jurnal reading luka bakar

15
PENANGANAN PASIEN LUKA BAKAR Berdasarkan data American Burn Association (ABA) tahun 2007, diperkirakan 500.000 pasien luka bakar menerima perawatan di instalasi gawat darurat serta klinik rawat jalan. Sekitar 40.000 dari pasien ini menjalani rawat inap. Data tahun 2010 dari ABA menyatakan bahwa 71% dari pasien menderita luka bakar kurang dari 10% dari luas permukaan tubuh. Sekitar 70% dari pasien ini berjenis kelamin laki-laki dengan rata-rata umur 32 tahun. Kebanyakan pasien menderita luka bakar ringan dan dapat melakukan perawatan rawat jalan. 1 Anatomi dan Fungsi Kulit Kulit memiliki 3 lapisan yang terdiri dari epidermis, dermis, dan jaringan subkutan yang memiliki fungsinya masing-masing, dimana jika terdapat luka bakar maka fungsinya akan terganggu. 2 Lapisan epidermis memiliki fungsi pelindung dari bakteri dan mencegah kekeringan. Setelah terjadinya luka bakar, maka perawatan luka dan manajemen cairan penting untuk dilakukan. Lapisan dermis merupakan lapisan elastik dan pelindung terhadap trauma mekanis, serta lapisan ini mengandung pembuluh darah yang mensuplai darah ke seluruh lapisan kulit. Ketika kulit mengalami cedera, lapisan epidermis beregenerasi dari sel pada lapisan dermis, hal ini lah yang menyebabkan mengapa trauma 1

Upload: asmara-yoga

Post on 15-Jan-2016

66 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

asd

TRANSCRIPT

Page 1: Jurnal Reading Luka Bakar

PENANGANAN PASIEN LUKA BAKAR

Berdasarkan data American Burn Association (ABA) tahun 2007,

diperkirakan 500.000 pasien luka bakar menerima perawatan di instalasi gawat

darurat serta klinik rawat jalan. Sekitar 40.000 dari pasien ini menjalani rawat

inap. Data tahun 2010 dari ABA menyatakan bahwa 71% dari pasien menderita

luka bakar kurang dari 10% dari luas permukaan tubuh. Sekitar 70% dari pasien

ini berjenis kelamin laki-laki dengan rata-rata umur 32 tahun. Kebanyakan pasien

menderita luka bakar ringan dan dapat melakukan perawatan rawat jalan.1

Anatomi dan Fungsi Kulit

Kulit memiliki 3 lapisan yang terdiri dari epidermis, dermis, dan jaringan

subkutan yang memiliki fungsinya masing-masing, dimana jika terdapat luka

bakar maka fungsinya akan terganggu.2 Lapisan epidermis memiliki fungsi

pelindung dari bakteri dan mencegah kekeringan. Setelah terjadinya luka bakar,

maka perawatan luka dan manajemen cairan penting untuk dilakukan. Lapisan

dermis merupakan lapisan elastik dan pelindung terhadap trauma mekanis, serta

lapisan ini mengandung pembuluh darah yang mensuplai darah ke seluruh lapisan

kulit. Ketika kulit mengalami cedera, lapisan epidermis beregenerasi dari sel pada

lapisan dermis, hal ini lah yang menyebabkan mengapa trauma yang dalam

menyebabkan jaringan parut yang signifikan dengan kerusakan kulit yang

permanen.2

Assessment

Anamnesa yang teliti harus dilakukan, yang mencangkup waktu dan

penyebab dari luka bakar.1 Hal ini untuk menentukan apakah ada trauma lain yang

menyertai selain luka bakar (seperti trauma listrik dapat menyebabkan disritmia

jantung). Selain itu riwayat penyakit terdahulu, riwayat keluarga, serta riwayat

sosial harus didapatkan untuk menilai ada atau tidaknya komorbid pada pasien

(seperti diabetes, imunocompromise, penyakit jantung, atau ginjal) yang dapat

mengganggu pemulihan pasien. Bayi serta orang tua memiliki angka morbidirtas

serta mortalitas yang lebih tinggi. Bayi dan anak kecil memiliki luas permukaan

1

Page 2: Jurnal Reading Luka Bakar

tubuh yang lebih besar dibandingkan dengan dewasa (kepala yang lebih besar dan

kaki yang lebih kecil), hal ini akan menyebabkan peningkatan penguapan dan

menurunnya suhu tubuh dibandingkan dengan orang dewasa. Dibandingkan

dengan orang dewasa, bayi dan anak kecil memiliki dermis yang lebih kecil,

sehingga menyebabkan luka bakar yang lebih dalam. Luka bakar yang disebabkan

oleh penganiayaan serta penelantaran kadang dapat dijumpai. Apabila dicurigai,

maka perlu penelusuran lebih lanjut dan pihak pengadilan yang berwenang perlu

dilibatkan.1

Derajat Luka Bakar

Tingkat keparahan dari luka bakar tergantung pada dalam, luas, serta

lokasi dari luka bakar tersebut. ABA menggolongkan luka bakar berikut sebagai

luka bakar ringan :1

1. Luka bakar superfisial

2. Luka bakar parsial kurang dari 15% dari luas permukaan tubuh pada pasien

yang berumur antara 10 sampai 50 tahun.

3. Luka bakar parsial kurang dari 10% dari luas permukaan tubuh pada anak-anak

kurang dari 10 tahun dan orang tua lebih dari 50 tahun.

4. Luka bakar penuh kurang dari 2% dari luas permukaan tubuh.

Kedalaman Luka Bakar

Kedalaman dari luka bakar tergantung pada suhu dan lama kontak dengan

agen penyebab luka bakar. Selain itu tergantung pula pada tebal kulit dan suplai

darah pada area tubuh yang terkena. Derajat luka bakar menurut kedalamannya

dibagi sebagai berikut :1

1. Luka bakar superfisial (derajat I) yang hanya meliputi epidermis. Luka bakar

ini akan menimbulkan kemerahan, kering, serta nyeri. Bagian epidermis yang

terkena akan mengelupas dalam beberapa hari. Luka bakar ini hanya

memerlukan penanganan simptomatis dan biasanya akan sembuh dalam 1

minggu tanpa jaringan parut.

2. Luka bakar parsial-superfisial (derajat II dangkal) meliputi seluruh epidermis

dan dermis bagian superfisial. Luka bakar ini kemerahan, lembab, serta sangat

2

Page 3: Jurnal Reading Luka Bakar

nyeri. Selain itu terdapat pula pembentukan bula. Luka bakar ini akan sembuh

dalam 10-14 hari dengan jaringan parut minimal.

3. Luka bakar parsial-dalam (derajat II dalam) meliputi seluruh epidermis dan

sebagian besar dari dermis. Luka bakar ini berwarna lebih pucat, lebih kering,

serta kurang nyeri. Luka bakar ini membutuhkan waktu 2-4 minggu untuk

sembuh dengan jaringan parut yang signifikan.

4. Luka bakar dalam (derajat III) meliputi seluruh epidermis dan seluruh dermis.

Luka bakar ini kering, dan memiliki tekstur khas yang disebabkan karena

rusaknya kolagen. Warna luka bakar ini bervariasi sesuai dengan agen

penyebab. Luka ini tidak nyeri karena rusaknya saraf sensoris, serta tidak dapat

sembuh spontan. Luka ini juga dapat meluas diluar kulit menuju lemak

subkutan, tendon, otot, tulang dan mungkin akan memerlukan amputasi dan

operasi rekonstruksi yang kompleks.

Luas Luka Bakar

Luas dari luka bakar ditentukan berdasarkan persentase dari luas

permukaan tubuh. Terdapat 2 metode untuk menentukan luasnya luka bakar, yaitu

metode Rule of Nine serta metode Lund and Browder. Metode Rule of Nine

biasanya digunakan pada rumah sakit karena mudah diingat dan digunakan.

Metode ini membagi tubuh orang dewasa menjadi beberapa bagian yang masing-

masing bernilai 9%. Bayi dan anak kecil memiliki kepala yang lebih besar dan

kaki yang lebih kecil daripada orang dewasa, sehingga metodenya sedikit diubah

dengan mengubah regio kepala menjadi 18% dan menurunkan masing-masing

kaki dari 18% menjadi 14%. Metode kurang sesuai pada luka bakar yang

berbentuk bercak kecil. Untuk ini telapak tangan pasien dapat digunakan untuk

menentukan luasnya, dimana telapak tangan pasien merepresentasikan 1% dari

luas permukaan tubuh. Metode Lund and Browder mempergunakan jarak umur

yang lebih sempit serta membagi bagian tubuh menjadi beberapa regio anatomis

kecil untuk menyesuaikan perubahan luas permukaan tubuh dengan umur.1

3

Page 4: Jurnal Reading Luka Bakar

Lokasi Luka Bakar

Lokasi luka bakar dapat menyebabkan komplikasi pada saat permulaan

maupun saat proses penyembuhan sedang berlangsung, seperti edema yang dapat

menimbulkan obstruksi saluran nafas. Edema pada wajah dapat mencegah mata

untuk membuka sehingga mempengaruhi penglihatan pasien. Luka bakar pada

perineum dapat menyebabkan obstruksi pada uretra sehingga penting untuk

dilakukan pemasangan kateter. Luka bakar pada area persendian dapat

mempengaruhi gerak pasien yang diperburuk oleh pembentukan jaringan parut.1

Penanganan Awal

Penggunaan air dingin yang mengalir pada luka bakar selama 20 menit

merupakan standar pada penanganan awal luka bakar. Hal ini harus dilakukan

secepatnya setelah terjadi luka bakar, dan berguna apabila digunakan dalam waktu

1 jam. Akan tetapi bukti penelitian belum dapat disimpulkan mengenai berapa

lama waktu yang diperlukan serta berapa lama penundaan yang mungkin tidak

berguna lagi dalam penanganan luka bakar.3

Penggunaan air dingin dalam penanganan awal luka bakar diasosiakan

dengan waktu penyembuhan yang lebih cepat dan pembentukan parut yang lebih

sedikit yang ditunjukan oleh penelitian eksperimental dengan menggunakan

hewan percobaan. Selain dapat meningkatkan outcome, penggunaan air dingin

juga dapat menimbulkan efek analgesik. Akan tetapi penggunaan es batu tidak

dianjurkan dalam penanganan awal.

Penting untuk dilakukan pencegahan hipotermia pada saat penanganan

awal luka bakar, terutama pada anak-anak.

Perawatan Luka Bakar

Fase akut dari perawatan luka dimulai saat terjadinya luka bakar sampai

luka bakar tertutup. Kebanyakan dari luka bakar menimbulkan rasa nyeri. Luka

bakar yang sangat nyeri biasanya luka bakar parsial-superfisial karena serabut

saraf masih ada dan selalu terekspos karena rusaknya epidermis. Nyeri pada luka

bakar terasa saat awal kejadian, saat debridement, serta saat pergantian dressing.

Nyeri akan sedikit berkurang saat dressing sudah dipasang, karena melindungi

4

Page 5: Jurnal Reading Luka Bakar

serabut saraf. Nyeri dapat bertambah apabila disertai dengan aktivitas fisik, seperti

pada terapi fisik. Kebanyakan pasien memerlukan analgesik saat perawatan luka,

latihan fisik, maupun saat tidur. Bila memungkinkan, pasien diberikan

premedikasi untuk nyeri sebelum memanipulasi luka bakar.1

Status vaksinasi tetanus pasien harus ditanyakan dan dapat diberikan

ulang. Luka bakar yang superfisial bukan merupakan luka terbuka sehingga tidak

memerlukan dressing. Luka bakar ini hanya memerlukan terapi simtomatis seperti

pelembab, kompres dingin, serta analgesik. Luka bakar superfisial luas mungkin

memerlukan rawat inap untuk kontrol nyeri. Perawatan luka bakar harus dimulai

dengan pembersihan luka dengan tujuan untuk membersihkan kotoran dan debris

dari luka bakar.

Pertanyaan timbul apakah bula yang terdapat pada luka harus di

debridement atau tidak. Literatur yang membahas mengenai hal itu bervariasi.

Beberapa rekomendasi bervariasi antara membiarkan bula yang terjadi sampai

kulit sembuh, aspirasi bula dengan meninggalkan kulit mati bekas aspirasi, atau

melakukan debridemen secepatnya. Perawatan debridemen didukung oleh studi

yang menyatakan bahwa cairan bula dapat menurunkan sistem imun dengan

mengganggu kerja netrofil dan limfosit dan dapat meningkatkan inflamasi. Selain

itu cairan tersebut juga medium yang baik untuk pertumbuhan bakteri.

Studi yang mendukung untuk membiarkan bula intak menyatakan bahwa

bula yang intak biasanya menandakan luka bakar yang akan sembuh spontan

salam beberapa minggu. Bula yang intak tersebut akan membentuk dressingnya

tersendiri sehingga akan menjaga luka tetapi bersih dan terlindungi. Luka akan

terlindungi dari udara, kontaminasi, serta manipulasi dan memerlukan sedikit

pergantian dressing sehingga menimbulkan sedikit nyeri dan menghemat biaya

dressing. Beberapa praktisi memilih untuk melakukan debridemen bula yang

sudah pecah, kendur, menimbulkan nyeri, serta yang terletak di persendian karena

mengganggu gerak.1

Terdapat pernyataan yang menyatakan bahwa rambut disekitar luka harus

dipotong. Hal ini akan mengurangi infeksi karena luka akan lebih mudah untuk

dibersihkan. Selain itu akan lebih mudah untuk mengevaluasi kedalaman dan luas

luka bakar terutama pada bagian kepala. Peneliti lain berpendapat bahwa rambut

5

Page 6: Jurnal Reading Luka Bakar

disekitar luka lebih baik dibiarkan karena memotong rambut dapat menimbulkan

trauma tambahan.

Pada saat awal terjadinya luka bakar sampai 24 jam setelah trauma, luka

bakar merupakan luka yang steril. Antibiotik sistemik tidak diperlukan untuk

pencegahan infeksi, serta luka bakar tidak dikultur secara rutin. Bagian tubuh

yang terkena luka bakar harus dielevasikan diatas jantung untuk mengurangi

edema dan nyeri.

Dressing Luka Bakar

Dressing pada luka bakar harus menjaga agar luka tersebut tetap bersih

dan lembab, tidak mengganggu fungsi persendian, melindungi luka dari trauma

tambahan, dan memberikan rasa nyaman kepada pasien. Terdapat beberapa

variasi dalam teknik dressing pada luka bakar terutama pada pasien rawat jalan.

Dressing luka tersebut bervariasi dalam tingkat kerumitan serta biaya yang

dikeluarkan. Dalam konteks primary care, dressing luka yang sederhana dan tidak

mahal lebih baik bagi pasien dan pemberi pelayanan kesehatan.1

Luka bakar superfisial tidak memerlukan antibiotik topikal. Pelembab

dapat diberikan pada kulit yang kering untuk melembabkan. Luka bakar parsial-

superfisial tanpa disertai oleh eksudat dapat diterapi dengan menggunakan

antibiotik topikal seperti bacitracin. Kadang-kadang penggunaan antibiotika

topikal dapat menyebabkan dermatitis kontak, sehingga penggunaannya perlu

hati-hati. Setelah itu luka dilapisi oleh pelapis yang tidak lengket dan diganti 1

sampai 2 kali perhari.1

Luka bakar dalam dapat diterapi dengan menggunakan silver sulfadiazine

1%. Silver sulfadiazine memiliki spektrum yang luas terhadap bakteri dan

memiliki daya penetrasi jaringan yang lebih baik dibandingkan dengan bacitracin.

Silver sulfadiazine dapat mengganggu proses epitelisasi luka dan penggunaannya

harus dihentikan ketika eksudat sudah tidak ada. Silver sulfadiazine merupakan

obat golongan sulfa dan tidak boleh digunakan pada pasien dengan alergi

sulfonamide. Penggunaannya juga dibatasi pada wanita hamil dan anak dibawah

umur 2 bulan.1

6

Page 7: Jurnal Reading Luka Bakar

Dressing terbuka pada bagian wajah, kepala, serta leher efektif untuk

dilakukan karena kemungkinan kontaminasi sangat kecil. Pada bagian ini dapat

diberikan lapisan tipis bacitracin. Karena sebagian besar pasien tidak ingin

wajahnya dilapisi oleh dressing, maka dressing terbuka dengan pemberian

bacitracin atau silver sulfadiazine dapat diberikan.

Edukasi Pasien

Pasien dan perawat pasien harus diberikan informasi mengenai perawatan

luka bakar serta latihan-latihan yang perlu dilakukan. Selain itu diberikan pula

edukasi mengenai manajemen nyeri, tanda-tanda infeksi, informasi mengenai

proses penyembuhan luka, serta proses pembentukan jaringan parut.

Rehabilitasi dan Manajemen Jaringan Parut

Fase rehabilitasi dari luka bakar dimulai saat penutupan luka sampai

terjadi maturasi jaringan parut. Pertanyaan yang sering ditanyaan oleh pasien dan

perawat pasien adalah mengenai pembentukan jaringan parut. Pasien harus

diinformasikan mengenai jaringan parut merupakan suatu proses yang normal,

akan tetapi jumlah jaringan parut yang terbentuk adalah bervariasi. Semakin

dalam luka maka semakin banyak jaringan parut yang terbentuk. Pembentukan

jaringan parut sangat unik dan bervariasi tergantung dari individu, sehingga hanya

waktu yang dapat menentukan berapa banyak jaringan parut yang akan terbentuk.

Luka bakar yang telah sembuh yang masih hiperemis maupun hipopigmentasi

sangat sensitif terhadap sinar matahari, mudah terbakar oleh cahaya matahari, dan

mungkin dapat terjadi hiperpigmentasi yang permanen. Hal ini dapat dicegah

dengan penggunaan sunblock dan penggunaan pakaian yang menutupi sampai

kulit kembali ke warnanya yang semula. Pasien dengan luka bakar di wajah dan

area persendian memerlukan terapi fisik untuk mencegah terjadinya kontraktur.1

Terdapat beberapa gejala-gejala yang mengganggu selama proses

rehabilitasi, seperti gatal, nyeri, serta gangguan tidur. Gatal dapat menjadi

masalah dan sulit untuk diobati. Gatal biasanya diobati dengan menggunakan

pelembab serta antihistamin. Nyeri dalam fase ini biasanya diterapi dengan

menggunakan NSAID. Gangguan tidur dapat disebabkan oleh beberapa hal,

7

Page 8: Jurnal Reading Luka Bakar

seperti nyeri, gatal, maupun trauma psikologis dan mungkin memerlukan terapi

tambahan serta konseling.

Follow Up

Follow up pada pasien luka bakar bervariasi dari beberapa hari sampai

beberapa minggu. Hal ini tergantung pada derajat luka bakar, riwayat penyakit,

riwayat sosial, riwayat finansial pasien, tempat tinggal, serta tipe dressing yang

digunakan.

Apabila luka bakar tidak sembuh setelah 2 minggu atau 4 minggu, maka

luka bakar lebih dalam dan mungkin memerlukan operasi. Luka ini juga mungkin

akan menimbulkan jaringan parut hipertropik dan mungkin memerlukan

manajemen jaringan parut. Pasien-pasien ini memerlukan rujukan ke pusta luka

bakar untuk evaluasi dan penanganan lebih jauh. Pasien harus diinformasikan

mengenai mengenai manajemen nyeri yang tidak adekuat, tanda-tanda infeksi,

dan segera melapor ke pemberi pelayanan kesehatan apabila terdapat tanda-tanda

tersebut. Walaupun rata-rata luka bakar sembuh dalam sebulan, pasien luka bakar

harus dimonitor terus sampai terjadi maturasi luka bakar tersebut (kuang lebih

selama setahun), yang ditandai dengan kulit yang kembali ke warnanya semula.1

Rujukan

American Burn Association (ABA) telah mempublikasikan kriteria pasien

yang harus dirujuk ke pusat luka bakar yang lebih tinggi. Setengah dari pasien

yang dirawat bukan di pusat perawatan luka bakar ternyata memenuhi kriteria

rujukan, dan banyak pasien yang dirawat bukan di pusat luka bakar ternyata di

pulangkan dan menjalani perawatan rawat jalan sehingga dapat menimbulkan

morbiditas.2

Pasien dengan luka bakar dan trauma penyerta ( seperti fraktur)

Luka bakar pada anak-anak

Luka bakar pasien yang membutuhkan dukungan sosial, emosional,

dan rehabilitasi yang lebih

Pasien luka bakar dengan penyakit penyerta yang mempengaruhi

8

Page 9: Jurnal Reading Luka Bakar

manajemen

Luka bakar yang meliputi wajah, tangan, kaki, genitalia, perineum,

serta sendi mayor

Luka bakar kimia

Luka bakar listrik

Trauma inhalasi

Luka bakar derajat 2 lebih dari 10% dari luas permukaan tubuh

Luka bakar derajat 3

Pencegahan

Penanganan pasien luka bakar sangat penting, akan tetapi pencegahan

terhadap luka bakar lebih baik untuk dilakukan. Pemberi pelayanan kesehatan

harus memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai pencegahan

luka bakar. Hal yang sama seperti edukasi diet, pengehentian merokok, dan olah

raga, pencegahan terhadap luka bakar harus diinformasikan kepada pasien ditiap

kunjungan rumah sakit.2

Luka bakar sangat sering terjadi pada anak-anak. Hal ini biasanya

disebabkan karena kontak dengan benda-benda yang panas atau cairan yang

panas. Luka bakar yang berhubungan dengan api biasanya mengenai anak yang

berumur antara 6 sampai 16 tahun, karena anak-anak pada rentang umur ini

biasanya suka berkesperimen dengan korek api, bensin, dan minyak tanah.

Kebanyakan luka bakar dapat dicegah, sehingga penting untuk dilakukan edukasi

kepada keluarga bahaya-bahaya yang mungkin timbul dari penggunaan alat-alat

rumah tangga.2

9