interaksi endokrin-lingkungan-tingkah laku (makalah)

9
MEKANISME DAN PROSES PENGENDALIAN TINGKAH LAKU HEWAN (interaksi endokrin- lingkungan- tingkah laku) MAKALAH Disusun untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Tingkah Laku Hewan yang dibina Ibu Susilowati Disusun: Kelompok IV/ Off GX/GY 1. Kiki Suryani (308342410458) 2. Hesty Alvianti Wulandari (308342410448) 3. Mamik Wigati (308342417615) 4. Nada Putri J. (408342413179)

Upload: nadscribd

Post on 29-Jun-2015

347 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: Interaksi Endokrin-Lingkungan-Tingkah Laku (makalah)

MEKANISME DAN PROSES

PENGENDALIAN TINGKAH LAKU HEWAN

(interaksi endokrin- lingkungan- tingkah laku)

MAKALAH

Disusun untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Tingkah Laku Hewan yang dibina

Ibu Susilowati

Disusun:

Kelompok IV/ Off GX/GY

1. Kiki Suryani (308342410458)

2. Hesty Alvianti Wulandari (308342410448)

3. Mamik Wigati (308342417615)

4. Nada Putri J. (408342413179)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN BIOLOGI

September 2010

Page 2: Interaksi Endokrin-Lingkungan-Tingkah Laku (makalah)

MEKANISME DAN PROSES

PENGENDALIAN TINGKAH LAKU HEWAN

Interaksi Endokrin – Lingkungan – Tingkah Laku

Beberapa efek aksional, termasuk interaksi antara tingkah laku, hormon,

dan stimulus lingkungan yang spesifik dicontohkan pada rangkaian proses

reproduksi burung puter (ring dove).

Burung puter jantan memulai tingkah laku peminangan setelah

dipasangkan dengan burung puter betina. Apabila burung jantan dikastrasi, maka

tidak akan terjadi tingkah laku peminangan. Keadaan ini menunjukkan bahwa

untuk menginisiasi siklus reproduksi maka diperlukan suplai hormon androgen.

Pada burung betina kelenjar pituitari mensekresi FSH. Folikel Stimulating

Hormone (FSH) tersebut akan mempengaruhi perkembangan folikel di dalam

ovari. Folikel mensekresi estrogen, yang selanjutnya akan mempengaruhi

pertumbuhan dan perkembangan uterus. Kemudian dalam 1 atau 2 hari burung

mulai membangun sarang. Selama fase ini burung jantan dan betina melakukan

kopulasi. Selain itu, kedua burung tersebut akan semakin menyempurnakan

sarang yang telah dibangunnya.

Kehadiran sarang akan menstimulasi produksi dan sekresi hormon

progesteron pada burung jantan dan betina. Salah satu efek hormon dari hormon

progesteron yaitu pengembangan tingkah laku pengeraman, terutama setelah telur

diletakkan di dalam sarangnya. Jadi peranan progesteron pada burung jantan

berlawanan dengan peran hormon testosteron yang berperan dalam tingkah laku

peminangan dan agresi. Adapun tingkah laku bertelur pada burung betina

dipengaruhi oleh LH yang disekresikan oleh kelenjar pituitari.

Aktivitas pengeraman telur terjadi selama 24 hari. Selama proses ini

burung jantan dan burung betina akan bergantian melakukan kegiatan pengeraman

telur. Adanya telur, sarang, dan pengeraman maka akan mempengaruhi kelenjar

pituitari pada kedua burung tersebut untuk mensekresi hormon prolaktin. Hormon

ini akan menghambat sekresi FSH dan LH, serta menghentikan semua tingkah

laku kawin. Selain itu hormon prolaktin juga menstimulasi perkembangan

tembolok dan produksi “susu tembolok” (“pigeon milk”) pada burung jantan dan

Page 3: Interaksi Endokrin-Lingkungan-Tingkah Laku (makalah)

betina, serta membantu tingkah laku pengeraman. Ketika anak menetas setelah

dierami selama 2 minggu, induk burung segera akan memberinya susu tembolok.

Pemberian susu ini berlangsung selama 10-12 hari. Singkatnya waktu pemberian

susu tersebut kemungkinan dikarenakan menurunnya kadar hormon prolaktin.

Akibat menurunnya kadar hormon prolaktin ini kelenjar pituitari mensekresi FSH

dan LH. Adanya FSH dan LH mengakibatkan pasangan burung puter tersebut

memulai lagi tingkah laku peminangan, yang akhirnya rangkaian reproduksi

dimulai lagi.

Berdasarkan uraian tersebut terlihat bahwa siklus reproduksi merupakan

hasil interaksi antara faktor internal dengan faktor eksternal. Faktor-faktor

tersebut meliputi:

1. Kondisi hormonal burung jantan dan betina

2. Tingkah laku setiap anggota pasangan burung akan memicu perubahan kadar

hormonal dan tingkah laku kawin

3. Kondisi eksternal seperti sarang dan telur akan mempengaruhi perubahan

hormonal dan tingkah laku kedua burung.

Bagan yang memperlihatkan rangkaian tingkah laku reproduksi burung puter

(Drickamer, 1982)

Page 4: Interaksi Endokrin-Lingkungan-Tingkah Laku (makalah)

Bagan yang memperlihatkan hubungan antara hormon dengan tingkah laku

pada burung puter (Drickamer, 1982)

Faktor Jam Biologis

Tingkah laku hewan yang dihasilkan berlangsung pada waktu interval

tertentu. Misalnya kepakan sayap burung atau serangga terjadi setiap dua detik

sekali, tingkah laku reproduksi hewan yang hidup di daerah iklim sedang

berlangsung satu kali dalam setahun. Semua fenomena periodik tersebut

bersumber dari ritme biologikal yang dimiliki hewan.

Setiap ritme biologikal terdiri atas unit-unit pengulangan yang disebut

siklus. Lama waktu yang dibutuhkan agar suatu siklus berlangsung lengkap

disebut periode, sedangkan bagian-bagian yang ada dalam siklus disebut fase.

Sifat yang dimiliki ritme biologikal ada dua. Pertama, laju reaksi-reaksi

kimia dan proses yang berlangsung di dalam sel berubah karena perubahan suhu.

Secara umum laju reaksi berubah menjadi dua kali untuk jenaikan 10oC. Kedua,

jam biologis secara umum tidak dipengaruhi oleh toksin yang merupakan hasil

metabolik atau zat yang menghalangi jalur biokimia dalam sel.

Tabel 3.1 ritme biologis dengan periode dari beberapa menit sampai beberapa

tahun.

Tipe siklus Organisme Tingkah Laku

Episikle (bervariasi) Lugworm Makan (setiap 6-8 menit)

Meadow vole Makan/ istirahat (setiap 15-

Page 5: Interaksi Endokrin-Lingkungan-Tingkah Laku (makalah)

120 menit selama siang hari)

Tidal (12,4 jam) Oyster Membuka cangkang

Fiddler crab Bergerak/ makan

Lunar (28 hari) Meidge (serangga laut) Kawin/ peletakan telur

Grunion (ikan laut) Peletakan telur

Sirkadian (24 jam) Deermouse Minum/ aktivitas umum

Fruit fly Pembentukan hewan dewasa

dari pupa

Sirkanual (12 bulan) Woodchuck Hibernasi

Chickadee Reproduksi

Robin Migrasi/ reproduksi

Rentangan yang tidak

memiliki waktu jelas,

dari beberapa hari

sampai beberapa tahun

Desert insect Reproduksi (dipicu oleh

hujan)

Lion Makan (dipicu oleh rasa

lapar)

Shiner (ikan air tawar) Reproduksi (dipicu oleh

kondisi banjir)

Sumber: Drickamer, 1986: 153

Menurut Drickamer (1986), jam biologis dikontrol oleh faktor endogen dan faktor

eksogen.

1. Faktor Endogen

Salah satu penelitian yang bertujuan untuk mendukung bukti-bukti

pengaruh faktor endogen terhadap jam biologis seperti yang telah dilakukab oleh

Hoffmann (1959) dengan meneliti tentang tingkah laku berlari lizard. Perlakuan

yang dilakukan oleh Hoffmann dengan memelihara telur-telur lizard dalam tiga

kelompok dengan kondisi berbeda. Kelompok pertama telur lizard dipaparkan

dalam cahaya selama 9 jam dan 9 jam berikutnya dipaparkan dalam kondisi gelap.

Kelompok kedua telur lizard dipaparkan dalam cahaya selama 12 jam dan 12 jam

berikutnya dipaparkan dalam kondisi gelap. Kelompok ketiga telur lizard

dipaparkan dalam cahaya selama 18 jam dan 18 jam berikutnya dipaparkan dalam

kondisi gelap. Setelah menetas, anak-anak lizard dipelihara di bawah kondisi

Page 6: Interaksi Endokrin-Lingkungan-Tingkah Laku (makalah)

lingkungan yang stabil atau sama. Ternyata hewan-hewan tersebut memiliki

periode berlari sekitar 23,4 – 23,9 jam. Berdasarkan hasil ini disimpulkan bahwa

mekanisme jam biologis adalah diturunkan dan bersifat endogen.

2. Faktor eksogen

Faktor fisik seperti cahaya, suhu, dan kelembaban dapat merupakan faktor

kritis untuk beberap organisme, khususnya begi hewan yang kulitnya dapat

menyebabkan mudahnya hilangnya cairan tubuh ke lingkungan eksternal. Faktor

eksternal tersebut sebenarnya berkaitan dengan faktor biotik, seperti kompetisi

untuk sumber-sumber terbatas, kebiasaan makan , dan predasi. Contohnya evolusi

primata yang bersifat diurnal kemungkinan dihasilkan dari kompetisi dengan

rodensia nocturnal; hibernasi pada hewan mamalia dan migrasi burung di daerah

iklim sedang dan daerah kutub merupakan adaptasi evolusioner untuk

menghindari kondisi musim dingin yang cukup dingin. Jadi dapat disimpulkan

bahwa faktor eksogen ini merupakan faktor luar yang dapat diturunkan secara

genetis, prosesnya membutuhkan waktu yang sangat lama, serta berada pada

tempat yang sama.

Faktor eksternal

Faktor eksternal yang mempengaruhi tingkah laku hewan sebenarnya

merupakan kondisi lingkungan sekitar hewan. Kondisi tersebut meliputi cahaya

matahari, suhu udara atau air, dan kelembaban udara. Adanya perubahan kondisi

lingkungan sekitar maka akan memicu munculnya tingkah laku yang spesifik dari

seekor hewan. misalnya suhu udara yang semakin menurun di daerah iklim

sedang maka memicu burung untuk melakukan migrasi. Jadi dapat disimpulkan

bahwa faktor eksternal ini dapat terjadi apabila lingkungan luar sudah tidak

memenuhi syarat bagi hewan untuk melakukan aktivitas sehingga akan memicu

tingkah laku spesifik yaitu akan melakukan migrasi.