jbptunpaspp gdl ratnaamali 2689 1 draftsk i

Upload: akbarputraw

Post on 13-Oct-2015

69 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i

    1/159

    PENGARUH AUDIT INTERNAL TERHADAP PENCEGAHAN DAN

    PENDETEKSIAN FRAUD(KECURANGAN)

    (SUATU STUDI PADA GABUNGAN KOPERASI PEGAWAI REPUBLIK

    INDONESIA (GKPRI) Jawa Barat)

    SKRIPSI

    Untuk memenuhi salah satu syarat sidang skripsi

    guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

    OLEH :

    RATNA AMALIA

    094020042

    PROGRAM STUDI AKUNTANSI

    FAKULTAS EKONOMI

    UNIVERSITAS PASUNDAN

    2013

  • 5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i

    2/159

    PENGARUH AUDIT INTERNAL TERHADAP PENCEGAHAN DAN

    PENDETEKSIAN FRAUD(KECURANGAN)

    (Suatu Studi pada Gabungan Koperasi Pegawai Republik Indonesia

    (GKPRI) Jawa Barat)

    SKRIPSI

    Untuk memenuhi salah satu syarat sidang skripsi

    guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

    Jurusan Akuntansi

    Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan Bandung

    Menyetujui

    Bandung, Juni 2013

    Pembimbing,

    Prof. Dr. Hj. Ida Suraida, SE.,MSi.,Ak.

    Dekan, Ketua Program Studi,

    Dr. H. R. Abdul Maqin, SE., MP Dr. H. Sasa S. Suratman,SE., MSc

  • 5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i

    3/159

    Ilmu itu lebih baik dari pada harta. Ilmu akan menjaga engkau danengkau menjaga harta. Ilmu itu penghukum hakim ) sedangkan hartaterhukum. Kalaw harta itu akan berkurang apabila dibelanjakan, tetapiilmu akan bertambah apabila dibelanjakan.

    _Sayidina Ali bin Abi Thalib_

    Katakanlah : Tiap-tiap orang berbuatmenurut cara bertindaknya masing-masing.

    Maka Tuhan-Mu lebih mengetahui siapayang lebih benar jalannya .

    Al-Quran : 17/84

    Teruntuk :Yang tercinta Bapa, Mama

    Serta Kakak-kakakku Adikku dan Noeno

  • 5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i

    4/159

    PERNYATAAN

    Dengan ini saya menyatakan bahwa :

    1. Karya tulis saya, skripsi ini, adalah asli dan belum pernah diajukan untuk

    mendapatkan gelar akademik sarjana, baik di Universitas Pasundan

    maupun di perguruan tinggi lainnya.

    2. Karya tulis ini murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri, tanpa

    bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing.

    3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atu pendapat yang telah ditulis

    atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas

    dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama

    pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

    4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan kemudian apabila di

    kemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam

    pernyataan ini maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupapencabutan gelar yang telah diperoleh karena karya tulis ini, serta sanksi

    lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di perguruan tinggi ini.

    Bandung, Juni 2013

    Yang membuat pernyataan

    Ratna Amalia

    NRP. 094020042

  • 5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i

    5/159

    ABSTRAK

    Skripsi ini berjudul Pengaruh Audit Internal terhadap Pencegahan dan

    PendeteksianFraud. Dalam rangka memaksimalkan nilai tambah koperasi bagi

    pihak yang berkepentingan (stakeholders), maka GKPRI Jawa Barat

    mengimplementasikan Audit Internal yaitu dengan memaksimalkan fungsi

    pengawas yang berfungsi melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan

    dan pengelolaan koperasi yang dilakukan oleh pengurus. Dimana tugas dari Audit

    Internal (Pengawas) adalah melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan

    kebijakan dan pengelolaan koperasi yang dilakukan oleh Pengurus. Pelaksanaan

    Audit Internal selain dilakukan oleh pengawas yang merupakan perangkat

    organisasi koperasi dan hasil pemeriksaannya dilaporkan pada rapat anggota juga

    dilakukan oleh ka.ur terhadap pegawai yang ada dibawahnya dan melaporkan

    hasilnya kepada pengurus.

    Tujuan Penulis melakukan penelitian ini antara lain, untuk mengetahui

    Audit Internal di GKPRI Jawa Barat, untuk mengetahui pencegahan fraud di

    GKPRI Jawa Barat, untuk mengetahui pendeteksian fraud di GKPRI Jawa Barat

    dan Untuk mengetahui pengaruh Audit Internal terhadap pencegahan dan

    pendeteksianfrauddi GKPRI Jawa Barat.

    Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi empiris,

    yaitu penelitian terhadap fakta empiris yang diperoleh berdasarkan observasi dan

    pengalaman. Sedangkan Hipotesis yang digunakan adalah hipotesis deskriptif dan

    asosiatif, tujuannya untuk melihat hubungan antara Audit Internal dalam

    mencegah dan mendeteksifraudsecara nyata. Sedangkan teknik yang digunakan

    dalam pengumpulan datanya yaitu penelitian lapangan (melakukan wawancara

    langsung terhadap bagian yang berhubungan dengan objek penelitian, kuesioner).

    Berdasarkan hasil perhitungan program SPSS diperoleh nilai untukX terhadap Y1 sebesar 9,229 dan untuk X terhadap Y2 sebesar 3,923. Dengan

    menggunakan angka signifikansi atau Sig ( = 5%), dan N= 14 maka diperoleh sebesar 2,178. Ketentuan mengatakan jika , maka Haditerima dan Ho ditolak. Artinya hipotesis yang menyatakan Audit Internal

    berpengaruh terhadap pencegahan dan pendeteksianfraud diterima.

  • 5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i

    6/159

    KATA PENGANTAR

    Assalamualaikum Wr.Wb.

    Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

    melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita dan memberikan kekuatan hati

    dalam setiap pembelajaran. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada

    Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan kita selaku umatnya.

    Setelah melalui pembelajaran dan segala perjuangan, atas hidayah dan kebesaran-

    Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagaimana mestinya

    dengan segala kekurangan dan kelebihannya.

    Skripsi ini memuat hasil penelitian yang dilakukan penulis di Gabungan

    Koperasi Pegawai Republik Indonesia (GKPRI) Jawa Barat. Penelitian ini dipilih

    dengan judul Peranan Audit Internal dalam Mencegah dan Mendeteksi Fraud.

    Penulis memilih judul ini mengingat pentingnya peranan Audit Internal yang

    dilakukan di GKPRI Jawa Barat, demi mendukung kelancaran proses

    Pengendalian intern.

    Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak

    kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan yang disebabkan oleh keterbatasan

    kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki. Hal ini juga dapat terwujud

    berkat bimbingan, bantuan, pengarahan, petunjuk, serta doa dari berbagai pihak

    yang begitu berharga bagi penulis sampai akhirnya penulis dapat menyelesaikan

    skripsi ini.

  • 5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i

    7/159

    Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang

    mendalam kepada kedua orang tua tercinta, Bapak Engkun Nurjamin dan Ibu Nia

    Kurniasih serta kakak-kakakku dan adikku tersayang yang senantiasa telah

    memberikan seluruh kasih sayang, perhatian, dan dukungannya baik moral

    maupun material sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

    Pada kesempatan ini juga penulis ingin mengucapkan terima kasih serta

    penghargaan yang setinggi-tingginya khususnya kepada Prof. Dr. Hj. Ida Suraida,

    SE.,MSi.,AK selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga

    serta pikirannya untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

    Selain itu penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada yang

    terhormat :

    1. Prof. Dr. H. M. Didi Turmudzi., MSi, Rektor Universitas Pasundan.

    2. Dr. H. R. Abdul Maqin, SE., MP, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas

    Pasundan.

    3. Dr. H. Sasa S. Suratman, SE., MSc, Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas

    Ekonomi Universitas Pasundan.

    4. Bapak Pengurus GKPRI Jawa Barat yang telah mengijinkan penulis

    melaksanakan penelitian di unit-unit usaha GKPRI Jawa Barat.

    5. Bpk. Engkun Nurjamin, Kepala Urusan Pembukuan GKPRI Jawa Barat yang

    telah membimbing penulis selama melaksanakan penelitian di GKPRI Jawa

    Barat.

  • 5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i

    8/159

    6. Sahabat-sahabatku Lilir Sundayani, Priska Wijayanti Agustiani, Elis Maesaroh

    dan Fitri Kania yang selalu memberi dukungan, motivasi, dan kecerian kepada

    Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

    7. Teman-teman seperjuangan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas

    Pasundan.

    Penulis berharap informasi yang terdapat dalam laporan ini bermanfaat.

    Namun, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang dapat mendorong

    penulis untuk lebih menyempurnakan laporan ini maupun karya-karya

    selanjutnya.

    Wassalammualiaikum wr.wb.

    Bandung, Juni 2013

    Penulis

    Ratna Amalia

  • 5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i

    9/159

    DAFTAR ISI

    ABSTRAK .................................................................................................... i

    KATA PENGANTAR ................................................................................. ii

    DAFTAR ISI ................................................................................................ v

    DAFTAR GAMBAR ................................................................................... x

    DAFTAR TABEL......................................................................................... xi

    DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xiii

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang Penelitian ......................................................... 1

    1.2 Identifikasi Masalah ................................................................. 7

    1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ................................................ 8

    1.3.1 Maksud Penelitian ........................................................ 8

    1.3.2 Tujuan Penelitian ......................................................... 8

    1.4 Kegunaan Penelitian ................................................................ 8

    1.4.1 Kegunaan Praktis ......................................................... 8

    1.4.2 Kegunaan Teoritis ........................................................ 9

    1.5 Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. 9

    BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

    2.1 Kajian Pustaka ......................................................................... 10

    2.1.1 Audit ............................................................................. 10

    2.1.1.1 Definisi Audit ................................................ 10

  • 5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i

    10/159

    2.1.1.2 Jenis-jenis Audit ............................................ 11

    2.1.1.3 Tujuan Audit .................................................. 13

    2.1.2 Audit Internal ............................................................... 15

    2.1.2.1 Definisi Audit Internal ................................... 15

    2.1.2.2 Tujuan Audit Internal ..................................... 16

    2.1.2.3 Peranan Audit Internal ................................... 17

    2.1.2.4 Kompetensi Audit Internal .............................. 20

    2.1.2.5 Standar Profesional Audit Internal ................. 24

    2.1.3 Mencegah dan MendeteksiFraud................................ 29

    2.1.3.1 DefinisiFraud................................................. 29

    2.1.3.2 Kondisi PenyebabFraud ............................... 31

    2.1.3.3 Faktor-faktor Pendorong TerjadinyaFraud .. 32

    2.1.3.4 PencegahanFraud ......................................... 34

    2.1.3.5 Tujuan PencegahanFraud............................. 34

    2.1.3.6 Metode PencegahanFraud............................ 38

    2.1.3.7 PendeteksianFraud....................................... 40

    2.1.3.8 Audit Berbasis Risiko (Risk-Based Audit) untuk

    DeteksiFraud................................................. 41

    2.1.3.9 Pengembangan Jaringan Informan (Audit

    Intelegence) untuk DeteksiFraud.................. 44

    2.1.3.10 Komunikasi Informal Audit dengan Pihak

    Internal ........................................................... 44

  • 5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i

    11/159

    2.1.3.11 Media Audit untuk Menerima Masukan atau

    Pengaduan ...................................................... 46

    2.1.4 Peranan Audit Internal dalam Mencegah dan Mendeteksi

    Fraud............................................................................ 47

    2.2 Kerangka Pemikiran ................................................................ 50

    2.3 Hipotesis .................................................................................. 53

    BAB III METODE PENELITIAN

    3.1 Metode Penelitian yang Digunakan ......................................... 54

    3.2 Definisi Variabel dan Operasionalisasi Variabel ..................... 55

    3.2.1 Definisi Variabel dan Pengukurannya ......................... 55

    3.2.2 Operasionalisasi Variabel ............................................ 57

    3.3 Populasi dan Teknik Sampling ................................................ 63

    3.3.1 Populasi Penelitian dan Ukuran Sampel ...................... 63

    3.3.2 Teknik Sampling .......................................................... 63

    3.4 Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 65

    3.5 Metode Analisis Data ............................................................... 66

    3.5.1 Model Penelitian .......................................................... 66

    3.6 Analisa Data ............................................................................. 67

    3.6.1 Pengujian Validitas ...................................................... 70

    3.6.2 Pengujian Reliabilitas .................................................. 71

    3.7 Rancangan Analisis dan Uji Hipotesis ..................................... 71

    3.7.1 Penetapan Hipotesis Nol (Ho) dan Hipotesis Alternatif

    (Ha) .............................................................................. 71

  • 5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i

    12/159

    3.7.2 Pemilihan Tes Statistik dan Penghitungan Nilai Tes

    Statistik ......................................................................... 72

    3.7.3 Taraf Signifikansi ......................................................... 74

    3.7.4 Penetapan Kriteria Pengujian Hipotesis ....................... 75

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    4.1 Hasil Penelitian ........................................................................ 76

    4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan ...................................... 76

    4.1.1.1 Definisi Koperasi ............................................ 76

    4.1.1.2 Landasan, Asas, dan Tujuan Koperasi ........... 77

    4.1.1.3 Prinsip Koperasi ............................................. 78

    4.1.1.4 Sejarah Singkat GKPRI Jawa Barat ............... 78

    4.1.1.4 Visi dan Misi GKPRI Jawa Barat .................. 80

    4.1.1.4 Aktivitas Usaha GKPRI Jawa Barat ............... 81

    4.1.1.4 Struktur Organisasi dan Uraian Tugas GKPRI Jawa

    Barat .............................................................. 82

    4.1.2 Uji Validitas dan Reliabilitas Data ............................... 86

    4.1.3 Pelaksanaan Audit Internal dalam Mencegah dan Mendeteksi

    Fraud di GKPRI Jawa Barat ........................................ 89

    4.2 Pembahasan ............................................................................. 111

    4.2.1 Analisis Audit Internal ................................................. 111

    4.2.2 Analisis Mencegah dan MendeteksiFraud ................. 114

    4.2.3 Analisis Peran Audit Internal dalam Mencgah dan

    MendeteksiFraud......................................................... 116

  • 5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i

    13/159

    4.2.4 Pengujian Hipotesis ...................................................... 119

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1 Kesimpulan .............................................................................. 121

    5.2 Saran ........................................................................................ 126

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • 5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i

    14/159

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 3.1 Model Penelitian ....................................................................... 66

  • 5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i

    15/159

    DAFTAR TABEL

    Tabel 2.1 Rekomendasi .............................................................................. 46

    Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel Penelitian .......................................... 57

    Tabel 3.2 Interpretasi Nilai Koefisien Korelasi .......................................... 73

    Tabel 4.1 Hasil Penghitungan Penyajian Validitas VariabelXAudit

    Internal ........................................................................................ 86

    Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Penyajian Validitas Variabel YMencegah dan

    MendeteksiFraud(Kecurangan) Akuntansi ............................... 87

    Tabel 4.3 Uji Relibilitas VariabelX Audit Internal..................................... 88

    Tabel 4.4 Tabel 4.4 Uji Reliabilitas Variabel Y Mencegah dan Mendeteksi

    FraudAkuntansi ......................................................................... 89

    Tabel 4.5 Skor Jawaban Responden tentang Subvariabel Independensi..... 91

    Tabel 4.6 Skor Jawaban Responden tentang Subvariabel Kemampuan

    Profesional ................................................................................... 93

    Tabel 4.7 Skor Jawaban Responden tentang Subvariabel Lingkup Pekerjaan

    ..................................................................................................... 95

    Tabel 4.8 Skor Jawaban Responden tentang Subvariabel Pelaksanaan Kegiatan

    Pemeriksaan ................................................................................ 98

    Tabel 4.9 Skor Jawaban Responden tentangSubvariabel Penetapan Kebijakan

    AntiFraud................................................................................... 100

    Tabel 4.10 Skor Jawaban Responden tentang Subvariabel Prosedur Pencegahan

    Baku ............................................................................................ 101

  • 5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i

    16/159

    Tabel 4.11 Skor Jawaban Responden tentang Subvariabel Prosedur Mendeteksi

    Fraudsecara Otomatis dalam Sistem.......................................... 103

    Tabel 4.12 Skor Jawaban Responden tentang Subvariabel Organisasi ......... 104

    Tabel 4.13 Skor Jawaban Responden tentang Subvariabel Teknik Pengendalian

    ..................................................................................................... 105

    Tabel 4.14 Skor Jawaban Responden tentang Subvariabel Kepekaan Terhadap

    Fraud........................................................................................... 107

    Tabel 4.15 Skor Jawaban Responden tentang Subvariabel Audit Berbasis

    Resiko ......................................................................................... 109

    Tabel 4.16 Rata-rata (mean) Variabel X ....................................................... 111

    Tabel 4.17 Rata-rata (Mean) Variabel Y........................................................ 114

    Tabel 4. 18 Korelasi Rank Spearman ............................................................ 117

    Tabel 4.19 Uji t .............................................................................................118

    Tabel 4.20 Koefisien Determinasi ................................................................. 119

  • 5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i

    17/159

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Surat Tugas Pembimbing

    Lampiran 2 Kartu Bimbingan Skripsi

    Lampiran 3 Surat Permohonan Survey

    Lampiran 4 Surat Keterangan Survey

    Lampiran 5 Surat Permohonan Pengisian Kuesioner

    Lampiran 6 Kuesioner

    Lampiran 7 Struktur Organisasi Koperasi

    Lampiran 8 Tabulasi Data Kuesioner VariabelX

    Lampiran 9 Tabulasi Data Kuesioner Variabel Y

    Lampiran 10 Hasil Output SPSS

    Lampiran 11 Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi

    Lampiran 12 Lembar Persetujuan Perbaikan (Revisi) Skripsi

    Lampiran 13 Daftar Perbaikan Skripsi

    Lampiran 14 Catatan Perbaikan Skripsi

    Lampiran 15 Biodata

  • 5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i

    18/159

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang Penelitian

    Seiring dengan kemajuan perekonomian di negeri kita, dewasa ini

    berkembang pula koperasi-koperasi dengan berbagai status kepemilikan, Badan

    Usaha Milik Swasta (BUMS), Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan

    Usaha Milik Daerah (BUMD). Dengan semakin berkembangnya skala usaha

    koperasi-koperasi tersebut maka permasalahan yang dihadapi oleh koperasi-

    koperasi tersebut akan menjadi kompleks.

    Koperasi seperti layaknya suatu badan usaha, merupakan salah satu tempat

    yang dapat memberikan kesempatan kerja dan pendapatan bagi sebagian

    masyarakat Indonesia yang berusaha dalam bidang yang sesuai dengan usaha

    yang dijalankan oleh koperasi tersebut. Koperasi sebagai salah satu sarana

    peningkatan usaha masyarakat Indonesia dituntut untuk memaksimalkan usahanya

    guna kemajuan dan kelangsungan hidup koperasi, dan juga berkembang sejalan

    dengan perkembangan perekonomian dewasa ini.

    Koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan

    masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan ekonomi nasional

    dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur berlandaskan

    Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

    Dalam kegiatannya itu koperasi tidak dapat melepaskan diri dari

    kepentingan anggotanya. Kepercayaan yang diberikan oleh anggota kepada

  • 5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i

    19/159

    koperasi dapat dipertahankan dan dapat dilihat dari keadaan koperasi setiap

    waktu, sehingga kemajuan dan kemunduran koperasi akan mempengaruhi

    stabilitas dan keadaan anggotanya. Dengan latar belakang tersebut, GKPRI Jawa

    Barat dalam kegiatannya bertujuan pula mencari laba yang ditujukan untuk

    peningkatan modal usaha koperasi yang diarahkan untuk mensejahterakan

    anggotanya.

    Untuk mencapai tujuan tersebut, pihak manajemen harus mengelola

    usahanya dengan baik dan disamping itu perlu memperhatikan hal-hal yang

    berkaitan dengan kemajuan koperasi yang didukung kemajuan ilmu pengetahuan,

    teknologi, politik dan budaya yang dapat membuat dunia bisnis melaju dengan

    cepat dan merupakan suatu hal yang positif apabila dibarengi dengan adanya

    tanggung jawab koperasi terhadap apapun yang dilakukan. Karena pada dasarnya

    kemajuan tersebut mengakibatkan makin maju dan kompleksnya aktivitas

    koperasi yang mengarah pada keinginan koperasi untuk mendapatkan kemudahan-

    kemudahan dalam menjalankan operasionalnya. Kemudahan-kemudahan itu

    didapat karena selama ini koperasi dianggap sebagai lembaga yang dapat

    memberikan keuntungan bagi masyarakat antara lain; membuka lapangan

    pekerjaan dan menyediakan kebutuhan masyarakat.

    Bisnis yang baik selalu mempunyai misi tertentu yang luhur dan tidak

    sekedar mencari keuntungan. Akan tetapi harus dapat meningkatkan standar hidup

    masyarakat dan membuat hidup manusia lebih manusiawi melalui pemenuhan

    kebutuhan secara baik. Bisnis yang hanya mencari keuntungan telah

  • 5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i

    20/159

    menyebabkan perilaku yang menghalalkan segala cara demi mencari keuntungan

    yang sebesar-besarnya tanpa mengindahkan norma.

    Sekarang ini Perusahaan banyak dihadapkan pada permasalahan

    banyaknya fraud. Tidak menutup kemungkinan koperasi juga dapat dihadapkan

    pada permasalahan yang sama.Frauddapat dilakukan baik oleh pegawai maupun

    manajemen demi mendapatkan keuntungan bagi mereka. Data dari Penyidik

    Mabes Polri dan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) di

    Indonesia.

    Kasus fraud semakin marak terjadi di Indonesia akhir-akhir ini. Kasus

    fraudterjadi di berbagai Perusahaan baik itu bersekala kecil maupun Perusahaan

    berskala besar. Salah satufraudyang berhasil diungkap dalah kasus korupsi yang

    dilakukan oleh Ketua Koperasi Harapan Kecamatan Mancak, Jiji Abdul Aziz, Jiji

    yang juga guru ini didakwa melakukan korupsi dana kegiatan pemilikan rumah

    sejahtera sehat (KPRSH) mikro bersubsidi dari Kementerian Perumahan Rakyat

    (Kemenpera) tahun 2008 sebesar Rp 797 juta. Koperasi Harapan telah menerima

    bantuan dana KPRSH bersubsidi dari Kemenpera sebesar Rp 797 juta. Bantuan itu

    diperuntukkan bagi 119 orang sesuai nama-nama pemohon yang diajukan dan

    disetujui pihak Kemenpera. Namun dalam realisasinya Koperasi Harapan hanya

    menyalurkan dana yang diberikan kepada 119 warga itu sebesar Rp 595 juta.

    Selain itu, pihak koperasi juga telah memberikan fee atau komisi sebesar 25

    persen atau Rp 199 juta kepada saksi Ahmad Rozi (terdakwa dalam kasus korupsi

    serupa) yang menjadi perantara koperasi ke Kemenpera bersama Didi Ubaidilah

    (DPO). Dalam kenyataannya pemberian fee itu tidak ada dalam persetujuan

  • 5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i

    21/159

    Kemenpera. Perbuatan terdakwa telah merugikan keuangan negara. Berdasarkan

    audit yang dilakukan, perbuatan terdakwa telah merugikan keuangan negara

    sebesar Rp 797 juta (http://poskota.co.id/berita-terkini/2012/01/05/korupsi-ketua-

    koperasi-diadili-di-pn-serang). Kasus yang sama terjadi juga pada dua pengurus

    Koperasi Karyawan PT. Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo) periode 2008-

    2011, Novian Prihantono dan Subarkah. Keduanya diduga kuat melakukan

    korupsi dalam pengelolaan keuangan koperasi selama tahun 2008-2011 dengan

    nilai sekitar Rp 6 miliar rupiah (http://harianjayapos.com/detail-3467-uang-

    koperasi-karyawanptaskrindo-dikorup-kasusnya-diusut-di-polda-metro-jaya.html).

    Munculnya, banyak kasus korupsi di Indonesia yang seolah tiada ujungnya

    adalah karena rusaknya sistem ketatanegaraan kita. Sudah banyak peristiwa terjadi

    di saat banyak orang baik masuk parlemen yang rusak ini tiba-tiba menjadi jahat

    dan berani melakukan tindakan penyelewengan karena banyaknya godaan.

    Godaan dari kekuasaan itu sendiri dan yang paling parah adalah godaan dari

    sistem yang rusak ini.

    Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melansir kerugian negara akibat

    korupsi mencapai 39,3 triliun rupiah sepanjang tahun 2004-2011. Sedangkan

    Sindonews.com Indonesia Corruption Watch (ICW) mencatat, kerugian negara

    akibat kasus korupsi pada semester pertama tahun 2012 mencapai Rp1,22 triliun

    dari 285 kasus dengan total pelaku 597 orang. Tindak pidana korupsi di Tanah Air

    masih tergolong sangat tinggi jika mengacu pada skor Corruption Perception

    Index yang dilansir oleh Transparancy International Indonesia. Dengan rentang

    skor 1 hingga 10, di mana skor 1 menunjukkan negara dengan korupsi yang

    http://poskota.co.id/berita-terkini/2012/01/05/korupsi-ketua-koperasi-diadili-di-pn-seranghttp://poskota.co.id/berita-terkini/2012/01/05/korupsi-ketua-koperasi-diadili-di-pn-seranghttp://harianjayapos.com/detail-3467-uang-koperasi-karyawanptaskrindo-dikorup-kasusnya-diusut-di-polda-metro-jaya.htmlhttp://harianjayapos.com/detail-3467-uang-koperasi-karyawanptaskrindo-dikorup-kasusnya-diusut-di-polda-metro-jaya.htmlhttp://harianjayapos.com/detail-3467-uang-koperasi-karyawanptaskrindo-dikorup-kasusnya-diusut-di-polda-metro-jaya.htmlhttp://harianjayapos.com/detail-3467-uang-koperasi-karyawanptaskrindo-dikorup-kasusnya-diusut-di-polda-metro-jaya.htmlhttp://poskota.co.id/berita-terkini/2012/01/05/korupsi-ketua-koperasi-diadili-di-pn-seranghttp://poskota.co.id/berita-terkini/2012/01/05/korupsi-ketua-koperasi-diadili-di-pn-serang
  • 5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i

    22/159

    sangat tinggi dan skor 10 negara yang dinilai bersih dari korupsi. RI berada pada

    skor 3 di tahun 2011.

    Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian sebelumnya oleh Nur

    Asiah (2012) dengan judul Pengaruh Penerapan Whistleblowing SystemTerhadap

    Pencegahan Fraud. Variabel yang diteliti penerapan whistleblowing system

    sebagai variabel independennya, sedangkan variabel dependennya pencegahan

    fraud. Penelitiannya dilaksanakan pada PT INTI Persero. Hipotesis dalam

    penelitian ini menyatakan bahwa variabel-variabel independen seperti

    independensi, kemampuan profesional, lingkup pekerjaan, dan pelaksanaan

    kegiatan pemeriksaan berperan positif dalam pencegahan dan pendeteksian fraud

    akuntansi. Populasi penelitian yang digunakan adalah 12 orang karyawan divisi

    Satuan Pengawas Intern PT INTI Persero. Teknik pengambilan sampel dilakukan

    secarapurposive samplingatau dengan berdasarkan pada kriteria-kriteria tertentu

    dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang sesuai dengan kriteria yang telah

    ditentukan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nur Asiah (2012) yaitu peranan

    whistleblowing system berpengaruh terhadap pencegahanfraud.

    Adapun perbedaan yang dilakukan penulis atas penelitian ini yaitu

    penelitian dilaksanakan pada Gabungan Koperasi Pegawai Republik Indonesia

    (GKPRI) Jawa Barat, data yang digunakan pada tahun 2011 berbeda dengan

    penelitian terdahulu menggunakan data pada tahun 2012 penelitian dilaksanakan

    pada PT INTI Persero. Adapun perbedaan variabel dimana Nur Asiah

    menggunakan variabel independennya whistleblowing system sedangkan penulis

    menggunakan variabel indenpendennya Audit Internal karena penulis ingin

  • 5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i

    23/159

    mengetahui apakah dengan adanya peranan Audit Internal, fraud bisa dicegah

    dan dideteksi. Sesuai dengan Pusdiklatwas BPKP (2008:36) yang mengatakan

    bahwa Audit Internal memiliki peranan dalam pencegahan dan pendeteksian

    kecurangan.

    Istilah fraud dalam lingkungan bisnis memiliki arti yang lebih khusus,

    yaitu kebohongan yang disengaja, ketidakbenaran dalam melaporkan aktiva

    Perusahaan, atau manipulasi data keuangan bagi keuntungan pihak yang

    melakukan manipulasi tersebut. Dalam literatur akuntansi fraud juga biasa

    dikenal dengan kejahatan berkerah putih, penggelapan uang, dan bertentangan

    dengan peraturan. Fraud menunjukkan pada penyajian fakta yang bersifat

    material yang secara salah yang dilakukan oleh satu pihak ke pihak lain dengan

    tujuan untuk membohongi dan mempengaruhi pihak lain untuk bergantung pada

    fakta tersebut.

    Koperasi di Indonesia disamping kesejahteraan anggota yang menjadi

    tujuannya juga sangat mempedulikan kesejahteraan para karyawannya mengingat

    sudah banyaknya kecurangan-kecurangan yang dapat dilakukan oleh pegawai

    maupun manajemen. Akuntansi yang merupakan bagian dari dunia usaha ikut

    memberikan kontribusi dalam merespon kepedulian koperasi terhadap

    kesejahteraan pegawainya demi tercapainya dunia bisnis yang lebih baik.

    Fraud terhadap koperasi memiliki sikap yang sama dengan Badan Usaha

    lain. Oleh karenanya koperasi membutuhkan peran Audit Internal terhadap

    pencegahan dan pendeteksianfraud yang mungkin dapat dilakukan oleh pegawai

    maupun manajemen. Menurut Amin Widjaja Tunggal (2012:65) Audit Internal

  • 5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i

    24/159

    memainkan peranan penting dalam memantau aktivitas untuk memastikan bahwa

    program dan pengendalian anti kecurangan telah berjalan efektif.Aktivitas Audit

    Internal dapat mencegah sekaligus mendeteksi kecurangan. Mengingat kasus

    fraud adalah kejadian yang luar biasa, penanganan tindak kecurangan merupakan

    pengalaman yang langka, dan hanya dimiliki oleh segelintir auditor. Auditor yang

    dipilih pun biasanya adalah mereka yang sedikit bernyali (berani dan tegas),

    disamping tergolong cerdas dan berpengalaman. Tindak kecurangan bukanlah

    kasus sembarangan dan bukan pula kejadian yang kebetulan. Hanya Audit

    Internal yang dijalankan dengan penuh kewaspadaan yang mampu menangkal

    permainan mereka diam-diam merongrong Perusahaan. Berdasarkan uraian

    tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian skripsi dengan judul :

    Pengaruh Audit Internal terhadap Pencegahan dan Pendeteksian Fraud

    (Suatu Studi pada Gabungan Koperasi Pegawai Republik Indonesia

    (GKPRI) Jawa Barat)

    1.2 Identifikasi Masalah

    Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, penulis menyadari bahwa

    akan banyak masalah yang akan timbul pada saat melaksanakan pembahasan

    masalah yang akan diteliti. Untuk itu penulis membatasi pembahasan pada ruang

    lingkup masalah yang ada sangkut pautnya denganfraud.

    Agar masalah yang akan dibahas memperoleh suatu kejelasan dan

    pembahasannya lebih terarah, maka penulis berusaha untuk mengidentifikasikan

    masalahnya sebagai berikut:

  • 5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i

    25/159

    1. Bagaimana Audit Internal di GKPRI Jawa Barat.

    2. Bagaimana pencegahanfrauddi GKPRI Jawa Barat

    3. Bagaimana pendeteksian fraud di GKPRI Jawa Barat.

    4. Bagaimana pengaruh Audit Internal terhadap pencegahan dan

    pendeteksianfraud di GKPRI Jawa Barat.

    1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

    1.3.1 Maksud Penelitian

    Sehubungan dengan latar belakang dan identifikasi masalah diatas,

    penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana Audit Internal dapat

    membantu mencegah dan mendeteksi terjadinyafraud.

    1.3.2 Tujuan Penelitian

    Dari perumusan masalah yang telah penulis uraikan sebelumnya, maka

    tujuan penelitian adalah sebagai berikut:

    1. Untuk mengetahui Audit Internal di GKPRI Jawa Barat.

    2. Untuk mengetahui, pencegahan dan pendeteksian fraud di GKPRI

    Jawa Barat.

    3. Untuk mengetahui pengaruh Audit Internal terhadap pencegahan dan

    pendeteksianfraud di GKPRI Jawa Barat.

  • 5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i

    26/159

    1.4 Kegunaan Penelitian

    1.4.1 Kegunaan Praktis

    Kegunaan praktis merupakan penjelasan kepada pihak-pihak mana saja

    yang kiranya hasil penelitian penulis dapat memberikan manfaat. Adapun

    kegunaan praktis dari penelitian ini adalah:

    1. Bagi Penulis, penelitian ini berguna untuk menyusun skripsi yang

    merupakan salah satu syarat untuk menempuh ujian sarjana pada

    Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan Bandung.

    2. Bagi Perusahaan (koperasi), penelitian ini dapat menambah informasi

    bagi manajemen tentang pentingnya pengaruh Audit Internal terhadap

    pencegahan dan pendeteksian fraud untuk dijadikan bahan masukan

    dalam penyusunan kebijakan perencanaan dan pengendaliaan operasi

    yang lebih efektif.

    3. Bagi Pihak Lain

    Yaitu sebagai sumbangan yang diharapkan akan memperkaya ilmu

    pengetahuan dan dalam rangka pengembangan disiplin ilmu akuntansi,

    serta memberikan referensi khususnya untuk mengkaji topik-topik

    yang berkaitan dengan masalah yang dibahas dalam penelitian yang

    dilakukan penulis.

    1.4.2 Kegunaan Teoritis

    Diharapkan dapat memberikan pengembangan ilmu dalam bidang studi

    yang membahas mengenai pemeriksaan keuangan khususnya mengenai topik

    pengaruh Audit Internal terhadap pencegahan dan pendeteksian fraud. Dan

  • 5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i

    27/159

    semoga penelitian ini dapat dijadikan masukan sebagai sumber data untuk

    penelitian selanjutnya.

    1.5 Tempat dan Waktu Penelitian

    Untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan dalam menyusun

    skripsi ini, Penulis melakukan penelitian di GKPRI Jawa Barat ,yang berlokasi

    di Jalan Lengkong Besar No. 4 Bandung. Adapun waktu penelitian dimulai

    awal Bulan Februari 2013 sampai dengan bulan April 2013.

  • 5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i

    28/159

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN

    HIPOTESIS

    2.1 Kajian Pustaka

    2.1.1 Audit

    2.1.1.1 Definisi Audit

    Setiap Perusahaan didirikan dengan tujuan utama untuk memperoleh laba

    disamping beberapa tujuan lainnya. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka semua

    tahap kegiatan yang akan dilaksanakan harus direncanakan, dianalisa dan diteliti

    secara seksama terlebih dahulu oleh mereka yang bertanggung jawab.

    Dengan makin luas dan rumitnya masalah-masalah yang ada pada

    Perusahaan, maka ruang lingkup dan luasnya tugas yang dipikul oleh manajemen

    semakin bertambah besar. Oleh karena itu manajemen memerlukan alat bantu

    yang dapat digunakan untuk mengendalikan kegiatan-kegiatan yang

    dilaksanakannya. Salah satu alat bantu dalam melaksanakan fungsi utama

    manajemen, fungsi pengawasan dan pengendalian adalah aktivitas audit.

    Alvin A. Arens (2008:3) mendefinisikan pengertian audit sebagai berikut:

    Auditing adalah pengumpulan dan evaluasi bukti tentang informasi

    untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara

    informasi itu dan kriteria yang telah ditetapkan. Auditing harus

    dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen.Untuk melakukan audit harus tersedia informasi dalam bentuk yang dapat

    diverifikasi dan beberapa standar (kriteria) yang digunakan auditor untuk

    mengevaluasi informasi tersebut dan memiliki banyak bentuk. Para auditor secara

  • 5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i

    29/159

    rutin melakukan audit atas informasi yang dapat diukur termasuk laporan

    keuangan Perusahaan dan SPT pajak penghasilan federal perorangan. Auditor

    juga mengaudit informasi yang lebih subjektif seperti efektifitas sistem komputer

    dan efisiensi operasi manufaktur.

    2.1.1.2 Jenis-jenis Audit

    Beberapa jenis audit dilakukan untuk memastikan bahwa proses operasi

    didalam Perusahaan telah berjalan sesuai dengan peraturan dan kebijakan yang

    berlaku serta pengelolaan terhadap sumber daya dalam proses tersebut berjalan

    secara efektif dan efisien.

    Menurut IBK Bayangkara (2011:2-3) terdapat beberapa jenis-jenis audit,

    yaitu:

    1. Pada audit kepatuhan (compliance audit), auditor berusaha mendapatkan

    dan mengevaluasi informasi untuk menentukan apakah pengelolaan

    keuangan, operasi, atau aktivitas yang lain dari suatu entitas telah sesuai

    dengan kriteria, kebijakan, atau regulasi yang mendasarinya.

    2. Dalam Audit Internal (Audit Internaling), auditor melakukan penilaian

    secara independen terhadap berbagai aktivitas dalam memberikan jasanya

    kepada Perusahaan. Secara lengkap Institute of Audit Internalor (IIA)

    mendefinisikanAudit Internalingsebagai:

    an independent appraisal activity established within an organization

    to examine and evaluate its activities as a service to the organization.

    The object of Audit Internaling is to assist members in the

    organization in the effective discharge of their duties.Dari definisi diatas sudah jelas bahwa kegiatan penilai independen yang

    dibentuk dalam organisasi untuk menguji dan mengevaluasi kegiatan

  • 5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i

    30/159

    sebagai pelayanan kepada organisasi. Tujuan dari Audit Internal adalah

    untuk membantu anggota dalam organisasi dalam melaksanakan tugasnya

    dengan efektif ".

    3. Audit operasional (operation auditing) memfokuskan penilaiannya pada

    efisiensi dan efektivitas operasi suatu entitas. Lebih lanjut AICPA

    mendefinisikan operational auditing sebagai:

    a systematic review of an organi zation activi ties...in relation to specif ied

    objective. The purpose of the engagement may be: (a) to assess

    performance, (b) to identi fy opportuni ties for improvement, and (c) to

    develop recommendation for improvement or further action.

    Dari definisi diatas sudah jelas bahwa review sistematis dari suatu

    kegiatan organisasi dalam kaitannya dengan tujuan tertentu. Tujuan dari

    keterlibatan mungkin: (a) untuk menilai kinerja, (b) untuk

    mengidentifikasi peluang untuk perbaikan, dan (c) untuk mengembangkan

    rekomendasi untuk perbaikan atau tindakan lebih lanjut.

    4. Audit keuangan (financial audit) merupakan audit yang paling tua dan

    paling populer. Audit ini dilaksanakan dengan melakukan pengkajian dan

    penilaian terhadap sistem pelaporan akuntansi dan keuangan. Dilihat dari

    ketersediaan prosedur dan teknik audit, audit ini memiliki prosedur dan

    teknik yang paling lengkap dan baku. Di samping pelaksanaan auditnya

    telah dipimpin dengan norma audit yang standar, karena dikeluarkan oleh

    asosiasi profesi dibidangnya, juga objek yang diaudit telah dipimpin

    dengan suatu prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum (general

    accepted accounting principle-GAAP). Audit operasional menekankan

    penilaian terhadap prosedur operasi dalam meningkatkan efisiensi. Audit

  • 5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i

    31/159

    ini merupakan perluasan dari Audit Internal, sehingga dalam audit ini

    penilaian terhadap pencapaian tujuan pengendalian internal juga menjadi

    tujuan audit yang sangat penting.

    Dari berbagai jenis audit yang dilakukan kecuali audit keuangan,

    keseluruhan audit memiliki tujuan yang (hampir) sama yaitu menilai bagaimana

    manajemen mengoperasikan Perusahaan, mengelola sumber daya yang dimiliki,

    meningkatkan efisiensi proses dalam mencapai tujuan Perusahaan secara taat asas.

    2.1.1.3 Tujuan Audit

    Audit manajemen bertujuan untuk mengidentifikasi kegiatan, program dan

    aktivitas yang masih memerlukan perbaikan, sehingga dengan rekomendasi yang

    diberikan nantinya dapat dicapai perbaikan atas pengelolaan berbagai program

    dan aktivitas pada Perusahaan tersebut. Berkaitan dengan tujuan ini titik berat

    audit diarahkan terutama pada berbagai objek audit yang diperkirakan dapat

    diperbaiki di masa yang akan datang, di samping juga mencegah kemungkinan

    terjadinya berbagai kerugian. IBK. Bayangkara (2011:4) menyatakan bahwa

    tujuan audit diantaranya, yaitu:

    1. Audit Laporan Keuangan, bertujuan menentukan apakah laporan

    keuangan auditee telah disusun sesuai dengan prinsip-prinsip

    akuntansi yang berlaku umum.

    2. Audit Kepatuhan, bertujuan menentukan tingkat kepatuhan suatu

    entitas terhadap hukum, peraturan, kebijakan, rencana, dan prosedur.

    3. Audit Internal, bertujuan:

    a. Menilai keandalan laporan keuangan.

  • 5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i

    32/159

    b. Menentukan tingkat kepatuhan suatu entitas terhadap hukum,

    peraturan, kebijakan, rencana dan prosedur.

    c. Menilai pengendalian internal organisasi.

    d. Menilai efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya.

    e. Program peninjauan terhadap konsistensi hasil dengan tujuan

    organisasi.

    4. Audit Operasional (Manajemen), bertujuan menilai efesiensi dan

    efektivitas penggunaan sumber daya.

    Ruang lingkup audit meliputi seluruh aspek kegiatan manajemen. Ruang

    lingkup ini dapat berupa seluruh kegiatan atau dapat juga hanya mencakup bagian

    tertentu dari program/aktivitas yang dilakukan. Periode audit juga bervariasi, bisa

    untuk jangka waktu satu minggu, beberapa bulan, satu tahun, bahkan untuk

    beberapa tahun, sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

    2.1.2 Audit Internal

    2.1.2.1 Definisi Audit Internal

    Audit Internal mempunyai peranan yang sangat penting dalam mencapai

    tujuan Perusahaan yang telah ditentukan. Perlunya konsep Audit Internal

    dikarenakan bertambah luasnya ruang lingkup Perusahaan.

    Semakin besar suatu Perusahaan maka semakin luas pula rentang

    pengendalian yang dipikul pimpinan, sehingga manajemen harus menciptakan

    suatu pengendalian intern yang efektif untuk mencapai suatu pengelolaan yang

    optimal dengan mempertimbangkan manfaat dan biayanya. Audit Internal yang

    dilakukan dalam suatu Perusahaan merupakan kegiatan penilaian dan verifikasi

  • 5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i

    33/159

    atas prosedur-prosedur, data yang tercatat berdasarkan atas kebijakan dan rencana

    Perusahaan, sebagai slah satu fungsi dalam upaya mengawasi aktivitasnya.

    Aktivitas Audit Internal menjadi pendukung utama untuk tercapainya

    tujuan pengendalian internal. Ketika melaksanakan kegiatannya, Audit Internal

    harus bersifat objektif dan kedudukannya dalam Perusahaan adalah independen.

    Valery G. Kumat (2011:35) mendefinisikan Audit Internal adalah sebagai

    berikut:

    Audit Internal adalah agen yang paling pas untuk mewujudkan

    Internal Control, Risk Management dan Good Corporate Governance

    yang pastinya akan memberi Nilai Tambah bagi Sumber Daya dan

    Perusahaan.

    Sedangkan menurut Amin Widjaja Tunggal (2012:136) Audit Internal

    yaitu:

    Audit Internaling is an independent, objective assurance and

    consulting activity designed to add value and improve an

    organizations operations. It helps an organization accomplish its

    objectives by bringing a systematic, disciplined approach to evaluate

    and improve the effectiveness of risk management, control, and

    governance processes.

    Dari definisi diatas sudah jelas bahwa Audit Internal merupakan jaminan,

    independen, obyektif dan aktivitas konsultasi yang dirancang untuk menambah

    nilai dan meningkatkan operasi organisasi. Ini membantu organisasi mencapai

    tujuannya dengan membawa pendekatan yang sistematis dan disiplin untuk

    mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas proses manajemen risiko,

    pengendalian, dan proses governance.

  • 5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i

    34/159

    2.1.2.2 Tujuan Audit Internal

    Menurut Hery (2010:39)tujuan dari Audit Internal adalah :

    Audit Internal secara umum memiliki tujuan untuk membantu

    segenap anggota manajemen dalam menyelesaikan tanggung jawab

    mereka secara efektif, dengan memberi mereka analisis, penilaian,

    saran dan komentar yang objektif mengenai kegiatan atau hal-hal

    yang diperiksa.

    Untuk mencapai keseluruhan tujuan tersebut, maka auditor harus

    melakukan beberapa aktivitas sebagai berikut :

    1. Memeriksa dan menilai baik buruknya pengendalian atas akuntansi

    keuangan dan operasi lainnya.

    2. Memeriksa sampai sejauhmana hubungan para pelaksana terhadap

    kebijakan, rencana dan prosedur yang telah ditetapkan.

    3. Memeriksa sampai sejauhmana aktiva Perusahaan dipertanggung

    jawabkan dan dijaga dari berbagai macam bentuk kerugian.

    4. Memeriksa kecermatan pembukuan dan data lainnya yang dihasilkan oleh

    Perusahaan.

    5. Menilai prestasi kerja para pejabat/pelaksana dalam menyelesaikan

    tanggung jawab yang telah ditugaskan.

    Adapun aktivitas dari Audit Internal yang disebutkan di atas digolongkan

    kedalam dua macam, diantaranya :

  • 5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i

    35/159

    a. F inancial AuditingKegiatan ini antara lain mencakup pengecekan atas kecermatan dan

    kebenaran segala data keuangan, mencegah terjadinya kesalahan atau

    fraud dan menjaga kekayaan Perusahaan.

    b. Operational AuditingKegiatan pemeriksaan ini lebih ditujukan pada operasional untuk dapat

    memberikan rekomendasi yang berupa perbaikan dalam cara kerja,

    sistem pengendalian dan sebagainya.

    2.1.2.3 Peranan Audit Internal

    Mengingat pentingnya peran pengawasan terhadap tindak fraud, maka

    Audit Internal menjadi satu-satunya unit kerja yang paling tepat melakoninya.

    Karena itu, peran Audit Internal yang selama ini selalu berkaitan dengan urusan

    physical control harus sudah bergeser dari sekedar terkesan sebagai provoost

    Perusahaan menjadi unit yang mampu berperan dalam pencegahan sekaligus

    pendeteksianfraud.

    Menurut Pusdiklatwas BPKP (2008:43) peran yang ideal bagi Audit Internal

    yaitu sebagai berikut:

    1. Peran Audit Internal dalam pencegahanFraud

    2. Peran Audit Internal dalam pendeteksianFraud

    Audit Internal dituntut untuk waspada terhadap setiap hal yang menunjukkan

    adanya kemungkinan terjadinyafraud, yang mencakup:

    a. Identifikasi titik-titik kritis terhadap kemungkinan terjadinyafraud.

  • 5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i

    36/159

    b. Penilaian terhadap sistem pengendalian yang ada, dimulai sejak

    lingkungan pengendalian hingga pemantauan terhadap penerapan sistem

    pengendalian.

    Seandainya terjadi fraud, Audit Internal bertanggung jawab untuk

    membantu manajemen mencegah fraud dengan melakukan pengujian dan

    evaluasi keandalan dan efektivitas dari pengendalian, seiring dengan potensi

    risiko terjadinya fraud dalam berbagai segmen. Tidak hanya manajemen

    puncak, Audit Internal juga harus mendapat sumber daya yang memadai

    dalam rangka memenuhi misinya untuk mencegahfraud.

    Tanggung jawab Audit Internal dalam rangka mendeteksi kecurangan,

    selama penugasan audit termasuk:

    a. Memiliki pengetahuan yang memadai tentang kecurangan, dalam

    rangka mengidentifikasi indikasi-indikasi yang mungkin terjadi dan

    dilakukan oleh anggota organisasi.

    b. Memiliki sensitivitas yang berkaitan dengan kemungkinan adanya

    kesempatan terjadinya kecurangan.

    c. Melakukan evaluasi terhadap indikator-indikator yang mungkin

    dapat memberikan peluang terjadinya kecurangan dan menentukan

    apakah perlu diadakan investigasi lanjutan.

    d. Menentukan prediksi awal terjadinya suatu kecurangan.

    e. Melakukan penilaian kembali terhadap pelaksanaan pengendalian di

    lingkungan dimana terjadinya tindak kecurangan dan selanjutnya

    menentukan upaya untuk memperkuat pengendalian didalammya.

  • 5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i

    37/159

    2.1.2.4 Kompetensi Audit Internal

    Melihat banyak beban yang harus dipikul oleh tim Audit Internal, maka

    dapat diidentifikasi kebutuhan yang sesuai akan kompetensi dasar (basic

    competency) yang sama bagi para auditor. Menurut Valery G. Kumaat (2011: 25-

    27) dijelaskan kompetensi Audit Internal mulai dari head of department hingga

    para pelaksana sebagaimana penulis uraikan berikut ini.

    1. Soft Competency Audit Internal : Menentukan Sosok Audit yangIdeal

    Kepribadian atau karaktek positif yang kuat sekarang ini diakui sebagai

    penentu keberhasilan seseorang dalam meniti karier, lebih dari bekal pengetahuan

    dan keterampilan yang dimiliki. Sosok Audit Internal yang ideal harus memiliki

    keunikan tersendiri, yaitu perpaduan karakter yang jarang dijumpai pada

    posisi/profesi lain. Karena harus independen dalam mengidentifikasi,

    menganalisis, menetapkan akar masalah hingga mengeluarkan rekomendasi

    solusi, integritas menjadi hal yang tidak dapat ditawar. Secara kasat mata orang-

    orang seperti ini umumnya dijumpai dengan kemiripan ciri dalam hal:

    a. Sangat berminat dengan topik-topik menyangkut religiositas, spiritualitas,

    humanitas, filsafat, atau tertarik berdiskusi tentang masalah keadilan

    (fairness).

    b. Memiliki prinsip hidup (way of life) dan pendirian teguh, yaitu hasil

    bentukan dari pengalaman hidup yang lebih banyak gejolak ketimbang

    kisah sukses.

  • 5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i

    38/159

    c. Menampilkan gaya hidup yang cenderung sederhana (low profile) dengan

    tingkat persistensi dan disiplin diri yang relatif tinggi serta konsisten yang

    sudah teruji oleh waktu.

    Selanjutnya, karena sifat pekerjaan auditor yang harus selalu berinteraksi

    dengan berbagai tipe manusia, bahkan mempengaruhi orang lain, auditor mau

    tidak mau juga harus memiliki aura kepemimpinan yang memadai. Valery G.

    Kumaat (2011:26) berpendapat bahwa pemimpin bisa berasal dari bakat (borned

    to be a leader) maupun hasil pembentukan (leader by learning experience).

    Secara umum orang-orang ini terlihat dari ciri-ciri:

    a. Minat yang tinggi atau pengalaman yang konsisten, mulai dari masa

    sekolah/kuliah hingga meniti karier, terlibat dalam aktivitas

    organisasi.

    b. Relatif dewasa (matured) dibanding rekan sebayanya, serta memiliki

    kepercayaan diri (self confidance) dan kemandirian (self-driven) yang

    relatif tinggi.

    c. Memiliki kemampuan interpersonal relation, empathy,dan teamwork

    yang baik, yang juga ditopang oleh lingustic intelligenceyang baik,

    khususnya fasih secara moral (terlihat saat berdiskusi atau ketika

    tampil sebagaipublic speaker).

    2. Hard CompetencyAudit Internal : Menentukan Bobot Auditor

    Meskipun Soft Competency memegang peranan penting, auditor juga

    dituntut memiliki tingkat berpikir, pengetahuan, dan keterampilan (Hard

  • 5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i

    39/159

    Competency) di atas rata-rata, tepatnya sebuah kombinasi kompetensi yang terdiri

    dariAnalytical Thinking,Multi-Dimensional Knowledge, danAdvisory Skill.

    Dalam menjalankan perannya, auditor tidak hanya dituntut mengenal

    setiap business process (sistem kerja) yang sedang berjalan maupun yang lazim

    berlaku, tetapi juga harus mampu:

    a. Mengidentifikasi setiap critical point di dalamnya, serta setiap

    kemungkinan logis dari praktek yang tidak memadai pada titik-titik

    tersebut.

    b. Menganalisis perubahan, penyimpangan, bahkan potential risk yang

    ada.

    c. Membuktikan root cause yang sebenarnya dan mengukur besarnya

    negative impactsituasi yang sudah/mungkin terjadi.

    Tuntutan berpikir analitis ini tidak dapat dihindarkan mengingat Audit

    Internal harus berada di garis depan dalam mengembangkan risk management

    Perusahaan.

    Auditor juga dituntut memiliki kapasitas Intellectual Knowledge yang

    memadai agar dapat inline dengan wawasan berpikir dan pengetahuan yang

    dimiliki paraauditee. Pengetahuan yang dikuasai setidaknya harus mampu:

    a. Menunjang value addedbagi bisnis maupun fungsi audit.

    b. Mengikuti perkembangan dunia bisnis dan bidang pengawasan dari

    waktu ke waktu (contextual).

    Karena itu, auditor tidak boleh hanya berbekal pengetahuan dasar auditing

    saja (accounting financial management, statistic, dan sebagainya), apalagi sekedar

  • 5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i

    40/159

    mengandalkan hasil studi/pelatihan formal (yang terkadang tidak link & match

    dengan dinamika kebutuhan bisnis), tetapi juga bersedia menjelajah secara self

    learningsetiap informasi di luar serta pengalaman di dalam institusi bisnis, baik

    yang bersifat technicalmaupun managerial, terkait seluruh bidang yang ditekuni

    para auditee (IT, supply-chain,strategy management, marketing, dan sebagainya).

    Secara umum ada 3 tingkatan yang diharapkan auditee dari diri auditor:

    a. Memiliki kecakapan teknis yang baik, paling tidak sepadan dengan

    yang dimiliki oleh auditee, khususnya dalam urusan

    administrasi/pengendalian pekerjaan atau dalam menjalankan proses

    sebuah sistem. Auditor harus dapat menunjukkan metode yang lebih

    efektif/efisien ketimbang yang dijalankan oleh auditee.

    b. Memiliki kecakapan supervisory yang tidak hanya terkait dengan

    penguasaan instrumen pengawasan (standar dan peraturan kerja,

    sistem reward & punishment, dan sebagainya), tetapi juga pemahaman

    terhadap prinsip-prinsip interpersonal skill dan leadership yang baik.

    c. Memiliki kecakapan komunikasi yang handal, tidak hanya dalam hal

    meyakinkan auditee tentang urgensi persoalan atau potential risk

    beserta dampaknya, tetapi juga dapat menunjukkan alasan mengapa

    saran/rekomendasi yang diberikan benar-benar applicable, bahkan

    sebagai best practicebagi auditee.

    2.1.2.5 Standar Profesional Audit Internal

    Menurut Hery (2010:73) standar profesional Audit Internal terbagi atas

    empat macam diantaranya yaitu :

  • 5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i

    41/159

    1. Independensi2. Kemampuan Profesional

    3. Lingkup Pekerjaan4. Pelaksanaan Kegiatan Pemeriksaan

    Adapun penjelasan dari keempat standar profesional Audit Internal

    tersebut adalah :

    1. Independensi

    a. Mandiri dan Objektif

    Audit Internal harus mandiri dan terpisah dari berbagai kegiatan yang

    diperiksa. Auditor inernal dianggap mandiri apabila dapat

    melaksanakan pekerjaannya secara bebas dan objektif. Kemandirian

    Audit Internal sangat penting treutama dalam memberikan penilaian

    yang tidak memihak (netral). Hal ini hanya dapat diperoleh melalui

    status organisasi dan sikap objektif dari para audit interrnal. Status

    organisasi Audit Internal harus dapat memberikan keleluasaan bagi

    Audit Internal dalam menyelesaikan tanggung jawab pemeriksaan

    secara maksimal.

    2. Kemampuan Profesional

    a. Pengetahuan dan kemampuan

    Kemampuan profesional wajib dimiliki oleh Audit Internal. Dalam

    setiap pemeriksaan, pimpinan Audit Internal haruslah menugaskan

    orang-orang yang secara bersama-sama atau keseluruhan memiliki

    pengetahuan dan kemampuan dari berbagai disiplin ilmu, seperti

    akuntansi, ekonomi, keuangan, statistik, pemrosesan data elektronik,

  • 5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i

    42/159

    perpajakan, dan hukum yang memang diperlukan unutk melaksanakan

    pemeriksaan secara tepat dan pantas.

    b. Pengawasan

    Pimpinan Audit Internal bertanggung jawab dalam melakukan

    pengawasan terhadap segala aktivitas pemeriksaan yang dilakukan

    oleh para stafnya. Pengawasan yang dilakukan sifatnya berkelanjutan,

    yang dimulai dengan perencanaan, yang dimulai dengan perencanaan

    dan diakhiri dengan penyimpulan hasil pemeriksaan yang dilakukan.

    Pengawasan yang dimaksud mencakup :

    Memberikan instruksi kepada para staf Audit Internal pada awal

    pemeriksaan dan menyetujui program-program pemeriksaan.

    Melihat apakah program pemeriksaan yang telah disetujui

    dilaksanakan, kecuali bila terdapat penyimpangan yang dibenarkan

    atau disalahkan.

    Menentukan apakah kertas kerja pemeriksaan telah cukup untuk

    mendukung temuan pemeriksaan, kesimpulan-kesimpulan, dan

    laporan hasil pemeriksaan.

    Meyakinkan apakah laporan pemeriksaan tersebut akurat, objektif,

    jelas, ringkas, konstruktif dan tepat waktu.

    Menentukan apakah tujuan pemeriksaan telah dicapai.

  • 5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i

    43/159

    c. Ketelitian Profesional

    Audit Internal harus dapat bekerja secara teliti dalam melaksanakan

    pemeriksaan. Audit Internal harus mewaspadai berbagai kemungkinan

    terjadinya pelanggaran yang dilakukan dengan sengaja, kesalahan,

    kelalaian, ketidakefektifan, pemborosan (ketidakefesienan), dan

    konflik kepentingan.

    3. Lingkup Pekerjaan

    a. Keandalan informasi

    Audit Internal haruslah menguji sistem informasi tersebut, dan

    menentukan apakah berbagai catatan, laporan finansial dan laporan

    operasional perusahaan mengandung informasi yang akurat, dapat

    dibuktikan kebenarannya, tepat waktu, lengkap, dan berguna.

    b. Kesesuaian dengan kebijakan, rencana, prosedur, dan ketentuan

    perundang-undangan

    Manajemen bertanggung jawab untuk menetapkan sistem, yang dibuat

    dengan tujuan memastikan pemenuhan berbagai persyaratan, seperti

    kebijakan, rencana, prosedur, dan peraturan perundang-undangan.

    Audit Internal bertanggung jawab untuk menentukan apakah sistem

    tersebut telah cukup efektif dan apakah berbagai kegiatan yang

    diperiksa telah sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan.

    c. Perlindungan aktiva

    Audit Internal harus meninjau berbagai alat atau cara yang digunakan

    untuk melindungi aktiva perusahaan terhadap berbagai jenis kerugian,

  • 5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i

    44/159

    seperti kerugian yang diakibatkan oleh pencurian, dan kegiatan yang

    ilegal. Pada saat memverifikasi keberadaan suatu aktiva, Audit Internal

    harus menggunakan prosedur pemeriksaan yang sesuai dan tepat.

    d. Penggunaan sumber daya

    Audit Internal harus dapat memastikan keekonomisan dan keefesienan

    penggunaan sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan. Audit

    Internal bertanggung jawab untuk :

    Telah menetapkan suatu standar operasional untuk mengukur

    keekonomisan dan efesiensi

    Standar operasional tersebut telah dipahami dan dipenuhi

    Berbagai penyimpangan dari standar operasional telah

    diidentifikasi, dianalisis, dan diberitahukan kepada berbagai pihak

    yang bertanggung jawab untuk melakukan tindakan perbaikan.

    Tindakan perbaikan telah dilakukan

    e. Pencapaian tujuan

    Audit Internal harus dapat memberikan kepatian bahwa semua

    pemeriksaan yang dilakukan sudah mengarah kepada pencapaian

    tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan oleh perusahan.

    4. Pelaksanaan kegiatan pemeriksaan

    a. Perencanaan kegiatan pemeriksaan

    Audit Internal harus terlebih dahulu melakukan perencanaan

    pemeriksaan dengan meliputi :

    Penetapan tujuan pemeriksaan dan lingkup pekerjaan

  • 5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i

    45/159

    Memperoleh informasi dasar tentang objek yang akan diperiksa

    Penentuan tenaga yang diperlukan untuk melaksanakan

    pemeriksaan

    Pemberitahuan kepada para pihak yang dipandang perlu

    Melakukan survei secara tepat untuk lebih mengenali bidang atau

    area yang akan diperiksa

    Penetapan program pemeriksaan

    Menentukan bagaimana, kapan dan kepada siapa hasil pemeriksaan

    disampaikan

    Memperoleh persetujuan atas rencana kerja pemeriksaan

    b. Pengujian dan pengevaluasian

    Audit Internal harus melakukan pengujian dan pengevaluasian

    terhadap semua informasi yang ada guna memastikan ketepatan dari

    informasi tersebut yang nantinya akan digunakan untuk pemeriksaan.

    c. Pelaporan hasil pemeriksaan

    Audit Internal harus melaporkan hasil pemeriksaan yang dilakukannya.

    Laporan yang dibuat haruslah objektif, jelas, singkat, konstruktif dan

    tepat waktu. Objektif adalah laporan yang faktual, tidak berpihak, dan

    terbebas dari distorsi. Laporan yang jelas adalah laporan yang mudah

    dimengerti dan logis. Laporan yang singkat adalah laporan yang

    diringkas langsung membicarakan pokok permasalahan dan

    menghindari berbagai perincian yang tidak diperlukan. Laporan yang

    konstruktif adalah laporan yang berdasarkan isi dan sifatnya akan

  • 5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i

    46/159

    membantu pihak yang diperiksa dan organisasi serta menghasilkan

    berbagai perbaikan yang diperlukan. Laporan yanng tepat waktu

    adalah laporan yang pemberitaanya tidak ditunda dan mempercepat

    kemungkinan pelaksanaan berbagai tindakan yang koreksi dan efektif.

    Audit Internal juga harus langsung melaporkan hasil pemeriksaannya

    kepada pimpinan dan karyawan lain apabila membutuhkan.

    d. Tindak lanjut pemeriksaan

    Audit Internal harus secara terus menerus meninjau dan melakukan

    tindak lanjut untuk memastikan apakah suatu tindakan perbaikan telah

    dilakukan dan memberikan berbagai hasil yang diharapkan. Tindak

    lanjut Audit Internal didefinisikan sebagai suatu proses untuk

    menentukan kecukupan, keefektifan, dan ketepatan waktu dari

    berbagai tindakan yang dilakukan oleh menejemen terhadap berbagai

    temuan pemeriksaan yang dilaporkan.

    2.1.3 Pencegahan dan Pendeteksian Fraud

    2.1.3.1 Definisi Fraud

    Pada kenyataannya fraud hampir terdapat di setiap lini pada organisasi,

    mulai dari jajaran manajemen sampai kepada jajaran pelaksana bahkan bisa

    sampai ke pesuruh (office boy). Frauddapat dilakukan oleh siapa saja, bahkan

    oleh seorang pegawai yang tampaknya jujur sekalipun.

    Tindakfraud adalah manusia dengan berbagai alasan dari dalam dirinya

    untuk melakukan tindakan tercela (Valery G. Kumaat, 2011:135).

  • 5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i

    47/159

    Adapun pengertian fraud menurut Pusdiklatwas BPKP (2008:11) adalah

    sebagai berikut:

    Dalam istilah sehari-hari, fraud dimaknai sebagai ketidakjujuran.

    Dalam terminologi awam fraud lebih ditekankan pada aktivitas

    penyimpangan perilaku yang berkaitan dengan konsekuensi hukum,

    seperti penggelapan, pencurian dengan tipu muslihat, fraudpelaporan

    keuangan, korupsi, kolusi, nepotisme, penyuapan, penyalahgunaan

    wewenang, dan lain-lain.

    Sedangkan Amin Widjaja Tunggal (2012:169) mengartikan fraud adalah

    sebagai berikut:

    Fraud is an advantage gained by unfair or wrong ful means, an

    infraction of the rules of fair trade; a false representation of fact made

    knowingly; without belief in its truth, recklessly, not caring whether it

    is true or false.

    Pada dasarnyafraudmerupakan tindakan yang melanggar hukum dan bisa

    merugikan berbagai pihak. Fraud merupakan suatu hal yang sangat sulit

    diberantas, bahkan korupsi di Indonesia sudah dilakukan secara sistematis

    sehingga perlu penanganan yang sistematis. Akan tetapi kita harus optimis bahwa

    bisa dicegah atau paling sedikitnya bisa dikurangi dengan menerapkan

    pengendalian antifraud.

    Dari beberapa uraian diatas dapat diketahui bahwa fraud berarti bahwa

    suatu item tidak dimasukkan sehingga menyebabkan informasi tidak benar,

    apabila suatu kesalahan adalah disengaja maka kesalahan tersebut merupakan

    fraud (fraudulent). Fraudauditing hendaknya disebut dengan istilah Audit atas

    fraud , yang dapat didefinisikan sebagai audit khusus yang dimaksudkan untuk

    mendeteksi dan mencegah terjadinya penyimpangan atau fraud atas transaksi

    keuangan. Fraud auditing termasuk dalam audit khusus yang berbeda dengan

  • 5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i

    48/159

    audit umum terutama dalam hal tujuan yaitu fraud auditing mempunyai tujuan

    yang lebih sempit (khusus) dan cenderung untuk mengungkap suatufraud yang

    diduga terjadi dalam pengelolaan asset/aktiva.

    2.1.3.2 Kondisi Penyebab Fraud

    Amin Widjaja Tunggal (2012:10) menyatakan bahwa terdapat beberapa

    kondisi penyebabfraud, diantaranya adalah sebagai berikut:

    a. Insentif atau tekanan. Manajemen atau pegawai lain merasakan

    insentif atau tekanan untuk melakukan fraud .

    b. Kesempatan. Situasi yang membuka kesempatan bagi manajemen atau

    pegawai untuk melakukan fraud .

    c. Sikap atau rasionalisasi. Ada sikap, karakter, atau serangkaian nilai-

    nilai etis yang membolehkan manajemen atau pegawai untuk

    melakukan tindakan yang tidak jujur, atau mereka berada dalam

    lingkungan yang cukup menekan yang membuat mereka

    merasionalisasi tindakan yang tidak jujur.

    Dari pernyataan diatas, jelas bahwa kondisi penyebab fraud itu

    diantaranya disebabkan oleh adanya intensif/tekanan, kesempatan, dan juga sikap

    atau rasionalisasi. Insentif yang umum bagi Perusahaan untuk memanipulasi

    laporan keuangan adalah menurunnya prospek keuangan Perusahaan.

    Kesempatan meskipun laporan keuangan semua Perusahaan mungkin saja

    menjadi sasaran manipulasi, risiko bagi Perusahaan yang berkecimpung dalam

  • 5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i

    49/159

    industri yang melibatkan pertimbangan dan estimasi yang signifikan jauh lebih

    besar.

    Sikap/rasionalisasi sikap manajemen puncak terhadap pelaporan keuangan

    merupakan faktor risiko yang sangat penting dalam menilai kemungkinan laporan

    keuangan yang curang.

    2.1.3.3 Faktor-faktor Pendorong Terjadinya Fraud

    Fraud umumnya terjadi karena adanya tekanan untuk melakukan

    penyelewengan dan dorongan untuk memanfaatkan kesempatan yang ada dan

    adanya pembenaran (diterima secara umum) terhadap tindakan tersebut. Faktor

    pendorongfraudboleh diartikan sebagai pola pemanfaatan kesempatan/peluang

    untuk mengambil keuntungan melalui cara-cara yang merugikan.

    Valery G Kumaat (2011:139) menyatakan pendapatnya tentang faktor

    pendorong terjadinya fraud adalah sebagai berikut:

    1. Desain pengendalian internalnya kurang tepat, sehingga meninggalkan

    celah risiko.

    2. Praktek yang menyimpang dari desain atau kelaziman (common

    business sense) yang berlaku.

    3. Pemantauan (pengendalian) yang tidak konsisten terhadap

    implementasi business process.

    4. Evaluasi yang tidak berjalan terhadap business processyang berlaku.

    Simanjuntak (2008:4) dalam Nur Asiah (2012) menyatakan terdapat empat

    faktor pendorong seseorang untuk melakukan fraud, yang disebut juga dengan

    teoriGONE, yaitu:

  • 5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i

    50/159

    1. Greed (keserakahan).

    2. Opportunity (kesempatan).

    3. Need (kebutuhan).

    4. Exposure (pengungkapan).

    Greed dan need termasuk dalam faktor individu yang merupakan hal

    bersifat sangat personal dan diluar kendali Perusahaan sehingga sulit sekali dapat

    dihilangkan oleh ketentuan perundang-undangan. Dengan adanya alasan

    kebutuhan ditambah dengan motivasi yang mendorongnya, maka sikap serakah

    seseorang akan cenderung melanggar ketentuan dan aturan.

    Opportunity dan Exposure disebut sebagai faktor genetik karena

    merupakan faktor yang masih di dalam kendali Perusahaan sebagai korban

    perbuatan fraud. Pada umumnya terdapatnya kesempatan akan mendorong

    seseorang untuk berbuat fraud kerena pelaku cenderung berpikir bahwa kapan

    lagi ada kesempatan jika tidak sekarang. Sementara exposure berkaitan dengan

    proses pembelajaran berbuat curang karena menganggap sanksi terhadap pelaku

    fraud tergolong ringan sehingga para karyawan Perusahaan tidak merasa takut

    apabila melakukanfraud.

    Pada umumnya faktor pendorong seseorang melakukan tindakan fraud

    adalah tekanan, baik itu tekanan finansial maupun non finansial yang didukung

    dengan adanya kesempatan karena Perusahaan tidak menindak tegas pelaku fraud

    sehingga tidak membuat efek jera bagi para pelakufraud.

  • 5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i

    51/159

    2.1.3.4 Pencegahan Fraud

    Kasus fraud yang semakin marak terjadi membuat kerugian yang cukup

    besar bagi Perusahaan. Apabila fraud tidak bisa dideteksi dan dihentikan, maka

    akan berakibat fatal bagi Perusahaan. Untuk itu, manajemen Perusahaan harus

    mengambil tindakan yang tepat untuk mendeteksi dan mencegah terjadinyafraud.

    Pencegahan fraud Pusdiklatwas BPKP (2008:37) merupakan upaya

    terintegrasi yang dapat menekan terjadinya faktor penyebab fraud(fraud triangle)

    yaitu:

    1. Memperkecil peluang terjadinya kesempatan untuk berbuat

    kecurangan.

    2. Menurunkan tekanan kepada pegawai agar ia mampu

    memenuhi kebutuhannya.

    3. Mengeliminasi alasan untuk membuat pembenaran atau

    rasionalisasi atas tindakan fraud yang dilakukan.

    Dengan adanya upaya pencegahan yang diterapkan oleh Perusahaan dapat

    memperkecil peluang terjadinya fraud karena setiap tindakan fraud dapat

    terdeteksi cepat dan diantisipasi dengan baik oleh Perusahaan. Setiap karyawan

    tidak merasa tertekan lagi dan melakukan pembenaran terhadap tindakan fraud

    yang dapat merugikan banyak pihak.

    2.1.3.5 Tujuan Pencegahan Fraud

    Adanya penerapan Good Corporate Governance membuat sejumlah

    Perusahaan mengeluarkan kebijakan terkait dengan upaya pencegahan fraud.

    Salah satu cara tersebut adalah dengan memberikan kesempatan kepada Audit

    Internal untuk mendeteksi dan mencegah fraud yang mungkin terjadi dalam

  • 5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i

    52/159

    lingkungan organisasi. Apabila teknik pencegahanfraudberjalan baik dan efektif

    akan membuat citra positif bagi Perusahaan karena meningkatnya kepercayaan

    publik.

    Menurut Pusdiklatwas BPKP (2008:38) pencegahan fraud yang efektif

    memiliki lima tujuan yaitu:

    1. Preventation, yaitu mencegah terjadinya fraud secara nyata pada

    semua lini organisasi.

    2. Deterence, yaitu menangkal pelaku potensial bahkan tindakan

    untuk yang bersifat coba-coba.3. Discruption, yaitu mempersulit gerak langkah pelaku fraudsejauh

    mungkin.

    4. Identification, yaitu mengidentifikasi kegiatan beresiko tinggi dan

    kelemahan pengendalian.

    5. Civil action prosecution, yaitu melakukan tuntutan dan penjatuhan

    sanksi yang setimpal atas perbuatan fraud kepada pelakunya.

    Fraud merupakan suatu masalah di dalam Perusahaan dan harus dicegah

    sedini mungkin, Amin Widjaja Tunggal (2012:59) mengemukakan bahwa

    terdapat beberapa tata kelola untuk mencegah fraud diantaranya adalah sebagai

    berikut:

    1. Budaya Jujur dan Etika yang Tinggi

    Riset menunjukkan bahwa cara yang paling efektif untuk mencegah dan

    menghalangi fraud adalah mengimplementasikan program serta pengendalian anti

    fraud , yang di dasarkan pada nilai-nilai inti yang dianut Perusahaan. Nilai-nilai

    semacam itu menciptakan lingkungan yang mendukung perilaku dan ekspektasi

    yang dapat diterima, bahwa pegawai dapat menggunakan nilai itu untuk

    mengarahkan tindakan mereka. Nilai-nilai itu membantu menciptakan budaya

    jujur dan etika yang menjadi dasar bagi tanggung jawab pekerjaan para karyawan.

    Menciptakan budaya jujur dan etika yang tinggi mencakup enam unsur.

  • 5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i

    53/159

    a. Menetapkan Tone at the Top

    Manajemen dan dewan direksi bertanggung jawab untuk menetapkan

    Tone at the Top terhadap perilaku etis dalam Perusahaan. Kejujuran dan

    integritas manajemen akan memperkuat kejujuran serta integritas

    karyawan di seluruh organisasi. Tone at the Topyang dilandasi kejujuran

    dan integritas akan menjadi dasar bagi kode etik perilaku yang lebih

    terinci, yang dapat dikembangkan untuk memberikan pedoman yang lebih

    khusus mengenai perilaku yang diperbolehkan dan dilarang.

    b. Menciptakan Lingkungan Kerja yang Positif

    Dari riset yang dilakukan terlihat bahwa pelanggaran lebih jarang

    terjadi bila karyawan mempunyai perasaan positif tentang atasan mereka

    ketimbang bila mereka merasa diperalat, diancam, atau diabaikan. Tempat

    kerja yang positif dapat mendongkrak semangat karyawan, yang dapat

    mengurangi kemungkinan karyawan melakukan fraud terhadap

    Perusahaan.

    c. Mempekerjakan dan Mempromosikan Pegawai yang Tepat

    Agar berhasil mencegah fraud , Perusahaan yang dikelola dengan baik

    mengimplementasikan kebijakan penyaringan yang efektif untuk

    mengurangi kemungkinan mempekerjakan dan mempromosikan orang-

    orang yang tingkat kejujurannya rendah, terutama yang akan menduduki

    jabatan yang bertanggung jawab atau penting. Kebijakan semacam itu

    mungkin mencakup pengecekan latar belakang orang-orang yang

    dipertimbangkan akan dipekerjakan atau dipromosikan menduduki jabatan

  • 5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i

    54/159

    yang bertanggung jawab atau penting. Pengecekan latar belakang

    memverifikasi pendidikan, riwayat pekerjaan, serta referensi pribadi calon

    karyawan, termasuk referensi tentang karakter dan integritas. Setelah

    seorang pegawai diangkat, evaluasi yang berkelanjutan atas kepatuhan

    pegawai itu pada nilai-nilai dan kode perilaku Perusahaan juga akan

    mengurangi kemungkinan fraud .

    d. Pelatihan

    Semua pegawai baru harus dilatih tentang ekspektasi Perusahaan

    menyangkut perilaku etis pegawai. Pegawai harus diberi tahu tentang

    tugasnya untuk menyampaikan fraud aktual atau yang dicurigai serta cara

    yang tepat untuk, menyampaikannya. Selain itu, pelatihan kewaspadaan

    terhadap fraud juga harus disesuaikan dengan tanggung jawab pekerjaan

    khusus pegawai itu, misalnya, pelatihan yang berbeda untuk agen

    pembelian dan penjualan.

    e. Konfirmasi

    Sebagian Perusahaan mengharuskan pegawainya untuk secara

    periodik mengkonfirmasikan tanggung jawabnya mematuhi kode perilaku.

    Pegawai diminta untuk menyatakan bahwa mereka memahami ekspektasi

    Perusahaan serta sudah mematuhi kode perilaku, dan mereka tidak

    mengetahui adanya pelanggaran. Konfirmasi tersebut akan membantu

    mengokohkan kebijakan kode perilaku dan juga membantu menghalangi

    pegawai melakukan fraud atau pelanggaran etika lainnya.

  • 5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i

    55/159

    2. Tanggung jawab Manajemen untuk Mengevaluasi Pencegahan Fraud

    Fraud tidak mungkin terjadi tanpa adanya kesempatan untuk

    melakukannya dan menyembunyikan perbuatan itu. Manajemen bertanggung

    jawab untuk mengidentifikasi dan mencegah fraud, mengambil langkah-langkah

    yang teridentifikasi untuk mencegah fraud, serta memantau pengendalian internal

    yang mencegah dan mengidentifikasifraud.

    3. Pengawasan Oleh Komite Audit

    Komite audit mengemban tanggung jawab utama mengawasi pelaporan

    keuangan serta proses pengendalian internal organisasi. Dalam memenuhi

    tanggung jawab ini komite audit memperhitungkan potensi diabaikannya

    pengendalian internal oleh manajemen serta mengawasi proses pencegahanfraud

    oleh manajemen, dan program serta pengendalian anti fraud. Komite audit juga

    membantu menciptakan tone at the top yang efektif tentang pentingnya

    kejujuran dan perilaku etis dengan mendukung toleransi nol manajemen terhadap

    fraud.

    2.1.3.6 Metode Pencegahan Fraud

    Pusdiklatwas BPKP (2008:38) menyatakan beberapa metode pencegahan

    yang lazim ditetapkan oleh manajemen mencakup beberapa langkah berikut:

    1. Penetapan kebijakan anti fraud.

    2. Prosedur pencegahan baku.

    3. Organisasi.

    4. Teknik pengendalian.

    5. Kepekaan terhadap fraud .

  • 5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i

    56/159

    Kebijakan unit organisasi harus memuat a high ethical tone dan harus

    dapat menciptakan lingkungan kerja yang kondusif untuk mencegah tindakan-

    tindakan fraud dan kejahatan ekonomi lainnya. Seluruh jajaran manajemen dan

    karyawan harus mempunyai komitmen yang sama untuk menjalankannya

    sehingga kebijaksanaan yang ada akan dilaksanakan dengan baik.

    Pada dasarnya komitmen manajemen dan kebijakan suatu

    instansi/organisasi merupakan kunci utama dalam mencegah dan mendeteksi

    fraud. Namun demikian, harus pula dilengkapi dengan prosedur penanganan

    pencegahan secara tertulis dan ditetapkan secara baku sebagai media pendukung.

    Adanya audit commitee yang independen menjadi nilai plus karena unit

    Audit Internal mempunyai tanggung jawab untuk melakukan evaluasi secara

    berkala atas aktivitas organisasi secara berkesinambungan. Bagian ini juga

    berfungsi untuk menganalisis pengendal;ian intern dan tetap waspada terhadap

    fraudsaat melaksanakan audit.

    Sistem yang dirancang dan dilaksanakan secara kurang baik akan menjadi

    sumber atau peluang terjadinya fraud, yang pada gilirannya menimbulkan

    kerugian financial bagi organisasi sehingga diperlukan teknik-teknik pengendalian

    dan audit yang efektif untuk mengurangi kemungkinan terjadinyafraud. Kerugian

    dan fraud dapat dicegah pula apabila organisasi atau instansi mempunyai staf

    yang berpengalaman sehingga mereka peka terhadap sinyal-sinyalfraud.

    2.1.3.7 Pendeteksian Fraud

    Pada dasarnya tindak fraud dapat dibongkar oleh audit karena adanya

    indikasi awal serta perencanaan yang baik untuk menyingkap segala sesuatu

  • 5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i

    57/159

    mengenai tindak fraud yang mungkin terjadi, tim audit harus memiliki intuisi

    yang tajam melihat berbagai aspek internal Perusahaan yang riskan (rawan) terjadi

    fraud. Namun, di sini audit tidak mungkin bekerja hanya berdasarkan

    kaidah/metode audit yang baku. Selain menerapkan berbasis risiko, audit juga

    perlu mengembangkan aktivitas jaringan mata-mata. Dan yang terakhir ini

    tidak mungkin dijalankan sendiri oleh para Audit Internal, yang identitasnya

    mudah diketahui di tengah Perusahaan. Karena itu, diperlukan upaya terintegrasi

    untuk membangun kedekatan emosional dengan orang-orang tertentu yang

    nantinya diharapkan bisa berpihak pada tim audit.

    Valery G Kumaat (2011:156) menyatakan bahwa:

    Mendeteksi fraud adalah upaya untuk mendapatkan indikasi awal

    yang cukup mengenai tindak fraud, sekaligus mempersempit ruang

    gerak para pelaku fraud (yaitu ketika pelaku menyadari prakteknya

    telah diketahui, maka sudah terlambat untuk berkelit).

    Sedangkan menurut PUSDIKLATWAS BPKP (2008:45) pendeteksian

    fraudoleh internal auditor merupakan:

    Pendeteksian fraud oleh internal auditor merupakan

    pengidentifikasian indikator-indikator fraudyang mengarahkan perlu

    tidaknya dilakukan pengujian.

    Dari beberapa definisi di atas sudah jelas bahwa pendeteksian fraud

    merupakan suatu deteksi awal yang harus dilakukan agar tindak fraud dapat

    dicegah untuk tidak dilakukan, dan untuk mengetahui perlu tidaknya dilakukan

    pengujian.

    Upaya pendeteksian ini bisa berlangsung dalam waktu relatif cepat, tetapi

    terkadang harus membutuhkan kesabaran hingga berbulan-bulan. Menurut Valery

  • 5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i

    58/159

    G Kumaat (2011:156) menyimpulkan bahwa cepat atau lambatnya pendeteksian

    bergantung pada:

    1. Faktor di pihak pelaku, yaitu kemampuannya menyiasati sistem atau

    menutup celah dari praktek fraudnya, sehingga menentukan tingkat

    kerumitan suatu tindakfraud.

    2. Faktor yang ditentukan oleh kapasitas auditor sendiri, yaitu

    kemampuannya mengembangkan audit berbasis resiko (risk based

    audit) dan membangun Jaringan Informan (Audit Intelligence) dengan

    tetap bersikap hati-hati.

    2.1.3.8 Audit Berbasis Risiko (Risk-Based Audit) untuk Deteksi Fraud

    Menurut Valery G Kumaat (2011:157) menyatakan bahwa audit berbasis

    risiko dalam konteks mendeteksi tindak fraud adalah:

    Rangkaian aktivitas pengawasan yang terencana, terpadu, dan

    berkesinambungan dalam rangka memetakan, mengamati,

    memverifikasi, dan menganalisis semua titik-titik kritis risiko (critical

    ri sk poin ts) yang berpotensi menimbulkan tindak fraud.

    Pemetaan (Mapping) di sini bertujuan untuk mengidentifikasi titik-titik

    kritis risiko terjadinya tindak fraud. Peta risiko dapat dibuat langsung melalui

    kriteria keuangan, masukan (khususnya keluhan) dari berbagai pihak, hingga

    riwayat kasus yang pernah terjadi.

    Pengamatan (Observing) bertujuan untuk memperdalam semua titik

    risiko berdasarkan situasi aktual di lapangan. Hal itu termasuk mewawancarai

    pihak-pihak terkait guna mengetahui berbagai kendala/masalah aktual serta

    kebutuhan/ekspektasi para pelaksana dilapangan. Namun, rencana pengamatan

  • 5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i

    59/159

    oleh auditor sering kali berbenturan dengan sikap yang kurang welcome di

    lapangan. Resistensi yang dijumpai memang bisa jadi mengindikasikan adanya

    praktek fraud pada objek yang diamati. Namun, terlalu dini untuk mengambil

    kesimpulan. Jika terjadi resistensi, membangun jaringan informan (Audit

    Intellegence) merupakan hal yang sangat penting.

    Verifikasi Transaksi dan Analisis Data (Veri fying & Analyzing)

    bertujuan untuk mempertegas kesimpulan bahwa tindak fraud mungkin ada atau

    rawan terjadi. Hasil verifikasi dan analisis ini akan menyempurnakan hasil

    pemetaan + pengamatan untuk menyimpulkan adanya bahaya terkait ada

    tidaknya tindakfraud.

    Menurut Valery G Kumaat (2011: 157) menyatakan bahwa setidaknya ada

    3 objek yang bisa menjadi materi uji awal untuk menggambarkan berbagai titik

    krisis risisko (critical risk point), yaitu:

    1. Transparansi Sistem.

    2. Konsentrasi Aset dan Biaya.

    3. Integritas SDM dan Kesinambungan

    Sistem kerja yang tidak transparan (terbuka) merupakan peluang emas

    bagi pelaku fraud. Pelaku fraud banyak bermain pada lingkup sistem (unit

    kerja) yang dianggap basah yang dapat menghasilkan keuntungan pribadi baik

    langsung maupun tidak langsung, seperti:

    a. Pembelian barang atau jasa.

    b. Pengeluaran uang (kas & bank) dan biaya rutin.

    c. Pengeluaran berbasis proyek/event.

  • 5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i

    60/159

    d. Penagihan kewajiban dari pelanggan, khususnya yang kurang lancar

    (bermasalah ataubad debt).

    e. Pengeluaran aset fisik (inventory atau aktiva tetap).

    Valery G Kumaat (2011:159) berpendapat bahwa konsentrasi Aset/Biaya

    yang besar ini dapat dijabarkan dalam beberapa pengertian berikut:

    1. Jumlah fisik aset yang relatif banyak, sehingga memberi kemudahan

    untuk melakukan pengutilan tanpa segera dapat diketahui.

    2. Alokasi anggaran biaya yang relatif besar, sehingga terbuka peluang

    untuk melakukan manipulasi (mark-up) biaya.

    3.Nilai barang yang relatif tinggi, yang bila berhasil memiliki dan

    menjualnya di bawah harga pasar tetap bisa memberi keuntungan

    yang fantastik.

    Integritas SDM dan Kesinambungan ini adalah bagian yang mungkin

    mudah dinilai, tetapi bisa juga menjadi faktor yang luput dari perkiraan ketika kita

    harus mengukur potensi risiko terjadinya tindak fraud. Yang jelas dalam suatu

    kasus fraud, apapun alasan rasional yang dikemukakan para pelaku, dapat kita

    katakan bahwa mereka punya masalah integritas pribadi.

    2.1.3.9 Pengembangan Jaringan Informan (Audit I ntell egence) untuk Deteksi

    Fraud

    Pada hakikatnya, audit intellegence bukanlah aktivitas spionase yang

    dilakukan di internal korporasi, tetapi dapat didefinisikan sebagai berikut:

    Menurut Valery G Kumaat (2011:161) menyatakan bahwa yang disebut

    dengan audit intellegence adalah:

  • 5/22/2018 Jbptunpaspp Gdl Ratnaamali 2689 1 Draftsk i

    61/159

    Strategi atau upaya berkesinambungan membangun sebuah

    jaringan informasi aktual bagi tim audit dalam rangka menunjang

    aktivitas audit berbasis risiko (r isk-based audi t), khususnya untukmengantisipasi risiko yang berdampak negatif terhadap organisasi

    serta untuk melakukan cegah-tangkal atas praktek tindak fraud .

    Selain itu Valery G Kumaat (2011:161) berpendapat bahwa aktivitas

    spionase memang bisa dianggap sebagai bagian dari audit intellegence. Namun,

    hal itu dapa