rationalization (rasionalisasi). Berikut ini Fraud
Triangle divisualisasikan dalam Gambar 2.2:
Gambar 2.2.
Skema Fraud Triangle
A. Pressure (Tekanan/Motif)
Pressure (tekanan) merupakan dorongan orang untuk melakukan fraud.
Contoh-contoh dari tekanan yang dirasakan, yang dapat mendorong terjadinya
kecurangan laporan keuangan antara lain adalah kerugian finansial, kegagalan
dalam memenuhi ekspektasi pendapatan. Atau ketidakmampuan untuk bersaing
dengan perusahaan lain. Menurut Albrecht et al. (2011), Pressure dapat
dikategorikan kedalam tiga kelompok, yaitu:
1. Tekanan Finansial (Financial Pressures)
Tekanan finansial yang sering diselesaikan dengan mencuri (fraud) dapat
disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:
a. Keserakahan (greedy)
b. Standar hidup yang terlalu tinggi (living beyond one’s means)
c. Banyaknya tagihan dan utang (high bills or personal debt)
28
d. Kredit yang hampir jatuh tempo (poor credit)
e. Kebutuhan hidup yang tidak terduga (unexpected financial needs)
2. Tekanan akan Kebiasaan Buruk (Vices Pressures)
Vices Pressures disebabkan oleh dorongan untuk memenuhi kebiasaan
yang buruk, misalnya berhubungan dengan: judi, obat-obat terlarang, alkohol,
dan barang-barang mahal yang sifatnya negatif. Sebagai contoh, seseorang yang
suka berjudi akan terdorong untuk melakukan apapun untuk memperoleh uang
sebagai taruhan (gambling).
3. Tekanan yang Berhubungan dengan Pekerjaan (Work-Related Pressures)
Tidak adanya kepuasan kerja yang diperoleh karyawan, misalnya:
kurangnya perhatian dari manajemen, adanya ketidakadilan, dan sebagainya,
dapat membuat karyawan harus melakukan fraud untuk memperoleh “imbalan”
atas kerja kerasnya.
Shelton (2014) menyatakan bahwa tekanan adalah motivasi seseorang
untuk melakukan penipuan, biasanya karena beban keuangan. Tekanan juga dapat
dikatakan sebagai keinginan atau intuisi seseorang yang terdesak melakukan
kejahatan. Menurut SAS No. 99 dalam Skousen et al. (2008) terdapat beberapa
kondisi terkait dengan tekanan yang mengakibatkan seseorang untuk melakukan
kecurangan yaitu:
1. Stabilitas Keuangan (financial stability)
Financial stability merupakan keadaan yang menggambarkan kondisi
keuangan perusahaan dalam kondisi stabil. Menurut SAS No. 99 dalam Skousen
et al. (2008) dijelaskan bahwa manajer menghadapi tekanan untuk melakukan
29
kecurangan dan manipulasi laporan keuangan ketika stabilitas keuangan dan
profitabilitas perusahaannya terancam kondisi ekonomi, industri, dan situasi
lainnya. Selain itu, bentuk manipulasi pada laporan keuangan yang dilakukan oleh
manajemen berkaitan dengan pertumbuhan aset perusahaan. Loebbecke dan Bell
dalam Skousen et al. (2008) mengindikasi perusahaan yang mengalami
pertumbuhan di bawah rata-rata industri, memungkinan manajemen untuk
manipulasi laporan keuangan untuk meningkatkan prospek perusahaan. Beasley et
al. dalam Skousen et al. (2008) mengatakan salah satu upaya memanipulasi
laporan keuangan adalah terkait dengan pertumbuhan aset. Oleh karena itu, rasio
perubahan total aset dijadikan proksi pada variabel stabilitas keuangan (financial
stability). Skousen et al. (2008) juga membuktikan pendapat tersebut bahwa
semakin besar rasio perubahan total aset suatu perusahaan, maka kemungkinan
dilakukannya kecurangan laporan keuangan suatu perusahaan semakin tinggi.
2. Tekanan Eksternal (external pressure)
Skousen et al. (2008) mengatakan sumber tekanan eksternal salah satunya
adalah dengan kemampuan perusahaan dalam membayar utang atau memenuhi
persyaratan utang. Selain itu, manajer juga dimungkinkan memiliki tekanan untuk
mendapatkan tambahan utang atau modal. Sehingga dapat digunakan rasio
leverage yaitu debt to asset ratio dalam variabel proxy ini.
3. Kebutuhan Keuangan Pribadi (personal financial need)
Dunn (2004) dalam Skousen et al. (2008) mengindikasi bahwa manajemen
maupun direksi perusahaan cenderung akan memanipulasi keadaan keuangannya
untuk kebutuhan pribadinya, dan dapat mengancam kondisi perusahaan.
30
4. Target Keuangan (financial target)
Skousen et al. (2008) mengatakan return on total aset (ROA) adalah
ukuran kinerja operasional secara luas digunakan untuk menunjukkan seberapa
efisien aset telah digunakan. ROA sering digunakan dalam menilai manajer
kinerja.
B. Opportunity (Kesempatan)
Kesempatan adalah kondisi yang memungkinkan untuk dilakukannya
suatu kejahatan. Shelton (2014) menyatakan kesempatan adalah metode kejahatan
yang bisa dilakukan, seperti beban keuangan. Menurut SAS No. 99 dalam
Skousen et al. (2008) terdapat beberapa kondisi terkait dengan kesempatan yang
mengakibatkan seseorang untuk melakukan kecurangan yaitu:
1. Kondisi industri Loebbecke et al., (1989) dalam Skousen et al. (2008)
mengamati sejumlah penipuan melibatkan piutang dan persediaan. Selain
itu, Summers dan Sweeney (1998) dalam Skousen et al., (2008)
memperkirakan catatan piutang tak tertagih dan persediaan usang dapat
digunakan manajemen untuk mengidentifikasi manipulasi laporan
keuangan.
2. Efffective of monitoring Dun dkk.(2004) dalam Skousen et al. (2008)
mengatakan bahwa perusahaan yang melakukan fraud secara konsisten
memiliki lebih sedikit anggota dewan komisaris eksternal dibandingkan
dengan perusahaan yang tidak melakukan penipuan. Oleh karena itu, dapat
menggunakan BDOUT untuk mengetahui persentase anggota dewan
komisaris eksternal. Penelitian yang dilakukan Skousen et al. (2008)
31
menunjukan bahwa rasio dewan komisaris independen tidak berpengaruh
terhadap kecurangan laporan keuangan.
3. Struktur Organisasional Dun dkk., (2004) dalam Skousen et al. (2008)
menyimpulkan bahwa CEO dengan kedudukannya dapat mendominasi
pengambilan keputusan. Struktur organisasi dapat memberikan gambaran
pengendalian internal dan arus hubungan vertikal maupun horizontal pihak
– pihak yang bertanggungjawab dalam perusahaan. Dalam penelitian ini
menggunakan tiga variabel dalam elemen opportunity yaitu, transaksi
pihak istimewa, audit delay dan Efffective of monitoring.
C. Rasionalization (Rasionalisasi)
Rasionalisasi merupakan elemen ketiga dari fraud triange dan paling sulit
diukur (Skousen et al., 2008). Rasionalisasi adalah sikap yang memperbolehkan
seseorang melakukan kecurangan, dan menganggap tindakannya tersebut tidaklah
salah. Mereka yang terlibat dalam penipuan laporan keuangan mampu
merasionalisasi tindakan penipuan secara konsisten dengan kode etik
mereka (Suyanto, 2009). Ada beberapa kondisi terkait dengan kesempatan yang
mengakibatkan seseorang untuk melakukan kecurangan yaitu:
1. Auditor switching
Auditor switching merupakan pergantian KAP yang dilakukan oleh
perusahaan. Pergantian tersebut dapat disebabkan oleh faktor yang berasal dari
klien atau auditor. Pergantian auditor dapat dilakukan baik secara mandatory
maupun secara voluntary. Pergantian auditor secara mandatory (wajib)
pergantian auditor yang dilakukan sesuai dengan ketentuan yang diatur
32
pemerintah. Sedangkan pergantian auditor secara voluntary (sukarela) adalah
pergantian auditor yang dilakukan diluar ketentuan yang diatur oleh
pemerintah.
Menurut Febrianto (2009), pergantian auditor secara wajib terjadi karena
adanya pemisahan secara paksa oleh peraturan. Sedangkan pergantian auditor
secara sukarela terjadi karena adanya dua hal yaitu auditor mengundurkan diri
atau auditor dipecat oleh klien. Auditor sendiri bisa mengundurkan diri dari
penugasan jika risiko yang mereka hadapi dari mengaudit satu klien membesar.
Risiko tersebut bisa muncul karena, misalnya, ketidaksepakatan atas satu estimat
akuntansi. Klien bisa memecat auditornya karena ketidaksepakatan dengan
auditor terkait tentang isu praktik akuntansi tertentu. Oleh karena itu diprediksi
klien akan mencari auditor yang akan bersepakat dengan praktik akuntansi yang
mereka usulkan.
Pemerintah telah mengatur kewajiban rotasi auditor dengan
dikeluarkannya Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
17/PMK.01/2008 pasal 3 tentang “Jasa Akuntan Publik” (perubahan atas
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 359/KMK.06/2003). Peraturan ini
menyatakan bahwa pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu
entitas dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) paling lama untuk 6 (enam)
tahun buku berturut-turut dan oleh seorang Akuntan Publik (AP) paling lama
untuk 3 (tiga) tahun buku berturut-turut. Akuntan publik dan kantor akuntan boleh
menerima kembali penugasan setelah satu tahun buku tidak memberikan jasa
audit kepada klien yang di tersebut. Selanjutnya peraturan tersebut direvisi dengan
33
dikeluarkannya Peraturan Pemerintah (PP) No. 20 tahun 2015 tentang “Praktik
Akuntan Publik”. Berkaitan dengan aturan rotasi jasa akuntan publik diatur dalam
Pasal 11 PP 20/2015 tersebut, dimana dalam Pasal 11 ayat (1) dijelaskan bahwa
pemberian jasa audit atas informasi keuangan historis terhadap suatu entitas oleh
seorang Akuntan Publik dibatasi paling lama untuk 5 (lima) tahun buku berturut-
turut. Akuntan Publik dapat memberikan kembali jasa audit atas informasi
keuangan historis terhadap entitas sebagaimana dimaksud pada ayat setelah 2
(dua) tahun buku berturut-turut tidak memberikan jasa tersebut (pasal 11 ayat 4).
Berdasarkan PMK 17/2008 sebuah KAP dibatasi hanya boleh melakukan
audit laporan keuangan historis perusahaan dalam 6 tahun berturut-turut dan AP
dalam 3 tahun berturut-turut. Sedangkan berdasarkan PP 20/2015 ini tidak ada
pembatasan lagi untuk KAP. Adapun pembatasan hanya berlaku untuk AP yaitu
selama 5 tahun buku berturut-turut.
2. Opini audit
Skousen et al. (2008) berpendapat bahwa rasionalisasi adalah faktor yang
masih sulit untuk dideteksi. Auditor dapat memberikan beberapa opini atas
perusahaan yang diauditnya sesuai dengan kondisi yang terjadi pada perusahaan
tersebut. Salah satu opini auditor yang diberikan adalah wajar tanpa pengecualian
dengan bahasa penjelas.. Francis dan Krishnan (1999) dalam Skousen et al.
(2008) menggunakan opini audit sebagai proksi dari rasionalisasi. Hal tersebut
karena rasionalisasi mengindikasikan pembenaran atas kesalahan yang dilakukan.
34
2.2 Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu mengenai financial statement fraud yang
dijadikan acuan oleh peneliti dalam melakukan penelitian dapat dilihat pada tabel
2.2. berikut ini.
Tabel 2.2. Penelitian Terdahulu
No. Nama
Peneliti
Judul Metode
Analisis
Hasil Penelitian
1. Skousen et
al.
(2009)
Detecting and
predicting
financial
statement
fraud: The
effectiveness of
the fraud
triangle and
SAS No. 99
Regresi
logistik
Variabel financial
stability, external
pressure, personal
financial need,
ineffective monitoring,
dan organizational
structure berpengaruh
signifikan terhadap
financial statement
fraud
2. Ema
Kurniawati
dan Surya
Raharja
(2012)
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
financial
statment fraud
dalam
perspektif
fraud tiangle
Regresi
Logistik
Semua variabel dalam
penelitian berpengaruh
positif terhadap
fraudulent financial
statement
3. Sihombing
dan Rahardjo
(2014)
Analisis Fraud
Diamond
dalam
Mendeteksi
Financial
Statement
Fraud
Regresi
linier
berganda
Variabel financial
stability, external
pressure, nature of
industry, dan
rationalization terbukti
berpengaruh terhadap
financial statement
fraud.
4. Sukirman dan
Sari (2013)
Model Deteksi
Kecurangan
Berbasis
Fraud
Triangle
Regresi
logistik
Variabel audit report
yang merupakan proksi
dari rasionalisasi
berpengaruh terhadap
fraud
5. Susmita
Ardiyani dan
Nanik Sri
Analisis
Determinan
Financial
Regresi
logiistik
Variabel external
pressure, variabel
nature of industry,
35
No. Nama
Peneliti
Judul Metode
Analisis
Hasil Penelitian
Utaminingsih
(2015)
Statement
Melalui
Pendekatan
Fraud
Triangle.
variabel rasionalisasi,
kualitas audit juga tidak
berpengaruh Terhadap
financial statement
fraud.Hasil dari
pengujian variabel
kontrol yaitu variabel
umur perusahaan dan
total aset tidak mampu
mendeteksi terjadinya
financial statement
fraud.
6. Viva Yustitia
Rini dan
Tarmizi
Achmad
(2012)
Analisis
prediksi
potensi risiko
fraudulent
financial
statement
melalui fraud
score model
Regresi
berganda
Nilai mean dan standar
deviasi yang dimiliki
oleh kelompok
perusahaan pengguna
jasa KAP non big four
lebih besar
dibandingkan dengan
kelompok perusahaan
pembandingnya.
Hal tersebut
menunjukkan bahwa
tingkat risiko fraudulent
financial statement
pada kelompok
perusahaan pengguna
jasa KAP non big four
lebih besar bila
dibandingkan dengan
kelompok perusahaan
pengguna jasa KAP big
four.
7. Ratmono et
al. (2014)
Dapatkah
Teori Fraud
Triangle
Menjelaskan
Kecurangan
dalam
Laporan
Keuangan?
Regresi
logistik
Terdapat hubungan
positif antara tekanan
dan kesempatan dengan
kecurangan laporan
keuangan. Sedangkan
rasionalisasi tidak
didukung sebagai
determinan kecurangan
laporan keuangan.
36
No. Nama
Peneliti
Judul Metode
Analisis
Hasil Penelitian
8. Rachmawati
dan Marsono
(2014)
Pengaruh
Faktor-Faktor
Dalam
Perspektif
Fraud
Triangle
Terhadap
Fraudulent
Financial
Reporting
Regresi
logistik
Variabel multijabatan
dewan direksi dan
pergantian auditor
berpengaruh signifikan
terhadap kecurangan
pelaporan keuangan
9. Martantya
dan Daljono
(2013).
Pendeteksian
Kecurangan
Laporan
Keuangan
Melalui Faktor
Risiko
Tekanan Dan
Peluang
Regresi
logistik
Variabel stabilitas
keuangan dan variabel
target keuangan terbukti
berpengaruh secara
signifikan terhadap
kemungkinan terjadinya
kecurangan laporan
keuangan. Sedangkan
Variabel tekanan
eksternal, variabel
kepemilikan manajerial,
dan variabel efektivitas
pengawasan terbukti
tidak berpengaruh
secara signifikan
terhadap kemungkinan
terjadinya kecurangan
laporan keuangan.
Variabel ukuran
perusahaan tidak dapat
dijadikan kontrol dalam
mendeteksi
kemungkinan adanya
kecurangan laporan
keuangan
10. Richardson et
al. (2004)
Accrual
Reliability,
Earnings
Persistence
And Stock
Prices.
F-Score Beberapa kategori
akrual yang telah
diabaikan oleh
penelitian sebelumnya
memiliki keandalan
yang sangat rendah.
Besarnya yang security
mispricing yang
37
No. Nama
Peneliti
Judul Metode
Analisis
Hasil Penelitian
berkaitan dengan akrual
secara signifikan lebih
besar daripada yang
didokumentasikan oleh
Sloan (1996).
Sumber: Berbagai literature pendukung penelitian
2.3 Kerangka Pemikiran Teoritis dan Pengembangan Hipotesis
2.3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis
a. Pengaruh Financial Stability terhadap Fraudulent Financial Statement
Ketika suatu perusahaan berada dalam kondisi stabil maka nilai
perusahaan akan naik dalam pandangan investor, kreditor, dan publik. Menurut
SAS No. 99 (AICPA, 2002), manajer menghadapi tekanan untuk melakukan
kecurangan laporan keuangan ketika stabilitas keuangan dan/atau profitabilitas
yang terancam oleh keadaaan ekonomi, industri, atau situasi entitas yang
beroperasi. Financial stability merupakan keadaan yang menggambarkan
kondisi ketidakstabilan keuangan perusahaan (Skousen et al., 2009).
Kondisi perusahaan yang tidak stabil akan menimbulkan tekanan bagi
manajemen karena kinerja perusahaan terlihat menurun di mata publik sehingga
akan menghambat aliran dana investasi di tahun mendatang. Kondisi seperti ini
menunjukan bahwa perusahaan sedang dalam kondisi tidak stabil karena tidak
mampu memaksimalkan aset yang dimiliki serta tidak dapat menggunakan
sumber dana investasi secara efisien (Ratmono et al., 2014)
Loebbecke et al. (1989) and Bell et al. (1991) mengindikasikan bahwa
dimana perusahaan mengalami pertumbuhan berada dibawah rata-rata industri
38
manajer akan memanipulasi laporan keuangan agar tampak lebih baik. Namun
dengan cepatnya pertumbuhan perusahaan akan tetap memanipulasi laporan
keuangan agar pertumbuhan nampak lebih stabil (Sukirman dan Sari, 2013).
Manajemen seringkali mendapatkan tekanan untuk menunjukkan
bahwa perusahaan telah mampu mengelola aset dengan baik sehingga laba yang
dihasilkannya banyak dan menghasilkan return yang tinggi pula untuk
investor. Dengan alasan demikian, manajemen memanfaatkan laporan
keuangan sebagai alat untuk menutupi kondisi stabilitas keuangan yang buruk
dengan melakukan fraud.
Perusahaan berusaha meningkatkan prospek perusahaan yang baik salah
satunya dengan merekayasa informasi kekayaan aset yang berkaitan dengan
pertumbuhan aset yang dimiliki (Skousen et al., 2009). Oleh karena itu, rasio
perubahan total aset dijadikan proksi pada variabel financial stability. Total aset
menggambarkan kekayaan yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi total aset
yang dimiliki perusahaan menunjukkan kekayaan yang dimiliki semakin banyak.
Penelitian yang dilakukan oleh Skousen et al. (2009) membuktikan bahwa
semakin besar rasio perubahan total aset suatu perusahaan maka probabilitas
dilakukannya tindak kecurangan pada laporan keuangan perusahaan tersebut
semakin tinggi. Penelitian yang dilakukan oleh Sihombing dan Rahardjo (2014)
dan Tiffani dan Marfuah (2015) juga menunjukkan bahwa financial stability
berpengaruh positif terhadap fraudulent financial reporting.
39
b. Pengaruh External Pressure terhadap Fraudulent Financial Statement
Skousen et al.(2008) mengatakan sumber tekanan eksternal salah satunya
adalah dengan kemampuan perusahaan dalam membayar utang atau memenuhi
persyaratan utang. Selain itu, manajer juga dimungkinkan memiliki tekanan untuk
mendapatkan tambahan utang atau modal. Hal ini juga diungkapkan oleh Ardiyani
dan Utaminingsih (2015) yang mengatakan external pressure merupakan
kemampuan untuk memenuhi pertukaran- persyaratan pencatatan, membayar
utang, atau memenuhi utang perjanjian diakui secara luas yang berasal dari pihak
eksternal. External Pressure dihitung menggunakan leverage ratio, yaitu rasio
total utang dibagi dengan total aset (debt to assets ratio).
Penelitian yang dilakukan oleh Skousen et al. (2008) dan Martantya dan
Daljono (2013) membuktikan bahwa external pressure tidak berpengaruh
terhadap kecurangan. Hal ini didukung oleh Ardiyani dan Utaminingsih (2015)
external pressure yang diproksikan dengan menggunakan proksi leverage ratio
tidak berpengaruh terhadap financial statement fraud. Sedangkan penelitian yang
dilakukan oleh Sihombing dan Rahardjo (2014) menyatakan bahwa external
pressure memiliki pengaruh dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan.
Ketika perusahaan memiliki rasio leverage yang tinggi maka perusahaan itu
memiliki utang yang besar dan berdampak pada risiko kerugian lebih besar,
namun ada kesempatan untuk memperoleh laba yang lebih besar (Kasmir,
2013:152).
Dari uraian diatas dapat disimpulkan ketika perusahaan memiliki utang
yang besar maka akan berpotensi munculnya kecurangan dalam pelaporan
40
dikarenakan perusahaan perlu memiliki laba yang tinggi guna meyakinkan
kreditor bahwa mereka mampu membayar utangnya. Manajemen perusahaan juga
akan merasa tertekan dengan risiko kredit yang tinggi seiring dengan tingginya
rasio leverage yang dimiliki perusahaan. Hal tersebut dikarenakan, semakin sulit
bagi perusahaan memperoleh tambahan pinjaman karena dikhawatirkan
perusahaan tidak mampu menutupi utang – utangnya dengan asset yang dimiliki.
c. Pengaruh Financial Target terhadap Fraudulent Financial Statement
Pihak manajer berusaha untuk meningkatkan kinerjanya guna mencapai
berbagai target perusahaan, salah satunya adalah target keuangan. Skousen et al.
(2008) mengatakan Return on total aset (ROA) adalah ukuran kinerja operasional
secara luas digunakan untuk menunjukkan seberapa efisien aset telah digunakan.
Hal ini didukung oleh Kasmir (2013:202) yang mengatakan ROA adalah rasio
yang menunjukan hasil (return) atas jumlah yang digunakan perusahaan. ROA
aktual yang telah dicapai tahun sebelumnya akan digunakan manajemen untuk
menetapkan target keuangan pada tahun – tahun berikutnya (Martantya dan
Daljono, 2013). Sehingga ROA dapat digunakan dalam menilai kinerja
manajemen. Oleh karena itu, ROA digunakan sebagai proksi variabel financial
target.
Penelitian Skousen et al. (2008) tidak menguatkan bukti bahwa return on
assets (ROA) berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan. Hasil ini
didukung oleh penelitian Sihombing dan Rahardjo (2014) yang mengatakan
bahwa variabel financial target yang diproksikan dengan ROA tidak berpengaruh
41
terhadap fianancial statement fraud. Semakin tinggi ROA maka semakin baik
kinerja manajemen, yang artinya keseluruhan operasi perusahaan telah efektif. Hal
ini tersebut dapat meningkatkan daya tarik investor untuk menanamkan modalnya
diperusahaan, sehingga dapat meningkatkan nilai saham. Hanya saja, dalam
meningkatan kinerjanya dengan menargetkan ROA lebih tinggi memungkinkan
manajemen melakukan kecurangan laporan keuangan berupa manajemen laba.
Apabila ROA menunjukkan hasil yang negatif dapat diartikan bahwa laba
perusahaan tersebut juga dalam kondisi negatif, yang berarti kemampuan dari
modal yang diinvestasikan secara keseluruhan aktiva belum mampu menghasilkan
laba. ROA aktual yang telah dicapai tahun sebelumnya akan digunakan
manajemen untuk menetapkan target keuangan tahuntahun berikutnya. Jadi, dapat
dilihat apakah pada tahun sekarang ini laba yang dihasilkan sudah mencapai target
keuangan yang telah ditetapkan atau belum.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah pihak yang
dikontrak oleh prinsipal untuk melaksanakan kewajiban-kewajibannya, maka
tentunya manajemen ingin menampilkan perfoma perusahaan sebaik mungkin.
Manajemen tidak ingin dianggap tidak mampu dalam mengurus dan menjalankan
perusahaan karena akan mempengaruhi bonus/kompensasi yang akan diterimanya.
ROA sering digunakan dalam menilai kinerja manajer dan dalam menentukan
bonus, kenaikan upah, dan lain-lain (Skousen et. al., 2009). Oleh karena itu,
manajemen akan berupaya untuk melakukan manipulasi, misalnya dengan
manipulasi laba, agar dianggap mampu untuk mencapai target keuangan yang
telah ditetapkan sebelumnya.
42
d. Pengaruh Transaksi Pihak Istimewa terhadap Fraudulent Financial
Statement
Kesempatan merupakan akibat dari keadaan yang memberikan peluang
untuk melakukan kecurangan. Transaksi pihak istimewa yang rumit yang disertai
dengan risiko inheren tinggi karena keterlibatan tinggi oleh manajemen dalam
pengambilan keputusan dan subjektivitas. Selain itu, traksaksi dengan pihak
istimewa yang kompleks dapat menimbulkan risiko salah saji material akibat
kecurangan karena rentan terhadap manipulasi oleh manajemen. Lou dan Wang
(2009) berpendapat bila persentase yang lebih tinggi dari transaksi kompleks
muncul, perusahaan menemukan probabilitas yang lebih besar dari kecurangan.
Dalam studi kasus, Young (2005) menemukan bahwa transaksi dengan
pihak yang diduga mempunyai hubungan istimewa tersebut digunakan untuk
memanipulasi laba, penjarahan perusahaan, dan melakukan kecurangan. Sejak
perusahaan terutama beroperasi dengan pengakuan pendapatan sebagai window
dressing untuk menggambarkan hasil operasi GAO (2002) dalam Palmrose et al.,
(2004).
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa perusahaan yang mempunyai
hubungan istimewa cenderung akan melakukan kecurangan, semakin tinggi atau
semakin material hubungan perusahaan dalam bertransaksi dengan pihak istimewa
maka kecurangan laporan keuangan juga akan cenderung tinggi.
e. Pengaruh Audit Delay terhadap Fraudulent Financial Statement
Tuntutan akan kepatuhan terhadap ketepatwaktuan (timeliness) dalam
penyajian laporan keuangan kepada publik di Indonesia telah diatur dalam UU
43
No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal dan Keputusan Ketua Bapepam
No.80/PM/1996 tentang kewajiban penyampaian laporan keuangan berkala
(Rachmawati, 2008). Setelah itu Bapepam mengeluarkan keputusan yaitu
keputusan BAPEPAM No. 36/PM/2003 tentang kewajiban laporan berkala atau
tahunan dan diganti dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
29/POJK.04/2016 tentang Laporan Emitmen atau Perusahaan Publik yang
menyatakan bahwa laporan keuangan tahunan disertai dengan laporan auditan
dengan pendapat yang lazim harus disampaikan kepada Bapepam selambat-
lambatnya pada akhir bulan keempat (120 hari) setelah tanggal laporan keuangan
atau akhir periode akuntansi. Hal ini dapat dijadikan pedoman oleh auditor dan
pihak manajemen perusahaan publik bahwa batas waktu keterlambatan audit atau
audit delay adalah 120 hari (4 bulan). Apabila ketetapan ini dilanggar, maka
otoritas jasa keuangan akan mengenakan sanksi administrasi sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan dalam undang-undang bagi perusahaan yang tidak
mematuhinya.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa semakin lama penundaan
penyampaian laporan keuangan maka kecenderungan perusahaan untuk
melakukan kecurangan laporan keuangan akan semakin tinggi. Perusahaan yang
mendapatkan laba yang besar tidak ada alasan untuk menunda penerbitan laporan
keuangan auditan karena ini merupakan berita baik yaitu prestasi yang dicapai
cukup menggembirakan. Sebaliknya, perusahaan yang menderita kerugian akan
berusaha memperlambat penerbitan laporan keuangan auditan. Auditor akan
berhati-hati selama proses audit dalam merespon kerugian perusahaan apakah
44
kerugian tersebut disebabkan oleh kegagalan finansial atau kecurangan
manajemen. Jadi, semakin laba suatu operasi perusahaan, maka audit delaynya
semakin pendek
f. Pengaruh Efffective of monitoring terhadap Fraudulent Financial
Statement
Praktik kecurangan atau fraud dapat diminimalkan salah satunya
dengan mekanisme pengawasan yang baik. Dewan komisaris independen
dipercaya dapat meningkatkan efektivitas pengawasan perusahaan. Dewan
komisaris secara luas dipercaya memainkan peranan penting khususnya
dalam memonitor manajemen tingkat atas (Gunarsih dan Hartadi, 2002).
Dewan komisaris bertugas untuk menjamin terlaksananya strategi perusahaan,
mengawasi manajemen dalam mengelola perusahaan serta mewajibkan
terlaksananya akuntabilitas (Forum for Corporate Governance in Indonesia,
2003). Secara khusus, komisaris independen yang merupakan bagian dari
dewan komisaris sangat berperan dalam meminimumkan manajemen laba
yang merupakan salah satu bentuk financial statement fraud yang dilakukan oleh
pihak manajemen (Andayani, 2010).
Penelitian Beasley (1996) menyimpulkan bahwa masuknya dewan
komisaris yang berasal dari luar perusahaan meningkatkan efektivitas dewan
tersebut dalam mengawasi manajemen untuk mencegah kecurangan laporan
keuangan. Hasil penelitian tersebut diperkuat dengan penelitian yang
dilakukan Dechow et al. (1996) dalam Dunn (2004) yang meneliti hubungan
antara komposisi dewan komisaris dengan kecurangan laporan keuangan.
45
Hasil penelitian membuktikan bahwa kecurangan lebih sering terjadi pada
perusahaan yang lebih sedikit memiliki anggota dewan komisaris eksternal
(Skousen et al., 2009).
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa perusahaan dengan jumlah
anggota komisaris independen lebih banyak akan cenderung tidak melakukan
kecurangan. Pihak komisaris independen dalam tugasnya sebagai dewan
pengawas berusaha untuk meningkatkan pengawasan sehingga meminimumkan
terjadinya kecurangan.
g. Pengaruh Opini Audit terhadap Fraudulent Financial Statement
Rasionalisasi adalah sikap yang memperbolehkan seseorang melakukan
kecurangan, dan menganggap tindakannya dalam melakukan suatu tindakan
kejahatan tidaklah salah. Shelton (2014) mengatakan rasionalisasi adalah
bagaimana membenarkan pikirannya dalam melakukan tindakan kejahatan.
Menurut Skousen et al. (2009) rasionalisasi adalah faktor yang sulit untuk
diukur untuk mendeteksi kecurangan seperti manajemen laba.
Manajemen laba adalah proses pembuatan keputusan manajemen yang membuka
jalan terhadap dorongan atau pemahaman manajemen atas istilah yang mungkin
menuntun pada kecurangan laporan keuangan (Skousen et al., 2008). Hanya saja
auditor lebih mentolerir usaha klien untuk mengelola laba dari waktu ke waktu
(Varmer, 2003 dalam Fimanaya dan Syafruddin, 2014). Hal ini didukung oleh
pernyataan Sukirman dan Sari (2013) yaitu pihak auditor eksternal perlu
mengidentifikasi dan mempertimbangkan faktor – faktor risiko yang
46
menyebabkan klien audit mereka melakukan tindakan kecurangan. Auditor dapat
memberikan beberapa opini atas perusahaan yang diauditnya sesuai dengan
kondisi yang terjadi pada perusahaan tersebut. Salah satu opini auditor yang
diberikan adalah wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelas. Opini tersebut
merupakan bentuk tolerir dari auditor atas manajemen laba (Fimanaya dan
Syafruddin, 2014). menyatakan bahwa opini wajar tanpa pengecualian dengan
bahasa penjelas berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kemungkinan
kecurangan pada laporan keuangan. Hal ini sesuai dengan penelitian Suyanto
(2009) menyatakan rasionalisasi dengan variabel proksi opini audit tidak
berpengaruh terhadap fraudulent financial statement.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa perusahaan yang
mendapatkan opini wajar tanpa pengecualian dalam laporan keuangannya akan
cenderung tidak melakukan kecurangan. hal tersebut dikarenakan opini wajar
tanpa pengecualian dalam laporan keuangan sudah menerapkan prinsip-prinsip
akuntansi berterima umum sehingga kemungkinan perusahaan melakukan
kecurangan cenderung rendah.
h. Pengaruh Auditor Switching terhadap Fraudulent Financial Statement
Pada saat auditor mengaudit klien yang baru, maka terdapat tiga
kemungkinan yaitu pertama, auditor tidak mengenal bisnis klien; kedua, auditor
tidak memiliki informasi tentang reputasi klien di masa lalu; ketiga, biaya
pemulaian (start-up) audit mahal karena kantor akuntan harus mendidik lagi
auditor mereka untuk penugasan di klien yang baru. Sorenson et al., (1983)
47
berpendapat bahwa klien bisa mengganti auditor untuk mengurangi kemungkinan
deteksi kecurangan pelaporan keuangan. Loebbecke et al., (1989) dalam Lou and
Wang (2009) menunjukkan bahwa 36 persen dari kecurangan dalam sampel
mereka dituduhkan dalam dua tahun awal masa jabatan auditor. Risiko kegagalan
audit dan litigasi berikutnya dalam keterlibatan awal lebih tinggi dibandingkan
dengan tahun-tahun berikutnya (Stice, 1991). Penelitian Loebbecke (1989)
menemukan sejumlah besar indikasi fraud terdapat di dalam sampel yang dimiliki
auditor dalam kurun waktu dua tahun pertama masa auditor. Kemungkinan
frekuensi pergantian auditor di fraud firm lebih tinggi dikarenakan agar bukti dari
financial statement fraud yang dilakukan oleh perusahaan tidak terdeteksi.
Sorenson et al., (1983) menyatakan bahwa sebuah perusahaan bisa
mengubah auditor untuk mengurangi kemungkinan pendeteksian kecurangan
laporan keuangan oleh pihak tertentu (Lou dan Wang, 2009). Selain itu, mereka
juga menyatakan bahwa perusahaan yang gagal mengganti auditornya, memilki
preferensi untuk mengganti kantor akuntan publik dengan mutu yang berbeda,
cenderung menurunkan mutu auditor yang dipergunakan perusahaan (Fimanaya
dan Syafruddin, 2014). Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa
penggantian kantor akuntan publik dapat menjadi salah satu proksi dari
rationalization. Penelitian yang dilakukan oleh Rachmawati dan Marsono (2014)
menunjukkan bahwa pergantian auditor berpengaruh positif terhadap kecurangan
pelaporan keuangan.
Berdasarkan kerangka pemikiran teoritis diatas, penelitian ini bermaksud
untuk mengkaji pengaruh langsung secara persial dan simultan dari financial
48
stability, external pressure, financial target, transaksi pihak istimewa, audit delay,
efffective of monitoring, opini audit dan auditor switching terhadap fraudulent
financial statement. Berikut kerangka pemikiran yang disajikan dalan gambar 2.3.
(+)
(+)
(+)
+
(+)
(+)
(-)
(-)
(+)
H1
Gambar 2.3.
Kerangka Pemikiran Teoritis
Pressure (Tekanan)
H2 Financial Stability
H3 External Pressure
H4 Financial Target
Opportunity (Kesempatan)
H5 Transaksi pihak Istimewa
H6 Audit Delay
H7 effective of Monitoring
Rationalization:
H8 Opini Audit
H9 Auditor Switching
Fraudulent Financial
Statement
49
2.3.2 Pengembangan Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka dapat ditarik hipotesis
penelitian sebagai berikut:
H1 : Financial stability, external pressure, financial target, transaksi pihak
istimewa, audit delat, efffective of monitoring, opini audit, dan auditor
switchings secara simultan berpengaruh terhadap fraudulent financial
statement.
H2 : Financial stability secara parsial berpengaruh positif terhadap fraudulent
financial statement.
H3 : External pressure secara parsial berpengaruh positif terhadap fraudulent
financial statement.
H4 : Financial target secara parsial berpengaruh positif terhadap fraudulent
financial statement.
H5 : Transaksi pihak istimewa secara parsial berpengaruh positif terhadap
fraudulent financial statement.
H6 : Audit delay secara parsial berpengaruh positif terhadap fraudulent
financial statement.
H7 : Efffective of monitoring secara parsial berpengaruh negatif terhadap
fraudulent financial statement.
H8 : Opini audit secara parsial berpengaruh negatif terhadap fraudulent
financial statement.
H9 : Auditor switching secara parsial berpengaruh positif terhadap fraudulent
financialstatement.
124
BAB V
PENUTUP
5.1. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai financial stability,
external pressure, financial target, transaksi pihak istimewa, audit delay,
efffective of monitoring, opini audit dan auditor switching terhadap fraudulent
financial statement pada perusahaan jasa sektor property dan real estate yang
terdaftar di BEI selama tahun 2011-2015 dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan regresi logistik dalam
penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh secara simultan variabel
financial stability, external pressure, financial target, transaksi pihak
istimewa, audit delay, efffective of monitoring, opini audit dan auditor
switching terhadap fraudulent financial statement.
2. Financial stability merupakan variabel proksi pertama dari variabel
pressure dihitung dengan menggunakan rasio perubahan total aset
berpengaruh positif signifikan terhadap risiko fraudulent financial
statement. Hal ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan pada rasio
perubahan total aset akan menaikkan risiko terjadinya fraudulent
financial statement, dengan kata lain kenaikan rasio perubahan total aset
dapat menjadi tekanan bagi pihak manajemen perusahaan untuk
melakukan kecurangan dalam kondisi keuangan yang tidak stabil.
125
3. Eksternal pressure merupakan variabel proksi kedua dari variabel
pressure dihitung dengan menggunakan rasio leverage yaitu debt to assets
ratio berpengaruh positif terhadap risiko fraudulent financial statement.
Hal ini dikarenakan pihak manajemen belum mampu membayar utang
perusahaan sehingga mengakibatkan leveragenya tinggi.
4. Financial target merupakan variabel proksi ketiga dari variabel pressure
dihitung dengan menggunakan rasio return on assets (ROA) tidak
berpengaruh terhadap risiko fraudulent financial statement. Hal ini
menunjukkan bahwa setiap kenaikan pada rasio return on assets (ROA)
tidak menjadi tekanan bagi pihak manajemen perusahaan, dikarenakan
kenaikan tersebut diiringi dengan peningkatan mutu operasional, sehingga
tidak menjadi tekanan bagi pihak manajemen perusahaan ketika ingin
meningkatkan profitabilitas perusahaan.
5. Transaksi pihak istimewa merupakan variabel proksi pertama variabel
opportunity dihitung dengan menggunakan rasio piutang pihak istimewa
tidak berpengaruh terhadap fraudulent financial statement. Hal ini
dikarenakan hanya sebagian kecil sampel yang mengungkapkan bahwa
mereka melakukan transaksi dengan pihak istimewa. Luas pengungkapan
atas pihak-pihak istimewa dan transaksi antara perusahaan dengan pihak
istimewa dipengaruhi oleh berbagai hal, yaitu mulai dari budaya hingga
biaya pengungkapan. Selain itu, transaksi dengan pihak istimewa bisa saja
bermotif operasional dan ekonomis belaka. Artinya, dengan pengakuan
126
bahwa transaksi-transaksi itu dilakukan dengan syarat yang sama dengan
transaksi yang sama dengan pihak ketiga.
6. Audit delay merupakan variabel proksi kedua variabel opportunity yang
diukur dengan melihat lama waktu penyelesaian audit dari tanggal
penutupan buku sampai diterbitkannya laporan auditor pada tahun t-1
berpengaruh positif terhadap risiko fraudulent financial statement.
Perusahaan yang mendapatkan laba yang besar tidak ada alasan untuk
menunda penerbitan laporan keuangan auditan bahkan cenderung untuk
mempercepat penerbitan laporan keuangan auditan, karena perusahaan
yang mengalami laba akan membuat investor menjadi senang dan calon
investor akan tertarik untuk membeli saham sehingga akan menyebabkan
kenaikan harga saham.
7. Efffective of monitoring merupakan variabel proksi ketiga variabel
opportunity diukur dengan melihat perbandingan jumlah dewan komisaris
dengan komisaris independen (BDOUT) berpengaruh negatif terhadap
fraudulent financial statement. Hal ini menunjukan bahwa jumlah dewan
komisaris independen yang lebih banyak dapat meminimalisir terjadinya
kecurangan karena pihak independen tidak terikat langsung pada
perusahaan sehingga dapat melakukan pengawasan yang lebih terhadap
kegiatan perusahaan.
8. Opini audit merupakan variabel pertama proksi variabel rationalization
diukur dengan melihat diperoleh atau tidaknya opini wajar tanpa
pengecualian berpengaruh terhadap risiko fraudulent financial statement.
127
Hal ini menunjukkan diperolehnya opini audit wajar tanpa pengecualian
akan mempengaruhi kemungkinan dilakukannya rasionalisasai atas
kecurangan pada laporan keuangan oleh pihak manajemen perusahaan.
9. Auditor switching atau pergantian KAP diukur dengan melihat ada
tidaknya pergantian KAP selama periode pengamatan tidak berpengaruh
terhadap fraudulent financial statement. Hal tersebut dapat terjadi ketika
perubahan KAP dilakukan sebagai akibat perusahaan tidak puas terhadap
kinerja auditor independen yang sebelumnya baik dari hasil auditan.
Perusahaan yang motivasinya positif akan menggunakan auditor
independen yang benar-benar independen dan objektif dalam melakukan
audit untuk kepentingan perbaikan kinerja perusahaan di masa depan.
5.2. Saran
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah diuraikan, maka saran yang
diajukan adalah sebagai berikut:
1. Bagi Akademik
a. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan sampel yang lebih
banyak dari beberapa sektor lain seperti pertambangan, kimia, dan sektor
lainnya, sehingga memperoleh hasil yang lebih maksimal.
b. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat menemukan variabel proksi lain
yang dapat digunakan untuk mengetahui variabel lain yang diduga
berpengaruh terhadap risiko terjadinya fraudulent financial statement.
128
c. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian lebih lanjut
dengan menggunakan alat ukur F-score, namun disertai dengan pencarian
referensi yang lebih banyak.
d. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat menemukan variabel lain untuk
mengukur variabel rationaliztion dan menggunakan metode lain seperti
wawancara untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih akurat dan
beragam.
2. Bagi Kantor Akuntan Publik
Fraud triangle dapat dijadikan sebuah teori acuan untuk mendeteksi
adanya kecurangan di dalam perusahaan. Namun dengan adanya
kecurangan-kecurangan yang semakin komplek dan modern di harapkan
dapat menemukan variabel lain dalam mendeteksi kecurangan yang lebih
relevan terhap sebuah perusahaan.
3. Bagi Perusahaan
Penelitian ini diharapkan supaya pihak perusahaan lebih bijak lagi dalam
membuat laporan keuangan, agar terhindar dari kegiatan manipulasi
kecurangan laporan keuangan yang dapat merugikan pihak lain.
129
DAFTAR PUSTAKA
ACFE. 2014. Report to The Nations on Occupational Fraud and Abuse.
AICPA. (2002). Consideration of Fraud in a Financial Statement Audit, AICPA.
New York.
Andayani, Tutut Dewi. 2010. Pengaruh Karakteristik Dewan Komisaris
Independen terhadap Manajemen Laba. Skripsi. Semarang. FEB
Universitas Diponegoro
Albrecht, W. S., Albrecht, C.O., Albrecht , C.C. and Zimbelman, Mark F. 2011.
Fraud Examination 4th Edition. Cengage Learning : Mason, Ohio USA.
Annisya, Mafiana.(2015).Pendeteksian Fraudulent Financial Statement dengan
Analisis Fraud Diamond. Skripsi. Bandar Lampung: FEB Universitas
Bandar Lampung.
CEO Worldcom Divonis Bersalah.
http://finance.detik.com/bursa-dan-valas/d-318371/ceo-worldcom-divonis-
bersalah. (diakses 25 Juli. 2016).
Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam). 2002. Siaran Pers Badan Pengawas
Pasar Modal, 27 Desember.
Beasley, M. 1996. “An Empirical Analysis of The Realtion between Board of
Directo Composition and Financial Statement Fraud”. The Accounting
Review, 71(4), 443-465.
CEO Worldcom Divonis Bersalah.
http://finance.detik.com/bursa-dan-valas/d-318371/ceo-worldcom-divonis-
bersalah. (diakses 25 Juli. 2016).
Cressey Donald R. (1953). Others people money, A study in the social psychology
of Embezzlement. Montclair: Patterson Smith.
Dechow, Patricia M., et al. 2007. Predicting material accounting misstatements.
Working Paper. University of California, Berkele. Available at
http://ssrn.com/abstract=997483.
Dunn, Paul. 2004. The Impact of Insider Power on Fraudulent Financial
Reporting. Jurnal of Management Vol. 30 (3):397-412.
Febrianto, Rahmat. 2009. Pergantian Auditor dan Kantor Akuntan Publik.
http://rfebrianto.blogspot.co.id/. diakses 16 Februari 2016
Fimanaya, Fira, dan Muchamad Syafruddin. 2014. Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Kecurangan Laporan Keuangan (Studi Empiris pada
130
Perusahaan Non Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek IndonesiaTahun
2008-2011). Diponegoro Journal of Accounting Vol. 3 (3):1-11.
Four CPAs arrested over Kanebo scandal.
http://www.japantimes.co.jp/news/2005/09/14/national/four-cpas-
arrested-over-kanebo-scandal/#.WH2Y6VV97IU. (diakses 25 Juli, 2016).
Francis, Jere R., dan Jagan Krishnan. 1999. Accounting Accraals and Auditor
Reporting Conservatism. Contemporary Accounting Research Vol. 16
(1):pp. 135-165.
Gagola, K. (2011). Analisis Faktor Risiko yang Mempengaruhi Kecenderungan
Kecurangan Pelaporan Keuangan Perusahaan Publik di Indonesia. Tesis
Tidak Dipublikasikan.
Gladwell, Malcom. (2010). What the Dog Sa.
http://www.kompasiana.com/reflus/bangkrutnya- perusahaan- amerika-
penyebabnya sederhana.(diakses 25 Juli.2016).
Glazen, T. a. (1994). Integrated Concepts and Procedures (6 ed.). Canada: John
Wiley and Sons Inc.
Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS 21
Edisi 7. Semarang: Universitas Diponegoro.
Gunarsih, T dan Hartadi, B. 2002. Pengaruh Pengumuman Pengangkatan
Komisaris Independen Terhadap Return Saham di Buarsa Efek Jakarta.
Jurnal Riset Akuntansi, Manajemen dan Ekonomi, Vol 2, No. 2, hal. 104-
102.
Hasnan, Suhaily, Rashidah Abdul Rahmana, dan Sakthi Mahenthirana. 2013.
Management Motive, Weak Governance, Earnings Management, and
Fraudulent Financial Reporting Malaysian Evidence. Journal of
International Accounting Research Vol. 12 (1):1-27.
IAI. (2015). Standar Akuntansi Keuangan (2015 ed.). Jakarta: Salemba Empat.
IAPI. (2011). Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta: Salemba Empat.
Jappy, Opa. (2016). M.Sanusi – Agung Podomoro Land, Upaya “Korupsi Legal”
Melalui Perda. http://www.kompasiana.com/opajappy/m-sanusi-agung-
podomoro-land-upaya-korupsi-legal-melalui-
perda_56ffd299b17e613b1488e206. (diakses 25 Juli. 2016)
Jensen, M. C. a. M., W.H. (1976). Theory of the Firm : Managerial Behavior,
Agency Costs and Ownership Structure. Journal of Financial Economics,
3(4), 305-360.
131
Kasus Pengaduan Properti melonjak 12,7%.
http://properti.kompas.com/read/2015/01/05/1410199/Kasus.Pengaduan.Pr
operti.Melonjak.12.7.persen. (diakses 25 Juli 2015)
Kasus Penipuan Saham Terbesar Sepanjang Sejarah. http://finance.detik.com/bursa-dan-valas/d-1937612/8-kasus-penipuan-
saham-terbesar -sepanjang-sejarah. (diakses 25 Mei. 2016)
Kencana, W.R.K. (2012). Kasus Kimia Farma (Etika Bisnis). http://www.kompasiana.com/www.bobotoh_pas20.com/kasus-kimia-
farma-etika-bisnis_5535b4d46ea8349b26da42eb. (diakses 25 Juli. 2016)
Koroy, T. R. (2008). Pendeteksian Kecurangan (Fraud) Laporan Keuangan oleh
Auditor Eksternal. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, 10(1), 22-33.
Krambia-Kardis, M. (2002). A fraud Detection Model : A Must For Auditors.
Journal of Financial Regulation and Compliance, 10(3), 266-278.
Kurniawati,Ema.(2012). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Financial
Statement Fraud dalam Perspektif Fraud Triangle.Skripsi.Semarang:
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNDIP.
Listiana, N. (2012). Pendeteksian kecurangan laporan Keuangan dengan analisis
fraud Triangle yang diadopsi dalam sas no.99. Skripsi.Semarang: Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UNDIP.
Loebbecke. J. K., M. M. Eining, and J. J. Willingham. 1989. “Auditors’
experience with material irregularities: Frequency, nature, and
detestability. Auditing: A Journal of Practice & Theory 9 (Fall): 1-28.
Lou, Y. a. M. W. (2009). Fraud Risk Factor Of The Fraud Triangle Assesing The
Likehood Of Fraudulent Financial Reporting. Journal of Business &
Economic Research, 7(1), 61-78.
Martantya, dan Daljono. 2013. Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan
Melalui Faktor Risiko Tekanan dan Peluang (Studi Kasus Pada
Perusahaan Yang Mendapat Sanksi Dari Bapepam Periode 2002-2006).
Diponegoro Journal of Accounting Vol. 2 (2):1-12.
Mukhosonrofi. (2009). Skandal Satyam Mengguncang Dunia.
https://mukhsonrofi.wordpress.com/2009/02/09/skandal-satyam menggun
cang - dunia/. (diakses 25 Juli. 2016).
Nadia, Ambaranie. (2015). Kasus Hutan Bogor, Bos Sentul City Divonis Lima
TahunPenjara.http://nasional.kompas.com/read/2015/06/08/13340711.(di
akses 25 Juli. 2016).
132
Nguyen, K. (Producer). (2008, 2 juni 2015). Financial Statement Fraud: Motives,
Methodes, Cases and Detection. Retrieved from
http://www.bookpump.com/
Palmrose, Z.V., V. Richardson, and S. Scholz, 2004a. The Determinants of market
reactions to restatements announcements, Journal of Accounting and
Economics 37:59-89.
Otoritas Jasa Keuangan. (2016). Keputusan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
Nomor 29/POJK.04/2016 tentang "Laporan Tahunan Emitmen atau
Perusahaan Publik". Jakarta.
Rachmawati, Kurnia. 2014. Pengaruh Faktor-Faktor dalam perspektif Fraud
Triangle terhadap Fraudulent Financial Reporting. Skripsi. Semarang: FEB
Universitas Diponegoro
Rezaee, Z. (2002). Financial Statement Fraud: Prevention and Detection. New
York: John Wiley & Sons, Inc.
Rukmawati, D. (2011). Persepsi Manajer Dan Auditor Eksternal Mengenai
Efektivitas Metode Pendeteksian Dan Pencegahan Tindakan Kecurangan
Keuangan. [Skripsi tidak dipublikasikan].
SAS No. 99. Corporate Governance and Firm Performance Advances in Financial
Economis, Vol. 13, h. 53-81.
Shelton, Austin. 2014. Analysis of Capabilities Attributed to the Fraud Diamond.
Undergraduate Honors These.Paper 21. availabel at
http://dc.etsu.edu/honors/213 pada 25 September 2015.
Skousen, e. a. (2009). Detecting and Predecting Financial Statement Fraud: The
Effectiveness of The Fraud Triangle and SAS No. 99. Corporate
Governance and Firm Performance Advances in Financial Economis, 13,
53-81.
Skousen, C. J., Smith, K. R. and Wright, C. J. 2008. Detecting and Predecting
Financial Statement Fraud: The Effectiveness of The Fraud Triangle and
SAS 99. http://ssrn.com/abstract=1295494 pada 25 Juli 2016.
Sihombing, Kennedy Samuel, dan Shiddiq Nur Rahardjo. 2014. Analisis Fraud
Diamond dalam Mendeteksi Financial Statement Fraud : Studi Empiris
pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
133
(BEI) Tahun 2010-2012. Diponegoro Journal of Accounting Vol. 3 (2):1-
12.
Skousen, Christopher J., Kevin R. Smith, dan Charlotte J. Wright. 2009. Detecting
and Predicting Financial Statement Fraud: The Effectiveness of The
Fraud Triangle and SAS No. 99. Advances in Financial Economics Vol.
13:53–81.
Subekti, I. d. N. W. W. (2004). Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Audit
Report Lag di Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi VII Denpasar –
Bali, 991-1001.
Subramanyam, K.R., dan John J.Wild. 2009. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta:
Salemba Empat.
Sukirman, dan Maylia Pramono Sari. 2013. Model Deteksi Kecurangan Berbasis
Fraud Triangle (Studi Kasus Pada Perusahaan Publik Di Indonesia). Jurnal
Akuntansi dan Auditing Vol. 9 (2).
Summers, Scott L., dan John T. Sweeney. 1998. Fraudulently Misstated Financial
Statements and Insider Trading: An Empirical Analysis. The Accounting
Review Vol. 73 (1):131-146.
Suyanto. 2009. Fraudulent Financial Statement Evidence from Statement on
Auditing Standard No. 99. Gajah Mada International Journal of Business,
Vol. 11, No. 01, Halaman 117-144.
Tiffani, Laila, dan Marfuah. 2015. Deteksi Financial Statement Fraud dengan
Analisis Fraud Triangle pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi ke 18 Medan.
Tuanakotta, Theodorus M. 2013. Audit Berbasis ISA. Jakarta: Salemba Empat.
Wolfe, David T., dan Dana R. Hermanson. 2004. The fraud diamond: Considering
the four elements of fraud. The CPA Journal 74:38-42.
Zimbelman, Mark F., et al. 2014. Akuntansi Forensik. Jakarta: Salemba Empat.
LAMPIRAN 1
Daftar Perusahaan Property dan Real Estate Populasi Penelitian