jalan braga menuju kawasan heritage tujuan wisata dunia · eropa yang dibangun pada abad 19...
TRANSCRIPT
Seminar Ikatan Peneliti Lingkungan Binaan Indonesia (IPLBI) 1, B 341-350 https://doi.org/10.32315/sem.1.b341
Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 | B 341
Sekolah Tinggi Teknologi Cirebon, Universitas Indraprasta, Universitas Trisakti
ISBN 978-602-17090-6-1 E-ISBN 978-602-17090-4-7
Jalan Braga Menuju Kawasan Heritage Tujuan Wisata Dunia
Titik Savitrie
Perancangan Arsitektur, Program Studi Arsitektur, SAPPK ITB.
Korespondensi: [email protected]
Abstrak
Kawasan heritage jalan Braga Bandung merupakan peninggalan sejarah dan budaya masa kolonial
yang tidak ternilai harganya, sehingga harus dilestarikan agar tidak punah bagi generasi mendatang.
Namun kondisinya gedung-gedung pertokoan kawasan heritage ini mengalami kerusakan fisik yang
sangat, akibat perubahan fungsi dan aktifitas serta kinerja ekonomi kawasan yang rendah. Kondisi
tersebut mengakibatkan rendahnya kemampuan perawatan dan pemeliharaan terhadap gedung
gedung di kawasan ini, sehingga cenderung menimbulkan dampak penurunan kualitas kawasan yang
akan menjadi beban kinerja dan dinamika kota Bandung. Maka diperlukan upaya meningkatkan
vitalitas kawasan dengan menciptakan kehidupan baru yang produktif dan mampu memberikan
kontribusi positif pada kehidupan sosial budaya, terutama pada kehidupan ekonomi kawasan kota
yang akan menjadi sumberdaya bagi upaya pemeliharaan dan pelestarian kawasan. Untuk itu perlu
digali potensi kawasan heritage jalan Braga yang pernah menjadi satu-satunya tempat untuk
menunjukkan life style (gaya hidup) warga Eropa yang bermukim di Hindia-Belanda, dimana gaya
hidup modis warga Eropa tersebut menyebabkan Bandung mendapat julukan Parijs van Java. Dari
berbagai literatur tentang kawasan Braga, revitalisasi kawasan, heritage dunia, kawasan Shopping
Streets disimpulkan bahwa kawasan jalan Braga berpotensi menjadi kawasan‘shopping street’
seperti layaknya kawasan heritage kota kota tua di benua Eropa.
Kata-kunci : panduan, pelestarian, pusat perbelanjaan, wisata
Latarbelakang
Menurut sejarah, tumbuhnya kawasan jalan Braga bersamaan dengan tumbuhnya berbagai kawasan
pertokoan dan hiburan kota kota di benua Eropa sekitar tahun 1870 pada abad 19 (Kunto-1984).
Hampir semua pusat pertokoan dan hiburan yang tumbuh bersamaan dengan jalan Braga tersebut
kini menjadi kawasan heritage yang tidak ternilai harganya, bahkan berkembang menjadi pusat
pertokoan eksklusif yang menjadi tujuan wisata dunia. Hampir di semua pusat pertokoan,
perbalanjaan dan hiburan kawasan heritage kota-kota di Eropa terdapat rumah rumah mode dan
boutique ternama, supermarket dan shopping mall terkenal, café dan restoran tersohor, galeri dan
museum, gedung kesenian dan opera, serta menjadi tempat rekreasi dan hiburan yang
memanfaatkan gedung gedung tua bersejarah abad 19 (Allan-1993). Kawasan heritage yang
dibangun pada abad 19 diantaranya the Avenue des Champs-Élysées dibangun mulai tahun
1860 di Paris (Allan-1993), Oxford Street dibangun antara tahun 1865 and 1890 di London Inggris,
Via dei Condotti tahun 1760 di Italia, Via Vittorio Veneto tahun 1880 di Italia , Via
Borgognona mulai dibangun 28 desember 1870 di Italia, La Rambla pertokoan dimulai tahun
1848 di pusat kota Barcelona Spanyol, De 9 Straatjes Reestraat mulai dibangun pada
pertengahan abad 17 yaitu pertokoan yang merupakan bagian kecil di pusat kota Amsterdam
Belanda yang terdiri dari Reestraat, Hartenstraat, Gasthuismolensteeg, Berenstraat,
Runstraat, Wolvenstraat, Oude Spiegelstraat, Wijde Heisteeg Huidenstraat. Dan masih
banyak lagi pusat pertokoan di kota kota Eropa yang dibangun sekitar abad 19, dimana pada saat itu
Jalan Braga Menuju Kawasan Heritage Tujuan Wisata Dunia
B 342 | Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017
kawasan Jalan Barga setara dengan pusat pertokoan tersebut. Bahkan Via del Boschetto di pusat
kota Roma merupakan kawasan yang kaya sejarah kuno hampir 3000 tahun lalu(Allan-1993), hingga
kini di sepanjang jalan Via del Boschetto berjajar vintage shops, restauran dan café yang ramai
dikunjungi kaula tua maupun muda. Juga Via del Corso adalah jalan utama di pusat sejarah Roma
Italia yang pembangunannya dimulai pada 220 SM ketika Gayus Flaminius membangun jalan untuk
menghubungkan Roma dengan Laut Adriatik di utara. Hingga kini bangunan bangunan kuno dan
bersejarah di jalan Via del Corso tetap tegak berdiri dihuni dan difungsikan menjadi pusat
perbelanjaan Via del Corso, yaitu pertokoan yang menjual barang-barang ternama dan menjadi
tujuan wisata dunia yang menarik (Allan-1993). Namun sebaliknya jalan Braga tidak berfungsi dan
tidak berkembang layaknya seperti pusat pertokoan di kota-kota Eropa yang tumbuh menjadi pusat
pertokoan, perbelanjaan ekskulsif tujuan wisata dunia, bahkan gedung gedung kuno bersejarah
kawasan jalan Braga sekarang kondisinya sangat menurun dan berbalik 180 derajat dari pertokoan
dan pusat perbelanjaan kawasan heritage kota kota Eropa yang tidak ternilai harganya.
Permasalahan
Kawasan jalan Braga mulai dibangun pada abad 19, sebagian besar gedung gedung megah kawasan
jalan Braga direncanakan dan didesain oleh arsitek-arsitek Belanda serta dibangun oleh bangsa
Eropa untuk keperluan bangsa Eropa pada masa kolonial Belanda. Saat itu kota Bandung
dipersiapkan menjadi ibukota Hindia Belanda, sehingga dibuat megah dan gemerlap menyerupai
pertokoan kota kota di Eropa pada saat itu (Kunto-1984). Kondisi pertokoan yang dibangun pada
abad 19 di kota kota Eropa tersebut sekarang telah menjadi kawasan heritage dan berkembang
menjadi pusat perbelanjaan dan hiburan eksklusif dimana berdiri pertokoan menjual barang barang
ternama, boutique-boutique terkenal, café dan restoran tersohor, museum dan galeri serta gedung
opera pertunjukan seni kelas dunia yang mampu menyedot pembelanja dan wisatawan
mancanegara (Allan-1993). Namun kondisi demikian tidak terjadi pada kawasan jalan Braga,
semenjak perang dunia II dan masa penjajahan Jepang kawasan jalan Braga tidak lagi gemerlapan
seperti ketika masa kolonial Belanda, karena gedung gedung tersebut ditinggalkan oleh pemiliknya
orang-orang Eropa. Kini kawasan jalan Braga yang terletak di pusat kota Bandung dan ditetapkan
menjadi kawasan heritage. Gedung gedung tersebut berumur sekitar satu abad dan sudah hampir
70 tahun tidak dapat berfungsi optimal sebagai kawasan pertokoan mewah seperti ketika masa
kolonial. Dan sekarang kondisi fisik bangunannya maupun fungsi ekonominya sudah sangat
menurun. Penurunan aktifitas ekonomi menyebabkan gedung gedung di kawasan heritage ini kurang
terawat dan rusak dimakan usia. Sebagai peninggalan bersejarah kawasan heritage jalan Braga
merupakan kekayaan sejarah dan budaya yang tak ternilai, sehingga perlu dilestarikan agar tidak
punah dan menjadi kekayaan keaneka ragaman budaya bagi generasi sekarang dan mendatang
(Chohan-2005).
Maksud dan tujuan
Kawasan heritage jalan Braga merupakan kekayaan sejarah dan budaya yang tidak ternilai harganya,
namun kawasan ini mengalami degradasi fisik, maka perlu diupayakan pelestarian bagi generasi
mendatang agar tidak punah terlindas oleh pembangunan yang berazaskan globalisme dan
modernisasi. Tulisan ini bertujuan menggali potensi dalam upaya memberdayakan kawasan heritage
yang menurun aktifitas ekonomi dan kualitas fisiknya agar dapat bertahan. Dengan menciptakan
kehidupan baru yang produktif dan mampu memberikan kontribusi positif pada kehidupan sosial
budaya, terutama pada kehidupan ekonomi kawasan kota yang akan menjadi sumberdaya bagi
upaya pemeliharaan dan pelestarian kawasan heritage kawasan jalan Braga (Martokusumo-2008)
Titik Savitrie
Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 | B 343
Metoda
Metoda yang digunakan pada penelitian ini adalah studi literaratur terhadap sejarah kawasan jalan
Braga dari awal potensi pertumbuhannya, suasana dan kondisi pada masa puncak kegemilangan,
penyebab dan masa menurunnya kondisi kawasan Jalan Braga, hingga kondisinya saat ini.
Kemudian dilakukan studi literatur, tentang sejarah dan kondisi pertokoan yang terletak di kota kota
Eropa yang dibangun pada abad 19 bersamaan jaman dan fungsinya, serta setara dengan kawasan
heritage jalan Braga. Yang mana pertokoan tersebut sekarang berkembang menjadi pusat
perbelanjaan eksklusif di kawasan heritage dunia, yang mampu menarik pembelanja dan wisatawan
dunia saat ini. Hasil dari studi literatur ini akan disarankan sebagai arah dan contoh upaya
pelestarian kawasan jalan Braga.
Pembahasan
Menurut cerita sejarah, tumbuhnya kawasan heritage Jalan Braga dimulai pada masa kolonial yaitu
ketika nama Pedati-weg pada tanggal 18 Juni 1882 diubah menjadi Braga-weg (Kunto-1984).
Braga-weg menjadi ramai karena banyak pengusaha Eropa terutama berkebangsaan Belanda
mendirikan toko-toko, hotel, restoran, bank, bioskop, bar dan tempat hiburan, yang didesain oleh
para arsitek kondang pada masa itu, misalnya Schoemaker Bersaudara (Wolff Schoemaker dan
Richard Schoemaker), R.A. de Waal, Benink, Brinkman, Gmelig Meyling, Bel-Kok dan Piso. Di
sepanjang jalan Braga (Braga- weg ) yang panjangnya hanya 700 m dan lebar 7,5 m, terdapat toko-
toko dan rumah-rumah Mode Ekslusif dan besar, diantaranya boutique Au bon Marche, serta
konveksi bertitle Keller Mode Magazijn yang paling tenar, sehingga jalan Braga di kota Bandung
berkembang menjadi kawasan mode yang cukup termasyhur seperti layaknya kota Paris pada saat
itu. Jalan Braga sangat eksklusif dan menjadi pusat pertokoan serta hiburan
bergaya Eropa di Nederland-Indies yang hanya menjajakan barang-barang maupun makanan-
minuman berkelas di Maison Borgerijen (Braga Permai), toko Onderling Belang (Sarinah), Apotik
Kimia Farma, Bioskop Majestic dan Societeit Concordia (Gedung Merdeka Konferensi Asia Afrika).
(Kunto-1984). Suasana jalan Braga waktu itu sangat gemerlap di siang maupun malam hari seperti
layaknya suasana di Eropa dan menjadi satu-satunya tempat untuk menunjukkan life style (gaya
hidup) warga Eropa yang bermukim di Hindia-Belanda. Gaya hidup modis warga Eropa tersebut
menyebabkan Bandung mendapat julukan Parijs van Java (Kunto-1984).
Pada tahun 1916 Gubernur Jenderal Hindia Belanda J.P. van Limburg Stirum mulai mempersiapkan
Bandung menjadi ibukota Hindia Belanda dan selama tujuh tahun (1918-1925) secara bertahap di
bawah pimpinan Ir. F.J.L. Ghijsels berhasil membangun 400 sampai 750 bangunan rumah modern,
guna menampung para pegawai negeri pindahan dari Batavia ke Bandung (Kunto-1984). Jumlah
orang Belanda dan Eropa di Bandung meningkat menjadi ribuan orang yang meramaikan Braga-weg
hingga semakin terkenal dan menjadi pusat perbelajaan yang paling bergengsi di seluruh
Nederlands-Indië maupun di luar Hindia-Belanda. Mereka menjadikan “Parijs van Java” (Paris dari
Jawa) sebagai pusat kegiatan politik, budaya, intelektual, kesenian hingga hiburan dan rekreasi.
Namun kegemilangan kawasan jalan Braga hanya terjadi tahun 1920-1942,memasuki masa perang,
mode tidak lagi menjadi gaya hidup kawasan Braga sebab pada masa pendudukan Jepang untuk
memiliki pakaian saja amat sulit. Sejak perang dunia II dan masa penjajahan Jepang gedung gedung
di Jalan Braga ditinggalkan oleh pemiliknya orang-orang Eropa, sehingga kegemerlapan jalan Braga
meredup hingga sekarang, karena orang-orang Belanda yang berbelanja dan bersosialita dan
meramaikan kawasan jalan Braga sudah tidak ada lagi.
Jalan Braga Menuju Kawasan Heritage Tujuan Wisata Dunia
B 344 | Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017
Gambar 1. Suasana bangunan Art Deco di Jalan Braga 1900-1942
Sumber : “Kumpulan Artikel Tentang Bangunan Bersejarah di Kota Bandung”.
Gambar 2. Wajah Bandung tempo dulu tahun 1900-1940, jalan Braga menghubungkan Jalan Raya Post (jalan Asia-Afrika) dengan Koffie Pakhuis (Gedung Kopi) sekarang menjadi Balai Kota Bandung.
Sumber :
“Kumpulan Artikel Tentang Bangunan Bersejarah di Kota Bandung”.
Titik Savitrie
Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 | B 345
Vitalitas kawasan heritage jalan Braga menurun akibat perubahan fungsi dan aktifitas serta kinerja
ekonomi kawasan yang rendah. Kondisi tersebut mengakibatkan rendahnya kemampuan perawatan
dan pemeliharaan terhadap gedung gedung di kawasan heritage ini, dan pada akhirnya semakin
lama semakin rusak dimakan usia. Kondisi demikian cenderung menimbulkan dampak penurunan
kualitas kawasan dan akan menjadi beban kinerja dan dinamika perkotaan. Untuk itu perlu
diupayakan menumbuhkan dan mengembangkan aktifitas ekonomi kawasan. Aktifitas ekonomi
merupakan upaya pemberdayaan, perawatan dan penguatan karakter kawasan agar dapat
berlangsung dengan baik. Hal ini berarti dpt menghidupkan kembali aktifitas / kegiatan yang
pernah ada atau secara lebih kompleks adalah menstrukturkan kembali aktifitas ekonomi kawasan
jalan Braga melalui proses adaptasi konstruksi fisik bangunan/kawasan kota dengan kebutuhan
fungsi sekarang. Menghidupkan kembali vitalitas yang pernah ada untuk menciptakan kehidupan
baru yang produktif serta mampu memberikan kontribusi positif pada kehidupan sosial budaya,
terutama kehidupan ekonomi kawasan kota (Martokusumo-2008). Revitalisasi kawasan jalan Braga
merupakan usaha meningkatkan vitalitas kawasan kota melalui peningkatan kualitas lingkungan
dengan mempertimbang kan aspek sosial budaya dan karakteristik/kekhususan kawasan heritage.
Memanfaatkan sumber daya kawasan jalan Braga untuk kepentingan masa kini dengan bijaksana
sehingga menjamin kelestarian dan keberadaannya untuk generasi berikutnya dimasa mendatang.
Pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya melalui kegiatan revitalisasi perlu dilakukan dengan
penuh kearifan (Martokusumo-2008). Karakter dan citra kawasan/lingkungan serta bangunan,
potensi lingkungan bersejarah, lokalitas, tradisi, makna dan citra kawasan jalan Braga merupakan
atribut estetik penting bagi kota Bandung. Sehingga apabila usaha pelestarian kawasan Jalan Braga
mengarah seperti layaknya pusat perbelanjaan eksklusif di kawasan heritage di kota kota Eropa
adalah sangat ideal. Kondisi tersebut didukung oleh keberadaannya terletak di dalam rangkaian
jejalur kawasan heritage bangunan kolonial bernuansa Art Deco di kota Bandung seperti layaknya
suasana di kota kota Eropa (Kunto-1986). Didukung juga oleh potensi dan karaksteristik kota
Bandung mendapat julukan kota mode dan sekarang dikenal sebagai kota kreatif (Kunto-1984).
Gedung De Vries dipugar tahun 2010.
Sekarang digunakan oleh Bank OCBC-NISP Bandung
Sumber : Kuliah Tamu David
B. Soediono
Bandung, 2 Desember 2015
“Heritage as Branding:
Pengalaman Merancang
Renovasi Toko De
Vries Bandung”
Gambar 3. Nuansa kawasan Berenstraat Amsterdam yang antik dan menyenangkan sehingga menarik pengujung dan wisatawan mancanegara.
Sumber: http://www.kompasiana.com/christiesuharto/wisata-belanja-kota-roma-shopping-street-tetap-juara
Jalan Braga Menuju Kawasan Heritage Tujuan Wisata Dunia
B 346 | Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017
Permasalahan pelestarian bangunan cagar budaya adalah membangun keseimbangan yang beradab
antara investasi yang berdimensi ekonomi dan konservasi yang berdimensi budaya, hal tersebut
dikatakan oleh David B. Soediono (Soediono-2015). Atas dasar itulah, proyek restorasi bangunan
toko de Vries di kota Bandung dilaksanakan, dan menjadi contoh bagaimana upaya pelestarian
terhadap cagar budaya di kota Bandung. Prestasi ini kemudian menjadikan sang Arsitek, David B.
Soediono, mendapat penghargaan dari Ikatan Arsitek Indonesai (IAI Awards) tahun 2015.
Di kawasan heritage jalan Braga yang panjangnya sekitar 700 itu terdapat 120 bangunan, 45%
diantaranya sudah tidak difungsikan karena rusak dimakan usia. Hanya sebanyak 55% bangunan di
Braga yang sampai saat ini terlihat masih dapat difungsikan sebagai rumah makan, kantor, bank,
toko mebel, dan tempat hiburan malam. Pemugaran gedung Kawasan jalan Braga diera tahun 1970-
1990 telah menghilang bentuk asli bangunan, suana khas kota tua dan suasana kemegahan
bangunan Art Deco di jalan Braga masa Lalu sudah lenyap. Perlu usaha mengembalikan fasade toko
yang telah berubah ke model aslinya seperti gaya Art Deco. Dengan begitu, nuansa klasik Braga
secara visual akan kembali muncul.
Gambar 4. Peta Jejaring Heritage
Kawasan kota tua Bandung.
Sumber : “Kumpulan Artikel Tentang Bangunan
Bersejarah di Kota Bandung”.
Gedung 5. Gedung De Vries dipugar tahun 2010. Sekarang digunakan oleh
Bank OCBC-NISP Bandung Sumber : Kuliah Tamu David B.
Soediono Bandung, 2 Desember 2015 “Heritage as Branding:
Pengalaman Merancang Renovasi Toko De Vries Bandung”
Titik Savitrie
Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 | B 347
Beberapa gedung sudah dipugar dan difungsikan, seperti toko de Vries difungsikan sebagai Bank
OCBC-NISP, SOCITEIT CONCORDIA sekarang Gedung Merdeka menjadi museum Asia
Afrika, Bioskop Majestic difungsikan menjadi Asia-Africa Cultural Center (AACC), De Eerste
Nederlandsch Indische Spaarkas disingkat DENIS Bank sekarang digunakan sebagaiBank Jabar,
Maison Bogerijen sekarang adalah Braga Permai, Toko roti Het Snoephuis sekarang adalah toko roti
Sumber Hidangan yang merupakan bagian dari 55% gedung yang dpat difungsikan, sedangkan
sebanyak 45% dari 120 gedung sudah tidak dapat difungsikan karena rusak.
Pada perang dunia II beberapa pusat pertokoan di kota-kota Eropa juga mengalami kehancuran
akibat perang. Namun pada pertengahan tahun 1970 kegiatan pelestarian di benua Eropa meningkat
yang berfokus pada revitalisasi kawasan pusat kota tua. Sekarang kondisi pusat pertokoan di kota-
kota tua di Eropa sudah pulih kembali, bahkan lebih berkembang lagi menjadi Shopping Street dan
hiburan di kawasan heritage yang mampu menarik pembelanja dan wisatawan dunia. Konsep
‘shopping street’ adalah konsep belanja dipadukan dengan ‘kota tua Ramawi kuno, sebagai situs
dunia’. Pada awalnya di kota-kota kuno Eropa, belanja identik dengan belanja bahan makanan di
pasar, namun lama kelamaan, belanja pakaian dan kebutuhan lain juga di pasar. Dan akhirnya
Gambar 6. Bioskop Majestic
kini berfungsi sebagai Asia Afrika Cultural Centre (AACC) diperuntuk
kan bagi para seniman
Sumber : http://arspasundan.blogspot.com/2009/01/bangunan-tua-
saksi-sejarah-bandung.html
Gambar 7. Suasana
jalan Braga saat ini
Sumber
http://www.ahmadheryawan.com/ lintas-jabar/ budaya-
pariwisata/ 955-bangunan-bersejarah- di-kota-bandung.htm
Jalan Braga Menuju Kawasan Heritage Tujuan Wisata Dunia
B 348 | Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017
konsep belanja modern bisa diterapkan lewat konsep ‘shopping street’ untuk kota-kota tua di Eropa.
Pertokoan kawasan heritage kota-kota di Eropa yang sekarang telah berubah menjadi ‘shopping
street’ dan kawasan hiburan eksklusif. Suasana meriah dan antik dari gedung-gedung tua yang
berfungsi sebagai Boutique, Toko bunga, Salon kecantikan, Toko Perhiasan, toko Fashion, Toko
Sepatu, Toko Tas, Restauran dan Cafe terkenal, Makanan Lokal, Keju, Wine, coklat dan Ice Cream,
Museum dan galeri, Bioskop dan Gedung Opera dan Jejaring Route perjalanan wisata kawasan
Heritage telah mampu menarik pembelanja dan wisatawan dunia. Suasana yang memberikan rasa
nyaman, menyenangkan, mentakjub bercampur rasa bangga apabila berjalan disana (Allan-1993).
Langkah menuju kebangkitan kawasan eksklusif seperti sedia kala sudah dimulai, dengan
dilaksanakannya pemugaran toko de Vries. Demikian juga telah dilaksanakan pemugaran dan
memfungsikan beberapa gedung pertokoan kembali. Namun masih diperlukan kerja yang sangat
keras, karena banyak pihak yang terlibat belum sepenuhnya mengerti konsep pelestarian kawasan
heritage tersebut.
Tabel 1. Potensi Pengembangan Kawasan Heritage Jalan Braga Untuk Bangkit Kembali Menjadi Pertokoan
Eksklusif Seperti Pada Masa Kolonial
Kawasan heritage Bangunan Tua
difungsikan sebagai
Kondisi
Bangunan
Suasana
Bandung (Indonesia) Rumah makan
Toko Roti makanan lokal
Kantor
Bank
Toko mebel
Tempat hiburan malam.
Kondisi bangunan
tidak terawat dan
tidak terpeihara
baik
Jejaring Route
perjalanan Wisata
kawasan Heritage
Suasana datar
karena banyak Toko
yang tutup tidak
berfungsi
Suasana kawasan Art
Deco sudah hilang
Tidak mampu
menarik pembelanja
dan wisatawan dunia
Champs-Élysées (Paris)
Oxford Street ( London ) Via dei Condotti (Roma) Via Vittorio Veneto (Roma)
Via Borgognona (Roma)
La Rambla (Spanyol)
Reestraat, ( Amsterdam)
Hartenstraat, ( Amsterdam)
Gasthuismolensteeg
(Amsterdam)
Wolvenstraat (Amsterdam)
Berenstraat (Amsterdam) Spiegelstraat (Amsterdam)
Runstraat (Amsterdam) Huidenstraat (Amsterdam) Wijde Heisteeg (Amsterdam)
Toko bunga,
Toko Perhiasan,
Toko Fashion,
Toko Tas,
Toko Bunga
Boutique,
Salon kecantikan,
Restauran dan Cafe
terkenal,
Makanan Lokal Keju,
Wine, coklat dan Ice
Cream,
Museum dan galeri
Bioskop
Gedung Opera
Hiburan malam
Kondisi bangunan
terawat dan
terpeihara baik
Jejaring Route
perjalanan Wisata
kawasan Heritage
Suasana meriah dan
antik dari gedung-
gedung tua yang
berfungsi sebagai
pusat perbelanjaan
Suasana kawasan
Art Deco
Mampu menarik
pembelanja dan
wisatawan dunia
Titik Savitrie
Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 | B 349
Kesimpulan
1. Potensi kawasan heritage jalan Braga mempunyai peluang besar menjadi ‘shopping street’
eksklusif serta menjadi tujuan wisata seperti kawasan‘shopping street’ yang terletak di kawasan
heritage kota kota Eropa.
2. Pemugaran yang telah mengakibatkan hilangnya bentuk asli bangunan Art Deco, sehingga harus
dibangun kembali seperti sedia kala.
3. Menumbuhkan dan mengembangkan aktifitas ekonomi kawasan jalan Braga merupakan upaya
pemberdayaan, perawatan dan penguatan karakter kawasan agar dapat berlangsung dengan
baik.
4. Menghidupkan kembali vitalitas yang pernah ada untuk menciptakan kehidupan baru yang
produktif serta mampu memberikan kontribusi positif pada kehidupan sosial budaya, terutama
kehidupan ekonomi kawasan kota.
5. Revitalisasi dapat menghidupkan kembali aktifitas / kegiatan yang pernah ada atau secara lebih
kompleks adalah menstrukturkan kembali aktifitas ekonomi kawasan jalan Braga melalui proses
adaptasi konstruksi fisik bangunan/ kawasan kota dengan kebutuhan fungsi sekarang.
6. Memanfaatkan sumber daya kawasan jalan Braga untuk kepentingan masa kini dengan bijaksana
sehingga menjamin kelestarian dan keberadaannya untuk generasi berikutnya dimasa
mendatang.
7. Menyelenggarakan berbagai “Festival” sebagai cara meningkatkan aktivitas kawasan Braga
Daftar Pustaka
Allan, B. Jacobs. (1995). “Great Streets”. MIT Press.
Apranti, Yeti. “Bandung, Pupusnya Parijs Van Java” Kompas, 28 Februari 2006
Attoe, Wayne & Don, Logan. (1989). ” American Urban Architecture, Cataysts The Design Of Cities”. And Donn
Logan, University of California Press.
Chohan, Arif Yasin & Pang, Wai Ki. (2005). Heritage Conservation a tool for Sustainable Urban Regeneration,
41st ISoCaRP Congress.
Danisworo, M & Martokusumo, Widjaja. (2000). Revitalisasi Kawasan Kota –Sebuah Catatan dalam
Pengembangan dan Pemanfaatan Kawasan Kota. Jurnal URD, 13.
Kunto, Haryoto. (1984). ”Wajah Bandung Tempo Doeloe ”. PT. Granesia: Bandung.
Kunto, Haryoto. (1986).“ Semerbak Bunga di Bandung Raya”. PT. Granesia: Bandung.
Martokusumo, Widjaja. (2008). Revitalisasi dan Rancang Kota: Beberapa Catatan dan Konsep Penataan Kawasan
Kota Berkelanjutan. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota. 17(3), Desember 2006,
Syahrie, Sugeng P. (2010). Dilema Revitalisasi Pusaka Budaya Kasus Pembangunan Braga City Walk Kota
Bandung. http:// www.scribd.com. Diunduh 28 Desember 2014
Warren, John. (1998).“Context : New Buildings in historic settings”. John Worthington and Sue Tailor,
Architectural Press.
By Admin · February 7, 2016
Kuliah Tamu David B. Soediono. Bandung, 2 Desember 2015 “Heritage as Branding: Pengalaman Merancang
Renovasi Toko De Vries Bandung”
“Kumpulan Artikel Tentang Bangunan Bersejarah di Bandung”. Posted Mei 10, 2010 by retrievalinformation in
Uncategorized.
Website:
Source http://www.kompasiana.com/christiesuharto/wisata-belanja-kota-roma-shopping-street-tetap-
juara_582c18486c7e61c6038b456c
Source http://arspasundan.blogspot.com/2009/01/bangunan-tua-saksi-sejarah-bandung.html
Jalan Braga Menuju Kawasan Heritage Tujuan Wisata Dunia
B 350 | Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017
Source : http://www.ahmadheryawan.com/lintas-jabar/budaya-pariwisata/955-bangunan-bersejarah-di-kota-
bandung.html
Source http://adit1303.multiply.com/journal/item/20/Bandung_yang_Sarat_Bangunan_Bersejarah_…