jbptunpaspp gdl ratnaamali 2689 1 draftsk i
TRANSCRIPT
-
5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i
1/159
PENGARUH AUDIT INTERNAL TERHADAP PENCEGAHAN DAN
PENDETEKSIAN FRAUD(KECURANGAN)
(SUATU STUDI PADA GABUNGAN KOPERASI PEGAWAI REPUBLIK
INDONESIA (GKPRI) Jawa Barat)
SKRIPSI
Untuk memenuhi salah satu syarat sidang skripsi
guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
OLEH :
RATNA AMALIA
094020042
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PASUNDAN
2013
-
5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i
2/159
PENGARUH AUDIT INTERNAL TERHADAP PENCEGAHAN DAN
PENDETEKSIAN FRAUD(KECURANGAN)
(Suatu Studi pada Gabungan Koperasi Pegawai Republik Indonesia
(GKPRI) Jawa Barat)
SKRIPSI
Untuk memenuhi salah satu syarat sidang skripsi
guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan Bandung
Menyetujui
Bandung, Juni 2013
Pembimbing,
Prof. Dr. Hj. Ida Suraida, SE.,MSi.,Ak.
Dekan, Ketua Program Studi,
Dr. H. R. Abdul Maqin, SE., MP Dr. H. Sasa S. Suratman,SE., MSc
-
5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i
3/159
Ilmu itu lebih baik dari pada harta. Ilmu akan menjaga engkau danengkau menjaga harta. Ilmu itu penghukum hakim ) sedangkan hartaterhukum. Kalaw harta itu akan berkurang apabila dibelanjakan, tetapiilmu akan bertambah apabila dibelanjakan.
_Sayidina Ali bin Abi Thalib_
Katakanlah : Tiap-tiap orang berbuatmenurut cara bertindaknya masing-masing.
Maka Tuhan-Mu lebih mengetahui siapayang lebih benar jalannya .
Al-Quran : 17/84
Teruntuk :Yang tercinta Bapa, Mama
Serta Kakak-kakakku Adikku dan Noeno
-
5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i
4/159
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Karya tulis saya, skripsi ini, adalah asli dan belum pernah diajukan untuk
mendapatkan gelar akademik sarjana, baik di Universitas Pasundan
maupun di perguruan tinggi lainnya.
2. Karya tulis ini murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri, tanpa
bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing.
3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atu pendapat yang telah ditulis
atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas
dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama
pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan kemudian apabila di
kemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam
pernyataan ini maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupapencabutan gelar yang telah diperoleh karena karya tulis ini, serta sanksi
lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di perguruan tinggi ini.
Bandung, Juni 2013
Yang membuat pernyataan
Ratna Amalia
NRP. 094020042
-
5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i
5/159
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul Pengaruh Audit Internal terhadap Pencegahan dan
PendeteksianFraud. Dalam rangka memaksimalkan nilai tambah koperasi bagi
pihak yang berkepentingan (stakeholders), maka GKPRI Jawa Barat
mengimplementasikan Audit Internal yaitu dengan memaksimalkan fungsi
pengawas yang berfungsi melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan
dan pengelolaan koperasi yang dilakukan oleh pengurus. Dimana tugas dari Audit
Internal (Pengawas) adalah melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan
kebijakan dan pengelolaan koperasi yang dilakukan oleh Pengurus. Pelaksanaan
Audit Internal selain dilakukan oleh pengawas yang merupakan perangkat
organisasi koperasi dan hasil pemeriksaannya dilaporkan pada rapat anggota juga
dilakukan oleh ka.ur terhadap pegawai yang ada dibawahnya dan melaporkan
hasilnya kepada pengurus.
Tujuan Penulis melakukan penelitian ini antara lain, untuk mengetahui
Audit Internal di GKPRI Jawa Barat, untuk mengetahui pencegahan fraud di
GKPRI Jawa Barat, untuk mengetahui pendeteksian fraud di GKPRI Jawa Barat
dan Untuk mengetahui pengaruh Audit Internal terhadap pencegahan dan
pendeteksianfrauddi GKPRI Jawa Barat.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi empiris,
yaitu penelitian terhadap fakta empiris yang diperoleh berdasarkan observasi dan
pengalaman. Sedangkan Hipotesis yang digunakan adalah hipotesis deskriptif dan
asosiatif, tujuannya untuk melihat hubungan antara Audit Internal dalam
mencegah dan mendeteksifraudsecara nyata. Sedangkan teknik yang digunakan
dalam pengumpulan datanya yaitu penelitian lapangan (melakukan wawancara
langsung terhadap bagian yang berhubungan dengan objek penelitian, kuesioner).
Berdasarkan hasil perhitungan program SPSS diperoleh nilai untukX terhadap Y1 sebesar 9,229 dan untuk X terhadap Y2 sebesar 3,923. Dengan
menggunakan angka signifikansi atau Sig ( = 5%), dan N= 14 maka diperoleh sebesar 2,178. Ketentuan mengatakan jika , maka Haditerima dan Ho ditolak. Artinya hipotesis yang menyatakan Audit Internal
berpengaruh terhadap pencegahan dan pendeteksianfraud diterima.
-
5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i
6/159
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb.
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita dan memberikan kekuatan hati
dalam setiap pembelajaran. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada
Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan kita selaku umatnya.
Setelah melalui pembelajaran dan segala perjuangan, atas hidayah dan kebesaran-
Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagaimana mestinya
dengan segala kekurangan dan kelebihannya.
Skripsi ini memuat hasil penelitian yang dilakukan penulis di Gabungan
Koperasi Pegawai Republik Indonesia (GKPRI) Jawa Barat. Penelitian ini dipilih
dengan judul Peranan Audit Internal dalam Mencegah dan Mendeteksi Fraud.
Penulis memilih judul ini mengingat pentingnya peranan Audit Internal yang
dilakukan di GKPRI Jawa Barat, demi mendukung kelancaran proses
Pengendalian intern.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak
kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan yang disebabkan oleh keterbatasan
kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki. Hal ini juga dapat terwujud
berkat bimbingan, bantuan, pengarahan, petunjuk, serta doa dari berbagai pihak
yang begitu berharga bagi penulis sampai akhirnya penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
-
5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i
7/159
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang
mendalam kepada kedua orang tua tercinta, Bapak Engkun Nurjamin dan Ibu Nia
Kurniasih serta kakak-kakakku dan adikku tersayang yang senantiasa telah
memberikan seluruh kasih sayang, perhatian, dan dukungannya baik moral
maupun material sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Pada kesempatan ini juga penulis ingin mengucapkan terima kasih serta
penghargaan yang setinggi-tingginya khususnya kepada Prof. Dr. Hj. Ida Suraida,
SE.,MSi.,AK selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga
serta pikirannya untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Selain itu penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada yang
terhormat :
1. Prof. Dr. H. M. Didi Turmudzi., MSi, Rektor Universitas Pasundan.
2. Dr. H. R. Abdul Maqin, SE., MP, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Pasundan.
3. Dr. H. Sasa S. Suratman, SE., MSc, Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Pasundan.
4. Bapak Pengurus GKPRI Jawa Barat yang telah mengijinkan penulis
melaksanakan penelitian di unit-unit usaha GKPRI Jawa Barat.
5. Bpk. Engkun Nurjamin, Kepala Urusan Pembukuan GKPRI Jawa Barat yang
telah membimbing penulis selama melaksanakan penelitian di GKPRI Jawa
Barat.
-
5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i
8/159
6. Sahabat-sahabatku Lilir Sundayani, Priska Wijayanti Agustiani, Elis Maesaroh
dan Fitri Kania yang selalu memberi dukungan, motivasi, dan kecerian kepada
Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Teman-teman seperjuangan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas
Pasundan.
Penulis berharap informasi yang terdapat dalam laporan ini bermanfaat.
Namun, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang dapat mendorong
penulis untuk lebih menyempurnakan laporan ini maupun karya-karya
selanjutnya.
Wassalammualiaikum wr.wb.
Bandung, Juni 2013
Penulis
Ratna Amalia
-
5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i
9/159
DAFTAR ISI
ABSTRAK .................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................ v
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... x
DAFTAR TABEL......................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian ......................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ................................................................. 7
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ................................................ 8
1.3.1 Maksud Penelitian ........................................................ 8
1.3.2 Tujuan Penelitian ......................................................... 8
1.4 Kegunaan Penelitian ................................................................ 8
1.4.1 Kegunaan Praktis ......................................................... 8
1.4.2 Kegunaan Teoritis ........................................................ 9
1.5 Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
2.1 Kajian Pustaka ......................................................................... 10
2.1.1 Audit ............................................................................. 10
2.1.1.1 Definisi Audit ................................................ 10
-
5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i
10/159
2.1.1.2 Jenis-jenis Audit ............................................ 11
2.1.1.3 Tujuan Audit .................................................. 13
2.1.2 Audit Internal ............................................................... 15
2.1.2.1 Definisi Audit Internal ................................... 15
2.1.2.2 Tujuan Audit Internal ..................................... 16
2.1.2.3 Peranan Audit Internal ................................... 17
2.1.2.4 Kompetensi Audit Internal .............................. 20
2.1.2.5 Standar Profesional Audit Internal ................. 24
2.1.3 Mencegah dan MendeteksiFraud................................ 29
2.1.3.1 DefinisiFraud................................................. 29
2.1.3.2 Kondisi PenyebabFraud ............................... 31
2.1.3.3 Faktor-faktor Pendorong TerjadinyaFraud .. 32
2.1.3.4 PencegahanFraud ......................................... 34
2.1.3.5 Tujuan PencegahanFraud............................. 34
2.1.3.6 Metode PencegahanFraud............................ 38
2.1.3.7 PendeteksianFraud....................................... 40
2.1.3.8 Audit Berbasis Risiko (Risk-Based Audit) untuk
DeteksiFraud................................................. 41
2.1.3.9 Pengembangan Jaringan Informan (Audit
Intelegence) untuk DeteksiFraud.................. 44
2.1.3.10 Komunikasi Informal Audit dengan Pihak
Internal ........................................................... 44
-
5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i
11/159
2.1.3.11 Media Audit untuk Menerima Masukan atau
Pengaduan ...................................................... 46
2.1.4 Peranan Audit Internal dalam Mencegah dan Mendeteksi
Fraud............................................................................ 47
2.2 Kerangka Pemikiran ................................................................ 50
2.3 Hipotesis .................................................................................. 53
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian yang Digunakan ......................................... 54
3.2 Definisi Variabel dan Operasionalisasi Variabel ..................... 55
3.2.1 Definisi Variabel dan Pengukurannya ......................... 55
3.2.2 Operasionalisasi Variabel ............................................ 57
3.3 Populasi dan Teknik Sampling ................................................ 63
3.3.1 Populasi Penelitian dan Ukuran Sampel ...................... 63
3.3.2 Teknik Sampling .......................................................... 63
3.4 Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 65
3.5 Metode Analisis Data ............................................................... 66
3.5.1 Model Penelitian .......................................................... 66
3.6 Analisa Data ............................................................................. 67
3.6.1 Pengujian Validitas ...................................................... 70
3.6.2 Pengujian Reliabilitas .................................................. 71
3.7 Rancangan Analisis dan Uji Hipotesis ..................................... 71
3.7.1 Penetapan Hipotesis Nol (Ho) dan Hipotesis Alternatif
(Ha) .............................................................................. 71
-
5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i
12/159
3.7.2 Pemilihan Tes Statistik dan Penghitungan Nilai Tes
Statistik ......................................................................... 72
3.7.3 Taraf Signifikansi ......................................................... 74
3.7.4 Penetapan Kriteria Pengujian Hipotesis ....................... 75
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian ........................................................................ 76
4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan ...................................... 76
4.1.1.1 Definisi Koperasi ............................................ 76
4.1.1.2 Landasan, Asas, dan Tujuan Koperasi ........... 77
4.1.1.3 Prinsip Koperasi ............................................. 78
4.1.1.4 Sejarah Singkat GKPRI Jawa Barat ............... 78
4.1.1.4 Visi dan Misi GKPRI Jawa Barat .................. 80
4.1.1.4 Aktivitas Usaha GKPRI Jawa Barat ............... 81
4.1.1.4 Struktur Organisasi dan Uraian Tugas GKPRI Jawa
Barat .............................................................. 82
4.1.2 Uji Validitas dan Reliabilitas Data ............................... 86
4.1.3 Pelaksanaan Audit Internal dalam Mencegah dan Mendeteksi
Fraud di GKPRI Jawa Barat ........................................ 89
4.2 Pembahasan ............................................................................. 111
4.2.1 Analisis Audit Internal ................................................. 111
4.2.2 Analisis Mencegah dan MendeteksiFraud ................. 114
4.2.3 Analisis Peran Audit Internal dalam Mencgah dan
MendeteksiFraud......................................................... 116
-
5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i
13/159
4.2.4 Pengujian Hipotesis ...................................................... 119
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan .............................................................................. 121
5.2 Saran ........................................................................................ 126
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
-
5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i
14/159
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Model Penelitian ....................................................................... 66
-
5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i
15/159
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Rekomendasi .............................................................................. 46
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel Penelitian .......................................... 57
Tabel 3.2 Interpretasi Nilai Koefisien Korelasi .......................................... 73
Tabel 4.1 Hasil Penghitungan Penyajian Validitas VariabelXAudit
Internal ........................................................................................ 86
Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Penyajian Validitas Variabel YMencegah dan
MendeteksiFraud(Kecurangan) Akuntansi ............................... 87
Tabel 4.3 Uji Relibilitas VariabelX Audit Internal..................................... 88
Tabel 4.4 Tabel 4.4 Uji Reliabilitas Variabel Y Mencegah dan Mendeteksi
FraudAkuntansi ......................................................................... 89
Tabel 4.5 Skor Jawaban Responden tentang Subvariabel Independensi..... 91
Tabel 4.6 Skor Jawaban Responden tentang Subvariabel Kemampuan
Profesional ................................................................................... 93
Tabel 4.7 Skor Jawaban Responden tentang Subvariabel Lingkup Pekerjaan
..................................................................................................... 95
Tabel 4.8 Skor Jawaban Responden tentang Subvariabel Pelaksanaan Kegiatan
Pemeriksaan ................................................................................ 98
Tabel 4.9 Skor Jawaban Responden tentangSubvariabel Penetapan Kebijakan
AntiFraud................................................................................... 100
Tabel 4.10 Skor Jawaban Responden tentang Subvariabel Prosedur Pencegahan
Baku ............................................................................................ 101
-
5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i
16/159
Tabel 4.11 Skor Jawaban Responden tentang Subvariabel Prosedur Mendeteksi
Fraudsecara Otomatis dalam Sistem.......................................... 103
Tabel 4.12 Skor Jawaban Responden tentang Subvariabel Organisasi ......... 104
Tabel 4.13 Skor Jawaban Responden tentang Subvariabel Teknik Pengendalian
..................................................................................................... 105
Tabel 4.14 Skor Jawaban Responden tentang Subvariabel Kepekaan Terhadap
Fraud........................................................................................... 107
Tabel 4.15 Skor Jawaban Responden tentang Subvariabel Audit Berbasis
Resiko ......................................................................................... 109
Tabel 4.16 Rata-rata (mean) Variabel X ....................................................... 111
Tabel 4.17 Rata-rata (Mean) Variabel Y........................................................ 114
Tabel 4. 18 Korelasi Rank Spearman ............................................................ 117
Tabel 4.19 Uji t .............................................................................................118
Tabel 4.20 Koefisien Determinasi ................................................................. 119
-
5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i
17/159
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Tugas Pembimbing
Lampiran 2 Kartu Bimbingan Skripsi
Lampiran 3 Surat Permohonan Survey
Lampiran 4 Surat Keterangan Survey
Lampiran 5 Surat Permohonan Pengisian Kuesioner
Lampiran 6 Kuesioner
Lampiran 7 Struktur Organisasi Koperasi
Lampiran 8 Tabulasi Data Kuesioner VariabelX
Lampiran 9 Tabulasi Data Kuesioner Variabel Y
Lampiran 10 Hasil Output SPSS
Lampiran 11 Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi
Lampiran 12 Lembar Persetujuan Perbaikan (Revisi) Skripsi
Lampiran 13 Daftar Perbaikan Skripsi
Lampiran 14 Catatan Perbaikan Skripsi
Lampiran 15 Biodata
-
5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i
18/159
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Seiring dengan kemajuan perekonomian di negeri kita, dewasa ini
berkembang pula koperasi-koperasi dengan berbagai status kepemilikan, Badan
Usaha Milik Swasta (BUMS), Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan
Usaha Milik Daerah (BUMD). Dengan semakin berkembangnya skala usaha
koperasi-koperasi tersebut maka permasalahan yang dihadapi oleh koperasi-
koperasi tersebut akan menjadi kompleks.
Koperasi seperti layaknya suatu badan usaha, merupakan salah satu tempat
yang dapat memberikan kesempatan kerja dan pendapatan bagi sebagian
masyarakat Indonesia yang berusaha dalam bidang yang sesuai dengan usaha
yang dijalankan oleh koperasi tersebut. Koperasi sebagai salah satu sarana
peningkatan usaha masyarakat Indonesia dituntut untuk memaksimalkan usahanya
guna kemajuan dan kelangsungan hidup koperasi, dan juga berkembang sejalan
dengan perkembangan perekonomian dewasa ini.
Koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan
masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan ekonomi nasional
dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur berlandaskan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Dalam kegiatannya itu koperasi tidak dapat melepaskan diri dari
kepentingan anggotanya. Kepercayaan yang diberikan oleh anggota kepada
-
5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i
19/159
koperasi dapat dipertahankan dan dapat dilihat dari keadaan koperasi setiap
waktu, sehingga kemajuan dan kemunduran koperasi akan mempengaruhi
stabilitas dan keadaan anggotanya. Dengan latar belakang tersebut, GKPRI Jawa
Barat dalam kegiatannya bertujuan pula mencari laba yang ditujukan untuk
peningkatan modal usaha koperasi yang diarahkan untuk mensejahterakan
anggotanya.
Untuk mencapai tujuan tersebut, pihak manajemen harus mengelola
usahanya dengan baik dan disamping itu perlu memperhatikan hal-hal yang
berkaitan dengan kemajuan koperasi yang didukung kemajuan ilmu pengetahuan,
teknologi, politik dan budaya yang dapat membuat dunia bisnis melaju dengan
cepat dan merupakan suatu hal yang positif apabila dibarengi dengan adanya
tanggung jawab koperasi terhadap apapun yang dilakukan. Karena pada dasarnya
kemajuan tersebut mengakibatkan makin maju dan kompleksnya aktivitas
koperasi yang mengarah pada keinginan koperasi untuk mendapatkan kemudahan-
kemudahan dalam menjalankan operasionalnya. Kemudahan-kemudahan itu
didapat karena selama ini koperasi dianggap sebagai lembaga yang dapat
memberikan keuntungan bagi masyarakat antara lain; membuka lapangan
pekerjaan dan menyediakan kebutuhan masyarakat.
Bisnis yang baik selalu mempunyai misi tertentu yang luhur dan tidak
sekedar mencari keuntungan. Akan tetapi harus dapat meningkatkan standar hidup
masyarakat dan membuat hidup manusia lebih manusiawi melalui pemenuhan
kebutuhan secara baik. Bisnis yang hanya mencari keuntungan telah
-
5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i
20/159
menyebabkan perilaku yang menghalalkan segala cara demi mencari keuntungan
yang sebesar-besarnya tanpa mengindahkan norma.
Sekarang ini Perusahaan banyak dihadapkan pada permasalahan
banyaknya fraud. Tidak menutup kemungkinan koperasi juga dapat dihadapkan
pada permasalahan yang sama.Frauddapat dilakukan baik oleh pegawai maupun
manajemen demi mendapatkan keuntungan bagi mereka. Data dari Penyidik
Mabes Polri dan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) di
Indonesia.
Kasus fraud semakin marak terjadi di Indonesia akhir-akhir ini. Kasus
fraudterjadi di berbagai Perusahaan baik itu bersekala kecil maupun Perusahaan
berskala besar. Salah satufraudyang berhasil diungkap dalah kasus korupsi yang
dilakukan oleh Ketua Koperasi Harapan Kecamatan Mancak, Jiji Abdul Aziz, Jiji
yang juga guru ini didakwa melakukan korupsi dana kegiatan pemilikan rumah
sejahtera sehat (KPRSH) mikro bersubsidi dari Kementerian Perumahan Rakyat
(Kemenpera) tahun 2008 sebesar Rp 797 juta. Koperasi Harapan telah menerima
bantuan dana KPRSH bersubsidi dari Kemenpera sebesar Rp 797 juta. Bantuan itu
diperuntukkan bagi 119 orang sesuai nama-nama pemohon yang diajukan dan
disetujui pihak Kemenpera. Namun dalam realisasinya Koperasi Harapan hanya
menyalurkan dana yang diberikan kepada 119 warga itu sebesar Rp 595 juta.
Selain itu, pihak koperasi juga telah memberikan fee atau komisi sebesar 25
persen atau Rp 199 juta kepada saksi Ahmad Rozi (terdakwa dalam kasus korupsi
serupa) yang menjadi perantara koperasi ke Kemenpera bersama Didi Ubaidilah
(DPO). Dalam kenyataannya pemberian fee itu tidak ada dalam persetujuan
-
5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i
21/159
Kemenpera. Perbuatan terdakwa telah merugikan keuangan negara. Berdasarkan
audit yang dilakukan, perbuatan terdakwa telah merugikan keuangan negara
sebesar Rp 797 juta (http://poskota.co.id/berita-terkini/2012/01/05/korupsi-ketua-
koperasi-diadili-di-pn-serang). Kasus yang sama terjadi juga pada dua pengurus
Koperasi Karyawan PT. Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo) periode 2008-
2011, Novian Prihantono dan Subarkah. Keduanya diduga kuat melakukan
korupsi dalam pengelolaan keuangan koperasi selama tahun 2008-2011 dengan
nilai sekitar Rp 6 miliar rupiah (http://harianjayapos.com/detail-3467-uang-
koperasi-karyawanptaskrindo-dikorup-kasusnya-diusut-di-polda-metro-jaya.html).
Munculnya, banyak kasus korupsi di Indonesia yang seolah tiada ujungnya
adalah karena rusaknya sistem ketatanegaraan kita. Sudah banyak peristiwa terjadi
di saat banyak orang baik masuk parlemen yang rusak ini tiba-tiba menjadi jahat
dan berani melakukan tindakan penyelewengan karena banyaknya godaan.
Godaan dari kekuasaan itu sendiri dan yang paling parah adalah godaan dari
sistem yang rusak ini.
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melansir kerugian negara akibat
korupsi mencapai 39,3 triliun rupiah sepanjang tahun 2004-2011. Sedangkan
Sindonews.com Indonesia Corruption Watch (ICW) mencatat, kerugian negara
akibat kasus korupsi pada semester pertama tahun 2012 mencapai Rp1,22 triliun
dari 285 kasus dengan total pelaku 597 orang. Tindak pidana korupsi di Tanah Air
masih tergolong sangat tinggi jika mengacu pada skor Corruption Perception
Index yang dilansir oleh Transparancy International Indonesia. Dengan rentang
skor 1 hingga 10, di mana skor 1 menunjukkan negara dengan korupsi yang
http://poskota.co.id/berita-terkini/2012/01/05/korupsi-ketua-koperasi-diadili-di-pn-seranghttp://poskota.co.id/berita-terkini/2012/01/05/korupsi-ketua-koperasi-diadili-di-pn-seranghttp://harianjayapos.com/detail-3467-uang-koperasi-karyawanptaskrindo-dikorup-kasusnya-diusut-di-polda-metro-jaya.htmlhttp://harianjayapos.com/detail-3467-uang-koperasi-karyawanptaskrindo-dikorup-kasusnya-diusut-di-polda-metro-jaya.htmlhttp://harianjayapos.com/detail-3467-uang-koperasi-karyawanptaskrindo-dikorup-kasusnya-diusut-di-polda-metro-jaya.htmlhttp://harianjayapos.com/detail-3467-uang-koperasi-karyawanptaskrindo-dikorup-kasusnya-diusut-di-polda-metro-jaya.htmlhttp://poskota.co.id/berita-terkini/2012/01/05/korupsi-ketua-koperasi-diadili-di-pn-seranghttp://poskota.co.id/berita-terkini/2012/01/05/korupsi-ketua-koperasi-diadili-di-pn-serang -
5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i
22/159
sangat tinggi dan skor 10 negara yang dinilai bersih dari korupsi. RI berada pada
skor 3 di tahun 2011.
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian sebelumnya oleh Nur
Asiah (2012) dengan judul Pengaruh Penerapan Whistleblowing SystemTerhadap
Pencegahan Fraud. Variabel yang diteliti penerapan whistleblowing system
sebagai variabel independennya, sedangkan variabel dependennya pencegahan
fraud. Penelitiannya dilaksanakan pada PT INTI Persero. Hipotesis dalam
penelitian ini menyatakan bahwa variabel-variabel independen seperti
independensi, kemampuan profesional, lingkup pekerjaan, dan pelaksanaan
kegiatan pemeriksaan berperan positif dalam pencegahan dan pendeteksian fraud
akuntansi. Populasi penelitian yang digunakan adalah 12 orang karyawan divisi
Satuan Pengawas Intern PT INTI Persero. Teknik pengambilan sampel dilakukan
secarapurposive samplingatau dengan berdasarkan pada kriteria-kriteria tertentu
dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang sesuai dengan kriteria yang telah
ditentukan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nur Asiah (2012) yaitu peranan
whistleblowing system berpengaruh terhadap pencegahanfraud.
Adapun perbedaan yang dilakukan penulis atas penelitian ini yaitu
penelitian dilaksanakan pada Gabungan Koperasi Pegawai Republik Indonesia
(GKPRI) Jawa Barat, data yang digunakan pada tahun 2011 berbeda dengan
penelitian terdahulu menggunakan data pada tahun 2012 penelitian dilaksanakan
pada PT INTI Persero. Adapun perbedaan variabel dimana Nur Asiah
menggunakan variabel independennya whistleblowing system sedangkan penulis
menggunakan variabel indenpendennya Audit Internal karena penulis ingin
-
5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i
23/159
mengetahui apakah dengan adanya peranan Audit Internal, fraud bisa dicegah
dan dideteksi. Sesuai dengan Pusdiklatwas BPKP (2008:36) yang mengatakan
bahwa Audit Internal memiliki peranan dalam pencegahan dan pendeteksian
kecurangan.
Istilah fraud dalam lingkungan bisnis memiliki arti yang lebih khusus,
yaitu kebohongan yang disengaja, ketidakbenaran dalam melaporkan aktiva
Perusahaan, atau manipulasi data keuangan bagi keuntungan pihak yang
melakukan manipulasi tersebut. Dalam literatur akuntansi fraud juga biasa
dikenal dengan kejahatan berkerah putih, penggelapan uang, dan bertentangan
dengan peraturan. Fraud menunjukkan pada penyajian fakta yang bersifat
material yang secara salah yang dilakukan oleh satu pihak ke pihak lain dengan
tujuan untuk membohongi dan mempengaruhi pihak lain untuk bergantung pada
fakta tersebut.
Koperasi di Indonesia disamping kesejahteraan anggota yang menjadi
tujuannya juga sangat mempedulikan kesejahteraan para karyawannya mengingat
sudah banyaknya kecurangan-kecurangan yang dapat dilakukan oleh pegawai
maupun manajemen. Akuntansi yang merupakan bagian dari dunia usaha ikut
memberikan kontribusi dalam merespon kepedulian koperasi terhadap
kesejahteraan pegawainya demi tercapainya dunia bisnis yang lebih baik.
Fraud terhadap koperasi memiliki sikap yang sama dengan Badan Usaha
lain. Oleh karenanya koperasi membutuhkan peran Audit Internal terhadap
pencegahan dan pendeteksianfraud yang mungkin dapat dilakukan oleh pegawai
maupun manajemen. Menurut Amin Widjaja Tunggal (2012:65) Audit Internal
-
5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i
24/159
memainkan peranan penting dalam memantau aktivitas untuk memastikan bahwa
program dan pengendalian anti kecurangan telah berjalan efektif.Aktivitas Audit
Internal dapat mencegah sekaligus mendeteksi kecurangan. Mengingat kasus
fraud adalah kejadian yang luar biasa, penanganan tindak kecurangan merupakan
pengalaman yang langka, dan hanya dimiliki oleh segelintir auditor. Auditor yang
dipilih pun biasanya adalah mereka yang sedikit bernyali (berani dan tegas),
disamping tergolong cerdas dan berpengalaman. Tindak kecurangan bukanlah
kasus sembarangan dan bukan pula kejadian yang kebetulan. Hanya Audit
Internal yang dijalankan dengan penuh kewaspadaan yang mampu menangkal
permainan mereka diam-diam merongrong Perusahaan. Berdasarkan uraian
tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian skripsi dengan judul :
Pengaruh Audit Internal terhadap Pencegahan dan Pendeteksian Fraud
(Suatu Studi pada Gabungan Koperasi Pegawai Republik Indonesia
(GKPRI) Jawa Barat)
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, penulis menyadari bahwa
akan banyak masalah yang akan timbul pada saat melaksanakan pembahasan
masalah yang akan diteliti. Untuk itu penulis membatasi pembahasan pada ruang
lingkup masalah yang ada sangkut pautnya denganfraud.
Agar masalah yang akan dibahas memperoleh suatu kejelasan dan
pembahasannya lebih terarah, maka penulis berusaha untuk mengidentifikasikan
masalahnya sebagai berikut:
-
5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i
25/159
1. Bagaimana Audit Internal di GKPRI Jawa Barat.
2. Bagaimana pencegahanfrauddi GKPRI Jawa Barat
3. Bagaimana pendeteksian fraud di GKPRI Jawa Barat.
4. Bagaimana pengaruh Audit Internal terhadap pencegahan dan
pendeteksianfraud di GKPRI Jawa Barat.
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
1.3.1 Maksud Penelitian
Sehubungan dengan latar belakang dan identifikasi masalah diatas,
penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana Audit Internal dapat
membantu mencegah dan mendeteksi terjadinyafraud.
1.3.2 Tujuan Penelitian
Dari perumusan masalah yang telah penulis uraikan sebelumnya, maka
tujuan penelitian adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui Audit Internal di GKPRI Jawa Barat.
2. Untuk mengetahui, pencegahan dan pendeteksian fraud di GKPRI
Jawa Barat.
3. Untuk mengetahui pengaruh Audit Internal terhadap pencegahan dan
pendeteksianfraud di GKPRI Jawa Barat.
-
5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i
26/159
1.4 Kegunaan Penelitian
1.4.1 Kegunaan Praktis
Kegunaan praktis merupakan penjelasan kepada pihak-pihak mana saja
yang kiranya hasil penelitian penulis dapat memberikan manfaat. Adapun
kegunaan praktis dari penelitian ini adalah:
1. Bagi Penulis, penelitian ini berguna untuk menyusun skripsi yang
merupakan salah satu syarat untuk menempuh ujian sarjana pada
Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan Bandung.
2. Bagi Perusahaan (koperasi), penelitian ini dapat menambah informasi
bagi manajemen tentang pentingnya pengaruh Audit Internal terhadap
pencegahan dan pendeteksian fraud untuk dijadikan bahan masukan
dalam penyusunan kebijakan perencanaan dan pengendaliaan operasi
yang lebih efektif.
3. Bagi Pihak Lain
Yaitu sebagai sumbangan yang diharapkan akan memperkaya ilmu
pengetahuan dan dalam rangka pengembangan disiplin ilmu akuntansi,
serta memberikan referensi khususnya untuk mengkaji topik-topik
yang berkaitan dengan masalah yang dibahas dalam penelitian yang
dilakukan penulis.
1.4.2 Kegunaan Teoritis
Diharapkan dapat memberikan pengembangan ilmu dalam bidang studi
yang membahas mengenai pemeriksaan keuangan khususnya mengenai topik
pengaruh Audit Internal terhadap pencegahan dan pendeteksian fraud. Dan
-
5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i
27/159
semoga penelitian ini dapat dijadikan masukan sebagai sumber data untuk
penelitian selanjutnya.
1.5 Tempat dan Waktu Penelitian
Untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan dalam menyusun
skripsi ini, Penulis melakukan penelitian di GKPRI Jawa Barat ,yang berlokasi
di Jalan Lengkong Besar No. 4 Bandung. Adapun waktu penelitian dimulai
awal Bulan Februari 2013 sampai dengan bulan April 2013.
-
5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i
28/159
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN
HIPOTESIS
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Audit
2.1.1.1 Definisi Audit
Setiap Perusahaan didirikan dengan tujuan utama untuk memperoleh laba
disamping beberapa tujuan lainnya. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka semua
tahap kegiatan yang akan dilaksanakan harus direncanakan, dianalisa dan diteliti
secara seksama terlebih dahulu oleh mereka yang bertanggung jawab.
Dengan makin luas dan rumitnya masalah-masalah yang ada pada
Perusahaan, maka ruang lingkup dan luasnya tugas yang dipikul oleh manajemen
semakin bertambah besar. Oleh karena itu manajemen memerlukan alat bantu
yang dapat digunakan untuk mengendalikan kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakannya. Salah satu alat bantu dalam melaksanakan fungsi utama
manajemen, fungsi pengawasan dan pengendalian adalah aktivitas audit.
Alvin A. Arens (2008:3) mendefinisikan pengertian audit sebagai berikut:
Auditing adalah pengumpulan dan evaluasi bukti tentang informasi
untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara
informasi itu dan kriteria yang telah ditetapkan. Auditing harus
dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen.Untuk melakukan audit harus tersedia informasi dalam bentuk yang dapat
diverifikasi dan beberapa standar (kriteria) yang digunakan auditor untuk
mengevaluasi informasi tersebut dan memiliki banyak bentuk. Para auditor secara
-
5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i
29/159
rutin melakukan audit atas informasi yang dapat diukur termasuk laporan
keuangan Perusahaan dan SPT pajak penghasilan federal perorangan. Auditor
juga mengaudit informasi yang lebih subjektif seperti efektifitas sistem komputer
dan efisiensi operasi manufaktur.
2.1.1.2 Jenis-jenis Audit
Beberapa jenis audit dilakukan untuk memastikan bahwa proses operasi
didalam Perusahaan telah berjalan sesuai dengan peraturan dan kebijakan yang
berlaku serta pengelolaan terhadap sumber daya dalam proses tersebut berjalan
secara efektif dan efisien.
Menurut IBK Bayangkara (2011:2-3) terdapat beberapa jenis-jenis audit,
yaitu:
1. Pada audit kepatuhan (compliance audit), auditor berusaha mendapatkan
dan mengevaluasi informasi untuk menentukan apakah pengelolaan
keuangan, operasi, atau aktivitas yang lain dari suatu entitas telah sesuai
dengan kriteria, kebijakan, atau regulasi yang mendasarinya.
2. Dalam Audit Internal (Audit Internaling), auditor melakukan penilaian
secara independen terhadap berbagai aktivitas dalam memberikan jasanya
kepada Perusahaan. Secara lengkap Institute of Audit Internalor (IIA)
mendefinisikanAudit Internalingsebagai:
an independent appraisal activity established within an organization
to examine and evaluate its activities as a service to the organization.
The object of Audit Internaling is to assist members in the
organization in the effective discharge of their duties.Dari definisi diatas sudah jelas bahwa kegiatan penilai independen yang
dibentuk dalam organisasi untuk menguji dan mengevaluasi kegiatan
-
5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i
30/159
sebagai pelayanan kepada organisasi. Tujuan dari Audit Internal adalah
untuk membantu anggota dalam organisasi dalam melaksanakan tugasnya
dengan efektif ".
3. Audit operasional (operation auditing) memfokuskan penilaiannya pada
efisiensi dan efektivitas operasi suatu entitas. Lebih lanjut AICPA
mendefinisikan operational auditing sebagai:
a systematic review of an organi zation activi ties...in relation to specif ied
objective. The purpose of the engagement may be: (a) to assess
performance, (b) to identi fy opportuni ties for improvement, and (c) to
develop recommendation for improvement or further action.
Dari definisi diatas sudah jelas bahwa review sistematis dari suatu
kegiatan organisasi dalam kaitannya dengan tujuan tertentu. Tujuan dari
keterlibatan mungkin: (a) untuk menilai kinerja, (b) untuk
mengidentifikasi peluang untuk perbaikan, dan (c) untuk mengembangkan
rekomendasi untuk perbaikan atau tindakan lebih lanjut.
4. Audit keuangan (financial audit) merupakan audit yang paling tua dan
paling populer. Audit ini dilaksanakan dengan melakukan pengkajian dan
penilaian terhadap sistem pelaporan akuntansi dan keuangan. Dilihat dari
ketersediaan prosedur dan teknik audit, audit ini memiliki prosedur dan
teknik yang paling lengkap dan baku. Di samping pelaksanaan auditnya
telah dipimpin dengan norma audit yang standar, karena dikeluarkan oleh
asosiasi profesi dibidangnya, juga objek yang diaudit telah dipimpin
dengan suatu prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum (general
accepted accounting principle-GAAP). Audit operasional menekankan
penilaian terhadap prosedur operasi dalam meningkatkan efisiensi. Audit
-
5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i
31/159
ini merupakan perluasan dari Audit Internal, sehingga dalam audit ini
penilaian terhadap pencapaian tujuan pengendalian internal juga menjadi
tujuan audit yang sangat penting.
Dari berbagai jenis audit yang dilakukan kecuali audit keuangan,
keseluruhan audit memiliki tujuan yang (hampir) sama yaitu menilai bagaimana
manajemen mengoperasikan Perusahaan, mengelola sumber daya yang dimiliki,
meningkatkan efisiensi proses dalam mencapai tujuan Perusahaan secara taat asas.
2.1.1.3 Tujuan Audit
Audit manajemen bertujuan untuk mengidentifikasi kegiatan, program dan
aktivitas yang masih memerlukan perbaikan, sehingga dengan rekomendasi yang
diberikan nantinya dapat dicapai perbaikan atas pengelolaan berbagai program
dan aktivitas pada Perusahaan tersebut. Berkaitan dengan tujuan ini titik berat
audit diarahkan terutama pada berbagai objek audit yang diperkirakan dapat
diperbaiki di masa yang akan datang, di samping juga mencegah kemungkinan
terjadinya berbagai kerugian. IBK. Bayangkara (2011:4) menyatakan bahwa
tujuan audit diantaranya, yaitu:
1. Audit Laporan Keuangan, bertujuan menentukan apakah laporan
keuangan auditee telah disusun sesuai dengan prinsip-prinsip
akuntansi yang berlaku umum.
2. Audit Kepatuhan, bertujuan menentukan tingkat kepatuhan suatu
entitas terhadap hukum, peraturan, kebijakan, rencana, dan prosedur.
3. Audit Internal, bertujuan:
a. Menilai keandalan laporan keuangan.
-
5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i
32/159
b. Menentukan tingkat kepatuhan suatu entitas terhadap hukum,
peraturan, kebijakan, rencana dan prosedur.
c. Menilai pengendalian internal organisasi.
d. Menilai efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya.
e. Program peninjauan terhadap konsistensi hasil dengan tujuan
organisasi.
4. Audit Operasional (Manajemen), bertujuan menilai efesiensi dan
efektivitas penggunaan sumber daya.
Ruang lingkup audit meliputi seluruh aspek kegiatan manajemen. Ruang
lingkup ini dapat berupa seluruh kegiatan atau dapat juga hanya mencakup bagian
tertentu dari program/aktivitas yang dilakukan. Periode audit juga bervariasi, bisa
untuk jangka waktu satu minggu, beberapa bulan, satu tahun, bahkan untuk
beberapa tahun, sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
2.1.2 Audit Internal
2.1.2.1 Definisi Audit Internal
Audit Internal mempunyai peranan yang sangat penting dalam mencapai
tujuan Perusahaan yang telah ditentukan. Perlunya konsep Audit Internal
dikarenakan bertambah luasnya ruang lingkup Perusahaan.
Semakin besar suatu Perusahaan maka semakin luas pula rentang
pengendalian yang dipikul pimpinan, sehingga manajemen harus menciptakan
suatu pengendalian intern yang efektif untuk mencapai suatu pengelolaan yang
optimal dengan mempertimbangkan manfaat dan biayanya. Audit Internal yang
dilakukan dalam suatu Perusahaan merupakan kegiatan penilaian dan verifikasi
-
5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i
33/159
atas prosedur-prosedur, data yang tercatat berdasarkan atas kebijakan dan rencana
Perusahaan, sebagai slah satu fungsi dalam upaya mengawasi aktivitasnya.
Aktivitas Audit Internal menjadi pendukung utama untuk tercapainya
tujuan pengendalian internal. Ketika melaksanakan kegiatannya, Audit Internal
harus bersifat objektif dan kedudukannya dalam Perusahaan adalah independen.
Valery G. Kumat (2011:35) mendefinisikan Audit Internal adalah sebagai
berikut:
Audit Internal adalah agen yang paling pas untuk mewujudkan
Internal Control, Risk Management dan Good Corporate Governance
yang pastinya akan memberi Nilai Tambah bagi Sumber Daya dan
Perusahaan.
Sedangkan menurut Amin Widjaja Tunggal (2012:136) Audit Internal
yaitu:
Audit Internaling is an independent, objective assurance and
consulting activity designed to add value and improve an
organizations operations. It helps an organization accomplish its
objectives by bringing a systematic, disciplined approach to evaluate
and improve the effectiveness of risk management, control, and
governance processes.
Dari definisi diatas sudah jelas bahwa Audit Internal merupakan jaminan,
independen, obyektif dan aktivitas konsultasi yang dirancang untuk menambah
nilai dan meningkatkan operasi organisasi. Ini membantu organisasi mencapai
tujuannya dengan membawa pendekatan yang sistematis dan disiplin untuk
mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas proses manajemen risiko,
pengendalian, dan proses governance.
-
5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i
34/159
2.1.2.2 Tujuan Audit Internal
Menurut Hery (2010:39)tujuan dari Audit Internal adalah :
Audit Internal secara umum memiliki tujuan untuk membantu
segenap anggota manajemen dalam menyelesaikan tanggung jawab
mereka secara efektif, dengan memberi mereka analisis, penilaian,
saran dan komentar yang objektif mengenai kegiatan atau hal-hal
yang diperiksa.
Untuk mencapai keseluruhan tujuan tersebut, maka auditor harus
melakukan beberapa aktivitas sebagai berikut :
1. Memeriksa dan menilai baik buruknya pengendalian atas akuntansi
keuangan dan operasi lainnya.
2. Memeriksa sampai sejauhmana hubungan para pelaksana terhadap
kebijakan, rencana dan prosedur yang telah ditetapkan.
3. Memeriksa sampai sejauhmana aktiva Perusahaan dipertanggung
jawabkan dan dijaga dari berbagai macam bentuk kerugian.
4. Memeriksa kecermatan pembukuan dan data lainnya yang dihasilkan oleh
Perusahaan.
5. Menilai prestasi kerja para pejabat/pelaksana dalam menyelesaikan
tanggung jawab yang telah ditugaskan.
Adapun aktivitas dari Audit Internal yang disebutkan di atas digolongkan
kedalam dua macam, diantaranya :
-
5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i
35/159
a. F inancial AuditingKegiatan ini antara lain mencakup pengecekan atas kecermatan dan
kebenaran segala data keuangan, mencegah terjadinya kesalahan atau
fraud dan menjaga kekayaan Perusahaan.
b. Operational AuditingKegiatan pemeriksaan ini lebih ditujukan pada operasional untuk dapat
memberikan rekomendasi yang berupa perbaikan dalam cara kerja,
sistem pengendalian dan sebagainya.
2.1.2.3 Peranan Audit Internal
Mengingat pentingnya peran pengawasan terhadap tindak fraud, maka
Audit Internal menjadi satu-satunya unit kerja yang paling tepat melakoninya.
Karena itu, peran Audit Internal yang selama ini selalu berkaitan dengan urusan
physical control harus sudah bergeser dari sekedar terkesan sebagai provoost
Perusahaan menjadi unit yang mampu berperan dalam pencegahan sekaligus
pendeteksianfraud.
Menurut Pusdiklatwas BPKP (2008:43) peran yang ideal bagi Audit Internal
yaitu sebagai berikut:
1. Peran Audit Internal dalam pencegahanFraud
2. Peran Audit Internal dalam pendeteksianFraud
Audit Internal dituntut untuk waspada terhadap setiap hal yang menunjukkan
adanya kemungkinan terjadinyafraud, yang mencakup:
a. Identifikasi titik-titik kritis terhadap kemungkinan terjadinyafraud.
-
5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i
36/159
b. Penilaian terhadap sistem pengendalian yang ada, dimulai sejak
lingkungan pengendalian hingga pemantauan terhadap penerapan sistem
pengendalian.
Seandainya terjadi fraud, Audit Internal bertanggung jawab untuk
membantu manajemen mencegah fraud dengan melakukan pengujian dan
evaluasi keandalan dan efektivitas dari pengendalian, seiring dengan potensi
risiko terjadinya fraud dalam berbagai segmen. Tidak hanya manajemen
puncak, Audit Internal juga harus mendapat sumber daya yang memadai
dalam rangka memenuhi misinya untuk mencegahfraud.
Tanggung jawab Audit Internal dalam rangka mendeteksi kecurangan,
selama penugasan audit termasuk:
a. Memiliki pengetahuan yang memadai tentang kecurangan, dalam
rangka mengidentifikasi indikasi-indikasi yang mungkin terjadi dan
dilakukan oleh anggota organisasi.
b. Memiliki sensitivitas yang berkaitan dengan kemungkinan adanya
kesempatan terjadinya kecurangan.
c. Melakukan evaluasi terhadap indikator-indikator yang mungkin
dapat memberikan peluang terjadinya kecurangan dan menentukan
apakah perlu diadakan investigasi lanjutan.
d. Menentukan prediksi awal terjadinya suatu kecurangan.
e. Melakukan penilaian kembali terhadap pelaksanaan pengendalian di
lingkungan dimana terjadinya tindak kecurangan dan selanjutnya
menentukan upaya untuk memperkuat pengendalian didalammya.
-
5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i
37/159
2.1.2.4 Kompetensi Audit Internal
Melihat banyak beban yang harus dipikul oleh tim Audit Internal, maka
dapat diidentifikasi kebutuhan yang sesuai akan kompetensi dasar (basic
competency) yang sama bagi para auditor. Menurut Valery G. Kumaat (2011: 25-
27) dijelaskan kompetensi Audit Internal mulai dari head of department hingga
para pelaksana sebagaimana penulis uraikan berikut ini.
1. Soft Competency Audit Internal : Menentukan Sosok Audit yangIdeal
Kepribadian atau karaktek positif yang kuat sekarang ini diakui sebagai
penentu keberhasilan seseorang dalam meniti karier, lebih dari bekal pengetahuan
dan keterampilan yang dimiliki. Sosok Audit Internal yang ideal harus memiliki
keunikan tersendiri, yaitu perpaduan karakter yang jarang dijumpai pada
posisi/profesi lain. Karena harus independen dalam mengidentifikasi,
menganalisis, menetapkan akar masalah hingga mengeluarkan rekomendasi
solusi, integritas menjadi hal yang tidak dapat ditawar. Secara kasat mata orang-
orang seperti ini umumnya dijumpai dengan kemiripan ciri dalam hal:
a. Sangat berminat dengan topik-topik menyangkut religiositas, spiritualitas,
humanitas, filsafat, atau tertarik berdiskusi tentang masalah keadilan
(fairness).
b. Memiliki prinsip hidup (way of life) dan pendirian teguh, yaitu hasil
bentukan dari pengalaman hidup yang lebih banyak gejolak ketimbang
kisah sukses.
-
5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i
38/159
c. Menampilkan gaya hidup yang cenderung sederhana (low profile) dengan
tingkat persistensi dan disiplin diri yang relatif tinggi serta konsisten yang
sudah teruji oleh waktu.
Selanjutnya, karena sifat pekerjaan auditor yang harus selalu berinteraksi
dengan berbagai tipe manusia, bahkan mempengaruhi orang lain, auditor mau
tidak mau juga harus memiliki aura kepemimpinan yang memadai. Valery G.
Kumaat (2011:26) berpendapat bahwa pemimpin bisa berasal dari bakat (borned
to be a leader) maupun hasil pembentukan (leader by learning experience).
Secara umum orang-orang ini terlihat dari ciri-ciri:
a. Minat yang tinggi atau pengalaman yang konsisten, mulai dari masa
sekolah/kuliah hingga meniti karier, terlibat dalam aktivitas
organisasi.
b. Relatif dewasa (matured) dibanding rekan sebayanya, serta memiliki
kepercayaan diri (self confidance) dan kemandirian (self-driven) yang
relatif tinggi.
c. Memiliki kemampuan interpersonal relation, empathy,dan teamwork
yang baik, yang juga ditopang oleh lingustic intelligenceyang baik,
khususnya fasih secara moral (terlihat saat berdiskusi atau ketika
tampil sebagaipublic speaker).
2. Hard CompetencyAudit Internal : Menentukan Bobot Auditor
Meskipun Soft Competency memegang peranan penting, auditor juga
dituntut memiliki tingkat berpikir, pengetahuan, dan keterampilan (Hard
-
5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i
39/159
Competency) di atas rata-rata, tepatnya sebuah kombinasi kompetensi yang terdiri
dariAnalytical Thinking,Multi-Dimensional Knowledge, danAdvisory Skill.
Dalam menjalankan perannya, auditor tidak hanya dituntut mengenal
setiap business process (sistem kerja) yang sedang berjalan maupun yang lazim
berlaku, tetapi juga harus mampu:
a. Mengidentifikasi setiap critical point di dalamnya, serta setiap
kemungkinan logis dari praktek yang tidak memadai pada titik-titik
tersebut.
b. Menganalisis perubahan, penyimpangan, bahkan potential risk yang
ada.
c. Membuktikan root cause yang sebenarnya dan mengukur besarnya
negative impactsituasi yang sudah/mungkin terjadi.
Tuntutan berpikir analitis ini tidak dapat dihindarkan mengingat Audit
Internal harus berada di garis depan dalam mengembangkan risk management
Perusahaan.
Auditor juga dituntut memiliki kapasitas Intellectual Knowledge yang
memadai agar dapat inline dengan wawasan berpikir dan pengetahuan yang
dimiliki paraauditee. Pengetahuan yang dikuasai setidaknya harus mampu:
a. Menunjang value addedbagi bisnis maupun fungsi audit.
b. Mengikuti perkembangan dunia bisnis dan bidang pengawasan dari
waktu ke waktu (contextual).
Karena itu, auditor tidak boleh hanya berbekal pengetahuan dasar auditing
saja (accounting financial management, statistic, dan sebagainya), apalagi sekedar
-
5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i
40/159
mengandalkan hasil studi/pelatihan formal (yang terkadang tidak link & match
dengan dinamika kebutuhan bisnis), tetapi juga bersedia menjelajah secara self
learningsetiap informasi di luar serta pengalaman di dalam institusi bisnis, baik
yang bersifat technicalmaupun managerial, terkait seluruh bidang yang ditekuni
para auditee (IT, supply-chain,strategy management, marketing, dan sebagainya).
Secara umum ada 3 tingkatan yang diharapkan auditee dari diri auditor:
a. Memiliki kecakapan teknis yang baik, paling tidak sepadan dengan
yang dimiliki oleh auditee, khususnya dalam urusan
administrasi/pengendalian pekerjaan atau dalam menjalankan proses
sebuah sistem. Auditor harus dapat menunjukkan metode yang lebih
efektif/efisien ketimbang yang dijalankan oleh auditee.
b. Memiliki kecakapan supervisory yang tidak hanya terkait dengan
penguasaan instrumen pengawasan (standar dan peraturan kerja,
sistem reward & punishment, dan sebagainya), tetapi juga pemahaman
terhadap prinsip-prinsip interpersonal skill dan leadership yang baik.
c. Memiliki kecakapan komunikasi yang handal, tidak hanya dalam hal
meyakinkan auditee tentang urgensi persoalan atau potential risk
beserta dampaknya, tetapi juga dapat menunjukkan alasan mengapa
saran/rekomendasi yang diberikan benar-benar applicable, bahkan
sebagai best practicebagi auditee.
2.1.2.5 Standar Profesional Audit Internal
Menurut Hery (2010:73) standar profesional Audit Internal terbagi atas
empat macam diantaranya yaitu :
-
5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i
41/159
1. Independensi2. Kemampuan Profesional
3. Lingkup Pekerjaan4. Pelaksanaan Kegiatan Pemeriksaan
Adapun penjelasan dari keempat standar profesional Audit Internal
tersebut adalah :
1. Independensi
a. Mandiri dan Objektif
Audit Internal harus mandiri dan terpisah dari berbagai kegiatan yang
diperiksa. Auditor inernal dianggap mandiri apabila dapat
melaksanakan pekerjaannya secara bebas dan objektif. Kemandirian
Audit Internal sangat penting treutama dalam memberikan penilaian
yang tidak memihak (netral). Hal ini hanya dapat diperoleh melalui
status organisasi dan sikap objektif dari para audit interrnal. Status
organisasi Audit Internal harus dapat memberikan keleluasaan bagi
Audit Internal dalam menyelesaikan tanggung jawab pemeriksaan
secara maksimal.
2. Kemampuan Profesional
a. Pengetahuan dan kemampuan
Kemampuan profesional wajib dimiliki oleh Audit Internal. Dalam
setiap pemeriksaan, pimpinan Audit Internal haruslah menugaskan
orang-orang yang secara bersama-sama atau keseluruhan memiliki
pengetahuan dan kemampuan dari berbagai disiplin ilmu, seperti
akuntansi, ekonomi, keuangan, statistik, pemrosesan data elektronik,
-
5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i
42/159
perpajakan, dan hukum yang memang diperlukan unutk melaksanakan
pemeriksaan secara tepat dan pantas.
b. Pengawasan
Pimpinan Audit Internal bertanggung jawab dalam melakukan
pengawasan terhadap segala aktivitas pemeriksaan yang dilakukan
oleh para stafnya. Pengawasan yang dilakukan sifatnya berkelanjutan,
yang dimulai dengan perencanaan, yang dimulai dengan perencanaan
dan diakhiri dengan penyimpulan hasil pemeriksaan yang dilakukan.
Pengawasan yang dimaksud mencakup :
Memberikan instruksi kepada para staf Audit Internal pada awal
pemeriksaan dan menyetujui program-program pemeriksaan.
Melihat apakah program pemeriksaan yang telah disetujui
dilaksanakan, kecuali bila terdapat penyimpangan yang dibenarkan
atau disalahkan.
Menentukan apakah kertas kerja pemeriksaan telah cukup untuk
mendukung temuan pemeriksaan, kesimpulan-kesimpulan, dan
laporan hasil pemeriksaan.
Meyakinkan apakah laporan pemeriksaan tersebut akurat, objektif,
jelas, ringkas, konstruktif dan tepat waktu.
Menentukan apakah tujuan pemeriksaan telah dicapai.
-
5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i
43/159
c. Ketelitian Profesional
Audit Internal harus dapat bekerja secara teliti dalam melaksanakan
pemeriksaan. Audit Internal harus mewaspadai berbagai kemungkinan
terjadinya pelanggaran yang dilakukan dengan sengaja, kesalahan,
kelalaian, ketidakefektifan, pemborosan (ketidakefesienan), dan
konflik kepentingan.
3. Lingkup Pekerjaan
a. Keandalan informasi
Audit Internal haruslah menguji sistem informasi tersebut, dan
menentukan apakah berbagai catatan, laporan finansial dan laporan
operasional perusahaan mengandung informasi yang akurat, dapat
dibuktikan kebenarannya, tepat waktu, lengkap, dan berguna.
b. Kesesuaian dengan kebijakan, rencana, prosedur, dan ketentuan
perundang-undangan
Manajemen bertanggung jawab untuk menetapkan sistem, yang dibuat
dengan tujuan memastikan pemenuhan berbagai persyaratan, seperti
kebijakan, rencana, prosedur, dan peraturan perundang-undangan.
Audit Internal bertanggung jawab untuk menentukan apakah sistem
tersebut telah cukup efektif dan apakah berbagai kegiatan yang
diperiksa telah sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan.
c. Perlindungan aktiva
Audit Internal harus meninjau berbagai alat atau cara yang digunakan
untuk melindungi aktiva perusahaan terhadap berbagai jenis kerugian,
-
5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i
44/159
seperti kerugian yang diakibatkan oleh pencurian, dan kegiatan yang
ilegal. Pada saat memverifikasi keberadaan suatu aktiva, Audit Internal
harus menggunakan prosedur pemeriksaan yang sesuai dan tepat.
d. Penggunaan sumber daya
Audit Internal harus dapat memastikan keekonomisan dan keefesienan
penggunaan sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan. Audit
Internal bertanggung jawab untuk :
Telah menetapkan suatu standar operasional untuk mengukur
keekonomisan dan efesiensi
Standar operasional tersebut telah dipahami dan dipenuhi
Berbagai penyimpangan dari standar operasional telah
diidentifikasi, dianalisis, dan diberitahukan kepada berbagai pihak
yang bertanggung jawab untuk melakukan tindakan perbaikan.
Tindakan perbaikan telah dilakukan
e. Pencapaian tujuan
Audit Internal harus dapat memberikan kepatian bahwa semua
pemeriksaan yang dilakukan sudah mengarah kepada pencapaian
tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan oleh perusahan.
4. Pelaksanaan kegiatan pemeriksaan
a. Perencanaan kegiatan pemeriksaan
Audit Internal harus terlebih dahulu melakukan perencanaan
pemeriksaan dengan meliputi :
Penetapan tujuan pemeriksaan dan lingkup pekerjaan
-
5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i
45/159
Memperoleh informasi dasar tentang objek yang akan diperiksa
Penentuan tenaga yang diperlukan untuk melaksanakan
pemeriksaan
Pemberitahuan kepada para pihak yang dipandang perlu
Melakukan survei secara tepat untuk lebih mengenali bidang atau
area yang akan diperiksa
Penetapan program pemeriksaan
Menentukan bagaimana, kapan dan kepada siapa hasil pemeriksaan
disampaikan
Memperoleh persetujuan atas rencana kerja pemeriksaan
b. Pengujian dan pengevaluasian
Audit Internal harus melakukan pengujian dan pengevaluasian
terhadap semua informasi yang ada guna memastikan ketepatan dari
informasi tersebut yang nantinya akan digunakan untuk pemeriksaan.
c. Pelaporan hasil pemeriksaan
Audit Internal harus melaporkan hasil pemeriksaan yang dilakukannya.
Laporan yang dibuat haruslah objektif, jelas, singkat, konstruktif dan
tepat waktu. Objektif adalah laporan yang faktual, tidak berpihak, dan
terbebas dari distorsi. Laporan yang jelas adalah laporan yang mudah
dimengerti dan logis. Laporan yang singkat adalah laporan yang
diringkas langsung membicarakan pokok permasalahan dan
menghindari berbagai perincian yang tidak diperlukan. Laporan yang
konstruktif adalah laporan yang berdasarkan isi dan sifatnya akan
-
5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i
46/159
membantu pihak yang diperiksa dan organisasi serta menghasilkan
berbagai perbaikan yang diperlukan. Laporan yanng tepat waktu
adalah laporan yang pemberitaanya tidak ditunda dan mempercepat
kemungkinan pelaksanaan berbagai tindakan yang koreksi dan efektif.
Audit Internal juga harus langsung melaporkan hasil pemeriksaannya
kepada pimpinan dan karyawan lain apabila membutuhkan.
d. Tindak lanjut pemeriksaan
Audit Internal harus secara terus menerus meninjau dan melakukan
tindak lanjut untuk memastikan apakah suatu tindakan perbaikan telah
dilakukan dan memberikan berbagai hasil yang diharapkan. Tindak
lanjut Audit Internal didefinisikan sebagai suatu proses untuk
menentukan kecukupan, keefektifan, dan ketepatan waktu dari
berbagai tindakan yang dilakukan oleh menejemen terhadap berbagai
temuan pemeriksaan yang dilaporkan.
2.1.3 Pencegahan dan Pendeteksian Fraud
2.1.3.1 Definisi Fraud
Pada kenyataannya fraud hampir terdapat di setiap lini pada organisasi,
mulai dari jajaran manajemen sampai kepada jajaran pelaksana bahkan bisa
sampai ke pesuruh (office boy). Frauddapat dilakukan oleh siapa saja, bahkan
oleh seorang pegawai yang tampaknya jujur sekalipun.
Tindakfraud adalah manusia dengan berbagai alasan dari dalam dirinya
untuk melakukan tindakan tercela (Valery G. Kumaat, 2011:135).
-
5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i
47/159
Adapun pengertian fraud menurut Pusdiklatwas BPKP (2008:11) adalah
sebagai berikut:
Dalam istilah sehari-hari, fraud dimaknai sebagai ketidakjujuran.
Dalam terminologi awam fraud lebih ditekankan pada aktivitas
penyimpangan perilaku yang berkaitan dengan konsekuensi hukum,
seperti penggelapan, pencurian dengan tipu muslihat, fraudpelaporan
keuangan, korupsi, kolusi, nepotisme, penyuapan, penyalahgunaan
wewenang, dan lain-lain.
Sedangkan Amin Widjaja Tunggal (2012:169) mengartikan fraud adalah
sebagai berikut:
Fraud is an advantage gained by unfair or wrong ful means, an
infraction of the rules of fair trade; a false representation of fact made
knowingly; without belief in its truth, recklessly, not caring whether it
is true or false.
Pada dasarnyafraudmerupakan tindakan yang melanggar hukum dan bisa
merugikan berbagai pihak. Fraud merupakan suatu hal yang sangat sulit
diberantas, bahkan korupsi di Indonesia sudah dilakukan secara sistematis
sehingga perlu penanganan yang sistematis. Akan tetapi kita harus optimis bahwa
bisa dicegah atau paling sedikitnya bisa dikurangi dengan menerapkan
pengendalian antifraud.
Dari beberapa uraian diatas dapat diketahui bahwa fraud berarti bahwa
suatu item tidak dimasukkan sehingga menyebabkan informasi tidak benar,
apabila suatu kesalahan adalah disengaja maka kesalahan tersebut merupakan
fraud (fraudulent). Fraudauditing hendaknya disebut dengan istilah Audit atas
fraud , yang dapat didefinisikan sebagai audit khusus yang dimaksudkan untuk
mendeteksi dan mencegah terjadinya penyimpangan atau fraud atas transaksi
keuangan. Fraud auditing termasuk dalam audit khusus yang berbeda dengan
-
5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i
48/159
audit umum terutama dalam hal tujuan yaitu fraud auditing mempunyai tujuan
yang lebih sempit (khusus) dan cenderung untuk mengungkap suatufraud yang
diduga terjadi dalam pengelolaan asset/aktiva.
2.1.3.2 Kondisi Penyebab Fraud
Amin Widjaja Tunggal (2012:10) menyatakan bahwa terdapat beberapa
kondisi penyebabfraud, diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Insentif atau tekanan. Manajemen atau pegawai lain merasakan
insentif atau tekanan untuk melakukan fraud .
b. Kesempatan. Situasi yang membuka kesempatan bagi manajemen atau
pegawai untuk melakukan fraud .
c. Sikap atau rasionalisasi. Ada sikap, karakter, atau serangkaian nilai-
nilai etis yang membolehkan manajemen atau pegawai untuk
melakukan tindakan yang tidak jujur, atau mereka berada dalam
lingkungan yang cukup menekan yang membuat mereka
merasionalisasi tindakan yang tidak jujur.
Dari pernyataan diatas, jelas bahwa kondisi penyebab fraud itu
diantaranya disebabkan oleh adanya intensif/tekanan, kesempatan, dan juga sikap
atau rasionalisasi. Insentif yang umum bagi Perusahaan untuk memanipulasi
laporan keuangan adalah menurunnya prospek keuangan Perusahaan.
Kesempatan meskipun laporan keuangan semua Perusahaan mungkin saja
menjadi sasaran manipulasi, risiko bagi Perusahaan yang berkecimpung dalam
-
5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i
49/159
industri yang melibatkan pertimbangan dan estimasi yang signifikan jauh lebih
besar.
Sikap/rasionalisasi sikap manajemen puncak terhadap pelaporan keuangan
merupakan faktor risiko yang sangat penting dalam menilai kemungkinan laporan
keuangan yang curang.
2.1.3.3 Faktor-faktor Pendorong Terjadinya Fraud
Fraud umumnya terjadi karena adanya tekanan untuk melakukan
penyelewengan dan dorongan untuk memanfaatkan kesempatan yang ada dan
adanya pembenaran (diterima secara umum) terhadap tindakan tersebut. Faktor
pendorongfraudboleh diartikan sebagai pola pemanfaatan kesempatan/peluang
untuk mengambil keuntungan melalui cara-cara yang merugikan.
Valery G Kumaat (2011:139) menyatakan pendapatnya tentang faktor
pendorong terjadinya fraud adalah sebagai berikut:
1. Desain pengendalian internalnya kurang tepat, sehingga meninggalkan
celah risiko.
2. Praktek yang menyimpang dari desain atau kelaziman (common
business sense) yang berlaku.
3. Pemantauan (pengendalian) yang tidak konsisten terhadap
implementasi business process.
4. Evaluasi yang tidak berjalan terhadap business processyang berlaku.
Simanjuntak (2008:4) dalam Nur Asiah (2012) menyatakan terdapat empat
faktor pendorong seseorang untuk melakukan fraud, yang disebut juga dengan
teoriGONE, yaitu:
-
5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i
50/159
1. Greed (keserakahan).
2. Opportunity (kesempatan).
3. Need (kebutuhan).
4. Exposure (pengungkapan).
Greed dan need termasuk dalam faktor individu yang merupakan hal
bersifat sangat personal dan diluar kendali Perusahaan sehingga sulit sekali dapat
dihilangkan oleh ketentuan perundang-undangan. Dengan adanya alasan
kebutuhan ditambah dengan motivasi yang mendorongnya, maka sikap serakah
seseorang akan cenderung melanggar ketentuan dan aturan.
Opportunity dan Exposure disebut sebagai faktor genetik karena
merupakan faktor yang masih di dalam kendali Perusahaan sebagai korban
perbuatan fraud. Pada umumnya terdapatnya kesempatan akan mendorong
seseorang untuk berbuat fraud kerena pelaku cenderung berpikir bahwa kapan
lagi ada kesempatan jika tidak sekarang. Sementara exposure berkaitan dengan
proses pembelajaran berbuat curang karena menganggap sanksi terhadap pelaku
fraud tergolong ringan sehingga para karyawan Perusahaan tidak merasa takut
apabila melakukanfraud.
Pada umumnya faktor pendorong seseorang melakukan tindakan fraud
adalah tekanan, baik itu tekanan finansial maupun non finansial yang didukung
dengan adanya kesempatan karena Perusahaan tidak menindak tegas pelaku fraud
sehingga tidak membuat efek jera bagi para pelakufraud.
-
5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i
51/159
2.1.3.4 Pencegahan Fraud
Kasus fraud yang semakin marak terjadi membuat kerugian yang cukup
besar bagi Perusahaan. Apabila fraud tidak bisa dideteksi dan dihentikan, maka
akan berakibat fatal bagi Perusahaan. Untuk itu, manajemen Perusahaan harus
mengambil tindakan yang tepat untuk mendeteksi dan mencegah terjadinyafraud.
Pencegahan fraud Pusdiklatwas BPKP (2008:37) merupakan upaya
terintegrasi yang dapat menekan terjadinya faktor penyebab fraud(fraud triangle)
yaitu:
1. Memperkecil peluang terjadinya kesempatan untuk berbuat
kecurangan.
2. Menurunkan tekanan kepada pegawai agar ia mampu
memenuhi kebutuhannya.
3. Mengeliminasi alasan untuk membuat pembenaran atau
rasionalisasi atas tindakan fraud yang dilakukan.
Dengan adanya upaya pencegahan yang diterapkan oleh Perusahaan dapat
memperkecil peluang terjadinya fraud karena setiap tindakan fraud dapat
terdeteksi cepat dan diantisipasi dengan baik oleh Perusahaan. Setiap karyawan
tidak merasa tertekan lagi dan melakukan pembenaran terhadap tindakan fraud
yang dapat merugikan banyak pihak.
2.1.3.5 Tujuan Pencegahan Fraud
Adanya penerapan Good Corporate Governance membuat sejumlah
Perusahaan mengeluarkan kebijakan terkait dengan upaya pencegahan fraud.
Salah satu cara tersebut adalah dengan memberikan kesempatan kepada Audit
Internal untuk mendeteksi dan mencegah fraud yang mungkin terjadi dalam
-
5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i
52/159
lingkungan organisasi. Apabila teknik pencegahanfraudberjalan baik dan efektif
akan membuat citra positif bagi Perusahaan karena meningkatnya kepercayaan
publik.
Menurut Pusdiklatwas BPKP (2008:38) pencegahan fraud yang efektif
memiliki lima tujuan yaitu:
1. Preventation, yaitu mencegah terjadinya fraud secara nyata pada
semua lini organisasi.
2. Deterence, yaitu menangkal pelaku potensial bahkan tindakan
untuk yang bersifat coba-coba.3. Discruption, yaitu mempersulit gerak langkah pelaku fraudsejauh
mungkin.
4. Identification, yaitu mengidentifikasi kegiatan beresiko tinggi dan
kelemahan pengendalian.
5. Civil action prosecution, yaitu melakukan tuntutan dan penjatuhan
sanksi yang setimpal atas perbuatan fraud kepada pelakunya.
Fraud merupakan suatu masalah di dalam Perusahaan dan harus dicegah
sedini mungkin, Amin Widjaja Tunggal (2012:59) mengemukakan bahwa
terdapat beberapa tata kelola untuk mencegah fraud diantaranya adalah sebagai
berikut:
1. Budaya Jujur dan Etika yang Tinggi
Riset menunjukkan bahwa cara yang paling efektif untuk mencegah dan
menghalangi fraud adalah mengimplementasikan program serta pengendalian anti
fraud , yang di dasarkan pada nilai-nilai inti yang dianut Perusahaan. Nilai-nilai
semacam itu menciptakan lingkungan yang mendukung perilaku dan ekspektasi
yang dapat diterima, bahwa pegawai dapat menggunakan nilai itu untuk
mengarahkan tindakan mereka. Nilai-nilai itu membantu menciptakan budaya
jujur dan etika yang menjadi dasar bagi tanggung jawab pekerjaan para karyawan.
Menciptakan budaya jujur dan etika yang tinggi mencakup enam unsur.
-
5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i
53/159
a. Menetapkan Tone at the Top
Manajemen dan dewan direksi bertanggung jawab untuk menetapkan
Tone at the Top terhadap perilaku etis dalam Perusahaan. Kejujuran dan
integritas manajemen akan memperkuat kejujuran serta integritas
karyawan di seluruh organisasi. Tone at the Topyang dilandasi kejujuran
dan integritas akan menjadi dasar bagi kode etik perilaku yang lebih
terinci, yang dapat dikembangkan untuk memberikan pedoman yang lebih
khusus mengenai perilaku yang diperbolehkan dan dilarang.
b. Menciptakan Lingkungan Kerja yang Positif
Dari riset yang dilakukan terlihat bahwa pelanggaran lebih jarang
terjadi bila karyawan mempunyai perasaan positif tentang atasan mereka
ketimbang bila mereka merasa diperalat, diancam, atau diabaikan. Tempat
kerja yang positif dapat mendongkrak semangat karyawan, yang dapat
mengurangi kemungkinan karyawan melakukan fraud terhadap
Perusahaan.
c. Mempekerjakan dan Mempromosikan Pegawai yang Tepat
Agar berhasil mencegah fraud , Perusahaan yang dikelola dengan baik
mengimplementasikan kebijakan penyaringan yang efektif untuk
mengurangi kemungkinan mempekerjakan dan mempromosikan orang-
orang yang tingkat kejujurannya rendah, terutama yang akan menduduki
jabatan yang bertanggung jawab atau penting. Kebijakan semacam itu
mungkin mencakup pengecekan latar belakang orang-orang yang
dipertimbangkan akan dipekerjakan atau dipromosikan menduduki jabatan
-
5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i
54/159
yang bertanggung jawab atau penting. Pengecekan latar belakang
memverifikasi pendidikan, riwayat pekerjaan, serta referensi pribadi calon
karyawan, termasuk referensi tentang karakter dan integritas. Setelah
seorang pegawai diangkat, evaluasi yang berkelanjutan atas kepatuhan
pegawai itu pada nilai-nilai dan kode perilaku Perusahaan juga akan
mengurangi kemungkinan fraud .
d. Pelatihan
Semua pegawai baru harus dilatih tentang ekspektasi Perusahaan
menyangkut perilaku etis pegawai. Pegawai harus diberi tahu tentang
tugasnya untuk menyampaikan fraud aktual atau yang dicurigai serta cara
yang tepat untuk, menyampaikannya. Selain itu, pelatihan kewaspadaan
terhadap fraud juga harus disesuaikan dengan tanggung jawab pekerjaan
khusus pegawai itu, misalnya, pelatihan yang berbeda untuk agen
pembelian dan penjualan.
e. Konfirmasi
Sebagian Perusahaan mengharuskan pegawainya untuk secara
periodik mengkonfirmasikan tanggung jawabnya mematuhi kode perilaku.
Pegawai diminta untuk menyatakan bahwa mereka memahami ekspektasi
Perusahaan serta sudah mematuhi kode perilaku, dan mereka tidak
mengetahui adanya pelanggaran. Konfirmasi tersebut akan membantu
mengokohkan kebijakan kode perilaku dan juga membantu menghalangi
pegawai melakukan fraud atau pelanggaran etika lainnya.
-
5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i
55/159
2. Tanggung jawab Manajemen untuk Mengevaluasi Pencegahan Fraud
Fraud tidak mungkin terjadi tanpa adanya kesempatan untuk
melakukannya dan menyembunyikan perbuatan itu. Manajemen bertanggung
jawab untuk mengidentifikasi dan mencegah fraud, mengambil langkah-langkah
yang teridentifikasi untuk mencegah fraud, serta memantau pengendalian internal
yang mencegah dan mengidentifikasifraud.
3. Pengawasan Oleh Komite Audit
Komite audit mengemban tanggung jawab utama mengawasi pelaporan
keuangan serta proses pengendalian internal organisasi. Dalam memenuhi
tanggung jawab ini komite audit memperhitungkan potensi diabaikannya
pengendalian internal oleh manajemen serta mengawasi proses pencegahanfraud
oleh manajemen, dan program serta pengendalian anti fraud. Komite audit juga
membantu menciptakan tone at the top yang efektif tentang pentingnya
kejujuran dan perilaku etis dengan mendukung toleransi nol manajemen terhadap
fraud.
2.1.3.6 Metode Pencegahan Fraud
Pusdiklatwas BPKP (2008:38) menyatakan beberapa metode pencegahan
yang lazim ditetapkan oleh manajemen mencakup beberapa langkah berikut:
1. Penetapan kebijakan anti fraud.
2. Prosedur pencegahan baku.
3. Organisasi.
4. Teknik pengendalian.
5. Kepekaan terhadap fraud .
-
5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i
56/159
Kebijakan unit organisasi harus memuat a high ethical tone dan harus
dapat menciptakan lingkungan kerja yang kondusif untuk mencegah tindakan-
tindakan fraud dan kejahatan ekonomi lainnya. Seluruh jajaran manajemen dan
karyawan harus mempunyai komitmen yang sama untuk menjalankannya
sehingga kebijaksanaan yang ada akan dilaksanakan dengan baik.
Pada dasarnya komitmen manajemen dan kebijakan suatu
instansi/organisasi merupakan kunci utama dalam mencegah dan mendeteksi
fraud. Namun demikian, harus pula dilengkapi dengan prosedur penanganan
pencegahan secara tertulis dan ditetapkan secara baku sebagai media pendukung.
Adanya audit commitee yang independen menjadi nilai plus karena unit
Audit Internal mempunyai tanggung jawab untuk melakukan evaluasi secara
berkala atas aktivitas organisasi secara berkesinambungan. Bagian ini juga
berfungsi untuk menganalisis pengendal;ian intern dan tetap waspada terhadap
fraudsaat melaksanakan audit.
Sistem yang dirancang dan dilaksanakan secara kurang baik akan menjadi
sumber atau peluang terjadinya fraud, yang pada gilirannya menimbulkan
kerugian financial bagi organisasi sehingga diperlukan teknik-teknik pengendalian
dan audit yang efektif untuk mengurangi kemungkinan terjadinyafraud. Kerugian
dan fraud dapat dicegah pula apabila organisasi atau instansi mempunyai staf
yang berpengalaman sehingga mereka peka terhadap sinyal-sinyalfraud.
2.1.3.7 Pendeteksian Fraud
Pada dasarnya tindak fraud dapat dibongkar oleh audit karena adanya
indikasi awal serta perencanaan yang baik untuk menyingkap segala sesuatu
-
5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i
57/159
mengenai tindak fraud yang mungkin terjadi, tim audit harus memiliki intuisi
yang tajam melihat berbagai aspek internal Perusahaan yang riskan (rawan) terjadi
fraud. Namun, di sini audit tidak mungkin bekerja hanya berdasarkan
kaidah/metode audit yang baku. Selain menerapkan berbasis risiko, audit juga
perlu mengembangkan aktivitas jaringan mata-mata. Dan yang terakhir ini
tidak mungkin dijalankan sendiri oleh para Audit Internal, yang identitasnya
mudah diketahui di tengah Perusahaan. Karena itu, diperlukan upaya terintegrasi
untuk membangun kedekatan emosional dengan orang-orang tertentu yang
nantinya diharapkan bisa berpihak pada tim audit.
Valery G Kumaat (2011:156) menyatakan bahwa:
Mendeteksi fraud adalah upaya untuk mendapatkan indikasi awal
yang cukup mengenai tindak fraud, sekaligus mempersempit ruang
gerak para pelaku fraud (yaitu ketika pelaku menyadari prakteknya
telah diketahui, maka sudah terlambat untuk berkelit).
Sedangkan menurut PUSDIKLATWAS BPKP (2008:45) pendeteksian
fraudoleh internal auditor merupakan:
Pendeteksian fraud oleh internal auditor merupakan
pengidentifikasian indikator-indikator fraudyang mengarahkan perlu
tidaknya dilakukan pengujian.
Dari beberapa definisi di atas sudah jelas bahwa pendeteksian fraud
merupakan suatu deteksi awal yang harus dilakukan agar tindak fraud dapat
dicegah untuk tidak dilakukan, dan untuk mengetahui perlu tidaknya dilakukan
pengujian.
Upaya pendeteksian ini bisa berlangsung dalam waktu relatif cepat, tetapi
terkadang harus membutuhkan kesabaran hingga berbulan-bulan. Menurut Valery
-
5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i
58/159
G Kumaat (2011:156) menyimpulkan bahwa cepat atau lambatnya pendeteksian
bergantung pada:
1. Faktor di pihak pelaku, yaitu kemampuannya menyiasati sistem atau
menutup celah dari praktek fraudnya, sehingga menentukan tingkat
kerumitan suatu tindakfraud.
2. Faktor yang ditentukan oleh kapasitas auditor sendiri, yaitu
kemampuannya mengembangkan audit berbasis resiko (risk based
audit) dan membangun Jaringan Informan (Audit Intelligence) dengan
tetap bersikap hati-hati.
2.1.3.8 Audit Berbasis Risiko (Risk-Based Audit) untuk Deteksi Fraud
Menurut Valery G Kumaat (2011:157) menyatakan bahwa audit berbasis
risiko dalam konteks mendeteksi tindak fraud adalah:
Rangkaian aktivitas pengawasan yang terencana, terpadu, dan
berkesinambungan dalam rangka memetakan, mengamati,
memverifikasi, dan menganalisis semua titik-titik kritis risiko (critical
ri sk poin ts) yang berpotensi menimbulkan tindak fraud.
Pemetaan (Mapping) di sini bertujuan untuk mengidentifikasi titik-titik
kritis risiko terjadinya tindak fraud. Peta risiko dapat dibuat langsung melalui
kriteria keuangan, masukan (khususnya keluhan) dari berbagai pihak, hingga
riwayat kasus yang pernah terjadi.
Pengamatan (Observing) bertujuan untuk memperdalam semua titik
risiko berdasarkan situasi aktual di lapangan. Hal itu termasuk mewawancarai
pihak-pihak terkait guna mengetahui berbagai kendala/masalah aktual serta
kebutuhan/ekspektasi para pelaksana dilapangan. Namun, rencana pengamatan
-
5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i
59/159
oleh auditor sering kali berbenturan dengan sikap yang kurang welcome di
lapangan. Resistensi yang dijumpai memang bisa jadi mengindikasikan adanya
praktek fraud pada objek yang diamati. Namun, terlalu dini untuk mengambil
kesimpulan. Jika terjadi resistensi, membangun jaringan informan (Audit
Intellegence) merupakan hal yang sangat penting.
Verifikasi Transaksi dan Analisis Data (Veri fying & Analyzing)
bertujuan untuk mempertegas kesimpulan bahwa tindak fraud mungkin ada atau
rawan terjadi. Hasil verifikasi dan analisis ini akan menyempurnakan hasil
pemetaan + pengamatan untuk menyimpulkan adanya bahaya terkait ada
tidaknya tindakfraud.
Menurut Valery G Kumaat (2011: 157) menyatakan bahwa setidaknya ada
3 objek yang bisa menjadi materi uji awal untuk menggambarkan berbagai titik
krisis risisko (critical risk point), yaitu:
1. Transparansi Sistem.
2. Konsentrasi Aset dan Biaya.
3. Integritas SDM dan Kesinambungan
Sistem kerja yang tidak transparan (terbuka) merupakan peluang emas
bagi pelaku fraud. Pelaku fraud banyak bermain pada lingkup sistem (unit
kerja) yang dianggap basah yang dapat menghasilkan keuntungan pribadi baik
langsung maupun tidak langsung, seperti:
a. Pembelian barang atau jasa.
b. Pengeluaran uang (kas & bank) dan biaya rutin.
c. Pengeluaran berbasis proyek/event.
-
5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i
60/159
d. Penagihan kewajiban dari pelanggan, khususnya yang kurang lancar
(bermasalah ataubad debt).
e. Pengeluaran aset fisik (inventory atau aktiva tetap).
Valery G Kumaat (2011:159) berpendapat bahwa konsentrasi Aset/Biaya
yang besar ini dapat dijabarkan dalam beberapa pengertian berikut:
1. Jumlah fisik aset yang relatif banyak, sehingga memberi kemudahan
untuk melakukan pengutilan tanpa segera dapat diketahui.
2. Alokasi anggaran biaya yang relatif besar, sehingga terbuka peluang
untuk melakukan manipulasi (mark-up) biaya.
3.Nilai barang yang relatif tinggi, yang bila berhasil memiliki dan
menjualnya di bawah harga pasar tetap bisa memberi keuntungan
yang fantastik.
Integritas SDM dan Kesinambungan ini adalah bagian yang mungkin
mudah dinilai, tetapi bisa juga menjadi faktor yang luput dari perkiraan ketika kita
harus mengukur potensi risiko terjadinya tindak fraud. Yang jelas dalam suatu
kasus fraud, apapun alasan rasional yang dikemukakan para pelaku, dapat kita
katakan bahwa mereka punya masalah integritas pribadi.
2.1.3.9 Pengembangan Jaringan Informan (Audit I ntell egence) untuk Deteksi
Fraud
Pada hakikatnya, audit intellegence bukanlah aktivitas spionase yang
dilakukan di internal korporasi, tetapi dapat didefinisikan sebagai berikut:
Menurut Valery G Kumaat (2011:161) menyatakan bahwa yang disebut
dengan audit intellegence adalah:
-
5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i
61/159
Strategi atau upaya berkesinambungan membangun sebuah
jaringan informasi aktual bagi tim audit dalam rangka menunjang
aktivitas audit berbasis risiko (r isk-based audi t), khususnya untukmengantisipasi risiko yang berdampak negatif terhadap organisasi
serta untuk melakukan cegah-tangkal atas praktek tindak fraud .
Selain itu Valery G Kumaat (2011:161) berpendapat bahwa aktivitas
spionase memang bisa dianggap sebagai bagian dari audit intellegence. Namun,
hal itu dapa