jurnal reading kulit1

14
SERUM TOTAL IMMUNOGLOBULIN E PADA PASIEN DENGAN ALOPESIA AREATA *Ola Ahmed Bakry, Rania Mohamed Azmy El Shazly1, Mohamed Ahmed Basha, Hanan Mostafa *Department of Dermatology, Andrology and STDs, Medical Biochemistry, Faculty of Medicine, Menoufiya University, Menoufiya, Egypt ABSTRAK Konteks : Alopecia areata (AA) adalah kerontokan rambut yang terlokalisasi dan tanpa luka. Pathogenesis penyakit ini belum diketahui. Bukti sebelumnya mengatakan adanya keterlibatan sitokin Th2. Tujuan : untuk menentukan jumlah serum total IgE yang mana dipengaruhi oleh Th2. Metode : lima subjek dengan AA (28 laki-laki dan 22 wanita) dipilih dari klinik rawat jalan kulit, Menoufiya University Hospital, dari Februari 2012 sampai Desember 2012. Subjek dengan kondisi lain yang dapat meningkatkan serum IgE dieksklusi dari penelitian. Usia 50-an dan kesesuaian jenis kelamin dari subjek yang sehat dipilih sebagai grup kontrol. Sampel darah vena diambil dari grup kasus dan kontrol untuk diukur serum total IgE-nya menggunakan ELISA. Biopsy kulit diambil dari area kerontokan rambut dari setiap grup kasus. Hasil : serum total IgE meningkat pada 27 kasus (54%). Range nilainya dari 13,5 IU/ml sampai 780 IU/ml. Ada perbedaan yang signifikan secara statistik antara grup kasus dan kontrol (p<0,05). Nilai rata-rata IgE tidak signifikan dengan keparahan penyakit, usia pasien, jenis kelamin, lama sakit, 1

Upload: sarah-sabrina

Post on 15-Nov-2015

7 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

jurnal reading

TRANSCRIPT

SERUM TOTAL IMMUNOGLOBULIN EPADA PASIEN DENGAN ALOPESIA AREATA*Ola Ahmed Bakry, Rania Mohamed Azmy El Shazly1, Mohamed Ahmed Basha, Hanan Mostafa*Department of Dermatology, Andrology and STDs, Medical Biochemistry, Faculty of Medicine, Menoufiya University, Menoufiya, Egypt

ABSTRAKKonteks : Alopecia areata (AA) adalah kerontokan rambut yang terlokalisasi dan tanpa luka. Pathogenesis penyakit ini belum diketahui. Bukti sebelumnya mengatakan adanya keterlibatan sitokin Th2. Tujuan : untuk menentukan jumlah serum total IgE yang mana dipengaruhi oleh Th2.Metode : lima subjek dengan AA (28 laki-laki dan 22 wanita) dipilih dari klinik rawat jalan kulit, Menoufiya University Hospital, dari Februari 2012 sampai Desember 2012. Subjek dengan kondisi lain yang dapat meningkatkan serum IgE dieksklusi dari penelitian. Usia 50-an dan kesesuaian jenis kelamin dari subjek yang sehat dipilih sebagai grup kontrol. Sampel darah vena diambil dari grup kasus dan kontrol untuk diukur serum total IgE-nya menggunakan ELISA. Biopsy kulit diambil dari area kerontokan rambut dari setiap grup kasus. Hasil : serum total IgE meningkat pada 27 kasus (54%). Range nilainya dari 13,5 IU/ml sampai 780 IU/ml. Ada perbedaan yang signifikan secara statistik antara grup kasus dan kontrol (p 3 patch alopesia, atau satu patch alopesia > 3 cm tanpa alopesia total atau alopesia universalis. Berat: alopesia totalis atau alopesia universalis. Ophiasis: plak berbentuk ular hingga batas kulit kepala atau kerontokan rambut berbentuk gelombang pada kepala.Pasien dengan satu atau lebih hal berikut akan dieksklusi :1. Atopi atau berbagai bentuk alergi. Diketahui dari : Anamnesis (riwayat saat ini atau lalu mengalami dermatitis atopic, asma dan/atau rhinokonjungtivitis alergi pada pasen dan/atau keluarga) Pemeriksaan klinis (kulit, mata, dada dan THT) Skin prick test 2. Infeksi bakteri, virus dan/atau parasit.3. Merokok4. Menggunakan obat topical atau sistemik.5. Mendapatkan Psoralen + UVA (PUVA), pada 6 bulan terakhir sebelum penelitian.6. Sindrom IgE berlebih dan fase akut dari sindrom koroner.7. Riwayat keganasan pada masa lalu dan saat ini.

Pengukuran total serum IgESubjek kasus dan kontrol diukur jumlah total serum IgE-nya menggunakan ELISA dari Immunospec Corporation, Canoga Park CA.

Pengambilan biopsy kulitSampel biopsy kulit diambil di bawah pengaruh anestesi dari setiap grup kasus dari area kerontokan rambut. Semua spesimen difiksasi dalam larutan formalin 10%.

Prosedur statistikHasil dikumpulkan, ditabulasikan, dianalisis secara statitik menggunakan SPSS versi 11. Data diuraikan secara statistik dalam range, mean, standar deviasi, frekuensi (jumlah kasus) dan frekuensi relatif (persentase).kruskal-Wallis test digunakan untuk membandingkan antara 3 atau lebih grup yang terdistribusi tidak normal yang memiliki variabel kuantitatif. Perbandingan variabel kuantitatif dilakukan menggunakan Mann-Whitney test untuk sampel independen. Hubungan antara infiltrasi sel inflamasi dan nilai laborat dianalisis menggunakan Pearsons correlation test. Nilai p0,05), lama sakit (p>0,05), dan lokasi yang terkena dan riwayat AA keluarga positif (Tabel 3).Jumlah serum IgE tidak berkorelasi dengan infiltrasi sel mononuclear perifolikular atau hitung eosinofil (p>0,05) (Tabel 4).

DISKUSIImunoglobulin E memainkan peran penting dalam pathogenesis penyakit alergi. Proses yang termasuk dalam produksi IgE oleh sel B adalah germline transcript expression, perubahan kelas IgE, perkembangan klon sel B, dan perbedaan menjadi IgE-secreting plasma cell.AA dipercaya sebagai penyakit autoimun yang organ-spesifik, mengarah pada anagen-stage follicle yang mana akan menjadi gangguan pertumbuhan folikel rambut.Walaupun peningkatan jumlah sitokin Th1 (interferon dan IL-2) pada lesi kulit AA sudah pernah dilaporkan, respon imun Th2 juga terlibat dalam pathogenesis AA.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi serum total IgE pada pasien AA yang berkebangsaan Mesir untuk meneliti peran sitokin Th2 yang mana diketahui dapat menstimulasi produksi IgE dalam pathogenesis AA.Dalam penelitian terkini, serum total IgE meningkat pada 27 kasus (54%) dengan perbedaan yang signifikan pada nilai mean antara kasus dan kontrol.Hubungan jumlah serum IgE dan AA telah diteliti sebelumnya dengan hasil yang bermacam-macam. Przybilla et al menemukan peningkatan total IgE pada 19,7% pasien AA. Kemudian OLoughlin et al menemukan peningkatan serum total IgE pada 30% pasien AA. Kasumagic-Halilovic dan Prohic juga menemukan peningkatan total IgE pada 37% pasien AA. Attia et al menemukan peningkatan total IgE pada 48,3% pasien AA Mesir. Zuel Fakkar et al menemukan peningkatan total IgE pada 50% kasus penelitian MEsir. Zhao et al menemukan peningkatan signifikan IgE pada AA dibandingkan grup kontrol yang sehat. Bork et al juga menemukan peningkatan signifikan pada serum IgE pada anak-anak AA (32%).Berbeda dari hasil penelitian ini, jumlah serum total IgE tidak meningkat pada pasien AA yang dibandingkan dengan populasi normal pada penelitian sebelumnya. Ketidaksesuaian ini dapat menunjukkan perbedaan jumlah pasien yang terlibat dan faktor lingkungan yang mana mempengaruhi jumlah IgE.Mekanisme peningkatan IgE pada AA belum diketahui secara pasti. Berbagai sitokin mengontrol produksi IgE. IL-4, IL-6, IL-7, IL-9, IL-13, meningkatkan produksi IgE. Sebaliknya, IFN- dan IL-10 menghambat sintesis IgE.Arps dan Kolsch melaporkan bahwa kekurangan IL-10 pada tikus memperlihatkan peningkatan rasio CD4 : CD8 sel T yang mengindikasikan kemampuan yang lebih tinggi untuk mengaktivasi sel B yang menyebabkan peningkatan IgE. Berdasarkan penelitian ini, ekspresi mRNA Il-10 intralesi muncul pada pasien dengan AA. Oleh karena itu, peningkatan serum IgE pasien AA dapat merefleksikan defisiensi IL-10 berhubungan dengan stimulasi sel B. Penelitian lebih lanjut dalam skala yang besar diperlukan untuk membuktikan penelitian ini.Penjelasan lain mengenai hal ini ada pada penelitian Katagiri et al yang melaporkan jumlah IFN- yang rendah, dan TGF-1 mRNA pada pasien non atopic dibandingkan grup kontrol yang sehat. Penurunan jumlah IFN- dan TGF-1 juga diperlihatkan pasien dermatitis atopic. Hasil ini mengindikasikan kesamaan antara dermatitis atopic dan AA berdasarkan profil sitokin. Penurunan jumlah sitokin tersebut menyebabkan peningkatan produksi IgE. Penelitian Deeths et al memperlihatkan bahwa antigen spesifik sel T dari pasien AA memiliki defek pada produksi IFN- .Berkebalikan dari hasil penelitian ini, Teraki et al melaporkan bahwa jumlah serum IFN- meningkat signifikan pada pasien AA yang luas. Gregoriou et al menyimpulkan bahwa peningkatan jumlah serum IFN- pada pasien AA mencerminkan keadaan inflamasi, khususnya pada bentuk penyakit yang luas, dan pengukuran serum IFN- dapat berguna untuk membedakan siapa yang mungkin berkembang menjadi alopesia universalis atau sebagai indicator prognostic.Peningkatan serum IgE pada pasien AA juga karena peningkatan TNF- yang diketahui memainkan peran kunci dalam pathogenesis AA. TNF- disintesis di keratinosit epidermal dengan beberapa sitokin yang lain dan merupakan penghambat proliferasi yang poten. TNF- dapat meningkatkan jumlah IgE dengan membuat lingkungan mikro yang kaya akan sitokin Th2, Il-4 dan IL-13 yang menstimulasi perubahan kelas IgE.Sebagai tambahan, dalam serum pasien AA mengandung jumlah sel B activating factor (BAFF) yang sangat tinggi yang diproduksi sel myeloid. Produksi BAFF distimulasi oleh IFN- yang meningkat pada pasien AA berat.Penelitian sebelumnya melaporkan jumlah serum IL-4 yang tinggi pada kasus AA dibandingkan subjek yang normal. IL-4 adalah stimulant untuk produksi IgE.Mekanisme lain peningkatan jumlah IgE pada pasien AA bisa juga karena ekspresi berlebih CD40. CD40 termasuk ke dalam molekul permukaan yang homolog dengan reseptor faktor pertumbuhan saraf dan diekspresikan oleh sel B. Zhang et al mengusulkan bahwa stimulasi CD40 saja dapat meningkatkan produksi IgE dari sel yang dapat memproduksi IgE secara in vivo. CD40 juga diekspresikan pada struktur rambut termasuk di papilla dermis pada lesi AA.Penjelasan lain dari peningkatan IgE pada pasien AA ialah dari genetik. Banyak lokus genetik dan gen telah dihubungkan dengan etiologi penyakit alergi. Penyakit atopic terjadi dengan insidensi bervariasi mulai dari 1% - 52% pada pasien AA juga merupakan kelanjutan dari atopic yang berat dan memiliki onset awal dan durasi yang lama dengan respon terapi yang rendah.Hubungan antara atopi dan lokus genetik 11q13 ditemukan oleh Young et al. Beberapa penelitian menyatakan bahwa lokus genetik 11q13 berisi gen lain yaitu FCRI yang mengkode reseptor IgE-high affinity rantai (FCRI). Gen untuk genotip rantai Ig berat (Gm) dan ringan (Km) ditemukan dalam kromosom 14 manusia yang juga berimplikasi pada kerentanan AA. Attia et al melaporkan bahwa peningkatan serum IgE pada pasien AA mungkin berhubungan dengan profil HLA. Peningkatan IL-4 dan IgE ditemukan pada pasien dengan DRB1*07 dan DRB1*11.Dengan mempertimbangkan perubahan histopatologi, panelitian kami menunjukkan infiltrasi eosinofil perifolikular pada 50% grup kasus. Zhao et al melaporkan adanya infiltrasi eosinofil disekitar folikel rambut pada AA tipe patchy. Elston et al mendeteksi eosinofil pada semua tingkat AA. Peckham et al mendeteksi adanya eosinofil pada jalur fibrosa dan pada infitrat peribulbar pada 44% biopsy pasien AA dan menyimpulkan bahwa infiltrasi eosinofil pada jalur fibrosa dan dekat akar rambut dapat membantu mendiagnosis AA, khususnya saat spesimen biopsy menunjukkan hasil infiltrate limfosit peribulbar yang kurang.Telah didalilkan bahwa eosinofil yang aktif dapat mendasari peningkatan jumlah serum total IgE pada pasien eosinophilic pneumonia. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengkonfirmasi apakah hal ini benar untuk AA atau tidak.Pada penelitian terkini ada perbedaan signifikan pada mean jumlah IgE pasien AA dengan keparahan penyakit yang berbeda. Sama dengan Kasumagic-Halilovic dan Prohic dan Zuel Fakkar et al. berkebalikan dengan penemuan kami, Attia et al melaporkan peningkatan signifikan IgE pada alopesia universalis dibandingkan AA tipe patch dan alopesia totalis. Hal ini bisa karena perbedaan proporsi tingkat keparahan pada kedua penelitian.Ada variasi yang tidak signifikan pada mean jumlah IgE pada kasus AA dengan lama sakit yang berbeda. Zuel Fakkar dan Attia et al menemukan hubungan signifikan antara peningkatan IgE dan lama sakit. Nilai yang lebih tinggi dilaporkan pada pasien yang sakit lebih dari 1 tahun. Kontroversi ini karena perbedaan karakteristik klinis pada kelompok kasus di setiap penelitian.Perbedaan tidak signifikan pada jumlah IgE diantara kasus sehubungan dengan usia dan jenis kelamin dalam penelitian kami sama dengan penemuan Zuel Fakkar et al.Saat ini, tidak ada korelasi antara nilai IgE dan hitung eosinofil pada lesi. Hasil yang sama pada Zhao et al pada populasi penelitian pasien AA tipe patch .Intinya peningkatan IgE pada kasus AA menyebabkan perubahan dari respon Th1 pada AA awal untuk menjadi imun Th2 yang kronis dengan stimulasi sel B dan perubahan kelas IgE. Infiltrasi eosinofil dan/atau faktor genetik dapat berpengaruh pada peningkatan. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menghasilkan kesimpulan yang lebih kuat. 9