isi ukl & upl rev 1

Upload: octatheweel

Post on 10-Oct-2015

129 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

sdf

TRANSCRIPT

BAB X

Upaya Pengelolaan Lingkungan

Feasibility Study dan Detail Design

dan Upaya Pemantauan Lingkungan

PLTM Lapai 1(2 x 2000 kW) - Sulawesi Tenggara

BAB IPENDAHULUAN1.1Latar BelakangSesuai hasil kajian Analisis Mengenai Dampak Lingkungan terhadap beberapa rencanan kegiatan pembangunan PLTM (Pusat Listrik Tenaga Minihidro ) Lapai 1 2 x 2000 kW yang meliputi tahap pra-konstruksi, konstruksi, operasi, dan pasca operasi seperti pembebasan lahan, pengoperasian /pemeliharaan pembangkit yang meliputi pemakaian air dan sistem pengendalian kualitas udara, sistem pengendalian kualitas air, penerimaan tenaga kerja baik pada tahap konstruksi maupun pada tahap operasi, produksi listrik, dan rehabilitasi lahan diketahui telah menimbulkan berbagai dampak terhadap lingkungan, baik dampak positif maupun dampak negatif penting terhadap komponen lingkungan hidup. Dampak negatif penting dari kegiatan pembangunan PLTM Lapai 1 yang akan timbul perlu ditekan atau bahkan kalau mungkin dihilangkan, sedangkan dampak positif penting yang terjadi, perlu dikembangkan. Lebih khusus terhadap dampak negatif penting yang akan timbul, perlu segera disusun program pengelolaan lingkungan. Sehubungan dengan itu, sesuai ketentuan yang berlaku disusunlah Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) ini. Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) perlu dilaksanakan demi kepentingan pemrakarsa, dinas/instansi terkait, masyarakat dan kepentingan yang lebih luas dalam rangka menunjang pembangunan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro ini.

Dalam rangka melaksanakan pembangunan berwawasan lingkungan dan bahwa masalah lingkungan adalah tanggung jawab terhadap kepentingan generasi yang akan datang, seperti yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), serta berdasarkan ketentuan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2006 tentang Jenis Usaha dan atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan AMDAL, pembangunan PLTM Lapai 1 dengan kapasitas 2x2000 kW masuk dalam kriteria perlu dilengkapi dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan & Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL & UPL). Studi UKL dan UPL dititik beratkan pada aspek-aspek sosial ekonomi, budaya dan bio-geo-fisik kimia yang berkaitan dengan rencana kegiatan pembangunan PLTM Lapai 1 2x2000 kW.1.2Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan dari studi UKL & UPL kegiatan rencana pembangunan PLTM Lapai 1 2 x 2000 kW adalah untuk mengetahui berbagai dampak yang ditimbulkan terhadap lingkungan dan arahan langkah pencegahan atau penanggulangannya. Studi UKL & UPL ini adalah bagian dari proses pengelolaan sunber daya alam dengan konsep menjaga kelestarian lingkungan hidup bagi usaha pembangunan berkelanjutan serta mengintegrasikan pertimbangan lingkungan dalam tahap perencanaan pembagunan PLTM Lapai 1 2 x 2000 kW.

1.2.1Maksud Studi UKL & UPLa. Menjaga dan mempertahankan keseimbangan komponen lingkungan di wilayah kerja PLTM Lapai 1 dan sekitarnya.

b. Sebagai pedoman pengelolaan lingkungan di daerah kegiatan PLTM Lapai 1 dan sekitarnya untuk meningkatkan dampak positif dan mencegah atau menanggulangi dampak negatif yang timbul akibat kegiatan PLTM tersebut.c.Sebagai salah satu acuan dalam menyusun perencanaan, pengelolaan, pengambilan keputusan dalam upaya memelihara kemampuan daya dukung sumber daya alam dan lingkungan hidup, terutama lingkungan di daerah kegiatan sekitar proyek

d. Mewujudkan kebijakan Pemerintah dalam melaksanakan kebijaksanaan pembangunan berwawasan lingkungan, sehingga mutu lingkungan hidup tetap terjaga meskipun adanya kegiatan pembangunan PLTM Lapai 1 2x2000 kW

1.2.2Tujuan Studi UKL & UPLa. Sebagai langkah tindak operasional dalam upaya pencegahan, penanggulangan dan pengendalian dampak negatif serta pengembangan dampak positif yang telah dan akan timbul akibat kegiatan PLTM Lapai 1.

b. Sebagai pedoman pengelolaan lingkungan di wilayah kegiatan PLTM Lapai 1 sehingga kegiatan produksi listrik dapat dilakukan secara optimal dengan tetap menjaga daya dukung lingkungan.

c. Memberikan arahan bagi pelaksanaan pemantauan lingkungan berupa komponen lingkungan yang wajib dipantau, lokasi pemantauan, metode/peralatan yang digunakan serta frekuensi dan waktu pemantauan.

d. Memantau kualitas atau perubahan komponen dan parameter lingkungan yang diprakirakan akan timbul selama kegiatan maupun rencana kegiatan.

e. Sebagai umpan balik bagi Pemrakarsa untuk penyempurnaan program pengelolaan yang telah dilakukan sesuai dengan hasil dan rekomendasi pemantauan.1.3Kegunaan Pengelolaan Lingkungan

Menjaga keseimbangan ekosistem di sekitar wilayah kegiatan PLTM Lapai 1 melalui pengelolaan dampak negatif maupun positif penting dengan meminimalkan atau menghindari dampak negatif dan meningkatkan dampak positif yang memberikan manfaat lebih besar baik kepada pemrakarsa maupun pihak lain terutama masyarakat yang turut menikmati dampak postif tersebut.

1.3.1 Kepentingan pemrakarsaa. Menjaga pelaksaan operasi PLTM Lapai 1 agar dapat sesuai dengan harapan yaitu tepat sasaran dan waktu yang telah dijadwalkan.

b. Menjaga dan memelihara agar segenap tatanan lingkungan tetap berada dalam keseimbangan, daya dukung lingkungan sekitar kegiatan tetap lestari serta hubungan yang harmonis antara perusahaan dengan masyarakat terkena dampak kegiatan.1.3.2 Kepentingan instansi terkait maupun pihak-pihak lain yang berkepentingan

Menjamin terpeliharanya hubungan sosial antara pelaku pembangunan dengan masyarakat lokal dan regional serta tetap tercipta situasi yang aman dan tertib, sehingga memperkecil kemungkinan terjadinya keresahan masyarakat dan konflik sosial.

1.3.3 Kepentingan yang lebih luas dalam rangka menunjang pembangunan

a. Sebagai bahan informasi untuk penyusuanan program pengelolaan lingkungan yang sejenis di dalam skala pembangunan besar.b. Untuk mengetahui secara pasti tentang tanggung jawab dan wewenang dari program pengelolaan lingkungan.1.4 Unsur Lingkungan yang Sensitif

a. Unsur lingkungan yang sensitif terhadap kegiatan PLTM Lapai 1 meliputi kelompok masyarakat desa yang berada disekitar kegiatan PLTM Lapai 1 (Ring I) yaitu di Kabupaten Kolaka Utara yang meliputi kecamatan Lasusua dan Wotunuhu

b. Lingkungan budidaya dan ekosistem hutan sekunder wilayah Ring I dalam kaitannya sebagai areal tempat pembangunan PLTM Lapai 1c. Lingkungan ekosistem penerima limbah kegiatan, baik udara dan kebisingan, air maupun ruang, tanah dan lahan, flora dan fauna serta biota perairan sebagai mahluk hidup di dalamnya.

1.5 Ringkasan Evaluasi Dampak Penting

Rencana pelaksanaan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTM) berdasarkan studi analisa dampak lingkungan yang telah dilakukan, akan memiliki dampak positif dan dampak negatif penting terhadap kondisi lingkungan geofisik-kimia, biologi dan aspek sosial ekonomi dan budaya masyarakat. Secara singkat dampak positif dan negatif penting dari pelaksanaan proyek PLTM ini adalah sebagai berikut :

1.5.1 Aspek geofisik-kimia

Aspek geofisik-kimia yang akan terkena dampak negatif penting pada tahap operasi yaitu ketika pengoperasian dan pemeliharaan PLTM antara lain gangguan kualitas air, kebisingan, kualitas air tanah, ruang, lahan dan tanah. Sementara dampak positif penting pada tahap pasca operasi yaitu pada kegiatan rehabilitasi lahan yang akan terkena dampak positif penting adalah ruang, tanah dan lahan, sedangkan pada kegiatan penyimpanan bahan-bahan kimia bekas adalah kualitas air, hidrologi dan air tanah serta ruang, lahan dan tanah.1.5.2 Aspek biologi

Aspek biologi yang akan terkena dampak negatif penting adalah biota perairan pada kegiatan pengoperasian dan pemeliharaan PLTM yaitu pada tahap operasi. Dampak positif penting dari kegiatan rehabilitasi lahan pada tahap pasca operasi adalah flora dan fauna dan biota perairan.1.5.3 Aspek sosial ekonomi dan budaya masyarakat

Aspek sosial ekonomi dan budaya masyarakat merupakan yang paling banyak terkena dampak positif penting dati kegiatan PLTM mulai dari tahap konstruksi, operasi sampai pasca operasi. Pada tahap pra-konstruksi, dampak negatif penting yaitu pada waktu kegiatan pembebasan lahan. Kegiatan ini akan menimbulkan hilangnya kesempatan kerja dan mata pencaharian penduduk serta akan menimbulkan persepsi masyarakat yang negatif.

Dampak positif penting pada tahap konstruksi yaitu pada saat melakukan kegiatan penerimaan tenaga kerja, pembangunan bangunan utama dan sarana pendukung. Kegiatan ini akan berdampak positif penting pada peluang kesempatan dalam mencari kerja, peningkatan penghasilan dan aktifitas ekonomi masyarakat semakin membaik. Sementara dampak negatif penting pada tahap konstruksi pada kegiatan pengurangan tenaga kerja. Hal ini akan berpengaruh penting pada pendapatan dan mata pencaharian penduduk di sekitar pembangunan PLTM.

Pada tahap operasi akan banyak memberikan dampak postif penting pada aspek sosial ekonomi dan budaya masyarakat yairu : ketika melakukan kegiatan penerimaan tenaga kerja, pengoperasian dan pemeliharaan PLTM, pengadaan utilitas dan produksi listrik. Kegiatan ini akan memberikan dampak bagi peningkatan pendapatan dan akitiftas ekonomi sehingga akan dapat menopang hidup bagi upaya meningktakan kesejahteraan masyarakat ke arah yang lebih baik.

Adapun dampak negatif penting proyek ini pada aspek sosial ekonomi dan budaya masyarakat adalah kegiatan pengurangan lapangan pekerjaan. Keresahan sosial yang timbul di masyarakat juga akan menjadi dampak negatif pada waktu penerimaan tenaga kerja, jika dalam pelaksanaannya tidak banyak anggota masyarakat desa sekitar lokasi proyek yang tidak terserap atau diterima. Sedangkan gangguan kesehatan masyarakat menjadi dampak negatif penting karena efek yang ditimbulkan dari pembangunan proyek ini,jika peralatan dalam upaya menanggulangi dampak negatif pada waktu pengoperasian dan pemeliharaan PLTM mengalami penurunan kemampuannya atau mengalami kerusakan.

Kegiatan pelepasan tenaga kerja pada tahap pasca proyek juga menjadi dampak negatif penting, karena akan mempengaruhi kondisi ekonomi anggota masyakat sekitarnya. 1.6 Landasan Hukum

Peraturan perundang-undangan yang digunakan sebagai landasan penyusunan UKL & UPL adalah sebagai berikut :

1) Undang-Undang No.24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang2) Undang-Undang No.20 Tahun 2002 tentang Ketenagalistrikan3) Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah

4) Undang-Undang No.32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

5) Peraturan Pemerintah No.27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup

6) Peraturan Pemerintah No.25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonomi

7) Peraturan Pemerintah No.82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Kualitas Air

8) Peraturan Pemerintah No. 3 Tahun 2005 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Listrik

9) Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2006 tentang Penata Gunaan Lahan

10) Keputusan Presiden No.32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung

11) Peraturan Menteri Kesehatan No. 907/MENKES/SK/VII/2002 tentang Persyaratan Kualitas Air Bersih

12) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2006 tentang Jenis Usaha dan atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan AMDAL13) Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No.21 Tahun 2008 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Daya Tidak Bergerak bagi Usaha dan/atau Kegiatan Pembangkit Listrik Tenaga Thermal14) Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No.1457K/28/MEN/2000 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Lingkungan di Bidang Pertambangan dan Energi15) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.86 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup

BAB II

RENCANA KEGIATAN

2.1IDENTITAS PEMRAKARSA DAN PENYUSUNAN STUDI

2.1.1 Identitas Pemrakarsa

Nama Perusahaan: PT. PLN (Persero) Proyek Induk Pembangkit

Jaringan Sulawesi Maluku dan Papua

Penanggung Jawab:

Jabatan: GM. PT. PLN (Persero) Proyek Induk Pembangkit

Jaringan Sulawesi Maluku dan Papua

Alamat Kantor: Jl. Let.Jend. Hertasning Panakkukang, Makassar

2.1.2 Identitas Penyusun Studi UKL dan UPL

Nama Perusahaan: PT. JAYA CM

Penanggung Jawab: Ir. Bambang Santoso

Jabatan: Presiden Direktur

Alamat Kantor: Taman Perkantoran Blok B, Jl. Bintaro Raya, Jakarta

2.2 `MAKSUD DAN TUJUAN PEMBANGUNAN PLTM

Maksud dari kegiatan pekerjaan ini adalah untuk memenuhi kebutuhan energi listrik di sekitar lokasi, khususnya di Kabupaten Kolaka Utara .

2.3DESKRIPSI KEGIATAN PLTM

2.3.1Lokasi Rencana Kegiatan

Rencana pembangunan PLTM Lapai 1 2 x 2000 kW berada di aliran sungai Wotunuhu, Kecamatan Ngapa, Kabupaten Kolaka Utara, Propinsi Sulawesi Tenggara.

2.3.2Jalan Akses Menuju Lokasi Proyek

Adapun lokasi proyek di Kecamatan Ngapa ini dapat dicapai dari Makassar melalui beberapa alternative route :

Tabel I 1a : Pencapaian Lokasi Alternatif 1

Ruas ModaJarak / waktu tempuh

Makassar Pomalaa (Bandara Sangia Nibandera)Pesawat terbang (2 kali penerbangan)45 menit

Pomalaa Desa Lapai (via Kolaka, Lasusua)Mobil268 km / 8 jam

Desa Lapai Lokasi ProyekSepeda motor, jalan kaki11 km / 1 2 jam

Tabel I 1b : Pencapaian Lokasi Alternatif IIRuasModaJarak / waktu tempuh

Makassar Siwa (Bajoe)Mobil4 jam

Siwa Pelabuhan Tobaku (Lasusua)Kapal cepat atau Kapal Ro-ro2,5 (kapal cepat) atau 3,5 jam (kapal ro-ro)

Lasusua Desa LapaiMobil68 km / 1,5 jam

Desa Lapai Lokasi ProyekSepeda motor, jalan kaki11 km / 1 2 jam

2.3.3

Jadwal PekerjaanPelaksanaan pembangunan PLTM secara garis besar terdiri dari persiapan, pembangunan PLTM, komisioning dan operasi. Rincian waktu kegiatan pembangunan PLTM adalah sebagai berikut :

a) Persiapan

Kegiatan persiapan terdiri dari beberapa aktifitas diantaranya engineering preparation, meliputi studi kelayakan, membendung sungai, studi UKL & UPL. Pada tahapan persiapan ini waktu yang dibutuhkan sekitar 6 (enam) bulan.

b) Pembangunan PLTM

Lama pelaksanaan pembangunan PLTM diperkirakan akan memakan waktu sekitar 21 (dua puluh satu) bulan, yang meliputi pekerjaan engineering, pengadaan, dan konstruksic) Komisioning

Kegiatan komisioning merupakan tahap ujicoba pembangkit yang telah selesai dibangun sebelum beroperasi secara komersial. Pelaksanaan komisioning akan dilaksanakan selama 2 (dua) bulan.

d) Operasi Komersial

Setelah dilakukan uji coba (komisioning) selama 2 (dua) bulan, kegiatan selanjutnya adalah operasi komersial yang diperkirakan akhir tahun 2011.

2.3.4

Rencana Pelaksana Pembangunan

Pada penyusunan estimasi biaya langsung masih dianggap ada dua kemungkinan implementasi proyek yaitu model kontrak paket pekerjaan dilaksanakan oleh konsorsium kontraktor lokal dan asing, atau model pelaksanaan proyek Engineering Procurement Construstion (EPC).

Dilaksanakan oleh Konsorsium Kontraktor

Dengan model ini proyek dibagi-bagi dalam formasi paket-paket pekerjaan seperti yang sudah biasa dilakukan oleh PT. PLN (Persero) dahulu. Setiap paket pekerjaan harus juga melalui tahap-tahap enjiniring, pengadaan (fabrikasi dan suplai peralatan/bahan), konstruksi, dan komisioning sehingga dapat juga disebut kontrak EPC (engineering procurement construction).2.3.5

Jadwal Konstruksi

Pada prinsipnya jadwal konstruksi pada studi kelayakan ini memberikan indikasi perkiraan waktu pelaksanaaan pekerjaan dan durasi daripada tahap-tahap utama implementasi proyek.Tahap-tahap utama implementasi proyek adalah : Tahap Penyiapan Pembiayaan

Tahap Pembebasan Lahan

Tahap Pra-Konstruksi

Tahap Konstruksi

Jasa Enjiniring

2.3.6 Ketersediaan Lahan

Lahan untuk keperluan pembangunan PLTM Lapai 1 ( 2 x 2000 kW ) secara garis besar akan menempati area seluas 25 ha tidak termasuk jalan masuk yang terpisah.2.3.7 Ketersediaan Air

Sumber air utama untuk PLTM Lapai 1 diambil dari aliran Sungai Watunohu. Besarnya daya yang dibangkitkan oleh sistim turbin sangat bergantung pada debit aliran sungai dan beda tinggi antara hulu dan hilir (head).

Ketersediaan energi pada Sungai Watunohu diperkirakan akan mencukupoi sepanjang tahun sehingga PLTM Lapai 1 dapat beroperasi dengan baik sepanjang tahun.

Data tentang sumber sumber energi didapat dengan melakukan survey dan penelitian dilapangan disertai data-data pendukung yang didapat dari Stasiun Meteorogi terdekat. 2.3.8 Status Kegiatan Proyek

Status kegiatan PLTM Lapai 1 ( 2 x 2000 kW ) pada saat ini sedang dalam studi kelayakan baik dari segi teknis, ekonomis maupun lingkungan. Penyusunan studi UKL dan UPL ini termasuk untuk menilai kelayakan rencana pembangunan pembangkit dari segi lingkungan.2.4 Tahap Pembangunan PLTM Lapai 1 (2 x 2000 kW)

2.4.1 Tahap Pra Konstruksi

1). Survai

Pada tahap konstruksi akan dilakukan kegiatan survey. Daerah yang akan dijadikan lokasi proyek PLTM ini sebagian besar merupakan daerah dataran perbukitan dengan aliran sungai yang cukup besar. Sungai tersebut pada umumnya memiliki potensi yang dapat dijadikan sumber tenaga dan alirannya dapat dimanfaatkan untuk pembangkit listrik. Dipandang dari sudut oceanografi sungai ini memiliki perairan yang sangat luas tetapi masih belum begitu dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat.

2). Pengadaan Lahan

Lahan rencana proyek akan dihitung luasannya pada survey topografi dan akan diidentifikasi kepemilikannya serta pengalihan hak atas tanah yang akan digunakan untuk PLTM.

2.4.2 Tahap Konstruksi

1). Penerimaan Tenaga Kerja

Dalam pelaksanan kegiatan tahap kosntruksi akana da penerimaantenaga kerja. Tenaga kerja yang dibutuhkan dalam tahap ini adalah tenaga kerja kasar. Dengan demikian kegiatan penerimaan tenaga kerja ini akan menimbulkan dampak besar dan penting bagi anggota masyarakat sekitar lokasi proyek karena akan terbuka peluang kesempatan kerja dan usaha meningkatkan penghasilan. Mereka akan memiliki kesempatan yang besar untuk bekerja dan memperoleh penghasilan, sehingga kondisi kesejahteraannya akan meningkat kea rah yang lebih baik.

Kegiatan penerimaan tenaga kerja ini akan menyebabkan banyaknya penduduk pendatang di desa desa sekitar wilayah proyek PLTM, terutama tenaga kerja yang telah memiliki keterampilan tertentu atau yang telah berpengalaman sehingga akan terjadi interaksi social diantara mereka. Kedatangan para pekerja dari luar desa selain akan terjadi pertukaran keterampilan, juga menjadi peluang peningkatan usaha bagi masyarakat local dalam penyediaan kebutuhan sehari hari seperti makanan, minuman dan penyewaan tempat tinggal sehingga akan meningkatkan pendapatannya.

2). Mobilisasi Peralatan

Sebagian besar dari alat, mesin dan material dibawa dari Makasar dengan melalui jalan nasional. Pada umumnya jalan jalan di daerah Makasar masih mampu dilalui oleh kendaraan berat, hal ini terlihat dari telah dibangunnya beberapa industri di sekitar Kolaka Utara. Beberapa alat-alat berat umum yang dipergunakan untuk pekerjaan sipil diantaranya adalah sebagai berikut :

Buldoser, Excavator

Truk dan Dump Truk

Sheeps foot compactor

Backhoe loader

Motorgrader, Trailler

Concrete mixer dan Crane ( crawler dan rough terrain2.4.3 Tahap Operasi

Tahap pengoperasian PLTU Lapai 1 ( 2 x 2000 kW) meliputi pembangkitan tenaga listrik dan pemeliharaan PLTM.

Pengoperasian PLTM

Dalam pengoperasian PLTM akan melibatkan komponen-komponen kegiatan sebagai berikut :

a) Penerimaan Tenaga Kerja

Kegiatan pengoperasian pembangkit PLTM akan dapat menyerap tenaga kerja sebanyak 30 orang.

b) Perencanaan Pembangkit

Mesin yang digunakan untuk PLTM Lapai 1 ( 2 x 2000 kW ) terdiri dari peralatan intake, waterway, penstock, turbin generator, transformer dan jaringan transmisi.

BAB III

RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL

3.1 Fisik Kimia

Komponen fisika kimia yang dibahas meliputi komponen iklim, kualitas udara dan kebisingan, fisiografi dan geologi, hidrologi dan kualitas air serta ruang, lahan dan tanah

3.1.1 Iklim

Wilayah daratan Kabupaten Kolaka mempunyai ketinggian umumnya dibawah 1,000 meter dari permukaan laut dan berada di sekitar daerah khatulistiwa maka daerah ini beriklim tropis. Suhu udara minimum sekitar 10 C dan maksimum 31 C atau rata-rata antara 24 C - 28 C.Data iklim yang akan dikumpulkan berupa temperatur maksimum dan minimum, kelembaban udara, jumlah hari hujan, curah hujan, lama penyinaran matahari, arah angina dan kecepatan angina. Data ini dikumpulkan dari dokumentasi iklim Stasiun Klimatologi Pomalaa yang merupakan stasiun terdekat dari lokasi proyek serta observasi langsung di lokasi dan sekitar proyek PLTM Lapai 1. Tahap tahap pelaksanaan pekerjaan fisik dapat direncanakan sedemikian rupa sehingga unsur unsur alam tidak mengakibatkan keterlambatan penyelesaian pekerjaan fisik. Informasi tentang arah dan kecepatan angin digunakan untuk merencanakan tata letak bangunan bangunan PLTM, misalnya penempatan cerobong asap supaya asap yang keluar tidak menyebabkan polusi udara pada penduduk yang tinggal di lingkungan sekitar proyek.

a. Curah Hujan

Curah hujan tertinggi terjadi dalam bulan April ( 274,00 mm ) dan yang terendah dalam bulan Agustus ( 80,00 mm ). Dari awal tahun curah hujan meningkat mencapai maksimum pada bulan April, kemudian berkurang dan mencapai minimum pada bulan Agustus, kemudian meningkat lagi dari bulan Oktober sampai Desember. Secara umum, musim hujan dimulai pada bulan Oktober dan bewrakhir pada bulan Mei, sedangkan musim kemarau dimulai bulan Juni dan berakhir pada bulan September. Dalam periode pengamatan, tahun 2004 dan 2006 tercatat sebagai tahun kering, sedangkan tahun 2005 dan 2010 tercatat sebagai tahun basah. Curah hujan tahunan rerata adalah sebesar 2013 mm/tahun. Data curah hujan yang diperoleh ditampilkan dalam table 3.1 sebagai berikut.

Sumber : BMG, Stasiun Meteorologi Pomalaab. Suhu UdaraSuhu udara tertinggi terjadi dalam bulan Oktober ( 28,4 C) dan yang terendah dalam bulan Juli ( 26,8 C ). Dari awal tahun, suhu udara rerata berfluktuasi antara tinggi dan rendah sampai bulan September kemudian meningkat mencapai maksimumdalam bulan Oktober lalu berkurang pada bulan Desember. Data suhu udara yang diperoleh ditampilkan dalam table 3.2 berikut.

Sumber : BMG, Stasiun Meteorologi Pomalaa

c. Kelembaban Relatif

d. Kecepatan Angin

3.1.2 GeologiPada studi ini, tidak dilakukan pemetaan topografi. Data yang relevan dengan lokasi proyek adalah Peta Geologi Bersistem Indonesia skala 1 : 250,000. kecamatan Ngapa terletak di Kabupaten Kolaka Utara berbatasan dengan Kabupaten Luwu Timur ( Provinsi Sulawesi Selatan ) di sebelah utara, di sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Uluwoi Kabupaten Kolaka dan Kabupaten Konawe Utara ( Provinsi Sulawesi Tenggara ), di sebelah barat berbatasan dengan Pantai Timur Teluk Bone dan di sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Wolo Kabupaten Kolaka ( Provinsi Sulawesi Tenggara ). Lokasi PLTM Lapai 1 terletak di aliran Sungai Watunohu Kecamatan Ngapa.

Berdasarkan himpunan batuan dan pencirinya, geologi Pra-Tersier di Lembar Lasusua-Kendari dapat dibedakan dalam dua Lajur Geologi ; yaitu Lajur Tinondo dan Lajur Hialu. Batuan yang terdapat di Lajur Tinondo yang merupakan batuan atas adalah Batuan Malihan Paleozoikum ( Pzm ) dan diduga berumur karbon, terdiri dari sekis mika, sekis kuarsa, sekis klorit, sekis mika grafit, batusabak dan genes, sedangkan batuan yang terdapat di Lajur Hialu adalah batuan ofiolil ( Ku) yang terdiri dari peridotit, harsburgil, dunit dan serpentinit.

3.1.3 Tanah, Ruang dan Lahan

Kawasan rencana pembangunan proyek PLTM Lapai 1 ( 2 x 2000 Kw ) termasuk kedalam kawasan Kolaka Utara. Daerah proyek PLTM termasuk dalam kategori HL (hutan lindung). Ketetapan sebagai hutan lindung dikukuhkan kembali melalui SK. Menhut 454/Kpts-II/1999 tanggal 17 Juni 1999 tentang Peta Penunjukan Kawasan Hutan dan Perairan Provinsi Sulawesi Tenggara skala 1 : 750.000. Berdasarkan pengamatan lapangan, sebagian besar daerah studi merupakan daerah perbukitan terjal dekat pantai yang menghadap Teluk Bone, lahan sekitar lokasi proyek dan daerah tangkapan sungai merupakan lahan dengan penutup vegetasi sebagian besar tanaman coklat, sedikit tanaman cengkeh dan hutan dengan kerapatan sedang.

Berdasarkan peta topografi skala 1 : 50,000 dan pengamatan lapangan selama kunjungan lapangan pada 02 06 Februari 2011, sebagian besar daerah studi merupakan daerah perbukitan terjal dekat pantai yang menghadap Teluk Bone. Pada jarak antara 8.00 ~ 10.00 km dari pantai elevasi permukaan tanah adalah + 400.00 ~ + 600.00 meter. Sehingga kemiringan lahan rata-rata berkisar antara 5% ~ 6%. Namun demikian kemiringan dasar Sungai Watunohu sepanjang 6.00 km dari pantai (Desa Lapai) tidak lebih dari 1.4%, lebih naik ke arah hulu sampai jarak kurang lebih 9.00 km ~ 10.00 km dari pantai maka kemiringan dasar sungai mencapai 4.0% ~ 6%.3.2 Biologi

3.2.1 FloraBerdasarkan hasil pengamatan serta identifikasi oleh tim studi, kondisi proyek masih banyak ditumbuhi oleh jenis-jenis tumbuhan, tumbuhan cengkeh dan coklat masih ditemukan dalam kerapatan sedang di lokasi tapak proyek. Beberapa tumbuhan selain tumbuhan diatas terdapat tumbuhan semak yaitu Alang-alang ( imperata cylindrica ), Bandotan ( Ageratum conyzoides ), Teki badotan ( Kyllinga monocephala ), Teki air ( Cyperus tenuispica ), Teki halia ( Cyperus rotundus ). Sementara itu untuk areal diluar tapak proyek/disekitar proyek ditemukan beberapa jenis tumbuhan antara lain kelapa ( Cocos nucifera ), Petai cina ( Leaucaena glauca ), Pisang ( Musa paradisiacal ), Nangka ( Arthocarpus integra ), Bunga Kertas ( Bougainvillea sp ), Pepaya ( Carica papaya ).

3.2.2 FaunaBerdasarkan hasil pengamatan oleh tim studi di lapangan secara langsung maupun hasil wawancara dengan penduduk desa terdekat, maka dapat dikelompokan satwa atau fauna darat menjadi satwa ternak (satwa domestic) dan satwa liar. Satwa domestik diusahakan oleh masyarakat pada umumnya didasarkan pada nilai ekonomisnya, yakni kelompok unggas seperti ayam, bebek dan angsa serta kelompok mamalia seperti kambing, kerbau dan sapi.

Jenis-jenis satwa liar dapat diidentifikasikan berdasarkan hasil pengamatan langsung di lapangan terhadap habitat maupun perjumpaanserta didasarkan pada informasi dari masyarakat yang mengenal kondisi wilayah sekitar proyek pembangunan PLTM Lapai 1 (2 x 2000 kW).Tabel

Hasil Inventarisasi Satwa Liar di Sekitar PLTM Lapai 1

NO

NAMA LOKAL

NAMA ILMIAH

KELOMPOK

STATUS SATWA

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10Kodok

Kadal

Kura-kura

Ular Sendok

Perkutut

Pipit Putih

Elang Merah

Pelatuk

Tikus Tanah

Musang

Bufo melanoctictus

Mabouya multifasciata

Testudo elegans

Naja sputatrix

Geopelia atriata

Lonchura striata

Aqulia chrysaetos

Dryocopus janensis

Rattus rattus

Mustella hamakeriAmphibia

Amphibia

Reptilia

Reptilia

Aves

Aves

Aves

Aves

Mamalia

Mamalia

TDL

TDL

TDL

TDL

TDL

TDL

TDL

TDL

TDL

TDL

TDL

Sumber : Observasi Lapangan

Ket:TDL= Tidak Dilindungi

3.2.3 Biota Air Plankton

Plankton secara garis besar dibedakan atas dua kelompok, yaitu fitoplankton dan zooplankton. Fitoplankton merupakan plankton yang bersifat produsen karena bersifat autotreof, yakni berkemampuan mengolah makanan dari bahan-bahan anorganik menjadi bahan-bahan organic melalui energi surya. Sedangkan zooplankton memanfaatkan bahan-bahan organik yang diproduksi oleh fitoplankton, sehingga kedua kelompok tersebut saling tergantung. Zooplankton memanfaatkan fitoplankton sebagai sumber energinya, kepadatan populasinya di alam menjadi seimbang, sehingga tidak terjadi blooming populasi

Benthos

Komunitas benthos sebagai organisme penghuni dasar perairan memainkan suatu peran penting dalam memanfaatkan bahan-bahan organik yang hanyut di dasar badan air. Jenis-jenis benthos pada perairan di areal rencana pembangunan PLTM Lapai 1 diantaranya Mollusca ( Bilvalvia, Gastropoda, Scaphopoda ), Annelida ( Polychaeta, Sipunculidae ) dan Protozoa ( Foraminifera ). Secara keseluruhan pada perairan studi terdapat paling sedikit sebanyak 7 sampai 8 spesies organisme benthos dengan kelimpahan berkisar 9 sampi 50 individu per liter substrat dasar air. Indeks pada perairan ini menunjukan bahwa perairan tersebut tergolong belum tercemar berat.

3.3 Sosial Ekonomi dan Budaya3.3.1 Jumlah Penduduk

Penduduk Kabupaten Kolaka Utara berdasarkan hasil sensus penduduk pada tahun 2005 berjumlah 93,427 jiwa. Tahun 2006 penduduk Kabupaten Kolaka Utara bertambah menjadi 94,190 jiwa atau meningkat 0.82 %. Pada tahun 2007 penduduk Kabupaten Kolaka Utarabertambah menjadi 94,497 jiwa atau meningkat sebesar 0.33%, pada tahun 2008 jumlah penduduk Kabupaten Kolaka Utara bertambah menjadi 111,418 jiwa atau meningkat 17.91%. Selanjutnya pada tahun 2009 jumlah penduduk Kabupaten Kolaka Utara meningkat lagi sebesar 6.25 % menjadi 118,836 jiwa.

Kepadatan penduduk Kabupaten Kolaka Utara pada tahun 2006 adalah 28 jiwa / km. Sedangkan pada tahun 2007 kepadatan penduduk tidak terjadi peningkatan. Pada tahun 2008 kepadatan penduduk mencapai 33 jiwa / km atau baru terjadi peningkatan. tahun 2009 kepadatan penduduk mencapai 35 jiwa / km. Dari 15 kecamatan, Kecamatan Ngapa merupakan satu-satunya kecamatan yang memiliki kepadatan diatas 100 jiwa /km yaitu 112 jiwa/km. Kecamatan yang memiliki kepadatan diatas 50 jiwa/km2 adalah Kecamatan Lasusua yaitu 58 jiwa /km, Kecamatan Katoi 69 jiwa/km, Kecamatan Tiwu 55 jiwa/km, Kecamatan Wotunuhu yaitu sebesar 53 jiwa/km. Untuk Kecamatan lainnya yaitu Ranteangin. Wawo, Lambai, Kodeoha, Pakue, Pakue Tengah, Pakue Utara, Batu Putih, Porehu, dan Tolala kepadatannya di bawah 50 jiwa/km. Berikut adalah table yang menyajikan kepadatan penduduk Kabupaten Kolaka UtaraTabel IV 3: Kepadatan Penduduk Kolaka Utara Tahun 2008

3.3.2 Tingkat Pendidikan, Mata Pencaharian dan Pendapatan Masyarakat

Pelaksanaan pendidikan di Kabupaten Kolaka Utara selama ini mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, hal ini ditandai dengan peningkatan jumlah murid dan guru pada tingkat Taman Kanak-Kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Umum (SMU) maupun di tingkat Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Pada tahun ajaran 2009/2010, jumlah sekolah menurun sebesar 6.85 %, jumlah Guru menurun sebesar 20.70 % dan jumlah murid menurun sebesar 11.49%. Kondisi tingkat pendidikan penduduk secara umum di wilayah Kabupaten Kolaka Utara selama ini mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Secara umum kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pendidikan formal relative baik. Hal ini terbukti dari minat anggota masyarakat untuk menyekolahkan anak-anaknya terutama ke sekolah dasar, SMP maupun SMU sudah cukup tinggi. Masing-masing desa telah memiliki sekolah dasar untuk menampung anak-anak usia sekolah dasar yaitu 7-12 tahun, sehingga lebih dari 90 % anak-anak usia sekolah dasar dapat tertampung.Penduduk di desa-desa lokasi proyek PLTM sebagian besar bekerja di bidang pertanian, baik sebagai petani pemilik maupun buruh tani, meskipun penduduk yang bekerja di bidang lainnya seperti perdagangan, industri, komunikasi dan lapangan pekerjaan lainnya. Dari seluruh jumlah penduduk yang bekerja, terdapat 26,472 persen bekerja di bidang pertanian dan sebagian besar terutama penduduk perempuan bekerja mengurus rumah tangga. Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah jumlah penduduk dan lapangan pekerjaan di wilayah Kabupaten Kolaka Utara dapat dilihat pada table sebagai berikut.

Penduduk kerja yang terus bertambah setiap tahun di wilayah ini, membawa konsekuensi pada pertambahan jumlah penduduk yang tergolong angkatan kerja. Angkatan kerja adalah mereka yang berusia 15 tahun keatas dan mempunyai pekerjaan, baik bekerja penuh maupun bekerja untuk sementara karena sesuatu hal, misalnya pegawai yang sedang cuti, petani yang menunggu panen dan lain sebagainya, disamping itu bagi mereka yang tidak mempunyai pekerjaan tetapi sedang mencari pekerjaan. Angkatan kerja sangat bergantung pada struktur penduduk, sifat demografis serta keadaan sosial ekonomi daerah.

Penduduk Kolaka Utara terus menerus mengalami peningkatan penduduk dari tahun ke tahun, seiring dengan itu, penduduk usia kerja pun semakin meningkat. Tercatat pada tahun 2008 jumlah angkatan kerja mencapai 61.891 yang terdiri dari 36.545 laki-laki (59.05 % ) dan 25.346 perempuan ( 40.95 % ). Dengan kata lain jumlah angkatan kerja mengalami peningkatan sebesar 3, 12 persen dari tahun 2007. Dari sejumlah angkatan kerja tersebut, sebanyak 58.169 (93,99 % ) sedang bekerja dan sisanya sedang mencari pekerjaan.

Ditinjau dari aspek geografis mata pencaharian penduduk Kabupaten Kolaka Utara adalah bertani. Dari 58, 169 orang status bekerja, ternyata yang bekerja di sector pertanian sebesar 73.94 %. Setelah sector pertanian kemudian menyusul sector perdagangan sebesar 11.60 %, lalu setelah itu sector jasa jasa 8.04 %, dan sisanya terdistribusi ke dalam enam sector lainnya. Hal ini dapat dilihat pada table berikut ini :

Tabel IV 7: Mata Pencaharian Penduduk Tahun 2006, 2007

Sumber mata pencaharian penduduk desa-desa di sekitar lokasi proyek PLTM ini beraneka ragam, meskipun sebagian besar adalah petani baik sawah maupun ladang dan perkebunan. Keaneka ragaman mata pencaharian penduduk di wilayah ini karena kondisi geografi dan letaknya yang cukup strategis. Areal perkebunan atau ladang banyak digunakan untuk menanam kakao, kelapa, rambutan, durian, nangka, salak, belimbing, sukun, pisang, duku, kelapa dan cengkeh. Sekitar 80 % penduduk Kabupaten ini bergantung pada perkebunan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Penduduk di wilayah ini umumnya masih memiliki kebun atau ladang, meskipun luas prmilikan mereka kurang dari satu hektar. Jenis mata pencaharian lain yang banyak dilakukan oleh penduduk di wilayah ini adalah industri. Secara umum industri di Kabupaten Kolaka Utara menunjukan peningkatan dari tahun ke tahun. Jumlah perusahaan industri logam pada tahun 2009 meningkat sebesar 9,43 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Kabupaten Kolaka Utrara memiliki sumber daya alam potensial untuk usaha pertambangan. Sektor pertambangan di wilayah ini di dominasi oleh sub sektor penggalian. Seluruh jenis bahan galian di Kolaka Utara mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2008Sumber pendapatan utama Kabupaten ini adalah perkebunan kakao, kelapa dan cengkeh. Sekitar 80 % penduduk Kabupaten ini bergantung pada perkebunan untuk memenuhi kebutuhan hidup. PDRB Kabupaten Kolaka Utara atas dasar harga konstan 2000 pada tahun 2005 adalah sebesar Rp. 653. 102,42 ; juta dan apabila dibandingkan dengan angka PDRB Provinsi Sulawesi Tenggara padea tahun yang sama dengan jumlah sebesar Rp. 8.026.856,22 ; juta sehingga menunjukan bahwa peranan Kabupaten Kolaka Utara terhadap Provinsi tersebut sebesar 8, 14 %. Berdasarkan harga berlaku PDRB perkapita Kabupaten Kolaka Utara tahun 2004 Rp. 9.398.723,48; meningkat menjadi Rp. 10.462.021,81; tahun 2005 atau sebesar 11,31 %.

3.3.3. Adat Istiadat, Sosial Budaya dan Persepsi Masyarakat

Sistem nilai budaya menurut ahli antropologi adalah sesuatu yang berkaitan dengan orientasi atau tujuan yang dicita-citakan dalam hidup sehingga mempengaruhi sikap dan perilakunya. Nilai budaya berhubungan dengan penilaian baik dan buruk sesuatu permasalahan hidup yang dihadapinya. Permasalahan hidup itu antara lain hakikat hidup, hakekat karya, hakekat waktu, hakekat hubungannya dengan alam dan hubungannya dengan sesame manusia. Kondisi lingkungan alam dan kehidupan di sekitarnya turut mempengaruhi kondisi system nilai budaya yang ada. Seni yang ada di desa-desa ini adalah kesenian yang lebih bernafaskan islam seperti rebana, seni tari, seni suara dan seni anyam atau tenun. Seni tersebut belum memperoleh perhatian dari berbagai pihak untuk pengembangannya, sehingga belum banyak memberikan nilai tambah kepada para pelakunya. Anak-anak muda lebih menyenangi seni yang datang dari luar seperti dangdut atau organ tunggal serta film-film yang beredar lewat CD, agen atau tempat-tempat penyewaannya sudah ada di tiap-tiap desa.Penduduk desa-desa di lokasi wilayah PLTM umumnya adalah penduduk asli, mereka umumnya memiliki hubungan keluarga antara yang satu dengan yang lainnya. Akan tetapi ada beberapa orang penduduk pendatang dari desa lainnya, karena perkawinan ataupun pekerjaannya. Interaksi sosial disini meliputi kerjasama, persaingan dan konflik yang ada dalam kehidupan masyarakat. Kerjasama antar penduduk maupun keluarga di wilayah ini relatif masih kuat, meskipun menurut beberapa tokoh masyarakat sudah mengalami penurunan akibat beberapa faktor. Kerjasama mereka yang masih kental adalah kerja bakti untuk membuat jalan, membersihkan saluran air, pembangunan mesjid, penyelenggaraan hari raya nasional maupun keagamaan dan pembangunan untuk memenuhi kebutuhan bersama. Selain itu, kerjasama yang masih kuat yaitu dalam membantu anggota masyarakat yang terkena musibah dan melakukan penyelengaraan pesta perkawinan atau khitanan anak.

Kerjasama penduduk di bidang ekonomi atau usaha meningkatkan pendapatan nampaknya sudah mengalami penurunan sehingga jika seseorang tidak memiliki modal yang cukup untuk menggarap sawah / ladang akan mendapat kesulitan karena harus membayar sesuai dengan tarif atau harga yang berlaku. Kerja dalam usaha ini sekarang hanya terbatas dengan anggota keluarga yang paling dekat saja. Persaingan diantara anggota masyarakat nampak antara lain dalam pemilikan barang yang bersifat konsumtif seperti barang-barang elektronika, rumah serta peralatannya sehingga apabila mereka memiliki uang atau mendapat penghasilan yang besar lebih diutamakan untuk memenuhi kebutuhan tersebut dengan sistem kredit atau cicilan. Selain itu persaingan antar penduduk yang memiliki usaha untuk memiliki aset usaha seperti lokasi penggalian batu, persaingan dalam pemerintahan desa terutama diantara calon kepala desa. Keadaan ini secara tidak langsung mempengaruhi dalam proses pembangunan desa itu. Masalah tanah sering menjadi konflik terutama antar anggota masyarakat dengan pihak perkebunan.Penduduk Kecamatan Ngapa menurut Kades Lapai, sekitar 80 persen penduduk tersebut adalah pendatang dari berbagai kabupaten di Sulawesi Selatan, sedangkan sisanya sekitar 20 persen merupakan penduduk asli yaitu etnis Tolaki / Mekongga. Bahasa keseharian yang menjadi bahasa pengantar sebagian besar menggunakan Bahasa Indonesia dan Bahasa Tolaki atau Bugis. Dengan demikian ikatan kesukuan masih ada namun tidak terlalu kuat karena adapt istiadat masyarakat sudah berbaur antar berbagai suku yang ada.

Berdasarkan informasi, tanggapan penduduk terhadap rencana pembangunan PLTM Lapai 1 di Kecamatan Ngapa sebagian besar menyetujui, sedangkan sisanya ada beberapa persen yang tidak berkomentar karena kurangnya pemahaman mengenai manfaat dan kemungkinan dampak yang mungkin terjadi jika tanggapan dan harapan belum ada. Pandangan mereka terhadap alam, dinyatakan bahwa alam ini adalah sebagai sumber untuk pemenuhan kebutuhan hidup manusia sehingga lahan, sawah, sungai, pohon merupakan sesuatu yang penting. Dengan pandangan seperti itu, jika sumber daya alam yang di suatu tempat sudah tidak tersedia lagi akan mencari ke tempat lain. Mereka cenderung kurang inovatif terhadap potensi sumber daya lingkungan yang ada karena berbagai faktor.

Sementara hubungannya dengan sesama manusia penting karena manusia tidak bisa hidup sendiri atau akan sulit jika hidup tanpa ada bantuan orang lain. Kelebihan dari system nilai budaya masyarakat di wilayah ini antara lain adalah mereka masih mau untuk bekerja, kebersamaan antar anggota masyarakat akan tetap kuat dan tidak mau untuk saling menganggu antara yang satu dengan yang lainnya. Hal ini terlihat dari masih adanya gotong royong baik untuk mengerjakan sesuatu kepentingan yang sama seperti gotong royong untuk membantu anggota masyarakat terkena musibah, penyelenggaraan selamatan masih kuat, meskipun gotong royong untuk memenuhi kebutuhan bersama seperti membuat jalan, jembatan sudah mulai berkurang kecuali untuk pembangunan mesjid.3.3.4 Kesehatan Masyarakat

Pembangunan kesehatan di Kabupaten Kolaka Utara ditititkberatkan pada peningkatan mutu pelayanan kesehatan masyarakat. Demikian pula halnya pelaksanaan program Keluarga Berencana (KB) diarahkan untuk menciptakan norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS). Pembangunan keluarga Berencana mengutamakan penyediaan prasarana dan pelayanan akseptor KB sampai ke pelosok pedesaan. Jumlah klinik tempat pelayanan Keluarga Berencana yang disajikan dalam Tabel sebanyak 18. dengan target KB aktif yang terealisasi mencapai 15.369 orang dari 13.447 dari seluruh pengguna metode kontrasepsi. Jumlah konseptor aktif Keluarga Berencana tahun 2009 sebanyak 15.369 dan akseptor baru sebanyak 5.130 akseptor.

Pada tahun 2008 jumlah fasilitas kesehatan terdiri dari 1 unit Rumah sakit, 10 unit puskesmas, 65 unit puskesmas pembantu dan 4 unit puskesmas plus. Secara rinci kesehatan pada tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel, terdsiri dari Dokter 18 orang, Dokter gigi 2 orang, Apoteker 3 orang, perawat 156 orang, Bidan 48 orang, Tenaga Kesehatan lainnya 135 orang.Di Kecamatan Ngapa telah cukup tersedia fasilitas kesehatan, pelayanan medis telah dapat menjangkau semua lapisan masyarakat. Fasilitas kesehatan dan tenaga medis yang ada di kecamatan ini terdiri dari Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Poliklinik, Klinik Bersalin, Dokter Umum, Bidan, Mantri dan Dukun Beranak. Tenaga kesehatan pada tahun 2004 sebanyak 320 orang dan pada tahun 2005 naik menjadi 906 orang, sehingga tenaga kesehatan yang tersebar sudah cukup memadai untuk menangani pasien yang ada. Menurut Kadis Kesehatan Kolaka Utara, sejak tahun 2004 pemerintah Kabupaten Kolaka Utara mengeluarkan kebijakan untuk meringankan beban masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dengan bentuk pemberian pelayanan kesehatan gratis pada masyarakat di seluruh Puskesmas yang ada di Kolaka Utara.

Hasil pengamatan dan wawancara dengan masyarakat menunjukan bahwa masyarakat umumnya cukup memperhatikan masalah kesehatan. Sebagian besar responden mendapatkan air bersih untuk keperluan air minum dan masak. Penggunaan air untuk jamban keluarga (WC) sudah cukup baik, dengan banyaknya WC yang dibangun di rumah-rumah penduduk.

BAB IV

DAMPAK LINGKUNGAN

YANG MUNGKIN TERJADI

Dari uraian kegiatan yang akan direncanakan dalam rangka pembangunan PLTM Lapai 1 (2x2000 kW), dari mulai tahap konstruksi sampai dengan tahap pasca operasi yang diperkirakan menimbulkan dampak terhadap lingkungan dapat dikategorikan menjadi 3 bagian yaitu dampak terhadap lingkungan kimia, biologi, dan sosial, ekonomi, budaya. Dampak lingkungan kimia dan biologi yang mungkin akan terjadi berkaitan dengan kualitas udara dan kebisingan, kualitas air permukaan dan kualitas air tanah, biota darat dan biota perairan sedangkan dampak sosial menyangkut kesempatan kerjadan peluang usaha, serta gangguan lalu lintas. Dampak kesehatan masyarakat menyangkut dampak turunan akibat lingkungan kimia dan biologi.

4.1Tahap Konstruksi

Kegiatan yang dilakukan pada tahap konstruksi adalah penerimaan tenaga kerja, mobilisasi alat material, pematangan lahan, pembangunan bangunan utama dan fasilitas penunjang. Kegiatan ini menimbulkan dampak terhadap komponen kimia, biologi, sosial, ekonomi, budaya.

4.1.1 Kebisingan

a. Sumber DampakSumber dampak peningkatan kebisingan adalah dari kegiatan moboliasasi alat-alat berat dan pengangkutan bahan material konstruksi, pematangan lahan serta pembangunan fisik gedung PLTM Lapai 1 ( 2 x 2000 kW).

b. Jenis dan Besaran Dampak

Jenis dampak terhadap kebisingan ini termasuk negatif tidak penting. Luas areal peningkatan kebisingan sangat terbatas penyebarannya hanya di sekitar tapak proyek dan periode waktu peningkatan kebisingan terbatas hanya pada siang hari (07.00 s/d 17.00 WIB) selama kegiatan konstruksi berlangsung 3 bulan, sehingga bobot dampaknya tergolong kecil.

c. Sifat dan Tolak Ukur Dampak

Dampak yang ditimbulkan pada kegiatan ini umumnya bersifat sementara (selama tahap konstruksi) dan dapat dipulihkan. Sebagai tolak ukur dampak adalah baku mutu tingkat kebisingan berdasarkan Kep/48/MENLH/11/1996.4.1.2 Gangguan Lalu Lintas

a. Sumber Dampak

Sumber dampak dari gangguan lalu lintas di sekitar proyek adalah dari kegiatan mobilisasi alat dan material selama konstruksi PLTM Lapai 1 (2 x 2000 kW).

b. Jenis dan Besaran DampakJenis dampak negatif tidak penting, karena beberapa material diambil dari Kolaka Utara yang lokasinya relatif dekat dengan proyek dan peningkatan lalu lintas terjadi mengikuti jadwal pengangkutan bahan material yang menggunakan kendaraan berat sehingga dapat menimbulkan kepadatan lalu lintas di jalur yang dilalui oleh kendaraan pengangkut.

c. Sifat dan Tolak Ukur Dampak

Dampak yang ditimbulkan pada kegiatan ini umumnya bersifat sementara (selama tahap konstruksi) dan terpulihkan. Sebagai tolak ukur dampak adalah padatnya jalur lalu lintas kendaraan yang keluar masuk proyek PLTM Lapai 1 terutama pada siang hari.4.1.3 Gangguan Biota Perairana. Sumber Dampak

Sumber dampak pada biota perairan berasal dari kegiatan pematangan lahan yang berakibat pada penurunan kualitas air pada badan air disekitar lokasi proyek.

b. Jenis dan Besaran Dampak

Jenis dampak negatif tidak penting, mengingat hal tersebut memiliki sebaran yang kecil walaupun pengaruhnya sampai kepada biota perairan yang ada pada sungai Wotunuhu.

c. Sifat dan Tolak Ukur Dampak

Dampak yang ditimbulkan pada kegiatan ini umumnya bersifat sementara (selama tahap konstruksi) dan terpulihkan. Sebagai tolak ukur dampak adalah terganggunya keberadaan biota perairan di sungai Wotunuhu dan tingkat pencemaran kualitas air terhadap parameter plankton dan benthos.

4.1.4Kesempatan Kerja dan Peluang Usaha

a.Sumber Dampak

Sumber dampak dari adanya kesempatan kerja adalah adanya kegiatan mobilisasi tenaga kerja selama konstruksi PLTM Lapai 1 (2 x 2000 kW) serta timbulnya persepsi dari masyarakat setempat.

b. Jenis dan Besaran Dampak

Jenis dampak termasuk positif tidak penting. Berdasarkan kegiatan proyeknya, maka diperkirakan akan membutuhkan tenaga kerja sebanyak 100 orang yang dibutuhkan sebagian besar ( 80 orang) akan direkrut dari penduduk. Tenaga kerja tersebut terdiri dari tenaga supervisi, buruh kasar, buruh bangunan, keamanan dan lainnya. Dampak positif ini akan berlangsung selama tahap konstruksi.

c. Sifat dan Tolak Ukur Dampak

Dampak yang ditimbulkan pada kegiatan ini umumnya bersifat berlanjut (selama tahap konstruksi dan operasi) dan tidak terpulihkan. Sebagai tolak ukur dampak adalah jumlah penduduk setempat yang dapat bekerja pada saat konstruksi PLTM Lapai 1 (2 x 2000 kW).

4.2 Tahap Operasi

Pada tahap operasi ini, kegiatan lebih dititik beratkan pada operasional PLTM Lapai 1 (2 x 2000 kW).

4.2.1 Kebisingan

c. Sumber Dampak

Sebagai sumber dampak kebisingan adalah beroperasinya mesin-mesin PLTM Lapai 1 (2 x 2000 kW).c. Jenis dan Besaran Dampak

Jenis dampak terhadap kebisingan ini termasuk negatif tidak penting. Luas areal penurunan kebisingan sangat terbatas penyebarannya hanya di sekitar proyek dan bobot dampaknya tergolong kecil.

c. Sifat dan Tolak Ukur Dampak

Dampak yang ditimbulkan pada kegiatan ini umumnya bersifat sementara (terutama penggunaan mesin turbine) dan tidak terpulihkan. Sebagai tolak ukur dampak adalah baku tingkat kebisingan berdasarkan Kep. MENLH No. 48 tahun 1996.

4.2.2 Biota Perairan

a.Sumber Dampak

Sumber dampak dari biota perairan adanya kegiatan operasional PLTM Lapai 1 (2 x 2000 kW) dan merupakan dampak turunan dari penurunan kualitas air permukaan.

b.Jenis dan Besaran Dampak

Jenis dampak negatif tidak penting mengingat limbah yang dibuang telah diolah dalam IPAL. Hal tersebut akan berakibat kecil pada terganggunya biota perairan di sungai Wotunuhu, sehingga besaran dampak digolongkan kecil.

c. Sifat dan Tolak Ukur Dampak

Dampak yang ditimbulkan pada kegiatan ini umumnya bersifat berlanjut (selama tahap operasional) dan tidak terpulihkan. Sebagai tolak ukur dampak adalah terganggunya keberadaan biota perairan di sekitar perairan sungai Wotunuhu pada saluaran pembuangan limbah cair PLTM.4.2.3 Kesempatan Kerja dan Berusaha

a. Sumber Dampak

Sumber dampak dari kesempatan kerja adalah penerimaan tenaga kerja pada tahap operasional dengan kebutuhan tenaga kerja sebanyak 30 orang.

b.Jenis dan Besaran Dampak

Jenis dampak tergolong dampak positif penting karena hanya melibatkan beberapa tenaga lokal untuk dapat mengoperasikan pembangkit yang memerlukan keahlian khusus. Adanya kesempatan kerja akan memberikan dampak turunan terhadap peningkatan pendapatan masyarakat lokal, khususnya pada rumah tangga yang anggota keluarganya ikut pada operasi PLTM Lapai 1 (2 x 2000 kW).

c.Sifat dan Tolak Ukur Dampak

Dampak yang ditimbulkan pada kegiatan ini umumnya berlangsung selama tahap operasi dan terpulihkan. Sebagai tolak ukur dampak adalah tersedianya tenaga kerja operasional yang berasal dari penduduk yang berdomisili sekitar proyek PLTM Lapai 1 (2 x 2000 kW).

4.2.4 Persepsi Masyarakat

a.Sumber Dampak

Adanya kegiatan perekrutan tenaga kerja membuka kesempatan kerja bagi masyarakat sekitar proyek untuk bekerja di PLTM Lapai 1 (2 x 2000 kW), sesuai dengan tingkat pendidikan dan kemampuan (keahlian) serta bidang yang dikerjakan.

b.Jenis dan Besaran Dampak

Jenis dampak merupakan dampak positif tidak penting dan berskala kecil. Adanya persepsi yang timbul di masyarakat atas beroperasinya PLTM Lapai 1 (2 x 2000 kW) yang bersifat positif terhadap keberlangsungan operasional PLTM tersebut.

c.Sifat dan Tolak Ukur Dampak

Dampak yang ditimbulkan pada kegiatan ini umumnya berlangsung selama tahap operasional dan terpulihkan. Sebagai tolak ukur dampak adalah tersedianya tenaga kerja operasional yang berasal dari penduduk yang berdomisili di sekitar proyek.

4.2.5 Kesehatan Masyarakat

a. Sumber Dampak

Sumber dampak negatif dari operasional PLTM Lapai 1 (2 x 2000 kW) adalah terganggunya kesehatan masyarakat di sekitar proyek akibat dari penurunan kualitas air.

b.Jenis dan Besaran DampakTingkat terganggunya kesehatan terhadap masyarakat lokasi atas beroperasinya PLTM Lapai 1 (2 x 2000 kW). Jenis dampak merupakan negatif tidak penting dengan skala kecil berdasarkan kualitas air di lokasi penduduk masih di bawah baku mutu lingkungan.

c.Sifat dan Tolak Ukur Dampak

Dampak yang ditimbulka pada kegiatan ini umumnya berlangsung selama tahap operasioanal dan terpulihkan. Sebagai tolak ukur dampak adalah banyaknya masyarakat yang terganggu kesehatannya akibat dari operasional PLTM Lapai 1.4.3 Tahap Pasca Operasi

Pada tahap pasca operasi PLTM Lapai 1 (2 x 2000 kW), akan menimbulkan dampak terutama pada komponen lingkungan Sosial Ekonomi dan Budaya, terutama pada penurunan kesempatan kerja serta gangguan estetika yang timbul akibat adanya revegetasi lahan dan tanah terhadap bekas lokasi PLTM tersebut. 4.3.1 Penurunan Kesempatan Kerja

a.Sumber Dampak

Sebagai sumber dampak pada tahap pasca operasi adalah adanya pemutusan hubungan kerja (PHK) dan berkurangnya usaha masyarakat setempat serta munculnya persepsi dari masyarakat lokal.

b.Jenis dan Besarnya Dampak

Jenis dampak penurunan kesempatan kerja pada tahap pasca operasi adalah peningkatan angka pengangguran khususnya di Desa Lapai dan pada umumnya di Kecamatan Ngapa. Dampak ini tergolong negatif tidak penting karena pihak PLTM akan memberitahukan terlebih dahulu jika kegiatan operasional pembangkit dihentikan, sehingga tenaga kerja lebih siap menerima kondisi tersebut.

c.Sifat dan Tolak Ukur Dampak

Dampak yang ditimbulkan pada kegiatan ini umumnya berlangsung selama tahap pasca operasi dan tidak dapat terpulihkan. Sebagai tolak ukur dampak adalah hilangnya kesempatan kerja dan berusaha bagi masyarakat lokal dan tingkat kepuasan dari tenaga kerja yang telah di PHK.

4.3.2 Estetika Lingkungan

a. Sumber Dampak

Sumber dampak pada estetika lingkungan adalah banyaknya sampah baik organik maupun an-organik yang ada di sekitar PLTM Lapai 1 (2 x 2000 kW).

b.Jenis dan Besaran Dampak

Jenis dampak adalah terganggunya kondisi estetika lingkungan yang sudah terbentuk. Dampak ini termasuk negatif tidak penting karena secara estetika lokasi berada di dalam kawasan PT. PLN (Persero) Pembangkitan Jaringan Sulawesi Maluku dan Papua, sehingga akan lebih terintegrasi dengan kegiatan proyek yang telah berlangsung.

c.Sifat dan Tolak Ukur Dampak

Dampak yang ditimbulkan pada kegiatan ini umumnya berlangsung selama tahap pasca operasi dan dapat terpulihkan. Sebagai tolak ukur dampak adalah terganggunya estetika terhadap lingkungan di sekitar PLTM.

BAB VUPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUPKegiatan pengelolaan lingkungan dilakukan dalam upaya-upaya mencegah, mengendalikan dan menanggulangi dampak besar dan penting lingkungan hidup yang bersifat negatif dan meningkatkan dampak positif yang timbul sebagai akibat dari pembangunan proyek PLTM Lapai Adapun upaya-upaya pengelolaan tersebut dirinci seperti uraian berikut ini.

5.1 Tahap pra-konstruksi

a. Dampak penting yang dikelola

Persepsi masyarakat

b.Sumber dampak

Pelaksanaan kegiatan pembebasan lahan lokasi proyek PLTM Lapai 1

c.Tolak ukur dampak

Masyarakat merasakan proses ganti rugi lahan yang dilakukan pihak proyek, memberikan keuntungan bagi upaya peningkatan kesejahteraan hidupnya ke arah yang lebih baik sehingga tidak terjadi keresahan atau konflik sosial.

d. Tujuan pengelolaan

Proses kegiatan ganti rugi lahan memberikan dampak yang positif bagi upaya peningkatan kesejahteraan hidup masyarakat sehingga mereka memberi dukungan positif terhadap keberadaan atau pelaksanaan proyek PLTM.

e. Upaya pengelolaan

1) Sosialisasi tentang rencana proyek dan pembebasan lahan

2) Kerja sama dengan dinas instansi pemerintah terkait (BPPN, Camat dan Kepala Desa serta tokoh masyarakat)

3) Melakukan pendekatan secara partisipatif melalui musyawarah mufakat

4) Penertiban sistem kepemilikan lahan

5) Pembentukan panitia pelaksanaan ganti rugi lahan

f. Periode pengelolaan

Dilakukan sebelum tahap konstruksi

g. Lokasi pengelolaan

Desa-desa yang ada di sekitar lokasi proyek terutama desa tempat tinggal para pemilik lahan

h. Pembiayaan

Kegiatan dibiayai oleh pihak proyek yaitu PT. PLN (Persero) Pembangkitan Jaringan Sulawesi Maluku dan Papuai. Pelaksanaan pengelolaan

PT. PLN (Persero) Pembangkitan Jaringan Sulawesi Maluku dan Papua

j. Pengawas Pengelolaan

Bapeldalda Propinsi Sulawesi Tenggara dan Kabupaten Kolaka Utara dan BPN Kabupaten Kolaka Utara

k. Pelaporan

Bapeldalda Propinsi Sulawesi Tenggara, Bapeldalda dan BPPN Kabupaten Kolaka Utara5.2 Tahap konstruksi

5.2.1 Peluang kerja dan peningkatan pendapatan

a. Dampak penting yang dikelola

Penerimaan tenaga kerja

b. Sumber dampak

1) Penerimaan tenaga kerja

2) Pembangunan bangunan utama PLTM dan sarana pendukungnya

c. Tolak ukur dampak1) Jumlah tenaga kerja lokal yang diterima bekerja pada tahap konstruksi proyek minimal 60 % dari total tenaga kerja2)Pelaksanaan penerimaan tenaga kerja sesuai dengan peraturan ketenagakerjaan yang berlaku

3)Adanya keterlibatan tokoh masyarakat baik formal maupun informal dalam penerimaan tenaga kerja

4) Tingkat penerimaan para pekerja minimal sesuai dengan UMR yang berlaku saat ini

d. Tujuan pengelolaan

1)Agar pelaksanaan penerimaan tenaga kerja sesuai dengan peraturan yang berlaku

2)Agar keterlibatan tenaga kerja lokal dalam pelaksanaan proyek menjadi lebih besar

3)Memberikan kontribusi bagi anggota masyarakat sekitar lokasi proyek khususnya dalam meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan ke arah yang lebih baik

e. Upaya pengelolaan

!) Mensosialisasikan penerimaan tenaga kerja

2) Melibatkan aparat pemerintah kecamatan dan desa

3) Kerja sama dengan dinas/instansi pemerintahan yang berkepentingan (Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Kolaka Utara)

4) Penerimaan tenaga kerja lokal lebih diprioritaskan

5) Menaati peraturan tentang ketenagakerjaan yang berlaku

6) Menghindari penyimpangan terhadap nilai-nilai yang ada seperti kolusi dan nepotisme

f. Periode pengelolaan

Pengelolaan dilakukan selama tahap konstruksi

g. Lokasi pengelolaan

Desa-desa di sekitar proyek

h. Pembiayaan

Kegiatan ini dibiayai oleh pihak proyek yaitu PT. PLN (Persero) Pembangkitan Jaringan Sulawesi Maluku dan Papua

i. Pelaksanaan Pengelolaan

PT. PLN (Persero) Pembangkitan Jaringan Sulawesi Maluku dan Papua

j. Pengawas pengelolaan

Bapeldalda Propinsi Sulawesi Tenggara dan Kabupaten Kolaka Utara

k. Pelaporan

Bapeldalda dan Dinas Tenaga Kerja Propinsi Sulawesi Tenggara serta Bapeldalda dan Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Kolaka Utara

5.2.2 Aktifitas ekonomi dan mata pencahariana. Dampak penting yang dikelola

Kondisi aktifitas ekonomi dan mata pencaharian masyarakat di desa-desa sekitar lokasi proyek PLTM Lapai 1

b. Sumber dampak

1) Penerimaan tenaga kerja

2) Pembangunan bangunan utama pendukung PLTM

c. Tolak ukur dampak

1) Peningkatan sumber dan jumlah penghasilan

2) Peningkatan jenis-jenis usaha yang dilakukan oleh masyarakat sekitarnya

d. Tujuan pengelolaan

1) Munculnya sumber-sumber penghasilan masyarakat di sekitar proyek

2) Peningkatan usaha-usaha yang telah dilakukan oleh masyarakat

3) Peningkatan sarana dan prasarana ekonomi di sekitar lokasi proyek

e. Upaya pengelolaan

1) Memberikan informasi kepada para pengusaha setempat tentang kebutuhan barang dan jasa dalam pelaksanaan pembangunan proyek PLTM

2)Melakukan pembinaan kepada kelompok masyarakat dalam rangka pemberdayaan ekonomi lokal3) Memberikan kesempatan kepada kelompok masyarakat untuk meningkatkan aktifitas usahanya dalam pelaksanaan pembangunan proyek

f. Periode pengelolaan

Selama kegiatan tahap konstruksi berlangsung

g. Lokasi pengelolaan

Desa-desa sekitar proyek

h. Pembiayaan

Kegiatan dibiayai oleh PT. (Persero) Pembangkitan Jaringan Sulawesi Maluku dan Papua

i. Pelaksanaan pengelolaan

PT. (Persero) Pembangkitan Jaringan Sulawesi Maluku dan Papua

j. Pengawasan pengelolaan

Bapeldalda Propinsi Sulawesi Tenggara dan Kabupaten Kolaka Utara

k. Pelaporan

Pemerintah Propinsi Sulawesi Tanggara melalui Bapeldalda Propinsi Sulawesi Tenggara serta Bapeldalda Kabupaten Kolaka Utara

5.2.3 Persepsi masyarakat

a. Dampak penting yang dikelola

Keresahan sosial dan konflik sosial dalam lingkungan masyarakat dan pekerja

b. Sumber dampak

1) Penerimaan tenaga kerja

2) Pembangunan bangunan utama dan pendukung PLTM

3) Pengurangan tenaga kerja

c. Tolak ukur dampak

1) Adanya kerja sama yang baik antara pihak pemrakarsa dan pihak yang terkait

2)Adanya dukungan masyarakat terhadap pelaksanaan pembangunan proyek

3) Kesesuaian prosedur penerimaan dan pengurangan tenaga kerja yang dilakukan dengan peraturan yang ada

d. Tujuan pengelolaan

1) Menghindari munculnya keresahan dan konflik sosial antar pemrakarsa, masyarakat dan pekerja

2)Pelaksanaan pembangunan bangunan utama dan pendukung PLTM memberikan dampak positif pada peningkatan kesejahteraan masyarakat

3) Untuk mendapatkan dukungan dan partisipasi semua lapisan masyarakat desa sekitar lokasi pembangunan proyek

e. Upaya pengelolaan

1) Mengadakan forum silaturahmi untuk mendekatkan hubungan antara pihak pemrakarsa dengan semua lapisan masyarakat

2) Semua kegiatan proyek yang berkaitan dengan masyarakat harus dilakukan berdasarkan peraturan dan kesepakatan yang ada

3) Pihak pemrakarsa perlu memperhatikan adat istiadat yang berlaku dalam lingkungan masyarakat sekitar proyek

f. Periode pengelolaan

Dilakukan selama masa konstruksi

g. Lokasi pengelolaan

Desa-desa sekitar proyek PLTM Lapai 1

h. Pembiayaan

Kegiatan dibiayai oleh pihak proyek yaitu PT. PLN (Persero) Pembangkitan Jaringan Sulawesi Maluku dan Papua

i. Pelaksana pengelolaan

PT. PLN (Persero) Pembangkitan Jaringan Sulawesi Maluku dan Papua

j. Pengawas pengelolaan

Bapeldalda Propinsi Sulawesi Tenggara

k. Pelaporan

Pemerintah Propinsi Sulawesi Tenggara melalui Bapeldalda Propinsi Sulawesi Tenggara serta Bapeldalda Kabupaten Kolaka Utara5.3 Tahap Operasi

5.3.1 Kualitas air

a. Tolak ukur dampak

1) Tolak ukur untuk kualitas air dalah stndar yang dikeluarkan oleh Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 Tahun 1996 tentang Baku Mutu Air Bersih

b. Tujuan pengelolaan lingkungan

Tujuan kegiatan pengelolannya ini hdala mengurangi dampak negatif pencemaran pada kualitas air sungai penduduk yang di sekitar lokasi proyek PLTM Lapai 1 sehingga tidak menggangu kesehatan masyarakat dan kehidupan biota perairan.c. Periode pengelolaan lingkungan

Pengelolaan kualitas air dilakukan selama masa operasi proyek berlangsungd. Pembiayaan

Kegiatan ini dibiayai oleh PT. PLN (Persero) Pembangkitan Jaringan Sulawesi Maluku dan Papua

e. Pelaksana pengelola lingkungan

PT. PLN (Persero) Pembangkitan Jaringan Sulawesi Maluku dan Papua

f. Pengawas pengelolaan lingkungan

Bapeldalda Propinsi Sulawesi Tenggara dan Kabupaten Kolaka Utara

g. Pelaporan pengelolaan lingkungan

Pemerintah Propinsi Sulawesi Tenggara melalui Bapeldalda dan Dinas Pertambangan dan Energi serta Pemerintah Kabupaten Kolaka Utara melalui Bapeldalda.

5.3.2 Ruang, tanah, dan lahan

a. Dampak penting yang dikelolaRuang, tanah, dan lahan di lokasi proyek PLTM

b. Sumber dampak

Sumber dampak adalah kegiatan pengoperasian dan pemeliharaan PLTM

c. Tujuan rencana pengelolaanKegiatan pengelolaan lingkungan pada tahap ini antara lain adalah agar kegiatan pengoperasian dan pemeliharaan PLTM Lapai 1 tidak memberikan dampak negatif terhadap aspek ruang, tanah dan lahan di sekitar lokasi proyek sehingga kelestariannya tetap terjaga.

d. Upaya pengelolaan

1) Pembatasan wilayah kegiatan secara tegas untuk menghambat pembukaan areal yang tidak diperlukan yakni dengan hanya membuka areal sesuai yang dibutuhkan saja. Pembatasan ini hendaknya terpadu dengan pemerintah daerah setempat, melalui Dinas Kehutanan dan Perkebunan.

e. Lokasi pengelolaan

Lokasi pengelolaan adalah pada areal kegiatan proyek PLTM Lapai 1 dan wilayah sekitarnya

f. Periode pengelolaan lingkunganPengelolaan ruang, tanah dan lahan dilakukan selama masa operasi berlangsung

g. Pembiayaan

Kegiatan ini dibiayai oelh PT. PLN (Persero) Pembangkitan Jaringan Sulawesi Maluku dan Papua

h. Pelaksanaan pengelolaan lingkungan

PT. PLN (Persero) Pembangkitan Jaringan Sulawesi Maluku dan Papuai. Pengawas pengelolaan lingkungan

Bapeldalda Propinsi Sulawesi Tenggara dan Kabupaten Kolaka Utara

j. Pelaporan pengelolaan lingkungan

Bapeldalda Propinsi Sulawesi Tenggara dan Bapeldalda Kabupaten Kolaka Utara, serta Dinas Pertambangan dan Energi Propinsi Sulawesi Tenggara dan Kabupaten Kolaka Utara

5.3.3 Biota Perairan

a. Dampak penting yang dikelola

Kondisi biota perairan di sungai-sungai yang dikelola

b. Sumber dampakSumber dampak penting adalah kegiatan pengoperasian dan pemeliharaan PLTM yang menyebabkan turunnya kualitas air sungai

c. Tolak ukur dampak

Perubahan parameter plankton, nekton, dan benthos yang meliputi kelimpahan, indeks keanekaragaman dan indeks kemerataan dibandingkan dengan hasil studi awal.

d. Tujuan rencana pengelolaan

Kegiatan pengelolaan lingkungan pada tahap ini bertujuan agar kegiatan pengoperasian dan pemeliharaan PLTM Lapai 1, tidak memberikan dampak yang berarti di sekitar pada aspek biota perairan di sungai-sungai yang ada di sekitar lokasi.

e. Upaya pengelolaan

1) Melibatkan anggota dan tokoh masyarakat dalam upaya meredusir tingkat pencemaran parameter kualitas air sungai

f. Lokasi pengelolaan

Lokasi pengelolaan lingkungan adalah di sungai-sungai dan desa-desa sekitarnya

g. Periode pengelolaan lingkungan

Pengelolaan biota perairan dilakukan selama operasi berlangsung

h. Pembiayaan

Kegiatan ini dibiayai oleh pihak proyek yaitu PT. PLN (Persero) Pembangkitan Jaringan Sulawesi Maluku dan Papua

i. Pelaksanaan pengelolaan lingkungan

PT. PLN (Persero) Pembangkitan Jaringan Sulawesi Maluku dan Papua

j. Pengawas pengelolaan lingkungan

Bapeldalda Propinsi Sulawesi Tenggara dan Kabupaten Kolaka Utarak. Pelaporan pengelolaan lingkungan

Pemerintah Propinsi Sulawesi Selatan melalui Bapeldalda Propinsi dan Pemerintah Kabupaten Kolaka Utara melalui Kabupaten Kolaka Utara

5.3.4 Peluang kerja dan pendapatan masyarakat

a. Dampak penting yang dikelola

Kesempatan kerja dan tahap operasi

b. Sumber dampak

1) Pengoperasian dan pemeliharaan PLTM

2) Pengadaan bahan baku

3) Pengadaan utilitas

4) Produksi listrik

c. Tolak ukur dampak

1) Terbukanya kesempatan kerja dan peningkatan pendapatan bagi masyarakat desa sekitar lokasi proyek PLTM

2) Jumlah tenaga kerja lokal yang diterima bekerja pada tahap operasi

3) Tingkat penghasilan masyarakat

4) Standar upah minimal yang diterima

d. Tujuan pengelolaan

1) Agar keliatan pengoperasian PLTM memberikan peluang kerja kepada anggota masyarakat desa sekitarnya

2) Adanya peningkatan penghasilan atau pendapatan masyarakat desa sekitar proyek

e. Upaya pengelolaan

1) Mensosialisasikan penerimaan tenaga kerja

2) Melibatkan aparat pemerintah desa3) Kerja sama dengan dinas/instansi pemerintah yang berkepentingan

4) Memprioritaskan tenaga kerja lokal terutama bagi mereka yang telah memiliki kualifikasi skill yang dibutuhkan5) Mentaati peraturan ketenagakerjaan yang berlaku

f. Periode pengelolaan

Periode pengelolaan dilakukan selama tahap operasi berlangsung

g. Lokasi pengelolaan

Desa-desa sekitar proyekh. Pembiayaan

Kegiatan dibiayai sepenuhnya oleh PT. PLN (Persero) Pembangkitan Jaringan Sulawesi Maluku dan Papua

i. Pelaksana pengelolaan

PT. PLN (Persero) Pembangkitan Jaringan Sulawesi Maluku dan Papua

j. Pengawas pengelolaan

Bapeldalda dan Dinas Tenaga Kerja Propinsi Sulawesi Tenggara dan Kabupaten Kolaka Utarak. Pelaporan

Bapeldalda dan Dinas Tenaga Kerja Propinsi Sulawesi Tenggara serta Bapeldalda dan Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Kolaka Utara

5.3.5 Aktifitas ekonomi dan mata pencaharian

a. Dampak penting yang dikelola

Kondisi aktifitas ekonomi mesyarakat di desa-desa sekitar lokasi proyek PLTM Lapai 1

b. Sumber dampak

1) Penerimaan tenaga kerja

2) Pengoperasian dan pemeliharaan PLTM

3) Pengadaan bahan baku

4) Pengadaan utilitas

5) Produksi listrik

c. Tolak ukur dampak1) Adanya peningkatan jenis usaha yang telah dilakukan selamai ini oleh anggota masyarakat desa sekitar lokasi PLTM

2) Munculnya usaha-usaha baru sebagai sumber penghasilan anggota masyarakat di desa-desa sekitar lokas proyeki PLTM

d. Tujuan pengelolaan1) Meningkatkan manfaat positif proyek PLTM Lapai 1 terhadap usaha yang dilakukan anggota selama ini

2) Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memanfaatkan potensi yang ada sebagai sumber penghasilan baru

3) Meningkatkan sumber pendapatan pemerintah daerah dalam pelaksanaan pembangunan

e. Upaya pengelolaan

1) Mensosialisasikan setiap ada peluang kesempatan kerja kepada kalangan masyarakat

2) Mengembangkan program pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan sumber penghasilannya

3) Kerja sama dengan dinas/instansi pemerintah dan organisasi lainnya dalam meningkatkan program pemberdayaan ekonomi masyarakat desa sekitar lokasi proyek PLTM

4) Memberikan bantuan untuk pengadaan sarana dan prasarana sosial ekonomi yang dibutuhkan anggota masyarakat sekitarnya

f. Periode pengelolaan

Dilakukan selama tahap operasi berlangsungg. Lokasi pengelolaan

Desa-desa sekitar proyek dan lokasi tempat para pekerja bekerja

h. Pembiayaan

Kegiatan ini dibiayai oleh pihak proyek yaitu PT. PLN (Persero) Pembangkitan Jaringan Sulawesi Maluku dan Papua

i. Pelaksana pengelolaanPT. PLN (Persero) Pembangkitan Jaringan Sulawesi Maluku dan Papua

j. Pengawas pengelolaan

Bapeldalda Propinsi Sulawesi Tenggara dan Kabupaten Kolaka Utara

k. Pelaporan

Pemerintah Propinsi Sulawesi Tenggara melalui Bapeldalda Propinsi dan Bapeldalda Kabupaten Kolaka Utara serta Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Kolaka Utara

5.3.6 Kesehatan masyarakat

a. Dampak penting yang dikelolaPerkembangan jenis penyakit yang diderita masyarakat desa sekitar lokasi proyek

b. Sumber dampak

Pengoperasian dan pemeliharaan PLTM

c. Tujuan pengelolaanTujuan pelaksanaan kegiatan pengelolaan ini antara lain adalah menghindari munculnya dampak negatif terhadap beberapa jenis penyakit yang disebabkan oleh adanya pengoperasian dan pemeliharaan PLTM

d. Upaya pengelolaan

1) Melakukan pengawasan terhadap sistem pengelolaan dampak yang ada agar tetap berfungsi sebagaimana yang diharapkan

2) Menyampaikan informasi dengan cepat kepada anggota masyarakat apabila munculnya dampak-dampak negatif dari pengoperasian dan pemeliharaan Proyek PLTM

3) Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam melakukan tindakan preventif dan kuratif terhadap dampak negatif proyek PLTM4) Meningkatkan pelayanan kesehatan naik kepada para pekerja maupun anggota masyarakat

5) Melakukan kerja sama dengan berbagai pihak yang terkait terutama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Kolaka Utara untuk menghindari dampak negatif dari proyek PLTM

e. Periode pengelolaanSelama tahap kegiatan operasi berlangsung

f. Lokasi pengelolaan

Desa-desa sekitar proyek PLTM Lapai 1

g. Pembiayaan

Kegiatan ini dibiayai oleh pihak proyek yaitu PT. PLN (Persero) Pembangkitan Jaringan Sulawesi Maluku dan Papua

h. Pelaksana pengelolaan

PT. PLN (Persero) Pembangkitan Jaringan Sulawesi Maluku dan Papua

i. Pengawas pengelolaan

Bapeldalda Propinsi Sulawesi Tenggara dan Kabupaten Kolaka Utara, Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Tenggara dan Kabupaten Kolaka Utara

j. Pelaporan

Pemerintah Propinsi Sulawesi Tenggara melalui Bapledalda dan Dinas Kesehatan Propinsi serta Bapeldalda dan Dinas Kesehatan Kabupaten Kolaka Utara

5.3.7 Persepsi masyarakat

a. Dampak penting yang dikelolaKeresahan sosial dan konflik sosial dalam lingkungan masyarakat dan pekerjaan

b. Sumber dampak

1) Penerimaan tenaga kerja

2) Pengoperasian dan pemeliharaan PLTM

3) Pengadaan bahan baku

4) Pengadaan utilitas

5) Produksi listrik

c. Tolak ukur dampak

Keresahan sosial dan dukungan positif masyarakat sekitarnya terhadap kegiatan PLTMd. Tujuan pengelolaan

1) Menghindari konflik/keresahan di kalangan masyarakat akibat proyek PLTM Lapai 1

2) Meningkatkan dampak positif dari adanya kegiatan proyek PLTM pada tahap operasi

3) Meningkatkan jalinan kekeluargaan (kebersamaan) antara pihak proyek beserta stafnya dengan anggota masyarakat dan pemerintah setempat.

e. Upaya pengelolaan

1) Pengembangan program-program pemberdayaan masyarakat agar keberadaan PLTM manfaatnya dirasakan oleh masyarakat desa dan sekitarnya2) Melakukan pengawasan yang ketat terutama pada sistem penanggulangan dampak negatif proyek

3) Melakukan tindakan secara cepat dalam memperbaiki komponen-komponen PLTM yang mengalami kerusakan

4) Meningkatkan partisipasi terhadap kegiatan sosial budaya yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat setempat

5) Mengembangkan forum silaturahmi secara berkala dengan anggota masyarakat dan pemerintah setempat untuk menjalani kebersamaan

f. Periode pengelolaanSelama tahap operasi

g. Lokasi pengelolaan

Desa-desa sekitar proyek PLTM Lapai 1

h. Pembiayaan

Kegiatan dibiayai oleh pihak proyek yaitu PT. PLN (Persero) Pembangkitan Jaringan Sulawesi Maluku dan Papua

i. Pelaksanaan pengelolaan

PT. PLN (Persero) Pembangkitan Jaringan Sulawesi Maluku dan Papua

j. Pengawas pengelolaan

Bapeldalda Propinsi Sulawesi Tenggara dan Kabupaten Kolaka Utara

k. Pelaporan

Bapeldalda Propinsi Sulawesi Tenggara dan Bapeldalda Kabupaten Kolaka Utara5.4 Tahap pasca operasi5.4.1 Kualitas air

a. Dampak penting yang dikelola

Kualitas air sungai

b. Sumber dampak

Sumber dampak pada tahap pasca operasi adalah kegiatan rehabilitasi lahan

c. Tolak ukur dampak

Tolak ukur kualitas air sungai adalah standard yang dilekuarkan oleh Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 Tahun 1996 tentang Baku Mutu Air Bersih

d. Tujuan pengelolaan lingkungan

Tujuan pengelolaan lingkungan adalah agar kegiatan rehabilitasi lahan bekas lokasi proyek mampu meningkatkan kualitas air sungai

e. Lokasi pengelolaan

Lokasi pengelolaan adalah eks-proyek yang akan direhabilitasi

f. Periode pengelolaan lingkungan

Pengelolaan lingkungan untuk kegiatan ini dilakukan selama tahap pasca operasi g. Pembiayaan

Kegiatan dibiayai oleh pihak proyek yaitu PT. PLN (Persero) Pembangkitan Jaringan Sulawesi Maluku dan Papua

h. Pelaksana pengelolaan lingkungan

PT. PLN (Persero) Pembangkitan Jaringan Sulawesi Maluku dan Papua

i. Pengawas pengelolaan lingkungan

Bapeldalda dan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Propinsi Sulawesi Tenggara dan Kabupaten Kolaka Utara

j. Pelaporan pengelolaan lingkungan

Pemerintah Propinsi Sulawesi Tenggara dan Kabupaten Kolaka Utara melalui Bapeldalda Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral serta Dinas Kehutanan dan Perkebunan

5.4.2 Ruang, tanah, dan lahan

a. Dampak penting yang dikelola

Kondisi ruang, tanah, dan lahan eks proyek PLTM Lapai 1

b. Sumber dampakSumber dampak penting pada tahap pasca operasi PLTM ini adalah kegiatan rehabilitasi lahan pasca operasic. Tolak ukur dampak

Peningkatan kualitas tanah berdasarkan parameter uji kualitas tanah menurut Pusat Peneltian Tanah dan Agrokrimat (1983)d. Tujuan rencana pengelolaan

Kegiatan pengelolaan rehabilitasi lahan eks PLTM Lapai 1 bertujuan untuk meningkatkan fungsi lahan sehinnga dapat dimanfaatkan secara produktif oleh masyarakat sekitarnya.

e. Upaya pengelolaan

1) Melakukan revegetasi lahan yang sesuai dengan karakteristik lahan dan lingkungan sekitarnya

2) Kerja sama dengan perguruan tinggi, dinas instansi pemerintahan setempat yang terkait dan lembaga sosial kemasyarakatan dalam merencanakan pelaksanaan pengelolaan rehabilitasi lahan f. Lokasi pengelolaan

Ruang, tanah, dan lahan eks-lokasi proyek PLTM

g. Periode pengelolaan lingkungan

Pengelolaan dilakukan selama tahap pasca operasi berlangsung

h. Pembiayaan

Kegiatan dibiayai oleh pihak proyek yaitu PT. PLN (Persero) Pembangkitan Jaringan Sulawesi Maluku dan Papua

i. Pelaksana pengelolaan lingkungan

PT. PLN (Persero) Pembangkitan Jaringan Sulawesi Maluku dan Papua

j. Pengawas pengelolaan lingkungan

Bapeldalda dan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Propinsi Sulawesi Tenggara dan Kabupaten Kolaka Utara

k. Pelaporan pengelolaan lingkungan

Pemerintah Propinsi Sulawesi Tenggara dan Kabupaten Kolaka Utara melalui Bapeldalda, Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral serta Dinas Kehutanan dan Perkebunan5.4.3 Flora dan Fauna

a. Dampak penting yang dikelola

Kondisi lingkungan flora dan fauna di lokasi dan sekitar eks-proyek

b. Sumber dampak

Sumber dampak penting pada tahap pasca operasi PLTM ini adalah kegiatan rehabilitasi lahanc. Tolak ukur dampak

Peningkatan jumlah, nilai ekonomis dan sebaran flora dan fauna yang ada di sekitar proyekd. Tujuan pengelolaan

Pengelolaan rehabilitasi lahan diharapkan mampu meningkatkan jumlah, nilai ekonomis dan sebaran flora dan fauna yang ada di sekitar proyek

e. Upaya pengelolaan lingkungan

1) Melakukan revegetasi lahan yang sesuai dengan karakteristik lingkungan yang ada

2) Melakukan pelibatan anggota masyarakat dan kerja sama dengan tenaga ahli dalam proses pelaksanaannya

f. Lokasi pengelolaan lingkungan

Lahan eks lokasi proyek PLTM dan sekitarnya

g. Periode waktu pengelolaan

Pengelolaan dilakukan selama tahap pasca operasi h. Pembiayaan

Kegiatan dibiayai oleh pihak proyek yaitu PT. PLN (Persero) Pembangkitan Jaringan Sulawesi Maluku dan Papua

i. Pelaksana pengelolaanPT. PLN (Persero) Pembangkitan Jaringan Sulawesi Maluku dan Papua

j. Pengawas pengelolaan lingkungan

Bapeldalda dan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Propinsi Sulawesi Tenggara dan Kabupaten Kolaka Utara

k. Pelaporan pengelolaan lingkungan

Pemerintah Propinsi Sulawesi Tenggara dan Kabupaten Kolaka Utara melalui Bapeldalda, Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral serta Dinas Kehutanan dan Perkebunan

5.4.4 Biota Perairan

a. Dampak yang diamati

Kondisi biota perairan yang berada di sungai-sungai sekitar lokasi proyek

b. Sumber dampak

Sumber dampak penting pada tahap pasca operasi PLTM ini adalah kegiatan rehabilitasi lahan

c. Tolak ukur dampak

Peningkatan jumlah dan jenis biota perairan serta pemerataan keberadaannya di perairan sekitar lokasi eks proyek PLTM

d. Tujuan rencana pengelolaan

Kegiatan pengelolaan lingkungan pada tahap ini bertujuan untuk meningkatkan jumlah dan biota perairan serta pemerataan keberadaanya di perairan sekitar lokasi eks proyek PLTM e. Upaya pengelolaan

Kerja sama dengan Perguruan Tinggi dan Pemeraintah setempat dalam hal perencanaan pelaksanaan pengelolaan rehabilitasi lahan

f. Lokasi pengelolaan lingkungan

Lahan eks-lokasi proyek PLTM dan sekitarnya

g. Periode waktu pengelolaan

Pengelolaan dilakukan selama tahap pasca operasi

h. Pembiayaan

Kegiatan dibiayai oleh pihak proyek yaitu PT. PLN (Persero) Pembangkitan Jaringan Sulawesi Maluku dan Papua

i. Pelaksana pengelolaan

PT. PLN (Persero) Pembangkitan Jaringan Sulawesi Maluku dan Papua

j. Pengawas pengelolaan lingkungan

Bapeldalda dan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Propinsi Sulawesi Tenggara dan Kabupaten Kolaka Utarak. Pelaporan pengelolaan lingkungan

Pemerintah Propinsi Sulawesi Tenggara dan Kabupaten Kolaka Utara melalui Bapeldalda, Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral serta Dinas Kehutanan dan Perkebunan

5.4.5 Peluang kerja dan pendapatan

a. Dampak yang diamati

Kondisi pekerja dan pendapatan

b. Sumber dampak

Pelepasan tenaga kerjac. Tolak ukur dampak

1) Kesesuaian pelaksanaan pelepasan tenaga kerja dengan aturan yang telah disepakati

2) Tingkat daya beli masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup

d. Tujuan pengelolaan

1) Pelepasan tenaga kerja tidak merugikan para pekerja

2) Eks Pekerja memiliki sumber pendapatan lain sebagai pengganti, sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidup anggota keluarganya

e. Upaya pengelolaan

1) Mensosialisasikan kegiatan pelepasan tenaga kerja sejak dini

2) Kerja sama dengan dinas/instansi pemerintah yang berkepentingan dalam memberikan keterampilan dan kemampuan untuk bekerja di bidang usaha lain

3) Mentaati peraturan ketenagakerjaan

f. Periode pengelolaan

Pengelolaan dilakukan selama tahap pasca operasi

g. Lokasi pengelolaan

Di desa-desa sekitar eks lokasi proyek PLTM

h. Pembiayaan

Kegiatan dibiayai oleh pihak proyek yaitu PT. PLN (Persero) Pembangkitan Jaringan Sulawesi Maluku dan Papua

i. Pelaksana pengelolaan

PT. PLN (Persero) Pembangkitan Jaringan Sulawesi Maluku dan Papua

j. Pengawas Pengelolaan

Bapeldalda Propinsi Sulawesi Tenggara dan Kabupaten Kolaka Utara

k. Pelaporan

Bapeldalda dan Dinas Tenaga Kerja Propinsi Sulawesi Tenggara serta Bapeldalda Kabupaten Kolaka Utara

5.4.6 Aktifitas ekonomi dan mata pencaharian

a. Dampak penting yang diamati

Jenis dan sumber penghasilan masyarakat

b. Sumber dampak

Pelepasan tenaga kerja dan rehabilitasi lahan

c. Tolak ukur dampak

1) Para pekerja eks proyek PLTM bisa memiliki aktifitas ekonomi dan mata pencaharian pengganti sebagai sumber pendapatannya

2) Rehabilitasi lahan eks proyek PLTM memberikan dampak positif bagi peningkatan aktifitas ekonomi dan mata pencaharian anggota masyarakat sekitarnya

d. Tujuan pengelolaan

1) Pelepasan tenaga kerja agar tidak merugikan para pekerja

2) Eks pekerja memiliki sumber pendapatan lain sebagai pengganti, sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidup anggota keluarganya

3) Mengoptimalkan dampak kegiatan rehabilitasi lahan proyek eks PLTM terhadap peningkatan aktifitas ekonomi dan mata pencaharian penduduk sekitarnya

e. Upaya pengelolaan

1) Pelepasan tenaga kerja sesuai dengan peraturan dan perjanjian yang ada

2) Mengadakan program peningkatan kemampuan para pekerja yang dilepas agar mampu berusaha di bidang lain

3) Pelaksanaan rehabilitasi lahan memanfaatkan pengusaha-pengusaha kecil yang ada di desa sekitar lokasi proyek PLTM

f. Periode pengelolaan

Pengelolaan dilakukan selama tahap pasca operasi

g. Lokasi pengelolaan

Desa-desa sekitar proyek dan lokasi tempat para pekerja bekerja

h. Pembiayaan

Kegiatan dibiayai oleh pihak proyek yaitu PT. PLN (Persero) Pembangkitan Jaringan Sulawesi Maluku dan Papua

i. Pelaksana pengelolaan

PT. PLN (Persero) Pembangkitan Jaringan Sulawesi Maluku dan Papua

j. Pengawas pengelolaan

Bapeldalda Propinsi Sulawesi Tenggara dan Kabupaten Kolaka Utara

k. Pelaporan

Pemerintah Propinsi Sulawesi Tenggara melalui Bapeldalda Propinsi dan Dinas Tenaga Kerja serta Kabupaten Kolaka Utara melalui Bapeldalda

5.4.7 Persepsi msayarakat

a. Dampak penting yang diamati

Kondisi sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat sekitar lokasi eks proyek PLTM

b. Sumber dampak

1) Kegiatan rehabilitasi/reboisasi lahan

2) Pelepasan tenaga kerja

c. Tolak ukur dampak

1) Masyarakat merasakan proses rehabilitasi lahan yang dilakukan pihak proyek

2) Anggota masyarakat desa di sekitar lokasi proyek PLTM ikut berpartisipasi dalam kegiatan rehabilitasi lahan

3) Pelaksanaan pelepasan tenaga kerja dilakukan sesuai dengan peraturan dan perjanjian yang ada

d. Tujuan pengelolaan

1) Proses kegiatan rehabilitasi lahan mampu memberikan dampak yang positif bagi upaya peningkatan kesejahteraan hidup masayarakat

2) Kegiatan pelepasan tenaga kerja dapat berjalan sesuai dengan ketentuan yang berlaku

e. Upaya pengelolaan

1) Melibatkan tokoh masayarakat baik formal maupun informal

2) Memanfaatkan potensi sumber daya lingkungan yang ada

3) Membantu pemberdayaan masyarakat sekitar

4) Mentaati peraturan dan ketentuan yang ada

5) Menanggapi segala keluhan masyarakat secara baik dn bijaksana

f. Periode pengelolaan

Pengelolaan dilakukan selama tahap pasca operasi

g. Lokasi pengelolaan

Desa-desa sekitar eks proyek PLTM Lapai 1

h. Pembiayaan

Kegiatan dibiayai oleh pihak proyek PT. PLN (Persero) Pembangkitan Jaringan Sulawesi Maluku dan Papua

i. Pelaksana pengelolaan

PT. PLN (Persero) Pembangkitan Jaringan Sulawesi Maluku dan Papua

j. Pengawas pengelolaan

Bapeldalda Propinsi Sulawesi Tenggara dan Kabupaten Kolaka Utara

k. Pelaporan

Pemerintah Propinsi Sulawesi Tenggara melalui Bapeldalda dan Dinas Tenaga Kerja serta Kabupaten Kolaka Utara melalui Bapeldalda

BAB VI

UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN

6.1Latar Belakang

Dalam pelaksanaan kebijakan pembangunan yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan, diharapkan sumber daya yang ada terutama sumber daya alam harus bisa dimanfaatkan secara optimal dan berkesinambungan bagi upaya meningkatkan kesehateraan masyarakat ke arah yang lebih baik. Dengan demikian setiap kegiatan pembangunan yang memanfaatkan sumber daya alam, harus didahului oleh kegiatan pengkajian secara mendalam agar dampak negatif terhadap ekosistem dapat dihilangkan atau paling tidak bisa diminimalkan. Sementara dampak positif dari kegiatan yang dilaksanakan perlu diupayakan secara optimal. Dalam bagian bab ini akan dikemukakan pendekatan teknologi, pendekatan sosial ekonomi dan pendekatan institusi dalam pengelolaan dampak positif dan negatif penting dari kegiatan PLTM Lapai 1 terhadap kondisi lingkungan hidup sekitarnya.

6.2Maksud dan Tujuan

Pemantauan dilakukan dengan maksud agar pelaksanaan pembangunan PLTM Lapai 1 benar-benar menerapkan prinsip-prinsip pembangunan yang berwawasan lingkungan dalam rangka mewujudkan kebijakan pembangunan yang berkelanjutan. Selain dari itu, pembangunan PLTM Lapai 1 ini diharapkan akan mampu memberikan kontribusi yang optimal terhadap upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa-desa di sekitar lokasi proyek ke arah yang lebih baik.

Tujuan penulisan kegiatan pemantauan ini antara lain menetapkan upaya-upaya pemantauan lingkungan, terutama pada main issue yang telah disepakati dalam studi AMDAL serta memberikan gambaran proses pelaksanaannya agar menjadi pedoman dalam melakukan pemantauan lingkungan proyek ini.

6.3Kegunaan Pemantauan Lingkungan

6.3.1 Bagi PT. PLN (Persero) Pembangkitan Jaringan Sulawesi Maluku dan Papua

a. Mengetahui informasi perubahan yan terjadi terhadap kualitas lingkungan secara dini

b. Menjadi bahan masukan bagi perbaikan upaya pengelolaan dampak penting pada lingkungan

c. Memperoleh pedoman dalam kegiatan operasional pemantauan mengenai dampak lingkungan

d. Mengatasi secara dini kesalahan oprasional dalam pelaksanaan proyek PLTM

6.3.2 Bagi Masyarakat

a. Masyarakat dapat memanfaatkan dampak positif dan menghindari dampak negatif

b. Memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang dampak proyek baik yang positif maupun negatif penting, sehingga konflik masyarakat sekitar kegiatan lokasi proyek dengan pelaksana bisa dihindari

c. Mengetahui terjadinya perubahan kondisi lingkungan sehingga masyarakat dapat mengantisipasinya secara bersama-sama apabila terjadi pencemaran lingkungan oleh kegiatan kegiatan tersebut

6.3.3 Bagi Pemerintah

a. Membantu proses pengambilan keputusan kelayakan lingkungan rencana kegiatan yang akan dilakukan

b. Memperoleh bahan dalam melakukan pengawasan untuk melihat tingkat kepatuhan perusahaan terhadap kewajiban yang harus dilakukan dalam pengelolaan lingkungan 6.4 Ringkasan Evaluasi Dampak Penting

Rencana pelaksanaan proyek Pusat Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTM) Lapai 1 berdasarkan studi analisa dampak lingkungan yang telah dilakukan, akan memiliki dampak positif dan negatif penting terhadap kondisi lingkungan biologi, dan aspek sosial ekonomi dan budaya masyarakat. Secara singkat dampak positif dan negatif penting dari pelaksanaan proyek PLTM ini adalah sebagai berikut :

6.4.1 Aspek biologi

Aspek biologi yang akan terkena dampak negatif penting adalah biota perairan pada kegiatan pengoperasian dan pemeliharaan PLTM yaitu pada tahap operasi adalah flora dan fauna serta biota perairan

6.4.2 Aspek sosial ekonomi dan budaya masyarakat

Aspek sosial ekonomi dan budaya masyarakat merupakan yang paling banyak terkena dampak penting dari kegiatan PLTM mulai dari tahap konstruksi, operasi sampai tahap pasca operasi. Pada tahap pra-konstruksi, dampak penting yang timbul yaitu pada waktu kegiatan pembebasan lahan. Kegiatan ini akan menimbulkan persepsi masyarakat yang negatif.

Dampak positif penting pada tahap konstruksi yaitu pada saat melakukan kegiatan penerimaan tenaga kerja, pembangunan bangunan utama dan sarana pendukung