jurnal belajar-kel-10

61
Pendahuluan Program BERMUTU berfokus pada peningkatan profesionalitas guru untuk mencapai hasil belajar peserta didik yang berkualitas. Untuk mencapai peningkatan hasil belajar peserta didik, guru diminta menerapkan pembelajaran PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan). Untuk melengkapi dan mendukung pelaksanaan PAIKEM di pendidikan dasar diperlukan JB (JB), Rencana Pembelajaran (RPP), Bank Soal dan beberapa Bahan Belajar Mandiri BBM) yang disiapkan bagi guru di KKG dan MGMP. Setelah mencermati BBM yang dirancang untuk pertemuan 16 kali di KKG dan MGMP, ternyata belum ada topik tetang Jurnal Belajar peserta didik, selanjutnya dalam Modul ditulis dengan JB. Berdasarkan Project Development Objective (PDO) program BERMUTU dituntut JB peserta didik dan Portofolio guru. Mengingat guru di pendidikan dasar belum terbiasa memanfaatkan JB dan portofolio, maka dipandang perlu disusun Modul tentang JB peserta didik dan portofolio guru. JB merupakan wadah untuk menuliskan hasil refleksi peserta didik tentang pembelajaran yang telah diikuti. Bagaimana tanggapan peserta didik dituliskan dalam JB, misalnya materi sudah dipahami, materi pembelajaran belum dipahami dengan menuliskan alasan mengapa belum dipahami, 1

Upload: diani-riska-sari

Post on 30-Jun-2015

537 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: JURNAL BELAJAR-kel-10

Pendahuluan

Program BERMUTU berfokus pada peningkatan profesionalitas guru

untuk mencapai hasil belajar peserta didik yang berkualitas. Untuk

mencapai peningkatan hasil belajar peserta didik, guru diminta

menerapkan pembelajaran PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif,

Kreatif, Efektif dan Menyenangkan). Untuk melengkapi dan

mendukung pelaksanaan PAIKEM di pendidikan dasar diperlukan JB

(JB), Rencana Pembelajaran (RPP), Bank Soal dan beberapa Bahan

Belajar Mandiri BBM) yang disiapkan bagi guru di KKG dan MGMP.

Setelah mencermati BBM yang dirancang untuk pertemuan 16 kali

di KKG dan MGMP, ternyata belum ada topik tetang Jurnal Belajar

peserta didik, selanjutnya dalam Modul ditulis dengan JB.

Berdasarkan Project Development Objective (PDO) program

BERMUTU dituntut JB peserta didik dan Portofolio guru. Mengingat

guru di pendidikan dasar belum terbiasa memanfaatkan JB dan

portofolio, maka dipandang perlu disusun Modul tentang JB peserta

didik dan portofolio guru.

JB merupakan wadah untuk menuliskan hasil refleksi peserta didik

tentang pembelajaran yang telah diikuti. Bagaimana tanggapan

peserta didik dituliskan dalam JB, misalnya materi sudah dipahami,

materi pembelajaran belum dipahami dengan menuliskan alasan

mengapa belum dipahami, penjelasan yang berbeda dengan yang

disampaikan gurunya yang didapat dari sumber belajar yang lain. JB

Peserta didik sangat bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan

dan kebiasaan menulis, menyusun suatu alur pikir secara tertulis,

yang bagi guru dapat menjadi acuan dalam menilai berhasil

tidaknya peserta didik mempelajari materi yang disampaikan.

1

Page 2: JURNAL BELAJAR-kel-10

JB diprediksi memberikan kontribusi positif dalam pengembangan

disiplin akademik di bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.

Akan tetapi karena guru yang belum menyadari manfaat JB

kemungkinan enggan menggunakannya. Keberadaan dan

keberlanjutan JB memerlukan upaya yang sungguh-sungguh dari

guru. Pengelolaan dan penggunaan JB peserta didik pada

pendidikan dasar menghadapi beberapa kendala. Seperti, guru

kurang menyadari manfaatnya, tidak ada waktu karena terlalu

banyak materi yang harus diajarkan dan berbagai alasan lainnya.

Akan tetapi, jika diberdayakan dan dimanfaatkan dengan baik

niscaya akan memberikan hasil yang luar biasa terutama dalam

pembiasaan menulis secara efektif. Guru-guru di sekolah dasar dan

sekolah menengah pertama harus berpengalaman dalam

menggunakan JB sebagai sarana dalam membelajarkan peserta

didik.

JB menjadi penting dalam sudut pandang seperti tersebut di atas,

maka semboyan ilmuwan-ilmuwan Amerika “Publish or Perish”

(menulis atau lenyab) diharapkan dapat dijadikan pemicu agar para

pendidik di negeri tercinta ini memiliki kesadaran untuk menulis.

Penggunaan JB diharapkan tidak bisa lepas dari membangun

budaya, kebiasaan-kebiasaan menulis untuk mengisi secara terus-

menerus khazanah keilmuan dalam bidang pembelajaran. Ironisnya

kebiasaan membaca untuk memperkaya khazanah keilmuan

pembelajaran (pendidikan) masih rendah di kalangan pendidik dan

tenaga kependidikan kita. Tidak jarang guru di sekolah kita yang

hanya mengajar dari ilmu yang didapat semasa kuliah (yang

biasanya sudah kadaluarsa). Jika ditanya, mengapa tidak membaca

sumber-sumber yang terkini, mutakhir, guru tersebut menjawab

tidak ada dana untuk membeli buku sumber atau bahasa Inggris

tidak dikuasai atau berbagai alasan lain. Pada hal guru sebagai agen

pembaharuan, dituntut untuk membaca artikel-artikel keilmuan

bermutu, terampil mengakses sumber informasi lewat internet

2

Page 3: JURNAL BELAJAR-kel-10

secara berkesinambungan serta mengkaji atau mengujinya untuk

menjawab permasalahan-permasalahan pembelajaran di sekolah.

Lewat tulisan-tulisan peserta didik pada JB sebagian permasalahan

yang dihadapi guru tersebut dapat diatasi.

Bagi pendidik dan tenaga kependidikan, yang telah memiliki

kecintaan dan kebiasaan menulis atau membaca, mereka tidak

mungkin akan terus menerus dapat menulis tanpa membaca dan

tanpa didukung dengan sarana-prasarana atau wadah yang tepat.

Paling tidak, kepala sekolah dan pengawas sekolah menghargai

karya tulis ilmiah, artikel atau buku yang mereka dihasilkan.

Kebiasaan membaca, kecintaan menulis artikel adalah bagian dari

pengembangan profesionalitas dan pengembangan intelektualitas

yang sangat perlu ditumbuhkan dalam diri pendidik dan tenaga

kependidikan di sekolah kita. Membaca dan menulis bagi pendidik

dan tenaga kependidikan dapat diilustrasikan sebagai aktivitas

harian seperti halnya bernafas.

JB sebagai wadah yang memuat hasil refleksi peserta didik tentang

pembelajaran dapat dimanfaatkan guru, kepala sekolah dan

pengawas sekolah bahkan orang tua dapat membacanya sebagai

bahan masukan untuk melihat kemampuan peserta didik dalam

bidang yang dipelajarinya. Peserta didik mengisinya dengan hasil

bacaan, hasil diskusi, refleksi terhadap temuan dalam

pembelajaran, hasil pengamatan, hasil abstraksi atau apa saja yang

berkaitan dengan pembelajaran di sekolah. JB bukan hanya ditulis

oleh peserta didik yang mempunyai karya yang berkualitas dapat

mengisinya. Kesempatan menulis JB diberikan kepada semua

peserta didik, walaupun menurut guru apa yang dituliskan peserta

didik itu pada awalnya hanya cerita yang kelihatannya kurang

bermakna bagi guru tersebut.

3

Page 4: JURNAL BELAJAR-kel-10

JB tidak hanya berorientasi pada pengembangan kemampuan

akademis semata akan tetapi diharapkan melalui kebiasaan

menuliskan pengalaman belajar, peserta didik tersebut terbiasa

mengekspresikan perasaan, pemikiran ataupun harapannya tentang

pembelajaran yang diberikan guru. Jadi lebih dekat sebagai alat

untuk komunikasi dan diseminasi informasi, temuan, pemikiran,

hasil pengamatan tentang pembelajaran. Peserta didik dibiasakan

mengisi JB, meskipun belum mampu menulis dengan kriteria ilmiah.

Isi dari JB tidak harus dalam bentuk artikel, hasil telaahan yang

memenuhi kriteria ilmiah. Tetapi dapat berupa kalimat-kalimat

sederhana, misalnya penyelesaian soal mata pelajaran tertentu atau

bahkan hanya ungkapan bahwa peserta didik itu senang belajar hari

itu karena guru memberi kesempatan ke luar kelas untuk

mengamati tanaman di sekitar sekolah pada pelajaran IPA.

Untuk memulai membuat dan menggunakan JB di SD dan SMP

dibutuhkan keberanian. Untuk memulai dan mendorong guru,

diperlukan inisiatif kepala sekolah atau dan pengawas sekolah.

Kebersamaan di antara pendidik dan tenaga kependidikan yang

menjadi anggota kelompok kerja masing-masing merupakan modal

utama dan kunci keberhasilan pemanfaatan JB. Pendekatan-

pendekatan personal kepada anggota kelompok kerja diperkirakan

akan mampu membangkitkan semangat untuk menerbitkan JB.

Kebersamaan dalam memecahkan masalah, diskusi dari hati ke hati,

mengajak anggota kelompok kerja untuk merancang, membuat dan

mengelola JB.

Kebiasaan guru menulis artikel di media masa, menulis di jurnal

ilmiah, menyusun karya tulis ilmiah dapat ditumbuhkembangkan

melalui pembiasan membaca JB peserta didik. JB diharakan

memberi sumbangan yang besar dan positif untuk membangun

tradisi berpikir ilmiah dan kemampuan untuk menuliskannya dalam

bentuk artikel di jurnal ilmiah kelak di kemudian hari. Pendidik dan

4

Page 5: JURNAL BELAJAR-kel-10

tenaga kependidikan dalam kegiatan kelompok kerja KKG, MGMP,

KKKS dan MKKS seyogianya mempelajari manfaat JB dan

memanfaatkan seoptimal mungkin. Kebiasaan menulis di JB sangat

bermanfaat kelak di perguruan tinggi dalam menulis sebagai

komunikasi hasil penelitian dan telaah ilmiah.

Tujuan

Modul ini membahas tentang JB, bagaimana JB peserta didik

diupayakan dan dimanfaatkan guru dalam rangka meningkatkan

kualitas pembelajaran. Penulisan dan pemanfaatan JB di pendidikan

dasar sarat dengan berbagai tujuan:

Bagi peserta didik berfungsi untuk pengayaan, penyegaran,

meningkatkan aktualisasi diri serta peningkatan nilai hasil

belajar kumulatif serta sebagai alat pengembangan

keilmuannya.

Bagi sekolah, sebagai aset yang menggambarkan tingkat

kemampuan akademis peserta didik dan menanamkan

budaya menulis bagi warga sekolah yang berarti juga

menggambarkan kualitas tenaga pengajar;

Bagi guru sebagai sarana untuk meningkatkan

professionalitas dalam membiasakan peserta didik

merefleksikan hasil belajar dan menuliskannya. Menilai

seberapa jauh peserta didiknya telah memahami isi atau

apakah metode yang digunakan guru efektif atau tidak dan

lain sebagainya.

Sistematika

Modul ini terdiri dari tiga kegiatan belajar. Kegiatan Belajar 1

membahas tentang JB Peserta didik, Kegiatan Belajar 2 tentang

5

Page 6: JURNAL BELAJAR-kel-10

Penulisan JB Peserta didik, dan Kegiatan Belajar 3 membahas tentang

Portofolio Pendidik.

Kegiatan Belajar 1 JURNAL BELAJAR Peserta didik

Waktu : 4 jam (4x50 menit)

A. Pengantar

Jurnal Belajar sebagai wadah dan sarana pendukung pengembangan

kualitas pendidikan, khususnya di bidang pembelajaran. Pendidik

dan tenaga kependididkan diharapkan menafaatkan JB sebagai

masukan dalam memperbaharui (pemutakhiran) materi keilmuan

yang diajarkan dan cara-cara mengajarkannya. Guru (pemula dan

kawakan) dapat menjadikan JB sebagai rujukan pemutakhiran

metode pembelajaran dan materi yang diajarkan. Peserta didik yang

berada di kota besar, sekarang ini sudah dengan mudah dapat

mengakses pengetahuan melalui internet, yang kemungkinan

membuat pendidik dan tenaga kependidikan semakin tertinggal,

apabila gurunya hanya mengandalkan sumber belajar yang

konvensional.

Selain itu, meningkatkan minat baca dan menulis bukan hanya

kewajiban bagi peserta didik, akan tetapi merupakan kewajiban bagi

pendidik dan tenaga kependidikan. Proses pembelajaran di sekolah

tidak akan dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi kalau guru-gurunya tidak terbiasa membaca. Pendidik

dan tenaga kependidikan tidak mungkin dapat menulis karya tulis

ilmiah atau artikel populer yang baik tanpa banyak membaca.

Menulis dan membaca adalah pintu gerbang utama mengikuti

6

Page 7: JURNAL BELAJAR-kel-10

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. JB diharapkan

menjadi sarana untuk mencapai hal tersebut.

Tawaran menulis JB kemungkinan pada awalnya akan menjadi

beban bagi sebagian besar peserta didik. Kemungkinan guru yang

belum pernah memanfaatkan JB dan kurang memahami maknanya

akan sulit memotivasi peserta didik untuk terbiasa menulis di JB.

Meskipun guru tersebut berkualifikasi S1 atau S2 tidak ada jaminan

bahwa mereka lebih mampu memanfaatkan JB. Pada umumnya

guru di pendidikan dasar belum tahu makna dan tidak terbiasa

memanfaatkan JB sebagai sarana pembelajaran yang efektif.

Diperkirakan sebagian besar guru mengalami kesulitan membuat

karya tulis ilmiah karena sejak SD dulu belum pernah mengisi JB.

B. TujuanKegiatan Belajar 1 ini bertujuan memberi motivasi kepada pendidik

dan tenaga kependidikan tentang pembuatan JB peserta didik.

Setelah menyelesaikan Kegiatan Belajar 1, guru diharapkan mampu:

1. Mengidentifikasi dan memetakan kebutuhan JB peserta didik;

2. Mengidentifikasi dan memetakan karakteristik JB peserta didik;

3. Mengidentifikasi dan memetakan peluang untuk membuat dan

menafaatkan JB untuk meningkatkan kualitas pembelajaran;

4. Mengidentifikasi dan memetakan kendala yang akan dihadapi

dalam pembuatan JB peserta didik pada pendidikan dasar.

C.Bahan, Alat dan Nara Sumber Belajar

Untuk menyelesaikan Kegiatan Belajar 1, guru menggunakan bahan,

alat dan sumber belajar antara lain sebagai berikut.

1. Studi Kasus: Pembuatan Majalah Dinding dalam bidang

pembelajaran;

2. Lesson Study yang dilakukan oleh beberapa guru di KKG, MGMP;

3. Contoh model JB Peserta didik

4. Handout: Model dan Karakteristik JB peserta didik

7

Page 8: JURNAL BELAJAR-kel-10

5. Kajian Pustaka tentang fungsi dan manfaar JB

6. Media Pembelajaran

7. Guru pemandu

D. Langkah Kegiatan

Kegiatan Belajar 1, dilaksanakan mengikuti alur kegiatan sebagai

berikut.

Untuk menyelesaikan Kegiatan Belajar 1, guru diharapkan

melakukan langkah-langkah kegiatan sebagai berikut.

1. Pengantar (50 menit)

Fasilitator membuka sesi ini, selanjutnya menjelaskan tentang

kebijakan Program BERMUTU, dengan merangkum hal penting

tentang program dari Pendahuluan Modul ini

Kemudian, dijelaskan tujuan sesi yaitu memberi motivasi kepada

guru tentang pentingnya JB bagi peserta didik dan guru. Fasilitator

8

Pengantar dan Pengenalan BERMUTU

Penyajian Studi Kasus

Pemodelan Jurnal dan Diskusi tentang Ciri-ciri Jurnal

Penulisan Artikel untuk Jurnal dan Buletin

Penguatan dan Penugasan Penulisan Artikel untuk JB

1 23 4

5

50’ 30’ 60’ 30’

30’

Page 9: JURNAL BELAJAR-kel-10

meminta peserta untuk menambahkan isu-isu lain yang ada di

sekolah berkaitan dengan JB peserta didik;

Fasilitator bersama peserta bertanya jawab tentang pengalaman

peserta dalam menulis artikel dan laporan hasil penelitian tindakan

kelas.

Salah seorang peserta membantu fasilitator mencatat di papan tulis

temuan inti pengalaman peserta dalam penulisan artikel untuk

jurnal atau buletin.

2. Penyajian studi kasus penerbitan JB (30 menit).

Untuk menginventarisasi karakteristik dan manfaat JB yang baik,

peserta diminta membedakan antara karya tulis, majalah dinding,

karangan bebas dan JB, melalui diskusi kelompok (jumlah kelompok

dan anggota disesuaikan dengan jumlah peserta).

Penyajian studi kasus: Penyusunan JB peserta didik.

Fasilitator menyajikan kasus pembuatan JB (kalau sudah ada di

sekolah di Indonesia akan lebih baik, jika belum ada dapat

mengambil contoh majalah dinding atau JB di sekolah di luar

negeri). Fasilitator menyampaikan beberapa pertanyaan untuk

dipertimbangkan oleh peserta selama studi kasus:

1) Apa manfaat JB bagi peserta didik dan guru?

2) Apa kesulitan yang dihadapi oleh guru dalam mengelola JB

tersebut?

3) Bagaimana sebaiknya agar guru termotivasi untuk membuat

dan memanfaatkan JB?

Selanjutnya:

Peserta diklat secara berkelompok mengkaji model JB yang

disajikan dalam bentuk studi kasus

9

Page 10: JURNAL BELAJAR-kel-10

Peserta diklat memberikan tanggapan atas kebermanfaatan

dan kesulitan, serta memberikan solusi pemecahannya, yang

dicatat dalam lembaran studi kasus.

Salah satu kelompok mempresentasikan hasilnya, dan

kelompok lain menanggapi dan menambahkan.

Format 1:

Karakteristik Jurnal Belajar

No.

Komponen Aspek Indikator

1 Isi

2 Tujuan

3 Bentuk/Ukuran

4 Pemanfaatan

5 Pengelolaan

10

Studi Kasus : Jurnal Belajar

Fasilitator mengajak peserta untuk melihat berbagai model JB yang dibuat di sekolah di Indonesia.

Peserta diberi format untuk diisi, yang berkaitan dengan karakteristik JB yang berkualitas.

Page 11: JURNAL BELAJAR-kel-10

6 Sustainibilitas

Bahan Bacaan Kegiatan Belajar 1 : Jurnal Belajar

Apa itu Jurnal Belajar?

Jurnal Belajar diterjemahkan dari learning journal yakni merupakan

dokumen yang secara terus-menerus bertambah dan berkembang.

Biasanya ditulis oleh peserta didik (pembelajar), sebagai rekaman

terhadap perkembangan materi yang sedang dipelajari.

Sebenarnya, bisa saja terdapat beberapa jurnal sesuai dengan mata

pelajaran yang diikuti atau bahkan ada jurnal yang berkaitan

dengan pekerjaan sehari-hari. Sekarang ini yang banyak

berkembang adalah JB secara online, di mana peserta dididk dapat

melakukan dialog (seperti dalam bentuk forum), bahkan peserta

dididik dari sekolah lain pun boleh ikut bergabung (nimbrung).

J9rnal Belajar bukan:

Ringkasan materi pembelajaran, tetapi lebih fokus pada refleksi

peserta didik terhadap apa yang telah dibaca atau yang sedang

dipelajari;

Katalog belajar, karena dalam katalog belajar biasanya ditulis

waktu dan tanggal mengajar atau dipelajari. Suatu katalog

merupakan rekaman peristiwa, akan tetapi JB merupakan

rekaman refleksi dan hasil pengamatan dan pemikiran peserta

didik.

Apa Keuntungan dari Jurnal Belajar?

11

Page 12: JURNAL BELAJAR-kel-10

Siapa yang paling diuntungkan kalau JB diterbitkan? Tentu peserta

didik. Kenyataan menunjukkan, bahwa jika peserta didik

memelihara rekaman tentang apa yang diajarkan dan bagaimana

materi itu diajarkan, ini merupakan penunjang untuk tetap

mengingatnya di dalam kepala, ada pepatah orang tua yang

mengatakan ”sebenarnya peserta didik belum tahu apa-apa

sampai peserta didik tersebut dapat menuliskannya” dan

beberapa hasil penelitian telah membuktikan bahwa ungkapan

tersebut benar. Apa yang telah dipelajari peserta didik dapat

ditelusuri, termasuk kemajuan yang telah didapatkan atau

dilakukan. Peserta didik mulai dapat membedakan di antara

pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki.

Siapa Penulis Jurnal Belajar?

Seratus tahun yang lalu, pendidikan jarak jauh belum ada dan buku

teks masih sangat mahal harganya. Ketika itu, peserta didik harus

menuliskan apa yang telah dipelajari pada buku catatan. Isi catatan

kuliah tersebut adalah ringkasan dari materi yang telah dipelajari.

Yang menjadi fokus peserta adalah mereka harus menulis dan

memutuskan sendiri apa yang akan ditulis. Pada saat ini, tidak

dibutuhkan lagi catatan kuliah karena materi kuliah sudah dapat

diakses secara online, karena bahan kuliah, yang lebih lengkap dari

catatan itu sudah ada di website. Harga buku teks pun sudah relatif

murah dan karena kuliah dilaksanakan secara online berarti peserta

didiknya harus mampu mengupload bahannya ke internet (web).

Jadi dalam arti seperti pengganti catatan kuliah, peserta didik

hendaknya menggunakan JB. Penekanannya memang berbeda

tetapi tujuannya sama, yaitu membantu memaknai apa yang telah

dipelajari peserta didik.

Isi Jurnal Belajar dapat meliputi:

12

Page 13: JURNAL BELAJAR-kel-10

Butir-butir yang ditemukan, khususnya materi yang menarik dari

yang dibaca peserta didik dan tertarik untuk ditindaklanjuti lebih

detail;

Pertanyaan yang muncul di benak peserta didik yang berkaitan

dengan materi yang dibaca pada topik tertentu (bahan ajar);

Setelah pembelajaran di kelas (segera setelahnya, jika

memungkinkan) adalah merupakan waktu yang paling tepat

untuk membuat catatan untuk me-reinforce (mendorong dengan

sekuat tenaga) hasil belajar peserta didik dengan mencoba

mengingat apa inti yang telah diajarkan. Berpikir apa yang

menjadi poin utama yang baru bagi peserta didik dari materi

yang diajarkan hari ini. Peserta didik diminta oleh gurunya untuk

menuliskan hal tersebut tanpa melihat buku pelajaran ,

kemudian membandingkan dengan buku, sekadar untuk

menyakinkan apakah poin yang dibuat tersebut akurat;

Catatan di JB dapat diambil dari materi lain yang dibaca, yang

dikutip dari buku atau materi yang berkaitan, seperti artikel

dalam surat kabar;

Catatan apa saja yang berkaitan dengan pokok bahasan,

komentar peserta didik dalam bentuk satu atau dua kalimat

terhadap pokok bahasan, yang ditemukan/dibaca yang berkaitan

dengan materi pembelajaran;

Refleksi peserta didik terhadap materi dan kaitannya dengan

kebutuhan peserta didik tersebut pada saat guru mengajar;

Bagaimana guru mengajarkan materi tersebut dan dikaitkan

dengan apa yang diajarkan dengan cara yang berbeda;

Pemikiran peserta didik yang belum sepenuhnya terwujud tetapi

peserta didik harus merumuskan kembali. Ini bisa meliputi

perasaan peserta didik tentang materi dan perkembangan dan

teori yang dikembangkan dalam pikiran peserta didik tersebut.

13

Page 14: JURNAL BELAJAR-kel-10

Setiap peserta didik diwajibkan memiliki JB, yang dapat ditulis

setiap hari atau seminggu sekali, setelah guru selesai mengajar.

Apakah materi tersebut sudah diketahui peserta didik

sebelumnya? Hal-hal seperti itulah yang hendaknya dituliskan

oleh peserta didik walaupun hanya satu atau dua paragrap.

Bagaimana Bentuk Jurnal Belajar?

Bagaimana bentuk JB? Kalau guru bertanya kepada peserta didik,

bagaimana sebaiknya JB dikelola, kemungkinan ada peserta didik

yang menyarankan, sebaiknya diketik menggunakan komputer akan

tetapi ada juga yang menyarankan ditulis tangan saja. Tentu saja

tergantung kebutuhan dan fasilitas pendukung yang tersedia. JB

dapat dibuat dalam beberapa bentuk alternatif pilihan:

JB bisa dalam ukuran yang kecil, sebesar block notes atau

setengah ukuran kertas A4, atau sebesar kertas A4. Lebih mudah

dibuat dalam buku tulis biasa. (Kalau guru anggota KKG atau

MGMP, sudah melakukan PTK tentang manfaat JB di SD atau SMP

sebaiknya dikomunikasikan kepada KKG dan MGMP yang lain)

JB dapat ditulis dalam lembar kertas yang terpisah, kemudian

kertas tersebut disusun dan diurutkan berdasarkan poin yang

telah diajarkan, apa yang masih perlu diajarkan, pertanyaan

peserta didik kepada pengajar dan lain sebagainya;

Berdasarkan catatan kecil tadi oleh peserta didik tersebut

diuraikan kedalam tulisan (diketik atau ditulis tangan) dan ini

akan menjadi catatan penting sebagai referensi, catatan setelah

pembelajaran selesai;

Jika satu saat nanti di masa yang akan datang, peserta didik

langsung menulis di laptop atau komputer, kemudian dicetak,

setiap halaman dibundel/dijilid, sebagai rekaman permanen

perkembangan pembelajaran dan hasil belajar peserta didik;

14

Page 15: JURNAL BELAJAR-kel-10

Jika lebih suka membaca dari layar komputer, akan tetapi

disarankan tetap membuat print outnya untuk menjaga kalau

mengalami kesulitan membuka file yang dibuat oleh peserta

didik (terjadi gangguan sehingga tidak dapat dibaca).

Bentuk yang mana pun yang akan dipilih, yang penting bahwa

tulisan peserta didik tersebut setiap selesai ditulis diberikan

kepada gurunya untuk dibaca dan boleh dibaca oleh temanya

(diharapkan).

Pemikiran Pribadi

Peserta didik bisa memasukkan hasil pemikiran pribadi ke dalam JB,

meskipun hal itu tidak ingin diketahui oleh gurunya, akan tetapi hal

tersebut dinilai perlu untuk diketahui orang lain (di kemudian hari)

atau bisa juga tidak diberikan kepada guru, akan tetapi disimpan

atau didokumentasikan sendiri.

Apakah ada Waktu untuk Menulis Jurnal Belajar?

Waktu yang diperlukan untuk menulis JB tersebut tidak lebih dari 10

menit, jika dilakukan secara rutin setiap hari, mungkin hanya satu

jam per minggu. Pada awalnya mungkin bisa lebih dari satu jam

(karena belum terbiasa), tetapi lama-kelamaan, asalkan dilakukan

secara rutin setiap orang hanya menghabiskan waktu 1 jam per

minggu untuk menulis isi JB. Jika setiap minggu menghasilkan satu

halaman, maka satu bulan telah ada empat halaman.

Nilai

Karena belajar tampaknya adalah kegiatan yang bersifat individual,

maka mungkin tulisan yang dimuat di JB, adalah ‘peristiwa penting’

dalam pembelajaran yang diharapkan mendapat respon dari guru

atau rekan-rekanya, sepeti hasil bacaan (buku, artikel atau apa saja

yang menarik bagi yang bersangkutan yang ada kaitannya dengan

pembelajaran).

15

Page 16: JURNAL BELAJAR-kel-10

Tujuan Jurnal Belajar

Tujuan membuatJB adalah bagaimana agar peserta didik

memperoleh keuntungan dari jurnal tersebut. Dengan menuliskan

sesuatu yang bermakna atau pemikiran peserta didik tentang

pengalaman berharga dalam belajar, selain sebagai bahan refleksi

dapat dijadikan rujukan oleh pembaca/peserta didik lain yang

menghadapi hal yang sama. JB diharapkan menjadi wadah untuk

saling sharing informasi, pengalaman belajar, hasil pemikiran, hasil

bacaan, pertanyaan kepada guru dan lain sebainya.

JB dapat merupakan tempat untuk bertanya, jika ada peserta didik

tidak mengerti penjelasan gurunya, setelah itu dituliskan dalam JB

yang kemudian dibaca oleh sang guru. Setelah guru membacanya,

pada pertemuan berikutnya dijawab oleh sang guru, yang membuat

peserta didik memahami materi yang sebelumnya membingungkan

yang bersangkutan.

Alternatif lain, setelah peserta didik selesai mengikuti pembelajaran,

diminta menulis JB sebagai ‘catatan’ yang dibuat tentang

pembelajaran, dilengkapi dengan pemikiran yang bersangkutan.

Atau bisa juga tentang:

Meminta penjelasan tentang pengertian, pengerjaan rumus,

kendala yang dihadapi oleh peserta didik;

Materi yang didapatkan dari sumber lain, termasuk di luar buku

rujukan yang diberikan guru;

Memberi tahu sumber belajar yang lain yang lebih menarik dan

lebih mudah menguasai materi karena lebih sederhana.

16

Page 17: JURNAL BELAJAR-kel-10

Kegiatan Belajar 2 :Menulis Jurnal Belajar

Waktu : 4 jam (4x50 menit)

A. Pengantar

Kegiatan belajar 2 ini disusun sebagai materi pendidikan dan latihan

(diklat) bagi guru dalam membuat dan memanfaatkan JB peserta

didik. JB adalah wadah hasil refleksi peserta didik, yang dapat

dijadikan masukan untuk peningkatan kualitas pembelajaran oleh

guru, kepala sekolah maupun pengawas sekolah. Selain itu,

anggota KKG/MGMP, KKKS dan MKKPS diharapkan memahami dan

terbiasa memanfaatkan JB peserta didik, baik untuk perbaikan

kualitas pembelajaran maupun untuk penelitian tindakan kelas,

karya tulis ilmiah, dan artikel populer. Sebagai kegiatan belajar

lanjutan (2), sebelum penulisan JB peserta didik, guru hendaknya

memahami kemampuan peserta didiknya dalam berkomunikasi

secara tertulis. Guru hendaknya membantu dan mendorong peserta

didik agar mau, berani dan mampu mengekspresikan perasaan,

keinginan, pemahamannya terhadap materi pembelajaran di dalam

17

Page 18: JURNAL BELAJAR-kel-10

JB. JB dijadikan sebagai salah satu bentuk pengembangan atau

pengayaan hasil belajar secara berkelanjutan.

JB adalah karya tulis dalam bentuk yang paling sederhana. Kalimat

yang dituliskan peserta didik ada kemungkinan tidak sempurna,

misalnya peserta didik tersebut berkeinginan untuk

sharing/menukar pengalaman atau pendapat dengan gurunya.

Kemungkinan ada beberapa peserta didik yang senang menulis,

yang mudah untuk menuliskan apa yang menarik baginya.

Sebagian lagi, tidak mampu atau sulit untuk mengisi JB dalam waktu

yang singkat. Tidak ada batasan tentang seberapa panjang tulisan

yang harus dibuat oleh peserta didik. JB dapat diisi peserta didik

dengan pertanyaan atau penjelasan atau pengalamannya berkaitan

dengan topik atau materi pembelajaran.

Secara umum, JB dapat dikelompokkan menjadi 3 jenis, yaitu jurnal

umum, artinya bebas meliputi semua bidang studi. JB ini ditulis

setiap hari atau setiap minggu. Kedua, JB bidang studi, misalnya

jurnal matematika, bahasa Inggris, IPA atau IPS. Penulisan jurnal

dilakukan pada setiap akhir mata pelajaran tersebut. Sedangkan

yang ketiga adalah JB “thematik”, artinya ditulis berdasarkan thema

tertentu, seperti pembelajaran thamatik di SD.

B.TujuanKegiatan Belajar 2 ini bertujuan memberi motivasi kepada peserta

didik untuk menuliskan pengalaman belajar, hasil refleksi terhadap

materi yang dipelajari atau hasil temuan peserta didik tersebut dari

sumber lain (internet, majalah, buku dan lain sebagainya) di JB.

Tidak ada seleksi mengenai isi tulisan peserta didik yang boleh

dimuat dalam JB. Peserta didik bebas menuliskan apa saja yang

menarik, penting dan bermanfaat bagi peserta didik tersebut.

18

Page 19: JURNAL BELAJAR-kel-10

Setelah menyelesaikan Kegiatan Belajar 2 ini, guru diharapkan

mampu:

1. Mengidentifikasi karakteristik isi JB dan kesulitan peserta didik

dalam menulis (mengisi JB);

2. Membantu peserta didik dalam menulis JB berdasarkan

kebutuhan yang bersangkutan;

3. Membantu guru dalam membimbing peserta didik agar

terbiasa dalam mengisi JB sesuai dengan waktu yang tersedia.

C. Bahan, Alat dan Nara Sumber Belajar

Untuk menyelesaikan Kegiatan Belajar 2, guru menggunakan bahan,

alat dan sumber belajar antara lain sebagai berikut.

1. Penulisan JB peserta didik dan Contoh atau model tulisan di

dalam jurnal peserta didik (kalau ada contoh konkrit);

2. Handout tentang Model dan Karakteristik Tulisan dalam JB

peserta didik;

3. Kajian Pustaka tentang JB.

D.Langkah Kegiatan

19

Pengantar dan Pengenalan JB

Penyajian Studi Kasus

Pemodelan tulisan dan Diskusi tentang Ciri-ciri JB

Penulisan JB

Penguatan dan Penugasan contoh Penulisan JB

1 23 4

50’ 30’ 60’ 30’

30’

Page 20: JURNAL BELAJAR-kel-10

Untuk menyelesaikan Kegiatan Belajar 2, guru sebagai peserta

diharapkan melakukan langkah-langkah kegiatan sebagai berikut.

1. Pengantar (50 menit)

Fasilitator membuka sesi ini, selanjutnya menjelaskan tentang

kebijakan Program BERMUTU, dengan merangkum hal penting

tentang program dari Pendahuluan Modul ini;

Kemudian, dijelaskan tujuan Kegiatan Belajar 2 yaitu memberi

motivasi kepada guru agar memanfaatkan JB sebagai wadah

peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah. Fasilitator meminta

peserta untuk menambahkan isu-isu lain yang ada di sekolah

berkaitan penulisan JB peserta didik;

Fasilitator bersama peserta bertanya jawab tentang pengalaman

peserta dalam mengelola JB peserta didik;

Salah seorang peserta membantu fasilitator mencatat di papan tulis

temuan inti pengalaman peserta dalam penulisan JB peserta didik.

2. Penyajian contoh-contoh JB peserta didik (30 menit).

Untuk dapat menginventarisasi karakteristik dan manfaat JB, peserta

diminta membedakan antara karya tulis, artikel sederhana, melalui

berbagai alternatif di antaranya:

a. Alternatif ke-1: Penyajian JB peserta didik.

Fasilitator menyajikan atau membagikan contoh tulisan peserta

didik pada JB yang sesungguhnya (kalau ada JB di sekolah Indonesia

atau contoh JB di sekolah luar negeri). Fasilitator menyampaikan

beberapa pertanyaan untuk dipertimbangkan oleh peserta selama studi

kasus:

20

5

Page 21: JURNAL BELAJAR-kel-10

1. Apa manfaat tulisan peserta didik pada JB?

2. Apa kesulitan yang dihadapi guru dalam membimbing peserta

didik menulis JB?

3. Bagaimana sebaiknya langkah yang diambil oleh guru dalam

memotivasi peserta didik untuk mengisi JB?

4. Apa manfaat JB bagi peserta didik?

Selanjutnya:

Peserta secara berkelompok mengkaji penulisan JB yang didasarkan

dari model JB yang disajikan fasilitator.

Peserta diklat memberikan tanggapan atas kebermanfaatan dan

kesulitan, serta memberikan solusi pemecahannya;

Salah satu kelompok mempresentasikan hasilnya, dan kelompok

lain menanggapi dan menambahkan.

Bahan Bacaan Kegiatan Belajar 2:

Penulisan Jurnal Belajar

A. PendahuluanPenulisan JB peserta didik dimaksudkan untuk pengembangan

keterampilan dan pembiasaan mengekspresikan hasil refleksi peserta

21

Page 22: JURNAL BELAJAR-kel-10

didik terhadap pembelajaran. Komentar peserta didik tentang isi,

metode, sikap guru, pemahaman terhadap materi maupun bagian

yang tidak dimengerti. Selain itu, peserta didik dapat menuliskan

ketertarikan, hasil belajar dari sumber lain, hasil penelitian atau

“eksperimen” yang dilakukan baik individu maupun kelompok.

Membantu peserta didik terbiasa menulis di JB, terbiasa

memanfaatkan JB sebagai media komunikasi untuk guru maupun

rekan-rekannya. JB juga dapat diisi peserta didik dengan hasil

pengalaman belajar, hasil kajian atau penelitian atau data yang

diperoleh di luar sekolah.

Agar guru terampil dalam membimbing peserta didik mengisi JB, guru

sebaiknya memahami lebih dahulu makna dan tujuan penulisan JB.

Setelah terbiasa mengisi JB, peserta didik diharapkan akan memiliki

keterampilan dalam menuliskan gagasan atau pemikirannya

sehingga dapat mengembangkan komunikasi akademis di antara

peserta didik dengan guru atau pihak yang lain yang berkepentingan

dengan pembelajaran di sekolah. Mengisi JB peserta didik diperlukan

kesabaran dan diperlukan latihan, latihan dan latihan. Ala bisa karena

biasa.

Penulisan JB merupakan pendukung kegiatan pembelajaran. Bagi

guru JB menjadi masukan berharga. Guru dapat mengetahui apakah

pembelajaran yang dilaksanakan menarik, materi sudah dikuasai

peserta didik atau belum dan apakah ada peserta didik yang menulis

tentang materi yang dipelajari dari sumber-sumber yang berbeda

dengan yang digunakan guru. Sementara itu, bagi peserta didik

manfaatnya antara lain; tempat bertanya kepada gurunya, tempat

menunjukkan bahwa peserta didik tersebut mengetahui lebih dalam

dari yang diajarkan oleh guru atau mungkin ada peserta didik yang

tidak senang dengan metode yang digunakan gurunya, dan lain

sebagainya. Peserta didik sebagai calon anggota masyarakat ilmiah

perlu dibimbing dan dibiasakan mengekspresikan hasil refelsksinya

terhadap pembelajaran.

22

Page 23: JURNAL BELAJAR-kel-10

Tabel 2. 1 Isi Jurnal Belajar Peserta didik

Isi Jurnal Belajar

Pengalaman belajar peserta

didik (yang menyenangkan,

menarik, berkesan maupun

yang menyedihkan)

Materi pembelajaran yang

belum dipahami peserta didik

dengan menyebutkan alasan

dan kendalanya

Materi pembelajaran yang

telah dipahami

Usaha/cara untuk

mengatasinya materi yang

belum dipahami

Upaya pengayaan Materi yang didapat dari

sumber yang berbeda

JB pada umumnya disusun berdasarkan pengalaman nyata pada saat

mengikuti pembelajaran di sekolah. JB dapat dibuat dalam bentuk

buku harian akan tetapi dapat berupa buku mingguan. Misalnya

setiap pembelajaran IPA, gurunya menyediakan waktu bagi peserta

didik untuk melakukan refleksi terhadap materi yang dipelajari hari

itu kemudian menuliskannya dalam JB. JB dapat dikaitkan dengan

pengembangan atau pengayaan hasil belajar peserta didik. Guru

dituntut untuk melakukan pembimbingan atau memfasilitasi peserta

didik untuk bebas mengisi JB sebagai bagian dari pendidikan

demokrasi di Indonesia. Selain melaksanakan pembingan pendidikan

demokrasi, pembiasaan menulis tetapi guru tersebut memperbaiki

kualitas pembelajarannya berdasarkan masukan dari JB.

JB tidak sama dengan karya tulis ilmiah yang disusun mengikuti

kriteria atau persyaratan tata tulis dan bahasa yang digunakan. JB

pada umumnya ditulis sebagai apresiasi terhadap pembelajaran.

Komentar peserta didik terhadap pembelajaran. Komentar tersebut

bisa jadi karena tertarik, ada masalah karena kurang mengerti

sampai dengan adanya temuan baru dari peserta didik itu sendiri,

23

Page 24: JURNAL BELAJAR-kel-10

yang mungkin berbeda dengan yang diajarkan gurunya. JB tidak

sama dengan buku harian, yang boleh diisi “suka-suka” oleh

pemiliknya. Namun ada kemiripan dengan diary atau buku harian

tersebut, JB diisi peserta didik pada waktu yang disediakan oleh guru

dan hanya berkaitan dengan pembelajaran di sekolah, tidak diisi

dengan masalah kucingnya yang sedang melakhirkan di bawah

tempat tidur.

JB ditulis langsung tanpa harus diarahkan oleh guru dan tidak ada

tema, topik, judul dan rumusan masalah. Kriteria yang diberikan oleh

guru misalnya hanya berkaitan dengan pembelajaran minggu ini atau

hari ini atau mata pelajaran tertentu. Peserta didik boleh menuliskan

apa saja yang berkaitan dengan hal-hal di bawah ini.

Tabel 2.2 Contoh Jurnal Belajar Peserta didik

JURNAL BELAJAR PESERTA DIDIK

Pengalaman belajarPeserta didik menulis secara ringkas pengalaman belajarnya

Materi yang telah dipahami

Peserta didik menulis topik-topik yang telah dipahaminya

Materi yang belum dipahami dengan menyebutkan alasan dan kendalanya

Peserta didik menulis topic-topik atau materi yang belum dipahami /kendala dengan menyebutkan alasan, baik berkaitan dengan

Usaha/cara untuk mengatasinya

Peserta didik menulis cara-cara mengatasi kendala atau hambatan yang dihadapinya, seperti bertanya kepada teman sebaya, guru, orang tua, belajar mandiri, privat les dan lain-lain.

Upaya pengayaanPeserta didik menulis kegiatan belajar dari sumber lain ( seperti internet, televisi, ensiklopedi).

24

Page 25: JURNAL BELAJAR-kel-10

Tujuan menulis JB adalah untuk mengkomunikasikan: pengalaman

belajar, materi yang telah dipahami, materi yang belum dipahami

dengan menyebutkan alasannya, usaha atau cara untuk mengatasi

masalah yang dihadapi sampai dengan hasil /upaya pengayaan yang

dilakukan oleh peserta didik tersebut terhadap materi pembelajaran.

JB di tingkat yang lebih tinggi, SMP ke atas, JB ada kemungkinan diisi

dengan gagasan, pemikiran atau hasil kajian teoritis oleh peserta

didik baik individu maupun kelompok. Satu hal yang penting

diperhatikan oleh guru ketika peserta didik menulis jurnal adalah

jangan sampai ada peserta didik mencontoh yang ditulis oleh

temannya, yang dilakukan hanya karena memenuhi permintaan

guru, tanpa tahu maknanya untuk apa.

Sebelum membaca JB, gurunya harus yakin bahwa JB diisi sendiri

oleh peserta didik. Ditulis individual, bukan berkelompok. Isi JB dapat

juga berupa gagasan, cara pandang (baru) terhadap persoalan yang

dibahas pada pembelajaran, misalnya model, yaitu cara melakukan

sesuatu, model mengajarkan anatomi tubuh manusia kepada peserta

didik SD, yang diketahui peserta didik tersebut dari orangtuanya

yang dokter. Tetapi jika tidak ada gagasan (baru) yang hendak

disampaikan tidak berarti peserta didik tersebut tidak perlu menulis

JB. Sebaiknya tetap menulis, tetapi menulis JB bukan sebagai kerja

paksa atau beban tambahan yang sangat berat. Peserta didik yang

produktif menulis dalam JB diharapkan akan terbiasa berkomunikasi

dalam bidang akademis dengan tulisan, yang sangat bermanfaat

dalam melatih pola pikir yang bersangkutan. Selain itu penulisan JB

melatih peserta didik untuk lebih produktif, kreatif dan terampil

menyampaikannya secara tertulis. Sasaran yang dituju adalah guru

maupun rekan-rekanya sebagai pembaca atau pengguna jurnal

tersebut.

Peserta didik yang mempunyai gagasan baru dalam materi yang

diajarkan apabila gagasan tersebut disampaikan kepada guru,

diharapkan dapat diterapkan dalam pembelajaran berikutnya.

25

Page 26: JURNAL BELAJAR-kel-10

Penerapan cara mengajarkan yang disampaikan peserta didik

tersebut diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan di

sekolah. Guru adalah pemakai atau pengguna masukan tersebut.

Misalnya, peserta didik senang sekali karena gurunya mengajar

sudah menggunakan komputer atau ada peserta didik yang begitu

bangga karena gurunya memberi kesempatan maju di depan kelas

mendemonstrasikan hasil karyanya. Berikut ilustrasi tentang JB di

SD.

Tabel 2.2 Contoh Jurnal Belajar Peserta didik

CONTOH ISI JURNAL BELAJAR SD

Pengalaman belajar Pada pembelajaran pagi ini pembahasan mengenai kenampakan alam saya merasa senang karena diajak guru untuk belajar diluar ruang kelas untuk mengamati penampakan alam sekitar sekolah.

Pada hari ini saya sangat senang belajar matematika karena saya diberi uang kertas oleh pak guru dan disuruh mengukurnya serta diakhir pembelajaran saya bernyanyi bersama teman-teman tentang menabung.

Materi yang telah dipahami

Materi yang telah saya pahami pada pembahasan kenampakan alam adalah kenampakan alam dan kenampakan buatan yang ada di sekitar sekolah.

Sekarang saya lebih paham bagaimana mencari luas persegi panjang dari bangun-bangun datar yang ada di sekeliling.

Materi yang belum dipahami dengan menyebutkan alasan dan kendalanya

Pada pembahasan kenampakan alam materi yang belum saya pahami adalah kenampakan alam dan buatan untuk daerah lain, kendala yang dihadapi karena tidak

26

Page 27: JURNAL BELAJAR-kel-10

cukup waktu.

Saya belum bisa menghitung luas daerah persegi panjang dalam bentuk soal cerita.

Usaha/cara untuk mengatasinya

Karena waktu yang tidak cukup maka saya mencari sendiri informasi kenampakan alam di daerah lain yang saya inginkan.

Karena saya tidak bisa menghitung luas daerah persegi panjang dalam bentuk cerita, tetapi saya malu bertanya kepada pak guru, maka saya lebih senang bertanya kepada teman.

Upaya pengayaan Saya memperoleh informasi tentang kenampakan daerah lain pada saat saya bertamasya dengan orang tua.

Saya bertanya kepada orang tua dan kakak di rumah.

Setelah gurunya membaca jurnal yang ditulis peserta didik tersebut,

gurunya menyadari beberapa kekeliruan yang selama ini dilakukan,

yaitu tidak memberi kesempatan bagi peserta didik untuk

menampilkan hasil kerjanya dan komputer yang ada di sekolah tidak

pernah boleh disentuh oleh peserta didik. Guru tersebut setelah

menyadari kekeliruannya mulai memberikan kesempatan kepada

peserta didik untuk menunjukkan kebolehannya di depan kelas, mulai

dari yang bernyanyi, membacakan puisi yang dibuat sendiri sampai

dengan berpidato dihadapan teman-teman, memberikan kalungan

bunga kepada guru yang baru menikah.

B.Penulisan Jurnal Belajar

Sebelum menulis atau mengisi JB, guru perlu menjelaskan maksud

dan tujuan penulisan jurnal tersebut. Peserta didik dibiasakan untuk

27

Page 28: JURNAL BELAJAR-kel-10

mengorganisasiikan ide-ide pokok atau bagian-bagian gagasan yang

hendak dituliskan. Guru tidak perlu melihat atau mengawasi peserta

didik pada saat menulis jurnal jika hal itu diperkirakan akan

mengganggu ketenangan peserta didik. Ketika ada peserta didik

yang mempertanyakan tema, topik, atau masalah, sebaiknya guru

memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memutuskan

sendiri apa yang hendak dituliskan dalam jurnal. Ada kemungkinan

peserta didik tertarik untuk menuliskan kesannya tentang metode,

cara, pendekatan dilakukan guru pada saat mengajar, yang

dirasakan oleh peserta didik sebagai sesuatu yang menakutkan dan

itu baru disadari oleh guru yang bersangkutan setelah membaca JB

peserta didik. Misalnya, sebagian besar peserta didik merasa nilai

yang diberikan oleh gurunya tidak objektif, karena temannya yang

menyontek tetapi mendapat nilai tinggi, sementara peserta didik

yang jujur malah diperlakukan seperti orang “pesakitan”.

Tabel 2.2 Contoh Jurnal Belajar Peserta didik SMP

JURNAL BELAJAR PESERTA DIDIK SMP

Pengalaman mengajarSaya mereaksikan beberapa macam zat untuk menentuka cirri-ciri reaksi kimia sederhana

Materi yang telah diajarkan

Bermacam macam perubahan yang tampak setelah 2 zat kimia direaksikan, seperti timbulnya gelembung, berbau, warna berubah, menjadi panas atau dingin

28

Page 29: JURNAL BELAJAR-kel-10

Materi yang sulit dipahami oleh guru dan atau sulit diajarkan oleh guru dengan menyebutkan alasan dan kendalanya

Saya belum dapat menuliskan perubahan yang saya lihat menjadi sebuah kalimat

Usaha/ cara untuk mengatasinya

Saya berusaha minta bantuan guru dengan bertanya, tetapi guru malah menyarankan saya untuk berdiskusi dengan teman sekelompok

Upaya guru dalam pengayaan materi

Saya ingin mencari informasi tentang ciri ciri reaksi kimia, bisa dari buku buku di perpustakaan.

29

Page 30: JURNAL BELAJAR-kel-10

Kegiatan Belajar 3:

Membuat Portofolio GuruWaktu : 4 jam (4x50 menit)

A. Pengantar

Portofolio merupakan kumpulan karya dari berbagai tugas. Misalnya,

guru ditugaskan membuat silabus, Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP), alat bantu belajar, serta pedoman penskoran

penilaian untuk masing-masing kompetensi dasar dari 4 kompetensi

dasar dari aspek yang berbeda. Untuk masing-masing kompetensi

tersebut, para guru juga diminta menuliskan refleksi atas

pembelajaran dan penilaian yang dilakukan, dan meminta pengawas

atau rekan guru untuk melakukan pengamatan pada pelajaran yang

dilakukan dengan mengisi lembar pengamatan yang disediakan.

Untuk melengkapi portofolionya, para guru diminta menjelaskan

penataan kelas yang mereka lakukan untuk khusus pelajaran tersebut

dan alasan mengapa ditata demikian, dan mereka akan meminta

kepala sekolah atau pengawas melakukan penilaian dan memberikan

komentar terhadap portofolio mereka.

Portofolio digunakan untuk berbagai tujuan, di antaranya untuk

menampilkan karya terbaik, menunjukkan perkembangan suatu dalam

kurun waktu tertentu, maupun menunjukkan berbagai prestasi atau

kompetensi seseorang (seperti portofolio untuk program sertifikasi

guru).

Apakah Portofolio itu?

Portofolio merupakan kumpulan bahan yang mewakili karya

seseorang, biasanya merupakan karya terbaik atau yang menunjukkan

kemajuan dalam kurun waktu tertentu, yang juga bisa digunakan

sebagai bukti pencapaian atau penguasaan kompetensi tertentu.

30

Page 31: JURNAL BELAJAR-kel-10

Apa saja yang harus dimasukkan dalam portofolio?

Secara umum, guru diharapkan menyertakan dokumen perencanaan,

seperti silabus dan RPP, kemudian foto ataupun fotokopi alat bantu

pengajaran, refleksi pengajaran dan tata ruang kelas, serta rubrik atau

lembar pengamatan pembelajaran yang diisi oleh pengawas atau

rekan sejawat.

Pada saat menyusun portofolio, guru diharapkan mengelompokkan

dokumen-dokumen tersebut berdasarkan tema atau mata pelajaran.

Sebagai contoh, silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, penilaian

dan lain sebagainya dalam kelompok aspek-aspek dari mata pelajaran

IPA atau Bahasa Inggris. Sangat tidak disarankan, satu rencana

pembelajaran digabung dengan rencana pembelajaran lain, kemudian

silabus satu mata pelajaran dengan silabus lain. Penyusunan yang

teratur akan sangat membantu para pengguna, fasilitator atau assesor

pada saat melakukan penilaian.

Apakah tugas-tugas (silabus, RPP, dsb) harus dari kelas yang

diajar saat ini?

Semua tugas-tugas sebaiknya berdasarkan kelas yang diajar saat ini

dapat dijadikan bahan portofolio guru. Misalnya guru diharapkan

menulis minimal satu silabus untuk digunakan semester ini (atau

menyusun bersama pengajar lain dari kelas yang sama, atau bersama

guru lain dari gugus yang sama). Guru diharapkan mengajar dengan

menggunakan silabus yang telah disusun sebelumnya, menggunakan

alat bantu belajar yang dibuat sendiri, dan menggunakan penilaian

yang telah dikembangkan, semua ini akan dimasukkan dalam

portofolio. Guru diharapkan untuk menuliskan refleksi setelah

menggunakan/mengaplikasikan apa yang disiapkan sebelumnya dan

meminta kepala sekolah atau pengawas untuk melakukan observasi di

kelas untuk melihat kemajuan dalam menggunakan semua itu.

31

Page 32: JURNAL BELAJAR-kel-10

Kami membuat silabus, dan rencana pembelajaran secara

bersama-sama pada pertemuan KKG. Bolehkah kami

menyerahkan semua itu?

Guru boleh menyerahkan silabus yang dibuat pada pertemuan KKG,

selama silabus tersebut memenuhi kriteria yang tertera pada rubrik

penilaian. Akan tetapi, guru diharapkan membuat RPP sendiri.

B. Tujuan

Kegiatan Belajar 3 ini bertujuan memberi motivasi kepada guru

untuk mendokumentasikan bukti fisik tugas-tugas sebagai pendidik

dan menyusun dokumen tersebut dalam bentuk portofolio. Setelah

menyelesaikan Kegiatan Belajar 3, guru diharapkan mampu:

1. Mengidentifikasi kebutuhan dan merencanakan penyusunan

portofolio sebagai pendidik;

2. Merumuskan prosedur penyusunan portofolio pendidik;

3. Memenuhi persyaratan atau kriteria dalam pembuatan portofolio

pendidik.

C. Bahan, Alat dan Nara Sumber Belajar

Untuk menyelesaikan Kegiatan Belajar 3 ini, guru menggunakan

bahan, alat dan sumber belajar antara lain sebagai berikut.

1. Studi Kasus: Pembuatan portofolio untuk mendapatkan

pengakuan terhadap pengalaman kerja dan hasil belajar di KKG

32

Page 33: JURNAL BELAJAR-kel-10

bila yang bersankutan melanjutkan studi ke perguruan tinggi

(LPTK);

2. Contoh, model portofolio guru, yang disusun berdasarkan

kegiatan sehari-hari pada kegiatan kelompok kerja guru (KKG

atau MGMP);

3. Handout: Pedoman Penyusunan Portofolio Pendidik;

4. Kajian Pustaka tentang fungsi dan manfaar portofolio.

E. Langkah Kegiatan

Kegiatan Belajar 3, dilaksanakan mengikuti alur kegiatan sebagai

berikut.

Untuk menyelesaikan Kegiatan Belajar 3, guru diharapkan melakukan langkah-langkah kegiatan sebagai berikut.

1. Pengantar (50 menit)

Fasilitator membuka sesi ini, selanjutnya menjelaskan tentang kebijakan pemerintah tentang portofolio sebagai metoda untuk menilai kinerja guru untuk kepentingan sertifikasi, dengan merangkum hal penting tentang program dari Pendahuluan Modul ini;

Kemudian, dijelaskan tujuan sesi yaitu memberi motivasi kepada guru dalam rangka menyusun portofolio untuk kepentingan melanjutkan studi ke LPTK;

33

Pengantar dan Pengenalan Portofolio Guru

Penyajian Penyusunan Portofoilio Guru

Pemodelan Portofolio dan Diskusi tentang Ciri-ciri portofolio ideal

Penetapan Standar Pembuatan Portofolio Guru

Penguatan dan Penugasan Pembuatan Portofolio Guru

1 23 4

5

50’ 30’ 60’ 30’

30’

Page 34: JURNAL BELAJAR-kel-10

Fasilitator meminta peserta untuk menambahkan isu-isu lain yang ada di sekolah, berkaitan dengan maraknya guru mengikuti seminar untuk kepentingan portofolio;

Fasilitator bersama peserta bertanya jawab tentang pengalaman peserta dalam menyusun portofolio untuk berbagai kepentingan;

Salah seorang peserta membantu fasilitator mencatatat di papan tulis temuan inti pengalaman peserta dalam pembuatan portofolio.

2. Penyajian Model Portofolio Pendidik (30 menit).

Untuk dapat menginventarisasi perencanaan dan pembuatan portofolio

pendidik, penilaian portofolio, peserta diminta membedakan antara

portofolio untuk sertifikasi pendidik dengan portofolio untuk kepentingan

melanjutkan studi ke LPTK, melalui berbagai alternatif di antaranya:

a. Alternatif ke-1: Penyajian Model Portofolio untuk Sertifikasi.

Fasilitator menyajikan contoh kasus pembuatan portofolio untuk

sertifikasi (kalau ada di antara peserta yang telah lulus sertifikasi

pendidik berdasarkan penilaian portofolio akan lebih baik, jika belum

ada dapat mengundang guru lain yang bukan peserta). Fasilitator

menyampaikan beberapa pertanyaan untuk dipertimbangkan oleh

peserta selama penyajian model portofolio untuk sertifikasi pendidik:

1) Apa manfaat adanya standar pembuatan portofolio pendidik?

2) Apa kesulitan yang dihadapi oleh penilai atau pengguna portofolio

tersebut?

3) Bagaimana sebaiknya guru agar termotivasi untuk membuat

portofolio dan memanfaatkan portofolio tersebut?

4) Apa manfaat portofolio bagi peserta pendidik?

Selanjutnya:

Peserta diklat secara berkelompok mengkaji pembuatan

portofolio yang akan digunakan mendapatkan PPKHB (Pengakuan

Pengalaman Kerja dan Hasil Belajar) dari LPTK (Lembaga

34

Page 35: JURNAL BELAJAR-kel-10

Pendidikan Tenaga Kependidikan) dalam bentuk diskusi

kelompok;

Peserta diklat memberikan tanggapan atas kebermanfaatan dan

kesulitan, serta memberikan solusi pemecahannya;

Salah satu kelompok mempresentasikan hasilnya, dan kelompok

lain menanggapi dan menambahkan.

35

Page 36: JURNAL BELAJAR-kel-10

Bahan Bacaan Kegiatan Belajar 3:

PORTOFOLIO GURU

A. Pendahuluan

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,

mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih dan mengevaluasi

peserta didik pada satuan pendidikan anak usia dini jalur pendidikan

formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Menurut PP RI

No. 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 28, pendidik

adalah agen pembelajaran yang harus memiliki empat jenis

kompetensi, yakni kompetensi kepribadian, pedagogik,

profesional, dan sosial. Kompetensi guru diartikan sebagai

kebutuhan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diwujudkan

dalam bentuk perangkat tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab

yang dimiliki seseorang untuk memangku jabatan guru sebagai

profesi.

B. Portofolio Guru

Portofolio guru adalah dokumen yang memuat kumpulan hasil

kerjanya. Portofolio menggambarkan kemampuan, talenta atau

bakat dalam bidang profesinya. Portofolio tersebut disusun oleh guru

yang bersangkutan untuk menunjukkan pengetahuan, keterampilan,

dan kinerja dalam mengajar. Portofolio digunakan sebagai bahan

refleksi bagi guru. Hal ini benar karena setelah mempelajari

portofolio tersebut biasanya tergambar kelemahan dan kelebihan

sehingga guru dapapt mengevaluasi dirinya.

Hal-hal yang biasa dimuat atau dilampirkan dalam berkas yang

disebut portofolio guru disesuaikan dengan tujuan pengadaan dan

penggunaan portofolio tersebut. Tidak ada standar mengenai isi dari

36

Page 37: JURNAL BELAJAR-kel-10

portofolio. Jika tujuan pengadaan portofolio untuk melihat

kemampuan guru, maka biasanya portofolio berisi antara lain: filosofi

guru yang bersangkutan tentang pendidikan, rencana pembelajaran,

surat rekomendasi, sertifikat, piagam penghargaan, hasil karya tulis,

JB, laporan penelitian, surat tugas tambahan, media pembelajaran,

resume nilai yang diperoleh dalam menempuh pendidikan guru, nilai

atau hasil tes yang pernah diikuti, seperti TOEFEL, kopi sertifikat

pendidikan dan pelatihan yang pernah diikuti, dan transkrip nilai.

Hal-hal yang ada dalam portofolio guru adalah:

Latar belakang pendidikan;

Pengalaman mengajar/masa kerja, jumlah jam mengajar, dan

mata pelajaran yang diampu;

Sertifikat yang dimiliki , misalnya Hasil Tes Nasional, hasil tes uji

sertifikasi (kalau ada), Nilai TOEFEL dan lain-lain;

Laporan hasil penelitian, karya tulis ilmiah, dan JB jurnal;

JB (JB);

Sertifikat yang dimiliki dalam rangka peningkatan kemampuan

personal atau peningkatan professional sebagai guru, misalnya

seminar, pelatihan yang diikuti, dan kegiatan lain yang berkaitan

dengan profesinya sebagai pendidik;

Rencana pembelajaran, materi pembelajaran dan buku yang

ditulis untuk materi pembelajaran;

Prestasi peserta didik dalam mata pelajaran yang diajarkan;

Video yang menggambarkan proses pembelajaran yang

dilakukan guru tersebut (rekaman)

Hasil pengamatan teman sejawat pada saat guru tersebut

mengajar;

Refleksi tertulis tentang pembelajaran (Written reflections on

teaching).

Foto-foto yang menggambarkan kegiatan guru tersebut pada

waktu mengajar atau mengikuti kegiatan yang berkaitan dengan

pembelajaran atau pendidikan.

37

Page 38: JURNAL BELAJAR-kel-10

Deskripsi upaya yang dilakukan untuk meningkatkan pengajaran

Silabus kursus yang diikuti

Ringkasan hasil evaluasi terhadap pengajar oleh peserta didik

Lain-lain

Beberapa hal yang sering salah kaprah mengenai portofolio guru

adalah, banyak orang beranggapan, bahwa portofolio guru sebagai

folder yang memuat seluruh kegiatan mengajar dan evaluasi.

Memang idealnya, portofolio guru adalah dokumen yang dibuat oleh

guru yang bersangkutan berkaitan dengan tugas-tugasnya atau

menggambarkan proses perkembangan yang dicapai dalam tugasnya

sebagai pendidik, termasuk perkembangan proses mengajar.

Biasanya, portofolio guru juga dilengkapi dengan lampiran-lampiran

sebagai data tambahan atau informasi pendukung yang dapat

membantu tim penilai mendapatkan gambaran yang lebih lengkap

terhadap perkembangan tersebut. Semua data yang disampaikan

dalam portofolio dimaksudkan untuk menyakinkan tim penilai bahwa

yang bersangkutan secara akurat sudah mencapai tingkat

perkembangan tertentu yang digambarkan melalui berbagai bentuk

kegiatan dan informasi. Lampiran portofolio tersebut biasanya

disesuaikan dengan kebutuhan atau bergantung pada penggunaan

portofoilio tersebut, misalnya saja dalam portofolio calon guru yang

hendak diangkat menjadi guru tetap, seperti pegawai negeri sipil,

biasanya dilampirkan rekaman video yang menggambarkan

bagaimana guru tersebut dalam mengelola pembelajaran atau saat

mengajar atau bisa juga dilampirkan rekaman wawancara yang

menggambarkan pandangan guru tersebut terhadap pendidikan dan

pembelajaran, dan lain sebagainya. Sedangkan ukuran portofolio itu

sendiri sangat bervariasi, akan tetapi biasanya berisikan sekitar 2

sampai dengan 10 halaman ditambah dengan lampiran-lampiran

sesuai dengan kebutuhan.

38

Page 39: JURNAL BELAJAR-kel-10

C. Membuat Portofolio Guru

Portofolio guru adalah alat dalam dunia pendidikan, yang pada

umumnya digunakan dalam dua cara; Pertama, portofolio digunakan

sebagai alat pengukuran yang otentik dalam mengevaluasi

efektivitas guru dalam rangka pemberian lisensi mengajar (sertifikat

kompetensi pendidik) atau sebagai persyaratan apakah guru yang

bersangkutan dapat diterima atau tidak dapat diterima untuk

menjadi guru (biasanya sebagai alat seleksi penerimaan guru baru).

Sebab walaupun yang bersangkutan telah lulus dari lembaga

pendidikan calon guru, masih perlu dibuktikan sejauh mana yang

bersangkutan layak untuk menjadi seorang guru. Kedua, portofolio

guru biasanya dipergunakan untuk mendapatkan umpan balik

(masukan) dalam rangka untuk memperbaiki atau meningkatkan

profesionalisme guru yang bersangkutan dalam mengajar. Misalnya

saja, portofolio guru tersebut digunakan oleh pengawas sebagai

bahan untuk melihat sejauh mana guru yang bersangkutan telah

memenuhi standar kompetensi sebagai pengajar dan apabila masih

ada hal-hal yang perlu ditingkatkan akan disampaikan kepada guru

tersebut sebagai masukan untuk meningkatkan profesionalisme

sebagai pendidik.

Berdasarkan kedua fungsi portofolio di atas, apakah portofolio cocok

digunakan sebagai alat untuk mensertifikasi pendidik di Indonesia?

Sebagai bentuk pengukuran yang otentik, portofolio guru memegang

peran yang sangat penting dalam keseluruhan evaluasi terhadap

kinerja guru. Di Amerika, sebagian besar universitas sekarang ini

bahkan menggunakan portofolio sebagai alat bantu (instrument)

untuk mengambil atau memmbuat keputusan yang berkaitan dengan

personil. Sebagian lembaga pemerintahan lebih cenderung

menggunakan portofolio guru sebagai alat perlengkap atau

tambahan daripada menggunakan pola-pola pengukuran yang

39

Page 40: JURNAL BELAJAR-kel-10

bersifat tradisional, seperti tes skolastik yang terstandar dan

pengukuran melalui observasi.

Sebenarnya tidak disarankan menggunakan portofolio guru untuk

hal-hal yang sifatnya mengandung resiko tinggi, atau untuk dijadikan

dasar dalam membuat keputusan yang sangat penting, seperti

halnya sebagai alat ukur untuk mensertifikasi guru, akan tetapi kalau

digunakan untuk program peningkatan kompetensi masih dianjurkan.

Mengapa tidak dianjurkan, alasannya adalah karena unsur

subjektivitas yang sangat tinggi dalam menilai portofolio, variasi

dalam hal isi dan bentuk dari portofolio itu sendiri dan juga sampai

sekarang, tidak ada satu kesepakatan tentang apa yang seharusnya

diketahui oleh guru dan apa yang harus dapat dilakukan sebagai

guru atau pendidik.

Umumnya dalam kegiatan pendidikan, yang banyak menggunakan

portofolio guru ádalah seperti, pendidikan calon guru (preservice).

Penggunaan portofolio tersebut untuk menambah bahan refleksi dan

menyediakan bahan-bahan yang menggambarkan perkembangan

guru tersebut. Portofolio biasanya menyediakan bahan untuk

mengukur hal-hal yang ada kaitannya di antara pilihan guru tersebut

atau tindakannnya dan outcome mereka dapatkan setelah

menempuh pendidikan. Sebagai tambahan, calon guru biasanya

diminta untuk melengkapi portofolio, yang isinya meliputi hal-hal

penting selama mengikuti pendidikan guru, pengalaman selama

mengikuti pendidikan guru maupun setelah menjadi guru. Biasanya

portofolio tersebut dimaksudkan untuk memberikan wawasan

(konteks) yang luas atau untuk melihat pengalaman mengajar dari

berbagai sudut pandang.

D. Bagaimana Menilai Portofolio Guru?

40

Page 41: JURNAL BELAJAR-kel-10

Portofolio yang akan dipergunakan sebagai alat untuk membuat

keputusan yang berkaitan dengan personil cenderung menjadi

penilaian (a higher level of scrutiny) tingkat tinggi dan apabila

dilakukan secara professional akan sangat bermanfaat. Penilaian ini

sangat penting, sebagai konsekuensinya penggunaan portofolio

sebagai alat pengambil keputusan untuk personil tertentu akan

sangat riskan karena kemungkinan portofolio yang sama apabila

dinilai oleh dua orang atau lebih bisa saja hasilnya berbeda.

Dilihat dari rangkaian pembuatan portofolio itu sendiri, proses

pembuatannya menunjukkan, bahwa portofolio adalah sesuatu yang

sangat unik, sangat pribadi dan dirajut berkaitan dengan individu

yang membuatnya. Sebagai alat untuk mebantu pengembangan

profesionalisme, portofolio dalam arti yang positif; sebagai alat bantu

dalam proses pengambilan keputusan untuk sampai pada keputusan

tentang seseorang atau pribadi tertentu, di mana tim penilai

biasanya mencoba melihat, mebandingkan individu tersebut dari

berbagai sudut pandang (biasanya dilihat dari beberapa aspek yang

berbeda) sesuai dengan permintaan. Kelemahan portofolio adalah

tidak ada suatu standar yang baku dan itu yang menjadi persoalan

utama dalam penggunaan portofolio guru. Kekurangan lainnya

adalah selain tidak adanya standar sebagai acuan yang baku,

portofolio membutuhkan acuan dalam pembuatannya atau

kesepakatan tentang isi serta bentuknya. Kedua, hal yang perlu

diperhatikan dalam penggunaan portofolio adalah subjektivitas dalam

mengevaluasi isi portofolio guru tersebut. Dalam berbagai hal

evaluasi terhadap kompetensi guru memang selalu subjektif.

Pertanyaan yang sering muncul dalam hal ini, bagaimana agar

penilaian terhadap portofolio itu tidak subjektif? Atau bagaimana

agar penilaian portofolio itu memiliki reliabilitas dan validitas yang

memadai? Sering juga terjadi, langkah yang diambil untuk mengatasi

kekurangan dalam hal validitas dan reliabilitas penilaian portofolio

41

Page 42: JURNAL BELAJAR-kel-10

adalah membuat atau menggunakan bentuk skla Likert sebagai

acuan dalam menentukan kualitas, berdasarkan apa yang tercantum

dalam item tertentu. Pertanyaan berikutnya adalah bagaimana

mengelompokkan isi portofolio ke dalam satu kategori, misalnya saja

Rencana pembelajaran, kursus manajemen yang diikuti masuk ke

mana dan berapa bobotnya, kemudian juga ada kesulitan dalam

membuat peringkatnya, baik peringkat per aspek atau kategori

maupun peringkat secara keseluruhan.

E. Langkah-langkah Menerapkan Portofolio

Mulai perlahan-lahan, penggunaan portofolio harus disosialisasikan

secara cermat, baik mengenai pembuatan isi, bentuk dan

penggunaannya. Barangkali membutuhkan waktu 1 tahun untuk

mencoba menggunakan portofolio sebagai alat ukur. Dalam hal

portofolio digunakan sebagai alat untuk mensertifikasi guru di

Indonesia, juga membutuhkanpersiapan, sosialisasi terutama kepada

guru yang hendak disertifikasi tersebut. Perlu dibuat rambu-rambu

yang jelas tentang isi, bentuk dan penilaian yang dilakukan terhadap

portofolio tersebut.

Keberterimaan portofolio oleh masyarakat pengguna, sejauh mana

penggunaan portofolio untuk sertifikasi guru dapat diterima oleh guru

itu sendiri. Dalam beberapa hal pembuatan portofolio bisa

membutuhkan biaya, misalnya kalau guru diminta untuk

melampirkan rekaman video pembelajaran, selain tidak semua bisa

membuat rekaman yang baik berarti membutuhkan orang lain untuk

melakukan itu sehingga harus membayar pembuatan tersebut.

Begitu juga tim penilai harus memiliki keterampilan dalam menilai

portofolio, kalau tidak guru akan mengklaim atau protes terhadap

nilai yang diperoleh tersebut. Jadi kedua belah pihak harus menerima

penggunaan portofolio sebagai alat untuk mensertifikasi kompetensi

42

Page 43: JURNAL BELAJAR-kel-10

guru. Selain guru dan penilai, pengguna hasil penilaian portofolio

juga harus menerima, misalnya Departemen Pendidikan Nasional

sebagai stakeholder.

Guru harus dilibatkan dalam pengambilan keputusan penggunaan

portofolio sebagai alat atau instrument dalam mensertifikasi mereka.

Jangan sampai guru tidak tahu apa dan bagaimana mereka harus

menyiapkan informasi yang diperlukan dalam portofolio tersebut.

Sedapat mungkin harus sudah jelas peringkat nilai setiap aspek dan

bobotnya. Guru harus merasa nyaman dan terbiasa dalam mengikuti

proses sertifikasi dengan membuat portofolio sebagai instrumennya,

jangan sampai merasa asing dengan pembuatannya.

Komunikasi sangat penting, misalnya seorang guru ikut serta

program sertifikasi, seandainya yang bersangkutan tidak berhasil

maka guru tersebut berhak mendapatkan keterangan mengapatidak

berhasil dan kalau berhasil juga berhak mendapatkan nilai yang

diperoleh dari setiap aspek yang dinilai dalam portofolio tersebut.

Komunikasi di antara tim penilai dan guru harus terjalin dengan baik.

Guru harus tahu persis, secara eksplisit bagaimana portofolio itu

dinilai atau digunakan dan cara-cara memberikan skor terhadap

setiap aspek yang dinilai serta robot setiap aspek. Untuk itu sebelum

membuat portafolio sebagai alat untuk mensertifikasi guru,

seharusnya hal itu sudah dijelaskan kepada guru.

Model penilaian portofolio perlu dibuat dan diberikan lepada guru

sebelum guru tersebut diminta membuat portofolio mereka telah

melihat, mempelajari model portafolio yang ideal sebagai model.

Dengan adanya model tersebut akan semakin mudah bagi guru

dalam mempersiapkan portofolio atau digunakan sebagai contoh

dalam membuat portofolio yang sesungguhnya.

43

Page 44: JURNAL BELAJAR-kel-10

Isi portofolio harus betul-betul selektif, jangan sampai semua yang

dikerjakan oleh guru dimasukkan ke dalamnya, tetapi memuat hal-

hal yang betul-betul menggambarkan kapabilitas dan prestasi yang

dicapai.

Harus realistis, portofolio hanya satu bentuk, format atau model

penilaian. Oleh sebab itu portofolio seharusnya hanya digunakan

sebagai proses penilaian terhadap hal-hal yang sesuai dengan

keperluan tersebut.

F. Portofolio untuk Sertifikasi Pendidik

Uji kompetensi pendidik dilakukan dalam bentuk penilaian portofolio.

Penilaian portofolio merupakan pengakuan atas pengalaman profesional

guru dalam bentuk penilaian terhadap kumpulan dokumen yang

mendeskripsikan:

kualifikasi akademik;

pendidikan dan pelatihan;

pengalaman mengajar;

hasil karya perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran;

penilaian dari atasan dan pengawas;

prestasi akademik;

karya pengembangan profesi; dan

keikutsertaan dalam forum ilmiah.

Penilaian kinerja dilakukan secara holistic (menyeluruh) yang

mencakup kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan

profesional.

Guru yang telah terpilih untuk mengikuti uji kompetensi atau untuk

mendapatkan sertifikat kompetensi tersebut, diminta untuk

menyiapkan portofolio yang berkaitan dengan kegiatan yang

menggambarkan kompetensi guru yang bersangkutan. Portofolio

tersebut dibuat dalam bentuk narasi, yang meliputi prinsip dasar

pengajaran, riwayat pengajaran, pengalaman dalam melakukan

44

Page 45: JURNAL BELAJAR-kel-10

peneilaian, pelatihan tentang paedagogis dan pengembangan

professional dan tujuan pengajaran di masa depan. Narasi tersebut

biasanya juga dapat disertai data atau informasi pendukung yang

relevan, seperti silabus yang dikembangkan, materi pengajaran,

berbagai sertifikat yang dimiliki sesuai dengan pelatihan yang diikuti

dan transkrip nilai yang didapatkan dari universitas atau perguruan

tinggi yang meluluskan yang bersangkutan. Selain itu juga dapat

dilampirkan rekomendasi tentang efektivitas pengajaran yang

dilakukan oleh guru tersebut dan penilaian dari murid terhadap

pengajaran guru atau informasi penting lainnya yang dapat

digunakan sebagai pendukung.

G. Menyusun Portofol io

Dokumen-dokumen tersebut dapat dikembangkan berdasarkan

panduan rubrik yang ada pada mulai halaman 11. Panduan itu dapat

membantu mengarahkan dalam membuat portofolio. Untuk informasi

lebih rinci anda dapat melihat kembali panduan pelatihan PTS

(Penelitian Tindakan Sekolah) dan bahan-bahan bacaan di toolkits

(Rangkaian alat bantu pembelajaran).

Bagi yang mencari SKS (Satuan Kredit Semester), mohon untuk

mengisi sampul protofolio dan memberi tanggal dan menandatangani

dan sertakan daftar dokumen portofolio yang final dan

menyerahkannya ke MTT (Master Trainers forTeacher) . MTT akan

mempelajari untuk memastikan bahwa semua dokumen yang

diharapkan sudah tercakup dan juga memberi tanggal dan tanda

tangan.

Portofolio anda diharapkan disusun seperti berikut :

1. Sampul Portofolio

2. Daftar dokumen yang sudah ditandatangani oleh guru dan MTT

3. Komentar Kepala Sekolah atau Pengawas

4. Denah (gambar atau foto) penataan kelas dengan penjelasannya

5. Kompetensi dasar dari aspek 1

45

Page 46: JURNAL BELAJAR-kel-10

a. Silabus

b. RPP dengan LK, bahan-bahan. Dsb

c. Alat Bantu belajar (benda asli, deskripsi, gambar atau foto)

d. Refleksi (penilaian diri) terhadap pembelajaran yang telah

dilakukan

e. Lembar pengamatan (rubrik) yang telah diisi oleh pengawas

atau kolega

f. Hasil karya anak yang dihasilkan dalam pembelajaran

g. Penilaian dan instrumen penskoran

h. Refleksi terhadap penilaian dan instrumen penskoran

6. Kompetensi dasar dari aspek 2

a.Silabus

b.RPP dengan LK, bahan-bahan. Dsb

c.Alat Bantu belajar (benda asli, deskripsi, gambar atau foto)

d.Refleksi (penilaian diri) terhadap pembelajaran yang telah

dilakukan

e.Lembar pengamatan (rubrik) yang telah diisi oleh pengawas

atau kolega

f. Hasil karya anak yang dihasilkan dalam pembelajaran

g.Penilaian dan instrumen penskoran

h.Refleksi terhadap penilaian dan instrumen penskoran

7. Kompetensi dasar dari aspek 3

a. Silabus

b. RPP dengan LK, bahan-bahan. Dsb

c. Alat Bantu belajar (benda asli, deskripsi, gambar atau foto)

d. Refleksi (penilaian diri) terhadap pembelajaran yang telah

dilakukan

e. Lembar pengamatan (rubrik) yang telah diisi oleh pengawas

atau kolega

f. Hasil karya anak yang dihasilkan dalam pembelajaran

g. Penilaian dan instrumen penskoran

h. Refleksi terhadap penilaian dan instrumen penskoran

8. Kompetensi dasar dari aspek 4

46

Page 47: JURNAL BELAJAR-kel-10

a. Silabus

b. RPP dengan LK, bahan-bahan. Dsb

c. Alat Bantu belajar (benda asli, deskripsi, gambar atau foto)

d. Refleksi (penilaian diri) terhadap pembelajaran yang telah

dilakukan

e. Lembar pengamatan (rubrik) yang telah diisi oleh pengawas

atau kolega

f. Hasil karya anak yang dihasilkan dalam pembelajaran

g. Penilaian dan instrumen penskoran

h. Refleksi terhadap penilaian dan instrumen penskoran

DAFTAR RUJUKAN

Clark, P. G. "Learning on Interdisciplinary Gerontological Teams."

EDUCATIONAL GERONTOLOGY 20, no. 4 (June 1994): 349-364. (EJ 485 857)

Cranton, P. UNDERSTANDING AND PROMOTING TRANSFORMATIVE

LEARNING. San Francisco: Jossey-Bass, 1994.

Fitzgerald, L. F., and Weidner, H. Z. "The Use of Personal Narratives,

Literature, and Journals to Foster Caring in Nursing Students." Presented at

the Conference on College Composition and Communication, 1995. (ED 386

727)

Grennan, K. F. "The Journal in the Classroom." EQUITY AND EXCELLENCE

24, no. 3 (Fall 1989): 38-40. (EJ 412 581)

47

Page 48: JURNAL BELAJAR-kel-10

Holt, S. "Reflective Journal Writing and Its Effects on Teaching Adults." In

THE YEAR IN REVIEW, VOL. 3. Dayton: Virginia Adult Educators Research

Network, 1994. (ED 375 302)

McAlpine, L. "Learning to Reflect." ADULT LEARNING 3, no. 4 (January

1992): 15, 23-24. (EJ 437 121)

McIntyre, S. R., and Tlusty, R. H. "Computer-Mediated Discourse."

Presented at the American Educational Research Association conference,

1995. (ED 385 232)

Miller, C. et al. LEARNING STYLES AND FACILITATING REFLECTION.

London: English National Board for Nursing, Midwifery and Health Visiting,

1994. (ED 390 991)

Oaks, S. "Talking with One's Self." Presented at the Conference on College

Composition and Communication, 1995. (ED 385 850)

Paterson, B. L. "Developing and Maintaining Reflection in Clinical

Journals." NURSE EDUCATION TODAY 15, no. 3 (June 1995): 211-220. (EJ

507 736)

Perham, A. J. "Collaborative Journals." Presented at the National Council of

Teachers of English conference, 1992. (ED 355 555)

Perl, S. "Composing Texts, Composing Lives." HARVARD EDUCATIONAL

REVIEW 64, no. 4 (Winter 1994): 427-449. (EJ 492 462)

Roe, M. F., and Stallman, A. C. "A Comparative Study of Dialogue and

Response Journals." Presented at the American Educational Research

Association conference, 1993. (ED 359 242)

Schatzberg-Smith, K. "Dialogue Journal Writing and the Initial College

Experience of Academically Underprepared Students." Presented at the

American Educational Research Association conference, 1989. (ED 308 737)

Schneider, P. THE WRITER AS AN ARTIST. Los Angeles: Lowell House,

1994.

Sommer, R. F. TEACHING WRITING TO ADULTS. San Francisco: Jossey-

Bass, 1989.

48

Page 49: JURNAL BELAJAR-kel-10

Surbeck, E.; Han, E. P.; and Moyer, J. "Assessing Reflective Responses

in Journals." EDUCATIONAL LEADERSHIP 48 (March 1991): 25-27. (EJ 422

850)

Walden, P. "Journal Writing: A Tool for Women Developing as Knowers."

NEW DIRECTIONS FOR ADULT AND CONTINUING EDUCATION no. 65 (Spring

1995): 13-20. (EJ 502 496)

49