jurnal belajar-kel-10
TRANSCRIPT
Pendahuluan
Program BERMUTU berfokus pada peningkatan profesionalitas guru
untuk mencapai hasil belajar peserta didik yang berkualitas. Untuk
mencapai peningkatan hasil belajar peserta didik, guru diminta
menerapkan pembelajaran PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif,
Kreatif, Efektif dan Menyenangkan). Untuk melengkapi dan
mendukung pelaksanaan PAIKEM di pendidikan dasar diperlukan JB
(JB), Rencana Pembelajaran (RPP), Bank Soal dan beberapa Bahan
Belajar Mandiri BBM) yang disiapkan bagi guru di KKG dan MGMP.
Setelah mencermati BBM yang dirancang untuk pertemuan 16 kali
di KKG dan MGMP, ternyata belum ada topik tetang Jurnal Belajar
peserta didik, selanjutnya dalam Modul ditulis dengan JB.
Berdasarkan Project Development Objective (PDO) program
BERMUTU dituntut JB peserta didik dan Portofolio guru. Mengingat
guru di pendidikan dasar belum terbiasa memanfaatkan JB dan
portofolio, maka dipandang perlu disusun Modul tentang JB peserta
didik dan portofolio guru.
JB merupakan wadah untuk menuliskan hasil refleksi peserta didik
tentang pembelajaran yang telah diikuti. Bagaimana tanggapan
peserta didik dituliskan dalam JB, misalnya materi sudah dipahami,
materi pembelajaran belum dipahami dengan menuliskan alasan
mengapa belum dipahami, penjelasan yang berbeda dengan yang
disampaikan gurunya yang didapat dari sumber belajar yang lain. JB
Peserta didik sangat bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan
dan kebiasaan menulis, menyusun suatu alur pikir secara tertulis,
yang bagi guru dapat menjadi acuan dalam menilai berhasil
tidaknya peserta didik mempelajari materi yang disampaikan.
1
JB diprediksi memberikan kontribusi positif dalam pengembangan
disiplin akademik di bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
Akan tetapi karena guru yang belum menyadari manfaat JB
kemungkinan enggan menggunakannya. Keberadaan dan
keberlanjutan JB memerlukan upaya yang sungguh-sungguh dari
guru. Pengelolaan dan penggunaan JB peserta didik pada
pendidikan dasar menghadapi beberapa kendala. Seperti, guru
kurang menyadari manfaatnya, tidak ada waktu karena terlalu
banyak materi yang harus diajarkan dan berbagai alasan lainnya.
Akan tetapi, jika diberdayakan dan dimanfaatkan dengan baik
niscaya akan memberikan hasil yang luar biasa terutama dalam
pembiasaan menulis secara efektif. Guru-guru di sekolah dasar dan
sekolah menengah pertama harus berpengalaman dalam
menggunakan JB sebagai sarana dalam membelajarkan peserta
didik.
JB menjadi penting dalam sudut pandang seperti tersebut di atas,
maka semboyan ilmuwan-ilmuwan Amerika “Publish or Perish”
(menulis atau lenyab) diharapkan dapat dijadikan pemicu agar para
pendidik di negeri tercinta ini memiliki kesadaran untuk menulis.
Penggunaan JB diharapkan tidak bisa lepas dari membangun
budaya, kebiasaan-kebiasaan menulis untuk mengisi secara terus-
menerus khazanah keilmuan dalam bidang pembelajaran. Ironisnya
kebiasaan membaca untuk memperkaya khazanah keilmuan
pembelajaran (pendidikan) masih rendah di kalangan pendidik dan
tenaga kependidikan kita. Tidak jarang guru di sekolah kita yang
hanya mengajar dari ilmu yang didapat semasa kuliah (yang
biasanya sudah kadaluarsa). Jika ditanya, mengapa tidak membaca
sumber-sumber yang terkini, mutakhir, guru tersebut menjawab
tidak ada dana untuk membeli buku sumber atau bahasa Inggris
tidak dikuasai atau berbagai alasan lain. Pada hal guru sebagai agen
pembaharuan, dituntut untuk membaca artikel-artikel keilmuan
bermutu, terampil mengakses sumber informasi lewat internet
2
secara berkesinambungan serta mengkaji atau mengujinya untuk
menjawab permasalahan-permasalahan pembelajaran di sekolah.
Lewat tulisan-tulisan peserta didik pada JB sebagian permasalahan
yang dihadapi guru tersebut dapat diatasi.
Bagi pendidik dan tenaga kependidikan, yang telah memiliki
kecintaan dan kebiasaan menulis atau membaca, mereka tidak
mungkin akan terus menerus dapat menulis tanpa membaca dan
tanpa didukung dengan sarana-prasarana atau wadah yang tepat.
Paling tidak, kepala sekolah dan pengawas sekolah menghargai
karya tulis ilmiah, artikel atau buku yang mereka dihasilkan.
Kebiasaan membaca, kecintaan menulis artikel adalah bagian dari
pengembangan profesionalitas dan pengembangan intelektualitas
yang sangat perlu ditumbuhkan dalam diri pendidik dan tenaga
kependidikan di sekolah kita. Membaca dan menulis bagi pendidik
dan tenaga kependidikan dapat diilustrasikan sebagai aktivitas
harian seperti halnya bernafas.
JB sebagai wadah yang memuat hasil refleksi peserta didik tentang
pembelajaran dapat dimanfaatkan guru, kepala sekolah dan
pengawas sekolah bahkan orang tua dapat membacanya sebagai
bahan masukan untuk melihat kemampuan peserta didik dalam
bidang yang dipelajarinya. Peserta didik mengisinya dengan hasil
bacaan, hasil diskusi, refleksi terhadap temuan dalam
pembelajaran, hasil pengamatan, hasil abstraksi atau apa saja yang
berkaitan dengan pembelajaran di sekolah. JB bukan hanya ditulis
oleh peserta didik yang mempunyai karya yang berkualitas dapat
mengisinya. Kesempatan menulis JB diberikan kepada semua
peserta didik, walaupun menurut guru apa yang dituliskan peserta
didik itu pada awalnya hanya cerita yang kelihatannya kurang
bermakna bagi guru tersebut.
3
JB tidak hanya berorientasi pada pengembangan kemampuan
akademis semata akan tetapi diharapkan melalui kebiasaan
menuliskan pengalaman belajar, peserta didik tersebut terbiasa
mengekspresikan perasaan, pemikiran ataupun harapannya tentang
pembelajaran yang diberikan guru. Jadi lebih dekat sebagai alat
untuk komunikasi dan diseminasi informasi, temuan, pemikiran,
hasil pengamatan tentang pembelajaran. Peserta didik dibiasakan
mengisi JB, meskipun belum mampu menulis dengan kriteria ilmiah.
Isi dari JB tidak harus dalam bentuk artikel, hasil telaahan yang
memenuhi kriteria ilmiah. Tetapi dapat berupa kalimat-kalimat
sederhana, misalnya penyelesaian soal mata pelajaran tertentu atau
bahkan hanya ungkapan bahwa peserta didik itu senang belajar hari
itu karena guru memberi kesempatan ke luar kelas untuk
mengamati tanaman di sekitar sekolah pada pelajaran IPA.
Untuk memulai membuat dan menggunakan JB di SD dan SMP
dibutuhkan keberanian. Untuk memulai dan mendorong guru,
diperlukan inisiatif kepala sekolah atau dan pengawas sekolah.
Kebersamaan di antara pendidik dan tenaga kependidikan yang
menjadi anggota kelompok kerja masing-masing merupakan modal
utama dan kunci keberhasilan pemanfaatan JB. Pendekatan-
pendekatan personal kepada anggota kelompok kerja diperkirakan
akan mampu membangkitkan semangat untuk menerbitkan JB.
Kebersamaan dalam memecahkan masalah, diskusi dari hati ke hati,
mengajak anggota kelompok kerja untuk merancang, membuat dan
mengelola JB.
Kebiasaan guru menulis artikel di media masa, menulis di jurnal
ilmiah, menyusun karya tulis ilmiah dapat ditumbuhkembangkan
melalui pembiasan membaca JB peserta didik. JB diharakan
memberi sumbangan yang besar dan positif untuk membangun
tradisi berpikir ilmiah dan kemampuan untuk menuliskannya dalam
bentuk artikel di jurnal ilmiah kelak di kemudian hari. Pendidik dan
4
tenaga kependidikan dalam kegiatan kelompok kerja KKG, MGMP,
KKKS dan MKKS seyogianya mempelajari manfaat JB dan
memanfaatkan seoptimal mungkin. Kebiasaan menulis di JB sangat
bermanfaat kelak di perguruan tinggi dalam menulis sebagai
komunikasi hasil penelitian dan telaah ilmiah.
Tujuan
Modul ini membahas tentang JB, bagaimana JB peserta didik
diupayakan dan dimanfaatkan guru dalam rangka meningkatkan
kualitas pembelajaran. Penulisan dan pemanfaatan JB di pendidikan
dasar sarat dengan berbagai tujuan:
Bagi peserta didik berfungsi untuk pengayaan, penyegaran,
meningkatkan aktualisasi diri serta peningkatan nilai hasil
belajar kumulatif serta sebagai alat pengembangan
keilmuannya.
Bagi sekolah, sebagai aset yang menggambarkan tingkat
kemampuan akademis peserta didik dan menanamkan
budaya menulis bagi warga sekolah yang berarti juga
menggambarkan kualitas tenaga pengajar;
Bagi guru sebagai sarana untuk meningkatkan
professionalitas dalam membiasakan peserta didik
merefleksikan hasil belajar dan menuliskannya. Menilai
seberapa jauh peserta didiknya telah memahami isi atau
apakah metode yang digunakan guru efektif atau tidak dan
lain sebagainya.
Sistematika
Modul ini terdiri dari tiga kegiatan belajar. Kegiatan Belajar 1
membahas tentang JB Peserta didik, Kegiatan Belajar 2 tentang
5
Penulisan JB Peserta didik, dan Kegiatan Belajar 3 membahas tentang
Portofolio Pendidik.
Kegiatan Belajar 1 JURNAL BELAJAR Peserta didik
Waktu : 4 jam (4x50 menit)
A. Pengantar
Jurnal Belajar sebagai wadah dan sarana pendukung pengembangan
kualitas pendidikan, khususnya di bidang pembelajaran. Pendidik
dan tenaga kependididkan diharapkan menafaatkan JB sebagai
masukan dalam memperbaharui (pemutakhiran) materi keilmuan
yang diajarkan dan cara-cara mengajarkannya. Guru (pemula dan
kawakan) dapat menjadikan JB sebagai rujukan pemutakhiran
metode pembelajaran dan materi yang diajarkan. Peserta didik yang
berada di kota besar, sekarang ini sudah dengan mudah dapat
mengakses pengetahuan melalui internet, yang kemungkinan
membuat pendidik dan tenaga kependidikan semakin tertinggal,
apabila gurunya hanya mengandalkan sumber belajar yang
konvensional.
Selain itu, meningkatkan minat baca dan menulis bukan hanya
kewajiban bagi peserta didik, akan tetapi merupakan kewajiban bagi
pendidik dan tenaga kependidikan. Proses pembelajaran di sekolah
tidak akan dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi kalau guru-gurunya tidak terbiasa membaca. Pendidik
dan tenaga kependidikan tidak mungkin dapat menulis karya tulis
ilmiah atau artikel populer yang baik tanpa banyak membaca.
Menulis dan membaca adalah pintu gerbang utama mengikuti
6
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. JB diharapkan
menjadi sarana untuk mencapai hal tersebut.
Tawaran menulis JB kemungkinan pada awalnya akan menjadi
beban bagi sebagian besar peserta didik. Kemungkinan guru yang
belum pernah memanfaatkan JB dan kurang memahami maknanya
akan sulit memotivasi peserta didik untuk terbiasa menulis di JB.
Meskipun guru tersebut berkualifikasi S1 atau S2 tidak ada jaminan
bahwa mereka lebih mampu memanfaatkan JB. Pada umumnya
guru di pendidikan dasar belum tahu makna dan tidak terbiasa
memanfaatkan JB sebagai sarana pembelajaran yang efektif.
Diperkirakan sebagian besar guru mengalami kesulitan membuat
karya tulis ilmiah karena sejak SD dulu belum pernah mengisi JB.
B. TujuanKegiatan Belajar 1 ini bertujuan memberi motivasi kepada pendidik
dan tenaga kependidikan tentang pembuatan JB peserta didik.
Setelah menyelesaikan Kegiatan Belajar 1, guru diharapkan mampu:
1. Mengidentifikasi dan memetakan kebutuhan JB peserta didik;
2. Mengidentifikasi dan memetakan karakteristik JB peserta didik;
3. Mengidentifikasi dan memetakan peluang untuk membuat dan
menafaatkan JB untuk meningkatkan kualitas pembelajaran;
4. Mengidentifikasi dan memetakan kendala yang akan dihadapi
dalam pembuatan JB peserta didik pada pendidikan dasar.
C.Bahan, Alat dan Nara Sumber Belajar
Untuk menyelesaikan Kegiatan Belajar 1, guru menggunakan bahan,
alat dan sumber belajar antara lain sebagai berikut.
1. Studi Kasus: Pembuatan Majalah Dinding dalam bidang
pembelajaran;
2. Lesson Study yang dilakukan oleh beberapa guru di KKG, MGMP;
3. Contoh model JB Peserta didik
4. Handout: Model dan Karakteristik JB peserta didik
7
5. Kajian Pustaka tentang fungsi dan manfaar JB
6. Media Pembelajaran
7. Guru pemandu
D. Langkah Kegiatan
Kegiatan Belajar 1, dilaksanakan mengikuti alur kegiatan sebagai
berikut.
Untuk menyelesaikan Kegiatan Belajar 1, guru diharapkan
melakukan langkah-langkah kegiatan sebagai berikut.
1. Pengantar (50 menit)
Fasilitator membuka sesi ini, selanjutnya menjelaskan tentang
kebijakan Program BERMUTU, dengan merangkum hal penting
tentang program dari Pendahuluan Modul ini
Kemudian, dijelaskan tujuan sesi yaitu memberi motivasi kepada
guru tentang pentingnya JB bagi peserta didik dan guru. Fasilitator
8
Pengantar dan Pengenalan BERMUTU
Penyajian Studi Kasus
Pemodelan Jurnal dan Diskusi tentang Ciri-ciri Jurnal
Penulisan Artikel untuk Jurnal dan Buletin
Penguatan dan Penugasan Penulisan Artikel untuk JB
1 23 4
5
50’ 30’ 60’ 30’
30’
meminta peserta untuk menambahkan isu-isu lain yang ada di
sekolah berkaitan dengan JB peserta didik;
Fasilitator bersama peserta bertanya jawab tentang pengalaman
peserta dalam menulis artikel dan laporan hasil penelitian tindakan
kelas.
Salah seorang peserta membantu fasilitator mencatat di papan tulis
temuan inti pengalaman peserta dalam penulisan artikel untuk
jurnal atau buletin.
2. Penyajian studi kasus penerbitan JB (30 menit).
Untuk menginventarisasi karakteristik dan manfaat JB yang baik,
peserta diminta membedakan antara karya tulis, majalah dinding,
karangan bebas dan JB, melalui diskusi kelompok (jumlah kelompok
dan anggota disesuaikan dengan jumlah peserta).
Penyajian studi kasus: Penyusunan JB peserta didik.
Fasilitator menyajikan kasus pembuatan JB (kalau sudah ada di
sekolah di Indonesia akan lebih baik, jika belum ada dapat
mengambil contoh majalah dinding atau JB di sekolah di luar
negeri). Fasilitator menyampaikan beberapa pertanyaan untuk
dipertimbangkan oleh peserta selama studi kasus:
1) Apa manfaat JB bagi peserta didik dan guru?
2) Apa kesulitan yang dihadapi oleh guru dalam mengelola JB
tersebut?
3) Bagaimana sebaiknya agar guru termotivasi untuk membuat
dan memanfaatkan JB?
Selanjutnya:
Peserta diklat secara berkelompok mengkaji model JB yang
disajikan dalam bentuk studi kasus
9
Peserta diklat memberikan tanggapan atas kebermanfaatan
dan kesulitan, serta memberikan solusi pemecahannya, yang
dicatat dalam lembaran studi kasus.
Salah satu kelompok mempresentasikan hasilnya, dan
kelompok lain menanggapi dan menambahkan.
Format 1:
Karakteristik Jurnal Belajar
No.
Komponen Aspek Indikator
1 Isi
2 Tujuan
3 Bentuk/Ukuran
4 Pemanfaatan
5 Pengelolaan
10
Studi Kasus : Jurnal Belajar
Fasilitator mengajak peserta untuk melihat berbagai model JB yang dibuat di sekolah di Indonesia.
Peserta diberi format untuk diisi, yang berkaitan dengan karakteristik JB yang berkualitas.
6 Sustainibilitas
Bahan Bacaan Kegiatan Belajar 1 : Jurnal Belajar
Apa itu Jurnal Belajar?
Jurnal Belajar diterjemahkan dari learning journal yakni merupakan
dokumen yang secara terus-menerus bertambah dan berkembang.
Biasanya ditulis oleh peserta didik (pembelajar), sebagai rekaman
terhadap perkembangan materi yang sedang dipelajari.
Sebenarnya, bisa saja terdapat beberapa jurnal sesuai dengan mata
pelajaran yang diikuti atau bahkan ada jurnal yang berkaitan
dengan pekerjaan sehari-hari. Sekarang ini yang banyak
berkembang adalah JB secara online, di mana peserta dididk dapat
melakukan dialog (seperti dalam bentuk forum), bahkan peserta
dididik dari sekolah lain pun boleh ikut bergabung (nimbrung).
J9rnal Belajar bukan:
Ringkasan materi pembelajaran, tetapi lebih fokus pada refleksi
peserta didik terhadap apa yang telah dibaca atau yang sedang
dipelajari;
Katalog belajar, karena dalam katalog belajar biasanya ditulis
waktu dan tanggal mengajar atau dipelajari. Suatu katalog
merupakan rekaman peristiwa, akan tetapi JB merupakan
rekaman refleksi dan hasil pengamatan dan pemikiran peserta
didik.
Apa Keuntungan dari Jurnal Belajar?
11
Siapa yang paling diuntungkan kalau JB diterbitkan? Tentu peserta
didik. Kenyataan menunjukkan, bahwa jika peserta didik
memelihara rekaman tentang apa yang diajarkan dan bagaimana
materi itu diajarkan, ini merupakan penunjang untuk tetap
mengingatnya di dalam kepala, ada pepatah orang tua yang
mengatakan ”sebenarnya peserta didik belum tahu apa-apa
sampai peserta didik tersebut dapat menuliskannya” dan
beberapa hasil penelitian telah membuktikan bahwa ungkapan
tersebut benar. Apa yang telah dipelajari peserta didik dapat
ditelusuri, termasuk kemajuan yang telah didapatkan atau
dilakukan. Peserta didik mulai dapat membedakan di antara
pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki.
Siapa Penulis Jurnal Belajar?
Seratus tahun yang lalu, pendidikan jarak jauh belum ada dan buku
teks masih sangat mahal harganya. Ketika itu, peserta didik harus
menuliskan apa yang telah dipelajari pada buku catatan. Isi catatan
kuliah tersebut adalah ringkasan dari materi yang telah dipelajari.
Yang menjadi fokus peserta adalah mereka harus menulis dan
memutuskan sendiri apa yang akan ditulis. Pada saat ini, tidak
dibutuhkan lagi catatan kuliah karena materi kuliah sudah dapat
diakses secara online, karena bahan kuliah, yang lebih lengkap dari
catatan itu sudah ada di website. Harga buku teks pun sudah relatif
murah dan karena kuliah dilaksanakan secara online berarti peserta
didiknya harus mampu mengupload bahannya ke internet (web).
Jadi dalam arti seperti pengganti catatan kuliah, peserta didik
hendaknya menggunakan JB. Penekanannya memang berbeda
tetapi tujuannya sama, yaitu membantu memaknai apa yang telah
dipelajari peserta didik.
Isi Jurnal Belajar dapat meliputi:
12
Butir-butir yang ditemukan, khususnya materi yang menarik dari
yang dibaca peserta didik dan tertarik untuk ditindaklanjuti lebih
detail;
Pertanyaan yang muncul di benak peserta didik yang berkaitan
dengan materi yang dibaca pada topik tertentu (bahan ajar);
Setelah pembelajaran di kelas (segera setelahnya, jika
memungkinkan) adalah merupakan waktu yang paling tepat
untuk membuat catatan untuk me-reinforce (mendorong dengan
sekuat tenaga) hasil belajar peserta didik dengan mencoba
mengingat apa inti yang telah diajarkan. Berpikir apa yang
menjadi poin utama yang baru bagi peserta didik dari materi
yang diajarkan hari ini. Peserta didik diminta oleh gurunya untuk
menuliskan hal tersebut tanpa melihat buku pelajaran ,
kemudian membandingkan dengan buku, sekadar untuk
menyakinkan apakah poin yang dibuat tersebut akurat;
Catatan di JB dapat diambil dari materi lain yang dibaca, yang
dikutip dari buku atau materi yang berkaitan, seperti artikel
dalam surat kabar;
Catatan apa saja yang berkaitan dengan pokok bahasan,
komentar peserta didik dalam bentuk satu atau dua kalimat
terhadap pokok bahasan, yang ditemukan/dibaca yang berkaitan
dengan materi pembelajaran;
Refleksi peserta didik terhadap materi dan kaitannya dengan
kebutuhan peserta didik tersebut pada saat guru mengajar;
Bagaimana guru mengajarkan materi tersebut dan dikaitkan
dengan apa yang diajarkan dengan cara yang berbeda;
Pemikiran peserta didik yang belum sepenuhnya terwujud tetapi
peserta didik harus merumuskan kembali. Ini bisa meliputi
perasaan peserta didik tentang materi dan perkembangan dan
teori yang dikembangkan dalam pikiran peserta didik tersebut.
13
Setiap peserta didik diwajibkan memiliki JB, yang dapat ditulis
setiap hari atau seminggu sekali, setelah guru selesai mengajar.
Apakah materi tersebut sudah diketahui peserta didik
sebelumnya? Hal-hal seperti itulah yang hendaknya dituliskan
oleh peserta didik walaupun hanya satu atau dua paragrap.
Bagaimana Bentuk Jurnal Belajar?
Bagaimana bentuk JB? Kalau guru bertanya kepada peserta didik,
bagaimana sebaiknya JB dikelola, kemungkinan ada peserta didik
yang menyarankan, sebaiknya diketik menggunakan komputer akan
tetapi ada juga yang menyarankan ditulis tangan saja. Tentu saja
tergantung kebutuhan dan fasilitas pendukung yang tersedia. JB
dapat dibuat dalam beberapa bentuk alternatif pilihan:
JB bisa dalam ukuran yang kecil, sebesar block notes atau
setengah ukuran kertas A4, atau sebesar kertas A4. Lebih mudah
dibuat dalam buku tulis biasa. (Kalau guru anggota KKG atau
MGMP, sudah melakukan PTK tentang manfaat JB di SD atau SMP
sebaiknya dikomunikasikan kepada KKG dan MGMP yang lain)
JB dapat ditulis dalam lembar kertas yang terpisah, kemudian
kertas tersebut disusun dan diurutkan berdasarkan poin yang
telah diajarkan, apa yang masih perlu diajarkan, pertanyaan
peserta didik kepada pengajar dan lain sebagainya;
Berdasarkan catatan kecil tadi oleh peserta didik tersebut
diuraikan kedalam tulisan (diketik atau ditulis tangan) dan ini
akan menjadi catatan penting sebagai referensi, catatan setelah
pembelajaran selesai;
Jika satu saat nanti di masa yang akan datang, peserta didik
langsung menulis di laptop atau komputer, kemudian dicetak,
setiap halaman dibundel/dijilid, sebagai rekaman permanen
perkembangan pembelajaran dan hasil belajar peserta didik;
14
Jika lebih suka membaca dari layar komputer, akan tetapi
disarankan tetap membuat print outnya untuk menjaga kalau
mengalami kesulitan membuka file yang dibuat oleh peserta
didik (terjadi gangguan sehingga tidak dapat dibaca).
Bentuk yang mana pun yang akan dipilih, yang penting bahwa
tulisan peserta didik tersebut setiap selesai ditulis diberikan
kepada gurunya untuk dibaca dan boleh dibaca oleh temanya
(diharapkan).
Pemikiran Pribadi
Peserta didik bisa memasukkan hasil pemikiran pribadi ke dalam JB,
meskipun hal itu tidak ingin diketahui oleh gurunya, akan tetapi hal
tersebut dinilai perlu untuk diketahui orang lain (di kemudian hari)
atau bisa juga tidak diberikan kepada guru, akan tetapi disimpan
atau didokumentasikan sendiri.
Apakah ada Waktu untuk Menulis Jurnal Belajar?
Waktu yang diperlukan untuk menulis JB tersebut tidak lebih dari 10
menit, jika dilakukan secara rutin setiap hari, mungkin hanya satu
jam per minggu. Pada awalnya mungkin bisa lebih dari satu jam
(karena belum terbiasa), tetapi lama-kelamaan, asalkan dilakukan
secara rutin setiap orang hanya menghabiskan waktu 1 jam per
minggu untuk menulis isi JB. Jika setiap minggu menghasilkan satu
halaman, maka satu bulan telah ada empat halaman.
Nilai
Karena belajar tampaknya adalah kegiatan yang bersifat individual,
maka mungkin tulisan yang dimuat di JB, adalah ‘peristiwa penting’
dalam pembelajaran yang diharapkan mendapat respon dari guru
atau rekan-rekanya, sepeti hasil bacaan (buku, artikel atau apa saja
yang menarik bagi yang bersangkutan yang ada kaitannya dengan
pembelajaran).
15
Tujuan Jurnal Belajar
Tujuan membuatJB adalah bagaimana agar peserta didik
memperoleh keuntungan dari jurnal tersebut. Dengan menuliskan
sesuatu yang bermakna atau pemikiran peserta didik tentang
pengalaman berharga dalam belajar, selain sebagai bahan refleksi
dapat dijadikan rujukan oleh pembaca/peserta didik lain yang
menghadapi hal yang sama. JB diharapkan menjadi wadah untuk
saling sharing informasi, pengalaman belajar, hasil pemikiran, hasil
bacaan, pertanyaan kepada guru dan lain sebainya.
JB dapat merupakan tempat untuk bertanya, jika ada peserta didik
tidak mengerti penjelasan gurunya, setelah itu dituliskan dalam JB
yang kemudian dibaca oleh sang guru. Setelah guru membacanya,
pada pertemuan berikutnya dijawab oleh sang guru, yang membuat
peserta didik memahami materi yang sebelumnya membingungkan
yang bersangkutan.
Alternatif lain, setelah peserta didik selesai mengikuti pembelajaran,
diminta menulis JB sebagai ‘catatan’ yang dibuat tentang
pembelajaran, dilengkapi dengan pemikiran yang bersangkutan.
Atau bisa juga tentang:
Meminta penjelasan tentang pengertian, pengerjaan rumus,
kendala yang dihadapi oleh peserta didik;
Materi yang didapatkan dari sumber lain, termasuk di luar buku
rujukan yang diberikan guru;
Memberi tahu sumber belajar yang lain yang lebih menarik dan
lebih mudah menguasai materi karena lebih sederhana.
16
Kegiatan Belajar 2 :Menulis Jurnal Belajar
Waktu : 4 jam (4x50 menit)
A. Pengantar
Kegiatan belajar 2 ini disusun sebagai materi pendidikan dan latihan
(diklat) bagi guru dalam membuat dan memanfaatkan JB peserta
didik. JB adalah wadah hasil refleksi peserta didik, yang dapat
dijadikan masukan untuk peningkatan kualitas pembelajaran oleh
guru, kepala sekolah maupun pengawas sekolah. Selain itu,
anggota KKG/MGMP, KKKS dan MKKPS diharapkan memahami dan
terbiasa memanfaatkan JB peserta didik, baik untuk perbaikan
kualitas pembelajaran maupun untuk penelitian tindakan kelas,
karya tulis ilmiah, dan artikel populer. Sebagai kegiatan belajar
lanjutan (2), sebelum penulisan JB peserta didik, guru hendaknya
memahami kemampuan peserta didiknya dalam berkomunikasi
secara tertulis. Guru hendaknya membantu dan mendorong peserta
didik agar mau, berani dan mampu mengekspresikan perasaan,
keinginan, pemahamannya terhadap materi pembelajaran di dalam
17
JB. JB dijadikan sebagai salah satu bentuk pengembangan atau
pengayaan hasil belajar secara berkelanjutan.
JB adalah karya tulis dalam bentuk yang paling sederhana. Kalimat
yang dituliskan peserta didik ada kemungkinan tidak sempurna,
misalnya peserta didik tersebut berkeinginan untuk
sharing/menukar pengalaman atau pendapat dengan gurunya.
Kemungkinan ada beberapa peserta didik yang senang menulis,
yang mudah untuk menuliskan apa yang menarik baginya.
Sebagian lagi, tidak mampu atau sulit untuk mengisi JB dalam waktu
yang singkat. Tidak ada batasan tentang seberapa panjang tulisan
yang harus dibuat oleh peserta didik. JB dapat diisi peserta didik
dengan pertanyaan atau penjelasan atau pengalamannya berkaitan
dengan topik atau materi pembelajaran.
Secara umum, JB dapat dikelompokkan menjadi 3 jenis, yaitu jurnal
umum, artinya bebas meliputi semua bidang studi. JB ini ditulis
setiap hari atau setiap minggu. Kedua, JB bidang studi, misalnya
jurnal matematika, bahasa Inggris, IPA atau IPS. Penulisan jurnal
dilakukan pada setiap akhir mata pelajaran tersebut. Sedangkan
yang ketiga adalah JB “thematik”, artinya ditulis berdasarkan thema
tertentu, seperti pembelajaran thamatik di SD.
B.TujuanKegiatan Belajar 2 ini bertujuan memberi motivasi kepada peserta
didik untuk menuliskan pengalaman belajar, hasil refleksi terhadap
materi yang dipelajari atau hasil temuan peserta didik tersebut dari
sumber lain (internet, majalah, buku dan lain sebagainya) di JB.
Tidak ada seleksi mengenai isi tulisan peserta didik yang boleh
dimuat dalam JB. Peserta didik bebas menuliskan apa saja yang
menarik, penting dan bermanfaat bagi peserta didik tersebut.
18
Setelah menyelesaikan Kegiatan Belajar 2 ini, guru diharapkan
mampu:
1. Mengidentifikasi karakteristik isi JB dan kesulitan peserta didik
dalam menulis (mengisi JB);
2. Membantu peserta didik dalam menulis JB berdasarkan
kebutuhan yang bersangkutan;
3. Membantu guru dalam membimbing peserta didik agar
terbiasa dalam mengisi JB sesuai dengan waktu yang tersedia.
C. Bahan, Alat dan Nara Sumber Belajar
Untuk menyelesaikan Kegiatan Belajar 2, guru menggunakan bahan,
alat dan sumber belajar antara lain sebagai berikut.
1. Penulisan JB peserta didik dan Contoh atau model tulisan di
dalam jurnal peserta didik (kalau ada contoh konkrit);
2. Handout tentang Model dan Karakteristik Tulisan dalam JB
peserta didik;
3. Kajian Pustaka tentang JB.
D.Langkah Kegiatan
19
Pengantar dan Pengenalan JB
Penyajian Studi Kasus
Pemodelan tulisan dan Diskusi tentang Ciri-ciri JB
Penulisan JB
Penguatan dan Penugasan contoh Penulisan JB
1 23 4
50’ 30’ 60’ 30’
30’
Untuk menyelesaikan Kegiatan Belajar 2, guru sebagai peserta
diharapkan melakukan langkah-langkah kegiatan sebagai berikut.
1. Pengantar (50 menit)
Fasilitator membuka sesi ini, selanjutnya menjelaskan tentang
kebijakan Program BERMUTU, dengan merangkum hal penting
tentang program dari Pendahuluan Modul ini;
Kemudian, dijelaskan tujuan Kegiatan Belajar 2 yaitu memberi
motivasi kepada guru agar memanfaatkan JB sebagai wadah
peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah. Fasilitator meminta
peserta untuk menambahkan isu-isu lain yang ada di sekolah
berkaitan penulisan JB peserta didik;
Fasilitator bersama peserta bertanya jawab tentang pengalaman
peserta dalam mengelola JB peserta didik;
Salah seorang peserta membantu fasilitator mencatat di papan tulis
temuan inti pengalaman peserta dalam penulisan JB peserta didik.
2. Penyajian contoh-contoh JB peserta didik (30 menit).
Untuk dapat menginventarisasi karakteristik dan manfaat JB, peserta
diminta membedakan antara karya tulis, artikel sederhana, melalui
berbagai alternatif di antaranya:
a. Alternatif ke-1: Penyajian JB peserta didik.
Fasilitator menyajikan atau membagikan contoh tulisan peserta
didik pada JB yang sesungguhnya (kalau ada JB di sekolah Indonesia
atau contoh JB di sekolah luar negeri). Fasilitator menyampaikan
beberapa pertanyaan untuk dipertimbangkan oleh peserta selama studi
kasus:
20
5
1. Apa manfaat tulisan peserta didik pada JB?
2. Apa kesulitan yang dihadapi guru dalam membimbing peserta
didik menulis JB?
3. Bagaimana sebaiknya langkah yang diambil oleh guru dalam
memotivasi peserta didik untuk mengisi JB?
4. Apa manfaat JB bagi peserta didik?
Selanjutnya:
Peserta secara berkelompok mengkaji penulisan JB yang didasarkan
dari model JB yang disajikan fasilitator.
Peserta diklat memberikan tanggapan atas kebermanfaatan dan
kesulitan, serta memberikan solusi pemecahannya;
Salah satu kelompok mempresentasikan hasilnya, dan kelompok
lain menanggapi dan menambahkan.
Bahan Bacaan Kegiatan Belajar 2:
Penulisan Jurnal Belajar
A. PendahuluanPenulisan JB peserta didik dimaksudkan untuk pengembangan
keterampilan dan pembiasaan mengekspresikan hasil refleksi peserta
21
didik terhadap pembelajaran. Komentar peserta didik tentang isi,
metode, sikap guru, pemahaman terhadap materi maupun bagian
yang tidak dimengerti. Selain itu, peserta didik dapat menuliskan
ketertarikan, hasil belajar dari sumber lain, hasil penelitian atau
“eksperimen” yang dilakukan baik individu maupun kelompok.
Membantu peserta didik terbiasa menulis di JB, terbiasa
memanfaatkan JB sebagai media komunikasi untuk guru maupun
rekan-rekannya. JB juga dapat diisi peserta didik dengan hasil
pengalaman belajar, hasil kajian atau penelitian atau data yang
diperoleh di luar sekolah.
Agar guru terampil dalam membimbing peserta didik mengisi JB, guru
sebaiknya memahami lebih dahulu makna dan tujuan penulisan JB.
Setelah terbiasa mengisi JB, peserta didik diharapkan akan memiliki
keterampilan dalam menuliskan gagasan atau pemikirannya
sehingga dapat mengembangkan komunikasi akademis di antara
peserta didik dengan guru atau pihak yang lain yang berkepentingan
dengan pembelajaran di sekolah. Mengisi JB peserta didik diperlukan
kesabaran dan diperlukan latihan, latihan dan latihan. Ala bisa karena
biasa.
Penulisan JB merupakan pendukung kegiatan pembelajaran. Bagi
guru JB menjadi masukan berharga. Guru dapat mengetahui apakah
pembelajaran yang dilaksanakan menarik, materi sudah dikuasai
peserta didik atau belum dan apakah ada peserta didik yang menulis
tentang materi yang dipelajari dari sumber-sumber yang berbeda
dengan yang digunakan guru. Sementara itu, bagi peserta didik
manfaatnya antara lain; tempat bertanya kepada gurunya, tempat
menunjukkan bahwa peserta didik tersebut mengetahui lebih dalam
dari yang diajarkan oleh guru atau mungkin ada peserta didik yang
tidak senang dengan metode yang digunakan gurunya, dan lain
sebagainya. Peserta didik sebagai calon anggota masyarakat ilmiah
perlu dibimbing dan dibiasakan mengekspresikan hasil refelsksinya
terhadap pembelajaran.
22
Tabel 2. 1 Isi Jurnal Belajar Peserta didik
Isi Jurnal Belajar
Pengalaman belajar peserta
didik (yang menyenangkan,
menarik, berkesan maupun
yang menyedihkan)
Materi pembelajaran yang
belum dipahami peserta didik
dengan menyebutkan alasan
dan kendalanya
Materi pembelajaran yang
telah dipahami
Usaha/cara untuk
mengatasinya materi yang
belum dipahami
Upaya pengayaan Materi yang didapat dari
sumber yang berbeda
JB pada umumnya disusun berdasarkan pengalaman nyata pada saat
mengikuti pembelajaran di sekolah. JB dapat dibuat dalam bentuk
buku harian akan tetapi dapat berupa buku mingguan. Misalnya
setiap pembelajaran IPA, gurunya menyediakan waktu bagi peserta
didik untuk melakukan refleksi terhadap materi yang dipelajari hari
itu kemudian menuliskannya dalam JB. JB dapat dikaitkan dengan
pengembangan atau pengayaan hasil belajar peserta didik. Guru
dituntut untuk melakukan pembimbingan atau memfasilitasi peserta
didik untuk bebas mengisi JB sebagai bagian dari pendidikan
demokrasi di Indonesia. Selain melaksanakan pembingan pendidikan
demokrasi, pembiasaan menulis tetapi guru tersebut memperbaiki
kualitas pembelajarannya berdasarkan masukan dari JB.
JB tidak sama dengan karya tulis ilmiah yang disusun mengikuti
kriteria atau persyaratan tata tulis dan bahasa yang digunakan. JB
pada umumnya ditulis sebagai apresiasi terhadap pembelajaran.
Komentar peserta didik terhadap pembelajaran. Komentar tersebut
bisa jadi karena tertarik, ada masalah karena kurang mengerti
sampai dengan adanya temuan baru dari peserta didik itu sendiri,
23
yang mungkin berbeda dengan yang diajarkan gurunya. JB tidak
sama dengan buku harian, yang boleh diisi “suka-suka” oleh
pemiliknya. Namun ada kemiripan dengan diary atau buku harian
tersebut, JB diisi peserta didik pada waktu yang disediakan oleh guru
dan hanya berkaitan dengan pembelajaran di sekolah, tidak diisi
dengan masalah kucingnya yang sedang melakhirkan di bawah
tempat tidur.
JB ditulis langsung tanpa harus diarahkan oleh guru dan tidak ada
tema, topik, judul dan rumusan masalah. Kriteria yang diberikan oleh
guru misalnya hanya berkaitan dengan pembelajaran minggu ini atau
hari ini atau mata pelajaran tertentu. Peserta didik boleh menuliskan
apa saja yang berkaitan dengan hal-hal di bawah ini.
Tabel 2.2 Contoh Jurnal Belajar Peserta didik
JURNAL BELAJAR PESERTA DIDIK
Pengalaman belajarPeserta didik menulis secara ringkas pengalaman belajarnya
Materi yang telah dipahami
Peserta didik menulis topik-topik yang telah dipahaminya
Materi yang belum dipahami dengan menyebutkan alasan dan kendalanya
Peserta didik menulis topic-topik atau materi yang belum dipahami /kendala dengan menyebutkan alasan, baik berkaitan dengan
Usaha/cara untuk mengatasinya
Peserta didik menulis cara-cara mengatasi kendala atau hambatan yang dihadapinya, seperti bertanya kepada teman sebaya, guru, orang tua, belajar mandiri, privat les dan lain-lain.
Upaya pengayaanPeserta didik menulis kegiatan belajar dari sumber lain ( seperti internet, televisi, ensiklopedi).
24
Tujuan menulis JB adalah untuk mengkomunikasikan: pengalaman
belajar, materi yang telah dipahami, materi yang belum dipahami
dengan menyebutkan alasannya, usaha atau cara untuk mengatasi
masalah yang dihadapi sampai dengan hasil /upaya pengayaan yang
dilakukan oleh peserta didik tersebut terhadap materi pembelajaran.
JB di tingkat yang lebih tinggi, SMP ke atas, JB ada kemungkinan diisi
dengan gagasan, pemikiran atau hasil kajian teoritis oleh peserta
didik baik individu maupun kelompok. Satu hal yang penting
diperhatikan oleh guru ketika peserta didik menulis jurnal adalah
jangan sampai ada peserta didik mencontoh yang ditulis oleh
temannya, yang dilakukan hanya karena memenuhi permintaan
guru, tanpa tahu maknanya untuk apa.
Sebelum membaca JB, gurunya harus yakin bahwa JB diisi sendiri
oleh peserta didik. Ditulis individual, bukan berkelompok. Isi JB dapat
juga berupa gagasan, cara pandang (baru) terhadap persoalan yang
dibahas pada pembelajaran, misalnya model, yaitu cara melakukan
sesuatu, model mengajarkan anatomi tubuh manusia kepada peserta
didik SD, yang diketahui peserta didik tersebut dari orangtuanya
yang dokter. Tetapi jika tidak ada gagasan (baru) yang hendak
disampaikan tidak berarti peserta didik tersebut tidak perlu menulis
JB. Sebaiknya tetap menulis, tetapi menulis JB bukan sebagai kerja
paksa atau beban tambahan yang sangat berat. Peserta didik yang
produktif menulis dalam JB diharapkan akan terbiasa berkomunikasi
dalam bidang akademis dengan tulisan, yang sangat bermanfaat
dalam melatih pola pikir yang bersangkutan. Selain itu penulisan JB
melatih peserta didik untuk lebih produktif, kreatif dan terampil
menyampaikannya secara tertulis. Sasaran yang dituju adalah guru
maupun rekan-rekanya sebagai pembaca atau pengguna jurnal
tersebut.
Peserta didik yang mempunyai gagasan baru dalam materi yang
diajarkan apabila gagasan tersebut disampaikan kepada guru,
diharapkan dapat diterapkan dalam pembelajaran berikutnya.
25
Penerapan cara mengajarkan yang disampaikan peserta didik
tersebut diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan di
sekolah. Guru adalah pemakai atau pengguna masukan tersebut.
Misalnya, peserta didik senang sekali karena gurunya mengajar
sudah menggunakan komputer atau ada peserta didik yang begitu
bangga karena gurunya memberi kesempatan maju di depan kelas
mendemonstrasikan hasil karyanya. Berikut ilustrasi tentang JB di
SD.
Tabel 2.2 Contoh Jurnal Belajar Peserta didik
CONTOH ISI JURNAL BELAJAR SD
Pengalaman belajar Pada pembelajaran pagi ini pembahasan mengenai kenampakan alam saya merasa senang karena diajak guru untuk belajar diluar ruang kelas untuk mengamati penampakan alam sekitar sekolah.
Pada hari ini saya sangat senang belajar matematika karena saya diberi uang kertas oleh pak guru dan disuruh mengukurnya serta diakhir pembelajaran saya bernyanyi bersama teman-teman tentang menabung.
Materi yang telah dipahami
Materi yang telah saya pahami pada pembahasan kenampakan alam adalah kenampakan alam dan kenampakan buatan yang ada di sekitar sekolah.
Sekarang saya lebih paham bagaimana mencari luas persegi panjang dari bangun-bangun datar yang ada di sekeliling.
Materi yang belum dipahami dengan menyebutkan alasan dan kendalanya
Pada pembahasan kenampakan alam materi yang belum saya pahami adalah kenampakan alam dan buatan untuk daerah lain, kendala yang dihadapi karena tidak
26
cukup waktu.
Saya belum bisa menghitung luas daerah persegi panjang dalam bentuk soal cerita.
Usaha/cara untuk mengatasinya
Karena waktu yang tidak cukup maka saya mencari sendiri informasi kenampakan alam di daerah lain yang saya inginkan.
Karena saya tidak bisa menghitung luas daerah persegi panjang dalam bentuk cerita, tetapi saya malu bertanya kepada pak guru, maka saya lebih senang bertanya kepada teman.
Upaya pengayaan Saya memperoleh informasi tentang kenampakan daerah lain pada saat saya bertamasya dengan orang tua.
Saya bertanya kepada orang tua dan kakak di rumah.
Setelah gurunya membaca jurnal yang ditulis peserta didik tersebut,
gurunya menyadari beberapa kekeliruan yang selama ini dilakukan,
yaitu tidak memberi kesempatan bagi peserta didik untuk
menampilkan hasil kerjanya dan komputer yang ada di sekolah tidak
pernah boleh disentuh oleh peserta didik. Guru tersebut setelah
menyadari kekeliruannya mulai memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk menunjukkan kebolehannya di depan kelas, mulai
dari yang bernyanyi, membacakan puisi yang dibuat sendiri sampai
dengan berpidato dihadapan teman-teman, memberikan kalungan
bunga kepada guru yang baru menikah.
B.Penulisan Jurnal Belajar
Sebelum menulis atau mengisi JB, guru perlu menjelaskan maksud
dan tujuan penulisan jurnal tersebut. Peserta didik dibiasakan untuk
27
mengorganisasiikan ide-ide pokok atau bagian-bagian gagasan yang
hendak dituliskan. Guru tidak perlu melihat atau mengawasi peserta
didik pada saat menulis jurnal jika hal itu diperkirakan akan
mengganggu ketenangan peserta didik. Ketika ada peserta didik
yang mempertanyakan tema, topik, atau masalah, sebaiknya guru
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memutuskan
sendiri apa yang hendak dituliskan dalam jurnal. Ada kemungkinan
peserta didik tertarik untuk menuliskan kesannya tentang metode,
cara, pendekatan dilakukan guru pada saat mengajar, yang
dirasakan oleh peserta didik sebagai sesuatu yang menakutkan dan
itu baru disadari oleh guru yang bersangkutan setelah membaca JB
peserta didik. Misalnya, sebagian besar peserta didik merasa nilai
yang diberikan oleh gurunya tidak objektif, karena temannya yang
menyontek tetapi mendapat nilai tinggi, sementara peserta didik
yang jujur malah diperlakukan seperti orang “pesakitan”.
Tabel 2.2 Contoh Jurnal Belajar Peserta didik SMP
JURNAL BELAJAR PESERTA DIDIK SMP
Pengalaman mengajarSaya mereaksikan beberapa macam zat untuk menentuka cirri-ciri reaksi kimia sederhana
Materi yang telah diajarkan
Bermacam macam perubahan yang tampak setelah 2 zat kimia direaksikan, seperti timbulnya gelembung, berbau, warna berubah, menjadi panas atau dingin
28
Materi yang sulit dipahami oleh guru dan atau sulit diajarkan oleh guru dengan menyebutkan alasan dan kendalanya
Saya belum dapat menuliskan perubahan yang saya lihat menjadi sebuah kalimat
Usaha/ cara untuk mengatasinya
Saya berusaha minta bantuan guru dengan bertanya, tetapi guru malah menyarankan saya untuk berdiskusi dengan teman sekelompok
Upaya guru dalam pengayaan materi
Saya ingin mencari informasi tentang ciri ciri reaksi kimia, bisa dari buku buku di perpustakaan.
29
Kegiatan Belajar 3:
Membuat Portofolio GuruWaktu : 4 jam (4x50 menit)
A. Pengantar
Portofolio merupakan kumpulan karya dari berbagai tugas. Misalnya,
guru ditugaskan membuat silabus, Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), alat bantu belajar, serta pedoman penskoran
penilaian untuk masing-masing kompetensi dasar dari 4 kompetensi
dasar dari aspek yang berbeda. Untuk masing-masing kompetensi
tersebut, para guru juga diminta menuliskan refleksi atas
pembelajaran dan penilaian yang dilakukan, dan meminta pengawas
atau rekan guru untuk melakukan pengamatan pada pelajaran yang
dilakukan dengan mengisi lembar pengamatan yang disediakan.
Untuk melengkapi portofolionya, para guru diminta menjelaskan
penataan kelas yang mereka lakukan untuk khusus pelajaran tersebut
dan alasan mengapa ditata demikian, dan mereka akan meminta
kepala sekolah atau pengawas melakukan penilaian dan memberikan
komentar terhadap portofolio mereka.
Portofolio digunakan untuk berbagai tujuan, di antaranya untuk
menampilkan karya terbaik, menunjukkan perkembangan suatu dalam
kurun waktu tertentu, maupun menunjukkan berbagai prestasi atau
kompetensi seseorang (seperti portofolio untuk program sertifikasi
guru).
Apakah Portofolio itu?
Portofolio merupakan kumpulan bahan yang mewakili karya
seseorang, biasanya merupakan karya terbaik atau yang menunjukkan
kemajuan dalam kurun waktu tertentu, yang juga bisa digunakan
sebagai bukti pencapaian atau penguasaan kompetensi tertentu.
30
Apa saja yang harus dimasukkan dalam portofolio?
Secara umum, guru diharapkan menyertakan dokumen perencanaan,
seperti silabus dan RPP, kemudian foto ataupun fotokopi alat bantu
pengajaran, refleksi pengajaran dan tata ruang kelas, serta rubrik atau
lembar pengamatan pembelajaran yang diisi oleh pengawas atau
rekan sejawat.
Pada saat menyusun portofolio, guru diharapkan mengelompokkan
dokumen-dokumen tersebut berdasarkan tema atau mata pelajaran.
Sebagai contoh, silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, penilaian
dan lain sebagainya dalam kelompok aspek-aspek dari mata pelajaran
IPA atau Bahasa Inggris. Sangat tidak disarankan, satu rencana
pembelajaran digabung dengan rencana pembelajaran lain, kemudian
silabus satu mata pelajaran dengan silabus lain. Penyusunan yang
teratur akan sangat membantu para pengguna, fasilitator atau assesor
pada saat melakukan penilaian.
Apakah tugas-tugas (silabus, RPP, dsb) harus dari kelas yang
diajar saat ini?
Semua tugas-tugas sebaiknya berdasarkan kelas yang diajar saat ini
dapat dijadikan bahan portofolio guru. Misalnya guru diharapkan
menulis minimal satu silabus untuk digunakan semester ini (atau
menyusun bersama pengajar lain dari kelas yang sama, atau bersama
guru lain dari gugus yang sama). Guru diharapkan mengajar dengan
menggunakan silabus yang telah disusun sebelumnya, menggunakan
alat bantu belajar yang dibuat sendiri, dan menggunakan penilaian
yang telah dikembangkan, semua ini akan dimasukkan dalam
portofolio. Guru diharapkan untuk menuliskan refleksi setelah
menggunakan/mengaplikasikan apa yang disiapkan sebelumnya dan
meminta kepala sekolah atau pengawas untuk melakukan observasi di
kelas untuk melihat kemajuan dalam menggunakan semua itu.
31
Kami membuat silabus, dan rencana pembelajaran secara
bersama-sama pada pertemuan KKG. Bolehkah kami
menyerahkan semua itu?
Guru boleh menyerahkan silabus yang dibuat pada pertemuan KKG,
selama silabus tersebut memenuhi kriteria yang tertera pada rubrik
penilaian. Akan tetapi, guru diharapkan membuat RPP sendiri.
B. Tujuan
Kegiatan Belajar 3 ini bertujuan memberi motivasi kepada guru
untuk mendokumentasikan bukti fisik tugas-tugas sebagai pendidik
dan menyusun dokumen tersebut dalam bentuk portofolio. Setelah
menyelesaikan Kegiatan Belajar 3, guru diharapkan mampu:
1. Mengidentifikasi kebutuhan dan merencanakan penyusunan
portofolio sebagai pendidik;
2. Merumuskan prosedur penyusunan portofolio pendidik;
3. Memenuhi persyaratan atau kriteria dalam pembuatan portofolio
pendidik.
C. Bahan, Alat dan Nara Sumber Belajar
Untuk menyelesaikan Kegiatan Belajar 3 ini, guru menggunakan
bahan, alat dan sumber belajar antara lain sebagai berikut.
1. Studi Kasus: Pembuatan portofolio untuk mendapatkan
pengakuan terhadap pengalaman kerja dan hasil belajar di KKG
32
bila yang bersankutan melanjutkan studi ke perguruan tinggi
(LPTK);
2. Contoh, model portofolio guru, yang disusun berdasarkan
kegiatan sehari-hari pada kegiatan kelompok kerja guru (KKG
atau MGMP);
3. Handout: Pedoman Penyusunan Portofolio Pendidik;
4. Kajian Pustaka tentang fungsi dan manfaar portofolio.
E. Langkah Kegiatan
Kegiatan Belajar 3, dilaksanakan mengikuti alur kegiatan sebagai
berikut.
Untuk menyelesaikan Kegiatan Belajar 3, guru diharapkan melakukan langkah-langkah kegiatan sebagai berikut.
1. Pengantar (50 menit)
Fasilitator membuka sesi ini, selanjutnya menjelaskan tentang kebijakan pemerintah tentang portofolio sebagai metoda untuk menilai kinerja guru untuk kepentingan sertifikasi, dengan merangkum hal penting tentang program dari Pendahuluan Modul ini;
Kemudian, dijelaskan tujuan sesi yaitu memberi motivasi kepada guru dalam rangka menyusun portofolio untuk kepentingan melanjutkan studi ke LPTK;
33
Pengantar dan Pengenalan Portofolio Guru
Penyajian Penyusunan Portofoilio Guru
Pemodelan Portofolio dan Diskusi tentang Ciri-ciri portofolio ideal
Penetapan Standar Pembuatan Portofolio Guru
Penguatan dan Penugasan Pembuatan Portofolio Guru
1 23 4
5
50’ 30’ 60’ 30’
30’
Fasilitator meminta peserta untuk menambahkan isu-isu lain yang ada di sekolah, berkaitan dengan maraknya guru mengikuti seminar untuk kepentingan portofolio;
Fasilitator bersama peserta bertanya jawab tentang pengalaman peserta dalam menyusun portofolio untuk berbagai kepentingan;
Salah seorang peserta membantu fasilitator mencatatat di papan tulis temuan inti pengalaman peserta dalam pembuatan portofolio.
2. Penyajian Model Portofolio Pendidik (30 menit).
Untuk dapat menginventarisasi perencanaan dan pembuatan portofolio
pendidik, penilaian portofolio, peserta diminta membedakan antara
portofolio untuk sertifikasi pendidik dengan portofolio untuk kepentingan
melanjutkan studi ke LPTK, melalui berbagai alternatif di antaranya:
a. Alternatif ke-1: Penyajian Model Portofolio untuk Sertifikasi.
Fasilitator menyajikan contoh kasus pembuatan portofolio untuk
sertifikasi (kalau ada di antara peserta yang telah lulus sertifikasi
pendidik berdasarkan penilaian portofolio akan lebih baik, jika belum
ada dapat mengundang guru lain yang bukan peserta). Fasilitator
menyampaikan beberapa pertanyaan untuk dipertimbangkan oleh
peserta selama penyajian model portofolio untuk sertifikasi pendidik:
1) Apa manfaat adanya standar pembuatan portofolio pendidik?
2) Apa kesulitan yang dihadapi oleh penilai atau pengguna portofolio
tersebut?
3) Bagaimana sebaiknya guru agar termotivasi untuk membuat
portofolio dan memanfaatkan portofolio tersebut?
4) Apa manfaat portofolio bagi peserta pendidik?
Selanjutnya:
Peserta diklat secara berkelompok mengkaji pembuatan
portofolio yang akan digunakan mendapatkan PPKHB (Pengakuan
Pengalaman Kerja dan Hasil Belajar) dari LPTK (Lembaga
34
Pendidikan Tenaga Kependidikan) dalam bentuk diskusi
kelompok;
Peserta diklat memberikan tanggapan atas kebermanfaatan dan
kesulitan, serta memberikan solusi pemecahannya;
Salah satu kelompok mempresentasikan hasilnya, dan kelompok
lain menanggapi dan menambahkan.
35
Bahan Bacaan Kegiatan Belajar 3:
PORTOFOLIO GURU
A. Pendahuluan
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih dan mengevaluasi
peserta didik pada satuan pendidikan anak usia dini jalur pendidikan
formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Menurut PP RI
No. 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 28, pendidik
adalah agen pembelajaran yang harus memiliki empat jenis
kompetensi, yakni kompetensi kepribadian, pedagogik,
profesional, dan sosial. Kompetensi guru diartikan sebagai
kebutuhan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diwujudkan
dalam bentuk perangkat tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab
yang dimiliki seseorang untuk memangku jabatan guru sebagai
profesi.
B. Portofolio Guru
Portofolio guru adalah dokumen yang memuat kumpulan hasil
kerjanya. Portofolio menggambarkan kemampuan, talenta atau
bakat dalam bidang profesinya. Portofolio tersebut disusun oleh guru
yang bersangkutan untuk menunjukkan pengetahuan, keterampilan,
dan kinerja dalam mengajar. Portofolio digunakan sebagai bahan
refleksi bagi guru. Hal ini benar karena setelah mempelajari
portofolio tersebut biasanya tergambar kelemahan dan kelebihan
sehingga guru dapapt mengevaluasi dirinya.
Hal-hal yang biasa dimuat atau dilampirkan dalam berkas yang
disebut portofolio guru disesuaikan dengan tujuan pengadaan dan
penggunaan portofolio tersebut. Tidak ada standar mengenai isi dari
36
portofolio. Jika tujuan pengadaan portofolio untuk melihat
kemampuan guru, maka biasanya portofolio berisi antara lain: filosofi
guru yang bersangkutan tentang pendidikan, rencana pembelajaran,
surat rekomendasi, sertifikat, piagam penghargaan, hasil karya tulis,
JB, laporan penelitian, surat tugas tambahan, media pembelajaran,
resume nilai yang diperoleh dalam menempuh pendidikan guru, nilai
atau hasil tes yang pernah diikuti, seperti TOEFEL, kopi sertifikat
pendidikan dan pelatihan yang pernah diikuti, dan transkrip nilai.
Hal-hal yang ada dalam portofolio guru adalah:
Latar belakang pendidikan;
Pengalaman mengajar/masa kerja, jumlah jam mengajar, dan
mata pelajaran yang diampu;
Sertifikat yang dimiliki , misalnya Hasil Tes Nasional, hasil tes uji
sertifikasi (kalau ada), Nilai TOEFEL dan lain-lain;
Laporan hasil penelitian, karya tulis ilmiah, dan JB jurnal;
JB (JB);
Sertifikat yang dimiliki dalam rangka peningkatan kemampuan
personal atau peningkatan professional sebagai guru, misalnya
seminar, pelatihan yang diikuti, dan kegiatan lain yang berkaitan
dengan profesinya sebagai pendidik;
Rencana pembelajaran, materi pembelajaran dan buku yang
ditulis untuk materi pembelajaran;
Prestasi peserta didik dalam mata pelajaran yang diajarkan;
Video yang menggambarkan proses pembelajaran yang
dilakukan guru tersebut (rekaman)
Hasil pengamatan teman sejawat pada saat guru tersebut
mengajar;
Refleksi tertulis tentang pembelajaran (Written reflections on
teaching).
Foto-foto yang menggambarkan kegiatan guru tersebut pada
waktu mengajar atau mengikuti kegiatan yang berkaitan dengan
pembelajaran atau pendidikan.
37
Deskripsi upaya yang dilakukan untuk meningkatkan pengajaran
Silabus kursus yang diikuti
Ringkasan hasil evaluasi terhadap pengajar oleh peserta didik
Lain-lain
Beberapa hal yang sering salah kaprah mengenai portofolio guru
adalah, banyak orang beranggapan, bahwa portofolio guru sebagai
folder yang memuat seluruh kegiatan mengajar dan evaluasi.
Memang idealnya, portofolio guru adalah dokumen yang dibuat oleh
guru yang bersangkutan berkaitan dengan tugas-tugasnya atau
menggambarkan proses perkembangan yang dicapai dalam tugasnya
sebagai pendidik, termasuk perkembangan proses mengajar.
Biasanya, portofolio guru juga dilengkapi dengan lampiran-lampiran
sebagai data tambahan atau informasi pendukung yang dapat
membantu tim penilai mendapatkan gambaran yang lebih lengkap
terhadap perkembangan tersebut. Semua data yang disampaikan
dalam portofolio dimaksudkan untuk menyakinkan tim penilai bahwa
yang bersangkutan secara akurat sudah mencapai tingkat
perkembangan tertentu yang digambarkan melalui berbagai bentuk
kegiatan dan informasi. Lampiran portofolio tersebut biasanya
disesuaikan dengan kebutuhan atau bergantung pada penggunaan
portofoilio tersebut, misalnya saja dalam portofolio calon guru yang
hendak diangkat menjadi guru tetap, seperti pegawai negeri sipil,
biasanya dilampirkan rekaman video yang menggambarkan
bagaimana guru tersebut dalam mengelola pembelajaran atau saat
mengajar atau bisa juga dilampirkan rekaman wawancara yang
menggambarkan pandangan guru tersebut terhadap pendidikan dan
pembelajaran, dan lain sebagainya. Sedangkan ukuran portofolio itu
sendiri sangat bervariasi, akan tetapi biasanya berisikan sekitar 2
sampai dengan 10 halaman ditambah dengan lampiran-lampiran
sesuai dengan kebutuhan.
38
C. Membuat Portofolio Guru
Portofolio guru adalah alat dalam dunia pendidikan, yang pada
umumnya digunakan dalam dua cara; Pertama, portofolio digunakan
sebagai alat pengukuran yang otentik dalam mengevaluasi
efektivitas guru dalam rangka pemberian lisensi mengajar (sertifikat
kompetensi pendidik) atau sebagai persyaratan apakah guru yang
bersangkutan dapat diterima atau tidak dapat diterima untuk
menjadi guru (biasanya sebagai alat seleksi penerimaan guru baru).
Sebab walaupun yang bersangkutan telah lulus dari lembaga
pendidikan calon guru, masih perlu dibuktikan sejauh mana yang
bersangkutan layak untuk menjadi seorang guru. Kedua, portofolio
guru biasanya dipergunakan untuk mendapatkan umpan balik
(masukan) dalam rangka untuk memperbaiki atau meningkatkan
profesionalisme guru yang bersangkutan dalam mengajar. Misalnya
saja, portofolio guru tersebut digunakan oleh pengawas sebagai
bahan untuk melihat sejauh mana guru yang bersangkutan telah
memenuhi standar kompetensi sebagai pengajar dan apabila masih
ada hal-hal yang perlu ditingkatkan akan disampaikan kepada guru
tersebut sebagai masukan untuk meningkatkan profesionalisme
sebagai pendidik.
Berdasarkan kedua fungsi portofolio di atas, apakah portofolio cocok
digunakan sebagai alat untuk mensertifikasi pendidik di Indonesia?
Sebagai bentuk pengukuran yang otentik, portofolio guru memegang
peran yang sangat penting dalam keseluruhan evaluasi terhadap
kinerja guru. Di Amerika, sebagian besar universitas sekarang ini
bahkan menggunakan portofolio sebagai alat bantu (instrument)
untuk mengambil atau memmbuat keputusan yang berkaitan dengan
personil. Sebagian lembaga pemerintahan lebih cenderung
menggunakan portofolio guru sebagai alat perlengkap atau
tambahan daripada menggunakan pola-pola pengukuran yang
39
bersifat tradisional, seperti tes skolastik yang terstandar dan
pengukuran melalui observasi.
Sebenarnya tidak disarankan menggunakan portofolio guru untuk
hal-hal yang sifatnya mengandung resiko tinggi, atau untuk dijadikan
dasar dalam membuat keputusan yang sangat penting, seperti
halnya sebagai alat ukur untuk mensertifikasi guru, akan tetapi kalau
digunakan untuk program peningkatan kompetensi masih dianjurkan.
Mengapa tidak dianjurkan, alasannya adalah karena unsur
subjektivitas yang sangat tinggi dalam menilai portofolio, variasi
dalam hal isi dan bentuk dari portofolio itu sendiri dan juga sampai
sekarang, tidak ada satu kesepakatan tentang apa yang seharusnya
diketahui oleh guru dan apa yang harus dapat dilakukan sebagai
guru atau pendidik.
Umumnya dalam kegiatan pendidikan, yang banyak menggunakan
portofolio guru ádalah seperti, pendidikan calon guru (preservice).
Penggunaan portofolio tersebut untuk menambah bahan refleksi dan
menyediakan bahan-bahan yang menggambarkan perkembangan
guru tersebut. Portofolio biasanya menyediakan bahan untuk
mengukur hal-hal yang ada kaitannya di antara pilihan guru tersebut
atau tindakannnya dan outcome mereka dapatkan setelah
menempuh pendidikan. Sebagai tambahan, calon guru biasanya
diminta untuk melengkapi portofolio, yang isinya meliputi hal-hal
penting selama mengikuti pendidikan guru, pengalaman selama
mengikuti pendidikan guru maupun setelah menjadi guru. Biasanya
portofolio tersebut dimaksudkan untuk memberikan wawasan
(konteks) yang luas atau untuk melihat pengalaman mengajar dari
berbagai sudut pandang.
D. Bagaimana Menilai Portofolio Guru?
40
Portofolio yang akan dipergunakan sebagai alat untuk membuat
keputusan yang berkaitan dengan personil cenderung menjadi
penilaian (a higher level of scrutiny) tingkat tinggi dan apabila
dilakukan secara professional akan sangat bermanfaat. Penilaian ini
sangat penting, sebagai konsekuensinya penggunaan portofolio
sebagai alat pengambil keputusan untuk personil tertentu akan
sangat riskan karena kemungkinan portofolio yang sama apabila
dinilai oleh dua orang atau lebih bisa saja hasilnya berbeda.
Dilihat dari rangkaian pembuatan portofolio itu sendiri, proses
pembuatannya menunjukkan, bahwa portofolio adalah sesuatu yang
sangat unik, sangat pribadi dan dirajut berkaitan dengan individu
yang membuatnya. Sebagai alat untuk mebantu pengembangan
profesionalisme, portofolio dalam arti yang positif; sebagai alat bantu
dalam proses pengambilan keputusan untuk sampai pada keputusan
tentang seseorang atau pribadi tertentu, di mana tim penilai
biasanya mencoba melihat, mebandingkan individu tersebut dari
berbagai sudut pandang (biasanya dilihat dari beberapa aspek yang
berbeda) sesuai dengan permintaan. Kelemahan portofolio adalah
tidak ada suatu standar yang baku dan itu yang menjadi persoalan
utama dalam penggunaan portofolio guru. Kekurangan lainnya
adalah selain tidak adanya standar sebagai acuan yang baku,
portofolio membutuhkan acuan dalam pembuatannya atau
kesepakatan tentang isi serta bentuknya. Kedua, hal yang perlu
diperhatikan dalam penggunaan portofolio adalah subjektivitas dalam
mengevaluasi isi portofolio guru tersebut. Dalam berbagai hal
evaluasi terhadap kompetensi guru memang selalu subjektif.
Pertanyaan yang sering muncul dalam hal ini, bagaimana agar
penilaian terhadap portofolio itu tidak subjektif? Atau bagaimana
agar penilaian portofolio itu memiliki reliabilitas dan validitas yang
memadai? Sering juga terjadi, langkah yang diambil untuk mengatasi
kekurangan dalam hal validitas dan reliabilitas penilaian portofolio
41
adalah membuat atau menggunakan bentuk skla Likert sebagai
acuan dalam menentukan kualitas, berdasarkan apa yang tercantum
dalam item tertentu. Pertanyaan berikutnya adalah bagaimana
mengelompokkan isi portofolio ke dalam satu kategori, misalnya saja
Rencana pembelajaran, kursus manajemen yang diikuti masuk ke
mana dan berapa bobotnya, kemudian juga ada kesulitan dalam
membuat peringkatnya, baik peringkat per aspek atau kategori
maupun peringkat secara keseluruhan.
E. Langkah-langkah Menerapkan Portofolio
Mulai perlahan-lahan, penggunaan portofolio harus disosialisasikan
secara cermat, baik mengenai pembuatan isi, bentuk dan
penggunaannya. Barangkali membutuhkan waktu 1 tahun untuk
mencoba menggunakan portofolio sebagai alat ukur. Dalam hal
portofolio digunakan sebagai alat untuk mensertifikasi guru di
Indonesia, juga membutuhkanpersiapan, sosialisasi terutama kepada
guru yang hendak disertifikasi tersebut. Perlu dibuat rambu-rambu
yang jelas tentang isi, bentuk dan penilaian yang dilakukan terhadap
portofolio tersebut.
Keberterimaan portofolio oleh masyarakat pengguna, sejauh mana
penggunaan portofolio untuk sertifikasi guru dapat diterima oleh guru
itu sendiri. Dalam beberapa hal pembuatan portofolio bisa
membutuhkan biaya, misalnya kalau guru diminta untuk
melampirkan rekaman video pembelajaran, selain tidak semua bisa
membuat rekaman yang baik berarti membutuhkan orang lain untuk
melakukan itu sehingga harus membayar pembuatan tersebut.
Begitu juga tim penilai harus memiliki keterampilan dalam menilai
portofolio, kalau tidak guru akan mengklaim atau protes terhadap
nilai yang diperoleh tersebut. Jadi kedua belah pihak harus menerima
penggunaan portofolio sebagai alat untuk mensertifikasi kompetensi
42
guru. Selain guru dan penilai, pengguna hasil penilaian portofolio
juga harus menerima, misalnya Departemen Pendidikan Nasional
sebagai stakeholder.
Guru harus dilibatkan dalam pengambilan keputusan penggunaan
portofolio sebagai alat atau instrument dalam mensertifikasi mereka.
Jangan sampai guru tidak tahu apa dan bagaimana mereka harus
menyiapkan informasi yang diperlukan dalam portofolio tersebut.
Sedapat mungkin harus sudah jelas peringkat nilai setiap aspek dan
bobotnya. Guru harus merasa nyaman dan terbiasa dalam mengikuti
proses sertifikasi dengan membuat portofolio sebagai instrumennya,
jangan sampai merasa asing dengan pembuatannya.
Komunikasi sangat penting, misalnya seorang guru ikut serta
program sertifikasi, seandainya yang bersangkutan tidak berhasil
maka guru tersebut berhak mendapatkan keterangan mengapatidak
berhasil dan kalau berhasil juga berhak mendapatkan nilai yang
diperoleh dari setiap aspek yang dinilai dalam portofolio tersebut.
Komunikasi di antara tim penilai dan guru harus terjalin dengan baik.
Guru harus tahu persis, secara eksplisit bagaimana portofolio itu
dinilai atau digunakan dan cara-cara memberikan skor terhadap
setiap aspek yang dinilai serta robot setiap aspek. Untuk itu sebelum
membuat portafolio sebagai alat untuk mensertifikasi guru,
seharusnya hal itu sudah dijelaskan kepada guru.
Model penilaian portofolio perlu dibuat dan diberikan lepada guru
sebelum guru tersebut diminta membuat portofolio mereka telah
melihat, mempelajari model portafolio yang ideal sebagai model.
Dengan adanya model tersebut akan semakin mudah bagi guru
dalam mempersiapkan portofolio atau digunakan sebagai contoh
dalam membuat portofolio yang sesungguhnya.
43
Isi portofolio harus betul-betul selektif, jangan sampai semua yang
dikerjakan oleh guru dimasukkan ke dalamnya, tetapi memuat hal-
hal yang betul-betul menggambarkan kapabilitas dan prestasi yang
dicapai.
Harus realistis, portofolio hanya satu bentuk, format atau model
penilaian. Oleh sebab itu portofolio seharusnya hanya digunakan
sebagai proses penilaian terhadap hal-hal yang sesuai dengan
keperluan tersebut.
F. Portofolio untuk Sertifikasi Pendidik
Uji kompetensi pendidik dilakukan dalam bentuk penilaian portofolio.
Penilaian portofolio merupakan pengakuan atas pengalaman profesional
guru dalam bentuk penilaian terhadap kumpulan dokumen yang
mendeskripsikan:
kualifikasi akademik;
pendidikan dan pelatihan;
pengalaman mengajar;
hasil karya perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran;
penilaian dari atasan dan pengawas;
prestasi akademik;
karya pengembangan profesi; dan
keikutsertaan dalam forum ilmiah.
Penilaian kinerja dilakukan secara holistic (menyeluruh) yang
mencakup kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan
profesional.
Guru yang telah terpilih untuk mengikuti uji kompetensi atau untuk
mendapatkan sertifikat kompetensi tersebut, diminta untuk
menyiapkan portofolio yang berkaitan dengan kegiatan yang
menggambarkan kompetensi guru yang bersangkutan. Portofolio
tersebut dibuat dalam bentuk narasi, yang meliputi prinsip dasar
pengajaran, riwayat pengajaran, pengalaman dalam melakukan
44
peneilaian, pelatihan tentang paedagogis dan pengembangan
professional dan tujuan pengajaran di masa depan. Narasi tersebut
biasanya juga dapat disertai data atau informasi pendukung yang
relevan, seperti silabus yang dikembangkan, materi pengajaran,
berbagai sertifikat yang dimiliki sesuai dengan pelatihan yang diikuti
dan transkrip nilai yang didapatkan dari universitas atau perguruan
tinggi yang meluluskan yang bersangkutan. Selain itu juga dapat
dilampirkan rekomendasi tentang efektivitas pengajaran yang
dilakukan oleh guru tersebut dan penilaian dari murid terhadap
pengajaran guru atau informasi penting lainnya yang dapat
digunakan sebagai pendukung.
G. Menyusun Portofol io
Dokumen-dokumen tersebut dapat dikembangkan berdasarkan
panduan rubrik yang ada pada mulai halaman 11. Panduan itu dapat
membantu mengarahkan dalam membuat portofolio. Untuk informasi
lebih rinci anda dapat melihat kembali panduan pelatihan PTS
(Penelitian Tindakan Sekolah) dan bahan-bahan bacaan di toolkits
(Rangkaian alat bantu pembelajaran).
Bagi yang mencari SKS (Satuan Kredit Semester), mohon untuk
mengisi sampul protofolio dan memberi tanggal dan menandatangani
dan sertakan daftar dokumen portofolio yang final dan
menyerahkannya ke MTT (Master Trainers forTeacher) . MTT akan
mempelajari untuk memastikan bahwa semua dokumen yang
diharapkan sudah tercakup dan juga memberi tanggal dan tanda
tangan.
Portofolio anda diharapkan disusun seperti berikut :
1. Sampul Portofolio
2. Daftar dokumen yang sudah ditandatangani oleh guru dan MTT
3. Komentar Kepala Sekolah atau Pengawas
4. Denah (gambar atau foto) penataan kelas dengan penjelasannya
5. Kompetensi dasar dari aspek 1
45
a. Silabus
b. RPP dengan LK, bahan-bahan. Dsb
c. Alat Bantu belajar (benda asli, deskripsi, gambar atau foto)
d. Refleksi (penilaian diri) terhadap pembelajaran yang telah
dilakukan
e. Lembar pengamatan (rubrik) yang telah diisi oleh pengawas
atau kolega
f. Hasil karya anak yang dihasilkan dalam pembelajaran
g. Penilaian dan instrumen penskoran
h. Refleksi terhadap penilaian dan instrumen penskoran
6. Kompetensi dasar dari aspek 2
a.Silabus
b.RPP dengan LK, bahan-bahan. Dsb
c.Alat Bantu belajar (benda asli, deskripsi, gambar atau foto)
d.Refleksi (penilaian diri) terhadap pembelajaran yang telah
dilakukan
e.Lembar pengamatan (rubrik) yang telah diisi oleh pengawas
atau kolega
f. Hasil karya anak yang dihasilkan dalam pembelajaran
g.Penilaian dan instrumen penskoran
h.Refleksi terhadap penilaian dan instrumen penskoran
7. Kompetensi dasar dari aspek 3
a. Silabus
b. RPP dengan LK, bahan-bahan. Dsb
c. Alat Bantu belajar (benda asli, deskripsi, gambar atau foto)
d. Refleksi (penilaian diri) terhadap pembelajaran yang telah
dilakukan
e. Lembar pengamatan (rubrik) yang telah diisi oleh pengawas
atau kolega
f. Hasil karya anak yang dihasilkan dalam pembelajaran
g. Penilaian dan instrumen penskoran
h. Refleksi terhadap penilaian dan instrumen penskoran
8. Kompetensi dasar dari aspek 4
46
a. Silabus
b. RPP dengan LK, bahan-bahan. Dsb
c. Alat Bantu belajar (benda asli, deskripsi, gambar atau foto)
d. Refleksi (penilaian diri) terhadap pembelajaran yang telah
dilakukan
e. Lembar pengamatan (rubrik) yang telah diisi oleh pengawas
atau kolega
f. Hasil karya anak yang dihasilkan dalam pembelajaran
g. Penilaian dan instrumen penskoran
h. Refleksi terhadap penilaian dan instrumen penskoran
DAFTAR RUJUKAN
Clark, P. G. "Learning on Interdisciplinary Gerontological Teams."
EDUCATIONAL GERONTOLOGY 20, no. 4 (June 1994): 349-364. (EJ 485 857)
Cranton, P. UNDERSTANDING AND PROMOTING TRANSFORMATIVE
LEARNING. San Francisco: Jossey-Bass, 1994.
Fitzgerald, L. F., and Weidner, H. Z. "The Use of Personal Narratives,
Literature, and Journals to Foster Caring in Nursing Students." Presented at
the Conference on College Composition and Communication, 1995. (ED 386
727)
Grennan, K. F. "The Journal in the Classroom." EQUITY AND EXCELLENCE
24, no. 3 (Fall 1989): 38-40. (EJ 412 581)
47
Holt, S. "Reflective Journal Writing and Its Effects on Teaching Adults." In
THE YEAR IN REVIEW, VOL. 3. Dayton: Virginia Adult Educators Research
Network, 1994. (ED 375 302)
McAlpine, L. "Learning to Reflect." ADULT LEARNING 3, no. 4 (January
1992): 15, 23-24. (EJ 437 121)
McIntyre, S. R., and Tlusty, R. H. "Computer-Mediated Discourse."
Presented at the American Educational Research Association conference,
1995. (ED 385 232)
Miller, C. et al. LEARNING STYLES AND FACILITATING REFLECTION.
London: English National Board for Nursing, Midwifery and Health Visiting,
1994. (ED 390 991)
Oaks, S. "Talking with One's Self." Presented at the Conference on College
Composition and Communication, 1995. (ED 385 850)
Paterson, B. L. "Developing and Maintaining Reflection in Clinical
Journals." NURSE EDUCATION TODAY 15, no. 3 (June 1995): 211-220. (EJ
507 736)
Perham, A. J. "Collaborative Journals." Presented at the National Council of
Teachers of English conference, 1992. (ED 355 555)
Perl, S. "Composing Texts, Composing Lives." HARVARD EDUCATIONAL
REVIEW 64, no. 4 (Winter 1994): 427-449. (EJ 492 462)
Roe, M. F., and Stallman, A. C. "A Comparative Study of Dialogue and
Response Journals." Presented at the American Educational Research
Association conference, 1993. (ED 359 242)
Schatzberg-Smith, K. "Dialogue Journal Writing and the Initial College
Experience of Academically Underprepared Students." Presented at the
American Educational Research Association conference, 1989. (ED 308 737)
Schneider, P. THE WRITER AS AN ARTIST. Los Angeles: Lowell House,
1994.
Sommer, R. F. TEACHING WRITING TO ADULTS. San Francisco: Jossey-
Bass, 1989.
48
Surbeck, E.; Han, E. P.; and Moyer, J. "Assessing Reflective Responses
in Journals." EDUCATIONAL LEADERSHIP 48 (March 1991): 25-27. (EJ 422
850)
Walden, P. "Journal Writing: A Tool for Women Developing as Knowers."
NEW DIRECTIONS FOR ADULT AND CONTINUING EDUCATION no. 65 (Spring
1995): 13-20. (EJ 502 496)
49