int130201-jurnal inovasi edisi 2 no 1- 05

Upload: endhdyt

Post on 08-Jul-2018

230 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/19/2019 INT130201-Jurnal Inovasi Edisi 2 No 1- 05

    1/16

    57

    Pengukuran Performansi Supply Chain Dengan Pendekatan Supply

    Chain Operation Reference (SCOR) dan Analytical Hierarchy Process

    (AHP)

    Studi Kasus : PT. Indofarma Global Medika

    Ayu Chairunisa Luthfiana, Yandra Rahadian PerdanaTeknik Industri UIN Sunan Kalijaga

    Abstrak

    Kinerja merupakan salah satu aspek yang dapat diukur dalam Supply Chain Management  

    (SCM). Pengukuran kinerja dilakukan dalam rangka untuk melakukan perbaikan yang berkelanjutan dalam suatu rantai pasokan. Pada Tugas Akhir ini dilakukan pengukuran performa yang dilakukan dengan metode Supply Chain Operation Reference (SCOR) dengan Analytichal Hierarchy Processs  (AHP). Metode SCOR dalam penelitian digunakan untuk

    mendefinisikan metrik-metrik yang disesuaikan dengan kondisi perusahaan. Metrik-metrikini terdefinisikan dalam tiga level dimana selanjutnya metrik akan diolah guna mendapatkannilai kinerja. Perhitungan metrik akan dilakukan pada level 1 hingga 3. Setelah didapat nilaikinerja selanjutnya akan dilakukan benchmark . AHP akan digunakan untuk melihat

     performance attributes mana yang dipentingkan oleh perusahaan. Tujuan dari penelitian iniadalah untuk mengetahui berapa nilai kinerja Supply Chain di PT. Indofarma Global Medika

    serta mengetahui  performance attribute  mana yang paling dipentingkan oleh PT.IndofarmaGlobal Medika. Hasil penelitian didapati nilai pengukuran performa PT.IGM pada level satu :

     perfect order fulfilement  100%, order fulfillment cycle time 2 hari, deliver cycle time 30 hari, supply chain flexibility and adaptability 72% dan cash to cash cycle time 30 hari.

     Keywords : Performa, SCOR, benchmark , AHP.

    I. 

    Pendahuluan

    Latar Belakang

    Ukuran kinerja yang diunakan dalam manajemen tradisional adalah ukuran keuangan

    (Beatham et al, 2004). Kinerja lain, seperti peningkatan kepercayaan customer terhadap

    layanan jasa perusahaan, peningkatan kompetensi dan komitmen personel, kedekatan

    hubungan kemitraan perusahaan dengan pemasok, dan peningkatan produktivitas dan cost

    effectiveness  proses bisnis yang digunakan untuk melayani customer, diabaikan oleh

    manajemen karena sulit pengukurannya (Mulyadi dan Setyawan,2001).

  • 8/19/2019 INT130201-Jurnal Inovasi Edisi 2 No 1- 05

    2/16

    58

    Dalam manajemen modern, konsep manajemen rantai pasok (Supply Chain

     Management ) dapat mewakili sebagai salah satu konsep yang bisa digunakan sebagai

    landasan pengukuran kinerja. Untuk mengetahui kinerja perusahaan dengan SCM, dapat

    dilakukan dengan dengan model Supply Chain Operation Reference (SCOR) yang mengukur

    ; reability, responsiveness, flexibility, cost dan asset. 

    Dalam penelitian akan dilakukan sebuah pengukuran kinerja dengan menggunakan

    metode SCOR pada PT. Indofarma Global Medika Yogyakarta. Metode SCOR digunakan

    dalam penelitian dengan pertimbangan metode SCOR membreakdown proses yang ada pada

    metrik-metrik. Menurut McCormark et al. (2008), metode SCOR menyediakan “scorecard” 

    yang dapat digunakan untuk pengukuran performa. Scorecard   yang ada pada metode SCOR

     berbentuk metrik-metrik pengukuran. AHP akan digunakan untuk melihat  performance

    attributes  mana yang dipentingkan oleh perusahaan (pada level 1). Setelah didefinisikan

    metrik-metrik SCOR yang sesuai dengan perusahaan dan didapatkan nilai performa, maka

    selanjutnya dilakukan benchmark   antara hasil pengukuran performa dengan target

     perusahaan.

    Rumusan Masalah 

    1. 

    Berapa besar nilai pengukuran performa  supply chain  di PT.Indofarma Global

    Medika?

    2.   Performance Attribute  mana yang menjadi prioritas oleh PT.Indofarma Global

    Medika?

    Tujuan Penelitian

  • 8/19/2019 INT130201-Jurnal Inovasi Edisi 2 No 1- 05

    3/16

    59

    1.  Untuk mengetahui berapa nilai performa Supply Chain  di PT. Indofarma Global

    Medika apabila diukur dengan metode Supply Chain SCOR (Supply Chain

    Operations Refference).

    2. 

    Mengetahui  performance attribute  mana yang paling dipentingkan oleh

    PT.Indofarma Global Medika.

    Manfaat penelitian

    1.  Mampu menerapkan ilmu yang diperoleh pada bangku perkuliahan dan mengetahui

    masalah-masalah yang sebenarnya terjadi di lapangan.

    2. 

    Mengetahui nilai performa Supply Chain  di PT. Indofarma Global Medika apabila

    diukur dengan metode Supply Chain SCOR (Supply Chain Operations Refference).\ 

    Batasan Penelitian

    1.  Pengukuran performa dengan model Supply Chain Operation Reference  (SCOR)

    mencakup level 1-3.

    2. 

     Benchmarking dilakukan dengan membandingkan nilai pengukuran performa

     perusahaan dengan target yang ditetapkan oleh perusahaan.

    3.  Pengukuran performa dilakukan berdasarkan produk komoditi PT. IGM.

    II. 

    Landasan Teori

    Penelitian Terdahulu

    Penelitian mengenai SCOR telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya yang

    telah memaparkan penelitian dengan SCOR dan mengintergrasikannya dengan metode AHP

    ataupun ANP. Perbedaan penelitian Luthfiana (2012) dengan penelitian lainnya adalah

    adanya perhitungan nilai performa pada level 1 hingga 3 sehingga didapati nilai performa

    yang lebih detail sebagai bahan analisis.

  • 8/19/2019 INT130201-Jurnal Inovasi Edisi 2 No 1- 05

    4/16

    60

    Rouli (2008), melakukan penelitian dengan judul Evaluasi Kinerja Supply Chain

     Management dengan Pendekatan SCOR Model 8.0 (Studi Kasus di PT XYZ). Dari penelitian

    tersebut didapatkan pemetaan rantai pasok PT XYZ dengan SCOR Model 8.0 dari level 1-3.

     perhitungan metrik kinerja dilakukan pada level 1 serta melakukan pemetaan  fishbone

    analysis guna mengetahui penyebab lebih detil dari kinerja deliver .

    Bellerina (2009), melakukan penelitian dengan judul Pengukuran Performa Supply

    Chain Management dengan Intergrasi Metode SCOR dan AHP. Pada penelitian ini

    menggunkan lima proses bisnis dari SCOR yaitu plan, source, make, deliver, return ssebagai

     pemetaan metrik level 1 serta melakukan pengukuran kinerja pada level 1.

    Mardhiyyah (2008), melakukan penelitian dengan judul Kinerja Penyampaian Suku

    Cadang PT Toyota-Astra Motor dengan Model SCOR level 1-4. Level 3 menguraikan aliran

     proses dan informasi kegiatan pemrosesan order  pada TAM. Pada level 4 dilakukan

     penguraian tugas dari elemen proses pada level 3, sehingga dapat menjadi acuan bagi

     pelaksana/praktisi.Pengukuran kinerja dilakukan pada level 1.

    Laela (2011) melakukan penelitian yang berjudul “Rancangan Pengukuran Kinerja

    Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi di Kabupaten Garut dengan  Pendekatan Green Supply

    Chain Operations Reference”. Pada penelitian ini menggunakan aspek “green” sebagai bahan

     pertimbangan metrik.

    Supply Chain Management

    Menurut Simchi-Levi et al.  (2000),  supply chain management   adalah serangkaian

     pendekatan yang digunakan untuk menintegrasikan pemasok, produsen, gudang dan toko

    sehingga barang yang akan diproduksi dan didistribusikan ada pada jumlah dan waktu yang

    tepat untuk meminimalisasikan baiaya ketika memuaskan pelanggan. Hal ini dilakukan untuk

    meminimalisasi biaya produksi serta pemenuhan kebutuhan.

  • 8/19/2019 INT130201-Jurnal Inovasi Edisi 2 No 1- 05

    5/16

    61

    Pengukuran Performa Rantai Pasokan

    Seperti halnya keuangan, manajer rantai pasokan memerlukan standar (atau metrik

    sebagai mana sering disebut) untuk mengevaluasi kinerjanya. Evaluasi terhadap rantai

     pasokan penting bagi manajer rantai pasokan karena menghabiskan sebagian besar uang

     perusahaan. Terlebih lagi, mereka membuat jadwal dan keputusan yang menentukan jumlah

    aset yang berbentuk persediaan. Hanya dengan metrik yang efektif, seorang manajer dapat

    menentukan seberapa baik kinerja rantai pasokan dan seberapa baik aset-asetnya

    dimanfaatkan (Haizer dan Render, 2008).

    Menurut Pujawan (2005), salah satu aspek fundamental dalam manajemen rantai

     pasokam adalah manajemen kinerja dan perbaikan secara berkelanjutan. Untuk menciptakan

    manajemen kinerja yang efektif diperlukan sistem pengukuran yang mampu mengevaluasi

    kinerja rantai pasokan secara holistik. Sistem pengukuran kinerja diperlukan untuk :

    a.  Melakukan pengawasan dan pengendalian

     b.  Mengkomunikasikan tujuan organisasi ke fungsi-fungsi pada rantai pasokan.

    c. 

    Mengetahui posisi suatu organiasasi terhadap pesaing maupun terhadap tujuan yang

    hendak dicapai.

    d.  Menentukan arah perbaikan untuk menciptakan keunggulan dalam bersaing.

    Supply Chain Operation Reference (SCOR)

    SCOR merupakan salah satu model dari operasi  supply chain. Metode SCOR ini

    dikemukakan oleh Supply Chain Council pada tahun 1996. Supply Chain Council merupakan

    sebuah not-for-profit corporation  yang didirikan oleh enam puluh sembilan pendiri baik

     perusahaan maupun perseorangan (Bolstorff dan Rosenbaum, 2007). Menurut Pujawan

    (2005), Supply Chain Operation Reference  (SCOR) adalah satu model acuan dari operasi

    rantai pasokan. Model SCOR mengintegrasikan tiga elemen utama dalam manajemen, yaitu

  • 8/19/2019 INT130201-Jurnal Inovasi Edisi 2 No 1- 05

    6/16

    62

    business process reengineering, benchmarking , dan process measurement  kedalam kerangka

    lintas fungsi supply chain. Ketiga elemen tersebut memiliki fungsi sebagai berikut :

    1. 

     Business process reengineering   pada hakekatnya menerapkan proses kompleks

    yang terjadi saat ini dan mendefinisikan proses yang diinginkan.

    2. 

     Benchmarking   adalah kegiatan untuk mendapatkan data kinerja operasional dari

     perusahaan sejenis.

    3.   Process measurement   berfungsi untuk mengukur, mengendalikan, dan

    memperbaiki proses-proses supply chain.

    Model SCOR pada Supply Chain Council   yang membagi membagi proses-proses

    supply chain menjadi lima proses inti yaitu :

    Gambar 1. Lima proses inti supply chain pada model SCOR  

    Sumber : Supply Chain Council  2006

     Plan  : merupakan proses yang menyeimbangkan permintaan dan pasokan

    untuk menentukan tindakan terbaik dalam memenuhi kebutuhan pengadaan, produksi

    dan pengiriman. Plan mencakup proses menaksir kebutuhan distribusi, perencanaan dan

     pengendalian persediaan, perencanaan produksi, perencanaan material, perencanaan

    kapasitas dan melakukan penyesuaian supply chain plan dengan financial plan. 

  • 8/19/2019 INT130201-Jurnal Inovasi Edisi 2 No 1- 05

    7/16

    63

    1.  Source : merupakan proses pengadaan barang maupun jasa untuk

    memenuhi permintaan. Proses yang tercakup meliputi penjadwalan pengiriman dari

    supplier, menerima, mengecek, dan memberikan otorisasi pembayaran untuk

     barang yang dikirim ke supplier, mengevaluasi kinerja supplier dll. Jadi proses bisa

     bergantung pada apakah barang yang dibeli termasuk stoked, make to order, atau

    engineer-to-order products. 

    2.   Make  : merupakan proses untuk mengtransformasi bahan baku/komponen

    menjadi produk yang diinginkan pelanggan. Kegiatan make  atau produksi dapat

    dilakukan atas dasar ramalan untuk memenuhi target stok (make-to-stock ), atas

    dasar pesanan (make-to-order), atau engineer-to-order . Proses yang terlibat disini

    adalah pejadwalan produksi, melakukan kegiatan produksi dan melakukan

     pengetesan kualitas, mengelola barang setengah jadi, memelihara fasilitas

     produksi, dll.

    3.   Deliver : merupakan proses untuk memenuhi permintaan terhadap barang

    maupun jasa. Biasanya meliputi order management , transportasi, dan distribusi.

    Proses yang terlibat diantaranya adalah menangani pesanan dari pelanggan,

    memilih perusahaan jasa pengiriman, menangani kegiatan pergudangan produk jadi

    dan mengirim tagihan ke pelanggan.

    4.   Return  : merupakan proses pengembaliam atau menerima pengembalian

     produk karena berbagai alasan. Kegiatan yang terlibat antara lain identifikasi

    kondisi produk, meminta otorisasi pengembalian cacar, penjadwalan pengembalian

    dan melakukan pengembalian.  Post-delivery-customer support   juga merupakan

     bagian dari return.

  • 8/19/2019 INT130201-Jurnal Inovasi Edisi 2 No 1- 05

    8/16

    64

    Selain memiliki lima proses inti tersebut, SCOR memiliki  performance attribute. 

     Performance attribute merupakan satu sel atribut yang digunakan untuk menilai proses rantai

    suplai dari berbagai sudut pandang yang berbeda. Terdapat lima atribut yang digunakan dala

     penilaian performa dari rantai supply dengan meggunakan metode SCOR. Dalam satu atribut,

    terdapat beberapa metrik yang dapat dipakai sebagai metrik pengukuran kinerja (Supply

    Chain Council  2006). Berikut lima atribut tersebut:

    Tabel 1. Performance Attributes 

    Sumber : Supply Chain Council , 2006

    Analytical H ierarchy Process  (AHP)

    Dalam penelitian digunakan metode AHP untuk mengetahui performance attributes mana

    yang dipentingkan oleh perusahaan. Berikut langkah-langkah AHP yang digunakan :

    1.  Menentukan jenis-jenis kriteria yang digunakan.

    2. 

    Menyusun kriteria-kriteria tersebut dalam bentuk metriks berpasangan ( pairwise

    comparation)

      (1)

    Performance Attribute Definisi

    Supply chain reability Performa rantai pasok dalam mengirimkan produk dengan tepat, pada tempat yang tepat, pada waktu yang tepat, dengan jumlah

    yang tepat, dan terdokumentasi dengan baik.

    Supply chain responsiveness Kecepatan rantai pasok dalam menyediakan produk ke konsumen.

    Supply chain flexibility Kemampuan rantai pasok dalam merespon perubahan pasar dalam

    upaya memenangkan persaingan pasar.

    Supply chain cost Biaya-biaya yang berhubungan dengan pengorpasian rantai pasok.

    Supply chain asset management  Nilai keefektifan dari suatu organisasi untuk mengatur asetnya,

    untuk mendukung kepuasan permintaan. Ini termasuk  fixed capital  

    dan working capital. 

  • 8/19/2019 INT130201-Jurnal Inovasi Edisi 2 No 1- 05

    9/16

    65

    3.  Menormalkan setiap kolom dengan cara membagi setiap nilai pada kolom ke-i

    dan baris ke-j dengan nilai terbesar pada kolom ke-i

      (2)

    4.  Menjumlahkan nilai pada setiap kolom ke-i yaitu

      (3)

    5.  Menentukan bobot prior (eigen vektor ) setiap kriteria ke-i, dengan membagi

    setiap nilai â dengan jumlah kriteria yang dibandingkan (n), yaitu

      (4)

    6. 

    Menghitung Lamda max (eigen value) dengan rumus

       

      (5)

    7.  Menghitung Consistency Index (CI)

    Penghitungan konsistensi adalah menghitung penyimpangan dari konsistensi

    nilai dari penyimpangan ini disebut Indeks Konsistensi, dengan persamaan :

      (6)

    Dimana:

    max = eigenvalue maksimum

     N = ukuran metriks

    8.  Perbandingan antara CI dan RI untuk suatu metriks didefinisikan sebagai Rasio

    Konsitensi :

      (7)

    Untuk model AHP, metriks perbandingan dapat diterima jika nilai rasio

    konsistensi ( CR ) ≤ 0,1.

  • 8/19/2019 INT130201-Jurnal Inovasi Edisi 2 No 1- 05

    10/16

    66

    III. 

    Metodologi Penelitian

    Penelitian dilakukan dengan cara pembuatan metrik-metrik yang berlandaskan

     performance attribute  pada SCOR Model 8.0, pada level satu hingga tiga yang kemudian

    diolah sesuai dengan kondisi perusahaan.  Performance Attribute  yang digunakan dalam

     pembuatan metrik-metrik adalah supply chain reability, responsiveness, flexibility, cost  dan

    asset management. Kemudian pada level satu hingga tiga akan diukur nilai performansinya.

     Nilai performasi dihitung dengan menggunakaan acuan SCOR Model 8.0 dan menggunkan

     bantuan data primer maupun sekunder perusahaan. Setelah didapat nilai kinerja (performansi)

    akan dilakukan benchmark .  Benchmark   adalah proses membandingkan performansi

    manajemen rantai pasok dengan kompetitornya ataupun target (Supply Chain Council , 1997).

    Dalam penelitian juga akan diukur skala kepentingan metrik  performance attributes (level 1)

    di perusahaan dengan menggunakan pendekatan AHP guna mengetahui  performance

    attributes yang prioritaskan serta kegiatan maintance aktivitas supply chain perusahaan.

    Berikut metrik pada level 1 hingga 3 yang pada  performance attributes supply chain

    reability PT. Indofarma Global Medika Yogyakarta :

    Gambar 2. Metrik SCOR PT.IGM

  • 8/19/2019 INT130201-Jurnal Inovasi Edisi 2 No 1- 05

    11/16

    67

    Tabel 2. Keterangan Metrik SCOR PT.IGM

     No. Metrik Penjabaran

    A1  Perfect order fulfillment(pof)

    : POF mengukur prosentase yang dapat terpenuhi atau terlayanisesuai dengan spesifikasi yang dipesan dengan tepat waktusesuai pada tanggal yang diminta pelanggan serta tidak ada

     perbedaan antara pesanan konsumen, faktur serta tanda terima.

    A11 % of order delivery in full : Merupakan prosentase pengiriman barang dimana kuantitas

     barang yang dikirim sesuai dengan permintaan konsumen.

    A111  Delivery quantity accuracy : Merupakan ketepatan pengiriman barang kepada konsumen

    dari sisi jumlah.

    A112 % stock out :  prosentase kemungkinan terjadinya kehabisan stok barang

    untuk pemenuhan kebutuhan konsumen.

    A113  Inventory accuracy : ketepatan jumlah inventory dengan jumlah yang tercatat.

    A12  Delivery performance tocustomer commit day

    : tingkat pemenuhan order konsumen sesuai dengan tanggalyang telah dijanjikan.

    A121  Delivery location accuracy : Ketepatan kurir dalam menghantarkan barang ke lokasikonsumen.

    A122  Deliver cycle time : Rata-rata waktu pengiriman barang kepada konsumen.

    A13  Perfect condition : Prosentase ketepatan pengiriman barang (tanpa cacat dan

    dikirim dengan dokumen yang lengkap) kepada konsumen.

    A131 % order received defect free : Prosentase barang yang diterima konsumen tanpa cacat.

    A132 % faultless invoices : Prosentase kesalahan tagihan.

    A133 Waranty and return : Banyaknya pengembalian barang dari konsumen

    A134  Incoming matrial quality : Jumlah material yang gagal memenuhi kriteria saat inspeksi

     pengiriman barang dari supplier

    A14  Documentation accuracy : Prosentase ketepatan dokumen yang menyertai barang yangakan dikirim. Di dalamnya termasuk packing slips, bills oflading, faktur, dll.

    A141 Shipping documentaccuracy

    : Dokumen yang berisi kejelasan tentang barang yang dikirim(segi kuantitas ataupun jenis barang)

    A142 Compliance documentaccuracy

    : Dokumen penyerahan barang atau tanda terima dari konsumen

    A143  Payment document accuracy : Faktur ataupun surat tagihan pembayaran

    B1 Order fulfillment cycle time : Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk pemenuhan kebutuhanorder konsumen.

    B11 Source cycle time : Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk kegiatan pengumpulansumber daya.

    B111  Receive product cycle time : Waktu yang dibutuhkan dalam menerima barang yang dipesandari produsen.

    B12  Deliver cycle time : Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk kegiatan pengiriman.

    B121  Fill rate by line item : Prosentase jumlah permintaan dipenuhi tanpa menunggu,

    diukur tiap jenis produk.

  • 8/19/2019 INT130201-Jurnal Inovasi Edisi 2 No 1- 05

    12/16

    68

    C1 Supply chain flexibility andadaptability

    : Rantai pasok mampu menyesuaikan banyak persediaannyaataupun kecepatan transfernya untuk memenuhi kebutuhan

    konsumen.

    C11 Supply chain Source

     flexibility and adaptability

    : Rantai pasok mampu menyesuaikan penyediaan sumber daya

    dalam pemenuhan kebutuhan konsumennya.

    C111 Current on hand inventory : Inventory yang ada pada bulan tertentu.C112 Capacity utilization : Pengukuran terhadap seberapa fungsional suatu tempat

     penyimpanan (gudang)

    C113  Forecast accuracy : Ketepatan peramalan sumber daya dalam upaya pemenuhansumber daya yang akan dipakai.

    C12 Supply chain Deliver flexibility and adaptability

    : Rantai pasok mampu menyesuaikan kecepatan transfer dalam pemenuhan kebutuhan konsumennya.

    C121  Delivery volume : Tingkat pengiriman barang atas barang yang telah diorder olehkonsumen.

    C13 Supply chain Deliver return flexibility and adaptability

    : Rantai pasok mampu menerima dan menanggulangi barang- barang dikirimkan kembali oleh konsumen sebagai barang

    retur.

    C131  Deliver return volume : Tingkat pengembalian barang yang dilakukan oleh konsumen

    dikarenakan adanya barang cacat ataupun alasan lainnya.

    C14 Supply chain Source return

     flexibility and adaptability

    : Rantai pasok mampu menerima dan menanggulangi barang-

     barang yang akan diminta retur oleh perusahaan akibat cacatataupun alasan lainnya.

    C141 Source return volume : Tingkat pengembalian barang yang dilakukan perusahaankepada pabrik dikarenakan adanya barang cacat ataupun alasan

    lainnya.

    D1 Total supply chainmanagement cost

    : Biaya keseluruhan dalam menjalankan pengelolaan rantai pasok.

    D11 Cost to plan : Keseluruhan biaya yang berhubungan dengan perencanaan.D12 Cost to make : Biaya pembuatan atau produksi keseluruhan.

    D13 Cost to deliver : Biaya pengiriman barang keseluruhan.

    D14 Cost to source : Biaya yang berhubungan dengan sumber daya.

    D15 Cost to return : Biaya-biaya yang berhubungan dengan pengembalian.

    E1 Cash to cash cycle time : Kecepatan supply chain mengubah persediaan menjadi uang.

    E11  Days payable outstanding : Waktu yang dibutuhkan dari pembelian material hinggamanjadikan material tersebut menjadi barang jadi dan barang

     jadi tersebut terjual.

    E111  Days payable : Waktu yang dibutuhkan seorang konsumen untuk membayartagihan atas barang yang dikirimkan oleh perusahaan.

    E112 Target reachable : Tingkat pencapaian target sesuai dengan target yang ditetapkan perusahaan

    E12  Return on working capital : Merupakan perhitungan yang memperhitungkan besarnya nilai pergerseran antara modal, nilai investasi dan pendapatan.

    E121  Death stock : Merupakan persediaan yang akhirnya hangus tidak terpakaidikarenakan expired, rusak ataupun alasan lainnya.

  • 8/19/2019 INT130201-Jurnal Inovasi Edisi 2 No 1- 05

    13/16

    69

    IV.  Hasil Penelitian

    Berdasarkan hasil pengukuran performa dan benchmark  diketahui bahwa 63% metrik

     performa telah mencapai target sedangkan 37% metrik belum mencapai target. 63% metrik

    yang telah mencapai target diharapkan agar terus dapat dilakukan maintance  sehingga

    aktivitas tersebut dapat terus berjalan sesuai dengan target yang telah di tentukan. Sedangkan

     pada 37% metrik yang belum mencapai target diharapkan agar dapat dilakukan perbaikan

    sehingga dapat mencapai target. Berikut hasil penelitian benchmark  dan penentuan prioritas

    disajikan dalam bentuk tabel :

    Tabel 3. Benchmark  

     No. Metrik Target Nilai Performa

    Level 1

    1  Perfect order fulfillment (pof) 100% 100%

    2 Order fulfillment cycle time 1 hari 2 hari

    3  Deliver cycle time 30 hari 30 hari

    4 Supply chain flexibiliy and adaptability 75% 72%

    5 Total supply chain management cost 100% 100%

    6 Cash to cash cycle time 60 hari 60 hari

    Level 27  Delivery performance to customer commit day 100% 100%

    8 % of order delivery in full 100% 95,32%

    9  Perfect condition 100% 100%

    10  Documentation accuracy 100% 100%

    11 Source cycle time 30 hari 30 hari

    12 Supply chain source flexibility and adaptability 75% 72%

    13  Days payable outstanding 60 hari 60 hari

    Level 3

    14  Delivery quantity accuracy 100% 100%

    15 % stock out 0% 51,41%

    16  Inventory accuracy 100% 100%

    17  Delivery location accuracy 100% 100%18  Deliver cycle time 1 hari 2 hari

    19 % faultless invoices 0% 0%

    20 Waranty and return 0% 0%

    21  Incoming matrial quality 0% 0,00001%

    22  Payment document accuracy 100% 100%

    23  Receive product cycle time 30 hari 30 hari

  • 8/19/2019 INT130201-Jurnal Inovasi Edisi 2 No 1- 05

    14/16

    70

    24  Fill rate by line item 100% 95,32%

    25 Shipping document accuracy 100% 100%

    26 Compliance document accuracy 100% 100%

    27  Delivery volume 100% 70,12%

    28  Deliver return volume 0% 0%

    29 Source return volume 0% 0,25%

    30 Current on hand inventory 20% 22,55%

    31 Capacity utilization 100% >100%

    32  Forecast accuracy 75% 72%

    33  Days payable 30 hari 30 hari

    34 Target reachable 75% 69,61%

    35  Death stock 0 0,000372%

    Tabel 4. Prioritas Performance Attributes 

     Performance Atribut  Nilai Prioritas sc. Asset management 0.295

     sc. Responsiveness 0.228

     sc. Flexibility 0.189

     sc. Cost 0.171

     sc. Reability 0.116

    V. 

    Kesimpulan

    1.   Nilai pengukuran performa PT.IGM pada level satu :  perfect order fulfilement   100%,

    order fulfillment cycle time 2 hari, deliver cycle time 30 hari, supply chain flexibility and

    adaptability 72% dan cash to cash cycle time 30 hari.

    2.   Performance Attributes  yang diprioritaskan oleh perusahaan adalah Supply chain asset

    management. Apabila PT.IGM mampu mengatur seluruh aset dengan benar maka

     perputaran aset akan lebih cepat dan keuntungan dapat dicapai.  Performance  yang

    selanjutnya adalah supply chain responsiveness, flexibility, cost dan reability. 

  • 8/19/2019 INT130201-Jurnal Inovasi Edisi 2 No 1- 05

    15/16

    71

    Daftar Pustaka

    Beatham, S. at al. (2004), “KPIs: a Critical Appraisal of Their Use in Constuction”, International Journal of Benchmarking , Vol.2 No.1, p.93-117.

    Bellerina, Y.B. (2009), Pengukuran Performa SCM Dengan Integrasi Metode SCOR danAHP, Working paper , Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.

    Bolstorff, P. dan Robert R.. (2007), Supply Chain Excellence, Amacom, United States ofAmerica.

    Bozarth, C.C. dan Robert B.H. (2005),  Introduction Operation and Supply Chain

     Management . Second Edition. New Jersey : PTR Prentice Hall.

    Dey, P.K. et al. (2006),  Measuring The Operational Performance of Intensive Care Units

    Using The AHP Approach, International Journal of Operation and ProductionManagement, Vol.26 No.8, p.819-865.

    Heizer, J. dan Barry R. (2009), Manajemen Operasi (Buku 1), Penerbit Salemba, Jakarta.

    Heizer, J. dan Barry R. (2009), Manajemen Operasi (Buku 2), Penerbit Salemba, Jakarta.

    Huan, S.H. et al. (2004), A Review And Analysis of SCOR model , An International Journal of

    Supply Chain Management, Vol.9 No.1, p.23-29.

    Laela, M.N. (2011), Rancangan Pengukuran Kinerja Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi DiKabupaten Garut Dengan Pendekatan GSCOR, working papar , Institut PertanianBogor, Bogor.

    Mardhiyyah, N. (2008), Kinerja Penyampaian Suku Cadang PT Toyota-Astra Motor DenganModel SCOR, Working paper , Institut Pertanian Bogor, Bogor.

    McCormack, K. at al. (2008). “Supply Chain Maturity and Performance in Brazil”,

     International Journal of Supply Chain Management , Vol.13 No.4, p.272-282.

    Mulyadi, S.J. (2001), Sistem Pengendalian Manajemen. Jakarta: Salemba Empat

    Mutakin, A. (2010), Pengukuran Kinerja Manajemen Rantai Pasokan Dengan Pendekatan

    SCOR Model 9.0, Working paper , Institut Pertanian Bogor, Bogor.

    Pujawan, I Nyoman. (2005), Supply Chain Management , Penerbit Guna Widya, Surabaya.

    Saaty, T.L. (1980), The Analytic Hierarchy Process, McGraw-Hill, United States of America.

    Simchi-Levi, David et al. (2003),  Designing and Managing the Supply Chain, McGraw-Hill,United States of America.

    Supply-Chain Council Team. (1997), Using SCOR Metrics to Frame and Justify Supply-Chain Improvement Programs, Fall Conference, Supply Chain Council, inc.

    Supply-Chain Council Team. (2006), Supply Chain Operation Reference Model Version 8.0,Supply Chain Council, inc.

  • 8/19/2019 INT130201-Jurnal Inovasi Edisi 2 No 1- 05

    16/16

    72

    Vaidya O.S. dan Sushi K. (2006),  AHP : An Overview Of Application, European Journal ofOperation Research, Vol.169, p.1-29.

    Wang, H. dan Surendra M.G. (2011), Green Supply Chain Management, McGraw-Hillcompanies, United States of America.