jbptunpaspp gdl ossynatawi 2478-1-14.babi
DESCRIPTION
jjTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Penelitian
Sumber daya alam merupakan komponen penting dari sebuah Negara, baik
sumber daya berupa mineral maupun hayati. Sumber daya alam yang dimiliki suatu
Negara dapat meningkatkan kesejahteraan Negara tersebut, baik dari segi ekonomi
maupun pembangunan. Dan Indonesia merupakan salah satu Negara yang kaya akan
sumber daya alam meskipun pemanfaatannya kurang maksimal. Sumber daya
mineral Indonesia sebenarnya cukup menjanjikan. Namun pada saat ini baik
Indonesia maupun masyarakat dunia menghadapi permasalahan yang sama yaitu
semakin menipisnya persedian mineral guna memenuhi kebutuhan akan energi,
terutama minyak bumi.
Energi dan mineral merupakan satu kesatuan yang diperlukan untuk
meningkatkan taraf hidup masyarakat, apalagi ada hubungan peningkatan taraf hidup
dan pertumbuhan ekonomi suatu Negara dengan jumlah penggunaan energi. Hal
yang perlu mendapat perhatian adalah apakah cara yang telah ditempuh oleh
masyarakat modern saat ini, yang telah mengkonsumsi energi dan mineral dalam
jumlah yang jauh lebih besar beberapa dasawarsa terakhir ini akan terus ditempuh.
Beberapa ahli telah menasehatkan akan adanya keterbatasan tersedianya energi dan
mineral dunia. Bahkan untuk beberapa energi diramalkan, dengan peningkatan
pertumbuhan tiap tahun sekarang ini, ketidak-sediannya masih akan kita rasakan
semasa hidup kita. Bahwa tersedianya energi dan mineral itu terbatas, dengan begitu
telah menggugah pemerintah untuk mulai memikirkan tentang cara-cara penggunaan
1
mineral yang hemat untuk kepentingan peradaban dan bagaimana mengamankan
suplai dan tersedianya energi dan mineral untuk kepentingan industri dalam jangka
pendek, menengah dan panjang. 1
Indonesia merupakan salah satu Negara yang berada disabuk mineral (rim of
fire) dengan potensi mineral yang tinggi jika dibandingkan dengan Negara lain di
Asia, ini terbukti bahwa Indonesia memimpin dalam produksi batubara, tembaga,
emas, perak, nikel, dan timah. Batubara adalah kasus yang sangat optimis dalam
pengembangan ke depan. Tingkat produksi batubara Indonesia baru mencapai 567
juta ton, atau relative sangat kecil dibandingkan dengan cadangan sumber daya
batubara yang ada di Indonesia.2
Produksi batubara Indonesia sangat dipengaruhi oleh penggunaan atau
pemanfaatan di dalam negeri akan tetapi sekarang kinerja ekspor batubara terus
meningkat. Secara geologi, Indonesia mempunyai potensial yang besar terhadap
bahan galian mineral yang tersebar diberbagai daerah. Pemanfaatan dari kekayaan
tambang itu sendiri masih sangat mungkin untuk ditingkatkan mengingat masih
tingginya tingkat sumber daya dibandingkan dengan produksi yang telah dilakukan
maupun studi kelayakan yang menghasilkan sumber “cadangan baru”. Jika
dibandingkan dengan tingkat produksi dunia, batubara Indonesia memperlihatkan
proporsi (share) yang cukup signifikan.
Tetapi alangkah baiknya jika pengolahan sumber-sumber daya energi ini
secara tepat dapat memberikan dorongan yang kuat bagi pertumbuhan ekonomi, hal
mana pada gilirannya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat pada umumnya.
1“Sumber Daya Mineral Untuk Pembangunan”, dalam http://www.infosia.ut.ac.od/jurnal/4loekito.htm.
2 http://[email protected]
2
Disisi lain keterbatasan yang dimiliki setiap Negara baik sumber daya alam
maupun sumber daya manusia menjadi penyebab munculnya kerjasama
internasional. Salah satu bentuk kerjasama internasional yang dipilih Indonesia
adalah kerjasama ekonomi yang diharapkan dapat memajukan perindustrian dalam
negeri, salah satu mitra kerjasama ekonomi Indonesia adalah Jepang.
Setelah mengalami kemunduran akibat PD II Jepang mulai bangkit lagi
dengan memajukan bidang industri, semua peralatan dan teknologi industri yang
hancur akibat perang digantikan dengan peralatan dan teknologi modern , yang pada
akhirnya membuat Jepang dikenal sebagai Negara industri terbesar dan termodern
pertama di Asia dan kedua didunia setelah AS. Kemampuan Jepang dalam
meningkatkan kemajuan dibidang ekonomi didukung oleh sumber daya manusia
yang berkualitas tetapi tidak didukung oleh sumber daya alam yang memadai.
Kerjasama Jepang dan Negara-negara dikawasan Asia Tenggara termasuk
Indonesia dimulai dengan The Yen Loan Programme pada 1957. selain menekankan
kerjasama ekonomi dan perbaikan hubungan dengan Negara bekas jajahan, bantuan
Yen tersebut merupakan salah satu upaya untuk memperluas cakupan industri
Jepang. Industri sebagai sector penting dari perekonomian Jepang sangat tergantung
pada bahan-bahan mentaah yang sayangnya tidak dapat dihasilkan sendiri oleh
Jepang. Keterbatasan lahan dan sumber daya alam menjadi alasan ketergantungan
Jepang pada impor bahan baku, bahan mentah serta bahan baker yang diperlukan
untuk menunjang industrinya.3
Indonesia merupakan Negara yang menjadikan Jepang sebagai mitra bisnis
terbesar nya selain China dan Korea Selatan, sebagai Negara yang mengandalkan
3 Lim Hua Sing, Peranan Jepang di Asia (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2001), hlm. 222.
3
ekspor sumber daya alam guna meningkatkan pendapatan devisa, Indonesia menjadi
mitra dagang yang sesuai dngan kebutuhan Jepang akan bahan baker industri.
Hubungan antara Indonesia dan Jepang dinyatakan Jepang sebagai hubungan
interdependensi, saling ketergantungan tersebut bagi Jepang disebabkan oleh
ketergantungan Jepang pada sumber daya alam yang dimiliki serta lokasi yang
strategis bagi kepentingan Jepang. Sementara Indonesia dilain pihak juga
membutuhkan investasi dan bantuan dari Jepang.
Jepang yang terlebih dahulu menggunakan batubara sebagai energi
alternative berusaha mencari Negara yang memiliki pasokan batubara yang banyak
sehubungan dengan kekhawatiran Jepnag terhadap suplai batubara kenegerinya
akibat adanya pengurangan pasokan dari China.
Pembatasan ekspor batubara yang dilakukan China membuat Jepang sebagai
importer utama batubara dari Negara itu khawatir kekurangan pasokan dan menjajaki
kemungkinan inpor dari Indonesia. Kapasitas produksi batubara kitayang cukup
besar memungkinkan Indonesia bias memenuhi permintaan pasar Jepang.
Indonesia memiliki ketersediaan sumber daya batubara peringkat rendah
sangat banyak hampir mencapai 36 miliar ton. Pemanfaatan batubara sebagai energi
alternative telah lama menjadi pembicaraan di pemerintah yaitu sejak tahun 1993,
tetapi berbagai kendala yang dihadapi mulai dari sumber daya manusia, teknologi
hingga masalah financial, membuat rencana tersebut tertunda.
Berdasarkan kepentingan timbale balik tersebut, hubungan bilateral Indonesia
– Jepnag semakin ditingkatkan dengan ditandatanganinya MoU (Memorandum of
Understending) atau nota kesepahaman pada tanggal 19 Juli 2001 dan akan berakhir
pada 31 maret 2005 namun pada 26 november 2006 kerjasama tersebut dilanjutkan
4
kembali hingga 2010, kerjasama tersebut difokuskan pada bidang penelitian
peningkatan kualitas batubara peringkat rendah.4
Pembangunan pilot plan UBC ( Upgrade Brown Coal) dimaksudkan untuk
memperoleh data engeenering dalam rangka mendisain pabrik komersial UBC.
Proses UBC dapat menyiapkan batubara sesuai dengan spesifikasi pasar, sehingga
industri batubara di Indonesia dapat terus tumbuh memberikan kontribusi sebagai
pemasok energi dalam negeri dan menstabilkan ekspor dimasa mendatang sehingga
dapat meningkatkan posisi tawar industri Indonesia dalam menghadapi pasar bebas.5
Sesuai dengan kesepakatan Indonesia dan Jepang telah mengambil langkah-
langkah yang tepat guna kepentingan bersama meliputi pengembangan perdagangan
dan kebijakan-kebijakan dalam bidang energi dan sumber-sumber mineral, sesuai
dengan perundang-undangan dan peraturan-peraturan yang berlaku dimasing-masing
Negara. Dan Indonesia berusaha meningkatkan devisa Negara melalui kerjasama
tersebut.
Berdasarkan penjelasan diatas penulis tertarik mengadakan penelitian dengan
judul sebagai berikut:
“KERJASAMA INDONESIA – JEPANG DALAM PENGEMBANGAN
TEKNOLOGI UPGRADE BROWN COAL DAN PENGARUHNYA
TERHADAP PENINGKATAN EKSPOR BATUBARA INDONESIA.”
4 “Indonesia – Japan Join Seminar On Upgrade Brown Coal (UBC) Technology”, dalam http”//www.republika.co.id/online_detail.asp?id=2777044&kat_id=23.
5 Ibid.
5
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan paparan di atas, penulis mengidentifikasikan beberapa masalah,
sebagai berikut:
1. Mengapa Indonesia – Jepang melakukan kerjasama dibidang pengembangan
teknologi Upgrade Brown Coal?
2. Bagaimana usaha pemerintah Indonesia untuk meningkatkan ekspor batubara
Indonesia?
3. Apasaja hambatan yang dihadapi dalam pengembangan teknologi Upgrade
Brown Coal?
4. Apakah ekspor batubara mengalami peninkatan melalui pengembangan
teknologi Upgrade Brown Coal?
1. Pembatasan Masalah
Mengingat luas permasalahan yang dikemukakan, maka penulis merasa
perlu untuk membatasi masalah, yaitu penelitian mengenai ”Kerjasama Indonesia –
Jepang Dalam Pengembangan Teknologi Upgrade Brown Coal dan Pengaruhnya
Terhadap Peningkatan Ekspor batubara Indonesia”, penulis hanya membatasi
penelitian pada periode 2003 – 2007.
2. Perumusan Masalah
Untuk memudahkan dalam menganalisa permasalahan di atas, berdasarkan
identifikasi masalah dan pembatasan masalah, maka dirumuskan suatu masalah
yang diteliti, yaitu: sejauhmana kerjasama Indonesia – Jepang melalui peningkatak
teknoloi Upgrade Brown Coal berdampak pada peningkatan ekspor batubara
Indonesia.
6
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.Tujuan Penelitian
Suatu Penelitian pasti mempunyai tujuan tertentu berdasarkan pada
kepentingan serta motif-motif individual maupun kolektif. Adapun tujuan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apa saja yang melatarbelakangi kerjasama Indonesia
– Jepang dalam pengembangan teknologi Upgrade Brown Coal.
2. Untuk mengetahui upaya-upaya apa saja yang dilakukan pemerintah
Indonesia dalam meningkatkan kualitas batubara Indonesia.
3. Untuk mengetahui hambatan-hambatan apa saja yang dihadapi dalam
pengembangan teknologi Upgrade Brown Coal.
4. Untuk mengetahui prospek pengembangan teknologi Upgrade Brown
Coal dalam peningkatan ekspor batubara indonesia.
2. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat baik bagi penulis
sendiri maupun bagi pembaca, yang antara lain:
1. Sebagai hasil penelitian diharapkan dapat berguna sebagai
sumber referensi untuk menembangkan stdi Hubungan Internasional
yaitu sebagai sumbangan untuk menambah perbendaharaan wawasan
mengenai hubungan kerjasama antar negara
2. Penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam memperkaya khazanah
pemikiran bagi studi Hubungan Internasional khususnya mengenai
7
hubungan bilateral antara Indonesia dengan Jepnag dalam
meningkatkan perkembangan teknologi dibidang industri.
3. Sebagai sumbangan ilmiah bagi perkembangan ilmu pengetahuan
tentang model baru penerapan teknologi yang dapat meningkatkan
perekonomian negara.
4. Untuk Penyusunan tugas akhir sebagai salah satu syarat dalam
menempuh gelar Sarjana Strata Satu pada Jurusan Hubungan
Internasional.
D. Kerangka Teoritis dan Hipotesis
1. Kerangka Teoritis
Kerangka teoritis di sini mengemukakan dasar pemikiran serta penggunaan
anggapan dasar dan teori-teori yang mendukung dalam permasalahan penelitian ini.
Hal ini berfungsi untuk menentukan teori-teori dan konsep mana saja yang
memberikan kontribusi, menjabarkan, menggambarkan, dan mendeskripsikan
penelitian tersebut.
Banyak kita temui pendapat-pendapat dari ahli ilmu Hubungan
Internasional yang berfungsi sebagai penjelas juga pendorong kemajuan studi ilmu
Hubungan Internasional. Untuk itu, penulis akan mengutip teori dan pendapat para
ahli yang ada hubungannya dengan aspek yang diteliti, untuk dijadikan pedoman
dan acuan dalam penulisan skripsi serta dapat memberikan pondasi yang
membantu mengaplikasikan metode-metode yang digunakan untuk memahami
Hubungan Internasional khususnya bagi permasalahan yang diteliti.
Studi Hubungan Internasional merupakan suatu studi yang bersifat
interdisipliner, artinya bahwa Hubungan Internasional memiliki hubungan dengan
8
ilmu lainnya dalam usahanya mengkaji suatu masalah yang timbul walaupun
perhatian utamanya tetap pada hubungan antar negara dan antar pemerintah (inter
state dan inter government). Ilmu Hubungan Internasional juga merupakan bagian
dari ilmu sosial yang mencakup berbagai aspek kehidupan manusia dari
masyarakat Internasional. Menurut K.J.Holsti dalam bukunya Politik
Internasioanal: Suatu Kerangka Analisis, yang diterjemahkan oleh M.Tahir
Azhary tentang konsep hubungan:
Istilah Hubungan Internasaional dapat mengacu pada semua bentuk interaksi antar masyarakat yang berbeda apakah disponsori oleh pemerintah atau tidak. Hubungan Internasional mencakup analisis kebijakan luar negeri atau proses politik antar bangsa-bangsa, tetapi karena niatnya yang berbeda-beda, ia mencakup juga mengenai serikat perdagangan Internasional, transportasi, komunikasi dan perdagangan Internasional.6
Pada kenyataannya actor yang paling efektif adalah Negara, namun harus
diperhatikan juga perilaku actor-aktor non Negara. Sehubungan dengan interaksi
antara actor-aktor dalam Hubungan Internasional, Anak Agung Banyu Perwita
dan Yanyan Mochamad Yani dalam bukunya Pengantar Ilmu Hubungan
Internasional, menjelaskan Hubungan Internasional, sebagai berikut:
Kerjasama antar negara membutuhkan adanya suatu interaksi Internasional
meliputi segala bentuk interaksi negara dengan berbagai aspek kehidupan sosial
manusia, disebut juga dengan pergaulan Internasional. Dengan kata lain disinilah
tercipta Hubungan Internasional. Namun pemikiran tentang Hubungan
Internasional berkembang sejak Hubungan Internasional menjadi subyek akademik
sekitar Perang Dunia Pertama hingga berakhirnya Perang Dingin. Hubungan
Internasional kontemporer memiliki kajian yang lebih luas dan kompleks.
6 K.J. Holsti, Politik Internasional: Suatu Kerangka Analisis (Terjemahan M. Tahir Azhary) (Bandung: Bina Cipta, 1998), hlm. 21.
9
Disamping itu juga, Aktor-aktor Hubungan Internasional pasca Perang Dingin,
tidak hanya State tetapi melibatkan aktor non- state. Robert Jackson dan Georg
Sorensen dalam bukunya Pengantar Studi Hubungan Internasional, yang
diterjemahkan oleh Dadan Surydipura, menjelaskan tentang perkembangan
Hubungan Internasional, sebagai berikut:
Inti tradisional HI berkaitan dengan isu-isu yang berkenaan dengan perkembangan dan perubahan negara-negara berdaulat dalam konteks sistem negara atau masyarakat negara yang lebih besar. Fokus pada negara dan hubungan negara tersebut membantu menjelaskan mengapa perang dan perdamaian merupakan masalah sentral teori tradisional HI. Meskipun demikian, HI kontemporer hirau bukan hanya dengan hubungan politik antara negara-negara tetapi juga dengan sekelompok subjek lainnya: interdependensi ekonomi, hak asasi manusia, perusahaan transnasional, organisasi internasional, lingkungan hidup, perbedaan gender, keterbelakangan, dan seterusnya.7
Pola-pola aksi dan reaksi dalam Hubungan Internasional,
diimplementasikan melalui Politik Luar Negeri suatu negara yang melahirkan suatu
input yang dinamakan Kebijakan. James Rosenau et.al., mengemukakan bahwa
“Kebijakan Luar Negeri merupakan strategi atau rencana tindakan yang dibuat oleh
para pembuat keputusan negara dalam menghadapi negara lain atau unit politik
Internasional lainnya, dan dikendalikan untuk mencapai tujuan nasional spesifik
yang dituangkan dalam terminologi kepentingan nasional”.8
Dalam upaya memenuhi kepentingan nasionalnya, tiap-tiap negara akan
melakukan kerjasama sebagai akibat dari adanya interdependensi dan bertambah
kompleksnya kehidupan manusia dalam masyarakat Internasional, seperti yang
dijelaskan K.J Holsti bahwa” Kerjasama yang berlangsung dalam berbagai
konteks yang berbeda. Kebanyakan hubungan dan interaksi yang berbentuk
7 Robert Jackson dan Georg Sorensen, Pengantar Studi Hubungan Internasional (Terjemahan Dadan Suryadipura) ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2005), hlm.44.
8 Anak Agung Banyu Prawita dan Yayasan Mochammad Yani, Pengantar Ilmu Hubungan Internasional ( Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2005), hlm.49.
10
kerjasama terjadi langsung antara dua pemerintah yang memiliki kepentingan atau
menghadapi masalah serupa secara bersamaan”.9
Mengenai kerjasama Internasional secara lebih luas dijelaskan oleh
Koesnadi Kartasasmita dalam bukunya Organisasi dan Administrasi
Internasional, yaitu” Kerjasama Internasional terjadi karena International
Understanding yang mempunyai arah dan tujuan yang sama, yang didukung oleh
kondisi Internasional yang saling membutuhkan. Kerjasama itu didasari oleh
kepentingan bersama antar negara-negara”.10
Namun dibalik adanya kerjasama Internasional, tentunya terdapat faktor-
faktor pendukung. Adapun salah satu faktor pendukung terwujudnya kerjasama
menurut T.May Rudi dalam bukunya Administrasi dan Organisasi Internasional,
adalah ”Kemajuan serta perkembangan ekonomi mempengaruhi kesejahteraan
bangsa dan negara, serta kemajuan di bidang teknologi yang memudahkan
terjalinnya hubungan yang dapat dilakukan negara-negara sehingga meningkatkan
ketergantungan satu sama lain”.11
Untuk terus mengembangkan ekonomi nasional yang mampu
mempengaruhi kesejahteraan negara. Suatu negara harus merumuskan kebijakan-
kebijakan-kebijakan ekonominya demi mencapai target-target pembangunan
ekonomi. Kebijakan ekonomi merupakan sisi terpenting yang turut mengatur
hubungan ekonomi antara suatu negara dengan negara lain. Atau dengan kata lain
ketika suatu negara meleburkan kepentingannya dalam Ekonomi Internasional.
9 K.J.Holsti, Op. Cit., hlm.651.10 Koesnadi Kartasasmita, Organisasi dan Administrasi Internasional ( Bandung: Angkasa,
1998), hlm.3.
11 T.May Rudi, Administrasi dan Organisasi Internasional ( Bandung: Refika Aditama, 1998), hlm.22.
11
Paul R. Krugman dan Maurice Obstfeld dalam bukunya Ekonomi
Internasional: Teori dan Kebijakan, menjelaskan mengenai Ekonomi
Internasional:
Ekonomi Internasional berisikan persoalan-persoalan yang muncul karena masalah-masalah khusus yang terjadi dalam interaksi ekonomi antar bangsa yang berdaulat yang didalamnya terdapat pedagangan, proteksionoisme, penentuan nilai tukar, kebijakan, dan Pasar Perdagangan.12
Ekonomi Internasional dimaksudkan untuk meningkatkan tingkat
kemakmuran suatu negara serta untuk menutupi kebutuhan dalam negari yang dapat
dipenuhi sendiri. Namun, sejak terjadinya krisis moneter tahun 1997 hingga saat ini
kondisi perekonomian Indonesia belum menunjukkan tanda-tanda pemulihan yang
berarti. Krisis ekonomi dan moneter di Indonesia menjadi begitu parah, jauh lebih
parah dibandingkan negara-negara lainnya di kawasan Asia Tenggara dan Asia
Timur. Hal ini terjadi karena sistem politik di Indonesia sudah beku dan tidak dapat
berfungsi secara wajar karena telah dimanipulasi oleh mereka yang berkuasa di
zaman Orde Baru. Krisis moneter yang melanda Asia Tenggara termasuk Indonesia
memiliki implikasi terhadap situasi perekonomian Indonesia.
Definisi Krisis moneter menurut Ratu Aprilla Senja dalam Kamus
Lengkap Bahasa Indonesia, yaitu” Keadaan nilai tukar uang yang terus menerus
merosot dan mempengaruhi harga barang”.13
Krisis moneter Indonesia ditandai dengan merosotnya nilai tukar rupiah
terhadap Dolar AS, meningkatnya pengangguran karena banyak perusahaan yang
bangkrut, berhentinya investasi karena para investor menarik modalnya dari
Indonesia. Merosotnya nilai tukar rupiah tersebut semakin mengakibatkan
12 Paul R. Krugman dan Maurice Obstfeld, Ekonomi Internasional: Teori dan Kebijakan (Terjemahan Faisal H. Basri) ( Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), hlm.4.
13 Ratu Aprillia Senja, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia ( Jakarta: Difa Publisher, 1996), hlm.65.
12
pembengkakan Utang Luar Negeri Indonesia. Dan Utang Luar negeri Indonesia sejak
zaman Orde Baru terakumulasi yang akhirnya Indonesia terjerat beban Utang Luar
Negeri dan bunganya ( Debt Trap). Didalam bukunya Keuangan Negara dan
Analisis Kebijakan Luar Negeri, Yuswar Zainul Basri Dan Mulyadi Subri
berpendapat:
Utang Luar Negeri bukan hanya dibutuhkan dalam proses perdagangan, tetapi juga dibutuhkan dalam perekonomian suatu negara untuk menunjang proses produksi dalam negeri, aritnya Utang Luar Negeri merupakan mata rantai yang menghubungkan kegiatan internal dan eksternal perekonomian suatu negara…Tetapi Jelas sekali bahwa jumlah dan pemanfaatan utang tersebut harus dikendalikan dan dikelola secara benar sehingga justru tidak menjadi beban yang berkepanjangan.14
Memang dari pendapat tersebut, terlihat bahwa suatu kewajaran bagi suatu
negara untuk mendapatkan bantuan luar negeri. Namun harus dikelola secara baik
dan optimal, bukan hanya menjadi beban generasi selanjutnya, seperti yang terjadi di
Indonesia warisan Orde Baru. Menurut Paul R. Viotti dan Mark V.Kauppi, dalam
bukunya International Relations and World Politics: security, economy, identity.
Bantuan Luar Negeri merupakan” …aid grants for development investment and loans
( Particulary at concersionary rates of interest for development purpose) from
government, the World Bank and other Internasional Organizations, and
Multinational Banks”.15
Bantuan Luar Negeri resmi dapat bantuan dari institusi seperti IMF, Bank
Dunia, Organisasi Internasional lainnya tentu sangat efektif jika bantuan tersebut
merupakan bantuan pinjaman maka syarat-syarat peminjaman tersebut lebih fleksibel
dan pemanfaatannya akan sangat membantu pertumbuhan ekonomi negara penerima
bantuan.14 ? Yuswar Zainul Basri dan Mulyadi Subri, Keuangan Negara dan Analisis Kebijakan
Utang Luar Negeri ( Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), hlm.105.
15 Paul R. Viotti dan Mark V. Kauppi, International Relations and World Politics: security, economy, identity ( United State of America: Prentice Hall, 1997), hlm.242.
13
Sebenarnya bantuan atau pinjaman luar negeri Indonesia memang sudah
memperlihatkan tanda-tanda yang sangat mengkhawatirkan. Hal tersebut tercermin
dari posisi pinjaman yang besar dan cenderung meningkat sampai tahun 1998 serta
besarnya indikator beban pinjaman yang bahkan telah melampaui batas warning
indicator international. Pergeseran peranan pinjaman luar negeri pun terjadi, dari
semula yang bersifat pelengkap dan sementara menjadi peranan sebagai sumber
utama dalam pembiayaan pembangunan. Fenomena pergeseran struktur dan peranan
pinjaman luar negeri tersebut berakibat pada tingginya tingkat akumulasi stok utang
saat ini dan semakin beratnya beban cicilan pokok dan bunga yang dipikul
masyarakat Indonesia. Sehingga tidak heran pada akhirnya Indonesia menghadapi
kemacetan pembayaran Utang Luar Negeri. Macetnya pembayaran cicilan utang
beserta bunganya, sehingga pihak kreditur membuat penjadwalan ulang
(rescheduling) pembayaran Utang Luar Negeri Indonesia atas permintaan Indonesia
sebagai negara debitur.
Keadaan ini tentunya kurang menguntungkan bagi kreditur. Mereka
menentukan perputaran modal yang nyata. Seperti salah satu negara kreditur bagi
Indonesia yaitu Italia. Jika dilihat dari dari segi ekonomi statis memang Italia untung,
bisa memberi pinjaman atau utang baru dengan menetapkan syarat dan bunga yang
lebih tinggi, tetapi kondisi menumpuknya tunggakan (setoran macet) membuat bank-
bank itu tidak merasakan manfaat yang langsung dan nyata. Dengan kata lain,
perputaran modal bagi negara kreditur Italia mengalami stagnasi.
Akhirnya Italia menawarkan mekanisme Debt Swap ( konversi utang)
kepada Indonesia.T.May Rudi dalam bukunya Masalah Negara Berkembang: Suatu
Kajian Ekonomi Politik Internasional, menjelaskan:
14
Debt Swap adalah cara baru yang ditempuh dalam menanggulangi ketidakmampuan negara-negara berkembang untuk melunasi cicilan utangnya. Negara berkembang sebagai debitur dan bank-bank atau lembaga keuangan dari negara industri maju sebagai kreditur. Kedua pihak bekerjasama untuk menjual kewajiban membayar sebagian utang itu.16
Gagasan ini pada awalnya diajukan oleh bank-bank internasional yang
menjadi kreditur bagi negara-negara berkembang. Saat ini Indonesia telah
menyepakati Debt Swap dengan beberapa negara kreditur selain Italia, yaitu Inggris
dan Jerman. Janice Duddy dalam tulisannya What is a Debt for-AIDS Swap?,
menjelaskan:
A debt swap can be defined as the cancellation of debt in exchange for something else. Or according to UNDP,’ A debt swap( or debt conversion)is defined as the cancellation of external debt in exchange for the debtor government’s commitment to mobilize domestic resources (Local Currency or another asset) for on agreed purpose’.17
Pemerintah Indonesia gencar melakukan program Debt Swap atau
penukaran Utang Luar Negeri Indonesia. Dari pihak Indonesia pada awalnya
membentuk Tim Koordinasi Program Debt Swap kemudian dibentuk Management
Committee. Management Committee terdiri dari wakil-wakil Indonesia sebagai
negara debitur dan juga wakil-wakil Italia yang dibentuk untuk mengawasi
pelaksanaan Debt Swap. Pertemuan Management Committee pada tanggal 15-16
Februari 2006 di Jakarta menentukan proyek yang disepakati adalah Debt for
Development Swap. Seperti yang ditulis dalam Harian Umum Sore Sinar Harapan
online bahwa” Debt for Development Swap sebagai pertukaran utang dengan proyek
pembangunan di negara debitur, berupa program-program rehabilitasi dan
pengentasan kemiskinan.”18
16 T. May Rudi, Op. Cit., hlm. 75.
17 Janice Duddy, “ What is a Debt –for- AIDS- Swap?” dalam http://www.Awid.org, diakses 2 Februari 2007.
18 “Peresetujuan Proyek-Proyek Penanggulangan Bencana Tsunmi Aceh-Nias” dalam http://www.sinarharapan.com, diakses 20 Januari 2007.
15
Management Committee juga menyepakati potensi pertukaran utang
mencapai 24.2 Dolar AS dan 5.7 juta Euro. Debt for Development Swap dari Italia
kali ini dialokasikan untuk Rahabilitasi dan Rekonstruksi Aceh pasca tsunami 2004
lalu. Dalam hal ini proyek ini dilaksanakan oleh Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi
(BRR) Aceh-Nias sebagai Executing Agency. Menurut Sutan Rajasa dalam Kamus
Populer, Rehabilitasi adalah” Pemulihan atau Perbaikan atau pembetulan seperti
sedia kala”19, Sedangkan Rekonstruksi adalah” Penyusunan kembali menurut prilaku
dan tindakan seperti semula”.20
Didalam Debt for Development Swap ini ditentukan ada 4 proyek utama
dalam Rehabilitasi dan Rekonstruksi Aceh. Pembangunan kembali Aceh ini sendiri
walaupun dengan banyaknya pihak asing yang turut dalam proses pemulihan Aceh
tidak boleh kehilangan identitasnya. Pembangunan kembali Aceh identik dengan
modernisasi yang menyiratkan kembali pertumbuhan ekonomi, industrialisasi,
meningkatnya mobilitas sosial dan kegiatan politik.
Menurut David Apter yang dikutip dalam buku Perbandingan politik
Penelusuran Paradigma oleh Ronald H. Chilcote, menjelaskan pembangunan,
yaitu” Pembangunan secara umum merupakan hasil-hasil pertumbuhan dan integrasi
peran-peran fungsional dalam sebuah komunitas”.21
Proyek pembangunan di Aceh yang dilaksanakan oleh Badan Rehabilitasi
dan Rekonstruksi (BRR)Aceh-Nias dibiayai oleh pemerintah Indonesia. Setelah
pemerintah Indonesia mengeluarkan dana untuk membiayai proyek-proyek tersebut,
maka pihak Italia akan menghapus piutang mereka kepada Indonesia dalam jumlah
19 Sutan Rajasa, Kamus Populer ( Surabaya: Karya Utama, 2002), hlm.529.
20 Ibid., hlm.530.
21 Ronald H. Chilcote, Perbandingan Politik Penelusuran Paradigma ( Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), hlm. 382.
16
yang sama. Dengan demikian di satu pihak Indonesia dapat Melaksanakan
programnya sesuai dengan prioritas nasional, dan di lain pihak pemerintah juga dapat
mengurangi jumlah Utang Luar Negerinya secara nyata.
Dari uraian di atas, penulis menarik beberapa asumsi yang akan
dimunculkan dalam penulisan, yaitu:
Kerjasama antara Indonesia dan Jepang ditujukan untuk pengembangan teknologi
yang dapat meningkatkan kualitas batubara Indonesia dan juga merupakan
transfer teknologi dibidang industri.
Melalui sector pertambangan khususnya batubara Indonesia mencoba menarik
pihak asing untuk berinvestasi di Indonesia, dengan tujuan dapat meningkatkan
ekspor batubara.
Pengelolaan batubara di Indonesia sejauh ini kurang dimanfaatkan dengan baik
untuk kepentingan pembangunan.
Teknologi upgrade brown coal yang dikembangkan Indonesia dan Jepang
mempunyai peluang yang bagus di pasar Internasional.
2. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam sebuah penelitian diperlukan karena hal ini bisa
memberikan batasan-batasan serta memperkecil jangkauan penelitian dan sebagai
alat yang sederhana untuk memfokuskan data yang bercerai-berai tanpa arahan
yang jelas. Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka teoritis sebelumnya
yang penulis kemukakan, maka penulis menarik satu hipotesis yaitu sebuah
kesimpulan sementara tentang hubungan antara beberapa variabel mengenai
17
permasalahan yang perlu diuji kebenarannya. Adapun hipotesis yang penulis ambil
dari permasalahan ini adalah sebagai berikut:
“kerjasama Indonesia – Jepangmelalui pengembangan teknologi Upgrade
Brown Coal yang dilakukan secara berkesinambungan akan meningkatkan
kualitas batubara Indonesia dan dengan demikian permintaan terhadap
batubara Indonesia akan meningkat yang berarti pemasukan dvisa dari
ekspor batubara pun akan meningkat pula..”
3. Operasional Variabel dan Indikator
Untuk membantu di dalam menganalisa penelitian lebih lanjut, maka
penulis membuat suatu definisi operasional tentang konsep hipotesis seperti dalam
Tabel 1.1 di bawah ini.
Tabel 1.1
Operasional Variabel dan Indikator
18
Indikator(Empirik)
Verifikasi(Analisa)
Variabel Bebas:Jika kerjasama Indonesia – Jepang melalui pengembangan teknologi Upgrade Brown Coal dilakukan secara berkesinambungan
1. Adanya kebijakan dari pemerintah Jepang untuk menanamkan modalnya di Indonesia.
2. Adanya Penandatanganan kesepakatan Indonesia – Jepang untuk melaksanakan program Upgrade Brown Coal.
3. Adanya kesepakatan pembagian anggaran proyek antara pemerintah Jepang, perusahaan dari Jepang dan Perusahaan di Indonesia.
1. Data ( Fakta) terkait kebijakan ekonomi Jepang mengenai investasi
2. Data (Fakta dan Angka) mengenai komitmen Indonesia – Jepang dalam program Upgrade Brown Coal.
3. Data (Fakta dan Angka) mengenai pembagian anggaran dari proyek Upgrade Brown Coal.
Variabel Terikat:Maka Upaya peningkatan kualitas batubara Indonesia dan peningkatan ekspor batubara Indonesia dapat tercapai.
4.Adanya persentase peningkatan kualitas batubara dan peningkatan ekspor batubara Indonesia.
.
4. Data(Fakta dan Angka) mengenai peningkatan kualitas batubara dan ekspor batubara Indonesia.
4. Skema Kerangka Teoritis
Gambar 1.1
Alur Kerjasama Indonesia - Jepang
19
Indonesia Jepang
Kaya Akan Sumber Daya Alam
Kebijakan Ekonomi Pemerintah Jepang
Keterbatasan SDM dan Teknologi
Kebijakan Industri dan Investasi
E. Metode dan Teknik Pengumpulan Data
1. Tingkat Analisis
Tingkat analisis yang digunakan adalah induksionis dimana hubungan
antara variabel independen (unit eksplanasi) dengan variabel dependen (unit
analisa), tingkat analisa pada penelitian ini dapat dikatakan pada tingkat
20
Pemindahan Modal Kenegara Berkembang
Kesepakatan Kerjasama Pengembangan Teknologi
Upgrade Brown Coal
Peningkatan Kualitas Batubara Indonesia
Peningkatan Ekspor Batubara Indonesia
Korelasionis,yaitu unit eksplanasi dan unit analisanya berada pada tingkatan yang
sejajar.
2. Metode Penelitian
Metode adalah suatu cara yang digunakan untuk melakukan kajian terhadap
masalah yang bertujuan mencari jawaban dan cara pemecahan, berdasarkan data
yang terhimpun. Metode yang digunakan penulis, yaitu Metode Deskriptif Analitis,
yang bertujuan menggunakan analisa dan mengaplikasi gejala-gejala atau
fenomena-fenomena yang didasarkan pada hasil pengamatan dari beberapa
kejadian dan masalah yang aktual ditengah-tengah realita yang ada. Yang dalam
hal ini penulis melihat gejala-gejala dan fenomena yang dihadapi oleh Indonesia
untuk memanfatkan batubara, dimana dengan adanya kerjasama antara Indonesia
dan Jepang melalui pengembangan teknologi upgrade brown coal masalah tersebut
dapat diatasi.
3. Teknik Pengumpulan Data
Dalam Proses Pengumpulan data dalam penelitian digunakan beberapa
teknik, yaitu:
a. Studi Pustaka
Yaitu untuk mencari dan mengumpulkan data yang diperlukan baik
bersumber dari buku-buku, majalah maupun catatan penting tentang hal-hal yang
berhubungan dengan apa yang menjadi objek penelitian yang penulis teliti.
b. Wawancara
21
Yaitu dengan mewawancarai beberapa narasumber, yang mana
narasumber tersebut merupakan orang-orang yang memang pakar dibidangnya.
H. Lokasi dan Lama Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis mengambil data-data yang diperlukan
kebeberapa lokasi penelitian, diantaranya:
a. Departemen Luar Negeri RI
Jl. Taman Pejambon No.6
Jakarta Pusat 10110
Website: www.deplu.go.id
b. Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral
Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara
Jl. Jend. Sudirman 623 Bandung 40211
Telp: 022-6030483-5
Website: www.tekmira.esdm.go.id
c Perpustakaan Universitas Parahyangan Bandung
Jl. Cimbeleut
Jakarta
d. Perpustakaan FISIP UNPAS
22
Jl. Lengkong Besar no.68
Bandung
2. Lama Penelitian
Adapun lama penelitian yang penulis lakukan yaitu selama 6 ( enam) bulan
terhitung dari bulan Februari sampai dengan Juli 2007.
Dengan Time Schedule sebagai berikut:
23
Tabel 1.2
Lama Penelitian
KEGIATANBulan Februari Maret April Mei Juni Oktober November
Minggu 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Tahap Persiapan
a. Konsultasi Judul
b. Pengajuan Judul
2.Tahap Proposal
a. Penyusunan Proposal
b. Seminar Proposal
c. Pengurusan Izin Riset
3. Pengumpulan Data
4. Pengolahan Data
5. Kegiatan Akhir
a. Penyusunan Skripsi
b. Seminar Draft
c. Perbaikan Hasil Draft
d. Sidang Skripsi
24
D. Sistematika Penulisan
BAB I: Pendahuluan
Bab I adalah Pendahuluan dimana dalam bab ini berisikan Latar Belakang
Penelitian, Identifikasi Masalah, Tujuan dan Kegunaan Penelitian, Kerangka Teoritis
dan Hipotesis, Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data, Lokasi dan
Lamanya Penelitian, serta Sistematika Penulisan. Dimana penelitian ini mengambil
tema tentang ekspor batubara Indonesia ke Jepang.
BAB II: Objek Penelitian Variabel Bebas
Bab II ini menjelaskan tentang variabel bebas, yaitu kerjasama Indonesia-
Jepang dalam pengembangan teknologi upgrade brown coal. Dalam bab ini
dijelaskan mengenai latar belakang kerjasama bilateral tersebut dan pola kerjasama
yang dilaksanakan dalam pengembangan teknologi upgrade brown coal serta
penjelasan mengenai ekspor batubara itu sendiri.
BAB III: Objek Penelitian Variabel Terikat
Bab ini menjelaskan mengenai variabel terikat dalam judul ini yaitu
peningkatan ekspor batubara Indonesia. Dimana dijelaskan tentang kondisi batubara
Indonesia dan upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan ekspor
batubara.
25
BAB IV: Verifikasi Data
Bab IV Verifikasi Data ini menjelaskan hubungan atau keterkaitan antara
kerjasama Indonesia – Jepang melalui pengembangan teknologi upgrade brown coal
dengan peningkatan ekspor batubara Indonesia
BAB V: Penutup
Kesimpulan adalah kondisi hasil laporan penelitian yang merupakan jawaban
terhadap tujuan penelitian serta rangkuman komprehensif dari analisis pembahasan
sebelumnya, juga merupakan hasil verifikasi data.
Jadi dalam bab ini dipaparkan hasil akhir dari permasalahan, yaitu tentang
pengembangan teknologi upgrade brown coal yang mampu meningkatkan ekspor
batubara Indonesia dan upaya peralihan teknologi dari Jepang ke Indonesia.
26