jurnal penelitian, pengembangan ilmu manajemen dan akuntansi … · 2020. 12. 1. · jurnal...
TRANSCRIPT
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia November 18
InoVasi Volume 18 ; November 2018 Page 1683
PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE SERTA KARAKTERISTIK
PERUSAHAAN PADA STRUKTUR MODAL DAN NILAI PERUSAHAAN
(STUDI KASUS PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERGOLONG LQ 45
YANG TERCATAT DI BEI 2011-2015 )
Disusun Oleh:
Sukiranto, S.E., M.Ak
NIDN : 0408016602
STIE PUTRA PERDANA INDONESIA
Email: [email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menguji Pengaruh Good Corporate Governance dan
Adopsi IFRS serta Karakteristik Perusahaan pada Struktur Modal” Study kasus Perusahaan
yang Tergolong LQ45 yang terdaftar di BEI Periode 2011-2015. Hasil penelitian
Profitability, Size perusahaan, Growth, adopsi IFRS, Institutional Ownership serta Komisaris
Independen berpengaruh positif terhadap struktur Modal, sedangkan Tangibility dan Liquidity
serta Manejerial Ownership berpengaruh Negatif terhadap Struktur modal.
Temuan lainnya membuktikan bahwa mekanisme corporate governance tidak mampu
memperkuat pengaruh adopsi IFRS terhadap Struktur Modal. Pengukuran mekanisme
corporate governance dengan menggunakan nilai komposit GCG kurang mampu
merefleksikan Modal Kerja Perusahaan, karena hasil self assessment cenderung mengandung
unsur subjektivitas. Adanya tekanan regulasi juga menyebabkan perusahaan tidak
sepenuhnya memenuhi tanggung jawabnya kepada stakeholders. Implikasi dari penelitian
ini adalah yang tergolong LQ45 harus menerapkan mekanisme corporate governance
dengan lebih baik lagi sehingga tanggung jawabnya kepada stakeholders dapat terpenuhi dan
bukan hanya sekedar untuk memenuhi tuntutan regulasi dan kepentingan sekelompok
stakeholders.
Kata kunci : Profitability, Size perusahaan, Growth, Tangibility, Liquidity, adopsi IFRS,
Good Corporate Governance, Struktur Modal
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia November 18
InoVasi Volume 18 ; November 2018 Page 1684
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
a. Isu Fenomena
Isu yang banyak diperbincangkan di lingkungan bisnis terutama dalam kalangan akuntan
saat ini adalah mengenai adanya Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) menuju
International Financial Reporting Standard (IFRS). PSAK adalah salah satu standar yang
digunakan untuk pelapora keuangan di Indonesia selain SAK ETAP, SAK Syariah dan
Standar Akuntansi Pemerintahan.
PSAK ini digunakan sebagai pedoman para akuntan untuk membuat laporan keuangan
perusahaan. Dalam rangka menghadapi era Asean Economic Community (AEC) atau
Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), sebenarnya sudah disepakati dan sudah diberlakukan
mulai dari tahun 2015, di Indonesia dimana dalam menghadapi berlakunya MEA banyak
menghadapi tantangan dan tantangan tersebut bisa dari baik eksternal maupun internal.
Standar akuntansi keuangan merupakan pedoman untuk menyusun laporan keuangan
perusahaan.
Pada tahun 2008, Indonesia memutuskan untuk mengadopsi International Financial
Reporting Standards (IFRS) ke dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang
akan berlaku efektif pada tahun 2012. Khusus untuk lembaga perbankan penerapannya akan
diberlakukan pada periode yang dimulai pada 1 Januari 2010. Sebagaimana pengumuman
yang dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) melalui Surat Edaran
No. 1705/DSAK/IAI/XII/2008 yang berisikan bahwa DSAK IAI mengubah tanggal efektif
pemberlakuan PSAK 50 (revisi 2006) tentang Instrumen Keuangan : Penyajian dan
Pengungkapan yang diadopsi dari IAS 32 dan PSAK 55 (Revisi 2006) tentang Instrumen
Keuangan : Pengakuan dan Pengukuran yang diadopsi dari IAS 39, yang semula
berlaku efektif 1 Januari 2009 diubah menjadi 1 Januari 2010.
Salah satu industri yang akan menghadapi persaingan ketat dengan berlakunya MEA
adalah industri manufaktur. Karena dengan adanya MEA ini barang-barang akan masuk ke
Indonesia dengan bebas, dengan harga yang lebih murah, terutama barang dari Cina akan
masuk di Indonesia dengan harga yang sangat murah. Hal ini akan mengganggu produksi di
dalam negeri. Dimana biaya operasional di Indonesia semakin tinggi, terutama biaya tenaga
kerja yang selalu menuntut kenaikan upah, terutama kenaikan UMR yang akan berakibat
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia November 18
InoVasi Volume 18 ; November 2018 Page 1685
dengan menaiknya biaya produksi. Dimana biaya produksi dalam negeri akan lebih tinggi
yang akan berpengaruh kepada harga pokok produk tersebut. Dan produk yang dihasilkan
bila dijual dipasar akan lebih mahal bila dibandingkan dengan harga impor dari negara Asean
terutama negara Cina. Untuk kelangsungan hidup perusahaan, perlu adanya pengelolaan yang
efektif. Perusahaan harus memperhatikan tata kelola perusahaan dalam operasionalnya
perusahaan tidak hidup sendiri, melainkan bersama lingkungan sekitar. Oleh karena itu
perusahaan harus menjaga lingkungannya agar secara timbal balik, baik perusahaan
maupun masyarakat tidak ada yang dirugikan
Struktur modal merupakan salah satu keputusan keuangan yang kompleks karena
berhubungan dengan variabel keputusan keuangan lainnya. Untuk mencapai tujuan
perusahaan dalam memaksimalisasi kekayaan pemilik, manajer keuangan harus dapat menilai
struktur modal perusahaan dan memahami hubungannya dengan risiko, hasil atau
pengembalian dan nilai. Keputusan struktur modal perusahaan yang buruk dapat
menimbulkan biaya modal yang tinggi.
Atas dasar perbedaan kepentingan antara manajer dan pemegang saham, maka akan
muncul konflik kepentingan antara manajer dengan pemegang saham, dimana manajer tidak
bertindak untuk kepentingan pemegang saham. Teori agency lahir karena adanya beda
kepentingan antara manager dengan pemegang saham.
Moon (2011) menyatakan kepemilikan manajerial (insider ownership) merupakan bagian
dari struktur kepemilikan yang dapat mempengaruhi kinerja dan nilai perusahaan melalui
mitigasi biaya keagenan perusahaan. Kepemilikan manajerial dapat membantu mensejajarkan
kepentingan manajerial dengan pemegang saham eksternal.
Faktor lain yang tak kalah penting dan dapat memengaruhi keputusan pendanaan serta
nilai perusahaan adalah Good Corporate Governance (GCG). Perusahaan harus dikelola
secara baik dengan menganut prinsip-prinsip GCG, karena semakin baik perusahaan
menerapkan GCG, maka akan semakin baik stuktur modal perusahaan.
Skandal akuntansi dalam laporan keuangan perusahaan – perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia, seperti insider trading saham PT Bank Central Asia, Tbk serta
overstated laporan keuangan PT Kimia Farma, Tbk. ( 2010). Lippo Bank ( 2012) dan pada
tahun 2016 banyaknya peserta program tax Amenesty yang telah diikuti oleh wajib pajak
yang memiliki saham pada Perusahaan yang Tergolong LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Seperti Murdaya Poo yang memiliki perusahaan – perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia antara lain PT. Berca Indonesia Kentjana Sakti, PT. Altrak, PT.
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia November 18
InoVasi Volume 18 ; November 2018 Page 1686
Karunia Berca, PT. Handaya Aneka Shoes, PT. Karunia Berca, PT. Handaya Aneka Shoes,
PT. Barca Handaya perkasa, PT. Yamatake Berca, Indonesia, PT. Bina Balantak Raya dan
lain – lain. Dan Aburizal Bakrie antara lain PT. Pan Brother, hal ini menunjukkan bahwa
perusahaan – Perusahaan yang Tergolong LQ45 selama ini memiliki tingkat integritas
laporan keuangan rendah. Dan Integritas laporan keuangan salah satu dipengaruhi oleh tata
kelola perushaan ( GCG), dengan pola kepemilikan saham yang terungkap dalam mekanisme
GCG belum diterapkan secara konsisten.
Adanya keterkaitan antara penerapan GCG dengan struktur modal juga diungkapkan oleh
Chitiavi, et al. (2013). Namun, selain mempengaruhi keputusan keuangan, menurut Javed dan
Iqbal (2007) penerapan GCG secara benar juga dapat meningkatkan struktur modal
perusahaan.
b. Research Gap.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti bermaksud menguji dan menjelaskan kembali hasil
yang tidak konsisten dari penelitian sebelumnya tentang determinan struktur modal dan
pengaruhnya terhadap nilai perusahaan. Bukti empiris pada penelitian-penelitian sebelumnya
tidak konsisten yang memungkinkan adanya penjelasan-penjelasan tambahan mengenai
perbedaan hasil-hasil penelitian tersebut.
Adanya perusahaan yang banyak perusahaan yang mengikuti tax amesty, yang
menunjukkan integritas laporan keuangan dipengaruhi oleh tata kelola perushaan (GCG),
dengan pola kepemilikan saham yang terungkap dalam mekanisme GCG belum diterapkan
secara konsisten.
Atas dasar ini, peneliti tertarik untuk menganalisis bagaimana kinerja Perusahaan yang
Tergolong LQ45 dipengaruhi oleh struktur modal, struktur kepemilikan dan Good Corporate
Governance (GCG) dengan judul “ Pengaruh Good Corporate Governance dan Adopsi
IFRS serta Karakteristik Perusahaan pada Struktur Modal” Study kasus Perusahaan
yang Tergolong LQ45 yang terdaftar di BEI Periode 2011-2015”.
1.2.1. Identifikasi Masalah
Masalah dalam penelitian ini diidentifikasi sebagai berikut:
a. Kepemilikan institusional sebagai alat monitoring yang efektif dalam mengontrol
perilaku manajer agar sesuai dengan kepentingan pemegang saham, kebijakan struktur
modal akan dipengaruhi oleh investor institusional.
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia November 18
InoVasi Volume 18 ; November 2018 Page 1687
b. Tata kelola perusahaan (corporate governance) merupakan salah satu sistem kontrol
yang dapat membantu perusahaan untuk mencapai tujuannya, sehingga kinerja
perusahaan menjadi lebih baik yang dapat mempengaruhi kebijakan struktur modal.
c. Peran komisaris independen sangat berarti dalam mengontrol perilaku direksi agar
operasional perusahaan berjalan sesuai aturan.
d. Peran Adopsi IFRS dimana merupakan salah satu sistem kontrol yang dapat membantu
perusahaan untuk mencapai tujuannya, sehingga kinerja perusahaan menjadi lebih baik
yang dapat mempengaruhi kebijakan struktur modal.
e. Kesempatan bertumbuh menunjukan kondisi perusahaan sedang dalam posisi baik untuk
berinvestasi, sehingga perusahaan membutuhkan modal besar, dan hal ini akan
mempengaruhi kebijakan struktur modal.
f. Laba perusahaan dapat dijadikan sumber dana internal yang memiliki biaya paling murah
dibandingkan sumber dana eksternal. Hal ini akan mempengaruhi kebijakan struktur
modal.
g. Likuditas perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membiayai
kewajiban jangka pendeknya, jika perusahaan dalam kondisi kesulitan likuiditas, maka
perusahaan akan memanfaatkan hutang untuk menambah modal, sehingga
mempengaruhi kebijakan struktur modal.
h. Arus kas menjadi penting dalam mendukung kelancaran operasional perusahaan, jika
perusahaan dalam kondisi krisis arus kas, maka akan diperlukan sumber dana eksternal,
hal ini akan mempengaruhi struktur modal.
i. Likuditas yang tinggi akan memudahkan perusahaan untuk memenuhi semua kewajiban
jangka pendeknya, hal ini akan mempengaruhi struktur modal perusahaan.
j. Ukuran perusahaan menunjukkan besar kecilnya perusahaan, semakin besar perusahaan,
maka akan semakin besar kebutuhan perusahaan terhadap modal, hal ini akan
mempengaruhi kebijakan struktur modal.
1.2.2. Batasan Masalah
Masalah dalam penelitian ini dibatasi oleh beberapa hal, antara lain:
a. Faktor firm characteristic atau kondisi internal perusahaan hanya ditinjau dari faktor
profitability, size, tangibility, growth, liquidity.
b. Faktor Adopsi IFRS
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia November 18
InoVasi Volume 18 ; November 2018 Page 1688
c. Faktor GCG hanya ditinjau dari faktor kepemilikan manajerial, kepemilikan
institusional, dan komisaris independen.
d. Objek penelitian hanya dilakukan pada Perusahaan yang Tergolong LQ45 yang terdaftar
di BEI Periode 2011-2015.
1.2.3. Pertanyaan Penelitian
Masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
a. Apakah profitability sebagai proksi dari firm characteristic secara parsial berpengaruh
terhadap capital structure pada Perusahaan yang Tergolong LQ45 yang terdaftar di BEI?
b. Apakah IFRS berpengaruh negatif terhadap capital structure pada Perusahaan yang
Tergolong LQ45 yang terdaftar di BEI?
c. Apakah size sebagai proksi dari firm characteristic secara parsial berpengaruh terhadap
capital structure pada Perusahaan yang Tergolong LQ45 yang terdaftar di BEI?
d. Apakah tangibility sebagai proksi dari firm characteristic secara parsial berpengaruh
terhadap capital structure pada Perusahaan yang Tergolong LQ45 yang terdaftar di BEI?
e. Apakah growth sebagai proksi dari firm characteristic secara parsial berpengaruh
terhadap capital structure pada Perusahaan yang Tergolong LQ45 yang terdaftar di BEI?
f. Apakah liquidity sebagai proksi dari firm characteristic secara parsial berpengaruh
terhadap capital structure pada Perusahaan yang Tergolong LQ45 yang terdaftar di BEI?
g. Apakah managerial ownership sebagai proksi dari ownership structure secara parsial
berpengaruh terhadap capital structure pada Perusahaan yang Tergolong LQ45 yang
terdaftar di BEI?
h. Apakah institutional ownership sebagai proksi dari ownership structure secara parsial
berpengaruh terhadap capital structure pada Perusahaan yang Tergolong LQ45 yang
terdaftar di BEI?
i. Apakah komisaris independen secara parsial berpengaruh terhadap capital structure pada
Perusahaan yang Tergolong LQ45 yang terdaftar di BEI?
j. Apakah profitability, size, tangibility, growth, dan liquidity, sebagai proksi dari firm
characteristic secara bersama-sama berpengaruh terhadap capital structure pada
Perusahaan yang Tergolong LQ45 yang terdaftar di BEI?
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia November 18
InoVasi Volume 18 ; November 2018 Page 1689
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah uraikan, tujuan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Untuk menganalisis pengaruh profitability sebagai proksi dari firm characteristic secara
parsial terhadap capital structure pada Perusahaan yang Tergolong LQ45 yang terdaftar
di BEI.
b. Untuk mengetahui apakah IFRS berpengaruh negatif terhadap capital structure pada
Perusahaan yang Tergolong LQ45 yang terdaftar di BEI
c. Untuk menganalisis pengaruh size sebagai proksi dari firm characteristic secara parsial
terhadap capital structure pada Perusahaan yang Tergolong LQ45 yang terdaftar di BEI.
d. Untuk menganalisis pengaruh tangibility sebagai proksi dari firm characteristic secara
parsial terhadap capital structure pada Perusahaan yang Tergolong LQ45 yang terdaftar
di BEI.
e. Untuk menganalisis pengaruh growth sebagai proksi dari firm characteristic secara
parsial terhadap capital structure pada Perusahaan yang Tergolong LQ45 yang terdaftar
di BEI.
f. Untuk menganalisis pengaruh liquidity sebagai proksi dari firm characteristic secara
parsial terhadap capital structure pada Perusahaan yang Tergolong LQ45 yang terdaftar
di BEI.
g. Untuk menganalisis pengaruh managerial ownership sebagai proksi dari ownership
structure secara parsial terhadap capital structure pada Perusahaan yang Tergolong
LQ45 yang terdaftar di BEI.
h. Untuk menganalisis pengaruh institutional ownership sebagai proksi dari ownership
structure secara parsial terhadap capital structure pada Perusahaan yang Tergolong
LQ45 yang terdaftar di BEI.
i. Untuk menganalisis pengaruh komisaris independen secara parsial terhadap capital
structure pada Perusahaan yang Tergolong LQ45 yang terdaftar di BEI.
j. Untuk menganalisis pengaruh profitability, size, tangibility, growth, dan liquidity,
sebagai proksi dari firm characteristic secara bersama-sama terhadap capital structure
pada Perusahaan yang Tergolong LQ45 yang terdaftar di BEI.
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia November 18
InoVasi Volume 18 ; November 2018 Page 1690
1.4. Kontribusi Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memiliki nilai guna baik secara teoritis (positif)
maupun secara praktis (normatif).
1.4.1. Kontribusi secara Teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan :
a. Dapat memberikan kontribusi konseptual bagi pengembangan ilmu dan pengetahuan di
bidang manajemen keuangan, khususnya terkait dengan teori struktur modal yaitu
pecking order theory, trade off theory, timing theory, dan signaling theory.
b. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan baru tentang variabel - variabel yang
mempengaruhi struktur modal yang tergolong LQ45 yang terdaftar di BEI.
c. Dapat menjadi bahan kajian bagi para peneliti selanjutnya, khususnya yang berminat
menindaklanjuti penelitian ini dengan harapan dapat melakukan perbaikan terkait
penelitian tentang Determinan Struktur Modal serta Implikasinya yang tergolong LQ45
yang terdaftar di BEI.
1.4.2. Kontribusi secara Praktis
Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pihak-pihak yang
berkepentingan, yaitu :
a. Manajemen Perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pedoman bagi para manajer
Perusahaan yang Tergolong LQ45 dalam menentukan kebijakan dan pengembangan
strategi keuangan terkait dengan upaya perusahaan dalam meningkatkan pemilihan
struktur modal yang optimal berdasarkan karakteristik perusahaan, seperti profitabilitas,
ukuran perusahaan, pertumbuhan, likuiditas yang sedang dihadapi, struktur kepemilikan
dan komisaris independen.
b. Kreditur/Investor
Dengan mengetahui struktur modal optimal, diharapkan penelitian ini dapat memberikan
kontribusi bagi pihak kreditur sebagai pedoman dalam menyalurkan kredit, dan bagi
pihak investor (shareholder dan bondholder) sebagai bagian dari pedoman
pemberdayaan investor (information sharing) untuk menempatkan penyertaan modalnya
kepada perusahaan-perusahaan yang memiliki perimbangan hutang dan modal sendiri
yang favourable.
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia November 18
InoVasi Volume 18 ; November 2018 Page 1691
c. Regulator/Pemerintah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memeberikan bahan masukan bagi Regulator dalam
hal ini Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam penyusunan kebijakan-kebijakan terkait
struktur modal dari perusahaan-perusahaan yang Tergolong LQ45 yang berada dibawah
pengawasannya.
BAB II
TINJAUAN TEORI DAN PENELITIAN TERDAHULU
2.1. Tinjauan Teori
2.1.1. Struktur Modal
Struktur modal (capital structure) merupakan bagian dari keputusan pendanaan.
Dengan pengertian lain, struktur modal adalah penggunaan sumber pendanaan yang
permanen, yaitu utang jangka panjang, saham preferen dan modal pemegang saham. Menurut
Megginson (1997), struktur modal adalah bauran relatif dari sekuritas utang dan ekuitas
dalam struktur keuangan jangka panjang suatu perusahaan. Sedangkan Weston & Copeland
(1995) mengemukakan struktur modal adalah cara bagaimana perusahaan mendanai
aktivanya. Megginson (1997) mengemukakan bahwa pilihan struktur modal dapat dianalisis
dengan tiga pendekatan sebagai berikut :
a. The agency theory/trade off theory, struktur modal yang diamati adalah hasil trade off
atas keuntungan pajak dari meningkatnya biaya keagenan karena rasio utang mendekati
tingkat kritis.
b. The pecking order theory, para manajer mempunyai informasi yang lebih baik tentang
peluang investasi yang dihadapi perusahaan dibanding investor luar (asymetric
information) dan para manajer bertindak yang terbaik untuk kepentingan pemegang
saham.
c. The signaling model of financial structure, mengasumsikan adanya asymetric
information antara manajer dan investor tetapi para manajer menggunakan informasi
yang mahal untuk membedakan perusahaannya dengan para pesaingnya yang lebih
lemah.
Berikut penjelasan dari teori-teori sebagai pijakan dari perkembangan teori struktur modal,
yang meliputi : Modigliani & Miller Theory, Trade-off Theory, Pecking-Order Theory dan
Signaling Theory.
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia November 18
InoVasi Volume 18 ; November 2018 Page 1692
2.1.1.1. Teori Modigliani & Miller (MM)
Teori struktur modal modern dimulai ketika Modigliani & Miller 1958 dalam
artikelnya berjudul “the cost of capital, corporate finance and the theory of investment”
dikenal sebagai artikel keuangan yang sangat berpengaruh dan pernah ditulis Brigham &
Daves (2004). Berdasarkan serangkaian asumsi yang sangat membatasi, MM membuktikan
bahwa nilai suatu perusahaan tidak dipengaruhi oleh struktur modalnya. Dengan kata lain,
MM menyatakan bahwa tidak menjadi persoalan dalam hal perusahaan membiayai
operasinya, artinya tidak ada hubungan antara nilai perusahaan dengan struktur modalnya.
Dengan demikian, struktur modal perusahaan adalah tidak relevan.
2.1.1.2. Trade-off Theory
Asumsi yang tidak realistis pada teori struktur modal MM bisa dikatakan sebagai
dasar yang mengarah pada perkembangan lahirnya teori trade-off. Teori ini sebagaimana
dikutip Ross, et al. (2005 : 179) menyatakan bahwa perusahaan akan meminjam hingga suatu
titik dimana manfaat pajak dari tambahan utang akan menyamai biaya yang berasal dari
kemungkinan kesulitan keuangan (financial distress costs). Teori ini bisa menjawab bukti
empiris bahwa tidak pernah ada keputusan pendanaan perusahaan yang menggunakan
sepenuhnya dari utang. Alasan yang paling mendasar, bahwa semakin banyak utang, maka
akan semakin tinggi peluang kebangkrutan, yang disebabkan oleh semakin tingginya bunga
utang yang harus dibayar. Dampak selanjutnya perusahaan akan terancam bangkrut, karena
tidak mampu membayar bunga kepada kreditur.
2.1.1.3. Pecking Order Theory
Berdasarkan Pecking Order Theory yang dikembangkan oleh Myers dan Majluf
pada tahun 1984, suatu perusahaan melakukan keputusan pendanaan secara hierarki dari
pendanaan internal ke eksternal. Pecking Order Theory ini menganut keputusan pendanaan
dengan urutan preferensi logis investor terhadap prospek perusahaan dan konsisten pada
tujuan agar manajer dapat memaksimumkan kemakmuran pemegang saham.
Ross, et al. (2010) menyebutkan bahwa Pecking Order Theory adalah salah satu
teori yang berdasarkan pada informasi asimetri. Informasi asimetri akan mempengaruhi
struktur pendanaan perusahaan dengan cara membatasi akses pada sumber pendanaan
eksternal. Myers dan Majluf (1984) menunjukan bahwa dengan adanya asimetri informasi,
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia November 18
InoVasi Volume 18 ; November 2018 Page 1693
investor biasanya akan menginterpretasikan perusahaan yang mendanai investasinya dengan
menerbitkan ekuitas sebagai hal yang buruk.
Teori pecking order merupakan alternatif dari teori trade-off. Teori ini memiliki
pandangan bahwa dalam keputusan pendanaan manajer akan berpikir dalam kerangka trade-
off antara penghematan pajak dan biaya kebangkrutan dalam penentuan struktur modal
(Hanafi, 2004:315). Padahal secara empiris, jarang manajer keuangan berpikir demikian.
Karena kebanyakan perusahaan yang memiliki keuangan yang canggih serta memiliki profit
yang tinggi justru hanya sedikit menggunakan utang.
2.1.1.4. Signaling Theory
Teori ini bermanfaat untuk menggambarkan perilaku ketika dua pihak (individu atau
organisasi) memiliki akses yang berbeda. Biasanya salah satu pihak (pengirim) harus memilih
bagaimana berkomunikasi, sedangkan pihak lain (penerima) harus memilih bagaimana
menafsirkan sinyal. Signaling theory secara fundamental berkaitan dengan upaya mengurangi
asimetri informasi antara dua pihak. Penelitian di bidang manajemen juga telah menerapkan
teori signaling untuk membantu menjelaskan pengaruh asimetri informasi dalam beragam
konteks penelitian.
Dalam merumuskan teori signaling, Spence (1973) memanfaatkan pasar tenaga kerja
untuk fungsi model sinyal pendidikan. Majikan potensial kekurangan informasi tentang
kualitas calon karyawan. Calon karyawan yang mendapatkan pendidikan berkualitas sebagai
sinyal untuk mengurangi asimetri informasi. Hal ini merupakan sinyal yang dapat diandalkan
bahwa kualitas rendah pendidikan dari calon karyawan tidak mampu mengikuti pendidikan
tinggi yang berkualitas.
Teori signaling yang diterapkan dalam sektor keuangan pertama kali dikembangkan
oleh beberapa penulis seperti Diamond, Ross & Spence (Zhao, et al. 2008). Sebuah sinyal
yang kredibel dapat menunjukkan perbedaan antara perusahaan berkualitas tinggi dan
perusahaan berkualitas rendah, jika kelompok perusahaan terakhir gagal memberikan isyarat
atau terlalu terbebani dengan biaya sinyal yang diperlukan.
2.1.1.5. Market Timing
Teori yang diungkapkan oleh Baker dan Wurgler (2002) “Perusahaan-perusahaan
akan menerbitkan equity pada saat market value tinggi dan akan membeli kembali equity
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia November 18
InoVasi Volume 18 ; November 2018 Page 1694
pada saat market value rendah” (p.1). Praktik inilah yang kemudian disebut sebagai equity
market timing.
Tujuan equity market timing ini adalah untuk mengeksploitasi fluktuasi sementara
yang terjadi pada cost of equity terhadap cost of other forms of capital.
Menurut Baker dan Wurgler (2002), ”Struktur modal adalah hasil kumulatif dari
usaha melakukan equity market timing di masa lalu” (p.3).
Struktur modal secara umum berhubungan dengan ukuran perusahaan (firm size),
aset berwujud (asset tangibility), profitabilitas (kemampuan mendapatkan keuntungan) dan
kesempatan untuk tumbuh (growth opportunities). Hal tersebut berdasarkan teori biaya
keagenan dan informasi asimetris, yaitu suatu teori yang menjelaskan perilaku pengambilan
keputusan keuangan oleh perusahaan. Variabel ukuran perusahaan, harta berwujud,
profitabilitas, dan kesempatan untuk tumbuh dapat berfungsi sebagai ukuran proksi (proxy
measures) biaya. Sebagai contoh, tingginya perbandingan total aset berwujud dapat
mendorong tingginya rasio leverage. Hal ini disebabkan oleh tingginya tingkat aset berwujud,
sehingga aset yang dapat dijadikan sebagai jaminan mengurangi biaya keagenan (biaya yang
dikeluarkan apabila terjadi konflik antara pemegang saham dan manajer) yang dapat
dijadikan sebagai sifat-sifat utang. Biaya keagenan ini digunakan untuk mengganti aset
(Fattouh, Harris dan Scaramozzino, 2008 : 418).
Leverage keuangan adalah indikator penting untuk menentukan struktur modal yang
optimal bagi perusahaan (Caglayan dan Sak, 2010) dimana sejumlah penelitian empiris telah
mengidentifikasi beberapa karakteristik yang mempengaruhi struktur modal perusahaan. Di
antara karakteristik tersebut adalah umur perusahaan, ukuran perusahaan, profitabilitas,
pertumbuhan, risiko perusahaan dan pajak.
2.1.2. Agency Theory
Teori keagenan/agensi (agency theory) adalah teori yang menjelaskan agency
relationship dan masalah-masalah yang ditimbulkannya (Jensen dan Meckling, 1976).
Agency relationship merupakan hubungan antara dua pihak, dimana pihak pertama bertindak
sebagai prinsipal/pemberi amanat dan pihak kedua disebut agen yang bertindak sebagai
perantara yang mewakili prinsipal dalam melakukan transaksi dengan pihak ketiga. Pihak
prinsipal memberi kewenangan kepada agen untuk melakukan transaksi atas nama prinsipal
dan diharapkan dapat membuat keputusan yang terbaik bagi prinsipalnya. Dalam perusahaan
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia November 18
InoVasi Volume 18 ; November 2018 Page 1695
yang telah go public, agency relationship dicerminkan oleh hubungan antara investor dan
manajemen perusahaan (Rudy dan Apriani, 2007).
Dalam konteks teori agency, para manajer merupakan agen yang mengelola
kegiataan bisnis organisasi atas nama pemilik perusahaan. Dari perspektif ilmu ekonomi
(economics) yang rasional, para pemilik menginginkan para agen (manajemen perusahaan)
selalu mengikuti dan mencapai sasaran (goal) dengan strategi yang tepat, yang semua ini
akan konsisten dengan kepentingan para pemilik (Jensen dan Meckling, 1976).
Insider ownership menggambarkan persentase besarnya kepemilikan saham oleh
pihak manajemen. Abdullah (2007) menyatakan bahwa pihak manajerial dalam suatu
perusahaan adalah pihak yang secara aktif berperan dalam mengambil keputusan untuk
menjalankan perusahaan. Jensen dan Meckling (1976) dalam Erni (2005) menjelaskan bahwa
hubungan keagenan sebagai suatu kontrak dimana satu atau lebih prinsipal (pemilik)
menggunakan orang lain yaitu agen (manajer) untuk menjalankan aktivitas perusahaan.
Masalah keagenan potensial terjadi apabila pihak manajer tidak memiliki saham mayoritas
perusahaan, sehingga manajer cenderung bertindak untuk mengejar kepentingannya sendiri
dan tidak memaksimumkan nilai perusahaan.
Dengan adanya insider ownership, tentu akan mendorong pihak manajer untuk
bertindak sejalan dengan keinginan pemegang saham dengan meningkatkan kinerja dan
tanggung jawab dalam mencapai kemakmuran pemegang saham. Hal ini dikarenakan
manajer akan merasakan langsung manfaat dari setiap keputusan yang diambil dan juga
kerugian yang timbul dari keputusan yang diambilnya.
Asimetri informasi merupakan suatu keadaan dimana manajer memiliki akses
informasi atas prospek perusahaan yang tidak dimiliki oleh pihak di luar perusahan. Agency
theory mengimplikasikan adanya asimetri informasi antara manajer (agen) dengan pemilik
(prinsipal). Jensen dan Meckling (1976) dalam Rahmawati (2006) menambahkan bahwa jika
kedua kelompok (agen dan prinsipal) tersebut adalah orang-orang yang berupaya
memaksimalkan utilitasnya, maka terdapat alasan yang kuat untuk meyakini bahwa agen
tidak akan selalu bertindak yang terbaik untuk kepentingan prinsipal. Prinsipal dapat
membatasinya dengan menetapkan insentif yang tepat bagi agen dan melakukan monitor
yang didesain untuk membatasi aktivitas agen yang menyimpang. Ada dua tipe asimetri
informasi, yaitu :
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia November 18
InoVasi Volume 18 ; November 2018 Page 1696
a. Adverse selection
Adverse selection adalah jenis asimetri informasi dimana satu pihak atau lebih yang
melangsungkan / yang akan melangsungkan suatu transaksi usaha, atau transaksi usaha
potensial memiliki informasi lebih atas pihak - pihak lain.
b. Moral hazard
Moral hazard adalah jenis asimetri informasi dimana satu pihak atau lebih yang
melangsungkan atau akan melangsungkan suatu transaksi usaha atau transaksi usaha
potensial dapat mengamati tindakan- tindakan mereka dalam penyelesaian transaksi -
transaksi mereka, sedangkan pihak-pihak lainnya tidak.
2.1.3. Rasio Keuangan
Sundjaja dan Barlian (2003:128) menyatakan analisis rasio sebagai suatu metode
perhitungan dan interpretasi rasio keuangan untuk menilai kinerja dan status suatu perushaan.
Input dasar untuk analisis rasio adalah laporan laba rugi dan neraca pada suatu periode
tertentu yang akan dievaluasi. Oleh karena itu, sebelum menganalisis lebih lanjut, kita perlu
menggambarkan berbagai kelompok dan jenis rasio perbandingan (Sundjaja dan Barlian,
2003:128).
2.1.3.1. Profitability
Profitability (profitabilitas) didefinisikan sebagai rasio laba sebelum bunga, pajak
dan penyusutan terhadap jumlah aktiva (Dessomsak, et al. 2004). Teori pecking order
mendalilkan bahwa manajer lebih memilih untuk membiayai proyek-proyek internal, karena
adanya asimetri informasi antara manajer dan investor luar. Selain itu, perusahaan dengan
profitabilitas yang tinggi memilih untuk tidak menaikkan ekuitas eksternal untuk
menghindari potensi dilusi kepemilikan. Jadi, ada hubungan terbalik antara profitabilitas dan
leverage.
Terdapat hubungan antara kemampuan memperoleh keuntungan (profitability)
dengan rasio utang dalam pecking order theory dan trade-off theory. Dalam pecking order
theory, cenderung berhubungan negatif (profitabilitas terhadap rasio utang), sementara trade-
off theory cenderung berhubungan positif antara profitabilitas terhadap rasio utang (Benito,
2003; Krasker, 1986; Myers, 1984; Myers dan Majluf,1984 dalam Kardeniz, et al. 2009:597).
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia November 18
InoVasi Volume 18 ; November 2018 Page 1697
Profitabilitas adalah hasil akhir dari sejumlah kebijakan dan keputusan yang
dilakukan oleh perusahaan. Rasio profitabilitas (profitability ratio) akan menunjukkan
kombinasi efek dari likuiditas, manajemen aktiva, dan utang pada hasil-hasil operasi.
2.1.3.2. Size Perusahaan
Ukuran (size) perusahaan bisa diukur dengan menggunakan total aktiva, penjualan,
atau modal dari perusahaan tersebut. Salah satu tolak ukur yang menunjukkan besar kecilnya
perusahaan adalah ukuran aktiva dari perusahaan tersebut. Perusahaan yang memiliki total
aktiva besar menunjukkan bahwa perusahaan tersebut telah mencapai tahap kedewasaan
dimana dalam tahap ini arus kas perusahaan sudah positif dan dianggap memiliki prospek
yang baik dalam jangka waktu yang relatif lama, selain itu juga mencerminkan bahwa
perusahaan relatif lebih stabil dan lebih mampu menghasilkan laba dibanding perusahaan
dengan total asset yang kecil (Indriani:2005).
2.1.3.3. Tangibility
Dessomsak, et al. (2004) menyatakan tangibility didefinisikan sebagai rasio aktiva
tetap terhadap jumlah aktiva. Karadeniz, et al. (2009:597) menyebutkan bahwa trade-off
theory berhubungan positif antara tangibility dengan rasio utang. Selain itu, perusahaan akan
mendapatkan utang lebih mudah disebabkan oleh pertumbuhan nilai pada tangibility (Harris
dan Raviv, 1991; Myers, 1977; Myers dan Majluf, 1984; Thornhill, et al. 2004 dalam
Karadeniz, et al. 2009:597). Bagaimanapun juga dalam pecking order theory, perusahaan
yang memiliki lebih banyak tangibility akan sedikit memiliki informasi yang tidak seimbang.
Karena itu perusahaan akan cenderung bergantung pada ekuitas keuangan (Karadeniz, et al.
2009:597). Dengan mempertimbangkan maturity (jatuh tempo), pecking order theory
menyatakan bahwa tangibility berhubungan positif terhadap utang keuangan jangka panjang
dan berhubungan negatif terhadap utang keuangan jangka pendek (Feikadis dan Rovolis,
2007; Qian, et al. 2007 dalam Karadeniz, et al. 2009:597) serta dinyatakan pula bahwa
terdapat hubungan yang positif antara tangibility terhadap rasio leverage (Booth, et al. 2001;
Chen, 2004; Fattouh, et al. 2003; Pandey, 2004 dalam Karadeniz 2009:597).
2.1.3.4. Growth
Pihak manajemen yang menginginkan pertumbuhan (growth), ekuitas eksternal
perusahaan yang dimiliki lebih bernilai dibandingkan kesempatan investasi yang besar (Jung,
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia November 18
InoVasi Volume 18 ; November 2018 Page 1698
Kim, dan Stulz dalam Parlak, 2010:149). Dengan demikian utang memiliki nilai bagi
perusahaan yang tidak memiliki kesempatan investasi sebagai pembatas pada biaya keagenan
(Berger, Ofek and Yermack, 1997 dalam Parlak, 2010:149). Dalam penelitian Smith dan
Watts (1992) dalam Parlak (2010:149) menemukan bahwa terjadi hubungan yang negatif
antara leverage dengan pertumbuhan. Pertumbuhan merupakan faktor penting dalam
mempengaruhi rasio ekuitas utang pada perusahaan berdasarkan hasil analisis regresi dengan
menggunakan trade off theory dan pecking order theory (Cassar dan Holmes, 2003 dalam
Afza dan Hussain, 2011:221).
2.1.3.5. Liquidity
Salah satu yang menjadi perhatian utama dari kebanyakan analisis keuangan yaitu
perusahaan akan mampu memenuhi kewajiban untuk melunasi pinjamannya. Suatu analisis
likuiditas yang lengkap mensyaratkan penggunaan anggaran kas, tetapi dengan
membandingkan jumlah kas dan aktiva lancar lainnya terhadap kewajian lancar, analisis rasio
menyediakan suatu ukuran atas likuiditas yang cepat dan mudah digunakan. Dua rasio
likuiditas yang lazim digunakan adalah (Sundjaja dan Barlian 2003:134)
2.1.4. Good Corporate Governance (GCG)
2.1.4.1. Perkembangan GCG di Indonesia
Bermula dari usulan penyempurnaan peraturan pencatatan pada Bursa Efek Jakarta
(sekarang Bursa Efek Indonesia) yang mengatur mengenai peraturan bagi emiten yang
tercatat di BEJ yang mewajibkan untuk mengangkat komisaris independen dan membentuk
komite audit pada tahun 1998, Corporate Governance (CG) mulai dikenalkan pada seluruh
perusahaan publik di Indonesia.
2.1.4.2. Definisi Corporate Governance
Lahirnya corporate governance dilatarbelakangi adanya agency theory. Teori
keagenan menjelaskan adanya potensi perbedaan kepentingan antara agen (manajemen
perusahaan) dengan pemegang saham. Syakhroza (2002) mendefinisikan corporate
governance secara lebih gamblang, mudah dan jelas dikatakan bahwa corporate governance
adalah suatu sistim yang dipakai “Board” untuk mengarahkan dan mengendalikan serta
mengawasi (directing, controlling, and supervising) pengelolaan sumber daya organisasi
secara efisien, efektif, ekonomis, dan produktif (E3P) dengan prinsip-prinsip transparant,
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia November 18
InoVasi Volume 18 ; November 2018 Page 1699
accountable, responsible, independent, dan fairness (TARIF) dalam rangka mencapai tujuan
organisasi.
Menurut Price Waterhouse Coopers dalam Surya dan Yustiavandana (2006:26),
corporate governance terkait dengan pengambilan keputusan yang efektif, dibangun melalui kultur
organisasi, nilai-nilai, sistem, berbagai proses, kebijakan-kebijakan dan struktur organisasi, yang
bertujuan untuk mencapai bisnis yang menguntungkan, efisien, dan efektif dalam mengelola risiko
dan bertanggung jawab dengan memperhatikan kepentingan stakeholders.
2.1.4.3. Prinsip-prinsip Good Corporate Governance
Menurut Keputusan Menteri BUMN Nomor 117M-MBU/2002 dalam Effendi
(2009:4), prinsip-prinsip Good Corporate Governance adalah sebagai berikut:
a) Tranparansi (tranparency)
b) Keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan pengungkapan
informasi materiil yang relevan mengenai perusahaan.
c) Pengungkapan (disclosure)
Penyajian informasi kepada pemangku kepentingan, baik diminta maupun tidak diminta,
mengenai hal-hal yang berkenaan dengan kinerja operasional, keuangan, dan risiko usaha
perusahaan.
d) Kemandirian (independency)
Suatu keadaan dimana perusahaan dikelola secara profesional tanpa konflik kepentingan
dan pengaruh atau tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.
e) Akuntabilitas (accountability)
Kejelasan fungsi, pelaksanaan, serta pertanggungjawaban manajemen perusahaan,
sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif dan ekonomis.
f) Pertanggungjawaban (responsibility)
Kesesuaian pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan yang
berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.
g) Kewajaran (fairness)
Keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak-hak pemangku kepentingan yang timbul
sebagai akibat dari perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia November 18
InoVasi Volume 18 ; November 2018 Page 1700
2.1.5. International Financial Report Standart (IFRS)
Pemerintah Indonesia sebagai anggota The Group of Twenty (G20 Forum) telah
bersepakat untuk melakukan konvergensi terhadap IFRS. IAI mencanangkan bahwa standar
akuntansi internasional (IFRS) akan mulai berlaku di Indonesia pada tahun 2012
secara keseluruhan www.iaiglobal.or.id, 2010). Adopsi secara bertahap terhadap IFRS
telah dilakukan oleh IAI dengan melakukan revisi Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK) yang disesuaikan dengan IFRS sehingga perusahaan go public wajib
mengungkapkan informasi keuangannya berdasarkan prinsip akuntansi baru atau revisi yang
mulai efektif secara bertahap sejak tahun 2008. Penelitian tingkat kepatuhan pengungkapan
IAS/IFRS dimulai sekitar tahun 2000 dan menunjukkan banyak ketidaksesuaian dengan
persyaratan IAS di berbagai bidang. Sejjakaa (2003) dalam penelitiannya menyebutkan
bahwa rata skor tingkat kepatuhan pengungkapan wajib IFRS sebesar 40,502% pada sektor
financial di Uganda. Di Mesir rerata level pengungkapan wajib terbilang rendah, yaitu
55,000% pada seluruh sektor (Dahawy, 2009). Sudarmadji dan Sularto (2007) meneliti
tingkat kepatuhan pengungkapan sukarela perusahaan manufaktur di Indonesia dan
menemukan bahwa rerata tingkat kepatuhan masih rendah, yaitu sebesar 37,000%. Dari
penelitian terdahulu tersebut, semua menguji tingkat kepatuhan pengungkapan dan
dikaitkan dengan karakteristik perusahaan.Variabel independen yang digunakan adalah
IFRS.
Pengukuran variabel ini menggunakan variabel dummy yang diberi nilai nol jika
perusahaan belum menerapkan IFRS dan nilai satu jika sudah menerapkan IFRS. Penerapan
IFRS yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu pengadopsian IFRS khususnya berkenaan
dengan PSAK No. 50 (revisi 2006) mengenai penyajian dan pengungkapan instrumen
keuangan dan PSAK No. 55 (revisi 2006)
2.2. Penelitian Terdahulu
Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu yang dijabarkan sebelumnya. Peneliti
merangkum hasil dari penelitian terdahulu yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 2.1
Ringkasan Hasil Studi Empiris Struktur Modal
No Peneliti Objek
Penelitian
Varabel
Penelitian Metodologi
Hasil
Penelitian Perbedaan
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia November 18
InoVasi Volume 18 ; November 2018 Page 1701
No Peneliti Objek
Penelitian
Varabel
Penelitian Metodologi
Hasil
Penelitian Perbedaan
1 Sofilda
dan
Maraya
ni
(2007)
Manufakt
ur di
Indonesia
Var. dependen :
Struktur Modal
Var. Independen
: sizen
tangibility, non
debt tax shield,
dan depreciation
Regresi
Linier
Berganda
Menemukan
bahwa sizen
tangibility,
non debt tax
shield, dan
depreciation
berpengaruh
signifikan
terhadap
struktur
modal
Penelitian
ini
melibatkan
faktor
GCG
sebagai
faktor yang
turut
mempengar
uhi struktur
modal
2 Manuru
ng dan
Dossug
i (2012)
Manufakt
ur di
Indonesia
Var. dependen :
Struktur Modal
Var. Independen
: Size company
and profit
company and
price to book
value
Regresi
Linier
Berganda
Menemukan
bahwa Size
company and
profit
company and
price to book
value
berhubungan
positif
dengan
struktur
modal
Penelitian
ini
melibatkan
faktor
GCG
sebagai
faktor yang
turut
mempengar
uhi struktur
modal
3 Ayanda
dan
Christo
pher
(2013)
Perusahaa
n yang
Terdaftar
di BEI
Var. dependen :
capital structure
Var. Independen
: Size, Dividend
Payout,
Profitability,
Tangibility,
Regresi
Linier
Berganda
Hasil
menemukan
bahwa Size,
Dividend
Payout,
Profitability,
Tangibility,
Penelitian
ini
melibatkan
variabel
GCG dan
nilai
perusahaan
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia November 18
InoVasi Volume 18 ; November 2018 Page 1702
No Peneliti Objek
Penelitian
Varabel
Penelitian Metodologi
Hasil
Penelitian Perbedaan
Liquidity,Growt
h and Tax
Charge
Liquidity,Gr
owth and
Tax Charge
berpengaruh
signifikan
terhadap
capital
structure
4 Amjad
dan
Bilal
(2013)
Var. dependen :
capital structure
Var. Independen
: size, tangibility,
profitability,
growth
opportunities
and liquidity
Regresi
Linier
Berganda
Hasil
menemukan
bahwa size,
tangibility,
profitability,
growth
opportunities
and liquidity
berpengaruh
signifikan
terhadap
capital
structure
Penelitian
ini
melibatkan
variabel
GCG dan
nilai
perusahaan
5 Mutairi
dan
Naser
(2015)
Var. dependen :
struktur modal
Var. Independen
: profitabilitas
dan likuiditas
Regresi
Linier
Berganda
Hasil
menemukan
bahwa
profitabilitas
dan likuiditas
berpengaruh
signifikan
terhadap
struktur
Penelitian
ini
melibatkan
variabel
GCG dan
nilai
perusahaan
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia November 18
InoVasi Volume 18 ; November 2018 Page 1703
No Peneliti Objek
Penelitian
Varabel
Penelitian Metodologi
Hasil
Penelitian Perbedaan
modal
6 Hasan
dan
Butt
(2009)
Pakistani
Listed
Companie
s
Var. dependen :
struktur modal
Var. Independen
: Ownership
Structure and
Corporate
Governance
Regresi
Linier
Berganda
Hasil
menemukan
Ownership
Structure and
Corporate
Governance
Berpengaruh
signifikan
terhadap
Capital
Structure
Penelitian
ini menguji
nilai
perusahaan
7 Collins
dan
Filibus
(2012)
Empirical
Evidence
from
Nigeria.
Var. dependen :
struktur modal,
nilai pasar
Var. Independen
: nilai pasar
perusahaan,
ukuran,
Leverage
Menggunak
an model
regresi
berganda.
Menunjukka
n hubungan
yang
signifikan
dan positif
antara nilai
pasar dengan
rasio utang-
ekuitas.
Hubungan
negatif antara
rasio total-
debt/total-
capital
perusahaan
dengan nilai
pasar
perusahaan,
Peneliti
menambah
kan
variabel
firm
characteris
tic,
ownership
structure,
dan
corporate
governance
sebagai
faktor yang
mempengar
uhi nilai
perusahaan
.
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia November 18
InoVasi Volume 18 ; November 2018 Page 1704
No Peneliti Objek
Penelitian
Varabel
Penelitian Metodologi
Hasil
Penelitian Perbedaan
ukuran
berpengaruh
positif
terhadap nilai
pasarnya.
Leverage
perusahaan
berpengaruh
positif
terhadap nilai
pasar.
8 Psillaki
dan
Daskala
kis
(2008)
Var. dependen :
nilai pasar
Var. Independen
: risiko
kebangkrutan
Menggunak
an data
panel.
Terdapat
hubungan
negatif antara
risiko
kebangkrutan
dan leverage.
Peneliti ini
melibatkan
variabel
ownership
structure,
dan
corporate
governance
sebagai
faktor yang
mempengar
uhi struktur
modal dan
nilai
perusahaan
.
9 Caglay
an dan
Sak
Perusahaa
n yang
Tergolong
Var. dependen :
leverage
Var. Independen
Menggunak
an data
panel
Menemukan
adanya
pengaruh
Penelitian
ini
menggunak
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia November 18
InoVasi Volume 18 ; November 2018 Page 1705
No Peneliti Objek
Penelitian
Varabel
Penelitian Metodologi
Hasil
Penelitian Perbedaan
(2010) LQ45 di
Turki
: size, market to
book value,
tangibility dan
profitability
dengan
metode
regresi
berganda.
positif dan
signifikan
pada variabel
size, market
to book value
terhadap
leverage,
sedangkan
variabel
tangibility
dan
profitability
berpengaruh
terhadap
leverage
secara
negatif.
an model
regresi data
panel
(kombinasi
time series
dan cross
section)
untuk
mengetahui
pengaruh
firm
characteris
tic,
ownership
structure,
dan
corporate
governance
terhadap
struktur
modal dan
implikasiny
a terhadap
nilai
perusahaan
pada
Perusahaan
yang
Tergolong
LQ45 di
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia November 18
InoVasi Volume 18 ; November 2018 Page 1706
No Peneliti Objek
Penelitian
Varabel
Penelitian Metodologi
Hasil
Penelitian Perbedaan
BEI
periode
2009-2013.
10 Karade
niz, et
al.
(2009)
Turkish
Lodging
Companie
s
Var. dependen :
debt ratio of firm
Var. Independen
: size, share of
fixed assets of
firm, effective tax
rate of firm,
return on
assetsof firm,
opportunitiesof
firm, non-debt
tax shields of
firm, free cash
flows of firm, net
commercial
trade position of
firm, dan
logarithm of the
firm size of firm
Menggunak
an data
panel
dengan
regresi
berganda
metode
GMM
(generalized
method of
moment).
Menemukan
adanya
pengaruh
positif dan
signifikan
pada variabel
share of fixed
assets of
firm,
effective tax
rate of firm,
dan return on
assetsof firm
terhadap debt
ratio of firm,
sedangkan
variabel
growth
opportunities
of firm, non-
debt tax
shields of
firm, free
cash flows of
firm, net
commercial
trade
Peneliti
menambah
kan
variabel
firm
characteris
tic,
ownership
structure,
dan
corporate
governance
, serta nilai
perusahaan
. Penelitian
ini
menggunak
an model
regresi data
panel
(kombinasi
time series
dan cross
section).
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia November 18
InoVasi Volume 18 ; November 2018 Page 1707
No Peneliti Objek
Penelitian
Varabel
Penelitian Metodologi
Hasil
Penelitian Perbedaan
position of
firm, dan
logarithm of
the firm size
of firm tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap debt
ratio of firm.
11 Afza
dan
Hussain
(2011)
Automobil
e Sector of
Pakistan
Var. dependen :
leverage
Var. Independen
: profitability,
taxes, liquidity,
tangibility, non-
debt tax shield,
cost of debt, dan
size
Menggunak
an model
regresi
berganda.
Menemukan
bahwa
variabel
profitability,
taxes, dan
liquidity
bepengaruh
terhadap
leverage,
sedangkan
variabel
tangibility,
non-debt tax
shield, cost
of debt, dan
size tidak
berpengaruh
secara
signifikan
terhadap
leverage.
Penelitian
ini
membahas
tentang
pengaruh
firm
characteris
tic,
ownership
structure,
dan
corporate
governance
terhadap
struktur
modal dan
implikasiny
a terhadap
nilai
perusahaan
pada
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia November 18
InoVasi Volume 18 ; November 2018 Page 1708
No Peneliti Objek
Penelitian
Varabel
Penelitian Metodologi
Hasil
Penelitian Perbedaan
Perusahaan
yang
Tergolong
LQ45 di
BEI
periode
2009-2013.
Analisis
yang
digunakan
dalam
penelitian
ini adalah
data panel.
12 Hamid
Reza
Vakilif
ard
(2011)
Iranian
Listed
Firms
Var. dependen :
struktur modal
Var. Independen
: Corporate
Governance
Menggunak
an data
panel
dengan
metode
regresi
berganda.
GCG terbukti
berpengaruh
terhadap
struktur
modal.
Pada
penelitian
ini, peneliti
menambah
kan
variabel
firm
characteris
tic, dan
ownership
structure
yang
berpengaru
h terhadap
struktur
modal dan
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia November 18
InoVasi Volume 18 ; November 2018 Page 1709
No Peneliti Objek
Penelitian
Varabel
Penelitian Metodologi
Hasil
Penelitian Perbedaan
nilai
perusahaan
. Penelitian
ini
dilakukan
pada
Perusahaan
yang
Tergolong
LQ45 di
BEI
periode
2009-2013
dengan
menggunak
an model
regresi data
panel
(kombinasi
time series
dan cross
section).
13 Chitiavi
(2013)
Listed
Non-
Financial
Firms on
Nairobi
Securities
Exchange
Kenya.
Var. dependen :
struktur modal
Var. Independen
: Corporate
Governance
Menggunak
an data
panel
dengan
metode
regresi
berganda.
GCG terbukti
berpengaruh
terhadap
struktur
modal.
Pada
penelitian
ini peneliti
menambah
kan
variabel
firm
characteris
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia November 18
InoVasi Volume 18 ; November 2018 Page 1710
No Peneliti Objek
Penelitian
Varabel
Penelitian Metodologi
Hasil
Penelitian Perbedaan
tic, dan
ownership
structure
yang
berpengaru
h terhadap
struktur
modal dan
nilai
perusahaan
. Penelitian
ini
dilakukan
pada
Perusahaan
yang
Tergolong
LQ45 di
BEI
periode
2009-2013
dengan
menggunak
an model
regresi data
panel
(kombinasi
time series
dan cross
section).
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia November 18
InoVasi Volume 18 ; November 2018 Page 1711
No Peneliti Objek
Penelitian
Varabel
Penelitian Metodologi
Hasil
Penelitian Perbedaan
14 Nigel
Driffiel
d,
Vidya
Maham
bare
(2007)
Var. dependen :
struktur modal
Var. Independen
: Struktur
kepemilikan
Menggunak
an data
panel
dengan
metode
regresi
berganda.
Struktur
kepemilikan
terbukti
mempengaru
hi struktur
modal.
Penelitian
ini juga
melibatkan
corporate
governance
sebagai
faktor yang
mempengar
uhi struktur
modal dan
nilai
perusahaan
.
15 Akram
Bodagh
i (2010)
Iranian
Listed
Companie
s
Var. dependen :
struktur modal
Var. Independen
: debt to equity
ratio, CEO dan
Direktur
pengembalian
aset
Menggunak
an metode
regresi
berganda.
Hasil
menunjukkan
bahwa
ukuran papan
secara
signifikan
berkorelasi
negatif
dengan
rasio hutang
terhadap
ekuitas.
Namun
perilaku
pembiayaan
perusahaan
tidak
Penelitian
ini
memasukk
an variabel
nilai
perusahaan
sebagai
faktor yang
dipengaruh
i oleh
sruktur
kepemilika
n dan tata
kelola.
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia November 18
InoVasi Volume 18 ; November 2018 Page 1712
No Peneliti Objek
Penelitian
Varabel
Penelitian Metodologi
Hasil
Penelitian Perbedaan
ditemukan
secara
signifikan
dipengaruhi
oleh CEO /
Ketua
dualitas dan
kehadiran
direktur non-
eksekutif di
papan.
Namun,
variabel
kontrol
ukuran
perusahaan
dan
pengembalia
n aset yang
ditemukan
memiliki
dampak yang
signifikan
terhadap
struktur
modal.
2.3. Kerangka Pemikiran
Kayo dan Kimura (2011) menyatakan umumnya studi tentang struktur modal terutama
difokuskan pada analisis karakteristik perusahaan tertentu, seperti profitabilitas, tangibility,
size sebagai penentu leverage, dan bagaimana struktur modal dapat meningkatkan nilai
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia November 18
InoVasi Volume 18 ; November 2018 Page 1713
pemegang saham adalah salah satu penelitian penting dalam bidang keuangan, baik secara
teori maupun empiris. Leverage keuangan adalah indikator penting untuk menentukan
struktur modal yang optimal bagi perusahaan (Caglayan dan Sak, 2010) dimana sejumlah
penelitian empiris telah mengidentifikasi beberapa karakteristik yang mempengaruhi struktur
modal perusahaan. Diantara karakteristik tersebut adalah umur perusahaan, ukuran
perusahaan, profitabilitas, pertumbuhan, risiko perusahaan, aset berwujud, pertumbuhan,
likuiditas, dan pajak.
Selain faktor karakteristik perusahaan, masalah struktur kepemilikan juga mempengaruhi
struktur modal perusahaan, kepemilikan manajerial dapat mengurangi biaya modal dan
berpengaruh pada peningkatkan biaya utang. Hal ini terjadi karena manajer yang mempunyai
hak kepemilikan cenderung memaksimalkan kepentingan pemegang saham, yang tidak lain
dirinya sendiri.
Gambar 2.2
Kerangka Pemikiran
2.4. Hipotesis
Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini, yaitu:
H1 : Terdapat pengaruh negatif Profitability terhadap Capital Structure.
Profitability
Struktur Modal • Debt to Equity
Size
Tangibility
Growth
Liquidity
Managerial Ownership
Institutional Ownership
Komisaris Independen
H1
H3 H2
H8
H9
H6
H4 H5
Firm Characteristic
Mekanisme GCG
IFRS
H7
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia November 18
InoVasi Volume 18 ; November 2018 Page 1714
H2 : Terdapat pengaruh positif Size terhadap Capital Structure.
H3 : Terdapat pengaruh positif Adopsi IFRS tarhadap Capital Structure.
H4 : Terdapat pengaruh positif Growth terhadap Capital Structure.
H5 : Terdapat pengaruh positif Liquidity terhadap Capital Structure.
H6 : Terdapat pengaruh positif Adopsi IFRS terhadap Capital Structure.
H7 : Terdapat pengaruh negatif Managerial Ownsership terhadap Capital Structure.
H78 : Terdapat pengaruh positif Institutional Ownership terhadap Capital Structure.
H9 : Terdapat pengaruh negatif Komisaris Independen terhadap Capital Structure.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Metode yang Digunakan
Metode penelitian yang terapkan dalam penelitian ini adalah metode causality research
dengan pengujian hipotesis untuk menjelaskan pengaruh Firm Characteristic (profitability,
size, tangibility, growth, liquidity), GCG (managerial ownership, institutional ownership,
komisaris independen) dan Adopsi IFRS terhadap Struktur Modal. Subjek penelitian ini
adalah Perusahaan yang Tergolong LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun
2011 - 2015. Penelitian ini akan menggunakan analisis data panel.
3.2. Operasional Variabel
3.2.1. Variabel Dependen
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel lainnya. Dalam
penelitian ini, yang menjadi variabel dependen adalah Struktur Modal.
DER merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam mengembalikan
biaya hutang melalui modal sendiri yang dimilikinya yang diukur melalui perbandingan
antara total hutang (debt) dan total modal (equity).
Dihitung dengan formulasi sebagai berikut:
DebtTotal
EquityTotalDER
Dimana : Total Debt : Total Hutang
Total Equity : Total Ekuitas
Sedangkan, nilai perusahaan dalam penelitian ini diproksikan sebagai Tobins’q.
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia November 18
InoVasi Volume 18 ; November 2018 Page 1715
3.2.2. Variabel Independen
Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel lainnya. Dalam
penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah:
a. Firm Charactreristic
1) Profitability.
2) Size.
3) Tangibility.
4) Growth.
5) Liquidity.
b. GCG
1) Managerial Ownership.
2) Institutional Ownership.
3) Komisaris Independe.
c.IFRS
Berikut tabel yang menjelaskan variabel dan pengukurannya:
Tabel 3.1
Variabel dan Pengukuran
Variabel Indikator Pengukuran Variabel
Variabel Dependen
Struktur
Modal Debt to Equity Ratio DER
Hutang
Ekuitas
Variabel Independen
Profitability ROE (Return on Equity)
Size Asset Size =Log Total Asset
Tangibility Tangibility Tangibility Fixed Aseet
Total Asset
Growth Sale Sale tahun ini – sale tahun lalu
sales tahun lalu
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia November 18
InoVasi Volume 18 ; November 2018 Page 1716
Liquidity Current Ratio CR Harta Lancar
Hutang Lancar
IFRS variabel dummy
Managerial
Ownership
Besarnya persentase kepemilikan
saham oleh manajer terhadap
jumlah saham yang beredar
Institutional
Ownership
Besarnya persentase kepemilikan
saham oleh institusi terhadap
jumlah saham yang beredar
Kepemilikan Saham Insitusional
Jumlah Saham Beredar
Komisaris
Independen Komisaris independen
Jumlah komisaris independen
dibagi dengan total jumlah dewan
komisaris
3.3. Metode Pengambilan Sampel
Populasi penelitian ini adalah seluruh Perusahaan yang Tergolong LQ45 yang terdaftar
di BEI periode 2011-2015. Pemilihan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan metode
non probability sampling dengan teknik purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel
dimana setiap elemen populasi tidak memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi
sampel, dan kriteria pemilihan sampel disesuaikan dengan tujuan penelitian.
Kriteria sampel dalam penelitian ini:
a. Perusahaan yang Tergolong LQ45 terdaftar di BEI dari tahun 2011-2015.
b. Perusahaan yang Tergolong LQ45 memiliki laporan keuangan yang lengkap dan
konsisten sesuai data yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
c. Manufaktur tidak mengalami merger/akuisisi selama periode penelitian.
3.4. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini menggunakan data sekunder, yaitu data diperoleh dalam bentuk
yang sudah tertera dan dikumpulkan serta diolah pihak lain dan sudah dalam bentuk
publikasi. Data yang dikumpulkan merupakan data laporan keuangan perusahaan, yaitu
neraca dan laporan laba rugi, persentase kepemilikan manajerial, institusional, data komisaris
independen dari tahun 2011-2015.
3.5. Rancangan Analisis dan Uji Hipotesis
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia November 18
InoVasi Volume 18 ; November 2018 Page 1717
Metode analisis data digunakan untuk menganalisis data yang diperoleh, agar dapat
mengetahui sejauh mana pengaruh variabel independen terhadap variable dependen atau
untuk mengetahui sejauh mana pengaruh Firm Characteristic (profitability, size, tangibility,
growth, liquidity), Adopsi IFRS dan Mekanisme GCG (managerial ownership, institutional
ownership, dan komisaris independen) terhadap struktur modal yang Tergolong LQ45 yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2015.
3.6. Model Persamaan Regresi Data Panel
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh Firm Characteristic (profitability,
size, tangibility, growth, liquidity), Adopsi IFRS, Ownership Structure (managerial
ownership, institutional ownership), dan Komisaris Independen terhadap Struktur Modal
serta implikasinya terhadap Nilai Perusahaan. Adapaun model persamaan regresi data panel
di bagi menjadi dua model yaitu:
Model 1 Faktor yang menentukan Struktur Modal
Y1it = β0 + β1X1it + β2X2it + β3X3it + β4X4it + β5X5it + β6X6it + β7X7it + β8X8it + β9X9it + e
Dimana:
Y1 = Capital Structure perusahaan i dalam waktu t
X1 = Profitability sebagai proksi dari Firm Characteristic perusahaan i dalam waktu t
X2 = Size sebagai proksi dari Firm Characteristic perusahaan i dalam waktu t
X3 = Tangibility sebagai proksi dari Firm Characteristic perusahaan i dalam waktu t
X4 = Growth sebagai proksi dari Firm Characteristic perusahaan i dalam waktu t
X5 = Liquidity sebagai proksi dari Firm Characteristic perusahaan i dalam waktu t
X6 = Managerial Ownership sebagai proksi dari Ownership Structure perusahaan i dalam
waktu t
X7 = Institutional Ownership sebagai proksi dari Ownership Structure perusahaan i dalam
waktu t
X8 = komisaris independen perusahaan i dalam waktu t
X9 = IFRS sebagai proksi Pengukuran menggunakan variabel dummy yang diberi nilai nol
jika perusahaan belum menerapkan IFRS dan nilai satu jika sudah menerapkan IFRS
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia November 18
InoVasi Volume 18 ; November 2018 Page 1718
3.7. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik
Uji Penyimpangan Asumsi Klasik Sebelum melakukan pengujian regresi terlebih
dahulu diadakan pengujian asumsi klasik dan pengujian asumsi klasik yang akan digunakan
dalam penelitian ini meliputi :
3.7.1 Uji Normalita
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variable terikat
dan variable bebas mempunyai distribusi normal atau mendekati normal (Ghozali, 2001).
Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Pada
prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu
diagonal pada grafik atau melihat histogram dari residualnya (Ghozali, 2001). Data tersebut
normal atau tidak dapat diuraikan lebih lanjut sebagai berikut : a. Jika data menyebar diatas
garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola
distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. 60 b. Jika data
menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik
histogramnya tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi
asumsi normalitas. Uji normalitas data dapat juga menggunakan uji kolmogrov-smirnov
untuk mengetahui signifikansi data yang terdistribusi normal. Dengan pedoman pengambilan
keputusan : a. Nilai sig atau signifikansi atau nilai probabilitas 0.05, distribusi adalah normal
(Ghozali, 2001)
3.7.2. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas atau tidak, model yang baik seharusnya tidak
terjadi korelasi yang tinggi diantara variabel bebas. Jika variabel bebas saling berkorelasi
maka variabel-variabel ini tidak orthogonal (nilai korelasi tidak sama dengan nol). Uji
multikolinearitas ini dapat dilihat dari nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF).
Tolerance mengukur variabel bebas terpilih yang tidak dapat dijelaskan oleh variabel bebas
lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF=1 /
tolerance) dan menunjukkan adanya kolinearitas yang tinggi. Nilai cutt off yang umum
dipakai adalah 61 nilai tolerance 0.10 atau nilai VIF 10. Jadi multikolinearitas terjadi jika
nilai tolerance 10 (Ghozali, 2001).
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia November 18
InoVasi Volume 18 ; November 2018 Page 1719
3.7.3. Uji Autokorelasi
Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada korelasi antar kesalahan pengganggu
pada periode t dengan periode t-1 (sebelumnya). Model regresi yang baik adalah yang bebas
dari autokorelasi. Cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya
autokorelasi adalah dengan uji Durbin Watson (DW). Pengambilan keputusan ada tidaknya
autokorelasi (Ghozali, 2001) :
(i). Bahwa nilai DW terletak diantara batas atas atau upper bound (du) dan (4-du), maka
koefisien autokorelasi sama dengan nol berarti tidak ada autokorelasi positif.
(ii). Bila nilai DW lebih rendah daripada batas bawah atau lower bound (dl), maka koefisien
autokorelasi lebih besar dari nol berarti ada autokorelasi positif.
(iii) Bila nilai DW lebih besar daripada batas bawah atau lower bound (4- dl), maka koefisien
autokorelasi lebih kecil dari nol berarti ada autokorelasi negatif.
(iv). Bila nilai DW terletak antara batas atas (du) dan batas bawah (dl) atau DW terletak
antara (4-du) dan (4-dl), maka hasilnya tidak dapat disimpulkan.
Tabel 4.2
Keputusan Ada Tidaknya Autokorelasi
Hipotesis nol Keputusan Jika
Tdk ada autokorelasi positif Tolak 0<d<dl
Tdk ada autokorelasi positif No decision dl≤d≤du
Tdk ada korelasi negative Tolak 4-dl<d<4
Tdk ada korelasi negative No decision 4-du≤d≤4-dl
Tdk ada autokorelasi, Positif atau
negatif Tidak ditolak du<d<4-du
Sumber : Imam Ghozali (2007)
Selain itu keputusan mengenai ada tidaknya autokorelasi dalam model dapat
menggunakan uji Run Test. Jika antar residual tidak terdapat hubungan korelasi maka
dikatakan bahwa residual adalah random atau acak (Ghozali, 2005). Apabila tingkat
signifikansi hasil uji Run Test dibawah α (0,05) maka didalam model terdapat autokorelasi.
Tetapi apabila tidak signifikan pada α (0,05) maka tidak terdapat autokorelasi.
Hipotesis yang diajukan dalam uji Run Test.
H0 : residual random (acak)
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia November 18
InoVasi Volume 18 ; November 2018 Page 1720
H1 : residual tidak random
3.7.4. Uji Heteroskedastisitas
Menurut Imam Ghozali (2005) uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan
lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Cara menguji ada tidaknya
heteroskedastisitas, yaitu dengan menggunakan analisis grafik. Pengujian scateer plot, model
regresi yang tidak terjadi heteroskedastisitas harus memenuhi syarat sebagai berikut :
a. Jika ada pola tertentu,seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur
(bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi
heteroskedastisitas.
b. Jika tidak ada pola yang jelas serta titik - titik menyebar diatas dan dibawah
angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas.
3.8. Pengujian Hipotesis
3.8.1 Uji Hipotesis Secara Parsial (uji t)
Pengujian parsial regresi dimaksudkan untuk melihat apakah variabel bebas
(independen) secara individu mempunyai pengaruh terhadap variabel tidak bebas (dependen)
dengan asumsi variabel bebas lainnya konstan. Pengujian dilaksanakan dengan pengujian dua
arah sebagai berikut:
a. Membandingkan antara variabel t tabel dan t hitung Nilai t hitung dapat dicari dengan
rumus (Gujarati,1999) :
t hitung = Koefisienregresi
Standar Deviasi
1) Bila –t tabel < -t hitung dan t hitung < t tabel, variabel bebas (independen) secara
individu tidak berpengaruh terhadap variabel dependen
2) Bila t hitung > t tabel dan – t hitung < -t tabel, variabel bebas (independen) secara
individu berpengaruh terhadap variabel dependen
b. Berdasarkan probabilitas
Jika probabilitas (signifikansi) lebih besar dari 0.05 (α) maka variabel bebas secara
individu tidak berpengaruh terhadap debt to equity ratio, jika lebih kecil dari 0.05 maka
variabel bebas secara individu berpengaruh terhadap debt to equity ratio.
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia November 18
InoVasi Volume 18 ; November 2018 Page 1721
3.8.2. Uji Hipotesis secara Simultan (Uji F)
Pengujian koefisien regresi keseluruhan menunjukkan apakah variabel bebas secara
keseluruhan atau bersama mempunyai pengaruh terhadap variabel tidak bebas (Debt to
Equity Ratio). Pengujian dilaksanakan sebagai berikut :
a. Membandingkan antara F tabel dan F hitung
Nilai F hitung dapat dicari dengan rumus (Gujarati,1999) :
Fhitung = R2/(k-1)
(1-R2)
/(N-k)
Keterangan :
R 2 : Koefisien determinasi
K : Banyaknya koefisien regresi
N : Banyaknya observasi
1) Bila F hitung < F tabel, variabel bebas (independen) secara bersama-sama tidak
berpengaruh terhadap variabel debt to equity ratio.
2) Bila F hitung > F tabel, variabel bebas (independen) secara bersama-sama
berpengaruh terhadap variabel debt to equity ratio.
b. Berdasarkan Probabilitas Dalam skala probabilitas lima persen, jika probabilitas
(signifikansi) lebih besar dari α (0.05) maka variabel bebas secara bersamasama tidak
berpengaruh terhadap variabel debt to equity ratio, jika lebih kecil dari 0.05, maka variabel
bebas secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel debt to equity ratio. Sedangkan
pada skala sepuluh persen, jika lebih besar dari α (0.1) maka variabel bebas secara bersama-
sama tidak berpengaruh terhadap variabel debt to equity ratio, jika lebih kecil dari 0.1 maka
variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel debt to equity ratio.
3.9. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R2) mengukur seberapa jauh kemampuan model yang dibentuk
dalam menerangkan variasi variabel independen. Koefisien determinasi dapat dicari dengan
rumus (Gujarati, 1999) :
R 2 = ESS = 1- ∑
2
∑ yi2
Nilai R2 besarnya antara 0-1 (0<R
2<1) koefisien determinasi ini digunakan untuk
mengetahui seberapa besar variabel bebas mempengaruhi variabel tidak bebas. Apabila R2
mendekati 1 berarti variabel bebas semakin berpengaruh terhadap variabel tidak bebas.
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia November 18
InoVasi Volume 18 ; November 2018 Page 1722
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Unit Penelitian
Konsentrasi dari aktivitas ekonomi secara spasial, terutama pada industry manufaktur
yang tergolong di LQ-45 telah terjadi fenomena menarik untuk dianalisis. Pada industri
manufaktur, konsentrasi spasial ditentukan oleh biaya upah, biaya transportasi dan akses
pasar serta ekstenalitas. Industri manufaktur dikelompokan dalam kategori industri semen,
barang galian non logam, industri arang lainnya, industri kertas dan barang cetakan, serta
industri barang kayu dan hasil hutan, pakan ternak, garmen dan tekstil, Otomotif, makanan
dan minuman, keramik, pembuatan keperluan peralatan rumah tangga, pembuatan kabel dan
farmasi.
4.2. Analisa Deskriptif
Jumlah populasi perusahaan manufaktur tersebut dipilih untuk menjadi sample
penelitian sebanyak 45 perusahaan. Pemilihan sample menggunakan (purposive
sampling). Adapun hasil pemilihan sample dapat dilihat dari tabel. 5. 1
Tabel 4.1.
Hasil Pengambilan Sampel
No Keterangan
Jumlah
Perusahaan
1
Perusahaan tercatat di BEI diambil sebagai sampel 31
Desember 2015 45
2
Perusahaan delisting dari 31 Desmber 2011-31
Desember 2015 (5)
5.
Perusahaan yang mempunyai ekuitas minus (2)
6
Perusahaan yang mempunyai laba minus
(2)
Jumlah 36
Sumber data: Idx. Co. Id Pebruari 2016 (diolah).
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia November 18
InoVasi Volume 18 ; November 2018 Page 1723
Tabel 4.2
Hasil Descriptive Statistics
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
STR MDL 2154.4145 2686.20767 182
IFRS .1209 .32689 182
Kom Independen 46.2851 12.60922 182
Manajerial Inst. 63.3920 17.01041 182
Manajerial Own .6395 2.50738 182
Liquidity 628.4788 1500.27734 182
Growth 62.1751 209.25564 182
Tangibility 22.9659 20.30946 182
Size 7.4898 .59052 182
Profitability 24.1020 28.36455 182
Berdasrkan tabel 4.2 diatas dapat diperoleh informasi bahwa jumlah data sebanyak
182 dengan dependen Struktur Modal dihasilkan standar deviasi minimum terletak pada IFRS
sebesar 0.32689, nilai maximum terletak pada Struktur Modal sebesar 2,686.20767
4.3. Hasil Uji Kualitas Data
4.3.1. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi adalah untuk mengetahui adanya korelasi antara variabel gangguan
sehingga penaksir tidak lagi efisien baik dalam model sampel kecil maupun dalam sampel
besar. Salah satu cara untuk menguji autokorelasi adalah dengan percobaan d (Durbin-
Watson). Hasil perhitungan dilakukan pembandingan dengan Ftabel. Kriteria pengujiannya
adalah apabila nilai durbin watson < F tabel, maka diantara variabel bebas dalam persamaan
regresi tidak ada autokorelasi, demikian sebaliknya.
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia November 18
InoVasi Volume 18 ; November 2018 Page 1724
Tabel 4.3
Hasil Pengujian Autokorelasi dengan Dependent Struktur Modal
a. Predictors: (Constant), Profitability, Growth, Liquidity, Man Own, IFRS,
Tangibility, Size, Man Ints, Kep.MI
b. Dependent Variable: STRUKTUR MODAL
Berdasarkan tabel 4.3, diperoleh informasi bahwa pada tahun 2011 -2015 nilai Durbin-
Watson (DW) sebesar 1,956. Nilai Durbin-Watson (DW) ini lebih besar dari Durbin lower
(dl) sebesar 1.287 dan kurang dari 4 - (du) sebesar 2.240 maka pada tahun 2011-2015,
persamaan ini tidak ada autokorelasi, positif atau negatif.
4.3.2. Uji Multikolineritas
Uji Multikolinearitas untuk mengetahui adanya hubungan antara beberapa atau semua
variabel yang menjelaskan dalam model regresi. Jika dalam model terdapat multikolinearitas
maka model tersebut memiliki kesalahan standar yang besar sehingga koefisien tidak dapat
ditaksir dengan ketepatan yang tinggi. Salah satu cara mendeteksi ada tidaknya
multikolinearitas adalah dengan uji Farrar-Glauber (perhitungan ratio-F untuk menguji lokasi
multikolinearitas). Hasil dari Fstatistik (Fi) dibandingkan dengan F tabel. Kriteria
pengujiannya adalah apabila F tabel > Fi maka variabel bebas tersebut kolinear terhadap
variabel lainnya. Sebaliknya, jika F tabel < Fi, maka variabel bebas tersebut tidak kolinear
terhadap variabel bebas yang lain.
Tabel 4.4.
Hasil Pengujian Multikolinearitas dengan Dependent Struktur Modal
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
Keterangan
DW dependen
Struktur Modal dl
du
4-du
4-dl
2011-2015
1.956
1.287
1.776
2.24
2.713
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia November 18
InoVasi Volume 18 ; November 2018 Page 1725
1 (Constant)
IFRS .907 1.102
Komisaris Independen .693 1.444
Manajerial Inst. .746 1.341
Manajerial Own .900 1.112
Liquidity .690 1.449
Growth .902 1.108
Tangibility .835 1.197
Size .716 1.396
Profitability .789 1.267
a. Dependent Variable: STR MDL
Dari tabel 4.4 diperoleh informasi bahwa pada tahun 2011 - 2015, nilai Tolerance IFRS
sebesar 0.907, Komisaris Independen sebesar 0.693, Intitusional manajerial sebesar 0.746,
Managerial Ownership sebesar 0.900, Liqudity sebesar 0.690, Growth sebesar 0.902,
Tangibility sebesar 0.835, Size Perusahaan sebesar 0.716 dan Profitability sebesar 0.789.
Data ini menunjukkan nilai Tolerance lebih besar dari 0.10 berarti tidak ada korelasi antar
variabel independent. Kemudian nilai VIF untuk IFRS sebesar 1.102,Komisaris Independen
sebesar 1.444, Intitusional manajerial sebesar 1.341 Manaagerial Ownership sebesar 1.112,
Liqudity sebesar 1.449, Growth sebesar 1.108, Tangibility sebesar 1.197, Size Perusahaan
sebesar 1.396 dan Profitability sebesar 1.267, berarti data ini menunjukkan bahwa persamaan
regresi tidak mengandung multikolineritas.
4.3.3. Uji Heteroskedastisitas.
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah suatu model regresi terjadi
ketidaksamaan variance. Dalam penelitian ini pengujian asumsi homoskedastisitas dilakukan
dengan menggunakan uji Glejser Uji Heteroskedastisitas untuk terjadinya gangguan yang
muncul dalam fungsi regresi yang mempunyai varian yang tidak sama sehingga penaksir
OLS tidak efisien baik dalam sampel kecil maupun sampel besar (tapi masih tetap tidak bias
dan konsisten). Salah satu cara untuk mendeteksi masalah heteroskedastisitas adalah dengan
uji Park. Hasil perhitungan dilakukan uji t. Kriteria pengujiannya adalah apabila t hitung < t
tabel, maka antara variabel bebas tidak terkena heteroskedastisitas terhadap nilai residual
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia November 18
InoVasi Volume 18 ; November 2018 Page 1726
lain, atau varians residual model regresi ini adalah homogen. Demikian sebaliknya..
Tabel 4.6.
Hasil Uji t dengan Dependen Struktur Modal
Model t Sig.
1 (Constant) -6.605 .000
IFRS .228 .820
Kom Independen .830 .408
Manajerial Inst. 2.192 .030
Manajerial Own -1.004 .317
Liquidity -1.115 .267
Growth 3.252 .001
Tangibility -8.840 .000
Size 7.599 .000
Profitability 2.405 .017
Berdasarkan tabel 4.6 diatas, dengan Dependent Struktur Modal diperoleh variabel,
IFRS sebesar 0.820, Komisari Independen sebear 0.408,Managerial Ownership sebesar
0.317, Liquidity sebesar 0.267, Hasil ini menunjukan angka signifikan diatas 0,05 berarti
persamaan regresi dalam penelitian ini tidak mempunyai asumsi
heteroskedastisitas.Sedangkan Manajerial Institutional sevesar 0.030, Growth sebesar 0.001,
Tangibility sebesar 0.000, Size perusahaan sebesar 0.000, Profitabilitas sebesar 0.017. Hasil
ini menunjukan angka signifikan dibawah 0,05 berarti persamaan regresi dalam penelitian ini
mempunyai asumsi heteroskedastisitas.
4.4. Hasil Pengujian Hipotesisi.
4.4.1. Analisis Koefisien Determinasi
Analisis koefisien determinasi diperlukan untuk melihat kemampuan variabel
independen dalam menjelaskan variabel dependen dalam suatu persamaan regresi. Adapun
hasil analisis koefisien determinasi (lihat tabel 5.8).
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia November 18
InoVasi Volume 18 ; November 2018 Page 1727
Tabel 4.7.
Hasil Analisis Koefisien Determinasi dengan dependen Struktur Modal
Model Summary (b)
Tahun Adjusted R square
2011-2015 0.584
Sumber data : Data 2011-2015 (diolah)
Dari tabel 4.7 diatas, diperoleh nilai Adjusted R square (adj R²) sebesar 0.584, hal ini berarti
variable Struktur modal dapat dijelaskan variable Profitabilitas,Size perusahaan, Growth,
Liquidity, Managerial Ownership , Tangibility,Intitutional Manajerial, Komisaris Independen
dan adopsi IFRS sebesar sebesar 58.40 %sedangkan sisanya (100% - 58,4% = 42,60%)
dijelaskan oleh variable lain diluar model.
4.4.2. Uji Signifikan Simultan (Uji – F )
Uji statistik F diperlukan untuk memperoleh informasi variabel independen
berpengaruh secara bersama–sama terhadap variabel dependen
Tabel 4.8. Hasil Uji Simultan (Uji – F)
ANOVA(b)
Tahun Tingkat Kepercayaan F Sign
2011-2015 95 % 26,776 .000(a)
Dari hasil perhitungan Uji Anova (lihat tabel 4.9) dengan tingkat kepercayaan 95 %, pada
tahun 2011-2015 diperoleh nilai F sebesar dengan signifikan 0,000 variable
Profitabilitas,Size perusahaan, Growth, Liquidity, Managerial Ownership ,
Tangibility,Intitutional Manajerial, Komisaris Independen dan adopsi IFRS terhadap Modal
Kerja.
4.4.3. Uji Partial (t – test ).
Uji T Partial merupakan Uji Hipotesis yang berguna untuk menguji apakah masing-
masing variabel bebas berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat secara parsial
dengan α 0,05 dan juga penerimaan atau penolakan hipotesa.
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia November 18
InoVasi Volume 18 ; November 2018 Page 1728
Uji partial (t–test) diperlukan untuk memperoleh informasi variabel independen
berpengaruh secara partial terhadap variabel dependen.
Tabel 4.9.
Hasil Uji t dengan Dependen Struktur Modal
Berdasarkan tabel 4.6 diatas, dengan Dependent Struktur Modal diperoleh variabel, IFRS
sebesar 0.820, Komisari Independen sebear 0.408, Managerial Ownership sebesar 0.317,
Liquidity sebesar 0.267, Hasil ini menunjukan angka signifikan diatas 0,05 berarti persamaan
regresi dalam penelitian ini tidak mempunyai asumsi heteroskedastisitas. Sedangkan
Manajerial Institutional sevesar 0.030, Growth sebesar 0.001, Tangibility sebesar 0.000, Size
perusahaan sebesar 0.000, Profitabilitas sebesar 0.017. Hasil ini menunjukan angka signifikan
dibawah 0,05 berarti persamaan regresi dalam penelitian ini mempunyai asumsi
heteroskedastisitas.
4.5. Pembahasan Hasil Penelitian
Dalam pengujian dengan uji statistik F diatas (lihat tabel 4.8) hasil perhitungan Uji F
dengan tingkat kepercayaan 95 persen diperoleh informasi bahwa pada tahun 2011-2015
variabel dijelaskan Manajerial Institutional, Growth, Tangibility, Size perusahaan,
Profitabilitas, berpengaruh terhadap Struktur Modal karena angka signifikan lebih lebih
Model t Sig.
1 (Constant) -6.605 .000
IFRS .228 .820
Kom Independen .830 .408
Manajerial Inst. 2.192 .030
Manajerial Own -1.004 .317
Liquidity -1.115 .267
Growth 3.252 .001
Tangibility -8.840 .000
Size 7.599 .000
Profitability 2.405 .017
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia November 18
InoVasi Volume 18 ; November 2018 Page 1729
kecil dari 0.05. Hasil ini konsisten dengan penelitian Juliarto (2004). Sedangkan adopsi
IFRS, Komisari Independen, Managerial Ownership, Liquidity, menunjukan angka signifikan
diatas 0,05 berarti persamaan regresi dalam penelitian ini tidak mempunyai asumsi
heteroskedastisitas
Dari hasil pengujian Uji statistik dengan Uji-t (lihat tabel 4.9) selama penelitian periode
2011-2015 dapat disusun persamaan :
Y1it = 13,525.449 + 12.614X1it + 2009,548X2it -62.957X3it + 2.162X4it -0.118X5it+96.956X6it
-55.824X7it + 19.727X8it + 10.456X9it + e
Dari persamaan diatas ß sebesar 13,525.449 yang berarti jika variabel independen tetap
maka Struktur Modal sebesar 13,525.449. Koefiseien ß Protability sebesar 12.614 artinya
bahwa setiap kenaikkan Profitability satu poin akan berpengaruh terhadap kenaikaan Struktur
Modal sebesar 12.614 Size perusahaan sebesar 2009.548 artinya bahwa setiap kenaikan Size
perusahaan satu poin maka Size perusahaan akan berpengaruh terhadap kenaikaan Struktur
Modal sebesar 2009.548. Koefiseien ß Tangibility sebesar minus 62.957 artinya bahwa
setiap kenaikan Tangibility satu poin akan berpengaruh terhadap penurunan Modal Kerja
sebesar 62.957. Koefiseien ß Growth sebesar 2.162 artinya bahwa setiap kenaikan Growth
satu poin akan berpengaruh terhadap kenaikan Modal Kerja sebesar 2.162. Koefiseien ß
Liqudity sebesar minus 0.118 artinya bahwa setiap kenaikan Liquidity satu poin akan
berpengaruh terhadap penurunan Modal Kerja sebesar 0.118. Koefiseien ß Aopsi IFRS
sebesar minus 96.956 artinya bahwa setiap kenaikan Adopsi IFRS satu poin akan
berpengaruh terhadap menurunya Modal Kerja sebesar 96.956. Koefiseien ß Manajerial
Ownership sebesar minus 55.824 artinya bahwa setiap kenaikan Manajerial Ownership satu
poin akan berpengaruh terhadap menurunnya Modal Kerja sebesar 55.824. Koefiseien ß
Institutional Ownwrship sebesar 19.727 artinya bahwa setiap kenaikan Institutional
Ownership satu poin akan berpengaruh terhadap kenaikan Modal Kerja sebesar 19.727.
Koefiseien ß Komisaris Independen sebesar 10.456 artinya bahwa setiap kenaikan Komisaris
Independen satu poin akan berpengaruh terhadap kenaikan Modal Kerja sebesar 10.456.
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia November 18
InoVasi Volume 18 ; November 2018 Page 1730
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. KESIMPULAN
Tujuan penelitian ini adalah menguji pengaruh Good Corporate Governance (GCG),
adopsi IFRS serta Karekteristik Perusahaan pada Struktur modal. Penelitian ini dilakukan
terhadap perusahaan yang tergolong LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
2011-2015 dengan menggunakan metode purposive sampling.
a. Analisis Diskriptif, jumlah data sebanyak 182 dengan dependen Struktur Modal
dihasilkan standar deviasi minimum terletak pada IFRS sebesar 0.32689, nilai maximum
terletak pada Struktur Modal sebesar 2,686.20767.
b. Uji Autokorelasi Hasil Pengujian Autokorelasi dengan Dependent Struktur Modal Dan
Independen Profitability, Growth, Liquidity, Size perusahaan, Tangibility, Adopsi IFRS,
Manajerial Ownership, Man Institutional , Kepemilikan majerial diperoleh informasi
nilai Durbin-Watson (DW) sebesar 1,956. Nilai Durbin-Watson (DW) ini lebih besar dari
Durbin lower (dl) sebesar 1.287 dan kurang dari 4 - (du) sebesar 2.240 maka, persamaan
tidak ada autokorelasi, positif atau negatif.
c. Uji Multikolineritas., diperoleh informasi bahwa, nilai Tolerance IFRS sebesar 0.907,
Komisaris Independen sebesar 0.693, Intitusional manajerial sebesar 0.746, Managerial
Ownership sebesar 0.900, Liqudity sebesar 0.690, Growth sebesar 0.902, Tangibility
sebesar 0.835, Size Perusahaan sebesar 0.716 dan Profitability sebesar 0.789. Data ini
menunjukkan nilai Tolerance lebih besar dari 0.10 berarti tidak ada korelasi antar
variabel independent. Kemudian nilai VIF untuk IFRS sebesar 1.102,Komisaris
Independen sebesar 1.444, Intitusional manajerial sebesar 1.341 Manaagerial Ownership
sebesar 1.112, Liqudity sebesar 1.449, Growth sebesar 1.108, Tangibility sebesar 1.197,
Size Perusahaan sebesar 1.396 dan Profitability sebesar 1.267, berarti data ini
menunjukkan bahwa persamaan regresi tidak mengandung multikolineritas.
d. Uji Heterokedasitas dengan Dependent Struktur Modal diperoleh variabel, IFRS sebesar
0.820, Komisari Independen sebear 0.408,Managerial Ownership sebesar 0.317,
Liquidity sebesar 0.267, Hasil ini menunjukan angka signifikan diatas 0,05 berarti
persamaan regresi dalam penelitian ini tidak mempunyai asumsi
heteroskedastisitas.Sedangkan Manajerial Institutional sevesar 0.030, Growth sebesar
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia November 18
InoVasi Volume 18 ; November 2018 Page 1731
0.001, Tangibility sebesar 0.000, Size perusahaan sebesar 0.000, Profitabilitas sebesar
0.017. Hasil ini menunjukan angka signifikan dibawah 0,05 berarti persamaan regresi
dalam penelitian ini mempunyai asumsi heteroskedastisitas.
e. Analisis Koefisien Determinasi, diperoleh nilai Adjusted R square (adj R²) sebesar 0.584,
hal ini berarti variable Struktur modal dapat dijelaskan variable Profitabilitas,Size
perusahaan, Growth, Liquidity, Managerial Ownership , Tangibility,Intitutional
Manajerial, Komisaris Independen dan adopsi IFRS sebesar sebesar 58.40 %sedangkan
sisanya (100% - 58,4% = 42,60%) dijelaskan oleh variable lain diluar model
f. Uji Signifikan Simultan (Uji – F ), hasil perhitungan Uji Anova dengan tingkat
kepercayaan 95 %, pada tahun 2011-2015 diperoleh nilai F sebesar dengan signifikan
0,000 variable Profitabilitas,Size perusahaan, Growth, Liquidity, Managerial Ownership
, Tangibility,Intitutional Manajerial, Komisaris Independen dan adopsi IFRS terhadap
Modal Kerja
g. Uji Partial (t – test ), dengan Dependent Struktur Modal diperoleh variabel, IFRS
sebesar 0.820, Komisari Independen sebesar 0.408, Managerial Ownership sebesar
0.317, Liquidity sebesar 0.267, menunjukan angka signifikan diatas 0,05 berarti
persamaan regresi dalam penelitian ini tidak mempunyai asumsi heteroskedastisitas.
Sedangkan Manajerial Institutional sevesar 0.030, Growth sebesar 0.001, Tangibility
sebesar 0.000, Size perusahaan sebesar 0.000, Profitabilitas sebesar 0.017. Hasil ini
menunjukan angka signifikan dibawah 0,05 berarti persamaan regresi dalam penelitian
ini mempunyai asumsi heteroskedastisitas.
5.2. SARAN
Dalam penelitian ini memberikan saran-saran sebagai berikut:
a. Karena dalam penelitian ini peneliti hanya menggunakan laporan keuangan saja atau
menggunakan factor – factor yang sifatnya ekonomis, maka untuk penelitian selanjutnya
sebaiknya memasukkan factor – factor non ekonomis seperti hukum, politik, keamanan
dan sebagainya.
b. Managemen hendaknya meningkatkan pengelolaan modal kerja dengan tepat karena
modal kerja merupakan aset perusahaan dengan jumlah besar meskipun dalam penelitian
ini belum dapat memberikan berpengaruh terhadap return saham.
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia November 18
InoVasi Volume 18 ; November 2018 Page 1732
c. Penelitian sangat menyadari bahwa hasil penelitian ini sangat kecil sekali artinya dan
tidak terluput dari kelemahan – kelemahan yang mungkin saja terjadi dan mempengaruhi
hasil penelitian. Sehubungan dengan hal tersebut, maka untuk memperoleh hasil
penelitian yang layak untuk sebagai bahan masukan dan dasar tindakan, masih diperlukan
beberapa kali penelitian yang serupa..
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia November 18
InoVasi Volume 18 ; November 2018 Page 1733
Daftar Pustaka
Brigham, Eugene F and Joel F. Houston, 2006. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan
alih bahasa Ali Akbar Yulianto, Buku satu, Edisi sepuluh, PT. Salemba Empat,
Jakarta
Ghozali, Imam, 2005. Aplikasi Analisis Mutivariate dengan Program SPSS, Edisi
ketiga, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Hardikasari, Eka. (2011). “Pengaruh Penerapan Corporate Governance terhadap
Kinerja Keuangan pada Industri Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2006-2008”. Semarang: Universitas Diponegoro.
Hastuti, Theresia Dwi. (2005). “Hubungan Antara Good Corporate Governance
dan Struktur Kepemilikan dengan Kinerja Keuangan”. Simposium Nasional
Akuntansi VIII. Solo
Horne, James C. Van dan Wachowicz, John M. Jr. 2001, Fundamentals Of
Financial Management, New Jersey, Pearson Prentice Hall
Horne, James C. Van dan Wachowicz , John M. Jr. 2005 , Prinsip – Prinsip
Manajemen Keuangan, edisi bahasa Indonesia terjemahan Dewi Fitriasari dan Deny
Arnos Kwary. Jakarta : Salemba Empat.
Javed Iqbal ( 2007) “A Test of CAPM on the Karachi Stock Exchange”
Jensen, M. C and Meckling, W.H.( 1976) Theory of the Firm : Managerial
Behavior,Agency Costs and Ownership Structure . Journal of Financial Economics,
Oktober, 1976, V. 3, No. 4, pp. 305-360.
Kep4I 77/M4MBU/2002. (2002). Keputusan menteri Badan Usaha Milik Negara
tentang penerapan praktek Good Corporate Governance pada Badan Usaha Milik
Negara . Jakarta: Menteri BUMN.
Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG). (2006). Pedoman Umum Good
Corporate Governance di Indonesia. Jakarta.
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia November 18
InoVasi Volume 18 ; November 2018 Page 1734
Mokhtari (2013) “hubungan antara institutional ownership with firm value and
earnings quality pada perusahaan yang terdaftar di Tehran Stock Exchange
(TSE).OECD (2004) “ peran dan tanggung jawab dewan komisaris sebagai pihak
pengawas jalannya manajemen perusahaan.”
Ruan (2011) “Pengaruh kepemilikan manajerial terhadap kinerja perusahaan
melalui pilihan struktur modal, menggunakan sampel pada perusahaan yang terdaftar
di pasar saham China dari tahun 2002 sampai 2007.
Sukamuja, Sukmawati. (2004) ”Good Corporate Governance di Sektor Keuangan:
Dampak GCG Terhadap Kinerja Perusahaan (Kasus di Bursa Efek Jakarta)
”. BENEFIT, Vol.8, No. 1, h. 1425
Sundjaja Ridwan S. dan Inge Barlian (2003) Manajemen Keuangan 1, Edisi
kelima. Jakarta: Literata Lintas Media