jejak dan fungsi tokoh hang tuah dalam sulalatus salatin karya tun seri lanang

10
1 HIKAYAT HANG TUAH DAN SULALATUS SALATIN KARYA TUN SERI LANANG *) Oleh : Arifah Rizky Aviliyah, Isrulia Nugrahaeni dan Wahyu Setiyowati **) Abstract Text Sulalatus Salatin or Sejarah Melayu by Tun Seri Lanang is obviously very phenomenal. This text can last up to transcend his time and is the result of the most important literary history. This text also provides an overview of classical Malay community. Whether the depiction of story, character and plot. Several episodes in Sulalatus Salatin tells Hang Tuah. Though the story of Hang Tuah is written separately in Hikayat Hang Tuah. This paper will assert Sulalatus Salatin as the most phenomenal classical Malay literature associated with the most phenomenal figures in the classical Malay literature, Hang Tuah, with a view from the perspective of the study textology. Keywords : Sulalatus Salatin, Hang Tuah, classical Malay literature, textology. *) Makalah ini disajikan dalam Seminar Antar Tingkat (Semantik) 2012 Jurusan Sastra Indonesia FSSR UNS, 6 Desember 2012. **) Penulis adalah mahasiswi Sastra Indonesia UNS angkatan 2010.

Upload: mohd-afiq

Post on 05-Dec-2015

217 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

mengisahkan karya tun seri lanang

TRANSCRIPT

Page 1: Jejak Dan Fungsi Tokoh Hang Tuah Dalam Sulalatus Salatin Karya Tun Seri Lanang

1

HIKAYAT HANG TUAH DAN SULALATUS SALATIN KARYA TUN

SERI LANANG *)

Oleh :

Arifah Rizky Aviliyah, Isrulia Nugrahaeni dan Wahyu Setiyowati **)

Abstract

Text Sulalatus Salatin or Sejarah Melayu by Tun Seri Lanang

is obviously very phenomenal. This text can last up to

transcend his time and is the result of the most important

literary history. This text also provides an overview of classical

Malay community. Whether the depiction of story, character

and plot. Several episodes in Sulalatus Salatin tells Hang

Tuah. Though the story of Hang Tuah is written separately in

Hikayat Hang Tuah. This paper will assert Sulalatus Salatin as

the most phenomenal classical Malay literature associated

with the most phenomenal figures in the classical Malay

literature, Hang Tuah, with a view from the perspective of the

study textology.

Keywords : Sulalatus Salatin, Hang Tuah, classical Malay literature, textology.

Pendahuluan

Sulalatus Salatin atau Sejarah Melayu (selanjutnya disebut SS) adalah hasil sastra sejarah

yang terpenting. Bahasa dan cara penggambaran masyarakat Melayu lama dianggap indah.

SS sudah lama menjadi perhatian para peneliti. Sejumlah buku, artikel dan edisi teks atas SS

pernah ditulis dan diterbitkan dalam kurun waktu dua abad. Sarjana paling awal di antaranya

adalah John Leyden (1821), Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi (1831), W.G.Shellabear

(1898), R.O. Winstedt (1938), T.D. Situmorang dan A. Teeuw (1952), Muhammad Haji

*) Makalah ini disajikan dalam Seminar Antar Tingkat (Semantik) 2012 Jurusan Sastra Indonesia FSSR UNS, 6 Desember 2012.**) Penulis adalah mahasiswi Sastra Indonesia UNS angkatan 2010.

Page 2: Jejak Dan Fungsi Tokoh Hang Tuah Dalam Sulalatus Salatin Karya Tun Seri Lanang

2

Salleh (1997) dan yang paling mutakhir adalah tahun 2011 oleh Abdurrahman, Muhammad

Ridhuan Tony Lim Abdullah dan Raja Ahmad Iskandar Raja Yaacob (Oman, 2012 : 169).

Adapun tujuan penulisan SS yaitu untuk menunjukkan kedaulatan dan kebesaran raja-raja

Melayu serta cerita-cerita tokoh Melayu termasuk Hang Tuah (Fang, 1993 : 93)

Sementara itu, seperti diungkapkan oleh Roolvink, Hikayat Hang Tuah (selanjutnya

disebut HHT) adalah hasil sastra sejarah (dalam Fang, 1993 : 153). Lebih dari dua abad, HHT

disanjung tinggi oleh masyarakat Melayu. Hang Tuah dianggap sebagai pahlawan Melayu.

Sebagai tambahan dinyatakan oleh Sulastin Sutrisno bahwa HHT adalah cerita mengenai

Hang Tuah. Hang Tuah menjadi pusat seluruh cerita. Ia merupakan kekuatan pendorong

segala perbuatan dalam cerita sesuai dengan ciri-ciri yang disematkan kepadanya sebagai

tokoh pusat (1983 : 129).

Kita ketahui bersama bahwa dalam SS, Hang Tuah diceritakan dalam beberapa

episode. Hal ini sangat menarik masyarakat Melayu, hingga ditulislah HHT. Sifat-sifat

jeleknya dalam SS dihilangkan dan dijadikan seseorang yang baik dalam HHT. Dari berbagai

sumber yang ada disimpulkan bahwa kemunculan kedua teks ini lebih dahulu SS (Fang, 1993

: 154). Inilah yang menarik bagi penulis untuk mengkaji yaitu bagaimana jejak Hang Tuah

dalam SS dan bagaimana fungsi Hang Tuah dalam SS.

Hang Tuah dalam HHT

HHT merupakan hasil karya sastra Melayu klasik yang monumental. Hal ini bisa dilihat dari

naskah salinan tangan HHT berjumlah lebih dari 20 buah. Naskah salinan tangan tersebut

terdapat di Jakarta dua buah, di Singapura dua buah, di Kuala Lumpur dua buah, di Perak

empat buah, di Leiden dua buah, di London enam buah dan di Cambridge satu buah serta di

Manchester satu buah (Sulastin, 1983 : 56 – 60).

Lebih dari dua abad lamanya, HHT disanjung tinggi oleh masyarakat Melayu. Hang

Tuah juga merupakan lambang Melaka. Semasa ia hidup, Melaka maju pesat.

Sepeninggalnya Melaka semakin jatuh. Dengan peredaran zaman, Hang Tuah juga dianggap

sebagai wira yang menyuarakan hasrat dan aspirasi masyarakat Melayu (Fang, 1993 : 154).

Perlu kita ketahui bahwa jika kita memperhatikan kolofon teks yang memuat kekalahan

bangsa Portugis oleh bangsa Belanda (1641), maka rupanya teks HHT ditulis pada abad ke-

*) Makalah ini disajikan dalam Seminar Antar Tingkat (Semantik) 2012 Jurusan Sastra Indonesia FSSR UNS, 6 Desember 2012.**) Penulis adalah mahasiswi Sastra Indonesia UNS angkatan 2010.

Page 3: Jejak Dan Fungsi Tokoh Hang Tuah Dalam Sulalatus Salatin Karya Tun Seri Lanang

3

17, sesudah tahun 1641, tetapi sebelum tahun 1726, karena pada tahun tersebut HHT telah

disebutkan dalam Oud en Nieuw Oost-Indien karangan François Valentijn (Sulastin, 1983 :

67). Sebagai bukti nyata adanya kejayaan kerajaan Melayu adalah adanya sistem

perdagangan yang kuat pada zamannya dikarenakan posisi geografis yang mendukung serta

sumber daya manusia yang ada (Munoz, 2009 : 155).

Dalam naskah HHT, diceritakan bahwa Hang Tuah berasal dari masyarakat biasa

yang akhirnya bisa menjadi laksamana berkat kegigihan usahanya untuk menjaga raja

Melaka. Hang Tuah sangat setia terhadap rajanya. Ia selalu membantu dan dapat

memecahkan setiap permasalahan yang dihadapi raja Melaka. Meskipun demikian, ia sesekali

difitnah oleh orang-orang di sekitarnya yang iri terhadapnya. Hang Tuah juga seorang

diplomat ulung. Ia pernah mengunjungi Majapahit, Keling, Inderapura, Siam, Cina bahkan ke

Rum.

Dilihat sisi keagaamaannya, Hang Tuah adalah seorang yang patuh dalam beragama.

Ia sempat bertemu Nabi Khidir. Ia juga pernah melaksanakan haji. Sisi sosialnya pun tak

kalah baiknya. Ketika kerajaan Melaka terjadi pencurian yang dilakukan oleh Merga Paksi,

seorang Jawa, ia mampu menumpasnya, dan barang curian tersebut ia berikan kepada orang-

orang yang membutuhkan.

Atas usaha gigihnya, ia mendapat berbagai keris. Namun hanya ada satu keris tersakti

yaitu keris Tamang Sari. Sayangnya, Hang Tuah tanpa keris bukanlah orang yang sakti.

Terbukti ketika kerisnya hilang ia sering sakit-sakitan. Hingga hikayat ini berkahir,

diceritakan bahwa Hang Tuah tidak meninggal, namun ia menjadi raja di Batak.

Dari uraian singkat mengenai tokoh Hang Tuah dalam HHT, menunjukkan bahwa

Hang Tuah adalah tokoh sentral. Hang Tuah lebih menonjol dari rajanya. Kami

menginterpretasikan seperti ini karena raja dalam HHT hanya sebagai simbol dan Hang

Tuahlah yang lebih dijunjung oleh masyarakat Melaka. Hang Tuah juga dianggap sebagai

pahlawan karena ia berani dan mampu mempertahankan kerajaan Melaka.

Hang Tuah dalam SS

SS dapat dianggap sebagai salah satu teks Melayu terpenting yang berhasil memikat dan

menyita perhatian sejumlah sarjana. Hooykas menegaskan bahwa para sarjana sedemikian

tertarik dengan SS karena “…cara kitab itu melukiskan sesuatu hal dengan tjara jang

sederhana sekali dan oleh isi kitab itu jang amat indah2nja; mereka membuat terdjemahan2

dan daftar isi tjerita…” (dalam Oman, 2012 : 168).

*) Makalah ini disajikan dalam Seminar Antar Tingkat (Semantik) 2012 Jurusan Sastra Indonesia FSSR UNS, 6 Desember 2012.**) Penulis adalah mahasiswi Sastra Indonesia UNS angkatan 2010.

Page 4: Jejak Dan Fungsi Tokoh Hang Tuah Dalam Sulalatus Salatin Karya Tun Seri Lanang

4

Naskah SS berjumlah 29 dan tersebar di seluruh dunia. Di antaranya di London

sepuluh buah, di Manchester satu buah, di Leiden sebelas buah, di Amsterdam satu buah, di

Leningrad satu buah dan di Jakarta lima buah (http://id.wikipedia.org/wiki/Sulalatus_Salatin).

SS adalah salah satu sumber sejarah Melaka. Hal ini dikemukakan oleh sejarawan

Arab, Al Mashudi, berpendapat bahwa sejarah menceritakan peristiwa yang terjadi di

sekeliling raja-raja, dinasti atau hal-hal tertentu. Tokoh lain yang menyatakan bahwa SS

adalah sumber sejarah yaitu R. Roolvink. Ia mengakui hal itu tatkala beliau menulis SS

seperti yang kita ketahui hari ini adalah sebuah buku cerita dan catatan masa lampau (Fang,

1993 : 98 – 99).

SS menguraikan silsilah dari para raja di kawasan Melayu, bermula dari kedatangan

Sang Sapurba keturunan Iskandar Zulkarnain, kemudian Sang Sapurba menjadi

Maharajadiraja di Minangkabau, dan dari tokoh ini raja-raja di kawasan Melayu diturunkan.

SS juga menceritakan tentang ekspansi Jawa di kawasan Melayu serta juga menyebutkan

tentang sepeninggal Raja Majapahit, kemudian kedudukannya digantikan oleh anak

perempuannya atas sokongan patihnya. Ratu Majapahit ini disebutkan menikah dengan putra

Raja Tanjungpura. Ada juga cerita pengiriman utusan ke Makassar, yang kemudian pulang

bersama seorang bangsawan Bugis yang hebat dan kemudian dikenal dengan nama Hang

Tuah (http://id.wikipedia.org/wiki/Sulalatus_Salatin). Dari beberapa fragmen cerita yang ada,

yang cukup menarik adalah fragmen cerita Hang Tuah.

Dalam naskah SS, Hang Tuah dikenal sebagai seorang pahlwan, namun di lain sisi ia

mempunyai kekurangan yaitu suka bermain wanita. Hal inilah yang menyebabkan dirinya

dikeluarkan dari istana dan dipasung. Ia mampu melawan Hang Kesturi dan ia pun kembali

istana, bahkan diberi gelar laksamana oleh rajanya.

Ia dikenal sebagai seorang yang sombong, gila hormat dan kejam. Ia menjadi

sombong karena ia dekat dengan raja. Gila hormat karena dia selalu memperoleh imbalan

ketika ia berhasil melaksanakan perintah raja. Kejam karena ia membunuh keluarga

temannya.

Dalam naskah SS, Hang Tuah akhirnya meninggal tanpa sebab. Cerita mengenai hang

Tuah diceritakan dalam episode 14, 16, 24, 25, 26, 27 dan 28. Memang porsi ceritanya cukup

sedikit, namun cerita Hang Tuah di SS berlawanan dengan cerita Hang Tuah dalam HHT.

*) Makalah ini disajikan dalam Seminar Antar Tingkat (Semantik) 2012 Jurusan Sastra Indonesia FSSR UNS, 6 Desember 2012.**) Penulis adalah mahasiswi Sastra Indonesia UNS angkatan 2010.

Page 5: Jejak Dan Fungsi Tokoh Hang Tuah Dalam Sulalatus Salatin Karya Tun Seri Lanang

5

Fungsi Hang Tuah dalam SS

Hang Tuah merupakan pahlawan fenomenal dalam masyarakat Melayu. Ia menjadi tokoh

sentral dalam sebuah hikayat yang monumental, Hikayat Hang Tuah. Namun penggambaran

akan diri Hang Tuah dalam SS bertolak belakang dengan HHT. Adapun fungsi-fungsi

penggambaran yang bertolak belakang adalah sebagai berikut :

1. Menunjukkan bahwa tokoh Hang Tuah itu benar-benar ada di Melaka pada saat itu.

Bisa dilihat dalam kutipan episode ke-14 dalam SS, “...itulah orang jang ternama

sembilan orang, hang Djebat seorang, hang Kasturi, hang Lekir, hang Lekiu, hang ء Ali,

hang Iskandar, hang Hassan, hang Hussen, hang Tuah; orang sembilan itulah jang tiada

boléh bertara, barang lakunja tiada terturut oléh orang lain.” (T.D. Situmorang dan A.

Teeuw, 1952 : 127).

2. Menunjukkan ketaatan orang-orang Melaka yang tak pernah durhaka kepada rajanya.

Bisa dilihat dalam kutipan episode ke-16 dalam SS, “…maka titah baginda : ,,Basuhlah

arang di mukaku ini”. Maka sembah hang Tuah : ,,Baiklah tuanku” maka hang Tuah pun

mendjundjung duli, lalu berdjalan, mendaptkan hang Kasturi ; telah datang kebawah

tangga istana, maka hang Tuah menjeru hang Kasturi, menjuruh turun titik….” (T.D.

Situmorang dan A. Teeuw, 1952 : 127).

3. Menunjukkan bahwa Hang Tuah bukan sebagai tokoh sentral dan sekedar penggerak

cerita

Kita ketahui bersama bahwa dalam SS terdapat 34 episode. Adapun penggambaran

mengenai diri Hang Tuah hanya 7 episode, yaitu dalam episode 14, 16, 24, 25, 26, 27 dan

28. Jadi, penulis menginterpretasikan bahwa tokoh Hang Tuah bukanlah tokoh utama,

karena penggambarannya yang sedikit dalam SS.

4. Kematian Hang Tuah menunjukkan jatuhnya kerajaan Melaka.

Bisa dilihat dalam kutipan episode ke-28 dalam SS, “…. Sjahdan akan laksamana hang

Tuahpun matilah…” (T.D. Situmorang dan A. Teeuw, 1952 : 241). Adapun Munoz

menyatakan bahwa hancurnya Melaka terdapat dalam prasasti batu tertua di Palembang

(2009 : 168). Prasasti tersebut memperingati penaklukan atas Melaka, telah dikemukakan

di kaki Bukit Seguntang. Prasasti tersebut menyatakan :

Pada bulan April 682 M, seorang Raja meninggalkan kotanya dengan menaiki kapal-

kapal, dia melakukan penjelajahan daratan dan lautan dan satu bulan kemudian dia

kembali ke Sriwijaya dengan kemenangan, kekuasaan dan kekayaan.

*) Makalah ini disajikan dalam Seminar Antar Tingkat (Semantik) 2012 Jurusan Sastra Indonesia FSSR UNS, 6 Desember 2012.**) Penulis adalah mahasiswi Sastra Indonesia UNS angkatan 2010.

Page 6: Jejak Dan Fungsi Tokoh Hang Tuah Dalam Sulalatus Salatin Karya Tun Seri Lanang

6

Simpulan

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa :

1. Jejak Hang Tuah dalam SS hanya terdapat pada episode 14, 16, 24, 25, 26, 27 dan 28.

Hang Tuah digambarkan sebagai seorang pahlawan yang taat kepada raja namun ia

seorang yang sombong, gila hormat dan kejam. Serta ia diceritakan meninggal dunia

tanpa sebab pada episode ke-28.

2. Fungsi Hang Tuah dalam SS menunjukkan bahwa tokoh Hang Tuah benar-benar ada

atau hidup pada masanya dan selalu mengabdi kepada rajanya. Selain itu tokoh Hnag

Tuah hanyalah tokoh penggerak cerita bukan sebagai tokoh sentral. Meskipun

demikian, kematian Hang Tuah dalam SS menginterpretasikan kemunduran kerajaan

Melaka.

Daftar Pustaka

Fang, Liaw Yock. 1993. Sejarah Kesusastraan Melayu Klasik Jilid 2. Jakarta : Erlangga.

Munoz, Paul Michel. 2009. Kerajaan-kerajaan Awal Kepulauan Indonesia dan Semenanjung Malaysia : Pengembangan Sejarah dan Budaya Asia Tenggara (Jaman Prasejarah – Abad XVI). Yogyakarta : Penerbit Mitra Abadi.

Oman Fathurahman. 2012. “Sulalat al-Salatin Karya Tun Seri Lanang : Kebesaran Karya Sastra Melayu yang Melampaui Zamannya” dalam Jumantara Vol. 3 No. 1 Tahun 2012. Jakarta : Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.

Sulastin Sutrisno. 1983. Hikayat Hang Tuah : Analisa Struktur dan Fungsi. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

T.D. Situmorang dan A. Teeuw. 1952. Sedjarah Melaju. Djakarta : Penerbit Djambatan.

http://id.wikipedia.org/wiki/Sulalatus_Salatin (diakses pada hari Senin, 3 Desember 2012)

*) Makalah ini disajikan dalam Seminar Antar Tingkat (Semantik) 2012 Jurusan Sastra Indonesia FSSR UNS, 6 Desember 2012.**) Penulis adalah mahasiswi Sastra Indonesia UNS angkatan 2010.