jawaban li lbm 2 blok 12

17
1. Apa akibat dari mengisap ibu jari dan mekanisme terjadi perbesaran kelenjar adenoid Dan hubungannya dengan diagnosa skenario? Maloklusi secara umum terjadi pada populasi anak-anak, dan seringkali memerlukan waktu yang panjang dan pengobatan yang mahal untuk memperbaiki. Sementara banyak maloklusi diyakini disebabkan oleh faktor genetik (diwariskan), beberapa dapat disebabkan oleh faktor lingkungan, khususnya perilaku mengisap nonnutritive. 1 Maloklusi menduduki peringkat ketiga dalam masalah kesehatan gigi masyarakat di seluruh dunia, setelah karies dan penyakit periodontal. 2 Maloklusi bervariasi dari satu negara ke negara lain dan di antara ras. Insiden yang dilaporkan bervariasi antara 39% - 93%, membuktikan bahwa mayoritas anak-anak memiliki gigi yang tidak beraturan dan hubungan oklusal yang kurang ideal. 3 Prevalensi maloklusi tinggi pada anak – anak yang menghisap ibu jari pada usia 3 – 12 tahun. Ketika anak – anak berhenti menghisap ibu jari dibawah usia 6 tahun, mereka tidak memiliki presentase yang tinggi terhadap maloklusi dari pada anak yang memiliki riwayat kebiasaan buruk menghisap ibu jari diatas usia 6 tahun. 4 Mengisap ibu jari tampaknya menjadi kebiasaan alami anak-anak di seluruh dunia karena terasa menyenangkan sehingga banyak yang melanjutkan kebiasaan ini untuk kenyamanan dan keamanan pada tahun-tahun awal sekolah. Kebiasaan mengisap ibu jari ini seringkali ditemukan pada anak-anak di bawah umur dua tahun dan biasanya akan ditinggalkan pada usia 4 tahun. 5 Ketika seorang anak menempatkan ibu jari atau jari diantara gigi, biasanya diposisikan pada sudut sehingga menekan lingual terhadap gigi seri bawah dan labial terhadap gigi seri atas, dan anterior open bite yang terkait dengan mengisap jempol muncul dengan kombinasi gangguan pada erupsi normal gigi seri dan erupsi berlebihan gigi posterior, perpindahan ringan dari gigi seri primer sering dicatat pada kebiasaan pengisap ibu jari di usia 3 atau 4 tahun, tetapi jika mengisap berhenti pada tahap ini, bibir normal dan tekanan pipi segera mengembalikan gigi ke posisi yang biasa. Jika kebiasaan itu terus berlanjut setelah gigi seri permanen

Upload: jamilatul-mila

Post on 14-Sep-2015

215 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Jawaban Li Lbm 2 Blok 12

TRANSCRIPT

1. Apa akibat dari mengisap ibu jari dan mekanisme terjadi perbesaran kelenjar adenoid Dan hubungannya dengan diagnosa skenario? Maloklusi secara umum terjadi pada populasi anak-anak, dan seringkali memerlukan waktu yang panjang dan pengobatan yang mahal untuk memperbaiki. Sementara banyak maloklusi diyakini disebabkan oleh faktor genetik (diwariskan), beberapa dapat disebabkan oleh faktor lingkungan, khususnya perilaku mengisap nonnutritive.1 Maloklusi menduduki peringkat ketiga dalam masalah kesehatan gigi masyarakat di seluruh dunia, setelah karies dan penyakit periodontal.2 Maloklusibervariasi dari satu negara ke negara lain dan di antara ras. Insiden yang dilaporkanbervariasi antara 39% - 93%, membuktikan bahwa mayoritas anak-anak memiliki gigi yang tidak beraturan dan hubungan oklusal yang kurang ideal.3Prevalensi maloklusi tinggi pada anak anak yang menghisap ibu jari pada usia 3 12 tahun. Ketika anak anak berhenti menghisap ibu jari dibawah usia 6 tahun, mereka tidak memiliki presentase yang tinggi terhadap maloklusi dari pada anak yang memiliki riwayat kebiasaan buruk menghisap ibu jari diatas usia 6 tahun.4 Mengisap ibu jari tampaknya menjadi kebiasaan alami anak-anak di seluruh dunia karena terasa menyenangkan sehingga banyak yang melanjutkan kebiasaan ini untuk kenyamanan dan keamanan pada tahun-tahun awal sekolah. Kebiasaan mengisap ibu jari ini seringkali ditemukan pada anak-anak di bawah umur dua tahun dan biasanya akan ditinggalkan pada usia 4 tahun.5 Ketika seorang anak menempatkan ibu jari atau jari diantara gigi, biasanya diposisikan pada sudut sehingga menekan lingual terhadap gigi seri bawah dan labial terhadap gigi seri atas, dan anterior open bite yang terkait dengan mengisap jempol muncul dengan kombinasi gangguan pada erupsi normal gigi seri dan erupsi berlebihan gigi posterior, perpindahan ringan dari gigi seri primer sering dicatat pada kebiasaan pengisap ibu jari di usia 3 atau 4 tahun, tetapi jika mengisap berhenti pada tahap ini, bibir normal dan tekanan pipi segera mengembalikan gigi ke posisi yang biasa. Jika kebiasaan itu terus berlanjut setelah gigi seri permanen mulai erupsi, perawatan ortodontik mungkin diperlukan untuk mengatasi perpindahan gigi yang dihasilkan.5Kebiasaan mengisap ibu jari pertama kali merupakan koordinasi aktivitas otot bayi dan juga dianggap sebagai refleks alami. Pada dasarnya ada dua bentuk mengisap, bentuk nutrisi yang menyediakan nutrisi penting, sementara mengisap non gizi menjamin perasaan kehangatan dan rasa aman dan jenis mengisap ini dapat dianggap sebagai langkah pertama yang penting dalam perkembangan regulasi diri anak dan kemampuan untuk mengendalikan emosi yang berhubungan dengan kesenangan.5 Selain itu, mereka dapat menggunakannya untuk mendapatkan perhatian dari orang tua mereka. Periode kebiasaan mengisap menjadi penting, sebuah periode durasi pendek mungkin tidak atau hanya sedikit memberikan efek. Pada beberapa anak yang memiliki kebiasaan mengisap sedikit atau lebih dari penyisipan jari secara pasif di mulut, tidak terlihat jelas aktivitas otot buccinators, sehingga anak-anak yang menghisap keras tapi sebentar-sebentar mungkin tidak menggeser posisi gigi seri, sedangkan yang menghasilkan 6 jam atau lebih tekanan, terutama mereka yang tidur dengan ibu jari atau jari antara gigi sepanjang malam, dapat menyebabkan maloklusi yang signifikan.5Keparahan kelainan gigi dan rahang akibat mengisap jari tergantung dari durasi, frekuensi, dan intensitas kebiasaan mengisap ibu jari.6 Menurut Proffit (1993) faktor durasi dari kebiasaan mengisap jari lebih memegang peranan penting.7Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberikan gambaran beberapa maloklusi yang sering terjadi pada anak akibat menghisap ibu jari.

Kebiasaan menghisap ibu jari

Sumber : Indushekar,Gupta B, Bhavna Gupta and Indushekar KR. Childhood thumb sucking habit: the burden of a preventable problem!. Medicine and Medical Sciences Vol. 2(1) pp. 1-4, June 20128

The American Dental Association dan American Academy of Pediatrics setuju dan percaya bahwa sampai usia 6 tahun, kebiasaan mengisap jempol biasanya hanya sedikit atau tidak ada kerusakan gigi geligi atau struktur orofacial.1 Warren et al1 menyimpulkan bahwa setelah usia 6 tahun, kebiasaan mengisap jempol/jari kronis dapat mulai menyebabkan kerusakan dan harus ditangani.Kebiasaan mengisap jari merupakan oral habit yang paling sering muncul pada anak yang tidak diberikan ASI. Tanda-tanda umum maloklusi sering ditemukan akibat kebiasaan mengisap jari yang dilakukan dengan aktif adalah openbite anterior, openbite anterior merupakan hilangnya overlap antara gigi insisiv rahang atas dan bawah pada saat oklusi. Openbite anterior terjadi akibat penempatan secara langsung jari yang diisap pada gigi-gigi insisivus. Keadaan ini mencegah terjadinya erupsi lanjutan atau erupsi lengkap dari gigi-gigi insisivus, sedangkan gigi-gigi posterior tetap bebas bererupsi. Openbite anterior juga dapat terjadi akibat intrusi gigi-gigi insisivus, tetapi openbite anterior lebih mudah terjadi akibat penghambatan erupsi karena intrusi gigi-gigi insisivus. Tanda lain yang akan terlihat adalah pergerakan gigi insisivus atas ke arah labial dan gigi insisivus bawah kearah lingual. Pergerakan gigi-gigi insisivus ini tergantung pada jari yang diisap dan diletakkan serta banyaknya jari yang dimasukkan ke dalam mulut. Ibu jari yang diletakkan ke dalam mulut akan menekan permukaan lingual gigi insisiv rahang atas dan pada permukaan labial gigi insisiv bawah. Anak yang secara aktif mengisap jari dapat menghasilkan daya yang cukup pada ujung gigi insisivus rahang atas, sehingga menjadi lebih protrusif dan gigi insisivus bawah lebih retrusif dengan demikian bertambahanya overjet menjadi lebih besar.7Keadaan lain yang dapat muncul adalah kontriksi maksila. Kontriksi lengkung maksila biasa terjadi pada kebiasaan mengisap jari karena lengkung maksila gagal untuk berkembang dalam arah horizontal karena perubahan keseimbangan antara tekanan lidah dan pipi. Ketika ibu jari diletakkan di dalam mulut, lidah akan tertekan ke bawah dan menjauh dari palatum dan menurunkan tekanan lidah pada bagian lingual pada gigi-gigi posterior rahang atas. Tekanan otot pipi terhadap gigi-gigi posterior rahang atas ini meningkat akibat kontraksi otot buccinators selama mengisap pada saat yang sama. Hilangnya keseimbangan daya yang diberikan oleh lidah pada permukaan lingual menyebabkan lengkung posterior maksila berkontriksi menjadi crossbite posterior. Tekanan pipi yang terbesar terjadi pada sudut mulut dan menyebabkan lengkung maksila berubah menjadi bentuk V dan kontriksi lebih besar terjadi interkaninus daripada molar.

2. Apa klasifikasi dari diagnosa? Klasifikasi yang umum dipakai dalam bidang ortodonti yaitua. klasifikasi yang menyangkut lengkung gigi (klasifikasi, Angle, Dental, Simon),b. klasifikasi yang menyangkut rahang (klasifikasi Skeletal), danc. klasifikasi yang menyangkut jaringan lunak (klasifikasi Profil).Menurut Proffit, et.al., (2007), klasifikasi maloklusi Angle terdiri dariyaitu kelas I, kelas II dan kelas III.Perawatan kelas I Angle berbeda-beda tergantung pada kelainan gigi geliginya (tipe maloklusinya).

Klasifikasi digunakan untuk mempermudah melakukan rujukan, untuk membandingkan, dan mempermudahkomunikasi (Moyers, 1988). Menurut Van der Linden (1987), kegunaan klasifikasi adalah untuk alasan praktis sehingga dapat menjelaskan anomali apa yang ditemukan. Klasifikasi harus dapat dibedakan secara jelas dan tepat

Klasifikasi adalah mengelompokkan maloklusi dan malrelasi berdasarkan ciri-ciri yang sama, maka suatu sistem klasifikasi dibutuhkan untuk memudahkan pembahasan dalam sudut pandang yang sama.Klasifikasidigunakan untuk mempermudah melakukan rujukan, untuk membandingkan, dan mempermudahkomunikasi (Moyers, 1988). Klasifikasi maloklusi kelas I Angle Maloklusi kelas I Angle dibagi atas lima tipe ( Dewey), yaitu :Tipe 1 : Gigi anterior berjejal (crowding) dengan kaninus terletak lebih kelabial (ektopik).Tipe 2 : Gigi anterior terutama pada gigi rahang atasterlihat labioversi atauprotrusif.Tipe 3 : Terdapat gigitan bersilang anterior (crossbite anterior) karenainklinasi gigi atas ke palatinal.Tipe 4 :Terdapat gigitan bersilang posterior.Tipe 5 : Gigi posterior mengalami pergeseran ke mesial (mesial drifting) makalah fkg unpad

1. Sistem Klasifikasi Angle.Edward Angle memperkenalkan sistem klasifikasi maloklusi ini pada tahun 1899. Klasifikasi Angle ini masih digunakan dikarenakan kemudahan dalam penggunaannya.Menurut Angle, kunci oklusi terletak pada molar permanen pertama maksila. Berdasarkan hubungan antara molar permanen pertama maksila dan mandibula, Angle mengklasifikasikan maloklusi ke dalam tiga klas, yaitu :a. Klas IKlas I maloklusi menurut Angle dikarakteristikkan dengan adanya hubungan normal antar-lengkung rahang. Cusp mesio-buccal dari molar permanen pertama maksila beroklusi pada groove buccal dari molar permanen pertama mandibula. Pasien dapat menunjukkan ketidakteraturan pada giginya, seperti crowding, spacing, rotasi, dan sebagainya. Maloklusi lain yang sering dikategorikan ke dalam Klas I adalah bimaxilary protusion dimana pasien menunjukkan hubungan molar Klas I yang normal namun gigi-geligi baik pada rahang atas maupun rahang bawah terletak lebih ke depan terhadap profil muka.

b. Klas IIKlas II maloklusi menurut Angle dikarakteristikkan dengan hubungan molar dimana cusp disto-buccal dari molar permanen pertama maksila beroklusi pada groove buccal molar permanen pertama mandibula.Klas II, divisi 1.Klas II divisi 1 dikarakteristikkan dengan proklinasi insisiv maksila dengan hasil meningkatnya overjet. Overbite yang dalam dapat terjadi pada region anterior. Tampilan karakteristik dari maloklusi ini adalah adanya aktivitas otot yang abnormal.Klas II, divisi 2.Seperti pada maloklusi divisi 1, divisi 2 juga menunjukkan hubungan molar Klas II. Tampilan klasik dari maloklusi ini adalah adanya insisiv sentral maksila yang berinklinasi ke lingual sehingga insisiv lateral yang lebih ke labial daripada insisiv sentral. Pasien menunjukkan overbite yang dalam pada anterior.

c. Klas IIIMaloklusi ini menunjukkan hubungan molar Klas III dengan cusp mesio-buccal dari molar permanen pertama maksila beroklusi pada interdental antara molar pertama dan molar kedua mandibula.True Class IIIMaloklusi ini merupakan maloklusi skeletal Klas III yang dikarenakan genetic yang dapat disebabkan karena : Mandibula yang sangat besar. Mandibula yang terletak lebih ke depan. Maksila yang lebih kecil daripada normal. Maksila yang retroposisi. Kombinasi penyebab diatas.Pseudo Class IIITipe maloklusi ini dihasilkan dengan pergerakan ke depan dari mandibula ketika rahang menutup, karenya maloklusi ini juga disebut dengan maloklusi habitual Klas III. Beberapa penyebab terjadinya maloklusi Klas III adalah : Adanya premature kontak yang menyebabkan mandibula bergerak ke depan. Ketika terjadi kehilangan gigi desidui posterior dini, anak cenderung menggerakkan mandibula ke depan untuk mendapatkan kontak pada region anterior.Klas III, subdivisiMerupakan kondisi yang dikarakteristikkan dengan hubungan molar Klas III pada satu sisi dan hubungan molar Klas I di sisi lain.

2. Modifikasi Dewey dari Klasifikasi Angle.Dewey memperkenalkan modifikasi dari klasifikasi maloklusi Angle. Dewey membagi Klas I Angle ke dalam lima tipe, dan Klas III Angle ke dalam 3 tipe.a. Modifikasi Dewey Klas I.Tipe 1 : maloklusi Klas I dengan gigi anterior yang crowded.Tipe 2 : maloklusi Klas I dengan insisiv maksila yang protrusif.Tipe 3 : maloklusi Klas I dengan anterior crossbite.Tipe 4 : maloklusi Klas I dengan posterior crossbite.Tipe 5 : maloklusi Klas I dengan molar permanen telah bergerak ke mesial.

b. Modifikasi Dewey Klas III.Tipe 1 : maloklusi Klas III, dengan rahang atas dan bawah yang jika dilihat secara terpisah terlihat normal. Namun, ketika rahang beroklusi pasien menunjukkan insisiv yang edge to edge, yang kemudian menyebabkan mandibula bergerak ke depan.Tipe 2 : maloklusi Klas III, dengan insisiv mandibula crowded dan memiliki lingual relation terhadap insisiv maksila.Tipe 3 : maloklusi Klas III, dengan insisiv maksila crowded dan crossbite dengan gigi anterior mandibula.

3. Modifikasi Lischer dari Klasifikasi Angle.Lischer memberikan istilah neutrocclusion, distocclusion, dan mesiocclusion pada Klas I, Klas II, dan Klas III Angle. Sebagai tambahan, Lischer juga memberikan beberapa istilah lain, yaitu :Neutrocclusion : sama dengan maloklusi Klas I Angle.Distocclusion : sama dengan maloklusi Klas II Angle.Mesiocclusion : sama dengan maloklusi Klas III Angle.Buccocclusion : sekelompok gigi atau satu gigi yang terletak lebih ke buccal.Linguocclusion : sekelompok gigi atau satu gigi yang terletak lebih ke lingual.Supraocclusion : ketika satu gigi atau sekelompok gigi erupsi diatas batas normal.Infraocclusion : ketika satu gigi atau sekelompok gigi erupsi dibawah batas normal.Mesioversion : lebih ke mesial daripada posisi normal.Distoversion : lebih ke distal daripada posisi normal.Transversion : transposisi dari dua gigi.Axiversion : inklinasi aksial yang abnormal dari sebuah gigi.Torsiversion : rotasi gigi pada sumbu panjang.

4. Klasifikasi Bennet.Norman Bennet mengklasifikasikan maloklusi berdasarkan etiologinya.Klas I : posisi abnormal satu gigi atau lebih dikarenakan faktor lokal.Klas II : formasi abnormal baik satu maupun kedua rahang dikarenakan defek perkembangan pada tulang.Klas III : hubungan abnormal antara lengkung rahang atas dan bawah, dan antar kedua rahang dengan kontur facial dan berhubungan dengan formasi abnorla dari kedua rahang.1

Sumber :1. Bhalaji Sundaresa Iyyer. Orthodontics The Art and Science. New Delhi : Arya (MEDI) Publishing House. 2006. P.69-78

Macam-macam MaloklusiMaloklusi dibagi 3:1. Maloklusi tipe dental, terjadi jika perkembangan rahang atas dan rahang bawah terhadap tulang kepala normal, tapi gigi-giginya mengalami penyimpangan2. Maloklusi tipe skeletal, terjadi karena hubungan rahang atas dan rahang bawah terhadap tulang kepala tidak harmonis, karena ada gangguan pertumbuhan dan perkembangan rahang3. Maloklusi fungsional, terjadi karena adanya kelainan otot-otot, sehingga timbul gangguan saat dipakai untuk mengunyah

Klasifikasi Maloklusi Menurut AngleKelas I Angle Tonjol Mesiobukal M1 atas beroklusi dengan cekung bukal M1 bawah Neutroklusi

kelas 1 angleKelas II Angle Tonjol mesiobukal M1 atas berada lebih kemesial dari posisi kelas 1 telah melewati puncak tonjol mesiobukal M1 bawah gigi M1 bawah lebih ke distal : Distoklusi

kelas II angleKelas III Angle Tonjol mesiobukal M1 atas berada lebih Ke distal dari posisi klas 1 Telah melewati puncak tonjol distobukal M1 bawah Gigi M1 bawah lebih ke mesial : Mesioklusi

kelas III angle

Perawatan maloklusi kelasI Angle tipe 2 ada tiga macam, yaitu :

1.Ekspansi ke lateral Apabila kekurangan ruangan 2-4 mm dan disertai penyempitan (kontriksi) lengkung rahang atas. Ekspansi transversal/lateral ada 2 yaitu Ekspansi ortopedik dan Ekspansi ortodonti.

Ekspansi ortopedik, yaitu : Ekspansi ortopedik dilakukan dengan membuka sutura palatina mediana. Dilakukan pada kasus penyempitan maksila. Hanya dapat dilakukan pada masa pertumbuhan. Alat yang digunakan rapid palatal ekspansion. Ruang yang dihasilkan: setiap eskpansi sebesar 1 mm akan menghasilkan panjang lengkung rahang sebesar 1 mm Ekspansi ortodonti, yaitu :Tujuannya untuk memperlebar lengkung gigi Pada pasien yang telah selesai tumbuh kembangnya,ekspansi yang dapat dihasilkan hanya ekspansi lengkung gigi

Ekspansi sagital, yaitu :Ekspansi ini terdiri dari ekspansi ortopedik dan ortodonti.Ekspansi ortopedik hanya dapat dilakukan pada masa pertumbuhan akan menghasilkan ruangan2 kali lebih besar dari hasil ruangan rata-ratapada ekspansi transversal.

2. EkstraksiDilakukan apabila kekurangan ruangan dan untuk koreksi overjet yang memerlukan ruangan lebih dari 7mm.Pencabutan merupakan cara yang paling mudah dan cepat untuk mendapatkan ruangan,tetapi bukan berarti pencabutan gigi harus selalu dilakukan untuk mengatasi masalah kekurangan ruangan.3. tanggul gigitan anterior

3. Apa gambaran klinis dari diagnosa? Gambaran klinis maloklusi yang terjadi pada anak dengan kebaisaan mengisap jari antara lain protrusif gigi anterior rahang atas, retrusi gigi insisif bawah atau sedikit berdesakan, prognatik segmen premaksila, retrognatik mandibula, overjet besar, openbite anterior, diastema insisif rahang atas, palatum tinggi, lengkung rahang atas yang menyempit (berbentuk V), serta bilateral crossbite posterior. Terdapat pula kalus pada punggung ibu jari atau jari lain yang diisap4. Apa patofisiologi dari maloklusi?

PENYEBAB MALOKLUSI

Menurut Moyers yang dikutip oleh Suminy, maloklusi dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya :1. Faktor keturunan, seperti sistem neuromuskuler, tulang, gigi dan bagian lain di luar otot dan saraf. 2. Gangguan pertumbuhan.3. Trauma, yaitu trauma sebelum lahir dan trauma saat dilahirkan serta trauma setelah dilahirkan.4. Keadaan fisik, seperti prematur ekstraksi.5. Kebiasaan buruk seperti menghisap jari yang dapat menyebabkan insisivus rahang atas lebih ke labial sedangkan insisivus rahang bawah ke lingual, menjulurkan lidah, menggigit kuku, menghisap dan menggigit bibir.6. Penyakit yang terdiri dari penyakit sistemik, kelainan endokrin, penyakit lokal (gangguan saluran pernapasan, penyakit gusi, jaringan penyangga gigi, tumor, dan gigi berlubang).7. Malnutrisi.Maloklusi merupakan kelainan perkembangan dimana kebanyakan disebabkan oleh proses patologis, yang penyebab utamanya yaitu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan. Meskipun sulit mengetahui penyebab maloklusi tetapi beberapa peneliti telah meneliti tentang faktor-faktor penyebab terjadinya maloklusi. Peneliti telah membagi factor penyebab terjadinya maloklusi yaitu factor yang spesifik, pengaruh genetika, dan pengaruh lingkungan.1. Faktor spesifikTerjadinya gangguan pertumbuhan dan perkembangan embriologi banyak mengakibatkan kecacatan maupun maupun kematian pada saat masih dalam kandungan. Gangguan-gangguan yang terjadi pada masa pertumbuhan dan perkembangan yaitu :a Gangguan pertumbuhan tulangCedera pada lahir dibagi menjadi dua kategori yaitu (1) intrauterine molding dan (2) trauma pada mandibula selama proses kelahiran berlangsung.hal ini dapat terjadi karena adanya tekanan yang diberikan pada bayi saat proses kelahiran berlangsung. b Disfungsi ototOtot-otot wajah dapat mempengaruhi pertumbuhan rahang dalam dua cara. Pertama pembentukan tulang pada titik otot yang tergantung pada aktivitas otot. Kedua otot merupakan bagian penting dari seluruh jaringan matriks lunak yang pertumbuhannya biasanya mengakibatkan rahang bawah ke depan. c Gangguan perkembangan gigiGangguan perkembangan gigi biasanya disertai dengan cacat bawaan. Misalnya hilangnya gigi secara congenital yaitu gangguan yang terjadi pada tahap awal pembentukan gigi (inisiasi dan proliferasi). Hal ini biasanya dikenal dengan nama anadontia dan oligodontia. Contoh lain adalah cacat dan supernumery teeth yaitu kelainan pada ukuran gigi yang terjadi pada tahap morphodifferensiasi dan histodifferensiasi (tahap pengembangan).

d Gigi sulung tanggal prematur Gigi sulung yang tanggal prematur dapat berdampak pada susunan gigi permanen. Semakin mudah umur pasien pada saat tanggal ,akibatnya akan semakin besar terhadap susunan gigi permanen. Misalnya jika molar kedua sulung tanggal secara prematur karena karies , kemidian gigi permanen akan bergeser ketempat diastema sehingga tempat untuk premolar kedua permanen berkurang dan premolar kedua akan tumbuh diluar dari tempatnya.e persistensi gigi Persistensi gigi sulung (over retained deciduous teeth) yaitu gigi sulung yang sudah melewati waktunya tanggal tetapi tidak tanggal.f TraumaJika terjadi trauma pada gigi sulung akan mengakibatkan benih gigi permanen bergeser sehingga akan mengakibatkan kelainan pertumbuhan pada gigi permanen contohnya akar gigi yang mengalami distorsi atau bengkok. Hal ini dapat mempengaruhi gigi permanen yang berada didekatnya sehingga erupsi di luar lengkung gigi.g Pengaruh jaringan lunak Tekanan dari jaringan lunak akan memeberi pengaruh yang besar terhadap letak gigi. Meskipun tekanannya kecil tetapi berlangsung lebih lama akan tetap menghasilkan dampak. Misalnya lidah yang makroglosia akan mengakibatkan terjadinya maloklusi.h Kebiasaan buruk kebiasaan buruk berfrekuensi cukup tinggi dengan intensitas yang cukup dapat menyebabkan terjadinya maloklusi. Contohnya kebiasaan mengisap jari atau benda-benda lain dalam waktu yang berkepanjangan dapat menyebabkan maloklusi.2. Pengaruh genetikaPengaruh genetika sangat kuat pada pembentukan wajah yaitu pembentukan hidung, rahang, dan tampilan senyum. Hal ini dapat dilihat dari beberapa keluarga yang terjadi maloklusi. a. Terjadinya disharmoni antar ukuran rahang dengan ukuran gigi yang menghasilkan crowded atau diastema.b. Terjadinya disharmoni antar ukuran rahang atas dengan ukuran rahang bawah yang menyebabkan tidak adanya hubungan oklusi.Hal ini terjadi karena adanya persilangan genetic dari individu satu dengan yang lain sehingga menghasilkan individu baru yang mewarisi sebagian dari individu induk.

3. Pengaruh lingkunganPengaruh lingkungan selama pertumbuhan dan perkembangan pada wajah, rahang, dan gigi sebagian besar terdiri dari tekanan dan kekuatan terkait dengan aktivitas fisiologis. Fungsi harus beradaptasi dengan lingkungan. Misalnya, bagaimana Anda mengunyah dan menelan akan ditentukan oleh apa yang Anda harus makan, tekanan terhadap rahang dan gigi akan mempengaruhi pertumbuhan rahang dan erupsi gigi.

KLASIFIKASI MALOKLUSI

Cara paling sederhana untuk menentukan maloklusi ialah dengan Klasifikasi Angle. Menurut Angle yang dikutip oleh Rahardjo, mendasarkan klasifikasinya atas asumsi bahwa gigi molar pertama hampir tidak pernah berubah posisinya. Angle mengelompokkan maloklusi menjadi tiga kelompok, yaitu maloklusi Klas I, Klas II, dan Klas III. 1. Maloklusi Klas I : relasi normal anteroposterior dari mandibula dan maksila. Tonjol mesiobukal cusp molar pertama permanen berada pada bukal groove molar pertama permanen mandibula. Seperti yang terlihat pada gambar Terdapat relasi lengkung anteroposterior yang normal dilihat dari relasi molar pertama permanen (netrooklusi). Kelainan yang menyertai maloklusi klas I yakni: gigi berjejal, rotasi dan protrusi. Tipe 1 : Klas I dengan gigi anterior letaknya berdesakan atau crowded atau gigi C ektostemTipe 2 : Klas I dengan gigi anterior letaknya labioversi atau protrusiTipe 3 : Klas I dengan gigi anterior palatoversi sehingga terjadi gigitan terbalik (anterior crossbite).Tipe 4 : Klas I dengan gigi posterior yang crossbite.Tipe 5 : Klas I dimana terjadi pegeseran gigi molar permanen ke arah mesial akibat prematur ekstraksi.

Gambar : Maloklusi Klas I

2. Maloklusi Klas II : relasi posterior dari mandibula terhadap maksila. Tonjol mesiobukal cusp molar pertama permanen atas berada lebih mesial dari bukal groove gigi molar pertama permanen mandibula. Seperti yang terlihat pada gambar.

Gambar : Maloklusi Klas II

Divisi 1 : insisivus sentral atas proklinasi sehingga didapatkan jarak gigit besar (overjet), insisivus lateral atas juga proklinasi, tumpang gigit besar (overbite), dan curve of spee positif. Divisi 2 : insisivus sentral atas retroklinasi, insisivus lateral atas proklinasi, tumpang gigit besar (gigitan dalam). Jarak gigit bisa normal atau sedikit bertambah. Pada penelitian di New York Amerika Serikat diperoleh 23,8% mempunyai maloklusi Klas II. Peneliti lain mengatakan bahwa 55% dari populasi Amerika Serikat mempunyai maloklusi Klas II Divisi I.

3. Maloklusi klas III : relasi anterior dari mandibula terhadap maksila. Tonjol mesiobukal cusp molar pertama permanen atas berada lebih distal dari bukal groove gigi molar pertama permanen mandibula dan terdapat anterior crossbite (gigitan silang anterior). Seperti yang terlihat pada gambar.

Gambar : Maloklusi Klas III

Tipe 1 : adanya lengkung gigi yang baik tetapi relasi lengkungnya tidak normal. Tipe 2 : adanya lengkung gigi yang baik dari gigi anterior maksila tetapi ada linguoversi dari gigi anterior mandibula. Tipe 3 : lengkung maksila kurang berkembang; linguoversi dari gigi anterior maksila; lengkung gigi mandibula baik.

Untuk kasus crossbite ada yang membaginya menjadi crossbite anterior dan crossbite posterior.a. Crossbite anteriorSuatu keadaan rahang dalam relasi sentrik, namun terdapat satu atau beberapa gigi anterior maksila yang posisinya terletak di sebelah lingual dari gigi anterior mandibula. b. Crossbite posteriorHubungan bukolingual yang abnormal dari satu atau beberapa gigi posterior mandibula.Selain Klasifikasi Angle, terdapat berbagai jenis maloklusi, seperti:1. Deepbite adalah suatu keadaan dimana jarak menutupnya bagian insisal gigi insisivus maksila terhadap insisal gigi insisivus mandibula dalam arah vertikal melebihi 2-3 mm. Pada kasus deepbite, gigi posterior sering linguoversi atau miring ke mesial dan insisivus mandibula sering berjejal, linguoversi, dan supra oklusi.2. Openbite adalah keadaan adanya ruangan oklusal atau insisal dari gigi saat rahang atas dan rahang bawah dalam keadaan oklusi sentrik. Macam-macam open bite menurut lokasinya antara lain : Anterior openbite Klas I Angle anterior openbite terjadi karena rahang atas yang sempit, gigi depan inklinasi ke depan, dan gigi posterior supra oklusi, sedangkan Klas II Angle divisi I disebabkan karena kebiasaan buruk atau keturunan. Posterior openbite pada regio premolar dan molar. Kombinasi anterior dan posterior/total openbite terdapat baik di anterior, posterior, dapat unilateral ataupun bilateral.4. Crowded (Gigi berjejal) adalah keadaan berjejalnya gigi di luar susunan yang normal. Penyebab gigi berjejal adalah lengkung basal yang terlalu kecil daripada lengkung koronal. Lengkung basal adalah lengkung pada prossesus alveolaris tempat dari apeks gigi itu tertanam, lengkung koronal adalah lengkung yang paling lebar dari mahkota gigi atau jumlah mesiodistal yang paling besar dari mahkota gigi geligi. Faktor keturunan merupakan salah satu penyebab gigi bejejal, misalnya ayah mempunyai struktur rahang besar dengan gigi yang besar-besar, ibu mempunyai struktur rahang kecil dengan gigi yang kecil. Kombinasi genetik antara rahang kecil dan gigi yang besar membuat rahang tidak cukup dan gigi menjadi berjejal. Kasus gigi berjejal dibagi berdasarkan derajat keparahannya, yaitu:

a. Gigi berjejal kasus ringan Terdapat gigi-gigi yang sedikit berjejal, sering pada gigi depan mandibula, dianggap suatu variasi yang normal dan dianggap tidak memerlukan perawatan. b. Gigi berjejal kasus berat Terdapat gigi-gigi yang sangat berjejal sehingga dapat menimbulkan oral hygiene yang buruk.

4. Diastema (Gigi renggang)Gigi renggang adalah suatu keadaan terdapatnya ruang di antara gigi geligi yang seharusnya berkontak. Diastema ada 2 macam, yaitu:a. Lokal, jika terdapat diantara 2 atau 3 gigi. Penyebabnya antara lain frenulum labial yang abnormal, kehilangan gigi, kebiasaan jelek, dan persistensi.

b. Umum, jika terdapat pada sebagian besar gigi, dapat disebabkan oleh faktor keturunan, lidah yang besar dan oklusi gigi yang traumatis.Bottom of Form