industrialisasi musik pop bali: ideologi, kepentingan, dan ... awal.pdfindustrialisasi musik pop...
TRANSCRIPT
i
DISERTASI
INDUSTRIALISASI MUSIK POP BALI:
IDEOLOGI, KEPENTINGAN,
DAN PRAKTIKNYA
NI WAYAN ARDINI
PROGRAM PASCASARJANAUNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR2016
ii
DISERTASI
INDUSTRIALISASI MUSIK POP BALI:
IDEOLOGI, KEPENTINGAN,
DAN PRAKTIKNYA
NI WAYAN ARDININIM. 1290371016
PROGRAM DOKTORPROGRAM STUDI KAJIAN BUDAYA
PROGRAM PASCASARJANAUNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR2016
iii
INDUSTRIALISASI MUSIK POP BALI:
IDEOLOGI, KEPENTINGAN,
DAN PRAKTIKNYA
Disertasi untuk Memeroleh Gelar Doktorpada Program Doktor, Program Studi Kajian Budaya
Program Pascasarjana Universitas Udayana
NI WAYAN ARDININIM. 1290371016
PROGRAM DOKTORPROGRAM STUDI KAJIAN BUDAYA
PROGRAM PASCASARJANAUNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR2016
iv
Lembar Pengesahan
DISERTASI INI TELAH DISETUJUITANGGAL 14 AGUSTUS 2015
Promotor,
Prof. Dr. A.A. Bagus Wirawan, S.U.NIP. 194807201978031001
Mengetahui
Ko-promotor I,
Prof. Dr. I Nyoman Suarka, M.Hum.NIP. 196102121988031001
Ko-promotor II,
Dr. I Gede Arya Sugiartha, S.SKar, M.Hum.NIP. 196612011991031003
KetuaProgram Studi Doktor (S3)Kajian Budaya Program PascasarjanaUniversitas Udayana,
Prof. Dr. A.A. Bagus Wirawan, S.U.NIP. 194807201978031001
DirekturProgram PascasarjanaUniversitas Udayana,
Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K).NIP. 195902151985102001
v
Disertasi ini Telah Diuji pada Ujian Tertutup
Tanggal 14 Agustus 2015
Panitia Penguji Disertasi
Berdasarkan Surat Keputusan Rektor Universitas Udayana
No.: 2381/UN.14.4/HK/2015
Tanggal 7 Agustus 2015
Ketua : Prof. Dr. I Wayan Cika, M.S.
Anggota :
1. Prof. Dr. A.A. Bagus Wirawan, S.U.
2. Prof. Dr. I Nyoman Suarka, M.Hum.
3. Dr. I Gede Arya Sugiartha, S.SKar, M.Hum.
4. Prof. Dr. I Nyoman Sirtha, S.H., M.S.
5. Dr. Putu Sukardja, M.Si.
6. Dr. Ni Made Wiasti, M.Hum.
7. Dr. I Nyoman Dhana, M.A.
vi
PERNYATAAN KEASLIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama : Ni Wayan Ardini
NIM : 1290371016
Jurusan/Program Studi : Program Doktor Kajian Budaya
Fakultas/Program Studi : Program Pascasarjana Universitas Udayana
menyatakan dengan sebenarnya bahwa disertasi ini benar-benar merupakan
hasil karya sendiri, bebas dari peniruan hasil karya lain. Kutipan, pendapat, dan
tulisan orang lain dirujuk sesuai dengan cara-cara penulisan karya ilmiah yang
berlaku. Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa dalam
disertasi terkandung ciri-ciri plagiat dan bentuk-bentuk peniruan lain yang
dianggap melanggar aturan, maka saya bersedia menerima sanksi atas
perbuatan tersebut.
Denpasar, 31 Oktober 2015
Saya yang membuat pernyataan,
Ni Wayan Ardini
vii
UCAPAN TERIMA KASIH
Om Suastiastu.
Penulis mengucapkan puji syukur ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi
Wasa, karena atas anugerah-Nya, disertasi ini dapat diselesaikan. Tugas ini
disusun sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar doktor pada Program
Doktor, Program Studi Kajian Budaya, Program Pascasarjana, Universitas
Udayana.
Penelitian disertasi ini dapat berlangsung atas kebaikan hati dan
kebijaksanaan banyak pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini, izinkan penulis
mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak di bawah ini.
(1) Promotor Prof. Dr. Anak Agung Bagus Wirawan, S.U., Ko-promotor 1
Prof. Dr. I Nyoman Suarka, M.Hum., dan Ko-promotor 2 Dr. I Gede Arya
Sugiartha, S.Skar, M.Hum., atas bimbingannya dalam penelitian dan
penulisan disertasi.
(2) Rektor Universitas Udayana Prof. Dr. dr. I Ketut Suastika, Sp.PD.,
KEMD., dan Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana Prof. Dr.
dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K) atas kesempatan studi dan semua fasilitas
yang diberikan di Program Pascasarjana Universitas Udayana.
(3) Ketua dan Sekretaris Program Studi Doktor (S3) Kajian Budaya
Universitas Udayana Prof. Dr. Anak Agung Bagus Wirawan, S.U., dan Dr.
Putu Sukardja, M.Si., atas kemudahannya selama penulis menempuh studi.
(4) Rektor Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar Dr. I Gede Arya Sugiartha,
S.SKar, M.Hum., dan segenap pimpinan Fakultas Seni Pertunjukan dan
Program Studi Musik, atas izin studi serta dukungan moral dan material
yang diberikan untuk melanjutkan studi.
(5) Para penguji pada Ujian Kualifikasi (22 Agustus 2013), Ujian Seminar
Hasil (5 Desember 2013), dan Ujian Tertutup (14 Agustus 2015), yaitu
Prof. Dr. I Nyoman Sirtha, S.H., M.S., Prof. Dr. I Wayan Cika, M.S., Dr.
Putu Sukardja, M.Si., Dr. Ni Made Wiasti, M.Hum, dan Dr. I Nyoman
Dhana, M.A., atas masukan serta kritik dan saran konstruktifnya.
viii
(6) Para informan, baik musisi pop Bali dan Pramusti Bali maupun pihak-
pihak terkait lainnya, yang tidak disebutkan satu per satu, serta pribadi-
pribadi yang banyak membantu sejak awal, terutama I Nyoman Wija
(Radar Bali/Jawa Pos), Dedi Gusman, dan I Gede Alit Widusaka.
(7) Media Bali TV dan Radar Bali/Jawa Pos yang memberikan data, bahan
tulisan, dan inspirasi terkait industrialisasi musik pop Bali.
(8) Seluruh dosen dan staf administrasi Program Studi Doktor Kajian Budaya
Universitas Udayana, atas semua bekal pengetahuan/ilmu dan layanan
yang diberikan sejak awal studi.
(9) Teman-teman mahasiswa angkatan 2012/2013 di Program Studi Doktor
Kajian Budaya yang senantiasa memberikan dorongan dan masukannya.
(10) Guru dan orang tua kedua Usadi Wiryatnaya (alm.) yang mengarahkan
jalan kehidupan penulis di dunia pendidikan musik dan musik pendidikan.
(11) Suami penulis (I Gede Mudana) dan anak-anak tercinta (Paramarthika
Vidya dan Bayu Putra Upadana), atas dukungan, pengertian, dan
keikhlasan atas waktu yang terbatas untuk mereka, serta Bapa-Meme (I
Wayan Subarata-Ni Nyoman Sriada), adik-adik (Ni Nengah Miartini, Ni
Nyoman Mustini, I Wayan Budiana, dan I Nengah Suastika, ibu mertua (Ni
Nengah Suplag), dan seluruh keluarga besar, yang namanya terlalu panjang
untuk disebutkan, atas doa dan energi penyemangat yang tidak terhingga.
Mengingat keterbatasan penulis, karya ini memiliki kekurangan di
sana-sini yang penulis tanggungjawabi sendiri. Dalam kesederhanaannya,
semoga ia dapat memberikan manfaat yang bermakna baik bagi keberadaan
kajian budaya (cultural studies) yang tergolong baru dalam peta keilmuan
maupun bagi pewujudan cita-cita emansipasi manusia dalam ranah
industrialisasi musik pop Bali sebagaimana diniatkan bersama.
Om Santih, Santih, Santih, Om.
Denpasar, 31 Oktober 2015
Penulis
ix
ABSTRAK
Musik pop Bali mengalami industrialisasi sejak dasawarsa 1990-anketika perkembangan teknologi, sistem ekonomi, dan budaya musik barumendorong kelahiran studio-studio rekam, musisi-musisi, dan produk-produknya. Di tangan pemilik modal, muncul kapitalisme musik pop Bali dimana masyarakat Bali sebagai pemilik/pelaku kebudayaan Bali adalah objekkonsumsinya, sehingga identitas kebalian semakin berkurang dalam produk-produknya. Di balik diskursus pelestarian dan pengembangan seni dan budayaBali melalui musik pop Bali, ideologi dan kepentingan bekerja untuk tujuankapitalisasinya. Untuk itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentukindustrialisasi musik pop Bali di wilayah Provinsi Bali; ideologi dankepentingan yang bekerja di dalamnya; dan praktik pergulatan maknanya secaraekonomi, sosial, budaya, dan politik di antara pihak-pihak yang terlibat.Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi, dan studidokumen. Data dianalisis secara eklektik dengan Teori Musik Pop TheodorAdorno, Teori Budaya Pop John Storey, Teori Relasi Kekuasaan/PengetahuanMichel Foucault, dan Teori Praktik Pierre Bourdieu.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sepanjang dua setengahdasawarsa industrialisasinya, musik pop Bali berlangsung dalam bentukproduksi, distribusi, dan konsumsi di wilayah Provinsi Bali akibat adanyajalinan kekuasaan budaya, kekuasaan kapital, dan kekuasaan media. Kekuasaanbudaya berasal dari sumber daya estetik-musikal para musisi pop Bali di manamusik pop Bali merupakan bagian dari kebudayaan Bali dan musisi tersebutbagian dari masyarakat Bali. Kekuasaan kapital mencakup pemilik modal yangumumnya merupakan produser/pemilik studio rekam berteknologi digital.Kekuasaan media yang pada awalnya terdiri atas radio-radio, sejak tahun 2002,memusat pada media audio-visual, terutama Bali TV. Belakangan muncul RBT,bluetooth, dan online/internet. Pemilik modal tersebut bertindak dominan dalamsistem bagi hasil dengan para musisi (pencipta lagu, penata musik, penyanyi,pemain musik) dan dalam penentuan produk-produk yang dikeluarkan. Secaramusikalitas, musik pop Bali cenderung semakin tidak Bali dalam tangga nada,lirik/syair, gaya penyajian, dan alat musik. Demi pasar, beragam genre dannuansa musik pop Bali diproduksi padahal sebenarnya bersifat standar. Ideologikapitalisme secara halus berhasil mengendalikan ideologi-ideologi lainnya,yakni popisme, politik budaya lokal, dan kulturalisme. Tercipta kesadaran palsubahwa musik pop Bali merupakan kebutuhan masyarakat dan demi pelestarianseni dan budaya Bali. Banyaknya pihak yang terlibat memunculkan pergulatanantarpihak terkait, yakni artikulasi yang berbeda-beda atas makna-makna yangdimiliki untuk kepentingannya masing-masing. Makna ekonomi dipergulatkanuntuk nilai tukar; makna sosial dipergulatkan untuk nilai guna/manfaat; maknabudaya dipergulatkan untuk nilai identitas/otentisitas; dan makna politikdipergulatkan untuk nilai pembangunanisme. Dalam suasana kapitalisme,pihak-pihak tersebut bergulat terus baik secara horisontal maupun vertikal.
Kata kunci: industrialisasi, musik pop Bali, ideologi, kepentingan, praktik.
x
ABSTRACT
Balinese pop music was industrialized in 1990’s when thetechnological progress, economic system, and new musical culture had led tothe born of related recording studios, musicians, and products. In the hands ofcapital owners, Balinese pop music capitalism occurs in which Balinese societyas the owner/performer of the Balinese culture is the object of consumption, sothat the Balinese identity is less and less in the products. Behind the discourseof the preservation and development of Balinese art and culture, ideologies andinterests work for the purpose of capitalization. That is why, this study is tocomprehend the forms of industrialization of the Balinese pop music in BaliProvince; the ideologies and interests that work behind; and the practices ofstruggle to get economic, social, cultural, and political meaning among allparties engaged. Data collecting covers techniques of interview, observation,and document studies. The data are eclectically analyzed by using Theory ofPop Music Theodore Adorno, Theory of Pop Culture John Storey, Theory ofPower/Knowledge Relation Michel Foucault, and Theory of Practice PiereBourdieu.
The result of the study shows that for more than two and half decadesof its industrialization, the Balinese pop music has been in the forms ofproduction, distribution, and consumption in all areas of Bali Province becauseof the system of cultural power, capital power, and media power. The firstpower is an aesthetic-musical source found in the Balinese pop musicians inwhich the music is part of the Balinese culture and the musicians are Balinese.The second covers the capital owner who are generally producers and/or ownersof digital technology-based recording studio. The last which firstly are radiostations, since 2002, have been supported by television, especially Bali TV.These days, it comes up RBT, bluetooth, and internet (online). For about twoand half decades, the capital owner act dominantly in determining products andsystem of profit share with the musicians (song writer, music arranger, singer,music player). Even in the musicality aspects, the Balinese pop music tends tolose their balineses in their tone scales, lyrics, performance styles, andinstruments. For the sake of market, various musical genres and nuances arecreated although, in fact, they are standard. In the industrialization, capitalismideology can smoothly control other ideologies, such as popism, politics oflocal culture, and culturalism. A false consciousness, that the Balinese popmusic is the need of the society and for the conservation of the Balinese art andculture, is constructed. A lot of parties involved in it, so that there are strugglesamong them, i.e. different articulations towards meaning for the interests theyhave. Economic meaning is struggled to get the exchange value; social meaningis to get the use value; cultural meaning is to get the identitiy/authenticity value;and political meaning is to get the developmentalism value. In a situation ofcapitalism as valued by cultural studies, they all struggle horizontally andvertically all the times.
Keywords: industrialization, Balinese pop music, ideology, interest, practice.
xi
RINGKASAN
Musik pop Bali, sebagai musik modern yang berbasis kebudayaan
Bali, terutama bahasa Bali, diawali kepeloporan Anak Agung Made Cakra pada
dasawarsa 1970-an. Bersama Band Putra Dewata, ia mengeluarkan album/lagu
Kosir Dokar yang seketika laku keras dan sangat populer pada masa itu. Dua
dasawarsa kemudian, yakni sejak dasawarsa 1990-an, musik pop Bali
mengalami industrialisasi dengan masuknya teknologi, sistem ekonomi, dan
budaya musik baru. Banyak produser/studio rekam, dan musisi dengan produk-
produk fisiknya berupa kaset, yang belakangan digantikan CD (compact disc),
selain pertunjukan-pertunjukan, bermunculan seiring bertumbuhnya pasar
musik pop Bali di seluruh wilayah Provinsi Bali. Sebagai budaya pop
komersial, musik pop Bali menjadi komoditas kapitalisme di tangan pemilik
modal, yang biasanya merupakan produser/pemilik studio rekam, yang
bertindak sentral di mana masyarakat Bali sebagai pemilik/pelaku kebudayaan
Bali adalah objek konsumsinya. Bahkan pemilik modal bertindak dominan
dalam penentuan produk-produk yang dikeluarkan. Karena musik pop Bali
semakin menjadi komoditas ekonomi, identitas kebalian pun semakin lama
semakin hilang. Selain itu, para musisi, yaitu pencipta lagu, arranger, penyanyi,
pemain musik, dan sebagainya, umumnya mengalami ketidakadilan dalam
sistem bagi hasil dengan pemilik modal. Masyarakat Bali pun mengonsumsi
produk-produk musik pop Bali yang tanpa disadarinya begitu kapitalistik, untuk
keuntungan pemilik modal.
Permasalahan penelitian ini dirumuskan ke dalam pertanyaan-
pertanyaan berikut. (1) Bagaimana bentuk industrialisasi musik pop Bali di
wilayah Provinsi Bali yang dihasilkan oleh jalinan kekuasaan budaya, kapital,
dan media, (2) Ideologi dan kepentingan apa yang bekerja dalam industrialisasi
musik pop Bali di wilayah Provinsi Bali, dan (3) Bagaimana praktik pergulatan
makna industrialisasi musik pop Bali di wilayah Provinsi Bali secara ekonomi,
sosial, budaya, dan politik di antara pihak-pihak terlibat.
xii
Penelitian ini merupakan sebuah penelitian kualitatif berparadigma
kajian budaya (cultural studies). Pengumpulan datanya dilakukan dengan
teknik wawancara, observasi, dan studi dokumen. Data dianalisis dengan teknik
analisis data kualitatif melalui Teori Musik Pop (Theodor Adorno), Teori
Budaya Pop (John Storey), Teori Relasi Kekuasaan/Pengetahuan (Michel
Foucault), dan Teori Praktik (Pierre Bourdieu), yang diterapkan secara eklektik.
Menurut Teori Musik Pop, sekali suatu pola musik atau lirik berhasil dibuat ia
akan dieksploitasi untuk tujuan komersial. Untuk menutupi standardisasi,
industri musik melakukan ”individualisasi semu”. Di samping itu, musik pop
menciptakan pendengar pasif dan berlaku sebagai perekat sosial. Teori Budaya
Pop menyatakan, budaya pop berciri disukai orang; jenis kerja rendahan; untuk
menyenangkan orang; dan dibuat untuk diri sendiri (masyarakat); merupakan
budaya sisa (residu); ditetapkan sebagai ”budaya massa”; berasal dari ”rakyat”;
mengandung hegemoni; dan merupakan pemikiran postmodernisme yang
menentang perbedaan antara budaya tinggi dan budaya pop. Dalam Teori Relasi
Kekuasaan/Pengetahuan ditunjukkan, kekuasaan dengan kepentingan-
kepentingan yang dimilikinya menciptakan pengetahuan dan ideologi dan di
balik pengetahuan dan ideologi, selalu terdapat kekuasaan. Teori Praktik
meyakini, subjek atau masyarakat (sebagai agensi) terlibat aktif dalam
bernegosiasi dengan struktur objektif dalam rangka mengonstruksi kebudayaan.
Kebudayaan berproses melalui habitus karena merupakan arena/ranah
perjuangan tempat pergulatan kekuasaan berdasarkan modal/kapital (budaya,
ekonomi, simbolik) yang dimiliki.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa industrialisasi musik pop Bali di
wilayah Provinsi Bali sudah berlangsung dua setengah dasawarsa yang ditandai
dengan terjadinya produksi, distribusi, konsumsi secara masif. Sebagai bagian
dari praktik budaya pop, musik pop Bali bersumberkan kebudayaan Bali di
mana musisinya bagian dari masyarakat Bali sendiri. Ia melibatkan banyak
pihak, utamanya pelaku industri terkait, yaitu produser/pemilik studio rekam,
toko dan outlet musik, dan event organizer, yang didukung kalangan media,
pemerintah, dan tentu saja masyarakat Bali umumnya yang menjadi pasar
xiii
aktual dan potensial, sebagai konsumen langsung maupun tidak. Meskipun
melibatkan kebudayaan dan masyarakat Bali, industrialisasi musik pop Bali
yang terjadi ternyata lebih merupakan gerakan kapitalisme yang banyak
mengatasnamakan masyarakat dan seni-budaya (kebudayaan) tersebut.
Ada tiga kekuasaan yang saling ber-relasi dalam menghasilkan
produksi, distribusi, dan konsumsi dalam industrialisasi musik pop Bali.
Kekuasaan budaya berupa bakat/keahlian estetik-musikal dan kekuasaan kapital
berupa sumber daya uang (produser/pemilik studio rekam) membentuk
produksi musik pop Bali. Dalam produksi, teknologi rekaman beralih dari
sistem analog ke sistem digital. Kekuasaan kapital sebagai pusat kekuasaan
melakukan fungsi distribusi produk-produk musik pop Bali melalui toko-toko
dan lapak-lapak musik dengan dukungan kekuasaan media, khususnya media
elektronik, terutama radio-radio swasta sejak dasawarsa 1990-an dan televisi
lokal, khususnya Bali TV, sejak dasawarsa 2000-an di samping melalui
ringback tone (RBT), bluetooth, dan internet sejak dasawarsa 2010-an, yang
semuanya mempromosikan dan menyosialisasikan serta menseduksi
masyarakat.
Selain musik pop Bali biasa/konvensional, musik pop Bali kreatif pun
berkembang tetapi elemen-elemen kebaliannya berkurang dalam hal tangga
nada, bahasa lirik/syair, cara penyajian musik, gaya penampilan musisi, dan alat
musiknya. Irama (genre) musik pop Bali meluas dan nuansanya pun bervariasi.
Teknologi permusikan semakin maju tetapi pembajakan semakin luas yang
menyebabkan dinamika dalam industrialisasi itu sendiri. Widi Widiana, Lolot,
[XXX], Bayu KW, Agung Wirasutha, Dek Ulik, Raka Sidan, dan KIS Band
pun menjadi artis-artis bintang musik pop Bali yang merentangkan sejarah
industrialisasi tersebut. Meskipun dikreasikan menjadi nuansa-nuansa dan/atau
genre-genre berbeda-beda (bercampur dengan berbagai nuansa dan/atau aliran
musik tertentu), hal ini merupakan sebuah standarisasi tersendiri yang
pembedaannya tidak lebih merupakan individualisasi semu demi tetap lakunya
produk-produk yang ditawarkan. Standarisasi tersebut mampu menciptakan
xiv
banyak konsumen di mana musik pop Bali menjadi perekat sosial di antara
mereka meskipun para konsumen tidaklah seragam.
Kehebatan kapitalisme musik pop Bali di tangan kekuasaan kapital
adalah kemampuannya untuk meramu ideologi-ideologi lainnya, yakni
popisme, politik budaya lokal, dan kulturalisme, yang mampu dikooptasinya
sedemikian rupa. Kekuasaan besar produser/pemilik studio rekam sebagai
penentu pengetahuan-pengetahuan mampu menciptakan kesadaran palsu,
bahwa musik pop Bali adalah kebutuhan masyarakat Bali dan untuk tujuan
pengembangan seni-budaya Bali padahal sebenarnya lebih demi keuntungan
ekonomi mereka. Popisme terkait dengan estetisasi produk, gaya hidup musisi
(dan masyarakat), dan fetisisme komoditas. Politik budaya lokal, yaitu politik
keetnikan Bali, berhubungan dengan semangat identitas kebalian atau balinisasi
(yang sejak berdirinya Bali TV milik Kelompok Media Bali Post pada tahun
2002 dikenal sebagai ajeg Bali) dengan bahasa Bali sebagai salah satu penanda
pentingnya. Kulturalisme adalah perayaan kehidupan dan kebudayaan sehari-
hari di mana musisi mengedepankan realitas yang dihadapi masyarakat Bali
kontemporer.
Industrialisasi musik pop Bali dalam praktiknya dari dahulu sampai
saat ini adalah habitus perjuangan pelaku industri (produser/pemilik studio
rekam, musisi, dan sebagainya) dan pihak-pihak terkait dan pendukung lainnya,
dengan modalnya masing-masing, melalui ranah atau ruang pergulatan makna
bersama. Makna ekonomi dipergulatkan untuk memeroleh keuntungan ekonomi
(nilai tukar) yang melibatkan produser/pemilik studio rekam dan termasuk
musisi dalam interaksinya dengan berbagai pihak lain yang membentuk
industrialisasi tersebut. Makna sosial dipergulatkan untuk mendapatkan
kepuasan estetik (nilai guna/manfaat) di mana konsumen berupaya
melakukannya dalam interaksinya dengan para pelaku industrialisasi musik pop
Bali, baik secara langsung maupun tidak langsung dan baik disadari maupun
tidak disadari. Makna budaya dipergulatkan untuk mencari (nilai
identitas/otentisitas) karena masyarakat Bali dan kebudayaannya adalah sumber
(asal muasal) musik pop Bali padahal pihak yang dominan dalam industrialisasi
xv
tersebut adalah kekuasaan kapital. Makna politik dipergulatkan untuk mencapai
nilai pembangunanisme/developmentalisme di mana pemerintah, khususnya
pemerintahan di Bali (provinsi dan kabupaten/kota) yang meskipun aktivitasnya
tidak tampak di permukaan merasa ikut berjuang menjalankan peran dan
fungsinya. Dengan kata lain, keberhasilan industrialisasi musik pop Bali hampir
selalu dianggap buah kebijakan politik pejabat publik di pemerintahan. Praktik
budaya musik pop Bali dalam industrialisasinya adalah paduan dan saling
silang antara kebudayaan dari atas (pemerintah, sistem kebudayaan, dan sistem
ekonomi) dan kebudayaan dari bawah (musisi sebagai bagian dari masyarakat,
konsumen yang juga bagian dari masyarakat, dan masyarakat itu sendiri).
Mengingat esensi industrialisasi musik pop Bali adalah kapitalisme,
antarmereka sudah pasti melakukan persaingan intensif, baik secara manifes
maupun laten, antarproduser/pemilik studio rekam, antarmusisi, antarmedia,
dan seterusnya. Di balik semua itu, industrialisasi musik pop Bali pantas
dikembangkan terus dengan memperbaiki sisi-sisi kelemahan dan
kekurangannya.
Dapat disimpulkan bahwa industrialisasi musik pop Bali berbentuk
produksi, distribusi, dan konsumsi secara masif yang dihasilkan kekuasaan
budaya, kekuasaan kapital, dan kekuasaan media melalui produk-produk musik
pop Bali biasa/konvensional dan kreatif. Musik pop Bali dimanfaatkan
kapitalisme, dalam hal ini kekuasaan kapital (pemilik modal), untuk memeroleh
keuntungan ekonomi maksimal. Kehebatan kapitalisme musik pop Bali di
tangan kekuasaan kapital adalah kemampuannya untuk meramu ideologi-
ideologi lainnya, yakni popisme, politik budaya lokal, dan kulturalisme, dan
menciptakan pengetahuan dan kesadaran palsu bahwa musik pop Bali adalah
kebutuhan masyarakat Bali dan untuk tujuan pengembangan seni-budaya Bali
padahal sebenarnya lebih demi keuntungan kapital mereka. Praktik
industrialisasi musik pop Bali merupakan habitus perjuangan yang
menyediakan ranah sebagai ruang pergulatan makna berbagai pihak yang
terlibat. Di dalamnya, terjadi pergulatan makna ekonomi, sosial, budaya, dan
politik di antara pihak-pihak yang terlibat.
xvi
Penelitian ini menghasilkan sejumlah temuan baru sebagai berikut.
Pertama, kapitalisme industrialisasi musik pop Bali bersifat postmodern karena
melibatkan masyarakat Bali dan kebudayaannya. Ia bukan jenis kapitalisme
modern yang semata-mata ingin mencari keuntungan sebesar-besarnya. Kedua,
karena besarnya dominasi kekuasaan kapital, terjadi kecenderungan
berkurangnya elemen-elemen budaya Bali dalam musik pop Bali. Lokalisasi
(etnik-tradisionalitas) dalam produksi musik pop Bali dikalahkan aspek
globalisasi (modernitas)nya. Ketiga, dilihat lebih dalam, dari besarnya pasar
musik pop Bali, konsumen bersifat beragam, baik pasif, tengah-tengah, dan
aktif. Kebanyakan merupakan pendengar pasif yang menjadi objek konsumsi
produk-produk terkait (konsumen terhegemoni/terdominasi). Terakhir, terjadi
dinamika industrialisasi musik pop Bali akibat tidak tertanganinya kriminal
pembajakan yang merugikan para pelaku dalam industrialisasi tersebut,
khususnya produser/pemilik studio rekam dan musisi.
Disarankan, pertama, pemerintah, semakin terlibat dalam seluruh
proses industrialisasi musik pop Bali, termasuk dalam hal pembajakan. Kedua,
produser/pemilik studio rekam selayaknya mempertimbangkan azas kebaikan
dan keadilan, baik dalam penentuan produksi musik pop Bali maupun sistem
bagi hasil dengan pihak musisi. Ketiga, musisi pop Bali sebaiknya semakin
banyak mempelajari seluk beluk dunia industrialisasi permusikan dan
mengeksplorasi kebudayaan Bali lebih dalam agar kebalian produk-produknya
tetap terjaga. Keempat, masyarakat Bali, baik selaku konsumen musik pop Bali
maupun sebagai penikmat yang tidak membeli secara langsung agar lebih
menyadari keberadaan dirinya sebagai objek konsumsi. Di samping itu, mereka
seharusnya lebih selektif dalam memilih produk-produk yang sesuai untuk
dirinya. Ilmuwan, budayawan, seniman, dan lembaga-lembaga terkait, di
antaranya Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Bali, harus intens
memberikan pemahaman kepada seluruh pihak tentang perlunya industrialisasi
musik pop Bali yang lebih berkeadilan dan khususnya kepada masyarakat agar
memliki kesadaran mengonsumsi musik pop Bali secara cerdas.
xvii
DAFTAR ISI
Halaman
PRASYARAT GELAR………………………………………………. ii
LEMBAR PERSETUJUAN………………………………………….. iii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI…………………………………. iv
PERNYATAAN KEASLIAN………………………………………... v
UCAPAN TERIMA KASIH…………………………………………. vi
ABSTRAK………………………………………...………………… viii
ABSTRACT…………………………………………………………. ix
RINGKASAN………………………………………………………… x
DAFTAR ISI…...……………………………………………………. xvi
DAFTAR TABEL……………...…………………………………..... xxi
DAFTAR GAMBAR………………………………………………..... xxii
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………….. xxvii
GLOSARIUM........................................................................................ xxviii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………….. 1
1.1 Latar Belakang................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................ 10
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................. 10
1.3.1 Tujuan Umum............................................................................... 10
1.3.2 Tujuan Khusus.............................................................................. 11
1.4 Manfaat Penelitian........................................................................... 11
1.4.1 Manfaat Teoretis........................................................................... 11
1.4.2 Manfaat Praktis............................................................................. 12
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORETIS,
DAN MODEL PENELITIAN................................................13
2.1 Kajian Pustaka................................................................................. 13
2.2 Konsep............................................................................................. 19
xviii
2.2.1 Budaya Pop, Musik Pop, dan Musik Pop Bali.............................. 19
2.2.2 Industrialisasi Musik Pop Bali...................................................... 25
2.2.3 Produksi, Distribusi, dan Konsumsi............................................. 27
2.2.4 Kekuasaan Budaya, Kekuasaan Kapital, dan Kekuasaan Media.. 29
2.2.5 Ideologi, Kepentingan, dan Praktik.............................................. 31
2.3 Landasan Teoretis............................................................................ 36
2.3.1 Teori Musik Pop (Theodor Adorno)............................................. 37
2.3.2 Teori Budaya Pop (John Storey)................................................... 39
2.3.3 Teori Relasi Kekuasaan/Pengetahuan (Michel Foucault)............. 41
2.3.4 Teori Praktik (Pierre Bourdieu).................................................... 43
2.4 Model Penelitian.............................................................................. 45
BAB III METODE PENELITIAN........................................................ 49
3.1 Rancangan Penelitian....................................................................... 49
3.2 Lokasi Penelitian.............................................................................. 51
3.3 Jenis dan Sumber Data..................................................................... 52
3.4 Instrumen Penelitian........................................................................ 53
3.5 Teknik Penentuan Informan............................................................. 53
3.6 Teknik Pengumpulan Data............................................................... 54
3.6.1 Wawancara.................................................................................... 55
3.6.2 Observasi...................................................................................... 56
3.6.3 Studi Dokumen............................................................................. 56
3.7 Teknik Analisis Data....................................................................... 57
3.8 Teknik Penyajian Hasil Penelitian.................................................. 58
BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI BALI DAN MUSIK
POP BALI.............................................................................
59
4.1 Kilasan Provinsi Bali....................................................................... 59
4.1.1 Wilayah Administratif, Lokasi, dan Geografi............................. 60
4.1.2 Kependudukan.............................................................................. 62
4.1.3 Perkembangan Ekonomi............................................................... 66
xix
4.2 Munculnya Musik Modern di Bali................................................... 70
4.3 Musik Pop Bali sebelum Era Industrialisasi.................................... 74
4.3.1 Awal Mula Musik Pop Bali (1960-an)......................................... 74
4.3.2 Kepeloporan Musik Pop Bali Anak Agung Made Cakra (1970-an)..................................................................................................
79
4.3.3 Embrio Industri Musik Pop Bali menuju Era Industrialisasi(1980-an).....................................................................................
85
BAB V BENTUK INDUSTRIALISASI MUSIK POP BALI YANG
DIHASILKAN KEKUASAAN BUDAYA, KAPITAL, DAN
MEDIA.....................................................................................
91
5.1 Produksi, Kekuasaan Budaya, dan Kekuasaan Kapital dalamIndustrialisasi Musik Pop Bali......................................................
93
5.1.1 Fenomena Artis Bintang............................................................... 93
5.1.2 Berbagai Ranah Produk................................................................ 110
5.1.3 Keberagaman Irama dan Nuansa dalam Standarisasi danIndividualisasi Semu....................................................................
128
5.1.4 Pentingnya Kapital dan Teknologi dalam Produksi Musik PopBali................................................................................................
135
5.1.4.1 Kapital sebagai Determinan Produksi........................................ 135
5.1.4.2 Teknologisasi Produksi melalui Kapital.................................... 143
5.2 Distribusi dan Kekuasaan Media dalam Industrialisasi Musik PopBali...................................................................................................
149
5.2.1 Distribusi Konvensional............................................................... 149
5.2.1.1 Distribusi Langsung oleh Produser/Pemilik Studio Rekam...... 149
5.2.1.2 Distribusi melalui Toko dan Outlet........................................... 150
5.2.2 Distribusi dengan Dukungan Kekuasaan Media........................... 156
5.3 Konsumsi dan Konsumen dalam Industrialisasi Musik Pop Bali.... 163
5.3.1 Perilaku Konsumsi........................................................................ 163
5.3.2 Karakteristik Konsumen dalam Rekatan Sosial............................ 169
BAB VI IDEOLOGI DAN KEPENTINGAN DALAM INDUSTRI-
ALISASI MUSIK POP BALI............................................... 178
6.1 Kapitalisme sebagai Ideologi Dominan Musik Pop Bali................. 179
xx
6.1.1 Logika Pasar dalam Kapitalisme.................................................. 180
6.1.2 Masyarakat sebagai Pasar dan Terjadinya Konsumerisme........... 188
6.2 Popisme Musik Pop Bali.................................................................. 193
6.2.1 Popisme melalui Estetisasi Produk dan Gaya Hidup Musisi........ 194
6.2.2 Popisme melalui Fetisisme Komoditas pada Konsumen.............. 205
6.3 Politik Budaya Lokal (Balinisasi) Musik Pop Bali.......................... 210
6.3.1 Politik Identitas Kebalian.............................................................. 212
6.3.2 Bahasa Bali sebagai Penanda Identitas......................................... 224
6.4 Kulturalisme Musik Pop Bali (Perayaan Kehidupan Sehari-hari)... 236
6.4.1 Kulturalisme melalui Tema Manusia Bali Kontemporer.............. 238
6.4.2 Kulturalisme melalui Tema ”Common Sense” Cinta danPersoalan Hubungan Suami-Istri..................................................
246
BAB VII PRAKTIK PERGULATAN MAKNA INDUSTRI-
ALISASI MUSIK POP BALI SECARA EKONOMI,
SOSIAL, BUDAYA, DAN POLITIK................................... 254
7.1 Genealogi Praktik Pergulatan Makna Industrialisasi Musik
Pop Bali............................................................................................
254
7.2 Pergulatan Makna Ekonomi dalam Industrialisasi Musik PopBali..................................................................................................
257
7.3 Pergulatan Makna Sosial dalam Industrialisasi Musik Pop Bali..... 280
7.4 Pergulatan Makna Budaya dalam Industrialisasi Musik Pop Bali... 295
7.5 Pergulatan Makna Politik dalam Industrialisasi Musik Pop Bali.... 303
BAB VIII PENUTUP............................................................................ 324
8.1 Simpulan.......................................................................................... 324
8.2 Temuan Penelitian........................................................................... 328
8.3 Saran................................................................................................ 331
DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 333
LAMPIRAN-LAMPIRAN.................................................................... 343
xxi
DAFTAR TABEL
HalamanTabel 4.1 Luas wilayah, jumlah rumah tangga, dan jumlah
penduduk menurut kabupaten/kota di Provinsi Balitahun 2011........................................................................
62
Tabel 4.2 Penduduk Provinsi Bali menurut kelompok usia hasilSensus Penduduk 2010.....................................................
63
Tabel 4.3 Persentase penduduk usia 15 tahun ke atas menurutijazah tertinggi yang ditamatkan di Provinsi Bali tahun2011..................................................................................
64
Tabel 4.4 Penduduk beragama Hindu per kabupaten/kota di Bali2010..................................................................................
65
Tabel 5.1 Artis bintang musik pop Bali di antara kemampuanmenyanyi dan/atau mencipta lagu yang membangunkekuasaan budaya/estetik-musikal dalam industrialisasimusik pop Bali..................................................................
108
Tabel 5.2 Program musik pop Bali televisi di Bali........................... 117
Tabel 5.3 Sejumlah rumah produksi (music production/studiorekam) musik pop Bali yang tergolong besar di Bali…...
137
Tabel 5.4 Toko dan outlet musik yang tergolong besar yangmenjual produk musik pop Bali di pusat kota dankecamatan di kabupaten/kota di Bali................................
154
Tabel 6.1 Nama-nama populer musisi (penyanyi) solo dankelompok dalam industrialisasi musik pop Bali...............
196
Tabel 6.2 Perbandingan aspek kebahasaan musik pop Bali dalamkasus judul lagu semua album KIS Band.........................
227
xxii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Model penelitian............................................................ 46
Gambar 4.1 Peta Provinsi Bali.......................................................... 61
Gambar 4.2 Anak Agung Made Cakra dan kover kaset albumKusir Dokar dan jalan Gajah Mada, Denpasar,dasawarsa 1970-an, yang menjadi pusat keramaianBali dan tempat penjualan produk musik pop BaliKusir Dokar...................................................................
82
Gambar 4.3 Sampul kaset Album Trendy Pop Bali Kusir Dokar AACakra produksi Bali Record (tanpa tahun)....................
83
Gambar 4.4 Aksi bintang musik pop Bali dasawarsa 1980-an YongSagita.............................................................................
87
Gambar 5.1 Ikon musik pop Bali Widi Widiana dalam sebuahpertunjukan dengan band pengiringnya.........................
96
Gambar 5.2 Lolot dari Lolot n Band yang bermodal Bali rockalternatif dan [XXX] saat menerima sebuahpenghargaan musik pop Bali.........................................
98
Gambar 5.3 Bayu KW dan Agung Wirasutha................................... 100
Gambar 5.4 Dek Ulik saat melakukan salah satu pertunjukan danRaka Sidan si ”Song Brerong”......................................
103
Gambar 5.5 Krisna Purpa dan KIS Band yang sensasional di awaldasawarsa 2010-an.........................................................
105
Gambar 5.6 Program musik pop Bali ”Klip Bali”, ”TembangBali”, dan ”Samatra Artis Bali” di Bali TV...................
113
Gambar 5.7 Suasana penyiaran musik pop Bali di Radio AR(104.4 FM) di lingkungan Renon, Denpasar, yangintens dengan program musik pop Bali denganbersemboyankan ”jaja uli mewadah cemper, lagu Balipasti AR”.......................................................................
121
Gambar 5.8 Beberapa pilihan lagu dan operator selular dari lagu-lagu album Jahat KIS Band (2012)...............................
123
Gambar 5.9 Peralatan Minus One dan peralatan MIDI (musicalinstrument digital interface) untuk musik pop Bali.......
125
Gambar 5.10 Alat musik kecapi tradisional Cina guzheng yangdigunakan untuk produksi musik pop Bali bernuansaMandarin………………………………………………
131
xxiii
Gambar 5.11 Plang studio rumah produksi Maharani Record diJalan Gajah Mada, Denpasar dan studio/rumahproduksi Jayagiri Record di Jalan Tunjung, Denpasaryang berlokasi di belakang Jayagiri Digital Printing.....
138
Gambar 5.12 Toko Istana Musik di Jalan Hasanudin, Denpasar danToko Kharisma Musik di Jalan Kamboja, dekat PasarKreneng, Denpasar........................................................
152
Gambar 5.13 Toko dan outlet musik yang tergolong besar dikabupaten-kabupaten di Bali yang menjual produk-produk musik pop Bali (Gianyar, Buleleng,Klungkung, Bangli, Karangasem, Jembrana, Tabanan,dan Badung)...................................................................
153
Gambar 5.14 Musik pop Bali di klip video pengisi waktu di televisi(Bali TV) dan situs internet YouTube...........................
157
Gambar 5.15 Iklan pertunjukan di Radar Bali/Jawa Pos, Minggu, 27April 2014, hal. 30), advertorial pertunjukan di sebuahdiskotik di Radar Bali/Jawa Pos, Minggu, 24 Februari2014, hal. 30, dan berita aktivitas musisi di RadarBali/Jawa Pos, Minggu, 27 April 2014, hal. 30.............
160
Gambar 5.16 Dua spanduk iklan album musik pop Bali dari JanuadiRecord di sebuah SPBU di Jalan Raya Batubulan,Desa Batubulan, Gianyar...............................................
162
Gambar 5.17 Penampilan [XXX] dan perilaku konsumsi parapemujanya dalam pertunjukan menyambut HUT KotaKlungkung dan Peringatan Puputan Klungkung ke-106 di alun-alun kota, Minggu, 27 April 2014..............
165
Gambar 6.1 Sejumlah produser musik pop Bali yang beberapa diantara mereka sekaligus pemilik studio rekam,arranger (penata musik), pencipta lagu, dan penyanyi:Oka Swetanaya, Dek Jun, I Gusti NgurahMurthana/Rah Man, Jimmy Sila’a, I Gusti AgungBagus Mantra/Gus Mantra, Ketut Asmara Putra, danMang Gita......................................................................
181
Gambar 6.2 Pajangan berbagi produk musik, termasuk musik popBali, di sebuah toko dan lapak musik di Bali.Semuanya adalah demi pasar.........................................
184
Gambar 6.3 Para remaja putra berekspresi dalam menikmatipertunjukan Lolot n Band dan remaja putri berebutmemotret dengan HP penampilan Widi Widiana.Kedua fenomena ini merupakan praktik konsumerismemusik pop Bali...............................................................
191
xxiv
Gambar 6.4 Manik dan mendiang Ayu Stiati saat aktif dalamindustrialisasi musik pop Bali di mana keduanyamemiliki penampilan fisik di atas rata-rata musisi popBali.................................................................................
198
Gambar 6.5 Perbandingan penampilan Britney Spears, Agnez Mo,dan Trisna (STE) dalam album Si Sexy (2013) yangsangat mirip Agnez Mo serta pendesainan fisik Trisna.
201
Gambar 6.6 Gambar kover depan dan kover dalam KIS Banddalam album Jahat (2012) yang tidak menggambarkankebalian tetapi menunjukkan fetisisme komoditas parakonsumennya.................................................................
206
Gambar 6.7 Suasana panggung pertunjukan musik pop Bali diArdha Candra/Arts Centre, Denpasar, saat peringatanhari ulang tahun ke-12 Bali TV dan para penontonyang tekun menikmati alunan musik sampai akhiracara...............................................................................
207
Gambar 6.8 Sebuah pertunjukan [XXX] dengan identitastradisional kebaliannya pada PKB 2013 di PanggungArdha Candra, Denpasar dan kover album Nak Bali(2011) yang menunjukkan fitur-fitur identitaskedaerahan.....................................................................
215
Gambar 6.9 Informan I Gusti Ngurah Murthana (Ketua PramustiBali) saat diwawancarai dalam sebuah acara persiapankegiatan seni di Kampus ISI Denpasar, Jalan NusaIndah, Denpasar, tanggal 30 Maret 2015.......................
235
Gambar 6.10 Album kaset dan CD Song Brerong (2012) RakaSidan yang meledak di pasar musik pop Bali................
239
Gambar 7.1 Ekonomi uang industrialisasi musik pop Bali melaluiproduk-produk kaset musisi Widi Widiana dan KetutBimbo serta VCD Raka Sidan dan Dek Ulik.................
259
Gambar 7.2 Salah satu pencipta dan arranger musik pop Balipaling populer Komang Raka yang mengalamipermasalahan royalti dan contoh kartu anggota KaryaCipta Indonesia (KCI) sebagai pencipta lagu/musikpop Bali..........................................................................
264
Gambar 7.3 Para musisi proyek Tiga Bintang Bali di depan posterpertunjukannya dan gaya pertunjukan musik pop Bali”Muani Buaya” Dewi Pradewi......................................
270
Gambar 7.4 Musisi Agung Wirasutha bersama penulis seusaiwawancara dan Ayu Saraswati dalam sebuahpertunjukan dengan dua penari latarnya........................
272
xxv
Gambar 7.5 Suasana lapak-lapak CD yang menjual produk-produkmusik pop Bali di kawasan Pasar Senggol Angsoka,Kreneng, Denpasar dan tulisan ”SELAMATKANINDUSTRI MUSIK BALI” di baju kaos seorangpenggemar musik pop Bali............................................
273
Gambar 7.6 Produk-produk (CD) musik pop Bali yang beredar dipasar: antara yang asli dan palsu...................................
275
Gambar 7.7 Tiket pertunjukan musik pop Bali ”Konser TigaZaman (K3Z)” pada hari Sabtu, 25 Oktober 2014,seharga Rp. 50.000,00, yang kurang laku......................
286
Gambar 7.8 Koleksi kaset musik pop Bali milik informan I GedeAlit Widusaka................................................................
288
Gambar 7.9 Informan Ni Ketut Karmini sedang menikmati musikpop Bali di hp melalui headset di kamarnya.................
289
Gambar 7.10 Tut Warna merekam pertunjukan musik pop Bali yangditonton anggota PPG Bali dan tulisan menarik di bajukaos anggota PPG Bali serta pembentangan spandukPPG Bali........................................................................
291
Gambar 7.11 Seorang perempuan tua Ni Nengah Suara sedangmenikmati acara musik pop Bali terkait siaranlangsung HUT ke-12 Bali TV pada Senin malam, 26Mei 2014........................................................................
299
Gambar 7.12 Spanduk dan baliho Parade Musik Pop Bali proyekBali Mandara Mahalango Pemerintah Provinsi Bali.....
309
Gambar 7.13 Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Balibersama KIS Band sedang melakukan persiapanrekaman musik kampanye Pilgub Bali 2013.................
317
Gambar 7.14 Baliho Kampanye Dek Ulik dalam Pemilu Legislatif2014 sebagai calon anggota DPRD Provinsi Bali dariKabupaten Gianyar di sebuah pertigaan di KelurahanBitera, Gianyar...............................................................
319
Gambar 7.15 Sebuah klip video lagu kampanye di Bali TV dalamPemilu Legislatif 2014 dan Dek Arta sebagai arrangerlagu tersebut...................................................................
322
xxvi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Pedoman Wawancara....................................................... 348
Lampiran 2 Daftar Informan................................................................ 354
Lampiran 3 Kliping Surat Kabar terkait Diskursus IndustrialisasiMusik Pop Bali.................................................................
357
Lampiran 4 Daftar Anggota Pramusti (Perkumpulan Artis, Musisi,Pencipta, dan Insan Seni) Bali.........................................
370
xxvii
GLOSARIUM
ajeg Bali : ideologi balinisasi atau tradisionalisasi kebudayaandalam masyarakat Hindu-Bali kontemporer (pascabomBali 2002) yang dimotori Kelompok Media Bali Post(Bali Post dan Bali TV).
artis : seniman; sering mengacu pada seniman pertunjukanmodern, termasuk di bidang seni musik.
artis bintang : istilah untuk sejumlah kecil artis/seniman musik yangtergolong paling populer di antara banyak musisi yangpopuler dalam industrialisasi musik; bintang di antarabintang-bintang seni.
bluetooth : sistem teknologi untuk jaringan kawasan pribadi tanpakabel untuk melakukan saling tukar data di antaraperanti.
budaya massa : mass culture; budaya rakyat yang secara dominan danhegemonik dijadikan komoditas oleh kekuasaankapital.
budaya pop : pop culture; singkatan dari budaya populer; budayayang berasal dari rakyat, disukai banyak orang, danmenjadi ranah pertarungan hegemoni dan kontra-hegemoni.
budaya rendah : low culture; budaya yang berasal dari rakyat,rendahan, dan tidak berkualitas; sering bersinonimdengan budaya pop tetapi keduanya dapat dibedakan.
budaya tinggi : high culture; budaya adiluhung dan berkualitas darikelas menengah dan tinggi yang sering dilawankandengan budaya rendah dan budaya pop.
CD/VCD/DVD : singkatan dari compact disk/video compact disc/digitalvideo disc; salah satu bentuk produk digital musiksetelah era kaset (cassette).
cengkok : gaya dialek musikalitas, lebih-lebih vokalitasnya,menurut nuansa dan/atau genre musiknya; ornamentasimelodi.
diatonik : sistem rangkaian tangga nada yang terdiri atas tujuhnada dengan skala mayor atau minor.
diskursus : kesalingkaitan di antara gagasan, pernyataan, diskusi,wacana, aturan, praktik, subjektivitas, kekuasaan(penguasa/pembuat diskursus), ideologi, dankepentingan, tentang persoalan tertentu.
xxviii
distribusi : proses penyaluran produk hingga di tangan konsumen;penyebaran, penawaran, dan penjualan produk yangdibantu seduksi (bujuk rayu) promosi, iklan, danmedia.
easy listening : sifat (musik) yang ringan/lembut untuk didengarkan,enak dinikmati, dan mudah dipahami; mengacu padasifat musik pop.
emansipasi : aksi dan lokasi kritisisme yang menjadi tujuan kajianbudaya; cita-cita kajian budaya untuk meningkatkanharkat manusia dari kekuasaan yangmengendalikannya.
fetisismekomoditas
: sifat berlebih konsumen dalam mencintai produk;keyakinan konsumen bahwa produk memilikikekuatan/kharisma tertentu.
gending : kata bahasa Bali untuk lagu, nyanyian, atau musik.
genre : aliran; dapat mengacu pada jenis irama (musik).
global : sifat mendunia/kesejagatan; mengacu pada wilayahgeobudaya yang relatif sangat besar/luas dan sama.
globalisasi : gerakan mendunia/kesejagatan yang umumnyamerupakan proyek kapitalisme akibat kemajuan ilmupengetahuan dan teknologi; kecenderungan luasmenuju yang satu atau sama.
hegemoni : kekuasaan yang halus, intelektual, moral, dan budaya,sehingga disetujui orang yang dikuasai.
identitas : jati diri; konsep, deskripsi, narasi, atau konstruksitentang diri seseorang atau sekelompok orang.
ideologi : sistem pandangan yang berisi keyakinan akan proyek-proyek (keinginan, rencana, dan tujuan) tertentu.
individualisasisemu
: rekayasa dengan membuat keragaman (individualisasi)produk untuk menyamarkan standarisasi yangdilakukan; modifikasi elemen-elemen kecil produkagar produk tampak baru dan pasar mau membelinya.
industri : kesatuan dan relasi antarpelaku dalam industrialisasi;mengacu pada para pelaku industri.
industri musik : kesatuan dan relasi antarpelaku dalam industrialisasimusik; mengacu pada musisi (pencipta lagu, penyanyi,arranger, pemain musik), rumah produksi (produser),pemilik studio rekam, dan sebagainya.
industrialisasi : proses masif produksi, distribusi, dan konsumsi barangatau jasa akibat maju dan berkembangnya para pemain
xxix
industri dengan berbagai sumber dayanya, yaitumanusia, uang, teknologi, dan media.
industrialisasimusik
: proses berkembangnya pemain industri musik karenaketerlibatan ekonomi kapital, teknologi, dan budaya(musik) baru dalam masyarakat.
industrialisasimusik pop Bali
: proses masif produksi, distribusi, dan konsumsi musikpop Bali di wilayah Provinsi Bali akibat majunyasumber daya budaya (termasuk manusianya), uang,teknologi, media, dan adanya budaya musik baru.
kajian budaya : cultural studies; kajian interdisipliner yang bersifatpolitis, ideologis, dan kritis terhadap berbagai praktik(ke)budaya(an) masyarakat dalam kaitannya dengankekuasaan-kekuasaan yang bekerja di dalamnya.
kapitalisme : ideologi sistem produksi berdasarkan kepemilikanpribadi yang mencari keuntungan sebesar-besarnyadengan cara penumpukan modal pada dirinya; ideologiyang dikembangkan kekuasaan kapital.
kapitalismemodern
: sistem kapitalisme dalam industrialisasi modern yangsemata-mata mencari keuntungan ekonomi sebesar-besarnya tanpa memedulikan keadilan dankemanusiaan.
kapitalismepostmodern
: sistem kapitalisme yang berkenaan dengan produkjasa, khususnya yang melibatkan manusia dankebudayaan lokal.
karawitan : seni musik instrumental tradisional di Bali; istilah lainuntuk seni tabuh di Bali.
kaset : cassette; produk fisik musik yang menggunakan pita(tape).
kebalian : balineses; identitas orang Bali yang mengacu padasifat-sifat khas kebudayaan dan kehinduannya.
(ke)budaya(an) : peta-peta tumpang tindih tentang makna diskursif yangsaling silang membentuk zona-zona koherensipemaknaan sementara dalam ruang sosial yang dialamibersama dan selalu diperebutkan (Barker, 2005: 516).
(ke)budaya(an)Bali
: kebudayaan yang dianut sebagian besar penduduk diProvinsi Bali yang terkait dengan aspek-aspek kebaliandan kehindu-balian; mengacu pada seni-budaya Bali.
kekuasaanbudaya
: sumber daya budaya, khususnya modal budaya(cultural capital) estetik-musikal, yang berada padadiri musisi dalam menciptakan produk-produk musikal
xxx
yang dapat menguasai/menghegemoni masyarakat.
kekuasaan kapital : sumber daya uang penggerak bisnis yang melekat padadiri pemilik modal (produser/pemilik studio rekam).
kekuasaan media : sumber daya media massa yang menghubungkanproduksi ke konsumsi; institusi yang di antaranyaberfungsi mensosialisasikan, mengomunikasikan, danmenseduksi masyarakat untuk membeli produk.
kepentingan : interes; suatu keinginan, agenda, dan tujuan yangmendomplengi secara samar sesuatu yang lain.
kesadaran palsu : pengetahuan yang tidak sepenuhnya benar yangdirekayasa sedemikian rupa menjadi pengetahuan yangbenar, sehingga merupakan kesadaran tertentu;mengacu pada ideologi.
komodifikasi : upaya menjadikan segala sesuatu, yang seharusnyaatau pada awalnya bukan untuk tujuan uang,mendatangkan uang.
konsumerisme : konsumsi yang kuantitas dan/atau kualitasnya melebihikebutuhan normal; konsumsi irasional akibat besarnyahasrat dan/atau sistem promosi kapitalisme.
konsumsi : proses penikmatan konsumen atas produk yangdibelinya.
kulturalisme : ideologi yang menganggap kebudayaan adalahperayaan kehidupan sehari-hari masyarakat; paradigmakajian budaya di Centre for Contemporary CulturalStudies (CCCS) di Birmingham University, Inggris.
lagu cengeng : istilah untuk genre musik pop Indonesia yangmengungkapkan kesedihan/kegalauan dan mendayu-dayu penuh ratapan dan mencitrakan rasa pasrah(fatalis).
lapak : alas, meja, atau gerobak tempat menjual produk musik.
lokal : kedisinian, setempat; mengacu pada wilayahgeobudaya yang relatif kecil.
lokalisasi : proses menjadikan sesuatu bersifat kedisinian/-setempat.
makna : dalam kajian budaya, mengacu pada ”peta makna”karena plural (polisemi) dan tergantung yangmengartikulasikan, terkait dengan kekuasaan, danselalu diperebutkan.
MIDI : singkatan dari musical instrument digital interface;peranti teknologi yang menghubungkan komputer
xxxi
dengan alat-alat musik elektronik.
minus one : sistem musik elektronik canggih yang fungsinyamengiringi musisi untuk menciptakan sajian musikalyang utuh; sistem musik ”kurang satu” yang biasanyavokal tetapi bisa juga salah satu instrumennya.
modernisme : paham atau gerakan yang menjalankan oposisi binerdan kebenaran tunggal demi pertumbuhan dankemajuan; ideologi kemajuan yang menjadi sasarandan aksi kritis kajian budaya dan postmodernisme.
MP3 : singkatan dari moving pictures expert group 1 layer 3;format file yang berisi file-file audio.
musik pop : pop music; jenis musik yang sangat disukai masyarakatyang bersumber dari mereka sendiri dan di tangankapital mendapat sentuhan teknologi dan media; salahsatu bentuk musik populer.
musik pop Bali : jenis musik pop modern bersyair/lirik bahasa Bali yangterdapat di wilayah Provinsi Bali; salah satu musik popdaerah di Indonesia.
musisi : musician; profesi bidang seni musik: penciptamusik/lagu, penyanyi, pemain musik, danpenata/arranger musik.
nuansa : aksen (musik) yang mengacu pada wilayah geografisatau daerah tertentu; perbedaan kecil (musikalitas).
otentisitas : authenticity; keaslian, originalitas.
outlet : tempat penjualan produk.
pasar : market; kelompok pembeli aktual dan potensial yangmenjadi sasaran pemasaran produk.
pelog : sistem tangga nada tradisional Bali yang terdiri ataslima nada.
pembajakan : tindakan ilegal memperbanyak atau memalsukanproduk pihak lain; memproduksi tanpa izin pemeganghak.
penanda identitas : ciri-ciri terpenting yang menunjukkan asal-usul dankekhasan masyarakat.
pendengar aktif : kelompok sosial pendengar musik pop yang bertindakkritis terhadap produk yang ditawarkan.
pendengar pasif : kelompok sosial pendengar musik pop yang selaluberkonsensus dengan produk yang ditawarkan.
pentatonik : sistem rangkaian tangga nada yang terdiri atas lima
xxxii
nada.
penyanyi : singer; bagian dari profesi musisi yang bertindakmenyanyi.
perekat/rekatansosial
: kesamaan sifat dan solidaritas di antara sesamapenikmat (musik pop).
pergulatan makna : pergulatan untuk memerebutkan makna dalam suatuaktivitas di antara pihak-pihak terlibat akibatperbedaan kepentingan di antara mereka.
pergulatan maknaekonomi
: pergulatan makna untuk memerebutkan keuntunganekonomi; mengacu pada nilai tukar (exchange value).
pergulatan maknasosial
: perebutan makna untuk memerebutkan kepuasanestetik; mengacu pada nilai guna/manfaat (use value).
pergulatan maknabudaya
: perebutan makna untuk memerebutkan aspek-aspekjatidiri kebudayaan; mengacu pada nilaiidentitas/otentisitas.
pergulatan maknapolitik
: perebutan makna untuk memerebutkan tujuan-tujuanyang bersifat politik; mengacu pada nilaipembangunanisme/developmentalisme.
politik budayalokal
: politik yang mengedepankan keserba-lokalan danidentitas keaslian (ke)budaya(an) setempat; ideologipengutamaan kebudayaan lokal, termasuk seni-budaya.
politik identitas : politik yang mengedepankan identitas (etnik) melaluikelokalan/ketradisionalan.
politik musik : politik yang memadukan peran negara, industri musik(termasuk musisi), dan masyarakat.
pop : umumnya singkatan dari populer tetapi tidak semua”populer” sama dengan ”pop”. Musik pop tidak bisaserta merta disamakan dengan musik (yang) populer.
popisme : ideologi (serba) pop; semangat perayaan pop; dalamindustrialisasi musik, ideologi yang dikembangkankekuasaan budaya (musisi) yang dimanfaatkankekuasaan kapital karena disukai pasar (konsumen).
postmodernisme : paham atau gerakan melawan kemapanan, kekuasaan,dan ketidak-adilan modernitas; ideologi perayaanperbedaan dan hal-hal kecil yang dilupakanmodernitas.
praktik : practice; tindakan masyarakat atau manusia yangdiarahkan teori/konsep/gagasan; mengacu pada praksis(praxis).
xxxiii
praktikpemaknaan
: signifying practices; tindakan menciptakan dan salingtukar makna dan pemahaman.
produksi : proses penggagasan, perencanaan, pembuatan sampaiterciptanya produk siap jual; sistem kerja ataupengerjaan yang meliputi input, proses, dan output.
RBT : singkatan dari ringback tone; ringing tone atau nadadering; penanda suara pada telepon saat menunggudiangkat.
representasi : praktik-praktik di dunia ”nyata” yang sengaja dibuatuntuk mewakili kehadiran praktik-praktik yang lain.
royalti : penghasilan yang diterima pencipta lagu/musik darisetiap ciptaan yang dikeluarkan/dijual produser/studiorekam.
seni-budaya : istilah umum di Indonesia, termasuk Bali, untuk(ke)seni(an) sebagai bagian integral dari kebudayaan.
slendro : sistem tangga nada tradisional Bali yang terdiri ataslima nada.
standarisasi : sifat kesamaan di antara produk-produk (musik pop),sehingga memproduksi sebenarnya hanya mengulang-ulang; praktik memproduksi yang sesungguhnyamerupakan keberagaman (individualisasi) semu.
taksu : kekuatan/spirit kharismatis dan magis yang membuatpelaku seni di Bali menciptakan/menampilkan karyaberkualitas tinggi; kearifan lokal berdasarkan kekuatanniskala yang membangkitkan keberterimaan penonton.