journals of economics development issues (jedi)

16
Devi Kartika Sari dkk / JEDI Vol. 3 No. 2 (2020) 361 JEDI Vol.3,, No. 2, pp 361-376, 2020 © 2018 FEB UPNVJT. All right reserved e-ISSN - 2614-2384 Journals of Economics Development Issues (JEDI) U R L : h t t p : / / J E D I . u p n j a t i m . a c . i d / i n d e x . p h p / J E D I JEDI Analisis Pengaruh Transaksi Pembayaran Non Tunai Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia Devi Kartika Sari 1* , Ririt Iriani Sri Setiawati 2 2 Alumni Program Studi Ekonomi Pembangunan, FEBIS UPN “ Veteran” Jawa Timur 1 Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UPN “ Veteran” Jawa Timur Email : [email protected] I N F O R M A S I A R T I K E L A B S T R A C T Article history: Dikirim tanggal: 25 Agustus 2020 Di review tanggal : 27 Agustus 2020 Di terima tanggal : 29 Agustus 2020 Tersedia online tanggal : 30 Agustus 2020 Key words : Money Supply (M1), Credit Card, ATM/Debit Card, E- money The advancement of science and technology is always growing rapidly, no exception on financial technology. The development of financial technology has led to innovation payment systems from a cash payment system to a non-cash payment system. The study aims to determine the effect of non-cash transactions (credit card, ATM/debit card, and E-money) on the amount of money supply in Indonesia. Research using data sourced from Bank Indonesia (BI) and the Central Statistics Agency. The data used in this research is the quarter time series data between the years 2015(I) to the year 2019 (II). The analytical techniques used in this study multiple regression analysis. The result of this study indicate that non-cash transactions using credit cards, ATM/debit cards, and E-money simultaneously have significant effect on the amount of money supply (M1) in Indonesia. Partially, ATM/debit card significant impact on the amount of money supply (M1), while credit cards and E-money have no significant effect. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi selalu berkembang pesat, tidak terkecuali pada teknologi finansial. Perkembangan teknologi finansial telah menimbulkan inovasi pada sistem pembayaran dari sistem pembayaran tunai menuju sistem pembayaran non tunai.

Upload: others

Post on 01-Oct-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Journals of Economics Development Issues (JEDI)

Devi Kartika Sari dkk / JEDI Vol. 3 No. 2 (2020)

361

JEDI Vol.3,, No. 2, pp 361-376, 2020

© 2018 FEB UPNVJT. All right reserved

e-ISSN - 2614-2384

Journals of Economics Development Issues (JEDI)

U R L : h t t p : / / J E D I . u p n j a t i m . a c . i d / i n d e x . p h p / J E D I

JEDI

Analisis Pengaruh Transaksi Pembayaran Non Tunai Terhadap Jumlah Uang

Beredar Di Indonesia

Devi Kartika Sari 1*, Ririt Iriani Sri Setiawati 2

2Alumni Program Studi Ekonomi Pembangunan, FEBIS UPN “ Veteran” Jawa Timur

1Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UPN “ Veteran” Jawa Timur

Email : [email protected]

I N F O R M A S I A R T I K E L A B S T R A C T

Article history: Dikirim tanggal: 25 Agustus 2020 Di review tanggal : 27 Agustus 2020

Di terima tanggal : 29 Agustus 2020

Tersedia online tanggal : 30 Agustus 2020

Key words : Money Supply (M1),

Credit Card, ATM/Debit Card, E-

money

The advancement of science and technology is always growing

rapidly, no exception on financial technology. The development of

financial technology has led to innovation payment systems from a

cash payment system to a non-cash payment system.

The study aims to determine the effect of non-cash transactions

(credit card, ATM/debit card, and E-money) on the amount of money

supply in Indonesia. Research using data sourced from Bank

Indonesia (BI) and the Central Statistics Agency. The data used in this

research is the quarter time series data between the years 2015(I) to

the year 2019 (II). The analytical techniques used in this study

multiple regression analysis.

The result of this study indicate that non-cash transactions using

credit cards, ATM/debit cards, and E-money simultaneously have

significant effect on the amount of money supply (M1) in Indonesia.

Partially, ATM/debit card significant impact on the amount of money

supply (M1), while credit cards and E-money have no significant

effect.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi selalu berkembang

pesat, tidak terkecuali pada teknologi finansial. Perkembangan

teknologi finansial telah menimbulkan inovasi pada sistem

pembayaran dari sistem pembayaran tunai menuju sistem pembayaran

non tunai.

Page 2: Journals of Economics Development Issues (JEDI)

Devi Kartika Sari dkk / JEDI Vol. 3 No. 2 (2020)

362

Kata Kunci : Jumlah Uang Beredar

(M1), Kartu Kredit, Kartu

ATM/Debit, E-money

Tujuan dari pnelitian ini adalah mengetahui dampak antara

transaksi non tunai (kartu kredit, kartu ATM/debit, dan E-money)

dengan jumlah uang beredar di Indonesia. Penelitian ini menggunakan

data yang bersumber dari Bank Indonesia (BI) dan Badan Pusat

Statistik (BPS). Data yang dipergunakan pada penelitian ini yaitu data

time series triwulan antara tahun 2015(I) sampai dengan tahun

2019(II). Teknik analisis yang digunakan pada penelitian ini yaitu

analisis regresi berganda.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa transaksi non tunai dengan

menggunakan kartu kredit, kartu ATM/debit, serta E-money secara

simultan berpengaruh signifikan terhadap jumlah uang beredar dalam

arti sempit (M1) di Indonesia. Secara parsial, kartu ATM/debit

berpengaruh signifikan terhadap jumlah uang beredar (M1),

sedangkan kartu kredit dan E-money tidak berpengaruh signifikan.

Page 3: Journals of Economics Development Issues (JEDI)

Devi Kartika Sari dkk / JEDI Vol. 3 No. 2 (2020)

363

PENDAHULUAN

Saat ini dunia mulai memasuki

masa digitalisasi, hal itu ditandai dengan

munculnya berbagai macam teknologi

canggih yang menawarkan beberapa

fasilitas dan kemudahan. Fasilitas yang

ditawarkan dapat berupa kemudahan dalam

mengakses informasi, kemudahan dalam

berkomunikasi jarak jauh, bahkan

kemudahan dalam sistem pembayaran.

Sistem pembayaran selalu

berkembang pesat dari masa ke masa. Pada

awalnya transaksi pembayaran dilakukan

dengan sistem barter antar barang yang

diperjualbelikan. Dalam perkembangannya

mulai dikenal uang sebagai satuan tertentu

yang memiliki nilai pembayaran. Hingga

saat ini uang masih menjadi salah satu alat

pembayaran utama yang berlaku di

masyarakat. Selanjutnya alat pembayaran

terus berkembang yang awalnya

menggunakan alat pembayaran tunai saat

ini menggunakan alat pembayaran non

tunai.

Kemunculan sistem pembayaran

non tunai juga didukung oleh Bank

Indonesia dengan menyiarkan Gerakan

Nasional Non Tunai (GNNT) pada tanggal

14 Agustus 2014. Transaksi pembayaran

non tunai mendapat dukungan dari berbagai

pihak karena beberapa kelebihan yang

dimiliki. Apabila transaksi dilaksanakan

secara non tunai, nantinya akan mudah

terintegrasi dengan sistem keuangan.

Masalah ini selanjutnya mempermudah

dalam menghitung aktivitas ekonomi.

Indonesia sendiri saat ini sangat rawan

dengan banyak kegiatan underground

economy yang biasanya dilaksanakan

dalam bentuk tunai. Nantinya pengurangan

transaksi tunai diprediksi akan mengurangi

kriminalitas dan mengurangi potensi

kehilangan angka yang terekam dalam PDB

(Produk Domestik Bruto). Selain itu,

dengan menggunakan alat pembayaran non

tunai juga akan menciptakan peningkatan

sirkulasi uang dalam perekonomian

(velocity of money). Menurut Maulana

Ibrahim sebagai mantan Deputi Gubernur

BI, perputaran uang yang semakin cepat

dalam masyarakat akan menstimulasi

kegairahan dan pertumbuhan ekonomi

sebagai dampak dari money multiplier yang

diciptakannya. (kompasiana.com)

Pertumbuhan jumlah instrumen

uang elektronik yang beredar dengan

perubahan PDB (atas harga berlaku) pada

tahun 2017 triwulan pertama sampai

dengan tahun 2018 triwulan keempat

digambarkan pada kurva berikut.

Sumber : data diolah dari BI dan Kementerian Perdagangan

1.06 4.29 4.08-0.39 0.62 4.94 4.24

-1.12

10.54 11.61 15.68

33.08

11.1115.14 14.66

13.06

2017 (I) 2017 (II) 2017 (III) 2017 (IV) 2018 (I) 2018 (II) 2018 (III) 2018 (IV)

Gambar 1

Gambaran Pertumbuhan Jumlah Instrumen Uang Elektronik Beredar dengan

Perubahan PDB atas Harga Berlaku

(2017 (I) - 2018 (IV)

Pertumbuhan PDB atas Harga Berlaku (%) Pertumbuhan Jumlah Instrumen E-money (%)

Page 4: Journals of Economics Development Issues (JEDI)

Devi Kartika Sari dkk / JEDI Vol. 3 No. 2 (2020)

364

Sebagaimana terlihat dalam gambar

1.1, kondisi tahun 2017 triwulan IV

pertumbuhan jumlah instrumen uang

elektronik mengalami peningkatan yang

signifikan, bahkan sepanjang tahun 2017(I)

sampai dengan tahun 2018(IV)

pertumbuhan jumlah instrumen uang

elektronik paling signifikan terjadi pada

tahun 2017 triwulan IV, namun perubahan

PDB pada tahun 2017 triwulan IV justru

mengalami kontraksi. Hal ini disebabkan

oleh efek musiman pada Lapangan Usaha

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan yang

mengalami kontraksi sebesar 21,60%.

Selanjutnya pertumbuhan tertinggi PDB

dari sisi produktif dicapai oleh Lapangan

Usaha Informasi dan Komunikasi sebesar

9,81% sehingga pertumbuhan jumlah

instrumen uang elektronik pun meningkat.

(www.cnbcindonesia.com)

Menurut Murni (2009)

perkembangan jumlah uang beredar

mencerminkan perkembangan ekonomi.

Apabila perekonomian tumbuh dan

berkembang, jumlah uang beredar juga

bertambah. Sedangkan komposisinya

berubah. Bila perekonomian makin maju,

porsi penggunaan uang kartal makin sedikit

karena digantikan uang giral dan near

money. Salah satu bagian dari near money

yaitu kartu kredit. Kartu kredit merupakan

jenis uang yang dalam penggunaannya

harus ditukarkan atau dicairkan terlebih

dahulu (hampir likuid sempurna).

Selanjutnya bila perekonomian semakin

meningkat, komposisi M1 dalam peredaran

uang semakin kecil, sebab porsi uang kuasi

(near money) makin besar. Sehingga

apabila kartu kredit yang termasuk ke

dalam kategori near money meningkat,

maka M1 (jumlah uang beredar dalam arti

sempit) akan menurun.

Berdasarkan uraian latar belakang

diatas, dan kondisi yang terjadi di Indonesia

maka penulis mempunyai keinginan untuk

membuat penelitian yang berjudul

“Analisis Pengaruh Transaksi

Pembayaran Non Tunai Terhadap

Jumlah Uang Beredar di Indonesia”.

KAJIAN PUSTAKA

Jumlah Uang Beredar

Menurut Sukirno (2004) mata uang

dalam peredaran adalah seluruh jumlah

mata uang yang telah dikeluarkan dan

diedarkan oleh bank sentral. Mata uang

tersebut terdiri dari dua jenis, yaitu uang

logam dan kertas. Dengan demikian mata

uang dalam peredaran adalah sama dengan

uang kartal. Sedangkan uang beredar

adalah semua jenis uang yang berada di

dalam perekonomian, yaitu jumlah dari

mata uang dalam peredaran ditambah

dengan uang giral dalam bank-bank umum.

Pengertian uang beredar atau money

supply perlu dibedakan pula menjadi dua

pengertian, yaitu pengertian yang terbatas

dan pengertian yang luas. Dalam pengertian

yang terbatas uang beredar adalah mata

uang dalam peredaran ditambah dengan

uang giral yang dimiliki oleh perseorangan,

perusahaan, dan badan pemerintah. Dalam

pengertian yang luas uang beredar meliputi

mata uang dalam peredaran, uang giral, dan

uang kuasi. Uang kuasi terdiri dari deposito

berjangka, tabungan, dan rekening

(tabungan) valuta asing milik swasta

domestik. Uang beredar menurut

pengertian luas ini dinamakan juga sebagai

likuiditas perekonomian atau M2.

Pengertian yang sempit dari uang beredar

selalu disingkat dengan M1. (Sukirno,

2004).

Uang beredar dalam arti sempit

(M1) didefinisikan sebagai uang kartal

ditambah dengan uang giral (currency plus

demand deposits). (Boediono, 1998).

M1 = C + DD (Boediono, 1998)

Dimana:

M1= Jumlah uang beredar (M1)

C = Currency (uang kartal)

DD= Demand Deposits (uang giral)

Page 5: Journals of Economics Development Issues (JEDI)

Devi Kartika Sari dkk / JEDI Vol. 3 No. 2 (2020)

365

Menurut Fahmi (2015) uang kartal

(C) terdiri dari dua bentuk yaitu kertas dan

logam, uang kartal yang terbuat dari kertas

disebut dengan uang utama sedangkan uang

kartal yang terbuat dari logam disebut

dengan uang pembantu. Sedangkan uang

giral (DD) mencakup cek, bilyet giro dan

sejenisnya.

Jumlah uang giral yang beredar

dapat menunjukkan kondisi perekonomian

dalam suatu negara tersebut, jika pada suatu

negara lebih banyak beredar uang giral

maka semakin menunjukkan perekonomian

negara tersebut lebih dinamis dengan angka

transaksi yang terlibat juga semakin tinggi.

Namun pada nepagara dengan penggunaan

uang kartal masih lebih tinggi dari uang

giral maka menunjukkan bahwa negara

tersebut memiliki angka transaksi finansial

yang masih rendah dibandingkan dengan

negara yang lebih dominan

mempergunakan uang giral. (Fahmi, 2015)

Kartu Kredit

Menurut Sri Mulyati Tri Subari dan

Ascarya (2003) dalam bukunya yang

berjudul “Kebijakan Sistem Pembayaran di

Indonesia”, kartu kredit merupakan kartu

yang dikeluarkan oleh bank atau lembaga

pembiayaan lainnya yang diberikan kepada

nasabah untuk dapat dipergunakan sebagai

alat pembayaran dan pengambilan uang

tunai. Transaksi yang dilakukan dengan

menggunakan kartu kredit melibatkan

berbagai pihak yang saling berkepentingan,

yang masing-masing terikat dalam suatu

perjanjian.

Dalam mekanisme penggunaan

kartu kredit terdapat sedikitnya tiga pihak

yang terlibat langsung untuk setiap

transaksi penggunaan dan pembayaran

kartu kredit. Pihak-pihak dimaksud adalah

bank atau lembaga pembiayaan, merchant

(pedagang), dan card holder (pemegang

kartu).

Mekanisme penggunaan kartu

kredit yaitu dimulai dari permohonan

penerbitan kartu, transaksi pembelanjaan,

transaksi pengambilan uang tunai,

pembayaran dari nasabah ke bank, sampai

dengan penagihan yang dilakukan oleh

lembaga penerbit dan pembayaran kartu

kredit. Contoh kartu kredit yang dikenal

oleh masyarakat antara lain VISA,

MasterCard, American Express (AMEX),

dan Diners. (Subari dan Ascarya, 2003).

Kartu ATM/Debit

Kartu ATM adalah alat yang

digunakan untuk melakukan pembayaran

dengan menggunakan kartu di mana kartu

ini dapat digunakan untuk penarikan tunai

dan pemindahan dana dimana kewajiban

pemegang kartu dipenuhi seketika dengan

mengurangi secara langsung simpanan

pemegang kartu pada Bank atau Lembaga

Selain Bank yang berwenang untuk

menghimpun dana sesuai ketentuan

perundang-undangan yang berlaku. (PBI

no.14 Th 2012).

Penggunaan kartu ATM memiliki

beberapa fasilitas dan pelayanan (Subari

dan Ascarya, 2003):

a) Penarikan uang tunai yang dapat

langsung dilakukan nasabah di

berbagai ATM yang memiliki

hubungan dengan bank penerbit

kartu ATM

b) Dapat melihat, mengecek,

meminta/mencetak saldo rekening

pemegang/nasabah

c) Pelayanan pembayaran lainnya,

seperti pembayaran listrik, telepon,

kartu kredit, dan transfer uang.

Kartu debit adalah alat pembayaran

menggunakan kartu yang dapat digunakan

untuk melakukan pembayaran atas

kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan

ekonomi, termasuk transaksi

pembelanjaan, dimana kewajiban

pemegang kartu dipenuhi seketika dengan

mengurangi secara langsung simpanan

pemegang kartu pada bank atau lembaga

selain bank yang berwenang untuk

Page 6: Journals of Economics Development Issues (JEDI)

Devi Kartika Sari dkk / JEDI Vol. 3 No. 2 (2020)

366

menghimpun dana sesuai ketentuan

perundang-undangan yang berlaku. (PBI

no.14 Th 2012).

Menurut Peraturan Bank Indonesia

No.14/2/PBI/2012, tentang perubahan atas

No.11/11/PBI/2009 tentang

penyelenggaran kegiatan APMK (Alat

Pembayaran dengan Menggunakan Kartu),

pihak- pihak yang terkait dalam

penggunaan APMK yaitu:

1) Card Holder (you) : Seseorang

yang mempunyai account di sebuah

lembaga institusi yang

mengeluarkan kartu pembayaran

(kartu debit atau kartu kredit).

2) Retailer/Merchant : Organisasi

yang menerima pembayaran atas

barang atau jasa dari card holder

(dapat berupa outlet, supermarket,

dan toko).

3) Acquirer : Bank atau lembaga selain

bank yang melaksanakan kegiatan

APMK baik sebagai financial

acquirer (melakukan kegiatan

pembayaran dahulu kepada

pemegang kartu) atau sebagai

technical acquirer (mempersiapkan

sarana yang dbutuhkan dalam

pelaksanaan kegiatan APMK).

4) Card Scheme : Organisasi penyedia

jaringan kartu kredit yang

mengawasi dan menata transaksi

kartu kredit. Misalnya: Visa, Master

Card dan Maestro.

5) Card Issuer : Bank atau lembaga

keuangan yang mengeluarkan kartu

pembayaran (kredit, debit, dan

charge) kepada nasabahnya.

E-Money (Uang Elektronik)

Uang elektronik adalah alat

pembayaran elektronik yang didapat dari

memberikan sebelumnya sejumlah uang

kepada penerbit, baik secara langsung, atau

lewat agen-agen penerbit, atau

pengurangan rekening di bank dan nilai

uang tersebut dimasukkan menjadi nilai

uang dalam media uang elektronik, yang

dinyatakan dalam satuan Rupiah, yang

dipakai untuk melakukan transaksi

pembayaran dengan cara mengurangi

secara langsung nilai uang pada media uang

elektronik tersebut. (Rivai dkk, 2001).

Ketidaksamaann antara uang

elektronik dengan Alat Pembayaran

Menggunakan Kartu ( APMK ) seperti

kartu kredit, kartu debit dan kartu ATM

adalah uang elektronik (e-money) bersifat

prabayar (prepaid) sedangkan APMK

bersifat akses. (id.wikipedia.org).

Menurut Peraturan Bank Indonesia

No.11/12/PBI/2009 Tanggal 13 April 2009

tentang uang elektronik (E-money) adalah

alat pembayaran yang memenuhi unsur-

unsur sebagai berikut :

1) Diterbitkan berdasarkan nilai uang

yang disetor diawal oleh pemegang

kepada penerbit

2) Nilai uang disimpan secara

elektronik dalam suatu media

seperti server atau chip

3) Digunakan sebagai alat pembayaran

kepada pedagang yang bukan

merupakan penerbit uang elektonik

tersebut

4) Nilai uang elektronik yang di setor

oleh pemegang dan diatur oleh

penerbit bukan merupakan

simpanan sepertu yang dimaksud

dalam undang-undang yang

mengatur mengenai perbankan.

HIPOTESIS

1. Diduga terdapat pengaruh antara

transaksi pembayaran non tunai

dengan menggunakan kartu kredit,

kartu ATM/debit dan E-money

(uang elektronik) terhadap jumlah

uang yang beredar di Indonesia.

2. Diduga terdapat pengaruh antara

transaksi pembayaran non tunai

dengan menggunakan kartu kredit

terhadap jumlah uang yang beredar

di Indonesia

Page 7: Journals of Economics Development Issues (JEDI)

Devi Kartika Sari dkk / JEDI Vol. 3 No. 2 (2020)

367

3. Diduga terdapat pengaruh antara

transaksi pembayaran non tunai

dengan menggunakan kartu

ATM/debit terhadap jumlah uang

yang beredar di Indonesia

4. Diduga terdapat pengaruh antara

transaksi pembayaran non tunai

dengan menggunakan E-money

(uang elektronik) terhadap jumlah

uang yang beredar di Indonesia

METODE PENELITIAN

Definisi Operasional dan Pengukuran

Variabel

1. Jumlah Uang Beredar (M1) adalah

mata uang dalam peredaran

ditambah dengan uang giral yang

dimiliki oleh perseorangan-

perseorangan, perusahaan-

perusahaan, dan badan-badan

pemerintah. (Sukirno, 2004). Pada

penelitian ini variabel jumlah uang

beredar dalam arti sempit (Y)

dinyatakan dalam satuan milyar

rupiah.

2. Kartu Kredit adalah APMK yang

digunakan untuk pemenuhan

kebutuhan ekonomi dengan

mekanisme kewajian pembayaran

pemegang kartu ditanggung terlebih

dahulu oleh penerbit, kemudian

pemegang kartu memiliki

kewajiban membayar dikemudian

hari baik secara angsuran maupun

tunai. Pada penelitian ini variabel

kartu kredit (X1) dinyatakan dalam

satuan juta rupiah.

3. Kartu ATM/Debit adalah APMK

yang berfungsi sebagai media tarik

tunai atau pemindah dana dimana

kewajiban nasabah secara otomatis

akan dipotong mengurangi

simpanan pada rekening nasabah

tersebut. Nilai transaksi kartu

ATM/debit ini mengkaji sejauh

mana perkembangan kemajuan

teknologi sistem pembayaran dapat

mempengaruhi jumlah uang beredar

di Indonesia. Pada penelitian ini

variabel kartu ATM/debit (X2)

dinyatakan dalam satuan juta

rupiah.

4. E-Money adalah alat pembayaran

elektronik yang diperoleh dengan

menyetorkan terlebih dahulu

sejumlah uang kepada penerbit, atau

dengan pendebitan rekening di bank

dan nilai uang tersebut dimasukkan

menjadi nilai uang dalam media

uang elektronik. Pada penelitian ini

variabel E-money (X3) dinyatakan

dalam satuan juta rupiah.

Jenis Data

Data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah jenis data sekunder

time series triwulan antara tahun 2015(I)

sampai dengan tahun 2019(II) yang

diperoleh atau dikumpulkan dari beberapa

instansi atau lembaga yang berhubungan

dengan penelitian ini. Data informasi yang

digunakan yaitu nilai transaksi kartu kredit,

kartu ATM/debit, E-money dan Jumlah

Uang Beredar yang terdapat di laporan

Bank Indonesia, Badan Pusat Statistik dan

Kementerian Perdagangan.

Teknik Pengumpulan Data

Cara yang dipakai untuk

pengumpulan data pada penelitian ini

adalah cara dokumentasi data sekunder

yang didapat dari lembaga-lembaga yang

masih ada kaitannya dari data yang

diperlukan. Sumber pemakaiannya dengan

data statistik yang diperoleh dari data

eksternal yaitu data yang diperoleh dari

BPS (Badan Pusat Statistik), Bank

Indonesia (BI), dan Kementerian

Perdagangan (Kemendag).

Analisis Data Untuk menganalisis pengaruh yang

telah disebutkan di hipotesis di atas, maka

penelitian ini menggunakan analisis regresi

berganda dengan menggunakan software

SPSS 13.0 untuk melakukan regresi.

Page 8: Journals of Economics Development Issues (JEDI)

Devi Kartika Sari dkk / JEDI Vol. 3 No. 2 (2020)

368

pengujian dari penelitian ini terdiri dari uji

asumsi klasik, analisis regresi, uji koefesien

determinasi, uji koefesien regresi secara

parsial dan uji koefesien regresi secara

simultan.

Uji Asumsi Klasik

Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk

mengetahui dalam model regresi penelitian

apakah terdapat variabel pengganggu atau

residual yang memiliki distribusi normal

atau tidak. Dalam penelitian ini

menggunakan uji normalitas Kolmogorov

Smirnov dengan taraf signifikansi 0,05.

Data dinyatakan berdistribusi normal

apabila nilai probabilitas lebih dari 0,05.

Uji Multikoleniaritas

Uji multikolinearitas digunakan

untuk mengetahui apakah terdapat

pengaruh antar variabel independennya.

Model regresi penelitian yang baik yaitu

model yang tidak terdapat pengaruh yang

kuat antar variabel independennya

(Ghozali, 2016).

Dasar pengambilan keputusan

dalam uji multikolenieritas adalah sebagai

berikut:

A. Jika nilai tolerance < 0,10 dan VIF

> 10, maka terdapat korelasi atau

hubungan yang kuat antar variabel

independennya atau dapat

dikatakan terjadi multikolinearitas.

B. Jika nilai tolerance > 0,10 dan VIF

< 10, maka tidak terdapat korelasi

atau hubungan yang kuat antar

variabel independennya atau dapat

dikatakan tidak terjadi

multikolinearitas.

Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi digunakan untuk

mendeteksi apakah terdapat korelasi

pengganggu antara periode t dengan

periode sebelumnya (t-1). Jika terdapat

korelasi dalam model regresi maka

dinamakan terdapat masalah autokorelasi.

Penelitian ini menggunakan uji Durbin

Watson untuk mengetahui ada atau

tidaknya autokorelasi dengan ketentuan

sebagai berikut:

a. Daerah A : Nilai DW tes < dL,

terjadi autokorelasi positif

b. Daerah B : dL < Nilai DW tes < dU,

tanpa kesimpulan

c. Daerah C : dU < Nilai DW tes < 4 –

dU, tidak terjadi autokorelasi

d. Daerah D : 4 – dU < Nilai DW tes <

4 – dL, tanpa kesimpulan

e. Daerah E : 4 – dL < Nilai DW tes,

terjadi autokorelasi negatif

Dalam penelitian ini juga digunakan

uji Run Test untuk mengetahui masalah

autokorelasi. Run Test merupakan bagian

dari statistik non-parametrik digunakan

untuk mengetahui apakah terdapat korelasi

yang tinggi antar residualnya. Apabila antar

residual tidak terdapat korelasi maka dapat

diartikan bahwa residualnya acak atau

random. Jika hasil uji run test menunjukkan

nilai signifikansi < 0,05 maka dapat

diartikan bahwa residual tidak acak atau

terjadi autokorelasi antar residual.

Sedangkan jika hasil uji run test

menunjukkan nilai signifikansi > 0,05 maka

dapat diartikan bahwa residual acak atau

tidak terjadi autokorelasi antar residual.

Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas digunakan

untuk Mengetahui apakah dalam model

penelitian terdapat ketidaksamaan dari

pengamat satu ke pengamat lainnya. Cara

mengetahui ada tidaknya

heteroskedastisitas adalah dengan

menggunakan uji Glejser. Uji ini

meregresikan nilai absolute residual

terhadap variabel independen dengan

persamaan regresi dalam penelitian. Jika

signifikansi antara variabel bebas dengan

absolute residual > 0,05 maka model

regresi tidak terjadi masalah

heteroskedastisitas, sedangkan jika

signifikansi antara variabel bebas dengan

absolute residual < 0,05 maka model

Page 9: Journals of Economics Development Issues (JEDI)

Devi Kartika Sari dkk / JEDI Vol. 3 No. 2 (2020)

369

regresi terjadi masalah heteroskedastisitas.

(Ghozali, 2016)

Uji Analisis Regresi

Metode analisis linier berganda

digunakan untuk mengetahui bagaimana

eratnya hubungan antara beberapa variabel

independen dengan sebuah variabel

dependen. (Nazir, 2014). Model persamaan

yang digunakan dalam penelitian ini adalah

:

Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + e

Dimana :

Y : Jumlah uang yang beredar

β0 : Konstanta

β1... β3 : Koefisien masing masing variabel

independen

X1 : Nilai transaksi kartu kredit

X2 : Nilai transaksi kartu ATM/debit

X3 : Nilai transaksi E-money

e : Standard Error

Uji Hipotesis

Uji Koefesien Determinasi

Uji koefisien determinasi

digunakan untuk mengukur sejauh mana

variabel bebas dapat menjelaskan variabel

terikat. Nilai dari koefisien determinasi

adalah nol sampai dengan satu. Jika nilai R2

mendekati nol atau kecil maka kemampuan

variabel independen dalam menjelaskan

hubungan variasi variabel dependen sangat

kecil atau terbatas, sedangkan apabila nilai

R2 mendekati satu atau lebih besar maka

dapat diartikan bahwa variabel-variabel

independen memberikan hampir semua

informasi yang dibutuhkan dalam

memprediksi variabel dependen.

Uji Koefesien Regresi Secara simultan

(Uji F)

Uji statistik F digunakan untuk

mendeteksi cocok atau tidaknya model

regresi serta untuk mengetahui apakah

variabel independen secara simultan

(keseluruhan) memiliki pengaruh terhadap

variabel dependen. Ketentuan pengambilan

keputusan dalam uji F adalah jika F hitung

> F tabel atau probabilitas < nilai

signifikansi 0,05 maka model variabel

independen secara keseluruhan memiliki

hubungan dengan variabel dependen,

sebaliknya jika F hitung < F tabel atau

probabilitas > nilai signifikansi 0,05 maka

model variabel independen secara

keseluruhan tidak memiliki hubungan

dengan variabel dependen.

Uji Koefesien Regresi Secara Parsial (Uji

t)

Uji statistik t digunakan untuk

mengetahui seberapa jauh pengaruh antara

variabel independen dengan variabel

dependen secara individual. Apakah

terdapat pengaruh kuat atau lemah bisa

terdeteksi dengan menggunakan uji statistik

t. Ketentuan uji statistik t dapat dilihat dari

nilai signifikansi t pada hasil olah data

regresi. Jika nilai signifikansi t < 0,05 maka

H0 ditolak yang artinya terdapat pengaruh

yang signifikan antara variabel dependen

dengan variabel independen secara

individual, sedangkan apabila nilai

signifikansi t > 0,05 maka H0 diterima yang

artinya tidak terdapat pengaruh yang

signifikan antara variabel dependen dengan

variabel independen secara individual.

(Ghozali, 2016).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan dengan

melihat pengaruh transaksi kartu kredit,

kartu ATM/debit, dan E-money terhadap

Jumlah Uang Beredar (M1) di Indonesia

pada tahun 2015 triwulan pertama sampai

dengan tahun 2019 triwulan kedua.

Uji Asumsi Klasik

Uji Normalitas

Page 10: Journals of Economics Development Issues (JEDI)

Devi Kartika Sari dkk / JEDI Vol. 3 No. 2 (2020)

370

Tabel 1

Uji Normalitas

Berdasarkan tabel 1, nilai Sig

sebesar 0,806 yang artinya sig > 0,05.

Sehingga disimpulkan data yang digunakan

di penelitian ini telah berdistribusi normal.

Uji Autokorelasi Tabel 2

Uji Autokorelasi

Dari hasil uji DW yang telah

dilakukan yang terdapat pada tabel 2,

didapatkan hasil Durbin-Watson sebesar

0,951. Sedangkan dL = 0,9331 dan dU =

1,6961. Karena nilai d hitung lebih besar

dari dL dan lebih kecil dari dU, maka nilai

Durbin Watson terdapat pada daerah tanpa

kesimpulan. Sehingga dilanjutkan pada uji

Run Test.

Berdasarkan uji Run Test

didapatkan nilai Sig sebesar 0,089 yang

artinya nilai (Sig > 0,05) maka dapat

disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala

autokorelasi antar residualnya.

Uji Multikoleniaritas Tabel 3

Uji Multikoleniaritas

Model Summaryb

.983a .966 .959 34628.42955 .951

Model

1

R R Square

Adjusted

R Square

Std. Error of

the Estimate

Durbin-

Watson

Predictors: (Constant), EM, ATM, KKa.

Dependent Variable: JUBb.

Coefficientsa

268410.3 211699.8 1.268 .226

-.012 .012 -.124 -.974 .346 .148 6.739

.002 .000 1.120 9.398 .000 .170 5.880

-.002 .005 -.033 -.375 .713 .313 3.190

(Constant)

KK

ATM

EM

Model1

B Std. Error

Unstandardized

Coefficients

Beta

Standardized

Coefficients

t Sig. Tolerance VIF

Collinearity Statistics

Dependent Variable: JUBa.

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

18

.0000000

31424.78776

.151

.151

-.083

.641

.806

N

Mean

Std. Deviation

Normal Parameters a,b

Absolute

Positive

Negative

Most Extreme

Differences

Kolmogorov-Smirnov Z

Asymp. Sig. (2-tailed)

Unstandardiz

ed Residual

Test distribution is Normal.a.

Calculated from data.b.

Page 11: Journals of Economics Development Issues (JEDI)

Devi Kartika Sari dkk / JEDI Vol. 3 No. 2 (2020)

371

Nilai tolerance antar variabel untuk

uji multikoleniaritas, semua nilai tolerance

lebih dari 0,01 dan nilai VIF kurang dari 10,

maka dapat disimpulkan bahwa model

terbebas dari masalah multikoleniaritas.

Uji Heteroskedastisitas Tabel 4

Uji heteroskedastisitas

Semua nilai signifikansi lebih dari

0,05 maka dapat disimpulkan bahwa model

terbebas dari masalah heteroskedastisitas.

Uji Analisis Regresi Berganda Berdasarkan nilai konstanta yang

dapat dilihat pada tabel 3, maka diperoleh

persamaan regresi sebagai berikut: Y = 268410,3 - 0,012X1 + 0,002X2 – 0,002X3

Nilai konstanta sebesar 268410,3

menunjukkan bahwa apabila transaksi kartu

kredit (X1), transaksi kartu ATM/debit

(X2), dan transaksi e-money (X3) dianggap

konstan maka jumlah uang beredar dalam

arti sempit (M1) akan naik sebesar Rp

268.410.300.000. Berikutnya nilai β1

sebesar (-0,012) menunjukkan bahwa

apabila transaksi kartu ATM/debit (X2),

dan transaksi e-money (X3) dianggap

konstan, maka setiap transaksi kartu kredit

(X1) naik satu juta rupiah maka jumlah

uang beredar dalam arti sempit (M1) turun

sebesar 12 juta rupiah. Kemudian nilai β2

sebesar 0,002 menunjukkan bahwa apabila

transaksi kartu kredit (X1) dan transaksi e-

money (X3) dianggap konstan maka setiap

transaksi kartu ATM/debit (X2) yang naik

sebesar satu juta rupiah maka jumlah uang

beredar dalam arti sempit (M1) juga akan

naik sebesar 2 juta rupiah. Selanjutnya nilai

β3 sebesar 0,002 menunjukkan bahwa

transaksi kartu kredit (X1) dan transaksi

kartu ATM/debit (X2) dianggap konstan

maka setiap transaksi e-money (X3) naik

sebesar satu juta rupiah maka jumlah uang

beredar dalam arti sempit (M1) akan turun

sebesar 2 juta rupiah. Uji Koefesien Determinasi

Berdasarkan tabel 3, nilai R sebesar

0,983 dan R2 sebesar 0,966. Artinya

besarnya keeratan hubungan antara variabel

bebas dalam mempengaruhi variabel terikat

adalah sebesar 98,3% selain itu besarnya

kemampuan semua variabel bebas dalam

menjelaskan varians dari variabel

terikatnya adalah sebesar 96,6% dan

sisanya 3,4% dijelaskan oleh faktor lain.

Uji Koefesien Regresi Secara Simultan (Uji F) Tabel 5 Uji F

Coefficientsa

10104.770 96498.983 .105 .918

-.003 .005 -.331 -.538 .599 .148 6.739

.000 .000 .867 1.507 .154 .170 5.880

-.001 .002 -.203 -.478 .640 .313 3.190

(Constant)

KK

ATM

EM

Model1

B Std. Error

Unstandardized

Coefficients

Beta

Standardized

Coefficients

t Sig. Tolerance VIF

Collinearity Statistics

Dependent Variable: Abs_RESa.

ANOVAb

5E+011 3 1.600E+011 133.403 .000a

2E+010 14 1199128133

5E+011 17

Regression

Residual

Total

Model

1

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), EM, ATM, KKa.

Dependent Variable: JUBb.

Page 12: Journals of Economics Development Issues (JEDI)

Devi Kartika Sari dkk / JEDI Vol. 3 No. 2 (2020)

372

Pada tabel ANOVA diatas diperoleh

f hitung sebesar 133,403 dengan tingkat

signifikan sebesar 0,000a sedangkan nilai f

sebesar 3,34. Dari hasil tersebut diketahui

bahwa nilai f hitung 133,403 > f tabel 3,34

dengan dibuktikan pada kurva distribusi uji

f dalam gambar 2.

Gambar 2

Kurva Distribusi Uji F

Dari hasil analisis diatas, dapat

disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha

diterima, artinya secara bersamaan

transaksi kartu kredit, transaksi kartu

ATM/debit, dan transaksi e-money

berpengaruh secara positif terhadap jumlah

uang beredar dalam arti sempit (M1).

Uji Koefesien Regresi Secara Parsial (Uji t)

Hasil dari uji t dalam penelitian ini digambarkan dalam tabel berikut: Tabel 6

Hasil Analisis Uji t

Berdasarkan tabel 6, transaksi kartu

ATM/debit terhadap jumlah uang beredar

(M1) berpengaruh signifikan karena t

hitung > t tabel. Sedangkan Transaksi kartu

kredit dan E-money tidak berpengaruh

signifikan karena t hitung < t tabel.

Pengaruh Transaksi Kartu Kredit,

Transaksi ATM/debit, dan Transaksi E-

money Secara Simultan Terhadap

Jumlah Uang Beredar (M1) di Indonesia

Berdasarkan hasil analisis diketahui

bahwa secara simultan (secara bersama-

sama) transaksi kartu kredit, transaksi kartu

ATM/debit, dan transaksi e-money

berpengaruh signifikan terhadap jumlah

uang beredar (M1) di Indonesia. Apabila

transaksi kartu kredit (X1), transaksi kartu

ATM/debit (X2), dan transaksi e-money

(X3) dianggap konstan maka jumlah uang

beredar dalam arti sempit (M1) akan naik

sebesar 268.410,3 milyar rupiah.

Pengaruh secara simultan (secara

bersama-sama) antara transaksi kartu

kredit, transaksi kartu ATM/debit, dan

Variabel t

Hitung

t

Tabel

Sig Keterangan

Transaksi

Kartu

Kredit (X1)

-0,974 2,145 0,346 Tidak

Berpengaruh

Transaksi

Kartu

ATM/debit

(X2)

9,398 2,145 0,000 Berpengaruh

Transaksi

E-money

(X3)

-0,375 2,145 0,713 Tidak

Berpengaruh

Daerah Penerimaan H0

Daerah Penerimaan Ha

3,34

4 133,4

03

Page 13: Journals of Economics Development Issues (JEDI)

Devi Kartika Sari dkk / JEDI Vol. 3 No. 2 (2020)

373

transaksi e-money terhadap jumlah uang

beredar (M1) telah sesuai dengan hipotesis

yang dikemukakan pada bab sebelumnya.

Yang artinya jika transaksi non tunai seperti

kartu kredit, kartu ATM/debit, dan e-money

meningkat maka jumlah uang beredar

dalam arti sempit (M1) juga akan

meningkat.

Hasil penelitian ini sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Ayu Nursari

(2019), dimana hasil dari penelitian

tersebut menunjukkan bahwa nilai nominal

transaksi Kartu ATM/debit, nilai nominal

transaksi kartu Kredit, nilai nominal

transaksi E-Money, nilai nominal transaksi

RTGS secara bersama-sama berpengaruh

positif terhadap jumlah permintaan uang

masyarakat (M1) Indonesia baik dalam

jangka pendek maupun jangka panjang.

Hal ini sesuai dengan teori

permintaan uang yang dikemukakan oleh

Asfia Murni (2009), dimana ketika

perekonomian semakin maju maka porsi

penggunaan uang kartal akan semakin

sedikit karena digantikan oleh uang giral

dan near money dalam hal ini yaitu

transaksi tunai digantikan oleh transaksi

non tunai, sehingga apabila perekonomian

semakin maju dan berkembang maka

jumlah uang beredar juga akan bertambah.

Pengaruh Transaksi Kartu Kredit

Terhadap Jumlah Uang Beredar

(M1) di Indonesia

Berdasarkan hasil analisis diketahui

bahwa transaksi kartu kredit tidak

berpengaruh signifikan terhadap jumlah

uang beredar dalam arti sempit (M1).

Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis

yang dikemukakan pada bab sebelumnya

dimana kartu kredit berpengaruh secara

negatif terhadap jumlah uang beredar dalam

arti sempit (M1). Karena meski transaksi

non tunai menggunakan kartu kredit mulai

menjadi trend dikalangan masyarakat,

namun transaksi dalam sistem pembayaran

masih didominasi dengan uang kartal,

mengingat tidak semua kalangan dapat

dengan mudah memiliki kartu kredit yang

disebabkan oleh beberapa proses yang

terbilang cukup ketat dalam pembuatan

kartu kredit. Selain itu, tidak meratanya

akses teknologi yang dapat dijangkau oleh

seluruh kelompok masyarakat seperti

masyarakat yang tinggal pada wilayah

pantai atau pesisir dan masyarakat yang

tinggal pada wilayah pegunungan juga

menyebabkan masih mendominasinya

penggunaan uang kartal dibanding dengan

kartu kredit.

Selanjutnya mayoritas masyarakat

beranggapan bahwa penggunaan kartu

kredit hanya akan menimbulkan sifat

konsumtif terlebih dengan ditawarkannya

bunga kredit yang rendah mencapai 0%

dengan tujuan agar penggunaan kartu kredit

dapat meningkat, namun dengan rendahnya

harga kredit tersebut beberapa golongan

masyarakat justru menilai hal tersebut

hanya akan menimbulkan sifat konsumtif

pada masa sekarang, dan menimbulkan

beban pembayaran di masa depan.

Sehingga masyarakat cenderung

menghindari penggunaan kartu kredit agar

terhindar dari sifat konsumtif dan lebih

memilih menggunakan uang tunai. Jika

dilihat dari sisi moneter, bunga kredit yang

rendah mencapai 0% dilakukan dengan

tujuan untuk meningkatkan penggunaan

kartu kredit. Apabila penggunaan kartu

kredit meningkat maka permintaan

terhadap barang dan jasa juga akan

meningkat, hal ini menyebabkan

peningkatan pula terhadap harga barang

dan jasa yang ditawarkan, sehingga

berakibat pada terjadinya inflasi.

Hasil dari penelitian ini sesuai

dengan penelitian yang dilakukan oleh

Nastiti Ninda Lintangsari (2018), dimana

hasil penelitian tersebut menunjukkan

bahwa transaksi kartu kredit tidak

berpengaruh signifikan terhadap jumlah

uang yang beredar (M1).

Page 14: Journals of Economics Development Issues (JEDI)

Devi Kartika Sari dkk / JEDI Vol. 3 No. 2 (2020)

374

Pengaruh Transaksi Kartu ATM/debit

Terhadap Jumlah Uang Beredar (M1) di

Indonesia

Berdasarkan hasil analisis diketahui

bahwa nilai nominal transaksi kartu

ATM/debit berpengaruh signifikan secara

positif terhadap jumlah uang beredar dalam

arti sempit (M1), apabila transaksi kartu

kredit (X1) dan transaksi e-money (X3)

dianggap konstan maka setiap transaksi

kartu ATM/debit (X2) naik sebesar satu

juta rupiah maka jumlah uang beredar

dalam arti sempit (M1) juga akan naik

sebesar 2 juta rupiah.

Hal ini sesuai dengan hipotesis yang

telah dikemukakan pada bab sebelumnya.

Dimana M1 adalah uang kartal ditambah

uang giral. Jika uang kartal dianggap

konstan, maka peningkatan nominal

transaksi kartu ATM/debit yang termasuk

dalam kategori uang giral juga

menyebabkan peningkatan terhadap M1.

Penggunaan kartu ATM/debit sudah

menjadi hal lumrah di kalangan

masyarakat, hampir setiap orang memiliki

lebih dari satu kartu ATM/debit. Bahkan

sebagian besar perusahaan menggunakan

transaksi melalui kartu ATM/debit dalam

memberikan gaji kepada karyawannya.

Pengguna ATM bisa melakukan transaksi

keuangan hampir ke seluruh dunia, baik

mengirim atau menarik uang dan

melakukan pembayaran tagihan secara

online tanpa harus mengantri di Bank.

Besarnya transaksi yang dilakukan melalui

kartu ATM/debit inilah kemudian yang

mempengaruhi jumlah uang beredar (M1),

dimana semakin meningkatnya transaksi

kartu ATM/debit, maka jumlah uang

beredar (M1) juga akan semakin

meningkat.

Hasil dari penelitian ini sesuai

dengan pendapat Siti Hidayati (2006),

dimana kemajuan perangkat pembayaran

non tunai menggunakan kartu semacam

ATM dan kartu debit dengan tabungan

untuk underlyingnya menimbulkan

terjadinya perubahan manfaat tabungan

dari simpanan yang tidak bisa diambil

kapan saja membuat bentuk simpanan yang

bisa diambil kapan saja seperti halnya

simpanan giral. Sehingga pengklasifikasian

tabungan yang menggunakan ATM atau

kartu debit adalah bagian dari nerrow

money (M1) dalam kategori uang giral

bukan lagi M2. M1 sendiri merupakan uang

kartal ditambah uang giral. Jika uang kartal

dianggap konstan, maka peningkatan

nominal transaksi kartu ATM/debit juga

dapat menyebabkan peningkatan terhadap

M1. Hal ini sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Nastiti Ninda Lintangsari

(2018), yang berjudul “Analisis Pengaruh

Instrumen Pembayaran Non Tunai

Terhadap Stabilitas Sistem Keuangan di

Indonesia” dengan menggunakan metode

regresi berganda, dimana hasil penelitian

tersebut menunjukkan bahwa terdapat

pengaruh positif dan signifikan antara kartu

ATM/debit terhadap jumlah uang beredar

(M1).

Penelitian ini juga mendukung dari

penelitian Lasondy Istanto dan Syarief

Fauzie (2014) yang berjudul “Analisis

Dampak Pembayaran Non Tunai Terhadap

Jumlah Uang Beredar di Indonesia” dengan

menggunakan metode ECM yang

menunjukkan hasil yang sesuai dengan

analisis yang dilakukan oleh peneliti,

dimana hasil penelitian tersebut

menunjukkan bahwa transaksi APMK

melalui proxy volume transaksi kartu ATM

/ debit berpengaruh postif dan signifikan

terhadap M1 dalam jangka panjang dan

jangka pendek.

Pengaruh Transaksi E-money Terhadap

Jumlah Uang Beredar (M1) di Indonesia

Berdasarkan hasil analisis diketahui

bahwa transaki e-money tidak berpengaruh

signifikan terhadap jumlah uang beredar

dalam arti sempit (M1).

Hasil penelitian ini tidak

mendukung hipotesis ke empat, yaitu

diduga terdapat pengaruh antara transaksi

Page 15: Journals of Economics Development Issues (JEDI)

Devi Kartika Sari dkk / JEDI Vol. 3 No. 2 (2020)

375

pembayaran non tunai dengan

menggunakan E-money terhadap jumlah

uang beredar di Indonesia yang

dikemukakan pada bab sebelumnya.

Karena dengan berkembangnya digitalisasi

menyebabkan e-money semakin

berkembang pesat khususnya pada sektor

pembayaran ritel. Namun transaksi dalam

sistem pembayaran masih didominasi

dengan penggunaan uang kartal, mengingat

tidak semua kelompok masyarakat dapat

menggunakan uang elektronik karena pada

beberapa wilayah tertentu seperti pada

wilayah pantai dan pegunungan yang belum

terjangkau perubahan teknologi sehingga

transaksi pembayaran masih didominasi

dengan penggunaan uang tunai.

Hasil penelitian ini sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Eduardus

Arthur (2016), yang menunjukkan bahwa

dalam jangka panjang e-money (uang

elektronik) tidak berpengaruh secara

signifikan terhadap M1. Hasil penelitian ini

diperkuat oleh pendapat dari Hidayati

(2006) yang menyatakan bahwa E-money

(uang elektronik) merupakan produk pra-

bayar yang mana jumlah nilai uang

disimpan didalam sebuah media elektronis

yang dimiliki seseorang, yang besarnya

akan berkurang pada waktu digunakan saat

pembayaran beberapa macam jenis

transaksi. E-money bisa dikeluarkan atas

beban rekening nasabah yang berada di

bank umum atau dengan setoran tunai. E-

money (uang elektronik) merupakan alat

pembayaran yang sifatnya liquid dan dapat

disertakan dengan uang tunai atau giro.

Oleh karena itu perhitungan M1 di dalam

statistik uang beredar, terkait dengan

penerbitan E-money (uang elektronik) akan

menjadi uang kartal ditambah uang giral

ditambah float (dana E-money). Sehingga

dapat disimpulkan bahwa perbandingan

penggunaan e-money yang masih relatif

kecil dibandingkan dengan penggunaan

uang kartal, menyebabkan besarnya volume

dalam transaksi uang elektronik selama

periode tahun 2015 triwulan I sampai

dengan tahun 2019 triwulan II tidak

mempengaruhi besarnya jumlah uang

beredar dalam arti sempit (M1), melainkan

hanya merubah komposisi uang kartal dan

uang giral.

Kesimpulan

1. Variabel independen yang berupa

transaksi kartu kredit, transaksi

kartu ATM/debit, dan transaksi e-

money berpengaruh signifikan

secara simultan terhadap variabel

dependen, yaitu jumlah uang

beredar dalam arti sempit (M1).

2. Transaksi kartu kredit secara parsial

tidak berpengaruh signifikan

terhadap jumlah uang beredar (M1),

meski transaksi non tunai

menggunakan kartu kredit mulai

menjadi trend dikalangan

masyarakat, namun transaksi dalam

sistem pembayaran masih

didominasi dengan uang kartal,

mengingat tidak semua kalangan

dapat dengan mudah memiliki kartu

kredit yang disebabkan oleh

beberapa proses yang terbilang

cukup ketat dalam pembuatan kartu

kredit.

3. Transaksi kartu ATM/debit secara

parsial berpengaruh positif terhadap

jumlah uang beredar dalam arti

sempit (M1), dimana M1 adalah

uang kartal ditambah uang giral.

Jika uang kartal dianggap konstan,

maka peningkatan nominal

transaksi kartu ATM/debit yang

termasuk dalam kategori uang giral

juga menyebabkan peningkatan

terhadap jumlah uang beredar (M1).

4. Transaksi e-money secara parsial

tidak berpengaruh signifikan

terhadap jumlah uang beredar (M1),

seiring dengan berkembangnya

digitalisasi menyebabkan e-money

semakin berkembang pesat

khususnya pada sektor pembayaran

Page 16: Journals of Economics Development Issues (JEDI)

Devi Kartika Sari dkk / JEDI Vol. 3 No. 2 (2020)

376

ritel. Namun transaksi dalam sistem

pembayaran masih didominasi

dengan penggunaan uang kartal,

karena tidak semua golongan

masyarakat dapat bertransaksi

dengan e-money.

Saran

1. Penggunaan E-money yang

menawarkan kemudahan dalam

bertransaksi disertai berbagai

promosi menarik salah satunya

yaitu pemberian cashback dapat

menimbulkan sifat konsumtif bagi

penggunanya, untuk itu diperlukan

peran Bank Indonesia dalam

membatasi nominal cashback dan

jumlah promosi yang ditawarkan

oleh platform perdagangan

elektronik dalam periode waktu

tertentu agar jumlah uang beredar

tetap terjaga sehingga tidak

menimbulkan inflasi.

2. Bagi peneliti selanjutnya

diharapkan untuk dapat melakukan

penelitian dengan menambah

variabel BI-RTGS, Bilyet Giro, dan

Kartu Prabayar atau faktor-faktor

lain yang mempengaruhi jumlah

uang beredar (M1), menambah

periode penelitian, serta

menggunakan metode penelitian

lain seperti metode ECM untuk

mendapatkan hasil penelitian yang

lebih akurat dan maksimal.

DAFTAR PUSTAKA Asmara, Chandra Gian. Pertumbuhan Ekonomi

Indonesia 2017 Capai 5,07%. CNBC

Indonesia. www.cnbcindonesia.com

diakses pada tanggal 25 November

2019 Pukul 12.00 WIB.

Boediono. 1998. Ekonomi Moneter, Seri

Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi.

Yogyakarta : BPFE.

Fahmi, Irham. 2015. Manajemen Perbankan

Konvensional dan Syariah. Jakarta : PT

Mitra Wacana Media. Hal.239

Ghozali, Imam. 2016. Aplikasi Analisis

Multivariete Dengan Program IBM

SPSS 23 (Edisi 8). Cetakan ke VIII.

Semarang : Badan Penerbit Universitas

Diponegoro.

Hidayati Siti, dkk. 2006. Kajian Operasional E-

Money. Jakarta: Bank Indonesia.

Istanto, Lasondy. Fauzie, Syarief. 2014.

Analisis Dampak Pembayaran Non

Tunai Terhadap Jumlah Uang Yang

Beredar di Indonesia, Jurnal Ekonomi

dan Keuangan Vol.2 No.10.

Lintangsari dkk. 2018. Analisis Pengaruh

Instrumen Pembayaran Non Tunai

Terhadap Stabilitas Sistem Keuangan

di Indonesia, Universitas Diponegoro.

Lukman, Arif. Mantapkan Diri Menerapkan

Less Cash Society,

www.kompasiana.com diakses tanggal

21 Oktober 2019 pukul 22.50 WIB.

Murni, Asfia. 2009. Ekonomika Makro Cetakan

Kedua. Bandung : PT Refika Aditama.

Hal.116

Nazir. 2014. Metode Penelitian Cetakan

Kesepuluh. Bogor : PT Ghalia

Indonesia. Hal.79-110.

Peraturan Bank Indonesia No.11/12/PBI/2009

Tanggal 13 April 2009 Tentang Uang

Elektronik (E-money)

Peraturan Bank Indonesia No.14/2/PBI/2012

Tentang Perubahan atas

No.11/11/PBI/2009 tentang

Penyelenggaran Kegiatan APMK (Alat

Pembayaran dengan Menggunakan

Kartu).

Rivai, Veithal dkk. 2001. Bank and Financial

Institution Management. Jakarta: PT.

Raja Grafindo Persada, hal 1367.

Subari, Tri dan Ascarya. 2003. Kebijakan

Sistem Pembayaran di Indonesia Seri

Kebanksentralan No.8. Jakarta : Pusat

Pendidikan dan Studi Kebanksentralan.

Hal.38

Sukirno, Sadono. 2004. Makro Ekonomi Teori

Pengantar Edisi Ketiga. Jakarta : PT

Raja Grafindo Persada. Hal.270,295.

Tanpa Nama. Org, Perbedaan Uang Elektronik

dan APMK, www.wikipedia.com

diakses tanggal 9 Oktober 2019 pukul

19.21 WIB