interaksi simbolik

20
TUGAS MAKALAH PENGANTAR STUDI ISLAM TEORI INTERAKSIONISME SIMBOLIK Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Teori Komunikasi Dosen Mata Kuliah: Drs. Agoes Moh. Moefad, SH., M.Si Oleh : 1. Dwi Astutik (B06211052) 2. Afifah Zulkarnia (B96211122) 3. Dania Ayu Rahmawati (B96211123) FAKULTAS DAKWAH ILMU KOMUNIKASI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

Upload: destya-purnawita

Post on 06-Aug-2015

319 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: interaksi simbolik

TUGAS MAKALAH PENGANTAR STUDI ISLAM

TEORI INTERAKSIONISME SIMBOLIK

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Teori Komunikasi

Dosen Mata Kuliah: Drs. Agoes Moh. Moefad, SH., M.Si

Oleh :

1. Dwi Astutik (B06211052)

2. Afifah Zulkarnia (B96211122)

3. Dania Ayu Rahmawati (B96211123)

FAKULTAS DAKWAH

ILMU KOMUNIKASI

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA

2012

Page 2: interaksi simbolik

KATA PENGANTAR

Assalamu'alaikum warohmatullohi wabarokatuh . . .

Segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua hingga kita selalu dalam keadaan sehat wal 'afiyat. Sesungguhnya hanya kepada Allahlah kita memohon ampunan dan pertolongan.

Sholawat serta salam tak lupa tercurah kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW, yang diutus oleh Allah ke bumi untuk meluruskan manusia. Membawa kita dari kejahiliyahan menuju cahaya Islam yang haq.

Karena hidayah-Nya pula, penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul Teori Interaksionisme Simbolik ini sebagai tugas dari mata kuliah Teori Komunikasi. Pada kesempatan ini kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Agoes Moh. Moefad, SH., M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah Teori Komunikasi yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan. Rekan - rekan, serta semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat selesai tepat pada waktunya.

Akhirnya, penulis mohon maaf apabila dalam makalah ini ada banyak terdapat kesalahan. Penulis juga mohon kritik dan saran apabila dalam makalah ini terdapat banyak kekurangan.

Wabillathit taufiq wal hidayah, war ridho wal inayah.

Wassalamu'alaikum warohmatullohi wabarokatuh.

Surabaya, April 2012

Penulis

Page 3: interaksi simbolik

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Interaksi simbolis secara relatif merupakan pendatang baru dalam studi komunikasi

manusia dengan asal historisnya hanya bermula dari abad ke-19 yang lalu. Namun, pengaruh

interaksi simbolik ini baru muncul lebih belakangan. Manford Kuhn (1964), seorang ahli

sosiologi, mengemukakan tahun 1973 sebagai permulaan yang sebenarnya dari aliran

interaksionisme simbolis sehubungan dengan kegagalan kaum interaksionis terdahulu untuk

menerbitkan perspektif filsafat mereka.

Teori interaksionisme simbolik ini dimunculkan oleh ilmuwan bernama George

Herber Mead. Ada tiga konsep utama dalam teori interaksionisme simbolik George Herber

Mead dalam karyanya yang paling terkenal, yakni Mind, Self, and Society atau pikiran, diri

sendiri, dan masyarakat. Konsep utama tersebut mengantar pada kesimpulan mengenai

penciptaan diri dan sosialisasinya dalam komunitas yang lebih luas.

Munculnya teori ini adalah karena interaksi antar manusia dalam komunitasnya baik

yang kecil maupun besar adalah tidak hanya dengan interaksi dan bentuk komunikasi verbal.

Tetapi juga komunikasi non verbal. Teori interaksionisme simbolik ini muncul dalam tradisi

sosiokultural dengan jumlah manusia yang banyak dan tidak pernah lepas dari proses

interaksi. Interaksi simbolik diperlukan karena tidak setiap waktu manusia bisa

berkomunikasi dengan cara tatap muka atau face to face secara aktual. Tetapi manusia juga

butuh sebuah pengaturan untuk ketertiban dalam komunitas setiap waktu dan setiap saat.

Sehingga teori ini dimunculkan oleh George Herber Mead bersama para pengikut teori-

teorinya.

Blumer, murid dari George Mead memulainya dengan pernyataan bahwa tindakan

manusia terhadap manusia lain atau benda berdasarkan pengertian yang mereka terima

tentang orang atau benda tersebut. Intreaksi simbolik muncul dari interaksi sosial bersama

orang-orang yang terlibat di dalamnya. Dengan kata lain, pengertian tidak muncul dari

sebuah obyek atau benda melainkan dari bahasa atau pengertian masing-masing manusia.

Disinilah awal mula interaksi simbolik itu muncul.

Page 4: interaksi simbolik

Sebagai manusia yang hidup dalam sebuah komunitas masyarakat yang besar, kita

mampu memberi nama suatu benda. Kita mampu merancang suatu obyek dan

mengidentifikasi tingkah laku seseorang. Suatu obyek atau benda biasanya selintas kata

menyuarakan benda yang dideskripsikan, tetapi sebenarnya nama yang kita berikan tidak

memiliki hubungan yang logis dengan benda yang kita lihat tersebut. Simbol adalah tanda

yang telah disepakati oleh sebuah komunitas. Mead meyakini bahwa penamaan simbolik

merupakan dasar dari masyarakat manusia. Kalangan interaksionis menyatakan bahwa

intelegensia manusia adalah kemampuan untuk mengidentifikasi simbol yang kita lakukan

atau kita lihat.

Interaksi simbolik tak hanya berarti ekspresi intelegensia, tetapi meliputi cara kita

belajar menginterpretasikan kata.

Page 5: interaksi simbolik

BAB II

PEMBAHASAN

A. Kajian Teori

1. Teori Interaksionisme Simbolik

Intreaksionisme simbolik merupakan teori yang menjelaskan proses dimana diri

sendiri dikembangkan. Interaksionisme simbolik adalah sebuah pergerakan dalam sosiologi

yang berfokus pada cara-cara manusia membentuk makna dan susunan dalam masyarakat

melalui percakapan. Barbara Ballis Lal meringkaskan dasar-dasar pemikiran gerakan ini.

Manusia membuat keputusan dan bertindak sesuai dengan pemahaman subjektif mereka

terhadap situasi ketika mereka menemukan diri mereka.

Kehidupan sosial terdiri dari proses-proses interaksi daripada susunan, sehingga terus

berubah.

Manusia memahami pengalaman mereka melalui makna-makna yang ditemukan dalam

simbol-simbol dari kelompok utama mereka dan bahasa merupakan bagian penting dari

kehidupan sosial.

Dunia terbentuk dari objek-objek sosial yang memiliki nama dan makna yang ditentukan

secara sosial.

Tindakan manusia didasarkan pada penafsiran mereka, dimana objek dan tindakan yang

berhubungan dalam situasi yang dipertimbangkan dan diartikan.

Diri seseorang merupakan sebuah objek yang signifikan dan layaknya semua objek

sosial, dikenalkan melalui interaksi sosial dengan orang lain.

Tiga konsep utama menurut George Herber Mead adalah Mind, Self, and Society

atau pikiran, diri sendiri, dan masyarakat seperti yang telah dikemukakan sebelumnya pada

bab pendahuluan. Kategori-kategori ini merupakan aspek-aspek yang berbeda dari proses-

proses umum yang sama yang disebut tindak sosial, yang merupakan sebuah kesatuan

tingkah laku yang tidak dapat dianalisis ke dalam bagian-bagian tertentu. Sebuah tindakan

bisa berupa tindakan yang singkat dan sederhana seperti menalikan tali sepatu atau bisa saja

tindakan berupa sebuah rangkaian yang panjang seperti rencana kehidupan di masa depan.

Tindakan itu saling berhubungan dan dibangun seumur hidup selama kita berinteraksi dalam

Page 6: interaksi simbolik

kehidupan sosial kita dengan apapun baik yang secara langsung dengan manusia lebih dari

satu maupun dengan lingkup kecil seperti bertatap muka (antara dua orang).

Dalam bentuknya yang paling mendasar, sebuah tindak sosial melibatkan sebuah

hubungan dari tiga bagian yakni, gerak tubuh awal dari salah satu individu, respon orang lain

terhadap gerak tubuh tersebut, dan sebuah hasil. Hasilnya adalah arti tindakan tersebut bagi

pelaku komunikasi. Makna tidak semata-mata terletak dalam setiap hal, tetapi dalam

hubungan ketiga hal tersebut.

Dalam sebuah perampokan misalnya, perampok menunjukkan pada korbannya apa

yang ia maksudkan. Korban merespon dengan memberinya uang atau barang, sehingga

terjadi sebuah hasil (hasil perampokan).

Gambar bagan model interaksi simbolik.

Komunikator Obyek

Diri Orang Lain Konteks Kultural

Diri Orang lain

Obyek

Konteks kultural

Komunikator Komunikator

Page 7: interaksi simbolik

Berikut merupakan penjelasan dan keterkaitan tiga konsep utama dalam teori George

Herber Mead.

1. Hakikat Masyarakat (Society)

Masyarakat (society) atau kehidupan kelompok, terdiri atas perilaku-perilaku

kooperatif anggota-anggotanya. Kerja sama manusia mengharuskan kita untuk memahami

maksud orang lain yang juga mengharuskan kita untuk mengetahui apa yang akan kita

lakukan selanjutnya. Jadi kerja sama terdiri dari membaca tindakan dan maksud orang lain

serta menanggapinya dengan cara yang tepat.

Makna merupakan sebuah hasil komunikasi yang penting. Pemaknaan kita

merupakan hasil interaksi dengan orang lain. Sebagai contoh, walaupun kita mungkin belum

pernah mendengar tentang istilah telepon toilet, namun para narapidana mengetahui istilah

tersebut dengan baik bahwa mereka dapat berkomunikasi melalui pipa-pipa yang ada dalam

penjara. Kita menggunakan makna untuk menafsirkan kejadian-kejadian yang ada di sekitar

kita. Atau yang lebih jelasnya, kita tidak dapat berkomunikasi tanpa berbagi makna dari

simbol-simbol yang kita gunakan.

Herber menyebut gerak tubuh sebagai simbol signifikan. Gerak tubuh mengacu pada

setiap tindakan yang dapat memiliki makna. Biasanya gerak tubuh bersifat verbal atau

berhubungan dengan bahasa. Tetapi bisa juga berupa gerak tubuh non verbal. Ketika ada

makna yang dibagi, maka gerak tubuh menjadi nilai dari simbol-simbol yang signifikan.

Oleh karena itu, masyarakat terdiri atas sebuah jaringan interaksi sosial dimana

anggota-anggotanya menempatkan makna bagi tindakan mereka dan tindakan orang lain

dengan menggunakan simbol-simbol.

2. Hakikat Diri

Kegiatan saling mempengaruhi antara merespon pada orang lain dan diri sendiri

seperti yang telah dijelaskan diatas adalah sebuah konsep yang ada dalam teori Herber Mead

yang kemudian memberikan peralihan pada konsep keduanya, yakni Diri.

Kita memiliki diri karena kita dapat merespon kepada diri kita sebagai sebuah objek.

Kadang kita bereaksi pada diri kita sendiri dengan cara marah atau merasa jijik pada diri kita

sendiri. Cara utama kita melihat pada diri kita seperti orang lain melihat diri kita adalah

melalui pengambilan peran atau menggunakan sudut pandang orang lain dan inilah yang

menyebabkan kita memiliki konsep diri.

Page 8: interaksi simbolik

Diri memiliki dua segi, masing-masing menjalankan fungsi yang penting, yakni I

dan Me. I adalah bagian diri kita yang menurutkan kata hati, tidak teratur, tidak terarah, dan

tidak dapat ditebak. I bersifat spontan yang menjadi tenaga pendorong untuk menciptakan

sesuatu yang baru, tidak dapat diprediksi, dan tidak terorganisir. I berada pada kreatifitas otak

kanan. Me adalah refleksi umum orang lain yang terbentuk dari pola-pola yang teratur dan

tetap, yang dibagi dengan orang lain. Setiap tindakan dimulai dengan sebuah dorongan dari I

dan selanjutnya dikendalikan oleh Me. I adalah tenaga penggerak dalam tindakan, sedangkan

Me memberikan arah dan petunjuk. Herber menggunakan konsep Me untuk menjelaskan

perilaku yang dapat diterima secara sosial serta adaptif dan konsep I untuk menjelaskan gerak

hati yang kreatif dan tidak dapat ditebak.

3. Hakikat Pikiran

Kemampuan kita untuk menggunakan simbol-simbol yang signifikan untuk

merespon pada diri kita sendiri menjadikan berfikir adalah sesuatu yang mungkin dilakukan.

Berfikir adalah konsep ketiga Herber, yang ia sebut pikiran. Pikiran bukanlah sebuah benda,

tetapi merupakan sebuah proses. Hal ini tidak lebih adalah berinteraksi dengan diri kita

sendiri. Berfikir melibatkan keraguan ketika kita menafsirkan situasi. Kita berfikir melalui

situasi dan merencanakan tindakan selanjutnya. Kita membayangkan beragam hasil dan

memilih serta menguji alternatif-alternatif yang mungkin ada.

Manusia menggunakan simbol-simbol yang berbeda dalam menamai objek. Hal ini

didasarkan pada bagaimana setiap manusia memaknai setiap simbol yang ada terlihat dalam

kehidupan mereka. Setiap simbol memiliki makna yang berbeda tergantung apa, bagaimana,

dimana, kapan, dan mengapa simbol itu ada.

Bagi Blimer, salah satu murid Herber dalam pengembangan karyanya, objek terbagi

ke dalam tiga jenis, yakni fisik (benda-benda), sosial (manusia), dan abstrak (gagasan-

gagasan). Manusia mendefinisikan objek secara berbeda, bergantung pada bagaimana mereka

bertindak terhadap objek tersebut. Seorang polisi dapat berarti sesuatu bagi penduduk

minoritas pada suatu kota dan dapat memiliki arti lain bagi penduduk area pemukiman

mewah. Interaksi yang berbeda antara penduduk dari masyarakat yang berbeda ini akan

menciptakan makna-makna yang berbeda untuk label polisi.

Contoh penerapan Interaksi Simbolik:

1. Menciptakan realitas. Maksudnya adalah bahwa kita terlibat dalam negosiasi dengan

yang lain untuk menyatakan identitas kita dan gambaran situasi.

Page 9: interaksi simbolik

2. Penelitian bermakna. Mead menyaranan penelitian dengan cara observasi pasrtisipasi.

Menurutnya, untuk memahami kuda, maka kita mencium seperti kuda makan dari

tempatnya, dan tidur di kandang, seperti itulah yang dikatakan observasi partisipan.

3. Menyamakan dengan yang lain. Seperti cerita pendek yang isinya menceritakan

seorang anak kecil yang memiliki kekuarangan dalam dirinya. Kemudian

kekuarangannya tersebut dijadikan bahan ejekan bagi orang banyak. Respon yang

negatif ini berangsur-angsur mengurangu kepercayaan dirinya dalam pergaulan

sehari-hari dan akhirnya anak kecil ini menganggap dirinya tidak memiliki nilai dan

tidak ada artinya.

4. Penamaan. Kita sering mendengar seseorang memiliki julukan atau dijuluki oleh

orang lain seperti bodoh, jelek, negro, hitam, dan lain-lain. Penamaan atau istilah

yang seolah mengecap diri seseorang memang benar-benar menyakitkan hati.

5. Nubuat dengan dipenuhi diri sendiri. Ketika kita melihat diri kita dalam cermin, maka

ketika itu pula kita mengumpulkan setiap sudut pandang orang lain yang melihat siapa

diri kita. Atau yang biasa kita sebut dengan mengkoreksi diri. Maka kita akan melihat

atau setidaknya mengetahui bagaimana orang lain mengecap atau menyebut diri kita

sesuai dengan karakter yang kita miliki.

6. Manipulasi simbol. Seringkali simbol digunakan untuk menunjukkan identitas suatu

organisasi atau perseorangan. Dalam penerapan ini, simbol digunakan dalam sebuah

komunitas masyarakat. Seperti simbol partai yang menyuarakan pembangunan bagi

rakyat miskin.

Page 10: interaksi simbolik

BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Teori Interaksionisme Simbolik muncul pada tahun 1973. Teori ini dikemukakan

oleh George Herber Mead. Teori interaksionisme simbolik adalah teori yang menjelaskan

proses dimana diri sendiri dikembangkan. Tiga konsep utama dalam George Herber Mead

adalah Mind (pikiran), Self (diri sendiri), and Society (masyarakat). Society (masyarakat)

atau kehidupan kelompok, mengharuskan kita untuk mengetahui maksud orang lain yang

juga mengharuskan kita untuk mengetahui apa yang akan kita lakukan selanjutnya. Jadi

kerjasama adalah dengan membaca tindakan dan maksud orang lain. Pemaknaan kita adalah

hasil interaksi kita dengan orang lain dan gerak tubuh adalah simbol yang signifikan.

Masyarakat ada karena adanya simbol-simbol yang signifikan. Kegiatan saling

mempengaruhi dalam kehidupan interaksi manusia ini adalah sebuah kondep penting yang

kemudian memberikan peralihan pada konsep kedua yakni diri. Kita memiliki diri karena kita

dapat merespon kepada diri kita sendiri sebagai sebuah obyek. Diri terbagi menjadi dua,

yakni I dan Me. I bersifat spontan yang menjadi tenaga pendorong untuk menciptakan

sesutau yang baru, tidak teratur, tidak terarah, dan tidak dapat ditebak. Setiap tindakan

didorong oleh I dan selanjutnya dikendalikan oleh Me. I adalah tenaga penggerak dlaam

tindakan dan Me adalah yang memberikan arah dan petunjuk. Kemampuan untuk

menggunakan simbol yang signifikan menjadikan berfikir adalah sesuatu yang mungkin

terjadi dan dilakukan. Pikiran bukanlah merupakan sebuah benda melainkan sebuah proses.

Kemampuan berfikir berjalan dengan sendirinya dan merupakan bagian penting dalam setiap

tindakan manusia. Kita berfikir melalui situasi kemudian merencanakan tindakan selanjutnya.

Oleh karena itu, Interaksionisme Simbolik sebagai sebuah gerakan, ada cara untuk

meneliti cara-cara manusia berkomunikasi, memusat, atau dapat membagi makna.

Page 11: interaksi simbolik

DAFTAR PUSTAKA

Littlejohn, Stephen W dan Karen A. Foss. 2009. Teori Komunikasi: Theories of Human

Communication. Jakarta: Salemba Humanika. Hal. 231-236.

Suminar, Jenny Ratna, dkk. 2007. Overview: A First Look at Communication Theory.

Bandung: Universitas Padjajaran. Hal. 15-19.

Fisher, B. Aubrey. 1986. Teori-Teori Komunikasi: Perspektif Mekanistis, Psikologis,

Interaksional, dan Pragmatis. Bandung: Penerbit Remadja Karya CV. Hal. 228-

242.

Page 12: interaksi simbolik
Page 13: interaksi simbolik
Page 14: interaksi simbolik