juknis spi legislasi

Upload: isramia-larasati

Post on 01-Jun-2018

449 views

Category:

Documents


67 download

TRANSCRIPT

  • 8/9/2019 Juknis SPI Legislasi

    1/60

    Petunjuk TeknisPemahaman dan Pengujian

    Sistem Pengendalian Internal

    Pemeriksaan Keuangan

    Badan Pemeriksa KeuanganRepublik Indonesia

    2012

    LAMPIRAN : KEPUTUSAN B

    NOMOR : 2/K/I-XIII/7/201

    TANGGAL : 6 JULI 2012

    No. 100.001 / 2012

  • 8/9/2019 Juknis SPI Legislasi

    2/60

    Juknis Pemahaman dan Pengujian SPI Bab I

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    01. Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) dan Panduan

    Manajemen Pemeriksaan (PMP) mengharuskan pemeriksa untuk menilaiefektifitas Sistem Pengendalian Internal (SPI) di dalam melakukan

    Pemeriksaan Keuangan. Penilaian SPI dilakukan melalui pemahaman danpengujian SPI. Penilaian tersebut merupakan ukuran atas harapan

    pemeriksa bahwa pengendalian internal akan mencegah atau mendeteksiterjadinya salah saji material dan mengoreksinya, jika hal tersebut terjadi.

    Penilaian SPI dilakukan untuk merencanakan pemeriksaan, yaitu dalammenentukan sifat, saat, dan lingkup pemeriksaan.

    Dasar pelaksanaanpemahaman dan pengujian

    SPI

    02.

    Pemahaman SPI bertujuan untuk mengidentifikasi pengendalian yang

    ada, mengidentifikasi kelemahan pengendalian, mengidentifikasikemungkinan salah saji, menentukan tingkat kelemahan pengendalian,

    dan memberikan penilaian awal atas Risiko Pengendalian (RP).

    Tujuan pemahaman

    SPI

    03. Pengujian SPI dilakukan untuk menyakinkan bahwa SPI yang dinilai

    efektif pada tahap pemahaman SPI adalah memang benar-benar efektif.Pengujian SPI dilakukan atas desain dan implementasi SPI entitas.

    Tujuan

    pengujian SPI

    04. Pemahaman dan pengujian SPI dilaksanakan pada tahap perencanaan dan

    pelaksanaan pemeriksaan sebagaimana diatur dalam PetunjukPelaksanaan (Juklak) Pemeriksaan Keuangan. Pada tahap pelaksanaan,

    pemeriksa hanya dapat melakukan inspeksi atau penilaian atas dokumen

    karena observasi atau walkthrough tidak relevan jika dilakukan setelahperiode akuntansi berakhir.

    Implementasi pemahaman

    dan pengujian SPI padapemeriksaan keuangan

    B. Tujuan

    05. Petunjuk teknis pemahaman dan pengujian SPI dalam pemeriksaankeuangan (Juknis SPI) dimaksudkan sebagai pedoman teknis pemeriksa

    untuk memperoleh pemahaman dan menguji SPI pada tahap perencanaanpemeriksaan atas laporan keuangan.

    Tujuan juknis

    C. Lingkup

    06. Juknis SPI ini bersifat umum yang mengatur pedoman teknis pemahamandan pengujian SPI untuk pemeriksaan Laporan Keuangan Pemerintah

    Pusat/Daerah, Kementerian/Lembaga, BUMN/D dan entitas lain yang

    diperiksa BPK.

    Lingkup juknis SPI

    07. Pemahaman SPI meliputi pemahaman atas desain serta implementasi SPI

    entitas dan penilaian awal atas risiko pengendalian. Pemeriksa melakukan

    penilaian awal atas risiko pengendalian untuk setiap siklus transaksiberisiko yang teridentifikasi dari hasil analisis risiko bisnis sebagaimana

    didokumentasikan dalam Matriks Risiko Bisnis (MRB) entitas. PengujianSPI dilakukan untuk memperoleh keyakinan atas efektivitas SPI

    berdasarkan nilai awal risiko pengendalian.

  • 8/9/2019 Juknis SPI Legislasi

    3/60

    Juknis Pemahaman dan Pengujian SPI Bab I

    2

    08. Pemahaman SPI tingkat entitas dilakukan dengan menggunakan kerangka

    pengendalian internal baik yang diatur dalam peraturan pemerintah (PP)1maupun peraturan lain yang berlaku bagi entitas

    2, berdasarkan kerangka

    pengendalian internal yang dikembangkan oleh Committee of Sponsoring

    Organization(COSO).

    Kerangka SPI COSO

    D.

    Kedudukan Juknis Pemahaman dan Pengujian SPI

    09. Juknis SPI ini merupakan pedoman teknis dari Juklak PemeriksaanKeuangan. Ilustrasi berikut menunjukkan kedudukan Juknis SPI di dalam

    Kerangka Pedoman Pemeriksaan BPK.

    1PP Nomor 60 tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah2Misal: Keputusan Menteri BUMN No. KEP-117/M-MBU/2002 tentang Penerapan Praktek Good Corporate Governancepada Badan

    Usaha Milik Negara (BUMN)

    Juknis

    Juklak

    Kode EtikPMPSPKN

    UUD

    Peraturan Per-UU-an Pemeriksaan Keuangan Negara

    100.001

    Pemahaman

    dan Pengujian SPI

    100.002

    Penilaian Risiko

    100.003

    Penetapan Batas

    Materialitas

    100.004

    Penentuan

    Metode Uji Petik

    200.001

    Penentuan Area

    Kunci

    200.002

    Penentuan Kriteria

    200.003

    Pemeriksaan Kinerja

    Kegiatan

    Rehabilitasi Hutan

    dan Lahan (RHL)

    301.001

    Pemeriksaan

    Ivestigatif

    302.002

    Pemeriksaan

    Pengelolaan LimbahRSUP/RSUD

    302.003

    Pemeriksaan

    Kepatuhan

    Pengendalian

    Pencemaran Udara

    303.004

    Pemeriksaan

    Pengadaan Barang

    dan jasa

    304.000

    Pemeriksaan

    Subsidi Listrik

    305.00

    Pemeriksaan Subsidi

    Pangan

    306.000

    Pemeriksaan PNBP

    dan PAD

    100

    Pemeriksaan

    Keuangan

    200

    Pemeriksaan Kinerja

    300

    Pemeriksaan Dengan

    Tujuan Tertentu

    400

    Sistem Pemerolehan Keyakinan Mutu

    500

    Dokumentasi Pemeriksaan dalam bentuk KKP

    Ilustrasi 1.1

  • 8/9/2019 Juknis SPI Legislasi

    4/60

    Juknis Pemahaman dan Pengujian SPI Bab I

    3

    E. Dasar Hukum

    10. Juknis SPI disusun berdasarkan ketentuan berikut:

    1) UU No.15 tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan.

    2)

    UU No.15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan danTanggung Jawab Keuangan Negara.

    3) Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 1 tahun 2007, tentang

    Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN).4) Keputusan BPK Nomor 1/K/1-XIII.2/2/2008 tanggal 19 Februari

    2008 tentang Panduan Manajemen Pemeriksaaan.

    5) Keputusan Ketua BPK Nomor 34/K/I-VIII.3/6/2007 tentang StrukturOrganisasi Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia.

    6) Keputusan Ketua BPK Nomor39/K/I-VIII.3/7/2007 tentangOrganisasi dan Tata Kerja Pelaksana Badan Pemeriksa Keuangan

    Republik Indonesia.7)

    Keputusan BPK Nomor 04/K/I-XIII.2/5/2008 tentang Petunjuk

    Pelaksanaan Pemeriksaan Keuangan.

  • 8/9/2019 Juknis SPI Legislasi

    5/60

    Juknis Pemahaman dan Pengujian SPI Bab II

    4

    BAB II

    GAMBARAN UMUM SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL

    A. Sistem Pengendalian Internal

    01 Sistem pengendalian internal (SPI) adalah suatu proses integral yang

    didesain dan diimplementasikan oleh pimpinan dan seluruh pegawaiuntuk memberikan keyakinan yang memadai terhadap pencapaian tujuan

    entitas terkait dengan:1)

    Efektivitas dan efisiensi operasi;

    2) Keandalan dari laporan keuangan;3)

    Ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan; dan

    4) Pengamanan aset.

    Pengertian SPI

    B.

    Komponen Pengendalian Internal

    02 SPI terdiri dari komponen-komponen yang dikembangkan olehCommittee of Sponsoring Organizations (COSO). Lima komponen

    pengendalian internal dalam Juknis SPI ini meliputi:

    1) Lingkungan pengendalian (Control Environment);2)

    Penilaian risiko (Risk Assessment);

    3) Aktivitas pengendalian (Control Activities);4)

    Informasi dan komunikasi (Information and Communication); dan5) Pemantauan (Monitoring).

    Komponen

    Pengendalian Internal

    03 Lingkungan pengendalian menciptakan budaya organisasi danmemengaruhi kesadaran pegawai atas pengendalian internal. Lingkungan

    pengendalian menjadi dasar dari empat komponen pengendalian internal

    lainnya. Faktor yang membentuk lingkungan pengendalian adalah:

    a.

    Penegakkan integritas dan nilai etika.Seluruh komponen entitas menegakkan standar nilai-nilai integritas

    dan etika organisasi.b.

    Komitmen terhadap kompetensi.

    Manajemen menentukan tingkat kompetensi atas suatu pekerjaan danmendefinisikan bagaimana pekerjaan tersebut dilaksanakan untuk

    mencapai tujuan entitas.

    c. Filosofi dan gaya kepemimpinan manajemen.Pimpinan entitas harus memiliki komitmen terhadap pengendalian

    internal, nilai-nilai dasar, kompetensi dan keteladanan. Pimpinanentitas menetapkan kode etik, konseling dan penilaian kinerja yang

    mendukung tujuan pengendalian internal, serta etika operasi.d. Struktur organisasi.

    Struktur organisasi merupakan kerangka yang menggambarkankegiatan perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan pemantauan

    untuk mencapai tujuan entitas. Struktur organisasi yang memadaiantara lain harus mampu menyediakan arus informasi-informasi

    penting, menjelaskan wewenang dan tanggung jawab serta hubunganpelaporan dalam organisasi.

    e. Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab.

    Pemberian tanggung jawab, pendelegasian wewenang dan

    Lingkungan pengendalian

    (control environment)

  • 8/9/2019 Juknis SPI Legislasi

    6/60

  • 8/9/2019 Juknis SPI Legislasi

    7/60

    Juknis Pemahaman dan Pengujian SPI Bab II

    6

    Hal yang harus dilakukan terkait dengan informasi adalah:

    a. Informasi yang relevan dengan tujuan entitas yang bersumber dariinternal dan eksternal disampaikan kepada manajemen;

    b. Informasi disampaikan kepada pegawai secara rinci, jelas, dan tepat

    waktu agar mereka dapat menjalankan kewajibannya secara efektifdan efisien;

    c. Pembangunan sistem informasi dan perbaikannya harus didasarkanpada rencana strategis sistem informasi yang sesuai dengan rencana

    strategis entitas, serta responsif terhadap pencapaian tujuan entitasdan aktivitas; dan

    d. Dukungan pimpinan entitas terhadap pembangunan sistem informasi

    yang diperlukan ditunjukkan dengan komitmen penyediaan sumberdaya manusia dan dana.

    07 Komunikasi meliputi penyediaan dan penyampaian informasi secara

    jelas, seragam, dan tepat waktu kepada semua pegawai entitas yangterlibat dalam pelaporan keuangan. Komunikasi tersebut bertujuan untuk

    menjamin bahwa setiap pegawai yang terkait akan saling memahami

    peran dan aktivitasnya, termasuk melaporkan terjadinya penyimpanganmelalui mekanisme whistle blowing3. Kebijakan akuntansi, pedoman

    akuntansi dan pelaporan keuangan, daftar akun, dan memo jugamerupakan bagian dari komponen informasi dan komunikasi dalam

    pengendalian internal.

    08 Pengendalian internal harus dipantau dan, jika perlu, dibenahi agar

    kualitasnya tetap bisa dipertahankan bahkan ditingkatkan. Pemantauanadalah proses penilaian kualitas kinerja pengendalian internal sepanjang

    waktu, meliputi penilaian atas desain dan implementasi pengendalian.Pemantauan yang efektif biasanya meliputi:a. Pemantauan berkelanjutan (Ongoing monitoring)b.

    Evaluasi terpisah (Separate Evaluation)

    c.

    Pelaporan kelemahan kepada komite audit dan atau aparatpengawasan internal.

    Pemantauan (monitoring)

    C. SPI dan Siklus Transaksi

    09 Pemahaman dan pengujian SPI dilakukan atas siklus transaksi atau

    aktivitas (kegiatan) entitas dengan melihat komponan SPI yang relevan.

    10 Jenis siklus transaksi suatu entitas tergantung bidang usaha atau

    karakteristik kegiatannya. Siklus transaksi suatu badan usaha umumnya

    adalah:

    1)

    Penjualan dan penerimaan kas (Sales and collection);

    2) Pembelian dan pengeluaran kas (Acquisition and payment);3)

    Penggajian (Payroll and personnel);

    4) Persediaan dan penyimpanan (Inventory and warehousing); dan

    5) Pendanaan (Capital acquisition and repayment).

    Sikus transaksi badan usaha

    3Adanya perlindungan terhadap pelapor

  • 8/9/2019 Juknis SPI Legislasi

    8/60

    Juknis Pemahaman dan Pengujian SPI Bab II

    7

    11 Siklus transaksi entitas pemerintah, pada umumnya sebagai berikut:1)

    Pendapatan dan penerimaan kas (revenues and cash receipts);

    2) Belanja dan pengeluaran kas (expenditures and cash payment);3)

    Pembiayaan (financing)4;

    4) Aset tetap (fixed assets); dan

    5)

    Perolehan dan Penghapusan (acquisition and disposal).

    Sikus transaksi entitaspemerintah

    D. Keterbatasan SPI

    12 Manajemen mendesain dan mengimplementasikan pengendalian internal

    dengan mempertimbangkan dua konsep mendasar sebagai suatuketerbatasan SPI, yaitu:1) Keyakinan yang memadai (reasonabe assurance), bukan keyakinan

    absolut atau mutlak akan terjadinya salah saji material yang tidakmampu dicegah atau dideteksi oleh pengendalian internal.

    2) Keterbatasan bawaan (inherent limitations), yaitu bahwapengendalian internal tidak akan pernah sempurna. Setiap SPI yang

    dirancang dan diselenggarakan entitas masih memiliki keterbatasanbawaan yang melekat dalam setiap pengendalian, yaitu:

    a) Kesalahan dalam penilaian (mistakes in judgement).

    Kadangkala manajemen memberikan penilaian yang salah dalampengambilan keputusan atau dalam melaksanakan pekerjaan rutin

    yang disebabkan oleh keterbatasan informasi, waktu atau prosedurlain.

    b) Gangguan fungsi pengendalian (breakdowns).

    Pengendalian yang sudah mapan dapat terganggu jika pegawaisalah memahami instruksi, lalai, tidak hati-hati atau karenakelelahan. Perubahan sistem dan prosedur atau pergantian pegawai

    baik sementara atau permanen juga dapat mengakibatkangangguan.

    c)

    Kolusi.Tindakan bersama yang dilakukan untuk melakukan kecurangan

    (fraud) yang tidak dapat terdeteksi melalui sistem pengendalian

    internal yang telah dirancang dengan baik.d) Pelanggaran manajemen (management override).

    Manajemen terkadang melanggar kebijakan dan prosedur yangtelah ditetapkan untuk tujuan yang tidak sah dalam rangka

    menguntungkan diri sendiri atau meningkatkan performa laporankeuangan atau performa atas kepatuhan terhadap peraturan dan

    perundang-undangan.

    e) Biaya dan manfaat (cost and benefit).Biaya suatu pengendalian internal entitas seharusnya tidak bolehmelebihi manfaat yang diharapkan.

    Konsep SPI dan

    keterbatasannya

    13 Efektivitas SPI meliputi efektivitas desain dan implementasinya, dengan

    ukuran sebagai berikut.1)Efektivitas desain pengendalian internal diukur dari kemampuan

    desain tersebut dalam mencegah dan mendeteksi salah saji material

    Desan dan implementasi

    pengendalian internal yang

    efektif

    4Umumnya, kegiatan pembiayaan dilakukan pemerintah pada satuan kerja pengelola keuangan.

  • 8/9/2019 Juknis SPI Legislasi

    9/60

    Juknis Pemahaman dan Pengujian SPI Bab II

    8

    dalam laporan keuangan. Perhatian manajemen ditujukan kepada

    pengendalian untuk menangani risiko pada semua asersi terkait, untuksemua akun dan pengungkapan yang signifikan pada laporan

    keuangan.

    2)

    Efektivitas implementasi pengendalian internal diukur dari

    kesesuaiannya dengan desain serta pegawai yang mengoperasikanpengendalian melakukan otorisasi dan penelaahan yang diperlukan.

    14

    Penilaian atas efektivitas pengendalian internal pada pemeriksaan atas

    laporan keuangan memberikan manfaat kepada para pemangku

    kepentingan dalam memberikan penilaian atas akuntabilitas pengelolaankeuangan. Pengendalian internal yang efektif pada tahun berjalan dapat

    memberikan gambaran kepada para pemangku kepentingan bahwakemungkinan salah saji dalam laporan keuangan pada tahun selanjutnya

    juga relatif kecil.

    Manfaat penilaian atas

    efektivitas pengendalianInternal

    E. Asersi Manajemen dan Tujuan-Tujuan Pemeriksaan

    15

    Asersi manajemen merupakan kriteria bagi manajemen yang digunakanuntuk merekam dan mengungkapkan informasi akuntansi dalam laporan

    keuangan. Asersi manajemen diklasifikasikan dalam tiga kategori5:

    1. Asersi-asersi mengenai kelas-kelas transaksi dan kejadian selamaperiode laporan keuangan yang diperiksa.

    2. Asersi-asersi mengenai saldo akun pada akhir periode laporankeuangan yang diperiksa, dan

    3. Asersi-asersi mengenai penyajian dan pengungkapan dalamlaporan keuangan.

    Asersi manajemen:1. Asersi mengenai

    kelas transaksi

    2. Asersi mengenaisaldo akun

    3. Asersi mengenai

    penyajian danpengungkapan

    16 Pemahaman dan pengujian SPI dilakukan pemeriksa pada pengendalianinternal atas kelas-kelas transaksi (classess of transactions), bukan pada

    kelas akun. Hal ini dengan pertimbangan bahwa akurasi dari keluaran

    sistem akuntansi (saldo akun) sangat tergantung pada akurasi darimasukan dan proses (transaksi)

    6. Pemeriksa melakukan pemeriksaan

    dalam rangka menilai keandalan (reliability) laporan keuangan

    berdasarkan suatu asersi manejemen. Tujuan-tujuan pemeriksaanberhubungan erat dengan asersi manajemen. Tujuan-tujuan pemeriksaan

    terkait kelas-kelas transaksi meliputi:

    1) Keterjadian (occurence), bahwa semua transaksi dan kejadian yangdicatat adalah benar-benar terjadi;

    2) Kelengkapan (completeness), bahwa semua transaksi dan kejadian

    yang seharusnya dicatat telah dicatat;3) Akurasi (accuracy), bahwa semua informasi akuntansi atas transaksi

    telah dicatat dengan tepat atau akurat;

    4)

    Pengeposan dan pengikhtisaran (posting and summarisation), bahwasemua transfer informasi dari data rekaman transaksi pada jurnal kesub akun dan buku besar adalah akurat;

    5) Pengklasifikasian (classification), bahwa semua transaksi dan

    Tujuan pemeriksaan terkait

    kelas-kelas transaksi:1.Keterjadian (occurence)

    2.Kelengkapan

    (completeness).3.Akurasi (accuracy)

    4.Pengeposan dan

    pengikhtisaran (postingand summarisation)

    5.Pengklasifikasian

    (classification)6.Waktu (timing)

    5Arens, A. A., Beasley, M. S., dan Elder, R. J.,Auditing and Assurance Services: An Integrated Approach, 13th Global Edition, New Jersey:

    Pearson Prentice Hall, 2010, hal. 153-154.

    6Arens, hal. 293.

  • 8/9/2019 Juknis SPI Legislasi

    10/60

    Juknis Pemahaman dan Pengujian SPI Bab II

    9

    kejadian telah diklasifikasikan pada akun yang tepat; dan

    6) Waktu (timing), bahwa semua transaksi dan kejadian dicatat padawaktu yang tepat.

    F. Metodologi Pemahaman dan Pengujian SPI

    17

    Metodologi pemahaman dan pengujian SPI meliputi kegiatan berikut:1)

    Pemahaman SPI

    i. Memperoleh serta menelaah data dan informasi SPI;

    ii. Mendokumentasikan hasil pemahaman SPI;iii. Mengevaluasi implementasi SPI;

    iv.

    Mengidentifikasi pengendalian-pengendalian yang ada;v. Mengidentifikasi adanya kelemahan pengendalian;

    vi. Menentukan tingkat kelemahan pengendalian; dan

    vii. Menentukan nilai awal risiko pengendalian.2)Pengujian SPI

    i. Merancang uji pengendalian;

    ii. Menguji pengendalian;iii.

    Mengevaluasi hasil pengujian;

    iv.

    Mendokumentasikan hasil;v.

    Menentukan tingkat risiko pengendalian siklus; dan

    vi. Menyusun temuan sementara atas efektivitas SPI entitas, jika ada.

    Metodologi atau prosedur tersebut dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut.

    Prosedur dalam pemahamandan pengujian SPI

  • 8/9/2019 Juknis SPI Legislasi

    11/60

  • 8/9/2019 Juknis SPI Legislasi

    12/60

    Juknis Pemahaman dan Pengujian SPI Bab III

    11

    BAB III

    PEMAHAMAN SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL

    A. Hubungan dengan Pemeriksaan Sebelumnya

    01 Temuan pemeriksaan sebelumnya dapat membantu pemeriksa dalam

    memberikan gambaran mengenai kondisi SPI dan mengidentifikasiRisiko Pengendalian (RP) pada tahun laporan keuangan yang diperiksa.

    Risiko pengendalian adalah risiko bahwa SPI entitas tidak dapatmencegah atau mendeteksi dan mengoreksi adanya salah saji material

    dalam laporan keuangan.

    Pemanfaatan hasil

    pemeriksaan sebelumnya

    02 Jika tidak ada temuan pada pemeriksaan sebelumnya maka umumnya RP

    adalah rendah (SPI adalah efektif). Sebaliknya, jika terdapat temuanmaka harus dianalisis

    apakah sudah ada

    tindak lanjut ataubelum. Pemeriksa

    dapat menetapkanbahwa RP adalah tinggiapabila temuan tersebut

    belum ditindaklanjuti.Apabila temuan telah

    ditindaklanjuti makatindak lanjut tersebutperlu dianalisis.

    Pemeriksa dapatmempertimbangkan

    bahwa RP adalahrendah jika tindaklanjut telah selesai.

    Sedangkan jika tindak

    lanjut belum selesaimaka pemeriksa dapat

    mempertimbangkanbahwa RP masih tetap

    tinggi atau sedang.Bagan alir penggunaan

    hasil pemeriksaansebelumnya

    ditunjukkan oleh

    Ilustrasi 3.1.

    Hasil pemeriksaan

    sebelumnya hanyamerupakan informasi

    dan bahan pertimbangan saja dalam pemahaman SPI. Pemeriksa harus

    tetap melakukan prosedur pemahaman SPI sebagaimana dijelaskan dalamBAB III ini.

    Bagan alir penggunaan hasil

    pemeriksaan sebelumnya

    Ilustrasi 3.1

    Bagan Alir

    Penggunaan Hasil Pemeriksaan Sebelumnya

  • 8/9/2019 Juknis SPI Legislasi

    13/60

    Juknis Pemahaman dan Pengujian SPI Bab III

    12

    B.

    Tahapan Kegiatan Pemahaman SPI

    03 Pemahaman SPI dalam pemeriksaan keuangan dimulai dari pemerolehan

    data dan dokumen sampai dengan memberikan nilai awal RP yangmeliputi tujuh kegiatan sebagai berikut:

    1)Memperoleh serta menelaah data dan informasi SPI.

    2)Mendokumentasikan hasil pemahaman SPI.

    3)Mengevaluasi implementasi SPI.

    4)Mengidentifikasi pengendalian yang ada.

    5)Mengidentifikasi kelemahan pengendalian.

    6)Menentukan tingkat kelemahan pengendalian.

    7)Menentukan nilai awal RP.

    C. Memperoleh serta Menelaah Data dan Informasi SPI

    04 Langkah pertama dalam pemahaman SPI adalah memperoleh serta

    menelaah data dan informasi entitas antara lain:1) Struktur organisasi;

    2) Seluruh uraian pekerjaan yang terkait pelaporan keuangan;

    3) Prosedur standar operasi (standard operating procedure/SOP);4) Kebijakan akuntansi;5) Kebijakan dan keputusan penting yang ditetapkan oleh pimpinan

    entitas;

    6) Anggaran tahunan (misal: RKAP, RAPBN, RKA-KL, RAPBD, RKP-SKPD, dan lain-lain);

    7) Laporan pertanggungjawaban (misal: LAKIP, Laporan triwulan dansemester BUMN/D, dan lain-lain);

    8) Laporan, kertas kerja pengawasan internal, dan program pengawasan

    internal (misal: LAPIP, Laporan SPI, Program Kerja Pemeriksaan

    Tahunan/PKPT BUMN, dan lain-lain);9) Peraturan perundang-undangan yang berpengaruh terhadap pelaporan

    keuangan entitas; dan10)Informasi dan data lain yang relevan.

    Memperoleh serta

    menelaah data dan informasiSPI entitas

    05 Alat yang dapat digunakan untuk memperoleh data dan informasi SPI

    antara lain kuesioner SPI. Terdapat dua jenis kuesioner SPI, yaitu:1. Kuesioner SPI pada level entitas

    7.

    2. Kuesioner SPI pada level siklus transaksi/aktivitas.

    Cara perolehan danpenelaahan data dan

    informasi SPI

    06 Kuesioner SPI pada tingkat entitas meliputi lima komponen pengendalian 1) Kuesioner SPI pada

    7 Penggunaan kuesioner SPI level entitas ditujukan pada pimpinan entitas selaku pembuat kebijakan (misal: sekjen, eselon I pada

    kementerian/lembaga, direksi pada BUMN atau kepala daerah tingkat I)

  • 8/9/2019 Juknis SPI Legislasi

    14/60

    Juknis Pemahaman dan Pengujian SPI Bab III

    13

    yang dikembangkan oleh Committee of Sponsoring Organizations of The

    Treadway Commission (COSO). Kuesioner SPI level entitas berisipertanyaan-pertanyaan untuk mengidentifikasi kelemahan-kelemahan

    pengendalian. Kuesioner SPI entitas berisi pertanyaan yang memerlukan

    jawaban ya atau tidak, alasan, dan rujukannya. Jawaban tidakmengindikasikan potensi adanya kelemahan pengendalian internal.

    Kuesioner pengendalian internal yang diadaptasi dari model COSO dancontoh pemberian kesimpulan dapat dilihat pada Lampiran 3.1.

    level entitas

    07 Pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan harus disesuaikan agar relevandengan sifat dan kondisi entitas. Kuesioner SPI level entitas disampaikan

    kepada pimpinan entitas (atau pejabat yang berwenang) untuk

    memperoleh jawaban, kemudian pemeriksa melakukan wawancaradengan pimpinan entitas (atau pejabat yang berwenang) sampai dengan

    pelaksana terkait untuk mengonfirmasi jawaban yang telah diberikan.

    08 Apabila pengawas internal telah melakukan penilaian SPI dengan

    menggunakan kuesioner SPI maka pemeriksa dapat menggunakannya.Akan tetapi pemeriksa tetap harus melakukan konfirmasi kepada entitas

    yang diperiksa atas hasil kuesioner tersebut agar hasil pemahaman SPI

    yang diperoleh adalah valid.

    09 Atas jawaban kuesioner SPI yang diperoleh, pemeriksa membuat suatusimpulan pada setiap sub-komponen. Kemudian simpulan untuk masing-

    masing komponen dibuat berdasarkan simpulan masing-masing sub-

    komponen dalam komponen tersebut. Pemeriksa membuat simpulan

    efektivitas SPI entitas berdasarkan simpulan atas lima komponen yang

    diperoleh. Kuesioner SPI level entitas bermanfaat untuk memperoleh danmeningkatkan pengetahuan pemeriksa atas SPI entitas serta memperoleh

    indikasi adanya kelemahan-kelemahan pada SPI entitas.

    10 Pemeriksa harus menyiapkan kuesioner pada level siklus transaksi sesuaidengan aktivitas pada masing-masing siklus tersebut. Dalam menyiapkan

    kuesioner SPI siklus transaksi, pemeriksa harus memerhatikan hasil dansimpulan atas lima komponen SPI yang diperoleh dari kuesioner level

    entitas. Dalam kuesioner level siklus transaksi, pemeriksa berusaha

    memperoleh informasi yang terkait dengan enam tujuan pemeriksaanterkait transaksi (asersi)

    8. Tujuan dari kuesioner pengendalian ini adalah

    untuk mengidentifikasi pengendalian-pengendalian yang ada9 dan

    kelemahan pengendalian10

    dari siklus tersebut. Contoh kuesionerpengendalian internal pada level siklus transaksi dapat dilihat pada

    Lampiran 3.2.

    2) Kuesioner SPI padalevel siklus transaksi

    11 Apabila entitas pernah dilakukan pemeriksaan pada tahun sebelumnya

    dan telah dilakukan pemahaman SPI maka pemeriksa dapatmenggunakan KKP hasil pemahaman SPI tersebut. Pemeriksa hanya

    perlu melakukan penyesuaian atau pemutakhiran terhadap data daninformasi sesuai dengan perubahan yang terjadi pada periode tahun

    pemeriksaan. Selain itu, pemeriksa perlu memperoleh dan menelaah datamengenai hasil tindak lanjut pemeriksaan atas laporan keuangan tahun

    Menggunakan KKP tahun

    sebelumnya

    8Seperti disebutkan dalam BAB II paragraf 16.

    9Dibahas pada BAB III sub bab F. Mengidentifikasi pengendalian-pengendalian yang ada.

    10Dibahas pada BAB III sub bab G. Mengidentifikasi adanya kelemahan pengendalian.

  • 8/9/2019 Juknis SPI Legislasi

    15/60

    Juknis Pemahaman dan Pengujian SPI Bab III

    14

    sebelumnya.

    D. Mendokumentasikan Hasil Pemahaman SPI

    12 Pemeriksa mendokumentasikan hasil pemahaman SPI dalam bentuk:

    1) Narasi siklus transaksi.2) Bagan alir (flowchart) siklus transaksi.3) Kuesioner SPI

    11.

    Bentuk dokumentasipemahaman SPI

    13 Narasi merupakan uraian tertulis mengenai pengendalian internal suatu

    siklus transaksi entitas. Narasi yang baik dapat menjelaskan sekurang-

    kurangnya empat hal berikut:1) Sumber dokumen dan pencatatan ke dalam sistem. Misalnya

    menjelaskan bagaimana order pelanggan diterima sampai dengan

    faktur penjualan dikeluarkan, atau pada entitas pemerintah yaitumenjelaskan pengeluaran kas mulai saat pengajuan permintaan

    pembayaran oleh pihak ketiga kepada PPK SKPD sampai dengan

    penjurnalan atas pengeluaran oleh unit akuntansi dan pelaporan.

    2) Seluruh pemrosesan yang terkait dengan transaksi. Misal nilaipenjualan ditentukan oleh program komputer secara otomatis dengancara mengalikan jumlah barang terjual dengan harga barang, maka

    proses tersebut juga harus diuraikan dalam narasi.3) Disposisi atas semua dokumen dan catatan. Penyimpanan dokumen,

    pengiriman dokumen kepada pelanggan atau pihak ketiga, maupun

    pemusnahan dokumen juga harus dijelaskan.4) Indikasi atas pengendalian yang relevan dengan penilaian RP;

    biasanya meliputi pemisahan tugas (seperti pemisahan antara pencatatkas dengan pemegang kas), otorisasi dan pengesahan (misal

    pengesahan kredit), dan verifikasi internal (misal pembandingan

    harga penjualan dan kontrak penjualan). Contoh bentuk narasi dapat

    dilihat pada Lampiran 3.3.

    1. Dokumentasibentuk narasi

    14 Bagan alir adalah diagram yang menggambarkan arus dokumen danurutan proses suatu siklus transaksi. Baganalir yang memadai sekurang-

    kurangnya memuat empat hal seperti dalam pembuatan narasi. Sebagaireferensi, simbol-simbol bagan alir dapat dilihat pada Lampiran 3.4.

    2. Dokumentasi

    bentuk bagan alir

    15 Narasi dan bagan alir memberikan informasi yang sama

    sehingga

    pemeriksa dapat memilih dokumentasi sistem akuntansi dalam bentuk

    narasi atau bagan alir. Bagan alir memiliki dua keunggulan dibandingdengan narasi yaitu mudah dibaca dan mudah dimutakhirkan. Bagan alir

    yang didokumentasikan disini adalah bagan alir dari hasil pemahamanpemeriksa, bukan bagan alir yang diperoleh langsung dari entitas. Contoh

    pendokumentasian bagan alir dapat dilihat pada Lampiran 3.5.

    Keunggulan bagan alir

    dibanding narasi

    E. Mengevaluasi Implementasi SPI

    16 Dalam melakukan pemahaman SPI, pemeriksa melakukan evaluasi

    apakah desain pengendalian internal yang dirancang oleh entitas telah

    Langkah-langkah dalammengevaluasi implementasi

    SPI

    11Kuesioner SPI dijelaskan pada BAB III sub bab C. Memperoleh serta Menelaah Data dan Informasi SPI

  • 8/9/2019 Juknis SPI Legislasi

    16/60

    Juknis Pemahaman dan Pengujian SPI Bab III

    15

    diimplementasikan. Dalam praktik seringkali pemahaman desain dan

    evaluasi atas implementasi pengendalian internal dilakukan secarabersama-sama. Beberapa teknik yang dapat digunakan dalam

    mengevaluasi implementasi SPI entitas adalah:

    1) Wawancara;2) Menelaah dokumen dan catatan; dan

    3) Melakukan observasi dan walkthroughatas siklus transaksi.

    17 Wawancara dilakukan terhadap pimpinan entitas untuk memastikanbahwa mereka melakukan pengawasan atas setiap pekerjaan di unit yang

    mereka pimpin. Pengawasan tersebut antara lain melakukan reviu atas

    pekerjaan dan menyediakan saluran komunikasi atas permasalahan.Wawancara juga dilakukan kepada pelaksana yang relevan untuk

    mengevaluasi apakah mereka memahami pekerjaannya dan melakukanapa yang seharusnya mereka lakukan sesuai dengan tupoksi. Bentuk

    pelaksanaan wawancara tidak diatur dalam juknis ini akan tetapi untuk

    tujuan keseragaman bentuk dokumentasi hasil wawancara dapat dilihatpada Lampiran 3.6.

    1.Wawancara

    18

    Melalui analisis terhadap dokumen dan catatan transaksi baik cetakmaupun elektronis, pemeriksa diharapkan mampu mengevaluasi apakah

    informasi yang digambarkan dalam bagan alir dan/atau narasi telahdiimplementasikan.

    2.Menilai

    dokumen dancatatan

    19 Observasi dan walkthrough atas aktivitas siklus transaksi mampu

    meningkatkan pemahaman dan pengetahuan pemeriksa apakah

    pengendalian-pengendalian pada desain SPI entitas telahdiimplementasikan sebagaimana mestinya. Dalam melakukan

    walkthrough, pemeriksa melakukan pengamatan suatu kegiatan transaksimulai dari awal hingga selesai. Hasil dari pelaksanaan walkthrough jugadapat digunakan untuk melengkapi bagan alir serta mengidentifikasipengendalian yang ada dan kelemahan pengendalian.

    3.Melakukan

    observasi danwalkthrough

    20 Hasil pemahaman pemeriksa atas implementasi SPI suatu siklus transaksientitas didokumentasikan dalam kertas kerja pemeriksaan. Dokumentasimemuat informasi perbedaan antara implementasi dengan desain SPI

    serta efektivitas implementasi SPI dibandingkan dengan desainnyaberdasarkan penilaian pemeriksa.

    F.

    Mengidentifikasi Pengendalian-Pengendalian yang Ada

    21 Dalam melakukan tahapan-tahapan pemahaman SPI, pemeriksa

    menggunakan alat yang disebut Control Risk Matrix(CRM) atau MatriksRisiko Pengendalian (MRP). MRP dibuat untuk tiap siklus transaksi.

    MRP memuat pengendalian-pengendalian yang ada, kelemahanpengendalian, tingkat kelemahan pengendalian, asersi terkait siklus

    transaksi, serta nilai dari RP. Penggunaan MRP bertujuan untukmenentukan tingkat RP.

    Matriks risiko pengendalian

    22 Dalam mengidentifikasi pengendalian yang ada, pemeriksa

    mengidentifikasi pengendalian yang memberikan pengaruh besar atau

    signifikan terhadap tujuan pemeriksaan (asersi) terkait siklus transaksi,pengendalian ini disebut dengan pengendali kunci (key controls)

    sebagaimana dijelaskan pada BAB II paragraf 05, aktivitas-aktivitas

    Aktivitas pengendalianmembantu dalam

    mengidentifikasi

    pengendalian yang ada

  • 8/9/2019 Juknis SPI Legislasi

    17/60

    Juknis Pemahaman dan Pengujian SPI Bab III

    16

    pengendalian. Aktifitas pengendalian tersebut meliputi: persetujuan,

    otorisasi, verifikasi, rekonsiliasi, kecukupan dokumen dan catatan/data,pengendalian fisik atas aset dan catatan/data, penilaian kinerja yang

    independen, dan pemisahan tugas. Contoh dari pengendalian tersebut

    misalnya: pencatatan penjualan didukung oleh dokumen pengiriman yangterotorisasi dan order penjualan dari pelanggan yang telah disetujui;

    terdapat pemisahan tugas antara penyiapan faktur penjualan, pencatatanpenjualan, dan penerimaan kas; dokumen pengiriman barang bernomor

    urut tercetak dan dicatat secara berkala; dan lain sebagainya. Identifikasipengendalian-pengendalian yang terdapat dalam sistem membantu

    pemeriksa untuk melakukan tahap selajutnya yaitu mengidentifikasi

    kelemahan pengendalian. Dokumentasi atas hasil identifikasipengendalian yang ada dapat dilihat pada ilustrasi MRP Lampiran 3.7.

    23 Setelah pengendalian-pengendalian yang ada teridentifikasi, kemudianpemeriksa menghubungkannya dengan asersi pada siklus transaksi(menganalisis asersi-asersi mana yang dipenuhi oleh pengendalian-

    pengendalian tersebut).

    Menghubungkan

    pengendalian yang adadengan asersi

    G. Mengidentifikasi adanya Kelemahan Pengendalian

    24 Langkah berikutnya adalah pemeriksa mengidentifikasi adanya

    kelemahan pengendalian. Kelemahan pengendalian terjadi apabila, dalamsituasi normal, desain dan implementasi SPI tidak memungkinkan

    manajemen atau pegawai mencegah atau mendeteksi, serta mengoreksi

    salah saji secara tepat waktu. Kelemahan pengendalian terjadi jikaditemukan kondisi tidak terdapat pengendali kunci (key controls) atau

    pengendalian yang ada tidak memadai dalam mencegah terjadinya salahsaji material dalam laporan keuangan.

    Kelemahan Pengendalian:

    1) Ketiadaan pengendali

    kunci (key controls)2) Pengendalian yang ada

    tidak memadai

    25 Setelah kelemahan pengendalian teridentifikasi, kemudian pemeriksamenentukan tingkat kelemahan pengendalian tersebut danmenghubungkannya dengan asersi pada siklus transaksi (menganalisis

    asersi-asersi mana yang terpengaruh oleh kelemahan pengendaliantersebut). Dalam MRP berikan tanda M (jika Material), S (jika Signifikan),atau TB (jika Tidak Berdampak) pada asersi yang terpengaruh. Jika suatuasersi tidak terpengaruh oleh kelemahan pengendalian manapun, berikan

    tanda -12

    . Contoh Hasil identifikasi kelemahan pengendalian

    didokumentasikan dalam MRP pada Lampiran 3.7.

    Menghubungkan kelemahan

    pengendalian dengan asersi

    H.

    Menentukan Tingkat Kelemahan Pengendalian

    26 Dalam menentukan tingkat kelemahan pengendalian, pemeriksa harus

    menganalisis kelemahan tersebut dalam dua dimensi yaitu kemungkinanterjadinya (likelihood) dan tingkat pengaruhnya terhadap salah saji dalam

    laporan keuangan (magnitude)13

    . Tingkat kelemahan pengendaliandikategorikan sebagai material, signifikan, atau tidak berdampak

    (inconsequential).

    Tingkat kelemahan

    pengendalian ditentukanoleh dimensi kemungkinan

    dan tingkat pengaruh

    27 Dalam menentukan tingkat kelemahan pengendalian, pemeriksa

    melakukan tahapan:

    Langkah menentukan

    tingkat kelemahan

    12Untuk asersi yang tidak terpengaruh oleh kelemahan pengendalian manapun, nilai awal risiko pengendalian disimpulkan Rendah

    13Ramos, M., Assessing control deficiencies now is a documented process required of management: Section 404 compliance in the annual

    report,Journal of Accountancy, 198, 4, Oct 2004, hal. 43-48.

  • 8/9/2019 Juknis SPI Legislasi

    18/60

    Juknis Pemahaman dan Pengujian SPI Bab III

    17

    1) Mempertimbangkan keberadaan pengendali pengganti

    (compensating controls)14

    ;2) Menentukan potensi terjadinya salah saji;

    3) Menentukan tingkat kemungkinan terjadinya salah saji karena

    adanya kelemahan pengendalian (besar atau kecil);4) Menentukan tingkat pengaruh kelemahan pengendalian terhadap

    salah saji dalam laporan keuangan (material atau tidak)15

    ; dan5) Menentukan tingkat kelemahan pengendalian (Ilustrasi 3.2).

    Jika tingkat pengaruh material maka tingkat kelemahanpengendalian internal adalah:

    Material, jika kemungkinan terjadinya besar, atau

    Signifikan, jika kemungkinan terjadinya kecil.

    Sebaliknya, jika tingkat pengaruh tidak material maka tingkat

    kelemahan pengendalian internal adalah

    Signifikan, jika kemungkinan terjadinya besar; atau

    Tidak berdampak, jika kemungkinan terjadinya kecil.

    Analisis atas tingkat kelemahan pengendalian tersebut didokumentasikan

    seperti pada Lampiran 3.8. Tingkat kelemahan tersebut kemudian

    didokumentasikan dalam MRP pada Lampiran 3.7.

    pengendalian

    Menentukan Tingkat Kelemahan Pengendalian16

    I.

    Menentukan Nilai Awal Risiko Pengendalian

    28 Penilaian awal RP dilakukan dengan pendekatan kualitatif, dengan

    panduan sebagai berikut:

    1) Jika tingkat kelemahan pengendalian adalah material maka nilai awalRP adalah tinggi;

    2) Jika tingkat kelemahan pengendalian adalah signifikan maka RP

    adalah sedang; dan

    3) Jika tingkat kelemahan pengendalian tidak berdampak maka RP

    adalah rendah.

    Penilaian awal RP dengan

    kualitatif

    14Pengendali pengganti (compensating control) adalah sesuatu yang dapat menggantikan ketiadaan pengendali kunci dalam SPI entitas.

    15Dibandingkan dengan tingkat materialitas yang telah ditetapkan

    16Ramos, 2004

    Ilustrasi 3.2

    KEMUNGKINAN

    TINGKAT PENGARUH

    Material

    Tidak Material

    Kecil Besar

    MaterialSignifikan

    SignifikanTidak

    Berdampak

  • 8/9/2019 Juknis SPI Legislasi

    19/60

    Juknis Pemahaman dan Pengujian SPI Bab III

    18

    Secara ringkas panduan untuk menentukan tingkat RP dapat dilihat pada

    tabel 3.1. Hasil penilaian awal atas RP didokumentasikan dalam MRPpada Lampiran 3.7.

    Tabel 3.1

    Tingkat KelemahanPengendalian

    Nilai Awal

    Risiko Pengendalian

    Tidak berdampak Rendah

    Signifikan Sedang

    Material Tinggi

    29 Apabila hasil dari penilaian awal RP diperoleh bahwa tingkat RP adalah

    tinggi maka pemeriksa mempertimbangkan untuk melakukan pengujiansubstantif mendalam

    17. Sebaliknya jika hasil dari penilaian awal RP

    diperoleh bahwa RP adalah sedang atau rendah maka perlu dilakukanpengujian SPI (test of control).

    17Dalam melakukan pengujian substantif, pemeriksa juga perlu mempertimbangkan risiko bawaan (inherent risk) dan risiko pemeriksaan

    (audit risk).

  • 8/9/2019 Juknis SPI Legislasi

    20/60

    Juknis Pemahaman dan Pengujian SPI Bab IV

    19

    BAB IV

    PENGUJIAN SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL

    A.

    Tujuan Pengujian SPI

    01 Hasil akhir dari tahapan pemahaman SPI adalah Nilai Awal Risiko

    Pengendalian (RP). Jika nilai awal RP diperoleh rendah atau sedangmaka pemeriksa perlu memperoleh keyakinan efektivitas SPI dengan

    melakukan uji pengendalian (test of control).Uji pengendalian dilakukanterhadap atribut pengendalian untuk menyakinkan bahwa keberadaan

    pengendalian tersebut berfungsi dalam memenuhi asersi manajemen.

    02 Jika RP hasil uji pengendalian adalah rendah maka pemeriksa memiliki

    keyakinan yang tinggi terhadap SPI entitas dalam mencegah terjadinyasalah saji material dalam laporan keuangan. Jika hasil uji pengendalian

    adalah sedang maka pemeriksa hanya memiliki keyakinan terbatas

    terhadap SPI entitas. Sedangkan, jika hasil uji pengendalian diperolehbahwa RP adalah tinggi (SPI adalah tidak efektif) maka pemeriksa tidak

    memiliki keyakinan bahwa pengendalian tersebut dapat mencegah ataumendeteksi adanya salah saji.

    03 RP digunakan untuk menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujiansubstantif. Jika RP adalah rendah atau sedang maka pemeriksa dapat

    mempertimbangkan untuk melakukan uji substantif terbatas sedangkan

    jika RP adalah tinggi maka pemeriksa perlu melakukan uji substantifmendalam. Dalam memutuskan jenis pengujian substantif yang akan

    dilakukan, pemeriksa harus mempertimbangkan risiko bawaan (inherent

    risk) dan risiko pemeriksaan (audit risk)seperti dijelaskan pada petunjukteknis penilaian risiko pemeriksaan.

    B.

    Lingkup Kegiatan Pengujian SPI04 Pengujian SPI meliputi kegiatan-kegiatan:

    1)

    Merancang uji pengendalian.2) Menguji pengendalian.

    3)

    Mengevaluasi hasil pengujian.

    4) Mendokumentasikan hasil.

    5) Menentukan tingkat RP siklus.6) Menyusun temuan sementara atas

    efektivitas SPI entitas, jika ada.

    Mempertimbangkan Pengujian

    Substantif Mendalam

    Merancang Uji

    Pengendalian

    Dari Hasil Pemahaman,

    Apakah Desain dan

    Operasi SPI Efektif?

    Apakah

    Tingkat RP Hasil Pengujian =

    Nilai Awal?

    Merevisi Nilai Awal

    RP dan Menentukan

    RP Siklus

    Mendokumentasikan

    Hasiltidak

    tidak

    ya

    ya

    MengujiPengendalian

    Menyusun Temuan Sementara

    atas Efektivitas SPI entitas

    Mempertimbangkan Pengujian

    Substantif Terbatas

    Menentukan

    RP Siklus

    Mengevaluasi

    Hasil Pengujian

    05 Terdapat beberapa persamaan langkahdalam pengujian pengendalian dan

    pemahaman SPI, antara lain: wawancara,

    pengujian dokumen dan data, sertaobservasi.

    Sedangkan perbedaan antara pemahaman dan pengujian SPI adalah:

    1) Dalam pemahaman, prosedur untuk memperoleh pemahamandilakukan pada semua pengendalian pada siklus yang teridentifikasi

  • 8/9/2019 Juknis SPI Legislasi

    21/60

    Juknis Pemahaman dan Pengujian SPI Bab IV

    20

    berisiko dari hasil analisis MRB. Sementara, pada tahap pengujian

    pengendalian hanya dilakukan pada pengendalian dengan risikorendah dan/ atau sedang.

    2) Prosedur pemahaman dilakukan hanya pada satu atau beberapatransaksi (dalam observasi dokumen), sebaliknya pada pengujianpengendalian dilakukan pada sampel yang lebih banyak dengan

    menggunakan teknik uji petik pemeriksaan.

    C. Merancang Uji Pengendalian

    06 Dalam melakukan uji pengendalian seringkali pemeriksa tidak mampu

    melakukan pengujian atas seluruh dokumen. Oleh karena itu, pemeriksaperlu menggunakan uji petik dalam menguji pengendalian untukpenghematan waktu dan biaya. Sampel yang diambil dalam uji petik

    harus mampu merepresentasikan populasi sehingga kesimpulan yangdihasilkan dapat diyakini kebenarannya. Pemeriksa memutuskan untuk

    menggunakan uji petik statistika atau non statistika berdasarkanpertimbangan biaya dan manfaat.

    Tujuan uji petik dalam uji

    pengendalian

    07

    Uji petik secara statistika mampu membantu pemeriksa: 1) Mendesainsampel secara efisien, 2) Mengukur kecukupan bukti pemeriksaan yang

    diperoleh dan 3) Mengevaluasi hasil sampel secara kuantitatif. Selain itu,penggunaan uji petik statistika memungkinkan pemeriksa untuk

    mengkuantifikasi risiko uji petik (sampling risk) dan memroyeksikanhasil pengujian atas sampel terhadap populasi. Sebaliknya, pada uji petik

    non statistika pemeriksa tidak dapat mengkuantifikasi risiko uji petik dantidak mampu memroyeksikan hasil terhadap populasi, sehingga seringkali

    disebut sebagai uji petik dengan pertimbangan (judgmental sampling).

    Uji Petik Statistika vs NonStatistika

    08 Dalam merancang pengujian pengendalian dengan uji petik secarastatistika, pemeriksa melakukan langkah-langkah berikut:

    1. Menentukan asersi dan pengendalian yang akan diuji.

    2.

    Menentukan atribut (karakteristik) pengendalian yang akan diuji dankondisi deviasi (kesalahan). Kondisi deviasi adalah kondisi dimana

    terjadi penyimpangan (tidak sesuai dengan kondisi yang diharapkan).3. Mendefinisikan populasi dan unit sampel.

    4. Menentukan tingkat reliabilitas (reliability level) atau tingkatkeyakinan (confidence level).

    Reliability atau confidence level merupakan tingkat keandalan ataukeyakinan atas kesimpulan yang diperoleh dari hasil pengujian

    pengendalian. Reliability atau confidence level terkait dengan auditrisk (risiko pemeriksaan), yaitu berbanding terbalik. Jika pemeriksa

    menetapkan audit risk sebesar 5% maka tingkat reliabilitas yang

    digunakan sebesar 95%.

    5. Menetapkan tingkat toleransi kesalahan (Tolerable Rate).

    Toleransi Kesalahan, disebut juga Acceptance Upper Precision Limit(UPL), ditentukan pemeriksa berdasarkan hasil penilaian awal RP.

    Umumnya pemeriksa menggunakan Toleransi Kesalahansebesar 5%untuk nilai awal RP rendah. Dalam menentukan Toleransi Kesalahan,

    pemeriksa dapat menggunakan panduan tabel 4.1 berikut:

    Merancang pengujianpengendalian dengan uji

    petik statistika

  • 8/9/2019 Juknis SPI Legislasi

    22/60

    Juknis Pemahaman dan Pengujian SPI Bab IV

    21

    Tabel 4.1

    Nilai Awal

    Risiko Pengendalian Toleransi Kesalahan

    Rendah 2 7%

    Sedang 6 - 12%

    Tinggi/Maksimum Tidak dilakukan Uji Pengendalian

    Dimodifikasi dari:Audit Sampling(Guy, 2002)

    6. Menentukan metode uji petik atribut (attribute sampling) yang

    digunakan untuk menentukan jumlah sampel17

    .Pemeriksa harus tepat dalam menggunakan metode untuk

    menentukan jumlah sampel. Metode uji petik atribut dijelaskan dalamjuknis uji petik pemeriksaan. Secara ringkas, panduan memilih

    metode uji petik atribut disajikan dalam tabel 4.2:

    Tabel 4.2

    Metode Uji Petik Atribut

    No Metode Keterangan

    1 Fixed-sample-size - Hasil dari penilaian awal RP adalah

    rendah (SPI entitas adalah efektif), dan

    - Dugaan tingkat deviasi/ kesalahan

    populasi dapat diketahui.

    2 Sequential

    (Stop-or-Go)

    - Nilai awal RP relatif lebih rendah (SPI

    entitas lebih efektif), dan/atau

    - Dugaan tingkat deviasi/ kesalahan

    populasi tidak diketahui.

    3 Discovery - Nilai awal RP sangat rendah

    (mendekati nol), dengan kata lain SPI

    sangat efektif.

    7. Menentukan teknik pemilihan sampel.

    Setelah menentukan jumlah sampel, pemeriksa melakukan pengambilan

    atau pemilihan sampel. Dalam uji petik secara statistika, pemilihansampel harus dengan Metode Probablistik (Random), antara lain metode

    Simple Random, Systematic Selection, Random Systematic Selection,

    Probability-Proportional-to-Size, maupun Stratified Selection.

    Sedangkan uji petik secara non statistika dapat menggunakan baikpemilihan sampel secara probabilistik maupun non probabilistik

    (haphazard, professional judgement, quota,atau block sampling). Dalammelakukan pemilihan sampel, pemeriksa dapat merujuk juknis uji petikpemeriksaan.

    17Jika jumlah populasi tidak terlalu banyak, pemeriksa dapat melakukan pemeriksaan atas seluruh populasi sehingga uji petik tidak perlu

    dilakukan.

  • 8/9/2019 Juknis SPI Legislasi

    23/60

    Juknis Pemahaman dan Pengujian SPI Bab IV

    22

    09 Jika uji pengendalian dilakukan pada pemeriksaan interim, pemeriksa

    harus mempertimbangkan bukti tambahan atas sisa periode akuntansi(periode akuntansi yang belum termasuk dalam pemeriksaan interim).

    Faktor-faktor yang memengaruhi pemeriksa dalam menentukan buktitambahan atas sisa periode akuntansi antara lain:

    1. Signifikansi dari asersi yang diuji.

    2.

    Adanya perubahan pengendalian dalam sisa periode akuntansidibandingkan periode interim.

    3.

    Panjangnya sisa periode akuntansi yang belum diperiksa.

    Mempertimbangkan bukti

    atas sisa periode akuntansiyang belum diperiksa

    D. Menguji Pengendalian

    10 Dalam menguji pengendalian, pemeriksa menguji dokumen atau buktitransaksi serta dokumen pendukungnya untuk menilai apakah dokumen

    atau bukti transaksi tersebut sesuai dengan atribut pengendalian yangdiuji atau tidak (merupakan kesalahan/ deviasi yang menyimpang dari

    atribut pengendalian atau tidak). Jika asersi yang diuji memiliki lebih darisatu atribut pengendalian maka suatu sampel disimpulkan merupakan

    suatu kesalahan atau deviasi, walaupun hanya satu atribut yang tidakdipenuhi oleh sampel tersebut. Contoh bentuk dokumentasi pengujian

    dokumen dapat dilihat dalam lampiran 3.9.

    E. Mengevaluasi Hasil Pengujian Pengendalian

    11 Setelah dilakukan uji pengendalian, pemeriksa harus mengevaluasi

    jumlah deviasi (penyimpangan) yang ditemukan. Jika asersi/pengendalian yang diuji memiliki lebih dari satu atribut pengendalianmaka suatu sampel disimpulkan merupakan suatu deviasi walaupun

    hanya satu atribut yang tidak dipenuhi oleh sampel tersebut. Dalammengevaluasi deviasi, pemeriksa harus mempertimbangkan:

    1)

    Sifat dan penyebab, apakah deviasi disebabkan oleh eror ataufraud.

    2) Efeknya terhadap prosedur pemeriksaan.

    Evaluasi atas

    deviasi

    12 Jika dokumen yang menjadi sampel tidak ditemukan, pemeriksa perlu

    mencermati lebih lanjut karena hal tersebut dapat merupakan indikatoradanya fraud. Evaluasi atas hasil pengujian dijelaskan dalam juknis uji

    petik pemeriksaan.

    Jika dokumen sampel tidak

    ditemukan

    F. Mendokumentasikan Hasil Pengujian Pengendalian

    13Pemeriksa harus mendokumentasikan hasil pengujian pengendalian

    sebagai kertas kerja pemeriksaaan. Dokumentasi uji pengendalian

    meliputi:a. Deskripsi dari pengendalian yang diuji.

    b.

    Tujuan pengendalian, termasuk asersi-asersi yang relevan.

    c. Definisi populasi dan unit sampel.

    d. Definisi kondisi deviasi (kesalahan).e. Tingkat keyakinan (confidence level).

    f. Metode penentuan jumlah sampel.g. Metode pemilihan atau pengambilan sampel.

    h. Sampel-sampel terpilih.

  • 8/9/2019 Juknis SPI Legislasi

    24/60

    Juknis Pemahaman dan Pengujian SPI Bab IV

    23

    i. Deskripsi bagaimana prosedur sampel dilaksanakan.

    j. Evaluasi hasil pengujian sampel dan kesimpulannya.

    14

    Pemeriksa harus mendokumentasikan setiap langkah dalam melakukan

    pengujian pengendalian termasuk pertimbangan profesional yangdigunakan. Penggunaan profesional judgement harus didasari olehpertimbangan yang dapat dipertanggungjawabkan.

    G.

    Menentukan Tingkat Risiko Pengendalian Siklus

    15 Setelah melakukan pengujian pengendalian, pemeriksa menentukan

    tingkat RP siklus dengan ukuran kualitatif maupun kuantitatif. Langkah-

    langkah dalam menentukan RP siklus adalah:1) Memutakhirkan RP setiap asersi yang diuji jika tingkat RP hasil uji

    pengendalian berbeda dengan nilai awal RP;

    2) Memberikan skor RP tiap asersi yang diuji serta total skor RP; dan3)

    Menentukan tingkat RP siklus secara kualitatif dan kuantitatif.

    Langkah-langkahmenentukan RP siklus

    16

    Pemeriksa harus memutakhirkan tingkat RP tiap asersi yang diuji

    berdasarkan hasil uji pengendalian. Tingkat RP dari hasil uji

    pengendalian didokumentasikan dalam MRP pada Lampiran 3.7.

    Memutakhirkan RP

    17 Skor RP diberikan secara kuantitatif untuk setiap asersi pada siklus yangdinilai. Pedoman yang digunakan dalam memberikan skor setiap asersi

    dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut:

    Penentuan skor dan total

    skor RP

    Tabel 4.3

    Tingkat Risiko

    Pengendalian

    Skor

    Risiko Pengendalian

    Rendah 1

    Sedang 2

    Tinggi 3

    Sedangkan total skor RP siklus merupakan jumlahan dari seluruh skor RP

    tiap asersi. Pemberian skor RP tiap asersi dan total skor RPdidokumentasikan dalam MRP pada Lampiran 3.7.

    18 RP siklus ditentukan secara kualitatif maupun kuantitatif. Pedoman yangdigunakan dalam menentukan RP siklus tersebut dapat dilihat pada tabel

    4.4 berikut:

    Tabel 4.4

    Total SkorRisiko Pengendalian

    Kualitatif Kuantitatif18

    Penentuan RP siklus

    18Sumber: dimodifikasi dari AICPA Statistical Sampling Sub Committe(1983)

  • 8/9/2019 Juknis SPI Legislasi

    25/60

    Juknis Pemahaman dan Pengujian SPI Bab IV

    24

    6 - 9 Rendah 30%

    10 - 13 Sedang 70%

    14 - 18 Tinggi 100%

    Hasil penentuan RP siklus didokumentasikan dalam MRP pada Lampiran

    3.7.19

    Jika hasil dari pemahaman dan pengujian SPI menunjukkan bahwa RP

    atas suatu siklus transaksi adalah tinggi maka pemeriksa

    mempertimbangkan untuk melakukan pengujian substantif mendalamatas akun-akun terkait, sebaliknya jika hasilnya adalah RP tetap rendah

    maka pemeriksa mempertimbangkan untuk melakukan pengujian

    substantif terbatas.

    Jenis pengujian substantif

    atas akun terkait

    H.

    Menyusun Temuan Sementara atas Efektivitas SPI Entitas

    20 Walaupun pemahaman dan pengujian SPI merupakan bagian dari tahap

    perencanaan pemeriksaan akan tetapi pemeriksa dapat menyusun

    sementara temuan-temuan yang terkait dengan efektivitas SPI entitas.Temuan-temuan tersebut tidak lain adalah kelemahan-kelemahan materialpengendalian yang teridentifikasi selama pemeriksa melakukan

    pemahaman dan pengujian atas SPI, terutama jika disimpulkan bahwa

    tingkat RP adalah sedang atau tinggi.

    Temuan sementara

    efektivitas SPI

    21 Dalam laporan hasil pemeriksaan atas efektivitas SPI entitas, pemeriksa

    menyebutkan dampak kelemahan pengendalian terhadap salah saji

    laporan keuangan. Dampak dari kelemahan pengendalian akan dapatteridentifkasi setelah pemeriksa melakukan pengujian substantif yang

    dilakukan pada tahap pelaksanaan pemeriksaan.

    I.

    Pengujian dengan Tujuan Ganda (dual-purpose tests)

    22

    Dalam praktik seringkali saat pemeriksa melakukan pengujian atas

    pengendalian, yaitu melakukan penilaian atas dokumen dan catatan,

    pemeriksa dapat sekaligus melakukan pengujian substantif, yaituprosedur yang dilakukan untuk menguji adanya salah saji yang dapat

    memengaruhi ketepatan laporan keuangan. Pengujian substantif

    dilakukan untuk menyakini asersi-asersi manajemen atas laporankeuangan entitas, terutama pada kelemahan-kelemahan pengendalian

    (deficiencies) yang teridentifikasi. Pengujian substantif yang dilakukan

    secara bersamaan saat melakukan pengujian atas pengendalian internalsering dinamakan pengujian dengan tujuan ganda atau dual-purpose tests.

  • 8/9/2019 Juknis SPI Legislasi

    26/60

    Juknis Pemahaman dan Pengujian SPI Bab V

    25

    BAB V

    PENGENDALIAN DALAM LINGKUNGAN TI

    A.

    Penggunaan Teknologi Informasi dalam Sistem Akuntansi

    01

    Penggunaan teknologi informasi (TI) dalam sistem akuntansi entitas

    mampu meningkatkan pengendalian internal entitas, namun disisi lainpenggunan TI dapat pula meningkatkan risiko pengendalian entitas.

    Pengendalian terkait penggunaan TI dibagi menjadi Pengendalian umum

    (General Control) dan Pengendalian Aplikasi (Application control).

    B. Pengendalian Umum (General Control)

    02 Pengendalian umum adalah pengendalian yang dioperasikan secaramenyeluruh untuk menyakinkan bahwa sistem komputer yang digunakan

    entitas stabil dan dikelola dengan baik sehingga diperoleh tingkatkeyakinan yang memadai bahwa tujuan pengendalian internal secara

    keseluruhan dapat tercapai. Terdapat enam kategori pengendalian umum:a.

    Administrasi dari fungsi TI.Pandangan dan pemahaman pimpinan entitas mengenai TI

    berpengaruh terhadap efektivitas TI yang dioperasikan oleh entitas.

    b. Pemisahaan tugas TI.

    Pemisahan tugas diterapkan untuk memitigasi risiko penyalahgunaanatau kecurangan dalam mengoperasikan sistem informasi.

    c. Pengembangan sistem.Adanya pengembangan sistem memungkinkan adanya perubahan

    dalam pengoperasian sistem informasi yang digunakan. Pengendalian

    atas perubahan yang terjadi diperlukan untuk memastikan bahwa

    sistem dapat beroperasi secara efektif.d. Keamanan fisik dan online.

    Pengendalian fisik atas komputer (termasuk perangkat keras,perangkat lunak, fail data cadangan, dan media penyimpanan data)

    serta pembatasan akses atas perangkat lunak online dan data terkaitmampu memitigasi risiko adanya pihak yang tidak berwenang

    mengakses dan/ atau merubah program dan fail data.

    e. Rencana cadangan (backup) dan kontijensi.Pencadangan data tidak hanya bertujuan untuk mencegah kehilangan

    atau rusaknya data, akan tetapi memungkinkan entitas tetapberoperasi jika suatu saat sistem informasi terganggu.

    f. Pengendalian perangkat keras.Pengendalian perangkat keras dalam komputer biasanya disediakan

    oleh pembuat komputer untuk mendeteksi dan melaporkan adanyakegagalan sistem dalam komputer.

  • 8/9/2019 Juknis SPI Legislasi

    27/60

    Juknis Pemahaman dan Pengujian SPI Bab V

    26

    C.

    Pengendalian Aplikasi (ApplicationCcontrol)

    03 Pengendalian aplikasi diterapkan pada proses transaksi. Pemeriksa

    mengevaluasi pengendalian aplikasi untuk setiap siklus transaksi yangdinilai.Terdapat tiga pengendalian aplikasi;

    a.

    Pengendalian masukan (input controls).Pengendalian masukan didesain untuk menyakinkan bahwa informasi

    yang dimasukan dalam komputer adalah akurat, lengkap dan telah

    diotorisasi.b. Pengendalian proses (Processing controls)

    Pengendalian proses mencegah dan mendeteksi eror pada saat data

    transaksi diproses.c.

    Pengendalian keluaran (Output controls)

    Pengendalian keluaran fokus pada pendeteksian eror setelah prosesselesai. Pengendalian ini bukan merupakan tindakan pencegahan.

    Dalam menilai risiko pengendalian, pemeriksa juga harus

    mengidentifikasi pengendalian dan kelemahan pengendalian terkaitdengan penggunaan TI dalam sistem akuntansi entitas. Pengendalian dan

    kelemahan pengendalian yang teridentifikasi juga harus dianalisishubungannya dengan asersi dan didokumentasikan dalam matriks risiko

    pengendalian.

  • 8/9/2019 Juknis SPI Legislasi

    28/60

    Juknis Pemahaman dan Pengujian SPI Bab VI

    27

    BAB VI

    PENUTUP

    A. Pemberlakuan Juknis SPI

    01 Juknis pemahaman dan pengujian SPI ini mulai berlaku untuk setiap

    pemeriksaan atas laporan keuangan tahun 2012. Penerapan lebih dinidari masa berlaku tersebut diperkenankan.

    Juknis berlaku mulai tahun

    2012

    B. Pemutakhiran Juknis SPI

    02 Pemutakhiran juknis pemahaman dan pengujian SPI dapat berupaperubahan juknis dimaksud atau penjelasan atas substansi juknis tersebut.

    Perubahan atas petunjuk teknis ini akan disampaikan secara resmimelalui surat keputusan tentang perubahan petunjuk teknis tersebut.

    Penjelasan atas substansi juknis ini disampaikan secara tertulis dari tim

    pemantauan juknis pemahaman dan pengujian SPI pada Sub DirektoratPenelitian dan Pengembangan Pemeriksaan Keuangan dan Kinerja,

    Direktorat Penelitian dan Pengembangan, Direktorat Utama Perencanaan

    Penelitian dan Pengembangan, Pendidikan dan Pelatihan PemeriksaanKeuangan Negara Badan Pemeriksa Keuangan.

    Pemutakhiran dapat berupaperubahan dan tambahan

    penjelasan

    C. Pemantauan Juknis SPI

    03 Juknis SPI ini merupakan dokumen yang dapat berubah sesuai dengan

    perubahan peraturan perundang-undangan, standar pemeriksaan, dankondisi lain. Oleh karena itu, pemantauan atas juknis ini akan dilakukan

    oleh tim pemantauan juknis terkait. Selain itu, masukan atau pertanyaanterkait dengan petunjuk teknis ini dapat disampaikan kepada:

    Sub Direktorat Litbang Pemeriksaan Keuangan dan Kinerja

    Direktorat Penelitian dan Pengembangan

    Ditama Revbang

    Lantai II Gedung Arsip

    Badan Pemeriksa Keuangan

    Jl. Gatot Subroto 31 Jakarta 10210

    Telp. (021) 25549000, pesawat 3305

    Email: [email protected]

    Alamat penyampaian

    masukan dan pertanyaan

  • 8/9/2019 Juknis SPI Legislasi

    29/60

    Juknis Pemahaman dan Pengujian SPI Referensi

    28

    REFERENSI

    AICPA (2008),Audit Guide: Audit Sampling, New York, AICPA

    Arens, A. A., Beasley, M. S., dan Elder, R. J. (2010),Auditing and Assurance Services: An Integrated

    Approach,13thGlobal Edition, New Jersey: Pearson Prentice Hall

    Boynton, W., C., dan Johnson, R., N. (2006), Modern Auditing: Assurance Services and The Integrity

    of Financial Reporting, 8thEdition, Hokoben: John Wiley & Sons Inc

    Committee of Sponsoring of the Treadway Commission (1994), Internal Control Integrated

    Framework, July 1994 Edition,COSO, www.cpa2biz.com

    Guy, D. M., Carmichel, D. R., dan Whittington, R. (2002), Audit Sampling:An Introduction, 5th

    Edition, New York: John Wiley & Sons Inc

    International Standard On Auditing (ISA) 530, Audit Sampling, 15 December 2009.

    Kamus Besar Bahasa Indonesia

    Keputusan BPK Nomor 1/K/1-XIII.2/2/2008 tanggal 19 Februari 2008 tentang Panduan ManajemenPemeriksaaan

    Keputusan Ketua BPK Nomor34/K/I-VIII.3/6/2007 tentang Struktur Organisasi Badan Pemeriksa

    Keuangan Republik Indonesia

    Keputusan Ketua BPK Nomor39/K/I-VIII.3/7/2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Pelaksana

    Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia

    Keputusan BPK Nomor 04/K/I-XIII.2/5/2008 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Keuangan

    Kertas Kerja Pemeriksaan satas laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Kabupaten Lombok

    Barat tahun 2009

    Konrath, H. F. (2001), Auditing: A Risk Analysis Approach, 5thEdition, Australia: South Western

    Messier, W. F., Glover, S., M., dan Prawitt, D., F. (2006), Auditing & Assurance Services: ASystematic Approach,4

    thEdition,New York: McGraw-Hill Companies

    Mulyadi (2002),Auditing, cetakan keenam, Jakarta: Salemba Empat

    Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 1 tahun 2007, tentang Standar Pemeriksaan Keuangan

    Negara (SPKN)

    Ramos, M. (2004), Assessing control deficiencies now is a documented process required of

    management: Section 404 compliance in the annual report,Oct 2004, 198, 4, page 43, Journal

    of Accontancy,

    UU No.15 tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan.

    UU No.15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara

  • 8/9/2019 Juknis SPI Legislasi

    30/60

    Lampiran 3.1

    BPK-RI

    Pemeriksaan atas Laporan Keuangan

    XYZ

    31 Desember 20xx

    Pemahaman SPI Entitas dengan Pendekatan COSO

    No Indeks

    Dibuat oleh

    Direviu ole

    Disetujui o

    Komponen SPI Ya Tidak Rujukan

    1. Lingkungan Pengendalian

    a.

    Integritas dan Nilai Etika

    (1) Apakah entitas memiliki aturan perilaku dan kebijakan yang terkait dengannilai-nilai dasar dan kode etik bagi seluruh pegawai?

    (2)

    Apakah aturan perilaku dan kebijakan yang terkait dengan nilai-nilai dasardan kode etik tersebut telah komprehensif?

    (3)

    Apakah dilakukan sosialisasi atas nilai-nilai dasar dan kode etik entitas untuk

    menjamin agar aturan dan kebijakan tersebut dipahami dan dipatuhi oleh parapegawai?

    (4)

    Apakah terdapat komitmen dari para pegawai untuk mematuhi aturan

    perilaku dan kebijakan yang terkait dengan nilai-nilai dasar dan kode etik?

    (5)

    Apakah terdapat sanksi bagi pegawai yang melanggar aturan perilaku dankebijakan yang terkait dengan nilai-nilai dasar dan kode etik entitas?

    (6) Apakah sanksi seperti pada pertanyaan (5) tersebut telah dikomunikasikankepada seluruh pegawai?

    (7) Jika terdapat aturan tidak tertulis, apakah aturan tersebut dijelaskan secaralisan kepada pegawai secara berkala sehingga seluruh pegawai mengetahui

    dan memahami aturan tersebut?(8) Apakah para pimpinan memberikan teladan atas penerapan nilai-nilai dasar

    dan kode etik entitas kepada para pegawai?

    (9)

    Apakah entitas menetapkan personel atau unit kerja yang berfungsi untukmenjamin penegakan nilai-nilai dasar dan kode etik?

    Kesimpulan atas Sub-Komponen Integritas dan Nilai Etika

  • 8/9/2019 Juknis SPI Legislasi

    31/60

    Lampiran 3.1

    Komponen SPI Ya Tidak Rujukan

    b.

    Komitmen terhadap Kompetensi

    (1) Apakah dilakukan analisis atas aktivitas yang dibutuhkan untukmelaksanakan tugas dan fungsi pada masing-masing unit kerja?

    (2)

    Apakah entitas mendeskripsikan tugas dan fungsi setiap pekerjaan?

    (3) Untuk setiap jabatan, apakah entitas mendeskripsikan tugas dan fungsi setiap

    uraian jabatan?

    (4) Apakah entitas melakukan analisis jabatan dan memutakhirkan uraian jabatan

    sesuai dengan perkembangan terkini?(5)

    Apakah entitas menentukan tingkat kompetensi dan kecerdasan yang harus

    dimiliki untuk mengerjakan tugas tertentu?

    (6)

    Apakah entitas menyusun kebutuhan pengetahuan dan keahlian yang harus

    dimiliki pegawai untuk setiap tugas?

    (7) Apakah entitas menentukan pelatihan dan pengalaman yang harus dimilikipegawai untuk melaksanakan tugas tertentu?

    (8) Apakah terdapat mekanisme untuk menginformasikan kepada pegawai

    tentang pengetahuan dan keahlian yang harus dimiliki untuk melaksanakantugas atau jabatan tertentu?

    (9) Apakah terdapat pelatihan yang memadai sesuai kebutuhan personel?

    (10)

    Apakah entitas menetapkan prosedur yang tepat dalam memberikan pelatihandan pendidikan yang sesuai kebutuhan tugas dan fungsi?

    (11)Apakah terdapat kurikulum pelatihan dan pendidikan yang komprehensifuntuk menjamin pengetahuan dan keahlian sehingga personel selalu siap

    menjalankan tugas dan fungsinya?(12)

    Apakah terdapat modul yang memadai sebagai bahan pelatihan dan

    pendidikan?(13)Apakah pengajar atau instruktur memiliki kompentensi dalam melaksanakan

    kegiatan pelatihan dan pendidikan dilingkungan entitas?

    (14)Apakah entitas menyediakan anggaran untuk kegiatan peningkatan

    kompetensi pegawai?(15)

    Apakah pimpinan menetapkan anggaran yang memadai dan menyetujui

    penggunaannya untuk program pelatihan dan pendidikan?

    (16)

    Apakah pimpinan entitas menetapkan kebijakan untuk mendukung pelatihandan pendidikan pegawai?

    (17)Apakah pimpinan entitas mampu memberi arahan dan bimbingan dalam

    penentuan kebijakan pelatihan dan pendidikan?

    Kesimpulan atas Sub-Komponen Komitmen terhadap Kompetensi

  • 8/9/2019 Juknis SPI Legislasi

    32/60

    Lampiran 3.1

    Komponen SPI Ya Tidak Rujukan

    c. Filosofi dan Gaya Kepemimpinan

    (1) Apakah para pimpinan memiliki pengetahuan yang memadai tentang entitas?(2)

    Apakah pimpinan memiliki pengalaman yang relevan dengan bidang kerja

    entitas?.(3)

    Apakah pimpinan memiliki kompetensi sebagai pimpinan entitas?

    (4)

    Apakah pertemuan para pimpinan untuk membahas isu terkini terkait entitas

    dan progress kegiatan entitas diselenggarakan secara rutin?.

    (5)

    Apakah tersedia informasi yang tepat waktu, cukup, akurat dan relevan bagipemimpin di lingkungan entitas dalam pengambilan keputusan?.

    (6) Dalam setiap pengambilan keputusan, apakah manajemen mempertimbangkanrisiko, baik ris iko yang sedang dihadapi maupun risiko yang mungkin akan

    muncul atas keputusan yang diambil?.(7)

    Apakah pola rotasi pegawai diatur dan diselenggarakan secara jelas dan

    terencana?.(8) Apakah terdapat koordinasi antara pimpinan suatu unit dengan pimpinan unit

    lain yang memiliki keterkaitan, termasuk antara kantor pusat dan perwakilan

    atau cabang?.

    Kesimpulan atas Sub-Komponen Filosofis dan Gaya Kepemimpinan

    d. Struktur Organisasi

    (1) Apakah entitas memiliki struktur organisasi yang memadai dan mampumenyediakan arus informasi-informasi penting dalam rangka mengelola

    kegiatan-kegiatan entitas?.(2)

    Apakah struktur organisasi entitas sudah memadai sesuai bagian, besaran, dan

    sifat aktivitasnya?.(3) Terkait dengan pencapaian tujuan entitas, apakah struktur organisasi entitas

    telah memadai/efektif?

    (4) Apakah entitas memberikan definisi yang memadai atas tanggung jawabkepada setiap satuan kerjanya (termasuk kepada pimpinan satker maupun

    seluruh staf) dan memberikan pemahaman yang memadai atas tanggungjawab

  • 8/9/2019 Juknis SPI Legislasi

    33/60

    Lampiran 3.1

    Komponen SPI Ya Tidak Rujukan

    mereka?.

    (5) Apakah entitas menetapkan pengetahuan dan pengalaman yang memadaikepada para pimpinan satuan kerjanya agar bisa menjalankan

    tanggungjawabnya dengan efektif?.

    (6)

    Apakah terdapat kejelasan hubungan dalam pelaporan di dalam organisasientitas?.

    (7) Apakah entitas melakukan pemutakhiran struktur organisasinya untukdisesuaikan dengan perubahan kondisi?.

    (8)

    Apakah entitas memiliki jumlah karyawan yang mencukupi?.

    (9) Khusus pada tingkat pimpinan, apakah mereka memiliki kapasitas untukmelakukan kegiatan supervisi?

    (10)Apakah terdapat fungsi auditor internal dalam struktur organisasi entitas?

    (11)

    Apakah auditor internal di entitas memiliki wewenang dan tanggung jawab

    sesuai fungsinya?(12)Apakah pimpinan entitas menetapkan pemantauan pelaksanaan kegiatan-

    kegiatan organisasi agar tujuan entitas tercapai?

    (13)Apakah entitas menetapkan peraturan mengenai struktur organisasi s esuai

    undang-undang dan peraturan yang berlaku?(14)

    Apakah entitas menyosialisasikan peraturan struktur organisasi kepada

    seluruh pegawai?

    Kesimpulan atas Sub-Komponen Struktur Organisasi:

    e. Pembagian Tanggung Jawab dan Wewenang

    (1) Apakah pimpinan entitas menetapkan kewenangan individu dan timpemeriksa melalui pedoman yang memadai?

    (2) Apakah pedoman tersebut disosialisasikan dan dijalankan sesuai denganaturan yang berlaku?

    (3)

    Untuk setiap unit kerja, apakah telah ditetapkan tanggung jawab dan

    pendelegasian wewenang sesuai dengan tujuan serta tugas dan fungsi unit

    kerja tersebut?

    (4)

    Apakah pendelegasikan wewenang sesuai dengan kemampuan dantanggungjawab pegawai, dan diarahkan untuk peningkatan kompetensinya?(5)

    Apakah standar dan prosedur pengendalian telah sesuai, termasuk uraian

    pekerjaan yang jelas bagi setiap pegawai?.(6)

    Apakah pimpinan entitas menetapkan adanya suatu pelaporan secara

    memadai berdasarkan tugas dan fungsi yang menjadi wewenang suatu unit

    kerja? (dengan mempertimbangkan kebutuhan, bentuk dan mekanisme

  • 8/9/2019 Juknis SPI Legislasi

    34/60

    Lampiran 3.1

    Komponen SPI Ya Tidak Rujukan

    pelaporan).

    (7) Apakah pimpinan entitas menetapkan proses bisnis yang dilaksanakan dientitas?

    (8)

    Apakah pegawai mengetahui tugas dan fungsinya masing-masing?

    (9)

    Apakah pegawai telah paham cara menjalankan tugas dan tanggungjawabnyaserta pelaporannya?

    (10)Apakah seluruh pegawai menyadari kontribusi pekerjaannya sebagai bagianpencapaian tujuan organisasi?

    (11)

    Apakah pegawai memahami tujuan entitas dan keselarasan tujuan entitas

    dengan tugas dan tanggungjawabnya?.(12)

    Apakah pegawai menyadari kontribusi masing-masing pekerjaannya dalam

    rangka pencapaian tujuan organisasi

    (13)

    Apakah pimpinan entitas mengembangkan kreativitas dan pengambilan

    inisiatif para pegawai?(14)Apakah kepuasan para pemangku kepentingan dijadikan dasar pengembangan

    pendelegasian tugas dan wewenang?

    (15)Apakah pegawai dipersiapkan untuk meningkatkan kompetensinya agar

    mampu menerima wewenang dan tanggung jawab yang lebih besar?.(16)

    Apakah pimpinan entitas menetapkan tingkat kompetensi untuk menduduki

    suatu jabatan tertentu?.

    (17)

    Apakah pimpinan entitas memantau hasil keputusan yang didelegasikansecara periodik?.

    (18)Apakah pimpinan entitas menetapkan prosedur yang efektif untuk memantaupendelegasiannya?.

    (19)Apakah pimpinan entitas mengantisipasi keputusan yang tidak sesuai danmelakukan aksi atau tanggapan atas kondisi tersebut?

    Kesimpulan atas Sub-Komponen Pembagian Tanggung Jawab dan Wewenang:

    f.

    Praktik Pembinaan Sumber Daya Manusia

    (1) Apakah entitas menetapkan prosedur dan kebijakan perekrutan, orientasi,pendidikan dan latihan, evaluasi, konseling, retensi, mutasi, rotasi dan

    promosi, serta kompensasi karyawan secara memadai?.(2) Apakah entitas memiliki standar dan kriteria rekrutmen terkait dengan latar

    belakang pendidikan, pengalaman, prestasi dan perilaku etika, serta

    intergritas?(3)

    Apakah entitas menetapkan uraian jabatan dan persyaratannya?

    (4)

    Apakah entitas menetapkan pihak yang bertugas untuk memantau tanggung

    jawab dan kinerja yang diharapkan dari pegawai?.

  • 8/9/2019 Juknis SPI Legislasi

    35/60

    Lampiran 3.1

    Komponen SPI Ya Tidak Rujukan

    (5)

    Apakah entitas menetapkan tindakan atau sanksi sebagai respon atas

    penyimpangan terhadap prosedur dan kebijakan yang telah ditetapkan?.(6)

    Untuk kondisi tertentu, apakah entitas melakukan penelusuran latar belakang

    calon pegawai secara memadai terkait dengan tindakan pelanggaran yang

    pernah dilakukan yang tidak bisa diterima oleh entitas?.(7)

    Apakah entitas menetapkan kriteria mutasi serta rotasi dan promosi pegawai

    secara memadai dengan mempertimbangkan hasil evaluasi kinerja pegawai?(8)

    Apakah pimpinan entitas mengomunikasikan kepada SDM mengenai

    kompetensi yang diperlukan dalam jabatan tertentu?

    (9) Apakah terdapat program orientasi bagi pegawai baru?(10)

    Apakah entitas menetapkan kebijakan pelatihan untuk memperkuat

    peningkatan kinerja yang baik?

    (11)

    Apakah aturan dan tanggungjawab dikomunikasikan melalui pelatihan atau

    seminar?(12)Secara periodik, apakah terdapat kebijakan transfer dan promosi bagi pegawai

    yang berkualifikasi untuk mendorong penghargaan terhadap kinerjanya?

    (13)Apakah terdapat program kompensasi yang kompetitif seperti bonus dan

    insentif untuk memberikan motivasi dan meningkatkan kinerja pegawai?(14)

    Agar pegawai tidak tergoda melakukan tindakan kecurangan, apakah entitas

    menerapkan sistem imbalan dengan struktur yang memadai?

    (15)

    Untuk memberikan gambaran bagi pegawai lain bahwa kecurangan (yangmerugikan keuangan negara dan entitas) tidak dapat ditoleransi oleh entitas,

    apakah hukuman juga diterapkan bagi pegawai yang melakukan kecurangan?.

    Kesimpulan atas Sub-Komponen Praktik Pembinaan Sumber Daya Manusia:

    Kesimpulan atas Komponen Lingkungan Pengendalian:

    2. Penilaian Risiko

    a.

    Identifikasi Risiko-Risiko yang Relevan terhadap Pencapaian Tujuan-Tujuan

  • 8/9/2019 Juknis SPI Legislasi

    36/60

    Lampiran 3.1

    Komponen SPI Ya Tidak Rujukan

    entitas.

    (1) Apakah entitas melakukan identifikasi risiko?.(2)

    Apakah identifikasi risiko dilakukan pada tingkat entitas?.

    (3)

    Apakah identifikasi risiko dilakukan pada tingkat kegiatan atau unit bisnis di

    entitas?(4)

    Apakah identifikasi risiko dilakukan dengan mempertimbangkan faktor

    internal?(5)

    Apakah identifikasi risiko dilakukan dengan mempertimbangkan faktor

    eksternal?

    (6) Apakah identifikasi risiko meliputi identifikasi atas area-area yang berisikoterhadap pencapaian tujuan entitas?

    (7) Apakah dilakukan identifikasi atas alokasi tanggung jawab manajemen

    terhadap risiko-risiko?.

    (8)

    Apakah identifikasi risiko dilakukan secara berkelanjutan dan berkala sertadapat terintegrasi dengan proses perencanaan?.

    (9)

    Apakah identifikasi risiko dilakukan secara kualitatif?.

    (10) Apakah identifikasi risiko dilakukan secara kuantitatif?.

    Kesimpulan atas Sub-Komponen Identifikasi Risiko-Risiko yang Relevan terhadap Pencapaian Tujuan-Tujuan Entitas:

    b. Analisis atas Risiko-Risiko

    (1) Atas risiko yang teridentifikasi apakah dilakukan evaluasi dengan langkah:i.

    Mengestimasi tingkat signifikansi atau dampak dari risiko?

    ii. Menilai kemungkinan (probabilitas atau frekuensi) terjadinya risiko?

    (2) Apakah dilakukan penilaian tingkat risiko dengan mepertimbangkan tingkatsignifikansi (dampak dari risiko) dan tingkat kemungkinan (probabilititas)

    terjadinya risiko-risiko tersebut?(3)

    Dalam menentukan tindakan yang akan dilakukan untuk menangani risiko,

    apakah entitas mempertimbangan biaya yang mungkin timbul?.

    Kesimpulan atas Sub-Komponen Analisis atas Risiko-Risiko:

    c.

    Penentuan Tindakan untuk Mengelola Risiko

    (1)

    Apakah terdapat tindakan yang dilakukan untuk menangani risiko?

    (ditanggulangi (treated), dialihkan (transferred), diterima (tolerated) atau

  • 8/9/2019 Juknis SPI Legislasi

    37/60

    Lampiran 3.1

    Komponen SPI Ya Tidak Rujukan

    dihentikan (terminated)).

    Kesimpulan atas Sub-Komponen Penentuan Tindakan untuk Mengelola Risiko:

    Kesimpulan atas Komponen Risiko Pengendalian:

    3. Aktivitas Pengendalian

    a. Prosedur Otorisasi dan Persetujuan.(1)

    Apakah otorisasi dan eksekusi atas transaksi dan kegiatan dilakukan oleh

    seorang yang diberi kewenangan atau ditunjuk untuk melakukan tugastersebut?

    (2)

    Apakah eksekusi atas transaksi dan kegiatan yang diberikan terbatas hanya

    pada lingkup tugas dan tanggungjawabnya?

    (3)

    Apakah telah ada prosedur otorisasi yang jelas mengenai siapa yang diberi

    hak otorisasi dan atas apa otorisasi tersebut diberikan?

    Kesimpulan atas Sub-Komponen Prosedur Otorisasi dan Persetujuan:

    b. Pemisahaan Tugas.

    (1)

    Apakah telah ada pemisahan tugas antara bagian otorisasi, pelaksana,

    pencatatan, dan reviu?

    (2)

    Untuk tugas yang tidak dapat dipisahkan, apakah telah dirancang suatu sistempengendalian yang ditujukan untuk menghindari adanya korupsi, kolusi, dan

    nepotisme?

    Kesimpulan atas Sub-Komponen Pemisahaan Tugas:

  • 8/9/2019 Juknis SPI Legislasi

    38/60

    Lampiran 3.1

    Komponen SPI Ya Tidak Rujukan

    c.

    Pembatasan Akses terhadap Data, Dokumen, dan Catatan.(1)

    Apakah telah ada kebijakan yang mengatur pembatasan akses?(2) Apakah kebijakan pembatasan akses ditetapkan dengan mempertimbangkan

    kerentanan sumber daya (aset)?.

    (3)

    Apakah kebijakan pembatasan akses ditetapkan dengan mempertimbangkan

    tingkat risiko kehilangan?.(4)

    Apakah kebijakan pembatasan akses ditetapkan dengan mempertimbangkan

    kemungkinan adanya penyalahgunaan akses oleh pihak yang tidak

    berwenang?

    (5)

    Apakah pembatasan akses dievaluasi secara periodik?(6) Apakah untuk menentukan kerentanan sumber daya (aset) sebagaimana

    dimaksud pada butir (2) telah mempertimbangkan hal-hal dibawah ini:

    a.

    Nilai ekonomis.

    b.Portabilitas (tingkat kemudahan untuk dipindahkan).

    c.Dapat dipertukarkan atau tidak.

    Kesimpulan atas Sub-Komponen Pembatasan Akses terhadap Data, Dokumen, dan Catatan:

    d.

    Verifikasi.

    (1) Apakah kegiatan verifikasi telah dilakukan atas transaksi atau kejadiansebelum dan sesudah proses terjadi?

    (2)

    Apakah verifikasi tersebut dilakukan dengan membandingkan dua atau lebih

    data/ informasi untuk memastikan akurasi dan kebenaran suatu transaksi atau

    kejadian?

    Kesimpulan atas Sub-Komponen Verifikasi:

    e.

    Rekonsiliasi.

    (1)

    Apakah rekonsiliasi telah dilakukan terhadap beberapa data yang relevan,

    yang diproses dengan beberapa sistem/ subsistem yang berbeda berdasarkan

  • 8/9/2019 Juknis SPI Legislasi

    39/60

  • 8/9/2019 Juknis SPI Legislasi

    40/60

    Lampiran 3.1

    Komponen SPI Ya Tidak Rujukan

    pegawai?

    (3) Apakah pendelegasian tugas, reviu dan persetujuan, serta pembinaan danpelatihan dilakukan dengan cara melaksanakan reviu secara sistematis atas

    kinerja seorang pegawai?

    (4)

    Apakah pendelegasian tugas, reviu dan persetujuan, serta pembinaan danpelatihan dilakukan dengan cara melakukan persetujuan atas suatu pekerjaan

    seorang pegawai pada tahap tertentu yang dinilai sangat penting, untukmenyakinkan bahwa pekerjaan yang ditugaskan kepada pegawai tersebut

    berjalan sebagaimana mestinya?

    Kesimpulan atas Sub-Komponen Supervisi:

    Kesimpulan atas Komponen Aktifitas Pengendalian:

    4. Informasi dan Komunikasi

    a. Informasi(1)

    Apakah entitas mengidentifikasi informasi internal yang relevan dalam

    pencapaian tujuan entitas?(2)

    Apakah entitas mengidentifikasi informasi eksternal yang relevan dalam

    pencapaian tujuan entitas?(3) Apakah pimpinan satker di entitas pada semua tingkatan telah memperoleh

    informasi internal dan eksternal yang diperlukan?

    (4) Apakah informasi internal dan eksternal dimaksud pada butir (3) dianalisis

    dan dilakukan tindakan khusus jika diperlukan?(5)

    Untuk menghasilkan informasi dengan tingkat kedalaman dan waktu yang

    tepat, apakah entitas mempertimbangkan:a)

    Sumber informasi baik internal dan eksternal?

    b) Alur informasi?

    c) Bentuk dan tingkat kedetailan informasi?

    d)

    Orang-orang yang terlibat dalam informasi?

  • 8/9/2019 Juknis SPI Legislasi

    41/60

  • 8/9/2019 Juknis SPI Legislasi

    42/60

  • 8/9/2019 Juknis SPI Legislasi

    43/60

  • 8/9/2019 Juknis SPI Legislasi

    44/60

    Lampiran 3.1

    Kesimpulan atas Sub-Komponen Komunikasi:

    Kesimpulan atas Komponen Informasi dan Komunikasi:

    5. Pemantauan

    a.

    Pemantauan Berkelanjutan (Ongoing Monitoring)

    (1) Apakah pemantauan berkelanjutan diselenggarakan melalui kegiatan rutin

    entitas termasuk diantaranya kegiatan manajemen, supervisi, dan kegiatan

    individu sesuai dengan tupoksi masing-masing?

    (2) Apakah kegiatan pemantauan berkelanjutan meliputi pemantauan terhadapadanya:

    a) Penyimpangan?b)

    Pelanggaran atas kode etik?

    c)

    Ketidakekonomisan?

    d) Ketidakefisienan?

    e)

    Ketidakefektifan SPI entitas?

    (3) Apakah laporan operasional sudah terintegrasi atau direkonsiliasi dengan datalaporan keuangan dan anggaran?

    (4)

    Apakah laporan operasional pada poin (3) digunakan untuk mengelola

    operasional berkelanjutan?(5)

    Apakah pimpinan menindaklanjuti adanya penyimpangan, pelanggaran atas

    kode etik, ketidakekonomisan, ketidakefisienan, dan ketidakefektifan SPI

    entitas yang ditemukan/ teridentifikasi?.

    (6)

    Apakah pimpinan satker bertanggungjawab atas keakuratan laporan keuanganunit dan bertanggung jawab jika ditemukan kesalahan?

    (7) Apakah pengendalian yang gagal mencegah atau mendeteksi adanya masalahyang timbul telah direviu?

    (8) Apakah saran dari pegawai mengenai pengendalian internal telahdiakomodasi, dipertimbangkan, dan ditindaklanjuti sebagaimana mestinya?

    (9)

    Apakah entitas mendorong pegawai untuk mengidentifikasi kelemahan

  • 8/9/2019 Juknis SPI Legislasi

    45/60

    Lampiran 3.1

    pengendalian internal dan melaporkannya ke atasan langsungnya?.

    Kesimpulan atas Sub-Komponen Pemantauan Berkelanjutan:

    b.

    Evaluasi Terpisah (Separate Evaluation)

    (1) Apakah evaluasi terpisah yang diselenggarakan entitas dilakukan melaluipenilaian mandiri (self assessment), reviu atas desain SPI entitas, danpengujian langsung terhadap efektivitas SPI entitas?

    (2) Apakah lingkup dan frekuensi pelaksanaan evaluasi terpisah didasarkan padahasil penilaian risiko dan efektivitas prosedur-prosedur pemantauan

    berkelanjutan?.(3)

    Apakah evaluasi terpisah dilakukan oleh pegawai yang mempunyai keahlian

    tertentu?(4) Apakah Inspektorat Jenderal sebagai pelaksana evaluasi terpisah dari

    lingkungan internal entitas memiliki staf dengan tingkat kompetensi dan

    pengalaman yang cukup?

    (5) Apakah proses evaluasi didokumentasikan sebagaimana mestinya?(6)

    Apakah kelemahan pengendalian internal yang ditemukan segera

    dikomunikasikan kepada orang yang bertanggung jawab atas fungsi tersebutdan atasan langsungnya?

    (7)

    Apakah kelemahan dan masalah pengendalian internal yang serius segera

    dilaporkan ke pimpinan tertinggi entitas?

    (8)

    Apakah entitas segera mereviu dan mengevaluasi temuan audit, hasil

    penilaian, dan reviu lainnya yang menunjukkan adanya kelemahanpengendalian dan mengidentifikasi perlunya perbaikan?

    (9)

    Apakah entitas menetapkan tindakan yang memadai untuk menindaklanjuti

    rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya?(10)

    Apakah tindakan korektif untuk menyelesaikan masalah yang menarik

    perhatian pimpinan entitas dilaksanakan dalam jangka waktu yang

    ditetapkan?(11)

    Apakah masalah yang berkaitan dengan transaksi atau kejadian tertentu

    dikoreksi dengan segera?.

    (12)Apakah penyebab yang diungkapkan dalam temuan atau rekomendasi ditelitioleh entitas?

    (13)

    Apakah pimpinan entitas dan auditor memantau temuan audit dan reviu sertarekomendasinya untuk meyakinkan bahwa tindakan yang diperlukan telahdilaksanakan?

    (14)Apakah pimpinan entitas secara berkala mendapat laporan status penyelesaian

    audit dan reviu sehingga pimpinan dapat meyakinkan kualitas dan ketepatan

    waktu penyelesaian setiap rekomendasi?

  • 8/9/2019 Juknis SPI Legislasi

    46/60

    Lampiran 3.1

    Kesimpulan atas Sub-Komponen Evaluasi Terpisah:

    Kesimpulan atas Komponen Pemantauan :

    Kesimpulan Keseluruhan atas Sistem Pengendalian Internal [NAMA ENTITAS/UNIT KERJA] :

    Note: isi pertanyaan yang sesuai dengan karakteristik entitas

  • 8/9/2019 Juknis SPI Legislasi

    47/60

  • 8/9/2019 Juknis SPI Legislasi

    48/60

    Lampiran 3.2

    No Tujuan dan Daftar PertanyaanJawaban

    Keterangan

    Ya Tidak N/A

    1.

    Pengeluaran kas untuk belanja modal benar-benarmerupakan pengeluaran atas pembelanjaan modal

    yang sesuai dengan peruntukan dan kebutuhanKabupaten XYZ

    19.

    1.1.Apakah pengajuan permohonan pembayaran

    dari pihak ketiga kepada pengguna anggaran

    didukung oleh dokumen yang lengkap dandisetujui oleh pejabat yang berwenang?

    V

    1.2.Apakah sudah dilakukan verifikasi terhadapkelengkapan dokumen kontrak pelaksanaan

    pekerjaan?

    V Verifikasi berupa persetujuanoleh pejabat yang berwenang.

    1.3.Apakah terdapat verifikasi atas kualifikasi

    yang ditetapkan dalam lelang terhadap para

    peserta lelang?

    V

    1.4.Apakah Panitia Pemeriksa Barang

    memeriksa, meneliti dan menyaksikan barangyang diserahkan pihak ketiga sesuai dengan

    persyaratan yang ada pada SPK dan telah

    dibuatkan Berita Acara Pemeriksaannya?

    (untuk belanja modal berupa mesin danperalatan).

    V Berita acara ditandatangani

    oleh kedua belah pihak.

    1.5.

    Apakah PPTK dan Pengawas Lapangan

    melakukan pengawasan atas setiap pekerjaan

    yang telah diselesaikan per termin sehinggarealisasi belanja modal telah sesuai dengan

    progres report? (untuk belanja modal gedung,bangunan dan jalan).

    V

    1.6.

    Apakah penyerahan dari pihak ketiga

    dituangkan dalam BAST dan disertai

    dokumen kepemilikan/penguasaan yang sah?

    V

    1.7.

    Apakah ada pengawasan aktif terhadap

    belanja modal yang telah diakui sebagai aset?.

    V

    2.

    Seluruh pengeluaran atas belanja modal telah

    tercatat20

    .

    2.1.Apakah terdapat verifikasi bahwa kontrakpelaksaanaan pekerjaan sudah melampirkan

    semua dokumen pendukung yangdibutuhkan?

    V

    19Pertanyaan-pertanyaan terkait Asersi Keterjadian20

    Pertany